perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN GUIDED INSUIRY DISERTAI MIND MAPPING
UNTUK MENINGKATKAIY MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR
BIOLOGI SISWA SMA I\TEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI
TAHTJN PELAJARAN 2O11I2OI2
Oleh :
PURWO ADI NUGROTIO
K 4308109
PROGRAM STUDI PENDIDIKAII BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAIY DAI\I ILMU PENDIDIKA}i
T]NTVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juti 2012
5eSKRIPSI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Skripsi ini telah disetujui
Skripsi Fakultas Keguruan dan
Surakarta.
Pembimbing I
NrP. 19580123 198603 2 001
PERSETUJUAI{
untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta" 23 Jluli2012
Pembimbing II
fizzRiezky Maya Probosari., S.Si". M.Si
NrP. 19760419 200112 2 003
lV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENCS,SAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas'Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
Tanggal
Tim Penguji Skripsi
Ketua
Sekretaris
Anggota I
Anggota II
: Senin
:23 JuJriZAt2
Nama Terang
Puguh Karyanto., S.Si., M.Si.,
Joko Ariyanto., S.Si., M.Si
Dr. Suciati., M.Pd
Tanda Tangan
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
NIP. 19660415 199103 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi membawa perubahan secara menyeluruh dalam kehidupan
masyarakat di berbagai belahan dunia. Semua aspek kehidupan berkembang
dengan pesat terutama pada Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Perkembangan IPTEK sangat berpengaruh pada dunia pendidikan terutama dalam
merancang kurikulum dan proses pembelajaran yang dilakukan. Perkembangan
IPTEK selain berdampak positif terhadap peningkatan kualitas sumber daya
manusia, tetapi juga berdampak negatif seperti rasa sosial berkurang.
Pemerintah telah berusaha menunjukkannya dengan mencari solusi yang
tepat untuk mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia yang semakin
kompleks diataranya dengan memperbaiki kurikulum pembelajaran. Kewajiban
sekolah adalah mempersiapkan perencanaan pembelajaran yang bermutu agar
tercipta pembelajaran yang ideal sehingga dapat meningkatkan kualitas dan
prestasi siswa. Perbaikan dalam proses belajar juga telah dilakukan agar siswa
berperan lebih aktif sehingga pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru. Guru
berperan sebagai motivator dan fasilitator agar siswa dapat berkreasi dan
menggali potensi secara optimal sehingga hasil belajar terus meningkat.
Penggunaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada saat ini
merupakan upaya dari pemerintah dalam mengembangkan kurikulum menjadi
lebih baik. Kurikulum sekarang ini lebih mengutamakan siswa supaya tidak hanya
pandai dalam belajar tetapi siswa mempunyai kemampuan dalam bersosialisasi
dengan masyarakat. Implikasinya yaitu guru dituntut mampu mengubah sistem
pembelajaran yang berpusat pada guru dengan pembelajaran berpusat pada siswa.
Hal ini relevan dengan tujuan pendidikan nasional seperti tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: "Turut mencerdaskan kehidupan
bangsa" sementara dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
tahun 2003, Pasal 1 dinyatakan: "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara".
Biologi merupakan bagian dari sains yang penerapannya menekankan
pada proses penemuan yaitu siswa dapat mengamati secara langsung untuk
membangun pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan yang ada di alam
sehingga siswa mendapatkan sendiri pengetahuan secara utuh. Pembelajaran
Biologi mengutamakan penguasaan konsep belajar yang berkaitan dengan alam
dan lingkungan. Hakikat pembelajaran sains khususnya dalam pembelajaran
biologi meliputi tiga aspek (proses, produk, sikap), dalam proses pembelajaran
sains siswa aktif menggali kemampuannya untuk menyelesaikan suatu masalah
yang berkaitan dengan peristiwa alam disekitarnya. Sains dipandang sebagai
proses yaitu sains merupakan suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan
seperti kemampuan mengamati, mengumpulkan data, menyimpulkan, dan
mengkomunikasikan data, sains dipandang sebagai produk yaitu didalam sains
terdapat konsep, hukum, dan teori yang sudah diterima kebenarannya, dan sains
dipandang sebagai sikap yaitu sikap ilmiah yang muncul setelah terlaksananya
suatu proses yaitu objektif, tanggung jawab, dan kerjasama (Siahaan dan Suyana,
2010: 3). Biologi bukan sekedar kumpulan konsep, prinsip, fakta, hukum, dan
teori, namun merupakan proses aktif dalam menggunakan pikiran untuk
memperoleh informasi, mempelajari dan menyelesaikan fenomena yang ada.
Pembelajaran biologi merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang dapat
dilakukan di dalam kelas, luar kelas, atau laboratorium. Pembelajaran di dalam
kelas berhubungan dengan materi pembelajaran, di luar kelas siswa dapat
menggunakannya untuk pengamatan dan pendalaman materi yang berhubungan
dengan lingkungan, sedangkan pembelajaran di laboratorium berupa pengamatan
atau praktikum. Pembelajaran biologi yang baik yaitu guru berperan sebagai
motivator dan fasilitator bagi siswa, dimana guru mempunyai peranan utama
dalam mempersiapkan dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan serta
membimbing siswa dalam belajar, sedangkan tugas siswa mengeksplorasi
pengetahuannya secara optimal. Tugas guru membimbing, memberi motivasi, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
sebagai fasilitator bagi siswa untuk meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil
belajar siswa, sedangkan tugas siswa dalam proses pembelajaran adalah
mengeksplorasi seluruh kemampuannya dan berperan aktif dalam pembelajaran.
Hasil belajar biologi siswa belum seperti yang diharapkan dan guru
masih menggunakan model pembelajaran yang sama setiap harinya dalam
kegiatan pembelajaran. Hal tersebut tercermin dari hasil belajar biologi yang
dicapai siswa. Berdasarkan data hasil observasi pada kelas XI IPA III SMA
Negeri 1 Ngemplak Boyolali didapatkan nilai rata-rata sebesar 64,38%, hasil
ulangan harian siswa sebesar 77,03% tetapi ketuntasan belajar siswa masih rendah
yaitu 51,72% sehingga hasil yang didapatkan masih di bawah standar ketuntasan
belajar siswa minimal sebesar 75%. Hasil belajar siswa yang belum optimal dapat
dipengaruhi beberapa faktor seperti belum tepatnya dalam pemilihan metode
pembelajaran dan kurang bervariasinya model pembelajaran yang digunakan guru
saat mengajar sehingga motivasi siswa dalam belajar menjadi kurang yang
berdampak pada hasil belajar siswa menjadi kurang optimal.
Permasalahan yang ada di kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Ngemplak
Boyolali adalah masih redahnya motivasi belajar siswa disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu: minat siswa terhadap masalah sebesar 64,67%, tekun dan ulet dalam
menghadapi kesulitan sebesar 63,89%, senang mencari dan memecahkan masalah
sebesar 66,40%, adanya hasrat dan keinginan melakukan kegiatan sebesar
52,83%, adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan sebesar 66,67%,
adanya ganjaran atau hukuman dari guru sebesar 61,00%, penghargaan dan
penghormatan atas diri sebesar 66,00%, dan adanya kegiatan yang menarik
sebesar 68,00%. Hal yang didapatkan masih rendah disebabkan karena model
pembelajaran yang digunakan belum tepat sasaran sehingga motivasi belajar siswa
menjadi kurang optimal yang berdampak pada hasil belajar siswa menjadi rendah.
Alternatif solusi yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali adalah
penggunaan model pembelajaran yang mampu mengoptimalkan kemampuan
berpikir siswa sehingga siswa lebih aktif dalam belajar, siswa dapat menemukan
dan menyelesaikan permasalahan yang didapatkan melalui kegiatan penemuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Guided inquiry merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menggali potensi yang ada dalam
dirinya dengan arahan dari guru, maka guided inquiry sangat tepat diterapkan
dalam proses pembelajaran yaitu masih adanya peran serta guru dalam proses
pembelajaran. Selain kemampuan setiap siswa kelas XI IPA III SMA Negeri 1
Ngemplak Boyolali yang masih rendah. Pemilihan guided inquiry dikarenakan
dalam pembelajaran guru dan siswa belum terbiasa menggunakan model
pembelajaran yang murni inquiry sehingga digunakan guided inquiry yang
merupakan bagian dan tingkatannya di bawah inquiry. Pembelajaran biologi
dengan model guided inquiry akan terlaksana baik jika adanya kegiatan penemuan
yang dilakukan siswa seperti seorang ilmuwan yaitu siswa dapat merumuskan
suatu masalah, merumuskan hipoteses, mengumpulkan data, menguji hipotesis,
dan menarik suatu kesimpulan.
Guided inquiry diprediksi akan lebih baik jika dipadukan dengan teknik
pembelajaran yang sesuai sehingga dapat mengekplorasi kemampuan siswa, yaitu
dengan teknik mind mapping yang merupakan teknik dalam membuat catatan
dengan pemetaan gambar. Mind mapping dapat digunakan dalam pembelajaran
biologi karena banyak siswa mempunyai ingatan yang terbatas dalam mengingat,
materi dalam biologi masih tergolong abstrak dan susah untuk dipelajari maupun
diingat oleh siswa, sehingga diharapkan siswa dapat membuat catatan yang dapat
mempermudah dalam belajar, menarik, dan mudah diingat dengan kreatifitas
siswa yang dapat menjadikan belajar lebih menyenangkan.
Penggabungan model pembelajaran Guided Inquiry dan Mind Mapping
diharapkan dapat mengeksplorasi kemampuan siswa dalam belajar dengan
bimbingan dari guru, melatih siswa supaya lebih kreatif dan menumbuhkan
imajinasi dalam membuat catatan belajar yang menarik sehingga belajar menjadi
lebih menyenangkan karena menggunakan teknik belajar yang relatif baru, siswa
tertantang dalam belajar yang menyebabkan motivasi belajar siswa meningkat dan
diharapkan hasil belajar siswa juga meningkat.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dan dalam rangka untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus digunakan sebagai solusi terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
permasalahan pembelajaran biologi di kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Ngemplak
Boyolali, maka perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul:
"PENERAPAN GUIDED INQUIRY DISERTAI MIND MAPPING UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA
SMA NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN PELAJARAN
2011/2012".
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan yang menjadi pokok
penelitian, yaitu:
1. Apakah penerapan Guided Inquiry disertai Mind Mapping dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali?
2. Apakah penerapan Guided Inquiry disertai Mind Mapping dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah, maka tujuan penelitian untuk mengetahui:
1. Bagaimana Guided Inquiry disertai Mind Mapping dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali
Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Bagaimana Guided Inquiry disertai Mind Mapping dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali Tahun
Pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Manfaat untuk Siswa
a. Memberikan pengalaman belajar kepada siswa melalui Model Pembelajaran
Guided Inquiry disertai Mind Mapping.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
b. Model Guided Inquiry disertai Mind Mapping dapat memberi memotivasi
siswa dalam belajar, karena siswa belajar secara aktif dengan mengeksplor
pengetahuannya sendiri menggunakan pemetaan pikiran dengan bimbingan
guru.
2. Manfaat untuk Guru
a. Memberikan solusi terhadap kendala pembelajaran biologi, khususnya
terkait dengan motivasi dan hasil belajar biologi siswa.
b. Menambah wawasan pengetahuan guru, khususnya berkaitan dengan
penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran biologi supaya
pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.
3. Manfaat untuk Sekolah
a. Memberikan ide atau masukan yang baik kepada sekolah dalam rangka
perbaikan pembelajaran melalui model pembelajaran Guided Inquiry
disertai Mind Mapping.
4. Manfaat untuk LPTK
a. Menjalin kemitraan dengan sekolah.
b. Memberi wahana bagi calon lulusan LPTK untuk mendapatkan pengalaman
nyata di dunia pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar dan Pembelajaran Biologi
a. Belajar Biologi
Belajar merupakan hal yang wajib bagi siswa untuk mendapatkan
pengetahuan dalam bidang pendidikan. Belajar merupakan suatu proses
dimana siswa dapat menggali potensi yang ada pada diri siswa, dengan
belajar siswa akan mendapatkan suatu pengetahuan yang baru sehingga dari
tidak tahu menjadi tahu dengan siswa belajar dan mengubah perilaku siswa
sehari-hari berdasarkan pengetahuan menuju ke arah lebih baik. Menurut
Slameto (2003: 2), belajar merupakan usaha yang dapat siswa lakukan untuk
memperoleh suatu perubahan dalam diri dari tingkah laku dan kecerdasan
melalui pengalaman belajar dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Senada dengan penjelasan di atas, Siregar dan Nara (2010: 3),
menyatakan belajar merupakan sebuah proses yang akan terjadi pada semua
orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu tanda bahwa siswa telah
belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat
diamati. Dimyati dan Mudjiono (1999: 7), belajar hanya dialami oleh diri
sendiri. Siswa adalah sebagai penentu kelangsungan proses belajar apakah
berhasil atau tidak. Proses belajar dilakukan untuk memperoleh sesuatu
materi belajar yang ada di lingkungan, selain untuk memperjelas tentang
konsep pengertian belajar. Trianto (2010: 9), menegaskan bahwa belajar
membutuhkan suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri.
Perubahan tersebut merupakan hasil dari proses belajar yang dapat
digunakan sebagai indikator dalam berbagai bentuk perubahan seperti
pengetahuan, pemahaman materi, sikap, dan tingkah laku saat belajar.
Biologi merupakan bagian dari sains dapat diartikan bahwa dalam
proses mendapatkan suatu pengetahuan yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi atau menemukan sendiri cara mendapatkan ide baru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
(Aunurrahman, 2009: 36). Belajar biologi merupakan suatu pembelajaran
yang diperoleh siswa secara langsung untuk memahami suatu konsep
pembelajaran yang berkaitan dengan lingkungan di sekitar tempat belajar.
Menurut Rustaman (2005: 90-91), sains dipandang sebagai proses yaitu
sains merupakan suatu proses mendapatkan pengetahuan seperti mengamati,
mengumpulkan data, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan data, sains
dipandang sebagai produk yaitu dalam sains terdapat konsep, hukum, dan
teori yang sudah diterima kebenarannya, dan sains dipandang sebagai sikap
yaitu sikap ilmiah yang muncul setelah terlaksana suatu proses yaitu
objektif, tanggung jawab, dan kerjasama. Keterampilan proses sains dalam
belajar biologi membuat siswa menjadi lebih kreatif dalam mengembangkan
pola pemikiran. Siswa dapat mengeksplorasi kemampuan secara optimal
dalam mempelajari dan memahami konsep belajar dengan baik dalam
mencari informasi atau pengetahuan baru yang sudah terdapat di alam.
Carin dalam Suciati (2010: 238), hakikat belajar biologi mengacu pada tiga
aspek yaitu proses (hand-on), produk (minds-on) dan sikap ilmiah (heart-
on). Proses berkaitan dengan metode ilmiah yang dapat digunakan. Produk
berkaitan dengan fakta, teori, prinsip, atau konsep yang digunakan dalam
belajar. Sikap berkaitan dengan kejujuran, rasa ingin tahu, dan bekerja sama.
Belajar biologi erat hubungannya dengan lingkungan sehingga melibatkan
siswa aktif untuk mendapatkan pengalaman tentang fenomena alam
sekitarnya.
Aunurrahman (2009: 35-39), menemukan beberapa ciri umum dari
kegiatan belajar, yaitu: (1) belajar menunjukkan aktifitas diri yang disadari
atau disengaja, (2) belajar merupakan interaksi yang siswa lakukan dengan
lingkungan, dan (3) hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.
Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar,
akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku yang
dapat diamati setiap hari terutama interaksi siswa dengan lingkungan.
Berdasarkan definisi dan kesimpulan tentang belajar, dapat
dipahami bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
melalui tindakan yang siswa lakukan dalam belajar dan berinteraksi dengan
lingkungan. Perubahan yang terjadi bersifat tetap dan supaya dapat
mewujudkan tujuan belajar maka siswa harus memahami prinsip-prinsip
belajar supaya kegiatan belajar dapat berjalan dengan baik.
b. Pembelajaran Biologi
Pembelajaran biologi erat kaitannya dengan proses perencanaan
pembelajaran. Guru mempunyai peranan penting dalam merancang dan
menggunakan metode atau strategi pembelajaran yang tepat untuk
kelancaran proses pembelajaran. Pembelajaran biologi menitikberatkan pada
proses belajar untuk mendapatkan produk belajar yang baik sehingga
metode dan strategi belajar sangat berpengaruh dan berperan penting dalam
keterlaksanaan proses pembelajaran. Berdasarkan Permendiknas Nomor. 19
tahun 2005 pasal 5 ayat 1 dinyatakan: "Standar isi mencangkup lingkup
materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu", dan pasal 19 ayat 3 dinyatakan:
"Standar proses pembelajaran meliputi perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan
pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran
yang efektif dan efisien". Menurut Siregar dan Nara (2010: 13), guru
merancang strategi dalam menetapkan langkah-langkah pembelajaran,
menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang tepat supaya belajar
biologi dapat berjalan sesuai dengan rangcangan yang dibuat.
Berdasarkan uraian di atas, Trianto (2007: 136), menyatakan bahwa
peranan guru pada pembelajaran biologi pada sekarang ini hanyalah sebagai
pemberi motivator, fasilitator, dan membuat suasana belajar yang nyaman
untuk siswa. Guru tidak menyampaikan seluruh pengetahuan kepada siswa
tetapi membimbing siswa dalam belajar untuk mengeluarkan segala
kemampuan dalam dirinya sehingga siswa harus mempunyai keterampilan
dan kreatifitas yang tinggi dalam belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2. Teori Belajar
Teori belajar merupakan kegiatan siswa yang diterapkan dalam diri
siswa yang sedang belajar melalui proses dalam pikiran siswa itu sendiri.
Siregar dan Nara (2010: 24), teori belajar dapat menunjukkan hubungan antara
sifat dan sikap dalam diri siswa saat proses pembelajaran. Tujuan dari teori
belajar adalah menjelaskan proses belajar sehingga teori belajar dapat
digunakan sebagai indikator keberhasilan siswa dalam belajar. Terdapat
beberapa teori belajar yang dapat dijadikan sebagai acuan pembelajaran yaitu:
a. Teori Belajar Kontruktivisme
Tokoh dari teori belajar konstruktivisme adalah Jean Piaget, yang
menyatakan konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman
sehingga siswa dalam belajar terdapat proses pembentukan pengetahuan.
Pengetahuan tersebut sudah ada dalam diri siswa dikarenakan pengetahuan
tidak dapat dipindahkan. Pengetahuan siswa merupakan pembentukan yang
secara terus menerus untuk memahami pengetahuan baru yang didapatkan.
Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah ditentukan tetapi dengan cara siswa
berinteraksi dengan objek pengetahuan dan lingkungan.
Belajar merupakan proses dalam pembentukan pengetahuan dan
siswa sendiri yang melakukannya dalam mencari pengetahuan yang ingin
didapatkannya sehingga siswa harus aktif dalam belajar, aktif berpikir,
meningkatkan minat belajarnya, dan membuat konsep belajar yang efektif
(Siregar dan Nara, 2010: 40-41). Trianto (2010: 19), menambahkan bahwa
sistem pembelajaran dalam pandangan konstruktivis mempunyai ciri-ciri
yaitu: (1) siswa terlibat aktif dalam belajar, (2) siswa dalam belajar
pengetahuan secara bermakna dengan bekerja dan berpikir, dan (3)
informasi baru harus dikaitkan dengan informasi sebelumnya sehingga
menyatu dengan skemata yang dimiliki siswa. Guru hanya berperan dalam
membantu siswa agar proses pembentukan pengetahuan berjalan baik.
