8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
1/56
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIABADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT KEUANGAN UMUM2007
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF SPESIALISASI
PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA
(Diklat Jarak Jauh)
MODUL
Penatausahaan Kekayaan NegaraDipisahkan
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
2/56
i
KATA PENGANTAR
Proses pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu sarana yang
senantiasa diperlukan oleh setiap orang, termasuk mereka yang tengah bekerja dalam
rangka meningkatkan karir kerja dalam kehidupannya, karena proses pembelajaran
pada hakekatnya adalah salah satu cara untuk terjadinya peningkatan dan
pengembangan sumber daya manusia dalam rangka mengantisipasi permasalahan dan
pemenuhan kebutuhan kerja di masa depan.
Modul Penatausahaan Kekayaan Negara Dipisahkan yang ditulis oleh Saudari
Tio S. Siahaan SH., LLM. ini disusun dan digunakan dalam Diklat Teknis Substantif
Spesialisasi (DTSS) Pengelolaan Kekayaan Negara yang diselenggarakan oleh
Pusdiklat Keuangan Umum bagi pegawai dari Direktorat Jenderal Kekayaan Negara(DJKN) Departemen Keuangan, dan dirancang untuk memberi bekal pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan bagi pegawai DJKN dalam bidang kekayaan negara guna
meningkatkan motivasi dan memperlancar kemampuan dalam rangka penugasan tugas
di lingkungan kerja DJKN. Modul ini sudah mendapatkan masukan-masukan dari
berbagai pihak, diantaranya Saudara Drs. Sigit Setiawan, MBAP (dari DJKN) dan Ibu Dr.
Durri Andriani (dari Universitas Terbuka).
Kami menghargai dan berterima kasih atas upaya penulis dan pereview dalam
mempersiapkan dan menyusun modul ini sehingga turut membantu memberikan
kemudahan bagi peserta pendidikan dan pelatihan di lingkungan Pusdiklat Keuangan
Umum Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Departemen Keuangan.
Jakarta, November 2007Kepala Pusdiklat Keuangan Umum,
ttd
Agus HermantoNIP 060048497
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
3/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 1
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................
B. Tujuan...........................................................................
C. Kerangka Pemikiran..........................................................................
1
3
3
BAB II : KONSEPSI KEKAYAAN NEGARA YANG DIPISAHKAN
A. Dasar Hukum................................................................................................
B. Pengertian.....................................................................................................
C. Ruang Lingkup..............................................................................................
6
7
9
BAB III : TATA CARA PEMISAHAN KEKAYAAN NEGARA
A. Pengertian ....................................................................................................
B. Tujuan dan Pertimbangan Penyertaan Modal Negara..................................
C. Sumber-sumber dan Wujud Penyertaan Modal Negara................................
D. Subyek Penyertaan Modal Negara................................................................
11
12
12
13
BAB IV : TATA CARA PENYERTAAN MODAL NEGARA
A. PMN Yang Dananya Bersumber Dari Fresh Money APBN........................
B. PMN Yang Bersumber Dari BMN Pada Kementerian Keuangan................
C. PMN Yang Bersumber Dari BMN Pada Kementerian Teknis.....................
D. Tata Cara Pengurangan PMN Dalam Rangka Privatisasi.............................E. Tata Cara Pengurangan PMN Dalam Rangka Restrukturisasi.....................
F. Tata Cara Pengurangan PMN Dalam Rangka Pngalihan Aset BUMN
Untuk PMN Pada BUMN Lain Atau Perseroan Terbatas............................
G. Tata Cara Pengurangan PMN Dalam Rangka Pngalihan Aset BUMN
Untuk PMN Guna Pendirian BUMN Baru...................................................
17
18
22
2525
25
28
BAB V : PRIVATISASI
A. Pengertian ....................................................................................................
B. Maksud Dan Tujuan Privatisasi....................................................................C. Bentuk Privatisasi.........................................................................................
D. Tata Cara Privatisasi.....................................................................................
34
3435
36
BAB VI : RESTRUKTURISASI
A. Pengertian ....................................................................................................
B. Maksud Dan Tujuan Restrukturisasi.............................................................
C. Ruang Lingkup Privatisasi................................................................
D. Tata Cara Restrukturisasi..............................................................................
39
39
39
40
BAB VII : PERGURUAN TINGGI SEBAGAI BADAN HUKUM MILIK NEGARA
A. Latar Belakang.............................................................................................. 43
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
4/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 2
B. Dasar Hukum................................................................................................
C. Pengertian.....................................................................................................
D. Penetapan Perguruan Tinggi.........................................................................
E. Kekayaan Perguruan Tinggi.........................................................................
F. Penetapan Perguruan Tinggi Sebagai BHMN..............................................
G. Permasalahan Pada BHMN...........................................................................
43
44
44
45
46
48
BAB VIII : PENATAUSAHAAN PENYERTAAN MODAL NEGARA
A. Pengertian ....................................................................................................
B. Maksud Dan Tujuan......................................................................................
C. Metode Pencatatan........................................................................................
D. Dokumen Legal Penatausahaan....................................................................
50
50
51
51
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
5/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 1
Bab I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Sebagai Negara yang menganut paham ekonomi
kerakyatan sebagaimana tercermin dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, Pemerintah berkewajiban untuk
memajukan kesejahteraan rakyat. Cita-cita luhur memajukan
kesejahteraan rakyat semakin dipertegas dengan amanat Pasal
33 Undang-Undang Dasar 1945 bahwa cabang-cabang
produksi yang penting bagi Negara dan menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh Negara.
Secara berkesinambungan Pemerintah terus berupaya
untuk mewujudkan amanat konstitusional ini dalam pengelolaan
perekonomian Negara dengan membentuk Perusahaan Negara
untuk mengelola cabang-cabang produksi yang penting bagi
Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak. Dari sisi
hukum, tahun 1969, Pemerintah bersama dengan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) menetapkan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 tentang Bentuk-
Bentuk Usaha Negara yang selanjutnya disahkan menjadi
Undang-Undang dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969
sebagai pedoman pengelolaan Perusahaan Negara.
Dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969 ditetapkan
adanya 2 (dua) jenis Perusahaan Negara yaitu Perusahaan
Perseroan (Persero) dan Perusahaan Umum (Perum). Perusahaan
Negara yang berbentuk Persero didirikan sesuai ketentuan
Perseroan Terbatas yang diatur dalam Kitab Undang - Undang
Hukum Dagang (StbI.1847:23) dengan kepemilikan Negara
dalam bentuk saham baik secara keseluruhan atau sebagian.
Sedangkan Perum adalah Perusahaan Negara yang didirikan
dan diatur berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 19Prp. Tahun 1960 dan yang seluruh modalnya, yang tidak terbagi
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
6/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 2
atas saham, dimiliki oleh Negara.
Saham Negara pada Persero maupun modal pada Perum
seluruhnya bersumber dari Kekayaan Negara yang dipisahkan.
Dipisahkan dalam artian pengelolaan kekayaan Negaratersebut tidak dilakukan dalam mekanisme Anggaran
Pendapatan Negara (APBN) melainkan dikelola sesuai dengan
mekanisme korporasi oleh masing-maing Persero dan Perum.
Dalam perkembangannya, pembentukan BUMN atau
Perusahaan Negara tidak melulu hanya untuk bidang usaha
yang menguasai hajat hidup orang banyak dan yang penting
bagi Negara. Namun juga untuk bidang usaha yang tidak
diminati oleh swasta. Dalam hal ini, Perusahaan Negara
berperan sebagai agent of development. Perusahaan Negara
atau BUMN juga melakukan kegiatan yang ditugaskan oleh
Pemerintah (public service obligation) dengan memperoleh
imbalan atau subsidi dari Pemerintah. Peran BUMN yang
demikian besar ternyata tidak diimbangi dengan pengelolaan
BUMN untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Belakangan bahkan cukup banyak BUMN/Perusahaan Negara
yang dalam posisi sangat kritis akhirnya membebani Negara
untuk menyuntikkan lagi kekayaan Negara sebagai
penyertaan modal Negara ke dalam BUMN sebagai upaya
penyelamatan BUMN.
Dari sisi jumlah, keberadaan Perusahaan Negara/BUMN
semakin meningkat. Namun dari sisi peran dan manfaatnya,
masih dirasakan kesenjangan yang dimainkannya kurang
memenuhi maksud tujuan pembentukannya. Kondisi demikian,
kemudian membawa Pemerintah dalam hal ini diwakili oleh
Kementerian Negara BUMN selaku penerima kuasa dari Menteri
Keuangan untuk bertindak selaku Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS), mencanangkan untuk melakukan restrukturisasi
Perusahaan Negara/BUMN yang dikenal dengan program
Rightsizing. Rightsizing yang dicanangkan Kementerian Negara
BUMN meliputi pengkajian atas kemungkinan untuk secara terus-
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
7/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 3
menerus melakukan pembentukan holding diantara BUMN
dengan bidang usaha yang sama, merger/akuisisi BUMN.
Selain upaya-upaya tersebut di atas, dalam rangka
pengamanan atas kekayaan Negara yang telah ditempatkandalam BUMN, kiranya sesuai dengan prinsip pengawasan
korporasi, Pemerintah perlu secara hati-hati dan
bertanggungjawab dalam memilih dan mengusulkan pejabat
Departemen Keuangan untuk menjadi wakil Pemerintah sebagai
Komisaris dalam BUMN.
2. TUJUAN
Melalui modul ini, diharapkan para siswa akan
memperoleh pemahaman dan mampu menjelaskan mengenai:
1. konsepsi dasar kekayaan Negara yang dipisahkan
2. pihak-pihak yang turut serta dalam pengelolaan kekayaan
Negara yang dipisahkan
3. tatacara pemisahaan kekayaan Negara yang pada
dasarnya menjadi satu kesatuan dengan tatacara
pengusulan penyertaan modal Negara
4. tatacara Penatausahaan Kekayaan Negara Yang
Dipisahkan
5. peran Direktorat Jenderal Kekayaan Negara dalam
melakukan tugas pokok dan fungsi perumusan kebijakan di
bidang kekayaan Negara yang dipisahkan.
