Download - Peledakan Pada Terowongan

Transcript

erceaaan utama antara pe edakan terowongan cercan peiedakan jen;ang adalan sada pembuatan terowongan peledakan dilakukar ke ar

I. PENDAHULUAN

Modul Peledakan Terowongan berisikan tentang konsep dan metode identifikasi, analisis dan pengendalian proses penerowongan pada tambang bawah tanah untuk mendapatkan hasil sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Modul ini terdiri atas tiga kegiatan pembelajaran, yaitu : 1) Maksud dan tujuan Penerowongan 2) Rancangan Peledakan Terowongan , 3) Peledakan Terowongan. Pada akhir setiap pembelajaran terdapat, rangkuman, soal-soal untuk latihan dan kunci jawabannya serta cara penilaiannya.

A. Tujuan umum

Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu melaksanakan proses penorowongan sesuai dengan standar prosedur operasi dan rencana yang telah ditetapkan sehingga hasil kegiatan tercapai sesuai dengan spesifikasi visual yang ditentukan.

B. Standar kompetensi dan kriteria unjuk kerja

Standar kompetensi/ elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja seperti pada tabel di bawah ini. ELEMEN KOMPETENSIKRITERIA UNJUK KERJA

Menentukan produksi peledakan

1.Menentukan dimensi area peledakan

Luas permuka kerja dan kedalaman lubang ledak pada tambang bawah tanah dan terowongan terukur

2.Menentukan geometri pele-dakan dan pola pemboran a. Diameter lubang ledak ditetapkan

b. Jumlah dan diameter lubang kosong ditetapkan

c. Dimensi cut dihitung serta posisinya ditetapkan

d. Pola pemboran ditentukan

e. Lubang-lubang peledakan khusus ditetapkan

f. Jumlah bahan peledak tiap kolom lubang dan seluruh lubang ledak dihitung

C. Sasaran

Sasaran kompetensi adalah supervisor penambangan bahan galian, atau yang setingkat yaitu orang yang pekerjaan rutinnya melakukan supervisi, teknisi peledakan untuk penambangan bahan galian.

D. Prasyarat mata diklat

Sebelum mempelajari modul Peledakan Terowongan , peserta Diklat harus sudah paham :

1. Metode tambang bawah tanah. 2. Bahan peledak untuk industri.3. Teknik pemboran

4. Teknik Peledakan

E. Petunjuk penggunaan modul

Strategi dan metode dalam kegiatan belajar dengan memanfaatkan modul pada pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar tidak harus selalu ditunggu atau diawasi oleh pengajar, sebab pengajar dalam kegiatan belajar-mengajar mempunyai banyak peran antara lain :

a. Pengajar bisa berfungsi sebagai fasilitator, ini artinya bahwa pengajar bukanlah satu-satunya sumber pelajaran, tetapi pengajar bisa hanya sebatas memfasilitasi keperluan peserta Diklat, sehingga dalam hal ini peserta Diklat maupun pengajar sama-sama belajar yang prosesnya disebut belajar-mengajar.

b. Pengajar bisa berperan sebagai moderator, yaitu berperan sebagai pengarah dan pengatur kegiatan belajar-mengajar, terutama pada saat sedang mengadakan diskusi mengenai materi-materi yang sedang dipelajari pada modul tersebut.c. Pengajar bisa bertugas sebagai motivator, yaitu sebagai pemberi motivasi kepada peserta Diklat agar selalu mau belajar dan membaca terutama pada saat-saat luang.

d. Pengajar bisa berperan sebagai inovator, yaitu pengajar harus merangsang kepada peserta Diklat agar senantiasa peserta Diklat tidak lekas puas, sehingga ingin mencari, dan mewujudkan hal-hal yang baru, hal-hal yang aktual, sehingga peserta Diklat bisa terangsang selain mempelajari modul ini juga ada keinginan untuk mempelajari buku-buku lain.

e. Pengajar bisa berfungsi sebagai evaluator, yaitu melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran peserta Diklat, sehingga dapat diketahui sampai seberapa jauh kompetensi yang bisa diserap oleh peserta Diklat.

Pemilihan metode pembelajaran seperti informasi, diskusi, analisis, evaluasi, dan pemberian tugas-tugas yang tepat akan menunjang keberhasilan dalam pembelajaran ini. Kerjasama yang baik antara pengajar dan yang diajar akan menghasilkan proses belajar-mengajar yang baik pula.

F. Pedoman penilaian

Pada setiap soal latihan terdapat cara menghitung nilai untuk mengukur tingkat pemahaman peserta. Pengerjaan soal harus tuntas sesuai waktu yang disediakan. Disarankan untuk tidak membuka buku pada saat mengerjakan latihan soal sampai peserta benar-benar selesai mengisinya. Apabila nilai latihan peserta di atas 90%, maka peserta dapat langsung mempelajari modul berikutnya. Namun, apabila nilai latihan soal kurang dari 90%, sebaiknya peserta mengulang pelajaran tersebut sampai benar-benar faham atau bernilai di atas atau sama dengan 90%.

Perlu diketahui bahwa belajar dengan menggunakan modul dituntut kemandirian dan kejujuran terhadap diri sendiri. Jadi, janganlah tergesa-gesa menyelesaikan suatu modul dan menjawab latihan soal sebelum menguasai betul setiap pembelajarannya.

II.MATERI

II.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENEROWONGAN

Tujuan Khusus Pembelajaran adalah agar peserta diklat dapat :

1. Mengetahui manfaat terowongan

2. Mengetahui Jenis Terowongan

3. Mengelola Terowongan

II.1.1Manfaat Terowongan pada Tambang Bawah Tanah (Isinya: Latar belakang perlunya trowongan, pengertian terowongan dan manfaatnya).Setelah diputuskan bahwa untuk mebebaskan bahan galian dari batuan induknya memakai metoda tambang bawah tanah, maka untuk tahap berikutnya adalah membuat bagaimana membuat jalan bukaan untuk mencapai endapan bahan galian tersebut, maka dipilihlah bentuk terowongan yang menembus permukaan tanah yang fungsinya antara lain untuk : Jalan masuk utama, aliran ventilasi, drainase, penerangan, tempat keluar masuknya karyawan dll.

. II.1.2Jenis-jenis Terowongan (Drifting, Shaft, Adit dan Tunnel)

II.1.3Pengelolaan Terowongan (Pemeliharaan, jangka pendek, jangka panjang, penyanggaan, drainase, penerangan).

II.1.4Rangkuman

II.1.5Evaluasi dan Kunci JawabanII.2 RANCANGAN PELEDAKAN TEROWONGAN

Tujuan Khusus Pembelajaran II.2.1. Jenis Cut

Perbedaan utama antara peledakan terowongan dengan peledakan jenjang adalah pada pembuatan terowongan peledakan dilakukan ke arah satu bidang bebas (free face) sedangkan pada pembuatan jenjang peledakan dilakukan ke arah dua atau lebih bidang bebas.

Dalam pembuatan terowongan, batuan lebih sukar untuk diledakkan. Oleh karena itu harus dibuat bidang bebas kedua yang merupakan arah peledakan selanjutnya

Bidang bebas kedua ini dihasilkan dari "cut dalam muka terowongan. Macam-macam "cut" yang dipergunakan dalam pembuatan terowongan yaitu : paralel hole cut" atau "cylinder cut", "burn cut", "V-cut", "fan-cut" dan lain sebagainya (lihat Gambar 2.1).

