7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
1/64
LAPORAN STUDI EHRA(ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT)
2015
KABUPATEN SUMEDANG
PROPINSI JAWA BARAT
OLEH :
POKJA SANITASI
KABUPATEN SUMEDANG
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
2/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan
bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Hasil Studi Environmental Health Risk
Assessment (EHRA) atau studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan
Secara substansi, hasil Studi EHRA memberi data ilmiah dan factual tentang
ketersediaan layanan sanitasi di tingkat rumah tangga dalam skala kota Sub sektor
sanitasi yang menjadi obyek studi meliputi limbah cair domestik, limbah padat/sampah
dan drainase lingkungan, serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk
praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Muatan pertanyaan dalam kuesioner danlembar pengamatan telah diarahkan sesuai dengan lima pilar Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan RI.
Laporan hasil Studi EHRA ini diharapkan dapat meningkatkan kemandirian Pokja
Sanitasi dengan sumber daya yang dimiliki. Kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan untuk perbaikan laporan ini.
Sumedang, Juni 2015
Tim EHRA
Ekki Riswandiyah, SKM
NIP. 19721110 199503 2 004
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
3/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 6
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 6
1.2 Tujuan dan Manfaat ........................................................................ 2
1.3. Waktu Pelaksanaan Studi EHRA ..................................................... 3
BAB II METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA ...................................... 4
2.1 Penentuan Kebijakan Sampel Pokja Sanitasi .................................. 5
2.2 Penentuan Strata Desa/Kelurahan .................................................. 5
2.3 Penentuan Jumlah Desa/Kelurahan Target Area StudiError! Bookmark not
defined.
2.4 Penentuan RT dan Responden di lokasi di Area StudiError! Bookmark not
defined.
2.5 Karakteristik Enumerator dan Supervisor serta Wilayah TugasnyaError!
Bookmark not defined.
BAB III HASIL STUDI EHRA ............................................................................ 10
3.1 Informasi Responden .................................................................... 10
3.2 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga ........................................... 13
3.3 Pembuangan Air Kotor/Limbah Tinja Manusia dan Lumpur Tinja .. 18
3.4 Drainase Lingkungan/Selokan sekitar rumah dan Banjir ................ 25
3.5 Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga ........................................ 31
3.6 Perilaku Higiene dan Sanitasi ........................................................ 38
3.7 Kejadian Penyakit Diare ................................................................ 42
3.8 Indeks Risiko Sanitasi (IRS) .......................................................... 43
BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 47
4.1 Kesimpulan ................................................................................... 47
4.2 Hambatan/Kendala ........................................................................ 49
4.3 Saran ............................................................................................ 49
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. 50
DAFTAR TABEL ............................................................................................... 51
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... 52
FOTO-FOTO HASIL KEGIATAN STUDI EHRA ................................................ 53
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
4/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 iv
RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (Envinronmental Health Risk
Assessment=EHRA) adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten untuk
memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higienitas serta perilaku-perilaku masyarakat
pada skala rumah tangga. Dalam pelaksanaan studi EHRA menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1)
wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku
pengamatan dalam EHRA disebut Enumerator yang merupakan kader sanitasi tingkatdesa/kelurahan. Sementara Sanitarian Puskesmas bertugas menjadi Supervisor selama
pelaksanaan survey.
Pokja Sanitasi Kabupaten Sumedang menetapkan 28 Desa/Kelurahan sebagai
sample dari jumlah desa/kelurahan yang ada. Unit sampling utama (Primary Sampling)
adalah RT (Rukun Tetangga). Jumlah sampel RT per Kelurahan sebanyak 8 RT dan
jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per Desa/
Kelurahan adalah 40 responden. Sehingga total respoden sebanyak 1.120 responden
yang terdiri dari 28 Desa/Kelurahan.
Di Kabupaten Cirebon responden yang status di dalam rumah tangga sebagai istri
sejumlah 793 (90,1%) dan status sebagai anak perempuan yang sudah menikah
sejumlah 87 (9,9% ). Kondisi sampah di Kabupaten Sumedang 23,3% banyak tikus
berkeliaran ditumpukan sampah dan banyak nyamuk sebanyak 24,5%. Sebanyak 76,8%
pengelolan sampah rumah tangga dilakukan oleh responden adalah dikumpulkan dan
dibuang ke TPS. Frekuensi pengangkutan sampah dilakukan dalam beberapa kali dalam
seminggu sebanyak 37%. Upaya pemilahan sampah dilakukan oleh 3,5% responden.
Sarana kepemilikan jamban pribadi sebesar 95,2%, terdapat 74% responden
yang memiliki saluran akhir pembuangan akhir tinja berupa tangki septic dan 48,4%
responden yang memiliki tangki septic tidak pernah mengosongkan tangki septik.
Persentase rumah tangga yang memiliki saluran pengelolaan air limbah adalah
sebesar 92,5%, dan dari hasil pengamatan survey EHRA sebanyak 96,8% tidak ada
genangan air di sekitar rumahnya.
Sumber air bersih rumah tangga menunjukkan bahwa persentase tertinggi
responden menggunakan air ledeng PDAM adalah sebesar 78% untuk keperluan masak
dan 68,4% untuk minum. Sebanyak 95,1% rumah tangga mengolah air minum dengan
cara direbus. Dan sebanyak 89,9% merasa puas dengan kualitas air yang digunakan.
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
5/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 v
Praktik cuci tangan pakai sabun (CTPS) sebagian besar tidak dilakukan oleh
responden yaitu sebanyak 82,4%. Sedangkan ketersediaan sarana CTPS di kamar mandi
sebesar 64,2%. Perilaku praktik buang air besar sembarangan masih dilakukan oleh
43,4% responden.
Sedangkan kejadian diare pada respoden dan anggota keluarga sebanyak 77%
tidak pernah diare, 23% pernah menderita diare dan sebanyak 5,2% diantaranya pernah
menderita diare lebih dari 6 bulan yang lalu.
Hasil analisa indeks risiko sanitasi adalah sebagai berikut:
1. Kelurahan dengan risiko sangat tinggi adalah kelurahan ............. dengan nilai IRS
272.
2. Kelurahan dengan risiko tinggi adalah kelurahan ..................... dengan nilai IRS
berturut-turut yaitu 235, 210, 205, dan 202.
3. Kelurahan dengan risiko sedang adalah Kelurahan ................ dengan nilai IRS
berturut-turut 193, 181, 168, 166, 157, dan 156.
4. Kelurahan yang kurang berisiko yaitu Kelurahan .................
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
6/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Envinronmental Health
Risk Assessment = EHRA) adalah sebuah survey partisipatif di tingkat
Kabupaten untuk mengetahui situasi dan kondisi fasilitas sanitasi dan
higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. Data
yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi
termasuk advokasi di tingkat Kabupaten sampai dengan tingkat
desa/kelurahan. Data yang dikumpulkan dari studi EHRA akan digunakan
Pokja Kabupaten sebagai salah satu bahan untuk menyusun penetapan
area beresiko di Kabupaten Sumedang
Oleh karena itu studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh
Kabupaten Sumedang karena :
a. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang
akurat
b. Data terkait dengan sanitasi dan higienitas masih terbatas, dimana data
umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data
tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda.
c. Isu sanitasi dan higienitas masih dipandang kurang penting
sebagaimna terlihat dalam prioritas usulan melalui Musrenbang.
d. Terbatasnya kesempatan untuk dialog antara masyarakat dan pihak
pengambil keputusan
e. EHRA secara tidak langsung memberi amunisi bagi stakeholder dan
masyarakat di tingkat desa/kelurahan untuk melakukan kegiatan
advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal
ke sesama masyarakat atau stakeholder desa/kelurahan.
f. Dengan kedalaman area studi adalah tingkat desa/kelurahan, maka
EHRA merupakan studi yang menghasilkan data representative sampai
tingkat desa/kelurahan sehingga dapat dijadikan panduan dasar di
tingkat desa/kelurahan.
