PENGARUH KEPRIBADIAN BIG FIVE, DUKUNGAN KELUARGA
DAN SABAR TERHADAP KEPUASAN PERNIKAHAN
PADA ISTRI BERPROFESI SEBAGAI PERAWAT
YANG BEKERJA SHIFT MALAM
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Nabila Arantafika Riadi
NIM: 11160700000171
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
iii
iv
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Agustus 2020
C) Nabila Arantafika Riadi
D) Pengaruh Kepribadian Big Five, Dukungan Keluarga dan Sabar terhadap
Kepuasan Pernikahan pada Istri Berprofesi Sebagai Perawat yang Bekerja
Shift Malam
E) xv + 106 halaman + 22 lampiran
F) Kepuasan pernikahan dipandang sebagai salah satu kriteria dalam menilai
keberhasilan suatu pernikahan. Dengan adanya kepuasan yang dirasakan oleh
setiap pasangan suami istri, maka akan tercipta kehidupan pernikahan yang
menyenangkan serta hubungan pernikahan yang bertahan lama. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepribadian big five (extraversion,
agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience),
dukungan keluarga (dukungan konkrit, dukungan emosional, dukungan saran,
dukungan penghargaan) dan sabar (sabar dari musibah, sabar meninggalkan
larangan, sabar menjalankan perintah) terhadap kepuasan pernikahan pada
istri berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melibatkan
sampel berjumlah 213 wanita berprofesi sebagai perawat dengan shift kerja
malam dan berstatus sudah menikah. Teknik pengambilan data menggunakan
teknik non-probability sampling. Penulis memodifikasi alat ukur Dyadic
Adjustment Scale (DAS), menggunakan alat ukur Big Five Inventory (BFI),
membuat alat ukur dukungan keluarga dan alat ukur sabar. Uji validitas alat
ukur menggunakan teknik confirmatory factor analysis (CFA). Analisis data
menggunakan teknik analisis regresi berganda.
Berdasarkan hasil uji statistik, diperoleh bahwa hipotesis mayor
diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan kepribadian big five,
dukungan keluarga dan sabar terhadap kepuasan pernikahan pada istri
berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift kerja malam sebesar 31.1%.
Adapun dimensi variabel yang secara signifikan berpengaruh adalah
agreeableness, dukungan emosional dan sabar menjalankan perintah.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini
dengan melibatkan variabel lain yang dapat membentuk kepribadian
agreeableness, dukungan emosional dan sabar menjalankan perintah guna
memberikan pengaruh terhadap kepuasan pernikahan.
G) Bahan bacaan: 85; buku: 26 + jurnal: 36 + artikel: 8 + skripsi: 4 + tesis: 1
laporan alat ukur: 10
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) August 2020
C) Nabila Arantafika Riadi
D) Effect of Big Five Personality, Family Support and Patience towards Marital
Satisfaction for Wives Who Worked as a Night Shifted Nurse
E) xv + 106 pages + 22 appendix
F) Marital satisfaction seen as one of the criteria in assessing the success of a
marriage. If the satisfaction felt by each married couple, it will create a
pleasant married life and long-lasting married relationship. This study aims
to determine the influence of big five personality (extraversion,
agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience),
family support (concrete support, emotional support, advice support and
esteem support) and patience (patience from disaster, patience of leaving
prohibition, patience of performing command) towards marital satisfaction
wives who worked as a night shifted nurse.
The researcher used quantitative approach involving 213 wives who
worked as a night shifted nurse. The data retrieval used non-probability
sampling technique. The researcher modified measuring instrument of
Dyadic Adjustment Scale (DAS), using Big Five Inventory Scale (BFI), make
family support measurement and patience measurement. Test the validity of
the measuring instrument use confirmatory factor analysis (CFA) technique.
Data analysis use multiple regression analysis technique.
Based on statistical test result, it is found mayor hypothesis is accepted,
which means there is a significant influence of big five personality, family
support and patience to marital satisfaction wives who worked as a night
shifted nurse is 31.1%. The dimensions of the variables that significantly
effect are agreeableness, emotional support and patience of performing
command. Further research is expected to develop this research involving
other variables that can form agreeableness personality, emotional support
and patience of performing command to improve marital satisfaction.
G) References: 85; books: 26 + journal: 36 + articles: 8 + essay: 4 + thesis: 1
+ record scale: 10
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pengaruh Kepribadian Big Five, Dukungan Keluarga dan
Sabar terhaadap Kepuasan Pernikahan pada Istri Berprofesi Sebagai Perawat yang
Bekerja Shift Malam.” Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, beserta sahabat, keluarga dan pengikutnya hingga akhir zaman
nanti.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik
bantuan ilmu, waktu, pikiran, tenaga maupun do’a. Dalam kesempatan ini, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
2. Ibu Nia Tresniasari, M.Si dan Ibu Dr. Risatianti Kolopaking, M.Si selaku
dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan selama proses
perkuliahan.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan waktu, saran, kritik serta dukungan kepada penulis
selama ini.
4. Ibu Dr. Diana Mutiah, M. Si dan Ibu Rena Latifa, M. Psi, Psikolog, selaku
dosen penguji skripsi yang telah memberikan arahan selama penulisan skripsi.
viii
5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu dan membantu selama proses
perkuliahan.
6. Seluruh responden penelitian yang bersedia meluangkan waktunya untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini.
7. Kedua orang tua penulis, Ayah Beben Agusriadi, Ibu Gunarni yang tidak
pernah putus memberikan perhatian, cinta dan kasih sayang serta do’a yang
tidak pernah terhenti. Terima kasih Ayah dan Ibu selalu mengusahakan yang
terbaik untuk anak-anaknya. Semoga Allah Swt menganugerahkan surga
sebagai sebaik-baik balasan. Serta adik Muhammad Ghaly Fairuz Riadi yang
selalu memberikan semangat kepada penulis.
8. Aki Jun Family; tante, om, adik-adik sepupu yang selalu memberikan
dukungan dan do’a. Terima kasih sedalam-dalamnya penulis ucapkan.
9. Rismawati, Aiva Syahda, Adellia Azhari dan Dwi Harnum yang selama ini
menjadi teman dari awal perkuliahan hingga saat ini. Teman seperbimbingan;
Iinaas Tsamaroh dan Syahidah yang telah berjuang bersama untuk
menyelesaikan skripsi. Terima kasih penulis ucapkan atas segala kebaikannya.
10. Nadhifa Falah, Siti Amima, Nanda Oktaviani, Nesya Yolanda, Fitroh
Nurbayani, Mahalli, terimakasih selalu memberikan dukungannya yang tiada
henti.
11. Elan An-nisaa, Fasya Ajrina, Annita Safrina, Aleta Delviani terimakasih telah
menjadi sahabat yang baik bagi penulis.
ix
12. Teman-teman angkatan 2016, yang telah menjadi bagian dalam kehidupan
perkuliahan penulis.
13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas
bantuan dan do’anya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan, maka penulis menerima kritik dan saran yang membangun sebagai
perbaikan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Jakarta, Agustus 2020
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Pembatasan Masalah ....................................................................................... 11
1.3 Perumusan Masalah ........................................................................................ 12
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................... 13
1.4.1 Tujuan Penelitian ................................................................................... 13
1.4.2 Manfaat Penelitian ................................................................................. 13
BAB 2 LANDASAN TEORI .............................................................................. 14
2.1 Kepuasan Pernikahan ...................................................................................... 14
2.1.1 Definisi Kepuasan Pernikahan ............................................................... 14
2.1.2 Dimensi Kepuasan Pernikahan .............................................................. 15
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan ................... 16
2.1.4 Pengukuran Kepuasan Pernikahan ......................................................... 19
2.2 Kepribadian Big Five ...................................................................................... 20
2.2.1 Definisi Kepribadian Big Five ............................................................... 20
2.2.2 Trait Kepribadian Big Five .................................................................... 21
2.2.3 Pengukuran Kepribadian Big Five ......................................................... 23
2.3 Dukungan Keluarga ........................................................................................ 24
2.3.1 Definisi Dukungan Keluarga ................................................................. 24
xi
2.3.2 Dimensi Dukungan Keluarga ................................................................. 26
2.3.3 Pengukuran Dukungan Keluarga ........................................................... 27
2.4 Sabar ............................................................................................................... 28
2.4.1 Definisi Sabar ......................................................................................... 28
2.4.2 Dimensi Sabar ........................................................................................ 30
2.4.3 Pengukuran Sabar .................................................................................. 30
2.5 Kerangka Berpikir ........................................................................................... 31
2.6 Hipotesis Penelitian ........................................................................................ 38
BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 41
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ...................................... 41
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .................................. 41
3.2.1 Kepuasan Pernikahan ............................................................................. 42
3.2.2 Kepribadian Big Five ............................................................................. 43
3.2.3 Dukungan Keluarga ............................................................................... 44
3.2.4 Sabar ...................................................................................................... 44
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ......................................................................... 45
3.3.1 Skala Kepuasan Pernikahan ................................................................... 46
3.3.2 Skala Kepribadian Big Five ................................................................... 47
3.3.3 Skala Dukungan Keluarga ..................................................................... 48
3.3.4 Skala Sabar ............................................................................................. 48
3.4 Uji Validitas Konstruk .................................................................................... 49
3.4.1 Uji Validitas Kepuasan Pernikahan ....................................................... 52
3.4.2 Uji Validitas Kepribadian Big Five ....................................................... 53
3.4.3 Uji Validitas Dukungan Keluarga .......................................................... 58
3.4.4 Uji Validitas Sabar ................................................................................. 62
3.5 Teknik Analisa Data ....................................................................................... 65
3.6 Prosedur Penelitian ......................................................................................... 67
BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................ 70
4.1 Gambaran Subjek Penelitian ........................................................................... 70
4.2 Analisis Deskriptif .......................................................................................... 71
xii
4.3 Kategorisasi Variabel Penelitian ..................................................................... 72
4.4 Analisis Variabel Demografi .......................................................................... 78
4.4.1 Variabel Usia ......................................................................................... 78
4.4.2 Variabel Lama Pernikahan ..................................................................... 79
4.5 Uji Hipotesis Penelitian .................................................................................. 79
4.5.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian ..................................................... 79
4.5.2 Analisis Proporsi Varians ...................................................................... 86
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ............................................ 90
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 90
5.2 Diskusi ............................................................................................................ 90
5.3 Saran ............................................................................................................... 97
5.3.1 Saran Teoritis ......................................................................................... 97
5.3.2 Saran Praktis .......................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 100
LAMPIRAN ....................................................................................................... 107
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Karakteristik Kepribadian Big Five ..................................................... 23
Tabel 3. 1 Skor Pernyataan Favorable dan Unfavorable...................................... 45
Tabel 3. 2 Blue Print Skala Kepuasan Pernikahan ............................................... 46
Tabel 3. 3 Blue Print Skala Kepribadian Big Five ................................................ 47
Tabel 3. 4 Blue Print Skala Dukungan Keluarga .................................................. 48
Tabel 3. 5 Blue Print Skala Sabar ......................................................................... 49
Tabel 3. 6 Muatan Faktor Item Kepuasan Pernikahan .......................................... 52
Tabel 3. 7 Muatan Faktor Item Extraversion ........................................................ 54
Tabel 3. 8 Muatan Faktor Item Agreeableness ..................................................... 55
Tabel 3. 9 Muatan Faktor Item Conscientiousness ............................................... 56
Tabel 3. 10 Muatan Faktor Item Neuroticism ....................................................... 57
Tabel 3. 11 Muatan Faktor Item Openness to Experience .................................... 58
Tabel 3. 12 Muatan Faktor Item Dukungan Konkrit ............................................ 59
Tabel 3. 13 Muatan Faktor Item Dukungan Emosional ........................................ 60
Tabel 3. 14 Muatan Faktor Item Dukungan Saran ................................................ 60
Tabel 3. 15 Muatan Faktor Item Dukungan Penghargaan .................................... 61
Tabel 3. 16 Muatan Faktor Item Sabar dari Musibah ........................................... 62
Tabel 3. 17 Muatan Faktor Item Sabar Meninggalkan Larangan ......................... 63
Tabel 3. 18 Muatan Faktor Item Sabar Menjalankan Perintah ............................. 64
Tabel 4. 1 Gambaran Subjek Penelitian ................................................................ 70
Tabel 4. 2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ................................................ 71
Tabel 4. 3 Norma Skor Kategorisasi ..................................................................... 72
Tabel 4. 4 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ................................................. 73
Tabel 4. 5 Perbedaan Kepuasan Pernikahan Berdasarkan Variabel Usia ............. 78
Tabel 4. 6 Perbedaan Kepuasan Pernikahan Berdasarkan Variabel Lama
Pernikahan ............................................................................................ 79
Tabel 4. 7 Tabel R Square ..................................................................................... 80
Tabel 4. 8 Tabel Anova ......................................................................................... 81
Tabel 4. 9 Koefisien Regresi ................................................................................. 82
Tabel 4. 10 Proporsi Varians untuk masing-masing Independent Variable ......... 87
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Skema Kerangka Berpikir ................................................................ 38
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisioner Penelitian ........................................................................ 107
Lampiran 2 Hasil Uji Validitas ........................................................................... 115
Lampiran 3 Hasil Analisis Data .......................................................................... 126
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepuasan pernikahan merupakan hal yang penting di dalam pernikahan. Setiap
pasangan yang memiliki ikatan pernikahan pasti mendambakan kehidupan
pernikahan yang dapat memberikan kepuasan bagi keduanya. Sebagaimana tujuan
pernikahan dalam Islam (Aizid, 2018), yaitu sakinah, mawadah dan rahmah,
dimana dalam hubungan pernikahan adanya rasa ketenangan, rasa kasih sayang
serta didapatkannya rahmat Allah Swt. Apabila ketiga tujuan pernikahan telah
dirasakan oleh pasangan suami istri, maka muncul kebahagiaan satu sama lain dan
akan terciptanya kepuasan pernikahan yang tinggi.
Kepuasan pernikahan sebaiknya dimiliki oleh semua pasangan, karena hal
ini akan berdampak pada kehidupan pernikahan. Pasangan suami istri yang ideal
ditandai dengan adanya perasaan cinta, saling menghargai dan toleransi akan
perbedaan. Adanya keterbukaan dan kepercayaan satu sama lain serta tersedianya
waktu kebersamaan dengan pasangan juga turut berperan dalam menentukan
kepuasan pernikahan (Saman & Eva, 2012).
Kepuasan pernikahan dipandang sebagai salah satu kriteria dalam menilai
keberhasilan suatu pernikahan. Pasangan suami istri perlu melakukan evaluasi
positif dan negatif dalam pernikahannya serta perlu mengetahui adanya
peningkatan ataupun penurunan kepuasan sepanjang lamanya pernikahan, karena
menurut penelitian Bradbury, et al. (2000), dikatakan puas atau tidaknya suatu
2
pernikahan dapat terlihat berdasarkan penilaian evaluatif tentang kualitas
pernikahan yang dijalani, yang tergambar dalam bentuk perilaku yang spesifik
dan pola interaksi.
Bukan perkara mudah untuk mencapai kepuasan dalam berumah tangga.
Kepuasan pernikahan tidak muncul dengan sendirinya tanpa adanya usaha dari
kedua pasangan. Apabila pasangan merasakan ketidakpuasaan dalam
pernikahannya maka sangat besar kemungkinan risiko perceraian terjadi. Hurlock
(1980) mengatakan bahwa perceraian merupakan puncak tertinggi dari
penyesuaian pernikahan yang buruk dan terjadi bila antara suami dan istri sudah
tidak mampu lagi mencari pemecahan masalah yang memberikan kepuasan kedua
belah pihak.
Kasus perceraian yang jumlahnya bertambah menunjukan bahwa
rendahnya kepuasan pernikahan. Indonesia menjadi salah satu negara dengan
tingkat perceraian yang cukup tinggi. Terbukti dengan data setiap tahun angka
perceraian selalu meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun
2014-2016, perceraian di Indonesia trennya semakin tinggi, yaitu pada tahun 2014
perceraian terjadi sebanyak 344.237, kemudian naik pada tahun 2016 menjadi
365.633. Data menunjukkan bahwa rata-rata angka perceraian mengalami
peningkatan tiga persen setiap tahunnya.
Dihimpun dari data Mahkamah Agung (Detik.com, 2019), pada tahun
2018 pasangan yang bercerai berjumlah 419.268. Selanjutnya di berbagai kota
besar jumlah kasus perceraian juga mengalami kenaikan setiap tahunnya. Angka
perceraian di Kota Depok mencapai 3.525, Kota Tangerang mencapai 3.005,
3
kemudian pada tahun 2019 total perceraian di Kota Bekasi sebanyak 1.739
perkara (Armanto, 2019) dan 1.230 kasus di Kota Bogor (Yosep, 2019).
Sepanjang tahun 2019, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI
Jakarta (2020) mencatat sebanyak 1.719 pasangan melakukan gugatan cerai.
Di kutip dari laman Indopos (Armanto, 2019), pria yang biasanya
mentalak cerai sang istri kini mulai berubah. Saat ini semakin banyak wanita yang
menggugat cerai suaminya. Faktor penyebab perceraian sangat beragam, salah
satunya masalah ekonomi merupakan faktor utama dan terbesar terjadi. Selain itu,
pertengkaran kerap kali menjadi penyebabnya, sehingga tidak ada lagi
keharmonisan dalam pernikahan.
Wanita bekerja juga menjadi salah satu penyebab perceraian semakin
marak terjadi. Menurut studi yang dilakukan oleh The Oxford-based European
Sociological Review, wanita bekerja tiga kali lebih besar kemungkinan
mengajukan perceraian daripada wanita yang tidak bekerja. Hal ini juga berkaitan
dengan pendapatan istri lebih besar daripada suami yang menjadi pemicu
perceraian (Armanto, 2019).
Seiring dengan berkembangnya berbagai aspek kehidupan, dunia
pekerjaan saat ini banyak diisi oleh partisipasi wanita, dibuktikan dengan
persentase wanita bekerja yang terus meningkat. Berdasarkan survey terbaru
Badan Pusat Statistik tahun 2019 (Jayani, 2019), tingkat partisipasi angkatan kerja
(TPAK) wanita mencapai 55,5%. Secara tahunan, TPAK wanita meningkat tipis
sebesar 0,06%. Meningkatnya partisipasi wanita dalam dunia kerja menunjukkan
4
bahwa kesempatan kerja wanita semakin besar dan seimbang antara pria dan
wanita.
Sebelum adanya perubahan sikap terhadap peran gender, suami istri
dahulu menganut traditional marriages, yaitu peran antara suami dan istri jelas
berbeda. Nafkah keluarga menjadi tanggung jawab suami, sedangkan istri
bertanggung jawab dalam merawat suami, anak serta pekerjaan rumah tangga
(Berk, 2006). Namun kondisi saat ini berubah menjadi egalitarian marriages,
yaitu suami dan istri sederajat; memiliki peran yang sama baik dalam hal
keuangan, merawat anak dan pekerjaan rumah tangga (Matlin, 2012). Hal ini
menjadi penyebab pesatnya partisipasi wanita bekerja sebagai pemenuhan
kebutuhan rumah tangga.
Salah satu pekerjaan yang sebagian besar dilakukan oleh wanita adalah
perawat. Perawat merupakan profesi tenaga kesehatan terbanyak di Indonesia,
dibuktikan dengan data Kementerian Kesehatan tahun 2015 bahwa jumlah
perawat sebanyak 147.264 orang atau 45,65% dari rekapitulasi keseluruhan
jumlah tenaga kesehatan. Bertambahnya jumlah perawat di Indonesia di tahun
2019 menurut Badan Pusat Statistik mencapai 345.508. Sebaran terbanyak berada
di Pulau Jawa, yaitu 48.164 di Jawa Timur, 45.107 di Jawa Tengah, 35.747 di
Jawa Barat dan sebanyak 26.950 di DKI Jakarta (Jayani, 2020).
Pemberian pelayanan terbaik kepada pasien merupakan tugas utama
sebagai seorang perawat. Dalam menjalankan tugasnya tidak terlepas dari
pengaturan jam kerja atau yang lebih dikenal dengan istilah shift kerja. Secara
umum rumah sakit di Indonesia membagi jam kerja menjadi tiga shift, yaitu shift
5
kerja pagi mulai pada jam 07.00-14.00, shift kerja sore pada jam 14.00-21.00 dan
shift kerja malam pada jam 21.00-07.00. Artinya, shift kerja pagi berkisar 7 jam,
shift kerja sore selama 7 jam dan shift kerja malam lebih panjang waktunya
dibandingkan shift lain, yaitu berkisar 10 jam (Wijaya, 2006).
Sistem shift kerja akan menimbulkan dampak terutama pada shift kerja
malam, sebab bekerja dengan shift malam tidak mudah dilakukan terlebih pada
wanita yang telah menikah dan memiliki anak. Di satu sisi pekerjaan menuntut
waktu serta energi lebih banyak untuk memenuhi tanggung jawab utama sebagai
istri, yaitu mengurus keluarga. Namun di sisi lain dengan bekerja juga dipandang
sebagai sarana untuk melepaskan diri dari tekanan dalam rumah tangga, untuk
menambah pendapatan keluarga serta mendapat kesempatan mengaktualisasikan
potensinya, dengan cara memanfaatkan kemampuan dan pendidikan yang sudah
diperoleh selama bangku pendidikan (Christine, 2010).
Pekerjaan sebagai perawat dengan jam kerja yang tidak fleksibel dan tidak
teratur bisa menimbulkan tekanan. Penderitaan pasien, tekanan waktu bekerja,
beban kerja yang berat, gaji yang tidak memadai serta ketidaksetaraan di tempat
bekerja dianggap sebagai sumber utama stres oleh tenaga kesehatan di rumah
sakit (Rostami, et.al, 2013). Tekanan dalam lingkungan kerja inilah yang dialami
seorang pekerja shift malam.
Berdasarkan penelitian Hafid dan Ahsan (2016) sebagian besar perawat
shift malam mengalami stres saat bekerja, sebab perawat yang bertugas pada shift
malam jumlahnya lebih sedikit, jam bekerja lebih panjang dan beban tugas lebih
banyak. Di samping itu, perawat shift malam harus memiliki kesiagaan penuh
6
dalam memberikan pelayanan kepada pasien dengan berbagai macam perilaku.
Bekerja dengan shift malam juga beresiko tinggi mengalami gangguan
pencernaan, sistem saraf, jantung, pembuluh darah dan yang paling sering terjadi
yaitu terganggunya pola istirahat, dimana sering kali pola tidur menjadi tidak
teratur (Papalia, et.al, 2008). Selain itu, terdapat efek psikologis yang ditimbulkan
seperti perubahan suasana hati, mudah marah atau tersinggung, kurang sabar dan
merasa jiwanya tertekan dapat menghambat hubungan sosial dan keluarga (Hafid
& Ahsan, 2016).
