PEDOMAN SUPERVISI PENYELENGGARAAN
FASILITASI PERANCANGAN PERATURAN DAERAH
NOMOR: M.HH.PP.04.02-24 TAHUN 2018
DIREKTORAT JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
2018
1
PEDOMAN SUPERVISI PENYELENGGARAAN
FASILITASI PERANCANGAN PERATURAN DAERAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang seluas-luasnya
bagi daerah dalam mengelola urusan rumah tangganya sendiri, sering
disalahtafsirkan sebagai pemberian kewenangan mutlak sehingga
dalam pembentukan Peraturan Daerah sering bertentangan dengan
peraturan yang lebih tinggi dan tumpang tindih antara kebijakan
daerah dan kebijakan pusat. Selain itu, pembentuk peraturan daerah
kurang memperhatikan teknik dan proses penyusunan peraturan
daerah yang baik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia melalui Unit Eselon I Direktorat Jenderal Peraturan
Perundang-undangan yang melaksanakan tugas penyelenggaraan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peraturan
perundang-undangan, yang salah satunya adalah melaksanakan
pemberian bimbingan teknis dan supervisi. Hal ini sebagaimana diatur
dalam Pasal 226 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang
menentukan bahwa “pemberian bimbingan teknik dan supervisi di
bidang fasilitasi perancangan Peraturan Daerah dan pembinaan
perancang peraturan perundang-undangan”.
Dalam rangka melaksanakan kegiatan supervisi tersebut, Direktorat
Fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah dan Pembinaan Perancang
Peraturan Perundang-undangan Direktorat Jenderal Peraturan
2
Perundang-undangan bekerja sama dengan Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Untuk tujuan tersebut, Direktorat Fasilitasi Perancangan Peraturan
Daerah dan Pembinaan Perancang Peraturan Perundang-undangan
perlu menyusun Pedoman Supervisi Pelaksanaan Fasilitasi
Perancangan Peraturan Daerah. Pedoman tersebut digunakan sebagai
acuan bagi para pelaksana pada Unit Kerja Direktorat Fasilitasi
Perancangan Peraturan Daerah dan Pembinaan Perancang Peraturan
dan pelaksana pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian
Negara;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan;
3. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
4. Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;
5. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 28 Tahun
2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
6. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;
7. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor M.HH-01.PP.05.01 Tahun 2016 tentang Pedoman
Fasilitasi Pembentukan Produk Hukum Daerah; dan
8. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor M.HH-03.PP.01.02 Tahun 2016 tentang Pedoman
Bimbingan Teknik Penyusunan Peraturan Daerah.
3
C. Tujuan
Pedoman supervisi ditetapkan dengan tujuan memberikan arahan dan
bimbingan pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi
sebagai wakil dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi di Pusat dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai fasilitator di daerah,
terutama di bidang fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah.
D. Ruang Lingkup
Lingkup supervisi meliputi kegiatan dan materi supervisi. Ruang
lingkup kegiatan supervisi Fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah
dilaksanakan pada 33 (tiga puluh tiga) Kantor Wilayah Hukum dan
Hak Asasi Manusia. Sedangkan lingkup materi supervisi meliputi:
mediasi dan konsultasi, pengharmonisasian, pembulatan, dan
pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan Daerah, dan pemetaan
Peraturan Daerah.
E. Keluaran
Kegiatan supervisi diharapkan menghasilkan keluaran:
1. Terindentifikasinya permasalahan yang dihadapi di lapangan dan
tindak pemecahan masalah:
2. Terlaksananya pencegahan secara dini akan kemungkinan
terjadinya penyimpangan lebih lanjut berdasarkan indikasi
permasalahan yang ada; dan
3. Tersedianya umpan balik sebagai bahan untuk pengambilan
kebijakan/tindakan yang diperlukan dalam rangka penyempurnaan
penyelenggaraan Fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah di masa
mendatang.
