BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang mereka
jalani baik bersifat fisik maupun non fisik.Perkembangan berarti serangkaian perubahan
progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.Para ahli
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perkembangan itu adalah “Suatu proses
perubahan pada seseorang kearah yang lebih maju dan lebih dewasa,namun mereka berbeda-
beda pendapat tentang bagaimana proses perubahan itu terjadi dalam bentuknya yang hakiki.
Beberapa teori perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia telah
tumbuh dan berkembang dari masa bayi kemasa dewasa melalui beberapa langkah jenjang.
Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangnya itu pada dasarnya merupakan
kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini
faktor intelektual dan emosional mengambil peranan penting. Proses tersbut merupakan
proses sosialisai yang mendudukkan anak-anak sebagai insan yang yang secara aktif
melakukan proses sosialisasi.
Menurut undang-undang RI No.20 tahun 2003 mendefinisikan pendidikan sebagai
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
sehingga peserta didik secara aktif mengembangakan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan ynag diperlukan masyarakat, bangsa dan negara. Adapun tujuan
pendidikan menengah umum atau SMA pada dasarnya sama dengan tujuan pendidikan dasar,
hanya saja jika pada pendidikan dasar dinyatakan sebagai peletak dasar saja, maka pada
pendidikan menengah umum untuk meningkatkan apa yang dicapai pada pendidikan dasar.
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, seorang pendidik harus dapat
mengetahui karakteristik- karakteristik setiap peserta didik. Agar seorang pendidik dapat
membuat media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan setiap peserta didik. Dalam
1
dunia pendidikan anak, seorang pendidik tidak hanya mentransferkan ilmunya saja akan
tetapi di dalamnya ada sebuah hubungan yang tidak bisa dipisahkan yaitu interaksi seorang
pendidik dengan peserta didik atau peserta didik dengan peserta didik lainnya didalam proses
pengajaran yang berjalan dikelas.
I.2 Rumusan Masalah
Apa pengertian pendidik dan peserta didik?
Apa makna perkembangan sosial?
Bagaimana bentuk-bentuk tingkah laku social pada peserta didik?
Bagaimana pengaruh perkembangan social peserta didik usia SMP terhadap tingkah
laku?
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan social peserta didik?
I.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian pendidik dan peserta didik.
Untuk mengetahui perkembangan social anak.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang memepengaruhi perkembangan social peserta
didik.
Untuk mengetahui pengaruh perkembangan sosial peserta didik sekolah menengah
pertama (SMP) terhadap tingkah laku.
BAB II
PEMBAHASAN
2
II.1 PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK
1. Pendidik
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. (UU No.20 THN 2003,
PSL 39 (2)).
2. Peserta Didik
Peserta didik adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang
selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang
berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen
pendidikan.
Peserta didik melakukan interaksi dengan rekan sesamanya, guru-guru, dan
masyarakat yang berhubungan dengan sekolah. Dalam situasi inilah nilai-nilai social
yang terbaik dapat ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran dan
pengalaman langsung.
Dalam bahasa Arab dikenal juga istilah yang sering digunakan untuk
menunjukkan pada anak didik kita. Istilah tersebut adalah murid yang
secara harfiah berarti orang yang menginginkan atau membutuhkan
sesuatu, tilmidz yang berarti murid, dan tholib al-ilm yang menuntut ilmu,
pelajar. Ketiga istilah tersebut seluruhnya mengacu kepada seorang yang
tengah menempuh pendidikan.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ciriciri
anak didik adalah sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu,
bimbingan dan pengarahan. Untuk mencapai keberhasilan pendidikan diperlukan
hubungan kerjasama antara pendidik dan peserta didik, sebaik apapun upaya seorang
3
guru dalam menanmkan pengetahuan, namun jika tidak ada kesanggupan, kesiapan
dari peserta didik maka proses pembelajaran sulit untuk mencapai kata berhasil.
Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses
pendidikan sepanjang hayat, sedangakan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang
belajar disekolah (Sinolungan, 1997). Departemen Pendidikan Nasional (2003)
menegaskan bahwa, peserta didik adalah angota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang dan jenis pendidikan.
