1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perpustakaan memiliki peran penting dalam menunjang kegiatan belajar
mengajar dalam sebuah lembaga pendidikan, keberadaan perpustakaan merupakan
bukti konkret kepedulian sekolah untuk mewujudkan peserta didik yang mandiri
dalam belajar melalui pemanfaatan perpustakaan.1 Oleh karena itu pemberdayaan
perpustakaan perlu dilakukan agar dapat berjalan sebagaimana fungsinya dalam
mendukung proses pembelajaran. Salah satu lembaga pendidikan yang ikut perlu
memberdayakan adanya perpustakaan sekolah adalah MTs Negeri Bawu.
Perpustakaan di MTs Negeri Bawu juga tidak lepas dari persoalan
perpustakaan pada umumnya. Keberadaan perpustakaan sekolah hanya sebagai
pelengkap, sehingga apabila ada pertanyaan apakah sekolah mempunyai
perpustakaan dengan tegas menjawab “ada” namun adanya perpustakaan dengan
kondisi yang memprihatinkan, kondisi bangunan yang kurang bagus, bahkan ada
perpustakaan sekolah yang terbuat dari triplek yang disekat dengan bangunan lain
serta perlengkapan perpustakaan sekolah seadanya, buku koleksi sekolah terbatas
dan jam pelayanan hanya ada saat jam istirahat sekolah, disamping itu letak
bangunan perpustakaan sekolah di belakarng, serta pengelola tidak berlatar
belakang pendidikan perpustakaan.
1 Yusuf, Pawit M. Dan Suhendar, Yaya. 2013. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah.Jakarta : Kencana Prenada Media.114
2
Siswa tidak tertarik masuk ke perpustakaan sekolah. Siswa lebih memilih
pergi ke kantin. Siswa ke perpustakaan sekolah karena ada tugas dari guru yang
bahan tugasnya ada di perpustakaan. Mereka tidak kembali lagi ke perpustakaan
sekolah setelah tugas dari guru selesai. Siswa tidak mempunyai kebutuhan lain di
perpustakaan sekolah selain menyelesaikan tugas dari guru.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwa “perpustakaan adalah institusi
pengelola koreksi karya tulis, karya cetak dan atau karya rekam secara profesional
dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian,
pelestarian, informasi dan rekreasi pada pemustaka”. Dalam proses belajar mengajar
perpustakaan sekolah mempunyai peran besar, sehingga kreatifitas dan kualitas
pendidikan bisa ditingkatkan. Kehadiran perpustakaan sekolah sangat menunjang
terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan akan tercapai, salah
satunya apabila siswa dan warga sekolah gemar membaca di perpustakaan. Oleh
karena itu peran kepala sekolah, petugas perpustakaan, guru harus mewujudkan
perpustakaan yang atraktif, inovatif, efektif dan efisien. Perpustakaan sekolah harus
dikelola secara tepat oleh tenaga profesional.
Perpustakaan sekolah didirikan bukan untuk sekedar menyimpan buku-
buku, majalah, dokumen, ataupun rekaman saja. Tetapi lebih dari itu perlu diatur
bagaimana menyatukan dan menyelaraskan komponen-komponen yang ada dalam
mengelola perpustakaan sekolah, komponen-komponen tersebut antara lain sumber
daya manusia, material dan keuangan. Komponen sumberdaya manusia antara lain
terdiri dari peran kepala sekolah, pustakawan, siswa dan guru. Komponen lain yang
3
perlu diperhatikan dalam pengelolaan perpustakaan sekolah adalah sumber daya
material, komponen material terdiri diri gedung, mebeler, buku, dll. Sedangkan
komponen penunjang pengelolaan perpustakaan sekolah adalah sumber daya
keuangan. Sumber daya keuangan dalam pengelolaan perpustakaan sekolah berasal
dari pemerintah melalui APBD, masyarakat dan sponsor.2
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen sumber daya manusia yang
ikut andil memiliki otoritas dan wewenang dalam mengsukseskan dan
memperdayakan perpustakaan sekolah, perannya dalam memperdayakan
perpustakaan menentukan maju tidaknya perpustakaan sekolah. Peran kepala
sekolah merupakan perilaku yang dimiliki oleh kepala sekolah yang harus
dijalankan sesuai dengan kedudukan kepala sekolah sebagai pemimpin. Menurut
Nurkolis (2003: 119) Kepala sekolah memiliki peran sebagai educator, manager,
administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator yang disingkat dengan
EMASLIM. 3
Inovator merupakan salah satu peran kepala sekolah yang paling dominan
menentukan keberhasilan pemberdayaan perpustakaan sekolah. Kepala sekolah
hendaknya mampu melakukan berbagai inovasi untuk menimbulkan daya tarik bagi
semua komponen sekolah agar dengan kesadaran diri mau datang ke perpustakaan
sekolah. Peran kepala sekolah sebagai inovator perlu melakukan pembaharuan-
pembaharuan secara tersistem yang dapat memfungsikan perpustakaan sebagai
penunjang pembelajaran, ini artinya bagaimana guru dalam meningkatkan
2 Partowo, Andi. 2012. Manajemen Perpustakaan Sekolah Profesional. Yoggjakarta: Divapress.733 Nurkolis, 2003, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi, Jakarta: PT GramediaWidiasarana Indonesia.hlm. 116
4
profesionalismenya dan siswa dalam meningkatkan pemahaman materi kelas
mampu memaksimalkan perpustakaan sebagai pendukung (Yusuf, 2013: 23)
Peran kepala sekolah sebagai motivator perlu melakukan berbagai cara
untuk memotivasi semua warga sekolah agar aktif memanfaatkan perpustakaan.
