MODUL PERKULIAHAN
Struktur & Konstruksi IIPembebanan pada Bangunan
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Teknik Teknik Arsitektur 02 12051 Christy Vidiyanti, ST, MT
Abstract Kompetensi
Pembahasan mengenai berbagai pembebanan yang dapat memberikan gaya pada bangunan. Serta pembahasan terkait stabilitas sistem struktur pada bangunan.
Mahasiswa mampu memahami berbagai pembebanan yang dapat memberikan gaya pada bangunan. Serta memahami upaya-upaya dalam mencapai kestabilan sistem struktur pada bangunan.
PembahasanCakupan Isi Materi Pertemuan 02
Materi pertemuan 02, akan membahas mengenai stabilitas sistem struktur serta
pembebanan pada bangunan. Secara rinci, materi yang akan disampaikan pada modul
minggu ini adalah:
1. Stabilitas sistem struktur
2. Pembebanan pada bangunan
3. Logika sistem struktur
Sebagai permulaan untuk memberikan pengetahuan dasar terkait peraturan dalam
merancang, maka akan diberikan beberapa kaidah dalam merancang bangunan.
KDB = Koefisien antara area dasar yang diizinkan dibangun dengan luas lahan
= koefisien KDB x luas lahan
= Persentase area bangunan yang diizinkan = (CxD) / (AxB)
KLB =Koefisien antara luas seluruh bangunan yang diizinkan dibangun dengan luas lahan
= koefisien KLB x luas lahan
= Persentase total area lantai bangunan yang diizinkan =
{(CxD)+(ExF)+(GxH)} / (AxB)
2015 2 Struktur dan Konstruksi II
PusatBahan Ajar dan eLearningChristy Vidiyanti, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Beberapa peraturan dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomer: 29/PRT/M/2006:
1. Perhitungan luas lantai bangunan adalah jumlah luas lantai yang diperhitungkan
sampai batas dinding terluar;
2. Luas lantai ruangan beratap yang sisi-sisinya dibatasi oleh dinding yang tingginya
lebih dari 1,20 m di atas lantai ruangan tersebut dihitung penuh 100 %;
3. Luas lantai ruangan beratap yang bersifat terbuka atau yang sisi-sisinya dibatasi oleh
dinding tidak lebih dari 1,20 m di atas lantai ruangan dihitung 50 %, selama tidak
melebihi 10 % dari luas denah yang diperhitungkan sesuai dengan KDB yang
ditetapkan;
4. Overstek atap yang melebihi lebar 1,50 m maka luas mendatar kelebihannya
tersebut dianggap sebagai luas lantai denah;
5. Teras tidak beratap yang mempunyai tinggi dinding tidak lebih dari 1,20 m di atas
lantai teras tidak diperhitungkan sebagai luas lantai;
6. Luas lantai bangunan yang diperhitungkan untuk parkir tidak diperhitungkan dalam
perhitungan KLB, asal tidak melebihi 50 % dari KLB yang ditetapkan, selebihnya
diperhitungkan 50 % terhadap KLB;
7. Ram dan tangga terbuka dihitung 50 %, selama tidak melebihi 10 % dari luas lantai
dasar yang diperkenankan;
2015 3 Struktur dan Konstruksi II
PusatBahan Ajar dan eLearningChristy Vidiyanti, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
8. Dalam perhitungan KDB dan KLB, luas tapak yang diperhitungkan adalah yang
dibelakang GSJ;
9. Batasan perhitungan luas ruang bawah tanah (besmen) ditetapkan oleh Kepala
Daerah dengan pertimbangan keamanan, keselamatan, kesehatan, dan pendapat
teknis para ahli terkait;
10. Dalam perhitungan ketinggian bangunan, apabila jarak vertikal dari lantai penuh ke
lantai penuh berikutnya lebih dari 5 m, maka ketinggian bangunan tersebut dianggap
sebagai dua lantai;
11. Mezanin yang luasnya melebihi 50 % dari luas lantai dasar dianggap sebagai lantai
penuh.
Dalam mempelajari sistem struktur bangunan, kita dapat mempelajari dari alam. Dengan
kata lain, alam dapat digunakan sebagai pembelajaran sistem struktur.
Bentuk alami tanaman dan hewan memberikan ide-ide/pengertian yang berharga kedalam
struktur dan disain. Semua bentuk alam dapat dianggap sebagai mekanisme yang memikul
beban, dengan karakteristiknya yang merupakan hasil tanggapan terhadap gaya yang
diterima.
Kerangka hewan sebagai pembelajaran terhadap struktur rangka.
2015 4 Struktur dan Konstruksi II
PusatBahan Ajar dan eLearningChristy Vidiyanti, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Tanaman jamur sebagai pembelajaran struktur rangka atap
Daun tanaman palem, sebagai pembelajaran struktur lipat (folded plate).
2015 5 Struktur dan Konstruksi II
PusatBahan Ajar dan eLearningChristy Vidiyanti, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Telur, sebagai pembelajaran struktur cangkang (shell)
Jaring laba-laba, sebagai pembelajaran struktur kabel
2015 6 Struktur dan Konstruksi II
PusatBahan Ajar dan eLearningChristy Vidiyanti, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Pembebanan yang terjadi pada bangunan
Jenis pembebanan berdasarkan gaya beban
Bangunan harus dapat menahan semua beban yang diterimanya. Deformasi bentuk yang
terjadi harus dapat diminimalisir.
