NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL LAUT BERCERITA
KARYA LEILA S. CHUDORI KAJIAN SOSIOLOGI
SASTRA DAN IMPLIKASINYA DENGAN MATERI
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana dalam bidang
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh :
Widya Kemalasari
1688201109
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2020
i
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Widya Kemalasari
Nomor Pokok Mahasiswa : 1688201109
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Nilai Pendidikan Dalam Novel Laut Bercerita Karya
Leila S. Chudori Kajian Sosiologi Sastra Dan
Implikasinya Dengan Materi Pembelajaran Bahasa
Indonesia Di SMA
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Proposal Skripsi untuk mengikuti Sidang
Proposal Skripsi.
Tangerang, 30 April 2020
Tim Pembimbing : Tanda Tangan :
Pembimbing I,
Ira Anisa Purawinangun, M.Pd ………………….
NBM. 1211175
Pembimbing II,
Nori Anggraini, S.Pd., MA ………………….
NBM. 1146136
Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Blewuk Setyo Nugroho, M.Pd
NBM. 1094914
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Widya Kemalasari
Nomor Induk Mahasiswa : 1688201109
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas : Muhammadiyah Tangerang
Dengan ini menyatakan bahwa judul skripsi “Nilai Pendidikan Dalam Novel
Laut Bercerita Karya Leila S. Chudori Kajian Sosiologi Sastra Dan Implikasinya
Dengan Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SMA” beserta seluruh isinya adalah
benar-benar karya sendiri dan bukan merupakan hasil jiplakan atau plagiat dari karya
orang lain karena hal tersebut melanggar etika yang berlaku dalam kaidah keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada
saya apabila dikemudian hari ternyata terdapat pelanggaran terhadap etika keilmuan
dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya ini.
Tangerang, 30 April 2020
Widya Kemalasari
NIM. 1688201109
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya
kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi ini. Solawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya keluar dari zaman gelap gulita ke zaman terang benderang seperti
saat ini. Tak lupa peneliti mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah
mempercayai dan membimbing dalam pembuatan proposal ini. Adapun maksud dan
tujuan pembuatan proposal skripsi ini untuk mendeskripsikan Nilai Pendidikan dalam
Novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori Kajian Sosiologi Sastra dan Implikasinya
dengan Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Penyusunan proposal skripsi
ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan di
Universitas Muhammadiyah Tangerang.
Peneliti menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa
dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu peneliti ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Bapak Dr. H. Ahmad Amarullah, M.Pd selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Tangerang.
2. Bapak Dr. Enawar, S.PD., M.M., MOS. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tangerang.
3. Ibu Sumiyani, M.Pd. selaku Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tangerang.
4. Bapak Dr. Asep Suhendar, M.Pd. selaku Wakil Dekan II Universitas
Muhammadiyah Tangerang.
iv
5. Bapak Blewuk Setyo Nugroho, M.Pd. Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Tangerang.
6. Ibu Ira Anisa Purawinangun, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang
telah berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap
permasalahan atas kesulitan dalam penulisan proposal skripsi ini.
7. Ibu Nori Anggraini, S.Pd., MA. selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah membimbing dan mengarahkan peneliti selama penulisan proposal skripsi
dan memberikan banyak ilmu serta solusi pada setiap permasalahan atas
kesulitan dalam penulisan proposal skripsi ini.
8. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
9. Kedua orang tua Ayahanda Samsuri dan Ibunda Eko Budhi Kusmartini yang
telah memberikan curahan kasih sayang yang berlimpah, dukungan baik moril,
maupun materil, serta doa tulus ikhlas yang selalu mengiringi perjalanan
peneliti tiada hentinya.
10. Enni Rahardiani, Handio Pratama Adi, Adan Al Abdhi Putro, dan segenap
keluarga selaku Support System dalam berbagai keadaan peneliti.
11. Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang
12. Teater Cahaya Universitas Muhammadiyah Tangerang
13. Rekan-rekan seperjuangan A1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
yang telah berjuang dari awal hingga saat ini.
14. Seseorang yang selalu menyemangati dan selalu menemani serta turut andil
dalam pembuatan skripsi ini, dengan kesabaran dan ketulusannya.
v
15. Seluruh pihak yang telah bersedia dan membantu dengan ikhlas dan tulus
dalam penyusunan proposal skripsi ini yang tidak bisa peneliti sebutkan satu
per satu.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan keberkahan sebagai balasan yang
setimpal ats segala kebaikan yang telah diberikan. Peneliti menyadari bahwa proposal
skripsi ini masih teramat jauh dari kata sempurna. Untuk itu peneliti mengharapkan
kritikan dan arahan yang sifatnya membangun untuk menyempurnakan proposal
skripsi ini. Semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat. Amin…
vi
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan Proposal Skripsi……………………………………………….…i
Pernyataan Keaslian Tulisan…………………………………………….…………………….ii
Kata Pengantar………………………………..………………………………………………iii
Daftar Isi…………………………………………………………..…………………………..vi
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ............................................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................................. 4
E. Manfaat Penelitian ............................................................................................................ 5
F. Penjelasan Istilah dan Singkatan....................................................................................... 6
BAB II ....................................................................................................................................... 7
LANDASAN TEORI ................................................................................................................ 7
A. Landasan Teori ................................................................................................................. 7
1. Novel ............................................................................................................................. 7
2. Karakteristik Novel ....................................................................................................... 9
3. Jenis-Jenis Novel ........................................................................................................ 11
4. Unsur-Unsur Novel .................................................................................................... 17
5. Hakikat Sosiologi Sastra ............................................................................................. 26
6. Perspektif Sosiologi Sastra .......................................................................................... 27
7. Model Analisis Sosiologi Sastra ................................................................................. 28
8. Hakikat Nilai Pendidikan ............................................................................................ 30
9. Nilai Pendidikan dalam Satra ...................................................................................... 32
B. Penelitian yang Relevan ................................................................................................. 36
BAB III ................................................................................................................................... 38
METODOLOGI PENELITIAN .............................................................................................. 38
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ................................................................................ 38
B. Waktu Penelitian ............................................................................................................ 39
vii
C. Sumber dan Jenis Data Penelitian .................................................................................. 40
1. Data Primer ................................................................................................................. 40
2. Data Sekunder ............................................................................................................. 41
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................................. 41
E. Instrumen Penelitian ....................................................................................................... 42
F. Teknik Analisis Data ...................................................................................................... 44
1. Reduksi Data ............................................................................................................... 44
2. Penyajian Data ............................................................................................................ 44
3. Menarik Kesimpulan/ Verifikasi ................................................................................. 45
G. Keabsahan Data .............................................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 47
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan bagian dari seni yang mengandung unsur kehidupan
yang menimbulkan rasa nikmat, senang, sedih, terharu bahagia yang membuncah
seluruh rasa sehingga menarik dan memberikan macam-macam keluaran berbagai rasa
dalam diri. Di samping itu, karya sastra merupakan pengalaman batin dari tiap-tiap
individu dengan berbagai jenis kisah didalamnya mengenai kehidupan masyarakat
dalam suatu masa dan situasi tertentu. Setiap karya sastra selalu memperhatikan situasi
atau keadaan dalam masyarakat saat karya sastra tersebut diciptakan. Hal ini berarti
bahwa setiap karya sastra merupakan cermin kehidupan dalam suatu masyarakat.
Novel adalah suatu karya sastra yang merefleksi kehidupan manusia dengan
macam unsur kehidupannya. Novel adalah jenis karya sastra yang diciptakan oleh
pengarangnya dengan harapan untuk dapat dinikmati, dipahami, direnungkan dan suatu
saat bisa dimanfaatkan oleh para pembaca. Macam-macam unsur yang ada itu meliputi
jenis unsur pembangun yakni unsur ekstrinsik dan unsur instrinsik. Unsur intrinsik
dapat diartikan sebagai unsur yang membangun karya sastra dari dalam, yaitu : tema,
alur, latar, amanat, tokoh dan penokohan. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah jenis
unsur yang memengaruhi karya sastra dari luar, tetapi secara tidak langsung
berpengaruh pada organisme atau bangunan karya sastra. Unsur-unsur tersebut seperti:
sosial budaya, agama, ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya.
Dalam novel konsentrasi berpusat pada rangkaian peristiwa yang menimbulkan
cerita itu. Novel memanfaatkan para tokoh sebagai ide sentral cerita, sekaligus jalan
cerita. Unsur-unsur tersebut sangat beragam, sehingga untuk mengkajinya lebih dalam
perlu dilakukan sebuah analisis. Dengan demikian, analisis tentang unsur ekstrinsik
2
berupa nilai pendidikan akan memberi corak dan warnanya tersendiri terhadap sebuah
novel, baik tentang unsur instrinsik maupun unsur ekstrinsik.
Karya sastra tidak terlepas dari keterikatan nilai-nilai yang dikandungnya.
Suatu karya sastra dapat dikatakan baik apabila mengandung nilai-nilai yang mendidik.
Nilai-nilai pendidikan dapat ditangkap oleh manusia diantaranya melalui pemahaman
dan penikmatan sebuah karya sastra. Hubungan sastra dan pendidikan sangatlah erat
dan tidak bisa dipisahkan.
Masing-masing memiliki keterikatan. Hubungan ini terjadi karena dalam sastra
terkandung nilai-nilai yang mendidik bagi pembaca, sedangkan novel merupakan salah
satu wahana bagi pengarang untuk mengapresiasi nilai-nilai pendidikan bagi pembaca.
Meskipun rangkaian peristiwa tokoh bersifat imajinatif dan dikemas secara fiksi, tetapi
kebenaran nilai-nilai kehidupan yang disampaikan oleh pengarang tidak dapat
disangkal. Nilai-nilai pendidikan dalam karya sastra memberikan nasihat bagi
pembaca, tidak jarang pula memberikan kritikan atau ironi maupun transparan. Hal ini
semua memberikan pesan kepada para pembaca untuk menjadi insan yang pandai
dalam memetik hikmah dari nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra.
Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang tertulis di dalamnya
mengandung ide-ide, gagasan, pesan-pesan, ataupun bentuk ajaran yang diungkapkan
pengarang dalam bentuk cerita. Novel merupakan sebuah karya imajinasi tak ayal pula
dituliskan berdasarkan jenis kisah nyata tentang berbagai jenis permasalahan
kehidupan manusia dan interaksinya dengan lingkungan maupun sesama manusia,
dirinya sendiri maupun orang lain disekitarnya dan interaksi kepada tuhan yang
merupakan hasil dialog, percampuran dan tanggapan mengenai kehidupan yang terjadi
dalam lingkungan.
Kehidupan manusia tidak terlepas dari proses pendidikan. Proses pendidikan
ini dilalui di segala lini perjalanan hidup. Pendidikan terdiri dari pendidikan formal,
pendidikan non-formal dan pendidikan informal. Pendidikan formal mencakup sekolah
3
dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Pendidikan non-formal
adalah jenis pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga diluar pendidikan
berjenjang maupun kursus atau sekolah-sekolah pelatihan. Dan, pendidikan informal
adalah jenis pendidikan yang didapatkan oleh atau dari keluarga, lingkungan dan
masyarakat.
Dewasa ini, Proses pendidikan yang dilakukan manusia bertujuan untuk
membentuk nilai dalam kepribadiannya. Manusia bisa membedakan perbuatan baik
dan buruk serta mempunyai pengetahuan yang luas dari proses pendidikannya.
Pendidikan mencakup segala aspek yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
Pendidikan menjadi tolok ukur untuk mencapai kepribadian yang baik. Sehingga
pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia.
Leila S. Chudori merupakan salah satu penulis wanita yang masih aktif menulis
karya sastra berupa novel. Karya-karyanya mengandung sebuah makna yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Melalui novelnya Leila S. Chudori menawarkan
berbagai macam nuansa pendidikan, kemanusiaan, tentang moral dan keagamaan yang
pada dasarnya nuansa-nuansa itu dapat digunakan sebagai sarana untuk membentuk
kepribadian di lingkungan masyarakat serta memeroleh pendidikan yang baik.
Salah satu karya sastra yang cukup menarik dari karangan Leila S. Chudori
adalah novel yang berjudul “Laut Bercerita”. Laut Bercerita, bercerita tentang seorang
aktivis mahasiswa bernama Biru Laut yang berperang melawan tirani pemerintah
Indonesia. Leila S. Chudori berhasil menyajikan pemikiran, kehidupan, dan emosi para
pejuang yang berjuang untuk membawa perubahan di negara kita, serta orang-orang
yang dicintai yang tertinggal, berduka atas penderitaan dan hilangnya para pejuang itu
dan berjuang untuk mengingat mereka. Leila S. Chudori membuat kita menyadari
bahwa para pejuang ini — terlepas dari cita-cita dan kepedulian mereka yang tidak
mementingkan diri sendiri — adalah manusia yang mencintai, yang merasa takut dan
4
tidak yakin pada suatu waktu, yang berdarah, dan yang pantas mendapatkan
kebahagiaan di antara orang-orang yang mereka cintai.
Berdasarkan uraian di atas peneliti memilih judul “Nilai pendidikan dalam
novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori kajian sosiologi sastra dan implikasinya
dengan materi pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA” sebagai judul penelitian untuk
memberikan manfaat kepada masyarakat dalam memahami nilai pendidikan melalui
kajian sosiologi sastra.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti membatasi masalah yang
akan diteliti yaitu sebagai berikut :
1. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Laut Bercerita karya Leila S.
Chudori kajian sosiologi sastra dan implikasinya dengan materi pembelajaran Bahasa
Indonesia di SMA.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
diambil dalam penelitian ini adalah sebagian berikut :
1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Laut Bercerita karya
Leila S. Chudori dan kajian sosiologi sastra dengan materi pembelajaran Bahasa
Indonesia di SMA?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan :
5
1. Nilai-nilai pendidikan yang tekandung dalam novel Laut Bercerita karya Leila S.
Chudori dan kajian sosiologi sastra dengan materi pembelajaran Bahasa Indonesia di
SMA.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaaat dalam menambah ilmu
pengetahuan bagi pengembangan ilmu sastra di Indonesia. Selain itu, hasil penelitian
dapat dijadikan referensi dalam bidang keilmuan, serta pengaplikasiannya dalam
memaknai karya sastra, khususnya tentang kajian sosiologi sastra.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat praktis bagi :
a. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan
bagi para pembaca, khususnya dalam bidang kajian sosiologi sastra.
b. Bagi Peneliti Lainnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk inspirasi atau contoh dalam
pembuatan karya ilmiah selanjutnya, terutama dalam bidang penelitian karya
sastra dengan menggunakan bidang kajian sosiologi sastra.
c. Bidang Institusi
Dengan adanya hasil penelitian ini, pihak lembaga dapat menambah koleksi
kepustakaan ilmiah, yang diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan sastra di Indonesia.
d. Bagi Guru
6
Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk pembelajaran sastra di
sekolah khususnya guru-guru SMA.
F. Penjelasan Istilah dan Singkatan
Dalam penelitian ini mengandung istilah-istilah teknik yang membingungkan
khususnya bagi pembaca awal dibidang sastra. Oleh karena itu, bagian ini memuat
penjelasan istilah-istilah dan singkatan yang digunakan, sebagai berikut :
1. Novel
Karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang lain disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan
sifat pelaku.
2. Sosiologi sastra
Pendekatan yang memahami dan menilai karya sastra dengan pertimbangan
segi-segi kemasyarakatan.
3. Nilai
Sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya.
4. Pendidikan
Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan;
proses, cara, perbuatan mendidik.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Novel
Membaca novel yang terlalu panjang akan senantiasa membuat kita
untuk mengingat kembali cerita yang pernah dibaca sebelumnya. Menurut
Nurgiyantoro (2015), “Novella dan novella mengandung pengertian yang sama
dengan istilah Indonesia novelet (Inggris novelette), yang berarti sebuah karya
prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak
terlalu pendek” (h.12). Jadi novel dapat dilihat dari segi formalitas bentuknya,
yaitu sebuah cerita yang panjang, cerita yang tidak bisa selesai dibaca dalam
sekali duduk. Dengan membaca novel pembaca dapat melihat berbagai fakta
melalui kacamata pengarang, memahami apa maksud fakta-fakta tersebut
sehingga pengalaman pun dapat dibagi.
Membaca sebuah novel, untuk sebagian orang hanya ingin menikmati
cerita yang disuguhkan, mereka hanya akan mendapatkan kesan umum dan
samar tentang bagian cerita tertentu yang menarik. Stanton (2012), berpendapat
bahwa “Novel mampu menghadirkan perkembangan suatu karakter, situasi sosial
yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan
berbagai peristiwa ruwet yang terjadi beberapa tahun silam secara lebih
mendetail” (h.90). Novel menyampaikan permasalahan yang kompleks secara
8
penuh, mengkreasikan sebuah dunia yang jadi. Dalam hal ini penggambaran
berlebihan tidak akan banyak manfaat sehingga pengarang lebih memilih
menyatakan fakta secara apa adanya. Pembaca yang sembrono, menyimpulkan
secara cepat, dan penilaian yang terburu-buru hanya akan menjadikan nilai karya
berkurang.
Kosasih (2014), berpendapat bahwa “Novel adalah karya imajinatif
yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau
beberapa orang tokoh” (h.60). Dikatakan imajinatif karena merupakan ekspresi
jiwa pengarang, acuan karya sastra bukanlah dunia nyata, melainkan dunia fiksi.
Pengarang menghayati berbagai permasalahan dengan penuh kesungguhan yang
kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi yang sesuai dengan
pandangannya. Sebagai sebuah karya imajinatif, fiksi menawarkan berbagai
permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
novel adalah jenis tulisan yang didasari atas berbagai lini problematika
kehidupan antara fiksi dan nonfiksi didalamnya memiliki banyak sekali peran
dari setiap tokoh. Novel tak hanya menyeritakan tentang seseorang secara
normal, di dalam sebuah novel ada konflik serta permasalahan dan penyelesaian
masalah yang terjadi. Seluk beluk yang terjadi dalam cerita novel atau cerita fiktif
tidak hanya sebagai suatu cerita khayalan semata, melainkan juga sebuah
9
imajinasi yang dihasilkan oleh pengarang sebagai sebuah kenyataan baru atau
fenomena yang dapat dilihat dan dirasakan oleh pembaca.
2. Karakteristik Novel
Untuk mengetahui perbedaan antara cerpen dan novel Kosasih (2014)
mengungkapkan karakteristik novel yaitu, novel memiliki alur lebih rumit dan lebih
panjang, ditandai oleh perubahan nasib pada sang tokoh, tokohnya lebih banyak
dalam berbagai karakter, latar meliputi wilayah geografi yang luas dan dalam waktu
yang lebih lama., serta memiliki tema yang lebih kompleks, ditandai oleh adanya
tema-tema bawahan. Jadi, novel akan memiliki jalan cerita yang lebih panjang, hal
ini karena tema cerita yang dikisahkan lebih kompleks dengan persoalan tokoh yang
juga lebih rumit. Cerita yang menarik biasanya mampu mengikat pembaca untuk
selalu ingin mengetahui kelanjutan kejadiannya, mampu membangkitkan rasa ingin
tahu.