Motivasi kepala sekolah merupakan daya dorong bagi warga sekolah dalam
pemanfaatan perpustakaan. Motivasi ekstrinsik maupun instrinsik perlu
dikembangkan dan dihidupkan kepala sekolah dilingkungan sekolah. Pemberian
motivasi oleh kepala sekolah secara psikologis akan memberikan pengaruh besar
terhadap perubahan paradigma warga sekolah, perubahan atas pemahaman akan
fungsi perpustakaan yang tidak sekedar sebagai tempat menyimpan buku-buku
bacaan tetapi lebih dari itu perpustakaan adalah sebagai sarana pembelajaran
mandiri bagi siswa dan guru serta seluruh warga sekolah dalam meningkatkan
wawasan dan pengetahuan (Yusuf, 2013: 23).4
Peran kepala sekolah sebagai motivator dan inovator menjadi penting dalam
mempengaruhi maju tidaknya perpustakaan sekolah, peran kepala sekolah sebagai
leader pemimpinan juga menjadi bagian dari salah satu peran kepala sekolah yang
memberikan pengaruh terhadap kemajuan perpustakaan adalah peran sebagai
leader, di dalam perannya sebagai leader kepala sekolah memiliki tugas dan
tanggung jawab dalam mempengaruhi semua komponen agar memaksimalkan
potensi yang ada untuk bersama-sama memaksimalkan penggunaan perpustakaan.
4 Yusuf, Pawit M. Dan Suhendar, Yaya. 2013. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah.Jakarta : Kencana Prenada Media. Hlm.98
5
Perannya sebagai leader yang secara struktur jabatan sebagai top leader akan
dipatuhi oleh semua anggota yang dipimpinanya.
Peran kepala sekolah dalam pengelolaan perpustakaan di MTs Negeri Bawu
sebagaimana hasil study prapenelitian bahwa peran yang dilaksanakan sudah
maksimal beberapa peran yang telah dilakukan, namun dalam pemberdayaan
perpustakaan sekolah lebih dominan kepada tiga peran yaitu peran sebagai leader,
peran sebagai motivator dan peran sebagai innovator. Tiga peran tersebut dalam
studi pendahuluan menjadi peran yang nampak dalam mengelola dan
memberdayakan perpustakaan. Tiga peran kepala sekolah yang dilakukan untuk
memberdayakan perpustakaan sekolah bukan berarti peran yang lain tidak dilakukan
namun ketiga peran kepala sekolah sebagai leader, motivator dan innovator
merupakan peran yang paling sering dilakukan. Kepala sekolah sebagai leader
melakukan komunikasi dan pendekatan sebagai pemimpin kepada semua
stakeholder untuk bersama-sama memanfaatkan perpustakaan sekolah, bersamaan
dengan itu peran yang lain seperti motivator dan innovator juga diimplementasikan
untuk membuat suasana perpustakaan menjadi suatu tempat yang memiliki daya
tarik untuk dikunjungi.
