Pendidikan Sosial Budaya

62
Pendidikan Sosial Budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa sekarang sudah sangat kompleks masalah lingkungan, sosial, budaya, dan masalah yang ditimbulkan oleh efek ilmu dan teknologi. Sumber masalah tersebut bukan berasal dari faktor tunggal. Banyak dimensi dan aspek lain yang menyebabkan timbulnya masalah tersebut. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumberdaya manusia (SDM) paripurna. Manusia yang cerdas, sehat, jujur, berakhlak mulia, berkarakter, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Karena itu, pendidikan sebagai jalur utama pengembangan SDM dan pembentukan karakter adalah kunci dalam menentukan nasib bangsa. Dalam kaitan ini, mutu pendidikan di Indonesia harus terus ditingkatkan agar bangsa Indonesia mampu bersaing dengan negara lain. Untuk bersaing dengan negara lain maka manusia harus dibekali dasar-dasar atau kunci sukses mengetahui karakter, budaya, dan teknologi agar sumber daya manusia tersebut seimbang dengan situasi budaya, sosial, dan teknologi sesuai tempat dan zamannya. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah, 1. Bagaimana hubungan manusia dan kebudayaan ? Viona Pradya M | 1

description

UPI

Transcript of Pendidikan Sosial Budaya

Page 1: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa sekarang sudah sangat kompleks masalah lingkungan, sosial,

budaya, dan masalah yang ditimbulkan oleh efek ilmu dan teknologi. Sumber masalah

tersebut bukan berasal dari faktor tunggal. Banyak dimensi dan aspek lain yang

menyebabkan timbulnya masalah tersebut.

Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumberdaya manusia (SDM)

paripurna. Manusia yang cerdas, sehat, jujur, berakhlak mulia, berkarakter, dan

memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Karena itu, pendidikan sebagai jalur utama

pengembangan SDM dan pembentukan karakter adalah kunci dalam menentukan

nasib bangsa. Dalam kaitan ini, mutu pendidikan di Indonesia harus terus ditingkatkan

agar bangsa Indonesia mampu bersaing dengan negara lain. Untuk bersaing dengan

negara lain maka manusia harus dibekali dasar-dasar atau kunci sukses mengetahui

karakter, budaya, dan teknologi agar sumber daya manusia tersebut seimbang dengan

situasi budaya, sosial, dan teknologi sesuai tempat dan zamannya.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah,

1. Bagaimana hubungan manusia dan kebudayaan ?

2. Bagaimana hubungan manusia dan peradaban ?

3. Bagaimana hubungan manusia sebagai individu dan makhluk sosial ?

4. Bagaimana hubungan manusia, nilai, moral, dan hukum ?

5. Bagaimana hubungan manusia, keragaman, dan kesederajatan ?

6. Bagaimana hubungan manusia, sains, teknologi, dan seni ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah,

Viona Pradya M | 1

Page 2: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

1. Untuk mengetahui hubungan manusia dan kebudayaan.

2. Untuk mengetahui hubungan manusia dan peradaban .

3. Untuk mengetahui hubungan manusia sebagai individu dan makhluk sosial.

4. Untuk mengetahui hubungan manusia, nilai, moral, dan hukum.

5. Untuk mengetahui hubungan manusia, keragaman, dan kesederajatan.

6. Untuk mengetahui hubungan manusia, sains, teknologi, dan seni.

D. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan, penulis membahas mengenail latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II Pembahasan, penulis membahas mengenai manusia dan kebudayaan;

manusia dan peradaban; manusia sebagai individu dan makhluk sosial; manusia, nilai,

moral, dan hukum; manusia, keragaman, dan kesederajatan; dan manusia, sains,

teknologi, dan seni.

BAB III Penutup, penulis membahas mengenai kesimpulan dari makalah ini.

Viona Pradya M | 2

Page 3: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

BAB II

PEMBAHASAN

A. Manusia dan Kebudayaan

Manusia sebagai makhluk budaya yang berkemampuan menciptakan

kebaikan, kebenaran, keadilan, dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk berbudaya,

manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, baik bagi

dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya. Sebagai makhluk

berbudaya, manusia menciptakan kebudayaan.

1. Hakikat Manusia sebagai Makhluk Budaya

Manusia adalah salah satu makhluk Tuhan di dunia. Makhluk Tuhan di alam fana

ini ada empat macam, yaitu alam, tumbuhan, binatang, dan manusia. Sifat-sifat yang

dimiliki keempat makhluk Tuhan tersebut sebagai berikut,

a) Alam memiliki sifat wujud.

b) Tumbuhan memilki sifat wujud dan hidup.

c) Binatang memiliki sifat wujud, hidup, dan dibekali nafsu.

d) Manusia memiliki sifat wujud, hidup, dibekali nafsu, serta akal budi.

Akal budi merupakan pemberian sekaligus potensi dalam diri manusia yang tidak

dimiliki makhluk hidup. Kelebihan manusia dibanding makhluk lain terletak pada

akal budi. Anugerah Tuhan akan akal budilah yang membedakan manusia dari

makhluk lain. Akal adalah kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat alami yang

dimiliki. Berpikir merupakan perbuatan operasional dari akal yang mendorong untuk

aktif berbuat demi kepentingan dan peningkatan hidup manusia. Jadi, fungsi dari akal

adalah berpikir. Karena manusia dianugerahi akal maka manusia dapat berpikir.

Kemampuan berpikir manusia juga digunakan untuk memecahkan masalah-masalah

hidup yang dihadapinya.

Viona Pradya M | 3

Page 4: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

Budi berarti juga akal. Budi berasal dari bahasa Sansekerta budh yang artinya

akal. Budi menurut KBBI adalah bagian dari kata hati yang berupa paduan akal dan

perasaan dan yang dapat membedakan baik-buruk sesuatu. Budi dapat pula berarti

tabiat, perangai, dan akhlak.

Dengan akal budinya, manusia mampu menciptakan, mengkreasi,

memperlakukan, memperbaharui, memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan

sesuatu yang ada untuk kepentingan hidup manusia. Contohnya, manusia bisa

membangun rumah, membuat aneka masakan, menciptakan beragam jenis pakaian,

membuat alat transportasi, sarana komunikasi, dan lain-lain. Binatang pun bisa

membuat rumah dan mencari makan. Akan tetapi, rumah dan makanan suatu jenis

binatang tidak pernah berubah dan berkembang. Rumah burung (sarang) dari dulu

sampai sekarang tetap saja wujudnya, tidak ada pembaharuan dan peningkatan.

Manusia dengan kemampuan akal budinya bisa memperbarui dan mengembangkan

sesuatu untuk kepentingan hidup.

Kepentingan hidup manusia adalah dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan

hidup. Secara umum, kebutuhan manusia dalam kehidupan dapat dibedakan menjadi

dua. Pertama, kebutuhan yang bersifat kebendaan (sarana-prasarana) atau

badani/ragawi atau jasmani/biologis. Contohnya adalah makan, minum, bernapas.

Kedua, kebutuhan yang bersifat rohani atau mental atau psikologi. Contohnya adalah

kasih sayang, pujian, perasaan aman.

Abraham Maslow seorang ahli psikologi, berpendapat bahwa kebutuhan manusia

dalam hidup dibagi menjadi 5 tingkatan. Kelima tingkatan tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Kebutuhan fisiologis. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, primer,

dan vital. Kebutuhan ini menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari

organisme manusia, seperti kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat

tinggal.

2. Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan. Kebutuhan ini menyangkut

perasaan, seperti bebas dari rasa takut, terlindung dari bahaya dan ancaman

penyakit.

Viona Pradya M | 4

Page 5: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

3. Kebutuhan sosial. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan dicintai,

diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa

setia kawan, kerjasama.

4. Kebutuhan akan penghargaan. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan

dihargainya kemampuan, kedudukan, dan jabatan.

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan untuk

memaksimalkan penggunaan potensi-potensi, kemampuan, dan bakat.

Gambar 1. Piramida Kebutuhan Maslow

Dengan akal budi, manusia tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup,

tetapi juga mampu mempertahankan serta meningkatnya derajatnya sebagai makhluk

yang tinggi bila dibanding dengan makhluk lain. Manusia tidak sekedar homo, tetapi

human (manusia yang manusiawi). Dengan demikian, manusia memiliki dan mampu

mengembangkan sisi kemanusiannya.

Dengan akal budi, manusia mampu menciptakan kebudayaan. Kebudayaan

pada dasarnya adalah hasil akal budi manusia dalam iteraksinya, baik dengan alam

maupun manusia lainnya. Manusia merupakan makhluk yang berbudaya. Manusia

adalah pencipta kebudayaan.

Viona Pradya M | 5

5

4

3

2

1

Aktualisasi Diri

Penghargaan

Sosial

Rasa Aman

Fisiologis

Page 6: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

2. Apresiasi terhadap Kemanusiaan dan Kebudayaan

a) Manusia dan Kemanusiaan

Kemanusiaan berarti hakikat dan sifat-sifat khas manusia sebagai makhluk

yang tinggi harkat martabatnya. Kemanusiaan menggambarkan ungkapan akan

hakikat dan sifat yang seharusnya dimiliki oleh makhluk yang bernama manusia.

Kemanusiaan merupakan prinsip atau nilai yang berisi keharusan/tuntutan untuk

bersesuaian dengan hakikat dari manusia.

Hakikat manusia Indonesia berdasarkan Pancasila sering dikenal dengan

sebutan hakikat kodrat monopluralis. Hakikat manusia terdiri atas,

1) Monodualis susunan kodrat manusia yang terdiri dari aspek keragaman,

meliputi wujud materi anorganis benda mati, vegetatif, dan animalis.

2) Monodualis sifat kodrat manusia terdiri atas segi individu dan segi sosial.

3) Monodualis kedudukan kodrat meliputi segi keberadaan manusia sebagai

makhluk yang berkepribadian merdeka (berdiri sendiri) sekaligus juga

menunjukkan keterbatasannya senagai makhluk Tuhan.

Hakikat manusia harus dipandang secara utuh. Manusia merupakan makhluk

Tuhan yang paling sempurna karena ia dibekali akal budi. Manusia memiliki harkat

dan derajat yang tinggi. Harkat adalah nilai, sedangkan derajat adalah kedudukan.

Pandangan demikian berlandaskan pada ajaran agama yang diyakini oleh manusia

sendiri.

Karena manuia memiliki harkat dan derajat yang tinggi maka manusia

hendaknya mempertahankan hal tersebut. Dalam upaya mempertahankan dan

meningkatkan harkat dan martabatnya tersebut, maka prinsip kemanusiaan berbiacara.

Prinsip kemanusiaan mengandung arti adanya penghargaan dan penghormatan

terhadap harkat dan martabat manusia yang luhur itu. Semua manusia adalah luhur,

karena itu manusia tidak harus dibedakan perlakuannya hanya karena perbedaan suku,

ras, keyakinan, status sosial ekonomi, asal usul, dan sebagainya.

