i
ANALISIS PERBANDINGAN PERENCANAAN PAJAK UNTUK
PENGADAAN AKTIVA DENGAN CARA SEWA GUNA USAHA
(LEASING) DAN PEMBELIAN TUNAI DALAM RANGKA
PENGHEMATAN PAJAK
PADA PT. ELS INDONESIA PRIMA
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
HIDAYATULLAH
106082002613
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
ii
iii
iv
v
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Mahasiswa : Hidayatullah
NIM : 106082002613
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan
saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat, maka skripsi ini dianggap gugur
dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan
serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari
menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 30 November 2010
Hidayatullah
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Nama : Hidayatullah
Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang/6 Agustus 1988
Alamat : Jl. Karayawan 3 No 23 Rt 001/07 ciledug,
Tangerang
Anak ke : 3 (tiga) dari 4 bersaudara
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Telepon : 08989115018
E-mail : [email protected]
Kewarganegaraan : WNI
Hobi : Travelling
PENDIDIKAN FORMAL
1. SD N 11 Pagi Joglo : 1994-2000
2. SMP Nur Insan : 2000-2003
3. MAN 10 Jakarta : 2003-2006
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2006-2010
PENDIDIKAN NON-FORMAL
1. KKS di Desa Gunung Datar, Pandeglang : 2009
2. Training Sertifikasi ISO 9000:2008 : 2009
3. Brevet A & B UIN Angkatan 2 : 2010
vii
ABSTRACT
Cash purchasing is the amount of capital money paid to obtain fixed asset
including invoice price and all cost that is paid until the fixed asset is ready to use. On
the other hand, leasing is all company's payment activities in the form of providing
capital goods to be used by a company within a certain period that is based on
occasional payments and the company's option to purchase the capital goods or to
prolong the leasing period according to the residual value, which has already been
agreed on. One of the many kinds of leasing is financial lease, which is a leasing
activity where the lessee at the end of the contract period has the option to purchase
the leasing object based on the residual value that has been agreed on. Leasing is
governed in the Standard of Financial Accounting Number 30 and in the Decree of
Finance Ministry Number 1169/KMK.01/1991.
The purpose of this study is to analyze the comparison of the gain of fixed asset
in cash purchasing and leasing in determining the amount of taxation money that could
be saved by the Els Indonesia Prima Ltd.
Keywords: Tax planning, acquisition asset, leasing, cash purchasing
viii
ABSTRAKSI
Pembelian tunai adalah sejumlah uang kas yang dikeluarkan untuk
memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan
sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan. Sedangkan Leasing adalah setiap kegiatan
pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk
digunakan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-
pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut
untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka
waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. Salah satu jenis
leasing adalah financial lease yaitu suatu kegiatan leasing dimana lessee pada akhir
masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing berdasarkan nilai
sisa yang telah disepakati bersama. Sewa Guna Usaha (Leasing) diatur dalam Standar
Akuntansi Keuangan Nomor 30 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
1169/KMK.01/1991.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan perolehan
aktiva tetap secara pembelian tunai dan sewa guna usaha (leasing) dalam menentukan
besarnya penghematan pajak yang dapat diperoleh PT. Els Indonesia Prima
Kata kunci: Perencanaan pajak, pengadaan aktiva, sewa guna usaha, pembelian tunai.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamiin, tak ada kata yang pantas penulis ucapkan
selain ungkapan puja dan puji serta rasa syukur atas karunia yang tak terhingga yang
diberikan Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi
syarat-syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi, penulis mempersembahkan skripsi
dengan judul “Analisis Perbandingan Perencanaan Pajak Untuk Pengadaan
Aktiva Dengan Cara Sewa Guna Usaha (Leasing) dan Pembelian Tunai Dalam
Rangka Penghematan Pajak pada PT. Els Indonesia Prima”. Sholawat serta
salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, juga kepada
keluarga, sahabat dan ummatnya yang senantiasa mengikuti jejak dan langkah beliau
sampai hari akhir nanti, amiin.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tuaku tercinta, Yusuf, Alm. Suhaimah dan pamanku Dahlan Alwan
yang telah dan selalu memberi dukungan, baik do’a maupun finansial serta kasih
sayang yang berlimpah kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
3. Keluargaku, kakakku Yanti, Fauzi, adikku Umi, saudara-saudaraku, dan sahabat
terdekatku wiwi beserta keluarga yang telah dan selalu memberikan do’a,
menyemangati dan memberikan banyak inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta selaku Dosen Pembimbing Skripsi I
yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan
dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Fitri Damayanti SE. Ak.,Msi selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah
bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam
x
penulisan skripsi ini, serta selalu setia mendampingi dan membantu penulis
selama sidang skripsi berlangsung, dan juga ilmu yang bermanfaat kepada penulis
selama proses perkuliahan.
7. Bapak Afif Sulfa, SE.,Ak.,M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini, terutama di
seminar proposal.
8. Tim penguji komprehensif, Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku penguji ahli,
Bapak Drs. Abdul hamid cebba MBA, Ak, CPA, selaku ketua dan Ibu Yusro,
SE.,M.Si, selaku sekretaris yang telah memberikan dukungan dan saran dalam
mengembangkan ilmu akuntansi yang telah dipelajari menjadi lebih luas lagi dan
telah memberikan kelulusan kepada penulis.
9. Tim penguji skripsi, Bapak Prof. Azzam Jasin.,MBA selaku penguji ahli I dan Ibu
Yessi Fitri SE.,Ak.,M.Si selaku penguji ahli II dan selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan banyak masukan dan telah memberikan kelulusan kepada
penulis.
10. Bapak iskandar yusuf, selaku direktur utama PT. ELS Indonesia prima, Terima
kasih atas kebaikan hatinya dalam memberikan arahan, waktu dan data-data yang
Penulis butuhkan untuk penulisan skripsi.
11. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri, Pa Ismed, Bu siska dan Bu Dewi yang telah
memberikan bantuan dan arahan kepada penulis dalam mengurus administrasi
dengan lancar.
12. Teman-teman seperjuanganku Akuntansi Perpajakan, Akuntansi Pajak, Akuntansi
Manajemen angkatan 2006, khususnya Akuntansi C (Heri, Irfan, feri, Fajar,
Jamal, Ajik, Febi, Huda, Hasim, Reza, Ibnu, Fery, fenti, fika, Intan Dewinta,
Maul, Fitri, Izumi, Herty, Isti, Nia, dan semua anak2 kelas C, Makasih untuk rasa
kebersamaan yang kalian berikan selama ini dan Akuntansi Pajak A (Sukma,
Tomi, Syahrul, Mufti, Zenal Makasih untuk semangatnya).
xi
13. Sahabat-sahabat SMA ku, Tomi dan Bakri, serta sahabat-sahabat yang selalu
memberikan semangat selama pembuatan skripsi ini, Makasih untuk
dukungannya.
14. Semua teman-teman penulis yang belum disebut di atas, terima kasih atas segala
bantuannya selama proses penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Juni 2010
Hidayatullah
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...................................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi ................................................................................ ii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi .......................................................................... iii
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif .............................................................. iv
Lembar pernyataan skripsi .................................................................................. v
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... vi
Abstract .................................................................................................................. vii
Abstrak .................................................................................................................. viii
Kata Pengantar ..................................................................................................... ix
Daftar Isi ................................................................................................................ xii
Daftar Tabel .......................................................................................................... xv
Daftar Gambar ...................................................................................................... xvii
Daftar Lampiran .................................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah Penelitian ................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6
D. Kegunaan Penelitian .................................................................................... 7
Bab II Landasan Teori
A. Dasar-Dasar Perpajakan .............................................................................. 8
1. Pengertian Pajak ................................................................................... 8
2. Unsur Pajak .......................................................................................... 9
3. Fungsi Pajak ......................................................................................... 10
4. Pengelompokkan Pajak ........................................................................ 11
5. Sistem Pemungutan Pajak .................................................................... 13
6. Hambatan Pemungutan Pajak .............................................................. 13
B. Pengertian Manajemen dan Perencanaan Pajak .......................................... 14
1. Aspek-aspek dalam Perencanaan Pajak ............................................... 16
2. Tahapan Perencanaan Pajak ................................................................. 16
3. Strategi Umum Perencanaan Pajak ...................................................... 17
xiii
C. Aktiva Tetap dan Penyusutannya ................................................................ 18
1. Pengertian Aktiva Tetap ....................................................................... 18
2. Penyusutan Aktiva Tetap ..................................................................... 20
3. Metode Penyusutan .............................................................................. 23
D. Harga Perolehan Aktiva Tetap .................................................................... 26
1. Perolehan Aktiva Tetap Dengan Pembelian Secara Tunai ..................... 26
2. Perolehan Aktiva Tetap Dengan Pembelian Secara angsuran ................ 27
3. Perolehan Aktiva Tetap Dengan Cara Pertukaran .................................. 27
4. Aktiva Tetap Ditukar Dengan Surat-Surat Berharga ............................. 27
5. Aktiva Tetap Yang Diperoleh Dari Pemberian atau Hadiah .................. 28
E. Sewa Guna Usaha {Leasing) ...................................................................... 28
1. Definisi Leasing, Lessor, Lessee ............................................................ 28
2. Jenis-Jenis Sewa Guna Usaha {Leasing) ............................................... 30
3. Pelaksanaan Transaksi Leasing .............................................................. 32
4. Perlakuan Akuntansi Oleh Perusahaan Leasing (Lessor) ....................... 33
F. Penelitian Sebelunya ................................................................................... 35
G. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 38
Bab III Metodologi Penelitian
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 39
B. Metode Penelitian Sampel ........................................................................... 39
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 40
1. Penelitian lapangan (Field Research) ..................................................... 40
2. Penelitian kepustakaan (Library Research) ............................................ 40
D. Metode Analisis Data .................................................................................. 41
E. Definisi Operasional Variabel ..................................................................... 41
Bab IV Pembahasan
A. Latar belakang perusahaan .......................................................................... 43
1. Misi Perusahaan ..................................................................................... 45
2. Visi Perusahaan ...................................................................................... 46
B. Penerapan Metode Sewa Guna Usaha (Financial Lease) Atas Aktiva
Tetap Perusahaan ........................................................................................ 46
1. Asumsi Penentuan Leasing .................................................................... 48
xiv
2. Penentuan Besarnya Biaya Leasing ....................................................... 51
3. Perhitungan Leasing ............................................................................... 51
4. Penerapan Leasing dalam Perusahaan .................................................... 58
5. Keseragaman Metode Akuntansi dan Perpajakan Atas Aktiva
Tetap Perusahaan .................................................................................... 62
C. Perbandingan Alternatif Financial Lease Dan Pembelian Tunai
Serta Implikasinya Terhadap Penghematan Pajak ...................................... 63
1. Prosedur Penentuan Dalam Analisis Perbandingan ............................... 63
2. Perbandingan Perhitungan Lease dan Pembelian Atas Aktiva Tetap .... 65
3. Hasil Perbandingan terhadap Penghematan Pajak ................................. 78
4. Penilaian Atas Hasil Perbandingan Dalam Pengambilan Keputusan ..... 87
Bab V Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan ................................................................................................. 90
B. Saran ............................................................................................................ 91
Daftar pusrtaka ..................................................................................................... 92
Lampiran-lampiran .............................................................................................. 94
xv
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
2.1 Penelitian terdahulu........................................................................... 36
4.1 Tingkat suku bunga yang digunakan................................................. 49
4.2 Objek perhitungan leasing................................................................. 51
4.3 Perhitungan financial lease atas mesin WSB 4500H....................... 53
4.4 Perhitungan financial lease atas mesin IC4 4832 R.......................... 56
4.5 Keseragaman metode akuntansi dan pajak....................................... 62
4.6 Perhitungan biaya leasing mesin WSB 4500H – alternatif lease...... 66
4.7 Perhitungan biaya penyusutan atas nilai opsi mesin WSB 4500H –
alternatif lease...................................................................................
69
4.8 Perhitungan biaya mesin WSB 4500H – alternatif pembelian.......... 71
4.9 Perhitungan biaya leasing mesin IC4 4832 R – alternatif lease........ 72
4.10 Perhitungan biaya penyusutan atas nilai opsi mesin IC4 4832 R –
alternatif lease...................................................................................
75
4.11 Perhitungan biaya penyusutan atas nilai opsi mesin IC4 4832 R –
alternatif lease...................................................................................
77
4.12 Perbandingan deductible expenses per tahn - mesin WSB 4500H... 79
4.13 Total Perbandingan Harga Perolehan dan Deductible expenses -
Mesin WSB 4500 H………………………………………………..
80
4.14 Tabel Perbandingan Penghematan Pajak Lease dan Pembelian -
mesin WSB 4500 H………………………………………………...
81
4.15 Perbandingan Deductible expenses Per Tahun - Mesin IC4 4832 R 81
4.16 Perbandingan Deductible expenses Per Tahun - Mesin IC4 4832 R 83
4.17 Total Perbandingan Harga Perolehan dan Deductible expenses -
Mesin IC4 4832 R………………………………………………….
84
4.18 Tabel Perbandingan Penghematan Pajak Lease dan Pembelian -
xvi
Mesin IC4 4832 R…………………………………………………. 85
4.19 Perbandingan Nilai Penghematan Pajak Per Tahun - Mesin IC4
4832 R……………………………………………………………...
86
xvii
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Kerangka pemikiran............................................................................ 38
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1 Surat izin riset..................................................................... 94
2 Daftar kendaraan dan mesin PT. Els Indonesia Prima........ 95
3 Suku bunga BI..................................................................... 96
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pembelian aktiva tetap, perusahaan harus mempertimbangkan
alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat
meminimalkan pengeluaran perusahaan dan dengan demikian keuntungan yang
diperoleh dapat semakin meningkat. Beberapa alternatif pembiayaan pembelian
aktiva tetap antara lain adalah pembiayaan secara tunai, kredit atau secara leasing.
Usaha leasing diperkenalkan untuk pertama kali di indonesia pada tahun
1974 dengan dikeluarkannya keputusan bersama tiga menteri: menteri keuangan,
menteri perdagangan, dan menteri perindustrian dengan No.Kep-122/MK/2/1974,
No.32/M/SK/2/1974, dan No.30/Kpb/1974 tanggal 7 februari 1974 tentang
perizinan usaha leasing. Leasing adalah suatu perjanjian yang mempunyai sifat-
sifat tersendiri, yang berbeda dengan perjanjian–perjanjian seperti pembelian
dengan angsuran maupun pinjaman uang dari bank (Hakim, 2007:49).
Pembiayaan tunai merupakan salah satu jenis pembiayaan dengan
memanfaatkan kas atau uang tunai yang dapat dipakai oleh suatu perusahaan.
Kecenderungan yang terjadi selama ini adalah pembiayaan secara tunai dilakukan
untuk pembelian peralatan atau barang modal yang nilai harga perolehannya tidak
terlalu besar. Pembiayaan secara tunai dilakukan dengan memperhatikan posisi
2
saldo kas minimum sehingga tidak menganggu posisi kas yang digunakan untuk
biaya operasional jangka pendek.
Pengertian leasing (sewa guna usaha) adalah kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi
(finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk
digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran
berkala. Pengertian lain dari leasing (sewa guna usaha) adalah suatu kontrak antara
lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pemakai barang modal), dimana
lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan barang modal selama
jangka waktu tertentu, dengan suatu imbalan berkala dari lessee, dan lessee
diberikan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut tetap menjadi milik
lessor selama jangka waktu kontrak leasing (Lubis, 2007:33).
Jenis sewa guna usaha (leasing) dibedakan menjadi sewa guna usaha
dengan hak opsi dan sewa guna usaha tanpa hak opsi. Sewa guna usaha dengan
hak opsi (finance/capital lease) adalah sewa guna usaha dimana penyewa (lessee)
pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli. Kegiatan sewa guna
usaha yang digolongkan sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi apabila
memenuhi semua kriteria sebagai berikut:
a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama
ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan
barang modal dan keuntungan lessor
3
b. Masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk
barang modal golongan 1, 3 (tiga) tahun untuk barang modal golongan II, III
dan 7 (tujuh) tahun untuk golongan bangunan.
c. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
Sedangkan sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) adalah sewa
guna usaha dimana penyewa atau lessee pada akhir masa kontrak tidak
mempunyai hak opsi membeli obyek sewa guna usaha tersebut. Kegiatan sewa
guna usaha yang digolongkan sebagai tanpa hak opsi apabila memenuhi semua
kriteria sebagai berikut:
a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama
tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang dsewa guna usahakan
ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor.
b. Perjanjian sewa guna usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee
(Lubis, 2007: 34).
Keuntungan pembiayaan dengan sistem sewa guna usaha atau leasing
antara lain karena adanya pembiayaan jangka panjang atau menengah. Dilihat dari
perspektif ekonomi, pembiayaan jangka panjang atau menengah ini sesuai dengan
adanya umur ekonomis barang modal. Selain itu, leasing memungkinkan
pengoptimalan dana investasi karena dana investasi barang modal dapat dialihkan
untuk investasi hasil cepat lainnya, misalnya modal kerja atau investasi surat-surat
berharga.
4
Leasing juga dianggap lebih mempunyai nilai fleksibilitas dalam struktur
kontrak, sehingga dapat dilakukan beberapa pembaharuan perjanjian yang
dianggap masih menguntungkan perusahaan. Selain memilih alternatif pembiayaan
yang paling menguntungkan bagi perusahaan, harus diupayakan bagaimana cara
meminimalkan pajak supaya beban pajak perusahaan dapat ditekan serendah
mungkin.
Perencanaan pajak (tax planning) adalah upaya untuk menghemat pajak
dengan cara merekayasa agar beban pajak serendah mungkin dengan
memanfaatkan peraturan yang ada. Perencanaan pajak merupakan upaya legal
yang bisa dilakukan wajib pajak. Tindakan tersebut legal karena penghematan
pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur.
Dengan pembiayaan secara tunai, jumlah yang dapat dibiayakan dalam
rangka menghitung penghasilan kena pajak adalah biaya penyusutannya dan biaya
penyusutannya ditentukan oleh metode penyusutan dan umur ekonomis yang telah
ditetapkan oleh peraturan perpajakan. Sedangkan pembelian melalui kredit, jumlah
yang boleh dibebankan sebagai biaya dalam rangka menghitung penghasilan kena
pajak adalah sebesar biaya penyusutan, biaya bunga atas pinjaman pada bank,
ditambah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan dan untuk
penyelesaian administrasi kredit bank. Besarnya biaya penyusutan antara lain
ditentukan oleh masa manfaat (umur ekonomis) dan metode penyusutan yang telah
ditetapkan oleh peraturan perpajakan (Suandy, 2001: 56).
