PENGARUH KESESUAIAN KOMPENSASI, SISTEM PENGENDALIANINTERNAL, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, BUDAYAETIS ORGANISASI DAN KOMPETENSI TERHADAP FRAUD PADA
PEMERINTAH DAERAH
(Skripsi)
Oleh
TIKA PRATIWI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PENGARUH KESESUAIAN KOMPENSASI, SISTEM PENGENDALIANINTERNAL, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, BUDAYAETIS ORGANISASI DAN KOMPETENSI TERHADAP FRAUD PADA
PEMERINTAH DAERAH
Oleh
TIKA PRATIWI
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan bukti empiris terkait pengaruhkesesuaian kompensasi, sistem pengendalian internal, pemanfaatan teknologiinformasi, budaya etis organisasi dan kompetensi terhadap fraud. Penelitian inimenggunakan metode kuantitatif dan jenis data primer yang diperoleh denganmenggunakan kuisioner, populasinya yaitu Organisasi Perangkat Daerah KotaBandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Teknik pengambilan sampeldilakukan dengan metode purposive sampling dengan Metode analisis datamenggunakan Structur Equation Model (SEM) dengan alat olah data SmartPLS3.0.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal danpemanfaatan teknologi informasi berpengaruh negative terhadap fraud. Sedangkankesesuaian kompensasi, budaya etis organisasi dan kompetensi tidak berpengaruhterhadap fraud.
Kata Kunci: kompensasi, sistem pengendalian internal, teknologi informasi,budaya etis organisasi, kompotensi, fraud
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF SUITABILITY OF COMPENSATION, INTERNALCONTROL SYSTEM, THE USE OF INFORMATION TECHNOLOGY,ETHICAL CULTURE OF ORGANIZATION AND COMPETENCY ON
FRAUD AT LOCAL GOVERNMENT
By
TIKA PRATIWI
The purpose of this study is to obtain empirical evidence about the influence ofsuitability of compensation, internal control system, the use of informationtechnology, ethical culture of organization and competency on fraud. Thisresearch use quantitative method and primary data type obtained by usingquitionnaire, the population is regional device organization of Bandar Lampungcity and Pesawaran district. Sampling technique is done with purposive samplingtechnique with data analysis method using Structur Equation Model (SEM) withSmartPLS 3.0.0 data processing tools. The results of this study showed thatinternal control system and the use of information technology have a negativeeffect on fraud. While the suitability of compensation, ethical culture oforganization and competency have no effect on fraud.
Keywords: compensation, internal control system, information technology, ethicalculture of organization, competency, fraud
PENGARUH KESESUAIAN KOMPENSASI, SISTEM PENGENDALIANINTERNAL, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, BUDAYA ETIS
ORGANISASI DAN KOMPETENSI TERHADAP FRAUD PADAPEMERINTAH DAERAH
Oleh
TIKA PRATIWI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 27
Desember 1995. Penulis adalah anak ketiga dari tiga
bersaudara, dari bapak Suparno dan ibu Juminah. Penulis
menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Tunas
Karya pada tahun 2002. Pendidikan Dasar di SD Negeri 1
Sawah Lama pada tahun 2008. Sekolah Menengah Pertama
ditempuh oleh penulis di SMP Negeri 5 Bandar Lampung dan diselesaikan pada
tahun 2011. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di
MAN 1 Model Bandar Lampung hingga tahun 2014.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur SNMPTN. Selama menjadi
mahasiswi, penulis terdaftar sebagai anggota aktif Himakta (Himpunan Mahasiswa
Akuntansi) dan UKM-F KSPM (Kelompok Studi Pasar Modal) FEB Unila. Selain
itu, penulis juga menjadi pengurus UKM-F EBEC FEB Unila sebagai Bendahara
Umum periode 2016-2017.
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.(QS. Al-Insyirah: 5)
“Do the best and pray, God will take of the rest”.(Anonymous)
Man Jadda Wa Jada(Anonymous)
“Kau tak akan pernah mampu menyeberangi lautan sampai kau berani berpisahdengan daratan”
(Christopher Colombus)
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang telah
diberikan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Kupersembahkan karyaku ini untuk:
Kedua orangtuaku, Bapak Suparno dan Ibu Juminah yang selalu
memberikan kasih sayang, doa, dukungan, nasihat dan fasilitas untuk
penulis meraih pendidikan hingga saat ini. Terimakasih atas segala
pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga bapak dan
ibu selalu diberi kesehatan, rezeki dan kebahagiaan dunia maupun
akhirat dari Allah SWT.
Kakak-kakaku, Agung Setiawan dan Ahmad Ridwan terimakasih untuk
segala kasih sayang, doa dan dukungan yang selalu diberikan selama
ini.
Seluruh keluarga besar ku atas segala dukungan, doa, nasihat dan
perhatian yang telah diberikan.
Sahabat dan teman-temanku, terimakasih untuk keceriaan, dukungan,
motivasi dan nasihat dikala suka maupun duka yang selalu diberikan.
Almamater tercinta, Universitas Lampung
SANWACANA
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah yang telah diberikan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul " Pengaruh
Kesesuaian Kompensasi, Sistem Pengendalian Internal, Pemanfaatan
Teknologi Informasi, Budaya Etis Organisasi Dan Kompetensi Terhadap
Fraud Pada Pemerintah Daerah)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung.
Bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah diperoleh penulis dapat
membantu mempermudah proses penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Farichah, SE., M.Si., Akt., CA. selaku Ketua Jurusan S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.Si selaku Pembimbing Utama. Terima
Kasih atas bimbingan, saran, arahan dan nasihat yang telah diberikan selama
proses penyelesaian skripsi.
5. Ibu Chara Pratami T Tubarad, S.E., M.Acc., Akt. selaku Pembimbing
Pendamping. Terima kasih atas bimbingan, masukan, arahan dan nasihat yang
telah diberikan selama proses penyelesaian skripsi.
6. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., CA., CPA. selaku dosen Penguji,
Terimakasih atas masukan, arahan dan nasihat yang telah diberikan untuk
penyempurnaan skripsi ini.
7. Ibu Ninuk Dewi K., S.E., M.Sc., Akt selaku Pembimbing Akademik yang
telah memberikan saran dan nasihat selama masa perkuliahan.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan pembelajaran berharga bagi penulis
selama menempuh program pendidikan S1.
9. Seluruh staff Akademik, Administrasi, Tata Usaha, para pegawai, serta staff
keamanan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah
banyak membantu baik selama proses perkuliahan maupun penyusunan
skripsi, terimakasih atas segala kesabaran dan bantuan yang telah diberikan.
10. Kepada Orang tua ku yang sangat aku cintai, Bapak Suparno dan Ibu Juminah
yang selalu mendoakan dan menjadi penyemangat untuk menyelesaikan studi
ini. Terimakasih telah menjadi orangtua yang sempurna, yang selalu
memberikan motivasi dan doa serta selalu bekerja keras mendidik penulis
untuk menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain. Aku
persembahkan karya sederhana ini untuk kalian.
11. Kakak-kakak ku tersayang, Agung Setiawan dan Ahmad Ridwan terimakasih
untuk segala kasih sayang, doa, dukungan, keceriaan dan kejailan yang selalu
diberikan selama ini.
12. Teman-teman surga, seperjuangan, tim sukses, tim hore, dan segalanya yaitu
Indah Caturini, Ismatul Umi, Rahel Bataks dan Ninda Kiting terimakasih
karena telah menjadi sahabat-sahabat terbaikku atas kesetiakawanan kita
selama 4 tahun ini dari maba hingga sekarang dan selamanya. Semoga selalu
bisa bersama dan saling mengingatkan satu sama lain. See u on Top guys!
13. Sahabatku si AYAM BETINA Kating, Eka, Cumi, Ndut, Adin, Ninda, Sendy,
Indah, Ulan, Merta, Toge, Rahel yang selalu ada setiap ku membutuhkan.
Selalu memberikan segala macam berita. Tim sukses terhebat yang bisa
handle segala macam persoalan. Selalu menjadi tempat ku kembali dikala diri
ini gabut dengan guyonan receh dan unfaedah tapi terkadang berfaedah.
Terima kasih untuk segalanya. Kalian wanita-wanita tangguh.
14. Terima kasih teruntuk Nevirianty, Meri, Nava dan Ria yang selalu mau
direpotkan dan mendengarkan keluh kesah selama ini yang selalu tak
hentinya memberikan support untukku dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga silaturahmi kita tetap terjalin dengan baik ya. See u on top gengs!
15. Keluarga seperjuangan yang tak kenal waktu siang malam, tumlin, hadi, nava,
surya, indah, sendy, umi, ninda, yohana, iyan, regis cebong, julian, dhana,
robert, dan tante yang selalu menghibur dan siap membantu. Terimakasih
untuk Keluarga Besar EBEC. Terima kasih kenangan indahnya, pembelajaran
berorganisasi, dan kekonyolan yang sering terjadi dan sulit dilupakan, semoga
selalu terjaga kebersamaan kita. Salam Wirausaha.
16. Teman-teman KKN selama 40 hari di Desa Sisoharjo, Selagai Lingga. Roma,
Indah, Rika, Bang Tipo, Theo dan Isyu yang telah bersama berbagi suka dan
duka. Semoga selama pembelajaran saat KKN dapat menjadi bekal kita kelak
dalam hidup bermasyarakat.
17. Tim guru skripsi yang selalu saya repotkan untuk bertanya Kak Keke, Kak
Mel, Kak Rinda, Sendy, Merta, Dewi, Zelda dan Ilham dan yang tidak bisa
disebutkan satu persatu. Terimakasih untuk kalian semoga berkah atas ilmu
yang telah kalian berikan.
18. Teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2014, Dila, Billa, Saha,
Winda, Ilham, Anni, Dini, Fany, Amel, Reka, Faila, Megah, Andi, Yanto,
Anggi, Anggit, Bipa, Cahya, Bagus, Mico, Citra, Dani, Dewi, Efraim, Yanti,
Friscil, Lia, Dana, Sobri, Rona, Rara, Teguh dan lainnya yang tidak dapat
disebutkan satu per satu. Terimakasih atas kebersamaan dan kenangan terbaik
kalian. Sukses selalu kawan.
