perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PELAKSANAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) BATUAN DI
(Studi Kasus Di Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten
Disusun dan Diajukan untuk
Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1
dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
i
PELAKSANAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) BATUAN DI
KABUPATEN KLATEN
Studi Kasus Di Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk
Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1
dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh
AGUS HARYONO
NIM. E1107003
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
PELAKSANAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) BATUAN DI
Studi Kasus Di Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten)
Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : AGUS HARYONO
NIM : E1107003
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul
PELAKSANAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) BATUAN DI
KABUPATEN KLATEN (Studi Kasus Di Kantor Pelayanan Terpadu
Kabupaten Klaten) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya
saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan
dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak
benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan
penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum
(skripsi) ini.
Surakarta, 20 Januari 2012
Yang Membuat Pernyataan,
Agus Haryono
NIM. E1107003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Agus Haryono, E 1107003. 2012. PELAKSANAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) Batuan Di Kabupaten Klaten (Studi Kasus Di Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten) . Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
Penulisan hukum ini bertujuan untuk mengetahui proses penerbitan izin
usaha pertambangan (IUP) batuan di Kabupaten Klaten serta mengeatahui
hambatan-hanbatan dalam proses penerbitan izin usaha pertambangan (IUP)
batuan di Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum empiris yang bersifat
diskriptif. Lokasi penelitiana ini dilakukan di Kantor Pelayanan Terpadu
Kabupaten Klaten. Jenis yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu meliputi wawancara, dan studi
kepstakaan baik berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen-
dokumen, dan sebagainya. Analisis data menggunakan analisis kualitatif dengan
model interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, diperoleh hasil
bahwa proses penrbitan Izin usaha pertambangan (IUP) batuan di Kabuaten
Klaten masih mengacu pada aturan yan lama yaitu Undang-Undang No 11 Tahun
1967 tentang Pokok Pertambangan, Peraturan Propinsi Jawa Tengah Nomor 6
Tahun 1994 tentang Usaha Pertambangan Galian Golongan di Propinsi Jawa
Tengah dan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Klaten. Di Kabupaten Klaten belum mengacu pada Undang-
Undang yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral Dan Batubara dan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Mineral Dan Batubara, hal ini
dikarenakan di Kabupaten Klaten belum mempunyai Peraturan daerah yang baru
untuk melenkapi Undang-Undang yang baru. Hambatan-hambatan berasal baik
dari Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten maupun pemohon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Agus Haryono, E 1107003. 2012. THE IMPLEMENTATION OF ROCK
MINING PERMIT (IUP) in Klaten Regency (a Case Study in One Stop
Service Office, Klaten Regency). Law Faculty of Sebelas Maret University.
The aims of this research are to find the process of publishing the Rock
Mining Permit in Klaten Regency and the obstacles of publishing the Rock
Mining Permit in One Stop Service Office, Klaten Regency.
This research includes the type of empirical legal research that is
descriptive. Location of the research was conducted in One Stop Service Office
Klaten Regency. The type of data is primary data and secondary data. The
techniques of data collection are interview and literature study, in the form of
books, legislation, documents and etc. Analysis data using qualitative analysis
with an interactive model.
According to the research by the researcher, the result is the process of
publishing rock mining permit still refers to the old rules, Act No 11 of 1967 on
Basic Mining, Regulation of Central Java Province No. 6 of 1994 on Mining
Minerals Group in Central Java Province and Regional Regulation No. 4 of 2006
on Spatial Plan in Klaten Regency. In Klaten Regency not yet refer to the new Act
No 4 of 2009 on Mineral and Coal Mining, and also the Government Regulation
No 23 of 2010 on Implementation Activities Mineral and Coal Enterprises. This
problem arises due to Klaten Regency not yet have a new Regional Regulations to
complement the new Act. The obstacles originating from One Stop Service Office
Klaten Regency and the applicants.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“Tak perduli berapa jauh jalan salah yang anda jalani, putar arah sekarang juga”
(Rhenald kasali,Ph.D)
“Hidup adalah soal keberanian, menghadapi tanda yang tanya, tanpa bisa kita mengerti tanpa bisa kita menawar, terimalah dan hadapilah”
(Edwin Norman)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Penulisan hukum (skripsi) ini Penulis persembahkan untuk :
v Kedua Orangtua ku Ayahanda H. Sukiman dan Ibunda
Rawi.
v Adik-adikku Dwi Harjanto dan Yazid Tri Haryanto.
v Keluarga Besar GOPALA VALENTARA, Perhimpunan
Mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret.
v Almamater Fakultas Hukum UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
penulisan hukum (skripsi) yang berjudul : “PELAKSANAAN IZIN USAHA
PERTAMBANGAN (IUP) BATUAN DI KABUPATEN KLATEN (Studi
Kasus Di Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten)”. Penulisan hukum
ini disusun dan diajukan guna melengkapi syarat-syarat memperoleh derajat
sarjana dalam ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Penulisan hukum ini dalam pembuatannya melibatkan banyak pihak yang
telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan penulisan dari
awal hingga akhir sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan memperoleh
gelar sarjana dalam ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Untuk itu penulis megucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Wida Astuti, S.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara.
3. Bapak Waluyo, S.H., M.Si, selaku Pembimbing yang telah dengan teliti dan
sabar memberikan bimbingan kepada penulis dari awal hingga akhir proses
penulisan hukum ini.
4. Bapak Harjono, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademis.
5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Hukum UNS.
6. Bapak Budi Kusyatno S,Sos selaku narasumber dan Kepala Seksi Perizinan
Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten.
7. Kedua orang tua penulis, Ayahanda H. Sukiman dan Ibunda Rawi yang
telah menjadi pembimbing, pendidik, sekaligus orang tua yang terbaik
dalam hidupku. Dan telah sabar dalam mendidikku. Kalianlah manusia yang
sempurna bagiku, tidak ada yang dapat menandingi kalian.
8. Adik-adikku Dwi Harjanto dan Yazid Tri Haryanto yang selalu memberikan
kasih sayangnya, semoga kita sukses, amin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
9. Saudara-saudaraku Diklatsar XXV Gopala Valentara Perhimpunan
Mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Hukum UNS, Agus Susanto, Arif,
Bintang, Feri, Lutfal, Ratu, dan Aris W (Alm) terima kasih telah
memberikan warna yang indah dalam kehidupan penulis . Kalian akan
selalu menjadi bagian dari hidup penulis.
10. Seluruh keluarga besar Gopala Valentara Perhimpunan Mahasiswa Pecinta
Alam Fakultas Hukum UNS tanpa terkecuali. Terima kasih untuk
kebersamaan, persaudaraan, ilmu, pengalaman dan petualangan yang
sempat terukir, bangga rasanya menjadi bagian dari keluarga yang luar biasa
ini. “One For All, All For One, All For All”.
11. Sahabat-sahabat penulis Adit, Riska, Bowo, Didit, Kaesya, Jabrik, Gathon,
Novan, Randy, Aas, Afif, Ancis, Tora, Icol, Toni, Nusa, Insan, Endri,
Hadnan, Arif, Arya, Alfida dan Sucy, buat warna-warni yang kalian
tebarkan, yang telah setia menemani kisah perjalanan penulis, dengan kalian
hudup terasa indah, ceria dan penuh makna.
12. Teman-teman angkatan 2007 Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta, tetap semangat dan sukses selalu, amin,
13. Untuk seluruh pihak yang tidak dapat disebut satu persatu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan yang
telah diberikan.
Kesempurnaan adalah milik Allah SWT, penulis hanya dapat berusaha
semaksimal mungkin untuk membuat karya tulis ini. Oleh karena itu dengan
kerendahan hati penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam karya tulis
ini dan semoga hasil karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua.
Surakarta, 20 Januari 2012
Penulis
Agus Haryono
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... iv
ABSTRAK........................................................................................................ v
ABSTRACT ................................................................................................. vi
MOTTO ....................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN........................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 5
E. Metode Penelitian ................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan Hukum ................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 12
A. Kerangka Teori ....................................................................... 12
1. Tinjauan Tentang Hukum Administrasi Negara............... 12
a. Pengertian Hukum Administrasi Negara .................... 12
b. Pengertian Tentang Ketetapan .................................... 13
c. Macam-macam Ketetapan ........................................... 13
d. Hukum (acara) Prosedural Administrasi………….. ... 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
2. Tinjauan Tentang Pelayanan publik ................................. 16
a. Pengertian Pelayanan Publik ....................................... 16
b. Ciri-ciri Pelayanan Publik ........................................... 18
3. Tinjauan Tentang Izin ....................................................... 20
a. Pengertian Izin ............................................................ 20
b. Fungsi dan Tujuan Izin ............................................... 22
4. Tinjauan Tentang Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Batuan …. ...............................................………………. 23
B. Kerangka Pemikiran ................................................................ 26
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 28
A. Diskripsi .................................................................................. 28
1. Gambaran Umum Kabupaten Klaten .............................. 28
2. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Terpadu
Kabupaten Klaten .......................................................... 30
B. Proses Proses Izin Usaha Pertambangan (IUP) Batuan di
Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten ....................... 38
C. Hambatan-hambatan dalam Proses Penerbitan Izin Usaha
Pertambangan (IUP) Batuan di Kantor Pelayanan Terpadu
Kabupaten Klaten .................................................................... 54
BAB IV PENUTUP ................................................................................... 57
A. Simpulan ................................................................................ 57
B. Saran....................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Teknik analisis data…………………………………………… 9
Gambar 2 : Kerangka Pemikiran……………………….........……………... 26
Gambar 3 : Mekanisme Pelayanan................................................................. 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I : Jenis Pelayanan Perizinan …………………………................... 35
Tabel II : Jenis Pelayanan Non Perizinan ……………………….............. 36
Tabel III : JenisPelayananTertentu…………………….............................. 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Surat izin penelitian dari Fakultas Hukum Nuniversitas
Sebelas Maret.
Lampiran II Surat tembusan dari Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Klaten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
AB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa kekayaan
berupa sumber daya alam yang berlimpah, baik di darat, di perairan
maupun di udara. Potensi kekayaan alam tersebut seakan-akan tidak akan
pernah habis termakan waktu dan jaman. Keanekaragaman kekayaan alam
tersebut meliputi kekayaan alam hayati dan non hayati, begitu pula dengan
sumber daya alamnya. Karena begitu pentingnya sumber daya alam bagi
kehidupan umat manusia untuk mencapai kemakmuran, maka wajar jika
dalam Undang-Undang Dasar 1945 sebagai wujud dasar negara
mengaturnya dalam Pasal 33 ayat (3) yang berbunyi :
“Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”
Penguasaan sumber daya alam yang dilakukan oleh bangsa
Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat. Pendayagunaan sumber daya alam untuk meningkatkan
kesejahteraan dan mutu hidup rakyat harus disertai dengan upaya untuk
melestarikan kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang guna
meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat baik generasi sekarang
maupun generasi mendatang.
Pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa
pemerintahan terdiri atas pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang
diatur dengan Undang-Undang. Dengan adanya pemerintahan daerah yang
berdasarkan asas otonomi daerah, maka dapat mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Dalam menyejahtrerakan masyarakat dapat diwujudkan
dengan peningkatan dan pelayanan masyarakat.
