BAB 1
PENDAHULUAN
Tulang memiliki fungsi sebagai penunjang, pelindung organ vital, membantu
pergerakan tubuh dengan memberikan tempat perlekatan otot, pembentukan sel darah
merah, tempat penyimpanan Ca++ dan PO4 yang dapat mengalami pertukaran dengan
plasma untuk mempertahankan konsentrasi elektrolit tersebut di dalam plasma.1
Dalam keadaan normal, tulang mengalami proses pengendapan (deposisi,
pembentukan) tulang dan [penyerapan (resorpsi, buangan) tulang yang berlangsung
secara bersamaan sehingga tulang secara terus-menerus mengalami remodeling.
Perbaharuan tulang ini bertjuan untuk menjaga tulang agar dapat digunakan untuk
keperluan mekanis dengan keefektifan maksimum serta membatu mempertahankan kadar
Ca ++ dalam darah.1
Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif,
sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral
seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak
mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat
dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Proses remodelling (deposisi dan resorpsi) pada tulang terjadi untuk
memperbaharui tulang agar dapat menghadapi beban mekanis dengan tahanan yang
maksimum serta menjaga kadar Ca++ dalam plasma. Proses pengaturan Ca ++ plasma
terutama dikontrol oleh Hormon Paratiroid, Hormon Kalsitonin tidak essensial untuk
mempertahankan homeostasis maupun keseimbangan kalsium, tapi hormone ini
berperan sebagai cadangan pada saat terjadi hiperkalsemia yang ekstrim, dan vitamin
D yang berperanmeningkatkan penyerapan kalsium di usus.1
Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif,
sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral
seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak
mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang
padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.
Hasil penelitian Persatuan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) tahun 2006
menemukan bahwa sebanyak 38% pasien yang datang untuk memeriksakan densitas
tulang mereka di Makmal Terpadu FKUI Jakarta ternyata terdeteksi menderita
osteoporosis sebanyak 14,7%, sedangkan di Surabaya sebanyak 26% pasien
dinyatakan positif osteoporosis. Data penelitian Departemen Kesehatan (DEPKES)
tahun 2006 menunjukkan bahwa 1 dari 5 orang Indonesia rentan terkena penyakit
osteoporosis.2
2
II. TULANG SECARA MIKROSKOPIS
Tulang terdiri dari sel-sel tulang (osteogenik, osteoblast, osteosit, osteoklas) dan
matriks (organik dan anorganik)
a. Matriks tulang
Organik (30-40%)
Terdiri dari serat kolagen tipe 1 dan substansia dasar (substansia
osteomukoid). Subtansia dasar terdiri dari kompleks mukopolisakarida
(protein non kolagen) 1%, dan protein resisten (protein tahan asam) 5%.
Anorganik (60-70%)
Terdiri dari garam tulang yang berbentuk kristal hidroksi apatit. Unsurnya
adalah kalsium fosfat (80-85% anorganik), kalsium karbonat (7-10%),
kalsium fluorida (5%), magnesium fluorida, sitrat dan klorida (3-5%).
b. Sel-sel tulang
Sel osteoprogenitor (sel osteogenik)
Sel induk pluripoten yang belum berdiferensiasi, berasal dari jaringan ikat
mesenkim. Selama perkembangan tulang, sel osteogenik berproliferasi
melalui mitosis dan berdiferensiasi menjadi osteoblas. Pada tulang dewasa, sel
osteogenik dijumpai di luar pada jaringan ikat periosteum dan di dalam
lapisan tunggaql endosteum internal. Periosteum dan endosteum
menghasilkan osteoblas baru untuk pertumbuhan, remodelling dan perbaikan
tulang.
Sel osteoblas
Terdapat pada permukaan tulang berfungsi untuk membuat,menyekresikan
dan mengendapkan unsur organik matriks tulang baru yang disebut osteoid.
Osteoid adalah matriks tulang belum mengapur yang baru dibentuk yang tidak
mengandung mineral, namun tidak lama setelah deposisi, osteoid segera
mengalami mineralisasi dan menjadi tulang.
3
Sel osteosit
Sel utama tulang. Terdapat di dalam matriks tulang di sekitarnya dan berada
di dalam lakuna. Terdapat satu osteosit dalam satu lakuna. Osteosit berfungsi
untuk mempertahankan matriks tulang.
