1
LAPORAN PRAKTIKUM
SECTION MILLING
Oleh:
Budi Susanto
0220090085
Program Studi: TPHP
POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA
Jl. Gaya Motor Raya No.8 Sunter II, Jakarta Utara 14330
2010
2
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan kata alhamdullilah dan tidak lupa memanjatkan puji dan
syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga tersusun dan terselesainya laporan ini.
Laporan ini tersusun atas bantuan dari instruktur-instruktur Polman Astra, kakak-
kakak TMM tingkat 2, serta teman-teman saya. Untuk itu saya ucapkan terimakasih atas
bantuan, bimbingan, penjelasan, maupun dorongan yang telah diberkan sehingga laporan
ini dapat disusun dengan baik.
Serta tidak lupa rasa sayang dan terima kasih yang ingin saya ucapkan kepada orang
tua saya, yang telah banyak memberikan fasilitas, dorongan, kasih sayang dan perhatian
yang tidak terhitung kepada saya. Tidak banyak yang dapat saya berikan kepada mereka
kecuali rasa sayang, perhatian, kebanggaan serta kesuksesan saya.
Dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, saya
mengharapkan saran atau kritikan membangun demi perbaikan yang akan datang.
Akhir kata, saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan laporan ini.
Jakarta, Desember 2010
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………… 2
Daftar Isi………………………………………………………………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….. 4
1.1. Definisi……………………………………………………………..…… 4
1.2. Prinsip Kerja……...……………………………………………………... 4
1.3. Mesin Milling……..…………………………………………………….. 4
BAB II MILLING…………………………………………………………………….. 8
2.1. Komponen Milling……………………………………………………… 8
2.2. Bagian-Bagian Utama Mesin Milling…………………………………… 10
2.3. Langkah-Langkah Kerja………………………………………………… 11
BAB III ALAT POTONG…………………………………………………………….. 13
3.1. Cutter (Alat Potong)…………………………………………………….. 13
BAB IV PUTARAN MESIN…………………………………………………………. 20
BAB V SOP (STANDAR OPERATION PROCEDURE)……………………………. 22
5.1 Proses Inventarisasi……………………………………………………... 22
5.2 Langkah SOP……………………………………………………………. 23
5.3 Cleaning Mesin………………………………………………………….. 25
5.4 Safety Procedure………………………………………………………… 26
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….………... 28
6.1. KESIMPULAN………………………………………………………… 28
6.2. SARAN………………………………………………………………… 28
BAB VII PENUTUP………………………………………………………………….. 29
4
Daftar Pustaka………………………………………………………………………… 30
BAB I
PENDAHULUAN
1.4. Definisi
Milling merupakan suatu proses pengikisan material untuk membuat suatu
bentukan. Prosedur permillingan yang tepat, pemilihan perkakas yang cocok dan
ketepatan tinggi memungkinkan pembuatan benda kerja akan meperoleh hasil yang
maksimal. Namun dalam pengerjaannya, benda kerja harus memiliki kualitas permukaan
yang baik. Hasil dari prosses milling dapat berupa kasar maupun halus.
1.5. Prinsip Kerja
Prinsip dasar dari mesin milling adalah pergerakkan alat potong atau cutter
berputar di tempat sedangkan benda kerja bergerak ke arah cutter sehingga terjadi
penyayatan benda kerja oleh cutter.
1.6. Mesin Milling
Mesin milling adalah mesin perkakas pembuat suatu permukaan benda kerja
menjadi rata baik horizontal maupun vertikal serta permukaan sudut atau permukaan
miring. Mesin ini juga dapat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan khusus seperti : membuat
roda gigi, spiral, uril dan masih banyak lagi.
Salah satu contoh dari mesin milling yaitu mesin milling vertikal (tegak). Pada
mesin milling vertikal (tegak) kepala mesin dapat diputar ke arah kanan, kiri, depan dan
belakang dimana spindel mesin terpasang tegak terhadap kepala mesin. Mesin jenis ini
menggunakan cutter yang tegak lurus.
Seperti yang telah dielaskan pada prinsip kerja, pada mesin milling alat potong bergerak
berputar pada sumbunya. Gerakan-gerakannya ada tiga macam, yaitu:
1. Main Motion
5
Gerakan main cutting yaitu dengan berputarnya cutter atau alat potong
pada sumbunya. Dengan gerakan ini sisi potong cutter akan memotong benda
kerja secara terus menerus. Untuk melakukan gerakan ini maka spindle harus
terpasang dengan baik (tidak kocak atau tidak bergetar) pada bantalan mesin.
