Naskah KTI d3 gizi

download Naskah KTI d3 gizi

of 89

Transcript of Naskah KTI d3 gizi

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    1/89

     

    HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, PROTEIN, DAN PENGETAHUAN

    TERHADAP STATUS GIZI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

    YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI INSTALASI

    HEMODIALISIS RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

    TAHUN 2014

    Karya Tulis Ilmiah

    Diajukan ke Program Studi DIII Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes

    Padang sebagai Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III

    Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

    Oleh :

    Elsa Permata Sari

    Nim : 112110181

    JURUSAN GIZI

    POLITEKNIK KESEHATAN PADANG

    KEMENTERIAN KESEHATAN RI

    TAHUN 2014

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    2/89

     

    POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG 

    JURUSAN GIZI Karya Tulis Ilmiah, Juli 2014

    ELSA PERMATA SARI 

    Hubungan Asupan Energi, Protein, dan Pengetahuan terhadap Status Gizi

    Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Instalasi

    Hemodialisis RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014 

    vi + 56 halaman, 12 Tabel, 9 Lampiran

    ABSTRAK 

    Gagal Ginjal Kronik (GGK) stadium 5 adalah gagal ginjal tahap akhir dan

    memerlukan terapi pengganti ginjal seumur hidup salah satunya hemodialisis.Asupan energi dan protein pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis

    seharusnya cukup untuk mempertahankan status gizi yang optimal. Pengetahuan

    tentang diet diperlukan untuk mencegah malnutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk

    menentukan hubungan asupan energi, protein, dan pengetahuan terhadap status

    gizi pasien GGK dengan hemodialisis.

    Penelitian ini adalah penelitian cross sectional di Instalasi Hemodialisis RSUP

    DR. M. Djamil Padang. Penelitian dimulai dari Oktober 2013 hingga Juni 2014.

    Subjek penelitian berjumlah 30 orang yang diambil secara purposive sampling.

    Asupan energi dan protein diperoleh melalui metode food recall 1x24 jam,

    pengetahuan dengan kuiesioner, dan status gizi menggunakan Indeks Massa

    Tubuh (IMT). Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi.

    Analisa bivariat untuk menguji hubungan variabel menggunakan uji korelasi

    spearman dengan confidence interval 95%.

    Hasil penelitian menunjukkan 30.0 % responden memiliki status gizi kurus, 56.7

    % responden memiliki asupan energi kurang (< 80 % kebutuhan), 30.0 %

    responden memiliki asupan protein kurang (< 80 % kebutuhan), dan 13.3%

    responden yang memiliki pengetahuan kurang. Dengan uji korelasi spearman

    tidak ada hubungan asupan energi dengan status gizi responden (p=0.165), tidak

    ada hubungan asupan protein dengan status gizi responden (p=0.253), dan tidakada hubungan pengetahuan dengan status gizi responden (p=0.483).

    Diharapkan pada pasien untuk tetap menjalani pola hidup yang sehat sehingga

    terhindar dari penyakit penyerta lainnya. RSUP DR. M. Djamil Padang agar

    memberikan konseling gizi secara teratur pada pasien GGK yang menjalani terapi

    hemodialisis untuk meningkatkan pengetahuan dan mencegah malnutrisi.

    Kata Kunci : Asupan Energi, protein, pengetahuan, status gizi, hemodialisis

    Daftar Pustaka : 32 (1998-2013)

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    3/89

     

    PADANG HEALTH POLYTECHNIC MINISTRY OF HEALTH 

    NUTRITION FACULTY Scientific Paper, July 2014

    ELSA PERMATA SARI 

    The Correlation between Intake of Energy, Protein, and Knowledge with

    Nutrition Status in Chronic Kydney Disease Patients who Tread

    Hemodialysis in Hemodialysis Instalation of RSUP DR. M. Djamil Padang

    2014 

    vi + 56 pages, 12 table, 9 attachment

    ABSTRACT 

    Chronic Kydney Disease (CKD) stage 5 is the end stage renal failure whichrequires kydney substitute therapy along their life, one of them is hemodialysis.

    Energy and protein intake of CKD patients with hemodialysis should be sufficient

    to maintain optimal nutrition status. Knowledge about the diet is necessary to

    prevent malnutrition. The purpose of this study was to determine the relationship

    energy, protein intake, and the knowledge with nutrition status of CKD patients

    with hemodialysis.

    The study was a cross sectional in Hemodialysis Instalation of RSUP DR. M.

    Djamil Padang. The study starts from October 2013 to June 2014. The number of

    subjects are 30 patients, taken by purposive sampling. Energy and protein intake

    obtained with 1x24 hour food recall method, the knowledge with questionnaires,

    and the nutrition status using Body Mass Index (BMI). Univariate analysis

    performed to present frequency distribution. Bivariate analysis to test variable

    relationship using the Spearman Correlation test with confidence interval 95%.

    The study results showed that 30.0 % of subjects has underweight nutrition status,

    56.7% of subjects has less energy intake (< 80% of need), 30.0% of subjects has

    less protein intake (< 80% of need), and 13.3% of subjects has poor knowledge.

    There is no relationship between energy intake and nutrition status (p = 0.165),

    protein intake and nutrition status (p = 0.253), the knowledge and nutrition status

    (p = 0.483).

    It is expected that patients should still have health life style, therefore it’s from

    the complications. RSUP DR. M. Djamil Padang should give regular nutritional

    counseling to CKD patients with hemodialysis therapy to increase the knowledge

    and prevent malnutrition.

    Keyword : Energy, protein intake , knowledge, nutrition status, hemodialysis

    Bibliography : 32 (1998-2013)

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    4/89

     

    PERNYATAAN PERSETUJUAN

    Karya Tulis Ilmiah

    Hubungan Asupan Energi, Protein, dan Pengetahuan terhadapStatus Gizi Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis

    di Instalasi Hemodialisis RSUP DR. M. Djamil Padang

    Tahun 2014

    Oleh :

    Elsa Permata Sari

    NIM : 112110181

    Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa, disetujui oleh Pembimbing Karya Tulis

    Ilmiah Program Studi D.III Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang dantelah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah

    Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

    Padang, Juli 2014

    Menyetujui,

    Pembimbing I Pembimbing II

    (Dini Rasjmida, S.Pd) (Novelasari, SKM, M.Kes)

    NIP : 19591225 198303 2 001 NIP : 19650813 198803 2 001

    Ketua Jurusan Gizi

    Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

    (Hasneli, DCN, M.Biomed)

    NIP : 19630719 198803 2 003

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    5/89

     

    PERNYATAAN PENGESAHAN PENGUJI

    Karya Tulis Ilmiah

    Hubungan Asupan Energi, Protein, dan Pengetahuan terhadapStatus Gizi Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis

    di Instalasi Hemodialisis RSUP DR. M. Djamil Padang

    Tahun 2014

    Oleh :

    Elsa Permata Sari

    NIM : 112110181

    Karya Tulis Ilmiah ini telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji

    Ujian Karya Tulis Ilmiah Program Studi D III Gizi PoliteknikKesehatan Kemenkes Padang, dan dinyatakan 

    telah memenuhi syarat untuk diterima.

    Padang, Juli 2014

    Tim Penguji :

    Ketua/Penguji Sekretaris/Penguji

    (Dini Rasjmida, S.Pd) (Novelasari, SKM, M.Kes)

    NIP : 19591225 198303 2 001 NIP : 19650813 198803 2 001

    Anggota Penguji I Anggota Penguji II

    (Kasmiyetti, DCN, M.Biomed) (Iswanelly Mourbas, SKM, M.Kes)

    NIP: 19640427 198703 2 001 NIP: 19561008 197903 2 002

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    6/89

     

    RIWAYAT HIDUP

    Nama : Elsa Permata Sari

    Tempat/tgl lahir : Baruah Gunuang/29 Oktober 1993

    Jenis kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Status : Belum Kawin

    Nama orang tua : Aprizal/Yulhamidaspi

    Riwayat pendidikan :

    1998-1999 : TK Pertiwi

    1999-2005 : SD N 05 Baruah Gunuang

    2005-2008 : SMP N 3 Kecamatan Bukik Barisan

    2008-2011 : SMA N 1 Kecamatan Suliki

    2011-2014 : Poltekkes Kemenkes Padang Jurusan Gizi

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    7/89

     

    KATA PENGANTAR 

    Dengan memanjatkan do’a dan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Tuhan

    Yang Maha Esa, dengan berkat serta rahmat dan karunia-Nya, penulisan karyailmiah ini dapat diselesaikan oleh penulis walaupun menemukan kesulitan

    maupun rintangan.

    Penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan suatu

    rangkaian dari proses pendidikan secara menyeluruh di Program Studi DIII

     jurusan Gizi di Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang, dan sebagai prasyarat

    dalam menyelesaikan pendidikan DIII jurusan Gizi pada masa akhir pendidikan.

    Judul karya tulis ilmiah ini adalah “Hubungan Asupan Energi, Protein,

    dan Pengetahuan terhadap Status Gizi Pasien Gagal Ginjal Kronik yang

    Menjalani Hemodialisis di RS DR.M Djamil Padang Tahun 2014” . 

    Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menyadari akan

    keterbatasan kemampuan yang ada, sehingga penulis merasa masih ada belum

    sempurna baik dalam isi maupun dalam penyajiannya. Untuk itu penulis selalu

    terbuka atas kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan Karya Tulis

    Ilmiah ini.

    Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

    sebesar-besarnya atas segala bimbingan, pengarahan dari Ibu Dini Rasjmida, S.Pd

    dan Ibu Novelasari, SKM, M.Kes selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah dan

    saran dari berbagai pihak yang penulis terima, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan

    kepada :

    1.  Bapak Sunardi, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

    Padang.

    2.  Ibu Hasneli, DCN, M.Biomed selaku ketua jurusan Gizi Politeknik

    Kesehatan Kemenkes Padang.

    3.  Ibu Kasmiyetti, DCN, M.Biomed selaku Ka. Prodi DIII Gizi jurusan Gizi

    Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang.

    4.  Ibu Kasmiyetti, DCN, M.Biomed dan ibu Iswanelly Mourbas, SKM,

    M.Kes, tim penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis

    sehingga penulis telah dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    8/89

     

    5.  Bapak dan Ibu dosen Prodi DIII Gizi jurusan Gizi Politeknik Kesehatan

    Kemenkes Padang yang telah memberi ilmu dan pendidikan untuk penulis.

    6.  Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dorongan baik moril

    maupun materil kepada penulis.

