PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI SENI TEATER
[Studi pada Kelompok Studi Teater dan Sastra (STESA)
Madrasah Aliyah Negeri Kendal]
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strara I (S I)
Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
Oleh
WILDAN FATKHUL MU’IN
NIM 063111019
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
ABSTRAK
Judul : Pendidikan Karakter Melalui Seni Teater [Studi pada
Kelompok Studi Teater dan Sastra (STESA) Madrasah Aliyah
Negeri Kendal]
Penulis : Wildan Fatkhul Mu’in
NIM : 063111019
Permasalahan dalam penelitian ini adalah “(1) Bagaimana proses latihan
dasar teater pada kelompok Studi Teater dan Sastra (STESA) MAN Kendal. (2)
Bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter pada kelompok Studi Teater dan
Sastra (STESA) MAN Kendal?. (3) Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter pada
kelompok Studi Teater dan Sastra (STESA) MAN Kendal?”
Penelitian ini bertujuan untuk “(1) Dapat mengetahui proses latihan dasar
pada teater STESA MAN Kendal. (2) Dapat mengetahui pelaksanaan pendidikan
karakter pada teater STESA MAN Kendal. (3) Dapat mengetahui nilai-nilai
pendidikan karakter pada teater STESA MAN Kendal.”
Sumber dalam penelitian adalah pelatih dan warga kelompok STESA
Madrasah Aliyah Negeri Kendal. Datanya diperoleh dengan cara wawancara
bebas, observasi partisipan dan studi dokumentasi. Setelah data semua terkumpul,
baik melalui wawancara, observasi ataupun dokumentasi maka akan dianalisis
secara kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang digunakan untuk berupaya
memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi
sekarang. Dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan,
klasifikasi dan analisis pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan,
dengan tujuan utama untuk membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara
objektif dari suatu deskriptif situasi. Kemudian digunakan kerangka berfikir
induktif, yaitu berangkat dari fakta khusus kongkrit atau peristiwa-peristiwa yang
khusus dibuat menjadi generalisasi yang bersifat umum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan karakter melalui seni
teater pada kelompok STESA MAN Kendal dilakukan melalui tiga tahap, yaitu 1)
Memberikan teori tentang teater dan manfaatnya bagi kehidupan yang
menitikberatkan pada pendidikan karakter siswa, 2) Latihan dasar, latihan ini
dilakukan melalui beberapa tahap diantaranya: latihan olah vokal, olah gerak, olah
rasa, 3) Latihan naskah, dalam latihan ini pendidikan karakter siswa diarahkan
sesuai nilai atau ajaran dalam naskah itu melalui beberapa proses yang panjang
yaitu dimulai dari reading, latihan dasar, penjelasan naskah, sampai ke
pementasan.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi
dan masukan bagi para civitas akademika, para mahasiswa, para tenaga pengajar,
para peneliti, dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
iii
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 1 Juni 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu „alaikum wr. wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Pendidikan Karakter melalui Seni Teater [Studi pada
Kelompok Studi Teater dan Sastra (STESA) Madrasah Aliyah
Negeri Kendal]
Nama : Wildan Fatkhul Mu’in
NIM : 063111019
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosyah.
Wassalamu „alaikum wr.wb.
iv
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 1 Juni 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu „alaikum wr. wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Pendidikan Karakter melalui Seni Teater [Studi pada
Kelompok Studi Teater dan Sastra (STESA) Madrasah Aliyah
Negeri Kendal]
Nama : Wildan Fatkhul Mu’in
NIM : 063111019
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosyah.
Wassalamu „alaikum wr.wb.
v
vi
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi, penulis jadikan bahan rujukan.
Semarang, 1 Juni 2011
Deklarator,
Wildan Fatkhul Mu’in
NIM 063111019
vii
PERSEMBAHAN
Sebuah karya sederhana dalam menggapai cita, takkan berarti tanpa
kehadiran mereka, penulis persembahkan karya ini untuk:
1. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan do’a restu serta adik tercinta.
2. Dek Nafisatul Ulfah, sumber inspirasi yang selalu memberi semangat
dalam pembuatan skripsi ini.
3. Bapak Drs. R. Aslam Kussatyo, S.Pd, selaku pelatih kelompok STESA
MAN Kendal dan sedulur-sedulur kelompok STESA yang telah
memberikan waktu dan kemudahan dalam penelitian skripsi ini.
4. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.
Lebih-lebih sedulur [KPT] beta Semarang.
5. Semua pihak yang berpengaruh dalam pembuatan skripsi ini, terima kasih.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tetap
tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi agung Muhammad SAW, yang telah
membawa risalah islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-
ilmu keislaman, sehingga dapat manjadi bekal hidup kita baik di dunia dan di
akhirat kelak.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terselesaikan jika tanpa
uluran tangan, bimbingan dan bantuan dari semua pihak baik bersifat materil
maupaun spiritual. Dengan teriring rasa hormat, penulis mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan do’a restu serta adik tercinta.
2. Bapak Dr. Suja’i, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
3. Bapak Dr. Abdul Wahib, M.Ag. selaku pembimbing I, serta Bapak Drs.
Sajid Iskandar, selaku pembimbing II yang telah berkenan meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberi bimbingan dan pengarahan
kepada penulis.
4. Bapak Drs. H. Kasnawi M.Ag., selaku kepala sekolah Madrasah Aliyah
Negeri Kendal yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian
skripsi ini.
5. Bapak Drs. R. Aslam Kussatyo, S.Pd, selaku pelatih kelompok STESA
MAN Kendal dan sedulur-sedulur kelompok STESA yang telah
memberikan waktu dan kemudahan dalam penelitian skripsi ini.
6. Dek Nafisatul Ulfah, sumber inspirasi yang selalu memberi semangat
dalam pembuatan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.
Lebih-lebih sedulur [KPT] beta Semarang.
ix
Tidak ada yang dapat peneliti berikan kepada mereka selain untaian terima
kasih dan iringan doa semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka
dengan sebaik-baiknya balasan. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak dunia pendidikan, khususnya bagi penulis dan
para pembaca pada umumnya. Amin.
Semarang, 1 Juni 2011
Peneliti,
Wildan Fatkhul Mu’in
NIM 063111019
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
NOTA PEMBIMBING ....................................................................................... iii
PENGESAHAN PENGUJI ................................................................................. iv
DEKLARASI ...................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Penegasan Istilah ......................................................................... 3
C. Rumusan Masalah ....................................................................... 4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 5
E. Metode dan Prosedur Penelitian.................................................. 5
BAB II : PENDIDIKAN KARAKTER DAN TEATER
A. Kajian Pustaka ............................................................................. 8
B. Kerangka Teoritik ....................................................................... 9
BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MAN Kendal ................................................. 31
B. Pelaksanaan Pendidikan Karakter pada Kelompok Studi Teater
dan Sastra MAN Kendal ............................................................. 34
C. Nilai-nilai Pendidikan Karakter pada Kelompok STESA MAN
Kendal ......................................................................................... 43
BAB IV : ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI
SENI TEATER
A. Analisis Proses Latihan Dasar pada Kelompok STESA MAN
Kendal ......................................................................................... 46
xi
B. Analisis Pelaksanaan Pendidikan Karakter pada Kelompok
STESA MAN Kendal .................................................................. 51
C. Analisis Nilai-nilai Pendidikan Karakter pada Kelompok STESA
MAN Kendal ............................................................................... 55
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................................... 60
B. Saran ............................................................................................ 60
C. Penutup ........................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Denah Lokasi Penelitian
Lampiran 2 Struktur Organisasi MAN Kendal
Lampiran 3 Naskah Wek-wek
Lampiran 4 Pedoman Observasi
Lampiran 5 Hasil Observasi
Lampiran 6 Pedoman Wawancara
Lampiran 7 Surat Izin Riset
Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Pendidikan selama ini dianggap sebagai pabrik intelektual yang
mampu melahirkan aktor-aktor pembangunan yang cerdas dan berkepribadian,
juga mempunyai kemampuan untuk dapat melestarikan warisan budaya
(transmition of culture) dan mampu memprediksi masa depan atau dengan
kata lain mempunyai wawasan keakaan.
Islam, sebagai agama universal yang oleh pemeluknya diakui sebagai
pandangan hidup dalam aktifitas sehari-hari, mensejajarkan (juktaposisi)
pendidikan pada posisi yang sangat strategis. Bila asumsi di atas menilai
pendidikan sebagai penentu segala-galanya bagi vestes interest (kepentingan)
manusia di dunia, maka pendidikan versi Islam tidak dipandang secara
fungsional sebagai sarana pemuas kebutuhan manusia yang sesaat di dunia,
melainkan mengjangkau kepentingan manusia masa depan yang esensial di
akherat kelak.2
Apabila negara ini diibaratkan sebagai pohon, tentunya pohon tersebut
pohon yang kering dan gundul, akibat dilanda krisis-krisis, baik krisis politik,
ekonomi, moneter hokum, kepercayaan, kepemimpinan, bahkan krisis yang
menyentuh akhlak dan moral.3
1 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(Bandung: Citra Umbara, 2003), hlm. 3. 2 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 5.
3 Soemarno soedarsono, Character Building (Membentuk Watak), (Jakarta: PT Elex
media komputindo, 2002), hlm. 20.
2
Dalam dinamika semacam itu, berbagai metode perlu diupayakan
sebagai alternatif pemecahan. Posisi ini berhadapan dengan universalisme
ajaran Islam yang selalu bisa mengimbangi perkembangan zaman, sehingga
peneliti memandang pentingnya metode alternatif untuk menanamkan nilai-
nilai pendidikan.
Banyak pendekatan serta metode yang dipakai pendidik berkaitan
dengan pelaksanaan pendidikan, di antaranya dengan pendekatan budaya.4
Salah satunya diimplementasikan lewat teater.
Menurut Tjokroatmojo, teater berasal dari bahasa Yunani “teatron”
yang berarti pusat upacara persembahan yang terletak di tengah-tengah arena.
Istilah ini kemudian tersebar luas menjadi istilah internasional, yang
maksudnya adalah suatu cerita (karangan) yang dipertunjukkan di atas pentas
oleh para pelaku dengan perbuatan-perbuatan.5
Sedangkan menurut Harymawan, teater adalah segala tontonan yang
dipertunjukkan di depan orang banyak. Misalnya, wayang orang, ketoprak,
ludrug, srandul, membai, randai, mayong, arja, rangda, reog, lenong, topeng,
dagelan, sulapan, akrobatik dan sebagainya.6
Madarasah Aliyah Negeri Kendal sebagai salah satu lembaga Islam
Negeri dan menjadi favorit di Kota Kendal selalu menciptakan tujuan
pendidikan ke arah penciptaan kesadaran peserta didik dalam beriman dan
bertakwa kepada Allah. Hal ini diwujudkan melalui proses pembelajaran yang
dilakukan terutama proses pembelajaran PAI dan kegiatan pendukung yang
orientasinya menuju kepada visi misi madrasah.
Berangkat dari latar visi misi dan tujuan itu MAN Kendal mencoba
memberikan satu variasi pembelajaran yang diaplikasikan dalam metode
maupun strategi pembelajaran yang dilaksanakan di kelas maupun
memberikan media bakat minat peserta didik menuju tercapainya visi, misi
4 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 30. 5 Tjokroatmojo, dkk, Pendidikan Seni Drama (Suatu Pengantar), (Surabaya: Usaha
Nasional, 1985), hlm. 11. 6 Harymawan, Dramaturgi, (Bandung: CV. Rosda, 1988), hlm. 2.
3
tadi salah satunya melalui media teater, teater yang dibentuk di MAN Kendal
adalah kelompok STESA (Studi Teater dan Sastra) yang merupakan wadah
bagi peserta didik MAN Kendal dalam mengembangkan bakatnya dan
mempertajam pemahaman tentang kehidupan dan penghayatan agama sesuai
dengan tujuan madrasah, oleh karena lembaga MAN ini adalah lembaga Islam
maka teater yang dikembangkan adalah perwujudan pengembangan nilai-nilai
pendidikan Agama Islam dalam proses berteater yang dilakukan.
Kelompok STESA MAN Kendal adalah satu-satu nya kelompok teater
yang hampir tidak pernah absen dalam berbagai festival teater, baik lokal
(Kabupaten Kendal) maupun di luar Kabupaten Kendal. Maka dari itu
berbagai macam penghargaan telah berhasil diraih. Dengan kata lain
kelompok teater ini adalah kelompok teater sekolah yang paling aktif,
disamping kelompok teater sekolah lain dibelakangnya. Dilihat dari
background akademiknya, kelompok STESA juga satu-satu nya kelompok
teater yang berbasis agama Islam, karena di bawah payung Madrasah Aliyah
Negeri yang posisinya dalam naungan Departemen Agama.
Berangkat dari pemikiran tersebut di atas peneliti ingin mengkaji lebih
jauh pendidikan karakter melalui seni teater pada kelompok STESA MAN
Kendal.
B. PENEGASAN ISTILAH
Untuk memudahkan pemahaman serta menjaga adanya kesalahan
terhadap pemahaman dan maksud yang terkandung dalam bunyi judul, maka
akan terlebih dahulu peneliti kemukakan beberapa istilah yang dipandang
perlu dijelaskan.
1. Pendidikan
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
4
mulia seta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.7
2. Karakter
Karakter berasal dari bahasa Yunani “karasso yang artinya cetak
biru, format dasar, atau bisa juga dimaknai sebagai sesuatu yang tidak
dapat dikuasai oleh intervensi manusia”.8
3. Seni
Seni adalah “keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari
segi kehalusan, keindahan, dll)”.9
4. Teater
Perkataan teater sering dihubungkan dengan drama. Sebenarnya
perkataan “teater” mempunyai makna yang lebih luas karena dapat berarti
“drama, gedung pertunjukan, panggung, grup pemain drama dan dapat
juga berarti segala bentuk tontonan yang dipentaskan di depan orang
banyak.”10
C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses latihan dasar teater pada kelompok Studi Teater dan
Sastra (STESA) MAN Kendal?
2. Bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter pada kelompok Studi Teater
dan Sastra (STESA) MAN Kendal?
3. Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter pada kelompok Studi Teater dan
Sastra (STESA) MAN Kendal?
7 UU RI No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung, Citra
Umbara, 2003), hlm. 3. 8 Bambang Q Anees, Adang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis Al Qur‟an,
(Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2009), hlm. 1. 9 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus., hlm. 1037.
10 Herman J. Waluyo, Drama (Teori dan Pengajarannya), (Yogyakarta: PT. Hanindita
Graha Widya Yogyakarta, 2001), hlm. 3.
5
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam melakukan penelitian ini
adalah
1. Dapat mengetahui proses latihan dasar pada teater STESA MAN Kendal.
2. Dapat mengetahui pelaksanaan pendidikan karakter pada teater STESA
MAN Kendal.
3. Dapat mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter pada teater STESA
MAN Kendal.
Hasil dari penelitian ini dapat memberi manfaat:
1. Diketahui adanya alternatif lain dalam membentuk karakter seseorang
selain melalui lembaga pendidikan sekolah.
2. Menunjukkan bahwa ilmu teater tidak hanya untuk melatih kekuatan fisik
semata tetapi juga kekuatan mental spiritual sehingga tercipta pribadi-
pribadi yang tangguh.
Di dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, peneliti berharap bisa
bermanfaat bagi peneliti sendiri khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Bagi peneliti, penelitian ini sangat penting karena berangkat dari alasan
pemilihan judul tersebut, yang menjadi keingintahuan peneliti akan terjawab.
Dan bagi kita semua peneliti berharap mampu memberi solusi terhadap dunia
pendidikan dalam membentuk pribadi-pribadi yang tangguh khususnya pada
generasi muda.
E. METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.11
11
S.Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Cet II, hlm.
36.
6
2. Sumber Penelitian
Untuk memperoleh data, peneliti melakukan observasi langsung ke
lapangan, wawancara, terhadap pelatih teater dan warga (siswa), serta
melakukan penelitian terhadap dokumen-dokumen pada kelompok Studi
Teater dan Sastra (STESA) MAN Kendal.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan beberapa metode, yaitu:
a. Metode Observasi, yaitu metode atau cara-cara menganalisis dan
mengadakan pencatatan secara sistemstis mengenai tingkah laku
dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara
langsung.12
Metode ini dilakukan peneliti dengan cara melihat atau mengamati
secara langsung kondisi lapangan serta bagaimana sikap atau
kepribadian dari para pelatih dan siswa dalam proses latihan, serta
bagaimana proses pendidikan karakter yang dilakukan dalam latihan di
kelompok Studi Teater dan Sastra (STESA) MAN Kendal.
b. Metode Interview atau wawancara adalah tanya jawab peneliti dengan
responden. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban-jawaban
sesuai dengan kebutuhan peneliti. Jawaban tersebut dapat dijadikan data
untuk dianalisis dalam kerangka menjawab pertanyaan penelitian atau
memecahkan masalah penelitian.13
4. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara
sistematis catatan hasil observasi, interview, dan lainnya untuk
meningkatkan pemahaman penelitian tentang permasalahan yang diteliti
dan menyajikan sebagai temuan.14
12
Heri Jauhari, Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasi, (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2010), hlm. 48. 13
Heri Jauhari, Panduan, hlm. 40. 14
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rakesarasin, 1996),
hlm. 104.
7
Setelah data semua terkumpul, baik melalui wawancara, observasi
ataupun dokumentasi maka akan dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Kemudian digunakan kerangka berfikir induktif, yaitu berangkat dari fakta
khusus kongkrit atau peristiwa-peristiwa yang khusus dibuat menjadi
generalisasi yang bersifat umum.15
15
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi UGM, 1980), hlm. 42.
