1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi dengan
kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan optimal. Pada saat ini masih
banyak Ibu yang tidak memberikan ASI pada bayinya. Hal ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor, antara lain ASI tidak segera keluar setelah melahirkan atau tidak
lancarnya produksi air susu Ibu (ASI). Kenyataan di lapangan menunjukkan
produksi ASI yang sedikit pada hari-hari pertama setelah melahirkan menjadi
kendala dalam memberikan ASI secara dini.
Dalam upaya pengeluaran air susu Ibu(ASI) ada 2 hal yang mempengaruhi
yaitu produksi dan pengeluaran. Produksi air susu Ibu(ASI) dipengaruhi oleh
hormon prolaktin sedangkan pengeluaran dipengaruhi oleh hormon oksitosin.
Penurunan produksi dan pengeluaran air susu Ibu(ASI) pada hari-hari pertama
setelah melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon
prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan kelancaran produksi dan
pengeluaran air susu Ibu (ASI). Beberapa faktor yang mempengaruhi kelancaran
dan pengeluaran air susu Ibu (ASI) yaitu perawatan payudara, frekuensi
penyusuan, paritas, stress, penyakit atau kesehatan ibu konsumsi rokok atau
alkohol, pil kontrasepsi, asupan nutrisi. Di Indonesia pijat oksitosin belum di
ketahui banyak ibu-ibu post partum, tetapi telah banyak dikenal masyarakat di
pulau jawa. (1)
World Health Organization (WHO, 2016) memperkirakan 42,5% angka
2
kematian Bayi, Balita per 1000 kelahiran hidup. Pada tingkat kematian global
pada tahun 2015 yaitu 43 per 1000 kelahiran hidup, sementara angka kematian
neonatal adalah 19 per 1.000 kelahiran hidup. WHO mengemukakan bahwa
sasaran pada tahun 2030, mengakhiri kematian yang dapat dicegah pada bayi baru
lahir dan anak-anak dibawah usia 5 tahun, semua negara bertujuan untuk
mengurangi kematian neonatal hingga setidaknya 12 per 1000 kelahiran hidup.
Untuk mencegah kematian neonatal tersebut salah satunyaWHO
merekomendasikan pemberian ASI Eksklusif sekurang-kurangnya selama 6 bulan
pertama kehidupan. (2)
Berdasarkan data United Nations Emergency Children’s Fund (UNICEF)
tahun 2013, sebanyak 136,7 juta bayi baru lahir diseluruh dunia dan hanya 32,6%
dari mereka yang disusui secara Eksklusif dalam 6 bulan pertama. Bayi yang tidak
diberi ASI eksklusif di negara industri lebih besar meninggal dari pada bayi yang
diberi ASI Eksklusif, sementara di negara berkembang hanya 39% ibu-ibu yang
memberikan ASI Eksklusif.(3)
Menurut data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016, presentase bayi yang
berumur 0-5 bulan yang masih mendapat ASI eksklusif sebesar 54,0%, sedangkan
bayi yang telah mendapatkan ASI eksklusif sampai usia enam bulan adalah
sebesar 29,5%. Mengacu pada target renstra tahun 2016 yang sebesar 42%, maka
secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia kurang dari
enam bulan sebesar 54,0% telah mencapai target. Menurut provinsi, cakupan ASI
eksklusif pada bayi umur 0-5 bulan sekitar antara 32,3% (Gorontalo) sampai
79,9% (Nusa Tenggara Timur). Dari 34 provinsi hanya 3 provinsi yang belum
2
mencapai target yaitu Gorontalo, Riau dan kalimantan Tengah. Target pemberian
ASI eksklusif belum sepenuhnya tercapai, sehingga masih banyak ditemukan bayi
yang sering sakit karena antibody yang lemah.(4)
Pada Profil Kesehatan Provinsi Sumatra Utara, cakupan persentase bayi
yang diberi ASI Eksklusif dari tahun 2011-2015 cenderung menunjukkan
peningkatan, dan cakupan pada tahun 2015 mengalami peningkatan yang cukup
signifikan sebesar 10% dibandingkan tahun 2014 dan telah mencapai target
nasional yaitu 40%. Di tahun 2016 terjadi penurunan yang tajam dibandingkan
tahun 2015 dan tidak mencapai target nasional < dari 40%. Daerah dengan
pencapaian < dari 10% ,yaitu di Kota Medan (6.7%) dan Tebing Tinggi (7,4%).
Padahal kita tahu pemberian ASI Eksklusif dapat selama 6 bulan sejak kelahiran
hidup memberikan peranan penting dalam menjaga kesehatan dan
mempertahankan kelangsungan hidup bayi. (5)
Pijat oksitosin merupakan suatu cara pemijatan yang dilakukan pada ibu
nifas untuk meningkatkan produksi hormon oksitosin. Pijat oksitosin dilakukan
dengan memijat titik-titik tertentu di punggung ibu. Pijat ini sangat bermanfaat
untuk mengatasi nifas terutama untuk peningkatan kontraksi uterus pada saat nifas
sehingga membantu proses involusi uterus dan memperlancar pengeluaran air
susu Ibu (ASI). Upaya yang dilakukan bidan sebagai penolong persalinan dalam
upaya memperlancar produksi air susu Ibu(ASI) dengan pijat oksitosin.(6)
Pijat oksitosin dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau refleks let
down. Dilakukan pemijatatan ini ibu akan merasa rileks, kelelahan saat
melahirkan akan hilang. Sehingga dengan begitu hormon oksitosin akan keluar
2
dan ASI pun cepat keluar, manfaat oksitosin juga mempertahankan produksi ASI
ketika Ibu dan bayi sakit. (7)
Perawatan payudara seperti pijat oksitosin bermanfaat dalam mempengaruhi
hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin. Hormon prolaktin
mempengaruhi jumlah produksi ASI dan hormon oksitosin mempengaruhi
pengeluaran ASI.(8)
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh Sri Kandini yang berjudul
Pengaruh Pijat Oksitosin Dengan Kecukupan ASI Di Wilayah Kerja Puskesmas
Karangdowo diketahui bahwa 4 dari 6 ibu kebingungan ketika bayi mereka
menangis sedangkan ASI yang keluar belum lancar. Ibu bingung setelah
menyusui bayi masih rewel. Mereka sempat bertanya mengenai cara agar ASInya
berproduksi banyak. Ibu-ibu tersebut memiliki keinginan untuk memberikan ASI
eksklusif pada bayi mereka. Informasi juga didapatkan dari petugas yang
mengatakan bahwa sekitar 30% ibu mengeluh bahwa produksi ASI nya belum
mencukupi. Dengan latar belakang tersebut maka Sri Kandini melakukan pijat
oksitosin pada 4 orang Ibu tersebut dan ditemukan 3 dari Ibu tersebut diperoleh
hasil produksi ASI nya lancar(6)
Hasil study yang dilakukan oleh Meity Albertina yang berjudul Pengaruh
Pijat Oksitosin Dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Post Partum Seksio Sesaria Hari
2-3 diketahui hasil survei yang dilakukanpeneliti dari 3 Rumah Sakit, ternyata ada
2 Rumah Sakit yang melakukan pijat oksitosin pada Ibu Post Partum. Salah
satunya Rumah sakit RSIA Aisyiyah dari survei itu ditemukan 10 Ibu Post
Partumseksio sesareayang diberikan pijat oksitosin dan diperoleh hasil sebanyak
2
6 orang produksi ASI nya lancar.(9)
Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan peneliti dengan mengambil
data Ibu post partum di Klinik Kurnia dari 8 Ibu post partum hari ke 4 -40 hari
kemudian saya melakukan wawancara langsung kepada pasien tersebut, dari
wawancara tersebut maka diperoleh 6 dari ibu post partum tersebut mengatakan
sudah memberikan susu formula kepada bayinya sejak lahir karena pengeluaran
ASI masih sedikit, dan tidak pernah dilakukan pijat oksitosin pada Ibu dan Ibu
merasa bahwa ASI nya tidak cukup karena bayinya sering menangis setelah
menyusui dan 2 orang Ibu post partum mangatakan ASI nya keluar dan pernah
dilakukan pijat pada punggung Ibu (pijat oksitosin)dan tidak memberikan susu
formula.