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
7/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 2
1.2. Tujuan dan Manfaat
Studi EHRA bertujuan untuk mengumpulkan data primer, untuk
mengetahui :
a. Kondisi fasilitas sanitasi
b. Perilaku higiene dan sanitasi
c. Kejadian diare
d. Indeks Risiko Sanitasi (IRS)
Adapun manfaat dari hasil studi EHRA meliputi :
a. Sebagai informasi dasar yang valid dalam penilaian Risiko Kesehatan
Lingkungan.
b. Memberikan advokasi kepada masyarakat, pemerintah dan semua pihak
akan pentingnya layanan sanitasi.
c. Sebagai bahan penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK)
1.3. Ruang Lingkup
Lingkup Kegiatan Studi EHRA berfokus pada fasilitas sanitasi dan
perilaku masyarakat yaitu :
a. Fasilitas sanitasi yang diteliti :
1) Sumber air minum
2) Pembuangan sampah
3) Jamban
4) Saluran pembuangan air limbah
b. Perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higienitas dan sanitasi
dengan mengacu kepada STBM :
1) Buang air besar
2) Cuci tangan pakai sabun
3) Pengelolaan air minum rumah tangga
4) Pengelolaan sampah dengan 3 R
5) Pengelolaan air limbah rumah tangga (drainase lingkungan)
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
8/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 3
1.4. Waktu Pelaksanaan Studi EHRA
Survey dilaksanakan pada pada Bulan Maret 2015. Lokasi Survey
adalah 28 Desa/Kelurahan dari 283 desa/kelurahan yang ada di kabupaten
Sumedang. Entry data hasil studi EHRA dan analisis dilakukan pada bulan
Mei 2015.
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
9/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 4
BAB IIMETODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA
EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview)
dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam
studi EHRA adalah Enumerator yang merupakan kader kesehatan yang telah
mendapatkan pelatihan secara khusus dan berada di masing-masing lokasi
survey.. Sementara petugas sanitasi Puskesmas (Sanitarian Puskesmas)
bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survey. Sebelum turun ke
lapangan, para sanitarian dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan
terlebih dahulu. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan
pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual
dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan
instrumen.
Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga).
Unit sampling ini dipilih secara random di semua RW dalam setiap
Desa/Kelurahan yang menjadi area survey. Jumlah sampel RT per
Desa/Kelurahan sebanyak 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5
responden. Dengan demikian jumlah sampel per kelurahan adalah sebanyak
40 responden. Yang menjadi responden adalah Ibu atau anak yang sudah
menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun.
Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang
untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Panduan diujikembali dalam hari kedua pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan.
Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh
enumerator sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan
keikutsertaan secara sukarela dan sadar.
Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Sumedang selaku koordinator study. Sebelum melakukan entri data, tim data
entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang
difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang telah terlatih dari PIU Advokasi dan
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
10/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 5
Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur
kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji
konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS.
Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah
disurvei. Tim spot check secara individual melakukan wawancara singkat dengan
kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah
wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality
control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri dire- check kembali oleh
tim Pokja AMPL. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali.
Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak
hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Sanitasi semata. Agar efektif, Pokja Sanitasi
Kota mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun susunan Tim
EHRA sebagai berikut:
1. Penanggungjawab : Kepala Dinas Kesehatan
2. Koordinator Survey : Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan
3 Supervisor : Seksi Penyehatan Lingkungan P2P
4. Tim Entry dan Analisa Data : Pokja Sanitasi Kabupaten Sumedang
5 Enumerator : Sanitarian PUSKESMAS
2.1 Penentuan Kebi jakan Sampel Pokja Sanitasi
Mengingat keterbatasan pendanaan APBD Kabupaten Sumedang untuk
pelaksanaan studi EHRA, maka Pokja Sanitasi mengambil kebijakan
menentukan 28 desa/kelurahan atau 10% dari jumlah 283 desa/kelurahan.
Harapannya responden dari 28 desa/kelurahan ini dapat merepresentasi-
kan/mewakili sifat dari populasi yang diwakilinya.
2.2 Penentuan Strata Kelurahan
Sesuai panduan praktis Pelaksanaan EHRA 2015, apabila pendanaan studi
tidak mencukupi untuk pelaksanaan diseluruh Desa/Kelurahan, maka
pengambilan sample desa/kelurahan diperlukan stratifikasi. Stratifikasi
desa/kelurahan dalam studi EHRA dimaksudkan untuk mengklasifikasi
desa/kelurahan sesuai dengan strata/tingkatan resiko kesehatan lingkungan
dari faktor geografi dan demografinya.
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
11/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 6
Penetapan strata dilakukan berdasarkan 4 (empat) kriteria utama yang
sudah ditetapkan dalam program Percepatan Pembangunan Sanitasi
Permukiman (program PPSP), yaitu :
1. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per satuan luas
terbangun. Standarisasi dalam PPSP adalah 25 Jiwa per hektar.
Diasumsikan semakin tinggi jumlah penduduk per satuan luas (density)
maka tingkat resiko sanitasi makin tinggi.
2. Angka Kemiskinan
Angka kemiskinan dapat dihitung berdasarkan data perbandingan
kemiskinan : (Pra KS + KS1) berbanding dengan jumlah Kepala
Keluarga
3. Daerah yang dialiri sungai/drainase
Daerah yang dialiri sungai/drainase berpotensi digunakan sebagai
sarana MCK langsung/tidak langsung maupun tempat pembuangan
sampah
4. Wilayah Banjir yang mengganggu
Wilayah banjir yang mengganggu ketentraman adalah wilayah yangmengacu kepada SPM Kementrian PUPERA yaitu mempunyai
parameter ketinggian minimal 30 cm dengan lama genangan lebih dari
2 jam.
2.3. Penentuan Jumlah Desa/Kelurahan Target Area Studi
Secara administrasi, Kabupaten Sumedang pada Tahun 2015 terdapat
283 wilayah yang terdiri dari .... Desa dan ..... Kelurahan. Berdasarkan
data tersebut dilakukan stratifikasi yang dapat dilihat pada lampiran.
Hasil stratifikasi terhadap 283 desa/kelurahan yang dilakukan oleh
Pokja Sanitasi Kabupaten Sumedang, dapat dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 1. Rekapitulasi Desa/Kelurahan berdasarkan Stratifikasi
Strata Jumlah Desa/Kelurahan %
Strata 0 (tidak terdapat kriteria utama ) 49 17,31
Strata 1 (terdapat 1 kriteria utama) 81 28,62
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
12/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 7
Strata 2 (terdapat 2 kriteria utama) 100 35,34
Strata 3 (terdapat 3 kriteria utama) 46 16,25
Strata 4 (terdapat 4 kriteria utama) 7 2,47
Jumlah 283 100,00
Dari masing-masing strata, seluruh desa/kelurahan mempunyai
peluang yang sama dalam strata-nya untuk dijadikan sampel lokasi
desa/kelurahan studi, sehingga Pokja Sanitasi Kabupaten Sumedang
melakukan random untuk menentukan desa/kelurahan sebagai area
studi. Hasil random untuk masing-masing strata, pada Tabel 2 dibawah ini dipaparkan nama Desa/Kelurahan sebagai sampel terpilih.