8
BAB II
PENDIDIKAN KARAKTER DAN TEATER
A. Kajian Pustaka
Pendidikan karakter berorientasi pada pembentukan manusia yang
berakhlak mulia dan berkepribadian luhur. Maka dalam hal ini, landasan
dasar dari pada pendidikan karakter adalah sesuai dengan UU SISIDIKNAS
No. 20 Tahun 2003, yaitu :
Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembalajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.16
Pendidikan karakter didasarkan pada UU SISIDIKNAS karena dalam
uraian undang-undang tersebut salah satu tujuan dari pendidikan adalah dapat
mengembangkan potensi manusia. Dari pengembangan potensi tersebut
adalah terwujudmnya akhlak mulia. Hal ini sesuai dengan maksud dan tujuan
daripada pendidikan karakter.
Teater dapat diartikan sebagai drama, gedung pertunjukan, panggung
atau grup pemain drama, dan dapat juga berarti segala bentuk tontonanyang
dipentaskan di depan orang banyak.17
Penelitian dengan tema pendidikan karakter dan teater ini telah
banyak dilakukan oleh beberapa peneliti sebelum yang peneliti lakukan, di
antaranya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Anisa’ Ikhwatun dengan judul ”Konsep Pendidikan Karakter
Menurut Ratna Megawangi dan Relevansinya dalam Pembentukan Akhlak
Anak Prasekolah”. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang
peneliti lakukan adalah pada objek penelitiannya. Yang menjadi objek
16
Undang-Undang SISDIKNAS, Tentang,. hlm. 3. 17
Herman J. Waluyo, Drama (Teori dan pengajarannya), (Yogyakarta: PT. Hanindita
Graha Widya, 2001), hlm. 3.
9
penelitian ini adalah kelompok Studi Teater dan Sastra (STESA) MAN
Kendal.
2. Penelitian Ahmad Mudlofar Hanif dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan
Islam Dalam Naskah Teater (Studi Kasus Naskah Pementasan Teater Beta
Periode 2002-2006)”, di dalamnya berisi analisis nilai-nilai pendidikan
Islam dalam naskah teater Beta terutama pada naskah bla-bla-bla dan sang
guru besar, di mana dalam naskah tersebut terdapat nilai-nilai berupa
kejujuran, kepahlawanan, kesabaran dan keadilan. Penelitian ini juga tidak
jauh beda dengan penelitian lakon di atas yang lebih menitikberatkan pada
nilai yang terkandung dalam naskah, sedang penelitan peneliti lebih
mengarah pada proses penanaman karakter pada latihan memahami naskah
itu dengan tahapan-tahapan teater yang dilakukan.
B. Kerangka Teoritik
1. Pendidikan Karakter
Pendidikan merupakan proses belajar bagi setiap manusia dalam
usaha pengembangan potensi diri. Sekolah merupakan lembaga kedua
setelah di dalam lingkungan keluarga (rumah). Lingkungan keluarga
merupakan yang paling utama yang menentukan bagaimana seorang anak
tumbuh dan berkembang dalam perilaku nantinya. Pendidikan di sekolah
merupakan pendukung utama dalam perkembangan anak tersebut.
Dengan adanya pendidikan diharapkan seorang anak tidak hanya
cerdas secara kognitif saja, akan tetapi juga secara emosionalnya, sehingga
akan tumbuh dengan kecerdasan yang cukup dan juga memiliki rasa
simpati dan empati (respect) dalam kehidupan sehari-hari lingkungannya.
Terkait dengan keadaan bangsa Indonesia sekarang, maka seharusnya
pendidikan tidak hanya menekankan pada nilai (peringkat atau prestasi di
kelas) dan tidak hanya mementingkan kecerdasan sepihak (kognitif) saja.
Sudah saatnya bangsa ini memikirkan tentang pendidikan yang
berorientasi pada pembentukan akhlak dan moral, sehingga hasil
pendidikan itu adalah manusia-manusia yang berkarakter.
10
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Untuk mendapatkan pengertian tentang pendidikan karakter
secara keseluruhan, maka dalam subbab ini akan diuraikan masing-
masing unsur dari pendidikan dan karakter secara terpisah.
1) Pengertian Pendidikan
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya
mengacu pada term al-tarbiyah, al-ta’dib dan al-ta’lim. Dari ketiga
istilah tersebut yang paling populer digunakan dalam praktik
pendidikan Islam adalah al-tarbiyah, sedangkan al-ta’dib dan al-
ta’lim jarang sekali.18
Menurut Muhammad Al-Naquib Al-Attas, pendidikan
adalah “suatu proses penanaman sesuatu ke dalam diri manusia.
Dalam pengertian ini, suatu proses penanaman mengacu pada
metode dan sistem untuk menanamkan apa yang disebut sebagai
“pendidikan” secara bertahap . “Sesuatu” mengacu pada
kandungan yang ditanamkan dan “diri manusia” mengacu pada
penerima proses dan kandungan itu.19
Dari pengertian pendidikan tersebut, maka dapat dipahami
bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan
penuh kesadaran dan terkonsep serta terencana untuk memberikan
pembinaan dan pembimbingan pada peserta didik (anak-anak).
Bimbingan dan pembinaan tersebut tidak hanya berorientasi pada
daya pikir (intelektual) saja, akan tetapi juga pada segi emosional
yang dengan pembinaan dan bimbingan akan dapat membawa
perubahan pada arah yang lebih positif.
18
Tentang perbedaan tiga istilah dengan pengertian yang sama tersebut. Hasan Langgulung, mengutip pendapatnya Al-Attas, bahwa kata ta‟lim hanya berarti pengajaran, sedangkan kata tarbiyah kaitannya lebih luas, sebab itu berlaku bagi seluruh makhluk dengan pengertian memelihara atau membela dan lain-lain lagi. Padahal kata pendidikan yang diambil dari education itu hanya untuk manusia saja, sedangkan kata ta‟dib lebih tepat sebab tidak terlalu sempit (tidak sekedar mengajar) dan tidak meliputi makhluk-makhluk lain selain manusia. Jadi, kata ta‟dib sudah meliputi kata ta‟lim dan tarbiyah. Selain ta‟dib lebih erat hubungannya dengan kondisi ilmu dalam Islam yang termasuk dalam isi pendidikan. Baca lebih lengkap Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1992), Cet. 2, hlm. 5.
19 Muhammad Al-Naquuib At-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, (Bandung: Mizan,
1988), hlm. 35.
11
Proses pendidikan merupakan rangkaian usaha
membimbing, mengarahkan potensi manusia yang berupa
kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga
terjadilah perubahan (positif) di dalam kehidupan pribadinya
sebagai makhluk individual dan sosial serta dalam hubungannya
dengan alam sekitar. Proses tersebut senantiasa berada dalam nilai-
nilai yang melahirkan akhlaq al-karimah atau menanamkannya,
sehingga dengan pendidikan dapat terbentuk manusia yang berbudi
pekerti dan berpribadi luhur.
Dalam pandangan andragogie20
, seorang anak dianggap
memiliki potensi dan kemampuan serta pengalaman dan tugas
pendidikan adalah untuk mengaktualkannya.21
Supriyadi, dosen
STAIN Bukittinggi mengatakan bahwa dalam pendekatan
andragogi, belajar dipandang sebagai suatu proses pemecahan
masalah daripada sebagai proses pemberian mata pelajaran
tertentu. Karena itu, andragogi merupakan suatu proses penemuan
dan pemecahan masalah nyata pada masa kini. Arah pencapaiannya
adalah penemuan suatu situasi yang lebih baik, suatu tujuan yang
sengaja diciptakan, suatu pengalaman pribadi, suatu pengalaman
kolektif atau suatu kemungkinan pengembangan berdasarkan
kenyataan yang ada saat ini. Untuk menemukan "di mana kita
sekarang" dan "kemana kita akan pergi", itulah pusat kegiatan
dalam proses andragogi. Maka belajar dalam pendekatan andragogi
adalah berarti memecahkan masalah hari ini.22
20
Andragogie adalah ilmu tata cara orang dewasa belajar, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka, 2005), Edisi Ketiga, hlm. 46.
21 Suharsono, Membelajarkan Anak dengan Cinta, (Jakarta : Inisiasi Press, 2003), hlm.
146. 22
Supriyadi, http://forum.um.ac.id/index.php?topic=1690.0, 18 April 2011.
12
2) Pengertian Karakter
Karakter berasal dari bahasa Yunani karasso yang artinya
cetak biru, format dasar, atau bisa juga dimaknai sebagai sesuatu
yang tidak dapat dikuasai oleh intervensi manusia.23
Menurut Ibn Maskawaih, karakter adalah sifat alami dan
bawaan manusia yang dapat berubah dengan cepat atau lambat
melalui disiplin serta nasihat-nasihat yang mulia atau baik.24
Karakter atau watak dapat dikembangkan oleh faktor-faktor
pembawaan dan faktor-faktor eksogen seperti alam sekitar,
pendidikan dan pengaruh dari luar pada umumnya.25
Dalam bukunya Netty Hartati, karakter adalah watak,
perangai, sifat dasar yang khas, satu sifat atau kualitas yang tetap
terus menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk
mengidentifikasi seorang pribadi. Ia disebabkan oleh bakat
pembawaan dan sifat-sifat hereditas sejak lahir dan sebagian
disebabkan oleh pengaruh lingkungan. Ia berkemungkinan untuk
dapat dididik. Elemen karakter terdiri atas dorongan-dorongan,
insting,26
refleksi-refleksi, kebiasaan-kebiasaan, kecenderungan-
kecenderungan, organ perasaan, sentimen, minat, kebajikan dan
dosa, serta kemauan.27
Menurut Abdullah Munir karakter adalah
sebuah pola, baik itu pikiran, sikap maupun tindakan, yang melekat
pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan.28
Dari beberapa pengertian karakter di atas ada dua versi
yang agak berbeda. Satu pandangan menyatakan bahwa karakter
adalah watak atau perangai (sifat), dan yang lain mengungkapkan
23
Bambang Q Anees, Adang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis Al Qur‟an,
(Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2009), hlm. 1 24
Ibn Maskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, (Bandung : Mizan, 1994), hlm. 56 25
Soegarda Poerbakawatja dan Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta : Gunung
Agung, Cet. III. Edisi II, 1976), hlm. 161.
27
Netty Hartati, dkk., Islam dan Psikologi, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.
137-138. 28
Abdullah Munir, Pendidikan Karakter, (Membangun Karakter Anak Sejak dari
Rumah), (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2010), hlm 3.
13
sama dengan akhlak, yaitu sesuatu yang melekat pada jiwa yang
diwujudkan dengan perilaku yang dilakukan tanpa pertimbangan.
Tetapi sebenarnya bila dikerucutkan dari kedua pendapat tersebut
adalah bermakna pada sesuatu yang ada pada diri manusia yang
dapat menjadikan ciri kekhasan pada diri seseorang.
Istilah karakter dipandang dari sudut ”penilaian”, baik-
buruk, senang-benci, menerima-menolak, suatu tingkah laku
berdasarkan norma-norma yang dianut. Sedangkan istilah
kepriabadian dipandang dari sudut ”penggambaran”, manusia apa
adanya tanpa disertai penilaian.29
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, kepribadian dalam
bahasa Inggris disebut personality, yang berasal dar bahasa Yunani
per dan sonare yang berarti topeng, tetapi juga berasal dari kata
personae yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang
memakai topeng tersebut. Kepribadian diartikan dalam dua macam.
Pertama, sebagai topeng (mask personalty), yaitu kepribadian yang
berpura-pura, yang dibuat-buat, yang semua mengandung
kepalsuan. Kedua, kepribadan sejati (real personalty) yaitu
kepribadian yang sesungguhnya, yang asli.30
Dari pengertian pendidikan dan pengertian karakter di atas,
maka pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk
pola sifat atau karakter baik mulai dari usia dini, agar karakter baik
tersebut tertanam dan mengakar pada jiwa anak.
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang tidak hanya
berorientasi pada aspek kognitif, akan tetapi lebih berorientasi pada
proses pembinaan potensi yang ada dalam diri anak, dikembangkan
melalui pembiasaan sifat-sifat baik yaitu berupa pengajaran nilai-
nilai karakter yang baik. Dalam pendidikan karakter bahwa setiap
individu dilatih agar tetap dapat memelihara sifat baik dalam diri
29
Netty Hartati, dkk., Op.Cit., hlm.119. 30
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 136.
14
(fitrah) sehingga karakter tersebut akan melekat kuat dengan
latihan melalui pendidikan sehingga akan terbentuk akhlaqul
karimah.
Pendidikan karakter berbeda secara konsep dan metodologi
dengan pendidikan moral, seperti kewarganegaraan, budi pekerti
atau bahkan pendidikan agama di Indonesia. Pendidikan moral
misalnya kewarganegaraan dan pelajaran agama hanya melibatkan
aspek kognitif (hafalan) tanpa ada apresiasi (emosi) dan praktik.
Tidak sedikit yang hafal isi Pancasila atau ayat-ayat suci, tetapi
tidak tahu bagaimana berlaku benar (seperti membuang sampah
pada tempatnya), berlaku jujur, beretos kerja tinggi dan menjalin
hubungan harmonis dengan sesama.
Pendidikan karakter di sini yang dimaksud adalah
pendidikan dengan proses membiasakan anak melatih sifat-sifat
baik yang ada dalam dirinya sehingga proses tersebut dapat
menjadi kebiasaan dalam diri anak. Dalam pendidikan karakter
tidak hanya bertujuan untuk mencerdaskan anak dalam aspek
kognitif saja, akan tetapi juga melibatkan emosi dan spiritual, tidak
sekedar memenuhi otak anak dengan ilmu pengetahuan, tetapi juga
dengan mendidik akhlak anak Anak dipersiapkan untuk menjadi
anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan respek terhadap
lingkungan sekitarnya.
b. Landasan Dasar Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter berorientasi pada pembentukan manusia
yang berakhlak mulia dan berkepribadian luhur. Dalam hal ini,
landasan dasar dari pada pendidikan karakter adalah sesuai dengan
UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, yaitu :
Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembalajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
15
spiritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.31
Pendidikan karakter didasarkan pada UU Sisdiknas karena
dalam uraian undang-undang tersebut salah satu tujuan dari pendidikan
adalah dapat mengembangkan potensi manusia. Yang mana arah dari
pengembangan potensi tersebut adalah terwujudmnya akhlak mulia.
Hal ini sesuai dengan maksud dan tujuan daripada pendidikan karakter.
Selain itu, pendidikan karakter juga sesuai dengan Al-Qur’an :
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur”. (Q.S.
An-Nahl : 78)32
Kaitannya dengan pendidikan karakter adalah bahwa
pendidikan karakter adalah sebuah usaha pendidikan dalam proses
pengembangan potensi (fitrah) manusia dari sisi eksternal yang berupa
pengaruh lingkungan.
c. Tujuan Pendidikan Karakter
31
Undang-Undang SISDIKNAS, Tentang., hlm. 3. 32
Departemen Agama RI, Al Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta : Pustaka Agung
Harapan, 2006), hlm.375.
16
Nel Nodding mengatakan bahwa“Character education, aimed
at the inculcation of specific virtues, depends heavly on the
indentification and description of exemplars.”33
Pendidikan karakter
ditujukan pada penanaman nilai kebajikan, membangun kepercayaan
pada pengenalan dan penggambaran dari contoh-contoh yang patut
ditiru.
Pendidikan karakter memiliki peran utama untuk
mengembangkan manusia secara individual menjadi seorang manusia
yang berpengetahuan baik, berperasaan baik (empati), bernafsu baik,
dan berperilaku (melakukan) baik. Kemudian keluarga dan sekolah
harus bekerjasama memberikan contoh yang diteruskan dengan
praktek dan pembiasaan sebagai pengganti dari hafalan untuk
membangun manusia yang berkapasitas pembangun.
Hal tersebut disertai maksud bahwa pendidikan karakter
berperan dalam mengembangkan manusia secara individu, yang mana
keluarga dan sekolah harus mendukungnya dengan bekerjasama
memberikan pendidikan secara praktek sebagai kelanjutan dari proses
pengajaran secara material di sekolah.
Jadi, pada intinya pendidikan karakter adalah bertujuan untuk
menanamkan nilai-nilai kebaikan dan membentuk manusia secara
keseluruhan serta mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Pendidikan itu tidak hanya memiliki kepandaian dalam berpikir tetapi
juga respek terhadap lingkungan, dan juga melatih setiap potensi diri
anak agar dapat berkembang ke arah yang positif.
Selain itu, pendidikan karakter juga berfungsi untuk
menumbuhkan kesadaran diri. Kesadaran diri ini pada dasarnya
merupakan penghayatan diri sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa,
sebagai anggota masyarakat dan warga negara, sebagai bagian dari
lingkungan serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan
33
Nel Noddings, Philosophy of Education, (United State of America : Westview Press,
1998), hlm.150.
17
kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal
untuk meningkatkan diri sebagai individu yang bermanfaat bagi diri
sendiri maupun lingkungannya. Jika seseorang itu sadar akan dirinya
sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial dan makhluk lingkungan,
serta sadar diri akan potensi diri dapat dikembangkannya akan mampu
menumbuhkan kepercayaan pada dirinya, karena mengetahui potensi
yang dimiliki, sekaligus toleransi kepada sesama teman yang mungkin
saja memiliki potensi yang berbeda.
