MOTIVASI BELAJAR SISWA DI BKTIK DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013
Tugas Akhir
Diajukan Kepada Fakultas Teknik Informatika Universitas Kristen Satya Wacana
untuk memenuhi sebagai Persyaratan guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Disusun Oleh:
Prasetyo Wibowo ( 702012024)
Program Studi Pendidikan Teknik Informasi dan Komunikasi
Fakultas Teknik Informatika
Universitas Kristen Satya Wacana
2017
5
1. Pendahuluan
Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan dari pengembangan Kurikulum Berbasis
Kompetensi yang dirintis pada tahun 2004. Terintegrasinya TIK pada semua mata pelajaran, atau
adanya pemanfaatan TIK pada pembelajaran memungkinkan peserta didik untuk menjadi lebih
aktif dan kreatif. Hal ini dikarenakan TIK terbukti memiliki beberapa manfaat yang dapat
digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Menurut Murtiyasa, TIK dapat memberikan
peserta didik, pendidik dan pengelola pendidikan fleksibilitas program[1]. Bahan pembelajaran
dapat dibuat lebih menarik dan berkesan untuk meningkatkan pembelajaran. Selain itu menurut
Fitriyadi, TIK bermanfaat untuk menyediakan akses terbuka terhadap materi dan informasi
interaktif melalui jaringan dan membuka peluang kolaborasi antar-guru dan siswa maupun antar-
siswa[2]. Dengan demikian, TIK dapat meningkatkan efektivitas serta efisiensi proses
pembelajaran[3].
Berkaitan dengan integrasi TIK pada semua mata pelajaran, guru TIK berperan lebih
untuk memfasilitasi bimbingan BKTIK kepada peserta didik, dimana hal ini diatur dalam
Permendikbud Nomor 45 tahun 2015[4]. Melalui BKTIK yang memang berbeda bentuk dari
mata pelajaran TIK karena bisa bersifat klasikal maupun personal, diharapkan peserta didik
dapat memperoleh keterampilan TIK yang nantinya akan berguna ketika mereka mengikuti
semua mata pelajaran yang telah terintegrasi dengan TIK. Disisi lain, untuk memperoleh
keterampilan atau untuk meningkatkan hasil belajar di BKTIK diperlukan motivasi yang baik.
Motivasi merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Semakin baik motivasi belajar
siswa, semakin baik pula hasil belajarnya. Menurut Handayani (2010), terdapat hubungan positif
antara motivasi belajar intrinsik maupun motivasi belajar ekstrinsik terhadap prestasi belajar
sehingga semakin tinggi motivasi belajar siswa akan semakin tinggi pula prestasi belajarnya.
Demikian juga, semakin baik motivasi siswa untuk belajar di BKTIK, maka semakin baik pula
hasil belajarnya yang akan membekali mereka untuk mengikuti semua pelajaran yang
terintegrasi dengan TIK. Beberapa Sekolah Menengah Pertama di Kota Salatiga sudah mulai
menerapkan Kurikulum 2013 beserta program BKTIKnya.Oleh karena itu, berkaitan dengan
perubahan mata pelajaran TIK ke BKTIK, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
motivasi belajar siswa di BKTIK dalam penerapan Kurikulum 2013.
2. Tinjauan Pustaka
Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan motivasi belajar.
Hasil penelitian yang dilakukan Nurmala menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara
motivasi belajar ke hasil belajar, ditinjau dari aspek psikomotorik yaitu keterampilan
mengungkapkan pendapat, ide, gagasan serta menumbuhkan berfikir kritis peserta didik dalam
pembelajaran[5]. Sedangkan menurut Rasyid, motivasi belajar sendiri dipengaruhi oleh beberapa
faktor[6]. Pertama adalah faktor yang berasal dari luar pribadi siswa atau disebut juga faktor
eksternal adalah situasi kelas, lingkungan sekolah, karakter guru. Kedua adalah faktor yang
berasal dari dalam diri siswa yang disebut faktor internal yaitu kesadaran pribadi untuk
mengetahui pelajaran. Faktor eksternal dan faktor internal tersebut menjadi motivasi bagi siswa
dalam memacu diri mencapai prestasi atau hasil belajar yang maksimal. Dalam penelitian ini
adanya perubahan struktur kurikulum 2013 juga merupakan faktor eksternal yang kemungkinan
akan mempengaruhi motivasi belajar peserta didik terhadap hasil belajar dengan beralih
fungsinya mata pelajaran TIK ke BKTIK. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana motivasi belajar siswa di BKTIK dalam penerapan Kurikulum 2013.
6
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru yang mulai diterapkan disekolah-sekolah
di Indonesia. Terjadi pergeseran pada struktur kurikulum pendidikan nasional, dimana mata
pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tidak lagi menjadi mata pelajaran wajib.