Peserta didik adalah manusia dengan segala fitrahnya. Mereka mempunyai
perasaan dan pikiran serta keinginan atau aspirasi. Mereka mempunyai kebutuhan
dasar yang perlu dipenuhi (pangan, sandang, papan), kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasi
dirinya (menjadi dirinya sendiri sesuai dengan potensinya). Dalam tahap
perkembangannya, peserta didik SMP berada pada tahap periode perkembangan
Operasional formal (umur 11/12-18 tahun). Ciri pokok perkembangan pada tahap ini
adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis. Model berfikir ilmiah dengan
tipe hipotetico-deductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan
kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa (Asri
Budiningsih, 2005: 39).
Begitu banyak tipe kepribadian menurut para ilmuwan. Berikut ini adalah
tipe-tpe kepibadian menurut masing-masing para ahli agar kita lebih memahami
kepribadian peserta didik sehingga saat proses kegiatan belajar dan mengajar
berlangsung dengan maksimal.
Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakan
Tipe kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:
Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat,
menikmati kegembiraan, aktif bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah,
sering ambil bagian dalam aktivitas sosial.
4
Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri,
mempunyai kontrol diri yang baik.
Kepribadian Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan
kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.
Menurut Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009) menyatakan
Kepribadian terbagi menjadi dua belas kepribadian, yang meliputi kepribadian
sebagai berikut:
Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.
Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak kreatif.
Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar (evasive),
neurotik.
Dominat, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.
Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar, tertekan,
menyendiri, sedih.
Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.
Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya.
Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional, tergantung,
impulsif, tidak bertanggung jawab.
Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.
Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas, mudah lelah.
Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.
Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.
Dalam bahasa Arab dikenal juga istilah yang sering digunakan untuk
menunjukkan pada anak didik kita. Istilah tersebut adalah murid yang
secara harfiah berarti orang yang menginginkan atau membutuhkan
sesuatu, tilmidz yang berarti murid, dan tholib al-ilm yang menuntut ilmu,
pelajar. Ketiga istilah tersebut seluruhnya mengacu kepada seorang yang
tengah menempuh pendidikan.
5
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ciric-iri
anak didik adalah sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu,
bimbingan dan pengarahan.
Untuk mencapai keberhasilan pendidikan diperlukan hubungan
kerjasama antara pendidik dan peserta didik, sebaik apapun upaya seorang guru dalam
menanamkan pengetahuan, namun jika tidak ada kesanggupan,kesiapan dari peserta
didik maka proses pembelajaran sulit untuk mencapai kata berhasil.
Menurut Al-Ghazali yang dikutip oleh Heri Noer Aly, ilmu
pendidikan Islam mengungkapkan tugas peserta didik antara lain:
1. Mensucikan diri dari akhlak dan sifat tercela
2. Keikhlasan menjadi seorang murid untuk belajar kepada seorang
guru.
3. Memiliki tanggung jawab untuk berkonsentrasi, serius dalam belajar.
4. Tidak memiliki sifat sombong kepada guru dan ilmu
5. Tidak mempelajari suatu ilmu secara keseluruhan sekaligus.
Melainkan memperhatikan sistemtis mulai dari mudah
6. Memelajari ilmu disesuaikan dengan kebutuhan, tingkat, tahap
perkembangan murid.
7. Mengetahui kedudukan ilmu terhadap tujuan agar tidak
mendahulukan ilmu yang tidak penting atas ilmu yang penting.
II.2 Makna Perkembangan Sosial Peserta Didik
Sebagai makhluk social,individu dituntut untuk mampu mengatasi segala
permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan social dan mampu
menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.Oleh karena itu setiap
individu dituntut untuk menguasai keterampilan-keterampilan social dan kemampuan
penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya.
Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa perkembangan social merupakan
pencapaian kematanagan dalam hubungan social.Perkembangan social dapat pula diartikan
sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok,moral dan
6
tradisi ; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki
kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari
berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu
mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak
mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang
mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa :
“Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling
membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari
oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia
menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat
kompleks”.
