Pekerjaan dan stress :
Hampir semua orang didalam kehidupan mereka mengalami
stress sehubungan denga pekerjaan mereka. Tidak jarang situasi
yang ‘stressful’ ini kecil saja dan tidak berarti, tetapi bagi banyak
orang situasi stress itu begitu sangat terasa dan berkelanjutan
didalam jangka waktu yang lama.
Faktor-faktor yang membuat pekerjaan itu ‘stressful’ ialah
:
a. Tuntutan pekerjaan : pekerjaan yang terlalu banyak dan membuat orang bekerja terlalu keras dan lembur, karena keharusan mengerjakannya.
b. Jenis pekerjaan : jenis pekerjaan itu sendiri sudah lebih ‘stressful’ dari pada jenis pekerjaan lainnya. Pekerjaan itu misalnya : jenis pekerjaan yang memberikan penilaian atas penampilan kerja bawahannya (supervisi), guru, dan dosen manajer
c. Pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi kehidupan manusia : contohnya tenaga medis mempunyai beban kerja yang berat dan harus menghadapi situasi kehidupan dan kematian setiap harinya. Membuat kesalahan dapat menimbulkan konsekuensi yang serius.
d. Menurut Sarafino (1990) stress kerja dapat disebabkan karena : Lingkungan fisik yang terlalu menekan Kurangnya kontrol yang dirasakan Kurangnya hubungan interpersonal Kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja (pujian terhadap
prestasi yang sudah dicapai)
http://www.admedika.co.id/index.php/en/medias/sehati-blog/item/62-manajemen-stress
June 3, 2014 • Agung Supriyadi, S.K.M
http://katigaku.com/2014/06/03/manajemen-risiko-stres-kerja/
Pengertian Manajemen Risiko
Terdapat berbagai macam pengertian menurut beberapa pakar. Menurut Smith, 1990
manajemen risiko didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol
keuangan dari sebuah resiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan
atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut.
Menurut Clough and Sears, 1994, manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan
yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian. menurut
William, et.al.,1995,p.27 manajemen risiko juga merupakan suatu aplikasi
dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani
sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi. menurut Dorfman, 1998, p. 9,
Manajemen risiko dikatakan sebagai suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami
eksposur terhadap suatu kerugian.
Manajemen resiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang sebuah resiko dan
menentukan dengan tepat penanganan resiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana untuk
mengidentifikasi sumber dari resiko dan ketidakpastian, dan memperkirakan dampak yang
ditimbulkan dan mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk menanggapi resiko
(Uher,1996). Tiga tahapan utama dalam melakukan pendekatan sistematis mengenai
manajemen risiko yaitu (Soeharto, 1999):
Identifikasi risiko
Analisa dan evaluasi risiko
Respon atau reaksi untuk menanggulangi risiko tersebut
Pengertian Stres dan Stres Kerja
Stres adalah sebuah cara yang dilakukan tubuh manusia dalam merespon segala jenis
tuntutan. Stres dapat disebabkan oleh pengalaman baik atau buruk. Ketika orang merasakan
stres karena sesuatu yang terjadi di sekitarnya, tubuhnya akan beraksi dengan melepas zat-zat
kimia ke dalam darah. Zat-zat kimia ini memberikan orang tersebut lebih banyak energi dan
kekuatan yang dapat menjadi kebaikan jika stresnya itu disebabkan olehh bahaya fisik. Tetapi
stres juga bisa menjadi buruk jika terjadi respon dalam bentuk emosi dan tidak ada
penyaluran untuk untuk kelebihan energi dan kekuatan tersebut (www.mtstcil.org). Menurut
Morgan dan King, stres adalah suatu keadaan internal yang disebabkan oleh tuntutan tubuh
(kondisi sakit, latihan fisik, suuhu ekstrem, dan sebagainya) atau lingkungan dan situasi
sosial, yang berpotensi berbahaya, tidak terkontrol, atau melebihi sumber daya kita untuk
melakukan coping (Morgan & King, 1986: 321). Stres juga didefinisikan sebagai tanggapan
atau proses internal atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis
sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan subyek (Cooper, 1994).
