BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit
licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan
kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan
keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di
negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika),plamond (Thailand), ikan keli
(Malaysia), gura magura (Srilangka), catretrang (Jepang). Dalam bahasa Inggris
disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Ikan lele tidak pernah
ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang
perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural,
yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele
berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada
musim penghujan. Ikan lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia.
Dibudidayakan di Thailand, India, Philipina dan Indonesia.
Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanind a la m Djatmika et al (1986)
adalah:
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : M e ta z o a
Phyllum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata
Klas : Pisces
Sub-klas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea
Familia : Clariidae
Di Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan:
1) Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera Barat),
ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan).
2) Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih
(Padang).
3) Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais
(Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat).
1
4) Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat),
kaleh (Kalimantan Selatan).
5) Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan penang
(Kalimantan Timur).
6) Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba), King cat fish,
berasal dari Afrika.
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara
komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di pulau jawa. Budidaya lele
berkembang pesat dikarenakan :
1. Dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar
tinggi
2. Teknologi budidaya relative mudah dikuasai masyarakat
3. Pemasarannya relative mudah dan modal usaha yang dibutuhkan relative rendah
Budidaya lele sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1m – 800m
dpi. Persyaratan lokasi baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik artinya
dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air budidaya
masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian di atas > 800m dpi.
Namun bila budidaya dikembangkan dalam skala masssal harus tetap memperhatikan
tata ruang, dan lingkungan social sekitarnya artinya kawasan budidaya yang
dikembangkan sejalan dengan kebijakan yang dilakukan pemda setempat. Budidaya
lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di kolam tanah,
bak tembok atau bak plastic. Budidaya di bak tembok dan bak plastic dapat
memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marginal lainnya. Sumber air dapat
menggunakan aliran iigasi, air sumur(air permukaan atau sumur dalam), ataupun air
hujan yang sudah dikondisikan terlebih dahulu. parameter kualitas air yang baik
untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut :
Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan lele berkisar antara 22-32 C. suhu air akan
mempengaruhi laju pertumbuhan. Laju metabolism ikan dan nafsu makan ikan serta
kelarutan oksigen dalam air. PH air yang ideal berkisar antara 6-9. Oksigen terlarut di
dalam air harus >1mg/l. budidaya ikan lele sangkuriang dapat dilakukan dalam bak
plastic, bak tembok atau kolam tanah. Dalam budidaya ikan lele di kolam yang perlu
diperhatikan adalah pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran
air.
2
2. Maksud dan Tujuan
Untuk itu maka kesempatan berinvestasi dalam pembudidayaan lele terutama lele
sangkuriang dengan segala kelebihannya perlu ditindaklanjuti, karena pasar yang
terbuka cukup lebar sehingga manfaat yang dapat di ambil besar diantaranya :
1) Sebagai bahan makanan baik lele segar maupun lele olahan (abon lele, nugget lele,
kerupuk lele dan lain-lain)
2) Ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk mengobati
penyakit asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing
darah dan lain-lain.
3. Visi dan Misi Usaha
a. Visi
Menjadi satu-satunya peternakan lele yang amanah, dengan lele berkualitas
tinggi, biaya rendah, permintaan tinggi, dan harga murah.
b. Misi
1) Memperbaiki kualitas gizi masyarakat Indonesia.
2) Menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran
3) Membantu meningkatkan jiwa wirausaha di kalangan muda
4) Menjadi salah satu perusahaan penyuplai kebutuhan lele di Jawa Barat
4. Lokasi Usaha
Lokasi usaha bertempat di Jalan Laswi Kp. Kawungsari RT 01/11 Kel.
Wargamekar Kec. Baleendah Kab. Bandung 40375
5. Factor kunci sukses
Kunci keberhasilan bagi budidaya lele adalah:
Budidaya menggunakan bibit lele sangkuriang yang merupakan bibit unggul
Kadaan kolam yang strategis
Managemen keuangan dan SDM yang professional
Disiplin dan bertanggung jawab dalam melaksanakan setiap pekerjaan yang
ditanggung
3
6. Gambaran Umum Bentuk Usaha
Kami adalah pembudidaya yang hanya melakukan pembesaran saja atau hanya
menghasilkan daging
Kami membeli benih kemudian membesarkannya dan menjualnya setelah
cukupuntuk dikonsumsi
Kami juga berencana untuk memproduksi makanan olahan dari lele seperti abon
lele,nugget,kerupuk,dll
7. Analisis pesaing
Pesaing
Banyaknya petani yang membudidayakan lele di wilayah Jawa Barat tidak membuat
kami pesimis karena faktanya lele yang dikomsumsi sehari-hari masih disuplai dari
luar Jawa Barat sehingga supplai dari Jawa Barat sendiri masih kurang
Resiko atau hambatan
Resiko yang dipertimbangkan dalam memulai dan mengembangkan usaha ini adalah:
1. Hama penyakit yang ada ketika budidaya berlangsung
2. Tingkat mortalitas(kematian) yang tinggi
3. Kedua resiko ini dapat diminimalisir dengan cara perawatan yang baik dan benar
berdasarkani bimbingan ahlinya.
