PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

download PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

of 75

Transcript of PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    1/75

    PEDOMAN PELAYANAN PPIRS

    RSU ADELLA SLAWI

    2015

    1

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    2/75

    BAB I

    PENDAHULULAN

    A. Latar Belakang

    Rumah Sakit merupakan lembaga, di mana kemajuan ilmiah dipakai untuk 

    memberikan layanan diagnostik dan terapeutik yang terbaik bagi pasien, namun di

    sisi lain, disadari bahwa rumah sakit juga dapat menjadi tempat yang berbahaya

    tidak saja bagi pasien, bagi karyawan atau pengunjung rumah sakit yang lainnya.

    Lingkungan rumah sakit merupakan tempat yang memudahkan penularan berbagai

     penyakit infeksi. Penerapan teknologi – teknologi diagnostik ataupun terapeutik 

     bukanlah tanpa bahaya. Justru sebaliknya, infeksi yang terjadi melalui perawatan di

    rumah sakit, sebenarnya telah memiliki sejarah yang panjang.

    Resiko infeksi nosokomial selain terjadi pada pasien yang dirawat di Rumah

    Sakit, dapat juga terjadi pada para petugas Rumah Sakit tersebut. erbagai prosedur 

     penanganan pasien memungkinkan petugas terpajan dengan kuman yang berasal

    dari pasien. !nfeksi petugas juga berpengaruh pada mutu pelayanan karena petugas

    menjadi sakit sehingga tidak dapat melayani pasien.

    Pengetahuan tentang pen"egahan infeksi sangat penting untuk petugas

    Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya merupakan sarana umum yang sangat

     berbahaya, dalam arti rawan untuk terjadi infeksi. #emampuan untuk men"egah

    transmisi infeksi di Rumah Sakit, dan upaya pen"egahan infeksi adalah tingkatan

     pertama dalam pemberian pelayanan yang bermutu. $ntuk seorang petugas pertama

    dalam pemberian pelayanan yang bermutu. $ntuk seorang petugas kesehatan,

    kemampuan men"egah infeksi memiliki keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan,

    karena men"akup setiap aspek penanganan pasien.

    $paya pen"egahan penularan infeksi di Rumah Sakit melibatkan berbagai

    unsur, mulai dari peran pimpinan sampai petugas kesehatan sendiri. Peran pimpinan

    adalah penyediaan sistem, sarana, dan pendukung lainnya. Peran petugas adalah

    sebagai pelaksana langsung dalam upaya pen"egahan infeksi. %engan berpedoman

    &

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    3/75

     pada perlunya peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit dan sarana kesehatan

    lainnya, maka perlu dilakukan pelatihan yang menyeluruh untuk meningkatkan

    kemampuan petugas dalam pen"egahan infeksi di Rumah Sakit.

    Salah satu strategi yang sudah terbukti bermanfaat dalam pengendalian

    infeksi nosokomial adalah peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam

    metode $ni'ersal Pre"autions atau dalam ahasa !ndonesia #ewaspadaan

    $ni'ersal (#$) yaitu suatu "ara penanganan baru untuk meminimalkan pajanan

    darah dan "airan tubuh dari semua pasien, tanpa memperdulikan status infeksi.

    %asar #ewaspadaan $ni'ersal adalah "u"i tangan se"ara benar, penggunaan alat

     pelindung, desinfeksi dan men"egah tusukan alat tajam, dalam upaya men"egah

    transmisi mikroorganisme melalui darah dan "airan tubuh.

    %emikian pula halnya di Rumah Sakit *della. $paya pengendalian infeksi

    nosokomial terus dilakukan, sekalipun dengan berbagai keterbatasannya. Sangat

    disadari, bahwa dampak infeksi ini sangat luas, baik bagi pasien, pengguna jasa

    rumah sakit maupun bagi rumah sakit itu sendiri. Sekalipun infeksi ini seringkali

    tidak mematikan, tetapi mengakibatkan pasien lebih lama tinggal di rumah sakit,

    lebih lama tinggal dalam kondisi non produktif, dan membayar biaya lebih mahal

    untuk perpanjangan hari rawat dan pemakaian antibiotika. agi rumah sakit,

    infeksi nosokomial akan berdampak pada biaya operasional yang makin besar, dan

    dari sisi medikolegal yang merebak akhir+akhir ini, infeksi ini dapat dianggap

    sebagai kelalaian rumah sakit karena tidak mengindahkan standar pelayanan medis

    maupun keperawatan, yang pada akhirnya akan mengakibatkan buruknya kualitas

    kinerja rumah sakit.

    Pemerintah telah menetapkan pengendalian infeksi nosokomial ini sebagai

    salah satu standartolok ukur mutu pelayanan rumah sakit. -al ini pula yang

    mendasari semakin dikembangkannya upaya pengendalian infeksi di Rumah Sakit*della. %iharapkan, dengan semakin ditekannya kejadian infeksi nosokomial, maka

    kualitas pelayanan di Rumah Sakit *della se"ara menyeluruh dapat semakin

    ditingkatkan.

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    4/75

    C. Rang L!ngk"

    Pedoman ini memberi panduan bagi petugas kesehatan di Rumah Sakit dan

    fasilitas kesehatan lainnya dalam melaksanakan pen"egahan dan pengendalian

    infeksi pada pelayanan terhadap pasien yang menderita penyakit menular melalui

    udara (airborne). %engan pengalaman yang sudah ada dengan pelayanan pasien

    yang mengalami #ejadian Luar iasa (#L), pedoman ini dapat juga diterapkan

    untuk menghadapi penyaki+penyakit infeksi lainya ( Emerging Infectious Diseases)

    yang mungkin akan mun"ul di masa mendatang, baik yang menular droplet, udara

    atau kontak.

    D. Bata#an O"era#!$nal

    #ewaspadaan Standar diterapkan pada semua klien dan pasien orang yang

    datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. ( Infection Control Guidelines CDC,

     Australia).

    #ewaspadaan berdasarkan transmisi penularan, hanya diterapkan pada

     pasien yang dirawat inap di rumah sakit, sampai diagnosa tersebut dapat

    dikesampingkan. (/ardner and -!0P*0 12).

    Sur'eilans adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan se"ara terus menerus dan

    sistematik dalam bentuk pengumpulan data, analisis data, interpretasi data dan

    diseminasi informasi hasil interpretasi data bagi mereka yang membutuhkan.

    E. Lan%a#an Hk&

    1.   $$ Republik !ndonesia no. & tahun 1& tentang #esehatan (lembaran

     3egara R! 4ahun 1& nomor 155, 4ambahan Lembaran 3egara R! nomor 

    67)&. $$ Republik !ndonesia nomor & tahun &556 tentang Praktik #edokteran

    (Lembaran 3egara R! tahun &556 nomor 112, 4ambahan Lembaran 3egara R!

    nomor 661).

    . #eputusan presiden R! nomor 65 tahun &551 tentang Pedoman #elembagaan

    dan Pengelolaan Rumah Sakit

    6

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    5/75

    6. Peraturan 8enteri #esehatan R! nomor 17b8enkesS#per!!199 tentang

    Rumah Sakit.

    7. Peraturan 8enteri #esehatan R! nomor 928enkesS#per:!1& tentang

    Persyaratan #esehatan Lingkungan Rumah Sakit

    2. Peraturan 8enteri #esehatan R! nomor 17;78enkesS#per:!&557 tentang

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    6/75

    BAB II

    S'ANDAR (E'ENA)AAN

    A. (al!*!ka#! S&+er Da,a Man#!a

    %alam melaksanakan pelayanan Pen"egahan dan Pengendalian !nfeksi di Rumah

    Sakit *della dipimpin oleh #etua Panitia PP!RS. %istribusi ketenagaan Panitia

    PP!RS disesuaikan dengan kualifikasi dan beban kerja yang ada. $ntuk distribusi

    ketenagaan Panitia PP!RS disebutkan dalam tabel &.1 sesuai dengan tugas

    masing+masing panitia.

    4abel &.1 Pola #etenagaan Panitia Pen"egahan dan Pengendalian !nfeksi di

    Rumah Sakit *della litar 

    Na&a -a+atan (al!*!ka#! Yang

    D!+tkan/$r&al In /$r&al

    #etua Panitia PP!RS %okter *hli Patologi

    #linik  Pelatihan dasar

    Pen"egahan dan

     pengendalianinfeksi nosokomial

    Pelatihan sur'eilans

    infeksi nosokomial

    1orang

    !P03 S1 #eperawatan Pelatihan dasar

    Pen"egahan dan pengendalian

    infeksi nosokomial

    Pelatihan !P03

    1orang

    4im PP!RS !P0L3

     

    + % #eperawatan

    + %okter $mum

    Pelatihan dasar

    Pengendalianinfeksi nosokomial

    !n house training

    Pelatihan 0SS%

    (untuk perawatSterilisasi Sentral)

    1 orang per unit

    & orang

    2

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    7/75

    *nggota #omite

    PP!RS

    lainnya

    + *poteker  

    + %okter Sp.*+ %okter Sp.

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    8/75

    BAB III

    S'ANDAR /ASILI'AS

    A. Dena Rangan

    9

    /ambar .1 %enah Ruangan 4im Pen"egahan dan Pengendalian

    infeksi di Rumah Sakit

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    9/75

    B. Stan%ar /a#!l!ta#

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    10/75

    BAB I

    'A'A LA(SANA PELAYANAN

    A. 'ata Lak#ana Penera"an (ea#"a%aan Stan%ar %an (ea#"a%aan I#$la#!

    1. (ea#"a%aan Stan%ar

    #ewaspadaan Standar diterapkan pada semua klien dan pasien orang yang

    datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. ( Infection Control Guidelines CDC,

     Australia).

    #ewaspadaan Standar diran"ang untuk perawatan bagi semua orang, pasien,

     petugas atau pengunjung tanpa menghiraukan apakah mereka terinfeksi atau tidak.

    4ermasuk bagi orang+orang yang baru terinfeksi dengan penyakit menular dengan "aralain, dan belum menunjukkan gejala.

    #ewaspadaan Standar diterapkan untuk sekreta pernapasan, darah, dan semua

    "airan tubuh, serta semua eksreta (ke"uali keringat), kulit yang tidak utuh, dan

    membrane mukosa.

    Penerapannya ditujukan untuk mengurangi resiko penyebaran mikroorganisme

    dari sumber infeksi baik yang diketahui atau tidak, dalam system pelayanan kesehatan

    seperti> pasien, benda yang ter"emar, jarum atau spuit bekas pakai.

    Penggunaan pelindung (barrier) fisik, mekanik atau kimia antara

    mikroorganisme dengan indi'idu+baik untuk pasien rawat jalan, rawat inap atau

     petugas kesehatan adalah "ara yang sangat efektif untuk men"egah penyebaran infeksi.

    a. #omponen #ewaspadaan Standar adalah>

    1. 0u"i 4angan (atau menggunakan antisepti" handsrub)> Setelah menyentuh darah, "airan tubuh, sekreta, eksreta dan barang+

     barang ter"emar 

    Segera setelah membuka sarung tangan

    %i antara kontak pasien

    15

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    11/75

    Sebelum dan sesudah melakukan tindakan in'asif 

    Setelah menggunakan toilet

    &. Sarung 4angan>

    ila kontak dengan darah, "airan tubuh, sekreta, eksreta dan barang+

     barang yang ter"emar 

    ila kontak dengan membran mukosa selaput lendir dan kulit yang

    tidak utuh

    Sebelum melakukan tindakan in'asif 

    . 8asker, #a"amata dan Pelindung ?ajah>

    8elindungi membran mukosa mata, hidung dan mulut terhadap

    kemungkinan per"ikan, ketika akan kontak dengan darah atau "airan

    tubuh

    6. /aun *pron>

    8elindungi kulit dari kemungkinan kena per"ikan ketika kontak dengan

    darah atau "airan tubuh

    8en"egah kontaminasi pakaian selama melakukan tindakan yang

    melibatkan kontak dengan darah atau "airan tubuh

    7. Linen>

    4angani linen kotor dengan menjaga jangan terkena kulit atau

    membrane mukosa

    Jangan merendam membilas linen kotor di wilayah ruang perawatan

    Jangan meletakkan linen kotor di lantai dan mengibaskan linen kotor 

    Segera ganti linen yang ter"emar terkena darah atau "airan tubuh

    2. Peralatan Perawatan pasien>

    11

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    12/75

    4angani peralatan yang ter"emar dengan benar untuk men"egah kontak 

    langsung dengan kulit atau membrane mukosa selaput lender 

    0egah terjadinya kontaminasi pada pakaian atau lingkungan

    0u"i dan desinfeksi peralatan bekas pakai sebelum digunakan kembali

    ;. Pengendalian Lingkungan>

    ersihkan, rawat dan desinfeksi peralatan dan perlengkapan dalam ruang

     perawatan pasien se"ara rutin setiap hari dan bilamana perlu.