Dari hasil survei awal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “ Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Peningkatan Produksi ASI
Pada Ibu Postpartum Di Klinik Kurnia Kecamatan Medan Denai Tahun 2018”
untuk melihat apakah ada hubungan pijat oksitosin dengan kelancaran produksi
ASI.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah ada pengaruh pijat oksitosin terhadap
peningkatan produksi ASI pada Ibu post partum di Klinik Kurnia tahun 2018 ”.
2
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi rata-rataproduksi ASI sebelum
dilakukan pijat oksitosin di Klinik Kurnia Kecamatan Medan Denai Tahun
2018.
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi rata-rata produksi ASI sesudah di
pijat oksitosin di Klinik Kurnia Kecamatan Medan Denai Tahun 2018
3. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata sebelum dan sesudah dipijat
Oksitosin dengan peningkatan produksi ASI Di Klinik Kurnia Kecamatan
Medan Denai Tahun 2018.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. ManfaatTeoritis
Hasil penelilitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi atau masukan bagi
Mahasiswa Institusi Kesehatan Helvetia dan menambah kajian ilmu untuk
mengetahui adanya Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Peningkatan Produksi ASI
Pada Ibu Post Partum di Klinik Kurnia Kecamatan Medan Denai Tahun 2018.
1.4.2 ManfaatPraktis
1. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengalaman proses belajar mengajar
khususnya dalam bidang metodologi penelitian.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dokumentasi di
perpustakaan dan bahan bacaan bagi mahasiswa kebidanan tentang
2
Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap peningkatan produksi ASI pada Ibu
Postpartum
3. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan evaluasi dan acuan kebijakan tentang diterapkannya pijat
oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI pada Ibu postpartum demi
tercapainya pemberian ASI eksklusif
4. Bagi Responden
Dapat menambah pengetahuan ibu tentang manfaat pijat oksitosin untuk
meningkatkan produksi ASI nya
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Berdasarkan hasil terdahulu yang dilakukan oleh Widya Juliarti yang
berjudul “PengaruhPijat Oksitosin Dengan Pengeluaran ASI Pada Ibu Postpartum
Di BPM Yuni Fatimah, Amd.Keb Pekanbaru Tahun 2017, jenis penelitian adalah
analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada bulan
Agustus/September 2017 pada 30 respoden dengan teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah accidental sampling, dapat diketahui bahwa mayoritas ibu
melakukan pijat oksitosin dan 16 (88,9%) ibu postpartum pengeluaran ASI lancar.
Setelah dilakukan uji statistik dengan chi squaretest, maka diperoleh nilai p-value
adalah 0,001 (p
24
sebagian besar dipijat sesuai prosedur sebanyak 35 responden (72,9%) dimana 24
responden (50%) produksi ASI lancar dan 11 responden (22,9%) produksi ASI
tidak lancar. Sedangkan 13 responden (27,1%) yang dipijat tidak sessuai prosedur
sebanyak 2 responden (4,2%) yang produksi ASI lancar dan 11 responden
(22,9%) produksi tidak lancar, analisa hubungan pijat oksitosin dengan kelancaran
produksi ASI dengan menggunakan chi square test. (9)
Berdasarkan hasil penelitian Fitriah Rahmawati yang berjudul Hubungan
Antara Pijat Oksitosin Dengan Kelancaran Pengeluara Air Susu Ibu Di Rumah
Sakit Permata Bunda Tahun 2017, jenis penelitian ini adalah Pre Eksperimen
Static Comparison dengan teknik non probability sampling jenis accidental
sampling, diketahui dari 7 responden kelompok intervensi atau yang dilakukan
pijat oksitosin terdapat 6 responden (85,7%) mengalami kelancaran Pengeluaran
ASI setelah diberi pijat oksitosin. Berdasarkan hasil uji Chi square kelancaran
pengeluaran ASI antara intervensi dan kelompok kontrol di Rs Permata Bunda
menggunakan uji Crosstab dengan tingkat signifikan α = 5% dan nilai X2 hitung
(person Chi Square) 4,667 dan nilai x2 hitung > x2 (4,667 > 3,84). Dengan
demikian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pijat oksitosin dengan
kelancaran pengeluaran ASI. (10)
2.2. Telaah Teori
2.2.1. Defenisi Air Susu Ibu (ASI)
Air Susu Ibu (ASI) merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa, dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara
Ibu, yang berguna sebagai makanan utama bagi bayi, (11). Air Susu Ibu (ASI)
25
sumber gizi yang paling sangat ideal dengan komposisi yang sesuai dengan
pertumbuhan bayi, karena air susu Ibu adalah makanan bayi yang paling
sempurna baik secara kualitas maupun kuantitas. Air susu Ibu (ASI) sebagai
makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal
sampai usia empat sampai enam bulan.(8)
Air Susu Ibu (ASI) memberi nutrisi sesuai dengan usia, faktor imunologia
dan substansi anti bakteri. Air susu Ibu sebagai makanan alamiah yang terbaik
yang diberikan oleh seorang Ibu kepada anak yang baru dilahirkannya sesuai pada
setiap tumbuh kembang bayi, Air susu Ibu (ASI) juga mengandung zat pelindung
yang dapat membuat bayi terhindar dari berbagai penyakit infeksi. (12)
2.2.2. Peningkatan Produksi ASI
Peningkatan produksi ASI adalah mengeluarkan ASI sesering mungkin dari
payudara dan tidak membiarkan payudara penuh dalam jangka waktu lama. Pada
hari pertama, bayi cukup disusukan selama 10-15 menit, untuk merangsang
produksi ASI dan membiasakan puting susu diisap oleh bayi. Untuk mengetahui
