PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA
MATERI SEGITIGA DI KELAS VII MTs AL-JAM’IYATUL WASHLIYAH
TEMBUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
ISMA NIAR
Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa sebelum
diberikan tindakan, setelah diberikan tindakan dan peningkatan hasil belajar siswa melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Jenis penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas sebanyak dua siklus. Instrumen yang digunakan adalah tes,
observasi dan wawancara.
Pada awalnya hasil belajar siswa sebelum diberikan tindakan hanya mencapai nilai
ketuntasan 45%, setelah diberikan tindakan pada siklus I nilai ketuntasan siswa 62,50%, pada
siklus II 87,50%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa di
kelas VII MTs. Al-Jam’iyatul Washliyah Tembung tahun pelajaran 2013/2014.
Kata kunci: Penelitian tindakan kelas, hasil belajar matematika, model pembelajaran
kooperatif tipe Snowball Throwing.
Abstract
This reseach were aimed to know the mathematics learning result of student before
was given action, after was given action and improvment mathematics learning result of
student with application of the cooperative learning type snowball throwing. This research
was classroom action research action as much as two cycles. The instrument that was used
were test, observation and interviews.
At first, the mathematics learning result of student before was given action only to
achieve mastery value of 45%, after was given action in the first cycle, the value of student
mastery 62.50%, 87.50% in the second cycles. Based on these results it can be concluded that
the application of the cooperative learning type snowball throwing can improved learning
result of student in seventh grade MTs. Al-Jam’iyatul Washliyah Tembung on the academic
year 2013/2013.
Keywords: classroom action research, the results of mathematics learning, the cooperative
learning type snowball throwing.
PENDAHULUAN
Pada masa ini meningkatkan pembangunan dalam segala bidang sedang hangatnya
dibicarakan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun berkembang. Salah satu
pembangunan yang ditingkatkan adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan
merupakan salah satu proses untuk mengembangkan aspek-aspek kepribadian manusia yang
menyangkut pengetahuan, sikap serta keterampilan untuk mencapai kepribadian individu
yang lebih baik. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan formal pada setiap jenjang pendidikan. Berbagai upaya dilakukan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan hasil belajar.
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Namun untuk mewujudkan itu tidaklah mudah, banyak tantangan dan masalah
yang dihadapi. Perubahan yang terjadi sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi cenderung menuntut perubahan dalam model, metode dan Strategi pembelajaran.
Dari pernyataan di atas, bahwa pendidikan itu sangat berguna sekali bagi manusia
karena dengan pendidikan akal budi manusia akan berkembang sehingga memiliki
kemampuan dan kepribadian yang diperlukan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi saat ini cukup pesat, sehingga semua pihak memperoleh pengetahuan yang cepat
dan mudah. Maka siswa pun dituntut untuk memiliki kemampuan berfikir kritis, sistematis,
logis, kreatif dan kemampuan bekerja sama yang efektif dan efisien.
Kemampuan tersebut dapat dikembangkan melalui belajar matematika karena
penggunaannya yang universal dalam berbagai ilmu. Mata pelajaran Matematika dapat
membantu menumbuh kembangkan bernalar yaitu berfikir sistematis, logis dan kritis dalam
mengkomunikasikan gagasan atau pemecahan masalah.
Matematika dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh siapapun yang
mempelajarinya. Jika dipelajari oleh siswa maka matematika akan membekali siswa agar
memiliki kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, analisis, dan kreatif, serta mampu
bekerja sama.
Sejalan dengan uraian di atas, bahwa saat ini masih banyak siswa yang kurang
menyukai pelajaran matematika dan sangat sulit diajak untuk belajar matematika. Sebagian
besar siswa menyatakan bahwa matematika itu sulit dan membuat lelah. Motivasi siswa dalam
belajar dan mengerjakan soal-soal matematika masih sangat kurang. Ketika pembelajaran
matematika berlangsung, siswa sering meninggalkan kelas dengan berbagai alasan, tidak
mencatat materi, dan tidak mengerjakan latian soal yang diberikan oleh guru. Tidak heran jika
nilai hasil belajar matematika yang diperoleh sebagian besar siswa di Sekolah tidak
memuaskan.