Menurut Hager (1999), stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak
bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang
dirasakannya. Namun, berhadapan dengan suatu stressor (sumber stres) tidak selalu
mengakibatkan gangguan secara psikologis maupun fisiologis. Terganggu atau tidaknya
individu, tergantung pada persepsinya terhadap peristiwa yang dialaminya. Faktor kunci dari
stres adalah persepsi seseorang dan penilaian terhadap situasi dan kemampuannya untuk
menghadapi atau mengambil manfaat dari situasi yang dihadapi (Diana, 1991). Dengan kata
lain, bahwa reaksi terhadap stres dipengaruhi oleh bagaimana pikiran dan tubuh individu
mempersepsi suatu peristiwa.
Stressor yang sama dapat dipersepsi secara berbeda, yaitu dapat sebagai peristiwa yang
positif dan tidak berbahaya, atau menjadi peristiwa yang berbahaya dan mengancam.
Penilaian kognitif individu dalam hal ini nampaknya sangat menentukan apakah stressor itu
dapat berakibat positif atau negatif. Penilaian kognitif tersebut sangat berpengaruh terhadap
respon yang akan muncul (Selye, 1956).
Pengertian stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan
reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku. Seperti yang telah
diungkapkan di atas, lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai stressor kerja. Stressor kerja
merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan
dapat menimbulkan stres kerja (Selye, dalam Beehr, et al., 1992: 623). Berdasarkan definisi
tersebut, stres kerja Banyak ahli mengemukakan mengenai penyebab stres kerja itu sendiri.
Soewondo (1992) mengadakan penelitian dengan sampel 300 karyawan swasta di Jakarta,
menemukan bahwa penyebab stres kerja terdiri atas 4 (empat) hal utama, yakni:
Kondisi dan situasi pekerjaan
Pekerjaannya
Job requirement seperti status pekerjaan dan karir yang tidak jelas
Hubungan interpersonal
Luthans (1992) menyebutkan bahwa penyebab stres (stressor) terdiri atas empat hal utama,
yakni:
Extra organizational stressors, yang terdiri dari perubahan sosial/teknologi, keluarga,
relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, dan keadaan komunitas/tempat
tinggal.
Organizational stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur organisasi, keadaan
fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam organisasi.
Group stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup, kurangnya dukungan
sosial, serta adanya konflik intraindividu, interpersonal, dan intergrup.
Individual stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran, serta
disposisi individu seperti pola kepribadian Tipe A, kontrol personal, learned
helplessness, self-efficacy, dan daya tahan psikologis.
Sedangkan Cooper dan Davidson (1991) membagi penyebab stres dalam pekerjaan menjadi
dua, yakni:
Group stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari situasi maupun keadaan di dalam
perusahaan, misalnya kurangnya kerjasama antara karyawan, konflik antara individu dalam
suatu kelompok, maupun kurangnya dukungan sosial dari sesama karyawan di dalam
perusahaan.
Individual stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari dalam diri individu, misalnya tipe
kepribadian seseorang, kontrol personal dan tingkat kepasrahan seseorang, persepsi terhadap
diri sendiri, tingkat ketabahan dalam menghadapi konflik peran serta ketidakjelasan peran.
Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun perusahaan. Pada
diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya gairah kerja, kecemasan yang
tinggi, frustrasi dan sebagainya (Rice, 1999). Konsekuensi pada karyawan ini tidak hanya
berhubungan dengan aktivitas kerja saja, tetapi dapat meluas ke aktivitas lain di luar
pekerjaan. Seperti tidak dapat tidur dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu
berkonsentrasi, dan sebagainya.
Penelitian yang dilakukan Halim (1986) di Jakarta dengan menggunakan 76
sampel manager dan mandor di perusahaan swasta menunjukkan bahwa efek stres yang
mereka rasakan ada dua. Dua hal tersebut adalah:
Efek pada fisiologis mereka, seperti: jantung berdegup kencang, denyut jantung meningkat,
bibir kering, berkeringat, mual.