Implikasinya dapat melatih siswa untuk mengembangkan pola pemikiran
dalam mengkonstruk informasi yang diterima melalui bimbingan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
b. Teori Belajar Penemuan Jerome Bruner
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi.
Asumsi pertama, perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif
dengan berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, perubahan tidak hanya
terjadi di lingkungan, tetapi juga dalam orang itu sendiri. Asumsi kedua,
orang mengkonstruksikan pengetahuan dengan menghubungkan informasi
yang masuk akal dengan informasi yang diperoleh sebelumnya (Dahar,
2011: 77).
Belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung terjadi hampir
bersamaan, yaitu: (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi
informasi, dan (3) menguji relevansi dan ketetapan pengetahuan (Dahar,
2011: 80). Belajar untuk mendapatkan pengetahuan yang baru yaitu dengan
siswa aktif untuk mencari pengetahuan dan menghasilkan hasil belajar yang
baik. Siswa dituntut mandiri dalam mencari cara pemecahan suatu masalah
dan pengetahuan, karena pengetahuan yang siswa dapatkan harus melewati
proses untuk mendapatkannya.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan terdapat
beberapa kebaikan, diantaranya: (1) pengetahuan yang didapat akan
bertahan lama dalam ingatan, (2) hasil belajar penemuan mempunyai efek
transfer lebih baik, dan (3) belajar penemuan meningkatkan kemampuan
berfikir siswa (Dahar, 2011: 77). Belajar penemuan dapat membangkitkan
keinginan dan memberikan motivasi siswa untuk terus menggali potensinya
dalam menemukan jawaban dari suatu permasalahan. Implikasinya dapat
memungkinkan siswa belajar melalui penemuan dengan bimbingan guru.
c. Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili teori belajar konstruktivisme
yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak
secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realistis melalui
pengalaman dan interaksi mereka. Setiap individu mempunyai kemampuan
untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan akan bermakna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
bila pengetahuan tersebut dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa (Sanjaya,
2011: 123-124).
Teori ini bertujuan untuk mengembangkan aspek kognitif dengan
cara siswa aktif dalam membangun pemahamannya secara nyata melalui
pengalaman dan interaksi yang didapatkan dari lingkungan sekitarnya.
Implikasinya dapat melatih untuk meningkatkan interaksi siswa dengan
siswa maupun dengan lingkungan serta dapat mengembangkan kemampuan
berpikir siswa.
d. Teori Belajar Vygotsky
Teori Vygotsky lebih menekankan pada aspek sosial dari
pembelajaran terutama pada scaffolding (teman sebaya) yakni pemberian
bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangan dan kemudian
mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak
untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah
anak dapat melakukannya. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental lebih tinggi
yang muncul dalam percakapan dan kerjasama antar individu sebelum
terserap ke dalam individu tersebut (Trianto, 2007: 27). Adanya sosialisasi
pengetahuan yang diperoleh agar individu dapat diterima individu lain
dalam memecahkan masalahnya. Implikasinya dapat melatih siswa dalam
bekerja secara kelompok dengan pembagian kelompok secara heterogen dan
meningkatkan kerjasama siswa.
3. Model Pembelajaran Guided Inquiry Disertai Mind Mapping
a. Model Pembelajaran Inquiry
Inkuiri merupakan model pembelajaran yang dapat siswa gunakan
dalam mendapatkan informasi terlebih dahulu dengan cara melakukan
observasi atau mengidentifikasi permasalahan untuk mencari jawabannya
sehingga dapat memecahkan masalah terutama dalam proses pembelajaran.
Meutia (2008: 89), berpendapat bahwa model pembelajaran inkuiri jarang
digunakan dalam proses pembelajaran dimana model pembelajaran inkuiri
menekankan pada proses penemuan yang lebih memungkinkan keterlibatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
aktif siswa dalam pembelajaran. Siswa harus aktif mencari dan menemukan
pengetahuannya dengan mengoptimalkan kemampuan dalam dirinya.
Terdapat ciri-ciri dari pembelajaran inkuiri, yaitu: (1) strategi
inkuiri mengoptimalkan aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan, (2)
aktivitas siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawabannya secara
mandiri, dan (3) digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa
dalam berpikir (Sanjaya, 2011: 196-197). Ciri dari pembelajaran inkuiri
dimana siswa lebih aktif dalam menggali potensi untuk mendapatkan
pengetahuannya. Menurut Gulo (2002: 93-94), pembelajaran inkuiri tidak
hanya mengembangkan kemampuan berpikir tetapi mengembangkan
keterampilan yang siswa miliki, semakin siswa kreatif maka akan dapat
mengembangkan pikiran secara optimal. Sintaks inkuiri seperti Gambar 2.1
Gambar 2.1 Bagan Sintaks Proses Inkuiri (Sumber: Gulo, 2002: 94)
Tahapan dalam proses inkuiri tersebut merupakan sintaks kegiatan
belajar yang dibuat guru. Guru berperan mengoptimalkan kegiatan pada
proses belajar sebagai motivator, fasilitator, dan pengarah siswa. Siswa
mempunyai tugas untuk merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik suatu kesimpulan.
Menurut Amri (2010: 88-90), inkuiri dapat dibagi menjadi tiga
tingkatan yaitu: (1) inkuiri tingkat pertama, (2) inkuiri tingkat kedua, dan (3)
Merumuskan Masalah
Merumuskan Hipotesis
Mengumpulkan Bukti
Menarik Kesimpulan Sementara
Menguji Hipotesis
SISWA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
inkuiri tingkat ketiga. Inkuiri tingkat kedua dan inkuiri tingkat ketiga dapat
disebut inkuiri bebas. Inkuiri bebas, siswa terlibat secara utuh dalam semua
proses pembelajaran seperti yang terdapat dalam sintaks inkuiri, sedangkan
guru sebagai fasilitator dan pemberi motivasi siswa. Inkuiri tingkat pertama
disebut inkuiri terbimbing. Tahapan inkuiri terbimbing, siswa mendapatkan
suatu permasalahan dari guru atau literatur. Setelah mendapatkannya, siswa
dapat merumuskan cara pemecahannya ke tahapan selanjutnya.
Pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya (2011: 208-209), terdapat
keunggulan dan kelemahan, yaitu: (1) keunggulan, dapat mengembangkan
aspek kognitif, afektif, dan psikmotor siswa, siswa dapat belajar sesuai gaya
belajar yang dimiliki siswa, dan dapat melayani kebutuhan siswa yang
mempunyai kemampuan di atas rata-rata, (2) kelemahan, sulit mengontrol
kegiatan, keberhasilan belajar, sulit dalam merencanakan pembelajaran, dan
memerlukan waktu yang panjang.
b. Model Pembelajaran Guided Inquiry
Guided Inquiry merupakan bagian dari model pembelajaran Inkuiri.
Implementasi guided inquiry dalam proses pembelajaran, siswa dibimbing
oleh guru dalam kegiatan penemuan untuk mendapatkan informasi dengan
melakukan observasi dan mencari jawaban sehingga dapat memecahkan
suatu permasalahan. Siswa dituntut lebih aktif dalam pembelajaran untuk
menggali potensi yang terdapat dalam dirinya dengan arahan dari guru.
Menurut Bilgin (2009: 1039), perlu adanya model pembelajaran
yang dapat mengoptimalkan kemampuan siswa dalam belajar dengan
menggunakan model inkuiri terbimbing. Guru dan siswa mempunyai
peranan sangat penting dalam mengembangkan permasalahan yang ada
dalam pembelajaran. Kegiatan inkuiri terbimbing dapat membantu siswa
mengembangkan sikap tanggung jawab dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapinya. Douglas (2009: 1), menambahkan ketika di dalam kelas
yang sedang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa belajar
dengan membentuk kelompok belajar untuk menyelesaikan permasalahan
yang ada pada lembar kerja. Lembar kerja berisikan data atau informasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pertanyaan yang dirancang oleh guru sebagai latihan siswa melalui
praktikum dalam memecahkan masalah sesuai rancangan yang telah dibuat.
Aktifitas dari guided inquiry menurut Zawadzki (2010: 70), yaitu
pembelajaran guided inquiry berlangsung secara terstruktur yang melibatkan
perpaduan pengetahuan baru yang akan dipelajari dengan pengetahuan lama
yang telah dipelajari sebelumnya. Bagian dari proses ini dimana siswa
melakukan kegiatan seperti identifikasi, menggeneralisasi, menyimpulkan,
dan memecahkan masalah.
Tahapan tersebut merupakan suatu cara agar pengetahuan yang
didapatkan berjalan terstruktur. Langkah pembelajaran dalam penggunakan
strategi pembelajaran guided inquiry terdapat lima tahapan sebagai panduan
dalam pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Guided Inkuiri
Tahap Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Tahap I Identifikasi dan Penerapan Ruang Lingkup Masalah
- Pemberian masalah - Perumusan masalah
- Mengidentifikasi masalah - Perumusan masalah
Tahap II Perumusan Hipotesis
- Perumusan hipotesis
- Merumuskan hipotesis
Tahap III Pengumpulan Data
- Merancang eksperimen - Mengumpulkan data
- Merancang eksperimen - Mengumpulkan data
Tahap IV Interpretasi Data
- Menyusun argumen yang
mendukung data dan hipotesis
- Menyusun argumen yang
mendukung data dan menguji hipotesis
Tahap V Pengembangan Kesimpulan
- Membuat induksi dan
generalisasi
- Membuat induksi dan
generalisasi (Sumber: Joyce et al., 2000: 170)
Menurut Amri (2010: 89-90), terdapat beberapa karakteristik
inkuiri terbimbing, yaitu: (1) mengembangkan kemampuan berfikir siswa,
(2) mempelajari proses dalam mengamati obyek dan menyusun generalisasi,
(3) guru bertugas sebagai pengontrol kegiatan siswa, (4) siswa harus
berusaha mengekplorasi pengetahuannya, (5) kelas digunakan sebagai
tempat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, dan (6) guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
memotivasi siswa untuk mengkomunikasikan hasil yang didapatkan.
Karakteristik inkuiri terbimbing bertujuan untuk mengekplorasi semua
kemampuan yang terdapat dalam diri.
Tahapan proses inkuiri terdapat kemampuan yang dituntut kepada
siswa pada setiap tahapannya yang digunakan sebagai acuan dalam
terlaksananya pembelajaran, terlihat dalam Tabel 2.2
Tabel 2.2 Kemampuan yang Dikembangkan dalam Proses Inkuiri
Tahap Inkuiri Kemampuan yang Dituntut 1. Merumuskan masalah
2. Merumuskan jawaban sementara (hipotesis)
3. Menguji jawaban tentatif
4. Menarik kesimpulan
5. Menerapkan kesimpulan dan generalisasi
1. Kesadaran terhadap masalah 2. Melihat pentingnya masalah 3. Merumuskan masalah 1. Menguji dan menggolongkan jenis data yang
dapat diperoleh 2. Melihat dan merumuskan hubungan yang ada
secara logis 3. Merumuskan hipotesis 1. Merakit peristiwa
a. Mengidentifikasikan peristiwa b. Mengumpulkan dan mengevaluasi data
2. Menyusun data a. Mentranslasi dan menginterpretasi data b. Mengklasifikasikan
3. Analisis data a. Melihat hubungan b. Mencatat persamaan dan perbedaan c. Mengidentifikasikan sekuensi
1. Mencari pola dan makna hubungan 2. Merumuskan kesimpulan
(Sumber: Gulo, 2002: 94-95)
Proses pembelajaran guided inquiry, guru hanya mengawasi dan
sedikit memberi arahan kepada siswa supaya pelaksanaan pembelajaran
sesuai rancangan (Wahyudin, 2010: 59). Adanya berbagai penjelasan
mengenai guided inquiry, maka dapat disimpulkan bahwa dalam inkuiri
terbimbing tugas guru tidak lagi sebagai pemberi materi pembelajaran dan
siswa tidak lagi sebagai penerima materi pembelajaran, tetapi tugas guru
yaitu membuat rancangan pembelajaran atau langkah-langkah percobaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Siswa yang melakukan percobaan atau penyelidikan untuk menemukan
konsep yang telah direncanakan oleh guru.
c. Mind Mapping
Mind mapping merupakan teknik mencatat dengan menggunakan
pemetaan gambar. Teknik mind mapping dilakukan dengan menggabungkan
dan mengembangkan potensi kerja otak. Menurut Buzan (2007: 4), adanya
keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan untuk mengatur
dan mengingat informasi, baik secara tertulis maupun lisan. Ciri-ciri dari
mind mapping adalah penggunaan warna, simbol, bentuk, dan gambar
dalam membuat catatan belajar sehingga akan memudahkan otak dalam
menyerap informasi yang diterima.
Mind mapping yang dibuat oleh siswa bervariasi disebabkan karena
setiap individu berbeda dari segi sikap, emosi, dan kemampuan. Suasana
belajar di kelas juga dapat mempengaruhi dalam pembuatan peta pikiran.
Tugas guru adalah menciptakan suasana menyenangkan sehingga
mendukung kondisi belajar siswa di kelas terutama dalam proses pembuatan
mind map. Ozgul Keles (2012: 99), menambahkan mind mapping dapat
meningkatkan kemampuan berpikir dan kreatifitas siswa dengan adanya
warna yang berbeda-beda pada mind mapping yang dibuat siswa, dan guru
dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan
kreatifitas siswa dengan menggunakan teknik mind mapping.
Beberapa ahli yang mengemukakan tentang mind mapping, yaitu:
Silberman (2002: 188), mengatakan mind map merupakan cara kreatif bagi
siswa untuk menghasikan ide, mencatat hasil pelajaran, atau merencanakan
suatu percobaan. Ide didapatkan ketika dalam proses belajar berlangsung
dan digunakan untuk membuat peta pikiran yang dapat mempermudah
dalam belajar. DePorter (2011: 153), mengatakan peta pikiran merupakan
teknik yang dapat digunakan untuk mengekplorasi seluruh kemampuan otak
siswa. Pembuatan peta pikiran membutuhkan kreatifitas dan imajinasi
sehingga siswa dapat mengeksplorasi semua kemampuan dan diaplikasikan
dalam bentuk peta pikiran. Naim (2009), menambahkan adanya kombinasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
warna, simbol yang digunakan dalam pembuatan, dan bentuk dari mind map
yang siswa buat. Penggunaan warna dan simbol ditujukan agar dapat
menarik respon dari otak siswa sehingga dapat mempermudah kinerja otak
siswa dalam menyerap informasi yang didapatkan. Sependapat dengan
penjelasan tersebut, Buzan (2007: 48), menyatakan bahwa mind map
membuat siswa mudah dalam mendapatkan informasi dari lingkungan ke
dalam otak, kemampuan yang dikembangkan dari otak kiri yaitu siswa dapat
menganalisis, melogika, mencerna kata-kata, dan dapat bermain dengan
angka, sedangkan kemampuan otak kanan yang dikembangkan adalah siswa
dapat berimajinasi, membedakan warna, dan mengerjakan tugas dari guru.
Informasi yang didapatkan akan dipetakan dan diingat oleh otak siswa
karena otak lebih mudah mengingat informasi berbentuk gambar.
Proses pembelajaran akan lebih efektif apabila disertai dengan
suatu catatan. Catatan akan mempermudah siswa memahami, mengingat,
merencanakan, dan menemukan ide-ide baru. Selama ini catatan yang dibuat
siswa masih tergolong kurang efektif karena berupa uraian panjang yang
tersusun banyak kalimat dan dapat membingungkan saat mempelajari
catatan kembali tetapi mind map memberikan solusinya. Menurut Buzan
(2007: 4), mind map merupakan teknik mencatat yang kreatif dan efektif
dengan memetakan pikiran disertai penggunaan simbol, garis, kata-kata, dan
gambar yang dapat membuat siswa berkreasi sesuai dengan yang dipikirkan.
Belajar menggunakan mind map akan menyenangkan dan meningkatkan
motivasi sehingga berdampak baik yaitu hasil belajar siswa juga meningkat.
Terdapat tujuh langkah dalam membuat mind map menurut Buzan
(2007: 15-20), sebagai berikut: (1) memulai dari bagian tengah kertas
kosong yang diletakkan secara mendatar, (2) menambahkan gambar atau
foto pada bagian tengah, gambar dapat membantu siswa menggunakan
imajinasi, lebih menarik, dan tetap fokus, (3) menggunakan warna, karena
warna sama menariknya dengan gambar, (4) menghubungkan cabang utama
ke gambar pusat, (5) menghubungkan cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat
satu dan dua, (6) membuat garis hubung melengkung, (7) menambahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
kata kunci disetiap cabang, dan (8) memberikan gambar pada setiap ujung
cabang. Penilaian terhadap tujuh langkah dalam membuat mind mapping
berdasarkan beberapa kreteria yang terdapat pada rubrik penilaian mind
mapping. Rubrik penilaian mind mapping dapat dilihat pada Tabel 2.3
Tabel 2.3 Rubrik Penilaian Mind Mapping
Kategori Level 4 Level 3 Level 2 Level 1
Format Peta pikiran
berikut format cabang.
Peta pikiran sebagian
mengikuti format cabang.
Peta pikiran berikut format
lain, seperti lingkaran,
kotak, garis.
Peta pikiran tidak konsisten
mengikuti format dan sulit
dipahami.
Warna
Peta pikiran menggunakan warna berbeda setiap cabang. Peta pikiran
berwarna cerah.
Peta pikiran menggunakan
warna berbeda, beberapa cabang atau warna yang
menjemukan.
Peta pikiran tidak
sepenuhnya diwarnai.
Peta pikiran tidak diwarnai.
Isi
Peta pikiran termasuk poin
utama dari materi.
Peta pikiran menyajikan
beberapa poin utama dari
materi.
Peta pikiran menyajikan poin paling utama dari
materi.
Peta pikiran menyajikan
tidak ada poin utama.
Kata Kunci
Peta pikiran menyajikan
hanya satu kata atau nama per
cabang.
Peta pikiran menyajikan
beberapa kata atau nama pada
beberapa cabang.
Peta pikiran menyajikan
beberapa kata atau nama di
banyak cabang.
Peta pikiran menyajikan
beberapa kata atau nama di
sebagian cabang
Ide
Peta pikiran terpancar dari
tengah halaman. Ide cabang
keluar dari ide lain dengan cara yang logis dan terorganisir.
Peta pikiran terpancar dari
titik pusat. Beberapa ide cabang keluar dari ide lain,
beberapa cabang garis tunggal dari
pusat.
Peta pikiran terpancar dari
titik pusat. Beberapa ide cabang keluar dari ide lain, kebanyakan garis tunggal
dari pusat.
Peta pikiran terpancar dari
titik pusat. Tidak ada ide cabang keluar dari ide lain,
semua cabang memanjang dari
pusat.
Ilustrasi
Peta pikiran termasuk
setidaknya relevan 6
ilustrasi. Ilustrasi membuat peta
pikiran tak terlupakan.
Peta pikiran mencakup minimal 4
ilustrasi yang relevan. Ilustrasi
membuat peta pikiran tak terlupakan.
Peta pikiran termasuk
setidaknya 2 ilustrasi yang relevan yang
membuat peta pikiran tak terlupakan.
Peta pikiran tidak termasuk ilustrasi yang relevan atau
ilustrasi tidak membuat peta
pikiran tak terlupakan.