Dari hasil studi TIMSS tahun 2007 untuk siswa kelas VIII, menempatkan siswa
Indonesia urutan ke-36 dari 49 negara dengan nilai rata-rata untuk kemampuan matematika
secara umum adalah 397. Sedangkan capaian rata-rata peserta Indonesia pada TIMSS 2011
adalah 386 yang berarti berada pada level rendah. Capaian rata-rata peserta Indonesia pada
TIMSS 2011 mengalami penurunan dari capaian rata-rata pada TIMSS 2007, di mana
kerangka kerja TIMSS 2011 tidak berbeda dengan kerangka kerja TIMSS 2007. Berdasarkan
Benchmark Internasional 2011 capaian peserta didik Indonesia pada level rendah yang berarti
menunjukkan rata-rata peserta didik Indonesia mampu memahami dasar bilangan bulat dan
decimal. Rendahnya capaian peserta didik Indonesia pada TIMSS 2011 perlu kajian terkait
dengan domain konten materi dan domain kognitif pada mata pelajaran matematika
khususnya di SMP yang diberikan pada kegiatan pembelajaran sehari-hari.
Berdasarkan Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi dinyatakan bahwa
ruang lingkup mata pelajaran matematika SMP/MTs meliputi 4 aspek yaitu Bilangan, Aljabar,
Geometri dan Pengukuran serta Statistika dan Peluang. Bila dipandang dari kompetensi dasar
perbandingan antara Bilangan, Aljabar, Geometri dan Pengukuran serta Statistika dan Peluang
masing-masing berturut-turut adalah 16%; 39%; 39%; 6% yang terdistribusi dari kelas VII
hingga kelas IX, dengan materi statistika dan peluang berada di kelas IX, sedangkan pada
kerangka kerja TIMSS 2011 untuk domain pada dimensi konten yaitu Bilangan, Aljabar,
Geometri dan Pengukuran serta Data dan Peluang masing-masing berturut-turut adalah 30%;
30%; 20%; 20%.
Rendahnya hasil belajar juga terjadi di MTs Al Jam’iyatul Washliyah Tembung, hal
ini terlihat dari data nilai Ujian Tengah Semester (MID) genap kelas VII yang rata-rata
siswanya masih mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu 43,63. Selain itu hasil wawancara
dengan guru bidang studi matematika juga menunjukkan masih banyak masalah-masalah
yang dihadapi siswa dalam pelajaran matematika. Diantaranya adalah kurangnya motivasi
belajar siswa.
Dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber
belajar tetapi juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, Hamzah B. Uno (dalam
Istarani) mengatakan bahwa pembelajaran memusatkan pada “Bagaimana membelajarkan
siswa” dan bukan pada “Apa yang dipelajari siswa”. Jadi dalam teori belajar sosial
menekankan melalui fenomena model, di mana seseorang meniru perilaku orang lain yang
disebut belajar. Pembelajaran melalui model bertujuan untuk membantu siswa menemukan
makna diri (jati diri) di dalam lingkungan sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan
kelompok. Dengan pembelajaran melalui model siswa akan mengetahui perjalanan hidup
serta aktivitas kerja keras seseorang dalam mencapai kesuksesan.
Seorang guru harus memiliki penguasaan berbagai model pembelajaran matematika
agar pembelajaran yang berlangsung di sekolah tidak selalu bersifat konvensional saja.
Dengan model pembelajaran matematika yang bervariasi, siswa akan lebih tertarik dalam
belajar sehingga hasil belajar siswa akan lebih baik. Salah satu model pembelajaran yang
dikembangkan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu dengan
menggunakan cooperative learning. Model cooperative learning merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen.
Salah satu teknik pembelajaran dalam model cooperative leraning adalah snowball
throwing. Pembelajaran snowball throwing dinilai cocok diterapkan di Sekolah Menengah
Pertama khususnya untuk pelajaran matematika, karena sesuai dengan inti dari pembelajaran
snowball throwing yaitu siswa berkreativitas dalam membuat soal matematika dan menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh temannya dengan sebaik-baiknya. Siswa dapat belajar efektif
dengan senang karena siswa bisa mendiskusikan gagasan dalam proses pembelajaran.