Sel osteoklas
Sel multinuklear besar yang terdapat di sepanjang permukaan tulang tempat
terjadinya resorpsi,remodelling dan perbaikan tulang. Fungsi utamanya adalah
meresorpsi tulang selama remodelling. Osteoklas terdapat pada lakuna
howship. Osteoklas mula- mula berada di dalam tulang berasal dari prekursor
mirip monosit. 7 (makalah 3)
4
Jenis jaringan yang biasa dijumpai pada orang dewasa adalah jaringan tulang
sekunder. Jaringan tersebut secara khas memperlihatkan serat-serat kolagen yang
tersusun dalam lamella yang sejajar satu sama lain atau terususn secara konsetris
mengelilingi kanal vaskuklar seluruh kompleks lamel tulang konsentrik mengelilingi
suatu saluran yang mengandung pembuluh darah, saraf dan jaringan ikat longgar yang
disebut system harvers atau Osteon.
Setiap system havers merupakan suatu silinder panjang, seringkali bercabang dua,
dan sejajar terhadap sumbu panjang diafisis. System ini terdiri atas sebuah saluran di
pusat yang dikelilingi 4-20 lamela konsentris. Setiap saluran yang berlapiskan endosteum
mengandung pembuluh darah,saraf dan jaringan ikat longgar. Kanal havers ini
berhubungan dengan rongga sumsum, periosteum, dan saling berhubungan melalui kanl
volkman yang melintang atau oblik.
Karena jaringan tulang mengalami remodeling, terdapat variasi besar dalam
diameter kanal havers. Setiap system dibentuk oleh tumpukan lamella, dari luar kedalam
sehingga system yang lebih muda memiliki kanal yang lebih besar.3
III. PERANAN HORMON1
5
Telah disebutkan di awal, kadar Ca++ dalam plasma diatur oleh tiga hormone
penting yaitu, Paratyroid Hormone, Kalsitonin Hormon, dan vitamin D.
Berikut adalah keterangan dari masing-masing hormone tersebut:
Parathyroid Hormone
Adalah suatu peptide yang disekresikan oleh kelenjar parathyroid. Efek utama
hormone ini pada tulang yang dapat meningkatkan kosentrasi Ca++ dalam
plasma, yaitu menginduksi efluks cepat Ca++ ke dalam plasma dari labile pool
Ca++ yang jumlahnya kecil di cairan tulang serta merangsang pelarutan tulang
dengan meningkatkan transfer lambat Ca++ dan PO4 dari stable pool di dalam
tulang ke plasma. Akibatnya remodelling yang terjadi mengarah pada proses
resorpsi tulang.
Kalsitonin
Dihasilkan oleh sel C kelenjar tiroid. Hormone ini memiliki efek yang
antagonis dengan Parathyroid Hormone. Kalsitonin memberikan efek
menurunkan Ca++ plasma dengan cara menurunkan perpindahan Ca++ dari
tulang ke darah dan menurunkan resorpsi tulang dengan menghambat
osteoclast.
6
1
Vitamin D
Senyawa mirip steroid esensial untuk penyerapan Ca++ di usus. Bentuk aktif
dari vitamin D ini adalah 1,25-(OH)2D3. Selain itu, vitamin D juga
meningkatkan ketanggapan tulang terhadap Parathyroid Hormon,dengan
demikian, kedua hormone saling ketergantungan.
1
IV. PROSES REMODELLING
7
Sepanjang umur dewasa, laju pembentukan tulang dan resorpsi kurang lebih
sama, sehingga massa tulang total konstan.1 Untuk mengaktivasi osteoklas diperlukan
beberapa sitokin. Ada 2 sitokin yang dapat menyebabkan aktivasi osteoklas yaitu
osteoprotegerin (OPG) dan receptor activator nuclear factor kB ligand (RANKL) dimana
RANKL ini dapat berikatan dengan reseptor yang dimiliki oleh osteoklas yaitu receptor
activator nuclear factor kB (RANK). Pada remodeling tulang yang lebih berperan adalah
osteoblas. Karena osteoblas ini menghasilkan RANKL yang dapat mengikat reseptor
pada osteoklas yaitu RANK.
Osteoblas ini tidak hanya menghasilkan sitokin RANKL, tetapi osteoblas
menghasilkan suatu sitokin lain yaitu osteoprotegerin (OPG) , dimana OPG tersebut
dapat mengikat RANKL yang dihasilkan osteoblas itu sendiri. Selain osteoblas, sel
fibroblast dan endotel dapat juga menghasilkan osteoprotegerin. Apabila terjadi ikatan
OPG dengan RANKL ,maka terjadi inaktivasi dimana RANKL tersebut tidak bisa
berikatan dengan RANK reseptor di osteoklas dan menyebabkan osteoklas tidak
teraktivasi.4
Pengaktivasian osteklas dipengaruhi oleh ratio antara OPG dan RANKL, jika RANKL
banyak melebihi OPG maka RANKL dapat berikatan dengan RANK dan dapat terjadi
aktivasi osteoklas.4
5
Ada empat tahap remodeling tulang, yaitu: 4
8
a. Aktivasi. Permukaan tulang mengalami aktivasi oleh sinyal untuk membawa
precursor osteoklas menjadi sel multinukleus.
b. Resorpsi. Sel multinukleus berdiferensiasi menjadi osteoklas dewasa.sehingga
proses resorpsi tulang terjadi dan diakhiri dengan apoptosis osteoklas tersebut.
c. Reversal. Aktivasi preosteoblas.
d. Formasi. Osteoblas melakukan proses formasi tulang.
