PENGARUH CAR, NPF, FDR DAN BOPO TERHADAP PROFITABILITAS
(ROA DAN ROE) PADA BANK UMUM SYARIAH
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh :
Fajar Adiputra
NIM : 11140810000114
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ii
PENGARUH CAR, NPF, FDR, DAN BOPO TERHADAP ROFITABILITAS
(ROA DAN ROE) PADA BANK UMUM SYARIAH
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
vi
DATA RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
Data Pribadi
Nama : Fajar Adiputra
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 04 September 1995
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sukarela II No 23 RT 04 RW 06 Kreo Selatan Larangan
Tangerang Banten 151506
No. Telp : 085890084359
E-mail : [email protected]
Pendidikan Formal
2001-2007 : SDN Kreo 01 Tangerang
2007-2010 : SMP Negeri 101 Jakarta
2010-2013 : SMA Negeri 32 Jakarta
2013-2015 : Program Profesional Teknologi Informasi Perbankan Syariah
CEP-CCIT Fakultas Teknik Universitas Indonesia
2014-2017 : Program Sarjana (S1) Jurusan Manajemen Informasi
Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Sarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
1. Sekretaris Koordinator Departemen Kemahasiswaan HMJ Manajemen UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Periode 2015 – 2016.
2. Sekretaris Koordinator Departemen Aksi dan Advokasi PMII Komisariat Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Cabang Ciputat Periode 2016-2017.
3. Sekretaris Koordinator Departemen Aksi dan Kenegaraan DEMA Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2017-2018
vii
THE EFFECT OF CAR, NPF, FDR AND BOPO ON PROFITABILITY (ROA
AND ROE) ON SHARIA BANKS IN INDONESIA
ABSTRACT
This study aims to analyze the effect of CAR, NPF, FDR and BOPO on
Profitability proxied by ROA and ROE at Sharia Commercial Bank. This research
uses purposive sampling based on bank whose establishment resulted from
conventional commercial bank conversion consisting of Bank Syariah Mandiri, Bank
Mega Syariah, Bank BRI Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Panin Dubai Syariah,
Bank Victoria Syariah, Bank BCA Syariah and Bank Maybank Syariah in 2012-2016,
with the number of research samples is 40 financial statements.
Based on the results of panel data regression from the research shows that
simultaneously the dependent variable (ROA and ROE) can be explained by
independent variables consisting of CAR, NPF, FDR, and BOPO. Partially CAR
variable has no significant effect on ROA and has a negative and significant effect on
ROE. The NPF variable has a negative and significant effect on ROA but has no
significant effect on ROE. The FDR variable has no significant effect on the ROA and
ROE. The BOPO variable has a negative and significant effect on ROA and ROE.
Keywords: CAR, NPF, FDR, BOPO, ROA, ROE
viii
PENGARUH CAR, NPF, FDR DAN BOPO TERHADAP PROFITABILITAS
(ROA DAN ROE) PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh CAR, NPF, FDR dan
BOPO terhadap Profitabilitas yang diproksikan oleh ROA dan ROE pada Bank
Umum Syariah. Penelitian ini menggunakan purposive sampling berdasarkan bank
yang pendiriannya hasil dari konversi Bank Umum Konvensional yaitu terdiri dari
Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, Bank BRI Syariah, Bank Syariah
Bukopin, Bank Panin Dubai Syariah, Bank Victoria Syariah, Bank BCA Syariah dan
Bank Maybank Syariah pada tahun 2012-2016, dengan jumlah sampel penelitian
adalah 40 laporan keuangan.
Berdasarkan hasil regresi data panel dari penelitian menunjukan bahwa secara
simultan variabel dependen (ROA dan ROE) dapat dijelaskan oleh variabel
independen yang terdiri dari CAR, NPF, FDR, dan BOPO. Secara parsial variabel
CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA dan berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap ROE. Variabel NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
ROA tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE. Variabel FDR tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROA dan ROE. Variabel BOPO berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap ROA dan ROE.
Kata Kunci: CAR, NPF, FDR, BOPO, ROA, ROE
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil „Alamin, segala puji dan syukur yang hanya milij
Allah SQT yang telah melimpahkan segala rahmat dan kasih saying-Nya kepada kita
semua karena hanya dengan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh CAR, NPF, FDR, dan BOPO Terhadap Profitabilitas (ROA
dan ROE) pada Bank Umum Syariah” ini. Tak lupa Shalawat dan salam semoga
selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar kita Muhammad SAW beserta
keluarga dan para sahabatnya. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
syarat menempuh ujian Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen,
Konsentrasi Manajemen Informasi Perbankan Syariah (MIPS), Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universtas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak luput dari
berbagai masalah dan menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh
bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat do‟a, bantuan,
dorongan, bimbingan dan pengarahan yang tidak ternilai harganya dari pihak lain,
yakni ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Orang tua penulis, Bapak Nanang Lasmana dan Bu Lily Herlia yang selalu
mendo‟akan dan memberikan dukungan moril maupun materil. Terima kasih atas
semuanya pak, mah.
2. Saudara kandung penulis, Adit dan Reza yang selalu memberikan pengalaman
dan pelajaran tentang arti kehidupan untuk penulis.
3. Bapak Dr. Indoyama Nasaruddin, SE., MAB selaku Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan waktu atas ilmu, saran, arahan, nasehat yang sahat berharga
selama penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan FEB.
5. Bapak Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP selaku Wakil Dekan I Bid.
Akademik.
x
6. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H selaku Wakil Dekan II Bid.
Administrasi Umum.
7. Bapak Dr Desmadi Saharuddin, M.A selaku Wakil Dekan III Bid.
Kemahasiswaan.
8. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen sekaligus
selaku Pembimbing Akademik
9. Ibu Ella Patriana, MM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen.
10. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis
selama menempuh masa studi.
11. Teman-teman seperjuangan selama di CCIT FTUI dan MIPS. Terima kasih atas
segala bantuannya serta memberikan motivasi selama masa perkuliahan.
12. Sahabat-sahabat yang sudah penulis anggap sebagai keluarga. Thoyo, Rizqybea,
Tias, Dayat, Zulfikar, Satria dan Ismu Adam.
13. Teman dan Sahabat yang tidak bisa di sebutkan satu persatu dalam penulisan ini
tapi mampu memberikan pengalaman, pelajaran, kebahagiaann yang begitu
berharga sehingga membuat penulis menjadi semangat untuk tetap melanjutkan
skripsi ini sampai selesai.
14. Kelompok KKN 108 Keibr, terima kasih atas pengalaman dan kerjasamnya
selama satu bulan KKN.
15. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, tetapi mampu
memberikan semangat moril untuk melanjutkan penulisan skripsi ini sampai
selesai.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan
maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Akhirnya
hanya kepada Allah semua ini penulis serahkan karena hanya ridha-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak khususnya bagi penulis sendiri.
xi
Jakarta, 21 November 2017
Fajar Adiputra
xii
DAFTAR ISI
PENGARUH CAR, NPF, FDR, DAN BOPO TERHADAP ROFITABILITAS (ROA DAN ROE)
PADA BANK UMUM SYARIAH ........................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ......................................................... v
DATA RIWAYAT HIDUP ............................................................................................................ vi
ABSTRACT .................................................................................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................................................ 13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................................... 14
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................................................... 16
A. Tinjauan Literatur ............................................................................................................... 16
1. Kinerja Keuangan....................................................................................................... 16
a. Pengertian Kinerja Keuangan ............................................................................. 16
b. Pengukuran Kinerja Keuangan ........................................................................... 17
c. Analisis Kinerja Keuangan ................................................................................. 19
xiii
2. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ............................................................................ 20
3. Profitabilitas ............................................................................................................... 32
4. Return on Assets (ROA) ............................................................................................. 34
5. Return on Equity (ROE) ............................................................................................. 35
6. Capital Adequacy Ratio (CAR) ................................................................................. 36
7. Non Performing Financing (NPF) ............................................................................. 37
8. Financing to Deposit Ratio (FDR) ............................................................................. 38
9. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) ................................. 39
B. Keterkaitan Antar Variabel Independen dengan Variabel Dependen ................................. 40
1. Hubungan CAR dengan Profitabilitas ........................................................................ 40
2. Hubungan NPF dengan Profitabilitas ......................................................................... 41
3. Hubungan FDR dengan Profitabilitas ........................................................................ 42
4. Hubungan BOPO dengan Profitabilitas ..................................................................... 42
C. Penelitian Terdahulu ........................................................................................................... 43
D. Kerangka Berpikir ............................................................................................................... 50
E. Hipotesis ............................................................................................................................. 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................................... 55
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................................... 55
B. Metode Penentuan Sampel .................................................................................................. 56
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................................................. 57
D. Metode Analisis Data .......................................................................................................... 58
1. Statistik Deskriptif ..................................................................................................... 58
2. Analisis Regresi Data Panel ....................................................................................... 58
3. Uji Asumsi Klasik ...................................................................................................... 63
a. Uji Normalitas .................................................................................................... 63
b. Uji Multikolinearitas .......................................................................................... 64
c. Uji Heterokedastisitas ......................................................................................... 66
d. Uji Autokorelasi ................................................................................................. 66
4. Pengujian Hipotesis .................................................................................................... 67
xiv
E. Operasional Variabel ........................................................................................................... 70
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 73
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................................................... 73
1. PT Bank Syariah Mandiri........................................................................................... 73
2. PT Bank Mega Syariah .............................................................................................. 76
3. PT Bank BRISyariah .................................................................................................. 80
4. PT Bank Syariah Bukopin .......................................................................................... 82
5. PT Panin Dubai Syariah ............................................................................................. 85
6. PT Victoria Syariah .................................................................................................... 88
7. PT BCA Syariah ......................................................................................................... 91
8. PT Maybank Syariah .................................................................................................. 93
B. Analisis Hasil dan Pembahasan .......................................................................................... 95
1. Statistik Deskriptif ..................................................................................................... 95
2. Uji Pemilihan Model Regresi Data Panel ................................................................ 100
a. Hasil Uji Chow ................................................................................................. 100
b. Uji Hausman ..................................................................................................... 106
c. Uji Lagrange Multiplier (LM) Test .................................................................. 107
3. Hasil Uji Asumsi Klasik........................................................................................... 108
a. Uji Normalitas .................................................................................................. 108
b. Uji Multikolinearitas ........................................................................................ 110
c. Uji Heterokedastisitas ....................................................................................... 110
d. Uji Autokorelasi ............................................................................................... 113
4. Uji Signifikasi .......................................................................................................... 115
a. Uji Pengaruh Parsial (Uji t) .............................................................................. 117
b. Uji Pengaruh Simultan (Uji F) ......................................................................... 121
c. Koefisien Determinasi (Uji R2) ........................................................................ 122
5. Interpretasi ............................................................................................................... 122
a. Return on Asset (ROA) .................................................................................... 123
xv
1) Pengaruh CAR terhadap ROA .................................................................. 123
2) Pengaruh NPF terhadap ROA ................................................................... 123
3) Pengaruh FDR terhadap ROA ................................................................... 124
4) Pengaruh BOPO terhadap ROA ................................................................ 125
b. Return on Equity (ROE) ................................................................................... 125
1) Pengaruh CAR terhadap ROE ................................................................... 125
2) Pengaruh NPF terhadap ROE.................................................................... 126
3) Pengaruh FDR terhadap ROE ................................................................... 127
4) Pengaruh BOPO terhadap ROE ................................................................ 127
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................... 129
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 129
B. Saran ................................................................................................................................. 131
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 133
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rasio Keuangan BUS dan UUS ...................................................................................... 7
Tabel 2.1 Kriteria Kesehatan ROA................................................................................................ 35
Tabel 2.2 Kriteria Kesehatan ROE ................................................................................................ 36
Tabel 2.3 Kriteria Kesehatan CAR ................................................................................................ 37
Tabel 2.4 Kriteria Kesehatan NPF ................................................................................................. 38
Tabel 2.5 Kriteria Kesehatan FDR ................................................................................................ 39
Tabel 2.6 Kriteria Kesehatan BOPO ............................................................................................. 40
Tabel 2.7 Penelitian Terdahulu ...................................................................................................... 43
Tabel 3.1 Metode Pengambilan Sampel Penelitian ....................................................................... 56
Tabel 3.2 Daftar Bank Umum Syariah Sampel Penelitian Periode 2012-2016 ............................. 57
Tabel 3.3 Operasional Variabel ..................................................................................................... 71
Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel ROA ................................................................. 96
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel ROE.................................................................. 96
Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel CAR ................................................................. 97
Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel NPF .................................................................. 98
Tabel 4.5 Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel FDR .................................................................. 99
Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel BOPO ............................................................... 99
Tabel 4.7 Hasil Uji Chow ROA .................................................................................................. 100
Tabel 4.8 Hasil Regresi Data Panel dengan Common Effect Model (ROA) .............................. 101
Tabel 4.9 Hasil Regresi Data Panel dengan Fixed Effect Model (ROA) .................................... 102
Tabel 4.10 Hasil Uji Chow ROE ................................................................................................. 103
Tabel 4.11 Hasil Regresi Data Panel dengan Common Effect Model (ROE) ............................. 104
Tabel 4.12 Hasil Regresi Data Panel dengan Common Effect Model (ROE) ............................. 104
Tabel 4.13 Hasil Uji Hausman ROE ........................................................................................... 106
Tabel 4.14 Uji Multikolinearitas ................................................................................................. 110
Tabel 4.15 Uji Heterokedastisitas ROA ...................................................................................... 111
Tabel 4.16 Uji Heterokedastisitas ROE ....................................................................................... 112
xvii
Tabel 4.17 Uji Autokorelasi ROA ............................................................................................... 113
Tabel 4.18 Uji Autokorelasi ROE ............................................................................................... 114
Tabel 4.19 Uji Signifikansi Common Effect Model ROA .......................................................... 115
Tabel 4.20 Uji Signifikansi Common Effect Model ROE ........................................................... 116
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ..................................................................................................... 51
Gambar 4.1 Uji Normalitas ROA ................................................................................................ 109
Gambar 4.2 Uji Normalitas ROE ................................................................................................ 109
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ................................................................................................................................. 137
Lampiran 2 ................................................................................................................................. 138
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan
disetujuinya undang-undang No. 10 Tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut
diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat
dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut
juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang
syariah atau bankan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah.
Peluang tersebut ternyata disambut antusias oleh masyarakat perbankan.
Sejumlah bank mulai memberikan pelatihan dalam bidang perbankan syariah
bagi para stafnya. Sebagian bank tersebut ingin menjajaki untuk membuka divisi
atau cabang syariah dalam institusinya (Antonio, 2001:26).
Saat ini sedikitnya 13 Bank Umum Syariah (BUS) yang sudah
beroperasi, 8 BUS diantaranya adalah hasil konversi Bank Umum Konvensional
(BUK), 2 BUS hasil Spin-Off UUS, 2 BUS kombinasi konversi bank
konvensional dan spin-off UUS, sedang 1 BUS hasil pendirian dari awal.
Dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 64/POJK.03/2016
tentang perubahan kegiatan usaha bank konvensional menjadi bank syariah
mengatakan bahwa peran (share) perbankan syariah dalam sistem perbankan
nasional perlu ditingkatkan antara lain dengan meningkatkan jumlah jaringan
2
kantor melalui pembentukan bank syariah baru atau membuka peluang yang
lebih besar untuk pelaksanaan perubahan kegiatan usaha (konversi) bank
konvensional menjadi bank syariah. Upaya peningkatan jaringan kantor
perbankan syariah tersebut juga dimaksudkan untuk mengakomodasi tuntutan
masyarakat yang semakin besar terhadap keberadaan perbankan syariah serta
minat para investor untuk masuk dalam industri perbankan syariah.
Dengan diberlakukan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, terdapat beberapa perubahan ketentuan yang terkait dengan
kelembagaan, kepengurusan dan kegiatan usaha bank syariah, termasuk
ketentuan tentang perubahan kegiatan usaha (konversi) bank konvensional
menjadi bank syariah. Pelaksanaan perubahan kegiatan usaha (konversi) bank
konvensional menjadi bank syariah harus tetap memperhatikan azas perbankan
yang sehat dan prinsip kehati-hatian sehingga dapat tercipta perbankan syariah
yang kuat dan konsisten dalam menerapkan Prinsip Syariah.
Menurut Statistik Bank Indonesia, perkembangan dan pertumbuhan
perbankan syariah di Indonesia setiap tahunnya cukup memuaskan, yaitu tumbuh
40-45 persen per tahun. Hal ini tercermin dari pertumbuhan aset, peningkatan
pembiayaan, dan jaringan kantor yang semakin meluas menjangkau seluruh
provinsi di Indonesia. Sampai dengan tahun 2017, sudah ada 13 Bank Umum
Syariah (BUS), 21 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 164 BPRS, dengan jaringan
717 kantor cabang, 1.342 kantor cabang pembantu dan 429 kantor kas yang
tersebar di seluruh Indonesia.
3
Semakin besar pertumbuhan perbankan syariah, maka akan semakin
banyak masyarakat yang terlayani. Meluasnya jangkauan perbankan syariah
menunjukkan peran perbankan syariah makin besar untuk pembangunan ekonomi
rakyat di negeri ini. Maka perbankan syariah harus tampil sebagai garda terdepan
atau lokomotif untuk terwujudnya pembangunan ekonomi rakyat di negri ini.
Namun dalam pengembangannya, perbankan syariah menghadapi sejumlah
tantangan yang harus dihadapai dengan berbagai macam langkah strategis.
Tantangan perbankan syariah yang pertama, adalah memperhatikan
kualitas aset. Semua bank di Indonesia, baik konvensional maupun syariah
dilanda pelambatan pertumbuhan penyaluran kredit dan diiringi pula oleh
peningkatan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL untuk bank
konvensinal dan NPF untuk perbankan syariah). Oleh sebab itu, bank syariah
harus tetap mewaspadai tren peningkatan pembiayaan bermasalah di tahun depan
yang mempengaruhi kualitas aset.
Sedangkan tantangan yang kedua, yakni memperkuat permodalan dan
skala usaha bank syariah. Permodalan bank syariah perlu diperkuat secara
signifikan agar memiliki skala usaha yang memadai untuk melakukan ekspansi.
Untuk mewujudkan itu, OJK telah mendorong komitmen Bank Induk
Konvensional untuk mengoptimalkan perannya dan meningkatkan komitmennya
untuk mengembangkan layanan perbankan syariah hingga mencapai share
minimal di atas 10% asset BUK induk.
4
Oleh sebab itu, diharapkan perekonomian nasional di tahun 2017 akan
semakin pulih terutama dengan banyaknya proyek-proyek infrastruktur dan
semakin baiknya pemerintahan pusat dan daerah dalam penyerapan anggaran.
Beberapa regulasi dari Bank Indonesia terkait dengan pengelolaan
manajemen perbankan dan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) terkait dengan
fatwa-fatwa pada produk dana telah bermunculan guna mengatur kebijakan
dalam pengelolaan manajemen perbankan syariah. Seperti peraturan Bank
Indonesia Nomor 15/12/PBI/2013 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum Bank Umum, Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012
Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, Surat Edaran No. 13/10/DPbS
Jakarta, 13 April 2011 Periahl: Penilaian Kualitas Aktiva Oleh Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah, Surat Edaran No. 15/44/DPbs Jakarta, 22
Oktober 2013 Perihal: Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah Bagi Bank
Umum Syariah, Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 Tentang
Penerapan Manajemen Resiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah, Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/22/PBI/2012 Tentang Pemberian
Kredit atau Pembiayaan Oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis Dalam Rangka
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Peraturan Bank Indonesia
Nomor 9/1/PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah Peraturan Bank Indonesia.
Tingkat kesehatan bank didefinisikan sebagai hasil penilaian kualitatif
atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi kinerja suatu Bank atau
5
Unit Usaha Syariah (UUS) melalui: (1) penilaian kuantitatif dan penilaian
kualitaitif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas
(earnings), likuiditas, sensitivitas pada rasio pasar; dan (2) penilaian kualitatif
terhadap pasar manajemen. Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi,
perkembangan maupun proyeksi rasio-rasio keuangan Bank atau UUS. Penilaian
kualitatif adalah penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil penilaian
kuantitatif, penerapan manajemen resiko, dan kepatuhan Bank atau UUS (Hasan,
2009:152).
Kinerja keuangan suatu bank juga mencerminkan tingkat kesehatan
bank tersebut. Dalam Surat Edaran BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 disebutkan
penilaian tingkat kesehatan bank mencakup terhadap faktor-faktor CAMELS
(Capital, Asset Quality, Management, Earnings, Liquidity, Sensitivity to Market
Risk). Pesatnya perkembangan perbankan nasional membuat Bank Indonesia
kembali mengubah cara penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan Surat
Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011. Bank
diwajibkan melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara berkala terhadap
tingkat kesehatannya dan mengambil langkah-langkah perbaikan secara efektif
dengan menggunakan penilaian terhadap faktor meliputi risk profile (profil
risiko), good corporate governance, earnings (rentabilitas), dan capitals
(permodalan) yang disingkat dengan istilah RGEC. Metode RGEC inilah yang
digunakan bank saat ini untuk melakukan penilaian terhadap tingkat kesehatan
bank karena merupakan penyempurnaan dari metode-metode sebelumnya
6
Penilaian Risk Profile meliputi 8 (delapan) risiko yaitu, risiko kredit,
pasar, likuiditas, operasional, hukum, stratejik, kepatuhan dan reputasi. Penelitian
ini mengukur risiko kredit menggunakan rasio Non Performing Financing (NPF)
dan rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) untuk mengukur risiko likuiditas.
Penilaian faktor GCG merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen
Bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Prinsip-prinsip GCG dan fokus
penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip GCG berpedoman pada ketentuan
Bank Indonesia mengenai Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum dengan
memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha Bank.
Earning merupakan hal yang penting dalam suatu bank karena merupakan
salah satu parameter dalam penilaian tingkat kesehatan bank terkait dengan
kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan. Penilaian faktor rentabilitas
dapat dihitung menggunakan 2 rumus yaitu Return on Asset (ROA), Return on
Equity (ROE) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO).
Capital merupakan salah satu faktor yang penting bagi sebuah bank
karena jika sebuah bank memiliki faktor permodalan yang baik maka tentu saja
bank juga akan semakin lancar dalam menjalankan kegiatan operasionalnya
dalam mencapai tujuan bank itu sendiri. Faktor permodalan dapat diukur dengan
menggunakan rumus Capital Adequacy Ratio (CAR).
Profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang paling
baik untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Karena kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dapat dijadikan tolak ukur seberapa baik kinerja
7
perusahaan tersebut. Semakin tingginya profitabilitas maka semakin baik pula
kinerja keuangan perusahaan tersebut.
Rasio yang biasa digunakan dalam mengukur tingkat profitabilitas suatu
perusahaan adalah Return on Equity (ROE) dan Return on Asset (ROA) untuk
industri perbankan, ROE mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilih
perusahaan. Sedangkan ROA mengukur kemampuan perusahaan untuk
memperoleh earning dalam operasi perusahaan. Penelitian ini menggunakan
keduanya dalam mengukur profitabilitas bank umum syariah.
Tabel 1.1
Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Tahun ROA (%) ROE (%) CAR (%) NPF (%) FDR (%) BOPO (%)
Des 2011 1,79 19,41 16,63 2,52 88,94 78,41
Des 2012 2,14 35,59 14,13 2,22 100,00 74,97
Des 2013 2,00 32,15 14,42 2,62 100,32 78,21
Des 2014 0,41 13,82 16,10 4,95 86,66 96,97
Des 2015 0,49 12,17 15,02 4,84 88,03 97,01
Des 2016 0,63 12,66 15,95 4,42 85,99 96,23
Sumber: Data Statistik Perbankan Syariah
Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur efektivitas manajemen
secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang
diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi Irham Fahmi
(2014:81). Hanafi (2016:42) mengatakan rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan,
asset, dan modal saham tertentu. Ada tiga rasio yang sering digunakan, yaitu
Profit Margin, Return on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE). Semakin
8
baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan
tingginya perolehan keuntungan perusahaan.