Penyelenggaraan pelayanan terhadap masyarakat tidak semuanya
ditangani oleh pemerintah pusat, dengan adanya pelayanan daerah atau
pelayanan publik maka semua urusan yang ada di daerah dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
terakomodir dipemerintah daerah. Sehingga, sistem desentralisasi menjadi
penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Desentralisasi ini dapat
diartikan sebagai penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah
kepada daerah otonom untuk mengatur urusan pemerintahan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pelayanan pemerintahan daerah ini merupakan tugas dan fungsi
utama dari pemerintah daerah. Dengan pemberian pelayanan yang baik
kepada masyarakat maka pemerintah akan dapat mewujudkan tujuan
negara yaitu menciptakan kesejahteraan masyarakat (Hanif Nurcholis,
2005 : 175).
Pelayanan publik dalam perkembangannya timbul dari adanya
kewajiban sebagai sebuah proses penyelenggaraan kegiatan pemerintah
baik yang bersifat individual maupun kelompok. Dalam pemberian
pelayanan tidak boleh tercipta perlakuan yang berbeda, sehingga
menimbulkan diskriminasi pelayanan bagimasyarakat, manajemen
pelayanan perlu pula mendapat pembenahan melalui keterbuaan dan
kemudahan prosedur, penetapan tarif yang jelas dan terjangkau,
keprofesionalan aparatur dalam teknik pelayanan dan tersedianya tempat
pengaduan keluhan masyarakat (public complain), serta tersedianya sistem
pengawasan terhadap pelaksanaan prosedur (Adrian Sutedi, 2010 : 3).
Dewasa ini terlihat bahwa layanan yang diberikan oleh pemerintah
daerah khususnya pemerintah daerah kapada masyarakat, sering timbul
ketidakpuasan. Hal ini terlihat dari keluhan dari masyarakat itu sendiri
maupun dari media masa yang ditujukan kepada pemerintah daerah, seperti
dalam berbagai jenis perizinan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah.
Izin termasuk sebagai ketetapan yang bersifat konstitutif, yakni
ketetapan yang menimbulkan hak baru yang sebelumnya tidak dimiliki
oleh seseorang yang namanya tercantum dalam ketetapan itu, atau
beschikkingen welke iest toestaan tevoren niet geoorloofd (ketetapan yang
memperkenalkan sesuatu yang sebelumnya tidak dibolehkan). Dengan
demikian, izin merupakan instrumen yurudis dalam bentuk ketetapan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
bersifat konstitutif dan yang digunakan oleh pemerintah untuk menghadapi
atau menetapkan peristiwa konkret (Adrian Sutedi, 2010 : 180).
Kegiatan pertambangan diatur dalam Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba).
Untuk lebih merinci pelaksanaan Undang-Undang ini diturunkan kembali
dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) yang salah satunya adalah
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2010 ini komoditas tambang
dikelompokkan dalam 5 golongn yaitu :
1. Mineral radioaktif antara lain : radium, thorium, uranium
2. Mineral logam antara lain : emas, tembaga
3. Mineral bukan logam antara lain : intan, bentonit
4. Batuan antara lain : andesit tanah liat, tanah urug, kerikil galian dari
bukit, kerikil sungai, pasir urug
5. Batubara antara lain : batuan aspal, batubara gambut
Pertambangan batuan liar yang tanpa izin, baik bukit-bukit
pedesaan, dipinggiran sungai maupun di area kaki pegunungan. Apabila hal
tersebut dibiarkan terlalu lama maka akan menimbulkan kerusakan
lingkungan, gangguan kesehatan serta dampak-dampak lainnya bagi
masyarakat sekitar pertambangan batuan tersebut. Oleh karena itu
pertambangan batuan sekitar mayarakat yang tergolong tidak sedikit maka
perlu adanya pengaturan mengenai perizinan usaha pertambangan
khususnya batuan didaerah.
Melihat perizinan yang begitu rumit dan harus melewati panjangnya
prosedur yang harus dilalui, persoalan yang seharusnya mudah diselesaikan
menjadi sangat sulit, koordinasi antar bagian atau unit yang begitu kurang,
serta pembagiaan kerja yang kurang jelas. Selain itu juga dengan jumlah
pegawai atau aparatur pemerintah yang ada cukup banyak tetapi dengan
keadaan sumber daya manusianya masih tergolong terbatas, sehingga
dalam aplikasi pembinaan masih kurang efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Permasalahan tersebut diatasi pemerintah kabupaten dengan cara
memberikan pelayanan yang mudah bagi masyarakat yang akan
mendapatkan izin usaha pertambangan khususnya batuan. Sehingga
berkaitan dengan izin usaha pertambangan khususnya batuan maka
pemerintah telah memberikan kemudahan bagi masyarakat atau pihak-
pihak terkait yang akan mengajukan perizinan yaitu dangan adanya
pelayanan satu pintu (one stop service) yang sebagai fasilitas publik untuk
masyarakat yang tergolong cepat, mudah, murah dan transparan.
Pelayanan publik disetiap kabupaten yang tersebar diseluruh
Indonesia memiliki nama yang tidak semua kabupaten dengan kabupaten
lainnya itu sama, hal ini tergantung keeperluan masing-masing kabupaten
itu sendiri. Mengenai pelayanan ini telah dikeluarkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 24 tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis
ingin lebih mengetahui dan memfokuskan mengenai bagaimana proses
penerbitan izin usaha pertambangan (IUP) khusunya batuan di Kantor
Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten. Selain untuk mengetahui bagaimana
proses penerbitan izin usaha pertambangan (IUP) khususnya batuan,
melalui penelitian ini penulis juga akan menjelaskan mengenai hambatan-
hambatan apa saja dalam proses penerbitan izin usaha pertambangan (IUP)
khususnya batuan di Kantor Pelayanan Terpadu kabupaten Klaten. Untuk
itu penulis tertarik untuk menulis suatu penulisan hukum dengan judul,
“PELAKSANAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) BATUAN
DI KABUPATEN KLATEN (STUDI KASUS DI KANTOR
PELAYANAN TERPADU KABUPATEN KLATEN)”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dapat dirumuskan beberapa permasalahan :
1. Bagaimana proses penerbitan izin usaha pertambangan (IUP) batuan di
Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten ?
2. Hambatan-hambatan apa saja dalam proses penerbitan izin usaha
pertambangan (IUP) batuan di Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten
Klaten ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Objektif :
a. Untuk mengetahui mengenai proses penerbitan izin usaha
pertambangan (IUP) batuan di Kantor Pelayanan Terpadu
Kabupaten Klaten.
b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pelaksanaan
pelayanan perizinan tentang izin usaha pertambangan di Kantor
Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan berpikir serat
menambah kemampuan penulis.
b. Untuk memperoleh data yang lengkap sebagai bahan membuat
penulisan.
c. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh Gelar
Sarjana dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya ilmu hukum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
b. Memberikan referensi tambahan terkait dengan pelaksanaan
penerbitan izin usaha pertambangan (IUP) batuan di Kantor
pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten.
c. Untuk menghasilkan diskripsi tentang hambatan-hambatan dalam
pelaksanaan penerbitan izin usaha pertambangan (IUP) batuan di
Kabupaten Klaten.
d. Hasil penelitian dharapkan dapat memberikan sumbangan yang
berarti bagi peningkatan dan pengembangan ilmu hukum pada
umumnya dan Hukum Administrasi Negara pada khususnya.
2. Manfaat Praktis
a. Dengan penulisan hukum ini diharapkan dapat meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang ilmu hukum
sebagai bekal untuk masuk dalam instansi hukum.
b. Untuk memberikan bahan masukan dan gagasan pemikiran kepada
Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten.
c. Bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya maupun bagi Kantor
Pelayanan Kabupaten Klaten dalam konteks Izin Usaha
Pertambangan (IUP).
E. Metode Penelitian
Pemilihan jenis metode tertentu dalam suatu metode pemilihan
sangat penting karena akan berpengaruh pada hasil penelitian nantinya.
Suatu penelitian, metode penelitian merupakan salah satu faktor penting
yang menunjang suatu kegiatan dalam proses penelitian. Metodologi pada
hakikatnya memberikan pedoman, tentang cara-cara seseorang ilmuan
mempelajari, menganalisa dan memahami lingkungan-lingkungan yang
dihadapinya (Soerjono Soekanto, 2006 : 6)
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah
penulisan hukum emperis, maka yang diteliti pada awalnya data
sekunder untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
data primer di lapangan atau terhadap masyarakat (Soerjono
Soekanto, 2006 : 52).
2. Sifat Penelitian
Berdasarkan uraian mengenai jenis penelitian di atas, maka
penelitian ini bersifat diskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif, data-data yang diperoleh nantinya tidak berbentuk angka
tetapi berupa kata-kata. Penelitian diskriptif yaitu penelitian yang
dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang
manusia keadaan, atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah
terutama untuk mempertegas hipotesa-hopotesa, agar dapat
memperkuat teori lama, atau didalam menyusun teori-teori baru
(Soerjono Soekanto, 2006 : 10).
3. Lokasi Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis mengambil
lokasi di Kantor Pelayanan Terpadu Klaten.
4. Jenis Data
a. Data primer
Data yang diperoleh dari keterangan/fakta langsung di
lapangan yaitu data yang diperoleh penulis dari lokasi penelitian.
b. Data Sekunder
Data yang tidak diperoleh secara langsung, yaitu data yang
diperoleh dari keterangan atau fakta-fakta yang ada dan secara
tidak langsung melalui bahan-bahan dokumen berupa peraturan
perundang-undangan, buku kepustakaan dan lainnya.
5. Sumber Data
Sumber data merupakan tempat di mana dan ke mana tata
dari suatu penelitian dapat diperoleh. Sumber data dalam
penelitian ini adalah sumber data sekunder yang terdiri atas :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
a. Sumber Data Primer
Pihak yang terkait langsung dengan masalah yang
diteliti dalam penelitian ini pihak yang terkait yaitu : Kantor
Pelayanan Terpadu Klaten.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder terdiri dari bahan hukum primer
dan bahan hukum sekunder.
Bahan hokum primer : Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara.
Bahan hukum sekunder :
1) Buku-buku ilmiah di bidang hukum terutama yang
berkaitan dengan izin usaha pertambangan (IUP)
batuan.
2) Makalah dan skripsi sarjana.
3) Literatur dan hasil penelitian.
6. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan hal yang penting dalam
penulisan penelitian hukum. Sebagaimana yang telah diketahui,
didalam penelitian ini teknik yang digunakan penulis yaitu : studi
dokumen atau bahan pustaka, dan wawancara atau interview.
a. Studi dokumen atau bahan pustaka
Merupakan teknik pengumpulan data dengan
mengumpulkan bahan-bahan yang berupa dokumen-
dokumen, buku-buku, atau bahan pustaka lainnya, yang
menyangkut dengan obyek yang diteliti, dalam hal ini yang
menyangkut tentang pelaksanaan pelayanan prosedur izin
usaha pertmbangan (IUP) batuan.
b. Teknik Wawancara (Interview)
Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengadakan wawancara atau tanya jawab secara langsung
dengan responden, yaitu pihak-pihak yang berkaitan secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
langsung dengan permasalahan yang diteliti yaitu Petugas
Pelayanan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Batuan Kantor
Pelayanan Terpadu Klaten.
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan
penelitian ini adalah analisisa data kualitatif dengan
menggunakan metode interaktif. Analisis data kualitatif
merupakan pengolahan data berupa pengumpulan data,
penguraiannya kemudian membandingkan dengan teori yang
berhubungan masalahnya, dan akhirnya menarik kesimpulan.
