PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAHUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN SELF CONFIDENCE SISWA(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 3
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018)
(Skripsi)
Oleh
HANA MARINDA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAHUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
MATEMATIS DAN SELF CONFIDENCE SISWA(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 3
Bandar Lampung T.P. 2017/2018)
Oleh:
HANA MARINDA
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan self confidence siswa melalui penerapan model PBM. Populasi
penelitian adalah siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung tahun
pelajaran 2017/2018 yang terdistribusi dalam tujuh kelas. Sampel dalam
penelitian adalah kelas VIII C sebagai kelas kontrol dan VIII D sebagai kelas
eksperimen yang diambil dengan teknik purposive sampling. Desain yang
digunakan yaitu pretest-posttest control group design. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa mengikuti model
PBM lebih tinggi daripada siswa pada konvensional, namun self confidence siswa
dengan model PBM sama dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model PBM dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, namun tidak dapat meningkatkan
self confidence siswa.
Kata kunci: berpikir kritis, pembelajaran berbasis masalah, self confidence
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA DAN SELF CONFIDENCE SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 3
Bandar Lampung T.P. 2017/2018)
Oleh:
Hana Marinda
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Poncowati, Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten
Lampung Tengah, pada tanggal 8 Maret 1998. Penulis merupakan anak pertama
dari tiga bersaudara pasangan Bapak Ansori dan Ibu Ratna Sosialistini, memiliki
dua orang adik bernama Hanifa Fajarinda dan Hanza Maulana.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di TK Perib Abri pada tahun 2004, SD
Negeri 1 Poncowati pada tahun 2010, pendidikan menengah pertama di SMP
Negeri 1 Terbanggi Besar pada tahun 2012, dan pendidikan menengah atas di
SMA Negeri 1 Terbanggi Besar pada tahun 2014. Penulis melanjutkan pendidikan
di Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan mengambil Program Studi
Pendidikan Matematika.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Blambangan Umpu,
Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan dan menjalani Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP 1 Negeri Blambangan Umpu, Kabupaten
Way Kanan.
Motto
Berdoalah, Berusahalah, Bersyukurlah dan Berbahagialah
InsyaAllah keberhasilan akan kita gapai
-Hana Marinda-
Persembahan
Alhamdulillahirobbil aalamiin.Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna
Sholawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Uswatun HasanahRasululloh Muhammad SAW
Dengan kerendahan hati dan rasa sayang yang tiada henti, kupersembahkan karya ini
sebagai tanda cinta, kasih sayang dan terima kasihku kepada:
Bapak Ansori dan Ibu Ratna Sosialistini tercinta, yang telah membesarkan dan mendidik
dengan penuh cinta kasih dan pengorbanan yang tulus serta selalu mendoakan yang terbaik
untuk keberhasilan dan kebahgiaanku.
Kedua adikku tersayang (Hanifa Fajarinda & Hanza Maulana) yang selalu memberikan
semangat kepadaku.
Seluruh keluarga besar yang terus memberikan do’anya untukku, terima kasih.
Para pendidik yang telah mengajar dan mendidik dengan penuh kesabaran.
Semua sahabat yang selalu mendukungku dan tulus menyayangiku dengan segala
kekuranganku serta memberi warna dalam hidupku.
Almamater Universitas Lampung tercinta
i
SANWACANA
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang
akhlaknya paling mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi
uswatun hasanah, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.
Skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Self
Confidence Siswa” ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Ibuku tercinta Ibu Ratna Sosialistini dan Bapakku tercinta Bapak Ansori
terima kasih selalu menyayangi, mendoakan, kerja keras yang tak kenal lelah
demi keberhasilanku, selalu memberikan semangat, serta kekuatan dalam
hidupku.
ii
2. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik dan sekaligus
Dosen pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, motivasi, kritik, dan saran dengan penuh kesabaran
sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
3. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan
pemikiran, semangat, kritik, dan saran kepada penulis demi terselesaikannya
skripsi ini.
4. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Dosen Pembahas sekaligus Ketua Jurusan
PMIPA yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini serta memberikan masukan dan saran-saran kepada
penulis.
5. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen yang mengajar di program studi pendidikan matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis.
8. Bapak Wahdiyana, S.T., M.Pd.T, selaku Kepala SMP Muhammadiyah 3
Bandar Lampung beserta wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan
kemudahan selama penelitian.
iii
9. Ibu Helma, S.Pd., M.M selaku guru mitra yang telah banyak membantu dan
memberikan semangat dalam penelitian.
10. Siswa/siswi kelas VIII C dan VIII D SMP Muhammadiyah 3 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018, atas perhatian dan kerjasama yang
telah terjalin.
11. Sahabat-sahabat terbaikku: Indah Dwi Murti terima kasih atas doa, semangat,
dan kebersamaan selama ini dalamkeadaan senang maupun sedih.
12. Sahabat-sahabatku tersayang: Dwi Rahmawati, Dessy Indriyanti, Shofura
Farah Diba, Maria Gega dan Sri Wahyuningsih terima kasih banyak atas
kebersamaan dan persahabatan yang takkan pernah terlupakan sampai
kapanpun.
13. Sahabat-sahabat terkasih: Maya Adina, Raisa Adira S dan Dina Eka Chayani
terima kasih banyak atas kebersamaan selama ini yang sealu memberikan
keceriaan seasa kuliah yang takkan terlupakan sampai kapanpun.
14. Sahabat seperjuangan Deci Puspica, Ana Dianti, Restu Hartini, Anggun
Rahma Dwiani, Yuri Tri Andini, Muhammad Azwan, Eva Mariati, Anggraeni
Saptia, Hanggoro, Ghozali, Kak Siwi, Septi Dianna Bunga M, Erlina Bestari,
dan masih banyak lagi yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, terima
kasih atas semua bantuannya dan kebersamaan yang telah dilakukan selama
ini.
15. Tim Asisten Dosen mata kuliah Manajemen Pendidikan yang terkasih:
Gustiara Tuah Puteri, Ana Dianti, Nia Kurniati, Fitriani, dan M. Agung
Dharma Himawan terima kasih atas semangat dan semua bantuannya yang
telah dilakukan selama ini.
iv
16. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Matematika 2014 terima kasih selama
ini telah berbagi ilmu, membagi semangat dan dukungan bersama.
17. Teman-teman kosan putri Perdana: Dina, Lia, Intan, Aryka, Anthia, Yesii,
Maylina, Yunda Siti, Cucu Rohayati dan Monte yang selalu memberikan
semangat dan keceriaan di kosan yang takkan pernah terlupakan.
18. Kakak-kakakku Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2012, 2013
serta adik-adikku angkatan 2015, 2016, dan 2017 terima kasih atas dukungan
dan kebersamaanya.
19. Teman-teman seperjuangan KKN-KT di Desa Blambangan Umpu
Kabupaten Way Kanan: Galuh, Suhendro, Mediati, Laili, Laya Nazilla, Lisa,
Nadia dan Okta atas kebersamaan selama kurang lebih 40 hari yang sangat
penuh dengan makna dan kenangan.
20. Seluruh guru dan siswa/siswi SMP Negeri 1 Blambangan Umpu Tahun
Pelajaran 2017/2018, terima kasih telah memberikan pengalaman yang tak
terlupakan.
21. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.
22. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada
penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga
skripsi ini bermanfaat.