Analisis SWOT
- Kelebihan
1. Masih tingginya permintaan pasar terhadap lele terlihat dari mahalnya
harga lele di pasar
2. Masih impornya perikanan Jawa Barat terutama lele dari luar kota
3. Memiliki cukup senggang untuk mengurus usaha
- Kekurangan
1. Keterbatasan modal yang dimiliki
2. Belum mampu untu melakukan pemijahan sendiri sehingga masih
membeli benih dari luar
4
Ruang Kesempatan yang Tersedia
1. Banyaknya penjual lele di pasar menjadi nilai tambah karena berarti lele
masih mudah dalam pemasaran
2. Belum banyaknya pengembangan hasil produk makan berbahan dasar lele
menjadi wilayah olah sendiri
Ancaman dan Penanggulangannya
Banjir menjadi ancaman besar terhadap segala jenis tambak tidak
terkecuali lele. Untuk itu sudah jelas kami mencari lahan yang aman
dari banjir.
Hama seperti berang-berang, ular, biawak dan kepiting menjadi
penting untuk diperhatikan karena menurunkan jumlah produksi.
Untuk itu kami menanggulanginya dari membuat pagar hingga
mengadakan jebakan guna mengurangi jumlah kerugian
Penyakit juga bisa menyerang perikanan, untuk itu kami menggap
penting untuk menganalisis kualitas air dan kemungkinan tumbuhnya
penyakitdikarenakan adanya bibit-bibit penyakit juga persiapan lahan
yang matang menjadi salah satu factor penekanan terhadap
penyerangan penyakit ini. Kami juga mengadakan pemeriksaan rutin
terhadap lele dikarenakan kemungkinan terserang wabah juga besar
sehingga penting untuk ditanggulangi
Analisis pengembangan
Dikarenakan masih tingginya permintaan pasar terhadap lele sehingga
untuk pengembangan lahan dalam jumlah besar masih dirasa
memungkinkan jika hanya mengincar pasar yang sudah ada
Menciptakan pasar sendiri juga dinilai penting guna menambah nilai
penjualan dengan mengolah hasil pembudidayaan jadi produk olahan
yang dapat dikonsumsi secara instan
Mencipatakan momentum dan prestis dari produk lele juga menjadi
marketing pada hasil olahan lele sehingga tertancap pada benak
konsumen bahwa suatu kebanggaan atau kebiasaan mengonsumsi lele
pada waktu tertentu, tentunya dalam pengolahan produk lele berbentuk
lain
5
BAB II
ASPEK YANG DIPERHATIKAN
1. Aspek Pasar
Jawa Barat menjadi pemasok utama ikan lele ke Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) rata-rata 100 ton per malam untuk melayani
warung-warung pecel lele di kawasan itu.
Jumlah pedagang pecel lele di Jabodetabek sekitar 25.000 kios. Rata-rata
permintaan 100 ton per malam, permintaan lele dari pedagang pecel lele itu sudah
berlangsung sejak lama sehingga produktivitas benih sangat menentukan untuk
menjaga kontinuitas pasokan. Permintaan 100 ton per malam itu baru dari
pedagang pecel lele di Jabodetabek, belum permintaan dari pedagang pecel lele di
sejumlah kota/kabupaten di Jawa Barat.
Potensi pasar lele cukup besar dan selama ini belum bisa terpenuhi. Budidaya lele
mudah dan bisa dilakukan dalam kondisi cuaca atau musim apapun. Pasokan lele
ke Jabodetabek dilakukan dari sejumlah daerah antara lain dari Subang, Bandung,
Purwakarta, Sukabumi dan Bogor.
Sejumlah daerah yang membutuhkan pasokan lele dalam jumlah besar lainnya
adalah Bandung, Cirebon, Tasikmalaya. Namun permintaan dari kawasan
Jabodetabek meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Permintaan
pasar terus meningkat, demikian halnya permintaan benihnya. Sehingga Jabar
belum bisa mengekspor benih seperti Jatim.
Pengembangan budidaya ikan lele meningkat sejak tahun 1985 sejak maraknya
jenis ikan lele dumbo, namun pengelolaan induk kurang baik sehingga lele dumbo
mengalami penurunan kualitas. Di Jawa Barat, khususnya di Balai Pengembangan
Budidaya Air Tawar (BPBAT) Cijengkol Subang telah dikembangkan pencetakan
induk lele sangkuriang dalam rangka memperbaiki kualitas.
2. Aspek Teknis
a. Persyaratan Lokasi
1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah
liat/lempung, tidak berporos, berlumpur dan subur. Lahan yang dapat
6
digunakan untuk budidaya lele dapat berupa: sawah, kecomberan, kolam
pekarangan, kolam kebun, dan blumbang.
2) Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang
tingginya maksimal 700 m dpl.
3) Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.
4) Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat
dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya.
5) Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi
tidak berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.
6) Ikan lele dapat hidup pada suhu 200 C, dengan suhu optimal antara 25-280
C. Sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-
300C dan untuk pemijahan 24-280 C.
7) Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya
cukup, sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O2.
8) Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri,
atau mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang dapat mematikan
ikan.
