p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
1
PENGARUH HARGA, KUALITAS PRODUK DAN KEMASAN PRODUK
PRIVAT LABEL TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA
INDOMARET DI KOTA PRABUMULIH
Susianti,1Amandin
2
1Program Studi Manajemen, STIE Prabumulih
2Program Studi Manajemen, STIE Prabumulih
ABSTRACT
This study aims to analyze the effect of price, product quality and private label product
packaging on consumer loyalty in Indomaret Prabumulih City. The method of analysis is
done by tabulating data, then analyzed using the calculation of respondents' responses. To
analyze the effect of price, product quality and packaging that influence it is carried out
using multiple linear regression analysis. Sampling was carried out by a simple random
sampling method of 100 respondents who had bought a private label product in Indomaret,
Prabumulih City. The results of this study indicate that testing the effect of the independent
variables together on the dependent variable is performed using the F test. The results of
statistical calculations show the value of Fcount = 13.894 and f table = 2.700 with a
significance of 0.000 <0.05 With a significance value below 0.05 because Fcount> Ftable
then this rejected HO shows that together price, product quality, and packaging have a
positive and significant influence on consumer loyalty, this means the hypothesis is
accepted.
Keywords: Price, Product Quality, Packaging, and Purchasing Decisions
PENDAHULUAN
Persaingan bisnis ritel saat ini sangatlah ketat, sehingga pemasar berlomba-lomba
menciptakan produk handal, dengan fitur-fitur yang menarik perhatian dan pelayanan
tambahan yang memuaskan konsumennya. Salah satu strategi pengusaha ritel yang marak
dilakukan adalah pengembangan produk bermerk pribadi (Private Label Brands), yaitu
produk yang mereknya didesain dan dikembangkan dengan nama pengecer bersangkutan
dan hanya dijual oleh perusahaan tersebut.
Pertumbuhan bisnis yang semakin tinggi berdampak pada ketatnya persaingan
anatara para pelaku bisnis ritel. Berbagai upaya dilakukan oleh peritel untuk menarik
perhatian dan minat beli konsumen yaitu dengan merencanakan berbagai strategi
pemasaran dalam menghadapi persaingan bisnis. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
membuat produk dagang sendiri dan mengemas produk dengan kemasan dari merek
sendiri dengan pertimbangan perusahaan memiliki citra merek yang baik dibenak
konsumen.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
2
Harga merupakan faktor yang selalu menjadi pertimbangan dari konsumen dalam
pengambilan keputusan pembelian. Harga dari produk private label yang lebih murah
justru dinilai memiliki kualitas yang rendah oleh para konsumen. Pendapat ini mulai
berkurang dikalangan konsumen, hal ini dikarenakan adanya kemajuan teknologi dalam
pembuatan produk serta pengemasan produk yang membuat konsumen yakin bahwa
produk private label berkualitas.
Salah satu pasar moderen yang sedang berkembang di kota Prabumulih adalah Indomaret
yang memiliki produk private label. Indomaret merupakan pusat perbelanjaan yang
menyediakan produk private label cukup lengkap di Kota Prabumulih dengan bangunan
yang luas serta kelancaran arus lalu lintas bagi kendaraan dan pejalan kaki untuk mencapai
lokasi.
Kota Prabumulih merupakan kota dengan latar belakang penduduk yang cukup heterogen,
dengan berbagai tingkatan pendapatan, pekerjaan, suku, dan agama serta merupakan kota
Lintas perdagangan antar kota dan berkembang pesat sehingga setiap sudut kota berdiri
perusahaan ritel yaitu Indomaret. Untuk itu maka pada penelitian ini peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang produk privat label dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
Bagaimana pengaruh harga dari produk privat label terhadap loyalitas konsumen pada
Indomaret di Kota Prabumulih.
Bagaimana pengaruh kualitas produk dari produk privat label terhadap loyalitas konsumen
pada Indomaret di Kota Prabumulih.
Bagaimana pengaruh kemasan produk privat label terhadap loyalitas konsumen pada
Indomaret di Kota Prabumulih.
Bagaimana pengaruh antara harga, kualitas produk dan kemasan dari produk privat
labelsecara simultan terhadap loyalitas konsumen pada Indomaret di Kota Prabumulih.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
Untuk mengetahui pengaruh harga dari produk privat label terhadap loyalitas konsumen
pada Indomaret di Kota Prabumulih.
Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk dari produk privat label terhadap loyalitas
konsumen pada Indomaret di Kota Prabumulih.
Untuk mengetahui pengaruh kemasan produk privat label terhadap loyalitas konsumen
pada Indomaret di Kota Prabumulih.
Untuk mengetahui pengaruh antara harga, kualitas produk dan kemasan dari produk privat
label secara simultan terhadap loyalitas konsumen pada Indomaret di Kota Prabumulih.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
Faktor penting yang dapat membuat konsumen puas adalah kualitas produk, hal ini
dapat dijadikan sebagai acuan bagi pemasar untuk mengembangkan loyalitas merek dari
konsumennya. Jika pemasar menaruh perhatian dan lebih mengutamakan kualitas, maka
akan mudah mendapatkan loyalitas konsumen pada mereka yang ditawarkan. Kualitas
produk merupakan faktor kunci untuk menciptakan loyalitas jangka panjang Sutisna,
(2011: 41)
Kualitas Produk
Produk private label dianggap sebagai produk yang memiliki kualitas rendah, harga
murah, rasa tidak enak dan kemasan kurang menarik. Padahal tidak semua produk privat
label yang dianggap seperti itu (Monroe,2012). Konsumen berpersepsi bahwa kualitas
produk private label dianggap kurang berkualitas, itu bias dilihat dari harganya yang lebih
murah dari produk national brand.
Harga
Menurut Kotler (2013), konsumen memilih produk private label Karena dapat menghemat
biaya sebesar 30% . Jadi dapat diambil kesimpulan untuk persepsi mengenai harga bahwa
konsumen lebih memilih produk private label dibandingkan dengan produk national brand.
Kemasan
Persepsi kemasan mengenai kemasan produk private label sangatlah subjektif dan
beraneka ragam. Banyak pernyataan yang dilontarkan responden dalam menanggapi
pertanyaan kemasan produk private label Indomaret.
Pengertian kemasan menurut Klimchuk dan Krasovec (2014) adalah desain kreatif yang
mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citar, tipografi dan elemen-elemen desain
dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan.
Loyalitas Konsumen
loyalitas terbentuk dari dua komponen, loyalitas sebagi perilaku yaitu pembelian ulang
yang konsisten dan loyalitas sebagai sikap yaitu sikap positif terhadap suatu produk atau
produsen ditambah dengan pola pembelian yang konsisten.
Loyalitas merupakan perilaku konsumen yang akan dapat diketahui jika konsumen telah
melakukan pembelian kepada produk yang ditawarkan di pasar, konsumen yang loyal
adalah suatu komitmen yang mendalam untuk membeli kembali dan berlangganan suatu
produk atau jasa secara konsisten dimasa yang akan datang, sehingga dapat menyebabkan
pengulangan pembelian merek yang sama walaupun ada pengaruh situasi dan berbagai
usaha pemasaran yang berpotensi untuk menyebabkan tindakan perpindahan merek Basu
Swasta, (2010)
Kajian Empiris
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
4
- Penelitian Nurul Hasanah, judul Persepsi Konsumen Terhadap Produk Private Label
Indomaret (Studi Pada Indomaret Banjarmasin Kelurahan Benua Anyar) Untuk
mengetahui persepsi konsumen terhadap produk private label peneliti juga melakukan
wawancara dengan lima orang responden. Penelitian ini membuktikan bahwa konsumen
lebih memilih produk private label karena konsumen mempercayai bahwa harga yang
relative murah dan mempunyai kualitas yang bagus, perhitungan melalui metode Rating
Scala, maka diperoleh jumlah skor hasil pengumpulan data 900 (Nurul, 2017).
- Penelitian Aisah Asnawi, judul Pengaruh Private Label Terhadap Kesadaran Merek Dan
Citra Merek Pada Konsumen Hipermarket (Studi Pada Giant Dan Hypermart Di Kota
Bandung), Jenis penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif dengan metode penelitian
descriptive dan explanatory survey. Data diperoleh melalui kuesioner, wawancara, dan
observasi di lapangan. Hasil pengumpulan data dengan sumber data primer diperoleh dari
jumlah sampel sebanyak 115 responden dari masing-masing hypermarket. Metode analisis
yang digunakan adalah Structural Equation Modeling (SEM). Ditinjau dari masing-masing
indikator, hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian terhadap private label, kesadaran
merek dan citra merek termasuk ke dalam kategori baik. Dari hasil pengujian statistik
diketahui bahwa private label memiliki pengaruh signifikan terhadap kesadaran merek dan
citra merek secara parsial. Untuk pengaruh tertinggi ditemukan pada Giant dan pengaruh
terendah ditemukan pada Hypermart (Aisah, 2016).
- Penelitian Dharmawan Santoso, Mukhamad Najib, Jono Mintarto Munandar judul
Pengaruh Persepsi Risiko, Price Consciousness, Familiarity, Persepsi Kualitas, Dan Citra
Toko Pada Minat Beli Konsumen. Penelitian ini melibatkan 274 responden yang
merupakan konsumen hipermarket, supermarket, dan minimarket di Kota Bogor yang
dipilih dengan metode quota sampling. Uji Mann Whitney dan CB-SEM digunakan dalam
analisis data, dengan tingkat kepercayaan 95,0 persen. Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa variabel citra toko, persepsi risiko, kualitas servis, familiarity, persepsi kualitas dan
minat beli memiliki perbedaan antara konsumen hipermarket, supermarket, dan
minimarket. Selain itu, uji pengaruh antarvariabel laten menemukan bahwa rak
penyimpanan barang memengaruhi familiarity dan persepsi kualitas, kualitas servis
memengaruhi citra private label; sedangkan citra private label dan familiarity
memengaruhi persepsi risiko. Temuan menunjukkan adanya pengaruh secara signifikan
hanya ditemukan pada citra toko yang memengaruhi minat beli (Santoso, Najib, &
Munandar, 2016).
METODE PENELITIAN
Untuk identifikasi masalah yang Pertama, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan
mengamati dan menganalisis loyalitas konsumen. Pengamatan produk privat label ini
dilaksanakan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Kemudian hasil
kuesioner dibentuk dalam tabulasi data, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
perhitungan uji insturmen sebagai berikut :
1). Uji Validitas
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
5
Uji validitas data dilakukan untuk menguji keakuratan pertanyaan-pertanyaan yang
digunakan dalam suatu instrument dalam pengukuran variabel. Digunakan untuk mengukur
sah atau tidaknya suatu kuesioner.
Nilai korelasi dibandingkan dengan r tabel, r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji
2 sisi dan jumlah data (n) = 100, df = n – 2 dengan signifikansi (Sig 5%), jumlah data
sebanyak 100 maka df = 100 – 2 yaitu 98 df = 98 maka didapat r tabel sebesar 0,202. Maka
syarat validitas dari penelitian ini adalah 0,202 (lihat lampiran tabel r).
2). Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten,
jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala dengan gejala yang sama
dengan menggunakan alat ukur yang sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan menghitung
Cronbach‘s alphadari masing-masing instrumen dalam suatu variabel. Instrumen yang
dipakai dikatakan andal (reliable) jika memiliki nilai Cronbach‘s alpha lebih dari 0,6.
Data
Jenis Data
Guna mendukung penelitian maka jenis data yang digunakan sebagai berikut data kualitatif
adalah data yang diperoleh dari Indomaret Kota Prabumulih seperti gambaran umum, hasil
kuesioner, hasil wawancara dan data-data lain yang menunjang penelitian.
2. Sumber Data
Data tersebut merupakan fakta yang dikumpulkan dalam penelitian yang terdiri dari
dua sumber, yaitu:
Data Primer, yaitu data yang diambil secara lansung dari objek penelitian. Cara yang
digunakan dalam memperoleh data primer yaitu dengan cara observasi, wawancara dan
kuesioner yang diberikan kepada konsumen Indomaret Kota Prabumulih.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pelanggan atau konsumen gerai Indomaret
Kota Prabumulih yang melakukan transaksi Sedangkan populasi terjangkaunya adalah
populasi yang telah homogen yaitu konsumen atau pelanggan.
Menurut Sugiyono (2014:96), pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode jenis Accidental Sampling Method yaitu teknik pengambilan
sampel secara sembarang (kapanpun dan dimanapun menemukan) asal memenuhi syarat
sebagai sampel dari populasi tertentu.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) di Kota Prabumulih
Sumatera Selatan. Kota Prabumulih memiliki luas wilayah sebesar 251,94 km2 dengan
jumlah penduduk sebanyak 193.829 jiwa. Pemilihan daerah penelitian dikarenakan daerah
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
6
tersebut merupakan salah satu kotayang sedang berkembang dengan latar belakang
penduduk yang heterogen.
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode Slovin,Umar (2013) dengan
persamaan sebagai berikut :
n =
dimana : N = ukuran populasi
n = ukuran sampel
e = batas toleransi kesalahan
Dengan jumlah populasi rumah tangga sebanyak 41.843 KK dan batas eror toleransi
sebesar 10%, maka hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel sebanyak 99,76 atau 100
orang. Metode yang digunakan dalam penarikan sampel pada penelitian ini adalah metode
pengambilan sampel aksidental (Accidental Sampling), yaitu metode pengambilan sampel
yang ditentukan berdasarkan orang yang ditemui secara kebetulan atau siapapun yang
dipandang oleh peneliti cocok sebagai sumber data.
Variabel
Menurut Sugiono (2016: 38) Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang memiliki mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk mempelajari dan untuk kemudian ditarik Kesimpulannya yaitu:
loyalitas konsumen. Variabel Bebas
Menurut Sugiyono (2015:47) variabel bebas (X) adalah variabel yang
mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau tumbuhnya variabel dependent
(terikat) dalam penelitian yaitu harga, kualitas produk dan kemasan
Variabel Terikat
Variabel terikat adalah tipe variabel yang dijelaskandan dipengaruhi oleh Variabel
independent. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
Teknik Analisis
Teknik analisis data yang digunakan penulis adalah analisis data kuantitatif dengan
bantuan statistik menggunakan aplikasi SPSS Versi 21. Hipotesis yang digunakan penulis
akan diuji dengan menggunakan teknik Analisis yaituregresi linear berganda, Uji t, Uji F.
HASIL
Uji Instrumen
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
7
Untuk mengetahui bahwa instrument dalam penelitian ini merupakan alat ukur yang
akurat dan dapat dipercaya maka diperlukan pengujian data pengujiandata yang digunakan
meliputi uji validitas dan uji reliabilitas.
Uji Validitas
Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Produk (X1)
Tabel:Hasil Uji Validitas Variabel kualitas Produk (X1)
No. Item RHitung RTabel Keterangan
1. KP1 0.510 0.202 Valid
2. KP2 0.479 0.202 Valid
3. KP3 0.554 0.202 Valid
4. KP4 0.515 0.202 Valid
5. KP5 0.508 0.202 Valid
6. KP6 0.663 0.202 Valid
7. KP7 0.722 0.202 Valid
8. KP8 0.524 0.202 Valid
9. KP9 0.424 0.202 Valid
10. KP10 0.763 0.202 Valid
Berdasarkan hasil uji validitas tabel di atasdiketahui untuk variabel kualitas produk
pertanyaan 1 sampai 10 valid karena rhitung> rtabel, yaitu nilai corrected item total
correlationnya lebih dari r tabel yaitu 0,202. Berarti penelitian ini dapat dilanjutkan.
Hasil Uji Validitas Variabel Harga (X2)
Tabel :
Hasil Uji Validitas Variabel Harga (X2)
No. Item RHitung RTabel Keterangan
1. H1 0.403 0.202 Valid
2. H2 0.380 0.202 Valid
3. H3 0.475 0.202 Valid
4. H4 0.460 0.202 Valid
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
8
5. H5 0.437 0.202 Valid
6. H6 0.457 0.202 Valid
7. H7 0.508 0.202 Valid
8. H8 0.356 0.202 Valid
9. H9 0.344 0.202 Valid
10. H10 0.437 0.202 Valid
Berdasarkan hasil uji validitas tabel di atasdiketahui untuk variabel kualitas produk
pertanyaan 1 sampai 10 valid karena rhitung> rtabel, yaitu nilai corrected item total
correlationnya lebih dari r tabel yaitu 0,202. Berarti penelitian ini dapat dilanjutkan
dilanjutkan.
Hasil Uji Validitas Variabel Lokasi (X3)
Tabel :
Hasil Uji Validitas Variabel Lokasi (X3)
No. Item RHitung RTabel Keterangan
1. L1 0.376 0.202 Valid
2. L2 0.490 0.202 Valid
3. L3 0.411 0.202 Valid
4. L4 0.365 0.202 Valid
5. L5 0.364 0.202 Valid
6. L6 0.425 0.202 Valid
7. L7 0.557 0.202 Valid
8. L8 0.518 0.202 Valid
9. L9 0.431 0.202 Valid
10. L10 0.463 0.202 Valid
Berdasarkan hasil uji validitas tabel di atas diketahui untuk variabel kualitas produk
pertanyaan 1 sampai 10 valid karena rhitung > rtabel, yaitu nilai corrected item total
correlationnya lebih dari r tabel yaitu 0,202. Berarti penelitian ini dapat dilanjutkan.
Hasil Uji Validitas Variabel Loyalitas Konsumen (Y)
Tabel :
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
9
Hasil Uji Validitas Variabel Loyalitas Konsumen (Y)
No. Item RHitung RTabel Keterangan
1. LK1 0.671 0.202 Valid
2. LK2 0.624 0.202 Valid
3. LK3 0.491 0.202 Valid
4. LK4 0.345 0.202 Valid
5. LK5 0.344 0.202 Valid
6. LK6 0.463 0.202 Valid
7. LK7 0.383 0.202 Valid
8. LK8 0.429 0.202 Valid
9. LK9 0.343 0.202 Valid
10. LK10 0.327 0.202 Valid
Berdasarkan hasil uji validitas tabel di atasdiketahui untuk variabel kualitas produk
pertanyaan 1 sampai 10 valid karena rhitung> rtabel, yaitu nilai corrected item total
correlationnya lebih dari r tabel yaitu 0,202. Berarti penelitian ini dapat dilanjutkan.
Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus cronbach
Alpha. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut :
Tabel:Rangkuman Hasil Pengujian Reliabilitas
Variabel Alpha ketererangan
Harga (X1) 0,854 Reliabel
Kualitas Produk (X2) 0,916 Reliabel
Kemasan (X3) 0,771 Reliabel
Loyalitas Konsumen (Y) 0,763 Reliabel
Sumber : Data primer yang diolah 2019
Hasil uji reliabilitas seperti output SPSS tersebut pada Tabel diatas, menunjukan bahwa
semua variabel mempunyaii koefisien Alpha yang lebih besardari 0,6 sehingga dapat
dikatakan semua konsep pengukur masing-masing variabel dari kuesioner adalah reliabel.
ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA
Analisis regresi linier digunakan untuk membuktikan sejauh mana pengaruh
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
10
Kualitas produk, harga dan lokasi terhadap loyalitas konsumen yang akan dianalisis
dengan menggunakan bantuan program SPSS For Windows. Hasilnya adalah sebagai
berikut :
Tabel : Hasil Uji Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 39.049 6.891 5.667 .000
Harga (X1) .492 .094 -.038 2.374 .006 .664 5.008
Kualitas Produk (X2)
.642 .099 .044 1.424 .002 .283 2.208
Kemasan (X3) .493 .100 .096 6.927 .001 .271 3.036
Dependent Variable: Loyalitas Konsumen(Y)
Berdasarkan tabel di atas yang diperoleh dari hasil uji regresi maka estimasi fungsi regresi
yang diperoleh adalah :
Y = 39,049 + 0,492 X1 + 0,642 X2 + 0,493 X3 + e
Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Nilai konstanta = 39.049 dengan tanda positif yang merupakan nilai konstanta dimana
diartikan bahwa jika variabel-variabel independen yaitu harga , kualitas produk dan
kemasan diasumsikan dengan nilai konstan, maka variabel dependen akan naik sebesar
39.049.
Nilai koefisien regresi X1 (b1) sebesar 0,492 artinya untuk setiap kenaikan 1 skor variabel
harga (X1) akan menaikkan skor loyalitas konsumen (Y) sebesar 0,492.
Nilai koefisien regresi X2 (b2) sebesar 0,642 artinya untuk setiap kenaikan 1 skor variabel
kualitas produk (X2) akan menaikkan skor loyalitas konsumen (Y)
sebesar 0,642.
Nilai koefisien regresi X3 (b3) sebesar 0,493 artinya untuk setiap kenaikan 1 skor variabel
kemasan (X3) akan menaikkan skor loyalitas konsumen (Y)
sebesar 0,642.
Dari hasil koefisien regresi berganda yang telah dijelaskan pada uraian di atas selanjutnya
akan dilakukan pengujian hipotesis yang dilakukan secara parsial maupun simultan.
PENGUJIAN HIPOTESIS
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
11
Uji t (pengujian hipotesis secara parsial)
Untuk menguji keberartian model regresi untuk masing-masing variabel secara
parsial dapat diperoleh dengan menggunakan uji t:
Tabel : Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 39.049 6.891 5.667 .000
Harga (X1) .492 .094 -.038 2.374 .006 .664 5.008
Kualitas Produk (X2)
.642 .099 .044 1.424 .002 .283 2.208
Kemasan (X3) .493 .100 .096 6.927 .001 .271 3.036
a. Dependent Variable: Loyalitas Konsumen(Y)
Penjelasan hasil uji tuntuk masing-masing variabel bebas adalah sebagai berikut:
Diketahui untuk pengaruh variabel X1 terhadap Y adalah nilai t hitung 2.374 > nilai t tabel
1.985. berdasarkan analisis pengaruh variabel independen kualitas produk (X1) terhadap
variabel dependen loyalitas konsumen berpengaruh positif, dapat dilihat dari nilai t hitung
lebih besar dari nilai t tabel dengan signifikansi 0,006 < 0,05, maka H1 diterima berarti
terdapat pengaruh antara kualitas produk terhadap loyalitas konsumen.
Diketahui untuk pengaruh variabel X2 terhadap Y adalah nilai t hitung 1.424 < nilai
t tabel 1.985. berdasarkan analisis pengaruh variabel independen harga (X2) terhadap
variabel dependen loyalitas konsumen (Y) berpengaruh positif, dapat dilihat dari nilai t
hitung lebih kecil dari nilai t tabel dengan signifikansi 0,002 < 0,05, maka H2 diterima
berarti terdapat pengaruh antara harga terhadap loyalitas konsumen.
Diketahui untuk pengaruh variabel X3 terhadap Y adalah nilai t hitung 6.927 > nilai
t tabel 1.985. berdasarkan analisis pengaruh variabel independen kemasan (X3) terhadap
variabel dependen loyalitas konsumen (Y) berpengaruh positif, dapat dilihat dari nilai t
hitung lebih kecil dari nilai t tabel dengan signifikansi 0,001 < 0,05, maka H3 diterima
berarti terdapat pengaruh antara kemasan terhadap loyalitas konsumen.
Uji F (Pengujian hipotesis secara bersama-sama)
Hasil perhitungan regresi secara bersama-sama diperoleh pada tabel berikut :
Tabel:Hasil Analisis Regresi Secara Bersama-sama
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
12
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 366.991 3 122.330 13.894 .000b
Residual 845.249 96 8.805
Total 1212.240 99
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X2, X1, X3
Pengujian pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat
dilakukan dengan menggunakan uji F. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α =
5%, df = 1 (jumlah variabel-1) atau 3-1 = 2 dan df = 2 (n-k-1) = 100-2-1 = 97 maka hasil
diperoleh untuk Ftabel = 2.700.
Pengujian pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat
dilakukan dengan menggunakan uji F. Hasil perhitungan statistik menunjukan nilai
Fhitung = 13,894 dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 Dengan nilai signifikansi
dibawah 0,05 karena Fhitung > Ftabel maka HO ditolak ini menunjukan bahwa secara
bersama-sama harga, kualitas produk, dan kemasan mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap loyalitas konsumen, hal ini berarti hipotesis diterima.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Variabel harga (X1) berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen produk privat
label pada Indomaret di Kota Prabumulih. (Y) Hal ini ditunjukkan nilai signifikansi
sebesar 0,006 (probabilitas 0,006 <0,05).
2. Variabel kualitas produk (X2) berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen
loyalitas konsumen produk privat label pada Indomaret di Kota Prabumulih. Yang
ditunjukkan oleh nilai signifikansi sebesar 0,002. (probabilitas 0,002 < 0,05).
3. Variabel kemasan (X3) berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen produk
privat label pada Indomaret di Kota Prabumulih. Yang ditunjukkan oleh nilai signifikansi
sebesar 0,001. (probabilitas 0,001 < 0,05).
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
13
4. Uji Koefisien Regresi Simultan (Uji F), Perhitungan uji F menunjukkan bahwa 13,894 >
F tabel 2.700 dengan tingkat signifikansi 0,000, karena probabilitasnya 0,003 < 0,05 atau F
hitung lebih besar dari F Tabel, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi
loyalitas konsumen produk privat label pada Indomaret di Kota Prabumulih. Dengan
demikian hipotesis keempat yang menyatakan bahwa Diduga ada pengaruh positif dan
signifikan harga, kualitas produk dan kemasan secara bersama-sama.
Saran
Saran untuk perusahaan
Berdasarkan hasil penelitian maka saran-saran yang dapat disampaikan sebagai berikut :
Untuk meningkatkan loyalitas pembelian konsumen produk privat label pada Indomaret
Kota Prabumulih, maka perlu melihat dari sisi kualitas produk barang yang
Untuk meningkatkan loyalitas pembelian konsumen produk privat label pada Indomaret
Kota Prabumulih, maka perlu melihat dari sisi kualitas produk barang yang ditawarkan
2. Penelitian ini membuktikan bahwa konsumen lebih memilih produk private label
karena konsumen mempercayai bahwa harga yang relative murah dan mempunyai
kualitas yang bagus.
Penelitian ini membuktikan bahwa persepsi konsumen mengenai produk private label
terdapat empat variabel, yaitu : harga, kualita produk dan kemasan. Dari nilai fungsi
produk private label Indomaret dapat disajikan sebagai alternatif pengganti produk
national brand. Dilihat dari harga produk private label lebih murah dan terjangkau,. Dilihat
dari kemasan untuk produk private label sedikit kurang menarik dan dilihat dari kualitas
produk private label kualitasnya sama bagus dengan produk national brand.
Penelitian ini membuktikan bahwa persepsi konsumen mengenai produk national brand
dapat dilihat dari kualitas dan kemasan. Kualitas produk national brand sama bagusnya
dengan produk private label. Untuk kemasan produk national brand lebih menarik dan
bagus.
DAFTAR PUSTAKA
Aisah, A. (2016). Pengaruh Private Label Terhadap Kesadaran Merek Dan Citra Merek
Pada Konsumen Hipermarket (Studi Pada Giant Dan Hypermart Di Kota Bandung). Firm
Journal of Management Studies, I(01), 65–82.
Ferdinand, Augusty. 2010. Metode Penelitian Manajemen. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang
Ferdinand, Augusty, 2002, Pengembangan Minat Beli Merek Ekstensi, Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
14
Hasanah, N. 2017. Persepsi Konsumen Terhadap Produk Private Label Indomaret (Studi
Pada Indomaret Banjarmasin Kelurahan Benua Anyar). Al-Ulum:Jurnal Ilmu Sosial Dan
Humaniora ISSN: 2476-9576 Volume 3 Nomor 2, Oktober 2017
Kotler, Philip. 2013. Manajemen Pemasaran. Jilid Edisi I2 Jilid I. Jakarta : Prenticehall
Monroe, Kent B. 2012. Pricing: Making Profitable Decisions (3rd edition). New York:
Mac Milan.
Marianne Rosner Klimchuk, & Sandra A. Krasovec. (2007). Desain Kemasan. Jakarta:
Erlangga.
Nurul, H. (2017). Persepsi Konsumen Terhadap Produk Private Label Indomaret
(Studi Pada Indomaret Banjarmasin Kelurahan Benua Anyar). Al-Ulum : Jurnal Ilmu
Sosial Dan Humaniora, 3. https://doi.org/10.1128/AAC.03728-14
Swastha, B. 2010, Azas-azas Marketing, Edisi 3, Liberty, Yogyakarta
Sugiyono 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed
Methods). Bandung: Alfabeta.
------------. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta
Sutisna. 2011. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas. Jakarta : Indeks.
Sekaran, Umar, 2013. Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Jakarta : Salemba Empat.
Santoso, D., Najib, M., & Munandar, J. M. (2016). Pengaruh Persepsi Risiko, Price
Consciousness, Familiarity, Persepsi Kualitas, dan Citra Toko Pada Minat Beli
Konsumen. Jurnal Ilmu Keluarga Dan Konsumen, 9(3), 218–230.
https://doi.org/10.24156/jikk.2016.9.3.218
Penelusuran:
http://e-journal.uajy.ac.id/7009/1/Jurnal.pdf
https://www.kitapunya.net/2018/12/pengertian-fungsi-dan-indikator-kemasan-
packaging.html
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
15
ANALISIS FAKTOR PENENTU KEPUASAN DAN LOYALITAS
KONSUMEN PRODUK KOSMETIK MERK VIVA
Harimurti Wulandjani1, Iha Haryani Hatta
2
12Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila.
1Email : [email protected]
2Email : [email protected]
Abstrak :
Produk kosmetik merk Viva sudah memiliki konsumen yang loyal sehingga dapat bertahan
bahkan berkembang. Karena itu diperlukan penelitian tentang analisis faktor penentu
kepuasan dan loyalitas konsumen produk kosmetik merk Viva yang bertujuan ingin
mengetahui pengaruh antar variabel produk, promosi, strategi inovasi, kepuasan, dan
loyalitas konsumen. Populasi penelitian ini adalah konsumen produk kosmetik merk Viva
di Universitas Pancasila, Jakarta. Ada 200 responden yang terpilih secara multistage.
Hasil penelitian adalah variabel produk dan strategi inovasi berpengaruh secara parsial
terhadap kepuasan pelanggan. Variabel produk dan kepuasan pelanggan secara parsial
berpengaruh terhadap loyalitas konsumen. Ditemukan 3 jalur, jalur dominan adalah jalur
produk-kepuasan-loyalitas konsumen. Selain itu ditemukan variabel kepuasan dapat
berfungsi sebagai variabel intervening bagi variabel produk yang dapat menimbulkan
loyalitas konsumen.
Kata Kunci : Produk, Promosi, Strategi Inovasi, Kepuasan, Loyalitas Konsumen
Pendahuluan
Produk Viva diproduksi di PT Vitapharm sejak tahun 1962 di Surabaya. Salah satu pendiri
perusahaan tersebut adalah seorang ahli farmasi bernama Dr. Tio Tiongho. Perusahaan ini
memproduksi produk-produk perawatan dan kecantikan yang sesuai untuk daerah tropis.
Kualitas dari produk PT. Vitapharm terjaga mutunya karena melewati beberapa tahap
quality control, analisis dan mikrobiologi yang ketat guna mempertahankan kualitas dari
produk. PT. Vitapharm menggunakan mesin-mesin berteknologi canggih, tetapi tetap
memperdayakan warga sekitar untuk turut ambil bagian menjadi sumber daya manusia
yang berpengaruh besar dalam proses produksi. Pekerja-pekerja telah melewati masa
training sehingga kinerja dan jaminan bekerja dapat dipertanggungjawabkan. Hingga kini,
PT. Vitapharm telah menyerap ratusan tenaga kerja. PT. Vitapharm mengatakan bahwa
pabrik ramah lingkungan karena mampu mengelola limbah yang ada sehingga tidak
membahayakan lingkungan sekitar. Hal ini meningkatkan kualitas dari perusahaan
tersebut.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
16
Produk Viva antara lain Viva Cosmetics adalah sederet produk pertama yang diluncurkan oleh PT.
Vitapharm sejak awal berdirinya perusahaan ini. Viva Cosmetics meliputi banyak produk dan tiap
produknya memiliki varian yang cukup beragam. Viva Cosmetics menyediakan produk perawatan
dan kecantikan tubuh dari ujung rambut hingga ujung kaki dan tiap produk tersebut memiliki
beberapa macam jenis yang disesuaikan dengan kondisi fisik penggunanya. Selain itu ada Viva
Queen adalah sederetan produk perawatan dan kecantikan yang didesain untuk memenuhi
kebutuhan wanita dengan desain elegan dan mewah. Dengan dominasi warna emas pada kemasan
produknya. Viva Queen menembak pasar wanita karir yang banyak berelasi dengan publik. Juga
ada Viva White yang dilahirkan seiring dengan stereotype masyarakat Indonesia bahwa cantik
berarti kulit yang putih. Produk-produk Viva White terfokus pada produk untuk mencerahkan kulit
namun tetap cocok untuk daerah tropis. Jenis yang diluncurkan adalah produk-produk perawatan
kulit seperti facial wash maupun beberapa jenis lotion. Produk tersebut senantiasa melakukan
inovasi dengan teknologi tinggi untuk menghasilkan kosmetik terkini yang sesuai dengan kulit
wanita di daerah tropis. Inovasi pada intinya adalah aktivitas konseptualisasi, serta ide
menyelesaikan masalah dengan membawa nilai ekonomis bagi perusahaan dan nilai sosial bagi
masyarakat. Jadi inovasi berangkat dari kegiatan membuka mata dan telinga mendengarkan aspirasi
atau keluhan konsumen, karyawan, lingkungan dan masyarakat (Kotler dan Keller, 2009).
Setiap perusahaan akan mengembangkan loyalitas konsumen, karena dapat memberikan
keuntungan yang diperlukan untuk keberlangsungan perusahaan (Kotler dan Keller, 2009). Salah
satu caranya dengan melakukan inovasi. Strategi inovasi dapat menimbulkan loyalitas pelanggan
(Ali Raza Nemati, et all, 2010). Selain itu, maksimisasi nilai pelanggan berarti membangun
hubungan jangka panjang antara lain adanya inovasi, dan strategi pemasaran yang dijalankan
perusahaan. Hasil penelitian Agus dkk (2016), Putu dkk (2016), bahwa ada pengaruh antara
kepuasan dan loyalitas konsumen. Hasil penelitian Woro, dkk (2019), bahwa adanya pengaruh
antara inovasi terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen. Sedangkan penelitian Christian (2013),
menjelaskan adanya pengaruh bauran pemasaran terhadap loyalitas konsumen.
Penelitian tentang produk bermerek Viva jarang ditemukan, karena itu diperlukan penelitian
dengan tema analisis dampak pengaruh produk, promosi, dan strategi inovasi terhadap kepuasan
dan loyalitas konsumen produk Viva (studi kasus konsumen produk kosmetik merk Viva di
Universitas Pancasila, Jakarta) dengan tujuan ingin menganalisis pengaruh antar variabel produk,
promosi, strategi inovasi, kepuasan, dan loyalitas konsumen.
Kajian Literatur
Menurut Sumarni dan Soeprihanto (2010), produk adalah sesuatu yang bisa ditawarkan di
pasar untuk mendapatkan perhatian, permintaan, pemakaian atau dikonsumsi sebagai
sesuatu yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Produk tidak hanya selalu berupa
barang tetapi bisa juga berupa jasa ataupun gabungan dari keduanya. Menurut Kotler &
Armstrong (2014), mengelola unsur produk termasuk perencanaan dan pengembangan
produk atau jasa yang tepat untuk dipasarkan dengan mengubah produk atau jasa yang ada
atau menambah dan mengambil tindakan yang lain yang mempengaruhi bermacam-macam
produk dan jasa.
Menurut Agus Hermawan (2013), promosi (promotion) adalah salah satu komponen
prioritas dari kegiatan pemasaran yang memberitahukan kepada konsumen bahwa
perusahaan meluncurkan produk baru yang menggoda konsumen untuk melakukan
kegiatan pembelian. Menurut Kotler & Armstrong (2012), promosi adalah suatu unsur
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
17
yang digunakan untuk memberitahukan dan membujuk pasar tentang produk dan jasa yang
baru dalam perusahaan baik dengan iklan, penjualan pribadi, promosi penjualan dan
lainnya.
Inovasi pada intinya adalah aktivitas konseptualisasi, serta ide menyelesaikan masalah dengan
membawa nilai ekonomis bagi perusahaan dan nilai sosial bagi masyarakat. Jadi inovasi berangkat
dari suatu membuka mata dan telinga mendengarkan aspirasi atau keluhan konsumen, karyawan,
lingkungan dan masyarakat. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menghasilkan produk
yang inovatif menurut Kotler & Keller (2009) yaitu : mengembangkan atribut produk baru
(adaptasi, modifikasi, memperbesar, memperkecil, substitusi, penataan kembali, membalik, dan
kombinasi); mengembangkan beragam tingkat mutu; mengembangkan model dan ukuran produk.
Kepuasan pelanggan merupakan faktor penting bagi suatu perusahaan dalam
memenangkan persaingan. Setiap perusahaan mengharapkan agar pelanggannya puas
tetapi hal ini tidaklah mudah untuk mewujudkannya. Namun, setiap perusahaan harus
meminimalkan ketidakpuasan pelanggan dengan memberikan sistem pelayanan dengan
sebaik mungkin. Menurut Lovelock dan Wirtz (2011), kepuasan adalah suatu sikap yang
diputuskan berdasarkan pengalaman yang didapatkan. Kepuasan merupakan penilaian
mengenai ciri atau keistimewaan produk atau jasa, atau produk itu sendiri, yang
menyediakan tingkat kesenangan konsumen berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
konsumsi konsumen. Kepuasan konsumen dapat diciptakan melalui kualitas, pelayanan
dan nilai. Kunci untuk menghasilkan kesetiaan pelanggan adalah memberikan nilai
pelanggan yang tinggi. Sedangkan menurut Kotler & Keller (2009), kepuasan pelanggan
adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang ia rasakan
dibandingkan dengan harapannya”. Menurut Irawan (2006), adapun faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kepuasan konsumen sebagai berikut: kualitas produk, kualitas
pelayanan, harga produk, emotional factor, dan biaya serta kemudahan.
Oliver (1997) mendefinisikan loyalitas (loyalty) sebagai komitmen yang dipegang secara
mendalam untuk membeli atau mendukung kembali produk atau jasa yang disukai di masa
depan meski pengaruh situasi dan usaha pemasaran berpotensi menyebabkan konsumen
beralih. Loyalitas pelanggan merupakan ukuran yang lebih dapat diandalkan untuk
memprediksi pertumbuhan penjualan dan keuangan. Kepuasan yang merupakan sikap,
loyalitas dapat didefinisikan berdasarkan perilaku membeli. Pelanggan yang loyal memiliki
karakteristik sebagai berikut : melakukan pembelian berulang secara teratur, membeli antar
lini produk dan jasa, mereferensikan kepada orang lain, dan menunjukkan kekebalan
terhadap tarikan dari pesaing. Menurut Oliver (1997) bahwa empat dimensi loyalitas dan
menjelaskan bahwa aspek yang berbeda mengenai loyalitas tidak muncul secara simultan
tetapi secara berurutan tahap demi tahap yaitu : Loyalitas kognitif. Pada dimensi ini,
loyalitas konsumen ditentukan oleh informasi yang berhubungan dengan fitur yang
ditawarkan dan persepsi kualitas yang mengindikasikan bahwa suatu merek lebih
menguntungkan dibandingkan dengan alternatif merek lainnya; Loyalitas afektif. Pada
dimensi ini, terdapat suatu ikatan atau perilaku terhadap merek, yang didasarkan pada
pengalaman menggunakan merek tersebut; Loyalitas konatif. Loyalitas ini diperoleh pada
saat terbentuk perasaan positif yang berulang terhadap suatu merek; Loyalitas tindakan.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
18
Pada dimensi ini, keinginan yang diciptakan dari tahap sebelumnya berubah menjadi
tindakan yang lebih besar.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka hipotesis dan model konseptul penelitian ini
sebagai berikut:
H1 : Adanya pengaruh produk terhadap kepuasan konsumen.
H2 : Adanya pengaruh promosi terhadap kepuasan konsumen.
H3 : Adanya pengaruh strategi inovasi terhadap kepuasan konsumen.
H4 : Adanya pengaruh produk terhadap loyalitas konsumen.
H5 : Adanya pengaruh promosi terhadap loyalitas konsumen.
H6 : Adanya pengaruh strategi inovasi terhadap loyalitas konsumen.
H7 : Adanya pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen
H1
H4
H2 H7
H5
H3
H6
Gambar 1.
Model Konseptual Penelitian
Metode Penelitian
Produk
Promosi
Strategi
Inovasi
Kepuasan
Pelangga
n
Loyalitas
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
19
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun data digunakan adalah data primer dan
data sekunder. Variabel penelitian terdiri dari produk, promosi, strategi inovasi, kepuasan dan
loyalitas konsumen. Penelitian ini menggunakan metode survey.
Populasi penelitian adalah dosen, karyawan, dan mahasiswa Universitas Pancasila yang menjadi
konsumen produk merk Viva. Responden sebanyak 200 yang terpilih dengan metode multistage.
Tahap 1, pemilihan 4 fakultas sebagai unit sampel secara acak. Tahap 2, setiap fakultas yang
terpilih sebagai unit sampel ditentukan 50 responden secara acak.
Alat ukur penelitian ini adalah kuesioner dengan jawaban atas penyataannya sesuai skala Likert 1-
5, yaitu 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral/ragu-ragu, 4 = setuju, dan 5 = sangat
setuju. Analisis data secara deskriptif dengan kategori nilai rata-rata sesuai rentang skala (nilai
terbesar-nilai terkecil)/5 atau (5-1)/5 = 0,8. Kategori sangat rendah = 1,00 – 1,80; rendah = 1,81 –
2,60; sedang = 2,61 – 3,40; tinggi = 3,41 – 4,20; sangat tinggi = 4,21 – 5,00.
Selanjutnya dilakukan uji validitas untuk menunjukkan sejauh mana suatu pertanyaan pada suatu
angket mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh angket tersebut. Uji validitas
ini memastikan bahwa masing-masing pertanyaan akan terklasifikasikan pada variabel-variabel
yang telah ditetapkan (construct validity). Apabila suatu pertanyaan mampu mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh angket tersebut atau r hitung ≥ r tabel, maka data tersebut disebut
valid (Ghozali, 2016). Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur apakah jawaban seorang
responden konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Apabila responden konsisten dalam
menjawab pertanyaan dalam angket, maka data tersebut adalah reliabel. Suatu konstruk atau
variabel dikatakan reliabel jika uji statistik SPSS memberikan nilai α > 0,60 (Ghozali, 2016).
Model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model kausalitas atau hubungan atau
pengaruh antar variabel, maka teknik analisis yang digunakan adalah SEM (Structural Equation
Modeling). Menurut Ghozali (2016), Structural equation modelling (SEM) adalah suatu teknik
modeling statistik yang bersifat sangat cross-sectional, linear dan umum. Model yang terbentuk
perlu diuji GoF (Good of fitness). Juga dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji T.
Hasil Dan Pembahasan
Penelitian ini menggunakan 5 variabel dengan 29 indikator. Variabel produk terdiri dari 5
indikator, variabel promosi terdiri dari 5 indikator, variabel strategi inovasi terdiri dari 9
indikator, variabel kepuasan konsumen terdiri dari 5 indikator, dan variabel loyalitas
konsumen terdiri dari 5 indikator. Berdasarkan uji validitas, diketahui bahwa semua
indikator memiliki r hitung ≥ r tabel, sehingga semua indikator dikatakan valid.
Berdasarkan uji reliabilitas, diketahui bahwa semua variabel memiliki nilai cronbach ≥
0,60, sehingga semua variabel dikatakan reliabel. Jadi semua indikator dan variabel dapat
digunakan untuk penelitian ini.
Responden pada penelitian ini berasal dari 4 fakultas (ekonomi, farmasi, hukum, dan
psikologi), masing-masing 50 responden per fakultas. Semua responden (200 orang)
pernah menggunakan produk kosmetik merk Viva. Karakteristik responden antara lain
semua responden berjenis kelamin perempuan, kebanyakan responden berusia 20- 35 tahun
(87,5%), kebanyakan responden adalah mahasiswa (82,5%).
Berdasarkan nilai means dan kategori pada rentang skala, maka dapat dikatakan bahwa
tingkat persepsi responden terhadap variabel produk adalah tinggi, tercermin pada
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
20
indikator produk memenuhi kebutuhan kulit dan aman bagi kulit. Tingkat persepsi
responden terhadap variabel promosi adalah tinggi, tercermin pada indikator promosi di
internet atau media sosial dan berpartisipasi sebagai sponsorship suatu kegiatan. Tingkat
persepsi responden terhadap variabel strategi inovasi adalah tinggi, tercermin pada
indikator telah melakukan pengembangan produk dan telah memiliki sistem pelayanan
yang memudahkan pelanggan. Tingkat persepsi responden terhadap variabel kepuasan
konsumen adalah tinggi, tercermin pada indikator bangga menggunakan produk dan puas
terhadap kualitas produk. Tingkat persepsi responden terhadap variabel loyalitas konsumen
adalah tinggi, tercermin pada indikator utama bersedia merekomendasikan kepada
siapapun dan bersedia bercerita kepada siapapun.
Tabel 1. Persamaan Struktural
No. Persamaan R2
1. SATISFAC = 0.22*PRODUCT + 0.16*PROMOTIO +
0.61*STRATEGY
0.72
2. LOYALTY = 0.37*SATISFAC + 0.38*PRODUCT +
0.032*PROMOTIO + 0.12*STRATEGY
0.61
Berdasarkan hasil analisis SEM dengan Program Lisrel, maka diperoleh model penelitian
yang dijabarkan pada Tabel 1 di atas ini. Terbentuk 2 persamaan, persamaan 1
menjelaskan bahwa variabel produk, promosi, dan strategi inovasi mampu menjelaskan
variabel kepuasan pelanggan sebesar 72%. Sisanya 28% mampu dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak dibahas pada penelitian ini. Sedangkan persamaan 2 menerangkan bahwa
variabel produk, promosi, strategi inovasi, dan kepuasan pelanggan mampu menjelaskan
variabel loyalitas konsumen sebesar 61%. Sisanya 39% mampu dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak dibahas pada penelitian ini.
Berdasarkan Goodness of Fit Statistics (GoF), diketahui kondisi beberapa aspek GoF
sebagai berikut : Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 4.29 (Good), AIC Model =
854.45 (Good) , CAIC Model = 1146.74 (Good), Parsimony Normed Fit Index (PNFI) =
0.82 (Good), Relative Fit Index (RFI) = 0.90 (Good), Root Mean Square Residual (RMR)
= 0.049 (Good), Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.76 (Good), Parsimony
Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.68 (Good), maka dapat dikatakan adanya kecocokan
model.
Berdasarkan uji T (Gambar 3), dapat diketahui bahwa H1 dan H3 diterima (t1 hitung dan t3 hitung ≥ ttabel
= 1,976), artinya ada pengaruh produk dan strategi inovasi secara parsial terhadap kepuasan
konsumen. Keragaman nilai indikator-indikator pada variabel produk dan kepuasan konsumen
mampu menjelaskan hubungan dua variabel tersebut. Keragaman nilai indikator-indikator pada
variabel strategi inovasi dan kepuasan konsumen mampu menjelaskan hubungan dua variabel
tersebut. Tetapi H2 ditolak (t2 hitung < ttabel = 1,976), artinya tidak ada pengaruh promosi terhadap
kepuasan konsumen. Keragaman nilai indikator-indikator pada variabel promosi dan kepuasan
konsumen belum mampu menjelaskan hubungan dua variabel tersebut. Kenyataan ini sesuai
dengan hasil penelitian Purnomo (2017), Kharisma dan Euis (2017) bahwa kualitas produk
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
21
berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Tetapi hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil
penelitian Jessica J. Lenzum, dkk (2014) bahwa promosi berpengaruh terhadap kepuasan
pelanggan.
Gambar 3.
Uji T
Diketahui juga bahwa H4 dan H7 diterima (t4 dan t7 hitung ≥ ttabel = 1,976), artinya ada pengaruh
produk dan kepuasan konsumen secara parsial terhadap loyalitas konsumen. Keragaman nilai
indikator-indikator pada variabel produk dan loyalitas konsumen mampu menjelaskan hubungan
dua variabel tersebut. Keragaman nilai indikator-indikator pada variabel kepuasan konsumen dan
loyalitas konsumen mampu menjelaskan hubungan dua variabel tersebut. Tetapi H5 dan H6 ditolak
(t5 hitung dan t6 hitung < ttabel = 1,976), artinya tidak ada pengaruh promosi dan strategi inovasi secara
parsial terhadap loyalitas konsumen. Keragaman nilai indikator-indikator pada variabel promosi
dan loyalitas konsumen mampu menjelaskan hubungan dua variabel tersebut. Keragaman nilai
indikator-indikator pada variabel strategi inovasi dan loyalitas konsumen mampu menjelaskan
hubungan dua variabel tersebut. Kenyataan ini sesuai dengan hasil penelitian Abdul, dkk (2017),
Kharisma dan Euis (2017), Putu, dkk (2016), Taufiq (2013), Yunanda (2017) bahwa kepuasan
konsumen berpengaruh terhadap loyalitas konsumen. Tetapi hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
hasil penelitian Taufiq (2013), bahwa promosi berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan.
Tabel 2. Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, dan Total
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
22
No. Jalur
Var antara Pengaruh
Langsung Tidak langsung Total
1. Produk Loyality Kepuasan 0.38 0.08(0.22*0.37) 0.46
2. Promosi Loyality Kepuasan - - 0.25
3. Strategi Inovasi Loyalitas Kepuasan - 0.23(0.61*0.37) 0.23
Tabel 4 menjelaskan bahwa ada 3 jalur yang terbentuk, yaitu jalur produk, kepuasan konsumen,
loyalitas konsumen; jalur promosi, kepuasan konsumen, loyalitas konsumen; jalur strategi inovasi,
kepuasan konsumen, loyalitas konsumen. Jalur dominan adalah jalur produk, kepuasan konsumen,
loyalitas konsumen. Variabel kepuasan dapat berfungsi sebagai variabel intervening bagi variabel
produk dan variabel loyalitas konsumen.
Simpulan
Variabel produk dan strategi inovasi berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan pelanggan.
Tetapi variabel promosi berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Variabel produk berpengaruh
terhadap loyalitas konsumen. Tetapi variabel promosi dan strategi inovasi tidak berpengaruh
terhadap loyalitas konsumen.
Variabel produk, promosi, dan strategi inovasi mampu menjelaskan variabel kepuasan
pelanggan sebesar 72%. Sedangkan variabel produk, promosi, strategi inovasi, dan
kepuasan pelanggan mampu menjelaskan variabel loyalitas pelanggan sebesar 61%.
Untuk mempercepat peningkatan loyalitas pelanggan yang dicerminkan oleh kesediaan
merekomendasikan kepada siapapun dan kesediaan bercerita kepada siapapun, maka lebih
ditingkatkan kualitas produk yang dapat memberikan peningkatan kepuasan pelanggan.
Pelaksanaan peningkatan kualitas produk tercermin dari produk yang memenuhi kebutuhan kulit
dan aman bagi kulit. Sedangkan peningkatan kepuasan konsumen tercermin pada bangga
menggunakan produk dan puas terhadap kualitas produk.
Referensi
Abdul Muzammil, Mukhlis Yunus, Nurdasila Darsono. 2017. Pengaruh Kualitas
Pelanggan, Citra Perusahaan Terhadap Loyalitas Pelanggan Indihome PT Telkom
Indonesia di Banda Aceh Dengan Kepuasan dan Kepercayaan Pelanggan Sebagai Variabel
Mediasi. Jurnal Manajemen & Inovasi, Vol 8, No 3, Oktober, 104-133.
Agus Tunggal Saputra, I Wayan Bagia, Ni Nyoman Yulianthini. 2016. Pengaruh Kepuasan
Kerja dan Loyalitas Karyawan Terhadap Kineja Karyawan. E-Journal Bisma Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen, Vol. 4; 1-8.
Agus Hermawan. 2013. Komunikasi Pemasaran. Jakarta : Erlangga.
Ali Raza Nemati, Khurram Khan, Moazzam Iftikhar. 2010. Impact of Innovation on Customer
Satisfaction and Brand Loyalty, A Study of Mobile Phones Users in Pakistan. European Journal of
Social Sciences, Volume 16, Number 2, 299-306.
Assauri, Sofjan. 2013. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Rajawali Pers.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
23
Buchari, Alma. 2014. Manajemen Pemasaran & Pemasaran Jasa. Bandung : Alfabeta.
Christian A.D. Selang. 2013. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Pengaruhnya Terhadap
Loyalitas Konsumen Pada Fresh Mart Bahu Mall Manado. Jurnal EMBA, Vol 1, No 3,
Juni, 71-80
Eko Boedhi Santoso, Joko Samboro. 2017. Pengaruh Promosi Penjualan & Inovasi Produk
Terhadap Keputusan Pembelian dan Dampaknya Terhadap Loyalitas Pelanggan. Jurnal
Administrasi dan Bisnis, Vol 11, Nomor 1, Juli; 1-8.
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 23.
Hurriyati Ratih, Dr., M.Si. 2010. Bauran Pemasaran & Loyalitas Konsumen. Jakarta :
Alfabeta.
Irawan, Basu, Swastha. 2006. Azas-Azas Marketing. Yogyakarta : Liberty.
Jessica J. Lenzum, James D.D. Massie, Decky Adare. 2014. Pengaruh Kualitas Produk,
Harga, dan Promosi Terhadap Kepuasan Pelanggan Kartu Prabayar Telkomsel. Jurnal
EMBA, Vol.2, No.3, September; 1237-1245.
Kharisma Nawang Sigit, Euis Soliha. 2017. Kualitas Produk dan Kualitas layanan
Terhadap Kepuasan & Loyalitas Nasabah. Jurnal Keuangan & Perbankan, 21 (1); 157-168.
Kotler Philip dan Keller Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran. Terjemahan. Edisi 12.
Jakarta : Indeks
Kotler, Philip & Amstrong, Gary. 2014. Principles of Marketing, Global Edition, 14 th
Edition, Pearson Education.
Lovelock Christopher, H Lauren K Wright. 2011. Manajemen Pemasaran Jasa.
Terjemahan. Jakarta : Indeks.
Oliver, Riscrd L. 1997. Satisfaction A Behavioral Perspective On The Consumer.
Singapore : Mc Graw-Hill Education.
Purnomo Edwin Setyo. 2017. Pengaruh Kualitas Produk dan Harga Terhadap Kepuasan
Konsumen “Best Autoworks”. PERFORMA : Jurnal Manajemen dan Start-UP Bisnis,
Volume 1, Nomor 6, Februari; 755-764.
Putu Yudhistira Budhi Setiawan, Ahmad Fudholi, Satiti. 2016. Pengaruh Bauran
Pemasaran Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan Produk. Jurnal Manajemen dan
Pelayanan Farmasi, Vol. 6, No. 2, Juni; hal 115-124.
Sumarni, Murti dan John Soeprihanto. 2010. Pengantar Bisnis (Dasar-Dasar Ekonomi
Perusahaan). Edisi Kelima. Yogyakarta : Liberty.
Taufiq Zain. 2013. Pengaruh Kualitas Layanan dan Promosi Terhadap Kepuasan &
Loyalitas Pelanggan Speedy Instan. JEAM, Vol XII, No 1, 104-114.
Tjiptono, Fandy. 2015. Strategi Pemasaran, Edisi 4. Yogyakarta : Andi.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
24
Yunanda Eka Putra, Mukhlis Yunus, Sulaiman. 2017. Pengaruh Customer Relationship
Management Terhadap Kepuasan Nasabah dan Dampaknya Terhadap Loyalitas Nasabah
PT Bank Rakyat Indonesia. Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8, No 2, 70-83.
Woro Sasmiyarsi, Vina Meliana. 2019. Pengaruh Inovasi Proses T-Cash Tap Terhadap
Kepuasan Pelanggan serta Dampaknya Terhadap Loyalitas Pelanggan Telkomsel.
Kalbisocio Jurnal Bisnis dan Komunikasi, Vol. 6, No. 1, Februari; hal 54-61
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
25
ANALISIS KUALITAS PELAYANAN, HARGA, KEPUASAN, DAN
LOYALITAS PELANGGAN
Rika Kaniati1, Tabroni
2
1Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila
Email : [email protected] 2Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pancasila
Email : [email protected]
Abstrak :
Loyalitas pelanggan sebagai faktor penentu keberlangsungannya suatu usaha. Karena itu
perlu diketahui faktor pendorong terciptanya loyalitas pelanggan. Untuk itu diperlukan
penelitian tentang analisis kualitas pelayanan, harga, kepuasan, dan loyalitas pelanggan
yang bertujuan menganalisis pengaruh antar variabel tersebut dengan kasus pelanggan
Klinik Hedtutu Skin Solution. Penelitian dengan menggunakan 143 pelanggan yang dipilih
secara purposive sampling. Analisis data secara SEM, program Lisrel. Hasil penelitian
menerangkan bahwa kualitas pelayanan dan harga secara parsial berpengaruh terhadap
kepuasan pelanggan; harga dan kepuasan pelanggan secara parsial berpengaruh
terhadap loyalitas pelanggan; tetapi kualitas layanan tidak berpengaruh terhadap
loyalitas pelanggan.
Kata kunci : kualitas pelayanan, harga, kepuasan, loyalitas pelanggan
Pendahuluan
Industri kosmetik nasional mengalami kenaikan pertumbuhan 20% atau empat kali lipat
dari pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2017, ditandai dengan bertambah
sebanyak 153 perusahaan industri kosmetik nasional sehingga jumlahnya mencapai lebih
dari 760 perusahaan (Majalah Kartini, 2017). Kenaikan pertumbuhan tersebut didorong
oleh permintaan besar dari pasar domestik dan ekspor seiring dengan adanya tren
masyarakat modern saat ini yang mulai memperhatikan produk perawatan diri sebagai
kebutuhan utama tidak hanya pada orang dewasa tapi juga trennya bergeser kepada
generasi milenial.
Adanya kenaikan pertumbuhan industri, maka akan meningkat pula persaingan pada
industri tersebut. Salah satu faktor utama agar tetap bertahan dalam persaingan dunia usaha
adalah memberikan pelayanan dan fasilitas yang semakin baik kepada pelanggan sehingga
dapat memenuhi kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan menjadi hal yang penting bagi
perusahaan untuk memperoleh kepercayaan dari konsumen agar tetap menggunakan jasa
mereka. Untuk dapat meraih kepuasan pelanggan, perusahaan perlu meningkatkan
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
26
beberapa aspek dalam perusahaannya antara lain kualitas pelayanan, harga (Lovelock, dkk,
2010).