Bandar Lampung, 10 Agustus 2018Penulis
Hana Marinda
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ........................................................................................... 9
1. Kemampuan Berpikir Kritis............................................................. 9
2. Self Confidence................................................................................. 12
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ........................................... 14
B. Kerangka Pikir ...................................................................................... 18
C. Anggapan Dasar.................................................................................... 21
D. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 22
vi
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel .............................................................................. 23
B. Desain Penelitian .................................................................................. 24
C. Data Penelitian...................................................................................... 24
D. Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 25
E. Instrumen Penelitian ............................................................................. 25
1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis ................................................... 25
2. Skala Self Confidence ................................................................... 30
F. Prosedur Penelitian ............................................................................... 32
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 33
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 42
B. Pembahasan .......................................................................................... 53
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................ 61
B. Saran ..................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel ...........................................................................................................Halaman
2.1 Syntax for Problem Based Learning .................................................. 17
3.1 Distribusi Guru Matematika Kelas VII SMPMuhammadiyah 3 Bandar Lampung .................................................. 23
3.2 Desain Penelitian ................................................................................. 24
3.3 Kriteria Reliabilitas.............................................................................. 28
3.4 Interpretasi Koefisien Daya Pembeda ................................................. 29
3.5 Interpretasi Koefisien Tingkat Kesukaran ........................................... 30
3.6 Aspek Penilaian Self Confidence......................................................... 31
3.7 Hasil Uji Normalitas Data Gain KemampuanBerpikir Kritis Matematis Siswa ......................................................... 35
3.8 Hasil Uji Homogenitas Data Gain KemampuanBerpikir Kritis Matematis Siswa ......................................................... 36
3.9 Hasil Uji Normalitas Data Gain Self Confidence Siswa...................... 39
4.1 Hasil Analisis Awal Kemampuan Berpikir KritisMatematis Siswa.................................................................................. 42
4.2 Pencapaian Indikator Kemampuan Berpikir KritisMatematis Awal................................................................................... 43
4.3 Hasil Analisis Akhir Kemampuan Berpikir Kritis .............................. 44
4.4 Pencapaian Indikator Kemampuan Berpikir KritisMatematis Akhir .................................................................................. 45
4.5 Hasil Analisis Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis.............. 46
4.6 Hasil Uji-t DataSkor Gain Kemampuan Berpikir Kritis ..................... 47
viii
4.7 Hasil Analisis Awal Self Confidence .................................................. 49
4.8 Pencapaian Indikator Self Confidence Awal ....................................... 49
4.9 Hasil Analisis Akhir Self Confidence .................................................. 50
4.10 Pencapaian Indikator Self Confidence Akhir....................................... 51
4.11 Hasil Analisis Gain Self Confidence ................................................... 52
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.1 Silabus Pembelajaran ........................................................................... 67
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ........................................ 77
A.3 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ........................................................ 122
B. PERANGKAT TES
B.1 Kisi-Kisi Soal Pretest-Posttest Kemampuan BerpikirKritis ............................................................................................. ...... 160
B.2 Soal Pretest-Posttest ............................................................................ 162
B.3 Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Berpikir Kritis ..................... 164
B.4 Rubrik Penskoran Dan Kunci JawabanSoal Tes Kemampuan Berpikir Kritis.................................................. 165
B.5 Form Penilaian Pretest-Posttest.................................................... ....... 172
B.6 Kisi-Kisi Skala Self Confidence........................................................... 174
B.7 Angket Self Confidence........................................................................ 175
B.8 Pedoman Pemberian Skor Skala Self Confidence................................ 177
C. ANALISIS DATA
C.1 Analisis Reliabilitaas Hasil Tes Kemampuan BerpikirKritis Matematis Kelas Uji Coba ........................................................ 178
C.2 Analisis Daya Pembeda Dan Tingkat Kesukaran HasilTes Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Uji Coba................................ 179
x
C.3 Data Perhitungan Skor Gain Dan Rekapitulasi Indeks Skor GainKemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen .................................. 180
C.4 Data Perhitungan Skor Gain Dan Rekapitulasi Indeks Skor GainKemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol......................................... 182
C.5 Data Perhitungan Skor Gain Dan RekapitulasiIndeks Skor Gain Self Confidence Kelas Eksperimen ....................... 184
C.6 Data Perhitungan Skor Gain Dan RekapitulasiIndeks Skor Gain Self Confidence Kelas Kontrol .............................. 186
C.7 Uji Normalitas Data Gain Kemampuan BerpikirKritis Kelas Eksperimen...................................................................... 188
C.8 Uji Normalitas Data Gain Kemampuan BerpikirKritis Kelas Kontrol ............................................................................ 191
C.9 Uji Normalitas Data Gain Self ConfidenceKelas Eksperimen............................................................................... 194
C.10 Uji Normalitas Data Gain Self ConfidenceKelas Kontrol ................................................................................. 197
C.11 Uji Homogenitas Data Kemampuan BerpikirKritis Matematis Siswa ....................................................................... 200
C.12 Uji Hipotesis Data Kemampuan BerpikirKritis Matematis Siswa ....................................................................... 202
C.13 Uji Hipotesis Data Self Confidence Siswa .......................................... 205
C.14 Pencapaian Dan Rekapitulasi Pencapaian IndikatorKemampuan Berpikir Kritis AwalKelas Eksperimen dan Kontrol............................................................ 208
C.15 Pencapaian Dan Rekapitulasi Pencapaian IndikatorKemampuan Berpikir Kritis AkhirKelas Eksperimen dan Kontrol............................................................ 213
C.16 Pencapaian Dan Rekapitulasi Pencapaian IndikatorSelf Confidence Awal Kelas Eksperimen dan Kontrol........................ 218
C.17 Pencapaian Dan Rekapitulasi Pencapaian IndikatorSelf Confidence Akhir Kelas Eksperimen dan Kontrol ....................... 223
D. LAIN-LAIN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat diperlukan selaras
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Upaya untuk
meningkatkan kualitas SDM dapat dimulai melalui pendidikan. Pendidikan
mempunyai peranan sangat penting dalam mencapai SDM yang berkualitas.
Suntoro (2009:1) mengemukakan bahwa pendidikan mempunyai peran yang
sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu terutama
bagi membangun bangsa dan Negara sebab dari situlah akan terciptanya SDM
yang berkualitas.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk membentuk SDM yang berkualitas yaitu
dilakukannya pelaksanaan pendidikan yang sesuai dengan kondisi masyarakat
yang ada pada Negara tersebut. Pelaksanaan pendidikan di Indonesia telah diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pada Bab II Pasal 3 disebutkan tujuan pendidikan Nasional
yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
2
Tujuan pendidikan nasional menjadi salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan
pendidikan di Indonesia. Selain dilihat dari tujuan pendidikan nasional, indikator
keberhasilan pelaksanaan pendidikan di Indonesia adalah mutu pendidikan. Untuk
mencapai keberhasilan tersebut, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan
nasional. Salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
mutu pendidikan adalah dengan melakukan inovasi dalam pembelajaran.
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik, pendidik, dan
lingkungan. Proses yang terjadi saat pembelajaran menentukan hasil belajar siswa.
Seperti yang disebutkan oleh Triyanto (2013: 230) bahwa hasil belajar siswa
bergantung pada cara guru memberikan kesempatan bagi mereka untuk aktif
dalam setiap kegiatan. Jika guru melibatkan siswa dalam pembelajaran maka
siswa akan lebih aktif dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Sebaliknya jika
guru terlalu mendominasi dalam pembelajaran maka siswa akan cenderung
menjadi pasif dan malas untuk belajar. Dengan demikian, proses pembelajaran
harus dilakukan secara maksimal pada seluruh mata pelajaran, salah satunya mata
pelajaran matematika.
Matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan disetiap jenjang
pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),
Sekolah Menengah Atas (SMA) bahkan hingga perguruan tinggi karena pelajaran
matematika memiliki peran yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan. Seperti yang dikemukakan oleh Afrilianto dan Rosyana (2014: 45)
bahwa pelajaran matematika sebagai salah satu disiplin ilmu dalam bidang
pendidikan yang memiliki peran sangat besar dan memiliki manfaat dalam
3
berbagai perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, matematika menjadi
ilmu yang bermanfaat bagi seseorang dalam kehidupannya.
Permendiknas (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional) Indonesia No. 23 Tahun
2006 menyebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada
semua siswa disetiap jenjang pendidikan sebagai dasar untuk membekali siswa
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan
bekerjasama. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa berpikir kritis
merupakan salah satu kemampuan yang menjadi tujuan dalam pembelajaran
matematika.
Berdasarkan hasil survei Programme for Internasional Student Assesment (PISA)
dalam OECD tahun 2015 diperoleh hasil rata-rata kemampuan matematis untuk
siswa Indonesia dengan skor 386, sehingga Indonesia berada pada peringkat
rangking 69 dari 72 negara peserta. Salah satu faktor penyebab rendahnya hasil
survey tersebut adalah siswa Indonesia kurang terlatih dalam menyelesaikan soal-
soal karakterisik PISA yang substansinya adalah masalah kontekstual, menuntut
penalaran, argumentasi dan kreativitas, serta mengharuskan siswa dapat
memahami maksud soal terlebih dahulu. Berdasarkan hasil survei PISA tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi belum tercapai
dan perlu dikembangkan pada siswa di Indonesia terutama pada siswa sekolah
menengah.
Selain kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika terdapat aspek
afektif yang harus diperhatikan. Salah satunya adalah self confidence atau
kepercayaan diri siswa. Self confidence yang dimaksud dalam penelitian ini
4
merupakan kepercayaan diri siswa terhadap kemampuan matematis yang
dimilikinya. Ghufron dan Rini (2011: 35) mengemukakan self confidence yaitu
keyakinan untuk melakukan sesuatu pada diri subjek sebagai karakteristik pribadi
yang didalamnya terdapat kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab,
rasional dan realistis.
Mayoritas pembelajaran matematika di Indonesia masih menggunakan
pembelajaran konvensional. Hal ini diduga menjadi salah satu akibat rendahnya
kemampuan berpikir kritis siswa dan self confidence siswa. Pada pembelajaran
konvensional seorang guru berperan sebagai pusat pembelajaran yang selalu
menjadi pusat informasi sedangkan siswa cenderung menjadi pasif karena mereka
hanya menerima materi yang disampaikan oleh guru. Seperti yang diungkapkan
oleh Dewi (2014: 242) bahwa kegiatan pembelajaran di negara berkembang
(termasuk Indonesia) pada saat ini tidak lebih dari mencatat, menghapal, dan
mengingat kembali serta tidak menerapkan pendekatan modern dalam proses
pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa kurang mampu membangun sendiri
konsepannya dan hanya mengingat apa yang telah disampaikan oleh gurunya.
