8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
1/75
PEDOMAN PELAYANAN PPIRS
RSU ADELLA SLAWI
2015
1
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
2/75
BAB I
PENDAHULULAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan lembaga, di mana kemajuan ilmiah dipakai untuk
memberikan layanan diagnostik dan terapeutik yang terbaik bagi pasien, namun di
sisi lain, disadari bahwa rumah sakit juga dapat menjadi tempat yang berbahaya
tidak saja bagi pasien, bagi karyawan atau pengunjung rumah sakit yang lainnya.
Lingkungan rumah sakit merupakan tempat yang memudahkan penularan berbagai
penyakit infeksi. Penerapan teknologi – teknologi diagnostik ataupun terapeutik
bukanlah tanpa bahaya. Justru sebaliknya, infeksi yang terjadi melalui perawatan di
rumah sakit, sebenarnya telah memiliki sejarah yang panjang.
Resiko infeksi nosokomial selain terjadi pada pasien yang dirawat di Rumah
Sakit, dapat juga terjadi pada para petugas Rumah Sakit tersebut. erbagai prosedur
penanganan pasien memungkinkan petugas terpajan dengan kuman yang berasal
dari pasien. !nfeksi petugas juga berpengaruh pada mutu pelayanan karena petugas
menjadi sakit sehingga tidak dapat melayani pasien.
Pengetahuan tentang pen"egahan infeksi sangat penting untuk petugas
Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya merupakan sarana umum yang sangat
berbahaya, dalam arti rawan untuk terjadi infeksi. #emampuan untuk men"egah
transmisi infeksi di Rumah Sakit, dan upaya pen"egahan infeksi adalah tingkatan
pertama dalam pemberian pelayanan yang bermutu. $ntuk seorang petugas pertama
dalam pemberian pelayanan yang bermutu. $ntuk seorang petugas kesehatan,
kemampuan men"egah infeksi memiliki keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan,
karena men"akup setiap aspek penanganan pasien.
$paya pen"egahan penularan infeksi di Rumah Sakit melibatkan berbagai
unsur, mulai dari peran pimpinan sampai petugas kesehatan sendiri. Peran pimpinan
adalah penyediaan sistem, sarana, dan pendukung lainnya. Peran petugas adalah
sebagai pelaksana langsung dalam upaya pen"egahan infeksi. %engan berpedoman
&
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
3/75
pada perlunya peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit dan sarana kesehatan
lainnya, maka perlu dilakukan pelatihan yang menyeluruh untuk meningkatkan
kemampuan petugas dalam pen"egahan infeksi di Rumah Sakit.
Salah satu strategi yang sudah terbukti bermanfaat dalam pengendalian
infeksi nosokomial adalah peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam
metode $ni'ersal Pre"autions atau dalam ahasa !ndonesia #ewaspadaan
$ni'ersal (#$) yaitu suatu "ara penanganan baru untuk meminimalkan pajanan
darah dan "airan tubuh dari semua pasien, tanpa memperdulikan status infeksi.
%asar #ewaspadaan $ni'ersal adalah "u"i tangan se"ara benar, penggunaan alat
pelindung, desinfeksi dan men"egah tusukan alat tajam, dalam upaya men"egah
transmisi mikroorganisme melalui darah dan "airan tubuh.
%emikian pula halnya di Rumah Sakit *della. $paya pengendalian infeksi
nosokomial terus dilakukan, sekalipun dengan berbagai keterbatasannya. Sangat
disadari, bahwa dampak infeksi ini sangat luas, baik bagi pasien, pengguna jasa
rumah sakit maupun bagi rumah sakit itu sendiri. Sekalipun infeksi ini seringkali
tidak mematikan, tetapi mengakibatkan pasien lebih lama tinggal di rumah sakit,
lebih lama tinggal dalam kondisi non produktif, dan membayar biaya lebih mahal
untuk perpanjangan hari rawat dan pemakaian antibiotika. agi rumah sakit,
infeksi nosokomial akan berdampak pada biaya operasional yang makin besar, dan
dari sisi medikolegal yang merebak akhir+akhir ini, infeksi ini dapat dianggap
sebagai kelalaian rumah sakit karena tidak mengindahkan standar pelayanan medis
maupun keperawatan, yang pada akhirnya akan mengakibatkan buruknya kualitas
kinerja rumah sakit.
Pemerintah telah menetapkan pengendalian infeksi nosokomial ini sebagai
salah satu standartolok ukur mutu pelayanan rumah sakit. -al ini pula yang
mendasari semakin dikembangkannya upaya pengendalian infeksi di Rumah Sakit*della. %iharapkan, dengan semakin ditekannya kejadian infeksi nosokomial, maka
kualitas pelayanan di Rumah Sakit *della se"ara menyeluruh dapat semakin
ditingkatkan.
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
4/75
C. Rang L!ngk"
Pedoman ini memberi panduan bagi petugas kesehatan di Rumah Sakit dan
fasilitas kesehatan lainnya dalam melaksanakan pen"egahan dan pengendalian
infeksi pada pelayanan terhadap pasien yang menderita penyakit menular melalui
udara (airborne). %engan pengalaman yang sudah ada dengan pelayanan pasien
yang mengalami #ejadian Luar iasa (#L), pedoman ini dapat juga diterapkan
untuk menghadapi penyaki+penyakit infeksi lainya ( Emerging Infectious Diseases)
yang mungkin akan mun"ul di masa mendatang, baik yang menular droplet, udara
atau kontak.
D. Bata#an O"era#!$nal
#ewaspadaan Standar diterapkan pada semua klien dan pasien orang yang
datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. ( Infection Control Guidelines CDC,
Australia).
#ewaspadaan berdasarkan transmisi penularan, hanya diterapkan pada
pasien yang dirawat inap di rumah sakit, sampai diagnosa tersebut dapat
dikesampingkan. (/ardner and -!0P*0 12).
Sur'eilans adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan se"ara terus menerus dan
sistematik dalam bentuk pengumpulan data, analisis data, interpretasi data dan
diseminasi informasi hasil interpretasi data bagi mereka yang membutuhkan.
E. Lan%a#an Hk&
1. $$ Republik !ndonesia no. & tahun 1& tentang #esehatan (lembaran
3egara R! 4ahun 1& nomor 155, 4ambahan Lembaran 3egara R! nomor
67)&. $$ Republik !ndonesia nomor & tahun &556 tentang Praktik #edokteran
(Lembaran 3egara R! tahun &556 nomor 112, 4ambahan Lembaran 3egara R!
nomor 661).
. #eputusan presiden R! nomor 65 tahun &551 tentang Pedoman #elembagaan
dan Pengelolaan Rumah Sakit
6
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
5/75
6. Peraturan 8enteri #esehatan R! nomor 17b8enkesS#per!!199 tentang
Rumah Sakit.
7. Peraturan 8enteri #esehatan R! nomor 928enkesS#per:!1& tentang
Persyaratan #esehatan Lingkungan Rumah Sakit
2. Peraturan 8enteri #esehatan R! nomor 17;78enkesS#per:!&557 tentang
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
6/75
BAB II
S'ANDAR (E'ENA)AAN
A. (al!*!ka#! S&+er Da,a Man#!a
%alam melaksanakan pelayanan Pen"egahan dan Pengendalian !nfeksi di Rumah
Sakit *della dipimpin oleh #etua Panitia PP!RS. %istribusi ketenagaan Panitia
PP!RS disesuaikan dengan kualifikasi dan beban kerja yang ada. $ntuk distribusi
ketenagaan Panitia PP!RS disebutkan dalam tabel &.1 sesuai dengan tugas
masing+masing panitia.
4abel &.1 Pola #etenagaan Panitia Pen"egahan dan Pengendalian !nfeksi di
Rumah Sakit *della litar
Na&a -a+atan (al!*!ka#! Yang
D!+tkan/$r&al In /$r&al
#etua Panitia PP!RS %okter *hli Patologi
#linik Pelatihan dasar
Pen"egahan dan
pengendalianinfeksi nosokomial
Pelatihan sur'eilans
infeksi nosokomial
1orang
!P03 S1 #eperawatan Pelatihan dasar
Pen"egahan dan pengendalian
infeksi nosokomial
Pelatihan !P03
1orang
4im PP!RS !P0L3
+ % #eperawatan
+ %okter $mum
Pelatihan dasar
Pengendalianinfeksi nosokomial
!n house training
Pelatihan 0SS%
(untuk perawatSterilisasi Sentral)
1 orang per unit
& orang
2
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
7/75
*nggota #omite
PP!RS
lainnya
+ *poteker
+ %okter Sp.*+ %okter Sp.
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
8/75
BAB III
S'ANDAR /ASILI'AS
A. Dena Rangan
9
/ambar .1 %enah Ruangan 4im Pen"egahan dan Pengendalian
infeksi di Rumah Sakit
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
9/75
B. Stan%ar /a#!l!ta#
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
10/75
BAB I
'A'A LA(SANA PELAYANAN
A. 'ata Lak#ana Penera"an (ea#"a%aan Stan%ar %an (ea#"a%aan I#$la#!
1. (ea#"a%aan Stan%ar
#ewaspadaan Standar diterapkan pada semua klien dan pasien orang yang
datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. ( Infection Control Guidelines CDC,
Australia).
#ewaspadaan Standar diran"ang untuk perawatan bagi semua orang, pasien,
petugas atau pengunjung tanpa menghiraukan apakah mereka terinfeksi atau tidak.
4ermasuk bagi orang+orang yang baru terinfeksi dengan penyakit menular dengan "aralain, dan belum menunjukkan gejala.
#ewaspadaan Standar diterapkan untuk sekreta pernapasan, darah, dan semua
"airan tubuh, serta semua eksreta (ke"uali keringat), kulit yang tidak utuh, dan
membrane mukosa.
Penerapannya ditujukan untuk mengurangi resiko penyebaran mikroorganisme
dari sumber infeksi baik yang diketahui atau tidak, dalam system pelayanan kesehatan
seperti> pasien, benda yang ter"emar, jarum atau spuit bekas pakai.
Penggunaan pelindung (barrier) fisik, mekanik atau kimia antara
mikroorganisme dengan indi'idu+baik untuk pasien rawat jalan, rawat inap atau
petugas kesehatan adalah "ara yang sangat efektif untuk men"egah penyebaran infeksi.
a. #omponen #ewaspadaan Standar adalah>
1. 0u"i 4angan (atau menggunakan antisepti" handsrub)> Setelah menyentuh darah, "airan tubuh, sekreta, eksreta dan barang+
barang ter"emar
Segera setelah membuka sarung tangan
%i antara kontak pasien
15
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
11/75
Sebelum dan sesudah melakukan tindakan in'asif
Setelah menggunakan toilet
&. Sarung 4angan>
ila kontak dengan darah, "airan tubuh, sekreta, eksreta dan barang+
barang yang ter"emar
ila kontak dengan membran mukosa selaput lendir dan kulit yang
tidak utuh
Sebelum melakukan tindakan in'asif
. 8asker, #a"amata dan Pelindung ?ajah>
8elindungi membran mukosa mata, hidung dan mulut terhadap
kemungkinan per"ikan, ketika akan kontak dengan darah atau "airan
tubuh
6. /aun *pron>
8elindungi kulit dari kemungkinan kena per"ikan ketika kontak dengan
darah atau "airan tubuh
8en"egah kontaminasi pakaian selama melakukan tindakan yang
melibatkan kontak dengan darah atau "airan tubuh
7. Linen>
4angani linen kotor dengan menjaga jangan terkena kulit atau
membrane mukosa
Jangan merendam membilas linen kotor di wilayah ruang perawatan
Jangan meletakkan linen kotor di lantai dan mengibaskan linen kotor
Segera ganti linen yang ter"emar terkena darah atau "airan tubuh
2. Peralatan Perawatan pasien>
11
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
12/75
4angani peralatan yang ter"emar dengan benar untuk men"egah kontak
langsung dengan kulit atau membrane mukosa selaput lender
0egah terjadinya kontaminasi pada pakaian atau lingkungan
0u"i dan desinfeksi peralatan bekas pakai sebelum digunakan kembali
;. Pengendalian Lingkungan>
ersihkan, rawat dan desinfeksi peralatan dan perlengkapan dalam ruang
perawatan pasien se"ara rutin setiap hari dan bilamana perlu.
