PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

21
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SEGITIGA DI KELAS VII MTs AL-JAM’IYATUL WASHLIYAH TEMBUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 ISMA NIAR Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa sebelum diberikan tindakan, setelah diberikan tindakan dan peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebanyak dua siklus. Instrumen yang digunakan adalah tes, observasi dan wawancara. Pada awalnya hasil belajar siswa sebelum diberikan tindakan hanya mencapai nilai ketuntasan 45%, setelah diberikan tindakan pada siklus I nilai ketuntasan siswa 62,50%, pada siklus II 87,50%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran

description

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWINGUNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADAMATERI SEGITIGA DI KELAS VII MTs AL-JAM’IYATUL WASHLIYAHTEMBUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Transcript of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Page 1: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA

MATERI SEGITIGA DI KELAS VII MTs AL-JAM’IYATUL WASHLIYAH

TEMBUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

ISMA NIAR

Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa sebelum

diberikan tindakan, setelah diberikan tindakan dan peningkatan hasil belajar siswa melalui

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Jenis penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas sebanyak dua siklus. Instrumen yang digunakan adalah tes,

observasi dan wawancara.

Pada awalnya hasil belajar siswa sebelum diberikan tindakan hanya mencapai nilai

ketuntasan 45%, setelah diberikan tindakan pada siklus I nilai ketuntasan siswa 62,50%, pada

siklus II 87,50%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa di

kelas VII MTs. Al-Jam’iyatul Washliyah Tembung tahun pelajaran 2013/2014.

Kata kunci: Penelitian tindakan kelas, hasil belajar matematika, model pembelajaran

kooperatif tipe Snowball Throwing.

Page 2: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Abstract

This reseach were aimed to know the mathematics learning result of student before

was given action, after was given action and improvment mathematics learning result of

student with application of the cooperative learning type snowball throwing. This research

was classroom action research action as much as two cycles. The instrument that was used

were test, observation and interviews.

At first, the mathematics learning result of student before was given action only to

achieve mastery value of 45%, after was given action in the first cycle, the value of student

mastery 62.50%, 87.50% in the second cycles. Based on these results it can be concluded that

the application of the cooperative learning type snowball throwing can improved learning

result of student in seventh grade MTs. Al-Jam’iyatul Washliyah Tembung on the academic

year 2013/2013.

Keywords: classroom action research, the results of mathematics learning, the cooperative

learning type snowball throwing.

PENDAHULUAN

Pada masa ini meningkatkan pembangunan dalam segala bidang sedang hangatnya

dibicarakan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun berkembang. Salah satu

pembangunan yang ditingkatkan adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan

merupakan salah satu proses untuk mengembangkan aspek-aspek kepribadian manusia yang

menyangkut pengetahuan, sikap serta keterampilan untuk mencapai kepribadian individu

yang lebih baik. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah

rendahnya mutu pendidikan formal pada setiap jenjang pendidikan. Berbagai upaya dilakukan

untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan hasil belajar.

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan negara. Namun untuk mewujudkan itu tidaklah mudah, banyak tantangan dan masalah

yang dihadapi. Perubahan yang terjadi sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi cenderung menuntut perubahan dalam model, metode dan Strategi pembelajaran.

Page 3: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Dari pernyataan di atas, bahwa pendidikan itu sangat berguna sekali bagi manusia

karena dengan pendidikan akal budi manusia akan berkembang sehingga memiliki

kemampuan dan kepribadian yang diperlukan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi saat ini cukup pesat, sehingga semua pihak memperoleh pengetahuan yang cepat

dan mudah. Maka siswa pun dituntut untuk memiliki kemampuan berfikir kritis, sistematis,

logis, kreatif dan kemampuan bekerja sama yang efektif dan efisien.

Kemampuan tersebut dapat dikembangkan melalui belajar matematika karena

penggunaannya yang universal dalam berbagai ilmu. Mata pelajaran Matematika dapat

membantu menumbuh kembangkan bernalar yaitu berfikir sistematis, logis dan kritis dalam

mengkomunikasikan gagasan atau pemecahan masalah.

Matematika dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh siapapun yang

mempelajarinya. Jika dipelajari oleh siswa maka matematika akan membekali siswa agar

memiliki kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, analisis, dan kreatif, serta mampu

bekerja sama.