Rohyati dalam Siregar (2011: 525) menyatakan masih banyak siswa di Indonesia
yang masih kurang dalam memiliki sikap kepercayaan diri saat guru memberikan
suatu permasalahan siswa akan bingung dan tegang.
Self confidence sangat penting dikembangkan bagi siswa agar berhasil dalam
belajar matematika. Sesuai dengan pendapat Martyanti (2013: 18) bahwa dengan
adanya rasa kepercayaan diri, maka siswa akan lebih termotivasi dan lebih
5
menyukai untuk belajar matematika, sehingga pada akhirnya diharapkan prestasi
belajar matematika yang dicapai lebih optimal.
Self confidence yang dimiliki siswa dalam belajar matematika tidak sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya. Masih banyak siswa Indonesia yang memiliki self
confidence yang rendah. Hal ini didukung dengan hasil studi TIMSS tahun 2010
bahwa dalam skala internasional hanya 14% siswa yang memiliki self confidence
tinggi terkait dengan kemampuan matematikanya sedangkan 45% siswa termasuk
dalam kategori sedang dan 41% siswa termasuk dalam kategori rendah. Hal
inipun terjadi di Indonesia, hanya 3% siswa Indonesia yang memiliki self
confidence tinggi, 52% dalam kategori siswa dengan self confidence sedang dan
45% sisanya masuk dalam kategori siswa dengan self confidence rendah. Hal ini
mengakibatkan Indonesia menduduki peringakat 40 dari 42 negara yang
berpartisipasi. Oleh karena itu, self confidence di Indonesia masih tergolong
rendah.
Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa
diperlukannya sebuah model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa
yaitu model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Salah satu bentuk model
pembelajaran yang dapat menempatkan siswa pada pusat pembelajaran dan
terlibat aktif saat pembelajaran adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM).
Penerapan model PBM akan menghadapkan siswa pada masalah nyata pada awal
pembelajaran. Siswa akan diarahkan oleh guru untuk dapat memahami masalah
dan menganalisisnya sehingga akan didapatkan penyelesaian yang tepat. Pada
6
model PBM ini guru tidak terlalu mendominasi dalam proses pembelajaran. Akan
tetapi guru akan bertindak sebagai fasilitator bagi siswa. Model PBM ini akan
membuat siswa terlatih dalam memahami dan menyelesaikan masalah dengan
strategi yang mereka yakini. Selain itu kepercayaan diri siswa terhadap
kemampuannya juga akan meningkat karena guru memberikan kesempatan bagi
siswa untuk berpendapat saat menemukan penyelesaian suatu masalah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VII SMP
Muhammadiyah 3 Bandarlampung T.P 2017/2018 diketahui bahwa kemampuan
matematis siswa kelas VII terbilang cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil
ulangan harian mereka yang terbilang cukup baik. Akan tetapi guru juga
mengungkapkan bahwa siswa sering mengalami kesulitan ketika mengerjakan
soal matematika dalam bentuk soal cerita atau soal yang sedikit berbeda dari
contoh yang diberikan sebelumnya oleh guru. Siswa sulit memahami dan
menganalisis soal dalam bentuk cerita, sehingga dalam merencanakan
penyelesaian, menerapkan penyelesain dan membuat kesimpulan mendapatkan
hasil yang kurang memuaskan. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan
kemampuan berpikir kritis siswa masih perlu dilakukan oleh guru. Guru juga
mengatakan bahwa salah satu alasan siswa kesulitan dalam mengerjakan soal
matematika adalah karena mereka tidak memahami soal dan lupa cara untuk
menyelesaikan soal tersebut. Siswa hanya terfokus pada kesulitan yang ada
didalam soal, bukan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah yang
diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa ada pandangan yang kurang baik terhadap
dirinya dan kemampuan yang ada pada diri anak. Mereka lebih mudah menyerah
serta belum dapat menganalisis masalah dengan logis dan sesuai dengan
7
kenyataan. Perilaku seperti itu menunjukkan bahwa self confidence siswa terhadap
pelajaran matematika masih negatif. Dengan demikian, model PBM dapat
digunakan untuk permasalahan yang ada di SMP Muhammadiyah 3
Bandarlampung tentang peningkatan berpikir kritis matematis siswa dan self
confidence siswa.
Berdasarkan uraian di atas, model PBM perlu diterapkan pada siswa kelas VII
SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran. 2017/2018 untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah model
PBM dapat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan self confidence
pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran
2017/2018? “.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan
berpikir kritis dan self confidence siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 3
Bandarlampung Tahun Pelajaran 2017/2018 pada pembelajaran dengan model
PBM.
8
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam
pendidikan matematika yang berkaitan dengan model PBM serta hubungannya
dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan self confidence
siswa.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
guru dalam memilih model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa. Selain itu,
hasil penelitian ini dapat dijadikan refrensi untuk penelitian lebih lanjut tentang
penerapan model PBM serta kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kemampuan Berpikir Kritis
Tujuan pembelajaran matematika tidak hanya terfokuskan pada hasil peningkatan
kemampuan belajar siswa. Akan tetapi, kemampuan dalam berpikir kritis
matematis siswa juga perlu diperhatikan karena hal ini cukup penting dalam
mengetahui sejauh mana siswa dapat mengambil keputusan dari setiap kegiatan
yang akan menentukan berhasil atau tidaknya siswa dalam suatu kegiatan.
Ennis (1991:6) mendefinisikan berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir
yang beralasan dan reflektif serta terfokus pada pengambilan keputusan tentang
apa yang dipercaya atau apa yang harus dilakukan. Sejalan dengan hal tersebut,
Noer (2009: 39) mengungkapkan bahwa berpikir kritis adalah proses yang
bermuara pada penarikan kesimpulan tentang apa yang harus dipercayai dan
selanjutnya dilakukan. Sedangkan Jayadipura (2014: 125) mengungkapkan bahwa
kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan seseorang untuk dapat
memilih, mengelola dan mengambil tindakan berdasarkan informasi yang
diperoleh. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis
merupakan suatu proses berpikir yang didasarkan pada alasan yang logis untuk
membuat kesimpulan yang akan menentukan tindakan selanjutnya dalam
10
penyelesaian masalah. Pada penelitian ini kemampuan berpikir kritis diartikan
sebagai kemampuan menganalisa informasi-informasi dan memberikan alasan
yang logis atas masalah matematis yang dihadapi.
Hasil penelitian Noer dalam Waspandany (2016: 12) menunjukkan bahwa kualitas
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar dengan menyelesaikan
masalah sehari-hari lebih baik dibandingkan dengan siswa yang hanya
mendengarkan penjelasan dari guru. Dewi (2014: 248) mengungkapkan bahwa
adanya perubahan sikap siswa dalam belajar seperti siswa lebih fokus dalam
memperhatikan penjelasan materi, berani menyampaikan pendapat serta antusias
dalam proses pembelajaran jika guru menerapkan model pembelajaran berbasis
masalah sehingga peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa akan lebih baik.
Sudiyasa (2014: 157) mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir kritis
matematis akan muncul dan berkembang ketika siswa berada pada proses berpikir
untuk menyelesaikan suatu masalah. Berdasarkan uraian tersebut bahwa untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa perlu diterapkan suatu model
pembelajaran yang berbasis pada masalah.
Jayadipura (2014: 129) mengungkapkan bahwa salah satu cara yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah
pemberian masalah terbuka (open ended). Pemberian masalah tersebut akan
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami masalah, menyususn,
menjalankan, serta mengevaluasi suatu penyelesaian masalah. Untuk dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa diperlukan adanya indikator yang
sesuai.
11
Tukan (2009: 22) mengungkapkan bahwa terdapat 3 aspek indikator kemampuan
berpikir kritis beserta sub indikatornya yaitu: (1) Definisi dan klarifikasi masalah
dengan sub indikatornya adalah mengidentifikasi pokok-pokok permasalahan,
membandingkan kesamaan dan perbedaan, dan membuat serta merumuskan
pertanyaan secara tepat, (2) Menilai informasi yang berhubungan dengan masalah
dengan sub indikator siswa menemukan sebab-sebab kejadian permasalahan,
siswa mampu menilai dampak atau konsenkuensi, dan siswa mampu memprediksi
konsenkuensi lanjut dari dampak kejadian, dan indikator yang terakhir (3) Solusi
masalah atau membuat kesimpulan dan memecahkan masalah dengan sub
indikatornya adalah siswa mampu menjelaskan permasalahan dan membuat
kesimpulan sederhana, siswa merancang sebuah solusi sederhana serta siswa
mampu merefleksikan nilai atau sikap dari peristiwa.
Sedangkan Noer (2010: 30-31) mengungkapkan ada empat indikator berpikir
kritis yaitu mengeksplorasi, mengidentifikasi dan menetapkan kebenaran konsep,
menggeneralisasi, mengklarifikasi dan resolusi. Mengeksplorasi adalah
kemampuan dalam menelaah masalah dari berbagai sudut pandang, membangun
makna, dan menyelidiki ide matematis. Mengidentifikasi dan menetapkan
kebenaran konsep adalah kemampuan dalam membandingkan dan mengaitkan
suatu konsep lain serta memberikan alasan terhadap penggunaan konsep.