Dari kutipan diatas dapatlah dimengerti bahwa semakin bertambah usia anak maka semakin
kompleks perkembangan sosialnya, dalam arti mereka semakin membutuhkan orang lain.
Tidak dipungkiri lagi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup
sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia lainnya, interaksi sosial merupakan
kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh manusia.
II.3 Bentuk – Bentuk Tingkah laku Sosial
Dalam perkembangan menuju kematangan social peserta didik mewujudkan dalam
bentuk-bentuk interkasi sosial diantarannya :
1. Pembangkangan (Negativisme)
Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan
disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak.
Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak memandang pertanda mereka anak yang
nakal, keras kepala, tolol atau sebutan negatif lainnya, sebaiknya orang tua mau memahami
sebagai proses perkembangan anak dari sikap dependent menuju kearah independent.
2. Agresi (Agression)
Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi
7
merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi ( rasa kecewa karena tidak terpenuhi
kebutuhan atau keinginannya.Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi
agresifitas anak dengan cara mengalihkan perhatian atau keinginan anak. Jika orang tua
menghukum anak yang agresif maka egretifitas anak akan semakin meningkat.
3. Berselisih (Bertengkar)
Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak
lain.
4. Menggoda (Teasing)
Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental
terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang
menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
5. Persaingan (Rivaly)
Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain.
6. Kerja sama (Cooperation)
Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain.
7. Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior)
Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap bossiness.
Wujud dari sikap ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya.
8. Mementingkan diri sendiri (selffishness)
Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya
9. Simpati (Sympaty)
Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang
lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.
II.4 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Peserta Didik
Perkembangan sosial anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu :
8
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai
aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses
pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh
keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh
keluarga.
2. Kematangan
Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga
mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat orang lain,
memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam
berbahasa juga sangat menentukan.
3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam
masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah
ditanamkan oleh keluarganya.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai
proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak
didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
5. Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar,
memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi perpengaruh sekali terhadap
perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan
berbahasa dengan baik. Oleh karena itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan
sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial anak.
II.5 Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain.
9
Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik
dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh
orang lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau merahasiakannya.
Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis
terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak
sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan
keadaan bagaimana yang semstinya menurut alam pikirannya.
Disamping itu pengaruh egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa :
1. Cita-cita dan idealism yangbaik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa
memikirkan akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin
menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2. Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain daalm
penilaiannya.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi
pendapat orang lain, maka sikap ego semakin berkurang dan diakhir masa remaja sudah
sangat kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.
BAB III
10
III.1 IDENTITAS PESERTA DIDIK
Nama :Riana Sukma Dewi
Ttl :Tasikmalaya,24 Mei 1999
Alamat :Kp.sindangrasa Ds.Cigunung
Kec.Parungponteng
Kab.Tasikmalaya
Sekolah :MTs Al-Asas
Hobi :Melakukan sesuatu yang bersifat
menantang,Bereksperimen.
Cita-cita :Dokter , Profesor,ilmuwan
11
III.2 Tabel Quisioner
Aspek Sosial Pada Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama kelas VII
NO.
Pernyataan Ya Tidak
1. Saya lebih sering menghabiskan waktu diluar dari pada dirumah
2. Saya lebih dekat dengan Ibu dibanding dengan Ayah
3. Saya mempunyai banyak teman laki-laki dibanding perempuan
4. Saya senang membantu orang lain dan bekerja sama dengan orang lain
5. Saya mempunyai rasa kepedulian yang tinggi terhadap orang
6. Saya mengalami kesulitan dalam bersosialisai dengan orang yang usianya diatas saya dan dibawah saya
7. Saya jarang mempunyai masalah dengan saudara saya dirumah
8. Saya adalah orang yang mudah memaafkan kesalahan orang lain
9. Saya tidak suka pilih-pilih teman bermain
10. Saya tidak dekat dengan semua orang yang ada di lingkungan tempat saya tinggal
11. Saya kurang suka memberi dan menerima solusi orang
12
12. Saya kurang mampu memahami orang lain
BAB IV
ANALISIS
Riana adalah seorang siswi SMP kelas VII yang lebih sering
menghabiskan waktunya dirumah dibandingkan diluar rumah.Dirumah dia
lebih dekat pada ayahnya dalam ruang lingkup sosialnya akan tetapi masalah
perasaannya dia lebih terbuka pada Ibunya.