Melihat permasalahan di atas, maka perlu diberikan solusi pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa khususnya di MTs Swasta Al Jam’iyatul Washliyah Tembung agar
mereka memiliki motivasi dan kemaun untuk belajar matematika sehingga nilai hasil belajar
siswa akan meningkat. Hal inilah yang menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Materi Segitiga di Kelas
VII MTs Al Jam’iyatul Washliyah Tembung Tahun Pelajaran 2013/2014”.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut: 1) Masih rendahnya hasil belajar matematika pada siswa. 2)
Kurangnya variasi model pembelajaran dalam proses pembelajaran. 3) Proses pembelajaran
yang berlangsung masih monoton. 4) Kurangnya kerja sama antara siswa saat belajar. 5)
Siswa kurang aktif ketika proses belajar mengajar. 6) Siswa merasa bosan dan jenuh dengan
materi pelajaran yang disampaikan. 7) Guru belum memahami model pembelajaran apa yang
tepat untuk mata pelajaran yang akan disampaikan.
Berdasarkan identifikasi di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: 1) Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball
Throwing pada pembelajaran matematika materi Segitiga di kelas VII MTs Al Jam’iyatul
Washliyah Tembung? 2) Apakah terdapat peningkatan hasil belajar matematika siswa pada
materi Segitiga di kelas VII MTs Al Jam’iyatul Washliyah Tembung yang diajarkan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing?
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada pembelajaran matematika materi
Segitiga di kelas VII MTs Al Jam’iyatul Washliyah Tembung. 2) Untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar matematika siswa pada materi Segitiga di kelas VII MTs Al
Jam’iyatul Washliyah Tembung yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Snowball Throwing.
Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan akan
memberi manfaat sebagai berikut: 1) Manfaat teoritis, a. Sebagai bahan masukan bagi guru
dan calon guru bahwa penting untuk memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan
materi yang diajarkan untuk meningkatkan hasil belajar. b. Sebagai pengembangan ilmu
pengetahuan bagi peneliti terutama berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Snowball Throwing dalam mengajarkan matematika dan menjalankan
tugasnya sebagai calon guru. c. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang akan meneliti
tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing terhadap hasil
belajar matematika siswa. 2) Manfaat Praktis, a. Bermanfaat bagi sekolah sebagai sumbangan
yang bermanfaat terutama dalam rangka perbaikan pembelajaran sehingga meningkatkan
mutu pendidikan. b. S dapat membantu dalam memahami pelajaran matematika,
mengoptimalkan kemampuan berpikir, tanggung jawab dan kemampuan siswa dalam kegiatan
pembelajaran. c. dapat memperluas wawasan tentang model pembelajaran kooperatif tipe
Snowball Throwing di bidang matematika, serta sebagai prasyarat untuk menyempurnakan
gelar kesarjanaan pada pendidikan strata satu.
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di MTs Al Jam’iyatul Washliyah
Tembung yang beralamatkan di Jalan Besar Tembung No. 78 Lingkungan IV Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada
semester genap yaitu bulan April Tahun Pelajaran 2013/2014.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1). Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 tahun ajaran 2013/2014 dengan
jumlah siswa 40 orang terdiri dari 40 siswa perempuan.
2). Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.
C. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang lebih dekat dengan penelitian
kualitatif naturalistik secara kolaboratif, di mana penelitian ini lebih baik dilakukan dua orang
atau lebih. Maka pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif sedangkan data
yang dikumpulkan adalah data hasil observasi yang diuraikan dalam catatan lapangan.
Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk memahami apa yang
dilakukan subjek penelitian dalam proses pembelajaran yang natural.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
difokuskan kepada proses pembelajaran. Tujuan utama PTK adalah untuk memperbaiki dan
meningkatkan layanan profesionalisme guru dalam menangani proses pembelajaran. Tujuan
ini dapat dicapai dengan melakukan refleksi dalam mendiagnosis keadaan, kemudian
menumbuhkan secara sistematis sebagai tindakan alternatif dalam memecahkan permasalahan
pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini peneliti terlibat secara langsung dalam merancang
pembelajaran dan guru mata pelajaran sebagai observer. Peneliti terlibat secara penuh dalam
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi pada tiap-tiap siklus.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi penetapan fokus permasalahan, perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan yang diikuti dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan
analisis serta refleksi. Langkah-langkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-
siklus berikutnya adalah sebagai berikut: 1) Penetapan fokus permasalahan, 2) Perencanaan
tindakan, 3) Pelaksanaan tindakan, 4 ) Pengumpulan data, 5) Refleksi, dan 6) Perencanaan
tindak lanjut.