9) Perairan yang banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan
makanan alami. Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir.
10) Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau
daundaunan hidup, seperti enceng gondok.
11) Mempunyai pH 6,5–9; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal 100
ppm dan optimal 50 ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30–
60 cm; kebutuhan O2 optimal pada range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm
untuk yang dewasa sampai jenuh untuk burayak; dan kandungan CO2
kurang dari 12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29-157,56 mg/liter.
12) Persyaratan untuk pemeliharaan ikan lele di keramba :
a. Sungai atau saluran irigasi tidak curam, mudah dikunjungi/dikontrol.
b. Dekat dengan rumah pemeliharaannya.
c. Lebar sungai atau saluran irigasi antara 3-5 meter.
d. Sungai atau saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah
dipasang.
e. Kedalaman air 30-60 cm.
b. Penyiapan Sarana dan Peralatan
7
Dalam pembuatan kolam pemeliharaan ikan lele sebaiknya ukurannya tidak
terlalu luas. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan dan pengawasan.
Bentukdan ukuran kolam pemeliharaan bervariasi, tergantung selera pemilik
dan lokasinya. Tetapi sebaiknya bagian dasar dan dinding kolam dibuat
permanen. Pada minggu ke 1-6 air harus dalam keadaan jernih kolam, bebas
dari pencemaran maupun fitoplankton. Ikan pada usia 7-9 minggu kejernihan
airnya harus dipertahankan.
Pada minggu 10, air dalam batas-batas tertentu masih diperbolehkan.
Kekeruhan menunjukkan kadar bahan padat yang melayang dalam air
(plankton). Alat untuk mengukur kekeruhan air disebut secchi. Prakiraan
kekeruhan air berdasarkan usia lele (minggu) sesuai angka secchi :
- Usia 10-15 minggu, angka secchi = 30-50
- Usia 16-19 minggu, angka secchi = 30-40
- Usia 20-24 minggu, angka secchi = 30
c. Penjarangan:
1. Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran yang dilakukan karena ikan
lele berkembang ke arah lebih besar, sehingga volume ratio antara lele dengan
kolam tidak seimbang.
- Apabila tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan :
- Ikan berdesakan, sehingga tubuhnya akan luka.
- Terjadi perebutan ransum makanan dan suatu saat dapat memicu
mumculnya kanibalisme (ikan yang lebih kecil dimakan oleh ikan yang
lebih besar).
- Suasana kolam tidak sehat oleh menumpuknya CO2 dan NH3, dan O2
kurang sekali sehingga pertumbuhan ikan lele terhambat.
d. Pemberian pakan:
1. Minggu pertama diberi pakan F999 setiap hari.
2. Minggu ketiga diberi pakan F781-2 dan pakan tambahan setiap hari
3. Minggu kelima diberi pakan F781 dan pakan tambahan setiap hari
e. Pemeliharaan Pembesaran
1) Pemupukan
8
a. Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermaksud untuk
menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan
alami bagi benih lele.
b. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengan
dosis 500-700 gram/m2. Dapat pula ditambah urea 15 gram/m2, TSP 20
gram/m2, dan amonium nitrat 15 gram/m2. Selanjutnya dibiarkan
selama 3 hari.
c. Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan dibiarkan
selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi coklat
atau kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang
tumbuh sebagai makanan alami lele.
d. Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar. 2)
Pemberian Pakan
f. Pakan
a. Makanan Alami Ikan Lele
1. Makanan alamiah yang berupa Zooplankton, larva, cacing-cacing, dan
serangga air.
2. Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol. Diatome),
Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome),
ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).
3. Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.
4. Ikan lele juga menyukai kotoran yang berasal dari kakus.
b. Makanan Tambahan
1. Bangkai ayam dan ikan
2. Isi daleman ikan
3. Darah hewan
4. Keongmas dan bekicot
g. Pemberian Vaksinasi
Cara-cara vaksinasi sebelum benih ditebarkan:
a. Untuk mencegah penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan, lele yang
berumur 2 minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin dengan
dosis 200 ppm selama 10-15 menit. Setelah divaksinasi lele tersebut akan
kebal selama 6 bulan.
9
b. Pencegahan penyakit karena bakteri juga dapat dilakukan dengan menyutik
dengan terramycin 1 cc untuk 1 kg induk.
c. Pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan merendam lele
dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit.
h. Pemeliharaan Kolam/Tambak
a. Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m2 untuk
memberantas hama dan bibit penyakit.
b. Air dalam kolam/bak dibersihkan 1 bulan sekali dengan cara mengganti
semua air kotor tersebut dengan air bersih yang telah diendapkan 2 malam.
c. Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan dan
dilakukan pengapuran dengan dosis 200 gram/m2 selama satu minggu.
Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar kolam, kemudian
dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak.
d. Hama dan Penyakit
1. Hama
Hama pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung
mengganggu kehidupan lele.
Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang
lele antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga,
musang air, ikan gabus dan belut.
Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering
menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele secara
intensif tidak banyak diserang hama.