Tabel 2. Nama Desa/Kelurahan Lokasi Studi EHRA
Strata Nama Desa/Kelurahan
Strata 0 Kec. Cimanggung(Pasirnanjung), Kec Sukasari(Sindangsari,Banyuresmi, Sukasari), Kec Sumedang Selatan(Sukagalih), KecGaneas(Dayeuhluhur, Sukawening,Cikoneng Kulon), Kec Situraja(Kaduwulung, Situraja), Kec Cisitu(Cimarga, Cinangsi, Pajagan),Kec Darmaraja(Sukaratu Leuwihideung, Cibogo,Cipaku,Karangpakuan, Pakualam), Kec Cibugel(Buanamekar, Cibugel,Sukaraja, Cipasang, Jayamandiri), Kec Wado(Mulyajaya,Sukapura, Cisurat), Kec Jatinunggal(Tarikolot), Kec Jatigede(Mekarasih, Cintajaya, Cijeungjing), Kec Paseh(Paseh Kidul,Cijambe, Pasirreungit, Bongkok, Citepok), Kec Cimalaka(Cimuja,Serang, Padasari), Kec Tanjungmedar(Wargaluyu,Tanjungwangi, Sukamukti, Kertamukti, Sukatani, kamal,Tanjungmedar), Kec Buahdua(Cibitung, Cikurubuk, Nagrak)
Strata 1 Kec Jatinangor(Cisempur), Kec Cimanggung(Cikahuripan,Cimanggung), Kec Sukasari(Mekarsari, Genteng), KecPamulihan(Mekarbakti, Haurngombong, Cilembu, Cimarias,
Cijeruk, Ciptasario, Citali, Sukawangi), Kec Sumedang Selatan(Margamekar, Regol Wetan, Kota Kulon, Mekarrahayu,Margalaksana), Kec Sumedang Utara(Sirnamulya), Kec Ganeas(Tanjunghurip, Sukaluyu, Cikoneng), Kec Situraja(Bangbayang,Mekarmulya, Cikadu, Cijeler, Jatimekar, Warnakerta), Kec Cisitu(Sundamekar, Cisitu, Cigintung, Cilopang), Kec Darmaraja(Neglasari, Ranggon, Sukamenank, Jatibungur, Cikeusi,Tarunajaya), Kec Cibugel (Jayamekar, Tamansari), Kec Wado(Ganjaresik, Cimungkal, Padajaya), Kec Jatinunggal(Cipeundeuy, Sukamanah, Banjarsari, Sarimekar, Sirnasari), KecJatigede(Sukakersa, Ciranggem, Cisampih, Kadu, Lebaksiuh,Cipicung, Jemah, Kadujaya, Karedok), Kec Tomo(Cicarimanah,
Jembarwangi, Karyamukti, Bugel, Mekarwangi), Kec Ujungjaya
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
13/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 8
(Keboncau, Palasari), Kec Conggeang(Padaasih, babakan Asem,Ungkal), Kec Paseh(Haurkuning), Kec Cimalaka(Cibeureum
Wetan, Galudra, Cikole, Naluk), Kec Cisarua(Cisarua,Bantarmara, Cimara), Kec Buahdua(Sekarwangi, Bojongloa,Citaleus, Ciawitali), Kec Surian(Nanjungwangi)
Strata 2 Kec Jatinangor (Jatiroke, Hegarmanah, Cibeusi, Cileles), KecCimanggung (Sindanggalih, Sindangpakuon, Tegalmanggung,Sindulang), Kec Tanjungsari (Cinanjung, Raharja, Tanjungsari,Jatisari, Pasigaran, Kadakajaya, Cijambu), Kec Sukasari(Sukarapih), Kec Pamulihan (Cinanggerang, Cigendel,pamulihan), Kec Rancakalong (Sukasirnarasa, Pasirbiru,Rancakalong, Pamekaran, Sukamaju, Sukahayu, Nagarawangi,Cibunar, Cibungur), Kec Sumedang Selatan (Sukajaya, Cipancar,Citengah, Gunasari, Cipameungpeuk, Pasanggrahan Baru), Kec
Sumedang Utara (Girimukti, Mulyasari, Margamukti, Jatimulya,Jatihurip, Kebonjati, Rancamulya), Kec Ganeas (Cikondang), KecSituraja (Cijati, Karangheuleut, Ambit, sukatali, Situraja Utara,Malaka),Kec Cisitu (Situmekar, Ranjeng),Kec Darmaraja(Darmaraja, Darmajaya, Cipeuteuy, Cieunteung),Kec Wado(Cilengkrang, Sukajadi, Cikareo Selatan, Cikareo Utara, Wado),Kec Jatinunggal (Kirisik, Cimanintin, Pawenang),Kec Ujungjaya(Kudangwangi, Sukamulya, Ujungjaya, Sakurjaya),KecConggeang (Narimbang, Jambu, Cipamekar, Conggeang Wetan,Cibeureuyeh, Cibubuan),Kec Paseh (Legok kaler, Legok Kidul),Kec Cimalaka (Cibeureum Kulon, Trunamanggala, Nyalindung,Citimun),Kec Cisarua (Kebonkalapa, Ciuyah, Cipandanwangi),
Kec Tanjungkerta (Cigentur, Kertaraharja, Tanjungmulya, Boros,Awilega), Kec Tanjungmedar (Cikaramas),Kec Buahdua(Cilangkap, Panyindangan, Mekarmukti, hariang, Karangbungur),Kec Surian (Wanajaya, Pamekarsari, Surian, Tanjung, Suriamukti)
Strata 3 Kec Jatinangor (Cintamulya, Jatimukti, Cikeruh, Cilayung), KecCimanggung (Sawahdadap), Kec Tanjungsari (Gunungmanik,Margajaya, Kutamandiri, Margaluyu, Gudang), Kec Sukasari(Nangerang), Kec Rancakalong (Pangadegan), Kec SumedangSelatan (Baginda, Ciherang), Kec Sumedang Utara (Padasuka,Mekarjaya, Situ, Kota Kaler, Talun), Kec Ganeas (Ganeas), KecCisitu (Linggajaya),Kec Ujungjaya (Cibuluh),Kec Conggeang(Conggeang Kulon, Cacaban, Karanglayung),Kec PasehPadanaan, Paseh kaler),Kec Cimalaka (Mandalaherang,Cimalaka, Licin),Kec Cisarua (Cisalak),Kec Tanjungkerta(Tanjungmekar, Gunturmekar, Cipanas, Banyuasih, Sukamantri,Kertamekar), Kec Tanjungmedar (Jingkang),Kec Surian(Wanasari, Ranggasari, Suriamedal)
Strata 4 Kec Jatinangor (Cipacing, sayang, Mekargalih), KecCimanggung (Mangunarga, Sukadana, Cihanjuang), KecTanjungkerta (Mulyamekar)
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
14/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 9
2.4. Penetuan RT dan Responden di Area Studi
Untuk menentukan wilayah Rukun Tetangga (RT) dalam suatu
Desa/Kelurahan, Pokja Sanitasi Kabupaten Sumedang melakukan random
sampling terhadap seluruh RT yang ada dalam Desa/Kelurahan terpilih.
Begitu pula untuk Rumah Responden dilakukan secara random dalam suatu
wilayah RT. Sehingga didapat sejumlah : 5 rumah tangga tiap RT terpilih
yang terdapat di 8 RT terpilih dari seluruh RT yang ada di Desa/Kelurahan,
sehingga jumlah rumah tangga yang diwawancarai/diamati sebanyak 40
rumah tiap Desa/Kelurahan.
2.5. Karakteristik Enumerator, Supervisor dan Wilayah Tugas
Dalam kegiatan survey EHRA tahun 2015, Pokja Sanitasi Kabupaten
Sumedang sangat mempertimbangkan kemampuan akademis, kemampuan
teknis, serta penguasaan wilayah.
Enumerator, Supervisor, dan petugas entri/analisis yang terlibat dalam
melakukan studi EHRA, adalah orang yang telah mengikuti pelatihan EHRA
yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang pada
Tanggal ............ 2015. Untuk lebih jelasnya, nama petugas studi EHRAterlihat dalam tabel berikut ini.
Tabel. 3 Nama Enumerator dan Supervisor Studi EHRA
Nama Enumerator Lokasi Tugas Supervisor Jabatan
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
15/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 10
BAB III
HASIL STUDI EHRA
Studi EHRA yang dilaksanakan Tahun 2015, mencakup informasi
responden, pengelolaan sampah rumah tangga, pembuangan air limbah dan
tinja, drainase lingkungan, pengelolaan air minum, perilaku higiene dan sanitasi,
kejadian penyakit diare dan Indeks Risko Sanitasi dengan hasil sebagai berikut :
3.1. Informasi Responden
Pada pelaksanaan studi EHRA, enumerator melakukan wawancaradan pengamatan langsung di rumah responden. Persyaratan responden
yang diperbolehkan adalah perempuan berumur antara 18-60 tahun atau
pernah menikah. Apabila di dalam rumah responden terdapat lebih dari satu
keluarga, maka yang diwawancarai hanya satu responden dan diutamakan
keluarga yang mempunyai balita atau responden yang lebih lama tinggal di
rumah tersebut. Informasi responden dapat dilihat pada grafik-grafik
dibawah ini.
Gambar 3.1. Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
16/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 11
Dari gambar 3.1 diketahui bahwa sebagian besar responden berstatus
sebagai istri sebanyak 96% dan status sebagai anak perempuan yang
sudah menikah sebanyak 4%.
Gambar 3.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Dari gambar 3.2 diketahui bahwa kelompok umur responden terendah
adalah umur 45 tahun
sebesar 38,86%, umur 21-25 tahun sebesar 6,25%, umur 26-30 tahun
sebesar 9,96%, umur 31-35 tahun sebesar 15,58%, umur 36-40 tahun
sebesar 14,67% dan umur 41-45 tahun sebesar 13,41%.