19. Seluruh teman, kerabat, dan pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, terimakasih telah membantu selama proses penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan semoga
Allah SWT memberikan rahmat, berkah, dan hidayah-Nya untuk kita semua.
Bandar Lampung, 16 Oktober 2018
Penulis,
Tika Pratiwi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ....................................................................................... 7
2.1.1 Fraud Pentagon Theory .................................................................... 7
2.1.2 Fraud ................................................................................................. 10
2.1.3 Kesesuaian Kompensasi................................................................... 12
2.1.4 Sistem Pengendalian ........................................................................ 13
2.1.5 Pemanfaatan Teknologi Informasi ................................................ 15
2.1.6 Budaya Etis Organisasi ................................................................... 16
2.1.7 Kompetensi ....................................................................................... 17
2.2 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 19
2.3 Model Penelitian....................................................................................... 21
2.4 Pengembangan Hipotesis......................................................................... 21
2.4.1 Pengaruh Kesesuaian Kompensasi terhadap Fraud .................... 21
2.4.2 Pengaruh Sistem Pengendalian Internal terhadap Fraud ............ 22
2.4.3 Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Fraud.... 23
2.4.4 Pengaruh Budaya Etis Organisasi terhadap Fraud ...................... 25
2.4.5 Pengaruh Kompetensi terhadap Fraud ......................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel ............................................................................... 27
3.2 Jenis dan Sumber Data............................................................................ 28
3.3 Definisi Operasional Variabel ................................................................. 29
3.3.1 Variabel Independen ....................................................................... 29
3.3.2 Variabel Dependen .......................................................................... 31
3.4 Metode Analisis ....................................................................................... 33
3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif ............................................................ 33
3.4.2 Pengujian Model Pengukuran (Outer Model) ............................... 34
3.4.3 Pengujian Model Struktural (Inner Model) ................................... 35
3.4.4 Uji Hipotesis ..................................................................................... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Statistik Deskriptif ......................................................................... 36
4.1.1 Analisis Deskriptif Data .................................................................. 36
4.1.2 Karakteristik Responden ............................................................... 37
4.2 Deskriptif Variabel Penelitian ............................................................... 39
4.3 Analisis Data............................................................................................. 51
4.3.1 Uji Model Pengukuran (Outer Model) ........................................... 51
4.3.1.1 Analisis Uji Validitas .......................................................... 53
4.3.1.2 Analisis Uji Reabilitas ......................................................... 55
4.3.2 Uji Inner Model ................................................................................ 56
4.4 Uji Hipotesis.............................................................................................. 58
4.5 Pembahasan ............................................................................................. 60
4.5.1 Pengaruh Kesesuaian Kompensasi terhadap Fraud .................... 60
4.5.2 Pengaruh Sistem Pengendalian Internal terhadap Fraud ............ 62
4.5.3 Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Fraud.... 63
4.5.4 Pengaruh Budaya Etis Organisasi terhadap Fraud ...................... 64
4.5.5 Pengaruh Kompetensi terhadap Fraud .......................................... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ................................................................................................... 67
5.2 Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 68
5.3 Saran ........................................................................................................ 69
5.4 Implikasi Penelitian ................................................................................ 69
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu .........................................................................................19
3.1 Pengambilan Sampel Penelitian ........................................................................28
3.2 Indiktor-indikator Variabel ...............................................................................32
4.1 Presentase Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner ......................................36
4.2 Jenis Kelamin Responden .................................................................................37
4.3 Usia Responden..................................................................................................37
4.4 Pendidikan Terakhir Responden .......................................................................38
4.5 Jabatan Responden .............................................................................................38
4.6 Hasil Deskriptif Variabel Kesesuaian Kompensasi ..........................................39
4.7 Hasil Presentase Pilihan Responden terhadap Kesesuaian Kompensasi ...........40
4.8 Hasil Deskriptif Variabel Sistem Pengendalian Internal ..................................41
4.9 Hasil Presentase Pilihan Responden terhadap Sistem Pengendalian Internal....42
4.10 Hasil Deskriptif Variabel Pemanfaatan Teknologi Informasi ...........................43
4.11 Hasil Presentase Pilihan Responden terhadap Pemanfaatan TI .........................43
4.12 Hasil Deskriptif Variabel Budaya Etis Organisasi ............................................45
4.13 Hasil Presentase Pilihan Responden terhadap Budaya Etis Organisasi .............45
4.14 Hasil Deskriptif Variabel Kompetensi ..............................................................47
4.15 Hasil Presentasi Pilihan Responden terhadap Kompetensi................................47
4.16 Hasil Deskriptif Variabel Fraud ........................................................................49
4.17 Hasil Presentase Pilihan Responden terhadap Fraud.........................................49
4.18 Cross Loading ...................................................................................................54
4.19 Fornell-Larcker Correlation .............................................................................55
4.20 Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability ...................................................56
4.21 Inner Model – R-Square (R2) .............................................................................56
4.22 Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values) ....................................................58
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Skema Fraud Pentagon Theory .......................................................................... 7
2.2 Kerangka Penelitian ............................................................................................ 21
4.1 Model Penelitian Sebelum Dieliminasi................................................................ 51
4.2 Model Penelitian Setelah Dieliminasi ................................................................. 53
4.3 Output Model Struktural ...................................................................................... 57
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era reformasi seperti saat ini dengan fenomena banyaknya tuntunan dari
masyarakat terhadap good government governance mendorong pemerintah baik
pusat maupun daerah untuk memberikan pertanggungjawaban yang lebih
transparan, efisiensi dan lebih akurat. Bentuk laporan pertanggungjawaban
pengelolaan dan kinerja keuangan suatu pemerintahan kepada publik berupa
Laporan Keuangan. Sejalan dengan adanya penerapan otonomi daerah, laporan
keuangan merupakan salah satu bagian yang rentan terhadap perilaku fraud
karena pada umumnya otonomi daerah mengakibatkan pendelegasian wewenang
pemerintah pusat banyak dilimpahkan ke daerah sehingga berpotensi
memindahkan fraud dari pusat ke daerah juga lebih banyak (Fajarina, et al.,
2012). Padahal laporan keuangan merupakan sumber informasi penting dalam
organisasi sebagai alat komunikasi publik dan pengambilan keputusan.
Fraud merupakan konsep pelanggaran yang memiliki sudut pandang yang luas.
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menyebutkan fraud sebagai
perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu
(manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) yang dilakukan
oleh orang-orang dari dalam atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan
pribadi ataupun kelompok yang secara langsung atau tidak langsung merugikan
2
pihak lain (Yudistira, et al. 2017). Menurut Sawyer (2006), fraud adalah suatu
tindakan penipuan yang mencakup berbagi penyimpangan dan tindakan ilegal
yang ditandai dengan penipuan disengaja oleh individu atau kelompok dengan
tujuan memperoleh keuntungan. Hal ini senada dengan yang diungkapkan dalam
penelitian Thoyibatun (2009) bahwa kecenderungan kecurangan akuntansi adalah
perilaku-perilaku tertentu yang cenderung memiliki arah yang menyimpang dari
pokok atau asas utama akuntansi.
Jenis kecurangan yang paling sering terjadi dalam entitas pemerintahan adalah
korupsi. Menurut Wilopo (2006), tindakan korupsi yang umumnya dilakukan
adalah memanipulasi pencatatan, penghilangan dokumen dan mark up yang dapat
merugikan keuangan negara. Berdasarkan hasil survey transparasi internasional
pada tahun 2017, Indonesia menempati posisi 96 dari 180 negara dengan nilai CPI
(Corruption Perception Index) sebesar 37 (news.detik.com, 2017). Hal ini
diperkuat dengan banyaknya kasus penyalahgunaan dan penggelapan anggaran
negara di pemerintahan, seperti dikutip dari publikasi Indonesia Corupption
Watch (ICW) mencatat ada 576 kasus korupsi di tahun 2017. Kasus tersebut
merugikan negara sebesar Rp 6,5 triliun dan nilai suap Rp 211 miliar dengan
jumlah tersangka sebanyak 1.298 tersangka dimana jumlah terbanyak berasal dari
aparatur sipil negara (ASN) dari lingkup pemerintah daerah dan kementerian
sebanyak 495 kasus (antikorupsi.org, 2017).
Berdasarkan laporan audit BPK, Kota Bandar Lampung dan Kabupaten
Pesawaran merupakan kabupatena/kota yang memperoleh opini WTP dari BPK di
tahun 2017. Opini tersebut tak serta merta dapat dijadikan cerminan atas
3
kebebasan dari masalah administratif dan finansial dalam tata kelola keuangannya
maupun terbebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Hal tersebut sejalan dengan
hasil pemeriksaan BPK semester II 2016 dan 2017. OPD Kota Bandar Lampung
dan Kabupaten Pesawaran masih ditemui beberapa permasalahan terkait adanya
temuan ketidakpatuhan perundang-undangan dengan objek pemeriksaan belanja
daerah TA 2016 dengan total nilai mencapai 4,7 Miliar untuk OPD kota Bandar
lampung dan senilai 2,1 Miliar untuk anggaran belanja TA 2017 Kabupaten
Pesawaran. Hal ini diperkuat kembali dengan fakta yang ada bahwa masih
ditemukan beberapa kasus fraud yang terjadi diantaranya, kasus korupsi bantuan
siswa miskin tahun ajaran 2013-2015 di SMPN 24 Bandar Lampung dengan
kerugian mencapai Rp 900 juta (Lampost.com, 2016). Dinas Sosial juga
merupakan salah satu instansi yang turut menambah daftar kasus korupsi di Kota
Bandar Lampung yaitu terkait kasus korupsi dana kematian oleh Kepala Dinas
Sosial dengan pemalsuan 470 surat kematian (kompas.com, 2015). Kasus lainnya
adalah dugaan korupsi pengadaan kapal di Dinas Perhubungan Kabupaten
Pesawaran di tahun 2016 dengan proyek senilai Rp 403,5 juta (Lampost.com,
2017). Selain itu kasus korupsi Lampu Penerangan Jalan Umum (LPJU) senilai
Rp1,330 milyar di Kabupaten Pesawaran pun tak luput dari indikasi adanya fraud
(Saibumi.com, 2017).
