Kata Pengantar - BNPB · Lokasi Fasilitasi Desa Tangguh Bencana Tahun 2016 ... Koordinasi siaga...

123

Transcript of Kata Pengantar - BNPB · Lokasi Fasilitasi Desa Tangguh Bencana Tahun 2016 ... Koordinasi siaga...

Kata Pengantar

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga Laporan Kinerja Badan Nasional Penanggulangan

Bencana (BNPB) Tahun 2016 telah selesai disusun sebagai bentuk

pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian tujuan dan sasaran strategis

pada Tahun 2016. Laporan Kinerja BNPB tahun 2016 telah memasuki tahun

kedua pelaksanaan Rencana Strategis BNPB 2015-2019.

Laporan Kinerja ini menggambarkan sejumlah capaian kinerja yang telah

dicapai dibandingkan dengan target kinerja yang telah ditetapkan di tahun

2016 beserta analisisnya.

Seluruh Kebijakan yang ditempuh selama tahun 2016 merupakan upaya

pencapaian tujuan dalam RPJMN 2015-2019 yaitu “Menurunnya Indeks

Risiko Bencana Pada Pusat Pertumbuhan Ekonomi Yang Memiliki Indeks

Risiko Tinggi Bencana”. Baik kebijakan yang bersifat makro maupun mikro

telah dilaksanakan dalam upaya penanggulangan bencana. Permasalahan

dan kendala yang dihadapi BNPB akan menjadi rencana dan tindak lanjut

untuk perbaikan kinerja ke depan.

Berkat dukungan dan kerja keras dari seluruh jajaran, program dan kegiatan

penanggulangan bencana dapat mencapai kemajuan yang cukup besar. Hal

ini menjadi modal dasar untuk lebih mengembangkan penanggulangan

bencana di masa datang, sehingga sumber daya yang dimiliki dapat

dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.

Demikian Laporan Kinerja ini disusun, semoga dapat menjadi penilaian atas

kinerja BNPB yang lebih baik dari tahun sebelumnya.

Jakarta, Februari 2017

Kepala Badan Nasional

Penanggulangan Bencana

ii

IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Kinerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Tahun 2016,

merupakan perwujudan akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Badan sebagai

pelaksana penanggulangan bencana sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor

24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Selain itu , Laporan Kinerja BNPB

merupakan perwujudan dari kinerja dalam pencapaian visi dan misi, sebagaimana

dijabarkan dalam tujuan/sasaran strategis yang mengacu pada Rencana

Pembangunan Jangka menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 dan Rencana

Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2016.

Visi BNPB adalah Ketangguhan Bangsa Dalam Menghadapi Bencana. Untuk

mewujudkan visi tersebut, BNPB mempunyai lima misi yaitu: (1) melindungi bangsa

dari ancaman bencana dengan membangun budaya pengurangan risiko bencana dan

kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana menjadi bagian yang terintegrasi dalam

pembangunan nasional; (2) membangun sistem penanganan darurat bencana secara

cepat, efektif dan efisien; (3) menyelenggarakan pemulihan wilayah dan masyarakat

pascabencana melalui rehabilitasi dan rekonstruksi yang lebih baik yang terkoordinasi

dan berdimensi pengurangan risiko bencana; (4) menyelenggarakan dukungan dan

tata kelola logistik dan peralatan penanggulangan bencana; (5) menyelenggarakan

penanggulangan bencana secara transparan dengan prinsip good governance.

Dalam mencapai visi dan misi, BNPB menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam

tahun 2015-2019 yaitu Menurunnya Indeks Risiko Bencana Pada Pusat

Pertumbuhan Ekonomi Yang Memiliki Indeks Risiko Tinggi Bencana dengan

sasaran strategis yang meliputi: (1) Terbangunnya kesadaran pengurangan risiko

bencana yang terintegrasi dalam seluruh aspek pembangunan; (2) Meningkatnya

keandalan dan kecepatan penanganan darurat bencana; (3) Terselesaikannya

pemulihan daerah terdampak bencana melalui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi

(4) Tersedianya logistik dan peralatan penanggulangan bencana yang memadai; dan

(5) Terlaksananya peningkatan kapasitas pelayanan dan kinerja penyelenggaraan

penanggulangan bencana. Sasaran strategis ini diukur melalui Indikator Kinerja

BNPB yaitu: (1) jumlah Kabupaten/Kota yang difasilitasi kajian risiko bencana; (2)

iii

rata-rata waktu respon kejadian bencana; (3) prosentase peningkatan penyelesaian

rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pasca bencana; (4) prosentase daerah yang

memiliki logistik dan peralatan penanggulangan bencana yang memadai; dan (5) rata-

rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana.

Dari hasil pengukuran kinerja, capaian kinerja BNPB secara umum telah mencapai

100 % target yang telah ditetapkan dengan rincian sebagaimana tabel berikut:

Dari sisi capaian realisasi anggaran, pagu anggaran BNPB dalam penyelenggaraan

penanggulangan bencana pada tahun 2016 setelah penghematan adalah sebesar Rp

2.902.822.377.000,- dengan capaian realisasi anggaran sebesar 99.39% atau

sebesar Rp 2.885.212.691.196,-.

Ke depan, seiring dengan intensitas kejadian bencana yang semakin meningkat,

pelaksanaan program dan kegiatan penyelenggaraaan penanggulangan bencana

nasional harus semakin optimal sehingga perlu didukung oleh peningkatan koordinasi

dan kerjasama antar lembaga pemerintah, pemerintah daerah dan seluruh pemangku

kepentingan yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana.

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target

2016

Realisasi

2016

Capaia

n (%)

Terbangunnya kesadaran

pengurangan risiko

bencana yang terintegrasi

dalam seluruh aspek

pembangunan

Jumlah Kabupaten/Kota

yang difasilitasi kajian

risiko bencana

15% 21% 140%

Meningkatnya keandalan

dan kecepatan penanganan

darurat bencana

Rata-rata waktu respon

kejadian bencana

1 hari /

24 jam

1 hari / 24

jam

100%

Terselesaikannya

pemulihan daerah

terdampak bencana melalui

kegiatan rehabilitasi dan

rekonstruksi

Prosentase peningkatan

penyelesaian rehabilitasi

dan rekonstruksi daerah

pasca bencana

65% 69,49% 107%

Tersedianya logistik dan

peralatan penanggulangan

bencana yang memadai

Prosentase daerah yang

memiliki logistik dan

peralatan

penanggulangan

bencana yang memadai

45% 50,20% 112%

Terlaksananya peningkatan

kapasitas pelayanan dan

kinerja penyelenggaraan

penanggulangan bencana

Rata-rata waktu

penyebaran informasi

kejadian bencana

4,5

Jam

2.26 Jam 150%

iv

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………….. i

Ikhtisar Eksekutif ……………………………………………………......………. ii

Daftar Isi ………………………………………………………………………….. iv

Daftar Tabel ……………………………………………………………………… v

Daftar Gambar …………………………………………………………………… vii

BAB I PENDAHULUAN .……………………………………………………...… 1

1. Latar Belakang ……………………………………………………………. 1

2. Maksud dan Tujuan ………………………………………………………. 2

3. Tugas dan Fungsi BNPB ………………………………………………… 3

4. Keragaman SDM BNPB …………………………………………………. 7

5. Aspek Strategis dan Potensi Permasalahan …………………………... 9

6. Sistematika Penyajian Laporan Kinerja ………………………………… 11

BAB II PERENCANAAN KINERJA …………………………………………….. 12

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ……………………………………..….…. 15

A. Capaian Kinerja Organisasi …………………….………………………… 15

B. Realisasi Anggaran …………………………………….………...………... 97

BAB IV PENUTUP ……………………………………………………………….. 101

LAMPIRAN ………………………………………………………………………… 103

Perjanjian Kinerja Kepala BNPB ………………………………………………. 104

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Penetapan Kinerja BNPB…………………………………………… 13

Tabel 2 : Pagu Anggaran BNPB Tahun 2016 ……………………..………… 14

Tabel 3 : Capaian Kinerja BNPB Tahun 2016 ………………………………. 15

Tabel 4 : Capaian Kinerja Tahun 2016 ………………………………………. 20

Tabel 5 : Jumlah Kabupaten/kota yang difasilitasi kajian risiko bencana…. 28

Tabel 6 : Capaian Rata-rata Waktu Respon Kejadian Bencana…. ……….. 32

Tabel 7 : Rekapitulasi Lokasi Bencana Tahun 2016……………..……….…. 33

Tabel 8 : Rekapitulasi Posko Kedaruratan Tahun 2016 …………………….. 28

Tabel 9 : Rekapitulasi Koordinasi Penanganan Daurat Tahun 2016.……… 39

Tabel 10 : Capaian Kinerja Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan

Rekonstruksi Tahun 2016……..………………………………….. 45

Tabel 11 : Perbandingan capaian kinerja bidang rehabilitasi dan

rekonstruksi tahun 2015 dan 2016…………………....…....…… 47

Tabel 12 : Daftar Wilayah Penerima Hibah TA 2015 Termasuk Dalam

Sasaran Lokus PB 2015-2019…....…….…..…………………… 47

Tabel 13 : Daftar Wilayah Penerima Hibah TA 2015 Diluar Dari

Sasaran Lokus PB 2015-2019 ………………………….…...…… 48

Tabel 14 Daftar Wilayah yang Mendapat Intervensi Kegiatan Sosial

Ekonomi Pada Tahun 2016…………….……....……………………, 50

Tabel 15 : Rencana & Realisasi Capaian Sasaran Logistik dan Peralatan .. 74

Tabel 16 : Dukungan Bantuan Logistik dan Peralatan ke BPBD

Prov/Kab/Kota.………………………………………………..……… 74

Tabel 17 : Perbandingan Capaian Keuangan Tahun 2012 s/d 2016…...….. 75

Tabel 18 : Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dan 2016…………. 79

Tabel 19 : Sebaran data dan informasi kejadian bencana

yang slow on set dari beberapa kejadian bencana yang besar

sepanjang tahun 2016 ………………….…..…………………..…. 83

Tabel 20 : Sebaran data dan informasi kejadian bencana

yang sudden on set dari beberapa kejadian bencana yang besar

sepanjang tahun 2016 ………………….…..………………..…… 88

Tabel 21 : Pagu Anggaran BNPB Setelah Penghematan ……………..……. 97

Tabel 22 : Realisasi Anggaran BNPB Setelah Penghematan …….…..……. 98

Tabel 23 : Perbandingan Realisasi Anggaran Tahun 2015

Dan Tahun 2016 Per Program……………….. ……………..……. 100

Tabel 24 : Daftar Daerah yang Lokasi Fasilitasi Penyusunan Peta Risiko

Bencana Tahun 2016……………….. ……………..………..……. 106

vi

Tabel 25 Daftar Daerah yang Lokasi Fasilitasi Kota Tangguh Risiko ..……. 106

Tabel 26 : Daftar Daerah yang Lokasi Fasilitasi Penyusunan Rencana

penanggulangan Bencana Tahun 2016……….…..………..……. 107

Tabel 27 : Daftar Daerah yang Lokasi Fasilitasi Sekolah/Madrasah Aman

Bencana dan sister school ……….…..………..……………..…… 107

Tabel 28 : Lokasi Fasilitasi Rencana kontinjensi .…..…..……………..…… 108

Tabel 29 : Lokasi Pemasangan Rambu dan Papan Informasi Bencana dan

Pemasangan Instrumentasi Sistem Peringatan Dini Gerakan

Tanah.………………………………………..…..……………..…… 109

Tabel 30 : Lokasi Fasilitasi Desa Tangguh Bencana Tahun 2016.…..…… 110

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Peta Wilayah Prioritas Nasional RPJMN 2015-2019…………… 2

Gambar 2 : Struktur Organisasi BNPB…………………………….…………… 7

Gambar 3 : Daerah Kejadian Bencana Tahun 2016…………………………. 9

Gambar 4 : Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2015 dan 2016…………. 16

Gambar 5 : Pemasangan webbing jute sebagai penahan longsor

di Kab. Badung .. . 24

Gambar 6 : Ambon Disaster Response Exercise (Ambon DiREx 2016):

Tabletop Exercise on the East Asia Summit Disaster Response

Toolkit…………………………………………………………………. 31

Gambar 7: Penanganan Banjir dan Tanah Longsor Purworejo

Tanggal 5 Februari 2016…………………………………………… 33

Gambar 8: Penanganan Banjir Bandang Kab. Garut tanggal 21 September

2016………………………………………………………………..… 36

Gambar 9: Posko Kedaruratan Gempa Bumi di Prov Aceh

tanggal 22 Desember 2016……………………………………..… 37

Gambar 10: Koordinasi dengan Instansi terkait di Bencana Banjir dan

Tanah Longsor Kab. Sumedang Tanggal 23 September 2016.. 38

Gambar 11: Koordinasi siaga darurat bencana Asap Akibat Karhutla di

Kab. Banjar Prov. Kalimantan Selatan Tanggal 5 September

2016………………………………………………………………….. 39

Gambar 12: Kegiatan Simulasi Lapangan penanganan darurat bencana

oleh peserta peningkatan kapasitas TRC Daerah Tanggal

20 Maret 2016 .…………………………………………………….. 40

Gambar 13: Peningkatan Kapasitas Penanganan Pengungsi di Kabupaten

Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat Tanggal 16 Maret 2016

………………....…………………………………………………….. 41

Gambar 14: Peningkatan kapasitas Petugas Pengelola Bantuan Kedaruratan bencana di Pusdiklat WATSAN PMI

Kab. Sumedang, Provinsi Jawa Barat Tanggal 16 Mei 2016….. 42

Gambar 15: Bantuan Kebutuhan Dasar di Kab. Temanggung Tanggal 1

September 2016……………………………………………………... 42

Gambar 16: Inventarisasi/verifikasi/supervisi Perbaikan darurat di Kab.

Bombana Tanggal 13 April 2016…………………………………... 43

Gambar 17: Pembersihan Lingkungan pasca bencana gempa bumi Prov

Aceh Tanggal 7 Desember 2016………………………………… 43

Gambar 18: Kegiatan Inventarisasi/ Pendataan Pengungsi

tanggal 10 November 2016……………………………………… 44

Gambar 19: Kegiatan Rakor Dalam Rangka Penandatanganan PHD…….. 51

Gambar 20: Rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa Mentawai ……….. 52

viii

Gambar 21: Rehabilitasi dan rekonstruksi pasca banjir bandang Manado.. 54

Gambar 22: Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca erupsi Sinabung……….. 56

Gambar 23: Penampilan tarian dari masyarakat terdampak bencana

dalam Kegiatan Gelar Budaya Kab Tasikmalaya dan

Minahasa Selatan ……………………………………………….. 61

Gambar 24: Aplikasi e-Jitupasna ………………………………………….….. 62

Gambar 25: Aplikasi e-Proposal ………………………………………….….. 63

Gambar 26: Aplikasi e-Pelaporan ………………………………………….…. 64

Gambar 27: Aplikasi e-Asset ……………………………………………….…. 65

Gambar 28: Mapping Asset ………………………..……………………….…. 66

Gambar 29: Buku ASEAN Disaster Recovery Reference Guide Foto 2

dan 3: Buku Pelatihan PDRR & PDNA……………………….…. 70

Gambar 30: Kegiatan koordinasi dalam rangka inisiasi pembentukan

Forum RR dengan Interdep, Dunia Usaha/Lembaga Non

Pemerintah/Lembaga Internasional dan Perguruan Tinggi .…. 71

Gambar 31: Penyelenggaraan Pameran PRB Manado dikunjungi juga

oleh Kepala BMKG dan Bupati Minahasa Utara..…………….. 72

Gambar 32: Penyerahan Penghargaan Kepada Peserta Pameran Terbaik

dalam Pameran PRB Manado oleh Kepala BNPB..…………... 72

Gambar 33: BPBD Penerima bantuan Logistik dan Peralatan tahun 2012

s/d 2016..……………………………………………………..…... 72

Gambar 34: Pengiriman Paket Bantuan Logistik di Banjir Sampang

Madura..……………………………………………………..…... 77

Gambar 35: Proses Pendistribusian Bantuan Logistik yang Siap Kirim..... 77

Gambar 36: Proses Pendistribusian Bantuan Logistik yang Siap Kirim..... 77

Gambar 37: Pemanfaatan Logistik di Banjir Jawa Barat…………………... 77

Gambar 38: Logistik yang Telah diterima Masyarakat …………..………... 77

Gambar 39: Proses Bongkar Logistik di Kabupaten Garut ………………... 77

Gambar 40: Pemanfaatan Tenda Pengungsi BNPB sebagai Sekolah

sementara pada bencana Gempa Bumi Pidie Jaya …………... 78

Gambar 41: Pemanfaatan Tenda Pengungsi BNPB sebagai Sekolah

sementara pada bencana Gempa Bumi Pidie Jaya …………... 78

Gambar 42: Pemanfaatan Mobil Tangki Air untuk suplai air bersih pada

bencana Gempa Bumi Pidie Jaya ……….……………………... 78

Gambar 43: Pemanfaatan Mobil Dapur Umum Lapangan sebagai

Sarana Dapur Umum pada bencana Gempa Bumi Pidie Jaya … 78

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sebagai amanah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana yang selanjutnya diturunkan melalui Peraturan

Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan

Bencana, BNPB melaksanakan fungsi koordinasi, Komando dan pelaksana

dalam penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Sesuai dengan arah

kebijakan penanggulangan bencana dalam RPJMN 2015-2019 adalah untuk

mengurangi risiko bencana dan meningkatkan ketangguhan Pemerintah,

Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam menghadapi bencana. Untuk

selanjutnya dijabarkan ke dalam kebijakan strategis sebagai prioritas yang harus

dituntaskan pada akhir pelaksanaan RPJMN tahun 2019, yang meliputi:

percepatan penyelesaian pembangunan sistem peringatan dini nasional untuk

bencana alam, peningkatan kapasitas masyarakat melalui pembentukan desa

tangguh bencana, pembangunan sistem logistik kebencanaan 6 wilayah pulau

(dan alat transportasinya), peningkatan penyediaan logistik kebencanaan,

peningkatan jumlah kajian risiko bencana, peningkatan kapasitas sumberdaya

nasional untuk menghadapi keadaan darurat, percepatan manajemen pemulihan

pascabencana, dan mengkoordinasikan upaya-upaya khusus untuk

pengurangan dampak bencana hidrometeorologi.

Untuk itu BNPB berkomitmen untuk meningkatkan pengelolaan bencana yang

diarahkan dalam menurunkan indeks risiko bencana pada pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi dengan tingkat risiko tinggi di 136 kabupaten/kota. Target

sasaran yang akan dicapai adalah penurunan indeks risiko bencana sebesar 30%

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 2

di akhir Tahun 2019 melalui strategi: 1). Internalisasi pengurangan risiko bencana

dalam kerangka pembangunan berkelanjutan di Pusat dan daerah; 2).

Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana; dan 3). Peningkatan kapasitas

dalam penanggulangan bencana

Dalam melaksanakan program dan kegiatan dalam pengurangan indeks risiko

bencana, BNPB sebagai unit kerja pemerintah semakin dituntut untuk

menyesuaikan dengan perubahan sistem manajemen pemerintahan yang

mengarah ke asas akuntabilitas, dimana setiap penyelenggaraan negara diminta

agar dapat mempertanggungjawabkan kinerja atau hasil dari seluruh program

dan kegiatan yang memiliki dampak pada masyarakat serta atas penggunaan

dana dan kewenangan yang diberikan.

Atas dasar hal-hal tersebut, BNPB sebagai Instansi Pemerintah dan

Penyelenggara Negara telah menetapkan target kinerja tahun 2016 sebagai

wujud akuntabilitas dari pelaksanaan Program dan Kegiatan.

Gambar 1: Peta Wilayah Prioritas Nasional RPJMN 2015-2019

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 3

2. Maksud Dan Tujuan

Penyusunan Laporan Kinerja BNPB Tahun 2016 adalah sebagai wujud

pertanggungjawaban dalam mencapai sasaran/target yang telah ditetapkan pada

setiap akhir tahun kepada Presiden melalui Kementerian Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Adapun tujuan penyusunan BNPB Tahun 2016 adalah untuk menilai dan

mengevaluasi pencapaian kinerja dan sasaran BNPB selama tahun 2016, dan

selanjutnya dari hasil evaluasi tersebut menjadi masukan dalam perencanaan di

tahun berikutnya.

3. Tugas Dan Fungsi BNPB

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional

Penanggulangan Bencana yang ditetapkan pada Peraturan Kepala Badan

Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun 2008 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana sebagaimana diubah

dengan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 10

Tahun 2013 Tentang : Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Nasional

Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata

Kerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana, BNPB adalah Lembaga

Pemerintah Non Kementerian yang dipimpin oleh Kepala setingkat menteri yang

berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Dalam hal ini BNPB

mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas

pemerintahan dalam bidang Penanggulangan Bencana, yaitu meliputi:

1. Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan

bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap

darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi secara adil dan setara;

2. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan

bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan;

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 4

3. Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada

masyarakat;

4. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden

setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi

darurat bencana;

5. Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional

dan internasional;

6. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

7. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundangan-

undangan; dan

8. Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana

Daerah.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana tersebut di atas, BNPB mempunyai

fungsi:

1. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan

penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan

efisien; dan

2. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara

terencana, terpadu dan menyeluruh.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Badan Nasional Penanggulangan

Bencana didukung oleh:

a. Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana;

Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana terdiri dari Ketua yang dijabat

oleh Kepala BNPB dan 19 (sembilan belas) anggota yang terdiri dari 10

(sepuluh) Pejabat Pemerintah Eselon I atau yang setingkat, yang diusulkan

oleh Pimpinan Lembaga Pemerintah, dan 9 (sembilan) anggota yang berasal

dari unsur masyarakat profesional.

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 5

Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana mempunyai tugas memberikan

masukan dan saran kepada Kepala BNPB dalam penanggulangan bencana.

Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Unsur Pengarah Penanggulangan

Bencana menyelenggarakan fungsi:

1) Perumusan konsep kebijakan penanggulangan bencana nasional;

2) Pemantauan, dan

3) Evaluasi penyelenggaraan penanggulangan bencana nasional.

b. Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana

Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana mempunyai tugas

melaksanakan penanggulangan bencana secara terintegrasi yang meliputi

prabencana, saat tanggap darurat dan pascabencana, untuk melaksanakan

tugas tersebut, unsur pelaksana menyelenggarakan fungsi:

1) Koordinasi penyelenggaraan penanggulangan bencana;

2) Komando penyelenggaraan penanggulangan bencana; dan

3) Pelaksana dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Di dalam unsur pelaksana terdapat 6 (enam) Unit Eselon I sebagai berikut:

1) Sekretariat Utama (Settama) yaitu unsur Pendukung yang dipimpin oleh

seorang Sekretaris Utama dan bertugas melaksanakan koordinasi

pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi

kepada seluruh unit organisasi dilingkungan BNPB. Susunan organisasi

Settama terdiri dari: Biro Perencanaan, Biro Hukum dan Kerjasama, Biro

Keuangan, Biro Umum, Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat,

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana.

2) Inspektorat Utama (Ittama), yaitu unsur pengawasan fungsional dalam

melaksanakan pengawasan fungsional dilingkungan badan. Ittama

dipimpin oleh seorang Inspektorat Utama. Susunan organisasi Ittama

terdiri dari: Inspektorat I dan Inspektorat II.

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 6

3) Kedeputian bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, yaitu unsur

pelaksana dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan

standarisasi teknis di bidang Pencegahan, Kesiapsiagaan, dan Mitigasi

Bencana. Kedeputian bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan dipimpin

oleh seorang Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan. Susunan

organisasi terdiri dari: Direktorat Pengurangan Risiko Bencana, Direktorat

Pemberdayaan Masyarakat, dan Direktorat Kesiapsiagaan.

4) Kedeputian bidang Penanganan Darurat, yaitu unsur pelaksana dalam

merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di

bidang Penanganan darurat saat tanggap darurat. Kedeputian bidang

Penanganan Darurat dipimpin oleh seorang Deputi Penanganan Darurat.

