PENERAPAN SOSIALISASI NILAI – NILAI
KERAGAMAN SEBAGAI WUJUD PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL DI MA. PINK 03 TAMBUN SELATAN
BEKASI
Tesis
Oleh:
Dede Nur Annida
NIM: 21160181000024
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M./ 1440 H.
v
ABSTRAK
Dede Nur Annida NIM. 21160181000024: “Penerapan Sosialisasi
Nilai – Nilai Keragaman Sebagai wujud Pendidikan multikultural di MA.
PINK 03 Tambun Selatan – Bekasi”. Tesis Program Magister Manajemen
Pendiidkan Islam (MPI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini berawal dari keprihatinan terhadap permasalahan yang
berkaitan dengan siswa saat ini seperti prilaku–prilaku yang menyimpang
dari siswa atau berkaitan dengan isu–isu moral. Penelitian ini dilakukan di
sekolah MA. PINK 03 Tambun Selatan Bekasi. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisi nilai – nilai keragaman sebagai wujud Pendidikan multikultural
sebagai ciri khas sekolah. Metode dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif dengan wawancara
langusung dari kepala sekola, guru dan siswa, serta hasil dari observasi dan
sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen, naskah dan arsip.
Hasil penelitian ini menunjukkan visi misi sebagai alat untuk
tercapainya Pendidikan multikultural, serta menjadi tolak ukur dalam
pencapaian tujuan sekolah. Program kerja digunakan sebagai sarana untuk
mewujudkan cita cita sekolah serta rencana Strategis dengan program jangka
pendek, jangka menengah, sebagai pedoman sekolah agar berkembang lebih
terarah, terencana dan sistematis. Dalam pelaksanaan Pendidikan
multikultural berjalan melalui sistem struktur, sistem sosial dan sistem
budaya dari berbagai sisi. Konsep Pendidikan multikultural terlihat pada
kegiatan–kegiatan yang mengarahkan kepada pembentukan karakter siswa
melalui pembiasaan kegiaatan (Shalat Dhuha, Tahfizh, Muhadatsah,
khitobah, Kultum, Zikir, Shalat Zhuhur berjama‟ah, Shalat Ashar
berjama‟ah, Berdoa bersama, Sedekah). Kegiatan pembiasaan yang
dilakukan yang dijelaskan pada sistem struktur, sosial, budaya tentu bukan
hanya membentuk karakter akan tetapi juga memperlihatkan sikap,
mengajarkan norma, menerapkan nilai, meningkatkan kepercayaan serta
memberikan asumsi kepada peserta didik.
Kata Kunci : Sekolah Madrasah, pendidikan multikultural, karakter
vi
ABSTRACT
Dede Nur Annida NIM. 21160181000024: "Application of
Socialization of Diversity Values as a Form of Multicultural Education in
the MA. PINK 03 Tambun Selatan - Bekasi ". Thesis of the Islamic
Education Management (MPI) Masters Program at the Faculty of Tarbiyah
and Teacher Training (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
This research begins with concerns about problems relating to
students today such as deviant behaviors from students or related to moral
issues. This research was conducted at MA PINK 03 Tambun Selatan Bekasi
school. The purpose of this study is to analyze the values of diversity as a
form of multicultural education as a characteristic of schools. The method in
this study uses a qualitative approach with a descriptive analysis method
with direct interviews from school principals, teachers and students, as well
as the results of observations and secondary sources obtained from various
studies of documents, texts and archives.
The results of this study show the vision and mission as a tool for
achieving multicultural education, as well as a benchmark in achieving
school goals. The work program is used as a means to realize the ideals of
the school as well as a strategic plan with short-term, medium-term
programs, as a guide for schools to develop more directed, planned and
systematic. In the implementation of multicultural education goes through
structural systems, social systems and cultural systems from various sides.
The concept of multicultural education is seen in activities that lead to the
formation of student character through accustomed activities (Dhuha
Prayer, Tahfizh, Muhadatsah, khitobah, Kultum, Dhikr, Dhuhr Prayer in
congregation, Ahr Prayer in congregation, Praying together, Almsgiving).
Habituation activities carried out which are explained in the structural,
social, cultural system certainly not only shape the character but also show
attitudes, teach norms, apply values, increase trust and provide assumptions
to students.
Keywords: Madrasa Schools, multicultural education, character
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Padanan Aksara
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
B Be ب
T Te ت
TS Te dan es ث
J Je ج
H Ha dengan garis bawah ح
KH Ka dan Ha خ
D De د
DZ De dan Zet ذ
R Er ر
Z Zet ز
S Es س
SY Es dan Ye ش
S Es dengan garis bawah ص
D De dengan garis bawah ض
T Te dengan garis bawah ط
Z Zet dengan garis bawah ظ
‘ عKoma terblik diatas
hadap kanan
GH Ge dan Ha غ
F Ef ف
Q Ki ق
K Ka ك
L El ل
x
M Em م
N En ن
H Ha ه
W We و
A Apostrof ء
Y Ye ي
B. Vokal
Tanda vokal arab Tanda vocal latin Keterangan
A Fathah أ
I Kasrah إ
U Dammah أ
Ai A dan i أ ي
Au A dan u أ و
C. Vocal Panjang
Tanda Vocal Arab Tanda Vocal Latin Keterangan
A A dengan topi diatas آ
I I dengan topi diatas إ ي
U U dengan topi diatas أ و
D. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan arab dilambangkan dengan huruf لا ,
dialihaksarakan menjadi huruf (al), baik diikuti huruf syamsiyah maupun
qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang
mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan
dihubungkan dengan garis mendatar (-). Contoh : Al-Syamsu bukan Asy-
Syamsu dan Al-Zalzalah bukan Az-Zalzalah.
E. Syaddah/ Tasydid
Syaddah/ tasydid dalam tulisan arab dilambangkan dengan , dalam
alih aksara dilambangkan dengan menggandakan huruf yang diberi tanda
syiddah. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku pada huruf-huruf syamsiyah yang
xi
didahului kata sandang. Misalnya kata ملنوا tidak ditulis An-naum melainkan
Al-naum.
F. Ta’ Marbutah
Ta’ marbutah jika berdiri sendiri dan diikuti oleh kata sifat (na’at)
dialihaksarakan menjadi huruf (h). Namun, jika huruf tersebut diikuti kata
benda (isim) maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi (t). Contoh :
No Kata arab Alih Aksara
Yaumal Qiyamah ي و م ال ق ي ام ة 1
Wahuda Warohmah و هدا ورحمة 2
ل و ج و داحد ة و 3 Wahdat Alwujud
xii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas ijin dan
rahmat hidayah Nya maka tesis ini dapat di selesaikan. Shalawat dan salam
semoga selalu tercurhakan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menyampaikan risalah – Nya dan mengajarkan kepada ummat manusia
tentang kebaikan dan pemaknaan tentang hakikat hidup dan semoga apa
yang telah diajarkan kepada ummat manusia akan tetap abadi sampai akhir
zaman.
Penulis bersyukur karena berkat rahmat dan hiayah Nya tesis dengan judul
Penerapan Sosialisasi Nilai – Nilai Keragaman Sebagai Wujud
Pendidikan Multkultural di MA. PINK 03 Tambun Selatan - Bekasi dapat diselesaikan sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Manajemen pendidikan (M, Pd) pada UIN syarif Hidayatullah Jakarta.
Tidak lupa semua pihak yang sangat membantu dalam proses penyelesaian
skripsi ini, dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapakan terima
kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, M.A. selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan izin dan
motivasi untuk melanjutkan studi pada program Pascasarjana
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ibu Dr. Sururin, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
dorongan terus semangat dalam menggarap tesis ini.
3. Bapak Dr. Jejen Musfah, M.A. selaku Ketua Program Magister
Manajemen Pendidikan Islam, berserta para dosen yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis dari awal perkuliahan hingga
selesai tesis ini.
4. Ibu Dr. Sita Ratnaningsih, M. Pd. selaku dosen pembimbing dalam
penuliasan tesis ini telah memberikan arahan keilmuan dengan
penuh keikhlasan dan kesabaran sehingga teisi ini menjadi bermutu,
berbobot dan akhirnya bisa selesai.
5. Ketua Komite Sekolah, Kepala Sekolah, Para Guru dan Staff Tata
Usaha dan Para Siswa/siswi di Madarasah Aliyah PINK 03 Tambun
Selatan Bekasi yang sering kali membantu penulis.
6. Ayahanda Usup Supriatna dan Ibunda Hasanah yang selalu
memberikan Do’a, dukungan, semangat, dan cinta kasih kepada
penulis agar tesis ini selesai. Dan selalu sabar untuk menyemangati
peneliti dengan tulus dan kasih sayang tiada hentinya kepada penulis.
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI TESIS ........................................... iii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI............................................. iv
ABSTRAK...................................................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI................................................................... ix
KATA PENGANTAR................................................................................... xii
DAFTAR ISI.................................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL.......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................
B. Identifikasi Masalah............................................................................
C. Pembatasan Masalah...........................................................................
D. Rumusan Masalah...............................................................................
1
9
10
10
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................. 10
1. Tujuan Penelitian ........................................................................... 10
2. Manfaat Penelitian ......................................................................... 11
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................... 12
A. Kajian Teoritis...................................................................................... 12
1. Pengertian Pendidikan Multikultural....................................................
2. Nilai Multikultural dalam Pendidikan Agama Islam............................
12
20
3. Nilai – Nilai Keragaman.......................................................................
a. Nilai sosial......................................................................................
b. Nilai – Nilai Keragaman di Sekolah...............................................
22
23
23
4. Sosialisasi Nilai – Nilai Keragaman ....................................................
a. Sosialisasi.......................................................................................
b. Sosialisasi anak didik......................................................................
c. Agen atau media sosialisasi............................................................
26
26
27
29
B. Kajian Teori ......................................................................................... 30
xv
1. Teori Interaksionisme Simbolis George Herbert Mead..................
C. Penelitian yang Relevan.......................................................................
D. Kerangka Konseptual...........................................................................
30
32
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 38
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 38
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian .......................................................... 38
C. Data dan Sumber DataPenelitian ........................................................
1. Data………………………………………………………………
2. Sumber Data……………………………………………………...
39
39
39
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 40
E. Teknik Analisis Data ........................................................................... 41
F. Uji Keabsahan Data ............................................................................ 41
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................... 49
A. Profil Lokasi Penelitian........................................................................
1. Letak lokasi penelitian....................................................................
2. Sejarah Singkat MA. Pink 03.........................................................
3. Visi dan Misi..................................................................................
4. Keadaan Tenaga Pendidik..............................................................
5. Keadaan Peserta Didik...................................................................
B. Temuan Penelitian dan Pembahasan....................................................
1. Perencanaan Sosialisasi Pendidikan Multikultural.........................
a. Pelaksanaan Visi Misi dalam pencapaian tujuan Pendidikan
Mutikutural..............................................................................
b. Penerapan Program Kerja dalam Sosialisasi Nilai-nilai
Multikultural di MA. PINK 03 Tambun Selatan……………..
c. Nilai – Nilai Multikultural dalam Bahan Ajar………………..
C. Pelaksanaan Sosialisasi Nilai – Nilai Multikultural di MA. PINK 03
Tambun Selatan....................................................................................
D. Out Put terhadap sosialisasi Nilai – Nilai keragaman sebagai wujud
Pendidikan Multikultural......................................................................
E. Implementasi Nilai – Nilai Multikultural di MA. PINK 03………….
49
49
49
50
51
53
55
55
61
58
69
82
89
95
xvi
F. Bentuk Evaluasi Terhadap sosialisasi nilai – nilai keragaman sebagai
wujud Pendidikan multikultural……………………………………...
99
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 103
A. Kesimpulan.........................................................................................
B. Saran ..................................................................................................
103
105
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 107
LAMPIRAN - LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Sumber dan Teknik pengumpulan data .................................................................. 40
Tabel 3.2 Respon dalam wawancara ...................................................................................... 41
Tabel 3.3 Operasional Variabel Wawancara Penelitian ......................................................... 43
Tabel 3.4 Pedoman Observasi ................................................................................................ 47
Tabel 3.5 Kisi – Kisi Dokumen .............................................................................................. 48
Tabel 4.1 Daftar Tenaga Pendidik dan Kependidikan MA. PINK 03 .................................... 51
Tabel 4.2 Rencana Program Kerja MA. PINK 03 .................................................................. 64
Tabel 4.3 Nilai – Nilai Multikultural dalam Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam (PAI) ... 81
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Data Peserta Didik MA. PINK 03 ...................................................................... 53
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pastinya membutuhkan Pendidikan, baik untuk
kebutuhan otaknya ataupun jiwanya. Dengan terpenuhinya pendidikan
tersebut bisa kita yakini dapat terbentuknya seseorang yang berkarakter,
berilmu, dan berketerampilan. Dan itu semua bisa berjalan dengan
adanya sebuah pendidikan yang berkualitas (Jejen, 2018:3).
Dan diantara pendidikan yang berkualitas itu sendiri diperlukan
adanya sinergi positif antara manajemen 8 dari standar Pendidikan yaitu
(isi / kurikulum, pendidik, peserta didik, proses, pengelolaan, sarana dan
prasarana, pembiayaan, dan evaluasi), ada tiga aspek yang tidak bisa
dipisahkan oleh pendidikan, antara lain kepemimpinan, dan pemangku
kepentingan. (Jejen, 2018:3)
Ada di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang bagaimana Sistem Pendidikan Nasional, Bab II
Pasal 3. Sebagai langkah awal pendidikan , Indonesia dapat merancang
tujuan dan fungsi pendidikan dengan “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Itu
bunyi dari Undang – undang nya.
Ada tiga aspek yang sangant penting dan harus di perhatikan
dalam tujuan pendidikan, diantaranya adalah, aspek afektif,
psikomotorik, dan kognitif. Aspek tersebut termasuk tujuan dan fungsi
pendidikan nasional dan ketiga aspek tersebut harus tercapai untuk
menciptakan generasi bangsa yang baik. Pada saat ini Indonesia sedikit
merubah orientasi pendidikannya yang awalnya bertumpu pada kognitif,
dan sekarang beralih kepada aspek yang afektif. Saat ini aspek afektif itu
masih menjadi landasan atas dua aspek lainnya, sehingga sangat
diharapkan generasi muda sekarang yang lahir tidak hanya pintar ilmu
pengetahuan tetapi memiliki sikap yang luhur atau baik. Abdullah Idi
2
mengatakan bahawa tujuan pendidikan Nasional itu punya arti yang
komprehensif dan harus selaras dengan tujuan pendidikan islam.
Dalam dunia Pendidikan kita ini memang memberikan porsi
yang sangat besar untuk pengetahuan, tetapi seringnya kita melupakan
pengembangan nilai – nilai dan perilaku dalam pembelajaran (Muslic,
2011:17 ( dalam Jejen 2018:39)). Perilaku remaja sekarang ini yang
sering kita ketahui dan masih terus berlanjut itu adanya siswa dengan
gemar menyontek dan kebiasaan bullying di sekolah yang jarang sekali
kita temui solusinya (Zubaedi, 2013:v dalam Jejen 2018)). Fenomena
seperti ini terjadi karena minimnya usaha untuk menanamkan karakter di
sekolah. Dan sekolah disarankan perlu adanya melakukan pembiasaan
karakter – karakter yang positif, yang nantinya diharapkan dapat
menjadi budaya sekolah yang melekat pada diri peserta didik (Jejen
2018:39).
Di samping itu, Indonesia juga mengembangkan pendidikan
madrasah, yang kini diangkat Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang sistem Pendidikan Nasional, sebagai Pendidikan umum berciri
khas Islam (Dede Rosada, 2017:47). Pendidikan madrasah ini
dikembangkan sebagai upaya untuk memenuhi tiga kepentingan.
Pertama, untuk memberi ruang agar aspirasi umat Islam dapat tumbuh
secara baik dan progresif, yakni dapat dijadikan sebagai wahana untuk
membina roh dan praktik hidup berdasarkan nilai – nilai keIslaman.
Madrasah diharapkan dapat menjadi tempat untuk membina dan
menumbuhkembangkan akidah Islam pada anak didik dan lebih jauh
diharapkan madrasah dapat dijadikan substitusi pesantren dalam
melakukan tafaquh fi al -din. Kedua, untuk mewujudkan cita pendidikan
berkeseimbangan yakni memiliki kekuatan dalam penguasaan sains dan
teknologi dengan baik sebagaimana juga dapat menguasai doktrin –
doktrin keIslaman dengan baik. Dengan demikian, diharapkan lulusan
madrasah tetap memiliki daya saing yang kuat, namun tetap dalam
identifikasi keIslaman. Ketiga, madrasah diharapkan dapat menyongong
masa depan dengan sikap yang lebih arif. Kemajuan kultur dunia yang
diwarnai dengan kemajuan teknologi di semua bidang kehidupan
terkadang menegangkan bagi umat Islam, karena sering terkesan akan
merusak sendi – sendi keagamaan, namun madrasah tersu
3
dikembangkan dengan harapan akan menyongsong perubahan tersebut
dengan tetap dalam jati diri keIslaman (Dede Rosada, 2017:48)
Belakangan ini sering muncul konflik sosial dan kekerasan yang
mengakibatkan keresahan, ketakutan, kecemasan masyarakat. Mulai dari
konflik antarsuku/antar-agama (konflik Poso, Sambas, Ambon, Papua,
Aceh), konflik antarkelompok sosial dan antargeng, konflik
antarsekolah, dan lain sebagainya. Artinya konflik sudah melibatkan
orang dalam segala aspek umur, tua dan muda. Fenimena ini
mengingatkan kita, arti penting Pendidikan multikultural untuk
diajarkan dalam dunia Pendidikan. Dengan demikian, Pendidikan
perdamaian perlu dikembangkan dan diberlakukan dalam rangka damai
negeri ini agar tidak terjadi konflik lagi dan tak ada lagi dendam satu
sama lainnya (Siti dan Wirdanengsih, 2016: 13).
Secara esensi Pendidikan multikultural merupakan Pendidikan
yang menanamkan nilai saling menghargai, mencintai, dan keadilan.
Dengan kata lain, Pendidikan multikultural adalah wujud pendidikan
kepada generasi agar memiliki kecerdasan sosial budaya. Disisi lain,
kebudayaan adalah seperangkat pengetahuan, nilai dan aturan dimiliki
masyarakat secara bersama, oleh masyarakat dijadikan pedoman
hidup,ada proses belajar yang terpola, ada sanksi sosial atas
ketidaktaatan akan aturan tersebut dan ada symbol yang bermakna.
Kecerdasan sosial budaya tidak lain adalah menerapkan wujud
kebudayaan berupa nilai – nilai, aturan dan pengetahuan yang
dipedomani oleh masyarakat tersebut. Pada hakikatnya kecerdasan
sosial budaya ini meliputi ranah kognisi, perilaku dan benda hasil
daripada manusia. Tujuan Pendidikan multikultural adalah bagaimana
menimbulkan dialog yang harmonis, mengenal dan memahami
perbedaan – perbedaan yang ada sehingga muncul rasa saling
menghargai dan menghormati satu sama lainnya (Siti dan Wirdanengsih,
2016: 13). Melalui Pendidikan perdamaian ini diharapkan akan muncul
modal sosial budaya suatu bangsa.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk.
Kemajemukan itu merupakan kekayaan dan sekaligus berpotensi untuk
terjadinya disintegrasi. Di mana realita konflik itu telah munculkan
kerusuhan, saling menghasut, caci maki, penuh pertentangan batin,
mengusir, membakar, dan paling berbahaya ketika konflik ini
4
berkepanjangan akan menyisakan tragedy. Biasanya banyak terjadinya
kekerasan yang sering terjadi dalam rentang waktu yang lama dan itu di
jadikan sebagai perilaku yang seolah – olah wajar oleh mereka.
Akibatnya lingkaran setan kekerasan menjadi mata rantai yang semakin
sulit diputuskan, karena masing – masing pihak adalah victim (korban)
yang menicu dendam, jika ada kesempatan akan dibahas melalui jalan
kekerasan pula, belum lagi kerusuhan dan kerugian material yang harus
ditanggung. Konflik tersebut memiliki dampak yang cukup besar di
antaranya kehilangan pekerjaan. Banyak juga kasus – kasus yang
membuat masyarakat yang sebelumnya baik – baik saja terpaksa harus
saling berkelahi karena perbedaan identitas. Dari kasus tersebut sudah
terjadinya putus hubungan kekeluargaan di antara mereka yang secara
kebetulan karna bedanya identitas etnis atau agama. Konflik
menyebabkan adanya kerugian material berupa kerusakan ibadah dan
sarana Pendidikan mereka. Konflik membuat masyarakat hidup
dihinggapi oleh rasa takut dan tak aman yang berlebihan. Konflik seperti
ini juga menjadikan berkelompok nya masyarakat, dan memiliki rasa
saling curiga dan mengikisnya rasa kepercayaan di antara warga
masyarakat tersebut. Konflik ini bisa memicu turunnya keluarga atau
sanak saudara mereka yang tadinya tidak tahu menahu dan ikut untuk
berperang. Konflik memanggil rasa solidaritas dalam seagamanya
mereka dari berbagai organisasi sosial keagamaan dari berbagai daerah,
sementara kondisi ini dimanfaatkan oleh para pencuri untuh menjarah
milik orang lain.
Konflik yang terjadi di beberapa daerah ini mengindentifikasikan
lemahnya pemahaman akan makna pluralisme nilai budaya, dan
kemampuan akan makna pluralitas nilai budaya, dan kemampuan dalam
membangun masyarakat pluralistas (Siti dan Wirdanengsih, 2016: 15).
Maka dari itu diperlukan kompetensi untuk mengeloka keragaman
budaya, sehingga dapat dibangun suatu kehidupan Bersama untuk
Bersama – sama hidup. Dalam arti kata juga bahwa Indonesia yang
terdiri dari keanekaragaman suku bangs, agama, ideologi kepartaian, tata
krama, serta status sosial ekonomi. Perlu dilakukan Pendidikan dan
pengalaman multikultur kepada generasi muda yang bisa dimulai pada
anak usia dini sampai perguruan tinggi. Menjadi penting sejak usia dini
dikarenakan pada usia dini inilah dasar pembentukan Pendidikan dan
5
pengalaman multikultural di sini para guru dan orang tua menjadi titik
utama dalam proses pembelajaran multikultural demi terwujudnya
keharmonisan dalam kemajemukan. Merujuk kepada pemikiran Prof.
HAR Tilaar, Pendidikan multikultural bermakna, mendudukan “yang
berbeda” yang dimaksud kan sama tinggi dan sama nilai dan menjadikan
sangat pentingnya paradigma Pendidikan untuk meningkatkan adanya
toleransi, inklusivisme dan penolakan terhadap sikap diskriminasi dan
eksklusivisme, maka bangunlah, multikultur sejak dini dan jadikan
multikultur itu bagian penting dalam Indonesia yang memiliki
kemajemukan masyarakat.
Pendidikan multikultural bukan untuk menghilangkan perbedaan
yang memang sudah menjadi fakta kehidupan melainkan bagaimana kita
yang terdiri sari beragam suku bangsa, agama, ideologi partai dan status
ekonomi yang beragam pula tidak memiliki prasangka – prasangka, cap
– cap atau label – label yang akan memicu konflik. Tujuan Pendidikan
multikultural adalah bagaimana menimbulkan dialog yang harmonis,
mengenal dan memahami perbedaan – perbedaan yang ada sehingga
muncul rasa saling menghargai dan menghormati satu sama lainnya.
Melalui Pendidikan multikultural diharapakan akan muncul model
kultural suatu bangsa.
Di dalam pembelajaran mata pelajaran yang ada di sekolah
hendaklah dikembangkan pembelajaran yang berwawasan multikultural,
dengan kata lain setiap materi pembelajaran ditanamkan nilai – nilai
toleransi dan kebersamaan, misalnya dalam pembelajaran agama, anak –
anak ditanami nilai keyakinan agama paling benar menurut ajaran
masing – masing agama, namun juga diberi pemahaman ada agama lain
yang dianut orang lain, yang mana sebagai warga yang hidup dengan
beragaman ini diharuskan untuk saling menghargai dan hidup damai di
antara pemeluk agama yang dianut dengan tidak mengerdilkan agama
yang dianut orang lain agar tercipta sistem pembelajaran yang
mengembangkan wawasan mengakui keberagaman akan budaya dan
agama sebagai realitas sosial yang sudah menjadi fakta. Tujuan lain
dalam Pendidikan multikultural ini adalah bagaimana menimbulkan
dialog yang harmonis, mengenal dan memahami perbedaan - perbedaan
yang ada sehingga muncul rasa saling menghargai dan menghormati
6
satu sama lainnya. Walaupun di MA. PINK 03 yang mayoritas
beragama Islam.
Secara etnik, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk
dengan jumlah etnik yang besar. Mengenai jumlah suku bangsa yang
ada di Indonesia tekah dikemukkan oleh para ahli. Esse, Berg, dan
Sultan Takdir Alisyahbana (Siti dan Wirdanengsih, 2016: 21)
memperkirakan ada 200 – 250 suku bangsa. MA, Jaspan mengemukakan
ada 366 suku bangsa. Koentjaraningrat memperkirakan ada 195 suku
bangsa. Hildred Geertz menyatakan lebih dari 300 suku bangsa dengan
identitas budaya sendiri. William G. Skinner memperkirakan ada 35
suku bangsa dalam arti lingkungan hukum adat.
Keberagaman etnis di Indonesia adalah salah satu bentuk dari
kemajemukan Indonesia itu sendiri. Masyarakat Indonesia merupakan
salah satu contoh masyarakat yang multikultural di dunia. Kemajemukan
masyarakat Indonesia selain dari keanekaragaman kelompok sosial atau
suku bansa beserta kebudayaannya juga dapat dilihat dalam aspek yang
lain, misalnya stratifikasi, kelas sosial, struktur sosial, sistem
mempertahankan hidup dan kehidupan (Siti dan Wirdanengsih, 2016:
23).
Menurut James A. Branks mengatakan pendidikan multikulturan
di sekolah itu harus dilakukan secara komprehensif, tidak hanya
penyikapan saja yang adil di antara siswa – siswa yang berbeda – beda
dalam agama, ras, etnik dan budaya nya, tetapi juga harus adanya
dukungan dengan kurikulum baik, kurikulum tertulis, maupun
terselubung, itu termasuk evaluasi yang integrasif dalam memberikan
layanan juga pada Pendidikan multikultural bagi para siswa (Branks,
1997:78 (dalam Dede Rosada, 2017:323)).
Agar dapat memberikan layanan terbaik bagi seluruh school
clientnya, maka sekolah / madrasah harus merancang, merencanakan
dan mengontrol seluruh elemen sekolah/madrasah yang dapat
mendukung proses multikultural dengan baik. Sekolah/ madrasah harus
merencanakan proses pembelajaran yang dapat menumbuhkan sikap
multikultural siswa agar dapat menjadi angota masyarakat yang
demokrasi, menghargai HAM dan keadilan. Sekolah harus mendesain
proses pembelajaran, mempersiapkan kurikulum dan desain evaluasi,
serta mempersiapkan guru yang memiliki persepsi, sikap dan prilaku
7
multikultural, sehingga menjadi bagian yang memberikan kontribusi
positif terhadap pembinaan sikap multikultur para siswanya.
Pembelajaran multikultural di MA. PINK 03 baik melalui
Pendidikan kewarganegaraan atau pun Pendidikan agama Islam (atau
melalui mata pelajaran lainnya), itu merupakan suatu proses pembinaan
dan pembentukan sikap hidup yang sangat memerlukan landasan
pengetahuan dan penanaman nilai – nilai dalam diri dari setiap siswa
tersebut, agar mereka menjadi warga negara yang religius namun
inklusif dan bersikap pluralis tanpa harus mengorbankan basis
keagamaan yang dianutnya. Pendidikan multikutural bukan hanya
membina knowledge skill nya saja pada siswa tapi program Pendidikan
tidak diarahkan untuk membentuk para tenaga ahli dalam bidang
Pendidikan multicultural tersebut, tetapi juga mendidik siswa untuk
menjadi warga negara yang inklusif, pluralis, menghargai HAM dan
keadilan, serta demokrasi tanpa harus mengorbankan sebuah sikap
pembinaan dan perilaku hidup siswa, yang tidak akan mungkin tercapai
hanya dengan design kurikulum yang komprehensif, sekuentif dan
sangat apresiatif terhadap usia kronologis siswa, tetapi juga
pendekatannya kepada siswa, metode dan Teknik pembelajaran yang
sangat relevan untuk membentuk sikap yang ideal tersebut.
Menrut James A. Branks bahwa strategi pembelajaran yang
memfasilitasi para siswa – siswa dalam belajar, dan bisa
mengeksporasikan dari sumber – sumber informasi, bisa juga melakukan
interprestasi dan membuat kesimpulan – kesimpulan yang mereka
perlukan dalam mengembangkan sikap dan perilakunya yang sesuai
dengan paradigm masayarakat multikultur yang demokratis, adil dan
menghargai adanya HAM. (Branks, 1997:80(dalam Dede Rosada,
2017:234). Dan ini termasuk pembelajaran yang bisa memenuhi rasa
keadilan bagi para siswa,
Banyak juga dari lulusan sekolah yang memiliki nilai yang cukup
tinggi. Tapi tentunya sebagian nilai dari mereka tidaklah murni, punya
otak yang cerdas, brilian, serta mampu menyelesaikan berbagai macam
soal pelajaran dengan sangat tepat dan benar. Sayangnya, sebagian dari
mereka tidak sedikit pula yang cerdas malah banyak yang berperilaku
tidak cerdas dan sikap yang tidak brilian, serta kurangnya mempunyai
mental kepribadian yang baik, seperti nilai akademik yang telah mereka
8
raih di bangku-bangku sekolah atau kuliahnya. Hal ini terbukti dengan
banyaknya sekarang pemimpin bangsa dan para pejabat - pejabat
pemerintahan yang tersandung kasus - kasus korupsi dan kejahatan
lainnya (Aunillah, 2011:9-10)
Nah untuk menyikapi kasus - kasus yang terjadi di atas penulis
sependapat dengan analisis dari Lickona dalam bukunya Majid dan
Andayani (2011:2) yang menyatakan bahwa “bangkitnya sebuah logika
positivisme yang menyatakan tidak adanya kebenaran moral dan tidak
adanya sasaran yang benar atau salah, telah menenggelamkan
pendidikan dan moral dari permukaan dunia pendidikan ini”.
Bahkan bukan hanya ukuran benar atau salah saja yang akan membuat
pendidikan kita akan semakin kacau, khususnya Negara Indonesia
sendiri. Semua orang akan pasti akan mengakui bahwa dirin merekalah
yang paling benar. Bukan hanya di bidang pendidikan saja yang kacau,
bahkan dalam bidang yang lain. Lebih lanjut dari Zubaedi (2013:13)
menyatakan bahwa “karakter itu merupakan hal yang sangat esensial
dalam berbangsa dan bernegara, hilangnya karakter – karakter itu
menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa juga. Karakter sangan
berperan penting sebagai “kemudi” dan kekuatan juga sehingga bangsa
ini tidak akan terombang-ambing. Karakter tidak datang dengan
sendirinya, tetap harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa
yang lebih bermartabat”.
Penelitian dari Agus Munadir (2016) yang judulnya “Strategi
Sekolah dalam Pendidikan Multikultural”. Menerangkan bahwa dalam
mengembangkan suatu pendidikan multikultural di sekolah itu dapat
menggunakan strategi - strategi baik di dalam kegiatan belajar –
mengajar, kegiatan – kegiatan sekolah yang lain juga maupun penerapan
sebuah manajeman sekolah yang berbasiskan multikultural dan yang
menjadi penanggung jawab dan pemimpinnya adalah kepala sekolah itu
sendiri. Ciri dari bangsa Indonesia yang pluralistik dan multikultural
menyebabkan strategi kebudayaan nasional juga harus diisi dengan nilai
– nilai yang tepat, dan di antaranya adalah prinsip mutualisme yang
artinya kebersamaan dan kerja sama yang memberikan manfaat kepada
semua pihak yang telah bekerja sama, bukan hanya menguntungkan satu
pihak saja, berarti sangat penting untuk menekankan pentingnya
memberikan kesempatan bagi berkembangnya masyarakat yang
9
multikultural yang masing – masing harus diakui haknya untuk
mengembangkan dirinya melalui kebudayaan - kebudayaan mereka.
Dengan begitu bisa juga membangun dirinya, membangun tanah
keluhurnya yang termasuk sebagai bagian dari tanah air Indonesia
dengan didasari oleh sikap egalitarian, toleransi dan demokrasi.
Terkait masalah di atas, yang sangat menarik untuk dikaji dan
diteliti lebih lanjut adalah bagaimana konsep pendidikan multikultural itu
bisa dipahami dan diimplementasikan dalam proses Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) oleh Lembaga – lembaga Pendidikan formal.
Penelitian studi kasus pada sekolah – sekolah umum sudah banyak
dilakukan. Sedangkan penelitian di Madrasah yang notabene merupakan
sekolah Islam atau swasta yang hampir seluruh siswanya beragama Islam
masih jarang sekali dilakukan. Madrasah Aliyah PINK 03 Tambun
Selatan Bekasi dipilih sebagai salah satu sampel studi kasus penelitian ini
karena Madrasah ini merupakan salah satu wilayah yang masih langka
atau jarang dilakukan, khususnya jenjang Aliyah atau setara dengan
SMA.
Berdasarkan pemaparan di atas tadi yang terkait dengan
problematika pendidikan multikultur baik dari segi manajemen atau
stragegi pembelajaran di sekolah, serta alasan - alasan yang menarik
untuk melakukan kajian tentang penelitian ini, maka penelitian tesis ini
akan diberikan judul yaitu “Penerapan Sosialisasi Nilai – Nilai
Keragaman Sebagai Wujud Pendidikan Multikultural di MA. PINK
03 Tambun Selatan Bekasi”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka diperoleh beberapa
permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Sistem kurikulum di pendidikan nasional sudah sering
melakukan revolusi atau perubahan, tetapi tetap saja indicator
dari keberhasilan pendidikan masih belum signifikan serta hasil
kurikulumnya yang kurang maksimal dalam aplikasi di
lapangannya.