Gambar 3.3 : Grafik Status Kepemilikan Rumah
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
17/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 12
Status kepemilikan rumah responden yang ditempati sebagian besar
adalah milik sendiri yaitu sebesar 85,5% sedangkan yang persentasenya
cukup besar adalah dengan kepemilikan orangtua, yakni sebesar 11,7%
sebagaimana yang tergambarkan pada Gambar 3.3. diatas ini
Gambar 3.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dari hasil survey diketahui bahwa, responden berpendidikan Sekolah
Dasar (SD) yakni sebesar 51,7% selanjutnya pendidikan SMP 23,5%,
pendidikan SMA 14,5%, Universitas/akademi 4,5%, SMK 3,3% dan
presentasi paling kecil adalah responden yang tidak sekolah formal yaitu
2,5%.
Gambar 3 5. Kepemilikan Surat Kesehatan
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
18/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 13
Dari gambar 3.5 diketahui bahwa sebagian besar responden tidak
memiliki SKTM (79,0%) dan tidak memiliki ASKESKIN (75,1%). Dari data ini
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden bukan termasuk
keluarga miskin/tidak mampu.
3.2. Pengelolaan sampah rumah tangga
a. Kondis i Sampah di Lingkungan Rumah
Kondisi sampah di lingkungan rumah menggambarkan apakah
masyarakat sudah melakukan pengelolaan sampah dengan baik dan
benar. Lingkungan yang bersih menunjukkan kepedulian masyarakat
terhadap kebersihan lingkungan salah satunya adalah pengelolaan
sampah yang baik dan benar dirumah. Dari hasil analisa data dapat
terlihat pada gambar 3.7 dibawah ini.
Gambar 3.6. Kondisi Sampah di Lingkungan
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
19/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 14
Dari gambar 3.7 diketahui bahwa kondisi sampah di lingkungan
rumah sebagian besar bersih dari sampah yaitu sebesar 76,69%,
sedangkan 23,31% masih terdapat sampah yang berserakan. Kondisi
lingkungan relatif bersih dari binatang seperti lalat, tikus, kucing dan
anjing yaitu dibawah 20%, tetapi responden mengatakan banyak nyamuk
yaitu sebesar 23,04%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di
atas ini.
b. Pengelolaan sampah rumah tangga
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut
derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak
ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan
setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung, untuk itu
pengelolaan sampah rumah tangga sangatlah penting. Dari hasil analisa
pengelolaan sampah rumah tangga terlihat pada gambar berikut.
Gambar 3.7 : Grafik Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Dari Gambar 3.8 diketahui bahwa sebesar 68,81% responden masih
melakukan pembakaran dalam mengelola sampah rumah tangga, dan
hanya 7,69% melakukan pengumpulan dan dibuang ke TPS, sedangkan
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
20/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 15
yang dikumpulkan kolektor formal hanya 1,72%. Di lingkungan responden
masih banyak sampah yang berserakan karena 12,57% dilakukan
pembuangan ke lahan kosong/kebun, bahkan sebanyak 6,06% masih
melakukan membuang sampahnya ke saluran air/badan air yang berupa
sungai.
c. Pemilahan sampah
Pemilahan sampah merupakan langkah sederhana yang dapat
dilakukan setiap rumah tangga sebagai kunci awal kegiatan 3R. Secara
umum, pemilahan dapat dilakukan berdasarkan jenis sampahnya, yaitu
sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik di antaranya
adalah sampah sisa makanan, sayur mayur serta sampah yang mudah
membusuk lainnya. Sedangkan sampah anorganik pada umumnya
terdiri atas plastik, botol kaca, kaleng dan semacamnya.
Untuk dapat memulai kegiatan pemilahan sampah di tingkat
rumah tangga, pemilahan sampah plastik dapat menjadi pilihan. Salah
satu keuntungan dari pemilahan sampah plastik adalah tidak timbulnya
permasalahan dikemudian hari seperti menimbulkan bau, sulit terurai,
bahkan keuntungan lain dapat menghasilkan dana dengan cara menjual
maupun mendaur ulang. Berikut ini adalah gambar pemilahan
sampah yang dilakukan oleh responden.
Gambar 3.8 : Grafik Praktik Pemilahan Sampah
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
21/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 16
Sebagian besar responden yakni sebesar 59,76% tidak melakukan
pemilahan sampah, hanya 40,24% saja yang melakukan pemilahan
sampah.
d. Layanan pengangkutan sampah
Dari hasil analisa study EHRA, diketahui bahwa frekuensi
pengangkutan sampah tiap hari sebesar 10,5%, sedangkan
pengangkutan yang dilakukan berapa kali dalam satu minggu yakni
sebasar 63,2%, sebanyak 5,3% responden mengatakan sampah tidak
pernah diangkut 10,9%, bahkan masih banyak responden yang
menyatakan tidak tahu kapan sampah diangkut petugas. Untuk lebih
jelasnya pelayanan persampahan dapat dilihat pada gambar berikut ini,
Gambar 3.10. Grafik Frekuensi Pengangkutan Sampah
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
22/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 17
Gambar 3.11. Grafik Ketepatan Waktu Pengangkutan Sampah
Responden study yang sampahnya diangkut oleh petugas,
menyatakan bahwa 68,4% sampah diangkut selalu tepat waktu dan
hanya 5,3% responden menyatakan pengangkutan sampah sering
terlambat.
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
23/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 18
Tabel 1 : Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA
Kegiatan Hasil Study PersenPengelolaan persapahan Tidak memadai 90,62
Ya, memadai 9,38
Frekuensi pengangkutan Tidak memadai 26,32
Ya, memadai 73,68
Ketepatan pengangkutan Tidak tepat waktu 31,58
Ya, tepat waktu 68,42
Pengolahan setempat Tidak diolah 71,08
Ya, diolah 28,92
3.3. Pembuangan air kotor/limbah tinja manusia dan lumpur tinja
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi
baik industri maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat
bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah,
ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitasdomestik lainnya (grey water).
a. Perilaku Buang Air Besar
Dari gambar 3.12 diketahui bahwa sebagian besar responden
berperilaku buang air besar ke jamban pribadi yakni sebesar 90,6%, ke
ke MCK umum 3,06%. Berdasarkan hasil analisa masih ada masyarakat
yang melakukan buang air besar sembarangan (BABs), yaitu ke
selokan/parit 1,22%, WC helicopter 1,57%, ke kebun/pekarangan 0,17%
Gambar 3.12. Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
24/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 19
b. Kepemilikan Jamban
Dari gambar 3.13 diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki jamban sebanyak 96,45% dan sebanyak 3,55% tidak memiliki
jamban.
Gambar 3.13: Grafik Persentase Kepemilikan Jamban
c. Jenis closet yang digunakan
Dari gambar 3.14 diketahui bahwa jenis closet yang paling banyak
digunakan oleh responden adalah kloset jongkok leher angsa sebanyak
89,52%. Sedangkan kloset duduk leher angsa sebanyak 2,44%,
plengsengan sebanyak 1,08%, cemplung sebanyak 0,36% dan
sebanyak 6,59% tidak memiliki closet.
Gambar 3.14 : Grafik Jenis Closet yang digunakan
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
25/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 20
d. Tempat penyaluran buangan akhir tinja
Dari gambar 3.15 diketahui bahwa tempat penyaluran buangan
akhir tinja sebagian besar responden menggunakan menggunakan pipa
sewer sebanyak 61,27%, selanjutnya langsung ke drainase sebanyak
22,03%, melalui tangki septic yaitu sebanyak 6,19%, kolam/sawah
sebanyak 2,29%, kebun/tanah lapang 0,76%. Saluran akhir ke
sungai/laut sebanyak 0,42%, dan cubluk/lubang tanah 0,42% dan tidak
tahu kemana buangan akhir tinja sebanyak 6,61%.
Gambar 3.15. Grafik Tempat Penyaluran Buangan Akhir Tinja
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
26/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 21
e. Lamanya tangki septic dibangun
Gambar 3.9 Grafik Lamanya Tangki Septik Dibangun
Dari gambar 3.16 diatas diketahui bahwa lamanya tangki septic
dibangun sebagian besar responden adalah lebih dari 10 tahun yaitu
sebanyak 47,99%. Sedangkan yang lamanya 0-12 bulan sebanyak
4,98%, antara 1-5 tahun sebanyak 19,36%, antara 6-10 tahun sebanyak
19,50% dan yang menjawab tidak tahu sebanyak 8,16%.
f. Pengurasan Tangki Septik
Dari hasil survey diketahui bahwa sebagian besar responden tidak
pernah melakukan pengosongan tangki septic yaitu sebesar
89,35%.Yang melakukan pengosongan 0-12 bulan yang lalu
sebanyak 0,41%, 1-5 tahun sebanyak 1,38%,antara 5-10 tahun yang
lalu sebanyak 0,97% dan yang lebih dari 10 tahun sebanyak 0,55%,
Hal ini menunjukan bahwa pada umumnya tangki septik yang ada
dirumah-rumah mengalami kebocoran/rembesan. Rembesan ini
mengakibatkan gangguan kesehatan terutama dilokasi yang padat
penduduknya dan menggunakan sumber air non perpipaan.