Gambar 2.1

Bebarapa jenis cut untuk terowongan

II.2.2. Cara Peledakan Bertahap

Peledakan dalam terowongan dapat dilakukan dengan cara : Full face excavation", seluruh bagian dari terowongan diledakkan dengan satu tahap (Gambar 2.2).

"Split section excavation"Top neading/ jenjang dengan arah lubang horizontal (Gambar 2.3).

Top neading/ jenjang dengan arah lubang vertikal (Gambar 2.4). Setiap lubang ledak dalam "full face blasting" '(yaitu : "stopping hole", "roof hole", wall hole" dan "floor hole") masing-masing mempunyai fungsi yang berlainan. Peledakan dengan cara "split section excavation" dilakukan dalam dua tahap, yaitu : full face blasting dan "bench blasting".

Gambar 2.2

Full face excavation

Gambar 2.3

Top heading atau jenjang dengan arah lubang horizontal

Gambar 2.4

Top heading atau jenjang dengan arah lubang vertikal

II.2.3. Desain Pola Peledakan Peledakan bawah tanah mempunyai beberapa tujuan, yaitu : Meledakkan batuan dengan tujuan menghasilkan ruangan untuk gudang, jalan, saluran, terowongan pipa, dan lain sebagainya.

Meledakkan batuan dengan tujuan mengambil material : operasi penambangan.Dari kedua jenis kegiatan di atas terowongan merupakan bagian yang terpenting dari keseluruhan kegiatan. Terowongan umumnya dibuat dengan arah mendatar, miring, atau vertikal ke bawah maupun ke atas.

Daur waktu kerja pembuatan terowongan adalah : pemboran

pemuatan bahan peledak

peledakan

pembersihan asap (ventilasi)

scaling" ("grouting" apabila diperlukan)

pengangkutan

mempersiapkan pemboran dan lain-lain selanjutnya.

Dari jenis-jenis pekerjaan di atas yang perlu perhatian khusus adalah pekerjaan pemboran. Lubang ledak harus dibor tepat di tempat yang telah ditentukan dan dengan kemiringan yang benar atau dengan perkataan lain : pemboran lubang ledak harus sempurna.5.3.1. Dasar-dasar Peledakan Bawah Tanah

Perbedaan utama antara peledakan bawah tanah dengan peledakan di permukaan tanah adalah : Peledakan bawah tanah dilakukan ke arah satu bidang bebas (free face), sedangkan peledakan di permukaan dilakukan ke arah dua atau lebih bidang bebas. Tempat peledakan atau ruangan bawah tanah lebih terbatas.Oleh karena itu batuan akan lebih sukar untuk diledakkan dan perlu dibuat bidang bebas kedua yang akan merupakan arah peledakan selanjutnya.

Dalam pembuatan terowongan bidang bebas kedua diperoleh dengan membuat "cut" pada permukaan terowongan.

Macam-macam "cut" yang dipergunakan untuk membuat terowongan adalah "paralel hole cut", "V-cut', "fan-cut", dan lain-lain.

Setelah bukaan (cut) terbentuk maka "stoping" ke arah "cut" dimulai. Lubang kontur (contour holes) yang terdiri atas : lubang atap (roof holes), lubang dinding (wall holes) dan lubang Iantai (floor holes) dibuat agak diserongkan keluar dari kontur (disebut "look out), sehingga terowongan yang dihasilkan mempunyai bentuk seperti yang direncanakan.

Sebagai petunjuk, "look out" tidak boleh melebihi harga = (10 cm + 3 cm/m x kedalaman lubang tembak), kira-kira berkisar 20 cm. Lihat Gambar 2.5 dan 2.6.Konsumsi bahan peledak pada peledakan terowongan lebih besar daripada peledakan jenjang. "Specific charge" adalah 3 sampai 10 kali lebih tinggi daripada "spesific charge" untuk peledakan jenjang.

Gambar 2.5

Jenis-jenis lubang ledak untuk peledakan terowongan

Gambar 2.6

Look out

"Cut" yang biasa dipergunakan dalam pembuatan terowongan adalah "circular cut" atau "large hole cut" atau "parallel hole cut" untuk pemboran horisontal tegak lurus pada permukaan batuan. Semua lubang dalam "cut" dibor paralel satu terhadap yang lain dan peledakan dilaksanakan ke arah lubang kosong yang bertindak sebagai bukaan. "Parallel hole cut" ini merupakan pengembangan dan "burn cut" (lihat Gambar 2.7).

"Cut" dapat diletakkan di sembarang tempat pada muka teowongan, tetapi harus diperhatikan bahwa letak "cut" mempengaruhi : lemparan, konsumsi bahan peledak, dan jumlah lubang ledak dalam "round". Apabila letak "cut" dekat dengan dinding mungkin dapat mengurangi jumlah lubang tembak dalam "round", tetapi ada kelemahan-kelemahan lainnya.

Untuk mendapatkan arah peledakan ke depan dan tumpukan di tengah, "cut" diletakkan di tengah-tengah penampang dan agak ke bawah. Posisi ini akan menghasilkan lemparan yang dekat dan konsumsi bahan peledak lebih sedikit karena semua "stoping" ke arah bawah.Posisi "cut" yang tinggi akan memberikan kemudahan pemuatan hasil peledakan, tetapi konsumsi bahan peledak lebih tinggi karena banyak "stoping" ke arah atas. Umumnya letak "cut" adalah pada deretan lubang tembak pertama di atas terowongan (lihat Gambar 2.8).

Gambar 2.7

Burn cut

Gambar 2.8

Letak cut pada muka terowongan

5.3.1.1. "Large hole cut"

"Cut" yang umum dipakai pada saat ini adalah "large hole cut", terdiri dari satu atau lebih lubang kosong yang berdiameter besar, dikelilingi oleh lubang-lubang berdiameter kecil yang berisi muatan bahan peledak.

"Burden" antara lubang-lubang ini dengan lubang kosong adalah kecil. Selanjutnya lubang-lubang ledak diatur dalam segi empat yang mengelilingi bukaan (iihat Gambar 2.9 dan 2.10).

Jumlah segiempat dalam "cut" dibatasi oleh ketentuan bahwa "burden" dalam segiempat terakhir tidak melebihi "burden" dari lubang "stoping".

Gambar 2.9

Bentuk dasar rancangan large hole cut

Gambar 2.10

Susunan lengkap lubang bor pada cutDalam merencanakan suatu "cut", parameter-parameter penting yang harus diperhatikan adalah :- diameter lubang besar (kosong) - "burden"

- "charge concentration"

Sebaoai tambahan, ketepatan pemboran adalah faktor yang sangat penting terutama untuk lubang-lubang ledak paling dekat dengan lubang besar/ kosong (Iihat Gambar 2.11).

Gambar 2.11

Hasil peledakan sebagai fungsi dari letak dan diameter

Lubang ledak dan lubang kosong

Parameter yang berpengaruh supaya kemajuan (advance) peledakan "round" berhasil dengan baik adalah diameter dan lubang besar/ kosong. Makin besar diameter lubang kosong makin dalam "round" dapat dibor dan makin besar pula kemajuan yang mungkin diperoleh. Salah satu penyebab paling umum dari kemajuan yang kecil adalah diameter lubang kosong yang terlalu kecil dalam hubungannya dengan kedalaman lubang Iedak.

