Universitas Dr. Soetomorepository.unitomo.ac.id/2563/1/Jurnal 3.pdfserta perimbangan keuangan pusat...

19

Transcript of Universitas Dr. Soetomorepository.unitomo.ac.id/2563/1/Jurnal 3.pdfserta perimbangan keuangan pusat...

Page 1: Universitas Dr. Soetomorepository.unitomo.ac.id/2563/1/Jurnal 3.pdfserta perimbangan keuangan pusat dan daerah. ... Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4) Lain-lain
Page 2: Universitas Dr. Soetomorepository.unitomo.ac.id/2563/1/Jurnal 3.pdfserta perimbangan keuangan pusat dan daerah. ... Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4) Lain-lain
Page 3: Universitas Dr. Soetomorepository.unitomo.ac.id/2563/1/Jurnal 3.pdfserta perimbangan keuangan pusat dan daerah. ... Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4) Lain-lain
Page 4: Universitas Dr. Soetomorepository.unitomo.ac.id/2563/1/Jurnal 3.pdfserta perimbangan keuangan pusat dan daerah. ... Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4) Lain-lain

PARADIGAIA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI SEKTORPARIWISATA DI ERA OTONOMI DAERAH

Yoosita AuliaDosen Fakultas Ekonomi Universitas Dr Soetomo Surabaya

Abstrak : Pengembangan sektor pariwisata mempunyai peranan sangat strategis dalammenunjang pembangunan perekonomian nasional, karena sebagai sumber penghasil devisayang mampu menyerap tenaga kerja dan mendorong perkembangan investasi di dalam negeri,sehingga sektor pariwisata dapat dikembangkan menjadi salah satu bentuk industripariwisata di berbagai daerah otonom. Obyek wisata yang dapat dikembangkan masyarakat,terutama objek wisata alam ataupun sejarah bangsa yang mempunyai daya tarik untukdikunjungi wisatawan, serta memiliki ciri-ciri khas yang dapat ditonjolkan oleh tiap-tiapobyek wisata. Pemerintah daerah memiliki wewenang mewujudkan dan memperbaikikesejahteraan masyarakat melalui pengembangan industri pariwisata setiap daerah, sesuaidengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing. Disamping itu, pengembangan sektorpariwisata setiap daerah dibarapkan mampu ncemberikan sumber pendapatan bagipeningkatan pendapatan Asli Daerah melalui peningkatan sumber-sumber pajak danretribusi daerah. Pembangunan sektor pariwisata pada dasarnya diharapkan untukmenumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa, penghapusan kemiskinan, pembagunanberkesinambungan, pelestarian budaya, pemenuhan kebutuhan hidup dan hak azasimanusia, peningkatan ekonomi dan industri, serta pengembangan teknologi.Kata Kunci : Pariwisata, objek wisata, Pendapatan Asli Daerah, Pembagunan kepariwisataan.

PENDAHULUANPelaksanaan pembangunan daerah pada dasarnya merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah dan menserasikan lajupertumbuhan ekonomi antar daerah di Indonesia. Sebagai upaya pengembangan daerah sudahtentu dibutuhkan peningkatan pendayagunaan potensi daerah secara optimal sejalan dengansemangat Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai amanat Undang-UndangDasar Tahun 1945 dinyatakan bahwa pemerintahan daerah mengatur dan mengurus sendiriurusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, yang diarahkan untukmempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan prinsip demokrasi,pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara KesatuanRepublik Indonesia.

Penyelenggaraan otonomi yang diberikan kepada daerah Kabupaten dan Kota di-laksanakan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, nyata, dan bertanggung jawabkepada pemerintah daerah secara proporsional, sehingga pelimpahan tanggung jawab tersebutdiikuti oleh pengaturan pembagian, dan pemanfaatan serta sumber daya nasional yang berkeadilan,serta perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Dalam rangka mengurus dan mengatur rumah tangga sendiri setiap daerah otonom,tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar guna membiayai penyelenggaraan pemerintahandan pembangunan di daerah. Oleh karena itu daerah diberi hak dan wewenang untukmenggali sumber-sumber pendapatan daerahnya sendiri sesuai ketentuan pasal 157 UU No. 32Tahun 2004 yang mengatur sumber-sumber pendapatan daerah yang terdiri atas: a).Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu terdiri atas 1) Hasil pajak daerah 2) Hasil retribusi daerah3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4) Lain-lain pandapatan asli

Page 5: Universitas Dr. Soetomorepository.unitomo.ac.id/2563/1/Jurnal 3.pdfserta perimbangan keuangan pusat dan daerah. ... Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4) Lain-lain

daerah yang sah b. Dana Perim-bangan; dan c. Lain-lain pendapatandaerah yang sah. Sumber Pendapatan AsliDaerah (PAD) yang dapat digalidiantaranya adalah melalui pengembanganpotensi sumber daya alam yang berupaobyek wisata, meskipun secara umum,sektor pariwisata bukanlah merupakansektor penyumbang terbesar dalampendapatan daerah, tetapi berpotensimeningkatkan PAD.

Dalam era otonomi daerah dewasaini, bidang pariwisata merupakan salahsatu kegiatan yang mempunyai perananyang sangat strategis dalam menunjangpembangunan perekonomian nasional.Sektor ini dicanangkan selain sebagai salahsatu sumber penghasil devisa yang cukupandal, juga merupakan sektor yang mampumenyerap tenaga kerja dan mendorongperkembangan investasi. Untuk me-ngembangkan sektor ini pemerintah harusberusaha keras dalam membuat rencanadan berbagai kebijakan yang mendukungkearah kemajuan sektor pariwisata. Salahsatu kebijakan tersebut adalah menggali,menginventarisir dan mengembangkanobyek-obyek wisata yang ada di setiapdaerah otonom Kabupaten / Kota atauProvinsi sebagai daya tarik utama bagiwisatawan.

Dalam era global seperti sekarangini, pariwisata merupakan sektor yangsangat menjanjikan jika dikembangkan dandikelola secara baik dan profesional.Misalnya di Jawa Timur, memiliki obyekwisata alam, budaya, , dan sejarah. Wisataalam yang ada di Jawa Timur, antara lainTelaga Sarangan, Tretes, Taman NasionalGunung Bromo, Tengger, GunungKetanggungan di Arjuna, Gunung Semeru,Alas Purwo dan Baturetno di Malang,Pantai Pasir Putih di Situbondo, PantaiPopoh, Pantai Pacitan, Pantai Ngliyep.Beberapa tempat wisata budaya di ProvinsiJawa Timur tersebut, antara lain CandiPanataran, Candi Jawi, Candi Jago danCandi Singosari di Malang, Karapan Sapidi Madura, upacara labuhan di sepanjangPantai Laut Selatan, kesenian tradisional

reog Ponorogo, dan ludruk. Sedangkanwisata sejarah, antara lain makam parawali seperti Sunan Ampel, Sunan Giri,Sunan Bonang, Sunan Mojoagung, SunanDrajat, makam Bung Karno, Trowulanyang merupakan peninggalan kerajaanMajapahit, dan Museum Empu Tantular.

Berdasarkan beberapa pertimbangandan pemikiran tersebut, penulis tertarikmenyajikan beberapa konsep pemikiransecara teoritik maupun empiric, sebagaiupaya pengembangan sektor pariwisatasebagai salah satu sumber penerimaanPendapatan Asli Daerah (PAD) setiapdaerah otonom.

Industri pariwisata terbukti mempu-nyai peranan penting dalam upaya pem-bangunan dan pengembangan ekonomisuatu daerah. Pada beberapa daerahmenunjukkan bahwa industri pariwisatamampu mendongkrak daerah tersebut dariketerbelakangan dan menjadikannyasebagai sumber utaina pandapatan.

Untuk itu, sejalan dengandiundangkannya UU No. 22 Tahun 1999yang rubah menjadi UU No. 32"Tahun2004 tentang Pemerintahan Daerah yangsecara tegas menyatakan adanyapengembangan otonomi daerah yang luasdari pemerintah pusat ke pemerintahProvinsi dan kabupaten / kota yang me-nyebabkan terjadinya pengalokasian tugas,fungsi dan wewenang dan tanggung jawabpengelolaan lingkungan yang selama initerkonsentrasi menjadi wewenangpemerintah pusat terhadap pemerintah daerah,sehingga setiap pemerintah daerah otonomdituntut dapat mengembangkan potensiwisata di daerahnya. Atas dasarpertimbangan ini, maka bagaimanakahkonsep-konsep teoritik dan empirikpeningkatan Pendapatan Asli Daerah darisektor Pariwisata di era otonomi daerah ?