Susunan organisasi terdiri dari: Direktorat Tanggap Darurat, Direktorat

Bantuan Darurat, Direktorat Perbaikan Darurat, dan Direktorat

Pengungsi.

5) Kedeputian bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, yaitu unsur pelaksana

dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis

di bidang rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. Kedeputian bidang

Rehabilitasi dan Rekonstruksi dipimpin oleh seorang Deputi Rehabilitasi

dan Rekonstruksi. Susunan organisasi terdiri dari: Direktorat Penilaian

Kerusakan, Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Fisik.

6) Kedeputian bidang Logistik dan Peralatan, yaitu unsur pelaksana dalam

merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di

bidang Logistik dan Peralatan. Susunan organisasi terdiri dari: Direktorat

Logistik dan Direktorat Peralatan.

Susunan Organisasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana dapat dilihat

pada gambar berikut: (Sesuai Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan

Bencana Nomor 10 Tahun 2013 yang diperbarui dengan Peraturan Kepala Badan

Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun 2008).

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 7

4. Keragaman SDM BNPB

Sampai dengan tanggal 31 Desember 2016 jumlah pegawai di BNPB mencapai

520 orang, dengan rincian sebagai berikut:

1) Jumlah pegawai menurut unit Eselon I : Sekretariat Utama 195 orang, Inspektorat

Utama 34 orang, Kedeputian Pencegahan dan Kesiapsiagaan 65 orang,

Kedeputian Penanganan Darurat 123 orang, Kedeputian Rehabilitasi dan

Rekonstruksi 56 orang, dan Kedeputian Logistik dan Peralatan 47 orang.

2) Jumlah pegawai menurut golongan: Golongan IV sebanyak 72 orang, Golongan

III sebanyak 290 orang, Golongan II sebanyak 158 orang.

Gambar 2: Struktur Organisasi BNPB

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 8

3) Jumlah pegawai menurut jabatan: Jabatan Pimpinan Tinggi Madya sebanyak 6

orang, Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama sebanyak 19 orang, jabatan

Administrator sebanyak 47 orang, jabatan Pengawas sebanyak 97 orang, Jabatan

Fungsional Tertentu sebanyak 78 orang, dan pelaksana sebanyak 274 orang.

4) Jumlah pegawai menurut tingkat pendidikan: S-3 sebanyak 3 orang, S-2 sebanyak

79 orang, S-1 sebanyak 274 orang, D-3 sebanyak 80 orang, SMA sebanyak 84

orang.

5) Jumlah pegawai menurut status kepegawaian: PNS sebanyak 520 orang.

6) Jumlah pegawai menurut jenis kelamin: Laki-laki sebanyak 302 orang, sedangkan

jenis kelamin perempuan sebanyak 218 orang.

37%

7%12%

24%

11%

9%

Persentase Pegawai Berdasarkan Unit Eselon I

Sekretariat Utama

Inspektorat Utama

Kedeputian Pencegahan danKesiapsiagaan

Kedeputian Penanganan Darurat

Kedeputian Rehabilitasi dan Rekonstruksi

Kedeputian Logistik dan Peralatan

0

50

100

150

200

250

300

S3 S2 S1 D3 SMA

Jumlah 3 79 274 80 84

Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

14%

56%

30%

Jumlah Pegawai Berdasarkan

Golongan

Golongan IV

Golongan III

Golongan II

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 9

5. Aspek Strategis Dan Potensi Permasalahan

Selama tahun 2016 terdapat 2.342 kejadian bencana. Tertinggi dalam pencatatan

kejadian bencana sejak tahun 2002. Sebagai perbandingan pada tahun 2016 (2.342

bencana), 2015 (1.732 bencana), 2014 (1.967 bencana), 2013 (1.674 bencana),

2012 (1.811). Jika dibandingkan dengan kejadian bencana tahun 2015 terjadi

peningkatan 35 persen.

Dari 2.342 bencana tersebut sekitar

92 persen adalah bencana

hidrometeorologi yang didominasi

oleh banjir, longsor dan puting

beliung. Selama 2016 terjadi 766

bencana banjir, 612 longsor, 669

puting beliung, 74 kombinasi banjir

dan longsor, 178 kebakaran hutan

dan lahan, 13 gempa, 7 erupsi

gunung meletus, dan 23 gelombang pasang dan abrasi. Dampak yang ditimbulkan

bencana telah menyebabkan 522 orang meninggal dunia dan hilang, 3,05 juta jiwa

mengungsi dan menderita, 69.287 unit rumah rusak dimana 9.171 rusak berat,

Gambar 3: Daerah Kejadian Bencana Tahun 2016 Sumber: dibi.bnpb.go.id

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 10

13.077 rusak sedang, 47.039 rusak ringan, dan 2.311 unit fasilitas umum

rusak. Dibandingkan dengan tahun 2015, kejadian banjir meningkat 52 persen,

longsor 19 persen, putting beliung 15 persen dan kombinasi antara banjir dan longsor

meningkat 139 persen.Kebakaran hutan dan lahan selama 2016 dapat dikendalikan

dengan baik. Pencegahan yang dilakukan serius oleh Pemerintah dan Pemda telah

menyebabkan jumlah hotspot menurun 80% dibandingkan tahun 2015. Daerah-

daerah langganan kebakaran hutan dan lahan seperti di Riau, Jambi, Sumatera

Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan mampu

dikendalikan sehingga kebakaran tidak meluas. Tidak ada daerah di Sumatera dan

Kalimantan yang tertutup asap pekat seperti halnya tahun 2015.

Meningkatnya kejadian bencana di tahun 2016 tentu menuntut upaya

pengurangan risiko bencana yang perlu ditingkatkan. Budaya sadar bencana masih

cukup rendah. Jutaan masyarakat Indonesia masih tinggal di daerah rawan bencana

dengan tingkat mitigasi bencana yang rendah.

Berdasarkan analisis lingkungan strategis, maka aspek strategis dan potensi

permasalahan yang dihadapi BNPB dalam melaksanakan tugas dan fungsi

penyelenggaraan penanggulangan bencana di tahun 2016 antara lain adalah:

1. Penyelesaian pembangunan Sistem Peringatan Dini Nasional untuk bencana

alam untuk meningkatkan respon Pemerintah Daerah dan Masyarakat dalam

menghadapi resiko bencana,

2. Peningkatan kapasitas masyarakat melalui program pembentukan Desa

Tangguh Bencana,

3. Pembangunan sistem logistik kebencanaan nasional di 6 wilayah pulau, beserta

kelengkapan sarana transportasinya,

4. Peningkatan ketersediaan logistik dan peralatan kebencanaan daerah,

5. Peningkatan jumlah kajian risiko bencana,

6. Peningkatan kesiapan sumber daya nasional dalam menghadapi kejadian

keadaan darurat bencana,

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 11

7. Percepatan manajemen pemulihan pascabencana,

8. Pengkoordinasian upaya-upaya khusus untuk pengurangan dampak bencana

hidrometeorologi.

6. Sistematika Penyajian Laporan Kinerja

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan

Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, LKJ BNPB

Tahun 2015 disusun dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Menjelaskan secara umum organisasi dengan penekanan kepada aspek

strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang

sedang dihadapi organisasi;

Bab II Perencanaan Kinerja

Menjelaskan Rencana Strategis BNPB selama tahun 2015-2019,

Rencana Kinerja Tahun 2016 dan Penetapan Kinerja tahun 2016;

Bab III Akuntabilitas Kinerja

Menjelaskan analisis pencapaian kinerja BNPB selama tahun 2016 dari

sisi capaian kinerja organisasi dan realisasi anggaran dikaitkan dengan

pertanggungjawaban publik terhadap pencapaian sasaran strategis.

Bab IV Penutup

Menjelaskan simpulan menyeluruh dari Laporan Akuntabilitas Kinerja

BNPB selama tahun 2016 dan menguraikan rekomendasi yang

diperlukan bagi perbaikan kinerja dimasa mendatang.

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 12

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

Selama periode 2015-2019, Presiden telah menetapkan Nawa Cita (agenda

pembangunan) yang terdiri dari 9 agenda prioritas dalam periode 5 tahun. Terkait dengan

Tugas dan Fungsi BNPB dalam penanggulangan bencana yang merupakan amanat UU

No 24 Tahun 2017, salah satu agenda prioritas yang harus diwujudkan adalah

“Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis

ekonomi domestik” dengan fokus pada 6 sub agenda, salah satunya adalah Pelestarian

Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana.

Dalam upaya mencapai agenda pembangunan tersebut, telah disusun RPJMN 2015-2019

dengan arah kebijakan “Untuk mengurangi risiko bencana dan meningkatkan

ketangguhan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat dalam menghadapi

bencana”. Untuk mencapai sasaran dalam RPJMN, BNPB telah menyusun Renstra

BNPB 2015-2019 dengan sasaran nasional yang akan dicapai adalah menurunnya indeks

risiko bencana pada pusat-pusat pertumbuhan yang beresiko tinggi (136 Kab/Kota).

Komitmen BNPB dalam pencapaian sasaran tersebut, harus didorong dengan

peningkatan ketangguhan dalam menghadapi bencana. Untuk itu mengacu kepada

Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 65.C Tahun 2015

tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Tahun 2015-2019, maka tujuan yang ingin dicapai selama periode 2015-2019 adalah:

“Menurunnya Indeks Risiko Bencana Pada

Pusat Pertumbuhan Ekonomi Yang Memiliki Indeks Risiko Tinggi Bencana”

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 13

Penetapan Kinerja BNPB Tahun 2016

Tahun 2016 BNPB telah menetapkan perjanjian kinerja sebagai berikut:

Tabel 1: Penetapan Kinerja BNPB Tahun 2016

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target

2016

Waktu

Penyelesaian

1 Terbangunnya

kesadaran pengurangan

risiko bencana yang

terintegrasi dalam

seluruh aspek

pembangunan

Jumlah Kabupaten/Kota yang

difasilitasi kajian risiko bencana;

15% Periodik

Setahun

2 Meningkatnya

keandalan dan

kecepatan

penanganan

darurat bencana

Rata-rata waktu respon

kejadian bencana;

1 hari / 24

jam

Perkejadian

Bencana

3 Terselesaikannya

pemulihan daerah

terdampak bencana

melalui kegiatan

rehabilitasi dan

rekonstruksi

Prosentase peningkatan

penyelesaian rehabilitasi

dan rekonstruksi daerah

pasca bencana;

65% Periodik

Setahun

4 Tersedianya logistik

dan peralatan

penanggulangan

bencana yang

memadai

Prosentase daerah yang

memiliki logistik dan

peralatan penanggulangan

bencana yang memadai

45% Periodik

Setahun

5 Terlaksananya

peningkatan

kapasitas

pelayanan dan

kinerja

penyelenggaraan

penanggulangan

bencana

Rata-rata waktu

penyebaran informasi

kejadian bencana.

4.5 Jam Perkejadian

Bencana

Untuk melaksanakan program dan kegiatan dalam pencapaian target dalam

Perjanjian Kinerja diatas, BNPB sesuai dengan DIPA BNPB Tahun 2016,

memperoleh alokasi anggaran Rp. 3.453.901.048.000,- dengan rincian

sebagaimana tabel di bawah ini:

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 14

Tabel 2: Pagu Anggaran BNPB Tahun 2016

No Program Anggaran

1 Program Penanggulangan Bencana Rp. 3.057.826.947.000,-

2 Program Sarana dan Prasarana Aparatur BNPB Rp. 148.902.465.000,-

3 Program Pengawasan dan Peningkatan

Akuntabilitas Aparatur BNPB

Rp. 13.000.000.000,-

4 Program Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Rp. 234.171.672.000,-

TOTAL Rp. 3.453.901.048.000,-

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 15

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi

Capaian kinerja BNPB pada tahun 2016 dapat mencapai target yang ditetapkan dalam

Perjanjian Kinerja. Dari 5 (lima) Indikator Kinerja Utama (IKU) di Tahun 2016 seluruhnya

dapat tercapai. Secara detail pencapaian tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 3: Capaian Kinerja BNPB Tahun 2016

Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Utama

Target

2016

Realisasi

2016

Capaian

(%)

Waktu

Penyelesaian

Terbangunnya kesadaran

pengurangan risiko

bencana yang terintegrasi

dalam seluruh aspek

pembangunan

Jumlah Kabupaten/Kota

yang difasilitasi kajian

risiko bencana

15% 21% 140% Periodik

Setahun

Meningkatnya

keandalan dan

kecepatan

penanganan darurat

bencana

Rata-rata waktu respon

kejadian bencana

1 hari /

24 jam

1 hari /

24 jam

100% Per

kejadian

Bencana

Terselesaikannya

pemulihan daerah

terdampak bencana

melalui kegiatan

rehabilitasi dan

rekonstruksi

Prosentase peningkatan

penyelesaian

rehabilitasi dan

rekonstruksi daerah

pasca bencana

65% 69,49% 107% Periodik

Setahun

Tersedianya logistik

dan peralatan

penanggulangan

bencana yang

memadai

Prosentase daerah

yang memiliki logistik

dan peralatan

penanggulangan

bencana yang memadai

45% 50,20% 112% Periodik

Setahun

Terlaksananya

peningkatan kapasitas

pelayanan dan kinerja

penyelenggaraan

penanggulangan

bencana

Rata-rata waktu

penyebaran informasi

kejadian bencana

4,5

Jam

2.26

Jam

150% Per

kejadian

Bencana

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 16

Jika dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya di tahun 2015, secara umum

capaian kinerja BNPB mengalami peningkatan. Kenaikan capaian ini tentunya

didukung oleh beberapa hal, diantaranya penggunaan Teknologi Informasi (IT),

munculnya inovasi-inovasi baru serta peningkatan kerjasama dengan pihak-pihak yang

terkait dengan penyelenggaraan penanggulangan bencana. Perbandingan dengan

capaian tahun 2015 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4: Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2015 dan 2016

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG DIFASILITASI

KAJIAN RISIKO BENCANA

RATA-RATA WAKTU RESPON KEJADIAN

BENCANA

PROSENTASE PENINGKATAN PENYELESAIAN

REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DAERAH PASCA

BENCANA

PROSENTASE DAERAH YANG

MEMILIKI LOGISTIK DAN PERALATAN

PENANGGULANGAN BENCANA YANG

MEMADAI

RATA-RATA WAKTU PENYEBARAN INFORMASI

KEJADIAN BENCANA

100% 100% 100% 100% 100%100% 100% 106.25%

113.75%

130%140%

100%107%

112%

150%

Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2015 dan 2016

Target 2015 2016

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 17

Evaluasi dan Analisis Kinerja

Jumlah Kabupaten/Kota yang Difasilitasi Kajian Risiko Bencana

Arah kebijakan pembangunan nasional 2015-2019 bidang kebencanaan adalah untuk

mengurangi risiko bencana dan meningkatkan ketangguhan pemerintah, pemerintah

daerah dan masyarakat dalam menghadapi bencana dengan strategi internalisasi

pengurangan risiko bencana dalam rangka pembangunan berkelanjutan di Pusat dan

daerah, penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana dan peningkatan kapasitas

dalam penanggulangan bencana.

Analisis risiko ini telah diperkaya dengan informasi tentang kerentanan dan kapasitas dari

masyarakat, serta indikasi potensi kerugian. Sembari berupaya untuk menyelesaikan

pengkajian- pengkajian tentang risiko di tingkat daerah, BNPB mengaku perlunya untuk

memutakhirkan pengkajian-pengkajian risiko tingkat nasional secara rutin dan

menyelaraskannya dengan metodologi pengkajian risiko yang lebih baik dan masukan-

masukan ilmiah.

Target penurunan indeks risiko bencana sangat dipengaruhi oleh komponen

penyusunnya yaitu komponen bahaya, kerentanan dan kapasitas. Dari ketiga komponen

penyusun indeks risiko, komponen bahaya merupakan komponen yang sangat kecil

kemungkinan untuk diturunkan, maka indeks risiko bencana dapat diturunkan dengan

cara peningkatan kapasitas (komponen kapasitas). Peningkatan kapasitas dapat

dilakukan pada setiap tataran pemerintahan dan masyarakat.

Peningkatan kapasitas juga diselaraskan dengan Kerangka Kerja Sendai untuk

Pengurangan Risiko Bencana 2015 – 2030 yang memiliki 7 (tujuh) target global yaitu:

1. Mengurangi angka kematian bencana

2. Mengurangi jumlah orang yang terdampak

Sasaran Strategis 1: Terbangunnya kesadaran pengurangan risiko bencana

yang terintegrasi dalam seluruh aspek pembangunan

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 18

3. Mengurangi kerugian ekonomi secara langsung akibat bencana dalam kaitannya dengan

Produk Domestik Bruto

4. Mengurangi kerusakan akibat bencana pada bangunan kritis dan gangguan terhadap

layanan dasar, diantaranya fasilitas kesehatan dan pendidikan, termasuk melalui

ketangguhan mereka

5. Meningkatkan jumlah negara yang memiliki strategi PRB pada skala nasional dan lokal

6. Meningkatkan kerjasama internasional untuk negara – negara berkembang melalui

dukungan yang memadai dan berkelanjutan untuk melengkapi aksi nasional

7. Meningkatkan keberadaan dan akses terhadap sistem peringatan dini yang multi hazard

dan informasi risiko bencana serta penilaiannnya kepada masyarakat.

Sesuai dengan Peraturan Kepala BNPB No 2 Tahun 2012, tentang pedoman umum kajian

risiko bencana yang merupakan perangkat untuk menilai kemungkinan dan besaran

kerugian akibat ancaman yang ada. Dengan mengetahui kemungkinan dan besaran

kerugian, fokus perencanaan dan keterpaduan penyelenggaraan penanggulangan

bencana menjadi lebih efektif. Dapat dikatakan kajian risiko bencana merupakan dasar

untuk menjamin keselarasan arah dan efektivitas penyelenggaraan penanggulangan

bencana pada suatu daerah. Fungsi kajian Pada tatanan pemerintah, hasil dari

pengkajian risiko bencana digunakan sebagai dasar untuk menyusun kebijakan

penanggulangan bencana. Pada tatanan mitra pemerintah, hasil dari pengkajian risiko

bencana digunakan sebagai dasar untuk melakukan aksi pendampingan maupun

intervensi teknis langsung ke komunitas terpapar untuk mengurangi risiko bencana. Pada

tatanan masyarakat umum, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan sebagai salah

satu dasar untuk menyusun aksi praktis dalam rangka kesiapsiagaan, seperti menyusun

rencana dan jalur evakuasi, pengambilan keputusan daerah tempat tinggal dan

sebagainya.

Berdasarkan IKU yang menjadi dasar pengukuran kinerja dalam Kedeputian Pencegahan

dan Kesiapsiagaan, maka jumlah kabupaten/kota yang difasilitasi kajian risiko bencana

akan menyangkut terkait dengan unit teknis dalam Direktorat Pengurangan Risiko

Bencana, Direktorat Kesiapsiagaan, dan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat. Kajian

Risiko Bencana ini menjadi dasar pelaksanaan dalam kinerja unit teknis dengan mengacu

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 19

pada lokasi kegiatan yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019, Indikator penurunan Indeks

Risiko Bencana, serta program dan kegiatan yang mendukung peningkatan tingkat

kapasitas sebagai upaya penurunan indeks risiko bencana.

Penetapan lokasi kegiatan sesuai dengan indiator kinerja utama “jumlah

kabupaten/kota yang difasilitasi kajian risiko bencana” tahun 2016 mengacu pada

136 kabupaten/kota yang merupakan daerah pusat pertumbuhan ekonomi nasional yang

mempunyai indeks risiko bencana tinggi dan sedang. Kegiatan yang dilaksanakan pada

lokasi dimaksud merupakan implikasi kajian risiko bencana dengan mengacu kepada 71

indikator penurunan indeks yang terdapat pada Kebijakan dan Startegi Penanggulangan

Bencana 2015-2019. Dari 71 indikator tersebut terdapat 12 indikator yang menaungi

seluruh kegiatan yang telah dialaksanakan. Kedua belas indikator tersebut yaitu:

1. Pengenalan, pengkajian dan pemantauan risiko bencana melalui penyusunan kajian

dan peta risiko skala 1:50.000 pada kabupaten dan skala 1:25.000 untuk kota, yang

difokuskan pada kabupaten/kota risiko tinggi terhadap bencana

2. Tersusun dan diimplementasikannya Rencana Penanggulangan Bencana Daerah

3. Tersedianya Peraturan tentang pembentukan Forum PRB

4. Dibentuknya Forum PRB

5. Terselenggaranya Perlindungan daerah tangkapan air pada daerah berisiko banjir,

longsor dan kekeringan

6. Terselenggaranya restorasi sungai pada daerah berisiko banjir dan kekeringan

7. Rencana Kontinjensi

8. Terselenggaranya Sekolah dan Madrasah Aman Bencana (SMAB)

9. Diterapkannya pembangunan sumur resapan dan/atau biopori pada kawasan domestik

dan komersil

10. Tersedianya Rencana Evakuasi Bencana Tsunami beserta fasilitas yang dibutuhkan

11. Tersedianya Rencana Evakuasi Bencana Gunungapi beserta fasilitas yang dibutuhkan

12. Terbangunnya Desa Tangguh Bencana

Adapun rincian kegiatan dan realisasi kabupaten/kota yang dilaksanakan dengan

mengacu pada indikator kinerja utama yang telah ditentukan dapat dilihat pada Tabel

berikut ini.

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 20

Tabel 4: Capaian Kinerja Tahun 2016

No Indikator Kinerja Target (%)

Capaian (%)

Uraian Realisasi Jumlah Kabupaten/kota

1 Jumlah kabupaten/kota yang difasilitasi kajian risiko bencana

15% 21% Kajian Risiko Bencana 45

Kajian Risiko Bencana Aglomerasi

6

Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB)

15

Kota Tangguh 12

Sekolah dan madrasah Aman Bencana

13

Sosialisasi Sekolah dan Madarasah Aman Bencana

6

Gerakan PRB 23

Mitigasi Struktur Partisipatif

5

Rencana Kontinjensi

12

Penyediaan dan Pemasangan Rambu dan Papan Informasi Bencana

20

Pemasangan Alat Peringatan Dini Gerakan Tanah

17

Desa Tangguh Bencana

49 (108 desa)

Forum PRB 6

Relawan PRB 4 (2000 relawan)

* Lokasi masing – masing kegiatan dapat dilihat pada lampiran

Berdasarkan Tabel tersebut, capaian realisasi kinerja jumlah kabupaten/kota yang difasilitasi

kajian risiko bencana adalah sebesar 21% dari target 15% atau sebanyak 111 kab/kota dari

total 515 Kab/Kota telah terfasilitasi kajian risiko. Akselerasi capaian kinerja BNPB tersebut

disebabkan adanya dukungan dan kerjasama dari Pemerintah Daerah di Kabupaten/Kota

yang turut serta melaksanakan, mengembangkan, dan mereplikasi program/kegiatan karena

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 21

dapat menjadi sebuah investasi bagi daerah tersebut untuk menjaga pertumbuhan dan

pembangunan di wilayahnya.

Namun demikian, hal ini juga menjadi tantangan bagi BNPB dalam upaya nya untuk

menurunkan indeks risiko bencana mengingat Indonesia adalah Negara Kepulauan dengan

beragam unsur kearifan lokal nya sehingga program/kegiatan untuk mendukung penurunan

indeks tersebut mesti terus menerus dilakukan dan selalu menjalin kenitraan serta

berkolaborasi antar pemangku kepentingan harus selalu ditingkatkan agar penanggulangan

bencana menjadi upaya bersama yang cepat, tepat, terpadu, dan terkoordinasi.

Kegiatan yang terkait dengan indikator kinerja utama tersebut, dapat dijabarkan sebagai

berikut:

1. Kajian Risiko Bencana

Fasilitasi Peta Risiko oleh BNPB pada tahun 2017 cukup banyak yaitu 45 Kabupaten/Kota.

Dimana kegiatan ini merupakan prioritas dalam upaya kajian risiko bencana sehingga

dapat dijadikan dasar bagi daerah dalam penyusunan Rencana Penanggulangan

Bencana Daerah yang nantinya akan berimplikasi pada alokasi anggaran APBD.

