Metode Latihan Teater Ala "Teater SiAnak"
Oleh : Achmad Saptono (Panggil ; Tino)
ARTI TEATER
Secara etimologis/bahasa, kata Teater berasal dari bahasa Yunani yaitu Theatron yang
artinya gedung pertunjukan atau auditorium tempat mempertontonkan. Sedangkan dalam arti
luas, Teater merupakan segala bentuk tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak,
itulah teater. Ada juga pengertian teater dalam arti sempit, yaitu drama, kisah hidup dan
kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media antara lain : Percakapan,
gerak dan tingkah laku yang didasarkan pada naskah tertulis yang ditunjang oleh dekorasi
(setting), musik, lighting, make up, nyanyian, tarian, dan lain sebagainya.
Dalam teater ada yang disebut dengan akting. Akting tidak hanya berupa dialog saja,
tetapi juga berupa gerak atau gesture. Karena logikanya, dialog tanpa gerak maka peluang
pesan tersampaikan akan sangat sedikit (tidak maksimal). Dialog yang baik itu seperti apa
siyh? Dialog bisa dikatakan baik, ketika : Dialog itu bisa terdengar (volume baik), jelas
(artikulasi baik), dimengerti (lafal benar), dan aktor bisa menghayati (sesuai dengan
tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah). Sedangkan gerak yang baik ialah gerak
yang terlihat (blocking baik), jelas (tidak ragu-ragu, meyakinkan), dimengerti (sesuai dengan
hukum gerak dalam kehidupan), dan juga bisa menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran
yang ditentukan dalam naskah).
*Penjelasan :
Volume suara yang baik adalah ketika suara itu dapat terdengar sampai jauh
Artikulasi yang baik adalah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap dengan jelas dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi kata-kata yang diucapkan menjadi tumpang tindih atau dengan kesan yang terburu-buru.
Lafal yang benar adalah pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa yang dipakai . Misalnya berani yang berarti "tidak takut" harus diucapkan berani bukan ber-ani.
Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat menimbulkan kesan yang sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah
Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain yang satu dengan yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak dapat melihat pemain yang ditutupi.
Pemain lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan tubuh daripada terlihat sebagian
besar belakang tubuh. Hal ini dapat diatur dengan patokan sebagai berikut :
Kalau berdiri menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada didepan.
Kalau berdiri menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada didepan.
Harus diatur pula balance para pemain di panggung. Jangan sampai seluruh pemain
mengelompok di satu tempat. Dalam hal mengatur balance, komposisinya:
1. Bagian kanan lebih berat daripada kiri
2. Bagian depan lebih berat daripada belakang
3. Yang tinggi lebih berat daripada yang rendah
4. Yang lebar lebih berat daripada yang sempit
5. Yang terang lebih berat daripada yang gelap
6. Menghadap lebih berat daripada yang membelakangi
Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat tetapi juga untuk mewarnai
sesuai adegan yang berlangsung. Diantaranya adalah :
1. Jelas, tidak ragu-ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah-setengah bahkan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu-ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting
2. Dimengerti, berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb.
3. Menghayati berarti gerak-gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.
Selanjutnya akan dibahas secara rinci tentang dasar latihan teater.
BAB I
MEDITASI & KONSENTRASI
MEDITASI
Secara umum arti meditasi adalah mencoba untuk menenangkan pikiran. Dalam teater
dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan mengosongkan pikiran dengan
tujuan untuk memperoleh kestabilan diri.
Tujuan Meditasi :
1. Mengosongkan pikiran.
Kita mencoba mengosongkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala sesuatu yang
ada dalam pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu masalah keluarga, sekolah, pribadi
dan sebagainya. Kita singkirkan semua itu dari otak kita agar pikiran kita bebas dari segala
beban dan ikatan.
2. Meditasi sebagai jembatan.
Disini alam latihan kita sebut sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang kita
kerjakan dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi setiap gerak kita akan berbeda dengan kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita
memerlukan suatu jembatan yang akan membawa kita dari alam kehidupan kita sehari-hari ke
alam latihan.
Cara meditasi :
a) Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa dilakukan adalah dengan duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini dimaksudkan untuk memberi bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah dalam.
b) Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga dengan perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan keluar dalam tubuh kita.
c) Kosongkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada disekeliling kita dengan segala perasaan. Kita akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak bergerak. Kita menyuruh syaraf kita untuk lelap, kemudian kita siap untuk berkonsentrasi.
