BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana alam apapun bentuknya memang tidak diinginkan. Sayangnya kejadian
pun terus saja ada. Berbagai usaha tidak jarang dianggap maksimal tetapi kenyataan
sering tidak terelakkan. Masih untung bagi kita yang mengagungkan Tuhan sehingga
segala kehendak-Nya bisa dimengerti, meski itu berarti derita.
Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana alam. Kehilangan dan kerusakan
termasuk yang paling sering harus dialami bersama datangnya bencana itu. Harta benda
dan manusia terpaksa harus direlakan, dan itu semua bukan masalah yang mudah. Dalam
arti mudah difahami dan mudah diterima oleh mereka yang mengalami. Bayangkan saja
harta yang dikumpulkan sedikit demi sedikit, dipelihara bertahun-tahun lenyap seketika.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia,
lempeng pasifik, ada lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat
tumbukan antar lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman memanjang di sebelah
barat pulau Sumatra, sebelah selatan Pulau Jawa hingga Bali dan Kepulauan Nusa
Tenggara, sebelah utara Kepulauan Maluku dan sebelah utara Papua. Konsekuensi lain
lain dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudra, lipatan, punggungan dan patahan
dari busur kepulauan, sebaran gunung api dan sebaran sumber gempa bumi. Gunung api
yang ada di Indonesia berjumlah 129. Angka itu 13% dari jumlah gunung api aktiv di
dunia. Dengan demikian Indonesia rawan dengan bencana letusan gunung api dan gempa
bumi. Di beberapa pantai, dengan bentuk pantai sedang hingga curam, jika terjadi gempa
bumi dengan sumber berada didasar laut atau samudra dapat menimbulkan gelombang
Tsunami.
Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan
gunung api. Tanah ini memilki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir
dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada diatas batuan kedap air pada
perbukitan/punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi
mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi.
Jika perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan
tersebut rawan bencana tanah longsor.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah terjadinya tanah longsor ?
2. Bagaimanakah proses penanggulangan bencana tanah longsor ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui terjadinya tanah longsor ?
2. Untuk mnegetahui proses penanggulangan bencana tanah longsor ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tanah Longsor
A. Pengertian
Tanah longsor merupakan proses penurunan muka tanah yg terjadi secara alamiah
karena konsolidasi pada lapisan tanah dangkal dan lapisan tanah lunak maupun karena
penurunan tekanan air tanah pada sistem aquifer di bawahnya akibat pengaruh
kegiatan manusia di atas permukaan tanah dan pengambilan air tanah.
Masalahnya jika
ada orang atau pemukiman di atas tanah yang longsor atau di bawah tanah yang jatuh
maka sangat berbahaya. Tidak hanya tanah saja yang longsor karena batu, pohon,
pasir, dan lain sebagainya bisa ikut longsor menghancurkan apa saja yang ada di
bawahnya.
Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang
terjadi karena pergerakan asa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti
jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor
pendorong adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi material sendiri,
sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material
tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang mempengaruhi
suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut
berpengaruh :
Erosi yang disebabkan sungai - sungai atau gelombang laut yang menciptakan
lereng-lereng yang terlalu curam lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui
saturasi yang diakibatkan hujan lebat gempa bumi menyebabkan tekanan yang
mengakibatkan longsornya lereng-lereng yang lemah gunung berapi menciptakan
simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu getaran dari
mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir berat yang
terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju.
B. Faktor Penyebab
1. Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya
intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya
penguapan air di permukan tanah dalam jumlah besar. Hal ini mengakibatkan
munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah
permukaan.
Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat
mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intesitas hujan yang tinggi biasanya
sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang
merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga
menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaanya, tanah longsor
dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan
berfungsi mengikat tanah.
2. Lereng Terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal
terbentuknya karena pengikisan air sungai, mata air, air laut dan angin. Kebanyakan
sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan
bidang longsorannya mendatar.
3. Tanah yang kuramg [padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanh liat dengan ketebalan
lebih dari 2.5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memilki potensi
untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat
rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika
hawa terlau panas.
4. Batuan yang kurang kuat
Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran antara
kerikil, pasir dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah
menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah
longsor bila terjadi pada lereng yang terjal.
5. Jenis tata lahan
Tanah longsor banayak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan dan
adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang
kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh
dengan air sehingga mudah menjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan
penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran
yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsor lama.
6. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledaka, getaran mesin
dan getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan
jalan, lantai dan dinding rumah menjadi retak.
7. Susut muka air danau atau bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi
hilang, demgan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi lonsoran dan penuruna
tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
8. Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng dan kendaraan akan
memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama disekitar tikungan jalan
pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan dan retakan yang
arahnya kea rah lembah.
9. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai kea rah tebing, selain itu akibat
penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
10. Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan
pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut
belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada dibawahnya. Sehingga
apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan
tanah.
11. Bekas longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan material
gunung api pada lereng yang relative terjal atau pada saat atau sesudah terjadi patahan
kulit bumi.
12. Adanya bidang diskontuinitas
Bidang ini memiliki cirri:
• Bidang pelapisan batu
• Bidang kontak antara tanah penutup dan batuan besar
• Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat.
• Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak
melewatkan air.
• Bidang kontak antara tanah yang ;lembek dengan tanah yang padat
• Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai
bidang luncuran tanah longsor.
13. Penggundulan hutan
Tanah longsor umum terjadi di daerah yang relative gundul dimana pengikat air tanah
sangat kurang.
14. Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan yang rendaha untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak
dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti
yang terjadi di TPA Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini menyebabkan 120 orang
meninggal.
15. Tambang batubara, terutama metoda penggalian keseluruhan (total extraction)
contohnya metoda longwall atau block caving. Tetapi kadang-kadang pada sistem
room and pillar pada kedalaman yang dangkal memungkinkan terjadinya amblesan
dan geometri dari amblesan mencerminkan pola pola support yang ada. Adanya
spontaneous combustion pada lapisan batubara juga bisa menyebabkan timbulnya
amblesan. Amblesan sebagai akibat penambangan biasanya hanya terjadi pada skala
kecil (lokal) yaitu di daerah bekas tambang yang bersangkutan saja. Meskipun
demikian faktor geologi tetap mempunyai peranan yang penting.
16. Penambangan untuk endapan berlapis (stratiform), contohnya garam, bijih besi,
gipsum dll.
17. Pemompaan air tanah, uap geothermal dan minyak bumi yang berlebihan, akan
menaikkan efektifitas tekanan dan mengakibatkan kompaksi dan amblesan tanah.
18. Penambangan pada badan bijih yang mempunyai kemiringan yang sangat tajam
dan berbentuk pipa
19. Pengeringan pada endapan gambut atau lignite.
20. Akibat tektonik, biasanya peristiwa ini terjadi akibat turunnya bagian bawah dari
patahan atau sinklin. Umumnya terjadi sangat lambat walaupun pernah terjadi
amblesan sedalam 2 m dalam waktu yang singkat.
21. Pelarutan batuan di bawah tanah. Amblesan ini umumnya terjadi akibat proses
pelapukan kimia pada batu gamping, dolomite dan gipsum. Pelarutan ini merupakan
proses alamiah, tetapi akibat perubahan hidrologi kemungkinan proses pelarutan akan
dipercepat sehingga menyebabkan amblesan.
C. Gejala Umum Tanah Longsor
Gejala-gejala umum yang biasanya timbul sebelum terjadinya bencana tanah longsor
adalah:
• Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
• Biasanya terjadi setelah hujan.
• Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
• Tebing rapuh dan krikil mulai berjatuhan
D. Peroses kejadiannya
Fenomena tanah longsor biasanya terjadi tiba-tiba, walaupun hanya dikenal di
tempat-tempat tertentu yang rawan ambles, fenomena ini telah terjadi di seluruh dunia.
Awalnya ditandai dengan bocornya pipa-pipa ledeng yang berkarat, itu menandakan
tanah berpijak kita sedang ambles pertahan, dan suatu hari nanti wuuusss...! Bangunan-
bangunan diatasnya akan tersedot kedalamnya dan jalan-jalan akan hancur. Tapi ada
juga yang amblesnya bersifat alami bukan karena campur tangan manusia dan hasilnya
sangat indah dan menakjubkan
E. Wilayah Rawan Tanah Longsor
Setidaknya terdapat 918 lokasi rawan longsor di Indonesia. Setiap tahunnya kerugian
yang ditanggung akibat bencana longsor sekitar Rp.800 milyar, sedangkan jiwa
terancam sekitar 1 juta.
Daerah yang memiliki rawan longsor:
• Jawa Tengah 327 lokasi
• Jawa Barat 276 lokasi
• Sumatera Barat 100 lokasi
• Sumatera Utara 53 lokasi
• Yogyakarta 30 lokasi
• Kalimantan Barat 23 lokasi
• Sisanya tersebar di NTT, Riau, Kalimantan Timur, Bali dan Jawa Timur.
F. Tahapan Mitigasi Bencana Tanah Longsor
• Pemetaan
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di suatu
wilayah, sebagai masukkan kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota
dan propinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar
dari bencana.
• Penyelidikan
Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan
dalam perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pengembangan wilayah.