Aziz dan Hasim (2010) menyebutkan karakteristik atau ciri novel terdiri dari
beberapa yaitu, “Novel berbentuk prosa, merupakan bentuk pengungkapan dengan
cara langsung. Novel yang bersifat naratif, artinya ia lebih bersifat bercerita dari pada
memperagakan. Novel membuat penggambaran-penggambaran yang sangat
dramatis, nyaris seperti keadaan yang sesungguhnya. Namun, melalui cerita atau
narasi tertentu ” (h.3). Bahasa yang dapat dijumpai dalam novel yaitu elemen-elemen
yang puitis dan bahasa sehari-hari, atau bahasa yang biasa kita jumpai dalam tulisan-
tulisan nonfiksi. Novel menggunakan media tulisan dalam menyuguhkan karyanya
10
dan penggambarannya dilukiskan dengan kata-kata saja. Novel merupakan suatu
gambaran kejadian, maka ada seseorang tokoh yang menjadi subjeknya dalam cerita
yang memiliki sifat, tingkah atau perilaku yang ditampilkan pengarang dengan
menggunakan plot atau alur yang melengkapi cerita.
Nurgiyantoro (2015), mengungkapkan karakteristik novel sebagai berikut,
“Dari segi panjang cerita, novel (jauh) lebih panjang daripada cerpen. Oleh karena
itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara
lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai
permasalahan yang kompleks” (h.13). Membaca novel lebih sulit karena novel
mempunyai kemampuan menyampaikan permasalahan yang kompleks
mengkreasikan dunia yang utuh. Novel menghadirkan dunia dalam skala yang besar
dan kompleks yang mencakup pelbagai jenis pengalaman kehidupan yang dipandang
menjadi aktual namun semuanya tetap saling terjalin. Novel memiliki hubungan
antarbab, sehingga keutuhan cerita sebuah novel mencakup keseluruhan bab.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa novel berisikan cerita
yang tak pendek, karena novel memasukan permasalahan melalui penyampaian yang
lebih kompleks dan secara terperinci. Novel yang panjang akan menghambat
kepekaan pembaca mengenai bagian-bagian kecil dalam alur cerita.
11
3. Jenis-Jenis Novel
Setiap novel memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan kreativitas dari
seorang pengarang novel. Nurgiyantoro (2015) membedakan novel menjadi tiga
jenis, yaitu :
a. Novel Popular
Novel popular adalah novel yang popular pada masanya dan banyak
penggemarnya, khususnya pembaca di kalangan remaja. Ia menampilkan masalah-
masalah yang aktual dan selalu menzaman, namun hanya pada tingkat permukaan.
Novel popular tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak
berusaha meresapi hakikat kehidupan. “Novel popular lebih mudah dibaca dan
dinikmati karea ia memang semata-mata menyampaikan cerita.” (Stanton, 1965: h.2)
Contoh novel popular yaitu novel Atheis, bercerita tentang percintaan Hasan dan
Kartini.
b. Novel Serius
Novel serius mengambil realitas kehidupan ini sebagai model, kemudian
menciptakan sebuah “dunia baru”, dunia dalam kemungkinan, lewat pengembangan
cerita dan penampilan tokoh-tokoh dalam situasi khusus. Novel-novel seperti Para
Priyayi, Saman, Supernova, Laskar Pelangi dan Ayat-ayat Cinta.
C. Novel Teenlit
12
Novel Teenlit yang mulai populer pada tahun 2000-an. Novel-novel teenlit
dapat berkisah tentang lingkungan remajadengan bahasa gaul yang khas remaja
karena pada umumnya ditulis oleh remaja. Remaja yang masih berpenampilan dan
berpola remaja berkisah tentang dunianya, dunia yang sedang dijalaninya. Cerita
novel teenlit dapat dijadikan sebagai sarana identifikasi diri. Sesuai dengan
perkembangan kejiwaannya, cerita itu dapat dijadikan sarana mencari tokoh model.
Baik cerita maupun bahasa gaul yang dipakai dalam novel itu bersifat gue banget.
Ada banyak novel teenlit di toko buku misalnya; Maria Ardelia (16 Tahun) menulis
Me vs High Heels! Aku Vs Sepatu Hak Tinggi (2004), Dylam Nuranindya (18 Tahun)
menulis Dealova (2004).
Berdasarkan jenis-jenis novel di atas dapat disimpilkan bahwa tiap-tiap novel
itu unik karena memiliki karakteristiknya sendiri. Seperti novel populer pada
umumnya yang bersifat artifisial, dan hanya bersifat sementara, cepat ketinggalan
zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanya sekali lagi. Novel semacam ini
biasanya cepat dilupakan orang, apalagi dengan munculnya novel-novel baru yang
lebih popular pada masa sesudahnya. Novel serius dalam bercerita mengemukakan
kebenaran dan kemungkinan. Membaca novel serius, jika ingin memahaminya
dengan baik, diperlukan daya konsentrasi yang tinggi dan disertai dengan kemauan
untuk itu. Novel serius memiliki tujuan yaitu memberikan pengalaman yang berharga
kepada pembaca, atau paling tidak, mengajaknya untuk meresapi dan merenungkan
secara lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan yang diangkat. Novel teenlit
13
amat diganderungi oleh kaum remaja putri yang haus akan bacaan yang sesuai dengan
kondisi dan kejiwaan mereka. Para remaja merasakan bahwa cerita di novel teenlit
dapat mewakilkan dan mencerminkan diri, dunia, cita-cita, keinginan, gaya hidup,
gaya gaul, dan lain-lain yang menyangkut permasalahan mereka.
Menurut Aziez & Hasim (2010) membagi jenis-jenis novel menjadi empat
belas, yaitu :
a. Novel Picaresque melukiskan picaro dan perjalanan penjahat kecil-kecilan yang
melawan hukum moral dan masyarakat, perilakunya pun antisosial, tanpa harus
benar-benar jahat.
b. Novel Epistolari memanfaatkan surat yang dikirim di antara para tokoh yang ada di
dalamnya sebagai media penyimpanan cerita. Surat begitu penting bagi masyarakat
inggris pada abad ke delapan belas. Hal ini dikarenakan pada saat tingkat literasi
sudah cukup tinggi dikalangan kaum terpelajar, tetapi fasilitas transportasi masih
primitif untuk ukuran zaman sekarang. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika
novel pada awal kemunculannya sangat dipengaruhi oleh komunikasi dalam bentuk
ini (surat).
c. Novel Sejarah merupakan jenis novel yang biasanya berbentuk petualangan, di mana
latar belakang sejarah, termasuk tokoh-tokoh sejarah dimasukan dalam rangkaian
cerita tokoh-tokoh fiktif.
14
d. Novel Regional yang latarnya , atau “warna daerahnya” memainkan peranan yang
sangat penting dalam pandangan tradisional, daerah yang dimaksud adalah daerah
terpencil atau daerah pegunungan, bukan daerah perkotaan.
e. Novel Satir tidak harus berbentuk prosa dan bersifat rekaan, sekalipun di dalamnya
dikandung makna “melebih-lebihkan”, yang melibatkan khayalan fiktif dalam kadar
tertentu. Satir berupaya menyerang sesuatu yang dituding sebagai kejahatan atau
kebodohan yang bersifat perorangan, kelompok, maupun anggota masyarakat secara
keseluruhan dan alatnya adalah lelucon, dan cemoohan.
f. Bildungsroman sejenis novel yang mengosentrasikan dirinya pada perkembangan
diri sang tokoh, dari masa muda atau kanak-kanak sampai masa dewasa.
g. Novel Tesis secara eksplisit mengisyaratkan bahwa ia memiliki tesis atau argument
tertentu yang mendasari ceritanya. Secara tipikal, ia merupakan novel yang berkenaan
dengan suatu upaya untuk mendorong dilakukannya reformasi sosial atau koreksi atas
perilaku-perilaku keliru tertentu.
h. Novel Gotik (Roman Noir) memunculkan tokoh-tokoh, latar, dan situasi khas yang
sampai sekarang masih muncul dalam film-film horror modern. Latar abad
pertengahan yang gelap dan meremang, puri-puri kuno dengan kamar-kamar dan
lorong-lorong rahasia, yang dikuasai oleh seseorang bangsawan berwatak sinis akibat
suatu siksaan atau dosa tertentu, serta elemen supranatural yang begitu kuat
15
menguasai suasana. Novel gotik awal tidak lama mengenyam masa jaya dan pada
awal abad kesembilan belas ia sudah menjadi milik masa lampau.
i. Roman-Fleuve merujuk pada novel berantai yang bisa dibaca dan diapresiasi satu-
satu, tetapi berkenaan dengan tokoh-tokoh atau peristiwa-peristiwa yang sama dan
selalu muncul dari satu novel ke novel berikutnya.
j. Roman Feuilleton adalah novel yang diterbitkan secara “mencicil” dan tanpa
mengalami pemotongan dalam suatu surat kabar. Model penerbitan semacam ini sangat
popular di abad kesembilan belas.
k. Fiksi Ilmiah dalam maknanya yang umum ia merupakan karya cerita, baik yang
ditulis maupun difilmkan. Fiksi ilmiah berkenaan dengan penggambaran ilmu
pengetahuan modern, terutama perjalanan antar planet dan dunia luar angkasa. Ia
merupakan genre yang sedang merebak dan akan terus berkembang. Fiksi ilmiah boleh
dikatakan memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh sastra fantasi, yaitu latarnya yang
melibatkan perjalanan antarplanet, teknologi tingkat tinggi, mesin, robot, makhluk-
makhluk, baju yang aneh, dan kehidupan masa depan. Berbeda dengan sastra fantasi,
latar dan peristiwa dalam novel fiksi bisa diterima nalar, sekalipun kejadiannya tidak
nyata.
l. Novel Baru (Nouveau Roman) roman baru merupakan suatu perkembangan yang
relative baru, yang bermula dari Prancis. Novel jenis ini konvensi-konvensi penulisan
16
fiksi yang sudah mapan secara sengaja disampaikan atau diperlakukan sedemikian rupa
untuk membingungkan pembaca dan untuk mencapai efek tertentu yang berbeda.
m. Metafiksi merujuk pada sejenis novel atau cerpen yang secara sengaja mengoyak
ilusi fiktif dan mengomentari secara langsung hakikat fiktifnya sendiri atau proses
penulisannya.
n. Faksi dengan demikian bermakna suatu karya yang keberadaannya ada diantara fakta
dan fiksi, yang utamanya berurusan dengan peristiwa atau tokoh nyata, tetapi dengan
menggunakan rincian rekaan untuk meningkatkan tingkat kepercayaan dan
keterbacaannya.