Sejalan dengan uraian di atas, bahwa saat ini masih banyak siswa yang kurang

menyukai pelajaran matematika dan sangat sulit diajak untuk belajar matematika. Sebagian

besar siswa menyatakan bahwa matematika itu sulit dan membuat lelah. Motivasi siswa dalam

belajar dan mengerjakan soal-soal matematika masih sangat kurang. Ketika pembelajaran

matematika berlangsung, siswa sering meninggalkan kelas dengan berbagai alasan, tidak

mencatat materi, dan tidak mengerjakan latian soal yang diberikan oleh guru. Tidak heran jika

nilai hasil belajar matematika yang diperoleh sebagian besar siswa di Sekolah tidak

memuaskan.

Dari hasil studi TIMSS tahun 2007 untuk siswa kelas VIII, menempatkan siswa

Indonesia urutan ke-36 dari 49 negara dengan nilai rata-rata untuk kemampuan matematika

secara umum adalah 397. Sedangkan capaian rata-rata peserta Indonesia pada TIMSS 2011

adalah 386 yang berarti berada pada level rendah. Capaian rata-rata peserta Indonesia pada

TIMSS 2011 mengalami penurunan dari capaian rata-rata pada TIMSS 2007, di mana

kerangka kerja TIMSS 2011 tidak berbeda dengan kerangka kerja TIMSS 2007. Berdasarkan

Benchmark Internasional 2011 capaian peserta didik Indonesia pada level rendah yang berarti

menunjukkan rata-rata peserta didik Indonesia mampu memahami dasar bilangan bulat dan

decimal. Rendahnya capaian peserta didik Indonesia pada TIMSS 2011 perlu kajian terkait

dengan domain konten materi dan domain kognitif pada mata pelajaran matematika

khususnya di SMP yang diberikan pada kegiatan pembelajaran sehari-hari.

Page 4: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Berdasarkan Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi dinyatakan bahwa

ruang lingkup mata pelajaran matematika SMP/MTs meliputi 4 aspek yaitu Bilangan, Aljabar,

Geometri dan Pengukuran serta Statistika dan Peluang. Bila dipandang dari kompetensi dasar

perbandingan antara Bilangan, Aljabar, Geometri dan Pengukuran serta Statistika dan Peluang

masing-masing berturut-turut adalah 16%; 39%; 39%; 6% yang terdistribusi dari kelas VII

hingga kelas IX, dengan materi statistika dan peluang berada di kelas IX, sedangkan pada

kerangka kerja TIMSS 2011 untuk domain pada dimensi konten yaitu Bilangan, Aljabar,

Geometri dan Pengukuran serta Data dan Peluang masing-masing berturut-turut adalah 30%;

30%; 20%; 20%.

Rendahnya hasil belajar juga terjadi di MTs Al Jam’iyatul Washliyah Tembung, hal

ini terlihat dari data nilai Ujian Tengah Semester (MID) genap kelas VII yang rata-rata

siswanya masih mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu 43,63. Selain itu hasil wawancara

dengan guru bidang studi matematika juga menunjukkan masih banyak masalah-masalah

yang dihadapi siswa dalam pelajaran matematika. Diantaranya adalah kurangnya motivasi

belajar siswa.

Dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber

belajar tetapi juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, Hamzah B. Uno (dalam

Istarani) mengatakan bahwa pembelajaran memusatkan pada “Bagaimana membelajarkan

siswa” dan bukan pada “Apa yang dipelajari siswa”. Jadi dalam teori belajar sosial

menekankan melalui fenomena model, di mana seseorang meniru perilaku orang lain yang

disebut belajar. Pembelajaran melalui model bertujuan untuk membantu siswa menemukan

makna diri (jati diri) di dalam lingkungan sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan

kelompok. Dengan pembelajaran melalui model siswa akan mengetahui perjalanan hidup

serta aktivitas kerja keras seseorang dalam mencapai kesuksesan.

Seorang guru harus memiliki penguasaan berbagai model pembelajaran matematika

agar pembelajaran yang berlangsung di sekolah tidak selalu bersifat konvensional saja.

Dengan model pembelajaran matematika yang bervariasi, siswa akan lebih tertarik dalam

belajar sehingga hasil belajar siswa akan lebih baik. Salah satu model pembelajaran yang

dikembangkan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu dengan

menggunakan cooperative learning. Model cooperative learning merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif

yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang

bersifat heterogen.