Manfaat penulisan ini adalahmenyajikan secara teoritik dan empirikupaya-upaya peningkatan Pendapatan AsliDaerah (PAD) dari sektor pariwisata di eraotonomi daerah. Konsep-konsep teoritikdan empirik tersebut, meliputi : Paradigmaotonomi daerah, konsep keuangan daerah,

Page 6: Universitas Dr. Soetomorepository.unitomo.ac.id/2563/1/Jurnal 3.pdfserta perimbangan keuangan pusat dan daerah. ... Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4) Lain-lain

Pendapatan Asli Daerah (PAD),objek-objek wisata, pengembanganpariwisata, cakupan perencanaanpariwisata, posisi daya saing industripariwisata, landasan perencanaanpariwisata, Visi dan Misi pengembanganpariwisata, manajemen partisipatifpengembangan pariwisata, aksesibilitassarana dan prasarana pengembanganpariwisata.

4. Paradigma pengembangan sektor pariwisata untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di era otonomi.

Pariwisata (ecotourism) merupakansalah satu bentuk industri pariwisata yangbelakangan ini telah menjadi tujuan darisebagian besar masyarakat. Pariwisata telahmemberikan suguhan kepada wisatawanberupa keindahan alam, seperti air terjun,lembah, sungai, panorama pegunungan,danau, keanekaragaman hayati dan pesonalami lainnya, seperti terumbu karang,pantai yang indah dan lain sebagainya.

Berdasarkan hasil PertemuanNasional Pariwisata (1996) mendefinisikanpariwisata sebagai suatu bentukpenyelenggaraan kegiatan wisata yangbertanggung jawab di tempat-tempat /daerah-daerah alami dan atau tempattempat/ daerah-daerah yang dibuat berdasarkankaidah alam yang mendukung upaya pe-lestarian / penyelamatan lingkungan(alam dan kebudayaannya) danmeningkatkan kesejahteraan masyarakatsetempat.

Komponen utama dalam aktifitaspariwisata adalah objek dan daya tarikwisata. Berdasarkan UU No. 9 Tahun1990 tentang kepariwisataan, objek dandaya tank wisata meliputi keadaan alam,flora, fauna, serta hasil karya manusia.Untuk itu, aktifitas pariwisata jugamerupakan usaha pemanfaatan berbagaisumberdaya lingkungan, baik yangbersifat fisik biotis maupun budaya.

Di Indonesia, sector pariwisatadijadikan sebagai salah satu sumber devisaNegara, lebih-lebih adanya pandanganbahwa pariwisata merupakan eksport yang

tidak kentara (invisible export) yang tidakmencemari lingkungan (smokelessindustries), dan industri yang tidak akanpernah berakhir (never ending industries)telah mendorong para pengambil keputusanguna lebih memberikan penekanan padaaspek keuntungan ekonomi daripadakonsekuensi kelestarian lingkungan.Pertimbangan terhadap aspek kelestarian se-ring dikalahkan dengan alas an ekonomi.Ada nya paradigma tersebut telahmenyebabkan kecenderunganpengembangan pariwisata dilakukan dalamskala besar-besaran (massive) yangberdampak adanya degredasi lingkungan,balk fisik biotis maupun lingkungan sosialbudaya.

HASIL DAN PEMBAHASANa. Paradigma Otonomi Daerah

Pelaksanaan Otonomi Daerahmerupakan wacana pada era reformasi untukmewujudkan dan memperbaiki kesejahteraanmasyarakat. Berbagai upaya pengembangansetiap daerah otonom perlu disesuaikandengan potensi dan kekhasan daerahmasing-masing. Oleh sebab itu, pelaksanaanotonomi daerah selalu menjadi topikbahasan pada setiap strata masyarakat sesuaikondisi yang dihadapi. Sejakdiberlakukannnya UU No. 22 tahun 1999tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25tahun 1999 tentang Perimbangan Keuanganantara Pernerintah Pusat dan Daerah yangpelaksanaannya secara efektip mulai tanggal,januari 2001, telah pula merubah paradigmapenyelenggaraan pemerintah daerah, yangsemula sentralisasi ke desentralisasi,sehingga adanya pemberian kewenaraganotonomi yang lebih nyata, luas danbertanggungjawab kepada daerah otonom.Hal - hal yang mendasar dalamundang-undang tersebut adalahmendorong untuk (1) memberdayakanmasyarakat, (2) menumbuhkan prakarsa dankreativitas, meningkatkan peran sertamasyarakat, dan sekaligus (3) memberikesempatan dan peluang kepada daerah untukmelaksanakan pembangunan atas dasar basissumber daya dan budaya setempat,

Page 7: Universitas Dr. Soetomorepository.unitomo.ac.id/2563/1/Jurnal 3.pdfserta perimbangan keuangan pusat dan daerah. ... Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4) Lain-lain

termasuk dalam bidang kepariwisataan.Adanya perubahan paradigma tersebutharus direspon secara positif, hal inisekaligus merupakan kesempatan baik bagipemerintah daerah untuk membuktikankesanggupannya dalam melaksanakankewenangan yang telah diberikan kepadanya,terutama dalam mendorong peningkatankinerja pemerintah daerah, sehingga merekaperlu usaha-usaha peningkatan kemampuanaparaturnya balk berupa pengetahuan,keterampilan, sikap dan perilaku merekadalam kesiapannya mengelola sector pa-riwisata. Pembangunan daerah mempunyaipengertian sebagai suatu proses perubahanyang semakin meningkat di berbagaibidang. Hal itu bisa terjadi apabila didukungoleh interaksi dan peran aktif dari semua pihakyang terkait (stakeholders) yakni pemerintahdaerah, dunia usaha, dan masyarakat.Masingmasing stakeholders telah memilikidomain sesuai dengan fungsinyamasing-masing. Pemerintah (pusat &daerah) membuat kebijakan, membuatstandard pelayanan prima (SP P), danpetunjuk pelaksanaannya (Juklak). Se-dangkan swasta / UKM menjadi mitra dalampengembangan usaha. Disisi lain, masyarakatberperan dalam menjaga, merawat dan me-ngontrol pembangunan yang telah dilakukan.

Menurut UU No. 32 Tahun 2004 TentangOtonomi Daerah bahwa daerah otonomiadalah kesatuan masyarakat hukum yangmempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan peine-rintahan dan kepentingan masyarakat setem-pat menurut prakarsa sendiri berdasarkan as-pirasi dalam sistem Negara KesatuanRepublik Indonesia. Otonomi daerahkemudian membentuk suatu daerah yangdisebut daerah otonom. Daerah otonomdalam wilayah Kesatuan Republik Indonesiamenekankan pada prinsip-prinsip demokrasi,pemerataan, keadilan, keistimewaan dankekhususan suatu daerah. Penyelenggaraanotonomi daerah seperti sekarang inimenggunakan prinsip otonomiseluas-luasnya dalarn arti daerah diberikankewenangan mengurus dan mengatur

semua urusan pemerintah yang ditetapkandalam Undang-Undang. Sejalan dengansemangat tersebut, maka daerah memilikikewenangan membuat kebijakan daerahuntuk memberi pelayanan, peningkatan peranserta, prakarsa, dan pemberdayaanmasyarakat yang bertujuan pada peningkatankesejahteraan rakyat. Sejalan dengan prinsiptersebut dilaksanakan pula prin sip otonomiyang nyata dan bertanggungj awab. Prinsipotonomi nyata adalah suatu prinsip bahwauntuk menangani urusan pemerintahandilaksanakan berdasrkan tugas, wewenang,dan kewajiban yang senyatanya telah ada danberpotensi untuk tumbuh , hidup, danberkembang sesuai dengan potensi dankekhasan daerah. Otonomi daerah yangbertanggungjawab adalah otonomi yangdalam penyelenggaraannya harusbenar-benar sejalan dengan tujuan danmaksud pemberian otonomi, yang padadasarnya untuk memberdayakan daera,teimasuk meningkatkan kesejahteraan rakyatmelalui pengembangan sektor pariwisata.

b. Keuangan daerahKeuangan daerah sangat dibutuhkan

dalam rangka penyelenggaraan otonomidaerah. Menurut penjelasan Undang-UndangNo. 22 Tahun 1999 meuyebutkan bahwadalam rangka peuyelenggaraan otonomidaerah, maka kewenangan keuangan yangmelekat pada setiap kewenangan pemerintahakan menjadi kewenangan daerah.