Jenis-jenis novel di atas merupakan kumpulan dari berbagai negara dan novel
yang muncul pada abad kedelapan belas sampai abad kesembilan belas. Jenis novel
dapat didasarkan pada tinjauan historis didasarkan pada unsur instrinsik biasanya
mendominasi suatu periode dan tinjauan teknis berdasarkan unsur ekstrinsik serta gaya
bahasa yang digunakan dalam setiap narasinya. Novel pada masa lalu banyak
diperugunakan sebagai sarana untuk mengerjakan berbagai keperluan hidup,
memberikan ajaran moral, etika kehidupan, semangat perjuangan, menawarkan
pandangan hidup, nilai-nilai yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat, serta
mempertahankan eksistensi masyarakat.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pengkategorian jenis-
jenis novel merupakan sebuah bentuk untuk memudahkan dalam memahami dan peka
17
terhadap suatu gejala, dan konsep yang diutarakan dalam novel tersebut. Suatu novel
memperoleh pembagian atau jenis-jenis novel, ia sebenarnya didasarkan pada unsur-
unsur yang menonjol yang ada didalamnya. Oleh karena itu, ada beberapa jenis novel
yang membahas tentang sejarah, menceritakan tokoh dari masa kanak-kanak sampai ia
di fase dewasa dan juga membahas tentang perilaku tokoh yang ada dalam cerita
tersebut. Setiap novel memiliki seuatu yang kreatif dan unik, yang sering kali
menentang asumsi dan harapan pembaca sampai batas tertentu.
4. Unsur-Unsur Novel
Sebuah novel merupakan seni penulisan yang sifatnya artistik dan menyeluruh
karena dengan segenap jiwa raga yang membentuknya menjadi sebuah hasil totalitas
sang penulis. Sebagai sebuah totalitas, novel memiliki bagian-bagian, unsur-unsur
yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling menguntungkan.
Unsur-unsur tersebut meliputi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
a. Unsur Intrinsik
Dengan adanya unsur intrinsik dapat membantu pembaca memahami sebuah
cerita. Menurut Nurgiyantoro (2015: h.30) unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang
membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan suatu teks
lahir sebagai teks sastra, unsur-unsur yang banyak dijumpai secara faktual jika orang
membaca sebuah karya sastra. Unsur instrinsik yang dimaksudkan yaitu meliputi;
peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau
18
gaya bahasa, dan lain-lain. Selanjutnya dibawah ini akan diuraikan unsur intrinsik
menurut Nurgiyantoro sebagai berikut:
1. Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari suatu keadaan ke keadaan lain
(Luxemburg dkk, 1992:150), peralihan dari aktivitas ke aktivitas lain. Peristiwa dapat
dibedakan ke dalam beberapa kategori tergantung dari mana ia dilihat. Peristiwa dapat
dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu :
a. Peristiwa Fungsional merupakan inti cerita sebuah cerita fiksi yang bersangkutan.
Dengan demikian, kehadiran peristiwa-peristiwa itu dalam kaitannya dengan logika
cerita merupakan suatu keharusan. Jika sejumlah peristiwa fungsional ditinggalkan
atau dihilangkan, hal itu akan menyebabkan cerita menjadi lain dan atau bahkan
menjadi kurang logis.
b. Peristiwa Kaitan adalah peristiwa-peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwa-
peristiwa penting (baca: peristiwa fungsional) dalam pengurutan penyajian cerita
secara plot. Peristiwa kaitan kurang memengaruhi perkembangan plot cerita sehingga
seandainya ditinggalkan atau dihilangkan pun tidak berpengaruh terhadap logika cerita.
Paling tidak masih dapat mengetahui inti cerita secara keseluruhan.
c. Peristiwa Acuan adalah peristiwa yang secara tidak langsung berpengaruh dan atau
berhubungan dengan pengembangan plot, melainkan mengacu pada unsur-unsur lain,
misalnya berhubungan dengan masalah perwatakan atau suasana yang melingkupi
batin seorang tokoh.
19
2. Cerita merupakan rentetan peristiwa yang terjadi sesuai dengan urutan waktu, jadi
secara kronologis, dalam sebuah karya fiksi, urutan peristiwa itu sering disiasati dan
dimanipulasikan sehingga tidak dapat lagi disebut sederhana. Peristiwa yang
dikisahkan tidak harus berurutan dari awal hingga akhir, melainkan dapat dimulai dari
titik-peristiwa mana saja sesuai dengan keinginan dan kreativitas pengarang.
Manipulasi urutan waktu tersebut dalam teks fiksi biasanya berupa pembalikan waktu
penceritaan, peristiwa yang secara logika terjadi belakangan, justru bisa diceritakan
lebih dahulu.
3. Plot merupakan peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan sebab-akibat yang
selalu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa lain. Plot merupakan
cerrrminan atau bahkan berupa perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak,
berpikir, berasa, dan bersikap dalam menghadapi perjalanan hingga masalah
kehidupan.
4. Penokohan lebih luas pengertiannya dari pada tokoh dan perwatakan sebab ia
sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana
penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan
gambaran yang jelas terhadap pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik
perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. Seorang tokoh dapat
dikategorikan ke dalam beberapa jenis sekaligus, misalnya:
a. Tokoh Utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang
bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku
20
kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap
kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman buku cerita yang bersangkutan. Di
pihak lain, pemunculan tokoh-tokoh tambahan biasanya diabaikan, atau paling tidak,
kurang mendapat perhatian.
b. Tokoh Protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang salah satu jenisnya secara
popular disebut hero atau tokoh yang ideal bagi pembaca. Tokoh protagonis
menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan pembaca, harapan-harapan
pembaca. Tokoh antagonis adalah tokoh yang beropsesi dengan tokoh protagonis,
secara langsung ataupun tidak langsung, bersikap fisik atau batin. Tokoh antagonislah
yang menyebabkan timbulnya konflik dan ketegangan sehingga menjadi cerita yang
menarik.
c. Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu,
suatu sifat atau watak tertentu saja. Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan
diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannnya.
d. Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan
dan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang
terjadi. Tokoh berkembang adalah tokoh yang mengalami perubahan dan
perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan dan perubahan peristiwa dan
plot dikisahkan.
21
e. Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan
individualitasnya dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya.
Tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-
benar merupakan tokoh imajinatif yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia
fiksi.
5. Tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra sebagai
struktur semantis dan bersifat abstrak yang secara berulang-ulang dimunculkan lewat
motif-motif dan biasanya dilakukan secara implisit. Untuk menemukan tema sebuah
karya fiksi, ia harus disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan
bagian-bagian tertentu cerita. Tema mengangkat masalah kehidupan yang berkaitan
dengan masalah cinta, rindu, cemas, takut, religious, nafsu dan lain-lain.
6. Latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menunjukan pada
pengertian tempat, hubungan waktu sejarah, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara kongkret
dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan relalistis kepada pembaca,
menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi.
7. Sudut pandang dalam teks fiksi mempersoalkan siapa yang menceritakan, atau dari
mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu dilihat. Sudut pandang dapat banyak
macamnya tergantung dari sudut mana ia dipandang dan seberapa rinci ia dibedakan
seperti:
22
a. Sudut pandang pesona ketiga “dia”, narrator adalah seseorang yang berada di luar
cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata
gantinya: ia, dia, mereka.
1. “dia” mahatahu, narrator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu. Ia mengetahui
berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan termasuk motivasi yang melatar
belakanginya.
2. “dia” terbatas, pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir dan
dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja. “dia”
sebagai pengamat yang benar-benar objektif, narator bahkan hanya dapat melaporkan
segala sesuatu yang dapat dilihat dan didengar, atau yang dapat dijangkau oleh indera,
dalam hal ini narator seolah-olah berlaku sebagai kamera yang berfungsi untuk
merekam dan mengabadikan suatu objek.
b. Sudut pandang pesona pertama “aku” narator adalah seorang yang terlibat dalam
cerita. Ia adalah si “aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri,
mengisahkan peristiwa dan tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami, dan
dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca.
1. “aku” tokoh utama mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang
dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupunfisik, hubungannya
dengan sesuatu yang diluar dirinya. Si “aku: menjadi fokus, pusat kesadaran, pusat
cerita.
23
2. “aku” tokoh tambahan hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedang
tokoh cerita yang dikisahkan itu keemudian “dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri
sebagai pengalamannya.
c. Sudut pandang persona kedua “kau” merupakan cara pengisahan yang
mempergunakan “kau” yang biasanya sebagai variasi cara memandang oleh tokoh aku
dan dia. Penggunaan teknik “aku” biasanya dipakai “mengoranglainkan”. Diri sendiri,
melihat diri sendiri sebagai orang lain.
d. Sudut pandang campuran berupa penggunaan sudut pandang pesona ketiga dengan
teknik “dia” manatahu dan “dia” sebagai pengamat, pesona pertama dengan teknik
“aku” sebagai tokoh utama dan “aku” tambahan atau sebagai saksi. Selain itu, ia dapat
pula berupa campuran antara pesona pertama dan ketiga, antara “aku”, “dia”, bahkan
kadang-kadang juga diselingi pesona kedua “kau” sekaligus.
8. Bahasa atau gaya bahasa merupakan teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang
dapat mewakili sesuatu yang akan diungkapkan dan sekaligus untuk mencapai efek
keindahan.