Perpustakaan sekolah di MTs Negeri Bawu Jepara memiliki beberapa
keunikan dibanding dengan perpustakaan di Sekolah Dasar-Sekolah Dasar yang lain
diantaranya 1). Prestasi perpustakaan sekolah di MTs Negeri Bawu Jepara mampu
mengalahkan MI/SD se Kabupaten Jepara yaitu menjadi juara I lomba perpustakaan
tingkat kabupaten tahun 2012, dan juara II tingkat nasional pada tahun
2013, prestasi MTs Negeri Bawu Jepara di bidang perpustakaan juga diraih pada
6
tahun 2014 dengan dipercaya kabupaten Jepara untuk menjadi percontohan
perpustakaan SD Se-Kabupaten Jepara. Prestasi yang diraih di bidang perpustakaan
secara berturut-turut menunjukkan bahwa keunggulan perpustakaan sekolah yang
ada di MTs Negeri Bawu bukan secara kebetulan namun ada faktor-faktor yang
mempengaruhinya yang salah satunya adalah peran kepala sekolah. Kepala sekolah
konsisten dan berkelanjutan mulai masa jabatannya pada tahun 2009 sampai
sekarang mempromosikan fakta keunggulan perpustakaan.
Prestasi yang diraih MTs Negeri Bawu Jepara di mana sekolah tersebut
menjadi juara II tingkat nasional tahun 2013 serta pada tahun 2014 sebagai
perpustakaan percontohan tidak terlepas dari peran kepala sekolah. Kepala sekolah
mampu memperdayakan semua potensi dan sumber daya yang ada dalam mengelola
perpustakaan, guru difungsikan untuk memberi tugas kepada siswa agar mencari
bahan bacaan di perpustakaan. Petugas perpustakaan ditugaskan memberikan
pelayanan serta pendampingan maupun pendataan terhadap siswa yang berkunjung
di perpustakaan, sedangkan siswa oleh kepala sekolah dalam kunjungan kelas selalu
memberikan wawasan akan pentingnya membaca guna menumbuhkan
pengetahuan.
Kemampuan kepala sekolah dalam memfungsikan semua sumber daya
manusia dan potensi yang ada baik itu guru, siswa maupun petugas perpustakaan
serta berbagai upaya-upayanya yang gigih menjadikan perpustakaan sekolah di MTs
Negeri Bawu Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara menjadi sekolah juara II tingkat
nasional, yang merupakan kebanggaan di bidang perpustakaan. Berangkat dari
prestasi yang luar biasa itulah kemudian memotivasi penulis untuk melakukan
7
penelitian lebih mendalam agar dapat ditemukan fakta empiris tentang peran kepala
sekolah dalam keberhasilannya memberdayakan perpustakaan di MTs Negeri Bawu
Jepara. Oleh karena itu penelitian ini berjudul “Peran Kepala Sekolah dalam
Pemberdayaan Perpustakaan di MTs Negeri Bawu Kecamatan Batealit Kabupaten
Jepara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah
Bagaimana Peran Kepala Sekolah dalam memberdayakan perpustakaan di MTs
Negeri Bawu Jepara. Fokus tersebut dirinci sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peran kepala sekolah sebagai leader dalam meningkatkan
kualitas perpustakaan di MTs Negeri Bawu Jepara?
2. Bagaimanakah peran kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan
kualitas perpustakaan di MTs Negeri Bawu Jepara?
3. Bagaimanakah peran kepala sekolah sebagai inovator dalam meningkatkan
kualitas perpustakaan di MTs Negeri Bawu Jepara?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan peran kepala sekolah sebagai leader dalam
meningkatkan kualitas perpustakaan di MTs Negeri Bawu Jepara.
2. Untuk mendeskripsikan peran kepala sekolah sebagai motivator dalam
meningkatkan kualitas perpustakaan di MTs Negeri Bawu Jepara.
8
3. Untuk mendeskripsikan peran kepala sekolah sebagai inovator dalam
meningkatkan kualitas perpustakaan di MTs Negeri Bawu Jepara.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian pendidikan ini tentu ingin di dapat manfaat untuk kontribusi
dibidang pendidikan. Adapun lebih rinci manfaat dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk memperkaya
ilmu manajemen pendidikan relevansinya dengan peran kepala sekolah
memberdayakan perpustakaan sekolah sehingga ke depannya dapat digunakan
untuk menjadi bahan rujukan bagi pemangku kebijakan maupun praktisi
pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Diantara beberapa manfaat praktis dalam penelitian ini bagi beberapa
komponen pendidikan diantaranya:
a. Bagi Kementrian Agama
Dapat digunakan sebagai referensi dan pertimbangan dalam
pengambilan kebijakan terkait pengembangan perpustakaan di Madrasah
se-Kabupaten Jepara.
b. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi dan institusi
sekolah dalam mengembangkan lebih maksimal lagi perpustakaan sekolah,
9
serta sebagai bahan identifikasi akan kelemahan, kelebihan dan peluang
yang ada MTs Negeri Bawu Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara.
c. Bagi Pustakawan
Diharapkan penelitian ini memberikan manfaat bagi petugas
perpustakaan dalam mengembangkan lebih inovatif, kreatif dan dinamis
dalam mengelola dan melaksanakan tugas pelayanan di perpustakaan MTs
Negeri Bawu Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara.
d. Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini memberikan manfaat bagi peneliti untuk
lebih mendalami tentang peran kepala sekolah, sehingga nantinya dapat
diimplementasikan di satuan pendidikan yang dipimpin dalam menangani
masalah pemberdayaan perpustakaan.