Efek pada psikologis mereka, dimana mereka merasa tegang, cemas, tidak bisa
berkonsentrasi, ingin pergi ke kamar mandi, ingin meninggalkan situasi stres.
Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung adalah meningkatnya
tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan secara psikologis dapat menurunkan
komitmen organisasi, memicu perasaan teralienasi, hingga turnover (Greenberg & Baron,
1993; Quick & Quick, 1984; Robbins, 1993).
Kerangka Kerja Manajemen Risiko
Framework atau kerangka kerja dari manajemen risiko tergambar dari bagan dibawah ini:
(Sumber: European Agency for Safety and Health at Work )
Berdasarkan kerangka kerja tersebut kita dapatkan bahwa dalam memanajemen (melakukan
pengaturan) sebuah risiko stress terdiri dari dua hal, yaitu:
Evaluasi, terdiri atas:
Risk Assessment
Risk assessment adalah seluruh proses yang mencakup risk identification, risk analysis dan
risk evaluation. (AS/NZS 4360:2004)
Risk Reduction
Risk reduction merupakan cara atau teknik mengurangi risiko dengan preventif, kontrol, dan
mitigasi.
Organizational/learning and training
Dalam melakukan evaluasi, terkadang dibutuhkan translation dalam menerjemahkan risk
assessment yang telah dianalisis sehingga didapatkan risk reduction.
Risk Assasment : The Control Cycle
Siklus kontrol ialah proses yang sistematis untuk mengidentifikasi bahaya, menganalisis dan
mengelola risiko, dan melindungi pekerja (Cox & Griffiths, 1995 dalam European Agency
for Safety and Health at Work)
Pada tahap 1 samapai tahap 5 sifatnya recursive (berulang) dan didesain untuk melakukan
perbaikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang sifatnya continyu/berkelanjutan.
Prinsip Menejemen Stres
Menurut Beer (1979), manajemen stres dapat difklasifikasikan berdasarkan 2 hal yaitu:
Strategi dan Objektif
Prevention dengan strategi Desain dan pelatihan pekerja
Hal ini dilakukan sebelum munculnya stress. Contoh : pengaturan shift kerja, desain ulang
lingkungan kerja yang menimbulkan stress, motivation training
Timely Reaction dengan strategi yang dilakukan oleh top management untuk menyelesaikan
permasalahan dengan meningkatkan kemampuan organisasi dan manajerial.
Manager mampu mengetahui dan mengidenfikasi apa permasalahan yang ada di tempat kerja.
Biasanya manajer melakukan intervensi saat muncul gambaran-gambaran tentang stress di
perusahaannya agar permasalahan stress tidak membesar. Contoh : tindakan yang cepat saat
kasus stress muncul.
Rehabilitation dengan strategi kasus stress sudah muncul
Cara bagaimana cara menaggulangi masalah yang telah ada menaggulangi stress yang ada
agar hilang. Contoh : Konseling
Berikut ini merupakan tabel pengklasifikasian berdasarkan strategi dan objektif :
Objektif Strategi
Prevention Desain dan pelatihan pekerja
Timely Reaction
Dilakukan oleh top management untuk
menyelesaikan permasalahan dengan meningkatkan
kemampuan organisasi dan manajerial
Rehabilitation Dukungan tambahan seperti konseling;
Agen dan Target
Organisasi ke organisasi, maksudnya adalah program penanggulangan stress yang dibuat
oleh management perusahaan dengan tujuan menanggulangi stres dalam tingkat perusahaan.
Contohnya: System Management ataupun Kebijakan (Sangat besar/umum) dengan
melakukan review system manajemen dengan kebijakan yang tidak membuat stress kerja.
Organisasi ke individu, maksudnya adalah program penanggulangan stress yang dibuat oleh
management perusahaan dengan tujuan menanggulangi stres dalam tingkat individu.
Contohnya: Pemberian training dan pemberlakuan SOP.
Individu ke organisasi, maksudnya adalah umpan balik yang dibuat oleh pekerja dalam
penggulangan stress yang ada di perusahaannya Contohnya: masukan dari pekerja kepada
perusahaan dalam menanggulangi stress.