3. KERANGKA PEMIKIRAN
Dengan telah berlakunya Undang-Undang Badan Usaha
Milik Negara (UU BUMN) yang secara tegas telah mencabut
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969, maka dalam pengelolaan
modul ini, kerangka berpikir yang digunakan adalah mengacu
pada UU BUMN, disamping UU Kekayaan Negara dan UU
Perbendaharaan Negara.
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
8/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 4
Perkembangan terkini pengelolaan BUMN dengan secara
prinsip pemisahan kekayaan Negara tersebut tidak berubah
dengan adanya UU Nomor 19 Tahun 2003 - tentang BUMN.
Pemisahan kekayaan Negara dengan berbentuk modal/saham
pada BUMN tersebut dilakukan melalui penyertaan penanaman
modal oleh Pemerintah dan sesuai dengan UU Nomor 9 Tahun
1969 yang terdahulu maupun UU Nomor 19 Tahun 2003 yang
sekarang ini, pemisahan tersebut baik berupa setiap
penambahan maupun pengurangan pada penyertaan modal
Negara harus ditetapkan dengan suatu Peraturan Pemerintah.
Adapun kerangka berpikir yang digunakan dalam
penulisan modul ini adalah sebagai berikut:
1. Negara menjadi pemilik modal/pemegang saham pada
BUMN/PT
Jauh sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, pemisahan kekayaan
Negara pada dasarnya telah dilaksanakan dalam
mekanisme pengelolaan keuangan Negara.
2. Pemisahan kekayaan Negara dari APBN menjadi modal
BUMN/PT, dan kekayaan awal BHMN
Dalam rangka penguasaan cabang-cabang produksi
yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup
orang banyak sebagaimana diamanatkan Undang-
Undang Dasar 1945 tersebut, Negara memisahkan
sebagian dari kekayaan Negara dan menempatkannya
sebagai penyertaan modal Negara dalam membentuk
Perusahaan Negara atau yang sekarang lebih dominan
disebut sebagai Badan Usaha Milik Negara.
3. Pemisahan kekayaan Negara harus memberi manfaat
bagi masyarakat
Filosofi pemisahan kekayaan Negara sebagai bagian dari
kekayaan Negara adalah untuk menghasilkan
kemakmuran bagi rakyat Indonesia. Hal ini secara jelas
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
9/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 5
dan tegas diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar
1945.
4. Batasan Kewenangan negara dalam pengelolaan
kekayaan Negara yang telah dipisahkan
Meskipun Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara (BUN) merupakan wakil Pemerintah dalam
kepemilikan saham dalam hal ini BUMN/PT, namun
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003,
kewenangan RUPS tersebut didelegasikan kepada
Menteri Negara BUMN. Dengan pendelegasian ini, maka
dalam pengelolaan PMN yang dilakukan dalam
mekanisme korporasi, kewenangan Menteri Negara BUMN
lebih kepada pengusulan kebijakan restrukturisasi
perusahaan yang dapat berdampak pada penyediaan
anggaran di APBN, sedangkan posisi Menteri Keuangan
lebih kepada usul pengajuan PMN kepada Presiden.
5. Peran Stakeholder negara dalam pengamanan kekayaan
negara yang telah dipisahkan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Komisaris,
sebagai salah satu organ perusahaan, mengemban tugas
penting melakukan pengawasan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) dalam rangka pencapaian kepentingan
dan tujuan BUMN. Pelaksanaan pengawasan BUMN oleh
Komisaris dilakukan sesuai Anggaran Dasar BUMN dan
peraturan perundang-undangan dan sejalan dengan
prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, yang
mewakili kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawab-
an dan kewajaran.
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
10/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang DipisahkanKekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 6
Bab II
KONSEPSI KEKAYAAN NEGARA YANG
DIPISAHKAN
1. DASAR HUKUM
Landasan hukum yang digunakan dalam
pelaksanaan dan pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan adalah sebagai berikut :
1. Pasal 23 dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355)
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4286)
4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Lembaran
Negara Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4297)
5. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Tahun 2007
Nomor ...., Tambahan Lembaran Negara Nomor......
6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 Tentang
Pelimpahan Kedudukan, Tugas dan Kewenangan
Menteri Keuangan pada Perusahaan Perseroan
(Persero), Perusahaan Umum (Perum), dan
Perusahaan Jawatan (Perjan) kepada Menteri Badan
Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Tahun 2003
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4305)
7. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang
Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero)
8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2005 tentang
Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan
Perubahan Bentuk Badan Usaha Milik Negara
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
11/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang DipisahkanKekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 7
9. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 Tentang
Tatacara Penyertaan dan Penatausahaan Modal
Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan
Perseroan Terbatas
10. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang
Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Negara.
2. PENGERTIAN
Definisi-definisi yang digunakan dalam pelaksanaan dan
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan adalah
sebagai berikut :
a. Penyertaan Modal Negara (PMN) adalah kekayaannegara yang dipisahkan untuk dijadikan sebagai modal
BUMN dan/atau Perseroan Terbatas lainnya, dan dikelola
secara korporasi
b. Pengelola Barang Milik Negara adalah pejabat yang
berwenang dan bertanggungjawab menetapkan
kebijakan umum pembinaan dalam pengelolaan barang
milik negara, yaitu Menteri Keuangan
c. Pengguna Barang Milik Negara adalah pejabatpemegang kewenangan penggunaan barang rnilik
negara, yaitu Menteri/Pimpinan Lembaga
d. Kekayaan Negara yang tidak dipisahkan adalah
Kekayaan Negara yang ada pada
Departemen/Lembaga atau Badan Hukum Pemerintah
yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) atau perolehan lainnya yang sah
e. Kekayaan Negara yang dipisahkan adalah kekayaannegara yang berasal dari APBN atau perolehan lainnya
yang sah yang dijadikan penyertaan modal Negara
pada BUMN
f. Wakil Pemerintah adalah menteri yang ditunjuk atau
diberi kuasa selaku pemegang saham Negara pada
Persero dan pemilik modal pada Perum dengan
memperhatikan peraturan perundang-undangan
g. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
12/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang DipisahkanKekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 8
Negara
h. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero,
adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang
modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling
sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki
oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya
mencari keuntungan
i. Perseroan Terbatas adalah perseroan terbatas yang tidak
termasuk persero
j. Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum,
adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki Negara dan
tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk
memanfaatan umum berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus
mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan
perusahaan
k. Penatausahaan adalah pencatatan dalam rangka
pengadministrasian untuk mengetahui besarnya
penyertaan modal negara dalam BUMN
l. Pengusulan adalah proses penyelesaian administrasi baik
dari aspek teknis maupun yuridis penyertaan modal
negara dalam BUMN
m. Proyek Selesai adalah Proyek Fisik maupun Non Fisik yang
seluruhnya atau sebagian telah berfungsi
n. Privatisasi adalah penjualan saham persero baik sebagian
maupun seluruhnya kepada pihak lain dalam rangka
meningkatkan kinerja/nilai perusahaan, memperbesar
manfaat bagi negara/masyarakat, serta memperluas
pemilikan saham oleh masyarakat
o. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ
persero yang memegang kekuasaan tertinggi dalam
persero dan memegang segala wewenang yang tidak
diserahkan kepada direksi dan komisaris
p. Kapitalisasi adalah penambahan modal disetor penuh
oleh Pemerintah
q. Divestasi adalah penjualan saham Negara pada suatu
Persero atau Perseroan Terbuka (Tbk.) baik sebagian
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
13/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang DipisahkanKekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 9
maupun seluruhnya kepada pihak lain dalam rangka
meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar
manfaat bagi Negara dan masyarakat, serta memperluas
pemilikan saham oleh masyarakat
r. Laporan Keuangan adalah suatu laporan yang
menggambarkan pandangan yang wajar dari, atau
menyajikan dengan wajar, posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu BUMN atau Perseroan
Terbatas
s. Laporan PMN adalah laporan yang menyajikan informasi
tentang penyertaan modal Negara pada BUMN atau
Perseroan Terbatas dengan menggunakan format
tertentu.
t. Badan Hukum Milik Negara, yang selanjutnyas disingkat
BHMN adalah . .
3. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelaksanaan dan pengelolaan kekayaan
negara meliputi:
1. Penyertaan Modal Negara
Pengelolaan kekayaan negara dimulai sejak adanyausul inisiatif baik yang diajukan oleh Menteri Negara
BUMN, Menteri Keuangan atau Menteri Teknis, yang
meliputi:
a. PMN dalam rangka pendirian BUMN, baik yang
berbentuk Persero maupun Perum
b. PMN dalam rangka Penambahan Modal pada BUMN
dan/atau Perum
c. PMN dalam rangka Public Service Obligation (PSO),
meskipun tidak selalu PSO yang diserahkan
Pemerintah kepada BUMN dilaksanakan dengan
bentuk PMN, karena peraturan perundang-
undangan memungkinkan dilakukannya PSO dengan
cara memberikan konsepsi
d. PMN dalam rangka pengurangan Modal. Dana yang
diperoleh dari pengurangan modal Pemerintah pada
BUMN ini dapat digunakan sebagai pembiayaandefisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
14/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang DipisahkanKekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 10
namun juga dapat digunakan untuk dijadikan
penyertaan modal atau tambahan PMN pada tahun
anggaran yang sama.
2. Privatisasi BUMN
a. Initial Public Offering
b. Secondary Public Offering
c. Right Issue.
3. Divestasi BUMN
a. Divestasi pada BUMN Lain
b. Divestasi pada Strategic Partner
c. Divestasi pada Pemerintah Daerah.