Return On Assets (ROA) atau sering diterjemahkan sebagai rentabilitas
ekonomi mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu.
Rasio ini dalam mengukur laba perusahaan menggunakan total aset yang telah
disesuaikan dengan biaya-biaya yang mendanai aset tersebut. Melihat data olahan
Bank Indonesia bahwa ROA pada tahun 2016 mengalami kenaikan perolehan
laba perusahaan dibandingkan tahun 2014 dan 2015, tetapi pada tahun 2016, laba
perbankan syariah masih di bawah realisasi tahun 2013 yang mencapai 2%. Hal
ini menjadi fenomena yang menarik untuk diteliti karena terdapat faktor yang
dapat mempengaruhi penurunan laba perbankan syariah tersebut. Salah satu
faktor yang melatarbelakangi penurunan laba tersebut adalah biaya pencadangan
yang naik dan pendapatan operasional yang tidak tumbuh signifikan.
Return on Equity (ROE) bertujuan untuk mengukur kemampuan modal
disetor bank dalam menghasilkan laba. Semakin besar rasio ini menunjukkan
kemampuan modal disetor bank dalam menghasilkan laba bagi pemegang saham
semakin besar. Berdasarkan hasil olahan Bank Indonesia, tingkat ROE terendah
sebesar 3,22 pada tahun 2011 dan naik secara signifikan pada tahun 2012
sebesar 35,59.
Penilaian permodalan (capital) berfungsi untuk mengukur kemampuan
bank dalam menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindari lagi serta
dapat digunakan untuk mengukur besar-kecilnya kekayaan bank tersebut atau
9
kekayaan yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya (ihsan, 2015:87).
Besarnya permodalan dipengaruhi atas kemampuan dan kepatuhan suatu bank
KPMM (Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum) yang saat ini berlaku 8%.
Pemenuhan KPMM sebesar 8% diberikan “Cukup Sehat” dan pemenuhan
KPMM kurang dari 8% sampai dengan 7,9% diberi predikat “Kurang Sehat”
(Muhamad, 2014:268). Dilihat dari data olahan Bank Indonesia, perbankan
syariah secara keseluruhan sudah memenuhi KPMM dan mendapatkan kategori
sehat. Mellihat nilai CAR pada Data Olahan Bank Indonesia menunjukan nilai
CAR sebesar 15,95 dan mendapat kriteria “Sangat Sehat” berdasarkan Surat
Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Tahun 2004 dengan kriteria CAR >=
12% tetapi dengan tingginya nilai CAR menunjukan bahwa terdapat idle money.
Hal ini menjadi fenomena yang menarik untuk diteliti dengan melihat rendahnya
nilai ROA.
Non Performing Financing (NPF) atau pembiayaan bermasalah menjadi
indikator penting dalam penilaian kinerja lembaga keuangan karena hal ini terkait
dengan resiko pengembalian dana yang disalurkan melalui pembiayaan
(Widiyanto dkk, 2016:32). Tingginya NPF menunjukan tingkat pembayaran
kembali rendah yang dimungkinkan karena rendahnya tingkat keberhasilan
pembiayaan. Berdasarkan potret data olahan Bank Indonesia, NPF menunjukan
lonjakan yang tinggi pada tahun 2014 dan cenderung membaik hingga tahun
2016 walaupun masih mendekati batas maksimum sebesar 5%. Hal ini tentu
10
masih menjadi perhatian bagi pelaku bank syariah dalam menjaga kualitas
pembiayaannya.
Financing to Deposit Ratio (FDR) analog dengan Loan to Deposit Ratio
(LDR) pada bank konvensional, merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kemabli penarikan
dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi FDR maka laba bank semakin
meningkat (Dendawijaya, 2009:43). Berdasarkan data olahan Bank Indonesia
yang menunjukan tingkat rasio FDR pada tahun 2016 sebesar 85,99% yang
masuk kategori “Sehat” menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP
Tahun 2004.
BOPO merupakan perbandingan antara total biaya operasional dan total
pendapatan operasonal. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi
dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Efesiensi operasi
dilakukan oleh bank dalam rangka mengetahui apakah bank dalam operasinya
yang berhubungan dengan usaha pokok bank dilakukan dengan benar sesuai
dengan yang diharapkan oleh pihak manajemen serta dugunakan untuk
menunjukan apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan
tepat guna dan hasil guna (Dendawijaya, 2009:45). Berdasarkan data olahan
Bank Indonesia yang menunjukan bahwa rasio BOPO mulai dari tahun 2014
sampai tahun 2016 berada di tingkat yang besar apabila dibandingkan dengan
tahun 2011 sampai tahun 2013. Lonjakan yang besar itu mengartikan bahwa
11
perbankan syariah tidak dapat menekan biaya operasionalnya yang
mengakibatkan laba yang diperoleh bank kecil.
Berdasarkan analisa dari statistik perbankan syariah diatas juga dapat
disimpulkan bahwa bank syariah akan menghadapi masalah yang akan dihadapi,
yaitu berupa kepercayaan masyarakat dalam melakukan investasi karena ketika
hasil dari rasio keuangan menunjukan turunnya kinerja bank maka akan menurun
pula minat investor untuk mananamkan dananya di bank syariah tersebut.
Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani (2016) dimana hasil dari
penelitiannya menyebutkan bahwa CAR, FDR, dan BOPO terhadap ROA yang
merupakan indikator kesehatan Bank untuk mengukur profitabilitasnya memiliki
hubungan yang tinggi. CAR secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas. FDR secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap profitabilitas. Berbeda lagi dengan BOPO yang secara parsial
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
Apriani Simatupang dan Denis Franzlay (2016) menunjukkan variabel
CAR, FDR, dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas Bank
Umum Syariah, sedangkan variabel NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas Bank Umum Syariah. Nilai R² sebesar 0,504332 menunjukkan
CAR, FDR, BOPO, dan NPF mampu menjelaskan mempengaruhi profitabilitas
sebesar 50,43% dan sisanya 49,57% dipengaruhi variabel lain di luar model
penelitian ini.
12
Lemiyana dan Erdah Litriani (2016) menunjukan bahwa secara parsial
variabel Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposit Ratio
(FDR), tidak ada pengaruh terhadap Return On Asset (ROA). Sedangkan variabel
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh
negatif terhadap Return On Asset (ROA). Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak
terdapat pengaruh negatif signifikan antara CAR terhadap ROA. Dan variabel
Inflasi dan Nilai tukar juga tidak mempunyai pengaruh terhadap Return On Asset
(ROA).
Sofyan Febby Henny Saputri dan Hening Widi Oetomo (2016)
menunjukan bahwa secara parsial variabel CAR berpengaruh positif signifikan
terhadap ROE, BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROE, NPL
berpengaruh negatif signifikan terhadap ROE, LDR berpengaruh positif terhadap
ROE pada Bank Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Serta BOPO
memiliki pengaruh yang dominan terhadap ROE.
Shinta Amalina Hazrati Havidz dan Chandra Setiawan (2015) Financing
to Deposit Ratio (FDR), Debt to Total Assets Ratio, Capital Adequacy Ratio
(CAR), Size dan Operational Efficiency Ratio (OER) berpengaruh signifikan
secara simultan terhadap ROA. Secara parsial, FDR, DTAR, dan CAR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, sedangkan ukuran dan OER
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Ukuran adalah koefisien
tertinggi di antara variabel penentu, sementara FDR adalah koefisien terlemah
yang mempengaruhi ROA di bank syariah di Indonesia.
13
Farrashita Aulia dan Prasetiono (2016) menunjukan bahwa secara
parsial variabel CAR berpengaruh negatif signifikan terhadap ROE, BOPO
berpengaruh negatif signifikan terhadap ROE, NPF berpengaruh positif
signifikan terhadap ROE, FDR berpengaruh negative signifikan terhadap ROE
pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
Didin Ambris Diknawati (2014) menunjukan variabel CAR berpengaruh
positif signifikan terhadap ROA, NPF berpengaruh positif signifikan terhadap
ROA, FDR berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA, dan BOPO
berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.
Dari fenomena tersebut, dapat ditarik simpulan bahwa tidak setiap
kejadian empiris sesuai dengan teori yang ada. Hal ini diperkuat dengan adanya
Research Gap dalam penelitian-penelitian terdahulu. Berbagai penelitian diatas
menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda dari variabel yang dipandang
berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE).
Berdasarkan latar belakang masalah dan research gap pada penelitian
sebelumnya maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas (ROA dan
ROE) Bank Umum Syariah”.
B. Perumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang di atas, maka perumusan masalah tulisan ini
adalah sebagai berikut :
14
1. Apakah CAR, NPF, FDR, dan BOPO berpengaruh terhadap profitablitas
(ROA) bank umum syariah?
2. Apakah CAR, NPF, FDR, dan BOPO berpengaruh terhadap profitablitas
(ROE) bank umum syariah?
3. Apakah CAR, NPF, FDR dan BOPO berpengaruh secara simultan terhadap
profitabilitas (ROA) bank umum syariah?
4. Apakah CAR, NPF, FDR dan BOPO berpengaruh secara simultan terhadap
profitabilitas (ROE) bank umum syariah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui apakah CAR, NPF, FDR, dan BOPO berpengaruh
terhadap profitablitas (ROA) bank umum syariah
2. Untuk mengetahui apakah CAR, NPF, FDR, dan BOPO berpengaruh
terhadap profitablitas (ROE) bank umum syariah
3. Untuk mengetahui apakah CAR, NPF, FDR dan BOPO berpengaruh secara
simultan terhadap profitabilitas (ROA) bank umum syariah
4. Untuk mengetahui apakah CAR, NPF, FDR dan BOPO berpengaruh secara
simultan terhadap profitabilitas (ROE) bank umum syariah
Adapun manfaat yang bisa didapat dari penelitian ini yaitu :
1. Bagi Penulis
15
Menambah wawasan bagi penulis mengenai perbankan syariah dan
pengetahuan mengenai profitabilitas pada industry perbankan syariah
2. Bagi Stakeholder Perbankan
Dapat memberikan masukan kepada kalangan perbankan dan dapat dijadikan
bahan evaluasi dalam meningkatkan kinerjanya.
3. Bagi Kalangan Akademisi
Sebagai bahan dokumentasi untuk melengkapi sarana yang dibutuhkan
dalam penyediaan bahan studi dan sebagai bahan komparasi bagi pihak-
pihak yang mungkin membutuhkan
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Literatur
1. Kinerja Keuangan
a. Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk
melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan
menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan
suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan,
sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan
suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode
tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara
optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan (Fahmi, 2011:2).
Menurut Jumingan (2006:239) kinerja keuangan adalah gambaran
kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut
aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur
dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas
Sutrisno (2009:53) menyatakan bahwa kinerja keuangan
perusahaan merupakan prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu
17
periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan
tersebut.
Berdasarkan apa yang dinyatakan diatas, kinerja keuangan
merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan
yang dianalisis dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan
profitabilitas yang dapat melihat prestasi yang dicapai perusahaan dalam
suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan
tersebut.
b. Pengukuran Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan berkaitan erat dengan pengukuran
dan penilaian kinerja. Pengukuran kinerja (performing measurement)
adalah kualifikasi dan efisiensi serta efektivitas perusahaan dalam
pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Adapun penilaian kinerja
menurut Srimindarti (2006:34) adalah penentuan efektivitas operasional,
organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya secara periodik.
Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan
perbaikan di atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan
perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian
secara kritis terhadap review data, menghitung, mengukur,
18
menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan
pada suatu periode tertentu.
Menurut Munawir (2012:31) menyatakan bahwa tujuan dari
pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah:
1) Mengetahui tingkat likuiditas, Likuiditas menunjukkan kemampuan
suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus
segera diselesaikan pada saat ditagih.
2) Mengetahui tingkat solvabilitas. Solvabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya
apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek
maupun jangka panjang.
3) Mengetahui tingkat rentabilitas. Rentabilitas atau yang sering disebut
dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu.
4) Mengetahui tingkat stabilitas. Stabilitas menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur
dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang-hutangnya serta membayar beban bunga atas hutang-hutangnya
tepat pada waktunya.
19
c. Analisis Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis.
Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan menjadi
(Jumingan, 2006:242):
1) Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik analisis
dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih
dengan menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah (absolut) maupun
dalam persentase (relatif).
2) Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk
mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikan
atau penurunan
3) Analisis Persentase per-Komponen (common size), merupakan teknik
analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing
aktiva terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun utang.
4) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik
analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal
kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan
5) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis
untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan pada
suatu periode waktu tertentu
20
6) Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk
mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun
laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan
7) Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba
8) Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui
tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami
kerugian.
2. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan disebutkan bahwa bank wajib memelihara tingkat
kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset,
kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang
berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai
dengan prinsip kehati-hatian. Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang
tentang Perbankan tersebut, Bank Indonesia sebagai otoritas yang bertugas
dalam mengatur dan mengawasi bank mengeluarkan Peraturan Bank
Indonesia dalam PBI No. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum yang telah diperbaharui dalam Surat Edaran Bank
Indonesia No. 13/1/PBI/2011 Ketentuan umum Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Umum. Metode atau cara penilaian tingkat kesehatan dengan
21
menggunakan pendekatan risiko (Risk-based Bank Rating) baik secara
individual maupun secara konsolidasi.
Manajemen Bank perlu memperhatikan prinsip-prinsip umum berikut
ini sebagai landasan menilai Tingkat Kesehatan Bank yang terdapat pada
Surat Edaran Nomor 13/24/DPNP/2011
a. Berorientasi Risiko
Penilaian tingkat kesehatan didasarkan pada Risiko-Risiko Bank dan
dampak yang ditimbulkan pada kinerja Bank secara keseluruhan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor internal maupun eksternal
yang dapat meningkatkan Risiko atau mempengaruhi kinerja keuangan
Bank pada saat ini dan di masa yang akan datang. Dengan demikian, Bank
diharapkan mampu mendeteksi secara lebih dini akar permasalahan Bank
serta mengambil langkah-langkah pencegahan dan perbaikan secara efektif
dan efisien.
b. Proporsionalitas
Penggunaan parameter/indikator dalam tiap faktor penilaian Tingkat
Kesehatan Bank dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dan
kompleksitas usaha Bank. Parameter/indikator penilaian Tingkat
Kesehatan Bank dalam Surat Edaran ini merupakan standar minimum
yang wajib digunakan dalam menilai Tingkat Kesehatan Bank. Namun
demikian, Bank dapat menggunakan parameter/indikator tambahan yang
sesuai dengan karakteristik dan kompleksitas usahanya dalam menilai
22
Tingkat Kesehatan Bank sehingga dapat mencerminkan kondisi Bank
dengan lebih baik.
c. Materialitas dan Signifikasi
Bank perlu memperhatikan materialitas atau signifikansi faktor penilaian
Tingkat Kesehatan Bank yaitu Profil Risiko, GCG, Rentabilitas, dan
Permodalan serta signifikansi parameter/ indikator penilaian pada masing-
masing faktor dalam menyimpulkan hasil penilaian dan menetapkan
peringkat faktor. Penentuan materialitas dan signifikansi tersebut
didasarkan pada analisis yang didukung oleh data dan informasi yang
memadai mengenai Risiko dan kinerja keuangan Bank.
d. Komprehensif dan Terstruktur
Proses penilaian dilakukan secara menyeluruh dan sistematis serta
difokuskan pada permasalahan utama Bank. Analisis dilakukan secara
terintegrasi, yaitu dengan mempertimbangkan keterkaitan antar Risiko dan
antar faktor penilaian Tingkat Kesehatan Bank serta perusahaan anak yang
wajib dikonsolidasikan. Analisis harus didukung oleh fakta-fakta pokok
dan rasio-rasio yang relevan untuk menunjukkan tingkat, trend, dan
tingkat permasalahan yang dihadapi oleh Bank
Dalam Surat Edaran Bank Indonesia Pasal 6 13/1/PBI/2011 dan di
dalam peraturan OJK Pasal 1 ayat (6) dan Pasal 6 ayat (1) Nomor
8/POJK.03/2014 dijelaskan mengenai mekanisme penilaian tingkat kesehatan
bank secara individual. Bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan
23
bank secara individual dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk-based
Bank Rating) atau biasa disebut dengan metode RGEC. Cakupan penilaian
RGEC adalah sebagai berikut :
a. Profil risiko (Risk profile)
Penilaian faktor Profil Risiko merupakan penilaian terhadap
Risiko inheren dan kualitas penerapan Manajemen Risiko dalam aktivitas
operasional Bank. Risiko yang wajib dinilai terdiri atas 8 (delapan) jenis
Risiko yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Operasional, Risiko
Likuiditas, Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan, dan Risiko
Reputasi.
Dalam menilai Profil Risiko, Bank wajib pula memperhatikan
cakupan penerapan Manajemen Risiko sebagaimana diatur dalam
ketentuan Bank Indonesia mengenai Penerapan Manajemen Risiko bagi
Bank Umum.
1) Penilaian Risiko Inheren
Penilaian Risiko inheren merupakan penilaian atas Risiko
yang melekat pada kegiatan bisnis Bank, baik yang dapat
dikuantifikasikan maupun yang tidak, yang berpotensi mempengaruhi
posisi keuangan Bank. Karakteristik Risiko inheren Bank ditentukan
oleh faktor internal maupun eksternal, antara lain strategi bisnis,
karakteristik bisnis, kompleksitas produk dan aktivitas Bank, industri
dimana Bank melakukan kegiatan usaha, serta kondisi makro
24
ekonomi. Penilaian atas Risiko inheren dilakukan dengan
memperhatikan parameter/indikator yang bersifat kuantitatif maupun
kualitatif. Penetapan tingkat Risiko inheren atas masing-masing jenis
Risiko mengacu pada prinsip-prinsip umum penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum. Penetapan tingkat Risiko inheren untuk
masing-masing jenis Risiko dikategorikan ke dalam peringkat 1
(low), peringkat 2 (low to moderate), peringkat 3 (moderate),
peringkat 4 (moderate to high), dan peringkat 5 (high).
Berikut ini adalah beberapa parameter/indikator minimum
yang wajib dijadikan acuan oleh Bank dalam menilai Risiko inheren.
Bank dapat menambah parameter/indikator lain yang relevan dengan
karakteristik dan kompleksitas usaha Bank dengan memperhatikan
prinsip proporsionalitas.
a) Risiko Kredit
Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan debitur
dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank.
Risiko kredit pada umumnya terdapat pada seluruh aktivitas Bank
yang kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan
(counterparty), penerbit (issuer), atau kinerja peminjam dana
(borrower). Risiko Kredit juga dapat diakibatkan oleh
terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur, wilayah
geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha
25
tertentu. Risiko ini lazim disebut Risiko Konsentrasi Kredit dan
wajib diperhitungkan pula dalam penilaian Risiko inheren.
b) Risiko Pasar
Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening
administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan dari
kondisi pasar, termasuk Risiko perubahan harga option. Risiko
Pasar meliputi antara lain Risiko suku bunga, Risiko nilai tukar,
Risiko ekuitas, dan Risiko komoditas. Risiko suku bunga dapat
berasal baik dari posisi trading book maupun posisi banking
book.
c) Risiko Likuiditas
Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan
Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber
pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi
yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi
keuangan Bank. Risiko ini disebut juga Risiko likuiditas
pendanaan (funding liquidity risk).
Risiko Likuiditas juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan
Bank melikuidasi aset tanpa terkena diskon yang material karena
tidak adanya pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market
disruption) yang parah. Risiko ini disebut sebagai Risiko
likuiditas pasar (market liquidity risk).
26
d) Risiko Operasional
Risiko Operasional adalah Risiko akibat ketidakcukupan
dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia,
kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang
mempengaruhi operasional Bank. Sumber Risiko Operasional
dapat disebabkan antara lain oleh sumber daya manusia, proses,
sistem, dan kejadian eksternal.
e) Risiko Hukum
Risiko Hukum adalah Risiko yang timbul akibat tuntutan
hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat
timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-
undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak
dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau agunan yang tidak
memadai.
f) Risiko Stratejik
Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan Bank
dalam mengambil keputusan dan/atau pelaksanaan suatu
keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi
perubahan lingkungan bisnis. Sumber Risiko Stratejik antara lain
ditimbulkan dari kelemahan dalam proses formulasi strategi dan
ketidaktepatan dalam perumusan strategi, ketidaktepatan dalam
27
implementasi strategi, dan kegagalan mengantisipasi perubahan
lingkungan bisnis.
g) Risiko Kepatuhan
Risiko Kepatuhan adalah Risiko yang timbul akibat Bank
tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Sumber Risiko
Kepatuhan antara lain timbul karena kurangnya pemahaman atau
kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang
berlaku umum.
h) Risiko Reputasi
Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat
kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif
terhadap Bank. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam
mengkategorikan sumber Risiko Reputasi bersifat tidak langsung
(below the line) dan bersifat langsung (above the line).
2) Penilaian Kualitas Penerapan Manajemen Risiko
Penilaian kualitas penerapan Manajemen Risiko
mencerminkan penilaian terhadap kecukupan sistem pengendalian
Risiko yang mencakup seluruh pilar penerapan Manajemen Risiko
sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai
penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum. Penilaian kualitas
penerapan Manajemen Risiko bertujuan untuk mengevaluasi
28
efektivitas penerapan Manajemen Risiko Bank sesuai prinsip-prinsip
yang diatur dalam ketentuan Bank Indonesia
a) Tata Kelola Risiko
b) Kerangka Manajemen Risiko
c) Kecukupan Sistem Pengendalian Risiko
3) Penetapan Tingkat Risiko
4) Penetapan Peringkat Faktor Profil Risiko
a) Penetapan tingkat risiko dari masing-masing risiko
b) Penetapan tingkat risiko inheren komposit dan tingkat kualitas
penerapan manajemen risiko komposit, dengan memperhatikan
signifikansi masing-masing risiko terhadap Profil Risiko secara
keseluruhan
c) Penetapan peringkat faktor Profil Risiko terdiri dari 5 (lima)
peringkat yaitu Peringkat 1, Peringkat 2, Peringkat 3, Peringkat 4,
dan Peringkat 5. Urutan peringkat faktor Profil Risiko yang lebih
kecil mencerminkan semakin rendahnya Risiko yang dihadapi
Bank.
b. Good Corporate Governance (GCG)
1) Penilaian faktor GCG merupakan penialain terhadap kualitas
manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Prinsip-
prinsip GCG dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip
29
GCG berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia mengenai
Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum dengan memperhatikan
karakteristik dan kompleksitas usaha Bank.
2) Penetapan peringkat faktor GCG dilakukan berdasarkan analisis atas:
(i) pelaksanaan prinsip-prinsip GCG Bank sebagaimana dimaksud
pada angka 1); (ii) kecukupan tata kelola (governance) atas struktur,
proses, dan hasil penerapan GCG pada Bank; dan (iii) informasi lain
yang terkait dengan GCG Bank yang didasarkan pada data dan
informasi yang relevan.
3) Peringkat faktor GCG dikategorikan dalam 5 (lima) peringkat yaitu
Peringkat 1, Peringkat 2, Peringkat 3, Peringkat 4, dan Peringkat 5.
Urutan peringkat faktor GCG yang lebih kecil mencerminkan
penerapan GCG yang lebih baik.
c. Rentabilitas (earnings)
1) Penilaian faktor Rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja
Rentabilitas, sumber-sumber Rentabilitas, kesinambungan
(sustainability) Rentabilitas, dan manajemen Rentabilitas. Penilaian
dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat, trend, struktur,
stabilitas Rentabilitas Bank, dan perbandingan kinerja Bank dengan
kinerja peer group¸ baik melalui analisis aspek kuantitatif maupun
kualitatif.
30
2) Penetapan peringkat faktor Rentabilitas dilakukan berdasarkan
analisis yang komprehensif dan terstruktur terhadap
parameter/indikator Rentabilitas sebagaimana dimaksud pada angka
1) dengan memperhatikan signifikansi masing-masing
parameter/indikator serta mempertimbangkan permasalahan lain yang
mempengaruhi Rentabilitas Bank.