2. Pemahaman guru tentang Pemahaman Pendidikan Multikultural
didalam Pembelajaran masih kurang atau masih dibawah standar.
Kesempatan juga bagi guru dalam memahami dan menafsirkan
10
Pemahaman dalam Pendidikan Multikultural masih kurang , jadi
guru jangan hanya focus pada kurikulum yang tertulis saja.
3. Kurangnya keterlibatan guru secara langsung dalam
pengembangan Pendidikan Multikultural.
4. Kurangnya Perencanaan Pendidikan Multikultural secara matang.
Dan masih kurangnya pemahaman dalam pendidikan
multikultural itu sendiri dalam kalangan pengajar termasuk
strategi pembelajarannya.
5. Penanaman dalam nilai-nilai multikultural saat ini belum banyak
dilaksanakan di sekolah - sekolah.
6. Informasi tentang implementasi pendidikan multikultural di MA
PINK 03, belum banyak diketahui masyarakat.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, jelas sudah bahwa masalah-masalah
tersebut sangat penting untuk dijawab dan diketahui. Namun
permasalahan tersebut cukup luas, mengingat akan keterbatasannya
waktu, materi, tenaga, dan kemampuan peneliti, maka diperlukan
pembatasan masalah. Dan pembatasan masalah yang akan dikaji dan
diteliti secara komprehensif dalam tesis ini tentang bagaimana Penerapan
Sosialisasi Nilai – Nilai Keragaman Sebagai Wujud Pendidikan
Multikultural di MA. PINK 03 Tambun Selatan Bekasi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah pokok dapat
dirumuskan adalah Bagaimana Penerapan Sosialisasi Nilai – Nilai
Keragaman Sebagai Wujud Pendidikan Multikultural di MA. PINK 03
Tambun Selatan Bekasi ?
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka
tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a. Tentu secara akademis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
konsep dan teori proses penerapan sosialisasi nilai – nilai
11
keragaman sebagai wujud pendidikan multikultural di MA. PINK
03 Tambun Selatan Bekasi.
b. Dan secara terapan penelitian ini juga bertujuan untuk
memberikan pengetahuan tentang pentingnya upaya-upaya yang
dilakukan dalam penerapan pendidikan multikultural pada
sekolah tersebut dengan latar siswa-siswinya yang beragam.
2. Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini bermanfaat untuk menjadi bahan kajian para
akademis untuk mengkritisi hasil penelitian atau meneliti bagian
yang bisa diteliti dan menjadi bahan acuan untuk penelitian
selanjutnya dan itu menurut akademis.
b. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah ilmu, wawasan dan
sebagai pengalaman bagi peneliti sesuai dengan disiplin ilmu,
bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi para
pembaca sehingga karya tulis ini dapat diaplikasikan dalam
mendidik putra putrinya agar berperilaku baik sesuai dengan
ajaran islam ini menurut terapan.
12
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Pendidikan Multikultural
Sebagai sebuah wacana baru, pengertian Pendidikan
multikultual sesungguhnya hingga saat ini masih belum begitu jelas
dan masih banyaknya pakar dari Pendidikan yang
memperdebatkannya. Namun, bukan berarti definisi Pendidikan
multikultural tidak ada atau tidak jelas. Sebenarnya, sama dengan
definisi Pendidikan yang penuh penafsiran antara satu pakar dengan
pakar lainnya, di dalam menguraikan makna Pendidikan itu sendiri.
Hal ini juga terjadi pada penafsiran tentang arti Pendidikan
multikultural.
Meminjam pendapat Andersen dan Cusher (1994:320 (dalam
Choirul 2016:175)). Bahwa Pendidikan multikultural dapat diartikan
sebagai Pendidikan mengenai keragaman kebudayaan. Kemudian,
James Branks (1993:3 (dalam Choirul 2016:175) mendefinisikan
Pendidikan multikultural sebagai Pendidikan people of color.
Artinya, Pendidikan multikultural ingin mengeksporasi perbedaan
sebagai keniscayaan (anugerah tuhan/sunnatullah). Kemudian,
bagaimana kita mampu mensikapi perbedaan tersebut dengan penuh
toleransi dan semangat egaliter.
Muhaemin el Ma’hady berpendapat, bahwa secara sederhana
Pendidikan multikultural dapat didefinisikan sebagai Pendidikan
tentang keragaman kebudayaan dalam meresponi perubahan
demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan
dunia secara keseluruhan (global) (Choirul 2016:176).
Arti sederhananya pendidikan sering juga diartikan sebagai
suatu usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan
nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan nya. Dan menurut
Langeveld, pendidikan itu setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan
bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju pada pendewasaan
anak itu sendiri, atau lebih tepatnya membantu anak itu agar cukup
cakap dalam melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu bisa
datang dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa
13
seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan
itu ditujukan kepada orang – orang yang belum dewasa. Sedangkan
menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yaitu tuntunan di dalam
hidup tumbuhnya anak- anak. Maksudnya pendidikan itu, menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak tersebut, agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Sedangkan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pendidikan itu suatu usaha sadar dan terencana
dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajarannya agar
peserta didik secara aktif bisa mengembangkan potensi yang ada
pada dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(Hasbullah, 2011: 1-4).
Menurut ahli antropologi Indonesia, Koentjaraningrat
menyatakan bahwa pendidikan itu sebagai usaha untuk mengalihkan
adat-istiadat dan seluruh kebudayaan dari generasi lama ke generasi
baru. Definisi dengan nuansa filosofis ini terlihat pada rumusan J.
Sudarminta yang memaknai pendidikan tersebut secara luas dan
umum sebagai usaha yang sadar dilakukan oleh pendidik melalui
bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam membantu anak didik
mengalami proses pemanusiaan diri mereka ke arah tercapainya
pribadi yang dewasa susila. Kata pendidikan mengandung empat
pengertian: yaitu sebagai bentuk kegiatan, proses, buah, atau produk
yang dihasilkan oleh proses tersebut, dan sebagai ilmu (Ngainun
Naim & Achmad Sauqi, 2008: 30).
Sedangkan menurut George F. Kneller dalam bukunya yang
berjudul: Foundations of Education, pendidikan dapat dipandang
dalam arti yang luas dan dalam arti teknis, atau dalam arti hasil dan
dalam arti proses. Dalam artinya yang luas pendidikan menunjuk
pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh
yang berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan jiwa
(mind), watak (character), atau kemampuan fisik (physical ability)
individu. Dalam arti teknis, pendidikan adalah proses di mana
masyarakat, melalui lembaga-lembaga pendidikan (sekolah,
14
perguruan tinggi atau lembaga-lembaga lain), dengan sengaja
mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilai -
nilai dan ketrampilan-ketrampilan dari generasi ke generasi. (Dwi
Siswoyo, dkk, 2008: 17-19).
Seperti apa yang telah dikemukakan di atas, arti pendidikan
pada dasarnya dilihat menggunakan dua cara pandang yaitu
pendidikan dalam arti sempit dan pendidikan dalam arti yang luas.
Pendidikan secara luas bukan sekedar kegiatan yang berlangsung di
dalam lembaga formal seperti sekolah maupun perguruan tinggi.
Pendidikan dilihat dan dimaknai juga sebagai proses sepanjang hidup
tanpa mengenal batasan usia.
Dalam arti yang luas pendidikan tidak terpaku hanya pada
tempat pendidikan yang berlangsung disitu saja. Dalam hal ini
misalnya terdapat lembaga formal seperti sekolah dan perguruan
tinggi. Pendidikan bisa berlangsung di mana saja dan dalam
lingkungan apapun, tidak hanya pada lingkungan sekolah atau formal
semata. Pendidikan dapat berlangsung dalam bermasyarakat atau
sosial, dalam peribadatan atau agama, dalam kehidupan berpolitik,
serta dalam lingkungan sosial lainnya. Dalam GBHN tahun 1978
menyatakan bahwa pendidikan itu berlangsung seumur hidup dan
dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan ber
masyarakat. Karena itu, pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah (Hasbullah,
2011: 63).
Pendidikan termasuk dalam usaha manusia untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan yang didapat baik dari Lembaga
formal maupun informal dalam membantu proses transformasi
sehingga mencapai kualitas yang diharapkan. Agar kualitas yang
diharapkan itu dapat tercapai, diperlukan adanya penentuan tujuan
dari Pendidikan. Tujuan Pendidikan inilah yang akan menentukan
keberhasilan kita dalam proses pembentukan kepribadian manusia
yag berkualitas tanpa mengesampingkan unsur – unsur lain dalam
Pendidikan. Dalam proses penentuan tujuan Pendidikan dibutuhkan
juga suatu perhitungan yang matang, cermat, dan teliti agar tidak
menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleh karena itu sangat
diperlukan suatu rumusan tentang tujuan Pendidikan yang
15
menjadikan moral sebagai basis rohaniah yang sangat vital dalam
setiap peradaban bangsa. Pendidikan juga merupakan salah satu
kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Untuk mendapatkan
Pendidikan yang baik maka harus adanya pemahaman terhadap dasar
dan tujuan secara mendalam.
Kebudayaan merupakan Akar kata dari multikulturalisme.
Secara etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi
(banyak), kultur (budaya), isme (aliran/paham). Secara hakiki, dalam
kata itu terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup
dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang
unik (Choirul Mahfud, 2009: 75).
Multikulturalisme ternyata bukan suatu pengertian yang
gampang. Di dalamnya terdapat dua pengertian yang sangat
kompleks yaitu “multi” yang berarti plural, “kulturalisme” itu kultur
atau budaya. Istilah plural punya arti yang berjenis-jenis, karena
pluralisme bukan sekedar pengakuan akan adanya hal-hal yang
berjenis-jenis tetapi juga pengakuan tersebut mempunyai implikasi-
implikasi politis, sosial, ekonomi. Oleh sebab itu pluralisme sangat
berkaitan dengan prinsip-prinsip demokrasi (H.A.R. Tilaar, 2004:
82). Menurut Parsudi Suparlan (2004), multikulturalisme itu sebuah
ideologi yang menekankan tentang pengakuan dan penghargaan pada
derajat perbedaan kebudayaan.
Sedangkan pendidikan multikultural ialah strategi pendidikan
yang digunakan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara
menggunakan perbedaan-perbedaan kultural yang ada pada para
siswa seperti perbedaan agama, etnis, bahasa, gender, kelas sosial,
ras, kemampuan, dan umur agar semua proses belajar menjadi efektif
dan mudah. Pendidikan multikultural juga untuk melatih dan
membangun karakter yang ada pada siswa agar bisa bersikap
demokratis, humanis, dan pluralis dalam lingkungan mereka (M.
Ainul Yaqin, 2005: 25).
Menurut Hilda Hernandez yang dalam bukunya Multicultural
Education: A Teacher Guide to Linking Context, Process, and
Content, mengatakan pendidikan multikultural itu sebagai perspektif
yang mengakui adanya realitas politik, sosial, dan ekonomi yang
dialami oleh masing-masing individu dalam perjumpaan manusia
16
yang kompleks dan beragam secara kultur, dan merefleksikan
pentingnya budaya, ras, seksualitas dan gender, etnisitas, agama,
status sosial, ekonomi, dan pengecualian-pengecualian lain dalam
proses pendidikan. Atau, dengan kata lain, ruang pendidikan sebagai
media transformasi ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) dan
harusnya mampu memberikan nilai-nilai multikulturalisme dengan
cara saling menghargai dan menghormati atas realitas yang beragam
(plural), baik latar belakang maupun basis sosio budaya yang
melingkupinya (Choirul Mahfud, 2009: 176).
Baker (Setya Raharja, 2010: 29-30) juga menjelaskan bahwa
pendidikan multikultural itu suatu proses pendidikan di mana anak
didik itu dilayani dengan pembelajaran dan pengalaman yang
mengakui adanya latar belakang budaya pada semua individu dan
dimana mereka disiapkan untuk mengembangkan kehidupan dalam
masyarakat yang lebih seimbang. Ini mengandung arti bahwa
pendidikan multikultural harus diakui sebagai proses - bukan
merupakan hal yang sederhana seperti program - yang komprehensif.
perbedaan-perbedaan pada diri anak didik yang harus diakui
dalam pendidikan multikultural, antara lain mencakup penduduk
monoritas etnis dan ras, kelompok pemeluk agama, perbedaan
agama, perbedaan jenis kelamin, kondisi ekonomi, daerah atau asal-
usul, ketidakmampuan fisik dan mental, kelompok umur, dan lain-
lain menurut pendapat Baker. Melalui pendidikan multikultural ini
anak didik diberi kesempatan dan pilihan untuk mendukung dan
memperhatikan satu atau beberapa budaya, misalnya: sistem nilai,
gaya hidup, atau bahasa.
Dan menurut James A. Banks (Tilaar, 2004: 181) pendidikan
multikultural ialah konsep, ide, atau falsafah sebagai suatu rangkaian
kepercayaan (set of believe) dan penjelasan yang mengakui dan
menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis di dalam
membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi,
kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu, kelompok,
maupun negara. Dalam Pendidikan multikultural juga ada dimensi-
dimensi yang harus diperhatikan. James Banks dalam Muhaemin El-
Ma'hady (2004) menerangkan bahwa pendidikan multikultural
memiliki lima dimensi yang saling berkaitan yaitu :
17
mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk
mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam mata
pelajaran/disiplin ilmu atau content integration; membawa siswa
untuk memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran
(disiplin) atau the knowledge construction process; menyesuaikan
metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka
memfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam baik dari segi
ras, budaya ataupun sosial an equity paedagogy; mengidentifikasi
karakteristik ras siswa dan menentukan metode pengajaran mereka
prejudice reduction; serta melatih kelompok untuk berpartisipasi
dalam kegiatan olahraga, berinteraksi dengan seluruh staf dan siswa
yang berbeda ras dan etnis dalam upaya menciptakan budaya yang
akademik.
pendidikan multicultural pada dasarnya dikembangkan untuk
mengakomodasi keberagaman budaya yang dimiliki oleh anak didik
baik secara individu maupun kelompok. Untuk lebih memahami dan
mendalami konsep pendidikan multikultural tersebut, perlunya
diperhatikan beberapa prinsip dasar dalam penerapan pendidikan
multikultural di sekolah. Dan prinsip-prinsip pendidikan
multikultural tersebut telah dijelaskan secara rinci oleh Baker (Setya
Raharja, 2010: 32) sebagai berikut :
1) Pendidikan multikultural ialah suatu proses, sehingga
pengembangan dalam pendidikan multikultural dilakukan
dalam periode waktu yang lumayan cukup lama.
2) Pengembangan pendekatan multikultural dalam pendidikan
hendaknya harus komprehensif, lengkap, dan melibatkan
semua partisipan dalam komunitas sekolah, serta dalam
lingkungan yang kondusif dan mendukung.
3) Pelatihan dan pendidikan bagi para staf, guru-guru, orang tua
murid, dan komunitas pimpinan juga merupakan hal yang
bersifat esensial.
4) Pendidikan multikultural diawali dengan memperhatikan
secara benar tentang latar belakang murid yang terlibat dalam
proses tersebut.
5) Komponen pembelajaran pendidikan multikultural
harus diintegrasikan secara teliti dalam kurikulum.
18
Bentuk – bentuk dari pengembangan pendidikan multikultural
dalam setiap negara pastinya berbeda-beda dan sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi oleh masing masing negara. James A.
Banks dalam Farida Hanum (2009: 30-31) menyatakan bahwa ada
empat pendekatan yang mengintegrasikan materi pendidikan
multikultural ke dalam kurikulum ataupun pembelajaran di sekolah
yang jika dicermati sangat relevan untuk diimplementasikan di
sekolah Indonesia, bahkan Branks juga menyebutkan pendekatan
peratama sudah sering dilakukan, yaitu :
1) The contributions approach atau Pendekatan Kontribusi.
Level ini yang paling sering dilakukan dan paling luas jika
dipakai dalam fase pertama dari gerakan kebangkitan etnis.
Ciri dari pendekatan kontribusi ini yaitu dengan memasukkan
pahlawan-pahlawan dari suku bangsa/etnis dan benda-benda
budaya ke dalam pelajaran yang sesuai. Dan hal inilah yang
sampai saat ini sudah dilakukan di Indonesia.
2) Aditive Approach atau Pendekatan Aditif. Pada tahap ini
dilakukannya tambahan materi, konsep, tema, dan perspektif
terhadap kurikulum dan tidak mengubah struktur, tujuan dan
karakteristik dasarnya. Pendekatan aditif ini dilengkapi
dengan buku, modul atau bidang bahasan terhadap kurikulum
dengan tidak mengubahnya secara substansif.
3) The transformation approach atau Pendekatan Transformasi.
Pendekatan transformasi secara mendasar sangat beda
dengan pendekatan kontribusi dan aditif. Pada pendekatan
transformasi ini mengubah asumsi dasar pada kurikulum dan
menumbuhkan kompetensi siswa dalam melihat suatu konsep,
isu, tema, dan problem dari beberapa perspektif dan sudut
pandang etnis. Perspektif ini berpusat pada aliran utama dan
hanya satu di antara perspektif dari isu, masalah, dan konsep
itu dipandang. Jadi suatu isu tidak hanya dilihat dari
perspektif aliran utama saja yang mungkin dipaparkan pada
materi pelajaran. Siswa juga sangat boleh melihat dari
perspektif yang lain. Banks juga menyebutkan bahwa ini
proses multiple acculturation sehingga rasa saling
19
menghargai, kebersamaan dan cinta sesama dapat dirasakan
melalui dari pengalaman belajar.
4) The social action approach atau Pendekatan Aksi Sosial
mencakup semua elemen dari pendekatan transformasi itu,
tapi menambah komponen yang mempersyaratkan siswa
membuat aksi yang berkaitan dengan konsep, isu atau
masalah yang dipelajari dalam unit tersebut. Tujuan utama
dari pengajaran pendekatan ini untuk mendidik siswa
melakukan kritik sosial dan mengajari mereka keterampilan
dalam membuat keputusan untuk kritik sosial, dan mengajari
mereka juga dalam keterampilan membuat keputusan, untuk
memperkuat siswa dan membantu mereka memperoleh
pendidikan yang politis, dan sekolah membantu mereka
menjadi kritikus sosial yang reflektif dan partisipan yang
terlatih dalam perubahan sosial. Dalam pendekatan ini
pengajar merupakan agen perubahan sosial yang
meningkatkan nilai-nilai demokratis dan kekuatan siswa.
Sebagai dasar pijak kita pendidikan multikultural dalam
menentukan arah pengembangan. Di Amerika dan Kanada
menggunakan konsep yang demokratis karena sejak kelahiran dan
sejarahnya bercorak multikultural, dan ini bukan hal baru lagi.
Mereka sudah berupaya melenyapkan diskriminasi rasial untuk
tujuan memajukan dan memelihara intergritas nasional. Pendidikan
multikultural sebagai konsep senantiasa berkembang dan beragam.
Pentinglah untuk meninjau kembali dasar – dasar historis yang dapat
di jadikan sebagai akar dimana Pendidikan multikultural itu
dikembangkan di Indonesia. Dengan kita mempelajari sejarah maka
akan dapat kita ketahui bentuk awal dari Pendidikan Multikultural
dan perubahannya serta kondisi sosial yang dapat memunculkannya.
Dalam konsep pendidikan masyarakat akan bisa diperbaiki melalui
proses pendidikan tersebut. Intinya kegagalan masyarakat termasuk
kegagalan Pendidikan dan sebaliknya. Dengan demikian, jika kita
ingin mengatasi segala macam problematika masyarakat dimulai
dengan penataan secara sitematik dan metodelogis dalam Pendidikan.
Salah satu dari komponen pembelajaran adalah proses belajar
mengajarnya (pembelajaran). Untuk memperbaiki realitas
20
masyarakat, perlu dimulai dari proses pembelajaran multicultural
yang bisa dibentuk melalui proses pembelajaran, dengan
menggunakan pembelajaran yang berbasis multikultural, yaitu proses
pembelajaran akan lebih mengarah pada upaya - upaya menghargai
perbedaan dalam sesama manusia sehingga terwujudnya suatu
ketenangan dan ketentraman tentang tatanan kehidupan masyarakat
maupun di sekolah.
Dengan begitu, melalui pendidikan multikultural seperti ini
peserta didik dapat melihat kemajemukan sebagai suatu realitas hidup
yang bisa mereka terima dan mengakui perbedaan-perbedaan serta
saling menghormati dan menghargai satu sama lain.
Dari definisi pendidikan multikultural di atas dapat kita
simpulkan bahwa pendidikan multikultural itu merupakan suatu
usaha yang sadar untuk menanamkan nilai-nilai multikultural kepada
siswa sehingga mereka dapat mengakui kemajemukan etnis, ras,
budaya, agama, status sosial ekonomi, berkebutuhan khusus, umur,
bahasa, dan gender. Melalui Pendidikan multicultural ini juga
diharapkan para siswa dapat memiliki sikap yang toleransi, humanis,
demokratis, bertanggung jawab, dan pluralis.
2. Nilai Multikultural dalam Pendidikan Agama Islam
Dalam artian umu pendidikan adalah usaha sadar yang
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam pembelajaran,
agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan yang mengacu pada spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Dalam Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional di Bab 1, tentang Ketentuan Umum
Pasal 1 ayat 1.
Pendidikan Agama ialah Pendidikan yang memberikan
pengetahuan yang memebentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan
dalam peserta didik untuk mengamalkan ajaran agamanya, yang
dilaksanakan sekurang–kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah
disemua jalur, jenjang dan jenis Pendidikan. Sedangkan menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan
Agama dan Keagamaan, Bab 1, Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat 1.
21
Pendidikan yang melihat perbedaan suku, agama dan ras
merupakan bagian dari scenario dan rekayasa penciptanya, satu paket
dengan ragam ciptaan alam raya merupakan suatu Pendidikan Islam
yang berbasis multikultural (Abudin Nata, 2014: 255). Di samping itu
juga merupakan konsekuensi pencipta – Nya atas manusia sebagai
“Makhluk yang Nalar” atau dalam Al-Qur’an, disebutnya sebagai
“Ahsanu Taqwim” ialah (sebaik-baik ciptaan). Dengan begitu, ragam
perbedaan tersebut merupakan fasilitas ekstra eksekutif yang Tuhan
berikan bagi hamba-Nya yaitu manusia.
Jika kedua definisi Pendidikan umum dan Pendidikan agama
tersebut dihubungkan antara satu dan lainnya, terdapat hal-hal
sebagai berikut :
1) Terkait dengan metode dan pendekatan, yakni lebih
mengedepankan proses daripada hasil, yaitu dengan cara
menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang berbasis
pada pemberian kesempatan kepada peserta didik (student
centris). Daripada berbasis pada pemberian pengetahuan dan
ajaran (teacher centris). Hal tersebut terlihat pada kalimat
tersebut agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya.
2) Terkait dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu agar peserta
didik memiliki suatu kekuatan spiritual tentang keagamaan,
pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara.
3) Terkait dengan kurikulum atau materi pembelajaran, yaitu
mata pelajaran yang termasuk dengan pembinaan spiritual
keagamaan tersebut, pengendalian diri akan akhlak mulia,
mata pelajaran yang terkait dengan perkembangan kognitif
dan kecerdasan serta ilmu pengetahuan, mata pelajaran yang
terkait dengan soft skill dan social skill, yaitu kemampuan
dalam memanfaatkan sikap keberagamaan, pengetahuan, dan
keterampilan dalam dirinya, masyarakat, bangsa dan negara,
dan
4) Terkait dengan Pendidikan agama terkait dengan pengetahuan
dalam membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan yang
ada dalam peserta didik untuk mengamalkan ajaran
agamanya. (Abudin Nata, 2014: 256)
22
Dengan mengacu kepada definisi tersebut, serta dengan
membandingkan dengan perlunya memasukan nilai – nilai
multikultural dalam rangka menanggulangi bahaya radikalisme dan
terorisme sebagaimana tersebut di atas, tampak bahwa baik dalam
perundang – undangan, peraturan maupun dalam berbagai dokumen
lainnya tentang Pendidikan agama pada khusunya belum
menampung nilai – nilai multikultural secara significant. Baik secara
eksplisit maupun implisit. Nilai – nilai Pendidikan multikultural
yang melihat dari perbedaan suku, agama dan ras yang merupakan
bagian dari sebuah scenario dan rekayasa penciptanya, satu paket
dengan ragam ciptaan alam raya, yang tampak dan belum tampak
dengan jelas.
Sehubungan dengan itu, pada bagian ini akan dikemukakan
rumusan tentang visi, misi, fungsi, tujuan, kurikulum, bahan ajar,
tentang Pendidikan dan kependidikan, sarana prasarana, budaya
sekolah, dan evaluasi Pendidikan Agama Islam berbasis
multikultural dengan pilar – pilarnya yang telah disesuikan dengan
nilai – nilai ajaran agama Islam sebagaimana tersebut di atas.
3. Nilai-nilai Keragaman
a) Nilai sosial
Nilai adalah gagasan tentang apakah pengalaman itu
berarti atau tidak menurut Horton dan Hunt,. Nilai pada
hakikatnya mengarah pada perilaku dan pertimbangan seseorang,
tetapi ia tidak menghakimi apakah sebuah perilaku tertentu salah
atau benar. Secara makro, bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai
nasional yang digunakan untuk mempersatukan bangsa yang
majemuk ini. Nilai tersebut, diantaranya Pancasila dan semboyan
Bhineka Tunggal Ika. Maka dari itu nilai dalam hal ini ialah
konsep umum tentang sesuatu yang dianggap baik, patut, layak,
pantas yang keberadaannya dicita-citakan, diinginkan, dihayati,
dan dilaksanakan untuk kehidupan sehari-hari dan menjadi tujuan
kehidupan bersama di dalam kelompok masyarakat tersebut,
mulai dari unit kesatuan sosial terkecil hingga suku, bangsa, dan
masyarakat internasional (Elly M. Setiadi & Usman Kolip, 2011:
199).
Nilai sosial juga merupakan hal yang dituju oleh
kehidupan sosial itu sendiri, sedangkan metode pencapaian nilai
sosial tersebut adalah norma, sehingga fungsi norma sosial yaitu
23
sebagai petunjuk atau arah tentang cara untuk mencapai nilai atau
tujuan tersebut. Dalam hal ini Notonegoro juga membedakan nilai
itu menjadi tiga macam yaitu nilai material, yang meliputi
berbagai konsepsi tentang segala sesuatu yang berguna bagi
jasmani manusia. Misalnya dengan nilai tentang baik buruknya
atau harga pada suatu benda yang diukur dengan alat ukur
tertentu seperti uang, atau benda-benda berharga lainnya. Nilai
vital, meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala
sesuatu yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan di
berbagai aktivitas. Nilai kerohanian juga meliputi berbagai
konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan
dengan kebutuhan rohani manusia. Nilai kerohanian termasuk ke
dalam nilai kebenaran, yang bersumberkan pada rasio (akal
manusia).
Nilai yang bersumber pada unsur perasaan yaitu nilai
keindahan. sedangkan yang bersumber pada unsur kehendak ialah
Nilai moral, terutama pada tingkah laku manusia tentang
penilaian perbuatan yang dianggap baik atau buruk, mulia atau
hina menurut tatanan yang berlaku di dalam kelompok sosial
tersebut. yang bersumber pada kitab suci adalah Nilai Keagamaan
(Elly M. Setiadi & Usman Kolip, 2011: 124-125).
b) Nilai-nilai Keragaman di Sekolah
Internalisasi nilai-nilai multikultural perlu diwujudkan
sejak dini melalui suatu pendidikan, setidaknya ada empat alasan.
Yang Pertama, yaitu pendidikan multikulturalisme dapat
memberikan suatu terobosan baru tentang pembelajaran baru
yang mampu meningkatkan empati dan mengurangi prasangka
siswa, sehingga terciptanya warga negara yang mampu mengelola
masalah tanpa adanya suatu kekerasan (nonviolent). Kedua, itu
penerapan pendekatan dan strategi pembelajaran yang potensial
dalam mengedepankan suatu proses interaksi sosial sehingga
memiliki afeksi yang kuat. Ketiga, itu model pembelajaran
multikultural yang membantu pendidik dalam mengelola suatu
proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien, sehingga
memberikan siswa kemampuan dalam membangun kolaboratif
sehingga memiliki nilai tinggi dalam kehidupan masyarakat yang
beragam. Keempat, memberikan kontribusi bagi bangsa
Indonesia dalam suatu penyelesaian dan mengelola masalah yang
bernuansakan SARA yang sering timbul dalam masyarakat
24
dengan cara meningkatkan empati dan mengurangi prasangka.
(Rahmi Fhonna, 2011: 35-36)
Pendidikan multikultural bukanlah mata pelajaran yang
berdiri sendiri, tetapi dia terintegrasi ke dalam mata pelajaran
yang lainnya, sehingga dalam implementasinya perlu dilakukan
oleh pendidik sebagai salah satu komponen pembelajaran. Oleh
karena itu, pendidikan multikultural tidak hanya menjadi
tanggung jawab pendidik mata pelajaran tertentu, tetapi perlu
diimplementasikan secara integral ke dalam berbagai materi
pembelajaran yang relevan dengan mata pelajaran yang
bersangkutan. Peran pendidik dalam mengimplementasikan
pendidikan multikultural itu sangat penting, di mana pendidik
harus mampu mengelola dan mengorganisir isi, proses dan situasi
kegiatan sekolah secara multikultural di mana setiap siswa
dengan latar belakang yang berbeda - beda berkesempatan untuk
mengembangkan dirinya dan saling menghargai perbedaan yang
tidak mungkin dihindari lagi di lingkungan sekolah. Dengan
kapasitas pendidik yang kreatif dan inovatif itu serta adanya
dukungan dari seluruh komponen sekolah, diharapkan akan
muncul pemahaman dan afeksi siswa akan nilai-nilai
multikultural yang dikembangkan seperti toleransi, solidaritas,
musyawarah, dan pengungkapan diri (Rahmi Fhonna, 2011: 40-
41).
Indikator keterlaksanaan nilai-nilai multikultural yang ada
di sekolah menurut Muthoharoh, adalah sebagai berikut : (Imam
Aji Subagyo, 2012: 16-17).
1) Nilai Terbuka (Inklusif)
Dalam Nilai ini memandang bahwa kebenaran yang
dianut oleh suatu kelompok, bisa dianut juga oleh
kelompok yang lainnya. Nilai ini mengakui adanya
pluralisme dalam suatu komunitas atau kelompok sosial,
menjanjikan di kedepankannya suatu prinsip inklusivitas
yang bermuara pada tumbuhnya kepekaan terhadap
berbagai kemungkinan unik yang sudah ada.
2) Nilai Mendahulukan Dialog (Aktif)
25
Dialog ini termasuk pemahaman yang berbeda tentang
suatu hal yang dimiliki oleh masing-masing kelompok
yang berbeda dan dapat saling memperdalam tanpa
merugikan masing-masing dari pihak tersebut. Hasilnya
dari mendahulukan dialog adalah terciptanya hubungan
erat, sikap saling memahami, saling menghargai, saling
percaya, dan punya rasa dalam tolong menolong.
3) Nilai Kemanusiaan (Humanis)
Memanusiakan manusia pada dasarnya itu suatu
pengakuan yang pluralitas, heterogenitas, dan keragaman
dari manusia itu sendiri. Keragaman itu bisa berupa
ideologi, agama, paradigma, suku bangsa, pola pikir,
kebutuhan, tingkat ekonomi, dan lain sebagainya.
4) Nilai Toleransi
Toleransi dipahami sebagai perwujudan mengakui dan
menghormati hak-hak asasi manusia dalam hidup
bermasyaraka. Kebebasan berkeyakinan yang artinya
tidak ada paksaan dalam segi agama, kebebasan berpikir
atau berpendapat, kebebasan berkumpul, dan lain
sebagainya.
5) Nilai Tolong Menolong
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup
sendirian, meski ia memiliki harta benda yang berlimpah,
sehingga setiap yang ia inginkan dengan mudahnya dapat
terpenuhi, tetapi tetap saja ia tidak bisa hidup sendirian
tanpa bantuan orang lain, dan kebahagiaan pun mungkin
tak akan pernah ia rasakan.
6) Nilai Keadilan (Demokratis)
Keadilan merupakan sebuah istilah yang menyeluruh
dalam segala bentuk, baik keadilan budaya, politik,
maupun sosial. Keadilan itu sendiri merupakan bentuk
dari setiap insan agar mendapatkan apa yang ia butuhkan,
bukan apa yang ia inginkan.
7) Nilai Persamaan dan Persaudaraan Sebangsa maupun
Antar bangsa
26
Di dalam Islam, ukhuwah merupakan persamaan dan
persaudaraan. Ukhuwah mempunyai 3 jenis dalam
kehidupan manusia, yaitu: Ukhuwah Islamiah
(persaudaraan seagama), ukhuwah wathaniyyah
(persaudaraan sebangsa), ukhuwah bashariyah
(persaudaraan sesama manusia). Konsep ukhuwah itu,
dapat kita simpulkan bahwa setiap manusia baik yang
berbeda suku, agama, bangsa, dan keyakinan ialah tetap
saudara. Karena setiap manusia memiliki hak yang sama.
8) Berbaik Sangka
Memandang seseorang atau kelompok lain dengan
melihat sisi positifnya saja dan dengan paradigma itu
maka tidak akan ada diantara kelompok itu saling
menyalahkan. Sehingga kerukunan dan kedamaian pun
akan tercipta.
9) Cinta Tanah Air
Cinta tanah air dalam hal ini tidak hanya bermakna
sempit, bukan chauvinisme yang suka membangga-
banggakan negerinya sendiri dan sering menghina orang
lain, bukan juga memusuhi negara lain. Tetapi rasa
kebangsaan yang lapang dan berperikemanusiaan itulah
yang mendorong kita untuk hidup rukun dan damai
dengan bangsa-bangsa yang lainnya.