Ada ungkapan bahwa the mankind is one (kemanusiaan adalah satu). Dengan

demikian, sudah sewajarnya antarsesama manusia tidak saling menindas, tetapi saling

menghargai dan saling mengormati dengan pijakan prinsip kemanusiaan. Prinsip

Viona Pradya M | 6

Page 7: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

kemanusiaan yang ada dalam diri manusia menjadi penggerak manusia untuk

berperilaku yang seharusnya sebagai manusia.

Dalam Pancasila sila kedua terdapat konsep kemanusiaan yang adil dan

beradab. Kemanusiaan yang adil dan beradab berarti sikap dan perbuatan manusia

yang sesuai dengan kodrat hakikat manusia yang sopan dan susila yang berdasarkan

atas nilai dan norma moral. Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran

akan sikap dan perbuatan yang didasarkan pada budi nurani manusia yang

dihubungkan dengan norma-norma, baik terhadap diri sendiri, sesama manusia,

maupun terhadap lingkungannya.

b) Manusia dan Kebudayaan

Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu buddhayah yang merupakan

bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan

dengan budi dan akal. Ada pendapat lain mengatakan budaya berasal dari kata

budi dan daya. Budi merupakan unsur rohani, sedangkan daya adalah unsur

jasmani manusia. Dengan demikian, budaya merupakan hasil budi dan daya dari

manusia.

Definisi kebudayaan telah banyak dikemukakan oleh para ahli, misalnya :

a. Herkovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun-temurun

dari satu generasi ke generasi lain, yang keudian disebut sebagai

superorganik.

b. Andreas Eppink menyatakan bahwa kebudayaan mengandung keseluruhan

pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan, serta keseluruhan struktur-

struktur sosial, religius, dan lain-lain, ditambah lagi dengan segala

pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu

masyarakat.

c. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengatakan kebudayaan adalah

sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Viona Pradya M | 7

Page 8: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

3. Etika dan Estetika Berbudaya

a) Etika Manusia dalam Berbudaya

Kata etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos. Secara etimologis, etika

adalah ajaran tentang baik-nuruk, yang diterima umum tentang sikap, perbuatan,

kewajiban, dam sebagainya. Etika bisa disamakan artinya dengan moral, akhlak,

atau kesusilaan. Etika berkaitan dengan masalah nilai, karena etika pada pokoknya

membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai susila, atau

tidak susila, baik dan buruk. Dalam hal ini, etika termasuk dalam kawasan nilai,

sedangkan nilai etika itu sendiri berkaitan dengan baik buruk perbuatan manusia.

Namun, etika memiliki makna yang bervariasi. Bertens menyebutkan ada tiga

jenis makna etika sebagai berikut.

1) Etika dalam arti nilai – nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi

seseorang atau kelompok orang dalam mengatur tingkah laku.

2) Etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral (yang dimaksud disini adalah

kode etik)

3) Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang yang baik dan yang buruk. Disini

etika sama artinya dengan filsafat moral.

Etika sebagai nilai dan norma etik atau moral yang berhubungan dengan

makna etika yang pertama. Nilai-nilai etik adalah nilai tentang baik buruk kelakuan

manusia. Nilai etik diwujudkan ke dalam norma etik, norma moral, atau norma

kesusialaan.

Norma etik berhubungan dengan manusia sebagai individu karena

menyangkut kehidupan pribadi. Pendukung norma etik adalah nurani individu dan

bukan manusia sebagai makhluk sosial atau sebagai anggota masyarakat yang

terorganisir. Norma ini dapat melengkapi ketidakseimbangan hidup pribadi dan

mencegah kegelisahan diri sendiri.

Norma etik ditujukan kepada umat manusia agar terbentuk kebaikan akhlak

pribadi guna penyempurnaan manusia dan melarang manusia melakukan perbuatan

jahat. Membunuh, berzina, mencuri, dan sebagainya tidak hanya dilarang oleh norma

kepercayan atau keagamaan saja, tetapi dirasakan juga sebagai betentangan dengan

Viona Pradya M | 8

Page 9: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

(norma) kesusilaan dalam setiap hati nurani manusia. Norma etik hanya membebani

manusia dengan kewajiban-kewajiban saja.

Asal atau sumber norma etik adalah dari manusia sendiri yang bersifat otonom

dan tidak ditujukan kepada sikap lahir, tetapi ditujukan kepada sikap batin manusia.

Batinnya sendirilah yang mengancam perbuatan yang melanggar norma kesusialaan

dengan sanksi. Tidak ada kekuasaan di luar dirinya yang memaksakan sanksi itu.

Kalau terjadi pelanggaran norma etik, misalnya pencurian atau penipuan, maka akan

timbulah dalam hati nurani si pelanggar itu rasa penyesalan, rasa malu, takut, dan

merasa bersalah.

Daerah berlakunya norma etik relatif universal, meskipun tetap dipengaruhi

oleh ideologi masyarakat pendukunya. Perilaku membunuh adalah perilaku yang

amoral, asusila, atau tidak etis. Pandangan ini bisa diterima oleh orang di mana saja

atau universal. Namun, dalah hal tertentu, perilaku seks bebas bagi masyarakat

penganut kebebasan kemungkinan bukan perilaku yang amoral. Etika masyarakat

Timur mungkin berbeda dengan etika masyarakat Barat.

Norma etik atau norma moral menjadi acuan manusia dalam berperilaku.

Dengan norma etik, manusia bisa membedakan mana perilaku yang baik dan mana

perilaku yang buruk. Norma etik menjadi semacam das sollen untuk berperilaku baik.

Manusia yang beretika berarti perilaku manusia itu baik sesuai dengan norma-norma

etik.

Budaya atau kebudayaan adalah hasil cipta, rasa, karsa manusia. Manusia

yang beretika akan menghasilkan budaya yang memiliki nilai-nilai etik pula. Etika

berbudaya mengandung tuntutan/keharusan nahwa budaya yang diciptakan manusia

mengandung nilai-nilai etik yang kurang lebih bersifat universal atau diterima

sebagian besar orang. Budaya yang memiliki nilai-nilai etik adalah budaya yang

mampu menjaga, mempertahankan, bahkan mampu meningkatkan harkat dan

martabat manusia itu sendiri. Sebaliknya, budaya yang tidak beretika adalah

kebudayaan yang akan merendahkan atau bahkan menghancurkan mertabat

kemanusiaan.

Namun demikian, menentukan apakah suatu budaya yang dihasilkan manusia

itu memenuhi nilai-nilai etik ataukah menyimpang dari nilai etika adalah bergantung

Viona Pradya M | 9

Page 10: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

dari paham atau ideologi yang diyakini masyarakat pendukung kebudayaan. Hal ini

dikarenakan berlakunya nilai-nilai etik bersifat universal, namun amat dipengaruhi

oleh ideologi masyarakatnya.

Contohnya, budaya berperilaku berduaan di jalan antara sepasang muda-mudi,

bahkan bermesraan di depan umum. Masyarakat individual menyatakan hal demikian

bukanlah perilaku tidak etis, tetapi akan ada sebagian orang atau masyarakat yang

berpandangan hal tersebut merupakan penyimpangan etik.

b) Estetika Manusia dalam Berbudaya

Estetika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau seni. Estetika

berkaitan dengan nilai indah-jelek. Nilai estetika berarti nilai tentang keindahan.

Keindahan dapat diberi makna secara luas, secara sempit, dan estetik murni.

a) Secara luas, keindahan mengandung ide kebaikan. Bahwa segala sesuatu yang

baik termasuk abstrak maupun nyata yang mengandung ide kebaikan adlaha

indah. Keindahan dalam arti luas mengandung banyak hal, seperti watak yang

indah, hukum yang indah, ilmu yang indah, dan kebajikan yang indah. Indah

dalam arti luas mencakup hampir seluruh yang ada, apakah merupakan hasil seni,

alam, moral, dan intelektual.

b) Secara sempit, yang indah yang terbatas pada lingkup persepsi penglihatan

(bentuk dan warna).

c) Secara estetik murni, menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam

hubungannya dengan segala sesuatu yang diresapinya melalui penglihatan,

pendengaran, peradaban dan perasaan, yang semuanya dapat menimbulkan

persepsi (anggapan indah).

Jika estetika dibandingkan dengan etika, maka etika berkaitan dengan nilai

tentang baik buruk, sedangkan estetika berkaitan dengan hal yang indah jelek. Sesuatu

yang estetik berarti memenuhi unsur keindahan (secara estetik murni maupun secara

sempit, baik dalam bentuk, warna, garis, kata, atau pun nada). Budaya yang estetik

berarti budaya itu memiliki unsur keindahan.

Apabila nilai etik bersifat relatif universal, dalam arti bisa diterima banyak

orang, namun nilai estetik amat subjektif dan partikular. Sesuatu yang indah bagi

seseorang belum tentu indah bagi orang lain.

Viona Pradya M | 10

Page 11: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

Karena subjektif, nilai estetik tidak bisa dipaksakan pada orang lain. Kita tidak

bia memaksa seseorang untuk mengakui keindahan sebuah lukisan sebagaimana

pandangan kita. Nilai-nilai estetik lebih bersifat perasaan, bukan pernyataan.

Budaya sebagai hasil karya manusia sesungguhnya diupayakan untuk

memenuhi unsur keindahan. Manusia sendiri memang suka akan keindahan. Di

sinilah manusia berusaha berestetika dalam berbudaya. Semua kebudayaan pastilah

dipandang memiliki nilai-nilai estetik bagi masyarakat pendukung budaya tersebut.

Hal-hal yang indah dan kesukaannya pada keindahan diwujudkan dengan

menciptakan aneka ragam budaya.

Namun sekali lagi, bahwa suatu produk budaya yang dipandang indah

masyarakat pemiliknya belum tentu indah bagi masyarakat budaya lain.

Karena itu, estetika berbudaya tidak semata-mata dalam berbudaya harus

memenuhi nilai-nilai keindahan. Lebih dari itu, estetika berbudaya menyiratkan

perlunya manusia (individu atau masyarakat) untuk menghargai keindahan budaya

yang dihasilkan manusia lainnya. Keindahan adalah subjektif, tetapi kita dapat

melepas subjektifitas kita untuk melihat adanya estetika dalam budaya lain. Estetika

berbudaya yang demikian akan mampu memecah sekat-sekat kebekuan,

ketidakpercayaan, kecurigaan, dan rasa inferioritas antarbudaya.

4. Memanusiakan Manusia

Manusia tidak hanya menjadi sebatas homo, tetapi harus meningkatkan diri

menjadi human. Manusia harus memiliki prinsip, nilai, dan rasa kemanusiaan yang

melekat dalam dirinya. Manusia memiliki peri kemanusiaan, tetapi binatang tidak bisa

dikatan memiliki perikebinatangan. Hal ini karena binatang tidak memiliki akal budi,

sedangkan manusia memiliki akal budi yang memunculkan rasa atau

perikemanusiaan. Perikemanusiaan inilah yang mendorong perilaku baik sebagai

manusia.