banyaknya produksi ASI, beberapa kriteria yang dipakai sebagai patokan untuk
mengetahui jumlah ASI lancar atau tidak adalah :
1. ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting
2. Sebelum disusukan payudara terasa tegang
3. Berat badan bayi naik dengan memuaskan sesuai umur
4. Jika ASI cukup, setelah menyusu bayi akan tertidur/tenang selama3-4 jam
5. Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari. (13)
Kelancaran produksi ASI adalah suatu proses keluarnya ASI dari payudara
26
Ibu dengan atau tanpa pengisapan oleh bayi. Air susu Ibu sebaiknya diberikan
segera setelah bayi lahir. Air susu pertama yang bertahan sekitar 4-5 hari, masih
berupa kolostrum. Banyaknya kolostrum yang disekresikan setiap hari berkisar
antara 10-100 cc, dengan rata-rata 30 cc. Air susu sebenarnya baru keluar setelah
hari ke lima. Ibu harus menjulurkan payudaranya ke mulut bayi hingga seluruh
puting dan areola tergenggam oleh mulut bayi. Jumlah ASI yang disekresikan
pada 6 bulan pertama 750 cc sehari, sekresi pada hari pertama hanya terkumpul
sebanyak 50 cc yang kemudian meningkat menjadi 500, 650, dan 750 cc, masing-
masing pada hari ke v, bulan I dan bulan ke III. (7)
2.2.3. Tahapan ASI
1. Kolostrum
Merupakan cairan piscous kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih
kuning dibandingkan susu yang matur. Kolostrum juga dikenal dengan cairan
emas yang encer berwarna kuning atau dapat pula jernih dan lebih menyerupai
darah dari pada susu, sebab mengandung sel hidup menyerupai sel darah putih
yang dapat membunuh kuman penyakit, oleh karena itu kolostrum harus diberikan
pada bayi.
Kolostrum disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai ketiga
atau keempat. Pada awal menyusui, kolostrum yang keluar hanya sedikit mungkin
satu sendok teh saja (sekitar 10-100 cc) dan akan terus meningkat setiap hari
sampai akhir 150-300 ml/ 24 jam. Kolostrum lebih banyak mengandung protein
dibandingkan dengan ASI matur tetapi kadar karbohidrat dan lemak lebih rendah.
Mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibandingkan dengan ASI
27
matur.
Komposisi kolostrum dari hari ke hari selalu berubah, rata-rata mengandung
protein 8,5% : lemak 2,5% : karbohidrat 3,5% : corpusculum-corpusculum :
garam mineral (K, Na, CI), 0,4% :air 85,1% : leukosit sisa-sisa epitel yang mati,
vitamin yang larut dalam lemak lebih banyak. Terdapat zat menghalangi hidrolis
protein sebagai zat anti yang terdiri dari protein tidak rusak.
Fungsi kolostrum memberikan gizi dan proteksi, yang terdiri dari :
a. Imunologlobulin, melapisi dinding usus yang berfungsi untuk
mencegah penyerapan protein yang mungkin menyebabkan alergi.
b. Laktoferin merupakan protein yang mempunyai afinitas yang tinggi
terhadap zat besi. Kadar laktoferin yang tertinggi pada kolostrum
dan air susu ibu adalah pada 7 hari pertama masa nifas. Kandungan
zat besi yang rendah pada kolostrum dan air susu ibu akan mencegah
perkembangan kuman pathoferin ini akan rusak pada proses
pasteurisasi. Laktoferin tidak terdapat dalam makanan buatan. Efek
imunologis laktoferin akan hilang apabila makanan bayi ditambah
zat besi.
c. Lisosom berfungsi sebagai pengganti anti bakteri dan juga
menghambat pertumbuhan berbagai virus. Kadar lisosom pada
kolostrum dan air susu ibu lebih besar kadarnya dibandingkan air
susu ibu.
28
d. Faktor antitrypsin berfungsi menghambat kerja tripsin sehingga akan
menyebabkan immunoglobulin pelindung tidak akan pecak oleh
tripsin
e. Laktobasilus ada di dalam usus bayi dan menghasilkan berbagai
asam yang mencegah pertumbuhan kuman pathogen. Untuk
pertumbuhannya, laktobasilus membutuhkan gula yang mengandung
nitrogen yaitu faktor bifidus yang terdapat di dalam kolostrum dan
air susu ibu.
f. Faktor bifidus tidak terdpat di dalam susu sapi.
Faktor bifidus inilah yang menyebabkan bayi tidak diare, jika minum
air susu ibu.
2. Air Susu Masa Peralihan
Adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI
matang/mature.
Ciri-ciri dari air susu pada masa peralihan adalah sebagai berikut :
a. Peralihan ASI kolostrum sampai menjadi ASI matur
b. Di sekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi atau teori
lain yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ke-
3 sampai minggu ke-5.
c. Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak
makin tinggi.
29
d. Volume ASI juga akan makin meningkat dari hari ke hari sehingga
pada waktu bayi berumur 3 bulan dapat diproduksi kurang lebih 800
ml/hari
e. Kadar immuniloglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan
laktosa meningkat.
3. Air Susu Matur
Ciri-ciri air susu mature adalah sebagai berikut :
a. ASI yang disekresikan pada hari ke-10 dan seterusnya.
b. ASI mature memiliki komposisi yang relatif konstan (ada pula
pendapat yang mengatakan bahwa komposisi ASI relatif konstan
baru dimulai pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5).
c. Pada ibu yang sehat produksi ASI untuk bayi akan tercukupi, hal ini
dikarenakn ASI merupakan makanan yang paling baik dan cukup,
bayi sampai usia 6 bulan
d. ASI mature berupa cairan berwarna putih kuning-kuningan yang
diakibatkan warna dari garam Ca-caseinant, riboflovin, dan karoten
yang terdpat didalamnya.
e. Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama
disebut foremik.
1). Foremik lebih encer
2). Foremik mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi
laktosa,gula, protein, mineral dan air.
30
f. Selanjutnya, air susu ibu berubah menjadi Hindmik.
