Skenario • Seorang anak laki-laki berusia dua tahun datang bersama ibunya ke
poliklinik dengan keluhan demam tinggi sejak tiga hari yang lalu. Ibu pasien mengatakan anaknya menderita pilek, hidung tersumbat, juga batuk. Ingus mula-mula encer, sekarang agak kental kekuningan, batuk disertai dahak agak kental. Anak tidak mau makan dan rewel. Tadi malam tiba-tiba anak menangis kencang sambil memegang telinga kanan.
• Pada pemeriksaan fisik diperoleh :– Kesadaran kompos mentis, temperatur 39,5⁰C, denyut nadi
120x/menit, tanda vital lain dalam batas normal• Pada pemeriksaan telinga kanan diperoleh :
– Liang telinga kanan lapang, membran timpani hiperemis, bulging (+), refleks cahaya tidak ada. Tidak ada nyeri tekan tragus. Pada telinga kiri tidak ditemukan kelainan
• Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior diperoleh :– Hidung : kavum nasi kanan dan kiri mukosa hiperemis, sekret agak
kental, kekuningan, konka edem, hiperemis.• Pada pemeriksaan tenggorok diperoleh :
– Faring hiperemis, tonsil T1-T1 hiperemis, terdapat post nasal drip
Learning Objective
• Memahami dan menjelaskan klarifikasi kata asing• Memahami dan menjelaskan histologi, anatomi,
dan fisiologi pendengaran• Memahami dan menjelaskan penyakit-penyakit
infeksi pada telinga– (definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi,
patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan fisik dan penunjang, D.D, penatalaksanaan, K.I.E, komplikasi, prognosis, & pencegahan, gawat darurat)
Klarifikasi Kata Asing• Bulging (+) : penonjolan membran timpani ke
arah liang telinga• Refleks cahaya (+) : cahaya yang terlihat pada
anterior inferior membran timpani ketika melakukan pemeriksaan otoskopi
Normal Bulging +
Klarifikasi Kata Asing• Rhinoskopi anterior :– Pemeriksaan rongga hidung dilakukan melalui lubang
hidung– Yang harus diperhatikan : vestibulum hidung, septum
terutama bagian anterior, konka inferior, konka media, konka superior, meautus sinus paranasal dan mukosa rongga hidung
Klarifikasi Kata Asing• Rhinoskopi posterior :– Pemeriksaan rongga hidung melalui rongga
mulut dengan menggunakan cermin nasofaring
– Yang harus diamati : Septum nasi bagian belakang, ujung belakang konka inferior, medius dan superior, adenoid (pada anak), ada tidak secret yang mengalir melalui meatus. Dan juga struktur lateral rongga nasofaring : ostium tuba, torus tubarius, fossa Rossenmulleri
Klarifikasi Kata Asing• Pemeriksaan tonsil :– T0 : bila sudah dioperasi– T1 : ukuran yang normal ada– T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah– T3 : pembesaran mencapai garis tengah– T4 : pembesaran melewati garis tengah
• Post nasal drip :– akumulasi lendir di belakang hidung dan tenggorokan
yang menurun, dapat disebabkan oleh sekresi-sekresi yang berlebihan atau kental, atau gangguan dalam pembersihan lendir yang normal dari hidung dan tenggorokan
Telinga Telinga tengah
Telinga luar
Telinga dalam
Auricula
Liang telinga (MAE)
Membran timpani
Tulang pendengaran
Cavum timpani
Tuba eustachius
Koklea
Canalis semisircularis
Vestibula
Incus
Stapes
Maleus
Anatomi
Telinga Luar• Auricula (daun telinga)– Terdiri dari tulang rawan dan kulit– Terdapat konka, tragus, antitragus, helix, antihelix
dan lobulus– Daerah yang tidak terdapat tulang rawan disebut
lobulus
Liang Telinga (MAE)
• Panjang + 2, 5 cm, berbentuk huruf S
• 1/3 bagian luar terdiri dari tulang rawan, banyak
terdapat kelenjar minyak dan kelenjar serumen
• 2/3 bagian sisanya terdiri dari tulang (temporal) dan
sedikit kelenjar serumen
• Bagian tersempit liang teligah tengah (dekat gendang
telinga) isthmus meatus acustici externi
Membran Timpani
• Terdiri dari jaringan fibrosa elastis• Bentuk bundar dan cekung dari luar• Terdapat bagian yang disebut pars flaksida,
pars tensa dan umbo
Telinga Tengah
• Tulang-tulang Pendengaran – Terdiri dari Maleus, Incus dan Stapes– Merupakan tulang terkecil pada tubuh manusia
• Cavum Timpani
– Merupakan ruangan yang berhubungan dengan tulang
Mastoid, sehingga bila terjadi infeksi pada telinga tengah
dapat menjalar menjadi mastoiditis
• Tuba Eustachius
