MONITORING HABITAT PENYU DI TAMAN NASIONAL
KARIMUNJAWA JAWA TENGAH
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Ghinna Al Husna
NPM 230210160082
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JATINANGOR
2019
i
JUDUL : MONITORING HABITAT PENYU DI PULAU
KARIMUNJAWA JAWA TENGAH
NAMA : GHINNA AL HUSNA
NPM : 230210160082
Jatinangor, April 2019
Menyetujui,
Pembimbing
Lintang Permata Sari Yuliadi, S.Kom. M.Si.
NIP. 19820224 200812 2 001
ii
ABSTRAK
Praktek Kerja Lapangan pada Prodi Ilmu Kelautan terbagi menjadi tiga
bidang kajian. Tiga Kajian tersebut ialah hidro-oseanografi, koservasi, dan
bioteknologi kelautan. Kajian tersebut dapat dipilih sesuai minat mahasiswa yang
akan melaksanakan PKL dengan tujuan memperluas wawasan mengenai
pengalaman kerja setelah menyelesaikan bangku kuliah dan meningkatkan hard-
skill dan soft-skill agar siap menghadapi dunia kerja nantinya. Balai Taman
Nasional Karimunjawa merupakan salah satu habitat bagi penyu sisik
(Eretmochelys embricata) dan penyu hijau (Chelonia mydas). Habitat penyu yang
terganggu ataupun rusak dapat menghambat keberlangsungan hidup penyu. Oleh
sebab itu perlu adanya monitoring untuk mengetahui faktor apa aja yang dapat
menghambat keberlangsungan hidup penyu. Monitoring ini menggunakan metode
survey dengan hasil berupa data abrasi pantai, tinggi rata-rata dari abrasi yang
terjadi di P. Cemara kecil berkisar 15-40 cm, dengan keliling pulau 695 meter,
vegetasi yang didominasi oleh guettarda speciosa, scaevola taccada, cemara dan
predator potensial yang ditemui adalah burung, semut, dan biawak. Adapun upaya
dari pihak Taman Nasional Karimunjawa dalam pelestarian penyu berupa tempat
Penetasaan Semi Alami.
Kata kunci: Penyu, Habitat penyu, Penetasan Semi Alami
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur atas kehadirat Allah swt yang
telah memberikan nikmat dan rahmat kepada kita. Laporan Praktek Kerja Lapangan
yang dibuat oleh penulis merupakan laporan kegiatan apa saja yang dilakukan di
Balai Taman Nasional Karimunjawa. Semoga laporan ini dapat memberikan
informasi sedikit atau banyak mengenai Balai Taman Nasional Karimunjawa.
Laporan PKL ini selesai tak lantas dukungan dari berbagai pihak, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr.sc.Agr. H. Yudi Nurul Ihsan, S.Pi., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
2. Mega Laksmini Syamsudin Spi.,MT.,PH.D., selaku Ketua Program Studi
Ilmu Kelautan.
3. Lintang Permata Sari Yuliadi, S.Kom., M.Si., selaku dosen wali sekaligus
pembimbing praktik kerja lapangan.
4. Yeni Mulyani, S.Si, M.Si., Mochamad Rudyansyah Ismail, S.Pi., M. Si.,
dan Ibnu Faisal , S.Kel., M.T., selaku tim Ad Hoc praktik kerja lapangan.
5. Balai Taman Nasional Karimunjawa khususnya Bapak Sutris Haryanta,
S.H., selaku kepala SPTN II Karimunjawa.
6. Pak Kristiawan, selaku pembimbing di SPTN II Karimunjawa.
7. Pak Zainul, selaku penanggung jawab bidang penyu di SPTN II
Karimunjawa.
8. Pak Kanan dan Pak Indra, selaku penanggung jawab kegiatan yang ada di
PSA.
9. Pak Endang, selaku penanggung jawab bidang terumbu karang, yang telah
memberikan pengetahuan lain disemua aspek.
10. Seluruh staf Balai Taman Nasional Karimunjawa khususnya SPTN II
Karimunjawa.
