Download - o Tomiko Sis

Transcript

BAB IPENDAHULUANLatar Belakang

Otomikosis atau Otitis eksterna yang disebabkan oleh jamur yang menginfeksi epitel skuamosa pada meatus auditorius eksternus. Beberapa jamur dapat menyebabkan reaksi radang liang telinga. Dua jenis jamur yang paling sering ditemukan pada tempat ini adalah Pityrosporum dan Aspergillus. Faktor predisposisi terjadinya otomikosis termasuk cuaca yang lembab, adanya serumen, instrumentasi pada telinga dan peningkatan pemakaian preparat steroid dan antibiotik topikal. Pengobatan yang direkomendasikan meliputi debridement lokal, penghentian pemakaian antibiotik topikal dan anti jamur lokal atau sistemik.1

BAB 11TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi TelingaTelinga merupakan organ pendengaran yang terdiri atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.2

a. Telinga LuarTelinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula) dan liang telinga (canal auditory eksterna; CAE) hingga ke membran timpani. Keduanya mengandung kartilago elastis yang berasal dari mesoderm dan sejumlah kecil jaringan subkutan, ditutupi oleh kulit dengan adneksa sebagai pelengkap.1,3

Gambar 1. Anatomi Telinga

Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Kanal auditori eksterna (CAE) berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5-3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit CAE terdapat banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit CAE. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.2

Gambar 2. Anatomi Liang Telinga

KulitKanal auditori eksterna (CAE) dilapisi oleh epitel skuamosa berlapis yang bersambungan dengan kulit pinna dan epitel tersebut juga menutupi (melapisi) membran timpani. Lapisan subkutan bagian tulang rawan dari kanal mengandung folikel rambut, kelenjar sebaseus, dan kelenjar serumen, dan tebalnya mencapai 1 mm. sedangkan kulit dari CAE bagian tulang tidak memiliki elemen subkutan dan ketebalannya hanya 0,2 mm.2

PersarafanSensasi ke daun telinga dan CAE disuplai oleh saraf cranial dan kulit, dengan peran dari cabang-cabang aurikulotemporal dari saraf trigeminal (V), fasialis (VII), glossofaringeal (IX), dan vagus (X) dan saraf aurikularis yang lebih besar yaitu dari pleksus servikal (C2-3). Otot vestigial ekstrinsik telinga, aurikula anterior, superior, dan posterior, dipersrafi oleh saraf fasialis (VII).

Kelenjar serumen diubah oleh kelenjar keringat apokrin yang dikelilingi oleh sel-sel mioepitel, yang akan tersusun sebagai apopilosebaseous (Gambar 1). Serumen mencegah maserasi kanal, memiliki zat antibakteri, dan memiliki pH asam yang semuanya berkontribusi sebagai tempat lingkungan yang sesuai untuk patogen.2

b. Telinga tengahTelinga tengah berbentuk kubus dengan2:Batas luar : membran timpaniBatas depan : tuba eustachiusBatas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis.Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah adalah kanalis semisirkularis horizontalis, kanalis fasialis, tingkap lonjong (i) dan tingkap bundar (round window) danpromontorium.

Membrana timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membrane Esharpnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran Propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran nafas. Pars tensa mempunyai satu lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam. Tulang pendengaran di dalam telinga salingberhubungan. Prosessus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat dengan inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.2

c. Telinga dalamTelinga dalam terdiri dari koklea ( rumah siput ) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut elikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.2Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuklingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea, tampak skala vestibuli di sebelah atas, skala timpani disebelah bawah, dan skala media diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi cairan perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat pada perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasarskala vestibuli disebut dengan membran vestibuli (Reissners membrane), sedangkan dasarskala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak Organ Corti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada membran basalis melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar, dan kanalis Corti, yang membentuk Organ Corti.2

Fisiologi Telinga Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani dan diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.3