2. Teater
a. Pengertian Teater
Teater berasal dari bahasa Yunani “teatron” yang berarti pusat
upacara persembahan yang terletak di tengah-tengah arena. Istilah ini
kemudian tersebar luas menjadi istilah internasional, yang maksudnya
adalah suatu cerita (karangan) yang dipertunjukkan di atas pentas oleh
para pelaku dengan perbuatan-perbuatan.34
Menurut Harymawan, teater berarti drama, kisah hidup dan
kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh
orang banyak, dengan media percakapan, gerak dan laku, dengan atau
tanpa dekor (layar dan sebagainya), didasarkan pada naskah yang
tertulis (hasil seni sastra), dengan atau tanpa musik, nyanyian, tarian.35
Teater juga sering disebut drama dan sandiwara. Drama berasal
dari bahasa Yunani “Draomai” yang berarti berbuat, berlaku,
bertindak atau beraksi. Sedangkan sandiwara diambil dari bahasa
Jawa “sandi” yang berarti rahasia dan “warah” yang berati ajaran.
Sandiwarta berarti ajaran yang disampaikan secara rahasia atau tidak
terang-terangan. Mengapa? Karena teater sebenarya mengandung
pesan atau ajaran (terutama ajaran moral).36
34
Tjokroatmojo, dkk, Pendidikan Seni Drama (Suatu Pengantar), (Surabaya: Usaha
Nasional, 1985), hlm. 11. 35
Haryawan RMA, Drama Turgi, (Bandung: Rosda Karya, 1988), hlm. 2. 36
Herman J. Waluyo, Drama, hlm. 2-3.
18
Dari definisi tersebut, teater mempunyai dua makna. Pertama
teater yang berarti gedung pertunjukan, yaitu tempat
diselenggarakannya suatu pertunjukan. Di tempat ini penonton
berkumpul bersama-sama menyaksikan dan menikmati tontonan yang
dipentaskan. Kedua, teater berarti bentuk pementasan yang
dipentaskan dihadapan orang banyak.
Teater dalam dunia pendidikan juga bisa disebut dengan
metode bermain peran (teater atau sosiodrama). Menurut Heman J
Waluyo, bermain peran merupakan suatu pembelajaran yang melatih
penghayatan siswa sehingga dapat menumbuhkan pengalaman siswa
menuju taraf kedewasaan. Dengan metode berperan ini siswa dapat
belajar menggambarkan atau mengekspresikan suatu penghayatan
(sesuatu yang difikirkan, dirasakan, diinginkan) dalam keadaan
seandainya ia menjadi tokoh yang sedang diperankannya itu atau
suatu saat ia akan berada dalam situasi seperti itu. Murid dituntut
dapat berfikir dan bertindak atas keputusan dan tanggung jawab
sendiri.37
Menurut Aristoteles yang dikutip oleh DTjokroatmojo dkk,
seni drama adalah Initation of man in action. Di dalam action itu
mengandung makna yang terdiri dari unsur pokok.
a. Plot (rangka cerita)
b. Karakter (perwatakan)
c. Diksi (bahasa drama
d. Thought (ide, gagasan, tema
e. Song (nyanyian
f. Spectacle (perlengkapan)38
b. Sejarah Perkembangan
1) Zaman Yunani
37
Herman J. Waluyo, Drama., hlm. 121. 38
Tjokroatmojo, dkk, Pendidikan, hlm. 43.
19
Menurut bangsa Yunani asal mula drama ialah kultus Dionysus,
dewa lembu atau domba. Drama didahului oleh korban domba atau
lembu. Dalam perkembangannya Dionysus digambarkan sebagai
manusia yang dipuja sebagai dewa anggur atau kesuburan. Tragedi
mendapatkan arti yang lain yaitu, yaitu drama yang melukiskan
perjuangan manusia melawan nasib.
Drama barat tumbuh dari ritus (upacara) agama bangsa Yunani
purba. Ritus merupakan suatu peristiwa di mana suatu masyarakat
menggambarkan melalui kata-kata, lambang-lambang atau benda dan
gerak-gerik dalam rangka menjunjung nilai-nilai keyakinan, kepercayaan
yang mereka anut. Dengan demikian ritus berfungsi sebagai peringatan
dan penyegaran kehidupan rohani dari masyarakat yang melakukannya
2) Zaman Romawi
Teater Romawi mengambil alih teater Yunani, mula-mula
bersifat religius, kemudian bersifat show business, dalam pernyataan
orang Romawi lebih memperlihatkan kebesarannya.
3) Zaman Pertengahan
Pada zaman ini pengaruh Gereja Katolik atas drama sangat besar.
Dalam pementasan ada tarian-tarian yang dilakukan oleh Padri dan
paduan suara berganti-ganti kemudian timbul pagelaran yang disebut
dengan passio. Pada saat itu kesederhanaan dekorasinya sangat simbolis,
improsionistis, dan pementasannya simultan bersifat sinkronik belaka
berbeda dengan pementasan simultan pada zaman modern.
4) Perkembangan Teater Di Indonesia
Tradisi berteater sudah ada dalam masyarakat Indonesia, hal ini
terbukti dengan adanya pentas tradisional di wilayah tanah air, seperti
yang akan dijelaskan di bawah ini:
a) Teater Tradisional
20
Teater yang berkembang dikalangan rakyat disebut dengan
teater tradisional, sebagai lawan dari teater modern dan kontemporer.
Teater tradisional dalam pementasannya tidak menggunakan naskah
(improvisasi) sifatnya supel, artinya dipentaskan di sembarang
tempat. Jenis teater yang seperti ini masih berkembang di seluruh
Indonesia.
b) Abdul Muluk
Abdul muluk merupakan nama sebuah kelompok teater yang
meninggalkan ciri- ciri tradisional, artinya teater ini sudah mulai
menggunakan naskah dan tidak terlalu banyak improvisasi dan tidak
lagi mengandalkan tari dan lagu, struktur lakonnya tidak lagi statis,
tetapi disesuaikan dengan perkembangan lakon atau cerita sastra.
c) Komedi Stambul
Komedi stambul lahir pada tahun 1819 didirikan oleh August
Mahieu. Kelompok ini menampilkan lagu-lagu melayu, maka
komedi stambul ini lebih terkenal dengan nama opera melayu.
d) Dardanella
Teater dardanella ini didirikan pada tahun 21 Juni 1926,
dalam teater ini tidak ada lagi nyanyian, lakonnya diambil dari
indische roman.
e) Maya
Timbulnya teater maya dipengaruhi oleh pedagang-pedagang
cina yang gemar kan teater. Teater maya dipimpin oleh Usmar Ismail
dan banyak mementaskan karya-karya pengarang Indonesia. Hal ini
berkaitan dengan kemajuan dokumentasi pusat kebudayaan Jepang
pada waktu itu.
Pada era-era antara tahun 1926-1945 telah lahir nama-nama
yang menghiasi dunia teater Indonesia, antara lain Rustam Effendi,
Muhammad Yamin, Sanusi Pane, El Hakim dan lain-lain.
f) Cine Drama Institut
21
Cine drama institut lahir di Yogyakarta dan merupakan
embrio dari ASDRAFI (Akademi Seni Drama dan Film) yang
berpusat di kota Yogyakarta yang mengembangkan teater seperti
Rendra, Soebagio Sastro Wardaja, Harymawan dan sebagainya.
g) Zaman Kemajuan Teater
Sejak 1968, yaitu setelah Rendra pulang dari Amerika dan
mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta, mulailah kemajuan dunia
teater Indonesia. Berdirinya taman Ismail Marzuki sebagai ajang
kreativitas seniman kiranya menambah kemajuan dunia teater di
Indonesia.39
Berikut ini nama-nama teater yang ada pada zaman
perkembangan teater di Indonesia antara lain:
a) Bengkel Teater Rendra: didirikan pada tahun 1968 dari bengkel
teater Rendra inilah kemudian lahir nama-nama besar dalam bidang
teater drama serta film antara lain, Arifin C. Noer, Putu Wijaya, Adi
Kurdi, Deddy Sutomo, dan sebagainya.
b) Teater Popular: teater popular ini dipelopori oleh Teguh Karya, dari
teater ini kemudian muncul nama-nama besar dalam dunia teater dan
film antara lain, Slamet Raharjo, El Manik, Christine Hakiem dan
lain-lain.
c) Teater kecil: teater yang dipimpin oleh Arifin C. Noer ini dipandang
teater yang mampu mewakili warna Indonesia.
d) Teater Koma: teater koma dipimpin oleh Nano Riantiarno yang
merupakan penulis naskah drama yang kuat dan sutradara yang
potensial setelah surutnya Teguh Karya, Arifin C. Noer, dan Rendra.
e) Teater Mandiri: dipimpin oleh Putu Wijaya
f) Bengkel Muda Surabaya: dipimpin oleh Akudiat
g) Teater lain: di samping teater yang sudah disebutkan di atas, banyak
teater lain yang disebut tangguh dan menyemarakkan dunia teater
Indonesia akhir-akhir ini antara lain: teater keliling (pimpinan
39
Herman J. Waluyo, Drama., hlm. 64-80
22
Rudolf Puspa dan Derry Sirna), teater Dinasty (pimpinan Emha
Ainun Nadjib), Study Teater Bandung (pimpinan Suyatna Anirun),
Teater Pena (pimpinan Masbhukin), Teater Yayasan Pusat
Kebudayaan Bandung (pimpinan Yapi Panda Abdiel Tambayong)
dan lain-lain.40
c. Jenis-jenis Teater
Menurut J. Waluyo jenis-jenis teater terbagi menjadi beberapa
macam antara lain:41
1) Drama Pendidikan
Istilah drama pendidikan disebut juga drama ajaran atau drama
ditaktis. Pada abad pertengahan lakon menunjukkan pelaku-pelaku yang
dipergunakan untuk melambangkan kebaikan atau keburukan, kematian,
kegembiraan, persahabatan, permusuhan, dan sebagainya. Pelaku drama
dijadikan cermin bagi penonton dengan maksud mendidik.
Di dalam Alqur’an surat Almaidah: 27-31 diceritakan drama yang
sangat mengesankan antara Qabil dan Habil
40
Herman J. Waluyo, Drama., hlm. 80-84. 41
Herman J. Waluyo, Drama., hlm. 45.
23
(27) Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil
dan Qabil) menurut yang sebenarnya. Ketika keduanya
mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari
mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil):
Ia berkata Qobil: “Aku pasti membunuhmu!”.Berkata
Habil:”Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-
orang yang bertakwa”.
(28) “Sesungguhnya kalau kamu menggerakkan tanganmu
kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu.
Sesungguhnya aku takut kepada Allah. Tuhan seru sekalian alam.”
(29)”Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan
(membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu
akan menjadi penghuni neraka. Dan yang demikian itulah
pembalasan bagi orang-orang yang zalim.”
(30) Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah
membunuh saudaranya. Sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia
seorang diantara orang-orang yang merugi.
(31) Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-
gali dibumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana
dia seharusnya menguburkan saudaranya. Berkata Qobil: “Aduhai
celaka aku mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung
gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?”
karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang
menyesal. (QS. Al-Maidah: 27-31).42
Pada ayat tersebut diberikan gambaran yang jelas, bagaimana lakon
yang diperankan oleh Qabil dapat memberi kesan yang sangat mendalam
sehingga menyesali perbuatannya, karena melihat secara langsung
perbuatan dirinya sendiri dari seekor burung gagak.
Teater atau metode sosiodrama digunakan dalam suatu
pembelajaran dengan tujuan:
a) Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.
42
Departemen Agama RI, Al Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta : Pustaka Agung
Harapan, 2006), hlm. 148-149
24
b) Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.
c) Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi
kelompok secara spontan.
d) Merangsang kelas untuk berfikir dan memecahkan masalah.43
e) Pelajaran dimaksudkan untuk menerangkan peristiwa yang dialami
dan menyangkut orang banyak berdasarkan pertimbangan didaktis.
f) Melatih siswa agar melatih persoalan hidup.
g) Memberi kesempatan menjiwai peran.
h) Membentuk kepribadian.
i) Melatih penggunaan bahasa lisan dengan baik dan lancar.
j) Ikut merasakan lakon secara sosial dan psikologis.
k) Melatih mengemukakan pendapat.44
l) Memperkaya kemampuan memahami jalan cerita, tema, problema
dalam drama yang akan diperankan tersebut.
m) Latihan membaca naskah drama sesuai artikulasi yang tepat, suara
yang jelas, intonasi dan ucapan yang baik, secara tidak langsung dapat
membantu ucapan dan cara membaca siswa.45
n) Pembelajaran dengan menggunakan tehnik drama merupakan
penunjang pemahaman bahasa. Di samping ketrampilan membaca
(naskah drama, juga menyaksikan dan mendengarkan (baik yang
diputar melalui tipe recorder atau televisi), serta dapat melatih kreasi
anak dengan menulis naskah drama secara sederhana dan
memerankannya di depan kelas.
Jadi tujuan dari metode sosiodrama secara keseluruhan menurut
Benyamin S.Bloom yang dikutip oleh Herman J. Waluyo dibagi dalam
tiga aspek (kognitif, afektif, psikomotirik).46
43
Arief Armai, Pengantar., hlm.198. 44
Herman J. Waluyo, Drama., hlm. 55. 45
Herman J. Waluyo, Drama., hlm.158. 46
Herman J. Waluyo, Drama., hlm.160-167.
25
2) Drama Teatrikal (drama untuk dipentaskan)
Dalam drama teatrikal mungkin nilai litelerenya tidak tinggi,
tetapi kemungkinan untuk dapat dipentaskan sangat tinggi. Drama
teatrikal memang diciptakan untuk dipentaskan. Karena naskah drama
yang ditulis para sutradara atau pekerja teater tidak hanya
memperhatikan dialog untuk dipentaskan, tetapi bagaimana pementasan
tersebut diusahakan sehidup mungkin.
3) Drama Romantik
Jenis drama romantik ini sering disebut dengan drama puitis,
drama lirik dan disebut juga drama puisi atau drama berbentuk sajak.
Sifat romantik terletak pada sifat lakon dan para lakon dab para
pelakunya. Biasanya digambarkan dengan kisah percintaan, petualangan,
kisah-kisah yang muluk-muluk yang semuanya menggambarkan unsur
perasaan.
4) Drama Adat
Drama adat mementingkan penggambaran adat istiadat di dalam
suatu masyarakat, daerah dan suku-suku tertentu. Dalam hal ini, drama
tidak boleh bersifat imajinatif, sepanjang memotret adat daerah, tata cara
hidup cara berpakaian, cara mengungkapkan sesuatu, adat perkawinan
pemakaman dan sebagainya harus diungkapkan dengan sejujur mungkin
karena merupakan potret adat di suatu tempat atau masyarakat.
5) Drama Liturgi
Drama liturgy maksudnya adalah drama yang dikaitkan dengan
pelaksanaan upacara agama, baik dalam liturgy inti maupun hanya alat
untuk memperoleh daya tarik saja. Drama ini dimaksudkan untuk
mempertebal iman pemeluknya.
6) Drama Simbolis
Drama simbolis atau lebih disebut dengan drama lambang adalah
drama yang menggunakan lambang artinya lakon tidak langsung ke
sasaran. Kejadian yang dilukiskan digunakan untuk melambangkan
26
kejadian lain, nama pelaku tertentu digunakan untuk melambangkan
lakon lain dalam masyarakat.
7) Monolog
Monolog termasuk dalam golongan teater modern, prinsip-
prinsip lakon harus dipertahankan. Seorang pelaku monolog harus
menyadari bahwa lakonnya merupakan konflik manusia, konflik tetap
merupakan hakikat lakon. Naskahpun harus dipatuhi agar struktur
dramanya tetap dipertahankan, jadi drama monolog merupakan salah
satu bentuk drama yang masih terikat dengan naskah.
8) Drama Lingkungan
Drama lingkungan atau disebut juga dengan drama lingkungan,
termasuk dalam jenis teater modern yang melibatkan penonton dialog
drama lingkungan dapat ditambah oleh pemain sendiri sehingga
penonton dilibatkan dengan lakon. Tujuan dari drama lingkungan adalah
membuat pementasan agar akrab dengan penonton.
9) Drama Komedi Intrik (Intrique Comedy)
Drama komedi intrik adalah jenis drama yang mengundang gelak
tawa secara langsung dengan melalui penciptaan situasi yang lucu dan
bukan dari watak atau dialognya. Mungkin ceritanya tidak lucu akan
tetapi ceritanya menciptakan situasi lucu sehingga melahirkan komedi
intrik.
10) Drama Mini Kata (teater mini kata)
Drama mini kata adalah jenis drama yang menggunakan kata-
kata atau dialog seminimal mungkin.
11) Drama Absurd
Nama absurd sebenarnya berhubungan dengan sifat lakon dan
sifat tokohnya. Absurditas adalah sifat yang muncul dari aliran filsafat
eksistensialisme, yang memandang kehidupan ini mencekam, tanpa
makna, memuakkan. Jika manusia sadar akan keberadaannya seperti
dalam eksistensialisme, maka manusia akan merasa bahwa hidup ini
absurd.
27
d. Latihan dasar
Dalam setiap pelatihan teater, siswa diharuskan menguasai beberapa
latihan dasar, yaitu olah vokal, olah gerak dan olah rasa.
1) Olah vokal
Latihan ini dapat diartikan latihan mengucapkan suara secara
jelas dan nyaring (vokal), dapat juga berarti latihan penjiwaan suara.
Warna suara bagaimana yang tepat, harus disesuaikan dengan watak
peran, umur peran dan keadaan social peran itu. Aktor tidak
dibenarkan mengubah warna suara tanpa alasan. Nada suara juga
harus diatur, agar membantu membedakan peran yang satu dengan
yang lainnya. Semua ini hendaklah dikuasai secara cermat dan
konsisten. Secara lebih detail, aksen orang-orang yang berasal dari
daerah-daerah tertentu, perlu juga diwujudkan dalam latihan suara
ini. Yang harus mendapatkan perhatian lebih adalah suara itu harus
jelas, nyaring, mudah ditangkap, komunikatif dan diucapkan sesuai
daerah artikulasi.