11. Teman-teman Abhiseva Kelautan 2016 seperjuangan dengan saya Agil,
Raka, Arief, Taqim, Alya, Ilma, dan Emya yang berkeluh kesah bersama
selama 30 hari.
iv
12. Seluruh pihak terkait yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Laporan yang dibuat masih banyak kekurangannya, semoga dapat
memberikan informasi mengenai habitat peneluran penyu yang ada di Balai Taman
Nasional Karimunjawa SPTN II Karimunjawa.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jatinangor, April 2019
Ghinna Al Husna
v
DAFTAR ISI
BAB Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... vii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 2
1.3 Ruang Lingkup ............................................................................ 2
1.4 Tempat dan Waktu Kegiatan ...................................................... 2
II PROFIL INSTANSI
2.1 Balai Taman Nasional Karimunjawa .......................................... 3
2.2 Struktur Organisasi ..................................................................... 4
2.3 Tugas Pokok dan Fungsi ...................................................................... 5
III METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL ......................................... 7
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................ 7
3.3 Tahap Pelaksanaan Kegiatan ...................................................... 7
3.4 Metode ........................................................................................ 7
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Monitoring Habitat Penyu ........................................................... 9
4.2 Penetasan Semi Alami ................................................................ 10
V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 14
5.2 Saran ........................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 15
KESAN DAN PESAN ..................................................................... 16
LAMPIRAN ..................................................................................... 17
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Kantor SPTN II Karimunjawa .......................................... 3
2. Struktur Organisasi Balai TN Karimunjawa .................... 5
3. Hasil Monitoring Habitat .................................................. 9
4. Penyu Sisik ....................................................................... 11
5. Penetasan Semi Alami telur Penyu ................................... 12
6. Tempat Pengeraman telur Penyu ...................................... 13
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Surat Keterangan telah Melaksanakan PKL ..................... 17
2. Log Book .......................................................................... 18
3. Kegiatan PKL ................................................................... 21
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut data statistik Balai Taman Nasional Karimunjawa tahun 2016
kawasan TN Karimunjawa merupakan habitat bagi penyu sisik (Eretmochelys
embricata) dan penyu hijau (Chelonia mydas). Hampir di seluruh pulau yang ada
di kawasan TN Karimunjawa merupakan habitat bagi penyu sisik dan penyu hijau.
Taman Nasional Karimunjawa merupakan gugusan pulau-pulau kecil, terdiri dari
22 pulau dan memiliki ekosistem terumbu karang, berpotensi sebagai habitat penyu.
Hampir seluruh pulau dalam kawasan TN Karimunjawa merupakan habitat
peneluran penyu, yaitu Pulau Karimunjawa, Pulau Menjangan Besar, Pulau
Menjangan Kecil, Pulau Cemara Besar, Pulau Cemara Kecil, Pulau Krakal Besar,
Pulau Krakal Kecil, Pulau Geleang, dan Pulau Burung.
Habitat penyu yang semakin terganggu oleh aktivitas alam dan aktivitas
pariwisata manusia yang berkunjung ke pulau tersebut. Habitat yang semakin rusak
dapat menghambat penyu mendarat untuk proses bertelur. Sarang penyu yang
ditemukan oleh warga sekitar maupun nelayan sering sekali diambil untuk
dikonsumsi. Sedangkan penyu merupakan long lived organism yang memiliki umur
yang panjang namun masa reproduksinya lambat, sehingga laju pertumbuhan
generasinya tidak sebanding dengan laju kepunahan (Mangunjaya, 2008). Secara
internasional sejak tahun 1975, penyu termasuk daftar merah dalam Convention on
International Trade in Endangered Species atau (CITES). Status penyu di Indonesia
juga termasuk hewan yang dilindungi yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang
Dilindungi. Dari pihak balai taman nasional untuk penyu sudah membangun
Penetasan Semi Alami yang bertujuan untuk membantu penyu dalam menetaskan
telurnya dalam kondisi yang aman dan semirip mungkin dengan habitat asliya.
Praktik Kerja Lapangan pada Prodi Ilmu Kelautan terbagi menjadi tiga
bidang kajian. Tiga Kajian tersebut ialah hidro-oseanografi, koservasi, dan
bioteknologi kelautan. Kajian tersebut dapat dipilih sesuai minat mahasiswa yang
2
akan melaksanakan PKL dengan tujuan memperluas wawasan mengenai
pengalaman kerja setelah menyelesaikan bangku kuliah. Penulis dalam mengambil
mata kuliah PKL memilih kajian Konservasi di Balai Taman Nasional
Karimunjawa, Jawa Tengah.
