i
MENINGKATKAN KESADARAN PETANI AKAN PENTINGNYA
PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA TANAMAN
CABAI DI KECAMATAN BONTANG SELATAN KOTA BONTANG
Oleh :
MARLINA, SP
NDH : 19
PELATIHAN DASAR CALON PNS GOLONGAN III ANGKATAN VI
PUSAT PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN DAN
KAJIAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
SAMARINDA
2019
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN HASIL AKTUALISASI
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Laporan Hasil
Aktualisasi Pelatihan Dasar Calon PNS Golongan III Angkatan VI Tahun 2019:
Nama
NDH
NIP
Jabatan
Instansi
Judul Rancangan Aktualisasi
: Marlina, SP
: 19
: 198709062019032011
: Pengelola Pengendali Organisme Pengganggu
Tanaman
: Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan
Pertanian
: Meningkatkan Kesadaran Petani Akan
Pentingnya Penerapan Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) Pada Tanaman Cabai di
Kecamatan Bontang Selatan Kota Bontang
Dinyatakan LAYAK untuk diajukan dalam Seminar Hasil Aktualisasi pada
hari Rabu tanggal 26 November 2019 bertempat di Kampus Puslatbang KDOD LAN.
Mentor, Coach,
Eddy Forestwanto S.STP, M.Si
NIP. 197910161998101003
Ellyana, S.ST
NIP. 19820125 200604 2 003
iii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HASIL AKTUALISASI
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Laporan Hasil
Aktualisasi Pelatihan Dasar Calon PNS Golongan III Angkatan VI Tahun 2019:
Nama
NDH
NIP
Jabatan
Instansi
Judul Rancangan Aktualisasi
: Marlina, SP
: 19
: 198709062019032011
: Pengelola Pengendali Organisme Pengganggu
Tanaman
: Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan
Pertanian
: Meningkatkan Kesadaran Petani Akan
Pentingnya Penerapan Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) Pada Tanaman Cabai di
Kecamatan Bontang Selatan Kota Bontang
TELAH DISEMINARKAN dalam Seminar Hasil Aktualisasi pada hari Selasa
tanggal 26 November 2019 bertempat di Puslatbang KDOD LAN.
Samarinda, 26 November 2019
Penguji, Coach,
Muhammad Abdi Rahman, S.Sos
NIP. 19820512 201101 1 014
Ellyana, S.ST
NIP. 19820125 200604 2 003
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan karunia, rahmat, serta
hidayah-Nya sehingga laporan hasil aktualisasi dengan judul “Meningkatkan
Kesadaran Petani Akan Pentingnya Penerapan Pengendalian Hama Terpadu
Pada Tanaman Cabai di Kecamatan Bontang Selatan Kota Bontang” dapat
diselesaikan dengan baik dan lancar. Laporan hasil aktualisasi ini dibuat
sebagai salah satu penerapan nilai-nilai dasar ASN yang dilaksanakan di unit
kerja. Laporan hasil aktualisasi ini merupakan salah satu syarat kelulusan
Pelatihan Dasar CPNS Golongan III angkatan VI dengan pola baru yang
dilaksanakan di Pusat Pelatihan dan Pengembangan dan Kajian Desentralisasi
dan Otonomi Daerah Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia
(PUSLATBANG KDOD LAN) di Samarinda tahun 2019.
Berkaitan dengan diselesaikannya laporan hasil aktualisasi ini, dengan
penuh kerendahan hati saya sampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Mariman Darto, M.Si. selaku kepala PUSLATBANG KDOD
LAN Samarinda;
2. Pemerintah Kota Bontang
3. Bapak Eddy Forestwanto, S.TTP,M.Si selaku mentor;
4. Bapak Muhammad Abdi Rahman, S.Sos selaku penguji;
5. Ibu Ellyana, S.ST selaku coach;
6. Seluruh pegawai yang ada di lingkungan PUSLATBANG KDOD LAN
Samarinda khususnya para Widyaiswara;
7. Kepala Dinas dan seluruh staff Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan
Pertanian Kota Bontang
8. Keluarga tercinta yang telah memberikan doa dan dukungannya selalu,
dan
9. Seluruh teman-teman angkatan VI Pelatihan Dasar CPNS Golongan III
tahun 2019.
Penulis sadar bahwa Laporan Hasil Aktualisasi ini masih jauh dari
v
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis berharap masukan dari berbagai pihak
agar Laporan Hasil Aktualisasi ini menjadi lebih baik sehinga dapat dijadikan
dasar dalam pelaksanaan dan pelaporan aktualisasi nilai dasar ASN, serta
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Samarinda, 25 November 2019
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
COVER…........................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ..........................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………...…..xi
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Tujuan Aktualisasi ...................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup ........................................................................................2
BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI ............................................3
2.1 Profil Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian ......................3
2.2 Visi dan Misi ............................................................................................4
2.3 Nilai-nilai Organisasi Dinas Katahanan Pangan, Perikanan dan
Pertanian ..................................................................................................4
2.4 Tugas dan Fungsi Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian ...4
2.5 Stuktur Organisasi ...................................................................................5
2.6 Sasaran Kinerja Pegawai .........................................................................6
BAB III LANDASAN TEORI .......................................................................7
3.1 Konsep Nilai Dasar ANEKA ...................................................................7
vii
A. Akuntabilitas .......................................................................................7
B. Nasionalisme .......................................................................................8
C. Etika Publik .........................................................................................9
D. Komitmen Mutu ................................................................................10
E. Anti Korupsi ......................................................................................10
3.2 Kedudukan dan Peran Aparatur Sipili Negara (ASN) dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) .........................................................12
A. Manajemen ASN ...............................................................................12
B. Whole of Government (WoG) ..........................................................13
C. Pelayanan Publik ...............................................................................13
BAB IV RANCANGAN AKTUALISASI ..................................................15
A. Latar belakang masalah………………….…………………………15
B. Memprioritaskan masalah menggunakan Teknik Analisis USG .....18
C. Judul Kegiatan ..................................................................................20
D. Uraian Kegiatan…………..…………...….………...………………20
E. Rancangan Akualisasi ........................................................................20
F. Kontribusi Terhadap Nilai-nilai Organisasi ......................................28
G. Penguatan Terhadap Nilai-nilai Organisasi...…...…………………………28
H. Jadwal Kegiatan ................................................................................29
BAB V PELAKSANAAN AKTUALISASI…………… ……………………………….30
A. Membuat Leaflet Tentang Pengedalian Hama Terpadu Tanaman
Cabai .................................................................................................30
viii
B. Melakukan Sosialisasi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Cabai
Kepada Petani ..................................................................................33
C. Melakukan Pengamatan, Pemantauan dan Identifikasi Hama
Penyakit Secara Rutin .......................................................................37
D. Melakukan Penyuluhan Hama Penyakit Tanaman Cabai
Berkelanjutan ……………………………………………………...41
E. Membuat Forum Komunikasi Petani dan Petugas Pengendali
Organisme Pengganggu Tanaman ...................................................44
BAB VI PENUTUP………………………………………………………………..… .46
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………..………….51
LAMPIRAN…………………………………………..…………………...52
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian…...
Gambar 2. Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan,
Perikanan dan Pertanian Kota Bontang…………….....
Gambar 3. Saya berkonsultasi dengan atasan langsung ….............
Gambar 4. Saya berkonsultasi dengan mentor……………………..
Gambar 5. Saya mencari materi tentang PHT dari buku…………..
Gambar 6. Saya mencari materi tentang PHT dari internet……….
Gambar 7. Saya membuat leaflet………………………………….. ……………....
Gambar 8. Saya mencetak leaflet…………………………………
Gambar 9. Leaflet PHT yang siap diberikan ke petani…………….
Gambar 10. Saya berkonsultasi dengan atasan langsung dan rekan
kerja…………………………………………………..
Gambar 11. Notulen hasil konsultasi……………………………..
Gambar 12. Sosialisasi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman
Cabai…………………………………………………
Gambar 13. Daftar hadir sosialisasi………………………………..
Gambar 14. Notulen hasil sosialisasi………………………………
Gambar 15. Kegiatan tanya jawab dan diskusi…………………….
Gambar 16. Konsultasi bersama atasan langsung………………….
Gambar 17. Konsultasi bersama mentor…………………………...
Gambar 18. Peralatan pendukung pengamatan hama dan penyakit
di lapangan…………………………………………...
3
5
31
31
32
32
32
33
33
34
34
36
36
36
37
38
38
39
x
Gambar 19. Tabel pengamatan hama dan penyakit di lapangan…..
Gambar 20. Mengamati tanaman cabai rawit yang terserang hama
trips…………………………………………………..
Gambar 21. Tanaman cabai rawit yang terserang hama trips……...
Gambar 22. Mengamati tanaman cabai keriting yang terserang
penyakit antracnosa………………………………….
Gambar 23. Tanaman cabai keriting yang terserang penyakit
antracnosa……………………………………………
Gambar 24. Saya berkonsultasi dengan atasan langsung…………
Gambar 25. Saya berkonsultasi dengan mentor…………………...
Gambar 26. Bahan-bahan pembuatan pestisida nabati…………….
Gambar 27. Bahan-bahan pembuatan perangkap hama likat
kuning………………………………………………..
Gambar 28. Leaflet cara pembuatan pestisida nabati dan
pembuatan perangkap hama likat kuning……………
Gambar 29. Mengaplikasikan pestisida nabati ke tanaman cabai…
Gambar 30. Memasang perangkap hama likat kuning disela-sela
tanaman cabai………………………………………..
Gambar 31 Konsultasi bersama atasan langsung…………………..
Gambar 32. Konsultasi bersama mentor…………………………...
Gambar 33 Saya sedang membuat grup Whatsapp (wa)…………..
Gambar 34. Grup wa yang telah dibuat………………………………….
39
40
40
40
40
42
42
43
43
43
44
44
45
45
46
46
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Analisis Isu Strategis…………………………………...
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Aktualisasi…………………………….
16
20
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan hal penting dalam setiap sisi kehidupan manusia. Hampir semua
kebutuhan manusia dipenuhi dari pertanian. Pertanian dalam arti sempit merupakan usaha
manusia untuk membudidayakan suatu tanaman untuk memenuhi kebutuhan manusia itu
sendiri. Secanggih apapun teknologi, semaju apapun suatu bangsa, selama manusia masih
mengkonsumsi nasi, gandum, jagung, sagu, dan sumber nutrisi lainnya, pertanian tetap akan
menjadi suatu hal tidak bisa tergantikan.
Faktor organisme penggangu tanaman (OPT) yang menjadi pembatas dalam proses
produksi komoditas pertanian merupakan hal yang sudah sangat biasa kita dengar. Upaya
penanggulangan organisme penggangu tanaman (OPT) yang pernah dilakukan dengan
menggunakan pestisida kimia memang cukup berhasil, namun disamping memerlukan biaya
yang tinggi dampak lainnya adalah munculnya resistensi (kekebalan) terhadap hama
penyakit, munculnya peledakan hama secara massal, dan terbunuhnya organisme bukan
sasaran, serta pencemaran lingkungan. Upaya pengendalian organisme penggangu tanaman
(OPT) dengan metode yang canggih ini justru berdampak balik kepada petani. Serangan
hama semakin besar di berbagai tempat. Ditambah lagi dampak lingkungan yang
diakibatkannya.