Dewasa ini perusahaan harus lebih baik lagi memperhatikan tingkat kepuasan
konsumennya, karena dampaknya adalah loyalitas pelanggan. Kenyataan ini sesuai dengan
penelitian Suwarni dan Dwi (2011). Loyalitas pelanggan merupakan hal yang sangat
penting bagi suatu usaha, karena pelanggan yang loyal merupakan kunci sukses suatu
bisnis atau usaha untuk terus bertahan dan mempertahankan pelanggan yang loyal. Karena
itu, perlu diketahui faktor apa saja yang mempengaruhi loyalitas pelanggannya terhadap
perusahaan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu terdapat hubungan inkonsisten antara variabel
kualitas pelayanan, harga, kepuasan, dan loyalitas pelanggan. Hasil penelitian Erni
Setyowati dan Wiyadi (2016) menunjukkan bahwa kualitas layanan dan harga secara
parsial berpengaruh terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan. Hasil penelitian Yudiana
Sari (2016) menunjukkan bahwa kualitas pelayanan memiliki pengaruh terhadap kepuasan
pelanggan. Hasil penelitian Purnomo (2017) bahwa harga berpengaruh terhadap kepuasan
konsumen. Tetapi hasil penelitian yang berbeda antara lain hasil penelitian Suwarni, dkk
(2011) bahwa harga tidak berpengaruh terhadap loyalitas konsumen.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka perlu melakukan penelitian tentang analisis kualitas
pelayanan, harga, kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan dengan kasus pelanggan
klinik kecantikan Hedtutu Skin Solution cabang Depok dan Bekasi. Tujuan penelitian
untuk menganalisis pengaruh antar variabel kualitas pelayanan, harga, kepuasan pelanggan
dan loyalitas pelanggan
Kajian Literatur
Menurut Schiffman (2004), kualitas pelayanan adalah sebuah hasil yang harus dicapai dan
dilakukan dengan sebuah tindakan. Tindakan tersebut tidak berwujud dan mudah hilang,
namun dapat dirasakan dan diingat. Tjiptono (2016) menemukan adanya lima dimensi
utama yang menentukan kualitas pelayanan, yakni: Tangibility merupakan kemampuan
suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal; Reliability
yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan
secara akurat dan terpercaya; Responsiveness merupakan suatu kesediaan, kebijakan, dan
kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang memadai, cepat, dan tepat
waktu kepada konsumen, dengan penyampaian informasi yang jelas; Assurance yaitu
pengetahuan, kesopanansantunan dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk
menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan; Empathy memberikan
perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang memberikan kepada para
konsumen.
Menurut Kotler dan Armstrong (2013), harga adalah jumlah yang ditagihkan atas suatu
produk atau jasa. Lebih luas lagi, harga adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh
pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk
atau jasa. Kotler dan Armstrong (2013), menjelaskan bahwa ada empat ukuran yang
mencirikan harga adalah keterjangkauan harga, artinya konsumen bisa menjangkau harga
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
27
yang telah ditetapkan oleh perusahaan; kesesuaian harga dengan kualitas produk, apabila
harga lebih tinggi orang cenderung beranggapan bahwa kualitasnya juga lebih baik,
demikian sebaliknya; kesesuaian harga dengan manfaat artinya konsumen memutuskan
membeli suatu produk jika manfaat yang dirasakan lebih besar atau sama dengan yang
telah dikeluarkan untuk mendapatkannya; Harga sesuai kemampuan atau daya saing harga,
artinya konsumen mempertimbangkan harga suatu produk dengan membandingkan harga
produk lainnya.
Menurut Irawan (2004) bahwa pelanggan adalah orang yang paling penting dalam
perusahaan. Menurut Tjiptono dan Chandra (2016), kepuasan bisa diartikan sebagai upaya
pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai. Sehingga kepuasan pelanggan atau
konsumen adalah tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan antara apa yang dia
terima dan harapannya. Menurut Krowinsky dan Steiber (2001), kepuasan meliputi:
assesibility atau keterjangkauan, availability atau ketersediaan sumber daya, kontinuitas
pelayanan, efektivitas, keuangan, humanitas, ketersediaan informasi, pemberian informasi,
kenyaman lingkungan, dan kompetensi petugas. Kepuasan penting karena pelanggan yang
sangat puas akan menyebarkan cerita positif dari mulut ke mulut dan malah akan menjadi
iklan berjalan dan berbicara bagi suatu perusahaan, yang akan menurunkan biaya untuk
menarik pelanggan baru.
Oliver (1999) mendefinisikan loyalitas sebagai komitmen yang dipegang secara mendalam
untuk membeli kembali produk atau jasa yang disukai di masa depan meski pengaruh
situasi dan usaha pemasaran berpotensi menyebabkan konsumen beralih. Loyalitas
pelanggan merupakan ukuran yang lebih dapat diandalkan untuk memprediksi
pertumbuhan penjualan dan keuangan. Pelanggan yang loyal memiliki karakteristik
sebagai berikut : melakukan pembelian berulang secara teratur, membeli antarlini produk
dan jasa, mereferensikan kepada orang lain, dan menunjukkan kekebalan terhadap tarikan
dari pesaing. Menurut Oliver (1999) bahwa ada 4 tahap loyalitas yaitu loyalitas kognitif,
artinya loyalitas konsumen ditentukan oleh informasi yang berhubungan dengan fitur yang
ditawarkan dan persepsi kualitas yang mengindikasikan bahwa suatu merek lebih
menguntungkan dibandingkan dengan alternatif merek lainnya; loyalitas afektif, artinya
adanya suatu ikatan terhadap merek yang didasarkan pada pengalaman; loyalitas konatif,
diperoleh pada saat terbentuk perasaan positif yang berulang terhadap suatu merek;
loyalitas tindakan, keinginan yang diciptakan dari tahap sebelumnya berubah menjadi
tindakan yang lebih besar.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka terbentuk model penelitian dan hipotesis sebagai
berikut
H1
H3
H5
H2
Kualitas
Pelaya-
nan
Harga Loyalitas
Pelang-
gan
Kepuasan
Pelang-
gan
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
28
H4
Gambar 1. Model Penelitian
H1 : Adanya pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan
H2 : Adanya pengaruh harga terhadap kepuasan pelanggan
H3 : Adanya pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan
H4 : Adanya pengaruh harga terhadap loyalitas pelanggan
H5 : Adanya pengaruh kepuasan pelanggan terhadap
Metodologi Penelitian
Penelitian menggunakan metode survey untuk mengumpulkan data/ kuesioner di lapangan
atas pertanyaan-pertanyaan pengukuran dari variabel yang diteliti, serta menguji kebenaran
hipotesis secara empiris. Variabel dependen dalam penelitian ini, yaitu: kualitas pelayanan
dan harga. Variabel antara pada penelitian ini adalah kepuasan pelanggan. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah loyalitas pelanggan.
Tempat penelitian dan penyebaran kuesioner dilakukan di Klinik Hedtutu Skin Solution
cabang Depok dan Bekasi. Responden dipilih secara non probability sampling, yaitu teknik
purposive sampling. Sampel yang diambil berdasarkan pelanggan yang pernah
mendapatkan perawatan pada Klinik Hedtutu Skin Solution. Pada penelitian ini, besarnya
sampel disesuaikan dengan model analisis yang digunakan yaitu structural equation
modeling (SEM). Menurut Ferdinand (2013), beberapa pedoman penentuan besarnya
ukuran sampel untuk SEM antara lain jumlah sampel antara 100 - 200 dengan minimum 50
sampel.
Instrument penelitian ini adalah kuesioner dengan jawaban pada pernyataannya sesuai
skala Likert yang terdiri dari lima alternative jawaban yaitu: 5 = Sangat Setuju, 4 = Setuju,
3 = Netral/ragu-ragu, 2 = Tidak Setuju, dan 1 = Sangat Tidak Setuju. Sebelum digunakan
terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Menurut Noor (2015), uji validitas
adalah uji yang digunakan untuk melihat kelayakan butir-butir pertanyaan yang
mencerminkan suatu variabel. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui kesahihan dari
kuesioner yang digunakan. Kesahihan disini artinya kuesioner yang dipergunakan mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas sebaiknya dilakukan pada setiap butir
pertanyaan. Hasil r hitung akan dibandingkan dengan r table dimana df = n – 2 dengan sig
5%. Jika r table < r hitung, maka soal tersebut dikatakan valid. Sedangkan uji realibilitas
untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrument apabila
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
29
instrument tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden. Jika nilai
alpha cronbach‟s suatu variabel > 0,60, maka dikatakan variabel tersebut adalah reliabel.
Analisa data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah tingkat persepsi responden
berupa karakteristik dan tingkat persepsi responden tentang variabel berdasarkan kriteria
dengan rentang skala (RS) = (nilai tertinggi – nilai terendah) / jumlah kategori sehingga (5-
1)/4 = 0,8, maka diperoleh kategori tingkat persepsi responden sebagai berikut : 1,00 –
1,80 berarti sangat rendah; 1,81 – 2,60 berarti rendah; 2,61 – 3,40 berarti sedang; 3,41 –
4,20 berarti tinggi; 4,21 – 5,00 berarti sangat tinggi.
Selanjutnya dilakukan analisis Structural Equation Model (SEM). Menurut Supriyadi
(2014), SEM memiliki kemampuan untuk mengestimasi hubungan antar variabel yang
bersifat multiple relationship. Hubungan dibentuk dalam model struktural (hubungan
antara variabel laten endogen dan eksogen). Model yang terbentuk dilakukan uji
kecocokan model. SEM juga mampu menggambarkan pola hubungan antara konstrak laten
(unobserved) dan variabel manifest (variabel indicator) atau melakukan uji hipotesis,
mendapatkan koefisien determinasi (R2), pengaruh langsung, tidak langsung dan total.
Menurut Setyo Hari W. (2015), pengaruh langsung adalah pengaruh yang terjadi antara 2
buah variabel laten ketika sebuah panah menghubungkan keduanya. Sedangkan pengaruh
tidak langsung adalah pengaruh yang terjadi diantara 2 variabel laten tidak ada panah
langsung antara kedua variabel tersebut melainkan melalui satu atau lebih variabel laten
lain sesuai lintasan yang ada.
Hasil Dan Pembahasan
Kuesioner disebarkan kepada pelanggan Klinik Hedtutu Skin Solution di Depok dan
Bekasi, baik secara langsung maupun online melalui smartphone atau laptop. Hasil
penyebaran diperoleh 143 kuesioner yang terisi dengan baik. Kuesioner ini terdiri dari 4
variabel dengan 48 indikator, yaitu kualitas pelayanan (29 indikator), harga (6 indikator),
kepuasan pelanggan (8 indikator), dan loyalitas pelanggan (5 indikator).
Uji validitas dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product
Moment (r hitung). Nilai r tabel, df = 143-2 = 141 dan α = 0,05 adalah 0,1642. Karena itu
48 indikator yang digunakan pada penelitian ini adalah valid, semua nilai r hitungnya >
0,1642. Selanjutnya diproses uji reliabilitas menggunakan rumus Cronbach‘s alpha.
Semua variabel (4) yang ada adalah reliabel karena variabel tersebut memiliki nilai
Cronbach‘s alpha hitung lebih besar dari 0,6. Dari uji validitas dan reliabilitas diatas, maka
4 variabel dengan 48 indikator dapat digunakan untuk penelitian ini.
Dari 143 responden diperoleh karakteristik responden bahwa semua responden pernah
melakukan perawatan pada klinik, kebanyakan responden adalah wanita, kebanyakan
berusia antara 17 – 40 tahun, kebanyakan berdomisili di Jakarta, Bekasi, dan Depok,
kebanyakan berpendidikan di atas SLTA, kebanyakan bekerja sebagai pegawai atau
wirausaha.
Tingkat persepsi responden terhadap variabel sebagai berikut tingkat persepsi responden
terhadap kualitas pelayanan tinggi adalah tinggi (means = 4,133) dengan 3 indikator utama
yaitu pegawai dan dokter menjadi pendengar yang baik untuk keluhan pelanggan,
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
30
kelengkapan dan ketersediaan produk klinik, dan penampilan pegawai dan dokter sopan
dan rapi. Tingkat persepsi responden terhadap harga ini adalah tinggi (means = 3,82)
dengan 3 indikator utama yaitu harga produk, konsultasi dokter dan treatment klinik
memberikan manfaat bagi pelanggan; harga produk, konsultasi dokter dan treatment klinik
sesuai dengan pelayanan dan fasilitas yang diberikan), dan harga produk, konsultasi dokter
dan treatment di klinik sesuai dengan kualitas yang diharapkan pelanggan. Tingkat
persepsi responden terhadap kepuasan pelanggan ini adalah tinggi (means = 3.96) dengan 3
indikator utama yaitu pelanggan puas akan pelayanan yang diberikan; pelanggan puas akan
kemasan produk; dan pelanggan puas terhadap macam-macam produk dan treatment yang
ditawarkan sesuai kebutuhan. Tingkat persepsi responden terhadap loyalitas pelanggan ini
adalah tinggi (means = 3,79) dengan 3 indikator utama yaitu pelanggan akan memberikan
informasi dan mereferensikan kepada orang lain mengenai pengalaman positifnya selama
menggunakan produk, konsultasi dokter dan treatment; pelanggan akan kembali
menggunakan produk, konsultasi dokter dan treatment serta layanannya; dan pelanggan
akan tetap memilih produk, konsultasi dokter dan treatment.
Dari hasil output data SEM LISREL 8.7 dihasilkan model penelitian yang dapat dilihat
Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Persamaan Struktural
No. Persamaan Struktural Keterangan
1. PUAS = 0.76*LAYANAN + 0.20*HARGA R2 = 0.88
2. LOYAL = 0.77*PUAS - 0.31*LAYANAN +
0.41*HARGA R
2 = 0.73
Pada tabel 1 diperoleh 2 persamaan, yaitu persamaan kepuasan pelanggan memiliki R2
sebesar 0.88. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kualitas pelayanan dan harga dapat
menjelaskan variabel kepuasan pelanggan sebesar 88%. Sedangkan sisanya 12 % mampu
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dibahas pada penelitian ini; persamaan loyalitas
pelanggan memiliki R2 sebesar 0.73. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepuasan
pelanggan, kualitas pelayanan, dan harga dapat menjelaskan variabel loyalitas pelanggan
sebesar 73%. Sedangkan sisanya 27% mampu dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dibahas pada penelitian ini.
Berdasarkan hasil uji Goodness of Fit (GOF) diperoleh bahwa RMSEA = 0,060 (good fit),
ECVI=13.95 (good fit), AIC Model = 1841.14 (good fit), CAIC Model = 2572.52 (good
fit), NFI = 0,97 (good fit), NNFI = 0,98 (good fit), CFI = 0,99 (good fit), IFI = 0,99 (good
fit), RFI = 0,96 (good fit), RMR = 0,035 (Good of Fit). Dilihat dari hasil beberapa aspek
GoF dapat dikatakan adanya kecocokan model.
Berdasarkan uji T, maka Ho1 ditolak atau Ha1 diterima karena nilai t-value (8.53) > t tabel
(1,96). Artinya terdapat pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa indikator-indikator pada variabel kualitas pelayanan dan
kepuasan pelanggan mampu menjelaskan hubungan dua varabel tersebut. Dengan adanya
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
31
pelayanan yang berkualitas yang diberikan oleh Klinik Hedtutu Skin Solution dalam
melayani pelanggannya, maka pelanggan klinik tersebut akan merasa puas dan percaya
bahwa Klinik Hedtutu Skin Solution. Kenyataan ini didukung penelitian yang dilakukan
Ade S Maulana (2016) yang menyatakan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap
kepuasan pelanggan.
Gambar 2. Uji T
Ho3 diterima atau Ha3 ditolak karena nilai t-value (-1,74) < t tabel (1,96). Artinya tidak
terdapat pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan. Kualitas pelayanan
yang diberikan Klinik Hedtutu Skin Solution kepada pelanggan seperti keramahannya,
kecekatan pegawai dan dokter dalam melayani pelanggan, serta tanggap dalam
menyelesaikan keluhan pelanggan. Tetapi pelanggan tidak melihat dari sisi tersebut untuk
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
32
loyal pada klinik tersebut. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Laili, dkk (2018)
yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan.
Ho4 ditolak atau Ha4 diterima karena nilai t-value (3.67) > t tabel (1,96). Artinya terdapat
pengaruh harga terhadap loyalitas pelanggan. Kenyataan ini juga menerangkan bahwa
keragaman nilai dua variabel ini mampu menjelaskan hubungan antar variabel tersebut.
Hal tersebut menjelaskan bahwa semakin sesuai harga produk dan treatment di Klinik
Hedtutu Skin Solution, maka akan menimbulkan loyalitas konsumen terhadap produk
tersebut. Klinik Hedtutu Solution banyak menawarkan harga produk paket perawatan dan
treatment, seperti paket komedo, paket kulit berminyak, paket pencerah kulit dan beberapa
paket treatment lainnya. Penawaran harga paket itu mengharuskan kedatangan berkali-kali
untuk membeli atau melakukan perawatan kulit dan wajah. Hal tersebut menjadi indikator
dari loyalitas pelanggan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Suwarni dan Dwi (2011) yang menyatakan bahwa harga berpengaruh terhadap
loyalitas pelanggan.
Ho5 ditolak atau Ha5 diterima karena nilai t-value (4.14) > t tabel (1.96). Artinya terdapat
pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan. Kepuasan pelanggan ini dapat
diartikan sebagai respon positif terhadap produk dan treatment Klinik Hedtutu Skin
Solution dan apabila pelanggan tersebut sudah pernah membeli produk Klinik Hedtutu
Skin Solution maka pelanggan tersebut akan merekomendasikan kepada orang lain untuk
membeli produk dan treatment di Klinik Hedtutu Skin Solution. Pelanggan tersebut tidak
akan pindah ataupun tertarik untuk membeli di klinik lainnya. Hal tersebut sesuai dengan
hasil penelitian Iha Haryani (2017) yang menyatakan bahwa kepuasan pelanggan
memberikan pengaruh terhadap loyalitas pelanggan.
Tabel 2. Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, Total
No. Jalur Variabel
Antara
Pengaruh
Langsung Tidak
Langsung
Total
1. Kualitas Layanan
Loyalitas Pelanggan
Kepuasan - 0.59
(0.76*0.77)
0.59
2. Harga Loyalitas
Pelanggan
Kepuasan 0.41 0.15
(0.20*0.77)
0.56
Berdasarkan tabel 1, maka dapat dianalisis pengaruh langsung, tidak langsung, dan total
yang dijabarkan pada Tabel 2. Ada dua jalur yaitu jalur kualitas layanan – kepuasan -
loyalitas pelanggan dan jalur harga – kepuasan – loyalitas pelanggan. Jalur dominan adalah
jalur kualitas layanan – kepuasan – loyalitas pelanggan. Variabel kepuasan pelanggan
dapat menjadi variabel intervening bagi variabel kualitas layanan berpengaruh terhadap
loyalitas pelanggan dan variabel harga berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
33
Simpulan
Kualitas pelayanan memiliki pengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Tetapi harga tidak
memiliki pengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Kualitas pelayanan tidak memiliki
pengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Tetapi harga dan kepuasan pelanggan memiliki
pengaruh terhadap loyalitas pelanggan.
Variabel kualitas pelayanan dan harga berperan sebesar 88% terhadap variabel kepuasan
pelanggan. Selain itu, variabel kepuasan pelanggan, kualitas pelayanan, dan harga berperan
sebesar 73% terhadap loyalitas pelanggan. Karena itu masih diperlukan penelitian lanjutan
dengan penambahan variabel untuk mendukung peningkatan kepuasan dan loyalitas
pelanggan, serta penelitian yang sejenis tetapi dilakukan pada beberapa klinik kecantikan.
Jalur dominan adalah jalur kualitas layanan – kepuasan – loyalitas pelanggan. Kondisi ini
menggambarkan bahwa loyalitas pelanggan klinik masih dapat ditingkatkan. Hal ini
tercermin pada peningkatan bahwa pelanggan akan memberikan informasi dan
mereferensikan kepada orang lain mengenai pengalaman positifnya selama menggunakan
produk, konsultasi dokter dan treatment; pelanggan akan kembali menggunakan produk,
konsultasi dokter dan treatment serta layanannya; dan pelanggan akan tetap memilih
produk, konsultasi dokter dan treatment. Peningkatan loyalitas dilakukan dengan
memprioritas perbaikan kualitas layanan yang dapat memberikan kepuasan pelanggan.
Perbaikan kualitas layanan dapat dilakukan melalui pegawai dan dokter menjadi pendengar
yang baik untuk keluhan pelanggan, kelengkapan dan ketersediaan produk klinik, dan
penampilan pegawai dan dokter sopan dan rapi. Peningkatan kepuasan pelanggan dapat
dilakukan melalui pelanggan puas akan pelayanan yang diberikan; pelanggan puas akan
kemasan produk; dan pelanggan puas terhadap macam-macam produk dan treatment yang
ditawarkan sesuai kebutuhan.Variabel kepuasan pelanggan dapat menjadi variabel
intervening bagi variabel kualitas layanan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan dan
variabel harga berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan.
Referensi
Ade S Maulana. 2016. Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Harga Terhadap Kepuasan
Pelanggan PT. TOI. Jakarta: Jurnal Ekonomi Universitas Esa Unggul, Vol 7, No. 2;1-13.
Erni Setyowati, Wiyardi. 2016. Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga, dan Citra Merek
Terhadap Loyalitas Pelanggan Dengan Kepuasan Pelanggan Sebagai Variabel Pemediasi.
Daya Saing Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya, Vol 18, No 2, Desember; 102-112.
Ferdinand. 2013. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian untuk skripsi, Tesis
dan Disertai Ilmu Manajemen. Semarang: Universitas Diponegoro.
Iha Haryani Hatta. 2017. Feature, Nilai, Kepuasan & Loyalitas Pelanggan. Jurnal Riset
Manajemen dan Bisnis Vol 2, No 1, Februari; 45-52.
Irawan, Handi. 2004. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. : Jakarta: Elex Media.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
34
Kotler P, Amstrong G. 2013. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi 13. Jilid 1. Edisi Indonesia.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Krowinski, W.J. 2001. Measuring and Managing Patient Satisfaction. USA: American
Publishing Inc.
Laili Ika Nafisatin, M. Naely Azhad, Wahyu Eko Setianingsih. 2018. Pengaruh Kualitas
Layanan, Komitmen Pelanggan Dan Kepercayaan Terhadap Loyalitas Pelanggan. JSMBI
(Jurnal Sains Manajemen Dan Bisnis Indonesia), Vol 8, No. 2, Desember; 180-195.
Lovelock, Christopher. Jochen Wirtz, dan Jacky Mussry. 2010. Pemasaran Jasa. Edisi
Ketujuh Jilid 2. Edisi Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Majalah Kartini. Industri Kecantikan di Indonesia Alami Pertumbuhan Pesat [Internet]. 27
April 2017 [diakses 22 Desember 2018]. Diakses dari https://majalahkartini.co.id/mode-
kecantikan/kecantikan/industri-kecantikan-di-indonesia-alami-pertumbuhan-pesat/
Purnomo Edwin Setyo. 2017. Pengaruh Kualitas Produk dan Harga Terhadap Kepuasan
Konsumen “Best Autoworks”. PERFORMA : Jurnal Manajemen dan Start-Up Bisnis
Volume 1, Nomor 6, Februari; 755-764.
Schiffman, Leon. G and Kanuk, Leslie Lazar. 2004. Consumer Behaviour 8th
edition. New
York: Pearson Prentice Hall.
Setyo Hari Wijanto. 2014. Metode Penelitian Menggunakan Structural Equation Modelling
dengan Lisrel 9. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
Supriyadi, Edy. LISREL. Jakarta: In Media.
Suwarni, Septina, Dwi Mayasari. 2011. Pengaruh Kualitas Produk dan Harga Terhadap
Loyalitas Melalui Kepuasan Konsumen. Jurnal Ekonomi Bisnis Th 19, No 1, Maret; 76-84.
Tjiptono, Fandy. 2016. Strategi Pemasaran, Edisi 2. Yogyakarta: Andi Offset
Yudiana Sari. 2016. Pengaruh Kualitas Pelayanan Dengan Kepuasan Konsumen Pada PT
PUSRI Palembang PDD Lampung. Ikonomika Jurnal Ekonomi & Bisnis Islam Volume 1,
Nomor 2, Oktober; 194-208.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
35
PERSPEKTIF DEEP ECOLOGY ETHICS PADA PROSES GAGASAN
PENGEMBANGAN PRODUK DALAM MARKETING MIX
Deddy Hendarwan), Sri Porwani
2)
1Program Studi Administrasi Niaga, Politeknik Darussalam
email: [email protected] 21
Program Studi Administrasi Niaga, Politeknik Darussalam
email: [email protected]
Abstract
Maintaining and preserving the environment is not just a social, economic, political, aesthetic,
problem, but more than that, an environmental problem that is a moral problem that requires
moral accountability. For this reason, it needs to be done with full responsibility as an obligation
and even human needs in life.If humans do not maintain the environment properly, there will be
many disasters for human life itself and all other living things. For the environment to be
sustainable, humans must be able to manage it as well as possible. Humans must have a collective
agreement around the world to manage and preserve the environment. Deep ecology ethics is
present as an initiator and facilitator in creative ideas to produce environmentally friendly
products.As well as the important role of the government in monitoring and evaluating each
business actor for their performance in producing quality products and environmentally friendly
products.
Keywords: Deep Ecology Ethics, Green Products, and government regulations
PENDAHULUAN
Latar belakang
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam
seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di
dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana
menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan
mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Lingkungan terdiri dari
komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah,
udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu
yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).
Lingkungan, di Indonesia sering juga disebut "lingkungan hidup". Misalnya dalam Undang-
Undang no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi Lingkungan Hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia,
dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
36
Lingkungan tempat bisnis akan dijalankan harus dianalisis dengan cermat. Hal ini
disebabkan lingkungan di satu sisi dapat menjadi peluang dari bisnis yang akan dijalankan,
namun di sisi lain lingkungan juga dapat menjadi ancaman bagi perkembangan bisnis.
Keberadaan bisnis dapat berpengaruh terhadap lingkungan, baik lingkungan masyarakat
maupun lingkungan ekologi tempat bisnis yang akan dijalankan.
Manusia pada dasarnya tidak dapat terlepas dari lingkungannya. Segala kebutuhan manusia
tidak dapat terlepas dari pemanfaatan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan primer,
sekunder, maupun tersier.
Sumber daya air, sumber daya pertanian, sumber daya kehutanan, dan sumber daya lainnya
menjadi sangat penting bagi kehidupan manusia untuk mempertahankan keberlanjutan
kehidupan dan generasinya. Pemanfaatan sumber daya alam sejatinya harus dimanfaatkan
dengan bijak dan mempertimbangkan keberlanjutan. Tanpa mempertimbangkan kebijakan
dan keberlanjutan dalam pengelolaan, pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan
tidak akan dapat memenuhi kebutuhan manusia untuk generasi masa depan.
Masalah lingkungan yang ditanggung oleh masyarakat modern saat ini disebabkan oleh
pengelolaan dan pengolahan sumber daya alam dan lingkungan tidak menghiraukan etika.
Etika pengelolaan lingkungan menjadi hal yang sangat penting untuk menjaga lingkungan
tetap mampu menyediakan kebutuhan-kebutuhan manusia dan tetap mengoptimalkan daya
dukungnya. Masyarakat yang tidak bertanggung jawab dengan sesuka hati mengambil
segala kekayaan alam dan lingkungan untuk kebutuhan mereka tanpa memperhatikan
keberlanjutannya.
Akibatnya adalah terjadinya penurunan kualitan dan kuantitas sumber daya alam dan
lingkungan. Bencana alam semakin menjadi seiring semakin tua kondisi bumi. Gas rumah
kaca dan climate change menjadi ancaman bagi keberlanjutan kehidupan manusia dan
bumi. Dan masih banyak lagi lainnya ancaman-ancaman yang ditimbulkan dari buruknya
etika manusia dalam mengelola sumber daya alam dan lingkungan, dan semua
permasalahan tersebut tidak terlepas dari soal etika dan moral manusia terhadap
lingkungannya.
Etika lingkungan hidup dipahami sebagai disiplin ilmu yang berbicara mengenai norma
dan kaidah moral yang mengatur perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam serta
nilai dan prinsip moral yang menjiwai perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam
tersebut. Etika lingkungan hidup juga dipahami mengenai hubungan atau relasi di antara
semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia dengan manusia yang mempunyai
dampak pada alam dan antara manusia dengan mankluk hidup lain atau dengan alam
secara keseluruhan. Termasuk didalamnya berbagai kebijakan politik dan ekonomi yang
mempunyai dampak langsung atau tidak langsung terhadap alam.
Kesadaran etika lingkungan hidup ini muncul dari kondisi yang dirasakan oleh beberapa
orang yang peduli untuk secepat mungkin menyelamatkan lingkungan hidup. Menurut
Keraf (2010), pada perkembangannya, etika lingkungan hidup dibagi menjadi beberapa
teori sesuai dengan pemahaman dalam tujuan pemanfaatannya. Teori tersebut adalah
Shallow Environmental Ethics, Intermediate Environmental Ethics, dan Deep
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
37
Environmental Ethics. Ketiga teori tersebut juga dikenal sebagai Antroposentrisme,
Biosentrisme, dan Ekosentrisme. Ketiga teori ini mempunyai cara pandang yang berbeda
tentang manusia, alam, dan hubungan manusia dengan alam.
Pada jurnal ini akan menjelaskan teori-teori tersebut, khususnya pada bahasan Shallow Ecology
(Environmental) Ethics dan Deep Ecology (Environmental) Ethics yang yang dilihat dari Ekologi
Politik (Political Ecology) serta membahas anomali dari relasi atau benang merah dari berbagai
aliran tersebut.
Dalam bisnis, produk adalah barang atau jasa yang dapat diperjualbelikan. Dalam marketing,
produk adalah apapun yang bisa ditawarkan ke sebuah pasar dan bisa memuaskan sebuah
keinginan atau kebutuhan.
Produk adalah segala hal yang memiliki nilai dan mampu memuaskan kebutuhan, keinginan dan
permintaan pelanggannya. Produk ini harus mampu memenuhi kebutuhan pelanggan dan
memecahkan masalah pelanggan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam produk adalah kemasan,
cap, pengembangan produk baru, dan disain produk. Daur hidup produk (product life cycle) terdiri
dari enam tahap yaitu tahap pengembangan, tahap pengenalan, tahap pertumbuhan penjualan, tahap
kematangan, tahap kejenuhan, dan yang terakhir adalah tahap penurunan.
A product as anything that can be offered to a market for attention, acquisition, use or consumption
and that might satisfy a want or need. Artinya produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke
pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan dan yang dapat memuaskan keinginan
atau kebutuhan konsumen. (Kotler dan Amstrong (1996:274)).
Menurut Kotler (2003:408) ada 5 (lima) tingkatan produk yaitu, :
Core Benefit (namely the fundamental service of benefit that costumer really buying), yaitu
manfaat dasar dari suatu produk yag ditawarkan kepada konsumen.
Basic Product (namely a basic version of the product), yaitu bentuk dasar dari suatu produk yang
dapat dirasakan oleh panca indera.
Expected Product (namely a set of attributes and conditions that the buyers normally expect and
agree to when they purchase this product), yaitu serangkaian atribut-atribut produk dan kondisi-
kondisi yang diharapkan oleh pembeli pada saat membeli suatu produk.
Augmented Product (namely that one includes additional service and benefit that distinguish the
company‟s offer from competitor‟s offer)‟ yaitu sesuatu yang membedakan antara produk yang
ditawarkan oleh badan usaha dengan produk yang ditawarkan oleh pesaing.
Potential Product (namely all of the argumentations and transformations that this product that
ultimately undergo in the future) yaitu semua argumentasi dan perubahan bentuk yang dialami oleh
suatu produk dimasa datang.
Banyak klasifikasi suatu produk yang dikemukakan ahli pemasaran, diantaranya pendapat yang
dikemukakan oleh Kotler. Menurut Kotler (2002,p.451), produk dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa kelompok,yaitu:
Berdasarkan Wujudnya
Produk dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok utama, yaitu :
Barang
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
38
Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba atau disentuh, dirasa,
dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik lainnya.
Jasa
merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual (dikonsumsi pihak lain).
Kotler (2002, p.486) juga mendefinisikan jasa sebagai berikut : “ Jasa adalah setiap tindakan atau
kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak
berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun. Produknya dapat dikaitkan atau tidak
dikaitkan dengan suatu produk fisik.
Berdasarkan aspek daya tahannya
Barang tidak tahan lama (nondurable goods)
Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau
beberapa kali pemakaian. Dengan kata lain, umur ekonomisnya dalam kondisi pemakaian normal
kurang dari satu tahun. Contohnya: sabun, pasta gigi, minuman kaleng dan sebagainya.
Barang tahan lama (durable goods)
Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa bertahan lama dengan banyak
pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah satu tahun lebih). Contohnya
lemari es, mesin cuci, pakaian dan lain-lain.
Berdasarkan tujuan konsumsi
Barang konsumsi (consumer‟s goods)
Barang konsumsi merupakan suatu produk yang langsung dapat dikonsumsi tanpa melalui
pemrosesan lebih lanjut untuk memperoleh manfaat dari produk tersebut.
Barang industri (industrial‟s goods)
Barang industri merupakan suatu jenis produk yang masih memerlukan pemrosesan lebih lanjut
untuk mendapatkan suatu manfaat tertentu. Biasanya hasil pemrosesan dari barang industri
diperjualbelikan kembali.
Menurut Kotler (2002, p.451), ”barang konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk
kepentingan konsumen akhir sendiri (individu dan rumah tangga), bukan untuk tujuan bisnis”. Pada
umumnya barang konsumen dibedakan menjadi empat jenis :
Convenience goods
Merupakan barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian tinggi (sering dibeli),
dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya memerlukan usaha yang minimum (sangat kecil) dalam
pembandingan dan pembeliannya. Contohnya antara lain produk tembakau, sabun, surat kabar, dan
sebagainya.
Shopping goods
Barang-barang yang dalam proses pemilihan dan pembeliannya dibandingkan oleh konsumen
diantara berbagai alternatif yang tersedia. Contohnya alat-alat rumah tangga, pakaian, furniture,
mobil bekas dan lainnya.
Specialty goods
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
39
Barang-barang yang memiliki karakteristik dan/atau identifikasi merek yang unik dimana
sekelompok konsumen bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya. Misalnya mobil
Lamborghini, pakaian rancangan orang terkenal, kamera Nikon dan sebagainya.
Unsought goods
Merupakan barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau kalaupun sudah diketahui, tetapi
pada umumnya belum terpikirkan untuk membelinya. Contohnya asuransi jiwa, ensiklopedia, tanah
kuburan dan sebagainya.
Marketing mix adalah kumpulan variabel marketing yang digunakan untuk mencapai tujuan
marketing pada pasar yang ditargetkan. Istilah ini pertama kali dikenalkan oleh Neil Borden,
profesor marketing Harvard, pada 1948. Saat itu Neil Borden baru mengenalkan istilah, tapi belum
menyusun komponen dalam marketing mix. Pada 1960 E. Jerome McCarthy baru memperkenalkan
empat variabel utama marketing mix, yaitu product, price, place, dan promotion.
Marketing mix merupakan interaksi empat variabel utama dalam sistem pemasaran yaitu
produk, penentuan harga, distribusi, dan promosi. Arti penting dari tiap variabel tersebut
berbeda tergantung pada industri, misi perusahaan, sifat pasar, dan ukuran perusahaan,
maupun sejumlah faktor lingkungan.
Namun, dalam perkembangannya terdapat berbagai modifikasi elemen dari para ahli. Salah satu
perkembangan konsep marketing mix yang paling banyak dikenal adalah Marketing Mix 7P.
Konsep ini dikenalkan oleh Booms dan Bitner yang berisi empat elemen 4P ditambah tiga elemen
baru, yaitu physical evidence, people, dan process.
Gambar 1
7P of Marketing Mix by Booms dan Bitner
Permasalahan
Suatu bisnis dapat menimbulkan berbagai aktivitas sehinggga menimbulkan dampak bagi
lingkungan disekitar lokasi bisnis, seperti :
Perubahan kehidupan masyarakat, dengan semakin ramainya lokasi disekitar lokasi bisnis.
timbulnya kerawanan sosial
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
40
timbulnya penyakit masyarakat
perubahan gaya hidup sebagai akibat masuknya tenaga kerja dari luar daerah.
Analisa aspek lingkungan dilakukan adalah untuk menjawab pertanyaan :
Apakah lingkungan setempat sesuai dengan ide/gagasan bisnis yang akan dijalankan ? dan
Apakah manfaat bisnis bagi lingkungan lebih besar dibandingkan dampak negatifnya?
Lingkungan bisnis merupakan unsur yang ada diluar perusahaan dan tidak dapat
dikendalikan oleh pelaku bisnis yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Sedangkan
Robinson (2007) mendefinisikan lingkungan sebagai segala sesuatu yang berada diluar
organisasi.
Suatu ide/gagasan bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek lingkungan sesuai dengan
kebutuhan ide/gagasan bisnis, dan tentunya ide/gagasan bisnis tersebut mampu
memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dampak negatifnya di wilayah
tersebut.
Modernisasi kehidupan manusia akhir-akhir ini telah banyak mengorbankan kondisi
lingkungan hidup. Pemenuhan kebutuhan manusia yang semakin hari semakin meningkat
tidak dapat dipisahkan dari sumber daya alam untuk dimanfaatkan. Dampaknya adalah
semakin krisisnya kondisi sumber daya alam dan lingkungan serta semakin banyaknya
bencana alam yang ditimbulkan akibat dari pemanfaatan yang berlebihan.
Pemanfaatan sumber daya alam sejatinya harus dimanfaatkan dengan bijak dan
mempertimbangkan keberlanjutan. Tanpa mempertimbangkan kebijakan dan keberlanjutan
dalam pengelolaan, pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan tidak akan dapat
memenuhi kebutuhan manusia untuk generasi masa depan.
Masalah lingkungan yang ditanggung oleh masyarakat modern saat ini disebabkan oleh
pengelolaan dan pengolahan sumber daya alam dan lingkungan yang tidak menghiraukan
etika.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa proses pengembangan produk (product
development) pada tahap gagasan/ide dalam perspektif deep ecology sebagai bagian dari proses
pencegahan dampak negatif lingkungan yang disebabkan karena produk yang tidak ramah
lingkungan.
Untuk menjadikan topik baru lebih dikenal oleh masyarakat luas, memberikan gambaran dasar
mengenai topik bahasan, menggeneralisasi gagasan dan mengembangkan teori yang
bersifat tentatif, membuka kemungkinan akan diadakannya penelitian lanjutan terhadap topik yang
dibahas, serta menentukan teknik dan arah yang akan digunakan dalam penelitian berikutnya.
KAJIAN LITERATUR
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
41
Dalam sejarah perkembangan pemikiran di bidang etika lingkungan, kita bisa membedakan
beberapa teori etika lingkungan, yang sekaligus menentukan pola perilaku manusia dalam kaitan
dengan lingkungan. Pada tempat pertama kita bisa membedakan tiga model teori etika lingkungan,
yaitu yang dikenal dengan Shallow Environmental Ethics, Intermediate Environmental
Ethics dan Deep Environmental Ethics. Ketiga teori ini juga dikenal sebagai antroposentrisme,
biosentrisme, dan ekosentrisme. Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang
manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang
paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan
dengan alam, baik secara lansung atau tidak langsung. Karena berciri instrumentalistik dan egoistis,
teori ini dianggap sebagai sebuah etika lingkungan yang dangkal dan sempit (shallow
environmental ethics) (Keraf 2002:31-32).
Dikutip dari Susilo (2008), ekologi dangkal seperti ditegaskan oleh salah satu pendukung deep
ecology, Fritjof Capra dijelaskan sebagai berikut.
―Shallow ecology in antropocentric, or human-centered. It view humans as above or outside of
nature, as th source of all value, and ascribes only instrumental, or ‗use‘, value to nature.‖
(ekologi dangkal dalam antroposentris atau berpusat pada manusia, melihat manusia sebagai di atas
atau di luar alam, sebagai sumber dari semua nilai, dan menganggap alam hanya sebagai secara
instrumental atau “menggunakan”, nilai ke alam).
Teori Etika Lingkungan Hidup
Kehidupan manusia dengan lingkungan hidup mempunyai hubungan yang sangat erat. Hubungan
ini sangat tergantung dan dipengaruhi oleh pandangan manusia terhadap lingkungan hidup tsb. Ada
beberapa teori tentang pandangan manusia terhadap lingkungan hidup yaitu :
1. Antroposentrisme
Menempatkan manusia sebagai pusat, semuanya demi kepentingan manusia. Teori ini juga disebut
human centered ethics.
Alam sebagai objek dan alat untuk pencapaian tujuan manusia
Manusia bisa sesukanya untuk berbuat dan mengendalikan alam demi kepentingan dirinya.
Alam dianggap penting kalau menguntungkan manusia akan tetap dipelihara, namun bila tidak
penting dan demi kepentingan manusia, alam bisa dihancurkan.
Teori ini yang menyebabkan kehancuran alam, hutan, dan lingkungan , sehinga muncullah gerakan
untuk melindungi lingkungan alam, green peace.
2. Biosentrisme
Menempatkan alam memiliki nilai dalam dirinya. Teori ini bertentangan dengan Antroposentrisme.
Biosentrisme mendasari moralitas pada keluhuran kehidupan kepada semua mahluk hidup, tidak
hanya manusia. Semua kehidupan di dunia ini memiliki moral dan nilai yang sama sehingga harus
dilindungi, diselamatkan dan dipelihara sebaik mungkin.
Semua mahluk hidup bernilai dalam kehidupan untuk itu semua mahluk hidup, apalagi manusia
harus menjaga dan melindungi semua kehidupan dan lingkungan di sekitarnya.
Manusia bukan merupakan pusat dari kehidupan, semua kehidupan.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
42
Manusia bukan merupakan pusat dari kehidupan, semua kehidupan sama pentingnya sehingga
manusia harus menghargai lingkungan hidup dengan sebaik-baiknya, dan turut melestarikan
komunitas ekologis dengan baik.
Biosentrisme disebut juga intermediate environmental ethics
3. Ekosentrisme
Teori ini merupkan lanjutan dari Biosentrisme. Dalam Biosentrisme hanya memusatkan kepada
pada kehidupan seluruhnya, ekosentrisme memusatkan perhatian kepada seluruh komunitas
biologis yang hidup maupun yang tidak.
Pandangan ini didasari oleh pemahaman ekologis bahwa mahluk hidup maupun benda abiotik
saling terkait satu sama lainnya. Udara,air sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia.
Untuk itu semua mahluk hidupan dan benda-benda saling tergantung dan mempengaruhi satu
dengan lainnya.
Ekosentrime memliki pandangan yang lebih luas yaitu komunitas ekologis seluruhnya.
Ekosentrisme menuntut tanggungjawab moral yang sama untuk semua realitas biologis.
Ekosentrime juga disebut deep environmental ethics
Pernyataan Aristoteles dalam buku Politics secara sederhana bisa menggambarkan paham
antroposentris. Filosof Yunani yang juga merupakan murid dari Plato tersebut menyatakan
bahwa ―tumbuhan disiapkan untuk kepentingan binatang dan binatang disiapkan untuk
kepentingan manusia.‖ Dari kalimat tersebut kita bisa membuat kesimpulan bahwa manusia dan
kepetingannya dianggap paling menentukan dalam tatanan ekosistem. Sekalipun dunia tumbuh-
tumbuhan dan binatang juga dianggap penting, tetapi menempati urutan kedua sebab ia sebatas
pelayan kebutuhan manusia. (Susilo, 2008:61).
Thomas Aquinas, Rene Descrates dan Imanuel Kant memahami bahwa manusia lebih tinggi dan
terhormat dibandingkan dengan makluk ciptaan lain karena manusia dalah satu-satunya makluk
bebas dan rasional (the free and rasional being). Termasuk dalam argumen ini adalah manusia
adalah satu-satunya makluk hidup yang mampu menggunakan dan memahami bahasa simbol untuk
berkomunikasi. (Keraf 2010:53)
Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori etika lingkungan biosentrisme. Kedua teori ini
mendobrak cara pandang antroposentrisme yang membatasi keberlakuan etika hanya pada
komunitas manusia. Pada biosentrisme, etika diperluas untuk mencakup komunitas biosentrisme,
sementara pada ekosentrisme, etika diperluas untuk mencakup komunitas ekologis
seluruhnya. Deep Ecology menuntut suatu etika baru yang tidak berpusat pada manusia, tetapi
berpusat pada makhluk hidup seluruhnya dalam kaitan dengan upaya mengatasi persoalan
lingkungan hidup. Selanjutnya dijelaskan bahwa pendukung Deep Ecology percaya bahwa dunia tidak diciptakan sebagai sumberdaya utuk dieksploitasi secara bebas oleh umat manusia.
Etika Deep Ecology mempercayai bahwa seluruh sistem bersifat superior pada setiap bagiannya.
Arne Naess seorang filsuf Norwegia pada tahun 1973 mengatakan, dalam mengatasi kondisi
darurat ekologis (The Emergency of Ecologists) dapat dibedakan dua gerakan penyelamatan
lingkungan yaitu shallow ecological movement (SEM) dan deep ecological movement (DEM).
DEM perlu dipahami dalam latar belakang kritiknya terhadap antroposentrisme atau lebih luas
dikenal sebagai shallow ecological movement (SEM) yang dapat dikemukakan sebagai berikut :
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
43
Bahwa krisis lingkungan merupakan persoalan teknis, yang tidak membutuhkan perubahan dalam
kesadaran manusia dan sistem ekonomi.
Sementara, SEM lebih cenderung mengatasi simptom atau gejala dari sebuah isu lingkungan dan
bukan akar permasalahan (yang terutama dilihat adalah dampak langsung dari lingkungan, dan
bukan sebab utama dampak itu).
Deep ecological movement (DEM) dikemukakan :
DEM justru sebaliknya, melihat permasalahan lingkungan dalam suatu perspektif relasional yang
lebih luas dan holistik.
DEM lebih berusaha untuk melihat akar permasalahan kerusakan dan pencemaran lingkungan
secara lebih komprehensif dan holistik, untuk kemudian mengatasinya secara lebih mendalam.
Aspek sosial dan manusia juga menjadi perhatian utama DEM.
Menurut Arne Naess , krisis ekologi global yang dialami manusia secara mendasar bersumber pada
kesalahan fundamental–filosofis dalam pemahaman atau cara pandang manusia mengenai dirinya,
alam, dan tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem. Manusia keliru memandang alam, dan
keliru menempatkan diri dalam konteks alam semesta seluruhnya. Sehubungan dengan itu, dalam
rangka mengatasi krisis ekologi, maka pembenahannya harus pula menyangkut pembenahan cara
pandang dan perilaku manusia dalam berinteraksi, baik dengan alam maupun dengan manusia lain
dalam keseluruhan ekosistem.
Fritjof Capra dalam artikelnya yang berjudul Deep Ecology: A New Paradigm menyatakan bahwa
antroposentris adalah ekologi dangkal (shallow ecology) yang mempunyai cara pandang berbeda
dengan ekologi dalam (deep ecology), dengan uraian sebagai berikut::
Ekologi dangkal (shallow ecology) adalah antroposentris yang melihat manusia berada di atas atau
di luar alam, sebagai sumber dari semua nilai, dan menganggap alam hanya sebagai suatu
instrumen, atau menggunakan nilai kepada alam.
Ekologi dalam (deep ecology) tidak memisahkan manusia dari lingkungan alam, maupun tidak
memisahkan segala sesuatunya dari lingkungan alam menyangkut sebuah gerakan, gerakan dari
semua penghuni rumah tangga, penghuni alam semesta untuk menjaga secara arif lingkungannya
sebagai rumah tangga
Deep Ecology menurut Fritjof Capra, salah satu pendukung paham ini :
“Deep ecology does not separate humans – or anything else – from the natural environment. It
does see the world not as a collection of isolated objects, but as a network of phenomena thar are
fundamentally interconnected and interdependent. Deep ecology recognizes the indtrinsic value of
all living beings and views human beings as just one particular strand in the web of life.‖ [Deep
ecology tidak membedakan antara manusia – atau sesuatu lain – dari lingkungan alamiah. Paham
ini tidak melihat dunia sebagai suatu obyek yang terisolasi, namun sebagai pertalian fenomena
dimana secara mendasar saling berhubungan dan saling bergantung. Deep
ecology memperkenalkan nilai intrinsik dari semua bentuk kehidupan dan memandang kehidupan
manusia hanya sebagai suatu helai khusus jaring-jaring hidup.] (Susilo 2008 :108-109).
Ekosentris adalah suatu teori etik lingkungan yang memusatkan perhatian pada bukan saja
komunitas biotis (biosentris) tetapi pada seluruh komunitas ekologis, baik yang hidup maupun yang
tidak. (Keraf 2010: 92). Bila dibandingkan dengan biosentrisme, ekosentrisme memiliki pandangan
yang lebih luas karena penyelamatan terhadap alam tidak hanya mengutamakan penghormatan atas
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
44
spesies (makluk hidup saja), tetapi tidak kalah penting pula adalah perhatian setara atas seluruh
kehidupan.
Dalam perkembangan paham tentang etika lingkungan, antroposentrisme dirasa menjadi sumber
rusaknya lingkungan dan krisis ekologi. Antroposentrisme, etika ekologi dangkal, tidak
menghargai nilai-nilai yang terdapat pada alam sehingga alam dan lingkungan hanya dianggap
sebagai alat untuk memenuhi kepentingannya.
Hal tersebutlah yang kemudian memunculkan etika yang lebih mendalam lagi terhadap alam yaitu
Deep Ecology Ethics atau etika ekologi dalam. Deep Ecology Ethics merupakan pengembangan
dari etika ekologi dangkal yang didasari atas kepedulian terhadap alam dan lingkungan yang
semakin hari semakin rusak. Etika ini menerapkan nilai-nilai alam
Perspektif Deep Ecology Ethics menekankan pada kepentingan dan kelestarian lingkungan alam.
Pandangan ini berdasar etika lingkungan yang kritikal dan mendudukkan lingkungan tidak saja
sebagai objek moral, tetapi subjek moral. Sehingga harus diperlakukan sederajat dengan manusia.
Pengakuan lingkungan sebagai moral subjek, membawa dampak penegakkan prinsip-prinsip
keadilan dalam konteks hubungan antara manusia dan lingkungan sebagai sesama moral subjek.
Termasuk di sini isu animal rights. Deep Ecology Ethics memandang proses pembangunan harus
sejak awal melihat implikasinya terhadap lingkungan. Karena setiap proses pembangunan akan
melibatkan perubahan dan pemanfaatan lingkungan dan sumber daya alam.
Manusia dengan dunia alam, menurut Barker (1995:28-29), saling mengimplementasikan dan
saling mengandung. Permasalahan hubungan manusia dengan alam dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan teori Ekosentrisme. Teori ini merupakan kelanjutan dari teori Etika
Lingkungan Hidup Biosentrisme yang keduanya mendobrak cara pandang Antroposentrisme dan
membatasi keberlakuan etika hanya pada komunitas manusia.
Ekosentrisme memusatkan etika pada seluruh komunitas lingkungan, baik yang hidup maupun
yang tidak. Makhluk hidup dan benda-benda abiotis saling terkait satu sama lain. Kewajiban dan
tanggung jawab moral tidak dibatasi pada makhluk hidup. Kewajiban dan tanggung jawab moral
yang sama juga berlaku terhadap semua realitas lingkungan hidup (Keraf, 2010:93). Salah satu
versi teori Ekosentrisme ini adalah teori Etika Lingkungan Hidup yang sekarang ini populer
sebagai Deep Ecology.
Pada dasarnya Deep Ecology adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia bukan
sebagai pusat dari alam, melainkan hanya bagian dari alam. Semua unsur alam dan manusia
mempunyai kedudukan yang sama di dalam lingkungan hidup. Nilai-nilai moral bukan hanya
berlaku bagi komunitas manusia, namun juga komunitas sekelompok anggota lingkungan hidup
(Keraf, 2010:93).
Pusat perhatian Deep Ecology meliputi dua hal yaitu:
Tentang manusia dengan kepentingannya. Manusia bukan hanya memenuhi kepentingannya saja,
namun juga kepentingan seluruh komunitas lingkungan hidup untuk kepentingan jangka panjang.
Deep Ecology diterjemahkan dalam aksi yang nyata dan konkret. Aksi atau gerakan ini berusaha
untuk mengubah paradigma secara revolusioner yaitu perubahan cara pandang, nilai dan gaya
hidup manusia yang antroposentris (Keraf,2010:93). Aksi gerakan ini diterjemahkan oleh Naess ke
dalam platform aksi dan beberapa prinsip sebagai pedoman gerakan Deep Ecology.
Dalam filsafat ecosophy terdapat suatu pendekatan yang mengintegrasikan dimensi intelektual,
spritual dan emosional. Dimensi intelektual berarti umat manusia diminta secara terus menerus
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
45
mempelajari, meneliti, memahami dan menghargai alam lingkungannya. Dimensi spritual berarti
mempercayai bahwa SDA diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, perlu dilindungi dan dijaga
kelestariannya karena berfungsi untuk mendukung kehidupan manusia. Sementara, dimensi
emusional bermakna dalam membentuk manusia beretika dan bermoral bagi terjaminnya kualitas
hidup manusia dari generasi ke generasi.
Filsafat ecosophy ini menurut Naess harus dapat berfungsi sebagai landasan filosofis dalam rangka
penerimaan prinsip-prinsip Deep Ecology, di antaranya:
Sikap hormat terhadap semua cara dan bentuk kehidupan di alam semesta (biospheric
egalitarianism—in principle)
Manusia hanya salah satu spesies di tengah begitu banyak spesies lain. Semua spesies ini
mempunyai nilai yang sama (prinsip non-antroposentrisme);
Prinsip realisasi diri yang memandang manusia tidak hanya sebatas sebagai makhluk sosial (social
animal), tetapi juga makhluk ekologis (ecological animal);
Pengakuan dan penghargaan terhadap keanekaragaman dan kompleksitas ekologis dalam suatu
hubungan simbiosis.
Political Ecology bagian dari deep ecology
Dikutip dari jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi dan Ekologi (2007), beberapa
defenisi political ecology (ekologi politik) datang dengan asumsi yang sama yaitu : ―environmental
change and ecological conditions are (to some extent) the product of political processes‖. Jika
keadaan lingkungan adalah produk dari proses-proses politik, maka tidak terlepas pula dalam hal
ini adalah keterlibatan proses-proses dialetik dalm politik ekonomi. Ideologi profit-maximizing
economy yang dianut oleh para aktor atau pelaku ekonomi yang selalu melakukan kalkulasi benefit
dan cost analysis dalam operasionalisasi praktek ekonomi (produksi, distribusi dan konsumsi) turut
mengukuhkan proses kehancuran sumberdaya alam dan lingkungan.
Oleh karena itu, ekologi politik didefenisikan dengan basis asumsi: “keadilan”, “krisis ekologi”,
“campur tangan kekuasaan” dalam sistem ekologi dn pemanfaatan sumberdaya alam. Dimana
kepedulian terhadap kelangsungan alam dan lingkungan tidak berorientasi untuk
kepentingan manusia semata tetapi berdasarkan kesadaran bahwa manusia sebagai agen
atau perusak alam perlu membangun semangat dan cara hidup baru serta sistem sosial-
politik kemasyarakatan yang mengedepankan perbaikan lingkungan.
Watson (2000) seperti dikutip dalam Robin (2004) memberikan batasan ekologi politik sebagai
: ―to understand the complex relations between nature and society through a careful analysis of
what one might call the forms of access and control over resources and their implication for
environmental health and sustainable livelihoods‖. Dengan batasan ini maka ada enam sub-bidang
ekologi politik yang terlibat dalam sistem eco-politics, dimana setiap pihak berjuang untuk
menguasai salah satu diantaranya atau beberapa diantaranya, yaitu :
Ilmu pengetahuan atau knowledge
Kekuasaan atau power
Praktek dan operasionalisasi kegiatan ekonomi
Politik atau politics
Keadilan atau justice
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
46
Tata pengaturan atau governance.
Demikianlah, sehingga ekologi politik tidak semata-mata hanya “praktek dan proses-proses politik
tentang lingkungan dan ekosistem”, melainkan lebih kompleks dari pada itu. Ekologi politik
menyentuh persoalan perjuangan di wilayah gagasan atau ideologi, formulasi ilmu pengetahuan
dan pengujian keyakinan dan rasionalisme yang berakar pada mahzab ekologisme, hingga pada
perjuangan keadilan lingkungan (eco-environmental justice) dan persoalan tata-pengaturan
pemerintahan lingkungan.
Pengertian Pengembangan Produk Baru
Perkembangan produk baru adalah suatu proses dari pencarian ide-ide untuk barang-barang dan
pelayanan-pelayanan baru, dan mengubahnya menjadi tambahan lini produk yang berhasil secara
komersil ( Darymple & Parsons, 2000, p. 219 ). Alasan dasar perusahaan mengembangkan produk
baru adalah untuk menggantikan item-item yang telah kehilangan minat dari konsumen.
Pengenalam item baru membantu meningkatkan pendapatan dan keuntungan bagi perusahaan
Berikut ini penjelasan pengembangan produk dari beberapa tokoh:
Assaury (1996) mengatakan bahwa pengembangan produk (product development) adalah suatu
kegiatan atau aktifitas yang dilakukan dalam menghadapi kemungkinan perubahan suatu produk ke
arah yang lebih baik sehingga dapat memberikan daya guna maupun daya pemuas yang lebih besar.
Kotler dan Armstrong (1996) mengatakan bahwa pengembangan produk adalah strategi untuk
pertumbuhan perusahaan dengan menawarkan produk baru atau yang dimodifikasi ke segmen pasar
yang sekarang.
Dapat disimpulkan bahwa pengembangan produk adalah suatu usaha yang dilakukan perusahaan
melalui perbaikan bentuk, penyederhanaan, pembentukan kembali, menambah desain atau model
dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan konsumen atau pelanggan.
Pengembangan produk baru tidak terlepas dari biaya ketidakpastian, dan kegagalan. Menurut
Cooper(1993), mayoritas program pengembangan produk, gagal mencapai pasar sasaran dari
produk baru yang benar-benar bisa mencapai pasar, sekitar 35% diantarannya mengalami
kegagalan. Oleh sebab itu, oleh perusahaan membutuhkan proses dan alat analisis yang cermat dan
andal dalam rangka pengembangan produk baru.
Konsep produk baru dari dua perspektif, yakni :
Baru bagi pasar (new to market) yang mengandung arti belum ada perusahaan yang memproduksi
atau memasarkan produk tersebut sebelumnya.
Baru bagi perusahaan bersangkutan (new to deferm) artinya perusahaan-perusahaan lain sudah
membayarkan produk tersebut tetapi perusahaan bersangkutan belum memasarkannya.
Kategori Produk Baru
Secara garis besar, aktivitas pengembangan produk baru bisa menghasilkan 6 macam tipe
produk baru:
Produk Baru Bagi Dunia (New to the world products), yaitu produk-produk yang menciptakan
pasar yang sama sekali baru dan membentuk siklus hidup produk yang baru.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
47
Lini Product baru (New Product Line), yaitu produk-produk yang baru bagi perusahaan, namun
diluncurkan bagi pasar yang sudah ada.