Kecenderugan fraud dapat diidentifikasi melalui elemen-elemen dalam Fraud
Pentagon Theory yang dikemukakan oleh Howarth (2011). Fraud Pentagon
Theory menyebutkan lima elemen penyebab fraud yaitu: pressure adalah hal yang
memotivasi tindakan fraud, opportunity adalah metode atau cara seseorang
melakukan fraud, rationalization adalah alasan pembenaran dari pelaku saat
4
melakukan kecurangan, competence dalam konsep ini di artikan sebagai karakter
pribadi dan kemampuan yang memainkan peran utama dalam kecurangan yang
terjadi dan arrogance yang dianggap sebagai sikap superioritas. Sementara itu,
terdapat tiga jenis kecurangan (fraud) yang diklasifikasikan ACFE yang dikenal
dengan sebutan fraud tree yakni penyalahgunaan asset (assets misappropriation),
kecurangan laporan keuangan (fraudulent statement) dan korupsi (corruption)
(Tuanakotta, 2010).
Variabel kesesuaian kompensasi merupakan proksi dari elemen pressure dimana
variabel ini dianggap sebagai dorongan seseorang untuk melakukan kecurangan.
Variabel pengendalian internal merupakan proksi penting dari elemen
opportunity. Secara teoritis, pengendalian internal merupakan pintu masuk dari
besar kecilnya peluang untuk melakukan fraud (Pratomo, et al., 2016).
Pemanfaatan teknologi informasi juga merupakan variabel yang perlu
dioptimalkan untuk memperkuat pengandalian internal dan mencapai efektivitas
sistem pencegahan fraud. Selanjutnya, Budaya etis organisasi adalah proksi dari
adanya elemen rationalization, dimana kebanyakan pagawai merasionalisasi
tindakan tersebut sebagai tindakan yang biasa atau wajar terjadi dalam kondisi
organisasi pemerintahan yang kebanyakan pegawainya melakukan kecurangan
dan hal tersebut dianggap wajar. Seseorang harus mempunyai competence yang
memadai. Dalam hal ini, variabel kompetensi merupakan proksi yang tepat untuk
elemen compotence dimana dengan competence, seseorang dapat mengeksplotasi
kelemahan dari elemen opportunity, seperti kelemahan pengendalian internal.
5
Wilopo (2006) menyatakan bahwa Perilaku tidak etis dan kecenderungan
kecurangan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan efektifitas
pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas serta menghilangkan
asimetri informasi. Demikian pula menurut Sari et al. (2015) menemukan bahwa
secara simultan efektivitas sistem pengendalian internal, ketaatan aturan
akuntansi, persepsi kesesuaian kompensasi dan implementasi good governance
berpengaruh simultan negatif terhadap kecenderungan fraud. Sedangkan Sulastri
dan Simanjuntak (2014), mengatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara
kepatuhan terhadap sistem pengendalian internal dengan kecenderungan fraud.
Hal ini diperkuat pula oleh pernyataan Wolfe dan Hermanson (2004) yang
menyatakan bahwa kapabilitas individu adalah sifat-sifat pribadi dan kemampuan
yang menyebabkan terjadinya fraud. Berdasarkan latar belakang yang telah
dijelaskan dan fenomena yang muncul mulai dari maraknya praktik korupsi
(fraud) di pemerintahan, masih adanya gap hasil penelitian serta penggunaan
variabel dan sampel yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya,
mendasari peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kesesuaian
Kompensasi, Sistem Pengendalian Internal, Pemanfaatan Teknologi
Informasi, Budaya Etis Organisasi dan Kompetensi Terhadap Fraud Pada
Pemerintah Daerah“
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini yaitu:
1. Apakah kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif terhadap fraud?
2. Apakah sistem pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap fraud?
3. Apakah pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh negatif terhadap fraud?
4. Apakah budaya etis organisasi berpengaruh negatif terhadap fraud?
5. Apakah kompetensi berpengaruh positif terhadap fraud?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris terkait fraud dan faktor-
faktor yang memengaruhinya dengan menggunakan variabel kesesuaian
kompensasi, sistem pengendalian internal, pemanfaatan teknologi informasi,
budaya etis organisasi dan kompetensi.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian diharapkan dapat mengembangkan literatur-literatur akuntansi
yang sudah ada dan memperkuat penelitian sebelumnya yaitu berkaitan
dengan pencegahan fraud.
2. Bagi pemerintah dapat memberikan kontribusi agar pemerintah dapat
mendeteksi dan melakukan tindak pencegahan lebih dini untuk meminimalisir
kasus fraud.
7
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Fraud Pentagon Theory
Fraud pentagon theory pertama kali disajikan oleh Howarth pada 2011 sebagai
penyempurnaan teori fraud triangle yang dikemukakan oleh Cressey (1953).
Howarth (2011) berpendapat bahwa untuk meningkatkan kemampuan mendeteksi
dan mencegah fraud adalah dengan cara menambahkan elemen lain yaitu
kompetensi (competence) dan arogansi (arrogance).
Gambar 2.1Skema Fraud Pentagon Theory – Crowe Howarth (2011)
Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa ada lima alasan seseorang
melakukan fraud adalah pertama adanya tekanan (Pressure) yaitu keinginan
karyawan untuk bertindak fraud karena adanya tekanan dari pihak internal
maupun eksternal (Howarth, 2011). Biasanya dorongan/tekanan situasional
tersebut timbul karena adanya masalah keuangan, tetapi bisa juga terjadi karena
Competence
Pressure
Opportunity
Rationalization
Arrogance
Fraud
8
gejala-gejala tekanan lainnya seperti tekanan pekerjaan, gaya hidup, dan lain
sebagainya. Dalam SAS No. 99, terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi
pada tekanan/motif yang dapat mengakibatkan keempat kondisi tersebut adalah :
a. financial stability,
b. external pressure,
c. personal financial need, dan
d. financial targets.
Kedua, opportunity adalah peluang yang memungkinkan fraud terjadi yang
biasanya disebabkan karena tidak adanya pengawasan, pengawasan internal suatu
organisasi yang lemah/ tidak efektif, maupun penyalahgunaan wewenang yang
mengakibatkan kesempatan ini menjadi suatu peluang bagi fraudster untuk
melakukan kecurangan. Di antara kelima elemen fraud pentagon ini, opportunity
merupakan elemen yang paling memungkinkan untuk diminimalisir melalui
penerapan proses, prosedur, kontrol dan upaya deteksi dini terhadap fraud
(Howarth, 2011). Jadi, dapat disimpulkan bahwa kesempatan timbul karena
lemahnya pengendalian internal mengakibatkan timbulnya suatu keleluasaan bagi
pelaku kecurangan untuk melakukan kecurangan. Kelemahan sistem ini dapat
menjadi peluang bagi pelaku kecurangan untuk melakukan fraud.
Elemen ketiga fraud pentagon adalah rationalization yaitu sikap yang
memperbolehkan seseorang melakukan kecurangan dan menganggap tindakannya
tersebut tidaklah salah. Mereka yang terlibat dalam penipuan laporan keuangan
mampu merasionalisasi tindakan penipuan secara konsisten dengan kode etik
mereka (Suyanto, 2009). Pelaku fraud selalu berusaha untuk membenarkan
9
perbuatannya dengan berupaya untuk mencari-cari alasan. Rasionalisasi dilakukan
melalui keputusan yang dibuat secara sadar ketika pelaku fraud menempatkan
kepentingannya di atas kepentingan orang lain.
Elemen yang keempat adalah competence, dimana elemen ini disamaartikan
dengan capability yang diutarakan dalam fraud diamond theory. Howarth (2011)
menyebutkan bahwa kemampuan individu (individual competence) adalah sifat-
sifat pribadi dan kemampuan yang memainkan peran utama yang menyebabkan
fraud benar-benar terjadi bahkan dengan kehadiran keempat elemen lainnya.
Meskipun terdapat tiga elemen teori fraud triangle (pressure, opportunity, dan
rasionalisasi) dan elemen baru yaitu arrogance, tetapi jika tidak ada competence
pelakunya, maka prilaku fraud tidak akan terjadi. Competence dalam model
Fraud pentagon Theory ini terdiri dari enam komponen diantaranya, posisi atau
fungsi dalam organisasi, kecerdasan/keahlian, keyakinan atau ego, kemampuan
untuk memaksa orang lain, kemampuan untuk berbohong dan kemampuan untuk
mengelola stress.
Elemen yang terakhir adalah arrogance yang diartikan sebagai sikap superioritas
dan keserakahan dalam sebagian dirinya yang menganggap bahwa kebijakan dan
prosedur organisasi tidak berlaku secara pribadi. Dengan sifat seperti ini,
seseorang dapat melakukan kecurangan dengan mudah karna merasa/menganggap
dirinya paling unggul diantara yang lain dan menganggap kebijakan tidak berlaku
untuknya.