2) Olah gerak
Olah gerak adalah pelatihan ekspresi secara fisik. Manusia
berusaha agar fisik dapat bergerak secara fleksibel, disiplin dan
ekspresif. Artinya, gerak-gerik dapat luwes, tetapi berdisiplin
terhadap peran masing-masing dan ekspresif sesuai engan watak dan
perasaan aktor yang dibawakan.
Pada beberapa teater sering dilakukan pelatihan dasar akting,
berupa menari, balet, senam, bahkan ada yang merasa latihan
tersebut dapat juga melatih kelenturan, kedisiplinan dan daya
ekspresi jasmaniah. Apalagi pementasan yang membutuhkan silat,
anggar dan tarian, maka latihan-latihan tersebut tidak terbatas pada
latihan dasar, tetapi latihan yang benar-benar dapat menghidupkan
suasana.47
47
Herman J. Waluyo, Drama., hlm. 117
28
Wahyu Sulaiman mengatakan bahwa alasan seseorang bergerak
ada dua, yaitu:
a) Alasan kewajaran
Misalnya setelah mengucapkan kalimat: “Dingin betul
hawanya!” kemudian berjalan menghampiri tungku yang sedang
dipakai untuk memasak air dan memanaskan kedua telapak
tangannya.
b) Alasan kejiwaan
Adalah alasan yang muncul dari gambaran keadaan jiwa.
Misalnya: orang yang sedang ketajutan mengerutkan badannya.48
3) Olah rasa
Proses pertama transformasi atau penjiwaan terhadap peran, adalah
memberi fokus kepada energi yang sudah dimiliki oleh si aktor. Dia
harus mengendalikan dirinya menuju satu tujuan tertentu. Usaha
memfokuskan energi itu adalah usaha menyerahkan diri sepenuhnya
kepada aksi dramatis sesuai tuntutan naskah, dimana ia mampu
menentukan pilihan-pilihan aksi selaras dengan keyakinannya terhadap
tokohnya.49
Olah rasa bisa dilakukan melalui meditasi. Bermeditasi bukannya
mengosongkan pikiran, tetapi memusatkan pikiran terhadap satu hal,
dibantu dengan harmoni totalitas seluruh tubuh. Atau dengan kata lain,
bermeditasi adalah mengkonsentyrasikan jiwa raga, perasaan dan
pikiran dengan intens dalam harmoni, dalam hening untuk menghadapi
suatu hal.50
48
Wahyu Sulaiman, Seni Drama, (Jakarta: PT. Karya Uni Press, 1982), hlm. 23 49
Herman J. Waluyo, Drama., hlm. 117 50
Rendra, Mempertimbangkan Tradisi, (Jakarta: PT. Gramedia, 1984), hlm. 40.
29
e. Drama dalam Pendidikan
Dalam bukunya Brahim, Ki Hajar Dewantoro mengatakan bahwa
sandiwara (teater) merupakan alat pendidikan yang sangat baik karena
bersifat kesenian (aesthetisch), kebajikan (estich) dan religious (agama),
sosial. Kemudian di dalam pengajarannya, sandiwara membantu bermacam-
macam kepandaian dan pengetahuan, seperti kesusastraan, bercakap dengan
irama, menghafalkan, menghilangkan tabiat malu, menggembirakan karena
bersifat permainan, memberikan pelajaran gerak irama, menyesuaikan kata
dengan pikiran, perasaan dan kemauan serta kemauan. Dengan demikian
sandiwara sebagai alat pendidikan mencakup hampir keseluruhan kebutuhan
pendidikan.
Metode pengajaran dengan cara sandiwara disebut metode
sosiodrama. Metode ini terdiri dari beberapa langkah-langkah diantaranya:
1) Mengemukakan Masalah
Masalah dikemukakan kepada peserta didik. Masalah itu dapat
berupa persoalan hubungan antara golongan mengerti perasaan orang
lain, membagi tanggung jawab, dan sebagainya.
2) Mendramatisasi Masalah
Mendramatisasi masalah dilakukan dengan cara menunjuk peserta
didik untuk berperan menjadi orang-orang yang terlibat persoalan itu dan
mendramatisasikanya mencari pemecahan persolan itu.
3) Mengadakan diskusi, terhadap hasil dramatisasi.
Nilai pendidikan yang terdapat pada metode diatas adalah sebagai
berikut:
a) Metode melibatkan para peserta didik pada persoalan hidup.
b) Memberi kesempatan bildung (pembentukan kepribadian).
c) Peserta didik dapat mendiskusikan nilai-nilai kehidupan yang perlu
bagi dirinya sendiri.
d) Dapat menghargai pendapat orang lain.
e) Mempunyai peranan dalam pembentukan pribadi sendiri.
f) Menghargai golongan lain.
30
g) Dapat melatih bahasa dengan teratur dan baik.
h) Melatih anak berfikir cepat.
i) Melatih peserta didik yang lain sebagai penonton.
j) Peserta mengerti secara intelektual dan merasakan persoalan sosial-
sosilogi.
k) Menimbulkan diskusi yang hidup.
l) mendidik berani mengemukakan pendapat.51
51
Brahim, Drama Dalam Pendidikan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1968), hlm 154-157.
31
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. GAMBARAN UMUM MAN KENDAL
1. Sejarah Singkat MAN Kendal
Berdirinya Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kendal diawali
dengan terbitnya SK Menteri (KH. Moch. Dahlan) Nomor 14 Tahun 1969
tanggal 4 Februari 1969 tentang pengangkatan panitia pendiri sekolah
persiapan IAIN al-Dstesai’ah di Kendal yang diketuai oleh KH. Abdul
Chamid, Kyai Ahmad Slamet sebagai sekretaris dengan susunan
pelindung Muspida Kabupaten Kendal. Kemudian diikuti oleh SK
Menteri Agama (KH. Moh. Dahlan) no. 153 tahun 1969 tentang
perubahan status sekolah persiapan IAIN Kendal menjadi sekolah
Persiapan Negeri IAIN al-Dstesai’ah di bawah pembinaan IAIN Sunan
Kalijaga.
Melalui SK Menteri Agama (H.A. Mukti Ali) no. 38 tahun 1974
tanggal 21 Mei 1974 pembinaan sekolah Persiapan Negeri IAIN al-
Dstesai’ah Kendal dialihkan dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
kepada IAIN Walisongo Semarang. Sejak tanggal 16 Maret 1978 SPN
IAIN al-Dstesai’ah Kendal berubah fungsi menjadi MAN Kendal.
Perubahan tersebut diperkuat dengan turunnya SK Menteri Agama (H.A.
Mukti Ali) no. 17 tahun 1978 tentang susunan organisasi dan tata kerja
MAN.
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kendal sejak tahun 1989
merupakan satu-satunya MAN di Jawa Tengah yang ditunjuk menjadi
pengelola workshop ketrampilan melalui proyek UNDP. Adapun bidang
keterampilan yang dikelola meliputi keterampilan elektronika, tata
busana, otomotif motor dan otomotif mobil. Masing-masing bidang
keterampilan ini dilaksanakan dalam dua proses pembelajaran yaitu
32
intrakurikuler dan ekstrakurikuler dengan kualifikasi semi skill worker
atas dasar kerjasama dengan Balai Latihan Kerja Industri Semarang.
Selain itu, MAN Kendal ditetapkan sebagai satu di antara dua
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model (percontohan) di Jawa Tengah
selain MAN Magelang berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam tanggal 20 Februari 1989 no
F.IV/PP.00.6/KEP/17.4/98.
2. Letak Geografis MAN Kendal
MAN Kendal terletak di desa Bugangin Kecamatan Kota Kendal
Kabupaten Kendal. Letak MAN Kendal cukup strategis karena selain
mudah dijangkau dengan transportasi, MAN Kendal juga jauh dari
kebisingan lalu lintas kendaraan karena letaknya di komplek pendidikan
Islamic Center yang berdekatan dengan perkampungan penduduk
sehingga para siswa dapat belajar secara nyaman dan tenang.
MAN Kendal mempunyai tanah yang cukup luas yaitu 15.993
yang terbagi dalam 2 lokasi, yaitu bagi utara dan selatan yang
dipisahkan oleh perumahan penduduk sepanjang 300 meter. Luas tanah
dan suasana yang cukup tersebut mendukung MAN Kendal untuk
mengembangkan sarana dan prasarana sekolah seperti gedung workshop,
laboratorium, ruang kelas, dan sebagainya. Akan tetapi, dengan
terbaginya lokasi MAN Kendal menjadi 2 tempat maka guru mengalami
kesulitan dalam hal pengawasan. Selain itu, lokasi yang dekat dengan
perumahan penduduk akan mendorong siswa untuk mudah membolos.
Adapun peta lokasi MAN Kendal sebagaimana terlampir.
3. Struktur Organisasi MAN Kendal
Agar mekanisme kepemimpinan dapat berjalan dengan lancar dan
terarah dengan baik, maka diperlukan struktur organisasi. Adapun struktur
organisasi MAN Kendal sebagaimana terlampir.
4. Visi Misi dan Tujuan MAN Kendal
33
Dalam pengelolaan bidang pendidikan harus selalu berpijak pada
visi dan misi agar tidak melenceng dari arah tujuan pokok dalam
mengantarkan peserta didik ke masa depan.
Adapun visi MAN Kendal adalah:
a. Terwujudnya MAN Unggul berkarakter sains Islam dan teknologi
(SINTEK).
b. Berbasis keahlian dan kecakapan hidup (life skill).
c. Pengelolaan Effective Bilingual System (EBS) melalui Boarding And
Full Day School.
Misinya antara lain:
a. Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) melalui program
Effective Bilingual System (EBS) dalam penguasaan Sains Islam dan
Teknologi (SINTEK).
b. Peningkatan kegiatan siswa yang berorientasi pada prestasi dan
keahlian.
c. Membekali siswa dengan penguasaan IPTEK berbasis kemitraan dan
kewirausahaan.
d. Pendalaman ilmu agama Islam sebagai dasar pengembangan IPTEK.
e. Melaksanakan Manajemen Berbasis Madrasah Mandiri (MBMM)
secara profesional dan tata kelola Madrasah melalui Boarding School
dan Full Day School.
Sedangkan tujuannya adalah terwujudnya lulusan yang memiliki
kecakapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang berdasarkan
Iman dan Taqwa (IMTAQ), memiliki kemandirian yang kuat
berwirausaha dan mampu meneruskan ke jenjang Perguruan Tinggi sesuai
dengan pilihan utamanya.
5. Keadaan Peserta didik
a. Keadaan Guru
34
Jumlah guru MAN Kendal adalah 115 orang, terdiri dari PNS
Kementrian Agama 70 orang, PNS Diknas 12 orang, Honorer tetap 33
orang.
b. Keadaan Siswa
Keadaan siswa di MAN Kendal dari tahun ke tahun semakin
mengalami kenaikan yang sangat membanggakan. Hal ini berarti
bahwa animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di MAN
Kendal semakin kuat.
Jumlah siswa MAN Kendal secara keseluruhan sebanyak 1.338
orang, yang terdiri dari 557 siswa dan 781 siswi. Adapun siswa kelas
X sejumlah 402 orang, kelas XI sejumlah 530 orang dan kelas XII
sejumlah 406 orang.
B. PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA KELOMPOK
STUDI TEATER DAN SASTRA (STESA) MAN KENDAL
1. Sejarah Berdiri kelompok STESA MAN Kendal
Kelompok Studi Teater dan Sastra (STESA) MAN Kendal
diikrarkan pertama kali pada 1994, saat MAN Kendal di bawah
kepemimpinan Bapak Supardi, BA. Angkatan pertama hanya beranggota
sekitar delapan orang. Sebagai salah satu kegiatan ekskul di MAN
Kendal, pada 1999 STESA pernah hampir dilikuidasi oleh pihak
madrasah dengan berbagai alasan. Namun, Alhamdulillah, hal itu tidak
sempat direalisasikan.
Sejak kelahirannya, Kelompok STESA terus berkegiatan hingga
saat ini di bawah bimbingan Bapak Aslam Kussatyo, guru MAN Kendal
yang sekaligus salah seorang penggerak seni teater di Kabupaten Kendal.
Minimal sekali dalam setahun mengadakan penggarapan, dalam kondisi
35
yang serba apa adanya. Yang paling ditekankan dalam ekskul ini adalah
terjalinnya ukhuwah antar anggota.
Penghargaan terus mengalir, baik di tingkat kabupaten, provinsi,
bahkan sampai tingkat nasional. Bidangnya pun beragam: teater, baca dan
tulis puisi, tulis cerpen, kepenyiaran, ke-MC-an, jurnalistik, pidato,
bahkan sesekali pembimbingan nulis karya ilmiah.
2. Tujuan Berdiri Kelompok STESA MAN Kendal
Tujuan berdirinya kelompok STESA MAN Kendal adalah sebagai
wadah bagi siswa-siswi MAN Kendal untuk meningkatkan bakat dan
minatnya, khususnya dalam bidang teater dan sastra.
3. Prestasi Yang Pernah Diraih Kelompok STESA MAN Kendal
Selama tujuh tahun berkiprah, kelompok STESA sudah
mengadakan sejumlah peentasan teater dari berbagai macam event,
diantaranya:
a. Kebebasan Abadi
b. Mahkamah di Seberang Maut
c. Hanya Satu Kali
d. Bila Malam Bertambah Malam
e. Gempa
f. Korban (dalam dua versi)
g. Malam Jahanam
h. Prita Istri Kita
i. AA II UU
j. Joko Bodho (dalam dua versi)
k. Petang di Taman
l. Pagi Bening
36
m. Balada Roro Mendut
n. Fragmen di Bingkai Perak
o. Dedes
p. Wek-wek
q. Wek-wek
r. Beberapa pentas kolaborasi
s. Beberapa happening art
Tidak hanya itu, selain prestasi dalam bidang teater, kelompok STESA
juga berhasil mengharumkan nama MAN Kendal lewat sastra dan lainnya,
seperti:
a. Juara I tingkat Kabupaten dalam lomba pidato bahasa Jawa MA 2011.
b. Juara I tingkat propinsi, Festival Baca Puisi Mengenang Perjuangan
Guru bangsa (Gus Dur) Komunitas Sastra kaligung 2010.
c. Juara I tingkat provinsi, lomba Baca Puisi Tingkat SMA/MA/SMK
se-Jateng HIMA Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan
Seni UNNES 2009.
d. Harapan II tingkat kabupaten, lomba baca Puisi Tingkat Umum
Teater Semut Kendal 2009.
e. Terbaik II, Lomba Akting Mirip Karakter Pahlawan Nasional Hari
Sumpah Pemuda Kab. Kendal 2009.
f. Terbaik II, Pidato Bahasa Arab Putri HAB Depag ke-63 Kab. Kendal
2009.
37
g. Terbaik III, Lomba Pidato Bahasa Inggris Putra Tingkat MA HAB
Depag ke-63 Kab. Kendal 2009.
h. Terbaik II, Pidato Bahasa Arab Putri HAB Depag ke-63 Kab. Kendal
2009.
i. Juara I, Lomba Baca Puisi SMA/MA/SMK se-Jateng 2008.
Tanpa banyak publikasi, beberapa alumni STESA adalah pembaca
puisi handal di tingkat provinsi, bahkan nasional. Profesi para alumnus
pun beragam, antara lain: penyiar, penulis lepas, pemain drama televisi,
bintang iklan televisi, MC dan pranatacara profesional, pelatih teater,
guru, programmer komputer, bahkan polisi, dan lain-lain.
4. Proses pendidikan dalam teater
Proses pendidikan dalam teater sama juga dengan proses hidup,
karena dalam teater kita akan dapat mengenal beberapa hal seperti dalam
kehidupan. Antara lain mengenai jati diri kita, mengenal orang lain bahkan
mengerti siapa diri kita (sebagai makhluk).
Dalam setiap proses tentu kita akan diperkenalkan dengan
beberapa dunia, baik dunia imajinasi maupun dunia nyata. Berteater sama
juga dengan melakukan kehidupan mini dunia. Teater sebagai metode
dalam pendidikan berupaya mengembangkan kesetiakawanan dan
penghayatan terhadap diri sendiri, karena di dalamnya siswa akan
diberikan beberapa bentuk pelatihan untuk mengolah emosi jiwa bahkan
bergandengan dengan alam. Banyak orang menyangsikan bahwa berteater
itu membuat orang amburadul, semrawut, bebas seenaknya. Tetapi
sebenarnya yang terjadi adalah sebuah pemikiran yang kurang mendalam
mengenai teater.
Berteater tidak hanya sekedar tontonan yang dipentaskan walaupun
pementasan teater itu sendiri bagian dari teater. Tetapi lebih dari itu,
38
berteater adalah proses memahami diri sendiri, orang lain, alam bahkan
Tuhan. Memang tidak ada satu pun metode di dunia ini yang sempurna.
Metode suri teladan yang katanya paling efektif di dunia ini pun kalau kita
lihat tidak seratus persen bisa membentuk akhlak siswa. Para siswa sendiri
masih banyak yang mempunyai sifat negatif. Itu artinya bahwa metode itu
diberikan tidak harus merubah keseluruhan diri pribadi siswa, tetapi paling
tidak mempunyai pengaruh pada diri siswa. Dalam menilai seseorang, kita
jangan melihat fisik dan luarnya saja. Tetapi coba masuklah ke dalam
orang itu (masuk dalam dunia teater), baru kemudian kita mendapatkan
arti sejati dari kehidupan52
.
Kita tidak bisa memungkiri banyak sekali tokoh yang bisa
mengubah cara pandang masyarakat, merubah sistem politik dari ketidak
adilan bahkan mengubah kepercayaan melalui dunia seni. Sunan Kali Jaga
dengan wayang kulitnya dapat menggiring orang Jawa ke dalam dunia
Islam, Anton Chekov dengan teaternya dapat mengubah ketidakadilan
penguasa di Rusia, dan masih banyak lagi yang lain.