2. Penyakit
Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme
tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang
berukuran kecil.
a. Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas
hydrophylla
Bentuk bakteri ini seperti batang dengan polar flage (cambuk yang
terletak di ujung batang), dan cambuk ini digunakan untuk
bergerak, berukuran 0,7–0,8 x 1–1,5 mikron. Gejala: iwarna tubuh
menjadi gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan, bernafas megap-
megap di permukaan air. Pengendalian: memelihara lingkungan
10
perairan agar tetap bersih, termasuk kualitas air. Pengobatan
melalui makanan antara lain:
1) Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama
7–10 hari berturut-turut.
2) Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3–4 hari.
b. Penyakit Tuberculosis
Penyebab: bakteri Mycobacterium fortoitum). Gejala: tubuh ikan
berwarna gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada
hati, ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-
putar atau miring-miring, bintik putih di sekitar mulut dan sirip.
Pengendalian: memperbaiki kualitas air dan lingkungan kolam.
Pengobatan: dengan Terramycin dicampur dengan makanan 5–7,5
gram/100 kg ikan/hari selama 5–15 hari.
c. Penyakit karena jamur/candawan Saprolegnia.
Jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati
atau ikan yang kondisinya lemah. Gejala: ikan ditumbuhi
sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan
yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip,
dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut
diliputi benang seperti kapas. Pengendalian: benih gelondongan
dan ikan dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,5–3
ppm selama 30 menit dan telur direndam Malachyte Green Oxalate
0,1–0,2 ppm selama 1 jam atau 5–10 ppm selama 15 menit.
d. Penyakit Bintik Putih dan Gatal/Trichodiniasis
Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-
kadang amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut
Ichthyophthirius multifilis. Gejala: (1) ikan yang diserang sangat
lemah dan selalu timbul di permukaan air; (2) terdapat bintik-bintik
berwarna putih pada kulit, sirip dan insang; (3) ikan sering
menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam.
Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya.
Pengobatan: dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi
pada campuran larutan Formalin 25 cc/m3 dengan larutan
Malachyte Green Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12–24 jam,
11
kemudian ikan diberi air yang segar. Pengobatan diulang setelah 3
hari.
e. Penyakit Cacing Trematoda
Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing
Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus
menyerang kulit dan sirip. Gejala: insang yang dirusak menjadi
luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan
terganggu.
Pengendalian:
1) direndam PK 250 cc/m3 air selama 15 menit;
2) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam;
3) mencelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium -Permanganat
(KMnO4) 0,01% selama @30 menit;
4) memakai larutan NaCl 2% selama @ 30 menit; dapat juga
memakai larutanNH4OH 0,5% selama @ 10 menit.
f. Parasit Hirudinae
Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan.
Gejala: pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit,
sehingga menyebabkan anemia/kurang darah. Pengendalian: selalu
diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan
Diterex 0,5 ppm. 7.2. Hama
Kolam/Tambak Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus
dikontrol faktor penyebabnya, kemudian kondisi tersebut harus
segera diubah, misalnya :
1) Bila suhu terlalu tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air
diganti dengan yang suhunya lebih dingin.
2) Bila pH terlalu rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.
3) Bila kandungan gas-gas beracun (H2S, CO2), maka air harus
segera diganti.
4) Bila makanan kurang, harus ditambah dosis makanannya.
i. Panen
Penangkapan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan:
12
1) Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-
waktu dapat dipanen. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 200
gram/ekor.
2) Pada lele Dumbo, pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan
3-4 bulan dengan berat 200-300 gram per ekornya. Apabila waktu
pemeliharaan ditambah 5-6 bulan akan mencapai berat 1-2 kg dengan
panjang 60-70 cm.
3) Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu
kepanasan.
4) Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan
menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring.
5) Bila penangkapan menggunakan pancing, biarkan lele lapar lebih
dahulu.
6) Bila penangkapan menggunakan jaring, pemanenan dilakukan
bersamaan dengan pemberian pakan, sehingga lele mudah ditangkap.
7) Setelah dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa
selama 1-2 hari tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya
hilang.
8) Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali.
Pembersihan
Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:
1) Kolam dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur
sebanyak 20-200 gram/m2 pada dinding kolam sampai rata.
2) Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan
permanganat kalikus (PK) dengan cara yang sama.
3) Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan
sinar matahari langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit
yang ada di kolam.
j. Pascapanen
1) Setelah dipanen, lele dibersihkan dari lumpur dan isi perut ya. Sebelum
dibersihkan sebaiknya lele dimatikan terlebih dulu dengan memukul
kepalanya memakai muntu atau kayu.
2) Saat mengeluarkan kotoran, jangan sampai memecahkan empedu, karena
dapat menyebabkan daging terasa pahit.
13
3) Setelah isi perut dikeluarkan, ikan lele dapat dimanfaatkan untuk berbagai
ragam masakan.
3. Aspek SDM
Sumber Daya Manusia dilakukan oleh sendiri dengan melakukan konsultasi rutin
kepada ahlinya yang tergabung dalam Kelompok Tani Budidaya Lele
4. Aspek Sosial
Kebutuhan akan kecukupan gizi seperti protein yang tinggi di masyarakat mendorong
untuk mencari varian baru dari lauk berkadar protein tinggi yang terjangkau selain
telur. Ikan merupakan salah satu penyumbang protein selain telor.