– Bermula dari ruang timpani ke arah bawah sampai
nasofaring
– Struktur mukosanya merupakan kelanjutan dari mukosa
nasofaring
Telinga Tengah
Telinga Dalam
• Koklea– Skala vestibuli yang berhubungan dengan
vestibular berisi perilimfe– Skala timpani yang berakhir pada jendela bulat,
berisi perilimfe– Skala media / duktus koklearis yang berisi
endolimfe– Dasar skala vestibuli disebut membran basalis,
dimana terdapat organ corti dan sel rambut sebagai organ pendengaran
• Kanalis Semi Sirkularis– Terdiri dari 3 duktus semisirkular, masing-masing
berujung pada ampula– Pada ampula terdapat sel rambut, krista dan
kupula– Berkaitan dengan sistem keseimbangan tubuh
dalam hal rotasi
• Vestibula– Terdiri dari sakulus dan utrikel yang mengandung
makula– Berkaitan dengan sistem keseimbangan tubuh
dalam hal posisi
Histologi
Struktur Histologi
Pinna Terdiri atas suatu lempeng yang tidak teratur di tulang rawan elastis, ditutupi secara ketat oleh kulit
MAE Epitel berlapis skuamosa yang berlanjut dari kulit, terdapat folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar seruminosa di dalam submokosa
Membran timpani Permukaan luarnya dilapisi epidermis tipis dan permukaan dalamnya dilapisi epitel selapis kuboid. Terdapat lapisan jaringan ikat kasar yang terdiri atas serat kolagen, elastin, dan fibroblas
Telinga tengah Dilapisi epitel selapis gepeng yang berada di atas lamina propria tipis, yang melekat erat pada periosteum di bawahnya
Maleus, inkus, stapes Memiliki sendi sinovial dan ditutupi epitel selapis gepeng
Sakulus, utrikulus Terdiri atas lembaran-lembaran tipis jaringan ikat yang dilapisi epitel selapis gepeng. Terdapat makula.
Duktus koklearis Terbagi menjadi : skala vestibuli, skala media, skala timpani. Terdapat organ corti yang mengandung sel-sel rambut.
1 Inner hair cells2 Outer hair cells3 Phalangeal cellsScanning electron microscopy; magnification: × 2000
Fungsi Komponen Utama Telinga
Struktur Letak Fungsi
Telinga luar Mengumpulkan dan memindahkan gelombang suara ke telinga tengah
Pinna Lempeng tulang rawan yang terbungkus kulit dan terletak di kedua sisi kepala
Mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran telinga; berperan dalam lokalisasi suara
Meatus auditorius externa
Saluran dari eksterior melalui tulang temporalis ke membran timpani
Mengarahkan gelombang suara ke membran timpani; mengandung rambut2 penyaring dan mensekresikan kotoran telinga untuk menangkap partikel asing
Membran timpani
Membran tipis yang memisahkan telinga luar dan tengah
Bergetar secara sinkron dengan gelombang suara yang mengenainya, menyebabkan tulang-tulang pendengaran telinga tengah bergetar
Struktur Letak Fungsi
Telinga Tengah
Memindahkan getaran membrana timpani ke cairan koklea, dalam prosesnya memperkuat energi suara
Maleus, incus, stapes
Rangkaian tulang yang dapat bergerak yang berjalan melintasi rongga telinga tengah
Berosilasi secara sinkron dengan getaran membran timpani serta menimbulkan gerakan seperti gelombang di perilimfe koklea dengan frekuensi yang sama
Telinga dalam : koklea
Tempat sistem sensorik untuk mendengar
Jendela oval
Membran tipis di pintu masuk koklea; memisahkan telinga tengah dari skala vestibuli
Bergetar bersama dengan gerakan stapes yang melekat padanya; gerakan jendela oval menyebabkan perilimfe koklea bergerak
Skala vestibuli dan skala timpani
Kompartemen atas dan bawah koklea
Mengandung perilimfe yang dibuat bergerak oleh gerakan jendela oval yang didorong oleh getaran tulang-tulang telinga tengah
Struktur Letak Fungsi
Duktus koklearis (skala media)
Kompartemen tengah koklea
Mengandung endolimfe; tempat membrana basilaris
Membran basilaris
Membentuk lantai duktus koklearis
Bergetar bersama dengan gerakan perilimfe; mengandung ogan orti, organ indera untuk mendengar
Organ corti Terletak di bagian atas dan di sepanjang membrana basilaris
Mengandung sel rambut, reseptor untuk suara, yang mengeluarkan potensial reseptor sewaktu tertekuk akibat gerakan cairan di koklea
Membran tektorial
Membran stasioner yang tergantung di atas organ corti