2. Feed Motion (Gerakan Pemakanan)
Gerakan Pemakanan adalah gerakan penyayatan yang teratur sehingga
tercapai ukuran dan bentuk yang diinginkan. Gerakan ini dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu:
a. Manual, dilakukan oleh tangan operator dengan cara memutar hadel yang ada
pada mesin, terletak pada sumbu x. Gerakannya ke arah kanan dan kiri.
b. Otomatis, ditimbulkan oleh putaran motor yang diteruskan oleh pulley
ataupun roda gigi ke meja kerja. Gerakan secara otomatis ini akan
menghasilkan permukaan benda kerja menjadi lebih baik dibandingkan
dengan manual karena gerakan pemakanannya yang konstan.
Untuk melakukan gerakan ini spindle-spindle dengan roda pemutar
dipakai untuk menggerakan meja mesin dengan tangan.
3. Setting Motion (Penempatan Benda Kerja)
Untuk mesin-mesin manual atau semi otomatis gerakan ini dilakukan
dengan cara memutar hadel yang ada pada mesin. Sedangkan untuk mesin-mesin
yang canggih seperti CNC gerakannya dilakukan dengan menekan tombol
tertentu yang ada pada mesin dan kedalaman pemakanan akan ditunjukkan pada
layer monitor.
Didalam mesin milling terdapat beberapa jenis pemakanan antara lain:
1. Pemakanan sisi ( side cutting )
Pemakanan jenis ini mempunyai posisi cutter yang vertical terhadap benda
kerja dan melakukan pemakanan dari samping.
mata potong selubung (side milling cutter )
6
digunakan untuk pemakanan sisi (side cutting)
2. Pemakanan muka ( face cutting )
Pemakanan jenis ini cutter memakan dari muka cutter
mata potong muka ( face milling cutter )
digunakan untuk pemakanan muka pada benda kerja
Selain jenis pemakanan mesin milling juga memiliki type pemakanan antara lain:
1. Conventional milling ( up-cut )
Pada pemakanan type ini mula-mula cutter akan mengenai benda kerja
sedikit demi sedikit. sebelum semua gigi memotong, gigi akan mengenai
pemukaan benda kerja maka akan timbul getaran dan tenaga potong akan
cenderung mengangkat benda kerja. Arah pemakanan cutter berlawanan arah
dengan gerakan pemakanan. Conventional milling (up-cut) memiliki beberapa
sifat dan karakteristik antara lain:
- Beban pemakanan dari minimum ke maksimum.
- Hasil permukaan kurang baik sebab pada beban maksimum akan terjadi
hentakan.
- Umur pakai cutter kurang lama karena terdapat gesekan sisi potong sebelum
menyayat.
- Benda kerja harus terpegang kuat supaya tidak terangkat.
- Bisa dipakai untuk semua jenis mesin.
2. Climbing milling ( down-cut
7
Pada pemakanan type ini cutter akan mengenai bagian yang paling
tebal dan benda kerja akan menerima tekanan cutter dengan kuat. Proses ini cocok
untuk mengerjakan benda kerja yang tipis atau pemotongan, dengan syarat mesin
harus dirancang sedemikian rupa sehingga spindle meja tidak mempunyai
spelling. Kalau syarat diatas tidak terpenuhi, benda kerja akan tertarik kearah
cutter (tertekan kebawah). Climbing (down-cut) milling memiliki beberapa sifat
dan karakteristik antara lain:
- Beban pemakanan dari maximum ke minimum
- Tidak ada hentakan sehingga hasil permukaan halus
- Benda kerja aman / tidak terangkat
- Dapat untuk mengerjakan benda-benda yang tipis
- Mesin yang dipakai harus kokoh & tidak kocak
- Cutter akan lebih awet
8
BAB II
MILLING
2.4. Komponen Milling
Saat melakukan praktikum ada beberapa alat yang dibutuhkan untuk
mempermudah proses milling, antara lain:
NO KOMPONEN /
PERALATAN
FUNGSI
1 Soft hammer Memparalelkan benda kerja di swivel vice dan
membuka collet arbor di mesin milling.
2 Kikir/File Mendebur benda kerja agar swivel vice tidak rusak
dan tidak baret.
3 Parallel Block Alat bantu alas untuk benda kerja. Cek terlebih dahulu
parallel block yang akan kita gunakan dengan caliper.
4 End Mill Cutter Roughing Mengurangi allowance dari material mentah sampai
mendekati ukuran yang diinginkan.
5 End Mill Cutter Finishing
Memasukkan ukuran dan menghaluskan permukaan
benda kerja. Maksimal pemakanan ½ mm.