2015 7 Struktur dan Konstruksi II
PusatBahan Ajar dan eLearningChristy Vidiyanti, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Jenis pembebanan berdasarkan arah datangnya beban
Berikut merupakan daftar beban mati dari beberapa material bangunan
2015 8 Struktur dan Konstruksi II
PusatBahan Ajar dan eLearningChristy Vidiyanti, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Beban
Beban Vertikal atau Beban
Gravitasi
Beban Mati (Dead Load)
Beban Hidup (Live Load)
Beban Cuaca (Salju)
Beban Horizontal atau Beban Lateral
Beban Angin
Beban Gempa
Yang termasuk kedalam beban hidup adalah beban manusia (penghuni) dan beban
furniture. Beban hidup dipengaruhi oleh fungsi bangunan. Fungsi bangunan yang
membutuhkan furniture banyak dan terbuat dari baja, maka biasanya akan memiliki beban
hidup yang lebih besar, seperti pada pabrik. Berikut ini adalah beberapa contoh dari beban
hidup pada beberapa fungsi bangunan.
Pembebanan pada elemen struktur
1. Beban terpusat
Beban terpusat, biasanya merupakan beban yang bekerjanya jatuh pada satu titik
lokasi. Contohnya adalah pada kolom, gantungan lampu, tiang tangga putar, dsb.
2. Beban merata
Beban merata, perhitungan beban merata biasanya memakai luas permukaan
tertentu sehingga satuan beban yang dipakai adalah kg/ cm2 atau kg/m2 atau bisa
juga ton/ m2, atau juga bisa satuan dengan per m’ artinya bebanseluruhnya
tergantung bentangnya.
Beban merata bisa berupa berat lantai sendiri pada bangunan bertingkat, beban
atap, beban balok, dsb. Atau berupa beban dinding yang jatuh dibalok sebagai
beban m’.
2015 9 Struktur dan Konstruksi II
PusatBahan Ajar dan eLearningChristy Vidiyanti, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Salah satu syarat utama sebuah struktur untuk menjadi stabil adalah bahwa komponen
struktur harus dalam KESEIMBANGAN.
Sebuah sistem struktur haruslah seimbang dan mampu memberikan reaksi yang tepat
terhadap gaya yang diterima. Untuk mencapai keseimbangan, dapat dengan merancang
elemen struktur yang simetris. Pusat pembebanan harus mampu dipikul oleh struktur
dibawahnya.
Elemen struktur utama bangunan
Balok dan Kolom
Salah satu sistem yang paling awal diketahui manusia. Sebuah balok membentang antara
dua pendukung dan membawa semua beban yang terkena dengan mentransfer beban
tersebut ke pendukung (Kolom). Fungsi kolom adalah untuk mengirim beban ke tanah.
Komponen struktur berfungsi sebagai penahan beban, yaitu:
Penahan beban gravitasi/vertikal
o Kolom struktur
o Dinding pemikul (Shear Wall)
o Pondasi
Penahan beban lateral/horizontal
o Dinding pemikul (Shear Wall)
2015 10 Struktur dan Konstruksi II
PusatBahan Ajar dan eLearningChristy Vidiyanti, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Untuk menahan beban lateral, dapat dipecahkan dengan cara:
Membuat sambungan jepit sempurna (rigid frame) pada sistem struktur rangka
Menggunakan ikatan diagonal (bracing) pada struktur rangka
Menggunakan dinding geser (shear wall) pada sistem struktur rangka atau dinding
geser murni (menerus).
Menggunakan kombinasi dari ketiga sistem diatas.
2015 11 Struktur dan Konstruksi II
PusatBahan Ajar dan eLearningChristy Vidiyanti, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Daftar PustakaAllen, E. (2003). Dasar-Dasar Konstruksi Bangunan; Bahan-Bahan dan Metodenya, Jilid 1 &
2, Edisi 3. Erlangga.
Ching, Francis D.K (2008). Ilustrasi Konstruksi Bangunan, Edisi 3. Erlangga.
Frick, Heinz & Pujo L.S. (2001). Ilmu Konstruksi Bangunan. Kanisius.
Frick, H. (2004). Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu. Kanisius.
Jassin, M. B. Teknik Menggambar Arsitektur.
Julistiono H. (2003), Menggambar Struktur Bangunan. Grasindo.
MacDonald, A. J. (2002). Struktur dan Arsitektur, Edisi 2. Erlangga.
Osbourn, D (1997). Mitchell’s Introduction to Building, 2nd Ed. Longman.
Salvadori, M. (1979). Building : The Fight Against Grafity. McClelland & Steward Ltd.
Snyder, James, C., Pengantar Arsitektur, Erlangga.
Spruyt, V. M. (1982). Membangun Ilmu Bangunan. Jilid 1 s/d 3. Elangga.
Subarkah Imam. Konstruksi : Bangunan Tidak Bertingkat.
Sugihardjo, BaE. Gambar-Gambar Dasar Ilmu Bangunan. Bina Bangunan.
Supribadi, I.K. (1986). Ilmu Bangunan Gedung. Armico-Bandung.
Susilo, Ir, MM. Diktat Perkuliahan Konstruksi Bangunan I. Jurusan Arsitektur UMB.
2015 12 Struktur dan Konstruksi II
PusatBahan Ajar dan eLearningChristy Vidiyanti, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Top Related