Dalam struktur kurikulum sebelum kurikulum 2013, yaitu kurikulum 2004 (KBK) dan kurikulum
2006 (KTSP) mata pelajaran TIK ada di jenjang SMP dan SMA sebagai mata pelajaran wajib
dan SD sebagai muatan lokal (mulok). Perubahan itu disahkan dalam PP Nomor 32 Tahun 2013
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan,yang menunjukkan bahwa mata pelajaran TIK dihapus (tidak ada) dalam struktur
kurikulum sebagai sebuah mata pelajaran. Akan tetapi, tentang kurikulum 2013 menurut Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Mata Pelajaran TIK/KKPI itu tidak dihilangkan melainkan
terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya[7]. Jika sebelumnya TIK hanya sebatas membuka,
mengetik, dan pembelajaran browsing maka yang diinginkan oleh Kurikulum 2013 adalah
kemampuan tersebut langsung diaplikasikan untuk kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian,
mata pelajaran TIK dalam kurikulum 2013 tidak dihapus melainkan beralih fungsi menjadi
layanan BKTIK dimana dalam implementasi Kurikulum 2013 merupakan kegiatan bimbingan
dan fasilitasi yang akan dilaksanakan secara terjadwal bagi peserta didik, sesama guru, dan
tenaga kependidikan di sekolah[8]. Program layanan pembimbingan dan fasilitasi TIK untuk
setiap periode disusun dengan memperhatikan unsur-unsur tertentu sesuai dengan program yang
ingin dicapai setiap satuan pendidikan.
Layanan BKTIK dalam Permendikbud Nomor 68 Tahun 2014 yang direvisi di
Permendikbud Nomor 45 Tahun 2015, memungkinkan peserta didik untuk mendapatkan layanan
bimbingan dan layanan/fasilitasi TIK dalam kegiatan pembelajaran maupun ekstrakurikuler.
Adapun peran guru TIK pada layanan BKTIK yang tercantum pada Permendikbud Nomor 45
Tahun 2015 pasal (6) ayat 2 membimbing peserta didik SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau
yang sederajat untuk mencari, mengolah, menyimpan, menyajikan, menyebarkan data dan
informasi dalam berbagai cara untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran. Selain itu
guru TIK juga berperan dalam rangka pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan
bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah dengan memanfaatkan TIK
sebagai sarana untuk mengeksplorasi sumber belajar. Guru TIK melaksanakan bimbingan TIK
kepada peserta didik sebagaimana yang dimaksud pada ayat 2dilaksanakan secara klasikal atau
kelompok belajar; dan/atau individual. Diharapkan dengan adanya jam bimbingan terhadap
fasilitasi TIK di semua mata pelajaran oleh guru TIK, peserta didik mampu memperoleh
keterampilan TIK yang lebih baik. Dengan keterampilan tersebut mereka dapat mencari lebih
banyak informasi untuk proses belajar dan menerima pembaharuan informasi yang diaplikasikan
dalam belajar. Dengan demikian, BKTIK di kurikulum 2013 sangatlah penting, walaupun
BKTIK sendiri tidak masuk dalam struktur kurikulum 2013[9]. Dalam mengikuti BKTIK,
peserta didik membutuhkan motivasi yang baik untuk mencapai tujuan pembelajaran TIK yang
diharapkan. Walaupun ada perubahan bentuk dari mata pelajaran TIK ke BKTIK, diharapkan
siswa tetap memiliki motivasi yang baik dalam belajar TIK.
Motivasi di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “Dorongan yang
timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu[10].” Sedangkan menurut Clayton Alderfer dalam Nashar motivasi belajar adalah suatu
dorongan internal dan eksternal yang menyebabkan seseorang (individu) untuk bertindak atau
berbuat mencapai tujuan, sehingga perubahan tingkah laku pada diri siswa diharapkan
terjadi[11]. Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan kepada peserta didik
7
untuk mencapai tujuan dan memberikan manfaat pembelajaran. Adapun Manfaat Motivasi
menurut Sardiman ada tiga yaitu (1) mendorong manusia untuk berbuat sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap
kegiatan yang akan dikerjakan, (2) menentukan arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya, (3) menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-
perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan yang tidak bermanfaat dengan tujuan tersebut[12]. Hasil penelitian dari
Supenti,menunjukkan bahwa tinggi rendahnya motivasi belajar mempunyai pengaruh terhadap
tinggi rendahnya prestasi belajar peserta didik, yang artinya jika motivasi belajar meningkat
maka hasil belajar juga meningkat[13]. Dengan demikian motivasi dapat disimpulkan sebagai
penggerak siswa untuk belajar serta mengarahkan siswa kepada tujuan yang terarah, baik
bersumber dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) itu sendiri maupun dari luar individu
(motivasi ekstrinsik). Motivasi siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa hal termasuk bagaimana
guru membawakan pembelajaran di kelas, salah satunya melalui metode mengajar yang tepat.
Wina Sanjayamenambahkan bahwa metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah
disusun tercapai secara optimal. Tentu saja salah satu tujuan pembelajaran adalah untuk
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar[14].
Untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar pada peserta didik, dapat dilihat dari
beberapa indikator. Adapun Indikator Motivasimenurut Wena adalah sebagai berikut: (a) tingkat
perhatian siswa terhadap pembelajaran, dimana siswa yang memiliki motivasi yang baik akan
memiliki perhatian yang lebih terhadap pembelajaran; (b) tingkat relevansi pembelajaran dengan
kebutuhan siswa, dimana siswa yang memiliki motivasi yang baik mengetahui relevansi antara
yang dipelajari dengan apa yang dibutuhkan; (c) tingkat keyakinan siswa terhadap
kemampuannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran, dimana siswa yang memiliki
motivasi yang baik, yakin bahwa dia mampu mengerjakan tugas-tugas dengan baik dan tidak
pantang menyerah; (d) tingkat kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan, dimana siswa dengan motivasi yang baik akan merasa puas dengan proses
pembelajaran yang dilakukan termasuk di BKTIK[15]. Dengan kata lain siswa yang memiliki
motivasi yang baik adalah siswa yang memiliki tingkat perhatian, tingkat relevansi, tingkat
keyakinan dan tingkat kepuasan yang tinggi dalam pembelajaran yang dilakukan. Adapun tingkat
perhatian dapat dilihat dari cara dia mendengarkan, memandang, menulis/mencatat,
membaca/mempelajari, membuat ringkasan, mengamati, mengingat, latihan/praktik dan bertanya
[16].Menurut Sugiharto, perhatian siswa dapat diperoleh ketika siswa terlibat aktif dalam
aktivitas pembelajaran, yaitu melalui inovasi metode pembelajaran yang dilakukan oleh
guru[17].Siswa yang memiliki tingkat relevansi yang tinggi dapat dilihat dari bagaimana mereka
mengetahui tujuan pembelajaran dan mengetahui manfaat dari pembelajaran[18]. Siswa yang
memiliki tingkat keyakinan yang tinggi adalah jika mereka memiliki rasa percaya diri, memiliki
sikap mandiri dan memiliki keberanian dalam mengungkapkan pendapat [15]. Terakhir siswa
dikatakan memiliki tingkat kepuasan yang tinggi jika mereka merasa puas terhadap konten
materi dalam pembelajaran, bentuk pembelajaran, peran guru dalam pembelajaran, alokasi waktu
yang diberikan dan keterampilan yang didapat dari pembelajaran tersebut[19].
8
3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang Penelitian ini menggunakan mix
method, dimana metode kuantitatif dan metode kualitatif, digunakan untuk melengkapi metode
kuantitatif.Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar TIK siswa di
BKTIK dalam penerapan Kurikulum 2013, dilakukan di tiga SMP Negeri di Salatiga. Untuk
menjaga privasi sekolah, maka nama ketiga sekolah pada penelitian ini disebutkan dengan inisial
SMP A, SMP B, dan SMP C. Kuesioner dibagikan kepada seratus lima puluh siswa di tiga
sekolah, dimana masing-masing sekolah diambil 50 siswa, untuk mendapatkan informasi
mengenai motivasi belajar. Selain itu, wawancara dilakukan kepada guru untuk melihat
kesesuaian antara hasil kuesioner yang sudah diisi oleh siswa dengan apa yang dirasakan oleh
guru mengenai motivasi siswa melalui beberapa indikator. Berikut merupakan tabel indikator
Motivasi yang digunakan untuk mengukur Motivasi belajar TIK siswa di BKTIK.
Tabel 1. Indikator Motivasi dan Instrumen Penelitian
Aspek Indikator Sumber Data Instrumen Nomor
Butir Soal
pada kuesioner
Tingkat
Perhatian
Tingkat
Relevansi
Tingkat
Keyakinan
Tingkat
Kepuasan
Mendengarkan
Memandang
Menulis/mencatat
Membaca/mempelajari
Membuat ringkasan
Mengamati
Mengingat
Bertanya
Mengetahui tujuan dari
pembelajaran yang
dilakukan
Mengetahui manfaat dari
pembelajaran yang
dilakukan
Memiliki rasa percaya
diri
Memiliki sikap mandiri
Memiliki keberanian
dalam mengungkapkan
pendapat
Konten materi di BKTIK
Bentuk pembelajaran di
BKTIK
Peran guru TIK di
BKTIK (cara mengajar,
pelayanan, kompetensi )
Alokasi waktu BKTIK
Keterampilan yang
didapat dari BKTIK
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Angket
Wawancara
Angket
Wawancara
Anget
Wawancara
Angket
Wawancara
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Penelitian ini menggunakan Analisis Data Statistik Deskriptif yang mendeskripsikan
informasi dan data yang diperoleh di lapangan. Data disajikan dengan teknik data tabulasi supaya
9
data yang diperoleh mudah untuk dipahami. Penentuan Skala pengukuran variable dalam
penelitian ini menggunakan skala likert. Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel, kemudian diberi skor penilaian 5, 4, 3, 2, 1 pada setiap pertanyaan. Penilaian diuraikan
dengan nilai 5 untuk sangat setuju (SS), 4 untuk setuju (S), 3 untuk netral (N), 2 untuk tidak
setuju (TS), 1 untuk sangat tidak setuju (STS). Adapun rumus menghitung presentase skor
responden adalah sebagai berikut. [20]
Gambar 1 Rumus Menghitung Presentase skor responden
Keterangan:
P = persentase yang dicari;
F = skor tiap indikator;
N = skor ideal
Hasil dari proses olah data diatas didapatkan berupa data persentase masing-masing dari tiap
variable jawaban. Untuk memperoleh gambaran atau keterangan dari hasil persentase maka,
pengelompokan hasil persentase dilakukan untuk penilaian terhadap sistem dengan penentuan
kelas interval yang disertai dengan nilai kategori yang sesuai dengan rumus interval sebagai
berikut.