4. Kekayaan Awal pada Badan Hukum Milik Negara
a. Kekayaan Awal pada Perguruan Tinggi
1) Institut Pertanian Bogor (IPB)
2) Institut Teknik Bandung (ITB)
3) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
4) Universitas Indonesia (UI)
5) Universitas Airlangga (Unair)
6) Universitas Gajah Mada (UGM)
7) Universitas Sumatera Utara (USU).
b. Kekayaan Awal pada Badan Pelaksana Migas
1) Kontrak Kerjasama Migas (KKS)
2) Profit Sharing.
5. Kekayaan Awal pada Badan Pelaksana Harian Migas.
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
15/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkan
11Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan
Kekayaan Negara Yang DipisahkanBab III
TATA CARA PEMISAHAN KEKAYAAN
NEGARA
1. PENGERTIAN
Penyertaan Modal Negara adalah pengalihan
kepemilikan Barang Milik Negara yang semula merupakan
kekayaan negara yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan
negara yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai
modal/saham negara pada Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), atau Badan
Hukum lainnya.
Pengusulan adalah proses penyelesaian administrasi baik
dari aspek teknis maupun yuridis penyertaan modal Negara
dalam BUMN, BUMD, atau Badan Hukum lainnya. Dalam
proses pengusulan PMN kegiatannya meliputi :
1. Pengusulan PMN dalam rangka pendirian, penambahan
dan pengurangan PMN pada BUMN, BUMD, atau BadanHukum lainnya dari Menteri Negara BUMN atau
Menteri/Pimpinan Lembaga atau Pimpinan BHMN kepada
Menteri Keuangan
2. Penyelesaian pada Departemen Keuangan atas usulan
penambahan/pengurangan PMN dan/atau usulan terkait
dengan PMN dalam rangka pendirian/pembubaran
BUMN, BUMD, Badan Hukum lainnya
3. Tindak lanjut penyelesaian dokumen legal PMN dimaksud
dalam bentuk Peraturan Pemerintah dan Keputusan
Menteri Keuangan sebagai pelaksanaan atas Peratuan
Pemerintah tentang PMN (dalam hal diperlukan).
Dalam hal proses pengusulan untuk mendapatkan
dokumen legal PMN yang sesuai ketentuan yang berlaku tidak
diperlukan adanya penetapan dalam Peraturan Pemerintah
maka dokumen legal dimaksud diproses melalui mekanisme
RUPS untuk mendapatkan keputusan RUPS.
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
16/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkan
12Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan
Kekayaan Negara Yang Dipisahkan
2. TUJUAN DAN PERTIMBANGAN PENYERTAAN MODAL NEGARA
Adapun tujuan dari dilakukan penyertaan modal
Negara dari Pemerintah Republik Indonesia kepada BUMN,
BUMD, atau Badan Hukum lainnya yaitu:
1. Optimalisasi Barang Milik Negara
2. Mendirikan, mengembangkan/meningkatkan kinerja
BUMN, BUMD, dan Badan Hukum lainnya.
Sedangkan pertimbangan dilakukannya penyertaan
modal Negara dari Pemerintah Republik Indonesia kepada
BUMN, BUMD, atau Badan Hukum lainnya yaitu:
1. Dalam rangka pendirian dan/atau
mengembangkan/meningkatkan kinerja BUMN, BUMD,
atau Badan Hukum lainnya
2. Dalam rangka mendukung BUMN, BUMD, atau Badan
Hukum lainnya untuk menjalankan tugas Kewajiban
Pelayanan Umum yang diberikan oleh Pemerintah
3. Yang diusulkan merupakan proyek selesaikementerian/lembaga yang dari awal pengadaannya
telah diprogramkan untuk diserahkan pengelolaannya
pada BUMN, BUMD, atau Badan Hukum lainnya
4. Kekayaan negara yang tidak dipisahkan tersebut menjadi
lebih optimal apabila dikelola oleh BUMN, BUMD, atau
Badan Hukum lainnya.
3. SUMBER-SUMBER DAN WUJUD PENYERTAAN MODAL NEGARA
Sumber penyertaan modal Negara dapat berasal dari :
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau
Kekayaan Negara yang tidak Dipisahkan, berupa :
a. APBN Tunai
b. Proyek Selesai
c. Piutang Negara
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
17/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkan
13Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan
Kekayaan Negara Yang Dipisahkand. Aset Negara Lainnya
2. Kapitalisasi Cadangan
3. Sumber Lainnya.
Sedangkan ditinjau dari aspek bentuk/wujudnya,
Penyertaan Modal Negara atau Ekuitas Pemerintah meliputi :
1. Saham pada Perseroan (Persero) dan Perseroan Terbatas
lainnya
2. Modal pada Perusahaan Umum (Perum).
4. SUBYEK PENYERTAAN MODAL NEGARA
Institusi-institusi yang terkait dengan penatausahaan dan
pengusulan PMN pada BUMN dan Perseroan Terbatas,
dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing
meliputi:
1. Kementerian Keuangan
Sesuai UU Nomor 17 Tahun 2003, Menteri Keuangan
antara lain memiliki wewenang dan tanggung jawab
sebagai pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam
kepemilikan Kekayaan Negara yang dipisahkan. Di
samping itu. kedudukan Menteri Keuangan berdasarkan
Undang - undang Nomor 1 Tahun 2004 adalah sebagai
pengelola barang milik Negara. Namun demikian, sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 sebagian
kewenangan Menteri Keuangan terkait dengan
kedudukannya sebagai wakil pemerintah pada BUMN
dilimpahkan kepada Menteri Negara BUMN Sedangkan
kewenangan dalam rangka penatausahaan dan
pengusulan PMN pada BUMN tetap berada pada
Menteri Keuangan.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, dan dengan
pertimbangan bahwa PMN tidak saja ada pada BUMN,
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
18/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkan
14Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan
Kekayaan Negara Yang Dipisahkantetapi terdapat pula pada perseroan terbatas, maka
selanjutnya Menteri Keuangan mengatur pedoman lebih
lanjut mengenai penatausahaan dan pengusulan PMN
pada BUMN dan perseroan terbatas. Pengaturantersebut menyangkut dokumen-dokumen yang
diperlukan dalam rangka penatausahaan PMN, institusi
yang terlibat, proses dokumentasi dokumen legal PMN,
pencatatan PMN, dan pelaporan PMN, serta kegiatan-
kegiatan terkait dalam pengusulan PMN. Terdapat
beberapa Eselon I yang terkait dengan pegelolaan
kekayaan Negara yang dipisahkan, yaitu:
a. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara c.q. Direktorat
Barang MIlik Negara II terkait dengan pelaksanaan
Penyertaan Modal Negara
b. Badan Kebijakan Fiskal c.q. Pusat Pengelolaan Risiko
Fisal terkait dengan risk management Penyertaan
Modal Negara
c. Direktorat Jenderal Anggaran c.q. Direktorat AnggaranIII terkait dengan penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Bagian Anggaran 99
d. Direktorat Jenderal Perbendaharan c.q.:
1) Direktorat Pengelolaan Kas Negara terkait dengan
pencairan Dana Penyertaan Modal Negara
2) Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
terkait dengan Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat.
2. Kementerian yang Ditunjuk dan/atau Diberi Kuasa
Dalam Pembinaan BUMN.
Kementerian Negara BUMN memiliki wewenang dan
tanggung jawab sebagai wakil pemerintah selaku RUPSpada Persero dan pemegang saham pada Perseroan
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
19/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkan
15Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan
Kekayaan Negara Yang DipisahkanTerbatas, serta pemilik modal pada Perum. Dalam
kaitannya dengan penatausahaan dan pengusulan PMN
ini, Kementerian Negara BUMN bertanggung jawab untuk
menyampaikan kepada Menteri Keuangan dokumen PMNyang tidak memerlukan penerbitan Peraturan Pemerintah,
berupa keputusan RUPS dan penerbitan. Semua keputusan
terkait dengan PMN, serta konfirmasi dan klarifikasi atas
PMN pada BUMN dan Perseroan Terbatas yang ada pada
kewenangannya. Terkait dengan kegiatan pengusulan
PMN, Kementerian Negara BUMN mengusulkan
penambahan/ pengurangan PMN pada batas-batas
kewenangannya. Terdapat beberapa Eselon I yang terkait
dengan pegelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan,
yaitu:
a. Sekretariat Kementerian Negara BUMN
b. Deputi Bidang Restrukturisasi dan Privatisasi.
3. Kementerian Negara/Lembaga Teknis
Terhadap PMN yang berasal dari proyek selesai dan
kekayaan negara yang tidak dipisahkan yang berada
pada penguasaan departemen/lembaga,
Menteri/Pimpinan Lembaga bertanggungjawab dalam
pengusulan PMN dimaksud kepada Menteri Keuangan
untuk diproses izin prinsip penghapusannya dengan tindak
lanjut disertakan pada BUMN melalui mekanisme sesuai
ketentuan yang berlaku, sebelum dilakukan pengusulan
dokumen legal PMN berupa PP.BUMN/Perseroan Terbatas
terkait.
4. Badan Usaha Milik Negara
Setiap BUMN (Persero dan Perum) berwenang untuk
mengelola dan mengadministrasikan PMN yang
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
20/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkan
16Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanditerimanya, dan selanjutnya bertanggung jawab dalam
menvampaikan pelaporan secara periodik kepada
Menteri.
Keuangan terkait dengan PMN yang ada pada BUMN
bersangkutan dengan menggunakan format laporan
seperti terlampir, dan disertai dengan Laporan Keuangan
Perusahaan sebagai informasi tambahan untuk
memperjelas kedudukan PMN dimaksud dalam laporan
keuangan.