4. Sosialisasi Nilai-nilai Keberagaman
a) Sosialisasi
Individu dalam ber masyarakat akan mengalami suatu
proses sosialisasi agar ia dapat hidup dan bertingkah laku sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Sosialisasi merupakan suatu proses transmisi kebudayaan antar
generasi, karena jika tanpa sosialisasi masyarakat tidak akan
dapat bertahan melebihi dari satu generasi. Syarat penting untuk
berlangsungnya proses sosialisasi adalah interaksi sosial, karena
tanpa interaksi sosial, sosialisasi tidak mungkin bisa berlangsung.
Sosialisasi adalah proses belajar yang dialami seseorang untuk
memperoleh pengetahuan , ketrampilan, nilai-nilai dan norma-
27
norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam
kelompok masyarakatnya Menurut David A. Goslin, (R. Diniarti
F. Soe’oed, 2004: 30). Sedangkan sosialisasi merupakan suatu
proses di mana di dalamnya seorang anak belajar menjadi seorang
anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat adalah menurut
Berger (Dany Haryanto dan G. Edwi Nugrohadi, 2011: 181).
Sosialisasi tersebut dilakukan dengan mendidik suatu
individu tentang kebudayaan yang harus dimiliki dan diikutinya,
agar ia menjadi anggota yang baik dalam ber masyarakat dan
dalam berbagai kelompok yang khusus. Sosialisasi dapat
dianggap sama dengan pendidikan. Dalam proses sosialisasi
individu belajar tentang tingkah laku, kebiasaan, serta pola-pola
kebudayaan lainnya, juga ketrampilan-ketrampilan sosial seperti
berbahasa, bergaul, berpakaian, cara makan, dan sebagainya.
Segala sesuatu yang dipelajari individu harus dipelajari dari
anggota lainnya, secara sadar apa yang telah diajarkan oleh orang
tua, saudara-saudara, anggota keluarga lainnya dan di sekolah
kebanyakan oleh gurunya adalah suatu proses. Seluruh proses
sosialisasi ini berlangsung dalam interaksi individu dengan
lingkungan (S. Nasution, 2004: 126).
Ada 2 pola sosialisasi dari Dany Haranto dan G. Edwi
Nugrohadi. Diantaranya adalah sosialisasi refresif (refressive
socialization), yang menekankan pada penggunaan hukuman
terhadap kesalahan. Ciri lain menurut Jaeger itu seperti tentang
penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan,
penekanan pada kepatuhan anak pada orang tua, penekanan pada
komunikasi yang bersifat satu arah, non verbal dan berisi
perintah, penekanan titik berat sosialisasi pada orang tua dan pada
keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other
(bagian diri terpenting). Sosialisasi partisipatoris (participatory
socialization), juga merupakan pola yang di dalamnya anak diberi
imbalan manakala ia berperilaku baik; hukuman dan imbalan
bersifat simbolik; seperti anak diberi kebebasan; penekanan
diletakan pada interaksinya; komunikasi yang bersifat lisan; anak
tersebut menjadi pusat sosialisasi; keperluan anak akan dianggap
28
penting; dan keluarga yang menjadi generalized other
(penyamarataan dengan diri sendiri).
b) Sosialisasi Anak Didik
Objek dari proses belajar adalah Anak yang mempunyai
peranan penting dalam proses sosialisasi. Dan dalam keluarga,
anak pasti berinteraksi dengan ibu, ayah dan anggota keluarga
lainnya, dimana anak dapat memperoleh suatu pendidikan yang
informal, yaitu berupa kebiasaan. Keluarga juga sebagai salah
satu pusat pendidikan yang bertugas membentuk suatu kebiasaan
kebiasaan yang bersifat positif sebagai fondasi yang kuat dalam
pendidikan informal. Lalu anak bisa bersosialisasi pada
pendidikan formal yaitu di sekolah atau di mana mereka
menuntut ilmu. Setelah anak masuk sekolah, anak diharapkan
bisa menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sekolah yang
berlaku. Di sekolah, anak juga berinteraksi dengan pendidik, staf
karyawan, atau teman sejawat. Di sekolah anak juga mendapatkan
pendidikan formal berupa nilai-nilai, pengetahuan, ketrampilan
dan sikap terhadap mata pelajaran. Nah dari proses sosialisasi di
sekolah anak pasti akan membentuk suatu kepribadian untuk
tekun dan rajin belajar, serta memiliki cita-cita, dan lain-lain.
Sebagai proses sosialisasi anak, sekolah memiliki peranan
diantaranya yaitu: 1) transmisi kebudayaan, termasuk norma-
norma, nilai-nilai dan informasi melalui pengajaran secara
langsung, contohnya dengan sifat - sifat warga negara yang baik;
2) mengadakan kumpulan sosial, seperti perkumpulan sekolah,
pramuka, olah raga dan sebagainya yang memberi kesempatan
kepada anak-anak untuk mempelajari dan mempraktikkan
berbagai keterampilan sosial atau ektrakulikuler; 3)
memperkenalkan anak dengan tokoh – tokoh yang teladan, dalam
hal ini pendidik (guru) dan pemimpim sekolah memegang
peranan yang penting; serta 4) menggunakan tindakan positif,
seperti pujian, hadiah, dan sebagainya. Dan tidak melakukan
tindakan yang negatif seperti hukuman, celaan, dan lain-lain.
Sebenarnya dalam Proses sosialisasi di sekolah tidak
berbeda jauh dengan proses sosialisasi di masyarakat dan di
keluarga, yaitu kita menanamkan dan mewariskan kebudayaan
29
kepada anak didik. Dalam lembaga pendidikan juga akan terdapat
berbagai karakter anak didik sesuai dengan keadaan lingkungan
dari keluarga dan masyarakat serta kedudukan anak dalam
keluarga tersebut. Perbedaan karakter individu tersebut, sedapat
mungkin dapat diakomodasi dengan suatu sistem yang utuh dan
integral yang dikenal dengan tata tertib sekolah. Tata tertib
sekolah termasuk norma yang harus ditaati oleh setiap warga
sekolah termasuk anak didik tanpa membedakan status dan
golongan sosial anak didik (Abdullah Idi, 2011: 104-110).
c) Agen atau Media Sosialisasi
Ada beberapa agen dalam sosialisasi yang dipandang
berperan dalam membentuk pengetahuan, sikap, nilai, norma,
perilaku esensial, dan harapan-harapan agar mampu berpartisipasi
efektif dalam masyarakat (Damsar, 2011: 69-70). Dan menurut
Abdullah Idi (2011: 112113), dalam sosialisasi anak didik ada
sejumlah media atau agen sosialisasi, diantaranya :
1) keluarga, ini merupakan kalangan pertama yang mengajarkan
hal-hal yang berguna bagi perkembangan dan kemajuan hidup
manusia. Fungsi dari sosialisasi menunjukkan pada peranan
keluarga dalam membentuk suatu kepribadian anak. Lewat
fungsi ini, keluarga juga harus berusaha mempersiapkan bekal
selengkap - lengkapnya dengan memperkenalkan pola tingkah
laku, sikap, keyakinan, citacita dan nilai-nilai yang dianut
dalam masyarakat, serta mempelajari peranan yang
diharapkan akan dijalankan mereka;
2) teman sepermainan dan sekolah, dan setelah keluarga
lingkungan sosial merupakan peranan kedua bagi anak,
kelompok ini anak akan menemukan berbagai nilai dan norma
yang berbeda bahkan bertentangan dengan nilai-nilai yang
dianut dalam keluarga. Melalui lingkungan sekolah dan teman
sebaya, anak mulai mengenal apa itu harga diri, citra diri, dan
hasrat pribadi;
3) lingkungan kerja, proses ini termasuk sosialisasi lanjutan.
Tempat kerja bagi seseorang berarti dia mulai berorganisasi
secara nyata dalam suatu sistem. Sejumlah hal yang perlu
dipelajari dalam lingkungan kerja, contohnya bagaimana dia
30
menyelesaikan suatu pekerjaan, bagaimana cara bekerja sama
dengan bagian lain, dan bagaimana caranya beradaptasi
dengan rekan kerja; dan
4) Media massa, merupakan sarana dalam proses sosialisasi
karena media merupakan sarana yang banyak memberikan
informasi yang dapat menambah wawasan untuk memahami
keberadaan manusia dan berbagai permasalahan yang ada di
lingkungan sekitar kita.
B. Kajian Teori
1. Teori Interaksionisme Simbolis George Herbert Mead.
Kajian teori ini berhubungan dengan penanaman nilai-nilai
multikultural pada sekolah dasar yaitu interaksionisme simbolis di
mana di dalamnya terdapat sosialisasi adalah sebagai salah satu
bentuk interaksi sosial. Prinsip dari dasar teori interaksionisme
simbolis adalah :
a) Tidak seperti binatang yang lebih rendah, manusia ditopang oleh
kemampuan berpikir.
b) Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial.
c) Dalam interaksi sosial orang mempelajari makna dan simbol yang
memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berpikir
tersebut.
d) Makna dan simbol memungkinkan orang melakukan tindakan dan
interaksi khas manusia.
e) Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol
yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan
tafsir mereka terhadap situasi tertentu.
f) Orang mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini, sebagian
karena kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan diri mereka
sendiri, yang memungkinkan mereka memikirkan tindakan yang
mungkin dilakukan, menjajaki keunggulan dan kelemahan relatif
mereka, dan selanjutnya memilih.
g) Jalinan pola tindakan dengan interaksi ini kemudian menciptakan
kelompok dan masyarakat.
Teori interaksionisme simbolis menjelaskan bahwa hampir
seluruh pikiran yang terkait dengan setiap aspek lain dari
31
interaksionisme simbolis itu termasuk sosialisasi, makna, simbol,
diri, interaksi, dan bahkan masyarakat. Orang biasanya hanya
memiliki kemampuan berpikir secara umum.
Dan kapasitas ini harus dibentuk dan dipoles dalam proses
interaksi sosial. Maka dari itu pandangan semacam ini menyebabkan
interaksionis simbolis.
memusatkan perhatian pada bentuk interaksi sosial spesifik –
sosialisasi. Kemampuan berpikir manusia berkembang di awal
sosialisasi kanak - kanak dan dipoles selama proses sosialisasi di
masa dewasa. Bagi interaksionis simbolis, sosiolog konvensional
cenderung melihat sosialisasi hanya sekedar sebagai proses
mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan seseorang untuk bertahan
hidup di tengah-tengah masyarakat (contohnya, kebudayaan, dan
ekspektasi peran). Bagi interaksionis simbolis sendiri, sosialisasi
merupakan suatu proses dinamis yang memungkinkan orang – orang
mengembangkan kemampuan berpikir, serta tumbuh secara
manusiawi. Sosialisasi tidak sekedar proses satu arah, di mana aktor
hanya menerima informasi, namun sosialisasi merupakan satu proses
dinamis yang mana aktor membangun dan memanfaatkan informasi
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri (George Ritzer dan Douglas J.
Goodman, 2008: 393-394).
Mead berpendapat, bahwa orang tak hanya menyadari orang
lain tetapi juga mampu menyadari dirinya sendiri. Dengan begitu
orang tidak hanya berinteraksi dengan orang lain, tetapi secara
simbolis dia juga bisa berinteraksi dengan dirinya sendiri. Interaksi-
simbolis dilakukan dengan menggunakan bahasa, sebagai satu-
satunya simbol yang terpenting, dan bisa juga melalui isyarat
(Poloma, 2004: 257).
Penanaman nilai-nilai multikultural yang dilakukan di sekolah
dasar tersebut merupakan suatu sarana sosialisasi yang nilai-nilai
keberagaman sedini mungkin kepada siswa, agar mereka dapat
mengerti dan memaknai keberagaman yang ada secara bijak dan
sesuai dengan nilai-nilai yang telah ditanamkan di sekolah. Dalam
sosialisasi nilai-nilai keberagaman, siswa bukan sebagai objek namun
diberikan stimulus atau rangsangan agar siswa dapat berpikir secara
kritis. Penanaman nilai-nilai multikultural ini dilakukan melalui
32
interaksi sosial yang terjadi antara pendidik dengan siswa saat proses
belajar mengajar berlangsung, di mana di dalamnya terdapat makna
untuk disampaikan kepada anak didik (siswa) dalam hal nilai-nilai
keberagaman.
C. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Imam Aji Subagyo mahasiswa
program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri
Yogyakarta dengan judul Pengaruh Keterlaksanaan Nilai-Nilai
Multikultural terhadap Sikap Pluralis Siswa SD Se-Kecamatan
Umbulharjo. Persamaan dari penelitian tersebut dengan penelitian
ini yaitu ada pada penanaman nilai-nilai multikultural yang
dilakukan di sekolah dasar, namun pada penelitian tersebut lebih di
fokuskan pada pengaruh yang ditimbulkan dari penanaman nilai-
nilai multikultural pada sikap yang pluralis siswa, dengan
menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penelitian tersebut
menjelaskan keterlaksanaan nilai-nilai multikultural di sekolah
dasar yang berpengaruh secara signifikan terhadap sikap pluralis
siswa SD se-Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta. Pengaruh yang
diberikan oleh lembaga pendidikan sebesar 27,2484%, sedangkan
sisanya sebesar 72,7516% yang dipengaruhi oleh faktor pengalaman
pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting adalah,
pengaruh kebudayaan, media massa, faktor emosional. Sedangkan
peneliti lebih membahas bagaimana penanaman nilai nilai
multicultural yang dilakukan di sekolah dasar di SD Tumbuh 2
Yogyakarta dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif tanpa
mengukur dampaknya terhadap sikap pluralis siswa. Penelitian
Imam Aji Subagyo ini memberikan manfaat bagi peneliti dengan
penggambaran mengenai nilai-nilai multikultural yang ditanamkan
pada siswa di sekolah dasar.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Hariyanto mahasiswa program studi
Pendidikan Guru Raudlatul Athfal Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga dengan judul Pendidikan Multikultural pada Anak Usia
Dini di TK Harapan Bangsa Condongcatur Depok Sleman
Yogyakarta. Persamaannya dengan penelitian ini ada pada tema
yang akan dikaji yaitu pendidikan multikultural pada usia dini,
33
namun bedanya peneliti melakukannya pada siswa sekolah dasar. Di
samping itu, peneliti tidak membahas secara mendalam mengenai
dampak dari pendidikan multikultural pada perilaku anak. Hasil
penelitian Hariyanto meliputi beberapa temuan seperti
penyelenggaraan pendidikan multikultural yang dilakukan melalui
pendekatan orientasi kurikulum, pendekatan pembelajaran, fokus
pembinaan perilaku dan sikap anak, serta dampak pendidikan
multikultural terhadap perilaku anak TK Harapan Bangsa.
Penelitian tersebut memberikan manfaat bagi peneliti bagaimana
pendidikan multikultural dilakukan pada usia yang lebih dini serta
penggambaran peran sekolah sebagai agen sosialisasi pendidikan.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Herman Somantrie jurnal
Pendidikan dan kebudayaan, Vol. 17, Nomor 6, November 2011
dengan judul “Konflik dalam perspektif Pendidikan multikultural”
Persamaannya dengan penelitian tersebut adalah kehidupan
multikultural manusia merupakan potensi konflik dalam berbagai
hal, baik antar individu maupun antar kelompok, sebagai akibat dari
adanya perbedaan perspektif, kepentingan, dan tujuan hidup di
antara mereka. Upaya untuk mencengah konflik yaitu dengan
mewujudkan Pendidikan multikultural, karena konflik yang terjadi
saat ini bukan lagi sekedar fenomena atau gejala, tetapi sudah
menjadi realitas dalam kehidupan masyarakat sehari – hari. Oleh
karena itu, otoritas Pendidikan nasional sebagai salah satu
instrumen bagi penanganan konflik yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Jiyanto dan Amirul Eko Efendi
Jurnal penelitian, Vol.10, No.1, februari 2016 dengan judul
“Implementasi Pendidikan Multikulturlam di Madrasah Inklusif
Mandrasah Aliyah Negeri Maguwoharjo Yogyakarta” Persamaan
penelitian tersebut, sekolah memegang peranan penting dalam
menanamkan nilai multikultural pada siswa. Bila mereka memiliki
nilai – nilai kebersamanaan, toleransi, cinta damai, dan menghargai
perbedaan, maka nilai – nilai tersebuat akan tercemin pada tingkah
laku mereka dalam kehidupan sehrti – hari karena terbentuk pada
kepribadiannya. Bila hal tersebut berhasil dimiliki para generasi
muda kita, maka kehidupan mendatang dapat diprediksi akan
34
relative damai dan penuh penghargaan antara sesama sehingga
dapat terwujud. Oleh karena itu, kepedulian sekolah dalam hal ini
guru tidak hanya dituntut secara professional mengimplementasikan
nilai – nilai multikultural dalam berbagai kesempatan yang ada di
sekolah dalam setiap mata pelajaran, tetapi mereka juga dituntut
untuk mampu menanamkan nilai – nilai keberagaman yang inklusif
kepada para siswa.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Maslani Adv. In Nat. Appl. Sci.,
6(7):1109-1115,2012 berjudul “Multicultural-Based Education un
the Islamic Bording School” penelitian tersebut : “The article aims
to analyze education process in the circle of Islamic Bording
School. As the oldest educational institution in Indonesia. Islam
Bording School executes exceedingly noble duty that is to maintain
and teach good conduct to the society. Based on the analytical
result, it can be seen that the education process in the Islamic
Boarding School runs quite conservatively. In order to work
effectively, it requires multicultural education process.
6. Penelitian yang dilakukaan oleh Majhirul Iman, analytica Islamica:
Vol. 6 No. 1 Januari-Juni 2017 dengan judul “Implementasi
Pendidikan Islam Multikuktural di Madrasah Aliyah Negeri Dolok
Masihul Sedang Bedagai” persamaannya dengan penelitian adalah
konsep Pendidikan multikulturalnya merupakan bagian dari
Pendidikan Islam yang sarat dengan nilai – nilai moral dan spiritual.
Pendidikan Islam multikultural mempunyai misi esensial untuk
membangun karakter siswa sebagai seorang muslim yang
memahami ajaran agamanya serta mempunyai kesadaran Imani
yang diwujudkan ke dalam sikap dan perilaku sehari – hari sebagai
bentuk pengalaman ajaran agama dan mendorong para siswa untuk
tidak inklusif dan menerima segala bentuk perbedaan diantara para
siswa, dan tetap menjaga kebersamaan melalui ikatan ukhuwa
Islamiyah. Melalui penanaman nilai – nilai multikultural dalam
mata pelajaran, baik yang bernuansa agama islam maupun mata
pelajaran umum lainya. Dan ini berlangsung secara kolektif baik
para guru maupun dukungan dari pemimpin madrasah, disamping
itu, cara lain yang ditempuh adalah melalui pembinaan kepribadian
siswa melalui kegiatan ekstra dan interakurikuler baik melalui
35
OSIS, Pramuka, PMI, Kader Dakwa dan lain sebagainya dengan
maksud para siswa maupun mengembangkan kemampuan
kepemimpinan, kemampuan bersosial, dan kemampuan pribadi
lainya dengan harapan para siswa mampu mengintemalisasi nilai –
nilai kebersamaan dalam wujud nyata dan menekan niai – nilai
perbedaan diantara mereka sehingga dengan hal ini dihadapakan
berdampak positif terhadap proses interaksi diantara mereka setiap
saat dan waktu.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Hariyanto dengan judul Tesis: “
Pendidikan Multikultural Pada Anak Usia Dini di TK Harapan
Bangsa Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta”. Persamaan
Penelitian tersebut Untuk Menemukan gambaran tentang
penyelenggaraan Pendidikan multikultura pada anak usia dini dan
dampak penyelanggaraan Pendidikan multikultural terhadap
perilaku anak TK Harapan BangsaPendidikan multikultural pada
anak usia dini diselenggarakan dengan pendekatan orientasi
kurikulum, pendekatan sistem pembelajaran, pembelajaran berbasis
sentrasentra kegiatan,dan penanaman nilai-nilai perilaku positif
pada anak. Dampak Pendidikan multikultural terhadap perilaku
anak TK tercermin dengan terbentuknya anak menjadi toleran.
8. Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Wahid, Jurnal Pendidikan
Islam Vol. 12, Nomor 2 Tahun 2018 Judul: “Learning Development
Based On Multicultural In Inclusion School”. Persamaan penelitian
Tersebut : The aim of the study was to describe the development of
multicultural-based inclusion learning in TK Talenta Semarang.
This type of research is qualitative descriptive. The findings in this
study are that first, multicultural-based inclusion learning is more
emphasized in the implementation and evaluation of learning,
second, multicultural values grow in students through activities in
religious centers that emphasize social piety respecting differences,
third: differences in institutions inclusive education is a miniature
of diversity in ethnicity, race and religion.
9. Penelitian yang dilakukan oleh Kurnali Sobandi, Journal of Islamic
Education Volume 21, Number 2, December 2016 Judul :” The
Implementation of Development of School Culture-Based Religious
Education”. Persamaan Penelitian Tersebut : In general, religion
and religious education serve to create the Indonesian human faith
and the obedience to God Almighty, also to create noble, and
36
capable people in maintaining the harmony of inter-religious
relations. In addition it serves to cultivate the participants' ability to
understand, appreciate and practice the values of religion are offset
mastery in science, technology and art. The development of school
culture based religious education in public schools is an alternative
solution on the problems which are actually classic, but until now
they have not been resolved properly, which in turn would be a
matter of continuity up from one period to the next, namely the
problem of narrow time allocation, three hours for elementary, 2
hours face to face for SMP and SMA / SMK (per-hour 40 minutes
instead of 60 minutes) and the problems therein multicultural
religious plurality. Implementation of the development of school-
culture based religious education in public schools covers the
principles of development, through a learning process, learning
outcomes assessment, and indicators of school and classroom
assessment.
10. Sedangakan penelitian yang dilakukaan oleh Ida Zahara Adibah
jurnal Madaniyah edisi VII Agustus 2014 dengan Judul :
“Pendidikan Multikultural Sebagai Wahana Pembentukan
Karakter”. Persamaannya dengan penelitian ini adalah
Multikulturalisme di PT UNDARIS tidak hanya sebatas ragam
budaya saja, melainkan pada berbagai aspek ragam terutama yang
berkaitan dengan pendidikan yang dikembangkan oleh dosen agama
sebagai pendidik di perguruan tinggi. Yang dimaksud
multikulturalisme secara praktis adalah kemampuan dosen maupun
mahasiswa dalam mengadaptasikan dirinya pada lingkungan yang
didalamnya terdapat berbagai ragam budaya, daerah dan agama.
Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran, yang
didalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari
pengalaman hidupnya, merupakan pelopor segalanya. Program ini
kemudian membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya dapat
membentuk pola berpikirnya yang bisa mempengaruhi prilakunya.
Kesadaran adanya perbedaan keyakinan semakin lama dipahami
sebagai suatu keniscayaan, apalagi didorong oleh kondisi bahwa
perbedaan itu menjadi sebuah keindahan yang di sadari oleh dosen
dan sivitas UNDARIS. Komitmen untuk memiliki kemampuan
menangkap perbedaan adalah salah satu wahana pembentukan
karakter.
37
D. Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini akan menganalisis Penerapan Sosialisasi Nilai –
Nilai Keragaman Sebagai Wujud Pendidikan Multikultural di MA. PINK
03 Tambun Selatan. Pendidikan multikultural menunjuk kepada segala
sesuatu yang dapat berpengaruh di dalam berlangsungnya proses
pengajaran dan pendidikan yang mungkin dapat meningkatkan atau
mendorong atau bahkan melemahkan usaha pencapaian tujuan
pendidikan. Dengan kata lain Pendidikan multikultural menunjuk pada
praktek dan hasil pendidikan yang tidak diuraikan dalam kurikulum yang
terprogram atau petunjuk kurikulum dalam kebijakan lembaga
pendidikan tersebut.
Pendidikan multikultural pada dasarnya adalah hasil dari suatu proses
pendidikan yang tidak direncanakan. Artinya perilaku yang muncul di
luar tujuan yang dideskripsikan para guru. Ada beberapa konsep tentang
Pendidikan multikultural yang menyimpulkan bahwa Pendidikan
multikultiral itu tingkah laku, sikap, cara bicara, dan perlakuan guru
terhadap murid-muridnya yang semuanya mengandung pesan moral.
Bentuk - bentuk dari Pendidikan multikultural yang menjadi
pengaruh terhadap peserta didik dapat diberikan melalui ekspektasi dari
seorang guru terhadap peserta didiknya. Apa yang diharapkan guru
tentunya menjadi tolak ukur dari keberhasilan proses mengajar yang
diberikannya, sehingga menurut penulis perlu adanya ketegasan terhadap
guru sehingga dapat menerapkan suatu Pendidikan multikultural yang
baik.
Penulis ingin mengatakan bahwa Pendidikan multikultural
memberikan implikasi terhadap pendidikan karakter akan tetapi bukan
sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Tapi juga
mengajarkan bagaimana manajerial Pendidikan multikultural itu diolah
dengan baik dan para pakar pendidikan memadukan berbagai guru mata
pelajaran, baik guru di bidang umum maupun guru di bidang agama yang
bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter. Penulis mengutip
pendapat dari Gunawan (2012:27) yang menyatakan bahwa “pendidik
harus mampu menanamkan suatu kebiasaan (habituation) tentang hal
mana yang baik sehingga peserta didik bisa paham (kognitif) tentang
suatu yang benar dan salah, serta mampu merasakan (afektif) nilai yang
baik dan biasa melakukannya (psikomotor)”.
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Yang akan dibahas pada bab ini adalah mengenai metodologi
penelitian yang digunakan. Yang menjadi prosedur dalam penelitian ini
meliputi jenis penelitian yang gunakan, yaitu sumber data penelitian, teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data. Berikut ini adalah uraiannya:
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di MA. PINK 03 Jl. Madrasah
Kp. Rukem RT. 004/013 Ds. Mangun Jaya Tambun Selatan Bekasi
17510. Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan
Oktober 2018 sampai dengan bulan April 2019.
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Sebagaima permasalahan yang penulis bahas, penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dan bersifat deskriptif. dalam
penelitian kualitatif ini ditunjukkan untuk memahami fenomena sosial
dari sudut pandang perspectife partisipan. (Sukmadinata, 2013:94). Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian jenis
studi kasus. Studi kasus itu sendiri adalah penelitian yang berusaha untuk
menemukan makna, menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan
pemahaman yang mendalam dari individu, kelompok, atau situasi
(Emzir,2010:20). Dan penelitian ini akan menghasilkan atau
menggambarkan dari suatu keadaan, kondisi, peristiwa atau fenomena-
fenomena yang terjadi di lapangan mengenai Pendidikan multikultural di
MA. PINK 03 Tambun Selatan Bekasi sebagaimana adanya dan tanpa
rekayasa.
field study dan naturalistic inquiry merupakan suatu pendekatan
kualitatif. Dalam penelitian ini dapat menghasilkan suatu data deskriptif
yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati secara holistik dan apa adanya (Mahmud, 2011: 89,
Moleong, 2011:6). Dengan begitu, melalui jenis dan pendekatan ini,
penelitian juga dapat menggambarkan secara jelas melalui data yang
bersumber tertulis atau lisan tentang penerapan sosialisasi nilai – nilai
keragaman sebagai wujud Pendidikan multikultural di MA. PINK 03
Tambun Selatan Bekasi.
39
C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data - data yang diambil untuk penelitian ini adalah data yang
berkaitan dengan penerapan sosilasisasi nilai – nilai keragaman
sebagai wujud Pendidikan multikultural di MA. PINK 03 Tambun
Selatan Bekasi
Tidak hanya data utama saja yang dibutuhkan , peneliti juga
membutuhkan data - data pendukung sebagai pelengkap penelitian
ini, yang meliputi:
a. Profil dari Madrasah Aliyah PINK 03
b. Sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki MA. PINK 03
c. Keadaan tenaga pendidik, peserta MA. PINK 03
d. Jadwal kegiatan Kurikulum MA. PINK 03
e. Kegiatan extrakulikuler yang ada disekolah MA. PINK 03
f. Prestasi–prestasi yang didapatkan MA. PINK 03 baik secara
akademik maupun non akademik.
2. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini adalah, penulis mendapatkan data
yang dibagi menjadi dua macam.
a. Yang pertama yaitu Sumber primer (Sugiyonno, 2006 : 308-309).
Sumber data primer yaitu data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Jadi data primer yang didapatkan dari
jalur wawancara langsung informan yang terdiri dari kepala
sekolah, guru, dan peserta didik serta hasil observasi. Sumber
primer dalam penelitian ini diperoleh dari subyek penelitian yaitu
kepala sekolah, bagian kurikulum sekolah, bagian kesiswaan,
guru-guru kelas, peserta didik dan wali murid MA. PINK 03.
Pemilihan subyek penelitian ini dilakukan sengaja dan dianggap
paling representative untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
berkenaan dengan fokus penelitian yaitu tentang penerapan
sosialisasi nilai – nilai keragaman sebagai wujud Pendidikan
multikultural di sekolah tersebut. Dalam proses penelitian, jumlah
subyek penelitian tidak adanya batasan yang bersifat mengikat.
Tapi, yang menjadi kunci pembatasan jumlah subyek penelitian
yaitu apabila dianggap telah mampu menjawab semua
permasalahan dalam penelitian tersebut.
b. Selanjutnya yang kedua, sumber data sekunder yaitu data yang
tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data.
Maksdunya Sumber sekunder itu diperoleh dari berbagai studi
dokumen,naskah dan arsip atau terdiri dari buku-buku, literature
yang berkaitan dengan penerapan sosialisasi nilai – nilai
keragaman sebagai wujud Pendidikan multikultural di MA. PINK
03 Tambun Selatan Bekasi.
40
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi dan data yang tepat serta sesuai
dengan fokus dan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini penulis
menggunakan triangulasi yaitu meliputi observasi, wawancara dan studi
dokumen sebagai teknik dari pengumpulan data. Dan untuk lebih
jelasnya peneliti merangkum dalam bentuk table sebagai berikut.
Tabel 3.1
Sumber dan Teknik pengumpulan data
No Sumber Data Metode Instrumen
1 Fenomena,
aktivitas sosial,
peristiwa berupa
kata-kata dan
tindakan
Observasi Pedoman observasi
2 Informan Interview Pedoman wawancara
3 Dokumen Dokumentasi Pedoman dokumentasi
dan arsip sekolah
1. Observasi, merupakan suatu pengamatan dan pencatatan yang secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian
(S.Margono, 2007 : 158). Sehingga dalam penelitian ini, penulis
melakukan observasi untuk memahami secara holistik atau
menyeluruh terhadap bagaimana penerapan sosialisasi nilai-nilai
keragaman sebagai wujud Pendidikan multikultural. Peneliti juga
melakukan observasi ke dalam lapangan yaitu ke ruang - ruang kelas,
tempat ibadah, dan sarana dan prasarana yang mendukung dalam
penerapan sosialisasi nilai – nilai keragaman sebagai wujud
Pendidikan multikultural, serta tempat – tempat yang mendukung
yang menjadi kegiatan siswa dengan mengamati fenomena–fenomena
tersebut yang akan memudahkan penulis menemukan aspek–aspek
yang membantu dalam penerapan sosialisasi nilai – nilai keragaman
sebagai wujud Pendidikan multikultural di sekolah.
2. Wawancara, merupakan pengumpulan data yang dilakukan secara
lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual. Ada juga
wawancara dilakukan secara kelompok, yaitu wawancara dengan
keluarga, pengurus yayasan dan lain–lain (Sukkmadinata, 2013 :
261). Penulis juga pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya
41
jawab secara langsung dan lisan kepada pihak - pihak yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti, seperti kepala sekolah, waka
kurikulum, waka kesiswaan, murid - murid dan guru – guru MA.
PINK 03. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukkan mengenai dengan
penerapan sosialisasi nilai – nilai keragaman sebagai wujud
Pendidikan multikultural di MA. PINK 03 Tambun Selatan Bekasi.
3. Dalam melaksanakan wawancara perlu adanya pedoman wawancara,
sehingga teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
dapat terukur dengan pelaksanaan yang terfokus pada pedoman
wawancara, jadi lebih terbuka terhadap pendapat dan ide-ide
responden. Dan teknik ini bertujuan agar data yang dihasilkan tepat
dan dapat jawaban dari permasalahan penelitian secara tepat,
komprehensif, dan mendalam.
Tabel 3.2
Responden dalam wawancara
No Informan Jumlah
1 Kepala Sekolah 1
2 Wakasek Kurikulum 1
3 Wakasek Kesiswaan 1
4 Peserta Didik 20
5 Wali Murid 3
6 Guru kelas 3
4. Studi dokumen, jadi teknik pengumpulan data dengan menghimpun
dan menganalisis dokumen–dokumen, baik itu dokumen tertulis,
gambar, hasil karya atau elektronik ( Sukmadinata, 2013 :22 ).
Dokumen yang telah didapat lalu dianalisis, dibandingkan dan
dipadukan, sehingga terbentuklah hasil kajian yang sistematik, serta
padu dan utuh. Dokumen yang akan dikumpulkan itu seperti profil
lembaga, jadwal kegiatan, prestasi siswa di bidang akademik dan non
akademik di bidang keagamaan siswa, gambaran lingkungan sekolah
yang mendukung serta foto dan data lainnya yang sesuai dengan
permasalahan penerapan sosialisasi nilai – nilai keragaman sebagai
wujud Pendidikan multikultural di MA. PINK 03 Tambun Selatan
Bekasi. Maka dari itu, dalam studi dokumen dalam penelitian ini
digunakan pedoman di studi dokumen.
42
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis non statistik
yaitu analisis yang deskriptif. Analisis ini dilakukan dengan
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa atau fenomena yang terjadi sejak
awal kegiatan dari penelitian sampai akhir penelitian secara sistematis,
komprehensif, dan sederhana.
Menurut Interactive Model dari Miles dan Huberman ada beberapa
langkah yang harus digunakan dalam menganalisis data menggunakan.
model ini, ada tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan serta pengujian kesimpulan (Miler, 2013: 12-14). Penjelasan
dari langkah-langkah tersebut adalah:
1. Reduksi Data
Reduksi (pengurangan dan pemotongan) data, dalam
penelitian ini termasuk analisis data yang melibatkan langkah-
langkah pengelompokkan dan penyederhanaan data sesuai dengan
fokus penelitian. Dan data yang diperoleh dari hasil observasi,
wawancara dan studi dokumen akan dipilah dan diindentifikasi, jika
terdapat data yang kurang relevan maka data akan dibuang.