Memanusiakan manusia berarti perilaku manusia untuk senantiasa menghargai

dan menghormati harkat dan derajat manusia lainnya. Memanusiakan manusia adalah

tidak menindas sesama, tidak menghardik, tidak bersifat kasar, tidak menyakiti, dan

perilaku-perilaku buruk lainnya.

Viona Pradya M | 11

Page 12: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

Memanusiakan manusia berarti perilaku memanusiawikan antarsesama.

Memanusiakan manusia memberi keuntungan bagi diri sendiri maupun orang lain. Bagi diri

sendiri akan menunjukkan harga diri dan nilai luhur pribadinya sebagai manusia. Sedangkan

bagi orang lain akan memberikan rasa percaya, rasa hormat, kedamaian, dan kesejahteraan

hidup.

Sebaliknya, sikap tidak manusiawi terhadap manusia lain hanya akan merendahkan

harga diri dan martabatnya sebagai manusia yang sesungguhnya makhluk mulia. Sedangkan

bagi orang lain, sebagai korban tindakan yang tidak manusiawi akan menciptakan

penderitaan, kesusahan, ketakutan, perasaan dendam, dan sebagainya. Sejarah membuktikan

bahwa perseturuan, pertentangan, dan peperangan yang terjadi di berbagai belahan dunia

adalah karena manusia belum mampu memanusiakan manusia lain, dan sekelompok bangsa

menindas bangsa lain. Penjajahan atau kolonialisme adalah contoh perilaku suatu bangsa

menindas bangsa lain. Penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan.

Dewasa ini, perilaku tidak manusiawi dicontohkan dengan adanya kasus kekerasan

terhadap para pembantu rumah tangga.

Sikap dan peilaku memanusiakan manusia didasarkan atas prinsip kemanusian yang

disebut the mankind is one. Prinsip kemanusiaan tidak membeda-bedakan kita dalam

memperlakukan orang lain atas dasar warna kulit, suku, agama, ras, asal, dan status sosial

ekonomi. Kita tetap harus manusiawi terhadap orang lain, apa pun latar belakanya, karena

semua manusia adalah makhluk Tuhan yang sama harkat dan martabatnya. Perilaku yang

manusiawi atau memanusiakan manusia adalah sesuai dengan kodrat manusia. Sebaliknya,

perilaku yang tidak manusiawi bertentangan dengan hakikat kodrat manusia. Perilaku yang

tidak manusiawi pasti akan mendatangkan kerusakan hidup manusia.

5. Problematika Kebudayaan

Kebudayaan yang diciptakan manusia dalam kelompok dan wilayah berbeda-beda

menghasilkan keragaman kebudayaan. Tiap persekutuan manusia (masyarakat, suku, atau

bangsa) memiliki kebudayaannya sendiri yang berbeda dengan kelompok lain. Kebudayaan

yang dimiliki kelompok manusia membentuk ciri dan menjadi pembeda dengan kelompok

lain. Dengan demikian, kebudayaan merupakan identitas dari persekutuan hidup manusia.

Dalam rangka pemenuhan hidupnya, manusia akan berinteraksi dengan manusia lain,

masyarakat berhubungan dengan masyarakat lain, demikian pula terjadi hubungan

Viona Pradya M | 12

Page 13: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

antarpersekutuan hidup manusia dari waktu ke waktu terus berlangsung sepanjang kehidupan

manusia. Kebudayaan yang ada ikut pula mengalami dinamika seiring dengan dinamika

pergaulan hidup manusia sebagai pemilik kebudayaan. Berkaitan dengan hal tersebut kita

mengenal adanya pewarisan kebudayaan perubahan kebudayaan, dan penyebaran

kebudayaan.

B. Manusia dan Peradaban1. Hakikat Peradaban

Peradaban memiliki kaitan yang erat dengan kebudayaan. Pada materi

sebelumnya kita telah mengetahui makna kebudayaan. Hasil atau produk kebudayaan

manusia inilah yang menghasilkan peradaban.

Peradaban berasal dari kata adab yang dapat diartikan sopan, berbudi pekerti,

luhur, mulia, berakhlak, yang semuanya menunjuk pada sifat yang tinggi dan mulia.

Huntington (2001) mendefinisikan peradaban (civilization) sebagai the highest social

grouping of people andn the distinguish humans from other species. Peradaban tidak

lain adalah perkembangan kebudayaan yang telah mendapat tingkat tertentu yang

diperoleh manusia pendukungnya. Taraf kebudayaan yang telah mencapai tingkat

tertentu tercermin pada pendukungnya yang dikatakan sebagai beradab atau mencapai

peradaban yang tinggi.

Dari batasan pengertian di atas, maka istilah peradaban dering dipakai untuk

hasil kebudayaan seperti kesenian, ilmu pengetahuan dan teknologi, adat, sopan

santun, serta pergaulan. Selain itu, kepandaian menulis, organisasi bernegara serta

masyarakat kota yang maju dan kompleks. Peradaban menunjuk pada hasil

kebudayaan yang bernilai tinggi dan maju. Karena itu, dapat dikatakan bahwa setiap

masyarakat atau bangsa dimana pun selalu berkebudayaan, tetapi tidak semuanya

telah memiliki peradaban. Perdaban merupakan tahap tertentu dari kebudayaan

masyarakat tertentu pula, yang telah mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh

tingkat ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang telah maju.

Tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor

kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, dan tingkat pendidikan. Dengan demikian,

suatu bangsa yang memiliki kebudayaan tinggi (peradaban) dapat dinilai dari tingkat

pendidikan, kemajuan teknologi, dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan,

Viona Pradya M | 13

Page 14: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

teknologi, dan ilmu pengetahuan yang dimiliki masyarakat akan senantiasa

berkembang. Karena itu, peradaban masyarakat juga akan berkembang sesuai dengan

zamannya. Peradaban bangsa dalam suatu kurun waktu tertentu dianggap tinggi di

zamannya. Namun, penilaian atas peradaban manusia pada masa sekarang.

Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan memengaruhi peradaban sebuah

bangsa. Kemampuan teknologi menjadikan bangsa itu dianggap lenih maju dari

bangsa-bangsa lain pada zamannya. Kemajuan teknologi bisa diliat dari insfrastruktur

bangunan, sarana yang dibuat, lembaga yang dibentuk, dan lain-lain. Contoh bangsa-

bangsa yang dimiliki peradaban tinggi pada masa lampau adalah tinggal di lembah

Sungai Nil, lembah Sungai Eufrat Tigris, lembah Sungai Indus, dan lembah Sungai

Hoang Ho di Cina.

Masyarakat pada saat ini tetap memberi penghargaan dan apresiasi yang tinggi

untuk peradaban pada masa itu. Bukti akan hal tersebut adalah pengakuan masyarakat

dunia akan adanya keajaiban dunia, yang pada hakikatnya berasal dari peradaban

masa lalu. Keajaiban dunia yang terkenal saat ini antara lain,

a) Piramida di Mesir merupakan makam raja-raja mesir kuno.

b) Taman gantung di Babylonia.

c) Menara Pisa di Italia.

d) Menara Eiffel di Paris.

e) Candi Borobudur di Indonesia.

f) Taj Mahal di India.

g) Patung Zeus yang tingginya 14 m dan seluruhnya terbuat dari emas.

h) Kuil Artemis merupakan kuil terbesar di Yunani.

Selain dari kemajuan teknologi yang dimiliki sebuah bangsa, peradaban

ditentukan pula oleh tingkat pendidikan. Salah satu ciri yang penting dalam definisi

peradaban adalah berbudaya, yang dalam bahasa Inggris disebut cultured. Orang yang

cultured adalah juga yang lettered, artinya melek huruf. Namun, pengertian lettered

dalam hal ini tidak sekedar bisa membaca dan menulis hal yang sederhana. Orang

yang sekedar bisa membaca karangan yang sederhana dan memahami kesenian yang

tidak kompleks dianggap unlettered. Akibatnya, pembaca sastra dan peminat seni

picisan dianggap uncultured. Orang yang cultured adalah yang mampu menghayati

dan memahami hasil kebudayaan adiluhung, yang hanya bisa didapatkan dengan

Viona Pradya M | 14

Page 15: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

pendidikan yang tarafnya tinggi. Bangsa yang beradab adalah bangsa yang terdidik.

Akan tetapi, bangsa yang berbudaya belum tentu memiliki tingkat pendidikan yang

tinggi.

2. Manusia sebagai Makhluk Beradab dan Masyarakat Beradab

Peradaban tidak hanya menunjuk pada hasil-hasil kebudayaan manusia yang

sifatnya fisik, seperti barang, bangunan, dan benda-benda. Perdaban tidak hanya

merujuk pada wujud benda hasil budaya, tetapi juga wujud gagasan dan perilaku

manusia. Kebudayaan merupakan keseluruhan dari hasil budidaya manusia, baik

cipta, karsa, dan rasa. Kebudayaan berwujud gagasan/ide, perilaku/aktivitas, dan

benda-benda. Sedangkan peradaban adalah bagian dari kebudayaan yang tinggi, halus,

indah, dan maju. Jadi, peradaban termasuk pula di dalamnya gagasan dan perilaku

manusia yang tinggi, halus, dan maju.

Peradaban sebagai produk yang bernilai tinggi, halus, indah, dan maju

menunjukkan bahwa manusia memanglah merupakan makhluk yang memiliki

kecerdasan, keberadaan, dan kemauan yang kuat. Manusia merupakan makhluk yang

beradab sehingga mampu menghasilkan peradaban. Di samping itu, manusia sebagai

makhluk sosial juga mampu menciptakan masyarakat yang beradab.

Adab artinya sopan. Manusia sebagai makhluk beradab artinya pribadi

manusia itu memiliki potensi untuk berlaku sopan, berakhlak, dan berbudi pekerti

luhur. Sopan, berakhlak, dan berbudi pekerti yang luhur menunjuk pada perilaku

manusia. Orang yang beradab adalah orang yang berkesopanan, berakhlak, dan

berbudi pekerti luhur dalam perilaku, termasuk pula gagasan-gagasannya. Manusia

yang beradab adalah manusia yang bisa menyelaraskan antara cipta, rasa, dan karsa.

Kaelan (2002) menyatakan manusia yang beradab adalah manusia yang mampu

melaksanakan hakikatnya sebagai manusia. Kebalikannya adalah manusia yang

biadab atau dikenal dengan istilah barbar. Secara sempit, orang yang biadab diartikan

sebagai orang yang perilakunya tidak sopan, tidak berakhlak, dan tidak memiliki budi

pekerti yang mulia. Orang yang biadab juga tidak mampu menyeimbangkan antara

cipta, rasa, dan karsanya sebagai manusia. Misalnya, kemampuan cipta manusia

dalam membuat senjata digunakan untuk saling membunuh antarsesama.