5
Berdasarkan ketentuan perpajakan yang ditetapkan pemerintah, leasing
dianggap dapat digunakan sebagai penghematan pengeluaran pajak. Besarnya
penghematan pajak pada leasing dilakukan dengan menghitung jumlah biaya yang
dapat dikurangkan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak. Dengan
leasing, biaya yang dapat dikurangkan adalah seluruh lease fee dan biaya
penyusutan sebesar nilai opsi. Biaya yang harus dikeluarkan tiap bulan beserta
bunga apabila dijumlahkan maka biaya leasing akan lebih mahal dibandingkan
dengan pembelian secara tunai, tetapi penghematan pajaknya jauh lebih besar
karena semua lease fee dapat dibiayakan dan jangka waktu sewa guna usaha (lease
term) lebih pendek dari umur ekonomis.
Keringanan pajak pada alternatif pembiayaan secara leasing adalah tentang
keberadaan barang modal. Pada neraca yang mencatat keberadaan aktiva tetap,
antara lessee dengan lessor berbeda, tergantung adanya hak opsi atau tidak ada hak
opsi. Berdasarkan pencatatan aktiva tetap pada neraca tersebut akan timbul suatu
penyusutan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pengenaan pajak
Penelitian ini akan melihat bagaimana penerapan perencanaan pajak untuk
menentukan pembiayaan yang mempunyai penghematan pajak terbesar di PT. Els
Indonesia Prima yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa.
Oleh karena itu penulis tertarik melakukan analisa terhadap perusahaan
yang menggunakan pembelian tunai dalam pengadaan atau perolehan aktiva
tetapnya untuk dibandingkan dengan alternatif pembiayaan leasing atau sewa guna
usaha dalam tugas akhir ini dengan judul: ”Analisis Perbandingan Perencanaan
6
pajak untuk pengadaan aktiva dengan cara sewa guna usaha (leasing) dan
pembelian tunai dalam rangka penghematan pajak pada PT. Els Indonesia
Prima”.
B. Perumusan Masalah Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, yang akan menjadi pokok permasalahan
dalam penelitian ini berkaitan dengan analisis perbandingan perencanaan pajak
untuk pengadaan aktiva dengan cara sewa guna usaha (leasing) dan pembelian
tunai dalam rangka penghematan pajak. Penulis mencoba untuk merumuskan
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan atas pengadaan aktiva pada PT. Els Indonesia Prima ?
2. Adakah perbedaan secara signifikan atas penerapan sewa guna usaha dan
pembelian tunai dalam penghematan pajak pada PT. Els Indonesia Prima?
C. Tujuan Penelitian
Dari permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui penerapan metode sewa guna usaha (leasing) atas aktiva
tetap perusahaan.
2. Untuk mengetahui besarnya perbedaan yang signifikan antara penerapan sewa
guna usaha (leasing) dan pembelian tunai dalam penghematan pajak.
7
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Perusahaan
Sebagai saran dan masukan bagi pihak yang berkepentingan dalam perusahaan
dalam menilai dan meningkatkan kinerja perusahaan secara optimal di masa
yang akan datang.
2. Penulis
Menambah pengetahuan yang lebih mendalam baik teori maupun praktek
yang diterapkan dalam bidang akuntansi dan perpajakan khususnya transaksi
sewa guna usaha (leasing).
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Dasar-Dasar Perpajakan
1. Pengertian pajak
Pengertian pajak menurut Mardiasmo dalam buku “Perpajakan”
(2009:1) “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik
(kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum”.
Menurut Adriani, “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat
ditunjuk, yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum berhubung
tugas negara menyelenggarakan pemerintahan”.
Menurut Feldman “Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh
dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara
umum), tanpa adanya kontrapestasi, dan semata-mata digunakan untuk
menutup pengeluaran-pengeluara umum” (Siti Resmi, 2003:1).
9
2. Unsur pajak
Dari ketiga definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki
unsur-unsur :
a. Iuran dari rakyat kepada Negara.
Artinya bahwa yang berhak melakukan pemungutan pajak adalah Negara,
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, iuran tersebut berupa
uang (bukan barang).
b. Berdasarkan undang-undang.
Artinya bahwa walaupun Negara mempunyai hak untuk memungut pajak,
namun pelaksanaannya harus memperoleh persetujuan dari wakil-wakil
rakyat, yaitu dengan menyetujui undang-undang. Oleh karena pemungutan
pajak berdasarkan undang-undang berarti pelaksanaannya dapat dipaksa.
c. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung
dapat ditunjuk secara individual. Artinya bahwa imbalan atau kontraprestasi
oleh Negara atau pembayar pajak tersebut tidak diperuntukkan bagi rakyat
secara individual atau tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan
besarnya pajak.
d. Untuk membiayai pengeluaran pemerintah baik rutin maupun pengeluaran
pembangunan.
e. Penyelenggaraan pemerintah secara umum merupakan prestasi dari Negara,
jika masih surplus digunakan untuk public investment.
10
f. Pajak dipungut disebabkan karena suatu keadaan, kejadian dan perbuatan
yang memberikan kedudukan tertentu kepada seseorang.
g. Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang non budgeter yaitu mengatur.
3. Fungsi pajak
Menurut Mardiasmo (2009:1) fungsi pajak terbagi menjadi dua, yaitu:
Fungsi penerimaan (budgeter), dan fungsi mengatur (regular).
a. Fungsi penerimaan (budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang di peruntukan bagi pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Contoh : di masukannya pajak dalam
APBN sebagai penerimaan dalam negeri.
b. Fungsi mengatur (regular)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di
bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu di kenakannya pajak yang
lebih tinggi terhadap minimum keras sehingga konsumsi minuman keras
dapat di tekan. Demikian pula terhadap barang mewah.
11
4. Pengelompokkan pajak
Pengelompokkan pajak dibagi berdasarkan:
a. Menurut Soemarso (2007:15) pajak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
pajak langsung dan pajak tidak langsung.
1) Pajak Langsung
Dalam pengertian ekonomis, pajak langsung adalah pajak yang bebanya
harus dipikul sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak boleh
dilimpahkan kepada orang lain. Dalam pengertian administratif, pajak
langsung adalah pajak yang dipungut secara berkala. Contoh : Pajak
Penghasilan (PPh)
2) Pajak Tidak Langsung
Dalam pengertian ekonomis, pajak tidak langsung adalah pajak-pajak
yang bebannya dapat dilimpahkan kepada pihak ketiga atau konsumen.
Dalam pengertian administrative, pajak tidak langsung adalah pajak yang
dipungut setiap terjadi peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan
terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang, pembuatan akte.
Contohnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Bea materai.
12
b. Menurut Soemarso (2007:16) sifat pajak dapat dibagi menjadi dua yaitu:
pajak subjektif dan pajak objektif.
1) Pajak Subjektif (bersifat perorangan)
Pajak subjektif adalah pajak yang memperhatikan pertama-tama
kesadaran pribadi Wajib Pajak untuk menetapkan pajaknya harus
ditemukan alasan-alasan yang objektif yang berhubungan erat dengan
keadaan materialnya, yaitu yang disebut daya pikul.
2) Pajak Objektif (bersifat kebendaan)
Pajak Objektif pertama-tama melihat kepada objeknya baik itu berupa
benda, dapat pula berupa keadaan, perbuatan atau peristiwa yang
mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian barulah dicari
subjeknya (orang atau badan hukum) yang bersangkutan langsung,
dengan tidak mempersoalkan apakah subjek pajak ini berkedudukan di
Indonesia ataupun tidak.
c. Lembaga Pemungut dapat dibagi 2 yaitu: pajak pusat dan pajak daerah.
1) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.
2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
13
5. Sistem pemungutan pajak
Sistem pemungutan pajak menurut waluyo (2006:17) dikelompokkan
menjadi tiga yaitu: official assessment system, self assessment system, dan with
holding system
a. Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
Wajib Pajak.
b. Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
c. With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang
bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak.
6. Hambatan pemungutan pajak
Hambatan terhadap pemungutan pajak menurt mardiasmo (2003:7)
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: perlawanan pasif danperlawanan aktif.
a. Perlawanan pasif
14
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan
antara lain:
1) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.
2) Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat.
3) Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.
b. Perlawanan aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara
langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak.
Bentuknya antara lain :
1) Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar
Undang-undang.
2) Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar
Undang-undang (menggelapkan pajak)
B. Pengertian Manajemen dan Perencanaan Pajak
Pada umumnya, perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses
merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada dalam
jumlah yang minimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun
demikian, perencanaan pajak juga dapat diartikan sebagai perencanaan pemenuhan
kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat
secara optimal menghindari pemborosan sumber daya.
15
Perencanaan Pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak.
Manajemen pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban
perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan
seminimal mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.
Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax
implementation) dan pengendalian pajak (tax control). Pada tahap perencanaan
pajak ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan.
Tujuannya adalah agar dapat dipilih jenis tindakan penghematan pajak yang akan
dilakukan. Pada umumnya, penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah
untuk meminimimalisasi kewajiban pajak. Untuk dapat meminimalisasi kewajiban
pajak, dapat dilakukan berbagai cara, baik yang masih memenuhi ketentuan
perpajakan (lawful) maupun yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful),
seperti tax avoidance dan tax evasion.
Perencanaan pajak umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu
transaksi atau kejadian mempunyai dampak perpajakan. Apabila kejadian tersebut
mempunyai dampak pajak, apakah dampak tersebut dapat diupayakan untuk
dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya. Selanjutnya, apakah pembayaran
pajak tersebut dapat ditunda. Pada dasarnya, perencanaan pajak harus memenuhi
syarat-syarat berikut:
- Tidak melanggar ketentuan perpajakan.
- Secara bisnis dapat diterima, dan
16
- Bukti-bukti pendukungnya memadai.
1. Aspek-aspek dalam Perencanaan Pajak
a. Aspek Formal dan Administratif
1) Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP);
2) Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan;
3) Memotong dan/atau memungut pajak;
4) Membayar pajak;
5) Menyampaikan Surat Pemberitahuan.
b. Aspek Material
Basis penghitungan pajak adalah objek pajak. Dalam rangka
optimalisasi alokasi sumber dana, manajemen akan merencanakan
pembayaran pajak yang tidak lebih dan tidak kurang. Untuk itu, objek pajak
harus dilaporkan secara benar dan lengkap.
2. Tahapan perencanaan pajak
a. Menganalisis informasi yang ada (analyzing the existing data base).
b. Membuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak (designing one or
more possible tax plans).
c. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak (evaluating a tax plan).
17
d. Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak (debugging the
tax plans).
e. Memutakhirkan rencana pajak (updating the tax plan).
3. Strategi umum perencanaan pajak
a. Tax Saving
Tax saving merupakan upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan
alternatif pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah. Misalnya,
perusahaan yang memiliki penghasilan kena pajak lebih dari Rp 100 juta
dapat melakukan perubahan pemberian natura kepada karyawan menjadi
tunjangan dalam bentuk uang.
b. Tax Avoidance
Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan
menghindari pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan merupakan
objek pajak. Misalnya, perusahaan yang masih mengalami kerugian, perlu
mengubah tunjangan karyawan dalam bentuk uang menjadi pemberian
natura karena natura bukan merupakan objek pajak PPh Pasal 21.
c. Menghindari Pelanggaran atas Peraturan Perpajakan
Dengan menguasai peraturan pajak yang berlaku, perusahaan dapat
menghindari timbulnya sanksi perpajakan berupa:
1) Sanksi administrasi: denda, bunga, atau kenaikan;
2) Sanksi pidana: pidana atau kurungan.
18
d. Menunda Pembayaran Kewajiban Pajak
Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan
yang berlaku dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN.
Penundaan ini dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran
hingga batas waktu yang diperkenankan, khususnya untuk penjualan kredit.
Dalam hal ini, penjual dapat menerbitkan faktur pajak pada akhir bulan
berikutnya setelah bulan penyerahan barang.
e. Mengoptimalkan Kredit Pajak yang Diperkenankan
Wajib Pajak sering kurang memperoleh informasi mengenai
pembayaran pajak yang dapat dikreditkan yang merupakan pajak dibayar
dimuka. Misalnya, PPh Pasal 22 atas pembelian solar dan/atau impor dan
Fiskal Luar Negeri atas perjalanan dinas pegawai.
C. Aktiva Tetap dan Penyusutannya
1. Pengertian aktiva tetap
Aktiva tetap merupakan aktiva yang menjadi hak milik perusahaan
dengan nilai yang relatif besar dan dipergunakan secara terus menerus dalam
kegiatan operasional perusahaan, yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan melainkan untuk digunakan dalam kegiatan menghasilkan
barang dan jasa, dimana masa manfaatnya lebih dari satu periode akuntansi.
adalah aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus
menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan. Pengertian
19
aktiva tetap yang diberikan Erly Suandy (2001:35) yaitu : “Aktiva tetap adalah
aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih
dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk
dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun.”
Dan menurut Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) nomor 16 aktiva
tetap didefinisikan sebagai berikut, “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang
digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam
rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari
satu tahun”.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap mempunyai
beberapa kriteria umum sebagai berikut:
a. Berwujud
Dalam hal ini aktiva tetap memiliki bentuk fisik yang nyata dan dapat
diamati dengan menggunakan panca indera.
b. Digunakan untuk operasi perusahaan
Aktiva tetap digunakan untuk melaksanakan atau membantu produksi
suatu barang atau memberi jasa kepada perusahaan atau pelanggannya. Jika
kriteria ini tidak tercakup maka aktiva tersebut tidak dapat dimasukkan
sebagai aktiva tetap melainkan diartikan sebagai investasi perusahaan.
c. Tidak dimaksudkan untuk diperjual belikan
20
Sifat inilah yang membedakan aktiva tetap dari barang dagang
sehingga dapat dikatakan bahwa aktiva tetap bersifat non monetary yaitu
masa manfaat aktiva tetap ini timbul dari penggunaan atas jasa yang
dihasilkan dan bukan dari pengkonversian aktiva tetap tersebut ke dalam
sejumlah uang.
d. Memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi
Walau tidak ada kriteria standar mengenai jangka waktu
pemakaianminimal yang dapat dipergunakan untuk membedakan mana
yangaktiva tetap atau mana yang bukan, tetapi biasanya
perusahaanmenggunakan dasar pemakaian lebih dari satu periode
akuntansisebagai pedoman.
e. Jumlahnya yang cukup material
Meski dalam hal ini tidak terdapat pedoman berupa jumlah uang
yangpasti untuk aktiva tetap, namun setiap perusahaan mempunyai pedoman
tersendiri.
2. Penyusutan aktiva tetap
Definisi penyusutan dalam buku Intermediate Accounting
menyebutkan, “Pengalokasian harga perolehan aktiva tetap yang dibebankan
pada suatu periode tertentu”, dan pengertian penyusutan menurut Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 17 Yaitu, “Penyusutan adalah alokasi jumlah
suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi.”
21
ciri utama aktiva tetap adalah bahwa aktiva tetap digunakan untuk
menghasilkan pendapatan selama lebih dari satu periode akuntansi. Ciri
lainnya adalah umur ekonomis dan masa manfaat yang terbatas bersamaan
dengan berlalunya waktu, semua aktiva tetap (kecuali tanah), akan kehilangan
kemampuannya menghasilkan jasa. Dengan demikian, harga perolehan aktiva
semacam ini harus dipindahkan ke perkiraan beban secara teratur selama masa
manfaat yang diharapkan. Penurunan manfaat secara periodik ini disebut
penyusutan (depreciation).
Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan manfaat atau
berkurangnya nilai aktiva menurut baridwan (2000:308) dapat dibagi dalam 2
(dua) kategori yaitu: faktor fisik dan faktor fungsional.
a. Faktor fisik, yang mengurangi fungsi aktiva tetap karena pemakaian, aus,
atau karena kerusakan.
b. Faktor fungsional, yang meliputi ketidakmampuan aktiva untuk memenuhi
kebutuhan produksi sehingga perlu diganti karena adanya perubahan
permintaan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan atau teknologi
sehingga aktiva tersebut tidak ekonomis lagi jika dipakai.
Menurut baridwan (2000:309) ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam menentukan beban penyusutan setiap periode. Faktor-faktor itu ialah:
harga perolehan,nilai sisa, dan taksiran umur keguanaan.
a. Harga Perolehan
22
Yaitu uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul dan biaya-biaya
lain yang terjadi dalam memperoleh suau aktiva dan menempatkannya agar
dapat digunakan.
b. Nilai sisa (residu)
Nilai sisa suatu aktiva yang didepresiasi adalah jumlah yang diterima
bila aktiva itu dijual, ditukarkan atau cara-cara lain ketika aktiva tersebut
sudah tidak dapat digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi
pada saat menjual/menukarnya.
c. Taksiran umur kegunaan
Taksiran umur kegunaan suatu aktiva dipengaruhi oleh cara-cara
pemeliharaan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dianut dalam reparasi.
Taksiran umur ini bisa dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil
produksi atau satuan jam kerjanya. Dalam menaksir umur aktiva, harus
dipertimbangkan sebab-sebab keausan fisik dan fungsional.
Dari faktor-faktor diatas dapat dihitung biaya depresiasi tiap tahun.
Biaya depresiasi ini merupakan suatu taksiran yang ketelitiannya sangat
tergantung pada ketelitian penentuan ke-3 faktor di atas. Ketelitian biaya
depresiasi ini akan mempengaruhi besarnya laba rugi perusahaan setiap periode.
Apabila depresiasi tidak dihitung dengan teliti maka jumlah laba rugi
perusahaan juga menjadi tidak teliti. Kriteria Aktiva yang dapat disusutkan
adalah:
a. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi
23
b. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas
c. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau
memasok barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.
3. Metode penyusutan
Menurut Baridwan (2000:309) penyusutan dapat dilakukan dengan
berbagai metode yaitu sebagai berikut:
a. Metode garis lurus (Straight Line Method)
Metode ini adalah metode penyusutan yang paling sederhana dan banyak
digunakan. Dalam cara ini beban penyusutan tiap periode jumlahnya sama.
