8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
1/89
HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, PROTEIN, DAN PENGETAHUAN
TERHADAP STATUS GIZI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI INSTALASI
HEMODIALISIS RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
TAHUN 2014
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan ke Program Studi DIII Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes
Padang sebagai Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang
Oleh :
Elsa Permata Sari
Nim : 112110181
JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2014
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
2/89
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN GIZI Karya Tulis Ilmiah, Juli 2014
ELSA PERMATA SARI
Hubungan Asupan Energi, Protein, dan Pengetahuan terhadap Status Gizi
Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Instalasi
Hemodialisis RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014
vi + 56 halaman, 12 Tabel, 9 Lampiran
ABSTRAK
Gagal Ginjal Kronik (GGK) stadium 5 adalah gagal ginjal tahap akhir dan
memerlukan terapi pengganti ginjal seumur hidup salah satunya hemodialisis.Asupan energi dan protein pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis
seharusnya cukup untuk mempertahankan status gizi yang optimal. Pengetahuan
tentang diet diperlukan untuk mencegah malnutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan hubungan asupan energi, protein, dan pengetahuan terhadap status
gizi pasien GGK dengan hemodialisis.
Penelitian ini adalah penelitian cross sectional di Instalasi Hemodialisis RSUP
DR. M. Djamil Padang. Penelitian dimulai dari Oktober 2013 hingga Juni 2014.
Subjek penelitian berjumlah 30 orang yang diambil secara purposive sampling.
Asupan energi dan protein diperoleh melalui metode food recall 1x24 jam,
pengetahuan dengan kuiesioner, dan status gizi menggunakan Indeks Massa
Tubuh (IMT). Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi.
Analisa bivariat untuk menguji hubungan variabel menggunakan uji korelasi
spearman dengan confidence interval 95%.
Hasil penelitian menunjukkan 30.0 % responden memiliki status gizi kurus, 56.7
% responden memiliki asupan energi kurang (< 80 % kebutuhan), 30.0 %
responden memiliki asupan protein kurang (< 80 % kebutuhan), dan 13.3%
responden yang memiliki pengetahuan kurang. Dengan uji korelasi spearman
tidak ada hubungan asupan energi dengan status gizi responden (p=0.165), tidak
ada hubungan asupan protein dengan status gizi responden (p=0.253), dan tidakada hubungan pengetahuan dengan status gizi responden (p=0.483).
Diharapkan pada pasien untuk tetap menjalani pola hidup yang sehat sehingga
terhindar dari penyakit penyerta lainnya. RSUP DR. M. Djamil Padang agar
memberikan konseling gizi secara teratur pada pasien GGK yang menjalani terapi
hemodialisis untuk meningkatkan pengetahuan dan mencegah malnutrisi.
Kata Kunci : Asupan Energi, protein, pengetahuan, status gizi, hemodialisis
Daftar Pustaka : 32 (1998-2013)
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
3/89
PADANG HEALTH POLYTECHNIC MINISTRY OF HEALTH
NUTRITION FACULTY Scientific Paper, July 2014
ELSA PERMATA SARI
The Correlation between Intake of Energy, Protein, and Knowledge with
Nutrition Status in Chronic Kydney Disease Patients who Tread
Hemodialysis in Hemodialysis Instalation of RSUP DR. M. Djamil Padang
2014
vi + 56 pages, 12 table, 9 attachment
ABSTRACT
Chronic Kydney Disease (CKD) stage 5 is the end stage renal failure whichrequires kydney substitute therapy along their life, one of them is hemodialysis.
Energy and protein intake of CKD patients with hemodialysis should be sufficient
to maintain optimal nutrition status. Knowledge about the diet is necessary to
prevent malnutrition. The purpose of this study was to determine the relationship
energy, protein intake, and the knowledge with nutrition status of CKD patients
with hemodialysis.
The study was a cross sectional in Hemodialysis Instalation of RSUP DR. M.
Djamil Padang. The study starts from October 2013 to June 2014. The number of
subjects are 30 patients, taken by purposive sampling. Energy and protein intake
obtained with 1x24 hour food recall method, the knowledge with questionnaires,
and the nutrition status using Body Mass Index (BMI). Univariate analysis
performed to present frequency distribution. Bivariate analysis to test variable
relationship using the Spearman Correlation test with confidence interval 95%.
The study results showed that 30.0 % of subjects has underweight nutrition status,
56.7% of subjects has less energy intake (< 80% of need), 30.0% of subjects has
less protein intake (< 80% of need), and 13.3% of subjects has poor knowledge.
There is no relationship between energy intake and nutrition status (p = 0.165),
protein intake and nutrition status (p = 0.253), the knowledge and nutrition status
(p = 0.483).
It is expected that patients should still have health life style, therefore it’s from
the complications. RSUP DR. M. Djamil Padang should give regular nutritional
counseling to CKD patients with hemodialysis therapy to increase the knowledge
and prevent malnutrition.
Keyword : Energy, protein intake , knowledge, nutrition status, hemodialysis
Bibliography : 32 (1998-2013)
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
4/89
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Hubungan Asupan Energi, Protein, dan Pengetahuan terhadapStatus Gizi Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis
di Instalasi Hemodialisis RSUP DR. M. Djamil Padang
Tahun 2014
Oleh :
Elsa Permata Sari
NIM : 112110181
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa, disetujui oleh Pembimbing Karya Tulis
Ilmiah Program Studi D.III Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang dantelah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang
Padang, Juli 2014
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
(Dini Rasjmida, S.Pd) (Novelasari, SKM, M.Kes)
NIP : 19591225 198303 2 001 NIP : 19650813 198803 2 001
Ketua Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang
(Hasneli, DCN, M.Biomed)
NIP : 19630719 198803 2 003
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
5/89
PERNYATAAN PENGESAHAN PENGUJI
Karya Tulis Ilmiah
Hubungan Asupan Energi, Protein, dan Pengetahuan terhadapStatus Gizi Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis
di Instalasi Hemodialisis RSUP DR. M. Djamil Padang
Tahun 2014
Oleh :
Elsa Permata Sari
NIM : 112110181
Karya Tulis Ilmiah ini telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji
Ujian Karya Tulis Ilmiah Program Studi D III Gizi PoliteknikKesehatan Kemenkes Padang, dan dinyatakan
telah memenuhi syarat untuk diterima.
Padang, Juli 2014
Tim Penguji :
Ketua/Penguji Sekretaris/Penguji
(Dini Rasjmida, S.Pd) (Novelasari, SKM, M.Kes)
NIP : 19591225 198303 2 001 NIP : 19650813 198803 2 001
Anggota Penguji I Anggota Penguji II
(Kasmiyetti, DCN, M.Biomed) (Iswanelly Mourbas, SKM, M.Kes)
NIP: 19640427 198703 2 001 NIP: 19561008 197903 2 002
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
6/89
RIWAYAT HIDUP
Nama : Elsa Permata Sari
Tempat/tgl lahir : Baruah Gunuang/29 Oktober 1993
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Kawin
Nama orang tua : Aprizal/Yulhamidaspi
Riwayat pendidikan :
1998-1999 : TK Pertiwi
1999-2005 : SD N 05 Baruah Gunuang
2005-2008 : SMP N 3 Kecamatan Bukik Barisan
2008-2011 : SMA N 1 Kecamatan Suliki
2011-2014 : Poltekkes Kemenkes Padang Jurusan Gizi
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
7/89
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan do’a dan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, dengan berkat serta rahmat dan karunia-Nya, penulisan karyailmiah ini dapat diselesaikan oleh penulis walaupun menemukan kesulitan
maupun rintangan.
Penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan suatu
rangkaian dari proses pendidikan secara menyeluruh di Program Studi DIII
jurusan Gizi di Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang, dan sebagai prasyarat
dalam menyelesaikan pendidikan DIII jurusan Gizi pada masa akhir pendidikan.
Judul karya tulis ilmiah ini adalah “Hubungan Asupan Energi, Protein,
dan Pengetahuan terhadap Status Gizi Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisis di RS DR.M Djamil Padang Tahun 2014” .
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menyadari akan
keterbatasan kemampuan yang ada, sehingga penulis merasa masih ada belum
sempurna baik dalam isi maupun dalam penyajiannya. Untuk itu penulis selalu
terbuka atas kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya atas segala bimbingan, pengarahan dari Ibu Dini Rasjmida, S.Pd
dan Ibu Novelasari, SKM, M.Kes selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah dan
saran dari berbagai pihak yang penulis terima, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan
kepada :
1. Bapak Sunardi, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Padang.
2. Ibu Hasneli, DCN, M.Biomed selaku ketua jurusan Gizi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Padang.
3. Ibu Kasmiyetti, DCN, M.Biomed selaku Ka. Prodi DIII Gizi jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang.
4. Ibu Kasmiyetti, DCN, M.Biomed dan ibu Iswanelly Mourbas, SKM,
M.Kes, tim penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis
sehingga penulis telah dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
8/89
5. Bapak dan Ibu dosen Prodi DIII Gizi jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Padang yang telah memberi ilmu dan pendidikan untuk penulis.
6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dorongan baik moril
maupun materil kepada penulis.
7. Teman-teman seangkatan, khususnya kelas 3C ( Nugeene of C) yang telah
memberikan bantuan kepada penulis.
8. Serta banyak lagi pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu
persatu.