Metode interaktif adalah analisa yang terdiri dari tiga
komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan, maka data diproses melalui tiga komponen
tersebut (HB. Sutopo, 1988 : 37).
Model analisis interaktif tersebut digambarkan sebagai berikut :
Gambar I : teknik analisis data (H.B Sutopo, 2002 : 96).
Kegiatan komponen itu dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Reduksi data
Merupakan proses pemilihan, perumusatan perhatian
kepada penyerderhanaan, pengabstrakan, dan transformasi
data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan.
Reduksi data berlangsung terus menerus, bahkan sebelum
PENGUMPULAN
REDUKSI PENYAJIAN
PENARIKAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
data benar-benar terkumpul sesuai laporan akhir lengkap
tersusun.
b. Penyajian data
Merupakan sekumpulan informasi yang tersusun memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
c. Penarikan kesimpulan
Dari permulaan data, seorang penganalisis kualitatif
mencari arti benda-benda, keteraturan, pola-pola, penjelasan
konfigurasi, berbagai kemungkinan, alur sebab akibat dan
proporsi. Kesimpulan akan ditangani secara longgar, tetap
terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan,
mula-mula belum jelas, meningkat lebih rinci dan mengakar
pada pokok.
F. SISTIMATIKA PENULISAN HUKUM
Guna memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai
sistimatika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan penulisan hukum,
maka penulis membagi pembahasan ke dalam empat bab. Adapun
sistematika tersebut adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis menguraikan tentang kerangka teori dan
kerangka pemikiran dari masalah yang penulis angkat. Kerangka
teori tersebut yaitu : tinjauan umum tentang hukum administrasi
negara, tinjauan umum tentang pelayanan publik, tinjauan umum
tentang perizinan, tinjauan umum tentang izin usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
pertambangan (IUP) batuan, dan tinjauan umum tentang kantor
pelayanan terpadu (KPT).
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis memaparkan pembahasan dan hasil
penelitian berdasarkan rumusan masalah, yaitu : bagaimana
proses penerbitan izin usaha pertambangan (IUP) batuan di
kantor pelayanan terpadu kabupaten Klaten dan hambatan-
hambatan apa saja dalam proses penerbitan izin usaha
pertambangan (IUP) batuan di kantor pelayana terpadu
kabupaten Klaten.
BAB IV : PENUTUP
Berisikan dari apa yang telah dibahas dan saran-saran yang
ditujukan pada pihak-pihak terkait dengan permasalahan yang
diteliti ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Hukum Administrasi Negara
a. Pengertian Hukum Administrasi Negara
Istilah hukum administrasi negara merupakan terjemahan
dari beberapa istilah seperti administrative law, administratief
recht/ bestuur recht, vervaltung rech dan droit administratif.
Hukum administrasi merupakan segala peraturan-peraturan
yang bersangkut paut dengan pemerintah negara. Ada beberapa
Definisi hukum administrasi menurut para ahli, antara lain ;
1) JM. Baron De Gerando
Hukum administrasi adalah peraturan-peraturan yang
mengatur hubungan timbal balik antara pemerintah dan
rakyat.
2) E. Utrecht
Hukum administrasi negara adalah menguji hubungan
istimewa yang diadakan akan memungkinkan para pejabat
(amtsdrager) administrasi negara melaksanakan tugas
mereka yang khusus.
3) Van Vollenhoven
Hukum administrasi negara adalah keseluruhan ketentuan
yang mengikat alat-alat perlengkapan negara, baik tinggi
maupun rendah, setelah alat-alat itu akan menggunakan
kewenangan-kewenangan ketatanegaraan.
4) Logemann
Hukum administrasi negara adalah hukum administrasi yang
meliputi peraturan-peraturan khusus, yang disamping hukum
perdata positif yang berlaku umum, mengatur cara-cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
orgaginsasi ikut serta dalam lalu lintas masyarakat (Philipus
M. Hadjon, 2005 : 22 – 23).
5) Sjahran Basah
Hukum administrasi adalah seperangkat peraturan yang
memungkunkan administrasi negara menjalankan fungsinya,
yang sekaligus juga melindungi warga terhadap sikap tindak
administrasi negara, dan melindungi administrasi negara itu
sendiri (Ridwan H.R, 2002 : 34).
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, tampak bahwa
dalam hukum administrasi negara terkandung dua aspek, yaitu
pertama, aturan-aturan hukum yang mengatur dengan cara
bagaimana alat-alat perlengkapan negara itu melakukan
tugasnya; kedua, aturan-aturan hukum yang mengatur
hubungan hukum (rechtsbetrekking) antara alat perlengkapan
administrasi negara atau pemerintah dengan warga negaranya
(Ridwan H.R, 2002 : 35).
b. Pengrtian Tantang Ketetapan
Pengertian tentang ketetapan menurut R. Soegijatno
Tjakranegara S.H., ketetapan ialah tindakan hukum sepihak
dalam bidang pemerintahan dilakukan oleh alat perlengkapan
negara berdasarkan kewenangan khusus. Menurut Van Vollen
Hoven dan Van Der Pot mengatakan bahwa ketetapan adalah
suatu perbuatan hukum yang bersifat sebelah pihak dalam
lapangan pemerintah dilakukan oleh suatu badan pemerintah
berdasarkan kekuasaan yang istimewa.
c. Macam-macam Ketetapan
1) Ketetapan positif
Yaitu ketetapan yang menimbulkan hak dan kewajiban.
2) Ketepapan negatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Yaitu ketetapan yang menimbulkan reaksi terhadap suatu
permintaan/permohonan atau usul dan yang dapat
merupakan :
a) Pernyataan tidak berhak
Yaitu penolakan suatu permohonan dengan menyatakan
bahwa undang-undang tidak memberikan
kewenanganterhadap apa yang dimohonkan, sifatnya
oleh karena itu decklaratoir.
b) Pernyataan tidak dapat diterima
Yaitu penolakan permohonan dengan menyatakan
permohonannya itu tidak berdasarkan hukum atau
undang-undang (sifatnya decklaratoir) dapat juga
bersifat konstitutif kalau undang-undang memberikan
kebebasan untuk menyimpangi syarat eresmi karena
alasan-alasan khusus.
c) Penolakan sama sekali.
Yaitu bersifat decklaratoir kalau undang-undang
menetapkan bahwa suatu permohonan harus ditlak.
d) Ketepatan konstitutif
Yaitu ketetapan yang diambil administrasi atau freles
ermessen, kebijaksanaan jika undang-undang memberi
kebebasan untuk mengambil keputusan sendiri.
e) Ketetapan declaratoir
Ketetapan yang diambil administrasi semata-mata
berdasarkan apa-apa yang disebut dalam undang-
undang.
f) Ketetapan yang menguntungkan
Yaitu ketetapan yang memuat hal-hal yang
menguntungkan bagi yang bersangkutan antara lain :
i. Pelulusan permohonan
ii. Pengangkatan menjadi pegawai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
iii. Pemberian hak guna usaha
Termasuk pula ketetapan yang menguntungkan yaitu :
i. Dispensasi yaitu pembesaran memenuhi kewajiban
sebagai tertera dalam Undang-Undang karena hal-
hal yang khusus (relavatiologis) atau perbuatan
yang menyebabkan suatu perbuatan undang-undang
menjadi tidak berlaku bagi suatu hal yang istimewa.
ii. Izin (verginning) yaitu dapat juga dinamakan
dispensasi atau pembebasan dari larangan yang
berarti diperkenankan.
iii. Lisensi yaitu izin untuk mengadakan perusahaan
dengan leluasa.
iv. Konsensi yaitu pada hakikatnya adalah untuk
membuka perusahaan yang dapat dinamakan
dengan lisensi tetapi meliputi usaha yang luas
dengan sedikit banyak menyangkut kepentingan
umum.
d. Hukum (Acara) Prosedural Administrasi
suatu prosedur yang baik hendaknya memenuhi tiga landasa
hukum administrasi yaitu :
1) Landasan negara hukum
2) Landasan demokrasi
3) Landasan instrumental yaitu : daya guna dan hasil guna
(Philipus M. Hadjon, 2002 : 269).
Asas-asas umum pemerintahan yang baik dalam pembuatan
keputusan tata usaha negara antara lain :
1) Asas persamaan : asas yang menyatakan bahwa hal-hal yang
sama harus diperlakukan sama.
2) Asas kepercayaan : asas yang menyatakan bahwa harapan-
harapan ang ditimbulkan sedapat mungkin harus dipenuhi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
3) Asas kepastian hukum : asas kepstian hukum memiliki dua
aspek yaitu bersifat hukum materiil dan hukum formil.
Aspek hukum materiil berhubungan erat pada asas
kepercayaan sedangkan aspek formil, asas kepastian hukum
membawa serta bahwa ketetapan-ketetapan yang
memberatkan dan ketentuan-ketentuan yang terkait pada
ketetapan-ketetapan yang menguntungkan (antara lain izin-
izin) harus disusun yang jelas.
4) Asas kecermatan : suatu keputusan harus dipersiapkan dan
diambil dengan cermat.
5) Asas pemberian alasan : suatu keputusan harus dapat
didukung oleh alasan-alasan yang dijadikan alasannya.
6) Asas larangan : suatu wewenang tidak boleh digunakan
untuk tujuan lain selain tujuan yang diberikan
(Philipus M. Hadjon, 2002 : 270-277).
2. Tinjauan Tentang Pelayanan Publik
a. Pengertian tentang pelayanan publik.
Sebagaimana yang telah ditegaskan dalam Undang-Undang
No 25 Tahun 2009 BAB I Pasal 1 ayat 1 yang dimaksud
pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, dan/ atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Menurut
Keputusan Menteri Pendagayagunaan Aparatur Negara Nomor
: 63/KEP/M.PAN/7/2003 bahwa pengertian umum pelayanan
publik adalah segala kegiatan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Menurut Adrian Sutedi pelayanan publik adalah kegiatan
atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/ atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik (Adrian Sutedi, 2010 : 158-159).
Terdapat tiga persoalan pelayanan publik yang terkait dengan hubungan hukum antara warga Negara dengan aparat pemerintah. Pertama, hak pelayanan publik adalah hak yang mestinya diperoleh warganegara atau masyarakat yang timbul dari konsekuensi penunaian kewajiban masyarakat terhadap pemerintah, sehingga masyarakat dapat menuntut pelayanan berkualitas. Akses informasi, mendapat perlindungan non-diskriminatif, keseimbangan peluang, memperoleh kompensasi, dang anti rugi dsb. Kedua, kewajiban pelayanan publik adalah merupakan wujud dari Negara atau aparat pemerintah untuk menunaikan kewajiban yang harus atau tidak diharuskan untuk melakukan sesuatu sesuai peraturan hukum lainnya. Wujud dari kewajiban itu antara lain terkait dengan unsur ; (a) pemenuhan persyaratan dan prosedur yang benar dalam pelayanan. (b) terlibat dalam pemeliharaan sarana pra-sarana pelayanan, dan (c) mematuhi peraturan UU dan sejenisnya terkait dengan tugas dan kewenangannya. Ketiga, hak dan kewajiban penyelenggara publik yaitu hak-hak yang ditetapkan UU bagi institusi pelaksana untuk memperoleh tugas dan kewenangan, penentuan prasarat dan prosedur teknis (perizinan), memperoleh dan menentukan sumber biaya, dan hak untuk melakukan pembelaan. Konsekuensinya, institusi public berkewajiban untuk menyediakan sarana dan pra-sarana sehingga tuntutan masyarakat dalam kaitannya dengan pemenuhan hak-hak fundamental (social, ekonomi) dapat terpenuhi secara lancer. Karena itu, dapat realisasi penyelenggara pelayanan public harus dilengkapi dengan asas-asas, norma kesusilaan, kepatuhan dalam norma hukum, efisiensi, akuntabilitas, murah, cepat, dan transparan agar fungfsi mereka sesuai tuntutan yang digariskan. (Jawahir Thontowi, 2004 : Vol. 14, No. 3) Menurut Hanif Nurcholis pelayanan publik yaitu pelayanan
yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada sejumlah orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
yang mempunyai kenersamaan berfikir, perasaan, harapan,
sikap, dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai
norma yang mereka miliki. Dalam hal ini pengertian publik
adalah sejumlah penduduk atau rakyat yang tinggal dalam
wilayah suatu pemerintah daerah yang mempunyai pikiran,
perasaan, dan kepentingan yang sama terhadap keberadaan
pemerintah daerah berdasarkan nilai-nilai yang mereka pegang
(Hanif Nurcholis, 2005 : 178).
b. Ciri-ciri pelayanan publik.