6 Measuring Tool (Alat Ukur)
a. Caliper Mengukur benda kerja yang ukurannya umum atau
khusus tetapi khusus yang allowance-nya agak besar
(>0,02mm)
9
b. Micrometer Mengukur benda kerja yang presisi atau mengukur
benda kerja dengan toleransi ISO
9 Swivel Vice
Tanggem yang bisa diputar ke arah mendatar.
10 Side Lock Arbor
Digunakan untuk mencekam alat potong yang
bertangkai silindris dengan diameter tertentu.
11 Sleeve Arbor
Digunakan untuk mencekam alat potong yang
bertangkai taper.
12 Shell Mill Arbor
Digunakan untuk mencekam Shell End Mill cutter
(SEMC).
13 Collet Arbor
Pencekam alat potong yang berfungsi untuk
memegang alat potong yang bertangkai silindris.
14 Collet Pencekam cutter bersama collet arbor.
10
15 Drill Chuck Arbor
Digunakan hanya untuk mencekam Twist Drill yang
bertangkai silindris.
2.2. Bagian-Bagian Utama Mesin Milling:
Adapun bagian-bagian utama dari mesin milling, antara lain:
11
2.3. Langkah-Langkah Kerja
Langkah-langkah kerja saat menggunakan mesin milling:
1. Inventaris, yaitu suatu langkah untuk mengecek peralatan-peralatan yang akan
digunakan dalam proses milling. Dilakukan sebelum memulai dan sesudah kerja.
2. Membersihkan mesin dari olie,debu dan chip terutama pada meja, handle, dan
handwheel dengan menggunakan kain lap yang disebut majun. Dilakukan
sebelum memulai dan sesudah kerja.
3. Memeriksa ketinggian level olie di dua tempat yaitu pada olie eretan dan olie
head. Dilakukan sebelum memulai dan sesudah kerja.
4. Memeriksa ketinggian permukaaan coolant. Standard ketinggian olie yaitu diatas
olie eretan. Dilakukan sebelum memulai dan sesudah kerja.
5. Menggunakan clamping sistem yang baik dengan memakai vice pencekam yang
sesuai dengan benda kerja. Dilakukan sebelum memulai pengerjaan.
6. Membersihkan vice,arbor, dan alat potong dari debu dan chip. Dilakukan sebelum
memulai pengerjaan.
7. Memeriksa kondisi alat potong dalam keadaan tajam dan bebas retakan.
Dilakukan sebelum dan sesudah dipasang pada arbor.
8. Memeriksa material benda kerja dengan cara mengecheck ukuran dan jenis
material. Dilakukan sebelum memulai pengerjaan.
9. Menggunakan RPM dan feedrate yang benar sesuai dengan jenis material benda
kerja dan alat potong. Dilakukan pada saat pemotongan material.
10. Mengganti RPM (Radius Per Menit) bila diperlukan pada saat proses dengan cara
mengubah kedudukan belt tetapi tetap sejajar atas-bawah. Pada saat pergantian
RPM, spindel harus dalam keadaan berhenti.
11. Merawat alat dan kerapihan harus dilakukan setiap saat terutama alat ukur harus
selalu bersih dan terpisah daribenda lain.
12. Mengukur hasil proses milling sesuai dengan tuntutan dan mesin harus dalam
keadaan diam atau tidak berputar. Dilakukan selama proses milling berlangsung.
12
13. Memerhatikan keselamatan kerja agar terhindar dari kecelakaan kerja selama
proses milling dengan memakai alat-alat safety, seperti kacamata dan safety shoes
serta jangan memegang benda kerja selama proses berlangsung.
14. Cleaning terutama pada mesin, MTC dan lingkungan harus bersih dari chip dan
tumpahan benda lain (olie, coolant) dengan menggunakan kuas dan juga majun.
Memberikan lapisan minyak pada bagian yang tidak dicat. Dilakukan sesudah
selesai menggunakan mesin.
Adapun langkah-langkah pemotongan benda kerja, antara lain:
1. Mengukur benda kerja.
2. Memeriksa cutter yang akan digunakan agar memperoleh hasil yang baik.
3. Memasang cutter Roughing pada head.
4. Untuk mempermudah pengukuran dipasang paralel blok dibawah benda kerja dan
dicekam dengan swivel vice.
5. Mengencangkan benda kerja pada paralel blok dengan soft hammer hingga paralel
blok tidak bisa bergerak lagi.
6. Memposisikan cutter diatas benda kerja dengan memutar eretan sumbu x dan
sumbu y
7. Menyalakan mesin dengan menekan tombol on/off dan juga menyalakan tombol
coolant.