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
21/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 17
Bab IV
TATA CARA PENYERTAAN MODAL NEGARA
1. PMN YANG DANANYA BERSUMBER DARI FRESH MONEYAPBN
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, salah satu sumber PMN
adalah fresh money yang bersumber dari APBN. Adapun tatacara penyertaan
modal Pemerintah adalah sebagai berikut:
a. Menteri Negara BUMN dan/atau Menteri Teknis menyampaikan usulan PMN
kepada Menteri Keuangan, paling lambat 6 (enam) bulan sebelum tahunanggaran bersangkutan yang dilengkapi dengan kajian aspek bisnis dan
aspek terkait lainnya.
b. Menteri Keuangan melakukan kajian atas usulan dimaksud. Untuk
pengkajian tersebut Menteri Keuangan dapat membentuk Tim yang
anggotanya terdiri dari unsur-unsur Departemen Keuangan, Kementerian
Negara BUMN, Departemen Teknis, dan BUMN bersangkutan. Tim tersebut
mempunyai tugas antara lain sebagai berikut:
1. Melakukan penelitian data administratif dan fisik.
2. Melakukan kajian aspek finansial, aspek resiko fiskal, aspek yuridis, aspek
administratif dan aspek bisnis serta aspek terkait lainnya.
3. melakukan kajian kelayakan Penyertaan Modal Negara.
4. menyusun dan menyampaikan rekomendasi hasil kajian kepada Menteri
Keuangan.
c. Dalam hal usulan PMN dinyatakan layak untuk diteruskan, Menteri
Keuangan menyampaikan rencana PMN kepada Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) sebagai bagian dari pembahasan Rancangan Undang-
Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Persetujuan
DPR terhadap rencana PMN tertuang dalam Undang-Undang APBN.
Berdasarkan Undang-Undang APBN.
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
22/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 18
d. Atas dasar persetujuan DPR tersebut, Menteri Keuangan menyiapkan:
1. usulan Penyertaan Modal Negara kepada Presiden dengan melampirkan
rancangan Peraturan Pemerintah dan
2. penerbitan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
Penyiapan rancangan Peraturan Pemerintah dikoordinasikan oleh Direktur
Jenderal Kekayaan Negara. Sedangkan Penyiapan penerbitan DIPA
dilakukan oleh Direktur Jenderal Anggaran untuk selanjutnya memperoleh
pengesahan dari Direktur Jenderal Perbendaharaan. Menteri Keuangan
c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan melakukan pencairan DIPA setelah
ditetapkannya Peraturan Pemerintah mengenai PMN bersangkutan.
2. PMN YANG BERSUMBER DARI BMN PADA KEMENTERIAN KEUANGAN
Selain bersumber darai fresh money, PMN dapat juga bersumber dari
Barang Milik Negara (BMN). BMN yang akan menjadi PMN dapat
dikelompokan dalam beberapa jenis, yaitu:
1. BMN yang dibeli dengan dana APBN yang sejak semula diperuntukkan
sebagai PMN.
2. BMN yang dibeli dengan dana APBN namun semula tidak
diperuntukkan sebagai PMN
3. BMN yang berasal Dari Perolehan Lainnya Yang Sah
1. PMN yang bersumber dari BMN yang diperoleh dari APBN yang sejak
semula diperuntukkan sebagai PMN
Tatacara PMN atas BMN yang dibeli dari dana APBN dan sejak semula
diperuntukkan sebagai PMN adalah sebagai berikut:
a. Menteri Keuangan melakukan kajian atas rencana PMN yang
bersumber dari BMN, yang pengadaannya berasal dari APBN dan
sejak semula diperuntukkan sebagai PMN. Dalam rangka
pelaksanaan pengkajian, Menteri Keuangan dapat membentuk Tim
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
23/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 19
yang anggotanya terdiri dari unsur-unsur Departemen Keuangan,
Kementerian Negara BUMN, Departemen Teknis, dan BUMN
bersangkutan. Tim tersebut mempunyai tugas antara lain sebagai
berikut:
i) Melakukan penelitian data administratif dan fisik.
ii) Melakukan kajian aspek finansial, aspek resiko fiskal, aspek yuridis,
aspek administratif dan aspek bisnis serta aspek terkait lainnya.
iii) Melakukan kajian kelayakan Penyertaan Modal Negara.
iv) Menyusun dan menyampaikan rekomendasi hasil kajian kepada
Menteri Keuangan.
b. Menteri Keuangan dapat menunjuk penilai independen guna
melakukan penilaian atas nilai BMN yang akan dijadikan PMN sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Menteri Keuangan
dapat meminta masukan dari Menteri Negara BUMN dan Menteri
Teknis terhadap rencana PMN.
c. Dalam hal rencana PMN dinyatakan layak untuk diteruskan, Menteri
Keuangan menyampaikan usulan rencana PMN kepada Presiden
dengan melampirkan rancangan Peraturan Pemerintah.
d. Dalam hal Peraturan Pemerintah mengenai PMN dimaksud telah
ditetapkan oleh Presiden, Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal
Kekayaan Negara melakukan serah terima BMN yang telah menjadi
PMN kepada BUMN.
2. Dari APBN Yang Semula Tidak Diperuntukkan Sebagai Penyertaan
Modal Negara
Menteri Keuangan melakukan kajian atas rencana PMN yang
bersumber dari BMN, yang pengadaannya berasal dari APBN dan pada
awalnya tidak diperuntukkan sebagai PMN. Dalam rangka pelaksanaan
pengkajian, Menteri Keuangan dapat membentuk Tim yang
anggotanya terdiri dari unsur-unsur Departemen Keuangan,
Kementerian Negara BUMN, Departemen Teknis, dan BUMN
bersangkutan. Tim tersebut mempunyai tugas antara lain sebagai
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
24/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 20
berikut:
a. Melakukan penelitian data administratif dan fisik.
b. Melakukan kajian aspek finansial, aspek resiko fiskal, aspek yuridis,
aspek administratif dan aspek bisnis serta aspek terkait lainnya.
c. Melakukan kajian kelayakan Penyertaan Modal Negara.
d. Menyusun dan menyampaikan rekomendasi hasil kajian kepada
Menteri Keuangan.
Menteri Keuangan dapat menunjuk penilai independen guna
melakukan penilaian atas nilai BMN yang akan dijadikan PMN sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Menteri Keuangan dapat
meminta masukan dari Menteri Negara BUMN dan Menteri Teknis
terhadap rencana Penyertaan Modal Negara.
Dalam hal rencana Penyertaan Modal Negara dinyatakan layak
untuk diteruskan, Menteri Keuangan menyampaikan usulan rencana
PMN kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan tembusan
kepada Presiden. Apabila usulan PMN tersebut disetujui DPR, Menteri
Keuangan menyampaikan usulan PMN kepada Presiden dengan
melampirkan rancangan Peraturan Pemerintah. Dalam hal Peraturan
Pemerintah mengenai PMN dimaksud telah ditetapkan oleh Presiden,
Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Kekayaan Negara melakukan
serah terima BMN yang telah menjadi PMN kepada BUMN.
3. Dari Perolehan Lainnya Yang Sah
Menteri Keuangan melakukan kajian atas rencana PMN yang
bersumber dari perolehan lainnya yang sah, antara lain:
a. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis
b. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari
perjanjian/kontrak
c. barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang
atau
d. barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
25/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 21
Dalam rangka pelaksanaan pengkajian, Menteri Keuangan
membentuk Tim yang anggotanya terdiri dari unsur-unsur Departemen
Keuangan, Kementerian Negara BUMN, Departemen Teknis, dan BUMN
bersangkutan. Tim tersebut mempunyai tugas antara lain sebagaiberikut.
a. Melakukan penelitian data administratif dan fisik.
b. Melakukan kajian aspek finansial, aspek resiko fiskal, aspek yuridis,
aspek administratif dan aspek bisnis serta aspek terkait lainnya.
c. Melakukan kajian kelayakan Penyertaan Modal Negara.
d. Menyusun dan menyampaikan rekomendasi hasil kajian kepada
Menteri Keuangan.
Menteri Keuangan menunjuk penilai independen guna melakukan
penilaian atas nilai BMN yang akan dijadikan PMN sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. Menteri Keuangan dapat meminta
masukan dari Menteri Negara BUMN dan Menteri Teknis terhadap
rencana PMN. Dalam hal rencana PMN dinyatakan layak untuk
diteruskan:
a. bagi rencana PMN yang bernilai diatas Rp100 miliar dan/atau
berupa tanah dan bangunan yang sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan harus terlebih dahulu memperoleh
persetujuan DPR, dengan ketentuan sebagai berikut:
i. Menteri Keuangan mengajukan permohonan persetujuan PMN
kepada DPR dengan tembusan kepada Presiden
ii. berdasarkan persetujuan dari DPR, Menteri Keuangan
menyampaikan usulan PMN kepada Presiden dengan
melampirkan rancangan Peraturan Pemerintah.
b. bagi rencana PMN yang bernilai dari Rp10 miliar sampai dengan
Rp100 miliar, dengan ketentuan sebagai berikut:
i. Menteri Keuangan mengajukan permohonan persetujuan prinsip
pelaksanaan PMN kepada Presiden
ii. berdasarkan persetujuan prinsip dari Presiden, Menteri Keuangan
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
26/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 22
c.q. Direktur Jenderal Kekayaan Negara mengkoordinasikan
penyiapan rancangan Peraturan Pemerintah untuk selanjutnya
disampaikan kepada Presiden guna memperoleh penetapan.
c. bagi rencana PMN yang bernilai dibawah Rp10 miliar, MenteriKeuangan menyampaikan rancangan Peraturan Pemerintah
kepada Presiden guna memperoleh penetapan.
Dalam hal Peraturan Pemerintah mengenai PMN dimaksud telah
ditetapkan oleh Presiden, Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal
Kekayaan Negara melakukan serah terima BMN yang telah menjadi
PMN kepada BUMN.
3. PMN YANG BERSUMBER DARI BMN PADA KEMENTERIAN TEKNIS
1. Dari APBN Yang Sejak Semula Diperuntukkan Sebagai PMN
Menteri Teknis menyampaikan usulan PMN kepada
Menteri Keuangan dengan tembusan kepada Menteri
Negara BUMN yang dilengkapi dengan kajian aspek bisnis
dan aspek terkait lainnya.
