pendahuluan 1

22
KARAKTERISTIK TEH RAMBUT JAGUNG (ZEA MAYS) DENGAN VARIASI JENIS DAN LAMA PENGERINGAN PROPOSAL PENELITIAN Oleh : LAILA NURMALA PUTRI NIM. 135100101111078 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

description

contoh proposal

Transcript of pendahuluan 1

Page 1: pendahuluan 1

KARAKTERISTIK TEH RAMBUT JAGUNG (ZEA MAYS)

DENGAN VARIASI JENIS DAN LAMA PENGERINGAN

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

LAILA NURMALA PUTRI

NIM. 135100101111078

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: pendahuluan 1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang kaya akan

berbagai jenis hasil pertaniannya, salah satunya adalah tanaman jagung yang

angka produktivitasnya semakin meningkat setiap tahunnya. Namun

pemanfaatan dari tanaman jagung ini hanya sebatas dari biji jagung dan

daunnya saja, sedangkan rambut jagung hanya dianggap sebagai limbah yang

belum dimanfaatkan dan dibuang begitu saja karena rambut jagung ini tidak

dapat dikonsumsi secara langsung.

Beberapa wilayah di Indonesia, rambut jagung digunakan sebagai obat

tradisional untuk peluruh air seni dan penurun tekanan darah. Berdasarkan

penelitian, rambut jagung mengandung protein, vitamin, karbohidrat, garam-

garam kalsium, kalium, magnesium, dan natrium, minyak atsiri, steroid seperti

sitosterol dan stigmasterol, alkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid (Guo et al.,

2009).

Pemanfaatan rambut jagung oleh masyarakatpun hanya sebatas pada air

seduhan rambut jagung. Oleh sebab itu pembuatan teh rambut jagung akan

meningkatkan efisiensi dalam mengonsumsi rambut jagung ini karena teh rambut

jagung ini dapat disimpan pada waktu yang lama dan cara pengonsumsiannya

yang mudah. Pada proses pembuatan teh rambut jagung ini dilakukan dengan

metode pengeringan vakum yang fungsinya untuk mengurangi kadar air yang

ada dalam rambut jagung tersebut sehingga teh rambut jagung ini akan memiliki

daya simpan yang lama. Proses pengeringan merupakan salah satu proses

penentu dalam pembuatan produk ini. Hal ini dikarenakan karena proses

pengeringan mempengaruhi aktivitas antioksidan yang dihasilkan (Nantitanon et

al., 2010).

Menurut Henderson et al., 1976 dalam Kencana, 2015, pengeringan

bertujuan untuk mengurangi kadar air bahan untuk menghambat perkembangan

organisme pembusuk. Heldman et al., 1981 dalam Kencana, 2015, menyatakan

beberapa keuntungan pengeringan, yaitu : memperpanjang umur simpan dan

penurunan mutu sekecil-kecilnya, memudahkan pengangkutan karena berat

bahan lebih ringan dan volume menjadi kecil, menimbulkan aroma yang khas

Page 3: pendahuluan 1

pada bahan lebih ringan dan volume menjadi kecil dan mutu lebih baik serta nilai

ekonomi lebih tinggi.

Menurut Pramono, 2006 dalam Kencana, 2015, untuk menjaga kualitas

bahan peramu obat tradisional sehabis dipetik perlu segera dikeringkan dan

dijaga kadar air tetap rendah. Selama ini pengeringan bahan herbal dan obat-

obatan dilakukan dengan penjemuran sinar matahari. Kelemahan cara tersebut

adalah bergantung pada iklim, waktu lama, dan kurang higienis. Sebagian kecil

juga mengeringkan dengan oven. Oleh karena itu pada penelitian dilakukan

pengeringan bahan herbal dan obat-obatan tradisional yang peka terhadap

panas yaitu daun sambiloto menggunakan pengering bersuhu rendah dan lama

pengeringan dengan waktu yang tepat pada ruang pengering.