1). Hindmik kaya akan lemak dan nutrisi
2). Hindmik membuat bayi akan lebih cepat kenyang
g. Dengan demikian bayi akan membutuhkan keduanya, baik foremik
dan hindmik
h. Komposisi foremik (ASI permulaan) berbeda dengan Hindmik (ASI
paling akhir)
i. Volume 300-850 ml/24 jam
j. Tidak mengumpal jika dipanaskan
k. Interferon producing cell.
l. Sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah dan adanya
faktor bifidus.
m. Terdapat antimikrobakterial faktor, yaitu:
1) Antibody terhadap bakteri dan virus
2) Sel ( fagosile, granulosil, makrofag, limfosil tipe-T)
3) Enzim (lisozim, lactoperoxidese).
4) Protein (laktoferin, B12 Ginding protein)
5) Faktor resisten terhadap staphylococcus
6) Complement (C3 dan C4). (14)
Tabel 2.1 Perbedaan Kandungan Kolostrum, ASI transisi dan ASI mature. (15)
Kandungan Kolostrum ASI Transisi ASI mature
Energi (kgkal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100ml) 2,9 3,6 3,8
31
Protein (gr/100ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100ml) 6,3 0,3 0,2
Immunologlubulin
Ig A (mg/100ml) 335,9 - 119,6
Ig G (mg/100ml) 5,9 - 2,9
Ig M (mg/100ml) 17,1 - 2,9
Lisosin (mg/100ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5
Laktoferin 420-520 - 250-270
2.2.4. Manfaat ASI
Pemberian ASI sangat bermanfaat bagi bayi, ibu, keluarga dan negara.
1. Manfaat asi bagi bayi
a. Mempunyai komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi yang
dilahirkan
b. Jumlah kalori yang terdapat dalam ASI dapat memenuhi kebuthan bayi
sampai usia 6 bulan
c. ASI mengandung zat pelindung/antibody yang melindungi terhadap
penyakit.
d. Dengan diberikannya asi saja minimal sampai 6 bulan menyebabkan
perkembangan psikomotorik bayi lebih cepat
e. ASI dapat menunjang perkembangan penglihatan
f. Dengan diberikannya ASI maka akan memperkuat ikatan balita ibu dan
bayi
32
g. Mengurangi kejadian karies dentis dikarenakn kadar laktosa yang sesuai
dengan kebutuhan bayi
h. Mengurangi kejadian moloklusi akibat penggunaan dot yang lama
2. Manfaat ASI bagi Ibu
a. Mencegah perdarahan masa nifas
Hormon oksitosin merangsang kontraksi uterus sehingga menjepit
pembuluh darah yang bisa mencegah terjadinya perdarahan
b. Mempercepat involusi uterus
Dengan dikeluarkannya hormon oksitosin, maka akan merangsang
kontraksi uterus sehingga proses involusi uterus dapat berlangsung secara
maksimal
c. Mengurangi resiko terjadinya anemia
Hal disebabkan karena pada ibu yang menyusui kontraksi uterus berjalan
baik sehingga tidak terjadi perdarahan yang mencegah resiko anemia
d. Mengurangi resiko kanker ovarium dan payudara
Beberapa peneliti percaya bahwa menyusui dapat membantu menekan
siklus menstruasi selain itu menyusui dapat membantu menghilangkan
racun pada payudara
e. Memberikan rasa dibutuhkan selain memperkuat ikatan batin seorang ibu
dengan bayi yang dilahirkan
Dengan menyusui ikatan batin ibu-anak akan terjalin kuat, sehingga jika
ibu berjauhan dengan bayi maka akan terus terbayang saat-saat dimana
dia menyusui bayinya dan ibu merasa dibutuhkan oleh ibu
33
f. Mempercepat kembali ke berat badan semula
Dengan menyusui seorang ibu akan sering terbangun malam dan terjaga
dari tidurnya sehingga menyebabkan berat badan akan kembali ke bentuk
sebelum hamil
g. Sebagai salah satu metode KB sementara
Metode Amenorhea Laktasi (MAL) merupakan metode kontrasepsi
sederhana yang bisa efektif digunakan tanpa alat kontrasepsi apapun
sampai ibu belum mendapatkan menstruasi
3. Manfaat ASI Bagi Keluarga
a. Mudah pemberiannya
Pembarian ASI tidak merepotkan seperti susu formula yang harus
mencuci botol dan mensterilkan sebelum menggunakan, sedangkan ASI
tidak perlu distrerilkan karena sudah steril
b. Menghemat biaya
Artinya ASI tidak perlu dibeli, karena bisa diproduksi oleh ibu sendiri
sehingga keuangan keluarga tidak banyak berkurang dengan adanya bayi
, bayi juga sehat dan jarang sakit
4. Manfaat ASI Bagi Negara
a. Menurunkan angka kesakitan ibu dan anak
Seperti yang dijelaskan di atas, ASI mengandung zat-zat kekebalan yang
bisa melindungi bayi dari penyakit sehingga resiko kematian dan
kesakitan akan menurun
34
b. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Hal ini disebabkan oleh bayi jarang sakit sehingga menurunkan angka
kunjungan ke rumah sakit yang tentunya memerlukan biaya untuk
perawatan
c. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula
Artinya keuangan untuk membeli susu formula bisa di alihkan untuk
membeli kebutuhan yang lain
d. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa
ASI mengandung docosahexaaenoic acid (DHA) dan arachidonic acid (AA)
yaitu asam lemak tak jenuh rantai panjang yang diperlukan untuk pembentukan
sel-sel otak yang optimal yang bermanfaat untuk kecerdasan bayi.(16)
Upaya Memperbanyak ASI
Produksi dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua hormon, yaitu prolaktin
dan oksitosin. Prolaktin memengaruhi jumlah produksi ASI, sedangkan oksitosin
mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Prolaktin berkaitan dengan nutrisi ibu,
semakain baik asupannya semakin baik nutrisinya, maka produksi yang dihasilkan
juga banyak. Namun demikian, untuk mengeluarkan ASI diperlukan hormon
oksitosin yang kerjanya dipengaruhi oleh proses isapan bayi. Semakin sering
puting susu diisap oleh bayi, maka semakin banyak pula pengeluaran ASI.
Hormon oksitosin sering disebut sebagai hormon kasih sayang. Hal ini disebabkan
karena sangat dipengaruhi oleh suasana hati, rasa bahagia, rasa dicintai, rasa
aman, ketenangan dan relaks.
