MUNAKAHAT (PERNIKAHAN)
PENGERTIAN PERNIKAHAN
• Pernikahan merupakan jalan terbentuknya institusi keluarga.
Melalui keluarga terwujud pilar kokoh kehidupan. Dalam
menempuh kehidupan, seseorang memerlukan pendamping
sebagai tempat mencurahkan suka maupun duka. Hidup
berpasangan (nikah) adalah kebijaksanaan Allah SWT terhadap
seluruh makhluknya.
• Ada empat pengertian yang disebut dalam al-Qur’an berkaitan
dengan pernikahan:
UQDATUN NIKAHI = Bentuk perjanjian yang kuat dalam
ikatan pernikahan (surat ke 2 : 237)
ZAOJUN = Pasangan (surat ke 2 : 230)
MITSAAQON GHOLIIZHON = Ikatan yang kokoh (surat ke 4 :
21)
MAWADDTAN WAROHMATAN = Bentuk kasih sayang yang
dirahmati (surat ke 30: 21)
Berikut dinyatakan beberapa ayat Al-Quran Al-
Karim mengenai perkawinan dan tujuan-tujuan di
syariatkannya.
Allah berfirman dalam surah An-Nisaa’ ayat 3,
اط و ىف انكحوام تقسطوافيالي ت ام و إنخفتمأ لا ث ثل ثن ىو الن س اءم ل كممن رب اع اب
ا ل ك تأ يم ام احد ةأ وم ت عدلواف و ت عولواف إنخفتمأ لا أ دن ىأ لا لك نكمذ
Artinya :
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu
mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang
kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu
takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah)
seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang
demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”
TUJUAN MENIKAH
1. Tercapainya ketentraman hati dan ketenangan pikiran karena
kehidupan yang diliputi cinta, mawaddah warahmah lahir dan batin
antara suami-istri
2. Untuk memperoleh keturunan yang sah
3. Sebagai alat kendali bagi manusia agar tidak terjerumus ke dalam
jurang kemaksiatan
4. Untuk mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera (keluarga
sakinah)
“Hai para pemuda barangsiapa yang sudah mampu nikah, hendaklah
ia nikah karena sesungguhnya pernikahan itu akan mampu
mengendalikan mata dan menjaga syahwat, namun bila ada yang
belum mampu menikah, maka berpuasalah, karena dengan puasa
dapat dijadikan benteng terhadap godaan nafsu.” (HR. Jama’ah).
5. Memenuhi kebutuhan seksual yang sah dan suci
HUKUM MENIKAH
1. Mubah/jaiz; dibolehkan menikah asal terpenuhi syaratnya.
2. Sunnah; siapa saja yang mampu memenuhi syarat nikah,
namun tidak khawatir berbuat zina, maka ia disunnahkan
menikah.
3. Wajib; hukum ini dikenakan bagi yang sudah memenuhi syarat
sehingga dikhawatirkan terjadi perzinaan maka ia wajib
menikah.
4. Makruh; mempunyai keinginan menikah, tetapi belum mampu
memberi nafkah (sandang, pangan dan papan).
5. Haram; hukum ini dikenakan bagi siapa saja yang menikah
namun mempunyai maksud yang buruk/jahat, baik untuk
pasangannya maupun diri sendiri.
RUKUN NIKAH
Ada calon suami, dengan syarat: laki-laki yang sudah dewasa
(19 tahun), islam, tidak dipaksa/terpaksa, tidak dalam ihram
haji atau umroh, dan bukan mahram calon istrinya.
Ada calon istri, dengan syarat: sudah cukup umur (16 tahun),
islam, tidak dalam ikatan perkawinan dengan orang lain,
bukan mahram calon suami dan tidak dalam ihram
haji/umrah.
Ada wali nikah, dengan syarat: laki-laki beragama islam,
baligh, dan berakal, merdeka, adil, tidak fasik, dan tidak
ihram haji atau umrah.
Wali nikah ada 2 macam:
A) wali nasab : wali yang mempunyai pertalian darah dengan
mempelai wanita
b) Wali Hakim. Yaitu jika wali nasab tidak ada semua atau
ada tetapi berhalangan hadir atau ada tetapi menyerahkan
kepada hakim.
