Pendidikan Sosial Budaya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa sekarang sudah sangat kompleks masalah lingkungan, sosial,
budaya, dan masalah yang ditimbulkan oleh efek ilmu dan teknologi. Sumber masalah
tersebut bukan berasal dari faktor tunggal. Banyak dimensi dan aspek lain yang
menyebabkan timbulnya masalah tersebut.
Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumberdaya manusia (SDM)
paripurna. Manusia yang cerdas, sehat, jujur, berakhlak mulia, berkarakter, dan
memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Karena itu, pendidikan sebagai jalur utama
pengembangan SDM dan pembentukan karakter adalah kunci dalam menentukan
nasib bangsa. Dalam kaitan ini, mutu pendidikan di Indonesia harus terus ditingkatkan
agar bangsa Indonesia mampu bersaing dengan negara lain. Untuk bersaing dengan
negara lain maka manusia harus dibekali dasar-dasar atau kunci sukses mengetahui
karakter, budaya, dan teknologi agar sumber daya manusia tersebut seimbang dengan
situasi budaya, sosial, dan teknologi sesuai tempat dan zamannya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah,
1. Bagaimana hubungan manusia dan kebudayaan ?
2. Bagaimana hubungan manusia dan peradaban ?
3. Bagaimana hubungan manusia sebagai individu dan makhluk sosial ?
4. Bagaimana hubungan manusia, nilai, moral, dan hukum ?
5. Bagaimana hubungan manusia, keragaman, dan kesederajatan ?
6. Bagaimana hubungan manusia, sains, teknologi, dan seni ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah,
Viona Pradya M | 1
Pendidikan Sosial Budaya
1. Untuk mengetahui hubungan manusia dan kebudayaan.
2. Untuk mengetahui hubungan manusia dan peradaban .
3. Untuk mengetahui hubungan manusia sebagai individu dan makhluk sosial.
4. Untuk mengetahui hubungan manusia, nilai, moral, dan hukum.
5. Untuk mengetahui hubungan manusia, keragaman, dan kesederajatan.
6. Untuk mengetahui hubungan manusia, sains, teknologi, dan seni.
D. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan, penulis membahas mengenail latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II Pembahasan, penulis membahas mengenai manusia dan kebudayaan;
manusia dan peradaban; manusia sebagai individu dan makhluk sosial; manusia, nilai,
moral, dan hukum; manusia, keragaman, dan kesederajatan; dan manusia, sains,
teknologi, dan seni.
BAB III Penutup, penulis membahas mengenai kesimpulan dari makalah ini.
Viona Pradya M | 2
Pendidikan Sosial Budaya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manusia dan Kebudayaan
Manusia sebagai makhluk budaya yang berkemampuan menciptakan
kebaikan, kebenaran, keadilan, dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk berbudaya,
manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, baik bagi
dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya. Sebagai makhluk
berbudaya, manusia menciptakan kebudayaan.
1. Hakikat Manusia sebagai Makhluk Budaya
Manusia adalah salah satu makhluk Tuhan di dunia. Makhluk Tuhan di alam fana
ini ada empat macam, yaitu alam, tumbuhan, binatang, dan manusia. Sifat-sifat yang
dimiliki keempat makhluk Tuhan tersebut sebagai berikut,
a) Alam memiliki sifat wujud.
b) Tumbuhan memilki sifat wujud dan hidup.
c) Binatang memiliki sifat wujud, hidup, dan dibekali nafsu.
d) Manusia memiliki sifat wujud, hidup, dibekali nafsu, serta akal budi.
Akal budi merupakan pemberian sekaligus potensi dalam diri manusia yang tidak
dimiliki makhluk hidup. Kelebihan manusia dibanding makhluk lain terletak pada
akal budi. Anugerah Tuhan akan akal budilah yang membedakan manusia dari
makhluk lain. Akal adalah kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat alami yang
dimiliki. Berpikir merupakan perbuatan operasional dari akal yang mendorong untuk
aktif berbuat demi kepentingan dan peningkatan hidup manusia. Jadi, fungsi dari akal
adalah berpikir. Karena manusia dianugerahi akal maka manusia dapat berpikir.
Kemampuan berpikir manusia juga digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
hidup yang dihadapinya.
Viona Pradya M | 3
Pendidikan Sosial Budaya
Budi berarti juga akal. Budi berasal dari bahasa Sansekerta budh yang artinya
akal. Budi menurut KBBI adalah bagian dari kata hati yang berupa paduan akal dan
perasaan dan yang dapat membedakan baik-buruk sesuatu. Budi dapat pula berarti
tabiat, perangai, dan akhlak.
Dengan akal budinya, manusia mampu menciptakan, mengkreasi,
memperlakukan, memperbaharui, memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan
sesuatu yang ada untuk kepentingan hidup manusia. Contohnya, manusia bisa
membangun rumah, membuat aneka masakan, menciptakan beragam jenis pakaian,
membuat alat transportasi, sarana komunikasi, dan lain-lain. Binatang pun bisa
membuat rumah dan mencari makan. Akan tetapi, rumah dan makanan suatu jenis
binatang tidak pernah berubah dan berkembang. Rumah burung (sarang) dari dulu
sampai sekarang tetap saja wujudnya, tidak ada pembaharuan dan peningkatan.
Manusia dengan kemampuan akal budinya bisa memperbarui dan mengembangkan
sesuatu untuk kepentingan hidup.
Kepentingan hidup manusia adalah dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Secara umum, kebutuhan manusia dalam kehidupan dapat dibedakan menjadi
dua. Pertama, kebutuhan yang bersifat kebendaan (sarana-prasarana) atau
badani/ragawi atau jasmani/biologis. Contohnya adalah makan, minum, bernapas.
Kedua, kebutuhan yang bersifat rohani atau mental atau psikologi. Contohnya adalah
kasih sayang, pujian, perasaan aman.
Abraham Maslow seorang ahli psikologi, berpendapat bahwa kebutuhan manusia
dalam hidup dibagi menjadi 5 tingkatan. Kelima tingkatan tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Kebutuhan fisiologis. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, primer,
dan vital. Kebutuhan ini menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari
organisme manusia, seperti kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat
tinggal.
2. Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan. Kebutuhan ini menyangkut
perasaan, seperti bebas dari rasa takut, terlindung dari bahaya dan ancaman
penyakit.
Viona Pradya M | 4
Pendidikan Sosial Budaya
3. Kebutuhan sosial. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan dicintai,
diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa
setia kawan, kerjasama.
4. Kebutuhan akan penghargaan. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan
dihargainya kemampuan, kedudukan, dan jabatan.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan untuk
memaksimalkan penggunaan potensi-potensi, kemampuan, dan bakat.
Gambar 1. Piramida Kebutuhan Maslow
Dengan akal budi, manusia tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup,
tetapi juga mampu mempertahankan serta meningkatnya derajatnya sebagai makhluk
yang tinggi bila dibanding dengan makhluk lain. Manusia tidak sekedar homo, tetapi
human (manusia yang manusiawi). Dengan demikian, manusia memiliki dan mampu
mengembangkan sisi kemanusiannya.
Dengan akal budi, manusia mampu menciptakan kebudayaan. Kebudayaan
pada dasarnya adalah hasil akal budi manusia dalam iteraksinya, baik dengan alam
maupun manusia lainnya. Manusia merupakan makhluk yang berbudaya. Manusia
adalah pencipta kebudayaan.
Viona Pradya M | 5
5
4
3
2
1
Aktualisasi Diri
Penghargaan
Sosial
Rasa Aman
Fisiologis
Pendidikan Sosial Budaya
2. Apresiasi terhadap Kemanusiaan dan Kebudayaan
a) Manusia dan Kemanusiaan
Kemanusiaan berarti hakikat dan sifat-sifat khas manusia sebagai makhluk
yang tinggi harkat martabatnya. Kemanusiaan menggambarkan ungkapan akan
hakikat dan sifat yang seharusnya dimiliki oleh makhluk yang bernama manusia.
Kemanusiaan merupakan prinsip atau nilai yang berisi keharusan/tuntutan untuk
bersesuaian dengan hakikat dari manusia.
Hakikat manusia Indonesia berdasarkan Pancasila sering dikenal dengan
sebutan hakikat kodrat monopluralis. Hakikat manusia terdiri atas,
1) Monodualis susunan kodrat manusia yang terdiri dari aspek keragaman,
meliputi wujud materi anorganis benda mati, vegetatif, dan animalis.
2) Monodualis sifat kodrat manusia terdiri atas segi individu dan segi sosial.
3) Monodualis kedudukan kodrat meliputi segi keberadaan manusia sebagai
makhluk yang berkepribadian merdeka (berdiri sendiri) sekaligus juga
menunjukkan keterbatasannya senagai makhluk Tuhan.
Hakikat manusia harus dipandang secara utuh. Manusia merupakan makhluk
Tuhan yang paling sempurna karena ia dibekali akal budi. Manusia memiliki harkat
dan derajat yang tinggi. Harkat adalah nilai, sedangkan derajat adalah kedudukan.
Pandangan demikian berlandaskan pada ajaran agama yang diyakini oleh manusia
sendiri.
Karena manuia memiliki harkat dan derajat yang tinggi maka manusia
hendaknya mempertahankan hal tersebut. Dalam upaya mempertahankan dan
meningkatkan harkat dan martabatnya tersebut, maka prinsip kemanusiaan berbiacara.
Prinsip kemanusiaan mengandung arti adanya penghargaan dan penghormatan
terhadap harkat dan martabat manusia yang luhur itu. Semua manusia adalah luhur,
karena itu manusia tidak harus dibedakan perlakuannya hanya karena perbedaan suku,
ras, keyakinan, status sosial ekonomi, asal usul, dan sebagainya.
Ada ungkapan bahwa the mankind is one (kemanusiaan adalah satu). Dengan
demikian, sudah sewajarnya antarsesama manusia tidak saling menindas, tetapi saling
menghargai dan saling mengormati dengan pijakan prinsip kemanusiaan. Prinsip
Viona Pradya M | 6
Pendidikan Sosial Budaya
kemanusiaan yang ada dalam diri manusia menjadi penggerak manusia untuk
berperilaku yang seharusnya sebagai manusia.
Dalam Pancasila sila kedua terdapat konsep kemanusiaan yang adil dan
beradab. Kemanusiaan yang adil dan beradab berarti sikap dan perbuatan manusia
yang sesuai dengan kodrat hakikat manusia yang sopan dan susila yang berdasarkan
atas nilai dan norma moral. Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran
akan sikap dan perbuatan yang didasarkan pada budi nurani manusia yang
dihubungkan dengan norma-norma, baik terhadap diri sendiri, sesama manusia,
maupun terhadap lingkungannya.
b) Manusia dan Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu buddhayah yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal. Ada pendapat lain mengatakan budaya berasal dari kata
budi dan daya. Budi merupakan unsur rohani, sedangkan daya adalah unsur
jasmani manusia. Dengan demikian, budaya merupakan hasil budi dan daya dari
manusia.