10
2.1.2 Fraud
Secara harfiah fraud didefinisikan sebagai kecurangan, namun pengertian ini telah
dikembangkan lebih lanjut sehingga mempunyai cakupan yang luas. Secara umum
istilah fraud diartikan sebagai penipuan atau kecurangan di bidang keuangan. Hall
(2009) mendefinisikan kecurangan (fraud) sebagai suatu tindakan penipuan yang
disengaja dilakukan yang menimbulkan kerugian pihak lain dan memberikan
keuntungan bagi pelaku kecurangan dan atau kelompoknya. Hal ini senada dengan
yang diungkapkan Sawyer (2006) bahwa fraud adalah suatu tindakan penipuan
yang mencakup berbagi penyimpangan dan tindakan ilegal yang ditandai dengan
penipuan disengaja oleh individu atau kelompok dengan tujuan memperoleh
keuntungan pribadi ataupun kelompok.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 2001) menjelaskan bahwa terjadinya kesalahan
penyajian laporan akuntansi dapat terjadi dalam dua bentuk, (1) Bentuk pertama
adalah kesalahan penyajian karena kesalahan yang wajar dan hal itu bisa
merupakan tugas dari auditor untuk mengetahuinya. (2) Kesalahan dalam
penyajian laporan keuangan dapat diketahui karena adanya kecurangan dalam
pelaporan keuangan dan kecurangan yang timbul dari perlakuan tidak semestinya
terhadap aktiva. Aktiva dapat diganti nilainya atau dicatat dan dibuatkan laporan
tidak sesuai dengan nilai yang benar agar bisa dicuri atau digelapkan. Maka dari
beberapa definisi fraud yang telah dijelaskan diketahui bahwa fraud merupakan
suatu kecurangan yang dilakukan dengan sengaja oleh pelakunya dan dilakukan
dengan melanggar ketentuan yang berlaku untuk mengambil keuntungan demi
dirinya sendiri. Hal ini yang membedakan antara kecurangan dengan kesalahan.
11
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mengklasifikasikan fraud
dalam tiga kelompok berdasarkan perbuatan yang dikenal dengan fraud tree yakni
penyimpangan asset (Asset Misappropriation) merupakan penyalahgunaan aset
atau harta perusahaan atau pihak lain. Kedua, pernyataan palsu atau salah
pernyataan (Fraudulent Statement) tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau
eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi
keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial
engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh
keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing.
Ketiga, korupsi (Corruption) merupakan jenis fraud melibatkan penggunaan
pengaruhnya oleh karyawan dalam transaksi bisnis dengan cara yang melanggar
kewajibannya kepada pengusaha untuk mendapatkan keuntungan darinya atau
dirinya sendiri atau orang lain. Korupsi terbagi ke dalam pertentangan
kepentingan (conflict of interest), suap (bribery), pemberian illegal (illegal
gratuity), dan pemerasan (economic extortion) (Tuanakotta, 2010).
Pandangan lain dari sisi perilaku manusia, dijelaskan oleh Bologna, et al. (1987)
berdasarkan GONE Theory, yang terdiri dari 4 (empat) faktor yang mendorong
seseorang berperilaku menyimpang dalam hal berperilaku fraud, yaitu:
keserahkaan (greed), kesempatan (opportunity), kebutuhan (needs), dan
pengungkapan (exposure). Berdasarkan teori tersebut manajemen dan pihak yang
memiliki keterampilan adalah pihak yang memenuhi empat alasan tersebut. Para
manajemen bisa melakukan kecurangan karena adanya kemampuan dengan
penguasaannya atas sesuatu.
12
2.1.3 Kesesuaian Kompensasi
Menurut Griffin (2004), kompensasi adalah remunerasi financial yang diberikan
oleh organisasi kepada karyawan sebagai imbalan atas pekerjaan mereka.
Sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2001) menyatakan kompensasi
merupakan salah satu cara manajemen untuk meningkatkan prestasi kerja,
motivasi dan meningkatkan kinerja pegawai. Dengan kata lain, kompensasi adalah
pengganti dari suatu hal dalam bentuk lainnya yang cukup memberikan rasa
keadilan tertentu pada seseorang. Dalam lingkup bisnis, maka kompensasi adalah
pengganti dari jasa pekerjaan dalam bentuk gaji, bonus, maupun tunjangan-
tunjangan pekerjaan lainnya. Umumnya tujuan pemberian kompensasi selain
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi pegawai juga bertujuan untuk
menunjukkan penghargaan dan perlakuan adil organisasi terhadap pegawainya.
Kompensasi bisa berupa fisik maupun non fisik yang harus dihitung dan diberikan
kepada karyawan sesuai dengan pengorbanan yang telah diberikannya kepada
organisasi tempat ia bekerja. Menurut Veithzal (2006), kompensasi yang
diberikan kepada karyawan terdiri dalam dua bentuk yaitu :
a. Kompensasi yang bersifat financial
Bentuk kompensasi ini ada dua macam, yaitu kompensasi langsung, terdiri
dari pembayaran karyawan dalam bentuk upah, gaji, bonus, atau komisi.
Kompensasi tidak langsung atau benefit, terdiri dari semua pembayaran
yang tidak tercakup dalam kompensasi financial langsung yang meliputi
liburan, berbagai macam asuransi, jasa seperti perawatan anak atau
kepedulian keagamaan, dan sebagainya.
13
b. Kompensasi yang bersifat non financial
Bentuk kompensasi ini seperti pujian, menghargai diri sendiri, promosi
jabatan, dan pengakuan yang dapat mempengaruhi motivasi kerja
karyawan, produktifitas, dan kepuasan.
2.1.4 Sistem Pengendalian Internal
Menurut Committee of Sponsoring Organization (COSO) pengendalian internal
merupakan sistem, struktur atau proses yang diimplementasikan oleh dewan
komisaris, manajemen dan karyawan dalam perusahaan yang bertujuan untuk
menyediakan jaminan yang memadai bahwa tujuan pengendalian tersebut dicapai,
meliputi efektifitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Senada dengan yang
diungkapkan Mulyadi (2014) sistem pengandalian internal meliputi struktur
organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga
kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,
mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijaksanaan manajemen.
Pengendalian internal merupakan bagian dari sistem proteksi terhadap kecurangan
yang di desain untuk mencegah irregularitas dan upaya deteksi dini kecurangan
(Silverstone, 2007). AICPA (1947) menjelaskan bahwa pengendalian internal
sangat penting, antara lain untuk memberikan perlindungan bagi entitas terhadap
kelemahan manusia serta untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dan tindakan
yang tidak sesuai dengan aturan (Boynton and Kell, 1996). Menurut Mulyadi
(2014), unsur-unsur pengendalian internal dalam perusahaan meliputi:
14
a. Lingkup Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam suatu
organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang
pengendalian.
b. Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah proses
identifikasi, upaya analisis dan pengelolaan atas risiko aktiva atau
kekayaan yang berkaitan dalam laporan keuangan yang disusun, yaitu
harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima secara umum di
Indonesia.
c. Informasi dan Komunikasi
Komunikasi mencakup proses penyampaian informasi kepada semua
pihak-pihak yang terlibat dalam langkah pelaporan keuangan, yaitu
tentang bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang
lain, baik yang berada di dalam maupun di luar perusahaan tempatnya
bekerja.
d. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian merupakan berbagai kebijakan dan berbagai
prosedur yang disusun untuk meyakinkan semua pihak bahwa petunjuk
yang dibuat oleh manajemen dilaksanakan oleh pelaksana yang
bersangkutan.
15
e. Langkah Pemantauan atau Pemonitoran
Langkah-langkah dalam pemantauan atau pemonitoringan adalah berbagai
proses pada penilaian kualitas kinerja pengendalian internal sepanjang
waktu.
2.1.5 Pemanfaatan Teknologi Informasi
Wilkinson, et al. (2000) mengungkapkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi
merupakan pengguanaan secara optimal komputer (mainframe, mini, micro),
perangkat lunak (software), database, jaringan (internalet, intranet), electronic
commerce, dan jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi. Teknologi
informasi selain sebagai teknologi komputer (hardware dan software) untuk
pemrosesan dan penyimpanan informasi, juga berfungsi sebagai teknologi
komunikasi untuk penyebaran informasi guna menghasilkan informasi yang
berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu.
Investasi dibidang teknologi informasi dalam suatu entitas umumnya
dimaksudkan untuk memberikan kontribusi terhadap kinerja individual anggota
organisasi dan institusi tersebut. Selain itu, penggunaan teknologi informasi juga
akan mempermudah dan mempercepat kegiatan organisasi. Sehingga, para
pegawai dapat melaksanakan tugasnya secara ekonomis, efisien dan efektif
(Zanaria, 2017).
Dalam penjelasan PP Nomor 65 tahun 2010 tentang sistem informasi keuangan
daerah disebutkan pemerintah dan pemda berkewajiban untuk mengembangkan
dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan
kemampuan mengelola keuangan daerah dan menyalurkan informasi keuangan
16
daerah kepada publik. Manfaat lain yang yang ditawarkan dalam pemanfaatan
teknologi informasi adalah kecepatan dalam pemrosesan informasi. Oleh karena
itu pemanfaatan teknologi informasi akan sangat membantu mempercepat proses
pengolahan data transaksi dan penyajian laporan keuangan dan dapat menekan
tingkatan fraud yang dilakukan.
2.1.6 Budaya Etis Organisasi
Budaya etis organisasi adalah sistem nilai, norma dan kepercayaan yang bersama-
sama dimiliki oleh masing-masing anggota organisasi yang kemudian
memperngaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi agar
terciptanya perilaku baik dan beretika serta menghindari tindakan-tindakan yang
dapat merugikan organisasi, sehingga tindak kecurangan pada suatu organisasi
akan sulit terjadi (Parmawan, et al., 2017). Menurut Robins (2013) budaya etis
organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota
organisasi tersebut, sehingga persepsi tersebut menjadi suatu sistem dan makna
bersama yang dianut para anggotanya.
Ivancevich et al., (2006) mengatakan bahwa budaya organisasi merupakan sebuah
konsep yang penting, sebagai perspektif untuk memahami perilaku individu dan
kelompok dalam suatu organisasi. Menurut Robins (2013) bahwa dalam
membentuk budaya organisasi yang etis, dilakukan dengan mengikuti prinsip-
prinsip sebagai berikut,
a. Menjadi model peran yang visible
Para karyawan akan melihat aksi dari para manajer puncak sebagai
benchmark atas perilaku yang layak.