    7.  Teman-teman seangkatan, khususnya kelas 3C ( Nugeene of C) yang telah

    memberikan bantuan kepada penulis.

    8.  Serta banyak lagi pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu

    persatu.

    Meskipun mempunyai kelemahan, penulis berharap Karya Tulis Ilmiah

    ini bermanfaat bagi pembaca sebagai salah satu sumber informasi yang dapat

    menambah pengetahuan.

    Padang, Juli 2014

    Penulis

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    9/89

     

    DAFTAR ISI

    PERNYATAAN PERSETUJUAN

    PERNYATAAN PENGESAHAN PENGUJI

    RIWAYAT HIDUPABSTRAK

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

    DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ v

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi

    BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

    A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 

    B. Perumusan Masalah ........................................................................... 5 

    C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5 

    D. Manfaat Penelitian............................................................................. 7 

    E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 7 

    BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN ......................................................... 8

    A. Tinjauan Kepustakaan .................................................................... 8 

    1. Ginjal .......................................................................................... 8 

    a. Anatomi Ginjal ....................................................................... 8 

    b. Fisiologi Ginjal ...................................................................... 12 

    2. Gagal Ginjal Kronik ................................................................... 14 

    a. Pengertian Gagal Ginjal Kronik ............................................ 14 

    b. Stadium Gagal Ginjal Kronik................................................ 15 c. Etiologi Gagal Ginjal Kronik ................................................ 15 

    d. Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik ........................................ 16 

    e. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik .................................. 18 

    3. Pengetahuan ............................................................................... 21 

    a. Defenisi Pengetahuan ............................................................. 21 

    b. Tingkat Pengetahuan .............................................................. 22 

    4. Status Gizi .................................................................................. 24 

    a. Pengertian Status Gizi ............................................................ 24 

    b. Penilaian Antropometri Pasien Hemodialisis......................... 24 

    B. Kerangka Konsep ........................................................................... 25 

    C. Hipotesis ......................................................................................... 25 D. Defenisi Operasional ...................................................................... 27 

    BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 29

    A. Disain Penelitian ........................................................................... 29 

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 29 

    C. Populasi dan Sampel...................................................................... 29 

    D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................ 30 

    E. Teknik Pengolahan Data ................................................................ 31 

    F. Teknik Analisa Data ...................................................................... 35 

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    10/89

     

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 37

    B. Hasil Penelitian..................................................................................... 38

    1. Karakteristik Responden .................................................................. 38

    a. Jenis Kelamin ............................................................................... 38b. Umur ............................................................................................ 38

    c. Pendidikan .................................................................................... 39d. Pekerjaan ...................................................................................... 40

    e. Lama Hemodialisis ....................................................................... 40\

    2. Hasil Analisa Univariat .................................................................... 41

    a. Status Gizi .................................................................................... 41

    b. Asupan Energi .............................................................................. 41

    c. Asupan Protein ............................................................................. 42

    d. Pengetahuan ................................................................................. 42

    e. Nilai Pusat Dari Masing-Masing Variabel ................................... 43

    3. Hasil Analisa Bivariat ...................................................................... 44a. Hubungan Asupan Energi terhadap Status Gizi ........................... 44

    b. Hubungan Asupan Protein terhadap Status Gizi .......................... 44

    c. Hubungan Pengetahuan terhadap Status Gizi .............................. 45

    C. Pembahasan .......................................................................................... 45

    1. Analisa Univariat ............................................................................. 45

    a. Gambaran Status Gizi Responden ................................................ 45

    b. Gambaran Asupan Energi dan Protein Responden ...................... 46

    c. Gambaran Pengetahuan Responden ............................................. 48

    2. Analisa Bivariat ................................................................................. 50

    a. Hubungan Asupan Energi terhadap Status Gizi ........................... 50

    b. Hubungan Asupan Protein terhadap Status Gizi .......................... 52

    c. Hubungan Pengetahuan terhadap Status Gizi .............................. 54

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ......................................................................................... 55

    B. Saran .................................................................................................... 55

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    11/89

     

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Stadium Gagal Ginjal Kronik ............................................................ 15

    Tabel 2. Kategori Pengetahuan Gizi ................................................................ 24Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis

    di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014 Berdasarkan Jenis

    Kelamin ............................................................................................ 38

    Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis

    di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014 Berdasarkan Umur .. 39

    Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis

    di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014

    Berdasarkan Pendidikan ................................................................... 39

    Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis

    di RSUP. DR. M. Djamil Padang Tahun 2014

    Berdasarkan Pekerjaan ..................................................................... 40

    Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis

    di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014 Berdasarkan Lama

    Hemodialisis ..................................................................................... 40

    Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis

    di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014 Berdasarkan

    Status Gizi ........................................................................................ 41

    Tabel 9. Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis

    di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014

    Berdasarkan Asupan Energi .............................................................. 42

    Tabel 10. Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis

    di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014 Berdasarkan

    Asupan Protein ................................................................................. 42

    Tabel 11. Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis di RSUP

    DR. M. Djamil Padang Tahun 2014 Berdasarkan

    Pengetahuan ....................................................................................... 43

    Tabel 12. Nilai Pusat Variabel BB, TB, IMT, Asupan Energi, Protein, dan

    Pengetahuan Responden yang Menjalani Hemodialisis di RSUP. DR.

    M. Djamil Padang Tahun 2014 ........................................................ 43

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    12/89

     

    DAFTAR LAMPIRAN 

    Lampiran A : Surat Permohonan Izin Penelitian

    Lampiran B : Surat Izin Penelitian dari Lokasi Penelitian

    Lampiran C : Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Responden Penelitian

    Lampiran D : Kueisioner Penelitian

    Lampiran E : Formulir Food Recall 1 x 24 Jam

    Lampiran F : Master Tabel Hasil Penelitian

    Lampiran G : Hasil Analisa Data

    Lampiran H : Jadwal Penelitian

    Lampiran I : Kartu Konsultasi

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    13/89

     

    BAB I 

    PENDAHULUAN 

    A.  Latar Belakang Masalah 

    Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu proses patofisiologis dengan

    etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang

    progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal.1  Gagal ginjal

    adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal

    yang irreversibel, tidak dapat diobati, dan memerlukan terapi pengganti ginjal

    seumur hidup.2 

    Saat ini, dunia kesehatan memandang penyakit GGK sebagai masalah

    kesehatan yang serius  karena angka kejadiannya terus meningkat setiap

    tahun.3  Di Amerika Serikat, insiden penyakit ini terjadi 268 kasus baru per

    satu juta populasi setiap tahunnya.1 Sejalan dengan hal tersebut diperkirakan

    akan terjadi peningkatan penyakit ginjal sebesar 41,4 % antara tahun 1995-

    2020 di Indonesia.4

    Penyakit gagal ginjal kronik stadium akhir atau dikenal dengan Gagal

    Ginjal Tahap Akhir (GGTA) sering ditemukan dan prevalensinya sekitar 10-

    13 %. Di Amerika Serikat jumlahnya mencapai 25 juta orang, dan di

    Indonesia diperkirakan 12,5 % atau sekitar 18 juta orang.5

    Terapi pengganti ginjal dapat berupa hemodialisis, dialisis peritonial,

    atau transplantasi ginjal.  Hemodialisis (HD) merupakan terapi pengganti

    ginjal yang paling banyak digunakan dan jumlahnya meningkat dari tahun ke

    tahun.2 Di Amerika Serikat, dari 142.488 pasien gagal ginjal terdapat 90 %

    nya menjalani hemodialisis.6

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    14/89

     

    Berkaitan dengan hal tersebut saat ini di Indonesia terdapat sekitar 70

    ribu penderita gagal ginjal kronik yang memerlukan HD. Namun angka ini

    tidak mencerminkan keadaan sebenarnya karena masih banyak penderita yang

    belum terdata.7 

    Salah satu masalah yang dapat dialami oleh pasien yang menjalani HD

    adalah kecenderungan mengalami malnutrisi. Hal ini disebabkan adanya gejala

    gastrointestinal berupa anoreksia, mual, dan muntah disamping proses

    hemodialisis sendiri yang dapat menyebabkan kehilangan protein. Gambaran

    keadaaan gizi pasien gagal ginjal di unit-unit hemodialisis di luar negri pada

    tahun 2001 sebanyak 18-70 % mengalami malnutrisi.8

    Manutrisi akan

    berdampak pada penurunan kualitas hidupnya sehingga morbiditas dan

    mortalitas yang dimiliki pasien lebih tinggi dibanding populasi normal.9 

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto

    Mangunkusumo(RSCM) Jakarta pada tahun 1999 sebanyak 49,3 % pasien HD

    mengalami gizi kurang.10

    Selanjutnya penelitian yang dilakukan pada tahun

    2009 di rumah sakit tersebut status gizi kurang masih banyak dialami pasien

    penyakit ginjal kronik (PGK).11

    Penelitian tentang status gizi pasien hemodialisis juga dilakukan di

    Rumah Sakit Tugurejo Semarang pada tahun 2012 dan hasilnya hampir

    sepertiga pasien yang menjalani hemodialisis mengalami status gizi

    underweight berdasarkan IMT (30,3 %).12

    Sejalan dengan hal tersebut, 

    penelitian  di RS.Wahidin Sudirohusodo, RS.Labuang Baji dan RS.Faisal

    Makassar sebagian besar pasien memiliki status gizi kurus (67.3 %).13

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    15/89

     

    Beberapa faktor penyebab malnutrisi pada pasien yang menjalani

    hemodialisis reguler diantaranya keluhan uremia, inflamasi kronik, dan

    komorbid akut atau kronik. Disisi lain, tindakan hemodialisis yang

    menyebabkan kehilangan asam amino selama proses hemodialisis berlangsung

     juga mempengaruhi status gizi. Selain faktor uremia, inflamasi, dan

    kehilangan asam amino selama hemodialisis. Status gizi pasien juga

    dipengaruhi oleh adekuatnya asupan energi dan protein.14

     

    Asupan makanan baik energi maupun zat gizi merupakan penyebab

    langsung terjadinya masalah gizi. Asupan energi yang adekuat diperlukan

    untuk mencegah katabolisme jaringan tubuh. Pasien gagal ginjal kronik yang

    menjalani terapi hemodialisa harus memenuhi kebutuhannya yaitu sebesar 35

    kkal/kg BBI/hari. Sumber energi bisa diperoleh dari karbohidrat, lemak, dan

    protein.2 Apabila asupan energi terpenuhi sesuai kebutuhan maka status gizi

    akan optimal karena asupan energi yang cukup tidak akan menimbulkan

    gangguan gastrointestinal seperti mual dan muntah.12

     

    Asupan protein sangat diperlukan mengingat fungsinya di dalam

    tubuh, pengaruh asupan protein memegang peranan penting dalam

    penanggulangan gizi penderita gagal ginjal kronik, karena gejala penumpukan

    ureum di dalam tubuh disebabkan karena menumpuknya sisa katabolisme

    protein tubuh. Semakin baik asupan protein, pasien akan semakin baik dalam

    mempertahankan status gizinya.12

     Pasien gagal ginjal kronik harus memenuhi

    kebutuhan protein yaitu 1- 1,2 gram/kg BBI/hari. Sumber protein didapat dari

    telur, daging, ayam, ikan, susu.2 

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    16/89

     

    Penelitian di RSUP DR. M. Djamil Padang pada tahun 2013

    menunjukkan bahwa sebagian besar asupan zat gizi pasien tidak sesuai dengan

    anjuran (52.6 %). 16 Seperti diketahui bahwa pasien harus memenuhi

    kebutuhan energi dan zat gizinya guna memperbaiki status gizi dan juga

    menurunkan morbiditas, mortalitas pasien penyakit ginjal.5

    Masalah lainnya yang berkontribusi pada menurunnya kualitas hidup

    pasien HD adalah kepatuhan pasien dalam menjalankan diet. Kepatuhan diet

    dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pengetahuan.

