Ingat, gelar anda ketika lulus adalah S.H. (Sarjana Hukum) bukan S.D. (Sarjana Diktat) baca juga referensi dari buku dan sumber
lain yang terpercaya serta dengarkanlah penjelasan dosen saat kuliah. Waspadalah, diktat ini bisa saja sesat!
© ADRIANUS ERYAN & PARTNERS | PENGANTAR ILMU HUKUM 1
PENGANTAR ILMU HUKUM Adrianus Eryan – FHUI 2013
“You are what you read! Karena itulah seorang Sarjana Hukum harus membaca, berpikir, baru berargumen.
Ingat, baca, pikir, baru bicara!” – Yu Un Oppusunggu.1
PERBEDAAN PIH, PHI, DISIPLIN HUKUM, DAN ARTI HUKUM
PERBEDAAN PIH DAN PHI
PIH (Pengantar Ilmu Hukum)
Objeknya adalah hukum secara umum (mempelajari pengertian-pengertian pokok, disiplin hukum, dan asas-
asas hukumnya).
Sifatnya adalah universal, tidak terikat ruang dan waktu, merupakan pengetahuan mengenai hukum secara
umum di seluruh dunia.
PHI (Pengantar Hukum Indonesia)
Objeknya hukum positif di Indonesia seperti pidana, perdata, HTN, HAN, dsb.
Sifatnya terikat pada tempat dan waktu tertentu, cakupannya hanya di Indonesia.
DISIPLIN
Adalah sistem ajaran mengenai kenyataan atau gejala-gejala yang dihadapi.2 Secara umum dapat dibedakan
menjadi disiplin analitis dan disiplin preskriptif.3
Analitis, sistem ajaran yang menganalisis, memahami, dan menjelaskan gejala-gejala yang dihadapi
(contohnya sosiologi, psikologi, ekonomi, dsb).
Preskriptif, sistem ajaran yang menentukan apa yang seyogianya atau yang seharusnya dilakukan di
dalam menghadapi kenyataan-kenyataan tertentu (contohnya hukum, filsafat, dsb).
DISIPLIN HUKUM
Disiplin yang menentukan apa yang seyogianya dilakukan (termasuk dalam disiplin preskriptif)
Ruang lingkup disiplin hukum:4
Filsafat Hukum, perenungan, perumusan, dan penyelarasan nilai-nilai. Juga mencakup penyerasian
nilai-nilai, misalnya penyerasian antara ketertiban dengan ketentraman, dst.5
Politik Hukum, kegiatan memilih nilai-nilai dan menerapkannya.6
Ilmu Hukum, kumpulan dari berbagai cabang ilmu pengetahuan yang terbagi atas pengertian,
kaidah, dan kenyataan.
Ilmu-Ilmu Hukum meliputi:
Ilmu tentang kaidah (normwissenschaft) yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai suatu kaidah atau sistem-
sistem kaidah, berhubungan dengan dogmatik hukum dan sistematika hukum. 7
Ilmu pengertian, yakni ilmu tentang pengertian-pengertian pokok dalam hukum (subjek hukum, perbuatan
hukum, hubungan hukum dsb)8
Ilmu tentang kenyataan (tatsachenwissenschaft) hukum sebagai perilaku atau sikap tindak, mencakup:9
1 Yu Un Oppusunggu, S.H., LL.M., Ph.D., Dosen Hukum Antar Tata Hukum dan Hukum Perdata Internasional FHUI. Disampaikan
pada perkuliahan perdana Hukum Antar Tata Hukum, 31 Agustus 2015. 2 Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Perihal Kaidah Hukum, (Bandung: Penerbit Citra Aditya Bakti, 1993), hlm. 1. 3 Ibid., sebagaimana mengutip G. Sergeant, 1975. 4 Ibid., hlm. 2. 5 Ibid., hlm. 3. 6 Ibid. 7 Ibid., hlm. 2, sebagaimana mengutip P. Vinke, 1970. 8 Ibid. 9 Ibid., sebagaimana mengutip V. Aubert, 1975.
Ingat, gelar anda ketika lulus adalah S.H. (Sarjana Hukum) bukan S.D. (Sarjana Diktat) baca juga referensi dari buku dan sumber
lain yang terpercaya serta dengarkanlah penjelasan dosen saat kuliah. Waspadalah, diktat ini bisa saja sesat!
© ADRIANUS ERYAN & PARTNERS | PENGANTAR ILMU HUKUM 2
Sosiologi hukum, secara empiris dan analitis mempelajari hubungan timbal balik antara hukum
sebagai gejala sosial dengan gejala sosial lain. (Soerjono Soekanto, 1975)
Antropologi hukum, mempelajari pola-pola sengketa dan penyelesaiannya, maupun masyarakat yang
sedang mengalami proses perkembangan dan pembangunan/proses modernisasi. (Charles Winick,
1975)
Psikologi hukum, mempelajari hukum sebagai suatu perwujudan perkembangan jiwa manusia. (J.
Drever, 1976)
Perbandingan hukum, cabang ilmu pengetahuan yang memperbandingkan sistem-sistem hukum
yang berlaku di dalam satu atau beberapa masyarakat.
Sejarah hukum, mempelajari perkembangan dan asal usul daripada sistem hukum dalam suatu
masyarakat tertentu.10
DOGMATIK HUKUM
Ajaran hukum dalam arti sempit, mencakup ilmu hukum yang terbagi atas ilmu tentang pengertian, kaidah,
dan kenyataan (bagan berwarna biru).
ARTI HUKUM
Belum ada definisi ajeg mengenai hukum karena luasnya ruang lingkup hukum mencakup banyak segi dan
aspek.11 Arti hukum dapat ditujukan pada cara-cara untuk merealisasikan hukum tersebut.12 Karena begitu sulit
untuk mendefinisikan atau mengartikan “hukum” ada baiknya kita mengutip seorang ahli filsafat dari
Cambridge, Ludwig Wittgenstein, yang berkata “Don’t ask for the meaning, ask for the use.”13 Berikut adalah
pengertian hukum menurut masyarakat pada umumnya oleh Purnadi Purbacaraka (1975)14
10 “Jika anda tidak memahami sejarah dengan benar, anda tidak akan dapat memahami ilmu hukum dengan benar” – Yu Un
Oppusunggu. 11 Ibid., hlm. 4, sebagaimana mengutip L.J. van Apeldoorn, Inleiding tot de studie van het Nederlandsche Recht, (Zwolle: Theenk-
Willink, 1966) 12 Ibid., sebagaimana mengutip Paul Moedikdo, Sociologie en Recht, (Boom: Meppel, 1992) 13 Raymond Wacks, Understanding Jurisprudence – An Introduction to Legal Theory, (New York: Oxford University Press, 2012),
hlm. 5. Salah satu contoh yang diberikan Wittgenstein adalah tentang “knight” (kuda dalam permainan catur). Definisi
“knight” hanya memiliki arti hanya jika kita sudah mengetahui aturan dalam permainan catur, jika kita tidak tahu aturannya,
maka “knight” hanya akan menjadi sekedar potongan kayu berbentuk kuda di atas papan catur. Begitu juga dengan definisi
atau arti dari “hukum” >> buku Raymond Wacks ini merupakan pengantar yang sangat bagus untuk mulai mempelajari
teori-teori hukum terutama yang berkaitan dengan Filsafat Hukum yang akan diajarkan di Semester 6 nanti. Silakan cari, beli,
pinjam, dsb. tapi yang terpenting adalah BACA! 14 Purbacaraka dan Soekanto, op.cit.
Disiplin
Hukum
Ilmu Hukum
Pengertian
Kaidah
Kenyataan
Sosiologi
Hukum
Antropologi
Hukum
Psikologi
Hukum
Perbandingan
Hukum
Sejarah
Hukum
Politik Hukum
Filsafat Hukum
Ingat, gelar anda ketika lulus adalah S.H. (Sarjana Hukum) bukan S.D. (Sarjana Diktat) baca juga referensi dari buku dan sumber
lain yang terpercaya serta dengarkanlah penjelasan dosen saat kuliah. Waspadalah, diktat ini bisa saja sesat!
© ADRIANUS ERYAN & PARTNERS | PENGANTAR ILMU HUKUM 3
1. Hukum sebagai Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan yang tersusun secara sistematis.
2. Hukum sebagai Disiplin
Sistem ajaran mengenai kenyataan dan gejala-gejala yang dihadapi.
3. Hukum sebagai Kaidah
Pedoman sikap tindak yang pantas atau yang diharapkan.
4. Hukum sebagai Tata Hukum
Struktur dan proses perangkat kaidah-kaidah hukum yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu,
serta bentuknya tertulis.
5. Hukum sebagai Petugas
Pribadi-pribadi yang berhubungan erat dengan penegakan hukum (pejabat hukum seperti polisi, jaksa,
hakim, dsb).
6. Hukum sebagai Keputusan Penguasa
Hasil atau proses pertimbangan/kebijakan penguasa.
7. Hukum sebagai Proses Pemerintahan
Proses hubungan timbal balik antara unsur-unsur pokok dalam sistem kenegaraan.
8. Hukum sebagai Perikelakuan Ajeg
Perikelakuan yang diulang-ulang dengan cara sama dan bertujuan untuk mencapai kedamaian.
9. Hukum sebagai Jalinan Nilai-Nilai
Jalinan dari konsep-konsep abstrak tentang apa yang baik dan buruk.