3) Penetapan faktor Rentabilitas dikategorikan dalam 5 (lima) peringkat
yakni Peringkat 1, Peringkat 2, Peringkat 3, Peringkat 4, dan
Peringkat 5. Urutan peringkat faktor Rentabilitas yang lebih kecil
mencerminkan kondisi Rentabilitas Bank yang lebih baik.
d. Permodalan (capital)
1) Penilaian atas faktor Permodalan meliputi evaluasi terhadap
kecukupan Permodalan dan kecukupan pengelolaan Permodalan.
Dalam melakukan perhitungan Permodalan, Bank wajib mengacu
pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum bagi Bank Umum. Selain itu, dalam
melakukan penilaian kecukupan Permodalan, Bank juga harus
mengaitkan kecukupan modal dengan Profil Risiko Bank. Semakin
tinggi Risiko Bank, semakin besar modal yang harus disediakan untuk
mengantisipasi Risiko tersebut.
2) Dalam melakukan penilaian, Bank perlu mempertimbangkan tingkat,
trend, struktur, dan stabilitas Permodalan dengan memperhatikan
31
kinerja peer group serta kecukupan manajemen Permodalan Bank.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan parameter/indikator
kuantitatif maupun kualitatif. Dalam menentukan peer group, Bank
perlu memperhatikan skala bisnis, karakteristik, dan/atau
kompleksitas usaha Bank serta ketersediaan data dan informasi yang
dimiliki.
3) Parameter/indicator dalam menilai permodalan meliputi:
a) Kecukupan modal Bank
Penilaian kecukupan modal Bank perlu dilakukan secara
komprehensif, minimal mencakup:
Tingkat, trend, dan komposisi modal Bank;
Rasio KPMM dengan memperhitungkan Risiko Kredit, Risiko
Pasar, dan Risiko Operasional; dan
Kecukupan modal Bank dikaitkan dengan Profil Risiko.
b) Pengelolaan Permodalan Bank
Analisis terhadap pengelolaan Permodalan Bank meliputi
manajemen Permodalan dan kemampuan akses Permodalan.
Bank dalam menilai faktor Permodalan menggunakan
parameter/indikator dengan berpedoman pada Lampiran 4.
4) Faktor Permodalan ditetapkan berdasarkan analisis yang
komprehensif dan terstruktur terhadap parameter/indikator
32
Permodalan sebagaimana dimaksud pada angka 3) dengan
memperhatikan signifikansi masing-masing parameter/indikator serta
mempertimbangkan permasalahan lain yang mempengaruhi
Permodalan Bank.
5) Penetapan faktor Permodalan dikategorikan dalam 5 (lima) peringkat
yakni Peringkat 1, Peringkat 2, Peringkat 3, Peringkat 4, dan
Peringkat 5. Urutan peringkat faktor Permodalan yang lebih kecil
mencerminkan kondisi pemodalan Bank yang lebih baik
3. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan, dalam hal ini
perusahaan perbankan, untuk menghasilkan laba. Profitabilitas biasanya
diukur menggunakan rasio perbandingan. Menurut Hery (2015:192) Rasio
profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya. Van
Horne dan Wachowicz (2012:180) mengemukakan rasio profitabilitas terdiri
atas dua jenis rasio yang menunjukan profitabilitas dalam kaitannya dengan
penjualan dan rasio yang menunjukan profitabilitas dalam kaitannya dengan
investasi. Profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan adalah margin
laba bruto dan margin laba neto. Profitabilitas dalam hubungannya dengan
investasi terdiri atas imbal hasil atas investasi (return on investment) atau
33
imbal hasil atas aset (return on asset) dan imbal hasil atas ekuitas (return on
equity).
Rasio profitabilitas dikenal juga sebagai rasio rentabilitas. Disamping
bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba selama periode tertentu, rasio ini juga bertujuan untuk mengukur tingkat
efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaan.
Dalam praktiknya, ada banyak manfaat yang dapat diperoleh dari
rasio profitabilitas, baik bagi pihak perusahaan, manajemen perusahaan,
maupun para pemangku kepentingan lainnya yang terkait dengan perusahaan.
Berikut adalah tujuan dan manfaat rasio secara keseluruhan. (Hery,
2015:192):
a. Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
selama periode tertentu
b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang
c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu
d. Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan
dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total asset
e. Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan
dari setiap rupiah dana yang tertanam dala total ekuitas
f. Untuk mengukur marjin laba kotor atas penjualan bersih
g. Untuk mengukur marjin laba operasional atas penjualan bersih
34
h. Untuk mengukur marjin laba bersih atas penjualan bersih.
Pencapaian laba merupakan indikator yang dominan karena hasil
akhir kinerja operasi usaha selalu mengarah pada laba sebelum pajak. Karena
laba sebelum pajak merupakan nilai rupiah dan masing-masing perusahaan
berbeda dalam jumlah modal maka besar laba sebelum pajak tidak bisa
menunjukkan kinerja laba sehingga perlu dipakai indikator lain, dalam
penelitian ini digunakan return on asset (ROA).
4. Return on Assets (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar
ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dari segi penggunaan asset.
Return on Asset (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur kinerja
keuangan perbankan karena Return on Asset (ROA) digunakan untuk
mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut.
Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank, terdapat perbedaan
kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoritis dan cara perhitungan
35
berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teroritis, laba yang
perhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam pengukuran oleh
Bank Indonesia laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum pajak. Bank
Indonesia dalam mengukur tingkat ROA berdasarkan kriteria penilaian
berikut.
Tabel 2.1
Kriteria Kesehatan ROA
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat ROA > 1,5%
2 Sehat 1,25% < ROA ≤ 1,5%
3 Cukup Sehat 0,5% < ROA ≤ 1,25%
4 Kurang Sehat 0% < ROA≤ 0,5%
5 Tidak Sehat ROA ≤ 0%
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/24/DPbs 2007
5. Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) merupakan salah satu instrument analisis
rasio keuangan yang dipergunakan untuk mengukur efisiensi kinerja
perusahaan dan tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Secara sistematis
Return on Equity (ROE) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Semakin tinggi ROE menunjukkan kemampuan perusahaan
menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang
tinggi bagi para pemegang saham atau investor. Besarnya laba yang
dihasilkan oleh perusahaan sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya
36
Return on Equity (ROE) pada suatu perusahaan. Semakin tinggi ROE (Return
on Equity) maka semakin tinggi pula laba yang akan diperoleh oleh
perusahaan dan resiko bermasalah semakin kecil. Bank Indonesia dalam
mengukur tingkat ROE berdasarkan kriteria penilaian berikut.
Tabel 2.2
Kriteria Kesehatan ROE
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat ROE > 15%
2 Sehat 12,5% < ROE ≤ 15%
3 Cukup Sehat 5% < ROE ≤ 12,5%
4 Kurang Sehat 0% < ROE ≤ 5%
5 Tidak Sehat ROE ≤ 0%
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/24/DPbs 2007
6. Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva
bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan
pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping
memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana
masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata ain, capital
adequacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal
yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
menghasilkan risiko, misalkan pembiayaan yang diberikan. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
37
CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk
menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank
yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko.
Berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia dalam rangka tata
cara penilaian tingkat kesehatan bank, berikut kriteria penilaian peringkat
kewajiban penyediaan modal minimum.
Tabel 2.3
Kriteria Kesehatan CAR
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat CAR ≥ 12%
2 Sehat 9% ≤ CAR < 12%
3 Cukup Sehat 8% ≤ CAR < 9%
4 Kurang Sehat 6% < CAR < 8%
5 Tidak Sehat CAR ≤ 6%
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/24/DPbs 2007
7. Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) yang analog dengan Non
Performing Loan (NPL) merefleksikan besarnya risiko kredit yang dihadapi
bank, semakin kecil Non Performing Loan (NPL), maka semakin kecil pula
resiko kredit yang ditanggung pihak bank.
Dengan demikian apabila suatu bank mempunyai Non Performing
Loan (NPL) yang tinggi, menunjukkan bahwa bank tersebut tidak profesional
38
dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat
resiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan
tingginya NPL yang dihadapi bank
Tabel 2.4
Kriteria Kesehatan NPF
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat NPF < 2%
2 Sehat 2% ≤ NPF < 5%
3 Cukup Sehat 5% ≤ NPF < 8%
4 Kurang Sehat 8% ≤ NPF < 12%
5 Tidak Sehat NPF ≥ 12%
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/24/DPbs 2007
8. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio yang analog dengan Loan to Deposit Ratio
pada bank konvensional adalah perbandingan antara pembiayaan yang
diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh
bank. Rasio ini dipergunakan untuk mengukur sampai sejauh mana dana
pinjaman yang bersumber dari dana pihak ketiga. Tinggi rendahnya rasio ini
menunjukkan tingkat likuiditas bank tersebut. Sehingga semakin tinggi angka
FDR suatu bank, berarti digambarkan sebagai bank yang kurang likuid
dibanding dengan bank yang mempunyai angka rasio lebih kecil.
(Muhammad, 2005). Sebaliknya semakin rendah FDR menunjukkan
kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit.
39
Jika rasio FDR bank berada pada standar yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia, maka laba yang diperoleh oleh bank tersebut akan meningkat
(dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif).
Dengan meningkatnya laba, maka Return on Asset (ROA) juga akan
meningkat, karena laba merupakan komponen yang membentuk Return on
Asset (ROA).
Tabel 2.5
Kriteria Kesehatan FDR
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat FDR ≤ 75%
2 Sehat 75% < FDR≤ 85%
3 Cukup Sehat 85% < FDR≤ 100%
4 Kurang Sehat 100% < FDR≤ 120%
5 Tidak Sehat FDR > 120%
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004
9. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan
operasional. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan
utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu
menghimpun dan menyalurkan dana, maka biaya dan pendapatan operasional
40
bank didominasi oleh biaya operasional bank itu sendiri seperti biaya akad.
Kriteria penilaian peringkat BOPO adalah:
Tabel 2.6
Kriteria Kesehatan BOPO
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat BOPO ≤ 83%
2 Sehat 83% < BOPO ≤ 85%
3 Cukup Sehat 85% < BOPO ≤ 87%
4 Kurang Sehat 87% < BOPO ≤ 89%
5 Tidak Sehat BOPO > 89%
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/24/DPbs 2007
B. Keterkaitan Antar Variabel Independen dengan Variabel Dependen
1. Hubungan CAR dengan Profitabilitas
CAR merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah
seluruh aktiva bank yang mengandung unsur risiko (kredit, penyertaan, surat
berharga, tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri bank,
disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank
Dendawijaya (2009:121). Jika nilai CAR tinggi yaitu sesuai dengan
ketentuan BI sebesar 8% berarti bank tersebut dapat leluasa menempatkan
dananya kedalam aktivitas investasi yang menguntungkan, keadaan yang
menguntungkan tersebut akan memberikan kontribusi bank dalam
peningkatan profitabilitas
Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani (2016) mengatakan CAR
tidak berpengaruh terhadap ROA disebabkan karena bank-bank yang
41
beroperasi tidak mengoptimalkan modal yang ada, hal ini terjadi karena
peraturan Bank Indonesia yang mensyaratkan CAR minimal 8%
mengakibatkan bank-bank selalu berusaha menjaga agar CAR yang
dimilikinya selalu berusaha menjaga agar CAR yang dimilikinya sesuai
ketentuan.
2. Hubungan NPF dengan Profitabilitas
Resiko pembiayaan yang diterima bank merupakan salah satu resiko
usaha bank, yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali pinjaman yang
diberikan atau investasi yang sedang dilakukan oleh pihak bank
(Muhammad, 2005:359). Dendawijaya (2009:82) mengemukakan dampak
dari keberadaan Non Performing Financing (NPF) yang tidak wajar salah
satunya adalah hilangnya kesempatan memperoleh income (pendapatan) dari
kredit yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh
buruk bagi profitabilitas. Jadi semakin rendah NPF maka profitabilitas
semakin meningkat karena semakin kecil resiko kredit yang ditanggung oleh
bank. Sebaliknya, semakin tinggi NPF maka profitabilitas akan semakin
rendah karena hilangnya kesempatan bank dalam memperoleh laba.
Sholihah dan Sriyana (2014) menyimpulkan bahwa NPF
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA Bank Syariah yang
mengartikan bahwa apabila NPF turun maka ROA yang akan diperolah bank
syariah akan meningkat.
42
3. Hubungan FDR dengan Profitabilitas
Financing to deposit ratio (FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah
kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank
(Dendawijaya, 2009). Rasio ini menggambarkan kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin
besar pembiayaan maka pendapatan yang diperoleh juga akan naik, karena
pendapatan naik secara otomatis laba juga akan mengalami kenaikan. Tetapi
apabila rasio FDR rendah maka berarti pendapatan yang diperoleh bank juga
rendah.
Rafelia dan Ardiyanto (2013) menunjukan bahwa FDR berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ROE. Nilai positif yang ditunjukan FDR
memberi pengertian bahwa semakin besar FDR makan akan menunjukan
semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya, sehingga hal ini
akan meningkatkan ROE bank.
4. Hubungan BOPO dengan Profitabilitas
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan
perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank melakukan kegiatan
operasionalnya. Rasio BOPO ini mengukur kemampuan pendapatan
operasional dalam menutup biaya operasional, dari nilai BOPO ini dapat
dilihat kondisi kinerja bank yang bersangkutan. Semakin kecil rasio BOPO
43
berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank yang
bersangkutan yang artinya akan meningkatkan profitabilitas suatu bank.
Sebaliknya apabila rasio BOPO semakin besar maka semakin tidak
efisiennya biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan
yang artinya akan menurunkan profitabilitas suatu bank.
Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani (2016) mengatakan
bahwa BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Nilai
negatif yang ditunjukan BOPO menunjukan bahwa semakin kecil BOPO
menunjukan semakin efisien bank daam menjalankan aktifitas usahanya.
C. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.7
Penelitian Terdahulu
No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Kesimpulan
1 Ningsukma Hakiim
dan
Haqiqi Rafsanjani
(2016)
Pengaruh Internal
Capital Adequency
Ratio (CAR),
Financing To Deposit
Ratio (FDR), dan
Biaya Operasional
Per Pendapatan
Operasional (BOPO)
dalam Peningkatan
Profitabilitas Industri
Bank Syariah di
Indonesia
Variabel X :
Capital Adequacy
Ratio (CAR),
Likuiditas (FDR),
Efisiensi
Operasional
(BOPO)
Variabel Y :
Profitabilitas
(ROA)
Dari hasil pengamatan
dan
analisis data yang telah
dilakukan, kesimpulan
pada penelitian ini
adalah CAR, FDR, dan
BOPO
terhadap ROA yang
merupakan indikator
kesehatan Bank untuk
mengukur
profitabilitasnya
memiliki hubungan
yang tinggi. CAR
secara parsial tidak
berpengaruh signifikan
terhadap
profitabilitas. Variabel
44
No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Kesimpulan
FDR secara parsial
berpengaruh negatif
dan tidak signifikan
terhadap
profitabilitas. Berbeda
lagi dengan BOPO
yang secara parsial
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap ROA
2 Farashita Aulia dan
Prasetiono
(2016)
Pengaruh CAR, FDR,
NPF, dan BOPO
Terhadap
Profitabilitas (Return
on Equity)
Variabel X:
CAR, FDR, NPF,
BOPO
Variabel Y:
ROE
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
CAR dan BOPO
memilikin pengaruh
negatif dan signifikan
terhadap ROE. FDR
memiliki pengaruh
negatif terhadap ROE,
tapi ternyata tidak
secara signifikan
mempengaruhi ROE.
Sementara itu, NPF
memiliki pengaruh
positif dan signifikan
terhadap ROE
3 Apriani Simatupang
dan Denis Franzlay
(2016)
Capital Adequacy
Ratio(CAR), Non
Performing Financing
(NPF), Efisiensi
Operasional (BOPO)
dan Financing to
Deposit Ratio (FDR)
Terhadap
Profitabilitas Bank
Umum Syariah di
Indonesia
Variabel X :
Capital Adequacy
Ratio (CAR),
Financing to
Deposit Ratio
(FDR), Efisiensi
Operasional
(BOPO), dan Non
Performing
Financing (NPF)
Variabel Y :
Profitabilitas
Hasil penelitian
menunjukkan variabel
CAR, FDR, dan BOPO
berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas
Bank Umum Syariah,
sedangkan variabel
NPF tidak berpengaruh
signifikan terhadap
profitabilitas Bank
Umum Syariah. Nilai
R² sebesar 0,504332
menunjukkan CAR,
FDR, BOPO, dan NPF
mampu menjelaskan
45
No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Kesimpulan
mempengaruhi
profitabilitas sebesar
50,43% dan sisanya
49,57% dipengaruhi
variabel lain di luar
model penelitian ini
4 Sofyan Febby Henny
Saputri dan Hening
Widi Oetomo
(2016)
Pengaruh CAR,
BOPO, NPL, dan
FDR Terhadap ROE
Pada Bank Devisa
Variabel X:
CAR, BOPO,
NPL, dan FDR
Variabel Y:
ROE
Hasil pengujian dari
penelitian menunjukkan
variabel CAR
berpengaruh positif
signifikan terhadap
ROE, BOPO
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
ROE, NPL berpengaruh
negatif signifikan
terhadap ROE, LDR
berpengaruh positif
terhadap ROE pada
Bank Devisa yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Serta BOPO
memiliki pengaruh
yang dominan terhadap
ROE.
5 Lemiyana dan Erdah
Litriani
(2016)
Pengaruh NPF, FDR,
BOPO Terhadap
Return On Asset
(ROA) Pada Bank
Umum Syariah
Variabel X :
NPF, FDR, BOPO
Variabel Y:
Return On Asset
(ROA)
Variabel Non
Performing Financing
(NPF) dan Financing to
Deposit Ratio (FDR),
tidak ada pengaruh
terhadap Return On
Asset (ROA).
Sedangkan variabel
Biaya Operasional
terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO)
berpengaruh negatif
terhadap Return On
Asset (ROA).
46
No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Kesimpulan
6 Shinta Amalina
Hazrati Havidz dan
Chandra Setiawan
(2015)
The Determinants Of
Roa (Return On
Assets) Of Full-
Fledged
Islamic Banks In
Indonesia
Variabel X :
Financing to
Deposit Ratio,
Debt to Total
Assets Ratio,
Capital
Adequacy Ratio,
Size, Operational
Efficiency Ratio
Variabel Y :
Return On Asset
The findings reveal that
Financing to Deposit
Ratio (FDR), Debt to
Total Assets
Ratio, Capital
Adequacy Ratio (CAR),
Size and Operational
Efficiency Ratio (OER)
have
significant effect
simultaneously towards
ROA. Partially, FDR,
DTAR, and CAR have
positive effect and
significant towards
ROA, while size and
OER have negative
effect and
significant towards
ROA.Size is the highest
coefficient among the
determinant variables,
while FDR is the
weakest coefficient that
effect ROA in the full-
fledged Islamic banks
in
Indonesia
7 Okky Paulin dan
Sudarso Kaderi
Wiryono
(2015)
Determinants Of
Islamic Bank’s
Profitability In
Indonesia
For 2009 – 2013
Variabel X :
NPF (Non‐Performing
Financing),
BOPO
(Operational
Efficiency), NIM
(Net Interest
Margin), FDR
(Financing to
Deposit Ratio),
PPAP (Allowance
The result indicated
that NPF, BOPO, NIM,
FDR, PPAP
Compliance, NPA, EA,
and LIQD give
significant effect
simultaneously to ROA
as profitability ratio of
Islamic
banks in Indonesia.
Then partially, NIM
and PPAP Compliance
47
No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Kesimpulan
for Earning Asset
Possible Losses)
Compliance, NPA
(Non‐ Performing Asset),
EA (Equity to
Total Asset), and
LIQD (Liquid
Asset to Total
Deposit)
Variabel Y :
Profitability
(ROA)
give significant positive
effect to ROA, whereas
BOPO has negatively
significant influence to
ROA. And other ratios,
which are NPF, FDR,
NPA, EA, and LIQD,
have no significant
effect on profitability of
Islamic banks in
Indonesia. Based on R‐square value, the effect
of
those independent
variables to ROA is
91.7%, so 8.3% residue
is influenced by other
variables outside this
research. Based on that
result, Islamic banks in
Indonesia should
increase the assets
quality (PPAP
Compliance),
profit sharing income
(NIM), and operational
efficiency (BOPO)
8 Khoirunissa
Firdhausy Habibie
dan Waseso Segoro
(2014)
Factors Influencing
The Profitability Of
PT. Bank Syariah
Mandiri
In 2009 - 2013
Variabel X :
CAR, FDR, NPF,
Inflation, and BI-
Rates
Variabel Y :
ROA
the results of this study,
it was determined that,
partially, only CAR,
FDR, NPF, and
Inflation
significantly influenced
ROA. BI Rate was not a
significant influence to
ROA. The hypothesis
test also showed that,
simultaneously, the
independent variables
significantly influenced
48
No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Kesimpulan
the dependent variable
(ROA). The
independent
variable which was the
most dominant in
influencing profitability
(ROA) was the CAR by
-4,036, because this
negative
ratio indicates the
failing ability of the
bank to maintain its
capital funds to
overcome risk-weighted
assets.
9 Didin Ambris
Diknawati
(2014)
Analisis Pengaruh
CAR, NPF, FDR, Dan
BOPO Terhadap
Profitabilitas Bank
Umum Syariah
Variabel X :
CAR, NPF, FDR,
dan BOPO
Variabel Y :
Profitabilitas
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
CAR (X1) signifikan
mempengaruhi
profitabilitas ROA (Y)
Bank Syariah karena
jumlahnya mencapai
3,235 dengan tingkat
signifikan 0,003. NPF
(X2) berpengaruh
signifikan terhadap
profitabilitas ROA (Y)
Bank Syariah
karena t hitung 2,636
dengan tingkat
signifikan 0,013. FDR
(X3) berpengaruh
signifikan terhadap
Profitabilitas ROA (Y)
Bank Syariah karena
angka t hitung adalah -
2,578 dengan tingkat
signifikansi
0,016. BOPO (X4)
berpengaruh signifikan
49
No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Kesimpulan
terhadap profitabilitas
ROA (Y) Bank Syariah
karena
t hitung adalah -5.292
dengan tingkat
signifikansi 0,000.
10 Nikmatus Sholihah
dan Jaka Sriyana
(2014)
Profitabilitas Bank
Syariah pada Kondisi
Biaya Operasional
Tinggi
Variabel X :
CAR, BOPO,
NPF, FDR, dan
NIM
Variabel Y :
ROA
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
CAR dan FDR tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
ROA sedangkan Beban
Operasional terhadap
Pendapatan
Operasional, NPF dan
NIM
berpengaruh secara
signifikan terhadap
ROA pada bank syariah
11 Rida Hermina dan
Edy Suprianto
(2014)
Analisis Pengaruh
CAR, NPL, LDR, dan
BOPO Terhadap
Profitabilitas (ROE)
pada Bank Umum
Syariah
Variabel X:
CAR, NPL, LDR,
BOPO
Variabel Y:
ROE
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
variabel independen
yang mempengaruhi
profitabilitas (ROE)
adalah BOPO
sedangkan CAR, LDR,
NPL tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas
(ROE)
12 Thyas Rafelia dan
Moh Didik Ardiyanto
(2013)
Pengaruh CAR, FDR,
NPF, dan BOPO
Terhadap ROE Bank
Syariah Mandiri
Variabel X:
CAR, FDR, NPF
BOPO
Variabel Y:
ROE
Hasil penelitian ini
menunjukkan CAR,
FDR, NPF, dan OEOI
berpengaruh terhadap
ROE. Ada dua variabel
yang signifikan efek
positif pada ROE, FDR
dan NPF. Variabel
lainnya memiliki
50
No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Kesimpulan
pengaruh negatif yang
signifikan OEOI,
sedangkan CAR negatif
namun tidak
berpengaruh signifikan
terhadap ROE.