Tempat rambut sel-sel reseptor yang terbenam didalamnya menekuk dan membentuk potensial reseptor ketika membran basilaris yang bergetar terhadap membran tektorial yang stasioner
Jendela bundar
Membran tipis yang memisahkan skala timpani dari telinga tengah
Bergetar bersama dengan gerakan cairan di perilimfe untuk meredam tekanan di dalam koklea; tidak berperan dalam penerimaan suara
Struktur Letak Fungsi
Telinga dalam : apartus vestibularis
Tempat sistem sensorik untuk keseimbangan, dan memberikan masukan yang penting untuk mempertahakan postur dan keseimbangan
Kanalis semisirkularis
Tiga saluran semisirkuler yang tersusun 3 dimensi
Mendekteksi akselerasi (percepatan) atau deselerasi (perlambatan) rasional atau angular
Utrikulus Struktur seperti kantung di rongga bertulang antara koklea dan kanalis semisirkularis
Mendeteksi perubahan posisi kepala menjauhi sumbu vertikal dan mengarahkan akselerasi dan deselerasi linear secara horisontal
Sakulus Terletak di samping utrikulus
Mendeteksi perubahan posisi kepala menjauhi sumbu horisontal dan mengarahkan akselerasi dan deselerasi linear secara vertikal
Fisiologi Pendengaran
• Telinga luar dan tengah mengubah gelombang suara dari hantaran udara menjadi getaran cairan di telinga dalam
• Pinna – Bentuk : menahan gelombang suara yang berasal
dari belakang dapat membedakan suara apakah berasal dari belakang atau depan
– Untuk menentukan kanan atau kiri : • Gelombang suara mencapai telinga yang terletak lebih
dekat ke sumber suara sedikit lebih cepat daripada telinga yang satunya• Suara terdengar kurang kuat sewaktu mencapai telinga
yang terletak lebih jauh
• Kanalis telinga– Terdapat rambut-rambut halus dan kelenjar seruminosa
untuk menangkap partikel asing sehingga tidak mencederai membran timpani
• Membran timpani – Bergetar sewaktu terkena gelombang suara– Gelombang suara tinggi dan rendah membran timpani
menekuk keluar masuk seirama dengan frekuensi gelombang suara
• Tuba eustachius – Menghubungkan telinga tengah ke faring sehingga
terpajan ke atmosfer– Terbuka (menguap, menelan,menguyah) tekanan udara
di dalam telinga sama dengan tekanan atmosfer
• Osikula (maleus, inkus, stapes)– Membran timpani bergetar rantai tulang
bergerak jendela oval gerakan seperti gelombang pada cairan telinga
– Dua mekanisme untuk memperkuat gelombang suara :• Luas permukaan membran timpani > jendela oval• Efek pengungkit tulang-tulang pendengaran
– Otot halus di telinga tengah berkontraksi secara refleks sebagai respon terhadap suara keras yang berkepanjangan
Gelombang suara
Getaran jendela bundar
Getaran membran basilaris
Gerakan cairan di dalam koklea
Getaran jendela oval
Getaran tulang-tulang telinga
Getaran membran timpani
Perubahan kecepatan pembetukan potensial aksi yang terbentuk di saraf auditorius
Perubahan potensial berjenjang di sel reseptor
Pembengkokan sel-sel rambut organ korti perubahan posisi sel rambut tersebut dalam
kaitannya dengan membran tektorial
Penghamburan energi (tidak ada persepsi suara)
Perambatan potensial aksi ke korteks auditorius di lobus temporalis otak untuk persepsi suara
2
1
Kelainan Telinga Luar
Perikondritis Aurikula• Definisi
– Radang tulang rawan daun telinga, terjadi bila trauma atau radang efusi serum atau pus di antara lapisan perikondrium & kartilago telinga luar
• Etiologi – Infeksi Stafilokokus, Streptokokus, Pseudomonas aeruginosa– Gigitan serangga– Komplikasi pembedahan, hematoma, otitis eksterna,
pseudokista• Faktor predisposisi
– Luka bakar– Aspirasi & insisi hematoma auris– Diabetes mellitus
• Pemeriksaan fisik– Aurikula merah, panas, bengkak, nyeri tekan
• Diagnosa banding– Polikondritis berulang– Erisipelas
• Penatalaksanaan – Antibiotik parenteral & topikal– Cairan di bawah perikondrium & nekrosis
pembedahan• Prognosis – Pengobatan antibiotika gagal komplikasi
• Komplikasi– Cauliflower ear
Inflammation of Auricle
Herpes Zoster OtikusPenyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicella
zoster• Patofisiologi– Virus ini menyerang salah satu atau lebih dermatom saraf
kranial. Dapat mengenai saraf trigeminus, ganglion genikulatum dan radiks servikalis bagian atas.