SISTEM HUKUM, KLASIFIKASI HUKUM, DAN PENGGOLONGAN HUKUM
SISTEM HUKUM
Sistem: sesuatu yang bersifat menyeluruh dan terstruktur, suatu tatanan, suatu kesatuan utuh yang terdiri dari
bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berkaitan erat satu sama lain.15
Sistem Hukum: suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur yang mempunyai interaksi satu sama lain dan
bekerja sama untuk mencapai tujuan kesatuan tersebut. Kesatuan tersebut diterapkan terhadap kompleks
unsur-unsur yuridis seperti peraturan hukum, asas hukum, dan pengertian hukum.16
Fungsi Sistem Hukum: menyelesaikan konflik yang terjadi di masyarakat.
Unsur/Elemen Sistem Hukum:
Keseluruhan aturan, kaidah, dan asas-asas yang dirumuskan dalam sistem pengertian.
Elemen operasional hukum, termasuk didalamnya organ-organ, pranata, lembaga, dan para pejabat
pelaksana hukum.
Keputusan-keputusan dan tidakan konkrit dari pejabat hukum maupun warga masyarakat yang
berhubungan dengan sistem pengertian.
SISTEM HUKUM DI DUNIA
Sistem Hukum Eropa Kontinental (Civil Law)
Ciri khas: kodifikasi,17 hukum tertulis, pemisahan jelas privat dan publik.
Negara: Perancis, Belanda, Indonesia.
Sistem Hukum Anglo Saxon (Common Law)
Ciri khas: yurisprudensi, asas precedent18, tidak ada pemisahan tegas privat dan publik
Negara: Amerika Serikat, Inggris (termasuk jajahannya).
Sistem Hukum Islam
Ciri khas: berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadits.
15 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Cahaya Atma Pusaka, 2010), hlm. 159. 16 Ibid., hlm. 159-160. 17 Kodifikasi >> pengelompokan hukum yang sejenis, contoh KUHP, BW, dsb >> ini pengertian dasar di PIH, nanti di semester
5 Ilmu Perundang-Undangan udah beda lagi, baca buku Ilmu Perundang-Undangan I oleh Prof. Maria Farida Indrati 18 Asas Precedent >> lihat stare decisis di bagian asas-asas hukum
Ingat, gelar anda ketika lulus adalah S.H. (Sarjana Hukum) bukan S.D. (Sarjana Diktat) baca juga referensi dari buku dan sumber
lain yang terpercaya serta dengarkanlah penjelasan dosen saat kuliah. Waspadalah, diktat ini bisa saja sesat!
© ADRIANUS ERYAN & PARTNERS | PENGANTAR ILMU HUKUM 4
Sistem Hukum Kanonik
Ciri khas: berdasarkan Alkitab dan Putusan Paus.
Sistem Hukum Adat
Ciri khas: terutama dari segi privat/perdata berdasarkan kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat, tidak
tertulis.
PEMBIDANGAN/PENGGOLONGAN/KLASIFIKASI HUKUM19
Berdasarkan Bentuknya
Tertulis, yaitu hukum yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan, misalnya UU Narkotika,
KUHP, dsb.
Tidak tertulis, misalnya hukum kebiasaan, hukum adat.
Berdasarkan Isi atau Kepentingannya
Privat
Mengatur hubungan antara subjek hukum dengan subjek hukum lain (kepentingan pribadi), sehingga
pihaknya adalah perorangan.
Contoh: hukum perdata, hukum ekonomi bisnis, hukum perdata internasional, dsb.
Publik
Mengatur hubungan antara penguasa (negara) dengan warganegaranya (kepentingan umum),
sehingga salah satu pihaknya adalah penguasa.
Contoh: hukum pidana, hukum tata negara, hukum administrasi negara, hukum internasional publik.
Berdasarkan Sifat atau Kekuatan Keberlakuannya
Hukum yang Mengatur (volunteer)
Mengatur hubungan antara individu yang berlaku apabila yang bersangkutan tidak menggunakan
alternatif lain yang dimungkinkan oleh hukum.
Contoh: rambu-rambu lalu lintas (tidak ada sanksi).
Hukum yang Memaksa (compulser)
Mutlak harus ditaati dengan sanksi yang mengikat.
Contoh: semua yang ada sanksi baik privat (perjanjian-perjanjian) maupun publik (pidana).
Berdasarkan Kriteria atau Fungsinya
Hukum Materiil (substantive law)
Secara isi berlaku umum mengenai apa yang dilarang dan apa yang dibolehkan.
Contoh: hukum pidana, hukum perdata.
Hukum Formil (adjective law)
Bagaimana cara melaksanakan dan mempertahankan hukum materiil.
Contoh: hukum acara pidana, hukum acara perdata.
Berdasarkan Sumbernya
Sumber Hukum Materiil
Sumber yang menentukan ISI suatu peraturan hukum.
Sumber Hukum Formil
Sumber yang menentukan BENTUK dari suatu peraturan hukum.
Berdasarkan Hubungan yang Diatur
Objektif
Hukum yang mengatur hubungan antara 2 orang atau lebih yang berlaku umum.
Contoh: perjanjian hutang-piutang.
Subjektif
Hukum yang mengatur kewenangan/hak yang diperoleh seseorang berdasarkan apa yang diatur oleh
hukum objektif dimana di pihak yang satu menimbulkan hak dan di pihak lain menimbulkan kewajiban.
Contoh: isi peraturan dalam perjanjian hutang-piutang diatas.
Berdasarkan Waktu Berlakunya
Ius Constitutum
19 Disarikan dari Soedikno, op.cit., hlm. 165-174.
Ingat, gelar anda ketika lulus adalah S.H. (Sarjana Hukum) bukan S.D. (Sarjana Diktat) baca juga referensi dari buku dan sumber
lain yang terpercaya serta dengarkanlah penjelasan dosen saat kuliah. Waspadalah, diktat ini bisa saja sesat!
© ADRIANUS ERYAN & PARTNERS | PENGANTAR ILMU HUKUM 5
Hukum yang telah ditetapkan, hukum yang berlaku saat ini, pada suatu tempat dan waktu tertentu
(hukum positif), misalnya KUHP di Indonesia
Ius Constituendum
Hukum yang masih dicita-citakan untuk diberlakukan atau ditetapkan di kemudian hari, misalnya RUU
KUHP (masih sebatas rancangan, belum menjadi UU, belum menjadi hukum)
Berdasarkan Tempat Berlakunya
Hukum Nasional
Berlaku dalam batas wilayah suatu negara itu saja.
Hukum Internasional
Mengatur hubungan antar negara dan berlakunya tidak dibatasi oleh wilayah suatu negara. Berlaku
secara universal baik secara keseluruhan maupun terhadap negara-negara yang mengikatkan dirinya
pada suatu perjanjian internasional, dapat juga berlaku secara nasional untuk perjanjian yang telah
diratifikasi.20
Berdasarkan Luas Berlakunya
Hukum Umum
Berlaku bagi setiap orang tanpa memandang statusnya.
Contoh: KUHP mengikat semua orang di Indonesia untuk tindak pidana.
Hukum Khusus
Berlaku hanya bagi golongan orang-orang tertentu saja
Contoh: SK (Surat Keputusan), putusan pengadilan yang sudah in kracht van gewijsde.21
TUJUAN HUKUM, TUGAS HUKUM, HUBUNGAN HUKUM DENGAN KEKUASAAN
TUJUAN HUKUM
Teori Etis
Hukum semata-mata bertujuan keadilan. Isi hukum ditentukan oleh keyakinan terhadap apa yang etis
dan apa tidak etis (Algra).
Hukum bertujuan mewujudkan keadilan (Geny)22
Konsep Keadilan menurut Aristoteles:
o Justitia Commutativa (sama rata, sama jumlah)
Contoh: setiap orang mendapatkan 1 karung beras saat pembagian sembako.
o Justitia Distributiva (proporsional sesuai hak)
Contoh: setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menuntut ilmu, mendapatkan
lapangan pekerjaan, dsb.
Teori Utilitarian
Menjamin kebahagian yang terbesar bagi manusia dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya (the
greatest good of greatest number) – Jeremy Bentham.23
20 Ratifikasi >> sumber hukum internasional (misalnya konvensi) yang disahkan dan diundangkan dalam hukum nasional,
contohnya Civil Liability Convention for Oil Pollution Damage tahun 1969, yang diratifikasi melalui Keputusan Presiden No.
18 Tahun 1978 21 In kracht van gewijsde >> atau seringkali hanya ditulis in kracht, berkekuatan hukum tetap (BHT) suatu putusan memiliki
kekuatan hukum tetap jika terhadapnya tidak dilakukan upaya hukum yang masih mungkin (banding, kasasi, peninjauan
kembali) atau sudah dilakukan semua upaya hukum sampai tidak ada lagi upaya hukum yang bisa dilakukan (sudah diajukan
banding, kasasi, bahkan sampai peninjauan kembali) 22 Francois Geny, ahli hukum Perancis “The Jurisprudence of Francois Geny, Villanova University School of Law” 23 Raymond Wacks, op.cit., hlm. 60-63. Bahwa perspektif-perspektif teori-teori tujuan hukum dapat digunakan untuk
menyelesaikan suatu permasalahan. Misalkan terdapat perdebatan apakah kloning manusia diperbolehkan menurut
hukum? Berdasarkan pendapat para Utilitarian, asalkan kloning itu membawa kebahagiaan yang terbesar bagi manusia, by
the greatest good of greatest number, maka sah-sah saja apabila kloning diperbolehkan. Berbeda halnya dengan pendapat
para Etis seperti Algra dan Geny, dimana bila kloning ini dianggap tidak etis, tidak mewujudkan keadilan, maka seharusnya
tidak diperbolehkan. Juga menurut pendapat Mochtar Kusumaatmadja, jika kloning tidak membuat terwujudnya ketertiban
maka akan dilarang. Sama halnya dengan Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, bila kloning tidak membuat
Ingat, gelar anda ketika lulus adalah S.H. (Sarjana Hukum) bukan S.D. (Sarjana Diktat) baca juga referensi dari buku dan sumber
lain yang terpercaya serta dengarkanlah penjelasan dosen saat kuliah. Waspadalah, diktat ini bisa saja sesat!
