PENGARUH KESESUAIAN KOMPENSASI, SISTEM …digilib.unila.ac.id/51406/3/SKRIPSI TANPA BAB...

63
PENGARUH KESESUAIAN KOMPENSASI, SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, BUDAYA ETIS ORGANISASI DAN KOMPETENSI TERHADAP FRAUD PADA PEMERINTAH DAERAH (Skripsi) Oleh TIKA PRATIWI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of PENGARUH KESESUAIAN KOMPENSASI, SISTEM …digilib.unila.ac.id/51406/3/SKRIPSI TANPA BAB...

PENGARUH KESESUAIAN KOMPENSASI, SISTEM PENGENDALIANINTERNAL, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, BUDAYAETIS ORGANISASI DAN KOMPETENSI TERHADAP FRAUD PADA

PEMERINTAH DAERAH

(Skripsi)

Oleh

TIKA PRATIWI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

ABSTRAK

PENGARUH KESESUAIAN KOMPENSASI, SISTEM PENGENDALIANINTERNAL, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, BUDAYAETIS ORGANISASI DAN KOMPETENSI TERHADAP FRAUD PADA

PEMERINTAH DAERAH

Oleh

TIKA PRATIWI

Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan bukti empiris terkait pengaruhkesesuaian kompensasi, sistem pengendalian internal, pemanfaatan teknologiinformasi, budaya etis organisasi dan kompetensi terhadap fraud. Penelitian inimenggunakan metode kuantitatif dan jenis data primer yang diperoleh denganmenggunakan kuisioner, populasinya yaitu Organisasi Perangkat Daerah KotaBandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Teknik pengambilan sampeldilakukan dengan metode purposive sampling dengan Metode analisis datamenggunakan Structur Equation Model (SEM) dengan alat olah data SmartPLS3.0.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal danpemanfaatan teknologi informasi berpengaruh negative terhadap fraud. Sedangkankesesuaian kompensasi, budaya etis organisasi dan kompetensi tidak berpengaruhterhadap fraud.

Kata Kunci: kompensasi, sistem pengendalian internal, teknologi informasi,budaya etis organisasi, kompotensi, fraud

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF SUITABILITY OF COMPENSATION, INTERNALCONTROL SYSTEM, THE USE OF INFORMATION TECHNOLOGY,ETHICAL CULTURE OF ORGANIZATION AND COMPETENCY ON

FRAUD AT LOCAL GOVERNMENT

By

TIKA PRATIWI

The purpose of this study is to obtain empirical evidence about the influence ofsuitability of compensation, internal control system, the use of informationtechnology, ethical culture of organization and competency on fraud. Thisresearch use quantitative method and primary data type obtained by usingquitionnaire, the population is regional device organization of Bandar Lampungcity and Pesawaran district. Sampling technique is done with purposive samplingtechnique with data analysis method using Structur Equation Model (SEM) withSmartPLS 3.0.0 data processing tools. The results of this study showed thatinternal control system and the use of information technology have a negativeeffect on fraud. While the suitability of compensation, ethical culture oforganization and competency have no effect on fraud.

Keywords: compensation, internal control system, information technology, ethicalculture of organization, competency, fraud

PENGARUH KESESUAIAN KOMPENSASI, SISTEM PENGENDALIANINTERNAL, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, BUDAYA ETIS

ORGANISASI DAN KOMPETENSI TERHADAP FRAUD PADAPEMERINTAH DAERAH

Oleh

TIKA PRATIWI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 27

Desember 1995. Penulis adalah anak ketiga dari tiga

bersaudara, dari bapak Suparno dan ibu Juminah. Penulis

menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Tunas

Karya pada tahun 2002. Pendidikan Dasar di SD Negeri 1

Sawah Lama pada tahun 2008. Sekolah Menengah Pertama

ditempuh oleh penulis di SMP Negeri 5 Bandar Lampung dan diselesaikan pada

tahun 2011. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di

MAN 1 Model Bandar Lampung hingga tahun 2014.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur SNMPTN. Selama menjadi

mahasiswi, penulis terdaftar sebagai anggota aktif Himakta (Himpunan Mahasiswa

Akuntansi) dan UKM-F KSPM (Kelompok Studi Pasar Modal) FEB Unila. Selain

itu, penulis juga menjadi pengurus UKM-F EBEC FEB Unila sebagai Bendahara

Umum periode 2016-2017.

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.(QS. Al-Insyirah: 5)

“Do the best and pray, God will take of the rest”.(Anonymous)

Man Jadda Wa Jada(Anonymous)

“Kau tak akan pernah mampu menyeberangi lautan sampai kau berani berpisahdengan daratan”

(Christopher Colombus)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang telah

diberikan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Kupersembahkan karyaku ini untuk:

Kedua orangtuaku, Bapak Suparno dan Ibu Juminah yang selalu

memberikan kasih sayang, doa, dukungan, nasihat dan fasilitas untuk

penulis meraih pendidikan hingga saat ini. Terimakasih atas segala

pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga bapak dan

ibu selalu diberi kesehatan, rezeki dan kebahagiaan dunia maupun

akhirat dari Allah SWT.

Kakak-kakaku, Agung Setiawan dan Ahmad Ridwan terimakasih untuk

segala kasih sayang, doa dan dukungan yang selalu diberikan selama

ini.

Seluruh keluarga besar ku atas segala dukungan, doa, nasihat dan

perhatian yang telah diberikan.

Sahabat dan teman-temanku, terimakasih untuk keceriaan, dukungan,

motivasi dan nasihat dikala suka maupun duka yang selalu diberikan.

Almamater tercinta, Universitas Lampung

SANWACANA

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah yang telah diberikan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul " Pengaruh

Kesesuaian Kompensasi, Sistem Pengendalian Internal, Pemanfaatan

Teknologi Informasi, Budaya Etis Organisasi Dan Kompetensi Terhadap

Fraud Pada Pemerintah Daerah)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Lampung.

Bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah diperoleh penulis dapat

membantu mempermudah proses penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini

dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima

kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Farichah, SE., M.Si., Akt., CA. selaku Ketua Jurusan S1 Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Ibu Yuztitya Asmaranti, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

4. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.Si selaku Pembimbing Utama. Terima

Kasih atas bimbingan, saran, arahan dan nasihat yang telah diberikan selama

proses penyelesaian skripsi.

5. Ibu Chara Pratami T Tubarad, S.E., M.Acc., Akt. selaku Pembimbing

Pendamping. Terima kasih atas bimbingan, masukan, arahan dan nasihat yang

telah diberikan selama proses penyelesaian skripsi.

6. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., CA., CPA. selaku dosen Penguji,

Terimakasih atas masukan, arahan dan nasihat yang telah diberikan untuk

penyempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Ninuk Dewi K., S.E., M.Sc., Akt selaku Pembimbing Akademik yang

telah memberikan saran dan nasihat selama masa perkuliahan.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan pembelajaran berharga bagi penulis

selama menempuh program pendidikan S1.

9. Seluruh staff Akademik, Administrasi, Tata Usaha, para pegawai, serta staff

keamanan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah

banyak membantu baik selama proses perkuliahan maupun penyusunan

skripsi, terimakasih atas segala kesabaran dan bantuan yang telah diberikan.

10. Kepada Orang tua ku yang sangat aku cintai, Bapak Suparno dan Ibu Juminah

yang selalu mendoakan dan menjadi penyemangat untuk menyelesaikan studi

ini. Terimakasih telah menjadi orangtua yang sempurna, yang selalu

memberikan motivasi dan doa serta selalu bekerja keras mendidik penulis

untuk menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain. Aku

persembahkan karya sederhana ini untuk kalian.

11. Kakak-kakak ku tersayang, Agung Setiawan dan Ahmad Ridwan terimakasih

untuk segala kasih sayang, doa, dukungan, keceriaan dan kejailan yang selalu

diberikan selama ini.

12. Teman-teman surga, seperjuangan, tim sukses, tim hore, dan segalanya yaitu

Indah Caturini, Ismatul Umi, Rahel Bataks dan Ninda Kiting terimakasih

karena telah menjadi sahabat-sahabat terbaikku atas kesetiakawanan kita

selama 4 tahun ini dari maba hingga sekarang dan selamanya. Semoga selalu

bisa bersama dan saling mengingatkan satu sama lain. See u on Top guys!

13. Sahabatku si AYAM BETINA Kating, Eka, Cumi, Ndut, Adin, Ninda, Sendy,

Indah, Ulan, Merta, Toge, Rahel yang selalu ada setiap ku membutuhkan.

Selalu memberikan segala macam berita. Tim sukses terhebat yang bisa

handle segala macam persoalan. Selalu menjadi tempat ku kembali dikala diri

ini gabut dengan guyonan receh dan unfaedah tapi terkadang berfaedah.

Terima kasih untuk segalanya. Kalian wanita-wanita tangguh.

14. Terima kasih teruntuk Nevirianty, Meri, Nava dan Ria yang selalu mau

direpotkan dan mendengarkan keluh kesah selama ini yang selalu tak

hentinya memberikan support untukku dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga silaturahmi kita tetap terjalin dengan baik ya. See u on top gengs!

15. Keluarga seperjuangan yang tak kenal waktu siang malam, tumlin, hadi, nava,

surya, indah, sendy, umi, ninda, yohana, iyan, regis cebong, julian, dhana,

robert, dan tante yang selalu menghibur dan siap membantu. Terimakasih

untuk Keluarga Besar EBEC. Terima kasih kenangan indahnya, pembelajaran

berorganisasi, dan kekonyolan yang sering terjadi dan sulit dilupakan, semoga

selalu terjaga kebersamaan kita. Salam Wirausaha.

16. Teman-teman KKN selama 40 hari di Desa Sisoharjo, Selagai Lingga. Roma,

Indah, Rika, Bang Tipo, Theo dan Isyu yang telah bersama berbagi suka dan

duka. Semoga selama pembelajaran saat KKN dapat menjadi bekal kita kelak

dalam hidup bermasyarakat.

17. Tim guru skripsi yang selalu saya repotkan untuk bertanya Kak Keke, Kak

Mel, Kak Rinda, Sendy, Merta, Dewi, Zelda dan Ilham dan yang tidak bisa

disebutkan satu persatu. Terimakasih untuk kalian semoga berkah atas ilmu

yang telah kalian berikan.

18. Teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2014, Dila, Billa, Saha,

Winda, Ilham, Anni, Dini, Fany, Amel, Reka, Faila, Megah, Andi, Yanto,

Anggi, Anggit, Bipa, Cahya, Bagus, Mico, Citra, Dani, Dewi, Efraim, Yanti,

Friscil, Lia, Dana, Sobri, Rona, Rara, Teguh dan lainnya yang tidak dapat

disebutkan satu per satu. Terimakasih atas kebersamaan dan kenangan terbaik

kalian. Sukses selalu kawan.

19. Seluruh teman, kerabat, dan pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu

persatu, terimakasih telah membantu selama proses penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan semoga

Allah SWT memberikan rahmat, berkah, dan hidayah-Nya untuk kita semua.

Bandar Lampung, 16 Oktober 2018

Penulis,

Tika Pratiwi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori ....................................................................................... 7

2.1.1 Fraud Pentagon Theory .................................................................... 7

2.1.2 Fraud ................................................................................................. 10

2.1.3 Kesesuaian Kompensasi................................................................... 12

2.1.4 Sistem Pengendalian ........................................................................ 13

2.1.5 Pemanfaatan Teknologi Informasi ................................................ 15

2.1.6 Budaya Etis Organisasi ................................................................... 16

2.1.7 Kompetensi ....................................................................................... 17

2.2 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 19

2.3 Model Penelitian....................................................................................... 21

2.4 Pengembangan Hipotesis......................................................................... 21

2.4.1 Pengaruh Kesesuaian Kompensasi terhadap Fraud .................... 21

2.4.2 Pengaruh Sistem Pengendalian Internal terhadap Fraud ............ 22

2.4.3 Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Fraud.... 23

2.4.4 Pengaruh Budaya Etis Organisasi terhadap Fraud ...................... 25

2.4.5 Pengaruh Kompetensi terhadap Fraud ......................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel ............................................................................... 27

3.2 Jenis dan Sumber Data............................................................................ 28

3.3 Definisi Operasional Variabel ................................................................. 29

3.3.1 Variabel Independen ....................................................................... 29

3.3.2 Variabel Dependen .......................................................................... 31

3.4 Metode Analisis ....................................................................................... 33

3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif ............................................................ 33

3.4.2 Pengujian Model Pengukuran (Outer Model) ............................... 34

3.4.3 Pengujian Model Struktural (Inner Model) ................................... 35

3.4.4 Uji Hipotesis ..................................................................................... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Statistik Deskriptif ......................................................................... 36

4.1.1 Analisis Deskriptif Data .................................................................. 36

4.1.2 Karakteristik Responden ............................................................... 37

4.2 Deskriptif Variabel Penelitian ............................................................... 39

4.3 Analisis Data............................................................................................. 51

4.3.1 Uji Model Pengukuran (Outer Model) ........................................... 51

4.3.1.1 Analisis Uji Validitas .......................................................... 53

4.3.1.2 Analisis Uji Reabilitas ......................................................... 55

4.3.2 Uji Inner Model ................................................................................ 56

4.4 Uji Hipotesis.............................................................................................. 58

4.5 Pembahasan ............................................................................................. 60

4.5.1 Pengaruh Kesesuaian Kompensasi terhadap Fraud .................... 60

4.5.2 Pengaruh Sistem Pengendalian Internal terhadap Fraud ............ 62

4.5.3 Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Fraud.... 63

4.5.4 Pengaruh Budaya Etis Organisasi terhadap Fraud ...................... 64

4.5.5 Pengaruh Kompetensi terhadap Fraud .......................................... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ................................................................................................... 67

5.2 Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 68

5.3 Saran ........................................................................................................ 69

5.4 Implikasi Penelitian ................................................................................ 69

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu .........................................................................................19

3.1 Pengambilan Sampel Penelitian ........................................................................28

3.2 Indiktor-indikator Variabel ...............................................................................32

4.1 Presentase Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner ......................................36

4.2 Jenis Kelamin Responden .................................................................................37

4.3 Usia Responden..................................................................................................37

4.4 Pendidikan Terakhir Responden .......................................................................38

4.5 Jabatan Responden .............................................................................................38

4.6 Hasil Deskriptif Variabel Kesesuaian Kompensasi ..........................................39

4.7 Hasil Presentase Pilihan Responden terhadap Kesesuaian Kompensasi ...........40

4.8 Hasil Deskriptif Variabel Sistem Pengendalian Internal ..................................41

4.9 Hasil Presentase Pilihan Responden terhadap Sistem Pengendalian Internal....42

4.10 Hasil Deskriptif Variabel Pemanfaatan Teknologi Informasi ...........................43

4.11 Hasil Presentase Pilihan Responden terhadap Pemanfaatan TI .........................43

4.12 Hasil Deskriptif Variabel Budaya Etis Organisasi ............................................45

4.13 Hasil Presentase Pilihan Responden terhadap Budaya Etis Organisasi .............45

4.14 Hasil Deskriptif Variabel Kompetensi ..............................................................47

4.15 Hasil Presentasi Pilihan Responden terhadap Kompetensi................................47

4.16 Hasil Deskriptif Variabel Fraud ........................................................................49

4.17 Hasil Presentase Pilihan Responden terhadap Fraud.........................................49

4.18 Cross Loading ...................................................................................................54

4.19 Fornell-Larcker Correlation .............................................................................55

4.20 Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability ...................................................56

4.21 Inner Model – R-Square (R2) .............................................................................56

4.22 Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values) ....................................................58

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Skema Fraud Pentagon Theory .......................................................................... 7

2.2 Kerangka Penelitian ............................................................................................ 21

4.1 Model Penelitian Sebelum Dieliminasi................................................................ 51

4.2 Model Penelitian Setelah Dieliminasi ................................................................. 53

4.3 Output Model Struktural ...................................................................................... 57

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Rekapitulasi Kuesioner

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era reformasi seperti saat ini dengan fenomena banyaknya tuntunan dari

masyarakat terhadap good government governance mendorong pemerintah baik

pusat maupun daerah untuk memberikan pertanggungjawaban yang lebih

transparan, efisiensi dan lebih akurat. Bentuk laporan pertanggungjawaban

pengelolaan dan kinerja keuangan suatu pemerintahan kepada publik berupa

Laporan Keuangan. Sejalan dengan adanya penerapan otonomi daerah, laporan

keuangan merupakan salah satu bagian yang rentan terhadap perilaku fraud

karena pada umumnya otonomi daerah mengakibatkan pendelegasian wewenang

pemerintah pusat banyak dilimpahkan ke daerah sehingga berpotensi

memindahkan fraud dari pusat ke daerah juga lebih banyak (Fajarina, et al.,

2012). Padahal laporan keuangan merupakan sumber informasi penting dalam

organisasi sebagai alat komunikasi publik dan pengambilan keputusan.

Fraud merupakan konsep pelanggaran yang memiliki sudut pandang yang luas.

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menyebutkan fraud sebagai

perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu

(manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) yang dilakukan

oleh orang-orang dari dalam atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan

pribadi ataupun kelompok yang secara langsung atau tidak langsung merugikan

2

pihak lain (Yudistira, et al. 2017). Menurut Sawyer (2006), fraud adalah suatu

tindakan penipuan yang mencakup berbagi penyimpangan dan tindakan ilegal

yang ditandai dengan penipuan disengaja oleh individu atau kelompok dengan

tujuan memperoleh keuntungan. Hal ini senada dengan yang diungkapkan dalam

penelitian Thoyibatun (2009) bahwa kecenderungan kecurangan akuntansi adalah

perilaku-perilaku tertentu yang cenderung memiliki arah yang menyimpang dari

pokok atau asas utama akuntansi.

Jenis kecurangan yang paling sering terjadi dalam entitas pemerintahan adalah

korupsi. Menurut Wilopo (2006), tindakan korupsi yang umumnya dilakukan

adalah memanipulasi pencatatan, penghilangan dokumen dan mark up yang dapat

merugikan keuangan negara. Berdasarkan hasil survey transparasi internasional

pada tahun 2017, Indonesia menempati posisi 96 dari 180 negara dengan nilai CPI

(Corruption Perception Index) sebesar 37 (news.detik.com, 2017). Hal ini

diperkuat dengan banyaknya kasus penyalahgunaan dan penggelapan anggaran

negara di pemerintahan, seperti dikutip dari publikasi Indonesia Corupption

Watch (ICW) mencatat ada 576 kasus korupsi di tahun 2017. Kasus tersebut

merugikan negara sebesar Rp 6,5 triliun dan nilai suap Rp 211 miliar dengan

jumlah tersangka sebanyak 1.298 tersangka dimana jumlah terbanyak berasal dari

aparatur sipil negara (ASN) dari lingkup pemerintah daerah dan kementerian

sebanyak 495 kasus (antikorupsi.org, 2017).

Berdasarkan laporan audit BPK, Kota Bandar Lampung dan Kabupaten

Pesawaran merupakan kabupatena/kota yang memperoleh opini WTP dari BPK di

tahun 2017. Opini tersebut tak serta merta dapat dijadikan cerminan atas

3

kebebasan dari masalah administratif dan finansial dalam tata kelola keuangannya

maupun terbebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Hal tersebut sejalan dengan

hasil pemeriksaan BPK semester II 2016 dan 2017. OPD Kota Bandar Lampung

dan Kabupaten Pesawaran masih ditemui beberapa permasalahan terkait adanya

temuan ketidakpatuhan perundang-undangan dengan objek pemeriksaan belanja

daerah TA 2016 dengan total nilai mencapai 4,7 Miliar untuk OPD kota Bandar

lampung dan senilai 2,1 Miliar untuk anggaran belanja TA 2017 Kabupaten

Pesawaran. Hal ini diperkuat kembali dengan fakta yang ada bahwa masih

ditemukan beberapa kasus fraud yang terjadi diantaranya, kasus korupsi bantuan

siswa miskin tahun ajaran 2013-2015 di SMPN 24 Bandar Lampung dengan

kerugian mencapai Rp 900 juta (Lampost.com, 2016). Dinas Sosial juga

merupakan salah satu instansi yang turut menambah daftar kasus korupsi di Kota

Bandar Lampung yaitu terkait kasus korupsi dana kematian oleh Kepala Dinas

Sosial dengan pemalsuan 470 surat kematian (kompas.com, 2015). Kasus lainnya

adalah dugaan korupsi pengadaan kapal di Dinas Perhubungan Kabupaten

Pesawaran di tahun 2016 dengan proyek senilai Rp 403,5 juta (Lampost.com,

2017). Selain itu kasus korupsi Lampu Penerangan Jalan Umum (LPJU) senilai

Rp1,330 milyar di Kabupaten Pesawaran pun tak luput dari indikasi adanya fraud

(Saibumi.com, 2017).