Kerapian
Peta pikiran sangat rapi,
teratur, dan jelas dibaca.
Peta pikiran agak rapi, teratur,
danjelas dibaca.
Peta pikiran tidak rapi, teratur, dan
dapat dibaca.
Peta pikiran adalah tidak
mudah dibaca.
(Sumber: ALTEC at University of Kansas)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Mind Map termasuk teknik pembelajaran yang mengunakan dalam
membuat catatan belajar dengan perpaduan antara kata, garis lengkung,
gambar, simbol, dan warna sehingga catatan lebih menarik. Contoh mind
map dapat dilihat pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 Teknik pembuatan Mind Map
(Sumber: http://learningfundamentals.com.au)
Manfaat peta pikiran menurut DePorter (2011: 173), antara lain
fleksibel atau mudah dibuat, memusatkan pikiran, dapat meningkatkan
pemahaman siswa dan menyenangkan dalam pembuatannya serta dapat
meningkatkan kreatifitas siswa. Menurut Velliaris (2009), peta pikiran juga
sangat efektif dalam memetakan pengetahuan yang didapatkan dalam proses
pembelajaran agar lebih mudah dalam memahami dan mendapatkan
informasi materi yang diajarkan oleh guru. Purnomo (2008), menambahkan
dengan menggunakan mind mapping siswa akan dapat mengeksplorasikan
seluruh pikiran dan konsep yang didapatkan dalam sebuah gambar yang
berbentuk peta pikiran. Disimpulkan bahwa mind mapping mempunyai
manfaat seperti mempermudah siswa mengingat materi belajar karena siswa
dapat memetakan materi tersebut dalam bentuk gambar, melatih kreatifitas
dan imajinasi sehingga kemampuan siswa dapat diekplorasi secara optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
4. Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat diartikan suatu keadaan yang mendorong,
merangsang, dan menggerakan seseorang untuk belajar sesuatu atau melakukan
kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi dalam kegiatan belajar dapat
diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak diri siswa yang memberikan
arah dalam kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan belajar dapat tercapai.
Motivasi merupakan faktor yang dapat meningkatkan hasil belajar
siswa, dikarenakan siswa akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila
mempunyai motivasi belajar yang tinggi, guru harus mampu membangkitkan
motivasi belajar siswa. Menurut Hamalik (1992: 173), motivasi sebagai
petunjuk yang harus siswa lakukan dalam mencapai tujuan belajar, maka siswa
dapat mencari segala pengetahuan yang ingin didapatkan sehingga tujuan
belajar tercapai. Siregar dan Nara (2010: 49), motivasi adalah keadaan dalam
diri siswa sebagai pendorong untuk melakukan aktivitas guna mencapai tujuan
yang diinginkan. Semakin tinggi motivasi yang didapatkan maka siswa
semakin bersemangat dalam belajar dengan mengekplorasi semua kemampuan
yang ada dalam diri siswa. Uno (2008: 23), menambahkan motivasi merupakan
sebuah dorongan dasar dalam siswa bertingkah laku. Dorongan tersebut dapat
menggerakkan siswa melakukan sesuatu hal supaya dapat menjadi hal baik
untuk diri sendiri dan orang lain. Uraian tersebut dapat diartikan bahwa
motivasi adalah adanya perubahan energi yang terjadi dalam diri seseorang
sebagai penggerak dan pengarah yang mendorong seseorang untuk bertingkah
laku, sehingga motivasi merupakan sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan
segala aktivitas terutama bagi siswa dalam hal belajar.
Berdasarkan pengertian dan analisis tentang motivasi, maka Hamalik
(2003:162) menjelaskan motivasi terdapat dua jenis, yaitu: (1) motivasi
intrinsik, motivasi yang terdapat dalam diri siswa dan dapat digunakan dalam
situasi belajar, dan (2) motivasi ekstrinsik, motivasi yang disebabkan oleh
faktor-faktor dari luar situasi belajar. Motivasi baik intrinsik atau ekstrinsik
sangat mempengaruhi motivasi saat siswa belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Terdapat nilai yang terdapat dalam motivasi, yaitu: (1) motivasi
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa, (2) pembelajaran yang
mempunyai ciri motivasi adalah bagaimana guru mengajar sesuai dengan
kebutuhan siswa, (3) guru berperan dalam membangkitkan motivasi belajar
supaya siswa dapat berkreatifitas dengan baik, (4) berhasil atau gagalnya dalam
membangkitkan motivasi siswa dapat dipengaruhi oleh situasi pembelajaran di
kelas, dan (5) penggunaan motivasi menjadi faktor yang menentukan proses
belajar supaya menjadi efektif (Hamalik, 2003: 161-162).
Disimpulkan bahwa fungsi dari motivasi belajar pada diri siswa, yaitu:
(1) motivasi berfungsi untuk merubah dari yang semula tidak bisa menjadi bisa
dengan belajar, (2) motivasi berfungsi sebagai pengarah yang akan membuat
aktivitas dalam belajar semakin baik, dan (3) motivasi berfungsi sebagai
penggerak dimana yang semula tidak mau belajar menjadi mau untuk belajar.
5. Hasil Belajar Biologi
Hasil belajar merupakan kemampuan yang siswa peroleh setelah
proses belajar berlangsung yang siswa lakukan di kelas sehingga dapat
memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, dan
keterampilan pada diri siswa supaya lebih baik dari sebelumnya. Sudjana
(2010: 22), menyatakan hasil belajar merupakan pengembangan kemampuan
yang siswa miliki sebagai siswa untuk menerima pengalaman belajar.
Terdapat lima kreteria dari hasil belajar, yaitu: (1) keterampilan
intelektual, mencangkup konsep belajar, prinsip dalam memecahan suatu
permasalahan, (2) strategi kognitif, kemampuan untuk memecahkan masalah
baru dengan jalan mengatur proses belajar, mengingat, dan berpikir, (3)
informasi vebral, kemampuan mendiskripsikan sesuatu dengan menggunakan
kata-kata, (4) keterampilan motorik, kemampuan mengkoordinasikan gerakan
yang berhubungan dengan otot, dan (5) sikap, kemampuan internal yang dapat
mempengaruhi tingkah laku (Aunurrahman, 2009: 47).
Hasil belajar pada awalnya melibatkan dua aspek dalam pembelajaran,
yaitu guru dan siswa yang menghasilkan suatu perubahan pada diri siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran. Berdasarkan Permendiknas Nomor.
20 tahun 2007 dinyatakan: "Standar penilaian pendidikan adalah standar
nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik". Penilaian hasil belajar peserta
didik dilaksanakan berdasarkan standar penilaian pendidikan yang berlaku
secara nasional untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik yang
berupa ulangan dan atau ujian. Menurut Widiyoko (2009: 29), menyatakan
berbagai perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai hasil proses
pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu output dan outcome. Output
terdiri dari hard skills dan soft skills yang dimiliki siswa dan outcome berupa
social achievement dalam bersosialisasi dengan masyarakat. Berarti belajar
bukan hanya meningkatkan hasil belajar yang siswa dapatkan ketika di sekolah
tetapi dapat meningkatkan rasa sosial siswa di dalam bermasyarakat.
Hakikat hasil belajar biologi adalah ketercapaian siswa dalam
menguasai konsep belajar dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-
hari. Hasil belajar menurut Bloom meliputi ranah afektif, psikomotor, dan
kognitif siswa, yaitu: (1) ranah kognitif menurut Yamin (2008: 33-36),
knowledge (mengingat atau pengetahuan), comprehension (mengerti atau
pemahaman), application (memakai atau penerapan), analysis (menganalisis
atau menguraikan), synthesis (mencipta atau merencanakan), evaluation
(menilai), (2) ranah afektif, receiving (menerima), responding (menanggapi),
valuing (menghargai), organization (mengorganisasikan), characterization
(menghayati), dan (3) ranah psikomotor menurut Sardiman (2001: 23-24),
initiatory level, pre-routine level, routinized level.
Menurut Suciati (2010: 240), menyatakan hasil belajar sains
mengembangkan keterampilan yang dimiliki siswa, meliputi: (1) keterampilan
mengamati (observation), melibatkan lima panca indra siswa, (2) keterampilan
mengelompokkan (classification), berupa keterampilan dalam mencari
perbedaan, kesamaan, atau membandingkan, (3) keterampilan menafsirkan
(interpretation), berupa mencatat hasil pengamatan, dan menghubungkan hasil
pengamatan, (4) keterampilan meramalkan (prediction), berupa mengajukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
perkiraan berdasarkan pola yang sudah ada, (5) keterampilan bertanya
(question), berupa penjelasan tentang sesuatu hal, mengapa, atau bagaimana
hal tersebut dapat terjadi, (6) keterampilan berhipotesis (hypothesis), berupa
mengajukan perkiraan penyebab suatu hal dapat terjadi, (7) keterampilan
melakukan percobaan (eksperimen), berupa melakukan pengamatan atau
merencanakan penelitian, (8) keterampilan berkomunikasi (communication),
berupa menjelaskan hasil percobaan atau menyampaikan laporan secara
sistematis, diharapkan siswa dalam belajar dapat beraktivitas yang melibatkan
keterampilan afektif, psikomotor, dan kognitif. Proses tersebut merupakan
suatu acuan yang akan membimbing siswa dalam mengeksplor kemampuan
yang ada dalam dirinya, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Guru maupun pendidik lainnya perlu mengadakan penilaian terhadap
hasil belajar siswa (Arikunto, 2010: 6). Penilaian hasil belajar mempunyai
makna penting dalam mengetahui prestasi siswa dalam belajar, yaitu: (1) bagi
siswa, hasil belajar dapat mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil dalam
mengikuti pembelajaran, (2) bagi guru, hasil belajar digunakan untuk
mengetahui strategi pembelajaran yang digunakan sudah tepat atau belum, (3)
bagi sekolah, hasil belajar digunakan untuk mengetahui kondisi belajar yang
dicapai oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum.
B. Hasil Penelitian Relevan
Hasil penelitian yang relevan dari berbagai sumber yang didapatkan data
sebagai berikut :
1. Hasil penelitian Guided Inquiry
Hasil penelitian dari Ni Ketut Rapi (2008) yang dilaksanakan pada
kelas X SMA Negeri 2 Singaraja, didapatkan bahwa implementasi model
pembelajaran inkuiri terpimpin dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan,
(1) aktivitas siswa dalam belajar, siklus I nilai rata-rata aktivitas siswa 63
termasuk dalam kualifikasi cukup aktif dan siklus II nilai rata-rata aktivitas
siswa 72 termasuk dalam kualifikasi aktif, (2) respon siswa, siklus I maupun
siklus II termasuk kategori positif, dan (3) hasil belajar siswa pada siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
adalah 69 termasuk kualifikasi cukup dan siklus II adalah 77 termasuk
kualifikasi baik dari siswa kelas X SMA Negeri 2 Singaraja.
Hasil penelitian dari Wahyudin dan Isa (2010) yang dilaksanakan
pada kelas X-1 semester II SMA negeri 14 Semarang, didapatkan hasil
penelitian adalah penerapan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dengam
bantuan multi media dapat meningkatkan minat siswa terhadap pengajaran
diperoleh rata-rata minat siswa sebelum tindakan sebesar 72,90%, Setelah
tindakan nilai rata-rata minat siswa meningkat menjadi 76,81% dan
pemahaman siswa meningkat dari 60% siswa yang dinyatakan tidak paham
pada siklus I menjadi 5% yang dinyatakan tidak paham pada siklus II dari
siswa kelas X-1 semester II SMAN 14 Semarang.
2. Hasil penelitian Mind Mapping
Naim (2009) yang dilaksanakan pada pembelajaran fisika, didapatkan
hasil penelitian adalah Metode Quantum Learning dengan teknik peta pikiran
(mind mapping) mempunyai manfaat untuk meningkatkan potensi akademis
(prestasi belajar) fisika atau potensi kreatif fisika yang terdapat pada diri siswa.
Sutarni (2011) yang dilaksanakan pada kelas 5A SD Kristen 3 BPK
Penabur Jakarta, didapatkan hasil penggunaan mind mapping sangat tepat
untuk mengerjakan soal cerita yang menggunakan konsep bilangan pecahan
sehingga kemampuan siswa meningkat. Mind mapping meningkatkan minat
siswa belajar Matematika, dengan hasil siklus I dan II. Presentase siklus I siswa
dapat mengerjakan soal cerita menggunakan konsep pecahan dengan mind
mapping 62,5% dan presentase siswa tidak dapat mengerjakan soal cerita
menggunakan konsep pecahan dengan mind mapping 37,5%. Presentase siklus
II siswa dapat mengerjakan soal cerita menggunakan konsep pecahan dengan
mind mapping dan alat peraga 87,5% dan presentase tidak dapat mengerjakan
soal cerita menggunakan konsep pecahan dengan mind mapping 12,5%.
Hasil penelitian dari Ratri Rahayu, Amin Suyitno, dan Endang
Sugiharti (2012) yang dilaksanakan pada kelas VIII SMPN 2 Semarang,
didapatkan hasil pembelajaran matematika dengan pembelajaran mind mapping
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dengan berbantuan CD pembelajaran lebih efektif daripada pembelajaran
matematika dengan direct instruction untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik.
C. Kerangka Pikiran
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran dengan mengkolaborasikan
antara kemampuan siswa, kreatifitas siswa, dan keaktifan siswa dalam proses
belajar yakni kegiatan belajar dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam
pembelajaran sehingga motivasi belajar siswa menjadi baik dan meningkatkan
hasil belajar. Siswa tidak hanya diarahkan untuk menguasai atau memahami
materi saja tetapi siswa juga dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan konsep
pembelajaran yang dipelajari dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Permasalahan dalam pembelajaran biologi adalah kurangnya keterlibatan
atau peran aktif siswa dalam belajar. Siswa cenderung pasif yaitu mendengarkan
penjelasan materi dan menulis informasi yang diberikan oleh guru. Kemampuan
berpikir terasa kurang dikembangkan karena guru mendominasi dalam kegiatan
belajar mengajar. Keadaan seperti ini kurang melatih kemampuan siswa sehingga
berpengaruh pada rendahnya hasil belajar. Permasalahan pembelajaran tersebut
harus segera diperbaiki oleh guru dengan memilih model pembelajaran yang tepat
sehingga siswa lebih aktif, kreatif dalam mengembangkan kemampuan berpikir
untuk mengolah informasi yang didapatkan sehingga lebih mudah dalam
memahami materi yang disampaikan dan hasil belajar diharapkan meningkat.
Salah satu alternatif model yang sesuai untuk permasalahan tersebut
adalah model pembelajaran Guided Inquiry disertai Mind Mapping. Guided
Inquiry bertujuan untuk membimbing siswa dalam proses pembelajaran sehingga
belajar siswa dapat terarah dengan baik. Mind mapping yang digunakan hanyalah
untuk mempermudah siswa dalam mengingat materi pembelajaran dengan
membuat catatan yang menarik berupa peta pikiran sesuai dengan imajinasi setiap
siswa, dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan kemampuan ranah
kognitif, efektif, dan psikomotor siswa sehingga meningkatkan hasil belajar yang
dipengaruhi oleh meningkatnya motivasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Alur kerangka pikiran dalam melaksanakan kegiatan penelitian secara
sederhana dapat digambarkan pada Gambar 2.3
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pikiran
HASIL OBSERVASI 1. Guru belum menerapkan model
pembelajaran yang bervariatif sehingga siswa menjadi bosan.
2. Siswa lebih banyak mengobrol daripada mengerjakan tugas dari guru.
3. Ketika guru menerangkan, siswa kurang berkonsentrasi, dengan adanya siswa yang bercanda dengan teman, mengantuk, dll.
4. Kurangnya interaksi antar siswa dan siswa dengan guru.
5. Siswa sering mencontek temannya baik tugas maupun saat ulangan harian.
6. Hasil belajar siswa rendah.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB 1. Guru belum menerapkan metode atau model
pembelajaran yang bervariasi. 2. Siswa terlihat kurang aktif dalam
pembelajaran. 3. Kejenuhan siswa terhadap metode atau
model pembelajaran yang cenderung sama (monoton).
4. Pembelajaran di kelas masih terpusat pada guru (Teacher Center Learning).
5. Siswa malas belajar sebelum diterangkan oleh guru.
PERMASALAHAN PEMBELAJARAN 1. Motivasi belajar siswa kurang yang disebabkan guru belum menerapkan metode
belajar yang variatif. 2. Motivasi siswa yang rendah yang berdampak pada rendahnya hasil belajar yang
didapatkan siswa. 3. Kurangnya minat dan perhatian yang ditunjukkan siswa dengan kurang konsentrasinya
saat pembelajaran biologi berlangsung (motivasi belajar). 4. Siswa tidak mau belajar terlebih dahulu materi yang akan dipelajari di sekolah. 5. Kurangnya interaksi antar siswa dan siswa dengan guru sehingga kurang kondusifnya
kelas.
TARGET Motivasi belajar dan hasil belajar siswa meningkat
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH MELALUI PTK Penerapan Model Pembelajaran Guided Inquiry Disertai Teknik Mind Mapping
MANFAAT
Membimbing siswa lebih aktif, lebih kreatif dalam mengembangkan potensi dalam dirinya untuk mengolah informasi yang didapat.
Melatih siswa menemukan konsep sendiri, dapat memecahkan masalah, dapat mengatasi kebosanan dalam belajar, menarik perhatian, dan membuat siswa belajar dengan sungguh-sungguh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
D. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan dihubungkan dengan permasalahan
yang ada pada proses pembelajaran biologi, bahwa guided inquiry dapat melatih
siswa untuk mengeluarkan semua kemampuan yang terdapat dalam dirinya
dengan bimbingan guru dipadukan dengan mind mapping sehingga siswa dapat
membuat peta pemikiran yang dapat mempermudah dalam pemahaman konsep
pembelajaran biologi. Dasar dari tinjauan pustaka dapat diambil hipotesis yaitu:
1. Penerapan Guided Inquiry disertai Mind Mapping dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali.
2. Penerapan Guided Inquiry disertai Mind Mapping dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali kelas
XI IPA III semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 yang beralamatkan di Jalan
Raya Embarkasi Haji, Donohudan, Ngemplak, Kabupaten Boyolali.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan secara bertahap yang secara garis besar dibagi
menjadi tiga tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan skripsi.
Penjelasan mengenai alokasi waktu penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No Rencana Kegiatan
Tahun Pelajaran 2011/2012 Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Aug
1
Persiapan a. Observasi √ √ b. Koordinasi
peneliti, dan pembimbing
√ √
c. Identifikasi masalah √ √ √
d. Penentuan tindakan
√
e. Pengajuan judul penelitian
√
f. Penyusunan , konsultasi proposal
√ √
g. Pengajuan ijin penelitian
√
2
Pelaksanaan a. Seminar √ b. Pengumpulan
data
√ √
3
Penyusunan a. Analisa data √ √ b. Penulisan
Skripsi
√ √ √
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah kelas XI IPA III Semester II SMA Negeri 1
Ngemplak Boyolali tahun pelajaran 2011/2012. Pemilihan subjek penelitian ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa subjek penelitian mempunyai permasalahan
yang telah teridentifikasi saat observasi dan saran guru mata pelajaran biologi.
C. Data dan Sumber Data
1. Data Penelitian
Data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian merupakan gambaran
keadaan pembelajaran yang sebenarnya (deskriptif). Data yang dikumpulkan
dalam penelitian meliputi data informasi tentang keadaan siswa dilihat dari
aspek kuantitatif dan kualitatif. Aspek kuantitatif yang diukur adalah hasil
penilaian kemampuan siswa berupa aspek kognitif. Aspek kualitatif yang
diukur berupa data hasil observasi, dokumentasi, dan wawancara.