© ADRIANUS ERYAN & PARTNERS | PENGANTAR ILMU HUKUM 6
Teori Campuran
o Mochtar Kusumaatmadja, tujuan pokok hukum adalah ketertiban.
o Purnadi & Soerjono Soekanto, kedamaian hidup antar pribadi dan ketenangan intern
pribadi.
o Soebekti, mendatangkan kemamkmuran dan kebahagiaan bagi rakyatnya.
TUGAS HUKUM
Secara umum tugas kaidah hukum adalah menciptakan kedamaian hidup pribadi, kepastian, dan
kesebandingan24
Dikatakan DWI TUNGGAL karena pada kaidah umum/abstrak harus dapat dilaksanakan dua tugas tersebut
sekaligus. Dwi Tunggal maksudnya harus dapat dicapai selaras dan berbarengan
- Kaidah Hukum Umum mengutamakan kepastian
- Kaidah Hukum Individu mengutamakan kesebandingan
HUBUNGAN HUKUM DENGAN KEKUASAAN
- Hakekat kekuasaan: memaksakan kehendak pada orang lain
- Hukum memerlukan kekuasaan yang sah dan memiliki dasar, tapi kekuasaan bukan hukum
- Hukum perlu kekuasaan supaya dapat ditegakkan dan keduanya berjalan selaras
- Hukum tanpa kekuasaan = mandul
- Kekuasaan tanpa hukum = sewenang-wenang
- Hukum bersumber pada kekuasaan yang sah
DAS SEIN, DAS SOLLEN, HUBUNGAN HUKUM DENGAN NILAI, DAN ASAS
DAS SOLLEN – DAS SEIN
Das Sollen
Sesuatu yang dicita-citakan, diinginkan, diharapkan, dan yang seyogianya terjadi. Misal barangsiapa membeli
maka harus membayar
Das Sein
Peristiwa yang senyatanya terjadi secara konkrit.
Misal yang membeli suatu barang membayar = sejalan dengan Das Sollen
Misal yang membeli suatu barang tidak membayar = tidak sejalan dengan Das Sollen
- Das Sollen dan Das Sein menunjukkan kondisi sebab-akibat
- Kondisi ideal tercapai ketika Das Sollen dan Das Sein sejalan beriringan
- Hukum idealnya menginginkan supaya Das Sollen dan Das Sein selalu sejalan, namun hal tersebut
seringkali sulit direalisasikan dalam kenyataan
- Ketika Das Sollen dan Das Sein tidak dijalan, disitulah hukum “bertindak”
HUBUNGAN HUKUM DENGAN NILAI DAN ASAS
- Asas-asas hukum adalah aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum yang bersumber pada nilai yang
dianggap baik dan benar, namun masih bersifat abstrak dan umum
- Nilai-nilai yang dianggap baik tersebut melatarbelakangi terbentuknya kaidah hukum yang konkrit
termasuk bagaimana melaksanakan hukum tersebut
ASAS ASAS HUKUM
terwujudnya kedamaian hidup antar pribadi dan ketenangan inter, maka tidak sesuai dengan tujuan hukum dan dengan
demikian akan dilarang. It’s all about perspective. 24 Purnadi Purbacaraka, op.cit., hlm. 50-51.
Ingat, gelar anda ketika lulus adalah S.H. (Sarjana Hukum) bukan S.D. (Sarjana Diktat) baca juga referensi dari buku dan sumber
lain yang terpercaya serta dengarkanlah penjelasan dosen saat kuliah. Waspadalah, diktat ini bisa saja sesat!
© ADRIANUS ERYAN & PARTNERS | PENGANTAR ILMU HUKUM 7
Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali, Tidak ada suatu perbuatan dapat dihukum
tanpa adanya peraturan yang mengaturnya terlebih dahulu sebelum perbuatan dilakukan (asas
legalitas)
Lex specialis derogat legi generalis, Hukum yang khusus mengesampingkan hukum yang umum
Lex superior derogat legi inferior, Hukum yang lebih tinggi mengesampingkan hukum yang lebih
rendah tingkatannya
Lex posteriori derogat legi priori, Hukum yang lebih baru mengesampingkan hukum yang lama
Presumption of innocence, Asas praduga tak bersalah, seseorang tidak boleh dianggap bersalah
sebelum dapat dibuktikan sebaliknya
Unus testis nullus testis, Satu saksi bukanlah saksi (digunakan dalam hukum acara pidana)
In dubio pro reo, Dalam keraguan, hakim menggunakan hukum yang lebih ringan terhadap terdakwa
Ne bis in idem, Perkara yang sama tidak dapat diadili 2x
Stare decisis et quieta non movere, Seorang hakim terikat pada putusan hakim sebelumnya yang
telah in kracht mengenai perkara yang sama (the binding force of precedent). Stare decisis = law made
by judges
Fictie hukum, Setiap orang dianggap telah mengetahui isi UU saat tercatat pada lembaran
negara/diundangkan
Asas publisitas, Negara bertanggung jawab untuk menyebarluaskan/mempublikasikan UU sebelum
diundangkan sehingga warga negara mengetahui isi UU tersebut
Pacta sunt servanda, Setiap perjanjian menjadi hukum yang mengikat bagi para pihak yang
bersangkutan dalam perjanjian tersebut
No punishment without guilt, Seseorang tidak dapat dihukum jika tidak terbukti melakukan
kesalahan
Lex dura sed temen scripta, Peraturan hukum itu keras karena memang demikianlah sifatnya
Ius curia novit, Hakim dianggap mengetahui hukum
Audi et alteram partem, Hakim harus mendengar para pihak yang bersengketa secara seimbang
sebelum menjatuhkan putusannya
Similia similibus, Perkara yang sama diadili dengan ketentuan yang sama
Judex ne procedat ex officio, Hakim bersifat menunggu datangnya tuntutan hak diajukan kepadanya
Mutatis mutandis, Dengan perubahan-perubahan yang diperlukan
Speedy trial, Peradilan dilakukan dengan cepat, sederhana, dan berbiaya ringan
FUNGSI ASAS HUKUM DALAM SISTEM HUKUM
1. Menjaga ketaatan/konsistensi
Contoh: asas ius curia novit, hakim dianggap mengetahui hukum dan tidak boleh menolak perkara
dengan alasan tidak mengetahui hukumnya. Hakim yang menolak perkara dengan alasan tidak
mengetahui hukumnya dapat dipidana25
2. Menyelesaikan konflik yang terjadi dalam masyarakat
Contoh: dokter yang dituduh melakukan malpraktek hingga pasiennya meninggal, tidak semata-mata
langsung dijatuhkan pasal mengenai pembunuhan dalam pidana, namun harus ditentukan dulu apakah
benar ia melakukan malpraktek melalui UU Kesehatan dan Kode Etik Kedokteran sesuai asas lex
specialis derogat legi generalis
3. Social Engineering
Contoh: pada masa kolonial kaum pribumi tidak boleh didampingi penasehat hukum, hingga terjadi
pergeseran nilai-nilai melalui social engineering/rekayasa sosial dan sekarang siapapun dapat
didampingi penasehat hukum
PENGERTIAN, TUJUAN, PERBEDAAN KAIDAH HUKUM DAN KAIDAH SOSIAL
25 Pasal 5 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, “Hakim dan Hakim Konstitusi wajib menggali,
mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat”
Ingat, gelar anda ketika lulus adalah S.H. (Sarjana Hukum) bukan S.D. (Sarjana Diktat) baca juga referensi dari buku dan sumber
lain yang terpercaya serta dengarkanlah penjelasan dosen saat kuliah. Waspadalah, diktat ini bisa saja sesat!
© ADRIANUS ERYAN & PARTNERS | PENGANTAR ILMU HUKUM 8
PENGERTIAN KAIDAH
Kaidah adalah pedoman untuk bersikap tindak dalam hidup.26
Sudikno memberikan definisi kaidah sebagai pedoman sikap tindak dalam hidup yang seyogianya dilakukan
atau yang seyogianya tidak dilakukan. Bentuknya dapat tertulis maupun lisan.27
Hakekat Kaidah adalah perumusan suatu pandangan (ordeel)28
Sumber Kaidah adalah hasrat atau keinginan untuk hidup pantas atau hidup yang seyogianya (behoorlijk)29
Secara umum ada 2 macam tata kaidah:30
1. Aspek Hidup Pribadi
- Kaidah Kepercayaan, mencapai kesucian hidup pribadi atau kehidupan beriman (devout life)
- Kaidah Kesusilaan, (sitllichkeit) mencapai kebaikan hidup pribadi berdasarkan nurani dan akhlak.