Kecenderugan fraud dapat diidentifikasi melalui elemen-elemen dalam Fraud

Pentagon Theory yang dikemukakan oleh Howarth (2011). Fraud Pentagon

Theory menyebutkan lima elemen penyebab fraud yaitu: pressure adalah hal yang

memotivasi tindakan fraud, opportunity adalah metode atau cara seseorang

melakukan fraud, rationalization adalah alasan pembenaran dari pelaku saat

4

melakukan kecurangan, competence dalam konsep ini di artikan sebagai karakter

pribadi dan kemampuan yang memainkan peran utama dalam kecurangan yang

terjadi dan arrogance yang dianggap sebagai sikap superioritas. Sementara itu,

terdapat tiga jenis kecurangan (fraud) yang diklasifikasikan ACFE yang dikenal

dengan sebutan fraud tree yakni penyalahgunaan asset (assets misappropriation),

kecurangan laporan keuangan (fraudulent statement) dan korupsi (corruption)

(Tuanakotta, 2010).

Variabel kesesuaian kompensasi merupakan proksi dari elemen pressure dimana

variabel ini dianggap sebagai dorongan seseorang untuk melakukan kecurangan.

Variabel pengendalian internal merupakan proksi penting dari elemen

opportunity. Secara teoritis, pengendalian internal merupakan pintu masuk dari

besar kecilnya peluang untuk melakukan fraud (Pratomo, et al., 2016).

Pemanfaatan teknologi informasi juga merupakan variabel yang perlu

dioptimalkan untuk memperkuat pengandalian internal dan mencapai efektivitas

sistem pencegahan fraud. Selanjutnya, Budaya etis organisasi adalah proksi dari

adanya elemen rationalization, dimana kebanyakan pagawai merasionalisasi

tindakan tersebut sebagai tindakan yang biasa atau wajar terjadi dalam kondisi

organisasi pemerintahan yang kebanyakan pegawainya melakukan kecurangan

dan hal tersebut dianggap wajar. Seseorang harus mempunyai competence yang

memadai. Dalam hal ini, variabel kompetensi merupakan proksi yang tepat untuk

elemen compotence dimana dengan competence, seseorang dapat mengeksplotasi

kelemahan dari elemen opportunity, seperti kelemahan pengendalian internal.

5

Wilopo (2006) menyatakan bahwa Perilaku tidak etis dan kecenderungan

kecurangan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan efektifitas

pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas serta menghilangkan

asimetri informasi. Demikian pula menurut Sari et al. (2015) menemukan bahwa

secara simultan efektivitas sistem pengendalian internal, ketaatan aturan

akuntansi, persepsi kesesuaian kompensasi dan implementasi good governance

berpengaruh simultan negatif terhadap kecenderungan fraud. Sedangkan Sulastri

dan Simanjuntak (2014), mengatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara

kepatuhan terhadap sistem pengendalian internal dengan kecenderungan fraud.

Hal ini diperkuat pula oleh pernyataan Wolfe dan Hermanson (2004) yang

menyatakan bahwa kapabilitas individu adalah sifat-sifat pribadi dan kemampuan

yang menyebabkan terjadinya fraud. Berdasarkan latar belakang yang telah

dijelaskan dan fenomena yang muncul mulai dari maraknya praktik korupsi

(fraud) di pemerintahan, masih adanya gap hasil penelitian serta penggunaan

variabel dan sampel yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya,

mendasari peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kesesuaian

Kompensasi, Sistem Pengendalian Internal, Pemanfaatan Teknologi

Informasi, Budaya Etis Organisasi dan Kompetensi Terhadap Fraud Pada

Pemerintah Daerah“

6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini yaitu:

1. Apakah kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif terhadap fraud?

2. Apakah sistem pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap fraud?

3. Apakah pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh negatif terhadap fraud?

4. Apakah budaya etis organisasi berpengaruh negatif terhadap fraud?

5. Apakah kompetensi berpengaruh positif terhadap fraud?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris terkait fraud dan faktor-

faktor yang memengaruhinya dengan menggunakan variabel kesesuaian

kompensasi, sistem pengendalian internal, pemanfaatan teknologi informasi,

budaya etis organisasi dan kompetensi.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian diharapkan dapat mengembangkan literatur-literatur akuntansi

yang sudah ada dan memperkuat penelitian sebelumnya yaitu berkaitan

dengan pencegahan fraud.

2. Bagi pemerintah dapat memberikan kontribusi agar pemerintah dapat

mendeteksi dan melakukan tindak pencegahan lebih dini untuk meminimalisir

kasus fraud.

7

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Fraud Pentagon Theory

Fraud pentagon theory pertama kali disajikan oleh Howarth pada 2011 sebagai

penyempurnaan teori fraud triangle yang dikemukakan oleh Cressey (1953).

Howarth (2011) berpendapat bahwa untuk meningkatkan kemampuan mendeteksi

dan mencegah fraud adalah dengan cara menambahkan elemen lain yaitu

kompetensi (competence) dan arogansi (arrogance).

Gambar 2.1Skema Fraud Pentagon Theory – Crowe Howarth (2011)

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa ada lima alasan seseorang

melakukan fraud adalah pertama adanya tekanan (Pressure) yaitu keinginan

karyawan untuk bertindak fraud karena adanya tekanan dari pihak internal

maupun eksternal (Howarth, 2011). Biasanya dorongan/tekanan situasional

tersebut timbul karena adanya masalah keuangan, tetapi bisa juga terjadi karena

Competence

Pressure

Opportunity

Rationalization

Arrogance

Fraud

8

gejala-gejala tekanan lainnya seperti tekanan pekerjaan, gaya hidup, dan lain

sebagainya. Dalam SAS No. 99, terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi

pada tekanan/motif yang dapat mengakibatkan keempat kondisi tersebut adalah :

a. financial stability,

b. external pressure,

c. personal financial need, dan

d. financial targets.

Kedua, opportunity adalah peluang yang memungkinkan fraud terjadi yang

biasanya disebabkan karena tidak adanya pengawasan, pengawasan internal suatu

organisasi yang lemah/ tidak efektif, maupun penyalahgunaan wewenang yang

mengakibatkan kesempatan ini menjadi suatu peluang bagi fraudster untuk

melakukan kecurangan. Di antara kelima elemen fraud pentagon ini, opportunity

merupakan elemen yang paling memungkinkan untuk diminimalisir melalui

penerapan proses, prosedur, kontrol dan upaya deteksi dini terhadap fraud

(Howarth, 2011). Jadi, dapat disimpulkan bahwa kesempatan timbul karena

lemahnya pengendalian internal mengakibatkan timbulnya suatu keleluasaan bagi

pelaku kecurangan untuk melakukan kecurangan. Kelemahan sistem ini dapat

menjadi peluang bagi pelaku kecurangan untuk melakukan fraud.

Elemen ketiga fraud pentagon adalah rationalization yaitu sikap yang

memperbolehkan seseorang melakukan kecurangan dan menganggap tindakannya

tersebut tidaklah salah. Mereka yang terlibat dalam penipuan laporan keuangan

mampu merasionalisasi tindakan penipuan secara konsisten dengan kode etik

mereka (Suyanto, 2009). Pelaku fraud selalu berusaha untuk membenarkan

9

perbuatannya dengan berupaya untuk mencari-cari alasan. Rasionalisasi dilakukan

melalui keputusan yang dibuat secara sadar ketika pelaku fraud menempatkan

kepentingannya di atas kepentingan orang lain.

Elemen yang keempat adalah competence, dimana elemen ini disamaartikan

dengan capability yang diutarakan dalam fraud diamond theory. Howarth (2011)

menyebutkan bahwa kemampuan individu (individual competence) adalah sifat-

sifat pribadi dan kemampuan yang memainkan peran utama yang menyebabkan

fraud benar-benar terjadi bahkan dengan kehadiran keempat elemen lainnya.

Meskipun terdapat tiga elemen teori fraud triangle (pressure, opportunity, dan

rasionalisasi) dan elemen baru yaitu arrogance, tetapi jika tidak ada competence

pelakunya, maka prilaku fraud tidak akan terjadi. Competence dalam model

Fraud pentagon Theory ini terdiri dari enam komponen diantaranya, posisi atau

fungsi dalam organisasi, kecerdasan/keahlian, keyakinan atau ego, kemampuan

untuk memaksa orang lain, kemampuan untuk berbohong dan kemampuan untuk

mengelola stress.

Elemen yang terakhir adalah arrogance yang diartikan sebagai sikap superioritas

dan keserakahan dalam sebagian dirinya yang menganggap bahwa kebijakan dan

prosedur organisasi tidak berlaku secara pribadi. Dengan sifat seperti ini,

seseorang dapat melakukan kecurangan dengan mudah karna merasa/menganggap

dirinya paling unggul diantara yang lain dan menganggap kebijakan tidak berlaku

untuknya.

10

2.1.2 Fraud

Secara harfiah fraud didefinisikan sebagai kecurangan, namun pengertian ini telah

dikembangkan lebih lanjut sehingga mempunyai cakupan yang luas. Secara umum

istilah fraud diartikan sebagai penipuan atau kecurangan di bidang keuangan. Hall

(2009) mendefinisikan kecurangan (fraud) sebagai suatu tindakan penipuan yang

disengaja dilakukan yang menimbulkan kerugian pihak lain dan memberikan

keuntungan bagi pelaku kecurangan dan atau kelompoknya. Hal ini senada dengan

yang diungkapkan Sawyer (2006) bahwa fraud adalah suatu tindakan penipuan

yang mencakup berbagi penyimpangan dan tindakan ilegal yang ditandai dengan

penipuan disengaja oleh individu atau kelompok dengan tujuan memperoleh

keuntungan pribadi ataupun kelompok.