8. Membuat refrensi dengan maksud membuat titik awal/titik 0
9. Membuat ukuran yang telah ditentukan dengan memutar eretan sumbu Z.
10. Memutar hadel pada sumbu x sehingga bergeser dan memotong benda kerja.
11. Menyisakan 0,X mm dari hasil yang ditentukan untuk melakukan proses
finishing.
12. Melakukan proses finishing dengan mengganti cutter roughing menjadi cutter
finishing. Ulangi kembali langkah 6 sampai dengan 10.
13
BAB III
ALAT POTONG
3.1. Cutter (Alat Potong)
Ada tiga hal yang akan dibahas mengenai cutter yaitu material cutter, tipe
cutter, dan jenis cutter.
1. Material Cutter
Dalam menggunakan mesin milling, selain material benda kerja, kita juga
harus memperhatikan material cutter yang akan digunakan. Material alat potong sangat
beragam berdasarkan sifat bahan yang dikandungnya.
Sifat dasar bahan yang dipakai pada cutter antara lain:
o Keras dan kuat tetapi tidak getas
o Tahan terhadap panas yang tinggi
o Tahan aus
o Ulet tidak rapuh
Berikut adalah material yang digunakan untuk membuat cutter:
High Carbon Steel
Bahan cutter yang paling lunak dengan daya tahan panas terhadap panas hingga 220oC.
Biasannya digunakan untuk mengerjakan material yang lunak seperti kayu atau plastik.
Kecepatan potongnya mencapai 0.15 m/s.
High Speed Steel (HSS)
14
Material ini tahan terhadap panas hingga ± 600oC. Biasanya sering dilapisi dengan
titanium agar tidak cepat aus. Kecepatan potongnya dapat mencapai 0.8 – 1.8 m/s.
Cast Alloy
Material ini dapat tahan pada temperatur sampai dengan 760oC. Kecepatan potong
material mampu 60% lebih cepat dari kecepatan potong High Speed Steel.
Cemented Carbide (Cermet)
Material ini lebih keras dibanding High Speed Steel. Kecepatan potongnya dapat
mencapai 150 m/min. Harga menjadi lebih mahal.
Ceramic
Terbuat dari Alumunium Oxide (Al2O3) sehingga menjadi sangat padat dan keras,
kecepatan potongnya dapat mencapai 600 m/min. Tahan terhadap temperatur yang tinggi.
Diamond
Material alami yang paling keras. Bahan ini untuk proses super finishing dan pengerjaan
presisi. Tahan terhadap suhu hingga 900oC.
Material yang sering digunakan pada alat potong atau cutter antara lain:
Tool Steel
- Adalah baja dengan kandungan karbon 0,5-1,5 %
- CS ( cutting speed) 12 m/min
- Tahan panas sampai 250° C
- Harga relative murah
- Biasanya digunakan untuk pengerjaan lunak (kayu, plastic dan
sejenisnya)
- Mudah aus bila dipakai untuk material keras
-Pencampuran G, Mn, W, V dapat menaikan kemampuan alat potong
dan lebih ulet (tidak mudah aus).
15
High Alloyed Steel
- Dikenal juga sebagai HSS ( high speed steel )
- Mengandung karbon, chromium, vanadium, molybdenum, wolfram,
atau tungsten.
- CS 20 m/min
- Kelebihan : - mampu menahan beban kejut
- kemampuan potong lebih baik dari tool steel
- tahan panas sampai dengan 600° C
- Kelemahan:- sensitif terhadap over heat
- lebih mahal dari tool steel, karena mahal kadang hanya
mata
potongnya saja yang dari HSS yang kemudian diletakan
pada tangkainya (disolder/ dibrazing).
- Paduan utama HSS
- wolfram ( disebut T.HSS)
- molybdenum ( disebut M.HSS )
Cemented carbide ( hart metal)
- Bahan penyusun : tungsten, molybdenum, cobalt, wolfram, titanium,
dan Carbon.
- CS 150 m/min
- Kelebihan:- kekerasan bahan tinggi
- compression strength tinggi
- tahan panas sampai 900° C
- desintas besar 11-15 j/cm³
- konduktivitas termis tinggi
- tahan aus
- Kelemahan:- sifat ductility rendah
- kurang tahan terhadap beban kejut
- harga cukup mahal sehingga sering dibuat sisipan
(tip/insert)
16
keramik
- bahannya adalah aluminium oksida yang sangat padat dan keras.
