PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG PADA KOPERASI
(STUDI DI KOPERASI SIMPAN PINJAM MADANI NTB CABANG MATARAM)
JURNAL ILMIAH
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Untuk Mencapai Derajat S-1 Pada
Program Studi Ilmu Hukum
Oleh :
I MADE DWI SUHENDRA NUGRAHA
D1A. 012. 183
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2017
PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG PADA KOPERASI (STUDI
DI KOPERASI SIMPAN PINJAM MADANI NTB CABANG MATARAM)
I MADE DWI SUHENDRA NUGRAHA
D1A. 012. 183
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan perjanjian pinjam
meminjam uang pada Koperasi Simpan Pinjam Madani Cabang Mataram dan cara penyelesaian
apabila terjadi wanprestasi dalam perjanjian pinjam meminjam uang tersebut. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian empiris dengan metode pendekatan perundang-undangan,
pendekatan konseptual, dan pendekatan sosiologi. Pelaksanakan perjanjian pinjam meminjam
uang pada koperasi dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap permohonan, analisa kredit,
rapat komite, pengetikan perjanjian. verivikasi pengetikan, penandatanganan, pencairan dana,
pengarsipan, pengawasan, dan tahap penyelesaian. penyelesaian jika terjadi wanpretasi lebih
mengutamakan prinsip perkoperasian dan penyelesaian secara administrasi sebelum melalui jalur
hukum.
Kata kunci : pelaksanaan, perjanjian pinjam meminjam , koperasi
IMPLEMENTATION OF BORROWING LOAN AGREEMENT MONEY IN COOPERATION
(STUDY IN COOPERATIVE SAFETY MODERN LABOR NTB BRANCH MATARAM)
ABSTRAC
This study aims to determine the process of borrowing and borrowing money in the Cooperative
Savings and Loans Madani Branch Mataram way of settlement occurs wanprestasi in the loan
loan agreement. This study uses the type of empirical research with the approach of legislation,
conceptual approach, and sociology approach. Implementation of loans borrow money at the
cooperative done in several stages of the application stage, credit analysis, committee meetings,
typing agreement. Typing verification, signing, disbursement, archiving, supervision, and
completion stage. The settlement of the interpretation takes priority to the principle of
cooperative and formal settlement before going through legal channels.
Keywords: implementation, loan and lending agreement, cooperative
I. PENDAHULUAN
Koperasi merupakan sokoguru perekonomian, sebagai pilar atau “penyangga utama” atau
“tulang punggung” perekonomian nasional karena koperasi mendidik sikap, koperasi mempunyai
sifat kemasyarakatan, dimana kepentingan masyarakat harus lebih diutamakan daripada
kepentingan diri atau golongan sendiri, Bahwa Koperasi merupakan badan usaha yang
beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan.
Dalam peranan dan tugas koperasi untuk mempertinggi taraf hidup anggotanya juga sama
mempertinggi kecerdasan para anggota karena meningkatnya kesejahteraan hidup para
anggotanya. Kebijakan kegiatan usaha simpan pinjam tertulis dalam Peraturan Koperasi tentang
usaha simpan pinjam, yang berisi tentang permodalan, besar pinjaman, bunga pinjaman,
simpanan wajib pinjam, aturan tentang angsuran pinjaman, jaminan dan sanksi yang
diberlakukan jika terjadi tunggakan oleh anggota. Adanya aturan tentang pelaksanaan kegiatan
usaha simpan pinjam ini memungkinkan terjadinya kesesuaian atau ketidaksesuaian pelaksanaan
kegiatan usaha simpan pinjam pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Madani NTB
Pada ketentuan Pasal 44 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
menyebutkan pada pokoknya memberikan kewenangan terhadap koperasi untuk dapat
menghimpun dana dan menyalurkan melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk
anggota Koperasi yang bersangkutan, Adapun koperasi simpan pinjam menjadi salah satu
alternatif bagi masyarakat untuk mendapatkan dana dalam upaya memperbaiki taraf kehidupan,
pemenuhan kebutuhan sehari – hari dan mengembangkan usaha, koperasi yang banyak berperan
dalam pemberian pinjaman adalah koperasi simpan pinjam sebagaimana diatur dalam ketentuan
Pasal 1 Angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi.