Penyusutan tiap tahun dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Penyusutan = HP – NS
n
Keterangan :
HP = Harga Perolehan
NS = Nilai sisa (residu)
n = Taksiran umur kegunaan
b. Metode saldo menurun ganda (Double Declining Balance Method)
Dalam metode ini, beban penyusutan tiap tahunnya menurun. Untuk dapat
menghitung beban penyusutan, dasar yang digunakan adalah persentase
penyusutan dengan cara garis lurus. Persentase ini dikalikan dua dan setiap
tahunnya dikalikan pada nilai buku aktiva tetap. Karena nilai buku selalu
menurun maka beban penyusutan juga selalu menurun.
24
c. Metode jumlah angka tahun (Sum Of The Year Digits Method)
Di dalam metode ini penyusutan dihitung dengan cara mengalikan bagian
pengurang yang setiap tahunnya selalu menurun dengan harga perolehan
dikurangi nilai residu. Bagian pengurang ini dihitung sebagai berikut:
Pembilang = bobot untuk tahun yang bersangkutan
Penyebut = jumlah angka tahun selama umur ekonomis aktiva atau Jumlah
angka bobot.
Contoh: Mesin yang harga perolehannya Rp. 100.000.000, residu Rp
10.000.000 ditaksir umur ekonomisnya 3 tahun, maka;
Tahun Bobot Bagian pengurang
1 3 3/6
2 2 2/6
3 1 1/6
6 6/6
Keterangan:
Penyebut dalam bagian pengurang dihitung dengan cara menjumlahkan
angka bobot = 3+2+1 = 6. Pembilang dalam bagian pengurang adalah angka
bobot tahun yang bersangkutan. Untuk tahun pertama: 3; dan seterusnya.
d. Metode jumlah unit produksi (Productive Output Method)
Dalam metode ini umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan jumlah unit
hasil produksi. Beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan hasil
produksi, sehingga penyusutan tiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan
25
fluktuasi hasil produksi. Untuk dapat menghitung beban penyusutan
periodik, pertama kali dihitung tarif penyusutan untuk tiap unit produk,
kemudian tarif ini akan dikalikan dengan jumlah produk yang dihasilkan
dalam periode tersebut.
Besarnya tarif penyusutan per unit produk dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Penyusutan/unit = HP – NS
n
Keterangan:
HP = Harga perolehan
NS = Nilai sisa
n = Taksiran hasil produksi (unit)
e. Metode jam jasa (Service Hours Method)
Dalam metode ini beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan jam jasa.
Beban penyusutan periodik besarnya akan sangat tergantung pada jam jasa
yang digunakan. Besarnya penyusutan per jam dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Penyusutan per jam = HP – NS
n
Keterangan:
HP = Harga perolehan
NS = Nilai sisa
n = Taksiran jam jasa
26
D. Harga Perolehan Aktiva Tetap
Menurut Baridwan (2000:204) aktiva tetap dapat diperoleh dengan
berbagai cara, dimana masingmasing cara perolehan akan mempengaruhi
penentuan harga perolehan. Berikut beberapa cara perolehan aktiva tetap :
1. Perolehan aktiva tetap dengan pembelian secara tunai
Pembelian tunai memerlukan uang kas, jumlah uang yang dikeluarkan
untuk memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang
dikeluarkan sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan, seperti biaya angkut,
premi asuransi dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya pemasangan dan
biaya percobaan. Semua biaya-biaya yang disebutkan dikapitalisasi sebagai
harga perolehan aktiva tetap. Apabila dalam pembelian aktiva tetap ada
potongan tunai maka potongan tunai tersebut merupakan pengurangan terhadap
harga faktur.
Apabila pembelian aktiva tetap dibeli sekaligus dengan harga borongan
(lump sum), maka harga perolehannya harus dialokasikan untuk masing-masing
jenis aktiva tetap. Dasar alokasi yang digunakan sedapat mungkin dilakukan
dengan harga pasar masing-masing aktiva. Apabila harga pasarnya tidak
diketahui, alokasi harga perolehan dapat ditentukan dengan harga penilaian
menurut lembaga penilaian yang objektif.
27
2. Perolehan aktiva tetap dengan pembelian secara angsuran
Jika aktiva tetap diperoleh dengan pembelian angsuran, maka harga
perolehannya tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran harus
dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai biaya bunga.
3. Perolehan aktiva tetap dengan cara pertukaran
Apabila aktiva tetap diperoleh dengan cara tukar-menukar, atau sering
disebut “tukar tambah” aktiva yang lama digunakan untuk membayar harga
aktiva yang baru baik seluruhnya maupun sebagian, dimana kekurangannya
dibayar tunai. Dalam keadaan seperti ini prinsip harga perolehan tetap harus
digunakan, yaitu aktiva baru dikapitalisasikan dengan jumlah sebesar harga
pasar aktiva lama ditambah uang yang dibayarkan atau dikapitalisasikan
sebesar harga pasar aktiva baru yang diterima. Jika harga pasar aktiva lama
maupun yang baru tidak dapat ditentukan, maka nilai buku lama akan
digunakan sebagai dasar pencatatan pertukaran tersebut. Disamping itu, laba
atau rugi pertukaran akan dipisahkan menjadi 2 (dua), yaitu pertama untuk
penukaran aktiva tetap yang sejenis, dan yang kedua untuk pertukaran aktiva
tetap yang tidak sejenis.
4. Aktiva tetap ditukar dengan surat-surat berharga
Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara mengeluarkan saham/obligasi,
maka aktiva tersebut harus dicatat sebesar harga pasar saham/obligasi pada saat
pembelian. Nilai saham / obligasi dicatat seharga nilai pari. Jika harga pasar
lebih besar dari harga pari selisihnya dicatat sebagai premium (agio saham) dan
28
jika harga pasar lebih kecil dari harga pari maka selisihnya dicatat sebagai
discount (disagio saham).
5. Aktiva tetap yang diperoleh dari pemberian atau hadiah
Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara dihadiahkan atau ditentukan
sendiri maka transaksi ini disebut non reciprocal transfer atau transfer yang
tidak memerlukan umpan balik.
Aktiva tetap dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau berdasarkan
penilaian yang dilakukan oleh pihak perusahaan penilai yang independent
(Appraisal Company) dan dikredit modal donasi (Donated Capital).
E. Sewa Guna Usaha (Leasing)
1. Definisi leasing, lessor, Lessee
Menurut Harahap (2000:170) sewa guna usaha (Leasing) adalah suatu
cara untuk memperoleh hak untuk menggunakan aktiva berwujud tertentu
dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
Menurut Harahap (2000:170) dalam buku akuntansi aktiva tetap,
mengutip dari PSAK No. 30 tentang akuntansi sewa guna usaha mendefinisikan
leasing, leasing company, dan Lessee sebagai berikut:
a. Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan
dalam jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaranpembayaran secara
berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk
29
membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang
jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.
b. Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company / Lessor) adalah badan
usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentukpenyediaan
barang modal baik secara finance lease maupun operating lease untuk
digunakan oleh Penyewa Guna Usaha selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala.
c. Penyewa Guna Usaha (Lessee) adalah perusahaan atau perorangan yang
menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari pihak lessor. Dari
berbagai definisi tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bhwa bsewa guna
usaha merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa menyewa dan menjadi
objek sewa guna usaha adalah barang modal. Dari segi pandangan hukum,
kegiatan sewa guna usaha memiliki 5 (lima) ciri yaitu:
1) Perjanjian antara lessor dengan pihak Lessee
2) Berdasarkan perjanjian sewa guna usaha, lessor mengalihkan hak
3) penggunaan barang kepada pihak Lessee.
4) Lessee membayar kepada lessor uang sewa atas penggunaan barang
(asset).
5) Lessee mengembalikan barang tersebut kepada lessor pada akhir periode
yang ditetapkan lebih dahulu dan jangka waktunya kurang dari umur
ekonomi barang tersebut.
30
2. Jenis-Jenis Sewa Guna Usaha (Leasing)
Menurut Harahap (2000:175) jenis-jenis leasing yang sudah dikenal
secara umum, termasuk dua jenis leasing yang tercantum dalam Keputusan
Menteri Keuangan adalah sebagai berikut:
a. Finance Lease / Capital Lease (Sewa Guna Usaha Pembiayaan)
Finance Lease adalah suatu kegiatan leasing dimana Lessee pada akhir masa
kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing berdasarkan nilai
sisa yang telah disepakati bersama. Dalam lease ini, lessor adalah pihak
yang membiayai penyediaan barang modal. Lessee biasanya memilih barang
modal yang dibutuhkan dan atas nama lessor sebagai pemilik barang nodal
tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang
modal yang menjadi objek transaksi leasing. Selama masa lease, Lessee
melakukan pembayaran leasing secara berkala dimana jumlah seluruhnya
ditambah dengan pembayaran nilai sisa (residual value) mencakup
pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta bunganya,
yang merupakan pendapatan bagi lessor.
b. Operating Lease (Sewa-Menyewa Biasa)
Operating lease adalah suatu kegiatan leasing dimana Lessee tidak
mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing. Dalam leasing ini, lessor
membeli barang modal dan selanjutnya di sewagunausahakan kepada Lessee.
Berbeda dengan finance lease, jumlah seluruh pembayaran leasing tidak
mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal
31
tersebut berikut dengan bunganya. Perbedaan ini disebabkan karena lessor
mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang modal yang
disewagunausahakan atau melalui beberapa kontrak leasing lainnya. Dalam
leasing ini dibutuhkan keahlian khusus dari lessor untuk memelihara dan
memasarkan kembali barang modal yang disewagunausahakan, sehingga
lessor biasanya bertanggungjawab atas biaya-biaya pelaksanaan leasing
seperti asuransi, pajak maupun pemeliharaan barang modal yang
bersangkutan.
c. Sales-Type Lease (Sewa Guna Usaha Penjualan)
Leasing ini merupakan transaksi pembiayaan secara langsung (direct
financial lease) dimana dalam jumlah transaksi termasuk laba yang
diperhitungkan oleh pabrikan atau penyalur yang juga merupakan lessor.
Leasing ini seringkali menjadi suatu jalur pemasaran bagi produk perusahaan
tertentu.
d. Leveraged lease
Transaksi leasing jenis ini melibatkan setidaknya tiga pihak yakni Lessee,
lessor dan kreditur jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dari
transaksi leasing.
32
3. Pelaksanaan Transaksi Leasing
Ditinjau dari teknis pelaksanaannya, transaksi leasing dapat dibagi
menjadi dua yaitu: direct Lease dan sale and leaseback.
a. Direct Lease (Sewa Menyewa Usaha Langsung)
Dalam transaksi ini Lessee belum pernah memiliki barang modal yang
menjadi objek leasing sehingga atas permintaannya lessor membeli barang
modal tersebut.
b. Sale and Leaseback (Penjualan dan Penyewaan Kembali)
Dalam transaksi ini, Lessee terlebih dahulu menjual barang modal yang
sudah dimilikinya kepada lessor dan atas barang modal yang sama ini
kemudian dilakukan kontrak leasing antara Lessee (pemilik semula) dengan
lessor. Dalam hal-hal tertentu dikenal Sewa Guna Usaha (Syndicated Lease)
dimana beberapa perusahaan leasing secara bersama melakukan transaksi
leasing dengan satu Lessee. Leasing ini dilakukan karena nilai transaksi yang
terlampau besar atau karena faktor-faktor lain. Salah satu perusahaan leasing
akan ditunjuk sebagai koordinator sehingga Lessee cukup berkomunikasi
dengan perusahaan ini untuk melaksanakan segala sesuatu yang menyangkut
transaksi leasing. Pelaksanaan transaksi ini dapat dilakukan baik melalui
direct lease maupun sale and leaseback.
33
4. Perlakuan Akuntansi Oleh Perusahaan Leasing (Lessor)
Menurut PSAK NO. 30 (2004:306) perlakuan oleh perusahaan leasing
ada beberapa macam yaitu:
a. Finance Lease
Adapun yang dimaksud dengan finance lease:
1. Penanaman neto dalam aktiva yang disewa guna usahakan harus
diperlakukan dan dicatat sebagai penanaman neto sewa guna usaha.
Jumlah penanaman neto tersebut terdiri dari jumlah piutang lease
ditambah nilai sisa (harga opsi) yang akan diterima oleh lessor pada akhir
masa lease dikurangi pendapatan lease yang belum diakui (unearned
lease income) dan simpanan jaminan (security deposit)
2. Selisih antara Piutang leasing ditambah nilai sisa (harga opsi) dengan
harga perolehan aktiva yang disewa guna usahakan diperlakukan sebagai
pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui (unearned lease income)
3. Pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui harus dialokasikan secara
konsisten sebagai pendapatan tahun berjalan berdasarkan suatu tingkatan
pengemabalian berkala (periodic rate of return) atas penanaman neto
perusahaan leasing
4. Apabila perusahaan leasing menjual barang modal kepada Lessee sebelum
berakhirnya masa lease, maka perbedaan antara harga jual dengan
penanaman neto dalam leasing pada saat penjualan dilakukan harus
diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian periode berjalan.
34
5. Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan transaksi leasing harus
diakui dan dicatat sebagai pendapatan periode berjalan.
b. Operating Lease
Adapun yang dimaksud dengan operating lease:
1. Barang modal yang di sewa guna usahakan harus diperlakukan dan dicatat
sebagai aktiva leasing berdasarkan harga perolehan.
2. Pembayaran lease payments selama tahun berjalan yang diperoleh dari
Lessee diakui dan dicatat sebagai pendapatan sewa. Pendapatan sewa
harus diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus sepanjang masa
lease meskipun pembayaran leasing mungkin dilakukan dalam jumlah
yang tidak sama setiap periode.
3. Penyusutan aktiva yang disewa guna usahakan harus dilakukan dalam
jumlah yang layak berdasarkan taksiran masa manfaatnya.
4. Jika aktiva yang disewagunakan dijual maka perbedaan antara nilai buku
dan harga jual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian
tahun berjalan.
35
F. Penelitian Sebelumnya
Lukman Hakim (2007) melakukan penelitian tentang “Kredit Bank Dan
Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi Sebagai Sumber Pendanaan Alternatif
Atas Perolehan Aktiva Tetap Dalam Rangka Penghematan Pajak”. Dari hasil
penelitian tersebut dapat diketahui bahwa tujaun penelitian ini untuk mencari
solusi yang tepat untuk memperoleh modal usaha berupa aktiva tetap yang
murah dan tidak membebani arus kas keluar serta dapat menghemat
pembayaran pajak. Pemilihan alternatif pembiayaan kali ini penulis menoba
untuk membandingkan dua pilihan yaitu kredit bank dengan sewa guna usaha.
Teknik analisa yang digunakan adalah:
1. Menentukan nilai angsuran (anuitas)
2. Membebankan semua biaya fiskal yang melekat pada aktiva tetap,
3. Menghitung penghematan pajaknya,
4. Menghitung arus kas yang telah dikeluarkan,
5. Mengakumulasikan Net Preset Value.
Semakin kecil net present value-nya maka semakin hemat biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tersebut. Uji kasus dilaksanakan pada
CV. Hasta Corporation yang rencananya akan membeli aktiva tetap berupa Web
Server Mainframe Machine, dengan harga perolehan Rp. 999.000.000,-. Untuk
memperoleh mesin tersebut pajak manajemen CV. Hasta Corporation
36
menentukan dua pilihan yaitu melalui kredit bank atau sewa guna usaha lebih
menguntungkan dari pada kredit bank, keuntungan yang diperoleh adalah
berupa penghematan pajak sebesar Rp. 20.214.877,- sehingga berakibat pada
net present value-nya menjadi lebih kecil.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu.
Peneliti Judul Vaiabel Hasil penelitian
1. Lukman
Hakim
(2007)
Kredit Bank
Dan Sewa
Guna Usaha
Dengan Hak
Opsi Sebagai
Sumber
Pendanaan
Alternatif
Atas
Perolehan
Aktiva Tetap
Dalam
Rangka
Penghematan
Pajak
1. Kredit
Bank
2. Leasing
3. Aktiva
Tetap
4. Biaya
Fiskal
5. Penghema
tan Pajak
6. Net
Persent
Value
Alernatif pendanaan
dengan leasing
menghasilkan
penghematan pajak yang
lebih besar dibandingkan
dengan alternatif
pendanaan dengan kredit
bank
Bersambung ke halaman selanjutnya
37
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Peneliti Judul Variabel Hasil penelitian
2. Listia Tri
Wahyuni
(2004)
Perbandingan
Kredit
Perusahaan
Pembiayaan
Dan Analisis
Perpajakan
Atas
Transaksi
Sewa Guna
Usaha
Perbadingan
Kredit
Perusahaan
Pembiayaan
Analisis
Perpajakan
Transaksi
Sewa Guna
Usaha
Dalam leasing terdapat
perbedaan pengakuan
beban angsuran leasing
Penyusutan aktiva tetap
leasing jika dilihat dari
perlakuan akuntansi
menurut komersial dan
fiskal, atas perbedaan
tersebut akan
mempengaruhi
penghasilan kena pajak
bagi perusahaan.
3. Ardiansy
ah Lubis
(2007)
Leasing
ditinjau dari
aspek
perpajakan
Leasing
Aspek
Perpajakan
Adanya perbedaan
perlakuan antara standar
akuntansi keuangan
dengan peraturan
perpajakan terhadap
transaksi leasing,
sehingga
utukkepentingan fiskal
maka transaksi
leasingperlu dilakukan
koreksi fiskal sesuai
dengan ketentuan pajak
yang berlaku.
38
G. Kerangka Pimikiran
Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah membandingkan penerapan
pembelian tunai dan leasing dalam perolehan aktiva tetap pada perusahaan dalam
rangka menentukan besarnya penghematan pajak.
Alur kerangka pemikiran disajikan di dalam skema kerangka berpikir,
sebagaimana terlihat pada gambar berikut
Gambar 2.1
Kerangka pemikiran
Aktiva tetap
Sewa guna usaha Pembelian tunai
Amortisasi hak
sewa guna usaha
Biaya penyusutan
Bandingkan
Metode analisis
Kesimpulan
Penghematan
pajak
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Lokasi penelitian yang telah diteliti adalah PT. Els Indonesia Prima.
Penelitian ini dilakukan dengan observasi langsung pada PT. Els Indonesia
Prima. yang berlokasi di Jl. Meruya Ilir Raya-Kembangan, Jakarta -Indonesia
untuk mandapatkan data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian perencanaan pajak untuk
pengadaan aktiva dengan cara sewa guna (leasing) usaha dan pembelian tunai
dalam rangka penghematan pajak pada PT. Els Indonesia Prima.. Ruang
lingkup dalam penelitian ini hanya dibatasi pada seberapa besar pengaruh
perencanaan pajak untuk pengadaan aktiva dengan cara sewa guna usaha dan
pembelian tunai pada PT. Els Indonesia Prima.