Meskipun mempunyai kelemahan, penulis berharap Karya Tulis Ilmiah
ini bermanfaat bagi pembaca sebagai salah satu sumber informasi yang dapat
menambah pengetahuan.
Padang, Juli 2014
Penulis
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
9/89
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PERNYATAAN PENGESAHAN PENGUJI
RIWAYAT HIDUPABSTRAK
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 7
BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN ......................................................... 8
A. Tinjauan Kepustakaan .................................................................... 8
1. Ginjal .......................................................................................... 8
a. Anatomi Ginjal ....................................................................... 8
b. Fisiologi Ginjal ...................................................................... 12
2. Gagal Ginjal Kronik ................................................................... 14
a. Pengertian Gagal Ginjal Kronik ............................................ 14
b. Stadium Gagal Ginjal Kronik................................................ 15 c. Etiologi Gagal Ginjal Kronik ................................................ 15
d. Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik ........................................ 16
e. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik .................................. 18
3. Pengetahuan ............................................................................... 21
a. Defenisi Pengetahuan ............................................................. 21
b. Tingkat Pengetahuan .............................................................. 22
4. Status Gizi .................................................................................. 24
a. Pengertian Status Gizi ............................................................ 24
b. Penilaian Antropometri Pasien Hemodialisis......................... 24
B. Kerangka Konsep ........................................................................... 25
C. Hipotesis ......................................................................................... 25 D. Defenisi Operasional ...................................................................... 27
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 29
A. Disain Penelitian ........................................................................... 29
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 29
C. Populasi dan Sampel...................................................................... 29
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................ 30
E. Teknik Pengolahan Data ................................................................ 31
F. Teknik Analisa Data ...................................................................... 35
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
10/89
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 37
B. Hasil Penelitian..................................................................................... 38
1. Karakteristik Responden .................................................................. 38
a. Jenis Kelamin ............................................................................... 38b. Umur ............................................................................................ 38
c. Pendidikan .................................................................................... 39d. Pekerjaan ...................................................................................... 40
e. Lama Hemodialisis ....................................................................... 40\
2. Hasil Analisa Univariat .................................................................... 41
a. Status Gizi .................................................................................... 41
b. Asupan Energi .............................................................................. 41
c. Asupan Protein ............................................................................. 42
d. Pengetahuan ................................................................................. 42
e. Nilai Pusat Dari Masing-Masing Variabel ................................... 43
3. Hasil Analisa Bivariat ...................................................................... 44a. Hubungan Asupan Energi terhadap Status Gizi ........................... 44
b. Hubungan Asupan Protein terhadap Status Gizi .......................... 44
c. Hubungan Pengetahuan terhadap Status Gizi .............................. 45
C. Pembahasan .......................................................................................... 45
1. Analisa Univariat ............................................................................. 45
a. Gambaran Status Gizi Responden ................................................ 45
b. Gambaran Asupan Energi dan Protein Responden ...................... 46
c. Gambaran Pengetahuan Responden ............................................. 48
2. Analisa Bivariat ................................................................................. 50
a. Hubungan Asupan Energi terhadap Status Gizi ........................... 50
b. Hubungan Asupan Protein terhadap Status Gizi .......................... 52
c. Hubungan Pengetahuan terhadap Status Gizi .............................. 54
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ......................................................................................... 55
B. Saran .................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
11/89
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Stadium Gagal Ginjal Kronik ............................................................ 15
Tabel 2. Kategori Pengetahuan Gizi ................................................................ 24Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis
di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014 Berdasarkan Jenis
Kelamin ............................................................................................ 38
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis
di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014 Berdasarkan Umur .. 39
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis
di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014
Berdasarkan Pendidikan ................................................................... 39
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis
di RSUP. DR. M. Djamil Padang Tahun 2014
Berdasarkan Pekerjaan ..................................................................... 40
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis
di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014 Berdasarkan Lama
Hemodialisis ..................................................................................... 40
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis
di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014 Berdasarkan
Status Gizi ........................................................................................ 41
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis
di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014
Berdasarkan Asupan Energi .............................................................. 42
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis
di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014 Berdasarkan
Asupan Protein ................................................................................. 42
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis di RSUP
DR. M. Djamil Padang Tahun 2014 Berdasarkan
Pengetahuan ....................................................................................... 43
Tabel 12. Nilai Pusat Variabel BB, TB, IMT, Asupan Energi, Protein, dan
Pengetahuan Responden yang Menjalani Hemodialisis di RSUP. DR.
M. Djamil Padang Tahun 2014 ........................................................ 43
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
12/89
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran B : Surat Izin Penelitian dari Lokasi Penelitian
Lampiran C : Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Responden Penelitian
Lampiran D : Kueisioner Penelitian
Lampiran E : Formulir Food Recall 1 x 24 Jam
Lampiran F : Master Tabel Hasil Penelitian
Lampiran G : Hasil Analisa Data
Lampiran H : Jadwal Penelitian
Lampiran I : Kartu Konsultasi
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
13/89
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu proses patofisiologis dengan
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal.1 Gagal ginjal
adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal
yang irreversibel, tidak dapat diobati, dan memerlukan terapi pengganti ginjal
seumur hidup.2
Saat ini, dunia kesehatan memandang penyakit GGK sebagai masalah
kesehatan yang serius karena angka kejadiannya terus meningkat setiap
tahun.3 Di Amerika Serikat, insiden penyakit ini terjadi 268 kasus baru per
satu juta populasi setiap tahunnya.1 Sejalan dengan hal tersebut diperkirakan
akan terjadi peningkatan penyakit ginjal sebesar 41,4 % antara tahun 1995-
2020 di Indonesia.4
Penyakit gagal ginjal kronik stadium akhir atau dikenal dengan Gagal
Ginjal Tahap Akhir (GGTA) sering ditemukan dan prevalensinya sekitar 10-
13 %. Di Amerika Serikat jumlahnya mencapai 25 juta orang, dan di
Indonesia diperkirakan 12,5 % atau sekitar 18 juta orang.5
Terapi pengganti ginjal dapat berupa hemodialisis, dialisis peritonial,
atau transplantasi ginjal. Hemodialisis (HD) merupakan terapi pengganti
ginjal yang paling banyak digunakan dan jumlahnya meningkat dari tahun ke
tahun.2 Di Amerika Serikat, dari 142.488 pasien gagal ginjal terdapat 90 %
nya menjalani hemodialisis.6
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
14/89
Berkaitan dengan hal tersebut saat ini di Indonesia terdapat sekitar 70
ribu penderita gagal ginjal kronik yang memerlukan HD. Namun angka ini
tidak mencerminkan keadaan sebenarnya karena masih banyak penderita yang
belum terdata.7
Salah satu masalah yang dapat dialami oleh pasien yang menjalani HD
adalah kecenderungan mengalami malnutrisi. Hal ini disebabkan adanya gejala
gastrointestinal berupa anoreksia, mual, dan muntah disamping proses
hemodialisis sendiri yang dapat menyebabkan kehilangan protein. Gambaran
keadaaan gizi pasien gagal ginjal di unit-unit hemodialisis di luar negri pada
tahun 2001 sebanyak 18-70 % mengalami malnutrisi.8
Manutrisi akan
berdampak pada penurunan kualitas hidupnya sehingga morbiditas dan
mortalitas yang dimiliki pasien lebih tinggi dibanding populasi normal.9
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo(RSCM) Jakarta pada tahun 1999 sebanyak 49,3 % pasien HD
mengalami gizi kurang.10
Selanjutnya penelitian yang dilakukan pada tahun
2009 di rumah sakit tersebut status gizi kurang masih banyak dialami pasien
penyakit ginjal kronik (PGK).11
Penelitian tentang status gizi pasien hemodialisis juga dilakukan di
Rumah Sakit Tugurejo Semarang pada tahun 2012 dan hasilnya hampir
sepertiga pasien yang menjalani hemodialisis mengalami status gizi
underweight berdasarkan IMT (30,3 %).12
Sejalan dengan hal tersebut,
penelitian di RS.Wahidin Sudirohusodo, RS.Labuang Baji dan RS.Faisal
Makassar sebagian besar pasien memiliki status gizi kurus (67.3 %).13
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
15/89
Beberapa faktor penyebab malnutrisi pada pasien yang menjalani
hemodialisis reguler diantaranya keluhan uremia, inflamasi kronik, dan
komorbid akut atau kronik. Disisi lain, tindakan hemodialisis yang
menyebabkan kehilangan asam amino selama proses hemodialisis berlangsung
juga mempengaruhi status gizi. Selain faktor uremia, inflamasi, dan
kehilangan asam amino selama hemodialisis. Status gizi pasien juga
dipengaruhi oleh adekuatnya asupan energi dan protein.14
Asupan makanan baik energi maupun zat gizi merupakan penyebab
langsung terjadinya masalah gizi. Asupan energi yang adekuat diperlukan
untuk mencegah katabolisme jaringan tubuh. Pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa harus memenuhi kebutuhannya yaitu sebesar 35
kkal/kg BBI/hari. Sumber energi bisa diperoleh dari karbohidrat, lemak, dan
protein.2 Apabila asupan energi terpenuhi sesuai kebutuhan maka status gizi
akan optimal karena asupan energi yang cukup tidak akan menimbulkan
gangguan gastrointestinal seperti mual dan muntah.12
Asupan protein sangat diperlukan mengingat fungsinya di dalam
tubuh, pengaruh asupan protein memegang peranan penting dalam
penanggulangan gizi penderita gagal ginjal kronik, karena gejala penumpukan
ureum di dalam tubuh disebabkan karena menumpuknya sisa katabolisme
protein tubuh. Semakin baik asupan protein, pasien akan semakin baik dalam
mempertahankan status gizinya.12
Pasien gagal ginjal kronik harus memenuhi
kebutuhan protein yaitu 1- 1,2 gram/kg BBI/hari. Sumber protein didapat dari
telur, daging, ayam, ikan, susu.2
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
16/89
Penelitian di RSUP DR. M. Djamil Padang pada tahun 2013
menunjukkan bahwa sebagian besar asupan zat gizi pasien tidak sesuai dengan
anjuran (52.6 %). 16 Seperti diketahui bahwa pasien harus memenuhi
kebutuhan energi dan zat gizinya guna memperbaiki status gizi dan juga
menurunkan morbiditas, mortalitas pasien penyakit ginjal.5
Masalah lainnya yang berkontribusi pada menurunnya kualitas hidup
pasien HD adalah kepatuhan pasien dalam menjalankan diet. Kepatuhan diet
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pengetahuan.