Perluasan lini (Line Extension), yaitu produk baru yang memungkinkan perusahaan memperluas
pasar yang dilayani dengan menawaran manfaat yang berbeda.
Penyempurnaan produk yang telah ada (improvement to exsisting products), yaitu produk-produk
yang biasanya dirancang untuk menggantikan penawaran produk yang sudah ada.
Re-positioning, yaitu pengembangan teknis yang memungkinkan suatu produk menawarkan
aplikasi baru dan melayani kebutuhan yang baru.
Pengurangan biaya (cost redaction), yaitu versi dari produk yang ada yang dapat memberikan
kinerja setara pada tingkat harga yang lebih murah.
Marketing Mix (7P)
Product (Produk)
Pengertian product (produk) menurut Kotler & Armstrong (2001, p.346) adalah segala sesuatu
yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi
yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Secara konseptual produk adalah pemahaman
subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan
organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan
kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu produk dapat pula didefinisikan sebagai
persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Produk dipandang
penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian.
Price (Harga)
Definisi harga menurut Philip Kotler (2005), ―Price is the amount of money charged for a product
or service. More broadly, price is the sum of all the value that consumers exchange for the benefits
of having or using the product or service‖.
Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan untuk sebuah produk atau jasa. Secara lebih luas,
harga adalah keseluruhan nilai yang ditukarkan konsumen untuk mendapatkan keuntungan dari
kepemilikan terhadap sebuah produk atau jasa.
Place (Lokasi/Distribusi)
Definisi lokasi (Kotler, 2007) mengenai distribusi adalah berbagai kegiatan yang dilakukan
perusahaan untuk membuat produknya mudah diperoleh dan tersedia untuk konsumen sasaran.
Keputusan penentuan lokasi dan saluran yang digunakan untuk memberikan jasa kepada konsumen
melibatkan pemikiran tentang bagaimana cara mengirimkan atau menyampaikan jasa kepada
konsumen dan dimana hal tersebut akan dilakukan. Ini harus dipertimbangkan karena dalam bidang
jasa sering kali tidak dapat ditentukan tempat dimana akan diproduksi dan dikonsumsi pada saat
bersamaan.
Saluran distribusi dapat dilihat sebagai kumpulan organisasi yang saling bergantung satu sama
lainnya yang terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk atau pelayanan untuk digunakan atau
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
48
dikonsumsi. Penyampaian dalam perusahaan jasa harus dapat mencari agen dalam lokasi untuk
menjangkau populasi yang tersebar luas Sebagai salah satu variable marketing mix, place atau
distribusi mempunyai peran yang sangat penting dalam membantu perusaan memastikan
produknya, karena tujuan dari distribusi adalah menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan dan
diinginkan oleh konsumen pada waktu dan tempat yang tepat.
Promotion (Promosi)
Menurut Philip Kotler dan Gery Amstrong (2001, p.68) promosi adalah “aktivitas yang
mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk konsumen sasaran untuk membelinya”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa promosi adalah suatu kegiatan untuk
menyampaikan informasi atau berkomunikasi antara penjual dan pembeli potensial yang besifat
menyebarkan informasi, mempengaruhi, membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran untuk
menciptakan permintaan atas produk barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan.
Physical evidence (Lingkungan fisik)
Bukti fisik menurut Kotler (2000) yaitu bukti yang dimiliki oleh penyedia jasa yang ditujukan
kepada konsumen sebagai usulan nilai tambah konsumen. Bukti fisik merupakan wujud nyata yang
ditawarkan kepada konsumen ataupun calon konsumen.
Sebenarnya tidak ada atribut fisik untuk layanan, sehingga konsumen cenderung mengandalkan
isyarat material. Ada banyak contoh bukti fisik, termasuk beberapa hal sebagai berikut:
Packaging (Kemasan)
Internet/web pages (Internet / halaman web)
Paperwork (Dokumen seperti invoice, tiket dan catatan pengiriman).
Brochures (Brosur)
Furnishings (Perabotan)
Signage (seperti yang di pesawat dan kendaraan).
Uniforms (Seragam)
Business cards (Kartu nama)
The building itself (Bangunan itu sendiri ,seperti kantor bergengsi atau markas indah).
Mailboxes and many others (Kotak surat dan banyak lainnya)
Beberapa organisasi sangat tergantung pada bukti fisik sebagai alat komunikasi pemasaran .
People (Orang)
Merupakan konsumen yang memberikan persepsi kepada konsumen lain tentang kualitas jasa yang
pernah dibelinya dari perusahaan. Sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap proses pembelian
jasa yang bersangkutan.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
49
Process (Proses)
Menurut Philip Kotler (2006), Proses disini adalah mencakup bagaimana cara perusahaan melayani
permintaan tiap konsumennya. Mulai dari konsumen tersebut memesan (order) hingga akhirnya
mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Beberapa perusahaan tertentu biasanya memiliki
cara yang unik atau khusus dalam melayani konsumennya. Yang dimaksud proses dalam
pemasaran yaitu keseluruhan sistem yang berlangsung dalam penyelenggaraan dan menentukan
mutu kelancaran penyelenggaraan jasa yang dapat memberikan kepuasan pada penggunanya.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Eksploratif, diharapkan dapat
memberikan sedikit definisi atau penjelasan mengenai konsep atau pola yang digunakan dalam
penelitian, dan untuk menggali informasi lebih jauh tentang objek yang di teliti.
PEMBAHASAN
Konsep Deep Ecology yang dilandasi filsafat ecosophy yang menghendaki adanya perubahan
kebijakan dalam mengatasi krisis atau darurat lingkungan akibat eksploitasi sumber daya
lingkungan yang mengabaikan aspek kelestarian dan daya dukung lingkungan (didasarkan pada
etika antroposentris), memerlukan adanya politics ecology agar kepedulian terhadap
kelangsungan alam dan lingkungan tidak berorientasi untuk kepentingan manusia semata
tetapi berdasarkan kesadaran bahwa manusia sebagai agen atau perusak alam perlu
membangun semangat dan cara hidup baru serta sistem sosial-politik kemasyarakatan yang
mengedepankan perbaikan lingkungan.
Ecological politics berfokus pada bagaimana politik untuk akses dan kontrol atas tanah
dan sumber daya yang terkait dengan perubahan lingkungan.
Apa yang disodorkan oleh biosentrisme dan ekosentrisme sebenarnya hanya revitalisasi cara
pandang dan perilaku manusia dalam interaksinya dengan alam. Dengan kata lain, etika lingkungan
hidup yang diperjuangkan dan dibela oleh biosentrisme dan ekosentrisme adalah kembali kepada
etika manusia, yang dipraktikkan oleh hampir semua masyarakat di dunia, tetapi tenggelam di
tengah dominasi cara pandang dan etika Barat Modern (Keraf 2002: xix).
Tanggung jawab terhadap lingkungan hidup
Manusia bertanggung jawab terhadap pemeliharaan lingkungan hidup, karena bila ekosistem
terganggu maka akan menggangu eksistensi manusia. Untuk itu menusia harus dapat menjaga dan
melestarikan lingkungan hidup.
Memelihara dan melestarikan lingkungan hidup bukan hanya sekedar masalah sosial, ekonomi,
politik, estetika, dan lain sebagainya, namun lebih daripada itu, masalah lingkungan hidup yaitu
masalah moral sehingga dituntut pertanggung jawaban moral. Untuk itu perlu dilakukan dengan
penuh tanggung jawab sebagai suatu kewajiban bahkan kebutuhan manusia dalam hidupnya.
Secara umum, bila manusia tidak menjaga lingkungan hidup dengan baik maka akan terjadi banyak
bencana bagi kehidupan manusia sendiri dan semua mahluk hidup lainnya. Dampak tersebut
berupa :
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
50
Akumulasi bahan beracun, di udara maupun di air
Efek rumah kaca
Perusakan lapisan ozon
Hujan Asam
Deforestasi dan pengurunan
Punahnya keanekaan hayati
Mengelola dan melestarikan lingkungan hidup
Agar lingkungan hidup tetap lestari maka manusia harus bisa mengelolanya dengan sebaik
mungkin. Manusia harus membunyai kesepakatan secara bersama di seluruh dunia untuk
mengelola dan melestarikan lingkungan. Kesepatakan ini sudah dimulai dengan gerakan dan
kesepakatan yang dilakukan oleh bangsa2 di dunia yaitu :
World Environment Movement ( 1972 ) . Gerakan kesadaran ekologi secara bersama di dunia yang
diprakarsai oleh PBB yang mengadakan konferensi Gerakan Lingkungan Hidup Sedunia di
Stockholm 5 – 16 Juni 1972, yang diperingati sebagai hari Lingkungan Hidup sedunia.
Konferensi Rio de Janerio ( 1992). Konferensi Rio de Janerio yang disebut sebagai KTT Bumi
untuk penyelematan lingkungan hidup
Kesepatakan ini sudah dimulai dengan gerakan dan kesepakatan yang dilakukan oleh bangsa2 di
dunia yaitu :
Protokol Kyoto ( 1997 ) yang mulai membicarkan perubahan iklim yang disebabkan oleh ketidak-
seimbangan lingkungan hidup.
Global Warming Expo yang diselengarakan di Nusa Dua Bali pada tanggal 8 – 14 Desember 2007.
yang membicarakan ttg pemanasan global yang terjadi saat ini di dunia. Apa yang bisa dilakukan
oleh manusia. Agar hal ini bisa ditangani dengan baik.
Menurut Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2015-2019,
program dan kegiatan teknis Kementerian adalah sebagai berikut.
Program Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (P1),
Program Pengendalian DAS dan Hutan Lindung (P2)
Program Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (P11)
Merujuk pada program dan kegiatan, terlihat bahwa hampir seluruh program pemerintah bidang
lingkungan hidup dan kehutanan berbasis manajemen bukan perubahan perilaku. Dengan program
ini pemerintah akan terus-menerus bekerja dengan hanya mengelola sampah, padahal bisa
jadi yang sangat diperlukan adalah mengubah paradigma masyarakat luas terhadap sampah.
Selama ini paradigma yang diajarkan hanyalah membuang sampah pada tempat sampah, padahal
ini paradigma yang sangat usang bila dikaitkan dengan situasi saat ini. Seharusnya yang mulai
diajarkan adalah mulai melihat sampah sebagai sesuatu yang berada di luar siklus, selama masih
bisa berada dalam siklus bisa jadi belum merupakan sampah. Disinilah pentingnya memilah
sampah mulai dari pengguna, dan sesedikit mungkin yang sampai pada pembuangan akhir yang
benar-benar merupakan sesuatu yang berada di luar siklus.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
51
Produk baru menjadi pusat perhatian seluruh perusahaan, karena sumbangannya jelas untuk
kelangsungan hidup dan kemakmuran perusahaan. Perencanaan produk baru merupakan kegiatan
strategis yang penting dan menuntut. Produk baru, yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen,
membantu memperkuat posisi organisasi di pasar yang sudah ada dan untuk berpindah ke pasar
produk baru.
Perusahaan penting mengembangkan produk baru karena untuk mempertahankan tingkat
pertumbuhan dan keunggulan perusahaan dan mengganti produk lama. Kenapa perlu adanya
pengembangan produk, hal ini salah satu strategi untuk memperpanjang daur hidup produk (life
cycle product) sehingga produk tidak mengalami tahap decline. Pengembangan produk ini
diperlukan jika produk sudah memasuki tahap maturity yaitu, dimana produk perusahaan
mengalami titik jenuh, ditandai dengan tidak terjadi penambahan konsumen sehingga angka
penjualan tetap di titik tertentu. Jika produk sudah mencapai tahap ini, dan perusahaan tidak segera
melakukan strategi untuk menarik perhatian konsumen dan para pedagang. Hal ini akan
mengakibatkan keuntungan yang diperoleh semakin menurun serta penjualan yang cenderung
turun.
Sebagian besar pelaku usaha pastinya berusaha untuk menciptakan produk baru yang belum pernah
ada sebelumnya. Strategi ini memang cukup efektif, sehingga produk yang diciptakan memiliki
daya saing yang cukup kuat dan mampu bertahan di tengah padatnya persaingan pasar. Selain
menciptakan produk baru, juga bisa mengembangkan produk yang sudah ada menjadi produk yang
luar biasa. Dalam hal ini bisa meningkatkan kualitasnya, memperbaharui bentuknya, atau
mempercantik kemasan produknya.
Kreatifitas dan Inovasi sering digunakan bergantian, namun ada perbedaan mendasar. Sebenarnya
kreatifitas adalah sebuah bagian penting dalam inovasi. Kreativitas tidak cukup hanya datang
dengan ide-ide.
Kreatifitas adalah prasyarat untuk inovasi dan transformasi organisasi, karena tanpa kreativitas,
inovasi tidak berarti, dan transformasi tersebut akan kurang lebih sama dengan sebelumnya. Tanpa
inovasi, ide-ide kreatifitas tidak akan pernah diterapakan.
Kreatifitas menciptakan solusi untuk masalah dan inovasi melibatkan pelaksanaan. Definisi
inovasi produk dan jasa ( Crawford Dan De Benedetto 2000) adalah Inovasi yang digunakan dalam
keseluruhan operasi perusahaan dimana sebuah produk baru diciptakan dan dipasarkan, termasuk
inovasi disegala proses fungsional atau kegunaannya. Jadi, Inovasi bukanlah sebuah konsep dari
suatu ide baru atau penemuan baru tetapi inovasi merupakan gabungan dari semua proses-proses
tersebut.
Pengembangan produk baru dimulai dengan penciptaan ide. Perusahaan menemukan dan
mengembangkan ide produk baru dari berbagai sumber. Banyak ide produk baru berasal dari
sumber internal. Perusahaan mengadakan riset dan pengembangan resmi, memilih ide dari
karyawan mereka, dan mengadakan tukar pikiran dalam rapat eksekutif. Ide lain datang dari
sumber eksternal. Dengan mengadakan survei dan kelompok fokus serta mengalisis pertanyaan dan
keluhan pelanggan, perusahaan dapat menghasilkan ide produk baru yang akan memenuhi
kebutuhan spesifik konsumen.
Dunia bisnis, lingkungan, dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang keberadaannya saling
mendukung. Jika terjadi ketimpangan pada satu sisi, maka masalah, cepat atau lambat akan
muncul. Manusia menyesuaikan diri dengan alam untuk mencapai harmoni. Kemajuan teknologi
menyebabkan manusia mampu mengendalikan kekuatan alam. Keserakahan manusia yang tidak
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
52
ada batas ini menyebabkan mereka berusaha mengeksploitasi alam, yang merusak keseimbangan
ekosistem. Akhirnya, bencanalah yang timbul dengan manusia sebagai korbannya. Kemajuan
teknologi untuk mengeksploitasi alam menyebabkan dunia usaha memanfaatkan ilmu pengetahuan
tersebut untuk berekspansi dari satu tempat ke tempat lain yang dinilainya masih memiliki potensi
keuntungan.
Bagi dunia bisnis, yang tujuan utamanya adalah untuk meraih keuntungan, penyelamatan
lingkungan berarti adanya ongkos tambahan yang harus dipikul sehingga bisa mengurangi
keuntungan yang diharapkan. Tak banyak industri yang memiliki komitmen untuk menjaga
kelestarian alam, apalagi ditambah pula dengan penegakan hukum (yang) juga masih lemah.
Pengembangan sektor usaha juga didukung untuk pengembangan perekonomian. Mereka mampu
menciptakan lapangan kerja, membayar pajak dan memberi nilai tambah atas produk yang
sebelumnya bernilai rendah. Para pengusaha adalah orang-orang yang berani mengambil risiko
dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat ata suatu produk yang sebelumnya belum tersedia.
Jadi wajarlah jika mereka mendapat keuntungan lebih atas risiko yang mereka ambil. Kemajuan
dunia ini sesungguhnya terjadi berkat adanya para pengusaha.
Di sinilah peran pemerintah yang seharusnya mampu mengakomodasi kepentingan berbagai pihak.
Bagaimana dampak lingkungan yang akan muncul jika sebuah bisnis dilakukan bisa dilakukan
melalui analisis amdal. Kepentingan masyarakat juga harus terakomodasi dengan baik karena
mereka yang akan terkena dampak pertama kali jika ada masalah. Dalam banyak kasus, ketika
sebuah perusahaan mau masuk, masing-masing pihak berusaha memaksimalkan kepentingannya.
Penduduk lokal berusaha menjual tanah setinggi-tingginya, oknum aparat berusaha mempersulit
perizinan, pecinta lingkungan tidak ingin alam dieksploitasi sejengkal saja. Jika masing-masing
pihak tidak mau mengakomodasi kepentingannya, maka masyarakat secara luas pulalah yang harus
menanggung akibatnya. Kualitas produk yang tidak ramah lingkungan, harga produk yang dijual
akan menjadi mahal karena adanya biaya-biaya siluman yang dimasukkan sebagai bagian dari
ongkos produksi.
Jika pemerintah tegas dalam penegakan aturan dan masyarakat bisa bersatu dalam membela
kepentingannya, maka para pengusaha tidak akan berani lagi bermain dalam ranah abu-abu karena
ongkos yang mereka keluarkan akan sangat besar. Dan kerugian besar akan mereka alami jika
akhirnya harus mundur akibat perlawanan masyarakat. Kemudahan dan kepastian usaha sangat
penting untuk mendorong tumbuhnya bisnis, tetapi bisnis yang membawa manfaat bagi semua
pemangku kepentingannya, para investor, masyarakat, pemerintah, dan kelestarian alam itu sendiri.
Konsep Kerangka Berpikir
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
53
Gambar 2
Konsep kerangka berpikir
H-1 : Bahwa gagasan/ide dalam pengembangan produk, diharapkan dapat lebih
memperhatikan aspek lingkungan.
H-2 : Pemahaman penggagasan ide tentang Deep Ecology ethics sangat di perlukan, agar
hasil yang diharapkan dari pengembangan produk tersebut berdampak positif kepada lingkungan.
H-3 : Perusahaan diharapkan dapat berorientasi bukan hanya profit, tetapi juga
memperhatikan dampak lingkungan jangka Panjang yang dihasilkan dari produk yang dihasilkan.
H-4 : Peran serta aktif Pemerintah sangat diperlukan, tidak hanya pada aturan mengenai
akibat dari investasi industry (preventif), tetapi juga mengatur perilaku oragniasasi dalam
menghasilkan produk, berdampak negatif atau tidak terhadap lingkungan.
H-5 : Perlunya sangsi yang tegas, baik itu pidana ataupun administrasi, bagi setiap
organisasi/perusahaan yang melanggar ketentuan pengrusakan lingkungan atau dampak negatif
yang ditimbulkan kepada lingkungan.
KESIMPULAN
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
54
Ecologism dan political ecology dikategorikan praksis dari ekologi dalam (deep ecology) dimana
kepedulian terhadap kelangsungan alam dan lingkungan tidak berorientasi untuk kepentingan
manusia semata tetapi berdasarkan kesadaran bahwa manusia sebagai agen atau perusak alam perlu
membangun semangat dan cara hidup baru serta sistem sosial-politik kemasyarakatan yang
mengedepankan perbaikan lingkungan. Diharapakan dengan mempertimbangkan aspek deep
ecology ethics dalam ide atau gagasan pembuatan produk atau pengembangan produk, dapat
menghasilkan produk yang berkualitas yang ramah lingkungan.
Sehingga tujuan dari perusahaan tidaka hanya mendapatkan profit yang sebesarnya-besarnya, tetapi
juga dapat berkontribuasi terhadap keberlangsungan lingkungan hidup menjadi lebih baik. Agar
dapat terciptanya ekosistem yang baik pada kehidupan kita.
Manusia dan alam suatu hal yang tak terpisahkan, merupakan satu kesatuan yang saling
ketergantungan, simsiosis mutualisme secara alami akan terjadi dalam kehidupan yang beradab.
REFERENSI
Adiwibowo, Soeryo. 2015. Paradigma, Perspektif dan Etika Ekologi. Tidak dipublikasikan.
Adiwibowo S, Shohibuddin M, Kartodihardjo H. 2013. Kontestasi Devolusi: Ekologi
Politik Pengelolaan Sumberdaya Alam.
Arne Naess, Ecology, Community and Lifestyle, Cambridge University Press, United Kingdom,
1989, hlm. 38 dan Sonny Keraf, Op.cit., hlm. 91-96
Devall. 2001.The Deep, Long-Range Ecology Movement. Ethics & The Environment. USA:
Indiana University Press
Dharmawan. 2007. Dinamika Sosio-Ekologi Pedesaan: Perpektif dan Pertautan Keilmuan Ekologi
Manusia, Sosio Lingkungan dan Ekologi Politik. Bogor: Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi,
Komunikasi dan Ekologi Manusia ISSN:1978-4333, Vol.01, No.01 April 2007.
Dobson. 2007, Green Political Thought. Fourth Edition. England : Routledge
Juwali. 2013, Eksegesis Kejadian, http://www.netsen.org/2013/03/eksegesis-kejadian-126 28. html,
diakses 5 November 2016.
Keraf, 2010, Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Kompas.
Marfai, 2012, Pengantar Etika Lingkungan dan Kearifan Lokal. Yogyakarta: UGM Press.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
55
IMPLEMENTASI PENGGAJIAN GURU HONORER DI SEKOLAH DASAR
Randy Ramadhoni 1)
Dr. Ir. Hj. Hasmawaty AR., M.M., M.T. 2)
Program Pascasarjana, Universitas Binadarma Palembang
Email : [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengajian guru honorer di Sekolah Dasar Negeri
47 Palembang. Dalam proses pengambilan data peneliti juga menjelaskan tujuan penelitian
kepada informan yang akan menyebutkan identitas informan dari hasil penelitian ini dan
tidak akan berdampak kepada informan yang telah memberikan informasi. Dalam
penelitian ini, untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam proses
kegiatan yang dilakukan dalam implementasi penggajian guru honorer di Sekolah Dasar
Negeri 47 Palembang. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan metode
analisis pengumpulan data, reduksi data dan penyajian data selain itu penelitian ini juga
menggunakan metode analisis kualitatif. Analisis dalam penelitian ini menggunakan
metode analisis kualitatif yang menjelaskan suatu gambaran atas data dalam bentuk kata
dengan tujuan untuk memahami suatu situasi sosial, peristiwa, peran dan kelompok.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dengan sejumlah
bagian yang terkait dalam penggajian guru honorer antara lain Kepala Sekolah, Bendahara,
Operator Sekolah, dan Guru Honorer . Dalam implementasi penggajian guru honorer
kepala sekolah dan bendahara sekolah berperan penting dalam manajemen penggajian guru
honorer dan belum adanya peraturan penggajian tenaga pegawai dan guru honorer yang
baku. Besarnya anggaran dana Bantuan Operasional Sekolah Nasional (BOSNA) dan
Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) untuk sekolah ditentukan dengan jumlah
siswa. Semakin banyak jumlah siswa maka semakin besar jumlah anggaran bantuan
tersebut.
Kata kunci: Penggajian, Guru Honorer, Sekolah Dasar
Pendahuluan
Dalam kegiatan proses belajar mengajar dibutuhkan tenaga yang handal dan terampil serta
sarana guna penunjang pembelajaran pada siswa dan siswi, sumber daya manusia adalah
kunci utama dalam proses pembelajaran demi keberhasilan sekolah dalam mendidik siswa
dan siswi yang ada dilingkungan sekolah. Dengan demikian Sumber daya Manusia yang
Kompeten dan terampil sangat diperlukan untuk mendidik siswa dan siswi. Menurut
Ibrahim Bafadal (2003), sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan dan
perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sumber daya
manusia adalah individu yang bekerja sebagai penggerak suatu organisasi, baik institusi
maupun perusahaan dan berfungsi sebagai aset yang harus dilatih dan dikembangkan
kemampuannya. Sedangkan menurut Wahyuningrum (2000), sarana adalah semua fasilitas
yang diperlukan dalam proses mengajar, yang dapat meliputi barang bergerak maupun
barang tidak bergerak agar tujuannya dapat terpenuhi dan tercapai. Dari penjelasan sarana
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
56
pendidikan tersebut maka sarana dapat dimaksudkan sebagai keseluruhan dari fasilitas
yang ada dalam proses pembelajaran untuk melakukan kegiatan proses mengajar pada
peserta didik.
Selain itu, sumber daya manusia yang kompenten sangat perlu diperhatikan juga
gaji/honor yang didapatkan seorang pengajar/guru. Penggajian merupakan kompensasi
secara langsung yang diberikan kepada pegawai sebagai balas jasa atas hasil kerja yang
telah dilakukan. Gaji adalah imbalan yang diberikan kepada pegawai secara tetap perbulan,
atas tanggung jawab pekerjaan yang telah dijalankan selama mereka bekerja. Gaji yang
dibayarkan kepada pegawai akan dihitung berdasarkan jabatan yang diberikan beserta
tunjangan yang mereka terima dan dikurangi jumlah potongan-potongan terkait dengan
pembayaran gaji. Untuk melakukan perhitungan serta pembayaran gaji pegawai
dibutuhkan suatu sistem agar prosedur penggajian yang berjalan sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Masalah-masalah yang dapat di identifikasi adalah sebagai berikut :
Penggajian guru honorer yang sering terlambat diberikan.
Terlalu banyaknya jumlah tenaga guru honorer sedangkan besarnya sumber gaji dari dana
BOSNA yang hanya 15% dari dana yang ada.
Pengalihan sumber dana anggaran untuk penggajian tenaga guru honorer yang memiliki sk
insentif walikota
Implementasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu pelaksanaan /
penerapan. Sedangkan pengertian umum adalah suatu tindakan atau pelaksana rencana
yang telah disusun secara cermat dan rinci (matang).
Menurut Mardi (2011), gaji adalah sebuah bentuk pembayaran atas sebuah hak yang
diberikan oleh sebuah perusahaan atau instansi kepada pegawai.
Tujuan dalam penulisan ini adalah : Menganalisis pengajian guru honorer di Sekolah Dasar
Negeri 47 Palembang.
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis adalah termasuk penelitian deskriptif kualitatif, dengan
jenis penelitian berupa studi kasus. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif dimulai dengan asumsi dan penggunaan kerangka penafsiran/teoritis
yang membentuk atau mempengaruhi studi tentang permasalahan riset yang terkait dengan
makna yang dikenakan oleh individu atau kelompok pada suatu masalah sosial atau
manusia. Teknik pengumpulan data dilakukan pada setting alamiah (natural setting) yaitu
kondisi yang alamiah, sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada
wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi (Sutama, 2011)
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
57
Kerangka berpikir mengambarkan bagaiamana mengetahui hubungan atau alur pemikiran
dalam proses penelitian ini, maka dari itu kerangka berpikir penelitian ini dapat diliat pada
gambar dibawah ini :
Gambar 1.2 Kerangka Berpikir
Analisi dan Pembahasan Kasus
Analisis
Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data peneliti juga menjelaskan tujuan penelitian kepada
informan yang akan menyebutkan identitas informan dari hasil penelitian ini dan tidak
akan berdampak kepada informan yang telah memberikan informasi. Dalam penelitian ini,
untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam proses kegiatan yang
dilakukan dalam implementasi penggajian guru honorer di Sekolah Dasar Negeri 47
Palembang. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan metode analisis
pengumpulan data, reduksi data dan penyajian data selain itu penelitian ini juga
menggunakan metode analisis kualitatif. Adapun data-data yang dikumpulkan antara lain :
Data Tenaga dan Guru Honorer
data-data tenaga guru honorer dan pegawai tidak tetap yang dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 3.1 Data Tenaga dan Guru Honorer SD Negeri 47 Palembang
Input Analysis
Kondisi Real :
Gaji honorer
yang diterima
tidak tepat
waktu
Gaji yang
diterima tidak
sesuai dengan
ketetapan yang
berlaku
Proses Analysis (SOP) :
Sumber Gaji :
BOSNA maksimal 15%
BOSDA maksimal 20%
Insentif Walikota
Output Analysis
Digunakan untuk
mengetahui bagaimana
implementasi
penggajian guru honorer
di SD Negeri 47
Palembang
Outcome Analysis
Gaji yang diterima dengan
tepat waktu
Gaji yang diterima harus
sesuai dengan ketetapan
yang berlaku
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
58
No Jabatan Jumlah
1 Guru Kelas 5
2 Guru Mapel 2
3 Operator 1
4 Perpustakaan 1
5 Kebersihan sekolah 1
6 Keamanan sekolah 1
7 Penjaga sekolah 1
Jumlah 12
Data Wawancara
Adapun pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dengan sejumlah bagian yang
terkait dalam penggajian guru honorer antara lain :
Kepala Sekolah :
1. Bagaimana penggajian guru honorer di SD Negeri 47 Palembang ?
“Penggajian guru honorer di SD Negeri 47 Palembang sudah sesuai dengan peraturan yang
berlaku seperti adanya dokumen : daftar hadir/ absensi guru, perhitungan jam mengajar,
daftar gaji/slip gaji dan amplop gaji.”
2. Darimanakah sumber gaji guru honorer berasal dan berapa jumlah anggarannya?
“Sumber gaji guru honorer berasal dari APBN melalui dana BOSNA yang maksimal 20%
dapat digunakan dan jika tidak mencukupi anggarannya bisa memakai dana APBD melalui
dana BOSDA”
3. Apakah guru honorer menerima gaji tepat waktu ?
“Guru honorer menerima gaji setiap 3 bulan sekali.”
4. Pembayaran gaji setiap 3 bulan sekali, itu artinya terjadi keterlambatan dalam
penggajian. Mengapa bisa demikian ?
“Terjadi keterlambatan dalam penggajian dikarenakan dana BOSNA maupun BOSDA
dikeluarkan pemerintah ke rekening sekolah setiap 3 bulan sekali dan jadwalnya pencairan
sekolah pun tidak mengetahuinya. Sehingga mau tidak mau, gaji guru honorer dibayarkan
setelah dana tersebut sudah ada.”
5. Langkah apa yang dilakukan sekolah agar penggajian guru honorer tepat pada
waktunya ?
“Tidak ada yang dapat kami lakukan selain menunggu dana BOSNA dan BOSDA
dicairkan.”
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
59
6. Apakah guru honorer sudah menerima gaji sesuai upah minimum regional kota
Palembang ?
“Standar pembayaran gaji untuk memberikan rasa kesejahteraan terhadap guru belum bisa
memenuhi UMR kota Palembang namun paling tidak sudah layak.”
7. Apakah bisa gaji guru honorer di naikkan ?
“Gaji guru honorer dinaikkan ditentukan sesuai kebijakan sekolah masing-masing
tergantung jumlah siswa dan jumlah honorer yang ada di sekolah tersebut.”
8. Bagaimana tindakan sekolah dengan adanya peraturan yang melarang penggunaan
dana BOSDA untuk membayar gaji guru honorer yang sudah memiliki SK insentif ?
“Tindakan sekolah dengan adanya peraturan yang melarang penggunaan dana BOSDA
untuk membayar gaji guru honorer yang sudah memiliki SK insentif dengan cara melalui
dana BOSNA. Untuk menutupi kekurangan anggaran di dana BOSNA, sekolah mengambil
kebijakan bahwa bagi guru yang belum memiliki SK insentif penggajian dari dana BOSDA
sehingga sumber gaji berbeda.”
Bendahara Sekolah
Apakah sistem penggajian guru honorer di SD Negeri 47 Palembang sudah diterapkan ?
“Sistem penggajian guru honorer di SD Negeri 47 palembang sudah diterapkan dengan
cukup baik.”
Bagaimana perhitungan gaji guru honorer ?
“Mengacu pada jumlah siswa, jumlah tenaga dan kebijakan sekolah/dinas”
Darimana sumber dana untuk menggaji guru honorer ?
“Sekolah menggunakan dana APBN BOSNA 15% dan jika tidak mencukupi diambil dana
dari APBD BOSDA 20%.
Mengapa penggajian sering terlambat diberikan ?
“Penggajian terlambat dikarena jadwal pencairan dana BOSNA, BOSDA dan insentif tidak
teratur.”
Bagaimana proses pemberian gaji ?
“Setelah dana BOSNA, BOSDA dicairkan gaji diberikan secara tunai.”
Tunjangan apa saja yang diberikan kepada guru honorer ?
“Guru honorer tidak ada satupun tunjangan yang diperoleh. Kemendikbud masih dalam
tahap usulan untuk memberikan tunjangan bagi guru honorer.”
Operator Sekolah
Apakah sistem penggajian guru honorer di SD Negeri 47 Palembang sudah diterapkan ?
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
60
“Sistem penggajian guru honorer di SD Negeri 47 Palembang sudah diterapkan dengan
cukup baik.”
Bagaimana perhitungan gaji guru honorer ?
“Sekolah menggunakan dana APBN BOSNA 15% dan jika tidak mencukupi diambil dana
dari APBD BOSDA 20%”
Anda kan seorang PNS, adakah honor yang anda terima menjadi operator sekolah dan tata
usaha ?
“Ya, saya seorang PNS. Namun saya juga masih menerima honor dari dana BOSNA dalam
tugas sebagai operator sekolah dan dibayarkan sesuai juknis BOSNA yaitu Rp. 250.000,00
– Rp. 300.000,00 per bulan.”
Guru Honorer :
Berapa jam operasional kerja di sekolah ?
“Operasional jam kerja guru honorer di mulai pada pukul 06.40 sampai 14.30 wib dan
sudah memakai sistem absensi fingerprint.”
Berapa beban mengajar bagi guru kelas honorer ?
“Beban mengajar bagi guru kelas adalah 24 jam tetapi kalau dihitung dengan pelajaran
tambahan lain bisa lebih.”
Sejak kapan anda mulai mengabdi di SD Negeri 47 Palembang dan anda termasuk kategori
guru apa ?
“Saya mengabdi di SD Negeri 47 Palembang mulai 01 Januari 2007 dan saya termasuk
golongan guru honorer non-kategori 3.”
Apakah ada tunjangan / insentif dari sekolah atau dinas setempat yang diberikan?
“Alhamdulilah, saya menerima insentif dari walikota tahap pertama yaitu menerima Rp.
500.000,00 per bulan pada anggaran tahun 2018 dan naik menjadi Rp. 1.000.000,00 pada
anggaran tahun 2019.”
Apakah guru honorer sudah menerima gaji sesuai upah minimum regional kota Palembang
?
“Kami rasa belum sesuai UMR walaupun gaji sekolah ditambah dengan insentif yang kami
terima tapi setidaknya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.”
Bagaimana proses penggaji guru honorer di SD 47 Palembang ?
“Sekolah memberikan gaji 3 bulan sekali setelah dana BOSNA dan BOSDA dikeluarkan
oleh pemerintah. Setelah dana tersebut ada biasanya kami dipanggil oleh bendahara untuk
menerima gaji tersebut.”
Apakah guru honorer menerima slip gaji ?
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
61
“Selama kami mengabdi kami hanya tanda tangan daftar gaji dan slip gaji tidak dibagikan
kepada kami.”
Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif yang menjelaskan
suatu gambaran atas data dalam bentuk kata dengan tujuan untuk memahami suatu situasi
sosial, peristiwa, peran dan kelompok.
Adapun perhitungan penentuan berdasarkan data tenaga dan guru honorer yang berlaku
adalah sebagai berikut :
Jumlah Siswa
Besarnya jumlah dana yang akan diterima sebuah sekolah ditentukan oleh jumlah siswa.
Semakin banyak siswa di sekolah tersebut, maka akan semakin banyak pula dana yang
diterima dan begitu pula sebaliknya. Menurut Petunjuk Teknis Bantuan Operasional
Sekolah Nasional (BOSNA) berdasarkan Permendikbud No. 26 Tahun 2017, untuk jenjang
Sekolah Dasar, setiap siswa menerima dana sebesar Rp. 800.000,00 per tahun. Perhitungan
jumlah dana di SD Negeri 47 Palembang sebagai berikut :
Jumlah siswa x Rp. 800.000,00 : 5 triwulan x 15% = anggaran gaji honorer 750 siswa x
Rp. 800.000,00 : 5 triwulan x 15% = Rp. 18.000.000,00
Jumlah Guru Honorer
Besarnya jumlah gaji yang akan diterima guru honorer ditentukan oleh jumlah jam
mengajar. 1 jam 20 ribu per jam tetapi juga ditentukan oleh kebijakan kepala sekolah.
Kebijakan Sekolah dan Dinas Setempat
Besar kecilnya jumlah gaji yang akan diterima ditentukan kebijakan sekolah dan setiap
sekolah berbeda-beda.
2. Berdasarkan hasil hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, Bendara, Operator dan Guru
Honorer, terdapat 3 sumber dana penggajian tenaga dan guru honorer yaitu :
Bantuan Operasional Sekolah Nasional
Bantuan Operasional Sekolah Nasional (BOSNA) merupakan dana bantuan yang berasal
dari pusat provinsi yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
yang besarnya dana dihitung dari jumlah siswa. Dari dana tersebut digunakan untuk
keperluan belanja pegawai, belanja barang jasa dan belanja modal. Untuk triwulan I dana
yang dicairkan sebesar 20%, triwulan II 40%, triwulan III 20% dan triwulan IV 20%.
Triwulan II mendapat porsi paling banyak karena digunakan untuk membiayai pembelian
buku paket dan kegiatan selama penerimaan peserta didik baru.
Besarnya dana yang digunakan untuk penggajian guru honorer adalah 15% dari dana dan
dibagi ke semua guru dan tenaga honorer. Dana BOSNA yang ada di SD Negeri 47
Palembang adalah Rp. 600.000.000,00 dalam satu tahun. Jadi hanya Rp. 18.000.000,00
dana yang akan digunakan untuk membayar guru honorer yang ada 12 orang. Dengan
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
62
jumlah Rp. 18.000.000,00 sangat tidak cukup dalam membayar gaji guru honorer yang
ada. Jika sekolah tetap menggunakan dana anggaran tidak sesuai petunjuk teknis lebih dari
15% maka sekolah harus mengembalikan dana tersebut ke dalam kas Negara.
Bantuan Operasional Sekolah Daerah
Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) merupakan dana bantuan yang berasal
dari daerah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah yang besarnya dana
dihitung dari jumlah siswa. Belanja pegawai yang didapat dari dana BOSDA digunakan
untuk membayar gaji tenaga kependidikan dan guru honorer yang tidak bias di cover oleh
BOSNA. Besarnya anggaran yang akan digunakan untuk keperluan belanja pegawai 20%,
belanja barang jasa dan belanja 70% dan belanja modal 10%.
Insentif Walikota Palembang
Insentif walikota merupakan suatu kebijakan pemerintah kota Palembang untuk lebih
mensejahterakan guru dan tenaga honorer. SK insentif diberikan kepada guru dan tenaga
honorer yang sudah mengabdi dalam waktu cukup lama minimal 5 tahun.
Insentif walikota Palembang terdapat 2 tahap yaitu tahap 1 diberikan terhitung 01 Januari
2018 dan tahap 2 terhitung 01 Januari 2019. Besarnya insentif dalam tahap 1 adalah Rp.
1.000.000,00 per bulan dan besarnya insentif dalam tahap 2 adalah Rp. 700.000,00 per
bulan dan jadwal pembayaran hanya dinas pendidikan yang mengetahui.
Pembahasan Kasus
Dalam pembahasan kasus penelitian ini, Penggajian tenaga dan guru honorer yang
dibayarkan menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah Nasional yang hanya 15%
maka dapat dihitung :
Tabel 3.2 Perincian Gaji Guru Honorer
No Nama
Jabata
n Jumlah Total
1 Mauliddina
Baryanti, S.Pd.I
Guru
Kelas
Rp. 700.000,00 x
3 bulan
Rp. 2.100.000,00
2 Yunda
Wulandari,
S.Pd.
Guru
Kelas
Rp. 700.000,00 x
3 bulan
Rp. 2.100.000,00
3 Merinda
Puspasari, S.Pd.
Guru
Kelas
Rp. 700.000,00 x
3 bulan
Rp. 2.100.000,00
4 Rustiana, S.Pd. Guru
Kelas
Rp. 700.000,00 x
3 bulan
Rp. 2.100.000,00
5 Helen Saputri,
S.T
Guru
Kelas
Rp. 700.000,00 x
3 bulan
Rp. 2.100.000,00
6 Mauliddina Guru Rp. 500.000,00 x Rp. 1.500.000,00
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
63
Baryanti, S.Pd.I Mapel 3 bulan
7 Yusnila, S.Ud Guru
Mapel
Rp. 500.000,00 x
3 bulan
Rp. 1.500.000,00
Jumlah Rp. 13.500.000,00
Tabel 3.3 Pegawai Tidak Tetap
No Nama Jabatan Jumlah Total
1 Indra
Septiano,
S.P
Operator Rp. 300.000,00 x 3
bulan
Rp. 900.000,00
2 Yeni
Marliya,
S.E
Perpustakaan Rp. 500.000,00 x 3
bulan
Rp. 1.500.000,00
3 Rosida Kebersihan
Sekolah
Rp. 800.000,00 x 3
bulan
Rp. 2.400.000,00
4 Deden
Nugraha
Keamanan
Sekolah
Rp. 800.000,00 x 3
bulan
Rp. 2.400.000,00
5 Sofiyan Penjaga
Sekolah
Rp. 1.000.000,00 x
3 bulan
Rp. 3.000.000,00
Jumlah Rp.
10.200.000,00
Dilihat dari tabel penggajian di atas, maka untuk penggajian pegawai dan guru honorer
sejumlah Rp. 23.700.000,00 sedangkan anggaran yang dikeluarkan dana Bantuan
Operasional Sekolah Nasional (BOSNA) sebesar Rp. 18.000.000,00 tidak mencukupi
untuk menggaji pegawai dan guru honorer. Tentunya, dana ini tidak akan cukup digunakan
untuk belanja pegawai. Maka, tumpuan sekolah dan bendahara beralih kepada dana
Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) sebesar Rp. 5.700.000,00 untuk
mencukupi kebutuhan belanja pegawai..
Namun semenjak tahun 2019, terdapat peraturan yang membatasi penggunaaan dana
Bantuan Operasional Sekolah Daerah tidak bisa digunakan untuk penggajian tenaga dan
guru honorer yang mengajar jika memiliki SK Insentif walikota Palembang dikarenakan
sumber anggaran berasal dari dana yang sama yaitu dana Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah kota Palembang.
Sehingga kepala sekolah dan bendahara mengambil kebijakan penggajian tenaga dan guru
honorer yang mendapat gaji dari anggaran dana Bantuan Operasional Nasional (BOSNA)
untuk tenaga dan guru honorer yang sudah memiliki SK insentif sedangkan yang belum
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
64
memiliki SK insentif penggajian menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah Daerah
(BOSDA). Kuota 15% dana anggaran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOSNA)
tercukupi, adanya kebijakan tersebut jumlah gaji yang diterima tidak mengalami
pengurangan.
Dalam upaya Pemerintah kota Palembang untuk mensejahterakan nasib tenaga dan guru
honorer dengan memberikan SK insentif. Sehingga selain mendapat gaji dari dana Bantuan
Operasional Sekolah Nasional (BOSNA) dan dana Bantuan Operasional Sekolah Daerah
(BOSDA) tenaga dan guru honorer mendapat gaji dari insentif walikota Palembang.
Sekolah Dasar Negeri 47 Palembang yang memiliki SK Insentif walikota Palembang ada 4
orang yaitu 3 insentif tahap pertama dan 1 insentif tahap kedua. Di bawah ini daftar
penggajian tenaga dan guru honorer yang menggunakan dana BOSNA sebagai berikut :
Tabel 3.4 Daftar Penggajian Sumber Anggaran BOSNA
No Nama Jabatan Jumlah Gaji Keterangan
1 Yunda
Wulandari,
S.Pd.
Guru Kelas Rp. 700.000,00
x 3 bulan
Rp. 2.100.000,00
SK Insentif
2 Merinda
Puspasari,
S.Pd.
Guru Kelas Rp. 700.000,00
x 3 bulan
Rp. 2.100.000,00
SK Insentif
3 Rustiana,
S.Pd.
Guru Kelas Rp. 700.000,00
x 3 bulan
Rp. 2.100.000,00
4 Helen
Saputri, S.T
Guru Kelas Rp. 700.000,00
x 3 bulan
Rp. 2.100.000,00
5 Mauliddina
Baryanti,
S.Pd.I
Guru Mapel Rp. 500.000,00
x 3 bulan
Rp. 1.500.000,00
SK Insentif
6 Yusnila,
S.Ud
Guru Mapel Rp. 500.000,00
x 3 bulan
Rp. 1.500.000,00
7 Indra
Septiano,
S.P
Operator Rp. 300.000,00
x 3 bulan
Rp. 900.000,00
8 Deden
Nugraha
Keamanan
Sekolah
Rp. 800.000,00
x 3 bulan
Rp. 2.400.000,00
9 Sofiyan Penjaga
Sekolah
Rp.
1.000.000,00 x
3 bulan
Rp. 3.000.000,00
SK Insentif
Jumlah Rp.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
65
17.700.000,00
Dan di bawah ini daftar penggajian tenaga dan guru honorer yang menggunakan dana
BOSDA sebagai berikut
Tabel 3.5 Daftar Penggajian Sumber Anggaran BOSDA
N
o Nama
Jabatan
Jumlah Total
1 Mauliddina
Baryanti,
S.Pd.I
Guru Kelas Rp. 700.000,00 x
3 bulan
Rp. 2.100.000,00
2 Yeni
Marliya,
S.E
Perpustakaa
n
Rp. 500.000,00 x
3 bulan
Rp. 1.500.000,00
Jumlah Rp. 3.600.000,00
Penggunaan dana Bantuan Operasional Daerah yang digunakan untuk penggajian tenaga
dan guru honorer yaitu Rp. 3.600.000,00. Supaya penggunaan dana BOSDA tidak besar
yang jumlah anggaran dananya relatif sedikit maksimal 20% yaitu Rp. 500.000,00 – Rp.
1.000.000,00 perbulan maka sekolah membuat kebijakan bahwa penggajian petugas
kebersihan sekolah menggunakan dana BOSNA dengan catatan dijadikan belanja barang
jasa. Berikut daftar tabelnya :
Tabel 3.6 Sumber Anggaran BOSNA
No Nama Jabatan Jumlah Total
1 Rosida Kebersihan
Sekolah
Rp. 800.000,00 x 3
bulan
Rp.
2.400.000,00
Jumlah Rp.
2.400.000,00
Pembahasan
Dalam pembahasan kasus penelitian ini, Penggajian tenaga dan guru honorer yang
dibayarkan menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah Nasional yang hanya 15%
maka dapat dihitung :
Tabel 3.2 Perincian Gaji Guru Honorer
No Nama
Jabata
n Jumlah Total
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
66
1 Mauliddina
Baryanti, S.Pd.I
Guru
Kelas
Rp. 700.000,00 x
3 bulan
Rp. 2.100.000,00
2 Yunda
Wulandari,
S.Pd.
Guru
Kelas
Rp. 700.000,00 x
3 bulan
Rp. 2.100.000,00
3 Merinda
Puspasari, S.Pd.
Guru
Kelas
Rp. 700.000,00 x
3 bulan
Rp. 2.100.000,00
4 Rustiana, S.Pd. Guru
Kelas
Rp. 700.000,00 x
3 bulan
Rp. 2.100.000,00
5 Helen Saputri,
S.T
Guru
Kelas
Rp. 700.000,00 x
3 bulan
Rp. 2.100.000,00
6 Mauliddina
Baryanti, S.Pd.I
Guru
Mapel
Rp. 500.000,00 x
3 bulan
Rp. 1.500.000,00
7 Yusnila, S.Ud Guru
Mapel
Rp. 500.000,00 x
3 bulan
Rp. 1.500.000,00
Jumlah Rp. 13.500.000,00
Tabel 3.3 Pegawai Tidak Tetap
No Nama Jabatan Jumlah Total
1 Indra
Septiano,
S.P
Operator Rp. 300.000,00 x 3
bulan
Rp. 900.000,00
2 Yeni
Marliya,
S.E
Perpustakaan Rp. 500.000,00 x 3
bulan
Rp. 1.500.000,00
3 Rosida Kebersihan
Sekolah
Rp. 800.000,00 x 3
bulan
Rp. 2.400.000,00
4 Deden
Nugraha
Keamanan
Sekolah
Rp. 800.000,00 x 3
bulan
Rp. 2.400.000,00
5 Sofiyan Penjaga
Sekolah
Rp. 1.000.000,00 x
3 bulan
Rp. 3.000.000,00
Jumlah Rp.
10.200.000,00
Dilihat dari tabel penggajian di atas, maka untuk penggajian pegawai dan guru honorer
sejumlah Rp. 23.700.000,00 sedangkan anggaran yang dikeluarkan dana Bantuan
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
67
Operasional Sekolah Nasional (BOSNA) sebesar Rp. 18.000.000,00 tidak mencukupi
untuk menggaji pegawai dan guru honorer. Tentunya, dana ini tidak akan cukup digunakan
untuk belanja pegawai. Maka, tumpuan sekolah dan bendahara beralih kepada dana
Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) sebesar Rp. 5.700.000,00 untuk
mencukupi kebutuhan belanja pegawai..
Namun semenjak tahun 2019, terdapat peraturan yang membatasi penggunaaan dana
Bantuan Operasional Sekolah Daerah tidak bisa digunakan untuk penggajian tenaga dan
guru honorer yang mengajar jika memiliki SK Insentif walikota Palembang dikarenakan
sumber anggaran berasal dari dana yang sama yaitu dana Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah kota Palembang.
Sehingga kepala sekolah dan bendahara mengambil kebijakan penggajian tenaga dan guru
honorer yang mendapat gaji dari anggaran dana Bantuan Operasional Nasional (BOSNA)
untuk tenaga dan guru honorer yang sudah memiliki SK insentif sedangkan yang belum
memiliki SK insentif penggajian menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah Daerah
(BOSDA). Kuota 15% dana anggaran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOSNA)
tercukupi, adanya kebijakan tersebut jumlah gaji yang diterima tidak mengalami
pengurangan.
Dalam upaya Pemerintah kota Palembang untuk mensejahterakan nasib tenaga dan guru
honorer dengan memberikan SK insentif. Sehingga selain mendapat gaji dari dana Bantuan
Operasional Sekolah Nasional (BOSNA) dan dana Bantuan Operasional Sekolah Daerah
(BOSDA) tenaga dan guru honorer mendapat gaji dari insentif walikota Palembang.
Sekolah Dasar Negeri 47 Palembang yang memiliki SK Insentif walikota Palembang ada 4
orang yaitu 3 insentif tahap pertama dan 1 insentif tahap kedua. Di bawah ini daftar
penggajian tenaga dan guru honorer yang menggunakan dana BOSNA sebagai berikut :
Tabel 3.4 Daftar Penggajian Sumber Anggaran BOSNA
No Nama Jabatan Jumlah Gaji Keterangan
1 Yunda
Wulandari,
S.Pd.
Guru Kelas Rp. 700.000,00
x 3 bulan
Rp. 2.100.000,00
SK Insentif
2 Merinda
Puspasari,
S.Pd.
Guru Kelas Rp. 700.000,00
x 3 bulan
Rp. 2.100.000,00
SK Insentif
3 Rustiana,
S.Pd.
Guru Kelas Rp. 700.000,00
x 3 bulan
Rp. 2.100.000,00
4 Helen
Saputri, S.T
Guru Kelas Rp. 700.000,00
x 3 bulan
Rp. 2.100.000,00
5 Mauliddina
Baryanti,
S.Pd.I
Guru Mapel Rp. 500.000,00
x 3 bulan
Rp. 1.500.000,00
SK Insentif
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
68
6 Yusnila,
S.Ud
Guru Mapel Rp. 500.000,00
x 3 bulan
Rp. 1.500.000,00
7 Indra
Septiano,
S.P
Operator Rp. 300.000,00
x 3 bulan
Rp. 900.000,00
8 Deden
Nugraha
Keamanan
Sekolah
Rp. 800.000,00
x 3 bulan
Rp. 2.400.000,00
9 Sofiyan Penjaga
Sekolah
Rp.
1.000.000,00 x
3 bulan
Rp. 3.000.000,00
SK Insentif
Jumlah Rp.
17.700.000,00
Dan di bawah ini daftar penggajian tenaga dan guru honorer yang menggunakan dana
BOSDA sebagai berikut
Tabel 3.5 Daftar Penggajian Sumber Anggaran BOSDA
N
o Nama
Jabatan
Jumlah Total
1 Mauliddina
Baryanti,
S.Pd.I
Guru Kelas Rp. 700.000,00 x
3 bulan
Rp. 2.100.000,00
2 Yeni
Marliya,
S.E
Perpustakaa
n
Rp. 500.000,00 x
3 bulan
Rp. 1.500.000,00
Jumlah Rp. 3.600.000,00
Penggunaan dana Bantuan Operasional Daerah yang digunakan untuk penggajian tenaga
dan guru honorer yaitu Rp. 3.600.000,00. Supaya penggunaan dana BOSDA tidak besar
yang jumlah anggaran dananya relatif sedikit maksimal 20% yaitu Rp. 500.000,00 – Rp.
1.000.000,00 perbulan maka sekolah membuat kebijakan bahwa penggajian petugas
kebersihan sekolah menggunakan dana BOSNA dengan catatan dijadikan belanja barang
jasa. Berikut daftar tabelnya :
Tabel 3.6 Sumber Anggaran BOSNA
No Nama Jabatan Jumlah Total
1 Rosida Kebersihan Rp. 800.000,00 x 3 Rp.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
69
Sekolah bulan 2.400.000,00
Jumlah Rp.
2.400.000,00
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dalam implementasi penggajian guru honorer kepala sekolah dan bendahara sekolah
berperan penting dalam manajemen penggajian guru honorer dan belum adanya peraturan
penggajian tenaga pegawai dan guru honorer yang baku. Besarnya anggaran dana Bantuan
Operasional Sekolah Nasional (BOSNA) dan Bantuan Operasional Sekolah Daerah
(BOSDA) untuk sekolah ditentukan dengan jumlah siswa. Semakin banyak jumlah siswa
maka semakin besar jumlah anggaran bantuan tersebut.
Saran
Perlu adanya kebijakan atau peraturan penggajian tenaga pegawai dan guru honorer
sehingga penggajian sesuai dengan jadwal sebagaimana mestinya dan tidak terjadi
keterlambatan pencairan dana BOSNA dan BOSDA. Penyetaraan gaji guru honorer sesuai
dengan Upah Minimum Provinsi sehingga kesejahteraan meningkatkan.
REFERENSI
Asiyai, Romina I.2012. “Assesing School Facilities in Public Secondary School in
Delta State, Nigeria” African Research Review An International Multidiciplinary Journal,
Vol. 6 (2), Serial No.25, April, 2012, pp. 192-205.
Dientje Borman Rumampuk. (1988). Media Instruksi IPS. Jakarta: Dedikbud
Dientje Borman Rumampuk. (1997). Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan di
Sekolah. Jakarta: Depdikbud.
Dientje Borman Rumampuk.(1999). Panduan Manajemen Sekolah Dasar
Jakarta: Depdikbud.
Dirjen Dikdasmen Depdikbud. (1996). Pengelolaan Sekolah. Jakarta: Depdikbud.
Ibrahim Bafadal. (2004). Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori &
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
70
Aplikasinya. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Made Pidarta. (1988). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Malayu S.P. Hasibuan. 1990. Cetakan ke 5. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan
Masalah. Jakarta: CV Haji Masagung
Malayu S.P. Hasibuan. 2004. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: Bumi
Aksara
Mulyadi. 2008. Sistem Akuntansi. Yogyakarta: Aditya Media.
Mulyadi.2009. Sistem Akuntansi Biaya. Yogyakarta: UPP-STIM YKPN.
Soemarso. 2009. Akuntansi Suatu Pengantar Jilid Satu. Jakarta; Selemba Empat.
Sugiyono.(2013). Metode Penelitian Pedidikan “Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R
& D”.(Cetakan ke-18). Bandung: CV. Alfabeta.
Sutama.(2011). Metode Penelitian Pendidikan “Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R &
D”.(Cetakan Ke-3). Kartasura: Fairus Media.
Sutjipto. (1992). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Warschaver, Mark. 2011. “Learning In the Cloud: how and why to trans form school with
digital media”.Teachers College Press. 2011
Winarno. 2006. Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
71
PEMANFAATAN ATURAN DEBT TO EQUITY RATIO DALAM
MENAMBAH PENERIMAAN PAJAK (Studi Kasus : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Timur)
Eko Sulistyo Kurniawan
1Program Magister Manajemen, Universitas Bina Darma. Jl. A. Yani No. 12, Palembang
30624, Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Berbagai cara dilakukan oleh wajib pajak dalam melakukan upaya untuk menghindar dari
pengenaan pajak. Cara yang dapat dipakai untuk melakukan penghindaran pajak adalah dengan
memanfaatkan celah-celah aturan perpajakan, yang salah satunya adalah aturan mengenai
pembebanan bunga. Umumnya ketentuan perpajakan mengatur bahwa pembayaran bunga
merupakan beban yang dapat dikurangkan secara fiskal (deductible expense). Ketentuan ini
kemudian dieksploitasi dengan cara pemberian pinjaman dengan jumlah yang melebihi kewajaran,
yang tujuannya tidak lain supaya beban secara fiskal membesar, kemudian laba fiskal akan
mengecil dan pada akhirnya pajak yang harus dibayar menjadi kecil. Penelitian ini bertujuan
mengidentifikasi pengaturan pembebanan bunga dalam Undang-undang Pajak Penghasilan di
Indonesia dan memberikan alternatif pengaturan untuk menangkal praktik penghindaran pajak.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari laporan keuangan dan lembar Pajak Penghasilan
dengan teknik analisis yang digunakan deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian setelah
adanya penerapan PMK-169/PMK.010/2015 mengakibatkan penambahan atas pembayaran pajak
yang harus dibayar oleh wajib pajak. Dampak yang diberikan PMK-169/PMK.010/2015 terhadap
penerimaan pajak mengakibatkan pajak badan terutang bertambah besar hingga Rp 473.651.185
dari sebelumnya Rp 968.335.663 menjadi Rp 1.423.844.779. Sampel penelitian ini merupakan
studi kasus pada PT “C”, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang usaha distributor yang
berlokasi di Palembang, Sumatera Selatan.
Kata Kunci : DER, Peraturan Menteri Keuangan, penghindaran pajak, laporan
keuangan, dan Account Representative.
ABSTRACT
Various methods are used by taxpayers in making efforts to avoid taxation. The
method that can be used to avoid tax is by utilizing loopholes in taxation rules, one of
which is the regulation of charging interest. Generally, taxation provisions stipulate that
interest payments are deductible expense. This provision is then exploited by way of giving
loans in excess of the fairness, the purpose of which is nothing else so that the fiscal
burden increases, then the fiscal profit will decrease and eventually the tax to be paid
becomes small. This study aims to identify arrangements for charging interest in the
Income Tax Act in Indonesia and provide alternative arrangements to counter tax
avoidance practices. This study uses secondary data from financial statements and Income
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
72
Tax sheets with the analysis technique used is descriptive qualitative. Based on the results
of the study after the application of PMK-169/PMK.010/2015 resulted in additional tax
payments to be paid by taxpayers. The impact given by PMK-169/PMK.010/2015 on tax
revenue has caused the outstanding tax on the corporation to increase to Rp 473,651,185
from Rp 968,335,663 to Rp 1,423,844,779. This research sample is a case study at PT "C",
a company engaged in the business of distributors located in Palembang, South Sumatra.