B. Metode Penelitian Sampel
Menurut Sugiyono (2005:55) “populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan.”
40
Sampel adalah sebagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Bila populasi besar dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi, misalnya ada keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka
peneliti dapat mengambil sampel dari populasi tersebut. Populasi dalam
penelitian ini adalah PT. Els Indonesia Prima, dengan sampel aktiva pada PT.
Els Indonesia Prima.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam rangka mengumpulkan data-data yang diperlukan, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Penelitian lapangan (Field Research)
Penulis mencari data primer yang bersifat praktis, yaitu dengan mengadakan
peninjauan ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data-data sekunder yang
diperlukan. Adapun pelaksanaan penelitian lapangan ini, digunakan teknik
pengamatan yang dilakukan untuk menambah data-data yang actual.
2. Penelitian kepustakaan (Library Research)
Penulis mencari data-data dan informasi tambahan yang bersifat teoritis dari
buku-buku acuan dan literature yang diperoleh dari perpustakaan.
41
D. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah anallisis
deskriptif. Adapun yang dimaksud dengan analisis deskriptif kualitatif adalah
proses pengumpulan, pengujian dan meringkas berbagai karakteristik data,
dalam upaya untuk menggambarkan data tersebut secara memadai (Santoso,
2002).
E. Definisi Operasional Variabel
Adapun beberapa variabel yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini,
antara lain:
1. Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai
atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi
perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
2. Pembelian tunai adalah sejumlah uang kas yang dikeluarkan untuk
memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang
dikeluarkan sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan.
3. Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan
dalam jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara
berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk
membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang
jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.
42
4. Financial lease adalah suatu kegiatan leasing dimana lessee pada akhir
masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing
berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.
5. Penghematan pajak adalah bagian dari perencanaan pajak guna mengurangi
aliran pembayaran/pengeluaran kas perusahaan dengan cara meminimalisasi
beban pajak yang harus dibayar perusahaan.
43
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Latar belakang perusahaan
PT. ELS Indonesia Prima pertama kali didirikan oleh Bapak Iskandar
Yusuf dimulai pada tahun 2001. Yang merupakan satu-satunya distributor produk
elektrolux terbesar di Indonesia. Dengan misi dan visi serta dukungan
pengalaman di bidang elektronik maka pada tahun 2001 Bapak Iskandar Yusuf
secara resmi mendirikan PT. ELS Indonesia Prima di Rukan Taman Meruya Blok
M/15 Jl. Meruya Ilir Raya - Kembangan, Jakarta 11620 – Indonesia.
PT. ELS Indonesia Prima adalah Distributor Sistem Electrolux laundry di
Indonesia dengan komitmen untuk membangun Bisnis bagi pelanggan yang
berharga, memberikan pelayanan kepada Pemerintah dan kepentingan pribadi
baik perusahaan lokal maupun asing dan investor. Kami memiliki kompetensi dan
keandalan untuk melakukan penilaian bisnis dan penasehat, menyediakan dan
menginstal, pelatihan dan layanan setelah penjualan.
Untuk memberikan jasa, kami bekerja sama dengan produsen yang telah
memiliki sertifikasi internasional tentang Standar Sistem Manajemen lingkungan
(ISO 14001:1996) dan Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001:2000).
44
Kami bertujuan untuk mencapai kualitas terbaik, pengiriman, pelayanan
dan hubungan jangka panjang bagi klien kami. Kami mengupayakan untuk
memberikan layanan yang terbaik untuk mencapai kepuasan kepada klien kami
dengan cara yang profesional, ketepatan waktu standar dan dukunganya.
Tujuan kami adalah membantu klien kami yang mencari solusi dengan
cara saling menguntungkan untuk mencapai nilai optimal, sehingga semua pihak
yang terlibat akan dapat mewujudkan tujuan masing-masing dari transaksi. PT.
ELS Indonesia Prima mempekerjakan anggota profesional untuk memperoleh
sebutan profesional yang akan menambah kemampuan mereka untuk memenuhi
kebutuhan klien dan mencapai kepuasan klien.
Adapun keunggulan PT. ELS Indonesia Prima selain dari segi
produktifitas, pengalaman dan keragaman juga terjaminnya kelangsungan
penyediaan pasokan dari elektrolux sendiri yang terintegrasi dengan bisnis
elektronik, sehingga dalam menghadapi gejolak perubahan situasi ekonomi dan
moneter. PT. ELS Indonesia Prima dapat mempertahankan komitmennya sebagai
Distributor System Electrolux laundry yang dapat diandalkan. Adapun mesin-
mesin yang dimiliki oleh PT. ELS Indonesia Prima adalah, sebagai berikut:
• WSB 4500H
• IC4 4832 R
• Dryer Highcap
• Ironder Bedtype
45
• Hydro Rigid
• Barier Pullman
• Washer 4130
• W4240H Frontload
• W4130N Frontload
Dan juga berbagai ragam mesin dengan teknologi tinggi yang cukup
dikenal elektronik seperti flatwork ironer, hydro extractors dan front load washer.
Dengan di tunjang peralatan laboratorium, proses quality control yang ketat serta
tenaga kerja yang berpengalaman, PT. ELS Indonesia Prima telah menguasai
teknologi dibidang drying dan finishing. PT. ELS Indonesia Prima juga
melakukan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas.
1. Visi Perusahaan
PT. ELS Indonesia Prima adalah perusahaan yang bergerak dibidang
industri “Distributor Sistem Electrolux laundry di Indonesia “ dengan tujuan
menjadi perusahaan bertaraf internasional dan memimpin pasar di Indonesia
dengan visi meningkatkan kualitas dan mutu produk yang dapat diandalkan.
Visi ini dituangkan dalam motto perusahaan adalah “ Kualitas produksi, kami
jadikan perhatian yang pertama. “ Dalam usaha untuk mencapai visi
perusahaan, PT. ELS Indonesia Prima menuangkan dalam bentuk kebijakan
mutu sebagai berikut:
46
a. Mengutamakan kepuasan pelanggan
b. Melakukan perbaikan berkesinambungan terhadap sistem manajemen
mutu.
2. Misi Perusahaan
Untuk dapat mencapai visi, perusahaan membuat misi yaitu dengan
meningkatkan mutu atau kualitas dari produk yang dihasilkan oleh
perusahaan. Untuk dapat menghasilkan kualitas atau mutu yang baik PT. ELS
Indonesia Prima membuat target atas setiap kegiatan yang ada diperusahaan.
B. Penerapan Metode Sewa Guna Usaha (Financial Lease) Atas Aktiva Tetap
Perusahaan.
Sejak tahun delapan puluhan leasing atau sewa guna usaha telah dikenal
luas di kalangan bisnis di Indonesia, meskipun baru diperkenalkan pada tahun
1974. Konsep ini merupakan salah satu bentuk pembiayaan yang dapat dijadikan
alternatif oleh perusahaan untuk memperoleh aktiva tetap yang dibutuhkan. Sewa
guna usaha memang menjadi suatu transaksi yang menguntungkan bagi
perusahaan. Jika PT. Els Indonesia Prima menerapkan sewa guna usaha
khususnya Financial Lease (PT. Els Indonesia Prima sebagai lessee), ada
beberapa keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan antara lain :
• Perusahaan akan terhindar dari kebutuhan dana besar dan biaya bunga yang
47
tinggi. Jika perusahaan melakukan pembelian secara tunai, perusahaan harus
mengeluarkan sejumlah besar kas pada saat itu juga. Pengeluaran kas dalam
jumlah yang cukup besar pada saat membeli aktiva tetap itu dapat menjadi
tidak menguntungkan, karena bisa saja perusahaan tiba-tiba membutuhkan kas
yang cukup besar untuk hal yang lebih penting tetapi sejumlah besar kas
tersebut telah terpakai untuk membeli aktiva tetap. Biaya bunga yang tinggi
terjadi jika perusahaan dalam melakukan pembelian aktiva tetapnya
meminjam dana melalui bank dengan pembebanan bunga yang cukup tinggi
atas pinjamannya.
• Sewa guna usaha mengurangi resiko keusangan karena sebagian besar biaya
atas aktiva tetap sebelum hak opsi digunakan (untuk financial lease)
ditanggung oleh pihak perusahaan (lessor).
• Perjanjian sewa guna usaha memungkinkan lessee untuk mengetahui jumlah
pembayaran leasing sehingga lessee dapat dengan akurat memperkirakan
kebutuhan kas untuk aktiva tetap tersebut.
• Dari segi perlakuan pajak, kantor pajak tidak menganggap transaksi leasing
sebagai pembelian, tetapi sebagai sebuah pengurang pajak. Dengan demikian,
lessee dapat mengurangi pendapatan perusahaan dengan pembayaran leasing.
Penerapan alternatif leasing yang dilakukan oleh penulis atas aktiva tetap
yang dimiliki oleh PT. Els Indonesia Prima bertujuan untuk melihat
perbandingan penghematan pajak yang dapat diperoleh perusahaan dengan
48
pembelian tunai. Dalam penerapan metode leasing ini, penulis melakukan
perhitungan lease atas aktiva tetap yang nilainya cukup material. Karena analisis
ini bertujuan untuk menghitung penghematan pajak, maka ketentuan leasing
yang digunakan adalah ketentuan berdasarkan peraturan perpajakan.
1. Asumsi Penentuan Leasing
Perhitungan leasing menggunakan sejumlah rumus yang berlaku
umum dan digunakan oleh semua perusahaan leasing. Hal-hal yang perlu
ditentukan lebih dahulu dalam perhitungan leasing:
a. Menentukan Tingkat Suku Bunga Yang Digunakan
Langkah pertama dalam analisis ini adalah menentukan tingkat suku
bunga yang akan digunakan. Suku bunga yang dimaksud terdiri dari dua
macam. Pertama, suku bunga pinjaman yang digunakan sebagai discount
factor dalam menghitung nilai tunai. Kedua, suku bunga leasing yang
dikaitkan dengan besarnya bunga atas transaksi leasing. Suku bunga
pinjaman diperoleh dari data statistik Bank Indonesia atas bank-bank
swasta nasional secara rata-rata pada tahun terjadinya perolehan aktiva.
Suku bunga leasing ditentukan berdasarkan data yang diperoleh dari
perusahaan-perusahaan leasing yang menjadi sampel dalam penelitian.
Tingkat bunga leasing rata-rata adalah 10% di atas bunga pinjaman,
karena sebagian besar perusahaan leasing sumber dananya berasal dari
pinjaman bank dan selisih antara suku bunga pinjaman dengan suku
bunga leasing merupakan keuntungan bagi lessor. Berikut di bawah ini
49
tabel suku bunga yang digunakan dalam perhitungan:
Tabel 4.1
Tingkat Suku Bunga yang Digunakan
Aktiva
tetap
Tahun
Perolehan
Suku Bunga
Pinjaman
Suku Bunga
Leasing
WSB 4500H 2009 14,38% 14,68%
IC4 4832 R 2009 14,28% 14,68%
Sumber : Bank Indonesia
b. Menentukan Periode Lease / Lease Term Period
Berdasarkan KMK 1169/KMK.01/1991, masa sewa guna usaha untuk
financial lease ditentukan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk
barang modal kelompok I dan 3 (tiga) tahun untuk barang modal
kelompok II dan III, serta 7 (tujuh) tahun untuk golongan bangunan.
Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa periode leasing (lease term)
yaitu 4 (empat) tahun untuk mesin WSB 4500H dan mesin IC4 4832 R.
c. Present Value Interest Factor of Annuity (PVIFA)
Untuk menghitung pembayaran leasing secara periodik, dipergunakan
rumus anuitas yang mencerminkan serangkaian pembayaran yang
jumlahnya sama selama sejumlah periode tertentu.
Rumus (1)
Rumus (2)
Keterangan:
k = suku bunga leasing (%)
50
n = jangka waktu leasing (tahun/bulan)
Rumus (1) merupakan rumus anuitas untuk periode tahunan. Rumus (2)
merupakan rumus anuitas untuk periode bulanan (rumus ini merupakan
rumus yang paling sering digunakan oleh perusahaan leasing karena
pembayaran leasing yang harus dibayar lessee biasanya dalam periode
bulanan).
d. Angsuran Perbulan (Payment)
Angsuran perbulan merupakan jumlah pembayaran leasing secara anuitas
yang harus dibayar oleh lessee.
Rumus Angsuran Perbulan =
e. Angsuran Bunga (Interest)
Angsuran bunga merupakan bunga yang dibayar lessee kepada lessor.
Rumus Angsuran Bunga = k x saldo nilai leasing
f. Angsuran Pokok
Rumus Angsuran Pokok = Angsuran Perbulan - Angsuran Bunga
Perhitungan leasing dilakukan terhadap aktiva tetap yang
jumlahnya material. Aktiva tetap yang dipilih oleh penulis akan digunakan
sebagai bahan perbandingan dengan alternative sewa guna usaha guna
menentukan penghematan pajak yang dapat diterima perusahaan. Dari daftar
aktiva tetap yang dimiliki perusahaan, yang akan dipilih sebagai objek
51
perhitungan leasing antara lain:
Tabel 4.2
Objek Perhitungan Leasing
Aktiva Tetap Tahun Harga Perolehan
WSB 4500H 2009 520.000.000
IC4 4832 R 2009 446.052.000
Sumber : PT. Els Prima Indonesia Prima
2. Penentuan Besarnya Biaya Leasing
Dengan mengasumsikan bahwa harga pasar aktiva tetap yang
dileasing sama dengan harga perolehan, maka perlu diketahui setelah harga
perolehan atau harga pasar aktiva yang dileasing diperoleh, nilai opsi sebesar
10% dari harga perolehan perlu ditentukan, sehingga nilai leasing yang akan
digunakan dalam perhitungan adalah 90% dari harga perolehan. Nilai
leasing ini sudah termasuk executory cost (biaya eksekusi/biaya pra-leasing)
yang meliputi biaya asuransi, biaya pemeliharaan, dan biaya lainnya.
3. Perhitungan Leasing
a. Perhitungan Leasing Atas Mesin WSB 4500H
Harga perolehan mesin Rp. 520.000.000
Nilai opsi (10%) Rp. 52.000.000
Nilai leasing (90%) Rp. 468.000.000
Bunga leasing 14,68 % pertahun atau 1,22 % perbulan
52
Lease term 4 tahun atau 48 bulan
Nilai leasing atas Mesin WSB 4500H di atas sudah termasuk
executory cost (biaya eksekusi/biaya pra-leasing). Berdasarkan data diatas,
sebelum menghitung angsuran perbulan terlebih dahulu harus menentukan
PVIFAk,n sebagai dasar perhitungan pembayaran leasing. Berdasarkan
perhitungan matematis diperoleh nilai PVIFA sebagai berikut:
= = 36,1418
Pembayaran lease atau angsuran perbulan dihitung sebagai berikut:
Angsuran perbulan = = Rp. 12.948.995
Angsuran perbulan sebesar Rp. 12.880.852 merupakan jumlah
pembayaran setiap bulan yang harus dibayar oleh perusahaan selaku lessee
sampai periode leasing selama 48 bulan berakhir dan perusahaan dapat
menggunakan hak opsinya untuk memiliki mesin tersebut.
53
Data perhitungan leasing untuk Mesin WSB 4500H dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3
Perhitungan Financial Lease Atas Mesin WSB 4500H
Periode Angsuran
perbulan
Angsuran
pokok
Angsuran
bunga
Saldo nilai
leasing
468.000.000
1 12.948.995 7.225.355 5.723.640 460.774.645
2 12.948.995 7.313.721 5.635.274 453.460.924
3 12.948.995 7.403.168 5.545.827 446.057.756
4 12.948.995 7.493.709 5.455.286 438.564.047
5 12.948.995 7.585.357 5.363.638 430.978.691
6 12.948.995 7.678.126 5.270.869 423.300.565
7 12.948.995 7.772.029 5.176.966 415.528.536
8 12.948.995 7.867.081 5.081.914 407.661.455
9 12.948.995 7.963.295 4.985.700 399.698.160
10 12.948.995 8.060.687 4.888.308 391.637.473
11 12.948.995 8.159.269 4.789.726 383.478.204
12 12.948.995 8.259.057 4.689.938 375.219.148
13 12.948.995 8.360.065 4.588.930 366.859.083
14 12.948.995 8.462.308 4.486.687 358.396.775
15 12.948.995 8.565.802 4.383.193 349.830.972
16 12.948.995 8.670.562 4.278.433 341.160.410
17 12.948.995 8.776.603 4.172.392 332.383.807
18 12.948.995 8.883.941 4.065.054 323.499.866
19 12.948.995 8.992.592 3.956.403 314.507.274
20 12.948.995 9.102.571 3.846.424 305.404.703
21 12.948.995 9.213.895 3.735.100 296.190.807
22 12.948.995 9.326.581 3.622.414 286.864.226
23 12.948.995 9.440.646 3.508.349 277.423.581
24 12.948.995 9.556.105 3.392.890 267.867.476
25 12.948.995 9.672.976 3.276.019 258.194.500
26 12.948.995 9.791.276 3.157.719 248.403.224
27 12.948.995 9.911.024 3.037.971 238.492.200
28 12.948.995 10.032.235 2.916.760 228.459.965
29 12.948.995 10.154.930 2.794.065 218.305.035
30 12.948.995 10.279.124 2.669.871 208.025.911
Bersambung ke halaman selanjutnya
54
Tabel 4.3 (Lanjutan)
Periode Angsuran
perbulan
Angsuran
pokok
Angsuran
bunga
Saldo nilai
leasing
31 12.948.995 10.404.838 2.544.157 197.621.073
32 12.948.995 10.532.089 2.416.906 187.088.984
33 12.948.995 10.660.897 2.288.098 176.428.087
34 12.948.995 10.791.279 2.157.716 165.636.807
35 12.948.995 10.923.257 2.025.738 154.713.550
36 12.948.995 11.056.848 1.892.147 143.656.702
37 12.948.995 11.192.074 1.756.921 132.464.629
38 12.948.995 11.328.953 1.620.042 121.135.676
39 12.948.995 11.467.506 1.481.489 109.668.170
40 12.948.995 11.607.753 1.341.242 98.060.417
41 12.948.995 11.749.716 1.199.279 86.310.701
42 12.948.995 11.893.415 1.055.580 74.417.286
43 12.948.995 12.038.872 910.123 62.378.414
44 12.948.995 12.186.107 762.888 50.192.307
45 12.948.995 12.335.143 613.852 37.857.164
46 12.948.995 12.486.002 462.993 25.371.162
47 12.948.995 12.638.706 310.289 12.732.457
48 12.948.995 12.793.277 155.718 0
jumlah 621.551.760 468.060.820 153.490.940
Sumber : Data yang diolah
Tabel perhitungan lease di atas, diperoleh jumlah keseluruhan dari
angsuran perbulan, angsuran bunga dan angsuran pokok selama 48 bulan
yaitu :
Angsuran perbulan Rp. 621.551.760
Angsuran bunga (Rp. 153.490.940)
Angsuran pokok Rp. 468.060.820
Saldo nilai leasing yang pada periode awal berjumlah Rp.