4
BAB II
GAMBARAN UMUM PEDOMAN SUPERVISI
A. Pengertian
Supervisi diartikan sebagai suatu proses, cara, perbuatan
mendampingi atau mendampingkan (KBBI), sedangkan kata
mendampingi adalah menemani, menyertai dekat-dekat, sehingga
secara lengkap pengertian mengenai supervisi kegiatan fasilitasi
Perancangan Peraturan Daerah adalah proses pengawalan atau
pembinaan secara bersama-sama yang dimaksudkan untuk
meluruskan penyelenggaraan kegiatan agar sesuai dengan tujuan
dan sasaran yang diharapkan dan menentukan tindakan koreksi
yang perlu diambil jika terjadi disharmonisasi atau tumpang tindih
antar peraturan satu dengan lainnya. Dengan demikian, supervisi
dimaknai “mengawasi atau mengamati secara seksama, dan jika
perlu dilakukan pendampingan”. Pendampingan di sini merupakan
metode pendekatan dengan cara memperingatkan,
mempertanyakan, memperlihatkan, memperbandingkan,
meluruskan, memberi contoh untuk mengingatkan, atau cara-cara
lainnya dengan tidak mengambil alih posisi sebagai guru atau
pendidik.
Dengan bersumber pada pengertian supervisi di atas, Pedoman
Supervisi kegiatan fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah
merupakan proses pengawalan dan sekaligus pembinaan dengan
melakukan tindakan koreksi dan pemberian saran perbaikan
terhadap materi rancangan peraturan.
B. Penyusunan Pedoman Supervisi Pelaksanaan Fasilitasi Perancangan
Peraturan Daerah bertujuan untuk digunakan acuan Direktorat
Fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah dan Pembinaan Perancang
Peraturan Perundang-undangan dalam melaksanakan
pendampingan kegiatan Fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah di
5
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
dengan cara:
a. mengetahui permasalahan yang dihadapi di lapangan dan
tindak pemecahan masalah:
b. melakukan pencegahan secara dini akan kemungkinan
terjadinya (disharmonisasi atau timpang tindih peraturan)
berdasarkan indikasi permasalahan yang ada; dan
c. menyediakan umpan balik sebagai bahan untuk
pengambilan kebijakan/tindakan yang diperlukan dalam
rangka penyempurnaan penyelenggaraan Fasilitasi
Perancangan Peraturan Daerah pada masa mendatang.
C. Ruang lingkup
Kegiatan superivisi terdiri dari unsur:
a. Pelaksana, adalah Pejabat setingkat Pimpinan Tinggi, Pejabat
Administrator, Pejabat Pengawas, Pejabat Fungsional tertentu,
dan Pejabat Fungsional Umum di lingkungan Direktorat
Fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah dan Pembinaan
Perancang Peraturan Perundang-undangan;
b. Penerima, adalah Pejabat setingkat Pimpinan Tinggi, Pejabat
Administrator, Pejabat Pengawas, dan Perancang Peraturan
Perundang-undangan di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia di Daerah; dan
D. Syarat, Tugas, dan Materi Supervisi
1) Syarat Supervisor
Supervisor pada dasamya memiliki kompetensi dibandingkan
dengan yang didampingi agar memiliki kepercayaan diri dalam
proses supervisi serta tidak menimbulkan resistensi kepada yang
didampingi. Syarat yang dipenuhi untuk menjadi Supervisor
adalah:
6
a. memiliki pemahaman kegiatan fasilitasi Perancangan
Peraturan Daerah;
b. memiliki kemampuan berkomunikasi secara baik dengan
pihak yang didampingi;
c. mampu memberikan bimbingan teknis jika diperlukan
terkait dengan proses penyelenggaraan dan penilaian
sesuai dengan pedoman ini.
2) Tugas Supervisor adalah:
a) membangun empati dan komunikasi awal sebelum proses
supervisi dilakukan dengan maksud agar tidak timbul
resistensi antara si penerima dan Supervisor sekaligus
menjelaskan bahwa tugas supervisi bukan untuk
mengevaluasi proses, melainkan untuk memperkuat
proses.
b) mengamati proses penyelenggaraan berdasarkan kebijakan
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan
selaku (sebagai) pembina bidang Fasilitasi Perancangan
Peraturan Daerah dan mengamati proses
penyelenggaraan di dalam pertemuan sehingga dapat
mengetahui masalah yang muncul dalam proses
penyelenggaraan Fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah.