Pengetahuan terhadap diet gagal ginjal merupakan langkah awal dalam
meningkatkan kepatuhan pasien dialisis terkait pola dietnya. Pengetahuan
akan menimbulkan kesadaran dan akan menyebabkan orang berperilaku sesuai
dengan pengetahuan yang dimiliki. Dengan demikian tingkat pengetahuan
pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa terkait pola diet merupakan
poin penting perilaku kepatuhan pasien dalam penatalaksanaan diet.16
Ada beberapa cara penilaian status gizi seperti antropometri (berat
badan, tinggi badan, lingkaran lengan, triceps skinfold thickness),
laboratorium (seperti albumin, transferin, serum kolesterol), Dual Energy X
Ray Absorptiometry (DEXA) dan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA).
Penilaian status gizi pasien yang menjalani hemodialisis secara antropometri
telah digunakan lebih dari 30 tahun. Antropometri merupakan cara sederhana
dan noninvasive untuk penanda status gizi pasien dengan penyakit ginjal.15
RSUP DR. M. Djamil Padang merupakan rumah sakit terbesar di
Sumatera Barat yang memiliki fasilitas medis lengkap dan teknologi canggih.
Berdasarkan data dari instalasi HD RSUP DR. M. Djamil Padang, didapatkan
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
17/89
jumlah pasien yang menjalani hemodialisa di RS tersebut meningkat setiap
tahunnya. Pada tahun 2011 berjumlah 112 orang, tahun 2012 berjumlah 126
orang, dan pada tahun 2013 berjumlah 133 orang. Setiap harinya jumlah
pasien yang melakukan hemodialisa di RS ini mencapai 20 pasien. Dan
selama bulan Desember 2013, instalasi HD ini telah melakukan 850 kali
tindakan hemodialisis.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik dan merasa
perlu untuk melakukan penelitian berkaitan dengan asupan energi, protein,
pengetahuan, dan status gizi pasien yang menjalani hemodialisis dengan judul
“ Hubungan Asupan Energi, Protein, dan Pengetahuan terhadap Status Gizi
Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Instalasi
Hemodialisis di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014”.
B. Perumusan masalah
“Apakah Ada Hubungan Asupan Energi, Protein, dan Pengetahuan
terhadap Status Gizi Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis
di Instalasi Hemodialisis RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan asupan energi, protein, dan
pengetahuan terhadap status gizi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis di Instalasi Hemodialisis RSUP DR. M. Djamil Padang
Tahun 2014.
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
18/89
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis berdasarkan status gizi di Instalasi Hemodialisis RSUP
DR. M. Djamil Padang Tahun 2014.
b. Diketahuinya distribusi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis berdasarkan asupan energi di Instalasi Hemodialisis
RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014.
c. Diketahuinya distribusi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis berdasarkan asupan protein di Instalasi Hemodialisis
RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014.
d. Diketahuinya distribusi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis berdasarkan pengetahuan di Instalasi Hemodialisis
RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014.
e.
Diketahuinya hubungan asupan energi terhadap status gizi pada pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Instalasi
Hemodialisis RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014.
f. Diketahuinya hubungan asupan protein terhadap status gizi pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Instalasi
Hemodialisis RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014.
g. Diketahuinya hubungan pengetahuan terhadap status gizi pada pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Instalasi
Hemodialisis RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014.
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
19/89
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pasien
Sebagai sumber informasi dan memberi motivasi bagi pasien
untuk lebih mengatur makanannya serta untuk meningkatkan kenyamanan
pasien yang menjalani hemodialisa.
2. Bagi Pihak Rumah Sakit
Sebagai referensi dalam usaha meningkatkan pelayanan terhadap
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa terkait pengetahuan
dalam rangka merubah perilaku makan pasien yang akan berdampak pada
meningkatnya derajat kesehatan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan atau referensi untuk menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa lainnya. Juga dapat dijadikan
sebagai data awal bagi peneliti yang akan datang untuk melakukan
penelitian lebih lanjut berkaitan dengan gagal ginjal kronik.
4. Bagi Peneliti
Sebagai pengembangan kemampuan peneliti sehingga dapat
mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas asupan energi, asupan protein, pengetahuan,
dan status gizi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di
Instalasi Hemodialisis RSUP DR. M Djamil Padang Tahun 2014.
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
20/89
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Tinjauan Kepustakaan
1. Ginjal
a. Anatomi Ginjal
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak
di sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibanding
ginjal kiri karena tertekan kebawah oleh hati. Kutub atasnya terletak
setinggi iga kedua belas. Sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak
setinggi iga kesebelas.18
Ginjal terletak tepat dibawah iga yang paling bawah. Untuk
melindungi struktur dalamnya ginjal dilindungi oleh bantalan lemak tebal
yang letaknya diluar rongga peritonial.19
1)
Struktur Makroskopik Ginjal
Pada orang dewasa panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai
13 cm (4,7 hingga 5,1 inci), dengan lebar 6 cm atau sekitar 2,4 inci,
tebalnya 2,5 cm (1 inci) dan beratnya sekitar 150 gram. Ukuran dan
bentuk tubuh tidak mempengaruhi ukuran ginjal.18
Sisi medial setiap ginjal merupakan daerah lekukan yang
disebut hilum. Hilum merupakan daerah tempat lewatnya arteri dan
vena renalis, cairan limfatik, suplai saraf, dan ureter yang membawa
urin akhir dari ginjal ke kandung kemih. Kandung kemih merupakan
tempat urine disimpan hingga dikeluarkan. Secara anatomik, jika
ginjal dibagi dua dari atas ke bawah ginjal terbagi dalam dua bagian
yaitu korteks dan medula ginjal.20
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
21/89
a) Bagian Medula (Dalam/Internal)
Medula ginjal terbagi menjadi beberapa massa
jaringan berbentuk kerucut yang disebut piramida ginjal.
Dasar dari setiap piramida dimulai pada perbatasan antara
korteks dan medula serta berakhir di papila, yang menonjol
ke dalam ruang pelvis ginjal, yaitu sambungan kiri dari
ujung ureter bagian atas yang berbentuk corong. Batas luar
pelvis terbagi menjadi kantong-kantong dengan ujung
terbuka yang disebut kalises mayor, yang meluas ke bawah
dan terbagi menjadi kalises minor yang mengumpulkan
urine dari tubulus setiap papila.20
b) Bagian Korteks (Luar/Eksternal)
Korteks ginjal berwarna coklat merah, konsistensi
lunak, dan bergranula. Korteks tepat berada di bawah tunika
fibrosa. Tunika fibrosa merupakan pelindung ginjal yang
keras untuk melindungi struktur dalamnya yang rapuh.
Korteks ginjal mengandung glomerulus, tubulus proksimal,
tubulus distal yang berkelok-kelok, dan duktus kolligens.20
2)
Struktur Mikroskopik Ginjal
a) Nefron
Masing-masing ginjal manusia memiliki kurang
lebih satu juta nefron yang masing-masingnya dapat
membentuk urine. Oleh karena itu, nefron disebut unit kerja
fungsional ginjal. Dengan demikian, kerja ginjal dapat
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
22/89
dianggap sebagai jumlah total dari fungsi semua nefron.
Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru. Oleh karena itu,
pada trauma ginjal, penyakit ginjal atau proses penuaan
yang normal, akan terjadi penurunan jumlah nefron secara
bertahap. Setelah usia 40 tahun, jumlah nefron yang
berfungsi biasanya menurun 10% setiap 10 tahun.18
Setiap nefron terdiri dari : (1) glomerulus
(sekumpulan kapiler glomerulus) yang dilalui sejumlah
besar cairan yang difiltrasi darah, dan (2) tubulus yang
panjang tempat cairan hasil filtrasi diubah menjadi urin
dalam perjalanannya menuju pelvis ginjal.20
b) Glomerulus
Setiap nefron ginjal berawal dari suatu berkas
kapiler yang disebut glomerulus. Glomerulus terletak
dibagian korteks ginjal. Glomerulus tersusun dari suatu
jaringan kapiler glomerulus yang bercabang dan
beranastomosis. Dibandingkan dengan kapiler lainnya,
glomerulus mempunyai tekanan hidrostatik tinggi (sekitar
60 mmHg). Kapiler glomerulus dilapisi oleh sel-sel epitel,
dan keseluruhan glomerulus dibungkus dalam kapsula
bowman. Cairan yang difiltrasi dari kapiler glomerulus
mengalir ke dalam kapsula bowman dan kemudian masuk
ke tubulus kontortus proksimal.20
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
23/89
c) Tubulus Kontortus Proksimal
Berbentuk seperti koil longgar berfungsi menerima
cairan yang telah disaring oleh glomerulus melalui kapsula
bowman. Tubulus ini terletak di dalam korteks ginjal,
panjangnya 15 mm dengan diameter 55 nm. Dindingnya
terdiri atas selapis sel yang saling berinterdigitasi dan
bertatut erat. Pada tiap nefron, bagian tubulus proksimal
yang bergelung menjadi bagian yang lurus disebut ansa
henle.21
d) Ansa Henle
Ansa henle merupakan nefron pendek yang
memiliki segmen tipis yang membentuk lengkung tajam
berbentuk huruf U. Bagian pars desendens dari ansa henle
terbentang dari korteks ke bagian medula, sedangkan pars
asendens berjalan kembali dari medula ke arah korteks
ginjal.21
e) Tubulus Kontortus Distal
Tubulus ini terletak pada korteks ginjal seperti
tubulus kontortus proksimal. Penyesuaian yang sangat baik
terhadap komposisi urine dibuat pada tubulus kontortus.
Hanya sekitar 15% dari filtrat glomerulus (sekitar 20
ml/mnt) mencapai tubulus distal, sisanya diserap kembali
ke dalam tubulus kontortus proksimal.19
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
24/89
f) Duktus Koligentes Medula
Merupakan saluran yang secara metabolik tidak
aktif. Duktus koligentes bergabung membentuk duktus
yang lebih besar secara progresif. Setiap ginjal, mempunyai
kira-kira 250 duktus koligentes yang sangat besar, yang
masing-masing mengumpulkan urin dari sekitar 4000
nefron.20
b. Fisiologi Ginjal
Ginjal adalah organ tubuh yang memiliki peran sangat penting
dalam mempertahankan homeostatis dalam tubuh sehingga terdapat
keseimbangan optimal untuk kelangsungan hidup manusia. Ginjal
mempertahankan homeostatis dengan cara mengatur keseimbangan
cairan tubuh, terutama air dan elektrolit serta dengan mengeleminasi
zat-zat yang tidak diperlukan atau berlebihan melalui pengeluaran urin.
Zat-zat yang tidak diperlukan tersebut seperti urea (dari metabolisme
asam amino), kreatinin (dari kreatin otot), asam urat (dari asam
nukleat), produk akhir pemecahan hemoglobin (seperti bilirubin), dan
metabolit sebagai hormon.20
Ginjal juga membuang toksin dan zat asing lainnya yang tidak
dibutuhkan tubuh seperti obat-obatan dan zat tambahan makanan.
Fungsi utama ginjal terangkum dibawah ini, yang menekankan
peranannya sebagai organ pengatur di dalam tubuh.18
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
25/89
1) Fungsi eksresi
a. Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 mOsmol
dengan mengubah-ubah eksresi air
b. Mempertahankan volume ECF dan tekanan darah dengan
mengubah-ubah eksresi Na.
c. Mempertahankan konsentrasi plasma masing-masing individu
dalam rentang normal
d. Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan
kelebihan H+ dan membentuk kembali HCO3-
e. Mengeluarkan zat toksik/racun
f. Mengeksresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme
protein (terutama urea, asam urat, dan kreatinin)
g. Bekerja sebagai jalur eksretori untuk sebagian besar obat
2)
Fungsi Non Eksresi
Menghasilkan dan mensintetis:
a. Renin, penting dalam pengaturan tekanan darah
b. Eritropoetin, merangsang pembentukan sel darah merah oleh
sumsum tulang
c.
1,2,5-dihidroksivitamin D3 : hidroksilasi akhir vitamin D3
menjadi bentuk yang paling kuat
d. Prostaglandin : sebagian besar adalah vasodilasator, bekerja
secara lokal, dan melindungi dari kerusakan iskemik ginjal
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
26/89
e. Degradasi hormon polipeptida
f. Insulin, glukagon, parathormon, prolaktin, hormon
pertumbuhan, ADH, dan hormon gastrointestinal (gastrin,
polipeptida intestinal vasoaktif).
2. Gagal Ginjal Kronik
a. Pengertian Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronik merupakan penyimpangan progresif fungsi
ginjal yang tidak dapat dipulihkan dimana kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan, dan elektrolit
mengalami kegagalan yang mengakibatkan uremia.22
Penyakit gagal ginjal kronik (GGK) merupakan penyakit ginjal
tahap akhir ( End Stage Renal Disease) yang terjadi setelah berbagai
macam penyakit merusak nefron ginjal. Penyakit ginjal kronik adalah
gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible, dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme serta
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia.23
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal progresif yang
berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen
lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak
dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal).24
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal
kronik adalah kerusakan ginjal secara terus menerus dan berkembang
secara terus-menerus meliputi ketidakmampuan ginjal melakukan
fungsinya dalam mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan,
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
27/89
dan elektrolit yang yang tidak dapat diperbaiki dan membutuhkan terapi
pengganti ginjal.
b. Stadium Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronik memiliki 5 stadium dengan menurunnya
laju filtrasi glomerulus (LFG).1
Tabel 1
Stadium Gagal Ginjal Kronik1
Stadium Deskripsi
LFG
(ml/min/1,73
m2)
1 Kerusakan ginjal (ada protein dalam
urin) dan LFG normal atau lebih
≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan penurunan
nilai LFG ringan
60-89
3 Kerusakan ginjal dengan penurunan
LFG sedang
30-59
4 Kerusakan ginjal dengan penurunan
nilai LFG berat
15-29
5 Gagal ginjal terminal (gagal ginjal
tahap akhir)
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
28/89
4) Gangguan jaringan ikat: lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa, sklerosis sistemik progresif.
5)
Gangguan kongenital dan hederiter: penyakit ginjal polikistik
hederiter, asidosis sistemik progresif.
6) Penyakit metabolik: diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme,
amiloidosis.
7) Nefropati toksik: penyalahgunaan analgesik, nefropati timah.
8) Nefropati obstruktif karena obstruksi saluran kemih karena batu,
neoplasma, fibrosis retroperitoneal, hipertrofi prostat, striktur
uretra, anomali kongenital leher vesika urinarian dan uretra.
d. Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik
Penderita gagal ginjal kronik akan mengalami penurunan fungsi
ginjal, produk akhir metabolisme protein (ureum, kreatinin, asam urat
yang normalnya dieksresikan ke dalam urine) tertimbun dalam darah.
Terjadi uremia dan mempengaruhi sistem tubuh. Semakin banyak
timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin berat. Perjalanan
umum gagal ginjal kronik dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu.23
1) Penurunan laju filtrasi glomerolus (GFR)
Penurunan GFR terjadi akibat tidak berfungsinya
glomerulus, klirens kreatinin akan menurun dan kadar kreatinin
serum meningkat. Selain itu kadar nitrogen urea darah (BUN) akan
meningkat. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal,
tetapi juga dipengaruhi oleh masukan diet, katabolisme (jaringan
dan luka), dan medikasi seperti steroid.
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
29/89
2) Retensi cairan dan natrium.
Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau
mengencerkan urine secara normal pada penyakit ginjal tahap
terakhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan
cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi. Penahanan natrium
dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya oedema, gagal jantung
kongesti dan hipertensi. Hipertensi dapat terjadi aktivasi aksis
renin-angiotensin-aldosteron. Mempunyai kecenderungan untuk
kehilangan garam mencetuskan resiko hipertensi dan hipovolemi.
3) Asidosis
Terjadi asidosis metabolik seiring dengan
ketidakmampuan ginjal mengeksresikan muatan asam (H+) yang
berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama akibat
ketidakmampuan tubulus ginjal untuk mensekresikan amonia
(NH3+) dan mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3
-). Pada
sebagian klien GGK asidosis metabolik terjadi pada tingkatan
ringan dengan pH darah tidak kurang dari 7,35.
4) Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat produksi eritropoetin yang
tidak adekuat, memendeknya usia sel darah merah, serta defesiensi
nutris. Eritropoetin adalah suatu substansi normal yang diproduksi
oleh ginjal yang menstimulasi sum-sum tulanng untuk
memproduksi sel darah merah. Pada gagal ginjal, produksi
eritropoetin menurun mengakibatkan anemia berat.
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
30/89
e. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik
1) Terapi Diet
Intervensi diet juga diperlukan pada gangguan fungsi
ginjal dan mencakup pengaturan yang cermat salah satunya adalah
asupan protein selain pengaturan terhadap asupan cairan, natrium,
dan kalium. Sejalan dengan perkembangan ilmu, terapi dietetik
pada penderita gagal ginjal kronik mengalami kemajuan. Penderita
gagal ginjal kronik dapat hidup normal dan produktif dengan terapi
dietetik.8Adapun tujuan diet gagal ginjal dengan dialisis adalah.
2
a) Mencegah defesiensi gizi serta mempertahankan dan
memperbaiki status gizi, agar pasien dapat melakukan aktifitas
normal.
b) Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
c)
Menjaga agar akumulasi produk sisa metabolisme tidak
berlebihan.