    !solasi pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan diri serta lingkungan

    dan dapat men"emari lingkungan, dalam ruangan terpisah khusus

    (isolasi)

    9. #esehatan karyawan dan Pen"egahan 4ransmisi loodborne>

    -indari menutup kembali jarum yang sudah digunakan, bila terpaksa

    lakukan dengan teknik satu tangan

    -indari melepas jarum yang telah digunakan dari spuit sekali pakai

    -indari membengkokkan, menghan"urkan atau memanipulasi jarum

    dengan tangan

    8asukkan instrumen tajam ke dalam wadah yang tahan tusukan dan tahan

    air 

    /unakan penghubung mulut (mout!"iece#Goedel ), ambubag, atau alat

    'entilasi lain untuk resusitasi mulut ke mulut se"ara langsung

    . @tika batuk>

    Sasaran> pasien, keluarga pasien, petugas kesehatan, dengan infeksi

    saluran nafas yang dapat ditransmisikan melalui batuk atau bersin

    Selalu menutup mulut hidung pada saat batuk atau bersin, memakai

    masker, men"u"i tangan setelah kontak dengan sekresi saluran nafas

    1&

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    13/75

    Petugas dengan infeksi saluran nafas sebaiknya tidak melakukan kontak 

    langsung dengan pasien, dan mengenakan masker jika harus melakukan

     perawatan

    Pasien infeksi saluran nafas sebaiknya menggunakan masker pada saat

    ditransportasikan dari satu unit ke unit lain di Rumah Sakit.

    Pertimbangan Praktis>

    Perlakukan baik pasien atau petugas sebagai indi'idu yang potensial

    menularkan dan rentan terhadap infeksi.

    0u"i tangan – prosedur yang paling penting untuk men"egah pen"emaran

    silang dari orang ke orang atau dari obyek yang ter"emar ke orang

    /unakan sarung tangan pada kedua tangan sebelum menyentuh> kulit yang

    luka, membran mukosa, darah, "airan tubuh sekreta ataupun eksreta atau

     peralatan kotor dan bahan sampah yang ter"emar, atau sebelum melakukan

    tindakan in'asif 

    /unakan *lat Pelindung %iri (*P%) (sarung tangan, masker, pelindung muka,

    ka"amata, apron pelindung, sepatu, topi, dsb) jika ada kemungkinan

    tertumpah, terper"ik darah atau "airan tubuh, seperti saat membersihkan

     peralatan dan barang+barang ter"emar 

    /unakan antiseptik berbasis alkohol untuk membersihkan kulit atau membran

    mukosa sebelum pembedahan, membersihkan luka, serta melakukan

     penggosokan tangan surgical !andsrub

    4erapkan "ara kerja yang aman, tidak memasang kembali penutup jarum atau

    membengkokkan jarum dan menjahit dengan jarum tumpul.

    uang sampah infeksius ke tempat yang aman untuk melindungi danmen"egah penularan atau infeksi kepada masyarakat

    Proses peralatan, sarung tangan dan barang+barang lain dengan terlebih dahulu

    melakukan dekontaminasi, pen"u"ian, kemudian melakukan sterilisasi atau

    desinfeksi tingkat tinggi, sesuai prosedur yang direkomendasikan.

    1

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    14/75

    +. (ea#"a%aan Penlaran 'ran#&!#!

    #ewaspadaan berdasarkan transmisi penularan, hanya diterapkan pada pasien

    yang dirawat inap di rumah sakit, sampai diagnosa tersebut dapat dikesampingkan.

    (/ardner and -!0P*0 12). #ewaspadaan berdasarkan transmisi diperuntukkan bagi

     pasien yang menunjukkan gejala atau di"urigai terinfeksi atau mengalami kolonisasi

    kuman yang sangat mudah menular atau sangat patogen, di mana perlu upaya

     pen"egahan tambahan selain #ewaspadaan Standar, untuk memutuskan rantai

     penyebaran infeksi. #ewaspadaan erdasarkan 4ransmisi perlu dilakukan sebagai

    tambahan #ewaspadaan Standar.

    1. 4iga Jenis #ewaspadaan erdasarkan Penularan 4ransmisi adalah sebagai

     berikut>

    #ewaspadaan Penularan melalui kontak 

    #ewaspadaan ini diran"ang untuk mengurangi resiko transmisi organisme

     patogen melalui kontak langsung atau tidak langsung. 4ransmisi kontak langsung

    dapat terjadi pada kontak kulit dengan kulit dan berpindahnya organisme selama

    kegiatan perawatan pasien. 4ransmisi kontak langsung juga dapat terjadi antar dua

     pasien. 4ransmisi kontak tidak langsung dapat terjadi bila ada kontak seseorang

    yang rentan dengan obyek yang ter"emar yang berada di lingkungan pasien.

    Pasien dengan infeksi kulit atau mata yang dapat menular misalnya herpes =oster,

    impetigo, konjungti'itis, kutu atau infeksi luka lainnya memerlukan penerapan

    tindakan pen"egahan kontak.

    #ewaspadaan Penularan melalui per"ikan (droplet)

    #ewaspadaan penularan melalui droplet diran"ang untuk mengurangi resiko

     penularan melalui per"ikan bahan infeksius. 4ransmisi droplet terjadi melalui

    kontak dengan konjungti'a, membran mukosa hidung atau mulut indi'idu yang

    rentan oleh per"ikan partikel besar (A 7 Bm mikron) yang mengandung

    mikroorganisme. erbi"ara, batuk, bersin dan tindakan seperti pengisapan lendir 

    dan bronkoskopi dapat menyebarkan mikroorganisme.

    16

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    15/75

    #ewaspadaan Penularan melalui udara (airborne)

    #ewaspadaan penularan melalui udara diran"ang untuk mengurangi resiko

     penularan melalui penyebaran partikel ke"il (≤  7 Bm) ke udara, baik se"ara

    langsung atau melalui partikel debu yang mengandung mikroorganisme infeksius.

    Partikel ini dapat tersebar dengan "ara batuk, bersin, berbi"ara dan tindakan

    seperti bronkoskopi atau pengisapan lendir. Partikel infeksius dapat menetap di

    udara selama beberapa jam dan dapat disebarkan se"ara luas dalam suatu ruangan

    atau dalam jarak yang lebih jauh. Pengelolaan udara se"ara khusus dan 'entilasi

    diperlukan untuk men"egah transmisi melalui udara.

    &. #omponen $tama #ewaspadaan erdasarkan 4ransmisi dan penerapannya>

    8enjaga kebersihan tangan dan pemakaian sarung tangan 4ujuan Penggunaan >

    8elindungi tangan dari kontak dengan darah, semua jenis "airan tubuh, sekret,

    ekskreta, kulit yang tidak utuh, selaput lendir pasien dan benda yang

    terkontaminasi.

    Jenis sarung tangan >

    1. Sarung tangan bersih

    &. Sarung tangan steril

    . Sarung tangan rumah tangga

    !ndikasi Pemakaian Sarung 4angan

    -arus dipakai pada saat melakukan tindakan yang kontak atau diperkirakan akan

    terjadi kontak dengan darah, "airan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh,

    selaput lendir pasien, dan benda yang terkontaminasi

    -al Cang -arus %iperhatikan Pada Penggunaan Sarung 4angan

    1. 0u"i tangan sebelum memakai dan sesudah melepaskan sarung tangan

    &. /unakan sarung tangan berbeda untuk setiap pasien

    . -indari jamahan pada benda+benda lain

    17

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    16/75

    6. $ji kebo"oran saat proses pen"u"ian

    7. 4eknik memakai dan melepaskan sarung tangan harus dipahami

    8asker, pelindung pernapasan, pelindung mata dan pelindung wajah

    Pelindung ?ajah

    4ujuan > melindungi selaput lendir hidung, mulut, dan mata

    Jenis alat yang digunakan >

    + masker  

    + ka"a mata

    + 'isor  

    Penutup kepala

    4ujuan >

    8en"egah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas

    terhadap alat+alat daerah steril dan juga sebaliknya untuk melindungi

    kepalarambut petugas dari per"ikan bahan+bahan dari pasien.

    /aun dan apron

    4ujuan >

    8elindungi petugas dari kemungkinan genangan atau per"ikan darah atau "airan

    tubuh lainnya yang dapat men"emari baju

    Jenis >

    + /aun pelindung tidak kedap air 

    + /aun pelindung kedap air 

    + /aun steril

    + /aun non steril

    Sepatu Pelindung

    4ujuan >

    12

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    17/75

    8elindung kaki petugas dari tumpahan per"ikan darah atau "airan tubuh lainnya

    dan men"egah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat

    kesehatan

    Jenis >

    Sepatu karet atau plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki

    Linen dan pakaian kotor 

    + 8eskipun linen ter"emar oleh mikroorganisme patogen, resiko penularan

     penyakit akan minimal jira linen ditangani dengan baik, diangkut dan di"u"i

    dengan "ara yang dapat men"egah penyebaran mikroorganisme pada pasien,

     petugas dan lingkungan

    + Petugas tidak boleh memegang linen dekat tubuh atau mengibaskan linen

    tersebut.

    + 8enjaga kebersihan, penanganan dan penyimpanan linen bersih Sangay

    dianjurkan.

    8akanan, gelas, "angkir dan peralatan makan

    + agi pasien dengan penyakit menular melalui udara dan per"ikan, upayakan

     penggunaan satu barang untuk satu pasien bila memungkinkan.

    + 4idak dibenarkan orang lain menggunakan bersama+sama peralatan makan pasien.

    + Peralatan makan dapat digunakan kembali untuk pasien suspek dan  "robable

     penyakit menular, dengan menerapkan pen"egahan #ewaspadaan Standar.

    + Piring dan peralatan makan yang akan digunakan kembali, di"u"i dengan air 

     panas dan sabun deterjen, bila mungkin di dalam mesin pen"u"i piring.

    + Petugas perlu menggunakan sarung tangan ketika menangani nampan, piring dan

     peralatan makan pasien.

    . Pen"egahan infeksi untuk prosedur yang menimbulkan aerosol pada pasien yang

    suspek atau probable menderita penyakit menular melalui airborne udara

    1;

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    18/75

    4indakan yang dapat menimbulkan batuk akan meningkatkan pengeluaran

    droplet nu"lei ke udara. 4indakan yang menghasilkan aerosol antara lain tindakan

     pengobatan yang diaerosolisasi, (misalnya salbutamol), induksi sputum

    diagnostik, bronkoskopi, pengisapan jalan nafas dan intubasi endotra"heal.

    Petugas kesehatan harus memastikan bahwa pasien sudah diobser'asi

    terhadap kemungkinan penyakit menular melalui udaraairborne sebelum

    memulai prosedur yang menimbulkan aerosol

    4indakan yang menimbulkan aerosol pada pasien dengan penyakit menular 

    melalui udaraairborne, hanya dilakukan bial ada indikasi medis yang penting

    4indakan harus dilakukan dengan menerapkan #ewaspadaan erdasarkan

    Penularan melalui udara.

    a. Pemrosesan peralatan yang aman

    agi pasien dengan penyakit menular melalui udaraairborne, perlu diikuti

     petunjuk umum untuk pemrosesan peralatan.