Gambar 2. Rumus interval pembobotan
Hasil perhitungan persentase kemudian dikonsultasikan pada kriteria pedoman interpretasi data
sebagaimana yang ada pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria Interprestasi Data
Keabsahan datapada penelitian ini didapatkan melalui teknik triangulasi
teknikpengumpulan data. Triangulasi teknik pengumpulan adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Data dari hasil wawancara kepada guru digunakan
untuk melengkapi data yang diperoleh dari kuesioner untuk melihat apakah data-data tersebut
sudah sesuai. Sebelum kuesioner dibagikan, instrumen diuji dengan menggunakan Uji Validitas
Product Moment Pearson Correlation. Berdasarkan hasil output perhitungan uji validitass dan
reliabilitas, dapat diambil kesimpulan dengan perbandingan nilai rhitung dan rtabel. Nilai rtabel
didapatkan dari total responden N=5 pada signifikansi 5% yaitu 0,878. Dengan kata lain, hasil
penyataan valid dan instrument bisa digunakan karena nilai r hitung lebih besar dari 0,878. Dan
berdasarkan pengujian reliabilitas diketahui angkacronbach alpha adalah 2,316. Jadi angket
tersebut lebih besar dari nilai minimum cronbanch alpha 1,438. Oleh karena itu, dapat
No Persentase (%) Kriteria
1 81-100% Sangat Tinggi
2 61-80 % Tinggi
3 41-60 % Kurang
4 21-40 % Rendah
5 0 -20 % Sangat Rendah
𝑷 =𝑭
𝑵×100%
10
disimpulkan bahwa instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variable dapat
dikatakanreliable dan dapat digunakan.
Hasil Penelitian
Kuesioner dibagikan dibeberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP), untuk mengetahui
bagaimana motivasi belajar TIK siswa di BKTIK dalam penerapan Kurikulum 2013 dilihat dari
empat aspek motivasi belajar yaitu tingkat perhatian, tingkat relevansi, tingkat keyakinan dan
tingkat kepuasan siswa dalam pembelajaran. Adapun hasil penelitian dari tiap aspek adalah
sebagai berikut.
Aspek Tingkat Perhatian menjelaskan bahwa dimana siswa yang memiliki motivasi
yang baik akan memiliki perhatian yang lebih terhadap pembelajaran. Indikator tingkat
perhatian terdiri dari delapan butir pernyataan. Tabel distribusi frekuensi indikator tingkat
perhatian berdasarkan hasil kuesioner di tiga sekolah, diolah pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Kuesioner Aspek Tingkat Perhatian
Indikator Pernyataan % Kategori
A B C A B C
Mendengarkan Saya selalu mendengarkan
penjelasan dari guru mengenai
materi yang disampaikan
90% 88% 88% Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Memandang Saya selalu memandang guru
dengan seksama, ketika
guru menjelaskan materi
92% 91% 90% Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Menulis/ Mencatat Saya selalu mencatat materi
yang telah
disampaikan oleh guru
89% 93% 89% Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Membaca/
mempelajari
Saya selalu membaca kembali
materi yang sudah diajarkan
86% 89% 88% Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Membuat
Ringkasan
Saya selalu membuat
ringkasan materi untuk
mempermudah belajar
91% 84% 84% Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Mengamati Saya selalu mengamati ketika
guru menyampaikan materi
85% 94% 94% Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Mengingat Saya selalu mengingat
kembali pembelajaran yang
diberikan dikelas
81% 91% 87% Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
11
%
Kategori
Indikator Pernyataan A B C A B C
Mengingat Saya selalu mengingat
kembali pembelajaran yang
diberikan dikelas
81% 91% 87% Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Bertanya Saya selalu bertanya ketika
tidak memahami materi yang
disampaikan oleh guru
84% 79% 74% Sangat
Tinggi Tinggi Tinggi
Rata-Rata 87% 86% 88% Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Rata-Rata Keseluruhan
87%
Sangat
Tinggi
Dari tabel 3, pada aspek tingkat perhatian di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri di Salatiga tersebut masuk pada kategori sangat tinggi yang mendapatkan persentase
sebesar 87%. Ditemukan bahwa ketiga sekolah tersebut rata-rata memiliki jawaban yang hampir
sama, dimana pada setiap indikator mendapatkan hasil pada kategori tinggi sampai sangat tinggi.
Dari ketiga sekolah rata-rata indikator dari aspek tingkat perhatian yang mendapatkan persentase
paling tinggi adalah indikator memandang dan mengamati, sedangkan indikator yang paling
rendah di tiga sekolah adalah indikator bertanya.
Berdasarkan hasil wawancara kepada guru di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri di Salatiga ternyata ditemukan perbedaan dengan hasil kuesioner di beberapa indikator.