c) mendiskusikan proses penyelenggaraan dan
evaluasi yang diamati. Tugas ini dimaksudkan
untuk memberikan bimbingan secara tidak langsung
kepada penerima yang didampingi berdasarkan hasil
pengamatannya selama mengikuti proses
penyelenggaraan dan penilaian. Tujuan diskusi bukan
untuk mencari kelemahan dalam proses
penyelenggaraan dan penilaian sesuai dengan konsep
dan mekanisme kegiatan, tetapi untuk membangun
persamaan persepsi tentang konsep dan implementasi
kebijakan Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-
7
undangan dan penguatan proses penyelenggaraan dan
penilaian sesuai dengan konsep dan mekanisme kegiatan
serta tidak mengesankan menggurui atau adanya
superioritas dan inferioritas.
d) melakukan refleksi atas proses penyelenggaraan dan
penilaian yang sedang dilakukan kepada yang
didampingi. Refleksi bersama diperlukan untuk
mengetahui kesulitan yang dihadapi dalam
mengimplementasikan konsep dan mekanisme kebijakan
Pusat mengenai kegiatan Fasilitasi Perancangan Peraturan
Daerah dan upaya pemecahannya.
3) Materi supervisi
Kegiatan supervisi Fasilitasi Perancangan Peraturan
Daerah difokuskan pada penguatan penerapan kegiatan
Fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah, terutama kegiatan
mediasi dan konsultasi, pengharmonisasian, pembulatan, dan
pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan Daerah, dan
Pemetaan Peraturan Daerah. Materi supervisi yang dilakukan
mencakup pemahaman terhadap:
a. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan beserta
Lampirannya;
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;
c. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan;
d. Peraturan Perundang-undangan terkait; dan
e. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor M.HH-01.PP.05.01 Tahun 2016
8
tentang Pedoman Fasilitasi Pembentukan Produk Hukum
Daerah.
E. Metode
Teknik supervisi dapat diterapkan dengan beberapa metode yaitu:
a. kunjungan ke Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
b. observasi proses kegiatan fasilitasi; dan
c. pengajaran contoh yang sifatnya pendampingan dengan tidak
mengambil alih posisi sebagai guru atau pendidik.
F. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan supervisi:
1. penyusunan program;
2. Persiapan dengan menyediakan;
a. instrumen supervisi;
b. materi supervisi;
c. buku catatan; dan
d. data hasil pemetaan laporan Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia.
3. Pelaksanaan, diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan;
dan
4. Tindak Lanjut hasil supervisi merupakan pembinaan dan
perbaikan dari hasil temuan pada saat supervisi.
Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dalam 1 (satu) tahun mulai bulan
Januari sampai dengan Desember, yang digambarkan sebagai
berikut:
9
Kegiatan Fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah
1. Persiapan
supervisi kegiatan
fasilitasi
Perancangan
Peraturan Daerah
dilakukan
terhadap Raperda
dan permasalahan
hukum yang
berkaitan dengan
penyusunan
Peraturan Daerah
2. Pelaksanaan
supervisi
3. Laporan akhir
untuk
menindaklanjuti
Kegiatan Fasilitasi
Perancangan
Peraturan Daerah
dan tindak lanjut
hasil supervisi
G. Perencanaan Biaya
Perencanaan biaya penyelenggaraan kegiatan supervisi disusun
sebagai berikut:
1. Pembiayaan kegiatan dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan;
dan
2. mengacu pada Standar Biaya Masukan (SBM) yang ditetapkan
oleh Kementerian Keuangan setiap tahun.
Berdasarkan anggaran yang berasal dari Direktorat Jenderal
Peraturan Perundang-undangan dan Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk menyusun Kerangka Acuan
10
Kerja (Term of Reference) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
kegiatan supervisi yang terlebih dahulu harus berkoordinasi dengan
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan.
11
BAB III
PELAKSANAAN SUPERVISI
Kegiatan fasilitasi perancangan peraturan daerah dilaksanakan
dengan metode yaitu: 1. Kunjungan
Metode kunjungan adalah dalam rangka mengunjungi objek
kegiatan dimaksud untuk melaksanakan kegiatan supervisi
Fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah.