Menggeneralisasi adalah kemampuan dalam melengkapi data atau informasi yang
mendukung, dan menentukan aturan umum berdasarkan data yang diamati.
Mengklarifikasi dan resolusi adalah kemampuan dalam mengevaluasi dan
memeriksa suatu algoritma dan mengklarifikasi dasar konsep yang digunakan
serta mengembangkan strategi alternatif dalam pemecahan masalah.
12
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas mengenai indikator kemampuan berpikir
kritis, maka dalam penelitian ini indikator kemampuan berpikir kritis yang
digunakan berdasarkan pendapat Noer (2010: 30-31) yaitu mengeksplorasi,
mengidentifikasi dan menetapkan kebenaran konsep, menggeneralisasi,
mengklarifikasi dan resolusi. Selanjutnya, dari indikator-indikator tersebut kita
dapat mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa.
2. Self Confidence
Dalam bahasa Indonesia, Self Confidence berarti kepercayaan diri. Kepercayaan
diri merupakan salah satu aspek psikologis yang dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa. Siswa harus memiliki kepercayaan diri atau keyakinan dalam
dirinya supaya dapat menyelesaikan berbagai masalah yang ada pada
pembelajaran. Dengan percaya diri pada kemampuan diri sendiri, seseorang akan
lebih berani dalam menghadapi masalah dan mencoba untuk menyelesaikannya.
Marsa (2014: 13) mengemukakan bahwa self confidence merupakan kemampuan
dan keyakinan diri sendiri untuk membentuk pemahaman dan keyakinan siswa
tentang kemampuannya dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Suhendri
(Martyanti, 2013) menjelaskan bahwa self confidence merupakan suatu sikap
mental positif dari seorang individu yang mengondisikan dirinya agar dapat
mengevaluasi diri sendiri dan lingkungannya sehingga merasa nyaman untuk
melakukan kegiatan dalam upaya mencapai tujuan yang direncanakan. Hakim
dalam Megawati (2009: 19) menjelaskan bahwa self confidence adalah keyakinan
seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan
tersebut membuatnya merasa mampu untuk dapat mencapai berbagai tujuan
13
dalam hidupnya. Dengan demikian, self confidence dapat diartikan sebagai
kepercayaan diri seseorang terhadap kemampuan matematis yang dimilikinya
untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
Yates dalam Martyanti (2013: 16) mengungkapkan dengan adanya rasa percaya
diri, maka siswa akan lebih termotivasi dan lebih menyukai untuk belajar
matematika. Sejalan dengan pernyataan tersebut, menurut Siregar (2011: 525)
persaingan global membuat siswa dituntut untuk tidak hanya pintar dalam segi
ilmu pengetahuan tetapi mereka juga harus punya keyakinan dan keberanian
untuk dapat menghadapi setiap tantangan global terlebih pada anak SMP. Oleh
karena itu, self confidence sangat penting untuk dikembangkan dengan kondisi
zaman saat ini.
Pentingnya self confidence siswa dalam pembelajaran matematika di kemukakan
oleh Gaguk (2005: 48-49) bahwa ada tiga aspek yang harus dimiliki seorang siswa
yaitu: (1) kepercayaan terhadap pemahaman dan kesadaran diri terhadap
kemampuan matematikanya, (2) kemampuan untuk menentukan secara realistik
sasaran yang ingin dicapai dan menyusun aksi sebagai usaha meraih sasaran, dan
(3) kepercayaan terhadap matematika itu sendiri. Sedangkan Lauster (Nur
Ghufron & Rini, 2011: 35-36) mengungkapkan ada 5 poin aspek-aspek
kepercayaan diri yaitu: (1) Keyakinan kemampuan diri yaitu sikap positif
seseorang tentang dirinya atas kemampuan yang dimilikinya, sehingga dia mampu
secara sungguh-sungguh terhadap apa yang dilakukannya, (2) Optimis yaitu sikap
positif yang dimiliki seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi
segala hal tentang diri dan kemampuannya, (3) Obyektif yaitu seseorang yang
14
memandang permasalahan sesuai dengan kebenaran yang semestinya, bukan
menurut dirinya, (4) Bertanggung jawab yaitu kesediaan seseorang untuk
menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsenkuensinya, (5) Rasional
dan realistis yaitu menganalisis suatu masalah, suatu hal, dan suatu kejadian
dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan
kenyataan.
Berdasarkan uraian di atas maka siswa harus memiliki self confidence yang baik
yaitu memiliki kemampuan serta keyakinan diri sendiri untuk membentuk
pemahaman dan keyakinan siswa tentang kemampuannya dalam menyelesaikan
suatu permasalahan. Adapun indikator self confidence yang digunakan dalam
penelitian ini berdasarkan pendapat Lauster (Nur Ghufron & Rini, 2011: 35-36)
yaitu percaya akan kemampuan diri sendiri, optimis, objektif, bertanggung jawab
serta rasional dan realistik. Selanjutnya, dari indikator-indikator tersebut kita
dapat mengetahui sejauh mana self confidence yang dimiliki oleh siswa.
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Adanya partisipasi siswa yang aktif merupakan salah satu aspek penting dalam
suatu pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Untuk
itu diperlukannya keahlian dalam memilih sebuah model pembelajaran yang tepat.
Dengan model pembelajaran yang sesuai, diharapkan dapat mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Salah satu model pembelajaran
yang dapat memfasilitasi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis adalah
model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
15
Indarti (2014:124) mengungkapkan bahwa PBM merupakan suatu pembelajaran
yang menggunakan masalah pada kehidupan sehari-hari untuk memudahkan siswa
menemukan konsep. Arrends (2012: 396) menyatakan bahwa dasar dari
pembelajaran berbasis masalah adalah penyajian masalah autentik dan situasi
nyata yang diberikan kepada siswa sebagai langkah awal untuk menemukan
konsep. Husnidar (2014: 75) mengemukakan bahwa PBM merupakan
pembelajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Jumadi (2004:
1) mengemukakan pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang
mengaitkan materi pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa
sehari-hari baik dalam lingkungan sekitarnya sehingga siswa mampu membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan Sudiyasa (2014: 159) menyatakan bahwa PBM
adalah suatu bentuk pembelajaran yang memusatkan siswa pada masalah
kehidupan nyata, peran guru adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan
dan memfasilitasi penyelidikan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa PBM merupakan suatu
model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan pemberian masalah yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari pada awal pembelajaran sebagai langkah
awal untuk menemukan konsep dasar. Pemberian masalah dalam PBM ini sangat
penting karena dengan pemberian masalah ini diharapkan siswa dapat
menemukan konsep dasar materi yang didapat dari masalah tersebut.
Suratman (2014: 3) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah
merupakan salah satu model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat
16
mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Herman (2007: 48) berpendapat
bahwa dalam PBM siswa dituntut untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
kaya akan konsep-konsep matematika dengan semua kemampuan yang
dimilikinya. Sedangkan Noer (2009: 336) menjelaskan bahwa masalah yang
muncul dalam PBM dibuat sedemikian rupa sehingga siswa perlu memahami
masalah, mengumpulkan informasi, mengevaluasi alternatif solusi, dan
mempresentasikan soluai. Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas bahwa
PBM merupakan model pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa.
Terdapat beberapa karakteristik PBM menurut Herman (2007: 49) yaitu: (1) siswa
bertindak sebagai self-directed problem solver, (2) siswa didorong untuk mampu
menemukan masalah dan merencanakan penyelesaian, (3) siswa difasilitasi untuk
menemukan alternatif penyelesaian dan mengumpulkan informasi, (4) siswa
dilatih untuk terampil menyajikan hasil temuan, (5) siswa dilatih untuk melakukan
refleksi tentang penyelesaian masalah yang mereka pilih. Sedangkan Arrends
(2012: 397) berpendapat bahwa karakteristik PBM adalah (1) mengajukan
masalah kehidupan nyata, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan
berbagai macam solusi, (2) masalah yang akan diselidiki berupa masalah yang
benar-benar nyata, (3) siswa dituntut untuk menganalisis masalah, mengumpulkan
dan menganalisis informasi, serta membuat kesimpulan, (4) menghasilkan produk
dan mempersentasikannya, serta (5) siswa bekerja sama dalam kelompok kecil.
Adapun sintaks model PBM yang dipaparkan oleh Arrends (2012: 411) disajikan
dalam Tabel 2.1 yaitu:
17
Tabel 2.1 Syntax for Problem Based Learning
Phase Teacher’s BehaviorPhase 1 : Orient students to theproblem.
Teacher goes over the objectives ofthe lesson, describes importantlogistical requirments and motivatestudents to engage in problem-solvingactivity.
Phase 2 : Organize students for study. Teacher helps students define andorganize study tasks related to theproblem.
Phase 3 : Assist independent andgroup investigation.
Teacher encourages students to gatherappropriate information, conductexperiments, and search forexplanations and solutions.
Phase 4 : Develop and presentartifacts and exhibits.
Teacher assists students in planningand preparing appropriate artifactssuch as reports, videos and modelsand helps them share their work withothers.