2. OtomikosisA. DefinisiOtomikosis dideskripsikan sebagai infeksi mikotik superfisial pada kanal akustikus externa (CAE) dengan komplikasi jarang yang melibatkan telinga tengah. Infeksi ini dapat akut atau subakut, dan ditandai dengan rasa gatal, sakit telinga, telinga terasa penuh dan merasa tidak nyaman.1 Infeksi jamur menyebabkan peradangan, pengelupasan kulit, akumulasi massa debris yang mengandung elemen jamur, supurasi (nanah), dan nyeri. Infeksi ini terjadi di seluruh dunia, tetapi lebih sering terjadi di daerah tropis dan subtropis. Otomikosis merupakan sporadis dan disebabkan oleh berbagai macam jamur, yang sebagian besar adalah saprobes yang terjadi dalam beragam jenis material lingkungan.4,B. EpidemiologiDalam 80% kasus, agen penyebab otomikosis adalah Aspergillus, sedangkan Candida adalah penyebab berikutnya jamur yang paling sering terisolasi. Jamur patogen lain yag lebih jarang terdiri dari Phycomycetes, Rhizopus, Actinomyces, dan Penicillium. Aspergillus niger adalah patogen yang biasanya dominan meskipun A.flavus, A.fumigatus, A.terreus (jamur berserabut), Candida albicans dan C.parapsilosis (mirip ragi) juga sering ditemukan. Kumar (2005) mempelajari pasien otomikosis dan didapatkan isolasi Aspergillus niger (52,43%), Aspergillus fumigates (34,14%), C. albicans (11%), C.pseudotropicalis (1,21%) dan Mucor sp (1,21%). Ahmad et al (1989) melakukan studi prospektif pada 53 pasien di Departemen THT Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan mengisolasi jenis Aspergillus lebih sering muncul daripada jenis Candida.6,7,8

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ali Zarei (2006), Otomikosis dijumpai lebihbanyak pada wanita (terutama ibu rumah tangga) daripada pria. Otomikosis biasanya terjadi pada dewasa, dan jarang pada anak-anak. Pada penelitian tersebut, dijumpai otomikosis seringpada remaja laki-laki, yang juga sesuai dengan yang dilaporkan oleh peneliti lainnya. Tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hueso et al dari 102 kasus ditemukan 55,8 % terjadi pada laki-laki, sedangkan 44,2% pada wanita.7,8

C. PatogenesisOtomikosis berhubungan dengan histologi dan fisiologi CAE. Kanal berbentuk silinder dengan panjang 2,5 cm dan lebar 7-9 mm ini dilapisi dengan epitel skuamous keratin stratified hingga sepanjang sisi eksternal dari membran timpani. Di bagian reses timpani, dari medial hingga ke itsmus cenderung tertumpuk sisa keratin dan serumen dan itu merupakan daerah yang sulit untuk dibersihkan.5,6,8Serumen memiliki zat antimikosis dan bakteriostatik serta memiliki sifat penolak serangga. Serumen terdiri dari lipid (46-73%), protein, asam amino bebas dan ion mineral. Serumen juga mengandung lisozim, imunoglobulin dan asam lemak tak jenuh ganda. Asam lemak rantai panjang ada dalam kulit sehat yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Karena komposisi hidrofobiknya, serumen mampu mencegah air masuk, membuat permukaan saluran menjadi kedap air dan menghindari maserasi dan kerusakan epitel.7Mikroorganisme yang normal ditemukan di CAE seperti Staphylococcus epidermidis, Corrynebacterium sp, Bacillus sp, kokus Gram-positif (Staphylococcus aureus, Sterptococcus sp, mikrococci nonpatogen), basil Gram-negatif (Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Haemophilus influenza, Moraxella catharalis dll) dan jamur miselia dari Genus Aspergillus dan Candida sp. Komensal mikroorganisme ini tidak patogen bila keseimbangan masih tetap antara bakteri dan fungi.1,7,8Berbagai faktor yang mempengaruhi transformasi jamur saprofit menjadi patogen seperti:5 Faktor lingkungan (panas, kelembaban). Perubahan pada epitel (penyakit dermatologis, trauma mikro). Peningkatan nilai pH di CAE (misalnya mandi atau berenang). Perubahan kualitatif dan kuantitatif serumen. Faktor sistemik (perubahan dalam kekebalan, melemahkan penyakit, kortikosteroid, antibiotik, sitostatik, neoplasia).