Keyword : DER, Minister of Finance Regulations, tax avoidance, financial statements,
and Account Representative
Pendahuluan
Sistem pemungutan pajak di Indonesia menganut prinsip self assessment system dimana
sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak (WP) untuk
menghitung/ memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang
seharusnya terutang berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dengan
sistem ini diharapkan menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak.
Namun menurut Setyaji (2005) sistem ini juga membuka adanya kemungkinan
penyimpangan dari wajib pajak untuk tidak melaporkan kewajiban perpajakannya dengan
benar.
Sumber utama pendanaan kegiatan sebuah perusahaan biasanya yaitu dari pemegang
saham (equity financing) dan dari utang (debt financing). Akumulasi laba yang tidak
dibagikan sebagai dividen tetapi ditahan (retained earning) dan setoran modal merupakan
salah satu bentuk dana dari pemegang saham (equity). Sedangkan utang dapat meliputi
utang ke bank jangka pendek maupun jangka panjang, utang kepada pihak-pihak yang
berelasi (affiliated companies) seperti pemegang saham atau perusahaan induk serta utang
dagang ke pihak pemasok barang dan penyedia jasa (supplier/vendor).
Dalam praktiknya pemilihan penggunaan utang lebih banyak digunakan oleh perusahaan
dibandingkan modal karena dapat dijadikan strategi untuk menghemat pajak, meski
pertimbangan antara utang dan modal dalam sebuah perusahaan ada aspek komersial yang
menjadi pertimbangan utama. Hal ini disebabkan terdapat perbedaan perlakuan atas
imbalan modal dalam bentuk dividen dibandingkan dengan imbalan utang dalam bentuk
bunga guna menghitung penghasilan kena pajak. Biaya pinjaman atau bunga dapat menjadi
pengurang penghasilan kena pajak, beda halnya dengan dividen yang bukanlah merupakan
biaya.
Perbedaan perlakuan ini mendorong perusahaan mengambil kebijakan untuk lebih banyak
menyuntik modal kerja kepada anak perusahaannya di negara lain dalam bentuk pinjaman
(debt) daripada penyertaan dalam bentuk modal (equity) agar beban Pajak Penghasilan
pada anak perusahaan akan lebih kecil dengan membiayakan bunga pinjaman. Dalam
perpajakan, hal ini merupakan salah satu modus penghindaran pajak yang disebut thin
capitalization.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
73
Menurut Rahayu (2010) membatasi nilai maksimal biaya utang yang dapat dikurangkan
sangat diperlukan guna menangkal praktik ini atau lebih dikenal dengan kebijakan thin
capitalization rules. Di Indonesia, pemerintah telah merilis Keputusan Menteri Keuangan
nomor 1002/KMK.04/1984 pada tahun 1984 yang mengatur bahwa biaya utang yang dapat
diakui pada utang berbanding struktur modal sebesar 3:1, namun setahun kemudian
pemerintah membekukan peraturan tersebut (Darussalam dan Kristiaji, 2015). Hal ini
disebabkan oleh penurunan perkembangan ekonomi pada tahun 1984. Kemudian,
Kementerian Keuangan kembali merilis Peraturan Menteri Keuangan nomor
169/PMK.010/2015 (selanjutnya PMK169) pada tanggal 09 September 2015 yang
mengatur hal yang sama dengan ketentuan yang berbeda. Pada PMK169 pemerintah
mengatur bahwa perbandingan utang dan struktur modal yang biaya bunganya dapat
dibiayakan sebesar 4:1 (Kementerian Keuangan, 2015). Apabila besarnya perbandingan
antara utang dan modal perusahaan melebihi besarnya perbandingan yang ditentukan oleh
Menteri Keuangan, bunga pinjaman atas utang yang dianggap „excessive‟ itu tidak dapat
dibebankan sebagai pengurang penghasilan. Sementara itu, bagi pemegang saham yang
menerima atau memperoleh bunga tersebut dianggap sebagai dividen yang dikenai pajak.
Dari hasil penelitian terdapat data 17 wajib pajak yang terdaftar pada KPP Pratama
Palembang Ilir Timur yang memiliki rasio DER lebih dari 4. Berdasarkan latar belakang di
atas, peneliti tertarik untuk menggali lebih jauh mengenai permasalahan yang ada dalam
pelaksanaan tugas pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Timur terutama
menganalisis besarnya potensi pajak penghasilan (PPh) yang seharusnya disetorkan oleh
wajib pajak setelah diterapkan PMK 169/PMK.010/2015 terhadap perbandingan utang dan
modal.
Kajian Pustaka dan Hipotesis
2.1. Pengertian Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut Munawir (2007) debt to equity ratio adalah “rasio antara total hutang
dengan total modal sendiri. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari setiap rupiah modal
sendiri yang dijadikan jaminan hutang. Bagi perusahaan makin besar rasio ini akan
semakin menguntungkan.”
Menurut Sutrisno (2003) debt to equity ratio merupakan “imbangan antara hutang yang
dimiliki perusahaan dengan modal sendiri.”
2.2. Dasar Hukum
Pasal 18 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 menyatakan Menteri
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
74
Keuangan berwenang mengeluarkan keputusan mengenai besarnya perbandingan antara
utang dan modal perusahaan untuk keperluan penghitungan pajak berdasarkan Undang-
undang ini. BerdasarkanPeraturan Menteri Keuangan Nomor 169/PMK.010/2015 tentang
Penentuan Besarnya Perbandingan Utang dan Modal Perusahaan untuk Keperluan
Penghitungan Pajak Penghasilan :
(1) “Besarnya perbandingan antara utang dan modal ditetapkan paling tinggi sebesar
empat dibanding satu (4: 1).
(2) Dikecualikan dari ketentuan perbandingan antara utang dan modal adalah :
a. Wajib Pajak bank;
b. Wajib Pajak lembaga pembiayaan;
c. Wajib Pajak asuransi dan reasuransi;
d. Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang pertambangan minyak dan gas
bumi, pertambangan umum, dan pertambangan lainnya yang terikat kontrak bagi hasil,
kontrak karya, atau perjanjian kerjasama pengusahaan pertambangan, dan dalam kontrak
atau perjanjian dimaksud mengatur atau mencantumkan ketentuan mengenai batasan
perbandingan antara utang dan modal;
e. Wajib Pajak yang atas seluruh penghasilannya dikenai Pajak Penghasilan yang
bersifat final berdasarkan peraturan perundang-undangan tersendiri; dan
f. Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang infrastruktur.
(3) Wajib Pajak bank adalah bank sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan di bidang perbankan, dan Bank Indonesia.
(4) Wajib Pajak lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal sebagaimana dimaksud
dalam peraturan perundang-undangan mengenai lembaga pembiayaan.
(5) Wajib Pajak asuransi dan reasuransi adalah perusahaan asuransi, perusahaan
asuransi syariah, perusahaan reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah yang
menjalankan usaha asuransi dan/atau reasuransi sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan mengenai perasuransian.
(6) Dalam hal besarnya perbandingan antara utang dan modal Wajib Pajak melebihi
besarnya perbandingan biaya pinjaman yang dapat diperhitungkan dalam menghitung
penghasilan kena pajak adalah sebesar biaya pinjaman sesuai dengan perbandingan utang
dan modal.
(7) Dalam hal Wajib Pajak mempunyai saldo ekuitas nol atau kurang dari nol, maka
seluruh biaya pinjaman Wajib Pajak bersangkutan tidak dapat diperhitungkan dalam
penghitungan penghasilan kena pajak”.
Metode Penelitian
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
75
3.1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian internship ini, peneliti menggunakan pendekatan metode penelitian
deskriptif kualitatif terkait dengan Laporan Keuangan. Pendekatan ini dipilih karena
peneliti bertolak dari data Laporan Keuangan, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan
penjelasan, dan menginterpretasikan dalam Laporan Keuangan atas pemanfaatan aturan
Debt to Equity Ratio (DER) guna menambah penerimaan pajak pada KPP Pratama
Palembang Ilir Timur, dengan mengumpulkan data terkait wajib pajak yang memiliki rasio
DER lebih dari 4, laporan keuangan wajib pajak dan setoran pajak dari modul penerimaan.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan berlangsung antara bulan Juni sampai dengan Agustus 2019 dan berlokasi
di Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III dan Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV yang merupakan tiga seksi yang bertugas melakukan
pengawasan terhadap wajib pajak di Kantor KPP Pratama Palembang Ilir Timur yang
beralamatkan di Gedung D Keuangan Negara, Jalan Kapten A. Rivai Nomor 4 Palembang.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Analisis atas Subjek Pajak
Berdasarkan informasi pada SIDJP wajib pajak beralamat di Kota Palembang. Berdasarkan data
AHU dari Ditjen AHU Kemenkumham, wajib pajak merupakan perusahaan penanaman modal
dalam negeri Non Fasilitas. Wajib pajak terdaftar sejak tahun 2011 dengan KLU tercatat 46100
(perdagangan besar atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak), namun core business sebenarnya
adalah distributor.
Analisis Komponen Laporan Keuangan
Berdasarkan neraca per 31 Desember 2016 wajib pajak mempunyai hutang dengan jumlah yang
besar tetapi laporan keuangannya tidak diaudit :
Tabel 1. Neraca PT. C per 31 Desember 2016
Uraian Nilai (Rp) Uraian Nilai (Rp)
AKTIVA PASSIVA
Aktiva Lancar Hutang Lancar
Kas 94.941.270 Hutang Usaha 1.796.804.150
Bank 748.241.119 Hutang Ekspedisi 230.549.225
Piutang Dagang 1.012.097.459 Hutang Pajak 9.217.277
Persediaan Barang Dagang 6.432.993.612 Total Hutang Lancar 2.036.570.652
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
76
Sumber
:
Sistem
Informa
si DJP
Berda
sarkan
data
terseb
ut
diketa
hui
bahwa
Debt
Equity
Ratio
wajib
pajak
melebi
hi
perban
dingan
4:1, yaitu sebesar 1198,44% dengan perhitungan sebagai berikut :
DER = Utang
Modal
= Rp 10.181.227.876 = 1198,44%
Rp 849.538.644
Berdasarkan neraca per 31 Desember 2017 wajib pajak mempunyai hutang dengan jumlah
yang besar tetapi laporan keuangannya tidak diaudit :
Tabel 2. Neraca PT. C per 31 Desember 2017
Pajak Dibayar dimuka 17.754.000
Total Aktiva Lancar 8.306.027.460 Hutang Jangka Panjang
Hutang Danamon 1.687.654.498
Aktiva Tetap Hutang Mandiri 4.323.170.503
Tanah dan bangunan 1.886.006.000 Hutang BTPN 1.281.609.998
Dikurangi : Peny. bangunan (201.902.400) Hutang NOBU 852.222.224
Furniture dan equipment 1.120.821.878 Total Hutang Jangka
Panjang 8.144.657.224
Dikurangi : Peny. peralatan (485.992.213)
Kendaraan 933.112.416 MODAL
Dikurangi : Ak. penyusutan (527.306.622) Modal 500.000.000
Total Aktiva Tetap 2.724.739.059 Laba yang ditahan sd 2015 215.803.085
Laba tambahan TA 63.177.667
Laba Tahun Berjalan 70.557.892
Total Modal dan Laba 849.538.644
TOTAL AKTIVA 11.030.766.520 TOTAL PASSIVA 11.030.766.520
Uraian Nilai (Rp) Uraian Nilai (Rp)
AKTIVA PASSIVA
Aktiva Lancar Hutang Lancar
Kas 30.053.800 Hutang Usaha 2.819.982.332
Bank 219.921.272 Hutang Ekspedisi 214.268.108
Piutang Dagang 2.380.382.243 Hutang Pajak 10.288.236
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
77
Sumber
:
Sistem
Informa
si DJP
Berda
sarkan
data
terseb
ut
diketa
hui
bahwa
Debt
Equity
Ratio
wajib
pajak
melebi
hi
perban
dingan 4:1, yaitu sebesar 1260,16% dengan perhitungan sebagai berikut :
DER = Utang
Modal
= Rp 10.746.427.351 = 1260,16%
Rp 852.779.736
Perhitungan DER
Berdasarkan informasi di atas, peneliti membuat perhitungan Debt Equity Ratio (DER)
sesuai PMK-169/PMK.010/2015. Dalam menghitung DER ini, peneliti tidak mendapatkan
data rata-rata hutang dan rata-rata modal. Peneliti menggunakan saldo rata-rata hutang
tahun buku 2016 dibandingkan tahun 2017.
Dalam penelitian atas komponen utang dan modal yang dimiliki wajib pajak tidak ada
catatan atas Laporan Keuangan. Peneliti menggunakan data yang ada untuk melakukan
perhitungan DER.
Perhitungan DER Tahun Pajak 2016 (Saldo Akhir) 1198,44%
Perhitungan DER Tahun Pajak 2017 1260,16%
Rata-rata DER Tahun Pajak 2017 1229,30%
Persediaan Barang Dagang 6.621.665.678 Total Hutang Lancar 3.044.538.676
Pajak Dibayar dimuka 18.141.000
Total Aktiva Lancar 9.270.163.993 Hutang Jangka Panjang
Hutang Danamon 1.437.569.742
Aktiva Tetap Hutang Mandiri 4.354.503.742
Tanah dan bangunan 1.886.006.000 Hutang BTPN 1.384.259.631
Dikurangi : Peny. bangunan (337.140.200) Hutang NOBU 525.555.560
Furniture dan equipment 1.120.821.878 Total Hutang Jk. Panjang 7.701.888.674
Dikurangi : Peny. peralatan (608.948.731)
Kendaraan 933.112.416 MODAL
Dikurangi : Ak. penyusutan (664.808.269) Modal 500.000.000
Total Aktiva Tetap 2.329.043.094 Laba yang ditahan sd 2015 349.538.644
Dikurangi : PPh 2016 (17.952.125)
Laba Tahun Berjalan 21.193.217
Total Modal dan Laba 852.779.736
TOTAL AKTIVA 11.599.207.086 TOTAL PASSIVA 11.599.207.086
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
78
Berdasarkan PMK-169/PMK.010/2015 DER wajib pajak pada Tahun Pajak 2017 melebihi
DER paling tinggi yang diperkenankan = 4:1 (empat dibanding satu). Karena besar DER wajib
pajak melebihi biaya pinjaman yang dapat diperhitungkan dalam menghitung penghasilan kena
pajak = 4/12,29 x biaya pinjaman dengan perhitungan sebagai berikut :
Tabel 3. Perhitungan DER wajib pajak
NO Uraian Nilai (Rp/ Persentase)
1 Jumlah Hutang 10.746.427.351
2 Saldo rata-rata DER 1229,30%
3 Biaya Pinjaman 232.825.248
4 Perhitungan biaya pinjaman yang dapat
diperhitungkan
(4/12,29) x Rp
232.825.248
5 Jumlah biaya yang dapat diperhitungkan 75.777.135
Sumber : Data Olahan
Berdasarkan hal tersebut, biaya pinjaman dilakukan koreksi fiskal sebesar Rp 157.048.113
dengan perincian sebagai berikut :
Biaya Pinjaman cfm SPT Tahunan PPh Badan 232.825.248
Biaya Pinjaman yang dapat diperhitungkan 75.777.135
Koreksi Fiskal Positif 157.048.113
Tabel 4. Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang Tahun 2017
Uraian cfm WP (Rp) cfm Fiskus
(Rp)
Koreksi
(Rp)
Peredaran usaha 8.657.297.063 8.657.297.063 -
HPP 7.234.987.590 7.234.987.590 -
Biaya usaha lainnya 1.661.086.371 1.504.038.258 157.048.113
Penghasilan netto dari usaha (238.776.898) (81.728.785) 157.048.113
Penghasilan dari luar usaha 261.004.814 261.004.814 -
Biaya dari luar usaha (1.034.699) (1.034.699) -
Penghasilan netto dari luar usaha 259.970.115 259.970.115 -
Jumlah 21.193.217 178.241.330 157.048.113
Penghasilan neto komersial luar negeri - - -
Jumlah penghasilan neto komersial 21.193.217 178.241.330 157.048.113
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
79
Sumber
: Data
Olahan
Berdas
arkan
tabel
di atas,
dapat
disimp
ulkan
pengha
silan
kena
pajak wajib pajak setelah adanya penerapan PMK-169/PMK.010/2015 mengalami penambahan
sebesar Rp 157.048.000 yang diakibatkan pengurangan biaya pinjaman yang dapat dibebankan. Hal
ini berpengaruh terhadap PPh terutang bertambah sebesar Rp 28.377.680. Untuk menghindari
utang pajak semakin bertambah perusahaan dapat melakukan revaluasi aktiva tetap untuk
menambah modal sehingga angka Debt Equity Ratio yang didapat akan semakin kecil. Selain
revaluasi, perusahaan dapat mencatat deviden ataupun utang lainnya kepada pemegang saham
sebagai akun utang yang memiliki hubungan istimewa, sehingga jumlah utang tersebut akan
menambah pada sisi modal.
Berdasarkan analisis data sekunder berupa Laporan Keuangan, kepatuhan pelaporan dan
pembayaran pajak dengan menggunakan batasan Debt to Equity Ratio yang telah ditetapkan di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak terhadap 17 wajib pajak yang memiliki rasio DER lebih dari
4 yang terdaftar pada KPP Pratama Palembang Ilir Timur dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 5. Pajak Penghasilan Terutang setelah Penerapan PMK-169
No Nama
WP
Rasio Sebelum PMK 169
(Rp.)
Setelah PMK 169
(Rp.)
Selisih
(Rp.)
1 PT. A 12.63 5,089,595 19,462,588 14,372,993
3 PT. C 12.60 18,142,069 46.519.749 28.377.680
4 PT. D 6.68 52,269,884 187,251,379 134,981,495
6 PT. F 9.79 23,804,832 43,655,882 19,851,050
7 PT. G 7.19 60,592,658 80,547,084 19,954,426
8 PT. H 9.51 - 89,225,250 89,225,250
9 PT. I 4.54 82,743,057 151,223,076 68,480,019
10 PT. J 6.33 32,933,670 75,184,358 42,250,688
11 PT. K 8.81 252,721,568 278,444,307 25,722,739
Penghasilan yang dikenai PPh final (5.165.814) (5.165.814)
Penyesuaian fiskal positif 84.375.415 84.375.415
Penyesuaian fiskal negatif - -
Penghasilan neto fiskal 100.402.818 257.450.931 157.048.113
Kompensasi kerugian fiskal - -
Penghasilan kena pajak 100.402.000 257.450.000 157.048.000
PPh terutang (pasal 17) 18.142.069 46.519.749 28.377.680
Kredit pajak - -
PPh yang dibayar sendiri 18.141.000 18.141.000
PPh Kurang/ Lebih bayar 1.069 28.378.749 28.377.680
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
80
13 PT. M 4.03 189,490,000 210,324,750 20,834,750
14 PT. N 4.30 196,846,970 228,016,744 31,169,774
15 PT. O 5.08 52,915,577 57,345,484 4,429,907
16 PT. P 4.15 785,783 3,163,877 2,378,094
TOTAL 968,335,663 1,423,844,779 473,651,185
2 PT. B 13.67 (1,646,225,692) (571,064,075) (1,075,161,617)
5 PT. E 5.95 (7,601,431,390) (4,572,465,426) (3,028,965,964)
12 PT. L 5.89 (361,802,462) (116,052,462) (245,750,000)
17 PT. Q 4.69 (5,540,198,764) (3,577,398,606) (1,962,800,158)
TOTAL (15,149,658,308) (8,836,980,569) (6,312,677,739)
Sumber : Data Olahan
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa setelah adanya penerapan PMK-
169/PMK.010/2015 mengakibatkan penambahan atas pembayaran pajak yang harus dibayar oleh
wajib pajak. Dampak yang diberikan PMK-169/PMK.010/2015 terhadap penerimaan pajak
mengakibatkan pajak badan terutang bertambah besar hingga Rp 473.651.185 dari sebelumnya Rp
968.335.663 menjadi Rp 1.423.844.779.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam laporan internship ini terkait dengan pemanfaatan
aturan Debt to Equity Ratio dalam menambah penerimaan pajak bagi KPP Pratama Palembang Ilir
Timur maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
PMK-169/PMK.010/2015 dalam penerapannya mempunyai kegunaan dan fungsi yang baik untuk
digunakan oleh Account Representative sebagai alat perbandingan utang dan modal perusahaan
yang dibatasi sebesar 4:1. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa setelah adanya
penerapan PMK-169/PMK.010/2015 mengakibatkan penambahan atas pembayaran pajak yang
harus dibayar oleh wajib pajak. Dampak yang diberikan PMK-169/PMK.010/2015 terhadap
penerimaan pajak menghasilkan penambahan pajak badan terutang sebesar Rp 473.651.185 dari
sebelumnya Rp 968.335.663 menjadi Rp 1.423.844.779.
Penerapan PMK-169/PMK.010/2015 pada PT “C” dengan perhitungan Debt Equity Ratio
diperoleh hasil 12:1. Besarnya perbandingan ini melebihi perbandingan pada aturan PMK-
169/PMK.010/2015. Sehingga biaya pinjaman yang terdapat pada PT “C” harus dikoreksi.
Besarnya biaya pinjaman yang dapat dibebankan adalah sebesar Rp 75.777.135, dan sisanya Rp
157.048.113 harus dikoreksi sebagai penambah laba. Hal ini mengakibatkan penghasilan kena
pajak menjadi Rp 257.450.931. Penambahan penghasilan kena pajak, mengakibatkan PPh terutang
bertambah sebesar Rp 28.377.680 dari jumlah PPh terutang sebelum diterapkannya aturan ini.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
81
Adapun saran-saran yang dapat diberikan sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut :
Guna memberikan dampak yang positif baik bagi pendapatan negara maupun bagi perusahaan itu
sendiri DJP dapat melakukan studi banding dengan negara lain mengenai aturan pembatasan utang.
Ada baiknya mengimplementasikan kombinasi antara DER dengan arm‟s length test seperti yang
sudah diaplikasikan di Tiongkok. Wajib Pajak masih memiliki kesempatan untuk mengurangi biaya
pinjaman dalam penghasilan kena pajak selama dapat membuktikan bahwa rasio utang terhadap
modalnya wajar jika dibandingkan dengan perusahaan lain sejenis walaupun perbandingan utang
dan modalnya melebihi 4:1.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) perlu dipertimbangkan untuk dikecualikan
oleh Menteri Keuangan dari ketentuan DER sebab banyak perusahaan kecil dalam kegiatan
usahanya memerlukan modal baik dari perbankan maupun perusahaan pembiayaan
(leasing company). Hal ini disebabkan perusahaan UMKM biasanya memiliki modal yang
terbatas untuk memulai usahanya, bukan untuk kepentingan penghindaran pajak.
Daftar Pustaka
Darussalam dan B. Bawono Kristiaji. 2015. Telaah Konstruktif Debt to Equity Ratio di
Indonesia. LXXXI (4), 1–10.
Munawir. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Liberty : Yogyakarta.
Rahayu, Siti Kurnia. 2010. PERPAJAKAN INDONESIA : Konsep dan Aspek Formal.
Graha Ilmu : Yogyakarta.
Republik Indonesia. 2007. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan. Lembaran Negara RI Tahun 2007, No. 85. Sekretariat
Negara. Jakarta.
______ 2008. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Lembaran Negara RI Tahun 2008, No. 133. Sekretariat Negara. Jakarta.
______ 2015. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 169/PMK.010/2015 tentang Penentuan
Besarnya Perbandingan Antara Utang Dan Modal Perusahaan Untuk Keperluan
Penghitungan Pajak Penghasilan. Berita Negara RI Tahun 2015, No. 1351. Sekretariat
Negara. Jakarta.
Setyaji, Gunawan dan Hidayat Amir. 2005. Evaluasi Kinerja Sistem Perpajakan Indonesia.
Jurnal Ekonomi Universitas Indonesia Esa Unggul Jakarta, November 2005.
Sutrisno. 2003. Manajemen Keuangan Teori Konsep dan Aplikasi. Ekonisia : Yogyakarta.
Profil Penulis
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
82
Eko Sulistyo Kurniawan adalah Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Palembang Ilir Timur. Lahir di Jakarta pada tanggal 25 September 1984. Ia
meraih gelar Diploma III pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Jakarta pada
tahun 2005 dan meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Tridinanti Palembang
pada tahun 2011. Minat penelitiannya termasuk manajemen keuangan. Penulis dapat
dihubungi di email : [email protected].
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
83
PENERAPAN KEBIJAKAN IZIN KENDARAAN BARANG MELINTAS
MASUK DI JALAN KOTA
Syailendra Oktosa
Program Magister Manajemen Sumber Daya Manusia, Universitas Bina Darma
email : [email protected]
Abstract
Increasing population growth is quite rapid in OKI Regency, this has led to an increase in demand,
both human and goods transportation, Facing this condition, accelerated by transportation and
infrastructure by the Government. The problem that occurs is a traffic jam caused by the
transportation of goods, loading and unloading trucks on the curb. The OKI Regency Government
through the Department of Transportation has issued a permit regulation for trucks passing on
street Kayuagung City, but still the traffic cannot be denied. This research recommends providing
solutions to past congestion. Data collection uses observation and interviews. The results of the
analysis show that truck sales movements contributed greatly to the decline in the performance of
Kayuagung City. Thus, it is denied that there is a need for a concept of change to the current
vehicle permit policy.
Keywords: Application of policies, road performance, congestion.
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan wilayah mengakibatkan adanya laju pertumbuhan penduduk
dan pertumbuhan ekonomi yang setiap tahunnya meningkat. Tingginya pertumbuhan ekonomi pada
suatu kota, memberikan dampak yang sangat besar terhadap perkembangan suatu kota, terutama
dampak terhadap sistem jaringan transportasi yang ada di kota, sehingga kebutuhan akan
pergerakan lalu lintas pun akan semakin meningkat, yang pada gilirannya akan menimbulkan
beberapa permasalahan perkotaan, khususnya transportasi (Tamin O.Z., 2000).
Demi memenuhi kebutuhan manusia yang semakin hari semakin meningkat maka
dibutuhkannya kegiatan perpindahan barang yang efektif cepat dan efisien. Pasalnya, masih
tingginya permintaan tarikan dan tujuan barang maka diperlukan jaringan infrastruktur yang
memadai dan terintegrasi untuk dapat memfasilitasi distribusi barang secara efisien. Memang tidak
dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi angkutan barang sangatlah pesat baik itu dengan
mengunakan moda transportasi darat, laut maupun udara, begitu juga distribusi barang dari
produsen ke konsumen bahkan kepada konsumen di pelosok daerah pun sudah terjangkau.
Transportasi barang di Kota Kayuagung masih didominasi oleh angkutan jalan, khususnya
menggunakan truk. Permasalahan yang terjadi di Kota Kayuagung adalah tidak adanya prasarana
terminal barang. terminal barang merupakan prasarana transportasi jalan untuk keperluan
membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra dan/ atau antar moda transportasi
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
84
(Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi jalan).
Akibat tidak adanya terminal barang di Kota Kayuagung truk melakukan bongkar muat di tepi
jalan, Padahal itu tidak boleh dan sangat berbahaya bagi pengguna jalan serta juga dapat
menyebabkan tundaan lalu lintas.
Jalan Merdeka, Kota Kayuagung merupakan jalan yang dipadati dengan aktifitas usaha
(Toko) yang tidak mempunyai gudang. Di tepi jalan ini truk sering melakukan bongkar muat,
Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir tidak bisa tegas dalam melihat penomenal ini. Hal ini
dikarenakan Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir belum bisa menyediakan terminal barang
bagi kendaraan barang dikarenakan tidak adanya anggaran.
Undang - Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang LLAJ menyatakan bahwa negara
bertanggung jawab atas lalu lintas dan angkutan jalan dan pembinaannya dilaksanakan oleh
Pemerintah, yang meliputi perencanaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan. Pemerintah
Kabupaten Ogan Komering Ilir melalui Dinas Perhubungan Kabupaten Ogan Komering Ilir
memberikan suatu kebijakan izin dalam mengatur kendaraan barang yang ingin masuk di Jalan
Kota Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Izin masuk kota adalah izin yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan, diberikan bagi
kendaraan barang yang akan melintas masuk melalui jalan Kota Kayuagung dan juga mengatur
waktu operasional bagi kendaraan barang yang akan melakukan bongkar muat.di jalan Kota
Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir. Khusus kendaraan barang yang tidak ada keperluan
dalam Kota Kayuagung atau hanya melintas ke Kota Palembang atau Lampung telah di siapkan
jalur khusus untuk dilalui. Izin masuk kota ini diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Ogan
Komering Ilir Nomor 31 Tahun 2010 dan Peraturan Bupati Ogan Komering Ilir Nomor 8 Tahun
2011.
Dinas Perhubungan Kabupaten Ogan Komering Ilir dalam hal ini sudah menjalankan
fungsinya dalam penerapan kebijakan izin tersebut yakni pembinaan, pengawasan dan pemberian
sanksi, namun kenyataannya kemacetan tidak bisa dihindari. Memperhatikan kenyataan tersebut
menggugah peneliti untuk mengangkat masalah terhadap “Penerapan kebijakan izin kendaraan
barang melintas masuk di Jalan Kota”
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi dan kinerja ruas
Jalan Merdeka Kota Kayuagung dengan adanya kebijakan izin masuk kota kendaraan barang dan
mengetahui pengawasan Dinas Perhubungan Kabupaten Ogan Komering Ilir terhadap kebijakan
izin masuk kota kendaraan barang.
KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 KAJIAN LITERATUR
Pengertian Penerapan kebijakan
Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabartier (dalam Abdul Wahab, 2007) menjelaskan bahwa
implementasi yakni pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk Undang-
Undang namun bisa pula berbentuk perintah atau keputusan eksekutif yang penting atau keputusan
badan peradilan. Lazimnya keputusan itu mengidentifikasikan masalah-masalah yang ingin dicapai
dan berbagai cara untuk menstrukturkan proses implementasinya. Proses ini berlangsung setelah
melalui sejumlah tahapan tertentu, biasanya diawali dengan tahapan pengesahan undang-undang
kemudian output kebijakan dalam bentuk pelaksanaan keputusan oleh badan (instansi) pelaksana,
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
85
dan akhirnya perbaikan-perbaikan penting terhadap Undang-Undang atau peraturan yang
bersangkutan.
Pengertian Transportasi
Pengertian transportasi menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 3 tentang lalu lintas
dan angkutan jalan menyatakan:
Terwujudnya pelayanan Lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan
terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan
kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung
tinggi martabat bangsa;
Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan
Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.
Pengertian Sistem Transportasi
Menurut Haerany H.G.,(2013), sistem transportasi adalah suatu bentuk keterikatan antara
penumpang, barang, sarana dan prasarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan orang atau
barang yang tercakup dalam tatanan baik secara alami maupun buatan. Dengan kata lain sistem
transportasi diselenggarakan dengan maksud untuk mengkordinasikan proses pergerakan
penumpang dan barang dengan cara mengatur komponen-komponennya yaitu prasarana sebagai
media dan sarana sebagai alat yang digunakan dalam proses yang digunakan dalam proses
transportasi, yang bertujuan agar proses transportasi penumpang dan barang dapat dicapai secara
optimun dalam ruang dan waktu tertentu dengan pertimbangan faktor keamanan, kenyamanan,
kelancaran dan efesiensi atas waktu dan biaya.
Pengertian Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapan yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan
tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel. (UU N0. 38 Tahun 2004).
Pengertian Tentang Kemacetan Lalu Lintas
Jika arus lalu lintas mendekati kapasitas, kemacetan mulai terjadi. Kemacetan semakin meningkat
apabila arus begitu besarnya sehingga kendaraan sangat berdekatan satu sama lain. Kemacetan total
apabila kendaraan harus berhenti atau bergerak lambat (Tamin O.Z., 2000).
Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi
kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati
atau melebihi 0 km/jam sehingga menyebabkan terjadinya antrian. Pada saat terjadinya kemacetan,
nilai derajat kejenuhan pada ruas jalan akan ditinjau dimana kemacetan akan terjadi bila nilai
derajat kejenuhan mencapai lebih dari 0,5 (MKJI, 1997).
Kemacetan apabila ditinjau dari tingkat pelayanan jalan (Level of Service), pada saat LOS < C,
kondisi arus lalu lintas mulai tidak stabil, kecepatan operasi menurun relatif cepat akibat hambatan
samping yang timbul dan kebebasan bergerak relative kecil. Pada kondisi ini volume-kapasitas
lebih besar atau sama dengan 0,8 ( V/C > 0,8 ) dan pada akhirnya nilai LOS sudah mencapai tingkat
pelayanannya, maka aliran lalu lintas menjadi tidak stabil sehingga terjadi tundaan berat, yang
disebut kemacetan lalu lintas (Tamin O.Z., 2000).
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
86
Pengertian Strategi Pengawasan
Menurut Widodo (2016) strategi pengawasan yaitu menetapkan siapa yang melaksanakan,
bagaimana SOP dalam melaksanakan pengontrolan/ Pengawasan, bagaimana mengenai anggaran
dan peralatan yang diperlukan serta bagaimana jadwal pelaksanaan pengawasan.
2.2. Penelitian terdahulu berkaitan tentang penelitian yang mengenai penerapan dan
pengawasan kebijakan izin kendaraan barang terhadap kinerja jalan.
a. Penelitian yang dilakukan oleh Panahatan Marpaung (2017) Analisis Hambatan
Samping Sebagai Akibat Penggunaan Lahan Sekitarnya terhadap Kinerja Jalan Juanda di Kota
Bekasi. Hasil Penelitiannya bahwa hambatan samping memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap kinerja jalan di Jalan Juanda di Kota Bekasi 17,28 % hal tersebut mempengaruhi
penurunan kinerja jalan akibat aktifitas penggunaan lahan di sekitarnya.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Irfan Saputra (2017) Efektifitas
Pengawasan Angkutan Barang (studi kasus di Dinas Perhubungan Provinsi Lampung). Hasil
Penelitiannya bahwa fungsi pengawasan angkutan barang oleh Dinas Perhubungan Provinsi
Lampung melalui pengawasan secara langsung dan pengawasan secara tidak langsung masih
kurang efektif karena pada pelaksanaannya masih ada praktik pungutan liar, baik secara langsung
maupun dengan menggunakan koin terhadap pengemudi angkutan barang yang mengalami
kelebihan muatan.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian
deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan dimulai dari Bulan Mei sampai Bulan Juli Tahun
2019. Tempat penelitian dilaksanakan di Kantor Dinas Perhubungan Kabupaten Ogan Komering
Ilir dan di Jalan Merdeka, Kota Kayuagung. Tehnik Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilaksanakan dengan cara observasi lapangan menggunakan survey traffic counting kendaraan,
survey dilakukan selama 12 Jam di hari senin (hari sibuk) pada pukul 06.00 WIB selesai pada
pukul 18.00 WIB, survey ini merupakan bahan dasar dalam analisis kinerja ruas jalan dengan
adanya penerapan kebijakan izin kendaraan barang. Selain observasi juga menggunakan
wawancara dengan key informan yang dipilih untuk mengetahui sejauh mana pengawasan dalam
penerapan kebijakan, Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kepala
Bidang Lalu Lintas Angkutan Jalan dipilih sebagai key informan dikarenakan memiliki pengaruh
dalam penerapan kebijakan izin tersebut. Data lainnya diperoleh dari dari instansi atau lembaga
yang terkait mengenai objek yang akan diteliti. Seperti peraturan, jumlah pegawai, jumlah
kependudukan, jumlah kendaraan yang mengurus izin dan data lainnya yang dibutuhkan dalam
penelitian.Teknik analisis data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis kuantitatif
dengan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997. Teori ini digunakan untuk
mengetahui kondisi dan kinerja ruas Jalan Merdeka, Kota Kayuagung terhadap kebijakan izin
masuk kota kendaraan barang dan untuk mengetahui tentang pengawasan, peneliti menggunakan
wawancara dengan pedoman wawancara berdasarkan teori strategi pemantauan pengawasan dalam
bukunya analisis kebijakan publik, Widodo (2016) yakni membahas diantaranya Pelaku Kontrol
Pelaksana Kebijakan, Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengawasan, Sumber Daya Keuangan
dan Peralatan dan jadwal pelaksanaan Kontrol.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
87
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa puncak pergerakan lalu
lintas kendaraan di Jalan Merdeka, Kota Kayuagung terjadi pada sore hari, tepatnya pukul 16.00-
17.00 WIB , terlihat dari hasil traffic counting kendaraan pada Grafik dibawah ini :
0
500
1000
1500
2000
2500
06
.00 - 0
7.00
07
.00 - 0
8.00
08.00 - 09.00
09.00 - 10.00
10.00 - 11.00
11.00 - 12.00
12.00 - 13.00
13.00 - 14.00
14.00 - 15.00
15.00 - 16.00
16
.00 - 1
7.00
17
.00 - 1
8.00
Jum
lah
Ken
da
raa
n
Sumber : Hasil Survey Traffic Counting Jalan Merdeka, 2019
Berdasarkan hasil analisis kinerja ruas jalan merdeka dengan metode MKJI (1997), didapat hasil
bahwa derajat kejenuhan di Jalan Merdeka, Kota Kayuagung mencapai tingkat pelayanan „D‟
(Arus tidak mendekati stabil, kecepatan masih dikendalikan).
Dari hasil wawancara berdasarkan pedoman wawancara menurut teori strategi pemantauan
pengawasan Joko Widodo (2016) mengenai pengawasan kebijakan izin kendaraan barang adalah
sebagai berikut :
Pelaku Kontrol Pelaksana Kebijakan
Dalam pelaksanaan pengawasan terhadap kebijakan izin masuk kota kendaraan barang, pelaku
pengawasan yakni Dinas Perhubungan Kabupaten Ogan Komering Ilir bekerja sama dengan Satuan
Kepolisian OKI
Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kabupaten OKI yakni adanya Pos
Pengawasan dengan langsung turun kelapangan dengan cara mengawasi kendaraan barang yang
akan masuk ke Kota Kayuagung, sedangkan untuk kendaraan yang belum memiliki izin masuk
kota, dihimbau untuk membuat izin masuk kota.
Kendala yang dimiliki oleh Dinas Perhubungan Kab. OKI dalam melaksanakan pengawasan yakni
tidak mengawasi ketika truk akan melakukan bongkar muat di tepi jalan atau tidak mengatur lalu
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
88
lintas ketika waktu dispensasi operasional truk bongkar muat. Dari segi anggaran juga merupakan
kendala dalam memaksimalkan pengawasan kebijakan izin masuk kota.
Dinas Perhubungan telah melakukan sosialisasi terhadap Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati
Perihal Izin Trayek Kendaraan.
Pihak toko mengeluhkan waktu operasional bongkar muat jika pada malam hari.
Standar Operasional Prosedur Pengawasan
Dinas Perhubungan OKI memiliki Standar Operasional Prosedur dalam melaksanakan
pengawasan dan sudah memenuhi SOP yang ada.
Dinas Perhubungan OKI dalam menilai kinerja pegawai menggunakan absensi kehadiran
dengan alat bantu Handy Talkie dan laporan via aplikasi whats App.
Pada Tahun ini Dinas Perhubungan OKI belum pernah memberikan Sanksi kepada
Pegawai yang bandel akan tetapi apabila terdapat pegawai yang bandel, Dinas Perhubungan
memberikan surat peringatan bahkan pemberhentian pegawai sedangkan untuk sanksi yang
diberikan kepada truk yang melanggar aturan yakni diberikan surat tilang.
Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
Anggaran yang dimiliki Dinas Perhubungan Kab. OKI dalam pengawasan kebijakan izin
masuk kota kendaraan barang belum memadai.
Dari segi peralatan juga belum memadai dikarenakan peralatan yang digunakan oleh Tim
Satuan Petugas masih kurang, seperti handy talkie, Motor Dinas Patroli dan mobil derek.
Jadwal Pelaksana Pengawasan
Jadwal dalam pengawasan yang terdapat di Dinas Perhubungan Kab. OKI yakni untuk pos
pengaawasan setiap hari kecuali pada hari minggu, untuk jadwal razia gabungan sudah tertuang
dalam program dokumen pelaksanaan anggaran.
Dalam melaksanakan pengawasan Dinas Perhubungan Kabupaten OKI sudah
melaksanakan pengawasan sesuai dengan jadwal yang sudah ada dalam program dokumen
pelaksanaan anggaran.
5. SIMPULAN
Dari hasil analisis dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Puncak pergerakan lalu lintas kendaraan di Jalan Merdeka, Kota Kayuagung terjadi pada sore hari,
tepatnya pukul 16.00-17.00 WIB, Berdasarkan dari beberapa analisis, didapat hasil bahwa derajat
kejenuhan di Jalan Merdeka, Kota Kayuagung mencapai tingkat pelayanan „D‟ (Arus tidak
mendekati stabil, kecepatan masih dikendalikan).
Dinas Perhubungan Kabupaten Ogan Komering Ilir menetapkan waktu dispensasi bongkar muat
pada pukul 15.00 – 04.00 WIB. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, tentunya penerapan kebijakan
izin kendaraan barang tidak bisa mengatasi kemacetan lalu lintas.
Dalam mengurangi kemacetan lalu lintas, peneliti memberikan saran untuk adanya perubahan
pengaturan jadwal operasi waktu untuk truk bongkar muat, yaitu dilakukan pada saat waktu volume
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
89
kendaraan tidak terlalu padat yakni pada jam 12.00-15.00 dan pada jam 18.00 – 04.00 WIB dan
diberlakukan juga pembagian hari operasi untuk truk yang akan bongkar muat .
Mengenai Pengawasan Kebijakan Izin Kendaraan Barang oleh Dinas Perhubungan Kab. OKI,
maka dapat disimpulkan bahwa Dinas Perhubungan Kab. OKI sudah menunjukan adanya
pengawasan terhadap penerapan kebijakan kendaraan barang yang akan melintas di Kota
Kayuagung akan tetapi pengawasan tersebut dirasakan kurang optimal.
Adapun buktinya adalah berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan teori pengawasan
menurut widodo (2016) sebagai alat analisis dan temuan-temuan di lapangan sebagai berikut :
Dalam pelaksanaan pengawasan Kebijakan izin kendaraan barang, Pelaku pengawasan
yaitu Dinas Perhubungan Kab. OKI dan bekerja sama dengan Kepolisian OKI.
Dinas Perhubungan Kab. OKI memiliki SOP dalam melaksanakan pengawasan dan sudah
melaksanakan sesuai dengan SOP yang ada.
Dinas Perhubungan Kab. OKI dalam melaksanakan pengawasan memaksimalkan anggaran
yang ada, untuk pelaksanaan pengawasan masih terdapat kekurangan dari segi SDM dan Peralatan
yang berkaitan dalam pelaksanaan pengawasan kebijakan.
Jadwal yang terdapat di Dinas Perhubungan Kab. OKI yakni setiap hari kecuali hari
minggu untuk kegiatan pos pengawasan, satu sebulan sekali untuk jadwal razia gabungan, sesuai
dengan tercantum dalam dokumen pelaksanaan anggaran 2019.
Dalam mengurangi kemacetan lalu lintas, peneliti memberikan saran dari segi pengawasan yakni
adanya pengawasan ketika truk melakukan bongkat muat di tepi jalan, sejauh ini petugas hanya
memeriksa kendaraan barang yang akan masuk dan mengatur jam masuk truk yang akan bongkar
muat di Pos Pengawasan, akan tetapi petugas tidak mengawasi dan mengatur lalu lintas ketika truk
bongkar muat di tepi jalan. Hal ini perlu dilakukan dalam kelancaran lalu lintas kendaraan.
Disamping itu juga dari segi sumber daya keuangan dan peralatan, juga diharapkan agar lebih
memfokuskan dan merencanakan apa saja yang dibutuhkan untuk pengawasan.
Peneliti juga memberikan saran supaya nantinya kedepan ada penelitian lebih lanjut untuk
menganalisa pelabaran ruas jalan terhadap peningkatan kinerja ruas jalan di Jalan Merdeka, Kota
Kayuagung. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk setiap tahun bertambah, maka sangat diperlukan
dukungan transportasi dari aspek sarana dan prasarana.
6. REFERENSI
[1] Haerany, Henny G, 2013. Transportasi perkotaan, Alauddin University Pres.
Makassar.
[2] Handoko, T. Hani.1986. Manajemen edisi 2. Yogyakara:BPFE.
[3] Hidayat, Syah. 2010. Pengantar Umum Metodologi Penelitian Pendidikan
Pendekatan Verifikatif. Pekanbaru:Suska Pres.
[4] Indonesian Highway Capacity Manual (IHCM), 1997. Departemen Pekerjaan
Umum, Direktorat jenderal bina Marga
[5] Kasiram, Mohammad. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif – Kualitatif.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
90
Malang : UIN Malang Press.
[6] Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal
Transportasi Jalan
[7] Panahatan, Marpaung. 2017. Analisis Hambatan Samping Sebagai Akibat
Penggunaan Lahan Sekitarnya terhadap Kinerja Jalan Juanda di Kota Bekasi.
[8] Peraturan Bupati Ogan Komering Ilir Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Petunjuk
Teknis Pemberian Izin Angkutan Barang Tanggal 21 Januari 2011.
[9] Peraturan Bupati Ogan Komering Ilir Nomor 93 Tahun 2016 tentang Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Perhubungan Kabupaten
Ogan Komering Ilir.
[10] Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir Nomor 31 Tahun 2010
Tentang Retribusi Izin Angkutan Barang dan Penumpang Tanggal 15
Desember 2010.
[11] Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Terpadu di Daerah.
[12] Saputra, Irfan. 2017. Efektifitas Pengawasan Angkutan Barang (studi kasus di
Dinas Perhubungan Provinsi Lampung).
[13] Sweroad dan P.T. Bina Karya (Persero), Manual Kapasitas Jalan Indonesia,
Direktorat Jenderal Bina Marga dan Direktorat Bina Jalan Kota, 1997.
[14] Tamin, Z. Ofyar. 2000. Perencanaan dan Permodelan Transportasi, Penerbit
ITB, Bandung.
[15] Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan
Jalan.
[16] Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan.
[17] Wahab, Abdul, 2007. Keberadaan Indonesia di Mata Dunia. Bandung:
Alfabeta.
[18] Widodo, Joko. 2016. Analisis Kebijakan Publik. Malang : Mayumedia
Publishing.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
91
PENERAPAN PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP
PENGGAJIAN PADA BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN
SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG MUSI PALEMBANG
Rosma Novianti
Pascasarjana Ilmu Manajemen, Universitas Bina Darma, Palembang
ABSTRACT
Payroll reward remuneration provided to employes. The payout work performed under the
adreement that has been agreed upon. Payroll system can run well where has the elements
of internal control system. Internal control system is a series of policies anad procedures
created to provide reasonable assurance. The purpose of this study is to design a payroll
accounting system that helps the internal control process in the payroll system and also
overcome the problem of salary data processing. The research methodology used is a
descriptive qualitative research with a type of case study. In qualitative research data
collected through interview data, field notes, personal documents, notes, memos, and other
documents.
Keyword : the system of internal control, payroll
PENDAHULUAN
Gaji merupakan imbalan yang diberikan kepada pegawai secara tetap perbulan, atas
tanggung jawab pekerjaan yag telah dijalankan selama mereka bekerja. Gaji yang
dibayarkan kepada pegawai akan dihitung berdasarkan jabatan yang diberikan beserta
tunjangan yang mereka terima dan dikurangi jumlah potongan-potongan terkait dengan
pembayaran gaji. Untuk melakukan perhitungan serta pembayaran gaji pegawai
dibutuhkan suatu sistem agar prosedur penggajian yang berjalan sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Informasi yang berkaitan dengan kegiatan pembayaran gaji antara lain jam kerja, jam
lembur, dan penggolongan gaji karyawan, agar dapat diketahui tingkat efektivitas
usahanya. Untuk menghindari dan mencegah penyelewengan, maka diperlukan suatu
sistem pengendalian intern, dengan demikian manajemen perusahaan dapat mengetahui
jika terjadi penyimpangan yang merugikan manajemen perusahaan. Sistem pengendalian
internal sangat berguna bagi manajer maupun dewan-dewan direksi untuk mengambil
suatu keputusan dalam menjalankan suatu usahanya. Sistem pengendalian internal disini
merupakan sistem untuk mengolah sumber daya yang ada dengan semaksimal mungkin
untuk memperoleh keuntungan bagi perusahaan tersebut. Sumber daya manusia merupakan
salah satu sumber daya yang dapat dimanfaatkan oleh suatu perusahaan demi
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
92
kelangsungan suatu usaha. Sumber daya manusia sangat berperan penting dalam
menentukan apakah perusahaan dapat mencapai tujuan usahanya dengan baik.
Balai Pengolahan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi Palembang adalah salah
satu instansi pemerintah yang mempunyai kebijakan membangun sumber daya hutan dan
lahan yang berbasis pada masyarakat sebagai kesatuan ekosistem dan kesatuan
pengelolaan dengan mengacu pada DAS (Daerah Aliran Sungai). Sistem pengelolaan data
gaji pegawai merupakan kebutuhan yang sangat diperlukan untuk mengetahui daftar gaji
pegawai pada kantor Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi
Palembang.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana penerapan pengendalian internal
terhadap penggajian pada Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung
Musi Palembang
METODE PENELITIAN
Penelitian ini di lakukan di Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung
Musi di Jalan Kol. H. Burlian Km 6,5 Palembang. Penelitian yang dilakukan secara
penelitian deskriptif kualitatif, dengan jenis penelitian berupa studi kasus. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara :
Data Primer didapatkan dari observasi (Pengumpulan data melalui observasi didapat
dangan cara mengamati dan mencatat terhadap temuan di lapangan dengan melihat laporan
daftar penggajian serta data penunjang dalam menganalisa masalah yang dibahas) dan
wawancara (pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subjek
penelitian. Wawancara dilakukan langsung kepada staf bagian keuangan dan bagian
kepegawaian Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi
Palembang)
Data sekunder didapatkan melalui sumber-sumber lain diluar objek yang diteliti seperti
studi kepustakaan. Data ini diperoleh dari gambaran umum perusahaan, struktur organisasi
dan pembagian tugas, buku-buku teks literatur mengenai sistem pengendalian internal
dalam akuntansi penggajian, laporan daftar penggajian, dan sistem penggajian Balai
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi Palembang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Sistem Penggajian Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung
Musi
Prosedur sistem penggajian pada Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan
Lindung Musi meliputi perhitungan gaji yang melibatkan bagian seksi Tata Usaha (TU)
Kepegawaian, fungsi akuntansi, dan fungsi keuangan.
Seksi TU kepegawaian. Bagian ini bertugas mencatat jam hadir pegawai dan membuat
daftar hadir.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
93
Bagian Pejabat pembuat daftar gaji bagian keuangan. Bagian ini bertanggung jawab
membuat daftar gaji, serta membuat rekap daftar gaji.
Bagian administrasi memegang fungsi untuk pembuatan Bukti Kas Keluar sebagai dasar
untuk pembayaran gaji pegawai dam dasar pembuatan cek yang dilakukan oleh bendahara.
Bagian keuangan bertanggung jawab atas pengeluaran kas berupa cek. Bagian ini juga
bertanggung jawab mengisi dan menguntungkan cek tersebut ke bank.
Flowchart Sistem Penggajian Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan
Lindung Musi
Seksi TU Kepegawaian Bagian Kepegawaian/Umum
Sistem Akuntansi
Bagian Keuangan Akuntansi
Mulai
Mencatat jam
hasil Pegawai Laporan
Absensi Harian
Membuat Daftar
Hadir Pegawai
LAH
Daftar Hadir Pegawai
1
1 LAH
Daftar Hadir Pegawai
Membuat Daftar
penggajian
Membuat Rekap
Penggajian
LAH DHP
2
DP 2
RDP
1
1
T 2
DP RDP
1 2
DP 2
RDP BKK 1
1
T
2
Membuat bukti
Kas Keluar
2 DP
2
RDP
1
2
BKK
1 JURNAL UMUM
1
1
4
1
DP
RDP 1
1
4
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
94
Keterangan :
LAH : Laporan Absensi Harian
DP : Daftar Penggajian
RDP : Rekap Daftar Penggajian
BKK : Bukti Kas Keluar
DHP : Daftar Hadir Pegawai
Prosedur sistem penggajjian Pegawai Negeri Sipil Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
dan Hutan Lindung Musi pada bagian seksi TU kepegawaian. Bagian ini mencatat jam
hadir pegawai, kartu jam hadir /laporan absensi harian dan daftar hadir karyawan
diarsipkan oleh bagian kepegawaian. Lalu bagian ini membuat daftar gaji sebanyak 2
rangkap dan membbuat rekap daftar gaji sebanyak 2 rangkap. Kemudian daftar gaji
rangkap 1 dan 2 serta gaji 1 dan 2 diberikan kepada bagian akuntansi, sedangkan kartu jam
hadir/laporan absensi harian dan daftar hadir pegawai diarsipkan oleh bagian kepegawaian.
Bagian akuntansi menerima daftar gaji rangkap 1 dan 2 dan rekap daftar gaji rangkap 1 dan
2 dan bagian kepegawaian. Berdasarkan daftar gaji dan rekap daftar gaji itu, bagian
akuntansi membuat bukti kas keluar. Kemudian bukti kas keluar rangkap 2, rekap daftar
gaji rangkap 2, dan gaji rangkap 2 dicatat dalam jurnal umum dan kemudian diarsipkan
oleh bagian akuntansi, sedangkan bukti kas keluar rangkap 1, rekap daftar gaji rangkap 1,
dan daftar gaji rangkap 1 diserahkan kebagian keuangan.
Bagian keuangan menerima bukti kas keluar rangkap 1, rekap daftar gaji, dan daftar gaji
rangkap 1 diserahkan dan daftar gaji rangkap 1 dan bagian akuntansi, lalu bagian ini
mengisi cek dan menandatangani cek ke reking pegawai. Sedangkan Bukti Kas Keluar
(rangkap 1) Dan Daftar Penggajian (rangkap 1) yang diterima . yang diterima dan bagian
akuntansi diarsipkan oleh bagian keuangan. jurnal umum dan kemudian diarsipkan oleh
bagian akuntansi, sedangkan bukti kas keluar rangkap 1, rekap daftar gaji rangkap 1, dan
daftar gaji rangkap 1 diserahkan kebagian keuangan.
Bagian keuangan menerima bukti kas keluar rangkap 1, rekap daftar gaji, dan daftar
gaji rangkap 1 diserahkan pada bagian akuntansi, lalu bagian ini mengisi cek dan
menandatangani cek kerekening pegawai. Sedangkan Bukti Kas Keluar (rangkap 1 ) dan
Daftar Penggajian ( rangkap 1 ) yang diterima dan bagian akuntansi diarsipkan oleh bagian
keuangan
BKK
T
Mengisi cek dan
menandatangani cek
Menguangkan Cek ke Bank dan Memasukkan
uang ke rekening Pegawai
Selesai
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
95
Flowchart Perbaikan Sistem Penggajian Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan
Hutan Lindung Musi Palembang
Seksi TU Kepegawaian Bagian Kepegawaian/Umum
Sistem Akuntansi
Mulai
Mencatat jam
hasil Pegawai Laporan
Absensi Harian
LAH
Daftar Hadir
Pegawai
1
1 LAH
Daftar Hadir
Pegawai
Membuat Daftar
penggajian
LAH
DHP
DP
RDP
1
T
1
DP RDP
1
DP 2
RDP BKK 1
1
2
Membuat bukti
Kas Keluar
1
2 JURNAL UMUM
1
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
96
Ulasan penjelasan dari perubahan perbaikan flowchart, disini pada bagian seksi TU
kepegawaian terdapat perangkapan yang sama yaitu pada laporan absensi dan daftar hadir
pegawai. Dalam perangkapan ini sebaiknya daftar hadir pegawai tidak dibuat karena sudah
ada laporan absensinya, yang sudah terangkap didalam laporan absensi. Pada bagian
kepegawaian/umum juga terdapat perangkapan yaitu daftar hadir pegawai dan daftar
penggajian sebaikya kantor tidak perlu adanya perangkapan dalam daftar hadir pegawai
dan daftar penggajian karena didalam flowchart sudah ada rekapannya.
Berdasarkan flowchart diatas bagian TU seksi kepegawaian mencatat jam hadir
pegawai, kartu jam hadir/laporan absensi harian diarsipkan oleh bagian kepegawaian. Lalu
bagian ini membuat daftar gaji, kemudian daftar gaji diberikan kepada bagian akuntansi,
sedangakan laporan absensi harian dan daftar hadir pegawai diberikan pada bagian
kepegawaian.
Pada bagian akuntansi terdapat beberapa rangkapan dalam daftar penggajian, yaitu
flowchart pada bagian pertama telah membuat rekapan daftar penggajian sedangkan bagian
selanjutnya ada rekapan penggajian lagi. Sebaiknya Kantor BPDAS HL Musi Palembang
tidak membuat ulang rekapan daftar penggajian. Berdasarkan flowchart diatas bagian
akuntansi menerima daftar gaji dan rekap daftar gaji rangkap 1 dan 2 pada bagian
kepegawaian. Daftar gaji dan rekap daftar gaji membuat bukti kas keluar. Kemudian bukti
kas keluar rangap 2, rekap gaji rangkap 2 dicatat dalam jurnal umum kemudian diarsipkan
pada bagian akutansi, sedangkan bukti kas keluar rangkap 1, dan rekap daftar gaji rangkap
1 diserahkan kebagian keuangan.
3.2 Analisis Pencatatan Waktu Hadir
3.2.1 Pencatatan Waktu
Menurut Mulyadi (2001:385) prosedur pencatatan waktu hadir bertujuan untuk mencatat
waktu hadir pegawai. Pencatatan waktu hadir diselenggarakan oleh fungsi pencatatan
waktu dengan menggunakan waktu hadir pada pintu masuk kantor administrasi atau
pabrik. Pencatatan waktu hadir dapat menggunakan daftar hadir biasa, yang pegawai harus
menandatanganinya setiap hadir dan pulang dari kantor atau instansi tersebut atau dapat
juga menggunakan mesin Pencatat Waktu yang diisi secara otomatis dengan menggunakan
mesin Pencatat Waktu (time recorder mechine).
T
RDP
2 BKK
1
2
1
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
97
Flowchart Pencatat Waktu Hadir
Gambar Sistem Akuntansi Pencatat Waktu Hadir
Sumber: Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi
3.2.2 Analisis Pencatatan Waktu Hadir Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan
Hutan Lindung Musi
Pencatatan waktu hadir atau absensi hadir pegawai Balai Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai dan Hutan Lindung Musi ini dimulai dan bagian Seksi TU Kepegawaian yang
membuat dan mencatat daftar jam hadir pegawai, kemudian hadir tersebut diletakkan pada
pintu masuk kantor. Daftar hadir yang digunakan oleh Balai Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai dan Hutan Lindung Musi adalah daftar yang diisi secara otomatis, kemudian
pegawai yang hadir atau masuk kantor melakukan pencatatan waktu hadinya dengan cara
finger print. Finger print ini adalah sistem absensi yang dipakai atau digunakan oleh Balai
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi. Cara kerja sistem ini ialah
dimulai dengan pegawai memasukkan jari tangan mereka kedalam mesin pencatat waktu,
kemudian untuk Link atau sambungan kabel sistem finger print ini akan langsung
terhubung pada bagian kepegawaian, sehingga setiap pegawai yang megabsensi kehadiran
akan langsung terhubung ke dalam komputer bagian kepegawaian sehingga bagian
kepegawaian ini langsung mengetahui setiap pegawai yang hadir ataupun yang tidak hadir
dan juga bagi pegawai yang terlambat hadir.