E. Kajian Pustaka
Beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan tema dengan
penelitian ini diantaranya adalah:
1. Irawati, (2014) Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Pengelolaan
Perpustakaan di Sekolah Dasar, Jurnal Administrasi Pendidikan. Vol. 2
No.1, Juni 2014.
Pengelolaan perpustakaan sekolah dasar belum optimal selama ini,
karena kepala sekolah dan guru kurang memberikan perhatian yang serius
terhadap pengelolaan perpustakaan sekolah tersebut. Kurang optimalnya
pengelolaan perpustakaan sekolah oleh kepala sekolah disebabkan karena:
10
pelayanan perpustakaan sekolah belum memuaskan para pemakai jasa
perpustakaan, belum adanya sistem pengelolaan perpustakaan sekolah dasar
yang memadai, siswa belum memanfaatkan perpustakaan secara maksimal,
belum tertatanya dengan baik dan teratur perpustakaan sekolah yang ada saat
ini, minat baca siswa masih kurang untuk membaca buku di perpustakaan
sekolah, dan kurang adanya pengawasan dari kepala sekolah terhadap
penyelenggaraan perpustakaan sekolah.
Penelitian yang dilakukan Irawati dan penelitian ini sama mengkaji
tentang kepala sekolah, sedangkan penelitian ini meneliti kepala sekolah
dalam konteks pemberdayaan perpustakaan. Dalam konteks pemberdayaan
berarti melakukan berbagai upaya agar perpustakaan dimaksimalkan
pemanfaatannya, sedangkan pada konteks manajemen berarti manajemen
intern dalam organisasi perpustakaan sekolah tersebut.
2. Hafiza (2013) Peranan Perpustakaan Dalam Proses Pendidikan:
Berdasarkan Sudut Pandang Kepala Sekolah, Guru, Karyawan, Tenaga
Perpustakaan, dan Siswa di SMA Negeri 1 Sungayang Kabupaten Tanah
Datar, Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan Vol. 2, No. 1,
September 2013, Seri E.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah pertama, pembinaan
koleksi pada SMA Negeri 1 Sungayang belum berjalan secara optimal,
sehingga perpustakaan tersebut belum dapat menjalankan tugas pokok dan
fungsinya dengan benar. Kedua, kunjungan pemustaka yang masih sangat
jarang ke perpustakaan karena PerpustakaaN SMA Negeri 1 Sungayang
11
koleksinya belum dapat memenuhi kebutuhan informasi pemustakanya,
sarana dan prasarana yang kurang memadai dan ditambah lagi sumberdaya
manusia yang bekerja pada perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang belum
profesional pada bidang perpustakaan yang disebabkan oleh tenaga yang
mengelola perpustakaan tersebut hanya guru yang mengajar pada SMA
Negeri 1 Sungayang, bukan tenaga yang ahli dalam ilmu perpustakaan.
Selanjutnya ketiga, usaha yang dilakukan oleh pustakawan agar pemustaka
berminat untuk mengunjungi Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang
yaitunya (a) menata gedung perpustakaan agar menarik dan nyaman untuk
dikunjungi, (b) menyediakan sumber bacaan yang baru dan sesuai dengan
kebutuhan pemustaka, (c) fasilitas yang memadai, (d) menjadi pustakawan
yang professional dan kopten, serta pustakawan yang bersahabat dengan
pemustakanya.
Relevansinya penelitian di atas dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh penulis adalah sama-sama membahas objek perpustakaan
sekolah, peran perpustakaan sekolah dalam proses pendidikan dalam sudut
pandang kepala sekolah, namun penelitian oleh penulis perpustakaan pada
sudut pandang peran kepala sekolah dalam pemberdayaan.
3. A. Kahar (2009). Pola Strategi Sinergis Pengembangan Perpustakaan
Sekolah. Jurnal Tabularasa PPS Unimed Vol.6 No.2, Desember 2009.