2. Aspek Hidup Antar-Pribadi
- Kaidah Kesopanan, (sitte) bertujuan mencapai keselarasan hidup bersama
- Kaidah Hukum, bertujuan mencapai kedamaian hidup bersama (ketertiban dan keamanan dalam
proses interaksi antar individu dalam kelompok, serta ketentraman dalam diri batiniah masing-
masing individu, peaceful living together)
PERBEDAAN KAIDAH HUKUM DENGAN KAIDAH LAINNYA
PEMBEDA KEPERCAYAAN KESUSILAAN KESOPANAN KAIDAH HUKUM
Tujuan penyempurnaan hidup manusia ketertiban masyarakat
Isi ditujukan pada sikap batin ditujukan pada sikap lahir
Asal-Usul Tuhan hati nurani kekuasaan luar yang memaksa
Sanksi dari Tuhan (dosa) dari diri sendiri
(perasaan
bersalah)
dari masyarakat
(secara tidak resmi)
dari masyarakat
(secara resmi)
Daya Kerja membebani
kewajiban
membebani
kewajiban
membebani
kewajiban
membebani
kewajiban dan
melindungi hak
Ruang
Lingkup
Pribadi antar-pribadi
Kaidah kepercayaan, kesusilaan, dan sopan santun hanya membebani manusia dengan kewajiban-kewajiban
saja. Namun kaidah hukum tidak hanya membebani kewajiban namun juga melindungi hak individu.31
Kaidah Fundamental
Bagaimana manusia seharusnya bersikap tindak sesuai dengan tata kaidah yang mengaturnya
Contoh: manusia seharusnya tidak mencuri barang milik sesamanya
Kaidah Aktual
Memberikan pedoman mengenai sikap tindak (tidak selalu identik dengan UU)
Contoh: adanya UU yang mengatur tentang hukuman bagi tindakan pencurian, dengan harapan manusia tidak
melakukan tindakan pencurian seperti yang ada dalam kaidah fundamental
26 Purnadi Purbacaraka, op.cit., hlm. 6. 27 Lebih lanjut yaitu pedoman atau peraturan hidup yang menentukan bagaimana manusia harus bertingkah laku dalam
masyarakat agar tidak merugikan orang lain dan dirinya sendiri. Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar,
(Yogyakarta: Penerbit Cahaya Atma Pustaka, 2010), hlm. 5. 28 Purnadi Purbacaraka, op.cit. 29 Ibid., hlm. 7. 30 Ibid. 31 Sudikno Mertokusumo, op.cit., hlm. 17.
Ingat, gelar anda ketika lulus adalah S.H. (Sarjana Hukum) bukan S.D. (Sarjana Diktat) baca juga referensi dari buku dan sumber
lain yang terpercaya serta dengarkanlah penjelasan dosen saat kuliah. Waspadalah, diktat ini bisa saja sesat!
© ADRIANUS ERYAN & PARTNERS | PENGANTAR ILMU HUKUM 9
Tujuan hukum adalah kedamaian hidup antar-pribadi. Kedamaian adalah suatu keadaan yang sebagai
pengertian mencakup dua hal yaitu ketertiban atau keamanan (orde) dan ketentraman atau ketenangan
(rust).32 Setelah menguraikan hal istilah kedamaian atau damai, maka akan ditelaah masalah kaidah pokok atau
kaidah dasar (grundnorm) >> Hans Kelsen
TEORI HANS KELSEN
Reine Rechtslehre/The Pure Theory of Law
Menurut Kelsen, hukum adalah suatu sistem norma. Hukum dibersihkan dari faktor-faktor politis, sosiologis,
filosofis, dll yang mempengaruhi hukum. Metode pengkajian tidak boleh dicampuradukkan dengan metode
pengkajian ilmu-ilmu lain, sehingga makna dan hakekat ilmu hukum terpelihara. (The Pure Theory of Law –
Hans Kelsen)33
Stufentheorie
Setiap tata hukum suatu negara merupakan susunan (hierarki) kaidah-kaidah (stufenbau) yang semuanya
berasal dari kaidah dasar (grundnorm). Grundnorm menjadi kaidah dasar hipotesis yang lebih tinggi dan
bukan merupakan kaidah positif, tetapi merupakan kaidah yang dihasilkan dari pemikiran yuridis yang
aktualisasinya dalam tingkatan dibawahnya menjadi hukum positif
GRUNDNORM PANCASILA
MENGAPA KAIDAH HUKUM HARUS ADA?
Ketiga kaidah lain belum cukup meliputi dan mengatur keseluruhan hidup manusia
Contoh: pembuatan KTP, pencatatan akta kelahiran, kontrak kerja, dsb
Kemungkinan hidup bersama menjadi kurang pantas jika hanya diatur oleh ketiga kaidah
Contoh: mencurigai seseorang (bertentangan dengan kaidah kesusilaan), menunjukkan sikap kecurigaan
terhadap seseorang (bertentangan dengan kaidah kesopanan), saat terjadi pencurian harus ada pihak
yang dicurigai dan disertakan bukti atas kecurigaan tersebut, tanpa kaidah hukum maka perkara
tumpang tindih antar kaidah tersebut tidak dapat diselesaikan
ISI, SIFAT, DAN ESSENSIALIA KAIDAH HUKUM
ISI KAIDAH HUKUM34
a. Gebod (Suruhan)
32 Purnadi Purbacarakan, op.cit., hlm. 20. 33 Ibid., hlm. 21. Baca lebih lanjut di http://plato.stanford.edu/entries/lawphil-theory/ 34 Untuk lebih mudah memahami keseluruhan segmen ini, baca dari Purnadi Purbacaraka, op.cit., hlm. 34-38.
Konstitusi
Kaidah
Umum- Abstrak
Kaidah
Individual-Konkrit
UUD 1945
UU/Perpu, PP,
Perda
Ketetapan, Keputusan
Pengadilan
Ingat, gelar anda ketika lulus adalah S.H. (Sarjana Hukum) bukan S.D. (Sarjana Diktat) baca juga referensi dari buku dan sumber
lain yang terpercaya serta dengarkanlah penjelasan dosen saat kuliah. Waspadalah, diktat ini bisa saja sesat!
© ADRIANUS ERYAN & PARTNERS | PENGANTAR ILMU HUKUM 10
Kaidah yang berisi suruhan untuk berbuat sesuatu (ciri-ciri: ada kewajiban)
Contoh: Pasal 45 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974, mewajibkan orangtua untuk memelihara dan mendidik
anak-anak mereka dengan sebaik-baiknya
b. Verbod (Larangan)
Kaidah yang berisi larangan untuk melakukan sesuatu (ciri-ciri: ada larangan)
Contoh: Pasal 8 UU No. 1 Tahun 1974, tentang larangan perkawinan
c. Mogen (Kebolehan)
Kaidah yang berisi kebolehan, dilakukan boleh, tidak juga tidak ada sanksi (ciri-ciri: tidak ada larangan
& kewajiban)
Contoh: Pasal 29 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974, bahwa pihak yang melakukan perkawinan boleh
mengadakan perjanjian tertulis, asal tidak melanggar batas-batas hukum, agama, dan kesusilaan
SIFAT KAIDAH HUKUM
Imperatif, Memaksa secara apriori35 yang bersifat imperatif adalah Gebod dan Verbod
Fakultatif, Tidak harus dilakukan, yang bersifat fakultatif adalah Mogen
PERUMUSAN KAIDAH HUKUM36
Dalam perumusan harus dibedakan antara Rules of Law dan Legal Norm
Rules of Law
Pandangan-pandangan hipotetis (hypothetical judgments) yang menyatakan, bahwa menurut tata
kaedah hukum nasional atau internasional, akibat-akibat ata konsekuensi-konsekuensi tertentu harus
terjadi sesuai dengan tata kaedah tersebut.
o Kaidah hukum hasil ciptaan hipotesis dan pandangan orang pada umumnya, merupakan suatu
fungsi pemahaman hukum.
Legal Norm
Putusan pejabat hukum yang harus ditaati oleh subjek hukum
o Kaidah hukum hasil ciptaan pejabat hukum, memiliki kekuatan hukum yang mengikat,
merupakan suatu fungsi pejabat hukum.
ESSENSIALIA KAIDAH HUKUM
Kaidah Hukum dikatakan memaksa karena dapat menyebabkan terjadinya paksaan oleh:
- Diri sendiri, yakni kebutuhan manusia untuk hidup bersama (gregariousness)37
- Pihak lain, yang karena kaidah hukum mendapat wewenang untuk melakukan paksaan, misalnya polisi,
hakim, jaksa, dsb
Sifat memaksa bukanlah essensi dari kaidah hukum
Essensi dari kaidah hukum adalah membatasi.38
KEBERLAKUAN DAN PENYIMPANGAN KAIDAH HUKUM
KEBERLAKUAN KAIDAH HUKUM39
Kekuatan berlaku secara Yuridis
Mempunyai kekuatan berlaku yuridis apabila persyaratan formal terbentuknya kaidah hukum tersebut
telah terpenuhi
o Hans Kelsen, mempunyai kekuatan berlaku yuridis, jika penerapannya didasarkan pada kaidah
yang lebih tinggi tingkatannya
35 Mau tidak mau harus dilakukan, memaksa, tidak boleh tidak. 36 Lebih lanjut baca dari Purnadi Purbacaraka, op.cit., hlm. 40-48. 37 Gregariousness >> naluri manusia untuk selalu hidup bersama 38 Purnadi Purbacaraka, op.cit., hlm. 56-59. 39 Ibid., hlm. 87-94.
Ingat, gelar anda ketika lulus adalah S.H. (Sarjana Hukum) bukan S.D. (Sarjana Diktat) baca juga referensi dari buku dan sumber
lain yang terpercaya serta dengarkanlah penjelasan dosen saat kuliah. Waspadalah, diktat ini bisa saja sesat!