Menurut Sukardi, Penelitian Tindakan Kelas memiliki beberapa langkah pentingyang
perlu diperhatikan oleh para peneliti guna mencapai tujuan penelitian. Beberapa langkah
penting tersebut, yaitu :
1. Merasakan adanya salah satu permasalahan yang berkaitan dengan Best Practices dalam bidang pendidikan. Permasalahan tersebut bias direpresentasikan dengan adanya perbedaan antara harapan dan kenyataan, adanya ketidakpuasan para guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, dan adanya keinginan para guru untuk meningkatkan good practices dalam proses pembelajaran.
2. Menganalisis permasalahan menjadi tiga sub bahasan, yaitu mengidentifikasi gejala permasalahan, membatasi permasalahan agar masih dalam kelayakan untuk dapat diteliti, atau penelitian diawali dengan ide umum tentang tindakan perbaikan yang hendak dijadikan fokus penelitian.
3. Mengajukan gambaran prospek pemecahan masalah yang masih harus diuji dalam proses penelitian secara keseluruhan.
4. Merencanakan langkah dan kegiatan penelitian yang ditunjukkan adanya siklus-siklus, yang mengarah adanya perbaikan pada setiap siklusnya.
5. Melaksanakan rencana dengan mempertimbangkan adanya perlakuan yang diberikan kepada responden.
6. Mengamati dan memonitor tindakan agar menjadi lebih baik hasilnya, tetap mengacu kepada tercapainya tujuan penelitian dan diperolehnya solusi yang efektif.
7. Mengumpulkan data yang relevan dan berkaitan erat melalui pengakuan atau reaksi para guru dan siswa yang diteliti.
8. Menganalisis dan mendiskusikanhasil penelitian dengan para guru lain yang memiliki bidang sejenis.
9. Membuat laporan hasil penelitian, mensosialisasikan, dan mempublikasikan hasil penelitian dalam jurnal penelitian yang relevan
Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat pada gambar
berikut :
Gambar. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Langkah-langkah pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan dilakukan dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Perencanaan
a. Menyusun rencana pembelajaran yang akan diajarkan dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.
b. Menyiapkan sumber belajar.
c. Menyiapkan lembar kerja siswa.
d. Menyiapkan soal-soal untuk evaluasi.
2. Tindakan
a. Guru melakukan pembelajaran di dalam kelas sesuai dengan rencana pembelajaran yang
telah disusun.
b. Guru membagi kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 orang.
c. Guru memberikan persentase materi yang diajarkan di dalam kelas.
d. Guru membimbing siswa melakukan kegiatan kelompok.
e. Guru memberikan soal-soal latihan untuk semua kelompok.
f. Tiap-tiap kelompok menyelesaikan soal sesuai gilirannya.
g. Guru memberikan poin bagi kelompok yang dapat menyelesaikan soal-soal dengan baik
dan benar.
h. Guru memberikan waktu kepada siswa untuk menanyakan materi pelajaran yang belum
jelas.
i. Guru memberikan evaluasi berupa kuis individual kepada seluruh siswa untuk
mengetahui penguasaan materi yang dipelajari.
3. Observasi
a. Melihat dan mencatat tindakan siswa ketika guru menjelaskan materi pembelajaran di
dalam kelas.
b. Melihat dan mencatat respon siswa ketika guru bertanya mengenai materi pembelajaran.
c. Mencatat kemampuan-kemampuan siswa dalam bekerjasama dengan kelompoknya
untuk memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.