Kandungan zat berkhasiat dalam tanaman karena adanya senyawa

metabolit sekunder antara lain senyawa alkaloid flavonoid, minyak atsiri, dan

steroid. Tinggi rendahnya kandungan metabolit sekunder, selain pengaruh

varietas dan agroklimat juga pengaruh cara Pengolahan terutama proses

pengeringan (Hernani dan Rahmawati, 2009). Penelitian tentang teh juga

dilakukan Andri dan Wikanastri (2013) dengan variasi lama pengeringan 90, 120,

dan 150 menit. Aktivitas antioksidan tertinggi pada suhu 50°C dengan lama

pengeringan 150 menit dan nilai EC 50 terendah. Pengeringan daun teh

memiliki cara yang bervariasi, di antaranya pengeringan secara langsung di

bawah sinar matahari atau sering disebut sun-dried. Proses ini membutuhkan

waktu yang lama, daun teh yang dijemur harus dibolak-balik. Basket-fired

adalah proses pengeringan teh yang dilakukan dengan meletakkan daun pada

wadah pipih dan lebar yang terbuat dari daun bambu, kemudian diletakkan di

atas arang panas. Oven - dried adalah cara pengeringan daun teh menggunakan

oven (Somantri dan Tantri, 2011).

Oleh sebab itu penentuan variasi jenis dan lama pengeringan yang tepat

sangatlah berpengaruh terhadap stabilitas dari kandungan senyawa-senyawa

penting yang ada dalam rambut jagung ini. Oleh karena itu pada penelitian ini

dikaji jenis dan pengeringan yang digunakan untuk menentukan karakteristik teh

rambut jagung yang tepat.

1.2 Perumusan Masalah

Page 4: pendahuluan 1

Sebagai salah satu jenis limbah tanaman jagung yang memiliki

kandungan senyawa-senyawa bermanfaat bagi tubuh seperti flavonoid,

mengandung protein, vitamin, karbohidrat, garam-garam kalsium, kalium,

magnesium, dan natrium, minyak atsiri, steroid seperti sitosterol dan

stigmasterol, alkaloid, saponin, tanin, dan maka perlu dilakukan inovasi

pemanfaatan rambut jagung sebagai teh herbal yang salah satu tahapannya

adalah dilakukannya pengeringan menggunakan pengering. Oleh sebab itu,

variasi jenis dan lama pengeringan pada proses pembuatan teh herbal rambut

jagung ini perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap karakteristik

teh herbal tersebut.

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi jenis dan lama

pengeringan terhadap karakteristik teh herbal rambut jagung dan mengetahui

lama dan suhu yang tepat pada proses pengeringan agar menghasilkan kualitas

teh herbal rambut jagung yang baik.

1.4 Manfaat

1.4.1 Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai upaya

peningkatan pemanfaatan rambut jagung sebagai teh herbal.

1.4.2 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang salah

satu jenis produk teh herbal.

1.4.3 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

proses pengolahan rambut jagung yang tepat untuk menjaga

kandungan senyawa-senyawa penting dalam rambut jagung yang

bermanfaat bagi tubuh.

1.5 Hipotesis

Diduga variasi jenis dan lama pengeringan pada proses pembuatan teh

rambut jagung memberikan pengaruh terhadap karakteristik teh rambut jagung.

Page 5: pendahuluan 1

II Tinjauan Pustaka

2.1 Tanaman Jagung (Zea mays)

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Jagung

Dunia : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledone

Bangsa : Poales

Suku : Poaceae (Gramineae)

Marga : Zea

Jenis : Zea mays L. (Tjitrosoepomo, 1994 dalam Nuridayanti,

2011).

2.1.2 Morfologi Tanaman Jagung

Tanaman jagung termasuk jenis tumbuhan musiman dengan umur ± 3

bulan. Siklus pertama merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan siklus kedua

merupakan tahap pertumbuhan generatif. Jagung sendiri tergolong kedalam

tanaman berbunga (Spermatophyta), dengan keadaan biji tertutup

(Angiospermae), dan merupakan tanaman berkeping satu (Monocotyledoneae).

Tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan buah. Jagung

merupakan tanaman rumput kuat, sedikit berumpun dengan batang kasar dan

tingginya berkisar 0,6 - 3 m. Helaian daun berbentuk pita dengan panjang 35 -

100 cm, dan lebar 3 - 12 cm. Bungan jantan terkumpul pada ujung batang

menjadi bulir yang rapat, sedangkan bungan betina menjadi bulir yang berdiri

sendiri, diketiak daun, berbentuk tongkol. Panjang tongkol yang masak berkisar 8

- 20 cm. Tiap tongkol mempunyai daun pelindung yang pada keadaan kering

biasa dipakai sebagai daun rokok. Rambut jagung adalah kepala putik dan

tangkai kepala putik buah Zea mays L., berupa benang-benang ramping, lemas,

agak mengkilat, dengan panjang 10 - 25 cm dan diameter lebih kurang 0,4 mm

(Steenis, 1978 dalam Nuridayanti, 2011).