1.2 Tujuan
Praktik Kerja Lapangan ini memiliki tujuan yaitu :
1. Mengetahui karakteristik habitat penyu,
2. Mengetahui jenis penyu yang ditemui
3. Mengetahui tempat Penetasan Semi Alami yang ada di Balai Taman
Nasional Karimunjawa.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yaitu mengetahui
habitat peneluran penyu, mengetahui jenis penyu yang ditemui di daerah Taman
Nasional Karimunjawa, dan adanya usaha pelestestarian penyu di Taman Nasioal
Karimunjawa berupa tempat Penetasan Semi Alami.
1.4 Tempat dan Waktu Kegiatan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Balai Taman Nasional
Karimunjawa SPTN II Karimunjawa. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
dilaksanakan selama 16 Juli – 14 Agustus 2018. Selama melakukan Praktek Kerja
Lapangan mahasiswa dibimbing oleh satu pembimbing yaitu Pak Kristiawan,
email: [email protected]
3
BAB II
PROFIL INSTANSI
2.1 Balai Taman Nasioanal Karimunjawa
Kantor pusat Balai Taman Nasional Karimunjawa terletak di Kota
Semarang tepatnya Jl. Sinar Waluyo Raya No.248, kedungmundu, Tembalang,
Kota Semarang, Jawa Tengah. Telp/Fax (024) 76738248 E-mail:
[email protected]. Balai Taman Nasional Karimunjawa dibagi dalam 2 wilayah
Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) yaitu, SPTN wilayah I Kemujan dan
SPTN Wilayah II Karimunjawa.
Gambar 1. Kantor Balai Taman Nasional Karimunjawa, Semarang
Taman Nasional Karimunjawa yang terletak pada koordinat 5040’-5057’ LS
dan 110004’-110040’ BT dan secara administratif termasuk wilayah Kabupaten
Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Memiliki tiga pulau utama yaitu pulau Karimunjawa,
Kemujan, dan Parang serta beberapa pulau kecil lainnya. Kawasan TN
Karimunjawa terdapat lima tipe ekosistem yaitu ekositem hutan tropis dataran
rendah, hutan pantai, hutan bakau, ekosistem padang lamun, dan ekosistem terumbu
karang.
4
Undang-undang No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistemnya mendefinisikan Taman Nasional sebagai Kawasan Pelestarian Alam
yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan
untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
pariwisata dan rekreasi. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal PHKS No.
SK 28/IV-SET/2012 tentang Zonasi Taman Nasional Karimunjawa, saat ini
terdapat 9 zona dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Zonasi dan
peruntukan masing-masing zona di Taman Nasional Karimunjawa sebagai berikut:
1. Zona Inti
2. Zona Rimba
3. Zona Perlindungan Bahari
4. Zona Pemanfaatan Darat
5. Zona Remanfaatan Wisata Bahari
6. Zona Budidaya Bahari
7. Zona Religi, Budaya dan Sejarah
8. Zona Rehabilitasi
9. Zona Tradisional Perikanan
2.2 Visi dan Misi Balai Taman Nasional Karimunjawa
Balai Taman Nasional Karimunjawa dalam melaksanakan tugas sebagai
pengelola kawasan Taman Nasional Karimunjawa dihadapkan pada berbagai
tantangan yang menyangkut lingkungan, kelembagaan dan masyarakat. Untuk
mencapao tujuan sebagaimana ditetapkan dalam tugas pokok dan fungsi telah
disusun visi dan misi Balai Taman Nasional Karimunjawa sebagai berikut:
Visi :
Taman Nasional Karimunjawa sebagai keterwakilan ekosistem pantai utara
Pulau Jawa yang lestari untuk kesejahteraan masyarakat.
Misi :
i. Meningkatkan efektifitas pengamanan kawasan sebagai upaya
perlindungan sistem penyangga kehidupan.
5
ii. Meningkatkan upaya pengawetan keanekaragaman hayati dan
ekosistemnya.
iii. Mewujudkan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya yang lestari untuk kesejahteraan masyarakat.
iv. Memperkuat kapasitas kelembagaan yang didukung secara luas oleh
para pihak.