Stanton (2012) berpendapat bahwa unsur intrinsik novel terdiri atas, alur yang
merupakan rangkaian peristiwa, karakter merujuk pada individu yang muncul dalam
cerita, latar adalah lingkungan yang melengkapi sebuah peristiwa dalam cerita, tema
merupakan aspek cerita, sedangkan sudut pandang merupakan semua kejadian yang
dituturkan melalui kacamata pengarang, dan gaya adalah cara pengarang dalam
24
menggunakan bahasa. Di dalam karya sastra terdapat faktor-faktor cerita yang terdiri
dari karakter, alur dan latar. Hal ini berfungsi sebagai catatan kejadia imajinatif dari
sebuah cerita yang menghubungkan sebab akibat, atau hubungan kronologinya yang
berkelanjutan.
Menurut Kosasih (2014), unsur intrinsik novel terdiri dari tema yaitu gagasan
yang menjalin struktur isi cerita, alur merupakan pola pengembangan cerita yang
terbentuk oleh hubungan sebab akibat, sedangkan latar meliputi tempat, waktu dan
budaya yang digunakan dalam sebuah cerita, sementara sudut pandang adalah posisi
pengarang dalam membawakan cerita, gaya bahasa berfungsi menciptakan suatu nada
serta memperhatikan interaksi antara sesama tokoh dan amanat merupakan ajaran
moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.
Pengarang dalam mengembangkan cerita harus memperhatikan unsur-unsur
intrinsik yang terdapat dalam novel. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa unsur intrinsik adalah unsur yang ikut serta membangun sebuah pondasi cerita
yang di dalamnya terdapat seperti tema, alur dana tau plot, perwatakan dan atau
penokohan, latar dana tau setting, sudut pandang, bahasa dana tau gaya bahasa dan
amanat. Kesatupaduan antara pelbagai unsur-unsur intrinsik inilah yang membuat
novel terasa lebih berwujud.
b. Unsur Ekstrinsik
25
Unsur ekstrinsik adalah jenis unsur yang berada di luar karya sastra dan secara
tidak langsung ikut membangun karya sastra. Jadi pengarang membuat jenis tinnjauan
lain yang sekiranya bisa mendukung terbentuknya sebuah karya sastra.
Menurut Nurgiyantoro (2015), “Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang
berada di luar teks sastra itu, tetapi secara tidak langsung memengaruhi bangun atau
sistem organisme teks sastra” (h.30). Unsur ekstrinsik dalam sebuah novel haruslah
tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting, karena dapat memengaruhi bangun
cerita secara keseluruhan. Dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan
hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran ddan
hal itulah yang ingin disampaikannya kepada pembaca.
Kosasih (2014), berpendapat bahwa “Unsur ekstrinsik adalah unsur luar yang
berpengaruh terhadap isi novel itu. Yang termasuk ke dalam unsur luar itu adalah latar
belakang pengarang, kondisi budaya, termasuk tempat novel itu dikarang” (h.72).
Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan
pandangan hidup yang kesemuanya itu akan memengaruhi karya yang ditulisnya.
Karya sastra mampu memberi kesenangan dan kenikmatan, namun di dalamnya juga
terkandung manfaat. Manfaat yang dimaksud yaitu, dapat melibatkan berbagai aspek
kehidupan yang menunjang atau memengaruhi cara berpikir, bersikap, berperasaan dan
bertindak. Karya sastra mengandung dan mencerminkan sikap hidup masyarakat di
mana dan kapan karya sastra itu diciptakan.
26
Berdasarkan kedua pendapat di atas unsur ekstrinsik adalah segala macam
unsur yang berada di luar karya sastra yang iku memengaruhi kehidupan karya sastra
tersebut. Misalnya; faktor ekonomi, pendidikan, social budaya, keagamaan dan
psikologi pengarang maupun psikologi pembaca. Untuk mengetahui wujud unsur-
unsur ekstrinsik itu, tentu kita harus mengetahui biografi pengarang novel juga tahun
penerbitannya.
5. Hakikat Sosiologi Sastra
Teori sosiologi sastra merupakan teori yang digunakan untuk mengkaji nilai
pendidikan yang ada di dalam novel. Menurut Ratna (2013), “Sosiologi berarti ilmu
mengenai asal-usul dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan dan
mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam masyarakat, sifatnya
umum, rasional dan empiris” (h.1). Sosiologi sastra memandang karya sastra sebagai
hasi interaksi pengarang dengan masyarakat, sebagai kesadaran kolektif. Analisis
sosiologi memberikan perhatian yang besar terhadap fungsi-sungsi sastra, karyas sastra
sebagai produk masyarakat tertentu.
Faruk (2010), berpendapat bahwa “Sosiologi sastra sebagai sebuah usaha
pemahaman yang objektif-empiris, sosiologi sebenarnya mempelajari manusia
sebagaimana yang ditemukan dan dialami secara langsung dalam kenyataan keseharian
kehidupan” (h.17). Penggabungan makna kata sosiologi dan sastra merupakan suatu
pendekatan untuk analisis ilmiah terhadap kehidupan sosial. Hubungan karya sastra
dengan masyarakat merupakan hubungan yang hakiki. Karya sastra mempunyai tugas
27
penting, dalam usahanya dalam menjadi pelopor pembaharuan, maupun memberi
pengakuan terhadap suatu gejala kemasyarakatan.
Menurut Endraswara (2011), “Sosiologi sastra adalah kaitan langsung antara
karya sastra dengan masyarakat” (h.9). Karena di dalam karya sastra terdapat cerminan
kehidupan masyarakat. Karya sastra juga dipahami sebagai karya kreatif, hasil ciptaan
pengarang, serta menyangkut keseluruhan tata kehidupan masyarakat. Kehidupan
sosial manusia yang dipelajari oleh sosiologi amat luas, kompleks, umum dan abstrak.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi
sastra lebih banyak memperbincangkan hubungan antara karya sastra dengan
kehidupan sosialnya. Sosiologi dan sastra merupakan dua hal yang berbeda namun
tetap saling melengkapi, karena dalam kaitannya sastra merupakan sebuah refleksi
kehidupan masyarakat dan lingkungan sosial yang dikembangkan dalam sebuah karya
sastra.
6. Perspektif Sosiologi Sastra
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan mengapa sastra memiliki
keterikatan yang erat dengan masyarakat dan dengan demikian harus diteliti dalam
kaitannya dengan masyarakat. Menurut Ratna (2015), karya sastra memiliki tiga subjek
yaitu: karya sastra yang ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin
oleh penyalin, sedangkan ketiga subjek tersebut adalah anggota masyarakat. Karya
sastra menyerap aspek-aspek kehidupan yang terjadi dalam masyarakat, yang pada
28
gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat. Karya sastra baik lisan maupun tulisan,
dipinjamkan melalui kompetensi masyarakat, berbeda dengan ilmu pengetahuan,
agama, adat-istiadat, dan tradisi yang lain. Masyarakat menemukan citra dirinya dalam
suatu karya sastra.
Endraswara (2011), berpendapat bahwa sosiologi sastra dapat meneliti sastra
sekurang-kurangnya melalui tiga perspektif. “Pertama perspektif karya sastra, teks
biasanya dipotong-potong, diklasifikasikan, dan dijelaskan makna sosiologisnya.
Kedua perspektif biografi, yaitu peneliti menganalisis pengarang. Ketiga perspektif
reseptif, yaitu peneliti menganalisis penerimaan masyarakat terhadap teks sastra”
(h.80-81). Sastra juga dibentuk oleh masyarakatnya, sastra memiliki keteraitan timbal
balik dalam derajat tertentu dengan masyarakat. Sosiologi berusaha mencari pertautan
antara sastra dengan kenyataan masyarakat dalam berbagai dimensi.
Berdasarkan paparan di atas dalam kaitan ini, sastra merupakan sebuah refleksi
lingkungan sosial budaya yang merupakan suatu tes dialektika antara pengarang
dengan situasi sosial yang dikembangkan dalam karya sastra. Analisis sosiologi sastra
memberikan perhatian yang besar terhadap fungsi-fungsi sastra, sebagai upaya timbal
balik sastra harus memberikan masukan, manfaat, terhadap struktur sosial yang
menghasilkannya.
7. Model Analisis Sosiologi Sastra
29
Sosiologi sastra didefiniskan sebagai ilmu tentang hubungan antara karya sastra
dan masyrakat. Hubungan ini terjalin secara linier atau dua arah, tentang konteks sosial
yang memengaruhi penulis dalam mendirikan imajinasinya dan kaitannya mengenai
kehidupan sosial secara lebih meluas. Sosiologi sastra mempertimbangkan analisis
karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, maka menurut Ratna (2015), model
analisis yang dapat dilakukan meliputi tiga macam:
a. Menganalisis masalah-masalah sosial yang terkandung di dalam karya sastra itu
sendiri, kemudia menghubungkannya dengan kenyartaan yang pernah terjadi. Pada
umumnya disebut sebagai aspek ekstrinsik, model hubungannya yang terjadi disebut
refleksi.
b. Sama dengan di atas, tetapi dengan cara menemukan hubungan antarstruktur, bukan
aspek-aspek tertentu, dengan model yang bersifat dialektika.
c. Menganalisis karya sastra dengan tujuan untuk memperoleh informasi tertentu,
dilakukan oleh disiplin tertentu. Model analisis inilah yang pada umumnya
menghasilkan penelitian karya sastra sebagai gejala kedua.
Dikaitkan dengan perkembangan penelitian karya sastra, penelitian yang
kedualah yang dianggap relevan, karena karya sastra lebih bersifat aktif dan dinamis
sebab keseluruhan aspek karya sastra benar-benar berperan. Di dalam sosiologi sastra
masyarakat harus lebih berperan. Karena masyarakat yang mengondisikan karya sastra,
bukan sebaliknya.
30
Permasalahan yang berkaitan dengan masyarakat dengan sendirinya lebih
beragam sekaligus lebih kompleks dalam sastra regional, sastra nusantara. Indikator
yang pertama berkaitan dengan bahasa sebagai medium. Di Indonesia terdapat ratusan
bahasa yang masih hidup dalam masyarakatnya masing-masing. Indikator kedua
berkaitan dengan struktur sosial itu sendiri, yang berbeda-beda sesuai dengan situasi
dan kondisinya masing-masing, baik yang berkaitan dengan geografi, alam sekitar, dan
iklim, maupun dalam kaitannya dengan ciri-ciri masyarakat yang mendukungnya.