Berteater dilakukan mulai dari latihan jasmani sampai dengan
rohani. Berteater mengajarkan siswa untuk saling berhubungan dengan
lawan mainnya. Berteater dapat membuat siswa menjadi orang lain yang
dia perankan dan pada akhirnya membuat siswa itu sadar bahwa ada
kehidupan di luar dirinya yang perlu dihormati, dihargai, bahkan diajak
bergandeng mesra. Berteater melatih menghilangkan egositas, karena
siswa merasa banyak sekali kekurangan yang terdapat pada diri siswa dan
masih memerlukan kelengkapan dari orang lain. Berteater juga membuat
siswa cinta alam karena teater sifatnya natural dan lebih dekat alam.53
5. Proses Pelaksanaan Pendidikan Karakter pada Kelompok STESA MAN
Kendal
52
Wawancara dengan Bapak Aslam Kussatyo Pelatih kelompok STESA MAN Kendal
tanggal 2 Mei 2011 53
Wawancara dengan Bapak Aslam Kussatyo Pelatih kelompok STESA MAN Kendal
tanggal 3 Mei 2011.
39
Sejak berdirinya kelompok STESA ada beberapa tahapan yang
tidak berubah dalam berproses, hanya saja yang membedakan adalah
variasi dari proses itu atau tergantung arah atau konsep berproses (latihan)
itu ingin dibuat seperti apa. Di antara tahapan itu antara lain:
a. Teori Tentang Teater dan Manfaat bagi Kehidupan Anak Kelompok
STESA
Sebelum anak-anak kelompok STESA latihan praktek
berteater, hal yang paling awal adalah berdoa bersama secara
melingkar. Hal ini bertujuan agar apapun yang akan dilakukan dapat
berjalan dengan lancar, kompak dan selalu ingat pada tuhan YME.
Kemudian baru memperkenalkan apa itu teater? Kenapa kita berteater?
Dan tentunya disesuaikan dengan kondisi usia anak kelompok STESA
baik secara fisik maupun psikologisnya.
1) Untuk teori teater buku yang menjadi pedoman dalam melatih
anak-anak kelompok STESA adalah buku Pintar Bermain Drama
karya Asul Wiyanto, karena di dalam buku itu diterangkan
pengertian maupun teknik dasar bermain teater dan penjelasannya
dapat dipahami oleh anak-anak seusia SMA/Aliyah. Dalam
berteater para siswa harus mengetahui apa itu alur atau plot,
setting, lighting, aktor, sutradara dan semua crew yang
bertanggung jawab dalam proses itu (secara teori), semua itu
dilakukan supaya peserta didik mengetahui terlebih dahulu
sebelum melangkah lebih jauh kedalam dunia seni (khususnya
teater) dan tidak hanya ikut-ikutan saja.
2) Anak-anak kelompok STESA dari awal masuk sampai sekarang
selalu saya tanamkan tentang ”hidup itu sandiwara” sebagai contoh
saya jelaskan lebih lanjut ”setiap hari kalau kita berbicara dengan
orang tua atau dengan teman sebaya pasti berbeda baik gaya bicara,
sopan santun, raut muka, intonasi, dan lain sebagainya, ini
menandakan bahwa setiap hari manusia itu berakting”. Secara
mendalam arti dari penjelasan diatas adalah ada upaya penanaman
40
moral atau akhlak yang saya tunjukkan kepada para siswa bahwa
kita perlu menata diri dan berperilaku dengan baik ketika
berhadapan dengan seseorang, dan harus tahu siapa yang kita
hadapi, sehingga para siswa tersebut bisa lebih sopan ketika
berbicara dengan orang yang lebih tua dari mereka terutama guru
dan orang tua mereka. Karena pada dasarnya anak-anak kelompok
STESA berangkat dari latar belakang nelayan yang mempunyai
watak yang keras. Dengan penjelasan di atas dan variasi penjelasan
yang lain, diharapakan mereka tersadar dan dapat berbuat lebih
baik.
3) Karena saya berangkat dari dunia pendidikan terutama pendidikan
Islam, berteater selalu saya arahkan menuju tercapainya sebuah
prilaku yang baik dari anak-anak teater. Pola mengajar saya lebih
ke dunia pendidikan dari pada entertaint (hiburan). Oleh karenanya
ketika saya terangkan tentang manfaat berteater, saya selalu
mengarahkan kepada anak kelompok STESA bahwa berteater itu
untuk membuat pribadi yang berkualitas (akhlakul karimah), ini
semua saya jelaskan dengan beberapa contoh seperti ketika kita
merasakan bagaimana beratnya menjadi seorang ibu, kita tentu
tidak akan berkata kasar kepada ibu. Di dunia teater kita akan
menjadikan diri kita sebagai ibu sementara dalam dunia mini.
Manfaat yang lebih besar lagi, kita bisa mengikis egoisme kita
yang besar dengan mencoba merasakan penderitaan orang miskin
melalui proses berteater. Dan hal terpenting yang terus saya
tekankan kepada anak-anak kelompok STESA adalah jangan
pernah menyalahkan orang lain sebelum kita lebih dahulu
mengoreksi diri kita sendiri. Dan banyak sekali usaha yang saya
lakukan untuk memberi penjelasan kepada anak-anak kelompok
41
STESA tentunya dengan beberapa keterangan dan contoh-contoh
yang nantinya dapat dipraktekkan dalam proses berteater54
.
b. Latihan Dasar
Dalam berteater kita harus tahu tentang teknik-teknik dasar
berteater seperti olah tubuh (olah gerak), olah vokal, olah rasa. Pada
kelompok STESA setiap akan memulai latihan, selalu di dahului
dengan latihan-latihan dasar, mulai dari olah tubuh (gerak) dengan
menggerakkan anggota badan supaya badan sehat dan lebih lentur.
Karena kalau badan kita sehat maka otak akan lebih fress dan dapat
dengan mudah menerima pelajaran (terutama teater) dengan baik.
Proses selanjutnya adalah olah vokal dimulai dari A-I-U-E-O
sampai dengan vokal dialog. Latihan ini bertujuan untuk melancarkan
vokal anak-anak kelompok STESA. Selain itu yang lebih penting lagi
adalah agar mereka sadar pada setiap kata-kata mereka yang mereka
ucapkan. Apabila ketika mereka mengucapkan kata-kata kasar dan
jorok seperti kebiasaan orang nelayan yang terbiasa mengucapkan
kata-kata kasar dan jorok mereka jadi sadar dan akhirnya sedikit demi
sedikit mereka dapat menghilangkannya. Karena pada dasarnya latihan
vokal ini walaupun kelihatannya sepele, tetapi manfaatnya sangat besar
karena banyak terkandung makna di dalamnya. Seperti kata-kata yang
biasa diucapkan setiap hari akan masuk ke dalam alam bawah sadar
dan menjadi kebiasaan ucapan setiap hari, dengan menyadari kata-kata
itu berarti kita tahu apa yang telah kita perbuat.
Proses latihan dasar selanjutnya adalah olah rasa. Di kelompok
STESA, saya terapkan adalah bagaiman anak-anak kelompok STESA
merasakan bahwa ada kehidupan diluar dirinya sehingga mereka tidak
terlalu egois dalam kehidupan sehari-hari. Latihan olah rasa yang biasa
dilakukan ialah latihan olah rasa dengan merasakan penderitaan orang
lain yang lebih miskin dari kita (tujuannya untuk membuat mereka
54
Wawancara dengan Bapak Aslam Kussatyo Pelatih kelompok STESA MAN Kendal
tanggal 5 Mei 2011.
42
peka terhadap keberadaan orang disekitarnya dan mereka mau
membantunya, selain itu supaya mereka lebih bersyukur kepada Tuhan
atas keberadaan mereka sekarang), latihan olah rasa kehilangan kedua
orang tua (tujuannya agar mereka sadar betapa besarnya jasa orang tua,
begitu pentingnya kedudukan atau peran orang tua bagi mereka,
sehingga mereka lebih sayang dan hormat atau patuh kepada orang
tua). Biasanya dalam proses ini banyak anak yang menangis tersedu-
sedu dan jiwa mereka menjadi lunak. Yang selanjutnya latihan olah
rasa menjadi orang gila (tujuannya bahwa orang yang tidak berpikir
benar akhirnya kelakuannya tidak ubahnya seperti binatang). Olah
rasa yang saya namakan bermain dengan angin (tujuannya supaya
mereka lebih bersahabat dengan alam, karena alam akan menjadi
pelindung bagi kita kalau bersahabat dalam arti merawat dan akan
marah kalau kita merusaknya) dan latihan olah rasa mendengar
pembicaraan dan suara disekitarnya (tujuannya agar mereka mau
mendengarkan orang lain dan tidak selalu orang lain yang harus
mendengarkan dirinya).55
c. Latihan Naskah
Naskah dalam proses berteater merupakan salah satu hal
terpenting dalam teater, karena dalam naskah para aktor akan tahu apa
yang akan dimainkannya, ingin jadi antagonis, protagonis, atau pemain
pendukung, karena naskah merupakan gambaran bentuk cerita yang
akan diperankan para pemain. Di kelompok STESA dalam proses
latihan naskah dimulai dengan latihan dasar, diteruskan dengan bedah
naskah (menceritakan olah cerita yang ada dalam naskah), reading
(membaca naskah), latihan pengkarakteran pertokoh, bloking, casting
dan barulah ditemukan bentuk permainan teater yang diinginkan. Dari
beberapa proses tadi diperlukan beberapa tahapan yang dilakukan
minimal selama tiga bulan.
55
Wawancara dengan Bapak Aslam Kussatyo Pelatih kelompok STESA MAN Kendal
tanggal 8 Mei 2011.
43
Pemilihan naskah disesuaikan dengan usia anak-anak
kelompok STESA , baik tema, isi, dan penokohan. Dan cerita yang
diangkat lebih banyak mengarah kepada perbaikan prilaku anak-anak
kelompok STESA dan penyadaran diri terhadap kehidupan
bermasyarakat. Dalam penggarapan tahun ini, kelompok STESA MAN
Kendal mengangkat naskah Wek-wek karya D.Djayakusuma.
d. Evaluasi
Evaluasi dilakukan terhadap performance berarti evaluasi
terhadap seluruh proses belajar mengajar dari awal pelajaran diberikan,
selama pelaksanaan pengajaran (proses), dan pada akhir pengajaran
yang sudah di target semula.
Evaluasi dalam pembelajaran naskah labirin sukma ini
dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Pada proses latihan
1) Pada latihan awal evaluasi dilakukan oleh sutradara untuk
memperbaiki kesahalan yang dilakukan oleh aktor
2) Pada latihan pertengahan/akhir evaluasi dilakukan antara
siswa, satu pemain menilai pemain lain dan memberikan solusi
kekurangan pemain lain begitu juga sebaliknya. sehingga
terjadi keaktifan siswa
b. Setelah pentas
Setelah pentas evaluasi dilakukan juga dengan dua cara yaitu
1) Antara siswa dengan siswa lain untuk menilai hasil kerja dalam
pementasan
2) Sutradara menilai hasil kerja sisa
C. Nilai-nilai Pendidikan Karakter pada Kelompok STESA MAN Kendal
Dari proses latihan teater dengan naskah Wek-wek oleh kelompok
STESA MAN Kendal, dapat diambil beberapa nilai pendidikan karakter
dalam menjalani kehidupan ini.
a. Ajaran sifat amanah
44
Ajaran sifat amanah ini tercermin dalam proses pelatihan naskah
Wek-wek.
Semar: Saya jadi lurah sejak awal sejarah, sudah lama kepingin
berhenti tapi tak ada yang mau mengganti. Sudah bosan,
jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata kabur, mau mundur
dengan teratur, mau ngaso di atas kasur. Saya kembung
bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi
karena menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah.
Curi air sawah, pak lurah. Beras susah, pak lurah.
Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak
lurah ... tak usah... payah.
Petruk: Orang sudah melarat ditimpa cialat, telor sudah dimakan
masih juga digugat. Padahal yang bertelor tidak peduli, apa
mau dimakan sendiri atau dicuri. Pokoknya aku tiap
minggu sudah setor, sekitar lima puluh ekor. Waktu
menyeberang jalan, datang motor, bebek kabur, satu
ketubruk dan mati konyol. Sekarang aku harus menghadap
pak lurah mempertanggung jawabkan apa yang sudah aku
lakukan.
Dari proses adegan tersebut di atas dapat diambil pelajaran dan
ditanamkan kepada anak teater STESA bahwa hidup memang penuh
tanggung jawab. Tidak pandang pekerjaan, entah lurah, buruh, guru,
petani atau pekerjaan lain.
b. Ajaran tentang larangan main hakim sendiri
Sikap larangan main hakim sendiri ini tercermin dalam proses
latihan naskah Wek-wek.
Bagong: Jaman ini jaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian. Di
terminal calo berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa.
Didunia film broker merajalela, dia tentukan sutradara bikin
apa. Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak minta
pekerjaan. Aku suruh ngangon bebek tiga puluh ekor, tiap
minggu harus antar lima puluh ekor. Malah dia yang
tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang
telor. Sekali aku datang mengontrol, bebeknya hilang dua
ekor. Waktu ditanya, dia menjawab ”dimakan burung
kondor”. Di sini tidak ada burung kondor. Dia yang kondor.
45
Dia datang melolong minta tolong, sudah ditong ee... dia
nyolong. Orang seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku
tak berani. Lagipula aku tidak mau mengotori tanganku
dengan menyentuh tubuhnya yang kotor dan bau. Aku tidak
mau main hakim sendiri, apa gunanya pak lurah di gaji.
Dari proses adegan tersebut dapat diambil pelajaran dan
ditanamkan kepada anak teater STESA bahwa hidup ini penuh masalah
hukum, tetapi kita dilarang untuk main hakim sendiri. Ada penegak
hukum di negara ini. Selain ada lurah, ada juga yang lebih berkompeten
yaitu polisi.
c. Ajaran untuk menghargai karya orang lain
Ajaran untuk menepati janji terdapat dalam naskah Wek-wek, yaitu
Gareng : ayo, jangan main-main lagi. Sandiwara sudah selesai
Petruk : (menunjukkan tenggorokannya) wek...wek...
Gareng : Janjimu bagaimana? Mana imbalanku?
Dalam proses pelatihan teater pada kelompok STESA MAN
Kendal, selain diberi bekal akting, siswa mendapatkan pelajaran lewat
naskah. Pelatih memberikan arahan tentang pentingnya menepati janji
dan bahaya dari menginkari janji.
46
BAB IV
ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER
MELALUI SENI TEATER
Teater merupakan kesenian yang mempunyai nilai tersendiri yaitu berupa
nilai otonom (bukan berarti terpisah dari nilai kehidupan). Kecuali sebagai
hiburan teater juga mempunyai nilai kehidupan yang besar, karena dapat
memperhalus dan memperkaya batin manusia. Seorang seniman dapat memilih
tema atau judul lakon yang akan dipentaskan mulai dari cinta kasih sesama
manusia, kebobrokan moral, kepincangan sosial, kebengisan manusia, perjuangan
manusia, dan hubungan dengan mahluk yang maha tinggi (Tuhan). Semua tema
tersebut dapat diolah dengan bagus agar dapat mengena pada sasaran (audien).
Teater merupakan alat pendidikan yang sangat baik karena di dalam
sandiwara (teater) itu terdapat dasar-dasar pendidikan yang bersifat kesenian
(estetis), kebajikan (etis), religius sosial. Kemudian dalam mendidik sandiwara
(teater) dapat membantu bermacam-macam pengetahuan seperti: kesusasteraan,
berdialog (berirama), menghafalkan, menghilangkan tabiat malu,
menggembirakan karena bersifat permainan, memberikan pelajaran gerak irama,
menyesuaikan kata dengan pikiran, perasaan dan kemauan serta kemampuan. Di
samping itu sandiwara (teater) juga memasukkan penanaman moral atau akhlak
kepada peserta didik.56
Dengan demikian sandiwara (teater) sebagai alat pendidikan mencakup
hampir keseluruhan pendidikan. Hal ini sesuai dengan konsep tujuan pendidikan
agama Islam yang terwujudnya insan kamil yaitu insan yang mempunyai akhlak
yang karimah.
Pendidikan karakter adalah untuk mengukir perilaku siswa melalui proses
knowing the good, loving the good and acting the good yaitu proses pendidikan
yang melibatkan aspek kognitif, emosi dan fisik, sehingga perilaku mulia bisa
terukir menjadi habit of the mind, heart and hands. Maksudnya adalah pertama,
56
Brahim, Drama Dalam Pendidikan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1968), hlm. 23-24
47
anak mengerti baik-buruk, mengerti tindakan apa yang harus diambil, mampu
memberikan prioritas hal-hal yang baik. Kedua, mempunyai kecintaan terhadap
kebajikan dan membenci perbuatan buruk kecintaan ini merupakan semangat
untuk berbuat kebajikan. Ketiga, anak mampu melakukan kebajikan dan terbiasa
melakukannya.
Dalam membentuk karakter anak yang baik salah satu alternatif
pembelajaran adalah melalui proses berteater.
A. Analisis Proses latihan dasar teater pada kelompok STESA MAN
Kendal
Setelah diamati proses pelatihan dasar pada kelompok STESA
MAN Kendal yaitu olah vokal, olah gerak dan olah rasa, terdapat
beberapa hal yang diajarkan, tentunya mengenai pendidikan karakter,
diantaranya adalah
1. Ajaran tentang hidup sehat
Menurut Anne Ahera, hidup sehat adalah hidup dengan
memperhatikan faktor-faktor tertentu yang memengaruhi kesehatan,
antara lain makanan dan olahraga. Fakta menunjukkan bahwa orang-
orang zaman dulu memiliki tubuh yang sehat. Padahal, waktu itu
belum ada teori mengenai pengertian pola hidup sehat. Anehnya,
mereka justru jarang terkena penyakit dan berusia relatif lebih panjang
ketimbang manusia masa kini. Sebaliknya, di zaman modern seperti
sekarang ini, banyak orang meninggal di usia muda dengan perbagai
komplikasi penyakit. Menurut data WHO, tujuh puluh persen kematian
dini disebabkan oleh penyakit jantung, stroke, kanker, dan diabetes.