Saat ini banyak petani belum mempunyai kesadaran dan pengetahuan akan penerapan
sistem pengendalian hama terpadu (PHT). Karena PHT merupakan suatu sistem
pengendalian yang menggunakan pendekatan ekologi, maka pemahaman tentang biologi dan
ekologi hama dan penyakit menjadi sangat penting. Ada empat prinsip dasar yang
mendorong penerapan PHT yang berwawasan lingkungan yaitu budidaya tanaman sehat,
pemanfaatan musuh alami, pengamatan rutin atau pemantauan, serta petani sebagai ahli
PHT. Masalah yang menjadi isu dalam rancangan aktualisasi ini adalah kurangnya kesadaan
petani akan pentingnya penerapan pengendalian hama terpadu (PHT) pada budidaya
tanaman cabai di Kota Bontang khususnya di Kecamatan Bontang Selatan.
2
1.2 Tujuan Aktualisasi
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan aktualisasi ini adalah agar CPNS mampu
menyusun rancangan aktualisasi yang didasari atas pemahaman mata pelatihan, Kedudukan,
Peran dan Fungsi ASN dalam NKRI (Manajemen ASN, Whole of Government, Pelayanan
Publik) yang dilandasi dengan nilai-nilai dasar ASN (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi). Selain itu juga menjadi solusi atas
permasalahan yang terjadi di lingkungan tempat kerja.
Selain itu juga penulis melakukan kegiatan aktualisasi ini untuk melakukan
perbaikan dan peningkatan pengetahuan petani akan pentingnya penerapan pengendalian
hama terpadu (PHT) sehingga dapat meminimalkan dampak kerusakan tanaman hortikulura
akibat serangan OPT di Kota Bontang
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari ktualisasi yaitu pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan mulai
dari tanggal 23 September s.d 21 November 2019 di lingkungan tempat kerja yaitu Dinas
Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian Kota Bontang (DKP3 Kota Bontang) dengan
mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN (ANEKA), kedudukan dan peran ASN daam NKRI
dalam pelaksanaan tugas dan jabatan sehari-hari.
Kegiatan yang dilakukan meliputi pelaksanaan kegiatan aktualisasi yang telah dibuat,
menyiapkan data dan dokumentasi pelaksanaan aktualisasi, bimbingan pembuatan laporan
akualisasi dengan coach dan mentor masing-masing, dan akhirnya menyusun hingga
membuat laporan aktualisasi beserta video kegiatan aktualisasi untuk menjadi bahan seminar
di akhir kegiatan Pelatihan Dasar. Batas waktu yang telah ditemtukan untuk pelaksanaan
aktualisasi ini adalah selama off campus dari tanggal 11 Oktober s.d 25 November 2019.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM ORGANISASI
2.1 Profil Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian Kota Bontang
Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian Kota Bontang dibentuk pada tahun
2016, dimana dinas ini sebelumnya adalah Dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian Kota
Bontang. Beralamat di Jl. Moh. Roem Gedung Graha Taman Praja Blok I Lt. 2. No. Telp
0548 – 20323.
Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian Kota Bontang memiliki aparatur
sebanyak 106 orang pegawai, yang terdiri dari 69 orang PNS, 17orang pegawai Non PNS,
40 orang Tenaga Harian Lepas, 3 orng Tenaga Pusat. Disamping sumber daya manusia yang
professional, ketersediaan sarana dan prasarana juga merupakan unsur penting dalam
mendukung kelancaran tugas pokok dan fungsi. Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan
Pertanian Kota Bontang telah dilengkapi sarana dan prasarana yang diharapkan mampu
mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya.
Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian Kota Bontang terdidi dari 4 bidang
yaitu Bidang Ketahanan Pangan, Bidang Perikanan, Bidang Peternakan dan Bidang
Pertanian.
Gambar 1. Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian
4
2.2 Visi dan Misi Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian
Visi Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian
Visi Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian adalah ” Memberikan Pelayanan
Prima Kepada Masyarakat Perikanan dan Pertanian Dengan SIAGA” (Santun, Ikhlas,
Akuntabel, Global dan Aktif). Untuk mencapai Visi tersebut di atas, maka Dinas Ketahanan
Pangan, Perikanan dan Pertanian memiliki 3 Misi yaitu:
Misi Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian
1. Terwujudnya pelayanan publik dengan siaga
2. Terwujudnya system pelayanan publik yang transparan dan terjangkau bagi masyarakat
3. Terwujudnya pelayanan publik yang terpadu
2.3 Nilai-nilai Organisasi Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian
Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati dan
diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugas serta menjadi
semangat dalam berkarsa dan berkarya. Nilai-nilai dari Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan
dan Pertanian yaitu SIAGA, yang terdiri dari:
• Memberikan pelayanan yang santun (Pelayanan dengan sikap yang sopan dan ramah)
• Mewujudkan pelayanan yang ikhlas (Pelayanan dengan sepenuh hati)
• Menciptakan pelayanan yang akuntable (Pelayanan yang dapat dipertanggung
jawabkan)
• Menciptakan pelayanan yang global (Pelayanan yang menyeluruh dan teradu)
• Memberikan pelayanan yang aktif (Pelayanan komunikatif, responsive dan solutif)
2.4 Tugas dan Fungsi Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian
Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bontang Tahun 2016 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bontang, Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan
dan Pertanian mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
5
a. Tugas Pokok
Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian mempunyai tuga melaksanakan
kewenangan desentralisasi dan tudas dekonsentrasi di bidang pangan, kelautan dan
perikanan, dan pertanian.
b. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas, Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1. Perumusan kebijakan teknis bidang pangan, kelautan dan perikanan, dan pertanian
sesuai dengan rencana strategis yang ditetapkan Pemerintah Daerah;
2. Perencanaan, pembinaan, dan pengendalian kebijakan teknis teknis di bidang
pangan, kelautan dan perikanan dan pertanian;
3. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis ketahanan
pangan;
4. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis perikanan;
5. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis pertanian;
6. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis peternakan;
7. Penyelenggaraan urusan kesekretariatan;
8. Pelaksanaan Unit Pelaksana Teknis Dinas;
9. Pembinaan Kelompok Jabatan Fungsional.
2.5 Struktur Organisasi
Susunan organisasi Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian Tahun 2019 :
Gambar 2. Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian Kota Bontang
6
2.6 Sasaran Kinerja Pegawai
Sasaran Kinerja Pegawai untuk jabatan pengelola Pengendali Organisme Pengganggu
Tanaman yaitu:
1. Melaksanakan pengamatan, identifikasi, pemetaan Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT)/fenomena alam
2. Melaksanakan pengendalian OPT
3. Melaksanakan analisis dampak kerugian OPT/fenomena alam
4. Melaksanakan pembinaan pengendalian OPT/fenomoena alam
5. Melaksanakan pengaturan penanggulangan wabah hama dan penyakit
6. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan baik lisan maupun tertulis
7
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 NILAI-NILAI DASAR PNS (Nilai Dasar ANEKA)
A. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai (LAN,
2015). Akuntabilitas sering disamakan dengan Responsibiltas namun pada pakteknya
berbeda. Responsibilitas sendiri adalah kewajiban untuk bertanggung jawab.
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi
untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang PNS adalah
menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara lain :
1. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan,
antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi;
2. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan
PNS dalam politik praktis;
3. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik;
4. Menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai
penyelenggara pemerintahan.
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel maka diperlukan adanya nilai-
nilai dasar yaitu :
1. Kepemimpinan
2. Transparansi
8
3. Integritas
4. Tanggung Jawab (Integritas)
5. Keadilan
6. Kepercayaan
7. Keseimbangan
8. Kejelasan
9. Konsistensi
B. Nasionalisme
Dalam arti sempit nasionalisme adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya
sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini
jelas mencerai beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Sedang dalam arti
luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa
dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang
diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa: menempatkan persatuan kesatuan,
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau
kepentingan golongan; menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan
negara; bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa
rendah diri; mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama
manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia;
mengembangkan sikap tenggang rasa.
9
C. Etika Publik
Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik atau buruk, benar atau salah yang
harus dilakukan atau bagaimana melakukan kewajiban yang baik atau benar. Dalam
kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang standar/norma
yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawabpelayanan
publik (LAN, 2015:6). Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam
suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam
bentuk ketentuan-ketentuan tertulis (LAN, 2015:9). Kode etik profesi dimaksudkan untuk
mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui
ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok
profesional tertentu.
Berdasarkan undang-undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN yakni sebagai
berikut:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintahan;
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
10
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien;
D. Komitmen Mutu
Komitnen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik yang berorientasi
kepada kualitas hasil. Target utama kinerja aparatur yang berbasis komitmen mutu adalah
mewujudkan kepuasan masyarakat yang menerima layanan (customer satisfaction).
Apalagi dikaitkan dengan tiga fungsi utama pegawai ASN sesuai Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2014 pasal 10, yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan
perekat dan pemersatu bangsa, maka dalam implementasi fungsi tersebut pegawai ASN
harus menunjukkan perilaku yang komitmen terhadap mutu, bukan sekedar
menggugurkan kewajiban formal atau menjalankan rutinitas pelayanan.
Adapun nilai-nilai komitmen mutu antara lain :
1. Efektif, yaitu berhasil guna dapat mencapai hasil sesuai dengan target;
2. Efisien, yaitu berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil tanpa
menimbulkan pemborosan;
3. Inovasi, yaitu penemuan sesuatu yang baru atau mengandung kebaruan;
4. Berorientasi mutu, yaitu ukuran baik buruk yang di persepsi individuterhadap produk
atau jasa.
E. Anti Korupsi
Anti korupsi adalah sikap dan perilaku untuk tidak mendukung adanya upaya
untuk merugikan keuangan dan perkonomian negara, singkatnya adalah tindakan
menentang terhadap adanya korupsi.
Nilai-nilai dasar anti korupsi adalah sebagai berikut :
11
1. mandiri yang dapat membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang sehingga
menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Pribadi yang mandiri
tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab
demi mencapai keuntungan sesaat;
2. kerja keras merupakan hal yang penting dalam rangka tercapainya target dari suatu
pekerjaan. Jika target dapat tercapai, peluang untuk korupsi secara materiil maupun
non materiil (waktu) menjadi lebih kecil;
3. berani untuk mengatakan atau melaporkan pada atasan atau pihak yang berwenang
jika mengetahui ada pegawai yang melakukan kesalahan;
4. disiplin berkegiatan dalam aturan bekerja sesuai dengan undang-undung yang
mengatur;
5. peduli yang berarti ikut merasakan dan menolong apa yang dirasakan orang lain;
6. jujur yaitu berkata dan bertindak sesuai dengan kebenaran (dharma);
7. tanggung jawab yaitu berani dalam menanggung resiko atas apa yang kita kerjakan
dalam bentuk apapun;
8. sederhana yang dapat diartikan menerima dengan tulus dan iklas terhadap apa yang
telah ada dan diberikan oleh Tuhan kepada kita;
9. adil yaitu memandang kebenaran sebagai tindakan dalam perkataan maupun
perbuatan saat memutuskan peristiwa yang terjadi.
12
3.2 Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI
A. Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN)
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih
dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara, berdasarkan jenisnya pegawai ASN terdiri atas
Pengawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap
PNS diberikan Hak PNS yang diatur dalam UU ASN yaitu sebagai berikut :
Gaji,tunjangan dan fasilitas, cuti, jaminan pensiun dan jaminan hari tua, perlindungan
dan pengembangan kompetensi. Sedangkan kewajiban dari pegawai ASN yang
disebutkan dalam UU ASN adalah sebagai berikut :
a. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
e. Melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintahan;
f. Menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara;
13
B. Whole of Government (WoG)
Whole of Government (WoG) dapat dipahami sebagai suatu model pendekatan
integratif fungsional satu atap yang digunakan untuk mengatasi wicked problems yang
sulit dipecahkan dan diatasi karena berbagai karakteristik atau keadaan yang melekat
antara lain: tidak jelas sebabnya, multi dimensi, menyangkut perubahan perilaku.
Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan menyatukan seluruh
sektor yang terkait dengan pelayanan publik. Jenis pelayanan publik yang dikenal dapat
didekati oleh pendekatan WoG di antaranya adalah Pelayanan yang bersifat
administratif, Pelayanan jasa dan Pelayanan barang.
Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan menyatukan seluruh
sektor yang terkait dengan pelayanan publik berdasarkan nilai-nilai dasar yaitu
Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi; dan Simplifikasi.
C. Pelayanan Publik
Pelayan publik merupakan satu di antara tiga fungsi Aapartur Sipil Negara
(ASN). Oleh sebab itu, pelayanan publik menjadi tolok ukur yang paling nyata oleh
masyarakat karena ia berhubungan langsung dengan mereka.
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelengara pelayanan publik. Pelayanan Publik menurut
Lembaga Administrasi Negara adalah segala bentuk pelayanan umum yang
dilaksanakan oleh instansi Pemerintah di pusat dan daerah dan dilingkungan
14
BUMN/BUMD dalam bentuk barang atau jasa baik dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat.
Prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima adalah :
partisipatif, transparan, responsif, tidak diskriminatif, mudah dan murah efektif dan
efisien, aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan.
15
BAB IV
RANCANGAN AKTUALISASI
4.1. Identifikasi Isu
A. Latar belakang masalah
Berdasarkan hasil identifikasi isu atau masalah yang saya lakukan selama
bekerja lebih kurang 6 (enam) bulan di Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan
Pertanian melalui wawancara singkat dengan Mentor, Kepala Bidang Pertanian,
Kepala Seksi dan staff Perlindungan Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
terdapat beberapa isu atau masalah yang menjadi perhatian penulis yaitu :
1. Kurangnya kesadaran akan penerapan sistem Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) pada budidaya tanaman cabai di Kecamatan Bontang Selatan Kota
Bontang
Pada lima tahun terakhir (2010-2014), budidaya sayuran khususnya cabai
mengalami gangguan yang berat akibat fenomona alam EL Nino dan La Nina atau
musim kemarau/hujan yang berkepanjangan dan musim kemarau basah. Tanaman
cabai menjadi kekeringan atau busuk dan produksinya menurun drastis. Kondisi ini
diperparah oleh tingginya serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang
mengakibatkan kehilangan hasil antara 25-100%.
Pengendalian OPT ramah lingkungan akhir-akhir ini dikembangkan dalam
usaha tani cabai untuk menurunkan penggunaan pestisida sintetis. Oleh karena itu,
perlu dikembangkan teknologi yang dapat mengatasi dampak variabilitas iklim dan
kejadian cuaca ekstrem. Indikator keberhasilan pengendalian OPT ramah
lingkungan ialah (1) keseimbangan ekosistem tetap terjaga, (2) biodiversitas tetap
lestari, (3) residu pestisida minimal, dan (4) biaya produksi menurun.
Pengendalian OPT ramah lingkungan akhir-akhir ini sering menjadi wacana
dalam usaha tani cabai. Hal ini sesuai dengan UU No. 12/1992, PP No. 6/1995, dan
UU No.13/2010 tentang Hortikultura yang mengisyaratkan bahwa perlindungan
tanaman dilakukan sesuai dengan sistem pengendalian hama terpadu (PHT). PHT
merupakan salah satu cara pengamanan produksi dari masalah OPT dengan
memadukan beberapa cara pengendalian melalui pendekatan yang lebih
mengutamakan peran agroekosistem.
16
Upaya pengendalian OPT ramah lingkungan dengan menurunkan
penggunaan pestisida kimia dapat meningkatkan ketersedian musuh alami yang ada
di alam. Penggunaan pestisida selain berdampak positif juga dapat menimbulkan
dampak negatif bila penggunaanya kurang bijaksana karena dapat menyebabkan
resurgensi, resistensi, matinya musuh alami, dan pencemaran lingkungan melalui
residu yang ditinggalkan serta menyebabkan keracunan pada manusia yang
dampaknya untuk jangka panjang lebih merugikan dibandingkan dengan manfaat
yang diperoleh. Oleh karena itu, perhatian terhadap pengendalian OPT yang ramah
lingkungan semakin besar untuk menurunkan penggunaan pestisida sintesis.
Menurut data WHO yang dipublikasikan pada tahun 1990, dampak dan
risiko penggunaan pestisida kimia selama ini 25 juta kasus dan meningkat pada
tiap tahunnya. Data lain dari ILO pada tahun 1996 menunjukkan 14% pekerja
di pertanian terkena bahaya pestisida dan 10%-nya terkena bahaya yang fatal.
Fenomena seperti ini juga terjadi disentra
pertanian Indonesia seperti Brebes dan Tegal. Penelitian FAO pada tahun 1992
menunjukkan, ada 19 gejala keracunan yang disebabkan pestisida pada
petani cabe dan bawang. Di perkebunan Luwu, Sulawesi Selatan menunjukkan
bahwa 80-100% petani yang memeriksakan dirinya ke rumah
sakit mengindikasikan keracunan pestisida.
Di Kota Bontang, dari tahun ke tahun ada berbagai jenis pestisida yang
digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit tumbuhan antara lain
herbisida, insektisida, bakterisida, dan fungisida seperti yang tercantum dalam
Laporan Pengawasan Peredaran Pestisida dari agustus hingga september tahun
2008, penggunaan pestisida di Kecamatan Bontang Selatan terdapat lebih dari 80
merek dagang pestisida yang digunakan petani (data terlampir). Dan akan terus
bertambah dari tahun ke tahun. Dari data tersebut maka penggunaan pestisida di
Kota Bontang khususnya Kecamatan Bontang Selatan cukup tinggi. Sehingga perlu
adanya upaya untuk meningkatkan kesadaran petani untuk mau menerapkan
pengendalian hama terpadu agar penggunaan pestisda kimia dapat berkurang.
2. Belum optimalnya kegiatan monitoring, pengamatan, identifikasi dan
pemetaan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) pada tanaman cabai di
Kecamatan Bontang Selatan Kota Bontang
17
Monitoring atau pemantauan adalah suatu kegiatan yang sangat penting
dalam pengambilan setiap keputusan pengendalian hama dalam kegiatan
penanggulangan hama. Hubungan antara pengambilan keputusan dengan kegiatan
pemantauan sangat erat. Karena nilai ambang ekonomi dan ambang kendali yang
ditetapkan tidak akan ada artinya jika tidak ada data yang akurat dan dapat
dipercaya. Data tersebut biasanya didapat dari kegiatan pemantauan dan
monitoring. Kegiatan pemantauan biasanya dilakukan oleh petani dan petugas
pengamatan untuk dapat mengetahui perkembangan keadaan tanaman, populasi
hama, penyakit di lapangan.
Proses pengambilan data memerlukan teknik yang beragam dan
berkesinambungan tergantung pada jenis tanaman, hama, atau organisme lain yang
diamati. Pelaksanaan pengambilan data selalu dibayangi dengan kemungkinan
berbuat kesalahan baik yang dilakukan secara sadar maupun yang tidak sadar
dalam pengambilan data.
Proses pengamatan dan pemantauan hama penyakit tanaman memerlukan
waktu yang relatif lama dan berkesinambungan. Proses pengamatan dan
pemantauan ini dilakukan mulai dari pembibitan hingga tanaman siap panen.
Sehingga sulit untuk dilakukan pada kegiatan aktualisasi ini. Minimnya petugas
POPT di Kota Bontang juga menghambat pengamatan dan pemantuan hama
penyakit ini.
3. Belum optimalnya analisis dampak kerugian akibat OPT (Organisme
Pengganngu Tanaman) terhadap produksi budidaya tanaman cabai di Kota
Bontang
Dampak yang timbul akibat serangan hama menyebabkan kerugian baik
terhadap nilai ekonomi produksi, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta
petani sebagai pelaku budidaya tanaman dengan kegagalan panen serta turunnya
kualitas dan kuantitas hasil panen. Selain berdampak pada tanaman budidaya
serangan hama juga berdampak terhadap agroekosistem pertanian. Kerugian-
kerugian tersebut disebabkan oleh adanya pemikiran oleh para petani untuk
mengendalikan serta memusnahkan hama yang menyerang tanaman.
Pengendalian hama yang tidak sesuai dan tepat tersebut memberikan
dampak kerugian yang lebih besar dari pada serangan hama itu sendiri terhadap
tanaman. Akibat serangan hama yang paling ditakuti oleh para petani adalah
terjadinya gagal panen atau puso. Kegagalan ini dikarenakan hama yang
18
menyerang tanaman menjadikan tanaman sebagai bahan makanan, dan tempat
tinggal bagi mereka.
Untuk melakukan tindakan pengendalian terhadap serangan hama harus
dilakukan langkah-langkah penganalisaan terhadap dampak serangan hama
tersebut. Kegiatan analisa ini bertujuan untuk mengetahui batas ambang ekonomi
serangan hama serta untuk mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dalam
penanggulangan hama. Kegiatan analisa ini dilakukan secara bertahap dan
berkelanjutan sehingga memerlukan waktu yang relatif lama tergantung jenis
tanaman. Keterbatasan waktu pelaksanaan aktualisasi ini sehingga tidak
memungkinkannya untuk melakukan penganalisaan dampak serangan hama
tersebut.
B. Memprioritaskan masalah menggunakan Teknik Analisis USG
Dalam mengidentifikasikan masalah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
seperti kemampuan sumber daya manusia, biaya, tenaga, teknologi dan lain-lain. Untuk
itu, dilakukan penilaian prioritas masalah dari yang mendesak. Dalam menentukan
prioritas masalah kami lakukan dengan menggunakan metode USG (Urgency,
Seriousness, Growth). Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan
prioritas masalah dengan metode teknik scoring 1-5 dan dengan mempertimbangkan tiga
komponen dalam metode USG.
1. Urgency (urgensi)
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu
yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan
masalah yang menyebabkan isu tersebut.
2. Seriousness (keseriusan)
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang
timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut
atau akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu
tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu
masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila
dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.
3. Growth (berkembangnya masalah)
Seberapa kemungkinan-kemunginannya isu tersebut menjadi berkembang
dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau
19
dibiarkan. Penggunaan metode USG dalam penentuan prioritas masalah
dilaksanakan apabila pihak perencana telah siap mengatasi masalah yang ada,
serta hal yang sangat dipentingkan adalah aspek yang ada di masyarakat dan
aspek dari masalah itu sendiri.
Caranya dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan skala
perkembangan isu dengan menggunakan skala 1-5 sebagai berikut:
a) Sangat Besar : 5
b) Besar : 4
c) Sedang : 3
d) Kecil : 2
e) Sangat Kecil : 1
Dari ketiga isu yang diperoleh didapatkan hasil prioritas masalah sebagai berikut:
No Identifkasi Isu Kriteri B Peringkat
U S G Σ
1 Kurangnya kesadaran petani akan
pentingnya penerapan Pengendalian Hama
Terpadu tanaman cabai di Kecamatan
Bontang Selatan Kota Bontang
5 5 5 15 1
2 Belum optimalnya kegiatan monitoring,
pengamatan, identifikasi dan pemetaan
OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)
tanaman cabai di Kecamatan Bontang
Selatan Kota Bontang
2
4 3 9 3
3 Belum optimalnya analisis dampak
kerugian OPT (Organisme Pengganngu
Tanaman) terhadap produksi tanaman cabai
di Kecamatan Bontang Selatan Kota
Bontang
4 3 4 11 2
Tabel 1. Analisis Isu Strategis
Berdasarkan tabulasi USG seperti tercantum pada tabel 4.1. Analisis Isu
Strategis, ditemukan isu utama yang memenuhi syarat dan ditetapkan isu paling
prioritas yakni kurangnya kesadaran petani akan pentingnya penerapan Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) tanaman cabai di Kecamatan Bontang Selatan Kota Bontang
dengan perolehan skor USG 15.