    Pengetahuan terhadap diet gagal ginjal merupakan langkah awal dalam

    meningkatkan kepatuhan pasien dialisis terkait pola dietnya. Pengetahuan

    akan menimbulkan kesadaran dan akan menyebabkan orang berperilaku sesuai

    dengan pengetahuan yang dimiliki. Dengan demikian tingkat pengetahuan

    pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa terkait pola diet merupakan

    poin penting perilaku kepatuhan pasien dalam penatalaksanaan diet.16

    Ada beberapa cara penilaian status gizi seperti antropometri (berat

    badan, tinggi badan, lingkaran lengan, triceps skinfold thickness),

    laboratorium (seperti albumin, transferin, serum kolesterol),  Dual Energy X

     Ray Absorptiometry (DEXA) dan  Bioelectrical Impedance Analysis (BIA).

    Penilaian status gizi pasien yang menjalani hemodialisis secara antropometri

    telah digunakan lebih dari 30 tahun. Antropometri merupakan cara sederhana

    dan noninvasive untuk penanda status gizi pasien dengan penyakit ginjal.15

    RSUP DR. M. Djamil Padang merupakan rumah sakit terbesar di

    Sumatera Barat yang memiliki fasilitas medis lengkap dan teknologi canggih.

    Berdasarkan data dari instalasi HD RSUP DR. M. Djamil Padang, didapatkan

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    17/89

     

     jumlah pasien yang menjalani hemodialisa di RS tersebut meningkat setiap

    tahunnya. Pada tahun 2011 berjumlah 112 orang, tahun 2012 berjumlah 126

    orang, dan pada tahun 2013 berjumlah 133 orang. Setiap harinya jumlah

    pasien yang melakukan hemodialisa di RS ini mencapai 20 pasien. Dan

    selama bulan Desember 2013, instalasi HD ini telah melakukan 850 kali

    tindakan hemodialisis.

    Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik dan merasa

    perlu untuk melakukan penelitian berkaitan dengan asupan energi, protein,

    pengetahuan, dan status gizi pasien yang menjalani hemodialisis dengan judul

    “ Hubungan Asupan Energi, Protein, dan Pengetahuan terhadap Status Gizi

    Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Instalasi

     Hemodialisis di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014”.

    B.  Perumusan masalah

    “Apakah Ada Hubungan Asupan Energi, Protein, dan Pengetahuan

    terhadap Status Gizi Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis

    di Instalasi Hemodialisis RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014”.

    C.  Tujuan Penelitian

    1.  Tujuan Umum

    Untuk mengetahui hubungan asupan energi, protein, dan

    pengetahuan terhadap status gizi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

    hemodialisis di Instalasi Hemodialisis RSUP DR. M. Djamil Padang

    Tahun 2014.

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    18/89

     

    2.  Tujuan Khusus

    a.  Diketahuinya distribusi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

    hemodialisis berdasarkan status gizi di Instalasi Hemodialisis RSUP

    DR. M. Djamil Padang Tahun 2014. 

    b.  Diketahuinya distribusi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

    hemodialisis berdasarkan asupan energi di Instalasi Hemodialisis

    RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014. 

    c.  Diketahuinya distribusi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

    hemodialisis berdasarkan asupan protein di Instalasi Hemodialisis

    RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014. 

    d.  Diketahuinya distribusi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

    hemodialisis berdasarkan pengetahuan di Instalasi Hemodialisis

    RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014. 

    e. 

    Diketahuinya hubungan asupan energi terhadap status gizi pada pasien

    gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Instalasi

    Hemodialisis RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014. 

    f.  Diketahuinya hubungan asupan protein terhadap status gizi pada

    pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Instalasi

    Hemodialisis RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014. 

    g.  Diketahuinya hubungan pengetahuan terhadap status gizi pada pasien

    gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Instalasi

    Hemodialisis RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014. 

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    19/89

     

    D.  Manfaat Penelitian

    1.  Bagi Pasien

    Sebagai sumber informasi dan memberi motivasi bagi pasien

    untuk lebih mengatur makanannya serta untuk meningkatkan kenyamanan

    pasien yang menjalani hemodialisa.

    2.  Bagi Pihak Rumah Sakit

    Sebagai referensi dalam usaha meningkatkan pelayanan terhadap

    pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa terkait pengetahuan

    dalam rangka merubah perilaku makan pasien yang akan berdampak pada

    meningkatnya derajat kesehatan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

    hemodialisa. 

    3.  Bagi Institusi Pendidikan

    Sebagai bahan bacaan atau referensi untuk menambah ilmu

    pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa lainnya. Juga dapat dijadikan

    sebagai data awal bagi peneliti yang akan datang untuk melakukan

    penelitian lebih lanjut berkaitan dengan gagal ginjal kronik.

    4.  Bagi Peneliti

    Sebagai pengembangan kemampuan peneliti sehingga dapat

    mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah.

    E.  Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini membahas asupan energi, asupan protein, pengetahuan,

    dan status gizi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di

    Instalasi Hemodialisis RSUP DR. M Djamil Padang Tahun 2014. 

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    20/89

     

    BAB II

    TINJAUAN KEPUSTAKAAN

    A.  Tinjauan Kepustakaan

    1. Ginjal

    a. Anatomi Ginjal

    Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak

    di sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibanding

    ginjal kiri karena tertekan kebawah oleh hati. Kutub atasnya terletak

    setinggi iga kedua belas. Sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak

    setinggi iga kesebelas.18

     

    Ginjal terletak tepat dibawah iga yang paling bawah. Untuk

    melindungi struktur dalamnya ginjal dilindungi oleh bantalan lemak tebal

    yang letaknya diluar rongga peritonial.19

     

    1) 

    Struktur Makroskopik Ginjal

    Pada orang dewasa panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai

    13 cm (4,7 hingga 5,1 inci), dengan lebar 6 cm atau sekitar 2,4 inci,

    tebalnya 2,5 cm (1 inci) dan beratnya sekitar 150 gram. Ukuran dan

    bentuk tubuh tidak mempengaruhi ukuran ginjal.18

     

    Sisi medial setiap ginjal merupakan daerah lekukan yang

    disebut hilum. Hilum merupakan daerah tempat lewatnya arteri dan

    vena renalis, cairan limfatik, suplai saraf, dan ureter yang membawa

    urin akhir dari ginjal ke kandung kemih. Kandung kemih merupakan

    tempat urine disimpan hingga dikeluarkan. Secara anatomik, jika

    ginjal dibagi dua dari atas ke bawah ginjal terbagi dalam dua bagian

    yaitu korteks dan medula ginjal.20 

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    21/89

     

    a) Bagian Medula (Dalam/Internal) 

    Medula ginjal terbagi menjadi beberapa massa

     jaringan berbentuk kerucut yang disebut piramida ginjal.

    Dasar dari setiap piramida dimulai pada perbatasan antara

    korteks dan medula serta berakhir di papila, yang menonjol

    ke dalam ruang pelvis ginjal, yaitu sambungan kiri dari

    ujung ureter bagian atas yang berbentuk corong. Batas luar

    pelvis terbagi menjadi kantong-kantong dengan ujung

    terbuka yang disebut kalises mayor, yang meluas ke bawah

    dan terbagi menjadi kalises minor yang mengumpulkan

    urine dari tubulus setiap papila.20

     

    b) Bagian Korteks (Luar/Eksternal) 

    Korteks ginjal berwarna coklat merah, konsistensi

    lunak, dan bergranula. Korteks tepat berada di bawah tunika

    fibrosa. Tunika fibrosa merupakan pelindung ginjal yang

    keras untuk melindungi struktur dalamnya yang rapuh.

    Korteks ginjal mengandung glomerulus, tubulus proksimal,

    tubulus distal yang berkelok-kelok, dan duktus kolligens.20

     

    2) 

    Struktur Mikroskopik Ginjal

    a)  Nefron 

    Masing-masing ginjal manusia memiliki kurang

    lebih satu juta nefron yang masing-masingnya dapat

    membentuk urine. Oleh karena itu, nefron disebut unit kerja

    fungsional ginjal. Dengan demikian, kerja ginjal dapat

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    22/89

     

    dianggap sebagai jumlah total dari fungsi semua nefron.

    Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru. Oleh karena itu,

    pada trauma ginjal, penyakit ginjal atau proses penuaan

    yang normal, akan terjadi penurunan jumlah nefron secara

    bertahap. Setelah usia 40 tahun, jumlah nefron yang

    berfungsi biasanya menurun 10% setiap 10 tahun.18

     

    Setiap nefron terdiri dari : (1) glomerulus

    (sekumpulan kapiler glomerulus) yang dilalui sejumlah

    besar cairan yang difiltrasi darah, dan (2) tubulus yang

    panjang tempat cairan hasil filtrasi diubah menjadi urin

    dalam perjalanannya menuju pelvis ginjal.20

     

    b)  Glomerulus 

    Setiap nefron ginjal berawal dari suatu berkas

    kapiler yang disebut glomerulus. Glomerulus terletak

    dibagian korteks ginjal. Glomerulus tersusun dari suatu

     jaringan kapiler glomerulus yang bercabang dan

    beranastomosis. Dibandingkan dengan kapiler lainnya,

    glomerulus mempunyai tekanan hidrostatik tinggi (sekitar

    60 mmHg). Kapiler glomerulus dilapisi oleh sel-sel epitel,

    dan keseluruhan glomerulus dibungkus dalam kapsula

    bowman.  Cairan yang difiltrasi dari kapiler glomerulus

    mengalir ke dalam kapsula bowman dan kemudian masuk

    ke tubulus kontortus proksimal.20

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    23/89

     

    c)  Tubulus Kontortus Proksimal 

    Berbentuk seperti koil longgar berfungsi menerima

    cairan yang telah disaring oleh glomerulus melalui kapsula

    bowman.  Tubulus ini terletak di dalam korteks ginjal,

    panjangnya 15 mm dengan diameter 55 nm. Dindingnya

    terdiri atas selapis sel yang saling berinterdigitasi dan

    bertatut erat. Pada tiap nefron, bagian tubulus proksimal

    yang bergelung menjadi bagian yang lurus disebut ansa

    henle.21

     

    d)  Ansa Henle 

    Ansa henle merupakan nefron pendek yang

    memiliki segmen tipis yang membentuk lengkung tajam

    berbentuk huruf U. Bagian  pars desendens dari ansa henle

    terbentang dari korteks ke bagian medula, sedangkan  pars

    asendens berjalan kembali dari medula ke arah korteks

    ginjal.21

     

    e)  Tubulus Kontortus Distal 

    Tubulus ini terletak pada korteks ginjal seperti

    tubulus kontortus proksimal. Penyesuaian yang sangat baik

    terhadap komposisi urine dibuat pada tubulus kontortus.

    Hanya sekitar 15% dari filtrat glomerulus (sekitar 20

    ml/mnt) mencapai tubulus distal, sisanya diserap kembali

    ke dalam tubulus kontortus proksimal.19

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    24/89

     

    f)  Duktus Koligentes Medula 

    Merupakan saluran yang secara metabolik tidak

    aktif. Duktus koligentes bergabung membentuk duktus

    yang lebih besar secara progresif. Setiap ginjal, mempunyai

    kira-kira 250 duktus koligentes yang sangat besar, yang

    masing-masing mengumpulkan urin dari sekitar 4000

    nefron.20

     

    b. Fisiologi Ginjal

    Ginjal adalah organ tubuh yang memiliki peran sangat penting

    dalam mempertahankan homeostatis dalam tubuh sehingga terdapat

    keseimbangan optimal untuk kelangsungan hidup manusia. Ginjal

    mempertahankan homeostatis dengan cara mengatur keseimbangan

    cairan tubuh, terutama air dan elektrolit serta dengan mengeleminasi

    zat-zat yang tidak diperlukan atau berlebihan melalui pengeluaran urin.

    Zat-zat yang tidak diperlukan tersebut seperti urea (dari metabolisme

    asam amino), kreatinin (dari kreatin otot), asam urat (dari asam

    nukleat), produk akhir pemecahan hemoglobin (seperti bilirubin), dan

    metabolit sebagai hormon.20

     

    Ginjal juga membuang toksin dan zat asing lainnya yang tidak

    dibutuhkan tubuh seperti obat-obatan dan zat tambahan makanan.

    Fungsi utama ginjal terangkum dibawah ini, yang menekankan

    peranannya sebagai organ pengatur di dalam tubuh.18

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    25/89

     

    1)  Fungsi eksresi 

    a.  Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 mOsmol

    dengan mengubah-ubah eksresi air

    b.  Mempertahankan volume ECF dan tekanan darah dengan

    mengubah-ubah eksresi Na. 

    c.  Mempertahankan konsentrasi plasma masing-masing individu

    dalam rentang normal 

    d.  Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan

    kelebihan H+ dan membentuk kembali HCO3- 

    e.  Mengeluarkan zat toksik/racun 

    f.  Mengeksresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme

    protein (terutama urea, asam urat, dan kreatinin) 

    g.  Bekerja sebagai jalur eksretori untuk sebagian besar obat 

    2) 

    Fungsi Non Eksresi 

    Menghasilkan dan mensintetis:

    a.  Renin, penting dalam pengaturan tekanan darah

    b.  Eritropoetin, merangsang pembentukan sel darah merah oleh

    sumsum tulang

    c. 

    1,2,5-dihidroksivitamin D3 : hidroksilasi akhir vitamin D3

    menjadi bentuk yang paling kuat

    d.  Prostaglandin : sebagian besar adalah vasodilasator, bekerja

    secara lokal, dan melindungi dari kerusakan iskemik ginjal

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    26/89

     

    e.  Degradasi hormon polipeptida

    f.  Insulin, glukagon, parathormon, prolaktin, hormon

    pertumbuhan, ADH, dan hormon gastrointestinal (gastrin,

    polipeptida intestinal vasoaktif).

    2. Gagal Ginjal Kronik

    a. Pengertian Gagal Ginjal Kronik

    Gagal ginjal kronik merupakan penyimpangan progresif fungsi

    ginjal yang tidak dapat dipulihkan dimana kemampuan tubuh untuk

    mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan, dan elektrolit

    mengalami kegagalan yang mengakibatkan uremia.22

     

    Penyakit gagal ginjal kronik (GGK) merupakan penyakit ginjal

    tahap akhir ( End Stage Renal Disease) yang terjadi setelah berbagai

    macam penyakit merusak nefron ginjal. Penyakit ginjal kronik adalah

    gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible,  dimana

    kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme serta

    keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia.23

     

    Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal progresif yang

    berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen

    lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak

    dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal).24

     

    Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal

    kronik adalah kerusakan ginjal secara terus menerus dan berkembang

    secara terus-menerus meliputi ketidakmampuan ginjal melakukan

    fungsinya dalam mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan,

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    27/89

     

    dan elektrolit yang yang tidak dapat diperbaiki dan membutuhkan terapi

    pengganti ginjal.

    b. Stadium Gagal Ginjal Kronik

    Gagal ginjal kronik memiliki 5 stadium dengan menurunnya

    laju filtrasi glomerulus (LFG).1 

    Tabel 1

    Stadium Gagal Ginjal Kronik1

    Stadium Deskripsi

    LFG

    (ml/min/1,73

    m2)

    1 Kerusakan ginjal (ada protein dalam

    urin) dan LFG normal atau lebih

    ≥ 90

    2 Kerusakan ginjal dengan penurunan

    nilai LFG ringan

    60-89

    3 Kerusakan ginjal dengan penurunan

    LFG sedang

    30-59

    4 Kerusakan ginjal dengan penurunan

    nilai LFG berat

    15-29

    5 Gagal ginjal terminal (gagal ginjal

    tahap akhir)

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    28/89

     

    4)  Gangguan jaringan ikat: lupus eritematosus sistemik, poliarteritis

    nodosa, sklerosis sistemik progresif.

    5) 

    Gangguan kongenital dan hederiter: penyakit ginjal polikistik

    hederiter, asidosis sistemik progresif.

    6)  Penyakit metabolik: diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme,

    amiloidosis.

    7)  Nefropati toksik: penyalahgunaan analgesik, nefropati timah.

    8)  Nefropati obstruktif karena obstruksi saluran kemih karena batu,

    neoplasma, fibrosis retroperitoneal, hipertrofi prostat, striktur

    uretra, anomali kongenital leher vesika urinarian dan uretra.

    d. Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik

    Penderita gagal ginjal kronik akan mengalami penurunan fungsi

    ginjal, produk akhir metabolisme protein (ureum, kreatinin, asam urat

    yang normalnya dieksresikan ke dalam urine) tertimbun dalam darah.

    Terjadi uremia dan mempengaruhi sistem tubuh. Semakin banyak

    timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin berat. Perjalanan

    umum gagal ginjal kronik dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu.23

     

    1)  Penurunan laju filtrasi glomerolus (GFR)

    Penurunan GFR terjadi akibat tidak berfungsinya

    glomerulus, klirens kreatinin akan menurun dan kadar kreatinin

    serum meningkat. Selain itu kadar nitrogen urea darah (BUN) akan

    meningkat. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal,

    tetapi juga dipengaruhi oleh masukan diet, katabolisme (jaringan

    dan luka), dan medikasi seperti steroid.

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    29/89

     

    2)  Retensi cairan dan natrium.

    Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau

    mengencerkan urine secara normal pada penyakit ginjal tahap

    terakhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan

    cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi. Penahanan natrium

    dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya oedema, gagal jantung

    kongesti dan hipertensi. Hipertensi dapat terjadi aktivasi aksis

    renin-angiotensin-aldosteron. Mempunyai kecenderungan untuk

    kehilangan garam mencetuskan resiko hipertensi dan hipovolemi.

    3)  Asidosis

    Terjadi asidosis metabolik seiring dengan

    ketidakmampuan ginjal mengeksresikan muatan asam (H+) yang

    berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama akibat

    ketidakmampuan tubulus ginjal untuk mensekresikan amonia

    (NH3+) dan mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3

    -). Pada

    sebagian klien GGK asidosis metabolik terjadi pada tingkatan

    ringan dengan pH darah tidak kurang dari 7,35.

    4)  Anemia

    Anemia terjadi sebagai akibat produksi eritropoetin yang

    tidak adekuat, memendeknya usia sel darah merah, serta defesiensi

    nutris. Eritropoetin adalah suatu substansi normal yang diproduksi

    oleh ginjal yang menstimulasi sum-sum tulanng untuk

    memproduksi sel darah merah. Pada gagal ginjal, produksi

    eritropoetin menurun mengakibatkan anemia berat.

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    30/89

     

    e. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik

    1) Terapi Diet

    Intervensi diet juga diperlukan pada gangguan fungsi

    ginjal dan mencakup pengaturan yang cermat salah satunya adalah

    asupan protein selain pengaturan terhadap asupan cairan, natrium,

    dan kalium. Sejalan dengan perkembangan ilmu, terapi dietetik

    pada penderita gagal ginjal kronik mengalami kemajuan. Penderita

    gagal ginjal kronik dapat hidup normal dan produktif dengan terapi

    dietetik.8Adapun tujuan diet gagal ginjal dengan dialisis adalah.

    a)  Mencegah defesiensi gizi serta mempertahankan dan

    memperbaiki status gizi, agar pasien dapat melakukan aktifitas

    normal.

    b)  Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.

    c) 

    Menjaga agar akumulasi produk sisa metabolisme tidak

    berlebihan.