– Keadaan ini disebut juga sindroma Ramsay Hunt• Gejala klinis– Tampak lesi kulit yang vesikuler pada kulit di daerah muka
sekitar liang telinga, otalgia dan terkadang disertai paralisis otot wajah
• Komplikasi– Pada keadaan berat ditemukan gangguan pendengaran
berupa tuli sensorineural• Penatalaksanaan– Pengobatan sesuai dengan tatalaksana Herpes zoster
Herpes Zoster Otikus
Fistula Preaurikular• Fistul preaurikular merupakan kelainan
herediter yang dominan• Gambaran Klinis– Dapat ditemukan di depan tragus, berbentuk
bulat atau lonjong dengan ukuran seujung pensil– Dari muara fistula sering keluar sekret yang
berasal dari kelenjar sebasea– Terdapat obstruksi dan infeksi fistula, sehingga
terjadi pioderma atau selulitis fasial
• Pemeriksaan penunjang– Untuk menentukan panjang fistul dilakukan
pemeriksaan radiologik (fistulografi)
• Penatalaksanaan – Bila tidak ada keluhan tidak dilakukan tindakan
operasi– Tindakan operasi baru diperlukan bila sering
timbul infeksi dan keluarnya sekret yang berkepanjangan sehingga mengganggu aktivitas
– Dalam operasi fistul harus diangkat seluruhnya untuk mencegah kekambuhan
Fistula Preaurikular
Otitis Eksterna
Definisi • Radang liang telinga akut maupun kronis
disebabkan oleh bakteri dapat terlokalisir atau difus, telinga rasa sakit
• Etiologi – Pseudomonas (41 %)– Streptokokus (22%)– Stafilokokus aureus (15%)– Bakteroides (11%)
• Epidemiologi – Didapati 4 dari 1000 orang, kebanyakan pada usia
remaja dan dewasa muda
• Tanda dan gejala– Terdiri dari inflamasi, iritasi atau infeksi pada
telinga bagian luar
• Faktor resiko– Dijumpai riwayat pemaparan terhadap air, trauma
mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang telinga
Patofisiologi
• Saluran telinga membersihkan kotoran dengan cara
membuang sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga
melalui saluran telinga
• Membersihkan dengan cotton bud mengganggu
mekanisme pembersihan ini mendorong sel-sel kulit
yang mati ke arah gendang telinga kotoran menumpuk
• Ketika mandi/berenang + penimbunan sel-sel kulit yang
mati dan serumen mudah terjadi infeksi
Klasifikasi
• Otitis eksterna akut :- Otitis eksterna sirkumskripta (Furunkel/ bisul)- Otitis eksterna difus- Otitis eksterna maligna
• Otitis eksterna kronik
Otitis Eksterna Sirkumskripta
• Definisi – Infeksi pada 1/3 luar liang telinga, khususnya
adneksa kulit, yakni pilosebaseus (folikel rambut & kelenjar sebaseus) dan kelenjar serumen
• Etiologi – Disebabkan Infeksi bakteri Staphylococcus aureus
& Staphyloccus albus
• Faktor resiko– Sering timbul pada seseorang yang menderita
diabetes
• Tanda dan gejala– Adanya benjolan di telinga– Rasa sakit (biasanya dari ringan sampai berat, dapat sangat
mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila mengunyah makanan)
– Pendengaran berkurang, bila furunkel menutup liang telinga– Rasa sakit bila daun telinga ditarik atau ditekan– Rasa nyeri juga dapat timbul saat membuka mulut– Terdapat tanda infiltrat atau abses pada 1/3 luar liang telinga
• Penatalaksanaan – Tergantung pada keadaan furunkel– Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk
mengeluarkan nanah– Lokal: diberikan antibiotika dalam bentuk salep (polimixin B
atau bacitracin atau antiseptik)– Jika furunkel tebal dilakukan insisi
Otitis Eksterna Difus• Definisi – Infeksipada 2/3 dalam liang telinga akibat infeksi
bakteri
• Etiologi – Pseudomonas– Staphylococcus albus– Escherecia coli
• Tanda dan gejala– Kulit liang telinga terlihat hiperemis dan udem
yang batasnya tidak jelas, liang telinga sempit– Tidak terdapat furunkel (bisul)– Nyeri tekan tragus– Kelenjar getah bening regional kadang membesar
dan nyeri tekan– Terdapat sekret berbau (tidak mengandung
musin)
• Penatalaksanaan– Pembersihan liang telinga menggunakan tampon
yang mengandung antibiotik– Antibiotik sistemik kadang-kadang perlu berikan
Otitis Eksterna Maligna
• Suatu tipe khusus dari infeksi akut difus di liang telinga luar
• Faktor resiko– Pada penderita DM,
serum pHnya lebih tinggi lebih mudah terkena otitis media maligna akibat adanya faktor imunocompromize dan mikroangiopat
• Tanda dan gejala– Rasa gatal di liang telinga– Nyeri– Pembengkakan di telinga– Sekret yang banyak– Saraf fasial dapat terkena sehingga menyebabkan
paralisis atau paresis fasial– Peradangan dapat meluas secara progresif ke
lapisan subkutis dan ke organ sekitarnya
• Penatalaksanaan – Pemberian antibiotika– Pembersihan luka (debrideman) secara radikal
Otitis Eksterna Kronik• Infeksi liang telinga yang berlangsung lama dan
ditandai oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks)
• Etiologi- Pengobatan infeksi bakteri dan jamur yang tidak baik- Trauma berulang- Benda asing- Alat bantu dengar (hearing aid) - Penggunaan cetakan (mould) pada hearing aid
• Penatalaksanaan – Terapi otitis eksterna kronik dengan operasi
rekonstruksi liang telinga
Bullous Myringitis
Bullous Myringitis
• Peradangan pada membran timpani karena Mycoplasma pneumoniae
• Disertai dengan gangguan pendengaran dan sakit telinga
• Setelah 3 minggu, myringitis menjadi akut dan, dalam waktu 3 bulan menjadi kronis
• Epidemiologi : – Di Amerika Serikat Sekitar 8% dari anak usia 6
bulan sampai 12 tahun dengan acute otitis media myringitis bulosa akut
Tanda dan gejala• Hasil pemeriksaan otoscopic : – Merah, refleks cahaya menurun / hilang sepenuhnya– Myringitis granulosa : TM ditutupi dengan jaringan
granulasi– Myringitis kronis : TM perforasi, dengan tepi meradang
dan jaringan granulasi.