Untuk mencapai tujuan diet diatas, maka diperlukan
pengaturan asupan untuk pasien yang menjalani hemodialisis
sebagai berikut.8
(1) Asupan Kalori/ energi
Kebanyakan pasien GGK menunjukkan kurang gizi.
Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor metabolisme dan
kurangnya asupan kalori. Kalori cukup tinggi di hasilkan dari
sumber karbohidrat dan lemak merupakan hal yang penting
bagi pasien GGK. Pembatasan masukan protein yang
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
31/89
diperlukan untuk memperbaiki keseimbangan nitrogen, guna
mencegah oksidasi protein. Untuk memproduksi energi
disarankan masukan kalori paling sedikit 30 - 35 kkal/kg BB
ideal /hari. Kebutuhan kalori harus dipenuhi guna mencegah
terjadinya pembakaran protein tubuh dan merangsang
pengeluaran insulin.
(2) Asupan Protein
Asupan protein pada pasien yang menjalani
hemodialisis diberikan tinggi, untuk mempertahankan
keseimbangan nitrogen dan mengganti asam amino yang hilang
selama menjalankan dialisis, yaitu 1-1,2 gr/kg BB ideal/hari.
Diusahakan sekurang-kurangnya 50% berupa protein dengan
nilai biologik tinggi. Protein dengan nilai biologik tinggi adalah
protein dengan susunan asam amino yang menyerupai aturan
amino essensial dan pada umumnya berasal dari protein hewani
(susu, telur, ikan, unggas, daging tidak berlemak).2
(3) Asupan zat gizi lainnya
Unsur-unsur gizi lainnya yang memiliki makna khusus
dalam penatalaksanaan diet pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa dan memerlukan pemantauan ketat
diantaranya lemak, mineral (natrium, kalium, kalsium, fosfor,
dll), vitamin, dan cairan
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
32/89
2) Hemodialisis
Hemodialisis menggantikan kerja ginjal dalam
mengeluarkan sisa hasil metabolisme dan kelebihan cairan serta zat
lainnya yang tidak dibutuhkan tubuh. Jika fungsi ginjal seseorang
telah mencapai tingkatan terakhir dari GGK dimana hal tersebut
ditandai dengan LFG < 15 mL/mnt/1,73 m2 dibutuhkan
Hemodialisis.23
Pada pasien hemodialisis, aliran darah keginjal
dialirkan melalui membran semipermeabel dari ginjal tiruan (mesin
cuci ginjal) sehingga produk-produk sisa metabolisme dapat
dikeluarkan dari tubuh.2
Tujuan hemodialisis adalah untuk mengambil zat-zat
nitrogen yang toksik dari dalam darah disamping mengeluarkan air
yang berlebihan. Pada hemodialisis, aliran darah yang penuh
dengan toksin dan limbah nitrogen dialirkan dari tubuh pasien ke
dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian
dikembalikan lagi ke tubuh pasien.23
Hemodialisis memerlukan sebuah mesin dialisa dan
sebuah filter khusus yang dinamakan dializer (suatu membran
semipermeabel) yang digunakan untuk membersihkan darah, darah
dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin
diluar tubuh. Hemodialisis memerlukan jalan masuk aliran darah,
maka dibuat suatu hubungan buatan antara arteri dan vena ( fistula
arteriovenosa) melalui pembedahan.8
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
33/89
Prinsip dasar ginjal buatan ialah mengalirkan darah
melalui saluran darah kecil yang dilapisi oleh membran
semipermeabel. Pada sisi lain dari membran tipis ini terdapat
cairan dialisa tempat zat-zat yang tidak diinginkan dalam darah
masuk kedalamnya melalui difusi.8
Dalam kegiatan hemodialisis terjadi 3 proses utama seperti
berikut.20
a) Proses difusi
Proses difusi yaitu berpindahnya bahan terlarut karena
perbedaan kadar didalam darah dan di dalam dialisat. Semakin
tinggi perbedaan kadar dalam darah maka semakin banyak
bahan yang dipindahkan ke dalam dialisat.
b) Proses ultrafiltrasi
Proses ultrafiltrasi yaitu proses berpindahnya air dan
bahan terlarut karena perbedaan tekanan hidrostatik dalam
darah dan dialisat.
c) Proses osmosis
Proses osmosis yaitu proses berpindahnya air karena
tenaga kimia, yaitu perbedaan osmolaritas darah dan dialisat.
3. Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan ini terjadi melalui pancaindera manusia; penglihatan,
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
34/89
pendengaran, penghiduan, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan
domain yang penting terbentuknya perilaku seseorang.17
b. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan memiliki enam tingkatan17
, yaitu.
1) Tahu
Tahu adalah sesuatu kemampuan dalam mengingat suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya. Mengingat kembali
terhadap suatu hal spesifik yang dipelajari dari seluruh bahan yang
dipelajari termasuk dalam tingkat pengetahuan ini. Tahu
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur pengetahuan ini adalah mengidentifikasi,
menyatakan, dan lain-lain.
2)
Paham
Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah memahami objek
tertentu harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi
Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi-situasi dan kondisi yang
sebenarnya. Mengaplikasikan dapat diartikan dengan
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
35/89
menggunakan hukum- hukum, rumus-rumus, metode, atau prinsip
dalarn konteks atau situasi yang lain.
4)
Analisis
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek dalam komponen-komponen tetapi masih
di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya
satu saran lain. Kemampuan menganalisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan lain-lain.
5) Sintesis
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru, dengan kata lain, mensintesis adalah kemampuan untuk
menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan, terhadap
suatu rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi
Mengevaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan penilaian terhadap suatu objek. Penilaian-penilaian ini
didasarkan pada suatu kriteria yang dilakukan sendiri atau kriteria-
kriteria yang sudah ada.
Cara mengukur pengetahuan seseorang bisa menggunakan
alat bantu kuesioner. Lalu dilakukan penilaian berdasarkan
persentase pertanyaan yang bisa dijawab terhadap total pertanyaan
dengan dikategorikan sebagai berikut.25
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
36/89
Tabel 2
Kategori Tingkat Pengetahuan Gizi25
Kategori Pengetahuan Skor
Baik > 80 %
Sedang 60 – 80 %
Kurang < 60 %
3. Status Gizi
a. Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang dapat dilihat untuk
mengetahui apakah seseorang tersebut itu normal atau bermasalah (gizi
salah). Gizi salah adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
kekurangan atau kelebihan dan atau keseimbangan zat-zat gizi yang
diperlukan untuk pertumbuhan, kecerdasan dan aktivitas atau
produktivitas. Status gizi juga dapat merupakan hasil akhir dari
keseimbangan antara makanan yang dimasukkan ke dalam tubuh (nutrien
input) dengan kebutuhan tubuh (nutrien output) akan zat gizi tersebut.26
b. Penilaian Antropometri Pasien Hemodialisis
Lebih dari 30 tahun, antropometri telah digunakan sebagai
penanda status gizi dan komposisi tubuh pasien dengan atau tanpa
penyakit ginjal. Antropometri terdiri dari beberapa pengukuran
sederhana dan noninvasive untuk memperkirakan komposisi tubuh.
Pengukuran antopometri yang bisa digunakan diantaranya : berat
badan, tinggi badan, body mass index, lingkaran lengan, dan triceps
skinfold thickness.15
Body mass index atau IMT adalah salah satu pengukuran
antropometri yang dapat digunakan untuk mengukur status gizi
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
37/89
pasien hemodialisis. IMT diperkirakan dengan membagi BB (dalam
kg) dengan TB (dalam m2). Pasien yang mengalami gagal ginjal
tahap akhir yang menjalani hemodialisis memiliki waktu bertahan
hidup yang lebih besar. Pada populasi umumnya, pasien dengan IMT
lebih rendah memiliki waktu untuk bertahan hidup lebih singkat.8
B. Kerangka Konsep
Dari beberapa teori terdahulu maka dibuat kerangka konsep penelitian
tentang hubungan asupan energi, protein, dan pengetahuan terhadap status
gizi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis sebagai berikut.
C. Hipotesis
1. Ada hubungan asupan energi terhadap status gizi pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisis di Instalasi Hemodialisis RSUP DR.
M. Djamil Padang Tahun 2014.
Asupan
Energi
Status Gizi
Pengetahuan
Asupan
Protein
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
38/89
2. Ada hubungan asupan protein terhadap status gizi pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisis di Instalasi Hemodialisis RSUP DR.
M. Djamil Padang Tahun 2014.
3. Ada hubungan pengetahuan terhadap status gizi pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis di Instalasi Hemodialisis RSUP DR. M.
Djamil Padang Tahun 2014.
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
39/89
D. Defenisi Operasional
Variabel Defenisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Asupan
Energi
Jumlah energi yang masuk ke
tubuh pasien yang diperoleh
dari makanan sehari-hari
Food Recall
1 x 24 jam
Formulir
Food Recall
1 x 24 jam
Jumlah asupan energi
Dikategorikan menjadi.26
Cukup : ≥ 80 % kebutu
hemodialisis (35 kkal/kg
Kurang : < 80 % kebutu
hemodialisis (35 kkal/kg
Asupan
protein
Jumlah protein yang masuk
ke tubuh pasien yang
diperoleh dari makanan sehari
Food Recall
1 x 24 jam
Formulir
Food Recall
1 x 24 jam
Jumlah asupan protein
Dikategorikan menjadi.26
Cukup : ≥ 80 % kebu
pasien hemodialisis (1 gra
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
40/89
Kurang : < 80 % kebutu
pasien hemodialisis (1 gra
Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui
pasien tentang pengaturan diit
untuk pasien GGK dengan
hemodialisis
Melakukan
wawancara
Kuesioner Jawaban pasien atas pe
diajukan. Dikategorikan m
Baik : > 80 % skor maksi
Sedang : 60 – 80 % skor
Kurang : < 60 % skor ma
Status Gizi Keadaan tubuh pasien yang
diukur dengan cara
pengukuran antropometri.