    Untuk mencapai tujuan diet diatas, maka diperlukan

    pengaturan asupan untuk pasien yang menjalani hemodialisis

    sebagai berikut.8 

    (1) Asupan Kalori/ energi

    Kebanyakan pasien GGK menunjukkan kurang gizi.

    Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor metabolisme dan

    kurangnya asupan kalori. Kalori cukup tinggi di hasilkan dari

    sumber karbohidrat dan lemak merupakan hal yang penting

    bagi pasien GGK. Pembatasan masukan protein yang

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    31/89

     

    diperlukan untuk memperbaiki keseimbangan nitrogen, guna

    mencegah oksidasi protein. Untuk memproduksi energi

    disarankan masukan kalori paling sedikit 30 - 35 kkal/kg BB

    ideal /hari. Kebutuhan kalori harus dipenuhi guna mencegah

    terjadinya pembakaran protein tubuh dan merangsang

    pengeluaran insulin.

    (2)  Asupan Protein

    Asupan protein pada pasien yang menjalani

    hemodialisis diberikan tinggi, untuk mempertahankan

    keseimbangan nitrogen dan mengganti asam amino yang hilang

    selama menjalankan dialisis, yaitu 1-1,2 gr/kg BB ideal/hari.

    Diusahakan sekurang-kurangnya 50% berupa protein dengan

    nilai biologik tinggi. Protein dengan nilai biologik tinggi adalah

    protein dengan susunan asam amino yang menyerupai aturan

    amino essensial dan pada umumnya berasal dari protein hewani

    (susu, telur, ikan, unggas, daging tidak berlemak).2 

    (3)  Asupan zat gizi lainnya

    Unsur-unsur gizi lainnya yang memiliki makna khusus

    dalam penatalaksanaan diet pada pasien gagal ginjal kronik yang

    menjalani hemodialisa dan memerlukan pemantauan ketat

    diantaranya lemak, mineral (natrium, kalium, kalsium, fosfor,

    dll), vitamin, dan cairan

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    32/89

     

    2) Hemodialisis

    Hemodialisis menggantikan kerja ginjal dalam

    mengeluarkan sisa hasil metabolisme dan kelebihan cairan serta zat

    lainnya yang tidak dibutuhkan tubuh. Jika fungsi ginjal seseorang

    telah mencapai tingkatan terakhir dari GGK dimana hal tersebut

    ditandai dengan LFG < 15 mL/mnt/1,73 m2  dibutuhkan

    Hemodialisis.23

    Pada pasien hemodialisis, aliran darah keginjal

    dialirkan melalui membran semipermeabel dari ginjal tiruan (mesin

    cuci ginjal) sehingga produk-produk sisa metabolisme dapat

    dikeluarkan dari tubuh.2

    Tujuan hemodialisis adalah untuk mengambil zat-zat

    nitrogen yang toksik dari dalam darah disamping mengeluarkan air

    yang berlebihan. Pada hemodialisis, aliran darah yang penuh

    dengan toksin dan limbah nitrogen dialirkan dari tubuh pasien ke

    dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian

    dikembalikan lagi ke tubuh pasien.23

    Hemodialisis memerlukan sebuah mesin dialisa dan

    sebuah filter khusus yang dinamakan dializer (suatu membran

    semipermeabel) yang digunakan untuk membersihkan darah, darah

    dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin

    diluar tubuh. Hemodialisis memerlukan jalan masuk aliran darah,

    maka dibuat suatu hubungan buatan antara arteri dan vena ( fistula

    arteriovenosa) melalui pembedahan.8

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    33/89

     

    Prinsip dasar ginjal buatan ialah mengalirkan darah

    melalui saluran darah kecil yang dilapisi oleh membran

    semipermeabel. Pada sisi lain dari membran tipis ini terdapat

    cairan dialisa tempat zat-zat yang tidak diinginkan dalam darah

    masuk kedalamnya melalui difusi.8

    Dalam kegiatan hemodialisis terjadi 3 proses utama seperti

    berikut.20

     

    a)  Proses difusi

    Proses difusi yaitu berpindahnya bahan terlarut karena

    perbedaan kadar didalam darah dan di dalam dialisat. Semakin

    tinggi perbedaan kadar dalam darah maka semakin banyak

    bahan yang dipindahkan ke dalam dialisat.

    b)  Proses ultrafiltrasi

    Proses ultrafiltrasi yaitu proses berpindahnya air dan

    bahan terlarut karena perbedaan tekanan hidrostatik dalam

    darah dan dialisat.

    c)  Proses osmosis

    Proses osmosis yaitu proses berpindahnya air karena

    tenaga kimia, yaitu perbedaan osmolaritas darah dan dialisat.

    3. Pengetahuan

    a. Definisi Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

    seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

    Penginderaan ini terjadi melalui pancaindera manusia; penglihatan,

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    34/89

     

    pendengaran, penghiduan, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

    manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan

    domain yang penting terbentuknya perilaku seseorang.17 

    b.  Tingkat pengetahuan

    Pengetahuan memiliki enam tingkatan17

    , yaitu.

    1)  Tahu

    Tahu adalah sesuatu kemampuan dalam mengingat suatu

    materi yang telah dipelajari sebelumnya. Mengingat kembali

    terhadap suatu hal spesifik yang dipelajari dari seluruh bahan yang

    dipelajari termasuk dalam tingkat pengetahuan ini. Tahu

    merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

    untuk mengukur pengetahuan ini adalah mengidentifikasi,

    menyatakan, dan lain-lain.

    2) 

    Paham

    Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

    benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan

    materi tersebut secara benar. Orang yang telah memahami objek

    tertentu harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh,

    menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

    3)  Aplikasi

    Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk menggunakan

    materi yang telah dipelajari pada situasi-situasi dan kondisi yang

    sebenarnya. Mengaplikasikan dapat diartikan dengan

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    35/89

     

    menggunakan hukum- hukum, rumus-rumus, metode, atau prinsip

    dalarn konteks atau situasi yang lain.

    4) 

    Analisis

    Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan

    materi atau suatu objek dalam komponen-komponen tetapi masih

    di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya

    satu saran lain. Kemampuan menganalisis ini dapat dilihat dari

    penggunaan kata kerja, menggambarkan, membedakan,

    memisahkan, mengelompokkan, dan lain-lain.

    5)  Sintesis

    Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau

    menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

    yang baru, dengan kata lain, mensintesis adalah kemampuan untuk

    menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan, terhadap

    suatu rumusan yang telah ada.

    6)  Evaluasi

    Mengevaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk

    melakukan penilaian terhadap suatu objek. Penilaian-penilaian ini

    didasarkan pada suatu kriteria yang dilakukan sendiri atau kriteria-

    kriteria yang sudah ada.

    Cara mengukur pengetahuan seseorang bisa menggunakan

    alat bantu kuesioner. Lalu dilakukan penilaian berdasarkan

    persentase pertanyaan yang bisa dijawab terhadap total pertanyaan

    dengan dikategorikan sebagai berikut.25

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    36/89

     

    Tabel 2

    Kategori Tingkat Pengetahuan Gizi25

    Kategori Pengetahuan Skor

    Baik > 80 %

    Sedang 60 – 80 %

    Kurang < 60 %

    3. Status Gizi

    a.  Pengertian Status Gizi

    Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang dapat dilihat untuk

    mengetahui apakah seseorang tersebut itu normal atau bermasalah (gizi

    salah). Gizi salah adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh

    kekurangan atau kelebihan dan atau keseimbangan zat-zat gizi yang

    diperlukan untuk pertumbuhan, kecerdasan dan aktivitas atau

    produktivitas. Status gizi juga dapat merupakan hasil akhir dari

    keseimbangan antara makanan yang dimasukkan ke dalam tubuh (nutrien

    input) dengan kebutuhan tubuh (nutrien output) akan zat gizi tersebut.26 

    b. Penilaian Antropometri Pasien Hemodialisis

    Lebih dari 30 tahun, antropometri telah digunakan sebagai

    penanda status gizi dan komposisi tubuh pasien dengan atau tanpa

    penyakit ginjal. Antropometri terdiri dari beberapa pengukuran

    sederhana dan noninvasive untuk memperkirakan komposisi tubuh.

    Pengukuran antopometri yang bisa digunakan diantaranya : berat

    badan, tinggi badan, body mass index, lingkaran lengan, dan triceps

    skinfold thickness.15

     Body mass index atau IMT adalah salah satu pengukuran

    antropometri yang dapat digunakan untuk mengukur status gizi

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    37/89

     

    pasien hemodialisis. IMT diperkirakan dengan membagi BB (dalam

    kg) dengan TB (dalam m2). Pasien yang mengalami gagal ginjal

    tahap akhir yang menjalani hemodialisis memiliki waktu bertahan

    hidup yang lebih besar. Pada populasi umumnya, pasien dengan IMT

    lebih rendah memiliki waktu untuk bertahan hidup lebih singkat.8 

    B.  Kerangka Konsep

    Dari beberapa teori terdahulu maka dibuat kerangka konsep penelitian

    tentang hubungan asupan energi, protein, dan pengetahuan terhadap status

    gizi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis sebagai berikut. 

    C.  Hipotesis

    1.  Ada hubungan asupan energi terhadap status gizi pasien gagal ginjal

    kronik yang menjalani hemodialisis di Instalasi Hemodialisis RSUP DR.

    M. Djamil Padang Tahun 2014. 

    Asupan

    Energi

    Status Gizi 

    Pengetahuan

    Asupan

    Protein

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    38/89

     

    2.  Ada hubungan asupan protein terhadap status gizi pasien gagal ginjal

    kronik yang menjalani hemodialisis di Instalasi Hemodialisis RSUP DR.

    M. Djamil Padang Tahun 2014. 

    3.  Ada hubungan pengetahuan terhadap status gizi pasien gagal ginjal kronik

    yang menjalani hemodialisis di Instalasi Hemodialisis RSUP DR. M.

    Djamil Padang Tahun 2014. 

