BANGUNAN VILLA ISOLA BANDUNG: KEMONUMENTALANNYA YANG
TAK LEKANG OLEH WAKTU
Villa Isola dibangun dengan gaya Art Deco yang tampak pada desain yang
melengkung-lengkung. Tidak hanya bangunannya, namun dari desain taman hingga
desain bangunan membentuk suatu kesatuan komposisi yang kuat yang d susun dari
massa berbentuk bundar. Hal ini membuat villa isola menjadi karya yang monumental
dari jamannya hingga saat ini.
Art Deco adalah sebuah gaya arsitektur yang berkembang sekitar tahun 20an-
30an, dimana gaya ini sangat memperhatikan detail ornamentasi bangunan. Art Deco
banyak digunakan oleh arsitek Belanda di Indonesia pada masa penjajahan yang akhir
disekitar tahun 30-40an tersebut dengan memasukkan banyak dekorasi dari seni Art
Deco yang merupakan kumpulan dari berbagai seni ornamen dari seluruh dunia yang
diadaptasi menjadi gaya arsitektur ornamentatif Art Deco. Sebagai gaya yang
mengedepankan ornamen, fasad bangunan menjadi sangat penting, dimana waktu itu
berkembang arsitektur modern sebagai panduan sistem struktur yang didukung oleh
elemen dekorasi dari Art Deco. Meskipun banyak gerakan desain mempunyai akar atau
maksud politik atau filsafati, Art Deco murni bersifat dekoratif. Pada masa itu, gaya ini
dianggap anggun, fungsional, dan ultra modern.
Karena banyaknya negara yang menerapkan langgam ini membuat Art Deco
berkembang dengan pesat. Setiap negara yang menerima langgam Art Deco
mengembangkannya sendiri, memberikan sentuhan lokal sehingga Art Deco di suatu
tempat akan berbeda dengan Art Deco di tempat lain. Tetapi secara umum mereka
menggunakan ornamen-ornamen tradisional atau historikal, sehingga langgam Art Deco
merupakan langgam yang punya muatan lokal. Perkembangan Art Deco tidak lepas dari
pengaruh situasi dan kondisi jamannya, pada saat itu di Eropa sedang berlangsung
revolusi industri, masyarakat terpesona oleh adanya penemuan-penemuan dan teknologi
yang maju dengan pesat. Karakter-karakter teknologi yang menggambarkan kecepatan
dicerminkan ke dalam desain dalam bentuk garis-garis lengkung dan zig-zag.
Lengkungan yang ditampilkan itu merupakan ekspresi gerak, teknologi modern dan
rasa optimisme yang termasuk gaya Art Deco.
Villa Isola atau Bumi Siliwangi adalah bangunan rumah tinggal yang terletak di
kawasan pinggiran utara Kota Bandung. Setelah pernah menjadi bagian dari Hotel
Savoy Homann, sekarang gedung ini dipakai Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Villa Isola adalah salah satu bangunan bergaya arsitektur Art Deco yang banyak
dijumpai di Bandung. Villa Isola dibangun pada tahun 1933, milik seorang
hartawan Belanda bernama Dominique Willem Berretty. Bangunan ini dirancang oleh
Charles Prosper Wolff Schoemaker (seorang arsitek terkenal yang bisa dikatakan
sebagai orang yang mengarsiteki kota Bandung karena beliaulah yang merancang
banyak bangunan landmark di kota Bandung). Pada masanya desain tersebut betul-betul
merupakan puncak dari modernitas. Bangunan rumah tinggal ini merupakan simbol
kemewahan dan gemerlap modernitas saat itu, dan juga mengisaratkan kehidupan yang
cepat dan canggih.
Pada jaman tersebut adalah puncak dari gaya Art Deco yang ada di Indonesia.
Sebagian besar bangunan yang dibangun pada masa itu menggunakan gaya Arsitektur
Art Deco. Dengan ciri terdapat banyak ornamen-ornamen tradisional atau bentuk dari
kecanggihan masa itu. Seperti halnya pada bangunan Villa Isola, bangunan ini bergaya
Art Deco karena bangunan mencerminkan penggunaan teknologi yang canggih pada
saat itu, yang dapat dilihat dari bentuk lengkungan- lengkungan dinding Villa Isola.
Gambar 1. Villa Isola tampak dari selatan terlihat dinding Villa Issola Bandung yang melengkung-
lengkung yang dapat dilihat dari fasadnya.
