PENATALAKSANAAN PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM IV-V
REFERAT ILMU PENYAKIT DALAM
Pembimbing: dr. Dasril Nizam, Sp.PD, KGEH
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
2012
Faustine Bagya Rahardja07120070069
PENDAHULUAN
Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan global.
Di Amerika Serikat: insidensi dan prevalensi penyakit ginjal kronik semakin meningkat, dengan prognosis yang buruk dan biaya yang tinggi merupakan penyebab kematian nomor 9.
Levey AS, dkk. Chronic Kidney Disease as a Global Public Health Problem: Approaches and Initiatives – a Position Statement from Kidney Disease Improving Global Outcomes. Kidney International; 2007Perhimpunan Nefrologi Indonesia (2008)
PENDAHULUAN
Di Indonesia: berdasarkan Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia tahun 2000, jumlah pasien gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk
Levey AS, dkk. Chronic Kidney Disease as a Global Public Health Problem: Approaches and Initiatives – a Position Statement from Kidney Disease Improving Global Outcomes. Kidney International; 2007Perhimpunan Nefrologi Indonesia (2008)
ANATOMI GINJAL
GINJAL Berjumlah dua buah Berwarna kemerahan Berbentuk seperti kacang merah Terletak retroperitoneal di bagian
abdomen posterior, lateral kolumna vertebra, setinggi TXII-LIII (dalam posisi supine), dengan ginjal kanan sedikit lebih rendah daripada ginjal kiri
Sebagian sisi ginjal terlindung oleh iga 11 dan 12
Ukuran: panjang 10-12 cm; lebar 5-7cm; tebal 3 cm (dewasa)
FISIOLOGI GINJAL
Ginjal normal membantu mempertahankan milieu interieur (homeostasis) melalui fungsi regulatori, ekskretori, sintesis, dan metabolik.
FISIOLOGI GINJAL
Regulasi dari: Volume cairan ekstraselular, dengan ekskresi
atau retensi sodium dan air. Osmolalitas plasma, melalui diuresis dan
antidiuresis. Keseimbangan asam-basa, melalui produksi
dan ekskresi dari amonia, ekskresi dari asam, dan reabsorpsi atau ekskresi bikarbonat.
Keseimbangan potassium, khususnya melalui sekresi cepat potassium pada tubulus distal.
Keseimbangan kalsium, fosfat, dan magnesium.
FISIOLOGI GINJAL
Ekskresi dari: Bahan terlarut dengan berat molekul
rendah (< 500 dalton), seperti urea dan kreatinin.
Bahan terlarut dengan berat molekul sedang (500-20.000 dalton)
Senyawa nitrogen dan ‘racun uremik’ lainnya.
FISIOLOGI GINJAL
Metabolisme dari protein yang terfiltrasi, termasuk hormon.
Aktivasi 25-hydroxycholecalciferol Sintesis dari:
Eritropoietin Renin-angiotensin Hormon hemodinamik, yang bekerja
lokal, seperti prostalglandin, nitric oxide (NO), dan endotelin.
NEFRON
Nefron merupakan unit fungsional dari ginjal.
Terdiri dari: Korpuskel renal
Glomerulus Kapsul Bowman
Tubulus renal Tubulus kontortus
proksimal Lengkung Henle Tubulus kontortus distal
NEFRON
Nefron dan tubulus kolektivus melakukan 3 proses dasar: Filtrasi glomerulus Reabsorpsi tubular Sekresi tubular
PENYAKIT GINJAL KRONIK
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal.
National Kidney Foundation. K/DOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Stratification. Am J Kidney Dis 2002; 39: S1-S266.
GAGAL GINJAL
Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
National Kidney Foundation. K/DOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Stratification. Am J Kidney Dis 2002; 39: S1-S266.
KRITERIA PENYAKIT GINJAL KRONIK Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3
bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dengan manifestasi: Kelainan patologis. Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan
dalam komposisi darah atau urin, atau kelainan dalam tes pencitraan.
Laju filtrasi glomerulus (LFG) < 60 ml/ menit/ 1,73 m2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
National Kidney Foundation. K/DOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Stratification. Am J Kidney Dis 2002; 39: S1-S266.
KLASIFIKASI
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal, yaitu derajat (stage) penyakit dan diagnosis etiologi.