468.060.820 akan terus menurun setiap periode setelah dikurangi dengan
angsuran pokok.
55
b. Perhitungan Leasing Atas mesin IC4 4832 R
Harga perolehan mesin Rp. 446.052.000
Nilai opsi (10%) Rp. 44.605.200
Nilai leasing (90%) Rp. 401.446.800
Bunga leasing 14,68 % pertahun atau 1,22% perbulan
Lease term 4 tahun atau 48 bulan
Nilai leasing atas Mesin mesin IC4 4832 R di atas sudah termasuk
executory cost (biaya eksekusi/biaya pra-leasing). Berdasarkan data diatas,
sebelum menghitung angsuran perbulan terlebih dahulu harus menentukan
PVIFAk,n sebagai dasar perhitungan pembayaran leasing. Berdasarkan
perhitungan matematis diperoleh nilai PVIFA sebagai berikut:
= = 36,1418
Pembayaran lease atau angsuran perbulan dihitung sebagai berikut:
Angsuran perbulan = = . 11.107.548
Angsuran perbulan sebesar Rp 11.107.548 merupakan jumlah
pembayaran setiap bulan yang harus dibayar oleh perusahaan selaku lessee
sampai periode leasing selama 48 bulan berakhir dan perusahaan dapat
menggunakan hak opsinya untuk memiliki mesin tersebut.
56
Data perhitungan leasing untuk Atas Mesin IC4 4832 R dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4
Perhitungan Financial Lease Atas Mesin IC4 4832 R
Periode Angsuran
Perbulan
Angsuran
Pokok
Angsuran
Bunga
Saldo Nilai
Leasing
401.446.800
1 11.107.548 6.197.854 4.909.694 395.248.946
2 11.107.548 6.273.653 4.833.895 388.975.293
3 11.107.548 6.350.380 4.757.168 382.624.913
4 11.107.548 6.428.045 4.679.503 376.196.867
5 11.107.548 6.506.660 4.600.888 369.690.207
6 11.107.548 6.586.237 4.521.311 363.103.970
7 11.107.548 6.666.786 4.440.762 356.437.184
8 11.107.548 6.748.321 4.359.227 349.688.863
9 11.107.548 6.830.853 4.276.695 342.858.010
10 11.107.548 6.914.395 4.193.153 335.943.615
11 11.107.548 6.998.958 4.108.590 328.944.657
12 11.107.548 7.084.555 4.022.993 321.860.103
13 11.107.548 7.171.199 3.936.349 314.688.904
14 11.107.548 7.258.903 3.848.645 307.430.001
15 11.107.548 7.347.679 3.759.869 300.082.322
16 11.107.548 7.437.541 3.670.007 292.644.781
17 11.107.548 7.528.502 3.579.046 285.116.278
18 11.107.548 7.620.576 3.486.972 277.495.702
19 11.107.548 7.713.776 3.393.772 269.781.927
20 11.107.548 7.808.115 3.299.433 261.973.812
21 11.107.548 7.903.608 3.203.940 254.070.203
22 11.107.548 8.000.269 3.107.279 246.069.934
23 11.107.548 8.098.113 3.009.435 237.971.821
24 11.107.548 8.197.153 2.910.395 229.774.669
25 11.107.548 8.297.404 2.810.144 221.477.265
26 11.107.548 8.398.881 2.708.667 213.078.384
27 11.107.548 8.501.599 2.605.949 204.576.785
28 11.107.548 8.605.574 2.501.974 195.971.211
29 11.107.548 8.710.820 2.396.728 187.260.391
30 11.107.548 8.817.353 2.290.195 178.443.037
Bersambung ke halaman berikutnya
57
Tabel 4.4 (Lanjutan)
Periode Angsuran
Perbulan
Angsuran
Pokok
Angsuran
Bunga
Saldo Nilai
Leasing
31 11.107.548 8.925.190 2.182.358 169.517.847
32 11.107.548 9.034.345 2.073.203 160.483.503
33 11.107.548 9.144.835 1.962.713 151.338.668
34 11.107.548 9.256.676 1.850.872 142.081.992
35 11.107.548 9.369.885 1.737.663 132.712.107
36 11.107.548 9.484.479 1.623.069 123.227.628
37 11.107.548 9.600.474 1.507.074 113.627.154
38 11.107.548 9.717.888 1.389.660 103.909.266
39 11.107.548 9.836.738 1.270.810 94.072.528
40 11.107.548 9.957.041 1.150.507 84.115.487
41 11.107.548 10.078.816 1.028.732 74.036.671
42 11.107.548 10.202.080 905.468 63.834.592
43 11.107.548 10.326.851 780.697 53.507.741
44 11.107.548 10.453.148 654.400 43.054.593
45 11.107.548 10.580.990 526.558 32.473.602
46 11.107.548 10.710.396 397.152 21.763.206
47 11.107.548 10.841.384 266.164 10.921.822
48 11.107.548 10.973.974 133.574 0
jumlah 533.162.304 401.498.952 131.663.352
Sumber : Data yang diolah
Tabel perhitungan lease di atas, diperoleh jumlah keseluruhan dari
angsuran perbulan, angsuran bunga dan angsuran pokok selama 48 bulan
yaitu :
Angsuran perbulan Rp. 533.162.304
Angsuran bunga (Rp. 131.663352)
Angsuran pokok Rp. 401.498.952
58
4. Penerapan Leasing dalam Perusahaan
Jika perusahaan menerapkan leasing atas perolehan aktiva tetapnya,
maka atas penerapan sewa guna usaha (leasing) ini perlu diperhatikan setiap
ketentuan mengenai prosedur dan perlakuan leasing baik dari sisi akuntansi
maupun pajak. Perlakuan leasing menurut akuntansi dan pajak memiliki
sedikit perbedaan. Perbedaan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Perlakuan Leasing Menurut Akuntansi
Bagian ini hanya memberikan gambaran mengenai penerapan
leasing menurut akuntansi jika perusahaan melakukan transaksi lease serta
bagaimana perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap yang dileasing.
Gambaran ini tidak menguraikan secara lebih mendalam karena penerapan
leasing akan lebih difokuskan pada penghematan pajak yang diatur
berdasarkan ketentuan perpajakan.
Berdasarkan perlakuan akuntansi untuk leasing (dalam hal ini
financial lease), nilai dari aktiva leasing akan tercantum di dalam laporan
keuangan. Transaksi leasing menurut akuntansi diatur dalam PSAK No.
30. Aktiva tetap yang dileasing dikapitalisasi sesuai dengan jangka waktu
leasing dan disajikan dalam neraca sebagai bagian dari aktiva tetap sebesar
jumlah seluruh pembayaran leasing selama masa lease ditambah nilai sisa
(harga opsi) yang harus dibayar pada akhir periode leasing. Oleh karena itu
timbul pembebanan biaya amortisasi atas aktiva tetap leasing yang dihitung
berdasarkan taksiran masa manfaat yang diterapkan untuk aktiva tetap
59
sejenis melalui kepemilikan langsung.
Untuk memberikan gambaran mengenai perlakuan akuntansi atas
leasing, maka yang akan digunakan sebagai contoh dari objek aktiva tetap
yang akan dileasing adalah WSB 4500H. Dengan melihat hasil perhitungan
leasing pada Tabel 4.3 maka penentuan jumlah yang tercatat menurut
akuntansi adalah sebagai berikut:
Nilai leasing Rp. 468.000.000
Nilai opsi Rp. 52.000.000
Jumlah tercatat Rp. 520.000.000
Jumlah nilai perolehan keseluruhan sebesar Rp. 520.000.000
merupakan jumlah nilai mesin yang pada awal lease akan dicatat sebagai
berikut.
Jurnal pada awal periode lease:
Mesin lease Rp 520.000.000
Hutang lease Rp. 520.000.000
Pembayaran yang berupa angsuran perbulan dicatat sebagai berikut.
Jurnal pembayaran lease bulan pertama:
Hutang lease Rp. 7.225.355
Beban bunga Rp. 5.723.640
Kas Rp. 12.948.995
60
Jurnal pembayaran lease bulan kedua:
Hutang lease Rp. 7.313.721
Beban bunga Rp. 5.635.274
Kas Rp. 12.948.995
Jurnal tersebut juga digunakan untuk mencatat pembayaran leasing
pada bulan ketiga dan seterusnya sampai transaksi lease berakhir sesuai
dengan periode leasing. Berdasarkan angsuran perbulan yang merupakan
pembayaran lease secara berkala, maka jika pembayaran lease dari bulan
pertama sampai bulan kedua belas akan dijurnal sebagai berikut:
Jurnal pembayaran lease pertama:
Hutang lease Rp. 92.780.852
Beban bunga Rp. 62.607.088
Kas Rp. 155.387.940
Pada setiap akhir tahun selama periode lease, mesin leasing tersebut
harus dikapitalisasi dengan melakukan amortisasi lease sesuai dengan
taksiran masa manfaat aktiva yaitu 16 tahun. Amortisasi yang dilakukan
berdasarkan metode garis lurus dimana nilai amortisasi pertahun yaitu :
Rp. 520.000.000/16 tahun = Rp. 32.500.000/tahun.
Jurnal amortisasi mesin lease pertahun:
Beban amortisasi mesin lease Rp. 32.500.000
Akumulasi amortisasi mesin lease Rp. 32.500.000
61
Kemudian pada laporan laba rugi tahun 2009 akan nampak biaya
amortisasi sebesar Rp. 32.500.000 dan biaya bunga sebesar Rp. 62.607.088
b. PerlakuanLeasing Menurut Pajak
Jika dibandingkan dengan penerapan leasing menurut akuntansi
sebelumnya, perbedaan lease menurut pajak terutama terletak pada
pembebanan biaya penyusutan (amortisasi) yang dilakukan oleh akuntansi
pada saat periode lease. Menurut pajak hal tersebut tidak diperkenankan.
Berdasarkan KMK 1169/KMK.01/1991 pembebanan biaya penyusutan
hanya dapat dilakukan jika lessee telah menggunakan hak opsinya untuk
membeli aktiva tetap tersebut. Dasar penyusutan yang digunakan adalah
sebesar nilai opsi dari aktiva tetap yang telah dileasing. Atas perbedaan ini
maka akan dilakukan koreksi fiskal karena adanya biaya yang tidak dapat
dikurangkan menurut pajak, yaitu biaya penyusutan tersebut.
Karena penerapan leasing hanya difokuskan pada unsur
penghematan pajak berdasarkan ketentuan pajak, maka penerapan leasing
menurut pajak pada bagian ini tidak akan diuraikan, karena akan disajikan
pada bagian-bagian selanjutnya terutama dalam menentukan besarnya
penghematan pajak yang akan diterima perusahaan.
62
5. Keseragaman Metode Akuntansi dan Perpajakan Atas Aktiva
Tetap Perusahaan.
PT. Els Indonesia Prima memiliki kebijakan dalam menetapkan
metode penyusutan, taksiran masa manfaat, serta tarif penyusutan atas aktiva
tetap. Kebijakan tersebut adalah dengan melakukan keseragaman antara
metode akuntansi dengan perpajakan, dimana metode penyusutan, tarif
penyusutan serta masa manfaat disesuaikan dengan metode perpajakan.
Dengan demikian tidak mengakibatkan perbedaan atas biaya penyusutan dan
tidak perlu dilakukan rekonsiliasi fiskal atau koreksi atas biaya penyusutan.
Keseragaman antara metode akuntansi dengan metode perpajakan dapat
dilihat dibawah ini:
Tabel 4.5
Keseragaman Metode Akuntansi dan Pajak
Keterangan Akuntansi Pajak
Jenis Aktiva Metode Tarif Masa
Manfaat
Metode Tarif Masa
Manfaat
Kelompok
Bangunan Garis lurus 5% 20 tahun Garis lurus 5% 20 tahun Permanen
Peralatan
kantor Garis lurus 25% 4 tahun Garis lurus 25% 4 tahun Kelompok 1
Mesin Garis lurus 6,25% 16 tahun Garis lurus 6,25% 16 tahun Kelompok 2
Kendaraan Garis lurus 12,50% 8 tahun Garis lurus 12,50% 8 tahun Kelompok 3
Sumber PT. Els Indonesia prima
63
C. Perbandingan Alternatif Financial Lease Dan Pembelian Tunai Serta
Implikasinya Terhadap Penghematan Pajak.
1. Prosedur Penentuan Dalam Analisis Perbandingan
Perhitungan lease atas beberapa aktiva tetap di atas hanya merupakan
contoh perhitungan yang bertujuan untuk memberikan gambaran terlebih
dahulu mengenai komposisi perhitungan financial lease. Pada bagian ini,
penulis akan melakukan analisis perbandingan guna melihat nilai penghematan
pajak yang dapat diterima oleh perusahaan. Perbandingan yang dilakukan
penulis adalah membandingkan alternatif financial lease dengan alternatif
pembelian tunai yang biasa dilakukan oleh perusahaan, dengan demikian akan
dapat diketahui alternatif mana yang akan memberikan peranan dan kontribusi
yang menguntungkan bagi perusahaan dalam hal penghematan pajak.
Dalam melakukan perbandingan guna memperoleh penghematan pajak,
selain nilai nominal akan digunakan juga nilai tunai berdasarkan Present Value
Interest Factor (PVIF) untuk memudahkan analisis yang akan dilakukan.
Present Value Interest Factor menggambarkan tentang berapa biaya yang akan
dikeluarkan sehingga bagi perusahaan tidak berbeda antara mengeluarkan biaya
pada saat ini atau mengeluarkan biaya beberapa waktu lagi.
Rumus (1) PVIFk,n = 1 / ( 1 + i )n
Rumus (2) PVIFk,n = 1 / ( 1 + i / 12 )n
Keterangan:
i = tingkat suku bunga pinjaman ( % )
64
n = periode (tahunan / bulanan)
Rumus (1) untuk periode tahunan. Rumus (2) untuk periode bulanan.
Tingkat suku bunga (i) pada PVIF yang akan digunakan dalam
perhitungan adalah tingkat suku bunga pinjaman bank secara rata-rata pada
tahun perolehan aktiva tetap, yang diperoleh dari data statistik Bank Indonesia.
Sebelum melakukan perhitungan, analisis perbandingan yang
melibatkan perhitungan antara alternatif leasing dengan alternatif pembelian
tunai ini lebih didasarkan pada peraturan perpajakan yang berlaku guna
memperoleh nilai penghematan pajak. Karena ketentuan pajak dalam
perhitungan ini hanya memiliki sedikit perbedaan dengan standar akuntansi,
hasil perhitungan atas analisis ini diharapkan mampu memberikan informasi
yang berguna dari sudut pandang akuntansi maupun perpajakan.
Hal pokok yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis
perbandingan antara lain:
a. Apabila membeli secara tunai, maka jumlah yang dapat dibiayakan
(deductible expenses) dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak
adalah biaya penyusutan.
b. Besarnya biaya penyusutan antara lain ditentukan oleh metode penyusutan
dan umur ekonomis yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan.
c. Apabila membeli secara lease, maka semua biaya yang dikeluarkan untuk
membayar lease tersebut dapat dibiayakan yang bersangkutan.
d. Masa lease ditentukan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang
65
modal golongan I, 3 (tiga) tahun untuk barang modal golongan II dan III dan
7 (tujuh) tahun untuk golongan bangunan.
e. Dalam pasal 16 KMK 1169/KMK.01/1991 diatur mengenai ketentuan
perpajakan untuk lessee yang melakukan transaksi financial lease sebagai
berikut:
1) Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang
dileasing sampai saat lessee membeli barang tersebut.
2) Setelah lessee menggunakan hak opsinya membeli barang modal yang
dileasing maka lessee boleh melakukan penyusutan dengan dasar adalah
harga opsi barang modal yang bersangkutan.
3) Pembayaran lessee yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali
pembebanan atas tanah merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto lessee.
2. Perbandingan Perhitungan Lease dan Pembelian Atas Aktiva Tetap
Setelah menentukan semua hal yang diperlukan dalam
analisis, kemudian dilakukan perbandingan perhitungan atas alternatif leasing
dan alternatif pembelian untuk mengetahui hasil analisis dan
pengaruhnya terhadap penghematan pajak yang dapat diperoleh perusahaan.