!solasi pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan diri serta lingkungan
dan dapat men"emari lingkungan, dalam ruangan terpisah khusus
(isolasi)
9. #esehatan karyawan dan Pen"egahan 4ransmisi loodborne>
-indari menutup kembali jarum yang sudah digunakan, bila terpaksa
lakukan dengan teknik satu tangan
-indari melepas jarum yang telah digunakan dari spuit sekali pakai
-indari membengkokkan, menghan"urkan atau memanipulasi jarum
dengan tangan
8asukkan instrumen tajam ke dalam wadah yang tahan tusukan dan tahan
air
/unakan penghubung mulut (mout!"iece#Goedel ), ambubag, atau alat
'entilasi lain untuk resusitasi mulut ke mulut se"ara langsung
. @tika batuk>
Sasaran> pasien, keluarga pasien, petugas kesehatan, dengan infeksi
saluran nafas yang dapat ditransmisikan melalui batuk atau bersin
Selalu menutup mulut hidung pada saat batuk atau bersin, memakai
masker, men"u"i tangan setelah kontak dengan sekresi saluran nafas
1&
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
13/75
Petugas dengan infeksi saluran nafas sebaiknya tidak melakukan kontak
langsung dengan pasien, dan mengenakan masker jika harus melakukan
perawatan
Pasien infeksi saluran nafas sebaiknya menggunakan masker pada saat
ditransportasikan dari satu unit ke unit lain di Rumah Sakit.
Pertimbangan Praktis>
Perlakukan baik pasien atau petugas sebagai indi'idu yang potensial
menularkan dan rentan terhadap infeksi.
0u"i tangan – prosedur yang paling penting untuk men"egah pen"emaran
silang dari orang ke orang atau dari obyek yang ter"emar ke orang
/unakan sarung tangan pada kedua tangan sebelum menyentuh> kulit yang
luka, membran mukosa, darah, "airan tubuh sekreta ataupun eksreta atau
peralatan kotor dan bahan sampah yang ter"emar, atau sebelum melakukan
tindakan in'asif
/unakan *lat Pelindung %iri (*P%) (sarung tangan, masker, pelindung muka,
ka"amata, apron pelindung, sepatu, topi, dsb) jika ada kemungkinan
tertumpah, terper"ik darah atau "airan tubuh, seperti saat membersihkan
peralatan dan barang+barang ter"emar
/unakan antiseptik berbasis alkohol untuk membersihkan kulit atau membran
mukosa sebelum pembedahan, membersihkan luka, serta melakukan
penggosokan tangan surgical !andsrub
4erapkan "ara kerja yang aman, tidak memasang kembali penutup jarum atau
membengkokkan jarum dan menjahit dengan jarum tumpul.
uang sampah infeksius ke tempat yang aman untuk melindungi danmen"egah penularan atau infeksi kepada masyarakat
Proses peralatan, sarung tangan dan barang+barang lain dengan terlebih dahulu
melakukan dekontaminasi, pen"u"ian, kemudian melakukan sterilisasi atau
desinfeksi tingkat tinggi, sesuai prosedur yang direkomendasikan.
1
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
14/75
+. (ea#"a%aan Penlaran 'ran#&!#!
#ewaspadaan berdasarkan transmisi penularan, hanya diterapkan pada pasien
yang dirawat inap di rumah sakit, sampai diagnosa tersebut dapat dikesampingkan.
(/ardner and -!0P*0 12). #ewaspadaan berdasarkan transmisi diperuntukkan bagi
pasien yang menunjukkan gejala atau di"urigai terinfeksi atau mengalami kolonisasi
kuman yang sangat mudah menular atau sangat patogen, di mana perlu upaya
pen"egahan tambahan selain #ewaspadaan Standar, untuk memutuskan rantai
penyebaran infeksi. #ewaspadaan erdasarkan 4ransmisi perlu dilakukan sebagai
tambahan #ewaspadaan Standar.
1. 4iga Jenis #ewaspadaan erdasarkan Penularan 4ransmisi adalah sebagai
berikut>
#ewaspadaan Penularan melalui kontak
#ewaspadaan ini diran"ang untuk mengurangi resiko transmisi organisme
patogen melalui kontak langsung atau tidak langsung. 4ransmisi kontak langsung
dapat terjadi pada kontak kulit dengan kulit dan berpindahnya organisme selama
kegiatan perawatan pasien. 4ransmisi kontak langsung juga dapat terjadi antar dua
pasien. 4ransmisi kontak tidak langsung dapat terjadi bila ada kontak seseorang
yang rentan dengan obyek yang ter"emar yang berada di lingkungan pasien.
Pasien dengan infeksi kulit atau mata yang dapat menular misalnya herpes =oster,
impetigo, konjungti'itis, kutu atau infeksi luka lainnya memerlukan penerapan
tindakan pen"egahan kontak.
#ewaspadaan Penularan melalui per"ikan (droplet)
#ewaspadaan penularan melalui droplet diran"ang untuk mengurangi resiko
penularan melalui per"ikan bahan infeksius. 4ransmisi droplet terjadi melalui
kontak dengan konjungti'a, membran mukosa hidung atau mulut indi'idu yang
rentan oleh per"ikan partikel besar (A 7 Bm mikron) yang mengandung
mikroorganisme. erbi"ara, batuk, bersin dan tindakan seperti pengisapan lendir
dan bronkoskopi dapat menyebarkan mikroorganisme.
16
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
15/75
#ewaspadaan Penularan melalui udara (airborne)
#ewaspadaan penularan melalui udara diran"ang untuk mengurangi resiko
penularan melalui penyebaran partikel ke"il (≤ 7 Bm) ke udara, baik se"ara
langsung atau melalui partikel debu yang mengandung mikroorganisme infeksius.
Partikel ini dapat tersebar dengan "ara batuk, bersin, berbi"ara dan tindakan
seperti bronkoskopi atau pengisapan lendir. Partikel infeksius dapat menetap di
udara selama beberapa jam dan dapat disebarkan se"ara luas dalam suatu ruangan
atau dalam jarak yang lebih jauh. Pengelolaan udara se"ara khusus dan 'entilasi
diperlukan untuk men"egah transmisi melalui udara.
&. #omponen $tama #ewaspadaan erdasarkan 4ransmisi dan penerapannya>
8enjaga kebersihan tangan dan pemakaian sarung tangan 4ujuan Penggunaan >
8elindungi tangan dari kontak dengan darah, semua jenis "airan tubuh, sekret,
ekskreta, kulit yang tidak utuh, selaput lendir pasien dan benda yang
terkontaminasi.
Jenis sarung tangan >
1. Sarung tangan bersih
&. Sarung tangan steril
. Sarung tangan rumah tangga
!ndikasi Pemakaian Sarung 4angan
-arus dipakai pada saat melakukan tindakan yang kontak atau diperkirakan akan
terjadi kontak dengan darah, "airan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh,
selaput lendir pasien, dan benda yang terkontaminasi
-al Cang -arus %iperhatikan Pada Penggunaan Sarung 4angan
1. 0u"i tangan sebelum memakai dan sesudah melepaskan sarung tangan
&. /unakan sarung tangan berbeda untuk setiap pasien
. -indari jamahan pada benda+benda lain
17
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
16/75
6. $ji kebo"oran saat proses pen"u"ian
7. 4eknik memakai dan melepaskan sarung tangan harus dipahami
8asker, pelindung pernapasan, pelindung mata dan pelindung wajah
Pelindung ?ajah
4ujuan > melindungi selaput lendir hidung, mulut, dan mata
Jenis alat yang digunakan >
+ masker
+ ka"a mata
+ 'isor
Penutup kepala
4ujuan >
8en"egah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas
terhadap alat+alat daerah steril dan juga sebaliknya untuk melindungi
kepalarambut petugas dari per"ikan bahan+bahan dari pasien.
/aun dan apron
4ujuan >
8elindungi petugas dari kemungkinan genangan atau per"ikan darah atau "airan
tubuh lainnya yang dapat men"emari baju
Jenis >
+ /aun pelindung tidak kedap air
+ /aun pelindung kedap air
+ /aun steril
+ /aun non steril
Sepatu Pelindung
4ujuan >
12
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
17/75
8elindung kaki petugas dari tumpahan per"ikan darah atau "airan tubuh lainnya
dan men"egah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat
kesehatan
Jenis >
Sepatu karet atau plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki
Linen dan pakaian kotor
+ 8eskipun linen ter"emar oleh mikroorganisme patogen, resiko penularan
penyakit akan minimal jira linen ditangani dengan baik, diangkut dan di"u"i
dengan "ara yang dapat men"egah penyebaran mikroorganisme pada pasien,
petugas dan lingkungan
+ Petugas tidak boleh memegang linen dekat tubuh atau mengibaskan linen
tersebut.
+ 8enjaga kebersihan, penanganan dan penyimpanan linen bersih Sangay
dianjurkan.
8akanan, gelas, "angkir dan peralatan makan
+ agi pasien dengan penyakit menular melalui udara dan per"ikan, upayakan
penggunaan satu barang untuk satu pasien bila memungkinkan.
+ 4idak dibenarkan orang lain menggunakan bersama+sama peralatan makan pasien.
+ Peralatan makan dapat digunakan kembali untuk pasien suspek dan "robable
penyakit menular, dengan menerapkan pen"egahan #ewaspadaan Standar.
+ Piring dan peralatan makan yang akan digunakan kembali, di"u"i dengan air
panas dan sabun deterjen, bila mungkin di dalam mesin pen"u"i piring.
+ Petugas perlu menggunakan sarung tangan ketika menangani nampan, piring dan
peralatan makan pasien.
. Pen"egahan infeksi untuk prosedur yang menimbulkan aerosol pada pasien yang
suspek atau probable menderita penyakit menular melalui airborne udara
1;
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
18/75
4indakan yang dapat menimbulkan batuk akan meningkatkan pengeluaran
droplet nu"lei ke udara. 4indakan yang menghasilkan aerosol antara lain tindakan
pengobatan yang diaerosolisasi, (misalnya salbutamol), induksi sputum
diagnostik, bronkoskopi, pengisapan jalan nafas dan intubasi endotra"heal.
Petugas kesehatan harus memastikan bahwa pasien sudah diobser'asi
terhadap kemungkinan penyakit menular melalui udaraairborne sebelum
memulai prosedur yang menimbulkan aerosol
4indakan yang menimbulkan aerosol pada pasien dengan penyakit menular
melalui udaraairborne, hanya dilakukan bial ada indikasi medis yang penting
4indakan harus dilakukan dengan menerapkan #ewaspadaan erdasarkan
Penularan melalui udara.
a. Pemrosesan peralatan yang aman
agi pasien dengan penyakit menular melalui udaraairborne, perlu diikuti
petunjuk umum untuk pemrosesan peralatan.