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    39/89

    D.  Defenisi Operasional

    Variabel Defenisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

    Asupan

    Energi

    Jumlah energi yang masuk ke

    tubuh pasien yang diperoleh

    dari makanan sehari-hari

    Food Recall 

    1 x 24 jam

    Formulir

    Food Recall 

    1 x 24 jam 

    Jumlah asupan energi

    Dikategorikan menjadi.26

     

    Cukup : ≥  80 % kebutu

    hemodialisis (35 kkal/kg

    Kurang : < 80 % kebutu

    hemodialisis (35 kkal/kg

    Asupan

    protein

    Jumlah protein yang masuk

    ke tubuh pasien yang

    diperoleh dari makanan sehari

    Food Recall 

    1 x 24 jam

    Formulir

    Food Recall 

    1 x 24 jam

    Jumlah asupan protein

    Dikategorikan menjadi.26

     

    Cukup : ≥  80 % kebu

    pasien hemodialisis (1 gra

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    40/89

    Kurang : < 80 % kebutu

    pasien hemodialisis (1 gra

    Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui

    pasien tentang pengaturan diit

    untuk pasien GGK dengan

    hemodialisis

    Melakukan

    wawancara

    Kuesioner Jawaban pasien atas pe

    diajukan. Dikategorikan m

    Baik : > 80 % skor maksi

    Sedang : 60 – 80 % skor

    Kurang : < 60 % skor ma

    Status Gizi Keadaan tubuh pasien yang

    diukur dengan cara

    pengukuran antropometri.

    Mengukur

    BB dan TB

    pasien.

     Bathroom

    scale dan

    microtoise.

    IMT pasien dikategorika

    pasien berdasarkan IMT.2

    Kurus : IMT < 18.5

    Normal : IMT 18.5 – 22.9

    Gemuk : IMT ≥ 23.0

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    41/89

     

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Disain Penelitian

    Penelitian ini termasuk dalam kelompok observasional yang bersifat

    analitik dengan menggunakan disain cross sectional study atau potong lintang.

    Data yang terkait variabel dependen yaitu status gizi, dan variabel independen

    yaitu asupan energi, asupan protein, dan pengetahuan diukur secara bersamaan.

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Instalasi Hemodialisis RSUP DR. M.

    Djamil Padang Tahun 2014. Penelitian dilakukan mulai dari Oktober 2013 -

    Juni 2014. Sedangkan untuk pengambilan data penelitian dilakukan selama

    satu minggu yaitu dari tanggal 4 Juni - 11 Juni 2014. 

    C. Populasi dan Responden

    1.  Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang menjalani

    hemodialisis rawat jalan di RSUP DR. M. Djamil Padang.

    2.  Responden

    Pengambilan responden dilakukan berdasarkan pertimbangan sendiri

    oleh peneliti dengan metode  purposive sampling. Pengambilan responden

    dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan waktu yaitu selama 1 minggu

    dan setiap harinya diambil 5 responden. Pengambilan responden dilakukan

    berdasarkan kriteria yang dibuat oleh peneliti sendiri. Kriterianya adalah

    sebagai berikut: 

    a.  Responden menjalani hemodialisis rutin bukan temporer.

    b. 

    Responden bersifat informatif dan mau diwawancarai.

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    42/89

     

    c.  Responden bersedia diukur berat dan tinggi badannya.

    d.  Responden menjalani cuci darah disebabkan oleh penyakit ginjal

    stadium akhir bukan oleh penyakit lain.

    e.  Responden menjalani cuci darah dengan frekuensi dua kali seminggu.

    D.  Jenis dan Cara Pengumpulan Data

    Data yang dikumpulkan oleh peneliti meliputi data primer dan data

    sekunder. 

    1.  Data Primer

    Data primer yang dikumpulkan meliputi data asupan energi,

    asupan protein, pengetahuan, dan antropometri. Pengumpulan data

    dilakukan oleh peneliti dibantu adalah seorang teman.

    a.  Data asupan energi dan protein diperoleh melalui wawancara terhadap

    responden dengan metode  food recall 1 x 24 jam. Peneliti mencatat

    semua hasil  food recall 1 x 24 jam  pada formulir yang telah

    disediakan.

    b.  Data pengetahuan responden didapat melalui wawancara dengan

    menggunakan kuesioner.

    c.  Data antropometri meliputi berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)

    diperoleh dengan cara melakukan penimbangan dan mengukur TB

    pasien.

    Wawancara food recall 1 x 24 jam  dan kuesioner pengetahuan

    dilakukan terhadap responden selama pasien menjalani hemodialisis,

    sedangkan pengukuran BB dan TB pasien dilakukan setelah selesai

    menjalani hemodialisis.

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    43/89

     

    2.  Data Sekunder

    Data sekunder diperoleh dari pihak instalasi hemodialisis

    mengenai gambaran umum instalasi hemodialisis. Selain itu peneliti juga

    mempelajari buku-buku, jurnal dan artikel dari internet yang mendukung

    penelitian.

    E. Teknik Pengolahan Data

    Teknik pengolahan data dilakukan secara komputerisasi, dengan tahap

    sebagai berikut. 

    1.   Editing 

    Setelah data terkumpul terlebih dahulu dilakukan pengecekan dan

    pemeriksaan kelengkapan data. Diantaranya kelengkapan identitas

    responden, kelengkapan lembar kuesioner, dan kelengkapan pengisian

    kuesioner, serta kelengkapan pengisian formulir f ood recall 1 x 24 jam.

    Pemeriksaan data dilakukan di tempat pengambilan data supaya bila

    terdapat ketidaksesuaian pada data dapat dilengkapi dengan segera. Jika

    masih ada data yang tidak lengkap, dicoba dilengkapi dengan

    menghubungi kembali responden. Hal ini dilakukan untuk memudahkan

    pengolahan data. 

    2.  Coding 

    Setiap variabel diberi kode agar tidak terjadi kesalahan dalam

    pengolahan data dan memudahkan dalam mengentri data. Untuk data

    asupan energi diberi kode “0” untuk asupan kurang dan “1” untuk asupan

    cukup. Untuk asupan protein juga diberi kode “0” untuk asupan kurang

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    44/89

     

    dan “1” untuk asupan cukup. Selanjutnya, untuk data pengetahuan diberi

    kode 0 jika kurang (< 60 % skor maksimal), 1 jika sedang (60-80 % skor

    maksimal) dan 2 jika pengetahuan baik : (> 80 % skor maksimal).

    Sedangkan, untuk data status gizi diberi kode “0” jika kurus, “1” jika

    normal, dan “2” jika gemuk.

    3.   Entry 

    Setelah dilakukan pengkodean, data dientri oleh peneliti secara

    komputerisasi untuk pengolahan dan analisis selanjutnya.

    a.  Data  food recall 1 x 24 jam dientri secara komputerisasi dengan

    menggunakan program  Nutrisurvey untuk mendapat asupan energi

    dan protein lalu diekspor ke program SPSS. 

    b.  Data total skor pengetahuan dientri secara manual ke program SPSS.

    c.  Data BB dan TB dientri dengan menggunakan program SPSS. 

    4. 

    Cleaning 

    Merupakan pengecekan kembali data yang telah dientry  untuk

    menghindari adanya missing dan kesalahan pada saat pengolahan data.

    Data yang diolah meliputi :

    a.  Asupan Energi

    Data jumlah asupan energi didapatkan setelah mengentri data

    recall 1 x 24 jam ke program  Nutrisurvey sehingga diketahui jumlah

    asupan energi masing-masing responden kemudian diekspor ke

    program SPSS. Setelah didapatkan asupan energi, kemudian dicari

    kebutuhan energi setiap responden. Kebutuhan energi responden

    dicari untuk perorangan yaitu dengan cara 35 kkal dikali dengan Berat

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    45/89

     

    Badan Ideal (BBI) masing-masing responden. Setelah itu, asupan

    dibandingkan dengan kebutuhan untuk mendapatkan persentase

    pemenuhan kebutuhan energi responden.

    Untuk memudahkan membaca data, persentase pemenuhan

    kebutuhan energi responden dikategorikan dari skala ukur ratio

    menjadi ordinal yaitu:

    1)  Cukup

    2)  Kurang

    b.  Asupan Protein

    Data jumlah asupan protein didapatkan setelah mengentri data

    recall  1 x 24 jam ke  Nutrisurvey sehingga diketahui jumlah asupan

    protein masing-masing responden kemudian diekspor ke program

    SPSS. Selanjutnya, kebutuhan responden dicari untuk perorangan

    dengan cara mengalikan Berat Badan Ideal (BBI) masing responden

    dengan kebutuhan protein pasien hemodialisis (1 gram/kg BBI/hari).

    Kebutuhan protein pasien dientri secara manual ke SPSS. Asupan

    dibandingkan dengan kebutuhan untuk mendapatkan persentase

    pemenuhan kebutuhan protein responden.

    Untuk memudahkan membaca data, persentase pemenuhan

    kebutuhan protein responden, dikategorikan dari skala ukur ratio

    menjadi ordinal yaitu: 

    1)  Cukup

    2)  Kurang

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    46/89

     

    c.  Pengetahuan

    Pengetahuan responden diukur dengan kuisiner yang terdiri

    dari 17 pertanyaan dengan skor maksimal 85. Skor yang diperoleh

    responden dibandingkan dengan skor maksimal sehingga diperoleh

    persen pengetahuan responden. Penghitungan total skor dilakukan

    secara manual, kemudian dientri ke program SPSS

    Untuk memudahkan dalam membaca data, persen pengetahuan

    responden kemudian dikategorikan dari skala ukur ratio menjadi

    ordinal.

    1)  Baik

    2)  Sedang

    3)  Kurang

    d.  Berat badan dan Tinggi badan

    Data berat badan dan tinggi badan responden dientri secara

    manual ke program SPSS dan kemudian dihitung Indeks Massa Tubuh

    (IMT) dan Berat Badan Ideal (BBI) pasien. Indeks Massa Tubuh

    (IMT) digunakan untuk mengetahui status gizi responden. Berat Badan

    Ideal (BBI) digunakan untuk mencari kebutuhan energi dan protein

    masing-masing responden.

    IMT pasien yang skala ukurnya ratio dikategorikan menjadi

    ordinal untuk memudahkan membaca data.

    1.  Kurus

    2.  Normal

    3.  Gemuk

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    47/89

     

    F. Teknik Analisa Data

    1.  Analisa Univariat

    Analisa univariat dilakukan pada variabel independen maupun

    dependen. Data asupan energi, asupan protein, total skor pengetahuan dan

    IMT responden disajikan dalam bentuk mean, median, modus, nilai

    maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi. Kemudian untuk

    memudahkan membaca data ditampilkan distribusi frekuensi masing-

    masing variabel yang telah dikategorikan. Tujuannya adalah untuk

    memudahkan memahami maksud data tersebut.

    2.  Analisa Bivariat

    Analisa bivariat dilakukan untuk mencari hubungan dua variabel

    yaitu variabel independen dan variabel dependen. Analisa bivariat yang

    dilakukan diantaranya melihat hubungan asupan energi terhadap status

    gizi, asupan protein terhadap status gizi, dan pengetahuan terhadap status

    gizi.