Selanjutnya untuk menyelenggarakanotonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab diperlukan kewenangan dan ke-mampuan menggali sumber keuangan sendiriyang didukung oleh perimbangan keuanganpemerintah pusat dan daerah serta antara pro-pinsi dan kabupaten atau kota yang merupakanprasyarat dalam sistem pemerintah daerah.Kemudian penjelasan Undang-Undang No. 32Tahun 2004 juga menyebutkan bahwapenyelenggaraan fungsi pemerintahan daerahakan terlaksana secara optimal apabilapenyelenggaraan urusan pemerintahan diikutidengan pemberian sumber-sumberpenerimaan yang cukup kepada daerah,dengan mengacu kepada Undang-Undang

Page 8: Universitas Dr. Soetomorepository.unitomo.ac.id/2563/1/Jurnal 3.pdfserta perimbangan keuangan pusat dan daerah. ... Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4) Lain-lain

tentang Perimbangan Keuangan antaraPemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,dimana besarnya disesuaikan dandiselaraskan dengan pembagian kewe-nangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Semua sumber keuangan yang melekatpada setiap urusan pemerintah yang diserah-kan kepada daerah menjadi sumber keuangandaerah, sehingga daerah diberikan hak untukmendapatkan sumber keuangan, antara lainbe rupa : Kepastian tersedianya pendanaandari Pemerintah sesuai dengan urusanpemerintah yang diserahkan; kewenanganmemungut dan mendayagunakan pajak danretribusi daerah dan hak untuk mendapatkanbagi hasil dari sumber-sumber daya nasionalyang berada di daerah dan dana perimbanganlainnya; hak untuk mengelola kekayaanDaerah dan mendapatkan sumber-sumberpendapatan lain yang sah sertasumber-sumber pembiayaan.

Dengan pengaturan tersebut, pada da-sarnya Pemerintah dalarn pengelolaan keua-ngan menerapkan prinsip “uang mengikutifiuigsi”, sehingga adanya kewenangan baruyang diberikan kepada daerah untuk menye-lenggarakan otonomi daerah diharapkan mainpu menggali sumber Pendapatan Asli Daerah.Kebijaksanaan tersebut merupakan pengeja-wantahan dari upaya pemerintah agar daerahdapat secara kreatif mencari peluang-peluangsumber investasi di luar daerah agarkeuangan daerah dapat terpenuhi yang padagilirannya urusan-urusan pemerintahan dapatberjalan dengan baik dan lancar.

c. Pendapatan Asli DaerahPendapatan (revenues) memiliki pe-

ngertian yang berbeda dengan income. Reve-nues merupakan pendapatan yang belumdikurangi biaya-biaya untuk memperolehpenda patan tersebut, sedangkan Incomeadalah pendapatan yang telah dikurangidengan biayabiaya untuk memperolehpendapatan-pendapatan tersebut. Incomelebih tepat diterjemahkan sebagaipenghasilan.

Berdasarkan Pasal 157 UU No. 32Tahun 2004 disebutkan bahwa sumberpendapatan asli daerah terdiri atas : a.

Pendapatan Asli Daerah, terdiri : 1). Hasilpajak daerah, 2) Hasil retribusi daerah, 3)Hasil pengelolaan kekayaan daerah yangdipisahkan; serta 4) Lainlain pendapatandaerah yang sah. b. Dana Perimbangan, sertac. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sahlainnya.

Sesuai ketentuan pasal tersebut,pendapatan daerah dapat dibedakan dalamdua jenis yaitu : 1. Pendapatan Asli Daerah,dan 2. Pendapatan Non Asli Daerah.Sampai saat ini yang termasuk PendapatanAsli Daerah adalah pendapatan yang berasaldari daerah itu sendiri dan didapat melaluipajak daerah, retribusi daerah, BUMD, danhasil keijasama dengan pihak ketigalainnya. '

d. Pajak dan Retibusi Daerah1. Pajak Daerah

Pajak daerah; termasuk sebagai sumberkeuangan pokok bagi daerah di sampingretribusi daerah. Pajak adalah iuranmasyarakat kepada pemerintah berdasarkanundang-undang yang berlaku, gunamembiayai pengeluaran pemerintah yangprestasinya kembali, tidak dapat ditunjuksecara langsung tetapi pelaksanaannya dapatdipaksakan. (Ibnu Syamsi, 1994). Sedangkanpajak daerah itu sendiri menurut UU No. 34Tahun 2000 adalah iuran wajib yangdilakukan oleh orang pribadi atau badankepada daerah tanpa imbalan langsung yangseimbang, yang dapat dipaksakan ber-dasarkan peraturan perundang-undanganyang berlaku yang digunakan untukmembiayai penyelenggaraan pemerintahdaerah dan pembangunan. Sesuai ketentuanpasal 2 ayat (2) UU No 34 Tahun 2000, jenispajak kabupaten atau kota terdiri dari: a.Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. PajakHiburan d. Pajak Reklame e. Pa jakPenerangan Jalan f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C g. Pajak Parkir.

Pajak dan Retribusi merupakan sumberpenerimaan daerah penting bagi kelang-sungan pembangunan daerah. Peran pajakdan retribusi ini menjadi semakin pentingsetelah diundangkannya Undang-undang No.25 Tahun 1999 tentang desentralisasi

Page 9: Universitas Dr. Soetomorepository.unitomo.ac.id/2563/1/Jurnal 3.pdfserta perimbangan keuangan pusat dan daerah. ... Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4) Lain-lain

keuangan. Adanya undang-undang inipemerintah daerah diberikan keleluasaanuntuk membebankan pajak dan ataumemungut retribusi bagi peningkatanpenerimaan daerah yang berasal dari sektorpariwisata ini.

Menurut Nick Devas (1989), tolak u-kur untuk menilai pajak daerah adalahsebagai berikut :1). Hasil (yield).

Memadai tidaknya hasil suatu pajakdalam kaitan dengan berbagai layanan yangdibiayainya; stabilitas dan mudah tidaknyamemperkirakan besar hasil itu; danelastisitas hasil pajak terhadap inflasi;pertumbuhan penduduk; dan sebagainya; jugaperbandingan hasil pajak dengan biayapungut.2) Keadilan (equity).Dasar pajak dan kewajiban membayar harusjelas dan tidak sewenang-wenang; pajak ber-sangkutan harus adil secara horisontal,artinya beban pajak haruslah sama benarantara berbagai kelompok yang berbeda tetapidengan kedudukan ekonomi yang sama;hams adil secara vertikal, artinya kelompokyang memiliki sumber daya ekonomi yanglebih besar memberikan swnbangan yanglebih besar daripada kelompok yang.tidakbanyak memiliki sumberdaya ekonomi; danpajak itu haruslah adil dari tempat ketempat,dalam arti hendaknya tidak adaperbedaan-perbedaan besar dansewenang-wenang dalam beban pajak darisatu daerah kedaerah yang lain, kecualijika perbedaan ini mencerminkanperbedaan dalam cara menyediakan layananmasyarakat.3). Daya guna ekonomi (economicefficiency) Pajak hendaknya mendorong atausetidak- tidaknya tidak menghambatpenggunaan sumberdaya secara berdayaguna dalam kehidupan ekonomi; mencegahjangan sampai pilihan konsumen dan pilihanprodusen menjadi salah arah atau orangmenjadi segan bekerja atau menabung; danmemperkecil “beban lebih”. 4). Kemampuanmelaksanakan (ability to implement).Suatu pajak haruslah dapat dilaksanakan,dari sudut kemauan

politik dan kemauan tata usaha.5) Kecocokan sebagai sumber penerimaandaerah (suitability as a local revenuessource).Suatu pajak haruslah jelas kepada daerahmana suatu pajak harus dibayarkan, dantempat memungut pajak sedapat mungkinsama dengan tempat akhir beban pajak; tidakmudah dihindari; dengan cara memindahkanobjek pajak dari suatu daerah kedaerah lain;pajak daerah jangan hendaknyamempertajam perbedaan-perbedaan antaradaerah, dari segi potensi ekonomimasing-masing dan pajak hendaknya tidakmenimbulkan beban yang lebih besar darikemampuan tata usaha pajak daerah.