13 Ishmah Wati
(2012)
Analisis Pengaruh
Efisiensi Operasional
Terhadap Kinerja
Profitabilitas pada
Sektor Perbankan
Syariah
Variabel X:
CAR, NPF, FDR,
BOPO
Variabel Y:
ROA, ROE
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
CAR dan BOPO
memiliki negatif dan
berpengaruh signifikan
terhadap ROE. FDR
memiliki pengaruh
negatif terhadap ROE,
tapi ternyata tidak
secara signifikan
mempengaruhi ROE.
Sementara itu, NPF
memiliki pengaruh
positif dan signifikan
terhadap ROE
D. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran adalah narasi (uraian) atau pernyataan (proposisi)
tentang kerangka konsep pemecahan masalah yang telah diidentifikasi atau
dirumuskan. Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran dalam sebuah penelitian
kuantitatif, sangat menentukan kejelasan dan validitas proses penelitian secara
keseluruhan (Muhidin, 2011). Melalui uraian dalam kerangka berpikir, peneliti
dapat menjelaskan secara komprehensif variabel-varibel apa saja yang diteliti dan
dari teori apa variabel-variabel itu diturunkan, serta mengapa variabel-variabel itu
saja yang diteliti.
51
Bank Umum Syariah
Profitabilitas
CAR (X1) FDR (X4)BOPO (X3)NPF (X2)
Uji Asumsi Klasik
Multikolinieritas Heteroskedastisitas
Uji Regresi Data Panel
Uji Hipotesis
Uji R2Uji tUji F
Saran
Kesimpulan
Tingkat Kesehatan Bank Syariah Menggunakan Pendekatan RBBR
ROA (Y1) ROE (Y2)
ROA (Y1)
Pemilihan Model Terbaik
ROE (Y2)
Pemilhan Model Terbaik
AutokorelasiNormalitas
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
52
E. Hipotesis
Hipotesis bisa didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara
logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk
pernyataan yang dapat diuji. Hubungan tersebut diperkirakan berdasarkan
jaringan asosiasi yang ditetakan dalam kerangka teori yang dirumuskan untuk
studi penelitian. Dengan menguji hipotesis dan menegaskan perkiraan hubungan,
diharapkan bahwa solusi dapat ditemukan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi.
Hipotesis nol (hipotesis nihil atau null hypotheses) adalah proporsi yang
menyatakan hubungan definitif dan tepat di antara dua variabel. Yaitu, hipotesis
ini menyatakan bahwa korelasi populasi antara dua variabel adalah sama dengan
nol atau bahwa perbedaan dalam mean dua kelompok dalam populasi adalah
sama dengan nol. Secara umum, pernyataan nol diungkapkan sebagai tidak ada
hubungan (signifikan) antara dua variabel atau tidak ada perbedaan (siginfikan)
antara dua kelompok. Hipotesis alternatif, yang merupakan kebalikan dari
hipotesis nol, adalah pernyataan yang mengungkapkan hubungan antara dua
variabel atau menunjukan perbedaan antara kelompok.
Berikut adalah hipotesis pada penelitian ini:
1. H0:βi = 0 :Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing
(NPF), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan
Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh terhadap
Return On Asset (ROA)
53
Ha:βi ≠ 0 :Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing
(NPF), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan
Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap Return
On Asset (ROA)
2. H0:βi = 0 :Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing
(NPF), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan
Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh terhadap
Return on Equity (ROE)
Ha:βi ≠ 0 :Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing
(NPF), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan
Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap Return
on Equity (ROE)
3. H0:βi = 0 :Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing
(NPF), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO),
Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh secara
simultan terhadap Return On Asset (ROA)
Ha:βi ≠ 0 :Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing
(NPF), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO),
Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh secara simultan
terhadap Return On Asset (ROA)
54
4. H0:βi = 0 :Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing
(NPF), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO),
Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh secara
simultan terhadap Return on Equity (ROE)
Ha:βi ≠ 0 :Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing
(NPF), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO),
Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh secara simultan
terhadap Return on Equity (ROE)
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini fokus pada variabel-variabel independen
yaitu non performing financing (NPF), capital adequacy ratio (CAR), financing
to deposit ratio (FDR) dan biaya operasional terhadap pendapatan operasional
(BOPO). Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah return on
asset (ROA) dan return on equity (ROE).
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan data
sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan yang telah dipublikasikan bank di
website. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif
asosiatif, yaitu penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua
variabel atau lebih, Sugiyono (2013:57). Hubungan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah hubungan kausal. Hubungan kasual adalah hubungan yang
bersifat sebab akibat, yang terdiri dari variabel independen (variabel yang
mempengaruhi) dan dependen (variabel yang dipengaruhi) menurut Sugiyono
(2013: 59). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh dari
variabel CAR, NPF, FDR, dan BOPO terhadap variabel ROA dan ROE pada
Bank Umum Syariah.
56
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel penelitian diambil secara purposive sampling yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Noor, 2011:155). Perusahaan
perbankan yang menjadi sampel disini mampu memberikan informasi yang
dibutuhkan bagi penelitian ini. Adapun pertimbangan yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
1. Bank umum syariah yang telah berdiri kurang lebih 5 tahun
2. Bank umum syariah yang berdiri dari konversi bank umum
konvensional
3. Bank umum syariah laporan keuangannya sudah teraudit BI
Tabel 3.1
Metode Pengambilan Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah
1 Bank Umum Syariah yang
terdaftar di BI
13
2 Bank Umum Syariah yang berdiri
kurang lebih 5 Tahun
11
3 Bank Umum Syariah yang bukan
merupakan konversi dari Bank
Umum Konvensional
(3)
4 a. Bank Umum Syariah yang
berdiri kurang lebih 5
Tahun
b. Bank Umum Syariah yang
merupakan konversi dari
Bank Umum
Konvensional
c. Laporan bank umum
syariah terlah teraudit oleh
BI
8
5 Total Sampel Akhir 8
57
No Keterangan Jumlah
6 Data yang di observasi (8×5) 40
Sumber: Data diolah
Berdasarkan metode Purposive Sampling tersebut, tercatat ada delapan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Bank Umum Syariah yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini tercatat pada tabel berikut :
Tabel 3.2
Daftar Bank Umum Syariah Sampel Penelitian Periode 2012-2016
No Nama Bank
1 PT. Bank Syariah Mandiri
2 PT. Bank Mega Syariah Indonesia
3 PT. Bank BRISyariah
4 PT. Bank Syariah Bukopin
5 PT. Bank Panin Dubai Syariah, Tbk
6 PT. Bank Victoria Syariah
7 PT. BCA Syariah
8 PT. Maybank Syariah Indonesia
Sumber: Data diolah
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan penelitian ini, data yang dipergunakan adalah data
sekunder yang berupa rasio keuangan masing-masing perusahaan perbankan di
Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
diperoleh dari Laporan Keuangan Tahunan yang diterbitkan oleh Bank Umum
Syariah dalam website resmi Bank Indonesia dan website resmi masing-masing
bank.
58
D. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
melakukan analisis kuantitatif yang dinyatakan dengan angka-angka yang dalam
perhitungannya menggunakan metode statistik yang dibantu dengan program
pengolah data statistik yang dikenal dengan Eviews. Metode-metode yang
digunakan yaitu analisis statistik deskriptif, uji regresi data panel, uji asumsi
klasik, uji signifikansi simultan (uji statitik F), koefisien determinasi R2, uji
signifikansi parameter individual (uji statistik t).
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (Ghozali, 2016:19).
2. Analisis Regresi Data Panel
Menurut Gujarati dalam Suliyanto (2011), Regresi panel data adalah
Data yang dikumpulkan dari beberapa obyek dengan beberapa waktu. Nama
lain dari penel data adalah pool data, kombinasi data time series dan cross
section, mikropanel data, longlitudinal data, analisis even history dan
analysis cohort. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa regresi panel
data atau pool data adalah regresi yang merupakan kombinasi dari data time
series dan cross section. Panel data memiliki beberapa kelebihian dibanding
dengan alat uji lainnnya yaitu panel data memeiliki tingkat heterogenitas
59
yang lebih tunggi, panel data mampu memberikan data yang lebih informatif,
lebih bervariasi, serta memiliki tingkat kolinearitas yang rendah, mampu
mempelajari model perilaku yang lebih kompleks.
Metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan antara lain (Jonni J Manurung, dkk, 2010:
214):
a. Metode Common Effect atau Pooled Least Square (PLS)
Pooled Least Square Model merupakan metode estimasi model regresi
atau panel yang paling sederhana dengan asumsi intercept dan koefisien
slope yang konstan antar waktu dan cross section (common effect). Dalam
pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu.
Diasumsikan bahwa perilaku data antar perusahaan sama dalam berbagai
kurun waktu.
b. Metode Fixed Effect Model (FEM)
Teknik model Fixed Effect adalah teknik mengestimasi data panel dengan
menggunakan variabel dummy unuk menangkap adanya perbedaan
intersep. Model fixed effect juga disebut covariance model dan variabel
independennya disebut covariate.
c. Metode Random Effect Model (REM)
Penggunaan model random effect relatif mahal terhadap derajat bebas jika
data cross-section terbatas. Pengetahuan yang terbatas terhadap makna
60
variabel boneka (dummy) mendorong penggunaan Error Component
Model (ECM) atau Random Effects Model (REM).
Untuk memilih model mana yang paling tepat digunakan untuk
pengolahan data panel, maka terdapat beberapa pengujian yang dapat
dilakukan, antara lain:
a. Uji Chow
Uji Chow adalah teknik uji yang digunakan untuk
membandingkan apakah model yang digunakan Pooled Least Square
Model atau Fixed Effect Model. Uji ini juga untuk menguji stabilitas
parameter jika data yang digunakan adalah data uraian waktu (Prapto
Yuwono, 2005: 115). Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesis
sebagai berikut:
H0 = Pooled Least Square Model (PLSM)
Ha = Fixed Effect Model (FEM)
Dasar penolakan terhadap hipotesis di atas adalah dengan
membandingkan perhitungan Fhitung dengan Ftabel atau membandingkan
nilai probabilitasnya dengan α = 5% (0.05). Perbandingan dipakai apabila
Fhitung lebih besar (>) dari Ftabel atau nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05,
maka H0 ditolak yang berarti model yang lebih tepat digunakan adalah
Fixed Effect Model. Begitupun sebaliknya, jika Fhitung lebih kecil (<) dari
Ftabel atau nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima dan
61
model yang lebih tepat digunakan adalah Common Effect Model
(Gujarati, N. Damodor dan Dawn C. Porter, 2009: 598).
Perhitungan Fhitung untuk Uji Chow dapat dilakukan dengan rumus:
Keterangan:
RRSS = Restricted Residual Sum Square (merupakan Sum of Square
Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan model Pool
Least square/Common Effect (Common Intercept).
URSS = Unrestricted Residual Sum Square (merupakan Sum of Square
Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode Fixed
Effect
N = Jumlah Data Cross Section
T = Jumlah Data Time Series
K = Jumlah Variabel (Bebas dan Terikat)
Sedangkan Ftabel didapat dari:
Ftabel {α: df (N-1), (NT-N-K) }
b. Uji Hausman
Hausman test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah
model fixed effect atau random effect lebih tepat digunakan dalam regresi
data panel. Uji ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat efek random
62
di dalam panel data (Dedi Rosadi, 2012: 274). Pengujian dilakukan
dengan hipotesis berikut:
H0: Random Effect Model
Ha: Fixed Effect Model
Jika chi-square hitung > chisquare tabel berarti H0 ditolak, artinya
model yang digunakan adalah fixed effect model. Jika chi-square hitung <
chi-square tabel berarti H1 ditolak, artinya model yang digunakan adalah
random effect model (Gujarati, N. Damodor dan Dawn C. Porter, 2009:
605).
Dasar penolakan dalam hipotesis diatas juga bisa dengan
memperhatikan nilai probabilitas (Prob) Cross-section random. Jika
nilainya lebih dari 0,05 maka H0 diterima atau dengan kata lain model
yang terpilih adalah Random Effect, tetapi jika nilai (Prob) Cross-section
random kurang dari 0,05 maka H0 ditolak maka dengan kata lain model
yang terpilih adalah Fixed Effect.
c. Uji Lagrange Multiplier (LM) Test
Uji LM Test dilakukan untuk membandingkan atau memilih
model mana yang terbaik antara Common Effect dan Random Effect.
Pengujian dilakukan dengan hipotesis berikut:
H0: Common Effect Model
Ha: Random Effect Model
63
Dasar pengambilan keputusan pada model ini dilakukan dengan
cara membandingkan LM hitung dengan nilai chi squared table dengan
derajat kebebasan (degree of freedom) sebanyak jumlah variabel
independen (bebas) dan alpha atau tingkat signifikansi sebesar 5%.
Apabila LM hitung > chi squared tabel maka model yang terpilih adalah
Random Effect, dan sebaliknya apabila nilai LM hitung < chi squared
tabel maka model yang terpilih adalah Common Effect.
Rumus untuk mennghitung LM hitung:
[∑ ∑
∑ ∑
]
[ ∑
∑ ]
n = Jumlah perusahaan
T = Jumlah periode
∑ = Jumlah rata-rata kuadrat residual
∑ = Jumlah residual kuadrat
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual
64
mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid untuk jumlah sample kecil (Ghozali, 2016:154).
Salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi masalah
normalitas yaitu menggunakan uji Jarque-Bera. Hipotesis nol uji ini
menyatakan bahwa residual didistribusikan secara normal. Jika nilai
statistik JB ini tidak signifikan atau nilai probabilitas dari statistik JB
lebih besar dari tingkat signifikansi α = 5% maka kita menerima hipotesis
nol bahwa residual mempunyai distribusi normal (Widarjono, 2010:113).
b. Uji Multikolinearitas
Uji mulltikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah
variabel independen yang nilai korelasi antar sesame variabel independen
sama dengan nol (Ghozali, 2016:103).
Ada beberapa metode untuk mendeteksi ada tidaknya masalah
multikolinearitas dalam suatu model regresi (Widarjono, 2010:76):
1) Korelasi Parsial Antar Variabel Independen
Multikolinearitas bisa di deteksi dengan melihat korelasi linear antara
variabel independen di dalam regresi. Sebagai aturan main yang kasar
65
(rile of thumb), jika koefisien korelasi cukup tinggi yaitu di atas 0.85
maka kita duga ada multikolinearitas dalam model. Sebaliknya jika
koefisien korelasi kurang dari 0.85 maka kita duga model tidak
mengandung unsur multikolinearitas.
2) Regresi Auxiliary
Multikolinearitas bisa terjadi karena satu atau lebih variabel
independen merupakan kombinasi linear dengan variabel-variabel
independen lain. Jika hal itu terjadi maka deteksi masalah
multikolinearitas dilakukan dengan melakukan regresi setiap variabel
independen dengan sisa variabel-variabel independen lain.
3) Metode Deteksi Klien
Selain melakukan regresi auxiliary dengan mendapatkan koefisien
determinasinya. Klien menyarankan untuk mendeteksi masalah
multikolinearitas dengan hanya membandingkan koefisien
determinasi auxiliary dengan koefisien determinasi.
4) Variance Inflation Factor dan Tolerance
Rule of thumb variance inflation factor (VIF) yaitu jika VIF melebihi
angka 10 maka bisa disimpulkan ada multikolinearitas. Jika nilai
tolerance semakin mendekati angka 0 maka diduga ada
multikolinearitas dan sebaliknnya apabila nilai tolerance mendekati
angka 1 maka diduga tidak ada multikolinearitas.
66
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan
jika berbeda atau disebut heterokedastisitas. model regresi yang baik
adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.
Kebanyakan data crossection mengandung situasi heterokedastisitas
karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran
(Ghozali, 2016:134).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas pada
penelitian ini menggunakan Uji White, dengan membandingkan nilai
prob. Obs*R-squared dengan nilai α = (5%). Apabila nilai prob. Obs*R-
squared > 5% maka data tidak mengandung heterokedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan panjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
67
Pada data crossection, masalah autokorelasi relatif jarang terjadi
karena “gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individu,
kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang
bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2016:107).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu
model regresi dilakukan pengujian dengan menggunakan Uji Breusch-
Godfrey Serial Lagrange Multiplier (LM) test, yaitu dengan
membandingkan nilai prob. Obs*R-squared dengan nilai α (5%). Jika
prob. Obs*R-squared lebih besar (>) dari nilai α (5%), maka tidak terjadi
autokorelasi dan jika prob. Obs* R-squared lebih kecil (<) dari nilai α
(5%), maka terjadi autokorelasi.
4. Pengujian Hipotesis
Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis-hipotesis yang
diajukan, perlu digunakan analisi regresi melalui uji t maupun uji f. Tujuan
digunakan analisis regresi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel-
variabel independen terhadap variabel dependen, baik secara parsial maupun
secara simultan, serta mengetahui besarnya dominasi variabel-variabel
independen terhadap variabel dependen. Metode pengujian terhadap hipotesa
yang diajukan dilakukan dengan pengujian secara parsial dan pengujian
secara simultan.
68
a. Uji Statistik t
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
independen (Ghozali, 2006). Oleh karena itu uji t ini digunakan untuk
menguji hipotesis Ha1, Ha2, Ha3 dan Ha4. Langkah–langkah pengujian yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan hipotesis (Ha)
Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel independen terhadap variabel dependen (kinerja perbankan)
secara parsial.
2) Menentukan tingkat signifikansi (α) sebesar 0.05
3) Membandingkan thitung dengan ttabel, Jika thitung lebih besar dari ttabel
maka Ha diterima. Berarti bahwa variabel independen secara individu
berpengaruh terhadap variabel dependen. Ttabel diperoleh dengan df; α
(n-k) dimana α adalah tingkat signifikasi yang digunakan sebesar 5%,
n adalah jumlah pengamatan sebesar 40 dan k adalah jumlah variabel
independen.
4) Berdasarkan probabilitas
Ha akan diterima apabila nilai probabilitasnya kurang dari 0.05
(α)
69
Menentukan variabel independen mana yang mempunyai pengaruh paling
dominan terhadap variabel dependen. Hubungan ini dapat dilihat dari
koefisien regresinya.
b. Uji Statistik F
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh CAR
(Capital Adequacy Ratio), NPF (Non Performing Financing ), FDR
(Financing to Deposit Ratio), dan BOPO (Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional) terhadap Return on Asset (ROA) dan Return on
Equity (ROE) secara simultan. Langkah–langkah yang dilakukan adalah :
1) Merumuskan Hipotesis (Ha)
Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan.
2) Menentukan tingkat signifikasi yaitu sebesar 0.05 (α = 0.05)
3) Membandingkan Fhitung dengan Ftabel
Nilai Fhitung dapat dicari dengan rumus :
Dimana:
R2 = Koefisien Determinasi
k = Banyaknya koefisien regresi
N = Banyaknya Observasi
70
a. Bila Fhitung < Ftabel, variabel independen secara bersama-sama
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Bila Fhitung > Ftabel, variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen.
4) Berdasarkan Probabilitas
Dengan menggunakan nilai probabilitas, Ha akan diterima
jika probabilitas kurang dari 0.05.
c. Koefisien Determinasi (Uji R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Koefisien determinasi dapat dicari dengan rumus :
Koefisien determinasi (R2) dinyatakan dalam persentase yang nilainya
berkisar antara 0 < R2 < 1. Nilai R
2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas (Ghozali, 2006). Nilai yang mendekati 1 (satu)
berarti variabel–variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
E. Operasional Variabel
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua
jenis variabel yaitu:
71
1. Variabel dependen (Variabel Y) yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh
variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah aspek
profitabilitas yang diukur dengan ROA dan ROE.
2. Variabel independen (variabel X) yaitu variabel yang menjadi sebab
terjadinya atau terpengaruhinya variabel dependen. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah: NPF, CAR, FDR, dan BOPO.
Definisi operasional dari masing-masing variabel akan dijelaskan sebagai
berikut:
Tabel 3.3
Operasional Variabel
No Variabel Defisini Petunjuk Variabel Jenis Data Referensi
1 ROA kemampuan manajemen
bank dalam
menghasilkan laba dari
pengelolaan aset yang
dimiliki
Rasio PBI
(2012)
2 ROE kemampuan bank dalam
mengelola modal yang
ada untuk mendapatkan
laba bersih
Rasio Kasmir
(2003:280)
3 CAR rasio kinerja bank untuk
mengukur kecukupan
modal yang dimiliki
bank untuk menunjang
aktiva yang mengandung
atau menghasilkan risiko
Rasio Ningsukma
Hakiim
(2016)
4 NPF perbandingan antara
total pembiayaan
bermasalah dengan total
pembiayaan yang
diberikan kepada debitur
Rasio Nikmatus
Sholihah
(2014)
5 FDR perbandingan antara
pembiayaan yang
diberikan oleh bank
Rasio Nikmatus
Sholihah
(2014)
72
No Variabel Defisini Petunjuk Variabel Jenis Data Referensi
dengan dana pihak
ketiga yang berhasil
dikerahkan oleh bank
6 BOPO perbandingan antara
total biaya operasi
dengan total pendapatan
operasi dalam mengukur
tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan
operasinya
Rasio Ningsukma
Hakiim
(2016)
73
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. PT Bank Syariah Mandiri
a. Sejarah singkat PT Bank Syariah Mandiri
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan
hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998.
Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang
disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik
nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat
terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia
usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang
didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa.
Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan
merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang
dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang
Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB
berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger
dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing.
.
74
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan
(merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank
Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri
(Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut
juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri
melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan
Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan
perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon
atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank
umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk
melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional
menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan
Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga
kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang
beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah
Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23
tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank
umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK
75
Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya,
melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No.
1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank
Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT
Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal
25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank
yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang
melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan
nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah
Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk
bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.
b. Visi dan Misi PT Bank Mandiri Syariah
1) Visi
“Bank Syariah Terdepan dan Modern”
a) Untuk Nasabah
BSM merupakan bank pilihan yang memberikan manfaat,
menenteramkan dan memakmurkan.
b) Untuk Pegawai
BSM merupakan bank yang menyediakan kesempatan untuk
beramanah sekaligus berkarir profesional.
c) Untuk Investor
76
Institusi keuangan syariah Indonesia yang terpercaya yang terus
memberikan value berkesinambungan.
2) Misi
a) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata
industri yang berkesinambungan.
b) Meningkatkan kualitas produk dan layanan berbasis teknologi
yang melampaui harapan nasabah.
c) Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran
pembiayaan pada segmen ritel.
d) Mengembangkan bisnis atas dasar nilai-nilai syariah universal.
e) Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang
sehat.
f) Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkung
2. PT Bank Mega Syariah
a. Sejarah Singkat PT Bank Mega Syariah
Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum
yang didirikan pada 14 Juli 1990 melalui Keputusan Menteri Keuangan
RI No.1046/KMK/013/1990 tersebut, diakuisisi CT Corpora (d/h Para
Group) melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global Investindo) dan PT
Para Rekan Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang saham
memang ingin mengonversi bank umum konvensional itu menjadi bank
77
umum syariah. Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia
mengizinkan Bank Tugu dikonversi menjadi bank syariah melalui
Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia No.6/10/KEP.DpG/2004
menjadi PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004,
sesuai dengan Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia
No.6/11/KEP.DpG/2004. Pengonversian tersebut dicatat dalam sejarah
perbankan Indonesia sebagai upaya pertama pengonversian bank umum
konvensional menjadi bank umum syariah.
Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi. Hampir tiga
tahun kemudian, pada 7 November 2007, pemegang saham memutuskan
perubahan bentuk logo BSMI ke bentuk logo bank umum konvensional
yang menjadi sister company-nya, yakni PT Bank Mega, Tbk., tetapi
berbeda warna. Sejak 2 November 2010 sampai dengan sekarang, melalui
Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.12/75/KEP.GBI/DpG/2010, PT.