D. Manifestasi KlinisGejala otitis eksterna bakterial dan otomikosis sering dibedakan. Namun pruritus (gatal) adalah karakteristik hampir sering terjadi untuk infeksi mikotik dan juga rasa tidak nyaman, gangguan pendengaran, tinitus, telinga terasa penuh, dan otalgia.1 Gejala klinik yang dapat ditemui hampir sama seperti gejala otitis eksterna pada umumnya yakni otalgia dan otorrhea sebagai gejala yang paling banyak dijumpai, kemudian diikuti dengan kurangnya pendengaran, rasa penuh pada telinga dan gatal.9Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Tang Ho et al (2006), yakni dari132 kasus otomikosis didapatkan persentase masing-masing gejala otomikosis sebagai berikut :2

Tabel 1. Persentase masing-masing gejala otomikosisSimptomJumlah Pasien ( n )Persentase ( % )

OtalgiaOtorrheaKehilangan pendengaranRasa penuh pada telingaGatalTinnitus6363594420548484533234

Pada liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini dari bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah dalam. Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai ke dalam sampai ke membran timpani, maka akan dapat mengeluarkan cairan serosanguinos.2,9E. Pemeriksaan Penunjang

Gambar 3. Penampakan klinis otomikosis

Jamur yang menghasilkan otomikosis adalah spesies jamur yang pada umumnya saprofit yang sering dijumpai dan bentuk yang merupakan bagian dari flora komensal dari CAE sehat. Jamur ini umumnya Aspergillus dan Candida. Aspergillus niger biasanya dominan ditemui meskipun A. flavus, A. fumigatus, A. terreus (jamur filamentosa), C. albicans dan C. parapsilosis (ragi - seperti jamur) juga sering dijumpai.7,8Otoskopi sering menunjukkan adanya miselia, menegakkan diagnosis. CAE mungkin tampak eritem dan debris jamur dapat tampak putih, abu-abu, atau hitam. Pasien biasanya mencoba obat-obatan antibakteri topikal, tetapi tidak ada respon yang signifikan. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan mengidentifikasi jamur pada sediaan KOH atau dengan kultur jamur positif.9Karakteristik pemeriksaan fisik pada infeksi jamur ini menyerupai jamur pada umumnya, dengan terlihatnya hifa halus dan spora (konidiofor) di Aspergillus. Candida sering membentuk hamparan miselia dengan berwarna putih dan ketika bercampur dengan serumen akan muncul kekuningan. Infeksi Candida dapat lebih sulit dideteksi secara klinis karena kurangnya penampilan karakteristik seperti pada Aspergillus, misalnya otorrhea yang tidak respon terhadap antimikroba aural.9,10Morfologi koloni memungkinkan kita untuk membedakan antara jamur mirip ragi dan filamen. Berwarna krem putih, koloni ragi yang halus atau kasar, atau jamur dimorfik fase yang mirip ragi (meskipun sangat jarang). Jamur filamen cenderung tumbuh berbentuk seperti debu, berbulu, tampak seprti wol, beludru atau koloni yang berlipat akan akan menampakkan berbagai macam warna seperti putih, kuning, hijau, biru kehijauan, atau hitam.9,10Ahmad et al (1989) dalam penelitiannya membandingkan diagnosis otomikosis berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Mereka tidak menemukan perbedaan signifikan antara pemeriksaan tersebut dan menyimpulkan umumnya otomikosis yang dapat didiagnosis hanya dari pemeriksaan klinis.9