35
Beberapa hal yang mempengaruhi produksi ASI adalah sebagai berikut :
1. Makanan
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap
produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan mengandung cukup gizi
dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan
lancar
2. Ketenangan jiwa dan pikiran
Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran
harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih, dan tegang
akan menurunkan volume ASI
3. Penggunaan alat kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui, perlu diperhatikan agar
tidak mengurangi produksi ASI. Contoh alat kontrasepsi yang bisa
digunakan adalah kondom, IUD, pil khusus menyusui atau suntik
hormonal 3 bulanan
4. Perawatan payudara
Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara sehingga
memengaruhi hipofisis untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan
oksitosin
5. Anatomi payudara
Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain
itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomi pappila mammae atau puting
susu ibu
36
6. Faktor fisiologi
ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin yang
menentukan produksi dan mempertahankan sekresi air susu
7. Pola istirahat
Pola istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila
kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat, maka ASI juga berkurang
8. Faktor isapan anak dan atau frekuensi penyusuan
Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi dan
pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi, frekuensi penyusuan
pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda
9. Berat bayi lahir
Berat bayi lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI
yang lebih rendah dibandingkan bayi yang berat lahir normal (>2.500gr)
10. Umur kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini
disebabkan bayi yang lahir prematur sangat lemah dan tidak mampu
mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi
yang lahir cukup bulan
11. Konsumsi rokok dan alkohol
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon
prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi
pelepasan adrenalin dimana akan menghambat pelepasan oksitosin
37
Tanda Bayi Cukup ASI :
1. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI
8 kali pada 2-3 minggu pertama
2. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih
muda pada hari kelima setelah lahir
3. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali sehari
4. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI
5. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis
6. Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa gatal
7. Pertumbuhan berat badab (BB) dan tinggi badan (TB) bayi sesuai dengan
grafik pertumbuhan.
8. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan
rentang usianya).
9. Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar akan bangun dan tidur
dengan cukup
10. Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian melemah dan tertidur pulas.
(17)
2.2.5. Penyebab Kegagalan Pemberian ASI eksklusif
1. Merasa ASI kurang
Para ibu merasa ASI nya kurang menduduki peringkat utama atau yang
terbanyak. Faktor penyebabnya ternyata bersifat psikologis. Yakni, ibu merasa
produksi ASI kurang, padahal sebenarnya bisa mencukupi kebutuhan bayi.
Ketidakpedean ibu sebenarnya bisa diatasi dengan diberi motivassi agar ibu lebih
38
yakin bahwa ia bisa memproduksi ASI sesuai kebutuhan bayi. Termasuk ibu yang
ingin menyusui bayi kembar sebenarnya kebutuhan ASI akan tercukupi.
2. Kurang memahami penatalaksanaan laktasi
Menyusui bayi dalam 30 menit setelah melahirkan, yang dilakukan di ruang
bersalin juga menentukan kelancaran proses berikutnya. Apabila ibu menjalani
operasi sesar pun bayi pun tetap disusui segera setelah lahir, kecuali ada kedala
medis. Tujuannya untuk memberikan perangsangan sesegera mungkin pada
payudara agar kegiatan produksi dan pengaliran ASI berjalan lancar. Bayi pun
dilatih menggunakan refleks mengisapnya sesegera mungkin agar dapat menyusui
bayi dengan lancar. Biasanya pada proses pertama kali bayi memang tidak
langsung mendapat ASI. Ada yang baru menyusui pada hari ke-3 ASI mengalir
keluar. Nutrisi yang dibawa bayi dari kandungan membuatnya mampu bertahan
hidup selama menunggu ASI keluar
3. Relaksasi
Relaksasi adalah suatu keadaan dimana ibu yang telah berhenti menyusui
ingin memulainya kembali. Ada beberapa situasi yang mendorong dilakukannya
relaksasi, berikutnya :
a. Bayi sakit dan sudah lama tidak menyusu kepada ibunya.
b. Bayi sudah diberikan makanan pendamping, tapi ibu ingin kembali meyusui
c. Ibu menderita sakit sehingga berhenti menyusu
d. Ibu merasa bersalah lantaran memberikan susu botol, padahal ASI adalah
yang terbaik bagi bayi
39
4. Sudah mendapat prelacteal feedling
Maksudnya ibu memberikan makanan atau minuman lain selain ASI terlalu
dini (dibawah 6 bulan). Contoh bayi diberi air putih, air gula dan bahkan susu
formula. Kekurangpahaman ibu akan manajemen laktasi juga berkaitan dengan
banyak tempat bersalin/rumah sakit yang kurang perduli akan manfaat ASI. Para
ibu yang melahirkan disana dan ASI nya tidak/belum keluar tidak di dukung oleh
petugas kesehatan yang malah memberikaan air putih atau susu formula. Selain
kehilangan manfaat ASI sejak fase kolostrum, bayi pun akan menghadapi masalah
seperti bingung puting. Ibu sendiri mengalami masalah payudara bengkak karena
tidak menyusui. Umumnya ibu yang mnyadari bahwa pemberian prelakteal tak
ada gunanya karena malah akan mengganggu proses menyusui, berusaha untuk
melakukan relaksasi.
5. Ibu bekerja
Para ibu bekerja umumnya paling sering mengalami persoalan manajemen
laktasi. Terutama ketika sudah harus kembali bekerja. Tentu saja ASI perah
jawabannya. Rancanglah pojok yang nyaman dan memenuhi privasi di ruangan
kantor. Lakukan setelah makan siang sebelum istirahat habis. Gunakanlah jari
atau alat perah. Jangan lupa bawa wadah ASI (bisa berupa beberapa botol susu
bayi). Tanpa pendinginan atau suhu ruangan, ASI bisa bertahan selama 6 jam.
Hitunglah lamanya waktu kerja setelah memerah dan perjalanan pulang ke rumah
Kalau lebih, bawalah termos es atau sediakan kulkas dan portabel dibawah meja
kerja ASI dapat bertahan lebih lama.