Berdasarkan derajat, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung dengan Mempergunakan rumus Kockcroft-Gault, sebagai berikut:
KLASIFIKASI
Berdasarkan derajat (stage)
Derajat PenjelasanLFG
(ml/menit/1,73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau meningkat ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
KLASIFIKASI Berdasarkan diagnosis etiologi
Penyakit Contoh
Penyakit ginjal diabetes Diabetes tipe 1 dan 2
Penyakit ginjal non-diabetes Penyakit glomerular (penyakit autoimun, infeksi
sistemik, obat, neoplasia)
Penyakit vaskular (penyakit pembuluh darah besar,
hipertensi, mikroangiopati)
Penyakit tubulointerstisial (infeksi saluran kemih, batu,
obstruksi, keracunan obat)
Penyakit kistik (ginjal polikistik)
Penyakit pada transplantasi Rejeksi kronik
Keracunan obat (siklosporin atau takrolimus)
Penyakit berulang (penyakit glomerular)
Transplant glomerulopathy
FAKTOR RISIKODefinisi Contoh
Susceptibility factors Meningkatkan kerentanan
terhadap kerusakan ginjal
Usia tua, riwayat keluarga
Initiation factors Secara langsung menginisiasi
kerusakan ginjal
Diabetes mellitus, hipertensi,
penyakit autoimun, infeksi
sistemik, infeksi saluran kemih,
batu saluran kemih, obstruksi
saluran kemih bagian bawah,
keracunan obat
Progression factors Menyebabkan perburukan dari
kerusakan ginjal dan penurunan
fungsi ginjal yang lebih cepat
setelah inisiasi kerusakan ginjal
Tingginya derajat proteinuria,
tingginya tekanan darah, kontrol
gula darah yang buruk pada
diabetes mellitus, merokok
ETIOLOGI Penyebab utama penyakit ginjal kronik di Amerika Serikat
Penyebab Insidensi
Diabetes Mellitus
- Tipe 1
- Tipe 2
44,9%
3,9%
41%
Hipertensi dan penyakit pembuluh darah
besar27,2%
Glomerulonefritis 8,2%
Nefritis interstitialis 3,6%
Kista dan penyakit bawaan lain 3,1%
Penyakit sistemik (misalnya, lupus dan
vaskulitis)2,1%
Neoplasma 2,1%
Tidak diketahui 5,2%
Penyakit lain 4,6%
ETIOLOGI
Penyebab gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di Indonesia
Penyebab Insidensi
Glomerulonefritis 46,39%
Diabetes Melitus 18,65%
Obstruksi dan Infeksi 12,85%
Hipertensi 8,46%
Sebab lain 13,65%
PATOFISIOLOGI
Terdapat 2 mekanisme dasar penyakit ginjal kronik, yaitu:
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Sesuai penyakit yang mendasari (seperti diabetes melitus, hipertensi, infeksi traktus urinarius, dan lainnya)
Sindrom uremia: lemah, letargi, anoreksia, mual, muntah, nokturia, neuropati perifer, uremi frost, kejang, sampai koma.
Gejala dari komplikasi (misalnya hipertensi, anemia, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit, dan lainnya)
MANIFESTASI KLINIS
Umum: Fatique, malaise, gagal tumbuh Kulit: Pucat, kering, mudah lecet, rapuh Kepala dan leher: Frost uremik, lidah kering
dan berselaput Mata: Fundus hipersensitif Kardiovaskular: Hipertensi, kelebihan
cairan, gagal jantung, perikarditis uremik, penyakit vaskular
Paru: asidosis, edema paru, efusi pleura Gastrointestinal: Anoreksia, nausea, kolitis
uremik
MANIFESTASI KLINIS
Urinari: Nokturia, poliuria, oliguria-anuria, proteinuria, penyakit ginjal yang mendasarinya
Reproduksi: Penurunan libido, impotensi, amenore, infertilitas, ginekomastia, galaktore
Saraf: Letargi, melaise, anoreksia, tremor, mengantuk, kebingungan, mioklonus, kejang, koma
Tulang: Hiperparatiroidisme, defisiensi vitamin D Sendi: Gout, pseudogout Hematologi: Anemia, defisiensi imun, mudah
mengalami pendarahan Endokrin: Multipel
MANIFESTASI KLINIS
Stage 1• Renal reserve• Tidak ada gejala (asimptomatik)
atau sesuai dengan penyakit dasar
Stage 2• Tidak ada gejala (asimptomatik)• Kadar urea dan kreatinin meningkat
Stage 3
• Gejala dan tanda uremia: nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan berkurang penurunan berat badan
Stage 4
• Gejala dan tanda uremia nyata, misalnya anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah, gangguan keseimbangan air dan elektrolit, dan lainnya).