4. Refleksi
a. Menganalisis data observasi dan wawancara dari tahap pengamatan berkenaan dengan
materi pembelajaran yang diberikan dan model pembelajaran yang diterapkan di dalam
kelas.
b. Menganalisis data observasi dan wawancara dari tahap pengamatan berkenaan dengan
aktivitas siswa dalam pembelajaran dan menjawab soa-soal yang diberikan.
c. Menjelaskan hasil pembelajaran yang diperoleh siswa tentang peningkatan kemampuan
belajar matematika siswa.
d. Menyimpulkan hasil pembelajaran yang diperoleh siswa tentang peningkatan
kemampuan belajar matematika siswa, sehingga dapat ditentukan apakah perlu
dilanjutkan ke siklus berikutnya atau tidak
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti dapat menggunakan beberapa macam teknik
untuk pengumpulan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data
dengan menggunakan metode paper and pen, metode aktif, dan metode ostensif.
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Lembar Observasi Guru
Lembar observasi guru ini disusun untuk memantau perkembangan dan proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
2. Lembar Observasi Siswa
Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran
yang dilaksanakan di kelas selama pelaksanaan tindakan penelitian dilakukan.
3. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari
sudut pandang yang lain. Orang-orang yang diwawancarai dapat termasuk beberapa orang
siswa, kepala sekolah, beberapa teman sejawat, dan lain-lain. Wawancara yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara berstruktur artinya pewawancara sudah
mempersiapkan bahan wawancara.
4. Tes
Salah satu alat yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan siswa mencakup
pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil belajar mengajar adalah tes. Bentuk tes dalam
penelitian ini adalah tes uraian atau essay tes. Tes hasil belajar yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan siswa pada tingkat kognitif pada materi yang diajarkan. Tes hasil
belajar tersebut harus diuji coba terlebih dahulu sebelum digunakan untuk menilai hasil
belajar yaitu dengan dilakukan uji validitas. Konsep validitas dalam aplikasinya untuk
penelitian tindakan mengacu kepada kredibilitas dan derajat keterpecayaan dari hasil
penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Data kuantitatif
diperoleh dari pengamatan pelaksanaan tindakan selanjutnya dianalisis. Berdasarkan kriteria
ketuntasan belajar, terdapat kriteria ketuntasan belajar perorangan dan klasikal yaitu :
1. Seorang siswa disebut telah tuntas belajar jika siswa telah mencapai skor ≥ 65% atau nilai
6,5. Ketuntasan tersebut dihitung dengan menggunakan rumus :
Di mana : DS = Daya serap
A = Skor yang diperoleh
B = Skor maksimal
Dengan kriteria :
0% ≤ DS 65% : Siswa belum tuntas belajar
65% ≤ DS ≤ 100% : Siswa telah tuntas belajar
2. Suatu kelas disebut tuntas belajar jika kelas tersebut telah terdapat ≥ 85% yang telah
mencapai daya serap ≥ 65%. Ketuntasan tersebut dapat dihitung dengan rumus :
Di mana : D = Persentase penilaian hasil
X = Banyak siswa yang telah tuntas
N = Jumlah seluruh siswa
DS = x 100%
D = x 100%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada awalnya peneliti melakukan observasi pada proses pembelajaran matematika
untuk mengetahui permasalahan dalam pembelajaran matematika di kelas VII MTs Al –
Jam’iyatul Washliyah Tembung. Setelah diadakan observasi ditemukan beberapa masalah
dalam pembelajaran matematika di kelas VII yaitu sebagai berikut: 1) Matematika dianggap
pelajaran yang sulit bagi siswa, 2) Rendahnya prestasi belajar dalam matematika, 3) Kurang
tepatnya model pembelajaran yang digunakan oleh guru sehingga menimbulkan kebosanan
siswa dalam belajar matematika, 4) Metode mengajar yang dilakukan guru masih berpusat
pada guru sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
Setelah mengetahui permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran matematika di
kelas VII maka peneliti menentukan kelas VII-1 untuk dilaksanakan penelitian tindakan kelas.