Dari grafik pada Gambar 2.12, dapat dilihat bahwa kemajuan kira-kira 90% akan didapat untuk kedalaman lubang ledak 4 m dan satu lubang kosong berdiameter 127 mm. Apabila dipergunakan beberapa lubang kosong, maka harus dihitung dahulu diameter lubang samaran (fiction diameter), dengan memakai rumus

D=d

dimana : D = diameter lubang samaran

d = diameter lubang kosong n = jumlah lubang5.3.1.1.1. Perhitungan

Dan grafik pada Gambar 2.11, terlihat bahwa supaya peledakan berhasil dengan baik (cleaned blast), maka jarak antara lubang ledak dengan lubang kosong, tidak boleh lebih besar daripada 1,5( lubang kosong. Apabila jaraknya lebih besar hanya akan menimbulkan kerusakan (breakage) dan jika jaraknya terlalu dekat ada kemungkinan lubang ledak bertemu dengan lubang besar kosong.

Gambar 2.12

Kemajuan per round sebagai fungsi kedalaman lubang ledak

untuk berbagai lubang kosong

Jadi posisi lubang ledak adalah sebagai berikut :a= 1,54(dimana :a = jarak antara lubang besar dengan lubang ledak (diukur dari pusat

lingkaran)( = diameter iubang besar

Jika beberapa lubang kosong yang dipergunakan maka a = 1,5 Ddimana : D = diameter samaran5.3.1.1.2. Pemuatan Lubang Ledak Dalam Bujursangkar Pertama

Pemuatan harus dilakukan dengan hati-hati. Jika muatan bahan peledak (charge concentration) dalam lubang tembak terlalu sedikit kemungkinan tidak akan memecah/ membongkar batuan, sedangkan bila terlalu banyak akan mengakibatkan tidak terjadinya "blow out" melalui lubang kosong dan menyebabkan pemadatan kembali batuan yang telah dipecahkan. Akibatnya kemajuan yang besar tidak akan dicapai.

Kebutuhan muatan bahan peledak untuk bermacam-macam jarak C - C (pusat ke pusat) antara lubang kosong dan lubang ledak terdekat dapat dihitung menggunakan grafik rada Gambar 2.13.

Gambar 2.13

Jumlah muatan sebagai fungsi jarak pusat ke pusat lubang

untuk berbagai diameter lubang bor

5.3.1.1.3. Perhitungan Untuk Bujursangkar Selanjutnya

Cara perhitungan untuk bujursangkar dalam "cut" yang tersisa adalah sama dengan Bujursangkar pertama. Perbedaannya adalah peledakan ke arah bukaan segiempat sebagai ganti bukaan sirkular. Sudut ledakan (angle of break) sebaiknya jangan terlalu kecil.

Dalam perhitungan "burden" (B) sama dengan lebar (W) dan bukaan

B=WDengan memakai grafik pada Gambar 2.13, dapat diperkirakan muatan bahan peledak minimum dan "burden" maksimum untuk bermacam-macam lebar bukaan. Muatan bahan peledak ini adalah muatan untuk semua kolom lubang ledak. Apabila diperlukan peledakan pada bagian dasar yang susah diledakkan (constricted bottom) harus digunakan muatan dasar yang besarnya dua kali charge concentration" (c) dan tingginya 1,5 B.

Gambar 2.14

Jumlah muatan sebagai fungsi dari burden maksimum

untuk berbagai lebar bukaan yang ada

5.3.1.1.4. "Stemming cut"

Panjang kolom lubang bor yang tidak diisi bahan peledak diperlihatkan oleh persamaan berikut :h0 = 0,5 P

5.3.1.1.5. Merencanakan "Cut" Bujursangkar I

Bujursangkar lI

Bujursangkar III

Bujursanakar IV Perhitungan di atas dipakai untuk lubang ledak berdiameter 38 mm.

Gambar 2.15

Geometri bujursangkar I IV pada suatu cut5.3.1.2. "Stoping"Suatu "round" dibagi menjadi :

Lubang lantai(floor holes)

Lubang dinding(wall holes)

Lubang atap(roof holes)

Lubang "stoping" arah pemecahan ke atas dan horisontal Lubang "stoping" arah pemecahan ke bawahUntuk menghitung "burden" (B) dan muatan untuk bermacam-macam bagian dari "round" dapat dipakai grafik pada Gambar 2.16.

Gambar 2.16

Burden sebagai fungsi dari konsentrasi muatan

untuk berbagai diameter lubang dan jenis bahan peledak

Apabila "burden" (B), kedalaman lubang ledak (H) dan konsentrasi muatan dasar (b) telah diketahui, tabel 2.1 di bawah ini dapat dipakai untuk menentukan geometri pemboran dan peledakan dari "round".

Tabel 2.1

Geometri pemboran dan peledakan dari round

5.3.1.3. Kontur

Kontur dan terowongan dibagi menjadi : lubang lantai, lubang dinding dan lubang atap. "Burden" dan "spacing" untuk lubang lantai sama seperti lubang "stoping". Lubang lantai diisi muatan lebih kuat daripada lubang "stoping" untuk mengimbangi gaya gravitasi dan berat massa batuan yang terisi dari "round".

Untuk lubang dinding dan lubang atap ada dua cara peledakan yang dipakai yaitu "normal profile blasting" dan "smooth blasting". Perhitungan "normal profile blasting" memakai tabel 2.1 di atas.

5.3.1.4. Pola Penembakan (Firing Pattern)

Pola penembakan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga, setiap lubang ledak mempunyai "free breakage". "Angle of breakage" paling kecil dalam daerah "cut" sekitar 500. Dalam daerah "stoping" pola penembakan direncanakan sedemikian sehingga "angle of breakage" tidak kurang dari 900 (lihat Gambar 2.17). Hal penting yang perlu diperhatikan dalam peledakan suatu terowongan adalah waktu tunda antar lubang yang cukup panjang.

Gambar 2.17

Urutan dalam pola penembakan

Di dalam daerah "cut" waktu tunda antara lubang-lubang harus cukup panjang, sehingga memberi waktu untuk memecah dan melemparkan batuan melalui lubang kosong yang sempit. Terbukti bahwa batuan bergerak dengan kecepatan antara 40 - 60 meter per detik.

Suatu "cut" yang dibor dengan kedalaman 4 meter akan membutuhkan waktu tunda 60 - 100 mili detik agar terjadi peledakan yang baik (cleaned blast). Waktu tunda yang biasa dipakai adalah 75 - 100 mili detik. Dalam dua bujursangkar yang pertama hanya dipakai satu detonator untuk setiap waktu tunda. Dalam dua bujursangkar selanjutnya boleh dipakai dua detonator untuk setiap waktu tunda.

Di daerah "stoping" waktu tunda harus cukup panjang untuk memberi waktu terhadap gerakan batuan. Waktu tunda yang umum dipakai adalah 100 - 500 rnili detik. Untuk lubang kontur perbedaan waktu tunda di antara lubang-lubang harus sekecil mungkin supaya dapat dihasilkan efek peledakan yang rata.

Untuk pembuatan terowongan dapat digunakan detonator jenis listrik atau non-listrik. Detonator listrik : MS (milisecond) dan HS (half second) delay detonator. "Non electric detonator" mempunyai 25 macam interval (lihat tabel 2.2).Tabel 2.2

Waktu tunda berbagai jenis detonator

Gambar 2.18

Bentuk pola penembakan dengan nonel GT/T, dan dengan

Detonator VA/MS dan VA/MS5.3.1.5. V -cut

Suatu "cut" dengan lubang-lubang tembak membentuk sudut yang paling umum dipakai adalah V - cut. Dibutuhkan lebar terowongan tertentu agar tersedia tempat kerja untuk alat bor.