5. Aspek Lingkungan
Penggunaan bahan obat penyakit dan penanggulangan hama harus dengan kadar
rendah hingga tinggi dengan melihat dampak yang terjadi di lingkungan budidaya.
Contoh Model budi daya Ikan Lele Menurut Jenisnya
A. Lele Dumbo
Peluang usaha Budidaya lele dumbo dengan kolam terpal dapat dilakukan dalam
beberapa bentuk antara lain, tujuan pembibitan dan tujuan konsumsi. Budi daya Ikan
Lele Dumbo sebagai bibit merupakan upaya memenuhi kebutuhan bibit yang terus
meningkat seiring dengan permintaan Ikan Lele Dumbo Konsumsi. Budidaya Ikan
Lele Dumbo Konsumsi merupakan upaya memelihara Ikan Lele Dumbo sampai
ukuran dan bobot tertentu. Biasanya dari berat 1 ons per ekor ikan lele dumbo sampai
1 kg per ekor. Ukuran Lele Dumbo 1 Kg /ekor ke atas biasanya digunakan pada
kolam pemancingan yang berisi Lele dumbo.
14
Salah Satu Model Kolam Terpal Lele Dumbo
Budidaya Lele Dumbo Untuk Pembibitan
Peluang Usaha Budidaya Lele dumbo Untuk tujuan pembibitan bisa dilakukan
antara lain:
Pemijahan dan penetasan telur lele dumbo, setelah menetas bisa dijual kepada
peternak lain untuk dibesarkan atau dipelihara lagi sampai besar. Karena bibit
lele dumbo baru menetas sudah bisa dijual, sehingga merupakan peluang
usaha bagi yang memilih menekuni bidang ini. Jika lahan yang tersedia
sempit solusi ini bisa menjadi alternatif. Modal untuk usaha ini hanya tempat
dan indukan lele dumbo. Bibit Lele dumbo baru menetas biasanya dihargai
berdasarkan perkiraan jumlah anakan Lele Dumbo, yang ditentukan
berdasarkan bobot induk dan jumlah induk Lele Dumbo.
Penyediaan Bibit Ukuran 2-3 cm, dalam kurun waktu satu bulan setelah
menetas bibit lele dumbo telah mencapai ukuran 2-3 cm dan siap untuk dijual
ke pasaran. Pembesaran benih lele dari menetas hingga ukuran ini idealnya
ditempatkan pada kolam lumpur atau sawah, sehingga memerlukan lahan
yang relatif luas. Meski di kolam terpal tetap bisa dilakukan tetapi tidak bisa
dalam jumlah yang besar, meski demikian peluang usaha tetap terbuka.
Pembesaran Lele Dumbo pada bak atau kolam terpal pada ukuran ini
memerlukan makanan tambahan berupa pelet buatan pabrik.
15
Penyediaan Bibit ukuran 5-7 cm, pada ukuran 5-7 cm benih lele dumbo siap
dijual sebagai bibit yang mendatangkan peluang usaha. Biasanya ukuran ini
dipelihara oleh peternak sampai ukuran layak konsumsi.
Pemeliharaan Lele Dumbo Untuk Konsumsi
Lele dumbo untuk keperluan konsumsi biasanya dipelihara mulai dari ukuran 5-7 cm
atau lebih besar, untuk hasil panen cepat bisa dilakukan dalam waktu 2 bulan dengan
pemberian makanan yang ekstra dan optimal. Peluang usaha budidaya lele dumbo
untuk konsumsi ini relatif lebih mudah karena ukuran lele yang besar lebih tahan
terhadap penyakit, dan tingkat hidup lebih tinggi. Untuk mendapatkan ukuran lele
dumbo yang lebih besar memerlukan waktu 3 sampai 4 bulan.
Persiapan Pembuatan Kolam Terpal
Persiapan untuk budi daya lele dumbo dengan kolam terpal meliputi persiapan lahan
kolam , persiapan material terpal ,dan persiapan perangkat pendukung. Lahan yang
perlu disediakan disesuaikan dengan keadaan dan jumlah lele yang akan dipelihara.
Untuk Pembesaran sampai tingkat konsumsi bisa digunakan lahan dengan ukuran 2 x
1x 0.6 meter, yang bisa diisi dengan 100 ekor lele dumbo ukuran 5-7 cm. Model
pembuatan kolam bisa dengan menggali tanah kemudian diberi terpal atau dengan
membuat rangka dari kayu yang kemudian diberi terpal. Cara pertama lebih membuat
terpal tahan lebih lama.
Pemeliharaan Lele Dumbo
Pertama kali kolam terpal diisi dengan air
yang tidak terlalu dalam terlebh dahulu,
untuk lele dumbo ukuran 5-7 cm bisa diisi
air 40 cm terlebih dahulu, agar ikan tidak
terlalu capek naik dan turun dasar kolam
untuk mengambil oksigen, seiring dengan
bertambahnya usia dan ukuran kedalaman
air ditambah. Perlu disediakan pula rumpon atau semacam perlindungan untuk lele.
Karena lele merupakan ikan yang senang bersembunyi di daerah yang tertutup.