© ADRIANUS ERYAN & PARTNERS | PENGANTAR ILMU HUKUM 11
o Zevenbergen, mempunyai kekuatan berlaku yuridis, jika kaidah tersebut terbentuknya menurut
cara yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan
o Logemann, mempunyai kekuatan berlaku yuridis, apabila menunjukkan hubungan keharusan
antara suatu kondisi dan akibatnya
Kekuatan berlaku secara Sosiologis
Intinya pada efektivitas atau hasil guna kaidah hukum dalam kehidupan bersama (berlaku/diterimanya
hukum dalam masyarakat) terlepas dari kenyataan apakah peraturan tersebut terbentuk menurut
persayaratan formal atau tidak
o Teori Kekuatan, mempunyai kekuatan berlaku sosiologis, bila dipaksakan berlakunya, terlepas
diterima/tidak oleh warna negara
o Teori Pengakuan, mempunyai kekuatan berlaku sosiologis, bila diterima dan diakui oleh warga
masyarakat
Kekuatan berlaku secara Filosofis
Apabila sesuai dengan cita-cita hukum sebagai nilai positif yang tertinggi untuk ketertiban masyarakat.
Agar berfungsi, kaidah hukum harus memenuhi ketiga unsur diatas
o Gebiedsleer, Jika suatu kaidah hukum telah memenuhi kaidah-kaidah dasar keberlakuan, maka
sasaran kaidah tersebut secara formal terdiri dari
1. Lingkup Laku Wilayah (dibentuk dan diberlakukan dalam batas tempat tertentu)
- Hukum Nasional
- Hukum Internasional
- Hukum Regional
2. Lingkup Laku Pribadi (dibentuk dan ditujukan kepada subjek tertentu)
- Hukum yang berlaku bagi semua warga negara
- Hukum yang berlaku bagi suatu golongan tertentu
- Hukum antar golongan
3. Lingkup Laku Masa (memiliki keberlakuan dalam jangka waktu tertentu)
- Ius Constitutum (Hukum Positif)
- Ius Constituendum (Hukum yang masih dicita-citakan, misal RUU)
4. Lingkup Laku Ikhwal (ketika dibentuk dan diberlakukan maka akan memuat sasaran
ikhwal/objek tertentu) lebih lanjut lagi penggolongan dalam hukum privat/publik
Contoh : Aturan perdagangan unggas di Indonesia
Sasaran : Perdagangan unggas
PENYIMPANGAN KAIDAH HUKUM
Sikap tindak diluar batas patokan dan pedoman dari kaidah hukum
Penyimpangan dapat berupa
Pengecualian/Dispensasi
Penyimpangan dari pedoman dengan dasar yang jelas dan sah
o Pembenaran (Rechtvaardigingsgrond)
Misalnya dalam hukum pidana:
1. Noodtoestand
Keadaan darurat dimana hukum tidak dapat diterapkan karena adanya pertentangan
antara kepentingan hukum dan kewajiban hukum.40
Contoh >> 2 orang yang hanyut di laut berebut sebatang kayu yang hanya dapat menahan
1 orang saja. Apabila terjadi perkelahian hingga ada orang yang tidak selamat (tenggelam)
maka orang yang selamat tidak dapat dihukum. Hukum yang berlaku saat itu adalah hukum
alam (survival of the fittest)
2. Wettelijk Voorschrift
40 Untuk memahami noodtoestand, harus terlebih dahulu memahami overmacht atau keadaan memaksa. Noodtoestand >>
overmacht yang terjadi bukan karena perbuatan-perbuatan manusia, melainkan karena keadaan-keadaan tertentu. Baca
lebih lanjut di P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti 1997), hlm. 427-462.
Ingat, gelar anda ketika lulus adalah S.H. (Sarjana Hukum) bukan S.D. (Sarjana Diktat) baca juga referensi dari buku dan sumber
lain yang terpercaya serta dengarkanlah penjelasan dosen saat kuliah. Waspadalah, diktat ini bisa saja sesat!
© ADRIANUS ERYAN & PARTNERS | PENGANTAR ILMU HUKUM 12
Misalnya pada Pasal 50 KUHP “Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan
ketentuan undang-undang, tidak dipidana.” Perbuatan yang dilaksanakan atas dasar
wewenang yang sah dan dilindungi oleh hukum, sehingga tidak dapat dihukum.41
Contoh >> algojo yang melaksanakan hukuman mati
o Bebas Kesalahan (Schuldopheffingsgrond)
Apa yang dilakukan dapat dikatakan melanggar dan termasuk kesalahan, namun dilakukan
atas dasar terpaksa dan diluar kehendaknya (overmacht)42 sehingga meskipun melakukan
kesalahan, ia dapat bebas dari kesalahan tersebut
Contoh >> seseorang yang ditodong dengan senjata api namun berhasil melawan dan
memukul penodongnya hingga kabur. Perbuatannya memukul si penodong (noodweer)43 tidak
dapat dikatakan sebagai kesalahan karena dilakukan atas dasar overmacht. Kecuali jika
pembelaannya berlebihan (noodweer excess)44 tetap dapat dihukum.
Penyelewengan Delik/Perbuatan Salah
Penyimpangan dari pedoman tanpa mempunyai dasar yang sah. Perbuatan Salah ini dapat
dikenakan sanksi
Sanksi dalam arti sempit : hukuman
Sanksi dalam arti luas : ada 3 macam
o Pemulihan Keadaan
Contoh:
1. A hutang kepada B, namun A tidak mau mengembalikan uang kepada B
2. Hakim dapat memaksa A melunasi hutangnya sehingga harta B pulih keadaannya
o Pemenuhan Keadaan
Contoh:
1. X membeli mobil dari Y, setelah X menyerahkan uang, Y tidak menyerahkan mobil
2. Y dapat dipaksa menyerahkan mobil tersebut oleh hakim
3. Sehingga terpenuhi X sebagai pemilik barang (mobil) yang baru
o Hukuman dalam arti luas
Contoh:
1. Perdata : ganti rugi
2. Pidana : siksaan
3. HTN/HAN : skorsing, pemecatan
PENGERTIAN DASAR DALAM SISTEM HUKUM
MASYARAKAT, SUBJEK, PERANAN, PERISTIWA, HUBUNGAN, DAN OBJEK HUKUM
Secara Berurutan
Masyarakat Hukum >> Subjek Hukum >> Peranan Hukum >> Peristiwa Hukum >> Hubungan Hukum >>
Objek Hukum45
MASYARAKAT HUKUM
41 Ibid., hlm. 511-534. 42 Overmacht >> daya paksa (misal dalam keadaan ditodong oleh senjata api, tidak punya pilihan lain, maka orang tersebut
ada dalam overmacht, keadaan daya paksa dan diluar kehendaknya), Ibid., hlm. 427-440. 43 Noodweer >> bela paksa (misal orang yang ditodong membela diri dengan memukul si penodong, perbuatannya ini
dinamakan noodweer yaitu membela diri pada saat ada dalam keadaan overmacht), Ibid., hlm. 463-499. 44 Noodweer Excess >> bela paksa yang berlebihan, dapat dihukum (misal memukuli penodongnya sampai luka parah dan
mati), Ibid., hlm. 500-508. 45 Lebih lengkap dapat dibaca pada Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka, Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum,
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993), hlm. 39-44.
Ingat, gelar anda ketika lulus adalah S.H. (Sarjana Hukum) bukan S.D. (Sarjana Diktat) baca juga referensi dari buku dan sumber
lain yang terpercaya serta dengarkanlah penjelasan dosen saat kuliah. Waspadalah, diktat ini bisa saja sesat!
© ADRIANUS ERYAN & PARTNERS | PENGANTAR ILMU HUKUM 13
Keteraturan anggota masyarakat dengan sistem hukumnya sendiri. Hubungannya dapat berupa relasi
(abstrak) dan komunikasi (konkrit)
Contoh: relasi di dalam kelas, dosen dan mahasiswa, komunikasi ketika ada yang saling berinteraksi dalam
relasi tersebut.
SUBJEK HUKUM
Segala sesuatu yang dapat memiliki hak dan kewajiban menurut hukum
Dibagi menjadi 2
Manusia (natuurlijk persoon) >> manusia sebagai pembawa hak dan kewajiban sejak lahir hingga
meninggal selalu punya hak dan kewajiban
Badan Hukum (rechtspersoon) >> pribadi ciptaan hukum, dibuat oleh manusia sesuai kebutuhan
Sifat Subjek Hukum - Manusia
Mandiri, mempunyai kemampuan penuh untuk bersikap tindak (cakap)
Terlindung, jika dianggap tidak mampu bersikap tindak, maka tidak dapat dihukum (misalnya orang
cacat mental, orang gila, anak dibawah umur, dsb)
Perantara, sikap tindaknya dibatasi sebatas kepentingan pihak yang diantarainya (kepentingan
pengampu dibatasi oleh kepentingan orang yang diampunya)
- Wali: bagi yang belum dewasa
- Pengampu: bagi yang sudah dewasa tapi akal pikiran tidak sehat
Badan Hukum
Alasan dibentuknya badan hukum
Adanya suatu kebutuhan untuk memenuhi kepentingan tertentu atas dasar kegiatan yang dilakukan
bersama (produksi, distribusi, dsb)
Adanya tujuan idiil yang perlu dicapai tanpa tergantung pada pribadi kodrati sebagai perorangan
(tujuan badan hukum misalnya: mencari keuntungan, dsb)
Badan Hukum dibagi 2, Privat dan Publik
Teori yang digunakan sebagai syarat badan hukum untuk menjadi subjek hukum
- Teori Fictie, bahwa badan hukum adalah suatu rekayasa, tidak nyata (Von Savigny)
- Teori Kekayaan Bertujuan, bahwa badan hukum memiliki kekayaan yang terpisah dengan kekayaan
pemilik maupun anggotanya (Alois von Brinz)
- Teori Pemilikan, hak dan kewajiban badan hukum terpisah dengan hak dan kewajiban pemilik
maupun anggotanya, (Planiol dan Molengraaf)
- Teori Organ, bahwa dalam suatu badan hukum ada organ-organ didalamnya yang menjalankan hak
dan kewajibannya (Otto von Gierke)
PERANAN HUKUM
- HAK, adalah peranan yang fakultatif, boleh tidak dilaksanakan (contoh hak, buruh minta gaji)
- KEWAJIBAN, adalah peranan yang imperatif, harus dilaksanakan (contoh kewajiban, buruh bekerja
supaya mendapat gaji)
Hak dan Kewajiban selalu berhadapan dan berdampingan
Berhadapan
A wajib melunasi hutang kepada B
B berhak menagih hutang kepada A
Berdampingan
o A menagih hutang kepada B didampingi kewajiban A untuk tidak menyalahgunakan kewajibannya,
misal mengancam dengan mengirimkan penagih hutang atau membebani dengan bunga yang sangat
tinggi
Ingat, gelar anda ketika lulus adalah S.H. (Sarjana Hukum) bukan S.D. (Sarjana Diktat) baca juga referensi dari buku dan sumber
lain yang terpercaya serta dengarkanlah penjelasan dosen saat kuliah. Waspadalah, diktat ini bisa saja sesat!