Definisi kebudayaan telah banyak dikemukakan oleh para ahli, misalnya :
a. Herkovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun-temurun
dari satu generasi ke generasi lain, yang keudian disebut sebagai
superorganik.
b. Andreas Eppink menyatakan bahwa kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan, serta keseluruhan struktur-
struktur sosial, religius, dan lain-lain, ditambah lagi dengan segala
pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
c. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengatakan kebudayaan adalah
sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Viona Pradya M | 7
Pendidikan Sosial Budaya
3. Etika dan Estetika Berbudaya
a) Etika Manusia dalam Berbudaya
Kata etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos. Secara etimologis, etika
adalah ajaran tentang baik-nuruk, yang diterima umum tentang sikap, perbuatan,
kewajiban, dam sebagainya. Etika bisa disamakan artinya dengan moral, akhlak,
atau kesusilaan. Etika berkaitan dengan masalah nilai, karena etika pada pokoknya
membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai susila, atau
tidak susila, baik dan buruk. Dalam hal ini, etika termasuk dalam kawasan nilai,
sedangkan nilai etika itu sendiri berkaitan dengan baik buruk perbuatan manusia.
Namun, etika memiliki makna yang bervariasi. Bertens menyebutkan ada tiga
jenis makna etika sebagai berikut.
1) Etika dalam arti nilai – nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau kelompok orang dalam mengatur tingkah laku.
2) Etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral (yang dimaksud disini adalah
kode etik)
3) Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang yang baik dan yang buruk. Disini
etika sama artinya dengan filsafat moral.
Etika sebagai nilai dan norma etik atau moral yang berhubungan dengan
makna etika yang pertama. Nilai-nilai etik adalah nilai tentang baik buruk kelakuan
manusia. Nilai etik diwujudkan ke dalam norma etik, norma moral, atau norma
kesusialaan.
Norma etik berhubungan dengan manusia sebagai individu karena
menyangkut kehidupan pribadi. Pendukung norma etik adalah nurani individu dan
bukan manusia sebagai makhluk sosial atau sebagai anggota masyarakat yang
terorganisir. Norma ini dapat melengkapi ketidakseimbangan hidup pribadi dan
mencegah kegelisahan diri sendiri.
Norma etik ditujukan kepada umat manusia agar terbentuk kebaikan akhlak
pribadi guna penyempurnaan manusia dan melarang manusia melakukan perbuatan
jahat. Membunuh, berzina, mencuri, dan sebagainya tidak hanya dilarang oleh norma
kepercayan atau keagamaan saja, tetapi dirasakan juga sebagai betentangan dengan
Viona Pradya M | 8
Pendidikan Sosial Budaya
(norma) kesusilaan dalam setiap hati nurani manusia. Norma etik hanya membebani
manusia dengan kewajiban-kewajiban saja.
Asal atau sumber norma etik adalah dari manusia sendiri yang bersifat otonom
dan tidak ditujukan kepada sikap lahir, tetapi ditujukan kepada sikap batin manusia.
Batinnya sendirilah yang mengancam perbuatan yang melanggar norma kesusialaan
dengan sanksi. Tidak ada kekuasaan di luar dirinya yang memaksakan sanksi itu.
Kalau terjadi pelanggaran norma etik, misalnya pencurian atau penipuan, maka akan
timbulah dalam hati nurani si pelanggar itu rasa penyesalan, rasa malu, takut, dan
merasa bersalah.
Daerah berlakunya norma etik relatif universal, meskipun tetap dipengaruhi
oleh ideologi masyarakat pendukunya. Perilaku membunuh adalah perilaku yang
amoral, asusila, atau tidak etis. Pandangan ini bisa diterima oleh orang di mana saja
atau universal. Namun, dalah hal tertentu, perilaku seks bebas bagi masyarakat
penganut kebebasan kemungkinan bukan perilaku yang amoral. Etika masyarakat
Timur mungkin berbeda dengan etika masyarakat Barat.
Norma etik atau norma moral menjadi acuan manusia dalam berperilaku.
Dengan norma etik, manusia bisa membedakan mana perilaku yang baik dan mana
perilaku yang buruk. Norma etik menjadi semacam das sollen untuk berperilaku baik.
Manusia yang beretika berarti perilaku manusia itu baik sesuai dengan norma-norma
etik.
Budaya atau kebudayaan adalah hasil cipta, rasa, karsa manusia. Manusia
yang beretika akan menghasilkan budaya yang memiliki nilai-nilai etik pula. Etika
berbudaya mengandung tuntutan/keharusan nahwa budaya yang diciptakan manusia
mengandung nilai-nilai etik yang kurang lebih bersifat universal atau diterima
sebagian besar orang. Budaya yang memiliki nilai-nilai etik adalah budaya yang
mampu menjaga, mempertahankan, bahkan mampu meningkatkan harkat dan
martabat manusia itu sendiri. Sebaliknya, budaya yang tidak beretika adalah
kebudayaan yang akan merendahkan atau bahkan menghancurkan mertabat
kemanusiaan.
Namun demikian, menentukan apakah suatu budaya yang dihasilkan manusia
itu memenuhi nilai-nilai etik ataukah menyimpang dari nilai etika adalah bergantung
Viona Pradya M | 9
Pendidikan Sosial Budaya
dari paham atau ideologi yang diyakini masyarakat pendukung kebudayaan. Hal ini
dikarenakan berlakunya nilai-nilai etik bersifat universal, namun amat dipengaruhi
oleh ideologi masyarakatnya.
Contohnya, budaya berperilaku berduaan di jalan antara sepasang muda-mudi,
bahkan bermesraan di depan umum. Masyarakat individual menyatakan hal demikian
bukanlah perilaku tidak etis, tetapi akan ada sebagian orang atau masyarakat yang
berpandangan hal tersebut merupakan penyimpangan etik.
b) Estetika Manusia dalam Berbudaya
Estetika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau seni. Estetika
berkaitan dengan nilai indah-jelek. Nilai estetika berarti nilai tentang keindahan.
Keindahan dapat diberi makna secara luas, secara sempit, dan estetik murni.
a) Secara luas, keindahan mengandung ide kebaikan. Bahwa segala sesuatu yang
baik termasuk abstrak maupun nyata yang mengandung ide kebaikan adlaha
indah. Keindahan dalam arti luas mengandung banyak hal, seperti watak yang
indah, hukum yang indah, ilmu yang indah, dan kebajikan yang indah. Indah
dalam arti luas mencakup hampir seluruh yang ada, apakah merupakan hasil seni,
alam, moral, dan intelektual.
b) Secara sempit, yang indah yang terbatas pada lingkup persepsi penglihatan
(bentuk dan warna).
c) Secara estetik murni, menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam
hubungannya dengan segala sesuatu yang diresapinya melalui penglihatan,
pendengaran, peradaban dan perasaan, yang semuanya dapat menimbulkan
persepsi (anggapan indah).
Jika estetika dibandingkan dengan etika, maka etika berkaitan dengan nilai
tentang baik buruk, sedangkan estetika berkaitan dengan hal yang indah jelek. Sesuatu
yang estetik berarti memenuhi unsur keindahan (secara estetik murni maupun secara
sempit, baik dalam bentuk, warna, garis, kata, atau pun nada). Budaya yang estetik
berarti budaya itu memiliki unsur keindahan.
Apabila nilai etik bersifat relatif universal, dalam arti bisa diterima banyak
orang, namun nilai estetik amat subjektif dan partikular. Sesuatu yang indah bagi
seseorang belum tentu indah bagi orang lain.
Viona Pradya M | 10
Pendidikan Sosial Budaya
Karena subjektif, nilai estetik tidak bisa dipaksakan pada orang lain. Kita tidak
bia memaksa seseorang untuk mengakui keindahan sebuah lukisan sebagaimana
pandangan kita. Nilai-nilai estetik lebih bersifat perasaan, bukan pernyataan.
Budaya sebagai hasil karya manusia sesungguhnya diupayakan untuk
memenuhi unsur keindahan. Manusia sendiri memang suka akan keindahan. Di
sinilah manusia berusaha berestetika dalam berbudaya. Semua kebudayaan pastilah
dipandang memiliki nilai-nilai estetik bagi masyarakat pendukung budaya tersebut.
Hal-hal yang indah dan kesukaannya pada keindahan diwujudkan dengan
menciptakan aneka ragam budaya.
Namun sekali lagi, bahwa suatu produk budaya yang dipandang indah
masyarakat pemiliknya belum tentu indah bagi masyarakat budaya lain.
Karena itu, estetika berbudaya tidak semata-mata dalam berbudaya harus
memenuhi nilai-nilai keindahan. Lebih dari itu, estetika berbudaya menyiratkan
perlunya manusia (individu atau masyarakat) untuk menghargai keindahan budaya
yang dihasilkan manusia lainnya. Keindahan adalah subjektif, tetapi kita dapat
melepas subjektifitas kita untuk melihat adanya estetika dalam budaya lain. Estetika
berbudaya yang demikian akan mampu memecah sekat-sekat kebekuan,
ketidakpercayaan, kecurigaan, dan rasa inferioritas antarbudaya.
4. Memanusiakan Manusia
Manusia tidak hanya menjadi sebatas homo, tetapi harus meningkatkan diri
menjadi human. Manusia harus memiliki prinsip, nilai, dan rasa kemanusiaan yang
melekat dalam dirinya. Manusia memiliki peri kemanusiaan, tetapi binatang tidak bisa
dikatan memiliki perikebinatangan. Hal ini karena binatang tidak memiliki akal budi,
sedangkan manusia memiliki akal budi yang memunculkan rasa atau
perikemanusiaan. Perikemanusiaan inilah yang mendorong perilaku baik sebagai
manusia.
Memanusiakan manusia berarti perilaku manusia untuk senantiasa menghargai
dan menghormati harkat dan derajat manusia lainnya. Memanusiakan manusia adalah
tidak menindas sesama, tidak menghardik, tidak bersifat kasar, tidak menyakiti, dan
perilaku-perilaku buruk lainnya.
Viona Pradya M | 11
Pendidikan Sosial Budaya
Memanusiakan manusia berarti perilaku memanusiawikan antarsesama.
Memanusiakan manusia memberi keuntungan bagi diri sendiri maupun orang lain. Bagi diri
sendiri akan menunjukkan harga diri dan nilai luhur pribadinya sebagai manusia. Sedangkan
bagi orang lain akan memberikan rasa percaya, rasa hormat, kedamaian, dan kesejahteraan
hidup.