Karena hal tersebut, penulis mengambil isu pertama untuk mengambil langkah
perbaikan dan peningkatan pengetahuan petani akan pentingnya penerapan
20
pengendalian hama terpadu (PHT) sehingga dapat meminimalkan dampak kerusakan
tanaman cabai akibat serangan OPT di Kota Bontang.
C. Judul Kegiatan
Dengan diperoleh hasil isu “Kurangnya kesadaran petani akan penerapan
Pengendalian Hama Terpadu tanaman cabai di Kecamatan Bontang Selatan Kota
Bontang” maka saya mengambil judul “ Meningkatkan kesadaran petani akan
pentingnya penerapan Pengendalian Hama Terpadu tanaman cabai di Kecamatan
Bontang Selatan Kota Bontang”.
D. Uraian Kegiatan
Nama peserta : Marlina, SP
NIP : 198709062019032011
Unit Kerja : Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian Kota Bontang
Identifikasi isu :“Kurangnya Kesadaran Petani Akan Pentingnya Penerapan
Pengendalian Hama Terpadu Tanaman cabai di Kecamatan
Bontang Selatan Kota Bontang”
Gagasan : “Meningkatkan Kesadaran Petani Akan Pentingnya Pengendalian
Hama Terpadu Tanaman Cabai di Kecamatan Bontang Selatan
Kota Bontang”
Kegiatan :
1. Membuat leaflet tentang Pengendalian Hama Terpadu (PHT) tanaman cabai.
2. Melakukan sosialisasi Pegendalian Hama Terpadu tanaman cabai kepada petani.
3. Melakukan pengamatan, pemantauan dan identifikasi hama dan penyakit tanaman
cabai di lapangan secara rutin.
4. Penyuluhan pengendalian hama dan penyakit (PHT) tanaman cabai berkelanjutan.
5. Membuat forum komunikasi (WhatsApp) petani dan petugas pengendali
organisme penggangu tanaman (POPT).
E. Rancangan Aktualisasi
Berdasarkan isu/permasalahan yang terpilih, maka penulis menentukan
beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut,
diantaranya :
21
Kegiatan 1:
Membuat leaflet tentang Pengendalian Hama Terpadu (PHT) tanaman cabai.
Pembuatan leaflet bertujuan sebagai sarana informasi system Pengedalian
Hama Terpadu (PHT) yang ditujukan kepada petani. Leaflet ini dibuat sesuai dengan
materi Pengendalian Hama Terpadu tanaman cabai. Leaflet ini dibuat semenarik
mungkin sehingga dapat meningkatkan minat baca petani. Dengan adanya Leaflet ini
diharapkan dapat membantu petani dalam penerapan PHT di lapangan.
Tahapan kegiatan :
a. Berkonsultasi dengan atasan/mentor
b. Mengumpulkan bahan-bahan/materi tentang Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) tanaman cabai dari buku maupun internet
c. Membuat leaflet
d. Mencetak leaflet
Output/hasil :
a. Notulensi hasil konsultasi
b. Bahan-bahan/materi tentang pengendalian hama terpadu tanaman cabai
c. Draft leaflet
d. Leaflet
Nilai-nilai ANEKA :
• Akuntabilitas yaitu :
a. Saya membuat leaflet sesuai dengan materi PHT dan pengendalian hama dan
penyakit tanaman cabai,
b. Saya bersungguh-sungguh dalam mencari dan mengumpulkan materi PHT
tanaman cabai sehingga informasi yang diberikan mudah dipahami dan
diterapkan oleh petani,
• Nasionalisme yaitu :
Saya menggunakan Bahasa Indonesia yang baku dalam penyajian leaflet ini sehingga
mudah dimengerti oleh petani.
• Etika publik yaitu :
a. Saya berkomunikasi dengan atasan/mentor mengutamakan sopan santun dan
penuh rasa hormat,
22
b. Saya menghargai dan menerima arahan dan saran dari atasan/mentor dengan
baik.
• Komitmen mutu yaitu :
a. Saya mencari dan mengumpulkan materi leaflet dengan selektif,
b. Saya membuat leaflet yang edukatif dan menarik.
• Anti korupsi yaitu :
a. Saya meminjam buku tentang hama dan penyakit tanaman cabai di Perpustakaan
Daerah Kota Bontang guna melengkapi materi leaflet PHT tanaman cabai dan
mengembalikannya tepat waktu,
b. Saya menggunakan fasilitas kantor yaitu wifi saat mencari materi PHT melalui
internet,
c. Saya menggunakan fasilitas kantor yaitu printer untuk mencetak leaflet sebagai
efesiensi dana percetakan leaflet.
Kegiatan 2
Melakukan sosialisasi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) tanaman cabai kepada
petani.
Sosialisasi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) tanaman cabai dilakukan agar
petani lebih mengenal dan mengetahui tentang PHT sehingga timbul kesadaran petani
dalam pengendalian hama dan penyakit pada tanamannya. Sosialisasi ini diharapkan
dapat meningkatkan kesadaran petani akan pentingnya penerapan pengendalian hama
terpadu. Sehingga petani tidak lagi menggunakan pestisida kimia, tetapi telah beralih
menggunakan pestisida nabati dan pengendalian terpadu lainnya yang lebih ramah
lingkungan dan aman bagi kesehatan.
Sosialisasi ini dihadiri oleh 6 kelompok tani di Kecamatan Bontang Selatan.
Diharapkan sosialisasi ini dapat meningkatkan tali silaturahmi antar kelompok tani
dan petugas pengendali organisme tanaman. Dalam sosialisasi ini petani dapat
berdiskusi tetang pengendalian hama dan penyakit tanaman mereka dan saling
bertukar pengalaman satu sama lain.
Tahapan kegiatan :
a. Melakukan konsultasi bersama atasan dan koordinasi dengan rekan kerja
23
b. Menentukan tempat dan waktu untuk sosialisasi PHT
c. Membuat undangan sosialisasi PHT
d. Melakukan sosialisasi PHT bersama petani
e. Membagikan leaflet PHT tanaman cabai
f. Melakukan sistem tanya jawab langsung
g. Evaluasi
Output/ hasil :
a. Notulen hasil konsultasi
b. Jadwal sosialisasi
c. Undangan sosialisasi
d. Daftar hadir, notulen, dokumentasi
e. Dokumentasi
f. Draft pertanyaan dan solusi
g. Laporan hasil evaluasi
Nilai-nilai ANEKA :
• Akuntabilitas yaitu : saya melakukan sosialisasi dengan penuh semangat, tanggung
jawab dan terbuka serta melaporkan hasl sosialisasi kepada atasan/mentor.
• Nasionalisme yaitu :
a. Saya berkerjasama dengan rekan kerja,
b. Saya bermusyawarah dengan atasan dan rekan kerja saat membuat jadwal,
c. Saya menggunakan Bahasa Indonesia saat memaparkan materi sosialisasi,
d. Saya tidak membeda-bedakan petani saat melakukan dialog maupun saat
membagikan leaflet,
• Etika publik yaitu :
a. Saya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang sopan, santun dan
jelas,
b. Saya menerima kritik dan saran dari atasan langsung.
c. Saya menjawab pertanyaan petani dengan baik dan sopan saat sesi tanya jawab,
d. Saya menghargai pendapat dari rekan kerja
• Komitmen mutu yaitu : Materi yang saya sampaikan relevan dan sesuai dengan
materi PHT dan dikemas dengan efektif dan efesien sehingga mudah dimengerti oleh
petani/ peserta sosalisasi
24
• Anti korupsi yaitu:
a. Materi yang disampaikan saat sosialisasi berisi informasi yang jelas tentang PHT,
b. Saya membagikan leaflet kepada petani sesuai dengan jumlah petani yang hadir.
c. Saya melakukan sosialisasi di kebun salah satu petani untuk menghemat biaya
transportasi petani lainnya.
Kegiatan 3
Melakukan pengamatan, pemantauan dan identifikasi hama dan penyakit di lapangan
secara rutin.
Pengamatan, pemantauan dan identifikasi hama dan penyakit di lapangan
merupakan kegiatan yang sangat penting. Dengan pengamatan dan pemantauan akan
dapat diketahui sejak dini situasi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan
kondisi faktor pengendali perkembangannya, sehingga ledakan (ekplosi) hama-
penyakit dapat dicegah. Oleh karena itu pengamatan perlu dilakukan oleh petani
secara periodik dikebunnya masing-masing.
Pengambilan data pengamatan, pemantauan dan identifikasi hama dan
penyakit tanaman cabai dilakukan di beberapa petani dari kelompok tani yang berada
di Kecamatan Bontang Selatan secara acak.
Tahapan kegiatan :
1. Berkonsultasi dengan atasan/mentor
2. Menentukan tempat dan waktu pengamatan hama penyakit di lapangan
3. Menyiapkan peralatan pendukung untuk melakukan pengamatan hama di
lapangan
4. Melakukan pengamatan, pemantauan dan identifikasi hama dan penyakit di
lapangan
5. Evaluasi
Output/hasil :
1. Notulensi hasil konsultasi
2. Jadwal pengamatan/monitoring hama penyakit
3. Peralatan pendukung seperti: Sarung tangan, masker, topi, plastik zipclok,
pinset, kaca pembesar. (Digunakan tergantung keadaan di lapangan).
4. Data hasil pengamatan
25
Nilai-nilai ANEKA :
• Akuntabilitas yaitu
a. Saya jujur saat menginput data,
b. Saya melaporkan data hasil pengamatan di lapangan kepada atasan langsung ,
c. Transparansi dalam pengumpulan data sehingga didapatkan data yang jelas,
• Nasionalisme yaitu
a. Saya bekerjasama dan bermusyawarah dengan rekan kerja,
b. Saya tidak membeda-bedakan pelasanaan pemantauan di petani,
• Etika publik yaitu:
a. Saya berkonsultasi dengan atasan/mentor dengan ramah, sopan dan santun,
b. Saya berdialog dengan petani dengan ramah, sopan dan santun,
• Komitmen mutu yaitu
a. Saya melakukan pengamatan, pemantauan dan identifkasi hama penyakit
dengan cermat dan teliti,
b. Saya memberikan pengertian konsep PHT kepada petani saat melakukan dialog
di lapangan saat pegamatan dengan ebik-baiknya,
• Anti korupsi yaitu
a. Saya jujur dan tidak memanipulasi data yang ada,
b. Saya menggunakan peralatan pendukung saat pengamatan sesuai dengan
kondisi di lapangan.
Kegiatan 4 :
Penyuluhan pengendalian hama dan penyakit (PHT) tanaman cabai berkelanjutan.
Penyuluhan pertanian merupakan jembatan antara praktik atau kegiatan yang
dijalankan petani dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang dan
senantiasa dibutuhkan oleh petani. Kegiatan ini penting dilakukan agar petani bisa
lebih memahami pelaksanaan pengendalian hama terpadu di lapangan. Kegiatan ini
dilakukan di Kelompok Tani Agro Lestari di daerah Kecamatan Bontang Selatan.
Kegiatan penyuluhan ini dilakukan dengan membuat pestisida nabati dan perangkap
hama likat kuning. Kegiatan ini diharapkan bisa dilakukan di Kota Bontang secara
berkelanjutan.