Menteri Keuangan melakukan kajian atas usulan
dimaksud, dimana Menteri Keuangan dapat membentuk Tim
yang anggotanya terdiri dari unsur-unsur Departemen
Keuangan, Kementerian Negara BUMN, Departemen Teknis,
dan BUMN bersangkutan. Tim tersebut mempunyai tugas
antara lain sebagai berikut:
1. Melakukan penelitian data administratif dan fisik.
2. Melakukan kajian aspek finansial, aspek resiko fiskal, aspekyuridis, aspek administratif dan aspek bisnis serta aspek
terkait lainnya.
3. Melakukan kajian kelayakan Penyertaan Modal Negara.
4. Menyusun dan menyampaikan rekomendasi hasil kajian
kepada Menteri Keuangan.
Menteri Keuangan menunjuk penilai independen guna
melakukan penilaian atas nilai BMN yang akan dijadikan PMN
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
27/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 23
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Menteri
Keuangan dapat meminta masukan dari Menteri Negara
BUMN terhadap rencana PMN.
Dalam hal rencana PMN dinyatakan layak untukditeruskan, Menteri Keuangan menyampaikan usulan
rencana PMN kepada Presiden dengan melampirkan
rancangan Peraturan Pemerintah. Dalam hal Peraturan
Pemerintah mengenai PMN dimaksud telah ditetapkan oleh
Presiden, Menteri Teknis melakukan serah terima BMN yang
telah menjadi PMN kepada BUMN. Menteri Teknis
menyampaikan Berita Acara Serah Terima, Surat Keputusan
penghapusan BMN dari daftar barang pengguna, dan
dokumen terkait lainnya kepada Menteri Keuangan c.q.
Direktur Jenderal Kekayaan Negara guna dilakukan
penatausahaan.
2. Dari Perolehan Lainnya Yang Sah
Menteri Teknis menyampaikan usulan PMN kepada
Menteri Keuangan dengan tembusan kepada Menteri
Negara BUMN yang dilengkapi dengan kajian aspek bisnis
dan aspek terkait lainnya.
Menteri Keuangan melakukan kajian atas usulan
dimaksud, dimana Menteri Keuangan dapat membentuk Tim
yang anggotanya terdiri dari unsur-unsur Departemen
Keuangan, Kementerian Negara BUMN, Departemen Teknis,
dan BUMN bersangkutan. Tim tersebut mempunyai tugas
antara lain sebagai berikut:
1. Melakukan penelitian data administratif dan fisik.
2. Melakukan kajian aspek finansial, aspek resiko fiskal, aspek
yuridis, aspek administratif dan aspek bisnis serta aspek
terkait lainnya.
3. Melakukan kajian kelayakan Penyertaan Modal Negara.
4. Menyusun dan menyampaikan rekomendasi hasil kajian
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
28/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 24
kepada Menteri Keuangan.
Menteri Keuangan menunjuk penilai independen guna
melakukan penilaian atas nilai BMN yang akan dijadikan PMN
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. MenteriKeuangan dapat meminta masukan dari Menteri Negara
BUMN terhadap rencana PMN.
Dalam hal rencana PMN dinyatakan layak untuk
diteruskan:
a. bagi rencana PMN yang bernilai diatas Rp100 miliar
dan/atau berupa tanah dan bangunan yang sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan harus terlebih
dahulu memperoleh persetujuan DPR, dengan ketentuan
sebagai berikut:
i. Menteri Keuangan mengajukan permohonan
persetujuan PMN kepada DPR dengan tembusan
kepada Presiden
ii. Berdasarkan persetujuan dari DPR, Menteri Keuangan
menyampaikan usulan PMN kepada Presiden dengan
melampirkan rancangan Peraturan Pemerintah.
b. bagi rencana PMN yang bernilai dari Rp10 miliar sampai
dengan Rp100 miliar:
i. Menteri Keuangan mengajukan permohonan
persetujuan prinsip pelaksanaan pmn pada Presiden
ii. Berdasarkan persetujuan prinsip dari Presiden, MenteriKeuangan cq. Direktur Jenderal Kekayaan Negara
menyiapkan rancangan Peraturan Pemerintah untuk
selanjutnya disampaikan kepada Presiden guna
memperoleh penetapan.
c. bagi rencana PMN yang bernilai dibawah Rp10 miliar,
Menteri Keuangan menyampaikan rancangan Peraturan
Pemerintah kepada Presiden guna memperolehpenetapan.
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
29/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 25
Dalam hal Peraturan Pemerintah mengenai PMN
dimaksud telah ditetapkan oleh Presiden, Menteri Teknis
melakukan serah terima BMN yang telah menjadi PMN
kepada BUMN. Menteri Teknis menyampaikan Berita AcaraSerah Terima, Surat Keputusan penghapusan BMN dari daftar
barang pengguna, dan dokumen terkait lainnya kepada
Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Kekayaan Negara
guna dilakukan penatausahaan.
4. TATA CARA PENGURANGAN PMN DALAM RANGKA PRIVATISASI
Privatisasi atau penjualan saham milik Negara merupakan
salah satu cara pengurangan PMN pada Persero dan Perseroan
Terbatas. Adapun ketentuan dan tata cara lebih lanjut
mengenai privatisasi, dibahas lebih lanjut dalam bagian lain
dalam modul ini.
5. TATA CARA PENGURANGAN PMN DALAM RANGKA RESTRUKTURISASI
Adapun ketentuan dan tata cara lebih lanjut mengenai
restrukturisasi BUMN dan Perseroan Terbatas, dibahas lebih lanjut
dalam bagian lain dalam modul ini.
6. TATA CARA PENGURANGAN PMN DALAM RANGKA PENGALIHAN ASET BUMN UNTUK
PMN PADA BUMN LAIN ATAU PERSEROAN TERBATAS
Menteri Negara BUMN menyampaikan usulan rencana
pengurangan PMN dalam rangka pengalihan aset BUMN untuk
PMN pada BUMN lain atau Perseroan Terbatas kepada Menteri
Keuangan yan dilengkapi dengan dokumen antara, sebagai
berikut:
1. Rsalah RUPS/rsalah Rapat Pembahasan Bersama dari
BUMN yang akan dilakukan pengurangan PMN, serta
BUMN dan Perseroan Terbatas yang akan menerima PMN
2. Anggaran Dasar dari BUMN yang akan dilakukan
pengurangan PMN, serta BUMN dan Perseroan Terbatas
yang akan menerima PMN
3. Laporan keuangan BUMN yang akan dilakukan
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
30/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 26
pengurangan PMN, yang telah diaudit dalam 3 (tiga)
tahun terakhir
4. Laporan kinerja BUMN yang akan dilakukan pengurangan
PMN, yang telah disahkan dalam 3 (tiga) tahun terakhir
5. Laporan keuangan BUMN atau Perseroan Terbatas yang
akan menerima PMN, yang telah diaudit dalam 3 (tiga)
tahun terakhir
6. Laporan kinerja BUMN yang akan menerima PMN dalam 3
(tiga) tahun terakhir atau prospektus Perseroan Terbatas
yang akan menerima PMN dan
7. Hasil kajian dari aspek bisnis dan aspek terkait lainnya,
yang mendasari pertimbangan usulan rencana
pengurangan PMN.
Menteri Keuangan melakukan kajian atas usulan dimaksud,
dimana Menteri Keuangan dapat membentuk Tim yang
anggotanya terdiri dari unsur-unsur Departemen Keuangan,
Kementerian Negara BUMN, Departemen Teknis, dan BUMN
bersangkutan. Tim tersebut mempunyai tugas antara lain
sebagai berikut:
1. Melakukan penelitian data administratif dan fisik.
2. Melakukan kajian aspek finansial, aspek resiko fiskal, aspek
yuridis, aspek administratif dan aspek bisnis serta aspek
terkait lainnya.
3. Melakukan kajian kelayakan Penyertaan Modal Negara.
4. Menyusun dan menyampaikan rekomendasi hasil kajian
kepada Menteri Keuangan.
Menteri dapat menunjuk penilai independen guna
melakukan penilaian atas rencana pengurangan PMN sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Menteri dapat
meminta masukan dari Menteri Teknis terhadap rencana
pengurangan PMN.
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
31/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 27
Dalam hal rencana pengurangan PMN dinyatakan layak
untuk diteruskan:
a. bagi rencana pengurangan PMN yang bernilai diatas
Rp100 miliar dan/atau berupa tanah dan bangunan serta
pengurangan PMN yang untuk selanjutnya dijadikan PMN
pada Perseroan Terbatas yang sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan harus terlebih dahulu
memperoleh persetujuan DPR, dengan ketentuan sebagai
berikut:
i. Menteri Keuangan mengajukan permohonan
persetujuan pengurangan PMN kepada DPR dengan
tembusan kepada Presiden
ii. persetujuan dari DPR terhadap rencana pengurangan
PMN pada BUMN dan pengalihannya menjadi PMN
pada BUMN lain atau Perseroan Terbatas dituangkan
dalam Undang-Undang APBN
iii. berdasarkan Undang-Undang APBN, Menteri
Keuangan menyampaikan usulan pengurangan PMN
pada BUMN dan PMN pada BUMN lain atau Perseroan
Terbatas kepada Presiden dengan melampirkan
rancangan Peraturan Pemerintah.
b. bagi rencana pengurangan PMN yang bernilai dari Rp10
miliar sampai dengan Rp100 miliar pada BUMN yang akan
dijadikan PMN pada BUMN lain, dengan ketentuan
sebagai berikut:
i. Menteri Keuangan mengajukan permohonan
persetujuan prinsip pelaksanaan PMN Negara pada
Presiden
ii. berdasarkan persetujuan prinsip dari Presiden, Menteri
Keuangan c.q. Direktur Jenderal Kekayaan Negara
menyiapkan rancangan Peraturan Pemerintah untuk
selanjutnya disampaikan kepada Presiden guna
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
32/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 28
memperoleh penetapan.
c. bagi rencana pengurangan PMN yang bernilai dibawah
Rp10 miliar pada BUMN yang akan dijadikan PMN pada
BUMN lain, Menteri Keuangan menyampaikan rancanganPeraturan Pemerintah kepada Presiden guna
memperoleh penetapan.