2. Retribusi DaerahDi samping pajak daerah, sumber

pendapatan daerah dapat,diperoleh melaluiretribusi. Menurut Ibnu Syamsi (1994)mendefinisikan bahwa retribusi adalah iurandari masyarakat tertentu (orang-orangtertentu) berdasarkan peraturanperundang-undangan yang prestasinyadikembalikan ditunjuk secara lang sung,tetapi pelaksanaannya tidak dapat di-paksakan meskipun tidak mutlak SedangkanUU No. 34 Tahun 2000 retribusi dibagitiga golongan, yaitu :a. Retribusi Jasa Umum; Jasa yang dimaksudmerupakan kewenangan daerah dalam rangkapelaksanaan desentralisasi. b. RetribusiJasa Usaha; Jasa yang bersangkutan adalahjasa yang bersifat komersial yangseyogyanya disediakan oleh sektor swastatetapi belum memadai atau terdapatnya hartayang dimiliki atau dikuasai Daerah yangbelum dimanfaatkan secara penuh olehPemerintah Daerah, serta c. RetribusiPerijinan tertentu Perijinan tersebuttermasuk kewenangan pemerintah yangdiserahkan kepada Daerah dalam rangka asasdesentralisasi.

Penetapan jenis-jenis Retribusi JasaUmum. Jasa Usaha, dan Perijinan tertentudimaksudkan untuk tercipta ketertibandalam penerapannya, sehingga dapatmemberikan ke pastian bagi masyarakatdan disesuaikan dengan kebutuhan nyata

Page 10: Universitas Dr. Soetomorepository.unitomo.ac.id/2563/1/Jurnal 3.pdfserta perimbangan keuangan pusat dan daerah. ... Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4) Lain-lain

daerah yang bersangkutan.

4.5 Obyek WisataMenurut Chafid Fandeli (2000), obyek

wisata adalah perwujudan daripada ciptaanmanusia, tata hidup, seni budaya serta sejarahbangsa dan tempat atau keadaan alam yangmempunyai daya tarik untuk dikunjungiwisatawan. Sedangkan obyek wisata alamadalah obyek wisata yang daya tariknyabersumber pada keindahan sumber dayaalam dan tata lingkungannya.

Penggolongan jenis obyek wisata akanterlihat dari ciri-ciri khas yang ditonjolkanoleh tiap-tiap obyek wisata. Dalam UU No. 9Tahun 1990 Tentang Kepariwisataandisebutkan bahwa obyek dan daya tarikwisata terdiri dari :1) Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tu-

han Yang Maha Esa, yang berwujud kea-daan alarn, serta flora dan fauna.

2) Obyek dan daya tarik wisata hasilkarya manusia yang berwujud museum,peninggalan sejarah, wisata agro, wisatatirta, wisata buru, wisata petualanganalam, taman rekreasi dan tempat hiburan.Berdasarkan hal tersebut, obyek wisata

dapat diklasifikasikan menjadi dua macamyaitu wisata buatan manusia dan wisata alam.

4.6 Paradigma konsep Pengembangan Pa-riwisata

Sektor pariwisata memiliki perananpenting dalam pembangunan nasional, teru-tama sebagai penghasil devisa, meratakandan meningkatkan kesempatan kerja danpendapatan, memperkokoh persatuan dankesatuan, serta mengenal budaya bangsa.Hal mi sesuai TAP MPR No.IV/MPR/1999bahwa perlunya mengembangkan pariwisatamelalui pendekatan sistem yang utuh danterpadu, bersifat interdisipliner danpartisipatoris dengan menggunakan kriteriaekonomi, teknis, argonomis, sosial budaya,hemat energi, melestarikan alam dan tidakmerusak lingkungan, sehingga dalampembangunan kepariwisataan tetap harusdijaga terpeliharanya kepribadian bangsa dankelestarian serta mutu lingkungan hidup yangdilakukan secara menyeluruh dan terpadu

dengan sektor-sektor pembangunan lainnyaserta antara berbagai usaha kepariwisataanyang kecil, menengah dan besar agar salingmenunjang.

Usaha pariwisata tidak selalu menim-bulkan dampak positif, seperti penghasildevise, membuka lapangan kerja danpertumbuhan ekonomi; akan tetapi secarabersamaan juga dapat menimbulkanberbagai dampak negatif, seperti nilai-nilaisosial budaya maupun pencemaranlingkungan fisik dan biotis. Dampak negatifpariwisata ini mengakibatkan perubahanparadigma pembangunan pariwisata, danmodel pariwisata massal (niiiss tourism)atau pariwisata konvensional ke modelpariwisata alternatif (alternative tom4snz).

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi Bumidi Rio de Janeiro tahun 1992, masalah dampak negatif pariwisata terhadaplingkungan secara khusus tidak disinggung.Akan tetapi, dengan semakin meningkatnyakesadaran masyarakat dunia terhadapmasalah pencemaran dan kelestarianlingkungan maka paradigma pembangunanpariwisata mengalami pergeseran, daripariwisata alternatif ke ekowisata(ecotourism). Sedangkan Wight dalamSetyorini (2004) memberikan batasanekowisata sebagai berikut: “Ecotourism isan enlightening nature travel experience thatcontributes to conservation of ecosystem, whilerespecting the integrity of host communities“ Sementara itu, The Ecotourism Society'smemberikan batasan : “Ecotourism isresponsible travel to natural areas whichconserves the environment and improveswelfare of local people”. Lebihkomprehensif lagi, Me Neely memberikanbatasan : “Ecotourism is tourism that involvestraveling to relatively undisturbed naturalareas with specific object of studying,admiring and enjoying the scenery and its wildplants and animal as well as any exitingcultural aspect (both of the past and present)found in those areas”.

Pengembangan pariwisata dilaksanakandengan mempertimbangkan aspek destinasidan aspek market. Meskipun aspek marketperlu dipertimbangkan, namun macam, sifat

Page 11: Universitas Dr. Soetomorepository.unitomo.ac.id/2563/1/Jurnal 3.pdfserta perimbangan keuangan pusat dan daerah. ... Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4) Lain-lain

dan perilaku obyek dan daya tarik wisataalam dan budaya diusahakan untukmenjaga kelestarian dan keberadaannya,sehingga pengembangaimya harusberdasarkan market driven.

Pengembangan pariwisata memerlukanperencanaan secara nasional, regional ataupropinsi dan kawasan ataupun obyek.Perencanaan secara nasional disusun berda-sarkan peraturan perundangan yang berlakuserta berbagai issue dan fenomena yangberkembang. Sementara itu pengembanganpariwisata regional atau lokal didasarkanpada regulasi di daerah serta persepsi danpreferensi masyarakat sebagai bentukrealisasi paradigma baru yangmemberdayakan masyarakat. Prosesperencanaan pengembangan pariwisata yangmengkoordinasikan pemikiran nasional danpernikiran masyarakat akan menghasilkanperencanaan terpadu, sehingga secaralangsung perencanaan ini akan menjadiparticipation planning.

Perencanaan Nasional PengembanganPariwisata menghasilkan strukturisasipengem bangan kawasan konservasi.Perubahan yang mendasar adalah konsepkawasan sebagai fungsi utama pelestarian.Sementara pemanfaatan hanya dilakukanterhadap aspek jasa estetika, pengetahuan(pendidikan dan penelitian) terhadapekosistem dan keanekaragaman hayatifilosofi, pemanfaatan jalur untuk trackingdan adventuring.

Proses yang hampir sama dapat dila-kukan terhadap perencanaan pariwisatawilayah regional propinsi. Padaperencanaan ini akan menghasilkan wilayahatau kawasan pengembangan pariwisata.Perencanaan pada level wilayah propinsi inimerupakan perencanaan meso yangmenampung perencanaan lokal denganmenjabarkan dan berpedoman padaperencanaan nasional.