Tahapan kegiatan :
26
1. Berkonsultasi dengan atasan/mentor
2. Menentukan tempat dan waktu untuk melakukan penyuluhan
3. Menyiapkan alat dan bahan penyuluhan
4. Pelaksanaan penyuluhan
5. Evaluasi
Output/ hasil :
1. Notulen hasil konsultasi
2. Jadwal penyuluhan
3. Alat dan bahan penyuluhan
4. Dokumentasi
5. Laporan pengendalian hama dan penyakit
Nilai- nilai ANEKA :
• Akuntabilitas yaitu
a. Saya membuat laporan penyuluhan secara transpran dan dapat dipertanggung
jawabkan,
b. Saya memberikan informasi secara terbuka tentang pembuatan pestisida nabati
dan perangkap hama kepada petani dengan cara memberikan leaflet kepada
petani,
• Nasionalisme yaitu
a. Saya bekerja sama dengan rekan kerja dan petani saat penyuluhan,
b. Saya bermusyawarah dan berdiskusi saat menentukan tempat dan waktu
penyuluhan,
• Etika publik yaitu
a. Saya berkonsultasi dengan atasan langsung/mentor mengenai kegiatan
penyuluhan dengan ramah dan meminta masukan saran dari beliau,
b. Saya berkomunikasi dengan santun, ramah dan sopan,
c. Saya peduli dengan kondisi kesehatan tanaman petani,
• Anti korupsi yaitu
a. Saya menggunakan bahan-bahan untuk membuat pestisida nabati dan
perangkap hama likat kuning yang berasal dari alam sekitar,
27
b. Saya menggunakan alat-alat dari barang-barang bekas yang ada disekitar saya,
▪ Komitmen mutu yaitu saya memberikan pelayanan terbaik kepada petani berupa
penyuluhan pengendalian hama dan penyakit tumbuhan.
Kegiatan 5 :
Membuat forum komunikasi petani dan petugas pengendali organisme pengganggu
tanaman.
Membuat forum komunikasi petani dan petugas POPT merupakan inovasi
terbaru bagi petugas POPT karena belum pernah dilakukan. Forum komunikasi ini
berupa grup whatsapp (Wa). Pembuatan grup Wa ini diharapkan dapat menjadi
fasilitator antara petani dan petugas POPT. Grub WA ini dibuat guna memudahkan
petani untuk memperoleh informasi seputar pengendalian hama dan penyakit di
lapangan, memudahkan komunikasi antar petani dan petugas POPT serta sebagai
media silaturahmi petani satu dengan petani yang lainnya sehingga mereka bisa
saling bertukar informasi dan pengalaman cara pengendalian hama dan penyakit di
lapangan.
Tahapan kegiatan :
1. Berkonsultasi dengan atasan/mentor
2. Mengumpulkan no Hp petani dan petugas Pengendali OPT
3. Membuat grup WhatsApp (Wa)
4. Sharing knowledge tentang penerapan pengendalian hama terpadu (PHT)
5. Membuat sesi tanya jawab
Output/ hasil :
1. Notulen hasil konsultasi
2. No hp petani dan petugas pengendali OPT
3. Grup wa
4. Percakapan dan Informasi
5. Daftar pertanyaan /pemasalahan dan pemecahan solusi
Nilai-nilai ANEKA :
• Akuntabilitas yaitu forum komunikasi dilakukan secara transpran
• Nasionalisme yaitu :
28
a. Forum komunikasi ini dapat menjalin komunikasi dan tali silaturahmi antar
petani dan petugas POPT,
b. Adanya musyawarah dan diskusi saat melakukan sharing knowledge,
c. Kerjasama dan saling membantu dengan rekan kerja,
• Etika publik yaitu :
a. Saya berkonsultasi dengan atasan langsung/mentor mengenai pembentukan
forum komunikasi ini dengan ramah dan meminta masukan saran dari beliau,
b. Saya meminta izin dan melakukan sosialisasi terlebih dahulu sebelum membuat
grup wa,
c. Saya melakukan dialog dan sharing knowledge dengan ramah, sopan dan santun,
• Anti korupsi yaitu :
a. Saya menggunakan grup wa ini dengan bijak dan tanggung jawab,
b. Saya membuka forum komunikasi saat jam kerja agar tidak mengganggu waktu
istirahat petani dan petugas POPT,
• Komitmen mutu yaitu saya memberikan pelayanan yang terbaik kepada petani
F. Kontribusi Terhadap Nilai – Nilai Organisasi :
Dengan dijalankannya rancangan aktualisasi ini selaras dengan Misi Dinas
Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian yaitu “Terwujudnya pelayanan publik
dengan siaga” dengan mengedepankan pelayanan yang siaga , cepat dan tanggap
kepada masyarakat sehingga visi Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian ”
Memberikan Pelayanan Prima Kepada Masyarakat Perikanan dan Pertanian dengan
SIAGA” dapat tercapai.
G. Penguatan Terhadap Nilai – Nilai Organisasi :
Rancangan aktualisasi ini pun sesuai dengan tata nilai Dinas Ketahanan Pangan,
Perikanan dan Pertanian “ SIAGA”, yaitu Santun, Ikhlas, Akuntable, Global, dan
Aktif. Santun dan ikhlas saat memberikan pelayanan kepada petani maupun
masyarakat. Akuntable dalam memberikan informasi dan data yang akurat. Global,
diharapkan aktualisasi ini dapat diaktualisasikan secara menyeluruh oleh semua petani
dan masyarakat. Aktif ikut serta kemajukan dan kesejahteraan petani di Kota Bontang.
29
H. Jadwal Kegiatan
JADWAL KEGIATAN AKTUALISASI
NO KEGIATAN MINGGU BUKTI
KEGIATAN 1 2 3 4
1 Membuat leaflet tentang
Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
pada tanaman cabai
✓ √
✓ √
• Dokumentasi
2 Melakukan sosialisasi kepada petani
tentang Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) pada tanaman cabai
✓
✓ √ • Absensi
• Dokumentasi
3 Melakukan pengamatan dan
pemantauan populasi hama di
lapangan secara rutin
✓ √
✓ √
✓ √
✓ √ • Dokumentasi
4 Melakukan penyuluhan pengendalian
hama dan penyakit tanaman cabai
berkelanjutan
✓ √
✓ √ • Dokumentasi
5 Membuat forum komunikasi petani
dan petugas pengendali organisme
penggangu tanaman
✓ ✓ ✓ • Dokmnentasi
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Aktualisasi
30
BAB V
PELAKSANAAN AKTUALISASI
Nilai-nilai dasar PNS yang diperoleh ketika menjalani masa habituasi telah
diimplementasikan dalam kegiatan off campus atau Aktualisasi dilaksanakan terhitung mulai
tanggal 11 Oktober s.d 25 November 2019. Mengangkat sebuah isu yaitu kurangnya
kesadaran petani akan pentingnya penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada
budidaya tanaman cabai di Kecamatan Bontang Selatan Kota Bontang yang terdiri dari 5
kegiatan dengan tahapan, bukti dan hasil/output dari kegiatan-kegiatan aktualisasi tersebut
diuraikan sebagai berikut :
A. Membuat Leaflet Tentang Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Cabai
Kegiatan ini dilakukan di Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian pada
minggu pertama. Pembuatan leaflet bertujuan sebagai sarana informasi system
Pengedalian Hama Terpadu (PHT) yang ditujukan kepada petani. Leaflet ini dibuat
sesuai dengan materi Pengendalian Hama Terpadu tanaman cabai. Leaflet ini dibuat
semenarik mungkin sehingga dapat meningkatkan minat baca petani. Dengan adanya
Leaflet ini diharapkan dapat membantu petani dalam penerapan PHT di lapangan.
Tahapan pertama yaitu saya berkonsultasi dengan atasan langsung pada tanggal
16 Oktober 2019 di ruang Kasi Perlindungan Tanaman dan dengan mentor pada tanggal
18 Oktober 2019 di ruang Kabid Peternakan. Ketika berkomunikasi dengan atasan dan
mentor saya menggunakan bahasa yang santun dan berpakaian sopan serta menghargai
dan menerima arahan dan saran dari atasan/mentor yang mencerminkan nilai Etika
Publik. Hasil/output yang dihasilkan adalah saran dari atasan/mentor tentang desaign
leaflet yang menarik. Mentor juga menyarankan untuk adanya penambahan nama dan
nomor telepon pembuat leaflet di lembar leaflet agar apabila pembaca membutuhkan
informasi lebih lanjut tentang PHT, maka mereka dapat menghubungi saya melalui
nomor telepon.
31
Analisis dampak nilai ANEKA : jika saya tidak menggunakan bahasa yang
santun dan berpakaian sopan maka tidak ada timbulnya kepercayaan dari atasan/mentor
sehingga saya tidak mendapat saran yang baik dari atasan maupun dari mentor.
Tahapan kedua yaitu saya mengumpulkan materi tentang Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) dari buku maupun internet. Saya memulai mengumpulkan materi PHT
dengan berkunjung ke Perpustakaan Daerah Kota Bontang pada tanggal 11 November
2019. Saya meminjam 2 buku yaitu tentang “9 Strategi Bertanam Cabai Bebas Hama
dan Penyakit” dan “Membuat Pestisida Organik”. Peminjaman buku ini bertujuan untuk
menambah referensi materi tentang cara pengendalian hama dan penyakit tanaman cabai,
selain itu juga untuk mengefesienikan dana untuk membeli buku. Hal ini mencerminkan
sikap Anti Korupsi.
Selanjutnya tanggal 14 dan 15 November 2019 saya melanjutkan mencari materi
PHT melalui internet di Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian. Saya
menggunakan fasilitas kantor yaitu wifi saat mencari materi PHT melalui internet, ini
merupakan cermin dari sikap Anti Korupsi. Kegiatan mengumpulkan materi PHT ini
saya lakukan dengan selektif merupakan cerminan dari Komitmen Mutu, Saya
bersungguh-sungguh dalam mencari dan mengumpulkan materi PHT tanaman cabai
sehingga informasi yang diberikan mudah dipahami dan diterapkan oleh petani
merupakan wujud dari sikap Akuntabilitas. Hasil/output adalah materi tentang
Pengendalian Hama Terpadu tanaman cabai.
Gambar 3. Saya berkonsultasi dengan
atasan langsung
Gambar 4. Saya berkonsultasi dengan
mentor
32
Analisis dampak nilai ANEKA : jika saya tidak mengumpulkan materi PHT dari
buku maupun internet maka leaflet ini tidak akan berisi pengetahuan dan informasi PHT
sesuai dengan kebutuhan petani. Sehingga tidak akan memberikan leaflet yang edukatif
dan berkualitas.
Tahapan ketiga yaitu membuat leaflet. Setelah saya mengumpulkan materi tentang
PHT, langkah selanjutnya saya membuat leaflet yang edukatif dan menarik. Saya
membuat leaflet ini di Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian di sela-sela
tugas saya sebagai petugas POPT. Saya membuat leaflet ini tanggal 16-18 November
2019. Saya membuat leaflet sesuai dengan materi PHT dan pengendalian hama dan
penyakit tanaman cabai sebagai wujud dari Akuntabilitas. Dalam penyajian leaflet ini
saya menggunakan Bahasa Indonesia yang baku sehingga mudah dimengerti oleh petani
merupakan wujud dari sikap Nasionalisme. Leaflet ini saya buat dengan perpaduan
warna dan gambar yang menarik sehingga menumbuhkan minat baca petani serta isinya
yang edukatif merupakan cerminan dari sikap Komitmen Mutu. Hasil/output adalah
leaflet.
Gambar 5. saya mencari materi tentang
PHT dari buku
Gambar 6. saya mencari materi tentang
PHT dari internet
Gambar 7. Saya membuat leaflet
33
Analisis dampak nilai ANEKA : jika saya tidak membuat leaflet yang edukatif
dan menarik maka tidak akan tumbuh minat baca petani. Sehingga pengetahuan dan
informasi tentang Pengendalian Hama Terpadu tidak akan tersampaikan dengan
maksimal sehingga pengendalian hama secara terpadu tidak bisa di aplikasikan oleh
petani.