2. Sumber Data
Sumber data dijadikan sebagai sasaran pengumpulan data-data serta
informasi dalam penelitian. Sumber data tersebut meliputi: (a) Tempat dan
peristiwa, berupa catatan observasi dan lembar observasi peneliti mengenai
kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas XI IPA III SMA Negeri 1
Ngemplak Boyolali yang dialami siswa selama penelitian, (b) Informan, berupa
guru biologi dan siswa kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali,
dan (c) Dokumen, meliputi foto dan video kegiatan pembelajaran, silabus,
rencana pelaksanaan pembelajaran, buku pelajaran, laporan penilaian hasil
belajar, hasil angket yang diisi siswa serta hasil wawancara guru dan siswa.
D. Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data meliputi observasi,
angket, tes, wawancara, dan dokumentasi yang didapatkan dari siswa dan guru di
kelas saat kegiatan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
1. Observasi
Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data
yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman gambar.
Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi sistemik yaitu peneliti
bersama guru dalam merancang instrumen observasi yang akan digunakan
pada proses pembelajaran berupa aspek-aspek yang akan diteliti. Rancangan
instrumen yang digunakan berupa lembar observasi tertulis. Pengisian
dilakukan dengan membubuhkan check (√) pada pilihan yang tepat.
Metode observasi dalam penelitian saat observasi di kelas yaitu untuk
mengetahui perilaku dari setiap siswa, keterlibatan siswa dalam kegiatan
kelompok, kerjasama siswa, dan kegiatan guru dalam proses belajar mengajar
di kelas. Kegiatan observasi dilakukan oleh observer dengan mengisi form
yang telah dibuat oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin
dicapai. Observasi dilakukan pada aspek motivasi dan hasil belajar siswa yang
terdiri dari aspek kognitif, aspek psikomotor, dan aspek afektif siswa ketika
belajar di kelas. Selain itu observasi juga diberikan untuk mengetahui tingkat
keterlaksanaan penerapan Guided Inquiry disertai Mind Mapping dalam proses
pembelajaran. Observasi dilakukan oleh empat observer dan guru karena untuk
menghindari adanya subjektivitas.
2. Kuesioner atau Angket
Angket atau kuesioner merupakan suatu daftar pertanyaan untuk
pengumpulan data penelitian yang bisa dilakukan baik secara lisan atau tertulis.
Angket diberikan pada siswa untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan
dengan proses pembelajaran seperti untuk mengetahui aspek yang terkait
dengan motivasi belajar yang terdapat dalam diri siswa.
Angket yang digunakan berupa angket langsung dan sekaligus
memberikan alternatif jawaban. Angket yang digunakan dalam penelitian
mengacu pada Likert. Menurut Sudjana (2010: 81), skala Likert memiliki 5
alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Berpendapat
(TB), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Skor penilaian skala Likert bergantung pada peneliti asalkan dalam
penggunaanya konsisten. Skor untuk pernyataan positif dan negatif adalah
kebalikanya, skala ini dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Teknik Penilaian Angket Skala Likert
Skor Untuk Aspek Yang Dinilai Skor
( + ) ( - ) Sangat Setuju (SS) 5 1 Setuju (S) 4 2 TB (Tidak Berpendapat) 3 3 Tidak Setuju (TS) 2 4 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
(Sumber: Sudjana, 2010: 81)
3. Wawancara
Pengumpulan informasi dari sumber data digunakan wawancara.
Wawancara dilakukan dengan guru dan siswa yang bertujuan mengadakan
informasi balikan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan. Wawancara
berupa wawancara bebas dan dilakukan secara informal kepada guru dan siswa
yang dianggap mewakili. Waktu dan tempat wawancara dilakukan untuk
mendapat masukan dari setiap proses pembelajaran yang dapat dijadikan
refleksi untuk perbaikan pada proses pembelajaran selanjutnya.
Terdapat beberapa hal penting dalam wawancara yaitu: (a) meminta
pendapat guru dan siswa mengenai pelaksanaan proses pembelajaran meliputi
kelebihan, kekurangan, dan hambatan saat kegiatan belajar berlangsung, (b)
meminta pendapat dari guru tentang pelaksanaan pembelajaran diantaranya
adalah kelebihan dan kekurangan serta permasalahan lain yang berhubungan
dengan kegiatan penelitian, dan (c) mendiskusikan hal-hal yang ditemukan
selama observasi, kemudian secara bersama menyamakan persepsi, sehingga
apabila ada kekurangan dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.
4. Tes
Tes digunakan sebagai evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan
terhadap tingkat penguasaan konsep siswa pada materi sistem ekskresi pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
manusia dan hewan. Tes juga digunakan untuk mengetahui capaian hasil
belajar siswa pada ranah kognitif setelah dilakukan proses pembelajaran. Tes
yang dilakukan berupa tes kemampuan awal untuk mengetahui penguasaan
konsep awal dan capaian penguasaan konsep berupa pembuatan rancangan
praktikum, pelaksanaan praktikum, dan hasil dari pembuatan mind mapping
pada materi sistem ekskresi pada manusia dan hewan.
5. Dokumentasi
Dokumentasi meliputi kajian dari berbagai arsip proses pembelajaran
seperti silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, presensi siswa, buku ajar
yang digunakan, dan foto atau rekaman saat kegiatan belajar berlangsung. Alat
dokumentasi yang digunakan adalah kamera dan handycam.
E. Uji Validitas Data
Validitas data dalam penelitian digunakan teknik triangulasi data.
Menurut Moleong (2007: 330), triangulasi data adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data. Triangulasi
dipakai dalam penelitian adalah triangulasi metode yaitu metode pengumpulan
data yang berbeda dan mengarah pada sumber yang sama supaya data yang
didapatkan lebih jelas untuk menguji kebenaran informasinya. Penelitian ini
menggunakan angket, wawancara, dan observasi selama kegiatan belajar. Lebih
jelasnya mengenai skema triangulasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2
Gambar 3.2 Skema Triangulasi Metode (Sumber: Sutopo, 2002: 81)
Angket
Wawancara
Observasi
Siswa Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
F. Analisis Data
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipakai yaitu Penelitian Tindakan
Kelas (classroom action research), maka teknik analisis data yang relevan dan
yang digunakan adalah teknik analisis diskriptif, data berupa kalimat yang akan
memberi gambaran tentang keadaan pembelajaran (Arikunto, 2011: 131). Analisis
data dilakukan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan peneliti
yaitu meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa yang berupa ranah
kognitif, ranah psikomotor, dan ranah afektif.
G. Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas menurut Arikunto (2008: 16), terdiri dari tiga
siklus yang dilakukan dengan empat tahapan yaitu: (1) perencanaan (planning),
(2) pelaksanaan tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi
(reflecting). Tahapan dari siklus penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap perencanaan
Berdasarkan hasil identifikasi masalah dari kegiatan observasi yang
telah dilakukan sebelumnya, alternatif pemecahan masalah yang diajukan
adalah dengan penerapan Guided Inquiry disertai Mind Mapping untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi
pada pokok bahasan sistem ekskresi pada manusia dan hewan
Perencanaan penelitian dimulai pada bulan Februari sampai April
2012. Selama tiga bulan diadakan perencanaan penelitian seperti penyusunan
perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman pembelajaran
berupa, (a) silabus sebagai pedoman dalam pembuatan rencana pelaksanaan
pembelajaran selama penelitian, (b) rencana pelaksanaan pembelajaran yang
dibuat pada setiap siklusnya. Siklus I dirancang dari kegiatan merancang
percobaan, pelaksanaan percobaan, dan pembuatan mind mapping. Pembuatan
perencanaan penelitian pada siklus berikutnya yaitu menanti hasil dari refleksi
pelaksanaan pada siklus I sebagai perbaikan siklus selanjutnya, dan (c) lembar
kerja siswa dan soal pilihan ganda untuk menilai hasil belajar siswa dalam
memahami materi yang dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Penyusunan instrumen penelitian yaitu seperti: (a) lembar observasi,
digunakan untuk menilai proses kegiatan pembelajaran di kelas baik guru
maupun siswa, hasil belajar siswa ranah afektif dan psikomotor, (b) angket,
berupa angket motivasi untuk mengetahui seberapa besar motivasi siswa dalam
belajar, (c) wawancara, digunakan untuk mengetahui secara langsung informasi
tentang proses belajar siswa dan proses guru mengajar, dan (d) dokumentasi,
berupa gambar dan video tentang kegiatan pembelajaran di kelas.
2. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian pada awal bulan Mei tahun 2012. Materi
yang digunakan dalam penelitian adalah sistem ekskresi pada manusia dan
hewan. Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 02 Mei 2012, pada siklus
ini siswa dibagi menjadi 5 kelompok secara heterogen, kemudian siswa
diperlihatkan banyak data seperti gambar dan wacana tentang sistem ekskresi
pada manusia untuk uji pH dan kandungan urin manusia, membimbing siswa
untuk merumuskan masalah berdasarkan wacana, menyusun hipotesis sehingga
dapat membuat suatu rancangan percobaan sendiri sebagai tugas kelompok di
rumah, guru membimbing siswa untuk melakukan kegiatan praktikum dengan
mempersiapkan alat dan bahan sesuai rancangan percobaan yang telah dibuat,
membimbing siswa untuk melakukan percobaan, pembuatan mind mapping,
dan melakukan evaluasi.
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 08 Mei 2012, pada siklus ini siswa
berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing-masing, kemudian siswa
diperlihatkan banyak data seperti gambar dan wacana tentang organ ekskresi
pada burung dara, membimbing siswa untuk merumuskan masalah berdasarkan
wacana, menyusun hipotesis sehingga dapat membuat suatu rancangan
percobaan sendiri sebagai tugas kelompok di rumah, guru membimbing siswa
untuk melakukan praktikum dengan mempersiapkan alat dan bahan sesuai
rancangan percobaan yang telah dibuat, membimbing siswa untuk melakukan
percobaan, pembuatan mind mapping, dan melakukan evaluasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Siklus III dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2012, pada siklus ini
siswa berkelompok sesuai dengan kelompoknya, kemudian siswa diperlihatkan
banyak data seperti gambar dan wacana tentang organ ekskresi pada marmut,
membimbing siswa merumuskan masalah berdasarkan wacana, menyusun
hipotesis sehingga dapat membuat suatu rancangan percobaan sendiri sebagai
tugas kelompok di rumah, guru membimbing siswa untuk melakukan
praktikum dengan mempersiapkan alat dan bahan sesuai rancangan percobaan
yang telah dibuat, membimbing siswa untuk melakukan percobaan, pembuatan
mind mapping, dan melakukan evaluasi.
3. Tahap pengamatan
Tahap pengamatan dilaksanakan pada setiap siklus penelitian yaitu
siklus I pada hari Rabu tanggal 02 Mei 2012, siklus II pada hari Selasa tanggal
08 Mei 2012, dan siklus III pada hari Rabu tanggal 16 Mei 2012. Pengamatan
menggunakan angket dan lembar observasi. Angket digunakan untuk
mengukur motivasi belajar dari segi siswa, lembar observasi untuk mengukur
hasil belajar siswa yang meliputi ranah afektif dan psikomotor, serta hasil
belajar siswa ranah kognitif dari hasil ulangan harian dan mind mapping siswa.
Pengamatan juga mengambil data kegiatan pembelajaran berupa gambar dan
video dari guru dan siswa yang digunakan untuk mendukung data angket dan
observasi di kelas XI IPA III.
Pengamatan dilakukan oleh empat orang observer dan satu orang
sebagai dokumentator. Hal ini digunakan untuk meminimalkan kesamaan data
atau menjaga validitas data yang didapatkan selama penelitian. Setiap
pertemuan membutuhkan waktu 2 x 45 menit yaitu mulai dari kegiatan
pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Berikut ini merupakan gambar
ruang kelas yang digunakan penelitian dan dapat dilihat pada gambar 3.2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Gambar 3.3 Skema Ilustrasi Penerapan Model Pembelajaran Guided Inquiri
Disertai Mind Mapping pada Kelas XI IPA III
4. Tahap refleksi
Tahapan refleksi meliputi kegiatan yang mengulas perubahan dan
permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran meliputi motivasi belajar
dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi mengalami peningkatan
atau belum serta keterlaksanaan Guided Inquiry disertai Mind Mapping yang
sudah berjalan dengan baik atau belum. Apabila belum terlaksana dengan baik
dan hasil yang didapatkan belum sesuai maka perlu diadakan refleksi yang
akan dilaksanakan oleh guru, observer yang mengamati proses pembelajaran
berlangsung, dan beberapa siswa mendiskusikan pemecahan masalah supaya
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa serta keterlaksana
pembelajaran sehingga sesuai dengan rencana. Tahap refleksi ini dilaksanakan
setiap siklus berakhir atau berakhirnya proses pembelajaran.
Gambar pelaksanaan penelitian di SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali
secara sederhana dapat dilihat pada gambar Gambar 3.3
Papan Tulis
Kelompok I Kelompok V
Kelompok II Kelompok IV
Kelompok III
P i n t u
Dokumentator
Observer
Observer
Observer
Observer
P i n t u
Meja Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Perencanaan Penyusunan instrument pembelajaran: 1. lembar observasi, 2. angket motivasi
belajar siswa, 3. pedoman
wawancara, 4. silabus, 5. rencana
pelaksanaan pembelajaran siklus I
Refleksi Mengemukakan hasil yang diperoleh pada siklus I. Menganalisis pencapaian target pada siklus I. Jika target belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan pada siklus II.
Pelaksanaan & Observasi
Perapankan Guided Inquiry disertai Mind
Mapping
Evaluasi & Analisis Evaluasi dan analisis data yang diperoleh melalui observasi,
angket, dan wawancara.
Plan
Act & Observe
Reflect
Siklus I
Perbaikan perencanaan pembelajaran
berdasarkan refleksi siklus I
Refleksi Mengemukakan hasil yang diperoleh pada siklus II. Menganalisis pencapaian target pada siklus II. Jika target belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan pada siklus III
Pelaksanaan & Observasi
Perapankan Guided Inquiry disertai Mind
Mapping
Evaluasi & Analisis Evaluasi dan analisis data yang diperoleh melalui observasi,
angket, dan wawancara.
Revised
Plan
Act & Observe
Reflect
Siklus II
Perbaikan perencanaan pembelajaran
berdasarkan refleksi siklus II
Refleksi Mengemukakan hasil yang diperoleh pada siklus III. Menganalisis pencapaian target pada siklus III. Target sudah tercapai, maka penelitian dihentikan pada siklus III.
Pelaksanaan & Observasi
Perapankan Guided Inquiry disertai Mind
Mapping
Evaluasi & Analisis Evaluasi dan analisis data yang diperoleh melalui observasi,
angket, dan wawancara.
Revised
Plan
Act & Observe
Reflect
Siklus III
Siklus dihentikan pada siklus III dengan peningkatan motivasi dan hasil belajar ≥75% Tindak lanjut yaitu perbaikan pembelajaran oleh guru Biologi setelah penelitian
Gambar 3.4 Skema Siklus Pelaksanaan Penelitian (Sumber: Sukardi, 2011: 214-215)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
H. Indikator Capaian Penelitian
Indikator keberhasilan penelitian adalah indikator peningkatan motivasi
dan hasil belajar biologi siswa. Menurut BSNP (2006: 13), menyatakan bahwa
suatu kelas dinyatakan berhasil apabila ≥75% siswanya mencapai ketuntasan
minimal, sehingga dikatakan berhasil dan meningkat jika tiap akhir siklus
menunjukkan keberhasilan dalam belajar sebesar ≥75%. Indikator keberhasilan
yang diinginkan peneliti dalam penelitian yang dilakukan di kelas XI IPA III
SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali dapat dinyatakan dalam Tabel 3.2
Tabel 3.2 Indikator Keberhasilan Penelitian
No Aspek yang diukur Target (%)
Cara Mengukur
1
Motivasi Belajar Siswa a. Minat terhadap masalah b. Tekun dan ulet menghadapi kesulitan c. Senang mencari dan memecahkan masalah d. Adanya hasrat dan keinginan melakukan kegiatan e. Adanya dorongan dan kebutuhan melakukan
kegiatan f. Adanya ganjaran atau hukuman dari guru g. Penghargaan dan penghormatan atas diri h. Adanya kegiatan yang menarik
75 70 75 70 70
65 70 75
Diukur dari angket dan lembar observasi dan dihitung dari jumlah siswa yang mencapai indikator.
2
Ranah Kognitif a. Pembuatan mind mapping b. Menjawab soal evaluasi pilihan ganda c. Ketuntasan belajar siswa Ranah Psikomotor a. Membuat rumusan masalah b. Membuat hipotesis c. Membuat rancangan percobaan d. Melakukan percobaan e. Mengamati percobaan f. Mengkomunikasikan kesimpulan hasil percobaan
dalam bentuk mind mapping Ranah Afektif a. Teliti dalam melakukan investigasi b. Menghargai pendapat teman c. Berinteraksi dengan teman d. Bekerjasama
75 75 75
75 75 75 75 75 75
75 70 70 75
Diukur dari lembar penilaian. Diukur dari lembar observasi dan kembar kerja siswa dan dihitung dari jumlah siswa yang mencapai indikator. Diukur dari lembar observasi dan dihitung dari jumlah siswa yang mencapai indikator.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra-Siklus)
Kondisi awal pelaksanaan pembelajaran di kelas XI IPA III SMA Negeri
1 Ngemplak Boyolali sebelum diterapkannya Guided Inquiry disertai Mind
Mapping yaitu kegiatan guru menjelaskan materi pembelajaran dan siswa hanya
mendengarkan dan mencatat penjelasan guru sehingga pembelajaran masih belum
student center, akibatnya aktivitas belajar siswa masih rendah sehingga hasil
belajar siswa juga menjadi kurang optimal.
Hasil pra-siklus proses pembelajaran siswa terhadap motivasi dan hasil
belajar siswa didukung data hasil pengamatan dan dijabarkan sebagai berikut:
1. Hasil Belajar Siswa
Hasil pra-siklus mengenai hasil belajar siswa kelas XI IPA III SMA
Negeri 1 Ngemplak Boyolali, ditunjukkan dengan persentase setiap indikator
hasil belajar siswa berupa ranah afektif, ranah psikomotor, dan ranah kognitif.
a. Ranah Afektif
Persentase capaian setiap indikator hasil belajar siswa ranah afektif
berdasarkan lembar observasi pra-siklus dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Persentase Capaian Indikator Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Berdasarkan Lembar Observasi Pra-Siklus
No Indikator Persentase (%)
Pra-Siklus 1 Teliti dalam melakukan investigasi melalui percoban 0,00 2 Menghargai pendapat teman yang lain 61,67
3 Berinteraksi dengan teman yang lain dalam kegiatan pembelajaran
59,17
4 Bekerjasama saat melakukan percobaan 0,00 Jumlah Total 120,83
Rata-rata 60,42
Berdasarkan data pada Tabel 4.1 menunjukkan persentase hasil
capaian rata-rata dari dua indikator yang diamati sebesar 60,42% yaitu
menghargai pendapat teman dan berinteraksi dengan teman yang lain dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
kegiatan pembelajaran, dua indikator lainnya belum dapat diamati karena
saat pra-siklus proses pembelajaran belum melakukan percobaan.
b. Ranah Psikomotor
Hasil belajar siswa ranah psikomotor pada pra-siklus belum bisa
diamati karena belum ada kegiatan merancang percobaan sehingga penilaian
dari setiap indikator yang dibuat sesuai rancangan belum bisa dilaksanakan.
c. Ranah Kognitif
Persentase hasil belajar siswa ranah kognitif dan ketuntasan belajar
siswa berdasarkan nilai mid semester dapat dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Persentase Capaian Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Berdasarkan Hasil Mid Semester
No Indikator Persentase (%)
Pra-Siklus 1 Hasil ulangan harian siswa 77,03 2 Ketuntasan belajar siswa 51,72
Jumlah Total 128,76 Rata-rata 64,38
Berdasarkan data pada Tabel 4.2 menunjukkan hasil yang diambil
dari nilai mid semester, diketahui dari 29 siswa hanya 14 siswa yang
nilainya masih di bawah batas ketuntasan belajar sebesar 75% sehingga
persentase siswa yang tuntas adalah 51,72% tetapi persentase hasil ulangan
harian 77,03% dikarenakan nilai terendah 67 dan nilai tertinggi sebesar 88.