Kemudian data yang relevan akan difokuskan pada hal-hal yang
berkenaan dengan penerapan sosialisasi nilai – nilai keragaman
sebagai wujud Pendidikan multikultural di MA. PINK 03 Tambun
Selatan Bekasi
2. Penyajian Data
Dan tahap ini, data dari hasil proses reduksi data yang akan
dikumpulkan, kemudian disusun dengan cara naratif dan sistematis.
Hal ini dilakukan untuk memahami fenomena - fenomena apa saja
yang sedang terjadi mengenai penerapan sosialisasi nilai – nilai
keragaman sebagai wujud Pendidikan multikultural di MA. PINK 03
Tambun Selatan Bekasi
3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan
Sedangkan tahapan ini merupakan penarikan kesimpulan dari
hasil analisis penyajian data yang merupakan jawaban dari fokus
penelitian, yaitu berkenaan dengan penerapan sosialisasi nilai – nilai
keragaman sebagai wujud Pendidikan multikultural di MA. PINK 03
Tambun Selatan Bekasi, baik itu dari aspek konsep manajemen,
penerapannya serta faktor yang menjadi pembeda dengan sekolah
lainya.
F. Uji Keabsahan Data
Tahap ini menggunakan dua metode untuk mengkaji keabsahan data
yaitu ;
43
1. Pertama, triangulasi metode yaitu cara membandingkan dan
mencocokkan fenomena yang diperoleh peneliti di lapangan (berupa
catatan selama observasi) dan data yang diperoleh melalui
wawancara dan studi dokumentasi.
2. Kedua, triangulasi data atau sumber yaitu peneliti membandingkan
data-data dan bukti yang diperoleh dari situasi yang berbeda - beda.
orang, waktu dan tempat termasuk 3 sub jenis. penjelasannya
sebagai berikut:
a) Orang, mengumpulkan data-data penelitian dari orang-orang yang
berbeda tapi melakukan aktivitas yang sama.
b) Waktu, mengumpulkan data-data penelitian pada waktu yang
berbeda.
c) Tempat, mengumpulkan data-data penelitian di tempat yang
berbeda.
Artinya, peneliti akan mengambil dan menggali informasi dari
subyek penelitian (kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan,
guru–guru dan peserta didik) yang telah
merencanakan,melaksanakan, bahkan mengevaluasi penerapan
sosialisasi nilai – nilai keragaman sebagai wujud Pendidikan
multikultural di MA. PINK 03 Tambun Selatan Bekasi.
Tabel 3.3
Operasional Variabel Wawancara Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Pertanyaan
INPUT Visi - misi Jelas dan
Terukur
1. Apakah MA. PINK 03
mempunyai visi dan misi
2. Apakah visi misi tersebut
3. Faktor apa yang melatar
belakangi munculnya visi
dan misi tersebut
4. Apakah visi misi tersebut
sudah jelas dan terukur
sesuai dengan kondisi
sekolah
5. Bagaimana visi dan misi
sekolah mempengaruhi
penerapan nilai – nilai
keragaman Pendidikan
multikultural
44
Program kerja Komprensif dan
jelas
1. Bagaimanakah penyusunan
program kerja di MA.
PINK 03
2. Bagaimana pelaksanaan
program kerja MA. PINK
03 selama ini
3. Apakah nilai – nilai
keragaman Pendidikan
multikultural termasuk
dalam implementasi
program kerja di MA.
PINK 03
4. Seberapa komprensif
program kerja yang ada di
MA. PINK 03
Sistem
organisasi
struktur dan
pengelolahan
1. Apakah MA. PINK 03
memiliki struktur
organisasi
2. Bagaimanakah struktur
organisasi disekolah
tersebut
3. Pelaksanaan nilai – nilai
keragaman Pendidikan
multikultural kordinasi
struktur bagian apa
4. Faktor apa yng menjadi
latar belakang dalam
manajemen organisasi
nilai – nilai keragaman
Pendidikan multikultural
5. Bagaimana penerapan
manajemen dalam nilai –
nilai keragaman
Pendidikan multikultural
45
PROSES
Sistem sosial
suasana
sekolah
dan komponen
sekolah
1. Bagaimanakah suasana
disekolah yang ada di MA. PINK 03
2. Apakah yang melatar
belakangi suasana sekolah
tersebut
3. Apakah suasana sekolah
menjadi bagian dalam nilai
– nilai keragaman
Pendidikan multikultural
4. Bagaimanakah aplikasi
nilai – nilai keragaman
Pendidikan multikultural
Sistem
budaya
ragam budaya
dan
kepercayaan
1. Apakah MA. PINK 03 memiliki ragam budaya
2. Seperti apakah budaya
yang ada di MA. PINK 03
3. Bagaimana sistem
kepercayaan yang ada di
MA. PINK 03
4. Seberapa besar tingkat
kepercayaan yang ada di
MA. PINK 03
5. Bagamana kaitanya budaya
yang ada dengan nilai –
nilai keragaman
Pendidikan multikultural
OUTPUT sikap karakter
1. Sikap apakah yang
diharapkan dalam tujuan
nilai – nilai keragaman
Pendidikan multikultural
2. Bagaimana cara
menanamkan sikap tersebut
3. Seperti apa dampak dari
penanaman sikap tersebut
4. Bagaimanakah cara
mempertahankan sikap yang
ditanamkan
46
Norma Adat kebiasaan
1. Norma apakah yang ingin
dicapai dalam penerapan
nilai – nilai keragaman
Pendidikan multikultural
2. Bagaimanakah pelaksanaan
nilai – nilai keragaman
Pendidikan multikultural
dalam pembentukan norma
pada peserta didik
3. Bagaimanakah dampak
norma tersebut dalam adat kebiasaan peserta didik
4. Apakah indikator
keberhasilan terhadap
penerapan norma
terhadap peserta didik
kepercayaan
Akidah
1. Seperti apakah akidah yang
harapkan dalam penerapan
nilai – nilai keragaman
Pendidikan multikultural
2. Faktor–faktor apakah yang
mempengaruhi dalam
penanaman akidah
tersebut
3. Bagaimana perilaku peserta
didik dari perwujudan
akidah tersebut
Nilai Tambah
1. Apakah ada nilai-nilai tambah yang ditanam di
MA. PINK 03
2. Seperti apakah nilai-nilai
tersebut
3. Bagaimana pengaplikasian
nilai tersebut
4. Apakah kaitanya nilai-nilai
tersebut dengan konsep
47
Asumsi Aturan ritual
dan praturan
1. Apakah asumsi yang
mendasari kegiatan nilai –
nilai keragaman
Pendidikan multikultural
2. Asumsi seperti apa terkait
nilai – nilai keragaman
Pendidikan multikultural
3. Apakah asumsi yang
berhubungan dengan
keislaman yang mendasari
kegiatan nilai – nilai
keragaman Pendidikan
multikultural
Tabel 3.4
Pedoman Observasi
Tempat Pengamatan Rincian Observasi
Ruang ibadah Kondisi Fisik
Bangunan Tempat
Ibadah
1. Tata Ruangan Ibadah
2. Kegiatan yang dilakukan
peserta didik
3. Melihat penerapan nilai –
nilai keragaman Pendidikan
multikultural
Ruang kelas Melihat Kondisi kelas 1. Pembelajaran Yang diajarkann didalam Kelas
2. Melihat konsep pembelajaran
dalam penerapan nilai – nilai
keragaman Pendidikan
multikultural
Lingkungan
Sekolah
Nilai – Nilai Keragaman
Pendidikan
multikultural yang
diterapkan
1. Struktur Sekolah
2. Sosial Sekolah
3. Budaya Sekolah
48
Tabel 3.5
Kisi – Kisi Dokumentasi
NO DOKUMENTASI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Lembar penilaian diri
Tata tertib siswa
Pedoman Observasi sikap spiritual
Lembar penilaian antar peserta didik
Kriteria naik kelas dan tamat belajar
Surat pernyataan
49
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Lokasi Penelitian
1. Letak Lokasi Penelitian
letak geografis dari tempat yang peneliti teliti itu, Madrasah Aliyah
(MA) PINK 03 Tambun Selatan terletak di Jalan Madrasah Kp. Rukem
RT. 004 Rw. 013 Ds. Mangun Jaya Kec. Tambun Selatan Kab. Bekasi
Propinsi Jawa Barat Kode Pos 17510.
MA. PINK 03 Tambun Selatan ini salah satu lembaga pendidikan
yang bernaung pada Yayasan Perguruan Islam Nurul Kasysyaf Tsalitsah
(YAPINK 03). Lokasi MA. PINK 03 masih berada dalam satu komplek
YAPINK 03. Lokasi MA. PINK 03 tidak bersampingan denga jalan raya,
tapi sangat mudah ditemukan keberadaan lokasinya, lokasi MA. PINK 03
juga sangat strategis serta mudah diakses oleh masyarakat yang berada di
sekitar Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi
2. Sejarah Singkat MA. PINK 03
Perguruan Islam el-Nur el Kasysyaf (PINK 03) sebagai salah satu
penyelenggara pendidikan madrasah yang berdiri sejak tahun 1989. Pink
03 menyelenggarakan pendidikan dasar yaitu Madrasah Ibtidaiyah ( MI
PINK 03) dan pendidikan menengah pertama yaitu Madrasah
Tsanawiyah (MTs PINK 03). MTs PINK 03 yang didirikan sejak tahun
1995 yang sampai dengan saat ini telah meluluskan 17 angkatan, dengan
jumlah lulusan selama 5 tahun terakhir tidak kurang dari 150 lulusan
setiap tahunnya.
Dari sekian banyak lulusan Madarasah Tsanawiyah PINK 03,
rata-rata mereka melanjutkan ke jenjang pendidikan SMA dan SMK,
sementara hanya sedikit sekali yang melanjutkan ke Madrasah Aliyah
(MA). Hal ini dikarenakan keberadaan lembaga pendidikan Madrasah
Aliyah di wilayah Tambun Selatan Bekasi masih sangat sedikit, itupun
letaknya di luar wilayah desa Mangunjaya, tempat keberadaan MTs
PINK 03.
Penanggung jawab Madrasah Aliyah PINK adalahYayasan
PINK 03 SK Menteri Kehakiman RI No. C-888 HT. 03.01. TH.1999
Tanggal 6 April 1999, sebagaimana terlampir
50
Kurikulum yang akan di terapkan d i Madrasah Aliyah
PINK 03 ini adalah kurikulum 13 dengan modifikasi dan
penambahan mata pelajaran muatan lokal sesuai dengan visi dan misi
Madrasah.
3. Visi dan Misi
MA. PINK 03 Tambun Selatan sebagai satuan pendidikan
pastinya memiliki visi dan misi. Karna dengan adanya visi dan misi
tersebut akan dijadikannya pedoman dalam upaya pengambilan kebijakan
sekolah, dan tentunya adanya peningkatan standar kompetensi lulusan
sekolah. Berdasarkan studi dokumen dari peneliti, berikut visi dan misi
MA. PINK 03 Tambun Selatan.
a. Visi
“Terwujudnya Anak didik yang berprestasi, terampil dan unggul dalam
IPTEK yang berlandaskan IMTAQ.”
Indikator:
1) Meningkatkan keimanan, akhlak mulia, pengetahuan dan
keterampilan
2) Menjuarai lomba mata pelajaran, olah raga, seni dan budaya di
tingkat kabupaten
3) Terampil beribadah dengan mandiri
4) Menyiapkan lulusan untuk masuk Perguruan Tinggi
5) Terampil dalam mengkaji dan menerapkan Ilmu Agama,
Pengetahuan dan Tekhnologi
b. Misi
MA. PINK 03 mempunyai misi dalam rangka upaya pencapaian
terhadap visi sekolah. Misi dari MA. PINK 03 adalah sebagai
berikut:
1) Menyelenggarakan pendidikan yang mengacu pada Standar Isi dan
Proses.
2) Meningkatkan pemenuhan sarana dan prasarana madrasah untuk
meningkatkan prestasi siswa.
3) Mengembangkan kompetensi madrasah dalam penguasaan
kurikulum dan muatan lokal.
4) Meningkatkan kualifikasi dan profesionalisme guru;
5) Meningkatkan pencapaian kualifikasi lulusan yang terampil dalam
IPTEK.
51
6) Meningkatkan pembinaan dan penanaman pemahaman agama yang
berhaluan pada akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
c. Tujuan Sekolah
Adapun tujuan MA. PINK 03 adalah:
1. Jangka Pendek
a) Mewadahi keinginan masyarakat atau orang tua murid MTs.
PINK 03 agar putra-putrinya bisa melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi yang lebih dekat jaraknya.
b) Adanya kesinambungan sistem pembelajaran di PINK 03
(MI, MTs dan MA) yang sudah mapan.
2. Jangka Panjang
a) Menyiapkan generasi bangsa yang beriman kuat, terampil
dan mandiri.
b) Menyiapkan generasi muslim yang sanggup meneruskan
perjuangan ulama’ dan kiyai.
c) Mantapnya ajaran agama Islam yang berhaluan Ahlus
Sunnah wal Jama’ah.
4. Keadaan Tenaga Pendidik
MA. PINK 03 Tambun Selatan Bekasi saat ini mempunyai
tenaga pendidik yang menurut penulis cukup secara kuantitas bagi
kebutuhan proses pembelajaran peserta didik. Berdasarkan dari studi
dokumen peneliti, tenaga pendidik sudah memiliki latar belakang
pendidikan yang sesuai dengan materi yang diampunya dalam
pembelajaran di sekolah.
Jumlah tenaga pendidik dan karyawan MA. PINK 03 saat ini
terdapat 24 orang. Secara rinci, dapat dikemukakan dalam tabel 4.1 di
bawah ini.
Tabel 4.1
Daftar Tenaga Pendidik dan Kependidikan MA. PINK 03 Tambun
Selatan Bekasi
NO NAMA
KEPEGAWAIAN
STATUS
TUGAS MATA
PELAJARAN
1 Nu’man Dawami, S. Pd. GTY Kepala Madrasah
52
2 Mardi, ST GTY Ekskul Otomotif
3 Mushonif, S. Ag GTY Kurikulum / Fikih
4 Dani Suhendi, S. Fil. I GTY Kesiswaan /
Aswaja
5 Juli Hariyanto, SS, M.
MPd
GTY Bendahara
6 Dede Nur Annida, S. Kom GTY Tata Usaha
7 Andheli Kuntonan
Prigianny, S. Pd. I
GTY Tata Usaha
8 Habib, S. Pd. I GTY Nahwu, Shorof
9 Tuti Tresnowati, S. Pd. I GTY MIPA / Biologi /
FIsika
10 Eli Wahyuni, M. Si GTY TIK
11 Sri Nurwulan, S.Si GTY MIPA / KIMIA
12 Vida Farida, S. Pd GTY Bahasa Inggris
13 Ahmad Muhidin, SS GTY Al-Quran Hadits
14 Edi Suarto, SE GTY PKN
15 Dedi Yunus, SS GTY Akidah Akhlak
16 Septi Fauziah GTY Bahasa Indonesia
17 H. Lingga Labbaika, Lc GTY Bahasa Arab
18 Usnu Irman Mubarok, S.
Pd GTY
Penajas
19 Leza Nurjaman, S. Pd GTY Matematika Wajib
20 Dian Oktaviani, S. Pd GTY Matematika
Peminatan
21 Ustd. Mahmudi hadi
Prasetio
GTY Tafidz
22 Rita Dewi Sari, S. Sos GTY Sejarah Indonesia
23 Rico Hiqmawan, SS GTY Seni Budaya
24 H. Yusuf, SS GTY SKI
25
*(Sumber: Hasil studi dokumen, 2018).
Berdasarkan tabel di atas, kita ketahui bahwa tenaga pendidik MA. PINK 03
memiliki latar pendidikan yang berbeda dan sesuai dengan bidang keilmuan
yang mereka ampu. Selain itu juga, masa kerja tenaga pendidik yang relatif
53
sudah lama mengajar di MA. PINK 03 tentunya menjadi pengalaman yang
baik dalam proses pembelajaran di sekolah. Selanjutnya, terdapat tenaga
pendidik MA. PINK 03 yang sudah mendapatkan tunjungan sertifikasi dari
pemerintah.
5. Keadaan Peserta Didik
Keadaan perserta didik di MA. PINK 03 Selatan pada Tahun
Pelajaran 2018-2019 secara kuantitas berjumlah sekitar 270 orang. Perserta
didik terdiri dari Kelas X berjumlah 108 orang, Kelas XI yang berjumlah
83 orang dan Kelas XII berjumlah 79 orang. Berikut ini secara detailnya
keadaan peserta didik pada gambar 4.1 di bawah ini.
Data Peserta Didik MA. PINK 03
(Sumber: Hasil Studi Dokumen, 2018).
Berdasarkan tabel di atas, kita ketahui bahwa terjadi peningkatan pada
jumlah pesera didik disetiap tahunnya. Hal ini diketahui dari tahun masuknya
peserta didik tersebut, untuk peserta didik Kelas XII di tahun 2016, Kelas XI di
tahun 2017, dan Kelas X di tahun 2018. Dengan begitu, hal ini menjadi salah
satu indikator bahwa pelaksanaan pembelajaran di MA. PINK 03 sudah baik,
karena meningkatnya kepercayaan dari masyarakat guna menyekolahkan
anaknya di MA. PINK 03 ini.
Selain itu, peserta didik MA. PINK 03 telah banyak mempunyai
prestasi yang tinggi di tingkat daerah maupun nasional. Prestasi yang telah
diraih bukan hanya di bidang akamdemik, melainkan juga prestasi di bidang
29 24 32 50 59
76
0
50
100
150
200
Kelas XII Kelas XI Kelas X
Gambar 4.1
Tahun Pelajaran 2018- - 2019
Laki-laki Perempuan
54
olahraga dan kesenian. Berikut prestasi peserta didik yang telah diraih selama
dua tahun terakhir ini.
a. Juara 2 Lomba Kreasi dan Inovasi Teknologi Kab. Bekasi 2016
b. Juara Harapan 3 Lomba Kreasi dan Inovasi Teknologi Kab. Bekasi
2016
c. Juara 3 Lomba Pidato Bahasa Indonesia Harlah YAPINK kab. Bekasi
2017
d. Juara 1 Lomba Seni Musik Islam/Marawis Kategori Umum Putra
Pekan Olimpiade Nasional Kab. Bekasi 2017
e. Juara 1 Lomba Qiroah Al – Quran (MTQ) Kategori Umum Putri
Pelakan Olimpiade Nasional Kab. Bekasi 2017
f. Juara 1 lomba Qiroah Al – Quran (MTQ) Kategori Umum Putra
Pekan Olimpiade Nasional Kab. Bekasi 2017
g. Juara 2 Lomba Qiroah Al – Quran (MTQ) kategori Umum Putri
Pekan Olimpiade Nasional Kab. Bekasi 2017
h. Juara 2 Lomba Qiroatul Kutub (MQK) kategori Aliyah Putra Pekan
Olimpiade Nasional Kab. Bekasi 2017
i. Juara 2 Lomba Seni Baca Puisi kategori Umum Putri Pekan
Olimpiade Nasional Kab. Bekasi 2017
j. Juara 3 Lomba Futsal Kategori Umum Putra Pekan Olimpiade
Nasional Kab. Bekasi 2017
k. Juara 3 Lomba Seni Musik Islam/Marawis kategori Umum Putra
Pekan Olimpiade Nasioanal Kab. Bekasi 2017
l. Juara 3 lomba Pidato Bahasa Arab Kategori Umum Putri Pekan
Olimpiade Nasional Kab. Bekasi 2017
m. Juara 3 Lomba Kaligrafi kategori Umum Putra Pekan Olimpiade
Nasional Kab. Bekasi 2017
n. Juara 3 Lomba Tenis Meja kategori Umum Putra Pekan Olimpiade
Nasional 2017
o. Juara 3 Lomba Qiroah Al – Quran (MTQ) Kategori Umum Putra
Pekan Olimpiade Nasional Kab. Bekasi 2017
p. Juara 3 Tilawah Remaja Putri Pada Musabaqah Tilawatil Quran
(MTQ) ke-48 Kab. Bekasi 2015
q. Juara 3 Lomba Pidato Putra KSM Aksioma Kab. Bekasi 2017
r. Juara 3 Lomba MTQ Putri KSM Aksioma Kab. Bekasi 2017
s. Juara 3 Lomba MTQ Putra KSM Aksioma Kab. Bekasi 2017
55
t. Juara 2 Lomba Singer Putri KSM Aksioma Kab. Bekasi 2017
u. Juara 2 Lomba Kaligrafi KSM Aksioma Kab. Bekasi 2017
B. Temuan Penelitian dan Pembahasan
1. Perencanaan Sosialisasi Pendidikan Multikultural
a. Pelaksanaan Visi Misi dalam Pencapaian Tujuan Pendidikan
Multikultural
Penelitian dilakukan dengan observasi pengamatan
perencanaan yang dibentuk oleh MA. PINK 03, pengambilan data yang
dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi terkait penerapan
sosialisasi nilai–nilai keragaman tersebut sebagai wujud pendidikan
multikultural. Pada tahap perencanaan sosialisasi pendidikan
multikultural dari pelaksaaan visi dan misi yang menjadi salah satu
tahapan perencanaan sekolah. Dengan visi Meningkatkan keimanan,
akhlak mulia, pengetahuan dan keterampilan, Terampil dalam mengkaji
dan menerapkan Ilmu Agama, Pengetahuan dan Tekhnologi dan
Meningkatkan pembinaan dan penanaman pemahaman agama yang
berhaluan pada akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Kepala Madrasah menegaskan mengenai makna dari visi
tentang „bernafaskan islam‟ itu diharapkan bahwa MA. PINK 03
unggul dari segi keislaman, sehingga Madrasah kami ada pada
penguatan nilai keagamaan seperti dalam pembelajaran, pembiasaan
dll, maka dari ini sekolah kami mengharapkan adanya out put siswa
yang sudah mempunyai besik agama yang sudah kuat karena nilai–nilai
agama yang telah ditanamkan di madrasah ini. „Terkemuka‟ kepala
madrasah menjelaskan bahwa diharapkan MA. PINK 03 menjadi
terkemuka dan dapat dikenal oleh masyarakat luas karena keunggulan-
keunggulan yang madrasah kami ini miliki, kemudian madrasah kami
dapat bersaing secara kompetitif, dan MA. PINK 03 diharapkan bukan
menjadi pilihan akan tetapi menjadi sebuah tujuan bagi para orang tua
untuk memasukan anaknya dilembaga pendidikan ini.
Kepala madrasah menegaskan misi dalam “mengembangkan
pendidikan yang berbasis keimanan dan akhlak mulia” itu berkaiatan
dengan visi yang diatas, yang mengharapkan semua program yang
dibuat nantinya memberikan basis keimanan dan membentuk
kepribadian anak yang berakhlak mulia yang di mulai tingkat dari
56
dasar. “Mengembangkan pendidikan berbasisi ilmu pengetahuan dan
teknologi” yaitu siswa–siswi diajarkan tentang ilmu dan pengetahuan
yang terus berkembang sesuai pada zamannya, jadi tidak ketinggalan
atau bisa dikatan tidak gaptek dalam teknologi sehingga sekolah kami
juga memberikan pengajaran berupa pelajaran TIK dengan tujuan
memberikan keterampilan yang sesuai bakat dan minat yang dimiliki
siswa–siswi.(wawancara kepala madrasah)
Visi misi ini selaras dengan perencanaan dalam pencapaian
sosialisasi nilai–nilai keragaman sebagai wujud pendidikan
multikultural di MA. PINK 03. Karena banyaknya program–program
yang bernuansa keislaman seperti sholat duha, tahfidz, sholat jamaah,
berdoa, dzikir, perayaan hari besar dan lain sebagainya. Berkenaan
dengan ini kepala madrasah juga mengatakan dalam wawancaranya,
bahwa yang melatar belakangi adanya visi misi tersebut adalah melihat
awal mula sejarah dari PINK 03 itu sendiri yang memang bisa
dikatakan mengutamakan keislaman yang terdepan, sehingga MA.
PINK 03 menyelaraskan dengan keadaan seluruh konten dari MA.
PINK 03.
Visi misi tentu saja menjadi tolak ukur utama bagaimana
madrasah itu berdiri dan seperti apa madrasah itu ada, begitu ujar
kepala madrasah Aliyah PINK 03 dalam menerapkan nilai-nilai
keragaman dalam mewujudkan pendidikan multikultural, tentunya
diperlukan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, baik kepala
madrasah, pendidik dan lingkungan belajar. Kepala madrasah disini
memiliki peran yang utama dalam menentukan kebijakan–kebijakan
yang akan diterapkan di sekolah. Sedangkan tugas dari pendidik ialah
menyampaikan kebijakan yang telah ditetapkan oleh kepala madrasah
dengan strategi dan metode yeng dimiliki pendidik agar siswa bisa
berjalan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan visi misi, serta
tujuan sekolah dapat terlaksana dengan baik, ini dikutip dalam sebuah
jurnal pendidikan, sebuah lembaga pendidikan sudah seharusnya
berusaha menciptakan suatu image (citra) yang positif di hati
masyarakat, agar masyarakat mampu membuat keputusan yang baik
untuk mendaftarkan putra-putri mereka dan turut berpartisipasi aktif
dalam pengembangan lembaga pendidikan tersebut. Nah untuk
mewujudkan citra positif tersebut, selain melalui pengembangan
57
kualitas juga memerlukan kegiatan yang ada hubungannya dengan
masyarakat yang produktif berdasarkan visi misi yang jelas. Penelitian
ini memperlihatkan alternatif bagi pelaksanaan dan pengembangan visi
misi humas yang berbasiskan kepuasan pelanggan agar citra positif
masyarakat terhadap lembaga pendidikan dapat terjaga dan terbangun.
Kepuasan pelanggan dibangun atas dasar komitmen untuk memahami
harapan dari pelanggan, sehingga lembaga pendidikan perlu
mengidentifikasi “kebutuhan dan keinginan” dari para pelanggannya
itu.
Hal – hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan yaitu dengan pengembangan visi misi humas, yakni:
penyusunan program identifikasi harapan pelanggan, konsisten
mengukur kepuasan pelanggan, mendesain pelayanan yang sesuai
dengan harapan pelanggan, berkomunikasi secara efektif, membangun
profil personal yang proaktif, ramah, melayani, antusias, dan amanah,
membangun struktur organisasi yang mengakomodasi pelayanan
pelanggan (cutomer service), dan mengembangkan manajemen
partisipatif. Adanya wacana dari penulis bertujuan untuk
mengembangkan sasaran, visi dan misi humas berbasis kepuasan
pelanggan yang didasari oleh kondisi masyarakat saat ini yang
cenderung mulai bersikap kritis termasuk hal pendidikan. Tidak hanya
kritis, masyarakat juga menaruh harapan yang tinggi kepada lembaga
pendidikan agar lembaga tersebut mampu membimbing dan
mengarahkan putra-putri mereka supaya memiliki kemampuan
akademik maupun non akademik yang baik serta memiliki akhlak yang
mulia.
Selain itu, adanya kecenderungan, di mana terdapat lembaga
pendidikan yang masih kurang menjalin kerjasama dan melibatkan
partisipasi kepada masyarakat yang secara aktif berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan maupun pengembangan lembaga pendidikan
tersebut yang secara maksimal, termasuk kaitannya dengan
mendengarkan dan menampung harapan-harapan masyarakat selaku
pelanggan dari lembaga pendidikan tersebut. Jika ada komunikasi pun
seringkali bahasan utama yang disampaikan lebih cenderung berkaitan
dengan dana. Hal tersebut memang tidak salah, namun lembaga
pendidikan juga perlu mendengarkan keluh kesah serta saran dari para
58
pelanggan/ masyarakat tentang apa yang menjadi harapan mereka. Jika
dikaitkan dengan humas pada lembaga pendidikan, maka humas
memiliki peran yang penting dalam hal ini, karena humas termasuk
jembatan bahkan pintu gerbang antara pihak internal lembaga
pendidikan dengan pihak pelanggan, terutama wali siswa ataupun
masyarakat secara umum. Maka dari sinilah citra masyarakat terhadap
lembaga pendidikan akan terbangun dan akan terlihat baik atau buruk
citra masyarakat yang terbangun sangat dipengaruhi oleh tingkat
kepuasan dari mereka.
Maksud definisi kepuasan tersebut ialah, jika dikaitkan dengan
kepuasan pelanggan dalam lembaga pendidikan maka hal tersebut dapat
dipahami sebagai respon ataupun tanggapan dari para pelanggan
pendidikan seperti siswa, wali siswa, masyarakat dan sebagainya
terhadap pelayanan ataupun apa yang telah diberikan oleh pihak
lembaga pendidikan tersebut. Hal tersebut juga berkaitan dengan
pembelian atau pemakaian ulang serta mengajak orang lain untuk
menggunakan produk dan jasa yang dihasilkan pendidikan. Hal ini
terjadi disebabkan oleh customer delivered value atau (nilai yang
diterima pelanggan). Secara matematis, kepuasan merupakan selisih
antara Total Customer Value dan Total Customer Cost. Total Customer
Value adalah jumlah segala pengorbanan yang dikeluarkan seseorang
untuk mendapat barang dan jasa. Artinya, perbandingan antara
pengorbanan waktu, tenaga dan uang yang dikeluarkan dengan nilai
manfaat hasil yang diterima. Beberapa pendapat dan teori tentang
kepuasan pelanggan dapat ditunjukkan sebagai berikut: Contrast
Theory yang mengatakan bahwa konsumen akan membandingkan
kinerja produk yang aktual dengan ekspektasi para pembelinya, di
mana jika kinerja aktual lebih besar atau sama dengan ekspektasi, maka
pelanggan akan puas dan sebaliknya, apabila kinerja aktual lebih
rendah dari ekspektasi, maka konsumen akan mengalami ketidakpuasan
(Sutrimi , 2015:61).
Maka dari itu Peneliti menyimpulkan bahwa kepuasan
pelanggan dibangun atas dasar komitmen untuk mencapainya tujuan
atas pendiriannya melalui upaya-upaya memahami harapan
pelanggannya. Agar harapan dan kebutuhan pelanggan dapat terpenuhi,
maka lembaga pendidikan harus terlebih dahulu mengidentifikasi
59
“kebutuhan dan keinginan” apa dari para pelanggannya, kemudian
berusaha untuk memenuhinya. Hal yang menjadi pertanyaan sekarang
adalah bagaimana jika harapan pelanggannya bervariasi dan banyak?
Apakah semua harapan tersebut harus dipenuhi? Untuk mengantisipasi
hal tersebut, lembaga pendidikan perlu menyusun skala prioritas
terhadap harapan-harapan para pelanggan. Seperti halnya saat ini
sedang booming sekolah boording bernuansa islam, mungkin disitulah
banyak para orang tua ingin berlomba–lomba memasukkan anaknya
kelembaga pendidikan yang bernuansa islami, yang mana dapat
membentuk karakter anak sejak dini.
Madrasah Aliyah PINK 03 pasti berharap menjadi bagian dari
masyarakat, terutama masyarakat sekitar dengan komitmen yang
madrasah punya, melalui penetapan visi misi yang jelas dan dapat
memberikan kepercayaan terhadap masyarakat luas, sehingga sekolah
ini berusaha memberikan produk–produk yang menarik agar para calon
pelanggan sekolah ini tertarik dengan produk atau program yang ada
disekolah ini.
Dalam Pembahasan penerapan sosialisasi nilai–nilai keragaman
sebagai wujud pendidikan multikultural menjabarkan contoh kegiatan
dalam mengimplementasikan nilai – nilai keragaman sebagai wujud
Pendidikan multikultural, yaitu: dari kebiasaan sekolah yang
menerapkan system disiplin terhadap siswa, kegiatan-kegiatan rutin
sekolah, ketepatan guru memulai pelajaran, kemampuan guru dalam
mengubah suasana kelas, reward dan punishment, lingkungan sekolah
yang teratur, tertib, rapi, serta pola komunikasi antar stakeholder
sekolah. Itu merupakan pengalaman yang dapat mempengaruhi cara
berpikir, perilaku dan kultur siswa. MA. PINK 03 juga mempunyai
prinsip prinsip dalam pengelolannya sebagai berikut :
a) Pendidikan merupakan investasi sepanjang hayat, sehingga
pembelajaran yang mampu mengakomodasinya adalah lifelong
learning. Seiring dengan tuntunan Rasulullah SAW; “Carilah
ilmu dari buaian sampai liang lahat”(HR. Muslim), maka
siswa/i MA. PINK 03 didorong agar mempunyai motivasi untuk
terus belajar, kapanpun, di manapun, dari dan dengan siapapun.
Memotivasi untuk terus belajar ditanamkan dalam pembelajaran
leadership.
60
b) Jadi proses pendidikan bukanlah sistem transformasi
pengetahuan semata, tapi usaha untuk menumbuh kembangkan
potensi pada siswa, sehingga setiap siswa dapat sukses
walaupun dengan keragaman dari potensinya. Kecerdasan siswa
tidak bisa diukur dari segi kognitifnya saja, tapi juga dari segi
afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Kecerdasan siswa
itu sangat beragam, yakni Linguistik Intelegence (kecerdasan
berbahasa), Logical mathematical intelligence (kecerdasan
logika-matematika), Spatial intelligence (kecerdasan spasial),
Bodily-kinestetik intelligence (kecerdasan gerak tubuh), Musical
intelegnce (kecerdasan musik), Interpersonal Intelligence
(kecerdasan menjalin hubungan baik dengan sesama), Natural
intelegence.
c) Proses dari pembelajaran ini bertujuan untuk membentuk
pribadi-pribadi yang bisa memimpin di masa depan. Karena
pribadi yang sukses di masa depan bukan semata berasal dari
lulusan sekolah yang mempunyai nilai akademik tinggi seperti
tertuang di buku raport. Ada 7 kemampuan untuk bisa sukses
dalan kepribadian, yakni: bisa memahami diri sendiri
(understanding self), kemampuan dalam berkomunikasi
(communication skill), kemampuan dalam belajar untuk belajar
(learning to learn), Membuat suatu keputusan (making
decision), Mengelola (managing), Bekerja dengan kelompok
(working with groups)
d) Sistem pendidikan Ilmu pengetahuan dengan ilmu agama tentu
bukan dua sisi yang berbeda. Al Quran itu dasar ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu pendidikan agama terintegrasi
dalam pendidikan lainya.
e) Pusat dari kegiatan belajar adalah Siswa, jadi siswa juga sebagai
pelaku dan tolak ukur keberhasilan proses pendidikan. Karna
sebagai pusat belajar berarti segala aktifitas belajar difokuskan
untuk membentuk kepribadian siswa. Sebagai pelaku berarti
siswa juga punya peran yang besar atau penting dalam kegiatan
belajar di kelas maupun di luar kelas. Siswa sebagai subjek yang
aktif dalam kegiatan belajar, yang kemudian disebut Active
61
Learning. Implikasinya, guru yang berperan sebagai fasilitator,
membantu membimbing siswa.
f) Siswa tidak hanya belajar dari guru saja, tapi bisa dari berbagai
sumber daya yang ada di sekelilingnya. Seperti orang tua, para
ahli, kalangan professional itu merupakan sumber belajar.