Penyusunan Peta Risiko dibantu oleh Pihak Ketiga bersama BPBD dan stakeholder

terkait, dengan melibatkan Tim Asistensi dari BNPB. Tantangan dari kegiatan ini adalah

ketersediaan data di lapangan yang digunakan dalam penyusunan peta risiko. Peta ini

dapat diupdate demi menuju kesempurnaan. Oleh sebab itu diharapkan daerah dapat

mengelola ketersediaan data yang ada di daerahnya. Alokasi anggaran, realisasi dan

SDM sudah dapat dimanfaatkan secara optimal.

2. Kajian Risiko Bencana Aglomerasi

Kegiatan kajian risiko bencana aglomerasi merupakan kegiatan awal untuk

mengidentifikasi potensi risiko di wilayah kajian yang berdampak pada berbagai

sektor. Pengembangan antar kabupaten/kota untuk kemajuan wilayah tentunya harus

melihat potensi kerugian akibat bencana sehingga pembangunan yang berkelanjutan

dapat dilaksanakan dengan baik. Pada Tahun ini BNPB memfasilitasi 6 Wilayah yaitu:

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 22

a) Kajian Risiko Bencana Wilayah Aglomerasi Kedungsepur, Provinsi Jawa Tengah;

b) Kajian Risiko Bencana Wilayah Aglomerasi Banjarbakula, Provinsi Kalimantan Selatan;

c) Kajian Risiko Bencana Wilayah Aglomerasi Mamminasata, Provinsi Sulawesi Selatan;

d) Kajian Risiko Bencana Wilayah Aglomerasi Mebidangro, Provinsi Sumatera Utara;

e) Kajian Risiko Bencana Wilayah Aglomerasi Sarbagita, Provinsi Bali; dan

f) Kajian Risiko Bencana Wilayah Aglomerasi Gerbangkertosusilo, Provinsi Jawa Timur.

Kegiatan ini dibantu oleh pihak ketiga dengan Tim Asistensi dari BNPB. Capaian

kegiatan ini tepat waktu dan sesuai dengan ketersediaan alokasi anggaran.

3. Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB)

Penyusunan Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana ini bertujuan untuk Membantu

Pemerintah Daerah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Kabupaten/Kota dalam merancang mekanisme sinkronisasi kebijakan penanggulangan

bencana di tingkat nasional hingga daerah berdasarkan hasil kajian risiko. Pelaksanaan

kegiatan ini juga dibantu oleh Pihak ketiga dan Tim Asistensi dari BNPB. Permasalahan

yang seringkali ditemui adalah ketersediaan data dan informasi serta efektifitas koordinasi

dengan pemerintah daerah.

4. Kota Tangguh

Penilaian Kota Tangguh dilakukan menggunakan 2 (dua) Perangkat penilaian yaitu :

Scorecard dan 71 Indikator Ketahanan Kota terhadap bencana. Kegiatan ini

diselenggarakan melalui penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara BNPB dan

BPBD. Pelaksanaan Kegiatan ini di daerah juga dibantu oleh fasilitator. Permasalahan

yang ditemukan antara lain kurangnya kapasitas fasilitator dan kekurangan pahaman

perangkat didaerah dalam memberikan informasi secara objektif. Perlu dilakukan

pelatihan intensif dan sharing informasi untuk fasilitator sehngga dapat memilki persepsi

dan pemahaman yang sama.

5. Sekolah dan Madrasah Aman Bencana dan Sosialisasi Sekolah dan madrasah Aman

Bencana

Sebagai implementasi penerapan Perka BNPB No.12 tahun 2012 tentang penerapan

sekolah/madarasah aman dari bencana dan mendukung kampanye global satu juta

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 23

sekolah dan rumah sakit aman, BNPB melakukan implementasi sekolah/madrasah aman

di 13 Kabupaten/Kota. Serta melakukan sosialisasi Penerapaan Sekolah dan Madrasah

Aman di 6 Kabupaten/Kota. Pelaksaan kegiatan ini dibantu oleh fasilitator nasional dan

fasilitator daerah yang telah mengikuti pembekalan. Permasalahan yang sering ditemuai

adalah terkait dengan kapasitas fasilitator dalam mengawal kegiatan ini. Sehingga

diperlukan pelatihan yang intensif terkait penerapan kegiatan ini di daerah. Kegiatan ini

diselenggarakan melalui penandatanganan Perjanjian Kerjasama anatara BNPB dan

BPBD.

6. Gerakan PRB

Gerakan Pengurangan Risiko Bencana merupakan sebuah proses pemberdayaan

komunitas melalui pengalaman mengatasi dan menghadapi bencana yang berfokus pada

kegiatan partisipatif untuk melakukan kajian, perencanaan, pengorganisasian, serta

pelibatan dan aksi dari berbagai pemangku kepentingan, dalam menanggulangi bencana

sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana. Kegiatan ini diselenggarakan melalui

penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara BNPB dan BPBD. Sejauh ini kegiatan

yang telah terselenggara mendapat tanggapan positif dari kepala daerah yang disertai

dengan komitmen kepala daerah untuk melakukan kegiatan tersebut secara rutin.

7. Mitigasi Struktur Partisipatif

Dengan adanya kegiatan ini maka dapat tersosialisasinya Program PRB (Mitigasi

Struktur Partisipatif) kepada Aparat Pemerintah dan Masyarakat sehingga dapat

didorong pernyataan dukungan Pemerintah Daerah Terhadap Kegiatan Mitigasi

Struktur Partisipatif. Dengan adanya kegiatan ini masyarakat akan merasa memiliki

asset terkait karena mereka secara partisipatif membangun infrastruktur untuk mitigasi

bencana. Kegiatan ini diselenggarakan melalui penandatanganan Perjanjian

Kerjasama antara BNPB dan BPBD.

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 24

8. Rencana Kontinjensi

Selama Tahun 2016, jumlah kabupaten/kota yang terfasilitasi penyusunan rencana

kontinjensi adalah 12 kabupaten/kota (rincian terlampir). Penentuan lokasi kegiatan

tersebut didasarkan pada 136 kabupaten/kota yang merupakan daerah pusat

pertumbuhan ekonomi nasional yang mempunyai indeks risiko bencana tinggi dan

sedang. Dengan terfasilitasinya penyusunan rencana kontinjensi ini setiap pemangku

kepentingan baik di Pusat dan daerah memiliki panduan dalam memobilisasi sumberdaya

yang dimiliki dan dapat dikerahkan pada saat kejadian bencana. Permasalahan yang

dihadapi dalam penyusunan rencana kontinjensi ini adalah kurangnya pemahaman akan

pentingnya rencana kontinjensi bagi unsur pimpinan di daerah. Oleh karena itu, diperlukan

koordinasi awal yang lebih intensif kepada pimpinan di daerah serta pembekalan dan

pendampingan kepada daerah selama penyusunan. Dengan adanya pemahaman yang

sama akan pentingnya dokumen rencana kontinjensi dan diperkuat dengan disahkannya

dokumen oleh Kepala Daerah maka rencana kontinjensi yang telah disusun mampu

menjadi panduan dalam melaksanakan tindakan yang cepat dan tepat ketika bencana

terjadi.

9. Penyediaan dan Pemasangan Rambu dan Papan Informasi Bencana

Penerapan kajian risiko bencana juga dimanfaatkan dalam mengembangkan

infrastruturkur penanggulangan bencana yaitu penyediaan dan pemasangan rambu dan

papan informasi bencana. Rambu dan papan informasi bencana merupakan sarana yang

memudahkan masyarakat untuk evakuasi. Dengan adanya rambu dan informasi bencana,

masyarakat dapat mengetahui lokasi/tempat evakuasi terdekat melalui jalur evakuasi yang

Gambar 5: Pemasangan webbing jute sebagai penahan longsor di Kab. Badung

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 25

telah ditetapkan. Pada Tahun 2016, terdapat 20 kabupaten/kota yang sudah terfasilitasi.

Adapun rincian lokasi kegiatan dapat dilihat pada tabel (terlampir). Permasalahan yang

timbul dalam kegiatan fasilitasi ini adalah kurangnya pemahaman di kalangan masyarakat

terhadap fungsi rambu dan papan informasi bencana sehingga seringkali rambu dan

papan informasi yang telah dan akan dipasang mengalami kerusakan (pengrusakan

secara sengaja). Oleh karena itu, diperlukan penyebaran informasi secara merata di

kalangan masyarakat melalui sosialisasi secara intensif terkait fungsi rambu dan papan

informasi bencana. Selain itu, sinkronisasi kegiatan antara pusat dan daerah minimal satu

tahun sebelumnya terkait rencana pemasangan rambu dan papan informasi bencana

perlu dilakukan agar tujuan utama kegiatan fasilitasi untuk meningkatkan kapasitas dalam

rangka penurunan risiko bencana dapat tercapai.

10. Pemasangan Alat Peringatan Dini Gerakan Tanah

Langkah internalisasi pengurangan risiko bencana di Pusat dan daerah dilakukan melalui

pengembangan pemasangan alat peringatan dini gerakan tanah. Lokasi pemasangan alat

peringatan dini gerakan tanah didasarkan pada 136 kabupaten/kota yang memiliki tingkat

risiko tinggi dan rendah terhadap ancaman bencana gerakan tanah (longsor).

Pemasangan alat peringatan dini gerakan tanah ini mampu memberikan pengetahuan dan

meningkatkan kewaspadaan masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana gerakan

tanah sehingga apabila bencana gerakan tanah (longsor) terjadi kerugian jiwa, harta dan

benda dapat dihindari ataupun dikurangi. Tantangan yang seringkali dihadapi adalah

belum adanya jaringan komunikasi yang memadai dan lahan yang telah ditetapkan

sebagai lokasi pemasangan alat merupakan tanah adat sehingga mempersulit proses

pemasangan. Selain itu, kurangnya pengawasan dan pemeliaharaan terhdaap fungsi dan

keberadaan alat menjadi salah satu faktor kurang optimalnya pemasangan alat peringatan

dini gerakan tanah ini. Langkah yang dilakukan dalam mengatasi tantangan tersebut

adalah diperlukan sosialisasi dan keterlibatan dari tokoh masyarakat dan pimpinan

masyarakat setempat terkait pemasangan alat peringatan dini gerakan tanah.

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 26

11. Desa Tangguh Bencana

Salah satu tujuan dalam pengembangan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana (perka

BNPB No. 1 Tahun 2012) ialah untuk meningkatkan kerjasama antara para pemangku

kepentingan dalam PRB, pihak pemerintah daerah, sektor swasta, perguruan tinggi,

LSM, organisasi masyarakat dan kelompok-kelompok lainnya yang peduli. Tujuan yang

ingin dicapai dari pengembangan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana ini adalah

masyarakat memiliki kesiapan untuk menghadapi bencana dan kemampuan untuk

mengurangi risiko, serta memiliki ketahanan dan kekuatan untuk membangun kembali

kehidupannya setelah terkena dampak bencana. program. Pada tahun 2016 kegiatan

desa tangguh meliputi fasilitasi pembentukan desa/kelurahan tangguh baru sebanyak

108 desa di 29 provinsi dan 49 Kabupaten/Kota. Rincian lokasi adalah sebagaimana

tabel (terlampir). Penentuan lokasi pembentukan desa/kelurahan tangguh bencana

mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah 2015-2019. Di

tahun 2016, dari pembentukan 108 desa, BNPB telah menginisiasi pembentukan

desa/kelurahan tangguh bencana dengan ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan

(karhutla) sebagai upaya pencegahan dan kesiapsiagaan berbasis masyarakat.

Pembentukan desa/kelurahan tangguh dengan ancaman kebakaran hutan dan lahan

dilakukan sebanyak 30 desa, di 7 provinsi dan 14 Kabupaten/Kota (Rincian lokasi

terlampir).

12. Forum PRB

Upaya pengurangan risiko bencana juga dapat dilakukan melalui Forum Pengurangan

Risiko Bencana yang telah terbentuk, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

Forum pengurangan risiko bencana merupakan wadah bagi para pelaku/pemangku

kepentingan untuk saling bertukar informasi, pelajaran-pelajaran dan praktik-praktik

yang baik dalam pengurangan risiko bencana. Forum PRB ini dibentuk dalam rangka

untuk menghadirkan atau menyuarakan kepentingan-kepentingan kelompok rentan dan

kelompok yang terpinggirkan dalam proses pengambilan keputusan. Untuk itu,

keterwakilan semua unsur masyarakat dan keikutsertaan kelompok marjinal dalam

forum menjadi suatu prioritas. Isu-isu keterlibatan kelompok disabilitas,

pengarustamaan gender dalam penanggulangan bencana, maupun peran kelompok

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 27

usaha mikro, kecil, dan menengah, menjadi salah satu hal yang penting dalam upaya

penurunan indeks risiko bencana.

Tahun 2016, BNPB telah melakukan inisiasi pembentukan dan penguatan forum PRB

sebanyak 6 kali. Upaya ini dilakukan agar inisiasi ini kemudian dapat dilanjutkan oleh

BPBD sehingga Forum PRB ini tidak hanya kemudian terbentuk di tingkat provinsi,

melainkan juga hingga kabupaten/kota bahkan juga pembentukan forum-forum tematik.

Hingga tahun 2016, Forum PRB telah terbentuk di 20 Provinsi, dan 48 Kabupaten/Kota,

dengan 20 Forum Tematik.

Permasalahan yang dihadapi adalah berkaitan dengan sumber daya baik manusia dan

juga anggaran. Untuk itu, penciptaan modeling disertai lesson learn atas keberhasilan

dan pengaruh forum PRB dalam upaya penurunan indeks risiko bencana serta

pengawasan dan pemantauan serta evaluasi yang kuat dari berbagai pihak merupakan

hal yang pokok dalam upaya mewujudkan dan menjaga eksistensi forum PRB di masa

depan.

13. Relawan PRB

Selanjutnya, upaya pengurangan risiko bencana dilakukan dengan peningkatan

kapasitas masyarakat melalui pengembangan kapasitas relawan. BNPB sesuai

fungsinya, melakukan koordinasi dengan berbagai kelompok relawan yang tersebar di

Indonesia dalam upaya untuk menyiapkan dan mendukung upaya-upaya

penanggulangan bencana, baik di masa pra, tanggap, maupun pasca bencana.

Kelompok relawan yang dilibatkan dalam penanggulangan bencana berasal dari

beragam komponen seperti, TNI/POLRI, Organisasi Sosial Masyarakat (Nasional,

Lokal, dan Internasional), Perguruan Tinggi, dan juga Dunia Usaha.

Pelibatan kelompok relawan merupakan hal yang penting karena bencana merupakan

tanggung jawab bersama, bukan semata menjadi tanggung jawab pemerintah. Sumber

daya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, perlu dikoordinasi dan dimobilisasi saat

dibutuhkan. Jika bencana belum terjadi, pembinaan melalui pelatihan-pelatihan

kerelawanan perlu terus dilakukan untuk meningkatkan kapasitas relawan dalam

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 28

penanggulangan bencana, mengingat intensitas bencana setiap tahun semakin

meningkat.

Tahun 2016, BNPB telah melakukan upaya peningkatan kapasitas kesiapsiagaan

melalui pelatihan relawan PB sebanyak 2000 relawan. Keterbatasan anggaran dan juga

sumber daya manusia yang tersedia menjadi tantangan yang mesti BNPB hadapi agar

keterwakilan, keterlibatan, data atas peran-peran komunitas relawan ini dapat terus

ditingkatkan dan digerakkan dalam upaya penanggulangan bencana. Di satu pihak,

organisasi kerelawanan adalah suatu organisasi yang cair dan tidak mengikat sehingga

akan selalu ada perubahan atas sumber daya manusia yang ada pada suatu organisasi

kerelawanan. Karena itu, kerja sama multipihak untuk meningkatkan kapasitas relawan

PB di seluruh wilayah Indonesia menjadi tanggung jawab bersama agar penanganan

bencana dapat dilakukan secara tepat, terkoordinasi dan terpadu.

Tabel 5: Jumlah Kabupaten/kota yang difasilitasi kajian risiko bencana

No Kegiatan Realisasi

2015 2016

1 Kajian Risiko Bencana 15 45

2 Kajian Risiko Bencana Aglomerasi 0 6

3 Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB)

0 15

4 Kota Tangguh 8 12

5 Sekolah dan Madrasah Aman Bencana

8 13

6 Sosialisasi Sekolah dan Madrasah Aman Bencana

0 6

7 Gerakan PRB 0 23

8 Mitigasi Struktur Partisipatif 5 5

9 Rencana Kontinjensi 0 12

10 Penyediaan dan Pemasangan Rambu dan Papan Informasi Bencana

49 20

11 Pemasangan Alat Peringatan Dini Gerakan Tanah

34 17

12 Desa Tangguh Bencana 45

(100 desa) 49

(108 desa)

13 Forum PRB 6 6

14 Relawan PRB 4

(2000 relawan) 4

(2000 relawan)

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 29

Setiap pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan penanggulangan bencana akan selalu

menghadapi tantangan terutama dalam hal koordinasi dan pertukaran informasi baik di tingkat

Pusat maupun daerah. Dalam rangka meminimalisasi tantangan tersebut diperlukan

pemutakhiran pengkajian risiko secara rutin yang akan memperkuat informasi risiko, salah

satunya adalah dengan mengembangkan sistem pemantauan bencana atau yang dikenal

sebagai Pusat Analisis Situasi Siaga Bencana (Pastigana). Pastigana merupakan fasilitas

yang dirancang untuk melaksanakan koordinasi kesiapsiagaan berbasis teknologi yaitu

sebagai focal point pengumpulan data anomali dan deteksi awal kejadian-kejadian yang

kemudian diproses untuk menghasilkan laporan analisa yang akan digunakan sebagai bahan

utama pengambilan keputusan eksekutif. Dengan adanya pengembangan Pastigana,

diharapkan kapasitas pengurangan risiko bencana baik di tingkat Pusat dan daerah dapat

ditingkatkan.

Dengan adanya kegiatan yang telah dilaksanakan sebagaimana disajikan pada Tabel diatas,

diharapkan seluruh komponen penanggulangan bencana memiliki kemampuan dalam

mengenali ancaman dan kerentanan didaerahnya, serta mengetahui kapasitas yang dimiliki,

sehingga dapat memastikan tindakan yang cepat dan tepat apabila terjadi bencana.

Selain itu, guna meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan di kawasan regional Asia Pasifik

Pemerintah Indonesia berinisiatif untuk melakukan latihan bersama berupa Tabletop Exercise

(TTX). Inisiatif Pemerintah Indonesia ini mendapat dukungan dari Emergency Management

Australia (EMA). Nama kegiatan ini adalah Ambon Disaster Response Exercise (Ambon

DiREx 2016 : Tabletop Exercise on the East Asia Summit Disaster Response Toolkit.

Ambon DiREx 2016 merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Joint Paper antara

Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Australia pada tahun 2011 mengenai “A Practical

Approach to Enhance Regional Cooperation on Disaster Rapid Response”, dengan tujuan

untuk meningkatkan kerjasama yang lebih luas melalui mekanisme-mekanisme regional

ASEAN yang telah ada seperti AHA Centre, AADMER, ACDM, ERAT, ARF DiREx dan lain

sebagainya.

Ambon Disaster Response Exercise (Ambon DiREx 2016) : Tabletop Exercise on the

East Asia Summit Disaster Response Toolkit dilaksanakan di Kota Ambon dengan

melibatkan 10 negara ASEAN dan negara mitra wicara ASEAN yaitu Amerika Serikat,

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 30

Australia, Jepang dan Selandia Baru. Tema Ambon DiREx 2016 adalah “Promoting EAS

Rapid Disaster Response Toolkit as Regional Protocol in Strengthening Effective

Collaboration Disaster Response and Resilience in the Region”. Adapun organisasi

internasional yang turut berpartisipasi pada kegiatan Ambon DiREx 2016 diantaranya

Sekretariat ASEAN, AHA Centre, UNOCHA, WHO, UNDP, UNESCO, FAO, WFP, UNICEF,

UNHCR, UNFPA, IFRC, OXFAM, HOPE Worldwide, Save the Children, World Vision, Mercy

Corps.

Pelaksanaan Ambon DiREx 2016: Tabletop Exercise mempunyai dua tujuan utama. Di tingkat

nasional, TTX tersebut bertujuan untuk memperkuat mekanisme operasional yang

terkoordinasi dan terencana untuk memastikan penanganan bencana yang efektif. Sedangkan

di tingkat regional, bertujuan untuk meningkatkan mekanisme/prosedur regional dalam berbagi

informasi, kapasitas dan sumberdaya yang terkait penanganan bencana serta untuk

meningkatkan ketangguhan kawasan.

Target Geladi Ruang Ambon DiREx 2016 : Tabletop Exercise on the EAS Rapid Disaster

Response Toolkit yaitu:

1. Memvalidasi mekanisme sharing informasi melalui peran dan fungsi National Focal Points

(NFP) dalam tanggap darurat bencana

2. Meningkatkan pemahaman yang sama dalam menangani/melindungi warga negara asing

(WNA) di wilayah terdampak bencana

3. Meningkatkan pemahaman yang sama terkait Standard Operating Procedure For

Regional Standby Arrangement and Coordination of Joint Disaster Relief and Emergency

Response Operations (SASOP Chapter VI). SASOP Chapter VI penggunaan aset-aset

militer

4. Memvalidasi EAS Rapid Disaster Response Toolkit yang merupakan panduan referensi

bagi para pengambil keputusan dalam mengkoordinasikan penerimaan maupun

penawaran/pemberian bantuan saat tanggap darurat bencana

5. Menunjukkan pentingnya latihan bersama dalam meningkatkan kapasitas regional

terhadap respon bencana yang terkoordinasi

Ambon DiREx 2016 ini menjadi kesempatan bagi negara-negara East Asia Summit (EAS)

maupun pemangku kepentingan lainnya yang terkait untuk dapat memperkuat kerjasama satu

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 31

dengan yang lain serta meningkatkan pemahaman yang dimiliki oleh masing-masing pihak

mengenai peran dan tanggungjawabnya serta interoperability antar prosedur yang ada dalam

penanganan darurat bencana yang cepat dan efektif.

Selama pelaksanaan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan kajian risiko bencana dapat

dikatakan efektif dan efisien namun belum optimal baik dalam penganggaran maupun

sumberdaya manusia yang ada. Seluruh kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan target

meskipun dengan jumlah sumberdaya manusia yang terbatas dengan alokasi anggaran yang

tersedia. Meskipun demikian, perlu adanya pengkajian yang lebih intesif dalam hal

penyediaan sumberdaya dan anggaran khususnya dalam hal penanggulangan bencana.

Gambar 6: Ambon Disaster Response Exercise (Ambon DiREx 2016): Tabletop Exercise on the East Asia Summit Disaster Response Toolkit

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 32

Rata-rata Waktu Respon Kejadian Bencana

Selama kurun waktu tahun 2008 – 2016

intensitas kejadian bencana semakin

meningkat. Sehingga penanganan bencana

dituntut untuk semakin cepat, efektif dan

profesional. Salah satu indikator kinerja

utama BNPB pada tahun 2016 yang

menggambarkan penanganan bencana

adalah rata-rata waktu respon kejadian

bencana, dimana pengukuran Rata-rata waktu respon kejadian bencana adalah seberapa

cepat upaya penanganan darurat pada awal informasi kejadian bencana yang diterima oleh

Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB dari Pusdalops BPBD terdampak bencana.