    B. 'ata Lak#ana Peraatan Pa#!en Dala& I#$la#!

    Pasien dengan penyakit menular melalui udara harus dirawat di ruang

    isolasi (bila memungkinkan) untuk men"egah transmisi langsung atau tidak 

    langsung. Jumlah petugas yang merawat harus seminimal mungkin sesuai dengan

    tingkat perawatan. Petugas hendaknya diawasi se"ara ketat dan hendaknya

     berpengalaman di dalam pen"egahan dan pengendalian infeksi. $ntuk perawatan

     pasien menular melalui udara di ruang isolasi, petugas perlu mentaati petunjuk+

     petunjuk sebagai berikut>

    a. Persiapan dan pemeliharaan ruang isolasi>

    + Lakukan tindakan pen"egahan tambahan dengan meletakkan tanda

     peringatan pada pintu

    19

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    19/75

    + Sediakan lembar "atatan di pintu masuk. Semua petugas kesehatan atau

     pengunjung yang masuk area isolasi harus mengisi lembar "atatan

    tersebut, sehingga jika dibutuhkan tindak lanjut, tersedia data yang

    dibutuhkan

    + Pastikan semua yang memasuki ruangan termasuk petugas kebersihan

    memakai *P% yang lengkap

    + #umpulkan linen seperlunya

    + Lengkapi tempat "u"i tangan dan kebutuhan untuk "u"i tangan yang "ukup

    + Sediakan kantong sampah yang sesuai dan tempat sampah injakan

    + Letakkan wadah khusus anti bo"or untuk benda tajam di dalam ruangan

    + $payakan pasien tidak menggunakan barang pribadi. Letakkan tempat air 

    minum dan "angkir, tissue dan semua barang untuk kebersihan pribadi

     berada dalam jangkauan pasien

    + Sediakan peralatan yang diperlukan tersendiri untuk masing+masing

     pasien seperti stetoskop, termometer, dan tensimeter. ila karena

    keterbatasan peralatan, maka sebelum digunakan untuk pasien lain,

     peralatan harus didesinfeksi lebih dahulu.

    + %i luar pintu masuk isolasi (di ruang ganti) sediakan tempat (rak, troli,

    lemari) untuk menyimpan *P%. Sediakan daftar tilik untuk meyakinkan

    semua peralatan yang dibutuhkan tersedia.

    + %i luar pintu keluar ruang isolasi, letakkan wadah tertutup sesuai untuk 

    setiap peralatan bekas pakai yang akan diproses ulang. Sesuai kebijakan

    masing+masing RS, langsung kirim peralatan bekas pakai tersebut ke unit

     pelayanan sterilisasi atau dekontaminasi terlebih dahulu di ruangan khusus

    sebelum dikirim

    + ersihkan ruangan pasien se"ara menyeluruh setiap hari meliputi semua

     permukaan. Cakinkan bahwa barang+barang seperti meja pasien, kaki

    tempat tidur, dan lantai telah dibersihkan dan didesinfeksi. Sodium

    hipoklorit 5,1 D dapat digunakan sebagai desinfektan.

    + ersihkan peralatan makan dengan sabun dan air panas.

    1

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    20/75

     b. #ebijakan Penempatan Pasien

    #ebijakan penempatan pasien adalah komponen penting dalam

    #ewaspadaan !solasi. Ruangan khusus penting untuk men"egah transmisi

    direk+indirek dan kontak khususnya jika pasien memiliki kebiasaan

    kebersihan yang buruk, potensial mengkontaminasi lingkungan, atau tidak 

    dapat diharapkan dapat mendukung upayan pengendalian infeksi dalam

    rangka transmisi mikroorganisme (misalnya pasien bayi, anak+anak, pasien

    dengan perubahan status mental).

    Jika memungkinkan, tempatkan pasien yang potensial

    mentransmisikan mikroorganisme patogen ini pada ruang perawtan khusus

    tersendiri yang dilengkapi dengan fasilitas "u"i tangan dan kamar mandi,

    untuk mengurangi kemungkinan transmisi mikroorganisme.

    Jika ruang perawatan khusus tidak tersedia, pasien infeksi

    hendaknya ditempatkan dengan pasien yang sejenis. Pasien yang terinfeksi

    oleh mikroba yang sama, dapat ditempatkan dalam ruang perawatan yang

    sama, untuk men"egah agar mereka tidak terinfeksi oleh mikroorganisme

     patogen yang lain, dan kemungkinan terjadi reinfeksi oleh mikroorganisme

    yang sama menjadi minimal.

    *lternatif lain adalah dengan melakukan mengumpulkan pasien+

     pasien yang sejenis. !ni sangat membantu pada keadaan #L atau

    keterbatasan ruang perawatan khusus. *pabila keduanya tidak 

    memungkinkan dilaksanakan (isolasi kohorting), sangat penting untuk 

    mendiskusikan epidemiologi penyakit dan mode transmisi penyakit

    dengan para ahli pengendali infeksi, atau setidaknya dengan Pandalin. %an

    lebih dari itu, jika pasien infeksi dirawat bersama dengan pasien noninfeksi, sangat penting bagi pasien, petugas kesehatan dan pengunjung

    untuk menerapkan #ewaspadaan !solasi se"ara baik, demi men"egah

     penyebaran infeksi dan tidak membahayakan pasien+pasien lain dalam

    ruang perawatan tersebut.

    &5

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    21/75

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    22/75

    untuk digunakan dalam peren"anaan, penerapan dan e'aluasi suatu tindakan

    yang berhubungan dengan kesehatan yang didiseminasikan se"ara berkala

    kepada pihak+pihak yang memerlukan.

     b. 4ujuan Sur'eilans>

    8emperoleh data dasar infeksi di rumah sakit

    $ntuk kewaspadaan dini dalam mengidentifikasi kejadian luar biasa

    8enilai standar mutu asuhan keperawatan dan pelayanan medis

    Sebagai sarana mengidentifikasi terjadinya malpraktek 

    8enilai keberhasilan sutau program pengendalian infeksi nosokomial

    8eyakinkan para klinisi tentang adanya masalah yang memerlukan

     penanggulangan

    Sebagai tolok ukur akreditasi

    ". 8etode Sur'eilans>

    $ %os"ital &ide 'raditional urveillance

    Caitu sur'eilans yang prospektif dan terus menerus, untuk semua area

     perawatan, untuk mengidentifikasi kejadian infeksi nosokomial selama di RS.

    %ata dikumpulkan dari "atatan medis, keperawatan, laboratorium, perawat

    ruangan. 8etode ini "ukup mahal dan memerlukan bayak waktu. 3amun

    dengan metode ini rate infeksi, pola mikroorganisme dapat dihitung dan

    diketahui setiap bulan.

    * Periodic urveillance8etode ini mengikuti "ara -ospital ?ide 4raditional Sur'eillan"e, namun

    hanya dilakukan se"ara inter'al seperti satu bulan dalam satu semester.

    8etode lain misalnya melakukan sur'ei pada satu atau beberapa unit pada

     periode tertentu, kemudian pindah ke unit lain.

    &&

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    23/75

    + 'argetted urveillance

    8etode ini terfokus pada area spesifik, seperti "riti"al "are, pasien dengan

    transplantasi, pasien hemodialisa, atai infeksi khusus, seperti SS!, S!, E*P.

    Prevalence urveillance

    8etode ini menghitung jumlah aktif infeksi selama periode tertentu. *ktif 

    infeksi dihitung semua jenis infeksi baik yang lama maupun yang baru ketika

    melakukan sur'ei. Jumlah aktif infeksi dibagi jumlah pasien yang ada pada

    waktu dilakukan sur'ei, sehingga rate infeksi biasanya lebih tinggi

    dibandingkan rate insiden. 8etode ini dapat digunakan untuk populasi khusus

    seperti infeksi mikroorganisme khusus>  -et!icillin .esistent ta"!/lococcus

     Aureus (-.A) atau 0ancom/cin .esistent Enterococci (0.E)

    1 2utbreak urveillance

    Sur'ei dilakukan hanya pada saat terjadi outbreak  atau #ejadian Luar iasa

    (#L), seperti peningkatan kultur positif, jumlah isolasi meningkat .dan

    sebagainya

    c. Sur'eilans yang dilakukan di RS ?aras ?iris

    Sur'eilans yang dilakukan di RS ?aras ?iris adalah 'argetted urveillance, dengan target sur'ey meliputi infeksi khusus yaitu !nfeksi

    Luka !nfus (!L!), !nfeksi Luka

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    24/75

    !nfeksi di rumah sakit meliputi> !nfeksi Luka !nfus (!L!), !nfeksi Luka terdapat kuman pathogen yang dikenali dari satu kali atau lebih

     biakan %an iakan dari darah tersebut tidak berhubungan dengan infeksi di

    tempat lain

    #riteria & > ditemukan salah satu di antara gejala berikut tanpa penyebab lain>

    + demam (A 9G0)

    + menggigil

    + hipotensi, dan paling sedikit satu dari berikut >

    1. kontaminan kulit biasa (misalnya %iphtheroids, a"illus sp.

    Porioniba"terium sp, "oagulase negati'e staphylo"o""us atau

    mi"ro"o""i) ditemukan dari dua kali atau lebih biakan darah yang

    diambil dari waktu yang berbeda

    &. kontaminan kulit biasa (misalnya %iphtheroids, a"illus sp.

    Porioniba"terium sp, "oagulase negati'e staphylo"o""us atau

    mi"ro"o""i) ditemukan dari paling sedikit satu biakan darah dari

     pasien dengan saluran intra'as"ular dan diokter memberikan

    antimi"robial yang sesuai

    &6

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    25/75

    . test antigen positif pada darah (misalnya -.influen=a, S.pneumoniae,

     3.meningitidis atau group Strepto"o""us)

    dan tanda+tanda, gejala+gejala, hasil lab yang positif tidak 

     berhubungan dengan suatu infeksi di tempat lain

    #riteria > pasien umur H 1 th dengan paling sedikit satu tanda atau gejala

     berikut >

    + demam (A 9G0

    + hipotermi I;G0

    + apnea

    + atau bradikardia, dan paling sedikit satu dari berikut >

    1. kontaminan kulit biasa (misalnya %iphtheroids, a"illus sp.

    Porioniba"terium sp, "oagulase negati'e staphylo"o""us atau

    mi"ro"o""i) ditemukan dari dua kali atau lebih biakan darah yang

    diambil dari waktu yang berbeda

    &. kontaminan kulit biasa (misalnya %iphtheroids, a"illus sp.

    Porioniba"terium sp, "oagulase negati'e staphylo"o""us atau

    mi"ro"o""i) ditemukan dari paling sedikit satu biakan darah dari

     pasien dengan saluran intra'as"ular dan diokter memberikan

    antimi"robial yang sesuai

    . test antigen positif pada darah (misalnya -.influen=a, S.pneumoniae,

     3.meningitidis atau group Strepto"o""us)

    dan tanda+tanda, gejala+gejala, hasil laboratorium yang positif tidak 

     berhubungan dengan suatu infeksi di tempat lain

    Faktor Resiko !*%P >

    a. Pemasangan kateter intra'ena, yang berkaitan dengan >

    + jenis kanula

    + metode pemasangan

    + lama pemasangan

     b. #erentanan pasien terhadap infeksi

    &7

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    26/75

    Pen"egahan !*%P >

    4erutama ditujukan pada pemasangan dan perawatan !E>

    a. !ndikasi pemasangan !E hanya dilakukan untuk tindakan pengobatan dan atau

    untuk kepentingan diagnostik 

     b. Pemilihan kanula untuk infus primer >

    #anula plastik boleh digunakan untuk !E se"ara rutin, pemasangan tidak

     boleh lebih dari 69 – ;& jam

    ". 0u"i tangan

    0u"i tangan harus dilakukan sebelum pemasangan kanula. Pada umumnya

    "u"i tangan "ukup menggunakan sabun dan air mengalir, tetapi untuk 

     pemasangan kanula 'ena sentral dan untuk pemasangan melalui in"isi, "u"i

    tangan harus menggunakan antiseptik 

    d. Pemilihan Lokasi pemasangan !E

      Pada orang dewasa, pemasangan kanula lebih baik pada tungkai atas daripada

      tungkai bawah, bila perlu pemasangan dilakukan di daerah subkla'ia atau

     jugular 

    e. Persiapan pemasangan !Eprosedur pemasangan !E

    + 4empat yang ditusuk dipasang kanula harus terlebih dahulu didesinfeksi

    dengan antisepti"

    + /unakan yodium tin"ture 1+& D, atau klorheidin, atau al"ohol ;5 D.