40
6. Kelainan Ibu
Yang dimaksud adalah persoalan fisik seputar menyusui, misal puting susu
lecet karena digigit, payudara bengkak, mastitis, dan abses. Yang cukup sering
terjadi, kasusu puting lecet karena posisi bayi menyusui kurang tepat atau bayi
menggigit puting, yang tentunya membuat ibu merasa sakit. Akhirnya ibu berhenti
menyusui. Sebenarnya ibu tidak usah berhenti menyusui. Karena berikutnya akan
muncul masalah baru lagi yaitu payudara bengkak. Yang perlu diperbaiki adalah
posisi menyusui. Lecet pada puting dapat sembuh dengan sendirinya bila masih
ringan. Akanmlebih membantu jika luka tersebut diolesi ASI sedikit. Jika parah
sampai timbul mastitis/abses mintalah obat dari dokter
7. Kelainan Bayi
Keluhan bayi sakit di klinik laktasi cukup banyak terjadi. Akibatnya, bayi
sulit untuk mendapat ASI eksklusif karena harus mengkonsumsi obat. Memang
demikian kondisinya, namun ibu dianjurkan untuk terus memberikan ASI selama
si kecil sakit. Jika ibu tidak dapat mendampingi bayinya setiap saat, titipkan susu
perahan sebanyak yang diperlukan sampai ibu datang menjenguk kembali kepada
perawat yang menjaga dan mengurus bayi. Mintalah padanya untuk memberikan
ASI dengan sendok
8. Kurang motivasi ibu/keluarga
Kurangnya motivasi baik dari ibu sendiri ataupun keluarga juga
menyebabkan proses menyusui terganggu. Misalnya, ketika si bayi rewel terus, ia
langsung diberi susu formula atau dot supaya tenang. Keluarga kurang
mendukung untuk memberi ASI secara eksklusif kepada bayinya. Untuk itu,
41
keluarga pun setidaknya perlu mendapatkan informasi atau manajemen ASI
sehingga program ASI dapat dilakukan.
9. Berat Badan Turun
Beberapa ibu mengeluhkan berat badan bayinya turun atau naik secara
cepat. Hal ini membuat ASI sering dipojokkan sebagai biang keladi bayi tak
tampak gemuk. Sebenarnya, tak masalah BB bayi turun sedikit atau naik secara
perlahan selama angkanya masih dalam batas normal. Jika masih sesuai dengan
grafik pertumbuhan, bayi masih dikatakan bayi yang sehat. Perlu diketahui,
umumnya BB bayi normal akan turun pada minggu-minggu pertama. Jadi ibu
tidak perlu khawatir.(18)
2.2.6. Cara Mengatasi Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif
1. Membangun rasa kepercayaan diri pada ibu agar ibu tidak merasa kalau ASI
yang diproduksinya kurang. Hal ini berhubungan psikologi ibu untuk itu
diperlukan rasa percaya diri ibu, agar bisa merasa pede pada saat menyusui.
Ada beberapa langkah untuk meningkatkan produksi ASI, diantaranya:
a. Pastikan ibu menyusui dengan posisi yang benar dan perlekatan yang
baik.
b. Memberikan kesempatan pada bayi untuk menyusui sesering mungkin
dan sesuai keinginan bayi. Kalau dihitung secara umum, dalam sehari
bisa 10-12 kali menyusui.
c. Bayi tidak diberikan dot/kompeng
d. Pastikan ibu mendapatkan asupan makanan yang bergizi dan minum
yang cukup
42
e. Usahakan untuk relaks dan istirahat cukup
f. Jangan lupa skin to skin contact, misalnya saat tidur bersama bayi atau
saat mengganti popoknya bila BAB/BAK
2. Memahami penatalaksanakan laktasi
Manajemen laktasi juga mencakup bagaimana cara menyusui yang benar dan
cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi
medis. Diharapkan ibu tak memberikan makanan dan minuman apapun selain
ASI kepada bayi baru lahir. Ini juga termasuk tidak memberikan
dot/kompeng kepada bayi yang diberi ASI perah.
3. Tidak memberikan makanan atau minuman kepada bayi selain ASI terlaludini
(dibawah 6 bulan)/ pralacteal feeding
Hal ini sangat berpengaruh besar pada bayi karena bayi akan terbiasa dengan
makanan dan minuman yang diberikannya terlalu dini, sehingga hal ini akan
mempengaruhi proses menyusui.
4. Mengatasi kelainan yang terjadi pada ibu
Yang dimaksud adalah persoalan fisik seputar menyusui, misal puting lecet
karena digigit, payudara bengkak, mastitis dan abses. Ada beberapa cara agar
masalah ini dapat diatasi, diantaranya :
a. Berikan perhatian pada bayi terutama saat ia menyusu agar terjalin
perlengkapan yang baik
b. Bila bayi tampak mengubah posisi mulutnya dan bersiap menggigit,
segera lepaskan payudara dengan memasukkan jari kelingking ke sudut
mulutnya sehingga pengisapan terhenti
43
c. Pindahkan bayi dari payudara sehingga bayi tak berada pada posisi
menyusu lagi
d. Dorong bayi lebih mendekat ke payudara hingga hidungnya terhalang
dan ia melepas puting untuk bernafas dengan mulutnya. Sedikit trik
“jahil”ini tidak mengapa dilakukan pada bayi demi melindungi puting
dan kelancaran proses menyusui berikutnya
5. Memberikan ASI dengan sendok kepada bayi yang kondisinya tidak
memungkinkan untuk disusui, seperti bayi yang harus dirawat dirumah sakit.
6. Memberikan motivasi ibu/keluarga dalam menyusui bayinya
Hal ini sangat penting karena kurangnya motivasi baik dari ibu sendiri
ataupun keluarga juga menyebabkan proses menyusui terganggu . (19)
2.2.7 Pijat Oksitosin
1. Defenisi Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari
nervus 5-6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf parametis untuk
menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar. (20)
Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin pada sepanjang tulang belakang
(vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk
merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan. (21)
2. Manfaat Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau
refleks let down. Selain untuk merangsang let down manfaat pijat oksitosin adalah
44
untuk memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement)
mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin,
mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit. (7)
Fungsi hormon oksitosin dapat juga bermanfaat sebagai pengobatan untuk
sejumlah kondisi, termasuk depresi, kecemasan dan masalah usus. Hal ini juga
terkait dengan empati, kepercayaan, aktivitas seksual, dan membangun hubungan,
hal ini kadang-kadang disebut sebagai” hormon cinta” karena kadar oksitosin
meningkat saat memeluk dan orgasme.
3. Langkah-langkah Pijat Oksitosin
Cara pijat oksitosin, yaitu dengan cara :
a. Bidan mencuci tangan
b. Menstimulasi puting susu : menarik puting susu dengan pelan-pelan,
memutar puting susu dengan perlahan dengan jari-jari
c. Mengurut atau menghisap ringan payudara dengan ringan dengan
menggunakan ujung jari
d. Bebaskan punggung ibu dari pakaiannya
e. Kedua jari pemijat dicelupkan ke dalam baby oil atau minyak zaitun, lalu
lakukan gerakan pemijatansepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai
tulang costae kelima-keenam pada punggung, tepatnya disamping tulang
punggungny
f. Lakukakan gerakan melingkar pada kedua ibu jari dari atas sampai ke
bawah, lakukan untuk beberapa kali sampai ibu merasakan lebih rileks
45
g. Kemudian bisa mengecek pengeluaran ASI dengan memencet puting
payudara ibu.