Berdasarkan uraian di di atas, selanjutnya penulis melakukan penelitian mengenai proses
pelaksanaan perjanjian pinjam meminjam uang pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Madani
NTB dan penyelesaian jika terjadi wanprestasi dalam perjanjian pinjam meminjam uang pada
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Madani NTB
Manfaat penelitian dari segi akademis, yaitu diharapkan dapat memberikan masukan dalam
penyusunan karya-karya ilmiah dan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan secara umum
dalam dunia akademi dan sumbangan pemikiran dalam mengembangkan ilmu hukum khususnya
yang berkaitan dengan Pelaksanaan Perjanjian Pinjaman Melalui Koperasi, manfaat dari segi
praktis diharapkan hasil penelitian ini akan bisa di jadikan referensi atau menambah ilmu bagi
peneliti yang sama pada waktu yang akan datang.
Adapun tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses Pelaksanaan Perjanjian
Pinjaman Meminjam Uang Pada Koperasi ( Studi Koperasi Simpan Pinjam Madani NTB) serta
mengetahui dan memahami penyelesaian sengketa yang apabila terjadi wanprestasi dalam
perjanjian pinjam meminjam uang pada Koperasi Simpan Pinjam Madani NTB. bahan terkait
dengan penelitian, kemudian ditarik kesimpulan yang dijabarkan dalam penulisan deskriptif.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum yuridis sosiologis (empiris), yaitu suatu
penelitian yang menggunakan bahan kepustakaan atau data sekunder sebagai data awalnya
kemudian dilanjutkan dengan data primer atau data lapangan. Lokasi penelitian di Koperasi
Simpan Pinjam Madani NTB Cabang Mataram, Setelah didapatkan data-data yang
diperlukan, maka peneliti melakukan analisis kualitatif, yakni dengan melakukan penilaian
terhadap data-data yang didapatkan dilapangan dengan bantuan literatur-literatur atau bahan-
Setelah didapatkan data-data yang diperlukan, maka peneliti melakukan analisis kualitatif,
yakni dengan melakukan penilaian terhadap data-data yang didapatkan dilapangan dengan
bantuan literatur-literatur atau bahan-bahan terkait dengan penelitian, kemudian ditarik
kesimpulan yang dijabarkan dalam penulisan deskriptif.
II. PEMBAHASAN
PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG PADA KOPERASI
(STUDI DI KOPERASI SIMPAN PINJAM MADANI NTB CABANG MATARAM)
Dalam pelaksanaan perjanjian pinjam meminjam uang di KSP Madani NTB para
pihak calon peminjam yang akan mengajukan permohonan pinjaman uang, Koperasi Simpan
Pinjam Madani NTB tidak menerima pemohon yang berusia di bawah umur yang belum
memiliki kartu identitas berupa KTP walaupun mempunyai usaha sendiri harus memenuhi
syarat sahnya perjanjian sebagaimana yang diatur Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, salah satu syarat sahnya perjanjian dimana terkait dengan ini adalah Kecakapan
untuk membuat suatu perjanjian. kecakapan bertindak berkaitan dengan masalah kedewasaan
dari orang yang akan melakukan tindakan hukum. Tingkat kedewasaan seseorang dapat di
ukur dari ketentuan Pasal 330 Kitab Undang Undang Perdata menyatakan bahwa batas usia
dewasa adalah usia 21 tahun atau sudah menikah. Apabila Orang yang masih di bawah
pengampuan melakukan perjanjian dapat di batalkan karena tidak cakap melakukan suatu
perbuatan hukum. disiapkan formulir/blanko surat permohonan peminjaman dari koperasi
yang tinggal di isi oleh calon peminjam yang akan mengajukan permohonan peminjaman
uang. fungsi formulir yang diberikan kepada calon peminjam agar lebih memudahkan calon
peminjam dalam melakukan pengisian hal-hal yang tercantum dalam formulir tersebut.