Tabel 6: Capaian Rata-rata Waktu Respon Kejadian Bencana

Indikator Capaian

2015

2016

Target Realisasi % Realisasi

Rata-rata waktu respon

kejadian bencana

1 hari atau 24

jam

1 hari atau 24

jam

1 hari atau 24

jam

100 %

Pencapaian rata-rata waktu respon kejadian bencana tersebut dapat terpenuhi karena:

a. Adanya kecepatan informasi kejadian bencana dari BPBD daerah yang terdampak

bencana yang diterima oleh Pusdalops BNPB yang selalu aktif siaga 24 jam untuk

menerima segala berita/ informasi kejadian bencana di seluruh Indonesia. Selanjutnya

petugas Pusdalops BNPB mengeskalasi dan melaporkan kejadian bencana tersebut

Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Keandalan dan Kecepatan Penanganan

Darurat Bencana

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 33

kepada Kepala BNPB, Deputi Bidang Penanganan Darurat, Direktur Tanggap Darurat

dan seluruh pejabat di lingkungan Kedeputian Bidang Penanganan Darurat BNPB.

b. Adanya dukungan informasi yang berasal dari instansi terkait (BMKG, PVMBG)

maupun Media elektronik (sosial media, internet, TV, radio).

c. Mobilisasi TRC yang dapat

bergerak cepat dalam waktu

maksimal 1 hari atau 24 jam

sehingga rata-rata waktu respon

kejadian bencana dapat tercapai.

d. Perlengkapan dan Peralatan TRC

yang memadai (Alat Komunikasi,

GPS, Kamera, Drone, dan lain-lain).

Adapun data waktu respon kejadian bencana yang ditangani oleh BNPB Tahun 2016

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 7: Rekapitulasi Lokasi Bencana Tahun 2016

NO LOKASI BENCANA

TANGGAL

REALISASI CAPAIAN

KEJADIAN LAPORAN DITERIMA

TRC TIBA DI LOKASI

1 Kab. Buru Selatan, Provinsi Maluku

Gempa Bumi 17 Januari 2016

17 Januari 2016

18 Januari 2016 100 %

2 Kab. Pidie, Provinsi Aceh

Banjir 27 Januari 2016

27 Januari 2016

28 Januari 2016 100 %

3 Kab. Purworejo, Provinsi Jawa Tengah

Banjir dan Tanah Longsor

5 Februari 2016

5 Februari 2016

5 Februari 2016 100 %

4 Kab. Indramayu, Provinsi Jawa Barat

Banjir 7 Februari 2016

7 Februari 2016

8 Februari 2016 100 %

5 Kab. Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Gempa Bumi 12 Februari 2016

12 Februari 2016

13 Februari 2016

100 %

6 Kab. Karawang, Provinsi Jawa Barat

Banjir 26 Februari 2016

26 Februari 2016

27 Februari 2016

100 %

Gambar 7: Penanganan Banjir dan Tanah Longsor PurworejoTanggal 5 Februari 2016

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 34

NO LOKASI BENCANA

TANGGAL

REALISASI CAPAIAN

KEJADIAN LAPORAN DITERIMA

TRC TIBA DI LOKASI

7 Kab. Cianjur, Provinsi Jawa Barat

Tanah Longsor 8 Maret 2016

8 Maret 2016

9 Maret 2016 100 %

8 Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung

Banjir Bandang 15 Maret 2016

15 Maret 2016

16 Maret 2016 100 %

9 Kab. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo

Banjir Sesuai 9 Mei 2016 9 Mei 2016 10 Mei 2016 100 %

10 Kab. Karo, Provinsi Sumatera Utara

Banjir Lahar Dingin

9 Mei 2016 9 Mei 2016 10 Mei 2016 100 %

11 Kab. Subang, Provinsi Jawa Barat

Banjir Bandang dan Tanah Longsor

22 Mei 2016 22 Mei 2016 23 Mei 2016 100 %

12 Kab. Kebumen, Provinsi Jawa Tengah

Banjir dan Tanah Longsor

18 Juni 2016 18 Juni 2016

19 Juni 2016 100 %

13 Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat

Banjir 16 Juni 2016 16 Juni 2016

17 Juni 2016 100 %

14 Kab. Banyumas, Provinsi Jawa Tengah

Banjir dan Tanah Longsor

18 Juni 2016 18 Juni 2016

19 Juni 2016 100 %

15 Kab. Purworejo, Provinsi Jawa Tengah

Banjir dan Tanah Longsor

18 Juni 2016 18 Juni 2016

19 Juni 2016 100 %

16 Provinsi Jawa Timur Banjir 18 Juni 2016 18 Juni 2016

19 Juni 2016 100 %

17 Provinsi Sulawesi Utara

Banjir dan Tanah Longsor

21 Juni 2016 21 Juni 2016

22 Juni 2016 100 %

18 Kab. Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan

Banjir dan Tanah Longsor

24 Juni 2016 24 Juni 2016

24 Juni 2016 100 %

19

Kab. Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara

Banjir dan Tanah Longsor

16 Juli 2016 16 Juli 2016 17 Juli 2016 100 %

20 Kab. Pandeglang, Provinsi Banten

Banjir Bandang 24 Juli 2016 24 Juli 2016 25 Juli 2016 100 %

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 35

NO LOKASI BENCANA

TANGGAL

REALISASI CAPAIAN

KEJADIAN LAPORAN DITERIMA

TRC TIBA DI LOKASI

21 Kab. Garut, Provinsi Jawa Barat

Banjir Bandang 20 September

2016

20 September

2016

21 September 2016

100 %

22 Kab. Gresik, Provinsi Jawa Timur

Banjir 30 September

2016

30 September

2015

1 Oktober 2015 100 %

23 Kab. Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah

Banjir 2 Oktober 2016

2 Oktober 2016

2 Oktober 2016 100 %

24 Kab. Bandung, Provinsi Jawa Barat

Tanah Longsor 7 Oktober 2016

7 Oktober 2016

8 Oktober 2016 100 %

25 Kab. Pangandaran, Provinsi Jawa Barat

Banjir dan Tanah Longsor

9 Oktober 2016

9 Oktober 2016

10 Oktober 2016 100 %

26 Kab. Sampang, Provinsi Jawa Timur

Banjir 10 Oktober 2016

10 Oktober 2016

11 Oktober 2016 100 %

27 Kab. Klungkung, Provinsi Bali

Kegagalan Teknologi

16 Oktober 2016

16 Oktober 2016

17 Oktober 2016 100 %

28 Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat

Banjir 24 Oktober 2016

24 Oktober 2016

24 Oktober 2016 100 %

29

Kab. Boalemo, Provinsi Gorontalo

Banjir 26 Oktober 2016

26 Oktober 2016

27 Oktober 2016 100 %

30 Kab. Sukabumi, Provinsi Jawa Barat

Banjir dan Tanah Longsor

8 November 2016

8 November 2016

8 November 2016

100 %

31 Kab. Tangerang, Provinsi Banten

Banjir 13 November

2016

13 November

2016

14 November 2016

100 %

32 Kab. Karawang, Provinsi Jawa Barat

Banjir 13 November

2016

13 November

2016

14 November 2016

100 %

33 Kab. Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah

Banjir 3 Desember 2016

3 Desember 2016

3 Desember 2016

100 %

34 Kab. Pidie Jaya, Kab. Pidie, Kab. Bireun, Provinsi Aceh

Gempa Bumi 7 Desember 2016

7 Desember 2016

7 Desember 2016

100 %

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 36

NO LOKASI BENCANA

TANGGAL

REALISASI CAPAIAN

KEJADIAN LAPORAN DITERIMA

TRC TIBA DI LOKASI

35 Kab. Bima dan Kota Bima, Provinsi NTB

Banjir Bandang 21 Desember

2016

21 Desember

2016

22 Desember 2016

100 %

Pengerahan personil TRC BNPB melihat besaran kejadian bencana, sehingga tidak semua

kejadian bencana dikerahkan TRC BNPB. Untuk kejadian bencana yang dampak dan skalanya

kecil dan dapat ditangani oleh BPBD daerah maka penanganannya lebih diutamakan oleh TRC

BPBD daerah. Mengingat BNPB telah meningkatkan kapasitas TRC BPBD daerah melalui

pelatihan-pelatihan serta dukungan perlengkapan dan peralatan TRC.

Dalam rangka mobilisasi personil TRC BNPB untuk melaksanakan kaji cepat ke lokasi

bencana, BNPB telah melakukan efisiensi penggunaan sumberdaya diantaranya:

Meminimalkan jumlah personil TRC sesuai dengan dampak dan skala kejadian

bencana.

Mengirimkan personil TRC yang kompeten dan mempunyai keahlian sesuai dengan

jenis bencana.

Melakukan koordinasi dengan BPBD daerah dalam pemanfaatan dukungan

perlengkapan dan peralatan yang telah diberikan BNPB kepada BPBD daerah.

Melakukan kerjasama dengan

unsur TNI, Polri, Pemerintah

Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten / Kota, BPBD, PMI,

Pemadam Kebakaran, Manggala

Agni, dan organisasi / institusi

penggiat Penanggulangan

Bencana.

Gambar 8: Penanganan Banjir Bandang Kab. Garut tanggal 21 September 2016

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 37

Dalam rangka menunjang pencapaian rata-rata waktu kecepatan respon kejadian

bencana, BNPB telah melakukan beberapa kegiatan antara lain:

a. Pendampingan Posko Kedaruratan

Pada status keadaan darurat bencana,

Komandan penanganan darurat

mengaktifkan atau meningkatkan pusat

pengendali operasi menjadi pos komando

tanggap darurat sesuai lokasi dan

tingkatan bencananya. Pos komando

tanggap darurat tersebut berfungsi untuk

mengkoordinasikan, mengendalikan,

memantau dan mengevaluasi

penanganan tanggap darurat. Mengingat

intensitas kejadian bencana di wilayah

Indonesia dari tahun ke tahun

frekuensinya meningkat baik dari jumlah

kejadian, jumlah korban, maupun dampak kerusakan sarana dan prasarana umum

lainnya, maka perlu dilakukan Pendampingan Posko kedaruratan dalam rangka

mendampingi daerah untuk memberikan petunjuk dan arahan, perintah serta

mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang terkait dalam masa kedaruratan

bencana di daerah yang terkena bencana pada saat penanganan darurat sehingga

penanganan darurat bencana dapat dilakukan secara tepat, cepat dan akuntabel.

Selama tahun 2016 telah dilaksanakan kegiatan pendampingan posko kedaruratan

dengan mengaktifkan Pusdalops BNPB yang berlokasi di Kantor BNPB untuk

memonitor dan menerima segala informasi kejadian bencana secara up to date dari

seluruh wilayah Indonesia dan dengan segera merespon kejadian bencana secara

cepat dan tepat.

Selain mengaktifkan Pusdalops BNPB, pada tahun 2016 juga dilaksanakan

pendampingan posko kedaruratan ke 10 (sepuluh) lokasi di Indonesia, adapun

pendampingan posko kedaruratan yang dilaksanakan sebagai berikut:

Gambar 9: Posko Kedaruratan Gempa Bumi di Prov Aceh tanggal 22 Desember

2016

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 38

Tabel 8: Rekapitulasi Posko Kedaruratan Tahun 2016

NO WILAYAH JENIS BENCANA

1 Kab. Minahasa Tenggara Banjir dan Tanah Longsor

2 Kab. Alor Gempa Bumi

3 Provinsi DKI Jakarta Banjir

4 Kab. Solok Selatan Banjir dan Tanah Longsor

5 Provinsi Riau Karhutla

6 Kab. Bandung Banjir dan Tanah Longsor

7 Kab. Karo Erupsi Gunung Api

8 Provinsi Sumatera Selatan Karhutla

9 Kota Ternate Banjir dan Tanah Longsor

10 Provinsi Kalimantan Barat Karhutla

b. Koordinasi Penanganan Darurat

Untuk meningkatkan koordinasi

antara pusat dan daerah serta

dengan instansi terkait lainnya

dalam rangka penanganan darurat

bencana, maka diperlukan

koordinasi dalam penanganan

darurat. Pelaksanaan kegiatan

koordinasi ini dilakukan melalui

pertemuan-pertemuan antara

pimpinan/ pejabat BNPB dengan

pejabat daerah dan instansi lainnya guna mengambil suatu kebijakan atau

keputusan dalam percepatan penanganan darurat bencana, sehingga diharapkan

dengan pelaksanaan koordinasi tersebut penanganan darurat dapat dilakukan

secara cepat, tepat dan akuntabel. Hasil dari koordinasi penanganan darurat

diantaranya adalah:

Gambar 10: Koordinasi dengan Instansi terkait di Bencana Banjir dan Tanah Longsor Kab. Sumedang Tanggal 23

September 2016

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 39

Kecepatan informasi kejadian

bencana.

1. Percepatan penanganan

darurat bencana.

2. Terpenuhinya kebutuhan

dasar bagi korban bencana

dengan segera.

3. Optimalisasi penanganan

pengungsi akibat bencana.

4. Kemudahan akses dalam penanganan darurat bencana.

5. Percepatan pemulihan sarana dan prasarana secara darurat bagi masyarakat

korban bencana.

6. Mengedepankan usaha-usaha preventif dalam situasi siaga darurat.

Selama tahun 2016 telah dilaksanakan kegiatan Koordinasi Penanganan Darurat ke

21 (dua puluh satu) lokasi di Indonesia sebagai berikut :

Tabel 9: Rekapitulasi Koordinasi Penanganan Daurat Tahun 2016

NO WILAYAH JENIS BENCANA

1 Kota Semarang Banjir

2 Prov. Kalimantan Barat Karhutla

3 Kota Bekasi Banjir

4 Kota Tangerang Banjir

5 Prov. Kalimantan Tengah Karhutla

6 Prov. Kalimantan Selatan Karhutla

7 Prov. Sumatera Selatan Karhutla

8 Prov. Sulawesi Selatan Banjir dan Tanah Longsor

9 Prov. Sumatera Barat Banjir dan Tanah Longsor

10 Kab. Karo Erupsi Gunung Api

11 Prov. Jawa Tengah Banjir dan Tanah Longsor

12 Kab. Kapuas Hulu Karhutla

13 Kab. Biak Banjir dan Tanah Longsor

14 Kota Manokwari Banjir dan Tanah Longsor

15 Kab. Pekalongan Banjir dan Tanah Longsor

Gambar 11: Koordinasi siaga darurat bencana Asap Akibat Karhutla di Kab. Banjar Prov.

Kalimantan Selatan Tanggal 5 September 2016

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 40

NO WILAYAH JENIS BENCANA

16 Prov. Jawa Barat Banjir dan Tanah Longsor

17 Prov. DKI Jakarta Banjir

18 Kab. Bandung Banjir

19 Kab. Garut Banjir

20 Kota Ternate Banjir

21 Prov. Sulawesi Utara Banjir dan Tanah Longsor

c. Peningkatan Kapasitas Personil Penanggulangan Bencana

Peningkatan Kapasitas TRC Daerah

Kegiatan Peningkatan Kapasitas TRC Daerah secara umum bertujuan untuk

menyiapkan TRC PB daerah yang mampu melaksanakan tugas operasi

penanganan darurat awal pada setiap kejadian/ancaman bencana di wilayah

kerjanya. Adapun tujuan khususnya adalah sebagai berikut:

1) Mampu memahami manajemen penanganan darurat bencana;

2) Mampu memahami peran TRC PB dalam perkuatan Indonesia tangguh bencana;

3) Mampu melaksanakan kaji cepat pada keadaan darurat bencana;

4) Mampu membantu dalam pelaksanaan penyelamatan dan evakuasi korban;

5) Mampu membantu penanganan pemenuhan kebutuhan dasar bagi korban dan

pengungsi pada fase awal keadaan darurat bencana;

6) Mampu memahami sistem komando penanganan darurat bencana.

Selama tahun 2016 BNPB melaksanakan kegiatan Peningkatan Kapasitas TRC

Daerah yang diikuti oleh 199 (seratus sembilan puluh sembilan) Personil TRC

dari 40 (empat puluh) BPBD Provinsi/Kab/Kota seluruh Indonesia.

Gambar 12: Kegiatan Simulasi Lapangan penanganan darurat bencana oleh peserta peningkatan kapasitas TRC Daerah Tanggal 20 Maret 2016

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 41

Peningkatan kapasitas penanganan pengungsi

Kegiatan peningkatan kapasitas diberikan kepada personil BNPB dan BPBD

khususnya yang masuk kategori wilayah dengan indeks risiko bencana tinggi.

Peningkatan kapasitas tentang koordinasi dan manajemen tempat pengungsian

yang meliputi Pendataan Pengungsi, Desain Tempat Pengungsian, Distribusi

Logistik (Kebutuhan Dasar) di tempat pengungsian, dan Dukungan Psikososial/

Psychological First Aid, respon kebencanaan khususnya dalam koordinasi

penanganan pengungsi untuk memenuhi kebutuhan dasar pengungsi dapat

dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

Peningkatan Kapasitas Petugas Pengelola Bantuan Kedaruratan Bencana

Kegiatan peningkatan kapasitas petugas pengelolaan bantuan kedaruratan

bencana secara umum bertujuan untuk meningkatkan kapasitas petugas bantuan

pemenuhan kebutuhan dasar yaitu bantuan kesehatan, air bersih, sandang,

pangan, hunian sementara dan fasilitas hunian sementara di tingkat pusat

maupun daerah, dan secara khusus bertujuan untuk memperoleh pengetahuan

dan pemahaman terkait pelaksanaan pemberian bantuan kebutuhan dasar

sehingga mampu dilaksanakan sesuai dengan standar minimal pelayanan.

Gambar 13: Peningkatan Kapasitas Penanganan Pengungsi di Kabupaten Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat Tanggal 16 Maret 2016

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 42

Peserta kegiatan ini berjumlah 40 (empat puluh) orang, yaitu terdiri dari 22(dua

puluh dua) orang personil BPBD Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat dan 18

(delapan belas) personil dari BNPB.

d. Penyaluran Bantuan Kebutuhan Dasar

Untuk pelaksanaan pemberian bantuan darurat pemenuhan kebutuhan dasar bagi

masyarakat korban bencana, BNPB bersama dengan Pemerintah Daerah dan

masyarakat/dunia usaha bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan dasar korban

bencana pada saat status darurat bencana. Selama pelaksanaan pemenuhan

kebutuhan dasar tersebut, masyarakat sudah mulai merasakan telah tercukupi. Hal

ini dikarenakan pemenuhan kebutuhan dasar merupakan prioritas kedua setelah

kegiatan pertolongan, penyelamatan dan evakuasi korban bencana.

Untuk mendukung pemerintah daerah

dalam memenuhi kebutuhan dasar

korban bencana BNPB selama tahun

2016 memberikan bantuan pemenuhan

kebutuhan dasar sebanyak 11,97%

dengan rincian: Bantuan pemenuhan

pangan korban bencana 3,07%, bantuan

pemenuhan sandang korban bencana

0,83%, bantuan pemenuhan hunian

Gambar 14: Peningkatan kapasitas Petugas Pengelola Bantuan Kedaruratan bencana di Pusdiklat WATSAN PMI Kab. Sumedang,

Provinsi Jawa Barat Tanggal 16 Mei 2016.

Gambar 15: Bantuan Kebutuhan Dasar di Kab.

Temanggung Tanggal 1 September 2016

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 43

beserta fasilitas hunian korban bencana 6,32%, bantuan pelayanan kesehatan

korban bencana 0,41% dan bantuan pemenuhan air bersih dan sanitasi 1,34%,

sedangkan untuk pemenuhannya sampai dengan 100% telah dilakukan oleh

Pemerintah Daerah dan didukung oleh Dunia Usaha dan lembaga non pemerintah

lainnya.

e. Inventarisasi/ verifikasi/ supervisi perbaikan darurat

Inventarisasi/ verifikasi/ supervisi

perbaikan darurat yaitu kegiatan yang

meliputi perbaikan darurat prasarana dan

sarana vital di lokasi bencana sehingga

fungsi sosial dan fungsi ekonomi dapat

berjalan dengan baik. Inventarisasi

/verifikasi /supervisi perbaikan darurat

yang telah dilaksanakan di tahun 2016

telah terealisasi sebanyak 24 (dua puluh

empat) lokasi.

f. Pendampingan Pembersihan Lingkungan

Pembersihan lingkungan adalah

upaya yang dilakukan untuk

membersihkan suatu lokasi dari

lumpur, sampah, puing, dan bahan-

bahan berbahaya yang ditimbulkan

akibat kejadian bencana. Kegiatan

identifikasi dan supervisi

pembersihan lingkungan yang telah

dilaksanakan di tahun 2016 adalah

sebanyak 16 (enam belas) lokasi.

g. Inventarisasi/Pendataan Pengungsi

Pendataan pengungsi yang dilaksanakan secara rinci by name by address

diperlukan sebagai dasar pemberian bantuan kepada para pengungsi baik itu untuk

Gambar 16: Inventarisasi/verifikasi/supervisi Perbaikan darurat di Kab. Bombana Tanggal 13

April 2016

Gambar 17: Pembersihan Lingkungan pasca bencana gempa bumi Prov Aceh Tanggal 7

Desember 2016

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 44

kebutuhan hunian darurat, kebutuhan logistik dasar dan dukungan psikososial.

Semakin cepat data pengungsi didapatkan semakin cepat penanganan terhadap

para pengungsi bisa dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Prosentase Peningkatan Penyelesaian Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Daerah Pasca Bencana

Target kinerja pada tingkat sasaran strategis dijadikan tolak ukur dalam mengukur

keberhasilan organisasi didalam upaya pencapaiannya. Pengukuran, evaluasi dan

analisis capaian kinerja peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi daerah

pascabencana menggunakan kategori capaian kinerja dengan skala pengukuran ordinal

disampaikan sebagai berikut:

Gambar 18: Kegiatan Inventarisasi/ Pendataan Pengungsi tanggal 10 November 2016

Sasaran Strategis 3: Terselesaikannya Pemulihan Daerah Terdampak Bencana

Melalui Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 45

Tabel 10: Capaian Kinerja Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Tahun 2016

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran

Strategis Target Realisasi

Menurunnya indeks risiko

bencana di pusat – pusat

pertumbuhan yang berisiko

tinggi

Prosentase peningkatan

penyelesaian rehabilitasi dan

rekonstruksi daerah pascabencana 65 % 69,48 %

Dalam pencapaian target kedeputian pada tahun 2016 yaitu peningkatan penyelesaian

rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah pascabencana, ditetapkan sebesar 65%. Prosentase

kinerja didapatkan melalui formula sebagai berikut :

𝐏𝐫𝐨𝐬𝐞𝐧𝐭𝐚𝐬𝐞 𝐏𝐞𝐧𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐧𝐲𝐞𝐥𝐞𝐬𝐚𝐢𝐚𝐧 𝐑𝐑 =(𝐗∗𝟏 )+(𝐘∗𝟎,𝟓)

𝟏𝟑𝟔 𝐑𝐏𝐉𝐌𝐍 x 100%

Keterangan :

X adalah jumlah daerah yang menyelesaikan RR dalam wilayah 136 RPJMN dengan nilai

bobot 1. Nilai X pada pelaksanaan RR Tahun 2016 sejumlah 48 wilayah dengan rincian

sebagai berikut:

o 33 wilayah provinsi/kabupaten/kota yang dialokasikan hibah RR tahun anggaran 2015

yang termasuk dalam sasaran lokus kegiatan penanggulangan bencana tahun 2015-2019;

o 15 wilayah provinsi/kabupaten/kota yang dialokasikan bantuan bidang sosial ekonomi

tahun anggaran 2016 yang termasuk dalam sasaran lokus kegiatan penanggulangan

bencana tahun 2015-2019

Y adalah jumlah daerah yang menyelesaikan RR di luar wilayah 136 RPJMN dengan nilai

bobot 0,5. Nilai Y pada pelaksanaan RR Tahun 2016 sejumlah 93 wilayah dengan rincian

sebagai berikut:

o 83 wilayah provinsi/kabupaten/kota yang dialokasikan hibah RR tahun anggaran 2015

yang tidak termasuk dalam sasaran lokus kegiatan penanggulangan bencana tahun 2015-

2019

o 10 wilayah provinsi/kabupaten/kota yang dialokasikan bantuan bidang sosial ekonomi

tahun anggaran 2016 yang tidak termasuk dalam sasaran lokus kegiatan penanggulangan

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 46

bencana tahun 2015-2019.