2.3 Struktur Organisasi
Organisasi Balai Taman Nasional Karimunjawa berdasarkan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutan No.P.07/MenLHK/Setjen/OTL.1/1/2016
tanggal 10 Februari 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Taman Nasional Karimunjawa merupakan Balai Taman Nasional Tipe B dengan
susunan organisasi terdiri dari :
Gambar 2. Struktur Organisasi Balai TN Karimunjawa
Kepala Balai TN Karimunjawa
Agus Prabowo, S.H., M.Si.
Kepala Subbag Tata Usaha
Drs. Himawan Gunadi
Kepala SPTN Wil. I Kemujan
Iwan Setiawan, S.H.
Kepala SPTN Wil. II
Sutris Haryanta, S. H.
Kelompok Jabatan Fungsional
1. Polisi Kehutanan
2. Pengendali Ekosistem
Hutan 3. Penyuluh Kehutanan
6
1. Kepala Balai Taman Nasional Karimunjawa adalah pejabat setingkat eselon
III-a yang bertanggung jawab dalam memimpin pengelolaan kawasan
konservasi di kawasan Taman Nasional Karimunjawa.
2. Kepala seksi pengelolaan Taman Nasional (Kepala Seksi) adalah pejabat
setingkat eselon IV-a yang mempunyai tugas melakukan penyusunan
rencana dan anggaran, evaluasi dan pelaporan, bimbingan teknis, pelayanan
dan pemberdayaan masyarakat, pengelolaan kawasan, perlindungan,
pengawetan, pemanfaatan lestari, pengaman dan pengendalian kebakaran
hutan, pemberantasan penebangan dan peredaran kayu, tumbuhan, dan
satwa liar secara illegal serta pengelolaan sarana prasarana, promosi bina
wisata alam dan bina cinta alam, penyuluhan konservasi sumberdaya alam
hayati dan ekosistemnya serta kerjasama di bidang pengelolaan kawadan
taman nasional di wilayah kerjanya.
3. Polisi kehutanan (Polhut) adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di
lingkup Balai Taman Nasional Karimunjawa yang oleh undang-undang
diberi wewenang Kepolisian dibidang kehutanan dan konservasi sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya.
2.4 Tugas Pokok dan Fungsi Balai Taman Nasional Karimunjawa
Tugas Pokok dan Fungsi Balai Taman Nasional Karimunjawa pertama kali
ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis Balai Taman Nasional Karimunjawa
berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 185/Kpts-II/1997 tanggal 31 Maret 1997
bersama dengan 22 Taman Nasional dan 12 Unit Taman Nasional di seluruh
Indonesia. Tugas pokok dan fungsi dijabarkan dalam Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.P07/MenLHK/Setjen/OTL.1/1/2016 tanggal
10 Februari 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman
Nasional. Adapun kegiatan Instansi berupa, Patroli Laut, Patroli Hutan, Monitoring
Ekosistem, Monitoring Biota Laut, Monitoring Biota Hutan, Monitoring Aktivitas
Pengunjung, dan Rehabilitasi Ekosistem.
7
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL
Monitoring Habitat penyu dilaksanakan pada tanggal 4 Agustus 2018 di
Pulau Cemara Kecil. Pulau cemara kecil terletak pada koordinat 5049’51” -
5050’02”LS dan 110022’38” - 110022’44”BT dengan luas 1,5 ha. Pulau ini
merupakan pulau yang tidak berpenghuni.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam monitoring habitat penyu sebagai
berikut:
1. Sabak/underwater papper, digunakan untuk menuliskan data yang telah
didapatkan dan mengurangi resiko data hilang karena terkena air.
2. Papan dada, digunakan untuk mempermudah penulisan data yang telah
diperoleh.
3. ATK, berupa pensil 2B dan penggaris ukuran 15 cm.
4. Roll meter, digunakan untuk mengukur pasang surut, dan tinggi abrasi.
5. GPS (Global Positioning System) menentukan lokasi pengambilan data.
3.3 Tahap Pelaksanaan Kegiatan
Tahap pelaksanaan kegiatan pengambilan data monitoring habitat penyu di
Pulau Cemari kecil Taman Nasional Karimunjawa terdiri dari beberapa
tahap sebagai berikut:
1) Tahap persiapan meliputi: pembentukan tim PKL, pembuatan
proposal, studi literature, dan persiapan alat yang digunakan.