Kemajuan per "round" akan bertambah apabila lebarnya bertambah, dapat dicapai kemajuan sampai 40 - 50% x lebar terowongan. Sudut "cut" tidak boleh kurang dari 600. Sudut yang lebih lancip membentuk "charge concentration" yang lebih tinggi.

"Cut" biasanya terdiri dari dua buah V, tetapi di "round" yang lebih dalam "cut" dapat terdiri dari 3 atau 4 buah V. Setiap V dalam "cut" harus diledakkan dengan nomor interval yang sama, memakai MS detonator untuk menjamin koordinasi antara lubang ledak dalam hal proses pemecahannya. Apabila setiap V diledakkan sebagai kesatuan satu demi satu, waktu tunda antara V yang berlainan harus dalam urutan 50 mili detik, tujuannya memberikan waktu untuk pemindahan dan pemuaian batuan (lihat Gambar 2.19).

Gambar 2.19

V Cut

5.3.1.5.1. Perhitungan V - Cut

Pemuatan lubang "cut""Charge concentration" di dasar lubang "cut" (b) dapat diperkirakan menggunakan grafik pada Gambar 2.20.

Gambar 2.20

Konsentrasi muatan dasar untuk berbagai bahan peledak

sebagai fungsi dari burden dan ketinggian cut

Tinggi muatan dasar (hb) untuk semua lubang "cut" adalah :hb = 3 x H, dimana H = kedalaman lubang (m)

"Charge concentration" dari kolum (c)c=30-50% b"Stemming" (ho) lubang-lubang dalam "cut"

ho = 0,3 x B1"Stemming" untuk lubang-lubang yang lain

ho =0,5 x B2Untuk lubang-lubang selanjutnya dalam "round penentuan geometri pemboran dan peledakan mengikuti pola pembuatan "stoping" (lihat bab 5.3.1.2) Masih ada bermacam-macam "cut" Iainnya, tetapi tidak diterangkan dalam tulisan ini.Contoh perhitungan

Suatu proyek pembuatan terowongan untuk jalan berdimensi panjang 1500 m dan luas penampang 88 m2. Diameter lubang ledak 38 mm, dinding terowongan diledakkan dengan cara "smooth blasting. Peralatan bor yang dipergunakan adalah "electro hydraulic jumbo" dengan panjang batang bor 4,3 m dan "feed travel" 3,9 m. Kemajuan yang diharapkan adalah 95% dari kedalaman lubang ledak.Bahan peledak yang dipakai adalah Emulite 150 dalam dodol 29 dan 25 mm untuk "cut", "stoping" dan lantai. Gurit 17 x 500 mm dalam dodol plastik dipakai untuk kontur. Penembakan memakai Nonel GTJT.

Untuk mendapatkan kemajuan lebih dari 90% dari kedalaman lubang tembak 3,9 m, dipilih diameter lubang kosong 127 mm atau sebagai altematif 2 x 89 mm lubang kosong.

Segiempat - 1

Jarak C C a = 1,5(a =1,5x127=190mm Lebar segiempat - 1

W1 = a

W1 = 190 x = 270 mm

Dan grafik pada Gambar 2.21 diperoleh "Charge concentration" yang diperlukan untuk lubang tembak dalam segiempat - 1 adalah 0,4 kg/m bahan peledak Emulite 150. Untuk alasan praktis digunakan bahan peledak Emulite dalam dodol 25 x 200 mm, maka "charge concentration" adalah 0,55 kg/m. Diasumsikan bahwa kelebihan muatan tidak akan menyebabkan hal-hal yang kurang diinginkan.

Stemming= ho = a

Panjang muatan = H hoMuatanQ = c (H ho)

Q = 0,55 (3,9 - 0,2) Q = 2,0 kg Jadi, untuk segiempat - I

a = 0,19 m

W1 = 0,27 m

Q = 2,0 kg

Segiempat - 2

Bukaan segiempat - 1 yang terbentuk adalah : 0,27 x 0,27 m. "Burden" pada segiempat 2, B1 :B1 = W1B1 = 0,27 m

C - C = 1,5 W1C - C = 0,40 m

W2 = 1,5 W1 W2 = 0,56 m

"Charge concentration" yang diperlukan untuk lubang dalam segiempat - 2 adalah 0,37 kg/m (lihat Gambar 2.22).

Digunakan bahan peledak Emulite dalam dodol 25 x 200 mm dengan "charge concentration" 0,55 kg/m. Kelebihan muatan dianggap tidak akan menyebabkan hal-hal yang kurang diinginkan. Stemming= ho = 0,5 B = 0,15 m

Q = c (H ho)

Q = 0,55 (3,9 - 0,15) Q = 2,0 kg Q = 2,0 kg

Gambar 2.21

Grafik-grafik untuk contoh perhitungan V cut

Gambar 2.22

Contoh penentuan konsentrasi muatan

Segiempat - 2

B = 0,27 m

W2 = 0,56 m

Q = 2,0 kgSegiempat - 3

Bukaan mempunyai lebar, W = 0,56 m

B2 = W2 = 0,53 m C - C = 1,5 W2C - C = 0,84 m

W3 = 1,5 W2

W3 = 1,81 m

"Charge concentration" yang diperiukan adalah 0,65 kg/m (lihat Gambar 2.23). Untuk segiempat - 3 digunakan bahan peledak Emulite 29 x 200 mm dalam "paper cartridge" dengan "charge concentration" 0,90 kg/m, sehingga lubang tembak akan kelebihan muatan.

Segiempat 3ho = 0,5 B = 0,3 m

Q = c (H ho)

Q = 0,90 (3,9 - 0,3) Q = 3,20 kg Segiempat 3

B = 0,56 m

W3 = 1,18 m

Q = 3,20 kg Segiempat - 4

Lebar bukaan akibat peledakan segiempat - 3 menjadi 1,18 m.

Apabila B dipilih sama dengan W, maka "burden" akan Iebih besar daripada "burden stoping" dalam "round".

Dalam hal demikian maka harus diadakan pengaturan kembali yaitu "burden" yang dipakai adalah "burden" dari "stoping" dan hitungan muatan dipakai hitungan untuk lubang "stoping". Dan grafik pada Gambar 2.23, dipilih "burden" = 1,0 m.

Dan grafik yang sama didapat "charge concentration" untuk muatan dasar = 1,35 kg/m.

Dari Tabel 2.1 didapat

b = 1,35 kg/m hb = 1/3 H hb = 0,33 x 3,9

hb = 1,3 m

Qb = b x hbQb = 1,35 x 1,3 Qb = 1,75 kg

Muatan dasar dipakai bahan peledak Emulite dalam "paper cartridge" 29 mm dan dipadatkan.

Muatan kolom

c = 0,5 x bc = 0,5 x 1,35c = 0,67 kg/m

Gambar 2.23

Contoh perhitungan untuk segiempat ketiga dan keempat

Bahan peledak dengan karakteristik mendekati muatan kolom di atas adalah Emulite 150 : 29 x 200 mrm, dengan c = 0,50 kg/mc = 0,90 kg/m

ho = 0,5 B

ho = 0,5 x 1,0 = 0,5 m

hc = H-hb-hohc = 3,9 - 1,3 - 0,5hc = 2,1 m

Qc = c x hoQc = 0,90 x 2,1 Qc = 1,9 kg

Qtot = Qb + QcQtot = 1,75+1,9 Qtot = 3,65 kg

Segiempat - 4

B = 1,0 m W4 = 2,2 m

Q = 1,65 kg Perhitungan selanjutnya adalah untuk :lubang lantai

lubang dinding lubang atap

lubang "stoping", ke atas dan horizontal lubang "stoping", ke bawah

Perhitungan dimulai dengan menentukan "burden" dan "spacing" lubanglubang pinggir "round". Hal ini adalah untuk memudahkan pengaturan letak "cut" dan "stoping" dalam "round".