Novel ini dapat dikaji dengan pendekatan sosiologi sastra seperti novel Laut
Bercerita karya Leila S. Chudori yang di dalamnya terdapat nilai pendidikan. Novel
tersebut merupakan hasil pengarang sastra sebagai cerminan kehidupan masyarakat
yang melatar belakanginya. Karya sastra bukan semata-mata gejala individual, tetapi
juga gejala sosial. Oleh karena itu, novel tersebut dapat dikaji dengan pendekatan
sosiologi sastra.
8. Hakikat Nilai Pendidikan
Hubungan sastra dengan pendidikan memiliki kaitan yang erat dan tidak bisa
dipisahkan karena keduanya memiliki keterikatan. Didalam masyarakat terdapat nilai-
nilai yang mendidik bagi pembaca, sedangkan sastra menjadi tempat bagi pengarang
untuk mengapresiasikan nilai-nilai pendidikan bagi para pembaca. Menurut Ismail
(2008), makna pendidikan nilai adalah “Membantu manusia untuk menggali nilai-nilai
dan menempatkan integral dalam konteks keseluruhan hidupnya. Pendidikan nilai juga
membantu manusia memahami, mengapresiasikan, membuat keputusan yang tepat
dalam masalah pribadi, keluarga, masyarakat dan negara yang diharapkan dapat
31
mengeliminasi sikap arogansi” (h. 44-45). Pandangan tentang nilai dapat diartikan
sebagai keyakinan dan manfaat kegunaan. Pendidikan merupakan salah satu alat untuk
menghasilkan perubahan pada diri manusia, manusia akan dapat mengetahui segala
sesuatu yang tidak atau belum diketahui sebelumnya.
Suryobroto (2010), berpendapat bahwa “Pendidikan merupakan usaha yang
sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan
manusia agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan
sebagai warga negara/masyarakat, dengan memilih strategi kegiatan, dan teknik
penilaian yang sesuai” (h.2). Sesuatu itu bernilai karena berguna bagi hal tertentu atau
bermanfaat bagi tujuan tertentu. Manusia hanya menjadi manusia bila ia berbudi luhur,
berkehendak baik serta mampu mengaktualisasi diri dan mengembangkan budi, dan
kehendaknya secara jujur, baik bagi keluarga, masyarakat, negara, maupun lingkungan
dimana ia berada.
Menurut Aly dan Munzier (2003), “Nilai pendidikan adalah subjektif dan
merefleksikan apa yang ada dalam individu atas anggapan bahwa nilai itu bersifat
biologis dan psikologis” (h.135). Keinginan merupakan ungkapan tentang kebutuhan
biologis atau diri atau tuntutan fisik. Keinginan tidak mesti selalu berada pada taraf hal
yang diterima atau diinginkan secara sosial.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan adalah
nilai yang bersifat abstrak dilakukan oleh manusia secara sadar dan terencana untuk
mengembangkan potensi diri sebagai identitas kualitas manusia. Pendidikan
merupakan persoalan penting bagi semua manusia. Pendidikan selalu menjadi tumpuan
harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat. Mengembangkan
masyarakat dan membuat generasi mampu membuat banyak bagi keputusan bersama.
32
9. Nilai Pendidikan dalam Satra
Sastra sebagai hasil kehidupan diantaranya mengandung nilai-nilai sosial,
filosofi, dan religi. Dalam karya sastra akan tersimpan nilai atau pesan yang berisi
amanat atau nasihat, pengarang berusaha memengaruhi pola piker pembaca dan ikut
mengkaji tentang baik dan buruk, benar dan salah. Karya sastra diciptakan bukan
sekadar untuk dinikmati, melainkan untuk dipahami dan diambil manfaatnya.
Beberapa pakar mengklasifikasikan nilai-nilai pendidikan dalam berbagai versi
yang berbeda. Salah satunya nilai-nilai pendidikan menurut Ismail (2008), di bagi atas:
a. Nilai kenikmatan dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai-nilai
mengenakan, yang menyebabkan orang senang atau menderita tidak enak.
b. Nilai kehidupan dalam tingkatan ini terdapat nilai-nilai yang paling penting
bagi kehidupan, misalnya kesehatan dan kesejahteraan umum.
c. Nilai kejiwaan dalam tingkatan ini terdapat nilai-nilai kejiwaan yang sama
sekali tidak bergantung pada keadaan jasmani ataupun lingkungannya, misalnya:
keindahan dan kebenaran.
d. Nilai kerohanian, nilai yang tertinggi pada tingkatan ini adalah Allah.
Nilai pendidikan tersebut sebagai proses mempersiapkan manusia untuk
mampu memikul tugas di muka bumi, manusia diciptakan lengkap dengan potensinya
berupa akal dan kemampuan belajar. Serta pendidikan kerohanian merupakan
tanggung jawab pribadi, yaitu jalan untuk dapat beribadah, memeroleh petunjuk,
menjadi berbudaya, dan memakmurkan bumi guna melaksanakan tugas hidup
berdasarkan ilmu dan pengetahuan yang dijiwai dengan iman.
Adapun bentuk-bentuk nilai menurut Aly dan Munzier (2003), ada dua
pembagian besar tentang bentuk-bentuk nilai “pertama, nilai dipandang sebagai
konsep, dalam arti memberikan nilai atau timbangan. Kedua, nilai dipandang sebagai
proses penetapan hukum atau penilaian” (h.137). Dalam hal ini membantu manusia
33
untuk menggunakan proses berpikir rasional dan analitik, dalam menghubung-
hubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai-nilai. Serta membantu manusia
untuk menggunakan kemampuan berpikir logis dan menganalisis masalah-masalah
sosial. Untuk hidup bersama diperlukan sifat-sifat seperti sabar, ramah-tamah, sopan
santun, tolong menolong, saling menghargai, menghormati dan sebagainya.
Setiadi, Hakam, & Effendi (2013), menyatakan bahwa “kebudayaan adalah
hasil cipta, karsa dan rasa manusia karena kebudayaan mengalami perubahan dan
perkembangannya sejalan dengan perkembangan manusia itu” (h.40). Nilai-nilai
pendidikan budaya merupakan sesuatu yang dianggap baik dan berharga oleh suatu
kelompok masyarakat atau suku bangsa lain, karena nilai budaya membatasi dan
memberikan karakteristik pada suatu masyarakat dan kebudayaan. Seseorang mampu
memengaruhi kebudayaan dan memberikan peluang untuk terjadinya perubahan
kebudayaan.
Berbeda dengan Ahmadi dan Uhbiyati (2015), yang membagun nilai
pendidikan menjadi delapan aspek terdiri dari:
a. Pendidikan budi pekerti adalah satu-satunya aspek yang sangat fundamental
dalam kehidupan. baik bagi kehidupan sebagai orang-orang maupun bagi kehidupan
masyarakat. Pendidikan budi pekerti bertujuan untuk mendidik agar dapat
membedakan antara baik dan buruk, sopan dan tidak sopan, sifat terpuji dan tercela dan
sebagainya.
b. Pendidikan kecerdasan merupakan tugas pokok dari sekolah yang bertujuan
mendiidk anak agar dapat berfikir secara kritis berarti, bahwa dengan cepat anak dapat
melihat hal-hal yang benar dan hal-hal yang tidak benar. Berfikir secara logis berarti,
bahwa dengan cepat anak akan dapat melihat hubungan masalah yang satu dengan
masalah yang lain. Dapat menghubungkan dari beberapa masalah, membandingkan
dan menarik kesimpulan. Berfikir secara kreatif berarti, bahwa dari apa yang telah
34
diselidiki, atau dari percobaan-percobaan yang dilakukan, dapat menemukan sesuatu
yang dianggap baru.
c. Pendidikan sosial, dalam kenyataannnya manusia tidak dapat hidup
sendirian. Ia tidak dapat terpisah dengan manusia-manusia lain dalam pergaulan sehari-
hari. Disamping itu, untuk kehidupan bersama diperlukan sifat-sifat seperti : sabar,
ramah tamah, sopan santun, tolong menolong, harga menghargai, hormat menghormati
dan sebagainya. Tujuan dari pendidikan sosial ialah mendidik anak agar dapat
menyesuaikan diri dalam kehidupan bersama dan ikut ambil bagian secara aktif falam
kehidupan bersama tersebut.
d. Pendidikan kewarganegaraan negara bertujuan untuk mendidik anak agar
kelak dapat menjadi warga negara yang baik dan yang sempurna, berguna bagi warga
masyarakat dan negara. Warga negara yang tahu hak dan kewajibannya, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan, serta sanggup membela dan memperjuangkannya. Warga
negara yang cinta tanah air, bangsa, negara serta kebudayaannya, baik diluar maupun
dari dalam.
e. Pendidikan keindahan dan estetika bertujuan agar semua anak yang
mempunyai rasakeharuan terhadap keindahan. Mempunyai selera terhadap keindahan
dan selanjutnya dapat menghargai dan menikmati keindahan. Biarpun keindahan ini
tidak dapat dijadikan suatu pokok penghidupan, tetapi keindahan itu kita dapati dalam
segala kehidupan sehari-hari. Misalnya kebiasaan dalam berpakaian, mengatur rumah,
mengatur kamar, mengatur halaman dan sebagainya. Keindahan ini ada macam-macam
bentuknya, seperti keindahan dalam gerak, keindahan rupa, keindahan dalam suara,
keindahan dalam bahasa dan sebagainya.
f. Pendidikan jasmani bertujuan memperkuat urat daging, mempertinggi
koordinasi dan menjunjung kesehatan tubuh. Tetapi pendidikan jasmanu juga bertujuan
memperkuat watak. Melalui pendidikan jasmani kita bina dan kita kembangkan sifat-
35
sifat dan tabiat-tabiat baik, seperti jujur, sportif, disiplin, bertanggungjawab, kerja sama
dan sebagainya.
g. Pendidikan agama banyak negara-negara yang berpendirian bahwa masalah
pendidikan agama adalah merupakan tanggungjawab pribadi, tanggungjawab
perseorangan. Melakukan kebiasaan untuk melaksanakan/mengamalkan ajaran-ajaran
agama misalnya: shalat, pergi ke masjid/gereja, berpuasa, mengikuti upacara-upacara
keagamaan dan sebagainya.
h. Pendidikan kesejahteraan keluarga bertujuan untuk meningkatkan taraf
kehidupan dan penghidupan keluarga untuk mencapai terwujudnya keluarga sejahtera
seluruhnya. Sedangkan, tujuan kesejahtreraan keluarga di sekolah ialah untuk
memperdalam keinsyafan anak akan perlunya hidup rukun, damai, hemat, cermat,
sehat sejahtera dalam ikatan keuarga, dan menimbulkan minat untuk ikut serta
berpartisipasi mengurus kehidupan keluarga.
i. Pendidikan Kewargaan Negara bertujuan untuk mendidik anak agar kelak
dapat menjadi warga negara yang baik dan sempurna, berguna bagi masyarakat dan
negara. Warga negara yang tahu hak dan kewajibannya, warga negara yang tahu akan
nilai-nilai kemerdekaan, nilai-nilai kebenaran dan keadilan, serta yang cinta tanah air,
bangsa, negara serta kebudayaannya, baik dari luar maupun dari dalam.