Bekerja dengan shift malam tentu memiliki keterikatan dengan kehidupan
pernikahan, dimana pada waktu malam hari dihabiskan untuk bekerja. Tidak
mudah untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga. Perasaan cemas
serta rasa bersalah karena harus bekerja dengan jam kerja yang tidak umum kerap
kali memicu konflik pernikahan. Apabila gagal menyesuaikan dengan kondisi
yang ada, dapat menimbulkan stres dan depresi sehingga memungkinkan
berpengaruh pada penurunan kepuasan pernikahan. Dalam keadaan stres, wanita
sering kali tidak toleransi terhadap perilaku pasangan yang pada akhirnya
perceraian menjadi solusi terbaik (Hashmi, et.al, 2007).
Sistem shift kerja malam juga menjadi suatu kekhawatiran yang sering
muncul pada suami dan anak. Menurut penelitian Nofrizal & Nugraha (2017), istri
yang bekerja shift malam mengeluhkan komunikasi dengan suami kurang berjalan
lancar karena jam kerja yang membuat sulitnya untuk bertatap muka dengan
suami. Selain itu suami juga merasa tidak dipenuhi kebutuhannya, seperti makan
yang tidak disiapkan dan kebutuhan seksualnya. Adapun yang sudah memiliki
7
anak, istri yang bekerja shift malam kesulitan memberikan perhatian penuh dalam
mengasuh anak.
Berdasarkan fenomena tersebut, dapat terlihat kehidupan pernikahan
menjadi sensitif dalam berbagai masalah. Hal ini karena transisi menuju
kehidupan pernikahan membawa perubahan yang besar, baik dalam hal
keberfungsian seksual, pengaturan hidup, hak dan tanggung jawab, kelekatan dan
kesetiaan (Papalia, et.al, 2008).
Kepuasan pernikahan penting untuk dirasakan setiap pasangan agar dapat
mempertahankan rumah tangganya dan merupakan kunci utama dalam suatu
pernikahan. Kepuasan pernikahan yang diungkapkan oleh Fitzpatrick (1988),
yaitu penilaian suami atau istri mengenai kualitas pernikahan berupa gambaran
subjektif pernikahan yang baik, menyenangkan atau memuaskan. Dengan kata
lain, kepuasan pernikahan merupakan penilaian subjektif individu terhadap
pernikahannya yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal individu itu
sendiri (Amalia & Ratnasari, 2017).
Begitu banyak faktor yang berpengaruh pada kepuasan pernikahan. Faktor
internal yang memainkan peranan penting dalam kepuasan pernikahan pasangan
salah satunya yaitu kepribadian. Kepribadian pasangan dapat menjadi sumber
yang paling sering menimbulkan rasa puas atau tidaknya suatu hubungan
pernikahan (Oluwole & Adebayo, 2008), dimana kepribadian setiap individu
tidaklah sama. Namun dengan kepribadian yang beragam tersebut, ada
kemungkinan setelah menikah diyakini akan saling melengkapi atau dengan kata
8
lain mampu berbaur dan tidak menjadi masalah atau penghambat dalam
pernikahan (Agna, 2019).
Kepribadian dapat berpengaruh terhadap hubungan dengan pasangan
karena setiap kepribadian akan menunjukkan suatu mood dan emosi (Brehm,
2002). Emosi yang baik mampu berinteraksi dengan baik kepada pasangannya,
sebaliknya individu dengan emosi negatif akan menimbulkan interaksi yang
negatif dan dapat berakibat pada ketidakpuasan pernikahan.
Salah satu bagian dari kepribadian individu adalah trait. Setiap individu
memiliki kelima trait kepribadian, namun hanya ada satu trait kepribadian yang
lebih dominan. Trait kepribadian biasanya diukur menggunakan big five
personality yang terdiri atas extraversion, agreeableness, conscientiousness,
neuroticism dan openness to experience (Costa dan McCrae dalam Feist & Feist,
2009b).
Dalam penelitian Claxton (2011), menunjukan bahwa adanya hubungan
yang kuat antara kepribadian big five dengan kepuasan pernikahan. Sedangkan
dalam penelitian Indriani (2014), hanya trait kepribadian agreeableness dan
conscientiousness yang memberikan kepuasan pernikahan pada wanita dewasa
awal. Kontribusi trait kepribadian agreeableness lebih besar dibandingkan dengan
trait kepribadian conscientiousness. Sejalan dengan pernyataan di atas, penelitian
Garegozlo (2013) menunjukan bahwa neuroticism memiliki pengaruh negatif
terhadap kepuasan pernikahan atau dengan kata lain, neuroticism sebagai
prediktor terhadap ketidakpuasan pernikahan. Neuroticism ditandai dengan ciri
negatif seperti ketakutan, kesedihan, kemarahan dan perasaan bersalah.
9
Istri yang bekerja dengan shift malam tentu akan merasa puas terhadap
pernikahannya apabila mendapat dukungan penuh dari lingkungan terdekat, baik
dukungan untuk kehidupan pernikahan maupun pekerjaan. Dukungan tidak hanya
didapatkan dari pasangan saja, namun bisa berasal dari orang tua, mertua ataupun
saudara. Dukungan keluarga menjadi lingkungan pertama bagi pasangan suami
istri yang memiliki kontribusi terhadap pernikahan serta kesehatan keluarga
(Collins, dalam Bradbury, et.al., 2000).
Dolan, et.al, (2006) mendefinisikan dukungan keluarga sebagai
serangkaian aktivitas yang menguatkan hubungan sosial positif secara informal
dan terintegrasi, yang bersifat sukarela antara anggota keluarga. Setiap anggota
keluarga membutuhkan yang namanya dukungan dari lingkungan terdekat.
Pemenuhan kebutuhan seperti rasa cinta, sayang dan emosi positif lainnya dapat
diperoleh dari dukungan keluarga (Alfaruqy, 2018).
Individu yang mendapatkan dukungan keluarga yang baik akan lebih
mudah mencapai kepuasan pernikahannya dibandingkan dengan individu yang
mendapatkan dukungan keluarga yang rendah. Pernyataan di atas sejalan dengan
hasil penelitian Azani (2018), yang mengatakan bahwa terdapat hubungan positif
antara dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan pada remaja yang
menikah. Semakin baik dukungan sosial keluarga yang diterima, maka semakin
tinggi pula kepuasan pernikahan yang dirasakan, begitu pula sebaliknya semakin
rendah dukungan sosial keluarga yang didapat maka semakin rendah pula
kepuasan pernikahannya.
10
Selanjutnya faktor lain yang mampu menciptakan kepuasan pernikahan
adalah sabar. Menurut penelitian McGonagle (dalam Dewi & Basti, 2008), di
dalam bahtera rumah tangga wajar bila kehidupan pernikahan diwarnai dengan
besar kecilnya konflik. Apabila konflik tidak dapat diselesaikan dengan baik oleh
pasangan suami istri, maka akan berakibat pada perceraian. Namun banyak pula
pasangan yang tetap mempertahankan pernikahannya dengan berbagai alasan.
Salah satu yang dapat mencegah terjadinya perceraian adalah dengan bersabar
dalam menghadapi ujian yang dialami selama pernikahan.
Perilaku sabar memberikan dampak yang baik bagi kehidupan pribadi,
maupun relasi interpersonal, dalam hal ini adalah hubungan pernikahan pasangan
suami istri. Individu yang sabar akan memiliki pikiran yang jernih serta mampu
mengelola pemikiran negatifnya menjadi suatu hal yang positif. Dengan begitu,
maka akan timbul solusi dalam menghadapi permasalahan rumah tangga dan
terciptanya kepuasan pernikahan. Selaras dengan hal tersebut, penelitian yang
dilakukan oleh Kumala dan Trihandayani (2015), menunjukan bahwa sabar
memiliki pengaruh dalam menciptakan kepuasan pernikahan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik
melakukan penelitian tentang kepuasan pernikahan pada istri berprofesi sebagai
perawat shift kerja malam. Faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan
cukup penting untuk diketahui sehingga dapat meningkatkan pengetahuan tentang
bagaimana kepuasan pernikahan dapat dibina. Penelitian ini berjudul “Pengaruh
Kepribadian Big Five, Dukungan Keluarga dan Sabar Terhadap Kepuasan
Pernikahan pada Istri Berprofesi Sebagai Perawat yang Bekerja Shift Malam”.
11
1.2 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, perlu dibatasi ruang lingkup
masalah penelitian ini pada pengaruh variabel independen. Adapun batasan
masing-masing variabel adalah:
1. Kepuasan pernikahan adalah penilaian suami atau istri mengenai kualitas
pernikahan berupa gambaran subjektif pernikahan yang baik, menyenangkan
atau memuaskan (Fitzpatrick, 1988). Dimensi dalam kepuasan pernikahan
yaitu consensus, cohesion, affectional expression dan satisfaction.
2. Kepribadian big five adalah pola sifat dan karakteristik tertentu yang relatif
permanen pada perilaku seseorang. Trait kepribadian big five menurut Paul T.
Costa dan Robert R. McCrae (dalam Feist & Feist, 2009b), yaitu extraversion
(E), agreeableness (A), conscientiousness (C), neuroticism (N) dan openness
to experience (O).
3. Dukungan keluarga adalah serangkaian aktivitas yang menguatkan hubungan
sosial positif secara informal dan terintegrasi, yang bersifat sukarela antara
anggota keluarga (Dolan et.al., 2006). Dimensi dukungan keluarga yaitu
dukungan konkrit, dukungan emosional, dukungan saran dan dukungan
penghargaan. Dukungan keluarga yang dimaksud merupakan dukungan yang
berasal dari orang tua, mertua dan saudara.
4. Sabar adalah menahan diri atau mengendalikan diri dari hal-hal yang dibenci
dan menahan lisan agar tidak mengeluh (Mujib, 2019). Dimensi sabar terdiri
dari sabar dari musibah, sabar meninggalkan larangan dan sabar menjalankan
perintah.
12
5. Responden dalam penelitian ini adalah wanita yang bekerja sebagai perawat
dan pernah atau sedang menjalani shift kerja malam, berusia minimal 20 tahun
dan sudah menikah.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama variabel
kepribadian big five, dukungan keluarga dan sabar terhadap kepuasan
pernikahan?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan extraversion pada variabel
kepribadian big five terhadap kepuasan pernikahan?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan agreeableness pada variabel
kepribadian big five terhadap kepuasan pernikahan?
4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan conscientiousness pada variabel
kepribadian big five terhadap kepuasan pernikahan?
5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan neuroticism pada variabel
kepribadian big five terhadap kepuasan pernikahan?
6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan openness to experience pada
variabel kepribadian big five terhadap kepuasan pernikahan?
7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dukungan konkrit pada variabel
dukungan keluarga terhadap kepuasan pernikahan?
8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dukungan emosional pada variabel
dukungan keluarga terhadap kepuasan pernikahan?
13
9. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dukungan saran pada variabel
dukungan keluarga terhadap kepuasan pernikahan?
10. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dukungan penghargaan pada
variabel dukungan keluarga terhadap kepuasan pernikahan?
11. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan sabar dari musibah pada variabel
sabar terhadap kepuasan pernikahan?
12. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan sabar meninggalkan larangan pada
variabel sabar terhadap kepuasan pernikahan?
13. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan sabar menjalankan perintah pada
variabel sabar terhadap kepuasan pernikahan?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepribadian big five, dukungan
keluarga dan sabar terhadap kepuasan pernikahan pada istri berprofesi perawat
yang bekerja shift malam.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi ilmu psikologi,
khususnya psikologi perkembangan dan psikologi keluarga serta pengembangan
penelitian mengenai kepuasan pernikahan, kepribadian big five, dukungan
keluarga dan sabar. Sedangkan secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi istri berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam
untuk mengetahui faktor-faktor serta pentingnya pencapaian kepuasan pernikahan
agar terciptanya suatu keluarga yang harmonis.
14
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kepuasan Pernikahan
2.1.1 Definisi Kepuasan Pernikahan
Kepuasan pernikahan berasal dari kata kepuasan dan pernikahan.
Pernikahan yang memuaskan merupakan dambaan bagi pasangan suami istri
karena pernikahan akan menentukan kebahagiaan dan kepuasan hidup pasangan.
Kepuasan pernikahan menurut Hendrick (1988) adalah penilaian perasaan, pikiran
atau perilaku dalam hubungan pernikahan. Kapasitas pasangan dalam
mempersatukan aspek yang berlainan menandakan harmonisasi dalam hubungan
pernikahan.
Kepuasan pernikahan merujuk pada penggambaran serta evaluasi antara
suami dan istri terhadap kualitas pernikahannya. Sejalan dengan pernyataan
diatas, kepuasan pernikahan menurut Fitzpatrick (1988) adalah penilaian suami
atau istri mengenai kualitas pernikahan berupa gambaran subjektif pernikahan
yang baik, menyenangkan atau memuaskan.
Bradbury, et.al. (2000) dalam penelitiannya mengatakan bahwa kepuasan
pernikahan mencerminkan banyaknya perasaan positif daripada perasaan negatif
yang dirasakan oleh pasangan. Dengan begitu, kepuasan pernikahan menjadi
evaluasi pasangan suami dan istri sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan
harapan pernikahan (Kumala & Trihandayani, 2015).
15
Kirsh, Duffy dan Atwater dalam buku Psychology for Living
mendefinisikan kepuasan pernikahan yang diartikan sebagai perasaan akan
kepuasan dan kesenangan, terutama dalam aspek hubungan pernikahan seperti
perasaan cinta, keintiman dan persahabatan. Kepuasan hubungan pernikahan tidak
diukur dari lamanya pernikahan berlangsung, tetapi lebih ditekankan pada kualitas
hubungan pernikahannya bukan pada durasi pernikahan (Kirsh, et.al, 2014).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, penelitian ini mengacu pada
definisi kepuasan pernikahan yang diungkapkan oleh Fitzpatrick (1988), kepuasan
pernikahan adalah penilaian suami atau istri mengenai kualitas pernikahan berupa
gambaran subjektif pernikahan yang baik, menyenangkan atau memuaskan.
2.1.2 Dimensi Kepuasan Pernikahan
Menurut Fitzpatrick (1988), dimensi yang terdapat dalam kepuasan pernikahan
adalah sebagai berikut:
1. Concensus
Merupakan kesepakatan pasangan dalam berbagai masalah penting dalam
pernikahan.
2. Cohesion
Merujuk pada kebersamaan dengan pasangan, yaitu melakukan kegiatan bersama
atau meluangkan waktu dengan pasangan.
3. Affectional Expression
Yaitu ungkapan pasangan dalam menunjukkan kasih sayang dan memenuhi
kebutuhan seksual dalam hubungan pernikahan.
16
4. Satisfaction
Merupakan perkiraan seberapa sering pasangan memiliki kecocokan dalam
pernikahan dan berkomitmen mempertahankan pernikahan. Kecocokan bersama
pasangan terlihat berdasarkan intensitas berselisih paham dan bahasan mengenai
perceraian.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan
Begitu banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan di antaranya,
yaitu:
1. Komunikasi
Komunikasi yang saling membangun dengan pasangan berperan penting terhadap
kepuasan pernikahan. Sebaliknya, serangan verbal, kritik serta penghinaan dapat
menimbulkan tekanan dan berujung pada perceraian (Chi, et.al., 2013). Kualitas
komunikasi turut mempengaruhi bagaimana pasangan menghargai perbedaan dan
masalah pernikahan yang kerap kali ditemui. Dengan komunikasi yang efektif
mampu meningkatkan kepuasan pernikahan.
2. Agama
Agama merupakan penuntun hidup kepada hal baik. Begitu juga dalam
pernikahan, agama yang dianut oleh kedua pasangan akan memberikan tuntunan
atau bimbingan bagaimana bertindak secara baik. Menurut Walgito dalam buku
bimbingan dan konseling perkawinan, dikatakan bahwa pernikahan dengan
pasangan yang berbeda agama memiliki kecenderungan lebih tinggi munculnya
konflik pernikahan yang berujung pada penurunan kepuasan pernikahan. Hal ini
17
berarti, berbeda agama akan membawa perbedaan pendapat, sikap, kerangka
acuan yang berakhir sampai pada perceraian (Walgito, 2000).
Dengan adanya agama atau kepercayaan yang kuat, penyelewengan dalam
keluarga dapat dihindarkan karena ajaran agama dijadikan sebagai acuannya
(Walgito, 2000). Sabar merupakan suatu bagian dari akhlak utama yang
dibutuhkan oleh seorang muslim dalam masalah dunia dan agama. Artinya, sabar
diperlukan dalam memacu kualitas hidup, baik yang sifatnya material maupun
spiritual. Berdasarkan hal tersebut, kesabaran mempengaruhi seseorang dalam
menghadapi masalah pernikahannya dan mampu mengontrol emosi lebih baik
yang akan menimbulkan kepuasan dalam pernikahan.
3. Komitmen
Faktor terpenting dalam kepuasan pernikahan adalah adanya komitmen.
Rendahnya komitmen tidak hanya sebagai pemicu, namun yang paling mendasar
sebagai penyebab perceraian, karena tidak adanya komitmen antar masing-masing
pasangan dalam mencapai tujuan perkawinan (Prianto, 2013).
4. Kepribadian
Pasangan suami atau istri yang memiliki kemiripan karakteristik kepribadian
dengannya cenderung jarang berargumen dan jarang menjumpai kesalahpahaman
(Burpee & Langer, 2005). Artinya, kepribadian pasangan akan berdampak pada
kepuasan pernikahan.
5. Usia pada pernikahan
Penelitian pada istri pekerja berkebangsaan Filipina di Metro Manila
menunjukkan bahwa usia kronologis dan usia pernikahan dapat memprediksi
18
kepuasan pernikahan. Hasil studi menunjukkan bahwa kepuasan pernikahan yang
dirasakan pasangan suami dan istri akan semakin memudar seiring bertambahnya
usia pernikahan (Prasetya, 2007).
Berbeda dengan pernyataan sebelumnya, beberapa penelitian
mengkonfirmasi terjadinya penurunan kepuasan pernikahan paling tajam terjadi
selama sepuluh tahun pertama pernikahan. Puncak kepuasan biasanya berada pada
awal tahun yang sering disebut juga dengan masa honeymoon, kemudian terjadi
penurunan di tahun pertengahan dimana pada tahun ini masuk pada pengasuhan
anak. Selanjutnya kepuasan pernikahan meningkat kembali pada tahun
berikutnya. Pola ini dikenal sebagai kurva U yang berhubungan dengan kepuasan
pernikahan (Miller, 2000).
6. Anak
Faktor lain dalam kepuasan pernikahan yaitu kehadiran anak. Keluarga dengan
jumlah anak lebih dari empat orang memiliki tingkat ketegangan yang tinggi
dalam pernikahan dibandingkan dengan keluarga yang hanya memiliki satu, dua
atau tiga orang anak. Sama halnya pada pasangan yang belum memiliki anak akan
mengalami ketegangan dan bepengaruh terhadap kepuasan pernikahan (Hurlock,
1980).
7. Dukungan sosial
Dukungan sosial dapat menciptakan hubungan yang baik dalam keluarga.
Individu yang memberikan dukungan sosial yang baik kepada pasangannya telah
memberikan kontribusi terhadap kepuasan pernikahan (Bradbury, et.al., 2000).
19
8. Dukungan emosional
Pernikahan yang mengalami kagagalan dapat terjadi karena ketidakcocokan serta
kurangnya dukungan emosional dari lingkungan. Masalah ekonomi akan memberi
tekanan emosional pada pernikahan. Menurut studi yang telah dilakukan,
pasangan suami istri dapat bertahan menghadapi tekanan ekonomi apabila
pasangan yang menunjukkan dukungan mutual, mendengarkan perhatian yang
lain, mencoba membantu, sensitif terhadap sudut pandang pasangan dan
menunjukkan penerimaan terhadap kualitas yang lain (Papalia, Olds & Feldman,
2008).
2.1.4 Pengukuran Kepuasan Pernikahan
Terdapat beberapa alat ukur kepuasan pernikahan, di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. ENRICH Marital Satisfaction Scale (EMS) merupakan inventori kepuasan
pernikahan multidimensional yang berjumlah 10 skala kategori. EMS
dikembangkan oleh Blaine J. Fowers dan David H. Olson (1993). Dimensinya
adalah personality issues, equalitarian roles, communication, conflict
resolution, financial management, leisure activities, sexual relationship,
children and marriage, family and friends, dan religious orientation.
2. Dyadic Adjustment Scale (Spanier, 1976) terdiri atas empat skala, yaitu
consensus, cohesion, affectional expression dan satisfaction, berjumlah 32
item.
20
3. Marital Satisfaction Scale (Ayub, 2012) berjumlah 40 item dengan 12
subskala. Dimensinya adalah in laws relation, communication, husband’s
financial status, compromise, understanding, spouse support, self-perception,
dual earning, mutual understanding, education of partner, sexual satisfaction
dan gender difference.
Alat ukur yang digunakan adalah Dyadic Adjustment Scale (Spanier, 1976)
yang telah dimodifikasi oleh penulis. Hal ini dikarenakan alat ukur sesuai dengan
kebutuhan penelitian, yaitu dapat dimodifikasi, cocok dengan sampel penelitian
dan memiliki nilai reliabilitas baik, yaitu 0.93.
2.2 Kepribadian Big Five
2.2.1 Definisi Kepribadian Big Five
Kepribadian menurut Allport merupakan organisasi dinamis dalam individu
sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungan (Suryabrata, 1982). Kepribadian
merupakan pola sifat dan karakteristik tertentu, yang relatif permanen pada
perilaku seseorang (Feist & Feist, 2009a). Cattel mendefinisikan kepribadian
sebagai segala sesuatu yang memungkinkan satu peramalan dari apa yang akan
dilakukan seseorang dalam satu situasi tertentu (Chaplin, 1997). Cloninger (1993)
menjelaskan bahwa kepribadian adalah hal yang mendasari pengalaman dan
perilaku setiap individu.
Para ahli menemukan beberapa pendekatan untuk memahami kepribadian.
Salah satu pendekatan yang digunakan adalah teori trait. Trait merupakan faktor
21
penyebab adanya perbedaan antar individu dalam perilaku, konsistensi perilaku
dari waktu ke waktu dan stabilitas perilaku dalam berbagai situasi (Feist & Feist,
2009a).
Costa dan McCrae (dalam Feist & Feist, 2009b) mengembangkan model
lima faktor (five factor model) yang terdiri dari faktor atau dimensi yang tampak
mendasari lima kelompok trait yang berkaitan. Model lima faktor ini dikenal
dengan big five personality. Definisi big five personality menurut Friedman &
Schustack (2006) merupakan pendekatan psikologi dalam melihat kepribadian
manusia melalui trait yang tersusun dalam lima dimensi kepribadian yang
dibentuk menggunakan analisis faktor.