Gambar 2.24

Lubang lantai, dinding, atap, stoping ke atas dan ke bawah

1. Lubang lantaiDalam perhitungan lubang pinggir perlu dimasukkan "look out", yang tidak boleh melebihi 10 cm + 3 cm/kedalaman lubang ledak, maksimurn 20 cm. Dari grafik pada Gambar 2.25 didapat "burden" adalah 1,0 m dan "spacing" =1,1 x B = 1,1 m.

Disebabkan adanya "look out", lubang-lubang di atas lubang lantai diletakkan 0,8 m di atas dasar lantai.

Muatan dasar :b = 1,35 kg/m

hb = 1/3 x 3,90 = 1,30 m Qb = 1,35 x 1,3 = 1,75 kg

Muatan kolom :c = 1,35 kg/m h0 = 0,2 x B = 0,2 m

h0 = H-hb-h0=2,4m

Qc = 1,35 x 2,4 = 3,25 kg

Qtot= 1,75 + 3,25 = 5,0 kg

Lubang Iantai :

B = 1,0 mS = 1,1 m Q = 5,0 kg

Gambar 2.25

Contoh perhitungan untuk lubang lantai2. Lubanq dindingPola peledakan diambil dari tabel "smooth blasting" (lihat Gambar 2.26) "burden" 0,8 m, "spacing" 0,6 m dan "stemming" 0,2 m. Bahan peledak yang dipakai adalah Gurit 17 x 500 mm dengan "charge concentration" = 0,23 kg/m. Lubang-lubang tembak diisi 7 tube muatan dan 1 stick Emulite 150 : 25 x 200 mm di bagian dasarnya.

Muatan dasar :Qb = 0,11 kg

Muatan kolom :Qc = 7 x 0,115 kg = 0,81 kg

Muatan total :Qtot = 0,11 + 0,81 = 0,92 kg

Karena adanya "look out" maka "burden" yang diukur adalah 0,8 - 0,2 = 0,6 m

Lubang dinding :

B = 0,8 m

S = 0,6 mQ = 0,92 kg

3. Lubang atap

Perhitungannya sama dengan perhitungan untuk lubang dinding B = 0,8 m

S = 0,6 mQ = 0,92 kg

Gambar 2.26

Contoh perhitungan untuk lubang dinding dan atap

4. Lubang stoping ke atas dan horizontalCara perhitungannya sama dengan perhitungan untuk lubang lantai, tetapi untuk lubang "stoping" kebutuhan bahan peledaknya lebih sedikit (lihat Gambar 2.27).Muatan dasar adalah bahan peledak Emulite 29 mm yang dipadatkan, b = 1,35 kg/mMuatan kolom adalah bahan peledak Emulite 29 mm, dalam "paper cartridge" dengan b = 0,90 kg/m.Berdasarkan tabel 2.1 diperoleh :

"Burden" = 1,0 m "Spacing" = 1,1 rn

Muatan dasar :b = 1,35 kg/mhb = 1/3x 3,90= 1,30 mQb = 1,35 x 1,3 = 1,75 kg

Gambar 2.27

Contoh perhitungan untuk lubang stoping

ke atas dan horizontal

Muatan kolom :c = 0,90 kg/m

ho = 0,5 x B = 0,5 m

hc = H-hb-ho=2,1 m

Qc = 0,90 x 2,1 = 1,9 kg Muatan total :Qtot = 1,75 + 1,9 = 3,65Lubang "stoping", ke atas dan horisontal B = 1,0 m S = 1,1 m Q = 3,65 kg5. Lubang "stoping" ke bawah (Iihat Gambar 2.28)

Pola perhitungannya sama dengan pola perhitungan untuk lubang "stoping" ke atas dan horisontal, bedanya dalam "stoping" ke arah bawah spacing"nya Iebih besar, S = 1,2 x BB = 1,0 m S = 1,1 m Q = 3,65 kg

Gambar 2.28

Contoh perhitungan untuk lubang stoping ke bawah

Ringkasan

"Round" terdiri dari 127 lubang ledak berdiameter 38 mm dan 1 lubang kosong, berdiameter 127 mm, (Iihat Tabel 2.3).Tabel 2.3

Hasil perhitungan

Gambar 2.29

Pola pemboran dan penembakan

Konsumsi per "round"

Emulite 150 : 25 x 200 mm = 20,2 kg Emulite 150 : 29 x 200 mm = 3.0,1 kg Gurit = 30,8 kg Nonel GT/T = 127 unit

Kemajuan yang diharapkan per "round" adalah 90% diperkirakan = 3,55 m.

"Specific charge" = = 1,16 kg/m3Jumlah "round" = = 425

Konsumsi bahan peledak :Emulite 150 : 25 x 200 mm = 20,2 x 425 = 9 ton Emulite 150 : 29 x 200 mm = 310,1 x 425 =132 ton Gurit= 30,8 x 425 =13 ton

Nonel GT/T = 127 x 425 = 54.000 unit5.3.1.6. Perhitungan Dengan Cara Lain

Untuk memudahkan penggunaan bermacam-macam bahan peledak maka dibuat suatu perhitungan dengan dasar membandingkan satu bahan peledak dengan bahan peledak lainnya dengan beberapa cara.

Cara yang terbaik untuk merggolongkan bahan peledak adalah mengukur "rock breaking capacity". Dalam bermacam-macam batuan dengan operasi peledakan yang berbeda, dibawah kondisi pemuatan yang berbeda-beda pula. Pengukuran seperti yang tersebut di atas tidak mungkin dilakukan sebab memerlukan biaya dan waktu yang besar. Sebagai gantinya dilakukan dengan cara membandingkan kekuatan bahan peledak.

Hubungan "weight strength" satu bahan peledak dengan bahan peledak lain, dapat dinyatakan sebagai berikut :S= +

dimana :S = relatif "weight strength" terhadap bahan peledak acuan (LFB dynamite)

Q0 = panas akibat peledakan 1 kg LFB

Vo = volume gas yang dilepaskan 1 kg LFB pada suhu dan tekanan standar (STP)

Q = panas akibat peledakan 1 kg bahan peledak yang dinilai

V = volume gas yang dilepaskan 1 kg bahan peledak yang dinilai pada STP

Q0 = 5,0 MJ dan Vo = 0,85 m3Saat ini "weight strength" jarang dinyatakan relatif terhadap LFB, biasanya dibandingkan dengan ANFO atau dynamite dynamex B atau dihitung dulu "weight strength" suatu bahan peledak relatif terhadap LFB dan selanjutnya harga tersebut dibagi "weight strength" relatif ANFO terhadap LFB (0,84) (lihat Tabel 2.4).Tabel 2.4

Weight strength untuk beberapa bahan peledak

5.3.1.6.1. Perhitungan Muatan dan Desain Pola Peledakan

Karena peledakan terowongan dilakukan dalam ruangan yang terbatas dan lebih sukar maka diperlukan "specific charge" yang cukup tinggi. Untuk menyederhanakan perhitungan muatan, maka muka terowongan dibagi menjadi 5 bagian dari A sampai E. A adalah "cut", B adalah "stoping holes" pemecahan horisontal dan ke atas, C adalah "stoping holes" pemecahan ke bawah, D adalah "contour holes" dan E adalah "lifter holes" (lihat Gambar 5.41).