B. 'ata Lak#ana Peraatan Pa#!en Dala& I#$la#!
Pasien dengan penyakit menular melalui udara harus dirawat di ruang
isolasi (bila memungkinkan) untuk men"egah transmisi langsung atau tidak
langsung. Jumlah petugas yang merawat harus seminimal mungkin sesuai dengan
tingkat perawatan. Petugas hendaknya diawasi se"ara ketat dan hendaknya
berpengalaman di dalam pen"egahan dan pengendalian infeksi. $ntuk perawatan
pasien menular melalui udara di ruang isolasi, petugas perlu mentaati petunjuk+
petunjuk sebagai berikut>
a. Persiapan dan pemeliharaan ruang isolasi>
+ Lakukan tindakan pen"egahan tambahan dengan meletakkan tanda
peringatan pada pintu
19
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
19/75
+ Sediakan lembar "atatan di pintu masuk. Semua petugas kesehatan atau
pengunjung yang masuk area isolasi harus mengisi lembar "atatan
tersebut, sehingga jika dibutuhkan tindak lanjut, tersedia data yang
dibutuhkan
+ Pastikan semua yang memasuki ruangan termasuk petugas kebersihan
memakai *P% yang lengkap
+ #umpulkan linen seperlunya
+ Lengkapi tempat "u"i tangan dan kebutuhan untuk "u"i tangan yang "ukup
+ Sediakan kantong sampah yang sesuai dan tempat sampah injakan
+ Letakkan wadah khusus anti bo"or untuk benda tajam di dalam ruangan
+ $payakan pasien tidak menggunakan barang pribadi. Letakkan tempat air
minum dan "angkir, tissue dan semua barang untuk kebersihan pribadi
berada dalam jangkauan pasien
+ Sediakan peralatan yang diperlukan tersendiri untuk masing+masing
pasien seperti stetoskop, termometer, dan tensimeter. ila karena
keterbatasan peralatan, maka sebelum digunakan untuk pasien lain,
peralatan harus didesinfeksi lebih dahulu.
+ %i luar pintu masuk isolasi (di ruang ganti) sediakan tempat (rak, troli,
lemari) untuk menyimpan *P%. Sediakan daftar tilik untuk meyakinkan
semua peralatan yang dibutuhkan tersedia.
+ %i luar pintu keluar ruang isolasi, letakkan wadah tertutup sesuai untuk
setiap peralatan bekas pakai yang akan diproses ulang. Sesuai kebijakan
masing+masing RS, langsung kirim peralatan bekas pakai tersebut ke unit
pelayanan sterilisasi atau dekontaminasi terlebih dahulu di ruangan khusus
sebelum dikirim
+ ersihkan ruangan pasien se"ara menyeluruh setiap hari meliputi semua
permukaan. Cakinkan bahwa barang+barang seperti meja pasien, kaki
tempat tidur, dan lantai telah dibersihkan dan didesinfeksi. Sodium
hipoklorit 5,1 D dapat digunakan sebagai desinfektan.
+ ersihkan peralatan makan dengan sabun dan air panas.
1
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
20/75
b. #ebijakan Penempatan Pasien
#ebijakan penempatan pasien adalah komponen penting dalam
#ewaspadaan !solasi. Ruangan khusus penting untuk men"egah transmisi
direk+indirek dan kontak khususnya jika pasien memiliki kebiasaan
kebersihan yang buruk, potensial mengkontaminasi lingkungan, atau tidak
dapat diharapkan dapat mendukung upayan pengendalian infeksi dalam
rangka transmisi mikroorganisme (misalnya pasien bayi, anak+anak, pasien
dengan perubahan status mental).
Jika memungkinkan, tempatkan pasien yang potensial
mentransmisikan mikroorganisme patogen ini pada ruang perawtan khusus
tersendiri yang dilengkapi dengan fasilitas "u"i tangan dan kamar mandi,
untuk mengurangi kemungkinan transmisi mikroorganisme.
Jika ruang perawatan khusus tidak tersedia, pasien infeksi
hendaknya ditempatkan dengan pasien yang sejenis. Pasien yang terinfeksi
oleh mikroba yang sama, dapat ditempatkan dalam ruang perawatan yang
sama, untuk men"egah agar mereka tidak terinfeksi oleh mikroorganisme
patogen yang lain, dan kemungkinan terjadi reinfeksi oleh mikroorganisme
yang sama menjadi minimal.
*lternatif lain adalah dengan melakukan mengumpulkan pasien+
pasien yang sejenis. !ni sangat membantu pada keadaan #L atau
keterbatasan ruang perawatan khusus. *pabila keduanya tidak
memungkinkan dilaksanakan (isolasi kohorting), sangat penting untuk
mendiskusikan epidemiologi penyakit dan mode transmisi penyakit
dengan para ahli pengendali infeksi, atau setidaknya dengan Pandalin. %an
lebih dari itu, jika pasien infeksi dirawat bersama dengan pasien noninfeksi, sangat penting bagi pasien, petugas kesehatan dan pengunjung
untuk menerapkan #ewaspadaan !solasi se"ara baik, demi men"egah
penyebaran infeksi dan tidak membahayakan pasien+pasien lain dalam
ruang perawatan tersebut.
&5
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
21/75
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
22/75
untuk digunakan dalam peren"anaan, penerapan dan e'aluasi suatu tindakan
yang berhubungan dengan kesehatan yang didiseminasikan se"ara berkala
kepada pihak+pihak yang memerlukan.
b. 4ujuan Sur'eilans>
8emperoleh data dasar infeksi di rumah sakit
$ntuk kewaspadaan dini dalam mengidentifikasi kejadian luar biasa
8enilai standar mutu asuhan keperawatan dan pelayanan medis
Sebagai sarana mengidentifikasi terjadinya malpraktek
8enilai keberhasilan sutau program pengendalian infeksi nosokomial
8eyakinkan para klinisi tentang adanya masalah yang memerlukan
penanggulangan
Sebagai tolok ukur akreditasi
". 8etode Sur'eilans>
$ %os"ital &ide 'raditional urveillance
Caitu sur'eilans yang prospektif dan terus menerus, untuk semua area
perawatan, untuk mengidentifikasi kejadian infeksi nosokomial selama di RS.
%ata dikumpulkan dari "atatan medis, keperawatan, laboratorium, perawat
ruangan. 8etode ini "ukup mahal dan memerlukan bayak waktu. 3amun
dengan metode ini rate infeksi, pola mikroorganisme dapat dihitung dan
diketahui setiap bulan.
* Periodic urveillance8etode ini mengikuti "ara -ospital ?ide 4raditional Sur'eillan"e, namun
hanya dilakukan se"ara inter'al seperti satu bulan dalam satu semester.
8etode lain misalnya melakukan sur'ei pada satu atau beberapa unit pada
periode tertentu, kemudian pindah ke unit lain.
&&
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
23/75
+ 'argetted urveillance
8etode ini terfokus pada area spesifik, seperti "riti"al "are, pasien dengan
transplantasi, pasien hemodialisa, atai infeksi khusus, seperti SS!, S!, E*P.
Prevalence urveillance
8etode ini menghitung jumlah aktif infeksi selama periode tertentu. *ktif
infeksi dihitung semua jenis infeksi baik yang lama maupun yang baru ketika
melakukan sur'ei. Jumlah aktif infeksi dibagi jumlah pasien yang ada pada
waktu dilakukan sur'ei, sehingga rate infeksi biasanya lebih tinggi
dibandingkan rate insiden. 8etode ini dapat digunakan untuk populasi khusus
seperti infeksi mikroorganisme khusus> -et!icillin .esistent ta"!/lococcus
Aureus (-.A) atau 0ancom/cin .esistent Enterococci (0.E)
1 2utbreak urveillance
Sur'ei dilakukan hanya pada saat terjadi outbreak atau #ejadian Luar iasa
(#L), seperti peningkatan kultur positif, jumlah isolasi meningkat .dan
sebagainya
c. Sur'eilans yang dilakukan di RS ?aras ?iris
Sur'eilans yang dilakukan di RS ?aras ?iris adalah 'argetted urveillance, dengan target sur'ey meliputi infeksi khusus yaitu !nfeksi
Luka !nfus (!L!), !nfeksi Luka
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
24/75
!nfeksi di rumah sakit meliputi> !nfeksi Luka !nfus (!L!), !nfeksi Luka terdapat kuman pathogen yang dikenali dari satu kali atau lebih
biakan %an iakan dari darah tersebut tidak berhubungan dengan infeksi di
tempat lain
#riteria & > ditemukan salah satu di antara gejala berikut tanpa penyebab lain>
+ demam (A 9G0)
+ menggigil
+ hipotensi, dan paling sedikit satu dari berikut >
1. kontaminan kulit biasa (misalnya %iphtheroids, a"illus sp.
Porioniba"terium sp, "oagulase negati'e staphylo"o""us atau
mi"ro"o""i) ditemukan dari dua kali atau lebih biakan darah yang
diambil dari waktu yang berbeda
&. kontaminan kulit biasa (misalnya %iphtheroids, a"illus sp.
Porioniba"terium sp, "oagulase negati'e staphylo"o""us atau
mi"ro"o""i) ditemukan dari paling sedikit satu biakan darah dari
pasien dengan saluran intra'as"ular dan diokter memberikan
antimi"robial yang sesuai
&6
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
25/75
. test antigen positif pada darah (misalnya -.influen=a, S.pneumoniae,
3.meningitidis atau group Strepto"o""us)
dan tanda+tanda, gejala+gejala, hasil lab yang positif tidak
berhubungan dengan suatu infeksi di tempat lain
#riteria > pasien umur H 1 th dengan paling sedikit satu tanda atau gejala
berikut >
+ demam (A 9G0
+ hipotermi I;G0
+ apnea
+ atau bradikardia, dan paling sedikit satu dari berikut >
1. kontaminan kulit biasa (misalnya %iphtheroids, a"illus sp.
Porioniba"terium sp, "oagulase negati'e staphylo"o""us atau
mi"ro"o""i) ditemukan dari dua kali atau lebih biakan darah yang
diambil dari waktu yang berbeda
&. kontaminan kulit biasa (misalnya %iphtheroids, a"illus sp.
Porioniba"terium sp, "oagulase negati'e staphylo"o""us atau
mi"ro"o""i) ditemukan dari paling sedikit satu biakan darah dari
pasien dengan saluran intra'as"ular dan diokter memberikan
antimi"robial yang sesuai
. test antigen positif pada darah (misalnya -.influen=a, S.pneumoniae,
3.meningitidis atau group Strepto"o""us)
dan tanda+tanda, gejala+gejala, hasil laboratorium yang positif tidak
berhubungan dengan suatu infeksi di tempat lain
Faktor Resiko !*%P >
a. Pemasangan kateter intra'ena, yang berkaitan dengan >
+ jenis kanula
+ metode pemasangan
+ lama pemasangan
b. #erentanan pasien terhadap infeksi
&7
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
26/75
Pen"egahan !*%P >
4erutama ditujukan pada pemasangan dan perawatan !E>
a. !ndikasi pemasangan !E hanya dilakukan untuk tindakan pengobatan dan atau
untuk kepentingan diagnostik
b. Pemilihan kanula untuk infus primer >
#anula plastik boleh digunakan untuk !E se"ara rutin, pemasangan tidak
boleh lebih dari 69 – ;& jam
". 0u"i tangan
0u"i tangan harus dilakukan sebelum pemasangan kanula. Pada umumnya
"u"i tangan "ukup menggunakan sabun dan air mengalir, tetapi untuk
pemasangan kanula 'ena sentral dan untuk pemasangan melalui in"isi, "u"i
tangan harus menggunakan antiseptik
d. Pemilihan Lokasi pemasangan !E
Pada orang dewasa, pemasangan kanula lebih baik pada tungkai atas daripada
tungkai bawah, bila perlu pemasangan dilakukan di daerah subkla'ia atau
jugular
e. Persiapan pemasangan !Eprosedur pemasangan !E
+ 4empat yang ditusuk dipasang kanula harus terlebih dahulu didesinfeksi
dengan antisepti"
+ /unakan yodium tin"ture 1+& D, atau klorheidin, atau al"ohol ;5 D.