2) Tahap pengumpulan data di lapangan
3) Analisa dan Pengolahan data
4) Tahap penyusunan laporan
8
8
3.4 Metode
Van Dalen mengatakan bahwa survey merupakan bagian dari studi
deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan (status), fenomena (gejala) dn
menentukan kesamaan status dengan cara membandingkanya dengan standar yang
sudah ditentukan. Dari pernyataan tersebut maka metode yang digunakan dalam
motoring habitat penyu adalah survey. Survey dilakukan dengan cara pengamatan
langsung ditempat.
Data yang diambil berupa tinggi abrasi, keliling pulau, predator,dan
vegetasi yang ada di pulau tersebut. Pengambilan yang pertama adalah data abrasi.
Alat yang digunakan berupa roll meter, ditarik satu titik panjang 100 meter
kemudian setiap 10 meter akan dihitung ada atau tidaknya abrasi, dengan cara
ditarik dari batas surut terendah menuju posisi abrasi yang terjadi, kemudian diberi
tanda berupa ranting yang ditancapkan berdekatan dengan abrasi kemudian hitung
tinggi abrasi. Perhitungan keliling pulau dilakukan menggunakan GPS, dengan cara
mengelilingi pulau dengan mengambil titik awal kemudian berjalan menuju titik
awal kembali dan dicatat keliling pulau Cemara Kecil tersebut. Data predator
diambil dari predator apa saja yang dijumpai dan kemudian dicatat. Pencatatan
mengenai vegetasi menggunakan data monitoring dari balai Taman Nasional
Karimunjawa sebelumnya mengenai vegetasi apa saja yang ada di pulau cemara
kecil yang dijadikan sebagai lifeform dan diamati langsung vegetasi apa saja yang
ada di pulau tersebut.
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Monitoring Habitat Penyu
Monitoring dilaksanakan di Pulau Cemara Kecil, Pulau ini merupakan pulau
yang tidak berpenghuni. Jenis pantai yang ada dikepulauan karimunjawa khususnya
pulau cemara kecil memiliki jenis pantai yang landai. Data yang telah diambil
secara langsung berupa tinggi abrasi, vegetasi, predator, dan keliling pulau Cemara
Kecil.
Berikut merupakan tabel data fisik, dan vegetasi:
Plot Koordinat Jumlah
sarang/b
ekas
sarang
Karakteristik
Habitat
Keterangan Tinggi
abrasi
1 5049’50.037”S
110022’47.0799”E
-
5049’49.7429”S
110022’47.0158"E
- guettarda speciosa,
scaevola taccada
Dibagian
timur pulau,
15-30
cm
2 5049’49.4737”S
110022’46.8477"E
-
5049’49.854”S
110022’45.8947"E
- scaevola taccada,
Sesuvium
portulacastrum,
cemara
Ujung pulau
bagian utara
16-24
cm
3 5049’50.9835”S
110022’45.0739"E
-
5049’55.7926”S
110022’42.0004"E
- sesuvium
portulacastrum,
pemphis acidula
Bagian barat
pulau
30-48
cm
Tabel 1. Hasil Monitoring Habitat di P. Cemara Kecil
Abrasi yang paling tinggi yaitu dibagian barat pulau karena dipengaruhi
oleh musim yang sedang berlangsung yaitu musim barat. Tinggi rata-rata dari abrasi
yang terjadi di P. Cemara kecil berkisar 15-40 cm. Sebagian besar pada tepi pantai
yang terkena abrasi diiringi dengan adanya sampah laut seperti ranting-ranting dan
10
patahan kayu dengan ukuran cukup besar yang dapat menghambat penyu untuk
bertelur. Hasil pengambilan data keliling pulau tersebut 695 meter dengan
berkeliling pulau dalam waktu tempuh 55 menit dengan menggunakan GPS.
Dalam Pradana dkk, tentang Habitat Tempat Bertelur Penyu Hijau
(Chelonia mydas) di Kawasan Taman Wisata Alam Sungai Liku Kab. Sambas
Kalimantan Barat, Vegetasi pada pantai mempunyai peran yang sangat penting bagi
penyu untuk melindungi telur terkena langsung sinar matahari, mencegah
perubahan suhu yang yang tajam di sekitarnya dan melindungi sarang dari
gangguan predator serta memberikan pengaruh terhadap kelembaban, suhu dan
kstabilan pada pasir yang memberikan keamanan saat penggalian lubang sarang
(Bustard, 1972). Sedangkan Menurut Nuitja, 1992 vegetasi pantai sangat
berpegaruh terhadap lingkungan penelurannya dikarenakan akar vegetasi yang
dapat mengikat butiran pasir dan menghindar terjadinya keruntuhan pasir sehingga
akan dapat mempermudah penyu dalam melakukan penggaalian dan proses
penelurannya. Keberadaan vegetasi mampu menjaga suhu dalam proses inkubasi
telur sisik dan secara naluriah vegetasi dianggap menambah keamanan untuk
meletakan telur-telurnya agar terhindar dari predator.