Diagnosis Banding– Komplikasi Otitis Media – Infeksi telinga luar– Penyakit inflamasi telinga luar – Malignant External Otitis– Otitis Media dengan efusi
• Penatalaksanaan – Analgesik, obat anti-inflamasi, antipruritics, dan
antihistamin – Myringoplasty
• Prognosis– Dalam kebanyakan kasus, pasien dengan myringitis
memiliki prognosis yang baik• Komplikasi – Kehilangan pendengaran (sensorineural baik dan
konduktif)– Perforasi membran timpani – Facial Paralysis – Vertigo / pusing
Kelainan Telinga Tengah
OTITIS MEDIA
Definisi • Peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid
Otitis media
Otitis media akut Otitis media sub akut Otitis media kronik
Otitis Media Akut• Etiologi – Streptokokus hemolitikus– Stafilokokus aureus– Pneumokokus– Hemofillus influenza– E. coli– Streptokokus anhemolitikus– Proteus vulgaris – Pseudomonas aurugenosa
Hemofillus influenza sering ditemukan pada anak berusia di bawah 5 tahun
• Faktor resiko – Faktor pertahanan tubuh yang terganggu. Sumbatan Tuba
Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media.
– Pada anak makin sering terserah karena Tuba Eustachius pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal
– ISPA
Stadium OMA
Stadium Tanda & Gejala
Stadium oklusi tuba eustachius •Gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah akibat absorpsi udara.•Kadang membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat.•Efusi mungkin telah terjadi tidak dapat dideteksi.
Stadium hiperemis (stadium pre-supurasi)
•Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem.•Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.
Stadium Tanda & Gejala
Stadium supurasi •Edema yang hebat, hancurnya sel epitel superfisial, terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.•Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu ↑, rasa nyeri di telinga bertambah hebat.•Iskemia, tromboflebitis pada vena-vena kecil, nekrosis mukosa dan submukosa.
Stadium perforasi •Terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah.•Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan ↓, dan anak dapat tidur nyenyak.
Stadium resolusi •Bila membran timpani tetap utuh membran timpani perlahan-lahan akan normal kembali.•Bila sudah terjadi perforasi sekret akan berkurang dan akhirnya kering.
Gejala Klinik
• Riwayat batuk pilek sebelumnya• Nyeri di dalam telinga• Gangguan pendengaran• Pada anak kecil Suhu tubuh 39,5˚C (pada
stadium supurasi)• Anak gelisah dan susah tidur
Terapi • Stadium oklusi ( obat tetes hidung HCL efedrin 0,5%
dalam larutan fisiologik(< 12 tahun) atau HCl efedrin 1% (>12 tahun))
• Stadium presupurasi (antibiotik dianjurkan selama 7 hari. Pada anak diberikan Ampisilin 50-100 mg/kg BB/hari atau Amoksilin 40 mg/kg BB/hari atau Eritromisin 40 mg/kg BB/hari
• Stadium supurasi ( tindakan yang paling ideal yaitu MIRINGOTOMI)
• Stadium perforasi (pengobatan cuci telinga dengan H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat)
Myringotomy - GrommetTindakan insisi pada pars tensa membran timpani, agar terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke telinga luar
Otitis Media Supuratif Kronis• Definisi
– Infeksi kronis pada telinga tengah dengan perforasi membran tympani dan sekret keluar dari telinga terus menerus atau hilang timbul. Sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah.
• Perjalanan penyakit– OMA dengan peforasi membran timpani OMSK >2bulan– <2bulan Otitis Media Supuratif Subakut
• Letak Perforasi – Perforasi sentral di pars tensa, sedangkan di seluruh
perforasi masih ada sisa membran timpani– Perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung
berhubungan dengan anulus atau sulkus timpanikum– Perforasi atik perforasi yang terletak di pars flaksida
Klasifikasi• Tipe tubotimpani = tipe rhinogen (benigna)– Adanya perforasi sentral atau pars tensa dan
gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit
• Tipe atikoantral = tipe tulang (maligna) – Ditemukan adanya kolesteatoma dan berbahaya
lebih sering mengenai pars flaksida – Terbentuk kantong retraksi bertumpuknya
keratin sampai menghasilkan kolesteatoma
Etiologi• OMSK otitis media berulang pada anak,jarang
dimulai setelah dewasa• Faktor infeksi berasal dari nasofaring
(adenoiditis,tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius
• Fungsi tuba Eustachius yang abnormal faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down’s syndrom
• Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat manifestasi sebagai sekresi telinga kronis
• Histopatologi
1. Terdapat perforasi membrana timpani di bagian sentral2. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit3. Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak,
tergantung pada beratnya infeksi sebelumnya.4. Pneumatisasi mastoid
• Gejala Klinis– Telinga Berair (Ottorhoe)– Gangguan Pendengaran– Nyeri Telinga (Otalgia)– Vertigo
Pemeriksaan KlinikPemeriksaan Audiometri• OMSK tuli konduktif, tapi dapat pula dijumpai adanya tuli
sensotineural
Pemeriksaan Radiologi1. Proyeksi Schuller2. Proyeksi Mayer atau Owen3. Proyeksi Stenver4. Proyeksi Chause III
Pemeriksaan BakteriOMSK Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. OMSA Streptokokus pneumonie,H. influensa, dan Morexella
kataralis. OMSK (bakteri lain ) E.Coli,Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob
Bacteriodes sp
OMSK Benigna Tidak Aktif• Tidak memerlukan pengobatan, jangan mengorek telinga, air
jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas.
• Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran
OMSK Benigna Aktif1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani2. Pemberian antibiotika : – topikal antibiotik ( antimikroba) – sistemik
Penatalaksanaan
Antibiotik topikal
1. Polimiksin B atau polimiksin E- Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E.Koli, Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus, B. fragilis- Toksik terhadap ginjal dan susunan saraf
2. Neomisin - Obat bakterisid pada kuman gram positif dan negatif,
misalnya : Stafilokokus aureus, Proteus sp. - Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas. - Toksik thdp ginjal dan *telinga (*lamanya tidak lebih dari 1
minggu. )3. Kloramfenikol bersifat bakterisid
OMSK Maligna - operasi
OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna:1.Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)2.Mastoidektomi radikal3.Mastoidektomi radikal dengan modifikasi4.Miringoplasti5.Timpanoplasti6.Pendekatan ganda timpanoplasti(Combined approach
tympanoplasty)
Tujuan menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.
KomplikasiKomplikasi ditelinga tengah :
1. Perforasi persisten membrane timpani2. Erosi tulang pendengaran3. Paralisis nervus fasial
B. Komplikasi telinga dalam1. Fistel labirin2. Labirinitis supuratif3. Tuli saraf ( sensorineural)
C. Komplikasi ekstradural1. Abses ekstradural2. Trombosis sinus lateralis3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat1. Meningitis2. Abses otak3. Hindrosefalus otitis
Otitis Media Serosa / Efusi
Definisi• Keadaan terdapatnya sekret nonpurulen di
telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh
Epidemiologi• Di Amerika Serikat :– Sering terjadi pada anak-anak dibawah usia 15 tahun,
dengan insiden tertinggi di bawah 5 tahun, dan menurun saat umur 6 tahun
– 80% anak-anak pernah mengalami Otitis Media Serosa sebelum umr 10 tahun
– Insiden tertinggi saat musim dingin• Ras : tinggi pada orang Native American,
terutama Eskimo• Jenis Kelamin : Pria sedikit > tinggi dari wanita• Umur : tertinggi di bawah 2 tahun
Faktor Predisposisi
• Adenoid hipertrofi• Adenoitis• Sumbing palatum (cleft-palate)• Barotrauma• Tumor nasofaring• Sinusitis• Rinitis• Defisiensi imunologik/metabolik
Patofisiologi
• Faktor utama Disfungsi tuba Eustachius• Disfungsi tuba Eustachius absorbsi dan/
difusi dari nitrogen dan oksigen pada sel mukosa telinga tengah Tekanan negatif jika tekanannya berlangsung lama dan besar merangsang pembentukan sekret dari mukosa akumulasi serosa dengan dasar serosa yang steril tempat ideal bakteri untuk berproliferasi Otitis Media Serosa
Etiologi• Penyebab yang berperan utama adalah terganggunya
fungsi tuba Eustachius, yang dapat disebabkan :– Kelainan anatomi– Trauma– ISPA– Alergi
Klasifikasi1. Otitis media serosa akut2. Otitis media serosa kronik (glue ear)
Otitis Media Serosa Akut
• Definisi : keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba
• Etiologi :1. Sumbatan tuba2. Virus3. Alergi4. Idiopatik
• Gejala :– Pendengaran berkurang– Rasa tersumbat pada telinga– Diplacusis binauralis– Terasa ada cairan bergerak saat posisi berubah– Sedikit nyeri saat awal gangguan pada tuba
• Pemeriksaan Penunjang :– Otoskopi– MRI– CT scan umumnya untuk mengetahui komplikasi– Tympanometry– Language test
• Diagnosis– Otoskopi :• Membran timpani retraksi• Tampak gelembung udara / permukaan cairan dalam
kavum timpani
– Languange test :• Keterlambatan kemampuan berbahasa, terutama
untuk anak-anak masa pre-school
Dengan air fluid level
• Penatalaksanaan – Farmakologi :• Vasokonstriktor lokal (tetes hidung)• Antihistamin
– Non-farmakologi :• Manuver Valsava• Miringitomi• Pipa ventilasi / Grommet
Transudat otitis media serosa
Otitis Media Kronik (glue ear)
• Definisi : terbentuknya sekret di telinga tengah secara bertahap tanpa rasa nyeri
• Etiologi :– Gejala sisa dari otitis media akut– Gangguan tuba– Infeksi virus– Alergi
• Tanda dan Gejala – Sekret kental seperti lem glue ear– Persaan tuli yang lebih menonjol (40-50 dB)
• Diagnosis– Otoskopi :• Membran timpani utuh, retraksi• Suram, kuning kemerahan / keabu-abuan
• Penatalaksanaan – Farmakologi :• Dekongestan tetes hidung• Kombinasi antihistamin-dekongestan
– Non-farmakologi :• Miringitomi• Pipa ventilasi (Grommet)
Protokol Penatalaksanaan(University Of California, San Diego, School of Medicine)