Page 5: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Salah satu teknik pembelajaran dalam model cooperative leraning adalah snowball

throwing. Pembelajaran snowball throwing dinilai cocok diterapkan di Sekolah Menengah

Pertama khususnya untuk pelajaran matematika, karena sesuai dengan inti dari pembelajaran

snowball throwing yaitu siswa berkreativitas dalam membuat soal matematika dan menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh temannya dengan sebaik-baiknya. Siswa dapat belajar efektif

dengan senang karena siswa bisa mendiskusikan gagasan dalam proses pembelajaran.

Melihat permasalahan di atas, maka perlu diberikan solusi pembelajaran yang

menyenangkan bagi siswa khususnya di MTs Swasta Al Jam’iyatul Washliyah Tembung agar

mereka memiliki motivasi dan kemaun untuk belajar matematika sehingga nilai hasil belajar

siswa akan meningkat. Hal inilah yang menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Materi Segitiga di Kelas

VII MTs Al Jam’iyatul Washliyah Tembung Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa

masalah sebagai berikut: 1) Masih rendahnya hasil belajar matematika pada siswa. 2)

Kurangnya variasi model pembelajaran dalam proses pembelajaran. 3) Proses pembelajaran

yang berlangsung masih monoton. 4) Kurangnya kerja sama antara siswa saat belajar. 5)

Siswa kurang aktif ketika proses belajar mengajar. 6) Siswa merasa bosan dan jenuh dengan

materi pelajaran yang disampaikan. 7) Guru belum memahami model pembelajaran apa yang

tepat untuk mata pelajaran yang akan disampaikan.

Berdasarkan identifikasi di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: 1) Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball

Throwing pada pembelajaran matematika materi Segitiga di kelas VII MTs Al Jam’iyatul

Washliyah Tembung? 2) Apakah terdapat peningkatan hasil belajar matematika siswa pada

materi Segitiga di kelas VII MTs Al Jam’iyatul Washliyah Tembung yang diajarkan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing?

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada pembelajaran matematika materi

Segitiga di kelas VII MTs Al Jam’iyatul Washliyah Tembung. 2) Untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar matematika siswa pada materi Segitiga di kelas VII MTs Al

Jam’iyatul Washliyah Tembung yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Snowball Throwing.

Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan akan

memberi manfaat sebagai berikut: 1) Manfaat teoritis, a. Sebagai bahan masukan bagi guru

Page 6: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

dan calon guru bahwa penting untuk memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan

materi yang diajarkan untuk meningkatkan hasil belajar. b. Sebagai pengembangan ilmu

pengetahuan bagi peneliti terutama berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe Snowball Throwing dalam mengajarkan matematika dan menjalankan

tugasnya sebagai calon guru. c. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang akan meneliti

tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing terhadap hasil

belajar matematika siswa. 2) Manfaat Praktis, a. Bermanfaat bagi sekolah sebagai sumbangan

yang bermanfaat terutama dalam rangka perbaikan pembelajaran sehingga meningkatkan

mutu pendidikan. b. S dapat membantu dalam memahami pelajaran matematika,

mengoptimalkan kemampuan berpikir, tanggung jawab dan kemampuan siswa dalam kegiatan

pembelajaran. c. dapat memperluas wawasan tentang model pembelajaran kooperatif tipe

Snowball Throwing di bidang matematika, serta sebagai prasyarat untuk menyempurnakan

gelar kesarjanaan pada pendidikan strata satu.

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di MTs Al Jam’iyatul Washliyah

Tembung yang beralamatkan di Jalan Besar Tembung No. 78 Lingkungan IV Kecamatan

Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada

semester genap yaitu bulan April Tahun Pelajaran 2013/2014.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1). Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 tahun ajaran 2013/2014 dengan

jumlah siswa 40 orang terdiri dari 40 siswa perempuan.

2). Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.

C. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang lebih dekat dengan penelitian

kualitatif naturalistik secara kolaboratif, di mana penelitian ini lebih baik dilakukan dua orang

atau lebih. Maka pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif sedangkan data

yang dikumpulkan adalah data hasil observasi yang diuraikan dalam catatan lapangan.