Ada beberapa hal pokok yang selalu melekat sebagai ciri
dari pelayanan publik dan penyelenggara pelayanan publik
(public servants) adalah bahwa pelayanan pulik :
1) Umumnya diselenggarakan sebagai pengejahwantahan
dari dan dalam rangka realisasi kebijaksanaan negara
yang ditujukan untuk masyarakat umum (dalam wujud
penetapan hak dan kewajiban bagi warga masyarakat)
yang ditetapkan melalui aturan-aturan hukum atau
peraturan perundang-undangan.
2) Diselenggaraakan oleh petugas-petugas atau instansi-
instansiyang berdasarkan hukun dan peraturan
perundang-undangan diberi kewenangan serta diwajibkan
untuk memenuhi kualifikasi-kualifikasi tertentuuntuk
memberikan pelayanan dalam urusan tertentu di dalam
masyarakat.
3) Menyangkut penyelenggaraan pelayanan pada
masyarakat yang dijalankan berdasarkan kerangka
prosedural tertentu yang telah distandarisir dari segi
kinerja maupun kualitasnya, menyangkut brbagai urusan
dan kepentingan masyarakat umum di berbagai bidang
kehidupan, yang pemenuhannya menjadi tanggung jawab
negara, dan karena itu penyelenggaraannya dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
berkenaan dengan pelayanan administratif, penyediaan
barang, penyediaan jasa atau gabungan dari jenis-jenis
pelayanan itu.
4) Tingkat keberhasilannya hampir selalu diukur dari tingkat
kepuasan masyarakat penerima pelayanan publik, baik
dari segi kualitas pelayanan, praktikabilitas, tingkat
pelayanan yang harus dikeluarkan, kualitas produk
(barang/jasa/status), tingkat responsivitas terhadap
keanekaragaman kepentingan dan kebutuhan dalam
masyarakat, dan tingkat responsivitas terhadap keluhan-
keluhan yang disampaikanoleh masyarakat.
5) Selalu harus diselenggarakan berdasarkan standar
kualitas hasil kerja tertentu yang mengikat penyelenggara
pelayanan publik sehingga dapat dijamin pencapaian
tingkat kepuasan masyarakat penerima pelayanan publik
yang minimal seragam seara nasional dan atau seragam di
berbagai sektor pelayanan publik yang ada.
6) Selalu berhadapan dengan pluralitas di dalam
masyarakat, baik dari segi kepentingan (interests),
kebutuhan (necessities), latar belakang ekonomi, sosial,
politik, budaya, dan sebagainya, sehingga dalam
penyelenggaraannya tercakup pula adanya jaminan untuk
bersifat nondiskriminatif proposional, objektif, dan
imparsial. Artinya juga, bila terdapat penyimpangan-
penyimpangan terhadap itu hanya dapat dibenarkan bila
terdapat justifikasinya di dalam hukum.
7) Karena pada tingkat realisasinya dilaksanakan oleh
petugas-petugas atau pejabat-pejabat publik tertentu,
adanya standar perilaku yang mencakup standar etik
maupun manajerial dalam wujud code of good conduct
menjadi keharusan. Standar perilaku semacam itu harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
menjadi pedoman perilaku bagi para petugas atau pejabat
dan pedoman penilaian terhadap pemenuhan hak-hak
masyarakat untuk memperoleh pelayanan prima (Adrian
Sutedi, 2010 : 80 – 81).
3. Tinjauan Tentang Izin
a. Pengertian izin
Sebelum membahas tentang bagaimana proses penerbitan
suatu izin, alangkah baiknya kita mengetahui dan memahami
dulu, apa yang dimaksud dengan izin. Ada beberapa bentuk
izin, yaitu dispensasi, izin dan konsesi :
1) Dispensasi adalah keputusan administrasi yang
membebaskan suatu perbuatan dari kekuasaan suatu
perbuatan yang menolak itu.
2) Izin adalah suatu keputusan administrasi negara yang
memperkenankan suatu perbuatan yang pada umumnya
dilarang, tapi diperkenankan dan bersifat konkret.
3) Konsesi adalah suatu perbutan yang penting bagi umum,
tetapi pihak swasta dapat turut serta dengan syarat
pemerintah turut campur (Nandang Sudrajat, 2010 : 69).
Selanjutnya istilah “izin” memiliki makna yang luas.
Hampir semua Sarjana Hukum memberikan batasan izin yang
berlainan. Berikut merupakan definisi izin dari beberapa
Sarjana Hukum, antara lain :
1) Bagir Manan
Izin dalam arti luas berarti suatu persetujuan dari penguasa
berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk
memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan
tertentu yang secara umum dilarang (Ridwan H.R, 2002 :
207).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) N.M. Spelt dan J.B.J.M Ten Berge
N.M. Spelt dan J.B.J.M Ten Berge membagi pengertian izin
dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti sempit, yaitu izin
meripakan salah satu instrumen yang paling banyak
digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah
menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk
mengendalikan tingkah laku para warga. Izin adalah suatu
persetujuan dari penguasa berdasarkan Undang-Undang atau
Peraturan Pemerintah untuk dalam keadaan tertentu
menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan
perundangan. Dengan memberi izin , penguasa
memperkenankan orang yang memohonnya untuk
melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya
dilarang. Selanjutnya N.M. Spelt dan J.B.J.M Ten Berge,
mendifinisikan izin dalam arti sempit yakni pengikatan-
pengikatan pada suatau peraturan izin pada umumnya
didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang untuk
mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi
keadaan-keadaan yang buruk. Tujuannya ialah mengatur
tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang-undang tidak
seluruhnya dianggap terecela, namun dimana ia
menginginkan dapat melakukan pengawasan sekadarnya
(Adrian Sutedi, 2010 : 170 - 171).
3) Atang Syafrudin
Izin bertujuan dan berarti menghilangkan halangan, hal yang
dilarang menjadi boleh (Nandang Sudrajat, 2010 : 69).
4) Asep warlan Yusuf
Izin adalah suatu instrumen pemerintah yang bersifat
preventif,yang digunakan sebagai sarana hukum
administrasi untuk mengendalikan perilaku masyarakat
(Nandang Sudrajat, 2010 : 69).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
5) Philipus M. Hadjon
Perizinan merupakan katagori terpenting dari keputusan
administrasi negara (beschikking) yang berbentuk
keputusan-keputusan dalam rangka ketentuan-ketentuan
larangan dan larangan-larangan perintah (Nandang Sudrajat,
2010 : 69).
Setelah mengamati dan mencermati dari beberapa
pengertian izin diatas, maka izin dapat disimpulkan bahwa izin
adalah suatu pengesan yang diperuntukan bagi perseorangan,
kelompok atau badan usaha yang dikeluarkan oleh pihak yang
berwenang atau pejabat negara untuk melakukan tindakan-
tindakan tertentu dengan keharusan melaksanakan kewajiban-
kewajiban sesuai dengan yang ditetapkan dalam izin yang
dimaksud, dan apabila penerima izin tidak melaksanakan
kewajiban atu melakukan perbuatan yang melawan hukum
maka pihak yang berwenang atau pejabat negara pemberi izin
berwenang menjatuhkan sanksi administratif, dari tingkat yang
paling rendah mulai dari teguran sampai dengan yang berat
berupa pencabutan izin.
b. Fungsi dan Tujuan izin
Izin merupakan instrumen yuridis yang digunakan oleh
pemerintah untuk mempengaruhi para warga agar mau
mengkuti cara yang dianjurkan guna mencapai suatu tujuan
konkret. Sebagai suatu instrumen, izin berfungsi selaku ujung
tombak instrumen hukum sebagai pengarah, perakayasa, dan
perancang masyarakat adil dan makmur itu dijelmakan. Hal ini
berarti lewat izin dapat dapat diketahui bagaimana gambaran
masyarakat adil dan makmur itu terwujud. Ini berarti
persyaratan-persyaratan yang terkandung dalam izin
merupakan pengendali dalam memfungsikan izin itu sendiri.
Apabila dikatakan bahwa izin itu dapat difungsikan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
insrtumen pengendali dan instrumen untuk mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang
diamanatkan dalam alenia keempat pembukaan UUD 1945,
penataan dan pengaturan izin ini sudah semestinya sudah harus
dilakukan dengan sebaik-baiknya. Adapun mengenai tujuan
perizinan, hal ini tergantung pada kenyataan konkret yang
dihadapi. Keragaman peristiwa konkret menyebabkan pula dari
tujuan izin ini, yang secara umum dapat disebutkan sebagai
berikut :
1) Keinginan mengarahkan (mengendalikan “sturen”) aktivitas-
aktivitas tertentu (misalnya izin bangunan).
2) Izin mencegah bahaya bagi lingkungan (izin-izin
lingkungan).
3) Keinginan melindungi objek-objek tertentu (izin terbang,
izin membongkar pada monumen-monumen).
4) Izin hendak membagi benda-benda yang sedikit (izin
penghunu di daerah padat penduduk).
Izin memberikan pengarahan, dengan menyeleksi orang-
orang dan aktivitas-aktivitas (izin berdasarkan “drank en
horecawet”, dimana pengurus harus memenuhi syarat-syarat
tertentu)
(Ridwan H.R, 2010 : 217 – 219).
4. Tinjauan Tentang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Batuan
Izin usaha pertambangan yang dimaksud dalam penulisan
hukum ini, sebenarnya hanyalah sedikit dari wewenang negara
dalam penyelenggaraan pembangunan. Substansi izin usaha
pertambangan yang terdapat dalam Undang-Undang No. 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara bagaimanapun
juga merupakan pelaksanaan dari rumusan konsep yang terdapat
dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pada dasarnya izin dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pelaksanaan usaha pertambangan, siapapun pelaksanaannya
haruslah mendapat izin dari negara sebagai yang berhak dalam
penguasaan bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
bumi Indonesia yang diperuntukkan sebesar-besarnya untuk rakyat.