- CS ± 600 m/min
- Kelebihan:- sangat keras
- tahan aus
- tahan suhu tinggi
- compression strength tinggi 350 kg/mm²
- Kelemahan:- sangat rapuh
- tidak tahan beban kejut
Diamond
- Merupakan bahan yang sangat keras
- Jarang dipakai karena sangat mahal
- Kelebihan: - tahan aus
- tahan panas sampai 900° C
- Kelemahan:- harga sangat mahal
- hanya untuk proses finishing
2. Tipe Cutter
Cutter yang digunakan pada mesin milling ada tiga tipe yang masing-masing
mempunyai perbedaan sudut, besar gigi dan sudut potongnya:
a. Tipe H (keras)
Digunakan untuk material yang mempunyai keuletan sampai 100 kpmm2.
Mempunyai sudut potong besar.
Sudut spiral 25o.
Jumlah giginya banyak.
Pemakanan tiap giginya kecil.
b. Tipe N (normal)
Digunakan untuk baja biasa yang mempunyai keuletan sampai 80 kpmm2.
Sudut potongnya tidak begitu besar.
Sudut spiral 30o.
17
Jumlah giginya lebih sedikit.
Pemakanan tiap giginya lebih besar.
c. Tipe W (lunak)
Digunakan untuk bahan yang lunak.
Sudut potongnya kecil.
Sudut spiral 35o.
Jumlah giginya sedikit.
Pemakanan tiap giginya besar.
Berdasarkan kontruksi permukaan cutter, cutter dibagi menjadi tiga macam
antara lain:
1. Solid cutter
Seluruh giginya menjadi satu dengan body atau gigi potongnya berasal dari
material asal/bodynya
2. Typed solid cutter
Seperti halnya solid cutter, hanya giginya saja yang terbuat dari cemented
carbide atau stelite tipis yang dipasang pada body dengan cara dibrassing
sehingga harga cutter dapat ditekan.
3. Inserted teeth cutter
Gigi cutter dipasang pada body yang terbuat dari material yang tidak mahal
dan pisau potong dipegang secara mekanikal dan bila giginya patah/gempil
dapat diganti dengan mudah
Berdasarkan cara pencekamannya cutter dibagi menjadi tiga macam antara
lain:
1. Arbor type cutter
Jenis ini pada tangkainya dilengkapi dengan lubang atau alur pasak. Alur ini
berguna untuk pemasangan pada arbor mesin milling sehinggga cutter terpasang
dengan kuat.
2. Shank type cutter
18
Cutter ini terdiri dari tangkai yang menjadi satu dengan alat potongnya. tangkai
tersebut bisa silindris atau tirus.
3. Facing type cutter
Cutter ini dipegang dengan mengunakan short arbor dan untuk pemakanan
permukaan yang rata.
Berdasarkan arah putarannya cutter dibagi menjadi dua macam antara lain :
1. Right hand rotational cutter
Cutter ini dalam pengunaannya berputar berlawanan arah dengan arah jarum
jam, dan cutter type ini banyak digunakan.
2. Left hand rotational cutter
Cutter ini dalam pemakaiannya berputar searah jarum jam, dan cutter ini
jarang dipakai sehingga sulit didapatkan dipasaran.
Berdasarkan pemakaiannya cutter dibagi menjadi dua macam antara lain:
1. Roughing cutter
Cutter yang alur spiralnya terputus untuk mengurangi gaya potong yang besar
ketika proses roughing.
2. Finishing cutter
Cutter yang alur spiralnya tidak terputus dan hanya dipakai untuk proses finishing
dengan depth of cut yang kecil dan menuntut kehalusan.
Berdasarkan pola alur cutter dapat dibagi dalam tiga macam antara lain:
1. Pola alur lurus
Cocok dipakai untuk pengerjaan material dengan hasil sayatan pendek-pendek
dan chips akan mudah keluar.
2. Pola alur miring/spiral
Terdapat dua macam yaitu spiral kiri dan spiral kanan, biasanya dipakai untuk
benda kerja besar dan pemakanan yang tebal.
3. Pola alur profil
Biasanya dipakai untuk membuat permukaan khusus/profil, misalnya gear, radius,
ulir dll. Cutter ini dapat diasah tetapi hanya pada permukaan potongnya saja,
karena apabila bagian lain yang diasah dapat mengakibatkan perubahan bentuk
profil dari cutter.
19
3. Jenis Cutter
Cutter Jenis Mantel (Plain Milling Cutter)
Alat potong ini digunakan di mesin Milling Horizontal. Biasanya digunakan
untuk mengerjakan permukaan yang datar, alur yang lebar tetapi dangkal, dan alur
yang bertangga.
