pendahuluan 1
-
Upload
laila-nurmala-putri -
Category
Documents
-
view
21 -
download
0
description
Transcript of pendahuluan 1
KARAKTERISTIK TEH RAMBUT JAGUNG (ZEA MAYS)
DENGAN VARIASI JENIS DAN LAMA PENGERINGAN
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
LAILA NURMALA PUTRI
NIM. 135100101111078
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang kaya akan
berbagai jenis hasil pertaniannya, salah satunya adalah tanaman jagung yang
angka produktivitasnya semakin meningkat setiap tahunnya. Namun
pemanfaatan dari tanaman jagung ini hanya sebatas dari biji jagung dan
daunnya saja, sedangkan rambut jagung hanya dianggap sebagai limbah yang
belum dimanfaatkan dan dibuang begitu saja karena rambut jagung ini tidak
dapat dikonsumsi secara langsung.
Beberapa wilayah di Indonesia, rambut jagung digunakan sebagai obat
tradisional untuk peluruh air seni dan penurun tekanan darah. Berdasarkan
penelitian, rambut jagung mengandung protein, vitamin, karbohidrat, garam-
garam kalsium, kalium, magnesium, dan natrium, minyak atsiri, steroid seperti
sitosterol dan stigmasterol, alkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid (Guo et al.,
2009).
Pemanfaatan rambut jagung oleh masyarakatpun hanya sebatas pada air
seduhan rambut jagung. Oleh sebab itu pembuatan teh rambut jagung akan
meningkatkan efisiensi dalam mengonsumsi rambut jagung ini karena teh rambut
jagung ini dapat disimpan pada waktu yang lama dan cara pengonsumsiannya
yang mudah. Pada proses pembuatan teh rambut jagung ini dilakukan dengan
metode pengeringan vakum yang fungsinya untuk mengurangi kadar air yang
ada dalam rambut jagung tersebut sehingga teh rambut jagung ini akan memiliki
daya simpan yang lama. Proses pengeringan merupakan salah satu proses
penentu dalam pembuatan produk ini. Hal ini dikarenakan karena proses
pengeringan mempengaruhi aktivitas antioksidan yang dihasilkan (Nantitanon et
al., 2010).
Menurut Henderson et al., 1976 dalam Kencana, 2015, pengeringan
bertujuan untuk mengurangi kadar air bahan untuk menghambat perkembangan
organisme pembusuk. Heldman et al., 1981 dalam Kencana, 2015, menyatakan
beberapa keuntungan pengeringan, yaitu : memperpanjang umur simpan dan
penurunan mutu sekecil-kecilnya, memudahkan pengangkutan karena berat
bahan lebih ringan dan volume menjadi kecil, menimbulkan aroma yang khas
pada bahan lebih ringan dan volume menjadi kecil dan mutu lebih baik serta nilai
ekonomi lebih tinggi.
Menurut Pramono, 2006 dalam Kencana, 2015, untuk menjaga kualitas
bahan peramu obat tradisional sehabis dipetik perlu segera dikeringkan dan
dijaga kadar air tetap rendah. Selama ini pengeringan bahan herbal dan obat-
obatan dilakukan dengan penjemuran sinar matahari. Kelemahan cara tersebut
adalah bergantung pada iklim, waktu lama, dan kurang higienis. Sebagian kecil
juga mengeringkan dengan oven. Oleh karena itu pada penelitian dilakukan
pengeringan bahan herbal dan obat-obatan tradisional yang peka terhadap
panas yaitu daun sambiloto menggunakan pengering bersuhu rendah dan lama
pengeringan dengan waktu yang tepat pada ruang pengering.