Dalam pelaksanaan pemberian pinjaman dari Koperasi Simpan Pinjam Madani NTB di
laksanakan secara tertulis dan di lakukan dengan bentuk perjanjian baku atau standar dimana
hanya satu pihak yaitu pihak koperasi yang membuat atau menyiapkan perjanjian,
sedangkan calon peminjam tidak ikut membuat membuat perjanjian dan hanya
menandatangani saja perjanjian tersebut. Pada perjanjian baku hanya diperlukan pemahaman
salah satu pihak yaitu pihak calon peminjam untuk melaksanakan prestasi dengan perjanjian
pinjaman yang telah dibuat oleh pihak koperasi. Perjanjian standar dikenal dengan istilah
dalam bahasa Inggris yakni standart contract. Dalam bahasa Belanda perjanjian standar
yakni standard voorwarden. Perjanjian ini dikenal juga dengan istilah “take it or leave it
contract”. Dalam bahasa Indonesia perjanjian standar dikenal juga dengan istilah perjanjian
baku. Perjanjian standar merupakan bagian dari pada perjanjian di bawah tangan yang
berbentuk secara tulisan.
Menurut Abdulkadir muhammad, istilah perjanjian baku dialih bahasakan dari
istilah yang terkenal dalam bahasa Belanda yaitu “standart voorwarden”. Kata
baku atau standar artinya tolak ukur yang dipakai sebagai patokan atau pedoman
bagi setip konsumen yang mengadakan hubungan hukum dengan pengusaha, yang
di bakukan dengan perjanjian baku ialah model, rumusan dan ukuran.1 Model,
rumusan dan ukuran tersebut tidak dapat di ganti, di ubah atau di buat lagi dengan
cara lain karena pihak pengusaha mencetaknya dalam formulir atau blanko naskah
perjanjian lengkap di dalamnya sudah dilampiri dengan naskah syarat-syarat baku
yang wajib di penuhi oleh pihak debitur.
Menurut Johannes Gunawan penggunaan perjanjian baku menyebabkan asas
kebebasan berkontrak kurang atau tidak dapat diwujudkan, karena dalam 5 (lima)
unsur asas kebebasan berkontrak hanya 2 (dua) yang dapat diwujudkan, yaitu
kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian dan kebebasan untuk
memilih dengan siapa ia akan membuat perjanjian.2
Dalam teori baru ada tiga tahap dalam pembuatan perjanjian yaitu :3 (1) Tahap
Precontractual, yaitu adanya penawaran dan penerimaan, (2) Tahap Contractual
yaitu adanya persesuaian kehendak antara para pihak, (3) Tahap Post contractual
yaitu pelaksanaan perjanjian.
1 Abdulkadir Muhammad, Hukum perikatan, PT Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2006, hlm 87
2 Johannes Gunawan, Penggunaan Perjanjian Standard dan Implikasinya pada Asas kebebasan
Berkontrak, Padjajaran, majalah Ilmu Hukum dan Pengetahuan masyarakat no3-4, jilid XVII, PT. Alumni,
Bandung, 1987, hlm 55
3 Salim HS, Hukum kontrak, Teori dan Teknik penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2002 hlm 26
Berdasarkan hal tersebut di atas jelas bahwa pracontractual sangatlah penting
sebab dalam hal ini para pihak melakukan negoisasi kontrak mulai dari tahap
pengenalan kedua belah pihak (sikap atau prilaku), pemahaman budaya hukum
masing-masing pihak, tukar menukar draf perjanjian, saling menyempurnakan
perjanjian sehingga terjadilah persesuaian kehendak para pihak dalam bentuk
penandatanganan kontrak, pada tahap ini pengenalan mengenai sikap dan prilaku para
pihak akan mencerminkan itikad baik dalam melaksanakan prestasi sesuai dengan
yang telah diperjanjikan. Itikad baik para pihak juga di cermati pada saat post
contractual atau pelaksananaan perjanjian artinya jika ada hal yang sekiranya belum
jelas dengan klausula perjanjian para pihak harus melakukan penafsiran dan perbaikan
bersama agar menghindari salah satu pihak cidera janji, jangan kemudian melakukan
penafsiran sendiri-sendiri tentunya ini sangat berbahaya bagi kelangsungan kontrak
tersebut.
Perlu di ketahui bahwa hal di atas hanya berlaku pada perjanjian yang diatur
dalam KUH Perdata dan tidak berlaku bagi perjanjian standar atau baku. Tahapan
pembuatan perjanjian di atas jelas mengacu pada asas kebebasan berkontrak yaitu : (1)
Bebas membuat atau tidak membuat perjanjian, (2) Mengadakan perjanjian dengan
siapapun, (3) Menentukan isi perjanjian, pelaksanaaan dan persyaratannya; (4)
Menentukan bentuk perjanjian yaitu tertulis atau lisan,
Dalam perjanjian yang bersifat baku atau standar, maka hanya salah satu pihak
saja yang membuat dan menyiapkan perjanjian, sedangkan pihak lainnya tidak ikut
membuat perjanjian dan hanya menandatangani saja perjanjian tersebut seperti lembaga
keuangan bank dan lembaga keuangan non bank seperti koperasi.