Page 6: pendahuluan 1

Komposisi kimia dalam jagung bervariasi. Variasi komposisi ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: perbedaan varietas tanaman jagung,

iklim tempat tumbuh, kesuburan tanah, perawatan dan cara pengolahan. Jagung

dapat digolongkan atas 5 jenis, yaitu: a) Jagung keras (flint), jika butir jagungnya

keras dan rata bagian ujungnya. b) Jagung lekuk (dent), jika butir jagungnya

keras tapi bagian ujung permukaanya berlekuk. c) Jagung manis, biasanya

butirnya agak lemah dan berlekuk serta manis rasanya. d) Jagung tepung, yaitu

jagung yang khusus untuk menghasilkan tepung. e) Jagung berondong

(popcorn), butirnya kecil-kecil tetapi akan pecah dan mekar waktu digoreng

(Dwiari, 2008 dalam Prasiddha et,al., 2016).

2.2 Rambut Jagung

Rambut jagung merupakan sekumpulan stigma yang halus, lembut,

terlihat seperti benang maupun rambut yang berwarna kekuningan berbau

aromatik lemah dan rasa agak kelat. Rambut jagung berasal dari bunga betina

dari tanaman jagung (Bhaigyabati, 2011 dalam Prasiddha et al., 2016). Pada

awalnya warna rambut jagung biasanya hijau muda, lalu akan berubah menjadi

merah, kuning maupun coklat muda tergantung varietas. Fungsi dari rambut

jagung sendiri adalah untuk menjebak serbuk sari guna penyerbukan. Panjang

rambut jagung ini bisa mencapai 30 cm atau lebih dan memiliki rasa agak manis

(Hasanudin, 2012 dalam Prasiddha et al., 2016). Secara makroskopik, rambut

jagung berupa benang-benang ramping, lemas, agak mengkilat, panjang 10 cm

sampai 25 cm, garis tengah lebih kurang 0,4 mm. Secara mikroskopik, pada

penampang melintang tampak epidermis bentuk segi empat, dengan rambut

penutup terdiri dari beberapa sel, parenkim terdiri dari beberapa sel berdinding

tipis, terdapat berkas pembuluh dengan tipe kolateral. Serbuk berwarna coklat

muda. Fragmen pengenal adalah parenkim. Rambut penutup terdiri dari

beberapa lapis sel berkas pembuluh dan serbuk sari (Ditjen POM, 1995 dalam

Rahmayani, 2007).

Pemanfaatan rambut jagung yang merupakan limbah dari budidaya

jagung masih terbatas pada penggunaannya sebagai obat tradisional seperti

dapat digunakan untuk peluruh air seni dan penurun tekanan darah. Selain itu

biasanya rambut jagung yang masih terikut pada kulit (klobot) jagung digunakan

sebagai pakan ternak. Kandungan kimia pada rambut jagung antara lain: protein,

karbohidrat, serat, beberapa vitamin seperti: vitamin B, vitamin C, vitamin K,

Page 7: pendahuluan 1

minyak atsiri, garam-garam mineral seperti: Na, Fe, Si, Zn, K, Ca, Mg dan P,

senyawa fitokimia seperti alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, antosianin,

protokatekin, vanilic acid, steroid seperti sitosterol dan stigmasterol, derivat

hasperidin dan juga quersetin (Ebrahimzadeh et al., 2008) , (Guo et al., 2009),

mengandung fenol, terpenoid, dan glikosida Selain itu rambut jagung juga

mengandung maysin, β-karoten, beta sitosterol, geraniol, hordenin, limonen,

mentol dan viteskin (Shun-Cheng Ren et al., 2013). Rambut jagung kaya akan

senyawa fenolik terutama flavonoid (Guo et al., 2009).

2.3 Teh Herbal

Herbal tea atau teh herbal merupakan produk minuman teh, bisa dalam

bentuk tunggal atau campuran herbal. Selain dikonsumsi sebagai minuman

biasa, teh herbal juga dikonsumsi sebagai minuman yang berkhasiat untuk

meningkatkan kesehatan. Khasiat yang dimiliki setiap teh herbal berbeda-beda,

tergantung bahan bakunya. Campuran bahan baku yang digunakan merupakan

herbal atau tanaman obat yang secara alami memiliki khasiat untuk membantu

mengobati jenis penyakit tertentu (Hambali et al., 2005 dalam Daroini, 2006).