Berdasarkan uraian diatas maka akhir dari tulisan ini dapat
disimpulkan bahwa: 1) Pengembangan Perpustakaan sekolah di Indonesia
dan khususnya di Sumatera Utara kurang mendapat perhatian yang serius
12
dari pemerintah, 2) Data mengungkapkan bahwa baru 32% Sekolah Dasar
yang memiliki perpustakaan sekolah, sedangkan untuk tingkat SLTP
sebanyak 63%, dengan sebaran yang tidak merata untuk tiap-tiap provinsi,
3) Kondisi koleksi buku, sarana dan prasarana, serta tenaga pengelola
profesional masih jauh dari harapan.
Sebagai solusi untuk efektifnya pengembangan perpustakaan
sekolah, ditawarkan satu konsep “Pola strategi sinergis” yang artinya adanya
satu pola dalam pengembangan perpustakaan sekolah yang terdiri dari 3
komponen yaitu : (1) komponen pemerintah (Dinas pendidikan daerah dan
BAPERASDA), (2) komponen Sekolah (pimpinan sekolah), dan (3) dan (3)
komponen masyarakat ( orang tua murid, perusahaan /pelaku bisnis dan
lainya) Ketiga komponen harus berkomitmen dan berkoordinasi serta
bekerja dalam suatu sistem yang memunculkan sinergi sebagai kekuatan
untuk mendorong terwujudnya pengembangan perpustakaan sekolah seperti
yang diharapkan.
Penelitian yang telah dilakukan Irawaty lebih condong kepada Pola
Strategi Sinergis Pengembangan perpustakaan sedangkan penelitian yang
akan dilakukan oleh penulis lebih condong kepada peran kepala sekolah
dalam pemberdayaan. Relevansinya dengan penelitian penulis adalah sama-
sama yang menjadi objek penelitian adalah perpustakaan.
4. Purwanti. (2013) Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Disiplin Kerja Guru dan Pegawai di SMA Bakti Sejahtera
13
Kecamatan Kongbeng Kabupaten Kutai Timur, e-Journal Administrasi
Negara, 2013, Vol. 1 (1): 210-224.
Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah di SMA Bakti Sejahtera
Kecamatan Kongbeng Kabupaten Kutai Timur: 1). Kepala sekolah sebagai
pemimpin yaitu kepala sekolah melakukan tanggung jawab melakukan
perbaikan dan pengajaran. Keadaan tersebut dilandasi oleh anggapan bahwa
tujuan utama penyelenggaraan pendidikan melalui sekolah adalah
terciptanya lingkungan yang kondusif, sehingga proses belajar mengajar
dapat tercapai secara efektif. 2).Kepala sekolah sebagai manager dalam
mempengaruhi guru untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Sebagai
manajer kepala sekolah harus mau dan mampu mendayagunakan seluruh
sumber daya sekolah dalam meningkatkan visi, misi dan mencapai tujuan
sekolah. 3). Kepala sekolah berperan sebagai pendidik mencakup dua hal
pokok yaitu sasaran atau kepada siapa perilaku sebagai pendidik itu
diarahkan dan bagaimana peran sebagai pendidik itu dilaksanakan. 4).
Kepala sekolah berperan sebagai administrator sangat diperlukan karena
kegiatan di sekolah tidak terlepas dari pengelolaan administrasi yang bersifat
pencatatan dan pendokumentasian seluruh program sekolah. Kepala sekolah
dalam perannya sebagai administrator dalam hal ini juga berkenaan dengan
keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak
terlepas dari faktor biaya. 5). Kepala sekolah berperan sebagai motivator
dengan memberikan motivasi kepada guru dan pegawai, serta mengatur
lingkungan fisik dan suasana kerja. Apabila guru dan pegawai
14
memiliki motivasi yang positif maka guru dan pegawai akan lebih
memperhatikan minat, mempunyai perhatian dan ikut serta dalam suatu
tugas dan pekerjaan. Dengan kata lain guru dan pegawai akan melaksanakan
pekerjaannya dengan baik apabila ada faktor motivasi dorongan yang tinggi
dari kepala sekolah.
Relevansinya penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan
penulis pada aspek kepala sekolah, hanya saja kepala sekolah dalam
penelitian Sri Purwanti lebih terfokus kepada peran kepala sekolah dalam
meningkatkan kedisiplinan terhadap semua tenaga kependidikan sedangkan
oleh penulis peran kepala sekolah difokuskan kepada pemberdayaan
perpustakaan sekolah.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi (gabungan), sifat analisis data dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan kepada makna dari pada generalisasi (Sugiyono,
2007: 1)
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan menggunakan perspektif deskriptif. Dalam penelitian ini
manusia sebagai sumber data utama dan hasil penelitiannya berupa kata-
15
kata atau pernyataan sesuai dengan keadaan sebenarnya (alamiyah). Hal ini
sesuai dengan pendapat Denzin dan Lincoln yang menyatakan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiyah,
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan
jalan melibatkan berbagai metode yang ada (Moelong, 2011: 5).