2. Motivasi Belajar Siswa
Hasil penilaian angket merupakan penjabaran yang bersumber dari
dua aspek motivasi belajar yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik kemudian
dijabarkan menjadi beberapa indikator yang dibuat menjadi butir soal angket
dan pengisian angket berdasarkan sudut pandang siswa. Persentase capaian
setiap indikator motivasi belajar siswa berdasarkan angket pra-siklus dapat
dilihat pada Tabel 4.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabel 4.3 Persentase Capaian Indikator Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan Angket Pra-Siklus
No Indikator Persentase (%)
Pra-Siklus 1 Minat siswa terhadap masalah 64,67 2 Tekun dan ulet dalam menghadapi kesulitan 63,89 3 Senang mencari dan memecahkan masalah 66,40 4 Adanya hasrat dan keinginan melakukan kegiatan 52,83 5 Adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan 66,67 6 Adanya ganjaran atau hukuman dari guru 61,00 7 Penghargaan dan penghormatan atas diri 66,00 8 Adanya kegiatan yang menarik 68,00
Jumlah Total 509,46 Rata-rata 63,68
Berdasarkan data pada Tabel 4.3 menunjukkan capaian motivasi
belajar siswa berdasarkan angket. Hasil rata-rata capaian semua indikator
adalah 63,68%. Terdapat dua indikator yang di bawah rata-rata yaitu adanya
hasrat dan keinginan melakukan kegiatan sebesar 52,83% dan adanya ganjaran
atau hukuman dari guru sebesar 61,00%. Masih adanya indikator di bawah
rata-rata menunjukkan kurangnya keinginan siswa melakukan kegiatan dan
kurangnya ganjaran atau hukuman yang diberikan oleh guru kepada siswa.
B. Deskripsi Hasil Penelitian Tiap Siklus
1. Deskripsi Siklus I
Siklus I terdiri dari kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan
(acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).
a. Perencanaan
Perencanaan siklus I meliputi penyusunan perangkat pembelajaran
dan perangkat penelitian. Perangkat pembelajaran yaitu silabus dan rencana
pelaksanan pembelajaran yang digunakan pada proses belajar dengan materi
sistem ekskresi manusia berupa uji kandungan urin manusia. Penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan jalannya model
Guided Inquiry disertai Mind Mapping. Siklus I dilaksanakan pada hari
Rabu, tanggal 02 Mei 2012, pukul 07.00 WIB di Laboratorium Biologi
SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Penyusunan perangkat penelitian meliputi lembar observasi hasil
belajar siswa berupa ranah afektif dan psikomotor, hasil belajar siswa ranah
kognitif, angket motivasi belajar siswa, serta wawancara guru dan siswa.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus I berdasarkan penerapan Guided Inquiry disertai
Mind Mapping dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan dengan alokasi waktu
2 x 45 menit. Pembelajaran diawali guru mengucap salam, memberikan
apersepsi dan motivasi kepada siswa serta membahas sedikit materi yang
dipelajari minggu sebelumnya, kemudian meminta siswa mengeluarkan
tugas membuat rancangan percobaan uji kandungan urin manusia yang
sebelumnya sudah dikoreksi guru dan sudah diberikan kepada siswa pada
hari sebelumnya untuk dipelajari kembali. Prosedur yang digunakan pada
pembelajaran siklus I adalah percoban uji kandungan urin manusia dengan
cara siswa berkelompok sesuai dengan kelompoknya dan melakukan
percobaan sesuai rancangan percobaan yang telah dibuat, kemudian guru
membagikan lembar kerja siswa sebagai pengumpulan data percobaan,
membimbing siswa mempersiapkan alat dan bahan untuk praktikum,
membimbing melakukan investigasi, dan membimbing siswa melakukan
percobaan uji kandungan urin manusia supaya praktikum berjalan baik dan
sesuai dengan rancangan percobaan yang telah dibuat.
Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk
menganalisis data hasil praktikum, guru menggunakan teknik brainstorming
supaya siswa dapat menemukan konsep-konsep berdasarkan jawaban pada
lembar kerja siswa. Konsep-konsep tersebut kemudian digunakan siswa
untuk menyimpulkan hasil percobaan dalam bentuk mind mapping dengan
bimbingan guru, kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil mind
mapping yang telah dibuat kepada teman-temannya dan selanjutnya guru
mengkonfirmasi hasil kesimpulan dari presentasi siswa sambil meluruskan
konsep-konsep belajar yang belum tepat. Akhir pembelajaran siklus I adalah
guru memberikan evaluasi tentang materi yang telah dipelajari dan
memberikan penjelasan mengenai materi yang belum dimengerti oleh siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
serta memberikan ulangan harian untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa terhadap materi yang dipelajari. Setelah siswa mengerjakan ulangan
harian kemudian guru memberikan tugas kelompok untuk dikerjakan di
rumah yaitu membuat rancangan pengamatan organ ekskresi pada burung
dara dengan batas pengumpulan hari Sabtu.
c. Observasi
Observasi siklus I dilakukan dengan pengamatan langsung dan
penyebaran angket pada akhir siklus yang digunakan untuk mengetahui
seberapa besar motivasi belajar siswa terhadap penerapan Guided Inquiry
disertai Mind Mapping. Pengamatan keterlaksanaan sintaks guided inquiry
terhadap pelaksanaan pembelajaran oleh guru. Berikut ini merupakan hasil
observasi siklus I:
1) Hasil Belajar Siswa
(a) Ranah Afektif
Persentase capaian dari hasil belajar siswa ranah afektif
berdasarkan lembar observasi siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Persentase Capaian Indikator Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Berdasarkan Lembar Observasi Siklus I
No Indikator Persentase (%)
Siklus I 1 Teliti dalam melakukan investigasi melalui percoban 60,83 2 Menghargai pendapat teman yang lain 66,67
3 Berinteraksi dengan teman yang lain dalam kegiatan pembelajaran
65,00
4 Bekerjasama saat melakukan percobaan 64,17 Jumlah Total 256,67
Rata-rata 64,17
Berdasarkan data pada Tabel 4.4 menunjukkan keselurunan
nilai capaian dari setiap indikator, capaian tertinggi yaitu menghargai
pendapat teman yang lain sebesar 66,67% dan terendah adalah teliti
dalam melakukan investigasi melalui percoban sebesar 60,83%. Rata-
rata hasil setiap indikator sebesar 64,17% yang tergolong masih
rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
(b)Ranah Psikomotor
Persentase capaian dari hasil belajar siswa ranah psikomotor
berdasarkan lembar observasi siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Persentase Capaian Indikator Ranah Psikomotor Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Lembar Observasi Siklus I
No Indikator Persentase (%)
Siklus I 1 Membuat rumusan masalah 50,00 2 Membuat hipotesis 55,00 3 Membuat rancangan percobaan 60,00 4 Melakukan percobaan 62,50 5 Mengamati percobaan 65,83
6 Mengkomunikasikan kesimpulan hasil percobaan dalam bentuk mind mapping
55,83
Jumlah Total 349,17 Rata-rata 58,19
Berdasarkan data pada Tabel 4.5 menunjukkan hasil capaian
rata-rata dari semua indikator sebesar 58,19%. Terdapat beberapa
indikator yang nilai capaian masih di bawah rata-rata dan keseluruhan
indikator belum memenuhi target capaian, hasil terendah terdapat pada
indikator membuat rumusan masalah sebesar 50,00% dan indikator
tertinggi terdapat pada indikator mengamati percobaan yaitu sebesar
65,83%.
(c) Ranah Kognitif
Persentase capaian dari hasil belajar siswa ranah kognitif
berdasarkan hasil ulangan harian siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.6
Tabel 4.6 Persentase Capaian Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Berdasarkan Hasil Ulangan Harian Siklus I
No Indikator Persentase (%)
Siklus I 1 Hasil ulangan harian siswa 69,83 2 Ketuntasan belajar siswa 56,67
Jumlah Total 126,50 Rata-rata 63,25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Berdasarkan data pada Tabel 4.6 menunjukkan capaian hasil
belajar siswa ranah kognitif berdasarkan hasil ulangan harian siswa
yang mencapai 69,83% dan ketuntasan belajar siswa sebesar 56,67%.
Penilaian hasil belajar siswa ranah kognitif juga diambil dari hasil
mind mapping siswa dapat dilihat pada Tabel 4.7
Tabel 4.7 Persentase Capaian Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Berdasarkan Hasil Mind Mapping Siklus I
No Indikator Persentase (%)
Siklus I 1 Hasil mind mapping siswa 76,20 2 Ketuntasan belajar siswa 80,00
Jumlah Total 156,20 Rata-rata 78,10
Berdasarkan data pada Tabel 4.7 menunjukkan capaian hasil
mind mapping siswa sebesar 76,20% dan ketuntasan belajar siswa
dalam membuat mind mapping sudah baik yaitu mencapai 80,00% dan
sudah memenuhi indikator keberhasilan sebesar 75% sehingga hasil
yang didapatkan baik. Rata-rata yang dihasilkan sebesar 78,10%.
2) Motivasi Belajar Siswa
Hasil penilaian capaian setiap indikator motivasi belajar siswa
berdasarkan angket pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.8
Tabel 4.8 Persentase Capaian Indikator Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan Angket Siklus I
No Indikator Persentase (%)
Siklus I 1 Minat siswa terhadap masalah 71,20 2 Tekun dan ulet dalam menghadapi kesulitan 71,44 3 Senang mencari dan memecahkan masalah 71,60 4 Adanya hasrat dan keinginan melakukan kegiatan 65,33 5 Adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan 69,67 6 Adanya ganjaran atau hukuman dari guru 67,33 7 Penghargaan dan penghormatan atas diri 69,00 8 Adanya kegiatan yang menarik 73,67
Jumlah Total 559,24 Rata-rata 69,91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Berdasarkan data pada Tabel 4.8 menunjukkan persentase
capaian indikator motivasi belajar siswa memalui angket. Terdapat satu
indikator yang sudah memenuhi target capaian yaitu tekun dan ulet
dalam menghadapi kesulitan sebesar 71,44%. Sedangkan indikator yang
lainnya sudah baik tetapi belum mencapai indikator keberhasilan.
d. Refleksi
Hasil pelaksanaan pembelajaran siklus I masih di bawah rata-rata
dan belum memenuhi target indikator keberhasilan tetapi terdapat beberapa
indikator yang sudah memenuhi target. Kurang optimalnya hasil yang
didapatkan pada penerapan Guided Inquiry disertai Mind Mapping yang
membutuhkan kesiapan dari guru dan siswa, sehingga didapatkan hasil yaitu
seringnya siswa bertanya kepada guru tentang cara pelaksanaan praktikum
yang dilakukan. Guru sudah menerapkan guided inquiry tetapi pada bagian
tertentu dari sintaks pembelajaran masih ada yang terlewati sehingga dalam
penerapannya belum optimal.
Hasil refleksi siklus I menunjukkan motivasi dan hasil belajar
siswa menggunakan penerapan Guided Inquiry disertai Mind Mapping
sudah mengalami peningkatan tetapi secara keseluruhan belum mencapai
target indikator keberhasilan. Supaya peningkatan dapat tercapai maka
dilanjutkan pemberian tindakan pada silkus II. Pelaksanaan siklus II
dilakukan dengan sedikit perbaikan terhadap beberapa tindakan untuk
memperbaiki kekurangan pada siklus I sehingga proses pembelajaran dapat
menjadi lebih baik dan hasil yang didapatkan lebih optimal.
Berdasarkan hasil penelitian dari sintaks pembelajaran terhadap
keadaan pembelajaran di kelas, terdapat beberapa kekurangan pada
pelaksanaan siklus I sebagai berikut:
1) Guru belum optimal dalam penyampaian apersepsi dan tujuan
pembelajaran, kurang membimbing siswa dalam melakukan praktikum,
serta kurangnya pengawasan ketika siswa mengerjakan soal evaluasi.
2) Guru kurang memperhatikan kegiatan siswa sehingga siswa cenderung
ramai dan bercanda dengan temannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
3) Siswa masih canggung dalam melaksanakan praktikum dikarenakan
siswa jarang melakukan praktikum.
4) Sintaks pelaksanaan pembelajaran belum terlaksana dengan baik dari
segi guru maupun siswa.
2. Deskripsi Siklus II
Siklus II terdiri dari kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan
(acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).
a. Perencanaan
Hasil penelitian siklus I masih jauh dari batas minimal capaian
indikator keberhasilan tetapi penerapan Guided Inquiry disertai Mind
Mapping sudah berjalan sesuai dengan rancangan, maka diputuskan untuk
melanjutkan pemberian tindakan pada siklus II. Pelaksanaan siklus II
dilakukan dengan memberikan beberapa perlakuan untuk memperbaiki
kekurangan pada pelaksanaan siklus I supaya pembelajaran berjalan dengan
baik. Siklus II dilakukan pada hari Selasa, tanggal 08 Mei 2012, pukul 07.00
WIB di Laboratorium Biologi SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali.
Berdasarkan hasil refleksi siklus I yaitu guru harus mengadakan
perbaikan agar pembelajaran berjalan baik, siswa lebih mempersiapkan diri
dalam mengikuti proses pembelajaran dan memperoleh hasil belajar yang
optimal. Perencanaan sebagai perbaikan siklus II meliputi:
1) Guru lebih memperhatikan sintaks pembelajaran supaya kekurangan
dalam kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
2) Guru lebih memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh siswa supaya
jalannya pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan.
3) Guru lebih banyak memberikan petunjuk sebelum praktikum dimulai
sehingga siswa dalam melaksanakan praktikum dapat sesuai rancangan
yang telah dibuat.
4) Guru lebih memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa dapat
memaksimalkan potensi yang ada dalam diri sehingga mempermudah
siswa dalam belajar dan menyerap materi yang dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Materi yang digunakan pada siklus II adalah sistem ekskresi pada
hewan berupa pengamatan organ ekskresi burung dara. Strategi yang
digunakan masih sama dengan siklus I yaitu penerapan Guided Inquiry
disertai Mind Mapping. Kegiatan pembelajaran siklus II menggunakan
instrumen penelitian berupa silabus, rancangan pelaksanaan pembelajaran,
lembar observasi, dan angket.
b. Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran siklus II merupakan tindak lanjut dari hasil
refleksi sebagai perbaikan pembelajaran siklus I. Pelaksanaan siklus II pada
dasarnya sama dengan pelaksanaan siklus I yaitu model pembelajaran dan
langkah-langkah yang digunakan tetapi terdapat perbaikan pada pelaksanaan
pembelajaran siklus II supaya menjadi lebih baik dari siklus sebelumnya.
Pelaksanaan pembelajaran siklus II berdasarkan penerapan Guided
Inquiry disertai Mind Mapping yang dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan
dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Kegiatan diawali guru melakukan
apersepsi, mengulang sedikit materi yang diajarkan minggu sebelumnya dan
menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Guru meminta siswa
mengeluarkan tugas membuat rancangan percobaan pengamatan organ
ekskresi pada burung dara yang sudah dikoreksi guru dan sudah diberikan
pada hari sebelumnya untuk dipelajari. Prosedur pelaksanaan pembelajaran
siklus II yaitu pengamatan organ ekskresi burung dara, siswa berkelompok
kemudian melakukan pengamatan sesuai dengan rancangan percobaan yang
telah dibuat. Guru membagikan lembar kerja siswa untuk pengumpulan data
pengamatan, kemudian guru membimbing siswa untuk mempersiapkan alat
dan bahan, membimbing dalam melakukan investigasi, dan membimbing
siswa melakukan pengamatan organ ekskresi burung dara supaya kegiatan
pengamatan berjalan dengan baik dan sesuai dengan rancangan percobaan.
Setiap kelompok menganalisis data hasil pengamatan dan guru
menggunakan teknik brainstorming supaya siswa dapat menemukan
konsep-konsep berdasarkan jawaban lembar kerja siswa. Konsep-konsep
digunakan siswa untuk menyimpulkan hasil pengamatan dalam bentuk mind
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
mapping, kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil mind mapping
dan guru mengkonfirmasi hasil presentasi siswa serta meluruskan konsep-
konsep belajar yang belum tepat. Akhir pembelajaran siklus II yaitu guru
memberikan evaluasi dengan memberikan penjelasan tentang materi yang
belum dimengerti serta memberikan ulangan harian untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Setelah siswa
selesai mengerjakan soal ulangan harian kemudian guru memberikan tugas
kelompok untuk dikerjakan di rumah yaitu membuat rancangan pengamatan
organ ekskresi marmut dengan pengumpulan hari Jum’at.
c. Observasi
Observasi siklus II dilakukan dengan pengamatan langsung yaitu
selama proses pembelajaran dan penilaian berdasarkan indikator yang
terdapat pada lembar observasi. Keterlaksanan sintaks pembelajaran guided
inquiry dinilai dari proses pembelajaran yang guru lakukan dengan langkah-
langkah yang terdapat pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Penyebaran
angket dilakukan pada akhir siklus pembelajaran yang digunakan untuk
mengetahui motivasi belajar siswa terhadap penerapan Guided Inquiry
disertai Mind Mapping. Berikut ini merupakan hasil observasi siklus II:
1) Hasil Belajar Siswa
(a) Ranah Afektif
Persentase dari hasil belajar siswa ranah afektif berdasarkan
lembar observasi siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.9
Tabel 4.9 Persentase Capaian Indikator Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Berdasarkan Lembar Observasi Siklus II
No Indikator Persentase (%)
Siklus II 1 Teliti dalam melakukan investigasi melalui percoban 71,67 2 Menghargai pendapat teman yang lain 73,33
3 Berinteraksi dengan teman yang lain dalam kegiatan pembelajaran
69,17
4 Bekerjasama saat melakukan percobaan 70,83 Jumlah Total 285,00
Rata-rata 71,25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Berdasarkan data pada Tabel 4.9 menunjukkan capaian rata-
rata hasil belajar siswa ranah afektif sebesar 71,25%. Hasil siklus II
didapatkan satu indikator yang sudah memenuhi target capaian
sebesar 70% yaitu menghargai pendapat teman yang lain.