    Analisa bivariat dilakukan dengan menguji secara statistik untuk

    melihat kebermaknaan hubungan masing-masing variabel independen

    dengan variabel dependen. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian

    ini disesuaikan dengan tujuan dan skala datanya. Sebelum variabel

    independen dan variabel dependen dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji

    Shapiro-Wilk karena sampel kurang dari 50 untuk mengetahui data yang

    didapatkan berdistribusi normal atau tidak. Jika p < 0,05 maka data

    berdistribusi tidak normal. Jika data berdistribusi tidak normal akan

    dilakukan uji non parametrik yaitu uji korelasi spearman dengan

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    48/89

     

    confidence interval (CI 95 %). Jika p-value < 0,05 maka ada hubungan

    yang signifikan dan p-value > 0,05 tidak ada hubungan yang signifikan

    antara variabel independen dengan variabel dependen.

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    49/89

     

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A.  Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    RSUP DR. M.Djamil Padang didirikan pada tahun 1953. RSUP DR.

    M. Djamil Padang adalah sebuah rumah sakit pemerintah yang terletak di kota

    Padang provinsi Sumatera Barat. RSUP DR. M. Djamil Padang adalah salah

    satu unit Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang berada dibawah

    Direktur Jendral Pelayanan Medis. Sejak Januari 2002 RSUP DR. M. Djamil

    Padang berubah status menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) yang mempunyai

    fungsi ganda yaitu fungsi pelayanan kesehatan yang disatu pihak secara

    fungsional dikelola Departemen Kesehatan dengan tanggung jawab

    menyediakan sarana dan tenaga para medis dan dilain pihak berfungsi sebagai

    tempat pendidikan, penelitian serta pusat rujukan untuk wilayah Sumatera

    bagian Tengah.

    Salah satu pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit ini adalah

    instalasi hemodialisis. Instalasi hemodialisis berada dibawah Instalasi

    Diagnostik Terpadu (IDT). Selain instalasi hemodialisis, dibawah IDT juga

    terdapat instalasi radiologi, kemoterapi, dan ekokardiografi. Instalasi

    hemodialisis merupakan suatu unit kesehatan yang melakukan proses cuci

    darah bagi penderita disfungsi ginjal. Saat ini instalasi hemodialisis melayani

    pasien umum, jamkesmas, maupun askes. Instalasi hemodialisis di rumah sakit

    ini memiliki 27 unit mesin hemodialisis dan 27 buah tempat tidur pasien.

    Setiap harinya kecuali hari minggu instalasi HD menjalankan HD untuk

    pasien yang memerlukan cuci darah dalam dua shift. Shift pertama dimulai

    pada jam 08.00 WIB dan shift kedua dimulai pada jam 14.00 WIB. 

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    50/89

     

    Ruangan instalasi hemodialisis ini berada dilantai satu gedung utama.

    Ruangan ini juga dilengkapi dengan 3 (tiga) buah TV LCD dan AC ruangan

    untuk menambah kenyamanan pasien selama menjalani proses hemodialisis.

    Diruangan ini juga terdapat ruang tunggu untuk keluarga pasien. Proses

    hemodialisis berlangsung selama lebih kurang 4-5 jam untuk setiap pasien.

    B.  Hasil Penelitian

    1.  Karakteristik Responden 

    a.  Jenis Kelamin 

    Distribusi responden penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat

    dilihat pada tabel 3 berikut.

    Tabel 3

    Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 

    Jenis kelamin n %

    Laki-Laki 11 36.7

    Perempuan 19 63.3

    Total 30 100.0

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

    penelitian berjenis kelamin perempuan (63.3 %). 

    b.  Umur

    Distribusi responden penelitian berdasarkan umur dapat dilihat

    pada tabel 4 berikut.

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    51/89

     

    Tabel 4

    Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

    Umur n %

    < 30 Tahun 2 6.7

    30-40 Tahun 6 20.0

    41-50 Tahun 8 26.7

    > 50Tahun 14 46.7

    Total 30 100.0

    Berdasarkan tabel 4, hampir setengah (46.7 %) responden berumur

    lebih dari 50 tahun. 

    c.  Pendidikan

    Selanjutnya, distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat

    pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.

    Tabel 5

    Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

    Tingkat Pendidikan n %

    Tamat SD/sederajat 5 16.7

    Tamat SMP/sederajat 3 10.0

    Tamat SMA/sederajat 11 36.7

    Tamat PT/sederajat 11 36.7

    Total 30 100.0

    Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa responden yang Tamat

    SMA/sederajat dengan responden yang tamat PT/sederajat lebih banyak

    yaitu 73.4 %.

    d.  Pekerjaan

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    52/89

     

    Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat

    pada tabel 6.

    Tabel 6Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan

    Pekerjaan n %

    PNS 8 26.7

    Swasta 4 13.3

    Wiraswasta 3 10.0

    Pensiunan 3 10.0

    Ibu rumah tangga 12 40.0

    Total 30 100.0

    Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa responden paling

    banyak adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu 12 orang (40.0 %).

    e.  Lama hemodialisis

    Lama responden menjalani hemodialisis dapat dilihat pada tabel 7

    berikut.

    Tabel 7

    Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Hemodialisis 

    Lama Hemodialisis n %

    < 12 bulan 14 46.7

    ≥ 12 bulan 16 53.3

    Total 30 100.0

    Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa lebih dari setengah

    responden telah menjalani hemodialisis lebih atau sama dengan 12 bulan

    (53.3 %).

    2.  Hasil Analisa Univariat

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    53/89

     

    Hasil analisis univariat tentang distribusi frekuensi jumlah dan

    persentase untuk masing-masing kategori variabel independen mencakup

    asupan energi, asupan protein, dan pengetahuan maupun variabel

    dependen mencakup status gizi ditampilkan dalam bentuk tabel.

    a.  Status Gizi

    Status gizi responden dikategorikan menjadi tiga seperti dilihat

    pada tabel 8.

    Tabel 8 

    Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisisdi RSUP. DR. M. Djamil Padang Tahun 2014 berdasarkan Status Gizi

    Status Gizi n %

    Kurus 9 30.0

    Normal 18 60.0

    Gemuk 3 10.0

    Total 30 100.0

    Tabel 8 menunjukkan bahwa hampir sepertiga responden

    memiliki status gizi kurus (30.0 %).

    b.  Asupan Energi

    Asupan energi responden diukur dengan metode  food recall  24

     jam. Distribusi frekuensi responden berdasarkan asupan energi dapat

    dilihat pada tabel 9.

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    54/89

     

    Tabel 9 

    Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis

    di RSUP. DR. M. Djamil Padang Tahun 2014 Berdasarkan Asupan Energi

    Asupan Energi n %

    Cukup 13 43.3

    Kurang 17 56.7

    Total 30 100.0

    Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa lebih dari separoh

    responden memiliki asupan energi kurang (56.7 %).

    c.  Asupan Protein

    Asupan protein responden diukur dengan metode  food recall  24

     jam. Hasil asupan protein responden dapat dilihat pada tabel 10.

    Tabel 10 

    Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis

    di RSUP. DR. M. Djamil Padang Tahun 2014 Berdasarkan Asupan Protein

    Asupan Protein n %

    Cukup 21 70.0

    Kurang 9 30.0

    Total 30 100.0

    Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui hampir sepertiga responden

    memiliki asupan protein kurang (30.0 %).

    d.  Pengetahuan

    Pengetahuan responden dikategorikan menjadi tiga, yaitu

    pengetahuan kurang, sedang, dan baik. Gambaran pengetahuan responden

    dapat dilihat pada tabel 11 berikut.

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    55/89

     

    Tabel 11 

    Distribusi Frekuensi Responden yang Menjalani Hemodialisis

    di RSUP. DR. M. Djamil Padang Tahun 2014 Berdasarkan Pengetahuan

    Pengetahuan n %

    Kurang 4 13.3

    Sedang 13 43.3

    Baik 13 43.3

    Total 30 100.0

    Tabel 11 menunjukkan sebagian kecil responden memiliki

    pengetahuan kurang (13.3 %).

    e.  Nilai Pusat dari Masing-masing Variabel

    Masing – masing variabel independen maupun dependen disajikan

    dalam bentuk mean, median, modus, nilai maksimum, nilai minimum, dan

    range. Adapun nilai pusat dari masing-masing variabel terdapat pada tabel

    12 berikut.

    Tabel 12 

    Nilai Pusat Variabel BB, TB, IMT, Asupan Energi, Protein, dan

    Pengetahuan Responden yang Menjalani Hemodialisis

    di RSUP. DR. M. Djamil Padang Tahun 2014 

    Variabel Mean Median Modus Min Maks SD

    BB 50.3 48.5 45.0 30.0 78.0 11.1

    TB 156.9 155.5 150.0 140.0 173.0 7.9

    IMT 20.3 19.3 18.7 15.3 34.7 3.8

    Asupan energi 1355.5 1340.9 868.3 868.3 1964.5 348.8

    Asupan

    protein47.6 49.5 22.3 22.3 83.4 14.6

    Total skor

    pengetahuan64.2 65.0 65.0 40.0 80.0 10.3

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    56/89

     

    Berdasarkan tabel 12, dapat diketahui rata-rata BB responden

    adalah 50.3 kg dan rata-rata TB responden adalah 156.9 cm. Selanjutnya,

    rata-rata IMT pasien adalah 20.3. Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien yang

    paling rendah adalah 15.3 dan paling tinggi 34.7, terjadi pada pasien yang

    menjalani HD lebih dari satu tahun. Indeks Massa Tubuh (IMT) 15.3 dan

    34.7 masing-masing terdapat pada pasien yang telah menjalani HD

    selama 2 tahun dan 4 tahun.Asupan energi dan asupan protein pasien rata-

    rata nya adalah 1355.5 kkal dan 47.6 gram memenuhi masing-masing

    75.6% dan 92,9% dari rata-rata kebutuhan energi dan protein semua

    responden. Sedangkan, rata-rata skor pengetahuan responden adalah 64.2.