Mulai
Mencatat dan membuat
daftar jam hadir pegawai
Pegawai mengabsen dengan menggunakan finger print
setiap masuk dan pulang
kantor
DH
T
Selesai
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
98
Sistem finger print ini mempunyai kelemahan yaitu jika komputer yang ada di bagian
kepegawaian rusak maka, data kehadiran pegawai atau absensi kehadiran pegawai tidak
dapat ditampilkan dan data atau absensi kehadiran pegawai tersebut akan tetap tersimpan
di dalam memori sistem finger print. Apabila komputer pada bagian kepegawaian telah
diperbaiki maka bagian kepegawaian akan menarik dan mengecek data-data kehadiran
pegawai yang masih tersimpan didalam sistem finger print tersebut melalui komputer. Pada
setiap harinya lama bekerja Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung
Musi ini dimulai pada pukul 07.30 wib dan berakhir pada pukul 16.00 wib. Pegawai
mengabsensi dengan cara finger print ini pada saat masuk dan pulang kantor. Setelah itu
bagian TU Kepegawaian menyimpan kembali daftar jam hadir tersebut sebagai arsip
sementara. Daftar hadir atau laporan absensi hadir pegawai Balai Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi disimpan di dalam software komputer oleh bagian
kepegawaian. Kemudian setiap akhir bulan bagian kepegawaian akan melihat atau
mengecek daftar hadir tersebut untuk mengetahui kedisiplinan setiap pegawai.
Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa analisis pencatatan waktu hadir pada Balai
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Musi Palembang telah berjalan dengan baik dan telah
berdasarkan teori Mulyadi dalam Haripratiwi (2006:33).
3.2.3 Analisis Laporan Absensi Harian
Analisis laporan absensi harian digunakan untuk merekapitulasi jumlah hadir
pegawai setiap harinya. Laporan absensi harian ini akan diarsipkan pada bagian
kepegawaian untuk membuat daftar gaji pegawai. Jika bagian pegawai megetahui laporan
absensi harian pegawai tidak mencukupi standar yang telah ditentukan, maka akan
dilakukan pemotongan gaji. Selanjutnya pemotongan gaji yang dilakukan dengan cara
menghitung setiap menit keterlambatan pegawai. Berdasarkan Surat Edaran Sekretaris
Jenderal Kementerian Kehutanan Nomor:SE. 17/II-UM/2011 Jam kerja yang efektif dalam
hari kerja perminggunya adalah 37,5 jam tanggal 26 Oktober 2011, jumlah jam kerja
efektif dalam hari kerja perminggunya adalah 37,5 jam. Surat Edaran Sekretaris Jenderal
Kehutanan ini berlaku untuk pegawai tidak tetap maupun pegawai tetap. Menurut
peraturan yang berlaku setiap pegawai tetap yang terlambat hadir atau tidak masuk kerja
maka akan dikenakan pemotongan gaji berupa pemotongan tunjangan kinerja dan dapat
mengurangi indeks prestasi kerja (IPK), sedangkan untuk pegawai tidak tetap apabila
terlambat hadir atau tidak masuk kerja maka akan dikenakan pemotongan gaji.
3.2.4 Analisis Daftar Hadir Pegawai
Analisis ini diperlukan untuk mengetahui jumlah pegawai yang hadir. Pegawai
yang hadir dapat dijadikan bukti kepatuhan pegawai. Daftar hadir pegawai pada Balai
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi ini masih banyak yang datang
terlambat. Hal ini dilakukan pada pegawai tetap maupun pegawai tidak tetap. Tingkat
kehadiran ini sangat penting dalam menentukan penggajian. Seorang pegawai tidak tetap
yang datang terlambat dan sering absen akan dikenakan pemotongan yaitu berdasarkan
peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor:P.66/Menhut-II/2013 tentang
pedoman pelaksanaan pemberian tunjangan kinerja bagi pegawai dilingkungan
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
99
Kementerian Kehutanan apabila pegawai terlambat masuk kantor 1 sampai dengan 30
menit tidak dikenakan pengurangan gaji, apabila terlambat 31 sampai dengan 60 menit
dikenakan pengurangan gaji sebesar 1%, jika terlambat dri 61 sampai dengan 91 menit
dikenakan pengurangan gaji sebesar 1,5%, dan jika terlambat lebih dari 91 menit atau tidak
mengisis daftar hadir dikenakan pengurangan gaji sebesar 2%. Pengurangan gaji itu juga
berlaku untuk pegawai tetap tetapi pemotongannya dilakukan untuk pengurangan
tunjangan kinerja saja.
Dari analisis daftar hadir pegawai pada Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
dan Hutan Lindung Musi belum berjalan dengan baik karena tidak dilaksanakannya
pemotongan gaji apabila pegawai yang terlambat hadir atau tidak hadir sesuai peraturan
Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor:P.66/Menhut-II/2013.
3.2.5 Analisis Daftar Penggajian
Analisis daftar penggajian ini digunakan untuk mengetahui jumlah gaji pegawai.
Untuk pegawai tidak tetap penggajiannya berdasarkan tingkat absensi setiap harinya, jika
pegawai tidak tetap ini absensinya kurang dari 37,5 jam dalam setiap minggunya maka
akan dilakukan pemotongan gaji. Sedangkan untuk pegawai tetap penggajiannya
berdasarkan tingkat golongan dan jabatan. Untuk pembayaran gaji bagi pegawai tidak
tetap, gajinya dimasukkan kedalam amplop masing-masing pegawai sedangkan untuk
pegawai tetap gajinya dimasukkan kedalam rekening masing-masing pegawai.
3.2.6 Analisis Rekap Penggajian
Analisis rekap penggajian ini akan diserahkan pada bagian akuntansi untuk
mengetahui gaji yang didapat untuk pegawai tidak tetap dan pegawai tetap. Rekapan daftar
penggajian ini dilakukan bagian akuntansi tujuannya untuk membuat bukti kas keluar.
Rekapan daftar penggajian juga akan diarsipkan oleh bagian keuangan akuntansi. Rekapan
penggajian ini dilakukan agar bisa mengetahui pengawai yang sudah menerima gaji.
3.2.7 Analisis Bukti Kas Keluar
Analisis bukti kas keluar ini digunakan untuk mengetahui berapa banyak kas yang
sudah dipakai untuk pengeluaran penggajian. Bukti kas keluar diperlukan sebagai bahan
dokumen atau bukti yang dapat digunakan pada bagian akuntansi. Bukti kas keluar ini
berguna untuk mengisi cek dan menendatangani cek kerekening pegawai. Untuk pegawai
tidak tetap gajinya dapat dimasukkan kedalam amplop masing-masing pegawai sedangkan
untuk pegawai tetap gajinya dimasukkan kedalam rekening masing-masing pegawai. Bukti
kas keluar ini akan diarsipkan pada bagian keuangan akuntansi.
3.2.8 Analisis Pengisian dan Penandatangan Cek
Pengisian dan penandatangan cek dilakukan pada bagian keuangan akuntansi. Cek
ini digunakan untuk merealisasikan total jumlah gaji pegawai secara keseluruhan. Caranya
dengan membuat daftar nama pegawai, lalu diberikan kepada Kepala Balai untuk
ditandatangani, kemudian diberikan lagi kepada Bendahara untuk diterbitkan surat perintah
membayar agar bisa diajukan ke KPPN dan bisa menerbitkan surat perintah pencairan dana
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
100
(SP2D) yang ditujukan kerekening Bendahara, kemudian setiap tanggal 1 dana tersebut
diambil oleh Bendahara untuk dibagikan kepada masing-masing pegawai.
3.3 Sistem Akuntansi Penggajian
Unsur-unsur sistem akuntansi penggajian terdiri dari dokumen-dokumen, catatan-catatan,
prosedur-prosedur yang digunakan mengola data untuk menghasilakan laporan-laporan
yang dibutuhkan pihak-pihak yang berkepentingan. Sistem akuntansi penggajian Balai
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi juga memiliki unsur-unsur
tersebut. Dimana sistem penggajian tersebut adalah koordinasi dan dokumen-dokumen,
catatan-catatan, serta prosedur-prosedur yang menghasilkan informasi yang dapat
menentukan secara cepat dan tepat tentang gaji setiap pegawai.
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi juga memiliki unsur-
unsur sistem akuntansi penggajian tersebut. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan
serta setelah dibandingkan dengan teori yang dipelajari maka penulis membuat beberapa
evaluasi sebagai berikut:
Dokumen yang Digunakan
Dokumen yang digunakan pada Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Musi Palembang
cukup efektif dalam mendukung pengendalian intern gaji. Ini dapat terlihat dengan adanya
tanda tangan pada dokumen pleh pejabat yang mempunyai wewenang dibagiannya.
Misalnya daftar gaji yang diotorisasi dari bagian administrasi mengenai kebenaran daftar
gaji tersebut. Adapun dokumen yang digunakan antara lain daftar gaji, waktu jam kerja,
rekap daftar gaji, dan daftar absensi atau daftar hadir.
Catatan Akuntansi yang Digunakan
Catatatan akuntansi yang dipergunakan oleh Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Musi
Palembang cukup efektif untuk pengendalian intern penggajian. Adapun catatan akuntansi
yang digunakan adalah jurnal dan buku besar. Pencatatan di dalam jurnal biasanya lebih
lengkap dan lebih terinci, serta menurut urutan tanggal kejadian transaksi. Buku besar
adalah kumpulan rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas informasi yang telah
dicatat dalam jurnal.
Komponen Perhitungan Penggajian Pegawai Tetap
Komponen perhitungan penggajian untuk pegawai tetap ditentukan oleh :
Gaji Pokok
Nilai gaji pokok ditentukan oleh golongan ruang kepangkatan, masa kerja dan status
kepegawaian. Ketentuan besarnya gaji pokok pada Balai Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai Musi Palembang diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.9
Tahun 2007.
Tunjangan
Tunjangan untuk pegawai tetap terdiri atas :
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
101
Tunjangan beras
Menurut ketetapan yang berlaku, besarnya tunjangan beras yang diterima oleh seorang
pegawai Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Musi Palembang adalah sesuai dengan
tanggungan seorang pegawai yang terdiri dari pegawai itu sendiri, istri/suami jika ada, dan
jumlah anak. Untuk besarnya diberikan sebanyak 10 (sepuluh) Kg/orang. Namun pada saat
ini tunjangan beras tersebut diberi dalam bentuk uang yaitu Rp 67.760 per jiwanya.
Tunjangan Jabatan
Tunjangan jabatan diberikan kepada pegawai tetap yang menjabat jabatan tertentu.
Pemberian tunjangan jabatan tersebut adalah atas dasar pertimbangan luas dan beratnya
tanggung jawab yang dipikul oleh pegawai tetap yang bersangkutan. Macam-macam
jabatan-jabatan serta besarnya tunjangan diatur dengan Keputusan Presiden. Adapun
tunjangan jabatan tersebut terdiri dari :
Tunjangn Struktural
Menurut Peraturan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2006, tentang Tunjangan Umum bagi
PNS, 2006 : 1) “Tunjangan Struktural adalah tunjangan jabatan yang diberikan kepada
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam jabatan struktural
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan” Apapun ketentuan besarnya tunjangan
jabatan struktural untuk pegawai sampai saat ini diatur dalam Peraturan Presiden Republik
Indonesia No.3 Tahun 2006.
Tunjangan Fungsional
Menurut Peraturan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2006, tentang tunjangan umum bagi
Pegawai Negri Sipil, 2006:01) “ Tunjangan Jabatan Fungsional tunjangan jabatan yang
diberikan kepada pegawai negeri sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam
jabatan fungsional sesuai dengan peraturan perundang-undangan ”. Apapun ketentuan
besarnya tunjangan jabatan fungsional untuk pegawai tetap yang bekerja di Kantor Balai
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Musi Palembang sampai saat ini diatur dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia No.28 Tahun 2006 Tentang Tunjangan Jabatan
Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan.
Tunjangan Umum
Menurut Peraturan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2006, tentang Tunjangan Umum bagi
Pegawai Negeri Sipil,2006 :1) “Kepada Pegawai Negeri Sipil yang tidak menerima
tunjangan jabatan struktural, tunjangan jabatan fungsional, atau tunjangan yang
dipersamakan dengan tunjangan jabatan, diberikan Tunjangan Umum setiap bulan”.
Apapun ketentuan besarnya tunjangan umum untuk pegawai sampai saat ini diatur dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia No.12 Tahun 2006.
Tunjangan Pajak Penghasilan
Tunjangan Lainnya
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
102
Salah satu contoh tunjangan lainnya adalah tunjangan atas prestasi kerja, tunjangan ini
diberikan atas tingkat prestasi kerja yang didapat oleh pegawai. Jumlah tunjangan ini
biasanya disama ratakan bagi semua pegawai.
Tunjangan Keluarga
Tunjangan Istri/Suami
Tunjangan Istri/Suami adalah tunjangan yang diberikan untuk suami/istri pegawai tetap.
Jika kedua pasangan suami istri bekerja sebagai pegawai tetap maka salah satu dari mereka
yang mendapat tunjangan sebagai penanggung. Perhitungan tunjangan istri/suami ini
besarnya sepuluh persen (10%) dari gaji pokok pegawai.
Tunjangan Anak
Tunjangan anak adalah tunjangan yang diberikan untuk anak pegawai tetap, jumlah
anak yang bisa ditanggung adalah maksimal 2 orang. Adapaun perhitungan untuk
tunjangan anak ini adalah 2% PNS. Jika kedua pasangan suami istri bekerja sebagai PNS
maka salah satu dari mereka yang mendapat tunjangan sebagai penanggung. Perhitungan
tunjangan anak ini besarnya dua persen (2%) dari gaji pokok pegawai untuk tiap-tiap anak.
Potongan
Untuk potongan gaji pegawai terdiri atas potongan wajib dan potongan khusus pegawai.
3.4 Komponen Perhitungan Penggajian Pegawai Tidak Tetap
Pembayaran gaji pegawai tidak tetap ini berdasarkan kegiatan atau pekerjaan yang
dilakukan, besarnya gaji yang diterima seorang pegawai tidak tetap tergantung pada
kebijakan kantor. Adapun potongan yang ada pada pegawai tidak tetap yaitu berupa
potongan pajak penghasilan (PPh pasal 21) dan potongan lainnya.
Fungsi Sistem Pembagian Pegawai
Zona membagi formulir menurut blok-blok yang logis yang berisi data yang saling terkait.
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi sudah melakukan
pembagian zona dalam formulir, seperti zona pengendalian berisi nomor urut tercetak dan
tanggal, serta zona otorisasi berisi pesan dan tanda tangan.
Adapun selain prinsip-prinsip seperti dijelaskan di atas dalam sistem akuntansi penggajian
dan pengupahan ini juga meliputi fungsi-fungsi yang terkait dan fungsi-fungsinya adalah
sebagai berikut :
Fungsi Kepegawaian
Fungsi kepegawaian ini bertanggung jawab untuk mencari karyawan baru, menyeleksi
calon karyawan, memutuskan penempatan karyawan baru, memuat surat keputusan tarif
gaji karyawan.
Kantor Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi ini bagian atau
fungsi kepegawaian/umum telah melakukan kegiatan-kegiatan seperti yang di atas
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
103
kemudian bagian kepegawaian/umum ini juga membuat daftar gaji dan membuat rekap
daftar gaji, serta bagian ini juga bertugas mengarsipkan laporan absensi harian dan daftar
hadir pegawai. Dan setiap perubahan gaji pegawai karena pangkat, perubahan tarif gaji,
tambahan keluarga harus didasarkan pada surat keputusan Direktur Keuangan. Selain itu
juga setiap potongan atas gaji pegawai selain dari pajak penghasilan pegawai harus
didasarkan surat potongan gaji yang di otorisasi oleh fungsi kepegawaian.
Fungsi Pencatatan Waktu
Fungsi pencatatan waktu ini bertanggung jawab untuk menyelenggarakan catatan waktu
hadir bagi semua karyawan perusahaan. Sistem pengendalian intern yang baik
mensyaratkan fungsi pencatat waktu hadir pegawai tidak boleh dilaksanakan oleh fungsi
operasi atau fungsi pembuat daftar gaji.
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi sudah melakukan
pencatatan jam hadir pegawai yang dilihat dan laporan absensi harian pegawai atau kartu
jam hadir pegawai, dan untuk kartu jam hadir pegawai ini di otorisasikan oleh fungsi
pencatat waktu atau bagian seksi TU kepegawaian serta bagian ini juga membuat daftar
hadir pegawai. Kepegawaian ini semua oleh fungsi pencatat waktu perusahaan ini
dilakukan oleh bagian seksi TU Kepegawaian. Untuk mesin pencatat waktu perusahaan ini
sendiri diletakkan pada bagian pintu masuk perusahaan dengan menggunakan sistem finger
print.
Fungsi pembuat Daftar Gaji
Fungsi pembuat daftar gaji bertanggung jawab untuk membuat daftar gaji yang berisi
penghasilan bruto yang menjadi hak dan berbagai potongan yang menjadi beban setiap
karyawan selama jangka waktu pembayaran gaji. Daftar gaji diserahkan oleh fungsi
pembuat daftar gaji kepada fungsi akuntansi guna pembuatan bukti kas keluar yang di
pakai sebagai dasar untuk pembayaran gaji pegawai Balai Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai dan Hutan Lindung Musi fungsi pembuat daftar gaji ini dilakukan oleh bagian atau
fungsi Kepegawaian / umum seperti yang telah dijelaskan pada fungsi kepegawaian di atas,
dan juga fungsi ini juga telah menyerahkan daftar gaji serta rekap daftar gaji pada fungsi
akuntansi.
Fungsi Akuntansi
Fungsi akuntansi dalam sistem penggajian, fungsi akuntansi bertanggung jawab untuk
mencatat kewajiban yang timbul dalam hubungannyadengan pembayaran gaji pegawai (
misalnya utang gaji pegawai, utang pajak, utang dan pensiunan ).
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi fungsi akuntansinya
telah bertanggung jawab membuat bukti kas keluar, serta telah melakukan perjurnalan
umum bukti kas keluar, rekap daftar gaji, serta daftar gaji pegawai. Dan bukti kas keluar
untuk pembayaran gaji harus diotorisasi oleh fungsi akuntansi.
Fungsi Keuangan.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
104
Fungsi keuangan ini bertanggung jawab untuk mengisi cek guna pembayaran gaji dan
menguangkan cek tersebut ke bank. Uang tunai tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
rekening gaji pegawai. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi
fungsi keuangannya telah bertanggung jawab mengisi cek dan menandatangani cek
kemudian menguangkan/mencairkan cek tersebut ke bank dan setelah itu memasukkan
uang ke rekening masing-masing pegawai yang berhak.
Di dalam pembuatan flowchart sistem akuntansi pembayaran gaji Pada Balai Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi sudah mencatat dan membuat daftar hadir
atau laporan absensi harian pegawai yang dilakukan oleh bagian seksi TU Kepegawaian,
yang kemudian daftar hadir atau laporan absensi pegawai tersebut diarsipkan oleh bagian
Kepegawaian/Umum. Bagian ini berfungsi membuat daftar gaji serta rekap gaji. Dan di
dalam perhitungan daftar atau slip gaji tersebut telah menunjukkan gaji kotor, potongan,
tunjangan, bonus, insentif, asuransi, dan gaji bersih.
Memasukkan informasi diatas kecatatan pembayaran gaji pegawai Pada Balai Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi. Pembangkitan ini sudah membuat bukti
kas keluar yang dilakukan oleh bagian akuntansi, kemudian bagian akuntansi ini
melakukan pencatatan gaji, rekap daftar gaji serta bukti kas keluar ke dalam jurnal umum
kemudian diarsipkan yang dilakukan oleh fungsi akuntansi.
Menyiapkan cek pembayaran untuk para pegawai Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
dan Hutan Lindung Musi sudah menyiapkan atau mengisi cek dan menandatangani cek
yang akan dicairkan di Bank dan kegiatan ini dilakukan oleh fungsi keuangan.
Mengirimkan cek pembayaran kepada bagian pengeluaran kas. Pada Kantor Balai
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi telah menguangkan atau
mencairkan cek tersebut di Bank dan memasukkan uang tersebbut ke rekening masing-
masing pegawai yang dilakukan oleh fungsi keuangan dan kasir.
Berdasarkan uraian diatas penulis dapat menyiapkan bahwa sistem akuntansi pembayaran
gaji Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi adalah cukup baik,
karena prosedur pembayaran gaji Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan
Lindung Musi sudah melibatkan fungsi akuntansi dan fungsi keuangan sesuai dengan
pendapat Mulyadi (2001:386), hanya saja di instansi ini fungsi kepegawaian dapat
merangkap kepada fungsi akuntansi karena fungsi akuntansi tidak terpisah dari pembagian
daftar gajim tetapi di bawah tanggung jawab bagian akuntansi dan bekerja sama untuk
menyelenggarakan catatan akuntansi atau apapun yang berhubungan dengan akuntansi atau
pencatatan keuangan di Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi.
Menurut teori Mulyadi fungsi-fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi penggajian
adalah fungsi kepegawaian, fungsi pencatatan waktu, fungsi pembuat daftar gaji, fungsi
akuntansi, dan fungsi keuangan. Fungsi-fungsi tersebut ditangani sendiri oleh bagiannya
masing-masing.
Unsur-unsur Pengendalian Intern dalam Sistem Penggajian pada Balai Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi
Organisasi
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
105
Struktur organisasi yang baik adalah organisasi yang memisahkan antara tugas dan
tanggung jawab dari tiap-tiap bagian organisasi. Pemisahan tugas yang jelas pada masing-
masing bagian akan mempermudah pekerjaan, sehingga pegawai dapat bekerja sesuai
dengan kedudukannya. Organisasi yang telah memisahkan tugas dan tanggung jawab yang
belum dilaksanakan di Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi
adalah :
Fungsi pembuatan daftar gaji bisa merangkap dari fungsi keuangan
Fungsi pencatatan waktu hadir terpisah dari fungsi penggajian
Sistem Otorisasi
Sistem otorisasi yang ada di Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung
Musi adalah :
Pegawai yang namanya tercantum dalam daftar gaji telah memiliki surat keputusan
pengangkatan sebagai karyawan tetap yang telah ditandatangani oleh pimpinan, tetapi
untuk pegawaiselain pegawai tetap tidak memiliki surat keputusan pengangkatan karena
pekerja hanya bekerja pada saat waktu tertentu.
Setiap perubahan gaji pegawai karena perubahan pangkat pegawai akan didasarkan pada
surat keputusan pimpinan.
Setiap potongan gaji pegawai selain dari pajak penghasilan didasarkan pada surat potongan
gaji yang diotorisasi oleh fungsi akunting.
Kartu jam hadir tidak diotorisasi oleh kepala departemen yang bersangkutan.
Perintah lembur diotorisasi oleh kepala bagian upah.
Daftar gaji yang diotorisasi oleh fungsi personalia.
Bukti kas keluar untuk pembayaran gaji diotorisasi oleh bagian akunting.
Prosedur Pencatatan
Prosedur pencatatan yang ada pada Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Musi
Palembang adalah :
Setiap ada perubahan yang terjadi dalam pemcatatan penghasilan pegawai direkosiliasi
dengan daftar gaji pegawai.
Tarif upah yang dicantumkan dalam kartu jam kerja diverifikasi lahketelitiannya oleh
bagian personalia.
Praktik yang sehat
Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas yang diterapkan di Balai Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai Musi Palembang adalah :
Pembuatan daftar gaji diverifikasi kebenaran dan ketelitian perhitungan oleh bagian
kepegawaian sebelum gaji diserahkan.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
106
Catatan penghasilan pegawai disimpan oleh fungsi pembuat daftar gaji yang dipegang
oleh akuntansi.
Analisis Sistem Pengendalian Intern atas Sistem Penggajian pada Balai Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi
Analisis sistem pengendalian intern atas sistem penggajian berdasarkan unsur-unsur
pengendalian yang baik adalah sebagai berikut :
Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
Struktur organisasi pada Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi
merupakan alat untuk pencapaian tujuan dengan adanya struktur organisasi yang jelas
dapat diketahui batasan wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan fungsinya. Struktur
oraganisasi dibagian kepegawaian dapat merangkap kepada fungsi akuntansi karena fungsi
akuntansi tidak terpisah dari pembagian daftar gaji tetapi dibawah tanggug jawab bagian
akuntansi dan bekerja sama untuk menyelenggarakan catatan akuntansi atau apapun yang
berhubungan dengan akuntansi atau pencatatan keuangan diBalai pengelolaan Daerah
Aliran Sungai Musi Palembang. Struktur organisasi ini sebaiknya dapat memisahkan
antara bagian kepegawaian dengan bagian akuntansi agar tidak terjadinya kecurangan serta
penyelewengan yang dilakukan oleh bagian kepegawaian dan bagian keuangan akuntansi.
Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang cukup terhadap penggajian.
Setiap fungsi di Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi yang
berhubungan dengan penggajian memiliki tugas dan wewenang masing-masing dalam
menjalankan tugasnya. Pemberian wewenang ini dilakukan oleh Kepala Balai Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi dan disosialisasikan kepala seluruh sub-
sub bagian. Dalam pembayaran gaji harus diotorisasi oleh fungsi akuntansi dan mendapat
persetujuan dari fungsi keuangan akuntansi kemudian dibayarkan kepada karyawan yang
bersangkutan. Setiap potongan atas gaji pegawai selain dari pajak penghasilan pegawai
didasarkan atas surat potongan gaji yang diotorisasi. Setiap pegawai yang namanya
tercantum dalam daftar gaji harus memiliki surat pengangkatan pegawai yang
ditandatangani oleh Kepala Balai. Bukti kas keluar untuk pembayara gaji diotorisasi oleh
fungsi akuntansi. Tarif gaji dalam kartu jam kerja diverifikasi ketelitiannya oleh fungsi
akuntansi.
Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.
Keberhasilan yang ada pada Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung
Musi yang sehat karena adanya praktik yang sehat dan kejujuran dalam setiap pekerjaan
yang dilakukan. Misalkan setiap pegawai yang hadir harus diabsen dengan menggunakan
mesin dan diawasi oleh bagian kepegawaian. Daftar absensi pegawai menggunakan finger
print, mesin ini akan langsung terhubung kebagian kepegawaian sehingga bagian
kepegawaian dapat mengetahui setiap pegawai yang hadir ataupun yang tidak hadir.
Kemudian setiap akhir bulan bagian kepegawaian akan melihat atau mengecek daftar hadir
tersebut untuk mengetahui kedisiplinan setiap pegawai. Menurut peraturan yang berlaku
setiap pegawai tetap yang terlambat datang atau tidak masuk kerja maka tidak dikenakan
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
107
pemotongan gaji berupa tunjangan kinerja dan dapat mengurangi indeks prestasi kerja
(IPK), sedangkan untuk pegawai yang tidak tetap yang terlambat datang atau tidak masuk
kerja maka akan dikenakan pemotongan gaji. Jam kerja efektif dalam hari kerja per
minggunya adalah 37,5 jam apabila kurang dari 37,5 jam maka akan dilakukan
pemotongan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Prosedur sistem penggajian Balai Pengelolaan Daerah Aliran sungai dan Hutan Lindung
Musi meliputi perhitungan gaji yang melibatkan bagian seksi Tata Usaha Kepegawaian,
Fungsi Akuntansi, dan Fungsi keuangan.
Pencatatan waktu hadir dapat menggunakan daftar hadir biasa, yang pegawai harus
menandatanganinya setiap hadir dan pulang kantor atau instansi tersebut atau dapat juga
menggunakan mesin pencatat waktu yang diisi secara otomatis dengan menggunakan
mesin pencatat waktu.
Unsur-unsur sistem akuntansi penggajian terdiri dari dokumen-dokumen, catatan-catatan,
prosedur-prosedur yang digunakan mengola data untuk menghasilkan laporan-laporan
yang dibutuhkan pihak-pihak yang berkepentingan.
Saran
Untuk meningkatkan pengendalian intern terhadap penggajian pada Balai Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi, sebaiknya kepala Balai Pengelolaan
Daerah Aliran sungai dan Hutan Lindung Musi harus lebih tegas dalam memberikan sanksi
kepada pegawai yang melanggar atau tidak sesuai dengan peraturan yang telah diterapkan
oleh Balai pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi.,
Sebaiknya pengendalian internal pada penggajian pegawai lebih baik ditingkatkan untuk
memperkecil kesalahan maupun penyelewengan yang mungkin terjadi dalam proses
penggajian. Sebaiknya pengawasan terhadap pencatatan daftar hadir dilakukan dengan
lebih optimal oleh fungsi pencatatan waktu seperti pemeriksaan daftar hadir dilakukan
setiap hari serta memperketat akses ke mesin pencatatan waktu.
REFERENSI
Aryani, Dwi. 2012. Analisis Sistem Pengendalian Intern atas sistem penggajian dan
pengupahan pada PT. Kebun Agung Pabrik Gula Trangkil. Yogyakarta.
Haripratiwi, Ika. 2006. Analisis Sistem Pengendalian Intern Penggajian Karyawan pada
BMT Al-Ikhlas. Surakarta: Universitas Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN).
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
108
Rizki, Irma Herlina. 2008. Peranan Sistem Akuntansi Penggajian dan Pengupahan dalam
Mendukung Pengendalian Intern Gaji dan Upah pada PTP. Nusantara IV (Persero ) .
Medan:Universitas Sumatera Utara.
Sanusi, Anwar. 2011. Metodelogi Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Suparjono. 2011. Sistem Akuntansi Penggajian Karyawan pada BMT Mandiri Sejahtera
Kecamatan Ungaran Timur. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Sulastri, Reni Endang. 2005. Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern Usaha
Kecil Menengah. Padang : Universitas Politeknik Negeri Padang.
Zamzami, Bani. 2005. Analisis Efektivitas Pengendalian Intern pada Sistem Penggajian
pada PT Taspen (Persero). Jakarta : Universitas Gunadarma.
www.repository.library.uksw.edu
www.library.upnvj.ac.id
www.jurnal.wima.ac.id
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
109
UPAYA MENINGKATKAN PENGETAHUAN PESERTA DIDIK
TENTANG PERGAULAN BEBAS MELALUI METODE EXAMPLE NON
EXAMPLES SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 6
INDRALAYA UTARA
DEWI HASANAH
Pascasarjana,Universitas Bina Darma Palembang
email: [email protected]
Abstract
This is study is entitled Efforts to Increase Students Knowledge about Promiscuity
Through Example non Examples method of state junior high school 6 indralaya utara. This
studyaims to increase student‟s knowledge about promiscuity, this research includes
classroom action research consisting of two cycles with the example non examples
method. Based on these results the researcher can conclude that the example non examples
method can be used as a learning method especially in the delivery of free promiscity
material with the hope that even fewer children will not be involved in promiscity.
Keywords: student‟s knowledge, free promiscuity, example non examples
1. PENDAHULUAN
Kabupaten Ogan Ilir merupakan salah satu daerah tingkat II di wilayah Sumatera Selatan
dengan jumlah kecamatan sebanyak 14, terdapat salah satu kecamatan yaitu kecamatan
Indralaya Utara dengan jumlah satuan pendidikan setingkat Sekolah Menengah Pertama
sebanyak 7 satuan pendidikan. Melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan seiring
dengan program pemerintah pada tahun 2018/2019 seluruh Sekolah Menengah Pertama
yang ada di wilayah Kabupaten Ogan Ilir telah memberlakukan Kurikulum 2013 atau K13.
Mulyasa, (2013: 7) Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pendidikan karakter, terutama
pada tingkat dasar, yang akan menjadi pondasi bagi tingkat berikutnya. Melalui
pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi, kita berharap
bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat, dan masyarakatnya memiliki nilai tambah
(added value), dan nilai jual yang bisa ditawarkan kepada orang lain di dunia, sehingga kita
bisa bersaing, bersanding dan bahkan bertanding dengan bangsa-bangsa lain dalam
pencaturan global. Hal ini di mungkinkan, kalau implementasi kurikulum 2013 betul-betul
dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter.
Menurut Gunarsa (2007:33) bahwa pergaulan merupakan suatu hubungan yang
meliputi tingkah laku individu yang lebih dari seorang individu. Banyak hal-hal baru yang
ternyata memiliki dampak baik itu positif maupun negatif. Sebagai contoh kemajuan
teknologi di bidang informasi, dengan adanya kemudahan akses internet dengan sangat
mudah masyarakat memperoleh informasi begitu juga dengan siswa yang bisa dengan
mudah mereka gunakan dalam memperoleh pengetahuan untuk menunjang kegiatam
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
110
pembelajaran. Namun, selain itu terdapat dampak negatif yang saat ini meresahkan
masyarakat, baik mereka yang jadi pengamat ataupun mereka sebagai wali siswa. Hal ini
diakibatkan karena pemanfaatan teknologi yang kurang tepat, sehingga banyak anak-anak
yang lepas kontrol sehingga terlibat dalam pergaulan bebas, karena masa SMP termasuk
usia rentan yang masih memiliki keingintahuan besar. Menurut Dampak negatif ini juga
yang mendorong remaja melupakan urusan-urusan agama dan melakukan larangan agama,
dan remaja juga melupakan adat dan nilai yang ada dilingkungannya. Menurut
Yulianti,(2017:264) Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk prilaku menyimpang yang
melewati batas kewajiban, tuntunan, aturan, syarat dan perasaan malu, atau dapat juga
diartikan sebagai prilaku menyimpang yang melanggar norma agama maupun norma
asusila. Sedangkan remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang berusia
antara 13 tahun sampai 18 tahun (yulianti, 2017: 265).
Namun dalam kenyataan yang ada pergaulan bebas ini malah banyak terjadi akhir-
akhir ini dan terjadi dikalangan remaja yang masih dalam usia sekolah. Begitu juga
disekitar lingkungan Ogan Ilir, sebagai seorang guu yang juga sebagai orang tua ada
ketakukan jika anaknya atau anak didiknya jatuh dalam pergaulan bebas. Untuk dapat
terhindar peserta didik harus mengetahui faktor penyebab, dampak, dan kita sebagai guru
juga orang tua harus bisa memberikan solusi agar dapat terhindar dari pergaulan bebas.
Untuk menunjang proses tersebut diperlukan sarana yang memadai, menurut Roestiyah
(2004:166) sarana belajar adalah peralatan belajar, metode pembelajaran yang dibutuhkan
dalam proses belajar agar pencapaian tujuan belajar dapat berjalan dengan lancar, teratur,
efektif dan efisien.
Metode Examples non examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-
contoh yang terdapat dari kasus atau gambar yang relevan dengan KD (Fikri, 2014:56).
Penulis ingin dengan metode ini peserta didik dapat memiliki pengetahuan yang lebih baik
tentang pergaulan bebas, karena dengan metode ini peserta didik diperlihatkan gambar-
gambar akibat dari pergaulan bebas. Di SMP Negeri 6 Indralaya Utara peserta didik yang
telah melakukan pelanggaran tata tertib siswa khususnya yang mendekati pergaulan bebas
sudah ada sehingga membuat resah guru. Setiap peserta didik yang melakukan pelanggaran
berat akan mendapatkan sanksi sesuai dengan tata tertib yang harus dipatuhi oleh peserta
didik di sekolah. Beberapa fenomena di atas penulis tertarik untuk mengetahui
bagaimana metode pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan yang
dilakukan oleh penulis sebagai guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK)
SMP 6 Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir. Untuk itu penulis mengambil judul penelitian
“Upaya Meningkatkan Pengetahuan Peserta Didik tentang Pergaulan Bebas Melalui
Metode Examples Non Examples Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Indralaya Utara”
Tujuan penulisan ini adalah1. Faktor penyebab dan dampak dari pergaulan bebas, 2.
Penerapan metode Examples Non Examples oleh guru PJOK, 3. Meningkakan
pengetahuan peserta didik tentang pergaulan bebas. Jadi, berdasarkan penjelasan diatas
dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang pergaulan bebas diperlukan peranan guru
khususnya guru PJOK dengan menggunakan metode pembelajaran. Setelah metode
tersebut diterapkan diharapkan siswa dapat menyadari dampak negative dari pergaulan
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
111
bebas, sehingga siswa dapat berhati-hati dalam bergaul. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif karena penelitian ini disajikan berupa kata-
kata. Penelitian deskriptif adalah menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan,
peristiwa, objek apakah orang atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel
yang dijelaskan dengan angka maupun kata-kata.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) sehingga prosedur atau
langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dengan kegiatan
yang berbentuk siklus penelitian yang terdiri atas empat tahap. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan dua siklus, setiap siklus terdapat satu pertemuan. Penelitian ini
mendeskripsikan keadaan, penggambaran dan peranan guru PJOK dalam meningkatkan
pengetahuan siswa tentang pergaulan bebas melalui metode Examples Non Examples pada
siswa kelas VIII di SMP 6 Indralaya utara. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif disajikan secara deskriftif.
2. ANALISIS DAN PEMBAHASAN KASUS
Dalam penelitian ini ada 2 jenis teknik analisis data yang digunakan untuk
menghasilkan kesimpulan, yaitu : 1. Teknik yang digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya peningkatanhasil belajar dalam pemahaman materi pergaulan bebas dengan
menggunakan metode examples non examples dilihat dari aspek pengetahuan, aspek
keterampilan dan aspek sikap; 2. Teknik yang digunakan untuk mendapatkan hasil akhir
berupa nilai yang mencakup tiga aspek dalam belajar, yaitu aspek pengetahuan, aspek
keterampilan dan aspek sikap dari pembelajaran penjas dalam materi materi pergaulan
bebas dengan menggunakan metode examples non examples. Hasil tersebut akan
dibandingkan dengan hasil belajar pemahaman pergaulan bebas sebelumnya.
Ketuntasan hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan pada siswa
kelas VIII.1 SMP Negeri 6 Indralaya Utara selama penelitian berlangsung, maka dianalisa
ketuntasan secara individual. Pembelajaran akan tuntas apabila siswa dari suatu kelas
mendapat nilai Ketuntasan Minimal 70. Pada dasarnya dalam penelitian tindakan perlu
dilakukan serangkaian tahapan yang akan dapat memenuhi hasil yang diharapkan
berdasarkan sikap, pemahaman, serta kompetensi penjabaran. Kegiatan ini diawali dari
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian ini merupakan
pengamatan dilapangan mengenai hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi pergaulan
bebas dengan menggunakan pendekatan examples non examples bagi peserta didik kelas
VIII.1 SMP Negeri 6 Indralaya Utara tahun pelajaran 2018/2019. Hasil penelitian ini
meliputi hasil tes dan non tes selama penelitian berlangsung. Hasil tes yaitu berupa tes
pengetahuan tentang materi pergaulan bebas dan tes unjuk kerja pada aspek keterampilan
dimana peserta didik menjabarkan materi pergaulan bebas, sedangkan hasil non tes
diperoleh dari hasil pengamatan sikap pada aspek sikap. Pembelajaran PJOK tentang
materi pergaulan bebas dengan pendekatan examples non examples dilaksanakan 2 kali
pertemuan yaitu siklus I dan siklus II.
SIKLUS I
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
112
Pada siklus 1 peneliti melaksanakan kegiatan PTK dengan didampingi oleh
pendamping lapangan, melakukan persiapan sebagai berikut : a. Perencanaan; Dalam tahap
ini peneliti dan pendamping lapangan menyusun sekenario pembelajaran yang terdiri dari :
1). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi Pergaulan Bebas;
2). Menyusun instrumen tes; 3). Menyusun lembar penilaian dan hasil pembelajaran; 4).
Menyiapkan alat peraga / media pembelajaran; 5). Menyiapkan tempat penelitian. b.
Tindakan; Pada tahap ini tindakan kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan proses
pembelajaran di kelas dengan langkah-langkah kegiatan antara lain :1). Kegiatan Awal; 2).
Kegiatan Inti; 3). Kegiatan Penutup. c. Pengamatan, Berdasarkan observasi dan catatan
lapangan kemudian diskusi guru dan pembimbing lapangan, ditemukan beberapa hal yang
menjadi kendala pembelajaran pada siklus pertama, yaitu : 1). Penguasaan mereka dalam
memahami setiap gambar yang diberikan cukup bagus tetapi ada beberapa peserta didik
yang tidak peduli, cenderung kurang memperhatikan; 2). Peserta didik menunggu hasil
kerja peserta didik lain yang dianggap lebih pintar terutama anak laki-laki; 3). Peserta didik
kesulitan menuliskan pendapat mereka dalam kertas atau buku; 4). Peserta didik juga
masih kebingungan dalam menjelaskan hasil diskusi kelompoknya. d. Refleksi,
Berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan pembimbing lapangan didapat data
yang bisa dijadikan sebagai bahan refleksi pembelajaran siklus I.
Berdasarkan hasil pembelajaran siklus I, peserta didik masih banyak yang belum
berhasil dalam melakukan penjabaran tentang pergaulan bebas. Peserta didik masih merasa
bahwa PJOK itu belajar di lapangan, sehingga mereka masih kaku belajar di kelas untuk
menjabarkan gambar yang mereka dapat.
Berdasarkan hasil belajar aspek pengetahuan pada pembelajaran PJOK dalam
materi pergaulan bebas dengan pendekatan examples non examples ketuntasan sebanyak 8
peserta didik atau 34,78%, sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 15 peserta didik atau
65,22%. Siswa yang belum tuntas pada aspek pengetahuan siklus I banyak yang salah
menjawab pada soal Pengertian pergaulan, penyebab terjadinya pergaulan bebas, dampak
dari pergaulan bebas, penyebab remaja menjadi perokok, penyebab maraknya pergaulan
bebas. Berdasarkan hasil pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat
ketuntasan aspek kognitif dalam siklus I masih sangat rendah dengan jumlah siswa yang
tidak tuntas lebih banyak dari pada jumlah siswa yang tuntas.
Berdasarkan hasil belajar aspek sikap pada pembelajaran penjas dalam materi
pergaulan bebas dengan pendekatan examples non examples tingkat ketuntasan sebanyak
15 peserta didik atau 65,22%, sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 8 siswa atau 34, 78%.
Peserta didik yang belum tuntas pada aspek sikap siklus I dikarenakan masih banyak tidak
percaya diri pada saat pembelajaran berlangsung dengan sebagian peserta didik disiplin
pada saat pembelajaran.
Berdasarakan hasil belajar aspek keterampilan pada pembelajaran penjas dalam
materi pergaulan bebas dengan metode examples non examples tingkat ketuntasan
sebanyak 10 orang atau 43,48% sedangkan yang belum tuntas sebanyak 13 orang atau
56,52%. Peserta didik yang belum tuntas pada aspek keterampilan siklus I dikarenakan
belum maksimal dalam menyampaikan atau memamparkan atau menjelaskan tentang
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
113
pergaulan bebas. Berdasarakan hasil siklus I tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat
ketuntasan aspek keterampilan masih rendah karena belum memenuhi kriteria ketuntasan
belajar minimal yaitu masih dibawah 75%. Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus I
yang terdapat dalam tabel diatas, menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan penggunaan
pendekatan examples non examples pada pembelajaran penjas materi pergaulan bebas
masih cukup rendah. Peserta didik yang tuntas belajar dengan model tersebut sebanyak 11
orang atau 47,83%, sedangkan peserta didik yang belum tuntas sebanyak 12 orang atau
52,17%. Peserta didik yang belum tuntas pada pembelajaran siklus I dikarenakan pada tiap
aspek masih rendah.
SIKLUS II
Pada siklus 1 peneliti melaksanakan kegiatan PTK dengan didampingi oleh pendamping
lapangan, melakukan persiapan sebagai berikut :a. Perencanaan; Dalam tahap ini peneliti
dan pendamping lapangan menyusun sekenario pembelajaran yang terdiri dari :1).
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi Pergaulan Bebas; 2).
Menyusun instrumen tes; 3). Menyusun lembar penilaian dan hasil pembelajaran; 4).
Menyiapkan alat peraga / media pembelajaran; 5). Menyiapkan tempat penelitian. b.
Tindakan, Pada tahap ini tindakan kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan proses
pembelajaran di kelas dengan langkah-langkah kegiatan antara lain : 1). Kegiatan Awal;
2). Kegiatan Inti;3). Kegiatan Penutup. c. Pengamatan, Berdasarkan observasi dan catatan
lapangan kemudian diskusi guru dan pembimbing lapangan, ditemukan beberapa hal yang
menjadi kendala pembelajaran pada siklus kedua, peserta didik sudak lebih baik dalam
menerima materi, berdiskusi dengan kelompoknya, menjelaskan gambar-gambar secara
terperinci sehingga hasilnya meningkat dibandingkan pertemuan sebelumnya. Peneliti juga
melakukan pengambilan dokumentasi untuk memperkuat dan sebagai bukti hasil penelitian
yang dilakukan, d. Refleksi.
Berdasarkan hasil pembelajaran siklus II, peserta didik sudah lebih baik dalam
menganalisa gambar-gambar, kemudian mendiskusikannya bersama kelompok masing-
masing,dan menjabarkan tentang pergaulan bebas. Peserta didik sudah merasa senang
meski pembelajaran PJOK itu belajar di dalam kelas. Hasil belajar aspek
pengetahuan pada pembelajaran PJOK dengan materi pergaulan bebas dengan pendekatan
examples non examples. Berdasarkan hasil belajar aspek pengetahuan pada pembelajaran
PJOK dalam materi pergaulan bebas dengan pendekatan examples non examples
ketuntasan sebanyak 18 peserta didik atau 78,26%, sedangkan yang tidak tuntas sebanyak
5 peserta didik atau 21,74%. Peserta didik yang belum tuntas pada aspek pengetahuan
siklus II banyak yang salah menjawab pada soal Berdasarkan hasil pembelajaran aspek
pengetahuan pada siklus II tersebut dapat disimpulkan bahwa ketuntasan sudah baik
dengan jumlah peserta didik yang tuntas meningkat dari siklus I.
Berdasarkan hasil belajar aspek sikap pada pembelajaran penjas dalam materi
pergaulan bebas dengan pendekatan examples non examples tingkat ketuntasan sebanyak
20 peserta didik atau 86,96%, sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 3 peserta didik atau
13,04%. Peserta didik yang belum tuntas pada aspek sikap siklus II dikarenakan masih
banyak tidak percaya diri pada saat pembelajaran berlangsung dengan sebagian peserta
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
114
didik disiplin pada saat pembelajaran. Berdasarkan hasil siklus II tersebut dapat
disimpulkan bahwa tingkat ketuntasan aspek sikap sudah baik.
Berdasarakan hasil belajar aspek keterampilan pada pembelajaran penjas dalam
materi pergaulan bebas dengan metode examples non examples tingkat ketuntasan
sebanyak 20 orang atau 86,96% sedangkan yang belum tuntas sebanyak 3 orang atau
13,04%. Peserta didik yang belum tuntas pada aspek keterampilan siklus II dikarenakan
belum maksimal dalam menyampaikan atau memamparkan atau menjelaskan tentang
pergaulan bebas. Berdasarakan hasil siklus II tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat
ketuntasan aspek keterampilan mengalami peningkatan dari siklus I. Nilai rata-rata pada
siklus II juga mengalami peningkatan menjadi 76,26 %. Berdasarkan hasil pembelajaran
pada siklus II yang terdapat dalam tabel diatas, menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan
penggunaan pendekatan examples non examples pada pembelajaran penjas materi
pergaulan bebas meningkat. Peserta didik yang tuntas belajar dengan model tersebut
sebanyak 20 orang atau 86,96%, sedangkan peserta didik yang belum tuntas sebanyak 3
orang atau 13,04%. Peserta didik yang belum tuntas pada pembelajaran siklus II
dikarenakan pada tiap aspek belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Nilai rata-rata
siklus II juga meningkat menjadi 80,61 dari siklus I yang hanya 70,74.
Penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan pada pembelajaran penjas dalam
materi pergulan bebas dengan metode examples non examples mampu meningkatkan hasil
belajar dan meningkatkan hasil belajar peserta didik selama pembelajaran berlangsung.
Untuk mengetahui adanya peningkatan peneliti dibantu oleh pendamping lapangan
melakukan pengamatan sikap tertulis dan tes unjuk kerja peserta didik pada akhir
pembelajaran penjas dalam materi pergaulan bebas dengan menggunakan pendekatan
examples non examples. Ketuntasan hasil belajar peserta didik pada setiap siklus dirata-
rata dari aspek pengetahuan, aspek sikap, aspek keterampilan. Ketuntasan belajar aspek
pengetahuan pada siklus I yaitu sebesar 34,78%, pada siklus II sebesar 78,26%. Ketuntasan
belajar aspek sikap pada siklus I sebesar 65,22%, pada siklus II 86,96%. Ketuntasan
belajar aspek keterampilan pada siklus I sebesar 43,48%, pada siklus II sebesar 86,96%.
KETUNTASAN TIAP ASPEK PADA SIKLUS I DAN SIKLUS II
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
115
Gambar 3.1 Diagram ketuntasan belajar setiap aspek pada siklus I dan siklus II
Berdasarkan diagram ketuntasan hasil belajar pada siklus I dan siklus II
menunjukkan peningkatan pada setiap aspeknya. Ketuntasan belajar aspek pengetahuan
pada siklus I yaitu sebesar 34,78%, pada siklus II sebesar 78,26%. Ketuntasan belajar
aspek sikap pada siklus I sebesar 65,22%, pada siklus II 86,96%. Ketuntasan belajar aspek
keterampilan pada siklus I sebesar 43,48%, pada siklus II sebesar 86,96%.
Hasil belajar penjas dalam materi pergaulan bebas dengan pendekatan examples
non examples siklus I yaitu peserta didik yang tuntas sebanyak 11 orang atau 47,83%. Pada
siklus II peserta didik yang tuntas sebanyak 20 orang atau 86,96%. Dapat dilihat persentase
peningkatan hasil belajar penjas dalam materi pergaulan bebas dengan pendekatan
examples non examples dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 39,13% atau meningkat
sebanyak 9 orang.
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
100.00%
Pengetahuan Sikap Keterampilan
Siklus I
Siklus II
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
116
Gambar. 3.2 Diagram Peningkatan ketuntasan hasil belajar siklus I dan siklus II
Adanya peningkatan hasil belajar penjas dalam materi pergaulan bebas dari siklus I
dan siklus II bagi Peserta didik kelas VIII.1 SMP Negeri 6 Indralaya Utara tidak lepas dari
usaha peneliti dan pembimbing dalam menciptakan pembelajaran yang inovatif yaitu
pendekatan examples non examples sehingga hasil belajar meningkat.
3. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
disimpulkan pembelajaran dengan pendekatan examples non examples mampu
meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam materi pergaulan bebas bagi peserta didik
kelas VIII. 1 SMP Negeri 6 Indralaya Utara tahun pelajaran 2018/2019. Peningkatan hasil
belajar dan keaktifan siswa dalam menyampaikan dan menjelaskan hasil diskusi peserta
didik dapat dilihat dari tingkat ketuntasan nilai peserta didik pada siklus I dan siklus II.
Pada siklus I persentase nilai ketuntasan mencapai 47,82%, sedangkan siklus II mencapai
86,96%. Peningkatan hasil belajar peserta didik dalam materi pergaulan bebas dengan
menggunakan pendekata examples non examples dari siklus I ke siklus II adalah sebesar
39,13%.
Saran
Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan pembelajaran penjas dengan
pendekatan examples non examples dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan hasil
belajar peserta didik dalam materi pergaulan bebas.
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
Siklus I Siklus II
Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II
Ketuntasan
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
117
4. REFERENSI
[1] Adang, Suherman. 2000. Dasar-dasar Penjaskes. Jakarta : Depdikbud
[2] Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat
Bahasa.Jkaarta: Gramedia Pustaka Utama
[3] Devi, Nurhidayati. 2013. Pengembangan Media Video untuk Meningkatkan
Pemahaman Bahaya Seks Bebasdi Klanagan Remaja SMA Negeri 1 Solo. Solo : Prodi BK
FIP UNESA
[4] Fikri, Nur Syamsudin. 2014. Macam-macam Metode Pembelajaran Penjas.
Blogspot.com
[5] Gunarsa Y.S.D dan singgih D. Gunarsa. 2007. Psikologi Muda Mudi. Jakarta : Gunung
Mulia
[6] Isako, Annisa Berliana. 2015. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran Sepak Bola dengan Pendekatan Permainan. Semarang : UNES
[7] Luawo, Fitri M. 2012. Mengmbangkan sikap Negatif Terhadap Pergaualan Bebas
Melauli Layanan Bimbingan Kelompok Tugas di SMU Negeri 1 Bongomeme. Maluku
[8] Meity,H Idris. 2014. Strategi Pembelajaran yang Menyenangkan. Depok: Luxima
[9] Mulyasa,E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum2013. Bandung :
Remaja Rosdakarya
[10] Rachman, Eiloen dan Petriana Omar. 2004. Gaul : lebih Banyak Kesempatan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
[11] Roestiyah,NK. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
[12] Sudarman, Paryati. 2004. Belajar Efektif di Perguruan Tinggi. Bandung : Simbioasa
Rekatama Media
[13] Sudjana, 1996. Metode Statistik. Bandung: PT. Tarsito
[14] Suharsimi, Arikunto.dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara
[15] Yoyo, Bahagia. 2000. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang
Olahraga. Jakarta : Depdikbud
[16] Yulianti, Eva. 2017. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Kelas VIII. Jakarta:
Kemendikbud
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
118
BEBAN KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM
KEBAKARAN
Fitria Andini YS
Magister Manajemen, Universitas Bina Darma
email: [email protected]
Abstract
Civil Service Police Unit and Fire Department District. The OIC has the task of enforcing regional
regulations, maintaining public order and public tranquility, protecting the community, and
preventing and overcoming fire hazards. In order for the State Civil Apparatus to provide
maximum service to the community, workload analysis is very important to do, to achieve
organizational goals effectively and efficiently. This study aims to analyze the workload of
employees to optimize the performance of employees of the Civil Service Police Unit and the Fire
Department of OKI Regency. Data collection was collected through interviews and questionnaires
from employees as respondents. After the data is collected, then the data is analyzed by descriptive
and quantitative analysis methods with a questionnaire using a Likert scale. The results of the
analysis show the workload on Sat.Pol PP and Damkar has not been effective and efficient due to
lack of human resources. Thus it can be concluded that the need for additional employees in order
to carry out their duties and provide services to the community optimally.
Keywords: Workload, optimize, employee performance
PENDAHULUAN
Latar Belakang Internship
Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan
merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu (Peraturan Menteri Keuangan
No.140/PMK.01/2006). Menurut Mangkuprawira (2003) beban kerja seseorang telah ditentukan
dalam bentuk standar kerja perusahaan menurut jenis pekerjaan. Beban kerja yang dibebankan
kepada pegawai dapat terjadi dalam tiga kondisi. Pertama, beban kerja sesuai standar. Kedua,
beban kerja yang terlalu tinggi (over capacity). Ketiga, beban kerja yang terlalu rendah (under
capacity). Analisis beban kerja merupakan metode yang dapat digunakan/dilakukan untuk
menentukan jumlah atau kuantitas tenaga kerja yang diperlukan menurut Moekijat (2008).
Berdasarkan Peraturan Bupati Ogan Komering Ilir (OKI) Nomor 87 Tahun 2016 Tentang Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam
Kebakaran (Sat.Pol PP dan Damkar) Kabupaten OKI. Sat.Pol PP dan Damkar Kab. OKI
merupakan instansi pemerintah di Kabupaten OKI yang dipimpin oleh kepala satuan yang
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
119
mempunyai tugas, wewenang dan kewajiban membantu kepala daerah yaitu Bupati antara lain
untuk menciptakan suatu kondisi daerah yang tentram, tertib dan teratur sehingga penyelenggaraan
roda pemerintahan dapat berjalan dengan lancar dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya
dengan aman.
Manajemen yang baik dalam organisasi harus dilengkapi dengan kontrol internal yang baik, hal ini
dilaksanakan untuk menjamin bahwa kegiatan berjalan sesuai ketentuan yang ada. Jika pegawai
pada organisasi bekerja dengan beban kerja yang tinggi secara terus menerus maka akan
menimbulkan kejenuhan dan pekerjaan tersebut akhirnya tidak terselesaikan atau tidak tertangani.
Dalam pelaksanaan tugas ASN Sat.Pol PP dan Damkar pun memiliki risiko pekerjaan yang tinggi,
misalnya saat melakukan pengamanan unjuk rasa massa yang ricuh, penertiban pedagang kaki lima
(PKL) yang tidak kondusif dan saat melakukan pemadaman kebakaran dapat menimbulkan
kecelakaan kerja saat bertugas.
Salah satu penyebab utama kondisi fisik, emosi atal mental yang buruk adalah karena terjadi
ketidaksesuaian atau belum tepatnya kompetensi dan kemampuan pegawai dengan jabatan yang
diemban. Ketidaksesuaian tersebut disebabkan karena komposisi keahlian atau keterampilan
pegawai yang ada belum proporsional. Demikian juga, pendistribusian pegawai pada organisasi
masih belum mengacu pada kebutuhan nyata organisasi, dalam arti belum berdasarkan beban kerja
organisasi. Kurang memadainya SDM untuk memenuhi rasio beban kerja merupakan kenyataan
dari permasalahan tersebut
Agar ASN pada Sat.Pol PP dan Damkar Kab. OKI dapat memberikan pelayanan yang maksimal
pada masyarakat, analisis beban kerja sangat penting untuk dilaksanakan, untuk mencapai tujuan
organisasi secara efektif dan efisien.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis mengambil judul. Beban Kerja Satuan Polisi Pamong Praja
dan Pemadam Kebakaran.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis beban kerja pegawai untuk mengoptimalkan
kinerja pegawai Sat. Pol PP dan Damkar Kab. OKI.
KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Untuk mencapai visi dan misi Sat.Pol PP dan Damkar, diperlukan strategi sumber daya manusia
yang di tentukan berdasarkan analisis beban kerja. Menurut Peraturan Menteri Keuangan
No.140/PMK.01/2006 beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu
jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Masalah
yang ada di Sat.Pol PP dan Damkar antara lain beban kerja pegawai belum optimal, pelaksanaan
tugas memiliki risiko pekerjaan yang tinggi, adanya ketidaksesuaian antara kompetensi pegawai
dengan jabatan yang di emban dan selanjutnya SDM yang ada tidak sesuai dengan rasio beban
kerja. Selanjutnya untuk mengatasi permasalahan tersebut akan dilaksanakan analisis beban kerja
dan analisis pekerjaan.
Analisis beban kerja untuk menentukan jumlah pegawai yang dibutuhkan berdasarkan deskripsi
pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan ASN yang di analisis dengan skala likert, untuk
mengoptimalkan kinerja pegawai sesuai beban kerja dan selanjutnya dapat dijadikan masukan
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
120
dalam pengambilan keputusan/kebijaksanaan mengenai beban kerja ASN Sat.Pol PP dan Damkar
Kab. OKI.