2. Pelaksanaan Kunjungan Kegiatan
Pelaksanaan kunjungan Kegiatan dilakukan oleh pelaksana yang
berfungsi sebagai Supervisor yang dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Kunjungan tanpa pemberitahuan
Dengan melakukan kunjungan tanpa pemberitahuan, tim
supervisi mendapatkan kondisi di lapangan yang nyata dan
apa adanya sehingga tim supervisi dapat mengamati
kekurangan dari si penerima dalam melaksanakan
penyelenggaraan kegiatan Fasilitasi Perancangan Peraturan
Daerah.
b. Kunjungan dengan pemberitahuan
kunjungan dengan pemberitahuan dilaksanakan oleh tim
supervisi untuk dapat melihat kesiapan si penerima dalam
melaksanakan kegiatan Fasilitasi Perancangan Peraturan
Daerah sehingga Supervisor dapat memberikan penguatan
terhadap proses Fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah.
3. Observasi
Observasi dalam kegiatan Fasilitasi Perancangan Peraturan
Daerah adalah melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap
permasalahan yang muncul. Tujuannya adalah untuk
memperoleh data yang objektif mengenai aspek penilaian
terhadap si penerima dalam menyampaikan materi dan kesulitan
yang dihadapi.
12
Observasi dalam pelaksanaan secara umum merupakan
rangkaian dalam tahap pengamatan pada supervisi kunjungan
kegiatan yang prosesnya dilaksanakan dengan:
a. usaha-usaha dan aktivitas pendamping dan penerima dalam
proses kegiatan;
b. cara penggunaan media dalam penyampaian materi dalam
proses sebuah kegiatan;
c. tanggapan para peserta dalam proses fasilitasi.
Pelaksanaan observasi dilakukan beberapa tahap, yaitu:
a. persiapan observasi.
b. pelaksanaan observasi.
c. penilaian hasil observasi.
d. tindak lanjut dari hasil observasi.
Ketika Supervisor melaksanakan observasi menggunakan
instrumen observasi tertentu, antara lain daftar periksa evaluasi
(evaluative check-list) dan daftar periksa (activity check-list)
sebagaimana terurai di bawah ini.
Keterangan Skor:
Penilaian secara individual:
4 = memuaskan
3 = baik
2 = cukup
1 = kurang
Penilaian terhadap keseluruhan si penerima dapat dilakukan masing-masing
unsur dengan rentan nilai
D = paling rendah 0% s.d 25 %
C = sedang 26% s.d 50%
B = baik 51% s.d. 75%
A = baik sekali 76% s.d 100%
13
a. Activity daftar periksa/check list proses kegiatan fasilitasi
Perancangan Peraturan Daerah.
No. Aspek yang dinilai SKOR
1. Kesiapan memberikan materi
dan/atau kegiatan
1 2 3 4
2. Keteraturan dan Ketertiban
penyelenggaraan kegiatan
fasilitasi
1 2 3 4
3. Kemampuan menghidupkan
suasana kegiatan
1 2 3 4
4. Kejelasan menyampaikan
materi dan jawaban terhadap
pertanyaan dalam tanya
jawab
1 2 3 4
5. Pemanfaatan Media 1 2 3 4
TOTAL
b. Evaluasi daftar periksa/check-list substansi kegiatan
Perancangan Peraturan Daerah
1) Mediasi dan Konsultasi
No Aspek yang dinilai SKOR
1. Mediasi dan Konsultasi Langsung
atau Mediasi dan Konsultasi tertulis
1 2 3 4
2. Sudahkah pelaksana dari kegiatan
mediasi dan konsultasi menyiapkan
materi berupa:
- peraturan perundang-undangan
mengenai bidang yang
dikonsultasikan.
1 2 3 4
3. Sudahkan pelaksana mediasi dan
konsultasi memahami proses dalam
kegiatan mediasi dan konsultasi
1 2 3 4
4. Sudahkah pelaksana mediasi dan
konsultasi memahami materi yang
dikonsultasikan.