4
IV.1 Pembentukan Tulang (deposisi)
Kolagen tipe I perlu untuk proses mineralisasi, juga fosfoprotein asan seperti
sialoprotein tulang yang berperan pada nukleasi mineralisasi. Protein-protein ini yang
mengikat kalsium dan menyediakan suatu scaffold atau rangka awal untuk mineralisasi
beberapa makromolekul seperti proteoglikan dan glikoprotein tertentu dapat berperan
sebagai inhibitor nukleasi. Pengendapan matriks anorganik ini dilakukan oleh osteoblast.
Osteoblast dan osteosit yang terperangkap di dalam tulang yang sedang dalam proses
mineralisasi ini membentuk suatu jaringan sel yang saling berhubungan disebut
membrane tulang osteolitik-osteoblastik, memisahkan tulang yang mengalami
mineralisasi dengan plasma yang berada di kanalis sentralis.1 Osteolitiosteoblast inilah
sebagai tempat pengendapan hidroksiapatit.
9
1
Pertumbuhan Tulang Pipih4
Pertumbuhan jaringan umumnya di sertai dengan resorpsi parsial jaringan yang
ada dan sekaligus peletakan tulang baru. Proses ini memungkinkan bentuk tulang
Dipertahankan selama pertumbuhan tulang. Tulang tengkorak merupakan salah-satu
contoh daripada tulang pipih. Tulang tengkorak terutama tumbuh akibat pembentukan
jaringan tulang oleh periosteum antara sutura dan permukaan luar tulang. Pada waktu
yang sama terjadi resorbsi paa permukaan dalam tulang. Karena tulang merupakan
jaringan yang sangat plastis, tulang berespons terhadap pertumbuhan otak dan
membentuk tengkorak dengan ukuran yang sesuai. Pada tulang pipih, terjadi proses
osifikasi intramembranosa, disebut demikian karena terjadi di dalam kondensasi jaringan
mesenkim. Tulang frontal dan parietal tengkorak, selain bagian tulang oksipital dan
temporal dan mandibula serta maksila, dibentuk melalui osifikasi intramembranosa.
Proses ini juga ikut dalam pertumbuhan tulang-tulang pendek, dan penebalan tulang
panjang.
Pada lapisan kondensasi mesenkim, titik awal osifikasi disebut pusat osifikasi
primer. Proses ini diawali saat sekelompok sel berkembang menjadi osteoblas. Osteoblas
menghasilkan matriks tulang dan diikuti kalsifikasi, berakibat sebagian osteoblas
10
dibungkus simpai, yang kemudian menjadi osteosit. Pulau-pulau pembentuk tulang ini
membentuk dinding yang membatasi rongga-rongga panjang yang berisi kapiler, sel sum-
sum tulang dan sel-sel prakembang. Beberapa kelompok demikian hampir serentak
muncul di pusat osifikasi sehingga penyatuan dinding menghasilkan struktur mirip spons
pada tulang. Jaringan ikat yang tertinggal diantara dinding tulang disusupi pembuluh
darah dan sel mesenkim tambahan, yang akan membentuk sel-sel sum-sum tulang.
Pusat-pusat osifikasi tulang tumbuh secara radial dan akhirnya menyatu, yang
akan menggantikan jaringan ikat asal. Ubun-ubun bayi yang baru lahir, misalnya,
merupakan daerah lunak pada tengkorak yang sesuai dengan bagian jaringan ikat yang
belum mengalami osifikasi.
Pada tulang pipih tengkorak terdapat lebih banyak pembentukan tulang daripada
resorbsi tulang pada permukaan dalam maupun luar. Jadi, 2 lapisan tulang kompakta
(lempeng dalam dan luar) terbentuk, sedangkan bagian pusat tetap mempertahankan ciri
sponsnya.
Bagian lapisan jaringan ikat yang tidak mengalami osifikasi menghasilkan
endosteum dan periosteum di tulang intramembranosa.