Penjelasan pengertian izin usaha pertambangan yang memang
menjadi poin utama dalam penulisan hukum ini, dimana
pengertiannya merujuk pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara Pasal 1 Angka 7 yang
berbunyi : “Izin Usaha Pertambangan (IUP) adalah izin untuk
melaksanakan usaha pertambangan”. Sedangkan untuk pengertian
Usaha Pertambangan yang disebutkan pada Pasal 1 Angka 6 yang
berbunyi : “Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka
penguasaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian pengangkutan dan
penjualan, serta pasca tambang”, jika digabungkan maka pengertian
Izin Usaha Pertambangan (IUP) secara utuh adalah : izin untuk
melaksanakan kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau
batubara yang meliputi tahap kegiatan penyelidikan umum
(mengetahui kondisi geologi regional dan indikasi adanya
mineralisasi), eksplorasi (kegiatan untuk memperoleh informasi
secara terperinci, teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran,
kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi
mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup), studi kelayakan
kegiatan untuk memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek
yang berkaitan untuk menentukan kelayakan ekonomis dan teknis
usaha pertambangan, termasuk analisis mengenai dampak
lingkungan serta perencanaan pasca tambang), konstruksi (kegiatan
melakukan pertambangan seseluruh fasilitas operasi produksi,
termasuk pengendalian dampak lingkungan), penambangan
(kegiatan memprodoksi mineral dan/atau batubara dan mineral
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
ikutannya), pengolahan dan pemurnian (kegiatan untuk
meningkatkan mtu mineral dan/atau batubara serta memanfaatkan
dan memperoleh mineral ikutan), pengangkutan dan penjualan
(kegiatan memindahkan hasil tambang mineral dan/atau batubara
dan menjual hasil tersebut), serta pasca tambang (kegiatan
terencana dan sistematis, serta berlanjut setelah akhir atau sebagian
kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan
alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah
penambangan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
B. Kerangka Pemikiran
Gambar II : Kerangka Pemikiran.
Undang-Undang No 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Minerba
Peraturan pemerintah Nomor 23 Tahun2010 Tantang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara
Pemerintah Kabupaten Klaten
Peraturan Bupati Nomor 28 tahun 2007
Tentang Pelimpahan Wewenang
Penandatanganan Perizinan/Non Perizinan
Dan Perizinan Tertentu Kepada Kepala
Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten
Klaten
Peraturan Daerah Kabupaten Klaten
Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Susunan Organisasi
Dan Tata Kerja Kantor Pelayanan
Terpadu Kabupaten Klaten
Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten
Bagaimana proses penerbitan izin usaha pertambangan (IUP) batuan di kantor pelayanan terpadu Kabupaten Klaten
Hambatan-hampatan apa saja dalam proses penerbitan izin usaha pertambangan (IUP) batuan di kantor pelayanan terpadu Kabupaten Klaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Keterangan
Pemerintah daerah mempunyai tugas yaitu tugas mengatur dan
memberikan pelayanan kepada umum. Tugas mengatur meliputi
pembentukan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi masyarakat,
sedangkan tugas memberi pelayanan kepada umum meliputi kebutuhan
sarana finansial dan personal dalam rangka meningkatkan pelayanan di
bidang kesejahteraan sosial, ekonomi, kesehatan dan sebagainya. Dalam
pemberian pelayanan kapada masyarakat pemerintah daerah Kabupaten
Klaten memiliki sejumlah produk hukum yang digunakan yaitu Peraturan
Bupati Kabupaten Klaten Nomor 28 Tahun 2007 tentang Pelimpahan
Wewenang Penandatanganan Perizinan/Non Perizinan Dan Perizinan
Tertentu serta Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 13 Tahun 2007
tentang Pembentukan Susunan Dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Terpadu
di Kabupaten Klaten. Peraturan tersebut merupakan landasan hukum
terbentuknya Kantor Pelayanan Terpadu di Kabupaten Klaten. Jenis
pelayanan Kantor Pelaynan Terpadu ada dua yaitu pelayanan perizinan dan
pelayanan non perizinan. Salah satu jenis pelayanan perizinan yaitu Izin
Usaha Pertambangan (IUP) Batuan. Izin Usaha Pertambangan diatur dalam
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara. Proses pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) Batuan.
Pelaksanaan izin usaha pertambangan tidak terlepas dari adanya hambatan-
hambatan yang di alami oleh para pihak baik pihak Kantor Pelayanan
Terpadu Kabupaten Klaten sendiri maupun dari pihak pemohon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi
1. Gambaran Umum Kabupaten Klaten
a. Georgafi Kabupaten Klaten
1) Letak geografi
a) Wilayah Kabupaten Klaten terletak antara :
Bujur timur : 1100 26’ 14” - 1100 47’ 51”
Lintang selatan : 70 32’ 19” - 70 48’ 33”
b) Wilayah Kabupaten Klaten berbatasan dengan beberapa
kabupaten:
Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali;
Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo;
Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul(DIYogyakarta;
Sebelah Barat : Kabupaten Sleman (DIYogyakarta).
c) Wulayah Kabupaten Klaten terbagi menjadi tiga dataran :
Sebelah Utara : Dataran Lereng Gunung Merapi;
Sebelah Timur : Membujur Dataran Rendah;
Sebelah Selatan : Dataran Gung Kapur.
d) Jarak Kabupaten Klaten dengan kota lain Se Ekssiden
Surakarta :
Kota Klaten ke Kota Boyolali : 38 Km;
Kota Klaten ke Kota Wonogiri : 67 Km;
Kota Klaten ke Kota Solo : 36 Km;
Kota Klaten ke Kota Karanganyar : 49 Km;
Kota Klaten ke Kota Sukoharjo : 47 Km;
Kota Klaten ke Kota Sragen : 63 Km.
2) Luas penggunaan lahan
Kabupaten Klaten mempunyai luas wilayah sebesar 65.556
ha, terbagi dalam 26 kecamatan, 401 desa/kelurahan. Lari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
65.556 ha luas Kabupaten Klaten, 50,97 persen (33.412)
merupakan lahan pertanian dan 39,29 persen (25.760 ha)
merupakan lahan bukan pertanian dan yang sisanya 9,74 persen
adalah lahan bukan pertanian. Seiring dengan perkembangan
keadaan, terjadi perubahan penggunaan dari lahan pertanian ke
non pertanian. Hal ini ditunjukan dari luas lahan sawah yang
terus mengalami penurunan (tahun 2009 ; 0.03 persen),
sedangkan lahan bukan pertanian mengalami kenaikan (tahun
2009 sebesar 0,03 persen)
b. Keadaan wilayah
1) Keadaan Wilayah Kabupaten Klaten :
a) Dataran Lereng Gunung Merapi membentang di sebelah
utara meliputi sebagian kecil sebelah utara Kecamatan
Kemalang, Karangnongko, Jatinom dan Tulung.
b) Dataran Rendah membujur di tengah meliputi seluruh
wilayah Kecamatan di Kabupaten Klaten, kecuali sebagian
kecil merupakan dataran lereng Gununh Merapi dan
Gunung Kapur.
c) Dataran Gunung Kapur yang membujur di sebelah selatan
meliputi sebagian kecil sebelah selatan Kecamatan Bayat
dan Cawas.
Melihat keadaan alam yang sebagian besar adalah
dataran rendah dan didukung dengan banyaknya sumber air
maka daerah Kabupaten Klaten merupakan daerah pertanian
yang potensial selain penghasil kapur, batu kali, dan pasir
yang berasal dari Gunung Merapi.
2) Ketinggian Daerah Kabupaten Klaten
a) Sekitar 3,72% terletak diantara ketinggian 0 -100 meter
diatas permukaan laut;
b) Terbanyak 83,52% terletak diantara ketinggian 100 -500
meter diatas permukaan laut;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
c) Sisanya 12,76% terletak diantara ketinggian 500 – 2.500
meter diatas permukaan laut.
3) Klasifikasi Tanah di Kabupaten Klaten
Jenis tanah terdiri dari 5 (lima) macam :
a) Litosol : bahan induk dari skis kristalan dan batu tulis
terdapat di daerah Kecamatan Bayat.
b) Regosol Kelabu : bahan induk abu dan pasir vulkan
intermedier terdapat di Kecamatan Cawas, Trucuk, Klaten
Tengah, Kalikotes, Kebonarum, Klaten Selatan,
Karangnongko, Ngawen, Klaten Utara, Ceper, Pedan,
Karangdowo, Juwiring, Wonosari, Delanggu, Polanharjo,
Karanganom, Tulung dan Jatinom.
c) Grumusol Kelabu Tua : Bahan induk berupa abu dan pasir
vulkan intermedier terdapat di daerah Kecamatan Bayat,
Cawas sebelah selatan.
d) Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua : Bahan induk
berupa batu kapur napal terdapat di daerah Kecamatan
Klaten Tengah dan Kalikotes sebelah selatan.
e) Regosol Coklat Kekelabuan : Bahan induk berupa abu dan
pasir vulkan intermedier terdapat di daerah Kecamatan
Kemalang, Manisrenggo, Prambanan, Jogonalan,
Gantiwarno dan Wedi.
2. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten
a. Kelembagaan Kantor pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten
Kewajiban dan kewenangan pemerintah untuk memberikan
pelayanan publik tehadap masyarakat adalah suatu amanat yang
harus dilakukan dengan sebaik-baiknya dalam rangka itu telah
banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
kualitas pelayanannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintan
Daerah ditegaskan bahwa tujuan pemberian otonomi daerah adalah
berupaya untuk memberikan peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan yang semakin baik kepada masyarakat.
Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten dibentuk pada
tanggal 6 Juli 2007 dengan Peraturan Daerah Kabupaten Klaten
Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pembentukan Susunan Dan Tata
Kerja Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten. Berdasarkan Peraturan
Bupati Klaten Nomor 29 Tahun 2007 Tantang Penjabaran Tugas
Dan Fungsi Kantor Pelayanan Terpadu Klaten Susunan Organisasi
Kantor Pelayanan Terpadu, adalah sebagai berikut:
1) Kepala Kantor ;
Sesuai yang tertulis dalam Peraturan Bupati Klaten Nomor 29
Tahun 2007 Pasal 3, tugas Kepala Kantor Pelayanan Terpadu
melaksanakan tugas dan fungsi Kantor Pelayanan Terpadu
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) yaitu
Kantor Pelayanan Terpadu mempunyai tugas mengelola
perizinan dan non perizinan dengan system satu pintu. Pada
pasal 2 ayat (3) menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan
tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Kantor
Pelayanan Terpadu mempunyai fungsi :
a) Perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan perizinan
dan non perizinan ;
b) Pelaksanaan pemberiaan pelaksanaan perizinan dan non
perizinan ;
c) Pengkoordinasian penyelengaraan pelayanan perizinan dan
non perizinan ;
d) Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan
penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non perizinan ;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
e) Pelayanan dan penyediaan informasitentang potensi daerah,
kebijaksanaan pembangunan daerah dan informasi lain yang
mendukung peluang pengembangan investasi daerah.
2) Sub Bagian Tata Usaha ;
Sesuai yang tertulis dalam Peraturan Bupati Klaten Nomor 29
Tahun 2007 Pasal 4 ayat (2), tugas sub bagian tata usaha yaitu :
a) Melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan rumah
tangga dan perjalanan dinas ;
b) Melaksanakan urusan administrasi kepegawaian ;
c) Melaksanakan urusan keuangan dan perbendaharaan ;
d) Mengkoordinasikan dan menyusun perencanaan, evaluasi
dan pelaporan ;
e) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Kantor Pelayanan Terpadu sesuai tugas dan fungsinya.