Pariwisata seringkali dipersepsikan se-bagai mesin ekonomi penghasil devisabagi pembangunan ekonomi di suatu negaratidak terkecuali di Indonesia. Namundemikianpada prinsipnya pariwisatamemiliki spektrum fundamental

pembangunan yang lebih luas bagi suatunegara. Untuk itu, Firdausy menyatakan,bahwa pembangunan kepariwisataan padadasarnya ditujukan untuk :a. Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Pariwisata mampu memberikan pera-saaan bangga dan cinta terhadap Negara Ke-satuan Republik Indonesia melalui kegiatanperjalanan wisata yang dilakukan olehpenduduknya ke seluruh penjuru negeri.Sehingga dengan banyaknya warganegarayang melakukan kunjungan wisata diwilayah-wilayah selain tempat tinggalnyaakan timbul rasa persaudaraan danpengertian terhadap sistem dan filosofikehidupan masyarakat yang dikunjungisehingga akan meningkatkan rasa persatuandan kesatuan nasional.b. Penbhapusan Kemiskinan (PnverryAlleviation)

Pembangunan pariwisata seharusnyamampu memberikan kesempatan bagi seluruhrakyat Indonesia untuk berusaha dan bekerja.Kunjungan wisatawan ke suatu daerahseharusnva memberikan manfaat yangsebesarbesarnya bagi peningkatankesejahteraan masyarakat. Dengan demikianpariwisata akan mampu memberi andilbesar dalam penghapusan kemiskinan diberbagai daerah yang miskin potensiekonomi lain selain potensi alam dan budayabagi kepentingan pariwisata.c. Pembangunan Berkesinambungan (Sus-tainable Development)

Dengan sifat kegiatan pariwisata yangmenawarkan keindahan alam, kekayaanbudaya dan keramahtamahan pelayanan,sedikit sekali sumberdaya yang habisdigunakan untuk menyokong kegiatan ini.Bahkan berdasarkan berbaoai coiitohpengelolaan kepariwisataan yang balk,kondisi lingkungan alam dan masyarakat disuatu destinasi wisata mengalamipeningkatan yang berarti sebagai akibat daripengembangan keparwiwisataan di daerah-nya.d. Pelestarian Budaya (Culture Preserva-tion) Pembangunan kepariwisataan

seharusnya mampu kontribusi nyatadalam upayaupaya pelestarian budaya suatu

Page 12: Universitas Dr. Soetomorepository.unitomo.ac.id/2563/1/Jurnal 3.pdfserta perimbangan keuangan pusat dan daerah. ... Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4) Lain-lain

negara atau daerah yang meliputiperlindungan, pengembangan danpemanfaatan budaya negara atau daerah.UNESCO dan UN-WTO dalam resolusibersama mereka di tahun 2002 telah me-nyatakan bahwa kegiatan pariwisata merupa-kan alat utama pelestarian kebudayaan.Dalam konteks tersebut, sudah selayaknyabagi Indonesia untuk menjadikanpembangunan kepariwisataan sebagaipendorong pelestarian kebudayaan diberbagai daerah.e. Pemenuhan Kebutuhan Hidup dan HakAzasi Manusia

Pariwisata pada masa kin] telah menjadikebutuhan dasar kehidupan masyarakatmodern. Pada beberapa kelompok masyarakattertentu kegiatan melakukan per jalananwisata balikan telah dikaitkan dengan hakazasi manusia khususnya melalui pemberianwaktu libur yang lebih panjang dan skemapaid holidays.f. Peningkatan Ekonomi dan Industri

Pengelolaan kepariwisataan yang baikdan berkelanjutan seharusnya mampumemberikan kesempatan bagi tumbuhnyaekonomi di suatu destinasi pariwisata.Penggunaan bahan dan produk lokal dalamproses pelayanan di bidang pariwisataakan juga memberikan kesempatan kepadaindustri lokal untuk berperan dalampenyediaan barang dan jasa. Syarat utamadari hal tersebut di atas adalah kemampuanusaha pariwisata setempat dalammemberikan pelayanan berkelas duniadengan menggunakan bahan dan produklokal yang berkualitas.g. Pengembangan Teknologi

Dengan semakin kompleks dan tingginyatingkat persaingan dalam mendatangkanwisatawan ke suatu destinasi, kebutuhan akanteknologi tinggi khususnya teknologi industriakan mendorong destinasi pariwisata me-ngembangkan kemampuan penerapan tekno-logi terkini mereka. Pada daerah-daerahtersebut akan terjadi pengembanganteknologi maju dan tepat guna yang akanmampu memberikan dukungan bagi kegiatanekonomi lainnya. Dengan demikianpembangunan kepariwisataan akan

memberikan manfaat bagi masyarakat danpemerintahan di berbagai daerah yang lebihluas dan bersifat fundamental.Kepariwisataan akan menjadi bagian tidakterpisahkan dari pembangunan suatu daerahdan terintegrasi dalam kerangka peningkatankesejahteraan masyarakat setempat.

4.7 Posisi daya saing industri pariwisataPengembangan industri pariwisata secara

umum masih memerlukan sentuhan-sentuhantertentu. Sentuhan-sentuhan dimaksuddiharuskan mampu menjawab kebutuhan(needs) dan keinginan (wants) wisatawan itusendiri. Kebutuhan dan keinginan tersebuttentu saja diharuskan tidak dapat diperoleh ditempat atau di negara dimana wisatawantersebut berasal. Kebutuhan dan keingmandimaksud tidak hanya yang berkaitan dengankebudayaan yang unik, biaya hidup yangbersaing, namun juga obyek wisata yang da-pat menyenangkan para wisatawan. Jikatidak, mungkin tidak akan ada daya tarikpara wisatawan untuk mengunjunginya.

Ada banyak cara sebenarya untuk me-majukan pariwisata di daerah. Namun untukmemajukan pariwisata kita bukan hanya tugaspemerintah tetapi juga masyarakat kita.Namun tentunya Kementerian Kebudayaandan Pariwisata, serta Dinas Pariwisata diseluruh daerah di Indonesia, sebagal instansipemerintah yang bertugas memajukankebudayaan dan pariwisata Indonesia,memiliki tanggung jawab yang lebih besar.Hal ini menurut Firdausy, karena beberapaalasan :

Pertama, Kementerian Kebudayaan danPariwisata sesuai dengan fungsinya yanghanya sebagai perumus kebijakan, harusberani dan tegas menentukan konsep, visi,dan misi pariwisata budaya Indonesia.

Kedua, sesuai dengan semangat otonomidaerah yang menyerahkan tugas pengem-bangan kebudayaan dan pariwisata kepadaDinas Pariwisata di masing-masing daerah,maka Dinas Pariwisata harus benar-benarmenangkap pelimpahan tugas dan wewenangitu sebagai peluang untuk memajukanmasyarakat di daerahnya. Sebagai contoh,dengan kekayaan budaya yang kita miliki,

Page 13: Universitas Dr. Soetomorepository.unitomo.ac.id/2563/1/Jurnal 3.pdfserta perimbangan keuangan pusat dan daerah. ... Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4) Lain-lain

maka di setiap kabupaten atau kota DinasPariwisata minimal harus dapat mendirikansatu pusat atau sentra pariwisata budayayang menampilkan keanekaragaman budayadi wilayahnya masing-masing. Bentukkonkretnya mungkin dengan mendirikansemacam Taman Mini Indonesia Indah(TMII) di masing-masing daerahbersangkutan.

Ketiga, para pengamat pariwisata danbudaya sudah saatnya untuk lebih menguta-makan kajian dan penelitian yang mereko-mendasikan bagaimana memajukan kebuda-yaan dan pariwisata Indonesia dibandingkandengan kajian dan penelitian yang selalumemberikan kritik yang belum tentu kons-truktif terhadap kebijakan pembangunanpariwisata dan budaya, yang seringkali justrumenyebabkan ketakutan pada instansipemerintah untuk mengambil kebijakan.

Keempat, peran serta masyarakat da-lam pembangunan sentra-sentra budaya dimasing-masing daerah harus diutamakan.Misalnya, kelompok-kelompok kebudayaandan kesenian yang akan dipentaskan harusbergiliran dan tidak dimonopoli olehkelompok kesenian tertentu saja. Disamping itu, anggota masyarakat sekitarjuga harus diutamakan untuk direkrutmengelola sentra budaya bersangkutandengan diberikan pendidikan dan pelatihanterlebih dahulu.

Bila pembangunan pariwisata budayaini dapat dilakukan dengan terarah danberkesinambungan di seluruh daerah, makakelestarian budaya, inovasi dan kreativifasbudaya, kerukunan antar-budaya, lapanganpekerjaan, pemasukan terhadap pendapatandaerah dan devisa negara.

Selain kerja keras dalam mengem-bangkan wisata budaya, penting dikembang-kan pula program pengembangan produkpariwisata. Ini dapat dilakukan antara laindengan : (1) mengadakan koordinasiterpadu baik antar instansi maupunmasyarakat industri pariwisata; (2)menggali potensi baru obyek wisata danmenyusun kalender kegiatan untukpeningkatan daya saing pelayanan wisatamenuju standar ISO; (3) merumuskan

reformasi kebijakan pengembanganpariwisata' daerah berlandaskanpemberdayaan masyarakat melaluiketepaduan antara manusia dan ling-kungannya sebagai potensi pariwisata sesuaidengan tuntutan desentralisasi dan tantanganglobalisasi; (4) mengeYnbangkan serta mem-perkaya kesenian dan kebudayaantradisional, wisata belanja, wisata agro danbahari, sebagai produk wisata potensial,dan (5) meningkatkan sarana dan prasaranapelayanan bagi pengembangan usahapariwisata dan wisatawan.