Sebaliknya, sikap tidak manusiawi terhadap manusia lain hanya akan merendahkan
harga diri dan martabatnya sebagai manusia yang sesungguhnya makhluk mulia. Sedangkan
bagi orang lain, sebagai korban tindakan yang tidak manusiawi akan menciptakan
penderitaan, kesusahan, ketakutan, perasaan dendam, dan sebagainya. Sejarah membuktikan
bahwa perseturuan, pertentangan, dan peperangan yang terjadi di berbagai belahan dunia
adalah karena manusia belum mampu memanusiakan manusia lain, dan sekelompok bangsa
menindas bangsa lain. Penjajahan atau kolonialisme adalah contoh perilaku suatu bangsa
menindas bangsa lain. Penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan.
Dewasa ini, perilaku tidak manusiawi dicontohkan dengan adanya kasus kekerasan
terhadap para pembantu rumah tangga.
Sikap dan peilaku memanusiakan manusia didasarkan atas prinsip kemanusian yang
disebut the mankind is one. Prinsip kemanusiaan tidak membeda-bedakan kita dalam
memperlakukan orang lain atas dasar warna kulit, suku, agama, ras, asal, dan status sosial
ekonomi. Kita tetap harus manusiawi terhadap orang lain, apa pun latar belakanya, karena
semua manusia adalah makhluk Tuhan yang sama harkat dan martabatnya. Perilaku yang
manusiawi atau memanusiakan manusia adalah sesuai dengan kodrat manusia. Sebaliknya,
perilaku yang tidak manusiawi bertentangan dengan hakikat kodrat manusia. Perilaku yang
tidak manusiawi pasti akan mendatangkan kerusakan hidup manusia.
5. Problematika Kebudayaan
Kebudayaan yang diciptakan manusia dalam kelompok dan wilayah berbeda-beda
menghasilkan keragaman kebudayaan. Tiap persekutuan manusia (masyarakat, suku, atau
bangsa) memiliki kebudayaannya sendiri yang berbeda dengan kelompok lain. Kebudayaan
yang dimiliki kelompok manusia membentuk ciri dan menjadi pembeda dengan kelompok
lain. Dengan demikian, kebudayaan merupakan identitas dari persekutuan hidup manusia.
Dalam rangka pemenuhan hidupnya, manusia akan berinteraksi dengan manusia lain,
masyarakat berhubungan dengan masyarakat lain, demikian pula terjadi hubungan
Viona Pradya M | 12
Pendidikan Sosial Budaya
antarpersekutuan hidup manusia dari waktu ke waktu terus berlangsung sepanjang kehidupan
manusia. Kebudayaan yang ada ikut pula mengalami dinamika seiring dengan dinamika
pergaulan hidup manusia sebagai pemilik kebudayaan. Berkaitan dengan hal tersebut kita
mengenal adanya pewarisan kebudayaan perubahan kebudayaan, dan penyebaran
kebudayaan.
B. Manusia dan Peradaban1. Hakikat Peradaban
Peradaban memiliki kaitan yang erat dengan kebudayaan. Pada materi
sebelumnya kita telah mengetahui makna kebudayaan. Hasil atau produk kebudayaan
manusia inilah yang menghasilkan peradaban.
Peradaban berasal dari kata adab yang dapat diartikan sopan, berbudi pekerti,
luhur, mulia, berakhlak, yang semuanya menunjuk pada sifat yang tinggi dan mulia.
Huntington (2001) mendefinisikan peradaban (civilization) sebagai the highest social
grouping of people andn the distinguish humans from other species. Peradaban tidak
lain adalah perkembangan kebudayaan yang telah mendapat tingkat tertentu yang
diperoleh manusia pendukungnya. Taraf kebudayaan yang telah mencapai tingkat
tertentu tercermin pada pendukungnya yang dikatakan sebagai beradab atau mencapai
peradaban yang tinggi.
Dari batasan pengertian di atas, maka istilah peradaban dering dipakai untuk
hasil kebudayaan seperti kesenian, ilmu pengetahuan dan teknologi, adat, sopan
santun, serta pergaulan. Selain itu, kepandaian menulis, organisasi bernegara serta
masyarakat kota yang maju dan kompleks. Peradaban menunjuk pada hasil
kebudayaan yang bernilai tinggi dan maju. Karena itu, dapat dikatakan bahwa setiap
masyarakat atau bangsa dimana pun selalu berkebudayaan, tetapi tidak semuanya
telah memiliki peradaban. Perdaban merupakan tahap tertentu dari kebudayaan
masyarakat tertentu pula, yang telah mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh
tingkat ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang telah maju.
Tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor
kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, dan tingkat pendidikan. Dengan demikian,
suatu bangsa yang memiliki kebudayaan tinggi (peradaban) dapat dinilai dari tingkat
pendidikan, kemajuan teknologi, dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan,
Viona Pradya M | 13
Pendidikan Sosial Budaya
teknologi, dan ilmu pengetahuan yang dimiliki masyarakat akan senantiasa
berkembang. Karena itu, peradaban masyarakat juga akan berkembang sesuai dengan
zamannya. Peradaban bangsa dalam suatu kurun waktu tertentu dianggap tinggi di
zamannya. Namun, penilaian atas peradaban manusia pada masa sekarang.
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan memengaruhi peradaban sebuah
bangsa. Kemampuan teknologi menjadikan bangsa itu dianggap lenih maju dari
bangsa-bangsa lain pada zamannya. Kemajuan teknologi bisa diliat dari insfrastruktur
bangunan, sarana yang dibuat, lembaga yang dibentuk, dan lain-lain. Contoh bangsa-
bangsa yang dimiliki peradaban tinggi pada masa lampau adalah tinggal di lembah
Sungai Nil, lembah Sungai Eufrat Tigris, lembah Sungai Indus, dan lembah Sungai
Hoang Ho di Cina.
Masyarakat pada saat ini tetap memberi penghargaan dan apresiasi yang tinggi
untuk peradaban pada masa itu. Bukti akan hal tersebut adalah pengakuan masyarakat
dunia akan adanya keajaiban dunia, yang pada hakikatnya berasal dari peradaban
masa lalu. Keajaiban dunia yang terkenal saat ini antara lain,
a) Piramida di Mesir merupakan makam raja-raja mesir kuno.
b) Taman gantung di Babylonia.
c) Menara Pisa di Italia.
d) Menara Eiffel di Paris.
e) Candi Borobudur di Indonesia.
f) Taj Mahal di India.
g) Patung Zeus yang tingginya 14 m dan seluruhnya terbuat dari emas.
h) Kuil Artemis merupakan kuil terbesar di Yunani.
Selain dari kemajuan teknologi yang dimiliki sebuah bangsa, peradaban
ditentukan pula oleh tingkat pendidikan. Salah satu ciri yang penting dalam definisi
peradaban adalah berbudaya, yang dalam bahasa Inggris disebut cultured. Orang yang
cultured adalah juga yang lettered, artinya melek huruf. Namun, pengertian lettered
dalam hal ini tidak sekedar bisa membaca dan menulis hal yang sederhana. Orang
yang sekedar bisa membaca karangan yang sederhana dan memahami kesenian yang
tidak kompleks dianggap unlettered. Akibatnya, pembaca sastra dan peminat seni
picisan dianggap uncultured. Orang yang cultured adalah yang mampu menghayati
dan memahami hasil kebudayaan adiluhung, yang hanya bisa didapatkan dengan
Viona Pradya M | 14
Pendidikan Sosial Budaya
pendidikan yang tarafnya tinggi. Bangsa yang beradab adalah bangsa yang terdidik.
Akan tetapi, bangsa yang berbudaya belum tentu memiliki tingkat pendidikan yang
tinggi.
2. Manusia sebagai Makhluk Beradab dan Masyarakat Beradab
Peradaban tidak hanya menunjuk pada hasil-hasil kebudayaan manusia yang
sifatnya fisik, seperti barang, bangunan, dan benda-benda. Perdaban tidak hanya
merujuk pada wujud benda hasil budaya, tetapi juga wujud gagasan dan perilaku
manusia. Kebudayaan merupakan keseluruhan dari hasil budidaya manusia, baik
cipta, karsa, dan rasa. Kebudayaan berwujud gagasan/ide, perilaku/aktivitas, dan
benda-benda. Sedangkan peradaban adalah bagian dari kebudayaan yang tinggi, halus,
indah, dan maju. Jadi, peradaban termasuk pula di dalamnya gagasan dan perilaku
manusia yang tinggi, halus, dan maju.
Peradaban sebagai produk yang bernilai tinggi, halus, indah, dan maju
menunjukkan bahwa manusia memanglah merupakan makhluk yang memiliki
kecerdasan, keberadaan, dan kemauan yang kuat. Manusia merupakan makhluk yang
beradab sehingga mampu menghasilkan peradaban. Di samping itu, manusia sebagai
makhluk sosial juga mampu menciptakan masyarakat yang beradab.
Adab artinya sopan. Manusia sebagai makhluk beradab artinya pribadi
manusia itu memiliki potensi untuk berlaku sopan, berakhlak, dan berbudi pekerti
luhur. Sopan, berakhlak, dan berbudi pekerti yang luhur menunjuk pada perilaku
manusia. Orang yang beradab adalah orang yang berkesopanan, berakhlak, dan
berbudi pekerti luhur dalam perilaku, termasuk pula gagasan-gagasannya. Manusia
yang beradab adalah manusia yang bisa menyelaraskan antara cipta, rasa, dan karsa.
Kaelan (2002) menyatakan manusia yang beradab adalah manusia yang mampu
melaksanakan hakikatnya sebagai manusia. Kebalikannya adalah manusia yang
biadab atau dikenal dengan istilah barbar. Secara sempit, orang yang biadab diartikan
sebagai orang yang perilakunya tidak sopan, tidak berakhlak, dan tidak memiliki budi
pekerti yang mulia. Orang yang biadab juga tidak mampu menyeimbangkan antara
cipta, rasa, dan karsanya sebagai manusia. Misalnya, kemampuan cipta manusia
dalam membuat senjata digunakan untuk saling membunuh antarsesama.
Viona Pradya M | 15
Pendidikan Sosial Budaya
Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk yang beradab sebab dianugerahi
harkat, martabat, serta potensi kemanusiaan yang tinggi. Namun, dalam
perkembangannya manusia bisa jatuh dalam perilaku kebiadaban karena tidak mampu
menyeimbangkan atau mengendalikan cipta, rasa, dan karsa yang dimilikinya.
Manusia tersebut telah melanggar hakikat kemanusiannya sendiri.
Manusia sebagai makhluk sosial membentuk persekutuan-persekutuan hidup,
yaitu masyarakat. Manusia beradab pastilah berkeinginan membentuk masyarakat
yang beradab. Terbentuklah masyarakat beradab atau berkeadaban.
Dewasa ini, masyarakat adab memiliki padanan isitilah yang dikenal dengan
masyarakat madani atau masyarakat sipil (civil society). Konsep masyarakat adab
berasal dari konsep civil society, dari asal kata society civilis. Istilah masyarakat adab
dikenal dengan kata lain masyarakat sipil, masyarakat warga, atau masyarakat
madani.