Pendekatan kualitatif ini digunakan untuk mendeskripsikan tentang
peran kepala sekolah dalam memberdayakan perpustakaan sehingga dapat
ditemukan secara kualitatif peran yang dilaksanakan sebagai pemimpin di
MTs Negeri Pecangaan di Bawu
2. Informan Penelitian
Informan penelitian merupakan sumber data yang dimintai
informasinya sesuai dengan masalah penelitian. Adapun yang dimaksud
sumber data dalam penelitian adalah kata-kata atau tindakan (Moleong, 2011:
157). Untuk mendapat data yang tepat maka perlu ditentukan informan yang
memiliki kompetensi dan sesuai dengan kebutuhan data. Karena penelitian ini
adalah untuk mencari dan mendeskripsikan temuan tentang peran kepala
sekolah. Oleh karena itu, diperlukan subjek yang memenuhi parameter yang
dapat mengungkap hal di atas sehingga memungkinkan data dapat diperoleh.
1. Kepala Madrasah, kepala Madrasah merupakan subyek yang paling utama
diteliti, karena kepala sekolah sebagai pelaku utama dalam memberdayakan
perpustakaan.
2. Guru, guru dalam penelitian ini merupakan orang yang ikut membantu
kepala sekolah dalam memberdayakan perpustakaan.
16
3. Pustakawan, pustakawan merupakan orang yang ikut andil dalam mengelola
perpustakaan oleh karenanya informasi akan banyak didapat dari subyek
tersebut.
4. Siswa, siswa merupakan pengguna manfaat dari perpustakaan yang ada,
artinya keberhasilan sekolah dalam memberdayakan perpustakaan dapat
diketahui informasinya dari siswa.
3. Lokasi dan Setting Penelitian
Penelitian ini berlokasi di MTs Negeri Pecangaan di Bawu. Peneliti
memilih MTs Negeri Pecangaan di Bawu sebagai tempat penelitian karena
sekolah ini memiliki prestasi dibidang kompetisi perpustkaan dimana pada
tahun 2013 juara II lomba perpustakan tingkat nasional, sedangkan pada tahun
2014 ditunjuk sebagai perpustakaan teladan se-Kabupaten Jepara.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menurut Arikunto (2010: 149) merupakan alat
bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan oleh
peneliti dalam hal ini adalah instrumen pokok dan instrumen penunjang.
Instrumen pokok adalah manusia itu sendiri sedangkan instrumen penunjang
adalah pedoman observasi dan pedoman wawancara. Adapun instrumen
penelitian yang menjadi alat untuk menggali data dalam penelitian ini
diantaranya
1. Instrumen pokok.
17
Instrumen pokok dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti
sebagai instrumen dapat berhubungan langsung dengan responden dan
mampu memahami serta menilai berbagai bentuk dari interaksi di
lapangan. Menurut Moleong (2011: 168) Kedudukan peneliti dalam
penelitian kualitatif adalah ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana,
pengumpulan data, analisis, penafsir data, pada akhirnya ia menjadi pelapor
hasil penelitiannya.
Untuk membantu peneliti sebagai instrumen pokok, maka peneliti
membuat instrumen penunjang. Dalam penyusunan instrumen penunjang
tersebut metode yang akan digunakan peneliti ditentukan oleh tujuan
penelitian, lokasi, pelaksana, biaya dan waktu, dan data yang ingin
diperoleh. Dari tujuan yang telah dikemukakan tersebut, dalam penelitian ini
menggunakan metode wawancara dan observasi dan dokumentasi. Setelah
ditentukan metode yang digunakan, maka peneliti menyusun instrumen
pengumpul data yang diperlukan untuk mengumpulkan data yang diperlukan.
2. Instrumen kedua dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara. Secara
umum, penyusunan instrumen pengumpulan data berupa pedoman
wawancara disusun berdasarkan fokus penelitian. Adapun jenis wawancara
dalam penelitian di MTs N Bawu adalah wawancara mendalam.
3. Instrumen ketiga dalam penelitian ini adalah pedoman observasi. Secara
umum, penyusunan instrumen pengumpulan data berupa observasi
18
dilakukan peneliti sebagai pedoman dalam melakukan pengamatan terhadap
perilaku dan tindakan subjek penelitian.