Gambar 3.10 Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tangki Septik
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
27/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 22
Gambar 3.11 : Grafik Pelaku Pengurasan Tangki Septik
Dari gambar 3.18 diketahui bahwa yang melakukan pengosongan
tangki septic melalui jasa layanan sedot tinja sebesar 12,99%, dilakukan
dengan membayar tukang sebesar 9,09%, dilakukan pengurasan oleh
sendiri sebesar 6,49. Yang menjawab tidak tahu dalam pengurasan
tangki septik sebanyak 71,43%.
g. Perilaku BAB Sembarangan Anak Balita
Dari gambar 3.19 diketahui bahwa masih terdapat perilaku anak
balita yang buang air besar sembarangan di lantai, di kebun, di got, atau
di sungai sebanyak 3,52% sangat sering, kadang-kadang sebanyak
7,95%. Sedangkan anak balita yang tidak biasa BAB sembarangan
sebanyak 49,77%, dan yang menjawab tidak tahu sebanyak 38,75%.
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
28/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 23
Gambar 3.19 Grafik Perilaku BAB Sembarangan Anak Balita
h. Perilaku Ibu Membuang Tinja Anak
Gambar 3.12 : Grafik Perilaku Ibu Membuang Tinja Anak
Dari gambar 3.20 diatas diketahui sebanyak 0,90% membuang
tinja anak ke tempat sampah, sebanyak 0,63% ke kebun/pekarangan,
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
29/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 24
sebanyak 1,72% ke sungai/got/selokan. Sebagian besar yaitu 33,51%,
responden menjawab bahwa mebuang tinja anak balita ke WC/jamban.
Tabel 2 : Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA
Uraian Keamanan Persentase
Tangki eptik suspekaman
Tidak aman 48,60
Suspek aman 51,40
Pencemaran karenapembuangan isi
tangki septik
Tidak, aman 87,01
Ya, aman 12,99
Pencemaran karenaSPAL
Tidak aman 61,70
Ya, aman 38,30
Dari tabel diatas diketahui bahwa terdapat sebanyak 51,4% tangki
septic yang aman, dan sebanyak 87,01% tidak aman karena
pencemaran pembuangan isi tangki septik, serta 61,70% tidak aman
karena pencemaran SPAL.
Gambar 3.13 : Grafik Prosentase Buangan Akhir Air Limbah
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
30/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 25
Dari Gambar 3.21 diketahui bahwa sebagian besar responden
diketahui bahwa sebagian besar air limbah baik dari dapur, kamar mandi,
tempat cuci pakaian, maupun dari wastafel dibuang ke sungai dengan rata-
rata sekitar 41% dan yang membuang air limbahnya ke saluran tertutup
berkisar 22%.
3.4. Drainase lingkungan/selokan sekitar rumah dan banjir
Kabupaten Sumedang sebagian besar merupakan dataran tinggi
dengan tipe wilayah berbukit sampai bergunung. Masalah banjir/genangan
di area permukiman hanya terdapat dibeberapa daerah saja, terutama
permukiman yang berdekatan dengan sungai. Kondisi genangan di
Kabupaten Sumedang sebetulnya banyak dipengaruhi oleh kondisi sungai
yang semakin dangkal dan semakin menyempit, selain itu faktor sampah
menjadi faktor utama untuk menimbulkan genangan.
Gambar 3.14 : Grafik Persentase Rumah Tanggga yang Pernah MengalamiBanjir
Kejadian banjir di Kabupaten Sumedang berdasarkan survey EHRA
diketahui sebanyak 96,66% responden menjawab tidak pernah terjadi,
sebanyak 1,08% responden menjawab terjadi sekali dalam setahun,
sebanyak 0,99% responden mengatakan terjadi beberapa kali dalam
setahun, 0,45% mengatakan terjadi sekali atau beberapa kali dalam
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
31/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 26
sebulan, dan yang menjawab tidak tahu sebanyak 0,81%. Dan responden
yang mengalami kejadian banjir secara rutin sebanyak 59,46%.
Gambar 3.15 : Grafik Persentase Rumah Tangga MengalamiKejadian Banjir Secara Rutin
Lamanya banjir surut menurut sebagian besar responden yaitu satu
hari, dan sebagian responden yaitu 26,67% menyatakan lamanya genangan
mencapai 1-3 jam. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.16 : Grafik Lamanya Air Banjir Surut
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
32/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 27
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
33/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 28
Gambar 3.17 : Grafik Persentase Lokasi Genangan Air di Rumah
Gambar 3.18 : Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga
Dari hasil pengamatan survey EHRA diketahui sebanyak 96,8% tidakada genangan air di sekitar rumahnya, dan sebanyak 3,2% terdapat
genangan air di sekitar rumahnya akibat tidak memiliki SPAL rumah tangga.
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
34/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 29
Gambar 3.19 : Grafik Persentase SPAL yang Berfungsi
Dari gambar 3.37 diketahui sebanyak 87,5% saluran pembuangan air
limbah berfungsi, sebanyak 5,8% tidak ada saluran, 3,8% saluran tidak
berfungsi, dan sebanyak 3,0% tidak dapat dipakai/ saluran kering.
Gambar 3.20 : Grafik Pencemaran Karena SPAL
Dari gambar 3.38 diatas diketahui bahwa kondisi lingkungan relatif
aman dari pencemaran karena SPAL yaitu sebesar 63,1% dan sebanyak
36,9% berisiko mencemari lingkungan.
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
35/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 30
Dari hasil Studi EHRA diketahui bahwa kelurahan yang paling berisikoterhadap genangan adalah ..........
Tabel 3 : Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA
NO KELURAHANAdanya genangan air
Ada genangan air(banjir)
Tidak adagenangan air
1 67,5 32,5
2 60,0 40,0
3 47,5 52,5
4 45,0 55,0
5 35,0 65,0
6 35,0 65,0
7 27,5 72,5
8 27,5 72,5
9 25,0 75,0
10 22,5 77,5
11 20,0 80,012 17,5 82,5
13 12,5 87,5
14 12,5 87,5
15 10,0 90,0
16 10,0 90,0
17 7,5 92,5
18 7,5 92,5
19 7,5 92,5
20 2,5 97,5
21 2,5 97,5
22 ,0 100,0
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
36/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 31
4. Pengelolaan air minum rumah tangga
Gambar 3.21 : Grafik Penggunaan Sumber Air untuk KebutuhanSehari-hari
Dari gambar 3.39 diketahui bahwa sebagian besar responden
menggunakan air ledeng dari PDAM yaitu sebanyak 68,4% untuk
keperluan minum, 78% untuk keperluan masak, 65,7% untuk keperluan
cuci piring & gelas dan 68,6% untuk gosok gigi. Sebagian responden
juga mengunakan air isi ulang untuk keperluan minum sebanyak 22,6%
dan untuk masak 4,2%.Sebagian lagi ada yang menggunakan air sumur
pompa tangan sebanyak 3,5% untuk keperluan minum, 4,9% untuk
masak, 11,7% untuk cuci piring & gelas, 0,2% untuk cuci pakaian dan
10% untuk gosok gigi. Responden yang menggunakan air sumur gali
terlindung sebanyak 3,8% untuk keperluan minum, 6,4% untuk masak,
15,2% untuk cuci piring & gelas, 0,5% untuk cuci pakaian dan 11,4%
untuk gosok gigi. Sedangkan responden yang menggunkaan air sumur
gali tidak terlindungi sebanyak 1,5% untuk keperluan minum, 2% untuk
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
37/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 32
masak, 4,7% untuk cuci piring & gelas, 0% untuk cuci pakaian dan 3,5%
untuk gosok gigi.