Dimensi kepribadian big five mampu memprediksi perilaku, pikiran dan
emosi yang membedakan antara individu dengan individu lainnya (Brehm, 2002).
Adapun dimensi kepribadian big five adalah extraversion (E), agreeableness (A),
conscientiousness (C), neuroticism (N), dan openness to experience (O).
Penelitian ini menggunakan teori kepribadian big five menurut Paul T.
Costa dan Robert R. McCrae (dalam Feist & Feist, 2009b) yaitu extraversion (E),
agreeableness (A), conscientiousness (C), neuroticism (N), dan openness to
experience (O).
2.2.2 Trait Kepribadian Big Five
Trait kepribadian big five Costa dan McCrae (dalam Feist & Feist, 2009), adalah
sebagai berikut:
22
1. Extraversion (E)
Extraversion berhubungan dengan interaksi interpersonal. Karakteristik individu
yang memiliki extraversion tinggi dicirikan dengan orang yang mudah bergaul,
senang berbicara, aktif dan bersemangat. Individu dengan karakteristik
extraversion rendah merupakan individu yang tertutup, penyendiri, pendiam dan
pasif.
2. Agreeableness (A)
Agreeableness dapat membedakan antara individu yang berhati lembut dengan
yang tidak. Karakteristik individu yang memiliki agreeableness tinggi dicirikan
dengan mudah percaya kepada orang lain, peduli, ramah dan bersahabat. Individu
yang memiliki agreeableness rendah dicirikan dengan penuh kecurigaan, tidak
peduli, tidak ramah dan mudah kesal atau marah.
3. Concientiousness (C)
Conscientiousness mendeskripsikan individu yang terorganisasi. Individu dengan
karakteristik conscientiousness tinggi merupakan individu yang teliti, pekerja
keras, teratur, tepat waktu dan gigih. Sebaliknya, individu dengan
conscientiousness rendah cenderung ceroboh, malas, tidak teratur, tidak dapat
diandalkan dan mudah menyerah ketika mengalami kesulitan.
4. Neuroticism (N)
Neuroticism mencerminkan ketidakstabilan emosi. Individu dengan karakteristik
neuroticism tinggi merupakan individu yang cemas, temperamental dan
emosional. Sedangkan individu dengan neuroticism rendah cenderung tenang,
tidak tempramen dan tidak emosional.
23
5. Openess to Experience (O)
Openess to experience berhubungan dengan asosiasi pengalaman dan kemampuan
keterampilan beradaptasi dengan lingkungan asing. Individu dengan karakteristik
openness to experience tinggi merupakan individu yang imajinatif, kreatif dan
inovatif. Sebaliknya, individu dengan openness to experience rendah cenderung
realistis, tidak kreatif dan konvensional.
Tabel 2. 1
Karakteristik Kepribadian Big Five
Skala Trait Karakter Skor Tinggi Karakter Skor Rendah
Extraversion Mudah bergaul, senang
berbicara, aktif dan
bersemangat.
Tertutup, penyendiri,
pendiam, pasif.
Agreeableness Mudah percaya kepada orang
lain, peduli, ramah dan
bersahabat.
Penuh kecurigaan, tidak
peduli, tidak ramah dan
mudah kesal atau marah.
Concientiousness Teliti, pekerja keras, teratur,
tepat waktu dan gigih.
Ceroboh, malas, tidak
teratur, tidak dapat
diandalkan dan mudah
menyerah ketika
mengalami kesulitan.
Neuroticism Pencemas, temperamental dan
emosional.
Tenang, tidak tempramen
dan tidak emosional.
Openness to
Experience
Imajinatif, kreatif dan
inovatif.
Realistis, tidak kreatif dan
konvensional.
2.2.3 Pengukuran Kepribadian Big Five
Kepribadian dapat diukur dengan menggunakan beberapa instrumen pengukuran,
di antaranya:
1. Big Five Inventory (BFI) yang dibuat oleh John dan Srivastava pada tahun
1999 dengan alpha cronbach 0.83 yang berisi 44 item (John & Srivastava,
1999).
24
2. Neuroticism-Extraversion-Openness Personality Inventory Revised (NEO-
PIR) yang dibuat oleh McCrae dan Costa pada tahun 1989 dengan alpha
cronbach sebesar 0.61 – 0.84 (Mastuti, 2005).
3. Big Five Inventory – Kurzversion (BFI-K) yang dibuat oleh Ramsmstedt, &
John. Skala berjumlah 21 item yang terdiri atas 4 item extraversion, 4 item
agreeableness, 4 item conscientiousness, 4 item neuroticism, 5 item openness
to experience. (Kovaleva, et.al., 2013).
4. International-Personality-Item-Pool (IPIP) yang dibuat oleh Goldberg pada
tahun 1992 dengan alpha cronbach sebesar 0.64 – 0.88 (Mastuti, 2005).
Penelitian ini menggunakan alat ukur hasil adaptasi John & Srivastava
(1999) berdasarkan definisi Costa dan McCrae (dalam Feist & Feist, 2009b) yaitu
Big Five Inventory (BFI) yang memuat lima trait kepribadian, karena alat ukur ini
memuat item yang spesifik menggambarkan kepribadian big five serta sudah
banyak digunakan oleh para peneliti sebelumnya.
2.3 Dukungan Keluarga
2.3.1 Definisi Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga menurut Gilligan adalah mengenali dan menanggapi
kebutuhan keluarga terutama pada masa-masa sulit, dukungan keluarga harus
tersedia saat dibutuhkan serta tidak mengancam, mengasingkan atau merendahkan
(Devaney & Canavan, 2016). Menurut Gottlieb (1983) dukungan keluarga adalah
komunikasi verbal dan non vebal, saran, bantuan nyata orang terdekat di dalam
25
lingkungan sosial, baik berupa kehadiran atau hal yang dapat memberikan
keuntungan emosional bagi keluarga.
Dukungan keluarga (family support) menurut Dolan, et.al. (2006) adalah
serangkaian aktivitas yang menguatkan hubungan sosial positif secara informal
dan terintegrasi, yang bersifat sukarela antara anggota keluarga.
Adapun tiga sifat dukungan keluarga menurut Dolan, et.al. (2006) yaitu:
1. Closeness
Dalam keluarga dan kontak lainnya, seseorang akan lebih mungkin untuk
mengakses dukungan dari orang yang dianggap dapat mendengarkan apa yang
menjadi kesulitan mereka dan memiliki kedekatan dengan diri mereka. Sifat
dukungan ini memberikan kehangatan dan rasa aman kepada penerimanya karena
adanya kedekatan satu sama lain dengan anggota keluarga.
2. Reciprocity
Merupakan tindakan dimana individu saling membantu satu sama lain tanpa
pamrih. Dalam keluarga hal ini terjadi secara otomatis dan nilainya terletak pada
kenyamanan dimana hubungan timbal balik dukungan akan selalu tersedia ketika
dibutuhkan. Contohnya yaitu ketika seseorang melakukan sesuatu untuk anggota
keluarganya berdasarkan pada asumsi bahwa anggota keluarganya pun akan
melakukan hal yang sama untuk dirinya.
3. Durability
Berkaitan dengan tingkat hubungan dan lamanya waktu dalam mengenal satu
sama lain. Idealnya adalah antar keluarga mengenal satu sama lain dalam waktu
26
yang cukup lama. Sifat dukungan ini menunjukan dukungan berasal dari keluarga
yang secara stabil mendukung apapun yang dilakukan oleh anggota keluarganya.
Berdasarkan definisi yang dijelaskan, penulis mengacu pada teori yang
dikemukakan oleh Dolan, et.al., (2006) bahwa yang dimaksud dengan dukungan
keluarga adalah serangkaian aktivitas yang menguatkan hubungan sosial positif
secara informal dan terintegrasi, yang bersifat sukarela antara anggota keluarga.
2.3.2 Dimensi Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga menurut Dolan, et.al. (2006) dimensinya terdiri atas empat
macam, yaitu:
1. Dukungan Konkrit (concrete support)
Dukungan konkrit merupakan tindakan praktis yang terwujud dalam bentuk
tingkah laku. Dukungan ini dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja kepada
anggota keluarga yang memerlukan. Bentuk dukungan ini dapat berupa pemberian
materi maupun non materi, seperti membantu secara finansial dan menemani
dalam melakukan aktivitas tertentu.
2. Dukungan Emosional (emotional support)
Dukungan emosional berupa rasa empati atau simpati, mendengarkan dan secara
umum selalu berada di sisi keluarga ketika dibutuhkan. Dukungan ini termasuk
dukungan yang paling mudah didapatkan.
27
3. Dukungan Saran (advice support)
Dukungan saran berupa saran atau nasihat yang diberikan kepada anggota
keluarga yang memerlukan. Dukungan saran dapat berbentuk pemberian nasihat,
pemberian saran dan pemberian kritik.
4. Dukungan Penghargaan (esteem support)
Dukungan ini berupa penilaian kemajuan atau kemampuan yang telah diraih
anggota keluarga. Dukungan penghargaan menjadi landasan dalam sebuah
keluarga, contoh dukungan ini adalah memberikan motivasi positif dan
memberikan kepercayaan untuk mengurus keluarga dengan baik.
Dimensi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada dimensi
Dolan, et.al (2006) yang terdiri dari dukungan konkrit (concrete support),
dukungan emosional (emotional support), dukungan saran (advice support) dan
dukungan penghargaan (esteem support).
2.3.3 Pengukuran Dukungan Keluarga
Berdasarkan berbagai literatur, terdapat alat ukur dukungan keluarga, di antaranya
sebagai berikut:
1. NIMH Family Support Scale (NIMH-FSS)
Alat ukur ini dikembangkan oleh Peshawaria, et al (2000). Dimensi NIMH-FSS
terdiri atas personal, financial, technical, recreation, emotional dan material
dengan setiap dimensi memiliki 18 item.
28
2. Skala Dukungan Keluarga
Mardiah (2011) mengembangkan alat ukur yang mengacu pada teori Dolan, et.al.
(2006), dimensinya yaitu concrete support, emotional support, advice support dan
esteem support.
3. The Family Influence Scale (FIS)
Alat ukur ini dipopulerkan oleh Fouad, et.al. (2010). Mencakup beberapa dimensi,
diantaranya informational support, financial support, family expectations dan
value/beliefs.
Penelitian ini menggunakan alat ukur yang disusun sendiri oleh penulis
berdasarkan teori Dolan, et.al. (2006). Tujuan dibuatnya alat ukur agar dapat
disesuaikan dengan teori dan responden penelitian. Alat ukur dukungan keluarga
terdiri dari dimensi dukungan konkrit (concrete support), dukungan emosional
(emotional support), dukungan saran (advice support) dan dukungan penghargaan
(esteem support).
2.4 Sabar
2.4.1 Definisi Sabar
Sabar berasal dari bahasa Arab yaitu sobaro. Subandi (2011) menyatakan bahwa
kata sabar memiliki beragam makna, yaitu (1) ash-shobru yang artinya menahan,
(2) ash-shobir berarti obat pahit yang tidak disukai orang, (3) ash-shobr berarti
menghimpun dan menyatukan. Dengan demikian, sabar adalah menahan diri dari
sifat yang keras, tahan atas penderitaan dan merasakan kepahitan hidup tanpa
perasaan mengeluh.
29
Sabar merupakan dimensi religiusitas. Sabar menurut Mujib (2019) dapat
dikatakan menahan (al-habs) diri atau dengan kata lain berarti mengendalikan
diri. Maksudnya adalah menahan dari hal negatif serta menahan lisan agar tidak
mengeluh. Al-Ghazali, salah satu ulama klasik Islam (Mujib, 2019), menyatakan
bahwa sabar berhubungan dengan aspek fisik dan psikis. Fisik (badani) berarti
menahan diri atau sabar dari kesukaran dan keletihan badan dalam melakukan
tindakan yang baik, dimana sabar kerap kali menimbulkan kesakitan. Sedangkan
psikis (nafs), berarti menahan diri dari hawa nafsu.
Sabar juga memiliki makna yang berhubungan dengan konsep psikologi.
Sabar dapat dipadankan dengan self control (Mujib, 2019). Definisi sabar menurut
El Hafiz, dkk (2012) adalah sabar adalah respon menahan emosi, pikiran,
perkataan dan perbuatan yang bertujuan baik dengan didukung oleh pemikiran
optimis, tidak menyerah, semangat mencari informasi atau ilmu, memiliki
alternatif solusi, konsisten dan tidak mudah mengeluh. Selanjutnya Rusdi (2016)
juga menjelaskan bahwa kesabaran pada ketaatan dan menghindari pelarangan
lebih sulit daripada kesabaran pada penderitaan. Kesabaran untuk meninggalkan
larangan lebih sulit daripada kesabaran dalam ketaatan. Berdasarkan martabat,
kesabaran dalam ketaatan lebih bermartabat daripada kesabaran dalam
meninggalkan larangan.
Dari berbagai pengertian sabar yang telah dijelaskan diatas, penelitian ini
mengacu pada definisi Mujib (2019) bahwa sabar adalah menahan diri atau
mengendalikan diri dari hal-hal yang dibenci dan menahan lisan agar tidak
mengeluh.
30
2.4.2 Dimensi Sabar
Mujib (2019) mengemukakan tiga dimensi dalam menilai sikap sabar, yaitu:
1. Sabar dari musibah berarti menerima segala bentuk ketidakbaikan yang
menimpa diri. Bukan berarti menyalahkan Allah Swt sebagai sang pemberi
kejadian, tetapi mencoba menerima kejadian dengan penuh kesadaran akan
hikmah di balik kejadian yang menimpa individu.
2. Sabar meninggalkan larangan dimaknai sebagai menjaga kesabaran dengan
tidak melakukan kegiatan yang tidak baik bagi kelangsungan diri.
3. Sabar menjalankan perintah yaitu fokus pada hal-hal yang membuat individu
menjalankan segala perintah Allah Swt dengan baik dan konsisten.
2.4.3 Pengukuran Sabar
Berdasarkan hasil membaca literatur, terdapat dua alat ukur sabar, yaitu:
1. Alat ukur sabar oleh El-Hafiz, dkk (2012) dengan nilai alpha cronbach 0.708
dengan jumlah sebanyak 15 item. Masing-masing dimensi sabar yaitu emosi,
pikiran, perkataan dan perbuatan.
2. Rusdi (2016) mengembangkan alat ukur sabar yang terdiri dari 20 item dan
memiliki tiga dimensi sabar yaitu patience to doing obedience, patience to
avoiding prohibited, patience from suffering.
Penelitian ini menggunakan alat ukur yang disusun sendiri oleh penulis
berdasarkan teori Mujib (2019), yaitu sabar adalah menahan diri atau
mengendalikan diri dari hal-hal yang dibenci dan menahan lisan agar tidak
mengeluh. Tujuan dibuat alat ukur sabar berdasarkan teori Mujib (2019) adalah
31
agar dapat disesuaikan dengan teori yang digunakan dalam penelitian. Alat ukur
sabar terdiri dari dimensi sabar dari musibah, sabar meninggalkan larangan dan
sabar menjalankan perintah.
2.5 Kerangka Berpikir
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sudah tidak
asing lagi banyak wanita melakukan peran seperti halnya yang pria lakukan, yaitu
dalam dunia pekerjaan atau karier. Tak terkecuali pada wanita yang telah menikah
atau dengan kata lain berstatus sebagai seorang istri dan seorang ibu. Artinya
peran pria dan wanita saat ini adalah sama dalam semua domain.
Sebagaimana yang dijelaskan di atas, seorang istri yang bekerja tentu
memiliki peran dan tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan dengan istri
yang berstatus sebagai ibu rumah tangga. Khususnya bagi istri yang bekerja
dengan jam kerja yang tidak umum, tentu memiliki tantangan tersendiri serta
dalam menjalaninya pun tidak lah mudah, sebab di dalam pekerjaannya dituntut
untuk bekerja profesional.
Sistem shift kerja menimbulkan berbagai dampak fisik dan psikis,
khususnya pada shift kerja malam. Malam hari merupakan waktu yang paling
tepat bagi tubuh untuk beristirahat, tetapi diharuskan untuk beraktivitas layaknya
pada pagi hari. Selain itu, perawat dengan tugas shift malam memiliki jam kerja
yang lebih panjang dibandingkan shift lainnya yang sering kali menimbulkan rasa
lelah dan mengalami pola tidur yang tidak teratur. Bekerja shift malam juga
memunculkan perubahan mood, mudah marah dan menjadi lebih sensitif. Tidak
32
sekedar itu, bagi istri yang bekerja shift malam pun akan berdampak pada
hubungan keluarganya. Oleh karena itu, istri yang bekerja shift malam harus
seimbang dalam menjalani kehidupan pekerjaan maupun pernikahannya, dimana
hal ini dapat berpengaruh pada kepuasan pernikahan yang dijalani.
Kepuasan pernikahan penting untuk dirasakan dan perlunya usaha dari
kedua pasangan, dengan begitu maka akan terciptanya kehidupan rumah tangga
yang bertahan lama. Kepuasan pernikahan yang diungkapkan oleh Fitzpatrick
(1988), yaitu penilaian suami atau istri mengenai kualitas pernikahan berupa
gambaran subjektif pernikahan yang baik, menyenangkan atau memuaskan.
Faktor personal yang membedakan setiap diri individu adalah kepribadian.
Kepribadian menjadi hal yang utama dan berperan penting dalam kehidupan
berumah tangga karena kepribadian merupakan karakter yang khas, dimana
kepribadian setiap individu berbeda satu sama lain. Penelitian ini menggunakan
kepribadian big five yang terdiri atas lima dimensi, yaitu extraversion (E),
agreeableness (A), conscientiousness (C), neuroticism (N), dan openness to
experience (O) untuk dilihat pengaruhnya terhadap kepuasan pernikahan pada istri
berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam. Dengan kepribadian yang
relatif menetap dan unik ini, maka dapat memberikan kepuasan pernikahan yang
berbeda pada setiap pasangan.
Kepribadian extraversion memiliki kecenderungan senang melakukan
interaksi interpersonal, dimana individu dengan kepribadian ini dapat dicirikan
sebagai individu yang aktif, banyak bicara, dan mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial. Sehingga apabila skor extraversion yang tinggi maka dapat
33
meningkatkan kepuasan pernikahan pada istri berprofesi sebagai perawat yang
bekerja shift malam. Sejalan dengan pernyataan diatas, hasil penelitian Claxton
(2011) menunjukan bahwa kepribadian extraversion menjadi faktor kepuasan
dalam hubungan pernikahan.
Individu dengan kepribadian agreeableness yang tinggi akan merasakan
kepuasan pernikahan yang tinggi, hal ini sejalan dengan penelitian Indriani (2014)
bahwa individu yang memiliki trait kepribadian agreeableness menunjukkan
kepuasan pernikahan karena karakteristik individu yang cenderung mengalah dan
mendahulukan kepentingan orang lain.
Pada trait kepribadian conscientiousness, individu yang memiliki
karakteristik conscientiousness yang tinggi cirinya adalah teratur, terorganisasi
dan disiplin. Apabila istri berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam
memiliki skor conscientiousness yang tinggi, maka akan meningkatkan kepuasan
pernikahannya. Hal ini disebabkan karena adanya kedisiplinan dalam diri dan
mampu mengorganisir kegiatan ataupun peran yang dijalaninya dengan baik.
Selanjutnya individu dengan kepribadian openness to experience memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi. Dengan skor openness to experience yang tinggi,
maka semakin tinggi pula kepuasan pernikahannya, karena individu dengan
kepribadian ini cenderung memiliki pemikiran yang terbuka dan tidak
konvensional.
Berbeda dengan kepribadian neuroticism yang memiliki pengaruh negatif
terhadap kepuasan pernikahan. Artinya individu dengan skor neuroticism yang
tinggi ditandai dengan perasaan cemas, emosional dan cenderung merasa tidak
34
puas pada pernikahannya. Dalam penelitian Garegozlo (2013) juga mengatakan
demikian, bahwa neuroticism sebagai prediktor paling kuat terhadap
ketidakpuasan pernikahan.
Faktor lain yang bersumber dari luar diri individu, dimana dapat
berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan adalah dukungan keluarga. Dukungan
dapat diperoleh dari orang-orang terdekat, seperti suami, anak, orang tua, mertua,
dan anggota keluarga lainnya. Dukungan ini menjadi hal yang penting untuk
diterima karena akan berdampak pada diri individu. Individu menjadi tenang,
merasa diperhatikan, percaya diri dan terhindar dari stres.
Konflik yang ada dalam pernikahan dapat dilakukan pemecahan
masalahnya jika disertai dukungan. Dukungan dapat membuat pernikahan
bertahan lama dan berperan penting dalam kesehatan keluarga (Collins dalam
Bradbury, et.al., 2000). Menurut Amato, et.al (2007), dukungan orang tua dan
mertua menjadi asset penting dalam pernikahan, sebab hubungan baik dengan
keduanya secara positif berkaitan dengan kepuasan pernikahan serta akan
terhindar dari masalah dan kecenderungan perceraian.
Menurut Dolan, et.al (2006), dukungan keluarga terbagi menjadi empat
dimensi, yaitu dukungan konkrit, dukungan emosional, dukungan saran dan
dukungan penghargaan. Dukungan konkrit menjadi penting di dalam pernikahan,
sebab dukungan yang berwujud tingkah laku akan memberikan kemudahan bagi
istri berprofesi sebagai perawat shift kerja malam. Bantuan secara langsung dari
keluarga seperti membantu secara finansial dan menemani dalam keadaan sakit
35
kerap kali dibutuhkan agar dapat menopang kehidupan sehari-hari serta
pernikahan yang dijalani akan dirasakan lebih puas.
Dukungan emosional meliputi perasaan empati, simpati dan mau
mendengarkan keluh kesah yang dirasakan. Istri dengan profesi perawat shift
kerja malam membutuhkan orang lain, khususnya keluarga sebagai tempat
mencurahkan segala isi hatinya. Dengan begitu, istri berprofesi sebagai perawat
shift kerja malam akan merasa mendapat perhatian penuh dari keluarga yang
dapat meningkatkan kepuasan pernikahannya.
Dukungan saran dapat berupa pemberian saran, nasihat dan kritik.
Dukungan seperti ini dibutuhkan untuk mendapatkan masukan yang baik
berkaitan dengan kehidupan pernikahan, seperti cara membina rumah tangga,
nasihat pernikahan serta pengasuhan anak. Dengan begitu, istri berprofesi sebagai
perawat yang bekerja shift malam akan puas terhadap pernikahannya. Selanjutnya
dukungan penghargaan turut berkontribusi terhadap kepuasan pernikahan, sebab
penilaian kemajuan seperti pemberian pujian dan motivasi positif akan membuat
istri berprofesi sebagai perawat shift kerja malam merasa dihargai dan dipercaya
untuk mengurus keluarga dengan baik.