Tanda-tanda yang dirasakan apabila refleks oksitosin aktif :
a. Pertama, sesaat sebelum atau selama proses menyusui timbul
sensasi digigit atau kesemutan (gelenyar) serta seolah seperti
diperas pada payudara Ibu.
b. ASI kemudian akan mengalir deras ketika Ibu memikirkan
bayinya atau mendengar buah hati menangis.
c. Ketika salah satu bagian payudara dihisap bayi, maka bagian
satunya juga meneteskan ASI.
Menstimulasi Hormon Oksitosin :
Hormon oksitosin tersebut dihasilkan jika ujung syaraf di sekitar payudara
distimulasi oleh isapan si kecil. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju
payudara, yang akan menstimulasi otot di sekeliling alveoli dan memeras ASI
keluar dari alveolus menuju sinus laktiferus. ASI yang terdapat di dalam sinus
laktiferus hanya dapat dikeluarkan oleh ibu atau si kecil.
Oksitosin terbentuk lebih cepat dibandingkan prolaktin. Kondisi ini yang
menyebabkan ASI di payudara mengalir untuk dihisap. Oksitosin mulai bekerja
saat ibu sudah merasa ingin menyusui, walaupun si kecil belum menghisap
payudara.
Oksitosin berperan penting dalam membuat uterus berkontraksi setelah
persalinan, sehingga membantu pendarahan yang terjadi pada ibu, walaupun
terkadang mengakibatkan rasa nyeri. Si kecil akan mengalami kesulitan untuk
46
mendapatkan ASI jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik. Payudara
seolah-olah berhenti memproduksi ASI, padahal payudara memproduksi ASI.
Meningkatkan Hormon Oksitosin :
1. Perasaan sayang ibu kepada bayinya
2. Peran ayah yang mendukung dalam mengasuh bayi, seperti turut serta
memandikan, mendendankan lagu, bermain bersama si kecil, membantu
menggantikan popok bayi. Ayah juga dapat membantu menggendong bayi,
serta membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga
Produksi Hormon Oksitosin akan berkurang jika :
1. Ibu merasa khawatir, kesal, marah, bingung dan sedih
2. Rasa sakit yang dirasakan saat menyusui si kecil
3. Ibu merasa khawatir akan bentuk tubuh
4. Perasaan khawatir ibu meninggalkan bayinya karena harus kembali bekerja
5. Saat ibu merasa ASI yang dimilikinya tidak cukup untuk si kecil.(18)
4. Mekanisme Hormon Oksitosin Dapat Mempengaruhi Produksi ASI
Laktasi merupakan keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI
diproduksi, disekresi, dan pengeluaran ASI sampai pada proses bayi menghisap
dan menelan ASI. Oksitosin berfungsi mengencangkan otot halus disekitar alveoli
untuk memeras ASI menuju saluran susu, oksitosin berperan dalam proses
turunnya susu let-down atau milk ejectoin reflex. Rangsangan yang ditimbulkan
bayi saat menyusu diantar sampai bagian belakang kelenjar hipofise yang akan
melepaskan hormon oksitosin masuk ke dalam darah. Oksitosin akan memacu
otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktuli berkontraksi sehingga
47
memeras air susu dari alveoli, duktuli, dan sinus menuju putting susu.(18)
2.2.8 Ibu Post Partum
Masa post partum adalah masa sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar dan
lepas dari rahim sampai 6 minggu berikutnya disertai pulihnya kembali organ-
organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti
perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan. (15)
Tahapan Masa Nifas
1. Periode immediate postpartum atau puerperium Dini adalah masa segera
setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat
banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh sebab itu,
bidan harus dengan teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lokhea, tekanan darah dan suhu.
2. Periode intermedial atau Early postpartum (24-1 minggu). Di fase ini bidan
memastikan involusio uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan,
lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan
dan cairan, serta ibu dapat menyusui bayinya dengan baik.
3. Periode late postpartum (1-5minggu). Di periode ini bidan tetap melakukan
perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB. (22)
2.3. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep yang ada, maka disusun suatu hipotesis
yang merupakan jawaban sementara dari pernyataan penelitian yaitu sebagai
barikut:
48
Ha : Ada Pengaruh pijat Oksitosin Terhadap Peningkatan Produksi ASI
pada ibu post partum di Klinik Kurnia kecamatan Medan Denai Tahun 2018.
49
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desainpenelitian yang digunakan adalah Eksperimen semu (quasi
eksperimental)dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancanganpretes andposttest without control groupyaitu suatu desain penelitian
dengan melakukan observasi sebelum dan sesudah eksperimen.Setiap sampel
akan dilakukan pijat oksitosin 3 hari berturut-turut selama 15- 20 menit, pada hari
pertama sebelum dilakukan pijat oksitosin, ASI akan diperah dan di ukur dengan
menggunakan dot atau gelas ukur (pre test) sebelum diperah terlebih dahulu Ibu
menyusui bayinya, setelah 2 jam kemudian dilakukan pre test, untuk mengetahui
produksi ASI sebelum dilakukan pijat oksitosin.Pada hari ke 3 akan dilakukan
Post test (setelah dilakukan pijat oksitosin) yaitu dengan menyuruh Ibu menyusui
bayinya, setelah 2 jam disusui akan dilakukan pijat oksitosin selama 15-20 menit
setelah itu ASI akan diperah dan diukur menggunakan dot atau gelas ukur untuk
mengetahui produksi ASI setelah dilakukan pijat oksitosin.
Penelitian ini untuk melihat pengaruh pijat oksitosin dengan peningkatan
produksi ASI pada Ibu Post Partum di Klinik Kurnia Kecamatan Medan Denai
tahun 2018.
50
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Klinik Kurnia Kecamatan Medan Denai, jalan
industri No.64 Mandala. Adapun alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena
masih banyak ibu post partum yang tidak memberikan ASI karena produksi ASI
nya sedikit.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan juli-oktober 2018, yaitu survei awal,
pengajuan judul, pengambilan data, konsul proposal, acc sidang proposal sampai
dengan penelitian.
3.3. Populasi Dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah kumpulan elemen-elemen yang mempunyai karakteristik
tertentu yang sama dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi
anggota sampel.
Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu post partum hari 4 – 40 hari di
Klinik Kurnia Kecamatan Medan Denai pada bulan juli- oktober 2018 sebanyak
20 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian yang dimiliki oleh populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Menggunakan sampel
51
eksperimen sederhana dengan jumlah sampel sebanyak 5 responden. Dalam
penelitian ini yang menjadi sampel adalah Ibu Post Partum hari 4-40 hari di
Klinik Kurnia Kecamatan Medan Denai Tahun 2018. (23)
Kriteria dalam pengambilan sampel meliputi :
1. kriteria Inklusi
Merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subjek agar dapat
diikutsertakan ke dalam penelitian.