Tahapan keempat yaitu mencetak leaflet. Setelah saya membuat leaflet, tahapan
selanjutnya adalah saya mencetak leaflet tersebut. Leaflet tersebut saya cetak di Dinas
Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian tanggal 25 November 2019 menggunakan
fasilitas kantor yaitu printer DKP3. Hal ini saya lakukan untuk mengefesiensi dana cetak
leaflet dan saya menggunakan printer tersebut sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan
merupakan wujud dari Anti Korupsi.
Analisis dampak nilai ANEKA : tujuan saya mencetak sendiri leaflet ini adalah
untuk meminimalisir penggunaan dana. Jadi apabila saya mencetak leaflet dipercetakan
maka banyaknya dana yang harus dibayar juga besar. Apabila saya mencetak sendiri,
maka saya bisa menyesuaikan banyaknya leaflet yang harus di cetak sehingga tidak
menyebabkan leaflet yang terbuang.
B. Melakukan Sosialisasi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Cabai Kepada
Petani
Sosialisasi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) tanaman cabai dilakukan agar
petani lebih mengenal dan mengetahui tentang PHT sehingga timbul kesadaran petani
dalam pengendalian hama dan penyakit pada tanamannya. Sosialisasi ini diharapkan
dapat meningkatkan kesadaran petani akan pentingnya penerapan pengendalian hama
Gambar 8. Saya mencetak leaflet
Gambar 9. Leaflet PHT yang siap
diberikan ke petani
34
terpadu. Sehingga petani tidak lagi menggunakan pestisida kimia, tetapi telah beralih
menggunakan pestisida nabati dan pengendalian terpadu lainnya yang lebih ramah
lingkungan dan aman bagi kesehatan.
Tahapan pertama dan kedua saya lakukan diwaktu yang sama pada tanggal 21
Oktober 2019.yaitu saya melakukan konsultasi bersama atasan langsung dan
berkoordinasi dengan rekan kerja. Kegiatan ini saya lakukan untuk bermusyawarah
mengenai waktu dan tempat pelaksanaan sosialisasi serta kelompok tani yang akan
diundang saat sosialisasi. Saya bermusyawarah dengan atasan dan rekan kerja saat
membuat jadwal sosialisasi merupakan wujud dari Nasionalisme. Saya berkonsultasi
dengan atasan langsung/ mentor mengenai kegiatan sosialisasi dengan ramah ,meminta
masukan saran dari beliau serta menghargai pendapat dari rekan kerja adalah wujud dari
sikap Etika Publik. Hasil/output adalah notulen hasil konsultasi dan jadwal sosialisasi.
Analisis dampak nilai ANEKA : kunci sukses dari sebuah kegiatan (sosialisasi)
adalah terletak pada saat perencanaan. Hal ini penting agar kita bisa mengetahui apa saja
yang perlu disiapkan untuk melaksanakan sosialisasi tersebut. Saya berkonsultasi dengan
atasan dan berkoordinasi dengan rekan kerja merupakan perencanaan sebelum saya
melakukan sosialisasi. Maka apabila hal ini tidak saya lakukan maka bisa dipastikan
bahwa kegiatan sosialisasi yang saya lakukan tidak akan berjalan dengan sebagaimana
yang diharapkan.
Tahapan ketiga yaitu membuat undangan sosialisasi PHT. Setelah saya
berkoordinasi dengan rekan kerja, langkah selanjutnya adalah saya mengundang petani-
petani tersebut. Undangan tersebut saya sampaikan ke masing-masing ketua kelompok
Gambar 11. Notulen hasil konsultasi Gambar 10. Saya berkonsultasi dengan
atasan langsung dan rekan kerja
35
tani. Saya bekerjasama dengan rekan kerja saat memnyampaikan undangan kepada
petani. Hal ini merupakan wujud dari sikap Nasionalisme. Hasil/output adalah undangan
sosialisasi.
Analisis dampak nilai ANEKA : bekerjasama dengan rekan kerja saat
mengundang petani saya lakukan untuk memudahkan saya dalam distribusi undangan
tersebut. Hal ini dikarenakan karena jarak kelompok tani yang diundang tersebut berada
di lokasi yang berjauhan dan terpencar. Akibat yang terjadi apabila saya tidak bekerja
sama dengan rekan kerja adalah pendistribusian undangan tersebut akan memerlukan
waktu yang lama.
Tahapan keempat yaitu melakukan sosialisasi Pengendalian Hama Terpadu
tanaman cabai. Sosialisasi ini dihadiri oleh 6 kelompok tani yang berada di Kecamatan
Bontang Selatan yaitu sebanyak 25 orang. Sosialisasi ini dilaksanakan tanggal 29
Okteber 2019 bertempat di kebun pak Baharuddin dari Kelompok Tani Tepat Guna. Saya
melakukan sosialisasi dengan penuh semangat, tanggung jawab dan terbuka serta
melaporkan hasil sosialisasi kepada atasan atau mentor merupakan wujud dari sikap
Akuntabilitas. Materi yang saya sampaikan pada saat sosialisasi berisi informasi yang
jelas yaitu tentang Pengendalian Hama Terpadu (Anti Korupsi).
Pada saat menyampaikan materi PHT saya menggunakan bahasa Indonesia,
tujuannya agar petani lebih mudah menerima informasi yang saya sampaikan, mengingat
petani yang berada di Kota Bontang memiliki suku yang berbeda-beda. Hal ini
merupakan wujud dari Nasionalisme. Saya melakukan sosialisasi dengan menggunakan
bahasa sopan, santun dan jelas agar petani tidak merasa seperti digurui merupakan wujud
dari Etika Publik.
Untuk menghemat biaya transportasi petani, saya melakukan sasialisasi PHT ini
dikebun pak Baharuddin yaitu Ketua Kelompok Tani Tepat Guna, dimana lokasi kebun
petani tersebut terletak ditengah-tengah kelompok tani yang lainnya sehingga
memudahkan akses petani lainnya, hal ini merupakan wujud dari Anti Korupsi.
Hasil/output adalah daftar hadir, notulen, dokumentasi.
36
Analisis dampak nilai ANEKA: Sosialisasi PHT merupakan salah satu cara yang
efektif bagi saya untuk menyampaikan materi PHT secara terbuka. Pada saat tersebut
petani lebih mudah menerima informasi yang saya sampaikan karena mereka focus untuk
belajar dan saling bertukar informasi satu dengan yang lain. Apabila sosialisasi ini tidak
saya lakukan, saya akan kesulitan untuk menyampaikan materi Pengendalian Hama
Terpadu ini kepada banyak petani, dimana kesibukan mereka yang padat menjadikan
mereka sulit untuk meluangkan waktu untuk belajar tentang PHT ini.
Tahapan kelima yaitu saya membagikan leaflet PHT tanaman cabai. Leaflet yang
saya buat pada kegiatan pertama saya bagikan kepada petani saat sosialisasi ini.
Tujuannya adalah agar informasi yang saya sampaikan dapat mereka ingat kembali
walaupun sosialisasi ini telah selesai. Mereka dapat membaca kembali tentang materi
PHT ini sehingga mereka bisa menerapkan dilain waktu. Materi yang saya berikan saat
sosialisasi mauun leaflet ini relevan dan sesuai dengan materi PHT serta dikemas dengan
efektif dan efesien sehingga mudah dimengerti oleh petani dan peserta sosialisasi,
Gambar 14. Notulen hasil sosialisasi Gambar 13. Daftar hadir sosialisasi
Gambar 12. Sosialisasi Pengendalian
Hama Terpadu Tanaman Cabai
37
merupakan wujud dari Komitmen Mutu. Saya membagikan leaflet ini sesuai dengan
bayaknya petani yang hadir merupakan wujud dari Anti Korupsi. Hasil/output adalah
dokumentasi.
Analisis dampak nilai ANEKA: apabila leaflet ini tidak saya berikan waktu
sosialisasi petani akan lebih cepat lupa dengan apa yang saya sampaikan.
Tahapan keenam dalam kegiatan ini yaitu saya melakukan tanya jawab /diskusi
dengan petani. Kegiatan Tanya jawab dan diskusi ini saya lakukan agar petani bisa
menanyakan langsung perihal hama dan penyakit yang sedang menyerang tanaman cabai
maupun tanaman lain yang mereka tanam. Selain itu juga meraka dapat saling bertukar
pendapat dan sharing pengalaman dalam mengendalikan hama dan penyakit di lapangan.
Saya menjawab setiap pertanyaan petani dengan baik dan sopan, merupakan wujud sikap
dari Etika Publik. Hasil/output adalah draft pertanyaan dan solusi.
Analisis dampak nilai ANEKA : apabila kegiatan ini tidak dilakukan maka
sosialisai ini tidak akan terlaksana dengan baik karena petani akan kesulitan dalam
memahami materi PHT. Mereka dapat bertanya apabila mereka kurang paham dengan
materi yang di sampaikan.
C. Melakukan Pengamatan, Pemantauan dan Identifikasi Hama Penyakit di
Lapangan Secara Rutin
Pengamatan, pemantauan dan identifikasi hama dilapangan merupakan kegiatan
yang sangat penting. Dengan pengamatan dan pemantauan akan dapat diketahui sejak
dini situasi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan kondisi faktor pengendali
perkembangannya, sehingga ledakan (ekplosi) hama-penyakit dapat dicegah. Oleh
Gambar 15. Kegiatan tanya jawab dan diskusi
38
karena itu pengamatan perlu dilakukan oleh petani secara periodik dikebunnya masing-
masing.
Pengambilan data Pengamatan, pemantauan dan identifikasi hama dan penyakit
tanaman cabai dilakukan di beberapa petani dari kelompok tani yang berada di
Kecamatan Bontang Selatan secara acak. Adapun kelompok tani yang menjadi tempat
pengamatan dam pemantauan hama dan penyakit antara lain : Kelompok Tani Tepat
Guna, Kelompok Tani Agro Lestari, Kelompok Tani Marisontana, kelompok Tani
Bersama dan Kelompok Tani Cahaya Tani.
Kegiatan pengamatan dan pemantauan hama dilapangan dilakukan dengan
beberapa tahap. Tahapan pertama yaitu berkonsultasi dengan atasan/mentor. Konsultasi
dengan atasan langung/mentor saya lakukan di setiap minggunya sebelum melakukan
pengamatan dan pemantauan hama di lapangan. Saya berkonsultasi dengan
atasan/mentor dengan ramah, sopan dan santun, merupakan wujud dari sikap Etika
Publik. Hasil/output adalah notulen hasil konsultasi dan jadwal pengamatan (data
terlampir).
Analisis dampak nilai ANEKA : jika saya tidak menggunakan bahasa yang
santun dan ramah dan berpakaian sopan maka tidak ada timbulnya kepercayaan dari
atasan/mentor sehingga saya tidak mendapat saran yang baik dari atasan maupun dari
mentor.
Tahapan kedua adalah menentukan tempat dan waktu pengamatan hama penyakit
di lapangan. Kegiatan ini saya lakukan dengan bermusyawarah bersama dengan rekan
kerja. Kegiatan ini merupakan wujud dari sikap Nasionalisme. Output/hasil yaitu jadwal
pengamatan/monitoring hama penyakit.