Dalam mengarungi bahtera rumah tangga, wajar bila dijumpai
permasalahan. Masalah dalam kehidupan pernikahan tidak selalu memberikan
dampak yang buruk bagi pasangan, ini semua tergantung bagaimana setiap
pasangan memaknainya. Setiap permasalahan yang hadir, individu harus mampu
mengendalikan diri agar tidak berakibat pada hal yang tidak diinginkan. Salah
satu faktor yang dapat mencegah hal tersebut adalah sabar.
36
Sabar dapat memberikan dampak yang baik bagi kehidupan pernikahan.
Dengan bersabar, individu mampu mengontrol emosi, pikiran, perkataan, dan
perbuatan ke arah yang lebih positif dan dapat meningkatkan kepuasan
pernikahan. Sejalan dengan hasil penelitian Kumala dan Trihandayani (2015)
bahwa sabar memberi pengaruh dalam menciptakan kepuasan pernikahan.
Adapun dimensi dalam menilai sikap sabar yaitu sabar dari musibah, sabar
meninggalkan larangan dan sabar menjalankan perintah.
Sabar dari musibah berarti menerima segala sesuatu yang terjadi dalam
kehidupan, sekalipun bentuk ketidakbaikan yang menimpa diri. Ketika istri
berprofesi sebagai perawat shift kerja malam mengalami musibah seperti anggota
keluarga menderita sakit, kecelakaan, suami kehilangan pekerjaan, maka dengan
penuh kesadaran dan hikmah menerima keadaan tersebut tanpa menyalahkan
Allah Swt. Dengan begitu, kehidupan pernikahan menjadi lebih tenang dan segala
sesuatunya dapat diterima, yang akan mempengaruhi kepuasan pernikahan.
Sabar meninggalkan larangan dimaknai dengan menjaga kesabaran untuk
tidak melakukan kegiatan yang tidak baik bagi kelangsungan diri. Hal ini sangat
erat kaitannya dengan kehidupan pernikahan, sebab hal-hal yang dilarang oleh
Allah Swt seperti kemarahan yang mudah memuncak kepada suami,
perselingkuhan, akan memunculkan persoalan baru dalam pernikahan yang akan
berujung pada penurunan kepuasan pernikahan bahkan sampai pada perceraian.
Oleh karena itu, perlunya sabar meninggalkan larangan agar dapat terus tercipta
rasa puas dalam pernikahan.
37
Sabar menjalankan perintah berfokus pada segala yang diperintahkan
oleh Allah Swt. Dengan melakukan setiap perintah Allah Swt dengan baik dan
konsisten, maka senantiasa akan terbiasa melatih diri untuk menjaga kesabaran
dan terhindar untuk berbuat buruk. Menjalankan perintah seperti beribadah sholat,
puasa, sedekah yang diluruskan semata-mata hanya karena Allah, akan
memunculkan perasaan bersyukur serta peran Allah Swt selalu dilibatkan di
kehidupan pernikahan, sehingga akan meningkatkan kepuasan pernikahan.
Berdasarkan analisa kerangka berpikir di atas, penelitian ini bertujuan
untuk menguji pengaruh kepribadian big five, dukungan keluarga dan sabar
terhadap kepuasan pernikahan pada istri berprofesi sebagai perawat yang bekerja
shift malam. Untuk memperoleh gambaran lebih jelas, maka dalam penelitian ini
terdapat kerangka pemikiran guna mengetahui variabel yang berpengaruh serta
hubungan dari masing-masing variabel. Secara ringkas, model penelitian ini dapat
dilihat pada gambar 2.1
38
Gambar 2. 1 Skema Kerangka Berpikir
2.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir yang sudah dijelaskan diatas, maka dirumuskan
hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
Hipotesis mayor
Ha : Ada pengaruh yang signifikan kepribadian big five (extraversion,
agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience),
dukungan keluarga (dukungan konkrit, dukungan emosional, dukungan
39
saran dan dukungan penghargaan) dan sabar (sabar dari musibah, sabar
meninggalkan larangan dan sabar menjalankan perintah) terhadap
kepuasan pernikahan.
Hipotesis Minor
Ha1 : Ada pengaruh yang signifikan extraversion pada variabel kepribadian big
five terhadap kepuasan pernikahan.
Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan agreeableness pada variabel kepribadian
big five terhadap kepuasan pernikahan.
Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan conscientiousness pada variabel
kepribadian big five terhadap kepuasan pernikahan.
Ha4 : Ada pengaruh yang signifikan neuroticism pada variabel kepribadian big
five terhadap kepuasan pernikahan.
Ha5 : Ada pengaruh yang signifikan openness to experience pada variabel
kepribadian big five terhadap kepuasan pernikahan.
Ha6 : Ada pengaruh yang signifikan dukungan konkrit pada variabel dukungan
keluarga terhadap kepuasan pernikahan.
Ha7 : Ada pengaruh yang signifikan dukungan emosional pada variabel
dukungan keluarga terhadap kepuasan pernikahan.
Ha8 : Ada pengaruh yang signifikan dukungan saran pada variabel dukungan
keluarga terhadap kepuasan pernikahan.
Ha9 : Ada pengaruh yang signifikan dukungan penghargaan pada variabel
dukungan keluarga terhadap kepuasan pernikahan.
40
Ha10 : Ada pengaruh yang signifikan sabar dari musibah pada variabel sabar
terhadap kepuasan pernikahan.
Ha11 : Ada pengaruh yang signifikan sabar meninggalkan larangan pada variabel
sabar terhadap kepuasan pernikahan.
Ha12 : Ada pengaruh yang signifikan sabar menjalankan perintah pada variabel
sabar terhadap kepuasan pernikahan.
41
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang berprofesi sebagai perawat dan
pernah atau sedang menjalani shift kerja malam di rumah sakit wilayah Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Wanita tersebut berusia minimal 20 tahun
dan berstatus sudah menikah. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini
sebanyak 213 responden, dimana responden tersebut adalah wanita yang sesuai
dengan kriteria yang telah dijelaskan dalam populasi.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik non-probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel
yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Jenis sampling yang digunakan adalah
convenience sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan
kemudahan dan kesediaan untuk merespon menjadi sampel.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Terdapat dua jenis variabel dalam penelitian, yaitu variabel terikat (dependent
variabel) dan variabel bebas (independent variabel).
42
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kepuasan pernikahan sebagai dependent variabel (Y).
2. Kepribadian big five sebagai independent variabel (X) yang terdiri dari lima
dimensi, yaitu extraversion (X1), agreeableness (X2), conscientiousness (X3),
neuroticism (X4), dan openness to experience (X5).
3. Dukungan keluarga sebagai independent variabel (X) yang terdiri dari empat
dimensi, yaitu dukungan konkrit (X6), dukungan emosional (X7), dukungan
saran (X8), dan dukungan penghargaan (X9).
4. Sabar sebagai independent variabel (X) yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu
sabar dari musibah (X10), sabar meninggalkan larangan (X11), sabar
menjalankan perintah (X12).
Definisi operasional dari variabel penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.2.1 Kepuasan Pernikahan
Kepuasan pernikahan adalah penilaian suami atau istri mengenai kualitas
pernikahannya pada istri berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam,
berupa gambaran subjektif pernikahan yang baik, menyenangkan atau memuaskan
(Fitzpatrick, 1988). Dimensi kepuasan pernikahan yaitu:
1. Concensus
Merupakan kesepakatan pasangan dalam berbagai masalah penting dalam
pernikahan.
43
2. Cohesion
Merujuk pada kebersamaan dengan pasangan, yaitu melakukan kegiatan bersama
atau meluangkan waktu dengan pasangan.
3. Affectional Expression
Yaitu ungkapan pasangan dalam menunjukkan kasih sayang dan memenuhi
kebutuhan seksual dalam hubungan pernikahan.
4. Satisfaction
Merupakan perkiraan seberapa sering pasangan memiliki kecocokan dalam
pernikahan dan berkomitmen mempertahankan pernikahan. Kecocokan bersama
pasangan terlihat berdasarkan intensitas berselisih paham dan bahasan mengenai
perceraian.
3.2.2 Kepribadian Big Five
Kepribadian big five merupakan pola sifat dan karakteristik tertentu, yang relatif
permanen pada perilaku seseorang. Trait kepribadian big five menurut Costa dan
McCrae (dalam Feist & Feist, 2009b), yaitu:
1. Extraversion (mudah bergaul, senang berbicara, aktif dan bersemangat).
2. Agreeableness (mudah percaya kepada orang lain, peduli, ramah dan
bersahabat).
3. Conscientiousness (teliti, pekerja keras, teratur, tepat waktu dan gigih).
4. Neuroticism (pencemas, temperamental dan emosional).
5. Openness to experience (imajinatif, kreatif dan inovatif).
44
3.2.3 Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah serangkaian aktivitas yang menguatkan hubungan
sosial positif secara informal dan terintegrasi, yang bersifat sukarela antara
anggota keluarga (Dolan et.al., 2006). Terdapat dimensi dukungan keluarga
menurut Dolan, et.al. (2006), yaitu:
1. Dukungan Konkrit (concrete support)
Merupakan tindakan praktis yang terwujud dalam bentuk tingkah laku atau
pemberian bantuan berupa materi maupun non materi.
2. Dukungan Emosional (emotional support)
Berupa rasa empati atau simpati, mendengarkan dan selalu berada di sisi keluarga
ketika dibutuhkan.
3. Dukungan Saran (advice support)
Berupa saran atau nasihat yang diberikan kepada anggota keluarga yang
memerlukan.
4. Dukungan Penghargaan (esteem support)
Berupa penilaian kemajuan atau kemampuan yang telah diraih anggota keluarga.
3.2.4 Sabar
Sabar adalah menahan diri atau mengendalikan diri dari hal-hal yang dibenci dan
menahan lisan agar tidak mengeluh (Mujib, 2019). Tiga dimensi dalam menilai
sikap sabar menurut Mujib (2019), yaitu:
1. Sabar dari musibah berarti menerima segala bentuk ketidakbaikan yang
menimpa diri. Bukan berarti menyalahkan Allah Swt sebagai sang pemberi
45
kejadian, tetapi mencoba menerima kejadian dengan penuh kesadaran akan
hikmah di balik kejadian yang menimpa individu.
2. Sabar meninggalkan larangan dimaknai sebagai menjaga kesabaran dengan
tidak melakukan kegiatan yang tidak baik bagi kelangsungan diri.
3. Sabar menjalankan perintah yaitu fokus pada hal-hal yang membuat individu
menjalankan segala perintah Allah Swt dengan baik dan konsisten.
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa kuisioner yang berbentuk
skala Likert. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
kepuasan pernikahan, skala kepribadian big five, skala dukungan keluarga dan
skala sabar.
Skala pengukuran terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan
pernyataan negatif (unfavorable) dengan pilihan jawaban, yakni SS (Sangat
Sesuai), S (Sesuai), AS (Agak Sesuai), TS (Tidak Sesuai) dan Sangat Tidak
Sesuai (STS). Setiap jawaban responden menandakan kecocokan antara
pernyataan dengan keadaan sebenarnya. Berikut skor pernyataan favorable dan
unfavorable dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3. 1
Skor Pernyataan Favorable dan Unfavorable
Jawaban Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai (SS) 5 1
Sesuai (S) 4 2
Agak Sesuai (AS) 3 3
Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
2
1
4
5
46
3.3.1 Skala Kepuasan Pernikahan
Skala kepuasan pernikahan yang digunakan adalah Dyadic Adjustment Scale
(Spanier, 1976) yang dimodifikasi oleh penulis. Dimensinya yaitu consensus,
cohesion, affectional expression dan satisfaction. Berikut blue print skala
kepuasan pernikahan dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3. 2
Blue Print Skala Kepuasan Pernikahan
No. Dimensi Indikator No. Item Contoh Item
1. Consensus Sepakat dalam
prinsip hidup
Sepakat dalam
masalah keuangan
Sepakat dalam
tugas rumah
tangga
1
2*
3
Saya dan suami
sependapat dengan
prinsip hidup yang
dijalani
Saya dan suami
kesulitan mengelola
keuangan
Saya dan suami
sependapat untuk
berbagi tugas rumah
tangga
2. Cohesion Melakukan
kegiatan bersama
4, 5, 6* Sesibuk apapun, saya
meluangkan waktu
bersama suami
3. Affectional
expression Menunjukkan rasa
kasih sayang
Memenuhi
kebutuhan seksual
7, 8
9*, 10
Saya menunjukan
kasih sayang pada
suami dengan
mengucapkan kata
cinta
Saya menolak ajakan
suami untuk
melakukan aktivitas
seksual
4. Satisfaction Kecocokan dalam
pernikahan
Mampu menjaga
komitmen
pernikahan
11*
12*, 13
Ketika bertengkar
dengan suami, saya
membahas mengenai
perpisahan atau
perceraian
Saya ragu pernikahan
saya akan bertahan
lama
Jumlah
*= item unfavorable
47
3.3.2 Skala Kepribadian Big Five
Kepribadian big five dalam penelitian ini diukur menggunakan skala Big Five
Inventory (BFI). Skala ini berjumlah 44 item, terdiri atas dimensi extraversion,
agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience. Adapun
blue print dari skala kepribadian big five adalah sebagai berikut.
Tabel 3. 3
Blue Print Skala Kepribadian Big Five
No. Dimensi Indikator No. Item Contoh Item
1. Extraversion Mudah
bergaul
Senang
berbicara
Aktif
Bersemangat
31*, 36
1, 21*
6*, 26
11, 16
Saya mudah
bergaul
2. Agreeableness Mudah
percaya
Peduli
Ramah
Bersahabat
2*, 17, 22
7, 32
12*, 37*
27*, 42
Saya mudah
percaya
kepada orang
lain
3. Conscientiousness Teliti
Pekerja keras
Teratur
Tepat waktu
Gigih
8*, 13, 43*
23*
18*, 38
33
3, 28
Saya
termasuk
orang yang
ceroboh
4. Neuroticism Pencemas
Tempramen
Emosional
19, 34*, 39
9*, 14
4, 24*, 29
Saya sering
merasa
khawatir
5. Openness to
Experience Imajinatif
Kreatif
Inovatif
20, 30, 41*, 44
5, 25, 35*
10, 15, 40
Saya memiliki
imajinasi
yang kuat
Jumlah
*= item unfavorable
48
3.3.3 Skala Dukungan Keluarga
Penelitian ini menggunakan alat ukur yang disusun oleh penulis sendiri
berdasarkan definisi dukungan keluarga yang dikemukakan Dolan, et.al. (2006).
Total item pada alat ukur ini berjumlah 15 item. Berikut dibawah ini merupakan
blue print skala dukungan keluarga.
Tabel 3. 4
Blue Print Skala Dukungan Keluarga
No. Dimensi Indikator No. Item Contoh Item
1. Dukungan
Konkrit Membantu secara
finansial
Menemani dalam
melakukan
aktivitas tertentu
3
1, 2, 10*
Ketika saya
sedang kesulitan
dalam hal
keuangan, orang
tua saya
membantu
meminjamkannya
2. Dukungan
Emosional Rasa empati
Mendengarkan
keluh kesah
6*
8*, 11
Orang tua saya
tidak peduli jika
saya bertengkar
dengan suami
3. Dukungan
Saran Memberikan
nasihat
Memberikan saran
Memberikan kritik
12
9, 15
5*
Orang tua
memberikan
nasihat ketika
saya ada masalah
rumah tangga
4. Dukungan
Penghargaan Memberikan
motivasi positif
Memberikan
kepercayaan untuk
mengurus
keluarga dengan
baik
4, 13, 14
7
Orang tua saya
memberikan
motivasi terkait
pekerjaan yang
saya jalani
Jumlah
*= item unfavorable
3.3.4 Skala Sabar
Untuk mengukur skala sabar menggunakan skala alat ukur yang dibuat sendiri
oleh penulis berdasarkan teori Mujib (2019), berjumlah 15 item dengan tiga
49
dimensi sabar yaitu sabar dari musibah, sabar meninggalkan larangan dan sabar
menjalankan perintah yang masing-masing terdiri dari lima item. Berikut dibawah
ini tabel 3.5 merupakan blue print dari skala sabar.
Tabel 3. 5
Blue Print Skala Sabar
No. Dimensi Indikator No. Item Contoh Item
1. Sabar dari
musibah Menahan diri akan
egosentris
Tahan banting akan
kesusahan
Memberi makna
dalam musibah
7
3*, 11
10, 15
Saya mudah
mengeluh
ketika
menghadapi
masalah
2. Sabar
meninggalkan
larangan
Menahan diri
menjauhi larangan
Menyesal
melanggar
larangan
1*, 5, 9*
2*, 12
Ketika dalam
keadaan
marah, saya
melakukan
hal buruk
diluar kendali
saya
3. Sabar
menjalankan
perintah
Menahan diri
menjalankan
perintah
Konsisten
menjalankan
perintah
Merasa senang atau
nyaman
menjalankan
perintah
4, 6
8
13, 14
Ketika dalam
keadaan lelah,
saya tetap
menjalankan
kewajiban
beribadah
Jumlah
*= item unfavorable
3.4 Uji Validitas Konstruk
Tahap lanjutan yang dilakukan adalah menguji validitas konstruk terhadap
instrumen alat ukur yang digunakan. Pengujian validitas konstruk pada penelitian
ini menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan bantuan software
Lisrel 8.70. CFA merupakan bagian dari analisis faktor yang digunakan untuk
50
menguji apakah masing-masing item valid dalam mengukur konstruk yang
hendak diukur. Adapun logika CFA adalah sebagai berikut (Umar, 2011):
1. Melakukan definisi operasional pada konsep, lalu menyusun pertanyaan atau
pernyataan untuk mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan
pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas
item-itemnya.
2. Item yang ada selanjutnya diteorikan dan harus mengukur satu faktor,
berikutnya setiap subtes pun demikian mengukur satu faktor. Hal ini
menunjukkan baik item maupun subtes sifatnya unidimensional.
3. Langkah berikutnya untuk mengestimasi matriks korelasi antar item yang
seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks korelasi ini
disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data empiris,
yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidemensional) maka
tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑ - matriks S atau bisa juga
dinyatakan dengan ∑ - S = 0.
4. Lalu dibuat hipotesis nihil yang kemudian diuji menggunakan Chi-Square.
Jika hasil Chi-square tidak signifikan (p > 0.05), maka hipotesis nihil tersebut
“tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat diterima
bahwa item ataupun sub tes instrumen hanya mengukur satu faktor saja.
Sedangkan, jika nilai Chi-square signifikan (p < 0.05), artinya bahwa item
tersebut bersifat multidimensional atau mengukur lebih dari satu faktor. Oleh
karena itu, perlunya melakukan modifikasi pada model pengukuran.
51
5. Model pengukuran dapat dimodifikasi menggunakan metode pembebasan
parameter berupa korelasi kesalahan pengukuran. Ini bisa terjadi saat item
mengukur selain faktor yang hendak diukur. Setelah beberapa kesalahan
pengukuran dibebaskan untuk saling berkorelasi, maka akan diperoleh model
yang fit, maka model ini yang akan digunakan pada langkah berikutnya.
6. Langkah selanjutnya yaitu menguji item signifikan atau tidak mengukur apa
yang hendak diukur. Syarat dapat menguji item adalah model fit. Pengujian
dilakukan menggunakan uji t-test. Apabila hasil t-test menunjukkan tidak
signifikan (t<1,96), artinya item tidak mengukur apa yang hendak diukur.
Oleh karena itu, item perlu dieliminasi begitu pula sebaliknya.
7. Item dengan koefisien muatan faktor negatif harus dieliminasi karena sifat
item adalah positif (favorable).
8. Jika ditemukan terlalu banyak korelasi parsial atau kesalahan pengukuran
yang berkorelasi dengan kesalahan pengukuran lain, artinya item harus
dieliminasi. Karena item tersebut mengukur hal selain yang hendak diukur
atau disebut juga dengan multidimensional. Suatu item dapat dieliminasi atau
tidak ketika ditemukan terdapat lebih dari tiga korelasi parsial yang
berkorelasi dengan item lain.
9. Langkah terakhir yaitu item harus bermuatan faktor signifikan positif sebesar
(t > 1.96). Setelah seluruh item signifikan (t > 1.96) dan positif, didapatkan
faktor skor dengan cara diolah.
52
3.4.1 Uji Validitas Kepuasan Pernikahan
Penulis menguji apakah 13 item dari kepuasan pernikahan bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur kepuasan pernikahan. Berdasarkan
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, hasil menunjukan tidak fit
dengan Chi-square = 362.82, df = 65, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.147.
Namun setelah dilakukan modifikasi terhadap model, yaitu kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh model
fit dengan Chi-square = 64.75, df = 50, P-value = 0.07842, RMSEA = 0.037.
Nilai RMSEA < 0.05 berarti bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja
yaitu kepuasan pernikahan.
Langkah berikutnya yaitu melihat apakah item signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item perlu di drop
atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t pada setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.6 sebagai berikut.
Tabel 3. 6
Muatan Faktor Item Kepuasan Pernikahan
No. Koefisien Standard Error T-value Signifikan
1 0.64 0.06 9.93 2 0.50 0.07 7.41 3 0.48 0.07 7.09 4 0.84 0.06 14.62 5 0.68 0.06 10.89 6 0.66 0.06 10.40 7 0.66 0.06 10.62 8 0.43 0.07 6.16 9 0.56 0.07 8.33 10 0.64 0.06 9.98 11 0.59 0.07 8.94 12 0.75 0.06 12.35 13 0.62 0.06 9.72
Keterangan: Tanda = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan.
53
Dari tabel 3.6 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96) dan semua
koefisien bermuatan positif. Dengan demikian tidak ada item yang di drop.
3.4.2 Uji Validitas Kepribadian Big Five
1. Extraversion
Penulis menguji apakah 8 item dari extraversion bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur extraversion. Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, hasil menunjukan tidak fit dengan Chi-square = 330.34,
df = 20, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.271. Namun setelah dilakukan
modifikasi terhadap model, yaitu kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh model fit dengan Chi-
square = 15.32, df = 11, P-value = 0.16833, RMSEA = 0.043. Nilai RMSEA <
0.05 berarti bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu
extraversion.
Langkah berikutnya yaitu melihat apakah item signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item perlu di drop
atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t-value pada setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.7 sebagai berikut.
54
Tabel 3. 7
Muatan Faktor Item Extraversion
No. Koefisien Standard Error T-value Signifikan
1 0.52 0.07 7.37 2 0.24 0.07 3.26 3 0.87 0.06 14.39 4 0.53 0.07 7.76 5 0.27 0.07 3.79 6 0.76 0.06 11.78 7 0.20 0.07 2.77 8 0.60 0.07 9.04
Keterangan: Tanda = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan.
Dari tabel 3.7 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96) dan semua
koefisien bermuatan positif. Dengan demikian tidak ada item yang di drop.