4. Instrumen ketiga adalah dokumentasi, instrumen ini digunakan untuk menjadi
pedoman dalam mencari data-data yang bersifat dokumen.
5. Sumber Data
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah dari informan dan
peristiwa-peristiwa yang diamati dalam penelitian, sedangkan data sekundernya
adalah segala macam bentuk dokumen yang dapat dijadikan bahan penelitian
terkait dengan peran kepala sekolah dalam memperdayakan perpustakaan
sekolah di MTs Negeri Pecangaan di Bawu.
Contohnya peristiwa yang diamati adalah kunjungan kepala sekolah di
perpustakaan, peminjaman buku oleh siswa, rapat koordinasi kepala sekolah
dengan pustakawan, untuk data sekunder seperti beberapa dokumen yang terkait
dengan dokumen perpustakaan sekolah seperti arsip anggota perpustakaan,
kepengurusan, maupun katalog buku perpustakaan.
Informan untuk memperoleh data dalam penelitian ini diantaranya
adalah:
1. Kepala sekolah MTs Negeri Pecangaan di Bawu, kepala sekolah sebagai
sumber informasi untuk menggali relevansinya dengan peran kepala
sekolah.
2. Pengelola perpustakaan; pustakawan atau pengelola perpustakaan
merupakan petugas perpustakaan yang akan digali informasinya berkenaan
dengan pelaksanaan administrasi dan tata kelola perpustakaan sekolah.
19
3. Guru: guru merupakan informan yang digunakan untuk menggali informasi-
informasi tentang peran kepala yang memfungsikan tenaga pengajar dalam
memberdayakan fungsi perpustakaan sekolah.
4. Siswa; sebagai sumber informasi siswa akan digali di dalam aktivitas
perpustakaan.
5. Orang tua, sumber informasi yang terakhir adalah orang tua sebagai wali
murid yang memantau perkembangan anak di rumah.
6. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara mendalam
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu. (Sugiyono, 2007: 317). Wawancara
dimaksud untuk mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian, kegiatan,
perasaan, motivasi dan kepedulian dan lain-lain, wawancara dilakukan
terhadap informan kunci (key informant).
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data
dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi
antara pengumpul data (Pewawancara) dengan sumber data (Responden)
(Adi, 2005; 72). Metode wawancara digunakan untuk mencari informasi
yang berhubungan dengan penelitian hingga informasi yang cukup bisa di
dapat dan dijadikan bahan di dalam penelitian ini. Masing-masing responden
akan diberikan pertanyaan untuk menjawab tiga fokus penelitian yaitu peran
kepala sekolah sebagai leader, motivator dan inovator.
20
b. Observasi
Observasi digunakan untuk memperoleh suatu data yang lengkap
dan rinci melalui pengamatan yang seksama, baik berupa keadaan fisik
maupun perilaku yang terjadi selama berlangsung penelitian. Pengamatan
mempunyai maksud bahwa pengumpulan data yang melibatkan interaksi
sosial adalah peneliti sebagai subyek maupun informan dalam suatu setting
selama pengumpulan data dilakukan secara sistematis tanpa menampakkan
diri sebagai peneliti (Sugiyono, 2007: 316).
Metode observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses biologi dan psikologis dan dua
diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah
melengkapi dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen dan
format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku
yang digambarkan akan terjadi (Arikunto, 2010; 272).
Tabel 3. Kegiatan yang Diobservasi
No Fokus Penelitian Kode Kegiatan Observasi
1 1. Peran kepala sekolah
sebagai leader dalam
memberdayakan
perpustakaan.
OB1 Koordinasi kepala sekolah
2 OB2 Motivasi kepala sekolah
kepada siswa di dalam kelas
tentang pentingnya membaca
di perpustakaan.
3 OB3 Aktivitas kepala sekolah
dalam melakukan penilaian
21
4 2. Peran kepala sekolah
sebagai motivator
dalam memberdayakan
perpustakaan.
3. Peran kepala sekolah
sebagai innovator
dalam memberdayakan
perpustakaan.
OB4 Aktivitas belajar siswa di
perpustakaan.
5 OB5 Kunjungan siswa di
perpustakaan
6 OB6 Kunjungan guru di
perpustakaan
7 OB7 Kunjungan Kepala sekolah di
perpustakaan
8 OB8 Bimbingan kepala sekolah
terhadap pustakawan
c. Dokumentasi
Jika data yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian dicari
dalam dokumen atau bahan pustaka, maka kegiatan pengumpulan data itu
disebut sebagai studi dokumen (Adi, 2005; 61). Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan data dari dokumen tertulis yang dimiliki oleh lembaga.