Kandungan zat berkhasiat dalam tanaman karena adanya senyawa
metabolit sekunder antara lain senyawa alkaloid flavonoid, minyak atsiri, dan
steroid. Tinggi rendahnya kandungan metabolit sekunder, selain pengaruh
varietas dan agroklimat juga pengaruh cara Pengolahan terutama proses
pengeringan (Hernani dan Rahmawati, 2009). Penelitian tentang teh juga
dilakukan Andri dan Wikanastri (2013) dengan variasi lama pengeringan 90, 120,
dan 150 menit. Aktivitas antioksidan tertinggi pada suhu 50°C dengan lama
pengeringan 150 menit dan nilai EC 50 terendah. Pengeringan daun teh
memiliki cara yang bervariasi, di antaranya pengeringan secara langsung di
bawah sinar matahari atau sering disebut sun-dried. Proses ini membutuhkan
waktu yang lama, daun teh yang dijemur harus dibolak-balik. Basket-fired
adalah proses pengeringan teh yang dilakukan dengan meletakkan daun pada
wadah pipih dan lebar yang terbuat dari daun bambu, kemudian diletakkan di
atas arang panas. Oven - dried adalah cara pengeringan daun teh menggunakan
oven (Somantri dan Tantri, 2011).
Oleh sebab itu penentuan variasi jenis dan lama pengeringan yang tepat
sangatlah berpengaruh terhadap stabilitas dari kandungan senyawa-senyawa
penting yang ada dalam rambut jagung ini. Oleh karena itu pada penelitian ini
dikaji jenis dan pengeringan yang digunakan untuk menentukan karakteristik teh
rambut jagung yang tepat.
1.2 Perumusan Masalah
Sebagai salah satu jenis limbah tanaman jagung yang memiliki
kandungan senyawa-senyawa bermanfaat bagi tubuh seperti flavonoid,
mengandung protein, vitamin, karbohidrat, garam-garam kalsium, kalium,
magnesium, dan natrium, minyak atsiri, steroid seperti sitosterol dan
stigmasterol, alkaloid, saponin, tanin, dan maka perlu dilakukan inovasi
pemanfaatan rambut jagung sebagai teh herbal yang salah satu tahapannya
adalah dilakukannya pengeringan menggunakan pengering. Oleh sebab itu,
variasi jenis dan lama pengeringan pada proses pembuatan teh herbal rambut
jagung ini perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap karakteristik
teh herbal tersebut.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi jenis dan lama
pengeringan terhadap karakteristik teh herbal rambut jagung dan mengetahui
lama dan suhu yang tepat pada proses pengeringan agar menghasilkan kualitas
teh herbal rambut jagung yang baik.
1.4 Manfaat
1.4.1 Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai upaya
peningkatan pemanfaatan rambut jagung sebagai teh herbal.
1.4.2 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang salah
satu jenis produk teh herbal.
1.4.3 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
proses pengolahan rambut jagung yang tepat untuk menjaga
kandungan senyawa-senyawa penting dalam rambut jagung yang
bermanfaat bagi tubuh.
1.5 Hipotesis
Diduga variasi jenis dan lama pengeringan pada proses pembuatan teh
rambut jagung memberikan pengaruh terhadap karakteristik teh rambut jagung.
II Tinjauan Pustaka
2.1 Tanaman Jagung (Zea mays)
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Jagung
Dunia : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Bangsa : Poales
Suku : Poaceae (Gramineae)
Marga : Zea
Jenis : Zea mays L. (Tjitrosoepomo, 1994 dalam Nuridayanti,
2011).
2.1.2 Morfologi Tanaman Jagung
Tanaman jagung termasuk jenis tumbuhan musiman dengan umur ± 3
bulan. Siklus pertama merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan siklus kedua
merupakan tahap pertumbuhan generatif. Jagung sendiri tergolong kedalam
tanaman berbunga (Spermatophyta), dengan keadaan biji tertutup
(Angiospermae), dan merupakan tanaman berkeping satu (Monocotyledoneae).
Tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan buah. Jagung
merupakan tanaman rumput kuat, sedikit berumpun dengan batang kasar dan
tingginya berkisar 0,6 - 3 m. Helaian daun berbentuk pita dengan panjang 35 -
100 cm, dan lebar 3 - 12 cm. Bungan jantan terkumpul pada ujung batang
menjadi bulir yang rapat, sedangkan bungan betina menjadi bulir yang berdiri
sendiri, diketiak daun, berbentuk tongkol. Panjang tongkol yang masak berkisar 8
- 20 cm. Tiap tongkol mempunyai daun pelindung yang pada keadaan kering
biasa dipakai sebagai daun rokok. Rambut jagung adalah kepala putik dan
tangkai kepala putik buah Zea mays L., berupa benang-benang ramping, lemas,
agak mengkilat, dengan panjang 10 - 25 cm dan diameter lebih kurang 0,4 mm
(Steenis, 1978 dalam Nuridayanti, 2011).