    *ntisepti" harus se"ukupnya dan ditunggu sampai kering, minimal 5

    detik sebelum dilakukan pemasangan kanula

    f. Prosedur setelah pemasangan !E+ beri salep antisepti" pada tempat pemasangan terutama pada teknik in"isi

    + kanula difiksasi sebaik+baiknya

    + tutuplah dengan kassa steril

    + "antumkan tanggal dan jam pemasangan di tempat yang mudah diba"a.

    Pada "atatan pasien, tulis tanggal dan lokasi pemasangan.

    &2

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    27/75

    g. Perawatan tempat pemasangan !E

    + tempat tusukan diperiksa setiap hari untuk melihat kemungkinan

    timbulnya komplikasi tanpa membuka kassa penutup, yaitu dengan "ara

    meraba daerah 'ena tsb

    + bila ada demam yang tidak bisa dijelaskan dan ada nyeri tekan pada

    temnpat tusukan, barulah kassa penutup dibuka untuk melihat

    kemungkinan komplikasi

    + bila kanula harus dipertahankan untuk waktu yang lama, maka setiap 69 – 

    ;& jam harus diganti dengan yang baru dan steril

    + bila pada waktu pemasangan kanula tempat pemasangan diberi antisepti"

    maka setiap penggantian kassa penutup, tempat pemasangan diberi

    antisepti" kembali

    h. Penggantian #anula

    Jika pengobatan !E melalui infus perifer (baik menggunakan heparin atau

    yang dipasang melalui in"isi), bila tidak ada komplikasi yang

    mengharuskan men"abut kanula maka kanula harus diganti setiap 69 – ;&

     jam se"ara asepsis

    Jika penggantian tidak mengikuti teknik asepti" yang baik, maka harus

    diganti se"epatnyai. #anula sentral

    #anula sentral harus dipasang dengan teknik asepti"

    #anula sentral dipasang melalui 'ena jugular dan subkla'ia ke"uali

    digunakan untuk pemantauan tekanan 'ena sentral, tidak harus diganti

    se"ara rutin

    #anula sentral yang dipasang melalui 'ena perifer harus diperlakukan

    seperti kanula perifer tersebut di atas

    ila kanula sentral dipertahankan lebih lama, kassa penutup harus

    diperiksa dan diganti setiap 69 – ;& jam

     j. Pemeliharaan peralatan

    Pipa !E termasuk kanula piggy+ba"k harus diganti setiap 69 jam

    &;

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    28/75

    Pipa yang digunakan untuk hiperalimentasi harus diganti setiap &6 – 69

     jam

    Pipa harus diganti sesudah manipulasi pemberian darah, produk darah atau

    emulsi lemakpada setiap penggantian komponen system !E harus

    dipertahankan tetap tertutup. Setiap kali hendak memasukkan obat melalui

     pipa, harus dilakukan desinfeksi sesaat sebelum memasukkan obat

    tersebut.

    Pengambilan bahan pemeriksaan darah melalui pipa !E tidak 

    diperbolehkan ke"uali dalam keadaan darurat atau pipa akan segera

    dilepas.

    k. Penggantian #omponen !ntra'ena dalam keadaan !nfeksi atau Phlebitis

      Jika dari tempat tusukan keluar pus atau terjadi selulitis atau phlebitis tanpa

    gejala infeksi pada tempat !E atau diduga bakteremia yang berasal dari

    kanula, maka semua system harus di"abut

    l. #endali mutu selama dan sesudah pen"ampuran "airan parenteral

    0airan parenteral dan hiperalimentasi harus di"ampur di bagian farmasi

    ke"uali karena kepentingan klinis, pen"ampuran dilakukan di ruangan

     pasien

    4enaga pelaksana harus men"u"i tangan sebelum men"ampur "airan

     parenteral

    Sebelum men"ampur dan menggunakan "airan parenteral, semua wadah

    harus diperiksa untuk melihat adanya kekeruhan, kebo"oran, keretakan

    dan partikel tertentu dan tanggal kedaluwarsa ila didapatkan keadaan

    tersebut, "airan tidak boleh digunakan dan harus dikembalikan ke bagian

    farmasi dan dari bagian farmasi tidak boleh dikeluarkan

    Ruangan di bagian farmasi tempat men"ampur "airan parenteral tersebut

    harus memiliki pengatur udara laminar (laminar flowhood)

    Sebaiknya dipakai wadah yang berisi "airan dengan dosis tunggal (sekali

     pakai). ila dipakai bahan parenteral dengan dosis ganda (untuk beberapa

    &9

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    29/75

    kali pakai) dan sisanya untuk wadah harus diberi tanda tanggal dan jam

    dikerjakan

    Label wadah harus diperiksa untuk mengetahui apakah perlu dimasukkan

    ke dalam lemari es atau tidak.

    2. In*ek#! Salran (en6!ng 4IS(

    Saluran kemih adalah tempat yang paling sering terjadi infeksi nosokomial.

    Sumber infeksi saluran kemih dapat berasal dari luar tubuh pasien atau

    kontaminasi silang>

    + personil yang tidak "u"i tangan

    + "airan kontaminasi

    + peralatan medis yang tidak steril

    !S# Simptomatik 

    %efinisi > memenuhi paling sedikit satu dari kriteria berikut ini >

    #riteria 1 > didapatkan paling sedikit satu dari tanda+tanda dan gejala+

    gejala berikut tanpa penyebab lainnya >

    • %emam A 9G0

    •  3ikuria (anyang+anyangen)

    • Polakisuria

    • %isuria

    • *tau nyeri supra pubik 

    • *tau biakan urin porsi tengah . 157 kuman per milliliter urin dengan jenis

    kuman tidak lebih dari & spesies

    #riteria & > ditemukan paling sedikit dua dari tanda+tanda dan gejala+

    gejala berikut tanpa ada penyebab yang lainnya >

      Salah satu dari hal berikut ini >

    &

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    30/75

    •  3yeri supra pubik, demam A 9G0

    •  3ikuria

    • Polakisuria

    • %isuria, dan salah satu dari hal+hal sebagai berikut >

    1. test "arik "elup (di"stick ) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit

    &. piuria (terdapat H 15 leukosit per ml atau terdapat H leukosit per lpb dari

    urin yang tidak dipusing (dicentrifuge)

    . ditemukan kuman dengan pewarnaan gram dari urin yang tidak dipusing

    6. biakan urin paling sedikit dua kali berturut+turut menunjukkan jenis

    kuman yang sama (kuman gram negati'e atau S. saphrophyti"us ) dengan

     jumlah A 155 koloni kuman per ml urin yang diambil dengan kateter.

    7. biakan urin menunjukkan satu jenis uropatogen (kuman gram negati'e

    atau S. saphrophyti"us ) dengan jumlah A 157 per ml pada penderita yang

    telah mendapat pengobatan anti mikroba yang sesuai.

    2. didiagnosis !S# oleh dokter yang menangani

    ;. telah mendapat pengobatan antimikroba yang sesuai oleh dokter yang

    menangani.

    #riteria > pada pasien berumur K 1 tahun ditemukan paling sedikit satu

    dari tanda dan gejala berikut ini tanpa ada penyebab lainnya >

    • demam A 9G0

    • hipotermia ( ;G0)

    • apnea

    • muntah+muntah

    •  bradikardia I 155 mnt

    • letargia, dan hasil biakan urin 157 kuman per milliliter urin dengan jenis

    kuman tidak lebih dari & spesies

    5

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    31/75

    #riteria 6 > pada pasien berumur K 1 tahun ditemukan paling sedikit satu

    dari tanda dan gejala berikut ini tanpa ada penyebab lainnya >

    • demam A 9G0

    • hipotermia ( ;G0)

    • apnea

    • muntah+muntah

    •  bradikardia I 155 mnt

    • letargi, dan paling sedikit satu dari berikut ini >

    1. test "arik "elup (dipsti"k) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit

    &. piuria (terdapat H 15 leukosit per ml atau terdapat H leukosit per lpb

    dari urin yang tidak dipusing (di"entrifuge)

    . ditemukan kuman dengan pewarnaan gram dari urin yang tidak 

    dipusing

    6. biakan urin paling sedikit dua kali berturut+turut menunjukkan jenis

    kuman yang sama (kuman gram negati'e atau S. saphrophyti"us )

    dengan jumlah A 155 koloni kuman per ml urin yang diambil dengan

    kateter.

    7. biakan urin menunjukkan satu jenis uropatogen (kuman gram negati'e

    atau S. saphrophyti"us ) dengan jumlah A 157 per ml pada penderita

    yang telah mendapat pengobatan anti mikroba yang sesuai.

    2. didiagnosis !S# oleh dokter yang menangani

    ;. telah mendapat pengobatan antimikroba yang sesuai oleh dokter yang

    menangani.

    0atatan >

    + biakan positif dari ujung kateter urin bukan merupakan test laboratorium

    yang bisa diterima untuk !S# 

    + biakan urin harus diambil dengan teknik yang sesuai, seperti koleksi

    "lean "at"h atau kateterisasi

    1

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    32/75

    + pada anak ke"il biakan urin harus diambil dari kateterisasi buli+buli atau

    aspirasi supra pubik biakan positif dari spe"imen kantong urin tidak 

    dapat diandalkan dan harus dipastikan dengan spe"imen yang diambil

    se"ara aseptis dengan kateterisasi atau aspirasi supra pubik.

    !S# *simptomatik 

    %efinisi !S# *simptomatik harus memenuhi paling sedikit satu kriteria

     berikut ini >

    #riteria 1 >

    + Pasien pernah memakai kateter kandung kemih dalam waktu ; hari

    sebelum biakan urin

    + %itemukan dalam biakan urin A 157 kuman  per ml urin dengan jenis

    kuman maksimal & spesies

    + 4idak terdapat gejala+gejala keluhan demam, suhu A 9G0,

     polakisuria,nikuria, disuria dan nyeri supra pubik 

    #riteria & >

    + Pasien tanpa keteter kandung kemih menetap dalam ; hari sebelum

     biakan pertama positif 

    + iakan urin & kali berturut+turut ditemukan tidak lebih dari & jenis

    kuman yang sama dengan jumlah I 157 per ml.