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Ibu tidak menggunakan pelancar ASI
2. Ibu tidak sedang sakit
3. Ibu bersedia menjadi responden
2. Kriteria Eksklusi
Merupakan keadaan yang menyebabkan subjek yang memenuhi kriteria
eksklusi tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian
Adapun kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah :
1. Ibu post partum mempunyai kelainan pada bagian punggung Ibu
2. Ibu post partum yang menolak jadi responden
3.4. Kerangka Konsep
Penelitian ini menggunakan dua variable yaitu satu variabel bebas (variabel
independent) atau variabel X dan satu variabel terikat (variabel dependent) atau
variabel Y. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pijat oksitosin, sedangkan
variabel terikat adalah Peningkatan produksi ASI. Hubungan dari kedua variabel
adalah seperti gambar 3.1. sebagai berikut:
52
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 3.1 Kerangka Konsep
3.5. Defenisi Operasional Dan Aspek Pengukuran
3.5.1.Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah batasan yang digunakan untuk mengidentifikasi
variabel-variabel atau faktor-faktor yang mempengaruhi variabel pengetahuan.
Pijat Oksitosin : Pijat oksitosin merupakan pemijatan pada
sepanjang tulang belakang ( vertebra ) dan
merupakan usaha untuk merangsang hormon
oksitosin setelah melahirkan
Peningkatan Produksi ASI :Meningkatnya jumlah volume ASI yang dihasilkan
Ibu,yang diukur dengan cara menampung ASI
sebelum dilakukan perlakuan dan setelah dilakukan
perlakuan adakah peningkatan produksi asi
3.5.2. Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran adalah aturan-aturan yang meliputi cara dan alat ukuran
(instrumen), hasil pengukuran, kategori, dan skala ukur yang digunakan untuk
menilai suatu variabel.
Peningkatan Produksi
ASI
Pijat Oksitosin
53
Tabel.3.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen (X variabel) dan Dependen (Y Variabel)
No Nama Variabel Cara dan alat ukur
Skala pengukuran
Value Jenis Skala Ukur
1
Variabel X
Pijat Oksitosin
-
-
-
2
Variabel Y
Peningkatan Produksi asi
menggunakan botol susu (Dot) atau gelas ukur (cc)
-
-
Rasio
3.6. Metode Pengumpulan Data
3.6.1. Jenis Data
1). Data Primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari pesponden
ibu post partum di Klinik Kurnia Kecamatan Medan Denai Tahun 2018.
2). Data Sekunder dalam penelitian ini adalah pengumpulan data rekam medik
yang diambil dari Klinik Kurnia Kecamatan Medan Denai Tahun 2018.
3). Data tertier dalam penelitian ini dari naskah yang telah dipublikasikan
seperti dari WHO, UNICEF, Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016, Profil
Kesehatan Sumatra Utara tahun 2016.
3.6.2. Teknik Pengumpulan Data
1) Data Primer dalam penenlitian ini adalah data yang langsung diperoleh dari
langsung dari responden
2) Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari data Ibu
Post Partum hari ke 4-40 diklinik Kurnia Kecamatan Medan Denai tahun
2018
54
3) Data tertier adalah data yang diperoleh dari naskah yang sudah
dipublikasikan yaitu sperti jurnal terdahulu.
3.7. Metode Pengolahan Data
Data yang terkumpul diolah dengan komputerisasi dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data (Collecting)
Mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner, angket, maupun
observasi
2. Memeriksa (Checking)
Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar
observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan
data memberikan hasil yang valid dan reliabel, dan terhindar dari bias.
3. Membuat kode (Coding)
Pada langkah ini penulis melakukan pemberian code pada variabel-variabel
yang diteliti.
4. Memasukkan data (Entering)
Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang
masih dalam bentuk “Kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam
program komputer yang digunakan peneliti yaitu SPSS.
5. Memproses data (Processing)
Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah
sesuai dengan kebutuhan dari peneliti.
55
3.8. Teknik Analisa Data
Untuk menganalisa data yang diperoleh semua data yang ada diolah
menggunakan program komputer atau uji statistik. Teknik analisan dapat juga
hanya dengan dipresentase, tabel atau diagram.
3.8.1. Analisa Univariat
Analisa univarat adalah teknik analisa data dengan menyederhanakan atau
memudahkan interpretasi data ke dalam bentuk penyajian baik tekstular maupun
tabular menurut variabel yang diteliti.Analisa data ini dilakukan untuk
memperoleh distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel yang diteliti.
3.8.2. Analisa Bivariat
Analisi bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pijat
oksitosin terhadap peningkatan Produksi ASI pada Ibu post partum di Klinik
Kurnia Kecamatan Medan Denai tahun 2018. Untuk itu dilakukan uji normalitas
yang dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak
normal, jika data tidak normal maka uji yang digunakan dengan menggunakan
Wilcoxon Rank Rest, jika data terdistribusi secara normal maka uji yang
digunakan adalah uji t test.
Sebelum dilakukan uji hipotesis sebelumnya dilakukan pengujian prasyarat
prasyarat analisis data, yaitu uji normalitas untuk mengatahui apakah data yang
diperoleh berdistribusi normal atau tidak.
Uji prasyarat analisis data, sebelum melakukan teknik analisis statistik yang
akan digunakan, terlebih dahulu memeriksa keabsahan sampel, yaitu dengan uji
normalitas. Uji normalitas data perlu dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
56
yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam
penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji Shapiro-Wilk(untuk
sampel berskala kecil). Adapun pengolahan datanya menggunakan sistem
komputerisasi melalui program aplikasi SPSS dengan ketentuan bahwa :
1) Apabila nilai signifinancy P > ά (0,05) maka Ho ditolak atau dapat
disimpulkan bahwa distribusi pada data tersebut adalah normal
2) Apabila nilai signifinancy P < ά (0,05) maka Ho diterima atau dapat
disimpulkan bahwa distribusi pada data tersebut tidak normal
Namun dalam penelitian, uji t dilakukan dengan menggunakan
komputerisasi melalui program SPSS (tidak dilakukan secara manual) dengan
parameter uji sebagai berikut :
1) Jika t tabel ≤ t hitung maka Ho diterima, dan Ho ditolak
2) Jika t tabel ≥ t hitung maka Ho ditolak, dan Ha diterima
Apabila hasil uji normalitas menyatakan bahwa distribusi pada data tersebut
tidak normal, maka analisa data dilakukan dengan menggunakan Wilcoxon Test.
Top Related