Penelitian sebelumnya yang relevan penelitian penulis telah dilaksanakan antara lain, Penelitian
pertama berjudul Analisis Pengukuran Beban Kerja Karyawan pada Divisi Produksi (Studi Kasus
PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas, Bogor) yang dilakukan oleh Siti Hanifah Sufiati
(2007). Hasil penelitiannya adalah perusahaan perlu menghitung tingkat beban kerja dengan
kesesuaian jumlah karyawan yang dimiliki, sehingga ada keseimbangan antara beban kerja dengan
jumlah karyawan yang efektif dan efisien.
METODE PENELITIAN
Metode Pemecahan Kasus
Pendekatan Pemecahan Kasus
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Menurut Kasiram
(2008) dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, penelitian kuantitatif
adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat
menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.
Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 3 bulan, terhitung mulai tanggal 01 Mei 2019 hingga
31 Juli 2019 di Kantor Sat. Pol PP dan Damkar Kab. OKI.
Teknik Pengumpulan Data
Data responden diperoleh dari pegawai sebagai responden dengan mengisi kuesioner berdasarkan
keadaan yang ada, kemudian kuesioner tersebut dikumpulkan kembali pada peneliti untuk diolah.
Sedangkan data terkait tentang beban kerja dikumpulkan peneliti melalui pengamatan langsung
terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pegawai pada waktu jam kerja. Data juga
dikumpulkan melalui wawancara dengan pegawai yang kompeten. Data sekunder diperoleh peneliti
dari Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Sat.Pol PP dan Damkar. Kemudian data hasil
pengamatan langsung dan wawancara tersebut digunakan sebagai acuan peneliti untuk menghitung
jumlah pegawai yang optimal pada organisasi dengan rumus penghitungan jumlah pegawai.
Responden dalam penelitian ini yakni seluruh ASN di Sat. Pol PP dan Damkar Kab.OKI sebanyak
21 orang . Informan pada penelitian ini antara lain:
Kepala Satuan Pol PP dan Damkar Kab. OKI (1 orang).
Kepala Sub Bagian Analisa Jabatan pada Bagian Organisasi Setda OKI (1 orang).
Teknik Analisis
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
121
Membuktikan hipotesis yang telah dikemukakan, maka dalam penelitian ini digunakan dua macam
teknik analisis, yaitu :
Analisis deskriptif : analisis deskriptif kuantitatif yang menggambarkan secara umum tentang
jenis pekerjaan setiap ASN.
Analisis kuantitatif: yaitu metode analisis yang digunakan peneliti dengan cara mengumpulkan
data, dan menyatakan variabel-variabel yang menggambarkan beban kerja pegawai dalam kategori
yang dan pada akhirnya akan menjadi total skor, dari pengisian kuesioner oleh responden.
Pengisian kuesioner di ukur dengan menggunakan skala likert.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persepsi Responden Terhadap Deskripsi Pekerjaan dan Spesifikasi Pekerjaan
Analisis persepsi responden terhadap analisis pada pekerjaan dimulai dengan menghitung
skor rataan dari pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan deskripsi pekerjaan dan
spesifikasi pekerjaan pegawai. Nilai pada selang rataan tersebut akan menunjukkan
besarnya pemahaman pegawai terhadap deskripsi pekerjaan dan seberapa besar tingkat
kesetujuan mereka bahwa keahlian mereka telah sesuai dengan spesifikasi pekerjaan yang
ada.
Tabel 1.5. Nilai Skor Rataan Persepsi Responden Terhadap Analisis Pekerjaan
Pernyataan Skor Rataan Keterangan
Mengetahui dengan pasti tanggung jawab pekerjaan dan
tugas yang dijalankan
4,10 Setuju
Mengetahui dengan pasti apa yang diharapkan organisasi
sehubungan dengan posisi pekerjaan
4,05 Setuju
Mengetahui dengan baik pedoman kerja dan standar kerja
berkaitan dengan posisi pekerjaan
4,05 Setuju
Pembagian tugas dan tanggung jawab pekerjaan telah
tersusun dengan jelas
2,62 Cukup Setuju
Pekerjaan yang diberikan telah sesuai dengan kemampuan
dan keahlian
2,67 Cukup Setuju
Dapat mengatasi setiap masalah yang berkaitan dengan
pekerjaan
4,00 Setuju
Atasan telah memberikan bimbingan berkaitan dengan
pekerjaan
3,95 Setuju
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
122
Sumber : Data Kuesioner Peneliti 2019
Persepsi responden terhadap analisis pekerjaan (deskripsi pekerjaan dan spesifikasi
pekerjaan) secara umum adalah baik. Rata- rata dari skor rataan adalah 3,63 (dapat dilihat
pada Tabel 1.6). Hal ini berarti para reponden setuju bahwa mereka sudah mengetahui
deskripsi pekerjaan mereka. telah mengetahui dengan baik apa yang diinginkan organisasi
dari mereka, mengetahui dengan baik pedoman kerja pegawai dan standar kerja berkaitan
dengan posisi setiap pekerjaan, serta dapat mengatasi setiap masalah yang terkait dengan
pekerjaan, dan atasan sudah memberikan bimbingan terkait dengan pekerjaan.
Nilai rata-rata terendah sebesar 2,62 adalah tentang pembagian tugas dan tanggung jawab
pekerjaan sudah tersusun dengan jelas, dengan rentang cukup setuju/ragu. Hasil
wawancara menunjukkan semua pegawai memiliki tugas pokok, fungsi dan tanggung
jawab masing-masing yang telah diatur dalam Perbup OKI No 87 Tahun 2016, namun
dalam pelaksanaannya terkadang karena ada beberapa pegawai yang tidak menjalankan
tupoksinya dengan alasan tertentu maka pegawai yang lain diberikan tugas oleh atasan
untuk menyelesaikan tugas yang bersangkutan agar kegiatan tetap berlangsung. Sehingga
pembagian tugas dan tanggung jawab pegawai menjadi tidak jelas.
Nilai rata-rata rendah lain adalah 2,67 yaitu pekerjaan dan tugas yang diberikan sudah
sesuai dengan kemampuan dan keahlian mengindikasikan bahwa responden masih
ragu/cukup setuju bahwa pekerjaan mereka telah sesuai dengan keahlian dan latar belakang
pendidikan mereka. Sebagian responden berlatar belakang pendidikan SMA, dan beberapa
masih kurang berpengalaman pada bidangnya. Namun telah memegang jabatan yang
harusnya memiliki kualifikasi lebih terkait jabatan yang diemban. Hal ini juga tidak di
Rata-rata 3,63 Setuju
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
123
iringi dengan pemberian pelatihan dan pendidikan khusus terkait kegiatan dan jabatan yang
diemban.
Persepsi Responden Terhadap Kondisi Pekerjaan
Analisis persepsi responden terhadap kondisi pekerjaan ASN dilakukan dengan
menghitung rataan skor dari jawaban pertanyaan yang berkaitan dengan kondisi pekerjaan.
Persepsi responden terhadap kondisi pekerjaan mereka secara umum sudah baik. Pada
Tabel 1.7, nilai rata-rata dari tiap rataan menunjukkan angka 3,47. Hal ini mengindikasikan
bahwa secara umum pegawai setuju bahwa mereka selalu dapat melaksanakan pekerjaan
dan tugas berdasarkan pedoman dan standar kerja, karena pegawai telah memperoleh
peralatan kantor yang mencukupi dan memadai untuk bekerja, mendapatkan sarana,
prasarana dan peralatan kerja (tool kit) yang memadai untuk bekerja, dan berada pada
kondisi kerja yang sehat, sehingga memiliki cukup waktu untuk menyelesaikan semua
pekerjaan masing-masing, analisis persepsi responden juga menunjukkan setiap ASN
memiliki hubungan antar pegawai dan antara pegawai dengan atasan terjalin dengan
harmonis, karena atasan selalu melakukan evaluasi secara rutin terhadap pekerjaan melalui
rapat rutin yang dilaksanakan di kantor minimal 1 (satu) bulan sekali serta selalu memberi
masukan bagi pegawai yang memiliki kesulitan dalam menjalankan tugas.
Salah satu nilai rata-rata rendah dengan nilai 2,57 adalah beban kerja yang diberikan telah
sesuai dengan kemampuan, keahlian dan keterampilan, karena adanya ASN yang tidak
melaksanakan tugas sehingga ASN lain yang tidak memiliki keterampilan terkait tugas
tersebut diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas tersebut karena dianggap
ASN tersebut memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Padahal
setiap ASN telah memiliki tupoksi masing-masing.
Nilai rata-rata terendah 2,00 yaitu pekerjaan di Sat.Pol PP dan Damkar jarang
membahayakan fisik. Secara riil, pekerjaan setiap pegawai memiliki tingkat risiko cukup
tinggi, karena dalam menjalankan tupoksi setiap bidang memiliki risiko fisik tersendiri.
Misalnya bidang penegakan perda dalam pelaksanaan kegiatan penertiban PKL yang ricuh
membutuhkan pengamanan untuk diri sendiri karena PKL terkadang melakukan
perlawanan dengan melempar batu, kayu dan secara fisik. Sedangkan untuk bidang
pemadam kebakaran, meskipun setiap anggota pemadam kebakaran menggunakan seragam
pelindung, namun seragam tersebut hanya bersifat melindungi namun tidak tahan api,
sehingga risiko untuk mengalami luka bakar secara fisik sangat tinggi.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
124
Tabel 1.6. Nilai Skor Rataan Persepsi Responden Terhadap Kondisi Pekerjaan
Sumber : Data Kuesioner Peneliti 2019
Permasalahan yang ada di Sat.Pol PP dan Damkar antara lain belum optimalnya beban kerja
pegawai, pelaksanaan tugas pegawai memiliki risiko pekerjaan yang tinggi, adanya ketidaksesuaian
antara kompetensi yang dimiliki pegawai dengan jabatan yang di emban dan selanjutnya tidak
sesuainya SDM yang ada dengan rasio beban kerja. Selanjutnya untuk mengatasi permasalahan
tersebut akan dilaksanakan analisis beban kerja dan analisis pekerjaan.
Selain pertanyaan-pertanyaan yang tertutup tentang analisis pekerjaan dan analisis kondisi
pekerjaan pegawai, dalam kuesioner tersebut juga terdapat pertanyaan terbuka mengenai
masalah yang terjadi di Sat. Pol PP dan Damkar. Dari jawaban responden, masalah-
masalah tersebut berkaitan dengan beban kerja, antara lain terdapat ASN yang keberatan
menyelesaikan tugas dan tanggung jawab ASN lain, dimana ASN yang bersangkutan tidak
pernah masuk kerja dengan alasan yang tidak jelas. Karena ASN tersebut menduduki
jabatan tertentu sehingga memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus diselesaikan,
namun karena tidak pernah bisa ditemui tugasnya menjadi terbengkalai dan jika tidak
diambil alih maka akan mengganggu proses pelaksanaan kegiatan. Padahal setiap ASN
Pernyataan Skor rataan Keterangan
Tersedia cukup waktu untuk menyelesaikan semua
pekerjaan
4,00 Setuju
Memperoleh peralatan kantor yang memadai untuk
bekerja
3,57 Setuju
Mendapatkan sarana dan peralatan kerja (tool kit) yang
memadai untuk bekerja
3,52 Setuju
Hubungan antar pegawai dan antara pegawai dengan
atasan terjalin dengan harmonis
3,81 Setuju
Beban kerja yang diberikan telah sesuai dengan
kemampuan dan keterampilan
2,57 Tidak Setuju
Selalu dapat menjalankan pekerjaan sesuai dengan
pedoman dan standar kerja
3,86 Setuju
Atasan melakukan evaluasi secara rutin terhadap
pekerjaan
3,86 Setuju
Pekerjaan di Sat. Pol PP dan Damkar jarang
membahayakan fisik
2,00 Tidak Setuju
Berada pada konsisi kerja yang sehat 4,00 Setuju
Rata-rata 3,47 Setuju
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
125
memiliki tupoksi dan tanggung jawab yang memiliki laporan untuk diselesaikan dengan
batas waktu tertentu.
Dalam pelaksanaan tugas oknum ASN tersebut, tupoksi dari ASN yang diserahi amanah
pun mengalami gangguan karena tidak dapat dilaksanakan dan akhirnya tupoksinya sendiri
menjadi terabaikan. Padahal setiap ASN memiliki waktu kerja yang sama, sehingga untuk
menyelesaikan seluruh tugas ASN tersebut seringkali lembur untuk menyelesaikan tugas
orang lain.
Permasalahan kedua yaitu kurangnya staf/pelaksana setiap bidang. Selama ini setiap
bidang dibantu oleh tenaga honorer di Sat.Pol PP dan Damkar, namun tenaga honorer juga
memiliki batas pelimpahan wewenang, sehingga sangat diharapkan adanya tambahan ASN
setiap bidang untuk membantu pelaksanaan kegiatan secara administratif dan kegiatan
lapangan.
Permasalahan lain yang paling banyak dikeluhkan ASN yaitu kesenjangan beban kerja dan
risiko pekerjaan dengan tunjangan/pendapatan ASN, karena di Sat.Pol PP dan Damkar
belum menerima tunjangan kinerja maupun tunjangan penghasilan pegawai (TPP), karena
belum diberlakukan tunjangan kinerja berdasarkan beban kerja. Sehingga menurunkan
kinerja ASN di Sat.Pol PP dan Damkar
Analisis Beban Kerja
Setelah dilaksanakan penghitungan beban kerja berdasarkan volume kerja dan norma waktu sesuai
Permenkeu No.140/PMK.01/2006, yang telah disusun dalam analisis beban kerja diatas dapat
disimpulkan beban kerja setiap ASN yang ada di Sat.Pol PP dan Damkar, serta dapat ditentukan
jumlah pegawai setiap formasi sesuai beban kerja yang ada.
Analisis beban kerja diteliti melalui analisis jabatan dan peta jabatan Sat.Pol PP dan Damkar Kab.
OKI. Untuk mendapat hasil dengan format yang sama, Bagian Organisasi Setda OKI memberi
format yang sama untuk seluruh dinas/badan/kantor dan seluruh organisasi perangkat daerah
(OPD) untuk menyusun formulir beban kerja setiap formasi pada Sat.Pol PP dan Damkar
berdasarkan uraian tugas, waktu penyelesaian, waktu kerja efektif, beban kerja agar dapat
menentukan jumlah pegawai yang dibutuhkan untuk formasi tersebut, formulir tersebut juga
digunakan untuk menentukan beban kerja setiap ASN sebagai dasar pemberian tunjangan kinerja
ke depannya. Selanjutnya di susunlah rekapitulasi ABK seperti pada Tabel 1.8.
Dapat dilihat dari rekapitulasi ABK Sat.Pol PP dan Damkar Tahun 2019 pada Lampiran 5, dapat
terlihat formasi ASN yang seharusnya di isi 63 (enam puluh tiga) orang, selama ini hanya di isi 21
(dua puluh satu) orang, beberapa ASN bahkan akan memasuki masa persiapan pensiun (MPP) yang
berarti akan mengurangi ASN yang ada, dan memberikan beban kerja yang semakin tidak merata
di Sat.Pol PP dan Damkar padahal setiap formasi memiliki tupoksi masing-masing, yang selalu
harus memberikan laporan kegiatan pada dinas terkait. Selanjutnya pelaksanaan kegiatan di Sat.Pol
PP dan Damkar akan semakin mengalami hambatan karena kurangnya ASN, dan mempengaruhi
kinerja ASN dalam upaya mencapai visi dan misi kantor. Jika jumlah ASN di Sat.Pol PP dan
Damkar telah idel sesuai dengan analisis beban kerja yaiu 63 (enam puluh tiga) orang, sesuai
kompetensi dan kemampuan setiap formasi maka pelaksanaan kegiatan akan terlaksana secara
efektif dan efisien untuk mencapai target kerja dalam memberikan pelayanan yang maksimal
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
126
terhadap masyarakat.Untuk lebih jelasnya dapat melihat peta jabatan Sat.Pol PP dan Damkar
Kab.OKI pada Lampiran 6.
Berdasarkan peta jabatan pada Lampiran 6 dapat terlihat kelas dari setiap formasi, dan kekosongan
struktur organisasi dari Sat.Pol PP dan Damkar.
Secara umum, persepsi pegawai mengenai analisis pekerjaan sudah baik. Berdasarkan hasil
penghitungan pada Tabel 1.5, pegawai mengetahui secara jelas deskripsi pekerjaan dan spesifikasi
pekerjaan setiap pegawai. Manajemen tidak memerlukan penanganan khusus untuk hal ini. Hal
yang perlu diperhatikan adalah tentang pembagian pekerjaan. Manajemen harus memastikan
pembagian pekerjaan yang jelas sesuai tupoksi masing-masing agar tidak mengganggu tanggung
jawab setiap ASN. Apabila terdapat kekosongan formasi sehingga pelaksanaan kegiatan terhambat
agar dapat aktif segera melakukan pelaporan ke Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan
Kab. OKI (dinas terkait) guna mengisi formasi tersebut secepatnya.
Selanjutnya untuk pemberian tugas/pekerjaan yang diberikan harus sesuai dengan kemampuan dan
keahlian, jika ASN yang bersangkutan memiliki latar belakang pendidikan yang tidak memenuhi
kualifikasi teknis untuk pekerjaan tersebut agar segera dapat mengikuti pelatihan dan pendidikan
terkait.
Apabila kita merujuk pada Tabel 1.6, persepsi pegawai tentang kondisi pekerjaan juga
berindikasi baik, namun beban kerja yang diberikan belum sesuai dengan kemampuan dan
keterampilan, karena adanya ASN yang tidak melaksanakan tugas sehingga ASN lain yang
tidak memiliki keterampilan terkait tugas tersebut diberikan tanggung jawab untuk
melaksanakan tugas tersebut karena dianggap ASN tersebut memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut. Sebaiknya atasan tegas dalam pemberian tugas karena
terkait dengan beban kerja setiap pegawai yang telah dimiliki, agar oknum ASN
bertanggung jawab terhadap tugasnya, tanpa membebani dan mengganggu tugas ASN lain.
Setelah diberi arahan dan bimbingan terkait kesadaran dan tanggung jawab dalam
pelaksanaan tugas, jika ASN tersebut tidak juga memberikan perubahan, untuk segera
diberi sanksi misalnya di usulkan untuk diganti oleh ASN yang lebih mumpuni dan
bertanggung jawab.
Selanjutnya pekerjaan di Sat.Pol PP dan Damkar sangat membahayakan fisik. Secara riil,
pekerjaan setiap pegawai memiliki tingkat risiko cukup tinggi, karena dalam menjalankan
tupoksi setiap bidang memiliki risiko fisik tersendiri. Diharapkan pekerjaan dengan tingkat
risiko fisik tinggi ini sepadan dengan jaminan keselamatan kerja dan tunjangan kinerja
dalam menghadapi risiko tersebut. Selama ini BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)
Ketenagakerjaan selama ini hanya menjamin keselamatan non ASN (tenaga honorer)
karena ASN telah memiliki BPSJ. Padahal BPJS yang dimiliki ASN saat ini memiliki
banyak keterbatasan dan tidak mudah dalam mengurusnya jika terjadi kecelakaan kerja,
harus memenuhi banyak syarat untuk dipenuhi. Hal inilah yang membuat ASN belum
merasa aman dalam pelaksanaan tugas. Sebaiknya menambah asuransi lagi demi
melindungi setiap ASN. Hal yang menurunkan semangat kerja ASN juga belum adanya
tunjangan kinerja, diharapkan pemerintah memberikan tunjangan kinerja sesuai beban
kerja ASN.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
127
Permasalahan lain adalah ASN yang keberatan menyelesaikan tugas dan tanggung jawab
ASN lain, dimana ASN yang bersangkutan tidak pernah masuk kerja dengan alasan yang
tidak jelas. Permasalahan ini dapat diselesaikan jika atasan menindak tegas dengan cara
melakukan pemanggilan terhadap ASN tersebut, diberikan sanksi sesuai peraturan berlaku.
Serta di usulkan untuk segera di isi pengganti yang ingin bekerja. Sehingga kondisi bekerja
yang baik dapat tercipta di lingkungan kerja.
Permasalahan selanjutnya yaitu kurangnya staf/pelaksana setiap bidang. Selama ini setiap
bidang dibantu oleh tenaga honorer di Sat.Pol PP dan Damkar, namun tenaga honorer juga
memiliki batas pelimpahan wewenang, sehingga sangat diharapkan adanya tambahan ASN
setiap bidang untuk membantu pelaksanaan kegiatan secara administratif dan kegiatan
lapangan.
Menurut Kepala Satuan Pol. PP dan Damkar Kab. OKI, Bapak Alexsander, SP., M.Si
menyampaikan, permasalahan ini dapat di selesaikan dengan dukungan dan komitmen
dinas terkait, yaitu menanggapi dengan serius usulan formasi/peta jabatan dari Sat.Pol PP
dan Damkar berkoordinasi dengan Bagian Organisasi Sub Bagian Analisa Jabatan, untuk
disampaikan pada BKPP Kab. OKI sebagai pertimbangan untuk mengajukan formasi
penerimaan ASN maupun mutasi perputaran staf di lingkungan Kab. OKI. Jika BKPP dan
Pemerintah Kab. OKI menanggapi dengan serius usulan dari Sat.Pol PP. Di iringi dengan
pemberian tunjangan kinerja yang sesuai beban kerja untuk menrarik pegawai dari
organisasi perangkat daerah di lingkungan Kab. OKI, maka ASN yang ada akan tersebar
secara merata di setiap dinas. Diharapkan akan terlaksana pemerataan SDM.
Hal ini selaras dengan yang disampaikan oleh Kepala Sub Bagian Analisa Jabatan Bapak
Okta, dimana kendala dari belum adanya tunjangan kinerja sesuai beban kerja adalah
masih menunggu proses, berkas usulan masih dilengkapi persyaratannya. Dan untuk usulan
formasi/penerimaan ASN baru telah disampaikan ke BKPP melalui rekapitulasi kebutuhan
pegawai dari setiap dinas, namun hingga penerimaan ASN terakhir tahun 2019 jatah yang
di terima Kab. OKI masih sangat rendah jauh dari yang diharapkan.
SIMPULAN
Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan dalam mengoptimalkan beban
kerja pegawai di Sat.Pol PP dan Damkar:
Pegawai mengetahui dengan jelas deskripsi pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan mereka.
Hal yang perlu diperhatikan adalah tentang pembagian pekerjaan karena kurangnya
staf/pelaksana setiap bidang. Manajemen harus memastikan pembagian pekerjaan yang
jelas sesuai tupoksi masing-masing agar tidak mengganggu tanggung jawab setiap ASN.
Kondisi pekerjaan pegawai juga berindikasi baik, namun beban kerja yang diberikan belum
sesuai dengan kemampuan dan keterampilan, karena adanya ASN yang tidak
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
128
melaksanakan tugas sehingga ASN lain yang tidak memiliki keterampilan terkait tugas
tersebut diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas tersebut. Selanjutnya
Pekerjaan di Sat.Pol PP dan Damkar memiliki tingkat risiko fisik cukup tinggi sehingga
membutuhkan jaminan keselamatan kerja dan tunjangan kinerja yang sepadan. Dari hasil
penghitungan analisis beban kerja dan analisis jabatan jumlah pegawai yang efektif dan
efisien untuk bekerja di Sat.Pol PP dan Damkar Kab. OKI minimal adalah 63 (enam puluh
tiga) orang, sehingga setiap orang dapat menjalankan tupoksi sebagaimana mestinya. Ini
berarti harus ada penambahan 42 (empat puluh dua) orang pegawai.
Saran
Apabila terdapat kekosongan formasi sehingga pelaksanaan kegiatan terhambat agar dapat
aktif segera melakukan pelaporan ke Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kab.
OKI (dinas terkait) guna mengisi formasi tersebut secepatnya.
jika ASN yang bersangkutan memiliki latar belakang pendidikan yang tidak memenuhi
kualifikasi teknis untuk pekerjaan tersebut agar segera dapat mengikuti pelatihan dan
pendidikan terkait.
Sebaiknya atasan tegas dalam pemberian tugas karena terkait dengan beban kerja setiap
pegawai yang telah dimiliki, agar oknum ASN bertanggung jawab terhadap tugasnya,
tanpa membebani dan mengganggu tugas ASN lain.
Seharusnya pekerjaan dengan tingkat risiko fisik tinggi ini sepadan dengan jaminan
keselamatan kerja dan tunjangan kinerja dalam menghadapi risiko tersebut, yaitu dengan
menambah asuransi kecelakaan kerja lagi dan diharapkan pemerintah memberikan
tunjangan kinerja sesuai beban kerja ASN.
Diharapkan dukungan dan komitmen dinas terkait untuk menyusun usulan formasi/peta
jabatan yang telah disampaikan pada BKPP Kab. OKI sebagai pertimbangan untuk
mengajukan formasi penerimaan ASN maupun mutasi perputaran staf di lingkungan Kab.
OKI. Jika BKPP menanggapi dengan serius usulan dari Sat.Pol PP maka ASN yang ada di
Kab. OKI akan tersebar secara merata di setiap dinas, agar dapat terlaksana pemerataan
SDM.
REFERENSI
[1] Adi, Suroto. 2015. Gap Analysis ( Analisa Kesenjangan). Diakses 02 Mei 2019, dari
https://sis.binus.ac.id/2015/07/28/gap-analysis-analisa-kesenjangan/
F. R.Tjiabrata., B.Lumanauw., L.O.H.Dotulong. 2017. „Pengaruh Beban Kerja dan Lingkungan
Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Sabar Ganda Manado‟, Jurnal EMBA, Vol.5 No.2 Juni
2017, Hal. 1570–1580.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
129
[3] Hidayat, Syah. 2010. Pengantar Umum Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan
Verivikatif. Pekanbaru : Suska Pres.
[4] Istijanto. 2006. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
[5] Kasiram, Mohammad. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif. Malang:UIN Malang
Press.
[6] Mangkuprawira, Sjafri. 2003.Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
[7] Moekijat. 2008. Analisa Jabatan. Bandung : CV. Mandar Maju.
Paramitadewi, Kadek Ferrania. 2017. „Pengaruh Beban Kerja dan Kompensasi Terhadap Kinerja
Pegawai Sekretariat Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan‟, e-jurnal Manajemen Unud, Vol.6,
No.6. 2017, Hal. 3370-3397.
[9] Peraturan Menteri Keuangan No.140/PMK.01/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis
Beban Kerja (Work Load Analysis) di Lingkungan Departemen Keuangan
[10] Peraturan Bupati OKI Nomor 87 Tahun 2016 Tentang Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi,
serta Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Kabupaten OKI.
[11] Proborini, NIken. 2011. Penelitian Terdahulu. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan Pegawai
pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor Cabang Sebelas.
[12] Rangkuti, Freddy. 1997. Riset Pemasaran. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
[13] Risqiansyah, Moch ZA, dkk. 2017. „Hubungan Antara Beban Kerja Fisik dan Beban Kerja
Mental Berbasis Ergonomi Terhadap Tingkat Kejenuhan Kerja PAda Karyawan PT. Jasa Marga
(Persero) Tbk Cabang Surabaya Gempol‟, Jurnal Sains Psikologi, Jilid ^, No.1, Maret 2017, Hal.
37-42.
[14] Setyawan, Teguh. 2008. Penelitian Terdahulu. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan Sumber
Daya Manusia (Studi Kasus Seksi MDF Bogor Centrum Kantor Daerah Telkom Bogor).
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
130
[15] Sufiati, Siti Hanifah. 2007. Penelitian Terdahulu. Analisis Pengukuran Beban Kerja Karyawan
pada Divisi Produksi (Studi Kasus PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas, Bogor).
[16] Sutarto. 2006. Dasar-dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
131
STRATEGI ACCOUNT REPRESENTATIVE PENGAWASAN DALAM
MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (Studi Kasus : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Timur)
Ari Sumantri1, Emi Suwarni
2
Program Magister Manajemen, Universitas Bina Darma
email : [email protected]; [email protected]
2
ABSTRACT
This research aims to analyze and determine how the strategy will be carried out
by the Account Representative Pengawasan (AR Pengawasan) to increase Value Added
Tax (VAT) revenue at Palembang Ilir Timur Tax Office. This research uses descriptive
qualitative method by conducting interviews with respondents. The data and information
obtained are summarized, made an External Factors Analysis Summary matrix, Internal
Factors Analysis Summary, cartesian diagram and then analyzed using a SWOT analysis.
The results of the SWOT analysis note that the Account Representative Pengawasan
position is in quadrant I and the strategies that can be carried out by AR Pengawasan
Palembang Ilir Timur Tax Office, among others: (a) make intensive appeals through
Request Letter for Explanation of Data and/or Remarks if it is known that VAT is not/less
paid by Taxable Entrepreneurs (PKP); (b) mapping, profiling and benchmarking
taxpayers. Then proceed with a visit and direct sweep to the PKP's residence and/or
business location which determines the tax revenue at the Palembang Ilir Timur Tax Office
to determine the suitability of the existing data with the actual conditions in the field; (c)
conduct concrete data checks and issue VAT Underpayment Tax Assessment Letters as a
form of law enforcement and provide a deterrent effect to PKP who do not / less deposit
VAT; (d) conduct a comprehensive and in-depth analysis of data obtained from both
internal and external in carrying out the potential for VAT; and (e) issues a Tax Collection
Letter as an administrative sanction for all PKP that do not or late in reporting the VAT
Period Notification Letter.
Keyword : Strategy, Value Added Tax (VAT), AR Pengawasan, SWOT analysis
PENDAHULUAN
Kontribusi perpajakan dalam postur Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun
2019 yaitu sebesar 82,5%. Penerimaan perpajakan Rp 1.786,4 triliun terdiri dari Pajak
Penghasilan (PPh) sebesar Rp 894,4 triliun, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Rp 655,4
triliun, Cukai Rp 165,5 triliun, Bea Masuk Rp 38,9 triliun, Pajak Bumi dan Bangunan Rp
19,1 triliun, Pajak Lainnya Rp 8,6 triliun dan Bea Keluar Rp 4,4 triliun. PPh dan PPN
merupakan kontribusi utama, sebesar 50,1% dan 36,7% terhadap penerimaan perpajakan
yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
132
Hal ini menunjukkan bahwa pajak sangat berperan penting dalam menopang pembiayaan
pembangunan dan memastikan jalannya roda pemerintahan. Terkahir, target penerimaan
pajak tercapai tahun 2008 yang lalu. Berbagai upaya dan strategi harus dilakukan oleh DJP
dan unit vertikal di bawahnya dalam mencapai target penerimaan tersebut. Menurut
Anthony, Parrewe dan Kacmar (1999) strategi dapat didefinisikan sebagai formulasi misi
dan tujuan organisasi, termasuk di dalamnya adalah rencana aksi (action plans) untuk
mencapai tujuan tersebut dengan secara eksplisit mempertimbangkan kondisi persaingan
dan pengaruh-pengaruh kekuatan di luar organisasi yang secara langsung atau tidak
berpengaruh terhadap kelangsungan organisasi Nainggolan (2008).
Ujung tombak dalam mengawal penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
adalah Account Representative Pengawasan (AR Pengawasan). Salah satu tugas AR
Pengawasan adalah melakukan kegiatan pengawasan dalam rangka mengamankan
penerimaan pajak yang. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Timur (KPP PIT)
merupakan salah satu satuan kerja di bawah DJP juga harus berupaya mencapai target
penerimaan pajaknya salah satunya target PPN.
Tahun 2016, 2017 dan 2018 KPP PIT gagal mencapai target penerimaan PPN. Strategi
yang tepat diperlukan oleh AR Pengawasan KPP PIT dalam mencapai target penerimaan
PPN mengingat target penerimaan PPN selalu meningkat setiap tahunnya. Dalam
penelitian ini permasalahan yang diteliti adalah bagaimana strategi AR Pengawasan untuk
meningkatkan penerimaan PPN di KPP PIT. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis dan menentukan bagaimana strategi yang akan dilakukan oleh AR
Pengawasan untuk meningkatkan penerimaan PPN di KPP PIT.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk menggali lebih jauh mengenai
permasalahan yang ada dalam pelaksanaan tugas pada KPP PIT terutama untuk
menganalisis dan menentukan bagaimana strategi yang akan dilakukan oleh AR
Pengawasan untuk meningkatkan penerimaan PPN di KPP PIT
KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Definisi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah “pengenaan pajak atas pengeluaran untuk
konsumsi baik yang dilakukan perseorangan maupun badan, baik badan swasta maupun
badan pemerintah dalam bentuk belanja barang atau jasa yang dibebankan pada anggaran
belanja negara” (Sukardji 2000). Menurut Quinn (1990) strategi adalah pola atau rencana
yang mengintegrasikan tujuan, kebijakan dan aksi utama dalam hubungan yang kohesif.
Suatu strategi yang baik akan membantu organisasi dalam mengalokasikan sumber daya
yang dimiliki dalam bentuk unique berbasis kompetensi internal serta kemampuan
mengantisipasi lingkungan.
Menurut Freddy Rangkuti (2006) analisis SWOT adalah indifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi perusahan. Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
133
Pratiwi DK (2002), mengungkapkan bahwa strategi Peningkatan Penerimaan Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) yang direkomendasikan untuk meningkatkan penerimaan PBB di
Kabupaten Klaten adalah untuk merespon isu kenaikan NJOP adalah strategi
mengevaluasi, meninjau kembali, menyesuaikan NJOP lama dan menetapkan NJOP baru
melalui : 1) Pembentukan Tim Penyusun NJOP, 2) Evaluasi dan Pengumpulan data NJOP
dan 3) Penyusunan NJOP dan Reklasifikasi. Strategi untuk merespon isu peremajaan data
adalah strategi mengoptimalkan pendaftaran, pendataan dan penilaian subyek dan obyek
PBB melalui: 1) Peningkatan dana pendataan, 2) Pembentukan tim pemelihara basis data
PBB dan 3) Perencanaan kegiatan operasional. Sedangkan untuk merespon isu
meningkatkan intensifikasi PBB direkomendasikan strategi mengoptimalkan intensifikasi
PBB, meningkatkan kesadaran aparat dan masyarakat serta mendekatkan pelayanan
melalui: 1) Intensifikasi PBB tingkat kecamatan, 2) Peningkatan kesadaran petugas
pemungut, 3) Peningkatan kesadaran wajib pajak, 4) Pekan panutan pembayaran PBB dan
5) Pengembangan unit Pelayanan Satu Tempat. Guna merespon isu Komputerisasi PBB
direkomendasikan strategi pemantapan, peningkatan dan penyempurnaan sistem
komputerisasi PBB melalui: 1) Pembentukan tim Komputerisasi PBB dan 2) Peningkatan
dan penyempurnaan sistem komputerisasi PBB.
Rohmat Hafinudin, Sahroni Djamhur Hamid dan Mohammad Iqbal (2015)
mengungkapkan bahwa strategi peningkatan pajak daerah Kota Malang dilakukan melalui
2 (dua) cara, yaitu melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi yang
dilakukan adalah dengan melakukan penyesuaian tarif, peningkatan pengawasan dan
pengendalian pembayaran pajak daerah, peningkatan kualitas sumber daya manusia
DISPENDA, dan dengan menetapkan target penerimaan pajak daerah. Program
Ekstensifikasi yang dilakukan DISPENDA Kota Malang adalah dengan melakukan survey
lapangan, melakukan koordinasi dan kerjasama dengan dinas atau pihak terkait, dan
melakukan sosialisasi. Survey lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi objek pajak
dan wajib pajak di lapangan. Koordinasi dan kerjasama dilakukan agar optimalisasi
penerimaan pajak daerah meningkat. Sosialisasi dilakukan melalui siaran TV dengan
melakukan kerjasama Malang TV, melalui siaran radio di RRI, dan melalui media Koran
Jawa Pos.
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan peneliti adalah metode penelitian kualitatif dan
jenis penelitiannya adalah deskriptif yaitu menggambarkan obyek atau subyek yang diteliti
apa adanya. Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui pengamatan
dan wawancara, pegawai Kantor Pelayanan Pajak antara lain AR Pengawasan, Kepala
Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, konsultan pajak dan wajib pajak.
Waktu dan Tempat Penelitian
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
134
Penelitian akan berlangsung antara bulan Juni sampai dengan Agustus 2019 dan berlokasi
di Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III dan Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV yang merupakan tiga seksi yang bertugas melakukan
pengawasan terhadap wajib pajak di Kantor KPP Pratama Palembang Ilir Timur yang
beralamatkan di Gedung D Keuangan Negara, Jalan Kapten A. Rivai Nomor 4 Palembang.
3.3. Teknik Analisis Data
Peneliti menggunakan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity dan Threat)
dalam pemecahan masalah. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam dengan
para informan. Jumlah informan yang diwawancara adalah enam orang yaitu 1 orang kepala seksi
pengawasan dan konsultasi IV, 2 orang AR Pengawasan dan 2 orang wajib pajak berstatus
Pengusaha Kena Pajak (PKP) serta 1 orang konsultan pajak. Prosedur penelitian yang dilakukan
yaitu: 1) membuat rencana kerja penelitian yaitu langkah-langkah yang akan dilakukan di dalam
penelitian berupa pengumpulan data, pengolahan data, perumusan strategi dan penentuan strategi;
2) melakukan wawancara kepada informan 1, 2 dan 3 yaitu 1 orang kepala seksi pengawasan dan
konsultasi IV, 2 orang AR Pengawasan serta mengumpulkan data internal berupa butir-butir
kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses); 3) melakukan wawancara kepada informan 4, 5
dan 6 yaitu dengan 2 orang wajib pajak berstatus PKP dan 1 orang konsultan pajak serta
mengumpulkan data eksternal berupa butir-butir peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats); 4)
menyusun matriks EFAS dan IFAS; 5) menentukan posisi kuadran AR Pengawasan KPP PIT
kemudian digambarkan dalam diagram cartesius; 6) membuat matriks SWOT yang kemudian
secara kualitatif dikombinasikan untuk menghasilkan klasifikasi strategi yang meliputi empat set
kemungkinan alternatif strategi, yaitu Strategi S-O, Strategi W-O, Strategi S-T dan Strategi W-T;
dan 6) menentukan strategi kombinasi yang memiliki bobot terbesar yang nantinya akan
dilaksanakan oleh KPP PIT dalam rangka meningkatkan penerimaan PPN.
Hasil dan Pembahasan
4.1. Analisis Kasus
Hasil wawancara yang telah dilakukan, peneliti membuat rangkuman dan rekapitulasi faktor-faktor
strategis internal dan eksternal AR Pengawasan di KPP PIT dalam rangka meningkatkan
penerimaan PPN adalah sebagai berikut:
Kekuatan (Strength)
Adanya landasan hukum yang jelas yaitu peraturan perundang-undangan perpajakan;
Ketersediaan sarana dan prasarana;
Ketersediaan jumlah AR Pengawasan yang memadai;
Reformasi Birokrasi di DJP salah satunya di bidang Teknologi Informasi dan Basis Data; dan
Memiliki otoritas untuk melakukan law enforcement.
Kelemahan (Weakness)
Kualitas AR Pengawasan yang belum memadai;
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
135
Keterbatasan pada akses informasi dan pengetahuan tentang industri tertentu sehingga kehilangan
potensi PPN;
Kurangnya koordinasi dengan instansi terkait; dan
Kurangnya tindakan law enforcement di tingkat AR Pengawasan.
3. Peluang (Opportunity)
Kondisi kota Palembang yang cukup aman dan kondusif;
Potensi PPN yang masih besar dan belum tergali secara maksimal; dan
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
4. Ancaman (Threat)
Tingkat kepatuhan Wajib Pajak atas PPN yang masih rendah; dan
Perilaku rasional individu (tindakan wajib pajak untuk menghindari pajak (tax avoidance); dan
Kondisi perekonomian Indonesia yang masih kurang baik.
Setelah mengetahui faktor-faktor strategis internal dan eksternal AR Pengawasan KPP PIT,
langkah berikutnya adalah membuat matriks EFAS peluang sebagai berikut:
Tabel 1.
Perhitungan EFAS Peluang (Opportunity)
Faktor-Faktor strategi
eksternal
Bobot Rating Bobot
x
Rating
Komentar
Kondisi Kota
Palembang yang cukup
aman dan kondusif
0,27 4 1,08 Kota Palembang
termasuk kota yang
aman dan kondusif bagi
PKP untuk berdagang
dan melaksanakan
aktifitasnya. Kecilnya
tingkat kerusuhan,
bentrok antar etnis
SARA sangat jarang
terjadi sehingga
membuat PKP lebih
tenang dalam
menjalankan bisnisnya.
Potensi PPN yang
masih besar dan belum
0,20 3 0,60 Wilayah kerja KPP PIT
merupakan wilayah
pusat kegiatan sentral
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
136
tergali secara optimal ekonomi di Kota
Palembang. Jalan
Sudirman, Jalan Mesjid
Lama, Pasar tengkuruk
dan 16 Ilir termasuk di
dalamnya.
Perkembangan
teknologi informasi dan
komunikasi (TIK)
0,27 4 1,08 Kemajuan teknologi
informasi dan
komunikasi
memudahkan PKP
untuk menjalankan
bisnisnya. Media sosial,
Instagram, Facebook,
twitter dapat digunakan
sebagai media promosi
barang dan jasa yang
ditawarkan oleh PKP
meskipun tidak
memiliki toko/gerai
sekalipun.
JUMLAH O 0,74 11 2,76
Setelah membuat matriks perhitungan EFAS peluang, dengan cara dan langkah yang sama
kemudian disusun matriks perhitungan EFAS ancaman sebagai berikut:
Tabel 2.
Perhitungan EFAS Ancaman (Threat)
Faktor-Faktor strategi
eksternal
Bobot Rating Bobot
x
Rating
Komentar
Tingkat kepatuhan
Wajib Pajak atas PPN
yang masih rendah
0,07 1 0,07 Masih rendahnya
tingkat kepatuhan wajib
pajak atas PPN
merupakan ancaman
tersendiri bagi AR
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
137
Pengawasan di KPP
PIT. Hal ini disebabkan
antara lain karena
tingkat pemahaman
PKP yang masih kurang
terhadap PPN itu
sendiri. Masih terdapat
PKP yang masih
bingung atas ketentuan
PPN tersebut terlebih
peraturan perpajakan
yang perubahannya
cukup dinamis.
Perilaku rasional
individu (tindakan
wajib pajak untuk
menghindari pajak (tax
avoidance)
0,07 1 0,07 Meskipun tingkat
pemahaman PKP sudah
memadai, masih juga
terdapat upaya PKP
untuk melakukan
penghindaran pajak
dengan tujuan agar PPN
yang seharusnya
dibayar menjadi lebih
kecil dari yang
seharusnya.
Kondisi perekonomian
Indonesia yang masih
kurang baik
0,12 2 0,24 Krisis global dan
kondisi perkeonomian
Indonesia yang masih
kurang baik,
menyebabkan
menurunnya daya beli
masyarakat terhadap
barang dan jasa yang
ditawarkan PKP. Hal ini
menyebabkan omset
PKP menjadi menurun.
JUMLAH T 0,26 4 0,38
Berdasarkan tabel 1 dan 2, diketahui bahwa skor EFAS peluang sebesar 2,76 dan ancaman 0,38.
Setelah faktor-faktor strategis eksternal diidentifikasi dan disusun matriks EFAS, selanjutnya
disusun matriks IFAS. Langkah-langkahnya mirip dengan penyusunan matriks EFAS. Perhitungan
matriks IFAS kekuatan sebagai berikut:
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
138
Tabel 3.
Perhitungan IFAS Kekuatan (Strenght)
Faktor-Faktor strategi
internal
Bobot Rating Bobot
x
Rating
Komentar
Adanya landasan
hukum yang jelas yaitu
peraturan perundang-
undangan perpajakan
0,17 4 0,68 PPN dipungut
berdasarkan Undang-
Undang sehingga
berkekuatan hukum
yang tetap dan bersifat
memaksa kepada PKP.
Aparatur Pajak dalam
melaksanakan tugasnya
dilindungi oleh hukum
sepanjang sesuai dengan
ketentuan perpajakan
yang berlaku.
Ketersediaan sarana dan
prasarana
0,13 3 0,39 Sarana dan prasarana di
KPP PIT bagi AR
Pengawasan sudah
sangat memadai, meja,
kursi perangkat
komputer bagi masing-
masing AR
pengawasan, yang
sudah dilengkapi
dengan jaringan intranet
dan di internet.
Ketersediaan jumlah
AR Pengawasan yang
memadai
0,13 3 0,39 Jumlah AR Pengawasan
di KPP PIT adalah 33
orang sedangkan jumlah
PKP sebanyak 3.614
PKP terdaftar. Rasio
perbandingan antara
kuantitas AR
Pengawasan
dibandingkan jumlah
PKP yang terdaftar
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
139
adalah 1:110 sehingga
cukup ideal untuk
melakukan pengawasan
dan penggalian potensi
PPN atas PKP tersebut.
Reformasi Birokrasi di
DJP salah satunya di
bidang Teknologi
Informasi dan Basis
Data
0,13 3 0,39 Penataan ulang sistem
informasi teknologi dan
basis data yang handal,
mendukung proses
bisnis DJP dan
menghasilkan output
yang akurat dan
reliable. Kaitannya
untuk AR Pengawasan
adalah adanya aplikasi
pembantu untuk
melakukan pengawasan
kepada PKP seperti
Approweb, Apportal
dan MPN Info.
Memiliki otoritas untuk
melakukan law
enforcement
0,13 3 0,39 Sejak tahun 2016 AR
Pengawasan diberikan
kewenangan untuk
melakukan pemeriksaan
pajak atas data konkret
sesuai amanat SE-
06/PJ/2016 tentang
Kebijakan Pemeriksaan.
Pemeriksaan atas data
konkret ini berupa data
Faktur Pajak yang
tidak/kurang disetor
oleh PKP. Sebelumnya
petugas yang dapat
melakukan pemeriksaan
pajak adalah hanya
Fungsional Pemeriksa
Pajak.
JUMLAH S 0,69 16 2,24
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
140
Setelah membuat matriks perhitungan IFAS kekuatan, dengan cara dan langkah yang sama
kemudian disusun matriks perhitungan IFAS kelemahan sebagai berikut:
Tabel 4.
Perhitungan IFAS Kelemahan (Weakness)
Faktor-Faktor strategi
internal
Bobot Rating Bobot
x
Rating
Komentar
Kualitas AR
Pengawasan yang
belum memadai
0,04 1 0,04 Latar belakang
pendidikan dan tingkat
pemahaman PPN setiap
AR Pengawasan
berbeda-beda.
Disamping itu terdapat
AR Pengawasan yang
baru promosi sehingga
belum memiliki
pengetahuan dan
pengalaman yang cukup
dalam melakukan
penggalian potensi PPN
sehingga potensi PPN
belum tergali maksimal.
Keterbatasan pada
akses informasi dan
pengetahuan tentang
industri tertentu
sehingga kehilangan
potensi PPN
0,09 2 0,18 Adanya keterbatasan
dalam akses informasi
internal perpajakan
membuat AR
Pengawasan
kurang/tidak
mendapatkan informasi
yang akurat dan detail.
Kurangnya koordinasi
dengan instansi terkait
0,09 2 0,18 Koordinasi dengan
instansi terkait di
tingkat instansi vertikal
maupun daerah seperti
Pemda dan Pemkot
membuat kurangnya
data atau informasi
eksternal yang
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
141
seharusnya dapat
menjadi bahan dalam
penggalian potensi
PPN.
Kurangnya tindakan
law enforcement di
tingkat AR Pengawasan
0,09 2 0,18 Meskipun AR
Pengawasan memiliki
kewenangan untuk
melakukan tindakan law
enforcement, tetapi
jumlah pemeriksaan
data konkret di tingkat
AR Pengawasan masih
belum maksimal. Tahun
2018 rata-rata AR
Pengawasan hanya
melakukan 6
pemeriksaan dalam
setahun.
JUMLAH W 0,31 7 0,58
Keterangan:
Rating: 1 = di bawah rata-rata
2 = rata-rata
3 = di atas rata-rata
4 = sangat baik
Bobot: 0,0 = tidak penting
1,0 = sangat penting (Rangkuti, 2001)
Catatan: Jumlah bobot maksimal O + T = 1,0 begitu juga S + W = 1,0 (Rangkuti 2001).
Berdasarkan tabel 3 dan 4, diketahui bahwa skor IFAS kekuatan 2,24 dan kelemahan sebesar 0,58.
4.2. Pembahasan Kasus
Setelah matriks EFAS dan IFAS dibuat, langkah selanjutnya adalah merekapitulasi skor masing-
masing faktor peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan untuk menentukan titik koordinat yang
menggambarkan posisi kuadran AR Pengawasan di KPP PIT dengan perhitungan sebagai berikut:
Tabel 5.
Rekapitulasi IFAS dan EFAS Analisis SWOT
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
142
IFAS (S + W) 2,82 EFAS (O + T) 3,14
Total Skor Kekuatan (S) 2,24 Total Skor Peluang (O) 2,76
Total Skor Kelemahan (W) 0,58 Total Skor Ancaman (T) 0,38
S – W (2,24 – 0,58) 1,66 O – T 2,38
Berdasarkan tabel 5 di atas, terlihat bahwa titik koordinat strategi AR Pengawasan dalam rangka
meningkatkan penerimaan PPN di KPP PIT terletak pada titik sumbu kekuatan 1,66 dan 2,38.
Posisi kuadran dari strategi AR Pengawasan dalam rangka meningkatkan penerimaan PPN di KPP
PIT dapat sebagai berikut:
Berdasarkan hasil diagram cartesisus di atas, maka dapat disimpulkan bahwa posisi AR
Pengawasan KPP PIT dalam rangka meningkatkan penerimaan PPN berada pada kuadran I.
Strategi yang harus ditetapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy) sehingga dapat meningkatkan
penerimaan PPN di KPP PIT. AR Pengawasan harus memanfaatkan dengan baik kekuatan yang
dimiliki untuk merebut kesempatan yang ada sehingga dapat meningkatkan penerimaan PPN di
KPP PIT. AR Pengawasan di KPP PIT harus meningkatkan aktifitas pengawasan kepada PKP,
meningkatkan produktifitas kerja demi mencapai target penerimaan PPN yang telah ditetapkan.
Peningkatan pengawasan dan kepatuhan perpajakan yaitu dalam rangka memastikan wajib pajak
melaksanakan kewajiban perpajakanya terkait PPN dengan benar serta terciptanya kepatuhan wajib
pajak secara sukarela dan berkesinambungan.
Menurut Rangkuti (2006), matriks SWOT adalah alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor
strategis perusahaan. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
143
ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki. Strategi yang tepat untuk perusahaan yang berada pada kuadran I (S-O) adalah
strategi yang agresif yaitu menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang.
Hal ini menunjukkan bahwa AR Pengawasan KPP PIT memiliki peluang dan kekuatan sehingga
dapat memanfaatkan peluang yang ada. Posisi ini membuktikan posisi AR Pengawasan di KPP PIT
yang kuat dan berpeluang. Strategi yang harus ditetapkan dalam kondisi ini adalah strategi yang
mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy). Sejalan dengan teori di
atas, AR Pengawasan harus memanfaatkan dengan baik kekuatan yang dimiliki untuk merebut
kesempatan yang ada sehingga dapat meningkatkan penerimaan PPN di KPP PIT. AR Pengawasan
di KPP PIT harus meningkatkan aktifitas pengawasan kepada PKP, meningkatkan produktifitas
kerja demi mencapai target penerimaan PPN yang telah ditetapkan. Peningkatan pengawasan dan
kepatuhan perpajakan yaitu dalam rangka memastikan wajib pajak melaksanakan kewajiban
perpajakanya terkait PPN dengan benar serta terciptanya kepatuhan wajib pajak secara sukarela dan
berkesinambungan. Meningkatkan kegiatan penegakan hukum dalam rangka terciptanya kepastian
dan keadilan hukum melalui pelaksanaan penegakan hukum yang berkeadilan. Melakukan
optimalisasi penggalian potensi dan pemungutan pajak PPN dalam rangka memastikan wajib pajak
memenuhi kewajiban pajaknya dilakukan melalui pendayagunaan data dan sistem informasi
perpajakan yang up to date dan terintegrasi.
Hal ini sejalan juga dengan penelitian-penelitian terdahulu bahwa petugas pajak harus aktif dalam
melakukan pengawasan kepada wajib pajak. Rohmat Hafinudin, Sahroni Djamhur Hamid dan
Mohammad Iqbal (2015) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul STRATEGI PENINGKATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) MELALUI PAJAK DAERAH DI KOTA MALANG
(STUDI PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MALANG), diketahui bahwa salah
satu strategi peningkatan pajak daerah Kota Malang yaitu melalui program intensifikasi.
Instensifikasi yang dilakukan adalah dengan melakukan penyesuaian tarif, peningkatan
pengawasan dan pengendalian pembayaran pajak daerah, peningkatan kualitas sumber daya
manusia Dispenda dan dengan menetapkan target penerimaan pajak daerah. Intensifikasi disini
artinya Dispenda yang bersifat proaktif, agresif dan antusiasme yang tinggi dalam upaya
meningkatkan PAD nya.
Kahar Haerah (2017) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul STRATEGI PENINGKATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DI
KABUPATEN JEMBER. Hasil penelitiannya adalah untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah
khusus dari sektor pajak hotel dan restoran, maka salah satu pilihan strategi yang dapat dilakukan
adalah mengoptimalkan program intensifikasi Pajak Hotel dan Pajak Restoran dengan cara
pemanfaatan jaringan system informasi pelayanan pajak secara maksimal, meningkatkan
penyuluhan kepada wajib pajak, meningkatkan kerjasama dengan dunia usaha dan masyarakat
dengan menyiapkan segala fasilitas hotel dan restoran yang lebih menarik, meningkatkan
kerjasama dan koordinasi dengan para pengusaha hotel dan restoran serta pihak terkait lainnya
untuk ikut bersama-sama menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban, penerapan pajak
online dan mengadakan sosialisasi kebijakan pajak hotel dan pajak restoran secara intensif.
Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-39/PJ/2015 tanggal 29 Mei 2015
tentang Pengawasan Wajib Pajak dalam bentuk Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau
Keterangan, dan Kunjungan (Visit) kepada Wajib Pajak, sudah diatur dengan jelas bagi AR
Pengawasan dalam melakukan himbauan dan kunjungan kepada wajib pajak. Dalam hal
berdasarkan hasil penelitian dan analisis diketahui bahwa wajib pajak diduga belum memenuhi
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
144
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, AR Pengawasan dapat meminta
penjelasan atas data dan/atau keterangan mengenai dugaan tersebut kepada wajib pajak. Wajib
pajak diberi kesempatan untuk menyampaikan klarifikasi atas permintaan penjelasan atas data
dan/atau keterangan tersebut dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah surat permintaan
penjelasan disampaikan. Dengan pertimbangan tertentu terhadap wajib pajak yang tidak
memberikan tanggapan dalam jangka waktu yang diberikan, Kepala Kantor Pelayanan Pajak masih
dapat memberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian penjelasan kepada wajib pajak paling
lama 14 (empat belas) hari setelah jangka waktu penyampaian penjelasan pertama berakhir.
Apabila wajib pajak tetap tidak merespon dalam kurun waktu tersebut, AR Pengawasan dapat
melakukan tindakan berupa mengirimkan kembali surat ke alamat yang benar apabila diketahui
surat kembali pos atau melakukan kunjungan (visit) kepada wajib pajak atau mengusulkan untuk
dilakukan pemeriksaan data konkret, pemeriksaan seluruh jenis pajak, atau pemeriksaan bukti
permulaan dalam hal terdapat indikasi tindak pidana perpajakan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Pasal 14 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa DJP
dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak dalam hal wajib pajak dikenai sanksi administrasi berupa
denda dan/atau bunga antara lain disebabkan karena wajib pajak tidak atau terlambat melaporkan
penyampaian SPT Masa PPN sebesar Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah).
Berdasarkan teori yang ada, penelitian-penelitian terdahulu dan ketentuan perpajakan yang telah
diungkapkan di atas, peneliti merumuskan strategi hasil analisis SWOT yang dapat dilihat pada
tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 6.
Rekapitulasi Strategi SWOT
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
145
5. SIMPULAN
Setelah dilakukan analisis SWOT dan pembahasan mengenai bagaimana strategi AR Pengawasan
KPP PIT dalam rangka meningkatkan penerimaan PPN dapat disimpulkan bahwa hasil diagram
cartesius menggambarkan bahwa posisi AR Pengawasan KPP PIT dalam rangka meningkatkan
penerimaan PPN berada pada kuadran I. Strategi yang harus ditetapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy) sehingga dapat
meningkatkan penerimaan PPN di KPP PIT.
Strategi yang paling efektif dalam rangka meningkatkan penerimaan PPN oleh AR Pengawasan di
KPP PIT adalah sebagai berikut:
Melakukan analisis yang komprehensif dan mendalam terhadap data yang diperoleh baik dari
internal dan eksternal dalam melakukan penggalian potensi PPN;
Melakukan mapping, profiling dan benchmarking wajib pajak. Kemudian dilanjutkan dengan
kunjungan dan penyisiran langsung ke tempat tinggal dan/atau lokasi usaha PKP yang menjadi
penentu penerimaan pajak di KPP PIT untuk menentukan kesesuaian data yang ada dengan kondisi
sebenarnya di lapangan;
Melakukan himbauan yang intensif melalui Surat Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau
Keterangan apabila diketahui PPN tidak/kurang dibayar oleh PKP;
Menerbitkan Surat Tagihan Pajak sebagai sanksi administrasi atas semua PKP yang tidak atau
terlambat melaporkan SPT Masa PPN; dan
Melakukan pemeriksaan data konkret dan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar PPN
sebagai wujud penegakan hukum dan memberikan efek jera kepada PKP yang tidak/kurang
menyetorkan PPN.
Adapun saran-saran yang dapat diberikan sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut :
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
146
Strategi yang mendesak dan harus segera dilakukan oleh AR Pengawasan KPP PIT adalah
mengenal wajib pajak yang menjadi tanggung jawabnya “knowing your taxpayers”. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara melakukan mapping, profiling dan benchmarking wajib pajak.
Kemudian dilanjutkan dengan kunjungan dan penyisiran langsung ke tempat tinggal
dan/atau lokasi usaha PKP yang menjadi penentu penerimaan pajak di KPP PIT untuk
menentukan kesesuaian data yang ada dengan kondisi sebenarnya di lapangan;
AR Pengawasan, atasan langsung dan kepala kantor harus bersinergi, bekerja sama,
berupaya semaksimal mungkin dalam rangka meningkatkan penerimaan PPN. Tercapainya
penerimaan PPN adalah tanggung jawab bersama bukan hanya berada di pundak AR
Pengawasan sehingga diharapkan peran dan dukungan oleh semua pihak di KPP PIT; dan
Peran serta dan dukungan Kantor Wilayah DJP Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka
Belitung dan Kantor Pusat DJP harus terus ditingkatkan terutama terkait penyediaan data
yang lebih akurat, kredible, penyempurnaan aturan perpajakan, dan perlindungan hukum
terhadap upaya kriminalisasi dari wajib pajak dan PKP kepada AR Pengawasan dalam
rangka melaksanakan tugas dan fungsinya.