(b)Ranah Psikomotor
Persentase hasil belajar siswa ranah psikomotor berdasarkan
lembar observasi siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.10
Tabel 4.10 Persentase Capaian Indikator Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor Berdasarkan Lembar Observasi Siklus II
No Indikator Persentase (%)
Siklus II 1 Membuat rumusan masalah 75,00 2 Membuat hipotesis 75,00 3 Membuat rancangan percobaan 75,00 4 Melakukan percobaan 73,33 5 Mengamati percobaan 70,83
6 Mengkomunikasikan kesimpulan hasil percobaan dalam bentuk mind mapping
63,33
Jumlah Total 432,50 Rata-rata 72,08
Berdasarkan data pada Tabel 4.10 menunjukkan sebagian
besar hasil yang didapatkan sudah memenuhi rata-rata. Terdapat 3
indikator sesuai target yaitu membuat rumusan masalah, membuat
hipotesis, dan membuat rancangan percobaan sebesar 75,00%.
(c) Ranah Kognitif
Persentase dari hasil belajar siswa ranah kognitif berdasarkan
hasil ulangan harian siswa siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.11
Tabel 4.11 Persentase Capaian Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Berdasarkan Hasil Ulangan Harian Siklus II
No Indikator Persentase (%)
Siklus II 1 Hasil ulangan harian siswa 77,17 2 Ketuntasan belajar siswa 70,00
Jumlah Total 147,17 Rata-rata 73,58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Berdasarkan data pada Tabel 4.11 menunjukkan persentase
capaian hasil belajar siswa melalui ulangan harian sudah memenuhi
target tetapi ketuntasan belajar siswa belum memenuhi capaian
sebesar 75%. Penilaian hasil belajar siswa juga menggunakan hasil
mind mapping yang dibuat siswa dapat dilihat pada Tabel 4.12
Tabel 4.12 Persentase Capaian Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Berdasarkan Hasil Mind Mapping Siklus II
No Indikator Persentase (%)
Siklus II 1 Hasil mind mapping siswa 79,40 2 Ketuntasan belajar siswa 100,00
Jumlah Total 179,40 Rata-rata 89,70
Berdasarkan data pada Tabel 4.12 menunjukkan capaian hasil
mind mapping dan didapatkan hasil mind mapping sudah baik dengan
persentase sebesar 79,40%. Ketuntasan belajar siswa dalam membuat
mind mapping sudah optimal yaitu sebesar 100% sehingga sudah
memenuhi capaian indikator keberhasilan sebesar 75,00%.
2) Motivasi Belajar Siswa
Hasil penilaian capaian setiap indikator motivasi belajar siswa
berdasarkan angket siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.13
Tabel 4.13 Persentase Capaian Indikator Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan Angket Siklus II
No Indikator Persentase (%)
Siklus II 1 Minat siswa terhadap masalah 77,33 2 Tekun dan ulet dalam menghadapi kesulitan 76,00 3 Senang mencari dan memecahkan masalah 76,53 4 Adanya hasrat dan keinginan melakukan kegiatan 67,83 5 Adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan 74,67 6 Adanya ganjaran atau hukuman dari guru 68,67 7 Penghargaan dan penghormatan atas diri 71,33 8 Adanya kegiatan yang menarik 79,00
Jumlah Total 591,37 Rata-rata 73,92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Berdasarkan data pada Tabel 4.13 menunjukkan capaian dari
motivasi belajar siswa berdasarkan angket dan hasil persentase capaian
rata-ratanya 73,92%. Keseluruhan persentase capaian setiap indikator
sudah memenuhi target indikator keberhasilan tetapi terdapat satu
indikator masih di bawah target capaian sebesar 70.00% yaitu adanya
hasrat dan keinginan melakukan kegiatan sebesar 67,83%.
d. Refleksi
Pelaksanaan pembelajaran siklus II sudah baik dan persentase
capaian setiap indikator sudah memenuhi kreteria yang telah ditentukan,
tetapi masih terdapat beberapa indikator yang belum memenuhi indikator
keberhasilan. Kurang optimalnya hasil yang didapatkan karena penerapan
Guided Inquiry disertai Mind Mapping membutuhkan ketelitian dan
kesiapan dari guru dan siswa. Pelaksanaan pembelajaran sudah berjalan
dengan baik dan sesuai dengan rancangan pembelajaran, tetapi dalam
beberapa hal masih terdapat kekurangan yang menyebabkan hasil yang
didapatkan belum optimal.
Hasil refleksi siklus II menunjukkan motivasi dan hasil belajar
siswa menggunakan penerapan Guided Inquiry disertai Mind Mapping
sudah mengalami peningkatan dan hasil yang didapatkan baik tetapi masih
ada beberapa belum mencapai indikator keberhasilan, supaya peningkatan
dapat tercapai dengan optimal maka dilanjutkan pemberian tindakan pada
silkus III. Pelaksanaan siklus III dilakukan dengan sedikit perbaikan
terhadap beberapa tindakan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus II
sehingga pembelajaran menjadi lebih baik dan hasil didapatkan optimal.
Berdasarkan hasil penelitian dari sintaks pembelajaran dan keadaan
pembelajaran di kelas terdapat beberapa kekurangan pada pelaksanaan
siklus II sebagai berikut:
1) Guru belum optimal dalam penyampaian tujuan pembelajaran, kurang
membimbing siswa melakukan praktikum, dan kurang pengawasan
ketika siswa mengerjakan soal evaluasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
2) Guru kurang memperhatikan kegiatan praktikum siswa sehingga siswa
masih sedikit ramai dan bercanda dengan teman sekelompoknya.
3) Siswa masih kurang menguasai materi dan mengetahui organ pada
burung dara sehingga siswa masih sedikit bertanya kepada guru.
4) Sintaks pelaksanaan pembelajaran dari segi guru sudah terlaksana dengan
baik tetapi dari segi siswa siswa masih kurang terlaksana dengan baik.
3. Deskripsi Siklus III
Siklus III terdiri dari kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan
(acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).
a. Perencanaan
Hasil penelitian siklus II sudah lebih baik dari siklus sebelumnya,
keseluruhan capaian indikator sudah terpenuhi sesuai target tetapi masih
terdapat beberapa indikator yang belum sepenuhnya terpenuhi dengan baik.
Penerapan Guided Inquiry disertai Mind Mapping sudah berjalan sesuai
dengan rancangan pembelajaran tetapi masih terdapat indikator yang belum
memenuhi target, maka diputuskan untuk melanjutkan pemberian tindakan
pada siklus III supaya hasil yang diperoleh akan sesuai dengan indikator
keberhasilan. Pelaksanaan pada siklus III dilakukan dengan memberikan
beberapa perlakuan untuk memperbaiki kekurangan pelaksanaan siklus II
supaya proses pembelajaran dan hasil belajar yang didapatkan lebih optimal.
Siklus III dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 16 Mei 2012, pukul 07.00
WIB di Laboraturium Biologi SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali.
Berdasarkan refleksi siklus II yaitu guru mengadakan perbaikan
supaya kegiatan pembelajaran berjalan baik, siswa lebih memperhatikan
penjelasan guru dan tidak ramai dengan teman serta mengikuti proses
pembelajaran dengan baik supaya memperoleh hasil belajar yang optimal.
Perencanaan untuk perbaikan siklus III meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Guru lebih baik dalam menjalankan keseluruhan sintaks pembelajaran
supaya dapat berjalan sesuai rancangan yang direncanakan dan hasil yang
didapatkan menjadi lebih optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
2) Guru harus lebih memperhatikan kegiatan siswa supaya jalannya
pembelajaran sesuai yang direncanakan dan guru lebih tegas supaya tidak
ada siswa yang mencontek saat ulangan harian.
3) Guru lebih memberi motivasi supaya siswa bersemangat mempelajari
pelajaran terlebih dahulu materi sebelum diajarkan di sekolah.
4) Guru lebih banyak memberikan tugas kepada siswa untuk mencari lebih
banyak informasi mengenai materi yang akan dipelajari sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan baik.
Materi yang digunakan pada siklus III yaitu sistem ekskresi pada
hewan berupa pengamatan organ ekskresi marmut. Strategi pembelajaran
yang digunakan masih sama dengan siklus I dan siklus II yaitu penerapan
Guided Inquiri disertai Mind Mapping. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
siklus III menggunakan instrumen penelitian yaitu silabus, rancangan
pelaksanaan pembelajaran, angket dan lembar observasi.
b. Pelaksanaan
Proses pembelajaran siklus III merupakan tindak lanjut dari hasil
refleksi dan digunakan sebagai perbaikan pada kegiatan pembelajaran siklus
II. Pelaksanaannya masih sama dengan siklus I dan siklus II yaitu model dan
langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran tetapi perlu adanya
perbaikan dalam pelaksanan pembelajaran pada siklus III supaya hasil yang
didapatkan baik dan memenuhi target capaian dari indikator keberhasilan.
Pelaksanan siklus III berdasarkan penerapan Guided Inquiry
disertai Mind Mapping dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan dengan alokasi
waktu 2 x 45 menit. Kegiatan diawali guru membuka pelajaran dengan
melakukan apesepsi, mengulang sedikit materi yang telah diajarkan pada
minggu sebelumnya, dan mengkomunikasikan tujuan pembelajaran yang
akan dilakukan. Guru meminta siswa mengeluarkan tugas yaitu membuat
rancangan pengamatan organ ekskresi pada marmut yang sudah dikoreksi
guru dan sudah diberikan pada hari sebelumnya untuk dipelajari. Prosedur
pelaksanaan siklus III adalah pengamatan organ ekskresi marmut dengan
siswa berkelompok sesuai dengan kelompoknya dan melakukan pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
sesuai rancangan percobaan yang dibuat. Guru membagikan lembar kerja
siswa untuk pengumpulan data pengamatan dan guru membimbing siswa
mempersiapkan alat dan bahan untuk praktikum, membimbing siswa dalam
melakukan investigasi dan pengamatan organ ekskresi pada marmut supaya
kegiatan berjalan baik dan sesuai rancangan percobaan.
Setiap kelompok diberikan waktu untuk menganalisis data hasil
pengamatan. Guru menggunakan teknik brainstorming supaya siswa dapat
menemukan konsep-konsep berdasarkan jawaban pada lembar kerja siswa.
Konsep-konsep digunakan siswa untuk menyimpulkan hasil pengamatan
dalam bentuk mind mapping dengan bimbingan guru, kemudian setiap
kelompok mempresentasikan hasil mind mapping dan selanjutnya guru
mengkonfirmasi hasil presentasi siswa serta meluruskan konsep-konsep
belajar yang belum tepat. Akhir siklus III guru memberikan evaluasi tentang
materi yang belum dimengerti oleh siswa serta memberikan ulangan harian
untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran
yang dipelajari.
c. Observasi
Observasi siklus III dilakukan dengan pengamatan langsung yaitu
selama proses pembelajaran dan penilaian terhadap siswa berdasarkan
indikator yang terdapat pada lembar observasi. Penilaian juga digunakan
pada keterlaksanaan sintaks pembelajaran guided inquiry yang dilakukan
guru berdasarkan langkah-langkah yang terdapat pada rencana pelaksanaan
pembelajaran. Angket diberikan kepada siswa setiap akhir siklus yang
digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap penerapan
Guided Inquiry disertai Mind Mapping. Berikut ini merupakan hasil dari
observasi siklus III:
1) Hasil Belajar Siswa
(a) Ranah Afektif
Persentase dari hasil belajar siswa ranah afektif berdasarkan
lembar observasi siklus III dapat dilihat pada Tabel 4.14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 4.14 Persentase Capaian Indikator Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Berdasarkan Lembar Observasi Siklus III
No Indikator Persentase (%)
Siklus III 1 Teliti dalam melakukan investigasi melalui percoban 81,67 2 Menghargai pendapat teman yang lain 80,83
3 Berinteraksi dengan teman yang lain dalam kegiatan pembelajaran
72,50
4 Bekerjasama saat melakukan percobaan 88,33 Jumlah Total 323,33
Rata-rata 80,83
Berdasarkan data pada Tabel 4.14 menunjukkan capaian hasil
belajar siswa ranah afektif didapatkan sudah baik dan memenuhi
indikator keberhasilan. Rata-rata keseluruhan indikator adalah 80,83%
dan indikator yang mempunyai persentase teringgi yaitu bekerjasama
saat melakukan percobaan sebesar 88,33% dan terendah berinteraksi
dengan teman yang lain dalam kegiatan pembelajaran sebesar 72,50%.
(b)Ranah Psikomotor
Persentase hasil belajar siswa ranah pskomotor berdasarkan
lembar observasi siklus III dapat dilihat pada Tabel 4.15
Tabel 4.15 Persentase Capaian Indikator Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor Berdasarkan Lembar Observasi Siklus III
No Indikator Persentase (%)
Siklus III 1 Membuat rumusan masalah 85,00 2 Membuat hipotesis 75,00 3 Membuat rancangan percobaan 75,00 4 Melakukan percobaan 79,17 5 Mengamati percobaan 85,83
6 Mengkomunikasikan kesimpulan hasil percobaan dalam bentuk mind mapping
71,67
Jumlah Total 471,67 Rata-rata 78,61
Berdasarkan data pada Tabel 4.15 menunjukkan persentase
capaian indikator yang sudah memenuhi indikator keberhasilan. Hasil
rata-rata yang dari keseluruhan capaian indikator sebesar 78,61%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Pesentase terkecil yaitu mengkomunikasikan kesimpulan hasil
percobaan dalam bentuk mind mapping sebesar 71,67%.
(c) Ranah Kognitif
Persentase dari hasil belajar siswa ranah kognitif berdasarkan
hasil ulangan harian siswa siklus III dapat dilihat pada Tabel 4.16
Tabel 4.16 Persentase Capaian Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Berdasarkan Hasil Ulangan Harian Siklus III
No Indikator Persentase (%)
Siklus III 1 Hasil ulangan harian siswa 79,83 2 Ketuntasan belajar siswa 83,33
Jumlah Total 163,17 Rata-rata 81,58
Berdasarkan data pada Tabel 4.16 menunjukkan persentase
capaian ranah kognitif dengan hasil baik dan sudah memenuhi target
capaian sebesar 75,00%, ditunjukkan dengan hasil ulangan harian
yang didapatkan siswa mencapai 79,83% dan ketuntasan belajar siswa
sebesar 83,33%. Rata-rata persentase capaian hasil belajar dan
ketuntasan belajar siswa yang didapatkan baik yaitu sebesar 81,58%.
Penilaian ranah kognitif juga menggunakan hasil mind mapping siswa
dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.17
Tabel 4.17 Persentase Capaian Indikator Ranah Kognitif Hasil Mind Mapping Siklus III
No Indikator Persentase (%)
Siklus III 1 Hasil mind mapping siswa 80,20 2 Ketuntasan belajar siswa 100,00
Jumlah Total 180,20 Rata-rata 90,10
Berdasarkan data pada Tabel 4.17 menunjukkan hasil mind
mapping yang dibuat siswa dan menunjukkan hasil yang baik dengan
hasil mind mapping sebesar 80,20% dan ketuntasan belajar dalam
pembuatan mind mapping sudah baik sebesar 100%. Rata-rata capaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
persentase yang dapatkan sebesar 90,10% sehingga menunjukkan
daya kreatifitas kelompok sangat baik dalam membuat mind mapping.
2) Motivasi Belajar Siswa
Hasil penilaian capaian setiap indikator motivasi belajar siswa
berdasarkan angket pada siklus III dapat dilihat pada Tabel 4.18
Tabel 4.18 Persentase Capaian Indikator Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan Angket Siklus III
No Indikator Persentase (%)
Siklus III 1 Minat siswa terhadap masalah 82,00 2 Tekun dan ulet dalam menghadapi kesulitan 80,00 3 Senang mencari dan memecahkan masalah 80,13 4 Adanya hasrat dan keinginan melakukan kegiatan 71,83 5 Adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan 75,67 6 Adanya ganjaran atau hukuman dari guru 76,67 7 Penghargaan dan penghormatan atas diri 76,00 8 Adanya kegiatan yang menarik 81,17
Jumlah Total 623,47 Rata-rata 77,93
Berdasarkan data pada Tabel 4.18 menunjukkan persentase
capaian motivasi belajar siswa menggunakan angket yang mempunyai
rata-rata 77,93%. Secara keseluruhan persentase setiap indikator sudah
memenuhi target indikator keberhasilan dan hasil yang didapatkan lebih
baik dari pada pelaksanaan siklus-siklus sebelumnya.
d. Refleksi
Hasil penilaian angket dan lembar observasi mengenai motivasi
dan hasil belajar siswa siklus III mengalami peningkatan dan lebih baik
daripada pelaksanaan siklus-siklus sebelumnya dengan penerapaan Guided
Inquiry disertai Mind Mapping pada materi sistem ekskresi pada hewan
yaitu pengamatan organ ekskresi pada marmut. Persentase capaian setiap
indikator sudah mencapai ketuntasan atau memenuhi indikator keberhasilan.
Peningkatan persentase setiap indikator menunjukkan adanya pengaruh
positif penerapan Guided Inquiry disertai Mind Mapping. Pengaruh tersebut
dapat meningkatkan motivasi yang menyebabkan hasil belajar siswa juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
menjadi meningkat serta proses pembelajaran menjadi lebih baik daripada
pelaksanaan yang sebelumnya.
Hasil pelaksanaan siklus III sudah memenuhi batas minimal
persentase capaian ketuntasan yang terdapat pada indikator keberhasilan.
Keseluruhan indikator sudah memenuhi target dengan persentase yang baik
menggunakan penerapan Guided Inquiry disertai Mind Mapping. Hasil yang
didapatkan yaitu motivasi belajar siswa meningkat sehingga hasil belajar
siswa juga mengalami peningkatan. Guru sudah menjalankan proses
pembelajaran dengan penerapan Guided Inquiry disertai Mind Mapping
dengan baik dan sudah menguasai konsep-konsep pembelajaran yang
terdapat pada sintaks pembelajaran.
Hasil refleksi siklus III menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa
dengan penerapan Guided Inquiry disertai Mind Mapping pada materi
sistem ekskresi pada marmut sudah mengalami peningkatan dan mencapai
indikator keberhasilan sehingga berdampak pada hasil belajar siswa juga
meningkat dengan nilai baik yang didapatkan pada hasil ulangan harian,
mind mapping, dan ketuntasan belajar siswa . Keseluruhan capaian indikator
terpenuhi dengan baik maka diputuskan untuk mengakhiri penelitian pada
siklus III dengan hasil yang baik.