Gambar 3.22 : Grafik Sumber Air untuk Minum dan Masak
Supply air untuk keperluan sehar-hari sebagian responden
mengatakan tidak pernah mengalami kesulitan yaitu sebanyak 74,3%,
sebanyak 18,9% mengatakan mengalami kesulitan beberapa jam saja,
sebanyak 2,2% selama satu sampai beberapa hari, 0,9% selama
seminggu, 1,1% lebih dari seminggu.
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
38/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 33
Gambar 3.23 : Grafik Waktu Lamanya Mengalami Kesulitan Air
Gambar 3.24 : Grafik Tingkat Kepuasan Responden terhadapKualitas Air
Dari Gambar 3.42 diketahui bahwa sebagian besar responden
mengatakan puas terhadap kualitas air yang digunakan yaitu sebanyak89,9%. Hanya 10,1% yang mengatakan tidak puas terhadap kualitas air
yang digunakan.
Gambar 3.25 : Grafik Jarak Sumur ke Tempat
Penampungan/Pembuangan Tinja
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
39/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 34
Dari hasi survei diketahui responden yang mengunakan air
sumur gali atau sumur pompa, jarak sumber air tersebut dengan tempat
penampungan/pembuangan tinja sebanyak 17,4% kurang dari 10 m,
sebanyak 17,3% lebih dari 10 m dan sebanyak 65,3% mengatakan tidak
tahu.
Dari Gambar 3.44 dan 3.45 diketahui bahwa sebagian besar
responden melakukan pengolahan air sebelum digunakan untuk minum
dan masak sebanyak 88,3%. Dan sebanyak 95,1% melakukan
pengolahan air dengan cara direbus terlebih dahulu.
Gambar 3.26 : Grafik Mengolah/Menangani Air sebelum digunakanuntuk Minum dan Masak
Gambar 3.27 : Grafik Teknik Pengolahan Air Sebelum digunakanUntuk Minum dan Masak
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
40/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 35
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
41/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 36
Gambar 3.28 : Grafik Tempat Penyimpanan Air yang Sudah Diolah
Air yang sudah diolah oleh responden sebagian besar disimpan
dalam teko/ketel/cerek sebanyak 51,6%, sebanyak 18,1% disimpan
dalam termos, 17% disimpan dalam panci dengan tutup, 5,9% disimpan
dalam galon isi ulang, 4,5% tidak disimpan, dan 1,5% disimpan dalam
panci terbuka.
Gambar 3.29 : Grafik Tekhnik Mengambil Air dari Tempat Penyimpan Air
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
42/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 37
Dari hasil survei diketahui teknik mengambil air dari tempat
penyimpanan air untuk minum dan masak sebanyak 43,8% dengan
menggunakan gayung, 28,1% langsung dari kran, 18% dengan
menggunakan gelas, 9,5% langsung dari dispenser, sebagaimana
digambarkan pada gambar 3.47.
Dari hasil studi EHRA diketahui kelurahan yang paling berisiko
terhadap sumber air adalah ..................
Tabel 4 : Area Berisiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA
NO Kelurahan
Sumber airterlindungi
Penggunaan
sumber air tidakterlindungi
Kelangkaan air
Tidak,sumber air
berisikotercemar
Ya,sumber airterlindungi
TidakAman
Ya,Aman
Mengalamikelangkaan
air
Tidakpernah
mengalami
1 57,5 42,5 85,0 15,0 45,0 55,0
2 50,0 50,0 42,5 57,5 32,5 67,5
3 37,5 62,5 55,0 45,0 ,0 100
4 12,5 87,5 77,5 22,5 ,0 100
5 42,5 57,5 37,5 62,5 ,0 1006 12,5 87,5 47,5 52,5 17,5 82,5
7 32,5 67,5 32,5 67,5 ,0 100
8 40,0 60,0 15,0 85,0 7,5 92,5
9 22,5 77,5 37,5 62,5 ,0 100
10 17,5 82,5 20,0 80,0 17,5 82,5
11 25,0 75,0 22,5 77,5 5,0 95,0
12 17,5 82,5 30,0 70,0 2,5 97,5
13 5,0 95,0 35,0 65,0 5,0 95,0
14 20,0 80,0 7,5 92,5 2,5 97,5
15 10,0 90,0 15,0 85,0 2,5 97,5
16 2,5 97,5 20,0 80,0 2,5 97,5
17 15,0 85,0 2,5 97,5 5,0 95,0
18 ,0 100 15,0 85,0 2,5 97,5
19 7,5 92,5 10,0 90,0 ,0 100
20 2,5 97,5 7,5 92,5 ,0 100
21 2,5 97,5 2,5 97,5 ,0 100
22 ,0 100 ,0 100 2,5 97,5
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
43/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 38
5. Perilaku higiene dan sanitasiDari gambar 3.48 di bawah ini diketahui bahwa sebagian besar
responden tidak melakukan cuci tangan pakai sabun di lima waktu penting
yaitu sebanyak 82,4%. Dan yang melakukan cuci tangan pakai sabun di
lima waktu penting hanya 17,6%. Lima waktu penting cuci tangan pakai
sabun yaitu sebelum makan, sesudah buang air besar, sesudah menceboki
anak, sebelum menyiapkan makan, setelah memegang/menyentuh hewan.
Gambar 3.30 : Grafik CTPS di Lima Waktu Penting
Selain untuk cuci tangan, sabun juga digunakan untuk keperluan
mandi sebanyak 97,8%, mencuci peralatan 91,7%, mencuci pakaian 87,5%,
mencuci tangan anak 43,9%, memandikan anak 37,9%, dan menceboki
anak 35,3%.
Gambar 3.31 : Grafik Pola Pemanfaatan Sabun
Dari gambar 3.50 diketahui sebagian besar responden dan anggota
keluarganya melakukan cuci tangan di kamar mandi yaitu sebanyak 64,2%.
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
44/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 39
Sedangkan di tempat cuci piring sebanyak 45,8%, di dapur sebanyak 22%,
di dekat kamar mandi 8,2%, di sumur 6,7%, di jamban 3,6%, di dekat
jamban 2%, dan disekitar penampungan 0,7%.
Gambar 3.32: Grafik Lokasi Tempat Cuci Tangan
Gambar 3.33 : Grafik Persentase Waktu Melakukan CTPS
Dari gambar 3.51 diketahui persentase terbesar waktu melakukan cuci
tangan pakai sabun adalah setelah makan yaitu sebanyak 92,5%,
Sedangkan sebelum makan sebanyak 78,5%, setelah buang air besar
53,2%, sebelum menyiapkan makan 31,5%, setelah memegang hewan
31,5%, setelah menceboki anak 30,9%, sebelum sholat 30,2%, sebelum
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
45/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 40
menyuapi anak 28,2%, sebelum ke toilet 12%, dan lainnya sebanyak 4%
diantaranya setelah pulang dari bepergian, setelah pulang kerja, setelah
mengepel lantai, setelah bersih-bersih, pulang dari pasar, dan lain-lain.
Perilaku praktik buang air besar sembarangan masih dilakukan oleh
43,4% responden sebagaimana dapat diihat pada gambar 3.52 dibawah ini.
Gambar 3.34: Grafik Persentase Penduduk yang Melakukan BABS
Dari hasil studi EHRA diketahui bahwa kelurahan yang merupakan
area paling berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi adalah kelurahan
...............
Tabel 5 : Area Berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan HasilStudi EHRA
NO Kelurahan
CTPSdi limawaktu
penting
Apakah lan taidan dinding
jambanbebas dari
tinja?
Apakahjamban bebas
dari kecoadan lalat?
Keberfungsianpenggelontor
Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya TidakYa,
berfungsi
1 97,5 2,5 30,0 70,0 30,0 70,0 37,5 62,5
2 97,5 2,5 22,5 77,5 22,5 77,5 15,0 85,0
3 87,5 12,5 57,5 42,5 37,5 62,5 5,0 95,0
4 95,0 5,0 45,0 55,0 27,5 72,5 15,0 85,0
5 72,5 27,5 57,5 42,5 45,0 55,0 7,5 92,5
6 100,0 ,0 12,5 87,5 17,5 82,5 5,0 95,0
7 90,0 10,0 17,5 82,5 15,0 85,0 7,5 92,5
8 100,0 ,0 25,0 75,0 32,5 67,5 10,0 90,0
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
46/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 41
NO Kelurahan
CTPSdi lima
waktupenting
Apakah lan taidan dinding
jamban
bebas daritinja?
Apakahjamban bebas
dari kecoadan lalat?
