Tema: pemilu dan pemimpin islam untuk perbaikan negeri
Opini, problem, solusi, & harapan
Negeri merupakan tempat tercinta sekaligus tempat persinggahan bagi
manusia di bumi ini. Bagi sebagian umat, mereka menganggap negeri merupakan
suatu hal yang penting, termasuk masalah-masalah yang seharusnya ditanggapi
dan dicarikan solusi yang tepat. Ada siang ada malam, ada hitam ada putih, begitu
pula dengan kasus ini. Sebagian umat mungkin akan lebih bersifat apatis terhadap
negerinya yang secara nyata tampak menginginkan suatu perubahan menuju ke
ruang perbaikan. Tanpa disadari, hal inilah yang sesungguhnya menjadi “jeritan”
sebuah negeri jika mereka dapat berbicara seperti manusia. Kemalasan dan
keenggananlah yang menjadi penghalang manusia untuk merubah negeri menjadi
lebih baik.
Indonesia. Negeri kita tercinta.
Dewasa ini, kondisi negeri kita semakin banyak mengalami berbagai
permasalahan. Mulai dari ekonomi, agama, sosial, politik, dan lain-lain. Gerakan
menuju perubahan sebenarnya bisa saja dicapai, tetapi jika tidak ada kerja sama
yang baik antarwarga negara, hal ini justru akan menjadi seperti mencari jarum di
tumpukan jerami. Berbicara soal perubahan negeri, maka tak lepas dari peran serta
pemipin negeri. Langkah awal yang bisa dilakukan adalah dimulai dari pemimpin
yang menjadi panutan utama dari suatu negeri.
Ibarat dalam sholat berjamaah. Tentunya, makmum yang mengikuti imam
yang di depan mereka, bukan imam yang mengikuti makmum. Apabila sholat
yang dikerjakan sang imam adalah khusuk dan benar, maka tentulah makmum
yang mengikuti pun demikian, dan sebaliknya. Begitu juga dengan pemimpin
negara ini. Apabila pemimpin suatu negeri itu sudah baik, maka tentunya hal ini
akan berdampak baik pada pada negeri yang dipimpinnya tersebut, dan
sebaliknya.
Pemilu atau pemilihan umum merupakan suatu tradisi yang sudah
dijalankan secara turun-menurun dalam mencari dan menentukan pemimpin
negeri. Seperti yang kita tahu, bahwasannya dalam pemilu ini tak sedikit dari
mereka yang mengumbar janji-janji manis. Pada kenyataannya, sangat berbalik
dengan apa yang dijanjikan sebelumnya. Masalah yang ditimbulkan dari hal yang
mengenaskan ini adalah warga negara menjadi tidak mengikuti hati nuraninya
dalam memilih. Mereka lebih tertuju pada hal-hal yang menjadi iming-iming.
Akibatnya tak banyak dari mereka yang kecewa setelah terpilihnya sang
pemimpin tersebut. Belum lagi, masalah KKN. Manusia sebagai makhluk yang
tak luput dari dosa tidak menutup kemungkinan untuk tidak melakukan tindak
KKN tersebut. Kampanye-kampanye yang dilakukan di beberapa daerah pun
menjadi salah satu trik untuk merbut hati warga, sah-sah saja selama kegiatan
tersebut masih dalam batas normal. Yang dikhawatirkan adalah terdapat suatu
keburukan yang dibingkis sedemikian rupa sehingga seolah-olah menjadi bantuan
bergilir, misalnya penyogokan terhadap warga agar memilih dirinya.
Namun di sisi lain, beberapa oknum tertentu sangat tidak ingin melakukan
kecurangan-kecurangan dalam pemilu ini. Jika kita tinjau dari sisi agama,
pemimpin Islam adalah solusi terbaik dalam kasus ini. Karena mengapa? Karena
jika pemimpin itu sudah mengetahui hukum islam secara benar, maka insyaAllah
keburukan-keburukan yang terjadi dapat diminimalisir, meskipun belum dapat
dihilangkan sepenuhnya, setidaknya ini merupakan sebuah langkah awal yang
patut dicoba. Pemimpin yang agamis (islam) tentunya akan memliliki landasan
iman yang cukup kuat. Mereka pastinya selalu mengingat Allah dalam setiap
kegiatannya. Jika iman yang ada di dada sudah cukup kuat, maka janji-janji yang
belum tentu terlaksana akan tidak mudah terucap. Hal ini karena mereka takut
menjadi pemimpin yang munafik. Mereka takut kepada Allah yang selalu
melihatnya. Masalah KKN yang telah mendarahdaging pun bisa dicegah apabila
sang pemimpin tersebut sudah terbentengi iman yang cukup kuat. Mereka akan
selalu mengingat balasan apa yang akan mereka terima jika mereka melakukan hal
yang tidak terpuji tersebut.
Setiap penyakit tentu ada obatnya, begitu juga dengan masalah. Setiap
masalah pasti ada jalan keluarnya. Oleh karena itu, setelah dibahas permasalahan
dalam pemilu ini, solusi tepat yang dapat diterapkan adalah memilih pemimpin
islam yang mengerti ajaran islam secara mendalam. Bukan asal islam saja. Selain
itu, sebaiknya dalam kampanye pemilihan umum itu sebaiknya calon pemimpin
tidak mengumbar janji-janjinya yang belum tentu mereka lakukan. Membicarakan
visi dan misi serta program kerja yang intelek mungkin lebih baik daripada
poengumbaran janji. Jika hal ini telah tercapai, maka warga pun dengan bebas
memilih calon pemimpinnnya sesuai dengan hati nurani, bukan sesuai dengan
receh yang mereka tampung dan kantongi.
Sebagai mahasiswa, harapan saya di sini adalah pemilu di Indonesia bisa
berjalan sebagaimana mestinya, tidak ada kecurangan-kecurangan di dalamnya.
Warga pun bisa memilih calon pemimpin yang sesuai dengan hati nurani mereka.
Alangkah baiknya jika mahasiswa pun ikut andil dalam pelaksanaan pemilu di
daerah masing-masing. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa baik dan
bersihkah pemilu yang diadakan di daerahnya tersebut. Harapan lainnya adalah
pemimpin negeri ini sebaiknya seseorang yang beragama islam dan memahami
dengan baik ajaran-ajaran agam islam. Dengan begitu, keburukan-keburukan
dalam negeri dapat diperbaiki seiring berjalannya waktu. Pemimpin yang islami
dapat membedakan mana yang hak dan mana yang bathil, sehingga mereka dapat
membentengi diri dari perbuatan keji. Mereka akan tidak mudah untuk melakukan
pengorupsian uang negara.
Biodata Diri
Nama Lengkap: Dorie Kartika
Tempat, tanggal lahir: Palembang, 06 Juni 1994
Alamat: jalan Bendung RT02 RW01, Air Batu, Talang Kelapa, Banyuasin
Nomor HP: 08980936664
Alamat email / fb / twitter: [email protected] / Dorie Kartika /
@Doriekartika2
Riwayat pendidikan: TK Dewa-Dewi (1999)
SD N 3 Air Batu (2006)
SMPN 1 Talang Kelapa (2009)
SMAN 1 Talang Kelapa (2012)
Politeknik Negeri Sriwijaya (sekarang)
Alamat kampus: Jalan Srijaya Negara, Palembang 30139
Foto:
Top Related