Penetapan prosentase peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi daerah

pascabencana berdasarkan pada jumlah daerah yang telah menyelesaikan kegitan

rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana yang bersumber dari alokasi anggaran dana

cadangan yang diberikan dalam bentuk hibah dari pemerintah pusat kepada pemerintah

daerah untuk bantuan pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana dan

anggaran DIPA BNPB untuk kegiatan pemulihan sosial ekonomi. Hibah RR yang dihitung

dalam kinerja ini adalah hibah RR yang dianggarkan dan disalurkan pada TA 2015 dan

pelaksanaan/penyelesaiannya pada tahun 2016. Sementara untuk pemulihan sosial

ekonominya merupakan kegiatan pada DIPA BNPB TA 2016 yang dilaksanakan dan

selesai pada tahun 2016. Berdasarkan perhitungan pada rumus diatas, diperoleh hasil

sebagai berikut :

𝐏𝐫𝐨𝐬𝐞𝐧𝐭𝐚𝐬𝐞 𝐏𝐞𝐧𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐧𝐲𝐞𝐥𝐞𝐬𝐚𝐢𝐚𝐧 𝐑𝐑 =(𝟒𝟖∗𝟏 )+(𝟗𝟐∗𝟎,𝟓)

𝟏𝟑𝟔 x 100%

= 69,48%

Berdasarkan skala pengukuran tersebut, capaian kinerja BNPB untuk penyelesaian

Rehabilitasi dan Rekonstruksi dapat dikatakan sangat baik, karena melampaui target

pencapaian yang ditetapkan. Apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2015

sebesar 63,75%, maka capaian kinerja Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi

tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 5,74%, seiring dengan meningkatnya target

yang ingin dicapai yaitu 65%.

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 47

Tabel 11:

Perbandingan capaian kinerja bidang rehabilitasi dan rekonstruksi tahun 2015 dan 2016

Target sesuai RPJMN yang harus dicapai pada rentang waktu dari tahun 2015 sampai

tahun 2019 sebesar 70%. Melihat realisasi yang telah dicapai pada tahun 2016 sebesar

69,48%, maka sasaran strategis berupa terselesaikannya pemulihan daerah terdampak

bencana melalui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi optimis dapat tercapai.

Tabel 12:

Daftar Wilayah Penerima Hibah TA 2015 Termasuk Dalam Sasaran Lokus PB 2015-2019

No. Provinsi/Kota/Kab Keterangan

1 Kab. Karo 1

2 Kota Padang 1

3 Kab. Kep. Mentawai 1

4 Kab. Lampung Barat 1

5 Kab. Tanggamus 1 6 Kota Bandar Lampung 1

7 Kab. Lahat 1

8 Kab. Cilacap 1

9 Kab. Kebumen 1

10 Kab. Semarang 1

11 Kab. Sidoarjo 1

12 Kab. Jember 1

13 Kab. Bangkalan 1

14 Kab. Malang 1

15 Kab. Sangihe 1

16 Kab. Minahasa Selatan 1

17 Kota Manado 1

18 Kab. Parigi Moutong 1

19 Kab. Konawe 1

20 Kab. Bantaeng 1

21 Kab. Ketapang 1

22 Kab. Lombok Timur 1

Indikator Kinerja Sasaran Strategis 2015 2016

Target Realisasi Target Realisasi

Prosentase peningkatan

penyelesaian rehabilitasi dan

rekonstruksi daerah pascabencana

60 % 63,75 % 65 % 69,48 %

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 48

No. Provinsi/Kota/Kab Keterangan 23 Kab. Lombok Barat 1

24 Kab. Dompu 1

25 Kab. Bima 1

26 Kab. Ngada 1 27 Kab. Alor 1

28 Kab. Kep. Morotai 1 29 Kab. Buru 1

30 Kota Ambon 1

31 Kota Jayapura 1

32 Kab. Teluk Wondama 1 33 Kab. Manokwari 1

Total 33

Tabel 13 Daftar Wilayah Penerima Hibah TA 2015 Diluar Dari Sasaran Lokus PB 2015-2019

No. Provinsi/Kota/Kab Keterangan

1 Prov. Aceh 0,5

2 Kab. Aceh Barat Daya 0,5

3 Kab. Aceh Selatan 0,5

4 Kab. Aceh Besar 0,5

5 Kab. Aceh Tengah 0,5

6 Kab. Bener Meriah 0,5

7 Prov. Sumatera Utara 0,5

8 Kab. Mandailing Natal 0,5

9 Kab. Nias 0,5

10 Kab. Humbang Hasundutan 0,5

11 Kab. Nias Barat 0,5

12 Kab. Tapanuli Selatan 0,5

13 Kab. Labuhan Batu Sltn 0,5

14 Kota. Tebing Tinggi 0,5

15 Kab. Pakpak Barat 0,5

16 Prov. Sumatera Barat 0,5

17 Kab. Solok Selatan 0,5

18 Kab. Tanah Datar 0,5

19 Kota Sawahlunto 0,5

20 Kab. Solok 0,5

21 Prov. Jambi 0,5

22 Kota Sungai Penuh 0,5

23 Prov. Lampung 0,5

24 Prov. Sumatera Selatan 0,5

25 Kota Pagar Alam 0,5

26 Prov. Jawa Tengah 0,5

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 49

No. Provinsi/Kota/Kab Keterangan

27 Kab. Pati 0,5

28 Kab. Temanggung 0,5

29 Kab. Jepara 0,5

30 Kab. Pekalongan 0,5

31 Kab. Karanganyar 0,5

32 Prov. Jawa Timur 0,5

33 Kota. Probolinggo 0,5

34 Kab. Lumajang 0,5

35 Kab. Situbondo 0,5

36 Kab. Tuban 0,5

37 Kab. Tulungagung 0,5

38 Kab. Blitar 0,5

39 Prov. Bali 0,5

40 Kab. Karangasem 0,5

41 Prov. Sulawesi Utara 0,5

42 Kab. Kep. Sitaro 0,5

43 Kab. Bolaang Mongondouw 0,5

44 Kab. Minahasa 0,5

45 Kota Tomohon 0,5

46 Prov. Sulawesi Tengah 0,5

47 Prov. Sulawesi Tenggara 0,5

48 Kab. Kolaka Utara 0,5

49 Kab. Konawe Utara 0,5

50 Kab. Muna 0,5

51 Kota. Baubau 0,5

52 Prov. Gorontalo 0,5

53 Kab. Gorotalo Utara 0,5

54 Prov Sulawesi Selatan 0,5

55 Kab. Pinrang 0,5

56 Kab. Enrekang 0,5

57 Kab. Luwu 0,5

58 Kab. Wajo 0,5

59 Kab. Kep. Selayar 0,5

60 Kab. Soppeng 0,5

61 Kab. Toraja Utara 0,5

62 Kab. Sidenreng Rappang 0,5

633

Kota Pare-pare 0,5

64 Kab. Barru 0,5

65 Kab. Malinau 0,5

66 Prov. Kalimantan Tengah 0,5

67 Kab. Kotawaringin Barat 0,5

68 Kab. Kotawaringin Timur 0,5

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 50

No. Provinsi/Kota/Kab Keterangan

69 Prov. Kalimantan Barat 0,5

70 Prov. Kalimantan Selatan 0,5

71 Kab. Hulu Sungai Utara 0,5

72 Prov. NTB 0,5

73 Prov. NTT 0,5

74 Kab. Timor Tengah Utara 0,5

75 Kab. Sumba Tengah 0,5

76 Kab. Kupang 0,5

77 Kab. Flores Timur 0,5

78 Kab. Manggarai Barat 0,5

79 Prov. Maluku 0,5

80 Kab. Keerom 0,5

81 Kab. Tolikara 0,5

82 Kab. Yapen 0,5

83 Kab. Tambrauw 0,5

Total 33

Tabel 14: Daftar Wilayah yang Mendapat Intervensi Kegiatan Sosial Ekonomi Pada Tahun 2016

No. Provinsi/Kota/Kab Keterangan No. Provinsi/Kota/Kab Keterangan

1 Kab. Karo 1 1 Kota Batam 0.5

2 Kab Manggarai 1 2 Kab Agam 0.5

3 Kab Pacitan 1 3 Kab. Majalengka 0.5

4 Kab. Bojonegoro 1 4 Kab Bolaang Mongondow

0.5

5 Kota Manado 1 5 Kab Bener Meriah 0.5

6 Kota Balikpapan 1 6 Kab Kediri 0.5

7 Kab Sukabumi 1 7 Kab Bombana 0.5

8 Kota Bandung 1 8 Kab Aceh Tengah 0.5

9 Kab. Tasikmalaya 1 9 Kab Banjarnegara 0.5

10 Kab. Minahasa Selatan

1 10 Kota Semarang 0.5

11 Kab Alor 1

12 Kab Badung 1

13 Kab Parigi Moutong. 1

14 Kota Surabaya 1

15 Prov DI Yogyakarta 1

Total 15 Total 10

Termasuk Dalam Sasaran Lokus PB 2015-2019

Tidak Termasuk Dalam Sasaran Lokus PB 2015-2019

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 51

Pada tahun sebelumnya (2009, 2010, 2011 dan 2013), penyelesaian kegiatan

rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana kepada pemerintah daerah yang terkena

bencana diberikan bantuan dana sosial berpola hibah dalam bentuk block grand.

Sedangkan bantuan dana rehabilitasi dan rekonstruksi pada tahun 2012 dan 2014 tidak

cair, sehingga rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah pascabencana tidak dapat

dilaksanakan sesuai perencanaan. Dalam rangka peningkatan penyelesaian rehabilitasi

dan rekonstruksi pascabencana telah disusun kebijakan baru terkait dengan bantuan

pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi. Bantuan dengan sistem dana sosial berpola

hibah digantikan dengan hibah pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang

disalurkan langsung oleh Kementerian Keuangan dari Rekening Kas Umum Negara ke

Rekening Kas Umum Daerah sebagaimana tertuang pada:

1) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 162/PMK.07/2015 tentang

Hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah Dalam Rangka Bantuan

Pendanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana.

2) Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 04 Tahun 2015

tentang Hibah dari Pemerintah

Pusat kepada Pemerintah

Daerah dalam Rangka Bantuan

Pendanaan Rehabilitasi dan

Rekonstruksi Pascabencana.

3) Petunjuk Pelaksanaan

Hibah dari Pemerintah Pusat

kepada Pemerintah Daerah

dalam Rangka Bantuan

Pendanaan Rehabilitasi dan

Rekonstruksi Pascabencana.

Penggunaan bantuan ini merupakan “lex specialist” atau aturan khusus pada hibah

rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana dimana bencana tidak mengenal tahun

anggaran. Demikian juga dengan pemanfaatan hibah bantuan dana rehabilitasi dan

Gambar 19: Kegiatan Rakor Dalam Rangka Penandatanganan PHD

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 52

rekonstruksi yang tidak harus mengikuti siklus anggaran Januari sampai dengan Desember

pada tahun berjalan. Kekhususan lainnya adalah penyaluran hibah dilakukan secara

sekaligus sejumlah yang tercantum dalam perjanjian hibah.

Berdasarkan kebijakan pengehematan anggaran dari Kementerian Keuangan sebesar 50%,

maka BNPB melakukan perubahan yang semula akan dialokasikan kepada 124 pemda

diubah menjadi 96 pemda dan dilakukan penyesuaian alokasi per daerah. Beberapa daerah

yang semula diusulkan untuk mendapatkan hibah pada tahun anggaran 2016 menjadi

tertunda dan akan diusulkan kembali pada tahun anggaran 2017. Hibah yang dialokasikan

tahun 2016 prioritas untuk penyelesaian pemukiman bagi korban gempa bumi dan tsunami

Mentawai, banjir dan longsor Sulawesi Utara khususnya kota Manado serta bencana lainnya

di berbagai daerah yang berdampak pada sektor tertentu, terutama infrastruktur yang rusak

dan perlu segera diperbaiki agar kerusakan dan kerugian tidak semakin bertambah.

BNPB dalam fungsinya untuk monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan RR

pascabencana melakukan pemantauan secara berkala dan melaporkan progres kegiatan

serta mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan di daerah penerima hibah RR

Pascabencana. Sesuai dengan program priotas nasional dalam rehabilitasi dan

rekonstruksi pascabencana di Kepulauan Mentawai Prov. Sumatera Barat, Kab. Karo, Prov.

Sumatera Utara dan Kota Manado, Prov. Sulawesi Utara, berikut disampaikan progres

kegiatan RR pada ketiga daerah tersebut pada tahun 2016.

1. RR Pasca Gempa Kep. Mentawai

Hingga akhir Desember 2016 huntap telah terbangun 100% yaitu sebanyak 2.072 KK

beserta kelengkapan infrastruktur prasarana lingkungan dan air sanitasi. Sementara itu

pemenuhan terhadap kebutuhan penerangan dari 2.072 KK telah terfasilitasi

penerangan/listrik melalui anggaran RR BNPB dengan daya PLN = 311 KK dan

Gambar 20: Rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa Mentawai

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 53

Kementerian ESDM dengan daya PLTS = 584 KK. Melalui dana hibah RR TA 2015

digunakan untuk memfasilitasi listrik dengan daya PLTS = 778 KK yang

pelaksanaannya tahun 2017 dan ditargetkan selesai bulan November 2017, sedangkan

kekurangan 399 KK akan difasilitasi melalui daya PLN dalam program listrik desa 2017.

2. RR Pasca Banjir Bandang Manado

Pada pemulihan Ex-Situ (Relokasi), sasaran relokasi sebesar 2.054 KK (unit rumah)

dengan target pembangunan tahap I sebesar: 1.000 KK (unit rumah), dengan stimulan

bantuan sebesar Rp40jt/KK (unit rumah) menggunakan pola pemberdayaan

masyarakat. Progres pembangunan rumah ex-situ di Kelurahan Pandu hingga akhir

Desember 2016 selesai terbangun 1.000 unit.

Pada pemulihan In-Situ, sasaran sebesar 3.018 KK (unit rumah), dengan stimulant

bantuan sebesar Rp40jt/KK (unit rumah) untuk rusak berat dan Rp20jt/KK (unit rumah)

untuk rusak sedang dengan pembangunan menggunakan pola pemberdayaan

masyarakat.

Progres pembangunan rumah in-situ tahun 2016 telah terfasilitasi bantuan dana rumah

(BDR) sebanyak 2.030 hingga akhir Desember 2016. Sisanya dana yang tersedia untuk

988 KK (Rusak Berat =537 KK dan Rusak Sedang =451 KK), namun setelah dilakukan

verifikasi dan validasi cukup untuk 1.360 KK (RB=165 KK dan RS=1.195 KK) akan akan

dilanjutkan pada tahun 2017 melalui perpanjangan pemanfaatan dana hibah TA 2015.

Upaya pemulihan sektor sosial berupa penguatan para tokoh agama, upaya ini

sekaligus akan memberikan ruang bagi terbentuknya komunitas relawan kebencanaan

di sektor agama; hal ini sangat dibutuhkan karena sejauh ini upaya penanggulangan

bencana sangat membutuhkan peran dan tanggungjawab lembaga agama, terutama

dalam menguatkan kembali sruktur mentalitas dan spiritualitas masyarakat korban

bencana. Keberadaan para Tokoh Agama di tengah masyarakat hingga saat ini masih

merupakan figur sentral yang relatif masih lebih dipercaya dan didengar oleh

masyarakat. Oleh karena itu, upaya penguatan kapasitas para Tokoh Agama tersebut

akan menjadi bagian strategis dari upaya membangun dan menguatkan kembali

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 54

kesadaran dalam aspek mentalitas dan spiritualitas masyarakat di wilayah

pascabencana.

Upaya pemulihan sektor ekonomi di Kota Manado telah dilakukan dalam kegiatan

Pendampingan Ekonomi ialah usaha kuliner. BNPB telah menyalurkan stimulan berupa

peralatan dan bahan-bahan kepada kelompok yang dibentuk oleh masyarakat di Desa

Karame, Kecamatan Singkil, Kota Manado. Berdasarkan kesepakatan masyarakat,

maka dibentuklah Kelompok Usaha Masyarakat Kuliner Kukis Cerdas. Setelah kegiatan

pendampingan ekonomi dilakukan, BNPB akan melakukan kegiatan pembinaan

pendampingan ekonomi dalam rangka memperkuat kelompok usaha serta peranan

pemerintah daerah

3. Gunung Sinabung Kabupaten Karo

Pada pembangunan huntap relokasi menggunakan dana hibah TA 2015, sasaran

relokasi sebesar 1.683 KK (unit rumah). Hasil verifikasi dan validasi sebanyak 1.682 KK

telah ditetapkan melalui SK Bupati Karo. Besarnya stimulan bantuan dana rumah (BDR)

sebesar Rp. 59,4 juta untuk pembelian tapak rumah dan pembangunan rumah serta

bantuan lahan usaha tani (BDLUT) sebesar Rp.50,6 juta.

Gambar 21: Rehabilitasi dan rekonstruksi pasca banjir bandang Manado

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 55

Pembangunan menggunakan pola pemberdayaan masyarakat dengan mekanisme

relokasi mandiri. Relokasi mandiri adalah masyarakat menyiapkan lahan dan

membangun rumahnya secara mandiri dengan didampingi secara teknis oleh Tim

Pendamping (fasilitator). Pembatasan relokasi mandiri yaitu di luar 7 Km dari puncak

Gunung Sinabung dan atau di luar batas Area Terdampak Langsung (ATL) berdasarkan

rekomendasi PVMBG dan lokasinya masih berada di dalam wilayah Kabupaten Karo.

Progres pembangunan rumah relokasi sampai dengan saat ini telah terealisasi

sebanyak 93 KK sedang proses pembangunan fisik rumah melalui pendampingan Tim

Rekompak Kemen PUPR dan 55 KK telah dicairkan bantuannya karena telah

membangun sendiri rumahnya. Sementara untuk Bantuan Lahan Usaha Tani (BDLUT),

telah terealisasi sebanyak 1.263 KK.

Sehubungan dengan dana bantuan baik rumah dan lahan usaha tani telah tertransfer

dari rekening kas umum daerah ke rekening kelompok masyarakat, maka sifat dana

adalah dana masyarakat sehingga proses pembangunan hunian tetap relokasi mandiri

dapat dilanjutkan pada TA 2017 yang masih akan mendapatkan pendampingan dari

Tim Rekompak Kemen PUPR.

Kegiatan pendampingan sosial dilaksanakan di Kawasan Relokasi Siosar pada masing-

masing desa, yaitu Desa Simacem, Kelompok Tari Siosar mengembangkan pelatihan

tari dan pelatihan tudung serta make up tari. Desa Sukameriah berupa pendampingan

sosial yang dilaksanakan berupa peningkatan kemampuan Bahasa Inggris untuk

siswa/i SD, SMP, dan SMA. Serta Desa Bekerah dilaksanakan revitalisasi Posyandu

Desa bekerah dengan kegiatan berupa Pelatihan Kader Posyandu dan pemberian

makanan tambahan bagi balita.

Upaya pemulihan sektor ekonomi di Kawasan Relokasi Siosar telah dilakukan dalam

kegiatan Pendampingan Ekonomi ialah usaha keripik kentang. BNPB telah

menyalurkan stimulan berupa peralatan dan bahan-bahan kepada kelompok yang

dibentuk oleh masyarakat di Desa Simacem, Kawasan Relokasi Siosar, Kabupaten

Karo. Berdasarkan kesepakatan masyarakat, maka dibentuklah Kelompok Usaha

Bersama (KUB) Simacem Simalem. BNPB telah memberikan lima (5) set alat

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 56

pengolahan keripik kentang untuk kelompok tersebut. Setelah kegiatan pendampingan

ekonomi dilakukan, BNPB akan melakukan kegiatan pembinaan pendampingan

ekonomi dalam rangka memperkuat kelompok usaha serta peranan pemerintah

daerah.

Dalam upaya peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pascabencana

BNPB memberikan dorongan berupa stimulan dalam memulihkan penghidupan sosial

ekonomi masyarakat dilakukan dengan melalui pendampingan ekonomi, pembinaan

pendampingan ekonomi, dukungan pemasaran, pendampingan sosial serta gelar budaya.

Gambar 22: Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca erupsi Sinabung

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 57

1) Pendampingan Ekonomi

BNPB selama tahun 2016 telah melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam bentuk

pendampingan pada sektor ekonomi. Pendampingan ini menjadi stimulan masyarakat

terdampak agar menjadi semakin lenting dan resisten terhadap bencana yang baru saja

mereka alami.

Hasil dari kegiatan ini telah mengangkat dan meningkatan kemampuan ekonomi warga

diwilayah kebencanaan, serta ketangguhan masyarakat dalam hal memulihkan kondisi

ekonomi pasca bencana, mendorong terciptanya kearifan lokal dalam memanfaatkan potensi

dan sumberdaya lokal yang ada untuk mencegah atau mengurangi dampak kebencanaan

(jika sewaktu-waktu datang kembali) dan menimpa perekonomian masyarakat.

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 58

Pelaksanaan kegiatan Pembinaan pendampingan ekonomi merupakan keberlanjutan

program pendampingan ekonomi yang berfokus pengembangan usaha komoditas unggulan

berbasis sumberdaya lokal. Pada tahun 2016 BNPB menginisiasi beberapa perjanjian antara

BNPB, BPBD dan SKPD pemerintah daerah untuk menjaga keberlanjutan program

pemulihan ekonomi berupa stimulan untuk kelompok masyarakat terdampak yang telah

dimulai sejak tahun 2015. Dengan campur tangan pemerintah daerah maka kelompok

masyarakat yang masih mendapatkan pendampingan diarahkan agar mereka semakin

mandiri.

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 59

2) Dukungan Pemasaran Kelompok Terdampak Bencana

Dukungan Pemasaran Kelompok Terdampak

Bencana Merupakan kegiatan publikasi yang

diharapkan ada dukungan pemasaran pada

kelompok korban terdampak bencana yang sudah

mulai bangkit memperbaiki perekonomiannya.

Melalui kegiatan pameran juga diharapkan dapat

membantu mempromosikan produk yang dihasilkan

korban terdampak bencana, sehingga dapat

meningkatkan penjualan dan pendapatan. Adapun

dalam tataran pelaksanaan kegiatan berupa

pameran dengan melibatkan dan menampilkan

produk hasil karya masyarakat terdampak bencana

yang diselenggarakan di Jakarta, Bali, Surabaya,

Batam, Manado, Semarang dan Yogyakarta

Pemulihan dan Peningkatan Sosial Pascabencana

1) Pendampingan Sosial

BNPB melaksanakan program dan kegiatan

Pendampingan Sosial di daerah pascabencana

dengan pola pemberdayaan masyarakat dengan

fasilitasi pendampingan dari tenaga- tenaga

profesional pemberdayaan masyarakat. Kegiatan

ini telah berjalan dan mendapat apresiasi positif

dari masyarakat karena kebutuhan sosial mereka

menjadi terpenuhi. Bahkan beberapa kelompok

masyarakat yang terdampak bergantung terhadap

pemulihan sosial yang terdiri dari seni dan budaya lokal. Dampak langsung dari kegiatan ini

adalah terbangunnya hubungan antara kelompok masyarakat di wilayah terdampak bencana

yang tadinya tersekat dengan stratifikasi sosial. Diharapkan pola hubungan yang terbangun

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 60

didalam masyarakat menjadi semakin solid dalam menghadapi bencana.

2) Gelar Budaya

Kegiatan Gelar Budaya di Wilayah Pascabencana adalah memulihkan dan meningkatkan

kesejahteraan sosial di wilayah pascabencana menumbuhkan kembali semangat, motivasi

dan kepercayaan diri masyarakat pascabencana berdasarkan kesenian yang berkembang

sesuai dengan masyarakat di wilayah pascabencana pada tahun 2016 ini dilaksanakan di

di Kab Minahasa Selatan dan Kab Tasikmalaya. Gelar Budaya adalah salah satu upaya

BNPB untuk memulihkan sektor sosial serta menumbuhkan kembali kearifan lokal

masyarakat terdampak bencana. Melalui gelar budaya, BNPB berhasil mengangkat

semangat masyarakat untuk bersosialisasi, menyamakan persepsi dan semangat dalam

penanggulangan bencana di wilayahnya. Dampak yang bisa dirasakan langsung oleh

masyarakat adalah bagaimana mereka tetap menjaga kearifan lokal khususnya dalam

pengurangan risiko bencana. Dengan peranan BNPB selanjutnya mereka dapat lebih

resisten dan memiliki daya lenting untuk menghadapi bencana di wilayahnya

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 61

Dalam pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi, beberapa inovasi yang

telah dilakukan BNPB antara lain:

a) Aplikasi Pendukung dalam Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi

(RR)

Seluruh aplikasi RR akan

diintegrasikan dalam sebuah

web RR, sebagai basis data

dijital dari seluruh rangkaian

kegiatan rehabilitasi dan

rekonstruksi pascabencana

guna mendukung program

peningkatan penyelenggaraan

rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana berbasis e-Governance.