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 2001) menjelaskan bahwa terjadinya kesalahan

penyajian laporan akuntansi dapat terjadi dalam dua bentuk, (1) Bentuk pertama

adalah kesalahan penyajian karena kesalahan yang wajar dan hal itu bisa

merupakan tugas dari auditor untuk mengetahuinya. (2) Kesalahan dalam

penyajian laporan keuangan dapat diketahui karena adanya kecurangan dalam

pelaporan keuangan dan kecurangan yang timbul dari perlakuan tidak semestinya

terhadap aktiva. Aktiva dapat diganti nilainya atau dicatat dan dibuatkan laporan

tidak sesuai dengan nilai yang benar agar bisa dicuri atau digelapkan. Maka dari

beberapa definisi fraud yang telah dijelaskan diketahui bahwa fraud merupakan

suatu kecurangan yang dilakukan dengan sengaja oleh pelakunya dan dilakukan

dengan melanggar ketentuan yang berlaku untuk mengambil keuntungan demi

dirinya sendiri. Hal ini yang membedakan antara kecurangan dengan kesalahan.

11

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mengklasifikasikan fraud

dalam tiga kelompok berdasarkan perbuatan yang dikenal dengan fraud tree yakni

penyimpangan asset (Asset Misappropriation) merupakan penyalahgunaan aset

atau harta perusahaan atau pihak lain. Kedua, pernyataan palsu atau salah

pernyataan (Fraudulent Statement) tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau

eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi

keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial

engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh

keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing.

Ketiga, korupsi (Corruption) merupakan jenis fraud melibatkan penggunaan

pengaruhnya oleh karyawan dalam transaksi bisnis dengan cara yang melanggar

kewajibannya kepada pengusaha untuk mendapatkan keuntungan darinya atau

dirinya sendiri atau orang lain. Korupsi terbagi ke dalam pertentangan

kepentingan (conflict of interest), suap (bribery), pemberian illegal (illegal

gratuity), dan pemerasan (economic extortion) (Tuanakotta, 2010).

Pandangan lain dari sisi perilaku manusia, dijelaskan oleh Bologna, et al. (1987)

berdasarkan GONE Theory, yang terdiri dari 4 (empat) faktor yang mendorong

seseorang berperilaku menyimpang dalam hal berperilaku fraud, yaitu:

keserahkaan (greed), kesempatan (opportunity), kebutuhan (needs), dan

pengungkapan (exposure). Berdasarkan teori tersebut manajemen dan pihak yang

memiliki keterampilan adalah pihak yang memenuhi empat alasan tersebut. Para

manajemen bisa melakukan kecurangan karena adanya kemampuan dengan

penguasaannya atas sesuatu.

12

2.1.3 Kesesuaian Kompensasi

Menurut Griffin (2004), kompensasi adalah remunerasi financial yang diberikan

oleh organisasi kepada karyawan sebagai imbalan atas pekerjaan mereka.

Sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2001) menyatakan kompensasi

merupakan salah satu cara manajemen untuk meningkatkan prestasi kerja,

motivasi dan meningkatkan kinerja pegawai. Dengan kata lain, kompensasi adalah

pengganti dari suatu hal dalam bentuk lainnya yang cukup memberikan rasa

keadilan tertentu pada seseorang. Dalam lingkup bisnis, maka kompensasi adalah

pengganti dari jasa pekerjaan dalam bentuk gaji, bonus, maupun tunjangan-

tunjangan pekerjaan lainnya. Umumnya tujuan pemberian kompensasi selain

sebagai upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi pegawai juga bertujuan untuk

menunjukkan penghargaan dan perlakuan adil organisasi terhadap pegawainya.

Kompensasi bisa berupa fisik maupun non fisik yang harus dihitung dan diberikan

kepada karyawan sesuai dengan pengorbanan yang telah diberikannya kepada

organisasi tempat ia bekerja. Menurut Veithzal (2006), kompensasi yang

diberikan kepada karyawan terdiri dalam dua bentuk yaitu :

a. Kompensasi yang bersifat financial

Bentuk kompensasi ini ada dua macam, yaitu kompensasi langsung, terdiri

dari pembayaran karyawan dalam bentuk upah, gaji, bonus, atau komisi.

Kompensasi tidak langsung atau benefit, terdiri dari semua pembayaran

yang tidak tercakup dalam kompensasi financial langsung yang meliputi

liburan, berbagai macam asuransi, jasa seperti perawatan anak atau

kepedulian keagamaan, dan sebagainya.

13

b. Kompensasi yang bersifat non financial

Bentuk kompensasi ini seperti pujian, menghargai diri sendiri, promosi

jabatan, dan pengakuan yang dapat mempengaruhi motivasi kerja

karyawan, produktifitas, dan kepuasan.

2.1.4 Sistem Pengendalian Internal

Menurut Committee of Sponsoring Organization (COSO) pengendalian internal

merupakan sistem, struktur atau proses yang diimplementasikan oleh dewan

komisaris, manajemen dan karyawan dalam perusahaan yang bertujuan untuk

menyediakan jaminan yang memadai bahwa tujuan pengendalian tersebut dicapai,

meliputi efektifitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan

ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Senada dengan yang

diungkapkan Mulyadi (2014) sistem pengandalian internal meliputi struktur

organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga

kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,

mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijaksanaan manajemen.

Pengendalian internal merupakan bagian dari sistem proteksi terhadap kecurangan

yang di desain untuk mencegah irregularitas dan upaya deteksi dini kecurangan

(Silverstone, 2007). AICPA (1947) menjelaskan bahwa pengendalian internal

sangat penting, antara lain untuk memberikan perlindungan bagi entitas terhadap

kelemahan manusia serta untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dan tindakan

yang tidak sesuai dengan aturan (Boynton and Kell, 1996). Menurut Mulyadi

(2014), unsur-unsur pengendalian internal dalam perusahaan meliputi:

14

a. Lingkup Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam suatu

organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang

pengendalian.

b. Penaksiran Risiko

Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah proses

identifikasi, upaya analisis dan pengelolaan atas risiko aktiva atau

kekayaan yang berkaitan dalam laporan keuangan yang disusun, yaitu

harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima secara umum di

Indonesia.

c. Informasi dan Komunikasi

Komunikasi mencakup proses penyampaian informasi kepada semua

pihak-pihak yang terlibat dalam langkah pelaporan keuangan, yaitu

tentang bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang

lain, baik yang berada di dalam maupun di luar perusahaan tempatnya

bekerja.

d. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian merupakan berbagai kebijakan dan berbagai

prosedur yang disusun untuk meyakinkan semua pihak bahwa petunjuk

yang dibuat oleh manajemen dilaksanakan oleh pelaksana yang

bersangkutan.

15

e. Langkah Pemantauan atau Pemonitoran

Langkah-langkah dalam pemantauan atau pemonitoringan adalah berbagai

proses pada penilaian kualitas kinerja pengendalian internal sepanjang

waktu.

2.1.5 Pemanfaatan Teknologi Informasi

Wilkinson, et al. (2000) mengungkapkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi

merupakan pengguanaan secara optimal komputer (mainframe, mini, micro),

perangkat lunak (software), database, jaringan (internalet, intranet), electronic

commerce, dan jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi. Teknologi

informasi selain sebagai teknologi komputer (hardware dan software) untuk

pemrosesan dan penyimpanan informasi, juga berfungsi sebagai teknologi

komunikasi untuk penyebaran informasi guna menghasilkan informasi yang

berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu.

Investasi dibidang teknologi informasi dalam suatu entitas umumnya

dimaksudkan untuk memberikan kontribusi terhadap kinerja individual anggota

organisasi dan institusi tersebut. Selain itu, penggunaan teknologi informasi juga

akan mempermudah dan mempercepat kegiatan organisasi. Sehingga, para

pegawai dapat melaksanakan tugasnya secara ekonomis, efisien dan efektif

(Zanaria, 2017).

Dalam penjelasan PP Nomor 65 tahun 2010 tentang sistem informasi keuangan

daerah disebutkan pemerintah dan pemda berkewajiban untuk mengembangkan

dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan

kemampuan mengelola keuangan daerah dan menyalurkan informasi keuangan

16

daerah kepada publik. Manfaat lain yang yang ditawarkan dalam pemanfaatan

teknologi informasi adalah kecepatan dalam pemrosesan informasi. Oleh karena

itu pemanfaatan teknologi informasi akan sangat membantu mempercepat proses

pengolahan data transaksi dan penyajian laporan keuangan dan dapat menekan

tingkatan fraud yang dilakukan.

2.1.6 Budaya Etis Organisasi

Budaya etis organisasi adalah sistem nilai, norma dan kepercayaan yang bersama-

sama dimiliki oleh masing-masing anggota organisasi yang kemudian

memperngaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi agar

terciptanya perilaku baik dan beretika serta menghindari tindakan-tindakan yang

dapat merugikan organisasi, sehingga tindak kecurangan pada suatu organisasi

akan sulit terjadi (Parmawan, et al., 2017). Menurut Robins (2013) budaya etis

organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota

organisasi tersebut, sehingga persepsi tersebut menjadi suatu sistem dan makna

bersama yang dianut para anggotanya.

Ivancevich et al., (2006) mengatakan bahwa budaya organisasi merupakan sebuah

konsep yang penting, sebagai perspektif untuk memahami perilaku individu dan

kelompok dalam suatu organisasi. Menurut Robins (2013) bahwa dalam

membentuk budaya organisasi yang etis, dilakukan dengan mengikuti prinsip-

prinsip sebagai berikut,

a. Menjadi model peran yang visible

Para karyawan akan melihat aksi dari para manajer puncak sebagai

benchmark atas perilaku yang layak.