3) Seksi Pelayanan ;
Sesuai yang tertulis dalam Peraturan Bupati Klaten Nomor 29
Tahun 2007 Pasal 5 ayat (2), tugas seksi pelayanan yaitu ;
a) Merumuskan kebijakan teknis di bidang pelayanan non
perizinan ;
b) Menerima permohonan dan mengecek kelengkapan
persyaratan administrasi ;
c) Malaksanakan pelayanan non perizinan ;
d) Memproses penerbitan dokumen non perizinan dan
menyerahkan kepada pemohon ;
e) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Kantor Pelayanan Terpadu sesuai tugas dan fungsinya.
4) Seksi Perizinan ;
Sesuai yang tertulis dalam Peraturan Bupati Klaten Nomor 29
Tahun 2007 Pasal 6 ayat (2), tugas seksi perizinan yaitu :
a) Merumuskan kebijakan teknis pelayanan perizinan ;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
b) Menerima permohonan dan mengecek kelengkapan
persyaratan administrasi ;
c) Malaksanakan pelayanan perizinan ;
d) Memproses penerbitan dokumen perizinan dan
menyarahkan kapada pamohon ;
e) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Kantor Pelayanan Terpadu sesuai tugas dan fungsinya.
5) Seksi Informasi dan Pengaduan ;
Sesuai yang tertulis dalam Peraturan Bupati Klaten Nomor 29
Tahun 2007 Pasal 7 ayat (2), tugas seksi informasi dan
pengaduan yaitu :
a) Malaksanakan kebijakan teknis di bidang informasi dan
pengaduan ;
b) Mengumpulkan dan mengolah data menjadi informasi ;
c) Mamberikan pelayanan dan menyediakan informasi tentang
potensi daerah, kebijakan pembangunan daerah dan
informasi lain yang mendukung peluang pengembangan
investasi di daerah ;
d) Menampung dan menyelesaikan pengaduan masyarakat di
bidang perizinan dan non perizinan ;
e) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Kantor Pelayanan Terpadu sesuai tugas dan fungsinya.
6) Kelompok Jabatan dan Fungsional ;
Sesuai yang tertulis dalam Peraturan Bupati Klaten Nomor 29
Tahun 2007 Pasal 8, kelompok jabatan dan fungsional
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi
Kantor Pelayanan Terpadu sesuai bidang keahliannya
berdasarka peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Pelayanan Terpadu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
b. Tugas, Fungsi dan Tujuan Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten
Klaten
Kantor Pelayanan Kabupaten Klaten mempunyau tugas
mengelola pelayanan perizinan dan non perizinan dengan sistem
pelayanan satu pintu. Fungsi Kantor Pelayanan Kabupaten Klaten :
1) Perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan perizinan dan
non perizinan;
2) Pelaksanaan pemberian pelayanan perizinan dan non perizinan;
3) Pengkoordinasian penyelenggaraan pelayanan perizinan dan
non perizinan;
4) Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan
penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non prizinan;
5) Pelayanan dan penyediaan informasi tentang potensi daerah,
kebijakan pembangunan daerah dan informasi lain yang
mendukung peluang pengembangan investasi di daerah.
Maksud didirikannya Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten
Klaten adalah untuk penyederhanaan penyelanggaraan pelayanan
agar lebih efektif, esien dan rasiaonal sesuai kebutuhan daerah
kabupaten Klaten. Dengan demikian dapat menciptakan iklim
usaha yang kondusif untuk penanaman modal sehingga mendorong
pemberdayaan masyarakat demi kesejahteraan masyarakat.
Tujuan dibentuknya Kantor Pelayanan Terpadu yaitu
memberikan kepuasan kepada masyarakat dengan pelayanan prima.
Pelayanan prima sebagaimana dimaksud dalam Kep.Men.PAN 81
tahun 1993 antara lain : sederhana, jelas, aman, transparan, efisien,
ekonomis, adil dan tepat waktu. Dengan demikian ;
1) Bagi masyarakat
a) Ada kepastian tentang peraturan, persyaratan, prosedur,
biaya dan waktu.
b) Memberikan legalitas bagi kegiatan masyarakat.
c) Memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
d) Menciptakan perlindungan yang kondusif.
2) Bagi pemerintah
a) Sebagai sarana pembinaan dan pengendalian.
b) Terbangunnya rasa percaya masyarakat kepada pemerintah.
c) Terciptanya kinerja pelayanan publik yang semakin baik.
d) Meningkatkan jumplah investasi dan kegiatan ekonomi
lokal.
e) Meningkatkan pendapatan asli daerah
(profil Kantor Pelayanan Terpadu Klaten, 2007 : 3-4).
c. Jenis layanan dan waktu penyelesaian
Jenis pelayanan yang tertera dalam Peraturan Bupati Klaten
Nomor 28 tahun 2007 tentang Pelimpahan Wewenang
Penandatanganan Perizinan/ Non Perizinan Dan Perizinan Tertentu
Kepada Kepala Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten yang
merupakan pelayanan satu atap, prosesnya penyelesaian
dokumennya masih di sekitar (satuan kerja) yang bersangkutan.
Adapun jenis-jenis pelayanan selengkapnya dapat dilihat pada table
sebagai berikut :
1) Pelayanan Perizinan
Tabel I : Jenis Pelayanan Perizinan
No Jenis pelayanan perizinan Waktu
penyelesaian
1 Izin usaha jasa pariwisata 7 hari
2 Izin pengusahaan obyek pariwisata 7 hari
3 Izin usaha sarana hotel 7 hari
4 Izin rumah bersalin 8 hari
5 Izin balai pengobatan 8 hari
6 Izin praktek dokter bersama 8 hari
7 Izin praktek bersama dokter gigi 8 hari
8 Izin apotek 14 hari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
S
u
m
b
e
r
:
P
r
o
f
i
l
Sumber : Profil Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten
2007
2) Pelayanan Non Perizinan
Tabel II : Jenis Pelayanan Non Perizinan
No Jenis Pelayanan Non Perizinan Waktu
Penyelesaian
1 Tanda daftar industry 3 hari
2 Tanda daftar perusahaan perorangan
(PO)
3 hari
3 Tanda daftar perusahaan persekutuan 3 hari
9 Izin optic 8 hari
10 Izin tukang gigi 7 hari
11 Izin fisiotherapist 7 hari
12 Izin refraksionis options 8 hari
13 Izin ganggoan (HO) 14 hari
14 Izin mendirikan bangunan 10 hari
15 Izin penggilingan padi (Huller) 10 hari
16 Izin reklame 6 hari
17 Surat izin usaha perdagangan, perusahaan
perorangan (PO)
3 hari
18 Surat izin usaha perdagangan, perusahaan
persekutuan (CV)
3 hari
19 Surat izin usaha perdagangan, perusahaan
berbentuk perseroan terbatas (PT)
3 hari
20 Surat izin usaha perdagangan, perusahaan
berbentuk koperasi
3 hari
21 Izin lokasi 14 hari
22 Izin perubahan pemanfaatan lahan 14 hari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
4 Tanda daftar perusahaan berbentuk
perseroan terbatas (PT)
3 hari
5 Tanda daftar perusahaan berbentuk
koperasi
3 hari
6 Tanda daftar perusahaan berbentuk firma 3 hari
7 Tanda daftar perusahaan badan hukum
lainnya
3 hari
8 Tanda daftar gudang (TDG) 3 hari
Sumber : Profil Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten
2007
3) Perizinan Tertentu
Tabel III : Jenis Pelayanan Perizinan Tertentu
No Jenis Pelayanan Perizinan Tertentu Waktu
penyelesaian
1 Perizinan untuk pendirian hotel
bintang 1 (satu) ke atas
14 hari
2 Perizinan untuk pendirian rumah sakit 14 hari
3 perizinan untuk pemasangan reklame
(bando jalan)
14 hari
4 Perizinan untuk pendirian SPBU 14 hari
5 Perizinan untuk pendirian pabrik 14 hari
6 Perizinan untuk pendirian perumahan
(real estate)
14 hari
7 Perizinan untuk pendirian tower
selluler
14 hari
8 Perizinan untuk pendirian perguruan
tinggi
14 hari
9 Izin pemanfaatan air bawah tanah dan
air permukaan tanah
14 hari
10 Izin pengolahan bahan galian 14 hari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
golongan C dibawah 1 (satu) hektar
Sumber : Profil KPT 2007
B. PROSES PENERBITAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP)
BATUAN DI KANTOR PELAYANAN TERPADU KABUPATEN
KLATEN
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Budi Kusyatno S.Sos
yang menjabat sebagai Kasi Perizianan di Kantor Pelayanan Terpadu
Kabupaten Klaten. Di Kabupaten Klaten dalam pelaksanaan izin usaha
pertambangan Galian Golongan C, di Kabupaten Klaten masih mengacu
pada Undang-Undang yang lama yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun
1967 tentang Pokok Pertambangan dan diperinci dengan Peraturan Daerah
Propinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 1994 tentang Usaha Pertambangan
Galian Golongan C di Propinsi Jawa Tengah dan Peraturan Daerah
Kabupaten Klaten Nomor 4 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Klaten. Karena masih mengacu pada Undang-Undang
yang lama, penggunaan istilah masih Galian Golongan C, berkaitan
dengan hal tersebut Kabupaten Kltaen mengenai pertambangan belum
mengacu pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara. Pelaksanaan tentang penerbitan izin
usaha pertambangan pun juga masih mengacu pada Undang-Undang yang
lama (20 September 2011, Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten).
Pelaksanaan Undang-Undang yang lama, pemohon yang ingin
mendapatkan izin usaha pertambangan Galian Golongan C, pemohon
wajib mengikuti prosedur yang telah ditentukan. Prosedur untuk
mendapatkan izin uasaha pertambangan Galian Golongan C pemohon
pertama-tama mengajukan permohonan ke Energi dan Sumber Daya
Mineral lalu turun permohonan rekomendasi ke Kabupaten Klaten melalui
cq Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten setelah itu dilakukan cek
lokasi oleh Tim Teknis Kabupaten yang dikoordinasi Kantor Pelayanan
Terpadu Kabupaten Klaten, setelah cek lokasi dilakukan rapat bersama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tim Teknis dan Bupati Kabupaten Klaten, jika kelengkapan syarat
terpenuhi dan lokasi yang akan ditambang Bupati menandatangani yang
langkah selanjutnya akan dikirim ke Energi dan Sumber Daya Mineral
Propinsi untuk penerbitan surat izin pertambangan Golongan Galian C.
Mekansme izin usaha pertambangan Golongan Galian C di Kantor
Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Budi Kusyatno S.Sos
yang menjabat sebagai Kasi Perizianan di Kantor Pelayanan Terpadu
Kabupaten Klaten dan data dari Profil Kantor Pelayanan Kabupaten
Klaten mekanismenya dapat diurutkan sebagai berikut :
1. Pemohon izin mendatangi Bagian Informasi dan Pengaduan,
2. Dilanjutkan ke Bagian Pendaftaran, bila syarat lengkap dan benar,
3. Akan ada pemrosesan perizinan atau non perizinan,
4. Jika sudah diproses, langkah selanjutnya penyerahan dokumen atau
surat izin.
Pembahasan
Awal mula hukum pertambangan di Indonesia adalah dengan
adanya peraturan tentang pertambanganselama masa penjajahan Belanda
yaitu Indonesische mijn we (IMW) yang diundangkan pada tahun 1899
denganStaatblaad 1899, Nomor 214. Peraturan ini hanya mengatur
mengenai penggolongan bahan galian dan pengusaah pertambangan saja.