Catatan :
Pada suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul kelesuan dalam setiap gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau terlalu banyak pikiran. Jika hal ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi adalah dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat mengkonsentrasikan diri kita dengan peran yang hendak kita bawakan.
KONSENTRASI
Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita mengartikannya
dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan
agar kita tidak terganggu dengan pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala
sesuatu yang kita kerjakan.
Cara konsentrasi :
a) Kita harus melakukan dahulu meditasi. Kita kosongkan dulu pikiran kita, dengan cara-cara yang sudah ditentukan. Kita kerjakan sesempurna mungkin agar pikiran kita benar-benar kosong dan siap berkonsentrasi.
b) Setelah pikiran kita kosong, mulailah memasuki otak kita dengan satu unsur pikiran. Rasakan bahwa saat ini sedang latihan, kita memasuki alam semu yang tidak kita dapati dalam kehidupan sehari-hari. Jangan memikirkan yang lain, selain bahwa kita saat ini sedang latihan teater.
Catatan :
Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu dan sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada hal tersebut. Jangan sekali-kali memikirkan yang lain.
BAB II
VOKAL dan PERNAPASAN
PERNAPASAN
Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk
memperoleh suara yang baik ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia
harus melatih pernapasan/alat-alat pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar
dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik dalam latihan ataupun dalam pementasan.
Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan :
1) Pernapasan dada
Pada pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dada
sehingga dada kita membusung. Di kalangan orang-orang teater pernapasan dada biasanya
tidak dipergunakan karena disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk udara sangat
sedikit, juga dapat mengganggu gerak/akting sang aktor, karena bahu menjadi kaku.
2) Pernapasan perut
Dinamakan pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut
sehingga perut kita menggelembung. Pernapasan perut dipergunakan oleh sebagian
dramawan, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak
dibandingkan dada.
3) Pernapasan lengkap
Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara,
sehingga udara yang kita serap sangat banyak (maksimum). Pernapasan lengkap
dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya tidak terlalu mengutamakan
akting, tetapi mengutamakan vokal.
4) Pernapasan diafragma
Diafragma adalah bagian tubuh kita yang terletak diantara rongga dada dan perut.
Sedangkan yang dimaksud dengan Pernapasan diafragma adalah ketika sang aktor itu
mengambil udara sebanyak-banyaknya kemudian disimpan di diafragma dan rasakan bahwa
diafragma itu benar-benar mengembang. Hat ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya
perut, pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut
mengembang.
Menurut perkembangan akhir-akhir ini, banyak orang-orang teater yang mempergunakan
pernapasan diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih
banyak dibandingkan dengan pernapasan perut.
Latihan-latihan pernapasan :
1) Pertama kita menyerap udara sebanyak mungkin. Kemudian masukkan ke dalam dada, kemudian turunkan ke perut, sampai di situ napas kita tahan. Dalam keadaan demikian tubuh kita gerakkan turun sampai batas maksimurn bawah. Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi ke posisi semula, barulah napas kita keluarkan kembali.
2) Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan cepat.
3) Cara berikutnya adalah menarik napas dalam-dalam, kemudian keluarkan lewat mulut dengan mendesis, menggumam, ataupun cara-cara lain. Di sini kita sudah mulai menyinggung vokal.
*Catatan : Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, disarankan agar janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain.
VOKAL
Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mernpunyai dasar vokal
yang baik pula. "Baik” di sini diartikan sebagai sebagai berikut :
1) Dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang).
2) Jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),
3) Tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan.
4) Tidak monoton.
Untuk mempunyai vokal yang baik ini, maka perlu dilakukan latihan-latihan vokal. Banyak
cara, yang dilakukan untuk melatih vokal, antara lain :
1) Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menghentakan suara "wah…” dengan energi suara. Lakukan ini berulang kali.
2) Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menggumam "mmm…mmm…” (suara keluar lewat hidung).
3) Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan suara mendesis,"ssss……."
4) Hirup udara banyak-banyak, kemudian keluarkan vokal "aaaaa…….” sampai batas napas yang terakhir. Nada suara jangan berubah.
5) Sama dengan latihan di atas, hanya nada (tinggi rendah suara) diubah-ubah naik turun (dalam satu tarikan napas)
6) Keluarkan vokal “a…..a……” secara terputus-putus.
7) Keluarkan suara vokal “a-i-u-e-o", “ai-ao-au-ae-", "oa-oi-oe-ou", “iao-iau-iae-aie-aio-aiu-oui-oua-uei-uia-......” dan sebagainya.