Pada mulanya, civil society berasal dari dunia Barat. Adalah Dato Anwar
Ibrahim (mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia) yang pertama kali
memperkenalkan istilah masyarakat madani sebagai istilah lain dari civil society.
Nurcholish Madjid mengindonesiakan civil society (Inggris) dengan masyarakat
madani. Kata civil society memiliki dasar kata yang sama dengan civic (kewargaan)
dan city (kota) dari kata dasar berbahasa Latin civis. Kemudian, kata civil tumbuh
menjadi bermakna dari atau dalam persesuaian dengan teratur, beradab.
Masyarakat adab pada dasarnya merupakan keinginan yang tulus dari manusia
sebagai makhluk yang beradab. Namun, sebagaimana halnya dengan individu,
masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu bisa saling bertengkar, saling bertikai,
bahkan saling membunuh antarkelompok masyarakat. Bukti bahwa perang yang
sampai saat ini banyak terjadi di berbagai belahan dunia, menunjukkan bahwa cita-
cita masyarakat adab harus senantiasa diperjuangkan, dipertahankan, dan dipelihara
dengan sebaik-baiknya.
3. Evolusi Budaya dan Wujud Peradaban dalam Kehidupan Sosial Budaya
Kebudayaan itu telah mengalami proses perkembangan secara bertahap dan
berkesinambungan yang kita konsepkan sebagai evolusi kebudayaan. Evolusi
Viona Pradya M | 16
Pendidikan Sosial Budaya
kebudayaan ini berlangsung sesuai dengan perkembangan budi daya atau akal pikiran
manusia dalam menghadapi tantangan hidup dari waktu ke waktu. Proses evolusi
untuk tiap kelompok masyarakat di berbagai tempat berbeda-beda, bergantung pada
tantangan, lingkungan, dan kemampuan intelektual manusianya untuk mengantisipasi
tantangan tadi.
Adanya kebudayaan bermula dari kemampuan akal dan budi daya manusia
dalam menganggapi, merespons, dan mengatasi tantangan alam dan lingkungan dalam
upaya mencapai kebutuhan hidupnya. Dengan potensi akal dan budi inilah manusia
menaklukan alam. Manusia menemukan dan menciptakan berbagai sarana hidup
sebagai upaya mengatasi tantangan alam. Manusia menciptakan kebudayaan.
Dalam kehidupan manusia dapat kita bagi dua, yaitu masa prasejarah (masa
sebelum manusia mengenal tulisan sampai manusia mengenal tulisan) dan masa
sejarah (masa manusia telah mengenal tulisan). Data-data tentang masa prasejarah
diambil dari sisa-sisa dan bukti-bukti yang digali dan diinterpretasikan. Masa sejarah
bermula ketika adanya catatan tertulis untuk dijadikan bahan rujukan. Penciptaan
tulisan ini merupakan satu penemuan revolusioner yang genius. Bermula dari
penciptaan properti dan lukisan objek, seperti kambing, lembu, wadah, ukuran barang,
dan sebagainya; diikuti dengan indikasi angka; kemudian diikuti simbol yang
mengindikasikan transaksi, nama, dan alamat yang bersangkutan; selanjutnya simbol
untuk fenomena harian, hubungan antara mereka, dan akhirnya intisari, seperti warna,
bentuk, dan konsep.
4. Dinamika Peradaban Global
Menurut Arnold Y.Toynbee, seorang sejarawan asal Inggris, lahirnya
peradaban itu diuraikan dengan teori challenge and respons. Peradaban itu lahir
sebagai respons (tanggapan) manusia yang dengan segenap daya upaya dan akalnya
menghadapi, menaklukkan, dan mengolah alam sebagai tantangan (challenge) guna
mencukupi kebutuhan dan melestarikan kelangsungan hidupnya.
Alam menawarkan sejumlah tantangan dan kemungkinan-kemungkinan. Ada
alam yang tandus atau subur, di pegunungan atau pantai, daerah yang rawan gempa
atau yang tanahnya stabil, dan seterusnya. Jika tantangan alam itu berat maka manusia
Viona Pradya M | 17
Pendidikan Sosial Budaya
pun akan gigih dan berusaha keras dalam merespons alam tersebut, begitu pun
sebaliknya.
Setiap kali timbul kebutuhan akan sesuatu, manusia akan berusaha
menemukan jalan untuk memperolehnya. Seluruh perangkat ide, metode, teknik, dan
benda material yang digunakan dalam suatu jangka waktu tertentu dalam suatu tempat
tertentu maupun kegiatan untuk merombak perangkat tersebut demi memenuhi
kebutuhan hidup manusia disebut teknologi. Teknologi lahir dan dikembangkan oleh
manusia, dan ilmu untuk menguasai dan memanfaatkan lingkungan sehingga
kebutuhannya dapat terpenuhi.
Penerapan teknologi itu bertujuan untuk memudahkan kerja manusia, agar
meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya. Alvin Toffler menganalisis geja-gejala
perubahan dan pembaharuan peradaban masyarakat akibat majunya ilmu dan
teknologi. Dalam bukunya The Third Wave (1981), ia menyatakan bahwa gelombang
perubahan peradaban umat manusia sampai saat ini telah mengalami tiga gelombang,
yaitu,
a) Gelombang I, peradaban teknologi pertanian berlangsung mulai 800 SM-1500 M.
b) Gelombang II, peradaban teknologi industri berlangsung mulai 1500 M – 1970
M.
c) Gelombang III, peradaban informasi berlangsung mulai 1970 M – sekarang.
Setiap gelombang peradaban tersebut dikuasai oleh tingkat teknologi yang
digunakan. Gelombang pertama (the first wave) dikenal dengan revolusi hijau. Dalam
gelombang pertama ini manusia menemukan dan menerapkan teknologi pertanian.
Pertanian terbatas pada pengelolaan lahan-lahan pertanian untuk mencukupi
kebutuhan manusia. Pada awalnya, manusia berpindah-pindah dalam memanfaatkan
lahan untuk mendapatkan hasil pertanian melalui teknologi pengumpulan hasil hutan.
Selanjutnya, mereka berpindah ke penerapan teknologi pertanian, dimana manusia
cenderung bertempat tinggal di suatu tempat yang kemudian menumbuhkan desa.
Gelombang kedua adalah adanya revolusi industri terutama di negara-negara
barat yang dimulai dengan revolusi industri di Inggris. Masa gelombang kedua adalah
masa revolusi industri, yaitu kira-kira tahun 1700-1970. Masa ini dimulai dengan
penemuan mesin uap pada tahun 1712. Pada masa itu ditemukan mesin eletro mekanis
Viona Pradya M | 18
Pendidikan Sosial Budaya
raksasa, mesin-mesin bergerak cepat, dan ban jalam. Mesin-mesin tersebut tidak
hanya menggantikan otot-otot manusia, tetapi peradaban industri juga memberi
mesin-mesin tersebut alat-alat pancaindera sehingga mesin-mesin dapat mendengar
dan melihat lebih tajam daripada indra manusia, dan dapat menghasilkan/melahirkan
bermacam-macam mesin baru, yang akhirnya dikoordinir dengan rapi menjadi pabrik.
Penggunaan mesin industri, mesin uap, dan mesin pemintal dalam industri garmen
dan industri tambang telah memajukan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Eropa.
Gelombang ketiga merupakan revolusi informasi yang ditandai dengan
kemajuan teknologi indformasi yang memudahkan manusia untuk berkomunikasi
dalam berbagai bidang. Gelombang ketiga terjadi dengan kemajuan teknologi dalam
bidang,
a) Komunikasi dan data prosseing.
b) Penerbangan dan angkasa luar.
c) Energi alternatif dan energi yang dapat diperbarui.
d) Terjadinya urbanisasi, yang disebabkan oleh kemajuan teknologi komunikasi dan
transportasi.
Gelombang ketiga ini melahirkan suatu masyarakat dunia yang dikenal dengan
sebutan the global village (kampung global). Kita sekarang berada pada gelombang
ketiga atau masa revolusi informasi. Diperkirakan era informasi ini akan mencapai
puncaknya pada 10 s.d. 2tahun mendatang.
John Naisbitt dalam bukunya Megatrends (1982), menyatakan bahwa
globalisasi memunculkan perubahan-perubahan yang akan dialami oleh negara-negara
dunia. Perubahan itu terjadi karena interaksi yang dekat dan intensif antarnegara,
terutama negara berkembang akan terpengaruh oleh kemajuan di negara-negara maju.
Perubahan-perubahan tersebut ialah,
a) Perubahan dari masyarakat industri ke masyarakat informasi.
b) Perubahan dari teknologi yang mengandalkan kekuatan tenaga ke teknologi
canggih.
c) Perubahan dari ekonomi nasional ke ekonomi dunia.
d) Perubahan dari jangka pendek ke jangka panjang.
e) Perubahan dari sentralisasi ke desentralisasi.
Viona Pradya M | 19
Pendidikan Sosial Budaya
f) Perubahan dari bantuan lembaga ke bantuan diri sendiri.
g) Perubahan dari demokrasi perwakilan ke demokrasi partisipatori.
h) Perubahan dari sistem hirarki ke jaringan kerja.
i) Perubahan dari utara ke selatan.
j) Perubahan dari satu diantara dua pilihan menjadi macam-macam pilihan.
Naisbitt dan Patricia Aburdance (1990) kembali mengemukakan lagi adanya sepuluh
macam perubahan di era global, yaitu,
a) Abad biologi.
b) Bangunannya sosialisme pasar bebas.
c) Cara hidup global dan nasionalisme budaya.
d) Dasawarsa kepemimpinan wanita.
e) Kebangkitan agama dan milenium baru.
f) Kebangkitan dalam kesenian.
g) Kemenangan individu.
h) Pertumbuhan ekonomi dunia dalam tahun 1990-an.
i) Berkembangnya wilayah pasifik.
j) Privitasi/swastanisasi atas negara kesejahteraan.
5. Problematika Peradaban Global pada Kehidupan Manusia
Peradaban global yang tengah terjadi dewasa ini tidak bisa dipisahkan dari globalisasi
itu sendiri. Kata globalisasi diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal.
Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kera, sehingga
tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses
sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan
negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau
kesatuan koeksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya
masyarakat.
Globalisasi digerakkan oleh kemajuan yang pesat dalam teknologi transportasi dan
informasi komunikasi. Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya
fenomena globalisasi di dunia.
Viona Pradya M | 20
Pendidikan Sosial Budaya
a) Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antarnegara menunjukkan keterkaitan
antarmanusia di seluruh dunia.
b) Perkembangan barang-barang.
c) Pasar dan prosuksi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai
akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional.
d) Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa.
e) Meningkatnya masalah bersama.