Komposisi kimia dalam jagung bervariasi. Variasi komposisi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: perbedaan varietas tanaman jagung,
iklim tempat tumbuh, kesuburan tanah, perawatan dan cara pengolahan. Jagung
dapat digolongkan atas 5 jenis, yaitu: a) Jagung keras (flint), jika butir jagungnya
keras dan rata bagian ujungnya. b) Jagung lekuk (dent), jika butir jagungnya
keras tapi bagian ujung permukaanya berlekuk. c) Jagung manis, biasanya
butirnya agak lemah dan berlekuk serta manis rasanya. d) Jagung tepung, yaitu
jagung yang khusus untuk menghasilkan tepung. e) Jagung berondong
(popcorn), butirnya kecil-kecil tetapi akan pecah dan mekar waktu digoreng
(Dwiari, 2008 dalam Prasiddha et,al., 2016).
2.2 Rambut Jagung
Rambut jagung merupakan sekumpulan stigma yang halus, lembut,
terlihat seperti benang maupun rambut yang berwarna kekuningan berbau
aromatik lemah dan rasa agak kelat. Rambut jagung berasal dari bunga betina
dari tanaman jagung (Bhaigyabati, 2011 dalam Prasiddha et al., 2016). Pada
awalnya warna rambut jagung biasanya hijau muda, lalu akan berubah menjadi
merah, kuning maupun coklat muda tergantung varietas. Fungsi dari rambut
jagung sendiri adalah untuk menjebak serbuk sari guna penyerbukan. Panjang
rambut jagung ini bisa mencapai 30 cm atau lebih dan memiliki rasa agak manis
(Hasanudin, 2012 dalam Prasiddha et al., 2016). Secara makroskopik, rambut
jagung berupa benang-benang ramping, lemas, agak mengkilat, panjang 10 cm
sampai 25 cm, garis tengah lebih kurang 0,4 mm. Secara mikroskopik, pada
penampang melintang tampak epidermis bentuk segi empat, dengan rambut
penutup terdiri dari beberapa sel, parenkim terdiri dari beberapa sel berdinding
tipis, terdapat berkas pembuluh dengan tipe kolateral. Serbuk berwarna coklat
muda. Fragmen pengenal adalah parenkim. Rambut penutup terdiri dari
beberapa lapis sel berkas pembuluh dan serbuk sari (Ditjen POM, 1995 dalam
Rahmayani, 2007).
Pemanfaatan rambut jagung yang merupakan limbah dari budidaya
jagung masih terbatas pada penggunaannya sebagai obat tradisional seperti
dapat digunakan untuk peluruh air seni dan penurun tekanan darah. Selain itu
biasanya rambut jagung yang masih terikut pada kulit (klobot) jagung digunakan
sebagai pakan ternak. Kandungan kimia pada rambut jagung antara lain: protein,
karbohidrat, serat, beberapa vitamin seperti: vitamin B, vitamin C, vitamin K,
minyak atsiri, garam-garam mineral seperti: Na, Fe, Si, Zn, K, Ca, Mg dan P,
senyawa fitokimia seperti alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, antosianin,
protokatekin, vanilic acid, steroid seperti sitosterol dan stigmasterol, derivat
hasperidin dan juga quersetin (Ebrahimzadeh et al., 2008) , (Guo et al., 2009),
mengandung fenol, terpenoid, dan glikosida Selain itu rambut jagung juga
mengandung maysin, β-karoten, beta sitosterol, geraniol, hordenin, limonen,
mentol dan viteskin (Shun-Cheng Ren et al., 2013). Rambut jagung kaya akan
senyawa fenolik terutama flavonoid (Guo et al., 2009).
2.3 Teh Herbal
Herbal tea atau teh herbal merupakan produk minuman teh, bisa dalam
bentuk tunggal atau campuran herbal. Selain dikonsumsi sebagai minuman
biasa, teh herbal juga dikonsumsi sebagai minuman yang berkhasiat untuk
meningkatkan kesehatan. Khasiat yang dimiliki setiap teh herbal berbeda-beda,
tergantung bahan bakunya. Campuran bahan baku yang digunakan merupakan
herbal atau tanaman obat yang secara alami memiliki khasiat untuk membantu
mengobati jenis penyakit tertentu (Hambali et al., 2005 dalam Daroini, 2006).