Keberfungsian
penggelontor
Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya TidakYa,
berfungsi
9 87,5 12,5 22,5 77,5 12,5 87,5 12,5 87,5
10 72,5 27,5 20,0 80,0 70,0 30,0 2,5 97,5
11 100,0 ,0 10,0 90,0 7,5 92,5 10,0 90,0
12 100,0 ,0 5,0 95,0 12,5 87,5 7,5 92,5
13 90,0 10,0 7,5 92,5 7,5 92,5 22,5 77,5
14 75,0 25,0 10,0 90,0 7,5 92,5 7,5 92,5
15 95,0 5,0 2,5 97,5 10,0 90,0 10,0 90,0
16 92,5 7,5 2,5 97,5 7,5 92,5 5,0 95,0
17 85,0 15,0 5,0 95,0 ,0 100,0 2,5 97,5
18 80,0 20,0 5,0 95,0 ,0 100,0 ,0 100
19 72,5 27,5 ,0 100,0 ,0 100,0 7,5 92,5
20 50,0 50,0 ,0 100,0 65,0 35,0 ,0 100,0
21 60,0 40,0 ,0 100,0 ,0 100,0 2,5 97,5
22 12,5 87,5 5,0 95,0 5,0 95,0 ,0 100
LanjutanTabel 9 : Area Berisiko Perilaku Higiene dan SanitasiBerdasarkan Hasil Studi EHRA
NO Kelurahan
Apakah terli hatada sabundi dalam
atau di dekatjamban?
Pencemaran padawadah penyimpanandan penanganan air
PerilakuBABS
Tidak YaYa,
tercemarTidak
tercemarYa,
BABSTidak
1 37,5 62,5 65,0 35,0 67,5 32,5
2 55,0 45,0 12,5 87,5 87,5 12,5
3 30,0 70,0 30,0 70,0 60,0 40,0
4 17,5 82,5 35,0 65,0 50,0 50,0
5 7,5 92,5 10,0 90,0 55,0 45,0
6 77,5 22,5 ,0 100,0 32,5 67,5
7 5,0 95,0 50,0 50,0 60,0 40,0
8 10,0 90,0 22,5 77,5 35,0 65,0
9 50,0 50,0 ,0 100,0 45,0 55,0
10 12,5 87,5 ,0 100,0 42,5 57,5
11 40,0 60,0 12,5 87,5 30,0 70,0
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
47/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 42
NO Kelurahan
Apakah terli hatada sabundi dalam
atau di dekatjamban?
Pencemaran padawadah penyimpanandan penanganan air
Perilaku
BABS
Tidak YaYa,
tercemarTidak
tercemarYa,
BABSTidak
12 40,0 60,0 30,0 70,0 12,5 87,5
13 20,0 80,0 15,0 85,0 30,0 70,0
14 5,0 95,0 ,0 100,0 77,5 22,5
15 2,5 97,5 2,5 97,5 57,5 42,5
16 5,0 95,0 ,0 100,0 42,5 57,5
17 2,5 97,5 17,5 82,5 35,0 65,0
18 2,5 97,5 ,0 100,0 55,0 45,0
19 2,5 97,5 ,0 100,0 52,5 47,5
20 ,0 100,0 10,0 90,0 ,0 100,0
21 2,5 97,5 15,0 85,0 17,5 82,5
22 ,0 100,0 7,5 92,5 10,0 90,0
6. Kejadian penyakit diare
Dari hasil survei diketahui bahwa sebagian besar responden dan
anggota keluarganya tidak pernah menderita diare yaitu sebesar 77%.
Sebanyak 5,2% pernah menderita lebih dari 6 bulan lau, 4,5% pernah
menderita 3 bulan terakhir, 4,3% pernah menderita 1 bulan terakhir, 3,8%
pernah menderita 6 bulan terakhir, 2,2% pernah menderita 1 minggu
terakhir, 1,8% menderita diare kemarin.
Gambar 3.35 : Grafik Persentase Kejadian Diare
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
48/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 43
Dari gambar 3.54 diketahui sebagian besar anggota keluarga yang
menderita diare adalah orang dewasa perempuan yaitu sebanyak 40,6%.
Sedangkan anak-anak balita sebanyak 28,2%, orang dewasa laki-laki
18,3%, anak-anak perempuan 9,4%, anak remaja laki-laki 8,4%, dan pada
anak-anak non balita 5,4%.
Gambar 3.36 : Grafik Persentase Anggota Keluarga yang Menderita Diare
7. Indeks Risiko Sanitasi (IRS)
Risiko Sanitasi diartikan sebagai terjadinya penurunan kualitas
hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses
terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS).
Indeks Risiko Sanitasi (IRS) diartikan sebagai ukuran atau tingkatan
risiko sanitasi, dalam hal ini adalah hasil dari analisa Studi EHRA.
Manfaat penghitungan Indeks Risiko Sanitasi (IRS) adalah sebagai
salah satu komponen dalam menentukan area berisiko sanitasi. Berikut
adalah Indeks Risiko Sanitasi (IRS) Kabupaten Sumedang Tahun 2015
berdasarkan vaiabel sumber air, air limbah domestik, persampahan,
genangan air, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
49/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 44
Gambar 3.37: Grafik Indeks Risiko Sanitasi Kabupaten Sumedang
Setelah Indeks Risiko Sanitasi diketahui, kemudian dikumulatifkan
sehingga diketahui total indeks maksimal adalah 272 dan terendah adalah
113 dengan interval 40. Sehingga diketahui katagori area berisiko sangat
tinggi adalah kelurahan dengan nilai total IRS 236-276, kelurahan risiko
tinggi dengan IRS 195-235, kelurahan risiko sedang dengan IRS154-194,
kelurahan kurang berisiko dengan IRS 113-153.
Tabel 6 : Katagori daerah berisiko sanitasi
Batas Nilai Risiko Keterangan
Total Indeks Risiko Max 272
Total Indeks Risiko Min 113
Interval 40
Katagori Area Berisiko Batas Bawah Batas Atas
Kurang Berisiko 113 153
Berisiko Sedang 154 194
Risiko Tinggi 195 235
Risiko Sangat Tinggi 236 276
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
50/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 45
Berdasarkan nilai kumulaif Indeks Risiko Sanitasi dan katagori area
berisiko dapat diketahui katagori risiko sanitasi tiap kelurahan, sebagaimana
tercantum dalam tabel dibawah ini.
Tabel 7 : Hasil Skoring Studi EHRA berdasarkan Indeks Risiko
NO KELURAHAN NILAI IRS KATAGORI RISIKO
1 272 Risiko Sangat Tinggi
2 235 Risiko Tinggi
3 210 Risiko Tinggi
4 205 Risiko Tinggi
5 202 Risiko Tinggi
6 193 Risiko Sedang
7 181 Risiko Sedang
8 168 Risiko Sedang
9 166 Risiko Sedang
10 157 Risiko Sedang
11 156 Risiko Sedang
12 146 Kurang Berisiko
13 139 Kurang Berisiko
14 130 Kurang Berisiko
15 125 Kurang Berisiko
16 123 Kurang Berisiko
17 120 Kurang Berisiko
18 119 Kurang Berisiko
19 119 Kurang Berisiko
20 115 Kurang Berisiko
21 114 Kurang Berisiko
22 113 Kurang Berisiko
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
51/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 46
Hasil analisa indeks risiko sanitasi adalah sebagai berikut:1. Kelurahan dengan risiko sangat tinggi adalah kelurahan ........ dengan nilai
IRS 272.
2. Kelurahan dengan risiko tinggi adalah kelurahan ............... dengan nilai IRS
berturut-turut yaitu 235, 210, 205, dan 202.
3. Kelurahan dengan risiko sedang adalah Kelurahan .......................... dengan
nilai IRS berturut-turut 193, 181, 168, 166, 157, dan 156.
4. Kelurahan yang kurang berisiko yaitu Kelurahan .............. (IRS 113).
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
52/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 47
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Envinronmental Health
Risk Assessment=EHRA) merupakan survey partisipatif di tingkat
Kabupaten/Kota untuk memahami/mengetahui kondisi fasilitas sanitasi dan
higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. Hasilstudi EHRA memberi data ilmiah dan faktual tentang ketersediaan layanan
sanitasi pada tingkat rumah tangga dalam skala kota. Sektor sanitasi yang
menjadi obyek studi sekaligus variabel Indeks Risiko Sanitasi meliputi air
bersih, sampah, limbah cair domestik, drainase lingkungan, dan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti praktek Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS) dan perilaku Buang Air Besar.
Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan
program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kota sampai dengan tingkatkelurahan. Data ini juga akan digunakan Pokja Sanitasi Kabupaten
Sumedang sebagai salah satu bahan untuk, penetapan area berisiko dan
Strategi Sanitasi Kota (SSK).
Adapun hasil Studi EHRA yang telah dilaksanakan Pokja Sanitasi
Kabupaten Sumedang, secara singkat dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Fasilitas sanitasi
1) Air Bersih
Sumber air bersih masyarakat Kabupaten Sumedang dari
PDAM untuk masak sebanyak 78% dan untuk minum sebanyak
68,4%. Dengan daerah yang paling berisiko terhadap air bersih
adalah Kelurahan ...............
2) Air Limbah dan Tinja
Persentase jumlah keluarga yang memiliki jamban pribadi
sebanyak 96,45% serta masih ada sebagian masyarakat yang
membuang tinjanya di kebun, sungai, selokan, lubang galian, dan
lainnya. Sebagian masyarakat, meskipun telah memiliki sarana
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
53/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 48
jamban tetapi masih ada kondisi yang kurang memadai dari
pembuangan tinjanya, yaitu tidak memiliki tangki septik, tinjanya
dibuang ke sungai/selokan. Dan area berisiko air limbah domestic
berdasarkan hasil studi EHRA diantaranya adalah Kelurahan
.........................
3) Drainase / SPAL
Sebanyak 92,5% rumah tangga memiliki saluran pembuangan
air limbah. sebagian besar air limbah baik dari dapur, kamar mandi,
tempat cuci pakaian, maupun dari wastafel dibuang ke saluran
tertutup sekitar 43%. Namun demikian masih banyak juga yang
membuang air limbahnya ke sungai yaitu sekitar 30%. Akibat tidak
memiliki SPAL, terjadi genangan yang dialami oleh 3,2% responden.
Sedangkan area berisiko genangan air berdasarkan hasil studi EHRA
yaitu .........................
4) Persampahan
Sebagian besar masyarakat Kabupaten Sumedang (76,8%)
pengelolaan sampah rumah tangganya adalah dengan dikumpulkan
dan dibuang ke TPS. Frekuensi pengangkutan sampah ke TPSdilakukan dalam beberapa kali dalam seminggu. Upaya pemilahan
sampah baru dilakukan oleh 3,5% responden. Dan yang merupakan
area berisiko persampahan menurut studi EHRA adalah kelurahan
.............
b. Perilaku Higiene dan Sanitasi
Praktik cuci tangan pakai sabun (CTPS) sebagian besar (82,4%)
tidak dilakukan oleh masyarakat Kota Cirebon sedangkan praktik buang
air besar sembarangan masih dilakukan oleh 43,4% responden. Dan area
yang paling berisiko perilaku hygiene dan sanitasi berdasarkan hasil studi
EHRA adalah kelurahan .............
c. Indeks Risiko Sanitasi (IRS)
Kelurahan dengan risiko sangat tinggi adalah kelurahan
..................... dengan nilai IRS berturut-turut yaitu 235, 210, 205, dan 202
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
54/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 49
4.2 Hambatan/Kendala
5. Keterbatasan anggaran sehingga pelaksanaan study EHRA tidak
dilaksanakan diseluruh Desa/Kelurahan
6. Pelatihan enumerator masih kurang optimal karena tidak menghadirkan
Pokja Provinsi dan fasilitator PPSP.
7. Waktu pelaksanaan relatif singkat sehingga dalam pelaksanaannya
terkesan terburu-buru, persiapan belum benar-benar matang.
8. Pelatihan entry data dilakukan secara singkat.
9. Pada saat kunjungan /survey ke rumah calon responden, enumerator
juga mengalami kesulitan untuk bertemu dan wawancara dengan calon
responden pada siang hari, sehingga dilakukan kesepakatan waktu
pertemuan.
4.3 Saran
1. Agar pelaksanaan studi EHRA selanjutnya dapat terencana dengan
matang, baik itu masalah anggaran maupun pelaksanaan di lapangan
sehingga jika akan dilaksanakan kembali studi EHRA dapat terlaksana
dengan baik pada seluruh tahapannya, termasuk pelatihan enumerator,pelatihan supervisor, pelatian petugas entry data, pelatihan analisis data
dan pembuatan laporan studi EHRA, dan lainnya yang terkait.
2. Hasil study EHRA ini agar dijadikan sebagai acuan dalam pembangunan
di Kabupaten Sumedang, khususnya terkait bidang sanitasi.
3. Sudi EHRA harus dilakukan secara berkesinambungan dan bertahap
mengingat dinamika laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan
wilayah kabupaten yang selalu dinamis.
4. Tersusunnya peraturan daerah yang mengatur penanganan/pengelolaan
sanitasi di Kabupaten Sumedang.
5. Hasil studi EHRA dengan Indeks Risiko Sanitasi sangat tinggi perlu
ditindaklanjuti dengan desain program/kegiatan untuk penanganannya.
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
55/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 50
DAFTAR ISTILAH
- CTPS = Cuci Tangan Pakai Sabun : Perilaku cuci tangan dengan
menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.
- STBM = Sanitasi total : Kondisi ketika suatu komunitas Tidak Buang Air
Besar Sembarangan (BABS), Mencuci tangan pakai sabun, Mengelola air
minum dan makanan yang aman, Mengelola sampah dengan benar.
- Tangki septik (septic tank) : Ruang kedap air yang berfungsi menampung dan
mengolah air limbah rumah tangga.
- 3R : Reduce, Reuse, dan Recycle. Sebuah pendekatan untuk mengurangi
timbulan sampah melalui: mengurangi, menggunakan kembali, serta
mendaur ulang sampah.
- Sampah : Sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat (UU No. 18 tahun 2008)
- Tempat Penampungan Sementara (TPS) : Tempat sebelum sampah
diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempatpengolahan sampah terpadu (UU No. 18 tahun 2008).
- Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) : Tempat untuk memroses dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia
dan lingkungan (UU No. 18 tahun 2008)
- Drainase : Prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan
air penerima air dan atau ke bangunan resapan manusia.
- Drainase perkotaan : Drainase di wilayah perkotaan yang berfungsimengendalikan air permukaan sehingga tidak mengganggu masyarakat dan
dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
56/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 51
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Nama dan Kode Kelurahan Target Area Studi......................................
....................................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 2 : Daftar RT Terpilih Hasil Random ............................................................
....................................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 3 : Daftar Enumerator Beserta Wilayah Study EHRA................................
....................................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4 : Daftar Supervisor Beserta Wilayah Studi EHRA...................................
....................................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 5 : Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA.............. 18
Tabel 6 : Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA.. 24
Tabel 7 : Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA.............. 30
Tabel 8 : Area Berisiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA.................. 37
Tabel 9 : Area Berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan Hasil Studi
EHRA........................................................................................................ 40
Tabel 10 : Katagori daerah berisiko sanitasi........................................................... 44
Tabel 11 : Hasil Skoring Studi EHRA berdasarkan Indeks Risiko........................ 45
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
57/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 52
DAFTAR GAMBAR
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
58/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 53
FOTO-FOTO HASIL KEGIATAN STUDI EHRA
Sanitarian Puskesmas sedang mengikuti
Pelatihan Enumerator di Dinas Kesehatan
Pelatihan petugas entri data Studi EHRA
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
59/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 54
Salah satu enumerator sedang melakukan wawancara
dengan responden di
Salah satu enumerator sedang melakukan wawancara
dengan responden di
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
60/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 55
Supervisor sedang melakukan
pengecekan kuesioner hasil wawancaradan pengamatan
Petugas sedang melakukan entry datahasil studi EHRA
Tim Supervisor Studi EHRA
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
61/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 56
Kondisi tempat cuci dan kamar mandi
Keberadaan sabun di kamar mandi dan jamban
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
62/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 57
Kondisi drainase dan keberadaan sampah
di area studi EHRA
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
63/64
Laporan Studi EHRA Kabupaten Sumedang. 2015 58
Sarana pengelolaan
sampah rumah tangga
Layanan pengangkutan sampah
rumah tangga
WC Helikpter dan keberadaan sampah di area studi EHRA
7/25/2019 pdfLaporan EHRA SUMEDANG
64/64
Top Related