Dalam hal Peraturan Pemerintah mengenai pengurangan
PMN dimaksud telah ditetapkan oleh Presiden, pelaksanaan
selanjutnya dilakukan oleh Menteri Keuangan dan Menteri
Negara BUMN sesuai bidang tugas dan kewenangannya
masing-masing. Menteri Negara BUMN menyampaikan dokumen
pelaksanaan pengurangan PMN kepada Menteri, antara lain
sebagai berikut:
a. Akta RUPS/Rapat Pembahasan Bersama dan
b. perubahan Anggaran Dasar dari BUMN yang telah
dilakukan pengurangan Penyertaan Modal Negara, serta
BUMN dan Perseroan Terbatas yang telah menerima
Penyertaan Modal Negara, termasuk tetapi tidak terbatas
pada Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
mengenai pengesahan perubahan Anggaran Dasar
dimaksud serta dokumen terkait lainnya.
7. TATA CARA PENGURANGAN PMN DALAM RANGKA PENGALIHAN ASET BUMN UNTUK
PMN GUNA PENDIRIAN BUMN BARU
Menteri Negara BUMN menyampaikan usulan rencana
pengurangan PMN dalam rangka pengalihan aset BUMN untuk
PMN guna pendirian BUMN baru kepada Menteri Keuangan
yang dilengkapi dengan dokumen antara lain sebagai berikut:
1. rsalah RUPS/rsalah Rapat Pembahasan Bersama dari
BUMN yang akan dilakukan pengurangan PMN
2. Anggaran Dasar dari BUMN yang akan dilakukan
pengurangan PMN
3. Rancangan Anggaran Dasar dari BUMN yang akan
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
33/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 29
didirikan
4. laporan keuangan BUMN yang akan dilakukan
pengurangan PMN, yang telah diaudit dalam 3 (tiga)
tahun terakhir
5. laporan kinerja BUMN yang akan dilakukan pengurangan
PMN, yang telah disahkan dalam 3 (tiga) tahun terakhir
dan
6. hasil kajian dari aspek bisnis dan aspek terkait lainnya,
yang mendasari pertimbangan usulan rencana
pengurangan PMN.
Menteri Keuangan melakukan kajian atas usulan dimaksud,
dimana Menteri Keuangan dapat membentuk Tim yang
anggotanya terdiri dari unsur-unsur Departemen Keuangan,
Kementerian Negara BUMN, Departemen Teknis, dan BUMN
bersangkutan. Tim tersebut mempunyai tugas antara lain
sebagai berikut:
1. Melakukan penelitian data administratif dan fisik.
2. Melakukan kajian aspek finansial, aspek resiko fiskal, aspek
yuridis, aspek administratif dan aspek bisnis serta aspek
terkait lainnya.
3. Melakukan kajian kelayakan Penyertaan Modal Negara.
4. Menyusun dan menyampaikan rekomendasi hasil kajian
kepada Menteri Keuangan.
Menteri dapat menunjuk penilai independen guna
melakukan penilaian atas rencana pengurangan PMN sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Menteri dapat
meminta masukan dari Menteri Teknis terhadap rencana
pengurangan PMN.
Dalam hal rencana pengurangan PMN dinyatakan layak
untuk diteruskan, Menteri Keuangan mengajukan permohonan
persetujuan pengurangan PMN dalam rangka pendirian BUMN
baru kepada PR dengan tembusan kepada Presiden.
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
34/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 30
Persetujuan dari DPR terhadap rencana pengurangan PMN
pada BUMN dalam rangka pendirian BUMN baru dituangkan
dalam Undang-Undang APBN. Berdasarkan Undang-Undang
APBN, Menteri Keuangan menyampaikan usulan pengurangan
PMN pada BUMN dan PMN untuk pendirian BUMN baru kepada
Presiden dengan melampirkan rancangan Peraturan
Pemerintah.
Dalam hal Peraturan Pemerintah dimaksud telah
ditetapkan oleh Presiden, pelaksanaan selanjutnya dilakukan
oleh Menteri Keuangan dan Menteri Negara BUMN sesuai
bidang tugas dan kewenangannya masing-masing. Menteri
Negara BUMN menyampaikan dokumen pelaksanaan
pengurangan PMN kepada Menteri, antara lain sebagai berikut.
1. Akta RUPS/Rapat Pembahasan Bersama
2. Perubahan Anggaran Dasar dari BUMN yang telah
dilakukan pengurangan Penyertaan Modal Negara
3. Anggaran Dasar dari BUMN yang telah didirikan
4. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
mengenai pengesahan Anggaran Dasar dan
5. dokumen terkait lainnya.
Dalam hal inisiatif rencana pengurangan PMN dalam
rangka pengalihan aset BUMN untuk PMN guna pendirian BUMN
baru berasal dari Menteri Keuangan, pelaksanaannya dilakukan
berdasarkan tahapan sejak pengkajian oleh Menteri Keuangan.
Sebagai bagian dari pelaksanaan pengkajian rencana
pengurangan PMN yang inisiatifnya berasal dari Menteri
Keuangan, Menteri Keuangan dapat meminta Menteri Negara
BUMN untuk menyampaikan dokumen sebagaimana tersebut di
atas.
Pengurangan Penyertaan Modal Negara Dalam RangkaDijadikan Kekayaan Negara Yang Tidak Dipisahkan
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
35/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 31
a. Menteri Negara BUMN atau Menteri Teknis
menyampaikan usulan rencana pengurangan
Penyertaan Modal Negara dalam rangka dijadikan
kekayaan Negara yang tidak dipisahkan kepadaMenteri Keuangan.
b. Usulan dimaksud dilengkapi dengan dokumen antara
lain sebagai berikut.
1) rsalah RUPS/rsalah Rapat Pembahasan Bersama
dari BUMN yang akan dilakukan pengurangan
Penyertaan Modal Negara
2) Anggaran Dasar dari BUMN yang akan dilakukan
pengurangan Penyertaan Modal Negara
3) laporan keuangan BUMN yang akan dilakukan
pengurangan Penyertaan Modal Negara, yang
telah diaudit dalam 3 (tiga) tahun terakhir
4) laporan kinerja BUMN yang akan dilakukan
pengurangan Penyertaan Modal Negara, yang
telah disahkan dalam 3 (tiga) tahun terakhir dan
5) hasil kajian dari aspek bisnis dan aspek terkait
lainnya, yang mendasari pertimbangan usulan
rencana pengurangan Penyertaan Modal Negara.
c. Menteri melakukan kajian atas usulan tersebut.
d. Dalam rangka pelaksanaan pengkajian, Menteri
Keuangan dapat membentuk Tim yang anggotanya
terdiri dari unsur-unsur Departemen Keuangan,
Kementerian Negara BUMN, Departemen Teknis, dan
BUMN bersangkutan.
e. Tim tersebut mempunyai tugas sebagai berikut.
1) Melakukan penelitian data administratif dan fisik.
2) Melakukan kajian aspek finansial, aspek resiko fiskal,
aspek yuridis, aspek administratif dan aspek bisnis
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
36/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 32
serta aspek terkait lainnya.
3) Melakukan kajian kelayakan pengurangan
Penyertaan Modal Negara.
4) Menyusun dan menyampaikan rekomendasi hasil
kajian kepada Menteri.
f. Menteri dapat menunjuk penilai independen guna
melakukan penilaian atas rencana pengurangan
Penyertaan Modal Negara sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
g. Dalam hal rencana pengurangan Penyertaan Modal
Negara dinyatakan layak untuk diteruskan, Menteri
Keuangan mengajukan permohonan persetujuan
pengurangan Penyertaan Modal Negara untuk
dijadikan sebagai kekayaan Negara yang tidak
dipisahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat dengan
tembusan kepada Presiden.
h. Persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat terhadap
rencana pengurangan Penyertaan Modal Negara
pada BUMN untuk dijadikan sebagai kekayaan
Negara yang tidak dipisahkan dituangkan dalam
Undang-Undang APBN.
i. Berdasarkan Undang-Undang APBN, Menteri
menyampaikan usulan pengurangan Penyertaan
Modal Negara pada BUMN kepada Presiden dengan
melampirkan rancangan Peraturan Pemerintah.
j. Dalam hal Peraturan Pemerintah dimaksud telah
ditetapkan oleh Presiden, pelaksanaan selanjutnya
dilakukan oleh Menteri Keuangan, Menteri Negara
BUMN, dan Menteri Teknis sesuai bidang tugas dan
kewenangannya masing-masing.
k. Menteri Negara BUMN menyampaikan dokumen
pelaksanaan pengurangan Penyertaan Modal Negara
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
37/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 33
kepada Menteri, antara lain sebagai berikut.
1) Akta RUPS/Rapat Pembahasan Bersama
2) Perubahan Anggaran Dasar dari BUMN yang telah
dilakukan pengurangan Penyertaan Modal
Negara
3) Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
mengenai pengesahan perubahan Anggaran
Dasar sebagaimana tersebut pada butir 2) dan
4) dokumen terkait lainnya.
n. Menteri Teknis menyampaikan dokumen pelaksanaan
penetapan status kekayaan Negara yang tidak
dipisahkan kepada Menteri Keuangan.
o. Dalam hal inisiatif rencana pengurangan Penyertaan
Modal Negara dalam rangka pengalihan aset BUMN
untuk Penyertaan Modal Negara guna pendirian
BUMN baru berasal dari Menteri Keuangan,
pelaksanaannya dilakukan berdasarkan tahapan
sejak butir d di atas.
p. Sebagai bagian dari pelaksanaan pengkajian rencana
pengurangan Penyertaan Modal Negara yang inisiatifnya
berasal dari Menteri Keuangan, Menteri Keuangan dapat
meminta Menteri Negara BUMN untuk menyampaikan dokumen
sebagaimana tersebut pada butir b di atas.