8) Berteriaklah sekuat-kuatnya sampai ke tingkat histeris.
9) Bersuara, berbicara, berteriak sambil berialan, jongkok, bergulung-gulung, berlari, berputar-putar dan berbagai variasi lainnnya.
*Catatan :
Apabila suara kita menjadi serak karena latihan-latihan tadi, janganlah takut. Hal ini biasa terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah karena lendir-lendir di tenggorokan terkikis, bila kita bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah agak longgar dan selaput suara (larink) sudah menjadi elastis. Maka suara yang serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya. Dan ingat, janganlah terlalu memaksa alat-alat suara untuk bersuara keras, sebab apabila dipaksakan akan dapat merusak alat-alat suara kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar.
Latihan ini biasanya dilakukan di alam terbuka. misalnya di gunung, di tepi sungai, di
dekat air terjun dan sebagainya. Di sana kita mencoba mengalahkan suara-suara di sekitar
kita, disamping untuk menghayati karunia Tuhan.
ARTIKULASI
Artikulasi yang dimaksud adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar dengan
baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat mengerti pada
kata-kata yang diucapkan. Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab
yang mongakibatkan terjadinya artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu :
a) Cacat artikulasi alam : cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang berbicara gagap atau orang yang sulit mengucapkan salah satu konsonon, misalnya ‘r’, dan sebagainya.
b) Artikulasi jelek ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi sewaktu-waktu. Hal ini sering terjadi pada pengucapan naskah/dialog.
Misalnya:
Kehormatan menjadi kormatan
Menyambung menjadi mengambung, dan sebagainya.
Artikulasi jelek disebabkan karena belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat,
gugup, dan sebagainya. Sedangkan artikulasi menjadi tak tentu : hal ini terjadi karena
pengucapan kata/dialog terlalu cepat, seolah-olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya
jarak sama sekali.
Untuk mendapatkan artikulasi yang baik maka kita harus melakukan latihan :
Mengucapkan alfabet dengan benar, perhatikan bentuk mulut pada setiap pengucapan. Ucapkan setiap huruf dengan nada-nada tinggi, rendah, sengau, kecil, besar, dsb. Juga ucapkanlah dengan berbisik.
Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dsb
Membaca kalimat dengan berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga bentuk mulut.
GESTIKULASI
Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata
atau kalimat pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan
bagian dari dialog, hanya saja fungsinya yang berbeda. Gestikulasi tidak disebut
pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata dengan satu kalimat kadang-kadang
memiliki arti yang sama. Misalnya kata "Pergi !!!!” dengan kalimat "Angkat kaki dari
sini !!!". Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk "Lalu ?” , "Kenapa
?” atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan dalam memenggal
kata pada sebuah dialog.
Gestikulasi harus dilakukan, sebab kata-kata yang pertama dengan kata berikutnya
dalam sebuah dialog dapat memiliki maksud yang berbeda. Misalnya: "Tuan kelewatan.
Pergi!". Antara "Tuan kelewatan" dan "Pergi" harus dilakukan pemenggalan karena antara
keduanya memiliki maksud yang berbeda. Hal ini dilakukan agar lebih lancar dalam
memberikan tekanan pada kata. Misalnya "Tuan kelewatan"....... (mendapat tekanan),
“Pergi….” (mendapat tekanan).
INTONASI
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka
akan terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah
tekanan-tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi,
terdapat tiga macam, yaitu :
1. Tekanan Dinamik (keras-lemah)
Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan-penekanan pada setiap kata
yang memerlukan penekanan. Misainya saya pada kalimat "Saya membeli pensil ini"
Perhatikan bahwa setiap tekanan memiliki arti yang berbeda. Misal :
a) SAYA membeli pensil ini. (Saya, bukan orang lain)
b) Saya MEMBELI pensil ini. (Membeli, bukan, menjual)
c) Saya membeli PENSIL ini. (Pensil, bukan buku tulis)
2. Tekanan.Nada (tinggi)
Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak
mengucapkan seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah membaca/mengucapkan
dialog dengan Suara yang naik turun dan berubah-ubah. Jadi yang dimaksud dengan
tekanan nada ialah tekanan tentang tinggi rendahnya suatu kata.
3. Tekanan Tempo
Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering
dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan. Untuk latihannya
cobalah membaca naskah dengan tempo yang berbeda-beda. Lambat atau cepat silih
berganti.
WARNA SUARA
Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat
mempengaruhi warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya
dengan seorang anak muda. Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya.