Gambar 23: Penampilan tarian dari masyarakat terdampak bencana

dalam Kegiatan Gelar Budaya Kab Tasikmalaya dan

Minahasa Selatan

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 62

e-Jitupasna

Pengkajian Kebutuhan Pascabencana (Jitupasna) merupakan tahap awal yang

dilakukan dari rangkaian proses rehabilitasi dan rekonstruksi di daerah

pascabencana. Dalam rangka meningkatkan akurasi Jitupasna berupa kajian

dampak, akibat serta kebutuhan pemulihan pascabencana secara cepat, tepat,

akurat dan terpadu, dikembangkan aplikasi e-Jitupasna untuk memudahkan

proses pengkajian tersebut. e-Jitupasna dilengkapi dengan Petunjuk teknis, buku

panduan, serta aplikasi desktop dan web-based, yang telah digunakan pada

tahap perencanaan RR Pascabencana baik di BNPB maupun di BPBD.

Pemanfaatan e-jitupasna mendukung kinerja peningkatan penyelesaian

rehabilitasi dan rekonstruksi di daerah pascabencana dengan cepat, tepat dan

terintegrasi.

e-Proposal

Aplikasi e-proposal rehabilitasi dan rekonstruksi bertujuan untuk menertibkan

pemasukan proposal/usulan bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana

yang disampaikan oleh pemerintah daerah (BPBD prov/kab/kota) kepada BNPB

melalui satu pintu secara online. Hal ini dilakukan untuk menjaga akuntabilitas,

efektivitas dan efisiensi. Hanya proposal yang memenuhi syarat administrasi

Gambar 24: Aplikasi e-Jitupasna

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 63

lengkap yang akan mendapat nomor registrasi dan layak ditindaklanjuti untuk

verifikasi lapangan. Pembuatan rancangan e-proposal sudah selesai dan uji coba

kepada beberapa BPBD telah dilakukan pada tahun 2016. Tahap selanjutnya

perlu disosialisasikan kepada seluruh BPBD dan dibuat aturan/legislasi untuk

penerapan/implementasinya.

e-Pelaporan

e-Pelaporan merupakan aplikasi yang mendukung pelaporan kegiatan

rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana terkait pemanfaatan hibah

pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam rangka bantuan pendanaan

kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana. Tujuan dari e-pelaporan

adalah untuk memudahkan pembuatan laporan, meminimalisir kesalahan dalam

pembuatan laporan, mempercepat penyampaian laporan dan menyediakan

database dan arsip elektronik pelaporan.

e-Pelaporan mulai diaplikasikan pada pemerintah daerah penerima dana hibah

RR sejak tahun anggaran 2015. Pada aplikasi ini tersimpan seluruh data

pelaksanaan RR mulai dari data penyaluran, rencana kerja (RKA) sampai

dengan progress triwulan dan laporan akhir.

Gambar 25: Aplikasi e-proposal

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 64

e-Asset

Pengembangan e-Asset dilakukan untuk inventarisasi seluruh aset fisik hasil

kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi tahun 2009 s.d 2013. Tujuan pelaksanaan

kegiatan ini adalah untuk menyediakan database hasil kegiatan rehabilitasi dan

rekonstruksi pascabencana dengan lingkup kegiatan adalah seluruh hasil

kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi yang menggunakan alokasi dana APBN

pada DIPA BNPB tahun anggaran 2009, 2010, 2011 dan 2013 yang dikelola oleh

provinsi/kabupaten/kota penerima dana.

Proses inventarisasi dan manajemen database dilakukan secara bertahap, mulai

dari April 2015 dan masih berlangsung hingga saat ini. Diharapkan seluruh aset

fisik hasil kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dapat diinventarisasi sehingga

mempermudah dalam monitoring dan evaluasi secara keseluruhan, terhadap

kebijakan, pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di daerah secara

komprehensif. Untuk selanjutnya hasil e-Asset akan terkoneksi dengan e-

Pelaporan yang menghasilkan database komprehensif seluruh kegiatan RR

pascabecana mulai dari 2009 sampai dengan saat ini.

Gambar 26: Aplikasi e-pelaporan

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 65

Mapping asset

Mapping asset merupakan kegiatanpemetaan rumah dan aset fisik hasil kegiatan

rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana berbasis web-GIS. Kegiatan ini

terutama dimaksudkan guna melengkapi informasi spasial dari basis data aset

kegiatan RR Pascabencana tahun 2009 – 2013.

Kegiatan ini dilakukan secara bertahap, dimulai pada tahun Anggaran 2015.

Kegiatan dilakukan dengan membangun aplikasi berbasis web untuk

menampilkan hasil pemetaan aset yang dilaksanakan di 5 (lima) provinsi yaitu

Sumatera Barat, Jawa Tengah, DIY, Papua dan Papua Barat. Pada tahun 2016,

kegiatan pemetaan aset dilanjutkan dengan mengembangkan aplikasi untuk

survey lapangan dalam bentuk aplikasi mobile berbasis android. Pemetaan

dilaksanakan di 2 (dua) provinsi yaitu Aceh dan NTB.Untuk selanjutnya, akan

dilakukan pemetaan rumah dan aset rehabilitasi dan rekonstruksi untuk wilayah

yang belum tercover pada T.A 2015 dan 2016.

Gambar 27: Aplikasi e-asset

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 66

b) Indeks Pemulihan Pascabencana

Indeks pemulihan pascabencana adalah indeks yang mengukur pelaksanaan rehabilitasi

dan rekonstruksi pascabencana pada suatu daerah/wilayah/kawasan terdampak

bencana melalui perkembangan data dan informasi kondisi sosial ekonomi

masyarakatnya. Salah satu metoda yang digunakan adalah Indonesia Post Disaster

Recovery Index (Ina-PDRI), suatu metoda yang dikembangkan dan diperkenalkan oleh

penggiat rehabilitasi dan rekonstruksi di Indonesia, diantaranya BNPB, BPS, Akademisi,

UNDP, dll.

Rumusan Ina-PDRI yang digunakan untuk menghitung Indeks pemulihan ekonomi di

wilayah pascabencana adalah indeks komposit yang terdiri dari beberapa indeks dari

aspek: (1) pendidikan, (2) kesehatan dan (3) ekonomi.

Gambar 28: Mapping Asset

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 67

Cara pengumpulan data (berupa data kualitatif dan kuantitatif) adalah dengan survey,

wawancara, dan pengamatan, serta desk studi dari dokumen yang tersedia, meliputi:

1) Data subjek terkait dengan opini, sikap, pengalaman, dan karakteristik;

2) Data fisik terkait dengan fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas ekonomi dan infrastruktur;

3) Data dokumenter seperti jurnal, laporan kegiatan, hasil kajian.

Adapun parameter yang diukur adalah sebagai berikut:

1) Aspek pendidikan berupa Angka partisipasi murni (APM) SD, SLTP dan SLTA.

2) Aspek Ekonomi berupa Angka Partisipasi Angkatan Kerta (TPAK), dan

3) Aspek kesehatan berupa Angka Kesakitan (Morbidity).

Pada tahun anggaran 2016 telah dilaksanakan pengukuran indeks pemulihan

pascabencana metoda Ina-PDRI di 30 kabupaten/kota, termasuk diantaranya adalah

wilayah yang terdampak bencana masif, yaitu Kabupaten Karo Sumatera Utara,

Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat, dan Kota Manado Sulawesi Utara.

Pada tahun anggaran 2017 direncanakan pelaksanaannya akan dikembangkan di

kabupaten/kota penerima dana hibah rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana tahun

anggaran 2015. Dengan menggunakan metode penentuan jumlah sampel untuk

menentukan jumlah KK pada masyarakat terdampak bencana yang diwawancarai

dengan purposive sampling, pelaksanaan pengukuran Indeks Pemulihan Bencana (Ina-

PDRI) di 30 kabupaten/kota menunjukkan :

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 68

tingkat kesejahteraan adalah suatu komposit indeks yang terdiri dari indeks

pemulihan aspek pendidikan, indeks pemulihan aspek kesehatan dan indeks

pemulihan aspek ekonomi.

peningkatan nilai indeks Ina-PDRI rata-rata dari tahun 2014 ke tahun 2015 adalah

sebesar 2,46%.

Kesimpulan hasil perhitungan Ina-PDRI di 30 kabupaten/kota kajian bahwa telah terjadi

peningkatan nilai indeks pemulihan ekonomi dari saat terjadinya bencana sampai

dengan tahun 2015. Peningkatan nilai indeks Ina-PDRI rata-rata dari tahun 2014 ke

tahun 2015 adalah sebesar 2,46%. Peningkatan nilai ini artinya adalah upaya dari

pemerintah khususnya BNPB telah mampu membantu mendorong masyarakat

terdampak agar dapat kembali hidup mandiri dengan segala sumber daya yang

dimilikinya. Karena pencapaian-pencapaian program BNPB pada masa pemulihan

pascabencana memang mengupayakan masyarakat agar tidak berlarut-larut

tenggelam dalam suasana bencana. Oleh karena itu masih diperlukan program

rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana untuk mencapai terjadinya pemulihan

seperti sedia kala atau kearah yang lebih baik lagi.

Beberapa penghargaan yang diterima oleh BNPB dalam kegiatan pameran yang diikuti

selama tahun 2016 adalah:

1) Penghargaan meraih juara

2 kategori stand terbaik

dalam acara Pameran

Invesda Expo di Jogjakarta

pada tanggal 26-29 Mei

2016.

2) Penghargaan meraih Juara

Harapan 2 kategori umum

penataan display produk

terbaik dalam acara Batik

Bordir dan Aksesoris Fair di

Surabaya pada tanggal 11-

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 69

15 Mei 2016.

3) Penghargaan sebagai kategori stand terbaik dalam acara Batam Creative Industry Expo

2016 15-19 September 2016 di Mega Mall, Batam.

4) Penghargaan meraih juara 2 kategori stand terbaik dalam acara Pameran KTNA Expo di

Samarinda Convention Hall, Kalimantan Timur pada tanggal 23-26 September 2016.

Dalam penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi selama tahun 2016, BNPB

melakukan koordinasi dengan berbagai Instansi di lingkup nasional dan internasional dengan

beberapa capaiannya adalah :

a) Peran BNPB dalam Working Group Recovery

Dalam penanggulangan bencana di level ASEAN, Indonesia dalam hal ini BNPB

khususnya Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi memiliki dipercaya menjadi co chair

dalam keanggotaan Working Group Recovery (WGR). BNPB berpartisipasi aktif dalam

capaian ADDMER WORK PROGRAME sejak tahun 2009 - 2016.

WGR bekerja sesuai dengan rumusan yang tertera dalam AADMER Priority Programme

7: RECOVER, bercita-cita untuk memberdayakan negara-negara anggota ASEAN dalam

melakukan pemulihan bencana dengan cepat dan berbasiskan kemampuan serta

sumber daya lokal yang ada.

Beberapa output aktifitas kegiatan yang dilakukan berikut peran serta BNPB adalah

sebagai berikut:

1. Menyebarluaskan Panduan Referensi Pemulihan Bencana ASEAN untuk

membangun kesadaran di antara lembaga pemerintah mengenai pengaturan

pemulihan yang dibutuhkan, yang pada pertemuan ke 6 WGR di Nay Pyi Taw,

Myanmar dilakukan diseminasi dan pelatihan simulasi (SIMEX) penggunaan buku

panduan tersebut bagi negara-negara anggota WGR.

2. Memperkenalkan beberapa alat untuk penilaian/assessment (PDNA dan penilaian

dampak sosial), serta monitoring dan evaluasi (Indeks Pemulihan) dan disesuaikan ke

dalam konteks ASEAN. BNPB berkontribusi dan berbagi tools/alat assessment yang

telah dibuat, yakni Jitu Pasna/PDNA, e-PDNA/elektronic PDNA, Post-Disaster

Rehabilitation and Reconstruction dan Post-Disaster Recovery Index/PDRI.

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 70

3. Membentuk Forum Pemulihan Reguler ASEAN, dilakukan back-to-back dengan sesi

terbuka Kelompok Kerja Pemulihan ACDM, untuk mengumpulkan mitra, sektor

swasta, dan pemangku kepentingan lainnya, guna mengembangkan pengaturan

pemulihan pra-bencana di wilayah bencana.

b) Inisiasi BNPB dalam Pembentukan Forum RR Pascabencana

Pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana pada tahap rehabilitasi dan

rekonstruksi yang bertujuan untuk memulihkan kehidupan masyarakat di wilayah

yang terkena bencana berjalan lambat dan tidak tuntas. Persoalan ini telah

mengakibatkan penderitaan masyarakat korban bencana menjadi berkepanjangan

dan memicu terjadinya gejolak sosial dan turunnya kepercayaan masyarakat

terhadap Pemerintah Pusat dan Daerah. Terhadap permasalahan tersebut, dalam

rangka peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana, harus

ditingkatkan efektivitas fungsi pelaksanaan hubungan kerja dengan multi pihak, baik

K/L, dunia usaha seperti BUMN/D dan swasta serta Perguruan Tinggi yang dapat

mendorong setiap pihak yang potensial terlibat dalam pemenuhan komitmen untuk

berpartisipasi dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah yang

terdampak bencana, sehingga pemulihan kehidupan masyarakat yang terkena

bencana dapat segera terwujud.

Gambar 29: Buku ASEAN Disaster Recovery Reference Guide

Foto 2 dan 3: Buku Pelatihan PDRR & PDNA

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 71

Fungsi pelaksanaan hubungan kerja dimaksud akan dapat diefektifkan dilakukan

melalui pembentukan Forum RR Pascabencana yang dibagi dalam klaster sesuai

bidangnya, yang telah diinisiasi rancangan pembentukannya oleh BNPB pada tahun

anggaran 2016 melalui koordinasi dengan berbagai stakeholder dan penyusunan

draft pedomannya akan dilanjutkan pada TA 2017. Melalui Forum ini diharapkan

akan secara aktif dilakukan pemantauan terhadap daerah yang memerlukan bantuan

RR dan menjaringpenyediaan pendanaan dengan metode konstruksi yang

membangun lebih baik dan lebih aman yang berbasis pengurangan risiko bencana.

c) Apresiasi BNPB terhadap Kontribusi Lembaga Eksternal dalam Penanggulangan

Bencana

Dalam rangka meningkatkan kordinasi antar stakeholder BNPB khususnya bidang

rehabilitasi dan rekonstruksi ikut mengambil peran pada kegiatan bulan

Pengurangan Risiko Bencana yang dibarengi dengan kegiatan ACDM ke 24, yang

dilaksanakan di Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara, berupa kegiatan pameran

Gambar 30: Kegiatan koordinasi dalam rangka inisiasi pembentukan Forum RR dengan Interdep, Dunia Usaha/Lembaga Non Pemerintah/Lembaga Internasional dan Perguruan

Tinggi

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 72

kebencanaan. Tiap instansi/lembaga yang bekerja di bidang kebencanaan dapat

menunjukkan hasil kinerjanya kepada masyarakat, BPBD Se-Indonesia dan negara-

negara ASEAN.

Pengunjung yang datang setiap harinya

mencapai 1.500 orang dari berbagai

kalangan dari prkatisi, anak sekolah,

BPBD Se-Indonesia dan juga

masyarakat setempat karena pameran

juga menjadikan salah satu media

edukasi penanggulangan bencana bagi

masyarakat Kota Manado dan

sekitarnya. Selain itu, Pameran PRB

turut dikunjungi oleh para pejabat,

antara lain Sekjen Kemenkes, Kepala

BMKG, para bupati/walikota, Kepala

Pelaksana BPBD provinsi/kabupaten/kota, perwakilan dari Kementerian Bappenas,

perwakilan dari Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan,

Gambar 32: Penyerahan Penghargaan Kepada Peserta

Pameran Terbaik dalam Pameran

PRB Manado oleh Kepala BNPB

Gambar 31: Penyelenggaraan Pameran PRB Manado dikunjungi juga oleh Kepala BMKG dan Bupati Minahasa

Utara.

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 73

perwakilan dari Kementerian Perhubungan, perwakilan dari Badan Pusat Statistik, dan

perwakilan dari Kementerian Pertanian.

Melalui kegiatan pameran diharapkan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat

tentang kegiatan kebencanaan serta memberikan aperesiasi kepada pelaku-pelaku

kebencanaan dilapangan. Penyerahan hadiah, sertifikat, dan tropi diberikan oleh

Kepala BNPB untuk apresiasi yang diberikan, BNPB berharap dapat terus

mensinergikan antar elemen-elemen stakeholder agar penanggulangan bencana

dapat terjaga dan semakin baik koordinasinya.

Bidang rehabilitasi dan rekonstruksi BNPB didukung oleh 54 orang pegawai negeri sipil dan

17 orang tenaga pendukung. Jumlah tersebut masih belum memadai mengingat besarnya

beban kerja yang tidak sebanding dengan jumlah sumber daya manusia. Selain itu,

dikarenakan kebijakan penghematan anggaran yang dilakukan pada 2016, terdapat

beberapa kegiatan terkait pengembangan kapasitas sumber daya yang tidak dapat

dilaksanakan. Hal tersebut secara langsung tidak mempengaruhi output kinerja, namun

cukup penting dalam mendukung kinerja bidang rehabilitasi dan rekonstruksi secara

keseluruhan. Untuk itu masih diperlukan peningkatan sumber daya baik dari segi jumlah

maupun kapasitas karyawan guna meningkatan kinerja dalam bidang rehabilitasi dan

rekonstruksi.

Prosentase Daerah Yang Memiliki Logistik Dan Peralatan Penanggulangan Bencana Yang Memadai

Dalam Penanggulangan Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana sudah

mendukung kegiatan penanggulangan bencana yang memadai keseluruh provinsi yang ada

di Indonesia. Dimulai dengan pengadaan sampai kepada pendistribusian dan pelatihan

sumber daya manusia di daerah untuk memenuhi standar yang dibutuhkan untuk

Sasaran Strategis 4: Tersedianya Logistik dan Peralatan Penanggulangan

Bencana Yang Memadai

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 74

menanggulangi bencana khususnya dibidang logistik dan peralatan. Terdapat 10 Paket

bantuan logistik dan 19 Paket peralatan yang didorong kedaerah dalam rangka kesiap

siapsiagaan dan penguatan kelembagaan. Pemberian bantuan logistik dan peralatan

dilakukan untuk mendukung kesiapan daerah dalam penanggulangan bencana dan untuk

menurunkan indeks risiko, selain hal tersebut untuk mendukung dalam siaga darurat ketika

bencana terjadi, hal ini ditujukan untuk membuat BPBD serta masyarakat segera mendapat

bantuan tidak kurang dari 72 hari.

Sampai dengan tahun 2016, sudah terbentuk sebanyak 501 BPBD Prop/Kab/Kota, dari total

BPBD Provinsi/Kabupaten/Kota tersebut yang telah menerima bantuan logistik dan

peralatan rata-rata sebesar 50,20% dari target 45%, atau dengan capaian kinerja sebesar

111,55%, dengan rincian penggunaan Anggaran sebagai berikut :

Tabel 15. Rencana & Realisasi Capaian Sasaran Logistik dan Peralatan

No Indikator Kinerja

Capaian 2015

Tahun 2016 Angaran 2016

Target Realisasi Tersedia Realisasi Realisasi

1

Prosentase Daerah yang memiliki Peralatan Penanggulangan Bencana yang memadai

45.00% 45,00% 50.20% 477.541.000.000 476.713.422.004 99,83%

Penghitungan Peningkatan dukungan bantuan logistik ke BPBD dari tahun 2012 sampai

dengan tahun 2016 sebagai berikut:

Tabel 16. Dukungan Bantuan Logistik dan Peralatan ke BPBD Prov/Kab/Kota

TAHUN LOGISTIK

(Prov/Kab/Kota) %

PERALATAN (Prov/Kab/Kota)

% TOTAL %

RATA-RATA

2012 95 18.96 186 37.13 281 28.04

2013 122 24.35 492 98.20 614 61.28

2014 100 19.96 392 78.24 492 49.10

2015 101 20.16 501 100.00 602 45.00

2016 250 49.90 253 50.50 503 50.20

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 75

Gambar 33: BPBD Penerima bantuan Logistik dan Peralatan tahun 2012 s/d 2016

Bila dibandingkan dengan capaian keuangan dengan tahun sebelumnya (tahun 2012

s/d 2016) sebagai berikut:

Tabel 17. Perbandingan Capaian Keuangan Tahun 2012 s/d 2016

TAHUN Dana DIPA (Rp.) Realisasi (Rp.) % Capaian

2012 490,570,000,000 461,769,464,386 94.13%

2013 520,291,548,000 516,044,870,199 99.18%

2014 363,022,180,000 360,064,196,002 99.19%

2015 477,422,068,000 473,674,444,559 99.22%

2016 477,541,000,000 476,713,422,004 99.83%

Dalam penganggulangan bencana berkaitan dengan logistik dan peralatan BNPB tidak

hanya mendukung bantuan logistik dan peralatan, namun juga melakukan kegiatan-

kegiatan yang bersifat mendukung sasaran strategis utama yang dituangkan kedalam

bentuk kegiatan yaitu:

1. Peningkatan Kapasitas SDM di tingkat BPBD melalui kegiatan Peningkatan

pengetahuan manajemen logistik dan Pembekalan/Workshop Logistik dan

Peralatan, Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan bidang manajemen

logistik peralatan bagi BPBD 33 Provinsi.

2012 2013 2014 2015 2016

95 122 100 101

250186

492

392

501

253281

614

492

602

503

GRAFIK BPBD PENERIMA BANTUAN LOGISTIK DAN PERALATAN TAHUN 2012 S/D 2016

LOGISTIK PERALATAN TOTAL

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 76

2. Kegiatan Inventarisasi Ketersediaan & Kebutuhan logistik dan peralatan bagi BPBD

33 Provinsi Kegiatan ini untuk mengetahui kebutuhan logistik dan peralatan dari

masing – masing BPBD, serta untuk mengetahui ketersediaan logisik dan peralatan

di BPBD. Kegiatan gelar peralatan, Dengan diselenggarakannya kegiatan ini

bertujuan agar BNPB memiliki kesiapan dalam menghadapi situasi darurat bencana,

baik dari segi SDM nya maupun dari segi peralatan PB.

3. Penilaian kebutuhan logistik dan peralatan di BPBD Provinsi/Kab/Kota, Dari hasil

kegiatan penilaian kebutuhan akan menghasilkan data kebutuhan dari masing –

masing BPBD, dan dari data tersebut akan dijadikan acuan pengadaan logistik dan

peralatan di tahun mendatang.

4. Penguatan manajemen logistik dan peralatan di daerah rawan bencana

5. Menyusun Pedoman/ Petunjuk Pelaksanaan / Petunjuk Teknis / SOP terkait logistik

dan Peralatan. Dengan adanya peraturan diharapkan dalam melaksanakan tugas

dan fungsinya akan sesuai kaidah yang berlaku, dan akam meningkatkan kinerja

BNPB

6. Pengadaan logistik dan peralatan, Diharapkan ketersediaan logistik dan peralatan

yang akan mendukung penanggulangan bencana di daerah

7. Distribusi logistik dan peralatan ke BPBD Prov/Kab/Kota, Kegiatan ini menyalurkan

logistik dan peralatan ke 34 Provinsi yang merupakan bentuk bantuan penguatan.

8. Monitoring dan evaluasi logistik dan peralatan di 33 propinsiMelakukan monitoring

dan evaluasi guna mengetahui hasil dukungan logistik dan peralatan, dan

mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan logistik dan peralatan apakah telah sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

Pemanfaatan Logistik dan Peralatan Penanggulangan Bencana saat terjadi bencana

Pada saat masa tanggap darurat Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana

senantiasa siap siaga untuk memberikan bantuan baik berupa logistik maupun Peralatan

penanggulangan Bencana, berikut ini adalah pemanfaatan Logistik Peralatan

Penanggulangan Bencana pada saat tanggap darurat bencana.