• Komplikasi – Infeksi telinga– Kista di telinga tengah– Kerusakan pada membran timpani /
tympanosclerosis– Kehilangan pendengaran permanen sampai total– Keterlambatan kemampuan berbahasa
• Prognosis– Secara umum, baik– Otitis media serosa akut menghilang dalam
beberapa minggu-bulan– Otitis media serosa kronik lebih lambat
• Pencegahan
– Hindari menjadi perokok pasif
– Pada anak-anak :
• Hindari pemberian asupan makanan pada saat anak-
anak posisi terlentang
• Hindari kontak berlebihan dengan anak-anak lain pada
tempat perawatan/pelatihan bayi (daycare)
• Hindari anak-anak yang terinfeksi otitis media serosa
Choleasteatoma
• Definsi– adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi
epitel (keratin)• Etiologi – Tuba eustachian yang tidak berfungsi dengan baik
karena terdapatnya infeksi pada telinga tengah– Perforasi telinga tengah yang disebabkan oleh infeksi
kronik• Gejala Klinis– Nyeri – Pendengaran berkurang– Perasaan penuh – Pusing
Patofisiologi– Teori invaginasi• Kolesteatom timbul akibat terjadi proses invaginasi dari
membran timpani pas flasida karena adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat gangguan tuba
– Teori imigrasi• Kolesteatom terbentuk sebagai akibat dari masuknya
epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membran timpani
– Teori metaplasi• Kolesteatom terjadi akibat metaplasi mukosa kavum
timpani karena iritasi infeksi yang berlangsung lama– Teori implantasi• kolesteatom terjadi akibat adanya implantasi epitel
kulit secara iatrogenik ke dalam telinga tengah sewaktu operasi, setelah blust injury, pemasangan ventilasi tube atau setelah miringotomi
Klasifikasi
1. Kolesteatoma kongenital2. Kolesteatoma akuisital
Kolesteatoma Kongenital
• Terbentuk pada masa embrionik dan ditemukan pada telinga dengan membrana timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi
• Lokasi kolesteatom : kavum timpani, daerah petrosus mastoid atau di cerebellopontin angle
Kolesteatoma Akuisital
• Terbentuk setelah anak lahir• Terbagi atas :
a. Kolesteatom akuisital primer• Terbentuk tanpa di dahului oleh perforasi membran
timpani• Patogenesis : teori invaginasi
b. Kolesteatom akuisital sekunder• Terbentuk setelah adanya perforasi membran
timpani• Patogenesis : teori imigrasi atau teori metaplasi
Komplikasi
• Tuli konduksi• Tuli sensorineural• Kehilangan pendengaran total• Paralisis fasialis• Fistula labyrinthin
Mastoiditis
Mastoiditis
• Merupakan peradangan pada sel- sel mastoid yang
terletak pada tulang temporal
• Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa
yang sebelumnya telah menderita infeksi akut pada
telinga tengah
• Epidemiologi – Masih belum diketahui secara pasti , tetapi biasanya
terjadi pada pasien-pasien muda dan pasien dengan gangguan sistem imun
• Etiologi– Bakteri gram negatif– Streptococcus aureus– S. Pneumonieae
• Patofisiologi – Otitis media yang lama pada penderita penurunan
sistem imun, bentuk tulang mastoiditis
Gejala Klinis
• Gejala-gejala awal yang timbul gejala peradangan
pada telinga tengah, seperti demam, nyeri pada
telinga, hilangnya sensasi pendengaran, bahkan
kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga
(dapat juga pada sisi telinga yang lainnya)
• Keluarnya cairan dari dalam telinga yang selama lebih
dari tiga minggu infeksi telinga tengah sudah
melibatkan organ mastoid
• Gejala demam biasanya hilang dan timbul
• Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang
telinga dan dirasakan lebih parah pada malam
hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-
pasien yang masih bayi dan belum dapat
berkomunikasi.
• Hilangnya pendengaran tergantung pada
besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.
Pemeriksaan Fisik
• Kemerahan pada kompleks mastoid
• Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir (warna
bergantung dari bakteri)
• Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)
• Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)
• Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ
lainnya.
• Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnnya.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan kultur mikrobiologi• Pengukuran eritrosit dan leukosit
menandakan adanya infeksi• Pemeriksaan cairan sumsum
menyingkirkan adanya penyebaran ke dalam ruangan di dalam kepala.