Mengukur
BB dan TB
pasien.
Bathroom
scale dan
microtoise.
IMT pasien dikategorika
pasien berdasarkan IMT.2
Kurus : IMT < 18.5
Normal : IMT 18.5 – 22.9
Gemuk : IMT ≥ 23.0
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
41/89
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Disain Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam kelompok observasional yang bersifat
analitik dengan menggunakan disain cross sectional study atau potong lintang.
Data yang terkait variabel dependen yaitu status gizi, dan variabel independen
yaitu asupan energi, asupan protein, dan pengetahuan diukur secara bersamaan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Hemodialisis RSUP DR. M.
Djamil Padang Tahun 2014. Penelitian dilakukan mulai dari Oktober 2013 -
Juni 2014. Sedangkan untuk pengambilan data penelitian dilakukan selama
satu minggu yaitu dari tanggal 4 Juni - 11 Juni 2014.
C. Populasi dan Responden
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang menjalani
hemodialisis rawat jalan di RSUP DR. M. Djamil Padang.
2. Responden
Pengambilan responden dilakukan berdasarkan pertimbangan sendiri
oleh peneliti dengan metode purposive sampling. Pengambilan responden
dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan waktu yaitu selama 1 minggu
dan setiap harinya diambil 5 responden. Pengambilan responden dilakukan
berdasarkan kriteria yang dibuat oleh peneliti sendiri. Kriterianya adalah
sebagai berikut:
a. Responden menjalani hemodialisis rutin bukan temporer.
b.
Responden bersifat informatif dan mau diwawancarai.
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
42/89
c. Responden bersedia diukur berat dan tinggi badannya.
d. Responden menjalani cuci darah disebabkan oleh penyakit ginjal
stadium akhir bukan oleh penyakit lain.
e. Responden menjalani cuci darah dengan frekuensi dua kali seminggu.
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan oleh peneliti meliputi data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data primer yang dikumpulkan meliputi data asupan energi,
asupan protein, pengetahuan, dan antropometri. Pengumpulan data
dilakukan oleh peneliti dibantu adalah seorang teman.
a. Data asupan energi dan protein diperoleh melalui wawancara terhadap
responden dengan metode food recall 1 x 24 jam. Peneliti mencatat
semua hasil food recall 1 x 24 jam pada formulir yang telah
disediakan.
b. Data pengetahuan responden didapat melalui wawancara dengan
menggunakan kuesioner.
c. Data antropometri meliputi berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)
diperoleh dengan cara melakukan penimbangan dan mengukur TB
pasien.
Wawancara food recall 1 x 24 jam dan kuesioner pengetahuan
dilakukan terhadap responden selama pasien menjalani hemodialisis,
sedangkan pengukuran BB dan TB pasien dilakukan setelah selesai
menjalani hemodialisis.
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
43/89
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari pihak instalasi hemodialisis
mengenai gambaran umum instalasi hemodialisis. Selain itu peneliti juga
mempelajari buku-buku, jurnal dan artikel dari internet yang mendukung
penelitian.
E. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dilakukan secara komputerisasi, dengan tahap
sebagai berikut.
1. Editing
Setelah data terkumpul terlebih dahulu dilakukan pengecekan dan
pemeriksaan kelengkapan data. Diantaranya kelengkapan identitas
responden, kelengkapan lembar kuesioner, dan kelengkapan pengisian
kuesioner, serta kelengkapan pengisian formulir f ood recall 1 x 24 jam.
Pemeriksaan data dilakukan di tempat pengambilan data supaya bila
terdapat ketidaksesuaian pada data dapat dilengkapi dengan segera. Jika
masih ada data yang tidak lengkap, dicoba dilengkapi dengan
menghubungi kembali responden. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
pengolahan data.
2. Coding
Setiap variabel diberi kode agar tidak terjadi kesalahan dalam
pengolahan data dan memudahkan dalam mengentri data. Untuk data
asupan energi diberi kode “0” untuk asupan kurang dan “1” untuk asupan
cukup. Untuk asupan protein juga diberi kode “0” untuk asupan kurang
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
44/89
dan “1” untuk asupan cukup. Selanjutnya, untuk data pengetahuan diberi
kode 0 jika kurang (< 60 % skor maksimal), 1 jika sedang (60-80 % skor
maksimal) dan 2 jika pengetahuan baik : (> 80 % skor maksimal).
Sedangkan, untuk data status gizi diberi kode “0” jika kurus, “1” jika
normal, dan “2” jika gemuk.
3. Entry
Setelah dilakukan pengkodean, data dientri oleh peneliti secara
komputerisasi untuk pengolahan dan analisis selanjutnya.
a. Data food recall 1 x 24 jam dientri secara komputerisasi dengan
menggunakan program Nutrisurvey untuk mendapat asupan energi
dan protein lalu diekspor ke program SPSS.
b. Data total skor pengetahuan dientri secara manual ke program SPSS.
c. Data BB dan TB dientri dengan menggunakan program SPSS.
4.
Cleaning
Merupakan pengecekan kembali data yang telah dientry untuk
menghindari adanya missing dan kesalahan pada saat pengolahan data.
Data yang diolah meliputi :
a. Asupan Energi
Data jumlah asupan energi didapatkan setelah mengentri data
recall 1 x 24 jam ke program Nutrisurvey sehingga diketahui jumlah
asupan energi masing-masing responden kemudian diekspor ke
program SPSS. Setelah didapatkan asupan energi, kemudian dicari
kebutuhan energi setiap responden. Kebutuhan energi responden
dicari untuk perorangan yaitu dengan cara 35 kkal dikali dengan Berat
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
45/89
Badan Ideal (BBI) masing-masing responden. Setelah itu, asupan
dibandingkan dengan kebutuhan untuk mendapatkan persentase
pemenuhan kebutuhan energi responden.
Untuk memudahkan membaca data, persentase pemenuhan
kebutuhan energi responden dikategorikan dari skala ukur ratio
menjadi ordinal yaitu:
1) Cukup
2) Kurang
b. Asupan Protein
Data jumlah asupan protein didapatkan setelah mengentri data
recall 1 x 24 jam ke Nutrisurvey sehingga diketahui jumlah asupan
protein masing-masing responden kemudian diekspor ke program
SPSS. Selanjutnya, kebutuhan responden dicari untuk perorangan
dengan cara mengalikan Berat Badan Ideal (BBI) masing responden
dengan kebutuhan protein pasien hemodialisis (1 gram/kg BBI/hari).
Kebutuhan protein pasien dientri secara manual ke SPSS. Asupan
dibandingkan dengan kebutuhan untuk mendapatkan persentase
pemenuhan kebutuhan protein responden.
Untuk memudahkan membaca data, persentase pemenuhan
kebutuhan protein responden, dikategorikan dari skala ukur ratio
menjadi ordinal yaitu:
1) Cukup
2) Kurang
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
46/89
c. Pengetahuan
Pengetahuan responden diukur dengan kuisiner yang terdiri
dari 17 pertanyaan dengan skor maksimal 85. Skor yang diperoleh
responden dibandingkan dengan skor maksimal sehingga diperoleh
persen pengetahuan responden. Penghitungan total skor dilakukan
secara manual, kemudian dientri ke program SPSS
Untuk memudahkan dalam membaca data, persen pengetahuan
responden kemudian dikategorikan dari skala ukur ratio menjadi
ordinal.
1) Baik
2) Sedang
3) Kurang
d. Berat badan dan Tinggi badan
Data berat badan dan tinggi badan responden dientri secara
manual ke program SPSS dan kemudian dihitung Indeks Massa Tubuh
(IMT) dan Berat Badan Ideal (BBI) pasien. Indeks Massa Tubuh
(IMT) digunakan untuk mengetahui status gizi responden. Berat Badan
Ideal (BBI) digunakan untuk mencari kebutuhan energi dan protein
masing-masing responden.
IMT pasien yang skala ukurnya ratio dikategorikan menjadi
ordinal untuk memudahkan membaca data.
1. Kurus
2. Normal
3. Gemuk
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
47/89
F. Teknik Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan pada variabel independen maupun
dependen. Data asupan energi, asupan protein, total skor pengetahuan dan
IMT responden disajikan dalam bentuk mean, median, modus, nilai
maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi. Kemudian untuk
memudahkan membaca data ditampilkan distribusi frekuensi masing-
masing variabel yang telah dikategorikan. Tujuannya adalah untuk
memudahkan memahami maksud data tersebut.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mencari hubungan dua variabel
yaitu variabel independen dan variabel dependen. Analisa bivariat yang
dilakukan diantaranya melihat hubungan asupan energi terhadap status
gizi, asupan protein terhadap status gizi, dan pengetahuan terhadap status
gizi.