Apalagi antara laki-laki dengan perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya. Jadi
jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog dengan baik, maka selain harus
memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus memperhatikan juga warna suara.
Sebagai latihan dapat dicoba merubah-rubah warna suara dengan menirukan warna suara
seorang tua, pengemis, anak kecil, dan lain sebagainya.
Selain mengenai dasar-dasar vokal di atas, dalam sebuah dialog diperlukan juga
adanya suatu penghayatan. Mengenai penghayatan ini akan diterangkan dalam bagian
tersendiri. Untuk latihan cobalah membaca naskah berikut ini dengan menggunakan
dasar-dasar vokal seperti di atas.
(Kang Dul masuk tergopoh-gopoh)
Kang Dul : Aduh Mas….e…..e…..itu, Mas…. Anu…. Mas….a….a….ada mahasiswa bawa mobil, pakaiannya bagus. Saya takut, Mas, mungkin dia orang kota, Mas.
Bambang : Goblog ! Kenapa Takut ? Kenapa tidak kau kumpulkan saja orang-orangmu untuk mengusirnya ?
Pak Slamet : (kepada Bambang) Kau lebih-lebih Goblog ! Kau membohongi saya ! Kau tadi lapor apa ?! Sudah tidak ada orang kota yang masuk ke daerah kita, hei ! (sambil mencengkeram Bambang).
Bambang : Sungguh, Pak, sudah lama tidak ada orang kota yang masuk.
Pak Slamet : (membentak sambil mendorong) Diam Kamu !
(kepada Kang Dul) Di mana dia sekarang ?
Kang Dul : Di sana Pak, nongkrong di kantin sambil main leptop.
BAB III
GERAK
OLAH TUBUH
Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk mempelajari seluk beluk gerak, maka
terlebih dahulu kita harus mengenal tentang olah tubuh. Olah tubuh (bisa juga dikatakan
senam), sangat perlu dilakukan sebelum kita mengadakan latihan atau pementasan. Dengan
berolah tubuh kita akan, mendapat keadaaan atau kondisi tubuh yang maksimal. Selain itu
olah tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau melemaskan otot-otot kita supaya elastis,
lentur, luwes dan supaya tidak ada bagian-bagian tubuh kita yang kaku selama latihan-latihan
nanti.
Pelaksanaan olah tubuh :
Pertama sekali mari kita perhatikan dan rasakan dengan segenap panca indera yana
kita punyai, tentang segala rakhmat yang dianugerahkan kepada kita. Dengan memakai rasa
kita perhatikan seluruh tubuh kita, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, yang mana
semuanya itu merupakan rakhmat Tuhan yarig diberikan kepada kita.
Sekarang mari kita menggerakkan tubuh kita.
1) Jatuhkan kepala ke depan. Kemudian jatuhkan ke belakang, ke kiri, ke kanan. Ingat kepala/leher dalam keadaan lemas, seperti orang mengantuk.
2) Putar kepala pelan-pelan dan rasakan lekukan-lekukan di leher, mulai dari muka. kemudian ke kiri, ke belakang dan ke kanan. Begitu seterusnya dan lakukan berkali-kali. Ingat, pelan-pelan dan rasakan !
3) Putar bahu ke arah depan berkali-kali, juga ke arah belakang. Pertama satu-persatu terlebih dahulu, baru kemudian bahu kiri dan kanan diputar serentak.
4) Putar bahu kanan ke arah depan, sedangkan bahu kiri diputar ke arah belakang. Demikian pula sebaliknya.
5) Rentangkan tangan kemudian putar pergelangan tangan, putar batas siku, putar tangan keseluruhan. Lakukan berkali-kali, pertama tangan kanan dahulu, kemudian tangan kiri, baru bersama-sama.
6) Putar pinggang ke kiri, depan, kanan, belakang. Juga sebaliknya.
7) Ambil posisi berdiri yang sempurna, lalu angkat kaki kanan dengan tumpuan pada kaki kiri. Jaga jangan sampai jatuh. Kemudian putar pergelangan kaki kanan, putar lutut kanan, putar seluruh kaki kanan. Kerjakan juga pada kaki kiri sesuai dengan cara di atas.
8) Sebagai pembuka dan penutup olah tubuh ini, lakukan iari-lari di tempat dan meloncat-loncat.
Macam-Macam Gerak :
Setiap orang memerlukan gerak dalam hidupnya. Banyak gerak yang dapat dilakukan
manusia. Dalam latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan baik bermacam-macam
gerak Latihan-latihan mengenai gerak ini harus diperhatikan secara khusus oleh seseorang
yang berkecimpung dalam bidang teater.