    3.  Hasil Analisa Bivariat

    a.  Hubungan Asupan Energi terhadap Status Gizi

    Hasil hubungan asupan energi terhadap status gizi

    menggunakan uji korelasi spearman diperoleh p value = 0.165.

    hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p value > 0.05 (0.165 >

    0.05) yang artinya Ho diterima. Sehingga dapat diambil

    kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

    asupan energi dengan status gizi responden.

    b.  Hubungan Asupan Protein terhadap Status Gizi

    Hasil hubungan asupan protein terhadap status gizi

    menggunakan uji korelasi spearman diperoleh p value = 0.253.

    hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p value > 0.05 (0.253 >

    0.05) yang artinya Ho diterima. Sehingga dapat diambil

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    57/89

     

    kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

    asupan protein dengan status gizi responden.

    c.  Hubungan Pengetahuan terhadap Status Gizi

    Hasil hubungan pengetahuan terhadap status gizi

    menggunakan uji korelasi spearman diperoleh p value = 0.483.

    hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p value > 0.05 (0.483 >

    0.05) yang artinya Ho diterima. Sehingga dapat diambil

    kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

    pengetahuan dengan status gizi responden.

    C.  PEMBAHASAN

    1.  Analisa Univariat

    a.  Gambaran Status Gizi Responden

    Status gizi adalah hasil akhir antara keseimbangan makanan

    yang dimasukkan ke dalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat

    gizi tersebut.26

    Berdasarkan hasil penelitian hampir sepertiga (30.0 %)

    responden yang memiliki status gizi kurus dan sebagian besar

    responden memiliki status gizi normal (60.0 %).

    Hal ini menunjukkan bahwa masalah malnutrisi masih menjadi

    suatu masalah yang dapat dialami oleh pasien hemodialisis. Malnutrisi

    pada pasien yang menjalani hemodialisis diantarannya disebabkan oleh

    keluhan uremia. Uremia adalah peningkatan ureum didalam darah

    yang menyebabkan terganggunya sistem tubuh salah satunya

    pencernaan. Keluhan uremia diantaranya mual, muntah, dan tidak

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    58/89

     

    nafsu makan. Akibat adanya gangguan tersebut menyebabkan asupan

    menjadi menurun. Peradangan atau inflamasi yang terjadi secara

    kronik juga menjadi penyebab malnutrisi pada pasien hemodialisis.

    Selain itu, tindakan hemodialisis yang menyebabkan kehilangan asam

    amino selama proses hemodialisis juga mempengaruhi status gizi. 

    Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fahmia, dkk..

    (2012) tentang status gizi pasien hemodialisis yang dilakukan di

    Rumah Sakit Tugurejo Semarang dan hasilnya hampir sepertiga pasien

    yang menjalani hemodialisis mengalami status gizi underweight

    berdasarkan IMT (30,3 %).12

     

    Hasil penelitian juga sesuai dengan penelitian Triyani (1999) di

    Rumah Sakit Cipto mangunkusumo (RSCM) sebanyak 49.3 % pasien

    HD mengalami gizi kurang.10

    Sejalan dengan hal tersebut, penelitian

    yang dilakukan oleh Selvia (2012) sebagian besar subjek penelitian

    memiliki status gizi kurus (67.3 %).13

    b.  Gambaran Asupan Energi dan Protein Responden

    Berdasarkan hasil distribusi frekuensi didapat dari total 30 orang

    responden menunjukkan bahwa lebih dari separoh responden memiliki

    asupan energi yang kurang yaitu 17 orang (56.7 %) dan hampir

    sepertiga responden memiliki asupan protein kurang (30.0 %).

    Kurangnya asupan energi dan zat gizi pada pasien gagal ginjal

    kronik yang menjalani terapi hemodialisis seringkali disebabkan

    karena anoreksia, mual muntah akibat dari toksin uremia, selain itu

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    59/89

     

     juga terjadi penurunan nafsu makan sehingga asupan makanan lebih

    menurun. Hal ini juga terjadi karena lemahnya kondisi fisik pasien.

    Berdasarkan penelitian, lebih dari setengah responden (53.3 %)

    menyatakan membatasi mengkonsumsi beras, jagung, singkong, dan

    kentang karena responden takut terlalu banyak mengonsumsi makanan

    tersebut akan membahayakan tubuh. Sedangkan berdasarkan teori

    bahan makanan tersebut merupakan sumber energi. Dari hasil recall 

    terhadap pasien juga dapat diketahui pada umumnya mereka hanya

    mengkonsumsi nasi 1-2 sendok dan mereka takut untuk lebih

    mengkonsumsinya. Hal ini juga berdampak terhadap kurangnya

    asupan energi.

    Berdasarkan teori, salah satu penyebab kurangnya asupan energi

    responden karena efek uremik, yaitu mual, muntah disamping

    lemahnya kondisi fisik pasien. Pada umumnya responden menyatakan

    sudah tidak mual lagi seperti pertama kali mulai menjalani HD

    walaupun masih ada 10 orang responden (33.3 %) yang kadang masih

    merasakan mual serta nafsu makan kurang.

    Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Femmy (2013) di

    instalasi hemodialisis RSUP DR. M. Djamil Padang yang

    menyimpulkan bahwa terdapat 47.4 % responden dengan asupan zat

    gizi yang tidak sesuai.16

     

    Penelitian yang dilakukan Selvia (2012) tentang status gizi

    pasien gagal ginjal tahap akhir yang menjalani hemodialisis reguler

     juga menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian (96 %)

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    60/89

     

    mempunyai asupan energi yang tidak adekuat. Begitu juga dengan

    asupan protein, sebagian besar subjek penelitian (97.2 %) tidak

    memenuhi asupan sesuai anjuran.13

     

    Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh

    Tika (2013) di RSUD Tugurejo Semarang yang berjudul Hubungan

    Pengetahuan Gizi dengan Asupan Energi, Protein, Phospor, dan

    Kalium Pasien penyakit Ginjal Kronik dengan Hemodialisis Rutin di

    RSUD Tugurejo Semarang juga menunjukkan hanya hanya 1 orang

    (3.7 %) yang asupan energi dan proteinnya adekuat dan sebanyak 26

    orang responden (96.3 %) yang asupan energi dan proteinnya masih

    kurang.28

    c.  Gambaran Pengetahuan Responden 

    Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah

    responden melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

    Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra

    penglihatan, pendengaran, penciuman rasa, dan raba. Sebagian besar

    pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga dimana

    pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman sendiri maupun dari

    responden lain.

    17

     

    Berdasarkan penelitian, masih ada responden yang memiliki

    pengetahuan kurang (13.3 %). Kurangnya pengetahuan subjek dapat

    disebabkan karena kurangnya memperoleh informasi tentang asupan

    zat gizi.31

     

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    61/89

     

    Namun, berdasarkan wawancara dengan responden sebagian

    besar responden (76.7 %) pernah mendapatkan konsultasi gizi tentang

    penyakit ginjal saat dirawat di rumah sakit dari ahli gizi. Sebanyak 1

    orang responden (3.3 %) pernah mendapat informasi tentang jenis

    bahan makanan yang dibolehkan, dibatasi, dan dihindari pada pasien

    yang menjalani terapi HD dari perawat di ruang hemodialisis.

    Sebagian kecil responden (13.3 %) mengaku belum pernah mendapat

    konsultasi tentang bahan makanan apa yang di dibolehkan, dibatasi,

    dan dihindari pada pasien yang menjalani terapi HD.

    Walaupun pada umumnya pasien pernah mendapat konsultasi

    gizi namun konsultasi yang didapatkan belum rutin sehingga secara

    tidak langsung mempengaruhi pengetahuan pasien. Jika konsultasi

    yang dilakukan hanya sekali maka kemungkinannya pasien akan

    melupakan informasi yang diperoleh. Namun, jika konsultasi

    dilakukan secara rutin dan berulang informasi yang diperoleh akan

    lebih tersimpan oleh pasien dan pasien lebih memahami informasi

    yang diberikan.

    Seluruh responden mengetahui bahwa tidak semua sayuran dan

    buah yang boleh dikonsumsi secara bebas. Terbatas pada labu siam

    dan pepaya yang dibolehkan dikonsumsi secara bebas. Sebagian besar

    responden (80.0 %) juga mengetahui protein yang dianjurkan untuk

    dikonsumsi adalah protein hewani, sedangkan protein sumber nabati

    sebaiknya dibatasi. Pasien juga menyatakan tidak dianjurkan

    mengkonsumsi sayuran hijau dan kacang-kacangan karena tingginya

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    62/89

     

    kadar asam urat mereka. Beberapa pasien tampak tidak terlalu

    membatasi konsumsi mereka dan merasakan sendiri bahan makanan

     jenis apa yang akan berpengaruh pada kesehatan mereka. Dan juga,

    saat melakukan cuci darah pasien diberi kebebasan untuk memakan

    makanan apa saja yang mereka inginkan, karena racun dari makanan

    akan langsung dibuang saat pasien menjalankan cuci darah.

    Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Femmy (2013) di

    RSUP DR. M. Djamil yang menyimpulkan bahwa hanya terdapat 37

    % responden yang memiliki pengetahuan baik.16

     Hasil penelitian yang

    dilakukan Tika (2013) yang menyimpulkan dari 27 orang responden

    hanya 2 orang (7.4 %) responden yang pengetahuan gizinya baik.28

     

    Penelitian Azwar (2000) terhadap pasien HD juga menyimpulkan

    bahwa sebagian besar (76.7 %) memiliki pengetahuan kurang.30

    2.  Analisa Bivariat

    a.  Hubungan Asupan Energi terhadap Status Gizi

    Hasil hubungan asupan energi terhadap status gizi

    menggunakan uji korelasi spearman didapatkan fakta secara statistik

    bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan energi

    dengan status gizi responden.

    Asupan makanan merupakan salah satu penyebab langsung

    terjadinya masalah gizi. Jika asupan makanan dan zat gizi seseorang

    kurang maka akan berpengaruh terhadap status gizinya. Namun, lain

    halnya pada pasien yang menjalani cuci darah yang berada dalam

    keadaan sakit. Adanya efek uremia pada pasien yang menjalani cuci

  • 8/18/2019 Naskah KTI d3 gizi

    63/89

     

    darah mempengaruhi sistem pencernaan. Lebih dari sepertiga

    responden (33.3 %) masih merasakan efek uremia pada saluran

    pencernaan seperti mual dan selera makan yang kurang. Mual

    dirasakan oleh pasien sebelum mereka menjalani hemodialisis karena

    sebelum hemodialisis toksin didalam darah responden juga meningkat.

    Akibat adanya gejala tersebut, saat dilakukan recall asupan yang

    didapat juga kurang.

    Berdasarkan penelitian, lebih dari separoh responden (56.7 %)

    asupan energinya kurang, sedangkan status gizinya sebagian besar

    (60.0 %