BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA
(MUTUAL LEGAL ASSISTANCE)
DIREKTORAT HUKUM INTERNASIONAL DAN OTORITAS PUSAT
DIREKTORAT JENDERAL ADMINISTRASI HUKUM UMUM
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
Kejahatan yang bersifat Transnasional
Upaya antisipasi terhadap kejahatan tersebut :
dibutuhkan suatu kerjasama antar negara,
(bilateral maupun multilateral, negara-negara
satu kawasan maupun tidak)
2
Kerjasama Antar Pemerintah (Government to Government) untuk Pemberantasan Kejahatan Lintas Negara
• Saling Menghormati Jurisdiksi;
• Dukungan Proses Penegakan Hukum di Negara Peminta (Respecting Procedure to be Follow);
• Prinsip Timbal Balik (Reciprocity);
• Adanya kewenangan kohersif (perintah /ijin/persetujuan) sesuai prosedur hukum dalam Jurisdiksi Negara Diminta dalam memenuhi permintaan dari Negara Peminta;
• Membantu proses penegakan hukum secara formal (Formal Cooperation) atas nama Pemerintah
Mengapa Diperlukan?
Kondisi terkait
KEJAHATAN
Lingkup Kerjasama (Government to Government)
PENEGAKAN
HUKUM
Untuk Tujuan (Garis Besar):
a. Meminta pertanggungjawaban tersangka pelaku atau pelaku tindak pidana (kejahatan)
b. Mendapatkan bukti atau mengembalikan instrumen atau akibat dari kejahatan
BENTUK KERJASAMA
b. Meminta pertanggungjawaban tersangka pelaku atau pelaku tindak pidana (kejahatan)
Manusia[Buronan] EKSTRADISI
a. Mendapatkan bukti atau mengembalikan instrumen atau akibat dari kejahatan
Alat[Benda] MLA
BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA
MUTUAL LEGAL ASSISTANCEIN CRIMINAL MATTERS
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2006 tentang Bantuan Timbal Balik
dalam Masalah Pidana
Dasar Hukum
Bantuan Timbal Balik dalam Masalah Pidana
(Mutual Legal Assistance in Criminal Matters/ MLA)
“merupakan permintaan Bantuan berkenaan dengan
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan Negara Diminta”
PENGERTIAN
1. Mengidentifikasi dan mencari orang;
2. Mendapatkan pernyataan, dokumen dan alat bukti
lainnya;
3. Mengupayakan kehadiran orang untuk memberikan
keterangan;
4. Menyampaikan surat;
5. Melaksanakan permintaan penggeledahan;
6. Pembekuan, penyitaan dan perampasan aset hasil
tindak pidana.
LINGKUP KERJASAMA MLA
• Bantuan MLA dapat dilakukan berdasarkan
suatu perjanjian.
• Dalam hal belum ada perjanjian maka
Bantuan MLA dapat dilakukan atas dasar
hubungan baik berdasarkan prinsip
resiprositas.
DASAR PELAKSANAAN MLA
Perjanjian Bilateral:
◦ Australia : Ditandatangani 27 Oktober 1995
Diratifikasi dengan UU No.1 Tahun 1999
◦ Republik Rakyat China : Ditandatangani 24 Juli 2000
Diratifikasi dengan UU No.8 Tahun 2006
◦ Hong Kong : Ditandatangani 3 April 2008
Diratifikasi dengan UU No.3 Tahun 2012
◦ Korea Selatan : Ditandatangani 30 Maret 2002
Proses Ratifikasi
◦ India : Ditandatangani 25 Januari 2011
Proses Ratifikasi
PERJANJIAN MLA
Perjanjian Multilateral:
ASEAN MLA Treaty : Ditandatangani 29 Nopember 2004
Diratifikasi dengan UU No.15 Tahun 2008
ASEAN (Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, Republik Indonesia,
Republik Demokratik Rakyat Laos, Malaysia, Uni Myanmar, Republik
Philipina, Republik Singapura, Kerajaan Thailand dan Republik Sosialis
Vietnam).
PERJANJIAN MLA
Konvensi Internasional:1. United Nations Convention Against Transnational
Organized Crime (Konvensi PBB Menentang Tindak Pidana Transnasional yang Terorganisasi)(Diratifikasi dengan UU No.5 Tahun 2009)
2. United Nations Convention Against Corruption (Konvensi PBB Menentang Korupsi) (Diratifikasi dengan UU No.7 Tahun 2006)
3. United Nations Convention Against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances (Konvensi PBB Tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika)(Diratifikasi dengan UU No. 7 Tahun 1997)
PERJANJIAN MLA
YANG BERTANGGUNG
JAWAB ATAS MLA
Kementerian Hukum dan HAM
Direktorat Jenderal
Administrasi Hukum Umum
Direktorat Hukum Internasional dan
Otoritas Pusat
Subdit Otoritas Pusat dan Hukum
Humaniter
Seksi Bantuan Hukum Timbal
Balik
a. permintaan Bantuan berkaitan dengan orang atas tindak pidana yang dianggap sebagai :
1. tindak pidana politik, kecuali pembunuhan atau percobaan pembunuhan terhadap kepala negara/kepala pemerintahan, terorisme; atau
2. tindak pidana berdasarkan hukum militer;
b. permintaan Bantuan berkaitan dengan orang atas tindak pidana yang pelakunya telah dibebaskan, diberi grasi, atau telah selesai menjalani pemidanaan;
c. permintaan Bantuan terhadap orang atas tindak pidana yang jika dilakukan di Indonesia tidak dapat dituntut;
d. permintaan Bantuan diajukan untuk menuntut atau mengadili orang karena alasan suku, jenis kelamin, agama, kewarganegaraan, atau pandangan politik;
e. persetujuan pemberian Bantuan atas permintaan Bantuan tersebut akan merugikan kedaulatan, keamanan, kepentingan, dan hukum nasional;
f. negara asing tidak dapat memberikan jaminan bahwa hal yang dimintakan Bantuan tidak digunakan untuk penanganan perkara yang dimintakan; atau
g. negara asing tidak dapat memberikan jaminan pengembalian barang bukti yang diperoleh berdasarkan Bantuan apabila diminta.