C. Perbandingan Hasil Penelitian Antar Siklus
Penelitian terdiri dari beberapa siklus dan didapatkan hasil yang berbeda
setiap siklus pelaksanaannya, serta untuk mengetahui peningkatan setiap siklus
penelitian dan perbandingan capaian setiap indikator dari motivasi dan hasil
belajar siswa siklus I, siklus II, dan siklus III sebagai berikut:
1. Hasil Penilaian Observasi Hasil Belajar Siswa
a. Ranah Afektif
Persentase capaian lembar observasi dari setiap indikator hasil
belajar siswa ranah afektif siklus I, siklus II, dan siklus III disajikan dalam
bentuk diagram dapat dilihat pada Gambar 4.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Gambar 4.1 Kenaikan Persentase Skor Tiap Indikator Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Berdasarkan Lembar Observasi Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Berdasarkan data pada Gambar 4.1 menunjukkan hasil persentase
hasil belajar siswa ranah afektif melalui lembar observasi pada siklus I,
siklus II, dan siklus III. Berdasarkan diagram di atas, setiap indikator
mengalami peningkatan setiap siklusnya dan hasil perhitungan capaian
indikator siklus I berkisar antara 60,83% sampai 66,67%, siklus II berkisar
antara 69,17% sampai 73,33%, dan siklus III berkisar antara 72,50% sampai
88,33%. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan persentase nilai
setiap indikator dari setiap siklus. Nilai rata-rata indikator menunjukkan
adanya peningkatan persentase siklus I sebesar 64,17%, siklus II sebesar
71,25% (meningkat 7,08%), dan siklus III sebesar 80,83% (meningkat
9,58%). Peningkatan rata-rata persentase hasil belajar siswa ranah afektif
menunjukkan ada perubahan dalam kegiatan belajar menjadi lebih baik.
b. Ranah Psikomotor
Persentase capaian lembar observasi dari setiap indikator hasil
belajar siswa ranah psikomotor siklus I, siklus II, dan siklus III disajikan
dalam bentuk diagram dapat dilihat pada Gambar 4.2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Teliti Menghargai Berinteraksi Bekerjasama
60.8366.67 65 64.17
71.67 73.3369.17 70.83
81.67 80.83
72.5
88.33
Per
sent
ase
Indikator Ranah Afektif
Siklus I
Siklus II
Siklus III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Gambar 4.2 Kenaikan Persentase Skor Tiap Indikator Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor Berdasarkan Lembar Observasi Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Berdasarkan data pada Gambar 4.2 menunjukkan hasil persentase
hasil belajar siswa ranah psikomotor melalui lembar observasi pada siklus I,
siklus II, dan siklus III. Berdasarkan diagram di atas, setiap indikator
mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hasil perhitungan capaian
indikator siklus I berkisar antara 50,00% sampai 65,83%, siklus II berkisar
antara 63,33% sampai 75,00%, dan siklus III berkisar antara 71,67% sampai
85,83%. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan persentase nilai
setiap indikator dari setiap siklus. Nilai rata-rata indikator menunjukkan
adanya peningkatan persentase siklus I sebesar 58,19%, siklus II sebesar
72,08% (meningkat 13,89%), dan siklus III sebesar 78,61% (meningkat
6,53%). Peningkatan rata-rata persentase hasil belajar siswa ranah
psikomotor menunjukkan perubahan kegiatan belajar menjadi lebih baik.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5 6
5055
60 62.565.83
55.83
75 75 75 73.33 70.83
63.33
85
75 7579.17
85.83
71.67P
erse
ntas
e
Indikator Ranah Psikomotor
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Keterangan Indikator: 1. Membuat rumusan masalah. 2. Membuat hipotesis. 3. Membuat rancangan percobaan. 4. Melakukan percobaan. 5. Mengamati percobaan. 6. Mengkomunikasikan kesimpulan hasil percobaan dalam bentuk mind mapping.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
c. Ranah Kognitif
Persentase hasil belajar siswa ranah kognitif berdasarkan hasil
ulangan harian siswa siklus I, siklus II, dan Siklus III disajikan dalam
bentuk diagram dapat dilihat pada Gambar 4.3
Gambar 4.3 Kenaikan Persentase Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Berdasarkan Hasil Ulangan Harian Siswa Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Berdasarkan data pada Gambar 4.3 menunjukkan hasil perhitungan
persentase hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa ranah kognitif siklus I,
siklus II, dan siklus III. Berdasarkan diagram di atas, hasil belajar dan
ketuntasan belajar siswa ranah kognitif mengalami peningkatan pada setiap
siklusnya. Hasil perhitungan capaian hasil ulangan harian siswa pada siklus
I sebesar 69,83%, siklus II sebesar 77,17% (meningkat 7,34%), dan siklus
III sebesar 79,83% (meningkat 2,66%), sedangkan ketuntasan belajar siswa
pada siklus I sebesar 56,67%, siklus II sebesar 70,00% (meningkat 13,33%),
dan siklus III sebesar 83,33% (meningkat 13,33%). Nilai rata-rata hasil
ulangan harian dan ketuntasan belajar siswa menunjukkan adanya
peningkatan persentase dari siklus I sebesar 63,25%, siklus II sebesar
73,58% (meningkat 10,33%), dan siklus III sebesar 81,58% (meningkat
8,00%). Peningkatan rata-rata persentase hasil belajar siswa ranah kognitif
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Siklus I Siklus II Siklus III
69.8377.17 79.83
56.67
70
83.33
Per
sent
ase Ulangan
HarianKetuntasanBelajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
berdasarkan ulangan harian dan ketuntasan belajar siswa menunjukkan
bahwa ada perubahan dalam kegiatan belajar siswa menjadi lebih baik.
Hasil belajar siswa ranah kognitif bukan hanya dari hasil ulangan
harian yang didapatkan siswa tetapi juga menggunakan hasil mind mapping.
Hasil mind mapping dan ketuntasan belajar siswa siklus I, siklus II, dan
siklus III disajikan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada Gambar 4.4
Gambar 4.4 Kenaikan Persentase Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Berdasarkan Hasil Mind Mapping Siswa Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Berdasarkan data pada Gambar 4.4 menunjukkan hasil perhitungan
persentase hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa ranah kognitif siklus I,
siklus II, dan siklus III. Berdasarkan diagram di atas, hasil belajar dan
ketuntasan belajar siswa ranah kognitif mengalami peningkatan pada setiap
siklusnya. Hasil perhitungan capaian hasil mind mapping siswa pada siklus I
sebesar 76,20%, siklus II sebesar 79,40% (meningkat 3,20%), dan siklus III
sebesar 80,20% (meningkat 0,80%), sedangkan ketuntasan belajar siswa
pada siklus I sebesar 80,00%, siklus II sebesar 100,00% (meningkat
20,00%), dan siklus III sebesar 100,00% (tetap). Nilai rata-rata hasil mind
mapping dan ketuntasan belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan
persentase capaian pada siklus I sebesar 78,10%, siklus II sebesar 89,70%
(meningkat 11,6%), dan siklus III sebesar 90,10% (meningkat 0,40%).
0102030405060708090
100
Siklus I Siklus II Siklus III
76.279.4 80.280
100 100
Per
sent
ase Mind
MappingKetuntasanBelajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Peningkatan rata-rata persentase hasil belajar siswa ranah kognitif
berdasarkan mind mapping dan ketuntasan belajar siswa menunjukkan
bahwa ada perubahan dalam kegiatan belajar siswa menjadi lebih baik.
2. Hasil Penilaian Angket Motivasi Belajar Siswa
Hasil penilaian terhadap motivasi belajar siswa berdasarkan angket
siklus I, siklus II, dan siklus III disajikan dalam bentuk diagram dapat dilihat
pada Gambar 4.5
Gambar 4.5 Kenaikan Persentase Skor Tiap Indikator Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan Angket Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Berdasarkan data pada Gambar 4.5 menunjukkan hasil perhitungan
persentase motivasi belajar siswa melalui angket pada siklus I, siklus II, dan
siklus III. Berdasarkan diagram di atas, setiap indikator motivasi belajar siswa
mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hasil perhitungan capaian
0
20
40
60
80
100
1 2 3 4 5 6 7 8
71.2 71,4 71.665,3 69.67 67,3 69
73.67
77.33 76 76.5367.83
74.67 68.67 71.3379
82 80 80.1371.83 75.67 76.67 76
81.17
Per
sent
ase
Indikator Motivasi Belajar Siswa
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Keterangan Indikator: 1. Minat siswa terhadap masalah. 2. Tekun dan ulet dalam menghadapi kesulitan. 3. Senang mencari dan memecahkan masalah. 4. Adanya hasrat dan keinginan melakukan kegiatan. 5. Adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan. 6. Adanya ganjaran atau hukuman dari guru. 7. Penghargaan dan penghormatan atas diri. 8. Adanya kegiatan yang menarik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
indikator pada siklus I berkisar antara 65,33% sampai 73,67%, siklus II
berkisar antara 67,83% sampai 79,00%, dan siklus III berkisar antara 71,83
sampai 82,00%. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan persentase
nilai setiap indikator dari setiap siklus. Nilai rata-rata indikator menunjukkan
adanya peningkatan persentase dari siklus I sebesar 69,91%, siklus II sebesar
73,92% (meningkat 4,01%), dan siklus III sebesar 77,93% (meningkat 4,01%).
Peningkatan rata-rata persentase motivasi belajar siswa menunjukkan bahwa
ada perubahan dalam kegiatan belajar siswa menjadi lebih baik.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pada akhir siklus III
secara keseluruhan setiap indikator sudah memenuhi target indikator keberhasilan
dan hasil persentase capaian yang didapatkan baik serta terdapat peningkatan dari
setiap siklus penelitian sehingga penelitian dihentikan pada siklus III dikarenakan
target capaian sudah terpenuhi sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah
ditentukan. Target indikator keberhasilan dari setiap indikator motivasi belajar
siswa sebesar 65% sampai 75%, target indikator keberhasilan dari setiap indikator
hasil belajar siswa ranah afektif sebesar 70% sampai 75%, target indikator
keberhasilan dari setiap indikator hasil belajar siswa ranah psikomotor sebesar
75%, target indikator keberhasilan hasil belajar siswa ranah kognitif berdasarkan
hasil ulangan harian, mind mapping, dan ketuntasan belajar siswa sebesar 75%.
Pembelajaran menggunakan penerapan guided inquiry lebih menekankan
pada kegiatan belajar siswa dengan bimbingan guru, siswa belajar dengan bantuan
media belajar seperti buku, internet, gambar, dan objek praktikum dalam mencari
pengetahuannya melalui kegiatan penemuan sehingga interaksi antar siswa dan
siswa dengan guru dapat berjalan dengan baik sehingga kegiatan pembelajaran
sepenuhnya berpusat pada siswa (student center), peran guru hanya membimbing
dan mengkoordinasikan kegiatan belajar siswa sedangkan siswa sebagai subjek
pembelajaran yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan teori
belajar Jerome Bruner yang dikemukakan oleh Dahar (2001), bahwa belajar untuk
mendapatkan pengetahuan baru dengan cara aktif dalam mencari pengetahuan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
mendapatkan hasil belajar yang baik serta pengetahuan diperoleh melalui kegiatan
penemuan sehingga pengetahuan yang dapatkan bertahan lama, hasil belajar
didapatkan lebih baik, meningkatkan kemampuan berfikir dalam memecahkan
suatu permasalahan.
Kegiatan belajar dilaksanakan dengan siswa melakukan proses pencarian
pengetahuan berkenaan materi yang dipelajari sebagaimana yang dilakukan
ilmuwan dalam rangka melakukan penelitian ilmiah, dengan demikian siswa
diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta dan membangun konsep-
konsep belajar sehingga dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan motivasi
belajar siswa menjadi meningkat sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.
Pencarian pengetahuan yang dilakukan oleh siswa sesuai dengan teori belajar
kontruktivisme yang dikemukakan Siregar dan Nara (2010), bahwa belajar
merupakan proses dalam pembentukan pengetahuan dan siswa sendiri yang
melakukan dalam mencari pengetahuan sehingga siswa harus aktif dalam belajar,
berpikir, meningkatkan minat belajar, dan membuat konsep belajar yang efektif.
Penerapan guided inquiry di kelas dilakukan melalui kegiatan siswa
dalam pembuatan rancangan percobaan dengan bimbingan guru seperti membuat
rumusan masalah, membuat hipotesis, dan membuat rancangan percobaan seperti
uji kandungan urin manusia, pengamatan organ ekskresi burung dara dan marmut.
Pelaksanaan praktikum dilakukan sesuai rancangan percobaan yang dibuat
sehingga siswa dapat mengamati secara langsung objek pengamatan. Kegiatan
pembelajaran sepenuhnya dilakukan oleh siswa dalam menggali pengetahuannya,
guru hanya mengarahkan supaya kegiatan belajar siswa sesuai dengan rancangan.
Menurut Douglas (2009), ketika di dalam kelas yang sedang diterapkan model
pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa belajar dengan membentuk kelompok
belajar untuk menyelesaikan masalah yang terdapat pada lembar kerja, lembar
kerja berisikan data atau informasi, serta pertanyaan sebagai latihan siswa melalui
kegiatan praktikum dalam memecahkan masalah sesuai dengan rancangan.
Pembelajaran yang menerapkan Guiged Inquiry disertai Mind Mapping
yaitu siswa belajar dengan mengeksporasi seluruh kemampuan yang terdapat di
dalam diri siswa menggunakan media belajar yang tersedia dan apabila dipadukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dengan mind mapping maka siswa akan lebih mudah dalam menerima materi yang
diajarkan guru yaitu pada akhir kegiatan pembelajaran siswa dapat membuat suatu
catatan yang menarik sehingga dapat mempermudah siswa dalam belajar. Hal
tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyudin dan Isa
(2010), bahwa penerapan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran.
Penggunaan mind mapping diharapkan akan mempermudah siswa dalam
belajar materi sistem ekskresi yang masih tergolong abstrak dan sulit dipahami
maupun diingat oleh siswa sehingga dengan mind mapping siswa dapat membuat
catatan yang disertai gambar akan membuat siswa lebih mudah memahami materi
yang dipelajari. Penggunaan mind mapping sangat baik diterapkan karena terdapat
kegiatan menarik dalam pembuatannya yang melibatkan garis, warna, dan gambar
sehingga dalam belajar menjadi lebih mudah walaupun materi yang dipelajari sulit
untuk dipahami dan dapat meningkatkan kreatifitas siswa yang berdampak pada
motivasi siswa dalam belajar juga meningkat. Hasil penelitian Wheeldon (2011),
menyatakan orang belajar dengan cara yang berbeda dan berfikir menggunakan
kombinasi kata-kata, grafik, dan gambar.
Berdasarkan hasil siklus I didapatkan bahwa ketercapaian dari indikator
motivasi belajar masih rendah yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar yang
diperoleh siswa dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran guru dan siswa belum
terbiasa menggunakan penerapan Guided Inquiry disertai Mind Mapping dengan
menggunakan praktikum. Pelaksanaan praktikum mengacu pada rancangan
percobaan yang dibuat siswa yaitu uji kandungan urin manusia. Siswa dalam
melaksanakan praktikum uji kandungan urin masih merasa canggung dan aneh
dengan urin yang digunakan praktikum, kebanyakan siswa perempuan merasa
jijik dengan bau dari urin yang digunakan bahkan tidak mau untuk memegangnya.
Siswa juga sering bertanya kepada guru tentang cara pelaksanaan praktikum
walaupun guru sudah memberi petunjuk mengenai langkah dan cara pelaksanaan
praktikum dengan benar. Guru belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran
sesuai sintaks sehingga masih ada yang belum terlaksana seperti guru kurang
optimal membimbing siswa dalam mempersiapkan alat dan bahan dan ketika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
pelaksanaan praktikum seperti kurang membimbing siswa dalam kegiatan
investigasi, diskusi dan menarik kesimpilan hasil belajar. Mind mapping yang
dibuat oleh setiap kelompok sudah baik yaitu ketika siswa membuat mind
mapping sesuai prosedur yang ada pada lembar kerja siswa dengan menambahkan
garis lengkung, warna yang menarik, gambar yang terdapat pada tengah-tengah
kertas sebagai ide sentral dan akhir untuk memperjelas materi, terdapat kata kunci
untuk memperjelas konsep disetiap cabang, dan keterangan yang mendukung
keseluruhan hasil mind mapping.
Hasil siklus II berbeda dengan hasil yang didapatkan pada pelaksanaan
siklus I. Siklus II didapatkan guru dan siswa mulai terbiasa dengan penerapan
Guided Inquiry disertai Mind Mapping yang menggunakan kegiatan praktikum
pengamatan organ ekskresi pada burung dara. Siswa melaksanakan praktikum
sudah sesuai rancangan percobaan yang dibuat, tetapi masih ada beberapa siswa
yang bertanya kepada guru tentang bagian organ pada burung dara yang belum
dipahami dari setiap kelompok seperti masih bingung mengenai letak dari organ
paru-paru dan ginjal burung dara karena siswa kurang begitu memahami materi
yang dipelajari. Guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai sintaks
dengan baik tetapi masih ada yang belum terlaksana seperti kurang membimbing
siswa untuk menginterpretasikan data hasil percobaan, kurang membimbing
diskusi dan menarik kesimpulan hasil belajar. Mind mapping yang dibuat siswa
sudah baik, siswa membuat sudah sesuai dengan petunjuk pembuatan yang ada
pada lembar kerja siswa. Gambar pada bagian sentral setiap kelompok bervariasi
sesuai dengan ide dari setiap kelompok sehingga hasilnya berbeda-beda, warna
yang digunakan sudah baik dengan menggunakan banyak warna, terdapat garis
lengkung yang menghubungkan setiap cabang dan terdapat kata kunci disetiap
cabang, dan pada akhir cabang sudah terdapat gambar yang digunakan untuk
mendukung penjelasan pada setiap cabang pada mind mapping.
Hasil siklus III didapatkan hasil yang lebih baik dari pelaksanaan siklus-
siklus sebelumnya. Guru dan siswa sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran
sesuai sintaks dengan baik. Penerapan Guided Inquiry disertai Mind Mapping
melalui kegiatan praktikum pengamatan organ ekskresi pada marmut sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
berjalan baik, siswa sudah terampil mengamati dan membedakan organ ekskresi
pada marmut seperti bentuk dan letak organ hati, ginjal, paru-paru dan kulit.
Pelaksanaan praktikum sudah tidak bergantung lagi dengan penjelasan guru
sehingga kegiatan pembelajaran sesuai rancangan yang telah dibuat. Mind
mapping yang dibuat siswa lebih baik dari siklus yang sebelumnya, siswa
menggunakan gambar pada bagian sentral sebagai inti materi yang dipelajari,
warna yang digunakan lebih bervariasi supaya mind mapping yang dibuat siswa
menjadi menarik, garis lengkung sebagai penghubung dan kata kunci dari setiap
cabang sudah ada untuk meemperjelas keterangan disetiap cabang, serta pada
akhir cabang terdapat gambar dan keterangan yang memperjelas materi yang
dibuat catatan dalam bentuk mind mapping.
Berdasarkan angket motivasi belajar yang diisi siswa, didapatkan hasil
siklus I dimana hanya terdapat satu indikator yang sudah memenuhi indikator
keberhasilan yaitu tekun dan ulet dalam menghadapi kesulitan dikarenakan pada
praktikum uji kandungan urin dirasa masih sulit bagi siswa sehingga siswa merasa
tertantang untuk mengetahui kandungan apa yang terdapat pada urin mereka,
sementara indikator lainnya sudah baik tetapi belum memenuhi target indikator
keberhasilan seperti minat siswa terhadap masalah masih rendah karena siswa
kurang menyukai urin yang menjijikkan dan berbau kurang sedap, senang mencari
dan memecahkan masalah belum terlihat baik karena siswa kurang menyukai
bahan yang digunakan dalam praktikum, adanya hasrat dan keinginan melakukan
kegiatan masih rendah karena siswa perempuan masih mengandalkan siswa laki-
laki dalam pelaksanaan praktikum, adanya dorongan dan kebutuhan dalam
melakukan kegiatan yang masih rendah, adanya ganjaran atau hukuman dari guru,
penghargaan dan penghormatan atas diri, dan adanya kegiatan yang menarik
belum terlihat dalam kegiatan praktikum uji kandungan urin manusia.
Hasil siklus II menunjukkan semua indikator sudah memenuhi target,
tetapi terdapat satu indikator yang belum memenuhi indikator keberhasilan yaitu
adanya hasrat dan keinginan melakukan kegiatan yang kemungkinan disebabkan
siswa masih merasa bingung dalam mengidentifikasi organ ekskresi pada burung
dara seperti kesulitan dalam menemukan letak organ paru-paru yang diamati dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
menentukan warna organ paru-paru burung dara. Siswa masih merasa bingung
dengan warna paru-paru burung dara dikarenakan banyaknya bintik-bintik warna
putih dan coklat muda agak pucat sehingga keinginan siswa untuk melakukan
kegiatan praktikum menjadi sedikit berkurang dikarenakan siswa cenderung
bertanya kepada guru.