*ntisepti" harus se"ukupnya dan ditunggu sampai kering, minimal 5
detik sebelum dilakukan pemasangan kanula
f. Prosedur setelah pemasangan !E+ beri salep antisepti" pada tempat pemasangan terutama pada teknik in"isi
+ kanula difiksasi sebaik+baiknya
+ tutuplah dengan kassa steril
+ "antumkan tanggal dan jam pemasangan di tempat yang mudah diba"a.
Pada "atatan pasien, tulis tanggal dan lokasi pemasangan.
&2
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
27/75
g. Perawatan tempat pemasangan !E
+ tempat tusukan diperiksa setiap hari untuk melihat kemungkinan
timbulnya komplikasi tanpa membuka kassa penutup, yaitu dengan "ara
meraba daerah 'ena tsb
+ bila ada demam yang tidak bisa dijelaskan dan ada nyeri tekan pada
temnpat tusukan, barulah kassa penutup dibuka untuk melihat
kemungkinan komplikasi
+ bila kanula harus dipertahankan untuk waktu yang lama, maka setiap 69 –
;& jam harus diganti dengan yang baru dan steril
+ bila pada waktu pemasangan kanula tempat pemasangan diberi antisepti"
maka setiap penggantian kassa penutup, tempat pemasangan diberi
antisepti" kembali
h. Penggantian #anula
Jika pengobatan !E melalui infus perifer (baik menggunakan heparin atau
yang dipasang melalui in"isi), bila tidak ada komplikasi yang
mengharuskan men"abut kanula maka kanula harus diganti setiap 69 – ;&
jam se"ara asepsis
Jika penggantian tidak mengikuti teknik asepti" yang baik, maka harus
diganti se"epatnyai. #anula sentral
#anula sentral harus dipasang dengan teknik asepti"
#anula sentral dipasang melalui 'ena jugular dan subkla'ia ke"uali
digunakan untuk pemantauan tekanan 'ena sentral, tidak harus diganti
se"ara rutin
#anula sentral yang dipasang melalui 'ena perifer harus diperlakukan
seperti kanula perifer tersebut di atas
ila kanula sentral dipertahankan lebih lama, kassa penutup harus
diperiksa dan diganti setiap 69 – ;& jam
j. Pemeliharaan peralatan
Pipa !E termasuk kanula piggy+ba"k harus diganti setiap 69 jam
&;
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
28/75
Pipa yang digunakan untuk hiperalimentasi harus diganti setiap &6 – 69
jam
Pipa harus diganti sesudah manipulasi pemberian darah, produk darah atau
emulsi lemakpada setiap penggantian komponen system !E harus
dipertahankan tetap tertutup. Setiap kali hendak memasukkan obat melalui
pipa, harus dilakukan desinfeksi sesaat sebelum memasukkan obat
tersebut.
Pengambilan bahan pemeriksaan darah melalui pipa !E tidak
diperbolehkan ke"uali dalam keadaan darurat atau pipa akan segera
dilepas.
k. Penggantian #omponen !ntra'ena dalam keadaan !nfeksi atau Phlebitis
Jika dari tempat tusukan keluar pus atau terjadi selulitis atau phlebitis tanpa
gejala infeksi pada tempat !E atau diduga bakteremia yang berasal dari
kanula, maka semua system harus di"abut
l. #endali mutu selama dan sesudah pen"ampuran "airan parenteral
0airan parenteral dan hiperalimentasi harus di"ampur di bagian farmasi
ke"uali karena kepentingan klinis, pen"ampuran dilakukan di ruangan
pasien
4enaga pelaksana harus men"u"i tangan sebelum men"ampur "airan
parenteral
Sebelum men"ampur dan menggunakan "airan parenteral, semua wadah
harus diperiksa untuk melihat adanya kekeruhan, kebo"oran, keretakan
dan partikel tertentu dan tanggal kedaluwarsa ila didapatkan keadaan
tersebut, "airan tidak boleh digunakan dan harus dikembalikan ke bagian
farmasi dan dari bagian farmasi tidak boleh dikeluarkan
Ruangan di bagian farmasi tempat men"ampur "airan parenteral tersebut
harus memiliki pengatur udara laminar (laminar flowhood)
Sebaiknya dipakai wadah yang berisi "airan dengan dosis tunggal (sekali
pakai). ila dipakai bahan parenteral dengan dosis ganda (untuk beberapa
&9
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
29/75
kali pakai) dan sisanya untuk wadah harus diberi tanda tanggal dan jam
dikerjakan
Label wadah harus diperiksa untuk mengetahui apakah perlu dimasukkan
ke dalam lemari es atau tidak.
2. In*ek#! Salran (en6!ng 4IS(
Saluran kemih adalah tempat yang paling sering terjadi infeksi nosokomial.
Sumber infeksi saluran kemih dapat berasal dari luar tubuh pasien atau
kontaminasi silang>
+ personil yang tidak "u"i tangan
+ "airan kontaminasi
+ peralatan medis yang tidak steril
!S# Simptomatik
%efinisi > memenuhi paling sedikit satu dari kriteria berikut ini >
#riteria 1 > didapatkan paling sedikit satu dari tanda+tanda dan gejala+
gejala berikut tanpa penyebab lainnya >
• %emam A 9G0
• 3ikuria (anyang+anyangen)
• Polakisuria
• %isuria
• *tau nyeri supra pubik
• *tau biakan urin porsi tengah . 157 kuman per milliliter urin dengan jenis
kuman tidak lebih dari & spesies
#riteria & > ditemukan paling sedikit dua dari tanda+tanda dan gejala+
gejala berikut tanpa ada penyebab yang lainnya >
Salah satu dari hal berikut ini >
&
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
30/75
• 3yeri supra pubik, demam A 9G0
• 3ikuria
• Polakisuria
• %isuria, dan salah satu dari hal+hal sebagai berikut >
1. test "arik "elup (di"stick ) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit
&. piuria (terdapat H 15 leukosit per ml atau terdapat H leukosit per lpb dari
urin yang tidak dipusing (dicentrifuge)
. ditemukan kuman dengan pewarnaan gram dari urin yang tidak dipusing
6. biakan urin paling sedikit dua kali berturut+turut menunjukkan jenis
kuman yang sama (kuman gram negati'e atau S. saphrophyti"us ) dengan
jumlah A 155 koloni kuman per ml urin yang diambil dengan kateter.
7. biakan urin menunjukkan satu jenis uropatogen (kuman gram negati'e
atau S. saphrophyti"us ) dengan jumlah A 157 per ml pada penderita yang
telah mendapat pengobatan anti mikroba yang sesuai.
2. didiagnosis !S# oleh dokter yang menangani
;. telah mendapat pengobatan antimikroba yang sesuai oleh dokter yang
menangani.
#riteria > pada pasien berumur K 1 tahun ditemukan paling sedikit satu
dari tanda dan gejala berikut ini tanpa ada penyebab lainnya >
• demam A 9G0
• hipotermia ( ;G0)
• apnea
• muntah+muntah
• bradikardia I 155 mnt
• letargia, dan hasil biakan urin 157 kuman per milliliter urin dengan jenis
kuman tidak lebih dari & spesies
5
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
31/75
#riteria 6 > pada pasien berumur K 1 tahun ditemukan paling sedikit satu
dari tanda dan gejala berikut ini tanpa ada penyebab lainnya >
• demam A 9G0
• hipotermia ( ;G0)
• apnea
• muntah+muntah
• bradikardia I 155 mnt
• letargi, dan paling sedikit satu dari berikut ini >
1. test "arik "elup (dipsti"k) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit
&. piuria (terdapat H 15 leukosit per ml atau terdapat H leukosit per lpb
dari urin yang tidak dipusing (di"entrifuge)
. ditemukan kuman dengan pewarnaan gram dari urin yang tidak
dipusing
6. biakan urin paling sedikit dua kali berturut+turut menunjukkan jenis
kuman yang sama (kuman gram negati'e atau S. saphrophyti"us )
dengan jumlah A 155 koloni kuman per ml urin yang diambil dengan
kateter.
7. biakan urin menunjukkan satu jenis uropatogen (kuman gram negati'e
atau S. saphrophyti"us ) dengan jumlah A 157 per ml pada penderita
yang telah mendapat pengobatan anti mikroba yang sesuai.
2. didiagnosis !S# oleh dokter yang menangani
;. telah mendapat pengobatan antimikroba yang sesuai oleh dokter yang
menangani.
0atatan >
+ biakan positif dari ujung kateter urin bukan merupakan test laboratorium
yang bisa diterima untuk !S#
+ biakan urin harus diambil dengan teknik yang sesuai, seperti koleksi
"lean "at"h atau kateterisasi
1
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
32/75
+ pada anak ke"il biakan urin harus diambil dari kateterisasi buli+buli atau
aspirasi supra pubik biakan positif dari spe"imen kantong urin tidak
dapat diandalkan dan harus dipastikan dengan spe"imen yang diambil
se"ara aseptis dengan kateterisasi atau aspirasi supra pubik.
!S# *simptomatik
%efinisi !S# *simptomatik harus memenuhi paling sedikit satu kriteria
berikut ini >
#riteria 1 >
+ Pasien pernah memakai kateter kandung kemih dalam waktu ; hari
sebelum biakan urin
+ %itemukan dalam biakan urin A 157 kuman per ml urin dengan jenis
kuman maksimal & spesies
+ 4idak terdapat gejala+gejala keluhan demam, suhu A 9G0,
polakisuria,nikuria, disuria dan nyeri supra pubik
#riteria & >
+ Pasien tanpa keteter kandung kemih menetap dalam ; hari sebelum
biakan pertama positif
+ iakan urin & kali berturut+turut ditemukan tidak lebih dari & jenis
kuman yang sama dengan jumlah I 157 per ml.