© ADRIANUS ERYAN & PARTNERS | PENGANTAR ILMU HUKUM 14
o B berkewajiban melunasi hutang didampingi hak untuk melawan gangguan terhadap pelunasan
hutang tersebut
Hak dan Kewajiban dapat dibedakan menjadi
- Searah/Relatif
Hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subjek hukum dan berlaku hanya oleh subjek hukum tertentu,
misal: perjanjian hutang-piutang A dan B, maka B hanya melunasi hutang kepada A saja, dan A hanya
menagih hutang kepada B saja (dengan siapa mereka mengadakan perjanjian)
- Jamak/Absolut
Hak yang dimiliki subjek hukum dan berlaku untuk semua
Contoh: hak milik, hak memungut pajak, hak suami-istri, hak anak-orangtua, hak kebendaan, hak
immateriil, dsb.
PERISTIWA HUKUM
Peristiwa yang membawa akibat yang diatur oleh hukum, peristiwa yang menimbulkan adanya perkembangan
hukum. Ada 3 kelompok peristiwa hukum
Keadaan Bersegi
o Alamiah: siang dan malam
o Kejiwaan: normal dan abnormal
o Sosial: keadaan darurat (noodtoestand)46
Kejadian
o Bencana Alam (force majeure)47
Sikap Tindak
o Sikap tindak menurut hukum (taat pada hukum)
o Sikap tindak melanggar hukum
- Menyalahgunakan kekuasaan
- Merampas/mengganggu hak-hak orang lain
- Peristiwa yang melanggar ketentuan pidana, perdata, dsb
o Sikap tindak lainnya, misalnya perjanjian jual beli
HUBUNGAN HUKUM
Hubungan antara 2 subjek hukum atau lebih dimana hak dan kewajiban disatu pihak berhadapan dengan hak
dan kewajiban pihak lain
a. Hubungan sederajat: suami-istri
Hubungan tidak sederajat: anak-orangtua
b. Hubungan timbal balik dan timpang bukan sepihak
Satu pihak punya hak saja dan satu pihak punya kewajiban saja (misal membayar pajak, rakyat hanya
punya kewajiban membayar pajak, dan negara punya hak memungut pajak)
Macam Hubungan Hukum
Bersegi 1
Pihak yang satu hanya punya hak dan pihak yang lain hanya punya kewajiban (contoh: pajak)
Bersegi 2
Kedua pihak masing-masing berhak meminta sesuatu dari pihak lain dan berkewajiban memberi
sesuatu pada pihak lain (contoh: jual beli, satu pihak wajib membayar baru berhak menerima barang,
pihak lainnya berhak menerima pembayaran dan berkewajiban menyerahkan barang)
OBJEK HUKUM
46 Lihat pada Bab “Penyimpangan Kaidah Hukum” 47 Force Majeure >> Keadaan yang tidak dapat dihindarkan seperti bencana alam, ada orang yang tiba-tiba meninggal, dsb.
Ketika terjadi force majeure seseorang dapat lepas dari segala kewajibannya, seperti dalam perjanjian sewa menyewa rumah
jika suatu saat rumah tersebut hancur oleh gempa, si penyewa dibebaskan dari kewajiban membayar sewa
Ingat, gelar anda ketika lulus adalah S.H. (Sarjana Hukum) bukan S.D. (Sarjana Diktat) baca juga referensi dari buku dan sumber
lain yang terpercaya serta dengarkanlah penjelasan dosen saat kuliah. Waspadalah, diktat ini bisa saja sesat!
© ADRIANUS ERYAN & PARTNERS | PENGANTAR ILMU HUKUM 15
Kepentingan dari subjek hukum atau segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum dan bisa menjadi pokok
dari suatu hubungan hukum
- Materiil: berwujud benda yang nyata, misalnya laptop, motor, dsb.
- Immateriil: berupa sesuatu yang memiliki daya guna kebermanfaatan, misalnya listrik, pulsa, hak cipta,
dsb.
PERBUATAN HUKUM
Setiap tindakan subjek hukum yang mempunyai akibat hukum, dan akibat hukum itu memang dikehendaki
oleh subjek hukum
Contoh >> jual-beli, sewa-menyewa, hutang-piutang, dsb
Dibagi menjadi 2 jenis
Perbuatan Hukum Bersegi 1
Dilakukan oleh 1 pihak saja, misalnya pewarisan, pengakuan anak, dsb
Perbuatan Hukum Bersegi 2
Dilakukan 2 pihak atau lebih, misalnya perjanjian utang-piutang, jual beli, dsb
AKIBAT HUKUM
Akibat atas suatu persitiwa hukum atau perbuatan dari subjek hukum, dibagi menjadi 3
Lahirnya, berubahnya, atau lenyapnya suatu keadaan hukum tertentu
o Orang gila dibawah pengampuan, melenyapkan kecakapan hukumnya
o Seorang anak baru saja berusia 21 tahun, menjadi cakap bertindak
Lahirnya, berubahnya, atau lenyapnya suatu hubungan hukum tertentu
o Sejak perjanjian hutang-piutang ditandatangani, terjadi perikatan diantara kedua pihak
Sanksi, yang tidak dikehendaki oleh subjek hukum
o Sanksi Pidana (Pasal 10 KUHP, pidana pokok, dan pidana tambahan)
o Sanksi Perdata (berdasarkan wanprestasi atau perbuatan melawan hukum)
o Sanksi Administrasi (misalnya pembekuan izin usaha, pencabutan izin mendirikan bangunan)
PERBUATAN MELAWAN HUKUM (ONRECHTMATIGEDAAD)
Suatu perbuatan digolongkan sebagai PMH/Perbuatan Melawan Hukum apabila
1. Menimbulkan pelanggaran terhadap hak orang lain atau bertentangan dengan kewajiban hukum si
pelaku
2. Melanggar kesusilaan maupun kepantasan yang layak dalam pergaulan masyarakat terhadap orang
lain maupun benda milik orang lain
SUMBER HUKUM POSITIF MATERIIL DAN FORMIL
SUMBER HUKUM
Adalah tempat dimana dapat menemukan/menggali hukum
- Sebagai asas hukum, sebagai sesuatu yang merupakan permulaan hukum (kehendak Tuhan, akal
manusia, jiwa bangsa, dsb)
- Menunjukkan hukum terdahulu yang memberi pedoman kepada hukum yang sekarang berlaku (misal
asal mula civil law dari hukum Perancis, hukum Romawi, dsb)
- Sebagai sumber berlakunya, yang memberi kekuatan berlakunya hukum secara formal kepada
peraturan hukum (dari penguasa, dari masyarakat seperti hukum adat)
- Sebagai sumber dari mana kita dapat mengenal hukum (UU, dokumen, dsb)
- Sebagai sumber yang menimbulkan hukum
ALGRA membagi sumber hukum menjadi 2, materiil dan formil
Sumber Hukum Materiil
Ingat, gelar anda ketika lulus adalah S.H. (Sarjana Hukum) bukan S.D. (Sarjana Diktat) baca juga referensi dari buku dan sumber
lain yang terpercaya serta dengarkanlah penjelasan dosen saat kuliah. Waspadalah, diktat ini bisa saja sesat!