2. Agreeableness
Penulis menguji apakah 9 item dari agreeableness bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur agreeableness. Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, hasil menunjukan tidak fit dengan Chi-square = 160.13,
df = 27, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.153. Namun setelah dilakukan
modifikasi terhadap model, yaitu kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh model fit dengan Chi-
square = 29.91, df = 20, P-value = 0.07140, RMSEA = 0.048. Nilai RMSEA <
0.05 berarti bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu
agreeableness.
Langkah berikutnya yaitu melihat apakah item signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item perlu di drop
atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t-value pada setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.8 sebagai berikut.
55
Tabel 3. 8
Muatan Faktor Item Agreeableness
No. Koefisien Standard Error T-value Signifikan
1 0.35 0.07 5.19 2 0.30 0.07 4.42 3 0.93 0.07 13.64 4 0.50 0.07 7.44 5 0.02 0.09 0.28 X
6 0.41 0.07 6.10 7 0.29 0.07 4.10 8 0.69 0.07 10.43 9 0.64 0.08 8.36
Keterangan: Tanda = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan.
Dari tabel 3.8 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96) dan koefisien
bermuatan positif, kecuali pada item 5 dimana nilai t < 1.96. Dengan demikian
item tersebut akan di drop, artinya tidak ikut serta dalam analisis.
3. Conscientiousness
Penulis menguji apakah 9 item dari conscientiousness bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur conscientiousness. Berdasarkan analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, hasil menunjukan tidak fit dengan Chi-
square = 115.56, df = 27, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.124. Namun setelah
dilakukan modifikasi terhadap model, yaitu kesalahan pengukuran pada beberapa
item dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh model fit dengan Chi-
square = 23.79, df = 17, P-value = 0.12512, RMSEA = 0.043. Nilai RMSEA <
0.05 berarti bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu
conscientiousness.
Langkah berikutnya yaitu melihat apakah item signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item perlu di drop
56
atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t-value pada setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.9 sebagai berikut.
Tabel 3. 9
Muatan Faktor Item Conscientiousness
No. Koefisien Standard Error T-value Signifikan
1 0.77 0.06 12.53 2 0.32 0.07 4.57 3 0.51 0.07 7.19 4 0.49 0.07 6.87 5 0.41 0.07 5.89 6 0.81 0.06 13.57 7 0.82 0.06 13.76 8 0.69 0.06 10.80 9 0.29 0.07 4.12
Keterangan: Tanda = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan.
Dari tabel 3.9 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96) dan semua
koefisien bermuatan positif. Dengan demikian tidak ada item yang di drop.
4. Neuroticism
Penulis menguji apakah 8 item dari neuroticism bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur neuroticism. Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, hasil menunjukan tidak fit dengan Chi-square = 76.82,
df = 20, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.116. Namun setelah dilakukan
modifikasi terhadap model, yaitu kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh model fit dengan Chi-
square = 19.99, df = 16, P-value = 0.22087, RMSEA = 0.034. Nilai RMSEA <
0.05 berarti bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu
neuroticism.
Langkah berikutnya yaitu melihat apakah item signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item perlu di drop
57
atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t-value pada setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.10 sebagai berikut.
Tabel 3. 10
Muatan Faktor Item Neuroticism
No. Koefisien Standard Error T-value Signifikan
1 0.65 0.07 9.59 2 0.30 0.07 4.11 3 0.71 0.06 11.05 4 0.69 0.07 10.62 5 0.21 0.07 2.84 6 0.66 0.07 9.83 7 0.30 0.07 4.11 8 0.80 0.06 12.88
Keterangan: Tanda = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan.
Dari tabel 3.10 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96) dan semua
koefisien bermuatan positif. Dengan demikian tidak ada item yang di drop.
5. Openness to Experience
Penulis menguji apakah 10 item dari openness to experience bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur openness to experience.
Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, hasil
menunjukan tidak fit dengan Chi-square = 112.60, df = 35, P-value = 0.00000,
RMSEA = 0.102. Namun setelah dilakukan modifikasi terhadap model, yaitu
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain,
maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 39.21, df = 28, P-value = 0.07761,
RMSEA = 0.043. Nilai RMSEA < 0.05 berarti bahwa seluruh item hanya
mengukur satu faktor saja yaitu openness to experience.
Langkah berikutnya yaitu melihat apakah item signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item perlu di drop
58
atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t-value pada setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.11 sebagai berikut.
Tabel 3. 11
Muatan Faktor Item Openness to Experience
No. Koefisien Standard Error T-value Signifikan
1 0.58 0.07 8.51 2 0.50 0.07 7.08 3 0.46 0.07 6.48 4 0.72 0.07 10.82 5 0.45 0.07 6.33 6 0.42 0.07 5.85 7 -0.36 0.08 -4.69 X 8 0.79 0.06 12.37 9 0.15 0.07 1.97 10 0.30 0.08 3.96
Keterangan: Tanda = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan.
Dari tabel 3.11 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96) dan
koefisien bermuatan positif, kecuali pada item 7 dimana nilai t bermuatan negatif.
Dengan demikian item tersebut akan di drop, artinya tidak ikut serta dalam
analisis.
3.4.3 Uji Validitas Dukungan Keluarga
1. Dukungan Konkrit
Penulis menguji apakah 4 item dari dukungan konkrit bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur dukungan konkrit. Berdasarkan analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, hasil menunjukan tidak fit dengan Chi-
square= 4.23, df = 2, P-value = 0.12091, RMSEA = 0.072. Namun setelah
dilakukan modifikasi terhadap model, yaitu kesalahan pengukuran pada beberapa
item dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh model fit dengan Chi-
59
square = 0.02, df = 1, P-value = 0.90235, RMSEA = 0.000. Nilai RMSEA < 0.05
berarti bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu dukungan
konkrit.
Langkah berikutnya yaitu melihat apakah item signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item perlu di drop
atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t-value pada setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.12 sebagai berikut.
Tabel 3. 12
Muatan Faktor Item Dukungan Konkrit
No. Koefisien Standard Error T-value Signifikan
1 0.33 0.08 4.17 2 0.69 0.08 8.42 3 0.86 0.09 9.70 4 0.46 0.07 6.19
Keterangan: Tanda = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan.
Dari tabel 3.12 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96) dan semua
koefisien bermuatan positif. Dengan demikian tidak ada item yang di drop.
2. Dukungan Emosional
Penulis menguji apakah 3 item dari dukungan emosional bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur dukungan emosional. Berdasarkan analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, hasil menunjukan model fit dengan
Chi-square = 0.00, df = 0, P-value = 1.00000, RMSEA = 0.000. Nilai RMSEA <
0.05 berarti bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu dukungan
emosional.
Langkah berikutnya yaitu melihat apakah item signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item perlu di drop
60
atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t-value pada setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.13 sebagai berikut.
Tabel 3. 13
Muatan Faktor Item Dukungan Emosional
No. Koefisien Standard Error T-value Signifikan
1 0.29 0.9 3.34 2 0.59 0.13 4.57 3 0.74 0.15 4.84
Keterangan: Tanda = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan.
Dari tabel 3.13 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96) dan semua
koefisien bermuatan positif. Dengan demikian tidak ada item yang di drop.
3. Dukungan Saran
Penulis menguji apakah 4 item dari dukungan saran bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur dukungan saran. Berdasarkan analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, hasil menunjukan model fit dengan Chi-
square = 0.54, df = 2, P-value = 0.76484, RMSEA = 0.000. Nilai RMSEA < 0.05
berarti bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu dukungan saran.
Langkah berikutnya yaitu melihat apakah item signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item perlu di drop
atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t-value pada setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.14 sebagai berikut.
Tabel 3. 14
Muatan Faktor Item Dukungan Saran
No. Koefisien Standard Error T-value Signifikan
1 0.36 0.07 4.90 2 0.79 0.07 10.69 3 0.85 0.07 11.31 4 0.40 0.07 5.55
Keterangan: Tanda = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan.
61
Dari tabel 3.14 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96) dan semua
koefisien bermuatan positif. Dengan demikian tidak ada item yang di drop.
4. Dukungan Penghargaan
Penulis menguji apakah 4 item dari dukungan penghargaan bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur dukungan penghargaan.
Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, hasil
menunjukan model fit dengan Chi-square = 0.18, df = 2, P-value = 0.91587,
RMSEA = 0.000. Nilai RMSEA < 0.05 berarti bahwa seluruh item hanya
mengukur satu faktor saja yaitu dukungan penghargaan.
Langkah berikutnya yaitu melihat apakah item signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item perlu di drop
atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t-value pada setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.15 sebagai berikut.
Tabel 3. 15
Muatan Faktor Item Dukungan Penghargaan
No. Koefisien Standard Error T-value Signifikan
1 0.57 0.07 8.26 2 0.42 0.07 5.90 3 0.79 0.07 11.79 4 0.84 0.07 12.57
Keterangan: Tanda = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan.
Dari tabel 3.15 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96) dan semua
koefisien bermuatan positif. Dengan demikian tidak ada item yang di drop.
62
3.4.4 Uji Validitas Sabar
1. Sabar dari Musibah
Penulis menguji apakah 5 item dari sabar dari musibah bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur sabar dari musibah. Berdasarkan analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, hasil menunjukan tidak fit dengan Chi-
square = 20.12, df = 5, P-value = 0.00119, RMSEA = 0.119. Namun setelah
dilakukan modifikasi terhadap model, yaitu kesalahan pengukuran pada beberapa
item dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh model fit dengan Chi-
square = 5.31, df = 4, P-value = 0.25731, RMSEA = 0.039. Nilai RMSEA < 0.05
berarti bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu sabar dari
musibah.
Langkah berikutnya yaitu melihat apakah item signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item perlu di drop
atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t-value pada setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.16 sebagai berikut.
Tabel 3. 16
Muatan Faktor Item Sabar dari Musibah
No. Koefisien Standard Error T-value Signifikan
1 0.11 0.07 1.49 X 2 0.41 0.08 5.47 3 0.65 0.08 7.76 4 0.95 0.10 9.68 5 0.50 0.08 6.33
Keterangan: Tanda = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan.
Dari tabel 3.16 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96) dan
koefisien bermuatan positif, kecuali pada item 1 dimana nilai t < 1.96. Dengan
demikian item tersebut akan di drop, artinya tidak ikut serta dalam analisis.
63
2. Sabar Meninggalkan Larangan
Penulis menguji apakah 5 item dari sabar meninggalkan larangan bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur sabar meninggalkan larangan.
Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, hasil
menunjukan tidak fit dengan Chi-square = 47.38, df = 5, P-value = 0.00000,
RMSEA = 0.200. Namun setelah dilakukan modifikasi terhadap model, yaitu
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain,
maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 0.72, df = 3, P-value = 0.86933,
RMSEA = 0.000. Nilai RMSEA < 0.05 berarti bahwa seluruh item hanya
mengukur satu faktor saja yaitu sabar meninggalkan larangan.
Langkah berikutnya yaitu melihat apakah item signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item perlu di drop
atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t-value pada setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.17 sebagai berikut.
Tabel 3. 17
Muatan Faktor Item Sabar Meninggalkan Larangan
No. Koefisien Standard Error T-value Signifikan
1 0.30 0.11 2.75 2 1.30 0.38 3.40 3 0.23 0.09 2.54 4 0.24 0.09 2.59 5 0.28 0.10 2.67
Keterangan: Tanda = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan.
Dari tabel 3.17 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96) dan semua
koefisien bermuatan positif. Dengan demikian tidak ada item yang di drop.
64
3. Sabar Menjalankan Perintah
Penulis menguji apakah 5 item dari sabar dari musibah bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur sabar menjalankan perintah. Berdasarkan analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, hasil menunjukan tidak fit dengan
Chi-square = 86.95, df = 5, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.278. Namun setelah
dilakukan modifikasi terhadap model, yaitu kesalahan pengukuran pada beberapa
item dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh model fit dengan Chi-
square = 0.24, df = 1, P-value = 0.62232, RMSEA = 0.000. Nilai RMSEA < 0.05
berarti bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu sabar
menjalankan perintah.
Langkah berikutnya yaitu melihat apakah item signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item perlu di drop
atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t-value pada setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.18 sebagai berikut.
Tabel 3. 18
Muatan Faktor Item Sabar Menjalankan Perintah
No. Koefisien Standard Error T-value Signifikan
1 0.85 0.07 12.79 2 0.67 0.07 10.22 3 0.76 0.06 11.76 4 0.87 0.07 13.22 5 0.69 0.08 8.52
Keterangan: Tanda = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan.
Dari tabel 3.18 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96) dan semua
koefisien bermuatan positif. Dengan demikian tidak ada item yang di drop.
65
3.5 Teknik Analisa Data
Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data penelitian dalam rangka
menguji kebenaran hipotesis adalah dengan menggunakan metode multiple
regression analysis, sebab memiliki lebih dari satu independent variabel untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap dependent variabel. Pada penelitian ini
dependent variabelnya adalah kepuasan pernikahan dan independent variabelnya
adalah kepribadian big five, dukungan keluarga, dan sabar. Adapun persamaan
analisis regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Y = Nilai prediksi (kepuasan pernikahan)
a = Intercept (konstan)
b = Koefisien regresi untuk masing-masing X
X1 = Extraversion
X2 = Agreeableness
X3 = Conscientiousness
X4 = Neuroticism
X5 = Openness to Experience
X6 = Dukungan Konkrit
X7 = Dukungan Emosional
X8 = Dukungan Saran
X9 = Dukungan Penghargaan
X10 = Sabar dari Musibah
X11 = Sabar Meninggalkan larangan
X12 = Sabar Menjalankan Perintah
e = Residu
Y = a + b1X1 + b2X + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 +
b10X10 + b11X11 + b12X12 + e
66
Hasil model regresi menjadi penilaian yang dapat ditinjau dengan
beberapa pengujian, yaitu:
1) R2
(Koefisien Determinasi)
Pengaruh independent variable terhadap dependent variable dapat dilihat dari
proporsi nilai R2. Nilai proporsi dalam bentuk persen didapatkan dengan cara
mengaitkan R2
dengan 100%. Faktor lain yang tidak ikut diuji dalam penelitian
berpengaruh terhadap dependent variable, disebut dengan sisa persentase R2.
Tabel dalam SPSS memuat tabel model summary yang berfungsi untuk
menjelaskan Standard Error of Estimate. Apabila nilai SSE semakin kecil, artinya
model regresi dalam memprediksi dependent variable semakin tepat. Untuk
memperoleh nilai R2
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Dimana:
R2 = Proporsi varians yang bisa dijealskan oleh keseluruhan independent
variable.
SSreg = Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung jika regresi telah diperoleh.
SSy = Jumlah kuadrat dari dependent variable (Y).
67
2) Uji F
Uji F digunakan untuk melihat apakah regresi independent variable signifikan
atau tidak. Uji F ini dapat melihat juga apakah independent variable memiliki
pengaruh terhadap dependent variable dengan rumus sebagai berikut:
( ) ( )
Dimana K merupakan banyaknya independent variable, sedangkan N adalah
ukuran sampel. Seluruh independent variable dinyatakan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap dependent variable ketika nilai F signifikan (p<0.05).
3) Uji T
Uji T berfungsi untuk mengetahui apakah masing-masing dimensi pada setiap
independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variable.
Uji T dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana b merupakan koefisien regresi untuk independent variable, sedangkan Sb
ialah standard error.
3.6 Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan penelitian ini, yaitu:
1. Langkah pertama yang dilakukan dalam proses penelitian ini adalah
melakukan tinjauan masalah dengan mengumpulkan fenomena, fakta, lalu
68
merumuskan masalah serta menentukan variabel yang akan diteliti. Dalam
penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah kepuasan pernikahan.
2. Kemudian langkah selanjutnya yaitu melakukan kajian teori berupa tinjauan
pustaka mengenai variabel penelitian yang terdiri dari defnisi, dimensi, dan
pengukuran masing-masing variabel, yaitu skala kepuasan pernikahan,
kepribadian big five, dukungan keluarga dan sabar.
3. Mengadaptasi alat ukur kepuasan pernikahan yang dikembangkan oleh
Spanier (1976) dan alat ukur kepribadian big five yang dikembangkan oleh
John & Srivastava (1999). Selanjutnya, membuat alat ukur dukungan keluarga
berdasarkan teori Dolan et.al. (2006) dan alat ukur sabar berdasarkan teori
Mujib (2019).
4. Selanjutnya meminta penilaian expert judgement, yaitu dosen pembimbing
terkait ketepatan item alat ukur dengan kesesuaian teori yang digunakan.
5. Menentukan target sampel penelitian dan mengajukan izin penelitian kepada
pihak yang berwenang di rumah sakit.
6. Melaksanakan pengambilan data dengan cara menyebarkan kuisioner tidak
langsung (online) menggunakan google form, sebab kondisi tidak
memungkinkan untuk dilakukannya pengambilan data secara langsung
(offline). Pengambilan data dilakukan pada periode bulan April – Mei 2020.
7. Melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah terkumpul. Melakukan
tabulasi data yang telah diperoleh.
8. Menganalisa jawaban responden untuk menguji validitas dengan
menggunakan Lisrel 8.70.
69
9. Proses analisa data menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji
hipotesis penelitian. Alasan menggunakan analisis berganda karena ingin
melihat pengaruh antara variabel bebas (independent variable) yaitu
kepribadian big five, dukungan keluarga dan sabar terhadap variabel terikat
(dependent variable); kepuasan pernikahan. Proses analisa data dibantu
dengan program IBM SPSS 23.
10. Langkah terakhir dalam proses penelitian ini adalah membuat laporan hasil
penelitian yang memuat kesimpulan, diskusi dan saran.
70
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah 213 wanita yang berprofesi sebagai perawat
dan pernah atau sedang menjalani shift kerja malam di rumah sakit wilayah
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Wanita tersebut
berstatus sudah menikah yang rentang usianya 20-58 tahun. Gambaran subjek
dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4. 1
Gambaran Subjek Penelitian
Jumlah Persentase
Usia
20 – 40 Tahun 169 79.3%
41 – 60 Tahun 44 20.7%
Lama Pernikahan
< 1 Tahun 37 17.4%
1 – 10 Tahun 110 51.6%
> 11 Tahun 66 31.0%
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar subjek dalam
penelitian ini berada pada kategori usia 20-40 tahun berjumlah 169 orang dengan
persentase 79.3% dan pada kategori usia 40-60 tahun berjumlah 44 orang dengan
persentase 20.7%. Selanjutnya pada kategori lama pernikahan diketahui < 1 tahun
berjumlah 37 orang dengan persentase 17.4%; lama pernikahan 1 – 10 tahun
berjumlah 110 orang dengan persentase 51.6%, dan lama pernikahan > 11 tahun
berjumlah 66 orang dengan persentase 31%.
71
4.2 Analisis Deskriptif
Sebelum uji hipotesis, dilakukan analisis deskriptif dengan tujuan untuk
menganalisis sejumlah data yang dikumpulkan dalam penelitian guna memperoleh
gambaran mengenai suatu variabel.
Tabel 4. 2
Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Kepuasan Pernikahan 213 19.65 62.36 50.0000 9.23616
Extraversion 213 28.42 68.40 50.0000 9.06538
Agreeableness 213 21.97 63.02 50.0000 8.36403
Conscientiousness 213 17.48 68.07 50.0000 9.12961
Neuroticism 213 28.97 74.02 50.0000 9.04350
Openness to Experience 213 27.66 72.14 50.0000 8.75459
Dukungan Konkrit 213 25.01 60.94 50.0000 8.40427
Dukungan Emosional 213 30.29 60.93 50.0000 7.64480
Dukungan Saran 213 17.13 59.12 50.0000 8.57117
Dukungan Penghargaan 213 23.98 61.88 50.0000 8.47659
Sabar dari Musibah 213 19.83 58.85 50.0000 8.38282
Sabar Meninggalkan
Larangan
213 24.47 62.86 50.0000 7.86212
Sabar Menjalankan
Perintah
213 19.10 60.89 50.0000 9.03933
Valid N (listwise)
Pada tabel 4.2 dapat diketahui deskripsi statistik dari variabel yang diteliti
dengan indeks yang dijadikan acuan dalam perhitungan adalah skor mean, standar
deviasi (SD), maksimum dan minimum tiap variabel penelitian. Kolom N
menunjukan sampel setiap variabel berjumlah 213. Variabel kepuasan pernikahan
memiliki nilai minimum 19.65, nilai maksimum 62.36 dengan SD 9.23616,
variabel extraversion memiliki nilai minimum 28.42, nilai maksimum 68.40
dengan SD 9.06538, variabel agreeableness memiliki nilai minimum 21.97, nilai
maksimum 63.02 dengan SD 8.36403, nilai conscientiousness memiliki nilai
72
minimum 17.48, nilai maksimum 68.07 dengan SD 9.12961, variabel neuroticism
memiliki nilai minimum 28.97, nilai maksimum 74.02 dengan SD 9.04350,
variabel openness to experience memiliki nilai minimum 27.66, nilai maksimum
72.14 dengan SD 8.75459.
Selanjutnya variabel dukungan konkrit memiliki nilai minimum 25.01,
nilai maksimum 60.94 dengan SD 8.40427, variabel dukungan emosional
memiliki nilai minimum 30.29, nilai maksimum 60.93 dengan SD 7.64480,
variabel dukungan saran memiliki nilai minimum 17.13, nilai maksimum 59.12
dengan SD 8.57117, variabel dukungan penghargaan memiliki nilai minimum
23.98, nilai maksimum 61.88 dengan SD 8.47659, variabel sabar dari musibah
memiliki nilai minimum 19.83, nilai maksimum 58.85 dengan SD 8.38282,
variabel sabar meninggalkan larangan memiliki nilai minimum 24.47, nilai
maksimum 62.86 dengan SD 7.86212 dan variabel sabar menjalankan perintah
memiliki nilai minimum 19.10, nilai maksimum 60.89 dengan SD 9.03933.
4.3 Kategorisasi Variabel Penelitian
Kategorisasi dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori skor variabel yaitu
rendah, sedang dan tinggi. Dalam hal ini ditetapkan norma kategorisasi tersebut
dengan menggunakan pedoman sebagai berikut.
Tabel 4. 3
Norma Skor Kategorisasi
Norma Interpretasi
X < Mean – 1 SD Rendah
Mean – 1 SD < X < Mean + 1 SD Sedang
X > Mean + 1 SD Tinggi
73
Setelah kategori tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai persentase
kategori untuk masing-masing variabel penelitian. Setiap variabel akan
dikategorikan sebagai rendah, sedang dan tinggi.