• Pemeriksaan
Melakukan penyelidikian pada saat dan setelah terjadinya bencana, sehingga dapat
diketahui penyebab dan cara penanggulangannya.
• Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis sevara ekonomi
dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang
bertempat tinggal di daerah tersebut.
• Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Propinsi/kabupaten/kota atau masyarakat
umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannya. Sosialisasi
dilakukan dengan berbagai cara antara lain, mengirim poster, booklet dan leaflet atau
dapat juga secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah.
• Pemeriksaan bencana longsor
Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana dan tata cara
penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda bencana tanah longsor.
G. Tindakan Yang Bisa Dilakukan Selama dan Sesudah Tanah Longsor
1. Tanggapan Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamat dan pertolongan
korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus di
perhatikan, antara lain:
• Kondisi Medan
• Kondisi bencana
• Peralatan
• Informasi bencana
2. Rehabilitas
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi social, ekonomi dan
sarana transportasi. Selain itu di kaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik
pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi
korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendaliakn.
3. Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi
pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor,
karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang di bangun pada jalur tanah longsor
hampir 100%.
H. Dampak/Akibat
1. Retakan pada dinding batu yang disebabkan oleh tekanan dan tarikan.
2. Mengubah bentuk bingkai pintu dan jendela, dan badan jalan.
3. Bangunan-bangunan tinggi menjadi tidak seimbang atau miring, misalnya chimney,
tower transmisi.
4. Masuknya air ke area penambangan.
5. Banjir pada daerah rendah atau menjadi rawa.
6. Kerusakan pada jaringan pipa atau terjadinya aliran balik di dalam pipa.
7. Retakan terbuka sampai ke permukaan tanah akan mengakibatkan rusaknya
konstruksi di atasnya.
8. Perubahan pola aliran permukaan dan air tanah.
I. Upaya/Usaha Penanggulangan
Pengawasan yang melekat mengenai amblesan tanah
Perlunya tenaga teknik spesifik yang berkompeten dalam bidang tanah longsor
Pemanfaatan sediment sungai untuk mendapatkan nilai ekonomisnya
(pengurugan dsb)
Tata ruang kita belum mengakomodasi Potensi Sumberdaya Air menyeluruh.
Pengelolaan pesisir yang terkoordinasi baik antar instansi satu kabupaten
maupun antar kabupaten dengan memperhatikan factor hidrologi dan geologi.
Peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia dalam bidang kebencanaan.
2.2. Manajemen Penanggulangan Bencana Tanah Longsor
REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Tim gabungan melanjutkan pencarian tujuh korban tanah longsor di Dusun Kopen, Desa Ngrimbi, Kabupaten Jombang, yang hingga saat ini belum ditemukan.
"Kami sudah mulai pencarian lagi. Tim sudah mulai mencari dibantu dengan alat berat," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang Gunadi di Jombang, Rabu.
Ia mengatakan petugas pada pukul 18.00 WIB memang menghentikan pencarian setelah musibah yang terjadi pada Selasa (28/1). Hal itu, katanya, dilakukan karena hujan turun sangat deras.
Pihaknya juga mengantisipasi terdapat korban yang terhanyut di sungai, mengingat rumah korban berada di tepi sungai. Ia berharap, seluruh korban bisa ditemukan.
Bencana tanah longsor terjadi di Dusun Kopen, Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang. Bencana itu terjadi setelah hujan deras pada Senin (27/1) malam.
Tebing tinggi di belakang rumah warga longsor, menimpa empat rumah warga. Saat itu, pemilik rumah sedang istirahat, sehingga mereka tertimpa tanah longsor. Musibah tanah longsor itu, mengubur 16 warga. Dua orang ditemukan selamat, tujuh orang ditemukan meninggal dunia, sedangkan sisanya masih belum ditemukan.
Warga setempat juga sudah memakamkan tujuh warga yang ditemukan meninggal dunia di tempat pemakaman umum desa setempat. Mereka dimakamkan berdampingan.
Gubernur Jatim Soekarwo juga sudah meninjau lokasi bencana. Gubernur juga memberikan bantuan sebesar Rp 50 juta yang diberikan kepada lima keluarga yang menjadi korban tanah longsor tersebut.
Dalam proses evakuasi warga tertimbun lainnya, dibantu tim BPBD, TNI, dan warga. Dua ekskavator diturunkan membantu memudahkan proses pencarian
republika.co.id
Tahapan Mitigasi Bencana Tanah Longsor
• Pemetaan
“Menurut surat yang dikirim PVMBG tetang pergerakan tanah yang terjadi di lokasi kejadian
bencana, wilayah tersebut merupakan daerah rawan tanah gerak dengan potensi menengah.