Cutter Bersudut
Alat Potong jenis ini menyeruapi alat potong sisi dan muka, akan tetapi satu
atau kedua sisinya diasah membentuk sudut pada sumbu. Alat potong jenis ini
digunakan untuk pengerjaan sudut pada sisi benda kerja dan pengerjaan alur sudut
yang lurus pada permukaan melingkar.
Alat Potong Muka
Alat potong ini digunakan untuk menghasilkan permukaan yang
rata. Kelebihan alat potong muka ini adalah hasil dari pemakanannya lebih halus
karena setiap gigi pada cutter jenis ini bekerja secara merata dan kontinu.
Cutter Muka dapat digunakan untuk pembuatan bidang yang bertangga,
meyudut, dan rata.
20
BAB IV
PUTARAN MESIN
Rumus putaran mesin:
N = 1000 x CS
D x π
Keterangan:
N = Kecepatan Putaran (rpm)
CS = Cutting Speed (m/menit)
D = Diameter benda kerja (mm)
Π = 3,14
Besarnya Cs. Dipengaruhi oleh :
1. Material alat potong / ketajaman
2. Material benda kerja
3. Kedalaman pemakanan
4. Jenis pencekaman
5. Jenis pengerjaan
6. Kondisi Mesin
7. Penggunaan zat aditif (coolant)
21
Bahan Kecepatan Potong (ft/min)
Pisau Baja Karbon Pisau HSS karbid
Besi tuang 40-60 80-100 250-325
Baja lunak 30-40 80-100 150-250
Baja perkakas 20-30 60-80 100-150
Perunggu 30-80 80-100 200-425
Kuningan 100-200 200-400 360-600
Alumunium 400-600 600-1000 1000-2000
22
BAB V
SOP ( STANDARD OPERATION PROCEDURE )
Sebelum memulai pengerjaan dengan mesin miling maka hal yang harus
diperhatikan adalah standard operation procedure (sop). SOP adalah langkah-langkah
yang harus dilakukan sebelum memulai bekerja dengan mesin milling, agar kondisi
mesin dan segala hal yang berkaitan dengan mesin milling dapat diketahui dan berjalan
dengan baik serta meminimalisir terjadinya kecelakaan pada saat bekerja dengan mesin
atau lebih kepada aspek safety sang operator.
SOP yang dilakukan terdiri dari perawatan mesin yang dilakukan secara
berkala,yaitu perawatan harian,perawatan mingguan,dan perawatan bulanan.
SOP juga meliputi beberapa hal diantaranya proses inventarisasi, langkah SOP dan
cleaning mesin. SOP dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi mesin, memelihara
keawetan mesin, dan menjaga agar mesin dalam kondisi yang baik pada saat pengerjaan.
5.4 Proses Inventarisasi Langkah awal yang harus kita lakukan sebelum memulai pengerjaan dengan
mesin milling adalah inventarisasi. Inventarisasi adalah proses pengecekan kembali
peralatan dan segala atribut mesin, apakah terjadi kehilangan atau kerusakan.
Hal yang harus dilakukan pada saat inventarisasi
- Cek apakah semua aksessoris pada mesin sudah lengkap sesuai yang tertera pada tabel
yang diberikan instruktur.
- Tuliskan pada selembar kertas apabila ada aksessoris yang hilang ataupun yang rusak.
- Simpan aksessoris mesin sesuai tempat yang telah diberikan agar mempermudah pada
saat kita akan mengunakannya.
- Bersihkan aksessoris yang masih kotor dari minyak dan chips
- Laporkan kepada instruktur apabila ada penyimpangan pada mesin atau kerusakan yang
vital.
- Laporkan kepada instruktur apabila sudah selesai dalam inventarisasi
Proses inventarisasi dilakukan setiap kali kita akan bekerja dengan mesin milling.
Invetarisasi dilakukan sebelum kita memulai bekerja dan sesudah kita bekerja.