Viona Pradya M | 15

Page 16: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk yang beradab sebab dianugerahi

harkat, martabat, serta potensi kemanusiaan yang tinggi. Namun, dalam

perkembangannya manusia bisa jatuh dalam perilaku kebiadaban karena tidak mampu

menyeimbangkan atau mengendalikan cipta, rasa, dan karsa yang dimilikinya.

Manusia tersebut telah melanggar hakikat kemanusiannya sendiri.

Manusia sebagai makhluk sosial membentuk persekutuan-persekutuan hidup,

yaitu masyarakat. Manusia beradab pastilah berkeinginan membentuk masyarakat

yang beradab. Terbentuklah masyarakat beradab atau berkeadaban.

Dewasa ini, masyarakat adab memiliki padanan isitilah yang dikenal dengan

masyarakat madani atau masyarakat sipil (civil society). Konsep masyarakat adab

berasal dari konsep civil society, dari asal kata society civilis. Istilah masyarakat adab

dikenal dengan kata lain masyarakat sipil, masyarakat warga, atau masyarakat

madani.

Pada mulanya, civil society berasal dari dunia Barat. Adalah Dato Anwar

Ibrahim (mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia) yang pertama kali

memperkenalkan istilah masyarakat madani sebagai istilah lain dari civil society.

Nurcholish Madjid mengindonesiakan civil society (Inggris) dengan masyarakat

madani. Kata civil society memiliki dasar kata yang sama dengan civic (kewargaan)

dan city (kota) dari kata dasar berbahasa Latin civis. Kemudian, kata civil tumbuh

menjadi bermakna dari atau dalam persesuaian dengan teratur, beradab.

Masyarakat adab pada dasarnya merupakan keinginan yang tulus dari manusia

sebagai makhluk yang beradab. Namun, sebagaimana halnya dengan individu,

masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu bisa saling bertengkar, saling bertikai,

bahkan saling membunuh antarkelompok masyarakat. Bukti bahwa perang yang

sampai saat ini banyak terjadi di berbagai belahan dunia, menunjukkan bahwa cita-

cita masyarakat adab harus senantiasa diperjuangkan, dipertahankan, dan dipelihara

dengan sebaik-baiknya.

3. Evolusi Budaya dan Wujud Peradaban dalam Kehidupan Sosial Budaya

Kebudayaan itu telah mengalami proses perkembangan secara bertahap dan

berkesinambungan yang kita konsepkan sebagai evolusi kebudayaan. Evolusi

Viona Pradya M | 16

Page 17: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

kebudayaan ini berlangsung sesuai dengan perkembangan budi daya atau akal pikiran

manusia dalam menghadapi tantangan hidup dari waktu ke waktu. Proses evolusi

untuk tiap kelompok masyarakat di berbagai tempat berbeda-beda, bergantung pada

tantangan, lingkungan, dan kemampuan intelektual manusianya untuk mengantisipasi

tantangan tadi.

Adanya kebudayaan bermula dari kemampuan akal dan budi daya manusia

dalam menganggapi, merespons, dan mengatasi tantangan alam dan lingkungan dalam

upaya mencapai kebutuhan hidupnya. Dengan potensi akal dan budi inilah manusia

menaklukan alam. Manusia menemukan dan menciptakan berbagai sarana hidup

sebagai upaya mengatasi tantangan alam. Manusia menciptakan kebudayaan.

Dalam kehidupan manusia dapat kita bagi dua, yaitu masa prasejarah (masa

sebelum manusia mengenal tulisan sampai manusia mengenal tulisan) dan masa

sejarah (masa manusia telah mengenal tulisan). Data-data tentang masa prasejarah

diambil dari sisa-sisa dan bukti-bukti yang digali dan diinterpretasikan. Masa sejarah

bermula ketika adanya catatan tertulis untuk dijadikan bahan rujukan. Penciptaan

tulisan ini merupakan satu penemuan revolusioner yang genius. Bermula dari

penciptaan properti dan lukisan objek, seperti kambing, lembu, wadah, ukuran barang,

dan sebagainya; diikuti dengan indikasi angka; kemudian diikuti simbol yang

mengindikasikan transaksi, nama, dan alamat yang bersangkutan; selanjutnya simbol

untuk fenomena harian, hubungan antara mereka, dan akhirnya intisari, seperti warna,

bentuk, dan konsep.

4. Dinamika Peradaban Global

Menurut Arnold Y.Toynbee, seorang sejarawan asal Inggris, lahirnya

peradaban itu diuraikan dengan teori challenge and respons. Peradaban itu lahir

sebagai respons (tanggapan) manusia yang dengan segenap daya upaya dan akalnya

menghadapi, menaklukkan, dan mengolah alam sebagai tantangan (challenge) guna

mencukupi kebutuhan dan melestarikan kelangsungan hidupnya.

Alam menawarkan sejumlah tantangan dan kemungkinan-kemungkinan. Ada

alam yang tandus atau subur, di pegunungan atau pantai, daerah yang rawan gempa

atau yang tanahnya stabil, dan seterusnya. Jika tantangan alam itu berat maka manusia

Viona Pradya M | 17

Page 18: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

pun akan gigih dan berusaha keras dalam merespons alam tersebut, begitu pun

sebaliknya.

Setiap kali timbul kebutuhan akan sesuatu, manusia akan berusaha

menemukan jalan untuk memperolehnya. Seluruh perangkat ide, metode, teknik, dan

benda material yang digunakan dalam suatu jangka waktu tertentu dalam suatu tempat

tertentu maupun kegiatan untuk merombak perangkat tersebut demi memenuhi

kebutuhan hidup manusia disebut teknologi. Teknologi lahir dan dikembangkan oleh

manusia, dan ilmu untuk menguasai dan memanfaatkan lingkungan sehingga

kebutuhannya dapat terpenuhi.

Penerapan teknologi itu bertujuan untuk memudahkan kerja manusia, agar

meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya. Alvin Toffler menganalisis geja-gejala

perubahan dan pembaharuan peradaban masyarakat akibat majunya ilmu dan

teknologi. Dalam bukunya The Third Wave (1981), ia menyatakan bahwa gelombang

perubahan peradaban umat manusia sampai saat ini telah mengalami tiga gelombang,

yaitu,

a) Gelombang I, peradaban teknologi pertanian berlangsung mulai 800 SM-1500 M.

b) Gelombang II, peradaban teknologi industri berlangsung mulai 1500 M – 1970

M.

c) Gelombang III, peradaban informasi berlangsung mulai 1970 M – sekarang.

Setiap gelombang peradaban tersebut dikuasai oleh tingkat teknologi yang

digunakan. Gelombang pertama (the first wave) dikenal dengan revolusi hijau. Dalam

gelombang pertama ini manusia menemukan dan menerapkan teknologi pertanian.

Pertanian terbatas pada pengelolaan lahan-lahan pertanian untuk mencukupi

kebutuhan manusia. Pada awalnya, manusia berpindah-pindah dalam memanfaatkan

lahan untuk mendapatkan hasil pertanian melalui teknologi pengumpulan hasil hutan.

Selanjutnya, mereka berpindah ke penerapan teknologi pertanian, dimana manusia

cenderung bertempat tinggal di suatu tempat yang kemudian menumbuhkan desa.

Gelombang kedua adalah adanya revolusi industri terutama di negara-negara

barat yang dimulai dengan revolusi industri di Inggris. Masa gelombang kedua adalah

masa revolusi industri, yaitu kira-kira tahun 1700-1970. Masa ini dimulai dengan

penemuan mesin uap pada tahun 1712. Pada masa itu ditemukan mesin eletro mekanis

Viona Pradya M | 18

Page 19: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

raksasa, mesin-mesin bergerak cepat, dan ban jalam. Mesin-mesin tersebut tidak

hanya menggantikan otot-otot manusia, tetapi peradaban industri juga memberi

mesin-mesin tersebut alat-alat pancaindera sehingga mesin-mesin dapat mendengar

dan melihat lebih tajam daripada indra manusia, dan dapat menghasilkan/melahirkan

bermacam-macam mesin baru, yang akhirnya dikoordinir dengan rapi menjadi pabrik.

Penggunaan mesin industri, mesin uap, dan mesin pemintal dalam industri garmen

dan industri tambang telah memajukan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Eropa.

Gelombang ketiga merupakan revolusi informasi yang ditandai dengan

kemajuan teknologi indformasi yang memudahkan manusia untuk berkomunikasi

dalam berbagai bidang. Gelombang ketiga terjadi dengan kemajuan teknologi dalam

bidang,

a) Komunikasi dan data prosseing.

b) Penerbangan dan angkasa luar.

c) Energi alternatif dan energi yang dapat diperbarui.

d) Terjadinya urbanisasi, yang disebabkan oleh kemajuan teknologi komunikasi dan

transportasi.

Gelombang ketiga ini melahirkan suatu masyarakat dunia yang dikenal dengan

sebutan the global village (kampung global). Kita sekarang berada pada gelombang

ketiga atau masa revolusi informasi. Diperkirakan era informasi ini akan mencapai

puncaknya pada 10 s.d. 2tahun mendatang.

John Naisbitt dalam bukunya Megatrends (1982), menyatakan bahwa

globalisasi memunculkan perubahan-perubahan yang akan dialami oleh negara-negara

dunia. Perubahan itu terjadi karena interaksi yang dekat dan intensif antarnegara,

terutama negara berkembang akan terpengaruh oleh kemajuan di negara-negara maju.

Perubahan-perubahan tersebut ialah,

a) Perubahan dari masyarakat industri ke masyarakat informasi.

b) Perubahan dari teknologi yang mengandalkan kekuatan tenaga ke teknologi

canggih.

c) Perubahan dari ekonomi nasional ke ekonomi dunia.

d) Perubahan dari jangka pendek ke jangka panjang.

e) Perubahan dari sentralisasi ke desentralisasi.

Viona Pradya M | 19

Page 20: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

f) Perubahan dari bantuan lembaga ke bantuan diri sendiri.

g) Perubahan dari demokrasi perwakilan ke demokrasi partisipatori.

h) Perubahan dari sistem hirarki ke jaringan kerja.

i) Perubahan dari utara ke selatan.

j) Perubahan dari satu diantara dua pilihan menjadi macam-macam pilihan.

Naisbitt dan Patricia Aburdance (1990) kembali mengemukakan lagi adanya sepuluh

macam perubahan di era global, yaitu,

a) Abad biologi.

b) Bangunannya sosialisme pasar bebas.

c) Cara hidup global dan nasionalisme budaya.

d) Dasawarsa kepemimpinan wanita.

e) Kebangkitan agama dan milenium baru.

f) Kebangkitan dalam kesenian.

g) Kemenangan individu.

h) Pertumbuhan ekonomi dunia dalam tahun 1990-an.

i) Berkembangnya wilayah pasifik.

j) Privitasi/swastanisasi atas negara kesejahteraan.

5. Problematika Peradaban Global pada Kehidupan Manusia

Peradaban global yang tengah terjadi dewasa ini tidak bisa dipisahkan dari globalisasi

itu sendiri. Kata globalisasi diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal.

Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kera, sehingga

tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses

sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan

negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau

kesatuan koeksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya

masyarakat.

Globalisasi digerakkan oleh kemajuan yang pesat dalam teknologi transportasi dan

informasi komunikasi. Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya

fenomena globalisasi di dunia.

Viona Pradya M | 20

Page 21: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

a) Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antarnegara menunjukkan keterkaitan

antarmanusia di seluruh dunia.

b) Perkembangan barang-barang.

c) Pasar dan prosuksi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai

akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional.

d) Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa.

e) Meningkatnya masalah bersama.

C. Manusia sebagai Individu dan Makhluk Sosial1. Hakikat Manusia sebgaia Makhluk Individu dan Sosial

Unsur- unsur hakikat manusia terdiri dari hal-hal berikut ini,

a) Susunan kodrat manusia teridiri atas raga dan jiwa.

b) Sifat kodrat terdiri atas makhluk individu dan sosial.

c) Kedudukan kodrat terdiri atas makhluk berdiri sendiri dan makhluk Tuhan.

Berdasarkan pembedaan demikian maka manusia sebagai makhluk individu

dan sosial adalah hakikat manusia berdasar sifat-sifat kodrat yang melekat pada

dirinya. Berdasarkan unsur hakikat manusia diatas, Notonagoro (1975) mengatakan

bahwa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial merupakan sifat kodrat dari

manusia. Frans Magnis Suseno (2001) menyatakan bahwa manusia adalah individu

yang secara hakiki bersifat sosial.

1) Manusia sebagai Makhluk Individu

Individu berasal dari bahasa Latin individuum yang artinya tak terbagi. Kata

individu merupakan sebutan yang dipakai untuk menyatakan satu kesatuan yang

paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia secara keseluruhan

yang tak dapat terbagi, melainkan sebagai kesatuan terbatas, yaitu perseorangan

manusia, demikian pendapat Dr. A. Lysen.

Manusia lahir sebagai makhluk individual yang bermakna tidak terbagi atau tidak

terpisahkan antara jiwa dan raga. Secara biologis, manusia lahir dengan kelengkapan

fisik, tidak berbeda dengan makhluk hewani. Namun, secara rohani ia sangat berbeda

dengan makhluk hewani apa pun. Jiwa manusia merupakan satu kesatuan dengan

Viona Pradya M | 21

Page 22: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

raganya untuk selanjutnya melakukan aktivitas atau kegiatan. Kegiatan manusia tidak

semata-mata digerakkan oleh jasmaninya, tetapi juga aspek rohaninya. Manusia

mengerahkan seluruh jiwa raganya untuk berkegiatan dalam hidupnya.

Dalam perkembangannya, manusia sebagai makhluk individu tidak hanya

bermakna kesatuan jiwa dan raga, tetapi akan menjadi pribadi yang khas dengan

corak kepribadiannya, termasuk kemampuan kecakapannya. Dengan demikian,

manusia sebagai individu merupakan pribadi yang terpisah, berbeda dari pribadi lain.

Manusia sebagai makhluk individu adalah manusia sebagai perseorangan yang

memiliki sifat sendiri-sendiri. Manusia sebagai individu adalah bersifat nyata, berbeda

dengan manusia lain dan sebagai pribadi dengan ciri khas tertentu yang berupaya

merealisasikan potensi dirinya.

Setiap manusia memiliki perbedaan. Hal itu dikarenakan manusia memiliki

karakteristik sendiri. Ia memiliki sifat, watak, keinginan, kebutuhan, dan cita-cita

yang berbeda satu sama lainnya. Setiap manusia diciptakan oleh Tuhan dengan ciri

dan karakteristik yang unik yang satu sama lain berbeda. Oleh karena itu, manusia

sebagai makhluk individu adalah unik. Setiap orang berbeda, bahkan orang yang

dikatakan kembar pun pasti memiliki perbedaan. Jadi, meskipun banyak persamaan

hakiki antarindividu, tetap tidak ada dua individu yang sama.

Pertumbuhan dan perkembangan individu menjadi pribadi yang khas tidak terjadi

dalam waktu sekejap, melainkan terentang sebagai kesinambungan perkembangan

sejak masa janin, bayi, anak, remaja, dewasa, sampai tua. Istilah pertumbuhan lebih

tertuju pada segi fisik atau biologis individu, sedangkan perkembangan tertuju pada

segi mental psikologis individu.

Pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi beberapa faktor. Mengenai

hal tersebut ada tiga pandangan, yaitu,

a) Pandangan nativistik menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-mata

ditentukan atas dasar faktor dari dalam individu sendiri, seperti bakat dan potensi,

termasuk pula hubungan atau kemiripan dengan orang tuanya. Misalnya, jika

ayahnya seniman maka sang anak akan menjadi seniman pula.

b) Pandangan empiristik meyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-mata

didasarkan atas faktor lingkungan. Lingkunganlah yang akan menentukan

Viona Pradya M | 22

Page 23: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

pertumbuhan seseorang. Pandangan ini bertolak belakang dengan pandangan

nativistik.

c) Pandangan konvergensi yang menyatakan bahwa pertumbuhan individu

dipengaruhi oleh faktor diri individu dan lingkungan. Bakat anak merupakan

potensi yang harus disesuaikan dengan diciptakannya lingkungan yang baik

sehingga ia bisa tumbuh secara optimal. Pandangan ini berupaya menggabungkan

kedua pandangan sebelumnya.

Pada dasarnya, kegiatan atau aktivitas seseorang ditujukan untuk memenuhi

kepentingan diri dan kebutuhan diri. Sebagai makhluk dengan kesatuan jiwa dan raga,

maka aktivitas individu adalah untuk memenuhi kebutuhan baik kebutuhan jiwa, rohani,

atau psikologis, serta kebutuhan jasmani atau biologis. Pemenuhan kebutuhan tersebut

adalah dalam rangka menjalani kehidupannya.

Pandangan yang mengembangkan pemikiran bahwa manusia pada dasarnya

adalah individu yang bebas dan merdeka adalah paham individualisme menekankan pada

kekhususan, martabat, hak, dan kebebasan per orang. Manusia sebagai individu yang

bebas dan merdeka tidak terikat apa pun dengan masyarakat atau pun negara. Manusia

bisa berkembang dan sejahtera hidupnya serta berlanjut apabila dapat bekerja secara

bebas dan berbuat apa saja untuk memperbaiki dirinya sendiri.

2) Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia sebagai individu ternyata tidak mampu hidup sendiri. Ia dalam manjalani

kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergantung pada manusia lainnya.

Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan manusia lain. Hal ini

disebabkan karena manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat

memenuhinya sendiri. Ia akan bergabung dengan manusia lain membentuk kelompok-

kelompok dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan tujuan hidup. Dalam hal ini,

manusia sebagai individu memasuki kehidupan bersama dengan individu lainnya.

Menurut kodratnya, manusia dimana pun pada zaman apa pun selalu hidup

bersama, hidup berkelompok. Dalam sejarah perkembangan manusia tidak terdapat

seorang pun yang hidup menyendiri, terlepas dari pergaulan masyarakat hanya

mungkin terjadi dalam dongeng belaka, namun dalam kenyataannya, hal itu tidak

Viona Pradya M | 23

Page 24: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

mungkin terjadi. Sejak dulu, pada diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul

dengan sesamanya dalam satu kelompok, hanya untuk bermasyarakat.

Ada pun yang menyebabkan manusia selalu hidup bermasyarakat antara lain

karena adanya dorongan kesatuan biologis yang terdapat dalam naluri manusia,

misalnya,

a) Hasrat untuk memenuhi keperluan makan dan minum.

b) Hasrat untuk membela diri.

c) Hasrat untuk mengadakan keturunan.

Ada pun insting itu sudah ada pada diri manusia sejak ia dilahirkan.

Kebutuhan akan makanan dan minuman termasuk kebutuhan primer untuk segala

makhluk hidup baik hewan maupun manusia. Dalam usaha untuk mendapatkan

keperluan hidupnya manusia perlu bantuan orang lain. Hidup sendiri akan

menimbulkan kesulitan. Setiap usaha akan lebih mudah bila dikerjakan bersama-

sama.

Dalam kenyataannya kita melihat orang memburu hewan, menangkap ikan,

bercocok tanam, dan sebagainya dilakukan secara bersama-sama. Dari keinginan

untuk memperoleh keinginan hidupnya secara mudah itu maka timbullah dalam diri

manusia suatu dorongan untuk hidup bersama dalam masyarakat. Sejak manusia

dilahirkan, ia mempunyai dua keinginan pokok, yaitu,

a) Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia di sekelilingnya.

b) Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.

Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup dengan

manusia lain (masyarakatnya). Ia tidak dapat merealisasikan potensi hanya dengan dirinya

sendiri. Manusia akan membutuhkan manusia lain untuk hal tersebut, termasuk dalam

mencukupi kebutuhannya

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, kelompok masyarakat pertama adalah

keluarga. Keluarga merupakan lingkungan manusia yang pertama dan utama. Dalam keluarga

itulah manusia menemukan kodratnya sebagai makhluk sosial. Karena dalam lingkungan

itulah ia untuk pertama kali berinteraksi dengan orang lian. Kelompok berikutnya adalah

kelompok pertemanan, pergaulan, kelompok pekerja, dan masyarakat secara luas. Secara

Viona Pradya M | 24

Page 25: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

politik, kehidupan berkelompok manusia dimulai dari keluarga, marga, suku, bangsa, negara,

bahkan masyarakat secara internasional.

2. Peranan Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial

a) Peranan Manusia sebagai Makhluk Individu

Sebagai invidu, manusia memiliki harkat dan martabat yang mulia. Setiap

manusia dilahirkan sama dengan harkat dan martabat yang sama pula. Perbedaan yang

ada seperti keyakinan, tempat tinggal, ras, suku, dan golongan tidak meniadakan

persamaan akan harkat dan martabat manusia. Karena itu, pengakuan dan

penghargaan manusia sebagai manusia mudah diperlukan. Pengakuan dan

penghargaan itu diwujudkan dengan pengakuan akan jaminan atas hak-hak asasi

manusia. Manusia memiliki hak-hak dasar yang sama yang tidak boleh halangi oleh

manusia lain. Penindasan terhadap hak-hak dasar orang lain pada dasarnya adalah

merendahkan derajat kemanusiaan. Seorang individu pastilah tidak mau harkat dan

martabatnya direndahkan, bahkan diinjak-injak oleh individu lain.

Manusia sebagai makhluk individu berupaya merealisasikan segenap potensi

dirinya, baik potensi jasmani maupun potensi rohani. Jasmani atau raga adalah badan

atau tubuh manusia yang bersifat kebendaan, dapat diraba, dan bersifat riil. Rohani

atau jiwa adalah unsur-unsur manusia yang bersifat kerohanian, tidak berwujud, tidak

bisa diraba, atau ditangkap dengan indera. Unsur jiwa ini terdiri dari tiga jenis, yaitu

akal, rasa, dan kehendak.