C. Manusia sebagai Individu dan Makhluk Sosial1. Hakikat Manusia sebgaia Makhluk Individu dan Sosial
Unsur- unsur hakikat manusia terdiri dari hal-hal berikut ini,
a) Susunan kodrat manusia teridiri atas raga dan jiwa.
b) Sifat kodrat terdiri atas makhluk individu dan sosial.
c) Kedudukan kodrat terdiri atas makhluk berdiri sendiri dan makhluk Tuhan.
Berdasarkan pembedaan demikian maka manusia sebagai makhluk individu
dan sosial adalah hakikat manusia berdasar sifat-sifat kodrat yang melekat pada
dirinya. Berdasarkan unsur hakikat manusia diatas, Notonagoro (1975) mengatakan
bahwa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial merupakan sifat kodrat dari
manusia. Frans Magnis Suseno (2001) menyatakan bahwa manusia adalah individu
yang secara hakiki bersifat sosial.
1) Manusia sebagai Makhluk Individu
Individu berasal dari bahasa Latin individuum yang artinya tak terbagi. Kata
individu merupakan sebutan yang dipakai untuk menyatakan satu kesatuan yang
paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia secara keseluruhan
yang tak dapat terbagi, melainkan sebagai kesatuan terbatas, yaitu perseorangan
manusia, demikian pendapat Dr. A. Lysen.
Manusia lahir sebagai makhluk individual yang bermakna tidak terbagi atau tidak
terpisahkan antara jiwa dan raga. Secara biologis, manusia lahir dengan kelengkapan
fisik, tidak berbeda dengan makhluk hewani. Namun, secara rohani ia sangat berbeda
dengan makhluk hewani apa pun. Jiwa manusia merupakan satu kesatuan dengan
Viona Pradya M | 21
Pendidikan Sosial Budaya
raganya untuk selanjutnya melakukan aktivitas atau kegiatan. Kegiatan manusia tidak
semata-mata digerakkan oleh jasmaninya, tetapi juga aspek rohaninya. Manusia
mengerahkan seluruh jiwa raganya untuk berkegiatan dalam hidupnya.
Dalam perkembangannya, manusia sebagai makhluk individu tidak hanya
bermakna kesatuan jiwa dan raga, tetapi akan menjadi pribadi yang khas dengan
corak kepribadiannya, termasuk kemampuan kecakapannya. Dengan demikian,
manusia sebagai individu merupakan pribadi yang terpisah, berbeda dari pribadi lain.
Manusia sebagai makhluk individu adalah manusia sebagai perseorangan yang
memiliki sifat sendiri-sendiri. Manusia sebagai individu adalah bersifat nyata, berbeda
dengan manusia lain dan sebagai pribadi dengan ciri khas tertentu yang berupaya
merealisasikan potensi dirinya.
Setiap manusia memiliki perbedaan. Hal itu dikarenakan manusia memiliki
karakteristik sendiri. Ia memiliki sifat, watak, keinginan, kebutuhan, dan cita-cita
yang berbeda satu sama lainnya. Setiap manusia diciptakan oleh Tuhan dengan ciri
dan karakteristik yang unik yang satu sama lain berbeda. Oleh karena itu, manusia
sebagai makhluk individu adalah unik. Setiap orang berbeda, bahkan orang yang
dikatakan kembar pun pasti memiliki perbedaan. Jadi, meskipun banyak persamaan
hakiki antarindividu, tetap tidak ada dua individu yang sama.
Pertumbuhan dan perkembangan individu menjadi pribadi yang khas tidak terjadi
dalam waktu sekejap, melainkan terentang sebagai kesinambungan perkembangan
sejak masa janin, bayi, anak, remaja, dewasa, sampai tua. Istilah pertumbuhan lebih
tertuju pada segi fisik atau biologis individu, sedangkan perkembangan tertuju pada
segi mental psikologis individu.
Pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi beberapa faktor. Mengenai
hal tersebut ada tiga pandangan, yaitu,
a) Pandangan nativistik menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-mata
ditentukan atas dasar faktor dari dalam individu sendiri, seperti bakat dan potensi,
termasuk pula hubungan atau kemiripan dengan orang tuanya. Misalnya, jika
ayahnya seniman maka sang anak akan menjadi seniman pula.
b) Pandangan empiristik meyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-mata
didasarkan atas faktor lingkungan. Lingkunganlah yang akan menentukan
Viona Pradya M | 22
Pendidikan Sosial Budaya
pertumbuhan seseorang. Pandangan ini bertolak belakang dengan pandangan
nativistik.
c) Pandangan konvergensi yang menyatakan bahwa pertumbuhan individu
dipengaruhi oleh faktor diri individu dan lingkungan. Bakat anak merupakan
potensi yang harus disesuaikan dengan diciptakannya lingkungan yang baik
sehingga ia bisa tumbuh secara optimal. Pandangan ini berupaya menggabungkan
kedua pandangan sebelumnya.
Pada dasarnya, kegiatan atau aktivitas seseorang ditujukan untuk memenuhi
kepentingan diri dan kebutuhan diri. Sebagai makhluk dengan kesatuan jiwa dan raga,
maka aktivitas individu adalah untuk memenuhi kebutuhan baik kebutuhan jiwa, rohani,
atau psikologis, serta kebutuhan jasmani atau biologis. Pemenuhan kebutuhan tersebut
adalah dalam rangka menjalani kehidupannya.
Pandangan yang mengembangkan pemikiran bahwa manusia pada dasarnya
adalah individu yang bebas dan merdeka adalah paham individualisme menekankan pada
kekhususan, martabat, hak, dan kebebasan per orang. Manusia sebagai individu yang
bebas dan merdeka tidak terikat apa pun dengan masyarakat atau pun negara. Manusia
bisa berkembang dan sejahtera hidupnya serta berlanjut apabila dapat bekerja secara
bebas dan berbuat apa saja untuk memperbaiki dirinya sendiri.
2) Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai individu ternyata tidak mampu hidup sendiri. Ia dalam manjalani
kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergantung pada manusia lainnya.
Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan manusia lain. Hal ini
disebabkan karena manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat
memenuhinya sendiri. Ia akan bergabung dengan manusia lain membentuk kelompok-
kelompok dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan tujuan hidup. Dalam hal ini,
manusia sebagai individu memasuki kehidupan bersama dengan individu lainnya.
Menurut kodratnya, manusia dimana pun pada zaman apa pun selalu hidup
bersama, hidup berkelompok. Dalam sejarah perkembangan manusia tidak terdapat
seorang pun yang hidup menyendiri, terlepas dari pergaulan masyarakat hanya
mungkin terjadi dalam dongeng belaka, namun dalam kenyataannya, hal itu tidak
Viona Pradya M | 23
Pendidikan Sosial Budaya
mungkin terjadi. Sejak dulu, pada diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul
dengan sesamanya dalam satu kelompok, hanya untuk bermasyarakat.
Ada pun yang menyebabkan manusia selalu hidup bermasyarakat antara lain
karena adanya dorongan kesatuan biologis yang terdapat dalam naluri manusia,
misalnya,
a) Hasrat untuk memenuhi keperluan makan dan minum.
b) Hasrat untuk membela diri.
c) Hasrat untuk mengadakan keturunan.
Ada pun insting itu sudah ada pada diri manusia sejak ia dilahirkan.
Kebutuhan akan makanan dan minuman termasuk kebutuhan primer untuk segala
makhluk hidup baik hewan maupun manusia. Dalam usaha untuk mendapatkan
keperluan hidupnya manusia perlu bantuan orang lain. Hidup sendiri akan
menimbulkan kesulitan. Setiap usaha akan lebih mudah bila dikerjakan bersama-
sama.
Dalam kenyataannya kita melihat orang memburu hewan, menangkap ikan,
bercocok tanam, dan sebagainya dilakukan secara bersama-sama. Dari keinginan
untuk memperoleh keinginan hidupnya secara mudah itu maka timbullah dalam diri
manusia suatu dorongan untuk hidup bersama dalam masyarakat. Sejak manusia
dilahirkan, ia mempunyai dua keinginan pokok, yaitu,
a) Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia di sekelilingnya.
b) Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup dengan
manusia lain (masyarakatnya). Ia tidak dapat merealisasikan potensi hanya dengan dirinya
sendiri. Manusia akan membutuhkan manusia lain untuk hal tersebut, termasuk dalam
mencukupi kebutuhannya
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, kelompok masyarakat pertama adalah
keluarga. Keluarga merupakan lingkungan manusia yang pertama dan utama. Dalam keluarga
itulah manusia menemukan kodratnya sebagai makhluk sosial. Karena dalam lingkungan
itulah ia untuk pertama kali berinteraksi dengan orang lian. Kelompok berikutnya adalah
kelompok pertemanan, pergaulan, kelompok pekerja, dan masyarakat secara luas. Secara
Viona Pradya M | 24
Pendidikan Sosial Budaya
politik, kehidupan berkelompok manusia dimulai dari keluarga, marga, suku, bangsa, negara,
bahkan masyarakat secara internasional.
2. Peranan Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial
a) Peranan Manusia sebagai Makhluk Individu
Sebagai invidu, manusia memiliki harkat dan martabat yang mulia. Setiap
manusia dilahirkan sama dengan harkat dan martabat yang sama pula. Perbedaan yang
ada seperti keyakinan, tempat tinggal, ras, suku, dan golongan tidak meniadakan
persamaan akan harkat dan martabat manusia. Karena itu, pengakuan dan
penghargaan manusia sebagai manusia mudah diperlukan. Pengakuan dan
penghargaan itu diwujudkan dengan pengakuan akan jaminan atas hak-hak asasi
manusia. Manusia memiliki hak-hak dasar yang sama yang tidak boleh halangi oleh
manusia lain. Penindasan terhadap hak-hak dasar orang lain pada dasarnya adalah
merendahkan derajat kemanusiaan. Seorang individu pastilah tidak mau harkat dan
martabatnya direndahkan, bahkan diinjak-injak oleh individu lain.
Manusia sebagai makhluk individu berupaya merealisasikan segenap potensi
dirinya, baik potensi jasmani maupun potensi rohani. Jasmani atau raga adalah badan
atau tubuh manusia yang bersifat kebendaan, dapat diraba, dan bersifat riil. Rohani
atau jiwa adalah unsur-unsur manusia yang bersifat kerohanian, tidak berwujud, tidak
bisa diraba, atau ditangkap dengan indera. Unsur jiwa ini terdiri dari tiga jenis, yaitu
akal, rasa, dan kehendak.
Sebagai makhluk individu, manusia berusaha memenuhi kepentingan atau
mengejar kebahagiaan sendiri. Motif tindakannya adalah untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya yang meliputi kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Penekan pada
kepentingan diri memunculkan sifat individualistik dalam diri pribadi yang
bersangkutan. Di samping itu, faktor pemenuhan atas kepentingan diri tersebut juga
menjadikan individu akan saling bersaing untuk hal tersebut.