17
b. Mengkomunikasikan harapan-harapan etis
Meminimalkan ketidakjelasan dengan membagikan kode etik
organisasional yang menyatakan prinsip dasar organisasi dan aturan etika
untuk dipatuhi oleh karyawan.
c. Menyediakan pelatihan etis
Mengadakan seminar, workshop, training untuk menegakkan standar etis
organisasi, menjelaskan praktik-praktik etis yang diperbolehkan dan
membahas dilema-dilema etis.
d. Memberikan imbalan dan hukuman terhadap tindakan etis
Memberikan imbalan bagi mereka yang bertindak etis dan memberikan
hukuman bagi merkea yang melakukan pelanggaran etis.
e. Menyediakan mekanisme perlindungan etika
Menyediakan mekanisme secara formal sehingga para karyawan dapat
membahas dilema-dilema etis dan melaporkan perilaku-perilaku yang
tidak etis tanpa ketakutan atau teguran. Hal ini dapat mengikuti konselor
etis, ombudsment atau pejabat yang beretika.
2.1.7 Kompetensi
Menurut Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negeri Nomor: 46A tahun 2003
tentang pengertian kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki
oleh seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap
perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga Pegawai
Negeri Sipil tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, efektif dan
efisien. Lebih jelasnya lagi, Kharis (2010) menjelaskan kompetensi sumber daya
manusia adalah kemampuan sumber daya manusia untuk melaksanakan tugas dan
18
tanggungjawab yang diberikan kepadanya dengan bekal pendidikan, pelatihan,
dan pengalaman yang cukup memadai. Menurut Spencer dan Spencer (1993)
kompetensi merupakan landasan dasar karakteristik seseorang dan
mengindikasikan cara berperilaku, berpikir, menyamakan situasi, dan mendukung
untuk periode waktu yang lama. Dengan kata lain kompetensi adalah sesuatu yang
ditunjukkan seseorang dalam kerja setiap hari.
Sehingga dapat dikaitkan bahwa kompetensi merupakan bagian dari competence
dalam model Fraud Pentagon Theory dimana dalam competence terdiri dari enam
komponen diantaranya, posisi atau fungsi dalam organisasi, kecerdasan/keahlian,
keyakinan atau ego, kemampuan untuk memaksa orang lain, kemampuan untuk
berbohong dan kemampuan untuk mengelola stress. Sedangkan menurut Spencer
dan Spencer (1993) menyusun kelompok kompetensi dalam enam cluster yaitu,
1. Kompetensi Berprestasi dan Tindakan
2. Kompetensi Melayani
3. Kompetensi Memimpin
4. Kompetensi Mengelola
5. Kompetensi Berfikir
6. Kompetensi Kepribadian yang efektif
19
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian
1. Joseph, et al.(2015)
Effect of Internal Control onFraud Detection andPrevention in DistrictTreasuries of KakamegaCounty
Adanya hubungan yangsignifikan secara statistik danpositif antara kecukupan sistempengendalian internal danpencegahan dan deteksikecurangan di kas distrik diKabupaten Kakamega.
2. Wilopo (2006) Analisis Faktor-Faktor yangBerpengaruh TerhadapKecenderungan Akuntansi :Studi pada PerusahaanPublik dan BUMN diIndonesia
Perilaku tidak etis dankecenderungan kecuranganakuntansi dapat diturunkandengan meningkatkan efektifitaspengendalian internal, ketaatanaturan akuntansi, moralitas sertamenghilangkan asimetriinformasi.
3. Thoyibatun(2012)
Faktor-faktor yangberpengaruh terhadapperilaku tidak etis dankecenderungan kecuranganakuntansi serta akibatnyaterhadap kinerja organisasi
Kesesuaian sistem pengendalianinternal, sistem kompensasi,ketataan aturan akuntansi, danperilaku tidak etis berpengaruhterhadap KecenderunganKecurangan Akuntansi.
4. Huslina, et al.(2015)
Pengaruh IntegritasAparatur, KompetensiAparatur, dan PemanfaatanTeknologi InformasiTerhadap Efektivitas SistemPencegahan Fraud
Integritas, kompetensidan pemanfaatan teknologiinformasi berpengaruh positifterhadap efektivitassistem pencegahan fraud.
5. Sari, et al.(2015)
Pengaruh Efektifitas SistemPengendalian Internal,Ketaatan Aturan Akuntansi,Persepsi KesesuaianKompensasi danImplementasi GoodGovernance TerhadapKecenderungan Fraud(Studi Empiris Pada SKPD
(1) Secara parsial efektivitassystem pengendalian internal,Ketaatan aturan akuntansi,Persepsi kesesuaian kompensasidan Implementasi goodgovernance berpengaruhsignifikan negatif terhadapfraud.(2) Secara simultan efektivitas
20
di Kabupaten Tabanan). sistem pengendalian internal,ketaatan aturan akuntansi,persepsi kesesuaian kompensasidan implementasi goodgovernance berpengaruhsimultan negatif terhadapkecenderungan fraud.
6. Dewi(2017)
Pengaruh pengendalianinternal, kesesuaiankompensasi, ketaatan aturanakuntansi dan perilaku tidaketis terhadap kecenderungankecurangan akuntansi (Studiempiris pada SKPDKabupaten Bengkalis)
Hasil penelitian menunjukkanbahwa pengendalian internal danketaatan aturan akuntansiberpengaruh negative terhadapkecenderungan fraud
7. Coram, et al.,(2006)
The Value of Internal Auditin Fraud Detection
Organisasi yang memiliki fungsipengendalian internal lebihmampu mendeteksi adanyakecurangan daripada organisasiyang tidak mempunyai.
8. Pratomo, et al.(2016)
Analisis fraud DiamondTerhadap KecenderunganPerilaku Fraud PadaPengelola KeuanganPemerintah (Survey PadaPengelola KeuanganPemerintah Kabupaten X)
Keefektifan PengendalianInternal, Kesesuaian kompensasidan Budaya Etis Organisasiberpengaruh negatif terhadapkecenderungan fraud diKabupaten XSedangkan Kompetensiberpengaruh positif terhadapkecenderungan fraud diKabupaten X.
21
2.3 Model Penelitian
Kerangka pemikiran mengenai penelitian ini digambarkan dengan model
penelitian sebagai berikut,
Gambar 2.2
Kerangka Penelitian
2.4 Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Kesesuaian Kompensasi terhadap Fraud
Howarth (2011) dalam fraud pentagon theory mengatakan bahwa salah satu
penyebab seseorang melakukan fraud adalah karena adanya upaya untuk
mencukupi kebutuhan diluar kemampuannya. Upaya tersebut dapat berasal dari
pressure. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Thoyibatun
(2009) menunjukkan bahwa dengan adanya kesesuaian kompensasi yang
dikaitkan pada kinerja karyawan memberikan pengaruh terhadap penurunan
kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi. Sehingga dapat dikatakan
bahwa kesesuaian kompensasi merupakan sesuatu imbalan yang didapat seorang
Fraud
Sistem Pengendalian Internal
Pemanfaatan TI
H1
H2
Budaya Etis Organisasi
Kompetensi
H4
H3
Kesesuaian Kompensasi
H5
22
karyawan atas pekerjaan yang dilakukannya. Menurut Wexley dan Yuki (2003)
mengatakan bahwa suatu kompensasi yang tidak adil atau tidak memadai serta
pekerjaan yang menjemukan dapat mendukung insiden-insiden pencurian oleh
para pekerja, dalam hal ini adalah pencurian aset perusahaan atau organisasi
tersebut. Sebaliknya maka jika hal tersebut dapat dilakukan dengan adil maka
pemberian kompensasi ini diharapkan mengurangi kecenderungan kecurangan
akuntansi. Penelitian Thoyibatun (2009), Sari, et al. (2015) dan Pratomo, et al.
(2016) menunjukkan bahwa dengan adanya kesesuaian kompensasi yang
diberikan kepada karyawan, akan membuat kecenderungan kecurangan dari
karyawan tersebut akan sulit terjadi. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
H1: Kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif terhadap fraud.
2.4.2 Pengaruh Sistem Pengendalian Internal terhadap Fraud
Untuk mencapai akuntabilitas, pemerintah daerah wajib melakukan pengendalian
atas penyelenggaraan kegiatan pemerintah yang berpedoman pada PP Nomor 60
Tahun 2008. Sejalan dengan itu Mulyadi (2014) menyatakan bahwasanya
pengendalian internal adalah sebuah sistem yang meliputi struktur organisasi,
metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan
organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Joseph, et al.
(2015) merekomendasikan agar kebijakan dan prosedur pengendalian internal
yang efektif dan efisien harus diterapkan untuk mencegah dan mendeteksi
kecurangan di dalam kas kabupaten dan institusi lainnya. Selain itu, pengendalian
internal yang efektif akan menutup peluang terjadinya kecenderungan untuk
23
berlaku curang dalam akuntansi. Pengendalian internal merupakan alat untuk
meletakkan kepercayaan auditor mengenai bebasnya laporan keuangan dari
kemungkinan kesalahan dan kecurangan. Instansi berusaha untuk membuat
struktur pengendalian internal dengan baik, melaksanakan, dan mengawasinya
agar efektivitas perusahaan bisa tercapai, pengendalian internal yang baik akan
menjamin ketelitian data akuntansi yang dihasilkan sehingga data tersebut dapat
dipercaya (Safriyana, 2014).
Hal tersebut disiratkan oleh hasil penelitian Wilopo (2006) yang menyatakan
bahwa pengendalian internal cenderung akan efektif untuk menekan praktek
kecurangan akuntansi. Thoyyibatun (2012) pula dalam penelitiannya mengatakan
bahwa efektifitas pengendalian internal akan memberi pengaruh yang negatif
terhadap tingkat kecenderungan kecurangan akuntansi. Semakin efektif
pengendalian internal maka semakin berkurang tingkat kecurangan akuntansi di
suatu organisasi. Berdasarkan uraian ini maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
H2 : Sistem Pengendalian Internal berpengaruh negatif terhadap Fraud.
2.4.3 Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Fraud
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2010 dikatakan bahwa dalam
rangka mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan
daerah, penggunaan teknologi informasi merupakan suatu kebutuhan yang harus
dipenuhi, untuk membantu pengelolaan data yang lebih cepat, efektif dan efesien.