Peraturan Indonesische mijn we (IMW) ini adalah berupa Mijnordonantie,
yang mulai diberakukan mulai tanggal 1 Mei 1907. Mijnordonantie,
mengatur mengenai keselamatan kerja. Lalu pada tahun 1930,
Mijnordonantie 1907 dicabut dan diperbaharui Mijnordonantie 1930 yang
mulai berlaku sejak 1 Juli 1930. Setelah Indonesia merdeka peraturan
produk penjajahan tersebut sudah tidak selaras lagi dengan cita-cita dasar
Negara Republik Indonesia serta kepentingan umum pada saat itu.
Pada tanggal 14 Oktober 1960, Indonesische Mijn Wet serta
peraturan pelaksanaannya tersebut digantikan oleh Undang-Undang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Nomor 37 Prp Tahun 1960, selanjutnya Undang-Undang Nomor 37 Prp
Tahun 1960 ini tidak dapat memenuhi tuntutan masyarakat yang ingin
berusaha di bidang tambang tersebut. Setelah itu ditetapkan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Pokok Pertambangan. Undang-
Undang inilah yang mempengaruhi dunia pertambanagn di Indonesia
selama 40 tahun. Dalam perkembanganlebih lanjut, Undang-Undang
tersebut yang metri muatannya bersifat sentralistik sudah tidak sesuai
dengan perkembangan situasi ssekarang ini dan tantangan di masa depan.
Untuk menghadap tantangan lingkungan strategis dan menjawab
berbagai permasalahan, maka pada tahun 2005 pemembuat Rancangan
Undang-Undangtentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Akhirnya
pada tahun 2009 mulai ditetapkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Undang-Undang ini
mengandung pokok-pokok pikiran sebagai berikut :
1. Mineral dan batubara sebagai sumber daya yang tak terbarukan
dikuasai oleh Negara dan pengembangan serta pendayagunaannya
dikuasai oleh pemerintah dan pemerintah daerah bersama pelaku
usaha,
2. Pemerintah selanjutnya memberikan kesempatan kepada badan usaha
yang berbadan hukum Indonesia, koperasi, perseorangan, maupun
masyarakat setempat untuk melakukan pengusahaan mineral dan
batubara berdasarkan izin yang sejalan dengan otonomi daerah
diberikan oleh pemerintah dan / atau pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya masing-masing,
3. Dalam rangka penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah,
pengelolaan pertambangan mineral dan batubara dilakukan
berdasarkan prinsip eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi yang
melibatkan pemerintah dan pemerintah daerah,
4. Usaha pertambangan harus member manfaat ekonomi dan sosialyang
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat Indonesia,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
5. Usaha pertambangan harus dapat mempercepat pengembangan
wilayah dan mendorong kegiatan ekonomi masyarakat atau pengusaha
kecil dan menengah serta mendorong timbulnya industry penunjang
pertambangan,
6. Dalam rangka terciptanya pembangunan berkelanjutan, kegiatan usaha
pertambangan harus dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip
lingkungan hidup, transparansi dan partisipasi masyarakat.
Terminologi Bahan Galian Golongan C yang sebelumnya diatur
dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 telah diubah berdasarkan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009, menjadi batuan, sehingga
penggunaan istilah bahan galian golongan C sudah tidak tepat lagi dan
diganti menjadi batuan. Untuk merinci dari Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2009 diturunkan kembali dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP)
yang salah satunya adalah Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2010
Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan
Batubara.
Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 6
Tahun 1994 tentang Usaha Pertambangan Galian Golongan C di Propinsi
Jawa Tengah juga memuat tentang prosedur pelaksanaan izin usaha
pertambangan Bahan Galian Golongan C yang dijelaskan dalam Bab V
pasal 9, prosedurnya sebagai berikut ;
1. Permohonan rekomendasi dari Dinas Energi, Pertambangan dan
Sumber Daya Mineral Propinsi Jawa Tengah kepada Bupati,
2. Setelah lengkap dan benar, dilanjutkan cek lokasi,
3. Pembahasan oleh Tim Kabupaten,
4. Hasil rapat dituangkan dalam BAP sebagai bahan pertimbangan
kepada Bapak Bupati untuk menerbitkan rekomendasi,
5. Surat rekomendasi dari Bupati dikirim ke ESDM untuk pertimbangan
penerbitan izinnya.
Kegiatan pertambangan Bahan Galian Golongan C lokasinya harus
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Klaten sebagaimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 4 Tahun 2006
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klaten. Dalam pasal 45
huruf (e) Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 4 Tahun 2006 telah
menegaskan pertambangan pasir vulkanik dan andesit Merapi ditetapkan
dengan lokasi di Kecamatan Kemalang dan Manisrengo. Penjelasan pasal
45 cukup jelas, lokasi penambangan pasir vulkanik dan andesit Merapi
adalah :
1. Sepanjang Sungai Woro bagian hulu (Desa Kendalsari, Balerante dan
Sidorejo) dan sepanjang Sungai Woro bagian tengah (Desa Talun dan
Panggang) Dusun Genengsari, Dusun Balerante (Desa Balerante dan
Desa Sidorejo) Kecamatan Kemalang,
2. Desa Ngemplak Seneng, Kecamatan Manisrenggo.
Setelah terbitnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral Dan Batubara lalu diperinci dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral Dan Batubara berbeda dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1967. Dalam Undang-Undang yang baru pemberian izin
usaha pertambangan (IUP) batuan pemohon wajib mengikuti 2 (dua)
tahapan yaitu pemberian wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) dan
pemberian izin usaha pertambangan (IUP). Selanjutnya dalam pasal 8 ayat
4 bahwa untuk memperoleh wilayah usaha pertambangan batuan
sebelumnya terlebih dahulu mengajukan permohonan wilayah untuk
mendapatka WIUP batuan kepada Menteri, Gubernur atau
Bupati/Walikota sesui kewenangannya. Sebelum memberikan WIUP,
Menteri harus mendapatkan Rekomendasi dari Gubernur dan
Bupati/Walikota dan oleh Gubernur harus mendapat rekomendasi dari
Bupati/Walikota. Permohonan WIUP yang terlebih dahulu telah
memenuhi persyaratan koordinat geografis lintang dan bujur sesuai
dengan ketentuan system informasi geografi yang berlaku secara nasional
dan membayar biaya pencadangan wilayah dan pencetakan peta,
memperoleh prioritas pertama untuk mendapatkan WIUP. Menteri,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Gubernur atau Bupati/Walikota dalam paling lama 10 hari kerja setelah
diterima permohonan wajib memberikan keputusan menerima atau
menolak atas permohonan WIUP. Keputusan menerima isampaikan
kepada pemohon WIUP disertai dengan penyerahan peta WIUP berikut
batas dan koordinat WIUP. Keputusan menolak harus disampaikan secara
tertulis kepada pemohon WIUP disertai dengan alasan penolakan.
Izin usaha pertambangan (IUP) batuan dalam satu wilayah
diberikan oleh Bupati. Pemohon mengajukan izin kepada Bupati melalui
cq Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten, setelah adanya
pemrosesan lalu merekomendasikan ke Gubernur melalui cq Energi dan
Sumber daya Mineral Propinsi lalu diproses, setelah itu dikembalikan lagi
ke Bupati malalui cq Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten untuk
ditandatangani oleh Bupati. Pada saat ini Kabupten Klaten belum
menerapkan seperti yang ada pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara serta Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral Dan Batubara ditambah Kabupaten Klaten belum
memiliki Peraturan Daerah mengenai izin usaha pertambangan (IUP)
batuan yang karena masih dalam proses pembuatan.
Mekanisme tentang pengajuan permohonan izin di Kantor
Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten sampai saat belum mengalami
perubahan dan masih mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Klaten
Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Dan
Tata Kerja Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten, penulis dapat
menguraikan sebagai berikut :
1. Pemohon datang ke bagian informasi dan pengaduan ;
Tahap pertama pemohon mendatangi di bagian informasi dan
pengaduan untuk mendapatkan informasi tentang izin usaha
pertambagan (IUP) batuan guna melangkapi syarat yang dibutuhkan
dalam pengajuan permohonan,
2. Bagian pendaftaran ;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Pengajuan berkas permohonan dilanjutkan di bagian pendaftaran
dengan melengkapi syarat-syarat yang telah ditentukan. Berkas
tersebut sudah harus diisi dengan benar dan jelas mengenai :
a. Identitas pemohon melipti nama, alamat, jabatan/pekerjaan, untuk
dan atas nama, alamat (pribadi/perusahaan),
b. Mengisi mengenai izin usaha pertambangan yang meliputi jangka
waktu, jenis bahan galian, luas wilayah, lokasi (dusun, desa,
kecamatan, kabupaten).
c. Melampirkan persyaratan izin usaha pertambangan batuan sebagai
berikut :
1) Salinan/foto copy Akta Pendirian Perusahaan /Badan Hukum
dan salinan/foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau
bukti Kewarganegaraan,
2) Surat keterangan referensi bank pemerintah,
3) Peta situasi wilayah pertambangan,
a. Peta situasi wilayah pertambngan yang dimohon dengan
skala 1 : 10.000 untuk luas lebih dai 50 hektar. Dan skala
1 : 1.000 untuk luas sampai dengan 50 hektar, legkap
dengan garis kontur ketinggian dan titik ikat yang
diketahui kedudukannya,
b. Untuk kegiatan pertambangan di wilayah sungai, peta
situasi sungai yang dimohonkan dengan skala 1 : 1.000,
lengkap dengan kontur garis tinggi yang meliputi
bantaran, tebing dan tanggul dengan gambar potongan
memanjang berskala 1 : 1.000, skala tinggi 1 : 250 dengan
jarak pengukuran 25 meter meliputi garis tebing kiri dan
kanan, garis pulung terdalam dan garis tinggi dasar sungai
serta gambar potongan melintang berskala 1 : 500, skala
tinggi 1 : 250 dengan pengukuran di wilayah
pertambangan tidak lebih dari 10 meter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
4) Rencana kerja eksploitasi dan pengolahan (apabila dilakukan
proses pengolahan) yang memuat uraian rencana dan target
produksi serta pemasaran, lokasi yang direncanakan untuk
ditambang dan lokasi pengolahan (stone crusher), tatacara
penambangan dan pengolahan, jenis dan jumlah peralatan,
rencana dan jumlah tenaga kerja, rencana anggaran pertahun,
rencana invesasi, rencana reklamasi dan lingkungan hidup,
5) Pernyataan dari tenaga teknik/ahli pertambangan, bermaterai
cikup dilampiri riwayat hidup, salinan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) dan salinan ijazah terakhir,
6) Salinan/foto copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),
7) Surat kesanggupan melaksanakan reklamasi dengan
memberikan jaminan reklamasi, bermaterai cukup,
8) Hsil studi eksploitasi dan / atau studi kelayakan,
9) Dokumen teknik UKL – UPL dan atau Analisis Dampak
Lingkungan ( AMDAL),
10) Surat pernyataan telah membuka kantor cabang/perwakilan
di Jawa Tengah, bagi pemohon izin yang berdomisili di luar
Jawa tengah.