Stage 5 •Gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy), yaitu dialysis atau transplantasi ginjal
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (Editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.
GAMBARAN LABORATORIS
Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya. Penurunan fungsi ginjal:
Peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum Penurunan LFG.
Kelainan biokimiawi darah: Penurunan kadar hemoglobin Peningkatan kadar asam urat Electrolyte imbalance: Hiper atau hipokalemia,
hiper atau hiponatremia, hiper atau hipokloremia, hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis metabolik.
Kelainan urinalisis meliputi: proteinuria, hematuri, leukosuria, cast, dan lainnya.
GAMBARAN RADIOLOGIS
Foto polos abdomen: bisa tampak batu radio-opak.
Ultrasonografi ginjal: bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, dan kalsifikasi.
Pielografi intravena (jarang dikerjakan) Pielografi antegrad atau retrograd dilakukan sesuai indikasi.
GAMBARAN HISTOPATOLOGIS
Biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal dilakukan pada pasien dengan ukuran ginjal yang masih mendekati normal diagnosis secara noninvasif tidak bisa ditegakan.
Pemeriksaan histopatologi ini bertujuan untuk mengetahui etiologi, menetapkan terapi, prognosis, dan mengevaluasi hasil terapi yang telah diberikan.
Kontra-indikasi biopsi ginjal: pada keadaan dimana ukuran ginjal sudah mengecil (contracted kidney), ginjal polikistik, hipertensi yang tidak terkendali, infeksi perinefrik, gangguan pembekuan darah, gagal napas, dan obesitas.
TATA LAKSANA Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik meliputi:
Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid
(comorbid condition) Memperlambat perburukan (progression) fungsi ginjal Pencegahan dan terapi terhadap penyakit
kardiovaskular Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi Persiapan terhadap gagal ginjal dan terapi pengganti
ginjal Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau
transplantasi ginjal
National Kidney Foundation. K/DOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Stratification. Am J Kidney Dis 2002; 39: S1-S266.
TATA LAKSANA Tata laksana sesuai derajat
National Kidney Foundation. K/DOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Stratification. Am J Kidney Dis 2002; 39: S1-S266.
DerajatLFG
(ml/mnt/1.73m2)Rencana tatalaksana
1 ≥ 90 Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid, pemburukan
(progression), fungsi ginjal, memperkecil risiko
kardiovaskular
2 60 – 89 Menghambat pemburukan fungsi ginjal
3 30 – 59 Evaluasi dan terapi komplikasi
4 15 – 29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal
5 < 15 Terapi pengganti ginjal
TATA LAKSANA
Tata laksana multidisiplin (dokter (termasuk ahli gizi, ahli kesehatan jiwa), perawat, dinas sosial, dan lainnya)
Perilaku tata laksana mandiri harus selalu ditanamkan dalam setiap rencana tata laksana penyakit ginjal kronik pada semua stadium.
Fungsi ginjal harus dipantau secara berkala (setiap 1-3 bulan, bergantung kepada kecepatan perjalanan penyakit), dengan pemeriksaan secara periodik terhadap laju filtrasi glomerulus (LFG).
TATA LAKSANA
Pasien dengan penyakit ginjal kronik harus dirujuk kepada dokter spesialis untuk konsultasi dan tata laksana, jika rencana tata laksana klinis tidak dapat dipersiapkan, evaluasi yang disarankan tidak dapat dilakukan, atau tata laksana yang direkomendasikan tidak dapat dilakukan Secara umum, pasien dengan LFG < 30 ml/menit/1,73 m2 harus dirujuk kepada dokter ahli nefrologi.
TERAPI SPESIFIK TERHADAP PENYAKIT DASAR
Waktu yang paling tepat untuk terapi penyakit dasar adalah sebelum terjadinya penurunan LFG sehingga pemburukan fungsi ginjal tidak terjadi bila LFG sudah menurun sampai 20-30% dari normal, terapi terhadap penyakit dasar sudah tidak banyak bermanfaat.