17

b. Mengkomunikasikan harapan-harapan etis

Meminimalkan ketidakjelasan dengan membagikan kode etik

organisasional yang menyatakan prinsip dasar organisasi dan aturan etika

untuk dipatuhi oleh karyawan.

c. Menyediakan pelatihan etis

Mengadakan seminar, workshop, training untuk menegakkan standar etis

organisasi, menjelaskan praktik-praktik etis yang diperbolehkan dan

membahas dilema-dilema etis.

d. Memberikan imbalan dan hukuman terhadap tindakan etis

Memberikan imbalan bagi mereka yang bertindak etis dan memberikan

hukuman bagi merkea yang melakukan pelanggaran etis.

e. Menyediakan mekanisme perlindungan etika

Menyediakan mekanisme secara formal sehingga para karyawan dapat

membahas dilema-dilema etis dan melaporkan perilaku-perilaku yang

tidak etis tanpa ketakutan atau teguran. Hal ini dapat mengikuti konselor

etis, ombudsment atau pejabat yang beretika.

2.1.7 Kompetensi

Menurut Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negeri Nomor: 46A tahun 2003

tentang pengertian kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki

oleh seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap

perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga Pegawai

Negeri Sipil tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, efektif dan

efisien. Lebih jelasnya lagi, Kharis (2010) menjelaskan kompetensi sumber daya

manusia adalah kemampuan sumber daya manusia untuk melaksanakan tugas dan

18

tanggungjawab yang diberikan kepadanya dengan bekal pendidikan, pelatihan,

dan pengalaman yang cukup memadai. Menurut Spencer dan Spencer (1993)

kompetensi merupakan landasan dasar karakteristik seseorang dan

mengindikasikan cara berperilaku, berpikir, menyamakan situasi, dan mendukung

untuk periode waktu yang lama. Dengan kata lain kompetensi adalah sesuatu yang

ditunjukkan seseorang dalam kerja setiap hari.

Sehingga dapat dikaitkan bahwa kompetensi merupakan bagian dari competence

dalam model Fraud Pentagon Theory dimana dalam competence terdiri dari enam

komponen diantaranya, posisi atau fungsi dalam organisasi, kecerdasan/keahlian,

keyakinan atau ego, kemampuan untuk memaksa orang lain, kemampuan untuk

berbohong dan kemampuan untuk mengelola stress. Sedangkan menurut Spencer

dan Spencer (1993) menyusun kelompok kompetensi dalam enam cluster yaitu,

1. Kompetensi Berprestasi dan Tindakan

2. Kompetensi Melayani

3. Kompetensi Memimpin

4. Kompetensi Mengelola

5. Kompetensi Berfikir

6. Kompetensi Kepribadian yang efektif

19

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian

1. Joseph, et al.(2015)

Effect of Internal Control onFraud Detection andPrevention in DistrictTreasuries of KakamegaCounty

Adanya hubungan yangsignifikan secara statistik danpositif antara kecukupan sistempengendalian internal danpencegahan dan deteksikecurangan di kas distrik diKabupaten Kakamega.

2. Wilopo (2006) Analisis Faktor-Faktor yangBerpengaruh TerhadapKecenderungan Akuntansi :Studi pada PerusahaanPublik dan BUMN diIndonesia

Perilaku tidak etis dankecenderungan kecuranganakuntansi dapat diturunkandengan meningkatkan efektifitaspengendalian internal, ketaatanaturan akuntansi, moralitas sertamenghilangkan asimetriinformasi.

3. Thoyibatun(2012)

Faktor-faktor yangberpengaruh terhadapperilaku tidak etis dankecenderungan kecuranganakuntansi serta akibatnyaterhadap kinerja organisasi

Kesesuaian sistem pengendalianinternal, sistem kompensasi,ketataan aturan akuntansi, danperilaku tidak etis berpengaruhterhadap KecenderunganKecurangan Akuntansi.

4. Huslina, et al.(2015)

Pengaruh IntegritasAparatur, KompetensiAparatur, dan PemanfaatanTeknologi InformasiTerhadap Efektivitas SistemPencegahan Fraud

Integritas, kompetensidan pemanfaatan teknologiinformasi berpengaruh positifterhadap efektivitassistem pencegahan fraud.

5. Sari, et al.(2015)

Pengaruh Efektifitas SistemPengendalian Internal,Ketaatan Aturan Akuntansi,Persepsi KesesuaianKompensasi danImplementasi GoodGovernance TerhadapKecenderungan Fraud(Studi Empiris Pada SKPD

(1) Secara parsial efektivitassystem pengendalian internal,Ketaatan aturan akuntansi,Persepsi kesesuaian kompensasidan Implementasi goodgovernance berpengaruhsignifikan negatif terhadapfraud.(2) Secara simultan efektivitas

20

di Kabupaten Tabanan). sistem pengendalian internal,ketaatan aturan akuntansi,persepsi kesesuaian kompensasidan implementasi goodgovernance berpengaruhsimultan negatif terhadapkecenderungan fraud.

6. Dewi(2017)

Pengaruh pengendalianinternal, kesesuaiankompensasi, ketaatan aturanakuntansi dan perilaku tidaketis terhadap kecenderungankecurangan akuntansi (Studiempiris pada SKPDKabupaten Bengkalis)

Hasil penelitian menunjukkanbahwa pengendalian internal danketaatan aturan akuntansiberpengaruh negative terhadapkecenderungan fraud

7. Coram, et al.,(2006)

The Value of Internal Auditin Fraud Detection

Organisasi yang memiliki fungsipengendalian internal lebihmampu mendeteksi adanyakecurangan daripada organisasiyang tidak mempunyai.

8. Pratomo, et al.(2016)

Analisis fraud DiamondTerhadap KecenderunganPerilaku Fraud PadaPengelola KeuanganPemerintah (Survey PadaPengelola KeuanganPemerintah Kabupaten X)

Keefektifan PengendalianInternal, Kesesuaian kompensasidan Budaya Etis Organisasiberpengaruh negatif terhadapkecenderungan fraud diKabupaten XSedangkan Kompetensiberpengaruh positif terhadapkecenderungan fraud diKabupaten X.

21

2.3 Model Penelitian

Kerangka pemikiran mengenai penelitian ini digambarkan dengan model

penelitian sebagai berikut,

Gambar 2.2

Kerangka Penelitian

2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Kesesuaian Kompensasi terhadap Fraud

Howarth (2011) dalam fraud pentagon theory mengatakan bahwa salah satu

penyebab seseorang melakukan fraud adalah karena adanya upaya untuk

mencukupi kebutuhan diluar kemampuannya. Upaya tersebut dapat berasal dari

pressure. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Thoyibatun

(2009) menunjukkan bahwa dengan adanya kesesuaian kompensasi yang

dikaitkan pada kinerja karyawan memberikan pengaruh terhadap penurunan

kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi. Sehingga dapat dikatakan

bahwa kesesuaian kompensasi merupakan sesuatu imbalan yang didapat seorang

Fraud

Sistem Pengendalian Internal

Pemanfaatan TI

H1

H2

Budaya Etis Organisasi

Kompetensi

H4

H3

Kesesuaian Kompensasi

H5

22

karyawan atas pekerjaan yang dilakukannya. Menurut Wexley dan Yuki (2003)

mengatakan bahwa suatu kompensasi yang tidak adil atau tidak memadai serta

pekerjaan yang menjemukan dapat mendukung insiden-insiden pencurian oleh

para pekerja, dalam hal ini adalah pencurian aset perusahaan atau organisasi

tersebut. Sebaliknya maka jika hal tersebut dapat dilakukan dengan adil maka

pemberian kompensasi ini diharapkan mengurangi kecenderungan kecurangan

akuntansi. Penelitian Thoyibatun (2009), Sari, et al. (2015) dan Pratomo, et al.

(2016) menunjukkan bahwa dengan adanya kesesuaian kompensasi yang

diberikan kepada karyawan, akan membuat kecenderungan kecurangan dari

karyawan tersebut akan sulit terjadi. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

H1: Kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif terhadap fraud.

2.4.2 Pengaruh Sistem Pengendalian Internal terhadap Fraud

Untuk mencapai akuntabilitas, pemerintah daerah wajib melakukan pengendalian

atas penyelenggaraan kegiatan pemerintah yang berpedoman pada PP Nomor 60

Tahun 2008. Sejalan dengan itu Mulyadi (2014) menyatakan bahwasanya

pengendalian internal adalah sebuah sistem yang meliputi struktur organisasi,

metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan

organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Joseph, et al.

(2015) merekomendasikan agar kebijakan dan prosedur pengendalian internal

yang efektif dan efisien harus diterapkan untuk mencegah dan mendeteksi

kecurangan di dalam kas kabupaten dan institusi lainnya. Selain itu, pengendalian

internal yang efektif akan menutup peluang terjadinya kecenderungan untuk

23

berlaku curang dalam akuntansi. Pengendalian internal merupakan alat untuk

meletakkan kepercayaan auditor mengenai bebasnya laporan keuangan dari

kemungkinan kesalahan dan kecurangan. Instansi berusaha untuk membuat

struktur pengendalian internal dengan baik, melaksanakan, dan mengawasinya

agar efektivitas perusahaan bisa tercapai, pengendalian internal yang baik akan

menjamin ketelitian data akuntansi yang dihasilkan sehingga data tersebut dapat

dipercaya (Safriyana, 2014).

Hal tersebut disiratkan oleh hasil penelitian Wilopo (2006) yang menyatakan

bahwa pengendalian internal cenderung akan efektif untuk menekan praktek

kecurangan akuntansi. Thoyyibatun (2012) pula dalam penelitiannya mengatakan

bahwa efektifitas pengendalian internal akan memberi pengaruh yang negatif

terhadap tingkat kecenderungan kecurangan akuntansi. Semakin efektif

pengendalian internal maka semakin berkurang tingkat kecurangan akuntansi di

suatu organisasi. Berdasarkan uraian ini maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah:

H2 : Sistem Pengendalian Internal berpengaruh negatif terhadap Fraud.

2.4.3 Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Fraud

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2010 dikatakan bahwa dalam

rangka mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan

daerah, penggunaan teknologi informasi merupakan suatu kebutuhan yang harus

dipenuhi, untuk membantu pengelolaan data yang lebih cepat, efektif dan efesien.