Dengan adanya teknologi informasi ini dapat membantu pegawai-pegawai
pemerintahan dalam menyusun laporan keuangan pemerintah serta memudahkan
24
dalam memproses, mengolah, dan menyimpan data keuangan secara sistematis
(Larasati, 2017). Dengan adanya penerapan sistem yang berbasis pada
pemanfaatan teknologi, instansi tersebut dapat mengurangi kesalahan maupun
penyimpangan dengan mengganti prosedur yang biasanya dilakukan secara
manual dengan pengendalian-pengendalian yang terprogram yang menerapkan
fungsi saling mengawasi dan mengontrol untuk setiap transaksi yang diproses,
karena semua aktivitas akan tercatat secara lebih sistematis (Korompis, 2013).
Huslina, et al. (2015) mengatakan bahwa pengendalian keamanan online dalam
aplikasi, basis data dan sistem operasi dapat meningkatkan pemisahan tugas yang
akhirnya dapat mengurangi kesempatan untuk melakukan kecurangan. Selain itu
dengan adanya pemanfaatan teknologi dalam sektor pemerintahan akan
mengurangi adanya interaksi tatap muka antara aparatur dan stakeholders lain,
seperti halnya dalam penerepan e-government, e-tender atau e-procurement yang
dapat mencegah adanya fraud (Elder, et al., 2013).
Oleh sebab itu, pemanfaatan teknologi informasi sangat berpengaruh terhadap
efektivitas sistem pencegahan fraud. Dengan adanya pemanfaatan teknologi
informasi yang optimal, maka semua program sistem pendukung kerja yang
merupakan teknik dalam sistem pencegahan fraud dapat terlaksana lebih efektif
dan efesien. Seperti halnya yang diungkapkan Huslina, et al. (2015) dan
Korompis (2013) bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif
terhadap efektivitas sistem pencegahan fraud. Sehingga, hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut yaitu:
H3: Pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh negative terhadap Fraud.
25
2.4.4 Pengaruh Budaya Etis Organisasi terhadap Fraud
Rae dan Subramaniam (2008) mengatakan bahwa budaya etis organisasi
merupakan suatu pola tingkah laku, kepercayaan yang telah menjadi suatu
panutan bagi semua anggota organisasi, tingkah laku disini merupakan suatu
tingkah laku yang dapat diterima oleh moral dan benar secara hukum. Dalam teori
rasionalisasi yang dikemukakan oleh Howarth (2011), budaya etis organisasi
termasuk dalam elemen rasionalisasi, dimana dianggap sebagai sebuah
pembenaran yang telah biasa di lakukan di dalam organisasi atau sudah biasa
terjadi, walaupun sifat atau budaya tersebut salah. Sehingga dapat dikatakan, jika
tindakan fraud dilakukan dalam sebuah organisasi adalah sesuatu yang wajar dan
biasa dilakukan, maka setiap orang dalam organisasi tersebut akan cenderung
melakukan tindakan fraud.
Seperti halnya pada penelitian yang dilakukan oleh Rae dan Subramaniam (2008)
menunjukkan bahwa di suatu lingkungan yang lebih etis, seorang karyawan akan
lebih cenderung melakukan atau menjalankan peraturan-peraturan perusahaan,
dan menghindari perbuatan kecurangan di dalam instansi, lingkungan etis ini
dapat dinilai dengan adanya budaya etis organisasi dan komitmen organisasi. Hal
tersebut sesuai pula dengan penelitian yang dilakukan Pramudita (2013), Apriadi
(2014), menyatakan bahwa budaya etis organisasi berpengaruh negatif terhadap
terjadinya fraud di sektor pemerintahan. Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
H4 : Budaya Etis Organisasi berpengaruh negatif terhadap fraud.
26
2.4.5 Pengaruh Kompetensi terhadap fraud
Kompetensi merupakan landasan dasar karakteristik seseorang dan
mengindikasikan cara berperilaku, berpikir, menyamakan situasi, dan mendukung
untuk periode waktu yang lama (Spencer dan Spencer, 1993). Dengan kompetensi
tersebutlah seseorang dapat mampu memahami kelemahan sistem yang ada, pada
titik inilah godaan melakukan fraud mulai muncul. Howarth (2011) menyatakan
salah satu sifat yang dimiliki oleh fraudster adalah kecerdasan dan kreatifitas.
Kemampuan mengenali kelemahan prosedur kerja dan pengendalian internal
secara umum menjadi modal dari pelaku fraud untuk melakukan kecurangan.
Dengan kreatifitasnya, pelaku dapat menembus sistem pengendalian internal dan
mengambil keuntungan pribadi (Pratomo, et al., 2016).
Hal ini sejalan dengan studi ACFE, Report To The Nation 2010 yang menyatakan
bahwa pelaku fraud memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan penelitian
Pratomo, et al. (2016) yang menyatakan bahwa kompetensi memiliki pengaruh
terhadap tindakan fraud. Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
H5 : Kompetensi berpengaruh positif terhadap fraud.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi, menurut Indriantoro dan Supomo (2013) adalah sekelompok orang,
kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Dalam
penelitian ini populasinya adalah pegawai yang ada di Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) Kota Bandar Lampung dan OPD Kabupaten Pesawaran.
Menurut Indriantoro dan Supomo (2013) sampel merupakan sekelompok atau
beberapa bagian didalam sebuah populasi. Untuk pengambilan sampel dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria-
kriteria sebagai berikut,
a. Organisasi perangkat daerah yang berkaitan dalam sektor penganggaran,
perizinan pelayanan publik, pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan
penerimaan daerah.
b. Para pemegang jabatan pengelola keuangan maupun pejabat pengadaan
barang/jasa) diantaranya: Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK),
bendahara, staff keuangan, sekretaris dan kasubag.
28
Responden ini dipilih karena dianggap memiliki pengaruh dalam melakukan fraud
sekaligus berperan sebagai manajer yang mengetahui keadaan OPD secara
keseluruhan dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan seluruh program kegiatan,
sehingga dianggap dapat mewakili populasi.
Tabel 3.1 Pengambilan Sampel Penelitian
No Nama OPDKota Bandar Lampung
1 Dinas Pekerjaan Umum2 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu3 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan4 Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah5 Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah
Kabupaten Pesawaran6 Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah7 Dinas Perhubungan8 Dinas Sosial9 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan10 Dinas Pendapatan Daerah
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden
untuk menjawab pertanyaan penelitian. Sementara data sekunder atau data yang
diperoleh dari lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat
pengguna data berupa data perguruan tinggi (Kuncoro, 2013).
Data ini diperoleh dari survey responden berupa kuisioner. Kuesioner adalah suatu
teknik pengumpulan data penelitian pada kondisi tertentu kemungkinan tidak
memerlukan kehadiran peneliti. Pertanyaan peneliti dan jawaban responden dapat
29
dikemukakan secara tertulis melalui suatu kuesioner. Teknik ini memberikan
tanggung jawab kepada responden untuk membaca dan menjawab pertanyaan
(Indriantoro dan Supomo, 2013), Skala pengukuran kuesioner menggunakan skala
likert 1 sampai 5, dimana responden diminta pendapatnya dari setiap pertanyaan
yang diajukan mulai dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju.
3.3 Definisi Operasional Variabel
3.3.1 Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel bebas yang bisa mempengaruhi dan
menjelaskan variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel independennya,
yaitu kesesuaian kompensasi, sistem pengendalian internal, pemanfaatan
teknologi informasi, budaya etis organisasi dan kompetensi.
a. Kesesuaian Kompensasi
Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh organisasi kepada
karyawan, yang bersifat finansial maupun nonfinansial pada periode yang
tetap. Kompensasi yang sesuai merupakan salah satu faktor kepuasan kerja
bagi manajemen serta karyawannya. Indikator dalam variabel ini diadopsi dari
penelitian Wilopo (2006) dan Rasha dan Andrew (2012) yaitu, kompensasi
keuangan, promosi, penyelesaian tugas, pencapaian sasaran dan personal
pressure. Respons dari responden diukur dengan skala Likert 1-5.
b. Sistem Pengendalian Internal
Sistem pengandalian Internal adalah suatu sistem pengendalian yang
diterapkan pada pencatatan dan pelaporan akuntansi yang berlaku di
perusahaan untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
30
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan. Indikator dalam variabel ini diadopsi dari COSO (2013)
dan Peraturan Pemerintah No.60 tahun 2008 yaitu: lingkungan pengendalian,
penaksiran risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta
pemantauan. Respons dari responden diukur dengan skala Likert 1-5.
c. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Pemanfaatan teknologi informasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu
tersedianya teknologi informasi yang memadai, terintegrasi dan mudah
digunakan dimana pada dasarnya teknologi informasi mampu meringankan
aktivitas pemerintahan yang kompleks serta menghasilkan informasi yang
dapat di percaya, relevan, tepat waktu, lengkap, dapat dipahami, dan teruji
dalam rangka perencanaan, pengendalian, pengawasan dan pengambilan
keputusan manajemen. Beberapa indikator pada teknologi informasi dapat
diukur dengan empat indikator yaitu, pemanfaatan komputer, penggunaan
jaringan internet, pengawasan secara terkomputerisasi dan penilaian secara
terkomputerisasi (Huslina, et al., 2015). Respons dari responden diukur
dengan skala Likert 1-5.
d. Budaya Etis Organisasi
Menurut Pristiyanti (2012) budaya etis organisasi adalah persepsi karyawan
mengenai suatu pola tingkah laku, kepercayaan yang telah menjadi suatu
panutan bagi semua anggota organisasi. Tingkah laku disini merupakan
seluruh tingkah laku yang dapat diterima oleh moral dan dapat diterima secara
hukum. Variabel ini diukur melalui skala likert 1 sampai 5. Pengukuran
31
variabel menggunakan indikator dari Robins (2013) yaitu, model peran yang
visible, komunikasi harapan-harapan etis, pelatihan etis, hukuman bagi
tindakan etis, dan mekanisme perlindungan etika.
e. Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan dan kewenangan untuk memutuskan sesuatu.