Pada dasarnya gerak dapat dibagi menjadi dua, yaitu
1. Gerak teaterikal
Gerak teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang lahir dari
keinginan bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam naskah. Jadi gerak teaterikal
hanya tercipta pada waktu memainkan naskah drama.
2. Gerak non teaterikal
Gerak non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari-hari. Gerak yang dipakai
dalam teater (gerak teaterikal) ada bermacam-macam, secara garis besar dapat kita bagi
menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak kasar.
- Gerak Halus
Gerak halus adalah gerak pada raut muka kita atau perubahan mimik, atau yanq lebih dikenal lagi dengan ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari dalam/emosi, misalnya marah, sedih, gembira, dan sebagainya.
- Gerak Kasar
Gerak kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini timbul karena adanya pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak kasar masih dapat dibagi menjadi empat bagian. yaitu :
1. Business, adalah gerak-gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran Gerak ini kita lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks). Misalnya :
- sewaktu kita sedang mendengar alunan musik, secara tak sadar kita menggerak-gerakkan tangan atau kaki mengikuti irama musik.
- sewaktu kita sedang belajar/membaca, kaki kita digigit nyamuk. Secara refleks tangan kita akan memukul kaki yang tergigit nyamuk tanpa kehilangan konsentrasi kita pada belajar.
2. Gestures, adalah gerak-gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak yang kita lakukan secara sadar. Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari diri/otak kita Untuk melakukan sesuatu, misalnya saja menulis, mengambil gelas, jongkok, dsb.
3. Movement, adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Gerak ini tidak hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi dapat juga berupa berlari, bergulung-gulung, melompat, dsb.
4. Guide, adalah cara berjalan. Cara berjalan disini bisa bermacam-macam. Cara berjalan orang tua akan berbeda dengan cara berjalan seorang anak kecil, berbeda pula dengan cara berjalan orang yang sedang mabuk, dsb.
Setiap gerakan yang kita lakukan harus mempunyai arti, motif dan dasar. Hal ini harus
benar-benar diperhatikan dan harus diyakini benar-benar oleh seorang pemain apa maksud
dan maknanya ia melakukan gerakan yang demikian itu. Dalam latihan gerak, kita mengenal
latihan “gerak-gerak dasar”. Latihan mengenai gerak-gerak dasar ini kita bagi menjadi tiga
bagian, yaitu :
- Gerak dasar bawah : posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya boleh bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas kepala kita.
- Gerak dasar tengah : posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di sini kita diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala.
- Gerak dasar atas : di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada batas.
Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi /
menciptakan gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik.
Latihan-latihan gerak yang lain :
1) Latihan cermin.
Dua orang berdiri berhadap-hadapan satu sama lain. Salah seorang lalu membuat
gerakan dan yang lain menirukannya, persis seperti apa yang dilakukan temannya, seolah-
olah sedang berdiri didepan cermin. Latihan ini dilakukan bergantian.
2) Latihan gerak dan tatap mata.
Sama dengan latihan cermin, hanya waktu berhadapan mata kedua orang tadi saling
tatap, seolah kedua pasang mata sudah saling mengerti apa yang akan digerakkan nanti.
3) Latihan melenturkan tubuh.
Seseorang berdiri dalam keadaan lemas. Kemudian seorang lagi membantu
mengangkat tangan temannya. Setelah sampai atas dijatuhkan. Dapat juga sebelum
dijatuhkan lengan / tangan tersebut diputar-putar terlebih dahulu.
4) Latihan gerak bersama.
Suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang melakukan gerakan yang sama
seperti dilakukan oleh pemimpin kelompok tersebut, yang berdiri didepan mereka.
5) Latihan gerak mengalir.
Suatu kelompok yang terdiri beberapa orang saling bergandengan tangan, membentuk
lingkaran. Kemudian salah seorang mulai melakukan gerakan ( menggerakkan tangan
atau tubuh ) dan yang lain mengikuti gerakan tangan orang yang menggandeng
tangannya. Selama melakukan gerakan, tangan kita jangan sampai terlepas dari tangan
teman kita. Latihan ini dilakukan dengan memejamkan mata dan konsentrasi, sehingga
akan terbentuk gerakan yang artistik.