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
38/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 34
Bab V
PRIVATISASI
1. PENGERTIAN
Berdasarkan Pasal 1 angka 12 Undang-undang Nomor 19
Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara disebutkan
bahwa privatisasi adalah penjualan saham Persero, baik
sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka
meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar
manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas
pemilikan saham oleh masyarakat Kepemilikan saham oleh
masyrakat juga dimaksudkan untuk dimiliki oleh
karyawan/manager perusahaan. Dari sisi kepemilikan saham
negara pada BUMN, Privatisasi merupakan salah satu bentuk
pengurangan penyertaan modal negara yang tatacaranya
sebagaimana telah diuraikan pada Bab Tatacara Pemisahan
Kekayaan Negara Dengan Penyertaan Modal Negara.
2. MASKUD DAN TUJUAN PRIVATISASI
Privatisasi dilakukan dengan maksud untuk:
a. memperluas kepemilikan masyarakat atas Persero
b. meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan
c. menciptakan struktur keuangan dan manajemen
keuangan yang baik/kuat
d. menciptakan struktur industri yang sehat dan kompetitif
e. menciptakan Persero yang berdaya saing dan
berorientasi global
f. menumbuhkan iklim usaha, ekonomi makro, dan
kapasitas pasar.
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
39/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 35
Privatisasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja
dan nilai tambah perusahaan dan meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pemilikan saham Persero.
3. BENTUK PRIVATISASI
Privatisasi dilaksanakan dengan cara:
1. penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal
2. penjualan saham langsung kepada investor
3. penjualan saham kepada manajemen dan/atau karyawan
yang bersangkutan
Persero yang dapat diprivatisasi harus sekurang-kurangnya
memenuhi kriteria:
a. industri/sektor usahanya kompetitif atau
b. industri/sektor usaha yang unsur teknologinya cepat
berubah.
Sebagian aset atau kegiatan dari Persero yang melaksanakan
kewajiban pelayanan umum dan/atau yang berdasarkan
undang-undang kegiatan usahanya harus dilakukan oleh BUMN,
dapat dipisahkan untuk dijadikan penyertaan dalam pendirian
perusahaan untuk selanjutnya apabila diperlukan dapat
diprivatisasi. Aset atau kegiatan yang bersifat komersial
dimaksud tetap memperhatikan kriteria sebagaimana di atas.
Sedangkan Persero yang tidak dapat diprivatisasi adalah:
a. Persero yang bidang usahanya berdasarkan peraturan
perundang-undangan hanya boleh dikelola oleh BUMN
b. Persero yang bergerak di sektor usaha yang berkaitan
dengan pertahanan dan keamanan negara
c. Persero yang bergerak di sektor tertentu yang oleh
pemerintah diberikan tugas khusus untuk melaksanakan
kegiatan tertentu yang berkaitan dengan kepentingan
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
40/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 36
masyarakat
d. Persero yang bergerak di bidang usaha sumber daya
alam yang secara tegas berdasarkan peraturan
perundang-undangan dilarang untuk diprivatisasi.
4. TATA CARA PRIVATISASI
Privatisasi harus
didahului dengan tindakan
seleksi atas
perusahaanperusahaan
dan mendasarkan pada
kriteria yang ditetapkan
dalam peraturan
pemerintah. Terhadap
perusahaan yang telah
diseleksi dan memenuhi
kriteria yang telah
ditentukan, setelah
mendapat rekomendasi
dari Menteri Keuangan,
selanjutnya disosialisasikan
kepada masyarakat serta
dikonsultasikan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.
Menteri Negara BUMN melakukan seleksi dan menetapkan
rencana Persero yang akan diprivatisasi, metode Privatisasi yang
akan digunakan, serta jenis dan rentangan jumlah saham yang
akan dijual. Menteri Negara BUMN menuangkan hasil yang akan
digunakan, jenis serta rentangan jumlah saham yang akan dijual
dalam Program Tahunan Privatisasi. Menteri Negara BUMN
menyampaikan Program Tahunan Privatisasi kepada Komite
Privatisasi untuk memperoleh arahan dan kepada Menteri
Keuangan untuk memperoleh rekomendasi, selambat-
lambatnya pada akhir tahun anggaran sebelumnya. Sedangkan
Arahan Komite Privatisasi dan rekomendasi Menteri Keuangan
harus sudah diberikan selambat-lambatnya pada akhir bulan
pertama tahun anggaran berjalan.
Menteri Negara BUMN wajib melaksanakan Program
Tahunan Privatisasi dengan berpedoman pada arahan dan
rekomendasi. Kemudian Menteri Negara BUMN mensosialisasikan
Program Tahunan Privatisasi dan mengkonsolidasikan kepada
DPR-RI. Menteri Negara BUMN mengambil langkah-langkah yang
diperlukan dalam rangka melaksanakan Program Tahunan
Privatisasi. Dalam kondisi tertentu Menteri Negara BUMN dapat
mengusulkan privatisasi yang belum dimasukkan dalam Program
Tahunan Privatisasi setelah terlebih dahulu diputuskan oleh
Komite Privatisasi dan dikonsultasikan dengan DPR-RI.
Pelaksanaan Privatisasi melibatkan lembaga dan/atau
profesi penunjang serta profesi lainnya sesuai dengan kebutuhan
dan ketentuan yang berlaku yang diseleksi oleh Menteri Negara
BUMN. Tata cara seleksi diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 33 Tahun 2005.
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
41/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 37
Besarnya biaya privatisasi ditetapkan oleh Menteri Negara
BUMN. Pembiayaan pelaksanaan privatisasi dibebankan pada
hasil privatisasi. Biaya ini dipergunakan untuk biaya lembaga
dan/atau profesi penunjang serta profesi lainnya dan biayaoperasional privatisasi. Namun, apabila privatisasi tidak dapat
dilaksanakan atau ditunda pelaksanaannya, maka
pembebanan atas biaya yang telah dikeluarkan ditetapkan
oleh RUPS.
Hasil privatisasi merupakan hasil bersih setelah dikurangi
dengan biaya-biaya pelaksanaan privatisasi. Penghasilan lain
yang diperoleh dari rekening penampungan hasil Privatisasi
diperhitungkan sebagai hasil Privatisasi. Hasil privatisasi
dibedakan sebagai berikut:
a. saham milik negara pada Persero disetorkan langsung ke
Kas Negara
b. saham dalam simpanan disetorkan langsung ke kas Persero
yang bersangkutan
Sedangkan hasil privatisasi anak perusahaan Persero ditetapkan
sebagai dividen interim Persero yang bersangkutan.
Pengadministrasian dan pelaksanaan penyetoran hasil
Persero diatur sebagai berikut:
a. penjamin pelaksana emisi atau penasihat keuangan
membuka rekening penampungan (escrow account) untuk
menampung hasil Privatisasi
b. Setelah dikurangi biaya-biaya pelaksanaan Privatisasi,
penjamin pelaksana emisi atau penasihat keuangan wajib
segera menyetorkan hasil bersih Privatisasi ke Kas Negara
dan/atau kas Persero yang bersangkutan
c. Penjamin pelaksana emisi atau penasihat keuangan wajib
segera melaporkan penyetoran hasil Privatisasi kepada
Menteri Negara BUMN, Menteri Keuangan dan DireksiPersero yang bersangkutan.
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
42/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 38
Setiap orang dan/atau badan hukum yang mempunyai potensi
benturan kepentingan dilarang terlibat dalam proses Privatisasi.
Pihak-pihak yang terkait dalam program dan proses Privatisasi
diwajibkan menjaga kerahasiaan atas informasi yang diperolehsepanjang informasi tersebut belum terbuka.
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
43/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang DipisahkanKekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 39
Bab VI
RESTRUKTURISASI
1. PENGERTIAN
Restrukturisasi adalah upaya yang dilakukan dalam rangka
penyehatan BUMN yang merupakan salah satu langkah strategis
untuk memperbaiki kondisi internal perusahaan guna
memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan.
2. MAKSUD DAN TUJUAN RESTRUKTURISASI
Restrukturisasi dilakukan dengan maksud untuk
menyehatkan BUMN agar dapat beroperasi secara efisien,
transparan, dan profesional.
Tujuan restrukturisasi adalah untuk:
a. meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan
b. memberikan manfaat berupa dividen dan pajak kepada
negara
c. menghasilkan produk dan layanan dengan harga yang
kompetitif kepada konsumen dan
d. memudahkan pelaksanaan privatisasi.
Pelaksanaan restrukturisasi dimaksud tetap memperhatikan asas
biaya dan manfaat yang diperoleh.
3. RUANG LINGKUP PRIVATISASI
Restrukturisasi meliputi :
a. restrukturisasi sektoral yang pelaksanaannya disesuaikan
dengan kebijakan sektor dan/atau peraturan perundang-
undangan
b. restrukturisasi perusahaan/korporasi yang meliputi:
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
44/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang DipisahkanKekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 40
1. peningkatan intensitas persaingan usaha, terutama
di sektor-sektor yang terdapat monopoli, baik yang
diregulasi maupun monopoli alamiah
2. penataan hubungan fungsional antara pemerintah
selaku regulator dan BUMN selaku badan usaha,
termasuk di dalamnya penerapan prinsip-prinsip
tata kelola perusahaan yang baik dan
menetapkan arah dalam rangka pelaksanaan
kewajiban pelayanan publik.
3. restrukturisasi internal yang mencakup keuangan,
organisasi/ manajemen, operasional, sistem, dan
prosedur.