F. DiagnosisDiagnosa didasarkan pada anamnesis, gejala klinis, dan pemeriksaan penunjang. Adanya keluhan nyeri di dalam telinga, rasa gatal, adanya sekret yang keluar dari telinga. Yangpaling penting adalah kecenderungan beraktifitas yang berhubungan dengan air, misalnyaberenang, menyelam, dan sebagainya.9,11,12Gejala klinik khas yang ditemukan adalah terasa gatal atau sakit di liang telinga dan daun telinga menjadi merah, skuamous dan dapat meluas ke dalam liang telinga sampai 2/3 bagian luar. Didapati adanya akumulasi debris fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang berwana putih dan panjang dari permukaan kulit.Berdasarkan pemeriksaan laboratorium pada preparat langsung, yaitu skuama dari kerokan kulit liang telinga yang diperiksa dengan KOH 10% maka akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum, dan kadang-kadang dapat ditemukan spora-spora kecil dengan diameter 2-3 u. Skuama dibiakkan pada media Agar Saboraud, dan dieramkan pada suhu kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu minggu berupa koloni filamen berwarna putih. Dengan mikroskop tampak hifa-hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa dapat ditemukan sterigma dan sporaberjejer melekat pada permukaannya.11,13

Diagnosis Banding Otomikosis kadang-kadang sulit untuk dibedakan dari otitis eksterna bentuk lain, terutama otitis eksterna difus. Infeksi campuran kadang-kadang terjadi. Kumar (2005) mendeteksi koinfeksi bakteri di antara 44 kasus dari total 82 kasus. Umumnya terisolasi bakteri termasuk staphylococci koagulase negatif, Pseudomonas sp, Staphylococcus aureus, E.coli, dan Klebsiella sp. Infeksi jamur juga dapat berkembang pada otitis media supuratif kronis.1,12,13

G. Penatalaksanaan Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar liang telinga tetap kering , jangan lembab, dan disarankan untuk tidak mengorek-ngorek telinga dengan barang-barang yang kotor seperti korekapi, garukan telinga, atau kapas. Kotoran-kotoran telinga harus sering dibersihkan.2,5Meskipun telah dilakukan berbagai macam penelitian in vitro yang telah menilai tingkat keberhasilan beragam agen antifungal, tetapi belum terdapat bukti yang cukup kuat dari agen yang paling efektif. Beragam agen preparat telah digunakan di klinik dengan tingkat keberhasilan yang bervariasi. Meskipun begitu, aplikasi penggunaan obat topikal yang sesuai dan dikombinasikan dengan frekuensi pembersihan debridemen secara mekanis biasanya dapat mengurangi gejala meskipun kekambuhan atau penyakit sisa masih sering terjadi. 2Banyak peneliti percaya bahwa penting untuk mengidentifikasi penyebab agen pada kasus otomikosis dalam menentukan tata laksana. Hal tersebut juga disarankan dalam memilih antimikotik yang berdasarkan kepada kerentanan dalam identifikasi jenis patogen. Walaupun begitu, yang lain percaya bahwa strategi terpenting dalam pengobatan adalah ketika kita memilih penanganan yang lebih spesifik pada otomikosis berdasarkan kepada tingkat keberhasilan dan karakteristik obat tanpa memperhatikan agen penyebab. Hingga saat ini FDA (Food and Drugs Approval Bureau in United State) belum ada menyetujui resep pengobatan antifungal untuk pengobatan otomikosis. Banyak agen dengan beragam jenis antimikotik yang telah digunakan dan para dokter sudah berusaha untuk mengetahui agen yang paling efektif dalam pengobatan penyakit ini. 10,13