+ 4idak terdapat gejala+gejala keluhan demam, suhu A 9G0,
polakisuria, nikuria, disuria dan nyeri supra pubik
0atatan >
+ biakan positif dari ujung kateter urin bukan merupakan test
laboratorium yang bisa diterima untuk !S#
+ biakan urin harus diambil dengan teknik yang sesuai, seperti koleksi
"lean "at"h atau kateterisasi
!S# lain
&
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
33/75
%efinisi !S# yang lain harus memenuhi paling sedikit satu kriteria berikut
ini >
#riteria 1 > %itemukan kuman yang tumbuh dari biakan "airan bukan urin
atau jaringan yang diambil dari lokasi yang di"urigai infeksi
#riteria & > *danya abs"ess atau tanda infeksi lain yang dapat dilihat, baik
se"ara pemeriksaan langsung, selama pembedahan atau melalui
pemeriksaan histopatologis
#riteria > terdapat dua dari tanda berikut > demam A 9G0, nyeri lo"al,
nyeri tekan pada daerah yang di"urigai infeksi dan paling sedikit satu dari
berikut ini >
1. keluar pus atau aspirasi purulen dari tempat yang di"urigai infeksi
&. ditemukan kuman pada biakan darah yang sesuai dengan tempat
yang di"urigai
. pemeriksaan radiology mis. $S/, 04 S"an, 8R!, radiolabel s"an
(galliioum, te"hneti"um) abnormal, memperlihatkan gambaran
infeksi
6. didiagnosa infeksi oleh dokter yang menangani
7. dokter yang menangani memberikan pengobatan antimikroba yang
sesuai
#riteria 6 > pada pasien berumur K 1 tahun ditemukan paling sedikit satu
dari tanda dan gejala berikut ini tanpa ada penyebab lainnya >
• demam A 9G0
• hipotermia ( ;G0)
• apnea
• muntah+muntah
• bradikardia I 155 mnt
• letargia, dan paling sedikit satu dari berikut ini >
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
34/75
1. keluar pus atau aspirasi purulen dari tempat yang di"urigai infeksi
&. ditemukan kuman pada biakan darah yang sesuai dengan tempat yang
di"urigai
. pemeriksaan radiology mis. $S/, 04 S"an, 8R!, radiolabel s"an
(galliioum, te"hneti"um) abnormal, memperlihatkan gambaran infeksi
6. didiagnosa infeksi oleh dokter yang menangani
7. dokter yang menangani memberikan pengobatan antimikroba yang
sesuai
Faktor resiko !S# >
a. #ateterisasi menetap >
"ara pemasangan kateter
kualitas perawatan kateter
b. #erentanan pasien
". %ekubitus
d. Pas"a persalinan
Pen"egahan !S# >
a. 4enaga Pelaksana >
1. Pemasangan kateter hanya dikerjakan oleh tenaga yang memahami dan
trampil dalam teknik pemasangan kateter se"ara aseptik dan
perawatan kateter.
&. Personil yang memberikan asuhan pada pasien dengan kateter harus
mendapat latihan se"ara khusus teknik pemasangan yang benar dan
pengetahuan tentang komplikasi potensi yang timbul.
b. 4eknik Pemasangan kateter
1. Pemasangan kateter hanya dilakukan bila perlu saja dan segera dilepas
jika tidak diperlukan. *lasan pemasangan tidak boleh hanya untuk
kemudahan personil dalam memberikan asuhan pada pasien
6
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
35/75
&. 0ara drainase urin yang lain seperti > kateter kondom, kateter
suprapubik, kateterisasi selang seling ( intermitten), dapat digunakan
sebagai pengganti kateter menetap.
. Sebelum dan sesudah manipulasi kateter harus "u"i tangan
6. /unakan kateter terke"il tetapi aliran tetap lan"ar tanpa menimbulkan
kebo"oran dari samping kateter, untuk meminimalkan trauma
urethra.
7. Pemasangan se"ara aseptik dengan menggunakan peralatan steril
2. Pemakaian drain harus menggunakan sistem tertutup>
sistem drainase tertutup dan steril harus dipertahankan
kateter dan selang tube drainase tidak boleh dilepas
sambungannya, ke"uali akan dialkukan irigasi
bila teknik aseptik terganggu, sambungan terlepas atau terjadi
kebo"oran, sistem penampungan harus diganti dengan sistem
teknik aseptik setelah sambungan antara kateter dan pipa
didesinfeksi
tidak ada kontak antara urine bag dengan lantai.
;. Laju aliran urin harus dipertahankan. $ntuk memperoleh aliran
lan"ar>
+ jaga kateter dan pipa drainase dari lekukan
+ kantong drainase harus dikosongkan se"ara teratur dengan
menggunakan kontainer terpisah untuk setiap pasien (jangan ada
kontak antara lubang pengosong pada kantong penampung dengan
kontainer non steril)
+ kateter yang berfungsi kurang baik atau tersumbat harus diirigasi
atau kalau perlu diganti
+ kantong penampung diletakkan lebih rendah dari kandung kemih
bladder.
9. Pengambilan spesimen>
+ jika kebutuhan urine sedikit dan baru untuk pemeriksaan, diambil
dari akhir distal kateter atau lebih baik dari sampling port jika ada,
7
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
36/75
dan dibersihkan dengan desinfektan, kemudian urine diaspirasi
dengan syringe steril
+ jika kebutuhan urine banyak untuk dianalisis, dengan teknik aseptik
diambil dari kantong urine.
. Perawatan meatus> bersihkan dua kali sehari dengan "ara aseptik,
bersihkan dengan sabun dan air.
15. 8onitoring bakteri> monitoring bakteriologi se"ara rutin pada pasien
dengan kateter urine tidak dianjurkan.
11. Pemisahan pasien infeksi> untuk mengurangi infeksi silang, pasien
dengan kateter yang terinfeksi tidak boleh bersebelahan tempat tidur
atau dalam kamar yang sama dengan pasien berkateter lain yang
tidak terinfeksi.
7. In*ek#! Lka O"era#!
Superfi"ial !n"isional
%efinisi > !L< superfi"ial harus memenuhi paling sedikit satu kriteria berikut
ini >
#riteria >
+ !nfeksi yang terjadi pada daerah in"isi dalam waktu 5 hari pas"a bedah
+ -anya meliputi kulit, subkutan atau jaringan lain di atas fas"ia
+ 4erdapat paling sedikit satu dari keadaan berikut >
1. pus keluar dari luka operasi atau drain yang dipasangkan di atas fas"ia
&. biakan positif dari "airan yang keluar dari luka atau jaringan yang
diambil se"ara asepti"
. sengaja dibuka oleh dokter karena terdapat tanda peradangan, ke"uali
jika hasil biakan negati'e (paling sedikit terdapat satu dari tanda
2
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
37/75
infeksi berikut ini > nyeri, bengkak lokal, kemerahan, dan hangat
lokal)
6. %okter yang menangani menyatakan terjadi infeksi
Petunjuk pelaporan >
Jangan laporkan abs"ess jahitan ( inflamasi dan dis"harge minimal pada
titik+titik jahitan) sebagai infeksi
Jangan melaporkan suatu infeksi lo"al pada tempat tusukan (stab wound)
sebagai infeksi, tapi laporkan sebagai infeksi kulit atau soft tissue
tergantung kedalamannya
Laporkan infeksi pada "ir"um"ise bayi sebagai (SS4+0!R0 M skin and softtissue infe"tion sirkulasi neonatus)
Laporkan infeksi pada episiotomi sebagai infeksi organ reproduksi+
episiotomi. @pisiotomi bukan prosedur pembedahan bagi 33!S
Laporkan luka baker yang terinfeksi sebagai SS4 $R3 (Skin and Soft
4issue !nfe"tion)
ila infeksi meluas sampai ke fas"ia dan otot, laporkan sebagai !L<
Profunda
8asukkan infeksi yang mengenai kedua letak, superfi"ial dan profunda
sebagai !L< Profunda
%eep !n"isional
o infeksi yang terjadi pada daerah in"isi dalam waktu 5 hari pas"a bedah
sampai satu tahun pas"a bedah ( bila ada implant berupa non derived
im"lant yang dipasang permanent)
o 8eliputi jaringan lunak yang dalam ( mis lapisan fas"ia, dan otot ) dari
in"isi
;
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
38/75
4erdapat paling sedikit satu keadaan berikut ini >
1. pus keluar dari luka in"isi dalam tapi bukan berasal dari
komponen organ rongga dari daerah pembedahan
&. in"isi dalam se"ara spontan mengalami dehisensi atau dengan
sengaja dibuka oleh ahli bedah bila pasien mempunyai paling
sedikit satu dari tanda+tanda atau gejala berikut ini > demam
(A9G0), atau nyeri lo"al, terke"uali biakan in"isi negatif.
. %itemukan abs"ess atau bukti lain adanya infeksi yang
mengenai in"isi dalam pada pemeriksaan langsung, waktu
pembedahan ulang atau dengan pemeriksaan histopatologis
atau radiologis
6. %okter yang menangani menyatakan terjadi infeksi
!L< !L<
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
39/75
o !nfeksi mengenai bagian tubuh manapun, terke"uali insisi kulit, fas"ia atau
lapisan otot, yang dibuka atau dimanipulasi selama pembedahan.
o Pasien paling sedikit mempunyai salah satu dari berikut ini >
1. drainage purulent dari drain yang terpasang melalui luka tusuk
ke dalam organ rongga
&. diisolasi kuman dari biakan yang diambil se"ara asepti" dari
"airan atau jaringan dari dalam organ rongga
. abs"ess atau bukti lain adanya infeksi yang mengenai organ
rongga yang diketemukan pada pemeriksaan langsung waktu
pembedahan ulang atau dengan pemeriksaan histopatologis
atau radiologis
6. %okter yang menangani menyatakan terjadi !L<
a. 4ingkat kontaminasi luka
b. Faktor Pejamu
$sia ekstrem ( sangat muda sangat tua)
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
40/75
Suplai darah yang buruk ke daerah operasi
Lokasi luka yang mudah ter"emar ( dekat perineum)
d. Lama perawatan
e. Lama operasi
8. In*ek#! 'ran#*#!
atasan !nfeksi 4ransfusi >
4ransfusi darah yang tidak dikerjakan sesuai dengan prosedur yang
berlaku dapat menimbulkan kelainan sebagai berikut >
+ terjadinya penyulit kelainan karena inkompatibilitas ( gol darah tidak
sesuai )
+ terjadinya infeksi nosokomial dalam darah resipien (penerima) karena
adanya bibit penyakit dalam darah donor (pemberi) tersebut dalam tiap
waktu atau sesuai dengan masa inkubasi penyakit tersebut.
Perke"ualian >
+ kelainan darah atau sepsis yang bukan disebabkan oleh transfusi darah
atau suntikan apapun
+ infeksi karena jarum infus
Pen"egahan !nfeksi dan Penyulit 4ransfusi>
Selalu pastikan golongan darah pasien sebelum menerima transfusi
Selalu pastikan jenis darah produk darah yang diperlukan dengan jenis
darah produk darah yang akan ditransfusikan. Lakukan "rossmat"h antara darah pasien dengan darah donor.
Pastikan untuk selalu memasukkan darah yang telah menjalani s"reening
dan dinyatakan aman untuk ditransfusikan.
65
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
41/75
/unakan blood set untuk mengalirkan darah, dan ganti dengan infus set
yang baru, jika transfusi telah selesai dilakukan.
Lakukan semua tindakan dengan prinsip aseptik dan alat perlindungan
diri.
5. Dek+!t#
%efinisi %ekubitus ul"er, termasuk superfi"ial dan profunda (dalam).
#riteria >
4erdapat paling sedikit dua dari tanda+tanda dan gejala+gejala berikut
tanpa diketahui ada penyebab lainnya >
#emerahan
3yeri tekan
*tau bengkak pada pinggir luka dekubitus, dan paling sedikit satu dari
berikut >
a. kuman dari biakan "airan atau jaringan yang diambil se"ara benar
b. kuman dari biakan darah
0atatan >
drainase purulen saja tidak "ukup kuat membuktikan adanya infeksi
kuman dari biakan permukaan ul"us dekubitus tidak "ukup kuat
membuktikan bahwa ul"us terinfeksi
spe"imen yang diambil se"ara benar adalah dengan aspirasi jarum dari
"airan atau biopsy jaringan pada daerah perbatasan ul"us.