• Pemeriksaan lainnya: CT-scan kepala, MRI kepala dan foto polos kepala
Penatalaksanaan
• Antibiotik (diberikan secara intravena dan oral), anti nyeri, anti
peradangan lini pertama dalam pengobatan mastoiditis. Tetapi
pemilihan anti bakteri harus tepat sesuai dengan hasil test kultur
dan hasil resistensi.
• Pengobatan yang lebih invasif adalah pembedahan pada mastoid
(mastoidectomy) bedah terbuka, hal ini dilakukan jika dengan
pengobatan tidak dapat membantu mengembalikan ke fungsi yang
normal.
• Myringitomy untuk menangani otitis media akut
• Komplikasi– Destruksi tulang mastoid– Vertigo – Epidural abscess– Facial paralysis– Meningitis– Hilang pendengaran (komplit atau parsial)– Penyebaran infeksi ke otak atau ke bagian tubuh lain
• Pencegahan– Penanganan yang tepat dan tuntas pada infeksi telinga
dapat mengurangi resiko terjadinya mastoiditis.
Kelainan Telinga Dalam
Labirinitis
• Labirinitis :
– Umum (general) : jika mengenai seluruh bagian labirin
dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat
– Terbatas (sirkumskripta) : hanya mengenai sebagian
atau terbatas dengan gejala vertigo saja atau tuli saraf
saja
• Terjadi oleh karena penyebaran infeksi ke ruang
perilimfa
• Etiologi– Etiologi secara pasti belum jelas– Viral infections seperti flu (upper respiratory
infection)– Bacterial infection biasanya karena infeksi telinga
tengah (otitis media) – Komplikasi cholesteatoma
• Gejala klinis– Vertigo termasuk mual muntah– Nistagmus – Sakit kepala – Tinitus
Klasifikasi
• Labirinitis serosa – Difus – Sirkumskripta
Toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang
• Labirinitis supuratif– Akut difus – Kronik difus
Sel radang menginvasi labirin sehingga terjadi kerusakan yang irreversibel seperti fibrosis & osifikasi
Diagnosis• ANAMNESA – Riwayat otitis media kronik– Riwayat flu
• PEMERIKSAAN FISIK – otoscope check for signs of inflammation and infection in
your outer or middle ear• PEMERIKSAAN PENUNJANG – Tes pendengaran – Tes keseimbangan – Tes darah – MRI
Penatalaksanaan• Pada kedua jenis labirinitis – Operasi harus segera dilakukan untuk
menghilangkan infeksi dari telinga tengah. – Kadang diperlukan drenase nanah dari labirin untuk
mencegah terjadinya meningitis. • Pemberian antibiotika yang adekuat untuk pengobatan
otitis media kronik dengan atau tanpa kolesteatoma yang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan labirinitis
• Antiemetics • Bed rest
Neuritis Vestibularis
• Definisi – Penyakit akibat infeksi pada nervus koklear
• Etiologi – Masih belum diketahui jelas– Infeksi virus saraf vestibular – Terutama pada anak-anak, neuritis vestibular
dapat didahului oleh gejala flu biasa. – Ketidakseimbangan masukan neurologis vestibular
ke sistem saraf pusat (SSP) menyebabkan gejala vertigo
– Reaktivasi laten herpes simpleks virus tipe 1 dalam ganglia vestibular
• Gejala klinis– Vertigo– Mual, muntah– Tidak ada kelainan pendengaran
• Prognosa– Sebagian besar pasien sembuh dari vertigo yang
parah dan ketidakseimbangan dalam waktu 1 minggu
– Sebagian kecil telah berulang, serangan kurang parah atau gejala persisten
– Kemungkinan pemulihan jangka panjang lengkap dapat diprediksi berdasarkan pengujian awal di samping tempat tidur
Kesimpulan
• Berdasarkan keluhan utama :– Demam 3 hari 39,5⁰C, batuk berdahak, pilek
dengan ingus encer menuju kental, hidung tersumbat, faring hiperemis, rhinotonsilofaringitis akut OMA stadium supuratif
Saran
• Berikan terapi pendahuluan : antipiretik, antibiotik, analgesik untuk mengobati ISPA
• Sebaiknya anak dibawa konsultasi ke spesialis THT
Daftar Pustaka • Boies L.R. Perikondritis. In : Adams G.L., Boies L.R., Higler P.A.
Penyakit Telinga Luar, Boies Buku Ajar Penyakit THT (BOIES Fundamentals of Otolaryngology). Edisi 6. Minnesota : Penerbit Buku Kedokteran; 1997. P.81.
• Sosialisman, Helmi. Kelainan Telinga Luar. In : Soepardi E.A., Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok Kepala Leher. Edisi 5. Jakarta. Balai Penerbit FKUI; 2004. P.45.
• Perichondritis. In : Shambaugh G.E. Surgery of The Ear, Second Edition. Philadelphia & London: W.B. Saunders Company; 1967. P.229.
• McWhorter A.J., Limb C.J., Niparko J.K., Perikondritis and Chondritis, Otologic and Skull Base Emergencies. In : Eisele D.W. McQuone S.J. Emergencies of The Head And Neck. Mosby. P.381.