    + 4idak terdapat gejala+gejala keluhan demam, suhu A 9G0,

     polakisuria, nikuria, disuria dan nyeri supra pubik 

    0atatan >

    + biakan positif dari ujung kateter urin bukan merupakan test

    laboratorium yang bisa diterima untuk !S# 

    + biakan urin harus diambil dengan teknik yang sesuai, seperti koleksi

    "lean "at"h atau kateterisasi

    !S# lain

    &

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    33/75

    %efinisi !S# yang lain harus memenuhi paling sedikit satu kriteria berikut

    ini >

    #riteria 1 > %itemukan kuman yang tumbuh dari biakan "airan bukan urin

      atau jaringan yang diambil dari lokasi yang di"urigai infeksi

    #riteria & > *danya abs"ess atau tanda infeksi lain yang dapat dilihat, baik 

    se"ara pemeriksaan langsung, selama pembedahan atau melalui

     pemeriksaan histopatologis

    #riteria > terdapat dua dari tanda berikut > demam A 9G0, nyeri lo"al,

    nyeri tekan pada daerah yang di"urigai infeksi dan paling sedikit satu dari

     berikut ini >

    1. keluar pus atau aspirasi purulen dari tempat yang di"urigai infeksi

    &. ditemukan kuman pada biakan darah yang sesuai dengan tempat

    yang di"urigai

    . pemeriksaan radiology mis. $S/, 04 S"an, 8R!, radiolabel s"an

    (galliioum, te"hneti"um) abnormal, memperlihatkan gambaran

    infeksi

    6. didiagnosa infeksi oleh dokter yang menangani

    7. dokter yang menangani memberikan pengobatan antimikroba yang

    sesuai

    #riteria 6 > pada pasien berumur K 1 tahun ditemukan paling sedikit satu

    dari tanda dan gejala berikut ini tanpa ada penyebab lainnya >

    • demam A 9G0

    • hipotermia ( ;G0)

    • apnea

    • muntah+muntah

    •  bradikardia I 155 mnt

    • letargia, dan paling sedikit satu dari berikut ini >

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    34/75

    1. keluar pus atau aspirasi purulen dari tempat yang di"urigai infeksi

    &. ditemukan kuman pada biakan darah yang sesuai dengan tempat yang

    di"urigai

    . pemeriksaan radiology mis. $S/, 04 S"an, 8R!, radiolabel s"an

    (galliioum, te"hneti"um) abnormal, memperlihatkan gambaran infeksi

    6. didiagnosa infeksi oleh dokter yang menangani

    7. dokter yang menangani memberikan pengobatan antimikroba yang

    sesuai

    Faktor resiko !S# >

    a. #ateterisasi menetap >

    "ara pemasangan kateter 

    kualitas perawatan kateter 

     b. #erentanan pasien

    ". %ekubitus

    d. Pas"a persalinan

    Pen"egahan !S# >

    a. 4enaga Pelaksana >

    1. Pemasangan kateter hanya dikerjakan oleh tenaga yang memahami dan

    trampil dalam teknik pemasangan kateter se"ara aseptik dan

     perawatan kateter.

    &. Personil yang memberikan asuhan pada pasien dengan kateter harus

    mendapat latihan se"ara khusus teknik pemasangan yang benar dan

     pengetahuan tentang komplikasi potensi yang timbul.

     b. 4eknik Pemasangan kateter 

    1. Pemasangan kateter hanya dilakukan bila perlu saja dan segera dilepas

     jika tidak diperlukan. *lasan pemasangan tidak boleh hanya untuk 

    kemudahan personil dalam memberikan asuhan pada pasien

    6

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    35/75

    &. 0ara drainase urin yang lain seperti > kateter kondom, kateter 

    suprapubik, kateterisasi selang seling ( intermitten), dapat digunakan

    sebagai pengganti kateter menetap.

    . Sebelum dan sesudah manipulasi kateter harus "u"i tangan

    6. /unakan kateter terke"il tetapi aliran tetap lan"ar tanpa menimbulkan

    kebo"oran dari samping kateter, untuk meminimalkan trauma

    urethra.

    7. Pemasangan se"ara aseptik dengan menggunakan peralatan steril

    2. Pemakaian drain harus menggunakan sistem tertutup>

    sistem drainase tertutup dan steril harus dipertahankan

    kateter dan selang tube drainase tidak boleh dilepas

    sambungannya, ke"uali akan dialkukan irigasi

     bila teknik aseptik terganggu, sambungan terlepas atau terjadi

    kebo"oran, sistem penampungan harus diganti dengan sistem

    teknik aseptik setelah sambungan antara kateter dan pipa

    didesinfeksi

    tidak ada kontak antara urine bag dengan lantai.

    ;. Laju aliran urin harus dipertahankan. $ntuk memperoleh aliran

    lan"ar>

    + jaga kateter dan pipa drainase dari lekukan

    + kantong drainase harus dikosongkan se"ara teratur dengan

    menggunakan kontainer terpisah untuk setiap pasien (jangan ada

    kontak antara lubang pengosong pada kantong penampung dengan

    kontainer non steril)

    + kateter yang berfungsi kurang baik atau tersumbat harus diirigasi

    atau kalau perlu diganti

    + kantong penampung diletakkan lebih rendah dari kandung kemih

     bladder.

    9. Pengambilan spesimen>

    + jika kebutuhan urine sedikit dan baru untuk pemeriksaan, diambil

    dari akhir distal kateter atau lebih baik dari sampling port jika ada,

    7

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    36/75

    dan dibersihkan dengan desinfektan, kemudian urine diaspirasi

    dengan syringe steril

    + jika kebutuhan urine banyak untuk dianalisis, dengan teknik aseptik 

    diambil dari kantong urine.

    . Perawatan meatus> bersihkan dua kali sehari dengan "ara aseptik,

     bersihkan dengan sabun dan air.

    15. 8onitoring bakteri> monitoring bakteriologi se"ara rutin pada pasien

    dengan kateter urine tidak dianjurkan.

    11. Pemisahan pasien infeksi> untuk mengurangi infeksi silang, pasien

    dengan kateter yang terinfeksi tidak boleh bersebelahan tempat tidur 

    atau dalam kamar yang sama dengan pasien berkateter lain yang

    tidak terinfeksi.

    7. In*ek#! Lka O"era#!

    Superfi"ial !n"isional

    %efinisi > !L< superfi"ial harus memenuhi paling sedikit satu kriteria berikut

    ini >

    #riteria >

    + !nfeksi yang terjadi pada daerah in"isi dalam waktu 5 hari pas"a bedah

    + -anya meliputi kulit, subkutan atau jaringan lain di atas fas"ia

    + 4erdapat paling sedikit satu dari keadaan berikut >

    1. pus keluar dari luka operasi atau drain yang dipasangkan di atas fas"ia

    &. biakan positif dari "airan yang keluar dari luka atau jaringan yang

    diambil se"ara asepti"

    . sengaja dibuka oleh dokter karena terdapat tanda peradangan, ke"uali

     jika hasil biakan negati'e (paling sedikit terdapat satu dari tanda

    2

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    37/75

    infeksi berikut ini > nyeri, bengkak lokal, kemerahan, dan hangat

    lokal)

    6. %okter yang menangani menyatakan terjadi infeksi

    Petunjuk pelaporan >

    Jangan laporkan abs"ess jahitan ( inflamasi dan dis"harge minimal pada

    titik+titik jahitan) sebagai infeksi

    Jangan melaporkan suatu infeksi lo"al pada tempat tusukan (stab wound)

    sebagai infeksi, tapi laporkan sebagai infeksi kulit atau soft tissue

    tergantung kedalamannya

    Laporkan infeksi pada "ir"um"ise bayi sebagai (SS4+0!R0 M skin and softtissue infe"tion sirkulasi neonatus)

    Laporkan infeksi pada episiotomi sebagai infeksi organ reproduksi+

    episiotomi. @pisiotomi bukan prosedur pembedahan bagi 33!S

    Laporkan luka baker yang terinfeksi sebagai SS4 $R3 (Skin and Soft

    4issue !nfe"tion)

    ila infeksi meluas sampai ke fas"ia dan otot, laporkan sebagai !L<

    Profunda

    8asukkan infeksi yang mengenai kedua letak, superfi"ial dan profunda

    sebagai !L< Profunda

    %eep !n"isional

    o infeksi yang terjadi pada daerah in"isi dalam waktu 5 hari pas"a bedah

    sampai satu tahun pas"a bedah ( bila ada implant berupa non derived 

    im"lant  yang dipasang permanent)

    o 8eliputi jaringan lunak yang dalam ( mis lapisan fas"ia, dan otot ) dari

    in"isi

    ;

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    38/75

    4erdapat paling sedikit satu keadaan berikut ini >

    1. pus keluar dari luka in"isi dalam tapi bukan berasal dari

    komponen organ rongga dari daerah pembedahan

    &. in"isi dalam se"ara spontan mengalami dehisensi atau dengan

    sengaja dibuka oleh ahli bedah bila pasien mempunyai paling

    sedikit satu dari tanda+tanda atau gejala berikut ini > demam

    (A9G0), atau nyeri lo"al, terke"uali biakan in"isi negatif.

    . %itemukan abs"ess atau bukti lain adanya infeksi yang

    mengenai in"isi dalam pada pemeriksaan langsung, waktu

     pembedahan ulang atau dengan pemeriksaan histopatologis

    atau radiologis

    6. %okter yang menangani menyatakan terjadi infeksi

    !L< !L<

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    39/75

    o !nfeksi mengenai bagian tubuh manapun, terke"uali insisi kulit, fas"ia atau

    lapisan otot, yang dibuka atau dimanipulasi selama pembedahan.

    o Pasien paling sedikit mempunyai salah satu dari berikut ini >

    1. drainage purulent dari drain yang terpasang melalui luka tusuk 

    ke dalam organ rongga

    &. diisolasi kuman dari biakan yang diambil se"ara asepti" dari

    "airan atau jaringan dari dalam organ rongga

    . abs"ess atau bukti lain adanya infeksi yang mengenai organ

    rongga yang diketemukan pada pemeriksaan langsung waktu

     pembedahan ulang atau dengan pemeriksaan histopatologis

    atau radiologis

    6. %okter yang menangani menyatakan terjadi !L<

    a. 4ingkat kontaminasi luka

     b. Faktor Pejamu

    $sia ekstrem ( sangat muda sangat tua)

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    40/75

    Suplai darah yang buruk ke daerah operasi

    Lokasi luka yang mudah ter"emar ( dekat perineum)

    d. Lama perawatan

    e. Lama operasi

    8. In*ek#! 'ran#*#!

    atasan !nfeksi 4ransfusi >

    4ransfusi darah yang tidak dikerjakan sesuai dengan prosedur yang

     berlaku dapat menimbulkan kelainan sebagai berikut >

    + terjadinya penyulit kelainan karena inkompatibilitas ( gol darah tidak 

    sesuai )

    + terjadinya infeksi nosokomial dalam darah resipien (penerima) karena

    adanya bibit penyakit dalam darah donor (pemberi) tersebut dalam tiap

    waktu atau sesuai dengan masa inkubasi penyakit tersebut.

    Perke"ualian >

    + kelainan darah atau sepsis yang bukan disebabkan oleh transfusi darah

    atau suntikan apapun

    + infeksi karena jarum infus

    Pen"egahan !nfeksi dan Penyulit 4ransfusi>

    Selalu pastikan golongan darah pasien sebelum menerima transfusi

    Selalu pastikan jenis darah produk darah yang diperlukan dengan jenis

    darah produk darah yang akan ditransfusikan. Lakukan "rossmat"h antara darah pasien dengan darah donor.

    Pastikan untuk selalu memasukkan darah yang telah menjalani s"reening

    dan dinyatakan aman untuk ditransfusikan.

    65

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    41/75

    /unakan blood set untuk mengalirkan darah, dan ganti dengan infus set

    yang baru, jika transfusi telah selesai dilakukan.

    Lakukan semua tindakan dengan prinsip aseptik dan alat perlindungan

    diri.

    5. Dek+!t#

    %efinisi %ekubitus ul"er, termasuk superfi"ial dan profunda (dalam).

    #riteria >

    4erdapat paling sedikit dua dari tanda+tanda dan gejala+gejala berikut

    tanpa diketahui ada penyebab lainnya >

    #emerahan

     3yeri tekan

    *tau bengkak pada pinggir luka dekubitus, dan paling sedikit satu dari

     berikut >

    a. kuman dari biakan "airan atau jaringan yang diambil se"ara benar 

     b. kuman dari biakan darah

    0atatan >

    drainase purulen saja tidak "ukup kuat membuktikan adanya infeksi

    kuman dari biakan permukaan ul"us dekubitus tidak "ukup kuat

    membuktikan bahwa ul"us terinfeksi

    spe"imen yang diambil se"ara benar adalah dengan aspirasi jarum dari

    "airan atau biopsy jaringan pada daerah perbatasan ul"us.