Gambar 2.30

Pembagian muka terowongan

5.3.1.6.1.1. Kemajuan peledakan (advance)Kemajuan peledakan biasanya dipengaruhi oleh diameter lubang kosong dan deviasi dari lubang-lubang tembak yang berdiameter kecil. Kedalaman lubang tembak dipengaruhi oleh besarnya lubang kosong.Kedalaman lubang (H) dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :H = 0,15 + 34,1( - 39,4(( = diameter lubang kosong (m) Kemajuan peledakan dapat dihitung dengan rumus :(L = 0,95 H

Kadang-kadang sebagai pengganti satu lubang kosong, dipakai dua lubang kosong dengan diameter yang lebih kecil dalam "cut". Hal tersebut disebabkan keterbatasan alat bor yang dipergunakan tidak mampu melaksanakan pemboran dengan diameter lebih besar. Dalam keadaan seperti di atas, persamaan tersebut di atas masih dapat dipakai dengan diameter diperhitungkan sebagai berikut :( = do

dimana :

do = diameter dua lubang kosong (m)Persamaan-persamaan tersebut di atas hanya berlaku untuk deviasi pemboran tidak melebihi 2%.

5.3.1.6.1.2. "Cut"Segiempat pertama (first quadrangle)"Burden"

Jarak antara lubang kosong dengan lubang tembak dalam segiempat pertama tidak boleh melebihi 1,7 kali diameter lubang kosong. Kondisi pemberaian (breakage conditions) berbeda sekali tergantung pada tipe bahan peledak, struktur dari batuan dan jarak antar lubang bermuatan dengan lubang kosong.

Apabila deviasi lubang tembak maksimum yang diperbolehkan adalah 0,5 - 1 %, maka "burden" praktis (B1) untuk "spreader holes", dalam "cut" harus lebih kecil daripada "burden" maksimum (B = 1,7 (), jadi :B1 = 1,5 (Apabila deviasi melebihi 1%, B1 harus dikurangi, rumus yang dipakai adalah : B1 = 1,7 ( - (( H + B) (in)

F = (( H + (), deviasi maksimum lubang tembak (m) ( = "the angular deviation" (m/m) ( = "the collaring deviation" (m) H = kedalaman lubang tembak (m)

Dalam praktek ketelitian pemboran biasanya cukup baik sehingga dapat digunakan persamaan B1 = 1,5 ( .Konsentrasi muatan (charge concentration)

Menurut Langefors dan Kihlstrom (1963) hubungan antara konsentrasi muatan (), jarak maksimum antara lubang (B) dan diameter dari lubang kosong (() untuk diameter lubang tembak 0,032 m adalah : = 1,5 (B/()1/2 (B - (/2) (kg/m)

Persamaan tersebut hanya berlaku untuk lubang tembak berdiameter 0,032 m. Apabila menggunakan lubang yang lebih besar dari "rounds", maka konsentrasi muatan per meter akan bertambah pula. Untuk menghasilkan pembongkaran pada tingkat yang sama diperlukan penambahan konsentrasi muatan sebanding dengan diameter yang dipakai. Jika diameter yang dipakai (d) sebagai ganti dari d1 = 0,032 m, maka konsentrasi muatan dapat ditentukan sebagai berikut :2 =

dimana :1 = konsentrasi muatan untuk lubang tembak dengan (= 0,032 m.

Dengan mempertimbangkan jenis batuan dan tipe bahan peledak yang dipakai maka konsentrasi muatan menjadi : = (kg/m)dimana :SANFO = "relative weight terhadap ANFO C = "rock constant"

Bahan peledak yang dibuat/ dihasilkan pabrik jenisnya terbatas sehingga tidak dapat memenuhi konsentrasi muatan yang sesuai dengan perhitungan. Untuk keadaan saperti tersebut di atas, maka konsentrasi muatan ditentukan dahulu sesuai dengan bahan peledak yang tersedia kemudian "burder," dihitung memakai persamaan di atas.

Segiempat kedua (second quadrangle)

Setelah segiempat pertama ditentukan, geometri baru ini dipakai untuk menentukan "burden" segiempat selanjutnya. Meledakkan ke arah lubang (circular hole) membutuhkan konsentrasi muatan yang lebih tinggi daripada peledakan ke arah bidang lurus (straight face). Apabila lebar bukaan segiempat VV, dan "burden" B, maka konsentrasi muatan () reiatif terhadap ANFO adalah : = (kg/m)Apabila kita mulai konsentrasi muatan () dari bahan peledak tertentu dan lebar bukaan W diketahui, maka "burden" B dapat dinyatakan sebagai fungsi dari W dan yaitu :B = 8,8 (10-2) (W SANFO /d.c)0,5Dalam menentukan "burden" untuk segiempat yang baru, efek dari kesalahan pemboran (faulty drilling) harus diperhitungkan (lihat Gambar 2.31).

Dari Gambar 2.31 dapat dilihat bahwa W (free surface) yang seharusnya dipergunakan dalam persamaan di atas tidak sama dengan W dalam segiempat pertama.

W = (B1 - F)

Gambar 2.31

Pengaruh faulty drilling pada burden

Dengan cara substitusi didapat "burden" dari segiempat baru.

B = 10,5 (10-2) ((B1 F) SANFO /d.c)0,5 (m)Harga tersebut di atas harus dikurangi dengan deviasi dari lubang tembak (F) untuk mendapatkan "burden" praktis (B2).

B2 =B -1,7F(m)

Ada batasan yang harus dikenakan terhadap B2, yaitu harus memenuhi kriteria sebagai berikutB2 ( 2W(m)

Apabila tidak terjadi "plastic deformation" dapat dihitung konsentrasi muatan, = (kg/m)b = 540 d . c. W/ SANFO(kg/m)

Dalam pembuatan "cut", sudut bukaan (aperture angle) harus lebih kecil daripada 1,6 rad (900), apabila tidak maka "cut" yang dihasilkan tidak membentuk segiempat, jadi :B2 > 0,5 W

Gustafsson (1973) menyarankan "burden" untuk setiap segiempat adalah B2 = 0,7 W. Sebagai pedoman lapangan (a rule of thumb), jumlah segiempat dalam "cut" dibatasi sampai panjang sisi segiempat terakhir W harus tidak boleh kurang dari akar "advance" atau .. Perhitungan-perhitungan untuk segiempat selanjutnya seperti perhitungan untuk segiempat kedua.Lubang dalam segiempat-segiempat harus dimuat bahan peledak sehingga bagian yang tidak terisi bahan peledak tinggal sepanjang (h) adalah sepuluh kali diameter lubang tembak.

h = 10 . d(m)

5.3.1.6.1.3. "Lifters""Burden" maksimum dapat dicari memakai rumus :B = 0,9 (. SANFo i (C f (S/B))(m)

Dimana :f = "fixation factor"

C = "corrected rock constant"

E = "spacing" B = "burden"

Rumus di atas dapat digunakan dengan ketentuan B ( 0,64.

Untuk "lifter holes" dipakai f = 1,45 S/B = 1

= C + 0,05 B 1,4m

C + 0.07/B B < 1,4m

Dalam mengatur letak dari lifter hole perlu diperhatikan the last out angle. Untuk "advance" 3 m dengan "look out angle 0,05 rad (300) didapat -5 cm/m, harus cukup untuk menyediakan ruang/ tempat untuk pemboran "round" selanjutnya. Jarak lubang (hole spacing) sama dengan B, walaupun dapat bertambah tergantung pada lebar dari terowongan (tunnel width) adalah :N = integral dari ( + 2 )"Spacing" SL untuk lubang tembak (dengan pengecualian lubang-lubang pojok/ pinggir) adalah :SL =

(m)

"Practikal spacing" BL untuk lubang lubang sudut (corner holes) adalah :SL = SL H sin((m)

"Practical burden" BL harus dikurangi dengan "bottom look out angle" dan defiasi lubang tembak.