Preparat antifungal terbagi menjadi tipe yang spesifik dan non spesifik. Tipe non spesifik antifungal yang bersifat asam dan menyerap cairan seperti:2,13 Asam borik dengan tingkat keasaman menengah dan sering digunakan sebagai antiseptik dan insektisid. Asam boric dapat digunakan untuk mengatasi jamur dalam stadium ragi dan infeksi jamur jenis Candida albicans. Gentian violet diolah sebagai cairan konsentrat lemah dalam air. Obat ini telah digunakan dalam pengobatan otomikosis sebagai obat tetes anilin dengan antiseptik, antiinflamasi, antibakterial, dan antifungal. Obat ini masih digunakan di beberapa negara dan FDA menyetujui penggunaannya. Beberapa penelitian melaporkan tingkat keberhasilan hingga 80%. Castellanis paint (aceton, alcohol, phenol, fuchsin, resocinol) Cresylate (merthiolate, M-cresyl asetat, propylene glycol, asam boric dan alcohol) Merchurochrome, yang dikenal sebagai antiseptik topikal, dan antifungal. Dengan merthiolate (thimerosal), merchurochrome tidak lagi digunakan dan disetujui oleh FDA karena mengandung bahan merkuri. Tisner (1995) melaporkan tingkat keberhasilan hingga 93,4% penggunaan thmerosal untuk pengobatan otomikosis. Merchurochrome telah digunakan khusus pada kasus kasus yang terdapat di daerah lingkungan yang cenderung lebih lembab dengan tingkat keberhasilan 95,8% - 100%

Terapi spesifik antifungal terdiri dari:2,13 Nystatin adalah antibiotik jenis polyene macrolide yang menekan sintesis sterol di dalam membran sitoplasma. Kebanyakan jamur dan ragi sensitif terhadap nistatin, termasuk jenis Candida. Keuntungan utama nystatin adalah obat ini tidak diserap ke dalam kulit Dengan tingkat keberhasilan 5080%. Nystatin tidak tersedia sebagai obat tetes telinga untuk pengobatan otomikosis. Nystatin hanya dapat diresepkan sebagai krim, minyak oil, atau bubuk. Azoles adalah agen sintetik yang menurunkan konsentrasi ergosterol sebagai sterol penting dalam membrane sitoplasma Clotrimazole adalah yang paling banyak digunakan sebagai azole topikal. Obat ini merupakan salah satu agen yang paling efektif dalam pengobatan otomikosis dengan tingkat keberhasilan 95100%. Clotrimazole memiliki efek terhadap bakteri dan menguntungkan ketika dokter mengobati infeksi campuran bakteri dan jamur. Coltrimazole tidak memiliki efek ototoksik dan tersedia dalam bentuk bubuk, lotion, dan solution. Ketoconazole dan fluconazole merupakan jenis spektrum luas. Keberhasilan obat ketokonazol dilaporkan 95100% terhadap jenis Aspergillus dan Candida albicans. Fluconazol topikal telah dilaporkan efektif hingga 90% kasus. Krim Miconazole 2% juga menunjukkan tingkat keberhasilan hingga 90%. Bifonazole adalah agen anti jamur dan biasa digunakan pada tahun 1980an. Kemampuan larutannya sama dengan clotrimazole dan miconazole. Bifonazole dan derivatnya dapat menekan pertumbuhan jamur hingga 100%. Itraconazole juga memiliki efek in vitro dan in vivo terhadap jenis Aspergillus.

Bentuk minyak oil dapat memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan formula tetes telinga karena dapat bersisa dalam lubang telinga dalam waktu lama. Bentuk minyak oil mungkin dapat lebih aman pada kasus seperti perforasi membrane timpani dikarenakan akses menuju telinga tengah mungkin berkurang karena viskositas yang tinggi. Munguia dan Daniel (2008) tidak dapat mengungkapkan dari berbagai laporan kasus pengobatan topikal antifungal yang menyebabkan ototoksisitas ketika digunakan dalam mengobati otomikosis dengan membran timpani yang utuh. Terdapat data yang kurang dalam menunjukkan keamanan penggunaan obat obatan ototopikal yang dapat menyebabkan perforasi timpani.2,5,13Cresylate dan gentian violet diketahui dapat mengiritasi mukosa telinga tengah. Penggunaan tetes telinga cresylate seharusnya dihindari dari pasien dengan perforasi membran timpani yang berpotensi memberikan komplikasi lanjut. Ho et al (2006) telah mengamati kehilangan pendengaran sensorium transien yang berhubungan dengan penggunaan obat tersebut. Sebagai tambahan, gentian violet menunjukkan adanya vestibulotoksik dan inflamasi telinga tengah dengan hewan sebagai media percobaan dan hal ini dapat menyakitkan penggunaannya secara klinis. Dalam penelitian baru baru ini, dengan hewan sebagai model penelitian, menunjukkan tidak ada sel rambut yang hilang ketika menggunakan clotrimazole, miconazole, nystatin, dan tolnaftate. Pilihan sederhana dalam memilih terapi dengan membran timpani yang telah terbuka sangat diperlukan, seperti pembersihan telinga dengan hati hati dan pemilihan obat obat spesifik antifungal dengan bahan adiktif yang minimum.10,11Pemberian obat oral antifungal sebagai tambahan dipersiapkan untuk kasus dengan penyakit yang lebih berat dan memiliki respon yang lebih lemah sebagai terapi. Meskipun jarang digunakan, Ho et al (2006) percaya keberhasilan pemberian obat antifungal oral tidak sama seperti pada pemberian secara lokal yang lebih adekuat. Hal ini penting bahwa pengobatan, selain untuk menyembuhkan, penggunaan topikal juga dapat digunakan dalam mengembalikan fungsi fisiologis saluran. Dengan kata lain, menghindari maneuver mendadak dari CAE, perawatan untuk menghindari penggunaan obat obatan yang terlalu banyak atau pengobatan pembedahan untuk kasus otitis media, menghindari berbagai keadaan yang dapat mengubah homeostasis lokal adalah sangat penting dalam menekan perkembangan penyakit.12,13