    Pen6egaan9

    + erikan perhatian khusus untuk pasien+pasien dengan faktor resiko

    dekubitus, yaitu pasien+pasien tirah baring.

    61

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    42/75

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    43/75

    + *spirasi isi lambung

    + 4indakan reintubasi

    + Pemberian antagonis -& reseptor 

    + Pasien dengan kontrol 'entilasi

    + Pemberian antibiotik sebelumnya

    + Pemberian enteral nutrisi se"ara terus menerus

    Resiko E*P sebesar , D per hari pada minggu pertama, &, D

     per hari pada minggu kedua dan 1, D per hari pada minggu ketiga.

    8ortalitas karena E*P masih tinggi antara &6+75 D dan pada keadaan

    tertentu dapat men"apai ;2 D misalnya pada infeksi dengan

    mikroorganisme yang pathogen.

    @tiologi>

    Pada saluran nafas bagian atas, terjadi kolonisasi mikroorganisme,

     beberapa jam setelah intubasi. #urang lebih terdapat 15 jenis

    mikroorganisme yang paling sering dijumpai pada epidemiologi E*P,

    dengan perbedaan terletak pada prosentase masing+masing

    mikroorganisme untuk tiap+tiap RS. 8ikroorganisme yang paling sering

    dijumpai adalah>  Pseudomonas aeruginosa, ta"!/lococcus aureus,

     Acinetobacter dan Enterobacter . Jadi dalam pemilihan antibiotika, kuman+

    kuman tersebut dapat dijadikan pertimbangan.

    Pada earl/ onset 0AP  penyebab infeksi biasanya gram positif, dan

    lebih mudah diobati (ta"!/lococcus "neumonia, %emo"!/lus influen4ae

    dan  ta"!/lococcus aureus), sedangkan pada late onset E*P penyebab

    infeksi biasanya gram negatif, dan lebih sulit pengobatannya

    (Pseudomonas s", Acinetobacter, tenotro"!omonas dan  -et!icillin

     .esistent ta"!/lococcus aureus #-.A)

    %iagnosis>

    6

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    44/75

    #riteria diagnosis E*P yang baku merupakan salah satu hal yang

    sangat penting dan sulit pada penanganan pasien kritis.

    #riteria klinis yang banyak dipakai adalah berdasarkan *meri"an

    0ollege of 0hest Pysi"ian (sensiti'itas 2 D dan spesifisitas ;7 D), yang

    mendiagnosis E*P jika>

    4erdapat gambaran infiltrat baru dan menetap,

    %itambah 1 dari kriteria berikut>

    o *danya mikroorganisme patogen pada kultur sputum

    o #a'itas pada gambaran radiologi

    o ukti histopatologi adanya pneumonia

      *tau & dari kriteria berikut>

    o  panas

    o lekositosis atau lekopenia

    o sputum yang purulen

    %iagnosis mikroorganisme penyebab E*P pada dasarnya adalah

    hasil kultur dan sensiti'ity test dari spesimen saluran pernapasan bagian

     bawah dengan "ara pengambilan menggunakan metode non in'asif 

    (aspirasi endotra"heal), maupun yang in'asif yaitu Prote"ted Spe"imen

    rush (PS) dan ron"hoal'eolar la'age (*L). 4ujuan pengambilan

    in'asif adalah untuk menghindari kontaminasi mikroorganisme saluran

     pernapasan atas. -asil kultur dan resistensi tes dari ketiga "ara tersebut

    memiliki nilai 'ariabilitas yang tinggi.

    Perbedaan pendapat masih terjadi sampai saat ini mengenai

     penggunaan metode in'asif atau non in'asif dalam pengambilan sample

    sputum saluran pernapasan. Perdebatan terfokus pada outcome  pasien

    seperti lama perawatan di !0$, lama perawatan di Rumah Sakit, angka

    kematian dan biaya. Pada prinsipnya, pengambilan sputum dengan "ara

    non in'asif melalui aspirasi endotra"heal dapat dilakukan se"ara rutin

    66

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    45/75

    untuk mendiagnosa E*P dengan hasil yang memadai. 3amun pada pasien

    yang lebih kritis atau tidak menunjukkan respon terhadap pemberian

    antibiotika se"ara empirik, lebih baik menggunakan "ara in'asif.

    Pen6egaan9

    Pen"egahan E*P dapat dilakukan dengan & "ara>

    1. Strateg! N$n /ar&ak$l$g!

    a. 8en"u"i tangan dan menggunakan sarung tangan

    8en"u"i tangan telah diekomendasikan untuk men"egah terjadinya

    infeksi nosokomial. Pemakaian sarung tangan steril pada saat

    melakukan penghisapan sekret juga akan men"egah terjadinya E*P

     b. Posisi pasien semire"umbent

    Pasien dengan 'entilasi mekanik sebaiknya diposisikan semire"umbent

    untuk men"egah terjadinya aspirasi.

    ". -indari pemberian nutrisi enteral dengan 'olume besar 

    Lambung yang penuh harus dihindari untuk men"egah refluks dari

    lambung dengan "ara mengurangi 'olume "airan nutrisi setiap kalinya.

    -ati+hati juga terhadap penggunaan narkotik dan anti kolinergik,

    karena dapat mengganggu pergerakan lambung dan usus. Lakukan

    monitoring 'olume residual lambung setelah pemberian nutrisi enteral.

    %apat diberikan obat yang meningkatkan pergerakan lambung dan

    usus seperi metoklopramid.

    d. !ntubasi oral

    !ntubasi nasal yang lama (lebih dari 69 jam) harus dihindari karena

     berhubungan dengan sinusitis nasal. Sinusitis dapat menajdi

     predisposisi terjadinya pneumonia melalui aspirasi sekret sinus yang

    sudah terkontaminasi ke dalam paru.

    e. Pemeliharaan sirkuit 'entilator 

    67

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    46/75

    Sirkuit 'entilator sebaiknya dimonitor se"ara rutin untuk menghindari

    kolonisasi mikroorganisme.

    f. Penghisapan sekret subglotis

    Penghisapan sekret subglotis se"ara terus menerus dapat dilakukan

    untuk mengurangi kolonisasi mikroorganisme, tekanan balon

    endotrakeal harus adekuat untuk menghindari masuknya sekret ke

    dalam paru.

    g. Perubahan posisi pasien

    Perubahan posisi pasien dapat mengurangi E*P dengan jalan

    memperbaiki drainase sekret paru.

    h. Jenis selang penghisap

    *da & jenis selang penghisap, yaitu sistem terbuka sekali pakai dan

    sistem tertutup dapat digunakan untuk beberapa kali pemakaian.

    Resiko E*P tampaknya sama pada kedua jenis selang tersebut.

    i. -umidifikasi

    Se"ara teori, humidifikasi dapat menurunkan E*P dengan "ara

    meminimalisasi pertumbuhan koloni dalam sirkuit 'entilator.

    ;. Pen6egaan Se"#!#

     %efinisi Sepsis klinis harus memenuhi paling sedikit satu kriteria berikut ini>

    #riteria 1 >

    %itemukan salah satu di antara gejala berikut ini tanpa penyebab lain >

    + suhu A 9G0 bertahan minimal &6 jam dengan atau tanpa pemberian

    antipiretika

    + hipotensi (sistolik H 5 mm-g)

    + oliguri dengan jumlah urin I &5mljam atau I 5,7 ""kgjam, dan

    semua gejala tanda yang tersebut di bawah ini >

    62

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    47/75

    1. biakan darah tidak dilakukan atau tidak diketemukan kuman antigen

    dalam darah

    &. tidak terdapat tanda+tanda infeksi di tempat lain

    . telah diberikan antimikroba sesuai dengan sepsis

    #riteria & >

    %itemukan pada pasien berumur 1 tahun dan paling sedikit satu

    gejalatanda berikut tanpa diketahui ada penyebab lainnya >

    + demam A 9G0

    + hipotermia I;G0

    + apnea+ atau bradikardi , 155 mnt, dan semua gejala di bawah ini >

    1. biakan darah tidak dilakukan atau tidak diketemukan kuman antigen

    dalam darah

    &. tidak terdapat tanda+tanda infeksi di tempat lain

    . telah diberikan antimikroba sesuai dengan sepsis

    *sal terbanyak kejadian Sepsis >

    + $rogenital system

    + -epatobiliary tra"t

    + /! tra"t

    + Paru – paru

    Penyebab yang lebih jarang >

    + !E line

    + 0airan infus

    + Luka operasi

    + %rain operasi

    + Luka dekubitus

    Pen"egahan Sepsis>

    6;

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    48/75

    Selalu men"u"i tangan setiap kali sebelum dan sesudah melakukan

    tindakan, atau dari satu pasien ke pasien lain

    Selalu menerapkan prinsip septik+aseptik dalam melakukan setiap

    tindakan medis

    8emenuhi ketentuan prosedur perawatan dan penggunaan peralatan

    medis, khususnya yang bersifat in'asif. (8isalnya> mengganti infus

    setelah &6 jam, perawatan kateter urine setiap hari, perawatan

    sirkuit 'entilator, dan sebagainya.

    e. Pelaksana Sur'eilans

    Sur'eilans infeksi nosokomial di RS ?aras ?iris dilaksanakan oleh !P03,

    dan dibantu oleh !P0L3 di masing+masing ruang perawatan.

    f. Pelaporan

    Laporan sur'eilans direkap setiap bulan untuk kemudian dilaporkan

    kepada %irektur RS bersama laporan kegiatan Pandalin selama bulan yang

     bersangkutan dalam bentuk Laporan ulanan Panitia Pen"egahan dan

    Pengendalian !nfeksi di Rumah Sakit.

    D. 'ata Lak#ana (e+er#!an %an Pengel$laan L!&+a

    a. Pengelolaan kebersihan dan Limbah Rumah Sakit

    Ruang lingkup pengelolaan kebersihan dan limbah rumah sakit meliputi

     pengelolaan limbah medis maupun non medis yang terjadi oleh karena kegiatan

     pelayanan rumah sakit. #egiatan pengelolaan limbah di rumah sakit merupakan

    tanggung jawab petugas kebersihan rumah sakit, di bawah pengawasan sanitarian

    rumah sakit, dan berkoordinasi dengan Pandalin.

    69

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    49/75

     b. 4ujuan Pengelolaan Sampah>

    8elindungi petugas pembuangan sampah dari perlukaan

    8elindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan

    8en"egah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya

    8embuang bahan+bahan berbahaya (toksik dan radioaktif) dengan aman.

    4umpukan sampah terbuka harus dihindari, oleh karena>

    8enjadi obyek pemulung yang akan memanfaatkan sampah

    terkontaminasi

    %apat menyebabkan perlukaan

    8enimbulkan bau busuk 

    8engundang lalat dan hewan penyebar penyakit lainnya

    ". atasan Limbah Rumah Sakit >

    Se"ara umum limbah rumah sakit dibedakan menjadi limbah padat sampah

    dan limbah "air. Sampah rumah sakit tersebut dibagi menjadi>

    • Sampah 8edis, yaitu sampah yang ter"emar oleh darah atau "airan tubuh

     pasien, dan dikategorikan sebagai limbah beresiko tinggi serta bersifat

    menularkan penyakit. %apat berasal dari tindakan klinis, laboratorium,

    atau obat sitotoksik dan senyawa radioaktif.

    • Sampah 3on 8edis Sampah $mum, yaitu sampah yang tidak ter"emar 

    oleh darah atau "airan tubuh pasien, sehingga beresiko rendah.

    d. Penanganan Sampah 8edis >

    Sampah 8edis beresiko tinggi untuk menularkan penyakit, RS berkewajiban

    mengelolanya dengan benar untuk menghindari penularan penyakit melalui

    sampah tersebut.