Analisa bivariat dilakukan dengan menguji secara statistik untuk
melihat kebermaknaan hubungan masing-masing variabel independen
dengan variabel dependen. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian
ini disesuaikan dengan tujuan dan skala datanya. Sebelum variabel
independen dan variabel dependen dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji
Shapiro-Wilk karena sampel kurang dari 50 untuk mengetahui data yang
didapatkan berdistribusi normal atau tidak. Jika p < 0,05 maka data
berdistribusi tidak normal. Jika data berdistribusi tidak normal akan
dilakukan uji non parametrik yaitu uji korelasi spearman dengan
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
48/89
confidence interval (CI 95 %). Jika p-value < 0,05 maka ada hubungan
yang signifikan dan p-value > 0,05 tidak ada hubungan yang signifikan
antara variabel independen dengan variabel dependen.
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
49/89
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
RSUP DR. M.Djamil Padang didirikan pada tahun 1953. RSUP DR.
M. Djamil Padang adalah sebuah rumah sakit pemerintah yang terletak di kota
Padang provinsi Sumatera Barat. RSUP DR. M. Djamil Padang adalah salah
satu unit Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang berada dibawah
Direktur Jendral Pelayanan Medis. Sejak Januari 2002 RSUP DR. M. Djamil
Padang berubah status menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) yang mempunyai
fungsi ganda yaitu fungsi pelayanan kesehatan yang disatu pihak secara
fungsional dikelola Departemen Kesehatan dengan tanggung jawab
menyediakan sarana dan tenaga para medis dan dilain pihak berfungsi sebagai
tempat pendidikan, penelitian serta pusat rujukan untuk wilayah Sumatera
bagian Tengah.
Salah satu pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit ini adalah
instalasi hemodialisis. Instalasi hemodialisis berada dibawah Instalasi
Diagnostik Terpadu (IDT). Selain instalasi hemodialisis, dibawah IDT juga
terdapat instalasi radiologi, kemoterapi, dan ekokardiografi. Instalasi
hemodialisis merupakan suatu unit kesehatan yang melakukan proses cuci
darah bagi penderita disfungsi ginjal. Saat ini instalasi hemodialisis melayani
pasien umum, jamkesmas, maupun askes. Instalasi hemodialisis di rumah sakit
ini memiliki 27 unit mesin hemodialisis dan 27 buah tempat tidur pasien.
Setiap harinya kecuali hari minggu instalasi HD menjalankan HD untuk
pasien yang memerlukan cuci darah dalam dua shift. Shift pertama dimulai
pada jam 08.00 WIB dan shift kedua dimulai pada jam 14.00 WIB.
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
50/89
Ruangan instalasi hemodialisis ini berada dilantai satu gedung utama.
Ruangan ini juga dilengkapi dengan 3 (tiga) buah TV LCD dan AC ruangan
untuk menambah kenyamanan pasien selama menjalani proses hemodialisis.
Diruangan ini juga terdapat ruang tunggu untuk keluarga pasien. Proses
hemodialisis berlangsung selama lebih kurang 4-5 jam untuk setiap pasien.
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin
Distribusi responden penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel 3 berikut.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin n %
Laki-Laki 11 36.7
Perempuan 19 63.3
Total 30 100.0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
penelitian berjenis kelamin perempuan (63.3 %).
b. Umur
Distribusi responden penelitian berdasarkan umur dapat dilihat
pada tabel 4 berikut.
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
51/89
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Umur n %
< 30 Tahun 2 6.7
30-40 Tahun 6 20.0
41-50 Tahun 8 26.7
> 50Tahun 14 46.7
Total 30 100.0
Berdasarkan tabel 4, hampir setengah (46.7 %) responden berumur
lebih dari 50 tahun.
c. Pendidikan
Selanjutnya, distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat
pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan n %
Tamat SD/sederajat 5 16.7
Tamat SMP/sederajat 3 10.0
Tamat SMA/sederajat 11 36.7
Tamat PT/sederajat 11 36.7
Total 30 100.0
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa responden yang Tamat
SMA/sederajat dengan responden yang tamat PT/sederajat lebih banyak
yaitu 73.4 %.
d. Pekerjaan
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
52/89
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat
pada tabel 6.
Tabel 6Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan n %
PNS 8 26.7
Swasta 4 13.3
Wiraswasta 3 10.0
Pensiunan 3 10.0
Ibu rumah tangga 12 40.0
Total 30 100.0
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa responden paling
banyak adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu 12 orang (40.0 %).
e. Lama hemodialisis
Lama responden menjalani hemodialisis dapat dilihat pada tabel 7
berikut.
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Hemodialisis
Lama Hemodialisis n %
< 12 bulan 14 46.7
≥ 12 bulan 16 53.3
Total 30 100.0
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa lebih dari setengah
responden telah menjalani hemodialisis lebih atau sama dengan 12 bulan
(53.3 %).
2. Hasil Analisa Univariat
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
53/89
Hasil analisis univariat tentang distribusi frekuensi jumlah dan
persentase untuk masing-masing kategori variabel independen mencakup
asupan energi, asupan protein, dan pengetahuan maupun variabel
dependen mencakup status gizi ditampilkan dalam bentuk tabel.
a. Status Gizi
Status gizi responden dikategorikan menjadi tiga seperti dilihat
pada tabel 8.
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisisdi RSUP. DR. M. Djamil Padang Tahun 2014 berdasarkan Status Gizi
Status Gizi n %
Kurus 9 30.0
Normal 18 60.0
Gemuk 3 10.0
Total 30 100.0
Tabel 8 menunjukkan bahwa hampir sepertiga responden
memiliki status gizi kurus (30.0 %).
b. Asupan Energi
Asupan energi responden diukur dengan metode food recall 24
jam. Distribusi frekuensi responden berdasarkan asupan energi dapat
dilihat pada tabel 9.
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
54/89
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis
di RSUP. DR. M. Djamil Padang Tahun 2014 Berdasarkan Asupan Energi
Asupan Energi n %
Cukup 13 43.3
Kurang 17 56.7
Total 30 100.0
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa lebih dari separoh
responden memiliki asupan energi kurang (56.7 %).
c. Asupan Protein
Asupan protein responden diukur dengan metode food recall 24
jam. Hasil asupan protein responden dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis
di RSUP. DR. M. Djamil Padang Tahun 2014 Berdasarkan Asupan Protein
Asupan Protein n %
Cukup 21 70.0
Kurang 9 30.0
Total 30 100.0
Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui hampir sepertiga responden
memiliki asupan protein kurang (30.0 %).
d. Pengetahuan
Pengetahuan responden dikategorikan menjadi tiga, yaitu
pengetahuan kurang, sedang, dan baik. Gambaran pengetahuan responden
dapat dilihat pada tabel 11 berikut.
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
55/89
Tabel 11
Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis
di RSUP. DR. M. Djamil Padang Tahun 2014 Berdasarkan Pengetahuan
Pengetahuan n %
Kurang 4 13.3
Sedang 13 43.3
Baik 13 43.3
Total 30 100.0
Tabel 11 menunjukkan sebagian kecil responden memiliki
pengetahuan kurang (13.3 %).
e. Nilai Pusat dari Masing-masing Variabel
Masing – masing variabel independen maupun dependen disajikan
dalam bentuk mean, median, modus, nilai maksimum, nilai minimum, dan
range. Adapun nilai pusat dari masing-masing variabel terdapat pada tabel
12 berikut.
Tabel 12
Nilai Pusat Variabel BB, TB, IMT, Asupan Energi, Protein, dan
Pengetahuan Responden yang Menjalani Hemodialisis
di RSUP. DR. M. Djamil Padang Tahun 2014
Variabel Mean Median Modus Min Maks SD
BB 50.3 48.5 45.0 30.0 78.0 11.1
TB 156.9 155.5 150.0 140.0 173.0 7.9
IMT 20.3 19.3 18.7 15.3 34.7 3.8
Asupan energi 1355.5 1340.9 868.3 868.3 1964.5 348.8
Asupan
protein47.6 49.5 22.3 22.3 83.4 14.6
Total skor
pengetahuan64.2 65.0 65.0 40.0 80.0 10.3
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
56/89
Berdasarkan tabel 12, dapat diketahui rata-rata BB responden
adalah 50.3 kg dan rata-rata TB responden adalah 156.9 cm. Selanjutnya,
rata-rata IMT pasien adalah 20.3. Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien yang
paling rendah adalah 15.3 dan paling tinggi 34.7, terjadi pada pasien yang
menjalani HD lebih dari satu tahun. Indeks Massa Tubuh (IMT) 15.3 dan
34.7 masing-masing terdapat pada pasien yang telah menjalani HD
selama 2 tahun dan 4 tahun.Asupan energi dan asupan protein pasien rata-
rata nya adalah 1355.5 kkal dan 47.6 gram memenuhi masing-masing
75.6% dan 92,9% dari rata-rata kebutuhan energi dan protein semua
responden. Sedangkan, rata-rata skor pengetahuan responden adalah 64.2.
3. Hasil Analisa Bivariat
a. Hubungan Asupan Energi terhadap Status Gizi
Hasil hubungan asupan energi terhadap status gizi
menggunakan uji korelasi spearman diperoleh p value = 0.165.
hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p value > 0.05 (0.165 >
0.05) yang artinya Ho diterima. Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
asupan energi dengan status gizi responden.
b. Hubungan Asupan Protein terhadap Status Gizi
Hasil hubungan asupan protein terhadap status gizi
menggunakan uji korelasi spearman diperoleh p value = 0.253.
hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p value > 0.05 (0.253 >
0.05) yang artinya Ho diterima. Sehingga dapat diambil
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
57/89
kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
asupan protein dengan status gizi responden.
c. Hubungan Pengetahuan terhadap Status Gizi
Hasil hubungan pengetahuan terhadap status gizi
menggunakan uji korelasi spearman diperoleh p value = 0.483.
hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p value > 0.05 (0.483 >
0.05) yang artinya Ho diterima. Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan status gizi responden.