Page 7: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk memahami apa yang

dilakukan subjek penelitian dalam proses pembelajaran yang natural.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

difokuskan kepada proses pembelajaran. Tujuan utama PTK adalah untuk memperbaiki dan

meningkatkan layanan profesionalisme guru dalam menangani proses pembelajaran. Tujuan

ini dapat dicapai dengan melakukan refleksi dalam mendiagnosis keadaan, kemudian

menumbuhkan secara sistematis sebagai tindakan alternatif dalam memecahkan permasalahan

pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini peneliti terlibat secara langsung dalam merancang

pembelajaran dan guru mata pelajaran sebagai observer. Peneliti terlibat secara penuh dalam

perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi pada tiap-tiap siklus.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi penetapan fokus permasalahan, perencanaan

tindakan, pelaksanaan tindakan yang diikuti dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan

analisis serta refleksi. Langkah-langkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-

siklus berikutnya adalah sebagai berikut: 1) Penetapan fokus permasalahan, 2) Perencanaan

tindakan, 3) Pelaksanaan tindakan, 4 ) Pengumpulan data, 5) Refleksi, dan 6) Perencanaan

tindak lanjut.

Menurut Sukardi, Penelitian Tindakan Kelas memiliki beberapa langkah pentingyang

perlu diperhatikan oleh para peneliti guna mencapai tujuan penelitian. Beberapa langkah

penting tersebut, yaitu :

1. Merasakan adanya salah satu permasalahan yang berkaitan dengan Best Practices dalam bidang pendidikan. Permasalahan tersebut bias direpresentasikan dengan adanya perbedaan antara harapan dan kenyataan, adanya ketidakpuasan para guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, dan adanya keinginan para guru untuk meningkatkan good practices dalam proses pembelajaran.

2. Menganalisis permasalahan menjadi tiga sub bahasan, yaitu mengidentifikasi gejala permasalahan, membatasi permasalahan agar masih dalam kelayakan untuk dapat diteliti, atau penelitian diawali dengan ide umum tentang tindakan perbaikan yang hendak dijadikan fokus penelitian.

3. Mengajukan gambaran prospek pemecahan masalah yang masih harus diuji dalam proses penelitian secara keseluruhan.

4. Merencanakan langkah dan kegiatan penelitian yang ditunjukkan adanya siklus-siklus, yang mengarah adanya perbaikan pada setiap siklusnya.

5. Melaksanakan rencana dengan mempertimbangkan adanya perlakuan yang diberikan kepada responden.

6. Mengamati dan memonitor tindakan agar menjadi lebih baik hasilnya, tetap mengacu kepada tercapainya tujuan penelitian dan diperolehnya solusi yang efektif.

7. Mengumpulkan data yang relevan dan berkaitan erat melalui pengakuan atau reaksi para guru dan siswa yang diteliti.

Page 8: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

8. Menganalisis dan mendiskusikanhasil penelitian dengan para guru lain yang memiliki bidang sejenis.

9. Membuat laporan hasil penelitian, mensosialisasikan, dan mempublikasikan hasil penelitian dalam jurnal penelitian yang relevan

Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat pada gambar

berikut :

Gambar. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Langkah-langkah pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan dilakukan dapat

diuraikan sebagai berikut :

1. Perencanaan

a. Menyusun rencana pembelajaran yang akan diajarkan dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.

b. Menyiapkan sumber belajar.

c. Menyiapkan lembar kerja siswa.

d. Menyiapkan soal-soal untuk evaluasi.

2. Tindakan

a. Guru melakukan pembelajaran di dalam kelas sesuai dengan rencana pembelajaran yang

telah disusun.

b. Guru membagi kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 orang.

c. Guru memberikan persentase materi yang diajarkan di dalam kelas.

d. Guru membimbing siswa melakukan kegiatan kelompok.

e. Guru memberikan soal-soal latihan untuk semua kelompok.

f. Tiap-tiap kelompok menyelesaikan soal sesuai gilirannya.

g. Guru memberikan poin bagi kelompok yang dapat menyelesaikan soal-soal dengan baik

dan benar.

h. Guru memberikan waktu kepada siswa untuk menanyakan materi pelajaran yang belum

jelas.

Page 9: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

i. Guru memberikan evaluasi berupa kuis individual kepada seluruh siswa untuk

mengetahui penguasaan materi yang dipelajari.

3. Observasi

a. Melihat dan mencatat tindakan siswa ketika guru menjelaskan materi pembelajaran di

dalam kelas.

b. Melihat dan mencatat respon siswa ketika guru bertanya mengenai materi pembelajaran.

c. Mencatat kemampuan-kemampuan siswa dalam bekerjasama dengan kelompoknya

untuk memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.