Selain dari upaya di atas juga perludirumuskan prograrn pengembangan saranadan pelayanan panwisata. Dalam hal inikegiatan yang dapat dilakukan antara lain :(1)melakukan peremajaan obyek-obyek wisata;(2) menwsun network tujuan wisata denganmelakukan koordinasi bersama dengandaerah ungsulan .ti-isata di luar Jakarta; (3)meningkatkan sarana dan prasaranapelayanan bagi pengembangan usahapariwisata dan wisatawan: (4) menjaminketersediaan akomodasi dan saranatransportasi pariwisata; (5) meningkatkanperan serta aktif masyarakat dan swastadalam pengembangan pariwisata.

Tidak dapat diragukan lagi bahwaIndustri pariwisata merupakan Industri yangmenjadi prioritas ketiga dalam pembangunanekonomi. Sedangkan industri yangdijadikan prioritas pertama dalam kebijakanpembangunan ekonomi nasional yakni sektorpertanian. Prioritas terhadap sektor inidiberikan, selain karena sumber dayapertanian di negara ini relatif melimpah,juga karena besarnya jumlah tenaga kerjayang menggantungkan hidupnya padasektor ini. Sedangkan dalam hal kon-tribusinya terhadap PDB, seektor inimemiliki peran yang relatif masih rendah.Pada tahun 2004 tercatat bahwa kontribusisektor pertanian terhadap PDB yaknisebesar 19,9%, sedangkan tingkatpenyerapan sektor ini terhadap tenaga kerjayakni di atas 50 %.

Setelah Industri pertanian, industrikedua yang dijadikan prioritas yakni industrimanufaktur. Kontribusi industri manufaktur

Page 14: Universitas Dr. Soetomorepository.unitomo.ac.id/2563/1/Jurnal 3.pdfserta perimbangan keuangan pusat dan daerah. ... Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4) Lain-lain

terhadap perekonomian nasional yakni sebe-sar 23 % pada tahun 1996. Kontribusi industrimanufaktur ini menurun tajam setelah terjadikrisis ekonomi tahun 1997/1998, Besarnyakontribusi industri ini terhadap PDB padatahun 2004 yakni sebesar 19,7 %. Krisisekonotni sejak medio 1997 tetahmeluluhlantahkan kemajuan sektormanufaktur dalam perekonomian nasional.

Difokuskannya Industri pariwisatasebagai penyumbang devisa ketigaterutama disebabkan karena potensipariwisata nasional yang relatif besardibandingkan dengan negara-negara lainnya.Obyek pariwisata yang ada di Indonesiatidak hanya terbatas pada wisata bahari danwisata alam, namun juga wisata budaya,wisata sejarah dan wisata belanja. Khususyang terakhir disebut ini segmen pasarnyaumumnya yakni turis domestik.

Walaupun obyak wisata yang adadi Indonesia ini banyaknya ragamnya dantidak kalah dengan negara-negara lainnya,namun daya saing pariwisata Indonesiarelatif masih jauh dibelakang. Data The WaidTravel and Tourism Council (WTTC) tahun2003 menunjukkan, satu-satunya faktor yangmenguntungkan Indonesia hanya harga(price competitiveness index). Artinya,wisman datang karena terdengar berwiratadi Indonesia murah. Berdasarkan indeksdaya saing harga, skor indeks daya saingharga produk pariwisata nasional relatifsangat tinggi, yaitu 81 (di mana 1 berartisangat tidak kompetitif atau sangat mahal,dari 100 berarti sangat kompetitif atausangat murah) dan berada pada peringkat 8.Sementara itu Thailand berada di tingkat 36dengan skor indeks 67 dan Malaysia diperingkat 52 dengan skor 58. SementaraSingapura sudah terkesan mahal di peringkat110 dengan skor 20. Artinya, mereka bisamenjual produk dan layanan jasanyadengan harga yang jauh lebih tinggidaripada kita.

Skor daya saing harga pariwisatanasional hanya berbeda sedikit dengannegaranegara terbelakang yang keindahanalamnya jauh di bawah Indonesia,. sepertiTogo (indeks 84, peringkat 6), Nikaragua

(86, peringkat 5), Swasi (88,6, peringkat4), dan Laos (100, peringkat pertama). Inidimugkinkan karena di negara-negaratersebut, campur tangan pemerintah danbantuan-bantuan internasional sangatberperan, padahal tuntutan masyarakatnyabelum tinggi terutama karena taraf hidupnyayang masih rendah. Kualitas layananjasanya pun belum begitu tinggi. Demikianpula dengan kualitas hotel bintang limanyayang masih relatih rendah.

Namun demikian anehnya, Jumlahwisman yang datang ke Indonesia masihrelatif rendah. Hal ini jauh berbeda dengannegara-negara, seperti Perancis (86 jutawismen/wisman), Spanyol (58 juta), AS (54juta), italta (45 Juta), atau China (36 juta)per tahunnya. Demikian pula dibandingkandengan negara-negara di ASEAN, sepertiMalaysia (9,85 lute) atau Thailand (10,67juta), maupun negara Yunani yang mencapai14.21 juta wisman per tahunnya. Jumlahwisman ke Indonesia hanya setingkat negaraAustralia sebesar 5,37 Juta. Sedangkanperolehan devise dari sektor pariwisata barusebesar 16.17 juta dollar AS atau sepertigadibandingkan dengan penerimaan devisayang diperoleh Australia (50,23 juta dollarAS). Idealnya, Indonesia seharusnya mampumenghasilkan nilai konsumsi antara 20 jutadollar AS hingga 25 juta dollar AS setiaptahun.

Banyak faktor yang dapatmenjelaskan relatif rendah dan belumberkembangya daya saing pariwisatanasional. Beberapa faktor tersebut,diantaranya factor ”high cost economy” yangmerupakan salah satu faktor penting yangmenyebabkan daya saing pariwisata nasionalrendah. Untuk mengembangkan kegiatanusaha pariwisata, maka di Indonesia diper-lukan biaya-biaya tinggi dan waktu yangrelatif lama. Biaya-biaya dimaksud tidak sajatermasuk biaya 'administrasi, namun jugabiaya untuk pengembangan akses ke daerahpariwisata. Umumnya investor yang inginmengembangkan kegiatan usahanya dimintauntuk juga menyediakan fasilitas jalan dansarana lain nya. Selain itu berbagai peraturandaerah yang menyangkut pajak dan

Page 15: Universitas Dr. Soetomorepository.unitomo.ac.id/2563/1/Jurnal 3.pdfserta perimbangan keuangan pusat dan daerah. ... Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4) Lain-lain

pungutan-pungutan daerah juga dikatakanmemberatkan investor untuk menanamkanmodalnya. Apalagi dengan adanya beritamelalui media-media massa terutama mediaelektronik yang meliput kejadian-kejadiankriminal yang terjadi di Indonesiamenyebabkan potret kehidupan pariwisata diIndonesia kurang kondusif aman dannyaman. Akibatnya, industri pariwisata didaerah ini nyaris beijalan di tempat.

4.8 Landasan perencanaan pariwisataRegulasi secara nasional berkait de

ngan pariwisata meliputi peraturan perundangan sebagai berikut :1. Undang-Undang No. 9 Tahun 1990

Tentang Kepariwisataan2. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Ten-

tang Konservasi Keanekaragaman Hayatidan Ekosistemnya.

3. Undang-Undang No. 24 Tahun 1992Tentang Penataan Ruang.

4. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999Tentang Otonomi Daerah.

5. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999Tentang Kehutanan.Di samping itu beberapa Peraturan Pe

merintah yang harus diacu dalam melakukanidentifikasi pengembangan pariwisata adalah:1. Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun

1991 Tentang Konservasi Rawa.2. Peraturan Pemerintah RI No. 13 Tahun

1994 Tentang Perburuan Satwa Butu.3. Peraturan Pemerintah RI No. 18 Tahun

1994 Tentang Pengusahaan PanwisataAlam di Zona Pemanfaatan Taman Nasio-nal. Taman Wisata dan Taman Hutan Raya.

4. Peraturan Daerah Kabupaten SemarangNo. 29 Tahun 2001, Tentang Penyeleng-garaan Usaha Obyek Dan Daya Tank Wi-sataUntuk melaksanakan pengembangan

pariwisata dalam kawasan hutan telah adapedoman yang mengatur perijinan yaitu:1. Keputusan Menteri Kehutanan No. 500

/Kpts-II/1989 Tentang Analisis MengenaiDampak Lingkungan Bidang Kehutanan.