Hambali et al., (2005) dalam Daroini, 2006 menambahkan bahwa teh

herbal biasanya disajikan dalam bentuk kering seperti penyajian teh dari

tanaman teh. Tanaman obat dalam bentuk kering yang diformulasikan menjadi

herbal tea dapat dimanfaatkan untuk konsumsi sehari-hari oleh rumah tangga

maupun industri. Proses pembuatan herbal kering meliputi pencucian,

pengirisan,pengeringan, pengecilan ukuran, dan pengemasan. Kondisi proses

tersebut harus diperhatikan untuk menghindari hilangnya zat-zat penting yang

berkhasiat dari bahan segar.

Berbagai herbal atau tanaman obat sebenarnya dapat diolah menjadi

herbal kering. Pada dasarnya, proses pengolahan semua jenis tanaman obat

hampir sama. Biasanya, perbedaan terletak pada lama dan suhu pengeringan

karena disesuaikan dengan karakteristik bahan segar. Herbal-herbal kering

tersebut selanjutnya dicampur dengan komposisi tertentu sesuai dengan jenis

teh herbal yang akan dihasilkan.

2.4 Pengolahan Rambut Jagung menjadi Teh

Page 8: pendahuluan 1

Pemanfaatan rambut jagung yang merupakan limbah dari budidaya

jagung pada saat ini masih terbatas dan belum optimal, mengingat rambut

jagung merupakan bagian dari tanaman pangan yang tidak dapat dikonsumsi

secara langsung (Rahmayani, 2007). Penggunaannyapun hanya sebatas pada

penyeduhan biasa yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional seperti

digunakan untuk peluruh air seni dan penurun tekanan darah. Selain itu biasanya

rambut jagung yang masih terikut pada kulit (klobot) jagung digunakan sebagai

pakan ternak. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa kandungan kimia

pada rambut jagung sangatlah beragam. Oleh sebab itu pembuatan teh rambut

jagung merupakan salah satu inovasi untuk meningkatkan nilai guna dan

efisiensi pada proses pemakaian sehingga limbah ini dapat lebih bermanfaat.

Rambut jagung yang akan digunakan sebagai teh herbal harus melalui

beberapa proses antara lain pemilihan bahan baku, pelayuan, penggilingan, dan

pengeringan. Pelayuan adalah menurunkan kandungan air, sehingga pucuk

menjadi lemas (layu fisik), dan memberi kesempatan terjadinya perubahan

senyawa-senyawa kimia yang dikandung di dalam pucuk (Sembiring, 2009 dalam

Harun, 2011). Pengeringan merupakan salah satu proses yang digunakan untuk

memperpanjang daya simpan. Pengeringan rambut jagung dapat dilakukan

secara alami maupun menggunakan mesin pengering vakum mengingat

banyaknya kandungan senyawa kimia bermanfaat di dalamnya, sehingga untuk

menjaga keberadaan senyawa-senyawa ini dilakukan dengan cara pengeringan

vakum (Harun, 2011).

2.5 Pengeringan

Pengeringan merupakan metode pengawetan dengan cara pengurangan

kadar air dari bahan pangan sehingga daya simpan menjadi lebih panjang.

Perpanjangan daya simpan terjadi karena aktivitas mikroorganisme dan enzim

menurun sebagai akibat dari air yang dibutuhkan untuk aktivitasnya tidak cukup

(Estiasih dan Ahmadi, 2009).

Dua faktor proses pengawasan yang dimasukkan ke dalam satuan operasi

pengeringan yaitu:

a. Pemindahan panas untuk melengkapi panas laten penguapan yang

dibutuhkan

Page 9: pendahuluan 1

b. Pergerakan air atau uap air melalui bahan pangan dan kemudian keluar

bahan untuk mempengaruhi pemisahan dari bahan pangan (Aprilianti,

2010).