Selain buku pelajaran, siswa dapat juga dapat belajar dari
televisi, radio, media cetak dan lingkungan sekitarnya. Hal ini
dapat mendukung keberhasilan belajar.
g) Kegiatan belajar yang dilakukan secara utuh dalam sehari.
Sistem Full Day School membuat siswa terkondisikan dalam
belajar dari waktu ke waktu. Misalnya Senin sampai sabtu siswa
belajar di sekolah dari pagi sampai sore, sedangkan Minggu
adalah waktu untuk keluarga. Apakah siswa mengalami
kejenuhan selama satu hari penuh di sekolah? Metode belajar
yang digunakan guru sudah dirancang agar siswa menikmati
kegiatan sehari-hari di sekolah.
h) Dalam psikologis setiap peserta didik adalah individu yang yang
mempunyai emosi. Situasi psikologis yang baik akan
berdampak baik juga pada keberhasilan belajar. Lingkungan
kelas perlu disetting sedemikian rupa, sehingga bisa kondusif
bagi kegiatan belajar siswa. Halaman yang luas, asri, sejuk, dan
aman yang dimiliki Yayasan PINK 03 menjadi nilai tersendiri
bagi penyelenggaraan sekolah.
i) Pendidikan yang baik itu didukung oleh sumber daya pendidik
yang professional. Guru-guru MA. PINK 03 direkrut dari
kampus negeri dan swasta ternama, sarjana dan master melalui
proses seleksi, serta pembinaan yang berkelanjutan.
b. Penerapan Program kerja dalam Sosialisasi Nilai-nilai
Multikultural di MA. PINK 03 Tambun Selatan
Salah satu bagian terpenting dalam pelaksaan terkait penerapan
sosialisasi nilai–nilai keragaman sebagai wujud pendidikan
multicultural adalah program kerja. Program kerja di MA. PINK 03
adalah susunan daftar kegiatan yang dirancang untuk di lakukan dalam
satu periode kepengurusan. Jadi program kerja ini akan menjadi tolak
ukur untuk pencapaian kinerja kepengurusan. Pertanggung jawaban
program kerja biasanya dilakukan pada masa akhir kepengurusan,
62
dengan format laporan pertanggung jawaban kepada seluruh guru yang
ada di madrasah, Program kerja juga digunakan sebagai sarana untuk
mewujudkan cita - cita MA. PINK 03
Program kerja Madrasah ini merupakan proses perencanaan atas
semua hal, untuk mencapai tujuan dari pendidikan. Maka dari itu,
program Madrasah dapat disesuaikan dengan kekhasan kondisi, potensi
daerah, sosial budaya masyarakat, potensi madrasah dan kebutuhan
peserta didik. Dewasa ini kompetisi pendidikan berlangsung sangat
ketat dan tajam. Sekolah yang tidak mampu bersaing secara fair dan
terbuka akan tertinggal terseleksi oleh keadaan. Setiap sekolah
pastinya telah memiliki visi, misi, dan tujuan yang menjadi acuan
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu,
diperlukan adanya suatu pengembangan program dari sekolah.
Berbagai program yang dikembangkan haruslah relevan dengan visi
dan misi dari sekolah, serta sebagai bentuk penjabaran yang rinci dan
terukur untuk dilaksanakan di sekolah. Pengembangan program sekolah
hendaknya melalui tahapan yang sistematis dan langkah-langkahnya
juga dapat di pertanggungjawabkan, baik itu secara akademik, yuridis,
maupun sosial. Dalam pengembangan program sekolah juga harus
mempertimbangkan potensi dan kemampuan sekolah, jadi sejauh mana
kekuatan sekolah dan lingkungan itu mendukung keterlaksanaan
program, apakah terdapat hambatan dalam pelaksanaan.
untuk mencapai tingkat keberhasilan sekolah juga bisa
menentukan seberapa besar peluang yang dapat di kembangkan dan
ditetapkan sebagai rencana-rencana kegiatan yang dapat ditempuh.
Sekolah yang menyusun program tanpa mengindahkan berbagai
pertimbangan tersebut, akan mengakibatkan terjadinya penyimpangan
dalam pelaksanaannya, baik itu penyimpangan dalam bentuk perubahan
atau penggantian dari program, bisa terjadinya kemacetan dan tidak
terlaksananya dalam suatu program, maupun penyimpangan dari
keuangan. Terjadinya penyimpangan - penyimpangan program tersebut
merupakan suatu pemborosan dan kerugian dalam berbagai bidang
yang akhirnya dapat mengakibatkan kegagalan keberhasilan yang
diinginkan. Begitu juga dengan sekolah dan program yang tidak
terukur, tidak jelas, dan tidak fokus, dampaknya akan lebih besar
berpotensi dan merugikan semua pihak. Terjadinya kekeliruan
63
manajemen sekolah juga disebabkan kondisi program sekolah yang
salah, begitupun sebaliknya.
MA. PINK 03 menyadari pendidikan itu usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suatu suasana belajar dan proses
pembelajaran agar para peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya sendiri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan
keterampilan yang diperlukan dirinya dalam bermasyarakat.
Berdasarkan keempat kompetensi yang dimiliki oleh tenaga pendidik,
maka diharapkan program kerja sekolah mampu dilaksanakan secara
optimal sesuai dengan visi, misi dan tujuan sekolah. Keberhasilan
program kerja sekolah dapat pula menjadi bahan rujukan bagi lembaga
penyelenggara lain untuk memberi jaminan kualitas mutu sekolah. Jika
jaminan kualitas mutu sekolah ini diimplementasikan secara luas, maka
kualitas pendidikan secara nasional juga pastinya dapat meningkat,
sehingga pada akhirnya peningkatan kualitas pendidikan akan
berdampak pada peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) secara
nasional.
Jadi menurut peneliti, hal tersebut sangatlah penting, mengingat
dewasa ini kita pasti dihadapkan pada berbagai kesempatan dan
tantangan yang sifatnya nasional maupun global, kesempatan dan
tantangan itu bisa diraih dan dijawab oleh SDM yang memiliki
kompetensi dan kualitas yang baik. Sehingga dengan begitu program
kerja sekolah menjadi suatu pedoman, petunjuk arah dan penggerak
yang menentukan semua aktivitas yang ada di sekolah. Bermutu atau
tidaknya suatu kegiatan sekolah itu sangat tergantung pada program
yang dibuat, apabila program kerja sekolahnya baik maka kegiatan-
kegiatan sekolahnya juga akan baik, dan begitu pula sebaliknya.
Berkaitan dengan program kerja, sekolah ini sangat berkaitan dengan
ketercapaian tujuan pendidikan yang perlu diketahui bahwa semua
kegiatan yang dilakukan di sekolah yang merupakan realisasi dari
program kerja sekolah yang telah dibuat, semua itu harus bermuara
pada satu titik yaitu tercapainya suatu tujuan pendidikan sebagaimana
yang telah diharapkan.
Sedangkan di sisi lain, kesuksesan sekolah dalam bentuk
prestasi akademik maupun nonakademik tidak lepas dari program -
64
program sekolah yang di tata dengan baik dan benar. Keberhasilan
sekolah juga di sebabkan adanya suatu program yang jelas dan sekolah
yang memiliki sifat jangka menengah dan jangka panjang. Maka
dengan itu, pengembangan program-program sekolah, baik secara
kualitas maupun kuantitas, sangatlah penting sehingga dalam
penyelenggaraan pendidikannya dapat terarah dengan langkah-langkah
pelaksanaan yang efektif dan efisien. Program kerja yang dibuat oleh
MA. PINK 03 disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan oleh
sekolah ini, yaitu jenis jenis program kerja dapat dibedakan antara
rogram kerja tahunan, program kerja mingguan, program kerja harian
Rencana program kerja MA. PINK 03 TP. 2017-2018 yang telah
dirancang seperti tahun–tahun sebelumnya yang isinya seperti bagian
dari kegiatan di MA. PINK 03 sebagaimana tabel yang tertera dibawah
ini :
Tabel 4.2 Rencana Program Kerja Madrasah Aliyah PINK 03
TP. 2018 – 2019
NO KEGIATAN DEFINISI
PROGRAM
TUJUAN Nilai
Multikultural
1 Rapat Wali
murid
Rapat Wali
murid adalah
kegiatan rutinitas
setiap awal tahun
ajaran baru
dengan dihadiri
oleh orang
tua/wali murid
siswa baru .
1. Mengenalkan
tentang MA.
PINK 03
2. Pemaparan
program dan
perjanjian selama
menjadi siswa-
siswi MA PINK
03
3. Mempererat tali
silaturrahmi
antar orang tua
dan guru
Menjalin
komunikasi yang
baik antar
sekolah dan
orang tua
1. Pemaparan
program dan
peraturan di
MA. PINK 03
2. Terbentuknya
komunikasi
yang baik antar
sekolah dan
orang tua.
65
2 Pengenalan
lingkungan
sekolah
MATSAMA
adalah kegiatan
pengenalan
lingkungan
sekolah untuk
siswa baru.
1. Mengenalkan
siswa baru
terhadap
lingkungan
sekolah
2. Mempererat tali
silaturrahmi antar
siswa dengan
siswa, dan antar
siswa dengan guru
Menumbuhkan
semangat belajar
siswa
Game, trip ke
sekitar lingkungan
sekolahSiswa
nyaman di sekolah,
3 Peringatan
HUT RI
HUT RI adalah
Kegiatan yang dilakukan pada
bulan Agustus
terdiri dari
lomba- lombai dan upacara
kenaikan bendera. semua
siswa dari Kelas 10 sampai Kelas
12
1. Menanamkan rasa
cinta tanah air
2. Melatih kerja
sama
3. Menanamkan
sikap sportifitas
dalam bertanding
4. Menanamkan
sikap menghargai
para pahlawan
Menumbuhkan
sikap saling
menghormati dan
menghargai satu
sama lain
4 Penyembeliha
n hewan
kurban
Idul Adha
adalah Kegiatan yang dilakukan
pada bulan dzulhijjah
kegiatan berqurban juga
diikuti oleh
semua Kelas sekaligus untuk
pembelajaran Fiqih
1. Menambah
wawasan siswa
2. Melakukan/memp
rak tekkan prosesi
Penyembelihan
hewan kurban
3. Menumbuhkan
kepedulian siswa
terhadap
lingkungan
sekitar
Menumbuhkan
rasa berbagi
dengan lingkungan
sekitar tanpa
melihat perbedaan
5 Santunan
Yatim
(Muharram)
Santunan Yatim adalah kegiatan
siswa yang dilaksanakan di
1. Menumbuhkan
kesadaran diri
siswa untuk
membelanjakan
Terbentuknya
siswa yang peduli
dengan anak
yatim dan dhuafa
66
bulan Muharram untuk berbagi
dengan anak-anak yatim dan
dhuafa. Sebelumnya
siswa
mengumpulkan dana atau
berinfak di kelas masing masing
dengan di bawah koordinir guru
kelasnya.
hartanya/berinfak
untuk anak anak
yatim dan
dhuafa.
2. Meningkatkan
kepedulian
siswa terhadap
anak yatim dan
dhuafa
3. Meningkatkan
kehidupan
sosialitas
bermasyarakat
siswa
8 Peringatan
maulid nabi
Muhammad
SAW
Peringatan hari
lahir Nabi
Muhammad
SAW, yang
perayaannya jatuh
pada setiap
tanggal
12 Rabiul Awal
dalam
penanggalan
Hijriyah.
Perayaan Maulid
Nabi merupakan
tradisi yang
berkembang di
masyarakat Islam
jauh setelah Nabi
Muhammad SAW
wafat.
Secara subtansi,
peringatan ini
adalah ekspresi
Kegembiraan dan
penghormata
1. Mendorong siswa-
siswi membaca
shalawat nabi
SAW
2. Mengingatkan
akan perjuangan
nabi
3. Mengingatkan
akan keteladan
beliau
4. Menumbuhkan
akan kecintaan
kepada nabi SAW
Menumbuhkan
rasa toleransi antar
agama dalam
peringatan hari –
hari besar
67
9 Pesantren
Ramadhan
Pesantren Ramadhan
adalah Rangkaian
kegiatan siswa yang
dilaksanakan
dibulan Ramadhan yang
meliputi sedekah Ramadhan,
Amaliyah
Ramadhan,
1. Meningkatkan kepedulian
siswa terhadap masyarakat
sekitar 2. Meningkatkan
kehidupan
sosialitas bermasyarakat
siswa 3. Meningkatkan
wawasan pengetahuan
siswa tentang puasa
4. Melatih
kemandirian dan tanggung jawab
siswa
Terbentuknya siswa yang peduli
dengan
masyarakat sekitar,
10 Silaturahmni Kegiatan yang
dilakukan setelah
Idhul Fitri di wajibkan bagi
seluruh siswa
1. Melatih siswa
tentang
pentingnya silatuhrahmi
2. Melatih kemandirian
dan tanggung jawab siswa
3. Meningkatkan kehidupan
sosialitas
bermasyarakat siswa
Menjaga silatuhrami dan
tidak menyakiti atau saling menyayangi dalam kehidupan bermasyarakat
11 Wisuda Wisuda
adalah Kegiatan
setiap tahun yang
dilakukan di
akhir tahun
pembelajaran di
luar area sekolah,
dalam kegiatan
ini
1. Menampilkan
kreatifitas siswa
di depan orang
tua, tamu
undangan dan
guru
2. Melakukan
prosesi wisuda
Performance dan
prosesi wisuda
68
siswa kelas 12
perform siswa -siswi
dipersembahkan kepada orang tua,
tamu undangan
dan guru.
siswa kelas 12
3. Ajang silaturahmi
antar siswa, guru
dan orang tua
Program diatas adalah program yang dapat menumbuhkan nilai
multikultural siswa di sekolah MA. PINK 03, makanya banyak sekali
penanaman nilai–nilai yang diajarkan secara langsung atau tidak
langsung. Terutama dari niai religi yang ditumbuhkan, karna memang
dasarnya agama menjadi kegiatan yang diutamankan di sekolah kami
„ujar kepala sekolah. Pelaksanaan program yang ada di MA. PINK 03
tentunya sudah sesuai dengan prosedur yang ada di sekolah seperti
setiap rencana program kerja yang sudah memiliki penanggung jawab
atau kordinator masing–masing, selain sudah ditentukan hari dan
tanggalnya pada awal tahun ajaran baru sehingga pelaksanaaan
program kerja di MA. PINK 03 yang selalu berjalan dengan baik.
Banyak program - program kerja yang berhubungan dengan Pendidikan
multicultural, sehingga penanaman nilai–nilai keislaman dan
keragaman begitu kental, bisa dibilang program kerja lebih
mengarahkan keislaman dan keragaman yang memang itu untuk
menyelaraskan dengan visi misi sekolah.
Bagi dunia pendidikan program kerja sekolah sangatlah penting,
oleh karena itu mengingat pentingnya program kerja sekolah, untuk
menjaga mutu dan pengembangannya ke arah yang lebih baik, program
kerja MA. PINK 03 ini selalu melakukan evaluasi secara berkelanjutan.
Sehingga dengan diadakannya evaluasi terus menerus, pasti dari waktu
ke waktu program sekolah akan semakin bermutu dari hasil evaluasi ini
dapat dilakukan perbaikan perbaikan, pengembangan dan peningkatan
program sekolah sehingga jadi semakin sempurna dan sesuai dengan
tuntutan dan harapan dalam rangka mencapainya tujuan pendidikan
tersebut. Evaluasi program kerja sekolah ini berfungsi untuk dijadikan
sebagai feed back dalam rangka memperbaiki dan mengembangkan
program, serta dapat memberikan informasi tentang perkembangan dan
ketercapaian program untuk selanjutnya digunakan untuk
meningkatkan mutu program berikutnya.
c. Nilai – Nilai Multikultural dalam Bahan Ajar
69
Salah satu langkah implementasi dari nilai-nilai pendidikan
multikultural dapat dilakukan dengan membuat konstruk keilmuan
berdimensikan multikultural. Konstruk keilmuan dalam proses
pendidikan ini dapat diaktualisasikan melalui struktur kurikulum yang
memuat nilai-nilai pendidikan multikultural. Banks mengatakan bahwa
pendidikan mutlikultural itu memiliki lima dimensi diantaranya adalah:
integrasi, konstruksi pengetahuan, pengurangan prasangka, pendidikan
yang adil dan pemberdayaan sekolah serta struktur sekolah. Dalam
konteks dimensi - dimensi di atas, Pendidikan Agama Islam yang
diterapkan oleh MA. PINK 03 sebagai sebuah konstruksi kurikulum
sudah memuat nilai-nilai multikultural. Salah satu dari dimensi
multikultural di MA. PINK 03 dalam kurikulum Pendidikan Agama
Islam terimplementasi dalam susunan bahan ajar yang memuat
dimensi-dimensi multikultural.
Struktur dari keilmuan Pendidikan Agama Islam di MA. PINK
03 itu mengembangkan nilai-nilai multikultural, antara lain nilai-nilai:
persamaan hak, toleransi, keadilan, persaudaraan, etika pergaulan. Dari
nilai-nilai tersebut dikembangkan sebagai salah satu bahan ajar di MA.
PINK 03, selanjutnya didukung dengan kultur madrasah yang adaptif
dan responsif terhadap pendidikan multikultural. Kultur madrasah juga
turut membentuk sikap guru dan siswa serta personal sekolah terhadap
penerapan pendidikan multikultural. Adapun nilai-nilai pendidikan
multikultural yang terimplementasi pada bahan ajar Pendidikan Agama
Islam di MA. PINK 03 sebagai berikut:
1) Persamaan Hak
Temuan-temuan data dalam bahan ajar Pendidikan Agama
Islam di MA. PINK 03 mengembangkan adanya sikap menghormati
dan perbedaan. Hal ini sangat penting karena latar belakang siswa MA.
PINK 03 berasal dari beberapa daerah di luar jawa. Pola dari pergaulan
yang sangat majemuk membawa potensi terjadinya konflik, tapi
pengembangan sikap menghormati perbedaanlah dapat meminimalisir
potensi konflik.
Data dokumentasi dari bahan ajar Pendidikan Agama Islam di
MA. PINK 03 juga memuat ajaran normatif Q.S. Al Hujurat 13, bahwa
manusia diciptakan dalam kodrat yang sangat beragam. Manusia itu
diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal.
Jadi konsekuensinya terdapat kesadaran bahwa realita kehidupan sangat
beragam dan menghormati perbedaan adalah suatu keniscayaan.
Pergeseran pola kehidupan agraris yang menjadi industri dan dampak
70
globalisasi, itu menjadikan manusia jadi tidak bisa tersekat dalam ruang
sempit. Percampuran budaya-budaya sangat mungkin terjadi, jadinya
manusia tidak dapat hidup dalam monokultur tapi manusia mutlak
hidup dalam multikulturalnya.
Dalam pengembangan sikap menghormati perbedaan dalam
Pendidikan Agama Islam di MA. PINK 03 menjadi bagian penting
dalam kehidupan yang memiliki tingkat mobilitas tinggi. Implikasi dari
ayat tersebut dalam bahan ajar pendidikan agama islam juga perlunya
dibangun kesadaran bahwa secara lahiriah dari sisi kemanusiaan tidak
ada perbedaan antara suku, ras, dan etnik keturunan, semua sudah
punya kesamaan derajat. Ayat diatas juga turut membentuk afeksi siswa
untuk memahami realita perbedaan dan tidak menjadi sesuatu yang
rentan memicu adanya perpecahan.
Pengembangan dari bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA.
PINK 03 menyampaikan pesan-pesan moral tentang penghormatan
kepada penganut mahzab dan agama yang berbeda - beda. Keyakinan
terhadap sesuatu mazhab tertentu menjadi hak asasi seseorang, karena
memang Islam memberikan kebebasan dalam ijtihad. Bahan ajar
pendidikan agama islam tersebut selaras dengan fenomena yang
berkembang di Indonesia saat sekarang ini. Terjadinya krisis kerukunan
kehidupan intern umat beragama yang menjadi pemicu utama
disintegrasi bangsa. Kebebasan beragama, berpikir, berbudaya menjadi
terminimalisasi. Gerakan-gerakan yang mengatasnamakan agama atau
yang membuat labelisasi agama dengan mengesahkan semua bentuk
penekanan apapun yang menjadi tidak benar dalam perspektif Islam
bahkan agama manapun, sehingga pemaknaan teks Al Qur’an
semestinya tidaklah menimbulkan kebenciaan dan kekerasaan
irrasional. Pemahaman teks Al Qur’an yang bernuasa motiv-motiv
menjadikan sikap tidak toleran terhadap keanekaragaman.
Pengembangan dari sikap menghormati perbedaan akan dapat
menghasilkan output pendidikan yang memiliki kearifan sosial yang
lebih tinggi terhadap kompetensi kultural. Konflik di berbagai daerah di
Indonesia sangat dimungkinkan adanya krisis terhadap sikap
menghormati bentuk-bentuk dari perbedaan. Maka dari itu pendidikan
menjadi bagian penting dalam membentuk sikap nasionalis. Dengan
begitu, kontribusi pendidikan terutama Pendidikan Agama Islam yang
sarat mengajarkan moralitas perlu mengembangkan sikap menghormati
perbedaan.
Jadi temuan data dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di
MA. PINK 03 itu saling menghormati perbedaan dengan mendasarkan
71
utama pada normatif agama sebagaimana yang telah ayat itu
disampaikan sebelumnya. Penyampaian ayat tersebut dilakukan dalam
rangka memberikan kognisi selanjutnya membentuk afeksi anak yang
dapat menghormati perbedaan dengan begitu ini merupakan bagian dari
pendidikan multikultural. Sikap dari menghormati perbedaan akan
memungkinkan pembentukan sikap respek kepada perbedaan yang
telah terjadi dalam masyarakat.
2) Toleransi
Internalisasi dari sikap menghormati dan mengakui adanya
persamaan hak akan mengarah pada pembentukan dari sikap toleransi.
Berdasarkan dari temuan data peneliti, muatan bahan ajar Pendidikan
Agama Islam di MA. PINK 03 itu mengembangkan sikap toleransinya
kepada siswa. Toleransi menjadi bagian penting dalam kehidupan
multikultural
Toleransi atau (tasamuh) itu sikap tenggang rasa terhadap
realitas perbedaan yang ada dalam masyarakat. Realitas perbedaan dan
dampak kehidupan global semakin membutuhkan sikap toleransi dari
perbedaan – perbedaan yang ada. Sejarah peradaban Islam yang telah
dibentuk oleh Nabi Muhammad saw telah berhasil membentuk
masyarakat madani. Sebuah pranata masyarakat yang dapat
mengakomodasikan semua kepentingan dari masyarakat yang plural.
Toleransi antara umat beragama menjadikan kondisi masyarakat yang
sangat dinamis sehingga tasamuh atau (toleransi) ini berfungsi sebagai
penertib, sebagai pengaman perdamaian dan pemersatu dalam
komunikasi dan interaksi sosial.
Beberapa dari temuan data penulis dalam bahan ajar Pendidikan
Agama Islam di MA. PINK 03 memuat bahan ajar tentang toleransi
dengan mengedepankan tenggang rasa. Manusia yang tidak dapat lepas
dari relasi sosial kemasyarakatan. Rasa tengang rasa perlu juga
dikembangkan pada Pendidikan Agama Islam, karena manusia sebagai
mahluk sosial saling membutuhkan orang lain dan pasti saling
ketergantungan. Pembudayaan toleransi dengan mengedepankan sikap-
sikap peka sosial yang telah dilakukan dalam pendidikan MA. PINK 03
salah satunya dilakukan kajian-kajian ilmiah tentang kedaerahan
melalui Iksa atau (Ikatan santri dan siswa MA. PINK 03 yang
disesuaikan dengan asal daerah mereka masing-masing).
Bahan ajar dari Pendidikan Agama Islam di MA. PINK 03
memuat dasar normatif tentang ajaran untuk bersikap baik kepada
sesama manusia. Tentang pembelajaran akhlak yang diberikan kepada
siswa yang telah disampaikan dasar normatif Q.S Al Hujurat 12,
sebagai mahluk yang saling bergantungan tidak dibenarkan melakukan
tindakan yang menyingung perasaan orang lain. Pentingnya sikap
72
toleransi itu untuk tetap menjaga dan menghormati orang lain yang
merupakan salah satu bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA.
PINK 03 sebagai upaya untuk memperkuat persatuan dan kesatuan.
Pertama, sebagai pembentukan afeksi anak melalui internalisasi sikap
tasamuh yang merupakan upaya untuk menjaga kesatuan negara dari
ancaman disintegrasi bangsa. Kedua, dengan toleransi itu akan terjalin
relasi sosial yang lebih luas dan dapat menopang eksistensi seseorang
yang dapat menghasilkan bahan ajar maupun keuntungan yang bersifat
imateri. Ketiga, terciptanya persatuan dan kesatuan akan membentuk
perdamaian dan kesejahteraan sosial sehingga terjadi dinamika
masyarakat dan dengan bahan ajar yang memuat toleransi akan turut
membentuk siswa memiliki kompetensi sosial yang lebih kuat lagi.
3) Keadilan
Sikap toleransi atau (tasamuh) itu dapat membentuk suatu
perilaku yang adil. Adil merupakan perilaku yang dikembangkan dalam
Pendidikan Agama Islam di MA. PINK 03. Prinsip keadilan itu sebagai
pilar dari pendidikan multikultural. Keadilan dalam proses pendidikan
termasuk didalamnya ada siswa yang mendapatkan kesempatan yang
sama untuk memperoleh transformasi ilmu maupun keadilan dalam
memberikan kesempatan yang sama juga walaupun latar belakang
siswa berbeda - beda. Perbedaan budaya, perilaku siswa MA. PINK 03
karena berasal dari daerah yang berlainan tidak menjadikan perbedaan
mereka diperlakuan. Konten bahan ajar Pendidikan Agama Islam di
MA. PINK 03 memberikan dasar-dasar keharusan seorang muslim yang
harus memiliki perilaku yang adil.
Dasar Al Qur’an surat surat Al Maidah 8-9 yang diajarkan
kepada siswa MA. PINK 03 sangatlah menganjurkan perilaku yang
adil, bahkan adil juga dilakukan kepada orang lain yang non Islam
sekalipun. Menurut ayat tersebut adil memiliki dua dimensi utama yaitu
takwa dan keimanan. Dimensi pertama, perilaku adil dalam bahan ajar
Pendidikan Agama Islam MA. PINK 03 menyatakan bahwa salah satu
parameter ketaqwaan sesorang. Dimensi kedua, perilaku adil
merupakan bagian ketaqwaan seseorang. Ayat 9 surat Al Maidah
sebagai bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA. PINK 03 juga
menyatakan bahwa perilaku adil adalah suatu amal shalih. Hakikatnya,
sikap adil itu akan membawa tata kehidupan masyarakat yang lebih
dinamis. Ketika masyarakat memiliki perilaku adil maka tidak akan
terjadi penindasan satu kelompok masyarakat yang dominan terhadap
minoritas. Keadilan juga membawa kultur masyarakat yang lebih
memberikan hak-hak masyarakat sesuai dengan porsinya masing -
masing.
73
Keadilan dalam pandangan pendidikan agama islam yang
dilakukan pada pendidikan agama Islam di MA. PINK 03 lebih
memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa walaupun dari
kultur dan kemampuan siswa yang sangat beragam sehingga keadilan
sebagai unsur yang penting dalam pendidikan multikultural yang
dilakukan oleh MA. PINK 03. Pembentukan sikap adil dalam diri siswa
dilakukan dengan penguatan kognisi siswa melalui pemberian bahan
ajar tentang perilaku adil, selanjutnya dengan membentuk budaya
madrasah. Praktik pembelajaran yang dilakukuan oleh guru Pendidikan
Agama Islam yang telah membentuk suatu perilaku keadilan melalui
kesamaan hak yang diberikan kepada siswa walaupun itu dari beragam
budaya. Keadilan merupakan prinsip-prinsip kemanusiaan yang perlu
diajarkan kepada siswa.
Beberapa prinsip tasawuf menurut Amin antara lain bahwa
semua agama adalah jalan menuju Allah SWT. Semua agama
membimbing manusia menuju ridha nya-Tuhan, meskipun ritual dari
agama itu berbeda-beda tetapi semuanya ditujukan kepada Tuhan
sebagai sang khalik. Ibnu Arabi berpendapat bahwa orang sufi melihat
Allah SWT dalam ka’bah, masjid, gereja dan dalam kuil.
Dengan
begitu, perlakuan adil itu didasari pada pengakuan atas kesamaan hak
dan toleransi. Tindak dikriminasi tentu saja tidak dibenarkan dalam
agama Islam dan agama-agama yang lain. Islam memandang bahwa
persamaan hak kemanusian juga membawa konsekuensi keadilan yang
perlu ditanamkan dalam diri siswa.
Temuan data pada bahan ajar pendidikan agama Islam di MA.
PINK 03 menyebutkan terminologi adil merupakan perlakuan yang
seimbang dan menempatkan sesuatu dengan proposional. Makna secara
istilahnya, adil dapat dipahami sebagai perlakuan seseorang terhadap
orang lain tidak melakukan perbedaan atas hak-hak orang lain. Dari
perilaku adil akan melahirkan sikap yang ihsan. Ihsan itu melakukan
suatu perbuatan yang akan mendatangkan manfaat besar bagi orang lain
sehingga kesadaran siswa dapat membentuk perilaku yang bermanfaat
bagi orang lain. Perilaku lain yang ditimbulkan dari perilaku adil adalah
memiliki kepekaan sosial yang tinggi terhadap permasalahan
kemasyarakatan.
Dari uraian di atas yang didasarkan pada temuan-temuan data
pada bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA. PINK 03 dapat
disimpulkan bahwa pengembangan perilaku adil sebagai bagian praksis
pendidikan multikultural dilakukan dengan memberikan kompetensi
kepada siswa dengan cara: pertama, memberikan domain kognitif
kepada siswa melalui penguasaan dasar normatif Islam terkait dengan
perilaku yang adil. Kedua, pembentukan afeksi keadilan juga dilakukan
74
dengan telaah kristis pada muatan bahan ajar Pendidikan Agama Islam
tentang keadilan.
4) Persaudaran
Prinsip tasawuf lain yang sebagaimana disebutkan oleh Amin
adalah persaudaraan menghimpun seluruh prinsip dari kemanusiaan.
Manusia menyatu dengan yang lain dalam hubungan keluarga
kemudian hubungan umat dan akhirnya hubungan dari kemanusiaan.
Manusia yang sempurna adalah manusia yang melampaui batas-batas
geografis. Manusia yang menyatu dalam kemanusiaanya pada zaman
lampau kini dan akan datang. Makna persaudaraan dalam prinsip
tasawuf mengacu pada persaudaraan yang dapat menghilangkan batas-
batas perbedaan kultural. Persaudaraan merupakan unsur kodrati
manusia yang tidak dapat lepas dari relasi sosial masyarakat. Dimensi
persaudaraan memiliki makna yang lebih mengakui adanya pluralitas
dan keragaman budaya. Persaudaraan mengarahkan pada persatuan dan
kesatuan bangsa.
Temuan data dalam bahan ajar pendidikan agama Islam MA.
PINK 03 menyebutkan bahwa persaudaraan merupakan tanggung
jawab kemanusiaan sebagai salah satu prinsip pendidikan multikultural.
Format pendidikan multikultural dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa model. Gorski mengatakan bahwa pendidikan multikultural
mencakup tiga jenis transformasi yaitu: Pertama, transformasi diri.
Kedua, transformasi sekolah dan proses belajar-mengajar. Ketiga,
transformasi masyarakat. Ketiga transformasi tersebut tidak dapat
dipisah menjadi bagian-bagian melainkan menyatu menjadi kesatuan
dalam pendidikan multikultural. Temuan data-data dalam bahan ajar
pendidikan agama Islam di MA. PINK 03 meliputi ketiga transformasi
diatas. Transformasi diri diupayakan dengan mengajarkan bahan ajar
yang berkenaan dengan proses pemberdayaan siswa dengan kompetensi
kultural, antara lain dengan pengembangan persaudaraan, tolerasi dan
kesamaan derajat. Transformasi sekolah dilakukan melalui
pembelajaran yang lebih responsif multikultural yaitu dengan cara
melakukan internalisasi nilai-nilai pendidikan multikultural dalam
pendidikan agama islam. Transformasi masyarakat dilakukan dengan
cara membentuk kultur madrasah yang responsif multikultural yaitu
melalui kesamaan hak dan perlakuan pada siswa walaupun mereka dari
kultur yang berbeda karena asal daerah siswa yang sangat beragam dari
berbagai daerah di luar Jawa.
Pendidikan agama islam di MA. PINK 03 telah melakukan
internalisasi dalam nilai-nilai persaudaraan. Manusia sebagai mahluk
sosial tidak dapat lepas dari hubungan sosial. Manusia tidak dapat
berdiri sendiri dan pastinya membutuhkan bantuan orang lain.
75
Eksistensi keberlangsungan manusia bahkan membutuhkan adanya
perkawinan dan akan menjadikan tali persaudaraan antar masyarakat.