Hasil siklus III lebih baik dari sikus I dan sikus II dimana hasil dari
semua indikator sudah memenuhi indikator keberhasilan dengan baik pada
pengamatan organ ekskresi marmut, hal ini disebabkan karena pada kegiatan
praktikum siswa sangat berminat dalam mengidentifikasi organ pada marmut
bahkan semua organ diamati sehingga keinginan untuk melakukan kegiatan
menjadi bertambah tinggi. Bertambah tingginya keinginan melakukan kegiatan
dikarenakan ada dorongan untuk ingin mengetahui organ-organ apa saja yang
terdapat pada marmut sehingga terjadi kegiatan yang menarik saat pengamatan
dimana siswa saling membantu temannya dalam menjelaskan organ-organ yang
mereka ketahui ketika kegiatan pengamatan sehingga kegiatan pembelajaran
menjadi menyenangkan dengan adanya interaksi antar siswa.
Berdasarkan lembar observasi hasil belajar siswa ranah afektif, pada
pelaksanaan siklus I hasil yang didapatkan masih rendah, disebabkan karena
pelaksanaan praktikum uji kandungan urin manusia, siswa kurang teliti dalam
melakukan praktikum seperti ketika mencampur urin dengan larutan biuret dan
benedict yang belum sesuai dengan ketentuan pada rancangan percobaan yang
telah dibuat sehingga hasil yang didapatkan kurang sesuai dengan hasil percobaan
yang sebenarnya, siswa cenderung ramai dalam kegiatan praktikum sehingga
kurang menghargai teman lain melakukan praktikum yang sama, dan interaksi
antar siswa kurang sehingga kerjasama dalam kelompok belum terlihat baik
bahkan terkesan siswa laki-laki yang melakukan praktikum sedangkan siswa
perempuan hanya mengamati saja.
Hasil siklus II didapatkan satu indikator yang sudah memenuhi indikator
keberhasilan yaitu menghargai pendapat teman yang lain dimana siswa lainnya
tidak mengganggu kegiatan temannya dalam mengamati organ ekskresi pada
burung dara, sedangkan indikator lainnya hampir memenuhi target capaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
dikarenakan siswa masih kurang teliti dalam mengidentifikasi dan menemukan
organ ekskresi pada burung dara seperti seperti letak dari organ paru-paru yang
melekat pada tulang rusuk. Interaksi antar siswa mulai terjalin dengan baik
sehingga kerjasama setiap kelompok dalam mengidentifikasi organ ekskresi juga
menjadi lebih baik yaitu dengan saling membantu teman yang lainnya untuk
menemukan organ ekskresi yang belum teridentifikasi saat pengamatan.
Hasil siklus III didapatkan keseluruhan hasil indikator sudah mencapai
target capaian indikator keberhasilan, siswa lebih teliti dalam mengidentifikasi
organ ekskresi pada marmut sehingga keseluruhan organ ekskresi pada marmut
seperti paru-paru, ginjal, hati, dan kulit dapat teridentifikasi dengan baik. Siswa
menghargai pendapat teman dengan saling bertukar pendapat dan informasi yang
mereka ketahui melalui kegiatan praktikum, interaksi terjadi dengan baik antar
siswa bahkan antar kelompok lainnya yang ditunjukkan dengan saling membantu
dalam mengidentifikasi organ ekskresi pada marmut sehingga kerjasama antar
kelompok dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan lembar observasi hasil belajar siswa ranah psikomotor, pada
siklus I didapatkan hasil dari setiap indikator masih rendah disebabkan siswa
belum terbiasa dan baru pertama kalinya membuat rumusan masalah, membuat
hipotesis, dan membuat rancangan percobaan uji kandungan urin manusia. Siswa
dalam melakukan percobaan masih canggung karena siswa jarang melakukan
praktikum sehingga saat melaksanakan praktikum uji kandungan urin manusia
masih terlihat bingung dengan alat dan bahan yang digunakan. Siswa merasa jijik
saat mengamati dan ketika mencampurkan larutan biuret dan benedict pada
tabung reaksi yang berisi urin yang digunakan untuk mengetahui besarnya
persentase kandungan yang terdapat pada urin berupa glukosa dan protein. Saat
mengkomunikasikan kesimpulan hasil percobaan melalui mind mapping, hanya
beberapa siswa dari setiap kelompok yang berani mengkomunikasikan hasil mind
mapping yang dibuat dihadapan temannya sedangkan anggota yang lain hanya
diam dan mendengarkan penjelasan dari anggota kelompoknya.
Hasil siklus II didapatkan tiga indikator yang sudah memenuhi indikator
keberhasilan dalam pembelajaran yaitu membuat rumusan masalah, membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
hipotesis, dan membuat rancangan percobaan mengenai praktikum pengamatan
organ ekskresi pada burung dara, ketercapaian target dikarenakan siswa sudah
mulai terbiasa dalam merancang kegiatan praktikum yang akan digunakan
sehinggga hasilnya baik. Sedangkan saat melakukan percobaan dan mengamati
percobaan hasilnya sedikit di bawah indikator keberhasilan disebabkan karena
siswa masih masih sedikit bertanya kepada guru tentang letak organ ekskresi
burung dara yang mereka amati. Mengkomunikasikan kesimpulan hasil percobaan
dalam bentuk mind mapping sudah terlaksana dengan baik yaitu setiap kelompok
sudah membagi tugas kepada anggota kelompoknya dalam mengkomunikasikan
mind mapping yang mereka buat.
Hasil siklus III adalah keseluruhan indikator yang diamati sudah
memenuhi indikator keberhasilan dengan baik, siswa sudah terampil dalam
membuat rumusan masah, membuat hipotesis, dan membuat rancangan percobaan
pengamatan organ ekskresi pada marmut yang terdapat pada lembar kerja siswa
sebagai tugas dan sudah dikerjakan dengan baik. Siswa dalam melakukan dan
mengamati percobaan sudah berjalan dengan baik, siswa saling membantu dan
bekerjasama dalam mengidentifikasi organ ekskresi pada marmut seperti paru-
paru, ginjal, hati, dan kulit, serta saling bergantian dalam melakukan pengamatan.
Siswa dalam mengkomunikasikan hasil percobaan melalui mind mapping sudah
berjalan dengan baik, tugas yang diberikan kepada setiap anggota kelompoknya
dalam mengkomunikasikan hasil mind mapping sudah terlaksana dengan baik.
Hasil ini sesuai dengan teori belajar Vygotsky yang dikemukakan oleh Trianto
(2007), bahwa dalam belajar terdapat percakapan dan kerjasama antar individu.
Hasil belajar siswa ranah psikomotor semakin meningkat setiap siklusnya karena
siswa belajar secara berkelompok dengan menggunakan praktikum sehingga
terdapat interaksi antar siswa dan saling bekerjasama dalam memecahkan masalah
pada materi sistem ekskresi pada manusia dan hewan yang dikarenakan belajar
sosial yang baik adalah belajar dengan cara berkelompok.
Hasil belajar siswa ranah kognitif berdasarkan hasil ulangan harian,
didapatkan bahwa pada siklus I hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa masih
rendah, hal ini dipengaruhi karena banyak kesamaan jawaban antara siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
banyak didominasi dengan jawaban yang salah sehingga hasil yang didapatkan
kurang baik yang disebabkan kurangnya pengawasan guru saat pelaksanaan
ulangan harian. Hasil siklus II didapatkan bahwa hasil ulangan harian siswa sudah
memenuhi indikator keberhasilan dengan variasi nilai yang baik tetapi ketuntasan
belajar siswa belum memenuhi indikator keberhasilan, hal ini disebabkan karena
sebagian besar siswa mendapatkan nilai yang bagus tetapi kurang diimbangi
dengan ketuntasan hasil belajar yang didapatkan. Hasil siklus III didapatkan hasil
ulangan harian dan ketuntasan belajar siswa sudah baik dengan kreteria nilai yang
tinggi, ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang mendapatkan nilai baik yang
disebabkan siswa mengerjakan soal ulangan dengan sungguh-sungguh. Hasil
belajar siswa yang didapatkan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rapi (2008) bahwa hasil belajar siswa meningkat setiap siklusnya dan termasuk
kualifikasi baik dengan penggunaan inkuiri terbimbing.
Selain menggunakan hasil dari ulangan harian, penilaian ranah kognitif
juga menggunakan hasil mind mapping. Hasil siklus I yaitu mind mapping dan
ketuntasan belajar siswa sudah baik, siswa membuat mind mapping sudah sesuai
dengan petunjuk yaitu adanya gambar, kata kunci, garis lengkung, warna yang
menarik. Mind mapping kelompok I memberi gambar bagian tengah sebagai ide
sentral berupa wajah setetes urin berwarna kuning, banyak variasi warna yang
digunakan, cabang utama berjumlah 4, ada garis hubung yang melengkung dan
terdapat kata kunci disetiap cabang, tetapi apada fase akhir belum ada gambar.
Kelompok II memberi gambar bagian tengah sebagai ide sentral berupa siswa
yang memakai topi olahraga, cabang utama berjumlah 6, banyak variasi warna,
ada garis hubung yang melengkung dan terdapat kata kunci disetiap cabang, dan
fase akhir sudah terdapat gambar. Kelompok III memberi gambar bagian tengah
sebagai ide sentral berupa gelas beker yang berisi urin, cabang utama berjumlah 4,
warna yang digunakan kurang bervariasi karena didominasi warna kuning, ada
garis hubung yang melengkung dan terdapat kata kunci disetiap cabang, dan fase
akhir sudah terdapat gambar. Kelompok IV memberi gambar bagian tengah
sebagai ide sentral berupa tangan yang memegang gelas beker berisi urin, cabang
utama berjumlah 5, warna yang digunakan sudah menarik, ada garis hubung yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
melengkung dan tedapat kata kunci disetiap cabang, dan fase akhir sudah terdapat
gambar. Kelompok V memberi gambar bagian tengah sebagai ide sentral berupa
akar pohon yang terdapat gelas berisi urin, cabang utama berjumlah 6, warna yang
digunakan sudah menarik, sudah terdapat garis hubung yang melengkung dan
terdapat kata kunci disetiap cabang, dan fase akhir sudah terdapat gambar tetapi
mind mapping yang dibuat kurang sesuai karena berbentuk vertikal.
Hasil siklus II didapatkan pembuatan mind mapping dan ketuntasan
belajar siswa mengalami peningkatan yang baik, disebabkan karena keseluruhan
mind mapping yang dibuat berbeda-beda karena setiap kelompok mempunyai
daya kretifitas yang berbeda, banyak variasi warna dan gambar, teknik imajinasi
siswa yang baik, terdapat kata kunci disetiap cabang, dan pembuatannya sudah
sesuai petunjuk pada lembar kerja siswa. Mind mapping kelompok I memberi
gambar bagian tengah sebagai ide sentral berupa kepala burung dara, cabang
utama berjumlah 4, warna yang digunakan kurang bervariasi, ada garis hubung
yang melengkung dan terdapat kata kunci disetiap cabang, dan fase akhir sudah
terdapat gambar. Kelompok II memberi gambar bagian tengah sebagai ide sentral
berupa angry birds, cabang utama berjumlah 4, warna yang digunakan sudah
menarik, ada garis hubung yang melengkung dan terdapat kata kunci disetiap
cabang tetapi tulisannya kurang besar, dan fase akhir sudah terdapat gambar.
Kelompok III memberi gambar bagian tengah sebagai ide sentral berupa burung
dara, cabang utama berjumlah 8, warna yang digunakan bervariasi, ada garis
hubung yang melengkung dan terdapat kata kunci disetiap cabang, dan fase akhir
belum terdapat gambar. Kelompok IV memberi gambar bagian tengah sebagai ide
sentral berupa sepasang burung dara disebuah bunga, cabang utama berjumlah 5,
warna yang digunakan bervariasi, ada garis hubung yang melengkung dan tedapat
kata kunci disetiap cabang, dan fase akhir sudah terdapat gambar dan kelompok
ini yang mind mapping paling bagus diantara kelompok yang lainnya. Kelompok
V memberi gambar bagian tengah sebagai ide sentral berupa batang pohon yang
bertuliskan aves, cabang utama berjumlah 4, warna yang digunakan bervariasi,
ada garis hubung yang melengkung dan terdapat kata kunci disetiap cabang, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
fase akhir sudah terdapat gambar tetapi mind mapping yang dibuat kurang sesuai
karena berbentuk vertikal dan tulisannya kurang besar.
Hasil siklus III didapatkan dari mind mapping dan ketuntasan belajarnya
baik dan mengalami peningkatan, dikarenakan setiap kelompok semakin baik
dalam membuat mind mapping dengan penambahan gambar animasi manusia dan
marmut yang lucu, pemberian keterangan dan kata kunci disetiap cabang yang
dapat memperjelas materi, serta kretifitas dalam memberikan warna yang
membuat lebih menarik mind mapping yang dibuat. Mind mapping kelompok I
memberi gambar bagian tengah sebagai ide sentral berupa marmut yang gemuk,
cabang utama berjumlah 5, warna yang digunakan bervariasi, ada garis hubung
yang melengkung dan terdapat kata kunci disetiap cabang, dan fase akhir sudah
ada gambar kartun manusia. Kelompok II memberi gambar bagian tengah sebagai
ide sentral berupa hamtaro, cabang utama berjumlah 5, warna yang digunakan
sudah menarik, ada garis hubung yang melengkung dan terdapat kata kunci
disetiap cabang, dan fase akhir sudah terdapat gambar tetapi tilusan masih kurang
besar. Kelompok III memberi gambar bagian tengah sebagai ide sentral hamtaro,
cabang utama berjumlah 4, warna yang digunakan sudah menarik, ada garis
hubung yang melengkung dan terdapat kata kunci disetiap cabang, pada fase akhir
sudah terdapat gambar. Kelompok IV memberi gambar bagian tengah sebagai ide
sentral berupa marmut, cabang utama berjumlah 5, warna yang digunakan sudah
menarik, ada garis hubung yang melengkung dan tedapat kata kunci disetiap
cabang, dan fase akhir sudah terdapat gambar. Kelompok V memberi gambar
bagian tengah sebagai ide sentral berupa lingkaran bertuliskan marmut, cabang
utama berjumlah 4, warna yang digunakan bervariasi, ada garis hubung yang
melengkung dan terdapat kata kunci disetiap cabang, dan fase akhir sudah
terdapat gambar.
Hasil pada mind mapping yang dibuat siswa sesuai denga teori belajar
Jean Piaget tentang operasional formal yang dikemukakan oleh Sanjaya (2011,)
bahwa pengetahuan akan bermakna jika dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa.
Hasil tersebut tercermin dari hasil mind mapping yang dibuat siswa yang semakin
meningkat setiap siklusnya. Sebenarnya semua siswa sudah dapat membuat mind
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
mapping dengan baik dikarenakan siswa sudah dapat berpikir abstrak, tetapi setiap
siswa mempunyai tingkat kematangan yang berbeda-beda dalam belajar. Hal ini
yang menyebabkan hasil mind mapping yang didapatkan tiap kelompok berbeda
disetiap siklusnya.
Berdasarkan wawancara dengan siswa diperoleh informasi bahwa siswa
senang dengan model pembelajaran yang diterapkan karena siswa mampu
melakukan percobaan seperti seorang peneliti, mencari kebenaran teori dan
informasi yang didapatkan melalui praktikum. Siswa lebih senang dan enjoy
ketika belajar yang menggunakan pengalaman nyata atau pengamatan objek
pembelajaran secara langsung dengan membuat rancangan percobaan dan
mempraktekkan sesuai rancangan dan materi yang dipelajari sehingga siswa dapat
saling bertukar pikiran melalui diskusi dalam menemukan konsep-konsep belajar.
Siswa lebih kreatif dalam membuat catatan yang menarik menggunakan mind
mapping dengan adanya warna, garis lengkung, dan gambar, mereka dapat
membuat mind mapping sesuai dengan kemampuan dan kreatifitas yang mereka
miliki. Hasil ini sesuai dengan penelitian Naim (2009: 98), baahwa adanya
kombinasi warna, simbol, bentuk, dan gambar dapat memudahkan otak dalam
menyerap informasi yang diterima. Siswa dalam belajar dituntut untuk mandiri
dan bertanggung jawab atas dirinya dalam memperoleh pengetahuannya
dikarenakan guru bertindak sebagai motifator dan fasilitator bagi siswa.
Kesesuaian data dengan adanya peningkatan persentase setiap siklusnya
menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan dalam meningkatkan motivasi
belajar dan hasil belajar siswa melalui penerapan Guided Inquiry disertai Mind
Mapping sudah berhasil dan mendapatkan respon positif dari guru dan siswa.
Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa data yang diperoleh melalui
angket, lembar observasi, tes, dan wawancara menunjukkan adanya kesesuaian
hasil yang didapat, hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian terbukti dapat
meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan Guided Inquiry disertai Mind Mapping dapat meningkatkan
motivasi belajar biologi siswa kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Ngemplak
Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Penerapan Guided Inquiry disertai Mind Mapping dapat meningkatkan hasil
belajar biologi siswa kelas XI IPA III SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali
Tahun Pelajaran 2011/2012.
B. IMPLIKASI
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis dapat dijadikan sebagai dasar
referensi dalam pengembangan penelitian tindakan kelas lebih lanjut dalam
rangka peningkatan motivasi dan hasil belajar biologi siswa.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada proses
pembelajaran di kelas pada materi pembelajaran sistem ekskresi meliputi
sistem ekskresi pada hewan yaitu mengamati organ ekskresi pada burung dara
dan marmut seperti organ paru-paru, hati, ginjal dan kulit, serta istem ekskresi
pada manusia berupa uji kandungan urin pada manusia untuk mengetahui
kandungan yang terdapat pada urin yang digunakan siswa dalam praktikum.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa
serta memberikan alternatif dalam memilih model pembelajaran yang tepat
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa di SMA Negeri 1 Ngemplak
Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
C. SARAN
1. Kepada Guru
a. Guru hendaknya mempelajari dengan baik model pembelajaran yang tepat
diterapkan ketika proses belajar siswa berlangsung di kelas sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
b. Guru hendaknya memberikan motivasi kepada siswa sehingga belajar dapat
menjadi menyenangkan sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
c. Guru seharusnya lebih memantau kegiatan siswa selama pembelajaran
sehingga penerapan Guided Inquiry disertai Mind Mapping dapat berjalan
dengan lancar, lebih menarik, dan menyenangkan, dikarenakan dalam
pelaksanaannya membutuhkan waktu yang cukup lama terutama dalam
merancang kegiatan pembelajaran.
2. Kepada Sekolah
a. Sekolah dapat menjadikan sebagai alternatif pembelajaran yang diterapkan
oleh guru sehingga belajar menjadi lebih beragam dan inovatif.
b. Sekolah dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat diterapkan
dalam proses belajar mengajar di kelas oleh guru.
3. Kepada Peneliti Lain
a. Perlu adanya penelitian yang sejenis dengan cangkupan materi yang lain
sehingga dapat diketahui sejauh mana penerapan Guided Inquiry disertai
Mind Mapping dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
b. Bagi peneliti lain yang ingin menggunakan penelitian sejenis hendaknya
memperhatikan alokasi waktu yang tepat dikarenakan penerapan Guided
Inquiry disertai Mind Mapping membutuhkan waktu cukup lama.