6
11
Pertumbuhan Tulang Pipa
Osifikasi atau yang disebut dengan proses pembentukan tulang telah bermula
sejak umur embrio 6-7 minggu dan berlangsung sampai dewasa. Osifikasi dimulai dari
sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut banyak mengandung
pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh darah
akan mengandung osteoblast. 6
6
Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan
(kartilago). Mula-mula pembuluh darah menembus perichondrium di bagian tengah
batang tulang rawan, merangsang sel-sel perichondrium berubah menjadi osteoblas.
Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta, perichondrium berubah
menjadi periosteum. Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di
daerah diafisis yang disebut juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar
kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur
didepositkan yang dibantu oleh fosfatase, dengan demikian terganggulah nutrisi semua
sel-sel tulang rawan dan menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini.6
Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan pelarutan
dari zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan masuknya pembuluh
darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang. Pada tahap
selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise sehingga terjadi pusat
osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian masih tersisa tulang
12
rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu
tulang rawan di antara epifise dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-menerus
membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafise,
dengan demikian tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan tumbuh memanjang.
Pada pertumbuhan diameter (lebar) tulang, tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan
oleh osteoklas sehingga rongga sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan
osteoblas di periosteum membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan.
Zona lempeng epifisis
1. Zona istirahat / tenang/ cadangan
- Tulang rawan hialin + kondrosit
2. Zona proliferasi
- Kondrosit mitosis cepat dan sel isogen berbentuk gepeng
3. Zona maturasi
- Terdapat sel-sel yang lonjong
4. Zona hipertrofi
- Terdapat sel-sel yang hipertrofi berbentuk kubis
13
5. Zona kalsifikasi/pengapuran dan degenerasi
- Terdapat sel-sel mati + pengendapan hidroksiapatit
- Pengapuran matriks tulang rawan
6. Zona osifikasi/ penulangan
IV.2 Penyerapan Tulang (resorpsi)
Ion-ion H dari suatu proton Translocating ATPase akan menurunkan Ph local
menjadi kurang dari sama dengan 4 sehingga meningkatkan kelarutan kristal
hidroksiapatit dan terjadi demineralisasi. Protease asam dari lisosom osteoklast
dilepaskan untuk mencerna protein matriks.
Pada osteoklas yang aktif, matriks tulang yang menghadap-permukaan terlipat
secara tak teratur , seringkali berupa tonjolan dan membentuk “ruffled border”.
Ruffled border ini dikelilingi oleh zona sitoplasma yang tidak mengandung organel,
namun kaya akan filamen aktifn. Zona ini adalah tempat adhesi osteoklas pada
matriks tulang dan menciptakan lingkungan mikro tempat terjadinya resorpsi tulang.
4
14
Setelah terjadi ikatan antara RANKL ( dihasilkan oleh osteoblas) dengan RANK
(reseptor osteoklas), maka terjadilah diferensiasi dan fusi yang menyebabkan osteoklas
teraktivasi dan terjadi resorpsi tulang.
4
V. PATOGENESIS OSTEOPOROSIS
Pada osteoporosis tidak diketahui secara pasti apa penyebabnya. Namun pada hal
ini terjadi proses remodeling yang terganggu. Proses Remodeling tulang berlangsung
15
terus-menerus. Pada proses remodeling terjadi perombakan tulang yang lama
(resorpsi) dan pembentukan tulang kembali (formasi). Proses ini melibatkan
osteoblas, osteoklas dan baru-baru ini telah dibuktikan bahwa sitokin turut serta
dalam proses ini.
Pada keadaan osteoporosis terjadi ketidakseimbangan antara resorpsi dan formasi
tulang. Kekuatan tulang bergantung pada ukuran dan densitasnya. Densitas tulang
bergantung pada mineral seperti kalsium, fosfor, dan mineral lainnya yang
terkandung dalam tulang. Jika tulang mendapatkan mineral kurang dari normal.
Tulang akan menjadi rapuh dan kehilangan struktur yang menguatkan tulang tersebut.