Vegetasi yang terdapat di Pulau Cemara Besar yaitu didominasi oleh
guettarda speciosa, scaevola taccada, dan cemara. Di pulau cemara kecil ini saya
banyak menemukan lubang bekas hewan tetapi saya tidak dapat memastikan bahwa
lubang yang saya temukan merupakan bekas sarang penyu dikarenakan tidak
adanya pendamping atau nelayan sekitar yang lebih tau mengenai ciri-ciri bekas
sarang penyu. Predator potensial yang ditemui adalah burung, semut, dan biawak.
4.2 Penetasan Semi Alami
Penetasan semi alami di taman Nasional Karimunjawa paling sering
menemukan keberadaan dan telur penyu sisik (Eretmochelys imbricate) menurut
Hirt (1971) adalah :
11
Gambar 3. Penyu sisik (Eretmochelys imbricate)
Kingdom : Animalia
Sub kingdom : Metazoa
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Super kelas : Tetrapoda
Kelas : Reptilia
Sub kelas : Anapsida
Ordo : Testudinata
Sub ordo : Cryptodina
Super famili : Chelodiioidea
Family : Cheloniidae
Sub famili : Cheloniidae
Genus : Eretmochelys
Spesies : Eretmochelys imbricate (Linnaeus)
12
Selain monitoring habitat ke pulau cemara kita juga mengunjungi tempat
Penetasan Semi Alami yang terletak di legon lele tepatnya di bagian timur pulau
karimunjawa. Sayangnya kita berkunjung ketika penyu tidak musim untuk bertelur,
namun disana masih ada telur yang dieram untuk ditetaskan. Pemindahan sarang
penyu ke sarang semi alami menjadi salah satu upaya dari Balai Taman Nasional
Karimunjawa untuk menyelamatkan telur penyu dari predator alami dan manusia.
Lokasi peneluran yang tersebar di beberapa pulau menjadi tantangan dalam
konservasi penyu. Nelayan yang memiliki keterampilan mencari sarang penyu
menjadi kunci utama dan sangat membantu para petugas Balai Taman Nasional
dalam program konservasi penyu.
Gambar 4. Penetasan Semi Alami Telur Penyu
Tempat Penetasan Semi Alami Telur penyu ini merupakan program
pelestarian dan konservasi penyu di Karimunjawa, secara garis besar membahas
mengenai metode pemindahan telur penyu, metode penetasan semi alami,
pemeliharaan tukik dan pelepasliaran tukik.
13
Gambar 5. Tempat Pengeraman Telur Penyu
Upaya pengelolaan menurut buku panduan konservasi penyu di Taman
Nasional Karimunjawa Semarang (2010) yaitu :
1. Pemberdayaan masyarakat
Adanya kerjasama atas laporan penemuan sarang penyu oleh nelayan
masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Karimunjawa
2. Pelatih teknis konservasi penyu terhadap masyarakat
Pelatihan teknis konservasi penyu terhadap kelompok pelestari penyu
tahun 2006
3. Pendidikan konservasi penyu
Masuknya mata pelajaran tentang konservasi penyu dalam muatan lokal
pendidikan lingkungan hidup di SD dan SMP Karimunjawa
4. Penyelamatan penyu.
.
14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperolah dari Praktik Kerja Lapangan ini sebagai
berikut:
1. Karakteristik habitat penyu yang ada di Balai Taman Nasional
Karimunjawa di pulau Cemara Kecil memiliki pantai yang landai,
memiliki pasir yang putih dan pulau yang tidak berpenghuni namun
sering dikunjungi oleh wisatawan. Habitat penyu yang ada di
karimunjawa masih bisa terbilang alami karena hampir disemua pulau
yang dikunjungi penyu untuk bertelur merupakan pulau yang tidak
berpenghuni. Hambatan yang ditemukan hanya berupa faktor alam dan
beberapa pula masih di buru oleh manusia. Faktor alam berupa predator
yang berada di pulau tersebut dan faktor yang sangat berpengaruh yaitu
keberadaan sampah laut yang dapat mengahambat penyu untuk
memijahkan telurnya di suatu pulau dan ditambah dengan abrasi yang
terjadi di pulau tersebut.