Dengan adanya teknologi informasi ini dapat membantu pegawai-pegawai

pemerintahan dalam menyusun laporan keuangan pemerintah serta memudahkan

24

dalam memproses, mengolah, dan menyimpan data keuangan secara sistematis

(Larasati, 2017). Dengan adanya penerapan sistem yang berbasis pada

pemanfaatan teknologi, instansi tersebut dapat mengurangi kesalahan maupun

penyimpangan dengan mengganti prosedur yang biasanya dilakukan secara

manual dengan pengendalian-pengendalian yang terprogram yang menerapkan

fungsi saling mengawasi dan mengontrol untuk setiap transaksi yang diproses,

karena semua aktivitas akan tercatat secara lebih sistematis (Korompis, 2013).

Huslina, et al. (2015) mengatakan bahwa pengendalian keamanan online dalam

aplikasi, basis data dan sistem operasi dapat meningkatkan pemisahan tugas yang

akhirnya dapat mengurangi kesempatan untuk melakukan kecurangan. Selain itu

dengan adanya pemanfaatan teknologi dalam sektor pemerintahan akan

mengurangi adanya interaksi tatap muka antara aparatur dan stakeholders lain,

seperti halnya dalam penerepan e-government, e-tender atau e-procurement yang

dapat mencegah adanya fraud (Elder, et al., 2013).

Oleh sebab itu, pemanfaatan teknologi informasi sangat berpengaruh terhadap

efektivitas sistem pencegahan fraud. Dengan adanya pemanfaatan teknologi

informasi yang optimal, maka semua program sistem pendukung kerja yang

merupakan teknik dalam sistem pencegahan fraud dapat terlaksana lebih efektif

dan efesien. Seperti halnya yang diungkapkan Huslina, et al. (2015) dan

Korompis (2013) bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif

terhadap efektivitas sistem pencegahan fraud. Sehingga, hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut yaitu:

H3: Pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh negative terhadap Fraud.

25

2.4.4 Pengaruh Budaya Etis Organisasi terhadap Fraud

Rae dan Subramaniam (2008) mengatakan bahwa budaya etis organisasi

merupakan suatu pola tingkah laku, kepercayaan yang telah menjadi suatu

panutan bagi semua anggota organisasi, tingkah laku disini merupakan suatu

tingkah laku yang dapat diterima oleh moral dan benar secara hukum. Dalam teori

rasionalisasi yang dikemukakan oleh Howarth (2011), budaya etis organisasi

termasuk dalam elemen rasionalisasi, dimana dianggap sebagai sebuah

pembenaran yang telah biasa di lakukan di dalam organisasi atau sudah biasa

terjadi, walaupun sifat atau budaya tersebut salah. Sehingga dapat dikatakan, jika

tindakan fraud dilakukan dalam sebuah organisasi adalah sesuatu yang wajar dan

biasa dilakukan, maka setiap orang dalam organisasi tersebut akan cenderung

melakukan tindakan fraud.

Seperti halnya pada penelitian yang dilakukan oleh Rae dan Subramaniam (2008)

menunjukkan bahwa di suatu lingkungan yang lebih etis, seorang karyawan akan

lebih cenderung melakukan atau menjalankan peraturan-peraturan perusahaan,

dan menghindari perbuatan kecurangan di dalam instansi, lingkungan etis ini

dapat dinilai dengan adanya budaya etis organisasi dan komitmen organisasi. Hal

tersebut sesuai pula dengan penelitian yang dilakukan Pramudita (2013), Apriadi

(2014), menyatakan bahwa budaya etis organisasi berpengaruh negatif terhadap

terjadinya fraud di sektor pemerintahan. Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

H4 : Budaya Etis Organisasi berpengaruh negatif terhadap fraud.

26

2.4.5 Pengaruh Kompetensi terhadap fraud

Kompetensi merupakan landasan dasar karakteristik seseorang dan

mengindikasikan cara berperilaku, berpikir, menyamakan situasi, dan mendukung

untuk periode waktu yang lama (Spencer dan Spencer, 1993). Dengan kompetensi

tersebutlah seseorang dapat mampu memahami kelemahan sistem yang ada, pada

titik inilah godaan melakukan fraud mulai muncul. Howarth (2011) menyatakan

salah satu sifat yang dimiliki oleh fraudster adalah kecerdasan dan kreatifitas.

Kemampuan mengenali kelemahan prosedur kerja dan pengendalian internal

secara umum menjadi modal dari pelaku fraud untuk melakukan kecurangan.

Dengan kreatifitasnya, pelaku dapat menembus sistem pengendalian internal dan

mengambil keuntungan pribadi (Pratomo, et al., 2016).

Hal ini sejalan dengan studi ACFE, Report To The Nation 2010 yang menyatakan

bahwa pelaku fraud memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan penelitian

Pratomo, et al. (2016) yang menyatakan bahwa kompetensi memiliki pengaruh

terhadap tindakan fraud. Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

H5 : Kompetensi berpengaruh positif terhadap fraud.

27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi, menurut Indriantoro dan Supomo (2013) adalah sekelompok orang,

kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Dalam

penelitian ini populasinya adalah pegawai yang ada di Organisasi Perangkat

Daerah (OPD) Kota Bandar Lampung dan OPD Kabupaten Pesawaran.

Menurut Indriantoro dan Supomo (2013) sampel merupakan sekelompok atau

beberapa bagian didalam sebuah populasi. Untuk pengambilan sampel dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria-

kriteria sebagai berikut,

a. Organisasi perangkat daerah yang berkaitan dalam sektor penganggaran,

perizinan pelayanan publik, pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan

penerimaan daerah.

b. Para pemegang jabatan pengelola keuangan maupun pejabat pengadaan

barang/jasa) diantaranya: Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK),

bendahara, staff keuangan, sekretaris dan kasubag.

28

Responden ini dipilih karena dianggap memiliki pengaruh dalam melakukan fraud

sekaligus berperan sebagai manajer yang mengetahui keadaan OPD secara

keseluruhan dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan seluruh program kegiatan,

sehingga dianggap dapat mewakili populasi.

Tabel 3.1 Pengambilan Sampel Penelitian

No Nama OPDKota Bandar Lampung

1 Dinas Pekerjaan Umum2 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu3 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan4 Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah5 Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah

Kabupaten Pesawaran6 Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah7 Dinas Perhubungan8 Dinas Sosial9 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan10 Dinas Pendapatan Daerah

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden

untuk menjawab pertanyaan penelitian. Sementara data sekunder atau data yang

diperoleh dari lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat

pengguna data berupa data perguruan tinggi (Kuncoro, 2013).

Data ini diperoleh dari survey responden berupa kuisioner. Kuesioner adalah suatu

teknik pengumpulan data penelitian pada kondisi tertentu kemungkinan tidak

memerlukan kehadiran peneliti. Pertanyaan peneliti dan jawaban responden dapat

29

dikemukakan secara tertulis melalui suatu kuesioner. Teknik ini memberikan

tanggung jawab kepada responden untuk membaca dan menjawab pertanyaan

(Indriantoro dan Supomo, 2013), Skala pengukuran kuesioner menggunakan skala

likert 1 sampai 5, dimana responden diminta pendapatnya dari setiap pertanyaan

yang diajukan mulai dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju.

3.3 Definisi Operasional Variabel

3.3.1 Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel bebas yang bisa mempengaruhi dan

menjelaskan variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel independennya,

yaitu kesesuaian kompensasi, sistem pengendalian internal, pemanfaatan

teknologi informasi, budaya etis organisasi dan kompetensi.

a. Kesesuaian Kompensasi

Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh organisasi kepada

karyawan, yang bersifat finansial maupun nonfinansial pada periode yang

tetap. Kompensasi yang sesuai merupakan salah satu faktor kepuasan kerja

bagi manajemen serta karyawannya. Indikator dalam variabel ini diadopsi dari

penelitian Wilopo (2006) dan Rasha dan Andrew (2012) yaitu, kompensasi

keuangan, promosi, penyelesaian tugas, pencapaian sasaran dan personal

pressure. Respons dari responden diukur dengan skala Likert 1-5.

b. Sistem Pengendalian Internal

Sistem pengandalian Internal adalah suatu sistem pengendalian yang

diterapkan pada pencatatan dan pelaporan akuntansi yang berlaku di

perusahaan untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan

30

organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan

keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan. Indikator dalam variabel ini diadopsi dari COSO (2013)

dan Peraturan Pemerintah No.60 tahun 2008 yaitu: lingkungan pengendalian,

penaksiran risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta

pemantauan. Respons dari responden diukur dengan skala Likert 1-5.

c. Pemanfaatan Teknologi Informasi

Pemanfaatan teknologi informasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu

tersedianya teknologi informasi yang memadai, terintegrasi dan mudah

digunakan dimana pada dasarnya teknologi informasi mampu meringankan

aktivitas pemerintahan yang kompleks serta menghasilkan informasi yang

dapat di percaya, relevan, tepat waktu, lengkap, dapat dipahami, dan teruji

dalam rangka perencanaan, pengendalian, pengawasan dan pengambilan

keputusan manajemen. Beberapa indikator pada teknologi informasi dapat

diukur dengan empat indikator yaitu, pemanfaatan komputer, penggunaan

jaringan internet, pengawasan secara terkomputerisasi dan penilaian secara

terkomputerisasi (Huslina, et al., 2015). Respons dari responden diukur

dengan skala Likert 1-5.

d. Budaya Etis Organisasi

Menurut Pristiyanti (2012) budaya etis organisasi adalah persepsi karyawan

mengenai suatu pola tingkah laku, kepercayaan yang telah menjadi suatu

panutan bagi semua anggota organisasi. Tingkah laku disini merupakan

seluruh tingkah laku yang dapat diterima oleh moral dan dapat diterima secara

hukum. Variabel ini diukur melalui skala likert 1 sampai 5. Pengukuran

31

variabel menggunakan indikator dari Robins (2013) yaitu, model peran yang

visible, komunikasi harapan-harapan etis, pelatihan etis, hukuman bagi

tindakan etis, dan mekanisme perlindungan etika.

e. Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan dan kewenangan untuk memutuskan sesuatu.