Sebagai makhluk individu, manusia berusaha memenuhi kepentingan atau

mengejar kebahagiaan sendiri. Motif tindakannya adalah untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya yang meliputi kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Penekan pada

kepentingan diri memunculkan sifat individualistik dalam diri pribadi yang

bersangkutan. Di samping itu, faktor pemenuhan atas kepentingan diri tersebut juga

menjadikan individu akan saling bersaing untuk hal tersebut.

Berdasarkan sifat kodrat manusia sebagai individu, dapat diketahui bahwa

manusia memiliki harkat dan martabat, manusia memiliki hak-hak dasar, setiap

manusia memiliki potensi diri yang khas, dan setiap manusia memiliki kepentingan

untuk memenuhi kebutuhan dirinya.

Viona Pradya M | 25

Page 26: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

Dengan uraian di atas, manusia sebagai makhluk individu berperan untuk

mewujudkan hal-hal tersebut. Manusia sebagai individu akan berusaha,

1) Menjaga dan mempertahankan harkat dan martabatnya.

2) Mengupayakan terpenuhi hak-hak dasarnya sebagai manusia.

3) Merealisasikan segenap potensi diri baik sisi jasmani maupun rohani.

4) Memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri demi kesejahteraan hidupnya.

b) Peranan Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia sebagai pribadi adalah berhakikat sosial. Artinya manusia akan

senantiasa dan selalu berhubungan dengan orang lain. Manusia tidak mungkin hidup

sendiri tanpa bantuan orang lain. Fakta ini memberikan kesadaran akan

ketidakberdayaan manusia dalam memenuhi kebutuhannya sendiri.

Kebutuhan akan orang lain dan interaksi sosial membentuk kehidupan

berkelompok pada manusia. Berbagai tipe kelompok sosial tumbuh seiring dengan

kebutuhan manusia untuk saling berinteraksi.

Dalam berbagai kelompok sosial ini, manusia membutuhkan norma-norma

pengaturannya. Terdapat norma-norma sosial sebagai patokan untuk bertingkah laku

bagi manusia dikelompoknya. Norma-norma tersebut ialah,

1) Norma agama atau religi, yaitu norma yang bersumber dari Tuhan yang

diperuntukan bagi umat-Nya. Norma agama berisi perintah agar dipatuhi dan

larangan agar dijauhi umat beragama. Norma agama ada dalam ajaran-ajaran

agama.

2) Norma kesusilaan atau moral, yaitu norma yang bersumber dari hati nurani

manusia untuk mengajak pada kebaikan dan menjauhi keburukan. Norma moral

bertujuan agar manusia berbuat baik secara moral. Orang yang berkelakuan baik

adalah orang yang bermoral, sedangkan yang berkelakuan buruk adalah tidak

bermoral atau amoral.

3) Norma kesopanan atau adat adalah norma yang bersumber dari masyarakat dan

berlaku terbatas pada lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Norma ini

dimaksudkan untuk menciptakan keharmonisan hubungan antarsesama.

Viona Pradya M | 26

Page 27: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

4) Norma hukum, yaitu norma yang dibuat masyarakat secara resmi (negara) tentang

pemberlakuannya dapat dipaksakan. Norma hukum berisi perintah dan larangan.

Norma hukum dimuat dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang

bersifat tertulis.

Manusia dalam kelompok sosialnya, misalnya hidup bernegara, terikat pada norma-

norma sebagai hasil interaksi dari manusia itu sendiri. Keterikatan kepada norma termasuk

pula keterikatan untuk menghargai adanya orang lain. Jadi, jika dalam dimensi individu,

muncul hak-hak dasar manusia maka dalam dimensi sosial ini, muncul kewajiban dasar

manusia. Kewajiban dasar manusia adalah menghargai hak dasar orang lain serta menaati

norma-norma yang berlaku di masyarakatnya.

Berdasarkan hal di atas, maka manusia sebagai makhluk sosial memiliki imlikasi-

implikasi sebagai berikut,

a) Kesadaran akan “ketidakberdayaan” manusia bila seorang diri.

b) Kesadaran untuk senantiasa dan harus berinteraksi dengan orang lain.

c) Penghargaan akan hak-hak orang lain.

d) Ketaatan terhadap norma-norma yang berlaku.

Keberadaannya sebagai makhluk sosial, menjadikan manusia melakukan peran-peran

sebagai berikut :

a) Melakukan intyeraksi dengan manusia lain atau kelompok.

b) Membentuk kelompok-kelompok sosial.

c) Menciptakan norma-norma sosial sebagai pengaturan tertib kehidupan kelompok.

3. Dinamika Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan faktor utama dalam kehidupan sosial. Interkasi sosial

merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal balik

antarindividu, antarkelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok manusia.

Bentuk interaksi sosial adalah akomodasi, kerjasama, persaingan, dan pertikaian.

Ciri – ciri sebuah interaksi sosial,

a) Pelakunya lebih dari satu orang.

b) Adanya komunikasi antarpelaku melalui kontak sosial.

Viona Pradya M | 27

Page 28: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

c) Mempunyai maksud dan tujuan, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan

yang diperkirakan pelaku.

d) Ada dimensi waktu yang akan menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung.

Syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak

sosial berasal dari kata con atau cun yang artinya bersama-sama, dan tango yang artinya

menyentuh. Namun, kontak sosial tidak hanya secara harfiah bersentuhan badan, tetapi bisa

lewat bicara, melalui telepon, telegram, surat, radio, dan sebagainya.

Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu,

a) Kontak antar individu.

b) Kontak antar individu dengan suatu kelompok.

c) Kontak antar kelompok dengan kelompok lain.

D. Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum1. Hakikat, Fungsi, dan Perwujudan Nilai, Moral, dan Hukum

a) Hakikat Nilai dan Moral

Pembahasan mengenai nilai termasuk dalam kawasan etika. Bertens (2001)

menyebutkan ada tiga jenis makna etika, yaitu,

1) Etika berarti nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang

atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

2) Etika berarti kumpulan asas atau nilai koral. Etika yang dimaksud adalah kode

etik.

3) Etika berarti ilmu tentang baik dan buruk. Etika yang dimaksud sama dengan

istilah filsafat moral.

Istlah nilai (value) menurut Kamus Poewodarminto diartikan sebagai berikut,

1) Harga dalam arti taksiran, misalnya nilai emas.

2) Harga sesuatu, misalnya uang.

3) Angka, skor.

4) Kadar, mutu.

5) Sifat-sifat atau hal penting bagi kemanusiaan.

Sesuatu dinggap bernilai apabila sesuatu itu memiliki sifat sebagai berikut:

Viona Pradya M | 28

Page 29: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

1) Menyenangkan (peasent).

2) Berguna (useful).

3) Memuaskan (satisfying).

4) Menguntungkan (profitable).

5) Menarik (interesting).

6) Keyakinan (belief).

Nilai itu ada atau riil dalam kehidupan manusia. Misalnya, manusia mengakui ada

keindahan. Akan tetapi, keindahan sebagai nilai adalah abstrak (tidak dapat diindra). Yang

dapat diindra adalah objek yang memiliki nilai keindahan itu. Misalnya, lukisan atau

pemandangan.

Nilai merupakan sesuatu yang diharapkan oleh manusia. Nilai merupakan sesuatu

yang baik yang diciptakan manusia. Contohnya, semua manusia mengharapkan keadilan.

Keadilan sebagai nilai adalah normatif.

Nilai menjadikan manusia terdorong untuk melakukan tindakan agar harapan itu

terwujud dalam kehidupannya. Nilai diharapkan manusia sehingga mendorong manusia

berbuat. Misalnya, siswa berharap akan kepandaian. Maka siswa melakukan berbagai

kegiatan agar pandai. Kegiatan manusia pada dasarnya digerakkan atau didorong oleh nilai.

Moral berasal dari kata Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Kata mores ini

mempunyai sinonim mos, moris, manner mores atau manners, morals.

Dalam bahasa Indonesia, kata moral berarti akhlak (bahasa Arab) atau kesusilaan

yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi

pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Kata moral ini berasal dari bahasa Yunani sama

dengan ethos yang menjadi etika. Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang baik-buruk,

yang diterima masyarakat umum tentang sikap, kewajiban, dan sebagainya.

Dari beberapa pendapat di atas, istilah moral dapat dipersamakan dengan istilah etika,

etik, akhlak, kesusilaan, dan budi pekerti. Dalam hubungannya, dengan nilai, moral adalah

bagian dari nilai, yaitu nilai moral. Tidak semua nilai adalah nilai moral. Nilai moral

berkaitan dengan perilaku manusia (human) tentang hal baik-buruk.

Dalam filsafat nilai secara sederhana dibedakan menjadi 3 jenis,

1) Nilai logika, yaitu nilai tentang benar-salah.

Viona Pradya M | 29

Page 30: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

2) Nilai etika, yaitu nilai tentang baik-buruk.

3) Nilai estetika, yaitu nilai tentang indah-jelek.

b) Hukum sebagai Norma

Berdasarkan pada uraian sebelumnya, hukum pada dasarnya adalah bagian dari

norma, yaitu norma hukum. Jadi, jika kita berbicara mengenai hukum yang dimaksudkan

adalah norma hukum. Hukum sebagai norma berbeda dengan ketiga norma agama,

kesusilaan, dan kesopanan. Perbedaan norma hukum dengan norma lainnya adalah sebagai

berikut,

1) Norma hukum datangnya dari luar diri kita sendiri, yaitu dari kekuasaan/lembaga yang

resmi dan berwenang.

2) Norma hukum dilekati sanksi pidana atau pemksa secara fisik. Norma lain tidak dilekati

sanksi pidana secara fisik.

3) Sanksi pidana atau sanksi pemaksa itu dilaksanakan oleh aparat negara.

Norma hukum dibutuhkan karena dua hal, yaitu,

1) Karena bentuk sanksi dari ketiga norma belum cukup memuaskan dan efektif untuk

melindungi keteraturan dan ketertiban masyarakat.

2) Masih ada perilaku lain yang perlu diatur di luar ketiga norma di atas, misalnya perilaku

di jalan raya.

Norma hukum berasal dari norma agama, kesusilaan, dan kesopanan. Isi ketiga norma

tersebut dapat diangkat sebagai norma hukum. Di samping itu, norma hukum dapat

menciptakan sendiri isi norma tersebut. Contohnya, norma hukum berlalu lintas yang

memang tidak ada di ketiga norma sebelumnya.

2. Keadilan, Ketertiban, dan Kesejahteraan

a) Makna Keadilan

Keadilan berasal dari bahasa Arab “Adil” yang artinya tengah. Keadilan berarti

menempatkan sesuatu di tengah-tengah, tidak berat sebelah, atau dengan kata lain keadilan

berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya.