Variabel kompetensi sumber daya manusia diukur dengan instrumen yang
dibuat oleh Spencer dan Spencer (1993) terdapat tiga indikator, yaitu: (1)
kompetensi melayani, (2) kompetensi memimpin, (3) kompetensi berfikir dan
tiga item pertanyaan dari elemen competence yaitu posisi/fungsi, keyakinan
atau ego dan kemampuan mengelola stress dengan menggunakan skala likert
satu sampai lima. Kriteria tersebut mengacu pada penelitian yang dilakukan
oleh Pratomo, et al., 2016. Variabel ini diukur melalui skala likert 1 sampai 5
3.3.2 Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang bergantung atau dipengaruhi oleh
variabel-variabel lain yang bebas. Dalam penelitian ini, variabel dependennya
adalah fraud. Fraud merupakan tindakan yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan keuntungan yang merugikan orang lain (Romney dan Paul, 2015).
Guna mengukur variabel dependen, diperlukan indikator-indikator sebagai alat uji
pada penelitian. Mengacu pada penelitian Wilopo (2006) indikator yang
digunakan adalah manipulasi, pemalsuan dokumen, penghilangan informasi,
penggelapan aktiva, dan pelanggaran terhadap prinsip akuntansi. Variabel ini
diukur melalui skala likert 1 sampai 5
32
Tabel 3.2Indikator-indikator Variabel
Variabel Indikator Sumber KuesionerKesesuaianKompensasi
1. KompensasiKeuangan
2. Promosi3. Ketidakadilan dalam
pembagiankompensasi
4. Personal pressure
Wilopo (2006)
Rasha danAndrew (2012)
1-5
SistemPengendalianInternal
1. LingkunganPengendalian
2. Penaksiran Risiko3. Aktivitas
Pengendalian4. Informasi Dan
Komunikasi5. Pemantauan
COSO (2013) danPeraturanPemerintah No.60tahun 2008
6-10
PemanfaatanTeknologi
1. PemanfaatanKomputer
2. Penggunaan JaringanInternalet
3. Pengawasan secaraTerkomputerisasi
4. Penilaian secaraTerkomputerisasi
Huslina et al.(2015)
11-14
Budaya EtisOrganisasi
1. Model peran yangvisible
2. Komunikasiharapan-harapan etis
3. Pelatihan etis4. Hukuman bagi
tindakan etis5. Mekanisme
perlindungan etika
Robins (2013) 15-19
Kompetensi 1. KompetensiMelayani
2. KompetensiMemimpin
3. Kompetensi Berfikir4. Posisi/Fungsi5. Keyakinan Atau Ego6. Kemampuan
Mengelola Stress
Spencer danSpencer (1993)
Crowe Howarth(2011)
20-26
Fraud 1. Manipulasi2. Pemalsuan Dokumen3. Penghilangan
Wilopo (2006) 27-31
33
Informasi4. Penggelapan Aktiva5. Pelanggaran
Terhadap PrinsipAkuntansi.
3.4 Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan metode analisis data dengan menggunakan software
PLS (Partial Least Square) yang merupakan analisis persamaan struktural (SEM)
berbasis varian yang secara simultan dapat melakukan pengujian model
pengukuran sekaligus pengujian model struktural. Model pengukuran digunakan
untuk uji validitas dan reabilitas, sedangkan model struktural digunakan untuk uji
kausalitas (pengujian hipotesis dengan model prediksi). Terdapat beberapa alasan
yang menjadi penyebab digunakan PLS dalam penelitian ini, salah satunya adalah
PLS (Partial Least Square) merupakan metode analisis data yang didasarkan
asumsi sampel tidak harus besar, data tidak harus berdistribusi normal
multivariate, dan mampu menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antara variabel
laten serta PLS dapat digunakan untuk menganalisis teori yang masih dikatakan
lemah, karena PLS (Partial Least Square) dapat digunakan untuk prediksi
(Ghozali, 2014).
3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberi gambaran umum mengenai
demografi responden dalam penelitian dan deskripsi mengenai variabel-variabel
penelitian (Fraud, Kesesuaian Kompensasi, Sistem Pengendalian Internal,
Pemanfaatan Teknologi Informasi, Budaya Etis Organisasi dan Kompetensi).
34
3.4.2 Pengujian Model Pengukuran (Outer Model)
Outer model sering juga disebut (outer relation atau measurement model) yang
mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel
latennya. Model pengukuran (outer model) ini digunakan untuk menguji validitas
konstruk dan reliabilitas instrument. Uji validitas menunjukkan seberapa nyata
suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya di ukur dengan ketepatan alat
ukur untuk melakukan tugasnya mencapai sasarannya, dan uji realibilitas
menunjukkan akurasi dan ketepatan dari pengukurannya (Ghozali, 2014).
Validitas convergent di anggap tinggi apabila berkorelasi lebih dari 0,70 dengan
konstruk yang ingin di ukur. Dan di anggap cukup apabila nilai loading 0,50 -
0,60 (Ghozali, 2014). Adapun tujuan validitas discriminant adalah untuk melihat
apakah item adalah unik dan tidak sama dengan konstruk lain dalam model
(Hulland, 1999). Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar
daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal ini menunjukkan bahwa konstruk
laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik dari pada ukuran pada
blok lainnya. Sedangkan pengujian reliabilitas dilakukan dengan menganalisis
Cronbach’s alpha dan comsite reliability. Sesuai dengan aturan yang dipakai
bahwa Cronbach’s alpha lebih dari 0.7 menunjukkan tingkat reliabilitas sangat
tinggi (Ghozali, 2014).
35
3.4.3 Pengujian Model Struktural (Inner Model)
Model struktural (inner model) merupakan model untuk memprediksi hubungan
kausalitas antar variabel laten. Model struktural (inner model) dievaluasi dengan
menggunakan R-square untuk konstruk dependen, dan Path Coefficient (β).
Dalam menilai model dengan PLS, perubahan nilai R-squares dapat digunakan
untuk menilai pengaruh variabel laten independen terentu terhadap variabel laten
dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantive, semakin tinggi nilai R-
square maka semakin baik model prediksi dari model yang diajukan. Sedangkan
Path Coefficient (β), pengujian ini dilakukan dengan menggunakan prosedur
bootstraping dengan melihat nilai koefisien parameter dan nilai signifikan pada t-
statistik (e.g. Hartmann & Slapničar, 2009). Dan pengujian arah penentuan
hipotesis dilihat pada nilai original sample, nilai yang positif menunjukan arah
hipotesis yang positif dan nilai negatif menunjukan arah hipotesis yang negatif.
3.4.4 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis atas kesesuaian kompensasi, sistem pengendalian internal,
pemanfaatan teknologi, budaya etis organisasi, kompetensi dan fraud dilakukan
dengan membandingkan hasil t-statistic (path coefficient) dengan t-table. Apabila
t-statistic lebih tinggi dibandingkan nilai t-table, berarti hipotesis terdukung atau
diterima. Dalam penelitian ini untuk tingkat keyakinan 95 persen (alpha 95
persen) maka nilai t-table untuk hipotesis α = 5% adalah >1,96 (Ghozali, 2014).
67
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kesesuaian kompensasi,
sistem pengendalian internal, pemanfaatan teknologi informasi, budaya etis
organisasi, dan kompetensi terhadap fraud di sektor pemerintahan Kota Bandar
Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Responden dalam penelitian ini berjumlah
89 pegawai negeri sipil. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil
pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan
smartPLS, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hipotesis satu tidak terdukung. Kesesuaian kompensasi tidak
berpengaruh terhadap terjadinya kecurangan (fraud) pada Sektor
pemerintahan Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Dimana
kesesuaian kompensasi tidak akan menurunkan tindak terjadinya fraud.
2. Hipotesis dua diterima. Sistem pengendalian internal berpengaruh negatif
terhadap terjadinya fraud pada pemerintahan Kota Bandar Lampung dan
Kabupaten Pesawaran. Apabila semakin baik system pengendalian
internal maka tindak fraud semakin rendah.
3. Hipotesis tiga diterima. Pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh
negatif terhadap fraud pada pemerintahan Kota Bandar Lampung dan
68
Kabupaten Pesawaran. Pemanfaatan teknologi informasi yang tinggi akan
meminimalisirkan terjadinya suatu kecurangan (fraud).
4. Hipotesis empat ditolak. Budaya etis organisasi berpengaruh negative
terhadap kecurangan (fraud) pada pemerintahan Kota Bandar Lampung
dan Kabupaten Pesawaran. Artinya tingkat budaya etis organisasi yang
tinggi ternyata masih belum juga mengurangi tingkat terjadinya fraud,
dimana masih banyak anggapan bahwa budaya etis organisasi hanyalah
sebuah aturan atau prinsip yang masih bisa dilanggaran dan diperbaiki
atau diampuni dengan berbagai cara.
5. Hipotesis lima ditolak. kompetensi berpengaruh positif terhadap fraud
pada pemerintahan Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran.
Artinya, kompetensi yang tinggi pun belum tentu dapat meningkatkan
terjadinya suatu kecurangan (fraud).
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini dapat diungkapkan sebagai berikut :
1. Penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu penentuan sampel
yang memiliki kriteria tertentu.
2. Pertanyaan yang diajukan pada kuesioner ini masih belum bisa mewakili
secara keseluran dari masing-masing variabel pada penelitian ini.
3. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuesioner. Adapun keterbatasan penelitian dengan
menggunakan kuesioner yaitu terkadang jawaban yang diberikan oleh
responden tidak menunjukkan keadaan yang sesungguhnya.
69
5.3 Saran
Bagi penelitian sejenis dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai
beberapa hal diantaranya:
1. Pemerintah dapat lebih efektif dalam pencegahan dan pemberantasan
fraud/korupsi dengan dilakukan analisa moderasi faktor apa saja yang
mempengaruhi terjadinya fraud/korupsi.
2. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan variabel lain yang
berpengaruh lebih kuat terhadap fraud di sektor pemerintahan.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel
penelitian dengan menggunakan sampling sensus agar seluruh responden
dapat diikut sertakan dalam mengisi kuesioner tanpa kriteria tertentu.