Pen6egaan9
+ erikan perhatian khusus untuk pasien+pasien dengan faktor resiko
dekubitus, yaitu pasien+pasien tirah baring.
61
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
42/75
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
43/75
+ *spirasi isi lambung
+ 4indakan reintubasi
+ Pemberian antagonis -& reseptor
+ Pasien dengan kontrol 'entilasi
+ Pemberian antibiotik sebelumnya
+ Pemberian enteral nutrisi se"ara terus menerus
Resiko E*P sebesar , D per hari pada minggu pertama, &, D
per hari pada minggu kedua dan 1, D per hari pada minggu ketiga.
8ortalitas karena E*P masih tinggi antara &6+75 D dan pada keadaan
tertentu dapat men"apai ;2 D misalnya pada infeksi dengan
mikroorganisme yang pathogen.
@tiologi>
Pada saluran nafas bagian atas, terjadi kolonisasi mikroorganisme,
beberapa jam setelah intubasi. #urang lebih terdapat 15 jenis
mikroorganisme yang paling sering dijumpai pada epidemiologi E*P,
dengan perbedaan terletak pada prosentase masing+masing
mikroorganisme untuk tiap+tiap RS. 8ikroorganisme yang paling sering
dijumpai adalah> Pseudomonas aeruginosa, ta"!/lococcus aureus,
Acinetobacter dan Enterobacter . Jadi dalam pemilihan antibiotika, kuman+
kuman tersebut dapat dijadikan pertimbangan.
Pada earl/ onset 0AP penyebab infeksi biasanya gram positif, dan
lebih mudah diobati (ta"!/lococcus "neumonia, %emo"!/lus influen4ae
dan ta"!/lococcus aureus), sedangkan pada late onset E*P penyebab
infeksi biasanya gram negatif, dan lebih sulit pengobatannya
(Pseudomonas s", Acinetobacter, tenotro"!omonas dan -et!icillin
.esistent ta"!/lococcus aureus #-.A)
%iagnosis>
6
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
44/75
#riteria diagnosis E*P yang baku merupakan salah satu hal yang
sangat penting dan sulit pada penanganan pasien kritis.
#riteria klinis yang banyak dipakai adalah berdasarkan *meri"an
0ollege of 0hest Pysi"ian (sensiti'itas 2 D dan spesifisitas ;7 D), yang
mendiagnosis E*P jika>
4erdapat gambaran infiltrat baru dan menetap,
%itambah 1 dari kriteria berikut>
o *danya mikroorganisme patogen pada kultur sputum
o #a'itas pada gambaran radiologi
o ukti histopatologi adanya pneumonia
*tau & dari kriteria berikut>
o panas
o lekositosis atau lekopenia
o sputum yang purulen
%iagnosis mikroorganisme penyebab E*P pada dasarnya adalah
hasil kultur dan sensiti'ity test dari spesimen saluran pernapasan bagian
bawah dengan "ara pengambilan menggunakan metode non in'asif
(aspirasi endotra"heal), maupun yang in'asif yaitu Prote"ted Spe"imen
rush (PS) dan ron"hoal'eolar la'age (*L). 4ujuan pengambilan
in'asif adalah untuk menghindari kontaminasi mikroorganisme saluran
pernapasan atas. -asil kultur dan resistensi tes dari ketiga "ara tersebut
memiliki nilai 'ariabilitas yang tinggi.
Perbedaan pendapat masih terjadi sampai saat ini mengenai
penggunaan metode in'asif atau non in'asif dalam pengambilan sample
sputum saluran pernapasan. Perdebatan terfokus pada outcome pasien
seperti lama perawatan di !0$, lama perawatan di Rumah Sakit, angka
kematian dan biaya. Pada prinsipnya, pengambilan sputum dengan "ara
non in'asif melalui aspirasi endotra"heal dapat dilakukan se"ara rutin
66
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
45/75
untuk mendiagnosa E*P dengan hasil yang memadai. 3amun pada pasien
yang lebih kritis atau tidak menunjukkan respon terhadap pemberian
antibiotika se"ara empirik, lebih baik menggunakan "ara in'asif.
Pen6egaan9
Pen"egahan E*P dapat dilakukan dengan & "ara>
1. Strateg! N$n /ar&ak$l$g!
a. 8en"u"i tangan dan menggunakan sarung tangan
8en"u"i tangan telah diekomendasikan untuk men"egah terjadinya
infeksi nosokomial. Pemakaian sarung tangan steril pada saat
melakukan penghisapan sekret juga akan men"egah terjadinya E*P
b. Posisi pasien semire"umbent
Pasien dengan 'entilasi mekanik sebaiknya diposisikan semire"umbent
untuk men"egah terjadinya aspirasi.
". -indari pemberian nutrisi enteral dengan 'olume besar
Lambung yang penuh harus dihindari untuk men"egah refluks dari
lambung dengan "ara mengurangi 'olume "airan nutrisi setiap kalinya.
-ati+hati juga terhadap penggunaan narkotik dan anti kolinergik,
karena dapat mengganggu pergerakan lambung dan usus. Lakukan
monitoring 'olume residual lambung setelah pemberian nutrisi enteral.
%apat diberikan obat yang meningkatkan pergerakan lambung dan
usus seperi metoklopramid.
d. !ntubasi oral
!ntubasi nasal yang lama (lebih dari 69 jam) harus dihindari karena
berhubungan dengan sinusitis nasal. Sinusitis dapat menajdi
predisposisi terjadinya pneumonia melalui aspirasi sekret sinus yang
sudah terkontaminasi ke dalam paru.
e. Pemeliharaan sirkuit 'entilator
67
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
46/75
Sirkuit 'entilator sebaiknya dimonitor se"ara rutin untuk menghindari
kolonisasi mikroorganisme.
f. Penghisapan sekret subglotis
Penghisapan sekret subglotis se"ara terus menerus dapat dilakukan
untuk mengurangi kolonisasi mikroorganisme, tekanan balon
endotrakeal harus adekuat untuk menghindari masuknya sekret ke
dalam paru.
g. Perubahan posisi pasien
Perubahan posisi pasien dapat mengurangi E*P dengan jalan
memperbaiki drainase sekret paru.
h. Jenis selang penghisap
*da & jenis selang penghisap, yaitu sistem terbuka sekali pakai dan
sistem tertutup dapat digunakan untuk beberapa kali pemakaian.
Resiko E*P tampaknya sama pada kedua jenis selang tersebut.
i. -umidifikasi
Se"ara teori, humidifikasi dapat menurunkan E*P dengan "ara
meminimalisasi pertumbuhan koloni dalam sirkuit 'entilator.
;. Pen6egaan Se"#!#
%efinisi Sepsis klinis harus memenuhi paling sedikit satu kriteria berikut ini>
#riteria 1 >
%itemukan salah satu di antara gejala berikut ini tanpa penyebab lain >
+ suhu A 9G0 bertahan minimal &6 jam dengan atau tanpa pemberian
antipiretika
+ hipotensi (sistolik H 5 mm-g)
+ oliguri dengan jumlah urin I &5mljam atau I 5,7 ""kgjam, dan
semua gejala tanda yang tersebut di bawah ini >
62
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
47/75
1. biakan darah tidak dilakukan atau tidak diketemukan kuman antigen
dalam darah
&. tidak terdapat tanda+tanda infeksi di tempat lain
. telah diberikan antimikroba sesuai dengan sepsis
#riteria & >
%itemukan pada pasien berumur 1 tahun dan paling sedikit satu
gejalatanda berikut tanpa diketahui ada penyebab lainnya >
+ demam A 9G0
+ hipotermia I;G0
+ apnea+ atau bradikardi , 155 mnt, dan semua gejala di bawah ini >
1. biakan darah tidak dilakukan atau tidak diketemukan kuman antigen
dalam darah
&. tidak terdapat tanda+tanda infeksi di tempat lain
. telah diberikan antimikroba sesuai dengan sepsis
*sal terbanyak kejadian Sepsis >
+ $rogenital system
+ -epatobiliary tra"t
+ /! tra"t
+ Paru – paru
Penyebab yang lebih jarang >
+ !E line
+ 0airan infus
+ Luka operasi
+ %rain operasi
+ Luka dekubitus
Pen"egahan Sepsis>
6;
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
48/75
Selalu men"u"i tangan setiap kali sebelum dan sesudah melakukan
tindakan, atau dari satu pasien ke pasien lain
Selalu menerapkan prinsip septik+aseptik dalam melakukan setiap
tindakan medis
8emenuhi ketentuan prosedur perawatan dan penggunaan peralatan
medis, khususnya yang bersifat in'asif. (8isalnya> mengganti infus
setelah &6 jam, perawatan kateter urine setiap hari, perawatan
sirkuit 'entilator, dan sebagainya.
e. Pelaksana Sur'eilans
Sur'eilans infeksi nosokomial di RS ?aras ?iris dilaksanakan oleh !P03,
dan dibantu oleh !P0L3 di masing+masing ruang perawatan.
f. Pelaporan
Laporan sur'eilans direkap setiap bulan untuk kemudian dilaporkan
kepada %irektur RS bersama laporan kegiatan Pandalin selama bulan yang
bersangkutan dalam bentuk Laporan ulanan Panitia Pen"egahan dan
Pengendalian !nfeksi di Rumah Sakit.
D. 'ata Lak#ana (e+er#!an %an Pengel$laan L!&+a
a. Pengelolaan kebersihan dan Limbah Rumah Sakit
Ruang lingkup pengelolaan kebersihan dan limbah rumah sakit meliputi
pengelolaan limbah medis maupun non medis yang terjadi oleh karena kegiatan
pelayanan rumah sakit. #egiatan pengelolaan limbah di rumah sakit merupakan
tanggung jawab petugas kebersihan rumah sakit, di bawah pengawasan sanitarian
rumah sakit, dan berkoordinasi dengan Pandalin.
69
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
49/75
b. 4ujuan Pengelolaan Sampah>
8elindungi petugas pembuangan sampah dari perlukaan
8elindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan
8en"egah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya
8embuang bahan+bahan berbahaya (toksik dan radioaktif) dengan aman.
4umpukan sampah terbuka harus dihindari, oleh karena>
8enjadi obyek pemulung yang akan memanfaatkan sampah
terkontaminasi
%apat menyebabkan perlukaan
8enimbulkan bau busuk
8engundang lalat dan hewan penyebar penyakit lainnya
". atasan Limbah Rumah Sakit >
Se"ara umum limbah rumah sakit dibedakan menjadi limbah padat sampah
dan limbah "air. Sampah rumah sakit tersebut dibagi menjadi>
• Sampah 8edis, yaitu sampah yang ter"emar oleh darah atau "airan tubuh
pasien, dan dikategorikan sebagai limbah beresiko tinggi serta bersifat
menularkan penyakit. %apat berasal dari tindakan klinis, laboratorium,
atau obat sitotoksik dan senyawa radioaktif.
• Sampah 3on 8edis Sampah $mum, yaitu sampah yang tidak ter"emar
oleh darah atau "airan tubuh pasien, sehingga beresiko rendah.
d. Penanganan Sampah 8edis >
Sampah 8edis beresiko tinggi untuk menularkan penyakit, RS berkewajiban
mengelolanya dengan benar untuk menghindari penularan penyakit melalui
sampah tersebut.