2. Jenis penyu paling sering ditemukan di Taman Nasional Karimunjawa
adalah jenis penyu sisik (Eretmochelys imbricate).
3. Kegiatan yang di PSA sangat membantu dalam konservasi penyu, dengan
adanya PSA balai mendapatkan data penemuan sarang terbanyak di
pulau apa dan dapat membandingkan jumlah penemuan sarang dengan
tahun-tahun sebelumnya
5.2 Saran
Saran dari saya adalah ketika melakukan penelitian nantinya lebih
mempersiapkan segala aspek dari segi pengetahuan tempat yang akan diteliti dan
lebih banyak membaca jurnal yang terkait dengan penelitian, agar tidak membuang-
buang waktu, dan lebih memahami data yang akan diambil apa saja, dan jangan
malu untuk bertanya kepada petugas Balai.
15
DAFTAR PUSTAKA
Taman Nasional Karimunjawa, 2015. Laporan Kegiatan Monitoring Habitat penyu.
Taman Nasional Karimunjawa
Taman Nasional Karimunjawa, 2017. Laporan Kegiatan Monitoring Penyu. Taman
Nasional Karimunjawa
Mangunjaya, F. 2008. Menyelamatkan Penyu Indonesia. Jurnal Tropika
Indonesia. Vol 12 No. 2 Halaman : 8-12
Pradana F A. 2013. Habitat Tempat Bertelur Penyu Hijau (Chelonia mydas) di
Kawasan Taman Wisata Alam Sungai Liku Kabupaten Sambas
Kalimantan Barat.
https://media.neliti.com/media/publications/10316-ID-habitat-
tempat-bertelur-penyu-hijau-chelonia-mydas-di-kawasan-taman-
wisata-alam.pdf. (diakses tanggal 31 Januari 2019)
Taman Nasional Karimunjawa, 2010. Buku Panduan Konservasi Penyu. Semarang
Van Dalen, D.B. 1979. Understanding Educational Reasearch
Taman Nasional Karimunjawa, 2011. Petunjuk Teknis Pengamanan Kawasan
Konservasi di Taman Nasional Karimunjawa oleh Masyarakat Mitra
Polhut (MMP).
16
KESAN DAN PESAN
Kesan pertama kali saya menginjakkan kaki dipulau Karimunjawa, saya
sangat terpoesona dengan keindahan laut dan pantainya. Lautnya berbawarna biru
jernih, saya masih kagum karena dipelabuhan saja masih banyak terumbu karang
yang hidup dan ikan-ikan karang yang cantik, tidak seperti pelabuhan yang ada di
Jakarta airnya saja sudah berwarna hitam dan jelas sudah tercemar. Hampir setaip
hari saya snorkeling di pantai ataupun di dermaga. Saya bersyukur masih bisa
melihat salah satu dari jutaan keindahan laut yang dimiliki oleh Indonesia.
Kesan selama melaksanakan PKL, semua kegiatan yang dilakukan memiliki
pelajaran yang bisa diambil maknanya masing-masing dan sangat bermanfaat dan
pastinya dapat menambah ilmu pengetahuan tentang konservasi. Ketika pertama
kali sampai minggu pertama dikantor sepi karena petugas balai sedang
melaksanakan kegiatan uji kompetensi. Jadi dua minggu pertama masih bisa
dibilang belum banyak kegiatan hanya mengambil data sendiriann. Pas minggu tiga
dan empat kegiatan balai mulai banyak dan petugas sudah kembali bekerja, dan
kami mulai mengikuti kegitan salah satunya memonitoring kegiatan pariwisata
dimana kita mengelilingi pulau, kegiatan ini merupakan hal yang tidak pernah
telupakan.
17
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan telah Melaksanakan PKL
18
Lampiran 2. Logbook
19
20
21
Lampiran 3. Dokumentasi kegiatan
Kegiatan monitoring habitat penyu di Pulau Cemara Kecil
22
Kegiatan di Penetasan Semi Alami
Top Related