Hambali et al., (2005) dalam Daroini, 2006 menambahkan bahwa teh
herbal biasanya disajikan dalam bentuk kering seperti penyajian teh dari
tanaman teh. Tanaman obat dalam bentuk kering yang diformulasikan menjadi
herbal tea dapat dimanfaatkan untuk konsumsi sehari-hari oleh rumah tangga
maupun industri. Proses pembuatan herbal kering meliputi pencucian,
pengirisan,pengeringan, pengecilan ukuran, dan pengemasan. Kondisi proses
tersebut harus diperhatikan untuk menghindari hilangnya zat-zat penting yang
berkhasiat dari bahan segar.
Berbagai herbal atau tanaman obat sebenarnya dapat diolah menjadi
herbal kering. Pada dasarnya, proses pengolahan semua jenis tanaman obat
hampir sama. Biasanya, perbedaan terletak pada lama dan suhu pengeringan
karena disesuaikan dengan karakteristik bahan segar. Herbal-herbal kering
tersebut selanjutnya dicampur dengan komposisi tertentu sesuai dengan jenis
teh herbal yang akan dihasilkan.
2.4 Pengolahan Rambut Jagung menjadi Teh
Pemanfaatan rambut jagung yang merupakan limbah dari budidaya
jagung pada saat ini masih terbatas dan belum optimal, mengingat rambut
jagung merupakan bagian dari tanaman pangan yang tidak dapat dikonsumsi
secara langsung (Rahmayani, 2007). Penggunaannyapun hanya sebatas pada
penyeduhan biasa yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional seperti
digunakan untuk peluruh air seni dan penurun tekanan darah. Selain itu biasanya
rambut jagung yang masih terikut pada kulit (klobot) jagung digunakan sebagai
pakan ternak. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa kandungan kimia
pada rambut jagung sangatlah beragam. Oleh sebab itu pembuatan teh rambut
jagung merupakan salah satu inovasi untuk meningkatkan nilai guna dan
efisiensi pada proses pemakaian sehingga limbah ini dapat lebih bermanfaat.
Rambut jagung yang akan digunakan sebagai teh herbal harus melalui
beberapa proses antara lain pemilihan bahan baku, pelayuan, penggilingan, dan
pengeringan. Pelayuan adalah menurunkan kandungan air, sehingga pucuk
menjadi lemas (layu fisik), dan memberi kesempatan terjadinya perubahan
senyawa-senyawa kimia yang dikandung di dalam pucuk (Sembiring, 2009 dalam
Harun, 2011). Pengeringan merupakan salah satu proses yang digunakan untuk
memperpanjang daya simpan. Pengeringan rambut jagung dapat dilakukan
secara alami maupun menggunakan mesin pengering vakum mengingat
banyaknya kandungan senyawa kimia bermanfaat di dalamnya, sehingga untuk
menjaga keberadaan senyawa-senyawa ini dilakukan dengan cara pengeringan
vakum (Harun, 2011).
2.5 Pengeringan
Pengeringan merupakan metode pengawetan dengan cara pengurangan
kadar air dari bahan pangan sehingga daya simpan menjadi lebih panjang.
Perpanjangan daya simpan terjadi karena aktivitas mikroorganisme dan enzim
menurun sebagai akibat dari air yang dibutuhkan untuk aktivitasnya tidak cukup
(Estiasih dan Ahmadi, 2009).
Dua faktor proses pengawasan yang dimasukkan ke dalam satuan operasi
pengeringan yaitu:
a. Pemindahan panas untuk melengkapi panas laten penguapan yang
dibutuhkan
b. Pergerakan air atau uap air melalui bahan pangan dan kemudian keluar
bahan untuk mempengaruhi pemisahan dari bahan pangan (Aprilianti,
2010).