Separuh dari jumlah tersebut terkait dengan pola makan yang buruk.
Setelah makanan, olahraga juga menentukan tingkat kesehatan kita.
Orang yang gemar berolahraga akan memiliki daya tahan tubuh yang
lebih baik, sehingga jarang terkena serangan penyakit.
48
Di samping itu, ada beberapa manfaat olahraga yang lain
a. Aktivitas olahraga dapat memperlancar aliran darah ke otak. Ini
diyakini akan meningkatkan daya pikir serta menghindarkan diri
dari lemot (lemah otak).
b. Dengan berolahraga secara teratur, metabolisme dan regenerasi sel-
sel tubuh kita akan terjadi lebih cepat, sehingga kita jadi awet
muda.
c. Olahraga teratur dengan cara yang tepat akan menjaga postur tubuh
kita tetap langsing dan terhindar dari tumpukan lemak
sumber penyakit.
d. Wajah awet muda dan tubuh langsing karena rajin berolahraga
membuat rasa percaya diri kita meningkat.57
Berdasarkan sejarah hidup Rasulullah, tercatat hanya dua kali
menderita sakit yakni setelah menerima wahyu pertama di Gua Hira.
Saat itu tubuh Rasulullah mendadak demam karena mengalami
ketakutan yang amat sangat. Sedang peristiwa sakit yang kedua
Rasulullah pada saat menjelang meninggalnya. Fakta ini
mengindikasikan bahwa Rasulullah memiliki ketahanan fisik yang
luar biasa. Sementara kondisi alam di Jazirah Arab ketika itu sangat
keras, tandus, panas di siang hari dan dingin di malam hari.
Pola hidup sehat yang diterapkan Rasulullah yaitu senantiasa
menjaga kebersihan dirinya seperti rajin memotong kuku, memotong
rambut, menggosok gigi dan giat berolahraga.
Proses pelatihan dasar teater STESA MAN Kendal, siswa diajari
olahraga (senam). Mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Kegiatan ini rutin dilakukan menjelang latian naskah. Hal ini
diharapkan agar siswa selalu sehat dan tetap semangat dalam
menjalani segala macam aktifitas.
57
http://www.anneahira.com/pengertian-pola-hidup-sehat-8691.htm, 4 Mei 2011
49
2. Ajaran larangan melontarkan ucapan buruk kepada seseorang
Allah swt. berfirman dalam surat an nisa ayat 148 yang berbunyi:
“Allah tidak menyukai ucapan buruk (yang diucapkan) dengan
terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha Mengetahui”.58
Ucapan buruk yang dimaksud adalah mencela orang, memaki,
menerangkan keburukan-keburukan orang lain dan menyinggung
perasaan seseorang.
Dalam Islam kita mengenal yang namanya kewajiban berpuasa,
yaitu menjaga dari pekerjaan-pekerjaan yang dapat membatalkan puasa
seperti makan, minum, dan bersenggama pada sepanjang hari sejak
terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Orang yang berpuasa wajib
menjauhkan diri dari perbuatan dusta, ghibah (menyebutkan kejelekan
orang lain), namimah (mengadu domba), laknat mendo'akan orang
dijauhkan dari rahmat Allah), mencaci-maki dan berkata jorok.
Hendaklah ia menjaga telinga, mata, lidah dan perutnya dari perkataan
yang haram, penglihatan yang haram, pendengaran yang haram, makan
dan minum yang haram.
Dalam pelatihan dasar kelompok STESA MAN Kendal, siswa
diajarkan berbagai macam olah vokal, seperti A-I-U-E-O pada nada
rendah, sedang sampai nada tinggi. Arahan selanjutnya yaitu pada
penekanan suara bulat dan jelas. Hal ini dimaksudkan agar siswa
mampu berkomunikasi dengan lawan main nya secara baik.
Ajaran larangan berkata jorok dilakukan dengan cara simulasi.
Dengan menghadirkan tiga siswa yang diberi karakter berbeda, Mereka
ditugasi sebagai ibu dan dua anak yang nakal. Alurnya, kedua anak
58
Departemen Agama RI, Al Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta : Pustaka Agung
Harapan, 2006), hlm. 134.
50
tersebut berkelahi dengan sangat brutal lantaran saling menghina dan
melontarkan kata-kata jorok. Sang ibu datang melerai dan memberi
nasehat. Tentunya dengan suara yang bulat, tegas dan jelas. Di akhir
latihan, pelatih memberikan evaluasi mengenai bahaya melontarkan
ucapan buruk termasuk larangan dalam puasa.
3. Ajaran tentang pengendalian sifat marah
Marah adalah reaksi jiwa terhadap sesuatu yang tidak
disenanginya. Marah merupakan salah satu sifat yang dimiliki
manusia. Akan tetapi marah harus dikendalikan dengan sebaik-
baiknya, karena kemarahan yang tidak terkendali dapat menghilangkan
akal sehat yang dimiliki oleh seseorang. Apabila kemarahan pada diri
seseorang tidak terkendali, maka orang tersebut akan kehilangan
kemampuan yang dapat digunakan untuk membedakan hal-hal yang
baik dan buruk atau hal yang benar dan salah dalam tindakan yang
dilakukannya.59
Ada beberapa cara mengatasi marah, diantaranya:
a. Rajin berolahraga secara teratur
b. Tanyakan kepada diri sendiri apakah dengan marah-marah akan
bermanfaat juga buat orang-orang di sekitar.
c. Atasi ketegangan dengan mengambil beberapa nafas dalam dan
membuat otot-otot rileks. Bisa juga dengan mendengarkan musik
lembut atau memvisualkan diri sendiri tengah berlibur di tempat
favorit.
d. Periksa lagi bagaimana cara berkomunikasi dengan orang lain.
Banyak situasi yang menyulut kemarahan melibatkan orang lain.
Saat diskusi menjadi panas dan membuat marah, hitung sampai 10
sebelum bicara. Ambil napas terlebih dahulu. Dengarkan lawan
bicara secara seksama.
59
Suraji, Imam, Etika dalam Perspektif Al Qur‟an dan Al Hadits, (Jakarta : Pustaka Al
Husna Baru, 2006) hlm. 279
51
e. Sisipkan humor.
f. Pertimbangkan konseling bila perlu. Ceritakan pada dokter soal
kebiasaan sifat ini.60
Dalam Islam, sifat marah sudah diatur sedemikian rupa. Berikut
adab-adab yang perlu diperhatikan dalam marah.
a. Jangan marah kecuali karena Allah swt
Misalnya, marah ketika menyaksikan perbuatan haram
merajalela. Seorang Muslim yang marah karena hukum Allah
diabaikan merupakan contoh marah karena Allah.
b. Mengingat keagungan dan kekuasaan Allah SWT
Ketika kita mengingat kebesaran Allah SWT, maka
kemarahan akan bisa diredam. Bahkan, mungkin tak jadi marah
sama sekali. Sesungguhnya itulah adab paling bermanfaat yang
dapat menolong seseorang untuk berlaku santun (sabar).
c. Berlemah lembut dan tidak marah karena urusan dunia
Sesungguhnya semua kemarahan itu buruk, kecuali karena
Allah SWT. Ia mengingatkan, kemarahan kerap berujung dengan
pertikaian dan perselisihan yang dapat menjerumuskan manusia ke
dalam dosa besar dan bisa pula memutuskan silaturahmi.
d. Berlindung kepada Allah ketika marah
Jika seseorang yang marah mengucapkan; ‘A’uudzu billah
(aku berlindung kepada Allah SWT, niscaya akan reda
kemarahannya.
Proses pelatihan dasar teater di STESA MAN Kendal, siswa diajari
berbagai macam mimik muka atau ekspresi. Dengan cara saling
berhadapan satu lawan satu dengan jarak 30 cm. Orang pertama
menggunakan ekspresi marah dan yang satu nya menggunakan
ekspresi senyum.
60 Azizah, http://puskesmassimpangempat.wordpress.com/2009/12/19/7-cara-mengatasi-
kemarahan/, 4 Mei 2011
52
Pelatihan tersebut dimaksudkan agar orang yang marah bisa
mengendalikan kemarahannya dengan baik. Karena pada dasarnya
dalam Islam, sifat marah termasuk sifat tercela yang patut dihindari.
B. Analisis pelaksanaan pendidikan karakter pada kelompok STESA
MAN Kendal
Sebuah kelompok teater pasti selalu mengadakan pementasan.
Namun bukan itu tujuan utamanya, yang paling ditekankan oleh kelompok
STESA MAN Kendal adalah proses. Selama minimal tiga bulan sang
pelatih selalu memberikan latihan-latihan yang tujuan utamanya adalah
mengarahkan karakter anak STESA supaya menjadi lebih baik.
Proses dalam teater sama juga dengan proses hidup, karena dalam
teater kita akan dapat mengenal beberapa hal seperti dalam kehidupan.
Antara lain mengenai jati diri kita, mengenal orang lain bahkan mengerti
siapa diri kita (sebagai makhluk).
Dalam setiap proses pelatihan tentu peserta akan diperkenalkan
dengan beberapa dunia, baik dunia imajinasi maupun dunia nyata.
Berteater sama juga dengan melakukan kehidupan mini dunia. Teater
sebagai metode dalam pendidikan berupaya mengembangkan
kesetiakawanan dan penghayatan terhadap diri sendiri, karena di dalamnya
siswa akan diberikan beberapa bentuk pelatihan untuk mengolah emosi
jiwa bahkan bergandengan dengan alam. Banyak muncul kesangsian
bahwa berteater itu pelakunya carut-marut dan bebas seenaknya. Tetapi
sebenarnya yang terjadi adalah sebuah pemikiran yang kurang mendalam
mengenai teater.
Berteater tidak hanya sekedar tontonan yang dipentaskan walaupun
pementasan teater itu sendiri bagian dari teater. Tetapi lebih dari itu,
berteater adalah proses memahami diri sendiri, orang lain, alam bahkan
Allah swt. Memang tidak ada satu pun metode di dunia ini yang sempurna.
Metode teladan yang menurut beberapa orang paling efektif di dunia ini
pun kalau dicermati tidak seratus persen bisa membentuk akhlak siswa.
Para siswa sendiri masih banyak yang mempunyai sifat negatif. Itu artinya
53
bahwa metode itu diberikan tidak harus merubah keseluruhan diri pribadi
siswa, tetapi paling tidak mempunyai pengaruh pada diri siswa. Dalam
menilai seseorang, seyogianya jangan dilihat fisik dan wujud luarnya saja;
sebaiknya menyelami diri ke dalam orang itu, masuk dalam dunia teater,
baru kemudian dapat didapatkan arti sejati dari kehidupan.
Dari proses tersebut, terdapat beberapa ajaran, di antaranya:
1. Ajaran tentang keberanian
Sebagai orang tua kadang melihat anaknya mempunyai rasa takut
terhadap sesuatu baik terhadap yang terlihat nyata maupun tidak nyata.
Seperti takut terhadap kucing, takut terhadap tijus, takut berenang,
takut terhadap setiap orang yang baru dikenalnya, maupun terhadap
sesuatu yang disebut hantu. Perasaan takut itu sebenarnya muncul atau
terjadi karena orang tua memperlihatkan rasa takut atau rasa lemahnya
terhadap sesuatu.
Rasa takut yang dialami anak juga bisa terjadi karena orang-orang
di dekat anak atau teman sebayanya sering mengejek atau memang
dengan sengaja menakut-nakuti anak dengan sesuatu. Akibat pengaruh
itu anak akan belajar bahwa dia juga harus takut terhadap sesuatu itu.
Rasa takut yang dialami anak memang tidak mudah. Namun sebagai
makhluk kecil yang sedang mengenal berbagai hal dari lingkungannya,
anak justru sangat peka dan sensitif terhadap lingkungan. Tayangan
televise tentang horror atau segala sesuatu yang mengejutkan dan reson
kita terhadap tayangan itu juga dapat memberikan pelajaran bagi anak
bagaimana bersikap terhadap tayangan itu.
Dalam menghadapi rasa takut itu, orang tua biasanya berusaha
memberikan ketenangan atau merangkul anak sambil memberikan
makanan kecil kesukaan anak agar anak menjadi tenang. Atau
sebaliknya orang tua yang agak disiplin akan memaksa anak untuk
mendekatkan anak dengan objek yang ditakuti.61
61
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),
hlm. 187-188
54
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter pada kelompok STESA
MAN Kendal, siswa disuruh bernyanyi sambil berlari secara kelompok
di halaman gedung yang ramai. Tentunya dengan suara yang lantang,
jelas dan bulat. Kemudian baru setiap siswa bernyanyi diatas kursi
dengan di kelilingi teman-teman nya. Hal ini dimaksudkan agar siswa
mampu menumbuhkan rasa keberaniannya di depan umum.
2. Ajaran tentang kedisiplinan
Disiplin adalah sikap penuh kerelaan dalam mematuhi semua
aturan dan norma yang ada dalam menjalankan tugasnya sebagai
bentuk tanggung jawab.
Dalam kehidupan sering kita dengar orang mengatakan bahwa si X
adalah orang yang memiliki disiplin yang tinggi, sedangkan si Y orang
yang kurang disiplin. Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi
biasanya tertuju kepada orang yang selalu hadir tepat waktu, taat
terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku,
dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang yang kurang disiplin
biasanya ditujukan kepada orang yang kurang atau tidak dapat
mentaati peraturan dan ketentuan berlaku.
Sifat disiplin dirasa sangat penting dalam proses pendidikan dan
pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut:
a. Rasa hormat terhadap otoritas atau kewenangan; disiplin akan
menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas
maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai siswa yang
harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah.
b. Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam proses
belajar mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan
kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru, maupun siswa
dengan lingkungannya.
c. Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai
upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai
kebutuhan berorganisasi.
55
d. Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan dijunjung
tingginya disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan
tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta akan
menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain.
e. Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam
kehidupan selalu dijumpai hal yang menyenangkan dan yang tidak
menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu
menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam
kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada
khususnya.
f. Memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin; dengan
memberikan contoh perilaku yang tidak disiplin diharapkan siswa
dapat menghindarinya atau dapat membedakan mana perilaku
disiplin dan yang tidak disiplin.
Dalam Islam, kita diwajibkan melaksanakan sholat. Sesungguhnya
sholat itu tidak berat. Namun terkadang orang menganggapnya hal
yang berat dan menyepelekan dengan alasan yang tidak masuk akal.
Misalnya di siang hari sedang bekerja dengan semangatnya, namun
lupa waktu bahwa sholat dhuhur sudah tiba. Ketika fajar tiba, kita
melupakan waktu subuh dengan alasan malas, capek kurang tidur. Ini
menandakan bahwa disiplin sangat diperlukan dalam Islam.
Pada kelompok STESA MAN Kendal, penanaman disiplin sudah
dimulai sejak awal ketika siswa berkomitmen untuk memulai sebuah
penggarapan naskah. Mulai dari kontrak latihan, pembagian job
sampai kesepakatan jam latian sore maupun malam. Semua siswa
dianggap sama, tidak membedakan antara laki-laki maupun
perempuan. Ketika ada yang melanggar peraturan maka dikenakan
sangsi, tentunya sangsi yang sifatnya mendidik.
56
3. Ajaran tentang kreatifitas
Kreatif adalah kemampuan seseorang untuk memiliki daya cipta
atau menciptakan sesuatu yang baru. Dalam hal ini kreatifitas selalu
dijadikan hal yang utama dalam sebuah proses berteater.
Pada zaman Nabi Nuh as, Allah menurunkan banjir yang sangat
hebat kepada kaum kafir. Maka datanglah malaikat sebagai utusan
Allah kepada Nabi Nuh as untuk memberi tahu cara membuat kapal
sampai selesai. Dari cerita tersebut terdapat sebuah kreatifitas yang
dilakukan oleh Nabi Nuh as. Padahal pada waktu itu peralatan belum
secanggih zaman modern ini. Tetapi dengan kemampuannya, sebuah
kapal besar pun jadi.
Kelompok STESA MAN Kendal dalam proses pelatihannya,
pelatih selalu menekankan pada aspek ini. Seorang aktor harus bisa
mengkreasikan daya imajinasinya untuk menyuguhkan sebuah
permainan yang bagus. Demikian juga sang illustrator musik dan
setting. Pelatih tidak selalu memberi aba-aba dengan menggunakan
musik jenis tertentu atau bentuk suasana dan tempat tertentu, namun
siswa sendiri lah yang harus mencari sendiri kebutuhan nya. Setelah
semuanya selesai, baru kemudian pelatih memberikan evaluasi.