Tabel 4. 4
Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Variabel Rendah Sedang Tinggi
N % N % N %
Kepuasan Pernikahan 33 15.5% 146 68.5% 34 16.0%
Extraversion 33 15.5% 143 67.1% 37 17.4%
Agreeableness 40 18.8% 140 65.7% 33 15.5%
Conscientiousness 31 14.6% 147 69.0% 35 16.4%
Neuroticism 33 15.5% 147 69.0% 33 15.5%
Openness to Experience 37 17.4% 139 65.3% 37 17.4%
Dukungan Konkrit 36 16.9% 139 65.3% 38 17.8%
Dukungan Emosional 43 20.2% 133 62.4% 37 17.4%
Dukungan Saran 28 13.1% 130 61.0% 55 25.8%
Dukungan Penghargaan 36 16.9% 128 60.1% 49 23.0%
Sabar dari Musibah 46 21.6% 145 68.1% 22 10.3%
Sabar Meninggalkan
Larangan
41 19.2% 124 58.2% 48 22.5%
Sabar Menjalankan
Perintah
25 11.7% 136 63.8% 52 24.4%
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa seluruh variabel berada pada
kategori sedang. Hal ini karena tiga kategorisasi didasari oleh asumsi bahwa skor
populasi subjek terdistribusi secara normal. Distribusi normal terbagi atas enam
bagian atau enam satuan deviasi standar, yaitu tiga bagian berada di sebelah kiri
mean dan tiga bagian berada di sebelah kanan mean. Dengan 3 kategori, maka
keenam satuan deviasi standar dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu rendah, sedang
dan tinggi, yang mana kategori sedang akan selalu lebih banyak dibandingkan
kategori tinggi dan rendah (Azwar, 1993).
Pada variabel kepuasan pernikahan skor rendah sebanyak 33 orang
(15.5%), skor sedang sebanyak 146 orang (68.5%), skor tinggi sebanyak 34 orang
74
(16%). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas jumlah istri
berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan kepuasan pernikahan
yang tinggi 34 orang (16%), artinya jumlahnya lebih banyak dibandingkan jumlah
istri berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan kepuasan
pernikahan rendah sebanyak 33 orang (15.5%).
Pada variabel extraversion skor rendah sebanyak 33 orang (15.5%), skor
sedang sebanyak 143 orang (67.1%), skor tinggi sebanyak 37 orang (17.4%).
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas jumlah istri berprofesi
sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan extraversion tinggi 37 orang
(17.4%), artinya jumlahnya lebih banyak dibandingkan jumlah istri berprofesi
sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan extraversion rendah yaitu 33
orang (15.5%).
Pada variabel agreeableness skor rendah sebanyak 40 orang (18.8%), skor
sedang sebanyak 140 orang (65.7%), skor tinggi sebanyak 33 orang (15.5%).
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas jumlah istri berprofesi
sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan agreeableness rendah 40 orang
(18.8%), artinya jumlahnya lebih banyak dibandingkan jumlah istri berprofesi
sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan agreeableness tinggi yaitu 33
orang (15.5%).
Pada variabel conscientiousness skor rendah sebanyak 31 orang (14.6%),
skor sedang sebanyak 147 orang (69%), skor tinggi sebanyak 35 orang (16.4%).
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas jumlah istri berprofesi
sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan conscientiousness tinggi 35
75
orang (16.4%), artinya jumlahnya lebih banyak dibandingkan jumlah istri
berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan conscientiousness
rendah yaitu 31 orang (14.6%).
Pada variabel neuroticism skor rendah sebanyak 33 orang (15.5%), skor
sedang sebanyak 147 orang (69%), skor tinggi sebanyak 33 orang (15.5%).
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas jumlah istri berprofesi
sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan neuroticism tinggi 33 orang
(15.5%), artinya jumlahnya sama dengan jumlah istri berprofesi sebagai perawat
yang bekerja shift malam dengan conscientiousness rendah yaitu 33 orang
(15.5%).
Pada variabel openness to experience skor rendah sebanyak 37 orang
(17.4%), skor sedang sebanyak 139 orang (65.3%), skor tinggi sebanyak 37 orang
(17.4%). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas jumlah istri
berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan openness to
experience tinggi 37 orang (17.4%), artinya jumlahnya sama dengan jumlah istri
berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan openness to
experience rendah yaitu 37 orang (17.4%).
Pada variabel dukungan konkrit skor rendah sebanyak 36 orang (16.9%),
skor sedang sebanyak 139 orang (65.3%), skor tinggi sebanyak 38 orang (17.8%).
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas jumlah istri berprofesi
sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan dukungan konkrit tinggi 38
orang (17.8%), artinya jumlahnya lebih banyak dibandingkan jumlah istri
76
berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan dukungan konkrit
rendah yaitu 36 orang (16.9%).
Pada variabel dukungan emosional skor rendah sebanyak 43 orang
(20.2%), skor sedang sebanyak 133 orang (62.4%), skor tinggi sebanyak 37 orang
(17.4%). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas jumlah istri
berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan dukungan emosional
rendah 43 orang (20.2%), artinya jumlahnya lebih banyak dibandingkan jumlah
istri berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan dukungan
emosional tinggi yaitu 37 orang (17.4%).
Pada variabel dukungan saran skor rendah sebanyak 28 orang (13.1%),
skor sedang sebanyak 130 orang (61%), skor tinggi sebanyak 55 orang (25.8%).
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas jumlah istri berprofesi
sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan dukungan saran tinggi 55 orang
(25.8%), artinya jumlahnya lebih banyak dibandingkan jumlah istri berprofesi
sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan dukungan saran rendah yaitu 28
orang (13.1%).
Pada variabel dukungan penghargaan skor rendah sebanyak 36 orang
(16.9%), skor sedang sebanyak 128 orang (60.1%), skor tinggi sebanyak 49 orang
(23%). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas jumlah istri
berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan dukungan
penghargaan tinggi 49 orang (23%), artinya jumlahnya lebih banyak dibandingkan
jumlah istri berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan
dukungan penghargaan rendah yaitu 36 orang (16.9%).
77
Pada variabel sabar dari musibah skor rendah sebanyak 46 orang (21.6%),
skor sedang sebanyak 145 orang (68.1%), skor tinggi sebanyak 22 orang (10.3%).
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas jumlah istri berprofesi
sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan sabar dari musibah rendah 46
orang (21.6%), artinya jumlahnya lebih banyak dibandingkan jumlah istri
berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan sabar dari musibah
tinggi yaitu 22 orang (10.3%).
Pada variabel sabar meninggalkan larangan skor rendah sebanyak 41
orang (19.2%), skor sedang sebanyak 124 orang (58.2%), skor tinggi sebanyak 48
orang (22.5%). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas
jumlah istri berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan sabar
meninggalkan larangan tinggi 48 orang (22.5%), artinya jumlahnya lebih banyak
dibandingkan jumlah istri berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam
dengan sabar meninggalkan larangan rendah yaitu 41 orang (19.2%).
Pada variabel sabar menjalankan perintah skor rendah sebanyak 25 orang
(11.7%), skor sedang sebanyak 136 orang (63.8%), skor tinggi sebanyak 52 orang
(24.4%). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas jumlah istri
berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan sabar menjalankan
perintah tinggi 52 orang (24.4%), artinya jumlahnya lebih banyak dibandingkan
jumlah istri berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan sabar
menjalankan perintah rendah yaitu 25 orang (11.7%).
78
4.4 Analisis Variabel Demografi
Analisis independent t-test dan one-way anova dilakukan untuk melihat perbedaan
kepuasan pernikahan sebagai dependent variable berdasarkan usia (20-40 tahun
dan 41-60 tahun) dan lama pernikahan (< 1 tahun, 1-10 tahun, > 11 tahun).
4.4.1 Variabel Usia
Pengujian perbedaan kepuasan pernikahan berdasarkan rentang usia 20-40 tahun
dan 41-60 tahun dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut.
Tabel 4. 5
Perbedaan Kepuasan Pernikahan Berdasarkan Variabel Usia
Usia N Mean Levene’s Test
for Equality of
Variances
T-test for
Equality
Means Sig
Kepuasan
Pernikahan
20-40 tahun 169 50.2845 .369 .380
41-60 tahun 44 48.9075
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pengujian homogenitas
varians (levene’s test for equality of variances) diperoleh nilai sig yaitu 0.369.
Oleh karena nilai sig > 0.05 disimpulkan bahwa varians dari kepuasan pernikahan
pada istri berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam dengan usia 20-40
tahun dan 41-60 tahun bersifat homogen. Selanjutnya nilai rata-rata kepuasan
pernikahan pada usia 20-40 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan usia 41-60
tahun (50.2845 > 48.9075). Namun perbedaan tersebut tidak signifikan 0.380 (sig
> 0.05).
79
4.4.2 Variabel Lama Pernikahan
Pengujian perbedaan kepuasan pernikahan berdasarkan lama pernikahan <1 tahun,
1-10 tahun, >11 tahun dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut.
Tabel 4. 6
Perbedaan Kepuasan Pernikahan Berdasarkan Variabel Lama Pernikahan
Lama
Pernikahan
N Mean Test of
Homogenity of
Variances
Anova Sig
Kepuasan
Pernikahan
< 1 Tahun 37 53.3016 .683 .054
1-10 Tahun 110 49.1526
> 11 Tahun 66 49.5615
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pada pengujian homogenitas
varians dengan test of homogenity of variances diperoleh nilai sig 0.683 (sig >
0.05), artinya varians kepuasan pernikahan berdasarkan variabel lama pernikahan
bersifat homogen. Analisis perbedaan kepuasan pernikahan berdasarkan lama
pernikahan dilakukan dengan analisis one way anova dan didapatkan nilai
signifikansi 0.054 (sig > 0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaaan nilai kepuasan pernikahan berdasarkan masing-masing
kelompok lama pernikahan, namun perbedaan tersebut tidak signifikan.
4.5 Uji Hipotesis Penelitian
4.5.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian
Pada tahap uji hipotesis penelitian, penulis menggunakan teknik analisis regresi
berganda dengan software SPSS 23. Dalam regresi ada tiga hal yang dilihat, yaitu
melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependent
variable yang dijelaskan oleh independent variable, apakah secara keseluruhan
80
independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variable
dan melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing
independent variable.
Langkah awal yang dilakukan yaitu melihat besaran R square untuk
mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh
independent variable. Tabel R square dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut.
Tabel 4. 7
Tabel R square
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .558a .311 .270 7.89362
a. Predictors: (Constant), Sabar Menjalankan Perintah, Extraversion, Dukungan
Konkrit, Dukungan Saran, Sabar Meninggalkan Larangan, Openness to
Experience, Dukungan Emosional, Neuroticism, Sabar dari Musibah, Dukungan
Penghargaan, Agreeableness, Conscientiousness
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa perolehan R square sebesar
0.311 atau 31.1%, artinya proporsi varians dari kepuasan pernikahan dapat
dijelaskan oleh kepribadian big five (extraversion, agreeableness,
conscientiousness, neuroticism, openness to experience), dukungan keluarga
(dukungan konkrit, dukungan emosional, dukungan saran, dukungan
penghargaan) dan sabar (sabar dari musibah, sabar meninggalkan larangan, sabar
menjalankan perintah) sebesar 31.1%, sedangkan 68.9% sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain di luar penelitian.
Langkah selanjutnya adalah menganalisis dampak dari seluruh
independent variable terhadap kepuasan pernikahan. Adapun hasil uji F dapat
dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut.
81
Tabel 4. 8
Tabel Anova
Model Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
1 Regression 5623.167 12 468.597 7.521 .000b
Residual 12461.854 200 62.309
Total 18085.021 212
a. Dependent Variable: Kepuasan Pernikahan
b. Predictors: (Constant), Sabar Menjalankan Perintah, Extraversion, Dukungan
Konkrit, Dukungan Saran, Sabar Meninggalkan Larangan, Openness to
Experience, Dukungan Emosional, Neuroticism, Sabar dari Musibah, Dukungan
Penghargaan, Agreeableness, Conscientiousness
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui nilai sig .000 (sig < 0.05), maka hipotesis
nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan kepribadian big five,
dukungan keluaga dan sabar terhadap kepuasan pernikahan ditolak. Artinya, ada
pengaruh yang signifikan antara variabel kepribadian big five (extraversion,
agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience),
dukungan keluarga (dukungan konkrit, dukungan emosional, dukungan saran,
dukungan penghargaan) dan sabar (sabar dari musibah, sabar meninggalkan
larangan, sabar menjalankan perintah).
Kemudian langkah terakhir dari analisis regresi berganda yaitu melihat
koefisien regresi dari setiap variabel independen. Jika sig < 0.05, maka koefisien
regresi tersebut signifikan yang berarti variabel independen tersebut memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Adapun besarnya koefisien
regresi dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat
dilihat pada tabel 4.9.
82
Tabel 4. 9
Koefisien Regresi
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std.
Error Beta
1 (Constant) 3.194 8.252 .387 .699
Extraversion .014 .072 .014 .197 .844
Agreeableness .199 .091 .180 2.201 .029*
Conscientiousness .071 .096 .070 .739 .461
Neuroticism .015 .077 .015 .194 .846
Openness to
Experience
.041 .079 .039 .516 .607
Dukungan
Konkrit
.021 .071 .019 .289 .773
Dukungan
Emosional
.231 .080 .191 2.881 .004*
Dukungan Saran .063 .078 .059 .811 .418
Dukungan
Penghargaan
.046 .087 .042 .527 .599
Sabar dari
Musibah
-.062 .083 -.056 -.747 .456
Sabar
Meninggalkan
Larangan
.110 .085 .094 1.295 .197
Sabar
Menjalankan
Perintah
.187 .083 .183 2.263 .025*
a. Dependent Variable: Kepuasan Pernikahan
Keterangan: *= Signifikan
Berdasarkan tabel 4.9 telah diketahui koefisien regresi setiap variabel
independen dan dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:
Kepuasan pernikahan= 3.194 + 0.014 extraversion + 0.199 agreeableness* +
0.071 conscientiousness + 0.015 neuroticism + 0.041 openness to experience +
0.021 dukungan konkrit + 0.231 dukungan emosional* + 0.063 dukungan saran +
0.046 dukungan penghargaan 0.062 sabar dari musibah + 0.110 sabar
meninggalkan larangan + 0.187 sabar menjalankan perintah*.
83
Untuk mengetahui koefisien regresi yang signifikan dapat dilihat pada
kolom sig, jika sig < 0.05 maka koefisien regresi memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen. Berikut adalah penjelasan koefisien regresi
dari setiap variabel independen:
1. Variabel extraversion memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.014 dan nilai
signifikansi sebesar 0.844 (Sig > 0.05). Hal ini bermakna hipotesis nihil yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara extraversion terhadap
kepuasan pernikahan diterima. Dapat diartikan bahwa extraversion tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pernikahan.
2. Variabel agreeableness memiliki koefisien regresi sebesar 0.199 dan nilai
signifikansi sebesar 0.029 (Sig < 0.05). Hal ini bermakna hipotesis nihil yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara agreeableness terhadap
kepuasan pernikahan ditolak. Dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara agreeableness terhadap kepuasan pernikahan. Koefisien
yang bertanda positif berarti semakin tinggi agreeableness, maka semakin
tinggi kepuasan pernikahan, begitupun sebaliknya.
3. Variabel conscientiousness memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.071 dan
nilai signifikansi sebesar 0.461 (Sig > 0.05). Hal ini bermakna hipotesis nihil
yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara conscientiousness
terhadap kepuasan pernikahan diterima. Dapat diartikan bahwa
conscientiousness tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
pernikahan.
84
4. Variabel neuroticism memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.015 dan nilai
signifikansi sebesar 0.846 (Sig > 0.05). Hal ini bermakna hipotesis nihil yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara neuroticism terhadap
kepuasan pernikahan diterima. Dapat diartikan bahwa neuroticism tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pernikahan.
5. Variabel openness to experience memiliki nilai koefisien regresi sebesar .041
dan nilai signifikansi sebesar 0.607 (Sig > 0.05). Hal ini bermakna hipotesis
nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara openness to
experience terhadap kepuasan pernikahan diterima. Dapat diartikan bahwa
openness to experience tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
pernikahan.
6. Variabel dukungan konkrit memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.021 dan
nilai signifikansi sebesar 0.773 (Sig > 0.05). Hal ini bermakna hipotesis nihil
yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara dukungan konkrit
terhadap kepuasan pernikahan diterima. Dapat diartikan bahwa dukungan
konkrit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pernikahan.
7. Variabel dukungan emosional memiliki koefisien regresi sebesar 0.231 dan
nilai signifikansi sebesar 0.004 (Sig < 0.05). Hal ini bermakna hipotesis nihil
yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara dukungan
emosional terhadap kepuasan pernikahan ditolak. Dapat diartikan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara dukungan emosional terhadap
kepuasan pernikahan. Koefisien yang bertanda positif berarti semakin tinggi
85
dukungan emosional, maka semakin tinggi kepuasan pernikahan, begitupun
sebaliknya.
8. Variabel dukungan saran memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.063 dan
nilai signifikansi sebesar 0.418 (Sig > 0.05). Hal ini bermakna hipotesis nihil
yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara dukungan saran
terhadap kepuasan pernikahan diterima. Dapat diartikan bahwa dukungan
saran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pernikahan.
9. Variabel dukungan penghargaan memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.046
dan nilai signifikansi sebesar 0.599 (Sig > 0.05). Hal ini bermakna hipotesis
nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara dukungan
penghargaan terhadap kepuasan pernikahan diterima. Dapat diartikan bahwa
dukungan penghargaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
pernikahan.
10. Variabel sabar dari musibah memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.062
dan nilai signifikansi sebesar 0.456 (Sig > 0.05). Hal ini bermakna hipotesis
nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara sabar dari
musibah terhadap kepuasan pernikahan diterima. Dapat diartikan bahwa sabar
dari musibah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
pernikahan.
11. Variabel sabar meninggalkan larangan memiliki nilai koefisien regresi sebesar
0.110 dan nilai signifikansi sebesar 0.197 (Sig > 0.05). Hal ini bermakna
hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara
sabar meninggalkan larangan terhadap kepuasan pernikahan diterima. Dapat
86
diartikan bahwa sabar meninggalkan larangan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan pernikahan.
12. Variabel sabar menjalankan perintah memiliki koefisien regresi sebesar 0.187
dan nilai signifikansi sebesar 0.025 (Sig < 0.05). Hal ini bermakna hipotesis
nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara sabar
menjalankan perintah terhadap kepuasan pernikahan ditolak. Dapat diartikan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara sabar menjalankan perintah
terhadap kepuasan pernikahan. Koefisien yang bertanda positif berarti
semakin tinggi sabar menjalankan perintah, maka semakin tinggi kepuasan
pernikahan, begitupun sebaliknya.
Berdasarkan tabel 4.9 dan penjelasan yang telah dijabarkan, diketahui
bahwa ada tiga variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
pernikahan, yaitu variabel agreeableness, dukungan emosional dan sabar
menjalankan perintah. Untuk mengetahui variabel independen mana yang
memberikan pengaruh paling besar dapat dilihat dari nilai B. Berdasarkan nilai
pada tabel 4.9, diketahui bahwa variabel dukungan emosional memberikan
pengaruh paling besar terhadap kepuasan pernikahan daripada variabel
independen lainnya dengan nilai B sebesar 0.231.
4.5.2 Analisis Proporsi Varians
Pengujian pada tahap ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar proporsi
varians atau sumbangan dari setiap variabel independen terhadap kepuasan
87
pernikahan, maka dilakukan analisis variabel independen satu persatu. Berikut
besar proporsi varians dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4. 10
Proporsi Varians untuk masing-masing Independent Variable
Model R
Square
R
Square
Change
Change Statistics
F Change df1 df2 Sig. F
Change
Extraversion .012 .012 2.636 1 211 .106
Agreeableness .176 .164 41.667 1 210 .000*
Conscientiousness .213 .038 9.981 1 209 .002*
Neuroticism .215 .001 .326 1 208 .569
Openness to
Experience
.217 .002 .645 1 207 .423
Dukungan
Konkrit
.226 .009 2.383 1 206 .124
Dukungan
Emosional
.276 .050 14.274 1 205 .000*
Dukungan Saran .281 .004 1.191 1 204 .276
Dukungan
Penghargaan
.284 .004 1.029 1 203 .312
Sabar dari
Musibah
.284 .000 .031 1 202 .861
Sabar
Meninggalkan
Larangan
.293 .009 2.538 1 201 .113
Sabar
Menjalankan
Perintah
.311 .018 5.120 1 200 .025*
Keterangan: *= Signifikan
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui besar sumbangan variabel
independen dan signifikansinya terhadap penambahan varians dari kepuasan
pernikahan. Penjelasan proporsi varians dari setiap variabel adalah sebagai
berikut:
1. Extraversion memberikan sumbangan terhadap kepuasan pernikahan sebesar
1.2% dengan nilai sig F change 0.106 (Sig > 0.05), yang berarti sumbangan
extraversion tidak signifikan terhadap kepuasan pernikahan.
88
2. Agreeableness memberikan sumbangan terhadap kepuasan pernikahan sebesar
16.4% dengan nilai sig F change 0.000 (Sig < 0.05), yang berarti sumbangan
agreeableness signifikan terhadap kepuasan pernikahan.
3. Conscientiousness memberikan sumbangan terhadap kepuasan pernikahan
sebesar 3.8% dengan nilai sig F change 0.002 (Sig < 0.05), yang berarti
sumbangan conscientiousness signifikan terhadap kepuasan pernikahan.
4. Neuroticism memberikan sumbangan terhadap kepuasan pernikahan sebesar
0.1% dengan nilai sig F change 0.569 (Sig > 0.05), yang berarti sumbangan
neuroticism tidak signifikan terhadap kepuasan pernikahan.
5. Openness to experience memberikan sumbangan terhadap kepuasan
pernikahan sebesar 0.2% dengan nilai sig F change 0.423 (Sig > 0.05), yang
berarti sumbangan openness to experience tidak signifikan terhadap kepuasan
pernikahan.
6. Dukungan konkrit memberikan sumbangan terhadap kepuasan pernikahan
sebesar 0.9% dengan nilai sig F change 0.124 (Sig > 0.05), yang berarti
sumbangan dukungan konkrit tidak signifikan terhadap kepuasan pernikahan.
7. Dukungan emosional memberikan sumbangan terhadap kepuasan pernikahan
sebesar 5% dengan nilai sig F change 0.000 (Sig < 0.05), yang berarti
sumbangan dukungan emosional signifikan terhadap kepuasan pernikahan.
8. Dukungan saran memberikan sumbangan terhadap kepuasan pernikahan
sebesar 0.4% dengan nilai sig F change 0.276 (Sig > 0.05), yang berarti
sumbangan dukungan saran tidak signifikan terhadap kepuasan pernikahan.