Viona Pradya M | 30

Page 31: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

Mengenai macam keadilan, Aristoteles membedakan dua macam keadilan, yaitu

keadilan komutatif dan keadilan distributif. Sedangkan Plato, guru Aristoteles, menyebut ada

tiga macam, yaitu,

1) Keadilan komutatif adalah keadilan yang memberikan kepada setiap orang sama

banyaknya, tanpa mengingat berapa besar jasa-jasa yang telah diberikan.

2) Keadilan distributif adalah keadilan memberikan hak atau jatah kepada setiap orang

menurut jasa-jasa yang telah diberikan. Disinilah keadilan tidak menuntut pembagian

yang sama bagi setiap orang, tetapi pembagian yang smaa berdasarkan perbandingan.

3) Keadilan legal atau keadilan moral adalah keadilan yang mengikuti penyesuaian atau

pemberian tempat seseorang dalam masyarakat sesuai dengan kemampuannya, dan yang

dianggap sesuai dengan kemampuan yang bersangkutan.

Adalah menajdi tugas penyelenggara negara untuk menciptakan keadilan. Tujuan

bernegara Indonesia adalah terpenuhinya keadilan bagi seluruh masyrakat Indonesia. Hal ini

dapat diketahui baik dalam pembukaan UUD 1945 maupun Pancasila.

b) Fungsi dan Tujuan Hukum dalam Masyarakat

1) Sebagai alat pengatur tertib hubungan masyarakat.

2) Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial.

3) Sebagai penggerak pembangunan.

4) Fungsi kritis hukum.

Hukum bertujuan menjamin kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum itu harus

bersendikan pada rasa keadilan di masyarakat. Dalam literatur ilmu hukum, dikenal ada dua

teori tentang tujuan hukum, yaitu teori etis dan utilities. Teori etis mendasarkan pada etika,

hukum bertujuan untuk semata-mata mencapai keadilan, memberikan kepada setiap orang

apa yang menjadi haknya. Hukum tidak identik dengan keadilan. Peraturan hukum tidaklah

selalu mewujudkan keadilan. Contohnya, peraturan berlalu lintas. Mengendarai mobil di

sebelah kiri di sebelah kanan dikatakan tidak adil karena bertentangan dengan aturan. Jadi,

teori ini tidak benar sepenuhnya.

Viona Pradya M | 31

Page 32: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

3. Problematika Nilai, Moral, dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara

Moral adalah salah satu bagian dari nilai, yaitu nilai moral. Moral berkaitan dengan

baik-buruk perbuatan manusia. Pada dasarnya, manusia yang bermoral tindakannya

senantiasa didasari oleh nilai-nilai moral. Manusia tersebut melakukan perbuatan atau

tindakan moral. Tindakan yang bermoral adalah tindakan manusia yang dilakukan secara

sadar, mau, dan tahu serta tindakan itu berkenaan dengan nilai-nilai moral. Tindakan

bermoral adalah tindakan yang menjunjung tinggi nilai pribadi manusia, harkat, dan martabat

manusia.

Nilai moral diwujudkan dalam norma moral. Norma moral, norma kesusilaan, atau

disebut juga norma etik adalah peraturan/kaidah hidup yang bersumber dari hati nurani dan

merupakan perwujudan nilai-nilai moral yang mengikat manusia. Perilaku yang baik adalah

perilaku yang sesuai dengan norma-norma moral. Sebaliknya, perilaku buruk adalah perilaku

yang bertentangan dengan norma-norma moral.

Selain norma moral, ada pula hukum. Pada dasarnya, hukum adalah norma yang

merupakan perwujudan dari nilai, termasuk nilai moral. Terdapat perbedaan antara norma

moral dengan norma hukum. Pertama, norma hukum berdasarkan yuridis dan konsensus,

sedangkan norma moral berdasarkan hukum alam. Kedua, norma hukum bersifat heteronomi,

yaitu datang dari luar diri; sedangkan moral berasal dari dalam diri. Ketiga, dari sisi

pelaksanaan, hukum dilaksanakan secara paksaan dan lahiriah; sedangkan moral tidak dapat

dipaksakan. Keempat, dari sanksinya, sanksi hukum bersifat lahiriah; sedangkan moral

bersifat batiniah. Kelima, dilihat dari tujuannya, hukum mengatur tertib hidup masyarakat

bernegara; sedangkan moral mengatur perilaku manusia sebagai manusia. Keenam, hukum

bergantung pada tempat dan waktu, sedangkan moral secara relatif tidak bergantung tempat

dan waktu.

E. Manusia, Keragaman, dan Kesederajatan

Keragaman yang terjadi pada diri manusia adalah suatu kenyataan. Manusia pada

hakikatnya merupakan makhluk individu atau pribadi yang memiliki perbedaan satu sama

lain. Adanya perbedaan itulah yang melahirkan keragaman. Selain sebagai makhluk individu,

manusia juga makhluk sosial. Dengan demikian, keragaman terjadi tidak hanya pada tingkat

individu, tetapi juga pada tingkat sosial atau kelompok. Masyarakat beragam berdasarkan

Viona Pradya M | 32

Page 33: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

pengelompokan tertentu, misalnya suku, ras, golongan, afialisasi politik, umur, wilayah, jenis

kelamin, profesi, dan lain-lain.

Keragaman bukan berarti tidak setara atau sederajat. Keragaman tetaplah menyimpan

makna perlunya kesetaraan atau kesederajatan antarmanusia atau kelompok yang beragama

tersebut. Pandangan bahwa manusia diciptakan sederajat dengan manusia lain. Kesetaraan

dan kesederajatan ini berimpilikasi pada pengakuan dan jaminan yang sama dari manusia

atau kelompok dalam memenuhi hak dan kebutuhan hidupnya. Demikian pula adanya

kewajiban dan tuntutan-tuntutan yang sama untuk mengikuti norma dan tertib sosial maupun

hukum yang berlaku.

Meskipun keragaman dan kesetaraan dialami dan diinginkan manusia, namun dalam

dinamikanya, keragaman dan kesetaraan dapat menciptakan problema kehidupan yang

berimplikasi secara langsug maupun tidak langsung bagi kehidupan. Problema yang muncul

dari keragaman dan kesetaraan sedapat mungkin dikelola dan dicari solusi penyelesaiannya

agar tetap menghasilkan kebahagiaan hidup dari manusia itu sendiri.

1. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia

Keragaman manusia bukan berarti manusia itu bermacam-macam atau berjenis-jenis

seperti halnya binatang dan tumbuhan. Manusia sebagai makhluk Tuhan tetaplah berjenis

satu. Keragaman manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan.

Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu memiliki

ciri-ciri khas tersendiri. Perbedaan itu terutama ditinjau dari sifat-sifat pribadi, misalnya

sikap, watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat.

Selain makhluk individu, manusia juga makhluk sosial yang membentuk kelompok

persekutuan hidup. Tiap kelompok persekutuan hidup manusia juga beragam. Masyarakat

sebagai persekutuan hidup itu berbeda dan beragam karena ada perbedaan, misalnya dalam

hal ras, suku, agama, budaya, ekonomi, status sosial, jenis kelamin, daerah tempat tinggal,

dan lain-lain. Hal-hal demikian kita katakan sebagai unsur-unsur yang membentuk

keragaman dalam masyarakat.

Keragaman manusia baik dalam tingkat individu maupun di tingkat masyarakat

merupakan realitas atau kenyataan yang mesti kita hadapi dan alami. Keragaman individual

maupun sosial adalah implikasi dari kedudukan manusia, baik sebagai makhluk individu dan

makhluk sosial. Kita sebagai individu akan berbeda dengan seseorang sebagai individu yang

Viona Pradya M | 33

Page 34: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

lain. Demikian pula kita sebagai bagian dari suatu masyarakat memiliki perbedaan dengan

masyarakat lainnya.

2. Kemajemukan dalam Dinamika Sosial Budaya

Keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia melahirkan masyarakat

majemuk. Majemuk berarti banyak ragam, beraneka, berjenis-jenis. Konsep masyarakat

majemuk pertama kali diperkenalkan oleh Furnivall tahun 1948 yang mengatakan bahwa ciri

utama masyarakatnya adalah berkehidupan secara berkelompok yang berdampingan secara

fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan sosial dan tergabung dalam sebuah satuan politik.

Konsep ini merujuk pada masyarakat Indonesia masa kolonial. Masyarakat Hindia Belanda

waktu itu dalam pengelompokan komunitasnya didasarkan atas ras, etnik, ekonomi, dan

agama. Masyarakat tidak hanya terkelompok antara yang memerintah dengan yang

diperintah, tetapi secara fungsional terbelah berdasarkan satuan ekonomi, yaitu antara

pedagang Cina, Arab, India, dan kelompok petani Bumi Putera. Masyarakat dalam satuan-

satuan ekonomi tersebut hidup pada lokasinya masing-masing dengan sistem sosialnya

sendiri, meskipun berada di bawah kekuasaan politik kolonial.

Konsep masyarakat majemuk Furnivall di atas, dipertanyakan validitasnya sekarang

ini sebab telah terjadi perubahan fundamental akibat pembangunan serta kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Usman Pelly (1989) mengategorikan masyarakat majemuk di

suatu kota berdasarkan dua hal, yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal.

Secara horizontal, masyarakat majemuk, dikelompokkan berdasarkan,

a) Etnik dan ras atau asal usul keturunan.

b) Bahasa daerah.

c) Adat istiadat atau perilaku.

d) Agama.

e) Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya.

Secara vertikal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan,

a) Penghasilan atau ekonomi.

b) Pendidikan.

c) Pemukiman.

d) Pekerjaan

Viona Pradya M | 34

Page 35: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

e) Kedudukan sosial politik.

3. Kemajemukan dan Kesetaraan sebagai Kekayaan Budaya Bangsa

Kemajemukan bangsa terutama karena adanya kemajemukan etnik, disebut juga suku

bangsa atau suku. Di samping itu, kemajemukan dalam hal ras, agama, golongan, tingkat

ekonomi, dan gender. Beragamnya etnik di Indonesia menyebabkan banyak ragam budaya,

tradisi, kepercayaan, dan pranata kebudayaan lainnya karena setiap etnis pada dasarnya

menghasilkan kebudayaan. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang multikultular

artinya memiliki banyak budaya.

Keragaman etnik di Indonesia menjadikan Indonesia sebagai negara yang paling

heterogen di dunia, selain India. Jumlah etnik atau suku bangsa di Indonesia menyebar di

banyak wilayah dengan memiliki ciri dan karakter tersendiri. Menurut para ahli, jumlah etnik

atau suku bangsa di Indonesia memiliki etnik yang lebih dari satu. Bahkan, di Papua antara

lain suku Biak, Hattam, Mapia, Dani, Asmat, Mambremamo, dan Sentani.

Etnik atau suku merupakan identitas sosial budaya seseorang. Artinya, identifikasi

seseorang dapat dikenali dari bahasa, tradisi, budaya, kepercayaan, dan pranata yang

dijalaninya yang bersumber dari etnik dari mana ia berasal. Dengan demikian, identitas sosial

budaya orang atau sekelompok orang yang dapat diketahui, misalnya dari bahasa yang

digunakan. Bahkan, sama-sama menggunakan bahasa Indonesia kita masih bisa membedakan

antara orang Madura dengan orang Batak dari segi gaya dan dialek mereka ketika bertutur

kata bahasa Indonesia.