Berdasarkan sifat kodrat manusia sebagai individu, dapat diketahui bahwa
manusia memiliki harkat dan martabat, manusia memiliki hak-hak dasar, setiap
manusia memiliki potensi diri yang khas, dan setiap manusia memiliki kepentingan
untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
Viona Pradya M | 25
Pendidikan Sosial Budaya
Dengan uraian di atas, manusia sebagai makhluk individu berperan untuk
mewujudkan hal-hal tersebut. Manusia sebagai individu akan berusaha,
1) Menjaga dan mempertahankan harkat dan martabatnya.
2) Mengupayakan terpenuhi hak-hak dasarnya sebagai manusia.
3) Merealisasikan segenap potensi diri baik sisi jasmani maupun rohani.
4) Memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri demi kesejahteraan hidupnya.
b) Peranan Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai pribadi adalah berhakikat sosial. Artinya manusia akan
senantiasa dan selalu berhubungan dengan orang lain. Manusia tidak mungkin hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain. Fakta ini memberikan kesadaran akan
ketidakberdayaan manusia dalam memenuhi kebutuhannya sendiri.
Kebutuhan akan orang lain dan interaksi sosial membentuk kehidupan
berkelompok pada manusia. Berbagai tipe kelompok sosial tumbuh seiring dengan
kebutuhan manusia untuk saling berinteraksi.
Dalam berbagai kelompok sosial ini, manusia membutuhkan norma-norma
pengaturannya. Terdapat norma-norma sosial sebagai patokan untuk bertingkah laku
bagi manusia dikelompoknya. Norma-norma tersebut ialah,
1) Norma agama atau religi, yaitu norma yang bersumber dari Tuhan yang
diperuntukan bagi umat-Nya. Norma agama berisi perintah agar dipatuhi dan
larangan agar dijauhi umat beragama. Norma agama ada dalam ajaran-ajaran
agama.
2) Norma kesusilaan atau moral, yaitu norma yang bersumber dari hati nurani
manusia untuk mengajak pada kebaikan dan menjauhi keburukan. Norma moral
bertujuan agar manusia berbuat baik secara moral. Orang yang berkelakuan baik
adalah orang yang bermoral, sedangkan yang berkelakuan buruk adalah tidak
bermoral atau amoral.
3) Norma kesopanan atau adat adalah norma yang bersumber dari masyarakat dan
berlaku terbatas pada lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Norma ini
dimaksudkan untuk menciptakan keharmonisan hubungan antarsesama.
Viona Pradya M | 26
Pendidikan Sosial Budaya
4) Norma hukum, yaitu norma yang dibuat masyarakat secara resmi (negara) tentang
pemberlakuannya dapat dipaksakan. Norma hukum berisi perintah dan larangan.
Norma hukum dimuat dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang
bersifat tertulis.
Manusia dalam kelompok sosialnya, misalnya hidup bernegara, terikat pada norma-
norma sebagai hasil interaksi dari manusia itu sendiri. Keterikatan kepada norma termasuk
pula keterikatan untuk menghargai adanya orang lain. Jadi, jika dalam dimensi individu,
muncul hak-hak dasar manusia maka dalam dimensi sosial ini, muncul kewajiban dasar
manusia. Kewajiban dasar manusia adalah menghargai hak dasar orang lain serta menaati
norma-norma yang berlaku di masyarakatnya.
Berdasarkan hal di atas, maka manusia sebagai makhluk sosial memiliki imlikasi-
implikasi sebagai berikut,
a) Kesadaran akan “ketidakberdayaan” manusia bila seorang diri.
b) Kesadaran untuk senantiasa dan harus berinteraksi dengan orang lain.
c) Penghargaan akan hak-hak orang lain.
d) Ketaatan terhadap norma-norma yang berlaku.
Keberadaannya sebagai makhluk sosial, menjadikan manusia melakukan peran-peran
sebagai berikut :
a) Melakukan intyeraksi dengan manusia lain atau kelompok.
b) Membentuk kelompok-kelompok sosial.
c) Menciptakan norma-norma sosial sebagai pengaturan tertib kehidupan kelompok.
3. Dinamika Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan faktor utama dalam kehidupan sosial. Interkasi sosial
merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal balik
antarindividu, antarkelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok manusia.
Bentuk interaksi sosial adalah akomodasi, kerjasama, persaingan, dan pertikaian.
Ciri – ciri sebuah interaksi sosial,
a) Pelakunya lebih dari satu orang.
b) Adanya komunikasi antarpelaku melalui kontak sosial.
Viona Pradya M | 27
Pendidikan Sosial Budaya
c) Mempunyai maksud dan tujuan, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan
yang diperkirakan pelaku.
d) Ada dimensi waktu yang akan menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung.
Syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak
sosial berasal dari kata con atau cun yang artinya bersama-sama, dan tango yang artinya
menyentuh. Namun, kontak sosial tidak hanya secara harfiah bersentuhan badan, tetapi bisa
lewat bicara, melalui telepon, telegram, surat, radio, dan sebagainya.
Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu,
a) Kontak antar individu.
b) Kontak antar individu dengan suatu kelompok.
c) Kontak antar kelompok dengan kelompok lain.
D. Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum1. Hakikat, Fungsi, dan Perwujudan Nilai, Moral, dan Hukum
a) Hakikat Nilai dan Moral
Pembahasan mengenai nilai termasuk dalam kawasan etika. Bertens (2001)
menyebutkan ada tiga jenis makna etika, yaitu,
1) Etika berarti nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
2) Etika berarti kumpulan asas atau nilai koral. Etika yang dimaksud adalah kode
etik.
3) Etika berarti ilmu tentang baik dan buruk. Etika yang dimaksud sama dengan
istilah filsafat moral.
Istlah nilai (value) menurut Kamus Poewodarminto diartikan sebagai berikut,
1) Harga dalam arti taksiran, misalnya nilai emas.
2) Harga sesuatu, misalnya uang.
3) Angka, skor.
4) Kadar, mutu.
5) Sifat-sifat atau hal penting bagi kemanusiaan.
Sesuatu dinggap bernilai apabila sesuatu itu memiliki sifat sebagai berikut:
Viona Pradya M | 28
Pendidikan Sosial Budaya
1) Menyenangkan (peasent).
2) Berguna (useful).
3) Memuaskan (satisfying).
4) Menguntungkan (profitable).
5) Menarik (interesting).
6) Keyakinan (belief).
Nilai itu ada atau riil dalam kehidupan manusia. Misalnya, manusia mengakui ada
keindahan. Akan tetapi, keindahan sebagai nilai adalah abstrak (tidak dapat diindra). Yang
dapat diindra adalah objek yang memiliki nilai keindahan itu. Misalnya, lukisan atau
pemandangan.
Nilai merupakan sesuatu yang diharapkan oleh manusia. Nilai merupakan sesuatu
yang baik yang diciptakan manusia. Contohnya, semua manusia mengharapkan keadilan.
Keadilan sebagai nilai adalah normatif.
Nilai menjadikan manusia terdorong untuk melakukan tindakan agar harapan itu
terwujud dalam kehidupannya. Nilai diharapkan manusia sehingga mendorong manusia
berbuat. Misalnya, siswa berharap akan kepandaian. Maka siswa melakukan berbagai
kegiatan agar pandai. Kegiatan manusia pada dasarnya digerakkan atau didorong oleh nilai.
Moral berasal dari kata Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Kata mores ini
mempunyai sinonim mos, moris, manner mores atau manners, morals.
Dalam bahasa Indonesia, kata moral berarti akhlak (bahasa Arab) atau kesusilaan
yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi
pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Kata moral ini berasal dari bahasa Yunani sama
dengan ethos yang menjadi etika. Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang baik-buruk,
yang diterima masyarakat umum tentang sikap, kewajiban, dan sebagainya.
Dari beberapa pendapat di atas, istilah moral dapat dipersamakan dengan istilah etika,
etik, akhlak, kesusilaan, dan budi pekerti. Dalam hubungannya, dengan nilai, moral adalah
bagian dari nilai, yaitu nilai moral. Tidak semua nilai adalah nilai moral. Nilai moral
berkaitan dengan perilaku manusia (human) tentang hal baik-buruk.
Dalam filsafat nilai secara sederhana dibedakan menjadi 3 jenis,
1) Nilai logika, yaitu nilai tentang benar-salah.
Viona Pradya M | 29
Pendidikan Sosial Budaya
2) Nilai etika, yaitu nilai tentang baik-buruk.
3) Nilai estetika, yaitu nilai tentang indah-jelek.
b) Hukum sebagai Norma
Berdasarkan pada uraian sebelumnya, hukum pada dasarnya adalah bagian dari
norma, yaitu norma hukum. Jadi, jika kita berbicara mengenai hukum yang dimaksudkan
adalah norma hukum. Hukum sebagai norma berbeda dengan ketiga norma agama,
kesusilaan, dan kesopanan. Perbedaan norma hukum dengan norma lainnya adalah sebagai
berikut,
1) Norma hukum datangnya dari luar diri kita sendiri, yaitu dari kekuasaan/lembaga yang
resmi dan berwenang.
2) Norma hukum dilekati sanksi pidana atau pemksa secara fisik. Norma lain tidak dilekati
sanksi pidana secara fisik.
3) Sanksi pidana atau sanksi pemaksa itu dilaksanakan oleh aparat negara.
Norma hukum dibutuhkan karena dua hal, yaitu,
1) Karena bentuk sanksi dari ketiga norma belum cukup memuaskan dan efektif untuk
melindungi keteraturan dan ketertiban masyarakat.
2) Masih ada perilaku lain yang perlu diatur di luar ketiga norma di atas, misalnya perilaku
di jalan raya.
Norma hukum berasal dari norma agama, kesusilaan, dan kesopanan. Isi ketiga norma
tersebut dapat diangkat sebagai norma hukum. Di samping itu, norma hukum dapat
menciptakan sendiri isi norma tersebut. Contohnya, norma hukum berlalu lintas yang
memang tidak ada di ketiga norma sebelumnya.
2. Keadilan, Ketertiban, dan Kesejahteraan
a) Makna Keadilan
Keadilan berasal dari bahasa Arab “Adil” yang artinya tengah. Keadilan berarti
menempatkan sesuatu di tengah-tengah, tidak berat sebelah, atau dengan kata lain keadilan
berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Viona Pradya M | 30
Pendidikan Sosial Budaya
Mengenai macam keadilan, Aristoteles membedakan dua macam keadilan, yaitu
keadilan komutatif dan keadilan distributif. Sedangkan Plato, guru Aristoteles, menyebut ada
tiga macam, yaitu,
1) Keadilan komutatif adalah keadilan yang memberikan kepada setiap orang sama
banyaknya, tanpa mengingat berapa besar jasa-jasa yang telah diberikan.