4. Refleksi

a. Menganalisis data observasi dan wawancara dari tahap pengamatan berkenaan dengan

materi pembelajaran yang diberikan dan model pembelajaran yang diterapkan di dalam

kelas.

b. Menganalisis data observasi dan wawancara dari tahap pengamatan berkenaan dengan

aktivitas siswa dalam pembelajaran dan menjawab soa-soal yang diberikan.

c. Menjelaskan hasil pembelajaran yang diperoleh siswa tentang peningkatan kemampuan

belajar matematika siswa.

d. Menyimpulkan hasil pembelajaran yang diperoleh siswa tentang peningkatan

kemampuan belajar matematika siswa, sehingga dapat ditentukan apakah perlu

dilanjutkan ke siklus berikutnya atau tidak

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti dapat menggunakan beberapa macam teknik

untuk pengumpulan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data

dengan menggunakan metode paper and pen, metode aktif, dan metode ostensif.

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Lembar Observasi Guru

Lembar observasi guru ini disusun untuk memantau perkembangan dan proses

pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

2. Lembar Observasi Siswa

Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran

yang dilaksanakan di kelas selama pelaksanaan tindakan penelitian dilakukan.

3. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari

sudut pandang yang lain. Orang-orang yang diwawancarai dapat termasuk beberapa orang

Page 10: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

siswa, kepala sekolah, beberapa teman sejawat, dan lain-lain. Wawancara yang digunakan

dalam penelitian ini adalah wawancara berstruktur artinya pewawancara sudah

mempersiapkan bahan wawancara.

4. Tes

Salah satu alat yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan siswa mencakup

pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil belajar mengajar adalah tes. Bentuk tes dalam

penelitian ini adalah tes uraian atau essay tes. Tes hasil belajar yang digunakan untuk

mengetahui kemampuan siswa pada tingkat kognitif pada materi yang diajarkan. Tes hasil

belajar tersebut harus diuji coba terlebih dahulu sebelum digunakan untuk menilai hasil

belajar yaitu dengan dilakukan uji validitas. Konsep validitas dalam aplikasinya untuk

penelitian tindakan mengacu kepada kredibilitas dan derajat keterpecayaan dari hasil

penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Data kuantitatif

diperoleh dari pengamatan pelaksanaan tindakan selanjutnya dianalisis. Berdasarkan kriteria

ketuntasan belajar, terdapat kriteria ketuntasan belajar perorangan dan klasikal yaitu :

1. Seorang siswa disebut telah tuntas belajar jika siswa telah mencapai skor ≥ 65% atau nilai

6,5. Ketuntasan tersebut dihitung dengan menggunakan rumus :

Di mana : DS = Daya serap

A = Skor yang diperoleh

B = Skor maksimal

Dengan kriteria :

0% ≤ DS 65% : Siswa belum tuntas belajar

65% ≤ DS ≤ 100% : Siswa telah tuntas belajar

2. Suatu kelas disebut tuntas belajar jika kelas tersebut telah terdapat ≥ 85% yang telah

mencapai daya serap ≥ 65%. Ketuntasan tersebut dapat dihitung dengan rumus :

Di mana : D = Persentase penilaian hasil

X = Banyak siswa yang telah tuntas

N = Jumlah seluruh siswa

DS = x 100%

D = x 100%

Page 11: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada awalnya peneliti melakukan observasi pada proses pembelajaran matematika

untuk mengetahui permasalahan dalam pembelajaran matematika di kelas VII MTs Al –

Jam’iyatul Washliyah Tembung. Setelah diadakan observasi ditemukan beberapa masalah

dalam pembelajaran matematika di kelas VII yaitu sebagai berikut: 1) Matematika dianggap

pelajaran yang sulit bagi siswa, 2) Rendahnya prestasi belajar dalam matematika, 3) Kurang

tepatnya model pembelajaran yang digunakan oleh guru sehingga menimbulkan kebosanan

siswa dalam belajar matematika, 4) Metode mengajar yang dilakukan guru masih berpusat

pada guru sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.

Setelah mengetahui permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran matematika di

kelas VII maka peneliti menentukan kelas VII-1 untuk dilaksanakan penelitian tindakan kelas.