4. TATA CARA RESTRUKTURISASI
a. Berdasarkan usulan dari BUMN dan Perseroan Terbatas
yang didalamnya telah terdapat kepemilikan saham
negara, Menteri Negara BUMN menyampaikan usulan
rencana pengurangan Penyertaan Modal Negara
kepada Menteri Keuangan.
b. Menteri Keuangan melakukan kajian atas usulan
dimaksud.
c. Dalam rangka pelaksanaan pengkajian, Menteri
Keuangan dapat membentuk Tim yang anggotanya
terdiri dari unsur-unsur Departemen Keuangan,
Kementerian Negara BUMN, Departemen Teknis, dan
BUMN/Perseroan Terbatas bersangkutan.
d. Tim tersebut mempunyai tugas sebagai berikut.
a. Melakukan penelitian data administratif dan fisik.
b. Melakukan kajian aspek finansial, aspek resiko fiskal,
aspek yuridis, aspek administratif dan aspek bisnis
serta aspek terkait lainnya.
c. Melakukan kajian kelayakan pengurangan
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
45/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang DipisahkanKekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 41
Penyertaan Modal Negara.
d. Menyusun dan menyampaikan rekomendasi hasil
kajian kepada Menteri Keuangan.
e. Menteri Keuangan dapat menunjuk penilai
independen guna melakukan penilaian sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Dalam hal rencana pengurangan Penyertaan Modal
Negara dinyatakan layak untuk diteruskan:
1) Bagi rencana pengurangan Penyertaan Modal
Negara yang bernilai diatas Rp100 milyar dan/atau
berupa tanah dan bangunan yang sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan harus
terlebih dahulu memperoleh persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat:
a) Menteri Keuangan mengajukan permohonan
persetujuan pengurangan Penyertaan Modal
Negara kepada Dewan Perwakilan Rakyat
dengan tembusan kepada Presiden.
b) Persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat
dituangkan dalam Undang-Undang APBN.
c) Berdasarkan Undang-Undang APBN, Menteri
Keuangan menyampaikan usulan pengurangan
Penyertaan Modal Negara dalam rangka
restrukturisasi BUMN dan Perseroan Terbatas
kepada Presiden dengan melampirkan
rancangan Peraturan Pemerintah.
2) Bagi rencana pengurangan Penyertaan Modal
Negara yang bernilai dari Rp10 milyar sampai
dengan Rp100 milyar:
a) Menteri Keuangan mengajukan permohonan
persetujuan prinsip pelaksanaan penguranganPenyertaan Modal Negara pada Presiden.
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
46/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang DipisahkanKekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 42
b) Berdasarkan persetujuan prinsip dari Presiden,
Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal
Kekayaan Negara menyiapkan rancangan
Peraturan Pemerintah untuk selanjutnyadisampaikan kepada Presiden guna
memperoleh penetapan.
3) Bagi rencana pengurangan Penyertaan Modal
Negara yang bernilai dibawah Rp10 milyar dan
perubahan Penyertaan Modal Negara yang
diakibatkan oleh antara lain kuasi reorganisasi dan
perubahan struktur permodalan, Menteri Keuangan
menyampaikan rancangan Peraturan Pemerintah
kepada Presiden guna memperoleh penetapan.
g. Dalam hal Peraturan Pemerintah dimaksud telah
ditetapkan oleh Presiden, pelaksanaan selanjutnya
dilakukan oleh Menteri Keuangan dan Menteri Negara
BUMN sesuai bidang tugas dan kewenangannya
masing-masing.
h. Menteri Negara BUMN menyampaikan dokumen
pelaksanaan pengurangan Penyertaan Modal Negara
kepada Menteri, antara lain sebagai berikut.
1) Akta RUPS
2) Perubahan Anggaran Dasar dari BUMN yang telah
dilakukan pengurangan Penyertaan Modal
Negara
3) Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
mengenai pengesahan Anggaran Dasar
sebagaimana tersebut pada butir 2)dan
4) dokumen terkait lainnya.
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
47/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 43
Bab VII
PERGURUAN TINGGI SEBAGAI BADAN
HUKUM MILIK NEGARA
1. LATAR BELAKANG
Sebagai suatu unit di dalam Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Perguruan Tinggi Negeri secara hukum tidak
dapat memiliki otonomi. Demikian juga akuntabilitas kepada
masyarakat (stakeholders) amat sulit untuk secara utuh
dimintakan kepada Perguruan Tinggi Negeri sebagai unit
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sedangkan
kredibilitas hanya akan dapat diperoleh apabila kedua hal
tersebut, otonomi dan akuntabilitas, secara nyata dimiliki dan
diterapkan.
Oleh karena itu Perguruan Tinggi Negeri harus diubah status
hukumnya menjadi badan hukum yang mandiri, terlepas dari
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
2. DASAR HUKUM
Sebagai landasan hukum dalam kerangka peraturan
perundangan-undangan yang berlaku di Republik Indonesia,
Pasal 1653 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Staatsblad
1847 nomor 23) memberi kewenangan kepada Pemerintah
untuk mendirikan suatu badan hukum. Sedangkan Pasal 5ayat(2) Undang-undang Dasar 1945 memberi kewenangan
kepada Pemerintah untuk mengundangkan Peraturan
Pemerintah sebagai pelaksanaan Undang-undang dalam hal ini
Undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Selanjutnya dengan berlakunya Peraturan Pemerintah
ini semua Perguruan Tinggi Negeri dapat diubah status
hukumnya menjadi badan hukum dengan menggunakan
Peraturan Pemerintah ini sebagai pedoman.
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
48/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 44
3. PENGERTIAN
Perguruan Tinggi Negeri adalah perguruan tinggi yang
diselenggarakan oleh, dalam hal ini Departemen yang
bertanggung jawab atas pendidikan tinggi. Perguruan Tinggi
adalah Perguruan Tinggi Negeri yang berbentuk Badan Hukum.
Sedangkan Menteri Keuangan adalah Menteri yang
bertanggung jawab untuk mewakili pemerintah dalam setiap
pemisahan kekayaan negara untuk ditempatkan sebagai
kekayaan awal pada Perguruan Tinggi.
Status hukum Perguruan Tinggi adalah badan hukum yang
mandiri dan berhak melakukan semua perbuatan hukum
sebagaimana layaknya suatu badan hukum pada umumnya.
Pada dasarnya penyelenggaraan Perguruan Tinggi bersifat
nirlaba. Walaupun demikian Perguruan Tinggi dapat
menyelenggarakan kegiatan lain dan mendirikan unit usaha
yang hasilnya digunakan untuk mendukung penyelenggaraan
fungsi-fungsi utama Perguruan Tinggi.
4. PENETAPAN PERGURUAN TINGGI
Perguruan Tinggi ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
setelah melalui suatu proses pengkajian yang mendalam atas
usulan dan rencana pengembangan yang diajukan oleh
Perguruan Tinggi Negeri. Dimana Peraturan Pemerintah yang
menetapkan Perguruan Tinggi Negeri sebagai Perguruan Tinggi
sekurang-kurangnya memuat:
1. penetapan Perguruan Tinggi sebagai badan hukum
2. Anggaran Dasar Perguruan Tinggi
3. penunjukkan Menteri Keuangan selaku wakil Pemerintah
untuk mengawasi pemisahan kekayaan negara untuk
ditempatkan sebagai kekayaan awal pada Perguruan
Tinggi
4. penunjukkan Menteri Pendidikan untuk melaksanakan
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
49/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 45
pembinaan Perguruan Tinggi secara umum.
Syarat-syarat untuk sebuah Perguruan Tinggi Negeri dapat
ditetapkan sebagai Pergururan Tinggi mencakup kemampuan:
1. menyelenggarakan pendidikan tinggi yang efisien dan
berkualitas
2. memenuhi standar minimum kelayakan finansial
3. melaksanakan pengelolaan Perguruan Tinggi berdasarkan
prinsip ekonomis dan akuntabilitas.
5. KEKAYAAN PERGURUAN TINGGI
Kekayaan awal Perguruan Tinggi berasal dari kekayaan
Negara yang dipisahkan dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja. Besarnya kekayaan awal Perguruan Tinggi adalah
seluruh kekayaan negara yang tertanam pada Perguruan Tinggi
yang bersangkutan, kecuali tanah, yang nilainya ditetapkan
oleh Menteri Keuangan berdasarkan perhitungan yang
dilakukan bersama oleh Departemen Pendidikan danKebudayaan dan Departemen Keuangan. Hal ini dengan
maksud untuk menghindari adanya pemanfaatan yang tidak
sesuai dengan kepentingan Perguruan Tinggi, mengingat tanah
merupakan aset tetap yang sangat signifikan nilai dan
manfaatnya.
Sedangkan kekayaan Negara berupa tanah
dimanfaatkan sepenuhnya untuk kepentingan Perguruan Tinggiyang bersangkutan. Hasil pemanfaatan kekayaan Negara
berupa tanah menjadi pendapatan dari Perguruan Tinggi dan
dipergunakan untuk pelaksanaan tugas dan fungsi Perguruan
Tinggi.
Penatausahaan pemisahan kekayaan Negara untuk
ditempatkan sebagai kekayaan awal Perguruan Tinggi
diselenggarakan oleh Menteri Keuangan. Belum adanyamelanisme penatausahaan atas kekayaan Negara perguruan
8/3/2019 Modul Kekayaan Negara yang Dipisahkan
50/56
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Kekayaan Negara Yang Dipisahkanekayaan Negara Yang Dipisahkan
Modul : Penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan 46
Tinggi oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara,
mengakibatkan adanya dual counting dalam pencatatannya
baik oleh Perguruan Tinggi itu sendiri maupun Departemen
Pendidikan Nasional.
6. PENETAPAN PERGURUAN TINGGI NEGERI SEBAGAI BHMN
Sampai dengan Tahun 2006 telah ada 7 (tujuh) Perguruan
Tinggi yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah yaitu:
1. Universitas Indonesia
Universitas Indonesia ditetapkan sebagai BHMN dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 152 Tahun 2000 tanggal 26
Desember 2000 tentang Penetapan Universitas Indonesia
Sebagai Badan Hukum Milik Negara.
2. Universitas Gadjah Mada
Universitas Gadjah Mada ditetapkan sebagai BHMN dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 153 Tahun 2000 tanggal 26
Desember 2000 tentang Penetapan Universitas Gadjah
Mada Sebagai Badan Hukum Milik Negara.
3. Institut Pertanian Bogor
Institut Pertanian Bogor ditetapkan sebagai BHMN dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 154 T
Top Related