PENCEGAHAN DAN TERAPI TERHADAP KONDISI KOMORBID
Penting sekali untuk mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan LFG pada pasien penyakit ginjal kronik mengetahui kondisi komorbid (superimposed factors)
Faktor-faktor komorbid ini antara lain: gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, hipertensi yang tidak terkontrol, infeksi traktus urinarius, obstruksi traktus urinarius, obat-obatan nefrotoksik (misalnya antibiotik dan obat anti-inflamasi non-steroidal), bahan radiokontras, atau peningkatan aktivitas penyakit dasarnya.
MENGHAMBAT PERBURUKAN FUNGSI GINJAL TATA LAKSANA HIPERTENSI
Penelitian klinis secara acak dan observasional prospektif kontrol terhadap hipertensi sistemik menghambat perburukan penyakit baik pada pasien dengan diabetes mellitus maupun tanpa diabetes mellitus.
Pilihan obat: Angiotensin Converting Enzymes (ACE) Inhibitors atau
Angiotensin Receptor Blocker (ARB) first line Beta-blocker Calcium Channel Blocker Loop diuretic
Pembatasan asupan garam Rekomendasi target tekanan darah: < 130/80 mmHg
pada semua pasien dengan penyakit ginjal kronik.
Abboud H dan Henrich WL. Stage IV Chronic Kidney Disease. N Engl J Med 2010; 362: 56-65
MENGHAMBAT PERBURUKAN FUNGSI GINJAL
MENGATASI PROTEINURIA Proteinuria merupakan faktor risiko
terhadap perburukan kerusakan struktural ginjal.
Pilihan obat: ACE inhibitors atau ARB Pembatasan asupan protein
MENGHAMBAT PERBURUKAN FUNGSI GINJAL MENGATASI PROTEINURIA
Pembatasan asupan proteinLFG
(ml/mnt/1,73m2)
Asupan protein
(g/kg/hari)
Fosfat
(g/kg/hari)
> 60 Tidak dianjurkan Tidak dibatasi
25 – 60 0.6 - 0.8 gr/kg/hari, termasuk 0.35 gr/kg/hari
protein nilai biologi tinggi
≤ 10 g
5 – 25 0.6 - 0.8 gr/kg/hari, termasuk 0.35 gr/kg/hari
protein nilai biologi tinggi atau tambahan 0.3
gr/kg asam amino esensial atau asam keton
≤ 10 g
< 60 0.8 gr/kg/hari (+1 gr protein / gr proteinuria
atau tambahan 0.3 gr/kg asam amino esensial
atau asam keton)
≤ 9 g
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (Editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.
MENGHAMBAT PERBURUKAN FUNGSI GINJAL MENGONTROL KADAR GULA DARAH
Kadar gula darah yang tidak terkontrol berkaitan dengan meningkatnya risiko terhadap nefropati dan komplikasi kardiovaskular.
Meskipun data dari penelitian secara acak menunjukkan kontrol ketat terhadap kadar gula darah dapat mencegah perkembangan nefropati diabetes dan menghambat progresi mikroalbuniuria menjadi proteinuria namun, tidak ada penelitian secara acak yang menilai efek dari kontrol kadar gula darah terhadap perburukan fungsi ginjal pada pasien dengan penyakit ginjal kronik stadium lanjut.
Abboud H dan Henrich WL. Stage IV Chronic Kidney Disease. N Engl J Med 2010; 362: 56-65
PENCEGAHAN DAN TERAPI TERHADAP PENYAKIT KARDIOVASKULAR Pencegahan dan terapi terhadap
penyakit kardiovaskular merupakan hal yang penting 40-45% kematian pada penyakit ginjal kronik disebabkan oleh penyakit kardiovaskular.
Komplikasi kardiovaskular yang berkaitan dengan penyakit ginjal kronik: angina pektoris, infark miokardium, gagal jantung, stroke, penyakit vaskular perifer, aritmia, dan kematian mendadak.