GERAK DAN VOKAL
Setelah kita berlatih tentang vokal dan gerak secara terpisah, maka sekarang kita
mencoba untuk memadukan antara vokal dan gerak. Banyak bentuk-bentuk latihan yang
dapat dilakukan, antara lain mengucapkan kalimat yang panjang sambil berlari-lari,
melompat, jongkok, bergulung-gulung, atau juga bisa dengan memutar-mutar kepala,
memutar-mutar tubuh, dan sebagainya. Latihan ini berguna sekali bagi kita pada waktu
acting. Tujuannya adalah agar vokal dan gerak kita selalu serasi, agar gerak kita tidak terlalu
banyak berpengaruh pada vokal.
BAB IV
PENGGUNAAN PANCAINDERA DALAM TEATER
Manusia yang normal dikaruniai Tuhan dengan lima panca indera secara utuh. Dalam
kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan panca indera kita tersebut, baik secara
bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Dalam teater kita juga harus menggunakan indera kita
dengan baik agar dapat memainkan suatu peran dengan baik pula.
Supaya alat-alat indera kita dapat bekerja semaksimal mungkin, tentu saja harus dilatih.
Hal ini sangat perlu dalam teater untuk membantu kita dalam membentuk ekspresi. Bentuk-
bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain :
1. Mata
Duduk bersila sambil menatap suatu titik di dinding. Konsentrasi hanya pada titik tersebut. Usahakan menatap titik tersebut tanpa berkedip, selama mungkin.
2. Telinga
Duduk bersila, pejamkan mata. Sementara itu seseorang mengetuk-ngetuk sesuatu pada beberapa macam benda, dimana setiap benda memiliki nada / suara yang berlainan. Hitunglah berapa kali ketukan pada benda yang sudah ditentukan.
Duduklah ditepi jalan yang ramai, sambil memejamkan mata. Cobalah untuk mengenali suara apa saja yang masuk ke telinga, misalnya suara truk, bus, sepeda motor, suara tawa seseorang diatas sepeda motor, suara sepatu diatas trotoar,dsb.
3. Hidung
Duduk ditepi jalan sambil memejamkan mata, kemudian cobalah untuk mengenali bau apa yang ada disekitar kita. Misalnya bau keringat orang yang lewat didepan kita, bau parfum, asap knalpot, asap rokok, atau tanah yang baru disiram hujan, dsb.
Ciumlah tangan, kaki, pakaian, dan jika bisa seluruh tubuh kita, rasakan dan hayati benar-benar bagaimana baunya.
4. Kulit
Rabalah tangan, kaki, kepala dan seluruh tubuh kita, juga pakaian kita. Rasakan dan kenalilah tubuh kita itu, cari perbedaan antara setiap tubuh.
Rabalah dinding, lantai, meja, atau benda-benda lain. Perhatikanlah bagaimana rasanya, dingin atau panas. Juga sifatnya halus atau kasar dan coba juga mengenali bentuknya. Lakukan latihan ini dengan mata terpejam.
5. Lidah
Rabalah dengan lidah bagaimana bentuk mulut kita, bagaimana bentuk gigi, langit-langit, bibir, dan sebagainya.
Rasakan dengan menjilat, bagaimana rasa dari sebuah kancing baju, sapu tangan, batang pensil, tangan yang berkeringat,dsb.
BAB V
KARAKTERISASI
Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh
yang diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi
seorang pemain drama yang baik harus bisa menampilkan karakter dari tokoh yang
diperankannya dengan tepat. Dengan demikian penampilannya akan menjadi sempurna
karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang tokoh saja, melainkan juga memiliki watak
dari tokoh tersebut.
Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut naskah, maka
kita harus terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran
menjadi seorang pengemis. Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-
sifatnya, tingkah lakunya, dsb. Apakah dia seorang yang licik, pemberani, atau pengecut,
alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat.
Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita tidak hanya memerankan jabatannya, tetapi juga wataknya. Misalnya :
Tokoh (A) … jabatan (lurah) … watak (licik, pura-pura, pengecut)
Tokoh (B) … jabatan (jongos) … watak (baik hati, ramah, jujur, mengalah)
Untuk melatih karakteristik dapat dipakai cara sebagai berikut :
Dengan menirukan gerak-gerak dasar yang biasa dilakukan oleh pengemis, kakek,
anak kecil, pemabuk, orang buta, dsb. (yang dimaksud dengan gerak-gerak dasar disini
adalah cirri-ciri khas)
Dua orang atau lebih, berdiri dan berkonsentrasi, kemudian salah satu memberi
perintah kepada temannya untuk bertindak / berlaku sebagai tokoh dari apa yang diceritakan.