66
a. Alternatif Financial Lease dan Pembelian Tunai Atas Mesin WSB 4500 H
1) Alternatif Financial Lease
Harga perolehan mesin Rp. 520.000.000
Nilaiopsi (10%) Rp. 52.000.000
Nilai leasing (90%) Rp. 468.000.000
Bunga leasing 14,68%p.a atau 1,22 %per month
Discount factor 14,38%p.a atau 1,20% per month
Lease term 4 tahun atau 48 bulan
Tabel perhitungan biaya leasing atas Mesin WSB 4500 H adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.6
Perhitungan Biaya Leasing Mesin WSB 4500 H - Alternatif Lease
Periode Angsuran
perbulan
Angsuran
pokok
Angsuran
bunga
Saldo nilai
leasing
Discount
factor Present value
468.000.000 14,36%
1 12.948.995 7.225.355 5.723.640 460.774.645 1,00000 12.948.995
2 12.948.995 7.313.721 5.635.274 453.460.924 0,98413 12.743.460
3 12.948.995 7.403.168 5.545.827 446.057.756 0,98367 12.737.591
4 12.948.995 7.493.709 5.455.286 438.564.047 0,98320 12.731.454
5 12.948.995 7.585.357 5.363.638 430.978.691 0,98270 12.725.031
6 12.948.995 7.678.126 5.270.869 423.300.565 0,98218 12.718.301
7 12.948.995 7.772.029 5.176.966 415.528.536 0,98164 12.711.244
8 12.948.995 7.867.081 5.081.914 407.661.455 0,98107 12.703.835
9 12.948.995 7.963.295 4.985.700 399.698.160 0,98047 12.696.048
10 12.948.995 8.060.687 4.888.308 391.637.473 0,97983 12.687.853
11 12.948.995 8.159.269 4.789.726 383.478.204 0,97917 12.679.219
12 12.948.995 8.259.057 4.689.938 375.219.148 0,97846 12.670.110
13 12.948.995 8.360.065 4.588.930 366.859.083 0,97772 12.660.485
14 12.948.995 8.462.308 4.486.687 358.396.775 0,97693 12.650.302
15 12.948.995 8.565.802 4.383.193 349.830.972 0,97610 12.639.510
Bersambung ke halaman selanjutnya
67
Tabel4.6 (Lanjutan)
Periode Angsuran
perbulan
Angsuran
pokok
Angsuran
bunga
Saldo nilai
leasing
Discount
factor Present value
16 12.948.995 8.670.562 4.278.433 341.160.410 0,97521 12.628.054
17 12.948.995 8.776.603 4.172.392 332.383.807 0,97427 12.615.873
18 12.948.995 8.883.941 4.065.054 323.499.866 0,97327 12.602.895
19 12.948.995 8.992.592 3.956.403 314.507.274 0,97220 12.589.041
20 12.948.995 9.102.571 3.846.424 305.404.703 0,97106 12.574.221
21 12.948.995 9.213.895 3.735.100 296.190.807 0,96983 12.558.331
22 12.948.995 9.326.581 3.622.414 286.864.226 0,96851 12.541.252
23 12.948.995 9.440.646 3.508.349 277.423.581 0,96709 12.522.846
24 12.948.995 9.556.105 3.392.890 267.867.476 0,96555 12.502.955
25 12.948.995 9.672.976 3.276.019 258.194.500 0,96389 12.481.393
26 12.948.995 9.791.276 3.157.719 248.403.224 0,96208 12.457.942
27 12.948.995 9.911.024 3.037.971 238.492.200 0,96010 12.432.344
28 12.948.995 10.032.235 2.916.760 228.459.965 0,95793 12.404.292
29 12.948.995 10.154.930 2.794.065 218.305.035 0,95555 12.373.419
30 12.948.995 10.279.124 2.669.871 208.025.911 0,95291 12.339.278
31 12.948.995 10.404.838 2.544.157 197.621.073 0,94998 12.301.325
32 12.948.995 10.532.089 2.416.906 187.088.984 0,94671 12.258.887
33 12.948.995 10.660.897 2.288.098 176.428.087 0,94302 12.211.122
34 12.948.995 10.791.279 2.157.716 165.636.807 0,93883 12.156.966
35 12.948.995 10.923.257 2.025.738 154.713.550 0,93405 12.095.047
36 12.948.995 11.056.848 1.892.147 143.656.702 0,92853 12.023.575
37 12.948.995 11.192.074 1.756.921 132.464.629 0,92209 11.940.159
38 12.948.995 11.328.953 1.620.042 121.135.676 0,91448 11.841.540
39 12.948.995 11.467.506 1.481.489 109.668.170 0,90533 11.723.157
40 12.948.995 11.607.753 1.341.242 98.060.417 0,89416 11.578.417
41 12.948.995 11.749.716 1.199.279 86.310.701 0,88018 11.397.431
42 12.948.995 11.893.415 1.055.580 74.417.286 0,86220 11.164.653
43 12.948.995 12.038.872 910.123 62.378.414 0,83822 10.854.169
44 12.948.995 12.186.107 762.888 50.192.307 0,80464 10.419.308
45 12.948.995 12.335.143 613.852 37.857.164 0,75424 9.766.681
46 12.948.995 12.486.002 462.993 25.371.162 0,67018 8.678.174
47 12.948.995 12.638.706 310.289 12.732.457 0,50185 6.498.422
48 12.948.995 12.793.277 155.718 - 0,00000 0
jumlah 621.551.760 468.060.820 153.490.940 567.236.606
Sumber : Data yang diolah
68
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 4.6, total lease fee secara nominal
adalah sebesar Rp 621.551.760, sedangkan nilai tunai (present value) dengan
discount rate 14,38% adalah sebesar Rp. 567.236.606. Semua lease fee ini
dapat diakui sebagai deductible expenses.
Selain lease fee biaya yang masih dapat dikurangkan adalah biaya
penyusutan. Setelah mengambil alih mesin yang dileasing dengan hak opsi,
maka nilai perolehan aktiva sebesar nilai opsi dapat disusutkan oleh
perusahaan sesuai dengan metode dan umur aktiva bersangkutan yang telah
ditetapkan.
Perhitungan biaya penyusutan berdasarkan nilai opsi yang
diambil perusahaan, disajikan seperti berikut ini.
Nilai aktiva (nilai opsi) Rp. 52.000.000
Umur aktiva 16 tahun
Metode penyusutan Garis lurus
Discount rate 14,38% pertahun atau 1,20% perbulan
69
Tabel 4.7
Perhitungan Biaya Penyusutan Atas Nilai Opsi Mesin WSB 4500 H -
Alternatif Lease
Tahun Nilai buku
Aktiva tetap Biaya Saldo
Discount
factor
Present
Value
(Rupiah) (Rupiah) (Rupiah) 14,38% (Rupiah)
tahun 1-4 tidak ada penyusutan karena leasing
5 52.000.000 3.250.000 48.750.000 0,874279 2.841.406
6 48.750.000 3.250.000 45.500.000 0,446580 1.451.386
7 45.500.000 3.250.000 42.250.000 0,390436 1.268.916
8 42.250.000 3.250.000 39.000.000 0,341349 1.109.386
9 39.000.000 3.250.000 35.750.000 0,298435 969.912
10 35.750.000 3.250.000 32.500.000 0,260915 847.974
11 32.500.000 3.250.000 29.250.000 0,228112 741.365
12 29.250.000 3.250.000 26.000.000 0,199434 648.160
13 26.000.000 3.250.000 22.750.000 0,174361 566.673
14 22.750.000 3.250.000 19.500.000 0,152440 495.430
15 19.500.000 3.250.000 16.250.000 0,133275 433.144
16 16.250.000 3.250.000 13.000.000 0,116519 378.688
17 13.000.000 3.250.000 9.750.000 0,101870 331.079
18 9.750.000 3.250.000 6.500.000 0,089063 289.455
19 6.500.000 3.250.000 3.250.000 0,077866 253.065
20 3.250.000 3.250.000 - 0,068077 221.249
Jumlah 52.000.000 12.847.287
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, total biaya penyusutan adalah sebesar
nilai opsi Rp.52.000.000, dengan nilai tunai berdasarkan discount rate
14,38% yaitu sebesarRp.12.847.287
Tabel 4.6 dan 4.7 di atas, jumlah nilai perolehan keseluruhan mesin
(lease fee dan nilai opsi) dan total nilai tunai yang dapat dibiayakan adalah
sebagai berikut:
Jumlah Angsuran Perbulan (Lease Fee) Rp. 621.551.760
Biaya Penyusutan (Nilai Opsi) Rp. 52.000.000
70
Jumlah Nilai Perolehan Keseluruhan Rp. 673.551.760
Present Value Lease Fee Rp. 567.236.606
Present Value Biaya Penyusutan Rp. 12.847.287
Rp. 580.083.893
2) Alternatif pembelian Tunai
Jika perusahaan melakukan pembelian secara tunai, maka yang
dapat diakui sebagai biaya adalah biaya penyusutan. Untuk menghitung
biaya penyusutan, metode yang digunakan adalah metode garis lurus,
karena perusahaan menerapkan metode garis lurus untuk penyusutannya.
Sedangkan umur aktiva 16 tahun sesuai dengan ketentuan.
Besarnya biaya penyusutan dapat dilihat pada tabel berkut ini.
Harga Perolehan Rp. 520.000.000
Umur Aktiva 16 tahun
Metode Penyusutan Garis Lurus
Discount Rate 14,38% at pertahun 1,20% perbulan
71
Perhitungan biaya penyusutan dengan alternatif pembelian tunai
atas Mesin WSB 4500 H sebagai berikut.
Tabel 4.8
Perhitungan Biaya Mesin WSB 4500 H - Alternatif
Pembelian
Tahun Nilai Buku
Aktiva Tetap Biaya Saldo
Discount
factort
Present
Value
(rupiah) (rupiah) (rupiah) 14,38% (rupiah)
1 520.000.000 32.500.000 487.500.000 0,874279 28.414.058
2 487.500.000 32.500.000 455.000.000 0,764363 24.841.807
3 455.000.000 32.500.000 422.500.000 0,668267 21.718.663
4 422.500.000 32.500.000 390.000.000 0,584251 18.988.165
5 390.000.000 32.500.000 357.500.000 0,510798 16.600.948
6 357.500.000 32.500.000 325.000.000 0,446580 14.513.856
7 325.000.000 32.500.000 292.500.000 0,390436 12.689.155
8 292.500.000 32.500.000 260.000.000 0,341349 11.093.859
9 260.000.000 32.500.000 227.500.000 0,298435 9.699.124
10 227.500.000 32.500.000 195.000.000 0,260915 8.479.738
11 195.000.000 32.500.000 162.500.000 0,228112 7.413.655
12 162.500.000 32.500.000 130.000.000 0,199434 6.481.600
13 130.000.000 32.500.000 97.500.000 0,174361 5.666.725
14 97.500.000 32.500.000 65.000.000 0,152440 4.954.297
15 65.000.000 32.500.000 32.500.000 0,133275 4.331.437
16 32.500.000 32.500.000 - 0,116519 3.786.883
Jumlah 520.000.000 199.673.971
Sumber : Data yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa nilai nominal dari akumulasi
penyusutan adalah sebesar harga perolehan mesin yaitu Rp. 520.000.000 dan
nilai tunainya sebesar Rp. 199.673.971.
72
b. Alternatif Financial Lease dan Pembelian Tunai Atas Mesin IC4 4832 R
1) Alternatif Financial Lease
Harga perolehan mesin Rp. 446.052.000
Nilai opsi (10%) Rp. 44.605.200
Nilai leasing (90%) Rp. 401.446.800
Bunga leasing 14,68% pertahun atau 1,22 % perbulan
Discount factor 14,28% pertahun atau 1,19 % perbulan
Lease term 4 tahun atau 48 bulan
Tabel perhitungan biaya leasing atas mesin IC4 4832 R adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.9
Perhitungan Biaya Leasing mesin IC4 4832 R - Alternatif Lease
Periode Angsuran
Perbulan
Angsuran
Pokok
Angsuran
Bunga
Saldo Nilai
Leasing
Discoun
t Factor
Present
Value
401.446.800 14,36%
1 11.107.548 6.197.854 4.909.694 395.248.946 1,00000 12.948.995
2 11.107.548 6.273.653 4.833.895 388.975.293 0,98413 12.743.460
3 11.107.548 6.350.380 4.757.168 382.624.913 0,98367 12.737.591
4 11.107.548 6.428.045 4.679.503 376.196.867 0,98320 12.731.454
5 11.107.548 6.506.660 4.600.888 369.690.207 0,98270 12.725.031
6 11.107.548 6.586.237 4.521.311 363.103.970 0,98218 12.718.301
7 11.107.548 6.666.786 4.440.762 356.437.184 0,98164 12.711.244
8 11.107.548 6.748.321 4.359.227 349.688.863 0,98107 12.703.835
9 11.107.548 6.830.853 4.276.695 342.858.010 0,98047 12.696.048
10 11.107.548 6.914.395 4.193.153 335.943.615 0,97983 12.687.853
11 11.107.548 6.998.958 4.108.590 328.944.657 0,97917 12.679.219
12 11.107.548 7.084.555 4.022.993 321.860.103 0,97846 12.670.110
13 11.107.548 7.171.199 3.936.349 314.688.904 0,97772 12.660.485
14 11.107.548 7.258.903 3.848.645 307.430.001 0,97693 12.650.302
15 11.107.548 7.347.679 3.759.869 300.082.322 0,97610 12.639.510
Bersambung ke halaman selanjutnya
73
Tabel 4.9 (Lanjutan)
Periode Angsuran
Perbulan
Angsuran
Pokok
Angsuran
Bunga
Saldo Nilai
Leasing
Discoun
t Factor
Present
Value
16 11.107.548 7.437.541 3.670.007 292.644.781 0,97521 12.628.054
17 11.107.548 7.528.502 3.579.046 285.116.278 0,97427 12.615.873
18 11.107.548 7.620.576 3.486.972 277.495.702 0,97327 12.602.895
19 11.107.548 7.713.776 3.393.772 269.781.927 0,97220 12.589.041
20 11.107.548 7.808.115 3.299.433 261.973.812 0,97106 12.574.221
21 11.107.548 7.903.608 3.203.940 254.070.203 0,96983 12.558.331
22 11.107.548 8.000.269 3.107.279 246.069.934 0,96851 12.541.252
23 11.107.548 8.098.113 3.009.435 237.971.821 0,96709 12.522.846
24 11.107.548 8.197.153 2.910.395 229.774.669 0,96555 12.502.955
25 11.107.548 8.297.404 2.810.144 221.477.265 0,96389 12.481.393
26 11.107.548 8.398.881 2.708.667 213.078.384 0,96208 12.457.942
27 11.107.548 8.501.599 2.605.949 204.576.785 0,96010 12.432.344
28 11.107.548 8.605.574 2.501.974 195.971.211 0,95793 12.404.292
29 11.107.548 8.710.820 2.396.728 187.260.391 0,95555 12.373.419
30 11.107.548 8.817.353 2.290.195 178.443.037 0,95291 12.339.278
31 11.107.548 8.925.190 2.182.358 169.517.847 0,94998 12.301.325
32 11.107.548 9.034.345 2.073.203 160.483.503 0,94671 12.258.887
33 11.107.548 9.144.835 1.962.713 151.338.668 0,94302 12.211.122
34 11.107.548 9.256.676 1.850.872 142.081.992 0,93883 12.156.966
35 11.107.548 9.369.885 1.737.663 132.712.107 0,93405 12.095.047
36 11.107.548 9.484.479 1.623.069 123.227.628 0,92853 12.023.575
37 11.107.548 9.600.474 1.507.074 113.627.154 0,92209 11.940.159
38 11.107.548 9.717.888 1.389.660 103.909.266 0,91448 11.841.540
39 11.107.548 9.836.738 1.270.810 94.072.528 0,90533 11.723.157
40 11.107.548 9.957.041 1.150.507 84.115.487 0,89416 11.578.417
41 11.107.548 10.078.816 1.028.732 74.036.671 0,88018 11.397.431
42 11.107.548 10.202.080 905.468 63.834.592 0,86220 11.164.653
43 11.107.548 10.326.851 780.697 53.507.741 0,83822 10.854.169
44 11.107.548 10.453.148 654.400 43.054.593 0,80464 10.419.308
45 11.107.548 10.580.990 526.558 32.473.602 0,75424 9.766.681
46 11.107.548 10.710.396 397.152 21.763.206 0,67018 8.678.174
47 11.107.548 10.841.384 266.164 10.921.822 0,50185 6.498.422
48 11.107.548 10.973.974 133.574 0 0,00000 0
Jumlah 533.162.304 401.498.952 131.663.352 567.236.606
Sumber : Data yang diolah
74
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 4.9, total lease fee secara
nominal adalah sebesar Rp. 533.162.304, sedangkan nilai tunai (present
value) dengan discount rate 14,36% adalah sebesar Rp.
567.236.606. Semua lease fee ini dapat diakui sebagai deductible
expenses.
Selain lease fee biaya yang masih dapat dikurangkan adalah biaya
penyusutan. Setelah mengambil alih mesin yang dileasing dengan hak
opsi, maka nilai perolehan aktiva sebesar nilai opsi dapat disusutkan oleh
perusahaan sesuai dengan metode dan umur aktiva bersangkutan yang
telah ditetapkan.
Perhitungan biaya penyusutan berdasarkan nilai opsi yang
diambil perusahaan, disajikan seperti berikut ini.
Nilai aktiva (nilai opsi) Rp. 44.605.200
Umur aktiva 16 tahun
Metode penyusutan Garis lurus
Discount rate 14,36% pertahun atau 1,19 % perbulan
75
Tabel 4.10
Perhitungan Biaya Penyusutan Atas Nilai Opsi Mesin IC4 4832 R – Alternatif
Lease
Tahun
Nilai Buku
Aktiva
Tetap
Biaya Saldo Discount
factor Present Value
(Rupiah) (Rupiah) (Rupiah) 14,28% (Rupiah)
tahun 1-4 tidak ada penyusutan karena leasing
5 44.605.200 2.787.825 41.817.375 0,875044 2.439.469
6 41.817.375 2.787.825 39.029.550 0,448930 1.251.538
7 39.029.550 2.787.825 36.241.725 0,392833 1.095.151
8 36.241.725 2.787.825 33.453.900 0,343746 958.305
9 33.453.900 2.787.825 30.666.075 0,300793 838.559
10 30.666.075 2.787.825 27.878.250 0,263207 733.775
11 27.878.250 2.787.825 25.090.425 0,230318 642.086
12 25.090.425 2.787.825 22.302.600 0,201538 561.853
13 22.302.600 2.787.825 19.514.775 0,176355 491.646
14 19.514.775 2.787.825 16.726.950 0,154318 430.212
15 16.726.950 2.787.825 13.939.125 0,135035 376.454
16 13.939.125 2.787.825 11.151.300 0,118162 329.414
17 11.151.300 2.787.825 8.363.475 0,103397 288.251
18 8.363.475 2.787.825 5.575.650 0,090477 252.233
19 5.575.650 2.787.825 2.787.825 0,079171 220.715
20 2.787.825 2.787.825 - 0,069278 193.135
Jumlah 44.605.200 11.102.795
Sumber : Data yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.10 di atas, total biaya penyusutan adalah
sebesar nilai opsi Rp. 44.605.200, dengan nilai tunai berdasarkan discount
rate 14,28 % yaitu sebesar Rp. 11.102.795.