BL= B H sin( - F (m)

Muatan

Panjang dari "bottom charge" (hb) yang dibutuhkan untuk membongkar "toe" adalah :hb = 1,25 BL(m)

Panjang dari "column charge" hC adalah :hc=H-hb-10d(m)

Konsentrasi muatan (c) adalah 70% dari konsentrasi muatan "bottom charge'. Dalam keadaan biasa untuk "lifter holes" ini dipergunakan

1c = 1b

5.3.1.6.1.4. "Stopinq holes""Stoping holes" B dan C (Gambar 5.41), diperhitungkan tidak jauh berbeda daripada "lifter holes". "Stoping holes" B (pembongkarannya horisontal dan ke alas) adalah sebagai berikut

f = 1,45

S/B = 1,25

Konsentrasi muatan "column" (1~) adalan sama dengan 50% konsentrasi muatan "bot,o,m' (t4) untuk kedua "stcc:r.g" di atas.

5.3.1.6.1.5. "Contour holes"Pernitungannya seperti pada "lifter holes" dengan

f = 1.2 SIB = 1,25

Ic = 50% 1b

"Smooth Blasting"

Kerusakan atap dan dinding akibat peledakan dapat dikurangi hingga minimun dengan cara "smooth blasting". Menurut Pearson 1973

S=k.d(m)

dimana :k= konstanta = 15 - 16 SIB = 0.8

Untuk diameter lubang = 41 mm didapat

S = 0.6 m dan "burden" 3 = 0,8 m

Konsentrasi muatan minimum per meter lubang adalah fungsi dari diameter lubana tembak. Untuk diameter lubang tembak sampai dengan 0.15 m hubungannya adalah sebagai berikut

i = 90 d(kg/m)

5.3.1.6.2. Contoh Perhitungan Peledakan

Kondisi

Diameter lubana = 45 mm Lubang kosong= 102 mm l.ebar terowcngan = 4.5 m Tinggi "abutment" = 4,0 m

Tinggi lengkung= 0,5 m

"Smooth blasting" di atap

"Look out" untuk lubang kontur E = 0,05 rod (3) "Angular deviation" a= 10 mm/m

20 mm

Bahan peledak= ' water gel"

,:kuran dodo! : 25 x 60'0,

32 x 600, mm

38 x 600, mm

Panas peledakan= 4,5 MJ/kg Volume gas pada STP3 = 0,85 m'/kg

Density= 1200 kg/m3"Rock constant",C = 0,4

Perhitungan

Bahan Peledak

'Weight strength" relatif LFB adalah S = 6 Q + 6 B

o

SLFe = 6 x 5,0 + 1 x 0,85 = 0,92

dengan memakai Tabel VIII. dapat dicari SANFO = 0,92/0,84 = 1,09

"Advance" (kemajuan)

Dan data = 102 mm maka dapat dihitung H = 3,2 m, yaitu

H = 0,15 + 34,1 ~ - 39,4 ~2

H = (0,15 + (34,1 x 0,102)) - 39,4 (0,102)2= 3,2182824 = 3,2

"Advance" (kemajuan) AL :AL = 0,95 H + = 0,95 x 3.2 =3,04~3m

Segiempat pertama"Burden" maksimum

B = 1,7o = 0.17m B1 = 1,7o - ((j.H+B: B, = 0,12

Konsentrasi muatan

= 55 . d (B/o)1 S (B - o/2) (C10.4)S ANFO

55x0,045L00 17 102J -10.17-0'2`'2;(0,410,4)

lb1.09

Bahan peledak yang akan dipakai adalah "water cel". ukuran o 25 x 600 mm, Fb = 0.59 kg/m.

Panjang lubang yang tidak diisi bahan peledak.

ho = 10d = 10x0.045 = 4.5m

-umlan dodol (cartridge) p 25 x 600 mm, yanc diis kan caiam lubang tembak adalah

(H - h)_ (3,2 - 0.4) = 4,5 buah

panjana dodol0,6

W' =~-2.B,=,f2- x12=0.17m

Seqiempat keduaBukaan segiempat

W= r2- (B, - F)

F= cc H+R

F= (0,01 x 3,2) + 0,02 = 0.05

W= j-2 x (0,12 - 0,05)

W = 0,098994949 ~ 0.10 Vv= 0,iu In

"Burden" maksimum untuk dodol (cartridge) o 25 adalar

B= 8,8 (W I S r,FO id c) `B= 8810'2 I0.10x0,59x1,09 0,045 x 0,4

B= 0,166335778 = 0.17 Bmax = 0,17 n?

Dengan cara yang sama dapat dihitung "Burden" maks. untuk dodol t h.'19 R= n .?l max-"Burden" maks. untuk dodol 4) 38. Bmax = 0,25 m

"Practical burden" tidak diperbolehkan melampaui harga 2W atau B2 < 2W. Dengan perkataan lain dodol o 32 x 600 mm adalah yang paling sesuai aipakai dalam segiempat ini.

"Practical burden"B2 = B - F

B2 = 13,21 - 0,05

B2 = 0,16 m

Lubang yang tidak diisi h0 = 10-d

ho _ U,45 m

Jarak lubang tembak dalam segiempat kedua adalah

W2' = 2 (B2 + 1/2 W1)W2' = ,~ x 0,16 0,17 J = 0,346482 0,35

Jumlah dodol 0 25 x 600 mm yang diisikan daiam lubang tembak = 4,5 buah.

Segiemaat ketiaaLebar lubang bukaan W adalah

W3 =(B2 + z W, - F)

W3 = ,~ 10,16 + 0'27 - 0,05) = 0,2757716::L- 0,28 W3 = 0,28 m

Bahan peledak yang dipakai oalam segiempat ketida adalah dodol "water ge!" dengan 4) 38 x 600 mm, f = 1,36 kg/m.

"Burden" maksimum

B= 8,8 10-2 I0,28 x 1,36 x 1,09max0,045 x 0,4

Brnax = 0,422579221 = 0,42 Bmax = 0,42 m

Practical burden'

63= Br.,ax - F

B3= 0,42 - 0.05

B, = 0,37 m

'_ubang yang tidak diisi. h0 = 0,45 m

Jarak lubang tembak dalam segiempat ketiga adalah

w3'(e, + W2'2 )

W3' = ,'2 ' 0.37 + 0'35) = 0.7707463910.77 W3' = 0,77 m

Jumlah dodol yang diisikan dalam lubang tembak = 4,5 Segiempat keempatr ebar bukaan W adalah

w4 = , 2 ,.B. - ~2z F\'

W4 =; G 37 + 0,25 -0,05) = 0,700035713 = 0,70 W4 = 0,70 m

"Burden" maksimum

B= 8.8 10-2 1 1`0,70 x 1,36 x 1,09max10,045 x G.4

Bmax = 0,668156415 = 0,67

Bmax = 0,67 m

"Practical burden"

B4 =Bmax - F

B4 = 0,67 - 0,05 B4 = 0,62 ; n

anjang lubang tembak yang ticak diisi, hp = 0,45 m Jarak lubang tembak dalam seciempat keempat adalah :W4' = J-2 (B< + - W3')

Jumlah dodol b 38 x 600 mm yanq dimasukkan dalam lubang tembak = 4.5 buah. Panjang sisi quadrangle (= 1,42) < akar dari "advance", jadi jumlan seaiempat dalam "cut" sudah cukup.