Bahan pangan yang dikeringkan umumnya mempunyai nilai gizi yang lebih
rendah dibandingkan dengan bahan segarnya. Selama pengeringan juga dapat
terjadi perubahan warna, tekstur, aroma, dan lain - lain. Meskipun perubahan -
perubahan tersebut dapat dibatasi seminimal mungkin dengan cara memberikan
perlakuan pendahuluan terhadap bahan yang akan dikeringkan. Dengan
mengurangi kadar airnya, bahan pangan akan mengandung senyawa - senyawa
seperti protein, karbohidrat, lemak, dan mineral dalam konsentrasi yang lebih
tinggi, akan tetapi vitamin - vitamin dan zat warna pada umumnya menjadi rusak
atau berkurang (Muchtadi T, 1997 dalam Aprilianti, 2010).
Pemilihan jenis pengeringan yang sesuai untuk suatu produk pangan
ditentukan oleh kualitas produk akhir yang inginkan, sifat bahan pangan yang
dikeringkan, dan biaya produksi. Beberapa jenis pengeringan yang telah
digunakan secara komersial antara lain pengeringan langsung / penjemuran (sun
drying), pengeringan udara panas, pengeringan kabinet, pengeringan
terowongan, pengeringan ban berjalan, pengeringan semprot, pengeringan
drum, pengeringan vakum, dan pengeringan beku (Estiasih dan Ahmadi, 2009).
Faktor –faktor utama yang mempengaruhi kecepatan pengeringan dari
suatu bahan pangan adalah :
a. Sifat fisik dan kimia dari produk (bentuk, ukuran, komposisi, kadar air).
b. Pengaturan geometris produk sehubungan dengan permukaan alat atau
media perantara pemindah panas (seperti nampan untuk pengeringan).
c. Sifat - sifat fisik dari lingkungan alat pengering (suhu, kelembaban, dan
kecepatan udara).
d. Karakteristik alat pengering (efisiensi pemindahan panas) (Buckle et al.,
1985 dalam Aprilianti, 2010).
Keuntungan pengeringan pada bahan pangan yaitu bahan menjadi lebih
awet, volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan
menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi
berkurang sehingga memudahkan pengangkutan, dengan demikian diharapkan
biaya produksi menjadi lebih murah. Sedangkan sisi kerugiannya antara lain
terjadinya perubahan - perubahan sifat fisis seperti; pengerutan, perubahan
warna, kekerasan, dan sebagainya. Perubahan kualitas kimia, antara lain :
penurunan kandungan vitamin C maupun terjadinya pencoklatan, demikian pula
kualitas organoleptiknya (Aprilianti, 2010).
Sun-drying (Penjemuran) merupakan salah satu metode pengeringan
menggunakan sinar matahari. Penjemuran merupakan pengeringan tradisional
yang tidak memerlukan peralatan khusus dan biaya operasional yang murah.
Sayangnya proses penjemuran ini tergantung pada cuaca (Estiasih dan Ahmadi,
2009).
Pengeringan kabinet adalah metode pengeringan yang menggunakan
alat pengering untuk sistem batch dengan proses pengeringan dilakukan pada
suhu konstan. Pada alat ini kelembaban udara dapat mengalami penurunan. Alat
ini biasanya digunakan untuk pengembangan produk baru sebelum diproduksi
skala besar (Estiasih dan Ahmadi, 2009).
III Metode Penelitian
3.1 Bahan dan Alat
3.1.1 Bahan
Bahan baku yang digunakan adalah rambut jagung segar dengan usia
pemetikan 80-90 hari (usia panen tanaman jagung) dari Malang. Bahan kimia
yang diperlukan metanol 85%, asam asetat glacial, akuades, 1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazyl (DPPH), asam galat, polioksietilen sorbitan monostearat (tween
20), amonium tiosianat, ferri klorida, kalium ferrisianida, asam trikloroasetat,
kloroform, buffer fosfat, asam klorida, dan asam linoleat.
3.1.2 Alat
Alat yang digunakan : timbangan analitik, oven , blender kering, alat
gelas, sentrifuse, vortex, pH meter, dan spektrofotometer UV Vis
3.2 Metode Penelitian
Proses pembuatan teh herbal dari rambut jagung melalui beberapa
proses antara lain pemilihan bahan baku, pelayuan, penggilingan, dan
pengeringan.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 2 kali 1
faktor dengan pola 1 x 3 dimana masing - masing perlakuan diulang sebanyak 3
kali yang terdiri atas 1 faktor yaitu:
1. Faktor Jenis pengeringan (T), terdiri atas satu taraf yaitu : pengeringan
kabinet suhu 600 C.