H. Komplikasi Komplikasi dari otomikosis yang pernah dilaporkan adalah perforasi dari membran timpani dan otitis media serosa, tetapi hal tersebut sangat jarang terjadi, dan cenderung sembuh dengan pengobatan. Patofisiologi dari perforasi membran timpani mungkin berhubungan dengan nekrosis avaskular dari membran timpani sebagai akibat dari trombosis pada pembuluh darah. Angka insiden terjadinya perforasi membran yang dilaporkan dari berbagai penelitian berkisarantara 12-16% dari seluruh kasus otomikosis. Tidak terdapat gejala dini untuk memprediksi terjadinya perforasi tersebut, keterlibatan membran timpani sepertinya merupakan konsekuensi inokulasi jamur pada aspek medial dari telinga luar ataupun merupakan ekstensi langsung infeksi tersebut dari kulit sekitarnya.2,5

I. PrognosisUmumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat. Pada saat terapi dengan anti jamur dimulai, maka akan dimulai suatu proses resolusi (penyembuhan) yang baik secara imunologi. Bagaimanapun juga, resiko kekambuhan sangat tinggi, jika faktor yang menyebabkan infeksi sebenarnya tidak dikoreksi, dan fisiologi lingkungan normal dari kanalis auditorius eksternus masih terganggu.13

BAB IIIKESIMPULAN

Otomikosis werupakan sebagai infeksi mikotik superfisial pada kanal akustikus externa (CAE) dengan komplikasi jarang yang melibatkan telinga tengah. Infeksi ini dapat akut atau subakut, dan ditandai dengan rasa gatal, sakit telinga, telinga terasa penuh dan merasa tidak nyaman.Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar liang telinga tetap kering , jangan lembab, dan disarankan untuk tidak mengorek-ngorek telinga dengan barang-barang yang kotor seperti korekapi, garukan telinga, atau kapas. Kotoran-kotoran telinga harus sering dibersihkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. PMCT SATRATEGI VISION 2010-2015: Preventing mother-to-child tranmission of HIV to reach the UNGASAS and millennium Development Goals,2010

2. Maj Kedokt Indon. Tatalaksana Pencegahan Penularan Vertikal dari Ibu Terinfeksi HIV ke Bayi yang Dilahirkan. Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009

3. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis dan Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa, 2011

4. UNICEF. The state of the worlds children, 2006. New York, USA; 2005. Report No.: ISBN-13: 978-92-806-3916-2

5. Report on the global AIDS epidemic, HIV-AIDS dari Ibu ke Bayi. Prevention mother to child HIV-AIDS tranmission.

6. Boris Januar, Sjawitri P Siregar.HIV Pada Bayi. Sari Pediatric volume 6 200422