Dua orang saksi, dengan syarat: laki-laki, islam, baligh,
berakal sehat,dapat mendengar, dapat melihat, dapat
berbicara, adil dan tidak dalam ihram haji atau umrah.
Ijab Kabul, adalah perjanjian yang berupa perkataan dari
pihak wali (ijab) dan diterima oleh mempelai laki-laki
(Kabul), suami wajib memberikan mas kawin ( mahar)
kepada istrinya, karena merupakn syarat nikah, tetapi
mengucapkan dalam akad nikah hukumnya sunah.
Suruhan memberikan mas kawin terdapat dalam Al-Qur’an
نحل ة دق اتهنا ص آتواالن س اء و
Artinya “Berikanlah mas kawin (mahar) kepada wanita
(yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh
kerelaan.” (Q.S. An Nisaa:4)
MUHRIM
• Muhrim adalah wanita yang haram dinikahi
• Penyebab seorang wanita haram dinikahi ada
empat macam, yaitu:
• wanita yang haram dinikahi karena keturunan
• wanita yang haram dinikahi karena hubungan
sesusuan
• wanita yang haram dinikahi karena perkawinan
• wanita yang haram dinikahi karena punya
pertalian muhrim dengan istri
KEWAJIBAN SUAMI
• Menjadi pemimpin, memelihara dan membimbing keluarga
lahir dan batin serta menjaga dan bertanggungjawab atas
kesejahteraan keluarganya.
• Memberi nafkah, pakaian dan tempat tinggal kepada istri
dan anak-anaknya sesuai dengan kemampuan yang
diusahakan secara maksimal
• Bergaul dengan istri secara ma’ruf dan memperlakukan
keluarganya dengan cara terbaik.
• Masing-masing anggota keluarganya, terutama suami dan
istri bertanggung jawab sesuai dengan fungsi dan
peranannya.
• Memberi kebebasan berpikir dan bertindak kepada istri
sepanjang sesuai norma Islam, membantu tugas-tugas istri
serta tidak mempersulit kegiatan istri.
KEWAJIBAN ISTRI
• Taat kepada suami dalam batas sesuai ajaran
Islam
• Memelihara diri serta kehormatan dan harta
benda suami
• Membantu suami dalam memimpin
kesejahteraan dan keselamatan keluarga
• Menerima dan menghormati pemberian suami
• Hormat dan sopan kepada suami dan
keluarganya
• Memelihara, mengasuh dan mendidik anak agar
menjadi anak yang soleh
PENYEBAB RUSAKNYA PERNIKAHAN
Talak
Pelepasan ikatan perkawinan dengan pengucapan secara sukarela ucapan
talak dari pihak suami ke istri. Hukumnya makruh.
Sabda Rasul SAW :“Sesuatu yang halal yang amat dibenci Allah ialah
talak.” (H.R. Abu Dawud dan Ibnu Majah )
Macam-macam talak :
a. Talak Roj’i ; yaitu talak yang dijatuhkan suami terhadap istrinya
kurang dari tiga kali. Pada talak ini seorang suami masih diperbolehkan
rujuk kembali tidak melalui akad nikah dan mahar baru selama masih
dalam masa iddah.
b. Talak Ba’in ; yaitu talak yang dijatuhkan suami terhadap istrinya tiga
kali atau lebih. Pada talak ini suami tidak boleh rujuk kembali kecuali
adanya muhallil.
Ila’
Yaitu sumpah seorang suami yang menyatakan bahwa dia
tidak akan meniduri istrinya selama empat bulan atau lebih.
Akibat dari ila’ adalah suami tidak boleh meniduri istrinya,
kecuali setelah membayar kafarat.
Li’an
Tuduhan seorang suami dengan disertai bersumpah atas
nama Allah, bahwa istrinya telah berbuat zina, sumpah
tersebut diucapkan sekurang-kurangnya empat kali,
kemudian pihak istri membela dengan mengangkat sumpah
bahwa dirinya tidak pernah melakukan seperti yang
dituduhkan suaminya. Akibat li’an suami tidak boleh
menikah kembali terhadap mantan istrinya untuk selama-
lamanya.