23
5.4 . Langkah SOP Dibawah ini akan disajikan tabel SOP ( Standard Operation Procedure )
STANDARD OPERATION PROCEDURE
No URUTAN KERJA STANDARD SIKLUS KETERANGAN
1 Bersihkan mesin
dari olie debu dan
chips
Meja , handle,
handwheel bersih
Setiap pagi
sebelum
mulai kerja
Memakai kain
lap / majun
2 Periksa ketinggian
level olie ( ada 2
tempat)
- diatas lower level
(olie eretan)
- diatas garis merah
( olie head )
Setiap pagi
sebelum
mulai kerja
Jenis olie: turalik
52
Jenis olie : Tonna
68 / Tellus 46
3 Periksa ketinggian
permukaan coolant
Diatas lower level Setiap pagi
sebelum
mulai kerja
Gunakan coolant
yang tersedia
4 Gunakan clamping
system yang baik
Memakai
vice/pencekam yang
sesuai benda kerja
Sebelum
mulai
pengerjaan
Bila perlu
gunakan paralel
block
5 Bersihkan vice,
arbor, dan alat
potong
Bersih dari debu atau
chips
Sebelum
mulai
pengerjaan
Memakai kain
lap dan rabaan
jari
6 Periksa kondisi alat
potong
Alat potong tajam
dan bebas retakan
Sebelum dan
sesudah
dipasang pada
arbor
Periksa secara
visual
7 Periksa material
benda kerja
Sesuai tuntutan
gambar kerja
Sebelum
mulai
pengerjaan
Check ukuran
dan jenis material
8 Gunakan Rpm dan
feedrate yang benar
Sesuai dengan jenis
material benda kerja
Pada saat
pemotongan
Dilihat dari tabel
CS (kec. Potong)
24
dan alat potong material
9 Pergantian Rpm -ubah kedudukan
belt dengan
mengendurkan belt
disamping mesin
sesuai tabel
- spindle harus
berhenti
- belt harus sejajar
atas- bawah
Bila perlu
pada saat
proses
Rpm : I ≤ 500
Rpm : I I ≥ 400
10 Perawatan alat dan
kerapihan
Alat ukur selalu
dalam keadaan
bersih dan terpisah
dari benda lain
Setiap saat -alat ukur tidak
ditumpuk
-pisahkan antara
alat ukur & alat
potong
11 Ukur hasil proses
milling
Ukuran sesuai
tuntutan
Selama proses
milling
Pengukuran
dilakukan saat
mesin DIAM /
TIDAK
BERPUTAR
12 Keselamatan kerja Terhindar dari
kecelakaan kerja
Selama proses
milling
-memakai
kacamata dan
safety shoes
-jangan
memegang
benda kerja
selama proses
berlangsung
13 Cleaning mesin Mesin, MTC dan
lingkungan besih
dari chips dan
Sesudah
selesai
memakai
-gunakan kuas
untuk
membersihkan
25
tumpukan benda lain
(olie, coolant)
mesin chips
-bersihkan dgn
lap / majun
- beri lapisan
minyak pada
bagian mesin
yang tidak dicat
Langkah- langkah SOP diatas harus dilakukan dengan benar agar tidak terjadi hal-
hal yang tidak kita inginkan, misalnya rusaknya mesin pada saat proses pengefraisan
berjalan atau kehabisan coolant dalam pengerjaan. Hal-hal ini tidak perlu terjadi, apabila
kita telah dengan benar mengikuti langkah standard operation procedure yang ada.
5.4 Cleaning Mesin Cleaning mesin dilakukan setelah kita selesai bekerja dengan mesin milling.
Cleaning mesin terdiri dari :
Sebelum membersihkan mesin pastikan mesin dalam keadaan mati dan semua alat
potong serta benda kerja telah dilepas dari mesin.
Bersihkan mesin dari chips yang masih menempel pada bagian mesin dengan
mengunakan kuas, serta chips yang ada di bak penampungan dengan karet
pembersih.
Keringkan bagian-bagian mesin dari coolant dengan kain lap/majun.
Berikan tipis pelumas pada bagian mesin yang tidak tertutup oleh cat.
Masukan coolant yang ada dibak kedalam bak penampungan coolant dengan karet
pembersih.
Bersihkan bak dari sisa-sisa coolant yang masih ada dengan lap/kain majun.
Bersihkan lantai dari chips dan coolant dengan pel atau sapu
Bersihan meja kerja dari alat-alat yang telah digunakan, masukan kedalam lemari
penyimpanan.
Kunci lemari mesin dan kembalikan kunci ke key box
26
Buang chips yang terkumpul dan kain lap yang telah digunakan kedalam tong
yang telah disediakan sesuai jenisnya ( kain dibuang pada tong yang khusus buat
kain dan chips pada tong yang khusus logam )
5.4 Safety Procedure
Safety procedure atau procedure keamanan adalah sebuah instruksi atau petunjuk
saat melakukan pengerjaan dengan mesin milling, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
kita inginkan. Safety procedure dibuat agar sang operator tidak mengalami kecelakaan
pada saat melakukan pengerjaan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat memulai dan mengoperasikan mesin milling.