Sebagai contoh adalah pada indikator mendengarkan, memandang, dan menulis/mencatat
beberapa guru mengungkapkan bahwa ketika guru menyampaikan materi dikelas, masih terlihat
beberapa siswa yang sering berbicara sendiri dengan temannya. Selain itu, pada indikator
menulis/mencatat, guru menyampaikan bahwa hanya sebagian kecil siswa yang mencatat materi
di BKTIK. Selain itu ditemukan juga persamaan dari SMP A, SMP B dan SMP C dari indikator
mengingat bahwa untuk mengingat kembali materi yang sudah diajarkan sebagian besar siswa
dapat menjawab pertanyaan/quis serta mampu mengerjakan praktikum dengan baik, sehingga
pernyataan hasil kuisioner menurut tabel diatas dapat dikatakan sesuai dengan hasil wawancara
yang dilakukan. Dan yang terakhir pada indikator bertanya, didapatkan persamaan data antara
dua SMP A dan SMP C, dimana guru mengungkapkan bahwa sebagian besar kecenderungan
siswa bertanya tinggi terlihat dari mereka biasanya bertanya ketika materi BKTIK yang sudah
disampaikan kurang untuk dimengerti. Dan guru SMP B mengungkapkan bahwa, terlihat
beberapa kecil siswa kecenderungan bertanya masih rendah terlihat dari mereka malu/kurang
percaya diri dengan pertanyaan yang ingin dilontarkan.
Selanjutnya adalah Aspek Tingkat Relevansi yang menjelaskan bahwa dimana siswa
yang memiliki motivasi yang baik mengetahui relevansi antara apa yang dipelajari dengan apa
yang dibutuhkan. Indikator tingkat relevansi terdiri dari dua pernyataan. Tabel distribusi
frekuensi indikator tingkat relevansi berdasarkan hasil kuesioner di tiga sekolah, diolah pada
Tabel 4.
12
Tabel 4. Hasil Kuesioner Aspek Tingkat Relevansi
Indikator Pernyataan % Kategori
A B C A B C Mengetahui tujuan
dari pembelajararn
yang dilakukan
Saya mengetahui tujuan
pembelajaran di BKTIK
74% 76% 78% Tinggi Tinggi Tinggi
Mengetahui manfaat
dari pembelajaran
yang dilakukan
Saya mengetahui manfaat
di BKTIK
82% 85% 86% Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Rata-rata
78% 81% 82% Tinggi
Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Rata-rata Keseluruhan
80%
Tinggi
Dari tabel 4, pada aspek tingkat perhatian di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri di Salatiga tersebut masuk pada kategori tinggi yang mendapatkan persentase sebesar
80%. Ditemukan bahwa ketiga sekolah tersebut rata-rata memiliki jawaban yang hampir sama,
dimana pada setiap indikator mendapatkan hasil pada kategori tinggi sampai sangat tinggi. Dari
ketiga sekolah rata-rata indikator dari aspek tingkat relevansi yang mendapatkan persentase
paling tinggi adalah indikator mengetahui manfaat dari pembelajaran yang dilakukan. Sedangkan
indikator yang paling rendah di tiga sekolah adalah indikator mengetahui tujuan dari
pembelajaran yang dilakukan.
Berdasarkan hasil wawancara kepada guru di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri di Salatiga ternyata ditemukan persamaan dengan hasil kuesioner di indikator mengetahui
tujuan dari pembelajaran yang dilakukan, ketiga guru mengungkapkan bahwa mereka selalu
menyampaikan tujuan dari pembelajaran di BKTIK yang akan disampaikan. Dari awal
pembelajaran, guru akan terlebih dahulu menyampaikan tujuan pembelajaran di BKTIK. Dan
yang kedua ternyata ditemukan perbedaan di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan
hasil kuesioner. Guru mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa paham dengan manfaat
pembelajaran di BKTIK, tetapi sebagian kecil siswa masih terlihat diam karena sudah lupa
dengan tujuan materi pembelajaran di BKTIK yang sudah guru sampaikan diawal pembelajaran,
sehingga mereka kurang untuk mengetahui manfaat pembelajaran di BKTIK.
Aspek yang ketiga adalah Aspek Tingkat Keyakinan yang menjelaskan bahwa dimana
siswa yang memiliki motivasi yang baik, yakin bahwa dia mampu mengerjakan tugas-tugas
dengan baik dan tidak pantang menyerah. Indikator tingkat keyakinan terdiri dari tiga
pernyataan. Tabel distribusi frekuensi indikator tingkat keyakinan berdasarkan hasil kuesioner
di tiga sekolah, diolah pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Kuesioner Aspek Tingkat Keyakinan
Indikator Pernyataan Total % Kategori
A B C A B C
Memiliki rasa
percaya diri
Saya mempunyai
rasa percaya diri
dalam mengikuti
BKTIK
50 84% 82% 82% Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
13
Memiliki sikap
mandiri Saya belajar dan
mengerjakan tugas
secara mandiri
50 78% 80% 80% Tinggi Tinggi Tinggi
Memiliki
keberanian
dalam
mengungkapkan
pendapat
Saya berani
mengungkapkan
pendapat dalam
pembelajaran
maupun diskusi
dalam BKTIK
50 76% 76% 75% Tinggi Tinggi Tinggi
Rata-Rata 79% 79% 79% Tinggi Tinggi Tinggi
Dari tabel 5, pada aspek tingkat perhatian di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri di Salatiga tersebut masuk pada kategori tinggi yang mendapatkan persentase sebesar
79%. Ditemukan bahwa ketiga sekolah tersebut rata-rata memiliki jawaban yang hampir sama,
dimana pada setiap indikator mendapatkan hasil pada kategori tinggi. Dari ketiga sekolah, rata-
rata indikator dari aspek tingkat keyakinan yang mendapatkan persentase paling tinggi adalah
indikator memiliki rasa percaya diri, sedangkan indikator yang paling rendah di tiga sekolah
adalah indikator memiliki keberanian dalam mengungkapkan pendapat.