REFERENSI
[1] Bryson, Jhon M., 2007, Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Sosial, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
[2] Hafinudin, R., Djamhur, H., & Iqbal, M. (2015). Strategi Peningkatan Pendapatan
Asli Daerah (Pad) Melalui Pajak Daerah Di Kota Malang (Studi Pada Dinas Pendapatan
Daerah Kota Malang). Jurnal Mahasiswa Perpajakan, 2(No. 2), 1–10.
[3] Hubeis, Musa dan Mukhamad Najib, 2014, Manajemen Strategi Dalam Pengembangan
Daya Saing Organisasi, PT Gramedia Kencana, Jakarta.
[4] Iswan Masirete. (2013). Strategi Peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor
dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Poso. Ekomen,
13(2), 36.
[5] Pearce JA, Robinson RB, 2013, Manajemen Strategik: Formulasi, Implementasi, dan
Pengendalian, Jilid 1, Binarupa Aksara, Jakarta.
[6] Presiden Republik Indonesia, 2009. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah,
Jakarta.
[7] Rangkuti, Freddy, 2005, Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta,
Gramedia Pustaka Utama.
[8] Sugiyono, 2015, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung,
Alfabeta.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
147
FUNGSI KOORDINASI BIDANG PROGRAM DAN BIDANG BINA
MARGA DI DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
KABUPATEN OGAN ILIR
DODY ISFANSYAH1, LIN YAN SYAH
2
Pascasarjana,Universitas Bina Darma Palembang
email: [email protected]
Pascasarjana,Universitas Bina Darma Palembang
Email : [email protected]
Abstract
The research was titled "Function of coordinating Program field and building Department
of Public Works and organizing of Ogan Ilir County area". Research aims to improve the
productivity of performance in bureaucratic environment of Public works Department and
the arrangement of Ogan Ilir District in providing service for the community. Department
of Public Works and spatial arrangement of Ogan Ilir District which is responsible for
carrying out the processing of roads and bridges in the status of district roads, both related
to routine maintenance, improvement and development of the road network in The area of
Ogan Ilir Regency, while the field of water resources perform the task of the supply and
management of raw water especially for irrigation and clean water. To fulfill the challenge
and the direction of clear development in need of the state civil Apparatus (ASN) technical
and administrative areas of competence and dedication in public Works office and efficient
spatial arrangement and effectiveness. This research is a qualitative deskriftif because this
research uses a qualitative analysis method that describes a picture of the data in the form
of a word with the aim to understand a social situation, events, roles and groups. The data
collection techniques used are interviews with a number of related sections in the
coordination function of the Program field and the Bina Marga field. The function of
coordinating the field of Program and the field of Bina Marga in public Works department
and the arrangement of Ogan Ilir District can run as expected. This study discusses the
findings of the case from the planning, implementation, and evaluation aspects of the
Department of Public Works and the arrangement of Ogan Ilir District. Outline of the work
and execution time is not changed, only less coordination between the field of Program and
the field of Bina Marga in the implementation of activities. It is necessary to have a more
intensive system of surveillance conducted by the head of Dinas, head of field in the stages
of activities and the perpetrators of the activities that exist in the service is still ongoing
activities and activities have been Creating maximum results. Here researchers propose the
control system of activities during activities and after implementation
*** abstrak hanya boeh terdiri dari maksimal 150 kata. Mohon disingkat lagi
Keywords: Coordination, Planning, Implementation, and Evaluation.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
148
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang jalan
menyatakan bahwa jalan merupakan salah satu prasaran yang penting dalam
pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam pembinaan persatuan dan
kesatuan bangsa, wilayah negara, dan fungsi masyarakat dalam memajukan kesejahteraan
umum. pembangunan Pembangunan Infrastruktur memegang peranan penting sebagai
salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Keberadaan
infrastruktur yang memadai sangat diperlukan. Sarana dan prasarana fisik, atau sering
disebut dengan infrastuktur, merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem
pelayanan masyarakat. Berbagai fasilitas fisik merupakan hal yang vital guna mendukung
berbagai kegiatan pemerintahan, perekonomian, industri dan kegiatan sosial di masyarakat
dan pemerintahan. Mulai dari sistem energi, transportasi jalan raya, bangunan-bangunan
perkantoran dan sekolah, hingga telekomunikasi, rumah peribadatan dan jaringan layanan
air bersih, kesemuanya itu memerlukan adanya dukungan infrastruktur yang handal
(Wirahadikusumah, 2009: 56)
Menurut pasal 11 dan pasal 12 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, kewenangan daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib yang
berkaitan dengan pelayanan dasar dan tidak berkaitan dengan pelayanan dasar, dan Urusan
Pemerintahan Pilihan (lkpj bupati ogan ilir, 2018:1). pada masa awal terbentuknya
Kabupaten Ogan Ilir pembangunan berorientasi pada pembukaan daerah-daerah terisolir
dan tertinggal, sehingga peran Pemerintah daerah sangat besar untuk mewujudkan dan
memenuhi harapan masyarakat. Pembangunan Infrastruktur jalan dan jembatan Kabupaten
Ogan Ilir cukup strategis karena banyak di lalui oleh Jalan Primer Nasional yang
menghubungkan antar Provinsi dan Jalan Primer Provinsi yang menghubungkan antar
kabupaten .
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang kabupaten ogan Ilir yang bertanggung jawab
untuk melaksanakan pengelolahan jalan dan jembatan yang berstatus jalan kabupaten, baik
yang terkait pemeliharaan rutin, peningkatan dan pembangunan jaringan jalan yang ada di
wilayah kabupaten ogan ilir, sedangkan bidang sumber daya air melaksanakan tugas
penyedian dan pengelolahan air baku khusunya untuk irigasi dan air bersih (rpjmd ogan ilir
2016:63-64). untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat tersebut Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kabuapaten Ogan Ilir memprioritaskan menyediakan
infrasturktur jalan dan jembatan dengan kwalitas yang baik baik meningkatkan akses antar
pusat kegiatan agar lebih maksimal (lkpj 2018 IV-118), dan untuk daya tempuh yang lebih
singkat dan mendukung perekonomian masyarakat. Untuk memenuhi tantang dan arah
pembangunan yang jelas di butuh Aparatur Sipil negara (ASN) bidang teknis maupun
administrasi yang kompetensi dan dedikasi tinggi.
Dinas tersebut mempunyai struktur organisasi dengan 5 bidang kerja di bawah langsung Kepala
Dinas. Keberhasilan mencapai tujuan tergantung pada pemilihan tujuan yang akan dicapai, Agar
tujuan organisasi tersebut dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan, maka aspek yang
diperhatikan adalah faktor manusia Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam fungsi koordinasi bidang
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
149
program dan bina marga didalam organisasi didinas. Sehubungan dengan proses perkembangan
didinas masih terdapat beberapa kendala seperti : masih kekurangan Sumber daya manusia
Aparatur Sipil Negara (ASN) baik itu secara jumlah maupun kompetensi, hal ini mengakibatkan
proses kegiatan dari perencanaan, pelaksanaa, dan evaluasi tidak sesuai dengan prosedur dan
standar yang ada ddiinas.
Upaya meningkatkan produktivitas kinerja di lingkungan birokrasi diperlukan suatu alur koordinasi
yang efektif. Hal inilah yang mendasari pemikiran penulis bahwa Fungsi Koordinasi Bidang
Program dan Bidang Bina Marga di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Ogan Ilir. Hal ini fungsi koordinasi diperlukan dalam menjalankan kegiatan
pelaksanaan tugas Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat
secara efektif dan efisien.
Berdasarkan permasalahan yang telah di gambarkan pada identifikasi kasus di atas, maka peneliti
merumuskan permasalahan. Bagaimanakah efektifitas fungsi Koordinasi dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya di Dinas Pekerjaan Umum
dan penataan Ruang Kabupaten Ogan Ilir. Tujuan dari penelitian internship ini untuk mengetahui
efektifitas fungsi koordinasi bidang program dan bidang bina marga di Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kabupaten Ogan Ilir.
Penelitian yang dilakukan penulis adalah termasuk penelitian kualitatif deskriptif, dengan jenis
penelitian berupa studi kasus.Menurut Nazir (2003) menyatakan penulisan deskriptif adalah suatu
metode dalam penelitian yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,
suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Dalam penelitian
deskriptif bertujuan untuk membuat gambaran atau lukisan yang sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Sedangkan
penelitian kualitatif artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data
tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan, memo, dan
dokumen resmi lainnya, sehingga menjadi tujuan dari penelitian kualitatif.
Penelitian ini mendeskripsikan keadaan, penggambaran fungsi koordinasi bidang
Program dan bidang Bina Marga di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Ogan Ilir. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif disajikan secara
deskriftif.
KAJIAN LITERATUR
PEMBAHASAN
Pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Ogan Ilir fungsi
perencanaan dilaksanakan oleh bidang Program dengan tugas rinci berupa penyusunan
program, menganalisa dan mengevaluasi, mengembangkan, perencanaan teknis dan
menangani jaringan jalan dan jembatan, pelaksanaan survei, meneliti mengenai dampak
lingkungan dan studi kelayakan di bidang pengembangan jalan dan jembatan.
Hasil wawancara kepala bidang Program mengemukakan pernyataan sebagai berikut :
“ Perencanaan berawal dari usulan masyarakat dituangkan menjadi penyusunan doukmen
Rencana Kerja (RENJA), Rencana Kerja Anggaran (RKA), Dokumen Pelaksanaan
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
150
Anggaran (DPA). program-program dan kegiatan yang tertuang dalam Dokumen
Pelaksanaan Anggran (DPA), selanjutnya oleh bidang Program disusun menjadi
perencanaan teknis kegiatan” (sumber wawancara dengan kepala bidang progam tanggal
24 Juni 2019).
Berdasarkan hasil temuan pada Laporan hasil audit Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
perwakilan Sumatera selatan. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
Ogan Ilir belum sepenuhnya menjalankan fungsi koordinasi secara efaktip pada aspek
perencanaan dan pelaksanana pada bidang dan fungsinya masing-masing secara struktural.
Seharusnya Perencanaan dibuat berdasarkan feed back dari Evaluasi pelaksaanan kegiatan
sebelumnya dan usulan kegiatan jalan dan jembatan yang diterima dari masyarakat
kemudian diolah menjadi dokumen perencanaan umum untuk selanjutnya di jadikan
dokumen perencanaan teknis untuk dijadikan pedoman tahap pelaksanaan.
Hal ini dikuatkan oleh kepala seksi perencanaan jalan dan jembatan yang mengemukakan
pendapat sebagai berikut :
“Seharusnya Perencanaan berawal dari Hasil Evaluasi dari Kegiatan sebelumnya dan
diambil dari usulan masyarakat akan dijadikan perencanaan teknis untuk pelaksanaan
kegiatan. Produk hasil perencanaan teknis berupa Bill of Quantity, Shop Drawing, jadwal
pelaksanaan dan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang pada saat pelaksanaan kegiatan/
lelang, pejabat pembuat komitmen/ PPK harus menterjemahkan hasil perencanaan teknis
menjadi dokumen lelang disesuaikan dengan lokasi pekerjaan, item pekerjaan, harga
satuan standar, dan jadwal pekerjaan untuk kegiatan yang dikelolahnya”
(sumber wawancara dengan kepala seksi perencanaan tanggal 25 Juni 2019).
Contoh kasus pada kegiatan Pembangunan Tembok Penahan Tanah Desa X tahun
anggaran 2017 terjadi item-item pekerjaan yang tidak sesuai dengan shop drawing/gambar
kerja berupa :Setelah diidentifikasi maka hasil pelaksanaan pekerjaan yang terpasang tidak
sesuai dengan shop drawing/gambar kerja yaitu : di dalam pelaksanaan terpasang sheet pile
type II, sedang didalam shop drawing/gambar kerja tercantum sheet pile type IV. Dalam
perencanaan Kedalaman sheet pile type IV semula 30 meter, terpasang dipelaksanaan
pekerjaan 12 meter, bahkan ada beberapa item pekerjaan tertuang di shop drawing seperti :
baja propil U channel 150x75x8x6 dan pengikat sling baja 3D 25 sedangkan di dalam
Rencana Aggaran Biaya (RAB) tidak ada item tersebut. Akan tetapi secara garis besar
pekerjaan ini dari segi volume item pekerjaan dan waktu pelaksanaan tidak mengalami
perubahan. (gambar temuan kasus terlampir).
Pada temuan kasus tersebut tidak sesuai dengan teori Thompson (2003) koordinasi saling
ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence), merupakan hubungan memberi
dan menerima antar satuan organisasi. Di bidang program dan bidang Bina Marga masih
belum dilakukan koordinasi saling ketergantungan timbal balik secara efektif dan
seringkali masih terjadi kurang terjalin komunikasi yang baik antara pelaksana
perencanaan dan pelaksana kegaiatan, dan ada faktor penghambat dalam perbedaan dalam
sikap dan cara kerja yang mempersulit tugas pengkoordinasian pelaksana kegiatan sering
terjadi perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu. Selain tidak sesuai dengaan
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
151
teori koordinasi temuan kasus ini tidak sesuai dengan Surat edaran Dirjen Bina Marga
nomor 02/SE/Db/2018 tentang Spesifikasi umum 2018 untuk pekerjaan kontruksi jalan dan
jembatan, Peraturan Bupati Ogan Ilir nomor : 01 tahun 2019 tentang Petunjuk pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja daerah, tanggal 01 Januari 2019.
Menilai keberhasilan dan efektifitas waktu dalam pelaksanakan program dan kegiatan di
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Ogan Ilir , peran pelaksana
kegiatan harus menjalankan tugas dan fungsinya. Kepala dinas selaku penguna anggaran
harus dapat mengendalikan/memastikan staft-stafnya telah bekerja sesuai dengan peran
dan fungsi sebagai pelaksana kegiatannya dan memastikan pelaksanaan kegaiatan tersebut
sesuai dengan prosedur dan dokumen perencanaan yang telah disusun.
Menurut wawancara dengan Kepala dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Ogan Ilir mengungkapkan :
“Saya selaku Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Ogan Ilir
harus memastikan program-program dan kegiatan yang telah dianggarkan dapat berjalan
dengan baik, untuk itu evaluasi pelaporan berjenjang harus berjalan mulai dari pengawas
teknis yang melakukan pelaporan tiap minggu kepada Pejabat pembuat Komitmen, sedang
Pejabat Pembuat Komitmen harus melakukan pelaporan rutin sesuai dengan progres fisik
lapangan kepada saya selaku Kepala Dinas. Untuk itu Pejabat pembuat komitmen, Tenaga
pengawas teknis harus memahami prosedur standar pelaporan teknis di Dinas Pekerjaan
umum daan Penataan Ruang Kabupaten Ogan Ilir” (sumber wawancara dengan Kepala
Dinas tanggal 25 Juni 2019).
Evaluasi berjenjang Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Ogan Ilir
masih belum bisa dipahami oleh seluruh pelaksana kegiatan dalam hal prosedur dan
produk yang dihasilkan dari pelaporan yang berasal dari lapangan. Temuan kasus ini
dikuatkan oleh Pengawas teknis lapangan kegiatan jalan dan jembatan mengemukakan
pendapat sebagai berikut :
“kami pengawas teknis lapangan hanya melakukan pelaporan akhir setelah pelaksanaan
kegiatan telah selesai mencapai 100 persen dilapangan. Kendala-kendala yang ada
dilapangan kami laporkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen hanya melalui lisan dan
apabila kendala-kendala tidak bisa diselesaikan maka Pejabat Pembuat Komitmen
melakukan laporan kepada Kepala Dinas. Dalam menjalan tugas pengawas lapangan kami
berkoordinasi dengan pelaksana pihak ketiga, sering terjadi kendala intruksi-intruksi yang
kami lakukan tidak tercatat dalam notulen rapat karena seringkali tidak adanya kantor
direksi yang semestinya disiapkan oleh pihak ketiga”
(sumber wawancara dengan pengawas teknis lapangan tanggal 01 Juli 2019).
Temuan kasus ini tidak sesuai dengan Teori Manajemen yang dikemukakan oleh Tague-Sutclife
(1996) yang menyatakan (a systematic process of determining the extent to which
instructional objective are achieved by pupils). Evaluasi bukan sekadar menilai suatu
aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai
sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tujuan yang jelas. Temuan
Kasus ini tidak sesuai dengan pendapat Arikunto dan Cepi (2008) tentang Evaluasi adalah
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
152
kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil
sebuah keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-
informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan
diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan. Temuan Kasus ini tidak sejalan Peraturan
Bupati Ogan Ilir nomor : 01 tentang Petunjuk pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja daerah, tanggal 01 Januari 2019
Contoh kasus pada kegiatan Peningkatan jalan ruas X tahun anggaran 2018 terjadi
perbedaan nilai bobot kemajuan fisik pekerjaan yang diterlihat dari pelaporan: laporan
mingguan, laporan bulan dan jadwal pekerjaan yang dibuat oleh pengawas teknis lapangan
dan konsultan supervisi. Akibat adanya perbedaan pelaporan dan pelaporan dilakukan
akhir kegiatan saja Pejabat Pembuat Komitmen susah dalam kontrol kemajuan fisik atas
pekerjaan tersebut. (laporan terlampir)
Evaluasi berjenjang harus dijalankan saat pelaksanaan sedang berlangsung untuk
memecahkan permasalahan dalam pelaksanaan dan evaluasi juga dijalankan setelah
pelaksanaan telah usai pencapaian prioritas dari pelaksanaan. Didalam evaluasi untuk
menyatukan dan menselaraskan pelaksana kegiatan koordinasi horizontal Interdiciplinary,
Koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan, mewujudkan, menciptakan
disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain secara intern maupun ekstern pada
unit-unit yang sama tugasnya, masih belum dilakukan secara efektip, hal ini terlihat pada
hubungan pelaksana kegiatan saat kegiatan yang masih berlangsung dan kegiatan telah
selesai. Pelaporan teknis kegiatan yang dilakukan oleh tim pengawas lapangan
kepada pimpinan kegiatan PPK tidak selaras dengan hasil pelaporan konsultan supervisi
dalam kegiatan jalan dan jembatan di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabuapeten Ogan Ilir. Hal ini berakibat kesulitan dalam menentukan nilai
penyimpangan/deviasi bobot pekerjaan yang ada dilapangan dengan jadwal pekerjaan yang
telah disepakati.
Pada temuan kasus tersebut tidak sesuai dengan pendapat Hasibuan tahun 2007, koordinasi
horizontal Interdiciplinary, Koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan,
mewujudkan, menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain secara
intern maupun ekstern pada unit-unit yang sama tugasnya dan. Disini pelaksana kegiatan
PPK belum melakukan koordinasi horizontal Interdiciplinary secara efektif, terlihat tidak
mampu mengkoordinasikan antara tenaga pengawas lapangan dan konsultan supervisi
sehingga penyampaian hasil pelaporan dari lapangan kegiatan pelaksanaan tidak tepat
waktu sesuai jadwal pelaporan, dan seringkali masih terjadi tidak terjalin komunikasi yang
baik antara pelaku pelaksana kegiatan. Salah satu faktor penghambat dalam perbedaan
dalam cara kerja yang mempersulit tugas pengkoordinasian yaitu perbedaan dalam
orientasi antar-pribadi. Sedangkan dalam kegiatan evaluasi memerlukan komunikasi dan
pembuatan keputusan yang cepat agar prosesnya lancar.
Selain tidak sesuai dengaan teori koordinasi horizontal diatas temuan kasus ini tidak sesuai
dengan Surat edaran Dirjen Bina Marga nomor 02/SE/Db/2018 tentang Spesifikasi umum
2018 untuk pekerjaan kontruksi jalan dan jembatan yang menyatakan Pelaksanaan kegiatan
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
153
harus mengacu pada jadwal pekerjaan yang telah diajukan oleh pihak ketiga melakukan
penawaran pekerjaan saat lelang pengadaan barang dan jasa, Peraturan Bupati Ogan Ilir
nomor : 01 tahun 2019 tentang Petunjuk pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
daerah, tanggal 01 Januari 2019. tentang tugas dan fungsi sebagai pelaksana kegiatan.
Temuan kasus ini tidak sesuai dengan Teori Manajemen yang dikemukakan oleh Stoner (2015), yang
menyatakan management is the process of planning, organizing, leading, and controlling the
efforts of organization members and of using all other organizational resources to achieve
stated organizational goals (manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan seluruh
sumber daya organisasi lainnya demi tercapainya tujuan organisasi)
Temuan Kasus ini tidak sesuai dengan pendapat Wijono (1997) tentang Pelaksanaan (Actuating) adalah
fungsi yang teramat penting dalam manajemen. Seringkali diketahui perencanaan dan pengorganisasiannya
bagus, namun dikarenakan kurangnya kemampuan pelaksanaan, hasil kegiatan suatu pekerjaan belum
seperti diharapkan. Temuan Kasus ini tidak sejalan dengan PerMen PUPR dengan Surat Edaran dirjen
Bina Marga tentang tentang Spesikasi Umum tahun 2018. Temuan Kasus ini tidak sejalan dengan
Peraturan Bupati Ogan Ilir nomor : 01 tentang Petunjuk pelaksanaan anggaran pendapatan
dan belanja daerah, tanggal 01 Januari 2019
Menurut wawancara dengan Kepala dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Ogan Ilir mengungkapkan :
“Saya selaku Kepala Dinas Pekrjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Ogan Ilir
ditunjuk oleh Bupati Ogan ilir sebagai pengguna anggaran untuk melaksanakan program-
program dan kegiatan yang telah dianggarkan dalam anggaran tahun berjalan. Agar
program dan kegiatan dapat berjalan oleh karena itu saya menunujuk pejabat pelaksana
kegiatan yang terdiri dari : Pejabat pembuat komitmen, Pejabat peleksana teknis kegiatan,
Tenaga pengawas teknis dan Pejabat penataushaan keuangan atau Bendahara pengeluaran”
(sumber wawancara dengan kepala bidang progam tanggal 25 Juni 2019).
Berdasarkan hasil temuan pada Lapor hasil audit Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
perwakilan Sumatera selatan terungkap bahwa dalam menjalankan pelaksanaan program-
program dan kegiatan dalam bidang pembangunan jalan dan jembatan kabupaten Ogan Ilir,
masing-masing pejabat struktural seharusnya menjalankan Tugas Pokok dan fungsi
(Tupoksi) pelaksana kegiatan yang tertuang dalam Peraturan Bupati Ogan Ilir nomor : 01
tentang Petunjuk pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah, tanggal 01 Januari
2019 tentang Petunjuk pelaksanaan pada butir 2 yang tidak dilaksanakan sebagaimana
mestinya.
Pada temuan kasus tersebut tidak sesuai dengan teori James D. Thompson, dan pendapat
Handoko (2003:196), tentang koordinasi saling ketergantungan timbal balik (reciprocal
interdependence), merupakan hubungan memberi dan menerima antar satuan organisasi.
Di bidang program dan bidang Bina Marga masih belum dilakukan koordinasi saling
ketergantungan timbal balik secara efektif dan seringkali masih terjadi kurang terjalin
komunikasi yang baik antara pelaksana perencanaan dan pelaksana kegaiatan. Selain tidak
sesuai dengaan teori koordinasi temuan kasus ini tidak sesuai dengan Surat edaran Dirjen
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
154
Bina Marga nomor 02/SE/Db/2018 tentang Spesifikasi umum 2018 untuk pekerjaan
kontruksi jalan dan jembatan, Peraturan Bupati Ogan Ilir nomor : 01 tahun 2019 tentang
Petunjuk pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah, tanggal 01 Januari 2019.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pada aspek perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan pada Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang kabupaten Ogan Ilir diperlukan suatu koordinasi yang lebih efektif dan
komunikasi yang baik antar bidang Program dan bidang Bina Marga, karena urutan kegiatan tidak
bisa dipisahkan satu lainnya, Aspek perencanan merupakan arah mencapai tujuan yang pada aspek
pelaksanaannya diperlukan suatu tindakan bersama untuk mencapai tujuan sedangkan evaluasi
menjadi acuan untuk perencanaan kegiatan selanjutnya. Seringkali diketahui perencanaan dan
pengorganisasiannya bagus, namun dikarenakan kurangnya kemampuan pelaksanaan, hasil kegiatan suatu pekerjaan
belum seperti diharapkan. Evaluasi berjenjang Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
Ogan Ilir masih belum bisa dipahami oleh seluruh pelaksana kegiatan dalam hal prosedur dan
produk yang dihasilkan dari pelaporan yang berasal dari lapangan. Disini Pelaksana kegiatan PPK
tidak mampu mengkoordinasikan antara tenaga pengawas lapangan dan konsultan supervisi
sehingga penyampaian hasil pelaporan dari lapangan kegiatan pelaksanaan tidak tepat waktu sesuai
jadwal pelaporan. Salah satu faktor penghambat dalam perbedaan dalam sikap dan cara kerja yang
mempersulit tugas pengkoordinasian pelaksana kegiatan sering terjadi perbedaan dalam orientasi
terhadap tujuan tertent, sedangkan didalam evaluasi terjadi perbedaan dalam orientasi antar-pribadi,
padahal dalam kegiatan evaluasi memerlukan komunikasi dan pembuatan keputusan yang cepat
agar prosesnya lancar.
Saran
Saran diperlukan suatu sistem pengawasan melekat yang lebih intensip yang dilakukan Kepala
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Ogan Ilir, Kepala Bidang-Bidang dalam
tahapah-tahapan kegiatan dan pada pelaku pelaksana kegiatan yang ada di dinas baik itu kegiatan
masih berlangsung maupun sesudah kegiatan telah dilaksanakan sehingga menciptakan hasil yang
maksimal. Disini peneliti mengusulkan sistem pengendalian kegiatan saat kegiatan berlangsung
maupun setelah pelaksanaan kegiatan. Hal ini berguna untuk sebagai evaluasi dan acuan
perencanaan kegiatan selanjutnya. Untuk melaksanakan program dan kegiatan di Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Ogan Ilir, Kepala dinas selaku penguna anggaran
menunjuk PPK, PPTK, pengawas teknis lapangan, dan pejabat penatausahaan keuangan yang
mengerti dan memahami Peraturan yang diturunkan melalui Undang-Undang berupa PerMen
PUPR, Surat edaran Dirjen Bina Marga nomor 02/SE/Db/2018 tentang Spesifikasi umum 2018
untuk pekerjaan kontruksi jalan dan jembatan, Peraturan Bupati Ogan Ilir nomor : 01 tentang
Petunjuk pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah, tanggal 01 Januari 2019.
Peningkatan pemahaman akan tugas dan fungsi pada (ASN) dalam pelaksanaan kegiatan, hal ini
untuk memperkecil kesalahan maupun penyelewengan yang mungkin terjadi dalam proses
pelaksanaan kegiatan dalam pelayan kepada masyarakat, melalui peningkatan kompetensi sumber
ASN seperti peningkatan pendidikan, pelatihan,seminar, bimbingan teknis dan sebagainya.
4. REFERENSI
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
155
[1] Handayadiningrat, Soewarno. 1985. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Manajemen. Jakarta : Gunung Agung
[2] Handoko, T.Hani. 2003. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia Edisi 2.
Yogyakarta : BPFE
[3] Hasibuan. 2007. Manajemen Sumber Daya. Jakarta : Bumi Aksara
[4] Nawawi, Hadari. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Gajah Mada
Unversity
[5] Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
[6] Sanusi, Anwar. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta : Salemba Empat
[7] Sugiyono. 2004. Metode Penelitian. Bandung Alfabeta
[8] Tim Penyusun. 2016. Rancangan akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJM) Kabupaten Ogan Ilir tahun 2016-2021.Ogan Ilir : BAPEDA
[9] Tim Penyusun. 2017. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati Ogan
Ilir tahun 2018. Ogan Ilir : BAPEDA
[10] Tim Penyusun. 2018. Surat Edaran Dirjen Bina Marga. Ogan Ilir : Peraturan Bupati
[11] Wijono, Sutarto. 1997. Kepuasaan Kerja Dalam Buku Psikologi. Jakarta : Kencana
Prenada Media
[12] Wirahadikusuma, dkk. 2009. Kebutuhan dan Tantangan Pendidikan Infrastruktur.
Bandung : Graha Ciumbuluit
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
156
MEMAKSIMALKAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN BANK NEGARA
INDONESIA DENGAN MENEKAN TURNOVER KARYAWAN
Bella Destriana, Lin Yan Syah
Program Magister Manajemen, Universitas Bina Darma
Email : [email protected]
ABSTRACT
The causes of decreased employee productivity is the occurrence of turnover in a company.
one of the efforts to increase employee productivity by suppressing employee turnover.
The function of research is aims to find out and analyze the causes of turnover in the
company. The study was conducted at BNI Palembang Main Branch Office. Data were
collected through interviews with a sample of 5 people as informants. The findings of this
study are the factors causing employee turnover at BNI Palembang Main Branch Office,
namely the existence of individual personality mismatches to the work undertaken, the
emergence of dissatisfaction with work, performance appraisal is still subjective, age level
affects employee maturity of the work undertaken, marital status for the women choose to
join their husbands move out of town. Companies should conduct performance evaluations
so that employee turnover can be minimized.
Keywords : Employee Turnover, Employee Productivity
ABSTRAK
Penyebab menurunnya produktivitas karyawan yakni terjadinya turnover di perusahaan.
Upaya perusahaan meningkatkan produktivitas dengan menekan turnover karyawan.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa penyebab terjadinya turnover di
perusahaan. Penelitian dilakukan di BNI Kantor Cabang Utama Palembang. Data
dikumpulkan melalui wawancara dengan sample sebanyak 5 orang sebagai informan.
Temuan penelitian ini adalah faktor penyebab terjadinya turnover karyawan di BNI Kantor
Cabang Utama Palembang yakni adanya ketidaksesuaian kepribadian individu terhadap
pekerjaan yang dijalani, timbulnya ketidakpuasan terhadap pekerjaan, Penilaian kinerja
masih bersifat subyektif, tingkat usia mempengaruhi kedewasaan karyawan terhadap
pekerjaan yang dijalani, status marital untuk kaum wanita memilih untuk turut suami
pindah keluar kota. Perusahaan sebaiknya melakukan evaluasi kinerja sehingga turnover
karyawan dapat di minimalisir.
Kata Kunci : Turnover Karyawan, Produktivitas Karyawan
PENDAHULUAN
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
157
Perusahaan yang berkualitas baik tentu saja terdapat karyawan-karyawan berkompeten
yang menjalankannya karena merupakan pelaksana kerja bagi perusahaan dan sebagai roda
utama untuk mencapai semua target yang sesuai dengan visi misi perusahaan itu sendiri.
Perusahaan dapat mengganti karyawan yang tidak berkompeten atau tidak adanya
kontribusi sama sekali bagi perusahaan, sehingga akan terjadi pergantian karyawan secara
berkala.
Akan tetapi apabila karyawan mengalami ketidakpuasan dalam bekerja, karyawan akan
cenderung merasa mereka akan mengambil keputusan untuk mundur atau berhenti dari
tempat mereka bekerja. Sebaliknya apabila mereka merasa puas dalam pencapaian kerja,
maka mereka akan bertahan di perusahaan tersebut.
Dampak pengunduran diri karyawan mengharuskan perusahaan tersebut menyeleksi dan
merekrut tenaga kerja yang baru. Namun dalam prosesnya berkurangnya karyawan dapat
menurunkan produktivitas dari karyawan lainnya, dalam hal ini kekurangan satu orang
karyawan di dalam tim akan membuat kesulitan dalam bekerja, bisa saja beberapa
karyawan merangkap atau bekerja ganda sehingga dapat mengurangi produktivitas
karyawan itu sendiri, perusahaan juga dapat mengalami kerugian finansial untuk merekrut
karyawan baru hal demikian tetap harus dijalankan untuk memenuhi segala aktivitas
perusahaan dapat berjalan lancar dan baik. Pengelola unit SDM merasa kebingungan dalam
memilih dan memilah lagi karyawan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan oleh
perusahaan karena kalau tidak akan terasa sia-sia (lathifah:2008).
Tahun 2018 turnover karyawan di BNI KCU Palembang cukup meningkat dari tahun
sebelumnya, berdasarkan data yang diterima tiap bulan turnover yang terjadi rata-rata 1
pegawai per bulan yang berhenti sehingga jika dilihat dimana suatu perusahaan besar
membutuhkan sumber daya yang mencukupi dengan tujuan dapat menghasilkan
produktivitas karyawan yang maksimal.
KAJIAN LITERATUR
Menurut Mathis dan Jakcson (2006) alasan karyawan mengundurkan diri : (1) Komponen
organisasional, nilai dan budaya, strategi dan peluang, dikelola dengan baik terorientasi
pada hasil, kontinuitas dan keamanan kerja; (2) Peluang karier, kontinuitas pelatihan,
pengembangan dan bimbingan, perencanaan karier; (3) Hubungan karyawan, perlakuan
yang adil/tidak diskriminatif, dukungan dari supervisor/manajemen, hubungan rekan kerja;
(4) Penghargaan, gaji dan tunjangan yang kompetitif, perbedaan penghargaan kinerja,
pengakuan, tunjangan dan bonus special; (5) Rancangan tugas dan pekerjaan, tanggung
jawab dan otonomi kerja, fleksibilitas kerja, kondisi kerja, keseimbangan kerja/kehidupan.
Turnover karyawan dapat menjadi permasalahan didalam perusahaan yang memiliki
banyak faktor penyebabnya. Salah satu yang dapat menjadi penyebab terjadinya turnover
itu adalah ketidak-sesuaian kepribadian. Menurut (Robbins: 2006) menyatakan bahwa
ketidak-sesuaian antara kepribadian karyawan dengan pekerjaan yang mereka jalani, juga
merupakan penyebab tidak munculnya kepuasan kerja sehingga menimbulkan perilaku
turnover. Perilaku turnover dapat juga dipengaruhi faktor diantaranya yakni gaji yang
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
158
sedikit, hubungan di lingkungan internal perusahaan, dan pekerjaan yang lebih disukai oleh
karyawan itu sendiri.
Menurut (Mathis dan Jakcson:2006) alasan karyawan mengundurkan diri : (1) Komponen
organisasional, nilai dan budaya, strategi dan peluang, dikelola dengan baik terorientasi
pada hasil, kontinuitas dan keamanan kerja; (2) Peluang karier, kontinuitas pelatihan,
pengembangan dan bimbingan, perencanaan karier; (3) Hubungan karyawan, perlakuan
yang adil/tidak diskriminatif, dukungan dari supervisor/manajemen, hubungan rekan kerja;
(4) Penghargaan, gaji dan tunjangan yang kompetitif, perbedaan penghargaan kinerja,
pengakuan, tunjangan dan bonus special; (5) Rancangan tugas dan pekerjaan, tanggung
jawab dan otonomi kerja, fleksibilitas kerja, kondisi kerja, keseimbangan kerja/kehidupan.
METODE PENELITIAN
Penulisan internship ini, menggunakan pendekatan metode kualitatif. Pendekatan
ini dipilih karena berdasarkan dari data yang diambil dan membuat sampling wawancara
beberapa karyawan dan mantan karyawan, menghubungkan data dengan teori-teori, dan
menginterpretasikan dalam menganalisa penyebab terjadinya turnover karyawan BNI di
Kantor BNI Cabang Utama Palembang.
Penelitian berlangsung antara bulan April sampai dengan Juni 2019 dan berlokasi
di Kantor BNI Cabang Utama Palembang Jalan Sudirman No. 142 Palembang.
Penelitian ini bersumber dari perilaku dan pengakuan langsung dari mantan
karyawan yang sudah berhenti dengan alasan-alasan tertentu, dan sumber-seumber lainnya
sebagai data pendukung. Adapun sumber data sebagai berikut :
1. Karyawan yang sudah berhenti bekerja;
2. Tim Unit Sumber Daya Manusia BNI KCU Palembang;
3. Aturan-aturan Internal BNI lainnnya.
Penelitian ini menggunakan kerangka konseptual yang mengutip teori menurut Robbins
(2006) :
ORGANIZATIONAL-LEVEL
CHARACTERISTICS
Struktur organisasi
Job Design
Stress Kerja
Reward & pension plans
Performance evaluation system
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
159
Dari data tersebut diatas, dalam hal ini kerangka pemikiran membagi 2 kelompok yaitu
karakteristik tingkat organisasi dan karakteristik tingkat individu. Dari kedua tingkatan
tersebut saling berpengaruh satu sama lain, akan tetapi perilakunya belum terwujud.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini terbagi menjadi tiga bagian agar lebih sistematis dan tearah untuk
menghasilkan dan menemukan inti dari permasalahan, sebagai berikut:
Deskripsi informan penelitian
Deskripsi hasil penelitian
Rangkuman penelitian
Deskripsi Informan Penelitian
Dari semua informan, tidak keberatan untuk dimintakan keterangan dan dituangkan
namanya, adapun informan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ibu Revita (Ex Customer Service) proses penelitian melalui via telepon.
Ibu Revita sebagai informan pertama, beliau sudah tidak lagi bekerja di BNI KCU
Palembang. Tidak ada paksaan dan perasaan canggung dalam penyampaian selama
wawancara dengan peneliti. karena peneliti dan beliau telah saling mengenal sejak peneliti
bergabung di BNI sejak tahun 2017.
Ibu Dessy S (Ex Pemimpin Kantor Kas)
Ibu Dessy sebagai informan kedua, peneliti sudah mengenal baik dengan Ibu Dessy .
beliau orangnya sangat baik, murah senyum dan tidak kenal lelah. Beliau seorang single
parent yang kuat dan tangguh, peneliti sangat kagum dan berterima kasih kepada Ibu Dessy
karena sudah mau membantu peneliti dalam penulisan ini.
Ibu Nia Nurul Sabrina (Ex Customer Service dan Teller)
INDIVIDUAL-LEVEL CHARACTERISTICS
Personality job fit
Kepuasan Kerja
Performance Evaluation System
Usia
Status Marital
Turnover
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
160
Ibu Nia sebagai informan ketiga, aktivitas beliau saat ini mengurus rumah tangga setelah
resign dari BNI. Ibu Nia setuju untuk dimintakan keterangan dan pengalaman yang selama
ini dihadapi ketika masih bekerja dulu.
Bapak Doni (Penyelia SDM KCU Palembang)
Informan yang satu ini pun tidak kalah ramahnya dari informan yang lainnya. Selain itu
beliau juga orang yang humoris dan tegas dalam membuat keputusan. Beliau juga tidak
segan-segan membantu mencarikan data-data yang bermanfaat bagi penelitian ini.
Tio Suhada (Ex Teller KCU Palembang)
Tio Suhada sebagai informan terakhir. Peneliti menilai kinerja informan ini masih minim
pengalaman, dan hanya bertahan 3 bulan bekerja di BNI.
Deskripsi Hasil Penelitian (Wawancara)
Wawancara 1
Penelitian karyawan BNI khususnya jalur Asistant Development Program (ADP) melalui
proses tahapan-tahapan yakni, (1) Wawancara awal dan Administrasi, tes tertulis
(psikotes), wawancara psikotes, wawancara user dan tes kesehatan. Setelah melalui proses
tersebut calon karyawan melakukan pelatihan selama kurang lebih 2-3 minggu lamanya,
kemudian dapat langsung On Job Training (OJT). Hal ini diungkapkan oleh Penyelia
Sumber Daya Manusia (SDM), dapat dilihat dari petikan wawancara berikut :
“Dalam proses pelatihan, perusahaan belum tahu secara pasti apakah calon karyawan telah
sesuai dengan pekerjaan yang akan ia jalani, dimana pekerjaan tersebut membutuhkan
skill, kecepatan, akurasi dan ketelitian yang baik kemudian mereka juga dituntut untuk
selalu berpenampilan menarik, dan melakukan 3S yaitu Senyum Sapa Salam kepada
nasabah. Ketika mereka berhadapan langsung dengan situasi yang real disitulah mereka
baru merasakan sesuai ataupun tidak sesuai dengan kepribadian yang mereka miliki”.
Turnover dapat terjadi karena ketidaksesuaian kepribadian yang dimiliki dengan pekerjaan.
Yang mereka rasakan tidak menyenangkan, mereka dengan cepat bisa mengajukan
pengunduran diri karena menganggap bukan bidangnya, dan dapat mencari pekerjaan lain
yang sesuai dengan jiwa mereka dan tidak sanggup dengan beban pekerjaan yang mereka
terima. mereka juga akan berfikir untuk mengundurkan diri karena merasa masih punya
kesempatan untuk mencari kerja ditempat lain, Hal ini juga telihat dari salah satu karyawan di
BNI KCU Palembang yang bekerja sebagai Teller, ia menyatakan :
“Saya merasa tidak cocok bekerja dibawah tekanan dan dituntut untuk teliti dalam
menghitung uang dengan waktu yang cepat. Saya bukan tipe orang yang cekatan, saya tipe
nya agak sedikit slow, mungkin juga karena sudah terbiasa dengan sikap yang seperti itu.
Jadi, saya berfikir untuk mencari kerja di tempat lain saja yang sesuai dengan karakter
saya”.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
161
Berdasarkan kutipan wawancara tersebut dari salah satu karyawan Teller, ia optimis akan
mendapatkan pekerjaan baru yang sesuai dengan kepribadian dan keahliannya.
Wawancara 2
Kepuasan kerja karyawan BNI KCU Palembang, hal ini dirasakan target dibebankan
kepada mereka berbeda-beda dan tergantung posisi yang mereka jalani. Terutama untuk para
karyawan dilapangan yang mempunyai target, sebagian karyawan merasa target yang
dibebankan kepada mereka terlalu besar. Sehingga dapat menimbulkan rasa ketidakpuasan
terhadap pekerjaan. Hal ini dapat terlihat dari pernyataan mantan Pemimpin Kantor Kas
BNI sebagai berikut :
“Saya merasakan target yang dibebankan kepada saya terasa berat, sehingga susah buat
saya mencapai target yang sudah ditentukan. Kalua saya tidak mencapai target maka saya
tidak dapat insentif dan juga berpengaruh terhadap penilaian kinerja saya. Saya juga akan
mendapat teguran dari atasan terkait dengan tidak tercapainya target”.
Kepuasan kerja bisa disebabkan oleh posisi kerja yang tidak nyaman. Terkadang ada rasa
keinginan untuk merasakan posisi orang lain. Bosan dan jenuh dengan pekerjaan yang
dikerjakan selama ini. Dan berharap ada mutasi karyawan. Hal ini disampaikan oleh salah satu
karyawan yang menduduki posisi sebagai cash vault (kasir) melalui hasil wawancara :
“Aku sudah tiga tahun bekerja di unit yang sama, ingin rasanya pindah ke unit lain, karena
aku sudah jenuh dalam pekerjaan yang monoton bagi aku. Besar harapan aku untuk
pindah”.
Dari uraian diatas, apabila terlalu lama bekerja di posisi yang sama dengan beban kerja
yang sama maka kepuasan kerja tidak akan tercipta. Turnover dengan tingkat kepuasaan
kerja memang tidak terlalu berdampak, tetapi bisa menjadi salah satu alasan penyebab dari turnover
karyawan.
Wawancara 3
BNI KCU Palembang untuk penilaian kinerja karyawan yang di evaluasi setiap semester,
merujuk kepada pencapaian target yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila karyawan
tidak mencapai target maka akan berdampak pada penilaian mereka sehingga baik buruk
suatu penilaian tergantung dari karyawan itu sendiri.
Sebagian besar karyawan masih belum merasa puas dengan hasil penilaian yang diberikan
oleh pemimpin, terutama dalam hal mencapai target yang dibebankan. Karena tidak semua
karyawan yang aktif dan totalitas dalam bekerja, penilaian yang diberikan oleh atasan tidak
serta merta melihat dari pencapaian targetnya saja akan tetapi hal lain juga dinilai seperti,
absensi kehadiran keaktifan karyawan dalam kegiatan kantor, etika dan perilaku karyawan
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
162
juga menjadi komponen penilaian kerja. Hal ini dapat dilihat dari petikan wawancara
dengan salah satu karyawan yang mendapatkan penilaian yang kurang baik berikut :
Saya mendapatkan penilaian kinerja kurang baik, tapi saya sempat bertanya-tanya kenapa
saya dikasih nilai itu padahal sudah mencapai target. Setelah saya tanyakan lagi ke bagian
umum ternyata penilaian kurang baik tersebut faktor penyebabnya adalah absensi
kehadiran dimana selama 3 bulan saya mengambil izin cuti melahirkan. Alasan tersebut
dinilai oleh pemimpin karena tidak memberikan kontribusi untuk perusahaan dalam waktu
3 bulan. Saya merasa kecewa dan sempat merasakan down sedikit tidak adil karena saya
sebelumnya sudah mencapai target dan sudah bekerja keras untuk memperoleh target tetapi
tetap saja mendapatkan penilaian kinerja kurang baik”.
Melihat dari hal diatas, merujuk dari kebijakan perusahaan yang menetapkan tidak bekerja
selama 3 bulan dengan alasan cuti melahirkan, sudah dipastikan akan mendapatkan
penilaian kurang baik, sebab 3 bulan merupakan penilaian kerja selama 1 semester. Hal
demikian patutnya bisa dipertimbangkan kembali oleh perusahaan, memang benar
karyawan dalam hal ini dirugikan dan juga hal ini dapat merupakan diskriminasi bagi
karyawati di BNI karena melahirkan bukan merupakan peristiwa alamiah berdasarkan
kodrat.
Wawancara 4
Usia karyawan BNI KCU Palembang telah ditetapkan perusahaan. Yaitu minimal usia 19
tahun. Baik untuk lulusan sarjana, maupun untuk lulusan SMA. Untuk batas maksimal
umur perekrutan karyawan dengan usia 25 tahun. Karena rata-rata berusia muda, maka
kemungkinan terjadinya turnover cukup tinggi. Hal ini juga diungkapkan oleh Penyelia
Pelayanan Uang Tunai (PUT). Yang dapat dilihat dari petikan wawancara berikut :
“Kemungkinan karena usia mereka masih muda, mereka masih ingin mencari-cari
pekerjaan yang menurut mereka nyaman dan sesuai dengan skill mereka dan mungkin juga
beban target yang mereka terima melebihi dari kemampuan mereka dimana masih berusia
muda dan masih belum banyak pengalaman”.
Turnover dapat terjadi karena tingkat kedewasaan pegawai usia muda dalam menerima
pekerjaan. Jika pekerjaan mereka anggap kurang menyenangkan, mereka dengan cepat bisa
mengajukan pengunduran diri karena menganggap mereka masih muda, dan dapat mencari
pekerjaan lain yang sesuai dengan mereka. Jika mereka tidak sanggup dengan beban target
yang mereka terima, mereka juga akan berpikir untuk mengundurkan diri karena merasa usia
mereka masih muda dan masih punya kesempatan untuk mencari kerja ditempat lain, Hal ini
juga telihat dari salah satu karyawan yang sudah berhenti bekerja (baru 3 bulan), ia
menyatakan :
“Karena aku berpikir aku masih muda dan aku masih punya kesempatan untuk berkarir di
tempat lain. Aku beranggapan bahwa peluang aku masih sangat besar karena masih berusia
muda, walaupun saya masih tamatan SMA saya juga masih ingin melanjutkan sekolah dan
sambil bekerja nantinya jika sudah mendapatkan pekerjaan yang baru”.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
163
Berdasarkan kutipan wawancara tersebut dari salah satu karyawan yang berusia muda,
mereka optimis akan mendapatkan pekerjaan baru apabila mereka berhenti dari perusahaan
tempat mereka bekerja.
Wawancara 5
Karyawan BNI KCU Palembang khususnya gender perempuan kebanyakan mengundurkan
diri dengan alasan ikut suami dinas keluar kota. Hal ini diungkapkan oleh salah satu
mantan petugas Customer Service Kantor Utama Palembang yang menyampaikan melalui
wawancara via telepon :
“Awalnya mbak bingung, mau resign atau nggak.. karena suami mendapatkan tugas
sekolah di Belanda selama 2 tahun lamanya. Semua pilihannya sangat berat bagi mbak,
berat meninggalkan pekerjaan sudah mbak dapatkan dan juga berat untuk melepas suami
jauh disana. Jadi, mbak putuskan untuk berhenti di BNI”.
Hal diatas menurut penulis merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya turnover,
tetapi bukan disebabkan oleh faktor internal tetapi dari faktor eksternal pun bisa menjadi
penyebabnya.
Rangkuman Hasil Wawancara
Berdasarkan petikan wawancara yang telah dikemukakan di atas maka rangakaian
wawancara lain yang dilakukan dalam penelitian ini guna menggali informasi faktor-faktor
penyebab terjadinya turnover pada PT. BNI KCU Palembang dapat dihubungkan dengan
teori menurut (Robbins:2006) sebagai berikut :
Personality-job fit
Dari hasil wawancara dengan Penyelia dan juga karyawan yang menjadi responden, dapat
disimpulkan bahwa kesesuaian antara kepribadian dan kecocokan individu yang dimiliki
tiap karyawan berbeda-beda, ada yang sesuai dengan pekerjaan yang ia jalani, ada juga
yang merasakan pekerjaannya tidak sesuai dengan kepribadiannya.
Kepuasan Kerja
Dari hasil wawancara, semua karyawan di unit pelayanan nasabah menyatakan akan
merasakan kepuasan kerja apabila target tidak terlalu beart dan pekerjaan mereka dapat
dilaksanakan dengan baik dan maksimal. Sehingga tidak ada keinginan mereka untuk pindah
perusahaan. Sedangkan untuk responden dengan level supervisor keatas, beberapa orang
karyawan di unit pemasaran merasakan ketidakpuasan dalam bekerja karena target yang
dibebankan terlalu besar sehingga target tidak tercapai. Mereka berharap adanya mutasi
kerja sehingga tidak merasa jenuh dengan pekerjaan mereka. Apabila keingian mereka
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
164
dapat terpenuhi, maka kepuasaan kerja akan timbul dan keinginan berpindah bisa
berkurang.
Performance Evaluation System
Dari hasil wawancara dengan sebagian besar karyawan yang menyatakan penilaian kinerja
tidak sesuai dengan apa yang mereka peroleh, mereka menilai penilaian kinerja masih
bersifat subyektif sehingga membuat karyawan merasa kurang nyaman dan sebagian besar
yang mengajukan pengunduran diri yaitu dari golongan Asisten dan Asisten Manager
(AMGR).
Usia
Dari hasil wawancara terhadap 10 orang karyawan yang mewakili keseluruhan karyawan,
menyatakan rata-rata karyawan direkrut dengan usia minimal 22 tahun.
Status Marital
Dari hasil wawancara dengan sebagian besar karyawati yang menyatakan akan ada masanya
kami akan resign dan ikut suami atau berhenti pada akhirnya, karena memang kodrat
seorang wanita yaitu mengurus keluarga.
SIMPULAN
Performance Evaluation System menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya turnover
karyawan BNI KCU Palembang, terutama untuk karyawan pada golongan Asisten
Manager dan Pemimpin. Usia menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya turnover
karyawan di BNI KCU Palembang. Terutama untuk karyawan di unit pelayanan yang
berusia muda. Sehingga rentan untuk berpindah ke perusahaan lain. Lama bekerja juga
menjadi salah satu faktor penyebab turnover karyawan. Semakin lama bekerja diperusahaan
semakin ada rasa jenuh dan lelah dalam bekerja Tetapi waktu singkat bergabung dalam
perusahaan juga bisa mempengaruhi karyawan untuk enggan berpindah perusahaan karena
merasa baru akan beradaptasi. Kepuasaan kerja karyawan BNI KCU Palembang juga
mempengaruhi terjadinya turnover karyawan. Semakin merasa puas dengan kinerja, akan
menimbulkan semangat kerja, sehingga tidak terjadi turnover karyawan.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
165
ANALISIS KINERJA PENYULUH KELUARGA BERENCANA KOTA
PALEMBANG
Aria Kurniati, Muji Gunarto
Program Magister Manajemen, Universitas Bina Darma
email : [email protected]; [email protected]
Abstract
This research was conducted with the aim to analyze the performance of family planning
counselors Palembang city. In this study, the authors used a qualitative descriptive approach that
explains the phenomenon in depth about the performance of family planning counselors Palembang
city. To use primary and secondary data, researchers used several data collection techniques,
namely through observation and interviews. Observation In this case the researcher directly
observes the performance of family planning counselors and the behavior of people who are still
Fertile Age Couples. Interviews were conducted with informants namely Head of Subdivision
Relations between institutions and field lines, Family Planning counselors Palembang city and
people who are still fertile age couples. The results of this study a) The performance of the family
planning counselor Palembang city as the spearhead of the BKKBN program cannot be separated
from the availability of the number of family planning counselors available, especially in the of
Palembang city. At present the number of family planning counselors is still limited to 48
counselors to foster 107 village. So there are 2-4 village that must be fostered by family planning
counselors. b) The lack of information and education provided by family planning counselors to
people who are still Fertile Age Couples is due to the limited number of counselors and the extent
of extension fostered areas in the village. c) The task of family planning counselors for the position
of Associate Extension or group IV is adjusted to the situation of family planning counselors in the
field. This also affects the performance of family planning counselors in the field. d) Counselors
education qualifications from various disciplines and levels of education are still a part of senior
high school. e) There is still a lack of quota for counselors who take part in education and technical
training for family planning counselors.
Keywords: Performance Analysis, Family Planning Counselors, BKKBN
PENDAHULUAN
Awal mula dari terbentuknya Keluarga Berencana dunia diawali oleh teori Malthus yang
menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari kebutuhan hidup. Akibatnya akan
ada saatnya terjadi perbedaan yang besar antara penduduk dan kebutuhan hidup. Di era milenial
sekarang ini banyaknya masyarakat yang sudah menyadari akan kebutuhan mengikuti program KB
dengan memakai alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan dan untuk yang tidak ingin anak
lagi. Banyaknya wanita yang berkarir untuk membantu ekonomi keluarga membuat mereka
paham jikalau mereka tidak mengikuti program KB kehamilan akan menjadi penghalang dalam
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
166
karir mereka. Bukan berarti mereka tidak menginginkan anak tetapi membatasi jumlah anak itulah
keputusan yang paling bijak. Saat ini setiap keluarga baru telah mengerti tentang mewujudkan
keluarga yang berkualitas melalui program Keluarga Berencana sehingga mereka harus memiliki
perencanaan yang matang. Mulai dari pendewasaan usia perkawinan sampai alat kontrasepsi apa
yang akan mereka pilih pasca melahirkan. Dewasa ini penggunaan alat kontrasepsi tidak hanya
diminati oleh wanita tetapi juga pria.. Karena salah satu misi dari BKKBN meningkatkan
kesertaan ber KB bagi pria. Banyak para pria yang ikut serta dalam KB MOP (Medis Operasi Pria)
karena istri yang memiliki riwayat kesehatan ataupun tidak dapat memakai alat kontrasepsi
hormonal sehingga suami harus mengalah untuk menjadi peserta KB.
Untuk pelaksanaan kegiatan BKKBN di lini lapangan inilah diberdayakan Penyuluh Keluarga
Berencana (PKB) sebagai ujung tombak program yang membina dan memberikan edukasi kepada
masyarakat tentang manfaat program KB melalui perencanaan keluarga dalam pendewasaan usia
perkawinan, penggunaan kontrasepsi untuk pengaturan jarak kehamilan dan peningkatan ekonomi
keluarga menuju keluarga yang berkualitas.
Tahun 2018 diadakan kegiatan pelayanan KB gratis bagi masyarakat di 18 Kecamatan se Kota
Palembang. Pada prakteknya, di lapangan kegiatan pelayanan ini tidak selalu mencapai target
akseptor yang telah ditentukan oleh BKKBN. Berdasarkan data diatas terlihat ada beberapa
kecamatan yang belum optimal dalam pencapaian target pada tahun 2018. Banyak faktor yang
menyebabkan pencapaian target akseptor tidak optimal karena masih minimnya pengetahuan
masyarakat tentang Metode Kotrasepsi KB. Hal ini berhubugan dengan kinerja penyuluh dalam
memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
Berdasarkan permasalahan inilah peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam mengenai kinerja
penyuluh KB di lapangan terutama untuk menganalisis kinerja penyuluh KB Kota Palembang.
KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Kinerja merupakan hasil kerja yang dilakukan oleh seorang karyawan yang dimaksudkan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Pengertian kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya (Mangkunegara, 2005 :
67). Selanjutnya menurut Mangkunegara (2010:9) mengemukakan pengertian kinerja adalah
:“Kinerja karyawan (prestasi kerja) merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya”.
Kinerja tidak dapat terjadi sendiri. Dengan kata lain terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kinerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut Armstrong dan Baron dalam Wibowo
(2007:74) yaitu
Faktor personal/individu meliputi : pengetahuan keterampilan, kemampuan, kepercayaan diri,
motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.
Faktor kepemimpinan yang meliputi : kualitas dalam memberi dorongan, semangat, arahan dan
dukungan, yang diberi oleh pimpinan, manajer dan team leader.
Faktor kelompok/rekan kerja meliputi : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan
dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
167
Faktor sistem meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja dan infrastruktur yang diberikan oleh
organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi.
Menurut Robbins (2006:206), mengajukan enam indikator dalam mengukur kinerja pegawai yaitu:
Kualitas kerja: Merupakan tingkat sejauh mana hasil pelaksanaan kegiatan pegawai mendekati
kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan yang mendekati tujuan
yang diharapkan.
Kuantitas kerja: Merupakan jumlah yang dihasilkan, jumlah rupiah, jumlah unit, jumlah siklus
kegiatan yang diselesaikan.
Ketepatan Waktu: Merupakan tingkat sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada waktu yang
dikehendaki dengan memperlihatkan koordinasi output orang lain serta waktu yang tersedia untuk
kegiatan yang lain.
Efektivitas sumber daya: Merupakan tingkat sejauh mana penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang teknologi, bahan baku) di maksimalkan untuk mencapai hasil tertinggi, atau
pengurangan kerugian dari setiap unit penggunaan sumber daya.
Kemandirian: Merupakan tingkat sejauh mana seorang pekerja dapat melaksanakan suatu fungsi
pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seorang supervisor untuk mencegah tindakan yang
kurang diinginkan.
Komitmen kerja: Merupakan tingkat kesungguhan pegawai dalam berkomitmen untuk bekerja dan
bertanggung jawab dalam pekerjaannya.