Variabel kompetensi sumber daya manusia diukur dengan instrumen yang

dibuat oleh Spencer dan Spencer (1993) terdapat tiga indikator, yaitu: (1)

kompetensi melayani, (2) kompetensi memimpin, (3) kompetensi berfikir dan

tiga item pertanyaan dari elemen competence yaitu posisi/fungsi, keyakinan

atau ego dan kemampuan mengelola stress dengan menggunakan skala likert

satu sampai lima. Kriteria tersebut mengacu pada penelitian yang dilakukan

oleh Pratomo, et al., 2016. Variabel ini diukur melalui skala likert 1 sampai 5

3.3.2 Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang bergantung atau dipengaruhi oleh

variabel-variabel lain yang bebas. Dalam penelitian ini, variabel dependennya

adalah fraud. Fraud merupakan tindakan yang dilakukan seseorang untuk

mendapatkan keuntungan yang merugikan orang lain (Romney dan Paul, 2015).

Guna mengukur variabel dependen, diperlukan indikator-indikator sebagai alat uji

pada penelitian. Mengacu pada penelitian Wilopo (2006) indikator yang

digunakan adalah manipulasi, pemalsuan dokumen, penghilangan informasi,

penggelapan aktiva, dan pelanggaran terhadap prinsip akuntansi. Variabel ini

diukur melalui skala likert 1 sampai 5

32

Tabel 3.2Indikator-indikator Variabel

Variabel Indikator Sumber KuesionerKesesuaianKompensasi

1. KompensasiKeuangan

2. Promosi3. Ketidakadilan dalam

pembagiankompensasi

4. Personal pressure

Wilopo (2006)

Rasha danAndrew (2012)

1-5

SistemPengendalianInternal

1. LingkunganPengendalian

2. Penaksiran Risiko3. Aktivitas

Pengendalian4. Informasi Dan

Komunikasi5. Pemantauan

COSO (2013) danPeraturanPemerintah No.60tahun 2008

6-10

PemanfaatanTeknologi

1. PemanfaatanKomputer

2. Penggunaan JaringanInternalet

3. Pengawasan secaraTerkomputerisasi

4. Penilaian secaraTerkomputerisasi

Huslina et al.(2015)

11-14

Budaya EtisOrganisasi

1. Model peran yangvisible

2. Komunikasiharapan-harapan etis

3. Pelatihan etis4. Hukuman bagi

tindakan etis5. Mekanisme

perlindungan etika

Robins (2013) 15-19

Kompetensi 1. KompetensiMelayani

2. KompetensiMemimpin

3. Kompetensi Berfikir4. Posisi/Fungsi5. Keyakinan Atau Ego6. Kemampuan

Mengelola Stress

Spencer danSpencer (1993)

Crowe Howarth(2011)

20-26

Fraud 1. Manipulasi2. Pemalsuan Dokumen3. Penghilangan

Wilopo (2006) 27-31

33

Informasi4. Penggelapan Aktiva5. Pelanggaran

Terhadap PrinsipAkuntansi.

3.4 Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan metode analisis data dengan menggunakan software

PLS (Partial Least Square) yang merupakan analisis persamaan struktural (SEM)

berbasis varian yang secara simultan dapat melakukan pengujian model

pengukuran sekaligus pengujian model struktural. Model pengukuran digunakan

untuk uji validitas dan reabilitas, sedangkan model struktural digunakan untuk uji

kausalitas (pengujian hipotesis dengan model prediksi). Terdapat beberapa alasan

yang menjadi penyebab digunakan PLS dalam penelitian ini, salah satunya adalah

PLS (Partial Least Square) merupakan metode analisis data yang didasarkan

asumsi sampel tidak harus besar, data tidak harus berdistribusi normal

multivariate, dan mampu menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antara variabel

laten serta PLS dapat digunakan untuk menganalisis teori yang masih dikatakan

lemah, karena PLS (Partial Least Square) dapat digunakan untuk prediksi

(Ghozali, 2014).

3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberi gambaran umum mengenai

demografi responden dalam penelitian dan deskripsi mengenai variabel-variabel

penelitian (Fraud, Kesesuaian Kompensasi, Sistem Pengendalian Internal,

Pemanfaatan Teknologi Informasi, Budaya Etis Organisasi dan Kompetensi).

34

3.4.2 Pengujian Model Pengukuran (Outer Model)

Outer model sering juga disebut (outer relation atau measurement model) yang

mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel

latennya. Model pengukuran (outer model) ini digunakan untuk menguji validitas

konstruk dan reliabilitas instrument. Uji validitas menunjukkan seberapa nyata

suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya di ukur dengan ketepatan alat

ukur untuk melakukan tugasnya mencapai sasarannya, dan uji realibilitas

menunjukkan akurasi dan ketepatan dari pengukurannya (Ghozali, 2014).

Validitas convergent di anggap tinggi apabila berkorelasi lebih dari 0,70 dengan

konstruk yang ingin di ukur. Dan di anggap cukup apabila nilai loading 0,50 -

0,60 (Ghozali, 2014). Adapun tujuan validitas discriminant adalah untuk melihat

apakah item adalah unik dan tidak sama dengan konstruk lain dalam model

(Hulland, 1999). Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar

daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal ini menunjukkan bahwa konstruk

laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik dari pada ukuran pada

blok lainnya. Sedangkan pengujian reliabilitas dilakukan dengan menganalisis

Cronbach’s alpha dan comsite reliability. Sesuai dengan aturan yang dipakai

bahwa Cronbach’s alpha lebih dari 0.7 menunjukkan tingkat reliabilitas sangat

tinggi (Ghozali, 2014).

35

3.4.3 Pengujian Model Struktural (Inner Model)

Model struktural (inner model) merupakan model untuk memprediksi hubungan

kausalitas antar variabel laten. Model struktural (inner model) dievaluasi dengan

menggunakan R-square untuk konstruk dependen, dan Path Coefficient (β).

Dalam menilai model dengan PLS, perubahan nilai R-squares dapat digunakan

untuk menilai pengaruh variabel laten independen terentu terhadap variabel laten

dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantive, semakin tinggi nilai R-

square maka semakin baik model prediksi dari model yang diajukan. Sedangkan

Path Coefficient (β), pengujian ini dilakukan dengan menggunakan prosedur

bootstraping dengan melihat nilai koefisien parameter dan nilai signifikan pada t-

statistik (e.g. Hartmann & Slapničar, 2009). Dan pengujian arah penentuan

hipotesis dilihat pada nilai original sample, nilai yang positif menunjukan arah

hipotesis yang positif dan nilai negatif menunjukan arah hipotesis yang negatif.

3.4.4 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis atas kesesuaian kompensasi, sistem pengendalian internal,

pemanfaatan teknologi, budaya etis organisasi, kompetensi dan fraud dilakukan

dengan membandingkan hasil t-statistic (path coefficient) dengan t-table. Apabila

t-statistic lebih tinggi dibandingkan nilai t-table, berarti hipotesis terdukung atau

diterima. Dalam penelitian ini untuk tingkat keyakinan 95 persen (alpha 95

persen) maka nilai t-table untuk hipotesis α = 5% adalah >1,96 (Ghozali, 2014).

67

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kesesuaian kompensasi,

sistem pengendalian internal, pemanfaatan teknologi informasi, budaya etis

organisasi, dan kompetensi terhadap fraud di sektor pemerintahan Kota Bandar

Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Responden dalam penelitian ini berjumlah

89 pegawai negeri sipil. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil

pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan

smartPLS, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hipotesis satu tidak terdukung. Kesesuaian kompensasi tidak

berpengaruh terhadap terjadinya kecurangan (fraud) pada Sektor

pemerintahan Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Dimana

kesesuaian kompensasi tidak akan menurunkan tindak terjadinya fraud.

2. Hipotesis dua diterima. Sistem pengendalian internal berpengaruh negatif

terhadap terjadinya fraud pada pemerintahan Kota Bandar Lampung dan

Kabupaten Pesawaran. Apabila semakin baik system pengendalian

internal maka tindak fraud semakin rendah.

3. Hipotesis tiga diterima. Pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh

negatif terhadap fraud pada pemerintahan Kota Bandar Lampung dan

68

Kabupaten Pesawaran. Pemanfaatan teknologi informasi yang tinggi akan

meminimalisirkan terjadinya suatu kecurangan (fraud).

4. Hipotesis empat ditolak. Budaya etis organisasi berpengaruh negative

terhadap kecurangan (fraud) pada pemerintahan Kota Bandar Lampung

dan Kabupaten Pesawaran. Artinya tingkat budaya etis organisasi yang

tinggi ternyata masih belum juga mengurangi tingkat terjadinya fraud,

dimana masih banyak anggapan bahwa budaya etis organisasi hanyalah

sebuah aturan atau prinsip yang masih bisa dilanggaran dan diperbaiki

atau diampuni dengan berbagai cara.

5. Hipotesis lima ditolak. kompetensi berpengaruh positif terhadap fraud

pada pemerintahan Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran.

Artinya, kompetensi yang tinggi pun belum tentu dapat meningkatkan

terjadinya suatu kecurangan (fraud).

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini dapat diungkapkan sebagai berikut :

1. Penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu penentuan sampel

yang memiliki kriteria tertentu.

2. Pertanyaan yang diajukan pada kuesioner ini masih belum bisa mewakili

secara keseluran dari masing-masing variabel pada penelitian ini.

3. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan kuesioner. Adapun keterbatasan penelitian dengan

menggunakan kuesioner yaitu terkadang jawaban yang diberikan oleh

responden tidak menunjukkan keadaan yang sesungguhnya.

69

5.3 Saran

Bagi penelitian sejenis dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil

penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai

beberapa hal diantaranya:

1. Pemerintah dapat lebih efektif dalam pencegahan dan pemberantasan

fraud/korupsi dengan dilakukan analisa moderasi faktor apa saja yang

mempengaruhi terjadinya fraud/korupsi.

2. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan variabel lain yang

berpengaruh lebih kuat terhadap fraud di sektor pemerintahan.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel

penelitian dengan menggunakan sampling sensus agar seluruh responden

dapat diikut sertakan dalam mengisi kuesioner tanpa kriteria tertentu.