Berdasarkan hasil wawancara kepada guru di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri di Salatiga, ternyata ditemukan persamaan dengan hasil kuesioner di beberapa indikator.
Guru SMP A dan SMP C mengungkapkan bahwa siswa terlihat memiliki kepercayaan diri
karena dalam pembelajaran di BKTIK siswa tergolong aktif bertanya ataupun menjawab
pertanyaan yang diajukan. Sedangkan guru SMP B mengungkapkan bahwa pada waktu
praktikum, ada sebagian kecil siswa yang belum mahir dalam menggunakan komputer sehingga
masih dibutuhkan proses bimbingan terhadap siswa tersebut. Dan yang kedua pada indikator
memiliki sikap mandiri ditemukan persamaan di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan
hasil kuesioner di beberapa indikator. Guru mengungkapkan bahwa, siswa tergolong cukup
mandiri baik dalam belajar di BKTIK maupun mengerjakan tugas, namun dalam beberapa hal
baik itu belajar maupun praktik mereka masih membutuhkan proses bimbingan. Terakhir lalu
ditemukan persamaan antara hasil wawancara dengan hasil kuesioner dibeberapa indikator. Guru
SMP A dan SMP C mengungkapkan bahwa, siswa tergolong aktif mengungkapkan pendapat
ataupun menjawab pertanyaan yang diajukan. Sebaliknya, Guru SMP B mengungkapkan bahwa
beberapa siswa masih terlihat takut dengan jawaban yang ingin dilontarkannya atau tidak sesuai
dengan konteks materi dalam BKTIK.
Aspek yang keempat adalah Aspek Tingkat Kepuasan yang menjelaskan bahwa dimana
siswa dengan motivasi yang baik akan merasa puas dengan proses pembelajaran yang dilakukan
termasuk di BKTIK. Indikator tingkat kepuasan terdiri dari tujuh pernyataan. Tabel distribusi
frekuensi indikator tingkat kepuasan berdasarkan hasil kuesioner di tiga sekolah, diolah pada
Tabel 6.
14
Tabel 6. Hasil Kuesioner Aspek Tingkat Kepuasan
Indikator Pernyataan % Kategori
A B C A B C
Konten materi di
BKTIK
Saya mengetahui dan merasa
puas dengan konter materi di
BKTIK
84% 75% 69% Sangat
Tinggi Tinggi Tinggi
Bentuk Pembelajaran di
BKTIK
Saya merasa puas dengan
bentuk pembelajaran di
BKTIK
78% 75% 73% Tinggi Tinggi Tinggi
Peran guru TIK di
BKTIK (Cara Mengajar)
Saya merasa puas dengan
cara mengajar guru di
BKTIK
76% 76% 72% Tinggi Tinggi Tinggi
Peran guru TIK di
BKTIK (Pelayanan)
Saya merasa puas dengan
pelayanan pembelajaran di
BKTIK
72% 76% 71% Tinggi Tinggi Tinggi
Peran guru TIK di
BKTIK (Kompetensi)
Saya senang dengan tingkat
kompetensi yang dimiliki
guru di BKTIK
74% 89% 90% Tinggi Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Alokasi Waktu Saya merasa puas dengan
alokasi waktu yang diberikan
di BKTIK
75% 89% 89% Tinggi Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Keterampilan yang
didapat dari BKTIK
Keterampilan yang saya
dapatkan di BKTIK sesuai
dengan harapan saya
80% 87% 76% Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi Tinggi
Rata-Rata 77% 81% 77% Tinggi Sangat
Tinggi Tinggi
Rata-Rata Keseluruhan 78% Tinggi
Dari tabel 6, pada aspek tingkat perhatian di tiga Sekolah (SMP) Negeri di Salatiga
tersebut masuk pada kategori tinggi yang mendapatkan persentase sebesar 78%. Ditemukan
bahwa ketiga sekolah tersebut rata-rata memiliki jawaban yang hampir sama, dimana pada setiap
indikator mendapatkan hasil pada kategori tinggi sampai sangat tinggi. Dari ketiga sekolah, rata-
rata indikator dari aspek tingkat kepuasan yang mendapatkan persentase paling tinggi adalah
peran guru TIK di BKTIK (kompetensi) dan alokasi waktu, sedangkan indikator yang paling
rendah di tiga sekolah adalah indikator peran guru TIK di BKTIK (pelayanan).
Berdasarkan hasil wawancara kepada guru di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri di Salatiga ternyata ditemukan persamaan dengan hasil kuesioner di beberapa
indikator.Konten materi BKTIK mengikuti perubahan kurikulum 2013, tetapi dengan standart
yang dibutuhkan di Sekolah. Pada kedua SMP A dan SMP B sebagian besar siswa sudah
memenuhi KKM (Kriteria Kelulusan Minimum) sebesar 75, sedangkan SMP C mengungkapkan
15
sebagian besar siswa belum mencapai KKM (Kriteria Kelulusan Minimum) sebesar 70,
sehingga nilai mereka masih tergolong cukup rendah dalam mengetahui konten materi di
BKTIK.