Bahan pangan yang dikeringkan umumnya mempunyai nilai gizi yang lebih

rendah dibandingkan dengan bahan segarnya. Selama pengeringan juga dapat

terjadi perubahan warna, tekstur, aroma, dan lain - lain. Meskipun perubahan -

perubahan tersebut dapat dibatasi seminimal mungkin dengan cara memberikan

perlakuan pendahuluan terhadap bahan yang akan dikeringkan. Dengan

mengurangi kadar airnya, bahan pangan akan mengandung senyawa - senyawa

seperti protein, karbohidrat, lemak, dan mineral dalam konsentrasi yang lebih

tinggi, akan tetapi vitamin - vitamin dan zat warna pada umumnya menjadi rusak

atau berkurang (Muchtadi T, 1997 dalam Aprilianti, 2010).

Pemilihan jenis pengeringan yang sesuai untuk suatu produk pangan

ditentukan oleh kualitas produk akhir yang inginkan, sifat bahan pangan yang

dikeringkan, dan biaya produksi. Beberapa jenis pengeringan yang telah

digunakan secara komersial antara lain pengeringan langsung / penjemuran (sun

drying), pengeringan udara panas, pengeringan kabinet, pengeringan

terowongan, pengeringan ban berjalan, pengeringan semprot, pengeringan

drum, pengeringan vakum, dan pengeringan beku (Estiasih dan Ahmadi, 2009).

Faktor –faktor utama yang mempengaruhi kecepatan pengeringan dari

suatu bahan pangan adalah :

a. Sifat fisik dan kimia dari produk (bentuk, ukuran, komposisi, kadar air).

b. Pengaturan geometris produk sehubungan dengan permukaan alat atau

media perantara pemindah panas (seperti nampan untuk pengeringan).

c. Sifat - sifat fisik dari lingkungan alat pengering (suhu, kelembaban, dan

kecepatan udara).

d. Karakteristik alat pengering (efisiensi pemindahan panas) (Buckle et al.,

1985 dalam Aprilianti, 2010).

Keuntungan pengeringan pada bahan pangan yaitu bahan menjadi lebih

awet, volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan

menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi

berkurang sehingga memudahkan pengangkutan, dengan demikian diharapkan

biaya produksi menjadi lebih murah. Sedangkan sisi kerugiannya antara lain

terjadinya perubahan - perubahan sifat fisis seperti; pengerutan, perubahan

warna, kekerasan, dan sebagainya. Perubahan kualitas kimia, antara lain :

Page 10: pendahuluan 1

penurunan kandungan vitamin C maupun terjadinya pencoklatan, demikian pula

kualitas organoleptiknya (Aprilianti, 2010).

Sun-drying (Penjemuran) merupakan salah satu metode pengeringan

menggunakan sinar matahari. Penjemuran merupakan pengeringan tradisional

yang tidak memerlukan peralatan khusus dan biaya operasional yang murah.

Sayangnya proses penjemuran ini tergantung pada cuaca (Estiasih dan Ahmadi,

2009).

Pengeringan kabinet adalah metode pengeringan yang menggunakan

alat pengering untuk sistem batch dengan proses pengeringan dilakukan pada

suhu konstan. Pada alat ini kelembaban udara dapat mengalami penurunan. Alat

ini biasanya digunakan untuk pengembangan produk baru sebelum diproduksi

skala besar (Estiasih dan Ahmadi, 2009).

Page 11: pendahuluan 1

III Metode Penelitian

3.1 Bahan dan Alat

3.1.1 Bahan

Bahan baku yang digunakan adalah rambut jagung segar dengan usia

pemetikan 80-90 hari (usia panen tanaman jagung) dari Malang. Bahan kimia

yang diperlukan metanol 85%, asam asetat glacial, akuades, 1,1-diphenyl-2-

picrylhydrazyl (DPPH), asam galat, polioksietilen sorbitan monostearat (tween

20), amonium tiosianat, ferri klorida, kalium ferrisianida, asam trikloroasetat,

kloroform, buffer fosfat, asam klorida, dan asam linoleat.

3.1.2 Alat

Alat yang digunakan : timbangan analitik, oven , blender kering, alat

gelas, sentrifuse, vortex, pH meter, dan spektrofotometer UV Vis

3.2 Metode Penelitian

Proses pembuatan teh herbal dari rambut jagung melalui beberapa

proses antara lain pemilihan bahan baku, pelayuan, penggilingan, dan

pengeringan.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 2 kali 1

faktor dengan pola 1 x 3 dimana masing - masing perlakuan diulang sebanyak 3

kali yang terdiri atas 1 faktor yaitu:

1. Faktor Jenis pengeringan (T), terdiri atas satu taraf yaitu : pengeringan

kabinet suhu 600 C.