Dia tidak suka pilih-pilih teman.Dia mempunyai banyak teman laki-
laki tetapi lebih banyak teman perempuannya.Dia mempunyai rasa
kepedulian yang tinggi terhadap orang lain,dia juga sudah mulai mampu
menyesuaikan diri dengan teman – teman yang lainnya maupun dengan
masyarakat setempat walaupun dia tidak terlalu dekat pada semua orang
yang tinggal di lingkungannya tetapi Dia juga bisa bergaul dengan orang-
orang yang ada disekelilingnya baik itu dengan yang lebih tua,lebih muda
dan yang sebaya. Dia kurang mampu memahami orang lain karena dia
belum begitu tahu karakteristik dari masing-masing individu.
Selain itu,Dia sudah mulai suka bekerjasama dengan oranglain dan
senang membantu oranglain. Dia mampu memberi atau menerima solusi dari
orang lain ketika dia mengeluh kepada orang lain maupun ketika orang lain
mengeluh kepadanya. Dia juga bisa menghargai dirinya sendiri maupun diri
orang lain. Jadi dia mulai mengerti pentingnya hidup bermasyarakat.
13
BAB V
PENUTUP
V.1 KESIMPULAN
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial. Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum
memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak
diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang
dilingkungannya.
Berdasarkan hasil penelitian Riana Sukma Dewi adalah remaja SMP yang memiliki
Perkembangan karakteristik hampir sesuai dengan teori-teori yang ada pada usia anak
sekolah menengah pertama secara umum.
Dari semua analisis anak tersebut Faktor lingkungan keluarga merupakan faktor
yang paling mempengaruhi perkembangan sosial anak, semakin bagus tata cara
keluarga, maka perkembangan sosial anak juga semakin bagus.
Perkembangan sosial juga sangat mempengaruhi kepribadian anak, anak yang
mempunyai daya intelegensi yang tinggi, perkembangan sosial yang baik pada
umumnya memiliki kepribadian yang baik.
V.2 SARAN
14
Hendaknya Riana lebih terbuka lagi baik kepada kedua orangtuanya maupun kepada
teman-temannya dengan kadar tertentu.
Bimbingan dari dalam keluarga perlu ditingkatkan karena perkembangan social pada
awalnya timbulnya kepekaan terhadap sekitarnya tumbuh dari dalam keluarga terlebih dahulu
maka dari itu dia memelukan didikan ataupun arahan dari orangtuanya
DAFTAR PUSTAKA
Cahyani Ani. Mubin, Psikologi perkembangan; cet I (Quantum Teaching,
Ciputat Press Group, 2006).
Hurlock B Elizabeth, Developmental Psikologi; Mc Grow Hill, Inc, 1980, Alih
Bahasa, Istiwidayanti dan suedjarwo, Psikologi Perkembangan suatu
pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta, Erlangga, tt.
LN Yusuf Syamsu; Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Nurihsan Juntika, 2007, Buku Materi Pokok Perkembangan Peserta didik ,
Bandung; Sekolah Pasca Sarjana (UPI)
Santrock, John W, Life-Span Development, WM, C Brown Comunication, Inc,
1995, Alih bahasa Achmad Chusairi, S.PSI, Perkembangan Masa Hidup Jilid I,
Jakarta, Erlangga, 2002.
Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan; (PT Raja Grafindo, : 2004).
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2178771-pengertian-peserta-
didik-murid/
http://eksan.web.id/archives/235
15
Yusuf, Syamsu dan Nani M. Sugandhi. 2011. Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
16
Top Related