Syari’at Islam mengatur adanya bentuk-bentuk pergaulan sekalipun
dengan yang beda agamanya.
Pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA.
PINK 03 yang mendasarkan pada surat Al Hujurat ayat 10-13. Ayat
tersebut telah diuraikan dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di
MA. PINK 03 bahwa semua mukmin adalah saudara. Konsekuensinya
adalah ketika diikat dalam satu persaudaraan maka akan terciptanya
perdamaian, dan perlakuan tersebut merupakan cerminan dari takwa.
Selanjutnya, pengembangan sikap saling menghargai satu dengan yang
lainnya akan mencegah terjadinya perpecahan dan memperkokoh tali
persaudaraan. Ayat tersebut juga menyerukan anjuran atas
penghargaan kemajemukan, bahwa perbedaan adalah realita.
Persaudaran dalam Islam merupakan suatu perbuatan yang
sangat dianjurkan. Pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama Islam
di MA. PINK 03 memuat aturan-aturan tentang membangun perilaku.
Kokohnya persaudaraan perlu diikuti dengan adanya etika pergaulan
yang diperlukan siswa dalam internalisasi diri siswa tentang: larangan
untuk mengolok-olok kaum lain, memanggil dengan gelar-gelar buruk,
prasangka buruk, menggunjing. Pembelajaran tentang etika, moral,
pergaulan bermasyarakat dan berbangsa dalam Pendidikan Agama
Islam di MA. PINK 03 merupakan penguatan bahan ajar tentang nilai-
nilai persaudaraan dalam pendidikan multikultural.
Terdapat tiga prinsip manusia bermartabat menurut Nimrod
Aloni yaitu; Pertama, otonomi, rasional, dan penghargaan untuk semua
orang. Kedua, kesetaraan dan kebersamaan. Ketiga, komitmen untuk
membantu semua orang dalam pengembangan potensinya.
Prinsip-
prinsip di atas sesuai dengan pendidikan multikultural yang lebih
menekankan ke relasi manusia. Prinsip ketiga tersebut juga sesuai
dengan internalisasi nilai-nilai persaudaraan yang termuat dalam bahan
ajar pendidikan agama Islam di MA. PINK 03.
Kultur madrasah yang dibentuk MA. PINK 03 dalam
menanamkan nilai-nilai persaudaraan dengan mengadakan suasana
akademik dalam pembelajaran dengan metode kontekstual yaitu dengan
menerapkan bahan ajar dengan merealisasikan dalam praktik
kehidupan, misalnya dialog dalam forum ikatan siswa dalam berbagai
daerah. Nilai-nilai persaudaraan merupakan bahan ajar akhlak yang
diajarkan kepada siswa sehingga peran guru dalam pengembangan nilai
persaudaraan sebagai bentuk pendidikan multikultural menjadi penting.
Guru dalam pendidikan muktikultural perlu memiliki wawasan yang
cukup untuk menghadapi beberapa fenomena sosial yang ada di
76
lingkungan dan terhadap siswa terutama terkait dengan ketidak adilan
sosial, politik dan ekonomi seperti masalah kemiskinan, pengangguran,
korupsi, dan lain-lain.
Pendidikan agama Islam di MA. PINK 03 telah menghilangkan
bentuk-bentuk ketidak adilan sosial dengan menanamkan nilai-nilai
persaudaraan yang dilakukan dengan memberikan perlakuan yang sama
dan melakukan kunjungan-kunjungan keberbagai daerah di luar Jawa.
Kunjungan daerah seperti kunjungan ke lampung difasilitasi oleh ikatan
siswa dan santri lampung (IKSA Lampung) biasanya dilakukan untuk
memberikan pengarahan alumni maupun siswa yang masih aktif.
Kunjungan ke berbagai daerah biasanya dilakukan dalam forum
silaturahmi. Ikatan siswa dan santri merupakan bagian forum
persaudaraan ikatan santri dan siswa MA. PINK 03 yang berasal dari
luar daerah. Penamaan IKSA disesuaikan asal daerah siswa dan santri.
IKSA memberikan fasilitas terhadap siswa dan santri dari luar Jawa
dalam melakukan adaptasi di MA. PINK 03 maupun dalam pondok
pesantren YAPINK 03 Tambun Selatan Bekasi.
Forum silaturahmi yang dilakukan oleh MA. PINK 03
merupakan bentuk internalisasi nilai-nilai persaudaran yang
memberikan beberapa kemanfaatan. Pertama, itu forum merupakan
bagian untuk menghilangkan batas-batas deskriminasi antar kultur
berbagai daerah. Kedua, sebagai wahana sosialisasi keberadaan MA.
PINK 03 sehingga eksistensi Madrasah akan tetap solid. Ketiga,
sebagai bentuk nyata implementasi pendidikan multikultural. Ketiga,
input siswa MA. PINK 03 menjadi sangat beragam dan menjadikan
karakteristik yang dimiliki oleh MA. PINK 03. Internalisasi nilai-nilai
persaudaraan juga diimbangi dengan bahan ajar Pendidikan Agama
Islam yang terkait dengan akhlak sebagai dasar melakukan
persaudaraan dan melakukan relasi sosial.
Ada juga bentuk – bentuk larangan-larangan yang telah
diajarkan kepada siswa antara lain namimah atau melakukan fitnah. Hal
ini merupakan sikap yang akan menghancurkan bentuk-bentuk
persaudaraan. Internalisasi nilai-nilai persaudaraan sebagai salah satu
pilar pendidikan multikultural tidak dapat dilakukan dengan baik jika
tidak diikuti dengan pembentukan perilaku siswa, sedangkan fitnah
merupakan pangkal dari perpecahan. Bahan ajar Pendidikan Agama
Islam MA. PINK 03 itu sebagai langkah untuk memperkokoh
internalisasi nilai-nilai persaudaraan.
Bahan ajar PAI di MA. PINK 03 berpedoman pada dasar
normatif dalam surat Al Baqarah 191 yang menerangkan bahaya dari
fitnah. Proses PAI dalam memberikan kemampuan kognisi kepada
siswa dengan mengacu pada Al Qur’an dan Hadis, karena afeksi siswa
77
akan berhasil jika penguasaan kongisi juga lebih baik. Ayat tersebut
memberikan implikasi yang lebih mendalam bagi implementasi
pendidikan multikultural di MA. PINK 03. Fitnah sebagai sikap yang
harus dijauhi dan diterangkan dalam bahan ajar Pendidikan Agama
Islam sebagai perbuatan yang lebih kejam daripada pembunuhan. Karir
dan karakter seseorang akan dapat tercemar karena fitnah, sehingga
akan membawa kehancuran eksistensi seseorang, sebaliknya
menghidari fitnah akan membawa perdamaian, persatuan dan
persaudaraan.
Sikap lain yang perlu dikembangkan dalam internalisasi nilai-
nilai persaudaraan pada bahan ajar PAI di MA. PINK 03 adalah
menghindari sikap ananiyah atau egois. Ananiyah ini merupakan
akhlak tercela yang akan memberikan dampak buruk bagi orang lain
maupun diri sendiri. Sikap tersebut akan menjadikan orang egois dan
tidak memiliki kepekaan terhadap sosial. Hal ini sangat bertentangan
dengan pendidikan multikultural yang lebih peka terhadap realita sosial.
Madrasah ataupun sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan
multikultural perlu menerapkan kurikulum yang tidak hanya bermuatan
kognitif (ilmu pengetahuan), tapi juga meningkatkan kemampuan
afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan) dan kurikulum yang
berorientasikan keadilan sosial.
Muatan kurikulum PAI di MA. PINK 03 menanamkan
kepekaan sosial melalui dasar normatif yaitu dengan menghindari sikap
ananiyah, sehingga bahan ajar PAI mengajarkan tentang kepekaan
sosial yang pada akhirnya akan menuju pada keadilan sosial. Ananiyah
juga bisa membawa orang lebih bersifat tertutup terhadap pendapat,
paham, serta ide-ide orang lain. Hal ini menafikan kodrat manusia
sebagai mahluk sosial yang tidak lepas dari keberadaan orang lain.
Pengembangan nilai-nilai persaudaraan dengan menghindari ananiyah
menjadikan siswa sebagai penganut agama Islam yang inklusif terbuka
atas realitas perbedaan yang terjadi dalam masyarakat. Akhirnya akan
terbentuk kepribadian Islam yang arif dan memiliki toleransi tinggi
terhadap kemajemukan. Dengan begitu, MA. PINK 03
mengembangkan dimensi pendidikan yang multikultural. Dalam surat
At-Takatsur ayat 1-3 yang telah disebutkan dalam bahan ajar PAI MA.
PINK 03 melarang dalam bentuk-bentuk egois dan melalaikan realitas
di sekitarnya dengan bermegah-megahan tanpa memiliki kepedulian
sosial.
Kaum materialistis selalu menumpuk harta benda tanpa
memperhitungkan aspek - aspek kemanusiaan yang harus diperhatikan,
namun orientasi lebih kepada kehidupan keduniaan tanpa memikirkan
kepedulian sosial. Namimah (fitnah) dan ananiyah (egois) dalam bahan
78
ajar Pendidikan Agama Islam di MA. PINK 03 merupakan bagian
dalam muatan kurikulum yang membentuk afeksi siswa dalam
internalisasi nilai-nilai dari persaudaraan. Persaudaraan menjadi kokoh
dan perlu juga didukung akhlak siswa yang menghindari fitnah maupun
egois karena akan merapuhkan sendi-sendi dari persaudaraan.
5) Etika Pergaulan
Kemajuan peradaban dan globalisasi serta modernisasi
membawa perubahan struktur masyarakat. Arus globalisasi
memungkinkan terjadinya akses informasi termasuk budaya, aliran, ide,
gagasan semakin mudah sehingga akulturasi budaya dapat terjadi dan
sebaliknya dapat memunculkan konflik sosial. Temuan data dalam
bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA. PINK 03 memuat bahan
ajar yang mendukung etika dalam pergaulan. Modernisasi dan
globalisasi menjadikan pergaulan dalam kehidupan multikultural
membutuhkan pemahaman siswa pada etika pergaulan.
Bahan ajar Pendidikan Agama Islam memuat etika pergaulan
antara lain: qana'ah, zuhud, tabah/sabar, istiqamah, dan tasamuh.
Orientasi kehidupan yang universal adalah pada kemanusiaan,
kebersamaan dan kedamaian. Orientasi hidup yang universal
merupakan titik orientasi bagi pendidikan multikultural. Sehingga etika
pergaulan perlu dikembangkan dalam membentuk kepribadian siswa.
Qana’ah merupakan salah satu sikap yang membentuk etika pergaulan.
Bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA. PINK 03 lebih lanjut
menguraikan bahwa qana’ah itu merupakan sikap rela dan menerima
tentang apa yang telah dimiliki dan berusaha menjauhkan diri dari sifat
yang merasa tidak puas dan selalu kekurangan atas semua yang
diperolehnya. Qana’ah berimplikasi positif pada pembentukan
kepribadian seorang muslim. Qana’ah semakin mendekatkan derajat
ketaqwaan seseorang dan manfaat bagi kemanusiaan dalam
meminimalisasi konflik sosial dengan mengurangi gaya persaingan
yang tidak sehat dari beberapa aspek kehidupannya. Dominasi
kelompok tertentu dengan melakukan penindasan pada minoritas
merupakan sikap yang jauh dari qana’ah. Muatan bahan ajar
pendidikan agama islam tersebut merupakan bagian dalam
pembentukan kepribadian muslim yang memiliki akhlak al akrimah,
dan hal ini sejalan dengan dimensi pendidikan multikultural yang
berorientasi pada aspek kemanusiaan dan keadilan sosial serta
persamaan hak.
Qana’ah dalam pengembangan bahan ajar pendidikan agama
islam MA. PINK 03 yang telah diuraikan merupakan stabilisator dan
79
dinamisator pembentukan kepribadian dari muslim. Sebagai stabilisator
karena mengarahkan sikap sesorang pada perdamaian dan menjauhkan
dari bentuk pertikaian. Sebagai dinamisator karena merupakan
kekuatan batiniyah dan sebagai daya dorong untuk meraih kemajuan
hidup berlandaskan kemampuan diri pribadi serta tergantung kepada
karunia Allah. Qana’ah merupakan sikap penting yang perlu
diinternalisasikan dalam diri siswa yang mendasari etika pergaulan,
sehingga output MA. PINK 03 sebagai pribadi yang mudah melakukan
interaksi sosial dalam era multikultural. Etika pergaulan selain qana’ah
adalah sikap zuhud.
Zuhud dalam pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama
Islam di MA. PINK 03 tidak sebatas pada peningkatan kuantitas dan
kualitas ibadah kepada Allah SWT, namun zuhud juga sebagai wahana
untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia. Zuhud berkembang
sejalan dengan kualitas keimanan seseorang sehingga memerlukan
proses untuk mencapai sifat zuhud. Kepribadian muslim dibentuk
melalui internalisasi nilai-nilai dengan dasar normatif Islam yaitu Al
Qur’an dan hadis. Etika dalam pergaulan mendasarkan pada sikap
qana’ah dan zuhud yang merupakan bagian penting dalam
implementasi pendidikan multikultural.
Berdasarkan data dokumentasi tentang pengembangan bahan
ajar Pendidikan Agama Islam MA. PINK 03 internalisasi nilai-nilai
multikultural yang dilakukan itu meliputi aspek-aspek sosial antara
lain: etika, moral, akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap diri sendiri,
akhlak terhadap sesama manusia. Etika dapat disimpulkan bahwa
menyelidiki segala perbuatan manusia kemudian menetapakan hukum
yang baik atau buruk berdasarkan akal pikiran manusia (dokumentasi
bahan ajar MA. PINK 03). Moral juga merupakan aspek yang dapat
dikembangkan dalam Pendidikan Agama Islam sebagai implementasi
pendidikan multikultural.
Dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA. PINK 03,
telah diuraikan bahwa moral berkaitan baik dan buruk perbuatan
manusia. secara istilah, moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum
dan dapat diterima melalui tindakan manusia yaitu terkait mana yang
baik dan wajar. Sedangkan menurut Lynch kompetensi Pendidikan
multikultural yang bersifat afektif berorientasi pada penghargaan orang
lain maupun pada diri sendiri.
Pertama, rumusan kompetensi
pendidikan multikultural adalah mendidik siswa mau menerima
keunikan individu, nilai-nilai kemanusiaan, prinsip kesetaraan hak dan
keadilan serta nilai-nilai lain yang tidak cenderung prejudice dan
80
deskriminatif. Kedua, siswa memiliki citra diri yang positif percaya diri
dengan identitas etnik dan kultural serta perasaan nyaman di dalam
perbedaan ras, etnik, maupun kultural.
Sejalan dengan pendapat dari Lynch. Pendidikan Agama Islam
di MA. PINK 03 mengembangkan moral untuk mendukung kompetensi
multikultural terhadap penghargaan nilai-nilai dari kemanusiaan.
Pembiasaan dan pengembangan kultur madrasah dengan
mengedepankan keadilan dan persamaan hak antar siswa semakin
meningkatkan kompetensi kultural dari siswa. Selanjutnya
pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama Islam meningkatkan
penguasaan akhlak sebagai dasar untuk membentuk persatuan serta
kesamaan hak dan keadilan.
Akhlak dalam Pendidikan Agama Islam diterangkan sebagai
pola hidup dan tindakan manusia. Jadi Islam membagi akhlak menjadi
tiga yaitu terhadap Allah Swt. manusia, alam. Akhlak terhadap Allah
Swt. merupakan pola hubungan manusia dengan Allah Swt. yaitu
merupakan sikap dan perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh
manusia sebagai hubungan mahkuk dan sang khalik. Pola hubungan
tersebut merupakan bentuk ibadah seorang mahluk kepada Dzat
Pencipta. Sedangkan akhlak terhadap orang lain merupakan kewajiban
melakukan hubungan dengan sesama manusia untuk saling tolong-
menolong, mengakui adanya persamaan hak dan melakukan kegiatan
kemanusiaan dengan tetap mengedepankan etika pergaulan sehingga
tidak terjadinya perpecahan. Akhlak terhadap alam dalam
pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA. PINK 03
diuraikan merupakan bagian dari kearifan seseorang terhadap alam.
Alam merupakan kekayaan yang harus dimiliki bersama dan menjadi
komoditi untuk kesejahteraan bersama umat manusia. Akhlak terhadap
alam dapat diimplementasikan dengan melakukan pemanfaatan alam
dan tetap menjaga kelestariannya. Quran surat Ar-Rum ayat 41
memberikan dasar yang kuat bahwa kerusakan alam merupakan
perbuatan manusia. Eksploitasi tanpa batas menjadikan kerusakan
terhadap alam, dan hal ini merupakan peringatan yang sudah jelas
digambarkan dalam ayat tersebut.
Sedangkan Pendidikan multikultural menurut Mahfud ialah
menggambarkan realitas budaya, politik, sosial, dan ekonomi yang
kompleks dan secara luas serta sistematis dalam mempengaruhi segala
sesuatu yang terjadi di dalam dan di luar ruangan. Pendidikan
multikultural termanifestasikan melalui konteks, proses dan muatan.
Sejalan dengan hal tersebut pendidikan multikultural yang dilakukan di
81
MA. PINK 03 melakukan internalisasi etika pergaulan sebagai bagian
pendidikan dari multikultural. Etika pergaulan berkenaan dengan
realitas budaya yang sudah berkembang dalam masyarakat. Kemajuan
dan globalisasi dalam kehidupan juga membutuhkan pola interaksi
yang dinamis untuk menuju persatuan dan perdamaian yaitu dibutuhkan
adanya perdamaian.
Internalisasi nilai-nilai yang dikembangkan MA. PINK 03
sebagai etika pergaulan adalah meliputi zuhud, tasamuh, qana’ah dan
penanaman akhlak pada diri siswa. Sikap yang perlu dihindari sebagai
anti kultural adalah namimah (fitnah) dan ananiyah (egois) karena akan
merusak persatuan dan kesatuan.
Berdasarkan data-data nilai-nilai multikultural dalam bahan ajar
Pendidikan Agama Islam di MA. PINK 03 dapat diformulasikan pada
tabel dibawah ini.
Tabel 4.3
Nilai-Nilai Multikultural dalam Bahan Ajar
Pendidikan Agama Islam (PAI)
Nilai – nilai multikultural dalam
bahan ajar PAI
Muatan materi Pendidikan Agama
Islam berpersektif multikultural
Nilai Toleransi
Toleransi/Tasamuh /tenggang rasa
sesama masyarakat
Toleransi membangun relasi
kemanusiaan
Harmonisasi dan hubungan
kemanusiaan
Mencintai sesama manusia
Larangan berburuk sangka
Menjujung tinggi nilai – nilai
kemanusiaan
Nilai Tolong Menolong
Ajaran qona’ah menerima yang sudah
dimiliki dan menjauhkan diri dari
tidak puas berfungsi stabilitas dan
dinamisator dalam pergaulan.
Zuhud berfungsi pengendalian diri
dari sikap rakus dan bijaksana dalam
kehidupan multikultural. Menghidari
sifat naminah, ananiyah (egois
82
Nilai Keadilan (Demokrasi)
Anjuran berpilaku adil
Adil tanpa memandang perbedaan
suku, Bahasa, menghilangkan
dikotomi
Adil berdimensi ketaqwaan dan
kemanusiaan
Solidaritas sosial
Memperlakukan sesuatu sesuai
dengan hak-haknya
Menempatkan sesuatu pada tempatnya
Nilai Persamaan dan Persaudaraan
Sebangsa maupun Antar bangsa
Adab pergaulan antara sesama penganut
agama dan berbeda agama
Humanisasi, demikratisasi
Kesetaraan haka tau persamaan
derajat
Larangan melakukan deskriminasi
Larangan namimah
Menghindari sikap ananiyah/egois
karena menimbulkan perpecahan
dalam masyarakat.
Hikmah menghindari ananiyah adalah
persaudaraan antara masyarakat
walaupun beda suku bangsa
menghindari deskriminasi
C. Pelaksanan Sosialisasi Nilai-nilai Multikultural di MA. PINK 03
Tambun Selatan
a. Sistem Organisasi
Dalam proses ini menjelaskan tentang kebijakan penugasan guru
dan pengelompokkan siswa untuk proses pembelajaran. contohnya seperti
pembagian kelas, berbagai kegiatan sekolah di luar kegiatan belajar atau
(kegiatan ekstrakulikuler), berbagai fasilitas yang disediakan sekolah.
MA. PINK 03 menjelaskan bahwa bagian – bagian atau kordinator
kegiatan sudah ditunjuk oleh pihak kepala sekolah dan guru- guru
sehingga penunjukan kordinator kegiatan diluar belajar dikelas seperti
kegiatan pembiasaan yang setiap harinya dilakukan itu melihat dari
kapasitas setiap kordinator sehingga menyesuaikan dengan kemampuan
dari para pendidik, di MA. PINK 03 proses belajar mengajar dan kriteria
kenaikan kelas, keduanya dirancang dengan baik untuk mendukung
terwujudnya lulusan yang Islami.
83
Dengan ini sekolah menjelaskan bahwa sistem organisasi yang
ada di sekolah dibawah pimpinan kepala sekolah, merupakan bagian dari
kurikulum dan bagian kesiswan. Sehingga kaitan dengan penerapan
sosialisasi nilai–nilai keragaman sebagai wujud pendidikan yang
multikultural.
Muatan kurikulum MA. PINK 03 meliputi sejumlah mata
pelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selam tiga tahun
mulai dari kelas X sampai kelas XII. Muatan lokal, pengembangan diri,
dan kegiatan pembiasaan merupakan bagian dari muatan kurikulum.
a) Kurikulum Kemenag
Madrasah Aliyah PINK 03 sudah menggunakan kurikulum 2013 di
bawah naungan Kemenag dan sesuai dengan standar nasonal dari
kemendikbud.
b) Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kulikuler untuk
mengembangkan kopetensi yang disesuaikan dengan ciri khas
sekolah dan potensi sekolah, juga termasuk keunggulan dari sekolah.
Dan mengacu pada visi MA. PINK 03 yang berbasis keislaman, serta
didukung dengan hasil analisis potensi dan kebutuhan lingkungan,
serta potensi sekolah yang meliputi sumber daya manusia (pendidik,
tenanga kependidikan,dan peserta didik) serta ketersediaannya sarana
dan prasarana yang terdapat di sekolah, MA. PINK 03 menentukan :
bahasa arab (majelis lughoh), english club, dan teknologi informasi,
tahsin, tahfidz sebagai kekhasan MA. PINK 03 yang diberikan secara
berkelanjutan untuk membekali peserta didik dengan wawasan dan
keterampilan yang utuh terhadap penguasaan atau kompetensi yang
berhubungan dengan hafalan al quran dan percakapan dalam dalam
bahasa arab dan bahasa inggris. Kekhasan MA. PINK 03 ini sekaligus
menjadi salah satu bagian dari keunggulan MA. PINK 03 sesuai
kebutuhan peserta didik dan tuntunan masyarakat lokal, nasional
maupun global. Secara garis besar tujuan kajian muatan lokal yang
dikembangkan di MA. PINK 03.
1. Bahasa Arab (Majelis Lughoh)
Tujuan : untuk mengembangkan kompetensi bahasa arab sebagai
sarana berkomunikasi dan memahami ajaran agama yang tercantum
dalam al quran
2. English Club
84
Tujuan : untuk membina keterampilan berbahasa dan berkomunikasi
secara lisan dan tertulis untuk menghadapi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam menyongsong era globalisasi
3. Teknologi informasi dan komunikasi
Tujuan : untuk memberikan keterampilan di bidang teknologi dan
informatika dan keterampilan elektronika yang sesuai dengan bakat
dan minat siswa.
b. Kegiatan Pengembangan Diri
Jadi pengembangan diri adalah suatu kegiatan yang bertujuan
untuk memberikan kesempatan pada peserta didik dalam
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,
bakat, dan minat dari setiap peserta didik yang sesuai dengan kondisi
sekolah. Berdasarkan hasil analisis potensi, minat dan bakat peserta
didik serta keberadaan pembina kegiatan, MA. PINK 03 memfasilitasi
berbagai jenis kegiatan dari pengembangan diri. Kegiatan
pengembangan diri yang disiapkan MA. PINK 03 adalah sebagai
berikut:
a. Kepramukaan Tujuan :
1. Melatih siswa untuk terampil dan mandiri
2. Melatih siswa untuk mempertahankan hidup secara mandiri
3. Sebagai wahana siswa untuk berlatih berorganisasi dan
kepemimpinan
4. Memiliki sikap kerja sama kelompok
5. Memiliki jiwa sosial dan kepedulian kepada orang lain
6. Dapat menyelesaikan permasalahan dengan tepat.
b. Ahlak atau karakter Tujuan :
1. Menerapkan akhlak terpuji dalam kehidupan keseharian
2. Membiasakan diri untuk menghindari akhlak tercela dalam
kehidupan sehari–hari
3. Terbiasa beradab islami dalam kehidupan sehari–hari
c. Kegiatan olahrag , seni dan budaya Tujuan :
1. Mengembangkan prestasi olahraga (futsal, mini, soccer)
2. Mengembangkan seni musik dan tari
3. Mampu berkompetisi dalam berbagai lomba olahraga, seni dan
budaya
85
Program-program rutin sudah dirancang dengan baik untuk
mendukung tercapainya visi, juga menyesuaikan antara teori dengan
keadaan langsung di MA. PINK 03 bahwa mereka memiliki kegiatan–
kegiatan Ekstra Kurikuler (Ekskul) di MA. PINK 03 Tahun Ajaran
2018/2019.
Ekstra Kurikuler (Ekskul) adalah kegiatan siswa/siswi di luar
jam pelajaran (tatap muka) yang bermaksud untuk lebih memperkaya
dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah
dimiliki serta untuk menambah keterampilan para siswa. Untuk Tahun
Ajaran 2018/2019 Ekskul yang ada di MA. PINK 03 adalah sebagai
berikut:
a) Khitibah yang wajib bagi seluruh siswa-siswi MA. PINK 03
b) Marawis dan Khadroh
c) Majelis Lughoh
d) English Club
e) Pramuka
f) Paskibra
g) Qori
h) Kaligrafi
c. Sistem Sosial
Dalam Proses ini suasana sekolah yang tergambar dari pola –
pola hubungan antar komponen–komponen sekolah sudah banyak
faktor sistem sosial disekolah yang dapat membentuk sikap dan
perilaku siswa yaitu pola hubungan guru dengan tenaga administrasi,
keterlibatan kepala sekolah dalam pembelajaran, keterlibatan guru
dalam pengambilan keputusan, hubungan baik antar sesama guru antar
sesama tenaga kependidikan, keterbukaan kesempatan bagi siswa untuk
melakukan berbagai aktifitas, hubungan baik antara guru dan siswa.
Dunia pendidikan dimasa depan memang dituntut untuk lebih
dekat lagi dengan realitas dan permasalahan hidup yang tengah
menghimpit di masyarakat ini. Ungkapan school is mirror society
(sekolah/lembaga pendidikan adalah cerminan dari masyarakat)
seyogyanya benar-benar mewarnai proses pendidikan yang sedang
berlangsung. Sebagai konsekuensinya, lembaga pendidikan harus ikut
berperan aktif dalam memecahkan problem sosial. Komitmen atau
(kesepakatan) dan concern (permufakatan) terhadap pemecahan
86
problem sosial seperti itu seharusnya suadh menjadi bagian dari visi
dan misi dunia pendidikan nasional. (Zubaidi, 2006:5)
Ada di sebuah jurnal yang mengatakan, seperti kita ketahui,
bangsa Indonesia saat ini sepertinya kehilangan karakter yang telah
dibangun berabad-abad tahun lalu. Keramahan, tenggang rasa,
kesopanan, rendah diri, suka menolong, solidaritas sosial dan
sebagainya yang merupakan jati diri bangsa ini seolah-olah telah
hilang begitu saja. Pada lain pihak, warga masyarakat belakangan
ini juga dicemaskan oleh heboh nya kasus penyalahgunaan dari
narkoba. Ironisnya, penyalah gunaan narkoba itu telah merambah ke
lembaga sekolah dan perguruan tinggi dengan melibatan para
pelajar dan mahasiswa. Selain narkoba, warga masyarakat juga
sering dipusingkan dengan kasus tawuran pelajar. Tawuran ini
merupakan fenomena musiman bagi para pelajar yang terjadi pada
tiap awal tahun ajaran baru, menjelang akhir pembelajaran atau di
sela-sela itu. Dengan begitu kita perlu pemahaman intensif terhadap
akar penyebab munculnya tawuran pelajar sehingga dapat dilakukan
penanganan yang secara tepat.
Sedangkan fenomena merosotnya kualitas moral bangsa
Indonesia tampaknya telah menggugah kesadaran bersama bahwa
perlunya memperkuat kembali dimensi moralitas bangsa, diantaranya
dengan mengoptimalkan pelaksanaan pendidikan ahlaq/budi pekerti
secara optimal dibandingkan sebelumnya, diasumsikan dengan bekal
pendidikan ahlaq/budi pekerti yang cukup, peserta didik akan memiliki
daya tahan atau (resistensi) yang secara moral dalam menghadapi
godaan dan pengaruh negatif dari kehidupan modern. Namun yang
perlu diingat, ialah bahwa keberhasilan proses pembelajaran budi
pekerti atau akhlaq di sekolah mempersyaratkan adanya dukungan dari
insitusi di luar sekolah. Dalam hal ini orang tua, atau lingkungan
masyarakat dan media massa harus memberikan ruangan kondusif bagi
proses penanaman dan pembentukan dari budi pekerti. Termasuk
tayangan televisi juga harus bermuatan edukatif sehingga dapat
memupuk tumbuhnya nilai-nilai budi pekerti atau akhlaq di kalangan
anak-anak dan remaja. (Nur’aini, 2016:54)
Menurut peneliti, MA. PINK 03 ini tentu telah menyadari
bahwa hal tersebut menjadi tantangan dimasa sekarang dan akan
87
mendatang, sehingga sekolah ini memperkuat dengan adanya
pembiasaan yang tentunya memberikan dampak terhadap peserta didik
disekolah yang dilakukan secara rutin, yang mana akan memberikan
efek yang berjangka panjang dalam kehidupan sehari – hari. guru
mempunyai peran yang penting dalam hal ini, penanaman nilai–nilai
yang dilaksanakan di sekolah tentu guru juga sebagai tokoh utama yang
menjadi panutan siswa dalam bersikap, sehingga sekolah membuat
kode etik guru dan pegawai, hal inilah sebagai standar etik yang harus
dimiliki oleh guru.
d. Sistem Budaya
Dalam proses ini mencangkup norma sekolah, etos kerja peran dan
tanggung jawab, relasi sosial antar pribadi dan antar kelompok, konflik,
antar pelajar, ritual dan perayaan ibadah, tolerans, kerjasama,
kompetitif, ekspektasi guru terhadap muridnya serta disiplin waktu.
MA. PINK 03 memahami bahwa siswa yang ada sangatlah beragam,
baik dari suku bangsa maupun dari segi ekonomi, sehingga harus ada
budaya baru yang berlaku bagi semuanya dan harus dipatuhi agar dapat
mendukung untuk tercapainya tujuan sekolah.
Zamroni mengemukakan (2011:111) bahwa memberikan
batasan budaya sekolah adalah pola nilai-nilai, prinsi-prinsip, tradisi-
tradisi dan kebiasaan kebiasaan yang terbentuk dalam perjalanan
panjang sekolah, dikembangkan sekolah dalam jangka waktu yang lama
dan menjadi pegangan serta diyakini oleh seluruh warga sekolah
sehingga mendorong munculnya sikap dan perilaku dari warga sekolah.
Banyak nilai yang di dapat dan harus dibangun di sekolah. Sekolah
adalah laksana taman atau lahan yang subur tempat menyemaikan dan
menanam benih-benih nilai tersebut. Nilai-nilai tersebut tercermin
dalam budaya sekolah yang ada di sekolah. Budaya sekolah yang kuat
dan telah membudaya merupakan pondasi awal dalam pembentukan
karakter siswa dan warga sekolah pada umumya.
Jadi menurut peneliti, budaya sekolah merupakan aset yang
bersifat unik yang pastinya tidak sama antara sekolah satu dengan yang
lainnya. Budaya sekolah dapat diamati melalui pencerminan hal-hal
yang dapat diamati atau artifak. Artifak juga dapat di amati melalui
aneka ritual sehari-hari di sekolah, berbagai kegiatan, benda benda
simbolik di sekolah, serta aktifitas yang berlangsung di sekolah.
Sehingga keberadaan kultur ini segera dapat dikenali ketika orang
88
mengadakan kontak dengan sekolah tersebut. Sama halnya dengan
penyelenggaraan segala kegiatan yang terlaksana di MA. PINK 03
Sedangkan menurut Ajat Sudrajat (2011:25) mengutip dari
Komarudin Hidayat mengemukakan, meski tidak sepenuhnya benar,
mendidik anak itu dapat kita disamakan dengan menyemai benih
tanaman. Seseorang yang ingin menanam jenis tanaman tertentu yang
benih atau bibitnya berasal dari suatu tempat, maka orang tersebut perlu
menganalisis dan mengondisikan tanah serta cuaca yang cocok dengan
tanaman tersebut. Logika yang tampaknya berlaku juga dalam dunia
pendidikan, meskipun bibit pohon tidak persis sama dengan anak
manusia. Banyak anak yang memiliki bakat hebat, tetapi karena kondisi
sekolahnya tidak mendukung, anak itu jadi tidak tumbuh optimal,
bakatnya terpendam, bahkan mati. Sebaliknya, anak dengan kepandaian
dan bakat yang sedang-sedang saja, tetapi karena lingkungan dan
budaya sekolahnya baik, anak tersebut tumbuh sebagai anak yang
mandiri dan sukses. Berdasarkan argumen di atas, kemudian muncul
apa yang disebut school culture yang sangat penting perannya bagi
sebuah proses pendidikan akademik dan karakter siswanya.