Kemajemukan adalah karakteristik sosial budaya Indonesia. Selain kemajemukan,

karakteristik Indonesia yang lain adalah sebagai berikut,

a) Jumlah penduduk yang besar.

b) Wilayah yang luas.

c) Posisi silang.

d) Kekayaan alam dan daerah tropis.

e) Jumlah pulau yang banyak.

f) Persebaran pulau.

Viona Pradya M | 35

Page 36: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

4. Problematika Keragaman dan Kesetaraan serta Solusinya dalam Kehidupan

a) Problema Keragaman serta Solusinya dalam Kehidupan

Keragaman masyarakat adalah suatu kenyataan sekaligus kekayaan dari bangsa.

Keragaman masyarakat Indonesia merupakan ciri khas yang membanggakan kita.

Namun demikian, keragaman tidak serta-merta menciptakan keunikan, keindahan,

kebanggan, dan hal-hal yang baik lainnya. Keragaman masyarakat memiliki ciri khas

yang suatu saat bisa berpotensi negatif bagi kehidupan bangsa itu.

Van de Berghe sebagaimana dikutip oleh Elly M. Setiadi (2006) menjelaskan

bahwa masyarakat majemuk atau masyarakat yang beragam selalu memiliki sifat-sifat

dasar sebagai berikut,

1) Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang sering kali memiliki

kebudayaan yang berbeda.

2) Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang

bersifat nonkomplementer.

3) Kurang megembangkan konsensus diantara para anggota masyarakat tentang

nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.

4) Secara relatif, sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan yang

lainnya.

5) Secara relatif, integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling jetergantungan

didalam bidang ekonomi.

6) Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.

b) Problema Kesetaraan serta Solusinya dalam Kehidupan

Kesetaraan atau kesederajatan bermakna adanya persamaan kedudukan manusia.

Kesederajatan adalah suatu sikap untuk mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan

kewajiban sebagai sesama manusia. Oleh karena itu, prinsip kesetaraan atau

kesederajatan mensyaratkan jaminan akan persamaan derajat, hak, dan kewajiban.

Indikator kesederajatan adalah sebagai berikut,

1) Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku, bangsa, ras, gender, dan

golongan.

Viona Pradya M | 36

Page 37: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

2) Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang

layak.

3) Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan anggota

masyarakat.

F. Manusia, Sains, Teknologi, dan Seni

Ilmu pengetahuan (sains), teknologi, dan seni atau yang biasa disingkat IPTEKS

adalah salah satu contoh dari hasil olah pikiran atau akal atau budi manusia yang kemudian

disebut dengan nama kebudayaan. Selanjutnya, sejalan dengan perkembangan umat manusia

itu sendiri berbagai macam hasil-hasil kebudayaan manusia itu terus berkembang umat

manusia itu sendiri hingga kini. Ipteks sebagai salah satu hasil dari kebudayaan manusia itu

juga terus berkembang, terlebih lagi pada era sekarang ini, di mana Ipteks telah mencapai

tahapan perkembangan yang sangat speltakuler. Pencapaian Ipteks yang sangat pesat tersebut,

misalnya saja yang terjadi di bidang teknologi informasi dan komunikasi, mengakibatkan

seakan dunia ini mengenal tanpa batas, yakni baik dalam pengertian teritorial (geografi),

ekonomi, politik, sosial-budaya, agama, pendidikan, dan lain-lain.

1. Hakikat dan Makna Sains, Teknologi, dan Seni bagi Manusia

Selama perjalanan sejarah, umat manusia telah berhasil menciptakan berbagai ragam

kebudayaan. Namun apabila kita ringkas, berbagai macam atau ragam kebudayaan tersebut

sebenarnya hanya meliputi tujuh buah atau tujuh unsur kebudayaan saja. Ketujuh unsur

kebudayaan tersebut merupakan unsur-unsur pokok yang selalu ada pada setiap kebudayaan

masyarakat yang ada di belahan dunia ini. Menurut Kluchkhon sebagaimana dikutip

Koenjaraningrat (1996), bahwa ketujuh unsur pokok kebudayaan tersebut meliputi,

a) Peralatan hidup (teknologi).

b) Sistem mata pencaharaian hidup (ekonomi).

c) Sistem kemasyarakatan (organisasi sosial).

d) Sistem bahasa.

e) Kesenian (seni).

f) Sistem pengetahuan (ilmu pengetahuan).

g) Sistem kepercayaan (religi).

Viona Pradya M | 37

Page 38: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

Salah satu fungsi utama ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk sarana bagi

kehidupan manusia, yakni untuk membantu manusia agar aktivitas kehidupannya menjadi

lebih mudah, lancar, efisien, dan efektif, sehingga kehidupannya menjadi lebih bermakna dan

produktif. Karena itu, khususnya dalam ilmu antropologi, istilah atau pengertian ilmu

pengetahuan dan teknologi tersebut sering dipakai untuk merujuk pada keterkaitan antara

manusia, lingkungan, dan kebudayaan. Hal ini dikarenakan dalam berinteraksi menghadapi

lingkungannya, manusia mau tidak mau pasti akan berusaha menggunakan sarana-sarana

berupa pengetahuan yang dimiliki serta menciptakan peralatan hidup untuk membantu

kehidupannya. Dengan demikian, Iptek bagi manusia selalu berkaitan dengan usaha untuk

menciptakan taraf kehidupannya yang lebih baik.

2. Dampak Penyalahgunaan Ipteks pada Kehidupan

Perkembangan Iptek yang demikian pesat mampu menciptakan perubahan-perubahan

yang berpengaruh langsung pada kehidupan masyarakat, khususnya dalam elemen-elemen

sebagai berikut,

a) Perubahan di dibidang intelektual; masyarakat meninggalkan kebiasaan lama atau

kepercayaan tradisional, mereka mulai mengambil kebiasaan serta kepercayaan baru,

setidaknya mereka telah melakukan reaktualisasi.

b) Perubahan dalam organisasi sosial yang mengarah pada kehidupan politik.

c) Perubahan dan benturan-benturan terhadap tata nilai dan tata lingkungannya.

d) Perubahan di bidang industri dan kemampuan di medan perang.

3. Problematika Pemanfaatan Ipteks di Indonesia

a) Rendahnya kemampuan Iptek nasional dalam menghadapi perkembangan global.

b) Rendahnya kontribusi Iptek nasional di sektor produksi.

c) Belum optimalnya mekanisme intermediasi Iptek yang menjembatani interaksi antara

kapasitas penyedia Iptek dengan kebutuhan pengguna.

d) Lemahnya sinergi kebijakan Iptek sehingga kegiatan Iptek belum sanggup memeberikan

hasil yang signifikan.

e) Masih terbatasnya sumber daya Iptek, yang tercermin dari rendahnya kualitas SDM dan

kesenjangan pendidikan di bidang Iptek.

f) Belum berkembangnya budaya Iptek di kalangan masyarakat.

g) Belum optimalnya peran Iptek dalam mengatasi degradasi fungsi lingkungan hidup.

Viona Pradya M | 38

Page 39: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Manusia sebagai makhluk budaya yang berkemampuan menciptakan kebaikan,

kebenaran, keadilan, dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk berbudaya, manusia

mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, baik bagi dirinya

maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya. Sebagai makhluk

berbudaya, manusia menciptakan kebudayaan.

2. Masyarakat adab pada dasarnya merupakan keinginan yang tulus dari manusia

sebagai makhluk yang beradab. Namun, sebagaimana halnya dengan individu,

masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu bisa saling bertengkar, saling bertikai,

bahkan saling membunuh antar kelompok masyarakat. Bukti bahwa perang yang

sampai saat ini banyak terjadi di berbagai belahan dunia, menunjukkan bahwa cita-

cita masyarakat adab harus senantiasa diperjuangkan, dipertahankan, dan dipelihara

dengan sebaik-baiknya.

3. Manusia lahir sebagai makhluk individual yang bermakna tidak terbagi atau tidak

terpisahkan antara jiwa dan raga. Secara biologis, manusia lahir dengan

kelengkapan fisik, tidak berbeda dengan makhluk hewani. Namun, secara rohani ia

sangat berbeda dengan makhluk hewani apapun. Jiwa manusia merupakan satu

kesatuan dengan raganya untuk selanjutnya melakukan aktivitas atau kegiatan.

Kegiatan manusia tidak semata-mata digerakkan oleh jasmaninya, tetapi juga aspek

rohaninya. Manusia mengerahkan seluruh jiwa raganya untuk berkegiatan dalam

hidupnya.

4. Menurut kodratnya, manusia dimanapun pada zaman apapun selalu hidup bersama,

hidup berkelompok. Dalam sejarah perkembangan manusia tidak terdapat seorang

pun yang hidup menyendiri, terlepas dari pergaulan masyarakat hanya mungkin

terjaiid dalam dongeng belaka, namun dalam kenyataannya, hal itu tidak mungkin

terjadi. Sejak dulu, pada diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul dengan

sesamanya dalam satu kelompok, hanya untuk bermasyarakat.

5. Nilai moral diwujudkan dalam norma moral. Norma moral, norma kesusilaan, atau

disebut juga norma etik adalah peraturan/kaidah hidup yang bersumber dari hati

Viona Pradya M | 39

Page 40: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

nurani dan merupakan perwujudan nilai-nilai moral yang mengikat manusia.

Perilaku yang baik adalah perilaku yang sesuai dengan norma-norma moral.

Sebaliknya, perilaku buruk adalah perilaku yang bertentangan dengan norma-norma

moral. Selain norma moral, ada pula hukum. Pada dasarnya, hukum adalah norma

yang merupakan perwujudan dari nilai, termasuk nilai moral.

6. Keragaman masyarakat adalah suatu kenyataan sekaligus kekayaan dari bangsa.

Keragaman masyarakat Indonesia merupakan ciri khas yang menbanggakan kita.

Kesetaraan atau kesederajatan bermakna adanya persamaan kedudukan manusia.

Kesederajatan adalah suatu sikap untuk mengakui adanya persamaan derajat, hak,

dan kewajiban sebagai sesama manusia.

7. Ilmu pengetahuan (sains), teknologi, dan seni atau yang bisasa disingkat IPTEKS

adalah salah satu contoh dari hasil olah pikiran atau akal atau budi manusia yang

kemudian disebut dengan nama kebudayaan.

Viona Pradya M | 40

Page 41: Pendidikan Sosial Budaya

Pendidikan Sosial Budaya

DAFTAR PUSTAKA

Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bogor : Ghalia Indonesia.

Sumaatmadja, Nursid. 2012. Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya, dan

Lingkungan Hidup. Bandung : Alfabeta.

Waney, Max Helly. 1989. Wawasan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Winarno dan Herimanto. 2010. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.

Viona Pradya M | 41