Pemberian pakan dilakukan dengan pemberian pelet sehari dua kali, lebih bagus lagi
lebih dari dua kali tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit. Jika di lingkungan tersedia
pakan alami seperti Bekicot, kerang, keong emas, rayap dan lain-lain, bisa diberikan
16
makanan alami tersebut. Makanan alami selain bisa menghemat pengeluaran juga
memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga pertumbuhan lele dumbo lebih
cepat. Selain itu ada beberapa teknologi yang bisa dipakai untuk mempercepat
pertumbuhan ikan lele dan ikan lainnya.
Meski Lele dumbo tahan terhadap kondisi air yang buruk ada baiknya perlu diganti
air sekitar 10-30% setiap minggu, agar kolam tidak terlalu kotor dan berbau. Penyakit
pada ikan lele mudah menyerang pada air yang kotor. Pada usia satu bulan atau jika
diperlukan perlu dilakukan seleksi dan pemisahan lele yang memiliki ukuran yang
berbeda. Biasanya lele mengalami pertumbuhan yang tidak sama, sehingga jika tidak
dipisahkan lele dengan ukuran kecil akan kalah bersaing dalam berebut makanan.
Selain itu pisahkan jika ada ikan yang terindikasi terserang penyakit agar tidak
menular.
B. Lele Organik
“SISTEM LELE ORGANIK VERSI BANGUN“ perlu dikembangkan karena sistem
ini sudah memadai kata Ir. Moh Abduh Nurhidayat, M.Si.Direktur Produksi
Budidaya Air Tawar Dirjen Budidaya Perikanan Kementrian Kelautan dan Perikanan
Menabur sludge
Rabu,12-9-2012 saat kunjungan kerjanya di Kabupaten Kediri dan melihat langsung
kekolam pembudidaya lele organik versi Bangun di Desa Paron Kecamatan Ngasem
Kabupaten Kediri.
17
Bangun mengatakan bahwa sistem lele organik tersebut bukan kompos atau kotoran
sapi yang dikumpulkan terus dimasukkan kekolam begitu saja. Perlu diketahui bahwa
kompos yang ditaburkan kekolam adalah kompos yang telah difermentasi (Sludge)
sehingga kompos sudah gembur/lembut dan tidak berbau. Teknik ini dikembangkan
Pak Bangun.
Budidaya dan persiapan sistem lele organik versi Bangun
Air tidak berbau siap tabur benih
Asumsi :
- Kolam ukuran 3 x 6 m
- Ketinggian air 80 s/d 100 Cm
- Padat penebaran 350 s/d 400 per m ³
- Masa budidaya 90 hari
- Lokasi kolam yang kena Matahari langsung dan maksimal.
Cara persiapan yang benar :
- Kolam dikeringkan dan dilabur dengan kapur gamping.
18
- Masukan Sludge setebal 5 s/d 10 Cm lalu dimasukkan air ± 10 Cm dari
permukaan Sludge kemudian masukkan probiotik 5 ltr, aduk sampai rata biarkan
selama 5 hari,
- Tambahkan air lagi sebanyak ± 30 Cm dan probiotik 2,5 ltr, biarkan sampai 5
hari.
- Setelah 5 hari tersebut masukan kembali air sebanyak ± 30 Cm lalu probiotik 2,5
ltr,biarkan sampai 5 hari.
- Tambahkan air ± 20 Cm dan bibit siap masuk.
Kolam-pembesaran
Cara memilih bibit yang baik:
- Pilih bibit yang aktif, kuat dan bebas dari jamur
- Bibit sudah di stererilisasi dari pembibitan
- Tidak ada cacat,luka dan kumis putus.
- Bibit minimal ukuran 4 – 5.
- Bibit ditebar pada waktu dingin ( Jam 18.00 s/d jam 09. 00 )
Managemen Air
- Kondisikan air berwarna coklat.
- Air perlu diganti / disirkulasi atas apabila tedapat buih dan berlendir.
- Jangan ganti air jika tidak ada gejala diatas tersebut.
- Air agak bau perlu ditambahkan probiotik 5 ppm pada waktu matahari terik ( jam
8 pagi – jam 1 siang.)
Kelebihan – Kelebihan
19
- Angka kehidupan lebih tinggi.
- Pakan lebih irit
- Air tidak perlu diganti
- Lebih ekonomis.
C. Budidaya Lele Sangkuriang
Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo BBAT Sukabumi telah berhasil
melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi
nama lele “Sangkuriang”.
Seperti halnya sifat biologi lele dumbo terdahulu, lele Sangkuriang tergolong
omnivora. Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton,
cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Untuk usaha
budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena berpengaruh
besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas.
Tujuan pembuatan Petunjuk Teknis ini adalah untuk memberikan cara dan teknik
pemeliharaan ikan lele dumbo strain Sangkuriang yang dilakukan dalam rangka
peningkatan produksi Perikanan untuk meningkatkan ketersediaan protein hewani dan
20
tingkat konsumsi ikan bagi masyarakat Indonesia.
Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu dan sediaan induk yang ada
di BBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk dasar
yaitu induk yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan telah dilakukan
diseminasi kepada instansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele dumbo hasil
perbaikan ini, diberi nama “Lele Sangkuriang”. Induk lele Sangkuriang merupakan
hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua
(F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi
yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua
lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6
merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk
dasar yang didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk
betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F2 6).
Budidaya lele Sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m – 800 m
dpi. Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya
dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air budidaya
masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas >800 m dpi.
Namun bila budidaya dikembangkan dalam skala massal harus tetap memperhatikan
tata ruang dan lingkungan sosial sekitarnya artinya kawasan budidaya yang
dikembangkan sejalan dengan kebijakan yang dilakukan Pemda setempat.
Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di
kolam tanah, bak tembok atau bak plastik. Budidaya di bak tembok dan bak plastik
dapat memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya.
Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumu (air permukaan atau sumur
dalam), ataupun air hujan yan sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter kualitas air
yan baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut:
1. Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C.
Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan
napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air.
2. pH air yang ideal berkisar antara 6-9.
21
3. Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.
Budidaya ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan dalam bak plastik, bak tembok atau
kolam tanah. Dalam budidaya ikan lele di kolam yang perlu diperhatikan adalah
pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air.
Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi panjang
dengan ukuran 100-500 m2. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m dengan
kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Pada bagian tengah dasar
kolam dibuat parit (kamalir) yang memanjang dari pemasukan air ke pengeluaran air
(monik). Parit dibuat selebar 30-50 cm dengan kedalaman 10-15 cm.
Sebaiknya pintu pemasukan dan pengeluaran air berukuran antara 15-20 cm. Pintu
pengeluaran dapat berupa monik atau siphon. Monik terbuat dari semen atau tembok
yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian kotak dan pipa pengeluaran. Pada bagian
kotak dipasang papan penyekat terdiri dari dua lapis yang diantaranya diisi dengan
tanah dan satu lapis saringan. Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi air yang
dikehendaki. Sedangkan pengeluaran air yang berupa siphon lebih sederhana, yaitu
hanya terdiri dari pipa paralon yang terpasang didasar kolam dibawah pematang
dengan bantuan pipa berbentuk “L” mencuat ke atas sesuai dengan ketinggian air
kolam.
Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan jangan
ada yang lolos keluar/masuk.
Pelaksanaan
Sebelum benih ikan lele ditebarkan di kolam pembesaran, yang perlu diperhatikan
adalah tentang kesiapan kolam meliputi:
a.Persiapan kolam tanah (tradisional)
Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan atau pembajakan
tanah dasar kolam dan meratakannya. Dinding kolam diperkeras dengan
memukul-mukulnya dengan menggunakan balok kayu agar keras dan
padat supaya tidak terjadi kebocoran. Pemopokan pematang untuk kolam
tanah (menutupi bagian-bagian kolam yang bocor).
Untuk tempat berlindung ikan (benih ikan lele) sekaligus mempermudah
22
pemanenan maka dibuat parit/kamalir dan kubangan (bak untuk
pemanenan).
Memberikan kapur ke dalam kolam yang bertujuan untuk memberantas
hama, penyakit dan memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan
adalah 20-200 gram/m2, tergantung pada keasaman kolam. Untuk kolam
dengan pH rendah dapat diberikan kapur lebih banyak, juga sebaliknya
apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat dilakukan
sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan terdapat
di kolam.
Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700
gram/m2; urea 15 gram/m2; SP3 10 gram/m2; NH4N03 15 gram/m2.
Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang penyaring
Kemudian dilakukan pengisian air kolam.
Kolam dibiarkan selama ± 7 (tujuh) hari, guna memberi kesempatan
tumbuhnya makanan alami.
b. Persiapan kolam tembok
Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam
tembok tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk
panen, karena parit dan bak untuk panen biasanya sudah dibuat Permanen.
c. Penebaran Benih
Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan
merendamnya didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK dengan
dosis 35 gram/m2 selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10
menit.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat
udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu
(perlakuan penyesuaian suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi
sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan
dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan
yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan
diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air.
Jumlah benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang berukuran 5-8 cm.
d. Pemberian Pakan
23
Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu
pemberian makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang diberikan
sebanyak 2-5% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam. Pemberian
pakan frekuensinya 3-4 kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan buatan
dapat dibuat dari campuran dedak halus dengan ikan rucah dengan perbandingan
1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan
perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat bentuk pellet.
e. Pemanenan
Ikan lele Sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama
130 hari, dengan bobot antara 200 – 250 gram per ekor dengan panjang 15 – 20
cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan
berkumpul di kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan
menggunakan waring atau lambit. Cara lain penangkapan yaitu dengan
menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon/bambu diletakkan didasar
kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk kedalam ruas
bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat. Ikan
lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang
dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-
ikan tersebut diangkut untuk dipasarkan.
Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan
ikan atau jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah
air yang sedikit.
Kegiatan budidaya lele Sangkuriang di tingkat pembudidaya sering dihadapkan pada
permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran,
penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan.
Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain ular dan belut. Sedangkan
organisme pathogen yang sering menyerang adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina
sp., Monogenea sp. dan Dactylogyrus sp.
Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang
direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan
penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan pematang kolam dan
pemasangan plastik di sekeliling kolam.
Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan
24
budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan
dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan.
Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan
baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam tanah, persiapan kolam
meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran,
pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan.
Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok atau bak plastik, persiapan
kolam meliputi pengeringan, disenfeksi (bila diperlukan), pengairan dan
pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air
kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan bahan probiotik.
Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit, maka hendaknya memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
Pindahkan segera ikan yang memperlihatkan gejala sakit dan diobati secara
terpisah. Ikan yang tampak telah parah sebaiknya dimusnahkan.
Jangan membuang air bekas ikan sakit ke saluran air.
Kolam yang telah terjangkit harus segera dikeringkan dan dilakukan
pengapuran dengan dosis 1 kg/5 m2. Kapur (CaO) ditebarkan merata didasar
kolam, kolam dibiarkan sampai tanah kolam retak-retak.
Kurangi kepadatan ikan di kolam yang terserang penyakit.
Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit.
Sebelum dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu dalam larutan Kalium
Permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5
ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).
Setelah memegang ikan sakit cucilah tangan kita dengan larutan PK
Bersihkan selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organik
Usahakan agar kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru.
Tingkatkan gizi makanan ikan dengan menambah vitamin untuk menambah
daya tahan ikan.
25
BAB III
ANALISA KEUANGAN
1. Modal
Modal yang kami miliki berasal dari modal sendiri dan investor.
2. Aliran Modal
Ada dua jenis pengeluaran dalam bisnis lele, biaya awal dan biaya operasional.
Perincian biaya awal dan biaya operasional antara lain sebagai berikut:
a. Biaya awal
Biawa awal adalah biaya yang hanya dikeluarkan satu kali,
perinciannya sebagai berikut:
No Nama Quantity SatuanHarga
SatuanTotal
Masa
Guna
1 Kolam 1 Tahun
a. terpal 10 Lembar Rp. 50000 Rp. 500000
b. bambu 20 Buah Rp. 5000 Rp. 100000
c.paralon 10 Buah Rp. 20000 Rp. 200000
d.kawat & paku 1 Set Rp. 50000 Rp. 50000
Jumlah Rp. 850000
2 Pompa air &
selang
1 Set Rp.500000 Rp. 500000 5 Tahun
3 Alat Pelengkap 1 Set Rp.400000 Rp. 400000 4 Tahun
Jumlah Rp.1.750.000
b. Biaya Produksi
Biaya Produksi dibagi menjadi dua, yaitu Tetap dan biaya Variabel.
No Nama Total
26
Biaya Tetap
1 Penyusutan kolam ( 850.000 : 4 ) Rp. 212.500
2 Penyusutan pompa ( 500000 : 20 ) Rp. 25.000
3 Penyusutan alat lengkap ( 400000 : 16 ) Rp. 25.000
Jumlah Rp. 262.500
Biaya Variabel
1 Bibit lele ( 10000 ekor ) x @125 Rp. 1.250.000
2 Pakan 4 karung ( F999,781-2,781 ) Rp. 900.000
3 Listrik Rp. 100.000
4 Obat-obatan Rp. 100.000
5 Operasiaonal Rp. 100.000
Jumlah Rp. 2.450.000
Sehingga Total Biaya Produksi yang dibutuhkan meliputi:
Biaya awal+ Biaya Produksi = Total Biaya Produksi
Rp.262.000 + Rp.2.450.000= Rp.2.712.500
c. Keuntungan
Dari investasi awal tersebut maka dapat dihitung cash flow (dengan
asumsi bahwa minimal lele panen 4 kali dalam setahun dan jumlah
tingkat kehidupan hanya 80% yang nantinya dapat kami naikkan di
atas 95%)
Bibit Tingkat
Kehidupan
Jumlah 8 ekor
per Kg
Harga / Kg Total
10000 80% 0,125 Rp.10.000 Rp.10.000.000
Keuntungan ini merupakan perhitungan minimal karena kita
menghitung tingkat mortalitas sebesar 20% :
Keuntungan= Total jual-Biaya Produksi
= Rp.10.000.000 - Rp.2.712.500
= Rp.7.287.500
27
Keuntungan rata-rata perbulan= Keuntungan : 3
Rp.7.287.500 / 3 = Rp.2.429.166,67
Break Event Point (BEP)
BEP harga=Biaya Tetap :1-Biaya Variabel / Pendapatan
= Rp.262.500 : 1- Rp.2.712.000/ Rp.10.000.000
= Rp.262.500 : 0,73
= Rp.359.589,04
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan
Usaha budidaya lele terutama untuk varietas baru yaitu lele sangkuriang sangat
terbuka pasarnya. Ditambah kebutuhan akan lele yang belum terpenuhi dibeberapa
tempat mendorong usaha ini untuk maju. Dengan ditunjang karakteristik lele tersebut
yang berdaging tebal dan cepat sekali pertumbuhannya dibanding dengan lele dumbo.
2. Rekomendasi
Usaha ini layak untuk dicoba karena peluangnya yang tinggi, bahkan bisa menjadi
produk subtitusi dari lele dumbo.
28
Top Related