© ADRIANUS ERYAN & PARTNERS | PENGANTAR ILMU HUKUM 16
Tempat dari mana materi hukum itu diambil, merupakan faktor yang mempengaruhi terbentuknya
hukum, contohnya
o Hubungan sosial
o Kekuatan politik
o Situasi sosial ekonomi
o Keadaan geografis
o Tradisi (pandangan keagamaan, masyarakat)
o Penelitian ilmiah (kriminologi,48 dsb)
Sumber Hukum Formil
Tempat dari mana suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum, atau tempat dimana hukum dapat
ditemukan, berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum formal berlaku,
contohnya
o Undang-Undang
o Kebiasaan masyarakat adat
o Traktat/Perjanjian Internasional (perjanjian yang diadakan antara 2 negara atau lebih, traktat
hanya berlaku setelah diratifikasi49 oleh presiden melalui DPR)
o Yurisprudensi (putusan hakim terdahulu yang telah in kracht dan diikuti oleh hakim kemudian
mengenai masalah yang sama)
o Doktrin (pendapat para ahli hukum)
Sumber Hukum dapat juga dibedakan dari bentuknya
- Tertulis (KUHP, BW, UU)
- Tidak Tertulis (hukum adat)
- Tercatat (tertulis tapi tidak diundangkan dalam lembaran negara dan tidak dijadikan UU, misalnya
KHI/Kompilasi Hukum Islam)
UNDANG-UNDANG
- Secara teknis UU dibuat oleh badan legislatif (DPR)
- Semua orang dianggap tahu isi UU sejak diundangkan50
- UU Indonesia selalu dimulai dari angka 1 setiap tahunnya
- UU berlaku 30 hari sejak disahkan, guna jeda 30 hari adalah untuk menunggu nomor lembaran negara
saat diundangkan
- Masa berlaku UU jika tidak disebutkan didalamnya, adalah sampai ada UU baru yang menggantikan
- Ada beberapa UU yang keberlakuannya memiliki jangka waktu tertentu
UU dalam arti Materiil
Merupakan keputusan/ketetapan penguasa yang dilihat dari isinya disebut UU dan mengikat setiap orang
secara umum
UU dalam arti Formil
Merupakan ketetapan penguasa yang memperoleh sebutan UU karena cara pembentukannya
PERBEDAAN UU MATERIIL-FORMIL DAN SUMBER HUKUM MATERIIL-FORMIL
- Sumber hukum lebih general, karena UU pun termasuk sumber hukum
- UU lebih spesifik untuk mengatur dan menetapkan suat hal
48 Kriminologi >> berasal dari kata crimen yang berarti kejahatan dan logos yang berarti ilmu. Kriminologi secara garis besar
adalah ilmu yang mempelajari tentang kejahatan atau tindak kriminal terutama dari sudut pandang pelakunya. 49 Ratifikasi >> pengesahan suatu dokumen negara oleh parlemen, khususnya pengesahan undang-undang, perjanjian
antarnegara, dan persetujuan hukum internasional. Perjanjian internasional yang telah diratifikasi berlaku sebagai UU bagi
negara yang terlibat dalam perjanjian tersebut 50 Diundangkan berarti saat seluruh syarat formil UU terpenuhi dan dicatat dalam lembaran negara (staatgezette)
Ingat, gelar anda ketika lulus adalah S.H. (Sarjana Hukum) bukan S.D. (Sarjana Diktat) baca juga referensi dari buku dan sumber
lain yang terpercaya serta dengarkanlah penjelasan dosen saat kuliah. Waspadalah, diktat ini bisa saja sesat!
© ADRIANUS ERYAN & PARTNERS | PENGANTAR ILMU HUKUM 17
YURISPRUDENSI, ASAS PERADILAN, DAN ALIRAN DALAM PENEGAKAN HUKUM
YURISPRUDENSI51
Yurisprudensi berasal dari bahasa Latin Jursiprudentia yang artinya “pengetahuan hukum” (rechstgeleerdheid)
Yurisprudensi dalam bahasa Indonesia sama artinya dengan kata Jurisprudentie (Belanda) dan Jurisprudence
(Perancis) yang berarti peradilan tetap atau hukum peradilan
Jurisprudence (Inggris) berarti teori ilmu hukum (algemene rechtsleer) atau general theory of law.
Jurisprudenz (Jerman) berarti ilmu hukum adalm arti sempit (aliran ajaran ilmu hukum) sedangkan
yurisprudensi dalam basa Jerman adalah ueberlieferung
Aliran Legisme, yurispurdensi tidak atau kurang penting karena hakim hanyalah sekedar corong UU
Aliran Freie Rechtsbewegung, yurisprudensi hal primer karena hakim bebas dan pekerjaannya adalah
menciptakan hukum
Aliran Rehtsvinding, menyelaraskan UU dengan tuntutan zaman, dianggap sebagai aliran tengah
PENEGAKAN HUKUM
Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia. Agar kepentingan manusia terlindungi
makahukum harus dilaksanakan dan ditegakkan.
Unsur-Unsur Penegakan Hukum
Kepastian Hukum (Rechtssisicherheit)
Perlindungan yustisiabel52 terhadap tindakan sewenang-wenang
Keadilan (Gerechtigkeit)
Dalam pelaksanaan penegakan hukum, keadilan harus diperhatikan. Anda tidak dapat menegakkan
hukum dengan cara melanggar hukum, misalnya: FPI sweeping dengan membakar dan menjarah toko-
toko (salah)
Kebermanfaatan (Zweckmassigkeit)
Penegakan hukum harus dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
PENEMUAN HUKUM
Proses pembentukan hukum oleh hakim atau petugas-petugas hukum lainnya yang memiliki wewenang untuk
melaksanakan hukum
ALIRAN PENEMUAN HUKUM
Legisme (Montesquieu)
Menganggap bahwa semua hukum terdapat pada UU sehingga hakim dapat menggunakan yuridis
silogisme (deduksi logis) – asalnya dari Perancis
o Preposisi mayor : barangsiapa membeli maka harus membayar
o Preposisi minor : A membeli barang
o Kesimpulan : A harus membayar
Menurut aliran legisme, primer = penggunaan UU, sekunder = yurisprudensi. Hakim adalah
corong UU
Freie Rechtsbewegung (Kontorowicz)
Berlawanan dengan aliran legisme karena dalam aliran ini seorang hakim bebas menentukan untuk
menggunakan UU atau tidak. Hal ini disebabkan karena hakim bertugas untuk menciptakan hukum
atau rechtscepping.53
Latar Belakang
51 Yurisprudensi >> berasal dari kata jurisprudenz (aliran ilmu hukum, bahasa Jerman) berbeda dengan jurisprudence (ilmu
hukum), lebih jauh untuk memahami segmen ini baca dari Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Perundang-
Undangan dan Yurisprudensi, hlm. 49-54. 52 Yustisiabel >> orang-orang yang ditundukkan dalam masing-masing badan pengadilan 53 Rechtscepping >> penciptaan hukum
Ingat, gelar anda ketika lulus adalah S.H. (Sarjana Hukum) bukan S.D. (Sarjana Diktat) baca juga referensi dari buku dan sumber
lain yang terpercaya serta dengarkanlah penjelasan dosen saat kuliah. Waspadalah, diktat ini bisa saja sesat!
© ADRIANUS ERYAN & PARTNERS | PENGANTAR ILMU HUKUM 18
o Jerman pada abad ke-19 sedang dalam proses kodifikasi, UU yang diadopsi dari Perancis masih
sedikit dan belum banyak mengatur kehidupan pada saat itu sedangkan hakim dituntut untuk
membuat hukum seadil-adilnya
Menurut aliran Freie Rechtsbewegung, primer = yurisprudensi, sekunder = penggunaan UU.
Hakim menciptakan UU
Rechtsvinding
Hakim memiliki kebebasan yang terikat atau keterikatan yang bebas. Tugas hakim melakukan
rechtsvinding yang artinya “menyelaraskan UU pada tuntutan zaman”
Contoh: menafsirkan UU dengan menambah arti suatu istilah yang terdapat dalam UU, misalkan dalam
kasus pencurian listrik, definisi benda diperluas sehingga tidak hanya benda berwujud yang dapat
dicuri melainkan juga benda tak berwujud yang punya nilai ekonomi dan kebermanfaatan seperti listrik,
pulsa, dsb. – disebut juga penafsiran ekstentif
Namun dalam kasus pidana tidak boleh menggunakan analogi, misalnya menganalogikan listrik
sebagai suatu benda = tidak boleh, karena pidana menganut asas legalitas (perbuatan hanya dapat
dihukum jika ada peraturan yang mengaturnya)
Menurut aliran ini hakim memiliki kebebasan yang terikat dan keterikatan yang bebas
Beberapa wewenang hakim dalam aliran Rechtsvinding
1. Penafsiran UU (wetsinterpretatie) >> misalnya paca tentang penafsiran ekstektif tentang arti barang
dan pencurian listrik yang merupakan barang tidak berwujud
2. Komposisi yang mencakup
- Analogi (abstraksi) mempergunakan UU untuk peristiwa yang tidak disebutkan dalam UU tersebut
dengan cara mengabstraksikan (memperluas) isi atau makna UU. Misalnya perluasa Pasal 1576 BW,
dimana perumusan asas “jual beli tidak menghapuskan sewa menyewa” diperluas menjadi
“pemindahan hak” yang memungkinkan mencakup peristiwa-peristiwa khusus lainnya seperti
hibah dan tukar menukar54
- Rechtsverfijning, yaitu membuat pengkhususan dai suatu asas dalam UU (lihat pada bagian
rechtsverfijning dalam metode konstruksi hukum dibawah)
METODE PENEMUAN HUKUM, PENAFSIRAN, DAN KONSTRUKSI HUKUM
METODE PENEMUAN HUKUM
Dibagi menjadi metode Penafsiran Hukum dan metode Konstruksi Hukum
METODE PENAFSIRAN HUKUM (PENAFSIRAN UNDANG-UNDANG)55
Penafsiran Gramatikal
Berdasarkan pada bunyi UU dengan berpedoman pada arti kata-kata dalam hubungannya satu sama
lain dalam kalimat yang dipakai dalam UU sesuai KBBI (berdasarkan tata bahasa/kebiasaan dalam
penggunaan sehari-hari)
Contoh >> Pasal 1140 BWdata
Penafsiran Historis
Berdasarkan sejarah UU atau sejarah asal-usul suatu peraturan dikaitkan dengan sistem hukum yang
pernah berlaku
54 Arrest Hoge Raad 9 November 1906, dimuat dalam W.8453 Arresten Over Burgerlijk Rechts No. 136 oleh H.R. Hoetink,
sebagaimana dikutip Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Perundang-Undangan dan Yurisprudensi, (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 1993), hlm. 52 55 Ibid., hlm 13-14.