• Khulu’
Gugatan seorang istri untuk minta diceraikan oleh
suaminya, dengan cara pihak istri memberikan tebusan
(iwadh) kepada suaminya. Akibat dari khuluk adalah
menjadi talak ba’in jika seluruh ganti rugi terpenuhi, dan
jika ganti rugi tidak terpenuhi maka menjadi talak biasa.
• Fasakh
pembatalan pernikahan karena sebab- sebab tertentu.
Akibat perceraian dengan fasakh, suami tida boleh rujuk
kepada bekas istrinya. Jika ingin kembali, harus melalui
akad nikah baru.
• Zihar
Ucapan suami yang menyerupakan istrinya
dengan ibunya.Jika tidak dilanjutkan dengan
menalak istrinya, suami wajib bayar kafarat.
IDDAH
Ikatan pernikahan antara suami-istri dinyatakan habis baik di waktu
hidupnya (yakni bercerai) maupun meninggal salah satu diantara
keduanya. Disetiap keadaan ini terdapat kewajiban masa iddah yaitu
waktu terbatas (menunggu untuk menikah lagi) secara syar’i.
Masa iddah ini terbagi atas 4 macam, yaitu :
• Iddah masa kehamilan, yaitu waktunya sampai masa kelahiran
kandungan yang dikarenakan thalaq ba’in (perceraian yang
mengakibatkan tidak kembali kepada suaminya) atau talaq
raj’i (perceraian yang dapat kembali kepada suaminya) dalam
keadaan hidup atau wafat.
• Iddah muthlaqah (masa perceraian), yaitu masa iddah yang
terhitung masa haidh, maka wanita menunggu tiga quru’ (3 kali masa
suci)
• Perempuan yang tidak terkena haidh, yakni ada dua jenis
perempuan yaitu perempuan usia dini yang tidak/belum
terkena haidh dan perempuan usia tua yang telah berhenti
masa haidhnya (menopause)
• Istri yang ditinggal suaminya karena wafat, Allah
menjelaskan masa iddahnya sebagai berikut :
“Orang-orang yang meninggal dunia diantaramu dengan
meninggalkan istri-istri (hendaklah para istri itu)
menangguhkan dirinya (beriddah) empat bulan sepuluh hari.”
QS. Al-Baqarah ; 234
RUJUKRujuk adalah kembalinya suami istri pada ikatan pernikahan setelah
terjadi talak roj’i dan masih dalam masa iddah. Rujuk itu tidak
memerlukan akad nikah lagi, cukup suami menyatakan niatnya untuk
kembali kepada istrinya yang telah diceraikan.
Pada dasarnya hukum rujuk adalah jaiz (boleh). Tetapi jika dilihat
dari kondisi dan niat seseorang maka hukum rujuk dibedakan sebagai
berikut :
a. Sunah, Jika suami bermaksud memperbaiki keluarganya dan rujuk
dipandang lebih menguntungkan kedua belah pihak.
b. Wajib, bagi suami yang menceraikan istrinya sebelum dia
menyempurnakan pembagian waktunya terhadap istri yang
ditalaknya.
c. Makruh, apabila perceraian itu dianggap lebih baik dan bermanfaat
bagi keduanya.
d. Haram, Jika suami memiliki maksud menyakiti istrinya setelah ia
rujuk.
PERKAWINAN MENURUT PERUNDANG -UNDANGAN D I INDONES IA
• Pasal 2 dan 3 : Pernikahan adalah akad yang sangat kuat
untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah
• Pasal 4 : menerangkan sahnya suatu pernikahan
• Pasal 5 dan 6 : menerangkan tentang pencatatan perkawinan
• Pasal 7 ayat 1 : menerangkan akta nikah yaitu surat
keterangan yang dibuat Pegawai Pencatat Nikah yang
menerangkan tentang pelaksanaan perkawinan dan data
suami serta istri
• Pasal 53 ayat 1, 2, dan 3 tentang kawin hamil menerangkan
perkawinan seorang wanita hamil di luar nikah dengan pria
yang menghamilinya tidak dapat menghapus dosa zina yang
mereka lakukan.
Nurafni Anggraeny
Muh Arham Ilham
Mutmainnah
Novita Sati
Nur Aisyah
Muh. Aryo
WASSALAM
TERIMAKASIH
Top Related