Sastra dipersepsikan sebagai suatu fakta sosial yang menyimpan pesan yang
mampu menggerakkan emosi pembaca untuk bersikap atau berbuat sesuatu. Sastra
hadir di tengah-tengah masyarakat dengan memiliki andil, manfaat, bagi kehidupan
manusia salah satunya sebagai alat pendidikan. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teori Ismail (2008), hal ini dikarenakan pengklasifikasian aspek nilai
pendidikan ini lebih tepat digunakan untuk penelitian Nilai Pendidikan dalam novel
Laut Bercerita karya Leila S.Chudori dengan kajian sosiologi sastra.
36
B. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan telaah kepustakaan yang telah peneliti lakukan ada beberapa
hasil penelitian yang relevan antara lain :
Pertama, hasil penelitian Mutia Mashita, dkk (2013) Nilai-Nilai Pendidikan
dalam Novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara dan Implikasinya dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia. Skripsi Universitas Negeri Padang. Penelitian ini
menunjukan bahwa nilai-nilai yang terdapat dalam Novel Sepatu Dahlan karya Khrisna
Pabichara terbagi menjadi 5 klasifikasi; nilai pendidikan kerja keras, nilai pendidikan
kasih sayang, nilai pendidikan disiplin, nilai pendidikan sabar dan nilai pendidikan
sportif. Sedangkan, metode penelitian dalam Novel Sepatu Dahlan karya Khrisna
Pabichara adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian
sebelumnya berbeda dengan penelitian saat ini, perbedaannya terletak pada
implikasinya. Penelitian sebelumnya tidak menggunakan tinjauan, sedangkan dalam
penelitian ini menggunakan kajian sosiologi sastra. Data penelitian pun berbeda pada
penelitian sebelumnya menggunakan novel Novel Sepatu Dahlan karya Khrisna
Pabichara sedangkan penelitian saat ini menggunakan Novel Laut Bercerita karya
Leila S. Chudori. Persamaannya terdapat pada nilai-nilai pendidikan yang diteliti dan
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik analisis isi.
Kedua, hasil penelitian Nanik Sumarlin (2017) Nilai-nilai pendidikan dalam
Novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini: Tinjauan Sosiologi Sastra. Jurnal ilmiah
SMP Negeri 1 Baureno Bojonegoro. Penelitian ini menunjukan nilai pendidikan dalam
novel tersebut. Sedangkan metode yang digunakan dalam menganalisis novel ini
adalah metode bentuk penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriptif.
Penelitian sebelumnya juga memiliki penelitian yang akan diteliti, penelitian
sebelumnya meneliti nilai pendidikan yang berhubungan tentang; nilai religius, nilai
budaya, nilai moral, dan nilai sosial yang terdapat dalam Novel Pertemuan Dua Hati
karya Nh. Dini yang terbit pada tahun 1986 oleh PT.Gramedia Utama. Persamaannya
37
terdapat pada tinjauan yang digunakan yaitu tinjauan sosiologi sastra dan jenis yang
digunakan sama-sama menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis isi.
Ketiga, hasil penelitian Ulinnuha Madyananda, dkk (2017) Nilai Pendidikan
Novel Padang Bulan serta Pemanfaatannya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di
SMP. Jurnal ilmiah Universitas Sebelas Maret. Penelitian ini menunjukan nilai
pendidikan dalam Novel Padang Bulan karya Andrea Hirata. Nilai pendidikan yang
terdapat dalam penelitian ini adalah nilai sosial, nilai ilmiah, nilai moral, dan nilai
agama. Sedangkan metode yang digunakan sama-sama menggunakan metode
deskriptif kualitatif dengan teknik analisis data. Sedangkan perbedaan yang terdapat
dalam penelitian Ulinnuha adalah implikasinya, Ulinnuha menggunakan pemanfaatan
dalam pembelajaran bahasa Indonesia di jenjang SMP, sedangkan penelitian ini
menggunakan Implikasinya dengan pembelajaran bahasa Indonesia di jenjang SMA.
Berdasarkan telaah kepustakaan di atas diketahui bahwa penelitian Nilai
pendidikan dalam Novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori kajian sosiologi sastra
dan implikasinya dengan materi pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA belum
pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan.
Kesimpulan persamaannya terletak pada model penelitian yang digunakan yaitu
metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis isi. Adapun perbedaan penelitian ini
dengan ketiga sumber relevan tersebut terletak pada salah satu novel yang digunakan,
yakni Novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori sejauh ini belum ada penelitian
terhadap novel tersebut.
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra, pendekatan kualitatif
dengan metode analisis isi. Menurut Ratna (2013), “Sosiologi sastra adalah penelitian
terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan keterlibatan struktur sosialnya”
(h.25). Ratna (2015), mengungkapkan bahwa “Pendekatan kualitatif dan analisis isi
secraa keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikan dalam
bentuk deskripsi. (h.46). Ahmad Bahtiar dan Aswinarko (2013), mengatakan bahwa “
Isi dalam metode analisis terdiri dari dua jenis, yaitu isi laten da nisi komunikasi. Isi
laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah, sedangkan isi
komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi.
(h.18). Peneliti berpendapat bahwa isi laten adalah isi yang dimaksudkan sebagaimana
penulis, sedangkan isi komunikasi adalah isi sebagaimana terwujudnya hubungan
naskah dengan konsumen.
Pendekatan sosiologi sastra menitikberatkan fokus utamanya melalui pesan dan
makna, sesuai dengan pendekatan sosiologis yang memiliki keterikatan hubungan
hakiki antara karya sastra dan masyarkat. Dilihat dari segi kematangan objek dan juga
studi kultura. Pada penelitian melalui pendekatan kualitatif melibatkan unsur gejala
sosial yang relevan, misalnya keterlibatan pengarang, lingkungan tempat dimana
pengarang menetap, dan juga unsur budaya pada umumnya.
Penelitian Kualitatif dilakukan secara deskriptif , maksudnya adalah terurai
dalam jalinan kata demi kata, bukan dengan angka. Berdasarkan pendapat para ahli di
atas, peneliti menyimpulkan bahwa dalam penelitian ini tentulah pendekatan kualitatif
lebih senada digunakan untuk penelitian sastra.
39
Jenis metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis isi tentang nilai
pendidikan dalam novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori kajian sosiologi sastra
dan implikasinya dengan materi pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Dokumen
yang dimaksud dalam penelitian ini berupa buku, penelitian ini mendeskripsikan atau
menggambarkan apa yang menjadi masalah, untuk kemudian dianalisis dan
menjelaskan sebab data yang ada.
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai saat pengajuan judul proposal skripsi hingga seminar
proposal skripsi untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
No Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt
1 Pengajuan
Judul
2 Bimbingan
Proposal
3 Seminar
Proposal
Skripsi
4 Bimbingan
dan revisi
hasil
seminar
5 Pembuatan
instrument
penelitian
40
6 Pengumpula
n Data
7 Pengolahan
dan Analisis
data
8 Ujian
Skripsi
C. Sumber dan Jenis Data Penelitian
Arikunto (2014), berpendapat bahwa “Sumber data dalam penelitian adalah
subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi,
maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data, sedangkan isi catatan subjek
penelitian atau variabel penelitian” (h.172). Sumber data yang diambil dalam penelitian
ini adalah Nilai pendidikan dalam Novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori kajian
sosiologi sastra dan implikasinya dengan materi pembelajaran Bahasa Indonesia di
SMA. Novel ini diteribitkan oleh KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), Jakarta dan
diterbitkan pertama kali tahun 2017 dengan tebal buku 379 halaman. Jenis data yang
akan dianalisis yaitu analisis yaitu berupa kutipan dalam kalimat yang didalamnya
terdapat nilai pendidikan.
Jenis data penelitian berupa data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh
dari sumber data tersebut adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung atau menjadi data
utama dalam penelitian yang akan diteliti oleh peneliti adalah Novel “Laut Bercerita”
karya Leila S. Chudori.
41
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang bukan diperoleh dari sumber pertama,
namun sudah tersedia dan didapatkan secara langsung. Data sekunder dari penelitian
ini berupa buku-buku referensi yang dijadikan sumber acuan dalam penulisan proposal
penelitian. buku-buku referensi dalam penelitian ini meliputi buku Pengantar Sosiologi
Sastra, Paradigma Sosiologi sastra, Teori Fiksi Robert Stanton, Teori Pengkajian
Fiksi, Ilmu Pendidikan, Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kependidikan, Metodologi
Penelitian Sastra, Teori, Metode dan Teknik penelitian sastra, Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik, Metodologi Penelitian Sosiologi Sastra, Menganalisis Fiksi
Sebuah Pengantar, Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra, dan EYD.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan proses penting dalam suatu penelitian
karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Adapun teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah observasi, dan dokumentasi. Menurut Arikunto (2014),
“Dalam menggunkan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya
dengan format atau blanko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi
item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. (h.272).