Gambar 16. Konsultasi bersama atasan
langsung
Gambar 17. Konsultasi bersama mentor
39
Analisis dampak nilai ANEKA : jika saya tidak membuat jadwal
pengamatan/monitoring hama dan penyakit tanaman maka tidak akan terjadi koordinasi
yang baik antara saya dan rekan kerja, sehingga tidak akan timbul adanya kerjasama saat
melakukan pengamatan hama penyakit di lapangan.
Tahapan ketiga adalah Menyiapkan peralatan pendukung untuk melakukan
pengamatan hama di lapangan. Peralatan pendukung ini seperti masker, sarung tangan,
sepatu both, pinset, kaca pembesar, plastik zipclock, buku serta pulpen. Penggunaan
peralatan pendukung ini sangat banyak manfaatnya guna menunjang kerja kita dalam
melakukan pengamatan hama dan penyakit di lapangan. Namun peralatan pendukung
tersebut tidak mutlak harus digunakan, tergantung dari kondisi di lapangan. Saya
menggunakan peralatan pendukung saat pengamatan sesuai dengan kondisi di lapangan
merupakan wujud sikap Anti Korupsi. Output/ hasil yaitu peralatan pendukung.
Analisis dampak nilai ANEKA : apabila saya tidak menyiapkan peralatan
pendukung saat melkukan pengamatan hama dan penyakit maka yang terjadi adalah saya
akan kesulitan dalam melakukan pengamatan. Contoh penggunaan peralatan tersebut
yaitu kaca pembesar saya gunakan untuk melihat hama yang berukuran kecil dan tidak
bisa dilihat dengan mata. Apabila hal tersebut tidak saya lakukan yang terjadi adalah
saya kesulitan untuk membedakan hewan yang termasuk hama atau bukan.
Tahapan keempat adalah melakukan pengamatan, pemantauan dan identifikasi
hama dan penyakit di lapangan. Pengamatan hama dan penyakit saya lakukan dengan
cermat dan teliti merupakan wujud dari sikap Komitmen Mutu. Transparansi dalam
pengumpulan data sehingga didapatkan data yang jelas merupakan wujud dari sikap
Akuntabilitas. Ketika saya melakukan pengamatan saya juga berdialog dengan petani.
Gambar 18. Peralatan pendukung pengamatan
hama dan penyakit di lapangan
Gambar 19. Tabel pengamatan hama
dan penyakit di lapangan
40
Saat berdialog dengan petani saya menggunakan bahasa yang ramah, sopan dan santun,
hal ini merupakan wujud dari sikap Etika Publik. Saya juga memberikan pengertian
konsep PHT kepada petani agar petani lebih memahami pengendalian hama secara
terpadu. Hal ini merupakan wujud dari sikap Komitmen Mutu. Saya juga tidak
membeda-bedakan petanisaat melakukan pengamatandan pemantauan di lapangan. Hal
ini merupakan wujud dari sikap Nasionalisme. Saya jujur dan tidak memanipulasi data
yang ada. Hal ini merupakan wujud dari sikap Anti Korupsi. Output/hasil adalah data
hasil pengamatan.
Analisis dampak nilai ANEKA : Dengan pengamatan dan pemantauan akan
dapat diketahui sejak dini situasi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan kondisi
faktor pengendali perkembangannya, sehingga ledakan hama penyakit dapat dicegah.
Oleh karena itu pengamatan perlu dilakukan oleh petani secara periodik dikebunnya
masing-masing. Apabila pengamatan terhadap hama dan penyakit ini tidak dilakukan
bisa dipastikan peningkatan jumlah serangan dan bisa menularkan ke tanaman yang
sehat.
Gambar 20. Mengamati tanaman cabai
rawit yang terserang hama trips
Gambar 21. Tanaman cabai rawit
yang terserang hama trips
Gambar 22. Mengamati tanaman cabai
keriting yang terserang penyakit antacnosa
Gambar 23. Tanaman cabai keriting yang
terserang penyakit antacnosa
41
Tahapan terakhir yaitu evaluasi. Evaluasi ini saya lakukan dengan melakukan
rekap data hasil pengamatan dan melaporkan hasil pengamatan tersebut kepada atasan
saya maupun rekan kerja. Tujuannya adalah agar kita dapat melakukan tindakan dengan
segera (pembimbingan pengendalian hama dan penyakit) apabila tingkat serangan akibat
hama dan penyakit tinggi. Saya jujur saat menginput data dan melaporkan data hasil
pengamatan di lapangan sehingga dapat di pertanggung jawabkan. Hal tersebut
merupakan wujud dari sikap Akuntabilitas. Output/hasil adalah laporan hasil
pengamatan hama penyakit tanaman cabai.
Analisis dampak nilai ANEKA : apabila saya tidak melakukan evaluasi setelah
melakukan pengamatan di lapangan maka yang terjadi adalah tidak akan ada tindak
lanjut pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. Akibatnya bisa saja tingkat
serangan hama penyakit bisa lebih parah. Selain itu juga saya harus mengingatkan dan
memberikan pengertian kepada petani akan dampak penggunaan pestisida di lapangan.
Agar kesadaran petani akan pengendalian hama penyakit yang ramah lingkungan dapat
meningkat.
D. Melakukan Penyuluhan Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Cabai
Berkelanjutan.
Penyuluhan pertanian merupakan jembatan antara praktik atau kegiatan yang
dijalankan petani dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang dan
senantiasa dibutuhkan oleh petani. Kegiatan ini penting dilakukan agar petani bisa lebih
memahami pelaksanaan pengendalian hama terpadu di lapangan. Kegiatan ini dilakukan
di Kelompok Tani Agro Lestari di daerah Kecamatan Bontang Selatan. Kegiatan
penyuluhan ini dilakukan dengan membuat pestisida nabati dan perangkap hama likat
kuning. Kegiatan ini diharapkan bisa dilakukan secara berkelanjutan.
Tahapan pertama yaitu berkonsultasi dengan atasan/ mentor. Konsultasi bersama
mentor saya lakukan tanggal 23 Oktober 2019 sedangkan konsultasi bersama Kasi
Perlintan saya lakukan tanggal 1 november 2019 dan tanggal 5 novemer 2019. Ketika
berkomunikasi dengan atasan dan mentor saya menggunakan bahasa yang santun dan
berpakaian sopan serta menghargai dan menerima arahan dan saran dari atsan/mentor
merupakan wujud dari Etika Publik. Output/ hasil : Notulen hasil koordinasi.
42
Analisis dampak nilai ANEKA : jika saya tidak menggunakan bahasa yang
santun dan berpakaian sopan maka tidak ada timbulnya kepercayaan dari atasan/mentor
sehingga saya tidak mendapat saran yang baik dari atasan maupun dari mentor.
Tahapan kedua adalah menentukan tempat dan waktu untuk melakukan
penyuluhan. Menentukan tempat dan waktu penyuluhan saya lakukan dengan melihat
hasil pengamatan yang saya lakukan selama di lapangan. Penyuluhan saya lakukan di
kebun Kelompok Tani Agro Lestari karena tanaman cabai milik pak Daroni banyak
terserang hama trips dengan tingkat serangan tinggi. Saya bermusyawarah dan
berdiskusi bersama rekan kerja saat menentukan tempat dan waktu penyuluhan
merupakan wujud dari Nasionalisme. Output/ hasil : Jadwal penyuluhan.
Analisis dampak nilai ANEKA : apabila menentukan tempat dan waktu tidak
saya lakukan maka bisa dipastikan bahwa kegiatan penyuluhan yang saya lakukan tidak
akan berjalan dengan sebagaimana yang diharapkan.
Tahapan ketiga adalah menyiapkan alat dan bahan penyuluhan. Alat dan bahan
yang saya siapkan untuk membuat pestisida nabati yaitu daun sirsak 100 lembar, bawang
putih 1 buah, air 1 lt, sabun colek secukupnya, ember, kain saringan. Sedangkan bahan
dan alat yang saya siapkan untuk membuat perangkap likat kuning, yaitu botol aqua
bekas, cat minyak warna kuning, kuas, tinner, kayu, minyak goreng, dan plastik gula.
Saya menggunakan alat-alat dari barang-barang bekas yang ada disekitar saya sehingga
mudah didapatkan, seperti botol aqua bekas,dll, merupakan wujud dari sikap Anti
Korupsi. Output/hasil adalah alat dan bahan penyuluhan.
Gambar 25. Saya berkonsultasi dengan
mentor
Gambar 24. Saya berkonsultasi dengan
atasan langsung
43
Analisis dampak nilai ANEKA : apabila saya tidak menyiapkan alat dan bahan
untuk penyuluhan maka penyuluhan yang saya lakukan tidak akan berjalan lancar.
Karena pembuatan pestisida nabati dan perangkap likat kuning jadi terhambat.
Tahapan keempat adalah pelaksanaan penyuluhan. Penyuluhan pembuatan
pestisida nabati dan perangkap hama saya lakukan tanggal 6 dan 7 november 2019. saya
memberikan informasi secara terbuka merupakan wujud dari sikap Akuntabilitas. Saya
bekerja sama dengan rekan kerja dan petani saat penyuluhan merupakan wujud dari sikap
Nasionalisme. Saat penyuluhan saya berkomunikasi dengan santun, ramah dan sopan
dan saya peduli dengan kondisi kesehatan tanaman petani merupakan wujud sikap dari
Etika Publik. Serta saya memberikan pelayanan terbaik kepada petani berupa
penyuluhan pengendalian hama dan penyakit tumbuhan merupakan wujud sikap
Komitmen Mutu. Output/hasil adalah dokumentasi.
Gambar 26. Bahan-bahan pembuatan
pestisida nabati Gambar 27. Bahan-bahan pembuatan
perangkap hama likat kuning
Gambar 28. Leaflet cara pembuatan pestisida nabati dan
pembuatan perangkap hama likat kuning
44
Analisis dampak nilai ANEKA : apabila saya tidak melakukan penyuluhan
pengendalian hama dan penyakit maka petani akan melakukan pengendalian
menggunakan pestisida kimia. Dengan penyuluhan ini diharapkan petani dapat
mengetahui cara membuat pestisida nabati dan perangkap likat kuning yang mudah dan
murah jika dibandingkan dengan membeli pestisida kimia. Kegiatan penyuluhan ini juga
merupakan salah satu teknik dari Pegendalian Hama Terpadu.
Tahapan kelima adalah Evaluasi. Evaluasi ini dilakukan dengan membuat laporan
hasil penyuluhan. Saya membuat laporan penyuluhan secara transpran dan dapat
dipertanggung jawabkan merupakan wujud dari sikap Akuntabilitas. Output/hasil
yaitu Laporan penyuluhan pengendalian hama dan penyakit tanaman cabai.
Analisis dampak nilai ANEKA :apabila evaluasi ini tidak dilakukan maka kita
tidak bisa mengetahui kekurangan yang terjadi saat penyuluhan tersebut.
E. Membuat Forum Komunikasi Petani dan Petugas Pengendali Organisme
Pengganggu Tanaman.
Membuat forum komunikasi petani dan petugas POPTmerupakan inovasi terbaru
bagi petugas POPT karena belum pernah dilakukan di kegiatan sebelumnya. Forum
komunikasi ini berupa grup whatsapp (Wa). Pembuatan grup Wa ini diharapkan dapat
menjadi fasilitator antara petani dan petugas POPT. Grub WA ini dibuat guna
memudahkan petani untuk memperoleh informasi seputar pengendalian hama dan
penyakit di lapangan, memudahkan komunikasi antar petani dan petugas POPT serta
sebagai media silaturahmi petani satu dengan petani yang lainnya sehingga mereka bisa
saling bertukar informasi dan pengalaman cara pengendalian hama dan penyakit di
lapangan.