5.4 Implikasi Penelitian
Hasil penelitian ini memberikan implikasi dalam upaya pemerintah mengatasi
fraud yang sudah memprihatinkan. Dari temuan tersebut pemerintah dapat
mengambil langkah-langkah sebagai upaya meminimalisir atau memberangus
fraud pada pemerintahan. Pemerintah perlu menekankan perhatian pada variabel-
variabel yang berpengaruh terhadap kecenderungan terjadinya fraud seperti sistem
pengendalian internal dan peanfaatan teknologi informasi. Kepala Daerah melalui
melalui lembaga auditor internalnya (Inspektorat) dapat mengidentifikasi gejala,
tanda-tanda dan peluang sesuai temuan penelitian terhadap kecenderungan fraud
di lingkungan pengelolaan keuangan daerah serta melakukan fraud risk
assessment secara berkala sehingga tindakan fraud dapat dieliminasi.
70
DAFTAR PUSTAKA
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), 2010. Report to the Nations onOccupational Fraud and Abuse.
Badan Kepegawaian Negara. 2003. Keputusan Kepala Badan KepegawaianNegara Nomor 46A Tahun 2003 tentang Pedoman Penyusunan StandarKompetensi Jabatan Struktural Pegawai Negeri Sipil.
Badan Pemeriksa Keuangan. 2017. Hasil Pemeriksaan Atas Laporan KeuanganSemester II Tahun 2017. (http://www.bpk.go.id/).
Bologna, Jack G dan Robert F Lindquist. 1987. Fraud Auditing and ForensicAccounting New Tool and Techniques, John Wiley & Sons Inc., 1987, NewYork.
Boynton, W. C dan Kell Walter G. 1996. Modern Auditing, 6th
Ed. New York,Jhon Wiley & Sons, Inc.
Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO)(2013). Internal Control – Integrated Framework, COSO, Durham.
Coram, P., Ferguson, C., dan R. Moroney. 2006. The Value of Internal Audit inFraud Detection, Working Paper Merbourne Research, The University ofMelbourne.
Dewi, C.K.R. 2017. Pengaruh pengendalian internal, kesesuaian kompensasi,ketaatan aturan akuntansi dan perilaku tidak etis terhadap kecenderungankecurangan akuntansi (Studi empiris pada SKPD Kabupaten Bengkalis).JOM fekon. Vol: 4, No. 1.
Fajarina, Wirda, Darwanis dan Abu Bakar Usman. 2012. Pengaruh LingkunganPengendalian, Penilaian Risiko, Kegiatan Pengendalian, Informasi danKomunikasi, Serta Pemantauan Terhadap Pencegahan Fraud PengadaanBarang/Jasa Pada SKPD di Pemerintah Aceh. Jurnal AkuntansiPascasarjana Universitas Syiah Kuala, Vol.1 No.1.
Ghozali, 2014. Structural Equation Modeling: Metode Alternatif Dengan PartialLeast Square (PLS). Edisi 4. Semarang : Badan Penerbit UniversitasDiponegoro.
Griffin, w. Ricky. 2004. Manajemen. Jakarta : Erlangga.
71
Hall. James A. 2009. Sistem Informasi Akuntansi. Buku 1 Edisi 4. Jakarta.Salemba Empat.
Howarth, Crowe (2011). The Fraud Pentagon: Considering the Five Elements ofFraud. The CPA Journal
Huslina, Hersi, Islahuddin, dan Nadir Syah. 2015. Pengaruh Integritas Aparatur,Kompetensi Aparatur, Dan Pemanfaatan Teknologi Informasi TerhadapEfektivitas Sistem Pencegahan Fraud. Jurnal Magister AkuntansiPascasarjana Universitas Syiah Kuala, Volume 4, No. 1. Hal 55-64.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. StandarAuditing Seksi 316. Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit LaporanKeuangan.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis.Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Joseph, O.N, O. Alberth dan J. Byaruhanga. 2015. Effect of internal control onfraud detection and prevention in district treasuries of Kakamega Country.Internalational Journal of Business and management invention. Vol:4,No.1.Hal.47-57.
Kharis, Abdul. 2010. Pengaruh Kualitas sumber Daya Manusia terhadappelaksanaan sistem pengendalian internal pada PT Avian avian. JOMfekon. Vol: 5, No. 3.
Korompis, Claudia W.M. 2014. Dampak Teknologi Informasi dalamPengendalian internal untuk Mengantisipasi kecenderungan keuranganAkuntansi. Jurnal Riset Akuntansi Going Concern. Vol: 9, No 4.
Kuncoro, M. 2013. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana menelitidan Menulis Tesis?. (Edisi 4). Jakarta, Indonesia: Erlangga.
Larasati, Putri. 2017. Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi, PengawasanKeuangan Daerah, Sumber Daya Manusia Dan Pengendalian InternAkuntansi Terhadap Keterandalan Pelaporan Keuangan PemerintahDaerah. JOM Fekon, Vol.4 Nomor 1.
Mulyadi. 2014. Auditing. Jakarta : Salemba Empat
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem PengendalianInternal Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 tentang Perubahan atas PeraturanPemerintah Nomor 56 Tahun 2005 Tentang Sistem Informasi KeuanganDaerah.
72
Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 tentang Standar AkuntansiPemerintahan.
Pratomo, Ananto, Bambang Agus Pramuka Dan Siti Maghfiroh. 2016. Analisisfraud Diamond Terhadap Kecenderungan Perilaku Fraud Pada PengelolaKeuangan Pemerintah (Survey Pada Pengelola Keuangan PemerintahKabupaten X). Simposium Nasional Akuntansi XIX, Lampung.
Rae and Subramaniam. 2008. Quality Of Internal Control Procedures AntecedentsAnd Moderating Effect On Organisational Justice And Employee Fraud.Managerial Auditing Journal Vol. 23 No. 2, 2008 pp. 104-124
Roberts, Clare, Pauline Weetman, and Paul Gordon, 2002. Internalational
Financial Accounting: A Comparative Approach, 2nd
ed. Great Britain:Prentice Hall
Romney, Marshal B., dan Paul John Steinbart. 2015. Sistem Informasi Akuntansi.Edisi 13. Jakarta: Salemba Empat.
Sari, Ni Luh Putu Purnama, Gede Adi Yuniarta, dan I Made Pradana Adiputra.2015. Pengaruh Efektifitas Sistem Pengendalian Internal, Ketaatan AturanAkuntansi, Persepsi Kesesuaian Kompensasi dan Implementasi GoodGovernance Terhadap Kecenderungan Fraud (Studi Empiris Pada SKPD diKabupaten Tabanan). e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha,Volume 3, No.1.
Safriyana, Fifi. 2014. Peranan Pengendalian Internal dalam MengantisipasiKecenderungan Kecurangan Akuntansi. Jurnal. Universitas Maritim RajaAli Haji. Tanjungpinang.
Sawyer, Lawrence B, Mortimer A. Dittenhofer dan James H.Scheiner. 2006.Internal Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
Sulastri dan Binsar H Simanjuntak. 2014.Fraud Pada Sektor PemerintahBerdasarkan Faktor Keadilan Kompensasi, Sistem Pengendalian Internal,dan Etika Organisasi Pemerintah.e-Journal Magister AkuntansiTrisakti.Volume 1 Nomor 2.
Sulistiyowati, Firma. 2007. Pengaruh Kepuasan Gaji Dan Kultur OrganisasiTerhadap Persepsi Aparatur Pemerintah Daerah Tentang Tindak Korupsi.JAAI, Vol. 11, No. 1.
Suyanto. (2009). Fraudulent Financial Statement Evidence from Statement onAuditing Standard No. 99. Gajah Mada Internalational Journal ofBusiness, Vol. 11, No. 01, hal. 117-144.
73
Thoyibatun, Siti. 2012. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perilaku TidakEtis dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Serta Akibatnya TerhadapKinerja Organisasi. Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Volume 16,Nomor 2, Juni 2012
Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Edisi3. Jakarta: Salemba Empat.
Veithzal Rivai. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dariTeori ke Praktek. Jakarta : PT. Raja Grafindo.
Wilkinson, W. Joseph, Michael J. Cerullo, Vasant Raval, & Bernard Wong-On-Wing. 2000. Accounting Information Systems: Essential Concepts andApplications. Fourth Edition. John Wiley and Sons. Inc.
Wilopo. 2006. Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecenderungankecurangan akuntansi: Studi pada perusahaan publik dan badan usahamilik Negara di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, Hal21-69.
Wolfe, D.T., dan Hermanson, D.R. (2004). The Fraud Diamond: Considering theFour Elements of Fraud. The CPA Journal, 74 (12)
Yudistira, I Gusti Agung Ngurah Rahma, Edy Sujana, dan Gede Adi Yuniarta.2017. Pengaruh Aspek Tekanan, Penegakan Peraturan, Rasioanlisasi, danWewenang Pegawai Terhadap Fraud (Studi Empiris Pada SKPDKabupaten Karangasem). e-Journal S1 Ak Universitas PendidikanGanesha. Vol: 8 No: 2 Tahun 2017.
Zanaria, Yulita. 2017. Pengaruh Aplikasi Teknologi, Accounting Reportingterhadap Pencegahan Fraud serta Implikasinya terhadap Reaksi Investor.Jurnal Akuisisi. Vol 13, No 1 april 2017.
https://news.detik.com/berita/3879592/indeks-persepsi-korupsi-2017-indonesia-peringkat-ke-96 diakses pada tanggal 21 Februari 2018.
http://www.lampost.co/berita-pelaku-korupsi-bsm-smpn-24-bandar-lampung-bertambah-lagi-dua-orang diakses pada tanggal 21 Februari 2018.
https://regional.kompas.com/read/2015/01/12/15101961/470.Surat.Keterangan.Kematian.Dipalsukan.demi.Uang.Kadinsos.Ditahan diakses pada tanggal 21Februari 2018.
https://www.antikorupsi.org/sites/default/files/tren_korupsi_2017_0.pdf diaksespada tanggal 1 maret 2018.
Top Related