2) Keadilan distributif adalah keadilan memberikan hak atau jatah kepada setiap orang
menurut jasa-jasa yang telah diberikan. Disinilah keadilan tidak menuntut pembagian
yang sama bagi setiap orang, tetapi pembagian yang smaa berdasarkan perbandingan.
3) Keadilan legal atau keadilan moral adalah keadilan yang mengikuti penyesuaian atau
pemberian tempat seseorang dalam masyarakat sesuai dengan kemampuannya, dan yang
dianggap sesuai dengan kemampuan yang bersangkutan.
Adalah menajdi tugas penyelenggara negara untuk menciptakan keadilan. Tujuan
bernegara Indonesia adalah terpenuhinya keadilan bagi seluruh masyrakat Indonesia. Hal ini
dapat diketahui baik dalam pembukaan UUD 1945 maupun Pancasila.
b) Fungsi dan Tujuan Hukum dalam Masyarakat
1) Sebagai alat pengatur tertib hubungan masyarakat.
2) Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial.
3) Sebagai penggerak pembangunan.
4) Fungsi kritis hukum.
Hukum bertujuan menjamin kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum itu harus
bersendikan pada rasa keadilan di masyarakat. Dalam literatur ilmu hukum, dikenal ada dua
teori tentang tujuan hukum, yaitu teori etis dan utilities. Teori etis mendasarkan pada etika,
hukum bertujuan untuk semata-mata mencapai keadilan, memberikan kepada setiap orang
apa yang menjadi haknya. Hukum tidak identik dengan keadilan. Peraturan hukum tidaklah
selalu mewujudkan keadilan. Contohnya, peraturan berlalu lintas. Mengendarai mobil di
sebelah kiri di sebelah kanan dikatakan tidak adil karena bertentangan dengan aturan. Jadi,
teori ini tidak benar sepenuhnya.
Viona Pradya M | 31
Pendidikan Sosial Budaya
3. Problematika Nilai, Moral, dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara
Moral adalah salah satu bagian dari nilai, yaitu nilai moral. Moral berkaitan dengan
baik-buruk perbuatan manusia. Pada dasarnya, manusia yang bermoral tindakannya
senantiasa didasari oleh nilai-nilai moral. Manusia tersebut melakukan perbuatan atau
tindakan moral. Tindakan yang bermoral adalah tindakan manusia yang dilakukan secara
sadar, mau, dan tahu serta tindakan itu berkenaan dengan nilai-nilai moral. Tindakan
bermoral adalah tindakan yang menjunjung tinggi nilai pribadi manusia, harkat, dan martabat
manusia.
Nilai moral diwujudkan dalam norma moral. Norma moral, norma kesusilaan, atau
disebut juga norma etik adalah peraturan/kaidah hidup yang bersumber dari hati nurani dan
merupakan perwujudan nilai-nilai moral yang mengikat manusia. Perilaku yang baik adalah
perilaku yang sesuai dengan norma-norma moral. Sebaliknya, perilaku buruk adalah perilaku
yang bertentangan dengan norma-norma moral.
Selain norma moral, ada pula hukum. Pada dasarnya, hukum adalah norma yang
merupakan perwujudan dari nilai, termasuk nilai moral. Terdapat perbedaan antara norma
moral dengan norma hukum. Pertama, norma hukum berdasarkan yuridis dan konsensus,
sedangkan norma moral berdasarkan hukum alam. Kedua, norma hukum bersifat heteronomi,
yaitu datang dari luar diri; sedangkan moral berasal dari dalam diri. Ketiga, dari sisi
pelaksanaan, hukum dilaksanakan secara paksaan dan lahiriah; sedangkan moral tidak dapat
dipaksakan. Keempat, dari sanksinya, sanksi hukum bersifat lahiriah; sedangkan moral
bersifat batiniah. Kelima, dilihat dari tujuannya, hukum mengatur tertib hidup masyarakat
bernegara; sedangkan moral mengatur perilaku manusia sebagai manusia. Keenam, hukum
bergantung pada tempat dan waktu, sedangkan moral secara relatif tidak bergantung tempat
dan waktu.
E. Manusia, Keragaman, dan Kesederajatan
Keragaman yang terjadi pada diri manusia adalah suatu kenyataan. Manusia pada
hakikatnya merupakan makhluk individu atau pribadi yang memiliki perbedaan satu sama
lain. Adanya perbedaan itulah yang melahirkan keragaman. Selain sebagai makhluk individu,
manusia juga makhluk sosial. Dengan demikian, keragaman terjadi tidak hanya pada tingkat
individu, tetapi juga pada tingkat sosial atau kelompok. Masyarakat beragam berdasarkan
Viona Pradya M | 32
Pendidikan Sosial Budaya
pengelompokan tertentu, misalnya suku, ras, golongan, afialisasi politik, umur, wilayah, jenis
kelamin, profesi, dan lain-lain.
Keragaman bukan berarti tidak setara atau sederajat. Keragaman tetaplah menyimpan
makna perlunya kesetaraan atau kesederajatan antarmanusia atau kelompok yang beragama
tersebut. Pandangan bahwa manusia diciptakan sederajat dengan manusia lain. Kesetaraan
dan kesederajatan ini berimpilikasi pada pengakuan dan jaminan yang sama dari manusia
atau kelompok dalam memenuhi hak dan kebutuhan hidupnya. Demikian pula adanya
kewajiban dan tuntutan-tuntutan yang sama untuk mengikuti norma dan tertib sosial maupun
hukum yang berlaku.
Meskipun keragaman dan kesetaraan dialami dan diinginkan manusia, namun dalam
dinamikanya, keragaman dan kesetaraan dapat menciptakan problema kehidupan yang
berimplikasi secara langsug maupun tidak langsung bagi kehidupan. Problema yang muncul
dari keragaman dan kesetaraan sedapat mungkin dikelola dan dicari solusi penyelesaiannya
agar tetap menghasilkan kebahagiaan hidup dari manusia itu sendiri.
1. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia
Keragaman manusia bukan berarti manusia itu bermacam-macam atau berjenis-jenis
seperti halnya binatang dan tumbuhan. Manusia sebagai makhluk Tuhan tetaplah berjenis
satu. Keragaman manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan.
Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu memiliki
ciri-ciri khas tersendiri. Perbedaan itu terutama ditinjau dari sifat-sifat pribadi, misalnya
sikap, watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat.
Selain makhluk individu, manusia juga makhluk sosial yang membentuk kelompok
persekutuan hidup. Tiap kelompok persekutuan hidup manusia juga beragam. Masyarakat
sebagai persekutuan hidup itu berbeda dan beragam karena ada perbedaan, misalnya dalam
hal ras, suku, agama, budaya, ekonomi, status sosial, jenis kelamin, daerah tempat tinggal,
dan lain-lain. Hal-hal demikian kita katakan sebagai unsur-unsur yang membentuk
keragaman dalam masyarakat.
Keragaman manusia baik dalam tingkat individu maupun di tingkat masyarakat
merupakan realitas atau kenyataan yang mesti kita hadapi dan alami. Keragaman individual
maupun sosial adalah implikasi dari kedudukan manusia, baik sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Kita sebagai individu akan berbeda dengan seseorang sebagai individu yang
Viona Pradya M | 33
Pendidikan Sosial Budaya
lain. Demikian pula kita sebagai bagian dari suatu masyarakat memiliki perbedaan dengan
masyarakat lainnya.
2. Kemajemukan dalam Dinamika Sosial Budaya
Keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia melahirkan masyarakat
majemuk. Majemuk berarti banyak ragam, beraneka, berjenis-jenis. Konsep masyarakat
majemuk pertama kali diperkenalkan oleh Furnivall tahun 1948 yang mengatakan bahwa ciri
utama masyarakatnya adalah berkehidupan secara berkelompok yang berdampingan secara
fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan sosial dan tergabung dalam sebuah satuan politik.
Konsep ini merujuk pada masyarakat Indonesia masa kolonial. Masyarakat Hindia Belanda
waktu itu dalam pengelompokan komunitasnya didasarkan atas ras, etnik, ekonomi, dan
agama. Masyarakat tidak hanya terkelompok antara yang memerintah dengan yang
diperintah, tetapi secara fungsional terbelah berdasarkan satuan ekonomi, yaitu antara
pedagang Cina, Arab, India, dan kelompok petani Bumi Putera. Masyarakat dalam satuan-
satuan ekonomi tersebut hidup pada lokasinya masing-masing dengan sistem sosialnya
sendiri, meskipun berada di bawah kekuasaan politik kolonial.
Konsep masyarakat majemuk Furnivall di atas, dipertanyakan validitasnya sekarang
ini sebab telah terjadi perubahan fundamental akibat pembangunan serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Usman Pelly (1989) mengategorikan masyarakat majemuk di
suatu kota berdasarkan dua hal, yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal.
Secara horizontal, masyarakat majemuk, dikelompokkan berdasarkan,
a) Etnik dan ras atau asal usul keturunan.
b) Bahasa daerah.
c) Adat istiadat atau perilaku.
d) Agama.
e) Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya.
Secara vertikal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan,
a) Penghasilan atau ekonomi.
b) Pendidikan.
c) Pemukiman.
d) Pekerjaan
Viona Pradya M | 34
Pendidikan Sosial Budaya
e) Kedudukan sosial politik.
3. Kemajemukan dan Kesetaraan sebagai Kekayaan Budaya Bangsa
Kemajemukan bangsa terutama karena adanya kemajemukan etnik, disebut juga suku
bangsa atau suku. Di samping itu, kemajemukan dalam hal ras, agama, golongan, tingkat
ekonomi, dan gender. Beragamnya etnik di Indonesia menyebabkan banyak ragam budaya,
tradisi, kepercayaan, dan pranata kebudayaan lainnya karena setiap etnis pada dasarnya
menghasilkan kebudayaan. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang multikultular
artinya memiliki banyak budaya.
Keragaman etnik di Indonesia menjadikan Indonesia sebagai negara yang paling
heterogen di dunia, selain India. Jumlah etnik atau suku bangsa di Indonesia menyebar di
banyak wilayah dengan memiliki ciri dan karakter tersendiri. Menurut para ahli, jumlah etnik
atau suku bangsa di Indonesia memiliki etnik yang lebih dari satu. Bahkan, di Papua antara
lain suku Biak, Hattam, Mapia, Dani, Asmat, Mambremamo, dan Sentani.
Etnik atau suku merupakan identitas sosial budaya seseorang. Artinya, identifikasi
seseorang dapat dikenali dari bahasa, tradisi, budaya, kepercayaan, dan pranata yang
dijalaninya yang bersumber dari etnik dari mana ia berasal. Dengan demikian, identitas sosial
budaya orang atau sekelompok orang yang dapat diketahui, misalnya dari bahasa yang
digunakan. Bahkan, sama-sama menggunakan bahasa Indonesia kita masih bisa membedakan
antara orang Madura dengan orang Batak dari segi gaya dan dialek mereka ketika bertutur
kata bahasa Indonesia.