89
9. Dukungan penghargaan memberikan sumbangan terhadap kepuasan
pernikahan sebesar 0.4% dengan nilai sig F change 0.312 (Sig > 0.05), yang
berarti sumbangan dukungan saran tidak signifikan terhadap kepuasan
pernikahan.
10. Sabar dari musibah memberikan sumbangan terhadap kepuasan pernikahan
sebesar 0% dengan nilai sig F change 0.861 (Sig > 0.05), yang berarti
sumbangan sabar dari musibah tidak signifikan terhadap kepuasan pernikahan.
11. Sabar meninggalkan larangan memberikan sumbangan terhadap kepuasan
pernikahan sebesar 0.9% dengan nilai sig F change 0.113 (Sig > 0.05), yang
berarti sumbangan sabar meninggalkan larangan tidak signifikan terhadap
kepuasan pernikahan.
12. Sabar menjalankan perintah memberikan sumbangan terhadap kepuasan
pernikahan sebesar 1.8% dengan nilai sig F change 0.025 (Sig < 0.05), yang
berarti sumbangan sabar menjalankan perintah signifikan terhadap kepuasan
pernikahan.
Dengan demikian variabel yang memberikan sumbangan pengaruh
signifikan terhadap kepuasan pernikahan adalah variabel agreeableness,
conscientiousness, dukungan emosional dan sabar menjalankan perintah,
sedangkan extraversion, neuroticism, openness to experience, dukungan konkrit,
dukungan saran, dukungan penghargaan, sabar dari musibah dan sabar
meninggalkan larangan tidak signifikan.
90
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah diuraikan pada bab 4,
diperoleh bahwa hipotesis mayor diterima, artinya terdapat pengaruh yang
signifikan kepribadian big five (extraversion, agreeableness, conscientiousness,
neuroticism, openness to experience), dukungan keluarga (dukungan konkrit,
dukungan emosional, dukungan saran, dukungan penghargaan) dan sabar (sabar
dari musibah, sabar meninggalkan larangan, sabar menjalankan perintah) terhadap
kepuasan pernikahan pada istri berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift
malam.
Secara keseluruhan terdapat tiga hipotesis minor yang diterima, yaitu
agreeableness, dukungan emosional dan sabar menjalankan perintah
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan.
Sedangkan extraversion, conscientiousness, neuroticism, openness to experience,
dukungan konkrit, dukungan saran, dukungan penghargaan, sabar dari musibah
dan sabar meninggalkan larangan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan
pernikahan.
5.2 Diskusi
Berdasarkan kesimpulan penelitian, ditunjukan bahwa terdapat pengaruh bersama
yang signifikan kepribadian big five (extraversion, agreeableness,
91
conscientiousness, neuroticism, openness to experience), dukungan keluarga
(dukungan konkrit, dukungan emosional, dukungan saran, dukungan
penghargaan) dan sabar (sabar dari musibah, sabar meninggalkan larangan, sabar
menjalankan perintah) terhadap kepuasan pernikahan pada istri berprofesi sebagai
perawat yang bekerja shift malam. Kemudian berdasarkan koefisien regresi dan
signifikansi hasil uji hipotesis, terdapat tiga variabel yang signifikan berpengaruh
terhadap kepuasan pernikahan.
Salah satu sumber yang menentukan suatu hubungan pernikahan puas atau
tidaknya adalah kepribadian. Kepribadian yang berbeda mencerminkan respons
seseorang terhadap peristiwa di kehidupan. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, kepribadian extraversion tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap kepuasan pernikahan pada istri berprofesi sebagai perawat yang bekerja
shift malam. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Sari, Indriana & Ariati (2012)
bahwa semakin tinggi skor extraversion individu maka semakin tinggi pula
kepuasan pernikahannya. Individu dengan kepribadian extraversion memiliki
tingkat stres lebih rendah serta mampu mengatasi permasalahan dengan baik
(Bolger & Hemenover dalam Barelds, 2005). Sebaliknya hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Lester, Haig & Monello (1989) bahwa pasangan yang
memiliki skor extraversion tinggi lebih merasa tidak puas pada pernikahan.
Kecenderungan individu dengan kepribadian extraversion tinggi dicirikan sebagai
individu yang senang berinteraksi sosial, aktif dan senang berbicara. Dengan
kecenderungan tersebut individu memiliki hubungan kekerabatan yang baik
dengan orang lain, tetapi bukan faktor secara langsung terhadap kepuasan
92
pernikahan (Bouchard, Lussier & Sabourin, 1999), melainkan individu yang
memiliki kepribadian extraversion akan mendapat jumlah dukungan lebih banyak
dari orang terdekat.
Trait kepribadian big five lainnya yaitu agreeableness yang memiliki
pengaruh signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada istri berprofesi sebagai
perawat yang bekerja shift malam. Menurut Botwin, Buss & Shackelford (1997),
pasangan dengan kepribadian agreeableness menjadi prediktor yang kuat akan
kepuasan pernikahan, karena pasangan dengan kepribadian agreeableness
ditandai dengan individu yang mudah percaya, senang berdiskusi dan segala
sesuatunya dikomunikasikan bersama. Karakter seperti ini mampu membangun
ikatan interpersonal yang baik dengan pasangan, sebab dengan peduli, ramah,
kooperatif serta bersikap hangat akan membuat pasangan menjadi lebih nyaman
dan puas akan pernikahannya. Sejalan dengan pernyataan sebelumnya, penelitian
Indriani (2014) mengungkapkan bahwa trait kepribadian agreeableness memiliki
konstribusi lebih besar pada kepuasan pernikahan, hal ini disebabkan karena
individu yang memiliki karakteristik agreeableness cenderung mementingkan
kepentingan orang lain daripada dirinya sendiri (Baumeister & Vohs, 2007).
Pada penelitian ini dapat diketahui conscientiousness tidak berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada istri berprofesi sebagai perawat
yang bekerja shift malam. Conscientiousness identik dengan keteraturan, pandai
dalam mengorganisasikan sesuatu atau bisa disebut juga sebagai pribadi yang
berambisi. Individu dengan conscientiousness tinggi cenderung terhindar dari
masalah karena memiliki perencanaan yang terarah. Namun sebaliknya, sering
93
kali individu dengan conscientiousness tinggi menjadi perfeksionis dan
workaholic (Beaumont & Stot, 2003). Karakteristik seperti inilah yang memicu
rendahnya kepuasan pernikahan pada istri berprofesi sebagai perawat yang
bekerja shift malam, karena jika terlalu berambisi pada pekerjaan, seorang istri
menjadi kurang memperhatikan keluarga dan cenderung menunda kepuasannya.
Kepribadian big five selanjutnya yaitu neuroticism yang tidak berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada istri berprofesi sebagai perawat
yang bekerja shift malam. Dalam penelitian Bradbury (1998) dapat diketahui
salah satu faktor risiko ketidakpuasan dan ketidakstabilan pernikahan yaitu
kepribadian neuroticism. Neuroticism digambarkan sebagai pribadi yang
pesimistis, selalu berpikir negatif dan membayangkan hal buruk terjadi
(Baumeister & Vohs, 2007). Ini menjadi kecenderungan pasangan banyak
mengeluh sehingga berujung pada ketidakpuasan. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Garegozlo (2013) yang diketahui bahwa neuroticism memiliki
pengaruh negatif terhadap kepuasan pernikahan, artinya neuroticism berpengaruh
kuat terhadap ketidakpuasan pernikahan. Karakter ini jelas menciptakan
ketidakpuasan, sebab neuroticism mencerminkan ketidakstabilan emosi,
tempramen, mudah marah, yang memungkinkan konflik dengan pasangan lebih
sering terjadi.
Openness to experience merupakan salah satu dimensi kepribadian big five
yang tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada istri
berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam. Berbeda dengan penelitian
Fani & Kheirabadi (2011), keterbukaan dan kedalaman pengalaman individu
94
berkorelasi positif dengan kepuasan pernikahan, artinya peningkatan openness to
experience dapat menyebabkan hubungan pernikahan menjadi lebih baik. Namun,
hasil penelitian ini menunjukan kesesuaian dengan penelitian Gattis, et.al. (2004)
yang mengungkapkan openness to experience tidak berkaitan dengan kepuasan
pernikahan. Individu dengan kepribadian openness to experience dicirikan dengan
imajinasi, wawasan serta adanya keingintahuan besar terhadap berbagai hal
(Kaufman & Larson, 2011). Hal demikian tentunya yang menimbulkan konflik,
rasa ingin tahu yang berlebihan kepada pasangan memicu perasaaan curiga yang
dapat berujung pada rendahnya kepuasan pernikahan.
Pada variabel dukungan keluarga, hasil penelitian menunjukan bahwa
dukungan konkrit tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pernikahan
pada istri berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam. Hal ini tidak
sejalan dengan pendapat Browne (2014) bahwa dukungan konkrit dibutuhkan
untuk membantu mengurangi stres dalam menghadapi kesulitan yang terjadi pada
kehidupan pernikahan. Penelitian Amato, et.al (2007) juga mengatakan bahwa
bantuan praktis maupun secara finansial dari orang tua dan mertua menjadi
penting dalam hubungan pernikahan khususnya pada tahun awal pernikahan.
Selanjutnya dari keempat variabel dukungan keluarga, hanya dukungan
emosional yang pengaruhnya signifikan dan positif terhadap kepuasan pernikahan
pada istri berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam. Artinya semakin
tinggi dukungan emosional yang diterima, maka semakin tinggi pula kepuasan
pernikahannya. Sejalan dengan penelitian Mickelson, Claffey & Williams (2006)
bahwa kepuasan pernikahan akan meningkat serta konflik pun semakin berkurang
95
bila melibatkan dukungan emosional. Kegagalan pernikahan mungkin dapat
terjadi apabila kurangnya dukungan emosional dari lingkungan keluarga (Papalia,
Old & Feldman, 2008). Dukungan secara emosional yang bersumber dari keluarga
terdekat dapat membantu individu untuk mengatasi stres dan menghilangkan
dampak negatif dari stres kehidupan pernikahan (Rostami, Ghazinour & Richter,
2013). Penelitian Timmer dan Veroff (2000) juga mengatakan demikian, bahwa
dukungan emosional yang terjalin dengan keluarga pasangan seperti mertua atau
saudara mampu meningkatkan kepuasan pernikahan dan beresiko rendah terhadap
perceraian. Hal ini disebabkan karena dukungan emosional dari keluarga berperan
penting sebagai pelabuhan atau tempat mencurahkan segala hal yang dirasakan,
baik berasal dari orang tua, mertua, keluarga pasangan ataupun saudara.
Dukungan ini mudah didapatkan karena dengan bersikap empati, perhatian dan
mau mendengar keluh kesah yang dirasakan bisa menjadi salah satu cara yang
tepat sebagai bentuk dukungan kepada pasangan yang telah menikah.
Selanjutnya dukungan saran tidak berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan pernikahan pada istri berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift
malam. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Khan & Aftab (2013), bahwa
dukungan orang tua dengan memberikan nasihat, saran turut berperan penting
dalam membangun ikatan pernikahan, karena dengan adanya pengalaman dan
bimbingan orang tua, pasangan mampu menangani masalah serta merasa puas
dalam pernikahannya. Sejalan dengan penelitian sebelumnya, pasangan yang
berbagi informasi dengan keluarga akan merasa puas pernikahannya karena
96
dengan berbagi informasi dapat mengurangi keraguan dengan pasangan (Bryant &
Conger, 1999).
Pada penelitian Burleson (dalam Dolan, 2006) mengatakan bahwa
dukungan penghargaan menjadi fondasi yang kuat dalam memberikan dorongan
maju untuk anggota keluarga. Namun dalam penelitian ini, dukungan
penghargaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada
istri berprofesi sebagai perawat yang bekerja shift malam. Hal ini bisa disebabkan
karena istri yang bekerja shift malam kurang terdukung dalam pemberian
penilaian positif atas apa yang telah dilakukan.
Pada variabel sabar, dimensi yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
kepuasan pernikahan yaitu sabar menjalankan perintah. Sabar dalam Islam berarti
tidak hanya terkait dengan kemampuan pengendalian diri, ketabahan atau
kegigihan saja, namun sabar dikatakan sebagai keimanan individu kepada Allah
Swt (Indria, Siregar & Herawati, 2019). Dengan tetap melaksanakan apa yang
menjadi perintah Allah Swt, seperti mengendalikan emosi, menahan amarah,
berpikir panjang untuk melakukan sesuatu, maka senantiasa akan meningkatkan
kepuasan pernikahan. Perintah yang dimaksud juga termasuk dalam beribadah,
seperti sholat yang dilakukan umat Islam dapat memunculkan ketenangan hati,
melatih diri dalam kesulitan dan terhindar untuk berbuat buruk (Bahnasi dalam
Pratiwi, 2017). Perasaan tenang serta nyaman mendekatkan diri kepada Sang
Pencipta berdampak pada bagaimana pasangan menjalani kehidupan
pernikahannya, sebab Allah Swt selalu dilibatkan di setiap perjalanan rumah
tangga. Individu yang sabar menjalankan perintah akan merasa puas pada
97
pernikahannya, sebab individu menjadi lebih merasa bersyukur terhadap segala
yang terjadi dalam pernikahannya. Penelitian sebelumnya pun mengatakan
demikian, bahwa kemampuan untuk bersabar akan membuat pasangan mampu
bertahan serta mencari solusi atas permasalahan yang ada dan merasa puas akan
pernikahannya (Kumala dan Trihandayani, 2015). Penelitian Basharpour, Porzoor
& Moazedi (2015) yang dilakukan pada perawat wanita yang telah menikah
menunjukkan sabar memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan pernikahan.
Dijelaskan dalam penelitian tersebut bahwa konflik yang terjadi dalam kehidupan
pernikahan dapat dikontrol dengan bersikap sabar serta terhindar dari stres
keluarga dan hubungan pernikahan.
Terdapat keterbatasan yang harus dipertimbangkan dalam penelitian ini.
Keterbatasan sampel tidak dibatasi pada perawat di setiap bangsal atau bagian
yang berbeda. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk
melengkapi kekurangan dan keterbasan penelitian ini.
5.3 Saran
5.3.1 Saran Teoritis
1. Pada penelitian ini terdapat tiga dimensi yang berpengaruh terhadap kepuasan
pernikahan, diataranya adalah kepribadian agreeableness, dukungan
emosional dan sabar menjalankan perintah. Disarankan untuk penelitian
selanjutnya agar meneliti variabel lain yang dapat membentuk kepribadian
agreeableness, dukungan emosional dan sabar menjalankan perintah guna
memberikan pengaruh terhadap kepuasan pernikahan.
98
2. Pengambilan data pada penelitian ini tidak dapat digeneralisir untuk semua
istri yang bekerja shift malam. Hal ini disebabkan karena keterbatasan jumlah
sampel dan profesi sampel sebagai perawat, yang mana pekerja shift malam
tidak hanya perawat saja. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya perlu
dilakukan pada sampel yang lebih besar dan sampel diperluas dari berbagai
profesi dengan jam kerja shift malam, seperti dokter, pramugari, pilot, petugas
keamanan, penjaga toko dan lain sebagainya.
3. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar meneliti kepuasan pernikahan
pada perawat laki-laki atau pada perawat di setiap bidang yang berbeda.
4. Penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan pengujian kepuasan
pernikahan berdasarkan siklus pernikahan atau sesuai dengan rentang usia
pernikahan.
5.3.2 Saran Praktis
1. Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa kepribadian agreeableness
memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada istri yang
bekerja shift malam. Sebaiknya seorang istri memiliki kepribadian
agreeableness, yaitu mudah percaya, peduli dan senang berkompromi dengan
pasangan, sebab karakter ini mampu membangun ikatan interpersonal yang
baik dengan pasangan serta menjadi prediktor yang kuat terciptanya kepuasan
pernikahan.
2. Penelitian ini menunjukan dukungan emosional dari keluarga turut
memberikan kontribusi terhadap kepuasan pernikahan pada istri yang bekerja
99
shift malam. Diharapkan dukungan emosional terjalin di dalam keluarga,
sebab dukungan ini paling mudah didapatkan karena tidak membutuhkan
usaha besar untuk bersikap empati atau simpati dan menjadi pendengar yang
baik dalam keluarga.
3. Hasil penelitian ini juga menunjukan adanya pengaruh sabar terhadap
kepuasan pernikahan pada istri yang bekerja shift malam. Untuk
meningkatkan kepuasan pernikahan diharapkan istri memiliki sikap sabar
dalam menjalankan perintah. Sebaiknya seorang istri menjadikan sabar dalam
melaksanakan perintah Allah Swt sebagai landasan dalam bertindak, sebab
dengan begitu akan memupuk rasa ketaatan kepada Allah Swt serta akan
tercipta kepuasan dan hubungan pernikahan yang bertahan lama.
100
DAFTAR PUSTAKA
Agna, S. (2019). Pengaruh Penyesuaian Pernikahan dan Kepribadian Big Five
Terhadap Kepuasan Pernikahan pada Istri yang Bekerja. Skripsi. Jakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Aizid, R. (2018). Fiqh Keluarga Terlengkap. Penerbit Laksana.
Alfaruqy, M. Z. (2018). Pemberdayaan Keluarga dalam Perspektif Psikologi.
Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.
Amalia, V. & Ratnasari, Y. (2017). Kepuasan Pernikahan Berhubungan dengan
Kecenderungan Berselingkuh. Jurnal Ilmu Perilaku, 1 (1), 45-57.
https://doi.org/10.25077/jip.1.1.45-57.2017
Amato, et. al. (2007). Alone Together How Marriage in America is Changing.
Harvard University Press.
Armanto, J. (2019). Zaman Sudah Berubah. Diunduh tanggal 31 Oktober 2019
dari https://www.indopos.co.id
Ayub, N. & Iqbal, S. (2012). The Factors Predicting Marital Satisfaction: A
Gender Difference in Pakistan. The International Journal of
Interdisciplinary Social Sciences, 6 (7), 63-73. doi:10.18848/1833-
1882/CGP/v06i07/52112
Azani, I. (2018). Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kepuasan
Pernikahan Pada Remaja Yang Menikah. Skripsi. Malang: Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Azwar, S. (1993). Kelompok Subjek Ini Memiliki Harga Diri yang Rendah.
Buletin Psikologi, I (2), 13-17.
Badan Pusat Statistik. (2016). Nikah, Talak dan Cerai, serta Rujuk 2007–2016.
Diunduh pada tanggal 31 Oktober 2019 dari http://www.bps.go.id
Barelds, D. P. H. (2005). Self and Partner Personality in Intimate Relationships.
European Journal of Personality, 19, 501–518. doi:10.1002/per.549
Basharpour, S. Porzoor, P. & Moazedi, K. (2015). The Role of Psychological
Hardiness, Patience and Islamic Optimism in Predicting Marital
Satisfaction of Nurses (Based on Islamic Attitude). Journal of Health, 8
(2), 191-203.
Baumeister, R. F. & Vohs, K. D. (2007). Encyclopedia of Social Psychology. Sage
Publications.
101
Beaumont, L. R. & Stout, D. (2003). Five Factor Constellations and Popular
Personality Types. Journal Psychology, 106, 1–29.
Berk, L. E. (2006). Development Through The Lifespan. Allyn and Bacon.
Bouchard, G., Lussier, Y. & Sabourin, S. (1999). Personality and Marital
Adjustment: Utility of the Five-Factor Model of Personality. Journal of
Marriage and Family, 61 (3), 651-660.
Botwin, M., Buss, D. M. & Shackelford, T. K. (1997). Personality and Mate
Preferences: Five Factors in Mate Selection and Marital Satisfaction.
Journal of Personality, 65 (1), 107-136. doi:10.1111/j.1467-
6494.1997.tb00531.x
Bradbury, T., Fincham, F. D., & Beach, R. H. S. (2000). Research on the Nature
and Determinants of Marital Satisfaction: A Decade in Review. Journal of
Marriage and Family. 964–980.
Bradbury, T. N. (1998). The Developmental Course of Marital Dysfunction.
Cambridge University Press.
Brehm, S. S., Miller, R. S., Perlman, D. & Campbell, S. M. (2002). Intimate
Relationship (3rd ed.). McGraw Hill.
Browne, C. H. (2014). The Strengthening Families Approach and Protective
Factors Framework: Branching Out and Reaching Deeper. Center for the
Study of Social Policy.
Bryant, C. M. & Conger, R. D. (1999). Marital Success and Domains of Social
Support in Long-Term Relationships: Does the Influence of Network
Members Ever End. Journal of Marriage and the Family, 61 (2), 437-450.
Burpee, L. & Langer, E. (2005). Mindfulness and Marital Satisfaction. Journal of
Adult Development, 12 (1), 43-51. doi:10.1007/s10804-005-1281-6
Chaplin, J. P. Dictionary of Psychology. Kamus Lengkap Psikologi. Kartini
Kartono (terj). 1997. PT Raja Grafindo Persada.
Chi, et.al. (2013). Similarity of Relationship Standards, Couple Communication
Patterns, and Marital Satisfaction Among Chinese Couples. Journal of
Family Psychology, 27 (5), 806–816. doi:10.1037/a0034113
Christine, W. S., dkk. (2010). Pengaruh Konflik Peran Keluarga dan Konflik
keluarga terhadap Kinerja dengan Konflik Pekerjaan Keluarga sebagai
Intervening Variabel (Studi pada Dual Career Couple di Jabodetabek).
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 12 (2). 121-132.
102
Claxton, A. (2011). Personality Traits and Marital Satisfaction within Enduring
Relationships: An Intra-Couple Discrepancy Approach. Journal of Social
and Personal Relationships, 29 (3), 375–396.
doi:10.1177/0265407511431183
Cloninger, S. (1993). Theories of Personality Understanding Persons. Prentice
Hall.
Devaney, C. & Canavan, J. (2016). What Works in Family Support.
doi:10.13140/RG.2.2.19840.64004
Dewi, E. M. & Basti. (2008). Konflik Perkawinan dan Model Penyelesaian
Konflik Pada Pasangan Suami Istri. Jurnal Psikologi, 2 (1). 42-51.
Dinas Kependudukan & Pencatatan Sipil. (2020). Registrasi Akta Perceraian di
DKI Jakarta Tahun 2019. Diunduh pada tanggal 30 Mei 2020 dari
http://statistik.jakarta.go.id
Dolan, P., Canavan, J., & Pinkerton, J. (2006). Family Support as Reflective
Practices. Jessica Kingsley Publishers.
El Hafiz, dkk. (2012). Konstruk Psikologi Kesabaran Dan Perannya dalam
Kebahagiaan Seseorang. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
Fani, S. & Kheirabadi, A. N. (2011). Personality Traits and Mental Divorce.
Social and Behavioral Sciences, 30, 671 – 675.
doi:10.1016/j.sbspro.2011.10.129
Feist & Feist. Theories of Personality. Teori Kepribadian: Buku 1. Handriatno
(terj). 2009a. Penerbit Salemba Humanika.