Individu ke individu, maksudnya adalah maksudnya adalah usaha penaggulangan stress
mandiri yang dilakukan oleh pekerja. Contohnya: personal stress manajemen, mengambil sisi
positif dalam tiap kasus yang mungkin menyebabkan stress.
Berikut ini merupakan tabel pengklasifikasian berdasarkan agen dan target :
Agen Target
Organisasi Organisasi
Organisasi Pekerja (Individual)
Pekerja Organisasi
Pekerja Pekerja (Individual)
Intervensi
Program intervensi terdiri atas 3 hal, antara lain:
Primer
Yaitu dengan cara menurunkan Stressor (mengendalikan bahaya). Bahaya yang ada ditempat
kerja dikendalikan agar risiko terjadinya kecelakaan diminimalisasi dengan baik.
Sekunder
Yaitu dengan cara pelatihan atau training pekerja. Para pekerja dilatih dengan pengarahan
oleh perusahaan untuk menurunkan tingkat bahaya stres kerja.
Tersier
Melalui pendampingan pekerja. Dari top manajemen atau ahli K3 melakukan pendampingan
selama pekerja melakukan tugasnya. Mulai dari menilai tahapan-tahapan pekerjaan hingga
menilai keluhan pekerja.
Strategi Menangani Stres di Tempat Kerja
Kemampuan individu dalam menangani stres di tempat kerja berbeda-beda. Dalam
menghadapistressor yang sama, misalnya deadline waktu penyelesaian suatu tugas, tingkat
atau konsekuensi stres yang dialami bisa berbeda. Karyawan yang satu bereaksi terhadap
stressor tersebut dengan tetap rileks dan fokus. Sedangkan rekannya terlihat panik dan tegang
dalam penyelesaian tugas, serta menjadi mudah marah.
Secara individu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan karyawan untuk mengendalikan stres
di tempat kerja. Cara tersebut diantaranya adalah dengan menerapkan manajemen waktu,
secara rutin melakukan latihan fisik dan mental seperti olahraga dan relaksasi, serta membina
jejaring sosial yang luas. Sedangkan secara organisasi, ada lima strategi yang bisa dilakukan
perusahaan untuk membantu karyawan menangani stres di tempat kerja. Kelima strategi
adalah: menghilangkanstressor atau pemicu stres, menjauhkan karyawan dari stressor,
mengubah persepsi karyawan terhadap stressor, mengendalikan konsekuensi dari stres, dan
menyediakan dukungan sosial bagi karyawan yang menghadapi stres.
Contoh praktek manajemen stres yang dilakukan perusahaan terkait dengan kelima strategi di
atas adalah: konseling klinis dan personal, uraian pekerjaan yang jelas, jaminan kerja seperti
asuransi dan tunjangan kesehatan, jam kerja yang fleksibel, tempat atau sarana bagi karyawan
melakukan meditasi, berolahraga atau berkesenian, keterlibatan karyawan dalam proses
pengambilan keputusan dan perubahan di perusahaan, serta program-program yang terkait
dengan perbaikan kesehatan karyawan.
Kesimpulannya, minimal ada dua pilihan yang dapat diambil dalam menghadapi stres: to
fight or flight. Melawan atau menghindar. Pekerja pemenang adalah mereka yang tidak hanya
mampu melawan, tetapi juga mampu mengelola stres di tempat kerja dan menjadikannya
sebagai suatu tantangan untuk hasilkan kinerja yang lebih tinggi.
Berikut ini adalah tips-tips mengatasi stress di kantor :
Membuat perencanaan pekerjaan baik rencana harian, maupun bulanan
Ingat kembali apakah pernah mengalami masalah yang sama di kantor yang lama dan pernah
ada cara untuk mengatasinya
Membangun komunikasi yang baik antar karyawan sehingga menciptakan suasana yang baik
dan menyenangkan
Lakukan tugas yang diberikan dengan memberi yang terbaik, bila memang tidak mengerti
jangan segan untuk bertanya agar tidak ada kesalahan
Ambil waktu santai sejenak beberapa menit dalam beberapa kali agar tidak merasa jenuh dan
jangan melakukan apapun saat santai tersebut
Sikap saling toleransi antar karyawan
Delegasikan sebagian tanggung jawab anda kepada anak buah anda.