76
Tabel 4.9 dan 4.10 di atas, jumlah nilai perolehan keseluruhan
mesin (lease fee dan nilai opsi) dan total nilai tunai yang dapat dibiayakan
adalah sebagai berikut:
Jumlah Angsuran Perbulan (Lease Fee) Rp. 533.162.304
Biaya Penyusutan (Nilai Opsi) Rp. 44.605.200
Jumlah Nilai Perolehan Keseluruhan Rp. 577.767.504
2) Alternatif Pembelian Tunai
Jika perusahaan melakukan pembelian secara tunai, maka yang
dapat diakui sebagai biaya adalah biaya penyusutan. Untuk menghitung
biaya penyusutan, metode yang digunakan adalah metode garis lurus,
karena perusahaan menerapkan metode garis lurus untuk penyusutannya.
sedangkan umur aktiva 16 tahun sesuai dengan ketentuan.
Besarnya biaya penyusutan dapat dilihat pada tabel berkut ini.
Harga Perolehan Rp. 446.052.000
Umur Aktiva 16 tahun
Metode Penyusutan Garis Lurus
Discount Rate 14,36% pertahun atau 1,19 % perbulan
77
Perhitungan biaya penyusutan dengan alternatif pembelian tunai
atas mesin Mesin IC4 4832 R sebagai berikut.
Tabel 4.11
Perhitungan Biaya Penyusutan Mesin IC4 4832 R -Alternatif Pembelian
Tahun
Nilai Buku
Aktiva
Tetap
Biaya Saldo Discount
factor Present value
(Rupiah) (Rupiah) (Rupiah) 14,28% (Rupiah)
1 446.052.000 27.878.250 418.173.750 0,875044 24.394.688
2 418.173.750 27.878.250 390.295.500 0,765702 21.346.420
3 390.295.500 27.878.250 362.417.250 0,670022 18.679.051
4 362.417.250 27.878.250 334.539.000 0,586299 16.344.987
5 334.539.000 27.878.250 306.660.750 0,513037 14.302.579
6 306.660.750 27.878.250 278.782.500 0,448930 12.515.382
7 278.782.500 27.878.250 250.904.250 0,392833 10.951.507
8 250.904.250 27.878.250 223.026.000 0,343746 9.583.048
9 223.026.000 27.878.250 195.147.750 0,300793 8.385.586
10 195.147.750 27.878.250 167.269.500 0,263207 7.337.755
11 167.269.500 27.878.250 139.391.250 0,230318 6.420.856
12 139.391.250 27.878.250 111.513.000 0,201538 5.618.530
13 111.513.000 27.878.250 83.634.750 0,176355 4.916.460
14 83.634.750 27.878.250 55.756.500 0,154318 4.302.117
15 55.756.500 27.878.250 27.878.250 0,135035 3.764.541
16 27.878.250 27.878.250 - 0,118162 3.294.138
Jumlah 446.052.000 172.157.646
Sumber : Data yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa nilai nominal dari
akumulasi penyusutan adalah sebesar harga perolehan mesin yaitu Rp.
446.052.000 dan nilai tunainya sebesar Rp. 172.157.646.
78
3. Hasil Perbandingan terhadap Penghematan Pajak
Besarnya perbandingan penghematan pajak antara sewa guna usaha
(leasing) dengan pembelian langsung secara tunai dilakukan dengan cara
membandingkan jumlah biaya yang dapat dikurangkan dalam rangka
menghitung panghasilan kena pajak.
Untuk leasing biaya yang dapat dikurangkan adalah seluruh lease fee
dan biaya penyusutan sebesar nilai opsi. Sedangkan untuk pembelian tunai
biaya yang dapat dikurangkan adalah biaya penyusutannya saja. Disamping
dihitung berdasarkan nilai nominal juga dihitung berdasarkan nilai tunai.
a. Nilai Penghematan Pajak Atas Mesin WSB 4500 H
Deductible expenses (biaya yang dapat dikurangkan) merupakan unsur
yang menentukan besarnya penghematan pajak yang dapat diperoleh
perusahaan. Oleh karena itu perlu untuk melihat hasil perbandingan antara
alternatif lease dengan alternatif pembelian tunai untuk menentukan
deductible expenses.
79
Tabel 4.12
Perbandingan Deductible expenses Per Tahun - Mesin WSB 4500 H
Keterangan
Leasing Pembelian Tunai
Lease Fee
Biaya
Penyusutan
Pengurangan
PPh
Biaya
penyusutan
Pengurangan
PPh
Tahun 1 155.387.940 - 46.616.382 32.500.000 9.750.000
Tahun 2 155.387.940 - 46.616.382 32.500.000 9.750.000
Tahun 3 155.387.940 - 46.616.382 32.500.000 9.750.000
Tahun 4 155.387.940 - 46.616.382 32.500.000 9.750.000
Tahun 5 - 3.250.000 975.000 32.500.000 9.750.000
Tahun 6 - 3.250.000 975.000 32.500.000 9.750.000
Tahun 7 - 3.250.000 975.000 32.500.000 9.750.000
Tahun 8 - 3.250.000 975.000 32.500.000 9.750.000
Tahun 9 - 3.250.000 975.000 32.500.000 9.750.000
Tahun 10 - 3.250.000 975.000 32.500.000 9.750.000
Tahun 11 - 3.250.000 975.000 32.500.000 9.750.000
Tahun 12 - 3.250.000 975.000 32.500.000 9.750.000
Tahun 13 - 3.250.000 975.000 32.500.000 9.750.000
Tahun 14 - 3.250.000 975.000 32.500.000 9.750.000
Tahun 15 - 3.250.000 975.000 32.500.000 9.750.000
Tahun 16 - 3.250.000 975.000 32.500.000 9.750.000
Tahun 17 - 3.250.000 975.000 - -
Tahun 18 - 3.250.000 975.000 - -
Tahun 19 - 3.250.000 975.000 - -
Tahun 20 - 3.250.000 975.000 - -
Jumlah 621.551.760 52.000.000 202.065.528 520.000.000 156.000.000
Sumber : data yang diolah
80
Tabel 4.13
Total Perbandingan Harga Perolehan dan Deductible expenses -Mesin WSB
4500 H
Keterangan
Leasing dengan Bunga Beli secara Tunai
Nominal
Present
Value (disc.
Rate
14,38%)
Nominal
Present Value
(disc. Rate
14,38%
Harga perolehan
Lease fee 621.551.760 567.236.606
Nilai opsi 52.000.000 52.000.000
Harga mesin WSB 4500 H 520.000.000 520.000.000
Jumlah 673.551.760 619.236.606 520.000.000 520.000.000
Biaya yang boleh
dibiayakan:
Lease fee 621.551.760 567.236.606
Biaya penyusutan 52.000.000 12.847.287 52.000.000 199.673.971
Jumlah 673.551.760 580.083.893 52.000.000 199.673.971
Pengurangan pph karena
biaya 202.065.528 174.025.168 15.600.000 59.902.191
Sumber : Data yang diolah
Perhitungan pada Tabel 4.12 merupakan perhitungan atas harga
perolehan dan deductible expenses pertahun. Sedangkan perhitungan pada
Tabel 4.13 merupakan perhitungan total atas harga perolehan dan deductible
expenses yang nilai-nilainya dapat dilihat pada tabel-tabel perbandingan
sebelumnya yaitu Tabel 4.6, 4.7 dan 5.8. Pada perhitungan yang dilakukan
pada Tabel 4.13 dapat diketahui besarnya pengurangan pajak penghasilan
karena unsur biaya yaitu secara nominal Rp. 202.065.528 dan Rp.
15.600.000, serta secara tunai Rp. 174.025.168 dan Rp. 59.902.191.
Penghematan pajak secara total dapat dilihat pada Tabel 4.14 di bawah ini,
yang diperoleh dari selisih pengurangan PPh karena biaya antara alternatif
81
lease dengan pembelian.
Tabel 4.14
Tabel Perbandingan Penghematan Pajak Lease
dan Pembelian - mesin WSB 4500 H
Pengurangan PPh karena
biaya Nominal
PV disc. Rate 14,38%
Leasing (bunga 14,68%) 202.065.528 174.025.168
Pembelian tunai 156.000.000 59.902.191
Penghematan Pajak 46.065.528 114.122.977
Sumber : Data yang diolah
Penghematan pajak dihasilkan dari kelebihan pengurangan PPh atas
biaya dari alternatif leasing yang lebih besar dari pada alternatif pembelian.
Nilai penghematan pajak secara nominal adalah sebesar Rp.46.065.528 dan
berdasarkan nilai tunai yaitu sebesar Rp. 114.122.977.
Untuk mengetahui hasil analisis mengenai penghematan pajak lebih
mudah dan sederhana, di bawah ini akan dihitung nilai penghematan pajak
pertahun antara alternatif lease dan pembelian tunai yang dapat dijadikan
sebagai informasi bagi perusahaan dalam menentukan nilai penghematan
pajak yang dapat diperolehnya pertahun.
Tabel 4.15
Perbandingan Nilai Penghematan Pajak Per Tahun - WSB 4500 H
Keterangan Pengurangan PPh Penghematan Pajak
Leasing Pembelian Leasing Pembelian
Tahun 1 46.616.382 9.750.000 36.866.382 -
Tahun 2 46.616.382 9.750.000 36.866.382 -
Tahun 3 46.616.382 9.750.000 36.866.382 -
Tahun 4 46.616.382 9.750.000 36.866.382 -
Tahun 5 975.000 9.750.000 - 8.775.000
Tahun 6 975.000 9.750.000 - 8.775.000
Bersambung kehalaman selanjutnya
82
Tabel 4.15 (Lanjutan)
Keterangan Pengurangan PPh Penghematan Pajak
Leasing Pembelian Leasing
Tahun 7 975.000 9.750.000 - 8.775.000
Tahun 8 975.000 9.750.000 - 8.775.000
Tahun 9 975.000 9.750.000 - 8.775.000
Tahun 10 975.000 9.750.000 - 8.775.000
Tahun 11 975.000 9.750.000 - 8.775.000
Tahun 12 975.000 9.750.000 - 8.775.000
Tahun 13 975.000 9.750.000 - 8.775.000
Tahun 14 975.000 9.750.000 - 8.775.000
Tahun 15 975.000 9.750.000 - 8.775.000
Tahun 16 975.000 9.750.000 - 8.775.000
Tahun 17 975.000 - 975.000 -
Tahun 18 975.000 - 975.000 -
Tahun 19 975.000 - 975.000 -
Tahun 20 975.000 - 975.000 -
Jumlah 202.065.528 156.000.000 151.365.528 105.300.000
Sumber : Data yang diolah
Tabel di atas, dapat diketahui nilai penghematan pajak per tahun yang
dapat diterima oleh perusahaan dari kedua alternatif. Berdasarkan tabel,
pembebanan biaya karena leasing pada empat tahun pertama akan
memberikan nilai penghematan pajak yang cukup besar karena lease fee
bersifat deductible expenses. Kemudian pada tahun kelima sampai dengan
tahun keenam belas nilai penghematan pajak yang lebih besar akan diberikan
oleh alternatif pembelian tunai karena pembebanan biaya penyusutannya
lebih besar dari pada pembebanan biaya penyusutan atas nilai opsi yang
telah diambil perusahaan dalam alternatif leasing. Tetapi pada tahun ketujuh
belas sampai dengan tahun kedua puluh, nilai penghematan pajak akan
83
dihasilkan kembali dari alternatif lease, karena masih adanya pembebanan
biaya penyusutan, sedangkan pada alternatif pembelian, umur ekonomis
sudah habis sehingga tidak ada biaya penyusutan yang dapat dibebankan.
Secara matematis, walaupun leasing lebih mahal daripada pembelian
tunai, tetapi penghematan pajaknya juga lebih besar karena semua lease fee
dapat dibiayakan (deductible expenses) dan atas pembebanan biaya
penyusutannya pun cukup menguntungkan dalam penghematan pajak.
b. Nilai Penghematan Pajak Atas Mesin IC4 4832 R
Perhitungan atas perbandingan deductible expenses dan nilai
penghematan pajak pertahun dapat dilihat pada Tabel 4.16, sedangkan total
perhitungan atas perbandingan deductible expenses dan nilai penghematan
pajak disajikan pada Tabel 4.18.
Tabel 4.16
Perbandingan Deductible expenses Per Tahun - Mesin IC4 4832 R
Keterangan
Leasing Pembelian Tunai
Lease Fee Biaya
Penyusutan
Pengurangan
PPh
Biaya
Penyusutan
Pengurangan
PPh
Tahun 1 133.290.576 - 39.987.173 27.878.250 8.363.475
Tahun 2 133.290.576 - 39.987.173 27.878.250 8.363.475
Tahun 3 133.290.576 - 39.987.173 27.878.250 8.363.475
Tahun 4 133.290.576 - 39.987.173 27.878.250 8.363.475
Tahun 5 - 2.787.825 836.348 27.878.250 8.363.475
Tahun 6 - 2.787.825 836.348 27.878.250 8.363.475
Tahun 7 - 2.787.825 836.348 27.878.250 8.363.475
Tahun 8 - 2.787.825 836.348 27.878.250 8.363.475
Tahun 9 - 2.787.825 836.348 27.878.250 8.363.475
Tahun 10 - 2.787.825 836.348 27.878.250 8.363.475
Tahun 11 - 2.787.825 836.348 27.878.250 8.363.475
Bersambung ke halaman selanjutnya
84
Tabel 4.16(Lanjutan)
Keterangan
Leasing Pembelian Tunai
Lease Fee Biaya
Penyusutan
Pengurangan
PPH Lease Fee
Biaya
Penyusutan
Tahun 12 - 2.787.825 836.348 27.878.250 8.363.475
Tahun 13 - 2.787.825 836.348 27.878.250 8.363.475
Tahun 14 - 2.787.825 836.348 27.878.250 8.363.475
Tahun 15 - 2.787.825 836.348 27.878.250 8.363.475
Tahun 16 - 2.787.825 836.348 27.878.250 8.363.475
Tahun 17 - 2.787.825 836.348 - -
Tahun 18 - 2.787.825 836.348 - -
Tahun 19 - 2.787.825 836.348 - -
Tahun 20 - 2.787.825 836.348 - -
Jumlah 533.162.304 44.605.200 173.330.251 446.052.000 133.815.600
Sumber : Data yang diolah
Tabel 4.17
Total Perbandingan Harga Perolehan dan Deductible expenses - Mesin IC4
4832R
Keterangan
Leasing dengan Bunga Beli secara Tunai
Nominal
Present
Value (disc.
Rate
14,38%)
Nominal
Present
value (disc.
Rate
14,38%
Harga perolehan
Lease Fee 533.162.304 486.571.196
Nilai opsi 44.605.200 44.605.200
Harga mesin IC4 4832 R 446.052.000 446.052.000
Jumlah 577.767.504 531.176.396 446.052.000 446.052.000
Biaya yang boleh
dibiayakan:
Lease fee 533.162.304
Biaya penyusutan 44.605.200 531.176.396 446.052.000 172.157.646
Jumlah 577.767.504 531.176.396 446.052.000 172.157.646
Pengurangan PPh
Karena Biaya 173.330.251 159.352.919 133.815.600 51.647.294
Sumber : Data yang diolah
85
Perhitungan pada Tabel 4.16 merupakan perhitungan atas harga
perolehan dan deductible expenses pertahun. Sedangkan perhitungan pada
Tabel 4.17 merupakan perhitungan total atas harga perolehan dan deductible
expenses yang nilai-nilainya dapat dilihat pada tabel-tabel perbandingan
sebelumnya yaitu Tabel 4.9, 4.10 dan 4.11. Pada perhitungan yang dilakukan
pada Tabel 4.17 dapat diketahui besarnya pengurangan pajak penghasilan
karena unsur biaya yaitu secara nominal Rp 173.330.251 dan Rp.
133.815.600, serta secara tunai Rp. 159.352.919 dan Rp. 51.647.294.
Penghematan pajak secara total dapat dilihat pada Tabel 4.18 di bawah ini,
yang diperoleh dari selisih pengurangan PPh karena biaya antara alternatif
lease dengan pembelian.
Tabel 4.18
Tabel Perbandingan Penghematan Pajak Lease
dan Pembelian - Mesin IC4 4832 R
Pengurangan PPh karena
biaya Nominal
PV disc. Rate
14,38%
Leasing bunga (bunga 14,68%) 173.330.251 159.352.919
Pembelian tunai 133.815.600 51.647.294
Penghematan pajak 39.514.651 107.705.625
Sumber : data yang diolah
Penghematan pajak dihasilkan dari kelebihan pengurangan PPh atas
biaya dari alternatif leasing yang lebih besar dari pada alternative
pembelian. Nilai penghematan pajak secara nominal adalah sebesar Rp.
39.514.651 dan berdasarkan nilai tunai yaitu sebesar Rp. 107.705.625 Untuk
mengetahui hasil analisis mengenai penghematan pajak lebih mudah dan
86
sederhana, di bawah ini akan dihitung nilai penghematan pajak pertahun
antara alternatif lease dan pembelian tunai yang dapat dijadikan sebagai
informasi bagi perusahaan dalam menentukan nilai penghematan pajak yang
dapat diperolehnya pertahun.
Tabel 4.19
Perbandingan Nilai Penghematan Pajak
Per Tahun - Mesin IC4 4832 R
Keterangan Pengurangan PPh Penghematan Pajak
Leasing Pembelian Leasing Pembelian
Tahun 1 39.987.173 8.363.475 31.623.698 -
Tahun 2 39.987.173 8.363.475 31.623.698 -
Tahun 3 39.987.173 8.363.475 31.623.698 -
Tahun 4 39.987.173 8.363.475 31.623.698 -
Tahun 5 836.348 8.363.475 - 7.527.128
Tahun 6 836.348 8.363.475 - 7.527.127
Tahun 7 836.348 8.363.475 - 7.527.127
Tahun 8 836.348 8.363.475 - 7.527.127
Tahun 9 836.348 8.363.475 - 7.527.127
Tahun 10 836.348 8.363.475 - 7.527.127
Tahun 11 836.348 8.363.475 - 7.527.127
Tahun 12 836.348 8.363.475 - 7.527.127
Tahun 13 836.348 8.363.475 - 7.527.127
Tahun 14 836.348 8.363.475 - 7.527.127
Tahun 15 836.348 8.363.475 - 7.527.127
Tahun 16 836.348 8.363.475 - 7.527.127
Tahun 17 836.348 - 836.348 -
Tahun 18 836.348 - 836.348 -
Tahun 19 836.348 - 836.348 -
Tahun 20 836.348 - 836.348 -
Jumlah 173.330.260 133.815.600 129.840.184 90.325.525
Sumber : Data yang diolah
87
Tabel di atas, dapat diketahui nilai penghematan pajak per tahun yang
dapat diterima oleh perusahaan dari kedua alternatif. Berdasarkan tabel,
pembebanan biaya karena leasing pada empat tahun pertama akan
memberikan nilai penghematan pajak yang cukup besar karena lease fee
bersifat deductible expenses. Kemudian pada tahun kelima sampai dengan
tahun keenambelas nilai penghematan pajak yang lebih besar akan diberikan
oleh alternatif pembelian tunai karena pembebanan biaya penyusutannya
lebih besar daripada pembebanan biaya penyusutan atas nilai opsi yang telah
diambil perusahaan dalam alternatif leasing. Tetapi pada tahun ketujuh belas
sampai dengan tahun kedua puluh, nilai penghematan pajak akan dihasilkan
kembali dari alternatif lease, karena masih adanya pembebanan biaya
penyusutan, sedangkan pada alternatif pembelian, umur ekonomis sudah
habis sehingga tidak ada biaya penyusutan yang dapat dibebankan.