Dokumen dimaksud dapat berbentuk catatan nilai siswa, program kerja
sekolah, gambar (denah, foto dan data statistik) dan buku.
Tabel 4. Rencana Studi Dokumen
NoFokus
PenelitianKode
Studi
Dokumentasi
1 Peran kepala sekolahsebagai leader dalammemberdayakanperpustakaan.
Peran kepala sekolahsebagai motivator dalammemberdayakanperpustakaan.
DO1 Tata tertib perpustakaan
2 DO2 Kartu perpustakaan
3 DO3 Laporan data katalog buku
4 DO4 Notulen rapat
5 DO5 RKH Perpustakaan
6 DO6 RKT Perpustakaan
7 DO7 Anggaran Perpustakaan
22
8 Peran kepala sekolahsebagai innovator dalammemberdayakanperpustakaan
DO8 Prestasi kejuaraan perpustakaan
9 DO9 Kepengurusan perpustakaan
10 DO10 Piagam dan piala kejuaraanlomba perpustakaan
11 DO11 Data kunjungan siswa dan guru
7. Teknik Analisis Data
Analisa data merupakan salah satu yang sangat penting, setelah peneliti
memperoleh dan mengumpulkan data-data baik secara perilaku, simbol-simbol,
dokumen dan sebagainya. Langkah selanjutnya adalah menganalisa data
tersebut secara teliti dan cermat dengan mencari data dan mengaturnya secara
sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan dari pengamatan peran serta
dan bahan-bahan tersebut serta mengkomunikasi apa yang telah ditemukan
dalam penelitian.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
model analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992:
21) analisis tersebut terdiri tiga komponen analisis yang saling berinteraksi,
yaitu: reduksi data, penyajian data dan verifikasi data atau penarikan
kesimpulan. Apabila dirasa kesimpulan kurang mantap, maka peneliti kembali
ke lapangan untuk mengumpulkan data, dan seterusnya sampai diperoleh data
yang betul-betul mantap untuk dijadikan sebagai laporan penelitian. Untuk lebih
jelasnya analisis data dengan model interaktif tersebut dapat dilihat pada gambar
di bawah ini:
Gambar 1. Teknik Analisis Data Miles dan Huberman
Pengumpulan Data Penyajian Data
23
Reduksi Data Kesimpulan/Varifikasi
Dari hasil pengumpulan data, lalu data dinilai untuk kemudian direduksi
yaitu dirangkum dan dipilah hal yang pokok, difokuskan pada informasi yang
penting dan terkait dengan maksud tujuan penelitian. Reduksi data dilakukan
terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Setelah itu, data disajikan
untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu yang
relevan dan penting. Selanjutnya data menjadi bahan pertimbangan kesimpulan
akhir dari penelitian yang mampu menjawab rumusan masalah secara
menyeluruh.
Dari alur yang digambarkan di atas terlihat proses analisis data mulai
dari pengumpulan data kemudian data tersebut direduksi dan disajikan. Ketiga
proses ini saling terkait dan dapat diklasifikasi untuk memeriksa sampai
seberapa jauh keabsahan suatu data dan bagaimana kekuatan data tersebut
menggambarkan secara kualitatif dan menjawab permasalahan yang telah
dirumuskan.
24
G. Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan tesis adalah terdiri dari :
Halaman Depan yang berisi, Halaman Judul, Abstrak, Halaman Pengesahan,
Lembar Pernyataan Keaslian Tesis, Motto, Persembahan, Kata Pengantar, Daftar Isi.
Halaman Isi terdiri dari :
BAB I. PENDAHULUAN, berisi : Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, , Kajian Pustaka, Metodologi
Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II. LANDASAN TEORI, berisi : Kajian Teori yang terdiri Peran Kepala
Sekolah,
BAB III. DATA LAPANGAN TENTANG PERAN KEPALA MADRASAH
DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PERPUSTAKAAN DI MTsN
PECANGAAN DI BAWU, Sekilas tentang MTsN Pecangaan di Bawu,
Kondisi Perpustakaan MTsN Pecangaan di Bawu, Peran kepala dalam
memberdayakan Perpustakaan
BAB. IV ANALISIS PERAN KEPALA MADRASAH DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS PERPUSTAKAAN DI MTsN
PECANGAAN DI BAWU, berisi Analisis peran kepala sekolah dalam
meningkatkan kualitas perpustakaan.
BAB. V PENUTUP, berisi Kesimpulan, Saran-saran, Penutup, Halaman
Belakang, berisi Daftar Pustaka, Lampiran.
Top Related