PENCEGAHAN DAN TERAPI TERHADAP PENYAKIT KARDIOVASKULAR Patogenesis penyakit kardiovaskular
pada penyakit ginjal kronik
PENCEGAHAN DAN TERAPI TERHADAP PENYAKIT KARDIOVASKULAR Hal-hal yang termasuk dalam pencegahan
dan terapi penyakit kardiovaskular: Pengendalian diabetes Pengendalian hipertensi Pengendalian dislipidemia Pengendalian anemia Pengendalian hiperfosfatemia Terapi terhadap kelebihan cairan dan gangguan
keseimbangan elektrolit.( Semua ini terkait dengan pencegahan dan terapi terhadap komplikasi penyakit ginjal kronik secara keseluruhan)
PENCEGAHAN DAN TERAPI TERHADAP PENYAKIT KARDIOVASKULAR Kebanyakan pasien dengan penyakit
ginjal kronik memiliki dislipidemia Rekomendasi target kolestrol Low
Density Lipoprotein (LDL): < 100 mg/dl (2,6 mmol/L)
Pilihan obat: Statin
Abboud H dan Henrich WL. Stage IV Chronic Kidney Disease. N Engl J Med 2010; 362: 56-65
PENCEGAHAN DAN TERAPI KOMPLIKASI
Anemia Anemia terjadi pada 80-90% pasien penyakit
ginjal kronik > 50% ditemukan pada pasien dengan penyakit ginjal kronik stadium 4 dan 5.
Anemia pada penyakit ginjal kronik terutama disebabkan oleh defisiensi eritropoetin. Hal-hal lain yang ikut berperan dalam terjadinya anemia adalah defisiensi besi, kehilangan darah (misalnya perdarahan saluran cerna, hematuria, dan lainnya), masa hidup eritrosit yang pendek akibat terjadinya hemolisis, defisiensi asam folat, penekanan sumsum tulang akibat substansi uremik, dan proses inflamasi akut maupun kronik.
PENCEGAHAN DAN TERAPI KOMPLIKASI
Anemia Evaluasi terhadap anemia dimulai saat kadar
hemoglobin ≤ 10 gr% atau hematokrit ≤ 30% meliputi evaluasi terhadap status besi (serum iron, total iron binding capacity, serum ferritin), mencari sumber perdarahan, morfologi eritrosit, kemungkinan adanya hemolisis dan sebagainya.
Tatalaksana ditujukan terhadap penyebab utama dan penyebab lain jika ditemukan.
Pilihan obat: eritropoietin, suplementasi besi secara oral ataupun parenteral
PENCEGAHAN DAN TERAPI KOMPLIKASI
GANGGUAN MINERAL DAN TULANG Gangguan mineral dan tulang sering
terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal kronik stadium IV dan berkaitan dengan meningkatnya kalsifikasi kardiovaskular, potensial berkontribusi terhadap peningkatan risiko kematian dan komplikasi.
Masalah: Hiperfosfatemia, hipokalsemia, dan menurunnya kadar vitamin D aktif (1,25(OH)D3) hiperparatiroidisme sekunder.
PENCEGAHAN DAN TERAPI KOMPLIKASI
GANGGUAN MINERAL DAN TULANG Evaluasi kadar kalsium serum dan fosfat setiap 3-6
bulan, kadar hormon paratiroid setiap 6-12 bulan, aktivitas alkaline fosfatase setiap 6-12 bulan pada pasien dengan penyakit ginjal kronik stadium IV, dengan sasaran menormalkan nilai kadar tersebut.
Tatalaksana: Terutama pada pasien dengan kadar hormon paratiroid yang tinggi secara terus menerus (hiperparatiroidisme sekunder) Restriksi diet fosfat Pilihan obat: pengikat fosfat dan analog vitamin D aktif jika
memiliki kadar kalsium normal. Suplementasi 1,25(OH)D3 direkomendasikan jika kadarnya
dalam darah < 30 ng/ml.
PENCEGAHAN DAN TERAPI KOMPLIKASI
GANGGUAN ELEKTROLIT DAN ASAMBASA
Gangguan elektrolit: Na dan K Hipo/hipernatremia Hiperkalemia
Asidosis Metabolik sodium bicarbonat
PERSIAPAN UNTUK TERAPI PENGGANTI GINJAL
Persiapan untuk terapi pengganti ginjal dilakukan pada pasien dengan penyakit ginjal kronik stadium IV. Pasien harus dijelaskan mengenai penyakit
ginjal kronik dan terapi pengganti ginjal Usaha harus dilakukan dalam menjaga
sirkulasi vena pada ekstremitas atas untuk menjaga akses vaskular pada pasien yang akan melakukan hemodialisis
Memulai pembuatan akses vaskular permanen (AV fistula/ AV graft)
TERAPI PENGGANTI GINJAL
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada pasien dengan penyakit ginjal kronik stadium V. Dialisis
Hemodialisis Peritoneal dialisis
Transplantasi ginjal
TERAPI PENGGANTI GINJAL
VIDEO
TERAPI KONSERVATIF
Terapi konservatif dari penyakit ginjal kronik stadium lanjut merupakan salah satu pilihan terapi yang positif pada pasien yang mana dialisis tidak dapat memperpanjang atau meningkatkan kualitas hidup.