    Sampah 8edis tsb antara lain >

    6

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    50/75

    • darah atau "airan tubuh lainnya ( urine, muntahan, "airan efusi, as"ites

    dsb), material yang mengandung darah kering seperti perban, kassa, dan

     benda+benda dari kamar bedah atau ruang tindakan.

    • Sampah organik, misalnya jaringan, potongan tubuh dan plasenta

    • enda – benda tajam bekas pakai, misalnya jarum suntik, jarum jahit,

     pisau bedah, tabung darah, pipet atau jenis gelas lain yang bersifat

    infeksius

    #antong Sampah 8edis >

    • sampah medis dibuang ke dalam kantong sampah warna kuning yang

    tersedia di tiap unit pelayanan, dipisahkan antara sampah medis tajam dan

    tidak tajam

    • sampah radioaktif dibuang dalam kantong sampah warna merah

    • sampah dalam kantong kuning dibakar di in"inerator 

    Pembuangan sampah medis>

    4empat sampah harus terbuat dari wadah anti tusukan, dan dilapisi

    kantong sampah sesuai dengan jenis sampah medis, serta tertutup.

    $payakan tempat sampah yang dibuka dengan injakan, sehingga

    meminimalkan kontaminasi kotoran kepada petugas.

    4empat sampah harus ditempatkan di dekat lokasi terjadinya sampah dan

    mudah di"apai oleh pemakai (mengangkat+angkat sampah ke mana+mana

    meningkatkan resiko infeksi bagi pembawanya). 4erutama pentings ekali

    terhadap benda tajam yang membawa resiko ke"elakaan perlukaan bagi

     petugas kesehatan dan staf.

    0u"i semua wadah sampah setiap hari, dengan larutan pembersih

    desinfektan (klorin 5,7 D) dan sabun, serta bilas dengan air.

    /unakan wadah terpisah antara sampah yang akan dibakar dengan sampah

    yang akan didaur ulang tidak dibakar. -al ini untuk menghindarkan

     petugas dari memisahkan sampah dengan tangan, yang beresiko perlukaan

    infeksi.

    75

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    51/75

    /unakan perlengkapan pelindung (*P%) pada saat menangani sampah.

    0u"i tangan atau gunakan handrub setelah melepaskan sarung tangan

    seusai menangani sampah.

    Pembuangan sampah medis di RS ?aras ?iris dilakukan dengan

    membakar pada in"inerator dengan suhu tinggi.

    e. Penanganan Sampah 3on 8edis

    Sampah 3on 8edis dibuang di tempat pembuangan sementara yang

    tersedia, sedangkan untuk pengelolaannya bekerja sama dengan petugas

    dinas kebersihan kota litar. Petugas kebersihan pemkot mengangkut

    sampah non medis dari 4PS rumah sakit setiap hari.

    Sampah non medis di tiap unit pelayanan dibuang ke dalam kantong sampah

     berwarna hitam.

    f.Penanganan Limbah laboratorium >

    Limbah laboratorium dikelola sebagai limbah medis, limbah padat dikelola

    sebagaimana sampah medis, sedangkan limbah "air dialirkan ke sistem pengelolaan

    limbah "air dari seluruh rumah sakit.

    g. Penanganan Limbah "air 

    Limbah "air di RS ?aras ?iris dikelola dengan Sistem %ewats, yang

    mengolah seluruh limbah "air dengan prinsip anaerob, sampai pada hasil akhir yang

    tidak berbahaya beresiko rendah, sebelum dialirkan ke pembuangan umum.

    Se"ara berkala, hasil akhir pengolahan limbah "air tersebut diperiksa keamanannya,

    se"ara laboratorium.

    71

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    52/75

    h. Penanganan Limbah Farmasi

    %alam jumlah ke"il, sampah farmasi (obat dan bahan obat) dapat

    dikumpulkan dengan sampah medis lainnya untuk kemudian dibakar di in"inerator.

    Jika jumlahnya banyak, metode pembuangan sampah farmasi dilakukan sebagai

     berikut>

    Sitotoksik, radioaktif dan antibiotik dapat diinsinerasi, sisanya dikubur di

    tempat pemerataan tanah

    ahan yang larut air, "ampuran ringan bahan farmasi seperti larutan

    'itamin, obat batuk, "airan intra'ena, dll dapat dien"erkan dengan

    sejumlah besar air lalu dibuang ke tempat pembuangan limbah "air RS

    untuk kemudian diproses di sana.

    Sampah sitotoksik tidak boleh dibuang ke sungai, kali, telaga, dananu,

    atau area pemerataan tanah.

    i.Penanganan Sampah Cang 8engandung Logam erat

    aterai, termometer dan benda lain yang mengandung logam berat seperti air 

    raksa atau kadmium, dapat dibuang dengan "ara berikut ini>

    Pelayanan daur ulang yang tersedia (melalui industri pabrik). !ni adalah

     pilihan terbaik.

    @nkapsulasi > dikumpulkan dalam wadah tahan bo"or, sesudah N penuh,

    dimasukkan semen, pasir, sampai penuh. Sesudah bahan menjadi padat

    dan kering, wadah ditutup, ditimbun atau dikuburkan.

    Sampah jenis ini tidak boleh dibakar di in"inerator oleh akrena uap logam

     bera"un yang dikeluarkan. Juga tidak boleh dikubur tanpa enkapsulasi

    karena mengakibatkan lapisan air terpolusi. 3amun biasanya sampah ini

    hanya dalam jumlah ke"il di Rumah Sakit.

    g. Penanggungjawab Pengelolaan Limbah di RSP3

    7&

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    53/75

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    54/75

    Petugas yang bertanggungjawab dalam proses ini adalah petugas linen

    ruang perawatan dan petugas bagian pen"u"ian.

    Penggunaan *P% yang sesuai harus dipenuhi dalam hal mengelola linen

    kotor. ?adah untuk membawa linen kotor non infeksius, linen kotor 

    infeksius, maupun linen bersih harus terpisah dan merupakan wadah

    yang tertutup.

    6. D!#tr!+#! Dan Pen,!&"anan L!nen Ber#!

    %istribusi linen kotor linen bersih dari ruang perawatan ke pen"u"ian

    atau sebaliknya dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan, dengan

    menggunakan buku ekspedisi

    %. Pen,e%!aan L!nen S!a" Paka!

    Linen siap pakai disimpan di tiap unit pelayanan, dengan tetap

    memperhatikan standar penyimpanan, yaitu >

    • Lemari penyimpan selalu bersih, kering, tidak lembab, dan tertutup rapat

    • Lemari penyimpanan jauh dari pelayanan pasien terhindar dri

    kontaminasi

    • Pen"ahayaan &55 – 755 Lu sesuai pedoman pen"ahayaan rumah sakit,

    suhu && – &; G 0 dan kelembaban sekitar 67 – ;7 D R-

    • !n'entarisasi linen menjadi tanggung jawab unit pelayanan yang

    menyimpan, dan harus selalu dilakukan "ross "he"k antara jumlah linen

    yang terpakai dengan linen kotor dan stok linen bersih

    e. Penggnaan L!nen Ber#!

    Linen bersih digunakan dengan prinsip F!F< (First !n First

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    55/75

    /. 'ata Lak#ana Penggnaan Ant!+!$t!ka Yang B!=ak#ana

    Setelah penemuan sulfa dan peni"illin, perkembangan dan penggunaan

    antibiotika menjadi sangat luas. -ingga pada akhirnya, mulai mun"ul resistensi

    kuman terhadap berbagai jenis antibiotika. Peningkatan resistensi kuman ini

    mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas, khususnya bagi pasien yang

    immunocom"romi4ed

    Resistensi kuman dapat terjadi oleh karena penggunaan antibiotika yang tidak 

     bijaksana, yang antara lain meliputi> pemberian yang berlebihan, pemberian di

     bawah dosis optimal, lama pemberian antibiotika tidak tepat, atau misdiagnosis

    yang menyebabkan pilihan antibiotika tidak tepat.

    8aka diperlukan pengaturan dalam hal penggunaan antibiotika, agar 

    diperoleh penggunaan yang bijaksana. 4ujuan kebijakan penggunaan antibiotika

    ini adalah men"apai peresepan penggunaan antibiotika yang efektif dan ekonomis,

    untuk meminimalkan resistensi kuman, tanpa meninggalkan efek terapi yang

    diharapkan.

    • #riteria penggunaan antibiotika yang bijaksana, meliputi>

    + Setiap antibiotik harus teruji dalam diagnosis klinisnya dan telah terbukti

    serta dikenali mampu memberikan efek terapi terhadap mikroorganisme.

    + Pemeriksaan kultur kuman sebaiknya dilakukan sebelum memulai

     pemberian antibiotika

    + Pemilihan antibiotika sebaiknya tidak didasarkan pada riwayat penyakitdan agen pathogen saja, namun juga mempertimbangkan pola sensiti'itas,

    toleransi pasien, dan biaya

    + %okter harus memperoleh informasi tentang resistensi kuman di rumah

    sakit se"ara berkesinambungan

    + /unakan antibiotika yang spesifik untuk infeksi

    77

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    56/75

    + Jika mungkin, hindari penggunaan antibiotika se"ara kombinasi

    + atasi penggunaan antibiotika selektif 

    + /unakan dosis yang tepat. %osis rendah dapat menyebabkan inefektif 

    terapi, dan memi"u strain kuman menjadi resisten. %osis yang berlebihan

    dapat meningkatkan side efek, dan tetap tidak men"egah resistensi kuman.

    + Se"ara umum, penggunaan satu seri antibiotika berkisar antara 7 – 16 hari,

    tergantung jenis infeksinya. 4erdapat indikasi tertentu untuk penggunaan

    yang lebih lama. *pabila pemakaian hari tidak menunjukkan efekti'itas,

    maka antibiotika harus dihentikan dan dilakukan penilaian kembali

    terhadap status pasien.

    $ntuk men"apai tujuan tersebut di atas, maka diberlakukanlah kebijakan

    sebagai berikut>

    o !ndikasi Penggunaan antibiotika di RS harus menga"u pada uku Pedoman

    Penggunaan *ntibiotika dan uku Peta akteri dan #epekaan 4erhadap

    erbagai *ntibiotika, yang diterbitkan oleh RS. ?aras ?iris

    o uku Pedoman *ntibiotika disusun oleh Panitia Farmasi dan 4erapi dan harus

    die'aluasi ulang minimal setiap tahun sekali.

    o

    uku Peta akteri dan #epekaan 4erhadap erbagai *ntibiotika disusun setiaptahun untuk memantau pergeseran pola resistensi yang dapat mempengaruhi

    terapi antimikroba.

    o Standarisasi antibiotika di RS berlaku untuk semua dokter yang merawat di RS.

    ?aras ?iris

    o $ntuk setiap jenis antibiotika maksimal disediakan sediaan paten. 3amun

    tetap dianjurkan menggunakan sediaan generik sebagai alternatif pertama.

    o Pandalin bertanggungjawab memberi masukan kepada Panitia Farmasi dan

    4erapi dalam hal pemantauan resistensi dan pemeriksaan pemetaan kuman di

    RS. ?aras ?iris.

    ). 'ata Lak#ana Penggnaan Ant!#e"t!k Dan De#!n*ektan

    72

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    57/75

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    58/75

    De#!n*ektan Ant!#e"t!k 

    4 ($&"$#!#!

    P$ten#! Akt!3!ta# Penggnaan

    AN'ISEP'I( 

    4ri"losan 5,57 – & D(sabun antise"tic)

    • 0hlorheidine 6 D

    ( %ibiscrub)

    • Po'idon !odine 15 D

    ( Isodine, 5etadine)

    • *lkohol ;5 D

    ("astik, alkafil)

    • 0hlorheidine gli"onate1,7Db' dan "etrimide 17,5

    Db' (avlon)

    • -idrogen Peroksida -& iritasi kulit dan

    "onjun"ti'a

    %esinfeksi luka, pre post op pd.

    #ulit dn selaput lendir. 8en"egahinfeksi pd luka.