Berdasarkan jurnal dari penelitian terdahulu oleh Astie tahun 2011 yang menyatakan ada empat
faktor yang berpengaruh terhadap kinerja adalah faktor keunggulan organisasi, faktor pendorong
pribadi, faktor pendorong internal dan faktor selain internal. Sedangkan Dini Indriani menyatakan
Hambatan dalam kinerja terlihat pada SDM yaitu Penyuluh KB kurang mampu meyelesaikan
pekerjaan tepat waktu, sehingga terkadang target yang ditentukan tidak tercapai, serta kurang
mampunya Penyuluh memberikan pelayanan kepada masyarakat hal ini terlihat dari masalah
kurang tanggapnya pegawai terhadap keluh kesah yang disampaikan masyarakat terkait program
KB dalam sosialisasi di masyarakat. Menurut jurnal Nova S Sumual dkk dan Megita Amalia
Maulana menyatakan bahwa ketersediaan sarana, prasarana dan informasi yang mempengaruhi
kinerja penyuluh pertanian dan aparatur KUA dalam hal kemudahan penyampaian teknologi dan
inovasi serta dalam mendukung program pelayanan . Menurut penelitian Al Juffri yang
menyatakan Kinerja PNS pada indikator Kualitas kerja, Produktivitas kerja serta Adaptasi masih
tergolong kurang baik sehingga perlu ditingkatkan lagi. Menurut jurnal Bunga Arsela dan Jafar
Abdurrahman menyatakan indikator kinerja seperti kompensasi, gaji dan insentif berpengaruh
terhadap kinerja melalui motivasi kerja. Sedangkan menurut Achmad Helmi menyatakan Kinerja
Badan Peneliti dan Pengembangan belum maksimal dari sasaran rencana pembangunan daerah.
Untuk memaksimalkan kinerja dibutukan untuk meningkatkan kinerja pejabat struktural/pemangku
kebijakan agar semakin mendukung program. Memperbanyak jumlah fungisonal peneliti dan
fungsional perekayasaan yang berkualitas dan sesuai harapan. Terbatasnya tenaga peneliti dan
bersertifikasi. Hasil penelitian belum maksimal karena tenaga peneliti yang tersedia kualifikasi
keilmuan yang dibutuhkan sering tidak sesuai dengan penelitian yang dikerjakan. Sedangkan
menurut jurnal Rakhmat Nurgroho yang menyatakan bahwa secara parsial variabel kepemimpinan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Budaya organisasi mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel kinerja karyawan. Manajemen perlu
menciptakan hubungan yang harmonis antara pimpinan dan bawahan, menghindari terjadinya
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
168
konflik serta menciptakan lingkungan kerja yang kondusif sehingga diharapkan kinerja karyawan
bisa lebih optimal dalam menjalankan tugas yang diberikan.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif bersifat
deskriptif yaitu menjelaskan fenomena secara mendalam melalui pengumpulan data dan
wawancara terhadap informan. Penelitian akan berlangsung antara bulan April sampai dengan Juli
2019 dan berlokasi di Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana yang beralamat di
Jalan Merdeka No.3 Palembang. Sumber data dalam penelitian adalah data primer dan data
sekunder. Data primer pada penelitian ini yang diperoleh dari sumber data yaitu data yang
diperoleh langsung dari hasil observasi dan wawancara oleh para informan yang dianggap
berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan yaitu
masyarakat yang masih PUS (Pasangan Usia Subur), Penyuluh Keluarga Berencana serta Pembuat
kebijakan dari program KKBPK. Adapun data sekunder pada penelitian ini yaitu laporan hasil
kegiatan pelayanan KB gratis, peraturan pemerintah tentang BKKBN, literatur serta jurnal skripsi
di internet. Pada penelitian menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu observasi dan
wawancara. Observasi penelitian ini yaitu mengamati secara langsung kinerja dari penyuluh
keluarga berencana dan perilaku masyarakat yang masih PUS. Wawancara dalam penilitian ini
dilakukan kepada para informan yaitu Kepala Bidang Penyuluhan dan Penggerakkan, Penyuluh
Keluarga Berencana dan masyarakat yang masih PUS. Wawancara yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu mengenai sejauh mana masyarakat mengetahui keberadaan penyuluh keluarga
berencana di lapangan. Teknik analisis data pada penelitian ini penulis menggunakan analisis
deskriptif kualitatif. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu sampai
dengan penarikan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan fokus mendeskripsikan dari penelitian ini yaitu analisis kinerja
penyuluh KB Kota Palembang. Dimana dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Pada penelitian kualitatif peneliti dituntut untuk dapat menggali data berdasarkan apa yang
diucapkan, dirasakan dan dilakukan oleh sumber data.
Dengan melakukan penelitian melalui pendekatan deskriptif maka peneliti harus
memaparkan, menjelaskan, menggambarkan data yang telah diperoleh oleh peneliti melalui
wawancara mendalam yang dilakukan dengan para informan.
Hasil kutipan dari wawancara kepada penyuluh di atas dapat dilakukan analisis yaitu pada
dasarnya penyuluh sering melakukan penyuluhan di tiap-tiap posyandu yang ada di wilayah
Kecamatan masing-masing. Hanya saja dengan wilayah binaan kerja yang cukup luas mungkin ada
beberapa tempat posyandu yang belum dikunjungi oleh penyuluh KB sehingga banyak masyarakat
yang tidak mengenal. Selain itu mungkin pada saat melakukan penyuluhan tentang KB penyuluh
yang ada di Kecamatan bersangkutan lupa untuk memperkenalkan diri kepada masyaakat yang
diberikan penyuluhan. Sehingga masyarakat hanya menebak-nebak jika yang memberikan
penyuluhan adalah ibu bidan.
Analisis berdasarkan kutipan wawancara diatas bahwa masyarakat sudah sangat
mengerti tentang manfaat dari ber KB dan sudah menyadari jikalau ber-KB juga salah satu hal
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
169
yang penting bagi sebuah keluarga. Ber KB juga salah satu usaha merencanakan kehamilan atau
kehamilan yang tidak diinginkan. Merekapun menyadari bahwa mempunyai anak yang banyak
disaat ekonomi tidak memadai akan membuat anak tidak terpenuhi pendidikan, kesehatan yang
sangat berharga. Mereka pun menyadari sendiri dan ber KB bukan atas dasar paksaan dari
penyuluh KB. Pada dasarnya masyarakat/para ibu sendiri yang tahu seperti apa alat kontrasepsi
KB yang cocok untuk dirinya. Sehingga mereka memutuskan sendiri KB apa yang akan mereka
gunakan.
Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah penyuluh KB yang ada
yaitu 48 orang tidak sebanding dengan jumlah kelurahan binaan yaitu sebanyak 107 Kelurahan.
Sehingga penyuluh KB harus membina 2-4 Kelurahan dalam satu Kecamatan. Hal ini cukup
merupakan beban berat bagi seorang penyuluh KB karena semua tugas atau tanggung jawab yang
ada di kelurahan binaan harus dikerjakan. Apalagi di keadaan yang terjadi di Kecamatan Ilir Timur
Satu, 3 orang penyuluh harus membawahi 11 Kelurahan. Karena keadaan ini penyuluh jadi kurang
fokus dalam menjalankan tupoksi dan tugas sehari-hari di tambah dengan tugas dari 4 bidang yang
ada di BKKBN pastinya penyuluh kewalahan karena kurangnya tenaga.
Pada dasarnya kinerja penyuluh KB Kota Palembang sudah cukup baik. Penyuluh melakukan
penyuluhan diberbagai tempat dengan media lembar balik ataupun buku panduan hanya saja target
dari pelayanan KB di beberapa kecamatan yang belum tercapai. Hal ini juga tidak lepas dari peran
penyuluh dalam memberikan penyuluhan di masyarakat untuk mengedukasi masyarakat agar
tertarik untuk ikut program KB. Belum tercapainya target ini tidak hanya kurangnya penyuluh
dalam memberikan penyuluhan tetapi juga karena keadaan daerah/wilayah yang tidak mendukung
seperti banyaknya fasilitas kesehatan yang mudah di jangkau oleh masyarakat sehingga masyarakat
tidak perlu lagi untuk ikut dalam program pelayanan KB gratis. Selain itu di masyarakat juga saat
ini banyak wanita pekerja atau berkarir di luar rumah yang membuat wawasan mereka lebih
bertambah terutama tentang jumlah anak, kebanyakan dari mereka telah menyadari untuk tidak
mempunyai anak dengan jumlah yang banyak. Karena sebagai wanita pekerja mereka akan
kesulitan dalam proses pengasuhan anak. Sehingga mereka akan melakukan pelayanan KB itu
secara mandiri baik di dokter ataupun bidan dengan mengeluarkan baiaya. Hal lain yang menjadi
kendala yaitu kurangnya jumlah tenaga penyuluh di lapangan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Dini Indriani (2011) yang menyatakan bahwa pencapaian target
peserta KB belum sepenuhnya tercapai hal ini terlihat dari kurang mamapunya penyuluh KB
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu serta kurang mampunya penyuluh memberikan pelayanan
kepada masyarakat hal ini terlihat dari masalah kurang tanggapnya pegawai terhadap keluh kesah
yang disampaikan masyarakat terkait program KB dalam sosialisasi di masyarakat.
Pada prinsipnya keberhasilan program BKKBN tidak lepas dari keberhasilan para
penyuluh KB sebagai ujung tombak di lini lapangan. Hal ini tidak lepas dari ketersediaan tenaga
penyuluh yang ada di lapangan baik secara kualitas maupun kuantitas. Berdasarkan hasil penelitian
dalam hal ini hasil wawancara di dapatkan fakta bahwa jumlah penyuluh KB yang ada dikota
Palembang tidak sebanding dengan jumlah Kelurahana yang harus dibina karena idealnya 1
penyuluh itu membina satu desa/kelurahan. Sehingga banyak kelurahan atau tempat-tempat yang
belum sempat dikunjungi oleh penyuluh KB karena kurangnya tenaga penyuluh yang ada di
kecamatan. Ini salah satu penyebab belum optimalnya kinerja Penyuluh KB di lapangan. Hal ini
juga yang menyebabkan masih banyaknya masyarakat yang masih PUS kurang mendapat informasi
dan edukasi tentang KB dari penyuluh KB. Kebanyakan dari mereka mengetahui informasi
tentang KB dari bidan atau puskesmas yang ada di posyandu. Beberapa masyarakat juga merasa
belum pernah bertemu dengan penyuluh KB. Pada kenyataannya penyuluh pun juga sudah
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
170
melakukan penyuluhan dengan maksimal setiap hari. Hanya saya karena jumlah mereka yang
terbatas tidak bisa menjangkau semua wilayah binaan. Begitupun juga saat akan diadakan
pelayanan KB gratis di tiap Kecamatan banyak masyarakat yang belum mengetahui informasi
tersebut hal inilah yang menyebabkan target yang sudah ditentukan terkadang tidak tercapai karena
kurangnya informasi yang diterima oleh masyarakat. Selain itu juga di daerah seperti Kecamatan
Jakabaring dan Ilir Timur Tiga kebanyakan masyarakat sudah sadar dengan pentingnya ber-KB
bagi keluarga sehingga terkadang mereka menyisihkan sebagia penghasilan untuk membayar
pelayanan KB di bidan ataupun di dokter karena sebagian dari mereka juga ada ibu-ibu yang
berkerja di luar rumah dan mempunyai penghasilan sendiri. Karena keadaan ini juga penyuluh jadi
kurang fokus dalam menjalankan tupoksi dan tugas sehari-hari di tambah dengan tugas dari 4
bidang yang ada di BKKBN pastinya penyuluh kewalahan karena kurangnya tenaga di lini
lapangan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Nova S Sumual, dkk (2011) yang menyatakan bahwa
“keberhasilan pelaksanaan penyuluhan pertanian tidak lepas dari ketersediaan tenaga penyuluh baik
secara kualitas maupun kuantitas. Pada Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
(BP3K) Kecamatan Amurang Timur hanya ada 5 (lima) orang pegawai yang secara rutin turun ke
setiap wilayah binaannya. Setiap tenaga penyuluh menangani wilayah binaan sebanyak 1-3 desa /
kelurahan. Secara kuantitas, jumlah tenaga penyuluh tidak sebanding dengan jumlah wilayah
binaan yang ada, namun tetap berupaya untuk memaksimalkan kinerja. Menyangkut sarana dan
prasarana yang diterima oleh penyuluh KB masih dirasa belum maksimal karena hanya ada
beberapa wilayah kecamatan yang sudah dibangun balai Penyuluh KB sedangkan sisanya belum
terbangun, sehingga mereka harus menumpang di kantor Kecamatan. Pembangunan ini
menyangkut anggaran dari pemerintah pusat. Begitupun juga dengan kendaraan roda dua yang
diberikan, biaya pemeliharaan, uang transport serta kehilangan semua menjadi tanggung jawab
pribadi dari Penyuluh yang meminjam. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya penyuluh yang
tidak meminjam kendaraan roda dua tersebut karena terbebani dengan biaya pemeliharaan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Dini Indriani (2011) yang menyatakan peningkatan
pelayanan dari segi sarana dan prasarana yang lebih mencukupi dalam program penyuluhan seperti
efektivitas waktu dalam pelaksanaan program keluarga berencana oleh penyuluh melalui
pemberian sarana seperti motor dinas, agar program keluarga berencana dapat tersampaikan di
daerah yang terpencil.
Jenjang pendidikan atau latar belakang pendidikan pun berpengaruh dalam proses kinerja. Dilihat
dari karakteristik penyuluh pada tingkat pendidikan masih ada penyuluh yang lulusan SMA
sebanyak 22,92%. Hal ini juga tentunya sangat berpengaruh dengan kualitas kinerja penyuluh.
Pemberian beasiswa untuk jenjang yang lebih tinggi bagi penyuluh sangat efektif dilakukan seperti
penyuluh yang masih berlatar belakang SMA hendaknya diberikan beasiswa untuk melanjutkan
pendidikan ke Strata 1 begitu juga yang sudah berpendidikan Strata 1 diberi beasiswa untuk
melanjutkan pendidikan ke Strata 2 sebagai bentuk reward kepada penyuluh KB. Begitupun juga
dengan kualifikasi pendidikan yang dari berbagai disiplin ilmu sangat berpengaruh saat melakukan
penyuluhan dilapangan. Bagi penyuluh yang berlatar belakang medis sangat efektif dalam
memberikan penjelasan secara medis bagaimana praktek pelayanan KB bagi masyarakat saat
melakukan penyuluhan KB mengenai kontrasepsi mantap melalui medis operasi pria dan wanita
(steril).
Hasil penelitian ini sejalan dengan Nova S Sumual dkk, juga menyatakan jenjang pendidikan
penyuluh pertanian berkisar SPMA dan S1. Ini menunjukkan tingkat pendidikan SDM penyuluh
cukup baik, namun walaupun demikian untuk lebih meningkatkan kualitas atau keahlian dan
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
171
keterampilan sebagai penyuluh disarankan lebih sering mengikuti pelatihan-pelatihan atau
sejenisnya dengan disiplin ilmu sesuai bidang kerja yang saat ini di tekuni terutama kepada
penyuluh yang masih berpendidikan SMA. Begitupun juga dengan hasil penelitian Achmad Helmi
(2010) menyatakan Agar kinerja Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau meningkat hal
hal yang harus ditingkatkan antara lain Mengirim Pegawai Negeri Sipil dan Fungsional Peneliti
untuk melanjutkan jenjang pendidikan S2 dan S3. Hasil penelitian peneliti belum maksimal karena
tenaga peneliti yang tersedia kualifikasi keilmuan yang dibutuhkan sering tidak sesuai dengan
penelitian yang dikerjakan.
Jarak tempat tinggal dengan wilayah kerja ada beberapa penyuluh yang masih keberatan karena
semenjek mereka di rolling wilayah kerja ada yang merasa mendapatkan wilayah kerja jauh dari
rumah yaitu jarak tempuh kurang lebih 1 jam.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Nova S Sumual dkk, yang menyatakan tempat tinggal
penyuluh pertanian atau jarak tempat tinggal ke wilayah kerja juga merupakan faktor penting
dalam menunjang kinerja penyuluh, semakin dekat tempat tinggal penyuluh akan mengakibatkan
kinerja penyuluh pertanian semakin meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar tempat tinggal para penyuluh pertanian di BP3K Kec. Amurang Timur cukup dekat dengan
wilayah kerjanya, dengan kondisi yang demikian sangat diharapkan kinerja para penyuluh
penyuluh akan lebih baik.
Tugas yang dilakukan terkadang diselesaikan bersama dan tidak sesuai dengan tugas yang dibuat
pada tupoksi terutama untuk golongan IV atau jabatan penyuluh KB Madya. Pada kenyataannya
mereka masih mengerjakan tugas di tingkat wilayah kelurahan sedangkan yang ada di tupoksi
mereka harus mengerjakan tugas-tugas tingkat kota/provinsi sehingga banyak tugas yang tidak
tercapai atau tidak terlaksana dalam pengerjaannya sehari-hari. Berdasarkan teori dari Robbins
(2006:206), mengajukan enam indikator untuk mengukur kinerja pegawai salah satunya yaitu
Kualitas kerja yang merupakan tingkat sejauh mana hasil pelaksanaan kegiatan mendekati
kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan yang mendekati tujuan yang
diharapkan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Al Juffri (2013) yang menyatakan bahwa kualitas kerja
dinyatakan kurang baik, yaitu sebesar 36,4%. Dengan demikian, kurangnya tingkat ketelitian
pegawai dalam mengerjakan tugas, sehingga menyebabkan kualitas yang dihasilkan belum sesuai
dengan target yang diinginkan.
Pendidikan dan pelatihan teknis bagi penyuluh KB sangat efektif untuk terus dilakukan untuk
meningkatkan keterampilan dan keahlian serta pengetahuan penyuluh dalam mendukung
pelaksanaan tugasnya sehari-hari. Saat ini pendidikan dan pelatihan yang diadakan masih terbatas
karena jumlah kuota yang sudah ditentukan dari seluruh Kabupaten/Kota, jadi hanya ada 1-2 orang
penyuluh Kabupaten/Kota yang dapat mengikuti pendidikan dan pelatihan di Balai pelatihan dan
pengembangan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Hutanto, dkk (2014) yang menyatakan Keterampilan petugas
penyuluh lapangan di Badan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Kota Samarinda masih
perlu ditingkatkan dengan melaksanakan pendidikan dan pelatihan-pelatihan fungsional.
Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan Badan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Kota
Samarinda merupakan sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian petugas
penyuluh lapangan keluarga berencana agar kinerja dari petugas penyuluh lapangan keluarga
berencana dapat lebih ditingkatkan.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
172
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan penelitian sebagai berikut:
Kinerja penyuluh KB kota Palembang sebagai ujung tombak program BKKBN tidak lepas dari
ketersediaan jumlah penyuluh KB yang ada khususnya di Kota Palembang. Saat ini jumlah
penyuluh yang ada masih terbatas 48 penyuluh untuk membina 107 Kelurahan. Sehingga ada 2-4
Kelurahan yang harus dibina oleh penyuluh KB.
Masih kurangnya informasi dan edukasi yang diberikan oleh penyuluh kepada masyarakat yang
masih PUS dikarenakan terbatasnya jumlah penyuluh dan luasnya wilayah binaan penyuluh di
kelurahan.
Tupoksi penyuluh untuk jabatan Penyuluh Madya atau golongan IV disesuaikan dengan keadaan
penyuluh di lapangan. Hal ini juga berpengaruh terhadap kinerja penyuluh dilapangan.
Kualifikasi pendidikan penyuluh dari berbagai disiplin ilmu dan jenjang pendidikan masih
sebagian lulusan SMA.
Masih kurangnya kuota penyuluh yang mengikuti Pendidikan dan pelatihan teknis bagi penyuluh
KB.
Adapun saran-saran yang diberikan dalam penelitian ini sebagai berikut:
BKKBN diharapkan dapat melakukan proses rekruitment pagawai untuk menduduki jabatan
penyuluh KB karena terbatasnya jumlah pegawai yang ada saat ini khususnya di Kota Palembang.
Hendaknya penyuluh juga memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada masyarakat sebelum
melakukan penyuluhan baik itu di posyandu, Kelurahan maupun tingkat RT sehingga masyarakat
pun bisa mendapatkan informasi dan edukasi mengenai program BKKBN dari penyuluh KB.
Hendaknya tupoksi bagi penyuluh golongan IV atau Penyuluh Madya hendaknya disesuaikan
dengan keadaan penyuluh di tingkat Kelurahan.
Kualifikasi penyuluh KB hendaknya bebasis medis atau kesehatan sehingga mampu memberikan
penjelasan secara kongkret kepada masyarakat yang masih berstatus PUS. Diharapkan
rekruitment/penerimaan penyuluh harus minimal berpendidikan Diploma III.
Hendaknya lebih memperbanyak lagi pendidikan dan pelatihan teknis bagi penyuluh KB serta
penambahan kuota pegawai yang ikut dalam pelatihan. Karena selama ini pelatihan yang
dilakukan di balatbang hanya 1-2 orang saja dari setiap Kabupaten/Kota sehingga hanya sebagian
kecil penyuluh yang mendapatkan ilmu.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
173
STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN SEKOLAH DASAR ISLAM
TERPADU BINA HARAPAN MULIA JAKABARING SELATAN
Ermawati
Manajemen S-2 Pasca Sarjana, Universitas Bina Darma
Abstract
Education aims to develop the potential of students. There are several standards that must
be met in implementing education. The establishment of an institution is considered
feasible if it can fulfill several aspects in the feasibility study, such as market and
marketing, technical and technological, management and financial aspects. The purpose of
this study is to analyze the feasibility of establishing Bina Harapan Mulia School. The
research method used was descriptive qualitative research with a type of case study. In
qualitative research, data is collected through interviews, field notes, personal documents,
notes, memos and other documents.
Keywords: feasibility study, feasibility study aspects
1. Pendahuluan
Salah satu upaya untuk mengoptimalkan penyerapan murid taman kanak-kanak,
yang akan melanjutkan sekolah ke jenjang sekolah dasar adalah dengan melakukan
pengembangan sistem pendidikan melalui pembangunan lembaga pendidikan yang
mengintegrasikan unsur fisik (jasadiyah), pemikiran (fikriyah) dan penguatan rohani
(ruhiyah) yang dipadu dengan muatan Al-Qur‟an secara memadai di dalamnya.
Pendirian Lembaga Pendidikan Islam Terpadu Bina Harapan Mulia, dalam bentuk
Sekolah Dasar Islam Terpadu Bina Harapan Mulia diharapkan dapat mengakomodir
kepentingan pembelajaran umum yang selaras dengan pembelajaran pendidikan Islam.
Pendirian sekolah dasar ini juga dinilai sangat potensial, jika merujuk pada meningkatnya
jumlah murid Taman Kanak-Kanak di Provinsi Sumatera Selatan setiap memasuki tahun
ajaran baru. Tujuan internship ini adalah untuk menganalisis kelayakan pendirian Sekolah
Dasar Islam Terpadu Bina Harapan Mulia jika ditinjau dari aspek pasar dan pemasaran,
teknis dan teknologi, manajemen dan finansial.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Menurut
Moleong (2007: 28), penelitian deskriptif kualitatif berusaha menggambarkan suatu gejala
sosial. Dengan kata lain penelitian ini, bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang
tengah berlangsung pada saat studi. Metode kualitatif ini memberikan informasi yang
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
174
cukup akurat sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih
banyak diterapkan pada berbagai penelitian (Umar, 2005: 81).
Data yang digunakan adalah data primer yaitu; data yang diperoleh langsung oleh
peneliti yang bukan berasal dari data yang telah ada. Penelitian dilakukan dengan cara
menyebarkan kuosioner, melakukan wawancara serta melakukan perhitungan studi
kelayakan proyek melalui aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek
manajemen serta aspek finansial.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh Sekolah Dasar Islam Terpadu Bina Harapan
Mulia dilaksanakan mulai dari menyediakan meja pendaftaran, menawarkan biaya
pendidikan yang kompetitif, membuat spanduk dan brosur dan memlihat upaya yang
dilakukan sekolah dalam mempromosikan dirinya.
Sekolah Dasar Islam Terpadu Bina Harapan Mulia terletak di Perumahan Aston
Villa Jalan. Pendidikan No. 1 Jakabaring, Sumatera Selatan. Lokasi ini terletak di dalam
komplek Perumahan Ogan Permata Indah yang berada agak jauh dari jalan raya.
Transportasi menuju jalan raya tidak sulit karena jalan perumahan dilewati oleh angkutan
umum. Sekolah ini berada tidak jauh dari lingkungan perumahan yang menjadi pasar
produknya.
pendidikan ini mengutamakan kemampuan kerja dan tingkat pendidikan.
Rata-rata tenaga kependidikan maupun non kependidikan berijazah Strata 1 dan
satu orang berijazah SMA. Setiap hari jam kerja dimulai pada pukul 08.00 WIB dan
berakhir pada pukul 12.00 WIB. Hari-hari libur seperti Hari Raya Idul Fitri disesuaikan
dengan Pengumuman yang berasal dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Jumlah biaya investasi untuk pendirian SD IT Bina Harapan Mulia sebesar Rp.
4.400.000.000,- untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4. Biaya Investasi Pendirian SD IT Bina Harapan Mulia
No. Jenis Investasi Satuan Jumlah Harga Satuan
(Rp)
Harga
(Rp)
1.
2.
3.
4.
Pengadaan
Bangunan
Peralatan Kantor
dan Mebeleur
Biaya Promosi
Biaya lain-lain
m2
Satuan
-
600
1
-
-
-
200.000.000,-
10.000.000,-
-
4.000.000.000,-
100.000.000,-
10.000.000,-
290.000.000,-
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
175
Jumlah 4.400.000.000,-
Dana yang diperoleh merupakan dana pribadi yang berasal dari Perkumpulan Bina
Harapan Mulia, tanpa menggunakan dana dari stakeholder.
5. SIMPULAN
Bahwa Sekolah Dasar Islam Terpadu Bina Harapan Mulia sudah dikembangkan di
kawasan Jakabaring karena berdekatan dengan perumahan penduduk juga dapat
mengintegrasikan keilmuan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Pemasaran mengenai
hadirnya sekolah Islam Terpadu baru, sudah dilaksanakan cukup baik. Promosi harga
dengan menggratiskan biaya pendaftaran sudah sangat baik untuk menarik minat
masyarakat. Lokasi yang mudah dijangkau baik oleh transportasi umum maupun
kendaraan pribadi merupakan salah satu kelebihan dari SD IT Bina Harapan Mulia.
Investasi yang ada pada SD IT Bina Harapan Mulia hanya berasal dari anggota
perkumpulan
Beberapa saran terkait hasil penenlitian adalah; (1) meningkatkan promosi melalui
berbagai media, seperti medial sosial Facebok, karena mengikuti perkembangan zaman,
dan (2) investasi mestinya tidak hanya berasal dari anggota perkumpulan itu sendiri tapi
juga berasal dari luar keanggotaan agar pengembangan SD IT Bina Harapan mulia menjadi
layak dikembangkan.
6. REFERENSI
Asanti, Henning Pury. 2011. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Buah (Studi
Kasus: CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul, Sawangan, Depok, Jawa Barat). Skripsi.
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta
Boyd, et al,. 2000. Manajemen Pemasaran: Suatu Pendekatan Strategis dengan Orientasi
Global. Erlangga: Jakarta
Cakradinata, Rio. 2017. Studi Kelayakan Pendirian Agroindustri Berbasis Pisang di
Provinsi Lampung. Tesis. Fakultas Pertanian Universitas Lampung: Bandar Lampung
Fatah, N., 1994. Evaluasi Proyek Finansial pada Proyek Mikro. CV. Asona: Jakarta
Gray, Clive, et al. 2005. Pengantar Evaluasi Proyek, Edisi Kedua. PT. Gramedi Pustaka
Utama: Jakarta
Ibrahim, H.M. Yacob. 2003. Studi Kelayakan Bisnis (Edisi Revisi). PT. Rineka Cipta:
Jakarta
Kasmir dan Jakfar. 2008. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Kedua. Kencana Prenada Media
Group: Jakarta
Kotler, Philip. 2004. Manajemen Pemasaran. Prenhalindo: Jakarta
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
176
Kuswantoro. 2017. Analisis Kelayakan Investasi Pendirian Laboratorium Surei Pemetaan
di Kota Samarinda. Thesis. Program Studi Teknik Sipil Program Pasca Sarjana: Institut
Teknologi Nasional Malang
Kurniawan, Hery. 2011. Analisis Kelayakan Pengembangan Bimbingan Belajar Nurul
Fikri pada Aspek Pasar, Aspek Pemasaran dan Aspek Keuangan. Skripsi. Fakultas Sains
dan Teknologi Uin Sultan Syarif Kasim: Pekanbaru
Margreit, Restituta. 2018. Studi Kelayakan Investasi dari Aspek Keuangan Untuk
Pendirian Sekolah Alam di Kalimantan Tengah. Tesis.
Soeharto, Iman. 1999. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional) Jilid 1.
Erlangga: Jakarta
Soeharto, Iman. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Erlangga: Jakarta
Soekiyono, et al,. 2014. Studi Kelayakan Pembukaan Program Studi Strata Satu
Manajemen Perhotelan dan Pariwisata pada Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka.
Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka: Tangerang Selatan
Soemarso. 2002. Akuntansi: Suatu Pengantar, Edisi ke-4. PT. Rineka Cipta: Jakarta
Suratman. 2001. Studi Kelayakan Proyek: Teknik dan Prosedur Penyusunan Laporan. J &
J Learning: Yogyakarta
Suratman. 2002. Studi Kelayakan Proyek. Gramedia: Jakarta
Umar, Husein. 2005. Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana
Bisnis Secara Komprehensif. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
177
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
178
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (Studi Kasus Aktivitas Pertambangan Timah Kawasan Laut Desa Kapit Kec. Parittiga Kab.
Bangka Barat)
Yenni Feranza, Hardiyansyah
Program Magister Manajemen, universitas bina darma
Email: [email protected], [email protected]
ABSTRACT
The environment includes the state of natural resources such as land, water, solar energy,
minerals, and the flora and fauna that grow on land or in the ocean, with covering human
creations such as decisions on how to use the physical environment. Mining has the right
permits and procedures (legal) and there is an environmental impact analysis (AMDAL) if
the miner does not have these requirements then it is called illegal. but, even though legal
miners still do not pay attention to the environment, legal miners should protect the
environment with environmentally sound development, there are still many things that are
not yet known by law enforcement because it is very dangerous and appropriate action is
needed because it is considered to violate environmental licensing / law.
It is very important the role of law enforcement in asserting environmental law in order to
avoid environmental damage and pollution and away from natural disasters. At present the
problem is pollution, so efforts to preserve damaged ecosystems are very important to us,
namely the preservation of mangrove forests and fisheries is an important thing to restore
coastal and marine areas polluted by tin mining. The government and all Indonesian people
need good cooperation to preserve the entire environment
Keywords: Policy, Protection, Environmental Management.
PENDAHULUAN
Pada dasarnya kehidupan manusia tidak terpisahkan dari lingkungan, baik pada lingkungan
alam ataupun lingkungan sosialnya, kita bernafas membutuhkan udara dari lingkungan,
makanan dan minuman membutuhkan lingkungan. Lingkungan adalah kondisi fisik yang
meliputi keadaan sumber daya alam seperti air, tanah, mineral, energi surya, flora dan
fauna yang hidup di tanah atau dalam lautan. Lingkungan bisa juga mempengaruhi segala
sesuatu yang ada disekitar manusia dalam perkembangan kehidupannya.
Kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah penduduk yang semangkin meningkat
membuat adanya perluasan penambangan timah yang tidak dapat di perbaharui tersebut
menjadi lebih terpusat ke wilayah laut yang semula penambangan hanya dilakukan di
wilayah darat namun sekarang hal itu berbeda karena telah sempitnya wilayah daratan
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
179
membuat penambang bergeser kewilayah laut dan dianggapnya hal tersebut untuk
penyediaan penambangan di masa yang akan datang.
Banyaknya penambangan dilakukan tanpa perizinan dan cara yang benar serta tanpa ada
analisis dampak lingkungan, mereka mengeruk sumber daya timah dengan berlebihan demi
keuntungan pribadi. Tidak dapat di pungkiri lagi hal inilah yang membuat pendatang dari
luar daerah bangka melakukan hal yang sama yakni menambang secara ilegal.
Ironisnya, tambang timah marak memenuhi lautan pulau bangka sehingga membuat
pertambangan di laut terkesan tidak terkontrol serta lemahnya dari pengawasan atau
pemantauan dinas kelautan dan perikanan serta pengawasan dari badan lingkungan hidup
sehingga mereka dipandang tidak tegas dalam mengkoordinasi sektor pertambangan dan
sektor perikanan.
Melihat dampak yang besar akibat penambangan timah di laut tidak cuma dari sampel air
lautnya. Hal penting dan jelas berpengaruh adalah ekosistem perikanan, nelayan setempat
mengeluh akan sulitnya mendapat ikan di laut dan mengeluarkan modal lebih besar karena
zona penangkapan semangkin jauh, serta hutan bakau yang rusak menjadi pemandangan
buruk setiap hari bagi nelayan pulau bangka maupun lingkungannya saat ini.
Perlu di sadari, penambangan di laut sekarang ini belum bisa diatasi, meminimalisir hingga
mengendalikan dampak. Buktinya limbah langsung dibuang ke laut, konsep reklamasi laut
yang aplikatif harus dilakukan pada penambangan timah untuk kondisi bangka saat ini.
Perancangan dan persiapan regulasi yang tegas dan jelas harus dilakukan oleh pemerintah
pusat dan daerah dalam membuat konsep reklamasi laut untuk mengembalikan keadaan
sama pesrsis kondisi lingkungan sebelum terjadi penambangan oleh yang bersangkutan.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengambil judul Implementasi Kebijakan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Analisis implementasi kebijakan pengelolaan lingkungan hidup di sumatera utara (studi
pada badan lingkungan hidup provinsi sumatera utara). Penelitian ini menggunakan
metode deskriftif. Marsuyetno (2013).
Bambang Pramudyanto (2014). Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan di Wilayah
Pesisir. Pengambilan data peneliti sesuai dengan studi pustaka, observasi lapangan dan
wawancara. selanjutnya melakukan analisis deskriptif dengan data yang terkumpul.
Derita Prapti Rahayu (2012). Budaya hukum penambang timah inkonvensional (TI)
terhadap mekanisme perizinan berdasar perda pengelolaan pertambangan umum di
provinsi kepulauan Bangka Belitung. Menggunakan metode sosisologis yakni objek
penelitian tetap ada berupa hukum dengan digunakannya metode dan teori ilmu-ilmu sosial
tentang hukum untuk membantu peneliti dalam melakukan analisis dengan menggunakan
paradigma konstruktivisme.
Citra Asmara Indra (2014). Implikasi terbitnya regulasi tentang pertimahan terhadap
dinamika pertambangan timah inkonvensional di pulau bangka. menggunakan metode
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
180
yuridis. Merupakan bagian dari penelitian hukum kepustakaan dengan pendekatan pada
Undang-Undang Yang Mengatur Tentang Pertimahan.
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini ialah kualitatif, yang disebut metode penelitian naturalistic (natural
setting), penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamia dan pada penelitian kualitatif
instrumennya adalah orang human instrument, hasil dari penelitian kualitatif ini lebih
menekankan makna daripada generalisasi. (Sugiyono,2013: 13-14).
Digunakannya design penelitian deskriptif untuk memberikan gambaran serta penjelasan
fakta yang diperoleh di lapangan saat penelitian. Kata lain design penelitian deskriptif ialah
design disusun dalam rangka memberi gambaran secara ilmiah yang berasal dari subjek
atau objek penelitian. (Anwar, 2011:13).
Adapun teknik pengumpulan data yang penelitian lakukan yaitu melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi.
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pelaksanaan studi kasus ini dilaksanakan pada bulan februari hingga april 2019.
Sedangkan tempat studi kasus adalah di lingkungan kelautan di kecamatan parittiga
kabupaten bangka barat dengan alasan untuk melihat bagaimana implementasi kebijakan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Teknik Analisis Data
Teknik pengelolaan dalam penelitian ini ialah data yang didapat yaitu kualitatif yang akan
dianalisis dengan menggunakan metode gap analysis. Gap analysis atau analisis
kesenjangan juga merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam tahapan
pengelolaan dan perlindungan lingkungan untuk mengungkap permasalahan penelitian
dengan memperhatikan hirarki perundang-undangan.
Muluk (2008:23) menerangkan metode pengukuran kualitas layanan banyak digunakan
secara luas adalah metode SERVQUAL. SERVQUAL berasal dari kata service quality
yang artinya kualitas layanan metode SERVQUAL didasarkan pada gap model yang
dikembangkan oleh Parasuraman, et al. (1998,1991,1993, 1994). Kualitas layanan
merupakan selisih antara layanan yang dirasakan atau dipersepsikan oleh kosumen
(pesepsi) dengan layanan ideal yang diinginkan atau dipinta oleh konsumen (harapan).
Selisih antara persepsi dengan harapan disebut dengan “gap” atau kesenjangan kualitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kasus
Analisis kasus pada internship ini berisi tentang uraian hasil penelitian mengenai
implementasi kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Setelah
mengumpulkan informasidari pengumpulan data dan hasil rekontruksi dengan pembimbing
lapangan, kemudian dilakukan evaluasi terhadap kesenjangan yang terjadi antara kondisi
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
181
riil implementasi standar pengelolaan dengan standar pengelolaan dalam undang-undang
nomor 32 tahun 2009 dengan menggunakan gap analysis.
Hasil penelitian merupakan uraian dari implementasi standar pengelolaan berdasarkan
undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup, maka peneliti
membagi 6 komponen yang akan diteliti, yaitu (1) perencanaan, (2) pemanfaatan, (3)
pengendalian, (4) pemeliharaan, (5) pengawasan dan (6) penegakan hukum/ Sanksi
Administratif.
Program Pengendalian Pada PT. Timah tbk
Berdasarkan undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup,
pengendalian terdiri dari 3 komponen, yakni (a) pencegahan, (b) penanggulangan, (c)
pemulihan.
Berdasarkan hasil wawancara dan pencermatan dokumen yang dilakukan peneliti,
pengendalian program di studi kasus pada penelitian ini sudah mengarah pada undang-
undang nomor 32 tahun 2009, tetapi dalam pelaksanaannya masih terdapat kesenjangan.
Analisis Kesenjangan Pada Standar Pengelolaan
Berdasarkan undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup
terdiri dari:
Perencanaan
Dalam perencanaan ada beberapa hal yang dilakukan yaitu inventarisasi lingkungan hidup,
penetapan wilayah ekoregion dan penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Hasil analisis kesenjangan antara kondisi riil perencanaan dengan standar pengelolaan
yang terdapat dalam undang-undang 32 tahun 2009.
Berdasarkan analisis kesenjangan pada perencanaan, tidak terdapat kesenjangan pada
inventarisasi lingkungan hidup mengenai SDA yaitu: potensi dan ketersediaan, jenis yang
dimanfaatkan, pengetahuan pengelolaan, bentuk kerusakan, konflik dan penyebab konflik
yang timbul akibat pengelolaan serta peran masyarakat dalam bermitra pada sektor
penambangan timah, agar penyusunan rencana pelindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup dapat berjalan dengan lebih optimal.
Pemanfaatan
Pemanfaataan SDA berdasarkan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
Hasil analisis kesenjangan antara kondisi riil pemanfaatan sumber daya alam dengan
standar pengelolaan yang terdapat dalam undang-undang 32 tahun 2009, dapat dilihat pada
lampiran.
Berdasarkan analisis kesenjangan diatas, tidak terdapat kesenjangan pada Pemanfaataan
sumber daya alam yang dilakukan berdasarkan rencana perlindungan dan pengelolaan
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
182
lingkungan disusun guna memberikan arahan melestarikan lingkungan hidup untuk
mendukung terlaksananya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungandan
menciptakan keserasian atau keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan
perlindungan lingkungan hidup. Dengan perkembangan sekarang pengelolaan dan
perlindungan lingkungan hidup di proses melalui partisipasi publik dengan melibatkan
publik dalam seluruh proses mulai dari pelaksanaan, perencanaan, serta pemantauan dan
evaluasi. Dengan menggunakan teknologi yang tepat dilakukannya penggalian
pemanfaatan dan pembinaan lingkungan hidup serta pengelolaannya tepat agar mutu
dan kelestarian SDA dan lingkungan hidup bisa dipertahankan untuk menunjang
pembangunan yang berkesinambungan.
Pengendalian
Hasil analisis kesenjangan antara kondisi riil pengendalian lingkungan hidup dengan
standar pengelolaan yang terdapat dalam undang-undang nomor 32 tahun 2009, dapat
dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1
Analisis pengendalian
Standar Data dilapangan Analisis kesenjangan
Mencegah Dalam mencegah cemaran dan
rusaknya lingkungan terdapat
beberapa hal:
Baku mutu lingkungan hidup
Kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup
Amdal
Perizinan
Instrumen ekonomi lingkungan
hidup
Peraturan perundang-undangan
berbasis lingkungan hidup
Anggaran berbasis lingkungan
hidup
Analisis risiko lingkungan
hidup
Berdasarkan data dilapangan, upaya
pencegahan yaitu mengurangi sumber
dampak lingkungan yang berat, tidak
terdapat kesenjangan pada pencegahan
kerusakan lingkungaan sehingga
diharapkan pemerintah dapat
melaksanakan tugas secara maksimal
sesuai dengan perundang-undangan
lingkungan, dalam rangka memperlancar
tugas pemerintah melindungi lingkungan
dengan harapan lebih mengoptimalkan
kualitas lingkungan yang lebih baik.
Penanggul
angan
Setiap yang mencemar dan
merusak lingkungan wajib
menanggulangi pencemaran
tersebut. Penanggulangan
Berdasarkan data dilapangan, upaya
penanggulangan adalah upaya pembuatan
standar bahan baku mutu lingkungan,
pengawasan lingkungan dan penggunaan
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
183
dilakukan dengan beberapa
tahapan:
Memberi informasi peringatan
kepada masyarakaat.
Pengisolasian pencemaran dan
kerusakan.
Penghentian sumber
pencemaran dan kerusakan.
teknologi dalam upaya mengatasi
masalah pencemaran lingkungan. Tidak
terdapat kesenjangan pada
penanggulangan ini sudah sesuai dengan
yang ditetapkan pemerintah.
Pemulihan Setiap orang yang melakukan
pencemaran dan kerusakan
lingkungan memulihkan fungsi
lingkungan hidup tersedbut.
Pemulihan lingkungan hidup
dilakukan dengan tahapan:
menghentikan sumber
pencemaran dan pembersihan
unsur pencemar
Remediasi
Rehabilitasi
Restorasi
Berdasarkan data dilapangan, pemulihan
kerusakan dan pencemaran adalah upaya
untuk mengembalikan fungsi hutan dan
laut yang telah rusak atau tercemar. Pada
pemulihan lingkungan hidup terdapat
kesenjangan karena setiap kegiatan
penambangan pada hutan maupun laut
jarang dilakukan oleh pihak
penambangan itu sendiri seharusnya
pemerintah memperhatikan juga tindakan
pemulihan lingkungan agar tetap terjaga
kelestariannya.
(sumber: data primer yang diolah, 2019)
Berdasarkan analisis kesenjangan diatas, terdapat kesenjangan pada pemulihan yang harus
diperhatikan oleh pemerintah agar menghimbau kepada masyarakat untuk melakukan
pemulihan setelah melakukan aktivitas penambangan atau aktivitas lainnya yang dapat
merusak lingkungan dan setidaknya harus menjaga kelestarian lingkungan hidup dengan
cara tidak terlalu berlebihan dalam mengambil sumber daya alam yang tidak dapat di
perbaharui.
Pemeliharaan
Dalam pemeliharaan ada beberapa hal yang dilakukan yaitu pemeliharaan lingkungan
hidup dengan konservasi SDA, pencadangan SDA dan pelestarian fungsi atmosfer meliputi
Hasil analisis kesenjangan antara kondisi riil program pemeliharaan dengan standar
pengelolaan yang terdapat pada undang-undang 32 tahun 2009.Berdasarkan analisis
kesenjangan pada pemeliharaan lingkungan hidup, terdapat kesenjangan hal yang perlu
diperhatikan pemerintahan lingkungan hidup adalah pencadangan SDA yang tidak bisa
dikelola pada jangka waktu tertentu. Karena dalam pemeliharan harus melakukan
penghijauan untuk menggantikan keadaan lingkungan yang telah rusak atau tercemar oleh
aktivitas penambangan dan aktivitas lainnya serta peran masyarakat juga harus seimbang
dalam pemeliharaan SDA dan lingkungan hidup dengan pendayagunaan daerah pantai,
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
184
wilayah laut dan kawasan udara agar dilaksanakan dengan cara-cara yang tidak meru-
sak kelestarian lingkungan hidup.
Pengawasan
Dalam pengawasan ada beberapa hal yang dilakukan yaitu melakukan pemantauan,
memasuki tempat tertentu, memotret, meminta keterangan, mengambil sampel, membuat
salinan dari dokumen, memeriksa peralatan, dan menghentikan pelanggaran tertentu
Hasil analisis kesenjangan antara kondisi riil program pengawasan dengan standar
pengelolaan yang terdapat pada undang-undang 32 tahun 2009. Berdasarkan analisis
kesenjangan pada pengawasan lingkungan hidup, terdapat kesenjangan pada pemantauan
yang dilakukan pemerintah dalam memeriksa lingkungan ditempat-tempat tertentu yang
telah tercemar atau rusak sehingga kehadiran petugas dalam memantau masih sangat
mudah diketahui oleh masyarakat, hal ini bisa di buktikan pada petugas yang melakukan
razia penambangan timah yang melanggar hukum lingkungan karena masyarakat mendapat
laporan dari orang dalam petugas pengawasan dan pemantauan, sehingga masyarakat dapat
menghentikan untuk sementara waktu aktivitas penambangan atau aktivitas lainnya yang
berhubungan dengan pengelolaan lingkungan disaat pemantau dan pengawasan
berlangsung. Sehinggga petugas tidak memeriksa peralatan dan tidak meminta keterangan
pada aktivitas penambangan atau yang lainnya melihat lingkungan yang masih terkendali
dan aman karena tidak adanya aktivitas penambangan atau aktivitas lainnya.
Penegakan Hukum /Sanksi Administratif
Hasil analisis kesenjangan antara kondisi riil penegakan hukum/sanksi administratif
lingkungan hidup dengan standar pengelolaan yang terdapat dalam undang-undang nomor
32 tahun 2009, dapat dilihat pada tabel 3.2
Tabel 3.2.
Analisis Penegakan Hukum/Sanksi Administratif
Standar Data dilapangan Analisis kesenjangan
Teguran tertulis Teguran tertulis berupa surat
peringatan yang pertama
diberikan kepada pelaku
usaha/penambang dikerenakan
adanya pelanggaran hukum
lingkungan.
Berdasarkan data dilapangan
terdapat kesenjangan pada
teguran tertulis ini karena
pelaku usaha/penambang
sering mengabaikan teguran
yang berupa tulisan tersebut
karena dianggap tidak serius
atau dianggap hanya teguran
biasa.
Paksaan
pemerintah
Paksaan pemerintah sebagaimana
dimaksud yang berupa:
Menghentikan sementara kegiatan
Berdasarkan data dilapangan
tidak terdapat kesenjangan
pada paksaan pemerintah telah
dilaksanakan dengan baik di
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
185
produksi
Memindah sarana produksi
Menutup saluran pembuangan air
limbah atau emisi
Melakukan bongkaran
Menyita barang atau alat yang
menimbulkan pelanggaran
Menghentikan sementara seluruh
kegiatan
Tindakan lain yang bertujuan
untuk menghentikan pelanggaran
dan tindakan memulihkan fungsi
lingkungan hidup
buktikan dengan adanya razia
pada penambangan timah yang
melanggar hukum lingkungan.
Pembekuan izin
lingkungan
Pembekuan izin lingkungan
dilakukan apabila penanggung
jawab usaha atau kegiatan
penambangan timah tidak
melaksanakan paksaan
pemerintah.
Berdasarkan data dilapangan
pembekuan izin lingkungan
oleh pejabat yang memberikan
izin tidak terdapat kesenjangan
karena dengan pembekuan izin
dan pengawasan pemerintah
akan mencegah pelanggaran
hukum lingkungan yang
berkenjutan.
Pencabutan izin
lingkungan
Pejabat akan cabut izin
lingkungan jika yang diberi
wewenang usaha atau kegiatan
penambangan timah tidak
menuruti paksaan pemerintah.
Berdasarkan data dilapangan
hal yang terkait pencabutan
izin dilakukan pejabat yang
memberi izin jika ternyata ada
kejadian pelanggaran pada izin
tersebut. Tidak terdapat
kesenjangan pada pencabutan
izin lingkungan yang
dilakukan secara berkala.
(sumber: data primer yang diolah, 2019)
Berdasarkan analisis kesenjangan diatas, terdapat kesenjangan pada teguran tertulis yang
harus diperhatikan oleh pemerintah agar lebih menegaskan lagi kepada masyarakat untuk
lebih menanggapisurat teguran tersebut agar pengelolaan lingkungan hidup lebih tertib dan
perlindungan lingkungan hidup berjalan lancar sebagaimana semestinya yaitu walaupun
melakukan aktivitas penambangan akan tetapi tidak merusak / mencemar lingkungan.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
186
Pembahasan Kasus
Hasil analisis merupakan uraian dari hasil wawancara dilapangan dan implementasi
kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, berdasarkan undang-undang
nomor 32 tahun 2009, maka peneliti membagi menjadi 6 komponen yang akan diteliti,
yaitu perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan
Hukum/Sanksi Administratif.
Pengendalian
Proses pengendalian yaitu pencegahan, penanggulangan dan pemulihan.
“pemerintah melakukan pemulihan dari kerusakan lingkungan hidup sesuai dengan
perencanaan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup, Melakukan pembinaan
terhadap sumber-sumber potensi limbah dan gangguan lingkungan hidupterutama pada
masa pasca tambang sehingga kondisi lingkungan diupayakan bisa kembali seperti sedia
kala serta pemerintahan dengan tegas mengatur bahwa kegiatan penambangan hanya boleh
dilakukan pada lokasi-lokasi kuasa pertambangan perseroan dan dikawasan yang termasuk
dilindungi baik di daratan maupun dilaut” (wawan cara mei 2019)
Lingkungan hidup ialah semua benda dan kondisi dalamnya terdapat manusia serta
perbuatannya dalam ruang tempat manusia berada yang mempengaruhi hidup dan
kesejahteraan manusia lainnya. Munajat danusaputro (1985).
Pernyataan di atas sesuai dengan undang-undang nomor 32 tahun 2009 pada penyusunan
rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada pasal 10 ayat (4) dan (5).
Pada wawancara dengan nelayan dan masyarakat sekitar lokasi penambangan terdapat
kesenjangan dalam pemulihan lingkungan hidup dari sektor penambangan yang dimana
dalam pelaksanaan pemulihan belum pernah dilakukan, bahkan yang melakukan
pemulihan lingkungan dilakukan oleh nelayan dan masyarakat setempat dengan reboisai
atau penghijaun yaitu menanam pohon jenis bakau di pesisir pantai atau tepian sungai yang
belumpur agar tidak terjadi abrasi dan bakau yang telah tumbuh menjadi besar bisa
menjadi tempat perkembangbiakan ekosistem laut, hal ini dilakukan dengan tujuan
menyelamatkan hutan, tanah dan air diwilayah laut atau sungai. Peran masyarakat yang
aktif sangat di perlukan dalam melakukan reboisasi untuk mengamankan daerah produksi
dan mengamankan daerah dari gangguan bencana banjir.
Pemeliharaan
Proses pemeliharaan pada undang-undang nomor 32 tahun 2009 yaitu: konservasi SDA,
pencadangan SDA, pelestarian fungsi atmosfer.
“masyarakat sekitar melakuakan pemeliharaan dengan melakukan penanaman kembali
pohon bakau ysng telah rusak akibat pencemaran dan memanfaat kan SDA dengan
seperlunya sesuai kebtuhan dan menjaga lingkungan agar tetap sehat dan bersih dengan
cara tidak membuang sampah kelautan”
Pasal 67 undang-undang nomor 32 tahun 2009, menyatakan “Setiap orang wajib
memelihara kelestarian lingkungan hidup dan mengendalikan pencemaran dan kerusakan
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
187
lingkungan hidup. Upaya dalam menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik dan sehat
tanggung jawab setiap orang, berdasarkan pasal diatas.
Pada dasarnya masyarakat yang melakukan seperti uraian diatas harus diberikan
penghargaan sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap lingkungan, dengan melindungi
lingkungan alam sekitar hidup sehat dan aman dari gangguan penyakit serta kebanjiran,
pemeliharaan harus diarahkan kepada masyarakat dan di tinjau agar lingkungan terjaga.
Pengawasan
Kebijakan pengawasan adalah salah satu fungsi dalam merealisasikan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan dari pencemaran dan kerusakan berdsasarkan hasil wawancara
masyarakat dan nelayan.
“pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah seperti merazia penambangan yang
melanggar hukum lingkungan ataupun penambang yang tidak sesuai dengan perizinan
sering dilakukan yang dilakukan oleh satpol pp ke lokasi-lokasi tertentu penambangan,
akan tetapi kehadiran dari petugas pengawasan ini diketahui oleh masyarakat sehingga
masyarakat menghentikan sementara aktivitas penambang yang melanggar perizinan.
informasi diketahui masyarakat dari salah seorang yang bekerja di pemerintah daerah
(pemda), dari itu petugas tidak mengetahui mana penambangan yang bertambang sesuai
izin dan tidak sesuai perizinan karena yang melakukan banyak penambangan di lepas
pantai atau laut” (wawancara mei 2019)
Pengertian pertambangan menurut undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang
pertambangan mineral dan batu bara yaitu: pertambangan sebagian atau seluruh tahapan
kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusaha mineral atau batu bara yang
meliputi penyelidikan umum, eksplorasi studi kelayakan yang terkandung di dalamnya di
kuasai oleh Negara, dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat.
Walaupun kegiatan penambangan timah sangat membantu kehidupan masyarakat, tidak
dapat di pungkiri bahwa tambang memberi dampak buruk bagi mata pecaharian nelayan
ataupun lingkungan. Karena nelayan tersebut mengeluhkan sulitnya dalam mendapati ikan
di laut hal itu di sebabkan kegiatan pertambangan timah yang menjadi biang keladi
permasalahan ini, dengan itu pengawasan dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.
Penegakan Hukum/Sanksi Administratif
Penegakan Hukum/Sanksi Administratif adalah salah satu fungsi dari perlindungan
pengelolaan lingkungan hidup. Berdasarkan hasil wawancara:
“penegakan hukum yang kurang tegas dari pemerintahan dimana penambang yang banyak
merusak lingkungan banyak dilakukan oleh penambangan ilegal tidak terlalu dipedulikan
petugas walaupun mereka mengetahuinya dengan alasan yang kurang logis, justru laporan
dari nelayan yang terkena dampak penambangan tidak ditanggapi oleh oleh petugas”
(wawancara mei 2019)
Usaha atau kegiatan berdampak penting terhadap lingkungan wajib memiliki Amdal. Pasal
22 ayat 1 dan 2 undang-undang nomor 32 tahun 2009. Hukum lingkungan itu terbagi dua
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
188
bagian, yaitu hukum lingkungan klasik dan hukum lingkungan modern. Hukum lingkungan
klasik menekankan kepada pengguna lingkungan atau use oriented sedangkan hukum
lingkungan modern menekankan kepada lingkungan. Hukum lingkungan modern, yang
meliputi: Berwawasan lingkungan (Environmental oriented law), Metodenya
comprehenship-integral (utuh-menyeluruh), Sifatnya sangat luas (fleksibel) karena
terpengaruh oleh kenyataan,
bahwa lingkungan sebagai “ekosistem” itu selalu berada dalam dinamika. Dalam hal ini
banyak memberikan wewenang kepada lembaga administrasi untuk mengembangkan
peraturan pelaksanaannya. Pada dasarnya hukum lingkungan untuk mengatasi pencemaran
serta kerusakan akibat dari ulah prilaku manusia dalam pembangunan dan penggunaan
teknologi yang tidak memperhatikan sebab akibatnya sehingga kerusaakan dan
pencemaran tersebut terjadi dimana-mana hingga kemasalah negara. Dengan itu
penegakan hukum harus dilakukan dengan setegas-teganya aagar lingkungan terlindungi
dari kerusakan dan pencemaran serta terhindar dari penambang yang ilegal.
SIMPULAN
Setelah dilakukan analisis dan pembahasan tentang implementasi kebijakan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup dalam kondisi riil dan ideal nya dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Hasil analisis kesenjanga menunjukan terdapat kesenjangan dalam implementasi
kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam standar yang terjadi pada
lingkungan masyarakat dengan undang-undang nomor 32 tahun 2009, 4 indikator
menunjukan kesenjangan sebagai berikut:
Pengendalian, kesenjangan terdapat pada pemulihan kerusakan lingkungan hidup.
Pemeliharaan, pemeliharaan dalam pencadangan sumber daya alam tidak dikelola dengan
baik.
Pengawasan, hal yang perlu di perhatiakan saat pemantaun kelokasi sektor penambangan.
Penegakan Hukum / Sanksi Administratif, kesenjangan yang terlihat adalah teguran tertulis
yang berupa kertas sehingga dirasa kurang tegas dan sering di abaikan oleh penerima
teguran.
Upaya yang perlu dilakukan sector penambangan dan masyarakat dalam pemulihan
kerusakan lingkungan dan SDA berdasarkan kebutuhan dan perkembangan zaman,
inventarisasi dan evaluasi sumber alam dikembangkan sejalan dengan meningkatnya upaya
pembangunan di bidang pertanian, pengairan, kehutanan, pertambangan dan
pengembangan wilayah, membua perjanjian tertulis dengan sector penambangan,
melakukan perbaikan terhadap lingkungan yang dikelola oleh sektor penambangan sesuai
dengan standar undang-undang lingkungan, serta kepala desa selaku pimpinan daerah
sekitar agar melakukan pengolaan dan pengawasan lingkungan yang harus diperbaharui
tersebut, upaya ini mulai dikembangka nuntuk meningkatkan efisiensi.
p-ISSN 2086-5090
e-ISSN: 2655-8262
Palembang, 3 October 2019
189
Adapun saran-saran berdasarkan paparan diatas, hasil penelitian serta simpulan hasil
penelitian, beberapa saran yang dapat direkomendasikan pada pihak-pihak terkait sebagai
berikut:
Membangun komitmen yang kuat terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang
berbasis pelestarian lingkungan hijau terutama pada standar pengelolaan yang merupakan
salah satu standar nasional.
Membangun hubungan kerja yang baik dengan sektor pertambangan, badan pengelolaan
lingkungan hidup, masyarakat dan kemitraan.
Menegaskan serta menegakan hukum lingkungan yang lebih efektif dan efisien.
Peneliti selanjutnya, agar dapat mengembangkan dan menyempurnakan penelitian ini
dengan melakukan penelitian dengan subjek dan metode penelitian yang berbeda.
REFERENSI
Asshiddiqie, Jimly. (2009). Green constitution. Jakarta.
Emil Salim. (1991). Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: LP3ES
Hamzah, Andi. (2016). Penegak Hukum Lingkungan: Alumni Bandung.
Himpunan Undang-Undang Lingkungan Hidup & Amdal(1th ed).(2018).
Mochtar Kusuma Atmadja. (1991). Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan Laut.
Jakarta: Sinar Grafisika Pusat Studi Wawasan Nusantara.
Munajat Danusaputra. (1985). Hukum lingkungan. Bandung .
http://www.timah.com/v3/ina/home/diaksesbulanjuni2019
Top Related