Faktor lainnya seperti kadar hormon, juga mempengaruhi densitas tulang. Pada
wanita, kadar estrogen pada saat menopause akan menurun dan hal ini akan
mempercepat proses osteoporosis. Petanda resorpsi tulang dan formasi
tulang ,keduanya meningkat menunjukkan adanya peningkatan turnover. Estrogen
juga berperan menurunkan produksi berbagai sitokin oleh bone marrow stromal cells
dan sel-sel mononuclear, seperti IL-1, IL-6, dan TNF α yang berperan meningkatkan
kerja osteoklast. Dengan demikian penurunan kadar estrogen akibat menopause akan
meningkatkan produksi berbagai sitokin tersebut sehingga aktivitas osteoklas
meningkat
16
Selain peningkatan aktifitas osteoklas,menopause juga menurunkan absorpsi
kalsium di usus dan meningkatkan ekskresi kalsium di ginjal . selain itu,menopause juga
menurunkan sintesis berbagai protein yang membawa 1,25 (OH)2D,sehingga pemberian
estrogen akan meningkatkan konsentrasi 1,25 (OH)2D, di dalam plasma. Tetapi
pemberian estrogen transdermal tidak akan meningkatkan sintesis protein tersebut,karena
estrogen transdermal tidak diangkut melewati hati. Walaupun demikian,estrogen
transdermal tetap dapat meningkatkan absorpsi kalsium di usus secara langsung tanpa
dipengaruhi vitamin D. untuk mengatasi keseimbangan negative kalsium akibat
menopause,maka kadar PTH akan meningkat pada wanita menopause,sehingga
osteoporosis akan semakin berat. Pada menopause,kadangkala didapatkan peningkatan
HIL-1, TNF α ,IL-6, M-CSF
Sel endotel Osteoklas
↓Estrogen
Osteoblast ↓ Absorpsi kalsium
↓ reabsorpsi kalsium di ginjal
Bone marrow stromal cell + cell mononukleat
↓ TGF-β ↓ NOHipokalsemia
↑ PTH
Osteoporosis
↑ Resorpsi tulang
↑ diferensiasi dan maturasi osteoklas
17
Menopause
kadar kalsium serum,dan hal ini disebabkan oleh menurunnya volume
plasma,meningkatnya kadar albumin dan bikarbonat,sehingga meningkatkan kadar
kalsium yang terikat albumin dan juga kadar kalsium dalam bentuk garam kompleks.
Peningkatan bikarbonat pada menopause terjadi akibat penurunan rangsang
respirasi,sehingga terjadi relative asidosis respiratorik. Walaupun terjadi peningkatan
kadar kalsium yang terikat albumin dan kalsium dalam garam kompleks,kadar ion
kalsium tetap sama dengan keadaan premenopausal.
Jika terjadi ketidakseimbangan antara resorpsi dan formasi tulang maka tulang akan
mengalami penurunan densitas tulang. Hal ini yang akan menyebabkan terjadinya
osteoporosis.
Berdasarkan penyebab terjadinya, osteoporosis dibagi menjadi empat, yaitu:5
a. Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama
pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang
pada wanita.
Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa
mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat.
Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis
postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita
penyakit ini daripada wanita kulit hitam.
18
b. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium
yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan
hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa
keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia
diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali
menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.
c. Osteoporosis sekunder dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang
disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit
osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal
(terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid,
barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan).
Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan
osteoporosis.
d. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya
tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki
kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak
memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.
19
BAB III
KESIMPULAN
Tulang terdiri dari matriks dan sel-sel tulang. Matriks pada tulang terdii dari
matriks organik dan matriks anorganik (termasuk kalsium dan fosfat). Sel-sel tulang
terdiri dari sel osteoblast yang memiliki peran dalam mineralisasi atau deposisi atau
pembentukan tulang, osteoklast yang berperan dalam penyerapan atau resorpsi tulang
dan osteosit merupakan osteoblast yang terprangkap diantara tulang yang sedang
dalam proses mineralisasi. Jaringan osteositik-osteoblastik merupakan tempat dari
pengendapan hidroksiapatit yang akan membentuk tulang padat. Tulang selama
hidupnya akan mengalami remodelling (proses pembentukan dan penyerapan tulang
secara seimbang) yang bertujuan untuk mempertahankan Ca++ dalam plasma serta
perbaharuan tulang agar dapat menghadapi tekanan mekanis dengan maksimal.
Terdapat hormon yang berperan dalam pengaturan Ca++ plasma yang akan
berpengaruh kepada tulang itu sendiri,hormon tersebut adalah Parathyroid Hormon,
Kalsitonin, dan vitamin D.
20
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2th ed. Jakarta:
EGC.2001.p.678;680-1;683
2. Osteoporosis. Available at http://www.medicastore.com/osteoporosis/artikel_utama/.
Accessed on October 26, 2010
3. Eroschenko VP. Atlas Histologi. 9th ed. Jakarta: EGC; 2003
4. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar. 10th ed. Jakarta: EGC; 2007
5. William, wilskin. Bone Resorption. Available at www.medscape.com. Accessed at
October 31, 2010
6. Slomianka L. Bone. Available at
http://www.lab.anhb.uwa.edu.au/mb140/corepages/bone/bone.htm. Accessed on
October 31, 2010
21
Top Related