Rambut dan kuku tidak boleh panjang,. apabila panjang hal ini bisa menyebabkan
rambut masuk kedalam putaran cutter. bagi wanita disarankan untuk memakai
topi.
Mengunakan safety shoes, dengan safety shoes kita akan terlindungi dari benda
berat yang jatuh ataupun kemungkinan tersetrum oleh hubungan arus pendek.
Mengunakan pakaian kerja praktek, dengan pakaian ini kita akan terhindar dari
serpihan chips yang tajam.
Pakailah kacamata pengaman, hal ini dilakukan untuk menghindari mata dari
serpihan chips yang melayang.
Jangan tinggalkan spanner pada drawbar, hal ini bisa menyebabkan spanner
melayang ketika mesin berputar dan bisa mengenai orang lain ataupun kita
sendiri.
Kencangkan tangem secukupnya dan jangan mengunakan alat bantu seperti palu
untuk mengencangkan tangem.
Pisahkan alat ukur dengan benda yang lainnya.
Jangan ragu bertanya pada instruktur apabila ada sesuatu yang tidak diketahui.
Gunakan alat-alat dengan betul sesuai fungsinya.
Jangan mengunakan alat yang tidak tahu cara kerja dan fungsi
Jangan mengunakan cutter atau alat potong yang telah tumpul atau rusak
Simpan atau masukan kedalam lemari, alat-alat yang tidak dipakai dan rapikan
meja kerja.
27
Hati-hati mengunakan perlengkapan
Hindari berlaku ceroboh didalam pengerjaan dengan mesin milling.
Jangan tergesa-gesa didalam bekerja.
Jangan melempar sesuatu benda.
Jangan meninggalkan mesin dalam keadaan berputar.
Jangan bersandar pada mesin dalam keadaan hidup ataupun mati.
Matikan mesin setiap hendak menganti pengerjaan, Atau aktifkan tombol
emergency yang tersedia.
Matikan mesin segera bila ada sesuatu yang salah.
Jangan melampaui batas daya mesin dalam menambah feeding atau putaran
spindle hal ini bisa menyebabkan kerusakan pada mesin.
Cekamlah benda kerja seefektif mungkin agar benda kerja tidak terangkat pada
saat melakukan pengerjaan.
Usahakan benda kerja dipasang diatas vice sehingga rahang vice tidak termakan
oleh cutter. Gunakan paralel block untuk menyeimbangkan benda kerja.
Periksa setiap alat tercekam dengan baik sebelum menjalankan mesin.
Jangan mendekatkan anggota tubuh atau meraba cutter yang sedang berputar.
Jangan membersihkan chips dengan tangan, tetapi gunakanlah kuas atau karet pembersih
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
6.3. KESIMPULAN
Hasil dari praktikum milling diperoleh data sebagai berikut:
1. Tuntutan benda kerja yang seharusnya berukuran 86mm menjadi 93mm. Hal ini
terjadi karena kurang teliti dalam mengukur kedalaman pemakanan alat potong/cutter.
2. Selama melakukan praktik ditemui kendala dalam ketelitian dalam mengukur
kedalaman pemakanan cutter sehingga tidak menghasilkan material benda kerja yang
sesuai .
6.4. SARAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang
mungkin dapat berguna bagi pembaca yang ingin melakukan praktikum Milling F3
Achiera, antara lain:
1. Lakukan inventaris terlebih dahulu untuk mempermudah ketika proses Milling
berlangsung.
2. Setiap mahasiswa diharapkan lebih menjaga dan memperhatikan kebersihan
lingkungan tempat praktek dan bekerja tanpa melupakan keselamatan baik bagi
operator, lingkungan dan mesin.
3. Mahasiswa diharapkan selalu aktif dan bertanya kepada instruktur atau pembimbing
tentang apa saja yang belum diketahuinya.
4. Usahakan setiap bekerja harus berdasarkan SOP (Standard Operation Prosedure)
29
BAB VI
PENUTUP
Demikian laporan ini saya susun dengan harapan pembaca dapat menguasai
proses milling dari teori-teori yang mendukung serta pemahaman yang luas tentang teori
tersebut dengan tidak melupakan adanya keselamatan kerja yang tetap harus
diperhatikan.
Penulis mohon maaf jika ada kesalahan pada penulisan serta penyusunan laporan
ini, karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca di masa sekarang
ataupun di masa yang akan datang.
30
DAFTAR PUSTAKA
Sumber laporan:
Sumber Internet:
en.wikipedia.org/wiki/Milling_machine
www-me.mit.edu/Lectures/MachineTools/mill/intro.html