Faktor lama pengeringan (L), terdiri atas tiga taraf, yaitu: L1 = 2 jam, L2= 4
jam, dan L3 = 6 jam
2. Faktor Jenis pengeringan (T), terdiri atas satu taraf yaitu : pengeringan
sun-drying
Faktor lama pengeringan (L), terdiri atas tiga taraf, yaitu: L1 = 24 jam, L2=
48 jam, dan L3 = 72 jam
Sehingga diperoleh 18 satuan percobaan. data yang diperoleh dianalisa
dengan analisis varian (ANOVA) apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan
uji Duncan (DMRT 5%).
a. Peubah tetap : Jenis bahan baku yaitu rambut jagung
Berat rambut jagung = 1000 gram
b. Peubah berubah (pengeringan rambut jagung) :
A1 = Pengeringan kabinet dengan suhu 60°C; 2 jam
A2 = Pengeringan kabinet dengan suhu 60°C; 4 jam
A3 = Pengeringan kabinet dengan suhu 60°C; 6 jam
A4 = Pengeringan dengan sinar matahari 1 hari
A5 = Pengeringan dengan sinar matahari 2 hari
A6 = pengeringan dengan sinar matahari 3 hari
Menurut Gaspersts (1991) dalam Usman (2010), model matematika untuk
percobaan faktor tunggal dengan menggunakan dasar Rancangan Acak
Lengkap (RAL) adalah :
Yij = μ + τi + Є ij i = 1,2,3,4,5,6......
j = 1,2,3,4,5,6......
Dimana :
Yij : Nilai pengamatan pada suatu percobaan ke- j yang memperoleh
perlakuan i
μ : Nilai tengah populasi (rata - rata yang sesungguhnya)
τi : Pengaruh perlakuan ke- i
Єij : Nilai pengaruh galat dari suatu percoban ke - j yang memperolah
perlakuan i.
Parameter yang diamati
1. karakteristik fisik, yaitu:
a. Rendemen (Hartant et al., 2003 dalam Usman, 2010)
b. Warna rambut jagung kering (Rahayu, 2001 dalam Usman, 2010)
2. Karakteristik Kimiawi, yaitu:
a. Kadar air (Sudarmadji dkk, 1997 dalam Usman, 2010)
b. Intensitas Warna Berdasarkan kadar Antosianin (Hanum, 2000 dalam
Usman, 2010)
3. Aktivitas Antioksidan yang meliputi :
a. Total Fenol (Sakanaka et al., 2003 dalam Usman, 2010)
b. Antioksidan Total (Duh et al., 1999 dan Yen et al., 2003 dalam Usman,
2010)
c. Daya Reduksi (Oyaizu, 1986 yang dimodifikasi oleh Gülcin et al.,
2003 dalam Usman, 2010)
Rancangan respon yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari uji
organoleptik. Ppengujian organoleptik yang akan dilakukan respon pengamatan
secara uji organoleptik dengan menggunakan metode uji hedonik oleh 15 orang
panelis yaitu terhadap warna, aroma dan rasa yang terbaik.
Contoh kriteria penilaian untuk uji hedonik yang digunakan dapat dilihat
pada tabel 3:
Tabel 3. Kriteria Uji Hedonik
Keterangan NilaiSkala
Numerik
Sangat Suka 6
Suka 5
Agak Suka 4
Agak Tidak Suka 3
Tidak Suka 2
Sangat Tidak
Suka1
(Sumber : Soekarto, 1985)
Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan
panelis terhadap teh herbal rambut jagung berdasarkan uji hedonik terhadap
warna, aroma dan rasa. Penilaian panelis dicantumkan dalam formulir pengisian
untuk uji organoleptik dan kemudian data yang didapat tersebut diolah dengan
menggunakan perhitungan statistik non parameterik.
Daftar Pustaka
Adri, D. dan Wikanastri H. 2013. Aktivitas Antioksidan dan Sifat
Organoleptik Teh Daun Sirsak (Annona Muricata, Linn) Berdasarkan Variasi
Lama Pengeringan. Jurnal Pangan dan gizi Vol. 04. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Apriliyanti, T., 2010. Kajian Sifat Fisikokimia dan Sensori Tepung Ubi
Jalar Ungu (Lpomoea Batatas Blackie) dengan Variasi Proses Pengeringan.