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 77

Gambar 34: Pengiriman Paket Bantuan Logistik di Banjir Sampang Madura

Gambar 35: Proses Pendistribusian Bantuan Logistik yang Siap Kirim

Gambar 36: Proses Pendistribusian Bantuan Logistik yang Siap Kirim

Gambar 37: Pemanfaatan Logistik di Banjir Jawa Barat

Gambar 38: Logistik yang Telah diterima Masyarakat

Gambar 39: Proses Bongkar Logistik di Kabupaten Garut

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 78

Gambar 40: Pemanfaatan Tenda Pengungsi BNPB sebagai Sekolah sementara pada

bencana Gempa Bumi Pidie Jaya

Gambar 41: Pemanfaatan Tenda Pengungsi BNPB sebagai Sekolah

sementara pada bencana Gempa Bumi Pidie Jaya

Gambar 42: Pemanfaatan Mobil Tangki Air untuk suplai air bersih pada bencana

Gempa Bumi Pidie Jaya

Gambar 43: Pemanfaatan Mobil Dapur Umum Lapangan sebagai Sarana Dapur Umum pada bencana Gempa Bumi Pidie

Jaya

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 79

Dengan terpenuhinya dukungan logistik dan peralatan, hasil yang dicapai adalah:

a. Semua pihak yang terkait dalam penanganan bencana baik Pemerintah Pusat

(BNPB) maupun Pemerintah Daerah (BPBD) lebih siap, cepat dan tanggap dalam

menghadapi ancaman bencana.

b. Dapat menguatkan kelembagaan penanggulangan bencana dalam sarana dan

prasarana di BPBD daerah.

c. Dengan adanya penguatan berupa persiapan logistik dan peralatan di daerah,

maka ketika terjadi bencana BPBD Propinsi/Kabupaten/Kota dapat

mengantisipasi kejadian bencana atau dengan kata lain risiko bencana yang

datang dapat dikurangi.

Rata-rata Waktu Penyebaran Informasi Kejadian Bencana

Indikator kinerja utama (IKU) selanjutnya adalah rata-rata waktu penyebaran informasi

kejadian bencana. Pencapaian IKU pada 2016 sangat baik, yaitu sebesar 199%. Target

rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana pada tahun 2016 selama 4,5 jam

dan BNPB mampu merealisasikan dalam waktu rata-rata sudden on set dan slow on set

2,26 jam. Sementara itu, sebagai perbandingan target BNPB pada 2015 selama 5 jam dan

2019 nanti selama 3 jam. Berikut ini perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian

kinerja pada tahun sebelumnya.

Tabel 18: Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dan 2016

No Tahun Target Pencapaian Persentase

1 2015 5 jam 3,5 jam 155%

2 2016 4,5

jam

2,26 jam 150%

3 2019 3 jam N/A

Sasaran Strategis 5: Terlaksananya Peningkatan Kapasitas Pelayanan dan

Kinerja Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 80

BNPB menilai bahwa penyebaran data dan informasi sangat penting dengan latar

belakang prinsip keselamatan jiwa dan seminimum mungkin kerugian dampak bencana.

Target penerima dan pengguna data dan informasi tersebut adalah publik, seperti

masyarakat dan media massa. Di samping itu, BNPB juga memandang mitra kerja seperti

kementerian/lembaga, TNI, Polri, pemerintah daerah, lembaga non-pemerintah, organisasi

masyarakat, lembaga donor, maupun dunia usaha yang memiliki kepedulian di bidang

bencana untuk mendapatkan data dan informasi. Melihat pencapaian dalam penyebaran

data dan informasi, BNPB menggunakan media atau kanal yang dapat diakses secara

mudah oleh publik. Penyebaran data dan informasi bencana yang dilakukan melalui

beberapa media, sebagai berikut:

1. Sosial media (Whatsapp, Instagram, Twitter, Facebook, Line)

2. Sistem Informasi/Aplikasi (website BNPB, InAWARE, Pantauan Bencana,

Geospasial)

3. Pendekatan Media Massa (konferensi pers, siaran pers)

Secara ringkas, alur data dan informasi yang disebarkan kepada publik bersumber dari

monitoring room BNPB, pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di

tingkat provinsi, kabupaten/kota, pejabat BPBD di tingkat provinsi, kabupaten/kota serta

stakeholders, seperti Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Pusat

Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi.

Data dan informasi dari Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB digunakan sebagai acuan

informasi oleh media massa dalam bentuk berita di media online, running text di televisi

serta berita di media konvensional, seperti koran. Pada era teknologi informasi, media

sosial merupakan kanal yang paling efektif dalam penyebaran data dan informasi kejadian

bencana. Cara kerja penyebaran data dan informasi kejadian bencana yang cepat

dilakukan yaitu BNPB membroadcast berita via Whatsapp dan media massa menerbitkan

berita berdasarkan sumber BNPB tersebut.

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 81

Media sosial Whatsapp mampu menyimpan 250 database kontak wartawan dari media

massa lokal, nasional maupun internasional. Strategi Pusat Data, Informasi dan Humas

BNPB mengganti media sosial dari Blackberry Messenger (BBM) ke Whatsapp karena

beberapa hal sebagai berikut:

1. Aplikasi lebih popular dan mudah dalam penggunaan untuk berkomunikasi via

smartphone

2. Kemampuan untuk mengirimkan text dengan karakter tidak terbatas, gambar, suara

dan video

3. Kapasitas penyimpan contact person besar di dalam grup.

Melalui media atau kanal yang dimiliki BNPB, informasi dapat disampaikan secara cepat

kepada masyarakat, khususnya kejadian bencana, upaya penanganan dan

perkembangan terkini pascabencana.

Rata-rata penyebaran informasi kebencanaan slow on set adalah 3 jam 10 menit dan

sudden on set adalah 1 jam 43 menit. Kecepatan penyebaran informasi ini didukung oleh

penyampaian laporan kejadian bencana yang cepat dari daerah ke pusat. Hal ini tidak

terlepas dari bantuan Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB ke BPBD-BPBD di tingkat

daerah berupa peralatan radio komunikasi, teknologi informasi, pembentukan pusat

pengendali operasi dan mobil komunikasi. Perkembangan teknologi informasi dan

mudahnya masyarakat dalam mengakses berita membuat penyampaian informasi

kebencanaan lebih cepat sampai kepada masyarakat.

Peningkatan Penyebaran Informasi kejadian bencana yang dilakukan BNPB:

a. Rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana untuk kejadian bencana slow

on set (durasi waktu 5 jam pasca bencana)

Penyebaran data dan informasi kejadian bencana slow on set mengarah kepada

kejadian bencana yang sebelumnya dapat diprediksikan, seperti banjir, tanah longsor,

dan erupsi gunung api. Sebagai contoh pada kejadian bencana erupsi gunungapi,

lembaga yang berwenang, PVMBG – Badan Geologi akan menetapkan status dan

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 82

rekomendasi terkait dengan gunungapi (umumnya kenaikan status diberlakukan pada

durasi 1 – 2 jam kemudian sebelum kejadian). Data dan informasi yang berupa status

dan rekomendasi tersebut mengalami proses analisis hingga pernyataan resmi

pemerintah pertama ke publik melalui Whatsapp (khusus media massa), Twitter, dan

website BNPB pada durasi 5 – 10 menit. Setelah itu, jika terjadi bencana, dalam durasi

30-60 menit, pemerintah mengeluarkan pernyataan resmi kedua ke publik yang berisi

analisis lebih lanjut berupa dampak dan penanggulangan kejadian bencana.

Indikator yang digunakan dalam mengukur sasaran strategis ini adalah:

Terbangun koordinasi dalam bentuk pertukaran data dan informasi antara BNPB,

BMKG, PVMBG-Badan Geologi, Badan Informasi Geospasial (BIG), Badan Pusat

Statistik (BPS), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), BPBD di

tingkat provinsi, kabupaten/kota serta mitra penanggulangan bencana, seperti

Palang Merah Indonesia, Taruna Siaga Bencana, lembaga Perserikatan Bangsa

Bangsa, lembaga non-pemerintah, dan lembaga donor.

Integrasi data kependudukan BPS dan informasi geospasial wilayah terdampak

dari BNPB.

Publik mendapatkan informasi terkini terkait tanggap darurat bencana di lokasi

bencana.

Tersebarnya informasi, yang bersumber dari BNPB, di media massa baik

nasional maupun lokal.

BNPB sebagai acuan media massa dalam menginformasikan kejadian bencana

Dengan capaian ini informasi kejadian bencana bisa lebih cepat dari yang ditargetkan

sehingga memungkinkan masyarakat atau para pemangku kepentingan untuk

melakukan langkah-langkah antisipasi. Dengan demikian risiko bencana dapat

dikurangi. Berikut ini beberapa penyebaran data dan informasi kejadian bencana yang

slow on set dari beberapa kejadian bencana yang besar sepanjang tahun 2016 yang

bersumber dari BNPB, baik melalui Whatsapp (WA), konferensi pers dan website

BNPB (www.bnpb.go.id) :

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 83

Tabel 19:

Sebaran data dan informasi kejadian bencana yang slow on set dari beberapa kejadian bencana yang besar sepanjang tahun 2016

No

Kejadian Bencana

Analisis Awal

Penyebaran Data dan Informasi Durasi

Waktu

(jam) Jenis

Bencana

Waktu dari

sumber

informasi

Media (sampel) yang

mengacu pada

informasi BNPB

Waktu

1 Longsor

Cianjur

Info: BPBD

Kabupaten

Cianjur

9 Maret 2016 21.00

WIB

Pemicu

kejadian

Dampak

Upaya

http://regional.kompas.com/re

ad/2016/03/09/12503311/Long

sor.Terjang.Hotel.di.Cianjur.pa

da.Tengah.Malam

9 Maret 2016

22.21 WIB

1 jam

21

menit

2 Banjir

Gorontalo

Utara

Info: BMKG

9 Mei 2016 16.00

WIB

Pemicu

kejadian

Dampak

Upaya

http://bnpb.go.id/home/detail/29

35/Dua-Orang-Terseret-Banjir-

Bandang-di-Gorontalo-Utara

28 Agustus

20169 Mei

2016

16.00 WIB 4 jam

49

menit

3

Karhutla

Riau

Info:

LAPAN

28 Agustus

2016

17.00

Wib

Potensi

bencana

Upaya

http://bnpb.go.id/home/detail/30

70/44-Hotspot-Karhutla-

Sebabkan-Kualitas-Udara-Riau-

Memburuk

28 Agustus

2016

21.48 WIB 4 jam

48

menit

4 Banjir Aceh

Info: BMKG

7 November

2016

04.00

WIB

Pemicu

kejadian

Dampak

Upaya

http://sumatera.metrotvnews.co

m/peristiwa/gNQxYOOK-lebih-

2-000-warga-terisolir-lantaran-

banjir-menerjang-di-aceh-jaya

7 November

2016

09.00 WIB 5 jam

5 Banjir Bima

Info: BMKG

23

Desember

2016

11.30

WIB

Pemicu

kejadian

Dampak

Upaya

http://www.bbc.com/indonesia/in

donesia-38413070

23 Desember

2016

13.29 WIB 2 jam

79

menit

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 84

Penyebaran data dan informasi kejadian bencana pada konteks slow on set

Gambar 44: media sosial (Twitter) dan website (www.bnpb.go.id)

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 85

InAWARE (http://inaware.bnpb.go.id/inaware/)

Geospasial (http://geospasial.bnpb.go.id/)

Gambar 45: InAware dan Geospasial

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 86

Gambar 46: Twitter (@BNPB_Indonesia) dan Youtube BNPB

b. Rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana untuk kejadian bencana sudden

on set (durasi waktu 1 jam pasca bencana)

Penyebaran data dan informasi kejadian bencana sudden on set mengarah kepada

kejadian bencana yang tidak dapat diprediksikan, seperti gempabumi. Sebagai contoh

pada kejadian bencana gempabumi, lembaga yang berwenang, yaitu BMKG akan

menginformasikan kejadian yang terjadi dalam durasi 5 menit kepada Pusat Pengendali

Operasi (Pusdalops) BNPB dan Kepala BNPB. Kemudian Pusdalops melakukan

pengecekan ke lokasi dan pemetaan otomatis dampak gempabumi tersebut. Ini

memerlukan waktu 10 menit. Setelah itu, proses analisis awal hingga pernyataan resmi

pemerintah awal dengan periode waktu yang dibutuhkan 5 – 10 menit. Pernyataan itu

disebarluaskan kepada publik melalui Whatsapp (khusus media massa), twitter, facebook,

dan website BNPB. Selanjutnya pemerintah memberikan pernyataan resmi kedua pada

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 87

publik dengan periode waktu 30 – 60 menit. Pernyataan resmi kedua berisi analisis lebih

lanjut berupa dampak dan penanggulangan.

Indikator yang digunakan dalam mengukur sasaran strategis ini adalah:

Terbangun koordinasi dalam bentuk pertukaran data dan informasi antara BNPB,

BMKG, PVMBG, BIG, BPS, KLHK, BPBD di tingkat provinsi, kabupaten/kota serta

mitra penanggulangan bencana, seperti Palang Merah Indonesia, Taruna Siaga

Bencana, lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa, lembaga non-pemerintah, dan

lembaga donor.

Integrasi data kependudukan BPS dan informasi geospasial wilayah terdampak dari

BNPB.

Akses secara online kejadian bencana dengan internet (InAWARE dan Pantauan

Bencana)

Publik mendapatkan informasi terkini terkait tanggap darurat bencana di lokasi

bencana.

Tersebarnya informasi, yang bersumber dari BNPB, di media massa baik nasional

maupun lokal.

BNPB sebagai acuan media massa dalam menginformasikan kejadian bencana

Berikut ini beberapa penyebaran data dan informasi kejadian bencana yang sudden on

set dari beberapa kejadian bencana yang besar sepanjang tahun 2016 yang bersumber

dari BNPB, baik melalui Whatsapp (WA), konferensi pers, dan website BNPB

(www.bnpb.go.id):

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 88

Tabel 20:

Sebaran data dan informasi kejadian bencana yang sudden on set dari beberapa kejadian bencana yang besar sepanjang tahun 2016

No

Kejadian Bencana

Analisis awal

Penyebaran Data danInformasi Durasi

Waktu

(Jam) Jenis

Bencana

Waktu dari sumber

informasi

Media (Sampel) yang

mengacu pada informasi

BNPB

Waktu

1 Gempa

Sumba Barat

Info:BMKG

12 Februari

2016

17.02

WIB

Kekuatan gempa

Kondisi

masyarakat

Dampak korban

dan kerusakan

http://bnpb.go.id/home/detail/280

5/Gempa-6,6-SR-Guncang-

Sumba-Barat,-Komunikasi-Sulit-

Dilakukan

12

Februari

2016

17.53

WIB

51 menit

2 Gempa

Malang

Info: BMKG

2 Maret 2016 13.09

WIB

Monitoring BNPB

Kekuatan gempa

http://bnpb.go.id/home/detail/283

0/Malang-Diguncang-Gempa-

5,2-SR-Masyarakat-

Berhamburan

2 Maret

2016

14.29

WIB

1 jam 20

menit

3 Gempa

Garut

Info: BMKG

6 April 2016 21.45

WIB

Monitoring BNPB

Kekuatan gempa

http://bnpb.go.id/home/detail/287

9/Gempa-6,1-SR-Guncang-

Barat-Daya-Garut,-Terasa-

Hingga-Jakarta

6 April

2016

22.05

WIB

40 menit

4 Gempa

Bengkulu

Info: BMKG

10 April 2016 09.14

WIB

Kekuatan gempa

Kondisi

masyarakat

Dampak korban

dan kerusakan

http://bnpb.go.id/home/detail/288

2/Gempa-5,9-SR-di-Bengkulu-

Tidak-Berpotensi-Tsunami

10 April

2016

10.23

WIB

1 jam 9

menit

5 Banjir Garut

Info : BMKG

21

September

2016

01.00

WIB

Pemicu banjir

Upaya

http://www.bbc.com/indonesia/be

rita_indonesia/2016/09/160921_i

ndonesia_banjir_garut

21

September

2016

07.13

WIB

6 jam 13

menit

6 Gempa

Pidie, Aceh

Info : BMKG

7 Desember

2016

05.03

WIB

Kejadian

(kekuatan,

http://www.antaranews.com/berit

a/600319/52-orang-tewas-akibat-

gempa-pidie-jaya

7

Desember

2016

06.39

WIB

1 jam 36

menit

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 89

No

Kejadian Bencana

Analisis awal

Penyebaran Data danInformasi Durasi

Waktu

(Jam) Jenis

Bencana

Waktu dari sumber

informasi

Media (Sampel) yang

mengacu pada informasi

BNPB

Waktu

koordinat,

spesifikasi gempa)

Dampak

Upaya

7 Banjir

Bandang

Bima

Info : BMKG

21

Desember

2016

03.00

WIB

Monitoring BNPB

Dampak korban

dan kerusakan

infrastruktur

http://bnpb.go.id/home/detail/322

0/Ribuan-Rumah-Terendam-

Banjir-di-Bima

21

Desember

2016

05.05

WIB

2 jam 5

menit

8 Gempa

Maluku

Info : BMKG

21

Desember

2016

07.17

WIB

Kejadian

(kekuatan,

koordinat,

spesifikasi gempa)

Dampak

Upaya

https://nasional.tempo.co/read/n

ews/2016/12/21/058829406/gem

pa-6-6-sr-guncang-maluku-tak-

berpotensi-tsunami

21

Desember

2016

07.41

WIB

24 menit

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 90

Live via stasiun televisi

Konferensi pers

Gambar 47: Live melalui TV dan Konferensi Pers Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 91

Sarana Prasarana Pendukung Kecepatan Informasi

Kecepatan informasi mengenai bencana yang disebarkan oleh BNPB tergantung dari

laporan kejadian bencana dari daerah ke pusat. Kejadian bencana yang terjadi di

seluruh wilayah Indonesia dipantau oleh Pusdalops yang bekerja selama 24 jam.

Informasi dari daerah dapat secara cepat didapatkan karena bantuan peralatan

teknologi informasi yang sangat mendukung. Berdasarkan data bencana BNPB,

kecenderungan kenaikan kejadian bencana meningkat, salah satu faktor adalah

pencatatan yang lebih baik dilakukan oleh BPBD di tingkat kabupaten dan kota.

Informasi bencana yang didapatkan dari daerah, langsung disebarluaskan ke media

massa melalui Whatsapp dan dimuat dalam website, twitter, ataupun facebook BNPB.

Dukungan BNPB kepada BPBD dengan pembuatan pusdalops daerah, pemberian

bantuan peralatan teknologi informasi dan mobil komunikasi sangat membantu dalam

penyampaian informasi bencana. Selain itu, peningkatan sumberdaya di daerah juga

dilakukan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan, sehingga sumber daya daerah

semakin handal dalam pelaporan kejadian bencana.

Tantangan

BNPB yang berdiri sejak delapan tahun lalu terus berupaya dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan penyebarluasan data dan informasi pada

setiap kejadian bencana memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Berbagai faktor

yang melatarbelakangi karakteristik tersebut, seperti kondisi geografis terjadinya

bencana, infrastruktur komunikasi setempat, kondisi masyarakat hingga sumberdaya

lokal.

BNPB melakukan penyebaran informasi kejadian bencana yang sifatnya slow dan

sudden on set sepanjang tahun 2016. Namun demikian, suatu tantangan khususnya

dalam mengukur indikator yang bersifat kualitatif khususnya bagaimana perilaku dan

pemahaman publik menyikapi informasi yang disampaikan oleh BNPB, baik secara

langsung maupun melalui media massa.

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 92

Di sisi lain, sebagai lembaga yang masih relatif baru, BNPB selalu membenahi diri

dalam kapasitas sumber daya seperti keterampilan, pengetahuan, dan infrastruktur.

Berikut ini beberapa tantangan yang dihadapi BNPB dalam menjawab target dari

sasaran rencana strategis.

Kecepatan penyebaran data dan informasi kejadian bencana dipengaruhi oleh

alur data dan informasi dari lapangan ke pusdalops untuk kemudian diteruskan

ke bagian Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB (khususnya terkait

penyebaran informasi ke publik), kemudian data dan informasi tersebut diberikan

dengan skala prioritas pada pimpinan BNPB sebagai pengambil kebijakan

tanggap darurat.

Tim lapangan dari unit kerja lain belum memiliki kapasitas dalam menganalisis

kondisidi lokasi bencana secara spasial. Kondisi ini berpengaruh pada

pembuatan peta geospasial tematik terkait kejadian bencana.

Optimalisasi pendirian infrastruktur dan penyediaan jaringan internet sesaat

setelah bencana.

Belum ada prosedur baku atau standard operating procedure (SOP) untuk

mendelegasikan secara cepat tim Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB ke

lokasi bencana.

Capaian Penyebaran Informasi untuk Kejadian Bencana dan Penurunan Risiko

a. Dukungan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Pencapaian rata-rata yang melebihi target dalam penyebaran informasi kejadian

bencana tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai

antara lain dengan terbangunnya sistem informasi dan komunikasi yang handal pada

seluruh fase bencana. BNPB selalu melakukan peningkatan dan penguatan

kapasitas perangkat TIK di BNPB dan BPBD.

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 93

Pembangunan pusdalops di 60 BPBD provinsi , kabupaten/kota adalah suatu upaya

nyata dengan tujuan untuk mendukung penyebaran data dan informasi secara cepat,

khususnya kepada BNPB dan publik, sehingga sasaran indeks resiko bencana turun

di Indonesia. BNPB memberikan bantuan ke daerah berupa renovasi ruangan,

meubeleir dan perangkat teknologi informasi untuk mendukung operasional petugas

pusdalops di BPBD. Selain itu, penguatan dan pemeliharaan perangkat teknologi

informasi di Data Center dengan perangkat yang diupgrade juga dapat membantu

mengoptimalkan penyebaran data dan informasi lebih cepat, akurat dan menyeluruh

kepada publik.

Teknologi lain yang digunakan untuk penyebaran informasi kebencanaan adalah

‘Çloud Computing’, penggunaan sistem ini memiliki manfaat terpusatnya data dan

fleksibelitas dengan skalabilitas yang tinggi. Kemudian rutinitas rollcall radio

komunikasi dan video conference melalui Mondopad yang dilaksanakan setiap

harinya oleh operator radio di BPBD merupakan aksi untuk penyebaran informasi

yang efektif dan efisien.

b. Respon Media Massa

Melalui mesin monitoring, berita bencana yang bersumber dari BNPB sangat tinggi.

Hal tersebut dapat dilacak dengan kata kunci ‘BNPB’ dan ‘Sutopo Purwo Nugroho’

(selaku Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB). Sepanjang tahun 2016,

berita terkait bencana didominasi sumber BNPB dengan narasumber Kepala Pusat

Data, Informasi dan Humas BNPB. Ini menunjukkan bahwa BNPB sangat cepat dan

responsif pada setiap kejadian bencana maupun informasi perkembangan terkini

penanggulangan bencana di Indonesia. Data tersebut diakses pada

http://bnpb.monitoring.web.id, seperti contoh pada Agustus dan Oktober 2016.

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 94

Berdasarkan narasumber dan jumlah pada berita bencana

Agustus 2016

Gambar 48: Rekapitulasi Narasumber dan Jumlah Berita Bencana

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 95

Oktober 2016

Gambar 49: Rekapitulasi Media Online Yang Memberitakan BNPB

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 96

Gambar 50: Rekapitulasi Narasumber oleh Media

c. Diorama Edukasi Bencana

BNPB tidak hanya melakukan penyebaran data dan informasi ke publik pada konteks

kejadian bencana, tetapi juga penyebaran informasi prabencana. Kegiatan unggulan

yang saat ini menjadi trending topik yaitu diorama edukasi bencana. Diorama edukasi

bencana merupakan media untuk meningkatkan pemahaman kepada publik terkait

risiko dan penanggulangan bencana di Indonesia. Pusat Data, Informasi dan Humas

BNPB mencatat kelompok pengunjung sangat beragam, mulai dari siswa sekolah

dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA),

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 97

mahasiswa, para menteri, delegasi asing dan mitra kerja BNPB, nasional dan

internasional. Sepanjang 2016, kunjungan ke diorama berjumlah 800 orang dari

berbagai lembaga tersebut.

d. Penghargaan Kehumasan

Penyebaran informasi bencana selama 2016 kepada media massa mendapatkan

apresiasi dari insan media massa. Hal tersebut terwujud dalam penghargaan kepada

Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho sebagai

Humas Paling Kooperatif 2016 dari Perhimpunan Wartawan Luar Negeri. Media

massa merupakan stakeholder BNPB yang memiliki jaringan luas di tengah publik

dan bersifat strategis, terlebih dengan perkembangan teknologi informasi digital

dewasa ini.