    4oksisitas > R. sensitifitas lo"al

    (jarang)

    %esinfeksi sebelum pengambilan

    sample darah, penyuntikan, pun"tie,kateter i' infuse, perawatan tali

     pusat

    %esinfeksi pd tindakan E4,

     pemasangan kateter urine,desinfeksi luka (D)

    %esinfeksi luka yang sangat kotor 

    4oksisitas > membakar kulit

    mukosa jika terlalu pekat.

    $ntuk pengganti "u"i tangan pada

    saat tertentu, misalnya antara pemeriksaan pasien satu dengan

     pasien lainnya.

    DESIN/E('AN ALA' LIN)( 

    • 0hlorheidine gli"onate1,7

    Db' dan "etrimide 17,5

    Db' (avlon)

    /ram O, (15 ugml), /ram – (25 ugml) pd Ph 7 – 9

    Eirus -!E pd kons H 5,& D

    %esinfeksi alat, dekontaminasiinstrument

    4oksisitas > !ritasi kulit dan

    sensiti'itas.

    79

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    59/75

    • 0resol dan lar.sabun (lisol)

    • Senyawa berbahan dasar 

    klorin (5a/clin, Prese"t)

    • /lutaraldehyde & D (Cide6)

    8embunuh mikroorganisme

    termasuk jamur dan 'irus

    ( 15 det pd kons. 0resol 5,

     – 5,2 D ) @fek thd sporake"il.

    *ktif thd bakteri, beberapa

     jamur, ragi, algae, 'irus,

     proto=oa, termasuk -!E dan

    -epatitis 'irus.

    akteri ram O, /ram +,spora, jamur, 'irus( termasuk -!E, -epatitis )

    #erja optimum pd Ph ;,7 –

    9,7. Lar stabil selama 16hari

    %esinfeksi lantai, dekontaminasi

    alat tenun, tempat tidur pasien,

    merendam alat – alat.

    %esinfeksi mesin -%, ( "hemi"al

    rinse), dekontaminasi linen kotor

    infeksius, desinfeksi ruang

     perawatan, perabot, lantai dandinding di ruang perawatan.

    %ekontaminasi peralatan medis.

    4oksisitas > iritasi kulit dan mukosa

    %esinfeksi dan sterilisasi alatendos"opy dan instrument bedahfiber opti", peralatan anestesi, sal.

     3apas, gigi, atau sterilisasi alat yang

    tidak dapat disteril dengan "ara pemanasan uap panas jenuh.

    d. Peranan !nstalasi Farmasi dalam Penyiapan dan Penggunaan *ntiseptik dan

    %esinfektan

    o *ntiseptik dan desinfektan yang digunakan di RS. ?aras ?iris disiapkan

    oleh !nstalasi Farmasi.

    o !nstalasi Farmasi bertanggungjawab terhadap pembuatan, pengen"eran,

     pengemasan serta pendistribusian larutan antiseptik dan desinfektan

    tersebut, termasuk persiapan, pen"u"ian dan pengeringan wadah yang

    akan digunakan.o !nstalasi Farmasi betanggungjawab atas pelabelan larutan, se"ara jelas,

    serta sosialisasi kegunaan masing+masing larutan, serta pengamanannya.

    7

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    60/75

    o $nit pemakai tidak diperkenankan melakukan pengen"eran sendiri,

    ataupun men"ampurkan desinfektan baru ke dalam wadah desinfektan

    sisa, untuk men"egah berubahnya konsentrasi dan efektifitas bahan.

    H. 'ata lak#ana (e#eatan (ar,aan %an Penatalak#anaan Pa#6a Pa=anan

    a. Program #esehatan #aryawan RS ?aras ?iris

    #esehatan karyawan merupakan hal yang penting untuk memungkinkan RS

    menyelenggarakan fungsinya se"ara optimal. Program yang berkaitan dengan

    kesehatan karyawan, ter"antum dalam Pedoman Pengorganisasian #eselamatan

    kerja, #ebakaran dan #ewaspadaan en"ana RS, yang meliputi>

    a. Pemeriksaan #esehatan 0alon #aryawan

     b. Pemeriksaan #esehatan untuk Pengangkatan #aryawan

    ". Pemeriksaan #esehatan erkala

    d. Pemeriksaan #esehatan #husus

     b. Perlindungan terhadap Petugas #esehatan

    • Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan

     pelatihan mengenai "ara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan

     pen"egahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika

    terpajan.

    • Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan

     penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.

    • Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui

    udara harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum

    dingin) dengan baik dan menjaga kebersihan tangan setiap saat.

    • Petugas kesehatan juga harus memeriksa suhu dua kali sehari dan me

    waspadai mun"ulnya gejala pernapasan terutama batuk 

    • Petugas kesehatan juga harus memiliki "atatan pribadi mengenai kontak yang

    dialami. 0atatan tidak boleh dibawa ke dalam area isolasi

    25

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    61/75

    • Petugas kesehatan juga harus bila timbul demam, segera batasi interaksi dan

    isolasi diri dari area umum. Segera lapor kepada 4im %alin Pandalin, 4im

    #esehatan kerja (#) dan dokter poliklinik rumah sakit, adanya kemungkinan

    terinfeksi penyakit menular yang sedang ditangani.

    ". Petunjuk Pen"egahan infeksi untuk Petugas #esehatan

    $ntuk penyakit menular melalui udara (droplet, airborne), misalnya *'ian

    !nfluen=a, S*RS.

    • $ntuk men"egah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan

    kesehatan, petugas harus menggunakan *P% yang sesuai untuk kewaspadaan

    Standar dan #ewaspadaan !solasi (berdasarkan penularan se"ara kontak,

    droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.

    • Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala

     penyakit menular yang sedang dihadapi.

    • Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus die'aluasi untuk 

    memastikan agen penyebab. %an ditentukan apakah perlu dipindahtugaskan

    dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di unit

     perawatan intensif (!0$), ruang rawat anak, ruang bayi.

    • Jika petugas kesehatan mengalami gejala demam atau gangguan pernapasan

    dalam jangka waktu 15 hari setelah terpajan penyakit menular melalui

    udara, maka ia perlu dirawat di ruang isolasi.

    • Petugas terpajan yang tidak memiliki gejala demam atau gangguan

     pernapasan tidak perlu dibebastugaskan namun harus melaporkan pajanan

    yang dialami segera kepada 4im %alin.

    • Sur'eilans aktif perlu dilakukan terhadap gejala demam dan gangguan

     pernapasan setiap hari kepada petugas kesehatan yang terpajan. Petugas

    diinstruksikan untuk mewaspadai timbulnya demam, gangguan pernapasn

    dan atau peradangan konjungti'a selama 15 hari setelah terpajan dengan

     penyakit menular melalui udara.

    21

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    62/75

    d. 4ata Laksana Pajanan

    *pabila terjadi ke"elakaan kerja berupa perlukaan seperti tertusuk jarum

    suntik bekas pasien, atau terper"ik bahan infeksius, maka perlu pengelolaan yang

    "ermat, tepat serta efektif untuk men"egah semaksimal mungkin terjadinya infeksi

    nosokomial yang tidak diinginkan.

    Cang paling penting adalah segera men"u"inya dengan air mengalir dan

    sabun antiseptik, dan usahakan meminimalkan kuman yang masuk ke dalam

    aliran darah dengan menekan luka sehingga darah keluar.

    ila darah mengenai mulut, ludahkan dan kumur+kumur dengan air 

     beberapa kali, bila mengenai mata, "u"ilah mata dengan air mengalir (irigasi) atau

    garam fisiologis, bila per"ikan mengenai hidung, hembuskan keluar hidung, dan

     bersihkan dengan air.

    e. 4ata laksana Pajanan di tempat kerja

    Penatalaksanaan pajanan darah di tempat kerja dan pemberian Profilaksis

    Pas"a Pajanan (PPP) disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada di RS

    ?aras ?iris.

    • Panduan terpapar adalah sebagai berikut>

    Langkah 1 > 0u"i

    + 4indakan darurat pada bagian yang terpajan seperti di atas

    + Setiap pajanan di"atat dan dilaporkan dalam &6 jam kepada atasan langsung

    dan Pandalin serta #. Laporan ini sangat penting untuk menentukan langkah

    selanjutnya. 8emulai PPP setelah ;& jam tidak dianjurkan karena tidak 

    efektif.

    Langkah & > 4elaah Pajanan

    Pajanan yang memiliki resiko penularan infeksi>

    2&

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    63/75

    + Perlukaan kulit

    + Pajanan pada selaput mukosa

    + Pajanan melalui kulit yang luka

    + /igitan yang berdarah

    ahan pajanan yang memberikan resiko penularan infeksi adalah>

    • %arah

    • 0airan ber"ampur darah yang kasat mata

    • 0airan yang berpotensial terinfeksi> semen, "airan 'agina, "airan

    serebrospinal, "airan pleura, "airan perikardial, "airan amnion, "airan

     peritoneal

    • Eirus yang terkonsentrasi

    Status !nfeksi> tentukan status infeksi sumber pajanan (bila belum diketahui)

    • -bs*g positif 

    • -0E positif 

    • -!E positif 

    • $ntuk sumber yang tidak diketahui, pertimbangkan resiko yang tinggi atas

    infeksi di atas

    • Jangan melakukan pemeriksaan (laboratorium) jarum bekas

    #erentanan > tentukan kerentanan orang yang terpajan>

    • Pernahkah mendapatkan 'aksinasi -epatitis

    • Status serologi terhadap -E bila pernah mendapatkan 'aksin

    • *nti -0E dan *L4

    • *ntibodi -!E

    Langkah > erikan PPP kepada terpajan beresiko tinggi infeksi>

    2

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    64/75

    • -E >

    o erikan PPP sesegera mungkin, lebih utama dalam &6 jam !

    o PPP boleh diberikan pada ibu hamil

    •-0E > PPP tidak dianjurkan

    • -!E >

    o 8ulai PPP dalam beberapa jam setelah pajanan, berupa pemberian

    *RE jangka pendek untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi -!E

     pas"a pajanan

    o PPP merupakan bagian dari pelaksanaan paket kewaspadaan Standar 

    yang meminimalkan resiko pajanan terhadap bahan infeksius di

    tempat kerja

    Perlu diingat bahwa Pen"egahan pajanan yang tidak diinginkan adalah

    "ara yang paling efektif untuk mengurangi resiko penularan -!E pada petugas

    kesehatan. Prioritas utama adalah meningkatkan pemahaman petugas kesehatan

    tentang kewaspadaan standar dan isolasi dan menyediakan sarana pen"egahan

    yang memadai.

    Petugas kesehatan diharapkan memiliki pemahaman tentang resiko

    mendapatkan infeksi -!E se"ara hubungan seks, tahu manfaat dan mudah

    mendapatkan kondom, serta pelayanan pengobatan yang bersifat rahasia.

    f. Pemberian Profilaksis Pas"a Pajanan (PPP) dengan *RE

    PPP dimulai sesegera mungkin setelah pajanan, sebaiknya dalam waktu &+

    6 jam. Pengobatan kombinasi dianjurkan karena lebih efektif daripada pengobatan

    tunggal. Pengobatan dua atau tiga jenis obat sangat dianjurkan.

    Pengobatan didasarkan atas riwayat pengobatan sebelumnya pada pasien

    sumber dan kemungkinan adanya resistensi silang dengan obat yang berbeda, juga

    didasarkan atas tingkat keseriusan pajanan dan ketersediaan *RE. #ombinasi dan

    26

  • 8/18/2019 PEDOMAN PELAYANAN PPIRS.doc

    65/75

    dosis yang direkomendasikan tanpa adanya resistensi terhadap ido'udinen

    (*4) atau Lami'udin (40) pada pasien sumber adalah>

    %E &75 – 55mg & hari

    Lami'udine 175 mg & hari

    !ndina'ir 955 mg hari atau @fa'iren= 255 mg hanya sekali sehari (tidak 

    dianjurkan untuk wanita hamil)