Sampah 8edis tsb antara lain >
6
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
50/75
• darah atau "airan tubuh lainnya ( urine, muntahan, "airan efusi, as"ites
dsb), material yang mengandung darah kering seperti perban, kassa, dan
benda+benda dari kamar bedah atau ruang tindakan.
• Sampah organik, misalnya jaringan, potongan tubuh dan plasenta
• enda – benda tajam bekas pakai, misalnya jarum suntik, jarum jahit,
pisau bedah, tabung darah, pipet atau jenis gelas lain yang bersifat
infeksius
#antong Sampah 8edis >
• sampah medis dibuang ke dalam kantong sampah warna kuning yang
tersedia di tiap unit pelayanan, dipisahkan antara sampah medis tajam dan
tidak tajam
• sampah radioaktif dibuang dalam kantong sampah warna merah
• sampah dalam kantong kuning dibakar di in"inerator
Pembuangan sampah medis>
4empat sampah harus terbuat dari wadah anti tusukan, dan dilapisi
kantong sampah sesuai dengan jenis sampah medis, serta tertutup.
$payakan tempat sampah yang dibuka dengan injakan, sehingga
meminimalkan kontaminasi kotoran kepada petugas.
4empat sampah harus ditempatkan di dekat lokasi terjadinya sampah dan
mudah di"apai oleh pemakai (mengangkat+angkat sampah ke mana+mana
meningkatkan resiko infeksi bagi pembawanya). 4erutama pentings ekali
terhadap benda tajam yang membawa resiko ke"elakaan perlukaan bagi
petugas kesehatan dan staf.
0u"i semua wadah sampah setiap hari, dengan larutan pembersih
desinfektan (klorin 5,7 D) dan sabun, serta bilas dengan air.
/unakan wadah terpisah antara sampah yang akan dibakar dengan sampah
yang akan didaur ulang tidak dibakar. -al ini untuk menghindarkan
petugas dari memisahkan sampah dengan tangan, yang beresiko perlukaan
infeksi.
75
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
51/75
/unakan perlengkapan pelindung (*P%) pada saat menangani sampah.
0u"i tangan atau gunakan handrub setelah melepaskan sarung tangan
seusai menangani sampah.
Pembuangan sampah medis di RS ?aras ?iris dilakukan dengan
membakar pada in"inerator dengan suhu tinggi.
e. Penanganan Sampah 3on 8edis
Sampah 3on 8edis dibuang di tempat pembuangan sementara yang
tersedia, sedangkan untuk pengelolaannya bekerja sama dengan petugas
dinas kebersihan kota litar. Petugas kebersihan pemkot mengangkut
sampah non medis dari 4PS rumah sakit setiap hari.
Sampah non medis di tiap unit pelayanan dibuang ke dalam kantong sampah
berwarna hitam.
f.Penanganan Limbah laboratorium >
Limbah laboratorium dikelola sebagai limbah medis, limbah padat dikelola
sebagaimana sampah medis, sedangkan limbah "air dialirkan ke sistem pengelolaan
limbah "air dari seluruh rumah sakit.
g. Penanganan Limbah "air
Limbah "air di RS ?aras ?iris dikelola dengan Sistem %ewats, yang
mengolah seluruh limbah "air dengan prinsip anaerob, sampai pada hasil akhir yang
tidak berbahaya beresiko rendah, sebelum dialirkan ke pembuangan umum.
Se"ara berkala, hasil akhir pengolahan limbah "air tersebut diperiksa keamanannya,
se"ara laboratorium.
71
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
52/75
h. Penanganan Limbah Farmasi
%alam jumlah ke"il, sampah farmasi (obat dan bahan obat) dapat
dikumpulkan dengan sampah medis lainnya untuk kemudian dibakar di in"inerator.
Jika jumlahnya banyak, metode pembuangan sampah farmasi dilakukan sebagai
berikut>
Sitotoksik, radioaktif dan antibiotik dapat diinsinerasi, sisanya dikubur di
tempat pemerataan tanah
ahan yang larut air, "ampuran ringan bahan farmasi seperti larutan
'itamin, obat batuk, "airan intra'ena, dll dapat dien"erkan dengan
sejumlah besar air lalu dibuang ke tempat pembuangan limbah "air RS
untuk kemudian diproses di sana.
Sampah sitotoksik tidak boleh dibuang ke sungai, kali, telaga, dananu,
atau area pemerataan tanah.
i.Penanganan Sampah Cang 8engandung Logam erat
aterai, termometer dan benda lain yang mengandung logam berat seperti air
raksa atau kadmium, dapat dibuang dengan "ara berikut ini>
Pelayanan daur ulang yang tersedia (melalui industri pabrik). !ni adalah
pilihan terbaik.
@nkapsulasi > dikumpulkan dalam wadah tahan bo"or, sesudah N penuh,
dimasukkan semen, pasir, sampai penuh. Sesudah bahan menjadi padat
dan kering, wadah ditutup, ditimbun atau dikuburkan.
Sampah jenis ini tidak boleh dibakar di in"inerator oleh akrena uap logam
bera"un yang dikeluarkan. Juga tidak boleh dikubur tanpa enkapsulasi
karena mengakibatkan lapisan air terpolusi. 3amun biasanya sampah ini
hanya dalam jumlah ke"il di Rumah Sakit.
g. Penanggungjawab Pengelolaan Limbah di RSP3
7&
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
53/75
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
54/75
Petugas yang bertanggungjawab dalam proses ini adalah petugas linen
ruang perawatan dan petugas bagian pen"u"ian.
Penggunaan *P% yang sesuai harus dipenuhi dalam hal mengelola linen
kotor. ?adah untuk membawa linen kotor non infeksius, linen kotor
infeksius, maupun linen bersih harus terpisah dan merupakan wadah
yang tertutup.
6. D!#tr!+#! Dan Pen,!&"anan L!nen Ber#!
%istribusi linen kotor linen bersih dari ruang perawatan ke pen"u"ian
atau sebaliknya dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan, dengan
menggunakan buku ekspedisi
%. Pen,e%!aan L!nen S!a" Paka!
Linen siap pakai disimpan di tiap unit pelayanan, dengan tetap
memperhatikan standar penyimpanan, yaitu >
• Lemari penyimpan selalu bersih, kering, tidak lembab, dan tertutup rapat
• Lemari penyimpanan jauh dari pelayanan pasien terhindar dri
kontaminasi
• Pen"ahayaan &55 – 755 Lu sesuai pedoman pen"ahayaan rumah sakit,
suhu && – &; G 0 dan kelembaban sekitar 67 – ;7 D R-
• !n'entarisasi linen menjadi tanggung jawab unit pelayanan yang
menyimpan, dan harus selalu dilakukan "ross "he"k antara jumlah linen
yang terpakai dengan linen kotor dan stok linen bersih
e. Penggnaan L!nen Ber#!
Linen bersih digunakan dengan prinsip F!F< (First !n First
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
55/75
/. 'ata Lak#ana Penggnaan Ant!+!$t!ka Yang B!=ak#ana
Setelah penemuan sulfa dan peni"illin, perkembangan dan penggunaan
antibiotika menjadi sangat luas. -ingga pada akhirnya, mulai mun"ul resistensi
kuman terhadap berbagai jenis antibiotika. Peningkatan resistensi kuman ini
mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas, khususnya bagi pasien yang
immunocom"romi4ed
Resistensi kuman dapat terjadi oleh karena penggunaan antibiotika yang tidak
bijaksana, yang antara lain meliputi> pemberian yang berlebihan, pemberian di
bawah dosis optimal, lama pemberian antibiotika tidak tepat, atau misdiagnosis
yang menyebabkan pilihan antibiotika tidak tepat.
8aka diperlukan pengaturan dalam hal penggunaan antibiotika, agar
diperoleh penggunaan yang bijaksana. 4ujuan kebijakan penggunaan antibiotika
ini adalah men"apai peresepan penggunaan antibiotika yang efektif dan ekonomis,
untuk meminimalkan resistensi kuman, tanpa meninggalkan efek terapi yang
diharapkan.
• #riteria penggunaan antibiotika yang bijaksana, meliputi>
+ Setiap antibiotik harus teruji dalam diagnosis klinisnya dan telah terbukti
serta dikenali mampu memberikan efek terapi terhadap mikroorganisme.
+ Pemeriksaan kultur kuman sebaiknya dilakukan sebelum memulai
pemberian antibiotika
+ Pemilihan antibiotika sebaiknya tidak didasarkan pada riwayat penyakitdan agen pathogen saja, namun juga mempertimbangkan pola sensiti'itas,
toleransi pasien, dan biaya
+ %okter harus memperoleh informasi tentang resistensi kuman di rumah
sakit se"ara berkesinambungan
+ /unakan antibiotika yang spesifik untuk infeksi
77
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
56/75
+ Jika mungkin, hindari penggunaan antibiotika se"ara kombinasi
+ atasi penggunaan antibiotika selektif
+ /unakan dosis yang tepat. %osis rendah dapat menyebabkan inefektif
terapi, dan memi"u strain kuman menjadi resisten. %osis yang berlebihan
dapat meningkatkan side efek, dan tetap tidak men"egah resistensi kuman.
+ Se"ara umum, penggunaan satu seri antibiotika berkisar antara 7 – 16 hari,
tergantung jenis infeksinya. 4erdapat indikasi tertentu untuk penggunaan
yang lebih lama. *pabila pemakaian hari tidak menunjukkan efekti'itas,
maka antibiotika harus dihentikan dan dilakukan penilaian kembali
terhadap status pasien.
$ntuk men"apai tujuan tersebut di atas, maka diberlakukanlah kebijakan
sebagai berikut>
o !ndikasi Penggunaan antibiotika di RS harus menga"u pada uku Pedoman
Penggunaan *ntibiotika dan uku Peta akteri dan #epekaan 4erhadap
erbagai *ntibiotika, yang diterbitkan oleh RS. ?aras ?iris
o uku Pedoman *ntibiotika disusun oleh Panitia Farmasi dan 4erapi dan harus
die'aluasi ulang minimal setiap tahun sekali.
o
uku Peta akteri dan #epekaan 4erhadap erbagai *ntibiotika disusun setiaptahun untuk memantau pergeseran pola resistensi yang dapat mempengaruhi
terapi antimikroba.
o Standarisasi antibiotika di RS berlaku untuk semua dokter yang merawat di RS.
?aras ?iris
o $ntuk setiap jenis antibiotika maksimal disediakan sediaan paten. 3amun
tetap dianjurkan menggunakan sediaan generik sebagai alternatif pertama.
o Pandalin bertanggungjawab memberi masukan kepada Panitia Farmasi dan
4erapi dalam hal pemantauan resistensi dan pemeriksaan pemetaan kuman di
RS. ?aras ?iris.
). 'ata Lak#ana Penggnaan Ant!#e"t!k Dan De#!n*ektan
72
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
57/75
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
58/75
De#!n*ektan Ant!#e"t!k
4 ($&"$#!#!
P$ten#! Akt!3!ta# Penggnaan
AN'ISEP'I(
•
4ri"losan 5,57 – & D(sabun antise"tic)
• 0hlorheidine 6 D
( %ibiscrub)
• Po'idon !odine 15 D
( Isodine, 5etadine)
• *lkohol ;5 D
("astik, alkafil)
• 0hlorheidine gli"onate1,7Db' dan "etrimide 17,5
Db' (avlon)
• -idrogen Peroksida -& iritasi kulit dan
"onjun"ti'a
%esinfeksi luka, pre post op pd.