C. Analisis Nilai-nilai pendidikan karakter pada kelompok STESA MAN
Kendal
Dari proses latihan teater dengan naskah Wek-wek oleh kelompok
STESA MAN Kendal, dapat diambil beberapa nilai pendidikan karakter
dalam menjalani kehidupan ini.
d. Ajaran sifat amanah
Amanah secara bahasa berarti kejujuran, kesetiaan dan
kepercayaan. Sedang istilah amanah adalah sifat, sikap dan perbuatan
seseorang yang terpercaya atau jujur dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawab yang dibebankan di atas pundaknya. Orang yang
memiliki amanah disebut al amin yang berarti orang yang dapat
dipercaya, orang yang jujur atau orang yang setia. Sifat amanah harus
57
dimiliki oleh setiap muslim. Hal ini dinyatakan Allah melalui firman-
Nya dalam surat an Nisa ayat 58 sebagai berikut :62
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil.” (QS. An Nisa : 58)
Sifat amanah erat sekali hubungannya dengan iman. Seseorang
beriman pasti dapat memegang teguh amanah, sebab amanah
merupakan salah satu dari tujuh sifat yang menjadi tanda orang yang
beriman. Adapun bentuk-bentuk amanah yang harus dijaga dan
dipertanggungjawabkan oleh setiap muslim jumlahnya cukup banyak
antara lain, jabatan/ pekerjaan, harta kekayaan, istri, anak, keluarga dan
lain sebagainya.
Dalam Islam, kita mengetahui ciri-ciri orang munafik, yaitu
a. Ketika berkata ia bohong
b. Ketika berjanji ia ingkar
c. Ketika diberi amanah ia khianat
Ajaran sifat ini tercermin dalam proses pelatihan naskah Wek-
wek.
Semar: Saya jadi lurah sejak awal sejarah, sudah lama kepingin
berhenti tapi tak ada yang mau mengganti. Sudah bosan,
jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata kabur, mau mundur
dengan teratur, mau ngaso di atas kasur. Saya kembung
bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi
karena menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah.
Curi air sawah, pak lurah. Beras susah, pak lurah.
Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak
lurah ... tak usah... payah.
Petruk: Orang sudah melarat ditimpa cialat, telor sudah dimakan
masih juga digugat. Padahal yang bertelor tidak peduli, apa
mau dimakan sendiri atau dicuri. Pokoknya aku tiap
62
Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur‟an, hlm.113
58
minggu sudah setor, sekitar lima puluh ekor. Waktu
menyeberang jalan, datang motor, bebek kabur, satu
ketubruk dan mati konyol. Sekarang aku harus menghadap
pak lurah mempertanggung jawabkan apa yang sudah aku
lakukan.
e. Ajaran larangan main hakim sendiri
Firman Allah swt dalam al-qur’an surat An-nisa ayat 135 yang
berbunyi:
”Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang
benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah
biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum
kerabatmu. jika ia kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
Karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar
balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang
kamu kerjakan. (Q.S. An-Nisa: 135)”63
Sikap larangan main hakim sendiri ini tercermin dalam proses
latihan naskah Wek-wek.
Bagong: Jaman ini jaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian. Di
terminal calo berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa.
Di dunia film broker merajalela, dia tentukan sutradara
bikin apa. Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak
minta pekerjaan. Aku suruh ngangon bebek tiga puluh ekor,
tiap minggu harus antar lima puluh ekor. Malah dia yang
63
Departemen Agama RI, Al Qur‟an., hlm. 144.
59
tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang
telor. Sekali aku datang mengontrol, bebeknya hilang dua
ekor. Waktu ditanya, dia menjawab ”dimakan burung
kondor”. Di sini tidak ada burung kondor. Dia yang kondor.
Dia datang melolong minta tolong, sudah ditong ee... dia
nyolong. Orang seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku
tak berani. Lagipula aku tidak mau mengotori tanganku
dengan menyentuh tubuhnya yang kotor dan bau. Aku tidak
mau main hakim sendiri, apa gunanya pak lurah digaji.
Dari proses adegan tersebut dapat diambil pelajaran dan
ditanamkan kepada anak teater STESA bahwa hidup ini penuh masalah
hukum, tetapi dilarang untuk main hakim sendiri. Ada penegak hukum
di negara ini. Selain itu ada lurah, ada juga yang lebih berkompeten
yaitu polisi.
f. Ajaran menepati janji
Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang seseorang membuat janji
dengan orang lain. Sayangnya, banyak orang suka berjanji tetapi juga
suka mengingkari, padahal janji adalah hutang, dan hutang harus
dibayar. Bahkan nabi Muhammad saw menggolongkan ingkar janji
sebagai salah satu sifat orang munafik. Jadi ingkar janji sama saja
melanggar Allah dan rasul Nya. Alangkah indahnya jika kita bisa
membiasakan diri untuk menepati janji dan tidak ada usaha mengobati
atau meninggalkannya, maka lama-lama akan terbiasa tidak menepati
janji, dan hal itu akan merugikan dirinya sendiri. Ingkar janji
merupakan sifat yang bisa merusak suatu rencana dan membuat
kecewa. Ingkar janji juga bisa melunturkan kepercayaan orang lain.
Dengan demikian sebagai orang tua atau pendidik hendaknya berhati-
hati jika berjanji pada anak.64
64
Mansur, Pendidikan., hlm. 178-179
60
Ajaran untuk menepati janji terdapat dalam naskah Wek-wek, yaitu
Gareng : ayo, jangan main-main lagi. Sandiwara sudah selesai
Petruk : (menunjukkan tenggorokannya) wek...wek...
Gareng : Janjimu bagaimana? Mana imbalanku?
Dalam proses pelatihan teater pada kelompok STESA MAN
Kendal, selain diberi bekal akting, siswa mendapatkan pelajaran lewat
naskah. Pelatih memberikan arahan tentang pentingnya menepati janji
dan bahaya dari menginkari janji.
61
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Proses latihan dasar teater pada kelompok STESA MAN Kendal meliputi
olah vokal, olah gerak dan olah rasa.
2. Pelaksanaan pendidikan karakter pada kelompok STESA MAN Kendal
dimulai dengan pemberian penjelasan mengenai teori teater dan manfaat
bagi kehidupan nyata, proses latihan dasar dan proses latihan naskah.
3. Nilai-nilai pendidikan karakter pada kelompok STESA MAN Kendal
adalah ajaran untuk hidup sehat, larangan melontarkan ucapan buruk
kepada seseorang, ajaran tentang pengendalian sifat marah, keberanian,
kedisiplinan, kreatifitas, amanah, larangan main hakim sendiri dan ajaran
untuk menepati janji.
B. Saran
Berdasarkan permasalahan yang peneliti bahas dalam skripsi ini, maka
peneliti hendak menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Dalam penyelenggaraan pendidikan perlu adanya inovasi dalam
menerapkan metode belajar mengajar supaya siswa tidak merasa bosan
jika disuguhi hanya dengan satu tontonan metode. Sehingga dapat
menjadikan asri dan lancarnya pembelajaran.
2. Hendaknya lebih meningkatkan kemampuan profesionalismenya dalam
mentransformasikan pengetahuan agama Islam kepada siswa, serta mampu
menunjukkan sikap dan perilaku terpuji dalam aktivitas kesehariannya
baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah yang dapat menjadi
teladan bagi siswa. Performance seorang guru yang demikian akan
menentukan terhadap keberhasilan mencapai tujuan pendidikan dan
pengajaran. Oleh sebab itu diharapkan bagi para guru mata pelajaran
pendidikan agama Islam untuk lebih meningkatkan kompetensi
profesionalnya.
62
3. Penanaman karakter semenjak dini merupakan hal sangat penting bagi
semua kalangan dimanapun lingkungannya agar kelak menjadi seorang
yang dapat berguna.
4. Kepada praktisi pendidikan Islam diharap mulai memasukkan teater
sebagai salah satu kurikulum pendidikan Islam.
C. Penutup
Peneliti mengucapkan syukur alhamdulillah, karena dapat
menyelesaikan naskah skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bagaimanapun
juga skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena
itu peneliti mengharapkan saran yang bersikap membangun demi perbaikan dan
penyempurnaan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan langkah awal dalam
penelitian ilmiah peneliti. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini
tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Sebab, tiada gading yang tak retak dan
tiada manusia yang tak pernah berbuat salah dan dosa. Oleh karenanya saran,
kritik dan masukan yang bersifat konstruktif dari pembaca sangat peneliti
harapkan demi tercapainya kesempurnaan karya tulis ilmiah di masa yang akan
datang.
Akhirnya tak lupa peneliti sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis sehingga skripsi terselesaikan. Hanya kepada
Allah penulis berdoa semoga semua pihak tanpa disebut namanya, mendapatkan
balasan yang baik dan setimpal. Semoga karya ini bermanfaat bagi kita semua
dan tentunya selalu mendapat Hidayah dan Maghfirah dari Allah Rabbul Izzaty,
Amin Ya Robbal Alamin.
63
DAFTAR PUSTAKA
Anees, Bambang Q dan Adang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis Al
Qur‟an, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009
At-Attas, Muhammad Al-Naquuib, Konsep Pendidikan dalam Islam,
Bandung: Mizan, 1988
Brahim, Drama Dalam Pendidikan, Jakarta: PT Gunung Agung, 1968
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Pustaka
Agung Harapan, 2006
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 2005
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Jilid I, Yogyakarta: Yayasan
Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1980
Hartati, Netty, dkk., Islam dan Psikologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004
Haryawan, RMA, Drama Turgi, Bandung: Rosda Karya, 1988
Jauhari, Heri, Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasi, Bandung:
CV. Pustaka Setia, 2010
Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta : Pustaka Al-
Husna, 1992, Cet. 2
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009
Margono, S, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000
Maskawaih, Ibn, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Bandung : Mizan, 1994
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001
Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta:
Rakesarasin, 1996
Munir, Abdullah, Pendidikan Karakter, (Membangun Karakter Anak Sejak
dari Rumah), Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2010
64
Noddings, Nel, Philosophy of Education, United State of America :
Westview Press, 1998
Poerbakawatja, Soegarda dan Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta :
Gunung Agung, Cet. III. Edisi II, 1976
Rendra, Mempertimbangkan Tradisi, Jakarta: PT. Gramedia, 1984
Rosyadi, Khoiron, Pendidikan Profetik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009
Soedarsono, Soemarno, Character Building (Membentuk Watak), Jakarta:
PT Elex media komputindo, 2002
Suharsono, Membelajarkan Anak dengan Cinta, Jakarta : Inisiasi Press,
2003
Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003
Sulaiman, Wahyu, Seni Drama, Jakarta: PT. Karya Uni Press, 1982
Suraji, Imam, Etika dalam Perspektif Al Qur’an dan Al Hadits, Jakarta :
Pustaka Al Husna Baru, 2006
Tjokroatmojo, dkk., Pendidikan Seni Drama (Suatu Pengantar), Surabaya:
Usaha Nasional, 1985
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Bandung: Citra Umbara, 2003
Waluyo, Herman J, Drama (Teori dan Pengajarannya), Yogyakarta: PT.
Hanindita Graha Widya Yogyakarta, 2001
Anneahira, “Pengertian Pola Hidup Sehat”
http://www.anneahira.com/pengertian-pola-hidup-sehat-8691.htm, 4 Mei 2011
Azizah, “Cara Mengatasi Marah”
http://puskesmassimpangempat.wordpress.com/2009/12/19/7-cara-mengatasi-
kemarahan, 4 Mei 2011
Supriyadi, http://forum.um.ac.id/index.php?topic=1690.0, 18 April 2011
65
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Wildan Fatkhul Mu’in
Tempat/ tanggal lahir : Semarang/ 03 Maret 1989
Alamat : Jl. Islamic Centre Bugangin Kendal
Jenjang Pendidikan :
1. MI Islamic Centre Kendal Lulus Tahun 2000
2. SLTP N 3 Patebon Lulus Tahun 2003
3. MA N Kendal Lulus Tahun 2006
4. IAIN Walisongo Semarang Angkatan 2006
Semarang, 1 Juni 2011
Wildan Fatkhul Mu’in
NIM. 063111019
66
LAMPIRAN
67
LAMPIRAN 1
DENAH LOKASI PENELITIAN
LAMPIRAN 2
STRUKTUR ORGANISASI
MAN KENDAL
2010/2011
68
LAMPIRAN 2
STRUKTUR ORGANISASI
MAN KENDAL
2010/2011
G u r u
Staf Kesis.Bid.
Keorganisasian
Sigit Nugroho,
S.Pd
Staf
Kesis.Bid.
Keagamaan
A.Khatib,
S.Ag
Staf Kesis.Bid.
Bela Negara
A.Rofik, S.Pd
Staf Kesis.Bid.
Olahraga Seni
Drs.Mukharor
Staf Kesis.Bid.
Kedisiplinan
Kumaedi, S.Ag
Kordinator BK
Dra.Sri Mujiwati Wali Kelas
X, XI, XII
Ketua Komite
H.Muslich, SH.
Kepala Madrasah
Drs.H.Kasnawi,M.A
g
Kepala T.U.
Siti Asiah, S.Ag
WK Bidang
Keterampilan
Ahdiyat RF,
S.Pd
WK Bidang
Sarpras
Drs.Taufiq BS
WK. Bidang
Kurikulum
H.Maskur, S.Pd
WK. Bidang
Kesiswaan
Joko Subagyo,
S.Ag
WK. Bidang
Humas
Drs.Muh.Asnawi,
M.Ag
Staf Ket.
Noor Yasin,
S.Pd
Staf Kur.2
Drs.Nur Fuat
Staf Kur.1
Drs.HM
Fuad, M.Pd
Staf Humas
Solikin, S.Pd
S i s w a
69
LAMPIRAN 3
NASKAH “WEK-WEK”
ADEGAN I
SEKELOMPOK BEBEK MEMASUKI PANGGUNG
Petruk Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak
sebidang tanah pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang
ketam. Tapi tidak segenggam milikku. Bebek tiga puluh ekor,
semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir adalah milikku.
Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja
milikku.
ADEGAN II
BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG
Bagong Aku orang berada, apa-apa ada. Juga buah dada, itulah beta. Sawah
berhektar-hektar, pohon berakar-akar, rumah berkamar-kamar,
itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek bertelor-telor,
celana berkolor-kolor, film berteknik kolor. Perut buncit ada, mata
melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.
ADEGAN III
GARENG DAN EMPAT KAWANNYA MEMASUKI PANGGUNG
Gareng Badannya langsing, matanya juling, otaknya bening. That’s me!
Tipu menipu, adu mengadu, ijazah palsu, that’s me!
Gugat menggugat, sikat menyikat, lidah bersilat, that’s me!
Profesiku pokrol bambu, siapa yang tidak tahu, that’s me!
70
ADEGAN IV
Semar Saya jadi lurah sejaak awal sejarah, sudaah lama kepingin berhenti
tapi tak adaa yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek,
lelah. Otot kendor, mata kabur, mau mundur dengan teratur, mau
ngaso di atas kasur.
Saya kembung bukan karena busung, mata berair bukan karena
banjir, tapi karena menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak
lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras susah, pak lurah.
Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak
lurah…tak usah…payah.
ADEGAN V
BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG
Bagong Jaman ini jaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian.
Di terminal calo berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa.
Di dunia film broker merajalela, dia tentukan sutradara bikin apa.
Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta pekerjaan.
Aku suruh ngangon bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar
lima puluh ekor.
Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang
telor.
Sekali aku datang mengontrol, bebeknya hilang dua ekor.
Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”
Di sini tak ada burung kondor. Dia yang kondor.
Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee…dia
nyolong.
Orang seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani.
71
Lagipula aku tidak mau mengotori tanganku, dengan menyentuh
tubuhnya yang kotor dan bau. Aku tidak mau main hakim sendiri,
apa gunanya pak lurah digaji.
ADEGAN VI
SEKELOMPOK BEBEK MEMASUKI PANGGUNG
Petruk Orang sudah melarat ditimpa cialat, telor sudah dimakan masih
juga digugat.
Padahal yang bertelor tidak peduli, apa mau dimakan atau dicuri.
Pokoknya aku tiap minggu sudah setor, sekitar lima puluh telor.
Waktu menyebrang jalan, datang motor, bebek kabur, satu
ketubruk dan mati konyol.
Sekarang aku harus menghadap pak lurah mempertanggung
jawabkan apa yang sudah aku lakukan. Menurut versi Bagong
dongkolan, siapa menolongku, siapa membantuku?
Gareng Apa masalahmu, menangis tersedu-sedu
Apa persoalan,merengek tersedan-sedan
Jangan takut, aku bukan polisi
Bukan maut, juga bukan polusi.
Petruk Begitu mulutnya dibuka, mendadak hilanglah duka
Permisi, mohon bertanya, kok mau menyapa saya?
Gareng aku sedih melihat orang susah. Aku murka melihat orang marah.
Aku membantu orang kejepit, kena urusan berbelit-belit.
Petruk Ikan dicita, ulampun tiba. Janda dicinta sebab kaya raya.
Bapak mau menolong saya yang lagi bingung kena perkara?
72
Gareng Aku diturunkan ke bumi ini dengan suatu misi.
Membantu orang yang kena perkara, baik yang perdata maupun
pidana
Pilih mana, bagi saya sama saja.
Petruk Anu pak, ini urusan telor dan bebek.
Gareng Ah, telor dan bebek. Bukan telor dan ayam?
Di sini telor, di sana telor, sama-sama telor
Di sini bebek, di sana ayam, bagiku sama saja.
Petruk Ya, tapi saya melarat pak.
Gareng Ya, saya juga melarat, karenanya harus bekerjasama yang erat.
Segala sesuatu dikerjakan dengan mufakat.
Misalnya saja tentang honorku, biar bagaimanapun aku ini pokrol
bambu
Kamu harus hargai profesiku.
Petruk Bapak harus sadari profesi saya, yang tidak menghasilkan apa-apa.
Harta karun tidak ada, yang ada cemeti dan celana.
Ambil saja cemeti, biar nanti saya cari lagi.
Jangan ambil celana, nanti saya celaka
Menambah lagi perkara, perkara pusaka dewata.
Gareng Ini bukan perkara cemeti atau celana
Tapi urusan telor dan bebek. Jelas urusan telor dan bebek
Telor dan bebek, tor-tor, wek-wek.
Petruk Tor-tor, wek-wek? Maksudnya ha?