Pertahankan semangat tim anda, misalnya dengan melakukan perayaan-perayaan kecil,
adakan acara kebersamaan
Bila lingkungan kerja tidak baik seperti bising karena kurang ventilasi atau hal-hal fisik lain
yang mengganggu usahakan cari solusi bersama dengan karyawan lain agar lingkungan kerja
dapat lebih baik
Kemaslah kesempatan-kesempatan berkomunikasi dengan menarik seperti misalnya:
Doa bersama setiap pagi sebelum memulai pekerjaan
Coffee morning sebulan sekali bersama karyawan
Pertemuan harian/mingguan/bulanan (atur sesuai kebutuhan)
Reward and punishment: berikan penghargaan dan ingatan mengenai prestasi karyawan
Kejutan-kejutan kecil untuk karyawan
Kegiatan sosial/seni yang perusahaan mampu lakukan
Daftar Pustaka
European Agency For Safety And Health At Work. 2000. Research On Work Related Stress.
Luxemburg.
Saragih, Eva H.. Manajemen Stres di Tempat
Kerja. http://www.ppm-manajemen.ac.id/index.php?wb=09&mib=ppm_articles.detail&id=3.
Diakses pada 17 Desember 2010.
Simalango, Melva Emsy. Cara Mengatasi Stress Di
Kantor.http://vibizmanagement.com/column.php?sub=226&id=2243&page=hr&awal=0.
Diakses pada 17 Desember 2010.
Tanpa nama. Manajemen Resiko Definisi dan
Manfaat. http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/09/manajemen-resiko-definisi-dan-
manfaat.html. Diakses pada 17 Desember 2010.
UK National Work Stress Network. What is work-related
Stress?.http://www.workstress.net/whatis.htm. Diakses pada 17 Desember 2010.
Widyasari, Putri. Stres Kerja. http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/stres-kerja.html.
Diakses pada 17 Desember 2010.
Reducing and managing stress
It is widely acknowledged that there are three levels of response to alleviate stress. If you
think back to the pressure/performance graph, level 1 responses will help to maintain a
relaxed/energised balance. Level 2 responses occur when you feel yourself struggling
because the pressures are mounting and affecting your performance. Level 3 responses are
there to help when you are approaching burn out, when the pressures seem so overwhelming
that your performance is suffering significantly.
Level 1
Lifestyle management Maintain a balance between work and play. Do you live to work or
work to live? Use leisure time to recharge your batteries. Plan regular holidays and take them
(from home if finances are tight). Exercise regularly and maintain a healthy diet. Alcohol,
caffeine and nicotine intake should be in moderation or not at all (these are all stimulants and
exacerbate the stress response). Build and maintain your support networks.
Become your own expert Identify your main sources of stress, assess how effective your
current coping strategies are and think about any new or different strategies that can be
applied. Try anticipating when stressful periods are going to occur and plan accordingly.You
can do this as a paper and pen exercise. Write down the main stresses and ask:‘How can I
control the situation?’ And if you cannot control ask:‘How can I influence?’ And if you
cannot influence ask:‘How can I accept?’ The essence is to take time out and to be as
objective as you can.
Managing your personal work environment Again
take time to regularly review and plan. Practice effective time management especially by
avoiding overload. Use ‘no’,‘not now’, and delegate, especially when you sense that other
people are trying to offload their work onto you. Take meal and other breaks. Learn to
recognise your needs and be assertive in stating them. Do not feel pressured into overtime
that you know you cannot do or do not want to do.
Thinking skills
Be aware of unhelpful thinking when stressed, for example,‘I must be perfect/I must never
make a mistake’. Find ways of thinking more realistically, for example,‘I am doing the best
that I can in difficult circumstances’. Challenge the inner pressures by turning the musts,
oughts and shoulds into likes and preferences, from ‘I must complete this task today’ to ‘I’d
like to complete today and I will do what I can, but it is not the end of the world if I don’t’.