Dengan demikian hal tersebut, telah sesuai dengan pelaksanaan perjanjian pinjam
meminjam pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Madani NTB Cabang Mataram, dimana
calon peminjam yang akan mengajukan permohonan wajib melengkapi syarat-syarat
yang dibutuhkan, dalam praktiknya Adapun tahapan perjanjian pinjam meminjam uang
pada Koperasi Simpan Pinjam Madani NTB dijabarkan sebagai berikut:
Tahap Permohonan/Pengajuan, Pada kesempatan ini petugas harus menjelaskan
mengenai pinjaman yang berlaku di Koperasi seperti identifikasi data Awal Pemohon,
Cara pengembalian angsuran utang oleh peminjam, Jumlah angsuran dan besaran suku
bunga, Jaminan yang dapat diserahkan dan beberapa ketentuan lainnya.
Ada batasan-batasan jaminan yang bisa dijadikan jaminan dimana di tentukan oleh
koperasi seperti tabungan, kendaraan, dan tanah. Pada jaminan tabungan pemohon di
minta menyerahkan bilyet simpanan berjangka dan tanda peserta madani siaga, untuk
jaminan yang berupa kendaraan bermotor jaminannya berupa BPKB. Jaminan kendaraan
bermotor harus benar-benar milik sendiri, kalau masih atas nama orang lain, harus
dilengkapi photo copy KTP dan Kwitansi Jual-beli dari pemilik yang atas nama di BPKB
dan pembayaran pajaknya lunas. sedangkan dimana jaminan yang berupa benda tidak
bergerak, misalnya tanah, maka pihak Koperasi Simpan Pinjam Madani NTB Cabang
Mataram akan meminta SKMHT ( Surat Kuasa Memasang Hak Tanggungan) yang
dibuat dihadapan Notaris. Biaya pembuatan SKMHT di tanggung oleh pemohon
pinjaman.
Tahap Analisa Pinjaman Analisa pinjaman harus dilakukan untuk memperoleh
keyakinan bahwa pinjaman uang yang diberikan dapat dikembalikan oleh peminjam.
Tahap Rapat Loan Comitte
Pada tahap ini adalah tahap yang sangat menentukan, karena pada tahap ini akan
diputuskan apakah permohonan pinjaman calon peminjam bisa diberikan atau tidak bisa
diberikan..
Verifikasi Hasil Pembuatan Perjanjian Kredit
Setelah perjanjian kredit atau pinjaman beserta ikutannya selesai di ketik oleh Staf
Administrasi Pinjaman, kemudian hasil pengetikan tersebut diverifikasi oleh pejabat yang
berwenang
Tahap Penandatangan Perjanjian Kredit
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh petugas/Customer Service dalam rangka
penandatangan perjanjian kredit adalah meminta calon peminjam untuk memperlihatkan
kartu identitas diri, Meminta berkas-berkas jaminan asli, Menjelaskan kembali semua
ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian kredit/pinjaman yang akan ditandatangani
oleh peminjam.
Tahap Pencairan Pinjaman
Setelah tahap penandatangan maka akan timbul akibat hukum hak dan kewajiban hukum
di antara Koperasi dan peminjan dimana hak peminjam adalah menerima dana pinjaman
dari pemberi pinjaman sedangkan kewajiban pihak pemberi pinjaman untuk memberi
dana pinjaman sesuai jumlah yang di perjanjikan tersebut
Tahap Pembendelan atau Pengarsipan
Pada tahap ini adalah tahap yang sangat penting, karena berfungsi sebagai alat penunjang
dalam mengusahakan kredit sehat, maka penyelenggaraan pengarsipan harus dengan
tertib, aman, akurat dan up to date.
Tahap Monitoring/Pengawasan dan Pembinaan
Tahap ini adalah tahap yang harus terus menerus dilakukan oleh semua karyawan,
manajer dan pengurus, jadi semua kredit yang sudah dikeluarkan harus diawasi terus,
tidak boleh lengah, karna jika lengah maka akan berakibat fatal bagi kesuksesan dalam
penyaluran kredit.