Untuk membantu memberi suasana, dapat memakai musik pengiring.
Untuk memperdalam mengenai karakteristik, maka agaknya perlu juga kita
mempelajari observasi, ilusi, imajinasi dan emosi. Untuk itu marilah kita kenali satu persatu.
OBSERVASI
Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh.
Bagaimana tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb.
Setelah kita mengenal segala sesuatu tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari
tokoh itu. Setelah itu baru kita menirukannya. Dengan demikian kita akan menjadi tokoh
yang kita ingini.
ILUSI
Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi,
baik yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil
observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-
kemungkinan, ramalan, dan lain sebagainya.
Cara-cara melatihnya antara lain :
a) Menyampaikan data-data tentang suatu kecelakaan, kebakaran, dsb.
b) Bercerita tentang perjalanan keliling pulau Jawa, ketika dimarahi guru, dsb.
c) Menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup, sopan santun dikampung, dsb.
d) Menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi, dewa, burung, artis, dsb.
e) Berangan-angan bahwa kelak akan terjadi perang antar planet, dsb.
IMAJINASI
Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-
olah ada. Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu
yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada
benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang
ditampilkan tampak benar-benar terjadi walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar
dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita sedang
memainkan sebuah pantomim.
Sebagai contoh, dalam naskah OBSESI, terjadi dialog antara pemimpin koor dengan
roh suci. Roh suci disini hanya terdengar suaranya, tetapi pemain harus menganggap bahwa
roh suci benar-benar ada. Dalam contoh lain dapat kita lihat pada sebuah naskah yang
didalamnya terdapat sebuah dialog, sebagai berikut : “ Hei letnan, coba perhatikan
perempuan berkaca mata gelap didepan toko itu. Perhatikan topi dan tas hitam yang
dipakainya. Rasa-rasanya aku pernah melihat tas dan topi itu dipakai Nyonya Lisa beberapa
saat sebelum terjadi pembunuhan”. Yang dibicarakan tokoh diatas sebenarnya hanya
khayalan saja. Perempuan berkaca mata gelap, bertopi, dan bertas hitam tidak terlihat atau
tidak tampak dalam pentas.
Telah disebutkan bahwa obyek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang dibendakan,
termasuk disini segala sifat dan keadaannya. Sebagai latihan dapat dipakai cara-cara sebagai
berikut :
1) Sebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang terlintas di otak kita. Jangan sampai menyebutkan sebuah benda lebih dari satu kali.
2) Sebutkan sebuah benda yang tidak ada disekitar kita kemudian bayangkan dan sebutkan bentuk benda itu, ukurannya, sifatnya, keadaannya, warna, dsb.
3) Menganggap atau memperlakukan sebuah benda lain dari yang sebenarnya. Contohnya, menganggap sebuah batu adalah suatu barang yang sangat lucu, baik itu bentuknya, letaknya, dsb. Sehingga dengan memandang batu tersebut kita jadi tertawa terpingkal-pingkal.
4) Menganggap sesuatu benda memiliki sifat yang berbeda-beda. Misalnya sebuah pensil rasanya menjadi asin, pahit, manis kemudian berubah menjadi benda yang panas, dingin, kasar, dsb.
EMOSI
Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih,
marah, benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat
mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi
tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat
mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka (ekspresi), pengucapan dialog,
pernapasan, niat. Niat disini timbul setelah emosi itu terjadi, misalnya setelah marah maka
tinbul niat untuk memukul, dsb.
PENGHAYATAN
Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan
tubuh kita. Misalnya pada waktu kita berperan sebagai Pak Usman yang berprofesi sebagai
polisi, maka saat itu kita tidak lagi berperan sebagai diri kita sendiri melainkan menjadi Pak
Usman yang berprofesi sebagai polisi. Hal inilah yang harus kita terapkan dengan baik jika
kita akan memainkan sebuah naskah drama.
Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah :
1) Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang dikehendaki oleh naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti dari naskah.
2) Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan.
Sebagai latihan cobalah membaca sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik sebagai
pembantu pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca.
BAB VI
BLOCKING
Yang dimaksud dengan blocking adalah kedudukan tubuh pada saat diatas pentas.
Dalam permainan drama, blocking yang baik sangat diperlukan, oleh karena itu pada waktu
bermain kita harus selalu mengontrol tubuh kita agar tidak merusak blocking. Yang dimaksud
dengan blocking yang baik adalah blocking tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi dan
memiliki titik pusat perhatian serta wajar.