Learn to identify what you can and can’t control and to accept the inevitable. Why waste
energy banging your head against a brick wall that is not going to give way? Much better to
invest the energy into finding a way under or around the wall! Avoid mind reading and
jumping to conclusions, likewise avoid generalisation, for example,‘this always happens to
me’. Ask yourself ‘where’s the evidence, what are the facts?
Managing your personal perceptions of stress
Use constructive self-talk and avoid putting yourself down. Give yourself ‘a pat on the back’
regularly. Maintain a sense of proportion and remember that you have survived difficulties
before. Think about what helped you to survive a previous difficulty – how did you do that?
It may give you some clues and hope for this difficulty. Remember too that you are not
superhuman!
Level 2
Relaxation
Learning to relax is a key to managing the stress response. Relaxation tells your brain that the
threat has diminished and the flight or fight response can be switched off. Think of the things
that you enjoy that have a relaxing effect on you. For example, a particular piece of music, a
long soak in the bath, aromatherapy, a good book, a walk in a favourite place, a hobby. Plan
to treat yourself with more of these simple pleasures that may have been squeezed out of your
normal routines. There are many relaxation tapes available which, when used regularly, can
have a significant impact on helping you to learn relaxation skills. These skills can then be
transferred and used in all sorts of places when you feel yourself becoming tense. There are
also meditation skills and complementary alternatives – massage, hypnotherapy,
reiki, yoga, reflexology. Relaxation can also help you sleep more easily
Physical outlets
Exercise is another key to managing the stress response. Exercise will burn up the excess
adrenaline and release endorphins – the feel good hormones. If you are used to exercising and
this area of your life has been squeezed out, make time for this again. If you are not used to
exercising start small with what you enjoy – regular walks, swims, a gentle work out in the
gym or with a class, and build up to a level that suits you. Recreational sports that you can
take up again – squash, badminton, football, tennis can be good for the camaraderie as well
as the sport. Gardening, housework and walking the dog can be energetic too!
Emotional outlets
Talk about how you are feeling with supportive friends, family and colleagues as this will
help you offload and gain a fresh perspective. Crying to express the hurt, allowing yourself to
feel angry and expressing this in a safe way, can be extremely therapeutic. If you are not a
talker or feel quite isolated, write your feelings down in the form of a diary or letters to
remain unposted.
M A N A G I N G Y O U R S T R E S S – A G U I D E F O R N U R S E S
Level 3
Counselling
Counselling is often helpful as a way of giving yourself a regular space to reflect on what is
happening emotionally, mentally and physically, and to have support for any changes you
want to make. You may have feelings that seem out of control that you need help with.
Feeling as though you are struggling is frightening. This may be a new experience for you,
which you are keen not to have repeated, so there will be the opportunity to understand what
is occurring. There may be new skills to learn which a counsellor can hel you with, such as
relaxation, assertion, time management and thinking skills.You may decide to see a
counsellor as an individual or you may wish to join a group.Your employer may provide
access to a counsellor through occupational health, an inhouse service or an Employee
Assistance Provider (EAP).
An EAP is a private enterprise geared to providing advice, support and counselling.
Employers pay annually for an EAP to provide a helpline phone number which employees
can use for advice, support and counselling, on a number of issues – personal or work related.
EAPs all offer slightly different services. The RCN provides a counselling service for
members (see Appendix 2 for details). Many GP surgeries offer counselling, or you may
choose to access help privately. The British Association for Counselling and Psychotherapy
(see Appendix 2 for details) is a useful organisation to contact to find out what is available to
you locally. Career counselling may be useful if you are stressed and frustrated with your
career development. Career guidance can help you gain greater awareness of your career
values, interests and needs.You can learn to take control of your working life by making
choices that meet your needs, not just the organisation you work for.You can also gain
confidence from being able to describe your skills, competencies and personal attributes more
accurately and understanding how these can be matched to a variety of career options. For
more information about career guidance contact RCN Nurseline (see Appendix 2 for details).