Faktor lama pengeringan (L), terdiri atas tiga taraf, yaitu: L1 = 2 jam, L2= 4

jam, dan L3 = 6 jam

2. Faktor Jenis pengeringan (T), terdiri atas satu taraf yaitu : pengeringan

sun-drying

Faktor lama pengeringan (L), terdiri atas tiga taraf, yaitu: L1 = 24 jam, L2=

48 jam, dan L3 = 72 jam

Sehingga diperoleh 18 satuan percobaan. data yang diperoleh dianalisa

dengan analisis varian (ANOVA) apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan

uji Duncan (DMRT 5%).

Page 12: pendahuluan 1

a. Peubah tetap : Jenis bahan baku yaitu rambut jagung

Berat rambut jagung = 1000 gram

b. Peubah berubah (pengeringan rambut jagung) :

A1 = Pengeringan kabinet dengan suhu 60°C; 2 jam

A2 = Pengeringan kabinet dengan suhu 60°C; 4 jam

A3 = Pengeringan kabinet dengan suhu 60°C; 6 jam

A4 = Pengeringan dengan sinar matahari 1 hari

A5 = Pengeringan dengan sinar matahari 2 hari

A6 = pengeringan dengan sinar matahari 3 hari

Menurut Gaspersts (1991) dalam Usman (2010), model matematika untuk

percobaan faktor tunggal dengan menggunakan dasar Rancangan Acak

Lengkap (RAL) adalah :

Yij = μ + τi + Є ij i = 1,2,3,4,5,6......

j = 1,2,3,4,5,6......

Dimana :

Yij : Nilai pengamatan pada suatu percobaan ke- j yang memperoleh

perlakuan i

μ : Nilai tengah populasi (rata - rata yang sesungguhnya)

τi : Pengaruh perlakuan ke- i

Єij : Nilai pengaruh galat dari suatu percoban ke - j yang memperolah

perlakuan i.

Parameter yang diamati

1. karakteristik fisik, yaitu:

a. Rendemen (Hartant et al., 2003 dalam Usman, 2010)

b. Warna rambut jagung kering (Rahayu, 2001 dalam Usman, 2010)

2. Karakteristik Kimiawi, yaitu:

a. Kadar air (Sudarmadji dkk, 1997 dalam Usman, 2010)

b. Intensitas Warna Berdasarkan kadar Antosianin (Hanum, 2000 dalam

Usman, 2010)

3. Aktivitas Antioksidan yang meliputi :

a. Total Fenol (Sakanaka et al., 2003 dalam Usman, 2010)

b. Antioksidan Total (Duh et al., 1999 dan Yen et al., 2003 dalam Usman,

2010)

c. Daya Reduksi (Oyaizu, 1986 yang dimodifikasi oleh Gülcin et al.,

Page 13: pendahuluan 1

2003 dalam Usman, 2010)

Rancangan respon yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari uji

organoleptik. Ppengujian organoleptik yang akan dilakukan respon pengamatan

secara uji organoleptik dengan menggunakan metode uji hedonik oleh 15 orang

panelis yaitu terhadap warna, aroma dan rasa yang terbaik.

Contoh kriteria penilaian untuk uji hedonik yang digunakan dapat dilihat

pada tabel 3:

Tabel 3. Kriteria Uji Hedonik

Keterangan NilaiSkala

Numerik

Sangat Suka 6

Suka 5

Agak Suka 4

Agak Tidak Suka 3

Tidak Suka 2

Sangat Tidak

Suka1

(Sumber : Soekarto, 1985)

Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan

panelis terhadap teh herbal rambut jagung berdasarkan uji hedonik terhadap

warna, aroma dan rasa. Penilaian panelis dicantumkan dalam formulir pengisian

untuk uji organoleptik dan kemudian data yang didapat tersebut diolah dengan

menggunakan perhitungan statistik non parameterik.

Page 14: pendahuluan 1

Daftar Pustaka

Adri, D. dan Wikanastri H. 2013. Aktivitas Antioksidan dan Sifat

Organoleptik Teh Daun Sirsak (Annona Muricata, Linn) Berdasarkan Variasi

Lama Pengeringan. Jurnal Pangan dan gizi Vol. 04. Semarang: Universitas

Muhammadiyah Semarang.