Gareng Ssst! Jangan keras-keras.
73
MEREKA SALING BERBISIK, KEMUDIAN TERTAWA TERBAHAK-
BAHAK, RAHASIA, MENGANDUNG ARTI NAKAL
ADEGAN VII
SEMAR DAN BAGONG MENUJU PETRUK DAN GARENG
Semar Sudah di pikir masak-masak?
Bagong Sudah. Malah hampir busuk.
Semar Kalau di pikir-pikir berapalah rugimu?
Bagong Ini bagi saya memang bukanlah persoalan untung rugi. Ini soal
kepercayaan saya yang di lukai. Muka saya di ludahi. Sudah di
tolong masih mencuri. Saya kurang baik apa? Masih saja orang
bilang saya pelit, medit, bakhil.
Semar Penghisap, pemeras, penggencet, penyedot, pengepres.
Bagong Ya, semua yang tidak beres.
Semar Kalau dia mengakui, apa tindakan mu?
Bagong Dia harus bayar kerugianku.
Semar Kalau dia tidak dapat?
Bagong Apa boleh buat, pecat.
74
Semar Lantas apa nasibnya?
Bagong Ini urusannya, urusan pak lurah.
Semar Kalau ia tidak mengaku bersalah?
Bagong Pak lurah atur supaya ia menyerah. Nanti saya atur agar padi pak
lurah bertambah.
Semar Saya sudah menjadi lurah sejak awal sejarah. Jangan omongamu
membuat saya marah.
Bagong Maaf pak lurah. Maksud saya sama sekali tidak mempengaruhi
hanya si Entong anak bapak kemarin kepingin motor.
Semar Kalau dia kepingian, tentu dia ngomong sama saya.
Bagong Dia kemarin pesan motor apa saja.
Semar Mau tutup mulut tidak? Mau aku depak?
Bagong Maksud saya….
DATANG PETRUK DAN GARENG
Gareng Eh, pak lurah. Selamat pagi, selamat ketemu lagi. Apa kabar pak
cukong? Masih suka membagong.
Bagong Pokrol busuk, awas. Jangan sembarangan ngomong.
Semar Perkara apa yang kita hadapi, hina menghina atau curi mencuri?
75
Bagong Maaf pak lurah. Dia yang mulai.
Semar Gareng, apakau jadi pembela?
Gareng Betul. Pembela dan kuasa penuh.
Bagong Maksudnya, kalau kalah perkara saudara masuk penjara?
Gareng Saya kira, yang akan kalah itu saudara.
Semar Baik, kita mulai. Orang mau bicara hanya dengan seijin saya.
Bagong Setuju.
Gareng Kalau maunya pak lurah begitu.
Petruk Bb-bb
Semar Bagaimana kau petruk?
Bagong Penggugat, terdakwa, tertuduh, tersangka.
Semar Kalau mau bicara harus seijin saya.
Bagong Maaf, pak lurah. Bagaimana petruk?
PETRUK DIAM SAJA.
Semar Jawab petruk.
Gareng Maaf pak lurah.
76
Semar Pembela?
Gareng Boleh saya bicara?
Semar Silahkan.
Gareng Sebelum saya minta maaf bagi klien dan pasien saya. Klien, karena
ia minta saya sebagai pembelanya dan kuasa usahanya. Pasien,
karena ia minta saya menjadi dokternya. Keterangan dan
penjelasannya; sewaktu ia datang kepada saya yaitu pada hari
kamis legi yang lalu, tanggal 32 september 1999, getaran pada jam
10. 30 menit, 6 detik, 7 detik, 8 detik, 9 detik ricther. Udara 240 C,
curah hujan 25 cm, naga di selatan, singa di utara, bintang venus
berada di….
Bagong Pak lurah saya protes.
Semar Kenapa?
Bagong Urusan apa itu si Venus? Sebentar lagi si Wati, si Inah, si anu…
Semar Protes di terima, pembela….fakta yang langsung berhubungan
dengan fenomena dan sebaiknya yang berkaitan dengan perkara.
Gareng Walau hak saya di kurangi…. tak apalah. Saudara petruk ini datang
pada saya, di kantor saya di kaki enam depan pasar, sebelah kiri
toko sepeda, seblah kanan warung tegal, bersebrangan dengan
pompa minyak goreng. Menceritakan kepada saya musibah yang
menimpa dirinya yang di sebabkan oleh telor bebek dan bapak
bagong. Dengan suara dingin bergetar kedinginan. Pak lurah ia
77
datang berlari langsung sawah yang kehujanan lebat dingin sekali.
Mengamankan bebek-bebek dan telor-telor yang menjadi
tanggungannya, mendadak banjir dari kali, kilat menyambar dari
langit. Dua bebek di bawa banjir….
Bagong Astaga, telornya?
Gareng Sepuluh butir disambar petir, hancur berantakan.
Bagong Telor-telorku….
Semar Benar ini semua terjadi?
Petruk Ia…wek…wek…wek
Semar Jawab yang benar.
Petruk Wek…wek…wek…wek.
Semar Jangan main-main.
Gareng Wek…wek. Maaf pak lurah. Selesai dia menceritakan
pengalamannya yang mengerikan itu, ia jatuh pingsan. Badannya
mengigil, keringatnya mengalir, mukanya pucat, ia mengeluh.
Wek…wek…waktu sadar, terlanjur suara yang bisa ia keluarkan
hanya wek, selain wek tak ada wok…wok. Seperti pak lurah
dengar tadi. Ia sedih sekali, saya ikut sedih dan berjanji padanya
akan menyembuhkannya. Jadi kalau ia menjawab dengan
wek…wek, maafkanlah ia.
Semar Bagaimana Petruk?
78
Petruk Wekwek….
Bagong Pak lurah, ini saya kira satu permainan yang licik, akal-akalan si
pokrol bambu, pokrol tipu, pokrol….
Gareng Pak lurah, ini saya adukan cukong Bagong, karena telah menghina
saya di depan umum. Pak lurah mendengar sendiri dari moncong
Bagong….
Bagong Pak lurah, saya adukan pokrol itu menghina saya menyebut mulut
saya dengan moncong….
Semar Saya catat, saya sudah catat. Gareng menghina Bagong, Bagong
menghina Gareng. Skor, satu lawan satu. Draw, remis. Sama kuat,
selesai. Saya peringatkan, jangan ada yang nyeleweng lagi. Kita
lagi membicarakan perkara Petruk dengan bebek dan telornya
Bagong.
Gareng Saya tidak punya urusan dengan telornya bagong.
Bagong Telor saya jangan dibawa-bawa.
Gareng Memangnya kau taruh di rumah?
Semar Lama-lama hilang kesabaran saya. Tekanan darah saya naik. Kita
lagi membicarakan soal wek-wek.
Bagong Pak lurah, ini bukan perkara wekwek.
79
Gareng Tak ada kaitannya dengan wek-wek? Lantas mengapa Petruk
sekarang hanya bisa bilang wek-wek? Ya kenapa? Karena ia ingat
ada bebek yang dibawa air bah, karena ia cinta sama bebek
asuhannya, karena ia merasa sepenuhnya bertanggung jawab atas
keselamatan bebek yang berbunyi wek-wek itu.
Karena ia saban hari saban malam mendengar hanya suara wek-wek,
hingga suara wek-wek menjadi obsesi, otaknya penuh suara Wek-
wek, syarafnya diganggu oleh wek-wek, pita suaranya tersetem
pada nada wek-wek. Dia hanya akan bisa ber wek-wek sampai
akhir hayatnya. Bahkan kuburnya nanti akan berbunyi wek-wek.
Daan doa untuk arwahnya harus berbunyi wek-wek. Dan kita
sekarang harus membicarakan ini dengan bahasa wek-wek.
Bagong Saya protes, tidak bisa. Saya belum belajar bahasa wek-wek.
Kenapa harus berwek-wek, wok-wok. Wek-wek apa wok-wok.
Semar Itu terlalu ekstrem, kalau kita harus menyelesaikan perkara ini
dengan bahasa wek-wek, maka terpaksa perkara ini harus ditunda
untuk waktu yang tidak ditentukan. Sampai kita semua telah mahir
ber wek-wek.
Petruk Wek…wek..wek.
Semar Apa maunya?
Gareng Kasihanilah saya. Saya tidak bersalah.
Bagong Bohong. Dia telah mencuri tiga belas telur dan tiga ekor bebek.
Petruk Wek..wekwek….
80
Gareng Tidak salah
Bagong Salah
Petruk Wek-wek
Gareng Tidak
Bagong Salah
Semar Wekwek…
Gareng Ya wekwek…
Bagong Apa wek-wek?
Petruk Wek…wek…wek…
Semar Wek…wek.
Bagong Wek…wek.
Gareng Wek…wek.
Semar Diam, wekwek. Sudah jadi bebek semuanya.
Petruk Wek…wek.
Gareng Kalau dulu ia tidak dipaksa harus hidup berhari-hari dengan
bebek. Dia jadi begitu
karena Bagong.
81
Bagong Dia datang kepada saya minta pekerjaan. Yang lowong hanya
ngangon bebek. Dia terima pekerjaan itu, saya tidak paksa.
Semar Apa keadaan yang harus dipersalahkan?Bagong, berapa ekor yang
dia harus jaga? Dan berapa telor harus dia setor?
Bagong Bebek tiga puluh ekor.
Gareng Kelaminnya
Bagong Kelamin? Jangan hina saya ya, jelas saya laki-laki.
Gareng Saya tidak tanya kelaminmu. Kelamin bebek?
Bagong Tiga puluh ekor betina semua.
Semar Berapa telor yang harus dia setor?
Bagong Lima puluh butir seminggu, bebek menelor tiga hari sekali,
seminggu dia menelor dua kali. Tiga puluh bebek bertelor selama
seminggu enam puluh, saya minta setorin lima puluh, yang sepuluh
buat upah si Petruk. Kan cukup. Sepuluh kali seribu kan sepuluh
ribu seminggu?.
Semar Sepuluh ribu seminggu, bisa hidupkah dengan uang itu? Beras,
bisakah dia penuhi setoran itu?
Bagong Tidak pernah. Mula-mula Cuma empat puluh, makin lama makin
berkurang.
82
Petruk Wekwek…
Semar Apa maksudnya?
Gareng Tiga puluh ekor bebek, betina semua. Tidak ada jantannya.
Bagaimana bisa bertelor pak lurah? Ini jelas contoh pemaksaan
kemauan dan penghisapan di luar batas kemanusiaan dan
kebinatangan,
Bagong Nyatanya, mula-mula bebek itu bertelor.
Gareng Itu karena kau beli dan serahkan. Lebih-lebih dia baru bergaul
dengan bebek jantan. Kemudian….
Bagong Nyatanya dia masih bertelor.
Gareng itu jasanya si Petruk.
Semar Hei, kau boleh menipu kami, tapi tipuan ini tidak berlaku. Masa
Petruk berhubungan dengan bebek?
Bagong Biarkan saja, asal bebek yang bertelor.
Gareng Kenapa kau tidak gauli saja sendiri bebek-bebek itu? Pak lurah,
maksud saya tidak seperti yang pak lurah bayangkan. Karena
Petruk diam-diam pinjam bebek jantan dari tukang angon lainnya.
Dan mebiarkan si jantan itu menggauli bebek betina maka masih
ada telor yang bisa dipungut. Biar nafsu kebinatangan pejantan itu
luar biasa, tetapi ia tidak menggauli seluruh bebek betina itu.
83
Semar Kalau begitu si Petruk berjasa besar. Berjasa terhadap bebek betina
itu dan berjasa terhadapmu Bagong.
Petruk Wekwekwek…
Semar Apa katanya?
Gareng Dasar orang tidak tahu terima kasih. Tidak tahu menghargai jasa
orang.
Semar bagaimana bagong?
Bagong Ya… bebek yang dua dimana?
Gareng Ya dibawa banjir.
Bagong Bukan itu, sebelumnya? Pasti dijual.
Gareng Menurut Petruk, yang satu disambar alap-alap. Yang lain dimakan
anjing.
Bagong Bohong. Percuma punya bebek. Hilang melulu, beri telor tidak.
Percuma punya tukang angon.
Petruk Wekwek…
Bagong Apa lagi?
Gareng Tiap kali pinjam penjantan, dia harus bayar dua telor.
Bagong Pemeras
84
Gareng Siapa?
Bagong Itu yang pinjamkan pejantan.
Gareng kau bisa bilang irang itu pemeras!? Lantas kau maunya pinjam
gratis gitu?
Semar Nah, perkaranya sudah jelas, Bagong nampaknya kau yang kalah.
Betul Petruk kurang dapat menepati janjinya tetapi itu karena
keadaan yang kau ciptakan sendiri. Kau tidak bisa memecat ia, dan
kalau kau mau bebekmu bertelor, belilah barang tiga pejantan. Dan
kau mesti bayar dukun yang mengobati si Petruk.
Bagong Saya tidak mau mengatakan pak lurah berat sebelah. Tapi…ongkos
dukunnya berapa?
Gareng Lima puluh ribu rupiah
BAGONG BAYAR SELEMBAR LIMA PULUH RIBUAN
Bagong Rugi-rugi…(pergi)
Semar Gareng, cari dukun yang baik, biar Petruk lekas sembuh.
Gareng Tentu saya akan usahakan.
Petruk Wekwek…
Semar Ya, wekwek…
85
ADEGAN VIII
GARENG DAN PETRUK
Gareng (tertawa)hahahaha…..
Petruk (tertawa) wekwekwekwek….
Gareng Bagi uangnya. Nah kau selembar, aku selembar
Petruk Wekwek…
Gareng Nah, sekarang mana dua bebek yang dibawa banjir?
Petruk Wekwekwekwek….
Gareng Ayo, jangan main-main lagi. Sandiwaranya sudah selesai
Petruk (menunjukan tenggorokannya) wekwek….
Gareng Janjimu bagaimana? Mana imbalanku?
Petruk (menunjuk uang di tangan Gareng) wekwek… (pergi)
Gareng Wah si Petruk bodoh tapi lihay, lihay tapi bodoh. Aku pokrol
bambu kena tipu.
ADEGAN IX
SEMAR DAN PETRUK
Semar (tertawa) Saya jadi lurah sejak awal sejarah…
86
Petruk Hehehehe….pak lurah, amaf sudah berbohong.
Semar Bebek yang dibawa banjir dan telor yang sambar petir.
Petruk (tertawa) benar pak lurah. Saya lupa…wekwek….
Semar (mengggelengkan kepala) saya jadi lurah….
TAMAT
87
LAMPIRAN 4
PEDOMAN OBSERVASI
Nama Instansi : MAN Kendal
Obyek observasi : Proses pendidikan karakter teater di kelompok STESA
MAN Kendal
Pelatih teater : Drs. M. Aslam Kusatyo
No. Yang diamati Ya Tidak
1. Gambaran umum MAN Kendal
a. Sejarah singkat MAN Kendal
b. Letak geografis MAN Kendal
c. Struktur organisasi
d. Visi misi dan Tujuan MAN Kendal
e. Keadaan peserta didik
1) Keadaan guru
2) Keadaan siswa
2. Pelaksanaan pendidikan karakter kelompok STESA
MAN Kendal
a. Latihan dasar
1) Olah vokal
a) Latihan vokal konsonan
b) Latihan vokal perut
c) Latihan vokal tenggorokan
2) Olah gerak
a) Latihan gerakan badan
b) Latihan mimic
c) Latihan mulut
d) Latihan mata
e) Latihan gerak lambat
88
f) Latihan gerak cepat
g) Latihan gerak imajinasi
3) Olah rasa
a) Latihan pernafasan
b) Latihan konsentrasi dasar
c) Latihan penghayatan peran
b. Latihan naskah
1) Membaca naskah
2) Menerangkan isi naskah
3) Tanya jawab naskah
89
LAMPIRAN 5
HASIL OBSERVASI
Nama Instansi : MAN Kendal
Obyek observasi : Proses pendidikan karakter teater di kelompok STESA
MAN Kendal
Pelatih teater : Drs. M. Aslam Kusatyo
No. Yang diamati Ya
1. Gambaran umum MAN Kendal
f. Sejarah singkat MAN Kendal
g. Letak geografis MAN Kendal
h. Struktur organisasi
i. Visi misi dan Tujuan MAN Kendal
j. Keadaan peserta didik
3) Keadaan guru
4) Keadaan siswa
2. Pelaksanaan pendidikan karakter kelompok STESA MAN
Kendal
c. Latihan dasar
4) Olah vokal
d) Latihan vokal konsonan
e) Latihan vokal perut
f) Latihan vokal tenggorokan
5) Olah gerak
h) Latihan gerakan badan
i) Latihan mimic
j) Latihan mulut
k) Latihan mata
l) Latihan gerak lambat
90
m) Latihan gerak cepat
n) Latihan gerak imajinasi
6) Olah rasa
d) Latihan pernafasan
e) Latihan konsentrasi dasar
f) Latihan penghayatan peran
d. Latihan naskah
4) Membaca naskah
5) Menerangkan isi naskah
6) Tanya jawab naskah
LAMPIRAN 6
PEDOMAN WAWANCARA
Pembina Kelompok STESA
1. Bagaimana sejarah berdirinya teater STESA MAN Kendal?
2. Apa tujuan didirikannya teater STESA MAN Kendal?
3. Apa saja prestasi yang pernah diraih?
4. Bagaimana proses berteater dalam rangka penanaman pendidikan
karakter?
5. Bagaimanan gambaran umum tentang nilai-nilai pendidikan karakter
dalam seni teater?
91
6. Bagaimana proses latihan dasar teater nya?
7. Bagaimana proses penggarapan naskah nya?
8. Apa saja nilai pendidikan karakter dalam naskah dan berikan contoh dalam
kalimat!
Top Related