PERMINTAAN MLA DITOLAK
Permintaan Bantuan dapat ditolak jika:
a. permintaan Bantuan berkaitan dengan suatu penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan atau pemidanaan terhadap orang atas tindak pidana yang jika dilakukan dalam wilayah Indonesia, bukan merupakan tindak pidana;
b. permintaan Bantuan berkaitan dengan suatu penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan atau pemidanaan terhadap orang atas tindak pidana yang jika dilakukan di luar wilayah Indonesia, bukan merupakan tindak pidana;
c. permintaan Bantuan berkaitan dengan suatu penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan atau pemidanaan terhadap orang atas tindak pidana yang terhadap orang tersebut diancam dengan pidana mati; atau
d. persetujuan pemberian Bantuan atas permintaan Bantuan tersebut akan merugikan suatu penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan di Indonesia, membahayakan keselamatan orang, atau membebani kekayaan negara.
INDONESIA SEBAGAI NEGARA PEMINTA
POLRI
Kejagung
KPK
Kemenkumham
Koordinasi
Teknis
Untuk
persiapan
draft
dokumen
permintaan
Proses
Telaahan
dan drafting
permintaan
MLA
Kemlu
CENTRAL
AUTHORITY
Negara
DimintaKoordinasi dan
Komunikasi
Koordinasi dan
Komunikasi
a. identitas dari institusi yang meminta;
b. pokok masalah dan hakekat dari penyidikan, penuntutan, atau pemeriksaan di sidang pengadilan yang berhubungandengan permintaan tersebut, serta nama dan fungsi institusiyang melakukan penyidikan, penuntutan, dan proses peradilan;
c. ringkasan dari fakta-fakta yang terkait kecuali permintaanBantuan yang berkaitan dengan dokumen yuridis;
d. ketentuan undang-undang yang terkait, isi pasal, danancaman pidananya;
e. uraian tentang Bantuan yang diminta dan rincian mengenaiprosedur khusus yang dikehendaki termasuk kerahasiaan;
f. tujuan dari Bantuan yang diminta; dan
g. syarat-syarat lain yang ditentukan oleh Negara Diminta.
PERSYARATAN PENGAJUAN
PERMINTAAN MLA
INDONESIA SEBAGAI NEGARA DIMINTA
Negara Peminta
Kemlu RI
Kemenkumham
Assesment
Telaahan,
Komunikasi dan
Surat Tindak
Lanjut
Diterima
POLRI
Kejagung
Koordinasi dan
Komunikasi
Informasi Tambahan
Ditolak
Koordinasi dan
Komunikasi
Koordinasi dan
Komunikasi
Contact Points
(Nasional)
- Kepolisian : Kadivhubinter/Interpol, Bareskrim
- Kejaksaan Agung: Biro Hukum dan Kerjasama Luar Negeri;
- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK): PJKAKI;
- Kementerian Luar Negeri: Direktorat Perjanjian Politik, Keamanan dan Kewilayahan, Ditjen Hukum dan Perjanjian Internasional;
- Perwakilan RI di Luar Negeri;
- Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
(Internasional)
- Central Authority Negara-Negara Terkait;
- Perwakilan Negara Sahabat di Indonesia;
- Law Enforcement negara asing (AFP, FBI, Serious Fraud Office, dll)
KOORDINASI
Succes Factors in MLA
1. International cooperation as based of informal
channels in supporting formal channel;
2. Speed response on spontaneous Action;
3. Ability to draft and negotiate Request MLA;
4. Seriousness enforcement in domestic process;
5. Understanding overseas legal system;
6. Good will of requested country;
7. Adequate resources (budget, HR, Power);
8. Adequate Law.
22
Kesimpulan
Kerjasama bilateral dan multilateral dimana Indonesia
sebagai negara pihak atau peserta dari perjanjian
melahirkan konsekuensi bahwa proses bantuan
sebagaimana diatur dalam perjanjian MLA harus
diadopsi dalam proses penanganan perkara pidana
dan harus mempersiapkan sumber daya manusia serta
dukungan finansial dalam penanganan permintaan
bantuan tersebut.
Oleh:Syaiful Bahry, Seksi Bantuan Hukum Timbal BalikDirektorat Hukum Internasional dan Otoritas PusatDirektorat Jenderal Administrasi Hukum UmumKementerian Hukum dan Hak Asasi ManusiaRepublik IndonesiaJl. H.R. Rasuna Said Kav. X-6, Gd. Sentra Mulia, Lt.6, KuninganJakarta 12940 Telp/Fax: (+62-21) 522 1619/ 529 63996 Email: [email protected]/ [email protected]
Terima
Kasih
Top Related