Bank Syariah Mega Indonesia berganti nama menjadi PT Bank Mega
Syariah.
Untuk mewujudkan visi "Tumbuh dan Sejahtera Bersama
Bangsa", CT Corpora sebagai pemegang saham mayoritas memiliki
komitmen dan tanggung jawab penuh untuk menjadikan Bank Mega
Syariah sebagai bank umum syariah terbaik di industri perbankan syariah
nasional. Komitmen tersebut dibuktikan dengan terus memperkuat modal
bank. Dengan demikian, Bank Mega Syariah akan mampu memberikan
78
pelayanan terbaik dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan
kompetitif di industri perbankan nasional. Misalnya, pada 2010, sejalan
dengan perkembangan bisnis, melalui rapat umum pemegang saham
(RUPS), pemegang saham meningkatkan modal dasar dari Rp400 miliar
menjadi Rp1,2 triliun dan modal disetor bertambah dari Rp150,060 miliar
menjadi Rp318,864 miliar. Saat ini, modal disetor telah mencapai
Rp787,204 miliar.
Di sisi lain, pemegang saham bersama seluruh jajaran
manajemen Bank Mega Syariah senantiasa bekerja keras, memegang
teguh prinsip kehati-hatian, serta menjunjung tinggi asas keterbukaan dan
profesionalisme dalam melakukan kegiatan usahanya. Beragam produk
juga terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta
didukung infrastrukur layanan perbankan yang semakin lengkap dan luas,
termasuk dukungan sejumlah kantor cabang di seluruh Indonesia.
Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sekaligus
mengukuhkan semboyan "Untuk Kita Semua", pada 2008, Bank Mega
Syariah mulai memasuki pasar perbankan mikro dan gadai. Strategi
tersebut ditempuh karena ingin berperan lebih besar dalam peningkatan
perekonomian umat yang mayoritas memang berbisnis di sektor usaha
mikro dan kecil.
Sejak 16 Oktober 2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank
devisa. Dengan status tersebut, bank ini dapat melakukan transaksi devisa
79
dan terlibat dalam perdagangan internasional. Artinya, status itu juga
telah memperluas jangkauan bisnis bank ini, sehingga tidak hanya
menjangkau ranah domestik, tetapi juga ranah internasional. Strategi
peluasan pasar dan status bank devisa itu akhirnya semakin memantapkan
posisi Bank Mega Syariah sebagai salah satu bank umum syariah terbaik
di Indonesia.
Selain itu, pada 8 April 2009, Bank Mega Syariah memperoleh
izin dari Departemen Agama Republik Indonesia (Depag RI) sebagai
bank penerima setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPS BPIH).
Dengan demikian, bank ini menjadi bank umum kedelapan sebagai BPS
BPIH yang tersambung secara online dengan Sistem Komputerisasi Haji
Terpadu (Siskohat) Depag RI. Izin itu tentu menjadi landasan baru bagi
Bank Mega Syariah untuk semakin melengkapi kebutuhan perbankan
syariah umat Indonesia.
b. Visi dan Misi PT Bank Mega Syariah
1) Visi
“Tumbuh dan Sejahtera Bersama Bangsa”
2) Misi
a) Bertekad mengembangkan perekonomian syariah melalui sinergi
dengan semua pemangku kepentingan
b) Menebarkan nilai-nilai kebaikan yang islami dan manfaat
bersama sebagai wujud komitmen dalam berkarya dan beramal
80
c) Senantiasa meningkatkan kecakapan diri dan berinovasi
mengembangkan produk serta layanan terbaik yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
3. PT Bank BRISyariah
a. Sejarah PT Bank BRISyariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah
mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui
suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November
2008 PT. Bank BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank
BRISyariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara
konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan
prinsip syariah Islam.
Dua tahun lebih PT. Bank BRISyariah hadir mempersembahkan
sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai
kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih
bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service
excellence) dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan
nasabah dengan prinsip syariah.
Kehadiran PT. Bank BRISyariah di tengah-tengah industri
perbankan nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti
81
logo perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan tuntutan
masyarakat terhadap sebuah bank modern sekelas PT. Bank BRISyariah
yang mampu melayani masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi
warna yang digunakan merupakan turunan dari warna biru dan putih
sebagai benang merah dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero), Tbk.,
Aktivitas PT. Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19
Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT.
Bank BRISyariah (proses spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal 1
Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir
selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan
Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRISyariah.
Saat ini PT. Bank BRISyariah menjadi bank syariah ketiga
terbesar berdasarkan aset. PT. Bank BRISyariah tumbuh dengan pesat
baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga.
Dengan berfokus pada segmen menengah bawah, PT. Bank BRISyariah
menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka dengan berbagai
ragam produk dan layanan perbankan.
Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRISyariah merintis
sinergi dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan
memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
82
sebagai Kantor Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis yang
berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan
konsumer berdasarkan prinsip Syariah.
b. Visi dan Misi PT Bank BRISyariah
1) Visi
“Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan -
finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah
untuk kehidupan lebih bermakna.”
2) Misi
a) Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam
kebutuhan fi¬nansial nasabah.
b) Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
c) Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan
pun dan dimana pun.
d) Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas
hidup dan menghadirkan ketenteraman pikiran.
4. PT Bank Syariah Bukopin
a. Sejarah Singkat PT Bank Syariah Bukopin
PT Bank Syariah Bukopin (selanjutnya disebut Perseroan)
sebagai bank yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula
83
masuknya konsorsium PT Bank Bukopin, Tbk diakuisisinya PT Bank
Persyarikatan Indonesia (sebuah bank konvensional) oleh PT Bank
Bukopin, Tbk., proses akuisisi tersebut berlangsung secara bertahap sejak
2005 hingga 2008, dimana PT Bank Persyarikatan Indonesia yang
sebelumnya bernama PT Bank Swansarindo Internasional didirikan di
Samarinda, Kalimantan Timur berdasarkan Akta Nomor 102 tanggal 29
Juli 1990 merupakan bank umum yang memperolah Surat Keputusan
Menteri Keuangan nomor 1.659/ KMK.013/1990 tanggal 31 Desember
1990 tentang Pemberian Izin Peleburan Usaha 2 (dua) Bank Pasar dan
Peningkatan Status Menjadi Bank Umum dengan nama PT Bank
Swansarindo Internasional yang memperoleh kegiatan operasi
berdasarkan surat Bank Indonesia (BI) nomor 24/1/UPBD/PBD2/Smr
tanggal 1 Mei 1991 tentang Pemberian Izin Usaha Bank Umum dan
Pemindahan Kantor Bank.
Pada tahun 2001 sampai akhir 2002 proses akuisisi oleh
Organisasi Muhammadiyah dan sekaligus perubahan nama PT Bank
Swansarindo Internasional menjadi PT Bank Persyarikatan Indonesia
yang memperoleh persetujuan dari (BI) nomor 5/4/KEP. DGS/2003
tanggal 24 Januari 2003 yang dituangkan ke dalam akta nomor 109
Tanggal 31 Januari 2003. Dalam perkembangannya kemudian PT Bank
Persyarikatan Indonesia melalui tambahan modal dan asistensi oleh PT
Bank Bukopin, Tbk., maka pada tahun 2008 setelah memperolah izin
84
kegiatan usaha bank umum yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah
melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia nomor
10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008 tentang Pemberian
Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank
Syariah, dan Perubahan Nama PT Bank Persyarikatan Indonesia Menjadi
PT Bank Syariah Bukopin dimana secara resmi mulai efektif beroperasi
tanggal 9 Desember 2008, kegiatan operasional Perseroan secara resmi
dibuka oleh Bapak M. Jusuf Kalla, Wakil Presiden Republik Indonesia
periode 2004 -2009. Sampai dengan akhir Desember 2014 Perseroan
memiliki jaringan kantor yaitu 1 (satu) Kantor Pusat dan Operasional, 11
(sebelas) Kantor Cabang, 7 (tujuh) Kantor Cabang Pembantu, 4 (empat)
Kantor Kas, 1 (satu) unit mobil kas keliling, dan 76 (tujuh puluh enam)
Kantor Layanan Syariah, serta 27 (dua puluh tujuh) mesin ATM BSB
dengan jaringan Prima dan ATM Bank Bukopin.
b. Visi dan Misi PT Bank Syariah Bukopin
1) Visi
“Menjadi Bank Syariah Pilihan dengan Pelayanan Terbaik”
2) Misi
a) Memberikan pelayanan terbaik pada nasabah
b) Membentuk sumber daya insani yang profesional dan amanah
c) Memfokuskan pengembangan usaha pada sektor UMKM (Usaha
Mikro Kecil & Menengah)
85
d) Meningkatkan nilai tambah kepada stakeholder
5. PT Panin Dubai Syariah
a. Sejarah Singkat PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk
Panin Dubai Syariah Bank didirikan berdasarkan Akta Perseroan
Terbatas No. 12 tanggal 8 Januari 1972, yang dibuat oleh Moeslim
Dalidd, Notaris di Malang dengan nama PT Bank Pasar Bersaudara Djaja.
Panin Dubai Syariah Bank telah beberapa kali melakukan perubahan
nama, berturut-turut menjadi PT Bank Bersaudara Djaja, berdasarkan
Akta Berita Acara Rapat No. 25 tanggal 8 Januari 1990, yang dibuat oleh
Indrawati Setiabudhi, S.H., Notaris di Malang. Kemudian menjadi PT
Bank Harfa berdasarkan Akta Berita Acara No. 27 tanggal 27 Maret 1997
yang dibuat oleh Alfian Yahya, S.H., Notaris di Surabaya. Kemudian
menjadi PT Bank Panin Syariah sehubungan bank perubahan kegiatan
usaha dari semula menjalankan kegiatan usaha perbankan konvensional
menjadi kegiatan usaha perbankan syariah dengan prinsip bagi hasil
berdasarkan syariat Islam, berdasarkan Akta Berita Acara RUPS Luar
Biasa No. 1 tanggal 3 Agustus 2009, yang dibuat oleh Drs. Bambang
Tedjo Anggono Budi, S,H., M.Kn., pengganti dari Sutjipto, S.H., Notaris
di Jakarta.
Selanjutnya, nama Panin Dubai Syariah Bank diubah kembali
menjadi PT Bank Panin Syariah Tbk, sehubungan dengan perubahan
86
status Panin Dubai Syariah Bank dari semula perseroan tertutup menjadi
perseroan terbuka, berdasarkan Akta Berita Acara RUPS Luar Biasa No.
71 tanggal 19 Juni 2013 yang dibuat oleh Fathiah Helmi, S.H., Notaris di
Jakarta. Pada 2016, nama Panin Dubai Syariah Bank berubah menjadi PT
Bank Panin Dubai Syariah Tbk sehubungan dengan masuknya Dubai
Islamic Bank PJSC sebagai salah satu Pemegang Saham Pengendali bank,
berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan RUPS Luar Biasa No. 54 tanggal
19 April 2016, yang dibuat oleh Fathiah Helmi, Notaris di Jakarta, yang
berlaku efektif sejak 11 Mei 2016 sesuai Surat Keputusan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia RI No.AHU-0008935.AH.01.02.TAHUN 2016
tanggal 11 Mei 2016. Penetapan penggunaan izin usaha dengan nama
baru PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk telah diterima dari Otoritas Jasa
Keuangan (“OJK”), sesuai salinan Keputusan Dewan Komisioner OJK
No. Kep- 29/D.03/2016 tanggal 26 Juli 2016. Sejak mengawali
keberadaan di industri perbankan syariah di Indonesia, Panin Dubai
Syariah Bank secara konsisten menunjukkan kinerja dan pertumbuhan
usaha yang baik. Panin Dubai Syariah Bank berhasil mengembangkan
aset dengan pesat berkat kepercayaan nasabah yang menggunakan
berbagai produk pembiayaan dan menyimpan dananya.
Dukungan penuh dari perusahaan induk PT Bank Panin Tbk
(“PaninBank”) sebagai salah satu bank swasta terbesar di antara 10
(sepuluh) bank swasta terbesar lainnya di Indonesia, serta Dubai Islamic
87
Bank PJSC yang merupakan salah satu bank Islam terbesar di dunia, telah
membantu tumbuh kembang Panin Dubai Syariah Bank. Panin Dubai
Syariah Bank terus berkomitmen untuk membangun kepercayaan nasabah
dan masyarakat melalui pelayanan dan penawaran produk yang sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah serta memenuhi kebutuhan nasabah.
b. Visi dan Misi PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk
1) Visi
“Menjadi Bank Retail yang amanah, bertanggung jawab dan
membawa berkah bagi masyarakat”
2) Misi
a) Mewujudkan layanan keuangan syariah secara profesional,
amanah dan bertanggung jawab.
b) Memberikan produk dan layanan dengan standar terbaik sesuai
kebutuhan nasabah.
c) Menjalin hubungan muamalah yang saling menguntungkan dan
professional dengan seluruh stakeholder.
d) Menumbuhkan dan menjaga pertumbuhan usaha perbankan
syariah yang sehat.
88
6. PT Victoria Syariah
a. Sejarah Singkat PT Bank Victoria Syariah
PT. Bank Victoria Syariah didirikan untuk pertaman kalinya
dengan nama PT Bank Swaguna berdasarkan Akta Nomor 9 tanggal 15
April 1966. Akta tersebut kemudian diubah dengan Akta Perubahan
Angggaran Dasar Nomor 4 tanggal 5 September 1967 yang telah
memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
(d/h Menteri Kehakiman) berdasarkan Surat Keputusan Nomor: JA.5/79/5
tanggal 7 November 1967 dan telah didaftarkan pada Daftar Perusahaan
di Kantor Panitera Pengadilan Negeri I di Cirebon masing-masing di
bawah Nomor 1/1968 dan Nomor 2/1968 pada tanggal 10 Januari 1968,
serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor
42 tanggal 24 Mei 1968. Tambahan Nomor 62.
Selanjutnya, PT Bank Swaguna diubah namanya menjadi PT
Bank Victoria Syariah sesuai dengan Akta Pernyataan Keputusan
Pemegang Saham Nomor 5 tanggal 6 Agustus 2009 yang dibuat
dihadapan Erni Rohainin SH, MBA, Notaris Daerah Khusus Ibukota
Jakarta yang berkedudukan di Jakarta Selatan. Perubahan tersebut telah
mendapat persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
berdasarkan Surat Keputusan Nomor : AHU-02731.AH.01.02 tahun 2010
tanggal 19 Januari 2010, Serta telah diumumkan dalam Berita Negara
89
Republik Indonesia Nomor 83 tanggal 15 Oktober 2010. Tambahan
Nomor 31425.
Terakhir, Anggaran Dasar PT Bank Victoria Syariah diubah
degan Akta Nomor 45 tanggal 30 Maret 2010 yang dibuat dihadapan
Sugih Haryati, SH, MKn sebagai pengganti dari Notaris Erni Rohaini,
SH, MBA, Notaris Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang berkedudukan di
Jakarta Selatan. Perubahan Anggaran Dasar tersebut ditujukan untuk
merubah pasal 10 ayat 3. Perubahan tersebut telah diterima dan di catat
dalam database Sisminbakum Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia berdasarkan Surat Nomor: AHU-AH.01.10-16130 tanggal 29
Juni 2010.
Perubahan kegiatan usaha Bank Victoria Syariah dari Bank
Umum Konvensional menjadi Bank Umum Syariah telah mendapatkan
izin dari Bank Indonesia berdasarkan Keutusan Gubernur Bank Indonesia
Nomor: 12/8/KEP.GBI/DpG/2010 tertanggal 10 Februari 2010. Bank
Victoria Syariah mulai beroperasi dengan prinsip syariah sejak tanggal 1
April 2010. Adapun kepemilikan saham Bank Victoria pada Bank
Victoria Syariah adalah sebesar 99.99%
Dukungan penuh dari perusahaan induk PT Bank Victoria
International Tbk telah membantu tumbuh kembang Bank Victoria
Syariah yang selalu terus berkomitmen untuk membangun kepercayaan
90
nasabah dan masyarakat melalui pelayanan dan penawaran produk yang
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah serta memenuhi kebutuhan nasabah.
b. Visi dan Misi PT Bank Victoria Syariah
1) Visi
“Menjadi Bank Syariah Nasional yang tumbuh dan berkembang
secara sehat dan amanah”
2) Misi
a) Customer
Bank Victoria Syariah senantiasa berupaya memenuhi dan
memberi layanan yang terbaik kepada para nasabah, kebutuhan
nasabah dan berkomitmen untuk membina hubungan yang baik
dengan nasabah.
b) People
Bank Victoria Syariah berkomitmen, mengembangkan SUmber
Daya Insani yang profesional, berprinsip, dan berdedikasi untuk
memberikan layanan yang terbaik serta memenuhi kebutuhan
Nasabah.
c) Operation
Menjalankan operasional perbankan syariah dengan menerapkan
prinsip kehati-hatian secara efisien dan berkesinambungan.
d) Risk Management
91
Melakukan pengelolaan resiko dan keuangan secara prudent
serta konsisten dan senantiasa menerapkan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance.
7. PT BCA Syariah
a. Sejarah Singkat PT Bank BCA Syariah
Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat
dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan minat masyarakat mengenai
ekonomi syariah semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan
nasabah akan layanan syariah, maka berdasarkan akta Akuisisi No. 72
tanggal 12 Juni 2009 yang dibuat dihadapan Notaris Dr. Irawan Soerodjo,
S.H., Msi, .PT.Bank Central Asia, Tbk (BCA) mengakuisisi PT Bank
Utama Internasional Bank (Bank UIB) yang nantinya menjadi PT. Bank
BCA Syariah.
Selanjutnya berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan di Luar
Rapat Perseroan Terbatas PT Bank UIB No. 49 yang dibuat dihadapan
Notaris Pudji Rezeki Irawati, S.H., tanggal 16 Desember 2009, tentang
perubahan kegiatan usaha dan perubahan nama dari PT Bank UIB
menjadi PT Bank BCA Syariah. Akta perubahan tersebut telah disahkan
oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya
No. AHU-01929. AH.01.02 tanggal 14 Januari 2010. Pada tanggal yang
sama telah dilakukan penjualan 1 lembar saham ke BCA Finance,
92
sehingga kepemilikan saham sebesar 99,9997% dimiliki oleh PT Bank
Central Asia Tbk, dan 0,0003% dimiliki oleh PT BCA Finance.
Perubahan kegiatan usaha Bank dari bank konvensional menjadi
bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui
Keputusan Gubernur BI No. 12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret
2010. Dengan memperoleh izin tersebut, pada tanggal 5 April 2010, BCA
Syariah resmi beroperasi sebagai bank umum syariah
b. Visi dan Misi PT Bank BCA Syariah
1) Visi
“Menjadi Bank Syariah Andalan dan Pilihan Masyarakat”
2) Misi
a) Mengembangkan SDM dan infrastruktur yang handal sebagai
penyedia jasa keuangan syariah dalam rangka memahami
kebutuhan dan memberikan layanan yang lebih baik bagi
nasabah.
b) Membangun institusi keuangan syariah yang unggul di bidang
penyelesaian pembayaran, penghimpunan dana dan pembiayaan
bagi nasabah bisnis dan perseorangan.
93
8. PT Maybank Syariah
a. Sejarah Singkat PT Bank Maybank Syariah
Sejarah PT Bank Maybank Syariah Indonesia (“Maybank
Syariah” atau “Bank”) bermula dengan didirikannya PT Maybank Nusa
International pada tanggal 16 September 1994 sebagai bank joint venture
antara Malayan Banking (Maybank) Berhad dengan Bank Nusa Nasional.
Pada 14 November 2000, PT Maybank Nusa International berganti nama
menjadi PT Bank Maybank Indocorp dengan kepemilikan saham Bank
Nusa Nasional diambil alih oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia
qq PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero). PT Bank Maybank Indocorp
menawarkan beragam jasa perbankan konvensional, termasuk
pembiayaan skala besar untuk nasabah korporasi serta komersial. Pada 23
September 2010, PT Bank Maybank Indocorp berubah menjadi bank
syariah komersial, dan berganti nama menjadi PT Bank Maybank Syariah
Indonesia (Maybank Syariah) berdasarkan Surat Keputusan Gubernur
Bank Indonesia No. 12/60/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 23 September
2010 tentang Pemberian izin Perubahan Kegiatan Usaha dari Bank Umum
Konvensional menjadi Bank Umum Syariah PT Bank Maybank Syariah
Indonesia. Setelah mendapat persetujuan Bank Indonesia, Maybank
Syariah memulai kegiatan usaha sebagai bank syariah pada tanggal 1
Oktober 2010. Sejak memulai kegiatan usaha sebagai bank syariah,
Maybank Syariah telah mengembangkan berbagai layanan dan solusi
94
inovatif untuk memenuhi kebutuhan para nasabah sekaligus meraih
peluang di pasar keuangan regional yang terus berkembang. Maybank
Syariah bertekad untuk menjadi perusahaan terkemuka dan terpilih di
khasanah keuangan syariah di Indonesia dan regional. Fokus strategi
bisnis Maybank Syariah meliputi corporate banking serta jasa konsultasi
keuangan. Dalam pembiayaan, Maybank Syariah memprioritaskan
pembiayaan bilateral, sindikasi dan club deal untuk perusahaan lokal dan
multinasional, khususnya dari Indonesia dan Malaysia. Di sektor treasuri,
Maybank Syariah menitikberatkan pada kegiatan pasar uang dan
perdagangan valuta asing, mulai dari layanan transaksi di front office
hingga penyelesaian transaksi (backroom settlement) dan layanan
pendukungnya
Berdasarkan akta Notaris Aliya S. Azhar S.H., M.H., M.Kn., No.
27 tanggal 19 Desember 2011, Rapat Pemegang Saham Bank
memutuskan untuk menjual 30.000 lembar saham Bank yang dimiliki
oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia qq PT Perusahaan Pengelola
Aset (Persero) kepada Malayan Banking Berhad dan Maybank telah
melakukan penjualan 9.451 saham Bank kepada PT Prosperindo. Pada 31
Desember 2016, pemegang saham Bank terdiri dari Malayan Banking
Berhad (99%) dan PT Prosperindo (1%). Maybank Syariah terus
melakukan penguatan sistem IT guna mendukung kegiatan operasional
serta pengembangan produk dan layanan baru. Saat ini, Bank tengah
95
melakukan berbagai persiapan menuju proses streamlining dalam rangka
memperkuat sinergi dengan grup perusahaan.
b. Visi dan Misi PT Bank Maybank Syariah
1) Visi
“Menjadi lembaga keuangan syariah yang terpervaya di Indonesia”
2) Misi
a) Membangun hubungan berkesinambungan melalui penciptaan
nilai bagi seluruh pemangku kepentingan
b) Menjadi bank yang kuat dalam mendukung transaksi lintas
Negara di Asia Tenggara
c) Menjadi partner keuangan strategis bagi pengembangan industri
di Indonesia
B. Analisis Hasil dan Pembahasan
1. Statistik Deskriptif
Sebelum melakukan pengujian pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat, terlebih dahulu akan ditinjau mengenai deskripsi variabel
penelitian dengan analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif memberikan
gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),
standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan
skewness.
96
Tabel 4.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel ROA
ROA Mean -0.069750
Median 0.680000
Maximum 3.130000
Minimum -22.44000
Std. Dev. 4.215239
Skewness -4.255070
Kurtosis 21.97778
Variabel dependen ROA memiliki nilai minimum sebesar -22.44
diperoleh dari Maybank Syariah pada tahun 2015, hal ini berarti bank
belum maksimal dalam menghasilkan laba sehingga mengalami kerugian
karena nilai ROA negatif. Sedangkan untuk nilai maksimumnya adalah
sebesar 3,13 diperoleh dari Maybank Syariah pada tahun 2012, hal ini
berarti bank sangat maksimal dalam menghasilkan laba sehingga
mendapatkan keuntungan. Nilai rata-rata dari ROA adalah sebesar -0,069.