Pemilihan kelas tersebut dikarenakan karakteristik siswa dalam kelas tersebut dianggap
mampu menjadi subjek penelitian.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Snowball Throwing. Langkah – langkah penelitian tindakan kelas yang digunakan
memiliki empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Pada pelaksanaan siklus I hasil belajar Matematika siswa sudah mengalami
peningkatan, dari hasil tes I diperoleh data bahwa siswa yang tuntas belajar adalah 25 siswa
atau 62,55% sedangkan siswa yang tidak tuntas adalah 15 siswa atau 37,50%. Hasil tes
tersebut menjelaskan bahwa secara klasikal kelas tersebut belum mengalami ketuntasan
secara klasikal, karena suatu kelas dikatakan tuntas dalam belajar jika terdapat minimal 85%
siswa yang mencapai nilai ketuntasan sesuai KKM yaitu 65. Tingkat ketuntasan hasil belajar
tersebut dipengaruhi beberapa faktor diantaranya penyampaian materi dari guru ketika
pembelajaran yang masih perlu ditingkatkan dalam hal intonasi suara, dan pengkondisian
kelas.
Pada pelaksanaan siklus II didapat hasil belajar yang juga meningkat dapat dilihat dari
tes hasil belajar II diperoleh data siswa yang tuntas belajar adalah 35 siswa atau 87,50%
sedangkan siswa yang tidak tuntas adalah 5 siswa atau 12,50%. Hasil tersebut menjelaskan
bahwa secara klasikal sudah mencapai nilai ketuntasan, sehingga penelitian ini berakhir pada
siklus II walaupun masih terdapat kekurangan.
Tabel 1
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Pada Siklus I dan Siklus II
No Siklus Jumlah siswa tuntas
Jumlah siswa tidak tuntas
Persentase siswa tuntas
Persentase siswa tidak tuntas
1 I 25 15 62,50% 37,50%2 II 35 5 87,50% 12,50%
Selisih 25% 25%
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat mengingkatkan hasil belajar
matematika siswa pada materi segitiga di kelas VII MTs Al – Jam’iyatul Washliyah
Tembung.
Hal ini dapat dilihat pada hasil belajar matematika siswa setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada siklus I, dari hasil tes diperoleh secara
klasikal dengan persentase sebesar 62,5 % yang artinya tingkat katuntasan belajar siswa
dinyatakan belum tuntas.
Sedangkan pada siklus II siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar meningkat
yaitu diperoleh persentase menjadi 87,5 % yang artinya tingkat ketuntasan belajar siswa
secara klasikal dinyatakan telah tuntas belajar karena kelas tersebut telah mencapai persentase
≥ 85 %.
Dengan demikian terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar, yaitu dari siklus I
sebesar 62,5 % menjadi 87,5 % pada siklus II. Peningkatan ketuntasan hasil belajar yang
terjadi adalah sebesar 25 %.
Adapun implikasi dari penelitian ini dapat kita tarik dari temuan hasil penelitian. Dari
hasil kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Implikasi penelitian yang dapat ditarik adalah model pembelajaran kooperatif tipe
snowball throwing dapat membantu siswa memahami materi pelajaran yang ditandai dengan
nilai rata-rata hasil belajar siswa yang meningkat. Melalui pembelajaran kooperatif tipe
snowball throwing siswa dapat lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran matematika.
Sehingga model pembelajaran ini dapat memfasilitasi gaya belajar siswa yang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, maka saran yang
dapat disamapaikan sebagai berikut:
1. Kepada kepala sekolah MTs Al – Jam’iyatul Washliyah Tembung, agar memberikan
arahan dan bimbingan kepada semua guru untuk menggunakan model pembelajaran yang
bervariasi dalam rangka peningkatan hasil belajar siswa khususnya matematika.
2. Kepada guru-guru khususnya guru matematika, dapat menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Snowball Throwing dalam pembelajaran matematika agar dapat
menjadikan proses pembelajaran lebih menyenangkan dan meningkatkan hasil belajar
siswa.
3. Kepada peneliti lain, dapat meneliti hal ini di sekolah lain dan pada materi pelajaran yang
berbeda agar dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi guru dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa.
PUSTAKA ACUAN
Djamarah Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Istarani. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
R. Rosnawati. TIMSS International Mathematics Report. Universitas Negeri Yogyakarta dari
http://timss.bc.edu/TIMSS2007/teachreport.html. 18 Mei 2013
Samin Mara. 2011. Telaah Kurikulum. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
Sanjaya Wina. 2008. Perencanaan dan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sukardi. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Wijaya Candra, Syahrum. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Citapustaka Media
Perintis.
Top Related