TERAPI KONSERVATIF
Terapi konservatif meliputi: Menghindari nefrotoxin (seperti, obat-obatan,
kontras, dan lainnya) Mengevaluasi medikasi secara berkala untuk
menghindari polifarmasi, nefrotoksisitas (misalnya, obat anti inflamasi non-steroid, ACE inhibitor, ARB, kelebihan vitamin D), pemberian dosis yang tidak tepat dari obat-obatan yang disekresi ginjal (misalnya allopurinol, digoksin), dan obat-obatan yang dikontraindikasikan (metfoformin)
Menghindari atau segera mengatasi kondisi yang dapat memicu terjadinya disfungsi renal secara akut, meliputi abnormalitas volume ekstraseluler dan tekanan darah.
TERAPI KONSERVATIF
Terapi konservatif meliputi: Terapi non-dialisis untuk gejala-gejala penyakit
ginjal kronik: Restriksi diet protein untuk anoreksia, mual, dan
muntah Koreksi abnormalitas volume ekstraseluler, khususnya
diuretik loop untuk kelebihan cairan Eritropoietin dan analognya untuk anemia Antidepressant Carbamazepine untuk disestesia, chlorpromazine
untuk cegukan, dan clonazepam untuk myoklonus uremik
Pengikat fosfat, antihistamin, dan terapi ultraviolet (UV) untuk gatal
TERAPI KONSERVATIF
Terapi konservatif meliputi: Koreksi dari abnormalitas elektrolit
yang berbahaya: Restriksi diet untuk hiperkalemia Pengikat fosfat untuk hiperfosfatemia Kalsium dan kalsitriol untuk hipokalsemia Sodium bikarbonat untuk asidosis metabolic
Mengatasi nyeri secara adekuat Evaluasi multidisiplin terhadap fungsi
sosial.
PERAWATAN PALIATIF
Kematian dari pasien dengan penyakit ginjal kronik umumnya meliputi penurunan fungsi mental yang progresif. Rencanakan kematian dengan tenang, damai, dan hormat, dengan penderitaan minimal. Analgesik harus digunakan jika diperlukan.
PROGNOSIS
Pasien dengan penyakit ginjal kronik umumnya berlanjut kepada penyakit ginjal stadium akhir Kecepatan perubahan tersebut bergantung kepada: diagnosis dasar, keberhasilan mengimplementasikan upaya pencegahan sekunder, dan bergantung kepada setiap individu.
Inisiasi terapi pengganti ginjal kronik imperatif untuk mencegah komplikasi uremia dari penyakit ginjal kronik mengarah kepada penurunan tingkat morbiditas dan mortalitas yang nyata.
KESIMPULAN
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal.
Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
KESIMPULAN
Penyakit ginjal kronik stadium IV adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG berat, yaitu 15-30 ml/menit/1,73 m2; Penyakit ginjal kronik stadium V adalah gagal ginjal, yaitu LFG < 15 ml/menit/1,73 m2
atau dialisis.
KESIMPULAN
Tata laksana penyakit ginjal kronik pada umumnya terdiri dari: Terapi spesifik terhadap penyakit dasar Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid Memperlambat perburukan fungsi ginjal Pencegahan dan terapi terhadap penyakit
kardiovaskular Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi Persiapan terhadap gagal ginjal dan terapi
pengganti ginjal stadium IV Terapi pengganti ginjal, baik dialisis atau
transplantasi ginjal stadium V.
KESIMPULAN
Terapi konservatif terhadap penyakit ginjal kronik stadium lanjut merupakan salah satu pilihan terapi lainnya, terutama pada pasien yang mana dialisis sudah tidak dapat memperpanjang atau memperbaiki kualitas hidupnya.
TERIMA KASIH