Hal ini menunjukkan rasio ROA belum sesuai dengan ketentuan OJK
yaitu 0,5% s/d 1,25 dengan kriteria “cukup sehat”. Dengan nilai rata-rata -
0,069 maka dengan ketentuan OJK mendapatkan kriteria “tidak sehat”.
Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel ROE
ROE Mean 3.061500
Median 4.255000
Maximum 29.79000
Minimum -39.01000
Std. Dev. 11.30157
Skewness -1.502078
Kurtosis 7.819144
97
Variabel dependen ROE memiliki nilai minimum sebesar -39.01
diperoleh dari Maybank Syariah pada tahun 2015, hal ini berarti bank
belum maksimal dalam menghasilkan laba yang akan dibagikan kepada
para pemegang saham, sehingga mengalami kerugian karena nilai ROE
negatif. Sedangkan untuk nilai maksimumnya adalah sebesar 29,79
diperoleh dari Bank Mega Syariah pada tahun 2012, hal ini berarti bank
sangat maksimal dalam menghasilkan laba sehingga mendapatkan
keuntungan dan mensejahterakan para pemegang saham. Nilai rata-rata
dari ROE adalah sebesar 3,0615. Hal ini menunjukkan rasio ROE
menunjukan kriteria “kurang sehat” dengan ketentuan OJK yaitu 0% s/d
5%.
Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel CAR
CAR Mean 23.41125
Median 18.57000
Maximum 63.89000
Minimum 11.10000
Std. Dev. 13.64432
Skewness 1.628907
Kurtosis 4.794991
Variabel independen CAR memiliki nilai minimum sebesar 11,1
diperoleh dari Bank Syariah Bukopin pada tahun 2013, hal ini berarti
modal bank sudah baik untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
98
menghasilkan resiko. Sedangkan untuk nilai maksimumnya adalah sebesar
63.89 diperoleh dari Maybank Syariah pada tahun 2012, hal ini berarti
modal bank sudah optimal dalam menunjang aktiva yang mengandung
atau menghasilkan resiko. Nilai rata-rata dari CAR adalah sebesar 23,41.
Hal ini menunjukkan rasio CAR sudah sesuai dengan ketentuan OJK yaitu
di atas 8% bahkan diatas kriteria “sangat sehat” sebesar 12%.
Tabel 4.4
Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel NPF
NPF Mean 4.400250
Median 3.230000
Maximum 30.99000
Minimum 0.120000
Std. Dev. 6.169758
Skewness 3.310271
Kurtosis 13.61822
Variabel independen NPF memiliki nilai minimum sebesar 0,12
diperoleh dari BCA Syariah pada tahun 2013, hal ini berarti bank dapat
meminimalisir pembiayaan bermasalah yang terjadi. Sedangkan untuk
nilai maksimumnya adalah sebesar 30,99 diperoleh dari Maybank Syariah
pada tahun 2016, hal ini berarti pembiayaan bermasalah yang terjadi
sangat tinggi. Nilai rata-rata dari NPF adalah sebesar 4,399. Hal ini
menunjukkan rasio NPF sudah sesuai dengan ketentuan OJK yaitu 2% s/d
5% dengan kriteria “sehat”.
99
Tabel 4.5
Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel FDR
FDR Mean 100.3055
Median 93.01000
Maximum 192.9300
Minimum 73.77000
Std. Dev. 25.10883
Skewness 2.204067
Kurtosis 7.313366
Variabel independen FDR memiliki nilai minimum 73.77
diperoleh dari Bank Victoria Syariah pada tahun 2012, hal ini
menunjukan tingkat likuiditas bank yang baik karena bank akan mampu
memenuhi kewajibannya kepada dana pihak ketiga. Sedangkan untuk
nilai maksimumnya sebesar 192,93 diperoleh dari Bank Maybank Syariah
pada tahun 2012, hal ini menunjukan tingkat likuiditas bank yang tidak
sehat. Nilai rata-rata FDR sebesar 100,30. Hal ini menunjukkan rasio
FDR mendapat kriteria “kurang sehat” dengan ketentuan OJK yaitu 100%
s/d 120%, jauh di atas ketentuan OJK 75% s/d 85% dengan kriteria
“sehat”.
Tabel 4.6
Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel BOPO
BOPO Mean 94.48325
Median 91.85500
Maximum 192.6000
Minimum 50.76000
Std. Dev. 25.53904
100
Skewness 1.850878
Kurtosis 7.877778
Variabel independen BOPO memiliki nilai minimum sebesar
50,76 diperoleh dari Bank Panin Syariah pada tahun 2012, hal ini berarti
bank telah efisien dalam menekan beban operasional dan meningkatkan
pendapatan operasionalnya. Sedangkan untuk nilai maksimumnya adalah
sebesar 192,6 diperoleh dari Bank Maybank Syariah pada tahun 2015, hal
ini berarti bank belum efisien dalam menekan beban operasional dan
meningkatkan pendapatan operasionalnya. Nilai rata-rata dari BOPO
adalah sebesar 94,48. Hal ini menunjukkan rasio BOPO tidak sesuai
ketentuan OJK karena di atas 89% dengan kriteria “tidak sehat”.
2. Uji Pemilihan Model Regresi Data Panel
a. Hasil Uji Chow
1) Variabel dependen ROA
Untuk mengetahui model panel yang akan digunakan,
maka akan dilakukan perbandingan antara Fhitung dan Ftabel.
Tabel 4.7
Hasil Uji Chow ROA
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 1.685208 (7,28) 0.1534
Cross-section Chi-square 14.062934 7 0.0501
101
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: ROA
Method: Panel Least Squares
Date: 11/12/17 Time: 12:46
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 8
Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. CAR 0.004339 0.034470 0.125884 0.9005
NPF -0.204249 0.098994 -2.063235 0.0466
FDR -0.035642 0.019598 -1.818687 0.0775
BOPO -0.097618 0.022421 -4.353865 0.0001
C 13.52567 2.608460 5.185310 0.0000 R-squared 0.843905 Mean dependent var -0.069750
Adjusted R-squared 0.826066 S.D. dependent var 4.215239
S.E. of regression 1.757983 Akaike info criterion 4.082680
Sum squared resid 108.1677 Schwarz criterion 4.293790
Log likelihood -76.65360 Hannan-Quinn criter. 4.159011
F-statistic 47.30568 Durbin-Watson stat 2.028554
Prob(F-statistic) 0.000000
Untuk menghitung kita lihat hasil Common Effect dan Fixed
Effect dibawah ini:
Tabel 4.8
Hasil Regresi Data Panel dengan Common Effect Model (ROA)
Dependent Variable: ROA
Method: Panel Least Squares
Date: 11/12/17 Time: 12:48
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 8
Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. CAR 0.004339 0.034470 0.125884 0.9005
NPF -0.204249 0.098994 -2.063235 0.0466
FDR -0.035642 0.019598 -1.818687 0.0775
BOPO -0.097618 0.022421 -4.353865 0.0001
C 13.52567 2.608460 5.185310 0.0000
102
R-squared 0.843905 Mean dependent var -0.069750
Adjusted R-squared 0.826066 S.D. dependent var 4.215239
S.E. of regression 1.757983 Akaike info criterion 4.082680
Sum squared resid 108.1677 Schwarz criterion 4.293790
Log likelihood -76.65360 Hannan-Quinn criter. 4.159011
F-statistic 47.30568 Durbin-Watson stat 2.028554
Prob(F-statistic) 0.000000
Tabel 4.9
Hasil Regresi Data Panel dengan Fixed Effect Model (ROA)
Dependent Variable: ROA
Method: Panel Least Squares
Date: 11/12/17 Time: 12:49
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 8
Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. CAR 0.056491 0.071770 0.787115 0.4378
NPF -0.252360 0.112682 -2.239564 0.0332
FDR -0.053511 0.028444 -1.881274 0.0704
BOPO -0.096734 0.027248 -3.550138 0.0014
C 14.22523 4.439158 3.204488 0.0034 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.890175 Mean dependent var -0.069750
Adjusted R-squared 0.847029 S.D. dependent var 4.215239
S.E. of regression 1.648643 Akaike info criterion 4.081107
Sum squared resid 76.10463 Schwarz criterion 4.587771
Log likelihood -69.62213 Hannan-Quinn criter. 4.264300
F-statistic 20.63187 Durbin-Watson stat 2.314241
Prob(F-statistic) 0.000000
( )
103
Diperoleh Fhitung untuk uji Chow adalah 1,625 dengan Ftabel
2,373208 yang berarti nilai Fhitung lebih kecil dari nilai Ftabel, maka
Common Effect Model lebih tepat digunakan daripada Fixed Effect
Model.
Karena dari hasil uji chow menunjukan bahwa Common Effect
Model lebih tepat digunakan daripada Fixed Effect Model maka tidak
diperlukan lagi pengujian Hausman Test
2) Variabel dependen ROE
Tabel 4.10
Hasil Uji Chow ROE
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 3.090265 (7,28) 0.0152
Cross-section Chi-square 22.897134 7 0.0018
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: ROE
Method: Panel Least Squares
Date: 11/12/17 Time: 12:58
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 8
Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. CAR -0.258362 0.095214 -2.713482 0.0103
NPF 0.014289 0.273447 0.052256 0.9586
FDR -0.027873 0.054134 -0.514896 0.6099
BOPO -0.377629 0.061932 -6.097456 0.0000
C 47.52257 7.205212 6.595582 0.0000 R-squared 0.834316 Mean dependent var 3.061500
Adjusted R-squared 0.815381 S.D. dependent var 11.30157
104
S.E. of regression 4.855985 Akaike info criterion 6.114769
Sum squared resid 825.3205 Schwarz criterion 6.325879
Log likelihood -117.2954 Hannan-Quinn criter. 6.191100
F-statistic 44.06140 Durbin-Watson stat 1.088560
Prob(F-statistic) 0.000000
Hasil uji Chow untuk variabel ROE juga dapat dilakukan
dengan membandingkan perbandingan Fhitung dengan Ftabel. Untuk
menghitung kita lihat hasil Common Effect Model dan Fixed Effect
Model dibawah ini:
Tabel 4.11
Hasil Regresi Data Panel dengan Common Effect (ROE)
Dependent Variable: ROE
Method: Panel Least Squares
Date: 11/12/17 Time: 12:56
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 8
Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. CAR -0.258362 0.095214 -2.713482 0.0103
NPF 0.014289 0.273447 0.052256 0.9586
FDR -0.027873 0.054134 -0.514896 0.6099
BOPO -0.377629 0.061932 -6.097456 0.0000
C 47.52257 7.205212 6.595582 0.0000 R-squared 0.834316 Mean dependent var 3.061500
Adjusted R-squared 0.815381 S.D. dependent var 11.30157
S.E. of regression 4.855985 Akaike info criterion 6.114769
Sum squared resid 825.3205 Schwarz criterion 6.325879
Log likelihood -117.2954 Hannan-Quinn criter. 6.191100
F-statistic 44.06140 Durbin-Watson stat 1.088560
Prob(F-statistic) 0.000000
Tabel 4.12
Hasil Regresi Data Panel dengan Fixed Effect
Dependent Variable: ROE
105
Method: Panel Least Squares
Date: 11/12/17 Time: 12:57
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 8
Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. CAR -0.339929 0.177520 -1.914878 0.0658
NPF -0.239850 0.278715 -0.860555 0.3968
FDR -0.105868 0.070355 -1.504776 0.1436
BOPO -0.350906 0.067397 -5.206581 0.0000
C 55.84866 10.98007 5.086366 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.906529 Mean dependent var 3.061500
Adjusted R-squared 0.869808 S.D. dependent var 11.30157
S.E. of regression 4.077848 Akaike info criterion 5.892341
Sum squared resid 465.6077 Schwarz criterion 6.399005
Log likelihood -105.8468 Hannan-Quinn criter. 6.075535
F-statistic 24.68704 Durbin-Watson stat 1.716735
Prob(F-statistic) 0.000000
( )
Diperoleh Fhitung untuk uji Chow adalah 2,97989 dengan Ftabel
2,373208 yang berarti nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel, maka
Fixed Effect Model lebih tepat digunakan daripada Common Effect
Model.
106
b. Uji Hausman
Karena hasil dari uji chow dependent varieble ROA menunjukan
bahwa Common Effect Model lebih baik digunakan dibandingkan dengan
Fixed Effect Model maka penulis hanya melakukan uji hausman pada
dependent variable ROE.
Tabel 4.13
Hasil Uji Hausman ROE
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 1.895362 4 0.7550
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. CAR -0.340117 -0.236698 0.017013 0.4278
NPF -0.239562 -0.148873 0.008216 0.3171
FDR -0.105883 -0.055512 0.001675 0.2185
BOPO -0.350986 -0.348844 0.000721 0.9364
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: ROE
Method: Panel Least Squares
Date: 11/13/17 Time: 23:36
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 8
Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 55.86121 10.98167 5.086770 0.0000
CAR -0.340117 0.177542 -1.915703 0.0657
NPF -0.239562 0.278704 -0.859558 0.3973
FDR -0.105883 0.070353 -1.505025 0.1435
BOPO -0.350986 0.067399 -5.207612 0.0000
107
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.906531 Mean dependent var 3.061500
Adjusted R-squared 0.869811 S.D. dependent var 11.30157
S.E. of regression 4.077803 Akaike info criterion 5.892319
Sum squared resid 465.5973 Schwarz criterion 6.398983
Log likelihood -105.8464 Hannan-Quinn criter. 6.075512
F-statistic 24.68765 Durbin-Watson stat 1.717046
Prob(F-statistic) 0.000000
Dari hasil olahan di atas dapat dilihat pada tabel probabilitas uji
hausman yang mana nilainya adalah Prob. Cross-section random 0.755
(>0.05), dan dapat dilihat juga pada chi-square hitung yang mana nilainya
adalah 1.895362, sedangkan nilai chi-square tabel adalah 9.487729
didapat pada tingkat signifikansi (α) sebesar 5% dan degree of freedom
(df) sebesar jumlah variabel independen, yang artinya chi-square hitung <
chi-square tabel maka dapat bahwa Random Effect Model lebih baik
digunakan daripada Fixed Effect Model (H0 diterima dan Ha ditolak),
sehingga Uji LM akan dilakukan untuk menguji mana yang lebih baik
antara Common Effect Model dengan Random Effect Model.
c. Uji Lagrange Multiplier (LM) Test
Karena hasil dari uji hauman dependent varieble ROE
menunjukan bahwa Random Effect Model lebih baik digunakan
dibandingkan dengan Fixed Effect Model maka penulis akan melakukan
uji LM pada dependent variable ROE.
108
[
]
Diperoleh LM hitung adalah 2.63658, sedangkan chi-square tabel
sebesar 9.487729 didapat pada tingkat signifikansi (α) sebesar 5% dan
degree of freedom (df) sebesar jumlah variabel independen yang artinya
nilai LM hitung lebih kecil dari nilai chi-square tabel, maka Common
Effect Model lebih tepat digunakan daripada Random Effect Model.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu
atau residual memiliki distribusi normal atau tidak, salah satu metode
yang digunakan untuk mendeteksi masalah normalitas yaitu
menggunakan uji Jarque-Bera. Hipotesis nol uji ini menyatakan bahwa
residual didistribusikan secara normal. Jika nilai statistik JB ini tidak
signifikan atau nilai probabilitas dari statistik JB lebih besar dari tingkat
signifikansi α = 5% maka kita menerima hipotesis nol bahwa residual
mempunyai distribusi normal (Widarjono, 2010:113). Adapun uji
normalitas untuk penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.1 untuk
variabel dependen ROA dan gambar 4.2 untuk variabel dependen ROE.
109
Gambar 4.1 Uji Normalitas ROA
Pada gambar 4.1 terlihat bahwa uji normalitas dengan nilai
probabilitas = 0.0000 < 0.05, sehingga hipotesis nol ditolak yang berarti
data residual berdistribusi tidak normal
Gambar 4.2 Uji Normalitas ROE
Pada gambar 4.2 terlihat bahwa uji normalitas dengan nilai
probabilitas = 0.0000 < 0.05, sehingga hipotesis nol ditolak yang berarti
data residual berdistribusi tidak normal
0
2
4
6
8
10
12
14
16
-7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
Series: Standardized Residuals
Sample 2012 2016
Observations 40
Mean -2.14e-15
Median 0.051742
Maximum 3.167045
Minimum -6.021413
Std. Dev. 1.665450
Skewness -1.196923
Kurtosis 6.357156
Jarque-Bera 28.33499
Probability 0.000001
0
4
8
12
16
20
-10 -5 0 5 10 15
Series: Standardized Residuals
Sample 2012 2016
Observations 40
Mean -6.00e-15
Median -0.866357
Maximum 17.34487
Minimum -11.03865
Std. Dev. 4.600099
Skewness 1.171519
Kurtosis 7.358637
Jarque-Bera 40.81258
Probability 0.000000
110
b. Uji Multikolinearitas
Salah satu metode untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas yaitu dengan melihat korelasi liniear antara variabel
independen di dalam regresi. Jika koefisien 0,85 maka kita duga ada
multikolinearitas dalam model. Sebailknya jika koefisien korelasi kurang
dari 0,85 (Widarjono, 2010:77) maka kita duga model tidak mengandung
unsur multikolinearitas.
Tabel 4.14
Uji Multikolinearitas
CAR NPF FDR BOPO CAR 1.000000 0.244434 0.789758 -0.042733
NPF 0.244434 1.000000 0.222744 0.829217
FDR 0.789758 0.386987 1.000000 0.092169
BOPO -0.042733 0.829217 0.092169 1.000000
Pada tabel 4.14 terlihat bahwa hasil perhitungan nilai korelasi
menunjukan semua variabel berasa dibawah 0,85 yang berarti tidak terjadi
multikolinearitas antar variabel independen.
c. Uji Heterokedastisitas
Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dalam penelitian
salah satunya adalah menggunakan prosedur statistik dengan uji white.
Uji white menggunakan residual kuadrat sebagai variabel independen, dan
variabel independennya terdiri atas variabel independen yang sudah ada
ditambah dengan kuadrat variabel independen (Winarno, 2015).
111
Tabel 4.15
Uji Heterokedastisitas ROA
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 143.8331 Prob. F(14,25) 0.0000
Obs*R-squared 39.50948 Prob. Chi-Square(14) 0.0003
Scaled explained SS 81.02496 Prob. Chi-Square(14) 0.0000
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 11/14/17 Time: 21:40
Sample: 1 40
Included observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -89.97382 28.97833 -3.104865 0.0047
CAR 1.364062 0.470437 2.899566 0.0077
CAR^2 -0.006794 0.002381 -2.853796 0.0086
CAR*NPF -0.011154 0.012095 -0.922211 0.3652
CAR*FDR -0.000453 0.002852 -0.158757 0.8751
CAR*BOPO -0.010522 0.003899 -2.698458 0.0123
NPF -7.241670 1.899374 -3.812661 0.0008
NPF^2 -0.061332 0.031929 -1.920863 0.0662
NPF*FDR 0.078220 0.017613 4.441060 0.0002
NPF*BOPO 0.009709 0.012507 0.776282 0.4449
FDR 1.455723 0.402065 3.620614 0.0013
FDR^2 -0.003956 0.001262 -3.133879 0.0044
FDR*BOPO -0.010325 0.003078 -3.354279 0.0025
BOPO 0.482545 0.352484 1.368982 0.1832
BOPO^2 0.003284 0.000863 3.802771 0.0008 R-squared 0.987737 Mean dependent var 2.704378
Adjusted R-squared 0.980870 S.D. dependent var 6.339145
S.E. of regression 0.876779 Akaike info criterion 2.854874
Sum squared resid 19.21855 Schwarz criterion 3.488203
Log likelihood -42.09747 Hannan-Quinn criter. 3.083866
F-statistic 143.8331 Durbin-Watson stat 1.525675
Prob(F-statistic) 0.000000
Pada tabel 4.15 terlihat bahwa nilai Obs*R-quared pada hasil di
atas adalah 39.50948 dan nilai probabilitasnya adalah 0.0003 (lebih kecil
112
dari α = 5%) maka dapat disimpulkan data tersebut bersifat
heterokedastisitas.
Tabel 4.16
Uji Heterokedastisitas ROE
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.906233 Prob. F(14,25) 0.5636
Obs*R-squared 13.46584 Prob. Chi-Square(14) 0.4902
Scaled explained SS 32.77793 Prob. Chi-Square(14) 0.0031
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 11/14/17 Time: 21:37
Sample: 1 40
Included observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2248.333 1771.486 1.269179 0.2161
CAR -18.11393 28.75846 -0.629864 0.5345
CAR^2 0.003191 0.145545 0.021922 0.9827
CAR*NPF -0.713223 0.739360 -0.964648 0.3440
CAR*FDR 0.050254 0.174334 0.288260 0.7755
CAR*BOPO 0.151364 0.238360 0.635023 0.5312
NPF 150.2520 116.1114 1.294033 0.2075
NPF^2 2.817567 1.951877 1.443517 0.1613
NPF*FDR -0.697779 1.076707 -0.648068 0.5228
NPF*BOPO -0.944140 0.764547 -1.234902 0.2283
FDR -14.39502 24.57882 -0.585668 0.5633
FDR^2 0.021336 0.077161 0.276508 0.7844
FDR*BOPO 0.131058 0.188164 0.696507 0.4925
BOPO -32.81843 21.54786 -1.523048 0.1403
BOPO^2 0.096888 0.052784 1.835552 0.0783 R-squared 0.336646 Mean dependent var 20.63199
Adjusted R-squared -0.034832 S.D. dependent var 52.68897
S.E. of regression 53.59875 Akaike info criterion 11.08093
Sum squared resid 71820.66 Schwarz criterion 11.71425
Log likelihood -206.6185 Hannan-Quinn criter. 11.30992
F-statistic 0.906233 Durbin-Watson stat 1.443781
Prob(F-statistic) 0.563604
113
Pada tabel 4.16 terlihat bahwa nilai Obs*R-quared pada hasil di
atas adalah 13.46584 dan nilai probabilitasnya adalah 0.4902 (lebih besar
dari α = 5%), maka dapat disimpulkan data tersebut tidak bersifat
heterokedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu
model regresi dilakukan pengujian dengan menggunakan Uji Breusch-
Godfrey Serial Lagrange Multiplier (LM) test, yaitu dengan
membandingkan nilai prob. Obs*R-squared dengan nilai α (5%). Jika
prob. Obs*R-squared lebih besar (>) dari nilai α (5%), maka tidak terjadi
autokorelasi dan jika prob. Obs* R-squared lebih kecil (<) dari nilai α
(5%), maka terjadi autokorelasi.
Tabel 4.17
Uji Autokorelasi ROA
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.531952 Prob. F(2,33) 0.5924
Obs*R-squared 1.249305 Prob. Chi-Square(2) 0.5354
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 11/14/17 Time: 21:43
Sample: 1 40
Included observations: 40
Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. CAR -0.005791 0.036863 -0.157087 0.8761
NPF -0.027674 0.107200 -0.258158 0.7979
114
FDR 0.003852 0.021488 0.179275 0.8588
BOPO 0.001663 0.023526 0.070697 0.9441
C -0.313046 2.819219 -0.111040 0.9123
RESID(-1) -0.096491 0.199450 -0.483785 0.6317
RESID(-2) 0.229613 0.235242 0.976073 0.3361 R-squared 0.031233 Mean dependent var -4.77E-16
Adjusted R-squared -0.144907 S.D. dependent var 1.665449
S.E. of regression 1.782036 Akaike info criterion 4.151018
Sum squared resid 104.7965 Schwarz criterion 4.446572
Log likelihood -76.02036 Hannan-Quinn criter. 4.257881
F-statistic 0.177317 Durbin-Watson stat 1.848811
Prob(F-statistic) 0.981132
Pada tabel 4.17 terlihat bahwa nilai Obs*R-squared pada hasil di
atas adalah 1.249305 dan nilai probabilitasnya adalah 0.5354 (lebih besar
dari α = 5%) maka dapat disimpulkan data tersebut tidak terjadi
autokorelasi.