Phase 5 : Analyze and evaluate theproblem-solving process.
Teacher helps students to reflect intheir investigations and the processesthey used.
(Arrends: 2012)
Berdasarkan uraian tersebut maka langkah-langkah dalam PBM adalah sebagai
berikut:
1. Guru menjelaskan jalannya pembelajaran dengan menggunakan model PBM
dan menyampaikan tujuan belajar kepada siswa.
2. Guru mengorientasikan siswa pada masalah.
3. Guru mengelompokkan siswa ke beberapa kelompok yang heterogen terdiri
dari 4-5 siswa.
4. Guru memberikan lembar kerja kelompok yang berisikan masalah nyata
kepada masing-masing kelompok.
5. Guru meminta siswa untuk mencari informasi dan berdiskusi menyangkut
masalah yang ada pada lembar kerja.
18
6. Guru mengawasi jalannya diskusi dan membantu siswa yang mengalami
kesulitan.
7. Guru meminta beberapa siswa sebagai perwakilan kelompok untuk
memaparkan atau mempresentasikan hasil diskusinya.
8. Guru meminta siswa yang lain untuk memberikan tanggapan atau hasil
presentasi kelompok lain.
9. Guru akan mengklarifikasi hasil kerja siswa.
10. Guru dan siswa secara bersama menyimpulkan hasil diskusi.
B. Kerangka Berpikir
Pada penelitian tentang penerapan model PBM untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan self confidence siswa terdiri dari satu variabel bebas dan dua
variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model
PBM dan yang menjadi variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis dan
self confidence siswa.
Model PBM merupakan salah satu model pembelajaran yang mampu
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siwa yang artinya kemampuan siswa
dalam menganalisis informasi-informasi yang ada serta memberikan alasan yang
logis terhadap masalah yang dihadapinya mampu dikembangkan dengan baik.
Sedangkan self confidence diartikan sebagai keyakinan diri seseorang akan
kemampuan yang dimilikinya sehingga membuat siswa percaya bahwa dia
mampu menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapinya.
Dalam PBM siswa akan dihadapakan pada masalah yang nyata pada saat awal
pembelajaran. Terdapat beberapa tahapan dalam PBM yaitu dimulai dari orientasi
19
siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan
hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Tahapan pertama adalah orientasi siswa pada masalah. Pada tahap ini guru
menjelaskan tujuan pembelajaran dan beberapa hal yang diperlukan selama
pembelajaran serta memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu percaya pada
kemampuan dirinya dan terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Pada tahap ini,
motivasi yang diberikan guru akan membuat sikap dan prilaku siswa selalu
berpandangan baik tentang kemampuan yang ada pada dirinya. Sehingga pada
tahap ini dapat mengembangkan self confidence siswa.
Tahapan kedua adalah guru mengorganisasikan siswa untuk belajar. Pada tahap
ini guru akan membagi siswa ke dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5
orang berdasarkan data kemampuan yang dimiliki guru dan setiap kelompok akan
diberikan LKK. Pada kegiatan diskusi, siswa dituntut untuk dapat
mengidentifikasi dan menetapkan kebenaran konsep yang ada pada LKK. Dalam
proses mengidentifikasi dan menetapkan kebenaran konsep yang ada pada LKK
siswa akan saling menelaah dan berdiskusi bersama-sama untuk bisa
mengidentifikasi maksud dari LKK tersebut. Dengan demikian, siswa akan
terbiasa untuk berani mengungkapkan pendapatnya. Sehingga dalam tahap kedua
ini akan membantu dalam meningkatkan kemampuan berpikir krtitis dan self
confidence siswa
20
Tahapan ketiga adalah membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.
Pada tahap ini guru akan mengawasi kegiatan jalannya diskusi dan memberikan
bantuan kepada siswa baik individu maupun kelompok untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada pada LKK. Dalam hal ini guru hanya bertindak sebagai
fasilitator. Selanjutnya siswa akan dituntut untuk dapat menggeneralisasi
permasalahan yang ada di LKK. Selain itu guru akan memberikan stimulus
kepada siswa yang kurang paham untuk berani bertanya dan bagi siswa yang
mampu menggeneralisasi untuk bisa menanggapi stimulus atau pernyataan yang
diberikan guru. Dengan demikian, kegiatan pada tahap ini dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa.
Tahapan keempat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Setelah
siswa melakukan diskusi dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang
ada pada LKK. Selanjutnya guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya. Dengan cara mempresentasikan hasil diskusi, siswa dapat
menyatakan pendapatnya setuju atau tidak dan memberikan alasan terhadap hasil
diskusi kelompok lain, sehingga hal ini akan membiasakan siswa untuk berani
dalam mengungkapkan pendapatnya. Melakukan presentasi dan memberikan
pendapat menunjukkan bahwa siswa secara tidak langsung memiliki sebuah
konsepan dasar yang positif dan rasa kepercayaan diri yang baik.
Tahapan kelima adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah. Pada tahapan ini guru akan membantu siswa mengevaluasi dan
mengklarifikasi serta menyimpulkan hasil diskusi. Kemudian siswa akan
diberikan penguatan oleh guru atas kesalahan yang mungkin dibuat siswa selama
21
proses pembelajaran. Sehingga pada tahap ini dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dan self confidence siswa menjadi lebih baik.
Jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional maka PBM lebih baik
diterapkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan self confidence
siswa. Penerapan PBM memberikan kesempatan bagi siswa untuk aktif terlibat
dalam pembelajaran sehingga mereka secara tidak langsung akan menemukan
konsepan materi sendiri. Sedangkan pada pembelajaran konvensional, siswa
cenderung pasif karena disini yang berperan aktif adalah peran seorang guru
sebagai pusat pembelajaran. Dan juga self confidence siswa dalam pembelajaran
konvensional akan sulit meningkat karena minimnya interaksi antara guru dengan
siswa ataupun siswa dengan siswa lainnya serta sedikitnya kesempatan bagi siswa
untuk mengungkapkan pendapatnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa PBM dapat berpengaruh
terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa
sedangkan pembelajaran konvensional cenderung akan menghasilkan kemampuan
berpikir kritis dan self confidence siswa yang lebih rendah.
C. Anggapan Dasar
Penelitian ini mempunyai anggapan dasar bahwa semua siswa kelas VII SMP
Muhammadiyah 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018 memperoleh
materi pelajaran matematika yang sama dan sesuai dengan Kurikulum 2013
(K13).
22
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pernyataan dalam rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya
maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Hipotesis Umum
Model PBM berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan self
confidence siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun
Pelajaran 2017/ 2018.
2. Hipotesis Khusus
a. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti PBM lebih
tinggi daripada peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional.
b. Peningkatan self confidence siswa yang mengikuti PBM lebih tinggi
daripada peningkatan self confidence siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional.
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12-28 Maret 2018 semester genap tahun
ajaran 2017/2018 di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar
Lampung yang terdistribusi dalam 5 kelas yaitu kelas VII/C – VII/G. Berikut
distribusi guru yang mengajar matematika di kelas VII yang disajikan pada Tabel
3.1.
Tabel 3.1 Distribusi Guru Matematika Kelas VII SMP Muhammadiyah 3Bandarlampung
No Nama Guru Kelas yang diajarkan1 Kiki Kurniawan, S.Pd. VII A2 Musyurah, S.Pd. VII B3 Helma, S.Pd., MM. VII C – VII G
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
purposive sampling dengan pertimbangan kelas tersebut diajarkan oleh guru yang
sama sehingga memiliki kemampuan matematis yang relatif sama. Jika sampel
diambil dari kelas yang diajarkan oleh dua guru yang berbeda dikhawatirkan
kemampuan matematis siswa dan pengalaman belajar yang diperoleh siswa
berbeda, sehingga terpilih dua kelas dari lima kelas yang diajarkan oleh Ibu
Helma, S.Pd., MM. yaitu kelas VII C, VII D, VII E, VII F dan VII G dengan kelas
24
VII C sebagai kelas kontrol atau kelas yang mendapatkan perlakuan dengan
model konvensional dan kelas VII D sebagai kelas eksperimen yang mendapatkan
perlakuan dengan model PBM. Siswa kelas VII C berjumlah 28 siswa dan kelas
VII D berjumlah 30 siswa.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain pretest-post
test control grup design. Pretest dilakukan sebelum diberikannya perlakuan untuk
mendapatkan data kemampuan awal berpikir kritis dan self confidence awal siswa.
Posttest dilakukan setelah diberikannya perlakuan untuk mendapatkan
kemampuan akhir berpikir kritis dan self confidence akhir siswa. Garis besar
pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan PosttestEksperimen O X OKontrol O C O
Fraenkel dan Wallen (2009: 268)
Keterangan:O : Pengambilan data kemampuan berpikir kritis dan skala self confidenceX : Pembelajaran Berbasis MasalahC : Pembelajaran Konvensional
C. Data Penelitian
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data kemampuan berpikir kritis
dan self confidence siswa. Data kemampuan berpikir kritis merupakan data
kuantitatif yang didapatkan dari hasil pretest dan posttest serta peningkatan skor
(gain) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan data self confidence
25
siswa merupakan data kualitatif yang dikuantifikasi dan didapatkan dari hasil
pengisian skala self confidence sebelum dan sesudah diberikannya perlakuan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik tes
dan non tes yang berupa kuesioner. Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan
data kemampuan berpikir kritis siswa sedangkan teknik kuesioner digunakan
untuk mengumpulkan data self confidence siswa. Tes yang digunakan adalah tes
uraian sedangkan kuesioner yang digunakan berupa skala self confidence.
