PENDEKATAN KONSELING REALITAS
DISUSUN OLEH:1) IFTITAH INDRIANI2) LILIH LUCKYTANINGSIH 3) FEBI YANUANTO
PRODI/KELAS: BK/3C
Pendekatan Realitas dan Tokoh
Terapi realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah laku sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta mengonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu klien menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Tujuan terapi ini ialah membantu seseorang untuk mencapai otonomi.
TOKOH PENDEKATAN KONSELING REALITAS
William Glasser Pada tahun 1956 ia menjadi kepala bagian psikiatri di the Ventura School of Girls yang merupakan institusi untuk menangani kenakalan remaja perempuan. Pada saat inilah Glasser mengembangkan konsep pendekatan realistis. Melalui buku pertamanya yang berjudul “Mental Health or Mental Illmess” (1961) ia menuangkan landasan pemikirannya mengenai landasan berfikir dari teknik dan konsep dasar terapi realitas.
Konsep Dasar
Pada dasarnya setiap individu terdorong untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya, masing-masing individu juga memiliki kebutuhan yang beragam, dimana kebutuhan tersebut bersifat unik pada masing-masing individu, dan tentu saja keinginan atau kebutuhan tersebut terkadang berbeda dengan individu yang lain.
Ketika seseorang dapat memenuhi apa yang diinginkan, kebutuhan tersebut terpuaskan dan tentu saja ia akan merasa senang.
LANJUTAN Tetapi, jika apa yang diperolehnya tidak sesuai
dengan apa yang diinginkan dan sangat bertolak belakang dari apa yang dibutuhkan, maka orang tersebut akan frustasi, dan pada akhirnya akan terus memunculkan perilaku baru sampai keinginannya terpuaskan dan merasa benar-benar terpenuhi.
Artinya, ketika timbul perbedaan antara apa yang diinginkan dengan apa yang diperoleh, membuat individu terus memunculkan perilaku-perilaku yang spesifik, yang membuatnya terlihat berbeda dengan yang lain.
Asumsi Perilaku Bermasalah Reality therapy pada dasarnya tidak
mengatakan bahwa perilaku individu itu sebagai perilaku yang abnormal. Konsep perilaku menurut konseling realitas lebih dihubungkan dengan berperilaku yang tepat atau berperilaku yang tidak tepat.
Menurut Glasser, bentuk dari perilaku yang tidak tepat tersebut disebabkan karena ketidakmampuannya dalam memuaskan kebutuhannya, akibatnya kehilangan ”sentuhan” dengan realitas objektif, dia tidak dapat melihat sesuatu sesuai dengan realitasnya, tidak dapat melakukan atas dasar kebenaran, tangguang jawab dan realitas.
Tujuan konseling realitas : Menolong individu agar mampu mengurus dirinya
sendiri, supaya dapat menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.
Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya sendiri.
Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran diri.
Peran Dan Fungsi Konselor
Bertindak sebagai pembimbing yang membantu konseli agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara realistis.
Berperan sebagai moralis.Berperan sebagai motivator.Berperan sebagai guru yang mengajarkan
klien untuk mengevaluasi perilakunya.Mengembangkan kondisi fasilitatif dalam
konseling dan hubungan baik dengan klien.
Deskripsi Proses Konseling Langkah-langkah yang ditempuh: Menciptakan hubungan kerja dengan klien,
konselor melakukan pendekatan untuk lebih mendekatkan diri dengan klien demi kelangsungan proses konseling.
Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya dan melakukan transferensi.
Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor.
Menutup wawancara konseling, cara kita menutup wawancara dapat meningkatkan kepercayaan klien terhadap kita selama wawancara.
Teknik Konseling
1. Metapor Konselor menggunakan teknik ini seperti
senyuman, imej, analogi, dan anekdot untuk memberi konseli suatu pesan penting dalam cara yang efektif.
2. Hubungan Menggunakan hubungan sebagai bagian yang
esensial dalam proses terapiotik. 3. Pertanyaan Konselor menekankan evaluasi dalam perilaku
total, asesmen harus berasal dari konseli sendiri.
4. WDEP & SAMI2C3 Merupakan akronim dari wants (keinginan),
direction (arahan), evaluasi (penilaian), dan planing (rencana). Teknik ini digunakan untuk membantu konseli menilai keinginan-keinginannya. Perilaku-perilakunya, dan kemudian merumuskan rencana-rencana.
SAMI2C3 mempersentasikan elemen-elemen yang memaksimalkan keberhasilanya keberhasilan rencana : mudah/ sederhana (simple), dapat dicapai (attainable), dapat diukur (measurable), segera (immedate), melibatkan tindakan (involving), dapat dikontrol (controled), konsisten (consistent), dan menekankan pada komitmen (committed)
5. Renegosiasi Konseli tidak selalu dapat menjalankan rencana
perilaku pilihanya. 6. Intervebsi paradoks Glasser menggunakan paradoks untuk
mendorong konseli menerima tanggung jawab bagi perilakunya sendiri.
7. Pengembangan ketrampilan Konselor perlu membantu konseli
mengembangkan ketrampilan untuk memnuhi kebutuhan dan keinginan-keinginannya dalam cara yang bertanggung jawab.
8. Adiksi positif teknik yang digunakan untuk menurunkan
berbagai bentuk perilaku negatif dengan cara memberikan kesiapan atau kekuatan mental, kreatifitas, energi dan keyakinan.
9. Penggunakan kata kerja Dimaksudkan untuk membantu jonseli agar
mampu mengendalikan hidup mereka sendiri dan membuat pilihan perilaku total yang positif.
10. Konsekuensi natural Konselor harus memiliki keyakinan bahwa
konseli dapat bertanggung jawab dan karena itu dapat menerima konsekuensi dari perilakunya.
Kelemahan Dan Kelebihan Kelemahan: Teori ini mengabaikan tentang intelegensi manusia,
perbedaan individu dan factor genetic lain. Dalam konseling kurang menekankan hubungan
baik antara konselor dan konseli, hanya sekedarnya. Pemberian reinforcement jika tidak tepat dapat
mengakibatkan kecanduan atau ketergantungan. Kelebihan: Asumsi mengenai tingkah laku merupakan hasil
belajar. Asumsi mengenai kepribadian dipengaruhi oleh
lingkungan dan kematangan. Konseling bertujuan untuk mempelajari tingkah laku
baru sebagai upaya untuk memperbaiki tingkah laku malasuai.
Contoh Penerapan Kasus Ilustrasi Kasus
Amir siswa kelas 7 SMP, dia sangat tidak disiplin sehingga dia mengalami hambatan dalam menjalankan kewajibannya sebagai siswa disekolah.
Hal ini tentu akan berakibat pada proses belajar mengajar dan prestasi belajar Amir disekolah.
Bimbingan bagi Amir ini sangat diperlukan untuk membantu menyelesaikan permasalahan dan agar membuat Amir dapat mengikuti proses belajar mengajar secara baik.
Top Related