B. Realisasi Anggaran

Alokasi Anggaran BNPB di Tahun 2016 sebesar Rp. 3.453.901.084.000,- . Pagu alokasi

anggaran ini dialokasikan untuk 4 Program Penanggulangan Bencana. Pada tahun 2016,

sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2016 tentang Langkah-langkah

Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran 2016, BNPB melakukan

penghematan sebesar Rp. 551.078.707.000,- sehingga pagu anggaran BNPB menjadi

Rp. 2.902.822.377.000,- sebagaimana tabel dibawah ini:

Tabel 21:

Pagu Anggaran BNPB Setelah Penghematan

Kode Program Pagu Anggaran Penghematan Pagu Anggaran setelah

Penghematan

103.01.01 Program Dukungan

Manajemen dan

Pelaksanaan Teknis

Lainnya

Rp. 234.171.672.000,- Rp. 68.706.807.000,- Rp. 165.464.865.000,-

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 98

Kode Program Pagu Anggaran Penghematan Pagu Anggaran setelah

Penghematan

103.01.02 Program

Peningkatan Sarana

Dan Prasarana

Aparatur BNPB

Rp. 148.902.465.000,- Rp. 35.871.900.000,- Rp. 113.030.565.000,-

103.01.03 Program

Pengawasan Dan

Peningkatan

Akuntabilitas

Aparatur BNPB

Rp. 13.000.000.000,- Rp. 2.000.000.000,- Rp. 11.000.000.000,-

103.01.06 Program

Penanggulangan

Bencana

Rp. 3.057.826.947.000,- Rp. 444.500.000.000,- Rp. 2.613.326.947.000,-

TOTAL Rp. 3.453.901.084.000,- Rp. 551.078.707.000,- Rp. 2.902.822.377.000,-

Capaian realisasi anggaran BNPB sampai dengan akhir tahun 2016 adalah sebesar Rp.

2.885.212.691.196,- atau sebesar 99.39% dari total pagu anggaran setelah penghematan.

Realisasi ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan capaian realisasi pada tahun 2015

sebesar 95.17%.

Tabel 22:

Realisasi Anggaran BNPB Setelah Penghematan

Kode Program Pagu Anggaran setelah

Penghematan

Realisasi

Anggaran

%

Capaian

103.01.01 Program Dukungan

Manajemen dan Pelaksanaan

Teknis Lainnya

Rp. 165.464.865.000,- Rp. 157.225.544.833,- 95.02%

103.01.02 Program Peningkatan Sarana

Dan Prasarana Aparatur BNPB

Rp. 113.030.565.000,- Rp. 111.863.823.321,- 98.97%

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 99

Kode Program Pagu Anggaran setelah

Penghematan

Realisasi

Anggaran

%

Capaian

103.01.03 Program Pengawasan Dan

Peningkatan Akuntabilitas

Aparatur BNPB

Rp. 11.000.000.000,- Rp. 10.649.097.907,- 96.81%

103.01.06 Program Penanggulangan

Bencana

Rp. 2.613.326.947.000,- Rp. 2.605.474.225.135,- 99.70%

TOTAL Rp. 2.902.822.377.000,- Rp. 2.885.212.691.196,- 99.39%

Gambar 51: Persentase Realisasi Anggaran BNPB Per Program Tahun 2016

95.02%

98.97%

96.81%

99.70%

92.00%

93.00%

94.00%

95.00%

96.00%

97.00%

98.00%

99.00%

100.00%

PERSENTASE REALISASI PER PROGRAM

1 Program Dukungan Manajemen dan PelaksanaanTeknis Lainnya

2 Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur BNPB

3 Program Pengawasan Dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BNPB

4 Program Penanggulangan Bencana

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 100

Tabel 23.Perbandingan Realisasi Anggaran Tahun 2015 Dan Tahun 2016 Per Program

No Program

2015 2016

Pagu Realisasi % Pagu

Setelah Penghematan

Realisasi %

1 Program Dukungan

Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas

Teknis Lainnya

234.613.640.000 213.537.526.540 91,02 165.464.865.000 157.225.544.833 95.02

2 Program Peningkatan

Sarana dan Prasarana

Aparatur

450.253.958.000 336.248.803.203 74,68 113.030.565.000 111.863.823.321 98.97

3 Program Pengawasan

dan Peningkatan

Akuntabilitas

Aparatur BNPB

21.475.000.000 18.284.273.233 85,14 11.000.000.000 10.649.097.907 96.81

4 Program

Penanggulangan

Bencana

2.884.747.200.000 2.849.408.961.000 98,77 2.613.326.947.000 2.605.474.225.135 99.70

Total 3.591.089.798.000 3.417.479.563.976 95,17 2.902.822.377.000 2.885.212.691.196 99.39

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 101

BAB IV

PENUTUP

Laporan Kinerja BNPB disusun sebagai pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah sebagai wujud pertanggung jawaban dalam pencapaian sasaran yang

telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja di Tahun 2016 serta mengindikasikan

tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai

dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. Berdasarkan hasil pengukuran

kinerja dari sasaran dan kegiatan secara umum telah dapat dicapai dengan baik.

Dari hasil pengukuran kinerja terhadap 5 (lima) Indikator Kinerja Utama BNPB,

disimpulkan bahwa secara umum terjadi peningkatan capaian kinerja di tahun

2016.

Dengan situasi dan perubahan iklim yang mendorong peningkatan resiko

bencana, langkah-langkah ke depan yang perlu dilakukan BNPB dalam

meningkatkan kinerja dan menghadapi tantangan kedepan antara lain:

1. Kesiapan menghadapi ancaman bencana tahun 2017, yang diikuti dengan

peningkatan alokasi anggaran dana cadangan bencana dalam APBN;

2. Pengalokasian anggaran dana kontinjensi untuk kesiapsiagaan dalam

APBN;

3. Percepatan pencapaian target RPJMN 2015-2019, yang diikuti dengan

peningkatan upaya koordinasi, komunikasi, dan kerjasama antar lembaga;

4. Percepatan penyelesaian National Logistic Support fo DM di 6 wilayah pulau

yang dilengkapi dengan dukungan peralatan transportasi yang memadai

untuk konektivistas mobilisas akses wilayah terpencil, terluar dan terisolir;

5. Memperkuat peran dan kapasitas kelembagaan BPBD dalam kerangka

pelaksanaan UU 23/2015;

6. Restrukturisasi kelembagaan BNPB dalam menghadapi perubahan dinamis

dan multidimensional lingkungan kebencanaan;

7. Penyelesaian penanganan bencana di Sinabung, Purworejo, Garut, Pidie

Jaya, dan Bima.

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 102

8. Budaya sadar bencana masih perlu ditingkatkan, risiko bencana perlu

didorong masuk sebagai dimensi kehidupan sehari-hari, dan peningkatan

kapasitas perlu menjadi prioritas untuk dilaksanakan, agar terbangun

kemandirian masyarakat dalam penanggulanan bencana;

Dengan adanya Laporan Kinerja ini dapat memberikan gambaran kepada pihak

terkait dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana sehingga dapat

memberikan umpan balik dalam peningkatan kinerja pada periode berikutnya.

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 103

LAMPIRAN

PERNYATAAN PERJAN1IAN KINERJA

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

BNPB

PERJANllAN KINERJA TAHUN 2016

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan

-akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Willem Rampangilei

Jabatan : Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Pada tahun 2016 ini berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai

lampiran perjanjian ini dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah

seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan dan

kegagalan pencapaian target tersebut menjadi tanggung jawab kami.

Jakarta, Januari 2016

Wil m Rampangilei

Kepala BNPB,

f

FORMULIR PERJANJIAN KINERJA

TINGKAT SATUAN KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA

KEMENTERIAN/LEMBAGA : BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

TAHUN : 2016

Menurunnya indeks risiko bencana di pusat-pusat pertumbuhan yang beresiko bencana tinggi

Jumlah kabupatenlkota yang difasilitasi kajian risiko bencana

Rata-rata waktu respon kejadian bencana

Prosentase peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pasca bencana.

1 haril

24 jam

65%

Prosentase daerah yang memiliki logistic 1 45% dan peralatan penaggu langan bencana yang memadai .

Rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana. \

- -I 4,5Jam ,

L-_..L-_________ _ __'----_ _____ ___ I

Jakarta, Januari 2016

KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA,

1

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 106

Tabel 24. Daftar Daerah yang Lokasi Fasilitasi Penyusunan Peta Risiko Bencana Tahun 2016

NO. KABUPATEN/KOTA PROVINSI NO. KABUPATEN/KOTA PROVINSI

1 Kota Jambi Jambi 24 Kota Bogor Jawa Barat

2 Soralangun Jambi 25 Pangandaran Jawa Barat

3 Tanggamus Lampung 26 Magelang Jawa Tengah

4 Banyuasin Sumatera Selatan 27 Jember Jawa Timur

5 Simalungun Sumatera Utara 28 Banyuwangi Jawa Timur

6 Kota Pontianak Kalimantan Barat 29 Bojonegoro Jawa Timur

7 Sambas Kalimantan Barat 30 Buleleng Bali

8 Ketapang Kalimantan Barat 31 Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat

9 Sintang Kalimantan Barat 32 Gorontalo Gorontalo

10 Landak Kalimantan Barat 33 Polewali Mandar Sulawesi Barat

11 Kapuas Hulu Kalimantan Barat 34 Luwu Timur Sulawesi Selatan

12 Bengkayang Kalimantan Barat 35 Parigi Moutong Sulawesi Tengah

13 Kotabaru Kalimantan Selatan 36 Poso Sulawesi Tengah

14 Kapuas Kalimantan Tengah 37 Morowali Sulawesi Tengah

15 Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah 38 Sigi Sulawesi Tengah

16 Kota Tarakan Kalimantan Utara 39 Kolaka Sulawesi Tenggara

17 Kota Tarakan Kalimantan Utara 40 Konawe Sulawesi Tenggara

18 Tangerang Banten 41 Kota Ambon Maluku

19 Sleman D.I. Yogyakarta 42 Kota Sorong Papua Barat

20 Kota Yogyakarta D.I. Yogyakarta 43 Kota Kupang Nusa Tenggara Timur

21 Bekasi Jawa Barat 44 Manggarai Nusa Tenggara Timur

22 Bandung Barat Jawa Barat 45 Ende Nusa Tenggara Timur

23 Ciamis Jawa Barat

Tabel 25. Daftar Daerah yang Lokasi Fasilitasi Kota Tangguh Risiko

NO. DAERAH PROVINSI

1 Kota Yogyakarta DIY

2 Kota Bima Nusa Tenggara Barat

3 Kabupaten Demak Jawa Tengah

4 Kota Semarang Jawa Tengah

5 Kabupaten Magelang Jawa Tengah

6 Kota Pekalongan Jawa Tengah

7 Kabupaten Jepara Jawa Tengah

8 Kabupaten Pemalang Jawa Tengah

9 Kabupaten Klaten Jawa Tengah

10 Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah

11 Kabupaten Cilacap Jawa Tengah

12 Kabupaten Boyolali Jawa Tengah

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 107

Tabel 26. Daftar Daerah yang Lokasi Fasilitasi Penyusunan Rencana penanggulangan

Bencana Tahun 2016

NO. DAERAH PROVINSI

1 Kota Medan Sumatera Utara

2 Kota Bandar Lampung Lampung

3 Kota Cilegon Banten

4 Kabupaten Demak Jawa Tengah

5 Kabupaten Kendal

6 Kabupaten Gresik Jawa Timur

7 Kabupaten Lamongan

8 Kabupaten Tabanan Bali

9 Kabupaten Gorontalo Gorontalo

10 Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah

11 Kota Palu

12 Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan

13 Kota Makassar

14 Kota Balik Papan Kalimantan Timur

15 Kabupaten Sarmi Papua

Tabel 27. Daftar Daerah yang Lokasi Fasilitasi Sekolah/Madrasah Aman Bencana dan sister school

No Daerah SEKOLAH

1 Kabupaten Lombok Timur SMKN Sambelia

2

Kabupaten Pacitan MIN Sidoharjo Pacitan

SD Sidomulyo IV Ngadirojo

3 Kabupaten Tanggamus SDN 3 Pasar Madang

4 Kota Samarinda SMPN 17 Samarinda

5 Kabupaten Minahasa Utara SMP Kristen Yobel Kema II

6 Kabupaten Ende SDN Ende 1

7 Kota Bogor MIN Kota Bogor

SDN Sempur Kaler

8 Kabupaten Halmahera Utara SDN Bailengit

9 Provinsi Bengkulu MAN Model Kota Bengkulu

SMP N 3 Bengkulu Tengah

10 Kabupaten Gowa MTS Ikhuwah Islamiyah Pattallassang

11 Kabupaten Kolaka SDN 1 Oneeha

12 Pemerintah Aceh MAN Model Banda Aceh

Sman 1 Peukan Bada - Aceh Besar

13 Kabupaten Sleman (sister school) SD Tarakanita Ngembesan - SMP Aloisius Turi SD Pandanpuro 2 - SD Muhammadiyah Pakem

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 108

Tabel 28. Lokasi Fasilitasi Rencana kontinjensi

No Judul Lokasi

1 Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Banjir dan Longsor

Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh

2 Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami

Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat

3 Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami

Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung

4 Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Banjir

Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur

5 Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Banjir

Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara

6 Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Banjir

Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan

7 Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami

Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara

8 Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Banjir

Kabupaten Pulang Pisang, Provinsi Kalimantan Tengah

9 Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Banjir dan Longsor

Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat

10 Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Gempabumi

Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur

11 Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Banjir

Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara

12 Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Banjir

Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 109

Tabel 29. Lokasi Pemasangan Rambu dan Papan Informasi Bencana dan Pemasangan

Instrumentasi Sistem Peringatan Dini Gerakan Tanah

No Lokasi Pemasangan Rambu dan Papan

Informasi Bencana

Lokasi Pemasangan Instrumentasi Sistem Peringatan Dini Gerakan

Tanah

1. Kabupaten Maluku Tenggara Kabupaten Kerinci

2. Kabupaten Maluku Tenggara Barat Kabupaten Purworejo

3. Kabupaten Seram Bagian Barat Kabupaten Magelang

4. Kabupaten Seram Bagian Timur Kabupaten Cianjur

5. Kabupaten Maluku Tengah Kota Manado

6. Kabupaten Buru Kabupaten Bantaeng

7. Kabupaten Kepulauan Aru Kabupaten Lombok Timur

8. Kota Ambon Kabupaten Lombok Tengah

9. Kota Jayapura Kabupaten Lombok Barat

10. Kabupaten Kepulauan Yapen Kabupaten Sikka

11. Kabupaten Biak Numfor Kota Ambon

12. Kabupaten Sarmi Kabupaten Maluku Tengah

13. Kabupaten Garut Kabupaten Buru

14. Kabupaten Bandung Barat Kabupaten Nabire

15. Kabupaten Wonosobo Kota Jayapura

16. Kabupaten Lumajang Kabupaten Manokwari

17. Kabupaten Malang Kabupaten Teluk Manokwari

18. Kabupaten Lombok Timur

19. Kabupaten Sikka

20. Kota Ternate

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 110

Tabel 30. Lokasi Fasilitasi Desa Tangguh Bencana Tahun 2016

No PROVINSI

TAHUN 2016

No KABUPATEN/

KOTA No KECAMATAN No

DESA/ KELURAHAN

1 ACEH 1 Kota Banda Aceh

1 Meuraxa 1 Gampong Deah Glumpang

2 Syiah Kuala 2 Gampong Kampong Jawa

2 SUMATERA UTARA

2 Kab. Deli Serdang

3 Sunggal 3 Desa Paya Geli

4 Hamparan Perak 4 Desa Kota Rantang

3 Kab. Padang Lawas

5 Sosopan 5 Desa Hulim

6 Sosa 6 Desa Hapung

4 Kab. Tapanuli Selatan

7 Angkola Sangkunur

7 Desa Bandar Tarutung

8 Desa Batu Godang

5 Kab. Labuhan Batu Selatan

8 Sungai Kanan 9 Desa Marsonja

9 Kampung Rakyat

10 Desa Tanjung Mulia

3 RIAU (KARBUNHUTLA)

6 Kab. Kampar

10 Kampar Kiri Hilir 11 Desa Mentulik

11 Tapung 12 Desa Karya Indah

7 Kab. Siak

12 Siak 13 Kampung Rawang Air Putih

13 Sungai Apit 14 Kampung Mengkapan

14 Dayun 15 Kampung Dayun

4 SUMATERA BARAT

8 Kab. Pasaman 15 Bonjol 16

Nagari Koto Kaciak

16 Panti 17 Nagari Panti

9 Kab. Tanah Datar

17 Batipuh 18 Nagari Gunung Rajo

18 Batipuh Selatan 19 Nagari Guguak Malalo

5 LAMPUNG 10 Kota Bandar Lampung

19 Teluk Butung Timur

20 Kel. Kota Karang

21 Kel. Kota Karang Raya

6 JAMBI (KARBUNHUTLA)

11 Kota Jambi 20 Jambi Timur 22

Kel. Payo Selincah

23 Kel. Sejinjang

12 Kab. Tanjung Jabung Timur

21 Gragai

24 Desa Rantau Karya

25 Desa Pandan Sejahtera

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 111

No PROVINSI

TAHUN 2016

No KABUPATEN/

KOTA No KECAMATAN No

DESA/ KELURAHAN

22 Dendang 26 Desa Catur Rahayu

7 BENGKULU 13 Kab. Kaur 23 Nasal 27 Desa Suku Tiga

28 Desa Merpas

8

SUMATERA SELATAN (KARBUNHUTLA)

14 Kab. Banyuasin

24 Rambutan 29 Desa Sungai Dua

25 Talang Kelapa 30 Desa Talang Keramat

15 Kab. Musi Banyuasin

26 Plakat Tinggi 31 Desa Warga Mulya

27 Batanghari Leko 32 Desa Talang Leban

28 Keluang 33 Desa Mekar Sari

9 BANTEN

16 Kab. Pandeglang

29 Saketi 34 Desa Talagasari

35 Desa Sukalangu

17 Kota Cilegon 30 Grogol 36 Kel. Gerem

31 Pulo Merak

37 Kel. Lebak Gede

10 JAWA BARAT

18 Kab. Bandung Barat

32 Lembang 38 Desa Cikahuripan

33 Cipongkor 39 Desa Cinta Asih

19 Kab. Cianjur

34 Campaka 40 Desa Susukan

35 Cibeber 41 Desa Karangnunggal

20 Kota Bogor 36 Bogor Barat 42 Kel. Pasirjaya

37 Bogor Tengah 43 Kel. Panaragan

11 JAWA TENGAH

21 Kab. Kendal

38 Kota Kendal 44 Kel. Kebondalem

39 Singorojo 45 Desa Cening

40 Plantungan 46 Desa Tlogopayung

22 Kab. Jepara

41 Keling 47 Desa Tempur

42 Kalinyamatan 48 Desa Batukali

43 Mayong 49 Desa Bungu

12 JAWA TIMUR

23 Kab. Bangkalan

44 Blega 50 Desa Blega

45 Tanjungbumi 51 Desa Tanjungbumi

24 Kab. Nganjuk 46 Sawahan

52 Desa Bareng

53 Desa Kebonagung

13 DI YOGYAKARTA

25 Kab. Sleman

47 Cankringan 54 Desa Umbulharjo

48 Pakem 55 Desa Purwobinangun

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 112

No PROVINSI

TAHUN 2016

No KABUPATEN/

KOTA No KECAMATAN No

DESA/ KELURAHAN

49 Turi 56 Desa Wonokerto

14 BALI

26 Kab. Badung 50 Petang 57 Plaga

58 Sulangai

27 Kab. Tabanan 51 Tabanan 59 Sudimara

52 Kerambitan 60 Tibubiu

15 NTB

28 Kab. Lombok Timur

53 Sambelia 61 Desa Belanting

54 Labuhan Haji 62 Desa Surya Wangi

29 Kab. Sumbawa

55 Alas

63 Desa Baru

64 Desa Kalimango

16 NTT

30 Kab. Rote Ndao

56 Lobalain 65 Desa Namodale

66 Desa Metina

31 Kota Kupang 57 Oebobo 67

Kel. Tuak Daun Merah

58 Kelapa Lima 68 Kel. Oesapa

17

KALIMANTAN BARAT (KARBUNHUTLA)

32 Kab. Kubu Raya

59 Terentang 69 Desa Empening

70 Desa Permata

60 Sei Ambawang 71 Desa Teluk Bakung

33 Kab. Ketapang 61 Matan Hilir Selatan

72 Desa Sungai Pelang

73 Desa Sungai Besar

18

KALIMANTAN TENGAH (KARBUNHUTLA)

34 Kab. Pulang Pisau

62 Jabiren Raya

74 Desa Garong

75 Desa Henda

76 Desa Tumbang Nusa

35 Kota Palangkaraya

63 Pahandut Kota 77 Kelurahan Kereng Bangkirai

64 Jekan Raya 78 Kelurahan Petuk Katimpun

19

KALIMANTAN SELATAN (KARBUNHUTLA)

36 Kab. Banjar

65 Sungai Tabuk 79 Desa Lok Buntar

66 Martapura Barat 80 Desa Tangkas

37 Kab. Kotabaru

67 Pulau Laut Utara

81 Desa Stagen

68 Pulau Laut Tengah

82 Desa Sungup Kanan

69 Kelumpang Hulu

83 Desa Sungai

20 KALIMANTAN TIMUR

38 Kota Samarinda

70 Sambutan 84 Desa Makroman

LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2016 113

No PROVINSI

TAHUN 2016

No KABUPATEN/

KOTA No KECAMATAN No

DESA/ KELURAHAN

(KARBUNHUTLA)

85 Desa Sungai Kapih

39 Kab. Kutai Timur

71 Sangatta Utara 86 Desa Sangatta Utara

72 Sangatta Selatan

87 Desa Sangkima

73 Teluk Pandan 88 Desa Teluk Pandan

21 SULAWESI UTARA

40 Kab. Minahasa 74 Tombulu 89

Desa Rumengkor

75 Pineleng 90 Desa Tateli

41 Kab. Bolaang Mongondouw

76 Sangtombolang 91 Desa Bolangat

92 Desa Lolanan

22 GORONTALO 42 Kab Gorontalo Utara

77 Sumalata 93 Desa Hutakalo

78 Monano 94 Desa Mokonowu

23 SULAWESI BARAT

43 Kab. Mamuju Tengah

79 Tobadak 95 Desa Sejati

80 Pangale 96 Desa Pangale

24 SULAWESI TENGAH

44 Kab. Parigi Moutong

81 Parigi Selatan 97 Desa Lemusa

98 Desa Gangga

25 SULAWESI TENGGARA

45 Kab. Konawe 82 Pondidaha

99 Desa Ambulanu

100 Desa Lalonggotomi

26 SULAWESI SELATAN

46 Kab. Maros

83 Tiroang 101 Kel. Mattiro Deceng

84 Simbang 102 Desa Banto Tallasa

27 MALUKU 47 Kota Ambon 85

Letimusu Selatan

103 Desa Hutumuri

86 Teluk Ambon 104 Desa Amahusu

28 MALUKU UTARA

48 Kab. Halmahera Utara

87 Galele Barat 105 Desa Roko

88 Galele Utara 106 Desa Limau

29 PAPUA 49 Kab. Jayapura 89 Distrik Depapre

107 Kampung Tablasupa

108 Kampung Tablananusa