5.4 Implikasi Penelitian

Hasil penelitian ini memberikan implikasi dalam upaya pemerintah mengatasi

fraud yang sudah memprihatinkan. Dari temuan tersebut pemerintah dapat

mengambil langkah-langkah sebagai upaya meminimalisir atau memberangus

fraud pada pemerintahan. Pemerintah perlu menekankan perhatian pada variabel-

variabel yang berpengaruh terhadap kecenderungan terjadinya fraud seperti sistem

pengendalian internal dan peanfaatan teknologi informasi. Kepala Daerah melalui

melalui lembaga auditor internalnya (Inspektorat) dapat mengidentifikasi gejala,

tanda-tanda dan peluang sesuai temuan penelitian terhadap kecenderungan fraud

di lingkungan pengelolaan keuangan daerah serta melakukan fraud risk

assessment secara berkala sehingga tindakan fraud dapat dieliminasi.

70

DAFTAR PUSTAKA

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), 2010. Report to the Nations onOccupational Fraud and Abuse.

Badan Kepegawaian Negara. 2003. Keputusan Kepala Badan KepegawaianNegara Nomor 46A Tahun 2003 tentang Pedoman Penyusunan StandarKompetensi Jabatan Struktural Pegawai Negeri Sipil.

Badan Pemeriksa Keuangan. 2017. Hasil Pemeriksaan Atas Laporan KeuanganSemester II Tahun 2017. (http://www.bpk.go.id/).

Bologna, Jack G dan Robert F Lindquist. 1987. Fraud Auditing and ForensicAccounting New Tool and Techniques, John Wiley & Sons Inc., 1987, NewYork.

Boynton, W. C dan Kell Walter G. 1996. Modern Auditing, 6th

Ed. New York,Jhon Wiley & Sons, Inc.

Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO)(2013). Internal Control – Integrated Framework, COSO, Durham.

Coram, P., Ferguson, C., dan R. Moroney. 2006. The Value of Internal Audit inFraud Detection, Working Paper Merbourne Research, The University ofMelbourne.

Dewi, C.K.R. 2017. Pengaruh pengendalian internal, kesesuaian kompensasi,ketaatan aturan akuntansi dan perilaku tidak etis terhadap kecenderungankecurangan akuntansi (Studi empiris pada SKPD Kabupaten Bengkalis).JOM fekon. Vol: 4, No. 1.

Fajarina, Wirda, Darwanis dan Abu Bakar Usman. 2012. Pengaruh LingkunganPengendalian, Penilaian Risiko, Kegiatan Pengendalian, Informasi danKomunikasi, Serta Pemantauan Terhadap Pencegahan Fraud PengadaanBarang/Jasa Pada SKPD di Pemerintah Aceh. Jurnal AkuntansiPascasarjana Universitas Syiah Kuala, Vol.1 No.1.

Ghozali, 2014. Structural Equation Modeling: Metode Alternatif Dengan PartialLeast Square (PLS). Edisi 4. Semarang : Badan Penerbit UniversitasDiponegoro.

Griffin, w. Ricky. 2004. Manajemen. Jakarta : Erlangga.

71

Hall. James A. 2009. Sistem Informasi Akuntansi. Buku 1 Edisi 4. Jakarta.Salemba Empat.

Howarth, Crowe (2011). The Fraud Pentagon: Considering the Five Elements ofFraud. The CPA Journal

Huslina, Hersi, Islahuddin, dan Nadir Syah. 2015. Pengaruh Integritas Aparatur,Kompetensi Aparatur, Dan Pemanfaatan Teknologi Informasi TerhadapEfektivitas Sistem Pencegahan Fraud. Jurnal Magister AkuntansiPascasarjana Universitas Syiah Kuala, Volume 4, No. 1. Hal 55-64.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. StandarAuditing Seksi 316. Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit LaporanKeuangan.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis.Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.

Joseph, O.N, O. Alberth dan J. Byaruhanga. 2015. Effect of internal control onfraud detection and prevention in district treasuries of Kakamega Country.Internalational Journal of Business and management invention. Vol:4,No.1.Hal.47-57.

Kharis, Abdul. 2010. Pengaruh Kualitas sumber Daya Manusia terhadappelaksanaan sistem pengendalian internal pada PT Avian avian. JOMfekon. Vol: 5, No. 3.

Korompis, Claudia W.M. 2014. Dampak Teknologi Informasi dalamPengendalian internal untuk Mengantisipasi kecenderungan keuranganAkuntansi. Jurnal Riset Akuntansi Going Concern. Vol: 9, No 4.

Kuncoro, M. 2013. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana menelitidan Menulis Tesis?. (Edisi 4). Jakarta, Indonesia: Erlangga.

Larasati, Putri. 2017. Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi, PengawasanKeuangan Daerah, Sumber Daya Manusia Dan Pengendalian InternAkuntansi Terhadap Keterandalan Pelaporan Keuangan PemerintahDaerah. JOM Fekon, Vol.4 Nomor 1.

Mulyadi. 2014. Auditing. Jakarta : Salemba Empat

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem PengendalianInternal Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 tentang Perubahan atas PeraturanPemerintah Nomor 56 Tahun 2005 Tentang Sistem Informasi KeuanganDaerah.

72

Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 tentang Standar AkuntansiPemerintahan.

Pratomo, Ananto, Bambang Agus Pramuka Dan Siti Maghfiroh. 2016. Analisisfraud Diamond Terhadap Kecenderungan Perilaku Fraud Pada PengelolaKeuangan Pemerintah (Survey Pada Pengelola Keuangan PemerintahKabupaten X). Simposium Nasional Akuntansi XIX, Lampung.

Rae and Subramaniam. 2008. Quality Of Internal Control Procedures AntecedentsAnd Moderating Effect On Organisational Justice And Employee Fraud.Managerial Auditing Journal Vol. 23 No. 2, 2008 pp. 104-124

Roberts, Clare, Pauline Weetman, and Paul Gordon, 2002. Internalational

Financial Accounting: A Comparative Approach, 2nd

ed. Great Britain:Prentice Hall

Romney, Marshal B., dan Paul John Steinbart. 2015. Sistem Informasi Akuntansi.Edisi 13. Jakarta: Salemba Empat.

Sari, Ni Luh Putu Purnama, Gede Adi Yuniarta, dan I Made Pradana Adiputra.2015. Pengaruh Efektifitas Sistem Pengendalian Internal, Ketaatan AturanAkuntansi, Persepsi Kesesuaian Kompensasi dan Implementasi GoodGovernance Terhadap Kecenderungan Fraud (Studi Empiris Pada SKPD diKabupaten Tabanan). e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha,Volume 3, No.1.

Safriyana, Fifi. 2014. Peranan Pengendalian Internal dalam MengantisipasiKecenderungan Kecurangan Akuntansi. Jurnal. Universitas Maritim RajaAli Haji. Tanjungpinang.

Sawyer, Lawrence B, Mortimer A. Dittenhofer dan James H.Scheiner. 2006.Internal Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Sulastri dan Binsar H Simanjuntak. 2014.Fraud Pada Sektor PemerintahBerdasarkan Faktor Keadilan Kompensasi, Sistem Pengendalian Internal,dan Etika Organisasi Pemerintah.e-Journal Magister AkuntansiTrisakti.Volume 1 Nomor 2.

Sulistiyowati, Firma. 2007. Pengaruh Kepuasan Gaji Dan Kultur OrganisasiTerhadap Persepsi Aparatur Pemerintah Daerah Tentang Tindak Korupsi.JAAI, Vol. 11, No. 1.

Suyanto. (2009). Fraudulent Financial Statement Evidence from Statement onAuditing Standard No. 99. Gajah Mada Internalational Journal ofBusiness, Vol. 11, No. 01, hal. 117-144.

73

Thoyibatun, Siti. 2012. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perilaku TidakEtis dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Serta Akibatnya TerhadapKinerja Organisasi. Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Volume 16,Nomor 2, Juni 2012

Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Edisi3. Jakarta: Salemba Empat.

Veithzal Rivai. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dariTeori ke Praktek. Jakarta : PT. Raja Grafindo.

Wilkinson, W. Joseph, Michael J. Cerullo, Vasant Raval, & Bernard Wong-On-Wing. 2000. Accounting Information Systems: Essential Concepts andApplications. Fourth Edition. John Wiley and Sons. Inc.

Wilopo. 2006. Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecenderungankecurangan akuntansi: Studi pada perusahaan publik dan badan usahamilik Negara di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, Hal21-69.

Wolfe, D.T., dan Hermanson, D.R. (2004). The Fraud Diamond: Considering theFour Elements of Fraud. The CPA Journal, 74 (12)

Yudistira, I Gusti Agung Ngurah Rahma, Edy Sujana, dan Gede Adi Yuniarta.2017. Pengaruh Aspek Tekanan, Penegakan Peraturan, Rasioanlisasi, danWewenang Pegawai Terhadap Fraud (Studi Empiris Pada SKPDKabupaten Karangasem). e-Journal S1 Ak Universitas PendidikanGanesha. Vol: 8 No: 2 Tahun 2017.

Zanaria, Yulita. 2017. Pengaruh Aplikasi Teknologi, Accounting Reportingterhadap Pencegahan Fraud serta Implikasinya terhadap Reaksi Investor.Jurnal Akuisisi. Vol 13, No 1 april 2017.

https://news.detik.com/berita/3879592/indeks-persepsi-korupsi-2017-indonesia-peringkat-ke-96 diakses pada tanggal 21 Februari 2018.

http://www.lampost.co/berita-pelaku-korupsi-bsm-smpn-24-bandar-lampung-bertambah-lagi-dua-orang diakses pada tanggal 21 Februari 2018.

https://regional.kompas.com/read/2015/01/12/15101961/470.Surat.Keterangan.Kematian.Dipalsukan.demi.Uang.Kadinsos.Ditahan diakses pada tanggal 21Februari 2018.

https://www.antikorupsi.org/sites/default/files/tren_korupsi_2017_0.pdf diaksespada tanggal 1 maret 2018.

74

http://www.saibumi.com/artikel-64933-kadis-pasar-pesawaran-korupsi-lampu-jalan-13-milyar.html#ixzz5ElpZx2Pw diakses pada tanggal 20 April2018

http://www.lampost.co/berita-dua-tersangka-korupsi-pengadaan-kapal-dishub-pesawaran-diperiksa diakses pada tanggal 20 April 2018