Apriliyanti, T., 2010. Kajian Sifat Fisikokimia dan Sensori Tepung Ubi

Jalar Ungu (Lpomoea Batatas Blackie) dengan Variasi Proses Pengeringan.

Skripsi. http://core.ac.uk/download/pdf/12349750.pdf. Diakses pada Jumat, 16

September 2015.

Daroini, O. Sativa. 2006. Kajian Proses Pembuatan Teh Herbal dari

Campuran Teh Hijau (Camellia Sinensis), Rimpang Bangle (Zingiber

Cassumunar Roxb.), dan Daun Ceremai (Phyllanthus Acidus (L.) Skeels.).

Skripsi. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/3740/F06osd.pdf?

sequence=4. Diakses pada Jumat, 16 September 2015.

Ebrahimzadeh, M. A., F. Pourmorad, and S. Hafezi. 2008. Antioxidant

Activities of Iranian Corn Silk. Turkish Journal of Biology ; 32(1): 43–49.

Estiasih, T., dan Ahmadi, Kgs. 2009. Teknologi Pengolahan Pangan.

Jakarta : Bumi Aksara.

Guo, J., Liu T., Han L., dan L. Yongmei. 2009. The Effects of Corn Silk

on Glycaemic Metabolism. Nutr Metab (Lond). 2009 Nov 23;6:47. doi:

10.1186/1743-7075-6-47

Harun, N., Rossi, E., dan Adawiyah, M. 2011. Karakteristik Teh Herbal

Rambut Jagung (Zea Mays) dengan Perlakuan Lama Pelayuan dan Lama

Pengeringan. SAGU, September 2011 Vol. 10 No. 2 : 16-21. ISSN 1412-4424.

Hernani dan Rahmawati, N. 2009. Aspek Pengeringan dalam

Mempertahankan Kandungan Metabolit Sekunder pada Tanaman Obat.

Jurnal Pekembangan Teknologi TRO 21 (2). Bogor: Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Pascapanen Pertanian.

Kencana, E.D., Hasnelly, dan Anjarsari, B.. 2015. Pengaruh Suhu dan

Lama Pengeringan terhadap Karakteristik Teh Herbal Daun Katuk

(Sauropus Adrogynus L. Merr). http://www.digilib.unpas.ac.id/download.php?

id=6446. Diakses pada Sabtu, 17 Oktober 2015

Nantitanon W., Yotsawimonwat, S., dan S. Okonogi. 2010. Factors

Influencing Antioxidant Activities and Total Phenolic Content of Guava Leaf

Page 15: pendahuluan 1

Extract. Lebensmittel-Wissenschaft und-Technologie (Impact Factor: 2.42).

09/2010; 43(7):1095-1103. DOI:   10.1016/j.lwt.2010.02.015

Nuridayanti, E. F. T. 2011. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Air Rambut

Jagung (Zea Mays L.) Ditinjau dari Nilai Ld50 dan Pengaruhnya terhadap

Fungsi Hati dan Ginjal pada Mencit. SKRIPSI.

http:// lib.ui.ac.id/file?file=digital/20281283-S673... pdf . Diakses pada Sabtu, 17

Oktober 2015

Prasddha, I.J., Laeliocattleya, R. A., Estiasih, T., dan Maligan, J., M..

Potensi Senyawa Bioaktif Rambut Jagung untuk Tabir Surya Alami. Jurnal

Pangan dan Agroindustri Vol. 4 No 1 p. 40-45, Januari 2016

Rahmayani, A. 2007. Telaah Kandungan Kimia Rambut Jagung (Zea

Mays L.). Skripsi. http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/553/jbptitbpp-gdl-annisarahm-

27627-2-2007ta-1.pdf. Diakses pada Sabtu, 17 Oktober 2015

Ren, S., Qi Ao, Q., dan Ding, X. 2013. Antioxidative Activity of Five

Flavones Glycosides from Corn Silk (Stigma Maydis). Czech Journal Food

Science Vol. 31, 2013, No. 2: 148–155

Somantri, R., dan Tantri K. 2011. Kisah dan Khasiat Teh. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Usman, D.S.B. 2010. Karakteristik dan Aktivitas Antioksidan Bunga

Rosella Kering (Hibiscus Sabdariffa L.). Skripsi.

http://eprints.upnjatim.ac.id/662/2/file2.pdf. Diakses pada Sabtu, 17 Oktober 2015