Lifters

Bahan peledak yang dipakai adalah "water gel" dengan diameter dodol 38 x 600 mm, l = 1.36 kg/m.

"Burden" mak:imum

Bmax= 0,9 (1 SANFO / C f(S/B))"Bmax = 0.91,36 x 1,09= 1,35654734 = 1,36

0,45 x 1,45 x 1

Bmax = 1,36 m

Jumlah lubang tembak = integer (lebar terowongan + 2 H sin y + 2,; = integer 4,5 + 2 x H sin 3c +2

\i1,36

5

Jumlah lubang tembak = 5 buah.

"Spacing"

S= lebar terowongan + 2 H sin yLN-1

C_ 4,5 + 2 x 3.2 x sin y = 1,20873753 = 1,21

5-1

SL = 1,21 m

"Practical spacing"

SL = SL - H sin y

SL= 1,21 - (3,2 x sin 3)1,042524941,04 SL = 1,04 m

"Practical burden"

Panjang dan "bottom charge"

hb= 1,25 BLhb= 1,25 x 1,14 - 1,43

hb= 1,43 m

Panjang dari "column charge"

hc = H-hb-ho hc= H-hb-10d

hc= 3,2 - 1,43 - 0,45

hc= 1,32 m

Konsentrasi muatan "column" adalah 70% dari konsentrasi muatan "bottom" = 0,70 x 1,36 = 0,95 kg/m ~o = G,7 1b = 0,95 kglrn

Untuk memenuhi keadaan di atas maka dipakai "water gel" dengan f 32 x 600 mm, dan "charge concentration" = 0,97 kg/m. Lubang tembak dalam "lifter" diisi 2,5 buah dodol dengan 4 38 x 600 mm-dan 2 buah dodol berdiameter 32 x 600 mm.

"Contour Holes", "Roof'

"Smooth blasting" memakai 4) 25 x 600 mm "cartridge spacing"

= k. d ; k = 15 - 16 (persamaan 27)

= k.d

15 x 0,045 = 0,675 - 0,68 = 0,68 m

S/B = 0,8

= S = 0,675 = 0,84375 - 0,84

0,80,8

B= 0,84 m

Disebabkan oleh "look out" dan deviasi, maka "practical burden"

BR = B - H sin y - F

B = 0,84 - (3,2 x sin 30) - 0,05 =0,6225249-0,62 BR = 0,62 m

Konsentrasi muatan minimum untuk "smooth blasting" adalah = 90d 2 = 90 x (0,045)2 = 0,18225 - 0,18

r= 0,18 kg/m

Apabila dipakai "water gel" dengan ~ 25 x 600 mm, / = 0,59 kg/m adalah melebihi kebutuhan.

Jumlah lubang tembak = (4,7 + 2) = 8 buah; setiap lubang tembak dilsi 5 buah 0,68

dodol.

"Contour Holes", "Wall"

Tinaai "abutment" 4,0 m

Blt tes = 1,14 m Broof 0,62 m

Panjang yang ditempa!i "wall holes" = 4,0 - 1,14 - 0,62 = 2,24 m

Dengan memakai

C= 0,45

f= 1,2

SIB = 1,25, maka

B= 0,9 (l SA,,FO I (C f (S/B)) 0.5

= 0,91.36. 1,09= 1,333746603 - 1,33 0.45. 1,2. 1,25

"Practical burden"

B,,;= 1,33 - 3,2 sin 30 - 0,05 = 1,11627 - 1,12 = 1,12 m

S= 1,25 B = 1,25 x 1,33 = 1,6625 - 1,66 S= 1,66 m

Jumlah lubang tembak = 22'4 + 2 = 3 buah

1,66

"Spacing"

SW = 22- = 1,12 m

3-1

Panjang muatan "bottom"

hb = 1,25 x B

= 1,25 x 1,12

= 1,40 m

Panjang muatan "column"

hC=H-hy-ho= 32 -1.40 - 0,45 = 1,35 m

Jumlah dodol 4 38 x 600 mm untuk "bottom charge"

1.40 = 2,5 buah

0.60

Jumlah dodol 4, 32 x 600 mm untuk "column charge" = 1.35 _ 2 buah 0,60

Stooina horisontal dan ke atasSisi bukaan pada segiempat keempat, B' = 1,42 m, BW = 1,12 m dan lebar terowongan = 4,5 m.

Panjang tempat untuk lubang "stoping" horisontal dan ke atas

= 4,5 - 1,4 - (2 x 1.12) = 0,84 m

Burden" maksimum

Bmax = 0,91,36 x 1,09= 1,213332828 - 1,21 10,45 x 1,45 x 1,25

Bmax = 1,21 m

Practical burden"

BH = 1,21 - 0,05 = 1,16 m

Karena geometri dari terowongan maka dipakai "burden" BH = 0.85. Dodol 0 38 x 600 mm untuk "bottom charge" = 2,5 buah Dodol 4 32 x 600 mm untuk "column charge" = 2 buah Jumlah lubang tembak = 2 buah.

Stopinq ke bawah (downward)Sisi bukaan pada segiempat keempat B'= 1,42 m

BL = 1,14 m dan BR = 0,62 m

Tempat yang dapat diisi lubang "stoping" ke bawah

= 4,5 - 1,42 - 1,14 - 0,62 = 1,32 m

"Burden" maksimum

Bmax = 0,9 0,45 x 1,2 x 1,25 = 1,333746603 - 1,33

= 1,33 m

"Practical burden"

Bp = 1,33 - 0,05 = 1,28 m.

Panjang tempat yang digunakan untuk lubang "stoping" ke bawah 1,32 m.

BD = 1,28 m, jadi kelebihan panjang 1,32 - 1,28 = 0,04 m. Hal ini akan diimbanai oleh kelebihan muatan dalam "contour holes".

Muatan untuk setiap lubang tembak sama dengan muatan dalam "wall holes". Jumlah lubang tembak dalam "stoping downward" adalah 3 buah.

Ringkasan

Berat muatan total = 111,6 kg

Luas penampang = 19,5 m2Kemajuan= 3,0 m3"Specific charge"= 1,9 kgtm

Jumlah lubang= 40 buah Kedalaman lubang = 3,2 m

"Specific drilling"= 2,2 m/m3

II.2.4Rangkuman

II.2.5Evaluasi dan Kunci JawabanII.3PEMBELAJARAN 3 : PELEDAKAN TEROWONGAN

Tujuan Khusus Pembelajaran

II.3.1Penentuan Luas dan Volume Per siklus

II.3.2Kebutuhan Bahan Peledak Per siklus

II.3.3Kemajuan Penerowongan (fotocopy menyusul dari pakarnya)

II.3.4Rangkuman

II.3.5Evaluasi dan Kunci JawabanReferensi/Daftar Pustaka

Evaluasi Akhir

Strategi Pembelajar_976668838.unknown

_976670376.unknown

_976670982.unknown

_976672244.unknown

_976672414.unknown

_976671411.unknown

_976670631.unknown

_976669333.unknown

_976670330.unknown

_976668878.unknown

_976668469.unknown

_976668726.unknown

_976668823.unknown

_976668533.unknown

_976665091.unknown

_976665118.unknown

_976661289.unknown