Tabel 4.18
Uji Autokorelasi ROE
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.376758 Prob. F(2,33) 0.2665
Obs*R-squared 3.080555 Prob. Chi-Square(2) 0.2143
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 11/14/17 Time: 21:45
Sample: 1 40
Included observations: 40
Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. CAR 0.034023 0.097843 0.347736 0.7302
NPF -0.096758 0.277619 -0.348530 0.7297
FDR -0.012377 0.055213 -0.224174 0.8240
BOPO 0.022819 0.063590 0.358850 0.7220
C -1.263322 7.342785 -0.172049 0.8644
RESID(-1) 0.289273 0.181648 1.592493 0.1208
RESID(-2) 0.009589 0.183066 0.052380 0.9585
115
R-squared 0.077014 Mean dependent var -2.50E-15
Adjusted R-squared -0.090802 S.D. dependent var 4.600110
S.E. of regression 4.804422 Akaike info criterion 6.134579
Sum squared resid 761.7215 Schwarz criterion 6.430133
Log likelihood -115.6916 Hannan-Quinn criter. 6.241442
F-statistic 0.458919 Durbin-Watson stat 1.895597
Prob(F-statistic) 0.833400
Pada tabel 4.18 terlihat bahwa nilai Obs*R-quared pada hasil di
atas adalah 3.080555 dan nilai probabilitasnya adalah 0.2143 (lebih besar
dari α = 5%) maka dapat disimpulkan data tersebut tidak terjadi
autokorelasi.
4. Uji Signifikasi
Berdasarkan uji yang dilakukan yaitu uji chow pada dua variabel
dependen ROA dan ROE, model estimasi data panel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Common Effect Model untuk variabel dependen ROA dan
ROE.
Tabel 4.19
Uji Signifikansi Common Effect Model ROA
Dependent Variable: ROA
Method: Panel Least Squares
Date: 11/14/17 Time: 23:11
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 8
Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. CAR 0.004321 0.034470 0.125360 0.9010
NPF -0.204185 0.098996 -2.062552 0.0466
116
FDR -0.035640 0.019598 -1.818524 0.0776
BOPO -0.097631 0.022421 -4.354411 0.0001
C 13.52694 2.608494 5.185726 0.0000 R-squared 0.843894 Mean dependent var -0.069750
Adjusted R-squared 0.826054 S.D. dependent var 4.215239
S.E. of regression 1.758045 Akaike info criterion 4.082750
Sum squared resid 108.1753 Schwarz criterion 4.293860
Log likelihood -76.65501 Hannan-Quinn criter. 4.159081
F-statistic 47.30173 Durbin-Watson stat 2.028683
Prob(F-statistic) 0.000000
Tabel 4.20
Uji Signifikansi Common Effect Model ROE
Dependent Variable: ROE
Method: Panel Least Squares
Date: 11/14/17 Time: 23:12
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 8
Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. CAR -0.258385 0.095208 -2.713909 0.0102
NPF 0.014229 0.273436 0.052038 0.9588
FDR -0.027863 0.054131 -0.514722 0.6100
BOPO -0.377620 0.061929 -6.097606 0.0000
C 47.52156 7.204857 6.595766 0.0000 R-squared 0.834325 Mean dependent var 3.061500
Adjusted R-squared 0.815391 S.D. dependent var 11.30157
S.E. of regression 4.855852 Akaike info criterion 6.114715
Sum squared resid 825.2756 Schwarz criterion 6.325825
Log likelihood -117.2943 Hannan-Quinn criter. 6.191046
F-statistic 44.06428 Durbin-Watson stat 1.088455
Prob(F-statistic) 0.000000
Model tersebut dapat dijelaskan melalui persamaan sebagai berikut:
ROA = 13.5269432975 - 0.204186191439*NPF - 0.0976311460477*BOPO
ROE = 47.5214598702 - 0.258384978581*CAR - 0.377620026685*BOPO
117
Dimana:
ROA : Return on Asset
ROE : Return on Equity
CAR : Capital Adequacy Ratio
NPF : Non Performing Financing
BOPO : Biaya Operasional Pendapatan Operasional
a. Uji Pengaruh Parsial (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel
independen (Capital Adequecy Ratio. Non Performing Financing,
Financing to Deposit Ratio, dan Biaya Operasional Pendapatan
Operasional) berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen ROA
(Return on Asset) dan ROE (Return on Equity), yaitu dengan
membandingkan masing-masing nilai probabilitas dengan tingkat
signifikansi α = 5%. Nilai thitung digunakan untuk menguji apakah variabel
tersebut signifikasi terhadap variabel variabel tergantung atau tidak. Suatu
variabel akan memiliki pengaruh yang berarti jika nilai thitung > ttabel
(Suliyanto, 2011:62). Nilai ttabel = 5% ; df = (40-4) adalah sebesar
2.028094.
Berdasarkan hasil dari tabel 4.19 menunjukkan bahwa CAR
tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Dapat dilihat dari t statistik
sebesar 0.125360 yang artinya nilai thitung (0.125360) < nilai ttabel
118
(2.028094). Dilihat juga dari tingkat probabilitas sebesar 0.9010,
menunjukkan bahwa nilai probabablitas CAR > dari nilai α = 5%, maka
H0 diterima dan Ha ditolak. CAR memiliki nilai koefisien sebesar
0.004321.
Berdasarkan hasil dari tabel 4.19 menunjukkan bahwa NPF
berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Dapat dilihat dari t statistik
sebesar -2.062552 yang artinya nilai thitung (2.062552) > nilai ttabel
(2.028094). Dilihat juga dari tingkat probabilitas sebesar 0.0466,
menunjukkan bahwa nilai probabablitas NPF < dari nilai α = 5%, maka
H0 ditolak dan Ha diterima. NPF memiliki nilai koefisien sebesar -
0.204185. Hal ini menunjukkan jika NPF mengalami penurunan 1 satuan,
maka akan menurunkan ROA sebesar -0.204185satuan, dengan catatan
variabel lain dianggap konstan.
Berdasarkan hasil dari tabel 4.19 menunjukkan bahwa FDR tidak
berpengaruh terhadap ROA. Dapat dilihat dari t statistik sebesar –
1.818524 yang artinya nilai thitung (1.818524) < nilai ttabel (2.028094).
Dilihat juga dari tingkat probabilitas sebesar 0.0776, menunjukkan bahwa
nilai probabilitas FDR > dari nilai α = 5%, maka H0 diterima dan Ha
ditolak. FDR memiliki nilai koefisien sebesar -0.035640.
Berdasarkan hasil dari tabel 4.19 menunjukkan bahwa BOPO
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Dapat dilihat dari t
statistik sebesar –4.354411 yang artinya nilai thitung (4.354411) > nilai ttabel
119
(2.028094). Dilihat juga dari tingkat probabilitas sebesar 0.0001,
menunjukkan bahwa nilai probabablitas BOPO < dari nilai α = 5%, maka
H0 ditolak dan Ha diterima. BOPO memiliki nilai koefisien sebesar -
0.097631. Hal ini menunjukkan jika BOPO mengalami penurunan 1
satuan, maka akan menurunkan ROA sebesar -0.097631satuan, dengan
catatan variabel lain dianggap konstan.
Dari keempat variabel independen di atas, terdapat dua variabel
yang tidak berpengaruh terhadap ROA yaitu CAR dan FDR. Terdapat dua
variabel yang berpengaruh negatif terhadap ROA yaitu NPF dan BOPO.
Dapat dilihat bahwa variabel yang paling dominan mempengaruhi ROA,
yaitu NPF karena mempunyai nilai koefisien paling tinggi sebesar -
0.204185.
Berdasarkan hasil dari tabel 4.20 menunjukkan bahwa CAR
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE. Dapat dilihat dari t
statistik sebesar -2.713909 yang artinya nilai thitung (2.713909) > nilai ttabel
(2.028094). Dilihat juga dari tingkat probabilitas sebesar 0.0102,
menunjukkan bahwa nilai probabilitas CAR < dari nilai α = 5%, maka H0
ditolak dan Ha diterima. CAR memiliki nilai koefisien sebesar -0.258385.
Hal ini menunjukkan jika CAR mengalami penurunan 1 satuan, maka
akan menurunkan ROE sebesar -0.258385 satuan, dengan catatan variabel
lain dianggap konstan.
120
Berdasarkan hasil dari tabel 4.20 menunjukkan bahwa NPF tidak
berpengaruh terhadap ROE. Dapat dilihat dari t statistik sebesar
0.0523038 yang artinya nilai thitung (0.0523038) < nilai ttabel (2.028094).
Dilihat juga dari tingkat probabilitas sebesar 0.9588, menunjukkan bahwa
nilai probabablitas NPF > dari nilai α = 5%, maka H0 ditolak dan Ha
diterima. NPF memiliki nilai koefisien sebesar 0.014229.
Berdasarkan hasil dari tabel 4.20 menunjukkan bahwa FDR tidak
berpengaruh terhadap ROE. Dapat dilihat dari t statistik sebesar -
0.514722 yang artinya nilai thitung (0.514722) < nilai ttabel (2.028094).
Dilihat juga dari tingkat probabilitas sebesar 0.6100, menunjukkan bahwa
nilai probabilitas FDR > dari nilai α = 5%, maka H0 diterima dan Ha
ditolak. FDR memiliki nilai koefisien sebesar -0.027863.
Berdasarkan hasil dari tabel 4.20 menunjukkan bahwa BOPO
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE. Dapat dilihat dari t
statistik sebesar -6.097606 yang artinya nilai thitung (6.097606) > nilai ttabel
(2.028094). Dilihat juga dari tingkat probabilitas sebesar 0.0000,
menunjukkan bahwa nilai probabablitas BOPO < dari nilai α = 5%, maka
H0 ditolak dan Ha diterima. BOPO memiliki nilai koefisien sebesar -
0.377620. Hal ini menunjukkan jika BOPO mengalami penurunan 1
satuan, maka akan menurunkan ROE sebesar -0.377620 satuan, dengan
catatan variabel lain dianggap konstan.
121
Dari keempat variabel independen di atas, terdapat dua variabel
yang tidak berpengaruh terhadap ROE yaitu NPF dan FDR. Terdapat dua
variabel yang berpengaruh negatif terhadap ROE yaitu CAR dan BOPO.
b. Uji Pengaruh Simultan (Uji F)
Dalam menyimpulkan apakah model masuk dalam kategori
cocok (fit) atau tidak, kita harus membandingkan nilai Fhitung dengan nilai
Ftabel dengan derajat bebas : df α, (K-1), (N-K). Ftabel = 5% ; df = (4), (40)
adalah 2.605975
Untuk melihat hasil Uji F untuk variabel dependen ROA dapat
dilihat dari tabel 4.19 bahwa nilai Fhitung atau F-statistic adalah 47.30173.
Dengan Ftabel senilai 2.6059 yang berarti nilai Fhitung > Ftabel (47.30173>
2.6059) atau Maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil menunjukkan bahwa
variabel independen (CAR, NPF, FDR dan BOPO) secara bersama-sama
(simultan) berpengaruh positif terhadap variabel dependen (ROA).
Untuk melihat hasil Uji F untuk variabel dependen ROE dapat
dilihat dari tabel 4.20 bahwa nilai Fhitung atau F-statistic adalah 44.06428.
Dengan Ftabel senilai 2.6059 yang berarti nilai Fhitung > Ftabel (44.06428 >
2.6059) atau nilai probabilitas F-statistic lebih kecil dari tingkat
signifikansi α = 5% (0.00000 < 0.05). Maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Hasil menunjukkan bahwa variabel independen (CAR, NPF, FDR dan
122
BOPO) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh positif terhadap
variabel dependen (ROE).
c. Koefisien Determinasi (Uji R2)
Untuk melihat hasil uji R2 untuk variabel dependen ROA dapat
dilihat dari tabel 4.19 yang menunjukkan nilai R Square pada model
regresi adalah 0.843894 yang menunjukkan kemampuan variabel
independen (CAR, NPF, FDR dan BOPO) dalam menjelaskan variabel
dependen adalah sebesar 84.3894%, sedangkan sisanya sebesar 15.6106%
di jelaskan variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
Untuk melihat hasil uji R2 untuk variabel dependen ROE dapat
dilihat dari tabel 4.20 yang menunjukkan nilai R Square pada model
regresi adalah 0.834325 yang menunjukkan kemampuan variabel
independen (CAR, NPF, FDR dan BOPO) dalam menjelaskan variabel
dependen adalah sebesar 83.4325%, sedangkan sisanya sebesar 16.5675%
di jelaskan variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
5. Interpretasi
Berdasarkan penelitian di atas maka penulis dapat
menginterpretasikan variabel independen terhadap variabel dependen,
terutama yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
123
a. Return on Asset (ROA)
1) Pengaruh CAR terhadap ROA
Berdasarkan pada tabel 4.14 di atas, variabel CAR memiliki
nilai koefisien 0.00431 dan nilai probabilitas 0.9010 > 0.05. Maka
dapat disimpulkan bahwa variabel CAR tidak berpengaruh terhadap
ROA Bank Umum Syariah. Semakin tinggi CAR suatu bank syariah,
tidak menjadi tolok ukur bank untuk memperoleh ROA yang tinggi.
Tidak berpengaruhnya CAR karena peraturan Bank Indonesia yang
mensyaratkan CAR minimal 8% yang mengakibatkan bank-bank
selalu berusaha menjaga agar CAR yang dimilikinya sesuai dengan
ketentuan.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan
oleh Hakiim dan Rafsanjani (2016) menyimpulkan bahwa CAR tidak
berpengaruh terhadap ROA Bank Syariah.
2) Pengaruh NPF terhadap ROA
Berdasarkan pada tabel 4.14 di atas, variabel NPF memiliki
nilai koefisien -0.204185 dan nilai probabilitas 0.0466 < 0.05. Maka
dapat disimpulkan bahwa variabel NPF berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap ROA Bank Umum Syariah. Sehingga dapat
diartikan bahwa semakin rendah NPF maka ROA semakin meningkat
karena semakin kecil resiko kredit yang ditanggung oleh bank.
124
Sebaliknya, semakin tinggi NPF maka ROA akan semakin rendah
karena proses pembiayaan yang kurang cermat yang menyebabkan
munculnya resiko usaha yang dibiayai dan hilangya kesempatan bank
dalam memperoleh laba.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sholihah dan Sriyana (2014) menyimpulkan bahwa
NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA Bank Syariah.
3) Pengaruh FDR terhadap ROA
Berdasarkan pada tabel 4.14 di atas, variabel FDR memiliki
nilai koefisien -0.035640 dan nilai probabilitas 0.0776 > 0.05. Maka
dapat disimpulkan bahwa variabel FDR tidak berpengaruh terhadap
ROA Bank Umum Syariah. Hal ini menunjukan nilai FDR yang tinggi
tidak mempengaruhi perolehan pendapatan atau earning Bank Umum
Syariah karena tingginya nilai FDR menyebabkan resiko dalam
penyaluran pembiayaan akan tinggi pula yang akan mengurangi ROA
pada Bank Umum Syariah.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hakiim dan Rafsanjani (2016) dan Lemiyana dan
Litriabi (2016) yang menyimpulkan bahwa FDR tidak berpengaruh
terhadap ROA Bank Umum Syariah.
125
4) Pengaruh BOPO terhadap ROA
Berdasarkan pada tabel 4.14 di atas, variabel BOPO memiliki
nilai koefisien -0.097631 dan nilai probabilitas 0.0001 < 0.05. Maka
dapat disimpulkan bahwa variabel BOPO berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap ROA Bank Umum Syariah. Sehingga dapat
diartikan bahwa semakin turun BOPO berarti semakin efisien biaya
operasional yang mengakibatkan meningkatnya ROA yang dihasilkan
Bank Umum Syariah. Sebaliknya apabila rasio BOPO semakin besar
maka semakin tidak efisen biaya operasional yang mengakibatkan
menurunnya ROA yang dihasilkan Bank Umum Syariah. Hal ini
menunjukan bahwa BOPO memang berpengaruh negatif terhadap
ROA.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sholihah dan Sriyana (2014), Diknawati (2014),
Havidz dan Setiawan (2015), Paulin dan Wiryono (2015), Hakiim dan
Rafsanjani (2016) dan Lemiyana dan Litriabi (2016) menyimpulkan
bahwa BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA Bank
umum Syariah.
b. Return on Equity (ROE)
1) Pengaruh CAR terhadap ROE
Berdasarkan pada tabel 4.15 di atas, variabel CAR memiliki
nilai koefisien -0.258385 dan nilai probabilitas 0.0102 < 0.05. Maka
126
dapat disimpulkan bahwa variabel CAR berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap ROE Bank Umum Syariah. Sehingga dapat
diartikan bahwa semakin turun CAR mengakibatkan semakin tinggi
ROE yang dihasilkan Bank Umum Syariah. dengan kata lain nilai
CAR yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan dana yang menganggur
(idle fund) sehingga kesempatan dalam memperoleh ROE akan
menurun.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Aulia dan Prasetiono (2015) menyimpulkan bahwa
CAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE Bank Umum
Syariah.
2) Pengaruh NPF terhadap ROE
Berdasarkan pada tabel 4.15 di atas, variabel NPF memiliki
nilai koefisien 0.014229 dan nilai probabilitas 0.9588 > 0.05. Maka
dapat disimpulkan bahwa variabel NPF tidak berpengaruh terhadap
ROE Bank Umum Syariah. Hal ini bertentangan dengan teori yang
mengatakan bahwa semakin rendah NPF maka profitabilitas semakin
meningkat karena semakin kecil resiko kredit yang ditanggung oleh
bank. Sebaliknya, semakin tinggi NPF maka profitabilitas akan
semakin rendah karena hilangnya kesempatan bank dalam memperoleh
laba.
127
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Wati (2012), Hermina dan Suprianto (2014)
menyimpulkan bahwa NPF tidak berpengaruh terhadap ROE Bank
Umum Syariah.
3) Pengaruh FDR terhadap ROE
Berdasarkan pada tabel 4.15 di atas, variabel FDR memiliki
nilai koefisien -0.027863 dan nilai probabilitas 0.6100 > 0.05. Maka
dapat disimpulkan bahwa variabel FDR tidak berpengaruh terhadap
ROE Bank Umum Syariah. Hal ini menunjukan nilai seberapa besar
nilai FDR tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam perolehan
pendapatan atau earning Bank Umum Syariah karena tingginya nilai
FDR menyebabkan resiko dalam penyaluran pembiayaan akan tinggi
pula yang akan mengurangi ROE pada Bank Umum Syariah..
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Wati (2012), Hermina dan Suprianto (2014)
menyimpulkan bahwa FDR tidak berpengaruh terhadap ROE Bank
Umum Syariah.
4) Pengaruh BOPO terhadap ROE
Berdasarkan pada tabel 4.15 di atas, variabel BOPO memiliki
nilai koefisien -0.377620 dan nilai probabilitas 0.0000 < 0.05. Maka
dapat disimpulkan bahwa variabel BOPO berpengaruh negatif dan
128
signifikan terhadap ROE Bank Umum Syariah. Sehingga dapat
diartikan bahwa semakin turun BOPO berarti semakin efisien biaya
operasional yang mengakibatkan meningkatnya ROE yang dihasilkan
Bank Umum Syariah. Sebaliknya apabila rasio BOPO semakin besar
maka semakin tidak efisen biaya operasional yang mengakibatkan
menurunnya ROE yang dihasilkan Bank Umum Syariah. Hal ini
menunjukan bahwa BOPO memang berpengaruh negatif terhadap
ROE.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Rafelia dan Ardiyanto (2013) Aulia dan Prasetiono
(2015) dan Saputri dan Oetomo (2016) menyimpulkan bahwa BOPO
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE Bank Umum
Syariah.
129
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil analisis pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil Penelitian dengan variabel dependen ROA
a. Hasil uji t Parsial
1) Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki nilai probabilitas
0.9010 > 0.05 dan nilai koefisien 0.004321 , maka CAR tidak
berpengaruh terhadap ROA Bank Umum Syariah
2) Variabel Non Performing Financing (NPF) memiliki nilai
probabilitas 0.0466 < 0.05 dan nilai koefisien -0.204185 , maka NPF
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA Bank Umum
Syariah
3) Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) memiliki nilai
probabilitas 0.0776 > 0.05 dan nilai koefisien -0.035640 , maka FDR
tidak berpengaruh terhadap ROA Bank Umum Syariah
4) Variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) memiliki nilai probabilitas 0.0001 < 0.05 dan nilai koefisien
-0.097631, maka BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
ROA Bank Umum Syariah
130
b. Hasil Uji F
Berdasarkan uji regresi data panel pada uji hipotesis (Uji F) ditemukan
bahwa secara simultan variabel CAR, NPF, FDR, BOPO memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap ROA dengan nilai Fhitung > Ftabel
(47.30173 > 2.6059).
2. Hasil Penelitian dengan variabel dependen ROE
a. Hasil Uji t Parsial
1) Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki nilai probabilitas
0.0102 < 0.05 dan nilai koefisien -0.258385 , maka CAR
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE Bank Umum
Syariah
2) Variabel Non Performing Financing (NPF) memiliki nilai
probabilitas 0.9588 > 0.05 dan nilai koefisien 0.014229, maka NPF
tidak berpengaruh terhadap ROE Bank Umum Syariah
3) Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) memiliki nilai
probabilitas 0.6100 > 0.05 dan nilai koefisien -0.027863 , maka FDR
tidak berpengaruh terhadap ROE Bank Umum Syariah
4) Variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) memiliki nilai probabilitas 0.0000 < 0.05 dan nilai koefisien
-0.277620, maka BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
ROE Bank Umum Syariah
131
b. Hasil Uji F
Berdasarkan uji regresi data panel pada uji hipotesis (Uji F) ditemukan
bahwa secara simultan variabel CAR, NPF, FDR, BOPO memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap ROE dengan nilai Fhitung > Ftabel
(44.06428 > 2.6059).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diatas, maka penulis mencoba
mengungkapkan saran yang mungkin bermanfaat diantaranya:
1. Bagi stakeholder bank syariah, khususnya bank Maybank Syariah harus
memperhatikan manajemen banknya, pada laporan keuangannya khususnya
tahun 2015 dan 2016 rasio keuangannya sangat tidak sehat. Hal ini
berdampak pada laporan hasil keseluruhan bank umum syariah dalam
perolehan tingkat kesehatan bank.
2. Bagi kalangan akademisi, indikator penelitian dapat diganti dengan proksi
yang lain ataupun ditambah dengan variabel lain yang mempengaruhi ROA
dan ROE pada bank umum syariah. Penelitian ini juga dapat dikembangkan
dengan memperluas model penelitian sebelumnya. Menggunakan metode
dan alat uji yang lebih lengkap dan akurat sehingga diperoleh kesimpulan
yang lebih valid. Memperluas penelitian dengan cara memperpanjang
periode penelitian dengan menambahkan tahun penelitian, memperbanyak
132
sampel untuk penelitian yang akan dating, juga mengubah sampel penelitian
menggunakan sampel pada Unit Usaha Syariah di Indonesia.
133
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafii. “Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik”. Jakarta: Gema
Insani. 2001.
Aulia, Farashita & Prasetiono. “Pengaruh CAR, FDR, NPF, dan BOPO Terhadap
Profitabilitas (Return on Equity)”. Diponegoro Journal Of Management Vol. 5,
No. 1. 2016.
Dedi Rosadi. “Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan dengan Eviews”.
Yogyakarta: ANDI OFFSET. 2012.
Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2009.
Diknawati, Didin Ambris. “Analisis Pengaruh CAR, NPF, FDR, Dan BOPO
Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah”. Jurnal Ilmiah STIE Perbanas
Surabaya. 2014.
Fahmi, Irham. “Analisis Laporan Keuangan”. Bandung: Alfabeta. 2011
Fahmi, Irham. “Manajemen Keuangan dan Pasar Modal”. Jakarta: Mitra Wacana
Media. 2014.