#ulit dn selaput lendir. 8en"egahinfeksi pd luka.
4oksisitas > R. sensitifitas lo"al
(jarang)
%esinfeksi sebelum pengambilan
sample darah, penyuntikan, pun"tie,kateter i' infuse, perawatan tali
pusat
%esinfeksi pd tindakan E4,
pemasangan kateter urine,desinfeksi luka (D)
%esinfeksi luka yang sangat kotor
4oksisitas > membakar kulit
mukosa jika terlalu pekat.
$ntuk pengganti "u"i tangan pada
saat tertentu, misalnya antara pemeriksaan pasien satu dengan
pasien lainnya.
DESIN/E('AN ALA' LIN)(
• 0hlorheidine gli"onate1,7
Db' dan "etrimide 17,5
Db' (avlon)
/ram O, (15 ugml), /ram – (25 ugml) pd Ph 7 – 9
Eirus -!E pd kons H 5,& D
%esinfeksi alat, dekontaminasiinstrument
4oksisitas > !ritasi kulit dan
sensiti'itas.
79
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
59/75
• 0resol dan lar.sabun (lisol)
• Senyawa berbahan dasar
klorin (5a/clin, Prese"t)
• /lutaraldehyde & D (Cide6)
8embunuh mikroorganisme
termasuk jamur dan 'irus
( 15 det pd kons. 0resol 5,
– 5,2 D ) @fek thd sporake"il.
*ktif thd bakteri, beberapa
jamur, ragi, algae, 'irus,
proto=oa, termasuk -!E dan
-epatitis 'irus.
akteri ram O, /ram +,spora, jamur, 'irus( termasuk -!E, -epatitis )
#erja optimum pd Ph ;,7 –
9,7. Lar stabil selama 16hari
%esinfeksi lantai, dekontaminasi
alat tenun, tempat tidur pasien,
merendam alat – alat.
%esinfeksi mesin -%, ( "hemi"al
rinse), dekontaminasi linen kotor
infeksius, desinfeksi ruang
perawatan, perabot, lantai dandinding di ruang perawatan.
%ekontaminasi peralatan medis.
4oksisitas > iritasi kulit dan mukosa
%esinfeksi dan sterilisasi alatendos"opy dan instrument bedahfiber opti", peralatan anestesi, sal.
3apas, gigi, atau sterilisasi alat yang
tidak dapat disteril dengan "ara pemanasan uap panas jenuh.
d. Peranan !nstalasi Farmasi dalam Penyiapan dan Penggunaan *ntiseptik dan
%esinfektan
o *ntiseptik dan desinfektan yang digunakan di RS. ?aras ?iris disiapkan
oleh !nstalasi Farmasi.
o !nstalasi Farmasi bertanggungjawab terhadap pembuatan, pengen"eran,
pengemasan serta pendistribusian larutan antiseptik dan desinfektan
tersebut, termasuk persiapan, pen"u"ian dan pengeringan wadah yang
akan digunakan.o !nstalasi Farmasi betanggungjawab atas pelabelan larutan, se"ara jelas,
serta sosialisasi kegunaan masing+masing larutan, serta pengamanannya.
7
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
60/75
o $nit pemakai tidak diperkenankan melakukan pengen"eran sendiri,
ataupun men"ampurkan desinfektan baru ke dalam wadah desinfektan
sisa, untuk men"egah berubahnya konsentrasi dan efektifitas bahan.
H. 'ata lak#ana (e#eatan (ar,aan %an Penatalak#anaan Pa#6a Pa=anan
a. Program #esehatan #aryawan RS ?aras ?iris
#esehatan karyawan merupakan hal yang penting untuk memungkinkan RS
menyelenggarakan fungsinya se"ara optimal. Program yang berkaitan dengan
kesehatan karyawan, ter"antum dalam Pedoman Pengorganisasian #eselamatan
kerja, #ebakaran dan #ewaspadaan en"ana RS, yang meliputi>
a. Pemeriksaan #esehatan 0alon #aryawan
b. Pemeriksaan #esehatan untuk Pengangkatan #aryawan
". Pemeriksaan #esehatan erkala
d. Pemeriksaan #esehatan #husus
b. Perlindungan terhadap Petugas #esehatan
• Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan
pelatihan mengenai "ara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan
pen"egahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika
terpajan.
• Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan
penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
• Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui
udara harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum
dingin) dengan baik dan menjaga kebersihan tangan setiap saat.
• Petugas kesehatan juga harus memeriksa suhu dua kali sehari dan me
waspadai mun"ulnya gejala pernapasan terutama batuk
• Petugas kesehatan juga harus memiliki "atatan pribadi mengenai kontak yang
dialami. 0atatan tidak boleh dibawa ke dalam area isolasi
25
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
61/75
• Petugas kesehatan juga harus bila timbul demam, segera batasi interaksi dan
isolasi diri dari area umum. Segera lapor kepada 4im %alin Pandalin, 4im
#esehatan kerja (#) dan dokter poliklinik rumah sakit, adanya kemungkinan
terinfeksi penyakit menular yang sedang ditangani.
". Petunjuk Pen"egahan infeksi untuk Petugas #esehatan
$ntuk penyakit menular melalui udara (droplet, airborne), misalnya *'ian
!nfluen=a, S*RS.
• $ntuk men"egah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan, petugas harus menggunakan *P% yang sesuai untuk kewaspadaan
Standar dan #ewaspadaan !solasi (berdasarkan penularan se"ara kontak,
droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.
• Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala
penyakit menular yang sedang dihadapi.
• Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus die'aluasi untuk
memastikan agen penyebab. %an ditentukan apakah perlu dipindahtugaskan
dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di unit
perawatan intensif (!0$), ruang rawat anak, ruang bayi.
• Jika petugas kesehatan mengalami gejala demam atau gangguan pernapasan
dalam jangka waktu 15 hari setelah terpajan penyakit menular melalui
udara, maka ia perlu dirawat di ruang isolasi.
• Petugas terpajan yang tidak memiliki gejala demam atau gangguan
pernapasan tidak perlu dibebastugaskan namun harus melaporkan pajanan
yang dialami segera kepada 4im %alin.
• Sur'eilans aktif perlu dilakukan terhadap gejala demam dan gangguan
pernapasan setiap hari kepada petugas kesehatan yang terpajan. Petugas
diinstruksikan untuk mewaspadai timbulnya demam, gangguan pernapasn
dan atau peradangan konjungti'a selama 15 hari setelah terpajan dengan
penyakit menular melalui udara.
21
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
62/75
d. 4ata Laksana Pajanan
*pabila terjadi ke"elakaan kerja berupa perlukaan seperti tertusuk jarum
suntik bekas pasien, atau terper"ik bahan infeksius, maka perlu pengelolaan yang
"ermat, tepat serta efektif untuk men"egah semaksimal mungkin terjadinya infeksi
nosokomial yang tidak diinginkan.
Cang paling penting adalah segera men"u"inya dengan air mengalir dan
sabun antiseptik, dan usahakan meminimalkan kuman yang masuk ke dalam
aliran darah dengan menekan luka sehingga darah keluar.
ila darah mengenai mulut, ludahkan dan kumur+kumur dengan air
beberapa kali, bila mengenai mata, "u"ilah mata dengan air mengalir (irigasi) atau
garam fisiologis, bila per"ikan mengenai hidung, hembuskan keluar hidung, dan
bersihkan dengan air.
e. 4ata laksana Pajanan di tempat kerja
Penatalaksanaan pajanan darah di tempat kerja dan pemberian Profilaksis
Pas"a Pajanan (PPP) disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada di RS
?aras ?iris.
• Panduan terpapar adalah sebagai berikut>
Langkah 1 > 0u"i
+ 4indakan darurat pada bagian yang terpajan seperti di atas
+ Setiap pajanan di"atat dan dilaporkan dalam &6 jam kepada atasan langsung
dan Pandalin serta #. Laporan ini sangat penting untuk menentukan langkah
selanjutnya. 8emulai PPP setelah ;& jam tidak dianjurkan karena tidak
efektif.
Langkah & > 4elaah Pajanan
Pajanan yang memiliki resiko penularan infeksi>
2&
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
63/75
+ Perlukaan kulit
+ Pajanan pada selaput mukosa
+ Pajanan melalui kulit yang luka
+ /igitan yang berdarah
ahan pajanan yang memberikan resiko penularan infeksi adalah>
• %arah
• 0airan ber"ampur darah yang kasat mata
• 0airan yang berpotensial terinfeksi> semen, "airan 'agina, "airan
serebrospinal, "airan pleura, "airan perikardial, "airan amnion, "airan
peritoneal
• Eirus yang terkonsentrasi
Status !nfeksi> tentukan status infeksi sumber pajanan (bila belum diketahui)
• -bs*g positif
• -0E positif
• -!E positif
• $ntuk sumber yang tidak diketahui, pertimbangkan resiko yang tinggi atas
infeksi di atas
• Jangan melakukan pemeriksaan (laboratorium) jarum bekas
#erentanan > tentukan kerentanan orang yang terpajan>
• Pernahkah mendapatkan 'aksinasi -epatitis
• Status serologi terhadap -E bila pernah mendapatkan 'aksin
• *nti -0E dan *L4
• *ntibodi -!E
Langkah > erikan PPP kepada terpajan beresiko tinggi infeksi>
2
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
64/75
• -E >
o erikan PPP sesegera mungkin, lebih utama dalam &6 jam !
o PPP boleh diberikan pada ibu hamil
•-0E > PPP tidak dianjurkan
• -!E >
o 8ulai PPP dalam beberapa jam setelah pajanan, berupa pemberian
*RE jangka pendek untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi -!E
pas"a pajanan
o PPP merupakan bagian dari pelaksanaan paket kewaspadaan Standar
yang meminimalkan resiko pajanan terhadap bahan infeksius di
tempat kerja
Perlu diingat bahwa Pen"egahan pajanan yang tidak diinginkan adalah
"ara yang paling efektif untuk mengurangi resiko penularan -!E pada petugas
kesehatan. Prioritas utama adalah meningkatkan pemahaman petugas kesehatan
tentang kewaspadaan standar dan isolasi dan menyediakan sarana pen"egahan
yang memadai.
Petugas kesehatan diharapkan memiliki pemahaman tentang resiko
mendapatkan infeksi -!E se"ara hubungan seks, tahu manfaat dan mudah
mendapatkan kondom, serta pelayanan pengobatan yang bersifat rahasia.
f. Pemberian Profilaksis Pas"a Pajanan (PPP) dengan *RE
PPP dimulai sesegera mungkin setelah pajanan, sebaiknya dalam waktu &+
6 jam. Pengobatan kombinasi dianjurkan karena lebih efektif daripada pengobatan
tunggal. Pengobatan dua atau tiga jenis obat sangat dianjurkan.
Pengobatan didasarkan atas riwayat pengobatan sebelumnya pada pasien
sumber dan kemungkinan adanya resistensi silang dengan obat yang berbeda, juga
didasarkan atas tingkat keseriusan pajanan dan ketersediaan *RE. #ombinasi dan
26
8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc
65/75
dosis yang direkomendasikan tanpa adanya resistensi terhadap ido'udinen
(*4) atau Lami'udin (40) pada pasien sumber adalah>
%E &75 – 55mg & hari
Lami'udine 175 mg & hari
!ndina'ir 955 mg hari atau @fa'iren= 255 mg hanya sekali sehari (tidak
dianjurkan untuk wanita hamil)
Top Related