Observasi merupakan kegiatan yang dilakukan peneliyi dalam mengamati sumber data
penelitian.
Menurut Sugiyono (2017), “Dokumentasi merupakan catatan yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, atau karya-karya dari monumental
seseorang” (h.240). Dokumentasi adalah catatan-catatan penting yang berhubungan
dengan masalah-masalah yang akan diteliti. Dokumentasi berbentuk tulisan berupa
catatan, biografi, dan lain-lain. Ketiga teknik tersebut merupakan suatu cara
pengumpulan data sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan
berdasarkan perkiraan semata.
42
Adapun langkah-langkah pengumpulan teknik data dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Menentukan novel yang akan dijadikan objek penelitian.
2. Membaca novel Laut Bercerita karya Leila S.Chudori yang menjadi objek penelitian
dari awal hingga akhir dengan teliti, cermat dan berulang-ulang agar memperoleh
pemahaman secara mendalam.
3. Membaca referensi mengenai nilai-nilai pendidikan yang sesuai dnegan penelitian
yang akan peneliti lakukan.
4. Menentukan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Laut Bercerita
karya Leila S.Chudori dengan menandai atau menggaris bawahi setiap kalimatnya.
5. Membuat tabel analisis atau kartu penjaringan data.
6. Mengelompokan data dan kalimat berdasarkan nilai-nilai pendidikan yang
terkandung dalam novel tersebut.
7. Memasukan data atau kalimat yang diperoleh ke dalam tabel anaisis atau tabel
penjaringan data.
E. Instrumen Penelitian
Siswantoro (2016), mengatakan bahwa instrumen berarti alat yang
dipergunakan untuk mengumpulkan data (h.73). Dalam penelitian kualitatif (penelitian
analisis isi) peneliti bertindak sebagai pelaksana, pengamat, dan sekaligus sebagai
pengumpul data. Instrument yang digunakan dalam penelitian analisis isi adalah
dengan menggunakan tabel analisis atau kartu penjaring data bilai-nilai pendidikan.
Adapun contoh instrumennya adalah sebagai berikut:
43
Tabel 3.2
Nilai pendidikan dalam Novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori
kajian sosiologi sastra dan implikasinya dengan materi pembelajaran Bahasa
Indonesia di SMA menurut (Ismail, 2008 : 45)
No
Kutipan
(Percaka
pan dan
Cerita)
Nilai Pendidikan
Ket Nilai
Kenikmatam
Nilai
Kehidupan
Nilai
Kejiwaan
Nilai
Kerohanian
EN
T EN
KSJ
KSJ-
U
KEI
KEB
KT
1
2
3
4
5
6
7
Keterangan:
EN : Nilai Pendidikan Kenikmatan Enak
TEN : Nilai Pendidikan Kenikmatan Tidak Enak
KSJ : Nilai Pendidikan Kehidupan Kesejahteraan
KSJ-U : Nilai Pendidikan Kehidupan Kesejahteraan Umum
KEI : Nilai Pendidikan Kejiwaan Keindahan
KEB : Nilai Pendidikan Kejiwaan Kebenaran
44
KT : Nilai Pendidikan Kerohanian Ketuhanan
F. Teknik Analisis Data
Arikunto (2014), berpendapat bahwa teknik analisis data “Diperoleh dengan
menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada, sesuai dengan pendekatan
penelitian atau desain yang diambil” (h. 281). Dalam penelitian ini teknik analisis data
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah merangkum hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dan membuang data yang tidak perlu. Data yang diperoleh dari novel
Laut Bercerita karya Leila S. Chudori dituangkan kedalam uraian lengkap dan
terperinci. Uraian tersebut direduksi, dirangkum, dipilih mengenai nilai-nilai yang
terkait dalam nilai pendidikan, kemudian dicari nilai pendidikan yang mengandung
nilai pendidikan kenikmatan, nilai pendidikan kehidupan, nilai pendidikan kejiwaan
dan nilai pendidikan ketuhanan dalam novel tersebut. Reduksi data ini berlangsung
terus-menerus selama proses penelitian.
2. Penyajian Data
Sajian data adalah suatu rangkaian yang memungkinkan kesimpulan riset dapat
dilakukan. Penyajian data dimaksudkan untuk menentukan pola-pola bermakna serta
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Pada tahap ini menyusun
data-data yang sudah diperoleh secara teliti dan teratur. Hal tersebut untuk
mempermudah pemahaman peneliti dalam menganalisis data. Kemudian data-data
tersebut dicari tahu dan dianalisis untuk mendapatkan nilai-nilai pendidikan yang
terkandung dalam novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori.
45
3. Menarik Kesimpulan/ Verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan yang utuh.
Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Setelah
reduksi data, kemudian penyajian data dan terakhir menarik kesimpulan. Kesimpulan
ini diambil dari hasil data yang diperoleh sejak awal penelitian. ketiga komponen dalam
teknik analisis data sangat berkaitan satu sama lain, dengan adanya langkah –langkah
dalam teknik analisis data akan memudahkan peneliti dalam memperoleh data yang
akan dianalisis.
G. Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2011) dalam pengujian Keabsahan data, metode penelitian
kualitatif menggunakan validitas internal (credibility) pada aspek nilai kebenaran, pada
penerapannya ditinjau dari validitas eksternal (transferability) serta obyektifitas
(confirmability) aspek naturalis. Untuk meyakinkan bahwa deskripsi data yang telah
disajikan di atas adalah data yang absah dan memiliki derajat kepercayaan dilakukan
teknik penjaminan keabsahan melalui:
1. Objektivitas (confirmability)
Peneliti mengkaji literatur yang relevan sesuai dengan fokus permasalahan
penelitian, analisis data yang dilakukan secara benar, dan hasil penelitian bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan . seperti hal nya mengkaji literatur yang
berhubungan dengan teori pengkajian fiksi dan teori nilai pendidikan.
2. Keabsahan Internal (credibility)
Membicarakan seberapa jauh hasil penelitian dapat dipercaya, untuk mencapai
kepercayaan itu maka diperlukan sebuah penelitian. peneliti melakukan hal-hal sebagai
berikut:
46
a. Observasi terus-menerus
Observasi merupakan salah satu teknik yang dilakukan oleh peneliti
dengan cara mengamati sebuah objek yang bertujuan untuk mendapatkan data
yang dibutuhkan dalam sebuah masalah. Pengamatan dalam sebuah penelitian
harus dilakukan secara berurutan, mengamati sebuah objek yang akan diteliti
secara berulang-ulang, kemudian menganalisis data-data yang penting dan
berkaitan dengan masalah-masalah yang hendak dianalisis. Pengecekan
keabsahan data dan ketekunan penelitian , akan menjadikan penelitian mudah
dianalisis. Dengan menganalisis dan mengamati masalah secara tekun akan
memudahkan peneliti, karena peneliti akan lebih cermat dalam menganalisis
masalah.
b. Diskusi teman sejawat
Mendiskusikan hasil penelitian yang bersifat sementara untuk
mendapatkan saran dan berbagai pendapat dari hasil diskusi untuk menjadikan
bahan perbaikan dalam hasil penelitian sementara.
c. Kesahihan Eksternal (transferability)
Kesahihan eksternal berkenaan dengan hasil oenelitian yang dapat
ditransfer oleh orang lain dan dapat diaplikasikan dalam situasi lain, untuk
mencapai kesahihan eksternal peneliti akan meneliti dengan cara sistematis,
rinci, jelas, dan kelak bisa dipertanggungjawabkan.
d. Keterandalan (Dependability)
Untuk menguji dan sudah tercapainya keterandalan data dalam
penelitian, maka data siap diaudit kembali terhadap keseluruhan isi penelitian,
dari mulai menentukan fokus masalah, pengambilan data, serta uji keabsahan
sampai pada kesimpulan.
47
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. & Uhbiyati, N. (2015). Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Aly, H.N & Munzier, (2003). Watak Pendidikan Islam. Jakarta: Friska Agung Insani.
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Aziez, F. & Hasyim, A. (2010). Menganalisis Fiksi Sebuah Pengantar. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Bahtiar, A. & Aswinarko (2013). Metode Penelitian Sastra.Tangerang: PT Pustaka
Mandiri.
Endraswara, S. (2011). Metodologi Penelitian Sosiologi Sastra. Yogyakarta: CAPS.
Faruk. (2010). Pengantar Sosiologi Sastra. Edisi Revisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ismail, Muh. Ilyas (2008). Ilmu Pendidikan Teoretis. Jakarta: Ganeca Exact.
Kosasih, E. (2012). Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.
Madyananda, U., & Yaryati, U. (2017). Nilai Pendidikan Novel Padang Bulan serta
Pemanfaatannya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP. JP-BSI (Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia), 2(2), 63-68.
Mashita, M., Gani, E., & Nst, B. (2013). Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Sepatu
Dahlan Karya Khrisna Pabichara. Pendidikan Bahasa Indonesia, 1(2), 85-94.
48
Nurgiyantoro, B.(2015). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Ratna, N.K. (2013). Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
--------------(2015). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Setiadi, E.M., Hakam, K.A & Effendi, R. (2013). Ilmu Sosial Budaya Dasar. Edisi
Ketiga. Jakarta: Prenada Media Group.
Stanton, R. (2012). Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumarlin, N. (2017). Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Novel Pertemuan Dua Hati Karya
Nh. Dini: Tinjauan Sosiologi Sastra. EDU-KATA, 4(1), 31-40.
Suryobroto, B. (2010). Beberapa Aspek Dasar-dasar Kependidikan. Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Top Related