Fahmi, Irham. “Manajemen Perbankan: Konvensional dan Syariah”. Jakarta: Mitra
Wacana Media. 2015.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2006.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19 Edisi
5”. Semarang: Badan Penerbit University Diponogoro. 2011.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate”. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponogoro. 2016.
Gujarati, N. Damodor dan Dawn C. Porter. “Dasar-dasar Ekonometrika”. Edisi Ke-
5. Jakarta: Salemba Empat. 2009.
Habibie, Khoirunissa Firdhausy & Segoro, Waseso. “Factors Influencing The
Profitability Of PT. Bank Syariah MandiriIn 2009 - 2013”. International
Conference on Entrepreneurship and Business Management. 2014.
134
Hakiim, Ningsukma & Rafsanjani, Haqiqi. “Pengaruh Internal Capital Adequency
Ratio (CAR), Financing To Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Operasional Per
Pendapatan Operasional (BOPO) dalam Peningkatan Profitabilitas Industri
Bank Syariah di Indonesia”. Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM) Vol. 14. No.1,
2016
Hanafi, Mamduh M. “Manajemen Keuangan”. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. 2016.
Hasan, Zubairi. “Undang-Undang Perbankan Syariah Titik Temu Hukum Islam dan
Hukum Nasional”. Jakarta: Rajawal Press. 2009.
Havidz, Shinta Amalina Hazrati & Setiawan, Chandra. “The Determinants Of ROA
(Return On Assets) Of Full-Fledged Islamic Banks In Indonesia”. Jurnal MIX,
Vol. 5, No. 1, 2015.
Hermansyah. “Hukum Perbankan Nasional Indonesia”. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group. 2011.
Hermina, Rida & Suprianto, Edy. “Analisis Pengaruh CAR, NPL, LDR, dan BOPO
Terhadap Profitabilitas (ROE) pada Bank Umum Syariah”. Jurnal Akuntansi
Indonesia, Vol. 3 No. 2. 2014.
Hery. “Analisis Kinerja Manajemen”. Jakarta: PT Grasindo. 2015.
Horne, James C. Van dan John M Wachowicz, Jr. “Prinsip-prinsip Manajemen
Keuangan (Edisi 13 )”. Jakarta: Salemba 4. 2012
Ihsan, Dwi Nur‟aini. “Manajemen Treasury Bank Syariah”. Jakarta: UIN PRESS.
2015.
Jonni J Manurung, dkk. “Ekonometrika Teori dan Aplikasi”. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo. 2010.
Jumingan. “Analisis Laporan Keuangan”. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2006.
Kasmir. “Pengantar Manajemen Keuangan”. Jakarta: Kencana. 2010.
Lemiyana & Litriani, Erdah. “Pengaruh NPF, FDR, BOPO Terhadap Return On
Asset (ROA) Pada Bank Umum Syariah”. I-Economic Vol. 2, No. 1, 2016
Muhamad. “Manajemen Dana Bank Syariah”. Jakarta: Rajawali Pers. 2014.
135
Munawir. “Analisis Informasi Keuangan”. Yogyakarta: Liberty. 2012.
Paulin, Okky & Wiryono, Sudarso Kaderi. “Determinants Of Islamic Bank’s
Profitability In Indonesia For 2009 – 2013”. Journal Of Business and
Management, Vol. 4, No. 1. 2015.
Prapto Yuwono. “Pengantar Ekonometri”. Yogyakarta: ANDI OFFSET. 2005.
Rafaela, Thyas & Ardiyanto, Moh. Didik. “Pengaruh CAR, FDR, NPF, dan BOPO
Terhadap ROE Bank Syariah Mandiri”. Diponegoro Journal Of Accounting
Vol. 1 No. 1. 2013.
Riyadi, Slamet. “Banking Assets And Liability Management”. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2006.
Saputri, Sofyan Febby Henny & Oetomo, Hening Widi. “Pengaruh CAR, BOPO,
NPL, dan FDR Terhadap ROE Pada Bank Devisa”. Jurnal Ilmu dan Riset
Manajemen: Vol 5, No. 5. 2016.
Sholihah, Nikmatus & Sriyana, Jaka. “Profitabilitas Bank Syariah pada Kondisi
Biaya Operasional Tinggi”. Jurnal Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
2014.
Simatupang, Apriani & Franzlay, Denis. “Capital Adequacy Ratio(CAR), Non
Performing Financing (NPF), Efisiensi Operasional (BOPO) dan Financing to
Deposit Ratio (FDR) Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di
Indonesia”. Jurnal Administrasi Kantor Vol. 4, No. 2. 2016.
Srimindarti, C. “Balanced Scorecard Sebagai Alternatif untuk Mengukur Kinerja”.
Semarang: STIE Stikubank. 2006
Sudarsono, Heri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”. Yogyakarta: Ekonisia.
2008.
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS”. Yogyakarta:
ANDI Yogyakarta. 2011.
Sugiyono. “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D”. Bandung: Alfabeta. 2013
Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP perihal “Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Umum”. Jakarta, 25 Oktober 2011
Susilo Sri Y., Triandoro, Sigit, Totok Budi Santoso A. ”Bank dan Lembaga
Keuangan”. Jakarta : Salemba Empat. 2011.
136
Sutrisno. “Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi”. Yogyakarta: Ekonisia.
2009.
Tim Penyusun Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan. “Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank”. Jakarta. 2012.
Wati, Ishmah. “Analisis Pengaruh Efisiensi Operasional Terhadap Kinerja
Profitabilitas pada Sektor Perbankan Syariah”. Skripsi. Universitas Indonesia.
2012
Widarjono, Agus. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasi”. Yogyakarta: Ekonisia
Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta. 2009.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews, Edisi
Ketiga”. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2011.
Wiroso. “Produk Perbankan Syariah Dilengkapi UU Perbankan Syariah dan
Kodefikasi Produk Bank Indonesia”. Jakarta: LPFE Usakti. 2009.
www.bi.go.id
www.infobanknews.com
www.syariahmandiri.co.id
www.megasyariah.co.id
www.brisyariah.co.id
www.bcasyariah.co.id
www.paninbanksyariah.co.id
www.maybanksyariah.co.id
www.bankvictoriasyariah.co.id
www.syariahbukopin.co.id
137
LAMPIRAN
Lampiran 1
BUS ROE ROA NPF FDR CAR BOPO
BSM 2012 19.28 2.02 2.67 94.4 13.82 73
BSM 2013 13.39 1.38 4.11 89.37 14.1 84.03
BSM 2014 1.46 0.16 6.23 82.13 14.76 100.6
BSM 2015 5.16 0.53 4.79 82.25 12.85 94.78
BSM 2016 5.08 0.55 4.59 79.46 14.01 94.12
BMS 2012 29.79 3.02 2.27 87.41 13.51 77.28
BMS 2013 19.42 2.19 2.62 92.88 12.99 86.09
BMS 2014 2.21 0.33 3.43 92.77 18.82 97.61
BMS 2015 1.54 0.3 3.93 96.71 18.74 99.51
BMS 2016 10.41 2.4 3.22 94.8 23.53 88.16
BRIS 2012 9.54 0.1 2.54 95.43 11.35 86.63
BRIS 2013 7.63 1.06 3.49 102.7 14.49 95.24
BRIS 2014 0.16 0.05 3.59 93.89 12.89 99.14
BRIS 2015 5.24 0.7 3.95 84.79 13.94 93.17
BRIS 2016 6.78 0.86 3.24 96.37 20.63 91.33
BSB 2012 6.33 0.67 3.76 91.44 12.78 91.59
BSB 2013 6.68 0.63 3.61 99.65 11.1 92.29
BSB 2014 1.73 0.25 3.25 92.17 15.85 96.73
BSB 2015 4.39 0.7 2.51 91.17 16.31 91.99
BSB 2016 4.09 0.68 3.5 88.26 16.99 91.76
BPDS 2012 8.2 0.23 0.15 123.12 32.2 50.76
BPDS 2013 4.27 0.72 0.66 89.57 20.83 81.31
BPDS 2014 7.27 1.54 0.41 93.14 25.69 68.47
BPDS 2015 4.63 1.06 3.14 98.77 20.3 89.29
BPDS 2016 1.64 0.32 1.63 97.26 19.93 96.17
BVS 2012 6.66 1.11 1.67 73.77 28.08 87.9
BVS 2013 2.6 0.37 3.14 84.66 18.4 91.95
BVS 2014 -10.4 -1.73 5.43 95.11 15.27 143.31
BVS 2015 -14.75 -2.31 14.07 95.28 14.59 119.19
BVS 2016 -9.5 -1.71 7.15 100.66 15.98 131.34
BCAS 2012 2.75 0.68 0.13 79.2 31.47 90.87
BCAS 2013 4.05 0.81 0.12 82.55 22.35 86.91
BCAS 2014 2.07 0.58 0.12 90.35 29.57 88.11
138
BUS ROE ROA NPF FDR CAR BOPO
BCAS 2015 2.23 0.73 1.19 91.41 32.66 92.48
BCAS 2016 3.35 0.99 1.4 90.12 36.78 92.18
MBS 2012 4.24 2.72 1.69 192.93 63.89 53.77
MBS 2013 4.17 2.57 1.72 147.03 59.41 67.79
MBS 2014 5.33 3.13 3.38 157.77 52.13 69.6
MBS 2015 -39.01 -22.44 26.52 165.34 38.4 192.6
MBS 2016 -27.65 -10.74 30.99 136.13 55.06 160.28
Lampiran 2
Statistik Deskripstif
ROA ROE NPF FDR CAR BOPO
Mean -0.069750 3.061500 4.399750 100.3056 23.41075 94.48325
Median 0.680000 4.255000 3.230000 93.01000 18.56500 91.85500
Maximum 3.130000 29.79000 30.99000 192.9300 63.89000 192.6000
Minimum -22.44000 -39.01000 0.120000 73.77000 11.10000 50.76000
Std. Dev. 4.215239 11.30157 6.169793 25.10877 13.64448 25.53904
Skewness -4.255070 -1.502078 3.310463 2.204079 1.628946 1.850878
Kurtosis 21.97778 7.819144 13.61899 7.313403 4.795013 7.877778
Jarque-Bera 720.9644 53.74850 260.9993 63.39550 23.05988 62.49287
Probability 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000010 0.000000
Sum -2.790000 122.4600 175.9900 4012.223 936.4300 3779.330
Sum Sq. Dev. 692.9613 4981.295 1484.587 24587.55 7260.705 25437.46
Observations 40 40 40 40 40 40
Uji Chow ROA
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 1.685208 (7,28) 0.1534
Cross-section Chi-square 14.062934 7 0.0501
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: ROA
139
Method: Panel Least Squares
Date: 11/12/17 Time: 12:46
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 8
Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. CAR 0.004339 0.034470 0.125884 0.9005
NPF -0.204249 0.098994 -2.063235 0.0466
FDR -0.035642 0.019598 -1.818687 0.0775
BOPO -0.097618 0.022421 -4.353865 0.0001
C 13.52567 2.608460 5.185310 0.0000 R-squared 0.843905 Mean dependent var -0.069750
Adjusted R-squared 0.826066 S.D. dependent var 4.215239
S.E. of regression 1.757983 Akaike info criterion 4.082680
Sum squared resid 108.1677 Schwarz criterion 4.293790
Log likelihood -76.65360 Hannan-Quinn criter. 4.159011
F-statistic 47.30568 Durbin-Watson stat 2.028554
Prob(F-statistic) 0.000000
Uji Chow ROE
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 3.090265 (7,28) 0.0152
Cross-section Chi-square 22.897134 7 0.0018
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: ROE
Method: Panel Least Squares
Date: 11/12/17 Time: 12:58
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 8
Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. CAR -0.258362 0.095214 -2.713482 0.0103
NPF 0.014289 0.273447 0.052256 0.9586
FDR -0.027873 0.054134 -0.514896 0.6099
140
BOPO -0.377629 0.061932 -6.097456 0.0000
C 47.52257 7.205212 6.595582 0.0000 R-squared 0.834316 Mean dependent var 3.061500
Adjusted R-squared 0.815381 S.D. dependent var 11.30157
S.E. of regression 4.855985 Akaike info criterion 6.114769
Sum squared resid 825.3205 Schwarz criterion 6.325879
Log likelihood -117.2954 Hannan-Quinn criter. 6.191100
F-statistic 44.06140 Durbin-Watson stat 1.088560
Prob(F-statistic) 0.000000
Uji Hausman ROE
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 1.895362 4 0.7550
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. CAR -0.340117 -0.236698 0.017013 0.4278
NPF -0.239562 -0.148873 0.008216 0.3171
FDR -0.105883 -0.055512 0.001675 0.2185
BOPO -0.350986 -0.348844 0.000721 0.9364
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: ROE
Method: Panel Least Squares
Date: 11/13/17 Time: 23:36
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 8
Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 55.86121 10.98167 5.086770 0.0000
CAR -0.340117 0.177542 -1.915703 0.0657
NPF -0.239562 0.278704 -0.859558 0.3973
FDR -0.105883 0.070353 -1.505025 0.1435
BOPO -0.350986 0.067399 -5.207612 0.0000
141
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.906531 Mean dependent var 3.061500
Adjusted R-squared 0.869811 S.D. dependent var 11.30157
S.E. of regression 4.077803 Akaike info criterion 5.892319
Sum squared resid 465.5973 Schwarz criterion 6.398983
Log likelihood -105.8464 Hannan-Quinn criter. 6.075512
F-statistic 24.68765 Durbin-Watson stat 1.717046
Prob(F-statistic) 0.000000
142
UJI Lagrange Multiplier (LM) Test (ROE)
Periode Residual
BSM Mega BRIS Bukopin Panin Victoria BCAS Maybank
2012 5.86853 17.3506 0.33645 -0.84467 -7.4001 0.52753 -1.47183 1.29547
2013 3.8277 10.2866 2.71824 -0.21471 -5.15068 -3.58752 -3.52685 2.51231
2014 -2.25184 -1.41027 -4.24417 -2.96035 -5.31853 1.50928 -2.94689 3.42389
2015 -1.24211 -1.14325 -1.4498 -2.01067 -1.25244 -10.1201 -0.31291 2.607
2016 -1.46243 4.68943 1.56897 -2.24411 -2.23859 -1.03418 1.63729 5.67969
Rata2 0.94797 5.954622 -0.214062 -1.654902 -4.272068 -2.540998 -1.324238 3.103672
Rata2 Kuadrat 0.898647 35.45752316 0.04582254 2.73870063 18.250565 6.456670836 1.753606281 9.632779884
Jumlah Rata2 Kuadrat 9.404289431
Periode Residual Kuadrat
BSM Mega BRIS Bukopin Panin Victoria BCAS Maybank
2012 34.43964 301.0433204 0.113198603 0.713467409 54.76148001 0.278287901 2.166283549 1.678242521
2013 14.65129 105.8141396 7.388828698 0.046100384 26.52950446 12.87029975 12.43867092 6.311701536
2014 5.070783 1.988861473 18.01297899 8.763672123 28.28676136 2.277926118 8.684160672 11.72302273
2015 1.542837 1.307020563 2.10192004 4.042793849 1.568605954 102.416424 0.097912668 6.796449
2016 2.138702 21.99075372 2.461666861 5.036029692 5.011285188 1.069528272 2.680718544 32.2588785
Jumlah 57.84325 432.1440957 30.07859319 18.60206346 116.157637 118.9124661 26.06774636 58.76829429
Jumlah Residual Kuadrat 858.5741498
143
Common Effect Model (ROA)
Dependent Variable: ROA
Method: Panel Least Squares
Date: 11/14/17 Time: 23:11
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 8
Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. CAR 0.004321 0.034470 0.125360 0.9010
NPF -0.204185 0.098996 -2.062552 0.0466
FDR -0.035640 0.019598 -1.818524 0.0776
BOPO -0.097631 0.022421 -4.354411 0.0001
C 13.52694 2.608494 5.185726 0.0000 R-squared 0.843894 Mean dependent var -0.069750
Adjusted R-squared 0.826054 S.D. dependent var 4.215239
S.E. of regression 1.758045 Akaike info criterion 4.082750
Sum squared resid 108.1753 Schwarz criterion 4.293860
Log likelihood -76.65501 Hannan-Quinn criter. 4.159081
F-statistic 47.30173 Durbin-Watson stat 2.028683
Prob(F-statistic) 0.000000
Common Effect Model (ROE)
Dependent Variable: ROE
Method: Panel Least Squares
Date: 11/14/17 Time: 23:12
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 8
Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. CAR -0.258385 0.095208 -2.713909 0.0102
NPF 0.014229 0.273436 0.052038 0.9588
FDR -0.027863 0.054131 -0.514722 0.6100
BOPO -0.377620 0.061929 -6.097606 0.0000
C 47.52156 7.204857 6.595766 0.0000 R-squared 0.834325 Mean dependent var 3.061500
Adjusted R-squared 0.815391 S.D. dependent var 11.30157
S.E. of regression 4.855852 Akaike info criterion 6.114715
Sum squared resid 825.2756 Schwarz criterion 6.325825
144
Log likelihood -117.2943 Hannan-Quinn criter. 6.191046
F-statistic 44.06428 Durbin-Watson stat 1.088455
Prob(F-statistic) 0.000000
Uji Normalitas ROA
Uji Normalitas ROE
0
2
4
6
8
10
12
14
16
-7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
Series: Standardized Residuals
Sample 2012 2016
Observations 40
Mean -2.14e-15
Median 0.051742
Maximum 3.167045
Minimum -6.021413
Std. Dev. 1.665450
Skewness -1.196923
Kurtosis 6.357156
Jarque-Bera 28.33499
Probability 0.000001
0
4
8
12
16
20
-10 -5 0 5 10 15
Series: Standardized Residuals
Sample 2012 2016
Observations 40
Mean -6.00e-15
Median -0.866357
Maximum 17.34487
Minimum -11.03865
Std. Dev. 4.600099
Skewness 1.171519
Kurtosis 7.358637
Jarque-Bera 40.81258
Probability 0.000000
145
Uji Multikolinearitas
CAR NPF FDR BOPO CAR 1.000000 0.244434 0.789758 -0.042733
NPF 0.244434 1.000000 0.222744 0.829217
FDR 0.789758 0.386987 1.000000 0.092169
BOPO -0.042733 0.829217 0.092169 1.000000
Uji Heterokedastisitas ROA
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 143.8331 Prob. F(14,25) 0.0000
Obs*R-squared 39.50948 Prob. Chi-Square(14) 0.0003
Scaled explained SS 81.02496 Prob. Chi-Square(14) 0.0000
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 11/14/17 Time: 21:40
Sample: 1 40
Included observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -89.97382 28.97833 -3.104865 0.0047
CAR 1.364062 0.470437 2.899566 0.0077
CAR^2 -0.006794 0.002381 -2.853796 0.0086
CAR*NPF -0.011154 0.012095 -0.922211 0.3652
CAR*FDR -0.000453 0.002852 -0.158757 0.8751
CAR*BOPO -0.010522 0.003899 -2.698458 0.0123
NPF -7.241670 1.899374 -3.812661 0.0008
NPF^2 -0.061332 0.031929 -1.920863 0.0662
NPF*FDR 0.078220 0.017613 4.441060 0.0002
NPF*BOPO 0.009709 0.012507 0.776282 0.4449
FDR 1.455723 0.402065 3.620614 0.0013
FDR^2 -0.003956 0.001262 -3.133879 0.0044
FDR*BOPO -0.010325 0.003078 -3.354279 0.0025
BOPO 0.482545 0.352484 1.368982 0.1832
BOPO^2 0.003284 0.000863 3.802771 0.0008 R-squared 0.987737 Mean dependent var 2.704378
146
Adjusted R-squared 0.980870 S.D. dependent var 6.339145
S.E. of regression 0.876779 Akaike info criterion 2.854874
Sum squared resid 19.21855 Schwarz criterion 3.488203
Log likelihood -42.09747 Hannan-Quinn criter. 3.083866
F-statistic 143.8331 Durbin-Watson stat 1.525675
Prob(F-statistic) 0.000000
Uji Heterokedastisitas ROE
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.906233 Prob. F(14,25) 0.5636
Obs*R-squared 13.46584 Prob. Chi-Square(14) 0.4902
Scaled explained SS 32.77793 Prob. Chi-Square(14) 0.0031
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 11/14/17 Time: 21:37
Sample: 1 40
Included observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2248.333 1771.486 1.269179 0.2161
CAR -18.11393 28.75846 -0.629864 0.5345
CAR^2 0.003191 0.145545 0.021922 0.9827
CAR*NPF -0.713223 0.739360 -0.964648 0.3440
CAR*FDR 0.050254 0.174334 0.288260 0.7755
CAR*BOPO 0.151364 0.238360 0.635023 0.5312
NPF 150.2520 116.1114 1.294033 0.2075
NPF^2 2.817567 1.951877 1.443517 0.1613
NPF*FDR -0.697779 1.076707 -0.648068 0.5228
NPF*BOPO -0.944140 0.764547 -1.234902 0.2283
FDR -14.39502 24.57882 -0.585668 0.5633
FDR^2 0.021336 0.077161 0.276508 0.7844
FDR*BOPO 0.131058 0.188164 0.696507 0.4925
BOPO -32.81843 21.54786 -1.523048 0.1403
BOPO^2 0.096888 0.052784 1.835552 0.0783 R-squared 0.336646 Mean dependent var 20.63199
Adjusted R-squared -0.034832 S.D. dependent var 52.68897
S.E. of regression 53.59875 Akaike info criterion 11.08093
Sum squared resid 71820.66 Schwarz criterion 11.71425
Log likelihood -206.6185 Hannan-Quinn criter. 11.30992
F-statistic 0.906233 Durbin-Watson stat 1.443781
Prob(F-statistic) 0.563604
147
Uji Autokorealasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.531952 Prob. F(2,33) 0.5924
Obs*R-squared 1.249305 Prob. Chi-Square(2) 0.5354
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 11/14/17 Time: 21:43
Sample: 1 40
Included observations: 40
Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. CAR -0.005791 0.036863 -0.157087 0.8761
NPF -0.027674 0.107200 -0.258158 0.7979
FDR 0.003852 0.021488 0.179275 0.8588
BOPO 0.001663 0.023526 0.070697 0.9441
C -0.313046 2.819219 -0.111040 0.9123
RESID(-1) -0.096491 0.199450 -0.483785 0.6317
RESID(-2) 0.229613 0.235242 0.976073 0.3361 R-squared 0.031233 Mean dependent var -4.77E-16
Adjusted R-squared -0.144907 S.D. dependent var 1.665449
S.E. of regression 1.782036 Akaike info criterion 4.151018
Sum squared resid 104.7965 Schwarz criterion 4.446572
Log likelihood -76.02036 Hannan-Quinn criter. 4.257881
F-statistic 0.177317 Durbin-Watson stat 1.848811
Prob(F-statistic) 0.981132
Uji Autokorelasi ROE
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.376758 Prob. F(2,33) 0.2665
Obs*R-squared 3.080555 Prob. Chi-Square(2) 0.2143
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 11/14/17 Time: 21:45
Sample: 1 40
Included observations: 40
148
Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. CAR 0.034023 0.097843 0.347736 0.7302
NPF -0.096758 0.277619 -0.348530 0.7297
FDR -0.012377 0.055213 -0.224174 0.8240
BOPO 0.022819 0.063590 0.358850 0.7220
C -1.263322 7.342785 -0.172049 0.8644
RESID(-1) 0.289273 0.181648 1.592493 0.1208
RESID(-2) 0.009589 0.183066 0.052380 0.9585 R-squared 0.077014 Mean dependent var -2.50E-15
Adjusted R-squared -0.090802 S.D. dependent var 4.600110
S.E. of regression 4.804422 Akaike info criterion 6.134579
Sum squared resid 761.7215 Schwarz criterion 6.430133
Log likelihood -115.6916 Hannan-Quinn criter. 6.241442
F-statistic 0.458919 Durbin-Watson stat 1.895597
Prob(F-statistic) 0.833400
Top Related