Pemilihan kelas tersebut dikarenakan karakteristik siswa dalam kelas tersebut dianggap

mampu menjadi subjek penelitian.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Snowball Throwing. Langkah – langkah penelitian tindakan kelas yang digunakan

memiliki empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Pada pelaksanaan siklus I hasil belajar Matematika siswa sudah mengalami

peningkatan, dari hasil tes I diperoleh data bahwa siswa yang tuntas belajar adalah 25 siswa

atau 62,55% sedangkan siswa yang tidak tuntas adalah 15 siswa atau 37,50%. Hasil tes

tersebut menjelaskan bahwa secara klasikal kelas tersebut belum mengalami ketuntasan

secara klasikal, karena suatu kelas dikatakan tuntas dalam belajar jika terdapat minimal 85%

siswa yang mencapai nilai ketuntasan sesuai KKM yaitu 65. Tingkat ketuntasan hasil belajar

tersebut dipengaruhi beberapa faktor diantaranya penyampaian materi dari guru ketika

pembelajaran yang masih perlu ditingkatkan dalam hal intonasi suara, dan pengkondisian

kelas.

Pada pelaksanaan siklus II didapat hasil belajar yang juga meningkat dapat dilihat dari

tes hasil belajar II diperoleh data siswa yang tuntas belajar adalah 35 siswa atau 87,50%

sedangkan siswa yang tidak tuntas adalah 5 siswa atau 12,50%. Hasil tersebut menjelaskan

bahwa secara klasikal sudah mencapai nilai ketuntasan, sehingga penelitian ini berakhir pada

siklus II walaupun masih terdapat kekurangan.

Page 12: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Tabel 1

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Pada Siklus I dan Siklus II

No Siklus Jumlah siswa tuntas

Jumlah siswa tidak tuntas

Persentase siswa tuntas

Persentase siswa tidak tuntas

1 I 25 15 62,50% 37,50%2 II 35 5 87,50% 12,50%

Selisih 25% 25%

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat mengingkatkan hasil belajar

matematika siswa pada materi segitiga di kelas VII MTs Al – Jam’iyatul Washliyah

Tembung.

Hal ini dapat dilihat pada hasil belajar matematika siswa setelah diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada siklus I, dari hasil tes diperoleh secara

klasikal dengan persentase sebesar 62,5 % yang artinya tingkat katuntasan belajar siswa

dinyatakan belum tuntas.

Sedangkan pada siklus II siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar meningkat

yaitu diperoleh persentase menjadi 87,5 % yang artinya tingkat ketuntasan belajar siswa

secara klasikal dinyatakan telah tuntas belajar karena kelas tersebut telah mencapai persentase

≥ 85 %.

Dengan demikian terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar, yaitu dari siklus I

sebesar 62,5 % menjadi 87,5 % pada siklus II. Peningkatan ketuntasan hasil belajar yang

terjadi adalah sebesar 25 %.

Adapun implikasi dari penelitian ini dapat kita tarik dari temuan hasil penelitian. Dari

hasil kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Implikasi penelitian yang dapat ditarik adalah model pembelajaran kooperatif tipe

snowball throwing dapat membantu siswa memahami materi pelajaran yang ditandai dengan

nilai rata-rata hasil belajar siswa yang meningkat. Melalui pembelajaran kooperatif tipe

snowball throwing siswa dapat lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran matematika.

Sehingga model pembelajaran ini dapat memfasilitasi gaya belajar siswa yang berbeda-beda.

Page 13: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, maka saran yang

dapat disamapaikan sebagai berikut:

1. Kepada kepala sekolah MTs Al – Jam’iyatul Washliyah Tembung, agar memberikan

arahan dan bimbingan kepada semua guru untuk menggunakan model pembelajaran yang

bervariasi dalam rangka peningkatan hasil belajar siswa khususnya matematika.

2. Kepada guru-guru khususnya guru matematika, dapat menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Snowball Throwing dalam pembelajaran matematika agar dapat

menjadikan proses pembelajaran lebih menyenangkan dan meningkatkan hasil belajar

siswa.

3. Kepada peneliti lain, dapat meneliti hal ini di sekolah lain dan pada materi pelajaran yang

berbeda agar dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi guru dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa.

PUSTAKA ACUAN

Djamarah Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Istarani. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada

R. Rosnawati. TIMSS International Mathematics Report. Universitas Negeri Yogyakarta dari

http://timss.bc.edu/TIMSS2007/teachreport.html. 18 Mei 2013

Samin Mara. 2011. Telaah Kurikulum. Bandung: Citapustaka Media Perintis.

Sanjaya Wina. 2008. Perencanaan dan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sukardi. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Wijaya Candra, Syahrum. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Citapustaka Media

Perintis.