Yang kedua ditemukan persamaan di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu guru
mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa merasa puas dengan pembelajaran di BKTIK
karena mereka bisa bereksplorasi sendiri sesuai kreativitas dan apabila siswa tidak jelas, siswa
dapat bertanya langsung dengan guru agar dapat dijelaskan letak kesalahannya. Ketiga
ditemukan juga persamaan di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam peran guru TIK di
BKTIK (cara mengajar). Walaupun pada kategori tinggi, ternyata berdasarkan hasil wawancara
kepada guru, guru mengungkapkan tidak menggunakan inovasi pembelajaran apapun, sehingga
dapat disimpulkan guru itu hanya menggunakan metode pembelajaran konvesional yaitu dengan
ceramah dan sesekali hanya menggunakan media LCD/Proyektor untuk membantu dalam
penjelasan materi. Keempat ditemukan juga persamaan di tiga Sekolah Menengah Pertama
(SMP), guru mengungkapkan bahwa guru memberikan penjelasan materi kepada siswa yang
aktif dalam bertanya tentang kejelasan materi yang sebelumnya kurang dipahami serta
membantu mereka dalam pencarian informasi di internet. Kelima ditemukan juga persamaan di
tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP), guru mengungkapkan bahwa guru memberikan
penjelasan materi kepada siswa yang aktif dalam bertanya tentang kejelasan materi yang
sebelumnya kurang dipahami serta membantu mereka dalam pencarian informasi di internet.
Yang keenam ditemukan persamaan baik di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP )
Negeri di Salatiga yang mengungkapkan bahwa guru memiliki latar belakang pendidikan di
bidang TIK, serta mereka memiliki tingkat kompetensi yang sama baik dari Multimedia, Desain
grafis, Web dan Microsoft office. Ketujuh, ditemukan persamaan di tiga Sekolah Menengah
Pertama (SMP), guru mengungkapkan bahwa alokasi waktu yang diberikan dalam minggu
selama dua jam untuk satu kelas secara rutin terjadwal, permasalahan siswa berkaitan dengan
TIK dapat terselesaikan dalam waktu bimbingan dua jam tersebut.Oleh karena itu, dapat
dikatakan sudah tidak perlu adanya waktu tambahan dalam hal pembimbingan. Dan yang
terahkir ditemukan persamaan baik dari SMP A dan SMP B, dimana guru mengungkapkan
bahwa, nilai tugas harian siswa dapat dikatakan baik atau memenuhi standart yang ditentukan
oleh guru, sehingga sebagian besar siswa sudah memiliki keterampilan yang sesuai di BKTIK.
Akan tetapi, pada SMP C ditemukan perbedaan, dimana sebagian besar siswa masih terlihat
kebingungan dalam mengerjakan tugas praktikum sehingga masih diperlukan proses bimbingan
terhadap siswa tersebut agar harapan kedepannya sebagian besar siswa memiliki keterampilan
yang baik.
4. Diskusi
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru yang sudah diterapkan di beberapa
sekolah. Dengan bergesernya mata pelajaran TIK ke BKTIK tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui motivasi belajar TIK siswa di BKTIK. Terdapat empat aspek untuk mengukur tinggi
rendahnya motivasi belajar TIK siswa di BKTIK, yaitu aspek tingkat perhatian, tingkat relevansi,
tingkat keyakinan dan tingkat kepuasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada aspek
tingkat perhatian di indikator mendengarkan, memandang, dan menulis/mencatat persentase
indikator tersebut masuk pada kategori sangat tinggi. Walaupun demikian, menurut wawancara
yang dilakukan terhadap guru masih terlihat beberapa siswa yang sering berbicara sendiri dan
hanya sebagian kecil yang mencatat materi di BKTIK. Dengan demikian besar kemungkinan
16
pembelajaran yang berlangsung kurang begitu menarik dan terasa membosankan. Hal ini
mengakibatkan sebagian kecil siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi di
BKTIK. Oleh karena itu, guru seharusnya memiliki inovasipembelajaran tentangmetode
pembelajaran dan penggunaanmediapembelajaran yang dapat mendorong keterlibatan siswa
dalam aktivitas pembelajaran. Semakin siswa ikut terlibat aktif, semakin tinggi perhatian siswa
dalam belajar. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Sugihartono[17] agar siswa
berminat dan memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan, guru dapat senantiasa
mendorong keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar atau dalam aktivitas pembelajaran.
Dengan kata lain, guru di BKTIK seharusnya memiliki inovasi yang berkaitan dengan metode
pembelajaran untuk mendorong perhatian siswa.
Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pada aspek tingkat kepuasan di
tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan aspek yang memperoleh skor terendah. Dan
skor yang terendah pada aspek ini ada pada indikator peran guru TIK di BKTIK (cara mengajar).
Hasil wawancara kepada guru menguatkan bahwa memang ada kekurangan pada indikator cara
mengajar guru. Menurut mereka, pembelajaran yang berlangsung masih menggunakan metode
konvensional, tidak ada inovasi pembelajaran,dan hanya sesekali menggunakan media
LCD/Proyektor untuk membantu dalam penjelasan materi. Hal ini sebetulnya berkaitan dengan
aspek tingkat perhatian. Kurangnya inovasi pembelajaran oleh guru dapat menjadi sebab
mengapa guru-guru tersebut dalam wawancara menyatakan bahwa siswa kurang memperhatikan
pelajaran yang disampaikan oleh mereka. Sebetulnya dengan menggunakan metode
pembelajaran yang bervariasi dan inovatif dapat mendorong perhatian siswa dan bisa digunakan
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih optimal. Hal ini sejalan dengan yang
diungkapkan oleh Wina Sanjaya[14], metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang
telah disusun tercapai secara optimal.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa motivasi siswa masuk pada kategori
sangat tinggi dengan persentase rata-rata 81% (berdasarkan hasil kuesioner) walaupun terdapat
perbedaan pada beberapa indikator motivasi yang didapat melalui wawancara kepada guru.