1 2 3 4
14
TOTAL
2) Kegiatan Pengharmonisasian, Pembulatan dan
Pemantapan Konsepsi
No Aspek yang dinilai SKOR
1. Sudahkah rancangan peraturan
daerah/peraturan daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota mengkaitkan dan
menyelaraskan substansi dengan
Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun
1945, dan peraturan perundang-
undangan lain
1 2 3 4
2. Sudahkah rancangan peraturan daerah/peraturan daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota pembentukannya sesuai dengan asas hukum
1 2 3 4
3. Sudahkah rancangan peraturan
daerah/peraturan daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota disesuaikan
dengan putusan Mahkamah
Konstitusi mengenai pengujian
Undang-Undang terhadap Undang-
Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
1 2 3 4
4. Sudahkah rancangan peraturan
daerah/peraturan daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota disesuaikan
dengan putusan Mahkamah Agung
mengenai pengujian peraturan
perundang-undangan di bawah
Undang-Undang
1 2 3 4
15
5. Sudahkah rancangan peraturan
daerah/peraturan daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota pembentukannya
sesuai dengan yurisprudensi
1 2 3 4
6. Sudahkah rancangan peraturan
daerah/peraturan daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota pembentukannya
sesuai dengan alasan pembentukan
1 2 3 4
7. Sudahkah rancangan peraturan
daerah/peraturan daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota pembentukannya
sesuai dengan dasar kewenangan
pembentukan dan dasar
pembentukan
1 2 3 4
8. Sudahkah rancangan peraturan
daerah/peraturan daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota pembentukannya
sesuai dengan arah dan jangkauan
pengaturan
1 2 3 4
9. Sudahkah rancangan peraturan
daerah/peraturan daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota mengkaitkan
dengan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Nasional, dan Rencana Kerja
Pemerintah
1 2 3 4
10. Sudahkah rancangan peraturan
daerah/peraturan daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota menghubungkan
terhadap kelembagaan yang sudah
ada
1 2 3 4
16
11. Sudahkah rancangan peraturan
daerah/peraturan daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota melihat
konsekuensi terhadap keuangan
negara
1 2 3 4
12. Sudahkah rancangan peraturan
daerah/peraturan daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota pembentukannya
sesuai dengan unsur lainnya
1 2 3 4
13. Sudahkah rancangan peraturan
daerah/peraturan daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota pembentukannya
sesuai dengan Teknik Penyusunan
1 2 3 4
14. Sudahkah rancangan peraturan
daerah/peraturan daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota sesuai dengan
lampiran II teknik Penyusunan
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan
1 2 3 4
TOTAL
3) Pemetaan Peraturan Daerah
No Aspek yang dinilai SKOR
1. Sudahkah Kegiatan Pemetaan
Peraturan Daerah pada Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM sesuai dengan Pedoman
Fasilitasi Pembentukan Produk
Hukum Daerah
1 2 3 4
17
2. Sudahkah rumusan Inventarisasi
Rancangan Peraturan
daerah/peraturan daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota dilakukan dengan
berkoordinasi dengan Pemerintahan
Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota
terhadap peraturan daerah yang
telah ditetapkan maupun rancangan
peraturan daerah yang disusun
berdasarkan Program Pembentukan
Peraturan Daerah.
1 2 3 4
3. Sudahkah terdapat rumusan
Klasifikasi terhadap rancangan
peraturan daerah/peraturan daerah
Provinsi, Kabupaten/Kota
1 2 3 4
4. Sudahkah Analisis terhadap
rancangan peraturan
daerah/peraturan daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota berdasarkan
ketentuan Pasal 35 Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
1 2 3 4
5. Sudahkah terdapat rekomendasi
sebagai bahan pertimbangan bagi
Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota dalam
pembentukan peraturan daerah
Provinsi, Kabupaten/Kota
1 2 3 4
TOTAL
18
4. Pengajaran contoh
Pengajaran contoh dapat dilakukan oleh Supervisor dengan cara
pendampingan, namun dengan tidak mengambil alih posisi
sebagai guru atau pendidik, misalnya, Perancang yang salah
memberikan penjelasan mengenai hierarki peraturan perundang-
undangan, Supervisor memperingatkan dengan menunjuk Pasal 7
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 sambil memperingatkan
Perancang dan selanjutnya Supervisor melakukan Daftar
Periksa/check list terhadap Perancang tersebut dengan
memberikan skor.
Scanned by CamScanner
Top Related