Secara matematis, walaupun leasing lebih mahal daripada pembelian
tunai, tetapi penghematan pajaknya juga lebih besar karena semua lease fee
dapat dibiayakan (deductible expenses) dan atas pembebanan biaya
penyusutannya pun cukup menguntungkan dalam penghematasn pajak.
4. Penilaian Atas Hasil Perbandingan Dalam Pengambilan Keputusan
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dibahas sebelumnya, yaitu
antara alternatif leasing dan alternatif pembelian, dapat dikatakan bahwa
alternatif leasing adalah alternatif terbaik yang dapat diambil oleh perusahaan
88
dalam menentukan besarnya penghematan pajak. Alternatif leasing
menghasilkan unsur pengurangan pajak yang lebih besar karena adanya biaya
yang bersifat deductible expense yang lebih tinggi dibandingkan dengan
alternatif pembelian tunai. Unsur pengurangan pajak inilah yang akan
membawa manfaat berupa penghematan pajak yang dapat diterima oleh
perusahaan.
Meskipun alternatif leasing secara keseluruhan lebih mahal daripada
pembelian tunai, tetapi manfaat yang diberikannya terhadap perusahaan juga
besar. Selain penghematan pajak, perusahaan juga tidak perlu untuk
menyiapkan sejumlah dana kas yang besar untuk membeli aktiva tetap.
Pembiayaan sekaligus dalam membeli aktiva tetap yang biasanya dilakukan
perusahaan akan kurang menguntungkan dari segi arus kas, ini merupakan
salah satu keunggulan leasing dari pada pembelian tunai.
Setiap objek perhitungan aktiva tetap di atas yang telah
diperbandingkan, dapat dikatakan bahwa alternatif leasing akan sangat
bermanfaat jika objek aktiva tetapnya memiliki nilai perolehan yang cukup
besar atau material. Semakin besar nilai perolehan aktiva, maka semakin besar
pula jumlah penghematan pajak yang dapat diterima oleh perusahaan karena
adanya nilai dari pembebanan biaya yang cukup tinggi.
Hasil dari pada analisis ini hanya dibatasi dalam hal penghematan
pajak yang menjadi tujuan dari sebagian besar perusahaan. Penghematan
pajak sangat bermanfaat bagi perusahaan yang memperoleh laba yang cukup
89
tinggi dimana unsur pengurangan labanya kecil dan berpengaruh terhadap
pajak yang harus dibayar oleh perusahaan. Jika perusahaan mencapai laba
kotor yang cukup tinggi, kemudian unsur pengurangan laba dari beban
operasional termasuk biaya penyusutannya juga kecil, maka laba kena pajak
yang dimiliki perusahaan akan tetap besar. Perusahaan biasanya melakukan
strategi tentang bagaimana agar dapat meminimalisasi pajak dengan cara-cara
yang legal, dan alternatif leasing ini menjawab hal itu. Jadi dapat dikatakan
perencanaan pajak akan lebih bermanfaat bagi perusahaan yang memiliki laba
tahun berjalan yang cukup besar, meskipun tidak menutup kemungkinan
bahwa kebijakan manajemen perusahaan akan tetap menjalani strategi.
Penghematan pajak dalam kondisi rugi pada tahun berjalan dengan
pertimbangan bahwa perusahaan akan tetap going concern dan memperoleh
future benefit.
90
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Seluruh pembahasan mengenai perbandingan alternatif leasing dengan
pembelian tunai di atas, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan
yaitu sebagai berikut:
1. PT. Els Indonesia Prima telah menerapkan alternatif sewa guna usaha
(leasing) khususnya pada jenis financial lease dalam perolehan atau
pengadaan aktiva. Dengan melakukan transaksi sewa guna usaha (leasing)
dengan jenis financial lease perusahaan dapat hak opsi untuk membeli
objek leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama dan
dapat menghemat arus kas dengan menghindari kebutuhan dana besar
yang perlu dikeluarkan untuk membeli aktiva tetap secara tunai.
2. Ada perbedaan signifikan antara pengadaan aktiva secara leasing
khususnya pada jenis financial lease jika dibandingkan dengan membeli
aktiva tetap secara pembelian tunai. Hal ini disebabkan karena adanya
biaya leasing atau lease fee dan biaya penyusutan pada alternatif lease
yang dapat dibebankan (deductible expenses) dengan jumlah yang lebih
besar contohnya pada mesin WSB 4500H memiliki deductible expense
sebesar Rp 673.551.760 nilai ini lebih besar dari pada alternatif pembelian
91
tunai yang hanya memiliki deductible expense sebesar Rp 520.000.000,
sehingga unsur pengurangan pajak yang timbul dari biaya ini akan lebih
besar dan akan menghemat jumlah pajak yang harus dibayar oleh
perusahaan. Semakin besar atau material nilai perolehan aktiva tetap yang
di lease, maka semakin besar juga nilai penghematan pajak yang dapat
diterima oleh perusahaan.
B. Saran
Beberapa saran berkenaan dengan pokok pembahasan yang telah
disajikan adalah sebagai berikut:
1. Karena PT. Els Indonesia Prima sudah menerapkan metode sewa guna
usaha (leasing), khususnya pada jenis financial lease, maka perusahaan
sudah mengambil metode pengadaan aktiva yang terbaik bagi perusahaan
ini. Selain itu metode sewa guna usaha (leasing) juga memiliki beberapa
keuntungan dibandingkan dengan metode pembelian tunai. Oleh karena itu
penerapan metode sewa guna usaha (leasing) dalam pengadaan aktiva
harus terus diterapkan di perusahaan ini.
2. Selain bertujuan untuk melakukan penghematan pajak, dana menganggur
yang tersedia sebagai akibat dari pengadaan aktiva tetap melalui leasing,
sebaiknya di inventasikan. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan tidak
sedang memerlukan dana untuk operasional sehari-hari.
92
DAFTAR PUSTAKA
Arthur J. Keown, David F. Scott, John D, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan,
Buku Dua, Jakarta: Salemba Empat, 2000.
Baridwan, Zaky, Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh, Yogyakarta: BPFE,
2000.
Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen, Management Accounting, Buku Dua,
Jakarta: Salemba Empat, 2004.
Gade, Djamaluddin dan Muhammad Gade, Hukum Pajak, Edisi Keempat, Jakarta:
FEUI, 2004.
Gunadi, Akuntansi Pajak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.
Hakim. Lukman, kredit bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi sebagai
sumber pendanaan alternatif atas perolehan aktiva tetap dalam rangka
penghematan pajak, surabaya: Surabaya genteng, 2007
Hamid, Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS, Jakarta, 2007.
Harahap, Sofyan Syafri, Akuntansi Aktiva Tetap, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2000.
Http://www.bankindonesia.com
Http://www.bi.go. Id.
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat,
2004.
Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1169/KMK.01/1991 Tanggal 27 November
1991, Kegiatan Sew a Guna Usaha (Leasing).
Lubis. Ardiansyah, leasing ditinjau dari aspek perpajakan, bandung: Arun N.G.L,
2007
Mardiasmo, Perpajakan, Edisi Revisi, Yogyakarta: Andi, 2009.
Meliala S. Widianti, Oetomo. Francisca, Perpajakan Dan Akuntansi Pajak, Edisi
5, Jakarta: Semesta Media, 2008
Primadita Fitriandi, Tejo Birowo, Yuda Aryanto, Kompilasi UU Perpajakan
Terlengkap. Jakarta: Salemba Empat, 2009
93
Profil PT. Els Indonesia Prima
Resmi, Siti., “Perpajakan: Teori dan Kasus”, Buku Satu, Salemba Empat,
Jakarta, 2005.
Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Keempat, Jakarta: FEUI,
2004.
Suandy, Erly, Perencanaan Perpajakan, Edisi Revisi, Jakarta: Salemba Empat,
2003.
Sugiono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2009
Waluyo, Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba Empat, 2010
Head Office :
Rukan Taman Meruya Blok M/15
Jl. Meruya Ilir Raya – Kembangan
Jakarta 11620 – Indonesia
Phone :+62-21-5853336 (Hunting)
Fax :+62-21-5853341
E-Mail : [email protected]
Website :Www.Elsindonesia.Com
Daftar mesin dan kendaraan
PT. Els Indonesia Prima
no Jenis Aktiva Tetap Tahun Perolehan Harga Perolehan
Mesin:
1 WSB 4500 15 April 2009 520.000.000
2 T4900 28 April 2009 125.937.000
3 IC4 4832 R 7 May 2009 446.052.000
Kendaraan:
1 Mitsubishi (colt L 300) 4 Februari 2003 140.000.000
2 Daihatsu (grandmax) 20 Maret 2008 130.000.000
3 Daihatsu (xenia) 12 Desember 2008 145.000.000
4 Daihatsu (Xenia) 9 Januari 2009 145.000.000
5 Suzuki (carry) 11 Juni 2009 55.000.000
Logistic & Sparepart Centre:
Komplek Pergudangan Taman Tekno Sector XI Blok L1 No. 2, BSD City – Tangerang, Phone : +62-21-75880513-14, Fax :+62-21- 75880515
ELS INDONESIA PRIMA, pt Representative Electrolux Laundry Systems
I.31 SUKU BUNGA PINJAMAN RUPIAH YANG DIBERIKAN MENURUT KELOMPOK BANK (Persen per tahun)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 2008 2009
2004 2005 2006 2007 2008 Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May2004 2005 2006 2007 2008 1-Aug 1-Sep #### #### #### #### #### #### #### ####
1 Bank Persero - - - - - - - - - - - - - - -
2 Pinjaman Modal Kerja Yang Diberikan 14.32 15.71 15.36 13.47 14.61 13.33 13.61 14.14 14.52 14.61 14.59 14.48 14.45 14.38 14.28
3 Pinjaman Investasi Yang Diberikan 14.10 14.98 14.98 12.93 13.85 12.86 13.12 13.47 13.82 13.85 13.83 13.66 13.55 13.51 13.39
4 Pinjaman Konsumsi Yang Diberikan 14.62 15.23 15.26 14.03 13.84 13.59 13.57 13.68 13.76 13.84 13.90 13.91 13.92 13.92 13.91
5 Bank Pemerintah Daerah - - - - - - - - - - - - - - -
6 Pinjaman Modal Kerja Yang Diberikan 17.54 16.85 16.60 15.33 14.43 14.57 14.47 14.44 14.50 14.43 14.44 14.32 14.29 14.21 14.16
7 Pinjaman Investasi Yang Diberikan 16.24 15.51 15.28 14.61 13.52 13.51 13.44 13.39 13.34 13.52 13.55 13.48 13.32 13.29 13.25
8 Pinjaman Konsumsi Yang Diberikan 15.10 14.19 14.16 13.82 14.06 13.92 13.96 14.02 14.02 14.06 14.07 14.10 14.12 14.17 14.22
9 Bank Swasta Nasional - - - - - - - - - - - - - - -
10 Pinjaman Modal Kerja Yang Diberikan 13.13 16.95 15.41 12.96 15.90 13.75 14.42 15.29 15.81 15.90 15.99 15.84 15.69 15.48 15.32
11 Pinjaman Investasi Yang Diberikan 13.91 16.23 15.42 13.11 14.85 12.85 13.48 14.21 14.61 14.85 14.83 14.72 14.52 14.58 14.52
12 Pinjaman Konsumsi Yang Diberikan 15.93 16.06 17.20 14.69 15.91 14.61 14.86 15.24 15.62 15.91 15.95 16.19 16.27 16.48 16.61
13 Bank Asing dan Bank Campuran - - - - - - - - - - - - - - -
14 Pinjaman Modal Kerja Yang Diberikan 9.33 14.50 11.42 10.23 14.58 11.67 12.60 13.81 14.56 14.58 14.46 14.14 14.11 13.73 13.45
15 Pinjaman Investasi Yang Diberikan 11.44 15.55 13.21 10.56 15.00 12.41 13.16 14.11 15.26 15.00 14.95 14.75 14.40 14.24 13.74
16 Pinjaman Konsumsi Yang Diberikan 32.90 32.01 35.74 36.24 35.32 35.59 35.25 35.17 35.22 35.32 35.41 35.39 34.99 34.76 35.09
17 Bank Umum - - - - - - - - - - - - - - -
18 Pinjaman Modal Kerja Yang Diberikan 13.41 16.23 15.07 13.00 15.22 13.42 13.93 14.67 15.13 15.22 15.23 15.08 14.99 14.82 14.68
19 Pinjaman Investasi Yang Diberikan 14.05 15.66 15.10 13.01 14.40 12.86 13.32 13.88 14.28 14.40 14.37 14.23 14.05 14.05 13.94
20 Pinjaman Konsumsi Yang Diberikan 16.57 16.83 17.58 16.13 16.40 15.78 15.87 16.05 16.24 16.40 16.45 16.53 16.46 16.48 16.57
Kelompok Bank dan Jenis Pinjaman
Statistik Ekonomi Keuangan IndonesiaIndonesian Financial Statistics
86Bank Indonesia
I.31 INTEREST RATE OF RUPIAH LOANS BY GROUP OF BANKS(Percent Per Annum)
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 2010
Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul * Aug *#### 1-Jul #### #### #### #### #### #### #### #### #### #### #### 1-Jul ####
- - - - - - - - - - - - - - - State Banks 1
14.16 14.17 14.08 14.03 14.00 13.90 13.63 13.05 13.02 13.63 13.52 13.33 13.28 13.36 13.64 Working Capital Loans 2
13.28 13.18 13.21 12.78 12.66 12.58 12.56 12.04 11.99 12.11 11.97 11.87 11.78 11.71 11.09 Investment Loans 3
14.06 14.02 14.00 13.98 13.92 13.90 13.88 13.87 13.91 13.66 13.62 13.61 13.45 13.39 13.28 Consumer Loans 4
- - - - - - - - - - - - - - - Regional Government Banks 5
14.16 14.16 14.14 14.10 14.07 14.02 13.91 13.79 13.79 13.67 13.70 13.65 13.68 13.69 13.47 Working Capital Loans 6
13.20 13.13 12.81 12.76 12.66 12.59 12.54 12.74 12.82 12.79 12.79 12.74 12.49 12.50 12.52 Investment Loans 7
14.23 14.23 14.25 14.25 14.24 14.22 14.17 14.14 14.31 14.34 14.32 14.22 14.22 14.21 14.29 Consumer Loans 8
- - - - - - - - - - - - - - - Private National Banks 9
15.15 15.07 14.89 14.67 14.56 14.38 14.09 14.95 14.88 13.98 13.84 13.71 13.55 13.57 13.52 Working Capital Loans 10
14.33 14.14 13.94 13.80 13.70 13.62 13.51 14.58 14.54 13.38 13.34 13.30 13.60 13.49 13.26 Investment Loans 11
16.66 16.77 16.71 16.82 16.62 16.58 16.22 16.58 16.56 14.91 14.91 14.68 14.45 14.37 14.18 Consumer Loans 12
- - - - - - - - - - - - - - - Foreign Banks and Joint Banks 13
13.27 12.90 12.57 12.34 12.20 12.17 11.73 11.34 11.04 11.02 10.82 10.67 10.52 10.56 10.55 Working Capital Loans 14
13.53 12.74 12.58 12.27 12.51 12.34 12.22 12.52 12.37 12.21 12.07 12.16 11.96 11.74 11.69 Investment Loans 15
35.23 35.39 35.37 35.28 35.24 34.97 35.59 35.96 35.32 35.24 34.82 33.86 32.71 32.48 32.35 Consumer Loans 16
- - - - - - - - - - - - - - - Commercial Banks 17
14.52 14.45 14.30 14.17 14.09 13.96 13.69 13.75 13.68 13.54 13.42 13.26 13.17 13.21 13.19 Working Capital Loans 18
13.78 13.58 13.48 13.20 13.12 13.03 12.96 13.24 13.21 12.72 12.62 12.59 12.70 12.60 12.40 Investment Loans 19
16.63 16.66 16.62 16.67 16.53 16.47 16.42 16.32 16.36 15.42 15.34 15.23 14.99 14.92 14.83 Consumer Loans 20
Group of Banks and Type of Loans
Statistik Ekonomi Keuangan IndonesiaIndonesian Financial Statistics
87Bank Indonesia
KeteranganLeasing dengan Bunga Beli s
Nominal Present Value (disc. Rate 14,38%) nominal
harga perolehan lease fee 621,551,760 567,236,606 nilai opsi 52,000,000 52,000,000 harga mesin WSB 4500 H 520,000,000 jumlah 673,551,760 619,236,606 520,000,000 biaya yang boleh dibiayakan:lease fee 621,551,760 567,236,606 biaya penyusutan 52,000,000 12,847,287 520,000,000 jumlah 673,551,760 580,083,893 520,000,000 pengurangan PPh karena biaya 202,065,528 174,025,168 156,000,000
ecara TunaiKeterangan
Leasing dengan Bungapresent value (disc.
Rate 14,38% Nominal Present Value (disc. Rate
harga perolehan lease fee 533,162,304 486,571,196 nilai opsi 44,605,200 44,605,200
520,000,000 harga mesin IC4 4832 R520,000,000 jumlah 577,767,504 531,176,396
biaya yang boleh dibiayakan:lease fee 533,162,304
199,673,971 biaya penyusutan 44,605,200 531,176,396 199,673,971 jumlah 577,767,504 531,176,396
59,902,191 pengurangan PPh karena biaya 173,330,251 159,352,919
Beli secara Tunai
nominal present value (disc. Rate
446,052,000 446,052,000 446,052,000 446,052,000
446,052,000 172,157,646 446,052,000 172,157,646 133,815,600 51,647,294
Top Related