2. Keputusan Menteri Kehutanan No. 446/Kpts-II/1996 Tentang Tata Cara Permo-honan Ijin Pengusahaan Hutan Wisata,

Taman Nasional, Taman Hutan Raya danTaman Wisata Laut.

3. Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pa-riwisata No. KEP-21/MKP/XI/2000 Ten-tang Masyarakat Pariwisata Indonesia

Secara intennasional kesepakatan antarbangsa dimana Indonesia ikut menandatanganidan terikat dengannya antara lain:1. World Conservation Strategy (WCS) pada

tahun 1980 merupakan landasan penang-gulangan ancaman terhadap sumderdayaalam

2. United Nation Conference on Environ-ment and Development (UNCED) di Rio deJeneiro pada tahun 1992 yang menghasilkanantara lain Rio Declaration, ForestPrinciples, Convention on ClimaticChange, Convention on Biodiversity danAgenda 21.

3. Commission on National Parks andProtected Areas (CNPPA) dan TheInternational Union for Conservation ofNature and Natural Resources (IUCN)pada tahun 1980, menyusun suatu daftarkawasan yang dilindungi (Daryadi, 1999)berdasarkan kriteria pengelolaankonservasi, meng hasilkan 10 (sepuluh)kategori kawasan yang dilindungi, yaitu:a) Scientific Reserves./Strict Nature Re-serves (Cagar Alam / Cagar Ilmiah).b) Natural Parks/Provincial Parks (TamanNasional / Taman Propinsi).c) Natural Monuraents/Natural Landmarks(Monumen Alam / Landmark Alam).d) Nature Conservation Reserves / Ma-naged Nature Reserves/Wild life Sanetuaries (Suaka Margasatwa).e) Protected Landscape (Bentang AlamDilindungi).f) Resource Reserves (Cagar Sumber Daya).g) Anthropological Rewrves/Natural BioticReserves (Cagar Budaya / Kawasan BiolisAlam).h) Multiple Use Management Area/ Ma-naged Resource Areas (Kawasan Pe-ngelolaan Manfaat Ganda / KawasanSumber daya Dikelola).i) Biosphere Reserves (Cagar Biosfir).j) World Heritage Sites (Taman WarisanDunia).

Page 16: Universitas Dr. Soetomorepository.unitomo.ac.id/2563/1/Jurnal 3.pdfserta perimbangan keuangan pusat dan daerah. ... Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4) Lain-lain

Manajemen partisipatif pengembanganpariwisata

Pariwisata merupakan cara yang efektifuntuk peningkatan kesejahtaraan masya-rakat. Hal ini disebabkan karena pariwisatamenimbulkan multiplier effect yang tinggi danin route benefit atau manfaat sepanjang ruteperjalanan yang panjang (Fandeli, 2001). Pe-ngembangan pariwisata harus direncanakandengan pendekatan partisipatif. Participationplanning ini mendasarkan pada keinginanmasyarakat dengan pilihan-pilihan dariberbagai alternatif yang menguntungkanmasyarakat. Partisipasi masyarakat dalamperencanaan harus diteruskan pada tahapanpelaksanaan, dan pada tahapan selanjutnyaagar kesejahteraan masyarakat setempatdapat ditingkatkan dan lingkungan dapatdipertahankan kuantitasnya.

Menurut Stiefel dan Wolfe (1994)mendefinisikan partisipasi sebagai “upayaterorganisasi untuk meningkatkanpengawasan terhadap sumber daya danlembaga pengatur dalam keadaan sosialtertentu, oleh berbagai kelompok dangerakan yang sampai sekarangdikesampingkan dari fungsi pengawasan.Bank Dunia mendefinisikan “partisipasisebagai proses dimana para pemilikkepentingan (stakeholders) mempengaruhidan berbagi pengawasan atas inisiatif dankeputusan pembangunan serta sumber dayayang terdampak pada mereka”. Dari sudutpandang ini, partisipasi dapat dilihat padatataran konsultasi atau pengambilankeputusan dalam semua tahapan siklusproyek, dari evaluasi kebutuhan, sampaipenilaian, implementasi, pemantauan danevaluasi.

Manajemen partisipatif merupakanpendekatan penting dalam reorientasi pro-gram, yakni melakukan pergeseran terhadappenekanan aktifitas menjadi penekanan hasil.Orientasi terhadap aktifitas akan membuatsistem yang dilakukan hanya bersifat semu.Sedangkan orientasi terhadap hasil akaninemberikan motivasi untuk beraktifitas men-capai solusi yang sistenlatis, sehingga akantercipta kerjasama erat dengan masyarakatdan muncul partisipasi dalam penyelesaian

masalah.Penerapan manajemen partisipatif da-

lam pengembangan pariwisata bertujuanuntuk memberdayakan masyarakat lokal.Apabila pengelola kawasan wisata berasaldari luar daerah maka akan timbul aliranmanfaat ekonomi justru keluar dari daerahsetempat. Akibatnya masyarakat lokal tetaptidak berdaya secara sosial dan ekonomiuntuk mengambil peluang yang timbul dariperkembangan pariwisata.

Melalui penerapan manajemen partisi-patif di dalam kegiatan pengembanganpariwisata masyarakat lokal dapatmemanfaatkan peluang. Pada banyak aspekantara lain pengelola, pemandu penyediakonsumsi atau rumah makan, fasilitasakomodasi, transportasi dan utilitassouvenir dari kerajinan rumah tangga.

Perencanaan Pengembangan pariwisatadilaksanakan sesuai dengan keinginan ma-syarakat atau kadang-kadang perencanaanjustru dibuat oleh penduduk setempat.Demikian pula dalam hal pelaksanaanpengembangan dan beroperasinya kegiatanpariwisata ini. Masyarakat juga harusmendapatkan peranan yang besar dalampengembangan fasilitas dan utilitaspariwisata. Kemudian dalam menerimakunjungan wisatawan masyarakat dapatmenerima kunjungan dan melayani sesuaidengan kemampuannya. Di dalampenerimaan atau pelayanan terhadapkunjungan wisatawan dilaksanakan apaadanya. Kegagalan justru akan terjadi bilasetiap kali ada wisatawan diterima denganperlakuan khusus di luar kebiasaan yangada di masyarakat.

Menurut Setyorini (2004) terdapat 10(sepuluh) aspek yang dapat mendorong par-tisipasi masyarakat lokal dalam pengemba-ngan kepariwisataan alam pada urnumnyadan pariwisata pada khususnya. Kesepuluhaspek tersebut adalah:a. Peranan partisipasi local

Partisipasi masyarakat lokal hanis dibo-rong dan diberikan kesempatan yang lebihbesar dari waktu ke waktu dalam seluruhaspek kegiatan.

b. Pemberian otoritas sebagai tujuan.

Page 17: Universitas Dr. Soetomorepository.unitomo.ac.id/2563/1/Jurnal 3.pdfserta perimbangan keuangan pusat dan daerah. ... Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4) Lain-lain

Setiap upaya pengembangan diarahkanagar semakin lama kekuasaan semakinbesar yang diberikan kepada masyarakatlokal.

c. Partisipasi dalam siklus proyek Apabilaada pengembangan kegiatan, di-laksanakan dengan mengikutsertakan ma-syarakat lokal dalam semua tahapanpengembangan mulai dari perencanaan pelaksanaan hingga beroperasinya pengem-baagan pariwisata.

d. Penciptaan pemilikan sahamDi dalam pengembangan pariwisata perludiciptakan suatu bentuk usaha yangmendorong masyarakat untuk dapat ikutmemiliki saham.

e. Mengkaitkan keuntungan dan kelestarianKeuntungn finansial yang diperoleh dariusaha pai-iwisata haras dikembalikan kekawasan dalam rangka membiayaipeningkatan kelestarian ekologis.

f. Menyebarratakan keuntunganKeuntungan yang diperoleh dari usahapariwisata disebar ratakan kepadaseluruh penduduk lokal. Distribusi secaramerata, ini dilakukan denganmenciptakan peluang usaha yangbanyak jenisnya yang terkait denganpariwisata.

g. Melibatkan pemimpin masyarakatSejauh mungkin dalam pengembanganpariwisata dapat mengikutsertakan'seluruh komponen masyarakat. Sesuaidengan statusnya pemimpin formalmaupun informal ini dilibatkan dalamposisi jabatan yang tepat.