Pelaksanaan tes dan pengisian skala self confidence dilakukan sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang
berkaitan dengan variabel-variabel penelitian. Dalam penelitian ini digunakan dua
jenis instrumen yaitu tes dan non tes. Instrumen tes digunakan untuk mengukur
kemampuan berpikir kritis siswa yang terdiri dari pretest dan posttest, sedangkan
instrument non tes digunakan untuk mengukur peningkatan self confidence siswa
terhadap pembelajaran matematika yang berupa skala self confidence.
1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Tes kemampuan berpikir kritis yang digunakan berbentuk uraian. Soal-soal tes
yang diberikan pada kelas ekperimen dan kelas kontrol untuk pretest dan posttest
sama. Sebelum penyusunan tes kemampuan berpikir kritis, terlebih dibuat kisi-
26
kisi yang disesuaikan dengan indikator pembelajaran dan indikator kemampuan
berpikir kritis.
Untuk memperoleh data yang akurat, maka diperlukan instrumen yang memenuhi
kriteria tes yang baik yaitu memenuhi kriteria valid, reliabel, memiliki daya
pembeda dan memiliki tingkat kesukaran yang baik.
a. Validitas
Validitas dalam penelitian ini didasarkan pada validitas isi. Validitas isi bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana instrument tes dapat mencerminkan kemampuan
berpikir kritis siswa. Pada penelitian ini soal tes akan dikonsultasikan terlebih
dahulu kepada guru mata pelajaran matematika SMP Muhammadiyah 3
Bandarlampung. Tes dikatakan valid jika soal tes telah dinyatakan sesuai dengan
kompetensi dasar dan indikator kemampuan berpikir kritis matematis. Penilaian
terhadap kesesuaian isi dengan kisi-kisi tes dan kesesuaian bahasa dalam tes
dengan kemampuan bahasa siswa dilakukan dengan mengisi daftar cek (√) oleh
guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tes yang digunakan untuk mengambil
data telah memenuhi validitas isi (Lampiran B.5). Soal tersebut kemudian
diujicobakan pada kelas di luar sampel, yaitu kelas VIIIA. Setelah dilakukan uji
coba, langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut untuk mengetahui
reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.
27
b. Reliabilitas Tes
Reliabilitias digunakan untuk menunjukkan sejauh mana hasil penggunaan
instrumen dapat dipercaya dalam penelitian. Suatu tes mempunyai taraf
kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap atau
mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur suatu kemampuan yang akan
diukur dan apabila hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat tidak
berarti Suherman (2003: 153). Semakin reliabel suatu tes maka kita semakin yakin
bahwa instrumen tersebut akan menghasilkan hasil yang sama apabila tes
dilakukan kembali.
Suherman (2003: 153) mengungkapkan bahwa untuk mencari koefisien
reliabilitas (r11) soal tipe uraian digunakan rumus Alpha yang dirumusakan
sebagai berikut:
r11= 1 − ∑Keterangan :
11r = nilai reliabilitas instrumen (tes)
n = banyaknya butir soal (item)
2i = jumlah varians dari tiap-tiap item tes
= varians total
Setelah menghitung reliabilitas instrumen tes, diperoleh nilai r11= 0,64 yang
berarti instrumen tes yang digunakan telah memenuhi kriteria reliabilitas dengan
interpretasi tinggi. Oleh karena itu, instrumen tes tersebut dapat digunkan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini. Perhitungan reliabilitas instrumen tes
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1 halaman 178. Dalam penelitian ini,
2t
28
koefisien reliabilitas diinterpretasikan berdasarkan pendapat Suherman (2003:
139) seperti yang terlihat dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Kriteria Reliabilitas
Koefisien reliabilitas Interpretasi0,81 − 1,00 Sangat Tinggi0,61 − 0,80 Tinggi0,41 − 0,60 Sedang0,21 − 0,40 Rendah0,00 − 0,20 Sangat Rendah
c. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang
mempunyai kemampuan tinggi dan siswa yang mempunyai kemampuan rendah.
Untuk menghitung indeks daya pembeda butir soal, terlebih dahulu diurutkan dari
siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai
terendah. Kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut
kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut
kelompok bawah). Menurut Suherman (2003: 160-161) rumus untuk menghitung
daya pembeda sebagai berikut.
= −Keterangan :DP : indeks daya pembeda satu butir soal tertentuJA : rata-rata skor kelompok atas pada butir soal yang diolahJB : rata-rata skor kelompok bawah pada butir soal yang diolahIA : skor maksimum butir soal yang diolah
Adapun interpretasi koefisien daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.4 sebagai
berikut.
29
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Daya Pembeda
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa koefisien
daya pembeda tes berkisar antara 0,20 sampai 0,64. Hal ini menunjukkan bahwa
instrumen tes yang diujicobakan memiliki daya pembeda sesuai dengan kriteria
yang digunakan yaitu baik dan cukup. Hasil perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran C.2 pada halaman 179.
d. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah perbandingan antara banyaknya penjawab pilihan
benar dengan banyaknya penjawab pilihan lain yang digunakan. Hal ini dilakukan
untuk menentukan seberapa besar derajat kesukaran yang dimiliki suatu butir soal.
Menurut Suherman (2003: 170) indeks tingkat kesukaran butir soal dapat dihitung
dengan menggunakan rumus berikut:
= −2Keterangan:TK : tingkat kesukaran suatu butir soal
: jumlah skor atas pada butir soal yang diolah: jumlah skor bawah pada butir soal yang diolah
JS : jumlah skor ideal kelompok atas atau bawah
Koefisien Daya Pembeda Interpretasi-1,00 – 0,00 Sangat buruk0,01 – 0,19 Buruk0,20 - 0,39 Cukup0,40 - 0,69 Baik0,70 – 1,00 Sangat baik
30
Untuk menginterpretasi koefisien tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan
kriteria koefisien tingkat kesukaran menurut Suherman(2003: 170) tertera pada
Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Tingkat Kesukaran
Koefisien Tingkat Kesukaran Interpretasi-1,00 – 0,00 Sangat Sukar0,01 – 0,29 Sukar0,30 – 0,69 Sedang0,70 – 1,00 Mudah
Berdasakan hasil perhitungan uji coba instrument tes, diperoleh bahwa koefisien
tingkat kesukaran tes berkisar antara 0,16 sampai 0,74. Hal ini menunjukkan
bahwa instrument tes yang diujicobakan memiliki tingkat kesukaran yang mudah,
sedang dan sukar. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
C.2 pada halaman 179.
Setelah dilakukan analisis reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran pada
soal tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa didapatkan bahwa instrumen
tes telah memenuhi kriteria valid, reliabel, serta tiap butir soal telah memenuhi
daya pembeda dan tingkat kesukaran yang ditentukan, maka soal tes kemampuan
berpikir kritis matematis siswa yang disusun telah layak digunakan untuk
mengumpulkan data kemampuan berpikir kritis matematis.
2. Skala Self Confidence
Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala self
confidence yang diberikan kepada siswa yang mengikuti pembelajaran PBM dan
yang mengikuti pembelajaran konvensional.
31
Pada penelitian ini untuk mengukur tingkat self confidence siswa menggunakan
skala Likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS),
setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Sugiyono (2013:135)
mengatakan bahwa jawaban pada skala Likert dapat diberi skor. Skor untuk
kategori SS, S, TS, dan STS setiap pernyataan memiliki skor 1, 2, 3, dan 4 untuk
pernyataan negatif dan sebaliknya untuk pernyataan positif.
Skala self confidence yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk 10
pernyataan negatif dan 10 pernyataan positif yang berdasarkan pada lima
indikator pengukuran yaitu keyakinan kemampuan diri, optimis, objektif,
bertanggung jawab, serta rasional, dan realistis. Adapun indikator pengukuran
dapat dilihat pada Tabel. 3.6.
Tabel 3.6 Aspek Penilaian Self Confidence
No Aspek Indikator
1Keyakinan kemampuandiri
Kemampuan siswa untuk menyelesaikansesuatu dengan sungguh-sungguh
2 OptimisSikap dan prilaku siswa yang selaluberpandangan baik tentang dirinya dankemampuannya
3 ObjektifKemampuan siswa menyelesaikanpermasalahan sesuai dengan fakta
4 Bertanggung jawabKemampuan siswa untuk berani menanggungsegala sesuatu yang telah menjadikonsekuensinya
5 Rasional dan realistisKemampuan siswa untuk menganalisis suatumasalah dengan logis dan sesuai dengankenyataan
Dikutip dari Lauster (Ghufron & Rini, 2011: 35-36)
Pada penelitian ini self confidence siswa tentang pembelajaran matematika terlihat
dari skor total yang diperoleh siswa setelah memilih pernyataan pada skala self
32
confidence yang mengukur pengetahuan siswa tentang kemampuan, kelebihan,
dan kekurangan yang dimilikinya dalam matematika.
F. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur dalam penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan observasi untuk melihat karakteristik populasi yang ada.
b. Menentukan sampel penelitian.
c. Menetapkan materi pembelajaran yang akan dibahas dalam penelitian.
d. Menyusun proposal penelitian.
e. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen tes penelitian.
f. Melakukan uji coba dan merevisi instrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Mengadakan pretest kemampuan berpikir kritis dan menyebar angket self
confidence sebelum perlakuan pada kedua kelas.
b. Melaksanakan PBM pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional
pada kelas kontrol.
c. Memberikan posttest kemampuan berpikir kritis dan menyebar angket self
confidence setelah perlakuan pada kedua kelas.
3. Tahap Akhir
a. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh.
b. Membuat laporan penelitian.
33
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data kemampuan awal dan
kemampuan akhir berpikir kritis serta self confidence awal dan self confidence
akhir siswa dianalisis untuk mendapatkan skor peningkatan (gain). Analisis ini
bertujuan untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir kritis dan
self confidence siswa yang mengikuti PBM dan pembelajaran konvensional.
Menurut Hake (1998: 65) besarnya peningkatan (g) dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
g =
Pengolahan dan analisis data kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa
dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap data skor peningkatan
kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa. Pengolahan data dilakukan
dengan bantuan Software Microsoft Excel 2007.
Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
yaitu uji normalitas dan homogenitas. Setelah dilakukan uji normalitas jika data
sampel berdistribusi normal maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Apabila
data berdistribusi tidak normal maka tidak dilakukan uji homogenitas. Hal ini
dilakukan untuk menentukan uji statistik mana yang akan digunakan dalam
pengujian hipotesis.
34
1. Data Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Adapun langkah-langkah pengolahan data kemampuan berpikir kritis matematis
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data gain yang diperoleh
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan
uji Chi-Kuadrat. berdasarkan pada Sudjana (2005: 273).
Adapun rumusan hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut:
H0 : data berasal dari sampel yang populasinya berdistribusi normal.
H1 : data berasal dari sampel yang populasinya tidak berdistribusi normal.
Selanjutnya rumus statistik uji chi-kuadrat yang digunakan adalah:
X2 = ∑ ( )Keterangan:
= frekuensi harapan= frekuensi yang diharapkan
k = banyaknya pengamatan
Kriteria uji terima H0 jika x2hitung < x2
tabel dengan x2tabel = x2
tabel (1-α,dk) dengan taraf
signifikan yang digunakan adalah α = 0,05 dan derajat kebebasan dk= k-3
Setelah dilakukan pengujian normalitas pada data gain kemampuan berpikir kritis
matematis siswa diperoleh hasil seperti yag disajikan pada Tabel 3.7.
35
Tabel 3.7 Hasil Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Berpikir KritisMatematis Siswa
KelompokPenelitian
Keputusan ujiH0
Kesimpulan
Eksperimen 6,25 7,81 DiterimaSampel berasal daripopulasi yangberdistribusi normal
Kontrol 5,92 7,81 DiterimaSampel berasal daripopulasi yangberdistribusi normal
Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa data gain kemampuan berpikir
kritis kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi
normal, sehingga dilakukan langkah selanjutnya yaitu uji homogenitas. Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C. 7- C.8 pada halaman
188-191.
b.Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mnegetahui apakah kedua kelompok
data yaitu data gain kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mengikuti
model PBM dan model pembelajaran konvensional memiliki varians yang sama
atau tidak.
Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : variansi kedua populasi sama
H1: variansi kedua populasi tidak sama
maka untuk uji hipotesisnya menurut Sudjana (2005: 249) menggunakan rumus:
F =
dengan = ( (∑ . ²) (∑ . )²)( )
36
Keterangan::varians terbesar:varians terkecil
Pada penelitian ini taraf signifikan yang digunakan adalah = 0,05. Selanjutnya
keputusan uji yang digunakan dalam penelitian ini dengan kriteria uji yaitu terima
H0 jika Fhitung < ( , )dengan ( , ) didapat dari daftar distribusi F
dengan peluang , dk pembilang =n1 -1 da dk penyebut == n2-1, dalam hal
lainnya H0 ditolak. Jadi, jika Fhitung < ( , ) maka kedua kelompok gain
memiliki varians yang sama dan juga berlaku sebaliknya. Hasil uji homogenitas
data kemampuan berpikir kritis matematis disajikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Hasil Uji Homogenitas Data Gain Kemampuan Berpikir KritisMatematis Siswa
KelompokPenelitian
Varians Fhitung Fkritis Keputusan Uji
Eksperimen 0,031,50 2,14 H0 diterima
Kontrol 0,02
Berdasarkan Tabel 3.8 dapat disimpulkan bahwa data kemampuan berpikir kritis
matematis siswa yang mengikuti model PBM dan konvensional memiliki varians
yang sama. Hasil perhitungan selengkapnya pada Lampiran C.11 pada halaman
200.
c. Uji Hipotesis
Setelah melakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas
diketahui bahwa kedua data kelompok gain kemampuan berpikir kritis berasal
37
dari sampel yang berdistribusi normal dan homogen, maka analisis berikutnya
adalah menguji hipotesis dengan menggunakan uji-t satu pihak kanan dengan
hipotesis sebagai berikut:
H0 : rata-rata gain kemampuan berpikir kritis matematis siswa dengan model
PBM sama dengan rata-rata gain kemampuan berpikir kritis matematis
dengan model pembelajaran konvensional.
H1: rata-rata gain kemampuan berpikir kritis siswa dengan model PBM lebih
tinggi dari rata-rata gain kemampuan berpikir kritis matematis siswa
dengan model pembelajaran konvensional.
Rumus yang digunakan yaitu uji kesamaan dua rata-rata (Uji-t) seperti dalam
sudjana (2009: 239) berikut:
= ̅ − ̅+dengan, = ( ) ( )Keterangan:̅ = rata-rata nilai gain siswa padakelas eksperimen̅ = rata-rata skor nilai gain siswa pada kelas kontrol
= banyaknya subyek kelas eksperimen= banyaknya subyek kelas kontrol= varians yang mengikuti kelas eksperimen= varians yang mengikuti kelas kontrol= varians gabungan
Kiteria uji adalah terima H0 jika < , dengan adalah titik kritis
dan tolak H0 jika untuk harga > dengan = 0,05.
38
2. Data Self Confidence Siswa
Adapun langkah-langkah pengolahan data self confidence siswa yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok data gain
self confidence siswa yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak . Uji
normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Kuadrat. berdasarkan pada
Sudjana (2005: 273).
Adapun rumusan hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut:
H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 : data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Selanjutnya rumus statistik uji chi-kuadrat yang digunakan adalah:
X2 = ∑ ( )Keterangan:
= frekuensi harapan= frekuensi yang diharapkan
k = banyaknya pengamatan
Kriteria uji terima H0 jika x2hitung < x2
tabel dengan x2tabel = x2
tabel (1-α, dk) dengan taraf
signifikan yang digunakan adalah α = 0,05 dan derajat kebebasan dk= k-3
Setelah dilakukan pengujian normalitas pada data gain self confidence matematis
siswa diperoleh hasil seperti yag disajikan pada Tabel 3.9.
39
Tabel 3.9 Hasil Uji Normalitas Data Gain Self Confidence Siswa
KelompokPenelitian
Keputusan ujiH0
Kesimpulan
Eksperimen 13,39 7,81 DitolakSampel berasal daripopulasi yang tidakberdistribusi normal
Kontrol 25,35 7,81 DitolakSampel berasal daripopulasi yang tidakberdistribusi normal
Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa data gain self confidence kelas
eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang tidak berdistribusi
normal, sehingga akan dilakukan uji non parametrik yaitu uji Mann Whitney U.
Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.9-C.10 pada
halaman 194-197.
d.Uji Hipotesis
Setelah melakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas diketahui bahwa kedua
kelompok data gain self confidence siswa berasal dari sampel yang populasinya
tidak bersitribusi normal, maka analisis selanjutnya dilakukan uji non parametrik
yaitu uji Mann-Whitney atau uji U. Rumusan hipotesisi uji ini adalah:
H0 : θ = θ (Tidak ada perbedaan antara median data gain self confidence siswa
yang mengikuti pembelajaran PBM dengan median data gain self
confidence siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.)
H1: θ > (Median data gain self confidence siswa yang mengikuti
pembelajaran PBM lebih tinggi daripada meidan data gain self
confidence siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.)
40
Dalam Russefendi (1998: 398), langkah-langkah pengujiannya adalah:
Pertama skor-skor pada kedua kelompok sampel harus diurutkan dalam peringkat.
Selanjutnya, menghitung nilai statistik uji Mann-Whitney U, rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut.