Tahap Penyelesaian, pada tahap ini adalah tahap terakhir, disini merupakan puncak dari
semua proses dan tahapan pemberian pinjaman yang di lakukan, akan terlihat dengan
jelas prestasi dalam hal penyaluran pinjaman, apakah kualitas pinjaman bagus atau
banyak yang bermasalah dimana pinjaman yang bermasalah terbagi menjadi 3 jenis yaitu
pinjaman lancar, diragukan dan macet.
Penyelesaian Jika Terjadi Wanprestasi Dalam Perjanjian Pinjam Meminjam Uang
pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Madani NTB
Dalam pelaksanaan perjanjian pinjam meminjam uang pada Koperasi Simpan
Pinjam (KSP) Madani NTB tidak lepas dari masalah wanprestasi dimana peminjam
sering lalai dan terlambat dalam melaksanakan kewajibannya membayar angsuran
pinjamannya atau sampai jatuh tempo tidak dapat melunasi pinjamannya. peminjam
sering memberikan kerugian kepada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Madani NTB selaku
pemberi pinjaman yaitu tidak melunasi angsuran pokok dan bunganya dalam waktu yang
telah di sepakati.
wanprestasi berasal dari bahasa belanda yang artinya prestasi buruk. Wanprestasi
adalah suatu sikap dimana sesesorang tidak memenuhi atau lalai melaksanakan
kewajibannya sebagaimana yang di tentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur
dan debitur.4
Lebih lanjut, J. Satrio mengemukakan wujud dari wanprestasi yaitu: 5 (1) Tidak
memenuhi prestasi sama sekali. Sehubungan dengan debitur yang tidak memenuhi
prestasinya maka dikatakan debitur tidak memnuhi prestasi sama sekali; (2)
Memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya apabila prestasi debitur masih dapat
diharapkan pemenuhannya, maka debitur dianggap memnuhi prestasi tetapi tidak tepat
pada wakt uny; (3) Memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai atau masih keliru.
Sedangkan menurut Soebekti, jika ada pihak yang tidak melakukan isi perjanjian,
pihak itu dikatakan melakukan wanprestasi. wanprestasi dapat berupa empat macam,
yaitu:6 (1) Tidak melakukan apa yang di sanggupi akan dilakukannya, (2)
Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan; (3)
Melakukan apa yang dijanjikannya, tetapi terlambat; (4) Melakukan sesuatu yang
menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
Adapun hukuman atau akibat dari wanprestasi ada empat antara lain :7 (1)
Membayar ganti kerugian yang diderita oleh kreditur; (2) Pembatalan perjanjian; (3)
Peralihan resiko. benda yang dijadikan obyek perjanjian sejak saat tidak dipenuhi
kewajiban menjadi tanggung jawab dari debitur; (4) Membayar perkara kalau sampai
di perkarakan di depan hakim.
Apabila macam-macam bentuk wanprestasi tersebut di hubungkan dengan lalainya
peminjam dalam pengembalian angsuran pinjaman dalam perjanjian pinjam meminjam
uang pada Koperasi Simpan Pinjam Madani NTB, maka ada tiga macam perbuatan yang
tergolong wanprestasi ialah (1) Pinjaman kurang lancar dimana pihak peminjam
4 Abdul R. Salman, Esensi Hukum Bisnis Indonesia, kencana, Jakarta,2004, hlm 15
5 J. Satrio, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 1999, hlm.84
6 Budiman N.P.D Sinaga, Hukum kontrak dan Penyelesaian Sengketa dari persfektif sekertaris, PT
RajaGrafido Persada, Jakarta, 2005 hlm 24
7 Ibid., hlm 25
terlambat dalam melaksanakan angsuran pinjaman. termasuk dalam jenis wanpretasi
nomor ke 3 (tiga ) sesuai yang di kemukakan soebekti “melakukan apa yang
dijanjikannya, tetapi terlambat.” (2) Pinjaman yang diragukan dimana pihak peminjam
hanya membayar sebagian angsuran pinjaman baik angsuran pokok maupun bunga, jenis
wanpestasi nomor 2 (dua) seperti yang di nyatakan Soebekti “melaksanakan apa yang
dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan.” (3) Pinjaman macet dimana
pihak peminjam sama sekali tidak dapat membayar angsuran pinjaman baik angsuran
pokok maupun pinjaman tentunya ini termasuk jenis wanprestasi nomor 1 (satu) sesuai
yang di kemukakan soebekti yaitu “tidak melakukan apa yang di sanggupi akan
dilakukannya.”