Feist & Feist. Theories of Personality. Teori Kepribadian: Buku 2. Handriatno
(terj). 2009b. Penerbit Salemba Humanika.
Fitzpatrick, M. A. (1988). Between Husband & Wives. Communication in
Marriage. Sage Publications.
Fouad, N. A., Cotter, E. W., Fitzpatrick, M. E., Kantamneni, N., Carter, L., &
Bernfeld, S. (2010). Development and Validation of the Family Influence
Scale. Journal of Career Assessment, 18 (3), 276–291.
doi:10.1177/1069072710364793
Fowers, B. J. & Olson, David H. (1993). ENRICH Marital Satisfaction Scale: A
Brief Research and Clinical Tool. Journal of Family Psychology, 7 (2),
176-185. https://psycnet.apa.org
Friedman & Schustack. (2006). Kepribadian, Teori Klasik dan Riset Modern,
Edisi Ketiga jilid 1. Penerbit Erlangga.
103
Garegozlo, R. M. & Javanmard, G. H. (2013). The Study of Relationship Between
Marital Satisfaction and Personality Characteristics in Iranian Families.
Procedia-Social and Behavioral Sciences, 396-399.
doi:10.1016/j.sbspro.2013.06.573
Gattis, et.al. (2004). Birds of a Feather or Strange Birds? Ties Among Personality
Dimensions, Similarity, and Marital Quality. Journal of Family
Psychology, 18 (4), 564–574. doi:10.1037/0893-3200.18.4.564
Gottlieb, B. H. (1983). Social Support Strategies (Guidelines for Mental Health
Practice). Sage Publications.
Hafid, H. & Ahsan (2016). Stres Kerja Shift Malam Dan Kinerja Perawat
Pelaksana di Ruang Rawat Inap. Jurnal Persatuan Perawat Nasional
Indonesia, 1 (2), 93-100.
Hashmi, H. A., Khurshid, M. & Hassan, I. (2007). Marital Adjusment, Stress and
Depression Among Working and Non-working Married Women. Journal
of Medical, 2 (1), 19-26.
Hendrick, S. (1988). A Generic Measure of Relationship Satisfaction. Journal of
Marriage and Family, 50 (1), 93-98. https://doi.org/10.1037/0022-
3514.54.6.980
Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan). Penerbit Erlangga.
Indria, I., Siregar, J. & Herawaty, Y. (2019). Hubungan Antara Kesabaran Dan
Stres Akademik pada Mahasiswa di Pekanbaru. Jurnal Fakultas Psikologi.
13 (1), 21-34.
Indriani, R. (2014). Pengaruh Kepribadian terhadap Kepuasan Perkawinan Wanita
Dewasa Awal pada Fase Awal Perkawinan Ditinjau dari Teori Trait
Kepribadian Big Five. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 3
(1), 33-39.
Jayani, D. H. (2019). Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja Masih Didominasi Laki-
laki. Diunduh pada tanggal 31 Oktober 2019 dari
https://www.databoks.katadata.co.id
Jayani, D. H. (2020). Persebaran Perawat di Indonesia 2019. Diunduh pada
tanggal 30 Maret 2020 dari https://www.databoks.katadata.co.id
John, O. P. & Srivastava, S. (1999). The Big Five Trait Taxonomy: History,
Measurement, and Theoretical Perspective. Guilford.
104
Kaufman, A. & Larson, P. J. (2011). Personality, Partner Similarity and Couple
Satisfaction: Do Opponents Attract or Birds of A Feather Flock Together?
Diunduh pada tanggal 23 Juni 2020 dari https://www.prepare-
enrich.com/pe/pdf/research/2011/personality_and_couple_satisfaction.pdf
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Profil Kesehatan Indonesia. (2016).
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Khan, F. & Aftab, S. (2013). Marital Satisfaction and Perceived Social Support as
Vulnerability Factors to Depression. American International Journal of
Social Science, 2 (5), 99-107.
Kirsh, S. J., Duffy, K. G. & Atwater, E. (2014). Psychology for living: Adjusment,
Growth and Behaviour Today (11th Edition). Pearson Prentice.
Kovaleva, et. al. (2013). Psychometric Properties of the BFI-K: A Cross-
Validation Study. The International Journal of Educational and
Psychological Assessment, 13 (1), 34-50.
Kumala, A. & Trihandayani, D. (2015). Peran Memaafkan dan Sabar dalam
Menciptakan Kepuasan Perkawinan. Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi:
Kajian Empiris & Non-Empiris. 1 (1). 39-44.
https://doi.org/10.22236/JIPP-5
Lester, D., Haig, C. & Monello, R. (1989). Spouses Personality and Marital
Satisfaction. Person, Individual, Different. 10 (2), 253-254.
Mardiah, I. (2011). Pengaruh Religiusitas dan Family Support terhadap Happiness
pada Lansia di Panti Werda. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mastuti, E. (2005). Analisis Faktor Alat Ukur Kepribadian Big Five (Adaptasi
dari IPIP) pada Mahasiswa Suku Jawa. Jurnal INSAN, 7 (3), 264-276.
Matlin, M. W. (2012). The Psychology of Woman (7th Ed). Thomson Wadsworth.
Mickelson, K. D., Claffey, S. T., Williams, S. L. (2006). The Moderating Role of
Gender and Gender Role Attitudes on the Link Between Spousal Support
and Marital Quality. Sex Roles, 55, 73–82. doi:10.1007/s11199-006-906-8
Miller, R. B. (2000). Misconceptions About The U-Shaped Curve of Marital
Satisfaction Over The Life Course. Family Science Review, 13 (1-2), 60-
73. doi: 10.26536/FSR.2000.13.01-02.05
Mujib, A. (2019). Teori Kepribadian Perspektif Psikologi Islam: Edisi Kedua. PT
Raja Grafindo Persada.
105
Nofrizal, D. F. & Nugraha, S. (2017). Hubungan Antara Work Family Conflict
dan Marital Satisfaction (Studi Korelasi Pada Perawat yang Sudah
Menikah di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dustira Cimahi). Prosiding
Psikologi, 3 (2), 632-638.
Oluwole., & Adebayo, D. (2008). Marital satisfaction: Connections of Self
Disclosure, Sexual Self- Efficacy and Spirituality Among Nigerian
Women. Pakistan Journal of Social Sciences, 5 (5), 464-469,
http://medwelljournals.com/abstract/?doi=pjssci.2008.464.469
Papalia, D. E., Olds, S. E. & Feldman, R. D. (2008). Human Development
(Psikologi Perkembangan) Edisi Kesembilan. Penerbit Kencana.
Peshawaria, et.al. (2000). NIMH Family Support Scale. National Institute for the
Mentally Handicapped.
Prasetya, B. (2007). Usia Kronologis dan Usia Pernikahan sebagai Prediktor
Kepuasan Pernikahan pada Kaum Istri di Metro Manila. Indonesian
Psychological Journal, 22 (2), 101-107.
Pratiwi, P. (2017). Hubungan antara Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan
pada Dewasa Madya. Skripsi. Solo: Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Prianto, dkk. 2013. Rendahnya Komitmen Dalam Perkawinan Sebagai Sebab
Perceraian. Jurnal Komunitas, 5 (2), 208-218.
Rostami, A., Ghazinour, M. & Richter, J. (2013). Marital Satisfaction: The
Differential Impact of Social Support Dependent on Situation and Gender
in Medical Staff in Iran. Journal of Health Science, 5 (4), 151-164.
doi:10.5539/gjhs.v5n4p151
Rusdi, A. (2016). Patience In Islamic Psychology And Its Measurement. The 3rd
Inter-Islamic University Conference on Psychology. Diunduh pada tanggal
4 November 2019 dari https://www.researchgate.net
Saman, A. & Eva M. P. D. (2012). Pengaruh Motivasi Kerja dan Dukungan
Suami Terhadap Stres Konflik Peran Ganda dan Kepuasan Perkawinan
pada Wanita Karir. Jurnal Psikologi: Teori dan Terapan, 2 (2). 93-101.
Saputra, A. (2019). Hampir Setengah Juta Orang Bercerai di Indonesia
Sepanjang 2018. Diunduh tanggal 31 Oktober 2019 dari
http://www.news.detik.com.
Sari, E. I., Indriana, Y., Ariati, J. (2012). Hubungan Antara Kepribadian
Ekstraversi dengan Kepuasan Perkawinan pada Karyawan Wanita di PT
Indotama Omicron Kahar Purworejo. Jurnal Psikologi, 1 (1), 168-178.
106
Spanier, G. B. (1976). Measuring Dyadic Adjustment: New Scales for Assesing
the Quality of Marriage and Similar Dyads. Journal of Marriage and the
Family, 38 (1), 15-28. https://doi.org./10.2307/350547
Subandi. (2011). Sabar: Sebuah Konsep Psikologi. Jurnal Psikologi, 38 (2), 215-
227.
Suryabrata, S. (1982). Psikologi Kepribadian. PT RajaGrafindo Persada.
Timmer, S. G. &Veroff, J. (2000). Family Ties and the Discontinuity of Divorce
in Black and White Newlywed Couples. Journal of Marriage and the
Family, 62, 349–361.
Umar, J. (2011). Bahan Kuliah Psikometri. UIN Jakarta. Tidak diterbitkan.
Yosep. (2019). Angka Perceraian Tinggi, Ada 5.110 Janda Muda Baru di Bogor.
Diunduh tanggal 31 Oktober 2019 dari http://radarbogor.id
Walgito, B. (2000). Bimbingan & Konseling Perkawinan. Penerbit Andi
Yogyakarta.
Wijaya, dkk. (2006). Hubungan Antara Shift Kerja dengan Gangguan tidur dan
Kelelahan Kerja Perawat Instalasi Rawat Darurat RS DR. Sardjito
Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta: UGM.
107
LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuisioner Penelitian
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Kepada responden yang terhormat,
Saya Nabila Arantafika Riadi, mahasiswi Program Sarjana Strata-1 (S1) Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang melakukan penelitian
sebagai bagian dari pemenuhan tugas akhir (skripsi).
Jika Anda memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Wanita berusia minimal 20 tahun
2. Berprofesi sebagai perawat
3. Bekerja shift malam
4. Sudah menikah
Saya mengharapkan kesediaan Anda untuk menjadi responden dalam penelitian
ini dengan mengisi beberapa pernyataan (terlampir). Adapun informasi yang Anda
berikan akan dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
Atas perhatian dan partisipasi Anda, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Hormat Saya,
Nabila Arantafika Riadi
108
PERNYATAAN KESEDIAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya:
Nama / Inisial :
Agama :
Usia :
Tempat / Rumah Sakit bertugas saat ini :
Lama Pernikahan* : < 1 tahun 1 – 10 tahun > 11 tahun
Dengan mengisi kuisioner ini, saya setuju secara sukarela menjadi partisipan
dalam penelitian ini. Data yang saya berikan adalah data yang sebenar-benarnya
dan saya menyetujui bahwa data saya akan digunakan untuk kepentingan
penelitian.
* = Berikan tanda centang () pilihan yang sesuai dengan diri Anda.
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan. Anda diminta untuk memilih salah satu
jawaban yang paling menggambarkan diri Anda. Dalam hal ini tidak ada jawaban
benar atau salah.
Adapun pilihan jawaban sebagai berikut:
STS = Sangat Tidak Sesuai
TS = Tidak Sesuai
AS = Agak Sesuai
S = Sesuai
SS = Sangat Sesuai
109
SKALA 1
No. Pernyataan STS TS AS S SS
1. Saya dan suami sependapat dengan
prinsip hidup yang dijalani.
2. Saya dan suami kesulitan mengelola
keuangan.
3. Saya dan suami sependapat untuk
berbagi tugas rumah tangga.
4. Sesibuk apapun, saya meluangkan
waktu bersama suami.
5. Ketika memecahkan suatu masalah,
saya saling bertukar pikiran dengan
suami.
6. Saya lebih memilih kegiatan lain
dibandingkan menemani suami.
7. Saya mencium suami sebagai tanda
kasih sayang.
8. Saya menunjukan kasih sayang pada
suami dengan mengucapkan kata
cinta.
9. Saya menolak ajakan suami untuk
melakukan aktivitas seksual.
10. Saya menikmati aktivitas seksual
dengan suami.
11. Ketika bertengkar dengan suami,
saya membahas mengenai perpisahan
atau perceraian.
12. Saya ragu pernikahan saya akan
bertahan lama.
13. Saya melakukan apa saja untuk
110
menjaga keutuhan rumah tangga
saya.
SKALA 2
No. Pernyataan STS TS AS S SS
1. Saya senang berbicara.
2. Saya senang mengkritik orang lain.
3. Saya melakukan pekerjaan dengan
tuntas.
4. Saya mudah murung.
5. Saya sering memunculkan ide baru.
6. Saya adalah orang yang tertutup.
7. Saya tidak mementingkan diri
sendiri.
8. Saya termasuk orang yang ceroboh.
9. Saya dapat mengatasi stres dengan
baik.
10. Saya memiliki rasa penasaran akan
banyak hal.
11. Saya adalah orang yang penuh
semangat.
12. Saya memulai pertengkaran dengan
orang lain.
13. Saya pekerja yang dapat diandalkan.
14. Saya mudah merasa tegang.
15. Saya adalah orang yang pemikir.
16. Saya antusias akan sesuatu.
17. Saya adalah orang yang pemaaf.
18. Saya termasuk orang yang tidak
teratur.
111
19. Saya sering merasa khawatir.
20. Saya memiliki imajinasi yang kuat.
21. Saya adalah orang yang pendiam.
22. Saya mudah percaya kepada orang
lain.
23. Saya adalah orang yang pemalas.
24. Saya tidak mudah kecewa.
25. Saya senang berkreasi.
26. Saya adalah orang yang tegas.
27. Saya suka menyendiri.
28. Saya gigih dalam menuntaskan tugas.
29. Suasana hati saya mudah berubah.
30. Saya menghargai karya seni.
31. Saya termasuk orang yang pemalu.
32. Saya adalah orang yang penuh
perhatian.
33. Saya melakukan sesuatu dengan
efisien.
34. Saya tetap tenang dalam situasi
tertekan.
35 Saya memilih pekerjaan yang bersifat
rutin.
36. Saya mudah bergaul.
37. Saya berbuat kasar terhadap orang
lain.
38. Saya membuat perencanaan dan
menjalankannya.
39. Saya mudah gugup.
40. Saya senang membayangkan ide-ide.
41. Saya kurang berminat pada seni.
112
42. Saya senang bekerja sama dengan
orang lain.
43. Saya mudah teralihkan.
44. Saya mahir dalam seni, musik, sastra.
SKALA 3
No. Pernyataan STS TS AS S SS
1. Ketika saya bekerja, mertua bersedia
menjaga anak-anak saya.
2. Saat saya sedang sakit, orang tua
menemani.
3. Ketika saya sedang kesulitan dalam
hal keuangan, orang tua saya
membantu meminjamkannya.
4. Orang tua saya memberikan motivasi
terkait pekerjaan yang saya jalani.
5. Saudara saya mengkritik kehidupan
pernikahan saya dan suami dengan
cara yang menyakitkan hati.
6. Orang tua saya tidak peduli jika saya
bertengkar dengan suami.
7. Saya dan suami tinggal terpisah dari
orang tua atau mertua.
8. Mertua saya sulit meluangkan waktu
untuk mendengarkan keluhan saya.
9. Orang tua saya memberikan masukan
membina rumah tangga yang
harmonis.
10. Ketika saya sakit, keluarga saya
membiarkan saja.
113
11. Apabila mengalami konflik dengan
suami, mertua mau mendengar keluh
kesah saya.
12. Orang tua memberikan nasihat ketika
saya ada masalah rumah tangga.
13. Saudara saya mengatakan bahwa saya
merawat anak dengan baik.
14. Saudara saya memuji kesuksesan
karir saya.
15. Mertua saya tidak ragu memberikan
saran mengenai mendidik anak.
SKALA 4
No. Pernyataan STS TS AS S SS
1. Kemarahan saya mudah memuncak
ketika terjadi perbedaan.
2. Saya tidak merasa menyesal ketika
emosi saya tidak bisa terkontrol.
3. Saya mudah mengeluh ketika
menghadapi masalah.
4. Ketika dalam keadaan lelah, saya
tetap menjalankan kewajiban
beribadah.
5. Saya mempertimbangkan dampak
negatif dari apa yang saya lakukan.
6. Saya beribadah tepat pada waktunya.
7. Saya menerima pendapat orang lain
daripada memaksakan pendapat saya.
8. Saya tidak pernah merasa lelah dalam
beribadah.
114
9. Ketika dalam keadaan marah, saya
melakukan hal buruk diluar kendali
saya.
10. Saya yakin setiap musibah pasti ada
hikmahnya.
11. Saya pantang menyerah ketika
menghadapi cobaan.
12. Ketika saya melakukan perbuatan
buruk terhadap orang lain, saya
merasa menyesal.
13. Saya merasa senang melaksanakan
rutinitas ibadah.
14. Saya merasa nyaman setiap kali
berdoa kepada Tuhan.
15. Masalah dalam hidup banyak
memberikan pembelajaran bagi saya.
115
Lampiran 2
Hasil Uji Validitas
a. Kepuasan Pernikahan
UJI ANALISA KEPUASAN PERNIKAHAN
DA NI=13 NO=213 MA=PM
LA
ITEM_1 ITEM_2 ITEM_3 ITEM_4 ITEM_5 ITEM_6 ITEM_7 ITEM_8 ITEM_9
ITEM_10 ITEM_11 ITEM_12 ITEM_13
PM SY FI=PUAS.COR
MO NX=13 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
PUAS
FR TD 12 11 TD 10 9 TD 8 7 TD 8 5 TD 11 7 TD 9 6 TD 5 1 TD 12 4 TD 5 3 TD
10 7 TD 11 10 TD 6 1 TD 7 2
FR TD 8 2 TD 10 2
PD
OU TV SS MI
116
b. Kepribadian Big Five
a. Extraversion
UJI VALIDITAS KONSTRUK EXTRAVERSION
DA NI=8 NO=213 MA=PM
LA
ITEM_1 ITEM_2 ITEM_3 ITEM_4 ITEM_5 ITEM_6 ITEM_7 ITEM_8
PM SY FI=EXTRA.COR
MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
EXTRA
FR TD 7 5 TD 5 2 TD 72 TD 6 1 TD 8 7 TD 8 5 TD 8 2 TD 5 4 TD 7 4
PD
OU TV SS MI
117
b. Agreeableness
UJI VALIDITAS KONSTRUK AGREEABLENESS
DA NI=9 NO=213 MA=PM
LA
ITEM_1 ITEM_2 ITEM_3 ITEM_4 ITEM_5 ITEM_6 ITEM_7 ITEM_8
ITEM_9
PM SY FI=AGREE.COR
MO NX=9 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
AGREE
FR TD 9 7 TD 9 3 TD 7 4 TD 6 2 TD 8 6 TD 9 5 TD 5 3
PD
OU TV SS MI
118
c. Conscientiousness
UJI VALIDITAS KONSTRUK CONSCIENTIOUSNESS
DA NI=9 NO=213 MA=PM
LA
ITEM_1 ITEM_2 ITEM_3 ITEM_4 ITEM_5 ITEM_6 ITEM_7 ITEM_8
ITEM_9
PM SY FI=CONS.COR
MO NX=9 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
CONS
FR TD 6 3 TD 9 4 TD 5 2 TD 8 5 TD 8 3 TD 3 2 TD 6 4 TD 9 3 TD 9 2
TD 9 5
PD
OU TV SS MI
119
d. Neuroticism
UJI VALIDITAS KONSTRUK NEUROTICISM
DA NI=8 NO=213 MA=PM
LA
ITEM_1 ITEM_2 ITEM_3 ITEM_4 ITEM_5 ITEM_6 ITEM_7 ITEM_8
PM SY FI=NEURO.COR
MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
NEURO
FR TD 7 5 TD 7 2 TD 5 2 TD 6 1
PD
OU TV SS MI
120
e. Openness to Experience
UJI VALIDITAS KONSTRUK OPENNESS TO EXPERIENCE
DA NI=10 NO=213 MA=PM
LA
ITEM_1 ITEM_2 ITEM_3 ITEM_4 ITEM_5 ITEM_6 ITEM_7 ITEM_8
ITEM_9 ITEM_10
PM SY FI=OPEN.COR
MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
OPEN
FR TD 9 6 TD 10 7 TD 5 1 TD 7 4 TD 10 3 TD 2 1 TD 6 5
PD
OU TV SS MI
121
c. Dukungan Keluarga
a. Dukungan konkrit
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN KONKRIT
DA NI=4 NO=213 MA=PM
LA
ITEM_1 ITEM_2 ITEM_3 ITEM_4
PM SY FI=KONKRIT.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
KONKRIT
FR TD 2 1
PD
OU TV SS MI
b. Dukungan emosional
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN EMOSIONAL
DA NI=3 NO=213 MA=PM
LA
ITEM_1 ITEM_2 ITEM_3
PM SY FI=EMOSI.COR
MO NX=3 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
EMOSI
PD
OU TV SS MI
122
c. Dukungan saran
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN SARAN
DA NI=4 NO=213 MA=PM
LA
ITEM_1 ITEM_2 ITEM_3 ITEM_4
PM SY FI=SARAN.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
PD
OU TV SS MI
123
d. Dukungan penghargaan
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN PENGHARGAAN
DA NI=4 NO=213 MA=PM
LA
ITEM_1 ITEM_2 ITEM_3 ITEM_4
PM SY FI=HARGA.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
HARGA
PD
OU TV SS MI
d. Sabar
a. Sabar dari musibah
UJI VALIDITAS KONSTRUK SABAR DARI MUSIBAH
DA NI=5 NO=213 MA=PM
LA
ITEM_1 ITEM_2 ITEM_3 ITEM_4 ITEM_5
PM SY FI=MUSIBAH.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
FR TD 5 3
PD
OU TV SS MI
124
b. Sabar meninggalkan larangan
UJI VALIDITAS KONSTRUK SABAR MENINGGALKAN LARANGAN
DA NI=5 NO=213 MA=PM
LA
ITEM_1 ITEM_2 ITEM_3 ITEM_4 ITEM_5
PM SY FI=LARANG.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
LARANG
FR TD 5 3 TD 4 1
PD
OU TV SS MI
125
c. Sabar menjalankan perintah
UJI VALIDITAS KONSTRUK SABAR MENJALANKAN PERINTAH
DA NI=5 NO=213 MA=PM
LA
ITEM_1 ITEM_2 ITEM_3 ITEM_4 ITEM_5
PM SY FI=PERINTAH.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
PERINTAH
FR TD 5 4 TD 5 2 TD 5 1 TD 4 1
PD
OU TV SS MI
126
Lampiran 3
Hasil Analisis Data
a. Deskriptif Statistik
b. Uji Regresi
127
128
Top Related