Villa Isola menjadi sebuah bangunan yang monumental pada saat itu. Pengertian
monumental dalam arsitektur monumental, yaitu sifat perancangan tertinggi yang dapat
dicapai perancang agar dapat membangkitkan kenangan atau kesan yang tidak mudah
terlupakan. Seorang arsitek bernama Ruskin dalam bukunya Speaking Architecturally
mengatakan, sebuah karya arsitektur yang baik memiliki kesatuan, komposisi,
keseimbangan asimetris, dan ritme. Pada Villa Isola, pembangkit kenangan yang utama
adalah bentuknya yang tidak lazim jika dibandingkan dengan bangunan lain dengan
fungsi sama (rumah tinggal).
Pada bangunan Villa Ishola akan terasa adanya pengolahan tapak (lahan) yang
sesuai dengan bentuk bangunan. Kedua unsur tersebut, bangunan dan lahan,
membentuk kesatuan dan komposisi yang kuat. Denah bangunan dan bentuk bangunan
yang dibagi secara simetris menambah penyusunan komposisi yang kuat.
Gambar 2. Denah Villa Isola dari lantai 1
hingga lantai 3 yang dibagi oleh garis
imajiner sehingga bangun terbagi menjadi
dua dan ternyata bangunan berbentuk
simetris. Tampak juga bentuk lengkung-
lengkung pada denah yang mencerminkan
penerapan gaya Art Deco.
Dalam meletakkan massa Villa Isola, arsitek menggunakan sumbu imajiner
utara-selatan dengan arah utara menghadap Gunung Tangkuban Perahu dan arah selatan
menghadap Kota Bandung. Penggunaan sumbu utara-selatan dengan berorientasi pada
sesuatu yang sakral (gunung atau laut) merupakan orientasi kosmis masyarakat di Pulau
Jawa.
Villa Isola terletak di antara dua taman yang memiliki ketinggian berbeda.
Taman di bagian selatan lebih rendah daripada taman di bagian utara. Hal ini diperkuat
dengan kolam berbentuk persegi dengan patung marmer di tengahnya. Pada taman ini
terdapat jalur yang merupakan as yang membagi taman menjadi dua bagian simetris.
Mendekati bagian utara bangunan, akan terlihat tangga berbentuk setengah lingkaran
yang titik pusatnya berada pada bangunan. Hal serupa juga diterapkan pada taman
bagian selatan. Pengolahan bentuk anak tangga setengah lingkaran berpusat pada
bangunan Villa Isola. Pengolahan taman dengan menggunakan bentuk melingkar yang
berpusat pada bangunan yang juga bersifat simetris dan berbentuk melingkar,
menjadikan bangunan menyatu dengan lahan di sekitarnya.
Gambar 3. Taman Utara Villa Isola yang berbentuk tangga-tangga karena menyesuaikan
bentuk tapak.
Fasad bangunan Villa Isola diperkaya dengan garis-garis lengkung horizontal.
Hal ini merupakan cermin dari gaya arsitektur Art Deco yang diterapkan oleh arsitek.
Keindahan ornamen berupa garis garis molding akan lebih terlihat dengan adanya efek
bayangan matahari yang merupakan kecerdikan arsitek-arsitek masa lampau dalam
mengeksploitasi sinar matahari tropis. Pengolahan lahan, taman, dan elemen-elemennya
turut mendukung keunikan Villa Isola terutama dari segi bentuk. Semuanya itu
menyuarakan satu bentuk: bundar. Hal inilah yang membuat Villa Isola menjadi
sebuah karya yang monumental, perpaduan tiap komponen bergabung menjadi satu
menjadi sebuah komposisi yang kuat dengan bentuk bulat hasil penerapan gaya Art
Deco dan pengolahan tapak serta lingkungan yang menyesuaikan bangunan membuat
karya pada bangunan ini menjadi tak terlupakan.
Gambar 7. Villa Isola yang terkena bayangan membuat
tiap elemen-elemen dalam bangunan semakin indah.
TUGAS BAHASA INDONESIA
“BANGUNAN VILLA ISOLA BANDUNG:
KEMONUMENTALANNYA
YANG TAK LEKANG OLEH WAKTU”
Disusun Oleh:
Kartika Fitri Annisa I0211037
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
Desember 2012
Top Related