Ada juga pembudayaan yang dilakukan melalui penerapan tata
tertib dan pola reward dan punishment atau hukuman. Proses budaya
atau sistem budaya yang ada di MA. PINK 03 tergambarkan dalam
Pembinaan Agama Islam dan sistem lingkungan sekolah, Sebagian
Sekolah Islam MA. PINK 03 sangat memperhatikan penguatan ajaran
Agama Islam dan lingkungan. Selain kurikulum Agama Islam dari
pemerintah. MA. PINK 03 memperkuatnya dengan beberapa hal:
a) Sistem Pendidikan belajar mengaji Pembelajaran baca tulis Al
Qur’an, dengan materi disesuaikan jenjang sekolahnya. Sebelum
memulai pembelajaran siswa – siswi wajib tadarus di dampingi oleh
guru jam pertama yang masuk saat di kelas.
b) Pembinaan ibadah kepada siswa selalu dilaksanakan setiap hari.
Sholat berjama’ah, dan dzikir berjama’ah siswa akan ditemukan
setiap hari-hari sekolah. Siswa menjadi imam, pemimpin dzikir –
doa dan pembawa kultum. Sementara guru mengarahkan dan
mendampingi.
c) Pembinaan ibadah-ibadah sunnah, melalui kegiatan sholat duha
(saat istirahat pagi) menjadi pemandangan sehari-hari di MA. PINK
03 Sholat sunnah qobliah-ba’diah (rowatib) selalu ditekankan
dikontrol oleh guru.
89
d) Peringatan Hari-hari Besar Islam (PHBI) selalu rutin dilaksanakan
untuk mendekatkan siswa dengan nuansa, sejarah dan budaya
Islam. PHBI yang dilaksanakan seperti peringatan Isra Mi‟raj,
Maulid Nabi, Muharam, Idul Fitri, Idul Adha, dan lain-lain. Selain
diisi dengan acara keagamaan, PHBI juga diiringi dengan
kreatifitas-kreatifitas siswa.
e) Pembinaan agama melalui penanaman akhlaq dalam sehari-hari. Di
mulalui dari kebiasaan membaca salam, cium tangan, istigfar,
basmalah, hamdalah, doa-doa minta maaf, senyum, dll.
f) Penguatan agama islam melalui ketersediaan jumlah jam pelajaran
yang lebih banyak dibandingkan sekolah pada umumnya.
Kebiasaan memulai dan menutup pelajaran dengan doa juga
mewarnai kegiatan siswa setiap harinya.
Budaya yang diciptakan oleh MA. PINK 03 ini tentu banyak
memberikan nilai dalam penanaman budaya, terutama dalam penguatan
keagamaan. Budaya sekolah yang kuat dan telah membudaya
merupakan pondasi awal dari pembentukan karakter siswa dan warga
sekolah pada umumya
D. Out Put Terhadap sosialisasi nilai–nilai keragaman sebagai wujud
pendidikan multikultural
Konsep keragaman sebagai wujud Pendidikan multicultural juga
terlihat pada kegiatan–kegiatan yang mengarahkan kepada nila-nilai yang
dapat membentuk karakter siswa – siswi. Kegiatan pembiasaan yang
dilakukan MA. PINK 03 yang dijelaskan pada sistem sosial sebelumnya,
tentu dapat menanamkan nilai–nilai atau karakter siswa dan memenuhi
capaian target ibadah dan nilai-nilai keislaman yang sesuai dengan
tingkatan masing-masing. (wawancara kepala sekolah)
Sikap yang diharapkan dalam penerapan sosialisasi nilai–nilai
keragaman ini sebagai wujud pendidikan multikultural yang tentunya
sikap–sikap positif dan religious, karena banyaknya nilai keislaman dan
keragaman yang telah diterapkan di MA. PINK 03. Seperti sikap
kemandirian, cinta terhadap islam, tetap istiqomah terhadap apa yang telah
diajarkan, mampu beradaptasi ke berbagai kalangan secara global. Dalam
gambaran sosialisasi nilai–nilai keragaman sebagai wujud pendidikan
multikultural memberikan nilai yang lebih bahwa pentingya untuk
diterapkan dikehidupan sehari–sehari. Sekolahpun mengharapkan adanya
penerapan yang terus dilakukan secara berkesinambungan dikehidupan
sehari-hari.
90
Pendidikan Multikutural ini memberikan pendidikan karakter pada
peserta didik sehingga memperlihatkan pembelajaran tentang sikap, norma,
kepercayaan, nilai dan asumsi yang sering diekspetasikan sebagai aturan
ritual dan praturan. Penulis juga menjelaskan mengenai hal tersebut
dibawah ini :
a. Sikap
Pada umumnya sikap sering diartikan sebagai suatu tindakan
yang dilakukan individu untuk memberikan tanggapan pada suatu hal.
Pengertian sikap yang dijelaskan oleh Saifudin Azwar (2010:3) adalah
sikap yang diartikan sebagai suatu reaksi atau respon yang muncul dari
seorang individu terhadap objek yang kemudian memunculkan perilaku
individu terhadap objek tersebut dengan cara-cara tertentu. Sikap
manusia tidak terbentuk sejak manusia itu dilahirkan. Sikap manusia
terbentuk melalui proses sosial yang pernah terjadi selama hidupnya,
dimana individu juga mendapatkan informasi dan pengalaman.
Sikap juga bagian dari pendidikan karakter yang tertanam di
dalam penerapan sosialisasi nilai–nilai keragaman sebagai wujud
pendidikan dari multikultural di MA. PINK 03. Dalam Tujuan
pendidikannya untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam
kesatuan esensial si subyek dengan perilaku dan sikap hidup yang
dimilikinya. Menurut Foerster, yang dikutip dari Zainuddin, karakter itu
sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi
identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah,
dan dari kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi diukur.
Dalam ruang lingkup, pendidikan karakter dapat terlihat bahwa
kemampuan yang harus dikembangkan pada peserta didik melalui
pendidikan di sekolah ialah berbagai kemampuan yang akan
menjadikan seseorang sebagai ciptaan tuhan yang beragama dan
mengembankan amanah sebagai khalifah di muka bumi. Kemampuan
yang perlu dikembangkan pada peserta didik adalah kemampuan untuk
menjadi pribadi yang mulia yang mengabdi pada Tuhan yang maha esa.
Kemampuan untuk hidup sebagai masyarakat yang rukun dengan
lingkungan tempat tinggal dan kemampuan untuk menjadikan dunia
sebagai wahana kemakmuran dan kesejahteraan.
Peran MA. PINK 03 sangat penting dalam usaha pembentukan
suatu karakter. Dalam konteks ini pendidikan karakter termasuk dalam
usaha yang dilakukan sekolah bersama guru, kepala madrasah, dan
semua stakeholder, melalui semua kegiatan sekolah untuk membentuk
akhlak, watak atau kepribadian peserta didik melalui kebaikan yang
91
terdapat dalam ajaran agama. Pembentukan karakter tidak terlepas juga
dari peran sosialisasi nilai–nilai keragaman sebagai wujud pendidikan
multikultural yang dilaksanakan MA. PINK 03. Pembentukan karakter
dengan nilai-nilai agama dan kepribadian bangsa sangat penting juga.
Karakter seseorang bisa berkembang berdasarkan potensi yang
dibawa sejak lahir atau yang dikenal dengan istilah karakter dasar yang
bersifat biologis. Ki Hajar Dewantara mengatakan, bahwa aktualisasi
dalam bentuk perilaku sebagai hasil perpaduan antara karakter biologis
dan hasil hubungan atau interaksi dengan lingkungannya. Karakter juga
bisa dibentuk melalui pendidikan, karena pendidikan merupakan alat
yang paling efektif untuk menyadarkan individu dalam jati diri
kemanusiaanya. Dengan pendidikan juga akan dihasilkan kualitas
manusia yang memiliki kehalusan budi dan jiwa, memiliki
kecermalangan dalam berfikir, kecekatan raga, dan memiliki kesadaran
penciptaannya dirinya. Dibanding faktor lain, pendidikan memberikan
dampak dua atau tiga kali lebih kuat dalam pembentukan kualitas
manusia (Munawar, 2010:339)
Peran sekolah sangat penting terutama MA. PINK 03 dalam
usaha pembentukan karakternya. Dalam konteks tersebut, pendidikan
karakter ialah usaha yang dilakukan MA. PINK 03 yang dilakukan
secara bersama-sama oleh guru, pimpinan madrasah dan seluruh warga
madrasah melalui kegiatan sekolah untuk membentuk akhlak, watak
atau kepribadian peserta didik melalui berbagai contoh yang
diperlihatkan oleh guru. Sebagai umat muslim hendaklah senantiasa
mencontoh perangai akhlak Nabi Muhammad SAW dan senantiasa
menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul sebagai dasar dalam
menjalani kehidupan sehari-hari. Kehadiran agama Islam yang dibawa
Nabi Muhammad SAW dapat menjamin terwujudnya kehidupan
manusia yang damai, tentram, dan jauh dari kemaksiatan. Karena,
dalam perilaku Rasul terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana
seharusnya manusia menyikapi hidup dan kehidupan ini lebih berarti.
Dengan begitu, membentuk suatu karakter merupakan tanggung
jawab bersama dari semua pihak dan komponen masyarakat untuk ikut
terlibat membentuk karakter yang kuat dan khas. Selain itu juga,
hendaknya pembentukan suatu karakter bermula dari semangat, visi,
misi dan keteladanan yang dimunculkan dari dalam diri pemimpinnya,
itulah yang pernah terjadi oleh Negara-negara besar. Sehingga semua
lini kehidupan harus bergerak secara terpadu dan melakukan sebuah
revolusi mental dalam membangun karakter mulai dari unsur terkecil
92
dalam masyarakat, yang diawali dalam keluarga, lembaga pendidikan,
lingkungan sosial masyarakat melalui pemimpin-pemimpin sosial
seperti tokoh masyarakat, pemimpin RT/RW, pemimpin daerah
(Kelurahan/Desa, Kecamatan, Kota, Kabupaten), pemimpin tingkat
regional, Gubernur, Menteri, dan Presiden (Saleh, 2012:10)
Dan dengan adanya kesadaran bersama-sama itu tentu MA.
PINK 03 bertanggung jawab dan mengawasi peserta didik serta
mengarahkan karakter seperti yang dicita-citakan sekolah sesuai tujuan
pendidikan nasional, yaitu bukan hanya sekedar mencerdaskan tetapi
berakhlak mulia juga. Indonesia dikenal dunia sebagai Negara yang
berdaulat yang masyarakatnya memiliki kemajukan suku, ras, dan
agama. Dan hal ini dapat menjadikan Indonesia menjadi Negara yang
beragam dan punya karakter yang khas dan unik. Pendidikan
multikultural tentunya sebagai pelengkap dan pendukung dari
kurikulum yang tertulis baik kurikulum aktual maupun kurikulum ideal.
Dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Multikultural dan kurikulum
formal saling melengkapi dalam pengembangan perilaku atau karakter
siswa. Hasil dari Pendidikan Multikultural ini bisa berbentuk prestasi
dalam pembelajaran maupun perilaku karakter yang baik bagi siswa.
Dapat dipahami bahwa kebiasaan yang berulang-ulang akan
menghasilkan suatu karakter. Begitu juga dengan kegiatan Pendidikan
Multikultural yang dilaksanakan MA. PINK 03, jika dilakukan secara
terus-menerus maka menghasilkan nilai-nilai perilaku yang berkarakter.
Namun dari itu semua kebiasaan tidak hanya bersifat baik tapi juga bisa
bersifat buruk. Kebiasaan buruk yang dilakukan secara berulang-ulang
akan menghasilkan karakter yang buruk juga. Sudah selayaknya
pendidik harus bisa memberikan pemahaman tentang kebisaan-
kebiasaan yang baik atau buruk.
b. Norma
Norma ialah ukuran, standar, yang berfungsi merumuskan
bagaimana pola perilaku yang seharusnya dijalankan, dan berfungsi
sekiranya sejauh mana perilaku tersebut telah memenuhi standar yang
ditentukan (Rumokoi, 2014 : 51). Norma termasuk dalam petunjuk
hidup yang berisi perintah maupun larangan yang ditetapkan
berdasarkan kesepakatan bersama dan bermaksud untuk mengatur
setiap perilaku manusia dalam masyarakat, guna mencapai suatu
kedamaian (Soeroso, 2006: 38) Fungsi dari Norma ialah mengatur
kehidupan bersama agar tertib dan teratur, sebagai alat pengendalian
sosial yang efektif, tolak ukur terhadap perbuatan, apakah benar, salah,
93
sopan atau tidak sopan, pedoman dalam melakukan berbagai aktivitas
kehidupan (Tim Sosiologi, 2007: 35). Penerapan norma yang dilakukan
di MA. PINK 03 salah satunya dengan cara menghormati guru dengan
mencium tangan sebelum masuk sekolah, menjaga kebersihan
lingkungan, meletakkan sesuatu pada tempatnya seperti pada saat siswa
masuk kelas sepatu dilepas dan diletakan dirak sepatu dan lainya.
Pelaksanaan hidden kurikulum juga dilakukan secara terus menerus
atau dijadikan sebuah pembiasaan untuk peserta didik sehingga melekat
pada peserta didik. Tentu penanaman norma di MA. PINK 03
memberikan dampak bagi kehidupan sehari–hari peserta didik, seperti
melakukan hal yang sama di rumah sebagai pembiasaannya, hal
tersebut dilihat dari buku pemantau peserta didik atau laporan dari wali
murid peserta didik.
Guru juga mengajarkan nilai-nilai terhadap peserta didik MA.
PINK 03. Ketika guru masuk kelas tepat waktu, kemungkinan besar
semua siswa akan masuk kelas tepat waktu juga, sebisa mungkin
mereka akan berusaha untuk tidak terlambat. Sikap guru yang selalu
tepat waktu ini secara tidak langsung mengajarkan siswa untuk bersikap
disiplin dan menghargai waktu. Maka Pendidikan multikultural dalam
konteks tersebut memberikan pengaruh yang baik terhadap kepribadian
siswa yang mengajarkan disiplin dan menghargai waktu. Namun jika
guru masuk kelas sering terlambat bahkan jarang mengisi jam
pelajarannya. Ini akan memberikan dampak negatif bagi siswa. Siswa
akan datang semaunya, bahkan sering siswa akan membolos pada jam
pelajaran guru tersebut. Pada konteks kedua ini sikap negatif guru
menjadi Pendidikan multikultural yang memberikan pengaruh negatif
kepada siswa.
Pada peristiwa di atas menunjunkkan bahwa siswa cenderung
meniru dan melakukan apa yang mereka lihat dibandingkan dengan
mengamalkan teori yang diajarkan oleh guru mereka. Untuk itu
perilaku guru juga harus benar-benar dijaga dan sesuai dengan norma-
norma yang telah berlaku. Jika guru mengajarkan tentang tanggung
jawab maka dia harus menjadi tauladan yang bertanggung jawab juga.
Nilai pendidikan yang diajarkan guru tidak akan berarti jika si guru itu
sendiri tidak mengamalkan nilai tersebut. Hal ini akan sangat fatal dan
berbahaya bagi pendidik moral peserta didik, karena mereka tidak akan
percaya akan kebenaran nilai yang diajarkan oleh guru, sebab guru akan
sangat mempengaruhi nilai-nilai pendidikan yang akan diajarkan
kepada anak didiknya. Karenanya seorang guru tidak cukup hanya
94
sebagai pengajar saja, tetapi guru juga harus menjadi tauladan yang
baik bagi siswanya.
c. Kepercayaan
Kepercayaan adalah perilaku individu, yang mengharapkan
seseorang agar memberi manfaat positif menurut Deutsch (dalam
Yilmaz dan Atalay, 2009). Adanya suatu kepercayaan karena individu
yang dipercaya dapat memberi manfaat dan melakukan apa yang
diinginkan oleh individu yang memberikan kepercayaan tersebut.
Sehingga, kepercayaan menjadi dasar bagi kedua pihak untuk
melakukan kerjasama.
Kepercayaan atau (trust) merupakan pondasi dari suatu
hubungan. Hubungan antara dua pihak atau lebih akan terjadi apabila
masing-masing dari mereka saling mempercayai. Kepercayaan ini tidak
begitu saja dapat diakui oleh pihak lain, melainkan harus dibangun
mulai dari awal dan sudah dapat dibuktikan. Di dunia ekonomi,
kepercayaan telah dipertimbangkan sebagai katalis dalam berbagai
transaksi antara penjual dan pembeli agar kepuasan konsumen dapat
terwujud sesuai dengan yang diharapkan (Yousafzai, 2003). Menurut
peneliti Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan ialah keyakinan individu akan kebaikan individu atau
kelompok lain dalam melaksanakan suatu tugas dan kewajiban untuk
kepentingan bersama. Kepercayaan yang dianut oleh MA. PINK 03
yang bernafaskan islam sehingga setiap kegiatan yang ada, menjadikan
islam itu suatu pondasi dasar dalam pedoman sekolah tersebut. Faktor
yang mempengaruhi penanaman kepercayaan di MA. PINK 03 adalah
visi misi yang jelas, berharap peserta didik yang berakhlakul karimah.
Sehingga peserta didik mempunyai perwujudan perilaku yang
diharapkan oleh MA. PINK 03.
d. Nilai
Nilai berasal dari bahasa Latin yaitu vale’re yang artinya
berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan
sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar
menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang (Sutarjo,
2012:56). Menurut Milton Rokeach dan James Bank menyatakan
sebagaimana yang telah dikutip dalam bukunya (M. Chabib Thoha,
1996:60) bahwa nilai itu adalah: Suatu tipe kepercayaan yang berada
dalam ruang lingkup sistem kepercayaan, dimana seseorang harus
bertindak atau menghindari suatu tindakan mengenai sesuatu yang
pantas atau tidak pantas untuk dikerjakan”. Berdasarkan dari beberapa
95
definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa nilai adalah harapan tentang
sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi manusia dan diugemi
sebagai acuan tingkah laku.
Nilai juga merupakan sesuatu yang memiliki acuan dalam
pandangan seseorang tentang baik, buruk, benar, salah, yang
selanjutnya juga mempengaruhi persepsi tentang keadaannya. Nilai
tidak hanya berbicara tentang nominal, tapi juga berbicara tentang suatu
yang dideskripsikan dalam perilaku. Dengan pembentukan, nilai
diharapkan bagi setiap lembaga pendidikan khususnya sekolah dapat
memberikan karakter-karakter mulia yang menjadikan ciri khas bagi
lembaga pendidikan Islam.
Menurut peneliti nilai juga merupakan sesuatu realitas yang
abstrak, MA. PINK 03 menggambarkan nilai mungkin dapat dirasakan
dalam diri seseorang masing-masing sebagai daya pendorong atau
prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam kehidupan. Nilai juga
dapat terwujud keluar dalam pola-pola tingkah laku, sikap dan pola
pikir. Nilai dalam diri peserta didik dapat ditanamkan melalui proses
sosialisasi, serta melalui sumber dan metode yang berbeda beda,
contohnya melalui keluarga, lingkungan, pendidikan, dan agama. Jika
dikaitkan dengan pendidikan disuatu lembaga pendidikan nilai yang
dimaksudkan disini adalah nilai yang bermanfaat bagi peserta didik
serta berharga dalam praktek kehidupan sehari-hari, menurut tinjauan
keagamaan atau dengan kata lain sejalan dengan pandangan ajaran
agama Islam di MA. PINK 03
Setelah peneliti melakukan observasi di MA. PINK 03 konsep
sosialisasi nilai–nilai keragaman sebagai wujud pendidikan
multikultural yang telah diterapkan terlihat menumbuhkan nilai–nilai
seperti nilai kesopanan, nilai kedisiplinan, nilai keindahan, nilai
religiusitas, nilai kemandirian, nilai keberanian, nilai kejujuran, nilai
tanggung jawab, nilai toleransi, dan nilai kepedulian sesama. Nilai
tersebut kemudia diaplikasikan pada semua kegiatan yang ada di MA.
PINK 03. Pada dasarnya inti dari sosialisasi nilai–nilai keragaman itu
sebagai wujud pendidikan multikultural itu sendiri adalah interaksi
yang terjalin antara peserta didik dengan warga sekolah (guru, kepala
sekolah, teman, staf dan karyawan sekolah). Interaksi yang terjalin akan
menghasilkan suatu nilai. Bukan hanya sebuah nilai, Pendidikan
Multikultural juga dapat mengintegrasikan beberapa macam perilaku
yang dapat mengarah kepada budaya pada sistem tatanan sekolah.
E. Implementasi Nilai Multikultural di MA. PINK 03
96
Sikap primordial yang memfokuskan perhatian hanya kepada
agama, suku, status, sosial, gender, dan kelompok umur tertentu menjadi
tantangan bagi masyarakat multikultural seperti bangsa Indonesia.
Perilaku peserta didik yang mencerminkan sikap produktif terhadap nilai-
nilai multikultural juga tercermin dalam pergaulan mereka sehari-hari di
luar kelas. Indikatornya ialah dapat direduksinya konflik-konflik
diantara peserta didik melalui pembiasaan dan pembudayaan sikap yang
mecerminkan nilai-nilai multikultural.
Berkaitan dengan proses Pendidikan multikultural di MA. PINK
03 menunjukkan bentuk pengimplementasian nilai-nilai multikulturalisme
sebagai berikut :
1. Nilai Tanggung Jawab
Proses pembelajaran di kelas juga terdapat nilai karakter tanggung
jawab yang dapat ditelusuri melalui aspek Pendidikan multikultural.
Bentuk dari pekerjaan rumah (PR) merupakan suatu bentuk pelaksanaan
yang wajib dikerjakan peserta didik di dalam mengerjakan tugas-tugas
mata pelajaran yang diberikan oleh guru. Tugas yang diberikan harus
dikerjakan di rumah dan tidak boleh dikerjakan pada saat di sekolah.
Tujuannya itu agar siswa bertanggung jawab atas tugas yang diberikan
kepadanya dan mengulangi mata pelajaran yang sudah dipelajari. Dalam
proses pembelajaran sikap tanggung jawab juga dapat ditunjukan dengan
cara mengerjakan tugas sesuai yang telah ditentukan, berperan aktif dalam
kelompok dan berani menanggung resiko atas perbuatan yang telah
dilakukanya.
2. Nilai Disiplin
Pertama, adanya aturan aktif tentang jam masuk sekolah bagi
peserta didik. peserta didik masuk dan hadir di sekolah 5 menit sebelum
bel tanda masuk kelas berbunyi. Kegiatan belajar mengajar dimulai pada
pukul 07.00 sampai dengan selesai. Kedua, disediakan rak sepatu yang
berfungsi sebagai wadah untuk meletakkan sepatu di masing-masing
depan kelas agar peserta didik membiasakan meletakkan sepatu dengan
rapi pada rak yang telah disiapkan. Ketiga, disediakannya tempat sampah
yang berfungsi untuk mendisiplinkan siswa agar membuang sampah pada
tempatnya sesuai dengan jenis sampahnya pada tempat yang telah
disediakan dan tetap menjaga kebersihan lingkungan.
Untuk membiasakan peserta didik menjadi disiplin, kepala
madrasah dan dewan guru setiap pagi sudah berada di depan gerbang
sebelum peserta didik masuk. Dan peserta didik bergantian dan mengantri
untuk bersalam dengan kepala madrasah dan dewan guru. Tujuannya agar
97
peserta didik terbentuk karakter disiplin maka harus dimulai dari
peneladanan dari seorang guru atau kepala madrasah. Itulah beberapa hal
yang perlu dipersiapkan guru untuk menciptakan lingkungan kelas yang
kondusif bagi siswa dalam berperilaku disiplin. Pagi-pagi sekali kepala
sekolah sudah berada di depan pintu gerbang berdiri untuk menunggu
peserta didik yang berdatangan ke sekolah. Terlihat peserta didik
menegur, sapa, salam dan mencium tangan kepala sekolah dan guru.
3. Nilai Kejujuran
Menanamkan nilai kejujuran kepada peserta didik juga merupakan
hal yang mudah dilakukan tapi sangat sulit dilakukan oleh peserta didik.
Peserta didik seringkali melakukan hal-hal yang tidak jujur yang menjadi
hal yang telah biasa dilakukan. Di lembaga pendidikan, perilaku tidak
jujur telah banyak dilakukan oleh peserta didik di sekolah, mulai dari
siswa yang menyontek, alasan tidak masuk kelas, sering telat masuk kelas,
alasan tidak mengerjakan PR.
Hal lain yang dapat terlihat dari kejujuran peserta didik adalah
ketika sedang ulangan ujian harian maupun ujian semesteran. Dapat
diamati bahwa setiap peserta didik melaksanakan ujian hampir tidak ada
siswa yang mencontek. Semuanya percaya diri mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru. Walaupun sebenarnya ada beberapa siswa yang
mencontek tapi tidak terlalu banyak. Hal ini membuktikan nilai-nilai
kejujuran yang dimiliki peserta didik lebih besar terealisasikan melalui
Pendidikan multikultural. Setiap ulangan diadakan guru mata pelajaran
selalu mengawasi siswa yang sedang ujian, namun hal ini tidak menjadi
faktor untuk menjadikan alasan siswa takut kalau ketahuan guru karena
mencontek. Saat guru diluar kelas suasana kelas cukup kondusif tidak ada
kebisingan atau usaha mencontek yang dilakukan oleh siswa.
Hal lain yang dapat dilihat dari sikap kejujuran siswa adalah ketika
siswa terlambat pada jam masuk sekolah. Guru yang piket selalu bertanya
apa alasan siswa terlambat. Siswa berkata jujur apa adanya sesuai apa
yang dialaminya. Dari beberapa alasan siswa terlambat karena faktor
lokasi rumah yang cukup jauh dan macet. Untuk mengetahui alasan siswa
terlambat guru juga melibatkan orang tua wali untuk mengetahui
kebenaran alasan mengapa siswa terlambat. Apa yang telah dibahas di atas
sebenarnya sebagai dampak dari Pendidikan multikultural yang
dilaksanakan di MA. PINK 03. Pendidikan multikultural bukan menjadi
faktor satu-satunya yang menjadikan siswa bersikap jujur, namun
keberadaan Pendidikan multikultural menjadi factor pendukung suksesnya
sikap kejujuran yang dimiliki oleh peserta didik.. Hampir seluruh kegiatan
98
di MA. PINK 03 melakukan usaha yang nyata untuk menumbuhkan sikap
kejujuran siswa untuk cinta kepada kejujuran.
4. Nilai Religius
Dalam pembentukan karakter religius MA. PINK 03 juga
mengadakan berbagai kegiatan seperti yang telah dijelaskan pada aspek
pembiasaan dari Pendidikan Multikultural. Kegiatan itu dilaksanakan
setiap harinya dan dibiasakan untuk melakukan shalat duha, tadarrus Al-
Qur'an, Kultum, shalat berjamaah dll. Hal ini dilakukan untuk
menciptakan suasana religious dari diri siswa agar mereka terbiasa dengan
lingkungan keluarga dan masyarakat. Sikap religius ini juga ditampilkan
dari pribadi seorang guru yang menjadi contoh modeling untuk peserta
didik. bukan hanya sekedar kegiatan rutinitas semata yang lebih cendrung
kepada niat untuk beribadah karena Allah saja. contohnya guru yang
selalu berpakaian rapi dan menutup aurat, bahasa yang santun, selalu
mengucapkan salam apabila bertemu. Sikap religius yang ditunjukkan
oleh peserta didik dapat dilihat ketika berada dirumah. Siswa mengerjakan
shalat 5 waktu ketika di rumah tanpa disuruh atau diperintah lagi. Bahkan
bukan hanya shalat yang wajib tetapi shalat sunnah juga dikerjakan seperti
shalat duha. Wali murid menceritakan bahwa sebelum masuk ke MA.
PINK 03 siswa tidak pernah shalat duha, namun setelah belajar di MA.
PINK 03 siswa semakin rajin untuk mengerjakan shalat duha. Karena
sebelumnya siswa belajar di sekolah umum yang jarang melaksanakan
shalat sunnah.
5. Nilai Kemandirian
Dalam proses pembelajaran yang diberikan oleh guru ini, siswa
juga memperlihatkan keseriusan dalam pembelajaran. Ketika guru
memberikan tugas rumah untuk latihan, siswa mengerjakan dirumah
masing-masing dan selesai pada waktunya. Walaupun kadang masih ada
beberapa peserta didik yang masih belum selesai mengerjakan tugasnya.
Tapi hampir secara keseluruhan siswa mengerjakan tugasnya dengan
kepercayaan dirinya. Pentingnya penanaman sikap mandiri dari aspek
Pendidikan multikultural ialah agar siswa tidak bergantung kepada orang
lain dalam semua bentuk pekerjaanya. Siswa dituntut untuk paham dan
mengerti atas materi yang sudah dijarkan. Apabila siswa tidak paham
dengan materi yang disampaikan oleh guru atau menemukan kesulitan
dalam kemampuannya maka siswa bisa bertanya kepada guru atau
bertanya kepada teman yang lebih paham. Jangan berhenti bertanya
sebelum paham dan guru juga jangan pernah berhenti menjelaskan
sebelum paham.
6. Nilai Peduli Sesama
99
Sikap pada peduli sesama tidak hanya ditunjukkan kepada sesama
manusia saja tetapi bisa juga perduli kepada lingkungan. Inilah yang
menjadi salah satu ciri khas dari MA. PINK 03 yaitu membiasakan diri
untuk membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. Apabila ada
sampah yang berserakan maka guru atau kepala sekolah langsung
menegur peserta didik dan langsung menyuruh membuang sampah yang
berserakan. Walaupun sebenarnya di MA. PINK 03 sudah ada orang yang
mengurusi masalah kebersihan.
Sikap peduli sesama tidak hanya dilakukan pada saat di sekolah
saja tetapi pada saat diluar sekolah. Siswa selalu memberikan sebagian
uang jajannya ketika melihat ada pengemis. Walaupun sebenarnya
memberikan uang kepada pengemis merupakan perbuatan yang dilarang
pemerintah. Namun hal ini menunjukkan bahwa kepedulian siswa
terhadap sesama menjadi indikator Pendidikan multikultiral yang
dilaksanakan di sekolah dapat membentuk karakter siswa.
7. Nilai Kesopanan
Dalam proses ini tentu guru mempunyai peranan penting di
dalamnya, sehingga siswa dapat melihat sikap sebagaimana seorang guru,
ketika guru lewat didepan siswa tanpa disuruh siswa langsung mencium
tangan guru, senyum bahkan menyapa dengan baik itu menjadi salah satu
bentuk kesopanan yang sudah tertanam oleh peserta didik. Penulis juga
merasakan sendiri ketika berada di sekolah, peserta didik di MA. PINK 03
memang menerapkan nilai kesopanan seperti tanpa mengenal siapa yang
dikenal dan melihat yang lebih tua bahkan mereka dengan senang hati
langsung memberikan salam dan mencium tangan dengan yang lebih tua
walaupun mereka tidak mengenalnya.
8. Nilai Toleransi
Sikap toleransi siswa yang dapat dilihat itu siswa mampu
menghargai pendapat orang lain, Siswa juga tidak memotong
pembicaraan orang lain selama proses pembelajaran, mendengarkan guru
saat sedang memberikan materi dan menjawab pertanyaan ketika ditanya
oleh guru. Siswa tidak memaksakan pendapatnya kepada orang lain atau
saling menghargai sesama teman, Siswa mampu menerima dengan
lapang dada apabila dirinya salah, Siswa mampu mengutarakan pendapat
dengan sopan, Siswa tidak menyinggung perasaan orang baik dalam
perkataan maupun perbuatan. Hal tersebut bertujuan agar siswa lebih bisa
menerima dan menghargai perbedaan-perbedaan dalam kelompoknya.
Siswa akan menyadari bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing.
100
F. Bentuk Evaluasi Terhadap sosialisasi nilai–nilai keragaman sebagai
wujud pendidikan multikultural
Dengan adanya out put ini terhadap implementasi Pendidikan
multikultural di sekolah MA. PINK 03 tentu perlu adanya evaluasi. Bentuk
Evaluasi dari sikap peserta didik tidak jauh berbeda dengan evaluasi hasil
belajar. Evaluasi belajar yang dilihat itu kemampuan kognitif siswa,
sedangkan evaluasi sikap peserta didik yang ingin dilihat adalah
perkembangan sikap (afektif) dari peserta didik. Evaluasi sikap peserta
didik bertujuan untuk mengetahui seberapa efektifkah Pendidikan
multikultural yang akan membentuk karakter. Maka dari itu, setiap hari
guru melakukan evaluasi hidden curriculum. Mengutip Kerr dan Nelson
dalam Anshari (2012:23) bahwa penilaian afektif harus diawasi secara
berkelanjutan karena hal itu penting dilaksanakan terhadap perkembangan
kemajuan peserta didik, dalam rangka keberhasilan pelaksanaan intervensi
perilaku setelah penilaian awal dan intervensi terhadap peserta didik.
Dalam UU No.20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa evaluasi adalah
hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan. Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program
pendidikan yang dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala,
menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar
nasional pendidikan.
Anas (2003:16) mengatakan bahwa tujuan dari evaluasi dapat
dikelompokkan menjadi dua, diantaranya: (1) untuk memperoleh data yang
mendukung tingkat ketercapaian kompetensi dan tingkat keberhasilan
siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler setelah mereka mengikuti
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, dan (2) untuk
mengetahui tingkat efektivitas metode-metode pengajaran yang telah
digunakan oleh pengajar.