Ingat, gelar anda ketika lulus adalah S.H. (Sarjana Hukum) bukan S.D. (Sarjana Diktat) baca juga referensi dari buku dan sumber
lain yang terpercaya serta dengarkanlah penjelasan dosen saat kuliah. Waspadalah, diktat ini bisa saja sesat!
© ADRIANUS ERYAN & PARTNERS | PENGANTAR ILMU HUKUM 19
Contoh >> Denda dalam KUHP yang tertulis 50 rupiah, harus dikonversikan nilai rupiah saat itu dengan
masa sekarang56
Penafsiran Sistematis
Mempertahankan susunan kata yang berhubungan dengan bunyi pasal lainnya, dalam UU itu sendiri
maupun UU lainnya
Contoh >> asas monogami dalam BWdata, tidak disebutkan secara eksplisit, namun secara implisit,
yaitu pada definisi perkawinan yang adalah antara 1 laki-laki dan 1 perempuan (monogami)
Penafsiran Teleologis
Memperhhatikan tentang tujuan UU itu mengingat kebutuhan masyarakat berubah sesuai dengan
berjalannya waktu sementara bunyi UU nya tetap
Contoh >> Pasal 95 dan 98 BWdata
Penafsiran Ekstentif
Memperluas arti kata dalam peraturan sehingga suatu peristiwa dapat dimasukkan
Contoh >> arti kata benda diperluas sehingga mencakup benda yang tak berwujud namun juga
memiliki nilai-nilai ekonomi dan kebermanfaatan misalnya pulsa, listrik, dsb.
Penafsiran Restriktif
Membatasi arti kata dalam peraturan
Contoh >> arti kata “kerugian” hanya termasuk kerugian yang berwujud (materiil) dan tidak termasuk
dalam kerugian yang tak berwujud (imateriil)
Penafsiran Komparatif
Membandingan dengan penjelasan-penjelasan berdasarkan perbandingan hukum agar ditemukan
kejelasan UU
Penafsiran Futuristik
Penjelasan UU dengan berpedoman pada UU yang belum mempunyai kekuatan hukum tetap, misalkan
tindakan pencurian nomor kartu kredit berpedoman pada RUU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik)
METODE KONSTRUKSI HUKUM
Konstruksi hukum digunakan pada saat hakim melakukan penemuan hukum, dapat menggunakan UU maupun
yurisprudensi, intinya adalah bagaimana hakim dapat melakukan penemuan hukum
Metode Konstruksi Hukum dapat melalui:
Analogis
Menganalogikan suatu peristiwa dengan persitiwa lain, mepergunakan UU untuk suatu peristiwa yang
tidak disebut dalam UU dengan jalan mengabstraksikan/memperluas isi atau makna UU kedalam
peristiwa yang bersifat khusus
Contoh >> menganalogikan listrik sebagai benda sehingga tindak pencurian listrik dapat dipidanakan
dengan pasal pencurian dalam KUHP
Argentum a Contrario
Dengan cara melawankan pengertian antara soal yang dihadapi dengan masalah yang diatur dalam
suatu pasal
Contoh >> Pasal 34 BWdata “Seorang perempuan tidak diperbolehkan melakukan perkawinan baru,
kecuali setelah lampau jangka waktu tiga ratus hari sejak pembubaran perkawinan yang terakhir.” Maka
jika ada kasus seorang wanita ingin menikah kembali setelah 400 hari bercerai, sesuai penafsiran
argentum a contrario maka ia diperbolehkan menikah
Penghalusan Hukum (Rechtsverfijning)
Dengan cara menyempitkan berlakunya ketentuan UU, karena jika tidak akan terjadi kerugian yang
lebih besar
Contoh >> Pasal 1365 BWdata “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian
kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk
56 Ada aturannya dalam Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batas Tindak Pidana Ringan dan
Jumlah Denda dalam KUHP, rata-rata denda dalam aturan KUHP lama dikalikan 1000
Ingat, gelar anda ketika lulus adalah S.H. (Sarjana Hukum) bukan S.D. (Sarjana Diktat) baca juga referensi dari buku dan sumber
lain yang terpercaya serta dengarkanlah penjelasan dosen saat kuliah. Waspadalah, diktat ini bisa saja sesat!
© ADRIANUS ERYAN & PARTNERS | PENGANTAR ILMU HUKUM 20
menggantikan kerugian tersebut.” Maka kerugian yang wajib diganti adalah kerugian akibat perbuatan
pelaku saja, bukan kerugian akibat perbuatan lain
BEBERAPA CATATAN LEPAS
GOLONGAN UNDANG-UNDANG
A. Peraturan Pusat (Algemene Verordening)
Peraturan tertulis yang dibuat oleh Pemerintah Pusat yang berlaku umum diseluruh atau sebagian wilayah
negara. Misal KUHP untuk seluruh WNI di seluruh wilayah Indonesia. HIR (Herzien Inlandsch Reglement)
untuk pribumi yang berada Jawa-Madura, RBG (Rechtreglement voor de Buitengewesten) untuk pribumi di
luar Jawa-Madura, RV (Wetboek op de Burgerlijke Rechtvordering) untuk orang Eropa. Seluruh peraturan
tersebut adalah hukum acara pidana dan hukum acara perdata tinggalan masa penjajahan.57
B. Peraturan Setempat (Locale Verordening)
ASAS-ASAS PERUNDANG-UNDANGAN58
1. Non-Retroaktif, misalnya pada Pasal 1 ayat (1) KUHP59
2. UU yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi, mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula
3. Lex specialis derogat legi generalis
4. Le psoteriori derogat legi priori
5. UU tidak dapat diganggu gugat60
6. UU sebagai sarana untuksemaksimal mungkin mencapai kesejahteraan spiritual dan materiil bagi
masyarakat maupun individu
Peraturan yang ada pada masa penjajahan apakah masih tetap berlaku sampai sekarang?
Masih berlaku selama belum dicabut dan diadakan peraturan yang lebih baru >> Pasal 1 dan Pasal 2 aturan
peralihan UUD 45, misalnya HIR/RBG untuk hukum acara perdata masih berlaku sampai sekarang, sedangkan
untuk hukum acara pidana sudah tidak berlaku dengan diundangkannya UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana
Skema Periode Perundang-Undangan di Indonesia
1. Masa Penjajahan Belanda
2. Masa Penjajahan Jepang
3. Masa Republik Indonesia 1945
4. Masa Republik Indonesia Serikat (RIS)
5. Masa Republik Indonesia 1950
6. Masa Kembali ke UUD 45
Mengenai Sejarah Perundang-Undangan >> baca dari Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekantor,
Perundang-Undangan dan Yurisprudensi, hlm. 19-34.
PRINCIPLE OF LEGALITY (Lawrence M. Friedman)
Untuk mengukur objektivitas hukum, ada 8 asas dalam sistem hukum yang disebut principle of legality
1. Mengandung peraturan-peraturan dan tidak boleh ada keputusan-keputusan yang bersifat ad
hoc/khusus
57 Khusus untuk HIR dan RBG bahkan menjadi anekdot di kalangan Hakim. Dimana calon Hakim yang telah lulus pendidikan
seringkali ditanya oleh sesama teman-temannya mengenai lokasi penempatannya. Jika menjawab HIR berarti Hakim tersebut
ditempatkan di Jawa/Madura, dan jika menjawab RBG berarti ditempatkan di luar Jawa/Madura 58 Perundang-Undangan dan Yurisprudensi, op.cit., hlm. 5-12. 59 Seiring berjalannya waktu terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang menyimpangi ketentuan asas ini, antara
lain UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia yang berlaku surut bagi pelaku tindak pidana pelanggaran
HAM berat sebelum diundangkannya UU tersebut 60 Kaitannya dengan kewenangan uji materiil UU (judicial review)
Ingat, gelar anda ketika lulus adalah S.H. (Sarjana Hukum) bukan S.D. (Sarjana Diktat) baca juga referensi dari buku dan sumber
lain yang terpercaya serta dengarkanlah penjelasan dosen saat kuliah. Waspadalah, diktat ini bisa saja sesat!
© ADRIANUS ERYAN & PARTNERS | PENGANTAR ILMU HUKUM 21
2. Peraturan yang dibuat harus diumumkan dan diketahui publik secara luas dan menyeluruh
3. Peraturan tidak berlaku surut (retroaktif)61 kecuali kasus pelanggaran HAM berat
4. Peraturan disusun dalam rumusan yang mudah dimengerti
5. Peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang berlebihan
6. Tidak boleh ada peraturan yang saling bertentangan
7. Tidak boleh terlalu sering mengubah peraturan
8. Harus ada kecocokan antara peraturan dengan pelaksanaan sehari-hari
UNSUR UNSUR DALAM PEMBUATAN PERATURAN (Lawrence M. Friedman)
1. Substansi Hukum
Hakekat isi dari peraturan, mencakup semua bentuk tertulis/tidak tertulis dan materiil/formil
2. Struktur Hukum
Dibagi dalam hierarki, pelaksanaan hukum, peradilan, lembaga-lembaga, dan pembuat hukum
3. Legal Culture
Kebiasaan-kebiasaan, opini masyarakat, cara bertindak, berpikir, secara sosial dalam kerangka budaya
masyarakat
Kritik, saran, masukan, atau sekedar mau gosip, contact me
[email protected] / 085876391989
61 Retroaktif >> tidak berlaku surut, perbuatan orang di masa lampau (yang belum diatur dalam peraturan) tidak dapat
dihukum dengan peraturan yang baru dibuat sekarang/masa kini, sesuai dengan prinsip asas legalitas
Top Related