Pemeriksaan berkas dilakukan oleh petugas perizinan kantor
pelayanan terpadu Kabupaten Klaten yang berkompenten
dalam izin usauha pertambangan batuan. Petugas bertugas
menerima berkas permohonan izin usaha pertambangan
batuan yaitu memeriksa validitas awal data berupa
kelengkapan data. Pemeriksaan data meliputi pemeriksaan
terhadap data-data yang berkaitan dengan identitas pemohon
dan memeriksa lampiran-lampiran dari pemohon izin usaha
pertambangan batuan yang akan dimintakan izin, apakah
pemohon sudah benar atau belum. Jika berkas sudah benar
dan lengkap kemudian dilakukan proses selanjutnya, jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
belum benar akan dikembalikan kepada pemohon untuk
dilengkapi,
3. Pemrosesan perizinan atau non perizinan ;
Setelah petugas pemeriksaan berkas sudah dinyatakan benar dan
lengkap, selanjunya Kantor Pelayanan Terpadu akan melakukan
pemeriksaan lapangan terkait dengan izin usaha pertambangan batuan
yang telah diajukan pemohon. Pemeriksaan lokasi/lapangan yang akan
dijadikan tempat penambangan batuan dilakukan oleh Tim Teknis
Lapangan Kabupaten Klaten yang terdiri dari :
a. Dinas Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPEDA),
b. Dinas Pekerjaan Umum (DPU),
c. Badan Lingkungan Hidup (BLH),
d. Bagian Pemerintahan,
e. Kesatuan Polisi Pamong Praja,
f. Bagian Perekonomian,
g. Badan Pertanahan Nasionaln(BPN),
h. Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
(DPPKAD),
i. Dinas Perhubungan,
j. Dinas Perindustrian dan Perdangan (DISPERINDAG),
k. Dinas Pertanian (DIPERTAN),
l. Bagian Hukum,
m. Badan Permusyawaratan Desa setempat (BPD),
n. Camat setampat,
o. Kepala Desa setempat.
Adanya pemeriksaan lapangan yang dilakukan oleh tim teknis
tersebut untuk mengetahui atau mencocokan antara kondisi yang ada
di lapangan dengan kondisi yang ada pada berkas yang ada di formulir
dan lampiran peryaratan izin usaha pertambangan batuan. Setelah tim
teknis melakukan pemeriksaan lapangan maka tim teknis mambuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
berita acara pemeriksaan yang terkait dengan permohonan izin usaha
pertambangan batuan yang telah diajukan oleh pemohon.
4. Penyerahan dokumen atau surat izin ;
Untuk proses pengeluaran surat usaha pertambangan batuan yaitu:
setelah pemeriksaan lapangan dari Tim Teknis Kabupaten melakukan
rapat koordinasi yang apakah tempat yang diajukan pemohon layak
diizinkan untuk dilakukan penambangan batuan atau tidak. Jika
diizinkan Tim Teknis Kabupaten melalui Kantor Pelayanan Terpadu
Kabupaten Klaten akan merekomendasikan ke Energi Sumber Daya
dan Mineral yang akan menerbitkan izin usaha pertambangan batuan
yang kemudian Kantor Pelayanan Terpadu Klaten menyerahkan
dokumen atau surat izin kepada pemohon. Berikut adalah contoh surat
keputusan dari Energi dan Sumber Daya Mineral :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Kantor pelayanan terpadu melaksanakan tugas pengolahan
dokumen persyaratan perizinan dan non perizinan yang mulai dari
tahap permohonan sampai terbitnya dokumen perizinan dan non
perizinan yang dimohon secara terpadu satu pintu.
Proses penyelenggaraan pelayanan perizinan dilakukan untuk
satu jenis perizinan tertentu atau perizinan pararel, adapun proses
pelayanannya dilakukan secara sederhana agar masyarakat cepat
memahami cara mengurus perizinan maupun non perizinan yang
diperlukan. Adapun mekanisme pelayanan perizinan dan non perizinan
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Gambar III : mekanisme pelayanan.
C. Hambatan-Hambatan Dalam Proses Penerbitan Izin Usaha
Pertambangan (IUP) Batuan di Kantor Pelayanan Terpadu
Kabupaten Klaten.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Budi Kusyatno S.Sos
yang menjabat sebagai Kasi Perizianan di Kantor Pelayanan Terpadu
Kabupaten Klaten. Proses penerbitan izin usaha pertambangan Galian
Golongan C dalam pelaksanaannya saat ini masih mengacu pada Undang-
Undang No 11 Tahun 1967 barjalan tanpa hambatan (20 September 2011,
Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten).
Bapak Budi juga menambahkan untuk mengacu pada Undang-
Undang yang baru yaitu Undang-Undang No 4 Tahun 2009, Kabupaten
Pemohon izin Bag. Informasi dan pengaduan
Bag. Pendaftaran bila syarat lengkap
dan benar
Penyerahan dokumen/ surat
izin
Pemrosesan perizinan/ non
perizinan
Pembayaran retribusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Klaten masih belum siap dilaksanakan yang dikarenakan Peraturan Daerah
kabupaten Klaten yang mengatur tentang pertambangan belum ada karena
masih dalam proses pembuatan. Hambatan-hambatan jika memakai
undang-Undang No 4 Tahun 2009 yaitu belum adanya peraturan Daerah
yng mengatur tentang pertambang dan belum adanya sumber daya
manusia yang berkaitan dengan pertambangan di Kabupaten Klaten.
(wawancara dengan Bapak Budi Kusyanto S.Sos pada tanggal 19
Desember 2011).
Hambatan dari pihak pemohon dalam proses penerbitan izin usaha
pertambangan (IUP) Batuan di Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten
Klaten hamper tidak ada hambatan yang begitu berarti, hanya yang
dikeluhkan oleh pemohon yaitu dalam pelaksanaan penerbitan izin usaha
pertambangan Golongan Galian C memerlukan waktu cukup lama.
(wawancara dengan pemohon izin usaha pertambangan Golongan Galian
C pada tanggal 22 Desember 2011).
Pembahasan
Proses penerbitan izin usaha pertambangan Galian Golongan C di
Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten yang masih mengacu pada
Undang-Undang No 11 Tahun 1967 dalam pelaksanaanya tidak
mengalami hambatan dan sosialisasi proses penerbitan izin galian
Golongan C sudah terlaksana dengan baik oleh Kantor Pelayanan Terpadu
Kabupaten Klaten, akan tetapi untuk pelaksanaan penerbitan izin usaha
pertambangan galian Golongan C di Kabupaten Klaten belum mengacu
pada Undang-Undang No 4 Tahun 2011 yang dikarenakan Peraturan
Daerah Kabupaten Klaten masih dalam Proses pembuatan, sehingga dalam
pelaksanaan penerbitan izin usaha pertambangan galian Golongan C masih
mengacu pada Undang-Undang No 11 Tahun 1967.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemohon izin usaha
pertambangan galian Golongan C dalam penerbitan izin pertambangan
galian Golongan C dinilai waktu penerbitan masih cukup lama dari awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
permohonan sampai dengan terbitnya suatu izin usaha pertambangan
galian Golongan C. Jika dicermati, Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten
Klaten merupakan satuan kerja sehingga dalam proses penerbitan izin
usaha pertambangan perlu koordinasi antar lembaga atau instansi lain
yang berkaitan dengan proses penerbitan izin usaha pertambangan galian
Golongan C
Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten Dalam prosedur
pelaksanaan Izin Usaha Pertambangan galian Golongan C merupakan
rekomendasi dari Energi dan Sumber Daya Alam dan dalam mekanisme
pelaksanaan di Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten sudah
berjalan dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan mengkaji bab kesatu sampai bab ketiga dan berpijak pada
rumusan masalah, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Pelaksanaan Izin Usaha Pertambangan (IUP) batuan di
Kabupaten Klaten sudah berjalan dengan baik sesuai dengan prosedur
dan mekanisme yang telah ditetapkan dalam peraturan-peraturan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1967, Peraturan Propinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 1994
dan Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 4 Tahun 2006.
Prosedur untuk mendapatkan izin uasaha pertambangan Galian
Golongan C pemohon pertama-tama datang mengajukan permohonan
ke Energi dan Sumber Daya Mineral lalu turun permohonan
rekomendasi tersebut diproses oleh Kantor Pelayanan Terpadu
Kabupaten Klaten jika kelengkapan syarat terpenuhi akan
ditandantangani oleh Bupati, langkah selanjutnya akan dikirim ke
Energi dan Sumber Daya Mineral Propinsi untuk penerbitan surat izin
pertambangan Golongan Galian C.
Mekanisme di Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten
dapat dimulai dari bagian informasi dan pengaduan lalu bagian
pendaftaran bila syarat lengkap dan benar dilakukan pemrosesan lalu
penyerahan dokumen atau surat izin.
2. Pelaksanaan izin usaha pertambangan (IUP) batuan bagi
Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten yang masih mengacu
pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 hampir tidak mengalami
hambatan sama sekali akan tetapi untuk saat ini untuk masalah
perizinan pertambangan Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten
akan mengacu pada Undang-Undang yang baru Yaitu Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2009 akan tetapi dalam pelaksanaanya belum dapat
bejalan dengan maksimal, hal ini dikarenakan belum adanya Peraturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Daerah Kabupaten Klaten untuk mendukung Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2009
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas dan uraian yang telah dijelaskan
sebelumnya pada pada hasil penelitian dan pembahasan maka ada
beberapa saran yang disampaikan penulis antar lain :
Untuk pemerintah Kabupaten Klaten :
1. Di Indonesia sudah terdapat Undang-Undang yang baru pengganti
Undang-Undang No 11 Tahun 1967 tentang pokok pertambangan
yaitu Undang-Undang No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara serta diperuncing lagi dengan Peraturan
Pemerintah No 23 tentang 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara, Sebaiknya Pemerintah Daerah
Kabupaten Klaten segera mengesahkan Peraturan Daerah yang
berkaitan tentang pertambangan.
2. Hendaknya Pemerintah Kabupaten klaten perlu adanya meningkatkan
SDM di Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten khususnya
dalam ruang lingkup pelayanan pertambangan karena dengan SDM
yang memadai maka pelayanan dalam pelayanan pertambangan akan
dapat berjalan dengan optimal.
Untuk pemohon izin usaha pertambangan (IUP) batuan :
1. Bagi pemohon yang akan memohon izin usaha pertambangan (IUP)
batuan hendaknya mempersiapkan terlebih dahulu syarat-syarat
administrasi yang telah ditentukan oleh pemerintah.
2. Bagi pemohon dalam melakukan permohonan izin usaha
pertambangan (IUP) batuan hendaknya dilakukan sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
DAFTAR PUSTAKA
Adrian Sutedi. 2010. Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik. Jakarta: Sinar Grafika.
Hanif Nurcholis, 2005. Teori Dan Praktik Pemerintahan Dan Otonomi Daerah.
Jakarta: PT Grasindo. H.B. Sutopo. 1988. Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. . 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. http://kptklaten.wordpress.com (19 Juli 2011 pukul 20.12). Jawahir Thontowi. 2004 “ Norma Hukum Pelayanan Publik “. Vol. 14 No. 3 Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003. Nandang Sudrajat. 2010. Teori Dan Praktik Pertambangan Indonesia Menurt
Hukum. Yogyakarta: Pustaka Yustisia. Peraturan Bupati Kabupaten Klaten Nomor 28 Tahun 2007 tentang Pelimpahan
Wewenang Penandatanganan Perizinan/Non Perizinan Dan Perizinan Tertentu.
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Klaten. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pembentukan
Susunen Dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Terpadu. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 1994 tentang Usaha
Pertambangan Galian Golongan C di Prpopinsi Jawa Tengah. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Mineral Dan Batubara. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu. Philipus M. Hadjon. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press. Ridwan H.R. 2002. Administrasi Negara. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Soerjono Soekanto. 2006. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Dan
Batubara. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pertambangan. Waluyo. 2008. Materi Kuliah Hukum Administrasi Negara.
Top Related