Oleh karenanya,di daerah yang rawan tanah gerak dengan potensi menengah
kemungkinannya dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan diatas normal”
• Penyelidikan
“Bencana itu terjadi setelah hujan deras pada Senin (27/1) malam.”
• Pemeriksaan
“Pergerakan tanah mulai terjadi di beberapa titik yang mengakibatkan tertimbunnya rumah
warga, Pada titik longsor terdapat sedikitnya lima rumah yang tertimbun material longsor,
daerah bencana merupakan daerah perbukitan yang termasuk wilayah lereng gunung
Anjasmara dengan kemiringan lereng terjal” dengan begitu maka penanggulangannya dengan
menghimbau masyarakat saat hujan deras agar lebih waspada terhadap terjadinya longsor,
jika wilayah tinggalnya termasuk daerah lereng gunung.
• Pemantauan
Pemantaun dilakukan di daerah lereng gunung, apakah termasuk daerah strategis
kegiatan masyarakat, apakah termasuk banyak pemukiman warga, sehingga dapat
dikatahui tingkat bahaya jika terjadi bencana ulang, pemantaun ini dilakukan oleh
warga setempat, agar lebih waspada.
• Sosialisasi
Memberikan sosialisasi kepada warga setempat tentang bencana alam tanah longsor
dan akibat yang ditimbulkannya.
• Pemeriksaan bencana longsor
Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana dan tata cara
penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda bencana tanah longsor.
Tindakan Yang Bisa Dilakukan Selama dan Sesudah Tanah Longsor
1. Tanggapan Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamat dan pertolongan
korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus di
perhatikan, antara lain:
• Kondisi Medan : daerah bencana merupakan perbukitan dengan kemiringan lereng
terjal, daerah rawan tanah gerak dengan potensi menengah.
• Kondisi bencana : situasi cuaca hujan deras
• Peralatan : dalam proses evakuasi awal digunakan alat berat dari pemkab
• Informasi bencana : dihimbau kepada seluruh warga masyarakat yang berada di titik
rawan longsor untuk meningkatkan kewaspadaan guna mengurangi kerugian risiko
bencana
2. Rehabilitas
“Dinas kesehatan Kabupaten jombang telah menurunkan Tim Reaksi Cepat (TRC) ke lokasi
bencana dan mendirikan Pos Kesehatan di lokasi pengungsian. PPK Regional Jawa Timur juga
telah mengirimkan bantuan MP-ASI sebanyak 100 dos dan 1 unit ambulans. Hingga saat ini
banjir belum surut namun permasalahan kesehatan masih dapat diatasi oleh jajaran
kesehatan setempat.”
3. Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi
pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor,
karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang di bangun pada jalur tanah longsor
hampir 100%.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,
bahan rombakan, tanah atau material campuran tersebut, bergerak kebawah atau keluar
lereng. Proses terjadinya tanah longsor adalah aie yang meresap ke dalam tanah akan
menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang
berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan
diatasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempebg
Pasifik dan lempeng Australia yang bergerak salingmenumbuk. Konsekuensi dari
tumbukan itu maka terbentuk palung samudra, lipatan, punggungan dan patahan di busur
kepulauan, sebaran gunung api dan sebaran sumber gempa bumi.
3.2. Saran
Ada beberapa tindakanperlindungan dan perbaikan yang bias ditambah untuk tempat-
tempat hunian, antara lain:
• Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang biasa menyerap).
• Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pembangunan).
• Vegetasi kembali lereng-lereng.
• Beton-beton yang menahan tembok mungkin bias menstabilkan lokasi hunian.
Selain itu ada hal-hal yang harus diketahui untuk menghindari bencana tanah longsor
dalah:
• Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas didekat
pemukiman.
• Buatlah terasering(sengkedan) pada lereng yang terjal bila membangun pemukiman
• Segera menutup retakan tanah dan di padatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah
melaui retakan
• Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal.
• Jangan menebang pohon di lereng.
• Jangan mendirikan pemukiman di tepi lereng yang terjal
• Jangan mendirikan bangunan di bawah tebing yang terjal
DAFTAR RUJUKAN
http://irwansyah-hukum.blogspot.com/2012/06/makalah-cara-penanggulangan-bencana.html/
http://asharvandsa.blogspot.com/2013/10/makalah-tentang-bencana-alam.html/
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-timur/14/01/29/n0514q-proses-pencarian-
korbang-longsor-di-jombang-dilanjutkan/
http://penanggulangankrisis.depkes.go.id/longsor-di-kabupaten-jombang-provinsi-jawa-
timur/
http://bpbd.jatimprov.go.id/v1/index.php/informasi-bencana/228-kejadian-bencana-28-
januari-2014/
Top Related