Perbedaan itu terutama berkaitan dengan kurangnya inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh
guru. Oleh karena itu,guru disarankan untuk melakukan inovasi pembelajaran di BKTIK baik
dari media maupun menggunakan metode yang bervariasi untuk pembelajaran. Dan untuk
penelitian selanjutnya disarankan dapat melakukan pengembangan teknik pengumpulan data
dalam bentuk observasi untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi di BKTIK. Selain
itu, fokus penelitian bisa diarahkan lebih ke bimbingan non-klasikal.
5. DAFTAR PUSTAKA
[1] Murtiyasa, Budi. (2012). “Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika“. (Skripsi)Surakarta : FKIP Univ.
Muhammadiyah Surakarta. Diakses dari
http://physicsmaster.orgfree.com/Artikel%20%26%20Jurnal/Inovasi%20Dalam%20Pendidikan/T
IK_inEduMath.pdf pada tanggal 9 Mei 2017
[2] Fitriyadi, Herry. (2013).“Integrasi Teknologi Informasi Komunikasi dalam Pendidikan: Potensi
Manfaat, Masyarakat Berbasis Pengetahuan, Pendidikan Nilai, Strategi Implementasi dan
Pengembangan Professional.”Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,21(3), hal 1-2.
17
(Online) Diakses dari http://journal.uny.ac.id/index.php/jptk/article/viewFile/3255/2737 pada
tanggal 9 Mei 2017.
[3] Setiadi, Ahmad.(2016) “PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL UNTUK EFEKTIFITAS
KOMUNIKASI.”JURNAL HUMANIORA BINA SARANA INFORMATIKA,16(2), hal 1-4.
(Online) Diakses dari
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/cakrawala/article/download/1283/1055, pada tanggal 9
Mei 201.
[4] Kemendikbud. 2013. Permendikbud No.45 tahun 2015 tentang Peran Guru TIK dalam
Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Diakses dari
http://jdih.kemdikbud.go.id/new/public/produkhukum, pada tanggal 2Juni 2017
[5] Nurmala, Desy Ayu. (2014). “ Pengaruh Motivasi Belajar dan Aktivitas Belajar Terhadap Hasil
Belajar”.Jurnal Jurusan Pendidikan Ekonomi,4 (1), hal 1-10. (Online) Diakses dari
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPE/article/viewFile/3046/2521 pada tanggal 16 Mei
2017.
[6] Rasyid, Rusman . (2010)." Peranan Motivasi Belajar Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
di Sekolah.” Jurnal Nalar Pendidikan, 1 (1), hal 1-25. (Online) Diakses dari
http://ojs.unm.ac.id/index.php/nalar/article/viewFile/2404/1887 pada tanggal 16 Mei 2017.
[7] Purwanto, Hadi. Kompas, 6 Maret 2014, Asosiasi Guru TIK/KKPI Nasional (Agtiknas), Diakses
dari https://www.kompasiana.com/purwanto_ngw/press-release-asosiasi-guru-tik-kkpi-nasional-
agtiknas_54f82980a33311315e8b468d 8 Agustus 2017.
[8] Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru TIK dan
KKPI. Diakses tanggal 14Juni 2017 dari http://gerbangkurikulum.psma.kemdikbud.go.id
[9] Yudhanegara, Septyawan Sukma. (2015). “Peranan Guru TIK Dalam Implementasi Kurikulum
2013 di SMA Negeri 4 Tegal.”Artikel ilmiah S-1. Semarang : UNNES. Diakses dari
http://lib.unnes.ac.id/20726/1/1102411099-s.pdf pada tanggal 14 Juni 2017
[10] Departemen Pendidikan Indonesia (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
[11] Nashar, (2004). Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta:
Delia Press.
[12] A.M, Sardiman. 2000. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
[13] Supenti, Iis. (2008). “Hubungan Motivasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi
Pendidikan Agama Islam di SDN Pademang Timur 05 Pagi Jakarta Utara” . (Online) Diakses dari
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20644/1/IIS%20SUPENTI-
FITK_NoRestriction.pdf pada tanggal 18 Juni 2017
[14] Sanjaya, Wina. (2010). “Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.” Jakarta :
Prenada Media Group
[15] Made, Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional. Jakarta: PT. Bumi Aksara
[16] Syaiful Bahri, Djamarah. (2011).” Psikologi Belajar” Jakarta: PT. Rineka Cipta
[17] Sugiharto, Kartika, N.F. dan, Farida Harahap. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY
Press
[18] Somantrie, H. (2009). “Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia (Kebijakan, Dimensi, Proses,
dan Indikator Pencapaiannya)”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (1), hlm. 1-19.
[19] Robbins, Stephen P. (2008). Perilaku Organisasi. Edisi kesepuluh. Jakarta: Indeks Kelompok
Gramedia.
[20] Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Top Related