Medical interventions Visiting your GP is not an admission of weakness, it can be a
courageous first step towards the relaxed/energised level. An enforced break from work will
give you some time out and, whilst there are many ways that can make it easier for you to
reduce and managestress, there are times when medical interventions are helpful. Medication
can control symptoms enough to enable you to put into practice some of the methods already
outlined.
Holistic Stress Management for Nurses
Welcome to the AHNA Stress Management Portal!
Use this portal for questions and answers about the causes of stress,
the effects of stress and stress management for studentsand nursing
professionals. You can also access helpful stress reduction exercises *
and stress relief articles.
The stress response of the body is somewhat like an airplane readying
for take-off. Virtually all systems (e.g., the heart and blood vessels, the
immune system, the lungs, the digestive system, the sensory organs,
and brain) are modified to meet the perceived danger.
What Causes Stress?
The Reality of Stress in the Nursing Workplace
Virtually everyone experiences stress. However, in a 2001 survey
conducted by the American Nurses Association, it was reported that:
70.5% of nurses cited the acute and chronic effects of stress and
overwork among their top three health and safety concerns and that
75.8% of surveyed nurses report that unsafe working conditions do, in
fact, interfere with their ability to deliver quality care. In a meta
analysis of workplace stress in nursing, several major themes were
identified as sources of workplace stress for nurses. These were:
Join Today!
Renew
Causes of
Stress
Effects of
Stress
Manage Your
Stress
For Students
Manage Your Stress
in Nursing School
Articles
Handouts
Helpful Links
Self-Care
Members Only
Member Directory
Discussion Forum
Workload/inadequate staff cover/time pressure
Relationship with other clinical staff
Leadership and management style/poor locus of control/poor group cohesion/lack of adequate
supervisory support
Coping with emotional needs of patients and their families/poor patient diagnosis/death and dying
Indeed, nurses are experiencing stress at higher rates than most groups.
What are the Effects of Stress?
Stress in Nurses and Other Health Care Workers
Factors commonly mentioned as causes of stress by all categories of hospital workers
(including nurses) are as follows (NIOSH 1978c; Huckabay and Jagla 1979; Bailey 1980;
Gribbins et al. 1982; Koran et al. 1983):
Understaffing Role conflict and ambiguity Inadequate resources Working in unfamiliar areas Excessive noise Lack of control (influence,
power) and participation in planning and decision making
Lack of administrative rewards Under-utilization of talents and
abilities Rotating shift work Exposure to toxic substances Exposure to infectious patients
Other important stress factors include job specialization, discrimination, concerns about
money, lack of autonomy, work schedules, ergonomic factors, and technological
changes. Learn More
Managing Stress: A Holistic Approach
Holistic nursing views everything as inseparable and interrelated – our mental, emotional,
physical and social/relational aspects are all intertwined and interconnected. What affects
one aspect of yourself will influence all other aspects. For instance:
The thoughts you think affect every cell in your body.
The emotions that you feel affect your thoughts, and likewise, the thoughts you think affect your
emotions.
The way you care for your body: the foods you ingest; the type and amount of exercise that you
engage in; the amount of rest and sleep that you get; the air you breathe . . .all of these practices
have a profound effect on your thoughts, your emotions, and your relationships.
And likewise, the types and nature of the relationships that you engage in affect your overall physical
health, your emotional health, your mental clarity, and your sense of well-being. (Thornton, 2006)
In developing a personal plan to help you deal more effectively with stress and bring
more health, vitality and wholesome behavior into your life, a holistic program that
utilizes a variety of approaches is useful. The wonderful thing about this is that since
every aspect of who you are is interrelated, when you create health in one area of your
life the positive effects spill into all other areas of your life! (Thornton, 2006)
Learn More about Managing Stress*The information, facts, and opinions provided here are not meant as a substitute for professional advice. Always consult your primary healthcare provider for any medical advice, diagnosis, or treatment and before undertaking a new diet or exercise plan.
Special thanks to Karen Sanders RN, MSN, Lucia Thornton RN, MSN, AHN-BC, and Jeanne Crawford, MA, MPH
for developing this section of the AHNA Web site.
http://www.ahna.org/Resources/Stress-Management
Top Related