h. Gunakan agen perubahanBiasanya di dalam masyarakat telah adabeberapa kelompok masyarakat. Seluruhkelompok masyarakat apa saja yang adadiinventarisasi. Kelompok masyarakat di-catat dan kemudian dilibatkan daiam ke-giatan kepariwisataan, tidak perlu kelorn-pok masyarakat berbasis ekonomi saja.Bahkan kelompok pengajian pun dapatsaja dipertimbangkan untuk menjadi pelakupariwisata Kelompok semacam ini dapatdilibatkan dalam pengembangan pariwi-sata.

i. Pahami kondisi yang spesifik

Pengembangan pariwisata dilaksanakanterhadap atraksi yang spesifik. SetiapODTW pasti dapat diketemukan sesuatuyang spesifik.

j. Pengawasan dan PenilaianSetiap upaya meningkatkan pengembang-an pariwisata harus disusun dengan suatusistem pengawasan dan penilaian yangbalk. Sebab aktivitas wisata atau pan-wisata berpotensi meningkatkan kerusakanlingkungan dan perubahan sosial budaya.Agar perubahan yang terj adi ini dapatterkendali dan terarah perlu disusun suatusistem pengawasan dan penilaian yangbaik. Dengan cara demikian setiapkerusakan atau perubahan sedini mungkmdapat diketahui. Apabila hal ini sudah di-laksanakan maka kualitas lingkungan tetapterjaga, sosial budaya masyakat tidakberubah kondisinya.

4.10 Aksesibilitas sarana dan prasaranaKetersediaan prasarana dan sarana pa-

riwisata merupakan salah satu unsur pentinguntuk mengoptimalkan manfaat dan adanyaobyek wisata di setiap daerah di Indonesia.Tanpa adanya sarana dan prasarana, makadapat dipastikan potensi pariwisata yang adadi daerah-daerah tidak dapat dimanfaatkansecara optimal. Narnun dengan adanya saranadan prasarana akan mudah diakses oleh parawisman dan wisnus. Ini berarti dalam penye-diaan sarana dan prasarana dimaksud pentingdiperhatikan aspek lokasi, aspek kesesuaian,dan aspek penerimaan masyarakat terhadapsarana dan prasarana dimaksud.

Perkembangan ketersadiaan dan akse-sibilitas ke sarana dan prasarana pariwisataperlu ditingkatkan, umumnya sarana dan pra-sarana yang dianggap kurang memadai yakniakses jalan dan transportasi ke obyek-obyekwisata. Alat transportasi ini umumnya mahaldan tidak setiap saat tersedia sehinggamernpersulit para turis untuk mencapaidaerah tujuan wisata dimaksud.

Selain terbatasnya akses ke obyek wi-sata dimaksud, pemerintah daerah kurangmemberikan dorongan kepada para pelakuekonomi untuk memanfaatkan potensi wisatayang ada di daerah. Kendala utamanya yakni

Page 18: Universitas Dr. Soetomorepository.unitomo.ac.id/2563/1/Jurnal 3.pdfserta perimbangan keuangan pusat dan daerah. ... Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4) Lain-lain

adanya berbagai paraturan daerah yangmembebankan penanam modal untukmembayar pa jak maupun pungutan yangmemberatkan. Selain itu masalahprofesionalisme SDM, keterbatasan dana,dan infrastruktur yang memadai. Dalamhubungannya dengan infrastruktur, kendalayang dihadapi meliputi minimnya saranakepariwisataan di daerah-daerah terutamapelayanan akomodasi, transportasi danfrekuensi penerbangan ke luar negeri.

5. Penutup KesimpulanDalam era otonomi daerah dewasa ini,

sektor pariwisata mempunyai peranan sangatstrategis untuk menunjang pembangunan pe-rekonomian nasional, serta sebagai salahsatu sumber penghasil devisa yang mampumenyerap tenaga kerja dan mendorongperkembangan investasi di dalam negeri,selain itu, sektor pariwisata dapatdikembangkan menjadi salah satu bentukindustri pariwisata yang belakangan ini telahmenjadi tujuan dan sebagian besarmasyarakat.

Obyek wisata yang terdapat di berbagaidaerah di Indonesia dapat dikembangkanmasyarakat, terutama objek wisata dalambentuk perwujudan daripada ciptaanmanusia, tata hidup, seni budaya sertasejarah bangsa dan tempat atau keadaan alarnyang mempunyai daya tank untuk dikunjungiwisatawan, serta memiliki ciri-ciri khas yangditonjolkan oleh tiap-tiap obyek wisata.

Adanya wewenang selama era otonomidan desentralisasi yang dilimpahkan padasetiap daerah otonom, maka sebagai upayamewujudkan dan memperbaiki kesejahteraanmasyarakat dapat dikembangkan industripariwisata setiap daerah, sesuai denganpotensi dan kekhasan daerahmasing-masing. Disamping itu,pengembangan sektor pariwisata setiapdaerah otonom diharapkan dapat mem-berikan sumber pendapatan bagi upaya pe-ningkatan pendapatan melalui peningkatansumber-sumber pajak dan retnibusi daerah.

Pembangunan kepariwisataan pada da-sarnya ditujukan untuk menumbuhkan rasapersatuan dan kesatuan bangsa,

penghapusan kemiskinan (PovertyAlleviation), pembangunanberkesinambungan (Sustainable Deve-lopment), pelestarian budaya (CulturePreservation), pemenuhan kebutuhan hidupdan hak azasi manusia, pningkatanekonomi dan industri, serta pengembanganteknologi sektor pariwisata.

Saran-saranUntuk mengembangkan sektor pariwi-

sata, maka pemerintah dan masyarakat harusberusaha keras dalam membuat rencana, sertaberbagai kebijakan yang dapat mendukungkemajuan sektor pariwisata sesuai potensidaerah otonom. Kebijakan tersebut, dianta-ranya dengan cara menggali,menginventarisir dan mengembangkanobyek-obyek wisata yang ada di setiapdaerah otonom kabupaten / kota atauProvinsi sebagai daya tarik utama bagiwisatawan agar mereka tertarik untukmengunjungi objek-objek wisata di daerah.

DAFTAR REFERENSI

Devas, Nick. 1989, Keuangan PemerintahDaerah Di Indonesia. UI Press, Jakarta.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI(2005), Rencana Strategis PembangunanKebudayaan dan Pariwisata Nasional 2005 -2009, Jakarta.

ESCAP, 2004, The economic Impact of tou-rism in the Asian Regional. United Na tions,Bangkok, Thailand.

Fandeli, Chafid. 2000, Dasar-dasar Mana-jemen Kepariwisataan Alam, Liberty,Yogyakarta.

Setyorini, Timang, 2004, KebijakanPariwisata dalam rangka meningkatkan pen-dapatan ekonomi masyarakat KabupatenSemarang, PPS Ilmu Hukum, UniversitasDiponegoro, Semarang.

Page 19: Universitas Dr. Soetomorepository.unitomo.ac.id/2563/1/Jurnal 3.pdfserta perimbangan keuangan pusat dan daerah. ... Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4) Lain-lain

Syamsi, Ibnu. 1994. Dasar-dasar Kebijaksa-naan Keuangan Negara. Jakarta: BinaAksara

United Nation-World Tourism Organization(2005), Tourism Highlight 2005, UNWTO,Madrid.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974,Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan diDaerah, Sekretariat Negara RepublikIndonesia, Jakarta.

Undang - Undang Nomor 22 Tahun 1999,Tentang Pemerintahan Daerah, SekretariatNegara Republik Indonesia, Jakarta(Direvisi menjadi UU No. 32 /2004).

Undang - Undang Nomor 25 Tahun 1999,Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, Sekretariat NegaraRepublik Indonesia, Jakarta (Direvisimenjadi UU No. 33/2004).

Utomo, Warsito, 2001, Perimbangan Keu-cangan Pusat-Daerali Dalam RangkaOtonomi Daerah, Makalah workshopdisampaikan dalam manajemen perencanaanpenerimaan daerah kerjasama antaraSIAGA project dan STIE Kerjasama,Yogyakarta.

World Travel dand Tourism Council (2003)The Blueprint of New Tourism, WT TC,London.

Zarmawis, I., 2004. Peningkatan daya saingekonomi Indonesia : Studi kasus industryparawisata Yogyakarta, NTB dan Banten,Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, Jakarta.

____________,2004. Peningkatan daya saingekonomi Indonesia: Studi kasus industripariwisata bali, jawa barat dan Sulawesiselatan. Pusat penelitian ekonomi LIPI,Jakarta.