Dampak dari hidden curriculum pertama ialah membentuk suatu
karakter terhadap peserta didik yang dilakukan dengan melalui evaluasi
buku pemantau perkembangan keislaman. MA. PINK 03 melakukan
evaluasi hanya berdasarkan penilaian guru saja serta adanya buku penilaian
ibadah atau buku pemantau perkembangan kegiatan pada setiap anak,
sehingga sejauh mana perkembangan atau progres yang siswa siswi itu
lakukan terlihat dalam buku ibadah tersebut dan guru mempunyai
101
kerjasama dengan orang tua. Buku ini melaporkan sejauh mana
perkembangan siswa yang berisi laporan kegiatan sebagai berikut ;
1. Kegiatan Tahfiz,
a) Penilaian dilakukan oleh guru tahfidz dengan bukti paraf dari
guru
b) Waktu dilakukan seminggu 3x
c) Tahfidz masih dalam tahapan juz 30
d) Di dalam juz tersebut dilakukan tahapan per level sesuai tingkat
kesukaran (dimulai dari An Nash sampai An Naba)
e) Rentang nilai berupa tingkatan (sangat hafat, hafal, cukup hafal,
kurang hafal)
2. Kegiatan Tilawah,
a) Penilaian dilakukan oleh guru tilawah denga bukti paraf dari
guru
b) Waktu dilakukan seminggu 3x
c) Tilawah dari mulai iqra sampai al Qur’an
d) Penilaian dilihat dari tadjwidnya, makhrojnya, serta
kelancaranya.
e) Rentang nilai berupa tingkatan (sangat lancar, lancar, cukup
lancar, kurang lancar)
3. Kegiatan doa harian,
a) Penilaian dilakukan oleh guru denga bukti paraf dari guru
b) Waktu dilakukan persemester
c) Doa harian dihafal sesuai tingkatan dan target masing–masing
kelas.
d) Rentang nilai berupa tingkatan (sangat hafal, hafal, cukup
hafal, kurang hafal)
4. Kegiatan Shalat,
a) Penilaian dilakukan oleh guru dan orang tua dengan bukti paraf
dari guru dan orang tua
b) Waktu dilakukan waktu shalat shubuh, zhuhur, ashar, magrib,
isya.
c) Orang tua akan memantau kegiatan shalat selama dirumah karna
orang tua wajib memberikan paraf.
102
d) Ketika peserta didik tidak melakukan shalat tentu guru
memberikan peringatan
5. Kegiatan selama bulan Ramadhan.
a) Penilaian dilakukan oleh guru dan orang tua dengan bukti paraf
dari guru dan orang tua
b) Waktu dilakukan selama bulan rahadhan
c) Orang tua akan memantau kegiatan tarawih, mengaji, shalat
selama dirumah dan orang tua wajib memberikan paraf.
Evaluasi di MA. PINK 03 yang pertama adalah terlihat dalam
buku pantauan yang mereka miliki yang berisi perkembangan
keislaman yang dilakukan selama di sekolah dan di rumah. Setiap
kegiatan, guru dan orang tua akan memberikan paraf sehingga
perkembangan tersebut bisa terus terpantau. Setiap harinya guru kelas
selalu memeriksa buku pemantau pada perkembangan keislaman. Ada
kegiatan–kegiatan yang memang memerlukan kordinator sebagai
penanggung jawab dalam penilaianya.
Bentuk evaluasi kedua adalah penilaian yang dilakukan dalam
rapor kurtilas yang mana guru kelas akan memberikan penilaian
melalui deskripsi terhadap sikap siswa secara tertulis di dalam rapor,
penilaian tersebut akan dilakukan oleh guru dengan cara melihat
keseharian bagaimana siswa itu bersikap baik atau buruknya, guru akan
memberikan penilaian dari kegiatan sehari–hari tersebut. menurut
penulis hal tersebut juga bisa dijadikan bentuk evaluasi melihat adanya
penilaian guru secara tertulis. Orang tua juga mempunyai peran
penting didalamanya, sehingga orang tua mengetahui secara detail
sikap seperti apa yang selama ini dilakukan anaknya di sekolah.
Bentuk Evaluasi ketiga terhadap perilaku peserta didik yang
dilakukan oleh semua guru-guru dan wali kelas. Sekiranya guru-guru
melihat pelanggaran-pelanggaran apa saja yang dilakukan oleh peserta
didik dan jika termasuk dalam jenis pelanggaran yang ringan maka
guru berhak untuk menegur dan menindak lanjutinya. Peringatan secara
lisan, peringatan secara tertulis, panggilan orang tua/wali, skorsing,
dikembalikan kepada orang tua/wali. Pelanggaran yang terjadi bisa
dilakukan oleh siswa didalam sekolah maupun diluar sekolah. Sesuai
dengan tata tertib MA. PINK 03.
103
Pelanggaran yang terjadi pada siswa membuktikan bahwa tata
tertib berjalan dengan efektif tapi hanya saja belum optimal dalam
pelaksanaannya. Hal ini yang menuntut MA. PINK 03 untuk lebih
mengoptimalkan peraturan tata tertib agar siswa tidak melakukan
kesalahan yang sama. Maka dari itu, salah satu alternatif dari
pelanggaran yang terjadi adalah dengan memberikan peran Pendidikan
Multikultural kepada peserta didik. Untuk memperbaiki pelanggaran
yang dilakukan oleh siswa sebaiknya tidak hanya sanksi yang diberikan
oleh sekolah tapi harus ada juga sanksi yang diberikan orang tua kepada
anaknya. Dan ini bertujuan untuk memberikan efek jera kepada peserta
didik atas perbuatan yang telah dilakukannya.
103
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan data dan pembahasan diatas, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan
MA. PINK 03 mengimplementasikan kegiatan Pendidikan
multikultural dengan berbagai program dengan tujuan dan sasaran output
yang diharapkan. Dalam perencanaan penelitian Penerapan Sosialisasi
Nilai – Nilai Keragaman Sebagai Wujud Pendidikan Multikultural di
MA. PINK 03 Tambun Selatan, misi salah satu alat untuk mencapainya
Pendidikan multicultural tersebut. Visi misi menjadi tolak ukur yang
utama dalam pencapaian tujuan. Melalui penetapan visi misi yang jelas,
mengutamakan penguatan agama, sehingga bernuansa islami dan
memberikan kepercayaan terhadap masyarakat luas. Terlihat penerapan
program kerja dalam Penerapan Sosialisasi Nilai – Nilai Keragaman
Sebagai Wujud Pendidikan Multikultural di MA. PINK 03 Tambun
Selatan, Program kerja juga digunakan sebagai sarana untuk mewujudkan
cita cita sekolah. MA. PINK 03 telah memiliki visi, misi, dan tujuan yang
menjadi acuan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Berbagai
program yang dikembangkan secara relevan dengan visi dan misi
sekolah, serta sebagai bentuk penjabaran yang rinci dan terukur untuk
dilaksanakan di sekolah. Karena. Keberhasilan program kerja sekolah
itulah dapat menjadi bahan rujukan bagi lembaga penyelenggara lain
untuk memberi jaminan tentang kualitas mutu sekolah. Selain program
kerja Sekolah MA. PINK 03 juga membuat Rencana Strategis yang
dimilik sekolah dengan program jangka pendek, jangka menengah,
maupun jangka panjang sebagai pedoman sekolah agar berkembang
lebih terarah, terencana dan sistematis.
Dalam pelaksanaan Pendidikan multicultural, peneliti melihat dari
aspek Pendidikan multikultural secara sistem struktur, sistem sosial dan
sistem budaya. Dengan begitu sekolah sudah menjelaskan bahwa sistem
organisasi yang ada di sekolah itu di bawah kepimpinan kepala sekolah,
bagian kurikulum dan bagian kesiswan. Sehingga ada kaitannya dengan
penerapan Pendidikan multikultural yang merupakan bagaian struktur
kurikulum yang menjelaskan bahwa sekolah mempunyai kurikulum
tersendiri yang telah dirancang oleh pihak sekolah seperti Muatan lokal,
pengembangan diri, dan kegiatan pembiasaan.
104
Secara sistem sosial sekolah ini juga memperkuat dengan adanya
pembiasaan yang tentunya memberikan dampak terhadap peserta didik
yang dilakukan secara rutin, yang mana memberikan efek yang berjangka
panjang dalam kehidupan sehari–hari. Guru mempunyai peran yang
penting dalam penanaman nilai–nilai yang dilaksanakan di sekolah.
dengan adanya pembiasaan yang dilakukan secara struktur, sosial,
budaya tentu memberikan satu kesatuan yang berdampak kepada peserta
didik. Akan Adanya interaksi antar guru dan siswa secara dekat, adanya
keakraban antar siswa satu dengan yang lainya sehingga adanya interaksi
yang lebih intensif satu sama lain, dengan adanya kegiatan - kegiatan
tersebut akan menumbukan rasa empati atau kepedulian kepada sesama.
Dilihat secara sistem budaya yang ada disekolah, sistem budaya
tergambarkan dalam budaya Pembinaan Agama Islam dan sistem budaya
lingkungan sekolah, Sebagian Sekolah MA. PINK 03 sangat
memperhatikan penguatan ajaran Agama Islam, sehingga pembinaan
menjadi prioritas utama dan budaya pada lingkungan yang asri, indah,
nyaman, aman, senyum, salam, sapa, sopan, santun, dan budaya yang
Islami. Pembisaan yang dilakukan di sekolah menerapkan disiplin
terhadap peserta didik, suasana sekolah yang kondusif, iklim sekolah,
interaksi guru dengan peserta didik dengan memperlakukan siswa
sebagai bagian dari keluarga, semua itu merupakan pengalaman-
pengalaman yang dapat mengubah sikap dan perilaku siswa yang
menghasilkan sebuah output dari peserta didik.
Pendidikan multikultural tentu memberikan dampak yang besar
terhadap peserta didik, sehingga Pendidikan multikultural memberikan
pendidikan karakter dan memperlihatkan pembelajaran sikap, norma,
kepercayaan, nilai dan asumsi yang sering diekspetasikan sebagai aturan
ritual dan praturan pada peserta didik. Output yang diharapkan dalam
penerapan Pendidikan multikultural tentunya memberikan sikap–sikap
yang positif dan membentuk anak ber akhlakul karimah, melihat banyak
nilai keislaman yang telah diterapkan di MA. PINK 03. Seperti sikap
kemandirian, cinta terhadap islam, tetap istiqomah terhadap apa yang
telah diajarkan, dapat beradaptasi dengan berbagai kalangan dan mampu
bergaul secara global.
Pendidikan multikultural memberikan nilai betapa pentingya
untuk diterapkan dikehidupan sehari–sehari. Sekolahpun mengharapkan
adanya penerapan yang terus dilakukan secara berkesinambungan
dikehidupan sehari-hari. Dengan adanya out put terhadap Penerapan
Sosialisasi Nilai – Nilai Keragaman Sebagai Wujud Pendidikan
Multikultural di MA. PINK 03 tentu perlu adanya evaluasi. bentuk
105
evaluasi sikap peserta didik tidak jauh berbeda dengan evaluasi hasil
belajar. Pertama, evaluasi dampak dari hidden curriculum membentuk
karakter terhadap peserta didik dilakukan dengan melalui evaluasi buku
pemantau perkembangan keislaman. Bentuk evaluasi kedua adalah
penilaian dilakukan dalam rapor kurtilas yang mana guru kelas
memeberikan penilaian melalui deskripsi sikap siswa secara tertulis di
dalam rapor, penilaian tersebut dilakukan oleh guru dengan cara melihat
setiap harinya bagaimana siswa itu bersikap baik atau buruknya, guru
akan memberikan penilaian dari kegiatan sehari–hari tersebut. Bentuk
evaluasi ketiga terhadap perilaku peserta didik juga dilakukan oleh semua
guru-guru dan wali kelas. Sekiranya guru-guru melihat pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik dalam jenis pelanggaran
yang ringan maka guru berhak untuk menegur dan menindak lanjutinya.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, ada beberapa saran dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1. Dalam Penerapan Sosialisasi Nilai – Nilai Keragaman Sebagai Wujud
Pendidikan Multikultural di MA. PINK 03 sekolah, tentu harus
memperhatikan Pendidikan multikultural yang ada dalam proses
pembelajaran di kelas, tidak hanya terfokus pada kurikulum yang
ditulis saja. Pendidikan multikultural sebagai pelengkap yang
berpengaruh terhadap out put siswa seperti pembentukan karakter
seperti sikap, nilai dll peserta didik. diharapkan semua elemen
sekolah baik kepala madrasah, guru, pegawai administrasi, satpam,
penjaga kantin, serta stakeholder dapat bekerja sama dalam
memberikan pengaruh yang positif dari aspek Pendidikan
multikultural.
2. Bagi orang tua siswa perlunya diadakan jalinan kerja sama anatar
siswa bersama masyarakat dan MA. PINK 03. Kerja sama ini bisa
berupa pengawasan bagi peserta didik terhadap perilaku-perilaku
yang menyimpang atau tidak sesuai dari peserta didik, baik itu
masyarakat di lingkungan sekolah, masyarakat di lingkungan siswa
tinggal, maupun masyarakat yang lebih luas dalam rangka trus
melihat perkembangan out put dari peserta didik.
3. Penelitian tentang Pendidikan multicultural, peneliti juga rasakan
masih minim sekali. Oleh karena itu diharapkan lembaga perguruan
tinggi dan lembaga riset lainnya untuk dapat mengembangkan
kembali penelitian tentang Penerapan Sosialisasi Nilai – Nilai
106
Keragaman Sebagai Wujud Pendidikan Multikultural di MA. PINK
03 untuk mengatasi kenakalan remaja yang sering terjadi sekarang ini
dan mengalami pergeseran moral atau karakter akibat perkembangan
zaman yang semakin maju ini.
107
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Idi. 2011. Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan
Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Ahmad Baedowi, dkk, 2015. Potret Pendidikan Kita. Jakarta: Pustaka
Alvabet
Ahmad Muzakkil Anam, 2016. Penanaman nilai – nilai Pendidikan
Multikultural di Perguruan Tinggi. Tesis Program Pendidikan Agama
Islam Univeristas Islam Malang.
Ansari, Bansul I dan Martinis Yamin. 2012. Taktik Mengembangkan
Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: GP Press Group
Asriati Nuraini, 2010. Membangun dan Mengembangkan Pendidikan Nilai
Pembentukan Karakter, dan Pembiasaan Sikap Siswa Melalui
Pembelajaran Afektif. Jurnal Cakrawala Kependidikan Vol 8, No 1
Banks, J.A. 2005. Multicultural Education: Issues And Perspectives, fifth
edition. America: JhonWiley & Sons, Inc
Choirul Mahmud. 2016. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Dany Hariyanto dan G. Edwi Nugrohadi. 2011. Pengantar Sosiologi Dasar.
Jakarta: Prestasi Pustaka
Depdiknas. (2002). Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah: Konsep
dasar. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.
Depdiknas. (2004). Pengembangan Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Depdiknas. (2005). Manajemen Berbasis Seko/ah. Direktorat Pendidikan
Lanjutan Pertama.
Dwi Siswoyo, dkk. 2008. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
EL-Ma’hady, Muhaemin. 2004. Multikulturalisme dan Pendidikan
Multikultural, http://artikel.VS/muhaemin6-04.htm Diakses pada tanggal
30 November 2018
108
Emzir. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta : Raja
Grafindo Persada
Farida Hanum. 2009. Pengembangan Model Pemebelajaran Pendidikan
Multikultural Menggunakan Modul Sebagai Suplemen Pembelajaran IPS
di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, Volume 04, Nomor
2 Hlm 30-31
H.A.R. Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan, Pengantar Pedagogik
Tarnsformatif, untuk Indonesia. Jakarta : Gramedia. 2012
Hariyanto. 2011. Pendidikan Multikultural pada Anak Usia Dini di TK
Harapan Bangsa Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta. Tesis:
Pendidikan Guru Raudlatul Athfal Program Pascasarjana UIN Sunan
Kalijaga
Hasbullah. 2011. Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Herman Somantrie. 2011. “Konflik dalam perspektif Pendidikan
multikultural”. jurnal Pendidikan dan kebudayaan, Vol. 17. Nomor 6
Ida Zahara ADibah. 2014. Pendidikan Multikultural Sebagai Wahana
Pembentukan Karakter. Jurnal Madaniyah edisi VII.
Imam Aji Subagyo, 2012. Pengaruh Keterlaksanaan Nili – Nilai
Multikultural Terhadap Sikap Pluralis Siswa SD Se-Kecamatan
Umbulharjo. Skripsi S1: Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UNY.
Imam Barnadib. (2000). "Pemikiran singkat tentang beberapa perspektif
antropologi pendidikan". Makalah Simposium Nasional.
Imam Gunawan & Djum Djum, 2017. Manajeman Pendidikan Suatu
Pengantar Praktik. Bandung: Alfabeta
Jiyanto dan Amirul Eko Efendi. 2016. “Implementasi Pendidikan
Multikulturlam di Madrasah Inklusif Mandrasah Aliyah Negeri
Maguwoharjo Yogyakarta”. Jurnal penelitian, Vol.10, No.1
Kurnali Sobandi, 2016. ” The Implementation of Development of School
Culture-Based Religious Education”. Journal of Islamic Education
Volume 21. Number 2.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia
109
Majhirul Iman. 2017. “Implementasi Pendidikan Islam Multikuktural di
Madrasah Aliyah Negeri Dolok Masihul Sedang Bedagai”. Jurnal
analytica Islamica: Vol. 6 No. 1
Majid, Abdul dan Dian Andayani, 2011. Pendidikan Karakter Perspektif
Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Maslani. 2012. “Multicultural-Based Education un the Islamic Bording
School”. Adv. In Nat. Appl. Sci., 6(7):1109-1115,2012
Moleong, Lexy J. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosadakarya
Mulyasa, E. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Musfah, Jejen. 2018. Analisis Kebijakan Pendidikan: Mengurai krisis
karakter bangsa. Jakarta: Kencana
Naim, Ngainum & Achmad Sauqi. 2008. Pendidikan Multikultural: Konsep
dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Mesia
Nata, Abuddin. 2014. Sosiologi Pendidikan Islam. Depok: PT. Rajagrafindo
Persada.
Pai, Y. (1990). Cultura/ foundation of education. Columbus: Merrill
Publishing Company.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Poloma, Margaret M. 2004. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Rahmi Fhonna. 2011. “Internasional Nilai – nilai Multiklultural.” Dalam
Nurdin Hasan (ed.) Multikulturalisme: Menuju Pendidikan Berbasis
Multikultur. Aceh: Yayasan Anak Bangsa (YAB).
http://id.scribd.com/doc/70356316/5/Internasionalisasi-Nilai-nilai-
Multikultural
Ritzer, George & Douglas J. Goodman. 2008. Teori Sosiologi. Jakarta:
Kencana
Rosyada. Dede. 2014. Pendidikan Multikultur di Indonesia sebuah
pandangan konseptual. Jurnal Sosio Didaktika,Vol. 1,No.1
110
S. Eko Putro Widoyoko, 2017. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
S. Nasution. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Sallis, Edward. (1993). Total quality management in education. Philadelpia:
Kogan Page.
Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta:
Kencana Preneda Media Group.
Setya Raharja. 2010. Mengkreasikan Pendidikan Multikultural di Sekolah
dengan Menerapkan Manajeman Mutu Sekolah secara Total. Jurnal
Manajemen Pendidikan. No.2 : 27-40
Siti Fatimah & Wirdanengsih, 2016. Gender dan Pendidikan Multikultural.
Jakarta: Kencana
Sudardja Adiwikarta, 2016. Sosiologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Manajeman.Bandung: Alfabeta
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Suparlan, Parsudi. 2004. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor.
Syafri Fadillah Marpaung, 2010. Pendidikan Multikultural untuk Menata
Kehidupan Bersama. Jurnal SAINTIKOM,Vol. 8, No. 1
Tilaar. (2004). Multikulturalisme: Tantangan-tantangan Global Masa Depan
dalam Transformasi Pendidikan Nasiona/, Jakarta: Grasindo.
Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Ekajaya
Undang – Undang Republik Indonesia. 2014. Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas & Peraturan Pemerintah RI Tahun 2013 tentang Standar
Nasional Pendidikan serta Wajib Belajar. Bandung: Citra Umbara.
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Wahid, Abdul 2018. “Learning Development Based On Multicultural In
Inclusion School”. Jurnal Pendidikan Islam Vol. 12, Nomor 2
Yaqin, Ainul. 2005. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pilar Media.
111
Yaya Suryana & A. Rusdiana, 2015. Pendidikan Multikultural. Bandung:
Pustaka Setia.
Yilmaz, A & Atalay, C.G. (2009). A Theoretical Analyze on The Concept of
Trust in Organisational Life. European Journal of Social Sciences,
Volume 8, Number 2.
Yousafzai, S. Y., Pallister, J. G., dan Foxall, G. R. (2003). A Proposed
Model of ETrust for Electronic Banking, Technovation, 23: 847-860.
Zubaedi. 2013. Pengembangan Masyarakat, Wacana dan Praktik. Jakarta:
Kencana
xix
LAMPIRAN-LAMPIRAN
KRITERIA NAIK KELAS DAN TAMAT BELAJAR
MADRASAH ALIYAH PINK 03 TAMBUN SELATAN BEKASI
TAHUN PELAJARAN 2018 / 2019
KATA PENGANTAR
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang diterapkan di lingkungan
pendidikan saat ini, memberi peluang yang cukup besar bagi setiap pengelola
pendidikan, untuk bersaing secara sehat dan dinamis dalam menerapkan
kebijakan pemerintah di sekolah masing-masing. Tidak terkecuali kebijakan
untuk menentukan naik kelas dan tidak naik kelas atau lulus dan tidak lulus
seorang siswa dalam belajar.
Khusus di lingkungan Madrasah Aliyah (MA) PINK 03 kenaikan kelas
atau ketamatan belajar siswa ditentukan melalui rapat pleno dewan guru, yang
dalam keputusannya didasarkan atas 3 (tiga) komponen yang masing-masing
memiliki kedudukan yang sama.
Adapun ketiga komponen yang digunakan sebagai dasar untuk kenaikan
dan atau ketamatan siswa tersebut, meliputi : Komponen Akademis, Komponen
Non-akademis, dan Komponen Keterampilan Keagamaan, dengan uraian kriteria
masing-masing komponen adalah sebagai berikut :
I. KOMPONEN AKADEMIS
A. Siswa dinyatakan naik kelas, apabila:
Nilai untuk semua mata pelajaran tidak kurang dari Ketuntasan Belajar
Minimal ( KBM ) sedangkan untuk nilai Sikap minimal B (BAIK)
B. Siswa dinyatakan lulus/tamat belajar bila:
1. Nilai raport memenuhi kriteria kenaikan kelas seperti disebutkan
dalam poin A.
2. Mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM) selama 3 (tiga) tahun dan
semua bentuk penilaian, baik Penilaian harian, Penilaian Tengah
Semester (PTS), Penilaian Akhir Semester (PAS), Penilaian Akhir
Tahun (PAT), Ujian Madrasah (UM), Ujian Akhir Madrasah
Berstandar Nasional (UAMBN) dan Ujian Nasional (UN).
3. Memiliki nilai raport semester 1 kelas X sampai dengan semester akhir
kelas XII.
4. Memiliki nilai tugas individu atau kelompok dan ujian praktik.
II. KOMPONEN NON AKADEMIS
Dalam komponen non-akademis ini terdiri dari : kerajinan, sikap atau
perilaku, dan kerapian yang masing-masing komponen akan diuraikan seperti
tersebut dibawah ini :
A. Komponen Kerajinan:
Siswa dinyatakan naik kelas atau lulus bila:
1. Kehadiran siswa/i mencapai 90% per semester
2. Mengikuti upacara bendera sesuai dengan ketentuan madrasah
3. Mengikuti kegiatan keagamaan termasuk sholat dzuhur dan ashar
berjamaah dan kegiatan lainnya
4. Datang dan pulang tepat waktu, sesuai dengan ketentuan madrasah
5. Menaati tata tertib madrasah
6. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler wajib yang ditentukan oleh
madrasah
7. Mengikuti bimbingan belajar bagi kelas XII
B. Komponen sikap atau perilaku
Siswa dinyatakan naik kelas atau lulus apabila:
1. Menjunjung tinggi norma agama
2. Taat dan hormat kepada guru dan orang tua
3. Berjiwa sosial
4. Berperilaku hidup bersih
5. Menjaga nama baik almamater madrasah
6. Mempunyai nilai sikap minimal BAIK
C. Komponen kerapian
Siswa dinyatakan naik kelas atau lulus apabila:
1. Memakai seragam yang telah ditentukan madrasah
2. Berpakaian rapi
3. Memakai atribut madrasah
III. KOMPONEN KETERAMPILAN KEAGAMAAN
Komponen ini meliputi kajian teori (kognitif) dan keterampilan aplikasi
(psykomotor) dalam ketentuan sebagai berikut :
A. Untuk indikator yang bersifat kognitif terdiri dari :
Kelas X : - Dapat membaca alqur’an dengan baik
- Hafal Juz am’ma (Juz 30) mulai surat an-Naas s/d An-
Naba’.
Kelas XI : - Dapat membaca Alqur’an dengan baik sesuai dengan
kaidah ilmu tajwid
- Hafal Surat-surat pilihan (Yasin dan Al-Waqi’ah)
- Hafal bacaan wirid sholat fardlu dan do’a sehari-hari
- Dapat membaca dan memaknai kitab kuning yang sudah
diajarkan
Kelas XII: - Dapat membaca alqur’an dengan baik disertai dengan
naghom
- Hafal Surat-surat pilihan (Ar-Rohman dan Al-Mulk)
- Hafal do’a-do’a sholat-sholat sunnah
- Mampu membaca dan memaknai kitab kuning yang sudah
diajarkan
B. Untuk indikator yang bersifat aplikasi / psykomotor terdiri dari :
Kelas X : - Melaksanakan sholat 5 (lima) waktu dengan baik
Kelas XI : - Melaksanakan sholat 5 (lima) waktu dengan baik dan benar
- Menghafal dan melaksanakan wirid ba’da sholat fardlu
Kelas XII : - Memiliki kesadaran untuk melaksanakan sholat fardlu
- Mampu melakukan shalat sunnah Rawatib.
- Mampu melakukan shalat sunnah muakkad lainnya dengan
baik
- Mampu melakukan sholat jenazah dan sholat ghoib
- Mampu menjadi imam sholat dan memimpin acara-acara
keagamaan.
Bekasi, 16 Juli 2018
Kepala Madrasah
NU’MAN DAWAMI, S.Pd.
LEMBAR PENILAIAN ANTAR PESERTA DIDIK
SIKAP DISIPLIN (PENILAIAN TEMAN SEJAWAT)
Petunjuk :
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap tanggung jawab yang
ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan
kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakuka
A.
Nama Peserta Didik yang menilai : ………………….
Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Mata Pelajaran : …………………..
Materi Pokok : …………………..
B.
Nama Peserta Didik yang dinilai : ………………….
Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Mata Pelajaran : …………………..
Materi Pokok : …………………..
No Aspek Pengamatan Skor
1 2 3 4 1 Masuk kelas tepat waktu 2 Mengumpulkan tugas tepat waktu 3 Memakai seragam sesuai tata tertib 4 Mengerjakan tugas yang diberikan 5 Tertib dalam mengikuti
pembelajaran
6 Membawa buku teks sesuai mata
pelajaran
Jumlah Skor
Petunjuk Penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Contoh : Skor diperoleh 20, skor tertinggi 4 x 6 pernyataan = 24, maka skor
akhir :
14
24 Peserta didik memperoleh nilai :
Sangat Baik : apabila memperoleh skor : 3.33 < skor < 4.00
Baik : apabila memperoleh skor : 2.33 < skor < 3.33
Cukup : apabila memperoleh skor : 1.33 < skor < 2.33
Kurang : apabila memperoleh skor : skor < 1.33
X 4 = 3.33
LEMBAR PENILAIAN DIRI
SIKAP JUJUR
Nama Peserta Didik :………………….
Kelas :………………….
Materi Pokok :………………….
Tanggal :………………….
PETUNJUK
• Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti
• berilah tanda cek (√)sesuai dengan kondisi dan keadaan kalian
sehari-hari
No Pernyataan TP KD SR SL
1 Saya tidak menyontek pada saat mengerjakan
ulangan
2 Saya menyalin karya orang lain dengan
menyebutkan sumbernya
3 Saya melaporkan kepada yang berwenang jika
menemukan barang
4 Saya berani mengakui kesalahan yang saya
lakukan
5 Saya mengerjakan soal ujian tanpa melihat
jawaban teman yang lain
Keterangan :
• SL = Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan yang diberikan
• SR = Sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan yang diberikan
• KD = Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering
tidak melakukan
• TP = Tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan sesuai pernyataan
LEMBAR PENILAIAN DIRI
SIKAP JUJUR
Nama Peserta Didik :………………….
Kelas :………………….
Materi Pokok :Akidah Islam
Tanggal :………………….
PETUNJUK
• Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti
• berilah tanda cek (√)sesuai dengan kondisi dan keadaan kalian
sehari-hari
No Pernyataan TP KD SR SL
1 Saya tidak menyontek pada saat mengerjakan
ulangan
2 Saya menyalin karya orang lain dengan
menyebutkan sumbernya
3 Saya melaporkan kepada yang berwenang jika
menemukan barang
4 Saya berani mengakui kesalahan yang saya
lakukan
5 Saya mengerjakan soal ujian tanpa melihat
jawaban teman yang lain
Keterangan :
• SL = Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan yang diberikan
• SR = Sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan yang diberikan
• KD = Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering
tidak melakukan
• TP = Tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan sesuai pernyataan
PEDOMAN OBSERVASI SIKAP SPIRITUAL Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap spiritual peserta didik.
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap spiritual yang
ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan
kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Nama Peserta Didik : ………………….
Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : Akidah Islam
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4 1 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan
sesuatu
2 Mengucapkan rasa syukur atas karunia
Tuhan
3 Memberi salam sebelum dan sesudah
presentasi
4 Menyatakan kekaguman atas kebesaran
Tuhan
5 Merasakan kebesaran Tuhan saat belajar Jumlah Skor
PEDOMAN OBSERVASI SIKAP SPIRITUAL Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap spiritual peserta didik.
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap spiritual yang
ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan
kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Nama Peserta Didik : ………………….
Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : Akidah Islam
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4 1 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan
sesuatu
2 Mengucapkan rasa syukur atas karunia
Tuhan
3 Memberi salam sebelum dan sesudah
presentasi
4 Menyatakan kekaguman atas kebesaran
Tuhan
5 Merasakan kebesaran Tuhan saat belajar Jumlah Skor
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
nama : ……………………………………………………………………………..
umur : ……………………………………………………………………………..
pekerjaan : ……………………………………………………………………………..
alamat : ……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………..
orang tua/wali murid dari
nama : ……………………………………………………………………………..
kelas : X (......................................................................)
menyatakan siap untuk menerima dan melaksanakan tata tertib yang telah
ditetapkan oleh Yayasan PINK 03 untuk putra/putri saya selama menempuh
pendidikan di Madrasah Aliyah (MA) PINK 03. Dan apabila putra/putri saya
melanggar tata tertib tersebut, maka saya siap menerima atas sanksi yang
akan diberikan kepada putra/putri saya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sadar dan tanpa ada
paksaan atau tekanan dari pihak manapun.
Tambun selatan, Juli 2018 Yang membuat pernyataan
Siswa Orang tua/Wali murid
Meterai 6000
……………………………………. …………………………………….
TATA TERTIB SISWA
MI – MTs – MA. PINK 03
I. TATA TERTIB :
1. Siswa wajib berada dalam ruang kelas 10 menit sebelum jam pelajaran dimulai
2. Siswa wajib mengikuti sholat Dzuhur / Asar berjamaah
3. Siswa wajib mengenakan seragam dan atribut yang telah ditentukan oleh
madrasah
4. Siswa yang belum bisa membaca Al-Quran harus mengikuti bimbingan BTQ
sebelum / sesudah kegiatan belajar
5. Siswa wajib menjaga kebersihan dan keindahan madrasah atau kelas
6. Siswa yang bertugas piket wajib membersihkan ruang kelas sebelum jam
pelajaran dimulai
7. Siswa wajib mengikuti Istighotsah, tadarrus dan kegiatan keagamaan lainnya
8. Siswa wajib menjaga nama baik almamater di dalam maupun di luar madrasah
9. Siswa wajib menjalankan syariat Islam di dalam maupun di luar madrasah
10. Siswa wajib taat dan patuh terhadap pengasuh dan guru.
11. Siswa yang berhalangan tidak masuk sekolah, harus izin kepada guru/wali kelas
dengan cara tertulis (surat)
12. Siswa wajib mengikuti kegiatan pengembangan diri yang telah ditentukan
Sekolah.
13. Siswa yang telah lulus tetap menjadi keluarga besar madrasah PINK 03 dan
wajib menjaga almamater madrasah.
14. Siswa wajib menitipkan kendaraan (sepeda/motor) di tempat penitipan
II. LARANGAN
1. Siswa dilarang merokok, minum minuman keras, berjudi, memakai dan
mengedarkan narkoba serta pergaulan bebas.
2. Siswa dilarang mengikuti dan menjalankan ajaran agama lain.
3. Siswa laki-laki dilarang berambut dan berkuku panjang serta mewarnainya
4. Siswa perempuan dilarang berkuku panjang, mewarnai rambut dan bersolek serta
memakai perhiasan yang berlebihan
5. Siswa dilarang berkata kotor, membuat kegaduhan, keonaran dan mengganggu
sesama teman atau orang lain
6. Siswa dilarang membawa senjata tajam dan benda lain yang dapat
membahayakan
7. Siswa dilarang membawa Handphone dan segala sesuatu yang dapat
mengganggu pelajaran
8. Siswa dilarang membawa Tip-X, spidol dan benda lain yang dapat mengotori
lingkungan madrasah
9. Siswa dilarang mencoret seragam dengan tulisan apapun
10. Siswa dilarang bolos.
11. Siswa dilarang keluar lokasi sekolah pada waktu istirahat.
12. Siswa dilarang mencuri, memindahkan dan menyembunyikan barang milik orang
lain
III. SANKSI
Siswa yang tidak mematuhi tata tertib ini akan dikenakan sanksi sebagai berikut :
1. Diberi peringatan secara lisan
2. Diberi peringatan secara tertulis ( Pemanggilan Orang tua )
3. Bila membawa barang yang dilarang selain handphone, maka disita dan
dimusnahkan
4. Bila membawa handphone, maka akan disita dan dikembalikan pada akhir tahun
ajaran
5. Bila memakai seragam yang tidak sesuai dengan ketentuan madrasah, maka
disita atau digunting.
6. Dicukur rambut dan dipotong kukunya
7. Diskors
8. Dikeluarkan
IV. KETENTUAN LAIN
Hal-hal yang belum termaksud dalam tata tertib ini akan dilaksanakan di kemudian
hari.
Pengasuh PINK 03
H. MUADJI HAROMAIN, S.Pd.I
Top Related