1. Seimbang
Seimbang berarti kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas
panggung (setting) tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya
kesan berat sebelah. Jadi semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau benda-
benda yang ada di panggung. Penjelasan lebih lanjut mengenai keseimbangan panggung ini
akan disampaikan pada bagian mengenai “Komposisi Pentas “.
2. Utuh
Utuh berarti blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua
penempatan dan gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling
menutupi.
3. Bervariasi
Bervariasi artinya bahwa kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan
membentuk komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang
pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya. Misalnya sama-sama berdiri, sama-
sama jongkok, menghadap ke arah yang sama, dsb. Kecuali kalau memang dikehendaki oleh
naskah.
4. Memiliki titik pusat
Memiliki titik pusat artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal
ini penting artinya untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton untuk
melihat dimana sebenarnya titik pusat dari adegan yang sedang berlangsung. Antara pemain
juga jangan saling mengacau sehingga akan mengaburkan dimana sebenarnya letak titik
perhatian.
5. Wajar
Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar,
tidak dibuat-buat. Disamping itu setiap penempatan juga harus memiliki motivasi dan harus
beralasan.
Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang
sempurna, bahkan kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama sekali
meninggalkan prinsip-prinsip blocking. Ada juga naskah yang menuntut adanya gerak-gerak
yang seragam diantara para pemainnya.
KOMPOSISI PENTAS
Komposis pentas adalah pembagian pentas menurut bagian-bagian yang tertentu.
Komposisi pentas ini dibuat untuk membantu blocking, dimana setiap bagian pentas
mempunyai arti tersendiri.
PENONTON
Kadar kekuatan pentas dapat dilihat pada urutan nomornya. Bagian depan lebih kuat
daripada bagian belakang. Bagian kanan lebih kuat daripada bagian kiri. Oleh karena itu
jangan menempatkan diri atau benda yang kadar kekuatannya tinggi pada bagian yang kuat.
Carilah tempat-tempat yang sesuai agar blocking kelihatan seimbang. Walaupun demikian
harus tetap dalam batas-batas yang wajar, jangan terlalu dibuat-buat.
BAB VII
NASKAH
Setelah kita mengenal berbagai macam dasar yang diperlukan untuk bermain drama,
akhirnya sampailah kita pada naskah. Naskah disini diartikan sebagai bentuk tertulis dari
suatu drama. Sebuah naskah walaupun telah dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang
berbeda-beda, naskah tersebut tidak akan berubah mutunya. Sebaliknya sebuah atau beberapa
drama yang dipentaskan berdasarkan naskah yang sama dapat berbeda mutunya. Hal ini
tergantung pada penggarapan dan situasi, kondisi, serta tempat dimana dimainkan naskah
tersebut. Sebuah naskah yang baik harus memiliki tema, pemain / lakon dan plot atau rangka
cerita.
1. Tema
Tema adalah rumusan inti sari cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah dan
tujuan cerita. Dari tema inilah kemudian ditentukan lakon-lakonnya.
2. Lakon
Dalam cerita drama lakon merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi
penggerak cerita.oleh karena itu seorang lakon haruslah memiliki karakter, agar dapat
berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik. Disamping itu dalam naskah akan ditentukan
dimensi-dimensi sang lakon. Biasanya ada 3 dimensi yang ditentukan yaitu :
1) Dimensi fisiologi ; ciri-ciri badani
usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, cirri-ciri muka,dll.
2) Dimensi sosiologi ; latar belakang kemasyarakatan
status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby, dan lain sebagainya.
3) Dimensi psikologis ; latar belakang kejiwaan
temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dan lain sebagainya.
Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka lakon yang
akan kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi
tokoh yang mati.
3. Plot
Plot adalah alur atau kerangka cerita. Plot adalah suatu keseluruhan peristiwa didalam
naskah. Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a) Pemaparan (eksposisi)
Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita.
b) Dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para lakon harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta.
c) Komplikasi awal atau konflik awal
Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.
d) Klimaks dan krisis
Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.
e) Penyelesaian (denouement)
Drama terdiri dari sekian adegan, dimana didalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar dibagian akhir selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.
Sumber : UKM Teater Mimpi Institut Sains Terapan dan Teknologi Surabaya (iSTTS)
: UKM Teater SiAnak
: Forum Teater se-Purwokerto
NB : Kritik atau saran, silahkan kirimkan ke [email protected]
Top Related