Kemajemukan adalah karakteristik sosial budaya Indonesia. Selain kemajemukan,
karakteristik Indonesia yang lain adalah sebagai berikut,
a) Jumlah penduduk yang besar.
b) Wilayah yang luas.
c) Posisi silang.
d) Kekayaan alam dan daerah tropis.
e) Jumlah pulau yang banyak.
f) Persebaran pulau.
Viona Pradya M | 35
Pendidikan Sosial Budaya
4. Problematika Keragaman dan Kesetaraan serta Solusinya dalam Kehidupan
a) Problema Keragaman serta Solusinya dalam Kehidupan
Keragaman masyarakat adalah suatu kenyataan sekaligus kekayaan dari bangsa.
Keragaman masyarakat Indonesia merupakan ciri khas yang membanggakan kita.
Namun demikian, keragaman tidak serta-merta menciptakan keunikan, keindahan,
kebanggan, dan hal-hal yang baik lainnya. Keragaman masyarakat memiliki ciri khas
yang suatu saat bisa berpotensi negatif bagi kehidupan bangsa itu.
Van de Berghe sebagaimana dikutip oleh Elly M. Setiadi (2006) menjelaskan
bahwa masyarakat majemuk atau masyarakat yang beragam selalu memiliki sifat-sifat
dasar sebagai berikut,
1) Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang sering kali memiliki
kebudayaan yang berbeda.
2) Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang
bersifat nonkomplementer.
3) Kurang megembangkan konsensus diantara para anggota masyarakat tentang
nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.
4) Secara relatif, sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan yang
lainnya.
5) Secara relatif, integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling jetergantungan
didalam bidang ekonomi.
6) Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.
b) Problema Kesetaraan serta Solusinya dalam Kehidupan
Kesetaraan atau kesederajatan bermakna adanya persamaan kedudukan manusia.
Kesederajatan adalah suatu sikap untuk mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan
kewajiban sebagai sesama manusia. Oleh karena itu, prinsip kesetaraan atau
kesederajatan mensyaratkan jaminan akan persamaan derajat, hak, dan kewajiban.
Indikator kesederajatan adalah sebagai berikut,
1) Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku, bangsa, ras, gender, dan
golongan.
Viona Pradya M | 36
Pendidikan Sosial Budaya
2) Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang
layak.
3) Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan anggota
masyarakat.
F. Manusia, Sains, Teknologi, dan Seni
Ilmu pengetahuan (sains), teknologi, dan seni atau yang biasa disingkat IPTEKS
adalah salah satu contoh dari hasil olah pikiran atau akal atau budi manusia yang kemudian
disebut dengan nama kebudayaan. Selanjutnya, sejalan dengan perkembangan umat manusia
itu sendiri berbagai macam hasil-hasil kebudayaan manusia itu terus berkembang umat
manusia itu sendiri hingga kini. Ipteks sebagai salah satu hasil dari kebudayaan manusia itu
juga terus berkembang, terlebih lagi pada era sekarang ini, di mana Ipteks telah mencapai
tahapan perkembangan yang sangat speltakuler. Pencapaian Ipteks yang sangat pesat tersebut,
misalnya saja yang terjadi di bidang teknologi informasi dan komunikasi, mengakibatkan
seakan dunia ini mengenal tanpa batas, yakni baik dalam pengertian teritorial (geografi),
ekonomi, politik, sosial-budaya, agama, pendidikan, dan lain-lain.
1. Hakikat dan Makna Sains, Teknologi, dan Seni bagi Manusia
Selama perjalanan sejarah, umat manusia telah berhasil menciptakan berbagai ragam
kebudayaan. Namun apabila kita ringkas, berbagai macam atau ragam kebudayaan tersebut
sebenarnya hanya meliputi tujuh buah atau tujuh unsur kebudayaan saja. Ketujuh unsur
kebudayaan tersebut merupakan unsur-unsur pokok yang selalu ada pada setiap kebudayaan
masyarakat yang ada di belahan dunia ini. Menurut Kluchkhon sebagaimana dikutip
Koenjaraningrat (1996), bahwa ketujuh unsur pokok kebudayaan tersebut meliputi,
a) Peralatan hidup (teknologi).
b) Sistem mata pencaharaian hidup (ekonomi).
c) Sistem kemasyarakatan (organisasi sosial).
d) Sistem bahasa.
e) Kesenian (seni).
f) Sistem pengetahuan (ilmu pengetahuan).
g) Sistem kepercayaan (religi).
Viona Pradya M | 37
Pendidikan Sosial Budaya
Salah satu fungsi utama ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk sarana bagi
kehidupan manusia, yakni untuk membantu manusia agar aktivitas kehidupannya menjadi
lebih mudah, lancar, efisien, dan efektif, sehingga kehidupannya menjadi lebih bermakna dan
produktif. Karena itu, khususnya dalam ilmu antropologi, istilah atau pengertian ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut sering dipakai untuk merujuk pada keterkaitan antara
manusia, lingkungan, dan kebudayaan. Hal ini dikarenakan dalam berinteraksi menghadapi
lingkungannya, manusia mau tidak mau pasti akan berusaha menggunakan sarana-sarana
berupa pengetahuan yang dimiliki serta menciptakan peralatan hidup untuk membantu
kehidupannya. Dengan demikian, Iptek bagi manusia selalu berkaitan dengan usaha untuk
menciptakan taraf kehidupannya yang lebih baik.
2. Dampak Penyalahgunaan Ipteks pada Kehidupan
Perkembangan Iptek yang demikian pesat mampu menciptakan perubahan-perubahan
yang berpengaruh langsung pada kehidupan masyarakat, khususnya dalam elemen-elemen
sebagai berikut,
a) Perubahan di dibidang intelektual; masyarakat meninggalkan kebiasaan lama atau
kepercayaan tradisional, mereka mulai mengambil kebiasaan serta kepercayaan baru,
setidaknya mereka telah melakukan reaktualisasi.
b) Perubahan dalam organisasi sosial yang mengarah pada kehidupan politik.
c) Perubahan dan benturan-benturan terhadap tata nilai dan tata lingkungannya.
d) Perubahan di bidang industri dan kemampuan di medan perang.
3. Problematika Pemanfaatan Ipteks di Indonesia
a) Rendahnya kemampuan Iptek nasional dalam menghadapi perkembangan global.
b) Rendahnya kontribusi Iptek nasional di sektor produksi.
c) Belum optimalnya mekanisme intermediasi Iptek yang menjembatani interaksi antara
kapasitas penyedia Iptek dengan kebutuhan pengguna.
d) Lemahnya sinergi kebijakan Iptek sehingga kegiatan Iptek belum sanggup memeberikan
hasil yang signifikan.
e) Masih terbatasnya sumber daya Iptek, yang tercermin dari rendahnya kualitas SDM dan
kesenjangan pendidikan di bidang Iptek.
f) Belum berkembangnya budaya Iptek di kalangan masyarakat.
g) Belum optimalnya peran Iptek dalam mengatasi degradasi fungsi lingkungan hidup.
Viona Pradya M | 38
Pendidikan Sosial Budaya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manusia sebagai makhluk budaya yang berkemampuan menciptakan kebaikan,
kebenaran, keadilan, dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk berbudaya, manusia
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, baik bagi dirinya
maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya. Sebagai makhluk
berbudaya, manusia menciptakan kebudayaan.
2. Masyarakat adab pada dasarnya merupakan keinginan yang tulus dari manusia
sebagai makhluk yang beradab. Namun, sebagaimana halnya dengan individu,
masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu bisa saling bertengkar, saling bertikai,
bahkan saling membunuh antar kelompok masyarakat. Bukti bahwa perang yang
sampai saat ini banyak terjadi di berbagai belahan dunia, menunjukkan bahwa cita-
cita masyarakat adab harus senantiasa diperjuangkan, dipertahankan, dan dipelihara
dengan sebaik-baiknya.
3. Manusia lahir sebagai makhluk individual yang bermakna tidak terbagi atau tidak
terpisahkan antara jiwa dan raga. Secara biologis, manusia lahir dengan
kelengkapan fisik, tidak berbeda dengan makhluk hewani. Namun, secara rohani ia
sangat berbeda dengan makhluk hewani apapun. Jiwa manusia merupakan satu
kesatuan dengan raganya untuk selanjutnya melakukan aktivitas atau kegiatan.
Kegiatan manusia tidak semata-mata digerakkan oleh jasmaninya, tetapi juga aspek
rohaninya. Manusia mengerahkan seluruh jiwa raganya untuk berkegiatan dalam
hidupnya.
4. Menurut kodratnya, manusia dimanapun pada zaman apapun selalu hidup bersama,
hidup berkelompok. Dalam sejarah perkembangan manusia tidak terdapat seorang
pun yang hidup menyendiri, terlepas dari pergaulan masyarakat hanya mungkin
terjaiid dalam dongeng belaka, namun dalam kenyataannya, hal itu tidak mungkin
terjadi. Sejak dulu, pada diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul dengan
sesamanya dalam satu kelompok, hanya untuk bermasyarakat.
5. Nilai moral diwujudkan dalam norma moral. Norma moral, norma kesusilaan, atau
disebut juga norma etik adalah peraturan/kaidah hidup yang bersumber dari hati
Viona Pradya M | 39
Pendidikan Sosial Budaya
nurani dan merupakan perwujudan nilai-nilai moral yang mengikat manusia.
Perilaku yang baik adalah perilaku yang sesuai dengan norma-norma moral.
Sebaliknya, perilaku buruk adalah perilaku yang bertentangan dengan norma-norma
moral. Selain norma moral, ada pula hukum. Pada dasarnya, hukum adalah norma
yang merupakan perwujudan dari nilai, termasuk nilai moral.
6. Keragaman masyarakat adalah suatu kenyataan sekaligus kekayaan dari bangsa.
Keragaman masyarakat Indonesia merupakan ciri khas yang menbanggakan kita.
Kesetaraan atau kesederajatan bermakna adanya persamaan kedudukan manusia.
Kesederajatan adalah suatu sikap untuk mengakui adanya persamaan derajat, hak,
dan kewajiban sebagai sesama manusia.
7. Ilmu pengetahuan (sains), teknologi, dan seni atau yang bisasa disingkat IPTEKS
adalah salah satu contoh dari hasil olah pikiran atau akal atau budi manusia yang
kemudian disebut dengan nama kebudayaan.
Viona Pradya M | 40
Pendidikan Sosial Budaya
DAFTAR PUSTAKA
Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bogor : Ghalia Indonesia.
Sumaatmadja, Nursid. 2012. Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya, dan
Lingkungan Hidup. Bandung : Alfabeta.
Waney, Max Helly. 1989. Wawasan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Winarno dan Herimanto. 2010. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.
Viona Pradya M | 41
Top Related