Gambar 30. Memasang perangkap hama
likat kuning disela-sela tanaman cabai
Gambar 29. Mengaplikasikan pestisida
nabati ke tanaman cabai
45
Tahapan pertama adalah saya melakukan kosultasi dengan atasan/mentor. Kegiatan
ini saya lakukan tanggal 23 Oktober 2019. Saya berkonsultasi dengan atasan
langsung/mentor mengenai pembentukan forum komunikasi ini dengan ramah dan
meminta masukan saran dari beliau merupakan wujud sikap Etika Publik. Output/hasil
adalah notulen hasil konsultasi.
Analisis dampak nilai ANEKA : jika saya tidak menggunakan bahasa yang
santun dan berpakaian sopan maka tidak ada timbulnya kepercayaan dari atasan/mentor
sehingga saya tidak mendapat saran yang baik dari atasan maupun dari mentor.
Tahapan kedua adalah mengumpulkan no Hp petani dan petugas Pengendali
OPT. Mengumpulkan no Hp petani saya lakukan ketika bertemu dengan petani tersebut.
Selain saya meminta izin kepada petani, saya juga mensosialisasikan terlebih dahulu
maksud dan tujuan dibuatnya forum komunikasi ini agar tidak terjadi kesalah pahaman di
kemudian hari. Hal ini merupakan wujud sikap dari Etika Publik. Output/hasil adalah no
Hp petani dan petugas pengendali OPT.
Analisis dampak nilai ANEKA : apabila saya tidak mengumpulkan no Hp
petani dengan meminta ijin dan mensosialisaikan maksud dan tujuan saya terlebih dahulu
maka petani akan bingung sehingga komunikasi dengan petani tidak akan berjalan
dengan lancar.
Gambar 31 Konsultasi bersama atasan
langsung
Gambar 32. Konsultasi bersama mentor
46
Tahap selanjutnya adalah membuat grup WhatsApp (wa). Setelah no Hp petani
dan petugas POPT terkumpul maka segera saya membuat grup wa tersebut. Tujuannya
agar komunikasi dan silaturahmi dapat segera terjalin, merupakan wujud sikap dari
Nasionalisme. Pembuatan forum komunikasi dilakukan secara transpran merupakan
wujud dari sikap Akuntabilitas. Saya menggunakan grup wa ini dengan bijak dan
tanggung jawab merupakan wujud dari Anti Korupsi. Output/hasil adalah Grup wa
yang bernama “PERLINTAN JAGO DKP3 BTG”
Analisis dampak nilai ANEKA : Apabila saya tidak membuat grup wa ini maka
komunikasi antara petani dan petugas POPT tidak akan terjalin sehingga tali silaturahmi
juga tidak akan terjalin.
Tahapan keempat adalah sharing knowledge tentang penerapan pengendalian
hama terpadu (PHT). Sharing knowledge tentang penerapan pegendalian hama terpadu
dibantu oleh rekan kerja saya. Kami saling bekerja sama dan saling membantu untuk
menshare materi-materi pengendalian hama terpadu (PHT) serta adanya musyawarah dan
diskusi saat sharing knowledge ini merupakan wujud dari sikap Nasionalisme. Saya
melakukan dialog dan sharing knowledge dengan ramah, sopan dan santun merupakan
wujud dari sikap Etika Publik. Saya membuka percakapan di forum komunikasi ini saat
jam kerja agar tidak mengganggu waktu istirahat petani dan petugas POPT merupakan
wujud dari sikap Anti Korupsi. Output/hasil adalah Percakapan dan Informasi.
Analisis dampak nilai ANEKA : apabila sharing knowledge tidak saya lakukan
di grup wa ini maka petani tidak akan mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang
pengendalian hama terpadu.
Gambar 33 Saya sedang membuat grup
Whatsapp (wa)
Gambar 34. Grup wa yang telah dibuat
47
Tahapan terakhir adalah membuat sesi tanya jawab. Sesi tanya jawab saya
lakukan untuk menanyakan perkembangan dari tanaman yang meraka budidayakan.
Apakah ada serangan hama penyakit atau tidak serta bagaimana cara mengendalikannya.
Saya memberikan pelayanan yang terbaik kepada petani merupakan wujud dari sikap
Komitmen Mutu. Output/ hasil : daftar pertanyaan /pemasalahan dan pemecahan solusi.
Analisis dampak nilai ANEKA : apabila saya tidak melakukan sesi Tanya
jawab ini dengan petani maka saya tidak akan mengetahui perkembangan dari tanaman
yang dibudidayakan oleh petani sehingga saya dan rekan kerja saya tidak bisa
memberikan solusi terbaik bagi petani apabila ada tanaman yang terserang olah hama
dan penyakit.
F. Penguatan Nilai Organisasi
Kegiatan yang saya lakukan di kantor maupun di lapangan yaitu meberikan
pengetahuan dan informsi kepada petani sehingga menimbulkan kesadaran petani akan
pentingnya penerapan Pengendalian Hama Terpadu sesuai dengan tata nilai Dinas
Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian “ SIAGA”, yaitu Santun, Ikhlas, Akuntable,
Global, dan Aktif. Santun artnya santun dalam berkomunikasi dengan petani sehingga
terjalin silaturahmi dan keakraban. Ikhlas yaitu ikhlas saat memberikan pelayanan
terbaik kepada petani maupun masyarakat. Akuntable yaitu akuntabilitas dalam
memberikan informasi dan data yang akurat. Global, diharapkan aktualisasi ini dapat
diaktualisasikan secara menyeluruh oleh semua petani dan masyarakat. Aktif ikut serta
demi kemajukan dan kesejahteraan petani di Kota Bontang.
48
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laporan pelaksanaan aktualisasi nilai-nilai dasar profesi pNS ini dilaksanakan
dalam rentang waktu 11 Oktober s.d 25 November 2019. Peserta latsar mengankat isu
berdasarkan permasalahan yang ditemukan di unt kerja yaitu “Kurangnya kesadaran
petani akan pentingnya Pengendalian Hama Terpadu pada tanaman cabai di Kecamatan
Bontang Selatan Kota Bontang”. sebagai upaya untuk menyelesaikan isu dan
permasalahan tersebut, peserta diklat mengimplementasikan melalui kegiatan proses
aktualisasi yaitu “Meningkatkan kesadaran petani akan pentingnya Pengendalian Hama
Terpadu pada tanaman cabai di Kecamatan Bontang Selatan Kota Bontang”.
Kegiatan tersebut antara lain : Membuat leaflet tentang Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) tanaman cabai. Melakukan sosialisasi Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) tanaman cabai kepada petani. Melakukan pengamatan, pemantauan dan
identifikasi hama dan penyakit di lapangan secara rutin, Penyuluhan pengendalian hama
dan penyakit (PHT) tanaman cabai berkelanjutan. Membuat forum komunikasi petani dan
petugas pengendali organisme pengganggu tanaman. Seluruh kegiatan aktualisasi yang
dilakukan oleh peserta sangat sesuai dengan misi Dinas dimana Dinas Ketahanan Pangan,
Perikanan dan Pertanian memberikan pelayanan yang SIAGA kepada masyarakat.
Melalui pengaktualisasian nilai-nilai dasar akuntabilitas, nasionalisme, etika
publik, komitmen mutu dan anti korupsi (ANEKA) akan mampu meningkatkan kinerja
peserta Latsar dalam menjalankan tugas dan fungsi di instansi tempat bekerja sebagai
seorang pengelola pengendali organisme penggangu tanaman yang professional dan
memiliki integritas dalam mewujudkan pelayanan pengendalian organisme penggangu
tanaman berkualitas, khususnya di Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian
Kota Bontang.
B. Saran
49
Setelah melaksanakan kegiatan aktualisasi yang terintegrasi dalam lima nilai-nilai
dasar PNS yaitu nilai dasar ANEKA di Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan
Pertanian Kota Bontang, peserta latsar merekomendasikan sebagai berikut:
1. Bagi Peserta
Peserta Latsar mengharapkan aktualisasi nilai-nilai dasar ASN akuntabilitas,
nasionalisme, etika publik, komitmen mutu dan anti korupsi (ANEKA) dapat
terlaksana secara berkelanjutan pada aktifitas kerja sehari-hari dan menularkannya ke
rekan kerjanya.
2. Aparatur Sipil Negara
Sebagai ASN dalam melaksanakan tugas hendaknya secaratotal dan loyalitas yang
tinggi. Tugas-tugasnya juga dilaksanakan dengan memegang prinsip niali-nilai
ANEKA sehingga visi misi organisasi dapat tercapai dengan baik.
3. Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian
Pihak dinas hendaknya selalu memberikan dukungan terhadap staffnya dalam
melaksanakan setiap kegiatan yang bersifat meningkatkan kesejahteraan petani serta
pelayanan di bidang pertanian.
4. Petani dan masyarakat
Petani dan masyarakat hendaknya dapat bekerjasama dengan baik secara sinergis
dalam mewujudkan pencapaian visi dan misi Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan
dan Pertanian khususnya Pemerintah Kota Bontang.
50
C. Role Model
Ibu Hj. Aji Erlinawaty, MT adalah Kepala Dinas Ketahanan
Pangan, Perikanan dan Pertanian Kota Bontang. Riwayat karir
beliau, beliau pernah menjadi Kabag Evaluasi Pembangunan
Sekretariat Daerah Kota Bontang tahun 2008- 2010. Kepala Dinas
Ketahanan Pangan,Perikanan dan Pertanian Kota Bontang tahun
2011- sekarang. Dan pada tanggal 25 November 2019 beliau
dilantik menjadi Sekretaris Daerah Kota Bontang.
Beliau lahir di Samarida pada tanggal 22 Oktober 1965. Anak pertama dari 3
bersaudara ini mempunyai hoby membaca buku dan menulis.
Ibu Hj. Aji Erlinawaty saya jadikan role model karena sosoknya yang berkarakter.
Sebagai ASN yang berkualitas, beliau memiliki dedikasi dan inovasi yang tinggi bagi
kemajuan Kota Bontang khususnya di Bidang Pertanian. Sebagai seorang pemimpin beliau
merupakan sosok yang tegas, jujur dan berwibawa. Sosoknya yang disiplin waktu, religious,
baik hati, ramah dan familiar dengan staffnya menjadikan beliau sosok yang dicintai seluruh
staff DKP3 maupun masyarakat di Kota Bontang.
Sosok Ibu Hj. Aji Erlinawaty saya jadikan motivasi dan contoh bagi diri saya untuk
bisa menjadi ASN yang berkualitas dan dicintai oleh masyarakat. Oleh Karena itu, saya
selalu memperbaiki sikap dan kedisiplinan. Hal ini merupakan langkah awal bagi saya untuk
bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dengan menerapkan nilai-nilai ANEKA dalam
menjalankan tugas dan fungsi sebagai ASN di Kota Bontang. demi kemajuan Kota Bontang
dan kesejahteraan petani dan masyarakat.
51
DAFTAR PUSTAKA
LAN RI, 2015, “AKUNTABILITAS” Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan III, Jakarta
LAN RI, 2015, “NASIONALISME” Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan III, Jakarta
LAN RI, 2015, “ETIKA PUBLIK” Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan III, Jakarta
LAN RI, 2015, “KOMITMEN MUTU” Modul Pendidikan dan Pelatihan dan Pelatihan
Golongan III, Jakarta
LAN RI, 2015, “ANTI KORUPSI” Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan I/II dan III, Jakarta
LAN RI, 2017, “MANAJEMEN ASN” Modul Pelatihan Dasar Calon PNS, Jakarta
LAN RI, 2017, “WHOLE OF GOVERNMENT” Modul Pelatihan Dasar Calon PNS,
Jakarta
LAN RI, 2017, “PELAYANAN PUBLIK” Modul Pelatihan Dasar Calon PNS, Jakarta
Top Related