C. PEMBAHASAN
1. Analisa Univariat
a. Gambaran Status Gizi Responden
Status gizi adalah hasil akhir antara keseimbangan makanan
yang dimasukkan ke dalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat
gizi tersebut.26
Berdasarkan hasil penelitian hampir sepertiga (30.0 %)
responden yang memiliki status gizi kurus dan sebagian besar
responden memiliki status gizi normal (60.0 %).
Hal ini menunjukkan bahwa masalah malnutrisi masih menjadi
suatu masalah yang dapat dialami oleh pasien hemodialisis. Malnutrisi
pada pasien yang menjalani hemodialisis diantarannya disebabkan oleh
keluhan uremia. Uremia adalah peningkatan ureum didalam darah
yang menyebabkan terganggunya sistem tubuh salah satunya
pencernaan. Keluhan uremia diantaranya mual, muntah, dan tidak
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
58/89
nafsu makan. Akibat adanya gangguan tersebut menyebabkan asupan
menjadi menurun. Peradangan atau inflamasi yang terjadi secara
kronik juga menjadi penyebab malnutrisi pada pasien hemodialisis.
Selain itu, tindakan hemodialisis yang menyebabkan kehilangan asam
amino selama proses hemodialisis juga mempengaruhi status gizi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fahmia, dkk..
(2012) tentang status gizi pasien hemodialisis yang dilakukan di
Rumah Sakit Tugurejo Semarang dan hasilnya hampir sepertiga pasien
yang menjalani hemodialisis mengalami status gizi underweight
berdasarkan IMT (30,3 %).12
Hasil penelitian juga sesuai dengan penelitian Triyani (1999) di
Rumah Sakit Cipto mangunkusumo (RSCM) sebanyak 49.3 % pasien
HD mengalami gizi kurang.10
Sejalan dengan hal tersebut, penelitian
yang dilakukan oleh Selvia (2012) sebagian besar subjek penelitian
memiliki status gizi kurus (67.3 %).13
b. Gambaran Asupan Energi dan Protein Responden
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi didapat dari total 30 orang
responden menunjukkan bahwa lebih dari separoh responden memiliki
asupan energi yang kurang yaitu 17 orang (56.7 %) dan hampir
sepertiga responden memiliki asupan protein kurang (30.0 %).
Kurangnya asupan energi dan zat gizi pada pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani terapi hemodialisis seringkali disebabkan
karena anoreksia, mual muntah akibat dari toksin uremia, selain itu
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
59/89
juga terjadi penurunan nafsu makan sehingga asupan makanan lebih
menurun. Hal ini juga terjadi karena lemahnya kondisi fisik pasien.
Berdasarkan penelitian, lebih dari setengah responden (53.3 %)
menyatakan membatasi mengkonsumsi beras, jagung, singkong, dan
kentang karena responden takut terlalu banyak mengonsumsi makanan
tersebut akan membahayakan tubuh. Sedangkan berdasarkan teori
bahan makanan tersebut merupakan sumber energi. Dari hasil recall
terhadap pasien juga dapat diketahui pada umumnya mereka hanya
mengkonsumsi nasi 1-2 sendok dan mereka takut untuk lebih
mengkonsumsinya. Hal ini juga berdampak terhadap kurangnya
asupan energi.
Berdasarkan teori, salah satu penyebab kurangnya asupan energi
responden karena efek uremik, yaitu mual, muntah disamping
lemahnya kondisi fisik pasien. Pada umumnya responden menyatakan
sudah tidak mual lagi seperti pertama kali mulai menjalani HD
walaupun masih ada 10 orang responden (33.3 %) yang kadang masih
merasakan mual serta nafsu makan kurang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Femmy (2013) di
instalasi hemodialisis RSUP DR. M. Djamil Padang yang
menyimpulkan bahwa terdapat 47.4 % responden dengan asupan zat
gizi yang tidak sesuai.16
Penelitian yang dilakukan Selvia (2012) tentang status gizi
pasien gagal ginjal tahap akhir yang menjalani hemodialisis reguler
juga menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian (96 %)
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
60/89
mempunyai asupan energi yang tidak adekuat. Begitu juga dengan
asupan protein, sebagian besar subjek penelitian (97.2 %) tidak
memenuhi asupan sesuai anjuran.13
Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh
Tika (2013) di RSUD Tugurejo Semarang yang berjudul Hubungan
Pengetahuan Gizi dengan Asupan Energi, Protein, Phospor, dan
Kalium Pasien penyakit Ginjal Kronik dengan Hemodialisis Rutin di
RSUD Tugurejo Semarang juga menunjukkan hanya hanya 1 orang
(3.7 %) yang asupan energi dan proteinnya adekuat dan sebanyak 26
orang responden (96.3 %) yang asupan energi dan proteinnya masih
kurang.28
c. Gambaran Pengetahuan Responden
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
responden melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga dimana
pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman sendiri maupun dari
responden lain.
17
Berdasarkan penelitian, masih ada responden yang memiliki
pengetahuan kurang (13.3 %). Kurangnya pengetahuan subjek dapat
disebabkan karena kurangnya memperoleh informasi tentang asupan
zat gizi.31
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
61/89
Namun, berdasarkan wawancara dengan responden sebagian
besar responden (76.7 %) pernah mendapatkan konsultasi gizi tentang
penyakit ginjal saat dirawat di rumah sakit dari ahli gizi. Sebanyak 1
orang responden (3.3 %) pernah mendapat informasi tentang jenis
bahan makanan yang dibolehkan, dibatasi, dan dihindari pada pasien
yang menjalani terapi HD dari perawat di ruang hemodialisis.
Sebagian kecil responden (13.3 %) mengaku belum pernah mendapat
konsultasi tentang bahan makanan apa yang di dibolehkan, dibatasi,
dan dihindari pada pasien yang menjalani terapi HD.
Walaupun pada umumnya pasien pernah mendapat konsultasi
gizi namun konsultasi yang didapatkan belum rutin sehingga secara
tidak langsung mempengaruhi pengetahuan pasien. Jika konsultasi
yang dilakukan hanya sekali maka kemungkinannya pasien akan
melupakan informasi yang diperoleh. Namun, jika konsultasi
dilakukan secara rutin dan berulang informasi yang diperoleh akan
lebih tersimpan oleh pasien dan pasien lebih memahami informasi
yang diberikan.
Seluruh responden mengetahui bahwa tidak semua sayuran dan
buah yang boleh dikonsumsi secara bebas. Terbatas pada labu siam
dan pepaya yang dibolehkan dikonsumsi secara bebas. Sebagian besar
responden (80.0 %) juga mengetahui protein yang dianjurkan untuk
dikonsumsi adalah protein hewani, sedangkan protein sumber nabati
sebaiknya dibatasi. Pasien juga menyatakan tidak dianjurkan
mengkonsumsi sayuran hijau dan kacang-kacangan karena tingginya
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
62/89
kadar asam urat mereka. Beberapa pasien tampak tidak terlalu
membatasi konsumsi mereka dan merasakan sendiri bahan makanan
jenis apa yang akan berpengaruh pada kesehatan mereka. Dan juga,
saat melakukan cuci darah pasien diberi kebebasan untuk memakan
makanan apa saja yang mereka inginkan, karena racun dari makanan
akan langsung dibuang saat pasien menjalankan cuci darah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Femmy (2013) di
RSUP DR. M. Djamil yang menyimpulkan bahwa hanya terdapat 37
% responden yang memiliki pengetahuan baik.16
Hasil penelitian yang
dilakukan Tika (2013) yang menyimpulkan dari 27 orang responden
hanya 2 orang (7.4 %) responden yang pengetahuan gizinya baik.28
Penelitian Azwar (2000) terhadap pasien HD juga menyimpulkan
bahwa sebagian besar (76.7 %) memiliki pengetahuan kurang.30
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Asupan Energi terhadap Status Gizi
Hasil hubungan asupan energi terhadap status gizi
menggunakan uji korelasi spearman didapatkan fakta secara statistik
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan energi
dengan status gizi responden.
Asupan makanan merupakan salah satu penyebab langsung
terjadinya masalah gizi. Jika asupan makanan dan zat gizi seseorang
kurang maka akan berpengaruh terhadap status gizinya. Namun, lain
halnya pada pasien yang menjalani cuci darah yang berada dalam
keadaan sakit. Adanya efek uremia pada pasien yang menjalani cuci
8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi
63/89
darah mempengaruhi sistem pencernaan. Lebih dari sepertiga
responden (33.3 %) masih merasakan efek uremia pada saluran
pencernaan seperti mual dan selera makan yang kurang. Mual
dirasakan oleh pasien sebelum mereka menjalani hemodialisis karena
sebelum hemodialisis toksin didalam darah responden juga meningkat.
Akibat adanya gejala tersebut, saat dilakukan recall asupan yang
didapat juga kurang.
Berdasarkan penelitian, lebih dari separoh responden (56.7 %)
asupan energinya kurang, sedangkan status gizinya sebagian besar
(60.0 %
Top Related