Dalam penanganan sengketa pinjaman bermasalah pada koperasi di Koperasi Simpan
Pinjam Madani NTB di lakukan menurut prinsip prinsip koperasi, Sebelum membawa
perkara pinjaman bermasalah ke jalur hukum sebagai jalan terakhir Koperasi Simpan
Pinjam Madani NTB, maka yang di lakukan upaya-upaya secara administrasi terlebih
dahulu.
Di awali dengan meningkatkan intensitas penagihan lalu memperpanjang jangka
waktu pinjaman, dengan syarat pinjaman tersebut masih terpakai dan berputar pada usaha
peminjam, tidak terdapat tunggakan bunga dan peminjam harus bersedia menandatangani
Perjanjian Perpanjangan Jangka Waktu Pinjaman, dengan membayar bea materai, biaya
administrasi, dan biaya notariil. jika hal telah dilakukan tetapi tetap peminjam tetap lalai
maka akan di lakukan tahap tahap berikut
Penjadwalan Kembali Pinjaman (Rescheduling)
berbeda dengan perpanjangan pada penjadwalan kembali, syarat-syarat yang
dikenakan oleh koperasi tidak seberat pada perpanjangan jangka waktu pinjaman,
karena dianggap usaha yang dijalankan peminjam menghadapi persolan berat. Jadi
syarat-syarat tersebut antara lain : a) Usaha peminjam masih mempunyai prospek
untuk bangkit kembali. b) Adanya keyakinan bahwa peminjam akan tetap berniat dan
menjalankan usahanya secara sungguh-sungguh. c). Adanya keyakinan bahwa
peminjam masih mempunyai itikad untuk membayar kembali pinjamannya.
Persyaratan Kembali Pinjaman (Reconditioning)
Cara ini hampir sama dengan rescheduling yaitu perubahan sebagian syarat atau
seluruh syarat pinjaman, misalnya dengan pembebasan sebagain bunga tunggakan,
atau penghentian bunga disamping yang menyangkut perubahan jadwal
pembayaran/angsuran pinjaman.
Penataan Kembali Pinjaman (Restructuring), pada cara restructuring, koperasi
menambah kembali jumlah pinjaman atau mengkonversi sebagian atau seluruh
pinjaman tersebut menjadi ekuitas/penyertaan koperasi terhadap usaha yang dijalankan
peminjam.
Penyitaan dan penjualan asset jaminan (Liquidation), Sebelum penjualan asset
pihak koperasi melakukan prosedur hukum yang berlaku yaitu somasi. Dimana
somasi merupakan teguran dari pihak kreditur kepada pihak debitur, agar pihak debitur
melaksanakan kewajibannya, somasi di lakukan sebanyak 3 kali dalam jangka waktu.
Penjualan perusahaan, jika kondisi benar-benar terpaksa, sehingga menjual
perusahaan dinilai sebagai jalan terbaik.
Pengambilalihan hutang oleh pihak ke-3 yang dinilai dapat menjamin pengembalian
kewajiban peminjam dan meminta peminjam mengupayakan dana dari pihak lain
untuk melunasi kewajiban peminjam.
Penghapusan (write off), adalah penghapusan sebagian atau seluruh pinjaman
macet..
Apabila seluruh prosedur di atas telah ditempuh dan ternyata masih terjadi
perselisihan antara pihak koperasi dengan peminjam, maka penyelesaian hukum dapat
ditempuh yang diatur menurut undang-undang perdata yang berlaku.
Penyelesaian sengketa dalam perjanjian Pinjam meminjam uang Pada Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) Madani NTB di lakukan mengutamakan upaya upaya persuasif
dilakukan secara kekeluargaan jika peminjam atau debitur yang wanprestasi ber itikad
baik dan berniat baik mau melunasi sisa pinjamannya kepada Koperasi Simpan (KSP)
Madani NTB. Apabila upaya kekeluargaan juga tidak dapat menyelesaikan sengketa
dan pihak koperasi sudah melakukan somasi berkali-kali tetapi tetap tidak
menyelesaikan masalah maka pihak koperasi akan membawa ke ranah hukum secara
perdata sesuai isi dalam perjanjiannya.
III. PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan dari uraian-uraian pembahasan di atas, dan hasil penelitian yang
telah diuraikan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksananaan
Perjanjian Pinjam Meminjam Uang Pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Madani
NTB. Dalam pelaksanaannya di mulai dari tahap permohonan dimana calon pemohon
pinjaman datang ke kantor Koperasi Madani NTB lalu menyiapkan syarat-syarat yang
di butuhkan dalam pengajuan pinjaman, pemohon lalu mengisi blanko permohonan,
setelah itu calon peminjam akan di survei oleh petugas koperasi di waktu yang telah di
sepakati bersama antara calon peminjam dengan koperasi selanjutnya hasil dari survei
yang dilakukan akan di tuangkan dalam laporan analisa yang akan menentukan
apakah permohonan di tolak atau di terima oleh koperasi yang di lakukan di tahap
rapat komite. Setelah di terima maka akan masuk ke tahap pengetikan perjanjian
pinjaman, setelah pengetikan perjanjian pinjaman kemudian perjanjian tersebut di
tanda tangani oleh calon peminjam dan pengurus koperasi sebelum melakukan tahap
pencairan dana secara tunai kepada pemohon langsung di kantor Koperasi Simpan
Pinjam Madani NTB. Setelah melakukan pencairana akan ada tahap pembedelan dan
arsip dari perjanjian pinjaman tersebut dan terakhir ada tahap penyelesaian dimana
pihak koperasi melihat bagamana kualitas pinjaman 2. Cara penyelesaian jika terjadi
wanprestasi dalam perjanjian pinjam meminjam uang pada koperasi Simpan Pinjam
(KSP) Madani Dalam Penangangan jika terjadi sengketa yang berakibat terjadinya
wanprestasi oleh peminjam pihak koperasi melakukan hal yang lebih ke upaya upaya
secara administrasi terlebih dahulu yang sampai dengan penyitaan dan penjualan
jaminan sebelum sampai membawa ke jalur hukum sebagai jalan terakhir apabila
penyelesaian menemui jalan buntu. Tahap dimana penyelesaian di awali dengan
intensitas penagihan dan memperpanjang jangka waktu pinjaman dengan membayar
bea materai, biaya administrasi, dan biaya notariil. Upaya Penjadwalan kembali jangka
waktu pinjaman (rescheduling), Persyaratan kembali pinjaman (reconditioning).
Penataan kembali pinjaman (restructuring). jika tetap tidak ada itikad baik dari
peminjam maka akan dilakukan tahap lanjutan seperti penyitaan atau penjualan asset
jaminan. setelah semua hal yang di lakukan tetap menemui jalan buntu maka jalan
terakhir pihak koperasi membawa ke jalur hukum.
SARAN
1. Hendakanya pihak koperasi mendaftarkan jaminan kendaraan ke dalam
lembaga jaminan fidusia sehinggga apabila ada peminjam yang melakukan
wanprestasi dan pihak kopearasi perlu sampai melakukan eksekustorial, maka pihak
koperasi dapat menunjukan sertifkat jaminan fidusia yang dimana sebagai akta otentik
dan memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna. 2 Hendaknya dalam penyaluran
pinjaman pihak koperasi tidak membebankan suku bunga yang cukup tinggi dan tidak
terlalu banyak membebankan biaya biaya tambahan kepada calon peminjam sehingga
dana yang didapat peminjam saat pencairan sesuai kebutuhan dari peminjam tidak
banyak berkurang karena hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
-- Buku, Makalah dan Artikel
Abdul R. Salman, Esensi Hukum Bisnis Indonesia, kencana, Jakarta,2004
Abdulkadir Muhammad, Hukum perikatan, PT Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2006
Budiman N.P.D Sinaga, Hukum kontrak dan Penyelesaian Sengketa dari persfektif
sekertaris, PT RajaGrafido Persada, Jakarta, 2005
Johannes Gunawan, Penggunaan Perjanjian Standard dan Implikasinya pada Asas
kebebasan Berkontrak, Padjajaran, majalah Ilmu Hukum dan Pengetahuan
masyarakat no3-4, jilid XVII, PT. Alumni, Bandung, 1987
J. Satrio, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 1999
-- Peraturan Perundang-undangan
Indonesia, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Indonesia, Undang Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian
Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi.
Top Related