Skripsi. http://core.ac.uk/download/pdf/12349750.pdf. Diakses pada Jumat, 16
September 2015.
Daroini, O. Sativa. 2006. Kajian Proses Pembuatan Teh Herbal dari
Campuran Teh Hijau (Camellia Sinensis), Rimpang Bangle (Zingiber
Cassumunar Roxb.), dan Daun Ceremai (Phyllanthus Acidus (L.) Skeels.).
Skripsi. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/3740/F06osd.pdf?
sequence=4. Diakses pada Jumat, 16 September 2015.
Ebrahimzadeh, M. A., F. Pourmorad, and S. Hafezi. 2008. Antioxidant
Activities of Iranian Corn Silk. Turkish Journal of Biology ; 32(1): 43–49.
Estiasih, T., dan Ahmadi, Kgs. 2009. Teknologi Pengolahan Pangan.
Jakarta : Bumi Aksara.
Guo, J., Liu T., Han L., dan L. Yongmei. 2009. The Effects of Corn Silk
on Glycaemic Metabolism. Nutr Metab (Lond). 2009 Nov 23;6:47. doi:
10.1186/1743-7075-6-47
Harun, N., Rossi, E., dan Adawiyah, M. 2011. Karakteristik Teh Herbal
Rambut Jagung (Zea Mays) dengan Perlakuan Lama Pelayuan dan Lama
Pengeringan. SAGU, September 2011 Vol. 10 No. 2 : 16-21. ISSN 1412-4424.
Hernani dan Rahmawati, N. 2009. Aspek Pengeringan dalam
Mempertahankan Kandungan Metabolit Sekunder pada Tanaman Obat.
Jurnal Pekembangan Teknologi TRO 21 (2). Bogor: Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Kencana, E.D., Hasnelly, dan Anjarsari, B.. 2015. Pengaruh Suhu dan
Lama Pengeringan terhadap Karakteristik Teh Herbal Daun Katuk
(Sauropus Adrogynus L. Merr). http://www.digilib.unpas.ac.id/download.php?
id=6446. Diakses pada Sabtu, 17 Oktober 2015
Nantitanon W., Yotsawimonwat, S., dan S. Okonogi. 2010. Factors
Influencing Antioxidant Activities and Total Phenolic Content of Guava Leaf
Extract. Lebensmittel-Wissenschaft und-Technologie (Impact Factor: 2.42).
09/2010; 43(7):1095-1103. DOI: 10.1016/j.lwt.2010.02.015
Nuridayanti, E. F. T. 2011. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Air Rambut
Jagung (Zea Mays L.) Ditinjau dari Nilai Ld50 dan Pengaruhnya terhadap
Fungsi Hati dan Ginjal pada Mencit. SKRIPSI.
http:// lib.ui.ac.id/file?file=digital/20281283-S673... pdf . Diakses pada Sabtu, 17
Oktober 2015
Prasddha, I.J., Laeliocattleya, R. A., Estiasih, T., dan Maligan, J., M..
Potensi Senyawa Bioaktif Rambut Jagung untuk Tabir Surya Alami. Jurnal
Pangan dan Agroindustri Vol. 4 No 1 p. 40-45, Januari 2016
Rahmayani, A. 2007. Telaah Kandungan Kimia Rambut Jagung (Zea
Mays L.). Skripsi. http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/553/jbptitbpp-gdl-annisarahm-
27627-2-2007ta-1.pdf. Diakses pada Sabtu, 17 Oktober 2015
Ren, S., Qi Ao, Q., dan Ding, X. 2013. Antioxidative Activity of Five
Flavones Glycosides from Corn Silk (Stigma Maydis). Czech Journal Food
Science Vol. 31, 2013, No. 2: 148–155
Somantri, R., dan Tantri K. 2011. Kisah dan Khasiat Teh. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Usman, D.S.B. 2010. Karakteristik dan Aktivitas Antioksidan Bunga
Rosella Kering (Hibiscus Sabdariffa L.). Skripsi.
http://eprints.upnjatim.ac.id/662/2/file2.pdf. Diakses pada Sabtu, 17 Oktober 2015