= + ( + 1)2 − Ʃ= + ( + 1)2 − Ʃ
Keterangan:= Jumlah sampel kelas ekperimen= Jumlah sampel kelas kontrol= Banyaknya peringkat siswa kelas eksperimen mendahului peringkat
siswa kelas kontrol= Banyaknya peringkat siswa kelas kontrol mendahului peringkat siswa
kelas eksperimenƩ = Jumlah peringkat pada kelas eksperimenƩ = Jumlah peringkat pada pada kelas kontrol
Nilai U yang digunakan adalah nilai U yang paling kecil. Karena n1 dan n2 lebih
besar dari 20 maka digunakan uji Z dengan statistiknya sebagai berikut:
z =.
. ( ) dengan Mean = ( ) = dan =( )
Keterangan :( ) = Nilai harapan mean= Standar deviasi
Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika nilai |Zhitung|< Ztabel dan tolak H0 jika
sebaliknya, dengan taraf signifikan (α) 0,05. Jika H0 ditolak maka perlu dilakukan
analisis lanjutan dengan mengetahui apakah peningkatan self confidence siswa
yang mengikuti PBM lebih tinggi daripada peningkatan self confidence siswa
41
yang mengikuti pembelajaran konvensional. Adapun analisis lanjutan tersebut
adalah jika H1 diterima maka yang terjadi dipopulasi sejalan dengan yang terjadi
pada sampel. Menurut Ruseffendi (1998:314) jika H1 diterima maka kita cukup
melihat dari kedua data sampel mana yang memiliki rata-rata lebih tinggi.
61
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa
penerapan model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap
peningkatan kemampuan berpikir kritis, namun tidak berpengaruh terhadap
peningkatan self confidence matematis siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 3
Bandarlampung pada semester genap tahun pelajaran 2017/2018.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, penelitian ini memberikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Kepada guru, dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis
matematis siswa, disarankan untuk menggunakan pembelajaran berbasis
masalah sebagai salah satu altenatif dalam pembelajaran matematika di kelas.
Untuk menerapkan model PBM ini disarankan juga bahwa guru harus
memahami tahapan-tahapan pada model PBM, khususnya saaat kegiatan
diskusi berlangsung, guru harus bisa mengelola kelas agar suasan kelas
menjadi lebih kondusif.
2. Kepada peneliti yang ingin mengembangkan penelitian mengenai penerapan
model pembelajaran berbasis masalah terhadap peningkatan kemampuan
62
berpikir kritis matematis, perlu perencanaan yang matang dan pengolahan
kelas yang tepat agar suasana kelas menjadi kondusif dan memperoleh hasil
yang optimal. Selain itu berikan lembar pengamatan kepada guru mitra agar
saat model PBM pertama kali diterapkan peneliti dapat mengetahui
kekurangan apa saja yang dilakukan saat model tersebut dilakukan didalam
kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, M., Evi, Chamalah., dan Oktina, P.W. 2013. Model dan MetodePembelajaran di Sekolah. Semarang: Unissula Press.
Afrilianto, M dan Tina Rosyana. 2014. Strategi Thinking Aroud Pair Problem Solvinguntuk Meningkatkan Kemampuan Kelancaran Berprosedur Dan KompetensiStrategis Matematis Siswa SMP. Prosiding Seminar Nasional PendidikanMatematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi. P-1, ISSN: 2338-8315.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: BumiAksara.
Arrends, Richard I. 2012. Learning to Teach 9th Edition. New York: Mc Graw Hill.
Depdiknas. 2003. UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. Jakarta: DitjenDikdasmen Depdiknas.
Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar KompetensiLulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.
Dewi, Ida A. 2014. Perilaku Mencatat dan Kemampuan Memori pada Proses Belajar.Jurnal Psikologi Udayana. Vol 1, No. 2, Halaman 241-250.
Ennis, Robert H. 1991. Critical Thinking: Astreamlined Conception. Illlinois:University of Illlinois. [Online]. Diakses dihttp://faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNatureofCriticalThinking_51711_001.pdf. Pada tanggal 31 oktober 2017.
Ghufron,N., dan Rini R. 2011. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Herman, Tatang. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk MeningkatkanKemampuan Berpikir Kritis Matematis Tingkat Tinggi Siswa SekolahMenengah Pertama. Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia. Vol. I No. 1 .Halaman. 47-56. Januari 2007. ISSN: 1907-8838.
64
Husnidar, Ikhsan dan Syamsul Rizal. 2014. Penerapan Model Pembelajaran BerbasisMasalah untuk Meningkatkan Kemampuan Beprikir Kritis dan DisposisiMatematika Siswa. Jurnal Universitas Syah Kuala, Vol 1, No.1, April 2014.[Online]. Diakses di http://jurnal.unsyiah.ac.id/DM/article/view/1340.pdf. Padatanggal 18 Oktober 2018.
Indarti, Sri Mari. 2014. Peran Kemampuan Komunikasi dan Berpikir KritisMatematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Menggunakan PensekatanPembelajaran Berbasis Masalah. Prosiding Seminar Nasional PendidikanMatematika Program Pasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung. P-1, ISSN:2355-0475.
Jayadipura, Yadi. 2014. Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis Matematik. ProsidingSeminar Nasional Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana STKIPSiliwangi Bandung. P-1, ISSN: 2355-0475.
Jumadi. 2003.Pembelajaran Kontekstual dan Implementasinya. Skripsi PenelitianUniversitas Negeri Malang. [Online]. Diakses di http://journal2.um.ac.id/. Padatanggal 15 Oktober 2017
Margono, Gaguk. 2005. Pengembangan Instrumen Pengukur Rasa Percaya diriMahasiswa Terhadap Matematika. Jurnal Ilmu Pendidikan Fakultas TeknikUniversitas Negeri Jakarta. Vol 12, No1, Halaman 45-61.
Marsa, Bernando Satria. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis MasalahUntuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis dan Self ConfidenceSiswa. Skripsi Pendidikan Unversitas Lampung.
Martyanti, Adhetia. 2013. Membangun Self Confidence Siswa dalam PembelajaranMatematika dengan Pendekatan Problem Solving. Prosiding Seminar NasionalMatematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MatematikaFMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. P-3, ISBN: 978-979-16353-9-4.
Megawati. 2009. Perbedaan Self Confidence Siswa SMP yang Aktif dan Tidak Aktifdalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di SMP N 1 Perbaungan. SkripsiPendidikan Universitas Sumatera Utara.
Noer, Sri Hastuti. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, DanReflektif (K2R) Matematika Siswa SMP Melalui Pembelajaran BerbasisMasalah. Disertasi Pendidikan Matematika UPI.
Noer, Sri Hastuti. 2009. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis SiswaSMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Seminar Nasional Matematikadan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.
65
OECD. 2015. Indonesia OECD Data. [Online]. Diakses di http://data.oecd.org/. Padatanggal 08 Mei 2017.
Rodhiyatun, Emi. 2016. Efektivias Problem Based Learning (PBL) Ditinjau DariKemampuan Komunikasi Matematis Dan Self Confidence Siswa. SkripsiUniversitas Lampung.
Siregar, Indra. 2011. Menerapkan Pembelajaran Matematika Menggunakan Model-Eliciting Activities untuk Meningkatkan Self Confidence Siswa SMP. JurnalPenelitian FMIPA UM. Vol. 2, No. 2, Halaman 38-48.
Sudiyasa, I Wayan. 2014. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis denganPembelajaran Berbasis Masalah. Prosiding Seminar Nasional PendidikanMatematika Program Pasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung. P-1, ISSN:2355-0473.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R& D. Bandung:Alfabeta.
Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:FMIPA UPI.
Suntoro, Agus. 2009. Eksperimen Pembelajaran Matematika MenggunakanPendekatan Konstruktivistik dengan Multimedia Komputer Ditinjau dariAktivitas Belajar Siswa Kelas VIII. Tesis Pendidikan Matematika UNS.
Suratman dkk. 2014. Pengaruh Problem Based Learning Terhadap KemampuanBerpikir Kritis Matematis pada Materi Gradien di SMP. Skripsi PendidikanMatematika UIN Jakarta.
TIMSS. 2010. TIMSS 2010 Internasional Results In Mathematics. Chestnut Hill:TIMSS & PRILS InternasionalStudy Centre.
Triyanto, Eko. 2013. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam PemanfaatanMedia Pembelajaran Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pross Pembelajaran.Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 1 No. 2 Hlm. 226-238. [Online]. Diakses dihttp://core.ac.uk/download/pdf/12346538.pdf . Pada tanggal 10 Oktober 2017.
Tukan, Daniel, Dike. 2009. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa denganModel TASC (Thinking Activelly in a Social Context) Pada Pembelajaran IPS.Jurnal Pendidikan. Vol.1 No. 1 Hlm.15-29.
66
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem PendidikanNasional. 08 Mei 2017. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003Nomor 4301. Jakarta.
Walpole, Ronald E. 2012. Probability & Statistics for Engineeers And Scientists.United States of America: Pearson Education.
Waspandany, Elok. 2016. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah UntukMeningkakan Kemampuan Berpikir Kritis dan Self Confidence. SkripsiUniversitas Lampung.
Top Related